2. landasan teori 2.1. penelitian yang sudah ada

35
2. LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian yang Sudah Ada Tugas Akhir yang juga menggunakan metode Activity Based Costing untuk menentukan harga jual adalah Tugas Akhir dengan No.01/0658/IND/2003 dengan judul “Penentuan Waktu Standar dan Rumusannya Serta Penerapan Metode Activity Based Costing di PT. X”. Penelitian ini dilakukan oleh Sovia Halim dengan Nrp 25499018 dimana penelitiannya berkisar tentang penentuan harga pokok penjualan dengan metode ABC karena perusahaan tersebut dalam menentukan harga jualnya masih dalam perhitungan kasar, dalam arti masih menggunakan perkiraan dari pengalaman masa lalu, tidak berdasarkan kenyataan yang sebenarnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan metode costing yang lebih baik, khususnya untuk pembebanan biaya overhead ke produk. Penentuan waktu standar diperlukan untuk menentukan waktu baku produk tersebut, yang nantinya akan berguna untuk perhitungan dengan menggunakan metode ABC. Perbedaannya dengan Tugas Akhir Sovia, pengolahan data yang dilakukan di Tugas Akhir ini sampai dengan pengalokasian biaya pemasaran dan administrasi umum, dan analisanya sampai dengan titik break-even yang berguna sebagai dasar peninjuan ulang harga jual tiap produk. Selain itu, perbedaan yang lain adalah produk yang diteliti. Sovia melakukan penelitian terhadap tiga produk saja yang sedang diproduksi oleh pabrik tersebut, sedangkan Tugas Akhir ini melakukan penelitian terhadap lima belas produk krupuk yang diproduksi selama bulan November 2003. 2.2. Teori Dasar 2.2.1. Peranan Akuntansi Biaya Akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan perangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian. Akuntansi biaya merupakan sistem dalam organisasi yang berfungsi dalam pencatatan, penyajian, dan analisis data

Upload: others

Post on 20-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian yang Sudah Ada

2. LANDASAN TEORI

2.1. Penelitian yang Sudah Ada

Tugas Akhir yang juga menggunakan metode Activity Based Costing

untuk menentukan harga jual adalah Tugas Akhir dengan No.01/0658/IND/2003

dengan judul “Penentuan Waktu Standar dan Rumusannya Serta Penerapan

Metode Activity Based Costing di PT. X”. Penelitian ini dilakukan oleh Sovia

Halim dengan Nrp 25499018 dimana penelitiannya berkisar tentang penentuan

harga pokok penjualan dengan metode ABC karena perusahaan tersebut dalam

menentukan harga jualnya masih dalam perhitungan kasar, dalam arti masih

menggunakan perkiraan dari pengalaman masa lalu, tidak berdasarkan kenyataan

yang sebenarnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan metode costing yang lebih

baik, khususnya untuk pembebanan biaya overhead ke produk. Penentuan waktu

standar diperlukan untuk menentukan waktu baku produk tersebut, yang nantinya

akan berguna untuk perhitungan dengan menggunakan metode ABC.

Perbedaannya dengan Tugas Akhir Sovia, pengolahan data yang dilakukan

di Tugas Akhir ini sampai dengan pengalokasian biaya pemasaran dan

administrasi umum, dan analisanya sampai dengan titik break-even yang berguna

sebagai dasar peninjuan ulang harga jual tiap produk. Selain itu, perbedaan yang

lain adalah produk yang diteliti. Sovia melakukan penelitian terhadap tiga produk

saja yang sedang diproduksi oleh pabrik tersebut, sedangkan Tugas Akhir ini

melakukan penelitian terhadap lima belas produk krupuk yang diproduksi selama

bulan November 2003.

2.2. Teori Dasar

2.2.1. Peranan Akuntansi Biaya

Akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan perangkat akuntansi

untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian. Akuntansi biaya merupakan sistem

dalam organisasi yang berfungsi dalam pencatatan, penyajian, dan analisis data

Page 2: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian yang Sudah Ada

5

biaya yang membantu kegiatan manajemen dalam proses penyelesaian tugas

berikut:

• Menyusun dan melaksanakan rencana dan anggaran operasi perusahaan.

• Menetapkan metode kalkulasi biaya dan prosedur pengendalian biaya.

• Menentukan nilai persediaan dalam rangka kalkulasi biaya dan penetapan

harga.

• Menghitung biaya dan laba perusahaan pada periode akuntansi tertentu.

Sedangkan menurut Grant (1991), terdapat tiga tujuan akuntansi biaya,

yaitu:

• Menentukan nilai persediaan dan cost of good sold.

• Memelihara biaya serendah mungkin.

• Menentukan harga jual dan kebijaksanaan penjualan.

Tujuan-tujuan tersebut akan berpengaruh dalam penentuan pemilihan

metode-metode yang digunakan sesuai dengan tujuan yang lebih diutamakan,

apakah kebutuhan akan akuntansi finansial, pengendalian biaya atau kontrol

terhadap kebijaksanaan penjualan.

2.2.2. Klasifikasi Biaya Fungsional

Dalam akuntansi biaya, proses pengklasifikasian biaya dilakukan

berdasarkan fungsi atau tujuan dari obyek sebagai penyebab biaya. Dalam

perusahaan manufaktur biaya operasi dibagi dalam dua kategori berdasarkan

fungsi yaitu biaya pabrikasi (manufacturing cost) dan biaya selain biaya pabrikasi

(non manufacturing cost).

2.2.2.1. Biaya Pabrikasi (Manufacturing Cost)

Biaya pabrikasi merupakan biaya yang berhubungan dengan fungsi

produksi dari fasilitas produksi atau pabrik. Biaya pabrikasi terdiri dari biaya

pabrikasi langsung (direct manufacturing cost) dan biaya pabrikasi tidak langsung

(indirect manufacturing cost).

a. Biaya pabrikasi langsung (direct manufacturing cost)

Biaya pabrikasi langsung adalah biaya pabrikasi yang dapat secara

langsung ditelusuri pada setiap produk yang diproduksi. Pada perusahaan

Page 3: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian yang Sudah Ada

6

dengan produk tunggal, seluruh biaya pabrikasi ditelusuri pada produk.

Sedangkan pada perusahaan dengan banyak produk, terdapat dua tipe

pabrikasi langsung yaitu biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja

langsung, yang diperlukan dalam proses transformasi bahan baku menjadi

produk akhir.

• Biaya bahan langsung (direct material cost)

Biaya bahan langsung adalah biaya yang berkaitan dengan

keseluruhan bahan baku yang dipergunakan dalam proses produksi. Dasar

pertimbangan dalam pengelompokkan bahan baku ke dalam biaya bahan

langsung adalah kemudahan penelusurannya dalam proses pengubahan

bahan baku hingga menghasilkan produk akhir. Menurut Grant (1991),

biaya bahan langsung adalah biaya bahan yang secara fisik dapat

diidentifikasikan sebagai bagian dari produk jadi dan merupakan bagian

terbesar dari material pembentuk harga pokok produksi.

• Biaya tenaga kerja langsung (direct labor cost)

Biaya tenaga kerja langsung adalah upah dari tenaga kerja yang

dikerahkan secara langsung untuk mengubah bahan baku menjadi produk

jadi. Biaya ini dapat diidentifikasikan secara langsung dengan jumlah

produk yang dihasilkan. Menurut Grant (1991), biaya tenaga kerja

langsung adalah semua biaya yang menyangkut gaji dan upah tenaga kerja

yang secara praktis dapat diidentifikasi dengan kegiatan dari pengolahan

bahan baku menjadi produk jadi.

b. Biaya pabrikasi tidak langsung (indirect manufacturing cost)

Biaya pabrikasi tidak langsung adalah biaya pabrikasi yang tidak dapat

ditelusuri secara langsung pada produk. Biaya pabrikasi tidak langsung

dikelompokkan dalam satu kategori yaitu biaya overhead pabrik.

Biaya overhead pabrik (manufacturing overhead cost) meliputi semua

komponen biaya produksi selain biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja

langsung, yaitu biaya dari bahan tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung

dan semua biaya pabrikasi lainnya yang tidak dapat dibebankan secara

langsung ke produk, seperti biaya penyusutan fasilitas pabrik, pengangkutan

material, pajak properti, sarana utilitas, keamanan, dll.

Page 4: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian yang Sudah Ada

7

• Biaya bahan tidak langsung (indirect material cost)

Biaya bahan tidak langsung adalah bahan-bahan yang dibutuhkan

guna menyelesaikan suatu produk dengan jumlah yang dikonsumsi relatif

kecil sehingga tidak dapat digolongkan sebagai bahan langsung.

• Biaya tenaga kerja tidak langsung (indirect labor cost)

Biaya tenaga kerja tidak langsung merupakan tenaga kerja yang

dikerahkan dan tidak secara langsung mempengaruhi pembuatan produk

jadi. Biaya tenaga kerja tidak langsung meliputi gaji para penyelia, klerk

gudang, dan kegiatan tenaga kerja lain yang tidak berkaitan secara

langsung dengan proses produksi.

2.2.2.2. Selain Biaya Pabrikasi (Non Manufacturing Cost)

Terdapat dua kategori biaya non-manufacturing yaitu biaya pemasaran

(marketing cost) dan biaya administrasi (administration cost).

a. Biaya pemasaran

Biaya pemasaran merupakan biaya yang diperlukan dalam kegiatan

mendistribusikan dan memasarkan produk atau jasa, yang meliputi seluruh

biaya dalam rangka menyelenggarakan kegiatan pemasaran, yaitu:

• Biaya untuk memperoleh pesanan (order getting cost)

Biaya memperoleh pesanan meliputi semua biaya yang terjadi

dalam rangka untuk mencari atau memperoleh pesanan dari pembeli

kepada perusahaan. Dari segi fungsi biaya ini dapat digolongkan menjadi

dua kelompok. Pertama yaitu biaya promosi dan advertensi, meliputi gaji

bagian promosi dan advertensi,perlengkapan bagian promosi, pembuatan

contoh produk, biaya advertensi pada berbagai media, dll. Kedua adalah

biaya penjualan, meliputi gaji staff penjualan, komisi bagian penjualan,

perlengkapan kantor, biaya telepon, dll.

• Biaya untuk memenuhi pesanan (order filling cost)

Biaya memenuhi pesanan meliputi semua biaya yang terjadi dalam

rangka memenuhi pesanan yang diterima dari pembeli. Dari segi

fungsinya biaya ini dapat digolongkan menjadi empat kelompok. Pertama

adalah biaya gudang dan penyimpanan, meliputi gaji bagian gudang,

Page 5: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian yang Sudah Ada

8

perlengkapan bagian penyimpanan produk jadi, perbaikan dan

pemeliharaan gudang, penyusutan gudang dan peralatannya, asuransi

gudang, penerangan gudang, dll. Kedua adalah biaya pengemasan dan

pengiriman, meliputi gaji bagian pengemasan dan pengiriman,

perlengkapan bagian pengepakan dan pengiriman, biaya transportasi

produk yang dijual, biaya penyusutan kendaraan, reparasi dan

pemeliharaan peralatan pengemasan dan pengiriman produk, dll. Yang

ketiga adalah biaya pemberian kredit dan pengumpulan piutang, meliputi

gaji pemberian kredit dan pengembalian piutang, perlengkapan kantor,

kerugian piutang tidak tertagih, penyusutan dan pemeliharaan peralatan,

dll. Yang terakhir adalah biaya administrasi penjualan, meliputi gaji

bagian administrasi penjualan, perlengkapan kantor, pemeliharaan dan

penyusunan peralatan, dll.

b. Biaya administrasi

Biaya administrasi meliputi seluruh biaya yang berhubungan dengan

kegiatan administrasi umum dalam organisasi yang tidak dapat dibebankan

pada kegiatan pemasaran dan pabrikasi. Biaya administrasi dan umum adalah

semua biaya yang terjadi dan berhubungan dengan fungsi administrasi dan

umum. Meliputi biaya yang berhubungan dengan penentuan kebijaksanaan,

perencanaan, pengarahan, dan pengawasan terhadap kegiatan perusahaan

secara keseluruhan.

Termasuk dalam biaya administrasi dan umum adalah biaya bagian

direktur dan staf, bagian umum dan personalia, bagian humas dan hukum,

bagian keuangan, bagian akuntansi, dan sebagainya. Berdasarkan tingkat

variabilitasnya, biaya administrasi dan umum dapat dibedakan menjadi dua

yaitu:

• Biaya tetap, yaitu biaya administrasi dan umum dengan jumlah

keseluruhannya tetap, tidak terpengaruh oleh perubahan volume produksi

atau kegiatan sampai dengan tingkatan aktivitas tertentu. Misalnya biaya

gaji, biaya penyusutan aktiva tetap, dan biaya tetap lainnya.

• Biaya variabel, yaitu biaya administrasi dan umum yag jumlah totalnya

akan berubah secara sebanding dengan perubahan volume atau kegiatan,

Page 6: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian yang Sudah Ada

9

semakin besar volume kegiatan maka biaya akan meningkat. Misalnya:

biaya perlengkapan kantor, premi dan insentif, dan biaya variabel lainnya.

2.2.3. Sistem Akuntansi Biaya Tradisional

2.2.3.1. Metode Penentuan Harga Pokok Produk

Metode penentuan harga pokok produk adalah cara memperhitungkan

unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produk, dalam sistem akuntansi biaya

tradisional terdapat dua metode yang dipergunakan untuk menentukan harga

pokok produk yaitu metode harga pokok penuh (full costing) atau absorption

costing dan metode harga pokok variabel (variable costing).

a. Metode harga pokok penuh (full costing)

Adalah metode penentuan harga pokok produk dengan

memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga produk, yaitu

biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik

(variabel maupun tetap), yang dibebankan pada produk dengan berdasarkan

tarif yang telah ditentukan (predetermine rates) serta dialokasikan

berdasarkan volume produksi.

Menurut aturan penyusunan biaya penuh (full costing) yang

diungkapkan oleh Booth (1996), biaya tak langsung dialokasikan ke produk

atau jasa dengan proses dua langkah, yaitu:

• Jenis-jenis biaya tertentu, misalnya biaya sewa atau pemanasan ruang,

dialokasikan atau dibagi rata pada berbagai pusat biaya, biasanya pada

departemen produksi dan departemen layanan (service departement).

Untuk departemen layanan, biaya kemudian dialokasikan atau dibagi rata

ke departemen produksi. Pada contoh tersebut , biaya sewa atau

pemanasan ruang dibagi rata berdasarkan penggunaan luas lantai.

• Biaya yang dialokasikan dan dibagi rata kemudian diserap dari pusat biaya

yang berhubungan dengan produksi ke dalam biaya produk berdasarkan

parameter jam tenaga kerja langsung, jam mesin langsung, atau biaya

tenaga kerja langsung.

Page 7: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian yang Sudah Ada

10

b. Metode harga pokok variabel (variable costing)

Suatu metode penentuan harga produk yang hanya memperhitungkan

biaya produk yang bersifat variabel ke dalam harga pokok produk seperti

biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead variabel,

sedangkan biaya yang bersifat tetap dianggap sebagai biaya periode. Dengan

metode ini biaya produk tidak akan mengalami perubahan dalam jangka

pendek dalam hubungannya dengan pembebanan volume kegiatan.

Tujuan penentuan harga pokok variabel berhubungan dengan

kebutuhan manajemen untuk memperoleh informasi yang berorientasi pada

pengendalian dan pengambilan keputusan dalam jangka pendek, yaitu

membantu manajemen mengetahui batas kontribusi (contribution margin)

yang sangat berguna untuk perencanaan laba melalui analisa hubungan biaya-

volume-laba dan untuk pengambilan keputusan yang berhubungan dengan

kebijaksanaan jangka pendek. Margin kontribusi atau laba marginal adalah

hasil pengurangan semua biaya variabel, baik pabrikasi maupun non-

pabrikasi, dari hasil penjualan.

Kelemahan-kelemahan metode harga pokok variabel adalah:

• Pemisahan biaya-biaya ke dalam biaya variabel dan tetap sebenarnya sulit

untuk dilakukan, karena jarang terdapat suatu biaya benar-benar variabel

maupun tetap.

• Tidak diperhitungkannya biaya overhead yang bersifat tetap dalam

persediaan mengakibatkan nilai dari persediaan akan lebih rendah

sehingga kan mengurangi modal kerja yang dilaporkan.

• Penggunaan metode penentuan harga pokok variabel dalam mendukung

pengambilan keputusan jangka pendek menjadi kurang relevan, karena

cenderung mengabaikan biaya-biaya tetap. Padahal di lingkungan

pemanufakturan yang baru, proporsi biaya-biaya yang selama ini dianggap

tetap semakin besar.

2.2.3.2. Metode Kalkulasi Biaya

Prosedur akumulasi biaya digunakan oleh perusahaan dapat

diklasifikasikan sebagai kalkulasi biaya produksi pesanan atau kalkulasi biaya

Page 8: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian yang Sudah Ada

11

proses. Menurut Horgren (1994), perusahaan terdapat dua sistem dasar kalkulasi

biaya untuk membagi biaya ke produk atau jasa yaitu

a. Sistem kalkulasi biaya pesanan (job order costing system)

Dalam sistem ini harga pokok dari produk diperoleh dengan membagi

biaya ke jasa atau produk yang berbeda yang dapat diidentifikasikan. Job

merupakan tugas dimana sumber daya dicurahkan dalam membawa produk

atau jasa yang berbeda yang dapat diidentifikasikan ke pasar.

Dalam kalkulasi biaya ini, biaya diakumulasikan menurut pekerjaan

atau pesanan tertentu. Dalam metode ini diasumsikan bahwa semua pesanan

yang dikerjakan dapat diidentifikasikan secara fisik dan setiap pesanan dapat

dibebani dengan biaya yang berkaitan. Jika pekerjaan dilakukan atas dasar

spesifikasi dari pelanggan maka metode biaya produksi pesanan dapat

digunakan untuk menghitung rugi- laba untuk setiap pesanan. Karena

jumlahnya dapat diketahui sepanjang proses produksi maka biaya ini dapat

dibandingkan dengan taksiran yang telah dibuat ketika pesanan tersebut

diterima.

Dalam kalkulasi biaya pesanan job, biaya setiap pesanan diproduksi

untuk seorang pelanggan tertentu atau biaya setiap tumpukan/lot yang akan

dibebankan pada persediaan, akan dicatat dalam kartu biaya produksi pesanan

(job order sheet) atau cukup dengan kartu biaya (cost sheet). Kartu biaya

merupakan catatan tambahan yang dikendalikan oleh perkiraan barang dalam

proses. Walaupun beberapa pekerjaan atau pesanan diproses dalam pabrik

secara serentak namun setiap kartu biaya dirancang untuk mengumpulkan

biaya bahan, tenaga kerja, dan overhead pabrik, yang akan dibebankan ke

masing-masing pekerjaan. Overhead pabrik yang tercatat dalam kartu biaya

dihitung berdasarkan taksiran, bukan berdasarkan biaya aktual yang

dikeluarkan, jumlah biaya overhead tersebut dinamakan overhead pabrik yang

dibebankan (applied factory overhead).

b. Sistem kalkulasi biaya proses (process costing system)

Dalam sistem ini harga pokok produk atau jasa diperoleh dengan

membagi biaya ke unit serupa dengan volume produksi yang besar (produksi

massal), kemudian menghitung biaya unit berdasarkan harga rata-rata.

Page 9: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian yang Sudah Ada

12

Metode biaya proses digunakan untuk produk-produk yang diproduksi

melalui cara pengolahan yang berkesinambungan atau melalui proses produksi

massal, kalkulasi biaya proses akan mengakumulasikan biaya berdasarkan

proses atau departemen. Menurut Matz dan Usry (1991), metode biaya proses

memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

• Biaya-biaya dibebankan pada perkiraan barang dalam proses pada setiap

departemen.

• Suatu laporan biaya produksi digunakan untuk mengumpulkan,

mengikhtisarkan, dan menghitung biaya per unit dan biaya total. Biaya per

unit diperoleh dengan membagi jumlah biaya yang dibebankan pada

sebuah departemen dengan jumlah produksi departemen tersebut pada

periode waktu tertentu.

• Biaya-biaya unit yang telah diselesaikan pada sebuah departemen akan

ditransfer ke departemen pengolahan berikutnya dengan maksud agar pada

akhirnya dapat diperoleh biaya total untuk produk jadi selama satu periode

dan biaya yang harus dibebankan pada produk dalam proses.

2.2.3.3. Metode Konvensional Pengalokasian Biaya Overhead

Suatu perusahaan diorganisasikan menjadi beberapa departemen yang

bertanggung jawab terhadap aktivitas yang berbeda. Pada umumnya sistem

akuntansi biaya suatu perusahaan didesain berdasarkan tipe dari struktur

departemennya. Banyak organisasi membedakan antara departemen produksi dan

departemen pendukung (service departement). Departemen produksi merupakan

bagian yang secara langsung bertanggung jawab terhadap berbagai kerja atau

aktivitas yang berkaitan dengan proses mengkonversikan bahan baku menjadi

produk jadi. Sedangkan departemen pendukung adalah departemen dengan

aktivitas-aktivitasnya yang mendukung proses produksi tetapi tidak bertanggung

jawab terhadap tahapan-tahapan dalam proses konversi tersebut.

• Metode alokasi biaya dua tahap

Sistem biaya tradisional membagikan biaya overhead (cost

assignment) melalui prosedur alokasi dua tahap sebagai berikut:

Page 10: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian yang Sudah Ada

13

Tahap pertama: mengalokasikan seluruh biaya overhead ke pusat-pusat biaya,

dengan langkah- langkah berikut:

a. Mengidentifikasikan seluruh biaya overhead dalam beragam pusat biaya

yaitu pada departemen produksi dan departemen pendukung.

b. Mengalokasikan seluruh biaya overhead pada departemen pendukung ke

departemen produksi.

c. Menentukan tarif overhead dengan membagi total biaya yang

diakumulasikan pada setiap departemen produksi dengan ukuran aktivitas

yang berdasarkan unit produksi (jam tenaga kerja langsung, biaya tenaga

kerja langsung, jam mesin, biaya bahan baku).

Tahap kedua: dalam tahap kedua membagikan biaya overhead yang

diakumulasikan pada departemen produksi ke setiap produk dengan tarif biaya

overhead yang sudah ditentukan (predetermined overhead rates).

2.2.3.4. Metode Pembebanan Biaya Overhead Pabrik

Hanzen dan Mowen (1995) menguraikan bahwa dalam sistem akuntansi

biaya konvensional terdapat dua metode dalam membebankan biaya overhead

pabrik yaitu metode Plantwide rates dan Departmental rate.

a. Metode Plantwide rates

Metode umum untuk membebankan biaya overhead ke produk adalah

menghitung tarif pabrik secara keseluruhan (Plantwided rates). Pada tahap

awal dalam metode ini, seluruh biaya overhead pabrikasi diakumulasikan

pada satu pusat biaya yaitu plantwide pool. Biaya overhead dibebankan pada

pusat biaya secara sederhana yaitu dengan menjumlahkan semua biaya

overhead yang diidentifikasikan dari buku besar (general ledger).

Pada tahap ini obyek biaya adalah seluruh fasilitas pabrik dan

penelusuran langsung dilakukan untuk membebankan biaya pada pusat biaya

tersebut. Tahap selanjutnya adalah menentukan plantwide rates dengan

mempergunakan pemicu biaya tunggal (single cost driver), pada umumnya

menggunakan dasar jam tenaga kerja langsung dan produk diasumsikan

mengkonsumsi overhead dari sumber daya berdasarkan proporsi penggunaan

tenaga kerja langsung (direct labour hours) atau pemicu lain yang ditetapkan.

Page 11: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian yang Sudah Ada

14

Tahap kedua dari metode pembebanan Plantwide rates adalah

membagikan seluruh biaya pada setiap produk dengan mengalikan plantwide

rate dengan konsumsi aktual dari produk (jam tenaga kerja langsung).

b. Metode Departmental Rates

Pada metode ini, biaya overhead dibebankan pada departemen

produksi secara individual dengan membuat pusat biaya berdasarkan

departemen hal ini bergantung dari kondisi perusahaan. Obyek biaya pada

tahap pertama prosedur pengalokasian biaya overhead adalah departemen-

departemen, biaya overhead dibebankan secara langsung dengan

menggunakan penelusuran berdasarkan pemicu biaya atau pengalokasian

langsung. Selanjutnya setelah biaya overhead dialokasikan pada setiap

departemen-departemen yang dibentuk, ditentukan departmental rates

berdasarkan unit based driver.

Pemicu biaya yang dipergunakan ditentukan oleh sifat dari

departemen-departemen tersebut, pada departemen dimana faktor tenaga kerja

lebih dominan (labour intensive department) dipergunakan jam tenaga kerja

langsung sebagai pemicu, sedangkan pada departemen dengan faktor mesin

yang lebih berpengaruh (machine intensive department) digunakan jam mesin

sebagai dasar alokasi biaya overhead. Tahap kedua dari metode ini adalah

membebankan biaya overhead pada produk dengan mengalikan department

rates dengan jumlah pemicu yang terjadi (activity drivers) pada departemen-

departemen. Sedangkan total biaya overhead yang akan dibagikan pada

produk merupakan penjumlahan biaya dari setiap departemen.

c. Kekurangan metode Plantwide Rates dan Departmental Rates

Terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi kekuatan penerapan

metode Plantwide rates dan Departmental rate dalam mengalokasikan biaya

overhead pabrikasi, yaitu:

• Proporsi yang besar dari biaya overhead yang tidak berkaitan langsung

dengan unit produksi (non-unit related overhead) terhadap total biaya

overhead pabrikasi

Penggunaan dua metode tersebut mengasumsikan bahwa produk

mengkonsumsi biaya overhead dari sumber daya sebanding dengan

Page 12: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian yang Sudah Ada

15

jumlah unit yang diproduksi (garis lurus). Tapi terdapat banyak aktivitas

overhead yang tidak berkaitan langsung dengan jumlah unit yang

dihasilkan (non-unit related overhead).

Antara lain biaya setup mesin akan bertambah sehubungan dengan

jumlah kelompok produk (batch) yang diproduksi, dimana batch terdiri

dari sejumlah unit produk dengan biaya setup per unit yang sama sehingga

total biaya setup tidak dipengaruhi oleh jumlah total unit yang diproduksi

tetapi berdasarkan jumlah setup yang dilakukan. Non-unit based activity

cost driver merupakan suatu faktor selain jumlah unit produk yang

mengukur tingkat kebutuhan obyek biaya terhadap aktivitas-aktivitas.

Dengan hanya menggunakan pemicu biaya berdasarkan unit (unit-

based activity driver) akan menghasilkan informasi biaya produk yang

terdistorsi dari biaya sebenarnya yang digunakan setiap produk. Distorsi

yang terjadi tergantung pada seberapa besar proporsi non-unit related

overhead terhadap biaya total. Jika proporsinya kecil, distorsi yang

ditimbulkan akan berpengaruh kecil pada biaya produk yang dihasilkan,

pada kondisi ini penggunaan dasar alokasi berdasarkan unit produk dapat

diterima.

• Derajat diversitas produk (product diversity)

Pengaruh aktivitas overhead selain berdasarkan unit produk tidak

memadai untuk menguraikan kerugian dari penerapan metode plantwide

rates dan departmental rates. Jika produk mengkonsumsi non-unit

overhead cost dengan proporsi yang sama dengan unit overhead cost,

distorsi pada biaya produk tidak akan terjadi. Informasi biaya produk akan

mengalami distorsi apabila jumlah aktivitas overhead berdasarkan unit

(unit-based overhead) yang dikonsumsi produk tidak bervariasi. Karena

itu analisis pda pengaruh derajat diversitas produk (product diversity)

sangat diperlukan. Product diversity dapat diartikan bahwa setiap produk

akan mengkonsumsi aktivitas overhead dalam proporsi yang berbeda.

Terdapat beberapa alasan mengapa produk mengkonsumsi

aktivitas overhead dalam proporsi yang berbeda yaitu ukuran produk

(product size), kompleksitas produk (product complexity), waktu setup

Page 13: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian yang Sudah Ada

16

(setup time), dan ukuran kelompok produk (size of batch). Proporsi dari

setiap aktivitas yang dikonsumsi oleh produk dinyatakan dalam rasio

konsumsi.

2.2.3.5. Pengukuran Laba

Tingkat keuntungan yang diperoleh suatu organisasi dapat dipergunakan

sebagai alat ukur performa kerja dari manajer, yang mengindikasikan terjadinya

efisiensi dalam penggunaan sumber daya. Sebab keuntungan berhubungan dengan

usaha pengendalian biaya produk agar lebih kecil dari manfaat yang dapat

diperoleh perusahaan.

Laba merupakan suatu ukuran yang menyatakan perbedaaan antara

seluruh masukan yang dipergunakan perusahaan dalam menghasilkan dan

menjual produk atau jasa terhadap nilai penjualan yang diterima. Pertimbangan

yang dilakukan dalam pengukuran peningkatan keuntungan perusahaan

tergantung pada tujuan analisis keuntungan yang ditetapkan, antara lain berkaitan

dengan laporan bagi pihak internal atau pihak eksternal perusahan.

a. Pendekatan Absorption Costing dalam pengukuran laba

Metode absorption costing atau full costing, merupakan metode yang

diperuntukkan untuk menghasilkan laporan keuangan bagi pihak eksternal

perusahaan. Berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku secara umum

(GAPP), laba merupakan suatu konsep jangka panjang yang tergantung pada

perbedaan antara pendapatan (revenues) dengan biaya (expense) yang

dikonsumsi.

Dalam jangka panjang setiap biaya akan bersifat variabel, sehingga

biaya tetap akan diperlakukan seolah-olah bersifat variabel yang dibebankan

pada setiap unit produk yang dihasilkan. Metode absorption costing

membebankan seluruh biaya pabrikasi, bahan langsung, tenaga kerja

langsung, biaya overhead yang bersifat variabel dan sebagian overhead ynag

bersifat tetap pada setiap unit yang dihasilkan. Pengaruh dari pembebanan

sebagian biaya overhead tetap, menyebabkan biaya variabel yang diserap

setiap unit produk akan meningkat. Sehingga pada saat produk dihasilkan

biaya tersebut dimasukkan pada persediaan, sedangkan jika produk telah

Page 14: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian yang Sudah Ada

17

terjual, maka biaya pabrikasi dalam income statement dinyatakan dalam harga

pokok penjualan (cost of good sold). Metode ini dapat dipergunakan untuk

mengkalkulasi tiga perhitungan yang berkaitan dengan laba yaitu gross profit,

operating income, dan net income.

Penerapannya pada pengukuran gross profit tidak dapat dipergunakan

sebagai ukuran evaluasi penjualan dalam jangka panjang dari suatu

perusahaan, karena terdapatnya unsur biaya lain yang mempengaruhi

keuntungan keseluruhan yang diterima, yaitu biaya pemasaran, administrasi

dan biaya riset dan pengembangan produk yang cenderung meningkat dalam

jangka panjang. Sedangkan penerapannya pada operating income

dipergunakan untuk memindahkan biaya periode dari income statement pada

suatu periode dengan memproduksi untuk persediaan, manipulasi tersebut

akan menghasilkan laporan keuntungan yang meningkat pada periode tersebut

dibandingkan dengan periode sebelumnya tanpa melakukan penambahan unit

produk yang dihasilkan.

b. Pendekatan Variable Costing dalam pengukuran laba

Metode variable costing hanya membebankan biaya pabrikasi yang

bersifat variabel terhadap unit produk yang dihasilkan, yaitu biaya material

langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead variabel. Sedangkan biaya

overhead tetap diperlakukan sebagai biaya periode (period cost) dan tidak

digabungkan dengan biaya produk lain sebagai persediaan. Pengaruh dari

perlakuan tersebut adalah mengurangi jumlah biaya produksi yang

dimasukkan dalam nilai persediaan, dengan metode ini hanya biaya bahan

langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead variabel yang dibebankan

ke dalam persediaan, sedangkan biaya pemasaran dan administrasi umum

tidak pernah di inventorikan.

Income statement yang dihasilkan dengan metode variable costing

memiliki kelebihan dalam menggambarkan performa kerja yang lebih baik

dan yang terutama dapat dipergunakan sebagai sumber informasi dalam

pengambilan keputusan manajer. Kunci utama dari metode ini adalah biaya

tetap tidak berubah terhadap jumlah unit produk yang diproduksi ataupun unit

yang terjual, karena itu walaupun metode ini tidak dipergunakan sebagai

Page 15: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian yang Sudah Ada

18

laporan untuk pihak eksternal perusahaan tapi dapat dipergunakan untuk

mendukung kebijaksanaan internal perusahaan.

2.2.3.6. Keterbatasan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional

James Brimson (1991), menyatakan bahwa sistem biaya tradisional

didesain pada kondisi dimana tenaga kerja langsung dan bahan baku merupakan

faktor produksi yang dominan, tingkat teknologi yang stabil, dan diversifikasi

produk yang terbatas. Menurut GAPP hanya biaya produksi yang meliputi bahan

baku, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang dibebankan sebagai

persediaan, sedangkan biaya lain seperti biaya aktivitas pemasaran, bagian

administrasi dan umum tidak dialokasikan ke produk.

Akuntansi manajemen tradisonal bertujuan untuk menilai persediaan dan

harga pokok produk yang dijual (inventory valuation objective). Penentuan harga

poko produk secara tradisional hanya membagikan biaya manufaktur ke produk.

Pembagian biaya yang diatribusikan ke produk mempergunakan penelusuran

secara langsung (direct attribution) atau dengan penggunaan pemicu biaya,

dimana sebagian besar sistem biaya tradisional didesain untuk memastikan bahwa

penelusuran tersebut memperoleh alokasinya pada produk atau obyek biaya lain.

Pada sistem biaya tradisional pemicu yang dipergunakan untuk

membagikan biaya overhead hanya berdasarkan unit produksi (unit-based activity

driver). Unit-based activity driver merupakan suatu faktor yang menyebabkan

perubahan pada struktur biaya sejalan dengan perubahan unit yang diproduksi,

dengan mengasumsikan bahwa biaya overhead yang dikonsumsi produk memiliki

korelasi yang kuat dengan unit produk yang dihasilkan atau unit pengukuran lain,

seperti jam tenaga kerja langsung, jam mesin, atau biaya bahan baku.

2.2.4.Konsep Dasar Sistem Biaya Berdasarkan Aktivitas (Activity Based

Costing System)

2.2.4.1. Definisi Akuntansi Aktivitas ( Activity Accounting)

Menurut Brimson (1992), aktivitas adalah suatu kombinasi antara

manusia, teknologi, bahan baku, metode-metode, dan lingkungan yang

menghasilkan suatu produk atau jasa tertentu, yang dapat dilakukan oleh manusia

Page 16: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian yang Sudah Ada

19

ataupun proses-proses yang diotomatisasi. Aktivitas-aktivitas menggambarkan

apa yang suatu perusahaan kerjakan yaitu berkaitan dengan cara waktu

dipergunakan dan output dari proses. Sedangkan Atkitson (1995) menyatakan

bahwa aktivitas merupakan sekumpulan pekerjaan atau tugas dalam kelompok

kerja yang memiliki tujuan khusus. Kegiatan atau aktivitas merupakan segala

sesuatu yang mengkonsumsi sumber daya perusahaan, yang dilakukan oleh tenaga

kerja dan peralatan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.

Akuntansi aktivitas meliputi pengumpulan informasi biaya finansial dan

operasional mengenai aktivitas yang signifikan dari usaha suatu perusahaan.

Menurut Copper dan Kaplan (1991), akuntansi aktivitas merupakan suatu teknik

untuk mengidentifikasikan kembali organisasi-organisasi menurut kumpulan

aktivitas-aktivitas dan untuk mengidentifikasikan sumber daya yang dikonsumsi

oleh setiap aktivitas tersebut. Fokus utama dari akuntansi aktivitas adalah untuk

memahami biaya dan kinerja dari suatu aktivitas yang penting dan menelusuri

aktivitas-aktivitas ke tujuan biaya akhir yaitu obyek biaya.

Sedangkan menurut Brimson (1992), akuntansi aktivitas adalah suatu

proses pengakumulasian dan penelusuran unsur biaya dan kinerja serta data-data

mengenai aktivitas perusahaan yang berfungsi sebagai penyedia umpan balik atas

hasil yang dicapai yaitu proses membandingkan dengan biaya yang telah

dianggarkan.

2.2.4.2. Pengertian Activity Based Costing

Banyak perusahaan yang sedang memperbaiki sistem kalkulasi biayanya

mempertimbangkan sistem biaya berdasarkan aktivitas, Activity Based Costing

Sistem memfokuskan pada aktivitas sebagai obyek biaya yang fundamental,

dengan mempergunakan biaya dari aktivitas sebagai dasar untuk membagikan

biaya ke obyek biaya seperti produk, jasa, atau pelanggan, Horngren (1994).

Secara harafiah Sistem ABC dapat diartikan sebagai sistem penetapan

harga pokok berdasarkan kegiatan. Sistem biaya ini merupakan suatu terobosan

atau bahkan dapat dikatakan sebagai suatu revolusi yang terjadi pada bidang

akuntansi biaya, khususnya dalam pembebanan biaya umum atau biaya tidak

langsung ke produk atau jasa yang dihasilkan. Sedangkan pada sistem penetapan

Page 17: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian yang Sudah Ada

20

harga pokok tradisional yang didasarkan pada jumlah unit yang diproduksi

(volume based costing) telah menghasilkan distorsi atau kesalahan pada

perhitungan harga pokok sehingga mengakibatkan kesalahan dalam penetapan

harga jual, menentukan profitabilitas lini produk, bauran produk (product mix),

dan bahkan dalam rangka program penekanan biaya (cost reduction programs)

Sistem akuntansi biaya yang dipergunakan pada saat ini, tidak dapat

mencerminkan secara tepat besarnya pemakaian biaya produksi dan sumber daya

secara fisik. Sedangkan sistem ABC dapat menghubungkan secara lebih serasi

antara biaya dan produksi.

ABC merupakan suatu metode dalam akuntansi yang menetapkan biaya

yang sebenarnya dari service atau produk berdasarkan identifikasi biaya-biaya

yang dikonsumsi setiap aktivitas dalam value added chain daripada berdasarkan

biaya overhead secara tradisional. Menurut Hanson dan Mowen (1995), ABC

adalah suatu metode yang menggunakan aktivitas sebagai perantara sebelum

biaya tersebut dibebankan ke produk.

Sistem biaya berdasarkan aktivitas merupakan suatu alat untuk

mengidentifikasikan dan menghitung biaya untuk menjalankan kegiatan, proses,

dan hasil kegiatan, seperti barang atau jasa. Menurut Cokins (1996) pengertian

ABC merangkum beberapa pokok pengertian berikut, yaitu:

• Suatu metode untuk mengukur biaya dan kinerja dari kegiatan yang

berhubungan dengan proses dan obyek biaya.

• Membebankan biaya kegiatan-kegiatan berdasarkan besarnya pemakaian

sumber daya, dan membebankan biaya pada obyek biaya, seperti produk atau

pelanggan berdasarkan besarnya pemakaian kegiatan.

• Mengenai hubungan kausal antara pemacu biaya dengan kegiatan.

Sistem biaya berdasarkan aktivitas akan menghasilkan biaya produk yang

lebih akurat. Pembebanan biaya overhead yang diterapkan dapat mengungkapkan

jumlah overhead sebenarnya yang dikonsumsi setiap produk.

2.2.4.3. Asumsi-asumsi dalam Activity Based Costing

Dalam penerapannya sistem biaya berdasarkan aktivitas mempergunakan

asumsi-asumsi berikut:

Page 18: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian yang Sudah Ada

21

a. Aktivitas-aktivitas mengkonsumsi sumber daya langsung maupun tidak

langsung.

Aktivitas sebagai penyebab timbulnya biaya-biaya (Activity Cause

Cost). Biaya merupakan ukuran sumber daya yang dikonsumsi untuk setiap

aktivitas dalam menghasilkan produk. Tahap pertama dalam sistem ABC

dilakukan dengan menelusuri biaya-biaya sumber daya penunjang atau tidak

langsung ke aktivitas yang dilaksanakan sumber daya tersebut.

b. Produk-produk menciptakan permintaan untuk aktivitas.

Oleh karena itu pada tahap kedua prosedur ABC, biaya-biaya aktivitas

dibebankan ke produk berdasarkan jumlah konsumsi atau permintaan produk-

produk individual terhadap setiap aktivitas.

Menurut Kaplan dan Copper (1991), terdapat 3 dasar dalam penerapan

sistem ABC, yaitu:

a. Biaya-biaya yang tidak berkaitan dengan volume produksi haruslah

merupakan persentase signifikan dari total biaya overhead.

b. Ratio konsumsi dari biaya yang berkaitan dengan volume produksi dan biaya

yang tidak berkaitan dengan volume produksi harus berbeda. Jika produk

mengkonsumsi semua aktivitas overhead dengan rasio yang sama, tidak

menjadi masalah jika pemicu biaya yang berkaitan dengan volume produksi

untuk membebankan semua biaya overhead ke produk. Sehingga sistem biaya

konvensional atau sistem biaya ABC akan membebankan biaya overhead

dalam jumlah yang sama. Karena itu perusahaan dengan produk yang

homogen (Low Product Diversity) dapat menggunakan sistem konvensional

tanpa menimbulkan masalah.

c. Biaya pengukuran rendah dan biaya kesalahan tinggi.

Biaya pengukuran (cost of measurement) adalah biaya yang berkaitan

dengan pengukuran untuk menghasilkan informasi berkaitan dengan biaya

produk. Sedangkan biaya kesalahan (cost of errors) adalah biaya yang

berkaitan dengan pembuatan keputusan yang buruk berdasarkan informasi

biaya produk yang tidak akurat. Biaya pengukuran harus rendah, hal ini

berkaitan dengan biaya perancangan dan penerapan sistem tersebut harus lebih

Page 19: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian yang Sudah Ada

22

rendah dari manfaat yang akan diperoleh dari penerapan sistem di masa yang

akan datang.

2.2.5. Tahapan-tahapan dalam Implementasi Sistem Biaya Berdasarkan Aktivitas

(Activity Based Costing System)

Pada sistem biaya tradisional, pembagian biaya overhead meliputi dua

tahap, dimana pada tahap pertama biaya overhead dibebankan pada unit

organisasi yaitu berupa plantwide atau departemen dan selanjutnya membebankan

biaya ke produk. Demikian pula pada sistem biaya berdasarkan aktivitas prosedur

pembagian biaya overhead juga terdiri dari dua tahapan, perbedaannya adalah

pada tahap pertama sistem biaya berdasarkan aktivitas membagikan biaya

overhead pada aktivitas-aktivitas perusahaan. Sedangkan pada tahap ke

dua, setiap metode meliputi prosedur penelusuran dan pembebanan biaya

overhead ke produk.

Langkah- langkah penerapan sistem biaya berdasarkan aktivitas (activity

based costing system) dilakukan berdasarkan prosedur dua tahap sebagai berikut:

a. Menelusuri biaya dari sumber daya ke aktivitas-aktivitas

• Mengidentifikasikan dan mengklasifikasikan aktivitas-aktivitas

perusahaan dan membebankan biaya pada aktivitas dari sumber daya yang

dikonsumsi.

• Mengidentifikasikan penyebab atau pemicu biaya dari setiap aktivitas

(cost driver).

• Menentukan pusat biaya homogen (homogen cost pool).

• Menghitung pool rate.

b. Menelusuri dan membebankan biaya ke produk atau obyek biaya.

Pada tahap pertama pada sistem biaya berdasarkan aktivitas, dilakukan

identifikasi aktivitas-aktvitas perusahaan dan menghubungkan biaya yang

dikonsumi ke aktivitas, kemudian memisahkan aktivitas-aktivitas beserta

biaya yang dikonsumsi ke dalam homogeneous set. Langkah selanjutnya

adalah menentukan pemicu biaya aktivitas (activity cost driver) yang

berkaitan dengan aktivitas tertentu.

Page 20: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian yang Sudah Ada

23

Menurut Hansen dan Mowen (1995), untuk mengurangi jumlah overhead

rates yang diperlukan dan menyederhanakan proses analisa, aktivitas-aktivitas

dikumpulkan dalam suatu kelompok (homogeneous set) berdasarkan kesamaan

karakteristik, yaitu:

a. Terdapat hubungan antara aktivitas-aktivitas sesuai dengan klasifikasi proses.

b. Setiap aktivitas dalam homogeneous set memiliki rasio konsumsi yang sama.

Jumlah keseluruhan biaya overhead dari aktivitas-aktivitas dalam

homogeneous set akan membentuk pusat biaya yang homogen (homogen cost

pool), dari langkah tersebut dapat ditentukan pool rates setiap pusat biaya.

2.2.5.1. Mengidentifikasikan dan Mengklasifikasikan Aktivitas-aktivitas

a. Identifikasi Aktivitas

Aktivitas merupakan fokus utama dari Sistem Biaya Berdasarkan

Aktivitas (Activity Based Costing System), sehingga identifikasi aktivitas

merupakan langkah awal yang harus dilakukan dalam mendesain sistem ABC.

Secara umum aktivitas merupakan usaha dalam organisasi untuk memuaskan

kebutuhan konsumen. Dari identifikasi aktivitas dihasilkan suatu daftar

keseluruhan aktivitas perusahaan termasuk jumlah sumber daya yang

dikonsumsi setiap aktivitas, yang di dokumentasikan dalam activity inventory.

Langkah selanjutnya adalah menggunakan atribut setiap aktivitas

(activity attributes) untuk mengklasifikasikan dan mendeskripsikan aktivitas.

Activity attributes merupakan bagian dari informasi keuangan dan bukan

keuangan (non financial) yang menyediakan label deskripsi dari setiap

aktivitas, atribut yang digunakan tergantung pada tujuan sistem biaya yang

direncanakan.

b. Klasifikasi aktivitas

Activity attribut dipergunakan untuk mengelompokkan aktivitas yang

berkaitan dalam suatu set sabagai dasar pembentukan pusat biaya yang

homogen (Homogeneous cost pool). Pengelompokkan aktivitas-aktivitas akan

mengurangi jumlah overhead rates yang diperlukan, menyederhanakan proses

analisa biaya produk,dan mengurangi kompleksitas dari model penentuan

biaya produk berdasarkan aktivitas. Aktivitas-aktivitas yang dalam suatu

Page 21: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian yang Sudah Ada

24

kelompok (set) melalui tiga proses mengklasifikasikan berdasarkan atributnya,

yaitu:

• Process attribute, aktivitas dipisahkan berdasarkan proses yang berbeda.

• Activity attribute, aktivitas dikelompokkan berdasarkan tingkatan aktivitas

(level activity).

• Driver attribute, setiap aktivitas mempergunakan pemicu aktivitas

(activity driver) yang sama untuk membagikan biaya pada obyek biaya.

Atribut satu dan dua mendefinisikan bagaimana hubungan dari setiap

aktivitas secara logis, sedangkan pada atribut ketiga aktivitas-aktivitas tersebut

memiliki ratio konsumsi yang sama. Ketiga atribut tersebut dipergunakan

untuk membentuk pusat biaya yang homogen. Dari proses klasifikasi tersebut

dapat disimpulkan aktivitas-aktivitas dalam satu kelompok mempunyai

klasifikasi proses, klasifikasi tingkat aktivitas dan klasifikasi aktivitas pemicu

aktivitas yang sama.

Pembahasan lebih lanjut mengenai pengaruh atribut-atribut tersebut

dalam pengklasifikasian aktvitas adalah sebagai berikut:

A. Klasifikasi Proses (Process Clasification)

Proses didefinisikan sebagai rangkaian aktivitas-aktivitas yang

saling berhubungan untuk menghasilkan tujuan tertentu dari operasi yang

dilakukan. Ruang lingkup proses berkaitan dengan proses tranformasi input

yang menghasilkan keluaran berupa produk atau jasa untuk memenuhi

kebutuhan dari konsumen (baik internal maupun eksternal). Terdapat

kemungkinan suatu proses berhubungan dengan perubahan fungsi dari

aktivitas-aktivitas; seperti proses yang melibatkan banyak departemen, pada

kondisi pengelompokkan aktivitas dilakukan berdasarkan cross-functional

process. Manfaat yang diperoleh dari pengelompokkan aktivitas

berdasarkan klasifikasi proses dalam penentuan biaya produk adalah (1)

mengurangi jumlah pool rates yang dipergunakan, (2) meningkatkan

akurasi dari proses pembagian biaya (cost assignment).

B. Klasifikasi Level dari aktivitas(Activity-Level Classification)

Hirarki biaya (cost hierarchy) adalah pengklasifikasian biaya

menjadi pusat biaya yang berbeda dengan dasar klasifikasi tingkat

Page 22: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian yang Sudah Ada

25

aktivitas. Terdapat empat tingkatan aktivitas dalam proses klasifikasi

aktivitas-aktivitas, yaitu:

• Aktivitas tingkat unit (Unit level activity)

Aktivitas tingkat unit adalah aktivitas yang dilaksanakan untuk

setiap unit produk atau jasa yang dihasilkan. Aktivitas ini dapat

ditelusuri secara langsung ke produk dengan pemicu biaya berdasarkan

volume produksi (volume-related cost driver). Misalkan: power dan

jam mesin yang diperlukan untuk menghasilkan produk, bahan baku

langsung, aktivitas tenaga kerja langsung, pemeliharaan mesin, dan

penggunaan mesin.

• Aktivitas tingkat kelompok (Batch-Level Activity)

Aktivitas tingkat kelompok adalah aktivitas yang berhubungan

dengan sekelompok unit produk (batch) atau jasa, kuantitas dari

aktivitas ini tergantung dari jumlah batch yang diproduksi, tetapi tetap

untuk setiap unit produk dalam batch. Dengan pemicu biaya adalah

tingkatan kelompok dimana satu kelompok merupakan

pengelompokan banyak unit produk atau jasa. Biaya-biaya yang

berkaitan dengan tingkat aktivitas ini adalah, biaya set-up, biaya

pemesanan pembelian, dan biaya penanganan bahan baku; biaya ini

dipengaruhi oleh jumlah pesanan yang ditempatkan dan jumlah batch

yang ditangani, bukan berdasarkan total unit kuantitas yang dipesan

atau ditangani.

• Aktivitas tingkat produk (Product-Level Activity)

Aktivitas tingkat produk adalah aktivitas yang dilakukan untuk

mendukung produk atau jasa tertentu yang dihasilkan. Aktivitas

beserta biaya dari tingkatan produk cenderung meningkat sesuai

dengan pertambahan jumlah unit produksi.

Dengan pemicu biaya adalah pada tingkatan produk atau jasa

individual yang tergantung dari bagaimana unit produk atau jasa

tersebut dihasilkan. Antara lain, aktivitas perancangan produk, biaya

dari aktivitas ini tidak dikaitkan dengan jumlah produk yang

selanjutnya dibuat atau jumlah kelompok suatu produk dihasilkan.

Page 23: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian yang Sudah Ada

26

Contoh lainnya adalah penyiapan proses routing/alur, proses routing

menguraikan langkah- langkah dalam membuat produk dan dengan

urutan operasi yang seharusnya dilalui.

• Aktivitas tingkat fasilitas (Facility-Level Activity)

Aktivitas tingkat fasilitas adalah aktivitas yang tidak dapat

ditelusuri kepada produk atau jasa tertentu tapi mendukung proses

dalam organisasi secara keseluruhan. Biaya penopang fasilitas tidak

berhubungan dengan unit keluaran, jumlah kelompok (batch), atau

kompleksitas dari produk yang diproduksi. Aktivitas tingkat fasilitas

mempergunakan pemicu biaya yang tidak termasuk dalam tiga kategori

aktivitas di atas. Contohnya adalah perencanaan manajemen,

landscaping, depresiasi fasilitas pabrik, properti taxes, kegiatan

administrasi umum, kegiatan iklan berkaitan dengan citra perusahaan,

biaya berkaitan dengan keamanan.

C. Klasifikasi Pemicu Biaya (Activity Driver Clasification)

Dari keempat tingkat aktivitas, unit level, batch level, dan product

level merupakan aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan produk. Pada

tingkatan aktivitas ini dapat dilakukan pengukuran jumlah permintaan

pada aktivitas yang dikonsumsi produk. Aktivitas-aktivitas dapat

dipisahkan menurut rasio konsumsinya, aktivitas dengan rasio yang sama

dapat mempergunakan pemicu aktivitas yang sama untuk membagikan

biaya ke produk. Selanjutnya, aktivitas-aktivitas dalam setiap tingkatan

aktivitas yang memiliki pemicu aktivitas yang sama dikelompokkan dalam

suatu homogeneous set. Homogeneous Set of Activities merupakan

kumpulan aktivitas yang memiliki tujuan proses yang sama dengan

tingkatan aktivitas dan pemicu aktivitas yang sama.

Sedangkan tingkatan fasilitas pendukung (Facility-Level Activities)

merupakan salah satu problem pada sistem biaya berdasarkan aktivitas

dalam penelusuran biaya ke produk. Penelusuran biaya ke produk

tergantung dari kemampuan untuk mengidentifikasikan jumlah dari setiap

aktivitas yang dikonsumsi produk. Sedangkan pada tingkatan fasilitas,

aktivitas beserta biayanya seragam pada setiap produk, sulit untuk

Page 24: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian yang Sudah Ada

27

mengetahui tingkat konsumsi aktivitas dari setiap produk atau obyek biaya

lain.

Sistem ABC murni tidak membagikan biaya dari tingkatan fasilitas

ke produk tapi memberlakukan sebagai biaya periode (Period Cost).

Pengaruhnya adalah biaya tersebut bersifat tetap. Dalam praktek, sistem

ABC menerapkan pendekatan biaya penuh (Full Costing) dalam

mengalokasikan biaya dari tingkatan fasilitas ke produk individual, dengan

pengaruhnya pada biaya produk tidak signifikan, sebab biaya aktivitas

tersebut relatif kecil dibandingkan dengan biaya total yang secara tepat

dapat ditelusuri pada produk individual. Pemicu aktivitas yang umum

digunakan adalah penggunaan ruang dari fasilitas produksi untuk

menyatakan tingkat dari konsumsi dari biaya tingkatan fasilitas.

2.2.5.2. Mengidentifikasikan Pemicu Biaya dari Setiap Aktivitas (Cost Driver)

Dalam proses mendesain sistem biaya berdasarkan aktivitas (Activity

Based Costing System), diperlukan pemahaman yang berkaitan dengan jumlah

pemicu biaya yang diperlukan dan menentukan pemicu biaya yang sesuai. Kedua

faktor tersebut berhubungan erat sebab tipe dari cost driver yang dipilih akan

mempengaruhi jumlah pemicu yang diperlukan sesuai tingkat akurasi sistem.

Permasalahan timbul apabila jumlah pemicu biaya yang dipergunakan

terlalu banyak, karena secara ekonomis tidak menguntungkan untuk menentukan

pemicu yang berbeda dari setiap aktivitas dan pada beberapa proses perusahaan

yang menggunakan aktivitas secara bersama-sama (Agregat) dengan pemicu

tunggal sebagai dasar penelusuran biaya aktivitas ke produk yang dihasilkan,

terdapat kesulitan untuk memilih pemicu yang sesuai.

a. Jumlah Pemicu yang Diperlukan

Jumlah minimum dari pemicu yang diperlukan dalam sistem biaya

berdasarkan akivitas tergantung dari pertimbangan tingkat akurasi dari laporan

biaya produk yang diinginkan dan kompleksitas dari bauran produk yang

diproduksi. Semakin tinggi tingkat akurasi yang dipertimbangkan, jumlah

pemicu yang dibutuhkan semakin banyak menurut Copper dan Kaplan (1991),

Page 25: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian yang Sudah Ada

28

terdapat tiga faktor yang mempengaruhi jumlah pemicu biaya yang

diperlukan, yaitu:

• Diversitas dari Produk (Product Diversity)

Diversitas pada produk terjadi apabila produk mengkonsumsi

aktivitas dalam proporsi yang berbeda. Derajat diversitas dari produk

diukur dengan menentukan rasio konsumsi aktivitas tiap produk dan

membagi rasio aktivitas yang tinggi dengan rasio konsumsi aktivitas yang

rendah untuk menentukan derajat diversitas dari produk-produk yang

dianalisa.

• Biaya relatif dari aktivitas yang ditelusuri (relative cost of activities

aggregated)

Biaya relatif dari aktivitas menyatakan persentase biaya aktivitas

terhadap total biaya proses produksi. Pada proses produksi dengan

aktivitas-aktivitas yang bersifat agregat, biaya rela tif dari aktivitas sangat

berpengaruh, karena semakin tinggi biaya relatif dari aktivitas akan

menghasilkan distorsi yang tinggi apabila penelusuran konsumsi dari

produk tidak akurat akibat penggunaan pemicu aktivitas yang tidak sesuai

(jumlah dan jenis pemicu aktivitas).

• Tingkat diversitas volume produksi (Volume Diversity)

Diversitas dalam volume produksi terjadi apabila produk

diproduksi dalam ukuran kelompok produk (batch) yang berbeda. Ukuran

batch yang berbeda akan mempengaruhi aktivitas produksi dan aktivitas

pendukung lainnya, seperti jumlah pemesanan dan proses pengiriman

(Shipping). Dengan menerapkan sistem biaya berdasarkan aktivitas, dapat

dilakukan penyesuaian pemicu biaya yang digunakan akibat pengaruh dari

volume produksi yang berbeda, dimana pada sistem biaya tradisional hal

ini tidak dapat dilakukan.

Diversitas produk dan diversitas volume produksi masing-masing

memiliki pengaruh terhadap distorsi yang terjadi pada akurasi biaya

produk yang dihasilkan. Penyimpangan yang dihasilkan akibat perbedaan

volume produksi (Volume Diversity) akan memperkuat distorsi dari

diversitas produk, jika high-intensity product diproduksi dalam ukuran

Page 26: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian yang Sudah Ada

29

produksi (batch) yang lebih kecil dari low-intensity product. Kondisi

tersebut akan menghasilkan kurang-kalkulasi ganda pada high-intensity,

low-volume product, dan lebih-kalkulasi ganda pada low-intensity, high-

volume product.

Pengaruh kedua sumber distorsi tersebut saling bertentangan

apabila high- intensity product diproduksi dalam ukuran batch yang lebih

besar dari low-intensity product, sehingga apabila pengaruh dari volume

diversity melebihi distorsi yang ditimbulkan volume diversity kondisi yang

terjadi adalah high-intensity, high-volume product akan lebih-kalkulasi

sedangkan low-intensity. Low-volume product terjadi kurang-kalkulasi.

Kondisi sebaliknya akan terjadi apabila pengaruh product diversity lebih

dominan. Jika derajat diversitas dari volume produksi sama dengan derajat

diversitas dari produk, laporan dari biaya produk yang dihasilkan lebih

akurat.

• Interaksi ketiga faktor yang mempengaruhi pemilihan pemicu biaya

Secara khusus semakin tinggi biaya relatif dari aktivitas yang

ditelusuri (yang tidak berhubungan dengan volume produksi), distorsi

yang dihasilkan dari penelusuran biaya berdasarkan unit produksi akan

bertambah besar. Sedangkan product diversity dan volume diversity

masing-masing dapat saling memperkuat dan berlawanan terhadap distorsi

yang terjadi.

b. Menyeleksi Pemicu Biaya yang Sesuai

Setelah menentukan jumlah minimum cost driver yang diperlukan,

langkah selanjutnya adalah menyeleksi cost driver yang sesuai dengan

mendesain sistem biaya berdasarkan aktivitas. Cooper (1991) menegaskan

bahwa, terdapat tiga faktor yang mempengaruhi penyeleksian pemicu biaya

yang sesuai, yaitu:

• Kemudahan untuk menentukan data yang diperlukan dari pemicu biaya

(cost of measurement)

Dalam sistem biaya berdasarkan aktivitas tingkat akurasi yang baik

diperoleh dengan menggunakan lebih banyak cost driver daripada pemicu

tunggal berdasarkan volume produksi. Untuk mengurangi biaya

Page 27: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian yang Sudah Ada

30

pengukuran dari pemicu aktivitas (cost of measurement), activity based

cost system mempergunakan pemicu yang mudah ditentukan kuantitasnya.

Pemilihan pemicu biaya yang menggunakan jumlah transaksi dari

aktivitas (number of transaction generated by activity) sebagai pengganti

pemicu biaya berdasarkan durasi dari aktivitas, dapat mengurangi biaya

pengukuran dalam mendesain sistem biaya berdasarkan aktivitas.

Menentukan data dari pemicu berdasarkan jumlah transaksi ini mudah

diperoleh, karena transaksi dihasilkan pada saat suatu aktivitas dilakukan.

Pemicu berdasarkan transaksi tersebut antara lain, jumlah pesanan yang

diproses, jumlah proses pengiriman, dan jumlah inspeksi yang dilakukan.

• Korelasi antara tingkat konsumsi aktivitas dari pemicu biaya dengan

konsumsi aktual aktivitas (Degree of Correlation)

Penggunaan pemicu biaya yang mengungkapkan secara tidak

langsung konsumsi aktivitas oleh produk akan berakibat terjadi distorsi

pada laporan biaya produk, sebab pemicu tersebut tidak dapat

menggambarkan dengan akurat tingkat konsumsi aktivitas sebenarnya dari

produk. Seberapa jelas pemicu biaya mengungkapkan konsumsi aktivitas

aktual dari produk, dapat diukur dengan tingkat korelasi antara kuantitas

dari aktivitas yang ditelusuri pada produk terhadap konsumsi aktual

aktivitas oleh produk. Hubungan korelasi tersebut dipergunakan untuk

mengetahui tingkat akurasi dari penelusuran biaya aktivitas oleh produk

dan sebagai alat bantu dalam menyeleksi pemicu biaya yang sesuai.

• Pengaruh perilaku pemicu biaya terhadap lingkungan (Behavioral Effect)

Dalam memilih pemicu biaya, efek penggunaan dari pemicu biaya

tertentu terhadap perilaku biaya individu dalam perusahaan harus

dipertimbangkan. Efek perilaku dapat bermanfaat (benefical) atau

berbahaya (harmful). Perilaku yang bermanfaat tersebut apabila perilaku

akibat penggunaan pemicu biaya tertentu dikehendaki. Sedangkan

pengaruhnya berbahaya jika akibat penggunaan pemicu tersebut tidak

diinginkan.

Page 28: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian yang Sudah Ada

31

2.2.5.3. Menentukan Pusat Biaya Homogen (Homogen Cost Pool)

Pusat biaya yang homogen ditentukan dengan menggabungkan biaya dari

aktivitas-aktivitas pada setiap homogeneous set. Apabila aktivitas-aktivitas dalam

pusat biaya memiliki rasio konsumsi yang sama, maka variasi biaya dari pusat

biaya dapat ditentukan dengan pemicu aktivitas tunggal (single activity driver).

Suatu pusat biaya dikatakan homogen, jika seluruh biaya dalam pusat biaya

memiliki hubungan sebab akibat atau hubungan manfaat yang sama diantara

pemicu biaya dan biaya dari aktivitas tersebut. Konsekuensi penggunaan pusat

biaya yang homogen adalah pengalokasian biaya yang menggunakan pusat

tersebut akan sama hasilnya bila biaya dari masing-masing aktivitas individual

dalam pusat biaya tersebut dialokasikan secara terpisah. Menurut Horgren (1994),

semakin besar derajat homogenitas, semakin sedikit pusat biaya (cost pool) yang

dibutuhkan untuk mencerminkan secara akurat perbedan penggunaan sumber

daya organisasi pada produk yang berbeda.

2.2.5.4. Menghitung Tarif Kelompok (Pool Rate)

Biaya per unit dari pemicu aktivitas dihitung dengan membagi pusat biaya

(cost pool) dengan kapasitas dari aktivitas yang berkaitan, biaya yang dihasilkan

merupakan pool rates sebagai dasar pembebanan biaya ke produk atau obyek

biaya. Perhitungan tarif kelompok merupakan langkah akhir dari tahap pertama

prosedur pengalokasian dua tahap dari sistem biaya berdasarkan aktivitas.

2.2.5.5. Menelusuri dan Membebankan Biaya Overhead ke Produk

Pada tahap dua dari prosedur alokasi dua tahap, biaya dari setiap pusat

biaya overhead ditelusuri ke produk dengan menggunakan pool rates yang

ditentukan pada tahap pertama dan mengukur jumlah sumber daya yang

dikonsumsi produk. Langkah selanjutnya adalah membagikan biaya overhead dari

setiap pusat biaya ke produk dengan menggunakan persaman berikut:

Biaya overhead produk = Pool rate x Aktivitas yang dikonsumsi (2.1)

Page 29: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian yang Sudah Ada

32

Setiap biaya berdasarkan aktivitas (Activity Based Costing System)

menekankan pada hubungan sebab akibat antara aktivitas dengan biaya yang

dibebankan, sedangkan pada sistem biaya tradisional, hubungan tersebut

cenderung diabaikan, hanya berdasarkan unit yang diproduksi atau dasar

pembebanan yang lain. Perbedaan utama yang lain adalah dalam penggunaan

jumlah pemicu biaya dalam pembagian biaya overhead, sistem ABC

mempergunakan pemicu aktivitas berdasarkan unit (unit based activity driver) dan

pemicu aktivitas berdasarkan faktor selain unit produksi (non unit based activity

driver). Pemicu aktivitas tersebut harus memiliki hubungan sebab akibat yang

kuat (cause effect relationship) dan pemicu biaya harus mencerminkan presentase

yang tinggi dari variabilitas biaya aktivitas.

Kriteria tersebut diuji dengan mempergunakan persamaan biaya untuk

setiap aktivitas dengan mempergunakan pemicu yang memiliki nilai koefisien

determinan R2 yang besar. Secara umum sistem biaya berdasarkan aktivitas

mempergunakan jumlah pemicu (drivers) yang lebih banyak dari pemicu

berdasarkan unit produksi (unit based drivers) dalam sistem biaya tradisional,

sehingga penerapan sistem ABC akan meningkat akurasi dari informasi biaya

yang dihasilkan.

2.2.6. Hubungan Biaya, Volume, dan Laba

2.2.6.1. Titik Impas (Break-Event Point)

Titik impas (Break-Even Point) adalah titik kegiatan (volume penjualan)

dimana total pendapatan (revenue) sama dengan total beban (expense), yakni tidak

berlaba ataupun rugi.

Analisis break-even menentukan pada titik mana biaya dan pendapatan

berada dalam keseimbangan. Titik break-even (titik pulang-pokok) yang

ditentukan secara langsung dengan perhitungan matematika, lazimnya disajikan

dalam bentuk grafik karena ia tidak saja menunjukkan kepada manajemen titik

dimana tidak terjadi laba maupun rugi, tetapi juga menunjukkan kemungkinan-

kemungkinan yang berkaitan dengan perubahan dalam biaya atau penjualan. Jadi

grafik break-even dapat didefinisikan sebagai analisis grafis mengenai hubungan

antara biaya dan penjualan terhadap laba. Analisis break-even umumnya

Page 30: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian yang Sudah Ada

33

diperoleh dengan bantuan dari bagan break-even karena hal itu merupkan sarana

pelaporan yang ringkas dan mudah dibaca.

2.2.6.2. Penentuan Titik Break-Even

Data untuk analisis titik break-even tidak dapat diambil langsung dari

perhitungan rugi- laba yang konvensional atau dengan penetapan biaya penuh.

Bentuk laporan tersebut dan cara penyajian datanya tidak memungkinkan suatu

analisis yang mudah dan praktis untuk perencanaan, pengambilan keputusan, dan

penentuan laba. Oleh karena itu, setiap biaya yang dinyatakan dalam perhitungan

rugi- laba yang konvensional harus dianalisis guna menetapkan bagian-bagian

yang tetap dan variabel. Dari ketiga golongan biaya (tetap, semi variabel,

variabel) biaya semivariabel harus dipisahkan ke dalam komponan tetap dan

variabel. Bagian tetap akan dinyatakan dalam jumlah total, sedangkan bagian

variabel dinyatakan sebagai suatu tarif atau persentase.

Analisis break-even dapat didasarkan pada data historis, kegiatan-kegiatan

yang telah lalu, atau penjualan dan biaya di masa datang. Dalam hal yang terakhir,

titik awal dari analisis adalah penentuan biaya taksiran atau biaya standar untuk

berbagai tingkatan output dengan bantuan anggaran fleksibel. Kemudian analisis

tersebut dipecah menjadi tiga bagian utama, yaitu penetapan volume dan harga

jual, penentuan biaya tetap dan variabel, dan menghubungkan biaya dengan

volume. Pendapatan penjualan yang diharapkan ditentukan berdasarkan kondisi

pasar dan dibatasi oleh kapasitas pabrik. Anggaran fleksibel ditinjau dan

diperbaiki dengan memasukkan unsur perubahan harga yang diperkirakan dan

kondisi operasi yang diharapkan. Ramalan produksi (dalam unit produk atau jam

kerja) akan menjadi dasar guna menetapkan biaya standar untuk bahan, buruh dan

overhead pabrik. Nilai yang ditentukan kemudian digabungkan dalam anggaran.

Sedapat mungkin standar untuk kegiatan pemasaran dan administrasi juga

digunakan dalam penyusunan anggaran, yang akan menjadi suatu ikhtisar standar-

standar.

Data-data dalam anggaran fleksibel dapat langsung digunakan tanpa

perbaikan yang terperinci untuk analisis break-even atau dapat diubah ke dalam

grafik break-even. Biaya-biaya standar yang berlaku, yang akurat, dan yang

Page 31: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian yang Sudah Ada

34

merupakan sumber-sumber data yang dapat segera diperoleh untuk berbagai jenis

laporan analisis dan biaya, membentuk sarana yang paling bernilai bagi

penyusunan suatu analisis guna menunjukkan kemungkinan-kemungkinan laba

masa depan.

2.2.6.3. Analisis Break-Even untuk Pengambilan Keputusan

Data akuntan yang digunakan, asumsi-asumsi yang dibuat, cara bagaimana

informasi itu diperoleh dan cara data tersebut dinyatakan merupakan kendala yang

harus dipertimbangkan dalam kaitannya dengan hasil ana lisis break-even. Bagan

break-even pada dasarnya merupakan suatu analisis yang statis. Dalam

kebanyakan kasus, perubahan-perubahan hanya dapat diperlihatkan dengan

membuat bagan baru atau rangkaian bagan-bagan. Jumlah biaya tetap dan biaya

variabel dan juga kemiringan dari garis penjualan hanya mempunyai arti pada

suatu jangkauan (range) kegiatan yang ditetapkan dan harus ditetapkan kembali

untuk kegiatan di luar jangkauan yang relevan itu. Selanjutnya, biaya linier dan

perilaku penjualan telah diterima secara umum dalam jangkauan relevan.

Walaupun terdapat beberapa keterbatasan, analisis break-even

memberikan aplikasi yang luas untuk menguji tindakan-tindakan yang diusulkan,

untuk mempertimbangkan alternatif-alternatif, atau untuk maksud-maksud

pengambilan keputusan yang lain.

Dalam menggunakan analisis break-even, manajemen harus memahami

bahwa:

• Suatu perubahan dalam biaya variabel per unit akan mengubah rasio margin

kontribusi dan titik break-even.

• Suatu perubahan dalam harga jual akan mengubaha rasio margin kontribusi

dan titik break-even.

• Suatu perubahan dalam biaya tetap akan mengubah titik break-even tetapi

tidak mengubah margin kontribusi

• Suatu perubahan gabungan dalam biaya tetap dan variabel pada arah yang

sama akan mengakibatkan perubahan yang sangat tajam dalam titik break-

even.

Page 32: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian yang Sudah Ada

35

2.2.6.4. Kegunaan Analisis Break-Even

Terdapat banyak kegunaan dari analisis break-even yang dapat

dimanfaatkan oleh manajemen. Beberapa diantaranya yang cukup penting

diringkaskan di bawah ini:

• Membantu pengendalian anggaran.

Membantu menunjukkan perubahan apa, bila ada, yang diperlukan untuk

menjadikan biaya sepadan dengan pendapatan.

• Meningkatkan dan menyeimbangkan penjualan.

Berlaku sebagai sinyal peringatan untuk menggugah manajemen terhadap

kesulitan potensial dalam program penjualan. Jika penjualan secara relatif

tidak cukup tinggi dibandingkan dengan biayanya seperti yang semestinya,

kenyataan ini akan diperlihatkan. Dengan demikian mungkin akan tersedia

cukup waktu guna mengevaluasi kembali teknik penjualan, latihan staf

penjualan, dan jalur produk yang dijual dengan kaitannya dengan langganan.

• Menganalisis dampak perubahan volume.

Memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan khusus seperti berapa

banyak volume penjualan saat kini yang dapat dilepas oleh perusahaan

sebelum menderita rugi dan berapa banyak kenaikan laba bila ada kenaikan

volume.

• Menganalisa harga jual dan dampak perubahan biaya.

Menunjukkan pengaruh yang mungkin terjadi atas laba akibat perubahan

dalam harga jual dalam gabungan dengan perubahan lainnya.

• Merundingkan upah.

Membantu manajemen dengan menunjukkan dengan cepat kemungkinan

pengaruh perubahan usulan gaji terhadap laba (dianggap tidak perubahan

dalam efisiensi pegawai) dan memberikan bantuan dalam menentukan

kemungkinan penghematan dan efisiensi yang dapat melindungi posisi laba

perusahaan.

• Menganalisa bauran produk.

Memungkinkan dilakukannya pengujian kritis atas bauran produk.

Analisis break-even untuk setiap jalur produk merupakan bantuan yang

Page 33: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian yang Sudah Ada

36

berharga dalam menentukan produk mana yang harus ditingkatkan dan produk

mana yang mungkin harus dihapus.

• Menilai keputusan-keputusan kapitalisasi dan ekspansi lanjutan.

Memberikan sarana guna menilai lebih dahulu pengeluaran modal yang

diusulkan yang dapat mengubah struktur biaya dari perusahaan.

• Menganalisa margin pengaman.

Berlaku sebagai pedoman untuk margin pengaman dan bagaimana

perubahan-perubahan bisa mempengaruhinya.

2.2.7. Peta Proses Operasi

2.2.7.1. Pengertian Peta Proses Operasi

Peta Proses Operasi merupakan suatu diagram yang menggambarkan

langkah-langkah proses yang akan dialami bahan (bahan-bahan) baku mengenai

urutan-urutan operasi dan pemeriksaan. Sejak dari awal sampai menjadi produk

jadi utuh maupun sebagai komponen, dan juga memuat informasi- informasi yang

diperlukan untuk analisa lebih lanjut, seperti: waktu yang dihabiskan, material

yang digunakan, dan tempat atau alat mesin yang dipakai.

Jadi dalam suatu Peta Proses Operasi, dicatat hanyalah kegiatan-kegiatan

operasi dan pemeriksaan saja, kadang-kadang pada akhir proses dicatat tentang

penyimpanan.

2.2.7.2. Kegunaan Peta Proses Operasi

Dengan adanya informasi- informasi yang bisa dicatat melalui PPO, kita

bisa memperoleh banyak manfaat diantaranya:

• Bisa mengetahui kebutuhan akan mesin dan penganggarannya.

• Bisa memperkirakan kebutuhan akan bahan baku (dengan memperhitungkan

efisiensi ditiap operasi/pemeriksaan)

• Sebagai alat untuk menentukan tata letak pabrik.

• Sebagai alat untuk melakukan perbaikan cara kerja yang sedang dipakai.

• Sebagai alat untuk latihan kerja

• dll.

Page 34: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian yang Sudah Ada

37

2.2.7.3. Lambang- lambang yang Digunakan

Dalam tahun 1947, American Siciety of Mechanical Engineers (ASME)

membuat standar lambang- lambang yang terdiri dari 5 macam lambang:

OPERASI

Suatu kegiatan operasi terjadi apabila benda kerja mengalami perubahan

sifat, baik fisik maupun kimiawi, mengambil informasi maupun memberikan

informasi pada suatu keadaan juga termasuk operasi. Operasi merupakan kegiatan

yang paling banyak terjadi dalam suatu proses dan biasanya terjadi pada suatu

mesin atau stasiun kerja.

PEMERIKSAAN

Suatu kegiatan pemeriksaan terjadi apabila benda kerja atau peralatan

mengalami pemeriksaan baik untuk segi kualitas maupun kuantitas. Lambang ini

digunakan jika kita melakukan pemeriksaan terhadap suatu obyek atau

membandingkan obyek tertentu dengan suatu standar.

TRANSPORTASI

Suatu kegiatan transportasi terjadi apabila benda kerja, pekerja, atau

perlengkapan mengalami perpindahan tempat yang bukan merupakan bagian dari

suatu operasi. Suatu pergerakan yang merupakan bagian dari operasi atau

disebabkan oleh petugas pada tempat bekerja sewaktu operasi atau pemeriksaan

berlangsung, bukanlah merupakan transportasi.

MENUNGGU

Proses menunggu terjadi apabila benda kerja, pekerjaatau perlengkapan

tidak mengalami kegiatan apa-apa selain menunggu (biasanya sebentar). Kejadian

ini menunjukkan bahwa suatu obyek ditinggalkan untuk sementara tanpa

pencatatan sampai diperlukan kembali.

PENYIMPANAN

Proses penyimpanan terjadi apabila benda kerja disimpan untuk jangka

waktu yang cukup lama. Jika benda kerja tersebut akan diambil kembali, biasanya

memerlukan suatu prosedur perizinan tertentu. Lambang ini digunakan untuk

menyatakan suatu objek yang mengalami penyimpanan permanen, yaitu ditahan

atau dilindungi terhadap pengeluaran tanpa ijin tertentu. Prosedur perijinan dan

Page 35: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian yang Sudah Ada

38

lamanya waktu adalah dua hal yang membedakan antara kegiatan menunggu dan

penyimpanan.

Selain kelima lambang standar di atas, kita bisa menggunakan lambang

lain apabila merasa perlu untuk mencatat suatu aktivitas yang memang terjadi

selama proses berlangsung dan tidak terungkapkan oleh lambang- lambang tadi.

Lambang tersebut ialah:

AKTIVITAS GABUNGAN

Kegiatan ini terjadi apabila antara aktivitas operasi dan pemeriksaan

dilakukan bersamaan atau dilakukan pada suatu tempat kerja.

2.2.7.4. Prinsip-prinsip Pembuatan Peta Proses Operasi

Untuk bisa menggambarkan PPO dengan baik, ada beberapa prinsip yang

perlu diikuti sebagai berikut:

• Pertama-tama pada baris paling atas dinyatakan kepalanya “Peta Proses

Operasi” yang diikuti oleh identifikasi lain seperti: nama objek, nama pembuat

peta, tanggal dipetakan cara lama atau cara sekarang, nomor peta dan nomor

gambar.

• Material yang akan diproses diletakkan di atas garis horizontal, yang

menunjukkan bahwa material tersebut masuk ke dalam proses.

• Lambang- lambang ditempatkan dalam arah vertikal, yang menunjukkan

terjadinya perubahan proses.

• Penomoran terhadap suatu kegiatan operasi diberikan secara berurutan sesuai

dengan urutan operasi yang dibutuhkan untuk pembuatan produk tersebut atau

sesuai dengan proses yang terjadi.

• Penomoran terhadap suatu kegiatan pemeriksaan diberikan secara tersendiri

dan prinsipnya sama dengan penomoran untuk kegiatan operasi.

Agar diperoleh gambar Peta operasi yang baik, produk yang biasanya

paling banyak memerlukan operasi, harus dipetakan terlebih dahulu, berarti

dipetakan dengan garis vertikal disebelah kanan halaman kertas.