21060110120029_proposal ta
DESCRIPTION
Proposal Antena QuadTRANSCRIPT
![Page 1: 21060110120029_PROPOSAL TA](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022062309/55cf971f550346d0338fc88e/html5/thumbnails/1.jpg)
PERANCANGAN DAN ANALISIS ANTENA QUAD UNTUK APLIKASI PENGUAT SINYAL GSM
Proposal Tugas Akhir
Oleh
Antaresa Mayuda
21060110120029
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
Semarang, Maret 2014
TEKNIK TELEKOMUNIKASI
![Page 2: 21060110120029_PROPOSAL TA](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022062309/55cf971f550346d0338fc88e/html5/thumbnails/2.jpg)
Proposal Tugas Akhir
PERANCANGAN DAN ANALISIS ANTENA QUAD UNTUK APLIKASI PENGUAT SINYAL GSM
yang diajukan olehAntaresa Mayuda21060110120029
kepadaJurusan Teknik Elektro
Fakultas TeknikUniversitas Diponegoro
telah disetujui oleh:
Pembimbing I
Yuli Christiyono , ST, MT. NIP. 196807111997021001
Tanggal:……………….
Pembimbing II
Imam Santoso, ST, MT.NIP. 197012031997021001
Tanggal:………………..
Mengetahui,Koordinator Tugas Akhir
Budi Setiyono , ST, MT.
NIP. 197005212000121001
Tanggal: ……..…………………
![Page 3: 21060110120029_PROPOSAL TA](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022062309/55cf971f550346d0338fc88e/html5/thumbnails/3.jpg)
ABSTRAK
Teknologi GSM berkembang sangat pesat di masyarakat. Namun peningkatan jumlah
pengguna tersebut tidak diimbangi dengan jumlah BTS (Base Transceiver Station) yang
mencukupi, sehingga menyebabkan banyak pengguna yang mengeluhkan buruknya kualitas sinyal.
Bahkan tidak ada sinyal sama sekali dibeberapa daerah terpencil di Indonesia. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut, antena quad yang memiliki penguatan yang cukup besar merupakan
pilihan yang tepat untuk dijadikan sebagai penguat sinyal GSM.
Antena Quad adalah antenna yang biasa digunakan sebagai antena radio amatir. Sama
Seperti antenna Yagi, antenna quad terdiri dari sebuah driven element dan parasitic element.
Tetapi element-element tersebut terbuat dari seutas kawat yang dibentuk seperti loop persegi.
Pembuatan antena quad tidak terlampau sulit, material bahannya mudah didapat serta tidak
memerlukan peralatan khusus untuk membuatnya. Antena quad sangat mungkin dibuat oleh
masyarakat umum dengan memperhatikan urutan pengerjaan yang tepat
Tujuan dari penelitian ini adalah merancang dan menganalisis sebuah antena quad yang
dapat beroperasi pada frekuensi GSM untuk mengatasi kendala buruknya kualitas sinyal ketika
pengguna berada sangat jauh dari BTS (Base Transceiver Station).
Kata Kunci : Antena Quad, GSM, 4NEC2
![Page 4: 21060110120029_PROPOSAL TA](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022062309/55cf971f550346d0338fc88e/html5/thumbnails/4.jpg)
PROPOSAL TUGAS AKHIR
I. Judul : Perancangan dan Analisis Antena Quad untuk Aplikasi Penguat
Sinyal GSM
II. Konsentrasi Keilmuan : Teknik Telekomunikasi
III. Latar Belakang Masalah
Teknologi telekomunikasi seluler berkembang sangat pesat beberapa tahun
terakhir, dari teknologi analog menjadi teknologi digital. Salah satu aplikasi
teknologi telekomunikasi digital yang paling banyak digunakan di seluruh dunia
yaitu Global System for Mobile Communications (GSM) yang mempunyai
frekuensi 900 MHz.
Teknologi GSM (Global System for Mobile Communications) ini
merupakan teknologi digital yang bekerja dengan mengirimkan paket data
berdasarkan waktu, atau yang lebih dikenal dengan istilah timeslot.
Teknologi GSM berkembang sangat pesat di masyarakat. Namun
peningkatan jumlah pengguna tersebut tidak diimbangi dengan jumlah BTS (Base
Transceiver Station) yang mencukupi, sehingga menyebabkan banyak pengguna
yang mengeluhkan buruknya kualitas sinyal. Bahkan tidak ada sinyal sama sekali
dibeberapa daerah terpencil di Indonesia.
Didasari dari penjelasan sebelumnya, maka dibuatlah suatu penelitian yang
bertujuan untuk merancang dan mengimplementasikan suatu antena yang dapat
mengatasi permasalahan tersebut. Antena quad adalah pilihan yang tepat dengan
penguatan yang cukup besar. Pembuatan antena quad tidak terlampau sulit, material
bahannya mudah didapat serta tidak memerlukan peralatan khusus untuk
membuatnya. Antena quad sangat mungkin dibuat oleh masyarakat umum dengan
memperhatikan urutan pengerjaan yang tepat. Dari segi ekonomis, pembuatannya
tidak memerlukan biaya yang cukup mahal dibandingkan dengan membeli antena
built up yang tersedia dipasaran.
Dalam penelitian ini akan dibuat antena quad untuk mengatasi kendala
lemahnya sinyal pada jaringan GSM ketika pengguna berada sangat jauh dari BTS
![Page 5: 21060110120029_PROPOSAL TA](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022062309/55cf971f550346d0338fc88e/html5/thumbnails/5.jpg)
atau berada didaerah terpencil. Antenna quad yang dirancang dapat beroperasi
pada frekuensi GSM. Untuk penerapannya, antena quad ini dapat fungsikan
sebagai penguat sinyal handphone maupun modem GSM.
IV. Batasan Masalah
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, telah ditentukan batasan-batasan
masalah sebagai berikut:
1. Jenis antena yang akan di rancang dan dianalisis adalah antena quad dengan
variasi jumlah elemen, bahan penyusun boom dan spreading yang berbeda.
2. Antena quad yang dirancang bekerja pada frekuensi GSM 900 MHz.
3. Antena disimulasikan dengan bantuan software 4NEC2.
4. Pembuatan antena dibuat berdasarkan hasil simulasi dan perancangan manual.
5. Parameter antena yang diukur adalah frekuensi kerja, Impedansi Masukan,
VSWR, Return loss, Bandwidth, Directivity, Gain, dan Pola Radiasi.
6. Analisis dilakukan dengan membandingkan parameter antena hasil simulasi
dan pengukuran.
7. Pengujian dilakukan dengan mengaplikasikan antena sebagai penguat sinyal
pada modem ataupun handphone GSM.
V. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah merancang dan menganalisis antena quad
yang dapat beroperasi pada pita frekuensi GSM untuk diaplikasikan sebagai
penguat sinyal pada modem ataupun handphone GSM.
VI. Kajian Pustaka
Dalam bagian ini akan ditinjau penelitian sebelumnya dan beberapa teori
yang mendasari penyusunan Tugas Akhir ini.
6.1 Pengertian Antena
Antena merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam
komunikasi radio. Antena adalah perangkat media yang menyediakan sebuah
sarana untuk memancarkan dan menerima gelombang radio. Dalam kata lain,
![Page 6: 21060110120029_PROPOSAL TA](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022062309/55cf971f550346d0338fc88e/html5/thumbnails/6.jpg)
antena menyediakan sebuah peralihan sebuah gelombang yang terbimbing
dari transmisi kabel menjadi gelombang ruang bebas. Gambar 1 menunjukkan
gambar antena sebagai pemancar dan penerima.
Gambar 1 Antena sebagai pemancar dan penerima
Dalam perancangan suatu antena, baberapa hal yang harus diperhatikan
adalah :
- bentuk dan arah radiasi yang diinginkan
- polarisasi yang dimiliki
- frekuensi kerja,
- lebar band (bandwidth), dan
- impedansi input yang dimiliki.
Untuk antena yang bekerja pada band VLF, LF, HF, VHF dan UHF
bawah, jenis antena kawat (wire antenna) dalam prakteknya sering
digunakan, seperti halnya antena dipole 1/2l, antena monopole dengan
ground plane, antena loop, antena Yagi-Uda array, antena log periodik dan
sebagainya. Antena-antena jenis ini, dimensi fisiknya disesuaikan dengan
panjang gelombang dimana sistem bekerja. Semakin tinggi frekuensi kerja,
maka semakin pendek panjang gelombangnya, sehingga semakin pendek
panjang fisik suatu antena.
Untuk antena gelombang mikro (microwave), terutama SHF ke atas,
penggunaan antena luasan (aperture antena) seperti antena horn, antena
parabola, akan lebih efektif dibanding dengan antena kawat pada umumnya.
Karena antena yang demikian mempunyai sifat pengarahan yang baik untuk
memancarkan gelombang elektromagnetik.
![Page 7: 21060110120029_PROPOSAL TA](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022062309/55cf971f550346d0338fc88e/html5/thumbnails/7.jpg)
6.2 Parameter Antena
Kinerja dan daya guna suatu antena dapat dilihat dari nilai parameter-
parameter antena tersebut. Beberapa dari parameter tersebut saling
berhubungan satu sama lain. Parameter-parameter antena yang biasanya
digunakan untuk menganalisis suatu antena adalah impedansi masukan,
Voltage Wave Standing Ratio (VSWR), return loss, bandwidth, keterarahan,
penguatan, dan pola radiasi.
6.2.1 Impedansi Masukan
Impedansi masukan adalah perbandingan (rasio) antara tegangan dan
arus. Impedansi masukan ini bervariasi untuk nilai posisi tertentu.
(2.1)
dimana Zin merupakan perbandingan antara jumlah tegangan (tegangan masuk
dan tegangan refleksi (V) terhadap jumlah arus (I) pada setiap titik z pada
saluran, berbeda dengan karakteristik impedansi saluran (Z0) yang
berhubungan dengan tegangan dan arus pada setiap gelombang.
Pada saluran transmisi, nilai z diganti dengan nilai –l(z = -l), sehingga
persamaan di atas menjadi :
(2.2)
6.2.2 Voltage Standing Wve Ratio (VSWR)
VSWR adalah perbandingan antara amplitudo gelombang berdiri
(standing wave) maksimum (|V|max) dengan minimum (|V|min). Pada saluran
transmisi ada dua komponen gelombang tegangan, yaitu tegangan yang
dikirimkan (V+0) dan tegangan yang direfleksikan (V-
0). Perbandingan antara
tegangan yang direfleksikan dengan yang dikirimkan disebut sebagai
koefisien refleksi tegangan (Γ), yaitu :
![Page 8: 21060110120029_PROPOSAL TA](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022062309/55cf971f550346d0338fc88e/html5/thumbnails/8.jpg)
(2.3)
Di mana ZL adalah impedansi beban (load) dan Z0 adalah impedansi
saluran lossless. Koefisien refleksi tegangan (Γ) memiliki nilai kompleks,
yang merepresentasikan besarnya magnitudo dan fasa dari refleksi.
Untuk beberapa kasus yang sederhana, ketika bagian imajiner dari adalah
nol, maka :
a. Γ = -1 ,refleksi negatif maksimum, ketika saluran terhubung singkat.
b. Γ = 0 ,tidak ada refleksi, ketika saluran dalam keadaan matched sempurna.
c. Γ = +1 ,refleksi positif maksimum, ketika saluran dalam rangkaian terbuka.
Rumus untuk mencari nilai VSWR adalah :
(2.4)
Kondisi yang paling baik adalah ketika VSWR bernilai 1 (S=1) yang berarti
tidak ada refleksi ketika saluran dalam keadaan matching sempurna. Namun
kondisi ini pada praktiknya sulit untuk didapatkan. Oleh karena itu, nilai standar
VSWR yang diijinkan untuk fabrikasi antena adalah VSWR≤2.
6.2.3 Return Loss
Return loss adalah perbandingan antara amplitudo dari gelombang yang
direfleksikan terhadap amplitudo gelombang yang dikirimkan. Return loss
dapat terjadi karena adanya diskontinuitas diantara saluran transmisi dengan
impedansi masukan beban (antena). Pada rangkaian gelombang mikro yang
memiliki diskontinuitas (mismatched), besarnya return loss bervariasi
tergantung pada frekuensi seperti yang ditunjukkan oleh :
Return Loss = 20 Log10 |Γ| (2.5)
Nilai dari return loss yang baik adalah dibawah -9,54 dB, nilai ini diperoleh
untuk nilai VSWR ≤ 2 sehingga dapat dikatakan nilai gelombang yang
direfleksikan tidak terlalu besar dibandingkan dengan gelombang yang
![Page 9: 21060110120029_PROPOSAL TA](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022062309/55cf971f550346d0338fc88e/html5/thumbnails/9.jpg)
dikirimkan atau dengan kata lain, saluran transmisi sudah matching. Nilai
parameter ini menjadi salah satu acuan untuk melihat apakah antena sudah dapat
bekerja pada frekuensi yang diharapkan atau tidak.
6.2.4 Bandwidth
Bandwidth suatu antena didefenisikan sebagai rentang frekuensi di mana
kinerja antena yang berhubungan dengan beberapa karakteristik (seperti
impedansi masukan, polarisasi, beamwidth, gain, efisiensi, VSWR, return loss)
memenuhi spesifikasi standar. Bandwith dapat dicari dengan rumus berikut ini :
(2.6)
Keterangan :
f2 = frekuensi tertinggi
f1 = frekuensi terendah
fc = frekuensi tengah
Ada beberapa jenis bandwidth diantaranya :
a. Impedance bandwidth, yaitu rentang frekuensi di mana patch antena
berada pada keadaan matching dengan saluran pencatu. Ini terjadi karena
impedansi dari elemen antena bervariasi nilainya tergantung dari nilai
frekuensi. Nilai matching dapat dilihat dari return loss dan VSWR. Nilai
return loss dan VSWR yang masih dianggap baik adalah kurang dari -
9,54 dB.
b. Pattern bandwidth, yaitu rentang frekuensi dimana bandwidth, sidelobe,
atau gain, yang bervariasi menurut frekuensi memenuhi nilai tertentu.
Nilai tersebut harus ditentukan pada awal perancangan antena agar nilai
bandwidth dapat dicari.
c. Polarization atau axial ratio bandwidth adalah rentang frekuensi di mana
polarisasi (linier atau melingkar) masih terjadi. Nilai axial ratio untuk
polarisasi melingkar adalah kurang dari 3 dB.
6.2.5 Directivity (Keterarahan)
Keterarahan dari sebuah antena dapat didefenisikan sebagai perbandingan
(rasio) intensitas radiasi sebuah antena pada arah tertentu dengan intensitas
![Page 10: 21060110120029_PROPOSAL TA](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022062309/55cf971f550346d0338fc88e/html5/thumbnails/10.jpg)
radiasi rata-rata pada semua arah. Intensitas radiasi rata-rata sama dengan jumlah
daya yang diradiasikan oleh antena dibagi dengan 4π. Jika arah tidak ditentukan,
arah intensitas radiasi maksimum merupakan arah yang dimaksud. Keterarahan
ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini
(2.7)
Dan jika arah ini tidak ditentukan, keterarahan terjadi pada intensitas
radiasi maksimum yang didapat dengan rumus :
(2.8)
Keterangan :
D = keterarahan
D0 = keterarahan maksimum
U = intensitas radiasi maksimum
Umax = intensitas radiasi maksimum
U0 = intensitas radiasi pada sumber isotropic
Prad = daya total radiasi
6.2.6 Gain (Penguatan)
Ada dua jenis penguatan (gain) pada antena, yaitu penguatan absolut
(absolute gain) dan penguatan relatif (relative gain). Penguatan absolut pada
sebuah antena didefenisikan sebagai perbandingan antara intensitas pada arah
tertentu dengan intensitas radiasi yang diperoleh jika daya yang diterima oleh
antena teradiasi secara isotropic. Intensitas radiasi yang berhubungan dengan
daya yang diradiasikan secara isotropic sama dengan daya yang diterima oleh
antena (Pin) dibagi dengan 4π. Penguatan absolut ini dapat dihitung dengan
rumus :
(2.9)
Selain penguatan absolut, ada juga penguatan relatif. Penguatan relatif
didefenisikan sebagai perbandingan antara perolehan daya pada sebuah arah
dengan perolehan daya pada antena referensi pada arah yang direferensikan juga.
![Page 11: 21060110120029_PROPOSAL TA](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022062309/55cf971f550346d0338fc88e/html5/thumbnails/11.jpg)
Daya masukan harus sama diantara kedua antena itu. Akan tetapi, antena
referensi merupakan sumber isotropic yang lossless. Secara umum dapat
dihubungkan sebagai berikut :
(2.10)
Keterangan :
π = 3,14
D = Aperture antena (meter2)
λ = panjang gelombang (meter)
6.2.7 Pola Radiasi
Pola radiasi (radiation pattern) suatu antena adalah pernyataan grafis
yang menggambarkan sifat radiasi suatu antena pada medan jauh sebagai
fungsi arah. Pola radiasi dapat disebut sebagai pola medan (field pattern)
apabila yang digambarkan adalah kuat medan dan disebut pola daya (power
pattern) apabila yang digambarkan poynting vektor. Untuk dapat
menggambarkan pola radiasi ini, terlebih dahulu harus ditemukan potensial
Dalam koordinat bola, medan listrik E dan medan magnet H telah
diketahui, keduanya memiliki komponen vetor dan Sedangkan poynting
vektornya dalam koordiant ini hanya mempunyai komponen radial saja.
Besarnya komponen radial dari pointing vektor ini adalah :
Pr = ½
|E|2
η (2.11)
Dengan :
| E | =√ E02+E
φ2 (resultan dari magnitude medan listrik)
E : komponen medan listrik
E : komponen medan listrik
: impedansi intrinsik ruang bebas (377 W).
Untuk menyatakan pola radiasi secara grafis, pola tersebut dapat
digambarkan dalam bentuk absolut atau dalam bentuk relatif. Maksud bentuk
![Page 12: 21060110120029_PROPOSAL TA](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022062309/55cf971f550346d0338fc88e/html5/thumbnails/12.jpg)
realtif adalah bentuk pola yang sudah dinormalisasikan, yaitu setiap harga
dari pola radiasi tersebut telah dibandingkan dengan harga maksimumnya.
Sehingga pola radiasi medan, apabila dinyatakan didalam pola yang
ternormalisasi akan mempunyai bentuk :
F( ) =
P( θ,φ )
E( θ,φ ) max (2.12)
Karena poynting vektor hanya mempunyai komponen radiasi yang
sebenarnya berbanding lurus dengan kuadrat magnitudo kuat medannya,
maka untuk pola daya apabila dinyatakan dalam pola ternormalisasi, tidak
lain sama dengan kuadrat dari pola medan yang sudah dinormalisasikan itu.
P( ) = | F( ) |2 (2.13)
Seringkali juga pola radiasi suatu antena digambarkan dengan satuan decibel
(dB). Intensitas medan dalam decibel didefinisikan sebagai :
F( ) dB = 20 log | F( ) | (dB) (2.14)
Sedangkan untuk pola dayanya didalam decibel adalah :
P( ) dB = 10 log P( )
= 20 log | F( ) | (2.15)
Jadi didalam decibel, pola daya sama dengan pola medannya. Semua
pola radiasi yang dibicarakan di atas adalah pola radiasi untuk kondisi medan
jauh. Sedangkan pengukuran pola radiasi, faktor jarak adalah faktor yang
amat penting guna memperoleh hasil pengukuran yang baik dan teliti.
Semakin jauh jarak pengukuran pola radiasi yang digunakan tentu semakin
baik hasil yang akan diperoleh. Namun untuk melakukan pengukuran pola
radiasi pada jarak yang benar-benar tak terhingga adalah suatu hal yang tak
mungkin. Untuk keperluan pengukuran ini, ada suatu daerah di mana medan
yang diradiasikan oleh antena sudah dapat dianggap sebagai tempat medan
jauh apabila jarak antara sumber radiasi dengan antena yang diukur
memenuhi ketentuan berikut :
![Page 13: 21060110120029_PROPOSAL TA](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022062309/55cf971f550346d0338fc88e/html5/thumbnails/13.jpg)
r >
2 D2
λ (2.16)
r >> D dan r >>
Dimana
r : jarak pengukuran
D : dimensi antena yang terpanjang
l : panjang gelombang yang dipancarkan sumber.
6.2.7.1 Side Lobe level
Suatu contoh pola daya antena digambarkan dengan koordinat polar.
Lobe utama (main lobe) adalah lobe yang mempunyai arah dengan pola
radiasi maksimum. Biasanya juga ada lobe-lobe yang lebih kecil
dibandingkan dengan main lobe yang disebut dengan minor lobe. Lobe sisi
(side lobe) adalah lobe-lobe selain yang dimaksud.
Secara praktis disebut juga minor lobe. Side lobe dapat berharga positif
ataupun negatif. Pada kenyataannya suatu pola mempunyai harga kompleks.
Sehingga digunakan magnitudo dari pola medan |F()| atau pola daya |P( |.
Ukuran yang menyatakan seberapa besar daya yang terkonsentrasi pada
side lobe dibanding dengan main lobe disebut Side Lobe Level (SLL), yang
merupakan rasio dari besar puncak dari side lobe terbesar dengan harga
maksiumum dari main lobe. Side Lobe Level (SLL) dinyatakan dalam decibel
(dB), dan ditulis dengan rumus sebagai berikut :
SLL = 20 log
|F ( SLL )|
|F ( maks )| dB (2.17)
Dengan :
F(SLL) : nilai puncak dari side lobe terbesar
F(maks) : nilai maksimum dari main lobe
Untuk normalisasi, F(maks) mempunyai harga = 1 (satu).
![Page 14: 21060110120029_PROPOSAL TA](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022062309/55cf971f550346d0338fc88e/html5/thumbnails/14.jpg)
6.2.7.2 Half Power Beam Width (HPBW)
HPBW adalah sudut dari selisih titik-titik pada setengah pola daya dalam
main lobe, yang dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut :
HPBW= | HPBW left - HPBW right | (2.18)
Dengan HPBW left dan HPBW right adalah titik-titik pada kiri dan kanan
dari main lobe dimana pola daya mempunyai harga ½ .
Seringkali dibutuhkan antena yang mempunyai pola radiasi broad side
atau end fire. Suatu antena broad side adalah antena dimana pancaran utama
maksimum dalam arah normal terhadap bidang dimana antena berada.
Sedangkan antena end fire adalah antena yang pancaran utama maksimum
dalam arah paralel terhadap bidang utama dimana antena berada. Namun
demikian ada juga antena yang mempunyai pola radiasi di mana arah
maksimum main lobe berada diantara bentuk broad side dan end fire yang
disebut dengan intermediate. Antena yang mempunyai pola radiasi
intermediate banyak dijumpai pada phased array antenna. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2 Model Pola Radiasi
(a) broad side (b) intermediate (c) endfire
![Page 15: 21060110120029_PROPOSAL TA](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022062309/55cf971f550346d0338fc88e/html5/thumbnails/15.jpg)
6.3 Antena Quad
Antena Quad adalah antenna yang biasa digunakan sebagai antena radio
amatir. Sama Seperti antenna Yagi, antenna quad terdiri dari sebuah driven
element dan parasitic element. Tetapi element-element tersebut terbuat dari
seutas kawat yang dibentuk seperti loop persegi.
Gambar 3 Antena Quad
Antenna Quad terdiri dari empat bagian, yaitu:
Driven, adalah titik catu dari kabel antena, biasanya panjang keseluruhan
kawat driven adalah 1,02 λ dari frekuensi radio yang dipancarkan atau
diterima.
Reflector, adalah bagian belakang antenna yang berfungsi sebagai
pemantul sinyal,dengan panjang kawat lebih panjang daripada driven.
Panjang reflector biasanya adalah 1,045 λ (panjang gelombang).
Director, adalah bagian pengarah antena, ukurannya sedikit lebih kecil
daripada driven. Penambahan batang director akan menambah gain
antena, namun akan membuat pola pengarahan antena menjadi lebih
sempit. Semakin banyak jumlah director, maka semakin sempit arahnya.
Boom, adalah bagian ditempatkanya driven, reflector, dan director. Boom
berbentuk sebatang logam atau kayu yang panjangnya sepanjang antena
itu.
![Page 16: 21060110120029_PROPOSAL TA](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022062309/55cf971f550346d0338fc88e/html5/thumbnails/16.jpg)
Antena Quad, juga memiliki spasi (jarak) antara elemen. Jarak antara
reflector dan driven umumnya yaitu 0.74 λ dari frekuensi. Sedangkan jarak
antara driven dan director, dan jarak antar director yaitu 0.6 λ.
Gambar 4 Bagian Antena Quad
Pola Radiasi antena Quad adalah 'Direksional'. Artinya perambatan
sinyal dari antena ini hanya terletak pada satu arah garis lurus. Jika terjadi
kemiringan sudut dari antena pemancar atau sumber sinyal, maka sinyal yang
terjadi akan menjadi kurang bagus. Pola radiasi direksional Antena quad
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 5 Pola radiasi antenna quad
![Page 17: 21060110120029_PROPOSAL TA](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022062309/55cf971f550346d0338fc88e/html5/thumbnails/17.jpg)
6.4 GSM (Global System for Mobile Communications)
Global System for Mobile Communication (GSM) mulanya singkatan
dari Groupe Spécial Mobile) adalah sebuah teknologi komunikasi selular
yang bersifat digital. Teknologi GSM banyak diterapkan pada komunikasi
bergerak, khususnya telepon genggam. Teknologi ini memanfaatkan
gelombang mikro dan pengiriman sinyal yang dibagi berdasarkan waktu,
sehingga sinyal informasi yang dikirim akan sampai pada tujuan. GSM
dijadikan standar global untuk komunikasi selular sekaligus sebagai teknologi
selular yang paling banyak digunakan orang di seluruh dunia.
Di Eropa, pada awalnya GSM didesain untuk beroperasi pada frekuensi
900 Mhz. Pada frekuensi ini, frekuensi uplinks-nya digunakan frekuensi 890–
915 MHz , sedangkan frekuensi downlinks-nya menggunakan frekuensi 935–
960 MHz. Bandwith yang digunakan adalah 25 Mhz (915–890 = 960–935 =
25 Mhz), dan lebar kanal sebesar 200 Khz. Dari keduanya, maka didapatkan
125 kanal, dimana 124 kanal digunakan untuk suara dan satu kanal untuk
sinyal. Pada perkembangannya, jumlah kanal 124 semakin tidak mencukupi
dalam pemenuhan kebutuhan yang disebabkan pesatnya pertambahan jumlah
pengguna. Untuk memenuhi kebutuhan kanal yang lebih banyak, maka
regulator GSM di Eropa mencoba menggunakan tambahan frekuensi untuk
GSM pada band frekuensi di range 1800 Mhz dengan frekuensi 1710-1785
Mhz sebagai frekuensi uplinks dan frekuensi 1805-1880 Mhz sebagai
frekuensi downlinks. GSM dengan frekuensinya yang baru ini kemudian
dikenal dengan sebutan GSM 1800, yang menyediakan bandwidth sebesar 75
Mhz (1880-1805 = 1785–1710 = 75 Mhz). Dengan lebar kanal yang tetap
sama yaitu 200 Khz sama, pada saat GSM pada frekuensi 900 Mhz, maka
pada GSM 1800 ini akan tersedia sebanyak 375 kanal. Di Eropa, standar-
standar GSM kemudian juga digunakan untuk komunikasi railway, yang
kemudian dikenal dengan nama GSM-R.
![Page 18: 21060110120029_PROPOSAL TA](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022062309/55cf971f550346d0338fc88e/html5/thumbnails/18.jpg)
6.5 Alokasi Frekuensi Seluler Di Indonesia
Alokasi frekuensi merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan dalam
industri telekomunikasi. Terutama untuk komunikasi mobile, frekuensi
menjadi sumber daya utama yang harus tersedia. Tetapi pentingnya alokasi
frekuensi tersebut tidak didukung dengan jumlahnya yang sangat terbatas. Di
Indonesia. Hampir semua alokasi frekuensi untuk kebutuhan seluler telah
digunakan untuk berbagai macam teknologi.
Di Indonesia terdapat 8 operator telepon bergerak, baik GSM maupun
CDMA yaitu Telkomsel, Indosat, Excel (XL), Bakrie Telecom, Axis, Three
(3), Mobile-8 (Fren), dan Smart Telecom. Masing-masing operator tersebut
mempunyai alokasi spektrum frekuensi yang berbeda-bede seperti
ditunjukkan pada tabel berikut :
Tabel 1 Alokasi frekuensi seluler di Indonesia
![Page 19: 21060110120029_PROPOSAL TA](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022062309/55cf971f550346d0338fc88e/html5/thumbnails/19.jpg)
VII. Metode Penelitian
Tahapan pelaksanaan penelitian untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini,
menggunakan beberapa metode, diantaranya:
1. Studi Literatur
Studi literatur mengacu pada langkah-langkah perancangan antenna, simulasi
antenna, pengukuran parameter-parameter antena, dan sistem teknologi
jaringan GSM.
2. Perancangan dan Pembuatan Antena
Langkah-langkah dalam perancangan antena adalah sebagai berikut:
a. Perhitungan dimensi antena
b. Simulasi antenna menggunakan software
c. Pembuatan antena
3. Pengukuran Parameter Antena
Parameter antena yang diukur adalah frekuensi kerja antena, Impedansi
Masukan, VSWR, Return loss, Bandwidth, Directivity, dan Gain. Pengukuran
parameter dilakukan dengan dua cara yaitu :
a. Pengukuran berdasarkan hasil simulasi
b. Pengukuran menggunakan alat ukur
4. Pengujian Antena
Pengujian antena dilakukan dengan cara menghubungkan antena hasil
perancangan ke modem ataupun handphone GSM. Pengujian yang dilakukan
adalah sebagai berikut :
a. Pengujian gain antena
b. Pengujian kecepatan transfer data
5. Penyusunan Laporan
Penyusunan laporan dilakukan seiring dengan berjalannya penelitian.
Laporan dibuat dalam 5 bab, yang terdiri dari pendahuluan, dasar teori,
perancangan, pengukuran dan analisa, serta penutup yang berisi kesimpulan
dan saran.
6. Pembuatan Jurnal Ilmiah
Jurnal ilmiah dibuat untuk publikasi hasil penelitian yang telah dilakukan.
![Page 20: 21060110120029_PROPOSAL TA](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022062309/55cf971f550346d0338fc88e/html5/thumbnails/20.jpg)
VIII. Jadwal Penelitian
Pelaksanaan Tugas Akhir ini diharapkan dapat terselesaikan dalam waktu 5
bulan. Perincian waktunya digambarkan dengan tabel sebagai berikut:
Tabel 2. Waktu pelaksanaan tugas akhir
Bulan Maret April Mei Juni Juli
Minggu ke- 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Studi Literatur
Perancangan
dan Pem-
buatan
Pengukuran
Parameter
Pengujian
Penyusunan
Laporan
Pembuatan
Jurnal Ilmiah
dan Seminar
IX. Penutup
Proposal Tugas Akhir ini di buat belum dalam format yang sebenarnya,
sehingga masih sangat memungkinkan adanya perubahan yang disesuaikan
dengan kondisi yang ada. Atas perhatiannya, penulis ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
![Page 21: 21060110120029_PROPOSAL TA](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022062309/55cf971f550346d0338fc88e/html5/thumbnails/21.jpg)
[1] Balanis, Constatine.205. Antenna Theory Analysis and Design. New Jersey :
John Wiley & Sons Inc
[2] Carr, Joseph J. 1976. Practical Antenna Handbook. New York : The
McGraw-Hill Companies Inc.
[3] Krauss, John D.1988. Antennas. New Delhi : McGraw-Hill Companies Inc
[4] Anaada, Julitra. 2009. Inilah Alokasi Frekuensi Operator GSM Indonesia,
http://julitra.wordpress.com/2009/01/24/melihat-kembali-alokasi-frekuensi-
operator-gsm/, diakses 15 Maret 2014.
[5] Prabawa, Iman. 2012. Alokasi frekuensi selular di Indonesia,
http://bikingampang.wordpress.com/2009/05/29/alokasi-frekuensi-selular-di-
indonesia/, diakses 15 Maret 2014.
[6] Rogers, Glyn. 2012. Cubicle Quad Antenna Construction,
http://www.packetradio.com/ant.htm, diakses 15 Maret 2014.
[7] Zed, Zed. 2012. 2 Meter Backpack Quad Antenna,
http://amateurradio.bz/2m_backpack_quad_antenna.html, diakses 15 Maret
2014.