2 ekstraksi gigi

Upload: mahendra-prihandana

Post on 09-Jul-2015

259 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

2 EKSTRAKSI GIGI

II.2.1 DEFINISI Definisi Pencabutan gigi merupakan suatu proses pengeluaran gigi dari alveolus, dimana pada gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi. Pencabutan gigi juga adalah operasi bedah yang melibatkan jaringan bergerak dan jaringan lunak dari rongga mulut, akses yang dibatasi oleh bibir dan pipi, dan selanjutnya dihubungkan/disatukan oleh gerakan lidah dan rahang. Definisi pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan tanpa rasa sakit satu gigi utuh atau akar gigi dengan trauma minimal terhadap jaringan pendukung gigi, sehingga bekas pencabutan dapat sembuh dengan sempurna dan tidak terdapat masalah prostetik di masa mendatang.15 Pencabutan gigi merupakan tindakan yang sangat komplek yang melibatkan struktur tulang, jaringan lunak dalam rongga mulut serta keselurahan bagian tubuh. Pada tindakan pencabutan gigi perlu dilaksanakan prinsip-prinsip keadaan suci hama ( asepsis ) dan prinsip-prinsip pembedahan ( surgery ). Untuk pencabutan lebih dari satu gigi secara bersamaan tergantung pada keadaan umum penderita serta keadaan infeksi yang ada ataupun yang mungkin akan terjadi.12 Ekstraksi gigi adalah suatu tindakan bedah pencabutan gigi dari socket gigi dengan alat-alat ekstraksi (forceps). Kesatuan dari jaringan lunak dan jaringan keras gigi dalam cavum oris dapat mengalami kerusakan yang menyebabkan adanya jalur terbuka untuk terjadinya infeksi yang menyebabkan komplikasi dalam penyembuhan dari luka ekstraksi. Oleh karena itu tindakan aseptic merupakan aturan perintah dalam bedah mulut.16 Selalu diingat bahwa gigi bukanlah ditarik melainkan dicabut dengan hati-hati. Hal ini merupakan prosedur pembedahan dan etika bedah yang harus diikuti guna mencegah komplikasi serius (fraktur tulang atau gigi, perdarahan, infeksi). Gigi geligi memang banyak namun masing-masing gigi merupakan struktur individual yang penting, dan masing-masing harus dipelihara sedapat mungkin. Tujuan dari ekstraksi gigi harus diambil untuk alasan terapeutik atau kuratif.10 I.2.3 INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI EKSTRAKSI GIGI Indikasi ekstraksi gigi desidua14 1. Karies besar sehingga pulpa menjadi non vital. Untuk poin ini ada pendapat yang berlawanan : segera cabut sebelum timbul keluhan/infeksi, dan melakukan perawatan. Tapi tindakan dilakukan dengan melihat situasi. Jika sudah waktunya gigi erupsi (atau dekat waktunya), maka tidak masalah dilakukan pencabutan. Tapi kalaupun terpaksa dicabut dan waktunya masih lama sebelum erupsi, bisa dicegah dengan menggunakan space retainer. 2. Mengganggu erupsi dan arah pertumbukan dari gigi tetap. 3. Kalau gigi susu itu sering menyebabkan sakit karena infeksi dan bengkak berulang-ulang. 4. Kalau sudah terbentuk sinus pada mukosa disekitar ujung akar. 5. Kalau sudah terjadi ulkus decubitalis (akar giginya keluar sehingga ujungnya yang tajam melukai jaringan lunak sekitar,bibir/pipi).

Indikasi ekstraksi gigi permanen10,12,13,15 Ada beberapa alasan pencabutan gigi permanent yang dapat dilakukan atau indikasi tindakan pencabutan gigi, antara lain: 1. Gigi yang rusak akibat perluasan lubang/karies gigi. Dimana karies luas dapat menyebabkan keradangan pulpa, menjalar ke daerah periapikal. Sehingga timbul berbagai bentuk keradangan yang melibatkan struktur jaringan yang lebih dalam. 2. Gigi yang terlibat penyakit periodontal. Jaringan periodontal rusak yang tidak dapat diperbaiki lagi. Sehingga timbul suatu poket dan menyebabkan gigi yang goyang. Sebagai panduan, kehilangan setengah dari kedalaman tulang alveolar yang normal atau ekstensi poket ke bifurkasi akar gigi bagian posterior atau mobilitas yang jelas berarti pencabutan gigi tidak bisa dihindari lagi. 3. Abses (infeksi) gigi merupakan infeksi baik pada akar gigi maupun infeksi antara gigi dan gingiva. Kebanyakan penyebab abses adalah perluasan dari kerusakan/kebusukan gigi, keadaan infeksi ini dapat menyebabkan rasa sakit yang sangat. Dokter gigi dapat menyelamatkan gigi tersebut dengan mengobati infeksinya namun bila hal tersebut tidak berhasil maka gigi harus dicabut. 4. Gigi sebagai focal infeksi pada kasus-kasus infeksi misalnya : endokarditis rheumatik, infeksi ginjal, pencabutan gigi yang mati sering diindikasikan. 5. Gigi yang terlibat fraktur dan osteomyelitis. Gigi yang terletak garis fraktur sebaiknya dicabut. (beberapa ahli berpendapat sebaiknya dipertahankan). Gigi yang terlibat osteomyelitis dicabut bila telah goyang. Jika garis gigi pecah mungkin harus dilakukan pencabutan untuk mencegah infeksi tulang. 6. Gigi dalam keadaan mati atau pulpitis akut / kronis. Keadaan saluran akar tidak mungkin dilakukan perawatan endodontik/saluran akar (pulpa non vital) 7. Gigi yang tidak mungkin dilakukan perawatan apikoectomy = pengambilan 1/3 ujung akar dari gigi. 8. Persiapan radioterapi. Sebelum radiasi tumor oral, gigi yang tidak sehat membutuhkan pencabutan, atau pengangkatan untuk mereduksi paparan radiasi yang berhubungan dengan osteomelitis. 9. Gigi sehat untuk memperbaiki oklusi/estetika (perawatan ortodontik/kawat gigi). 10. Gigi dalam keadaan impaksi. Dalam kasus ini terpadat ketidakcukupan ruang dalam mulut bagi gigi molar karena kepadatan gigi molar yang ada di depannya sehingga menyebabkan nyeri dan bengkak. Terkadang gigi molar menjadi impaksi dalam arti tidak cukup kuat untuk erupsi sehigga menyebabkan rasa sakit dan infeksi gingiva. 11. Supernumerary teeth. Dalam situasi ini keadaan supernumery teeth terkadang menghambat erupsi gigi lain dalam mulut dan membutuhkan ekstraksi agar didapatkan tempat yang cukup bagi gigi yang akan erupsi. 12. Sisa akar gigi 13. Gigi yang menyebabkan trauma pada jaringan lunak (pipi, bibir, langit-langit mulut dll) 14. Gigi penyebab / terlibat dengan kista. 15. Malposisi ekstrem 16. Gigi geraham belakang pertama (M1) atau geraham belakang dua (M2) yang rusak, untuk mencegah geraham belakang bungsu (M3) impaksi. Secara umum ekstraksi gigi tidak dapat dilakukan apabila pasien tidak menghendaki giginya dicabut. Perlunya komunikasi yang baik antara dokter dengan pasien akan menciptakan suatu kerja sama yang baik, dimana pasien akan memahami mengapa harus dilakukannya suatu tindakan dan dokter dapat melakukan tindakan tersebut sesuai dengan prosedurnya. Selain penolakan secara langsung dari pasien terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam ekstraksi gigi, seperti penyakit

sistemik dibawah ini. Kontaindikasi sistemik a. Kelainan jantung b. Kelainan darah. Pasien yang mengidap penyakit penyakit darah seperti leukemia, haemoragic purpura, hemofilia. Pasien yang mengidap anemia. c. Diabetes mellitus tidak terkontrol. Sangat mempengaruhi penyembuhan luka. d. Penyakit ginjal. Pasien dengan penyakit ginjal ( nephritis ) pada kasus ini bila dilakukan ekstraksi gigi akan menyebabkan keadaan akut e. Penyakit hepar (hepatitis). f. Pasien dengan penyakit syphilis, karena pada saat itu daya tahan terutama tubuh sangat rendah sehingga mudah terjadi infeksi dan penyembuhan akan memakan waktu yang lama. g. Alergi pada anastesi local h. Rahang yang baru saja telah diradiasi, pada keadaan ini suplai darah menurun sehingga rasa sakit hebat dan bisa fatal. i. Toxic goiter j. Kehamilan. terpaksa dilakukan, dianjurkan dilakukan pada trimester ke dua karena obat-obatan pada saat itu mempunyai efek rendah terhadap janin. k. Psychosis dan neurosis pasien yang mempunyai mental yang tidak stabil karena dapat berpengaruh pada saat dilakukan ekstraksi gigi l. Terapi dengan antikoagulan. Kontraindikasi lokal a. Radang akut. Keradangan akut dengan cellulitis, terlebih dahulu keradangannya harus dikontrol untuk mencegah penyebaran yang lebih luas. Jadi tidak boleh langsung dicabut. b. Infeksi akut. Pericoronitis akut, penyakit ini sering terjadi pada saat M3 RB erupsi terlebih dahulu c. Malignancy oral. Adanya keganasan (kanker, tumor dll), dikhawatirkan pencabutan akan menyebabkan pertumbuhan lebih cepat dari keganasan itu. Sehingga luka bekas ekstraksi gigi sulit sembuh. Jadi keganasannya harus diatasi terlebih dahulu. d. Gigi yang masih dapat dirawat/dipertahankan dengan perawatan konservasi, endodontic dan sebagainya II.2.6 KOMPLIKASI EKSTRAKSI GIGI9,10,11 1. Perdarahan. Pada kebanyakan kasus dikarenakan kurangnya pemeriksaan inspeksi dan debridemen dari socket gigi (meninggalkan granuloma atau kista di dalamnya). Setelah diberikan anestesi local, bersihkan socket dengan kuret kemudian gigit dengan kassa dan kompres. 2. Fraktur gigi. Terkadang gigi dapat patah saat pencabutan dan sisa gigi harus dikeluarkan seluruhnya, komplikasi ini juga dapat menyebabkan rasa sakit dan pembengkakan dan kerusakan jaringan ekstraksi juga lebih banyak. Fraktur patologis pada thalasemia yang disebabkan oleh ruang sumsum tulang yang lebar. Terkadang gigi dapat patah saat pencabutan dan sisa gigi harus dikeluarkan seluruhnya, komplikasi ini juga dapat menyebabkan rasa sakit dan pembengkakan dan kerusakan jaringan ekstraksi juga lebih banyak. 3. Infeksi. Dapat diakibatkan karena tidak dilakukan tindakan aseptic saat ekstraksi, adanya tulang mati (sequester bone) atau adanya sisa kista. Lakukan pemeriksaan inspeksi dan pembersihan socket gigi dalam anestesi local. Pemberian antibiotic selama 6 sampai 8 hari sebaiknya diberikan jika

terdapat rasa sakit yang berat setelah masa penyembuhan usai atau jika tampak adanya pus. Jika lebih dari area akar gigi yang terinfeksi saat akan dilakukan ekstraksi gigi maka antibiotic mungkin sebaiknya diberikan setelah gigi pasien selesai diekstraksi. Meningkatnya resiko infeksi pada pasien thalasemia yang telah menjalani splenektomi, dianjurkan agar pasien tersebut mendapatkan antibiotika profilaktik sebelum terapi dental. Juga, pasien dengan thalasemia memiliki resiko infeksi human immunodeficiency virus dan hepatitis yang lebih tinggi karena banyaknya transfusi darah yang mereka terima. Dengan demikian kehati-hatian yang tepat harus diambil jika menterapi mereka. 4. Pembengkakan. Pembengkakan dapat berlanjut atau meningkat setelah dua hari paska ekstraksi, namun sebaiknya mulai berkurang pada hari ke 5. kompres ess dapat berguna untuk mengurangi pembengkakan 20 menit pada area pipi kemudian pada area ekstraksi, hentikan selama 10 menit kemudian ulangi kembali. Pembengkakan dapat menjadi masalah dalam hal membuka mulut, sehingga bila pembengkakan telah berkurang, mulut dapat bekerja lebih baik. 5. Dry socket. Dimana bekuan darah yang menutup daerah bekas ekstraksi menghilang tanpa digantikan oleh bekuan darah yang lain. Tulang dan jaringan sarah terpapar oleh udara dan lainnya yang terdapat dalam rongga mulut menyebabkan rasa sakit dan terkadang bau busuk. Dikarenakan anoksia dari tulang atau sequester alveolar tertinggal di tempat tersebut menghasilkan rasa sakit 2 sampai 3 hari setelah tindakan. Untuk menanggulanginya bersihkan socket, gunakan analgetik dan antibiotic bila terdapat infeksi. Normalnya dry socket bersih sekitar 5 sampai 7 hari. 6. Rasa nyeri dan tidak nyaman saat tidur. Tidur dengan kepala agak dinaikkan dapat mengurangi tekanan pada rahang, menggunakan dua bantal dapat menolong. Cobalah untuk menghindari tidur berbaring pada daerah ekstraksi untuk menghindari nyeri dan tidak nyaman. 7. Kerusakan gigi yang lain selama ekstraksi gigi berlangsung. I.2.7 TINDAKAN PASCA EKSTRAKSI GIGI17 LAKUKAN : o Tempatkan dan gigit kassa pada daerah ekstraksi lamanya minimal 10 menit atau sampai perdarahan berhenti. Jika perdarahan terus berlanjut, gigit kassa kembali kassa yang baru dan segera mencari pengobatan terdekat baik klinik gigi ataupun rumah sakit. o Telanlah saliva. o Minum obat yang dianjurkan. HINDARI : o Jangan banyak kumur-kumur dalam 24 jam o Jangan mengganggu daerah bekas ekstraksi dengan lidah atau tangan. o Hindari makanan panas atau minuman panas. o Hindari aktivitas berat. o Hindari merokok. II.2.8 PROSES PENYEMBUHAN 9,11 Setelah gigi di ekstraksi maka akan terbentuk lubang pada tulang rahang dimana merupakan tempat gigi yang sudah dicabut (socket gigi). Seiring berjalannya waktu lubang ini bentuknya akan semakin halus dan diisi oleh tulang. Hal ini dapat memakan waktu mingguan atau bulanan untuk proses penyembuhan yang sempurna. Sekitar 1-2 minggu setelah tindakan merupakan waktu yang cukup untuk terjadinya penyembuhan pada tempat bekas ekstraksi. Setelah 7 hari masa penyembuhan

dapat memulai makan makanan padat tanpa menyebabkan rasa sakit. Proses penyembuhan setelah ekstraksi gigi adalah cepat karena di dalam mulut diciptakan agar penyembukan berjalan dengan cepatnya. Penyembuhan dapat terhambat karena merokok. Gingiva dapat sembuh sempurna 3-4 minggu setelah ekstraksi gigi. Jika tulang rahang mengalami kerusakan selama ekstraksi gigi, akan membutuhkan waktu sampai 6 bulan untuk sembuh sempurna. Pelayanan kesehatan perorangan merupakan pelayanan yang bersifat pribadi (private goods), bertujuan menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan dan pencegahan penyakit. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada pengunjung yang datang ke Puskesmas menurut data atau rekam medis dari tahun ketahun mengalami peningkatan, hal ini tidak terlepas dari kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut. Hampir 95% penderita gusi dan mulut dengan kelainan periodental menginginkan pencabutan gigi, karena anggapan masyarakat bahwa hanya dengan mencabut gigi yang sakit dapat menyelesaikan atau mengakhirkan penderitaan yang dialami.Tingginya masyarakat yang melakukan pencabutan gigi terkait dengan tingkat pengetahuan tentang pengobatan sakit gigi, sebenarnya masalah tersebut bisa di antisipasi dengan pengobatan atau dengan pemampatan gigi.