2. tinjauan pustaka - repository.ipb.ac.id ii... · memuat dan menjelaskan semua...
TRANSCRIPT
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. PENGERTIAN WEB SITE Sebuah situs web adalah kumpulan file-file World Wide Web (WWW) yang
saling berkaitan, diawali dengan sebuah file yang disebut halaman muka. Seseorang
atau sebuah institusi memberi tahu cara untuk mengunjungi situs web mereka
dengan memberikan alamat halaman muka, kemudian kita dapat menuju halaman-
halaman lain yang dicantumkan. Sebagai contoh, situs web untuk IBM memiliki
alamat halaman muka http://www.ibm.com (pada umumnya alamat halaman muka
termasuk nama sebuah file khusus seperti index.html, tetapi seperti contoh IBM, bila
sebuah nama standar telah diset, maka pengunjung tidak perlu memasukkan nama
file). Alamat halaman muka IBM tidak saja menuju ke beberapa halaman, namun
dapat juga menuju ke ratusan halaman lainnya (http://whatis.techtarget.com, 2001).
2.2. PRINSIP DESAIN WEB Menurut situs web denpasar (http://www.denpasar.indo.net.id, 2001)
dikemukakan bahwa terdapat tujuh prinsip dalam mendesain web yakni:
1. Unik : Dalam membuat karya apapun seorang designer mempunyai
kesadaran untuk tidak meniru atau menggunakan karya orang lain. Begitu
pula seorang Web Desain harus mempunyai budaya malu untuk
menggunakan icon, animasi, button, dll, yang telah digunakan atau dibuat
oleh orang lain. Pemakaian yang diperbolehkan hanyalah pemakaian icon,
button yang sudah umum diketahui seperti misalnya simbol home yang
biasanya dipresentasikan berbentuk rumah, Undo yang biasanya
dipresentasikan berupa panah ke kiri ataupun Redo yang biasanya
dipresentasikan berupa panah ke kanan.
2. Komposisi Warna: Seorang Web Desain selalu memperhatikan komposisi
warna yang akan digunakan dalam situs web yang dibuatnya. Pergunakan
selalu Palette 216 WebColor, yang dapat diperoleh dari Adobe.com, hal ini
untuk mencegah terjadinya dither pada image yang berformat GIF. Dalam
membangun situs web suatu perusahaan, Web Desain selalu
menyesuaikan warna yang digunakan dengan Corporate Color perusahaan
5
tersebut. Sebagai contoh: Telkom Corporate Color-nya adalah biru, Coca-
Cola : merah dan putih, Standard-Chartered : hijau dan biru, dsb. Untuk
kemudian warna-warna tadi digunakan sebagai warna dominan atau
sebagai elemen pendukung (garis, background, button, dsb). Penggunaan
warna-warna yang familiar dan menunjukkan identitas perusahaan dapat
menjadi salah satu ajang promosi sehingga meskipun pada awalnya hanya
tampilan warna yang tertangkap oleh mata, orang sudah dapat menduga
kepemilikan atas situs tersebut.
3. Simple : Web Desain banyak yang menggunakan prinsip "Keep it Simple",
hal ini ditujukan agar tampilan situs web tersebut terlihat rapi, bersih dan
juga informatif. Kesederhanaan tampilan juga dapat membantu daya
tangkap pengguna sehingga tampilan yang sederhana lebih memudahkan
seseorang dalam menangkap dan menterjemahkan informasi yang
diperoleh.
4. Semiotik : Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda-tanda.
Dalam hal ini diharapkan dengan melihat tanda atau gambar, user/
audience dapat dengan mudah dan cepat mengerti. Sebagai contoh:
Jangan membuat gambar/image yang berkesan tombol, padahal itu bukan
tombol/ link.
5. Ergonomis : Web Desain selalu memperhatikan aspek ergonomi. Ergonomi
di sini adalah dalam hal kenyamanan user dalam membaca dan kecepatan
user dalam menelusuri situs web tersebut. Web Desain memilih ukuran
Fonts yang tepat sehingga mudah dibaca, Web Desain menempatkan link
sedemikian rupa sehingga mudah dan cepat untuk diakses dan lebih
penting lagi adalah Informatif.
6. Fokus : Tentukan hirarki prioritas dari pesan yang akan disampaikan,
misalnya: Judul harus besar, tetapi jangan sampai akhirnya akan konflik
dengan subjudul yang berukuran hampir sama. Hal ini akan
membingungkan user/audience untuk menentukan pesan mana yang harus
lebih dahulu dibaca/ dilihat.
7. Konsisten : Tentukan font apa yang akan digunakan sebagai Body-text,
Judul, Subjudul dan sebagainya, sehingga situs web tersebut akan terlihat
disiplin dan rapi. Sesuaikan jenis huruf yang digunakan dengan misi dan
6
visi situs web tersebut, misalnya: hindari menggunakan font Comic dalam
membangun situs web suatu perusahaan resmi.
2.3. KRITERIA PENILAIAN KUALITAS TERHADAP SITUS WEB Dengan adanya beberapa prinsip yang telah diutarakan tersebut, maka dapat
kita ketahui bahwa terdapat sedikitnya peran pelanggan dalam memanfaatkan
produk yang akan dijual, adapun untuk mengetahui seberapa banyak kepuasan
pelanggan terhadap web site maka terdapat pula banyaknya perlombaan yang
diadakan dalam peningkatan daya saing pembuat situs web, adapun kriteria
penilaian yang sering dipergunakan menurut Kominfo (http://www.kominfo.go.id,
2001) adalah:
1. Kecepatan (Speed)
2. Homepage
3. Isi (Content)
4. Konteks
5. Ukuran interaksi (Usability)
6. Kemudahan dibaca (Readibility)
7. mobilitas data
8. ketepatan (Accuracy)
9. Layanan Publik
10. Hints
11. Penggunaan Platform
1. Kecepatan (Speed)
Dalam artikelnya, Kominfo (http://www.kominfo.go.id, 2006) menyatakan
bahwa ”Faktor kecepatan tampilan sebuah situs sangat berpengaruh terhadap
pengunjung. Suatu situs web pemerintah yang lambat waktu diakses membuat
pengunjung cenderung menutup browser situs web, hal ini dikarenakan mereka tidak
mau menunggu lama untuk melihat sebuah situs web”.
Dalam pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kecepatan pada
waktu loading dan waktu respon sebuah aplikasi khususnya aplikasi situs web
merupakan kunci awal keberhasilan sebuah situs, hal tersebut dikarenakan oleh
banyaknya informasi yang dibutuhkan oleh pelanggan harus sebanding dengan
waktu yang diperlukan dalam memperoleh informasi tersebut. Semakin lambat
7
waktu respon yang diberikan, maka semakin mudah pelanggan mencari informasi
pada situs yang lain dan menutup aplikasi yang memakan waktu yang lama.
Kecepatan waktu loading dan waktu respon pada umumnya dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain:
a. Ukuran file yang digunakan.
Sebuah situs web yang menampilkan banyak citra (image) dan animasi
dengan ukuran file yang besar akan menyebabkan kelambatan situs web pada
saat diakses. Hal ini bisa diatasi dengan optimalisasi pada data yang akan
ditampilkan terutama untuk teks, image, video dan animasi. Oleh sebab itu,
sistim kompresi terhadap citra maupun teks merupakan sesuatu produk yang
sangat diharapkan dapat berkembang tanpa mengurangi kualitas dari citra
ataupun teks itu sendiri.
b. Pemilihan hosting server yang tepat.
Pengelola situs web harus pintar memilih hosting server tempat
menyimpan seluruh data situs web yang akan diakses di internet. Seorang
network analyst harus mampu menganalisa apakah hosting server yang
digunakan cepat atau lambat diakses di Internet.
c. Algoritma program untuk sebuah web aplikasi.
Penggunaan program tertentu dalam sebuah aplikasi web yang dinamis
seperti asp, php, jsp, cgi perlu memperhatikan secara teliti algoritma program
yang akan dihasilkan. Bila algoritma program yang digunakan kurang tepat atau
bahkan salah, maka akan mengakibatkan lambatnya akses sebuah situs web
atau bahkan sama sekali tidak bisa diakses/error. Disini dibutuhkan ketelitian dan
kehandalan seorang web programmer pada saat membuat program untuk
sebuah web aplikasi.
d. Interaktifitas
Banyaknya interaktifitas dapat diasumsikan semakin banyaknya pula nilai
ketertarikan pengguna akan isi web yang ada, oleh sebab itu segi tampilan dan
kemudahan pengguna merupakan faktor utama yang dapat memotivasi user
agar memiliki keinginan untuk melihat lebih jauh isi web yang ada. Hal tersebut
juga dikemukakan oleh Academy of Digital Art & Science (http://www.digital.com,
2001) bahwa interaktifitas merupakan salah satu penentuan apakah suatu situs
dapat dikategorikan berhasil ataupun gagal.
8
2. Homepage
Homepage pada suatu situs web adalah halaman pertama yang akan dibuka
oleh pengunjung. Suatu bentuk homepage yang menarik akan memberi kesan
tersendiri bagi pengunjung untuk mengetahui lebih jauh tentang isi dari situs web.
3. Isi (Content)
Isi situs web merupakan sejumlah informasi yang akan disampaikan oleh suatu
institusi kepada masyarakat. Situs web merupakan salah satu media komunikasi
yang sifatnya terbuka untuk umum sehigga informasi dan layanan yang disampaikan
bukan hanya atas keinginan institusi tertentu saja, tetapi juga harus memperhatikan
sejumlah informasi yang diperlukan oleh masyarakat.
Menurut Kominfo (http://www.kominfo.go.id, 2006), minimal isi sebuah situs
web siatu institusi antara lain:
a. Organisasi Lembaga Pemerintah Pusat
Menjelaskan visi dan misi, Tugas Pokok dan Fungsi, struktur organisasi, ,
data (alamat kantor, nomor telepon/fax, alamat e-mail) institusi tersebut.
b. Berita
Pada setiap situs web institusi harus menyajikan berita dari lingkungannya.
Berita yang disajikan bisa diperoleh dari internal institusi atau dari media
massa.
c. Peraturan/Kebijakan
Memuat dan menjelaskan semua undang-undang/kebijakan beserta
turunannya yang telah dikeluarkan oleh institusi bersangkutan. Situs web
sebuah institusi terutama yang berwenang dalam hal pembuatan kebijakan
merupakan salah satu media untuk mensosialisasikan undang-
undang/kebijakan yang telah dikeluarkan kepada masyarakat.
d. Penjelasan Struktur Institusi
Mengingat tidak semua masyarakat mengetahui secara tepat struktur
institusi yang terdapat di suatu instansi, maka pada situs web sebaiknya
terdapat penjelasan secara detail tentang struktur institusi yang terdapat di
lingkungannya. Jika memungkinkan adanya link pada situs web masing-
masing institusi yang bersangkutan.
Selain empat isi minimal tersebut diatas, situs web juga harus mampu
melakukan interaksi dengan masyarakat melalui komunikasi dua arah antar
9
pengelola situs web dan pengunjung melalui forum diskusi, saran pengunjung pada
buku tamu serta aplikasi lainnya yang sifatnya dinamis.
4. Konteks
Konteks suatu situs web institusi harus sejalan dengan visi dan misi, serta
tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) dari institusi bersangkutan. Pada dasarnya setiap
pembangunan situs web, konteks dari informasi yang akan disajikan sangat
beragam sesuai dengan maksud dan tujuannya.
Situs web institusi dapat dikatakan sebagai salah satu media informasi dan
komunikasi dari suatu institusi kepada masyarakat mengenai segala sesuatu yang
berhubungan dengan institusi bersangkutan. Pembuatan situs web mempunyai
sasaran agar masyarakat dapat dengan mudah memperoleh akses kepada
informasi dan layanan institusi tersebut.
Kominfo (http://www.kominfo.go.id, 2006) mengemukakan bahwa situs web
sebuah institusi harus berfokus pada:
a. Penyediaan informasi dan layanan publik yang diinginkan oleh masyarakat
dengan secara terus menerus berevolusi di dalam pemberian informasi dan
layanan publiknya;
b. pencapaian aksesibilitas dan kegunaan universal;
c. pemberian layanan interaktif;
d. perlakuan yang tidak diskriminasi bagi pengunjung, artinya situs web suatu
institusi dapat dibuka tanpa membedakan fasilitas dan kemampuan
komputer yang dimiliki oleh pengunjung.
Salah satu komitmen kunci dari suatu institusi adalah memberikan jasa
layanan masyarakat yang responsif di dalam memenuhi kebutuhan semua kelompok
yang berbeda di masyarakat
5. Ukuran Kualitas Interaksi (Usability)
Ukuran kualitas interaksi pada situs web adalah pengalaman pengunjung
ketika melakukan interaksi pada situs web. Pada situs web sebuah institusi, ukuran
kualitas interaksi lebih cenderung mengacu pada desain dari User Interface (UI)
((http://www.kominfo.go.id, 2006). Dengan demikian, semakin mudahnya pengguna
sebuah aplikasi situs web, maka semakin bagus kualitas yang terdapat pada situs
web tersebut.
6. Kemudahan Dibaca (Readibility)
10
Suatu situs web harus mudah dibaca, dimengerti, dan difahami oleh
pengunjung. Sebagai salah satu media penyaji informasi pemerintah, situs web
harus memperhatikan faktor kenyamanan, dan memberikan kemudahan bagi
pengunjung pada saat membuka situs web.
Beberapa parameter yang harus dipertimbangkan oleh pembuat situs web
suatu institusi agar dapat memberikan kenyamanan untuk dibaca antara lain
menurut Kominfo (http://www.kominfo.go.id, 2006) adalah dengan memperhatikan:
- Target pengakses/pengunjung.
Target pengakses situs web sebuah institusi adalah masyarakat pengguna
Internet. Tercapai tidaknya target pengunjung antara lain dapat dilihat dari e-
mail yang dikirim oleh pengunjung kepada pengelola situs web, dan buku
tamu yang diisi oleh pengunjung
- Pemilihan jenis dan ukuran huruf
Penyajian teks menggunakan font yang sudah terdapat pada perangkat
lunak yang digunakan. Pada umumnya, font yang digunakan untuk teks
adalah Arial, Helvetica, Times New Roman dengan ukuran huruf sesuai
kemampuan pembacanya. Warna huruf yang digunakan harus kontras
dengan warna latar belakang untuk memudahkan di dalam pembacaan.
- Pemilihan warna
Warna merupakan salah satu elemen penting dalam tampilan sebuah situs
web. Pemilihan warna yang baik dan serasi akan membuat pengakses
nyaman, dan mempunyai kesenangan tersendiri pada saat mengakses situs
web serta membaca isi di dalamnya.
- Desain
Suatu desain situs web tidak hanya terpaku pada sebuah gambar/obyek, tapi
meliputi semua tampilan pada sebuah situs web institusi. Desain situs web
sebaiknya profesional, menarik, dan berguna sesuai dengan kebutuhan
pengunjung yang beragam, serta mempunyai tingkat aksesibilitas yang tinggi
bagi setiap fasilitas yang dimiliki oleh pengunjung. Berita atau artikel yang
ditujukan kepada masyarakat sebaiknya disajikan secara jelas, dan mudah
dimengerti; berita atau artikel yang disajikan sebaiknya 50% lebih pendek
dari berita atau artikel yang dicetak, disusun per paragraph yang pendek,
berurutan dan mudah dibaca.
11
- Navigasi/menu
Adanya penataan navigasi yang baik, akan membuat pengunjung mudah
mencari sebuah informasi. Peletakan yang baik dan mudah untuk diketahui
pengguna dapat menjadikan nilai tambah terutama pada kecepatan akses
maupun kecepatan pencarian informasi oleh pengguna.
7. Mobilitas Data
Data pada suatu isi (content) sebuah situs web harus selalu dimutakhirkan.
Pengunjung akan selalu mencari informasi kapan situs web dimutakhirkan isinya.
Ditinjau dari sisi mobilitasnya, suatu data dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu
data statis dan data dinamis.
a. Data Statis
Data statis merupakan data yang cenderung tidak berubah dalam jangka
waktu tertentu. Jenis informasi yang statis pada suatu situs web sebuah
institusi antara lain Selayang Pandang, Organisasi Lembaga, Kondisi
Geografi. Pada kurun waktu yang relatif lama, informasi tersebut
cenderung tidak akan berubah.
b. Data Dinamis
Data dinamis merupakan data yang selalu berubah dalam jangka waktu
yang cepat. Data dinamis erat kaitannya dengan mobilitas data sebuah
situs web. Pengunjung akan menilai apakah isi suatu situs web pemerintah
selalu dimutakhirkan. Pengunjung cenderung tidak akan mengakses
sebuah situs web yang statis, karena mereka tidak mendapatkan data dan
informasi terbaru yang mereka inginkan. Informasi yang dinamis antara lain
Berita, Agenda Kegiatan, Forum Diskusi. Informasi tersebut harus selalu
dimutakhirkan mengikuti perkembangan yang terbaru.
Berita pada suatu situs web diharapkan menyajikan informasi beserta
waktu/tanggal publikasinya, karena data tanggal akan memberitahukan bahwa
informasi tersebut menampilkan informasi yang terbaru. Informasi waktu penyajian
berita menjadi salah satu parameter pengunjung untuk menyatakan bahwa situs web
pemerintah selalu memberikan informasi mutakhir. Parameter lainnya bisa berupa
tampilan grafis yang selalu berubah dalam jangka waktu tertentu, misalkan 1 bulan
sekali gambar atau foto di halaman depan/splash page berubah. Suatu penyajian
12
berita yang diambil dari suatu koran atau publikasi lain, harus dicantumkan sumber
beritanya.
8. Ketepatan (Accuracy)
Salah satu parameter keberhasilan suatu situs web adalah ketepatan.
Pengertian ketepatan disini adalah mengenai kemampuan dan ketepatan situs web
dalam menyajikan informasi. Apakah situs web mampu dipercaya informasinya oleh
masyarakat atau apakah situs web terbebas dari penyalahgunaan informasi.
Situs web sebuah institusi adalah salah satu media resmi yang harus mampu
memberikan informasi kepada masyarakat mengenai segala aspek kehidupan.
Berita yang tersaji di situs web harus akurat dan kebenarannya dapat
dipertanggungjawabkan.
Situs web sebuah institusi harus mampu menyajikan data dan informasi yang
lebih detail dari situs web komersial. Untuk itu diperlukan manajemen yang mampu
menyeimbangkan semua prioritas yang diperlukan oleh pengunjung. Manajemen
yang baik adalah satu-satunya cara untuk membangun dan mempertahankan
kualitas situs web, karena akan menjamin rencana situs web di dalam rangka
perubahan, berevolusi memenuhi kebutuhan pengunjung, dan bergerak dari yang
statis menuju yang lebih efisien dan dinamis.
Banyak situs web institusi tidak memiliki sumber yang kompeten untuk
melaksanakan tugas-tugas publikasi, sehingga ketetapan editorial yang jelas perlu
didukung oleh prosedur yang jelas. Suatu tingkat aksesibilitas tertentu tidak akan
terpenuhi bila penanganan manajemennya tidak baik.
9. Layanan Publik
Salah satu tujuan dari e-government adalah memberikan layanan publik
secara elektronik melalui media situs web institusi. Meskipun pada saat ini layanan
publik belum sampai pada tingkat transaksi elektronik, tapi diharapkan situs web
dapat memberikan informasi tentang layanan publik yang diberikan oleh institusi
bersangkutan atau institusi lainnya kepada masyarakat.
10. Hint
Hint adalah angka yang umumnya dicantumkan pada suatu situs web untuk
memberikan data tentang jumlah pengunjung yang membuka suatu situs web.
Adanya data hint pada suatu situs web akan memberikan informasi jumlah
pengunjung situs web pada satu hari atau bulan tertentu.
13
11. Penggunaan Platform
Penggunaan suatu platform mempunyai korelasi dengan penggunaan dan
pengembangan aplikasi pada suatu situs web. Pemilihan platform yang tidak sesuai
dengan aplikasi yang digunakan akan mempengaruhi kinerja suatu situs web.
Platform yang digunakan pada suatu situs web sebaiknya yang mempunyai lisensi
atau outsourcing dengan menyebutkan sumbernya.
2.4. KARAKTERISTIK USER INTERFACE Menurut Nielsen, terdapat 5 karakteristik yang harus dipenuhi oleh sebuah
User Interface yang baik, hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Definisi Usability oleh Nielsen (2006)
Dari Gambar tersebut, dapat dilakukan penyesuaian terhadap Usability sebuah
situs oleh Nielsen (2006) yaitu :
1) Kemudahan untuk dipelajari (Easy to learn)
Sebuah situs web yang baik dengan tingkat learnability maksimal akan
meletakkan isi yang paling penting di sebelah atas layar, sehingga
pengunjung dapat melihat informasi apa yang mereka peroleh sewaktu
halaman web dibuka.
2) Efisiensi (Efficient to use)
Sebuah situs web yang efisien akan menghantar pengunjung untuk
memperoleh informasi penting atau berguna dengan sesedikit mungkin
Efficient to use
Usefulness
Easy to learn Usability
Easy to remamber
Few Error
Subjectively pleasing
Utility
14
melakukan klik untuk sampai pada informasi yang diperlukan. Setiap link
yang terdapat pada situs web harus diusahakan untuk tidak mengalihkan
perhatian pengunjung dari pesan utama yang ingin disampaikan oleh situs
web bersangkutan.
3) Mudah Diingat (Easy to remember)
Memorability adalah suatu issue yang sensitif, penting untuk sekali-kali
menyediakan fresh-look, tetapi akan salah jika merubah atau menyediakan
suatu sistem navigasi baru hanya supaya situs web kelihatan tidak
ketinggalan jaman.
4) Kesalahan (Few Errors)
Pada suatu halaman situs web tidak ada alasan untuk broken links, lebih
baik jangan dicantumkan link dulu jika memang halaman situs web
bersangkutan belum tersedia.
5) Kepuasan (Subjectively pleasing)
Sebuah situs web harus mudah digunakan. Pengunjung harus dapat
menemukan data dan informasi yang mereka perlukan, selain itu
pengunjung juga sabaiknya dapat melakukan download dengan cepat dan
mengetahui kapan selesai ditransfernya data sehingga pengunjung dapat
dengan mudah memberitahukan/mengirim isi situs tersebut kepada orang
lain.
2.5. KONSEP PENGEMBANGAN USABILITY Karakteristik User interface yang telah dikemukakan oleh Nielsen (2006) dapat
dijadikan aturan pokok di dalam melakukan pengembangan situs web. Beberapa
aturan pokok yang telah banyak dipergunakan antara lain adalah aturan-aturan
pokok yang dikemukakan oleh Schneidermen (Eight Golden Rule Concept) dan
Neilsen. Adapun delapan aturan pokok yang dijabarkan oleh Shneiderman (2006)
maupun Neilsen (2006) adalah sebagai berikut:
1. Design dialogs to yield closure
2. Support internal locus of control
3. Reduce short-term memory load
4. Offer informative feedback
5. Strive for consistency
15
6. Enable frequent users to use shortcuts
7. Permit easy reversal of actions
8. Offer error prevention and simple error handling
1. Design dialogs to yield closure.
Beberapa tindakan yang dilakukan sebaiknya dikelompokkan menjadi
beberapa grup sehingga apabila terdapat sebuah aksi maka algoritma yang
dikerjakan dapat lebih terstruktur dan mudah ditelusuri (schneiderman, 2006).
Pada tampilan informasi, berita yang disajikan sebaiknya tidak ditampilkan
secara keseluruhan terlebih dahulu melainkan hanya sepenggal berita yang relevan
untuk ditampilkan sebagai head news. Untuk tampilan data keseluruhan sebaiknya
disediakan fasilitas lompatan. Namun pada isi lengkap tersebut sebaiknya perlu
lebih terfokus dan tidak keluar dari topik bahasan sehingga pengguna dapat
menerima informasi secara akurat (Neilsen, 2006).
2. Support internal locus of control.
Responsif pada sebuah aplikasi sangat tergantung dari seberapa sering
pengguna menggunakan aplikasi tersebut sehingga besarnya pemakaian oleh
pengguna menjadi jauh lebih penting daripada berapa besar responsif terhadap
tindakan tersebut. Banyaknya responsif pengguna tersebut manjadikan perlunya
kontrol terhadap pemakaian aplikasi sehingga pengguna diyakinkan dapat
mengetahui dimana mereka berada dan tindakan apa yang dapat mereka lakukan
(Scheniderman, 2006).
3. Reduce short-term memory load.
Besarnya kapasitas masukan informasi terhadap pemakai menjadikan perlu
penyederhanaan sebuah tampilan aplikasi sehingga dengan seringnya pengguna
melihat tampilan yang sederhana akan menjadikan lebih mudah mengenal serta
mempelajari isi aplikasi tersebut
Fleksibel dalam pemakaian dan efisiensi merupakan hal yang diharapkan pada
sebuah sistim aplikasi. Pada situs web, fleksibilitas sangat membantu pengguna
dalam penelusuran sebuah modul sehingga pemakaian dapat berjalan lebih cepat
dan langsung menuju ke sasaran yang diinginkan
16
4. Offer informative feedback.
Pada saat seseorang melakukan interaksi terhadap sebuah aplikasi,
diharapkan terjadi sebuah proses yang menghasilkan suatu reaksi baik yang terlihat
maupun tidak sehingga aplikasi yang dipergunakan dapat berjalan lebih efektif
apabila terjadi aksi dan reaksi.
5. Strive for consistency.
Kemantapan dalam menggunakan sebuah aplikasi dapat dilakukan hanya
dengan melihat tampilan muka sebuah situs. Tampilan yang memiliki konsistensi
yang tinggi dapat dengan mudah dikenali oleh pengguna, kesamaan dalam bentuk,
warna, ukuran font dapat menghilangkan pola pandang yang berbeda sehingga
kesamaan tersebut dapat membuat nyaman pengguna (Scheinderman, 2006).
Penempatan terhadap jenis huruf, warna maupun bentuk terhadap langkah
cepat harus memiliki bentuk yang konsisten terhadap setiap tampilan sehingga tidak
membingungkan pengguna dalam melakukan tindakan (Nielsen, 2006).
6. Enable frequent users to use shortcuts.
Semakin banyak interaksi yang dihasilkan akan memperlihatkan semakin
besarnya minat pengguna pada tampilan sebuah situs. Cepatnya waktu responsive
baik pada waktu proses maupun waktu tampil dapat menaikkan nilai tambah bagi
pengguna (Scheinderman, 2006).
Diperlukannya tombol yang dapat memandu pemakai dalam melakukan
aksinya hal ini dapat dipergunakan dalam bentuk tombol maupun lompatan teks.
Sehingga alur dari penggunaan dapat terkontrol dengan benar. Sistim yang
diciptakan dapat selalu memberikan informasi kepada pengguna apa yang dapat
dikerjakan. Lompatan pada suatu situs harus jelas terlihat sehingga pada tombol
menu yang diciptakan harus selalu terlihat pada tampilan web (Neilsen, 2006).
7. Permit easy reversal of actions.
Pada pemakaian sebuah situs, kiranya akan terjadi interaksi yang
mengakibatkan terjadi atau tidaknya sebuah proses. Adapun terjadinya sebuah aksi
yang tidak dikehendaki sebaiknya dapat dikembalikan ke bentuk semula (reversal)
sehingga pilihan menu pengulangan keadaan sangat diperlukan (Schneiderman,
2006).
Penyediaan fasilitas bantu yang berbentuk pohon (tree) dapat pula
memberikan banyak masukan sehingga pada user yang sedang membuka bagian
17
dari situs tidak akan merasa tersesat apabila sudah adanya pemberitahuan
berbentuk tree tersebut. (Neilsen, 2006)
8. Offer error prevention and simple error handling.
Perlu ditampilkan beberapa pesan kesalahan ataupun peringatan terhadap
tindakan yang berada di luar prosedur, hal tersebut dikarenakan pengguna bukan
hanya seseorang yang mahir saja tetapi juga seseorang yang awam (Schneiderman,
2006).
Penanganan kesalahan penggunaan oleh user perlu dibuat sehingga pada
situs terdapat pemberitahuan kesalahan atau perlu diberikan batasan-batasan
penggunaan dari tiap-tiap form. Perancangan sebaiknya dapat membantu pemakai
untuk mengenali, menganalisa dan mengantisipasi tiap-tiap kesalahan yang
mungkin atau telah terjadi sehingga semakin banyak bantuan yang diberikan maka
akan semakin mempermudah pengguna (Neilsen, 2006).
Dari delapan penjabaran konsep pengembangan situs web oleh
Schneiderman, terdapat dua konsep pengembangan lainnya sebagaimana
dikemukakan oleh Neilsen yaitu:
1. Match between system and the real world
Bahasa dari sistim yang dipergunakan seharusnya menggunakan bahasa baku
dan aplikasi yang dibangun disesuaikan dengan perkembangan teknologi, hal ini
untuk menghindari user yang mengalami kebosanan dalam mempergunakan
aplikasi yang dibangun dan menghindari persepsi yang berbeda dalam penggunaan
kalimat.
2. Help and documentation
Walaupun alat bantu pada umumnya tidak menampilkan sebuah dokumentasi
kesalahan, ada baiknya pemberitahuan kesalahan dapat mempergunakana alat
bantu berupa dokumentasi, sehingga apabila terjadi kesalahan para pengguna dapat
mempelajari kesalahan yang ada dan dapat mengatasi hal tersebut dengan
pengetahuan yang lebih mendalam.
Dari kedua teori yang dikemukakan tersebut terdapat beberapa kesamaan
terutama dalam segi perancangan dan keterhubungannya terhadap Human-
Computer Interaction sehingga menghadirkan kemudahan-kemudahan bagi
pengguna dengan tidak mengesampingkan aspek seni desain (art desain) pada
sebuah situs.
18
2.6. SITUS DEWAN PENGEMBANGAN KAWASAN TIMUR INDONESIA Berdasarkan Inpres nomer 44 tahun 2002 tentang Dewan Pengembangan
Kawasan Timur Indonesia, dinyatakan bahwa DPKTI merupakan wadah koordinasi
wilayah pusat dan daerah yang berkedudukan di pusat. Dengan posisinya sebagai
wadah koordinasi, maka keanggotaan yang terdapat dalam Dewan ini meliputi
seluruh Gubernur Propinsi yang berada di Kawasan Timur Indonesia, yaitu seluruh
Propinsi yang berada di Pulau Sulawesi, Kalimantan, Papua, Kepulauan Maluku dan
Nusa Tenggara serta sebagian instansi pemerintahan pusat yang memiliki peranan
penting dalam pembangunan di wilayah tersebut.
Tugas yang diemban oleh Dewa Pengembangan Kawasan Timur Indonesia
adalah merumuskan dan menetapkan kebijakan strategis dan program prioritas
untuk meningkatkan pembangunan di Kawasan Timur Indonesia beserta penentuan
tahapan dan prioritas pelaksanaannya.
Berdasarkan fungsinya DPKTI memiliki fungsi: (1) Menghimpun pemikiran
serta saran dari berbagai kalangan yang diperlukan dalam rangka perumusan
kebijakan strategis dan program prioritas pelaksanaan pembangunan Kawasan
Timur Indonesia; (2) Mengkaji potensi pembangunan Kawasan Timur Indonesia; (3)
Merumuskan dan menetapkan kebijakan strategis dan program prioritas, serta
penentuan tahapan dan prioritas pembangunan Kawasan Timur Indonesia; (4)
Mengevaluasi kebijakan strategis dan program prioritas pembangunan Kawasan
Timur Indonesia baik yang telah atau sedang dilaksanakan oleh lembaga/instansi
terkait; dan (5) Mengelola sistem informasi Kawasan Timur Indonesia.
Untuk memenuhi salah satu fungsi tersebut, maka pada tahun anggaran 2001-
2002 DPKTI membentuk situs dengan menggunkanan konsep pemasukan data
secara on-line maupun tidak bagi daerah-daerah yang memiliki keinginan untuk
bekerjasama dalam pemberian informasi kepada masyarakat luas di Indonesia
mengenai wilayahnya, kerjasama tersebut dikarenakan pembangunan infrastruktur
yang tidak merata pada daerah-khususnya bagian timur indonesia. Pengembangan
situs tersebut dalam prosesnya memiliki kendala-kendala baik dalam segi teknologi
maupun sumberdaya manusia sehingga penerapan sistem tersebut kurang sukses
untuk dikembangkan.
Perkembangan terutama dalam bidang tatanan pemerintahan terutama
kaitannya dengan otonomi daerah, pemerintah pusat telah memberikan kebebasan
19
pemerintah daerah untuk mengembangkan pembangunannya di daerah-daerahnya
masing-masing dengan ikut menerapkan teknologi informasi dalam hal ini Internet.
Dengan dikeluarkannya undang-undang tentang e-government, maka sangat
dimungkinkan pada tiap-tiap daerah akan memiliki suatu situs tersendiri yang
mencirikan wilayahnya masing-masing sehingga situs web DPKTI yang pada
awalnya dibangun sebagai wadah koordinasi informasi daerah dapat dianggap
sudah tidak relevan.
2.6.1. Struktur Pengembangan Situs
Perubahan pengembangan situs dilakukan dengan meminta bantuan
konsultan IT (dalam hal ini PT. Phinisi) tanpa mengeliminir fitur yang sudah ada, hal
tersebut karena sumber data yang sudah ada dan sayang bila dihilangkan.
Pembuatan fitur baru mungkin mengalami kendala selain itu perlu beberapa
perbaikan secara trial and error pada dasarnya masih memiliki perbedaaan visi dan
pandangan pada pengambil keputusan.
Pada pembentukan awal, situs DPKTI difokuskan kepada daya tarik wilayah
terutama pada KTI yang dapat menarik minat investor dalam menanamkan
modalnya, hal tersebut terungkap pada diskusi langsung dengan Kepala Sekretariat
DPKTI. Tahapan tersebut juga diharapkan adanya keterlibatan langsung instansi
daerah untuk memberikan masukan informasi mengenai wilayahnya. Dengan
terjadinya otonomi daerah setelah tahun 2002 dan dengan adanya berbagai
kebijakan mengenai e-Government, maka perlu dilakukan perubahan pandangan
yang lebih baru yaitu untuk lebih fokus kepada tugas dan fungsi dewan itu sendiri.
2.6.2. Cakupan dan Layanan
Cakupan dan layanan situs web DPKTI mempergunakan layanan standar yaitu
hanya memberikan informasi seputar DPKTI dan berita-berita seputar KTI. Adapun
layanan tersebut meliputi:
1. Berita/Informasi
• Welcoming Page
Halaman awal situs web menampilkan berbagai informasi dan fasilitas-fasilitas
pendukung yang bertujuan untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi para
pengguna. Informasi yang ditampilkan terbagi dalam enam bagian. Bagian pertama
yang terletak pada bagian paling atas dari situs terbagi dalam empat modul, yaitu:
(1) Home; (2) English; (3) Perusahaan; dan (4) Daftar Perusahaan, Bagian Kedua
20
adalah pada bagian atas kedua yang terbagi dalam lima kelompok, yaitu: (1) DPKTI;
(2) Propinsi; (3) Peraturan; (4) Kebijakan; dan (5) Link Situs. Bagian Ketiga yang
terletak pada bagian paling kiri dari situs terbagi dalam tiga modul, yaitu: (1) Login;
(2) DPKTI Menu; dan (3) Buletin Info KTI, Bagian Keempat adalah pada bagian
tengah yang merupakan tempat tampilan informasi dan memiliki beberapa link yang
terhubung. Bagian Kelima adalah pada bagian paling kanan dari situs terbagi dalam
tiga modul, yaitu: (1) Search; (2) Agenda; dan (3) Sponsor, dan Bagian Keenam
adalah pada bagian paling bawah dari situs yang terbagi dalam empat modul, yaitu:
(1) Peta Situs; (2) Versi Teks; (3) T&J; dan (4) Kontak Kami.
Karakteristik pengelolaan pada modul ini antara lain:
− Limited Content
Adanya pembatasan jumlah informasi yang ditampilkan berita penggalan berita
dari keseluruhan berita yang ada. Adapun dalam satu kali tampilan terdapat lima (5)
berita dengan tampilan beberapa baris dari berita yang seharusnya ditampilkan.
• Info Propinsi
Merupakan Modul yang terdapat pada Welcoming Page pada bagian atas
kedua dari situs web, terdiri dari beberapa submodul yaitu: (1) Info Umum; (2)
Kelembagaan; (3) Infrastruktur; (4) Sumberdaya Alam; (5) Penduduk; (6)
Ketenagakerjaan; (7) Pendidikan; dan (8) Pariwisata. Dari delapan sub modul
tersebut terdapat beberapa submodul lain di dalamnya.
Karakteristik pengelolaan pada modul ini antara lain:
− Unlimited Content
Tidak ada pembatasan jumlah informasi yang dapat dimasukkan ke dalam info
propinsi. Pembatasan mungkin terjadi berhubungan dengan kemampuan
webhosting yang digunakan.
− Hierarchical Topic/Category Mapping
Info dibagi dalam urutan yang terstruktur menurut kategori dan sub-kategori yang
akan memudahkan pengunjung mencari topik dari kategori kelompok yang diinginkan
− Multiple Category for Information
Setiap informasi dapat dimasukkan kedalam satu atau beberapa kategori.
Informasi yang sama dapat dipilih dari kategori yang berbeda, yang memasukkan
21
data dan/atau mem-publish serta memperbaharui informasi-informasi tersebut
adalah tim redaksi
• Perpustakaan
Merupakan Submodul yang terdapat pada modul DPKTI Menu pada bagian
paling kiri dari situs web.
Karakteristik pengelolaan pada modul ini antara lain:
− Limited Content
Adanya pembatasan jumlah informasi yang ditampilkan dalam isi modul
perpustakaan. Pembatasan juga mungkin terjadi berhubungan dengan kemampuan
webhosting yang digunakan.
• Download
Merupakan Submodul yang terdapat pada modul DPKTI Menu pada bagian
paling kiri dari situs web.
Karakteristik pengelolaan pada modul ini antara lain:
− Unlimited Content
Tidak ada pembatasan jumlah informasi yang dapat dimasukkan ke dalam
modul download. Pembatasan mungkin terjadi berhubungan dengan kemampuan
webhosting yang digunakan.
2. Modul interaktif
Modul interaktif merupakan sebuah modul yang perlu ada pada sebuah situs
web, hal tersebut dilakukan guna memberikan layanan secara langsung kepada
pengguna situs sehingga dapat menimbulkan ketertarikan dalam melakukan
komunikasi secara dua arah, adapun pada situs web DPKTI memiliki beberapa
modul interaktif antara lain:
Mesin Pencari (search engine): mesin pencaian ini berfungsi dalam mencari
beberapa isi dari web yang sesuai dengan kata kunci yang diberikan kepada
pengguna situs.
Dua bahasa (Bilingual): Bahasa yang di pergunakan dapat berupa bahasa
Indonesia yang merupakan bahasa nasional dan bahasa Inggris yang
merupakan bahasa internasional
22
Tanya dan Jawab: Merupakan tampilan pertanyaan yang sering ditanyakan
oleh pengguna web sehingga pertanyaan tersebut dapat menjadi referensi
dalam melakukan penelusuran situs tersebut.
2.7. ANALITICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) AHP merupakan suatu metode pengambilan keputusan sederhana dan
fleksibel utuk menyelesaikan persoalan yang kompleks dan tidak terstruktur. AHP
dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika dari Universitas
Pittsburgh, Amerika Serikat. Menurut Saaty, AHP adalah suatu model yang luwes
yang memungkinkan kita mengambil keputusan dengan mengkombinasikan
pertimbangan dan nilai pribadi secara logis, dikemukakan juga bahwa proses ini
dapat digunakan untuk mengorganisasikan informasi dan pengambilan keputusan
dalam memilih alternatif yang paling disukai (Saaty, 1999).
Pada dasarnya metode AHP ini memecah situasi yang kompleks, tidak
terstruktur ke dalam bagian-bagian komponennya, menata bagian atau variabel ini
ke dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan subyektif
tentang pentingnya setiap variabel, dan mensintesiskan pertimbangan ini untuk
menetapkan variabel mana yang memiliki bobot atau prioritas paling tinggi dan
memiliki peranan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan pada situasi
tersebut.
Model pendekatan AHP merupakan model keputusan individual dengan
menggunakan pendekatan kolektif dari proses pengambilan keputusannya. AHP
dapat memecahkan masalah yang kompleks dimana kriteria atau aspek yang
diambil cukup banyak. Walaupun tidak menutup kemungkinan model yang lain ikut
dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan dengan metode AHP, namun
metode AHP memiliki keunggulan jika dibandingkan dengan metode lain, yaitu:
- Mempunyai struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang
dipilih sampai sub kriteria yang paling dalam.
- Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi
berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan.
- Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas
pengambil keputusan.
23
- Mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi-objektif
dan multi-kriteria yang berdasar pada pertimbangan preverensi dari setiap
elemen dalam hirarki.
Kekuatan Proses Analitik ini memungkinkan para pengambil keputusan
menggambarkan interaksi serentak dari banyak faktor baik yang sifatnya kuantitatif
maupun kualitatif pada situasi yang kompleks dan tidak terstruktur. Proses ini
membantu mengidentifikasi dan menetapkan prioritas atas dasar sasaran,
pengalaman dan pengetahuan mereka tentang setiap masalah.
Model AHP sebaiknya menggunakan persepsi manusia yang berpengalaman
(expert) sebagai input utamanya. Kriteria expert mengacu pada orang yang mengerti
benar permasalahan yang diajukan, merasakan akibat suatu masalah atau punya
kepentingan terhadap masalah tersebut. Untuk membuat keputusan dengan model
AHP biasa dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu responden atau lebih dari
satu expert. Penggunaan ini dilakukan karena suatu masalah harus dipecahkan dari
berbagai sudut pandang. Masalah Situs DP-KTI misalnya kurang valid apabila hanya
satu expert yang mengisi model ini. Karena situs merupakan media yang terbuka
secara luas dan tidak hanya dipergunakan pada institusi yang bersangkutan saja
malainkan juga para netter yang memiliki relevansi dengan institusi tersebut.
Menurut Marimin (2004) terdapat beberapa keuntungan yang diperoleh antara
lain:
a. Memberikan satu model tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk
aneka ragam persoalan tidak terstruktur.
b. Memadukan rancangan deduktif dan rancangan berdasarkan sistim dalam
memecahkan persoalan kompleks.
c. Dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam suatu
sistim dan tidak memaksakan pemikiran linier.
d. Mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah-milah elemen-
elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan
mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat.
e. Memberi suatu skala untuk mengukur hal-hal yang abstrak sehingga
terciptanya suatu metode untuk menetapkan prioritas.
f. Dapat melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang
digunakan untuk menetapkan berbagai prioritas.
24
g. Dapat menuntun ke suatu penaksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap
alternatif.
h. Dapat mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor
sistem dan memungkinkan organisasi memilih alternatif terbaik
berdasarkan tujuan-tujuan mereka.
i. Tidak memaksakan konsensus tetapi mensintesiskan suatu hasil yang
representatif dari berbagai penilaian yang berbeda.
j. Memungkinkan organisasi memperhalus definisi mereka pada suatu
persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka melalui
pengulangan.
2.7.1. Aksioma pada Proses Hirarki Analitik
Aksioma adalah sesuatu yang tidak dapat dibantah kebenarannya atau yang
pasti terjadi. Terdapat empat (4) buah aksioma yang harus diperhatikan para
pemakai model Proses Hirarki Anlitik. Aksioma yang dimaksud adalah:
1. Aksioma 1
Perbandingan Resiprokal, artinya seorang pengambil keputusan harus bisa
membuat perbandingan dan menyatakan preferensinya, preferensi itu sendiri harus
bisa memenuhi syarat respirokal, yaitu kalau A lebih disukai dari B dengan skala x,
maka B lebih disukai dengan skala 1/x.
2. Aksioma 2
Homogenitas, artinya preferensi seseorang harus dapat dinyatakan dalam
skala terbatas atau dengan kata lain elemen-elemennya dapat dibandingkan satu
sama lain. Kalau aksioma ini tidak dipenuhi maka seluruh elemen yang
dibandingkan tersebut tidak homogen dan harus dibentuk suatu cluster atau
kelompok elemen baru.
3. Aksioma 3
Independen, artinya preferensi dinyatakan dengan mengasumsikan bahwa
elemen tidak dipengaruhi oleh alternatif yang ada melainkan oleh obyektif secara
keseluruhan. Ini menunjukkan bahwa pola ketergantungan atau pengaruh dalam
Proses Hirarki Analitik adalah ke atas. Artinya perbandingan antar elemen dalam
satu level dipengaruhi atau tergantung oleh elemen-elemen atau level diatasnya.
25
4. Aksioma 4
Ekspektasi, artinya untuk tujuan pengambilan keputusan, struktur hirarki
diasumsikan lengkap. Apabila asumsi ini tidak dipenuhi, maka si pengambil
keputusan tidak memakai seluruh elemen atau obyektif yang tersedia atau
diperlukan sehingga keputusan yang diambil dianggap tidak lengkap.
2.7.2. Hirarki
Dalam melakukan suatu analisa untuk keputusan yang kompleks, yang perlu
diperhatikan pada tahap awal adalah pengungkapan tujuan yang ingin dicapai oleh
pengambil keputusan, kemudian mengindentifikasi kriteria untuk mengukur tingkat
pencapaian tujuan. Bagitu banyak hal yang memenuhi bentuk atau kirarki tujuan dan
kriteria, misalnya data, jumlah dan kualitas sumber, adanya keterbatasan-
keterbatasan, dan sebagainya.
- Hirarki Tujuan
Suatu tujuan yang bersifat umum dapat dijabarkan kedalam sub-tujuan yang
lebih terperinci, dan dilakukan terus sehingga diperoleh tujuan operasional. Pada
hirarki terendah dapat ditentukan kriteria yang merupakan ukuran pencapaian
tersebut.
- Penjabaran Hirarki Tujuan
Tidak ada ketentuan yang pasti sampai beberapa jauh tujuan dijabarkan
menjadi tujuan yang lebih rendah. Hal yang harus diperhatikan adalah apakah setiap
aspek dari tujuan yang lebih tinggi tercakup dalam sub-tujuan yang lebih rendah,
hindarkan pembagian yang terlalu banyak, lakukan tes kepentingan, apakah suatu
tindakan/hasil yang terbaik dapat diperoleh bila tujuan tersebut tidak dimasukkan.
- Penjabaran Kualitatif
Dengan melakukan penjabaran kualitatif dapat diperoleh kriteria yang dapat
diukur.
- Skala Subjektif
Skala subjektif dipergunakan bila penjabaran yang terlalu terperinci tidak
diperlukan.
2.7.3. Kriteria
Sebelum membuat keputusan diperlukan adanya kriteria untuk berbagai
alternatif yang ada. Kriteria menunjukkan definisi masalah dalam bentuk yang konkrit
dan kadang-kadang dianggap sebagai sasaran yang akan dicapai. Jika
26
memungkinkan dalam pembuatan kriteria harus digambarkan dalam bentuk
kuantifikasi, karena ada juga hal yang tidak dapat dikuantifikasikan tetapi tidak dapat
diabaikan. Setiap kriteria harus dapat menjawab pertanyaan penting mengenai
seberapa baik suatu alternatif akan dapat memecahkan masalah yang sedang
dihadapi. Kriteria akan menentukan hasil evaluasi terutama jika proses
pembandingan benar-benar terkuantifikasi dan terstruktur.
Sifat-sifat yang harus diperhatikan dalam memilih kriteria untuk suatu
pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
- Lengkap
Dapat mencakup seluruh aspek penting dalam persoalan tersebut,
sehingga dapat menunjukkan seberapa jauh seluruh tujuan dapat tercapai.
- Operasional
Harus mempunyai arti bagi pengambil keputusan dan dapat diukur
sehingga dapat dipergunakan sebagai analisis dan sebagai sarana untuk
meyakinkan pihak lain.
- Tidak Berlebihan
Jangan sampai ada kriteria yang mempunyai pengertian dasar yang sama
untuk menghindarkan penghitungan berulang.
- Minimum
Jumlah kriteria diusahakan seminimal mungkin agar persoalan dapat lebih
komprehensif.
2.7.4. Prinsip Dasar AHP
Saaty (1999), menyatakan ada tiga prinsip dasar AHP yaitu:
1. Prinsip Penyusunan Hirarki (Decomposition)
Penyusunan hirarki merupakan cara untuk memperoleh pengetahuan
yang terperinci melalui penyusunan realita dan permasalahan yang kompleks
ke suatu bagian dalam bentuk kriteria pokok (atribut). Cara yang dipergunakan
adalah dengan menggambarkan dan menguraikan segala bentuk
permasalahan ke dalam unsur-unsur atau elemen-elemen pokok yang
kemudian dibagi menjadi bagian-bagian lagi, dan seterusnya.
Tingkat teratas pada hirarki tersebut tujuan atau fokus. Sementara itu
tingkat di bawahnya adalah kriteria. Apabila masih dapat dipecahkan lagi,
maka tingkatan berikutnya disebut subkriteria dan seterusnya sampai tingkat
27
terakhir adalah alternatif-alternatif yang akan dievaluasi atau dipilih. Dalam
penyusunan hirarki, diupayakan agar elemen-elemen yang terdapat pada satu
tingkatan memiliki kesetaraan sehingga mempermudah perbandingan yang
satu dengan yang lain.
Dengan memecah realita menjadi beberapa bagian yang homogen, dan
membagi gugusan ini menjadi beberapa bagian yang lebih kecil, kita dapat
mengumpulkan seluruh informasi ke dalam hirarki suatu masalah yang
membentuk gambaran lengkap dari seluruh sistem.
2. Prinsip Penetapan Prioritas (Syntesis of Priority)
Prioritas adalah hasil dari kemampuan manusia dalam memandang
hubungan antara hal-hal yang diamati, dan dibedakan dengan intensitas
preferensi manusia.
Penetapan prioritas merupakan cara menentukan peringkat elemen-
elemen yang ada sesuai dengan tingkat kepentingan elemen-elemen tersebut.
Setiap tingkatan hirarki diwujudkan dalam intensitas dan tingkat tujuan yang
berbeda-beda, sehingga prioritas perlu ditetepkan.
Penentuan prioritas ini dilakukan dengan cara perbandingan secara
berpasangan (pairwise comparison) antara elemen yang satu dengan yang lain
dalam bentuk matriks. Pada matriks tersebut dilakukan penilaian terhadap: (1)
elemen mana yang lebih penting/disukai/lebih mungkin dan (2) tingkat
kepentingan elemen tersebut. Penyusunan elemen-elemen menurut
kepentingan relatif melalui prosedur sintesa dinamakan Priority Setting.
3. Prinsip Konsistensi Logis (Logical Consistency)
Kosistensi logis merupakan cara untuk mencari hubungan antarelemen
yang saling terkait dan menunjukkan konsistensi. Konsistensi logis memiliki
dua pengertian, yaitu:
a. Pemikiran atau obyek yang serupa dikelompokkan menurut
homogenitas dan relevansi. Buah anggur dan kelereng dapat dikelompokkan
dalam suatu kelompok jika bulat merupakan kriteria relevansinya, namun tidak
dapat dikelompokkan menjadi satu jika kriteria relevansinya adalah rasa.
b. Intensitas relasi antarobyek atau ide yang didasarkan pada suatu
kriteria tertentu saling membedakan secara logis. Jika kriterianya adalah manis
dan madu dinilai empat kali lebih manis dibandingkan gula pasir, sementara
28
gula pasir dinilai dua kali lebih manis dibandingkan gula tetes, maka madu
haruslah dinilai delapan kali lebih manis gula tetes. Jika madu hanya dinilai
lima kali lebih manis dari gula tetes, maka penilaian tidak konsisten dan proses
mungkin perlu diulang jika penilaian yang lebih akurat dapat diperoleh.
2.7.5. Klasifikasi dan penyusunan hirarki
Hirarki adalah alat mendasar dari pikiran manusia. Dalam hirarki, elemen-
elemen suatu permasalahan diidentifikasikan, kemudian dikelompokkan ke dalam
beberapa kelompok yang homogen dan ditata dalam bentuk hirarki. Hirarki dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1. Hirarki Struktural
Pada hirarki struktural, sistem yang kompleks disusun ke dalam komponen-
komponen pokoknya dalam urutan menurun menurut sifat strukturalnya seperti
bentuk, ukuran, warna, atau umur. Hirarki struktural berhubungan erat dengan
analisis permasalahan yang kompleks dengan memecahkan obyek ke dalam
sejumlah kumpulan, subkumpulan, dan kumpulan yang lebih kecil lagi.
2. Hirarki fungsional
Sebaliknya, pada hirarki fungsional sistem yang kompleks diuraikan ke dalam
komponen-komponen pokoknya menurut hubungan utamanya. Hirarki ini membantu
untuk mengarahkan sistem kepada tujuan yang diinginkan, seperti pemecahan
konflik.
Dalam penyusunan suatu hirarki, tingkatan hirarki tidak dibatasi dan
disesuaikan dengan kebutuhan. Pendekatan seseorang dalam menyusun hirarki
bergantung pada jenis keputusan yang harus diambil. Pada tingkat puncak, hirarki
terdiri dari satu elemen saja yaitu tujuan, sasaran, atau fokus. Dari tujuan ini,
dijabarkan beberapa subbagian yang dapat dibandingkan menurut tingkat
kepentingan kontribusinya.
Dengan memecah permasalahan pada kelompok-kelompok yang homogen
dan membagi lagi kelompok-kelompok ini menjadi subbagian yang lebih kecil, dapat
dipadukan informasi-informasi yang beragam dalam struktur sehingga sistem dapat
digambarkan secara lengkap.
2.7.6. Langkah-Langkah AHP
Menurut Rizky Darmawan (2005), langkah-langkah dalam AHP adalah sebagai
berikut:
29
1. Mendefinisikan permasalahan dan merinci pemecahan yang diinginkan.
2. Menstruktur permasalahan secara hirarkis dari sudut pandang manajerial
secara menyeluruh.
3. Membuat matriks perbandingan berpasangan untuk setiap elemen dalam
hirarki.
4. Mengumpulkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk
mengembangkan matriks perbandingan berpasangan.
5. Memasukkan data dalam matriks perbandingan berpasangan untuk
memperoleh prioritas setiap elemen hirarki dan menguji konsistensinya.
6. Melakukan langkah 3, 4, dan 5 untuk setiap langkah hirarki.
7. Menggunakan komposisi secara hirarki untuk membobotkan vektor-vektor
prioritas itu dengan bobot-bobot kriteria dan menjumlahkan semua nilai
prioritas tersebut dengan nilai prioritas dari tingkat bawah berikutnya, dan
seterusnya. Hasilnya adalah vektor prioritas menyeluruh untuk tingkat
hirarki paling bawah.
8. Mengevaluasi konsistensi untuk seluruh hirarki dengan mengalikan setiap
indeks konsistensi dengan prioritas kriteria bersangkutan dan
menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini kemudian dibagi dengan pernyataan
sejenis yang menggunakan indeks konsistensi acak yang sesuai dengan
diameter tiap matriks. Rasio konsistensi hirarki itu harus tidak lebih dari
10%. Jika tidak, prosesnya harus diperbaiki atau diulang.
Langkah-langkah di atas berlaku umum untuk pengukuran relatif, di mana
perbandingan berpasangan diaplikasikan sepenuhnya. Penggunaan pengukuran
absolut merupakan substitusi metode perbandingan berpasangan secara langsung
antaralternatif, yang dilakukan dengan menggunakan himpunan intensitas sebagai
bahan perbandingan tak langsung bagi alternatif akhir. Jadi, alternatif tidak
dimasukkan dalam perbandingan berpasangan secara langsung. Beberapa langkah
substitusi dan atau tambahan untuk pengukuran absolut, yaitu:
1. Perbandingan berpasangan dilakukan pada kriteria dan himpunan
intensitas untuk mendapatkan bobot atau prioritas.
2. Alternatif-alternatif yang biasanya berjumlah lebih dari sembilan
dibandingkan terhadap skala intensitas yang telah diterapkan pada masing-
masing kriteria atau subkriteria.
30
2.7.7. Perhitungan Dalam Pengukuran Absolut
Dalam pengukuran absolut, terdapat beberapa perhitungan matematis guna
mendapatkan bobot kriteria dan bobot himpunan intensitas, yaitu:
1. Perbandingan berpasangan
2. Perhitungan bobot elemen
3. Rasio konsistensi
4. Uji konsistensi hirarki
1. Perbandingan Berpasangan
Pada perhitungan ini digunakan skala perbandingan 1 sampai dengan 9. skala
perbandingan ini, yang disebut sebagai skala fundamental, diturunkan berdasarkan
riset psikologis Saaty (1999) atas kemampuan individu dalam membuat suatu
perbandingan secara berpasangan terhadap beberapa elemen yang akan
diperbandingkan.
Skala 1 dianggap terbaik karena tingkat akurasinya yang tinggi. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai RMS (Root Mean Square) dan MAD (Mean Absolute
Deviation) pada berbagai permasalahan. Skala dan definisi pendapat kualitatif dari
skala perbandingan Saaty dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan.
Tingkat Definisi Keterangan
1 Kedua elemen sama penting Kedua elemen memiliki
pengaruh yang sama.
3 Elemen yang satu sedikit lebih
penting daripada yang lain
Penilaian sedikit lebih memihak
pada salah satu elemen
dibanding pasangannya.
5 Elemen yang satu lebih
penting daripada yang lainnya.
Penilaian sangat memihak pada
salah satu elemen dibanding
pasangannya.
7 Elemen yang satu jelas sangat
penting daripada elemen yang
lainnya.
Salah satu elemen sangat
berpengaruh dan dominasinya
tampak secara nyata.
9 Elemen yang satu mutlak
sangat penting daripada
Bukti bahwa salah satu elemen
sangat penting daripada
31
Tingkat Definisi Keterangan
elemen yang lainnya. pasangannya adalah sangat
jelas.
2, 4, 6, 8 Nilai tengah diantara dua
perbandingan yang
berdekatan
Nilai ini diberikan jika terdapat
keraguan di antara kedua
penilaian yang berdekatan.
Kebalikannya Jika elemen x mempunyai salah satu nilai di atas pada saat
dibandingkan dengan elemen y, maka elemen y mempunyai nilai
kebalikan bila dibandingkan dengan elemen x.
Selain dipergunakan untuk kepentingan individual, AHP dapat pula dipakai
dengan baik dalam sebuah kelompok pengambilan keputusan. Pengambilan
keputusan oleh lebih dari satu orang expert akan menimbulkan masalah mengenai
bagaimana mengatur proses pengisian persepsi hirarki baik dari segi pengertian
responden akan model AHP, maupun masalah pembuatan analisis dan kesimpulan
dari persepsi banyak responden.
Ada dua cara umum yang biasa dipakai dalam pengisian persepsi model AHP:
1. Cara konsensus, dimana semua responden dikumpulkan dalam suatu
tempat dan mereka harus mengeluarkan satu penilaian saja untuk satu
perbandingan.
2. Cara pengisian yang terpisah, yaitu menghubungi responden secara
terpisah, bisa melalui wawancara langsung atau melalui kuisioner.
Metode pengisian model AHP dengan cara konsensus agak sulit dilakukan
mengingat sulitnya mengumpulkan beberapa orang sekaligus dalam suatu tempat
dan waktu yang sama. Apalagi yang dikumpulkan adalah para pengambil keputusan
yang ahli dalam bidangnya.
Metode pengisian yang terpisah dengan wawancara dapat memudahkan si
pembuat model mengetahui persepsi sebenarnya dari sang responden. Namun
dengan jumlah responden lebih dari lima orang, cara ini dianggap tidak efektif
karena menghabiskan waktu dan tenaga dari si pembuat model.
Dari segi efektifitasnya, metode kuisioner dianggap lebih baik. Setelah
kuisioner selesai diisi, maka masalah berikutnya adalah bagaimana cara
32
mendapatkan satu hasil akhir dari sekian banyak responden yang masing-masing
mengisi kuisioner tersebut.
Cara yang paling umum dipakai oleh banyak pembuat model AHP adalah
dengan menghitung rata-rata penilaian dari semua responden.
Ada dua model rata-rata yang dapat dipakai. Yang pertama adalah rata-rata
hitung dan yang kedua adalah rata-rata ukur (geometri). Karena penilaian gabungan
ini dilakukan untuk setiap sel dalam matriks perbandingan, maka akan didapatkan
matriks perbandingan berpasangan baru yang merupakan matriks perbandingan
berpasangan gabungan dari jawaban semua responden.
1. Pemakaian rata-rata hitung
Ada dua jenis asumsi yang dipakai
a. Asumsi pertama, peran setiap responden adalah sama
Rumusnya:
wn a
naaa
=+++ ....21
Dengan : aw = Penilaian gabungan (penilaian akhir).
ai = Penilaian responden ke-i (dalam skala 1/9 sampai
dengan 9).
n = Banyaknya responden
b. Asumsi kedua, peran setiap responden berbeda, tergantung pada bobot
tertentu.
Rumusnya:
wnn a
nawawaw
=+++ ....... 2211
Dengan: aw = Penilaian gabungan (penilaian akhir).
ai = Penilaian responden ke-i (dalam skala 1/9 sampai
dengan 9).
n = Banyaknya responden
Untuk kedua asumsi perhitungan diatas, langkah selanjutnya adalah mencari
bobot setiap elemen dalam matriks tersebut yang sudah merupakan bobot
prioritas gabungan.
33
2. Pemakaian rata-rata ukur (geometri)
Secara statistik, ada metode rata-rata lain yang lebih cocok untuk deret
bilangan yang sifatnya rasio atau perbandingan seperti skala dalam model AHP.
Cara tersebut adalah rata-rata ukur yang menyatakan akar pangkat n dari hasil
perkalian bilangan sebanyak n.
Kelebihan metode rata-rata ini selain cocok untuk bilangan rasio atau
perbandingan, juga mampu mengurangi gangguan yang ditimbulkan salah satu
bilangan yang terlalu besar atau terlalu kecil. Rumus rata-rata ukur adalah
sebagai berikut:
wnn aaaa =××× ..21
Dengan: aw = Penilaian gabungan (penilaian akhir).
ai = Penilaian responden ke-i (dalam skala 1/9 sampai dengan
9).
n = Banyaknya responden.
Sama dengan cara diatas, setelah di dapat aw untuk setiap sel, dibentuk
sebuah matriks perbandingan berpasangan gabungan baru kemudian dicari
bobot atau prioritas setiap elemen.
2. Perhitungan Bobot Elemen
Perhitungan formulasi matematis dalam AHP dilakukan dengan menggunakan
matriks dan dimulai pada puncak hirarki. Jika dalam suatu subsistem operasi
terdapat n elemen operasi terdapat n elemen operasi, yaitu A1, A2, ..., An, maka
kuantifikasi pendapat dari hasil perbandingan berpasangan setiap elemen terhadap
kriteria pada tingkat di atasnya (misalnya M) akan membentuk matriks berukuran n x
n.
M = (aij) (ij = 1, 2, 3, ..., n)
Nilai aij merupakan nilai hasil perbandingan antara elemen A1 terhadap A2.
matriks perbandingan yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
34
Tabel 2 Matriks perbandingan Berpasangan
A A1 A2 ..... An
A1 1 a12 ..... a1n
A2 1/a12 1 ..... a2n
..... ..... ..... 1 .....
An 1/a1n 1/a2n ..... 1
Beberapa aturan untuk mengisi nilai aij adalah:
1. Diagonal matriks harus bernilai 1 karena elemen yang dibandingkan adalah
sama.
2. Jika aij = x, maka aij = 1/x, untuk aij ≠ 0
Unsur-unsur pada matriks tersebut didapatkan melalui perbandingan antara
satu elemen operasi terhadap elemen operasi lainnya pada tingkatan hirarki yang
sama. Misalkan unsur a11 adalah perbandingan antara elemen A1 dengan elemen A1
sendiri, dengan demikian nilai unsur a11 adalah satu (1). Demikian pula
perbandingan antara elemen A1 dengan elemen A2, besarnya nilai a21 adalah 1/a12,
yang menyatakan tingkat intensitas kepentingan elemen A2 terhadap A1.
Selanjutnya langkah-langkah perhitungan bobot dengan menggunakan matriks
perbandingan berpasangan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Menjumlah nilai setiap kolom.
2. Membagi nilai aij dengan jumlah kolom masing-masing sehingga diperoleh
matriks yang dinormalisasi.
3. Menjumlah nilai setiap baris pada matriks normalisasi dan membaginya
dengan jumlah elemen setiap baris. Hasil yang diperoleh merupakan bobot
masing-masing elemen matriks.
3. Rasio Konsistensi
Setelah mencari bobot prioritas setiap elemen, tingkat konsistensi pengisian
matriks dari responden juga harus diperhitungkan, dalam perbandingan
berpasangan dapat terjadi bahwa pertimbangan yang diberikan tidak konsisten yang
menyebabkan matriks menjadi tidak konsisten pula. Dalam persoalan pengambilan
keputusan, perhitungan tingkat konsistensi sangat penting karena kita tidak ingin
keputusan yang diambil berdasarkan atas pertimbangan acak dan mempunyai
35
konsistensi rendah. Di lain pihak, konsistensi yang sempurna atau 100% sangat sulit
dicapai.
Umumnya, tingkat inkonsistensi sampai dengan 10% masih dapat diterima
oleh orang banyak sehingga besarnya rasio konsistensi harus lebih kecil atau sama
dengan 10% agar pertimbangan dapat dinilai konsisten, tetapi apabila selain dari itu
maka harus segera diadakan penyesuaian mengingat bahwa inkonsistensi yang
tinggi menyiratkan adanya kesalahan atau kekurangpahaman dalam pengisian.
Langkah-langkah perhitungan rasio konsistensi adalah sebagai berikut:
1. Menghitung λmaks :
a. Mengalikan nilai kolom ke-n dengan bobot baris ke-n.
b. Menjumlahkan hasilnya per baris
c. Membagi jumlah baris tersebut dengan bobot masing-masing baris.
d. Menghitung rata-rata dari jumlah tersebut, hasilnya adalah λmaks
2. Menghitung Indeks Konsistensi, yaitu dengan rumus:
1−−
=n
nCI maksλ
dimana: λmaks = nilai eign maksimum
n = ukuran matriks
CI = Indeks Konsistensi
3. Menghitung Rasio Konsistensi, yaitu dengan rumus:
RICICR =
dimana RI adalah indeks konsistensi acak yang besarnya tergantung dari
orde matriks dan dapat ditentukan berdasarkan Tabel. 3.
Tabel 3 Nilai Indeks Acak (RI). OM 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
RI 0 0 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 1,51 1,48 1,56 1,57 1,59
4. Uji Konsistensi Hirarki
Secara keseluruhan hirarki juga harus konsisten. Untuk menguji konsistensi
hirarki, digunakan hasil indeks konsistensi dan prioritas relatif tiap matriks
perbandingan berpasangan pada tingkat hirarki tertentu. Rumus yang digunakan
untuk menguji konsistensi hirarki adalah:
36
∑∑= =
+=h
j
n
jjiij
ij
UWCRH1 1
1,.
Dimana:
j = tingkatan hirarki (1, 2, ....., h)
nij = jumlah elemen pada tingkatan hirarki ke j
Wij = prioritas relatif dari elemen ke-i tingkatan elemen ke-j
Ui+1 = Indeks Konsistensi semua elemen pada tingkatan
hirarki ke-j+1 yang dibandingkan dengan elemen
tingkatan hirarki ke-j
Rumus di atas dalam penggunaannya dapat disederhanakan menjadi:
( )( )211 . CIEVCICCI +=
( )( )211 . RIEVRICRI +=
CRICCICRH =
Dimana: CRH = Rasio Konsistensi Hirarki
CCI = Indeks Konsistensi Hirarki
CRI = Indeks Konsistensi Acak Hirarki
CI1 = Indeks Konsistensi matriks perbandingan
berpasangan pada hirarki tingkatan pertama
CI2 = Indeks konsistensi matriks perbandingan
berpasangan pada hirarki tingkatan kedua (dalam
bentuk vektor kolom)
EV1 = Nilai prioritas dari matriks perbandingan
berpasangan pada hirarki tingkatan pertama dalam
bentuk vektor baris)
RI1 = Indeks Konsistensi Acak dari matriks perbandingan
berpasangan pada hirarki tingkatan pertama (j)
RI2 = Indeks Konsistensi Acak dari matriks perbandingan
berpasangan pada hirarki tingkatan kedua (j+1)
Hasil penilaian hirarki secara keseluruhan dapat diterima jika mempunyai rasio
konsistensi (CRH) lebih kecil atau sama dengan 10%.