1lp_dm

Upload: vic-fuentes-scremo

Post on 15-Oct-2015

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 5/25/2018 1LP_DM

    1/18

    LAPORAN PENDAHULUAN

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIABETES

    MELLITUS

    NAMA : R.R. Ayu Marta Eka P., S.Kep

    NIM : 092311101068

    PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    UNIVERSITAS JEMBER

    2014

  • 5/25/2018 1LP_DM

    2/18

    I. KONSEP PENYAKITa. Kasus

    Diabetes Mellitus (DM)

    b. PengertianDiabetes mellitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

    ditandai dengan kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemi

    (Smeltzer & Bare, 2001).

    c. Tipe Diabetes MellitusDiabetes mellitus (DM) terbagi dalam beberapa tipe, yaitu :

    1. DM Tipe I : DM tergantung insulinDisebabkan oleh destruksi sel pulau Langerhans akibat proses

    autoimun, faktor genetik, dan lingkungan (virus atau toksin) sehingga

    diperlukan suntikan insulin untuk mengendalikan kadar glukosa darah.

    DM tipe I terjadi pada 5% - 10% penderita DM.

    2. DM Tipe II : DM tidak tergantung insulinDisebabkan karena kegagalan relatif sel (penurunan jumlah produksi

    insulin) dan penurunan sensitivitas insulin (resistensi insulin). DM tipe

    II terjadi pada 90% - 95% penderita DM.

    3. DM yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya4. DM Gestasional5. DM yang terjadi saat kehamilan. Wanita tidak mengalami DM sebelum

    hamil. hiperglikemi terjadi selama kehamilan karena sekresi hormon-

    hormon plasenta. Setelah melahirkan, kadar glukosa dalam darah akan

    kembali normal. Namun demikian, tidak sedikit wanita dengan DM

    Gestasional dikemudian hari mengalami DM Tipe II. Oleh karena itu,

    wanita dengan DM Gestasional harus mendapatkan konseling guna

    mempertahankan berat badan idealnya dan melakukan latihan secara

    teratur sebagai upaya untuk menghindari awitan DM Tipe II.

  • 5/25/2018 1LP_DM

    3/18

    d. PatofisiologiGlukosa secara normal bersirkulasi dalam darah dengan jumlah tertentu.

    Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi. Insulin, adalah

    hormon yang diproduksi oleh pankreas berfungsi untuk mengendalikan

    kadar glukosa dlam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya.

    Pada diabetes kemampuan tubuh terhadap insulin dapat menurun atau

    pankreas tidak memproduksi sama sekali hormon insulin sehingga keadaan

    ini dapat menimbulkan hiperglikemi.

    1. DM Tipe IPada DM Tipe I ketidakmampuan menghasilkan insulin karena sel-

    sel pankreasn telah dihancurkan oleh proses autoimun. Dalam

    keadaan normal insulin berperan dalam proses glikogenolisis

    (pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis

    (pembentukan glukosa baru dari asam-asam amino serta substansi lain).

    Pada penderita defisiensi insulin proses ini terjadi tanpa hambatan

    sehingga menimbulkan hiperglikemi. Disamping itu terjadi pemecahan

    lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang

    merupakan produk samping pemecahan bahan lemak. Badan keton dapat

    mengganggu keseimbangan asam basa dalam tubuh bila jumlahnya

    berlebihan.

    Pada DM Tipe I, hiperglikemi puasa terjadi karena produksi

    glukosa yang tidak dapat diukur oleh hati. Disamping itu, glukosa yang

    tidak dapat disimpan dalam hati tetap berada dalam darah dan

    menimbulkan hiperglikemipostprandial(sesudah makan).

    2. DM Tipe IITerdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin,

    yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.

    Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada

    permukaan sel sehingga akan terjadi suatu rangkaian reaksi dalam

    metabolisme glukosa dalam sel. DM Tipe II dengan resistensi insulin

  • 5/25/2018 1LP_DM

    4/18

    akan diikuti pula dengan penurunan reaksi intrasel. Dengan demikian

    insulin tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh

    jaringan.

    Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya

    glukosa dalam darah, perlu adanya peningkatan jumlah sekresi insulin.

    Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat

    dari sekresi insulin berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan

    dalam tingkat normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-

    sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin,

    maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi DM Tipe II.

    e. Tanda dan gejalaManifestasi klinis pada DM dikaitkan dengan konsekuensi metabolik

    defisiensi insulin yang menyebabkan kadar glukosa dalam darah tinggi. Hal

    ini membuat ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang

    tersaring keluar sehingga glukosa muncul dalam urin (glukosuria). Ketika

    glukosa yang berlebihan diekskresikan dalam urin, ekskresi ini akan disertai

    pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini disebut

    dengan diuresis osmotik.

    Awitan awal pada DM dengan gejala klasik berupa 3P yaitu peningkatan

    selera makan (polifagi), peningkatan dalam berkemih (poliuri), dan polidipsi

    (peningkatan rasa haus), berat badan menurun. Gejala lain berupa lemas,

    mengantuk, kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi pada pria, dan pruritus

    vulva pada wanita.

    f. KomplikasiKomplikasi pada DM dapat dikategorikan menjadi akut dan kronik :

    1. Akuta) Koma hipoglikemi (reaksi insulin, syok insulin)

  • 5/25/2018 1LP_DM

    5/18

    Pasien DM mungkin suatu saat menerima insulin lebih banyak

    daripada yang dibutuhkan untuk mempertahankan kadar glukosa

    normal yang mengakibatkan hipoglikemi.

    b) KetoasidosisApabila kadar insulin sangat menurun akan terjadi hipergliemi dan

    glukosuria berat, penurunan lipogenesis, peningkatan lipolisis, dan

    peningkatan oksidasi asam lemak disertai badan keton (asetoasetat,

    hidroksibutirat, dan aseton). Peningkatan keton dalam plasma

    mengakibatkan ketosis. Peningkatan produksi keton mengakibatkan

    beban ion hidrogrn dan sidosis metabolik.

    Glukosuria dn ketonuria dapat mengakibatkan diuresis osmotik

    dengan hasil akhir dehidrasi dan kehilangan elektrolit. Pasien dapat

    mengalami hipotensi dan syok yang mengakibatkan penurunan

    penggunaan oksigen otak, pasien akan mengalami koma dan

    meninggal.

    c) Koma hiperosmolar nonketotikKomplikasi lain yang terjadi.hiperglikemi muncul tanpa ketosis.

    Hiperglikemi berat dengan kadar glukosa serum >600 mg/dl.

    Hiperglikemi menyebabkan hiperosmolaritas, diuresis osmotik, an

    dehidrasi berat. Pasien dapat menjadi tidak sadar dan meninggal.

    2. Kronika) Makroangiopati

    Mengenai pembuluh darah besar; pembuluh darag jantung, pembuluh

    darah tepi, pembuluh darah otak.

    b) MikroangiopatiMerupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan

    arterioll; pada retina (retinopati diabetik), glomerulus ginjal

    (nefropati diabetik), dan saraf-saraf perifer (neuropati diabetik)

    c) Rentan infeksiSeperti tuberkulosis paru, gingivitis, dan infeksi saluran kemih

  • 5/25/2018 1LP_DM

    6/18

    d) Kaki diabetik

    g. Pemeriksaan khusus dan penunjangPemeriksaan Penyaring

    Pemeriksaan perlu dilakukan pada kelompok dengan risiko tinggi seperti

    usia dewasa (>40 tahun), obesitas, tekanan darah tinggi, riwayat keluarga

    dengan DM, riwayat kehamilan dengan berat badan lahir bayi >4.000 g,

    riwayat DM pada kehamilan, dan dislipidemia.

    Pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu dengan pemeriksaan penyaring

    diantaranya pemeriksaan kadar gula darah sewaktu, kadar gula darah puasa,

    Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) Standar. Untuk kelompok berisiko

    tinggi apabila pemeriksaan penyaring menunjukkan hasil negatif sebaiknya

    dilakukan pemeriksaan ulangan setiap tahun.

    Tabel 1. Kadar glukosa darah sewaktu dan kadar glukosa darah puasa

    sebagai patokan pemeriksaan penyaring (mg/dl)

    Bukan DM Belum Pasti DM DM

    Kadar Glukosa Darah Sewaktu

    Plasma vena 200

    Darah kapiler 200

    Kadar Glukosa Darah Puasa

    Plasma vena 126

    Darah kapiler 110

    (Sumber : Mansjoer, 2001)

    Cara pemeriksaan TTGO, adalah :

    1) Tiga hari sebelum pemeriksaan pasien makan sebelum biasa2) Kegiatan jasmani sementara cukup, tidak terlalu banyak3) Pasien puasa semalam selama 10-12 jam4) Periksa glukosa darah puasa

  • 5/25/2018 1LP_DM

    7/18

    5) Berikan glukosa 75 g yang dilarutkan dalam air 250 ml, lalu minumdalam waktu 5 menit

    6) Periksa glukosa darah 1 jam dan 2 jam sesudha beban glukosa7) Selama pemeriksaan, pasien yang diperiksa tetap istirahat dan tidak

    merokok

    Kriteria Diagnosis DM

    1. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu 200 mg/dl (11,1 mmol/l).2. Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan hasil pemeriksaan

    sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir. Atau

    3. Gejala klasik DM + kadar glukosa plasma puasa 126 mg/dl (7,0mmol/l). Puasa diartikan pasien tak mendapat kalori tambahan sedikitnya

    8 jam. Atau

    4. Kadar glukosa plasma 2 jam pada TTGO 200 mg/dl (11,1 mmol/l).TTGO dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa

    yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air.

  • 5/25/2018 1LP_DM

    8/18

    Langkah Diagnostik Diabetes Mellitus

    h. Terapi yang dilakukan / PenatalaksanaanPenatalaksanaan jangka pendek pada DM bertujuan untuk

    menghilangkan keluhan/gejala DM. Sedangkan tujuan jangka panjang

    adalah untuk mencegah komplikasi.

    Terdapat 4 pilar utama dalam penatalaksanaan DM yaitu edukasi,

    terapi nutrisi medis, latihan jasmani, dan intervensi farmakologis

    (PERKENI, 2011) :

    1) EdukasiEdukasi memegang peranan yang sangat penting dalam

    penatalaksanaan DM tipe 2 karena pemberian edukasi kepada pasien

  • 5/25/2018 1LP_DM

    9/18

    dapat merubah perilaku pasien dalam melakukan pengelolaan DM

    secara mandiri. Keberhasilan pengelolaan diabetes mandiri

    membutuhkan partisipasi aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Tim

    kesehatan mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku,

    dibutuhkan edukasi yang komprehensif dan upaya peningkatan

    motivasi.

    Edukasi yang diberikan kepada pasien meliputi pemahaman

    tentang perjalanan penyakit DM, makna dan perlunya pengendalian

    dan pemantauan DM, penyulit DM dan resikonya, intervensi

    farmakologis dan non farmakologis serta target perawatan, interaksi

    antara (asupan makanan, aktifitas fisik, dan obat anti hipoglikemik oral

    atau insulin serta obat-obat lain), cara pemantauan glukosa darah dan

    pemahaman hasil glukosa darah atau urin mandiri (hanya jika

    pemantauan glukosa darah mandiri tak tersedia), mengatasi sementara

    keadaan gawat darurat seperti rasa sakit atau hipoglikemia, pentingnya

    latihan jasmani yang teratur, masalah khusus yang dihadapi (mis:

    hiperglikemi pada kehamilan), pentingnya perawatan diri, dan cara

    mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan.

    Edukasi dapat dilakukan secara individual dengan pendekatan

    berdasarkan penyelesaian masalah. Seperti halnya dengan proses

    edukasi, perubahan perilaku memerlukan perencanaan yang baik,

    implementasi, evaluasi dan dokumentasi.

    2) Terapi nutrisi medis (TNM)Terapi nutrisi medis (TNM) merupakan bagian dari

    penatalaksanaan diabetes secara total. Setiap orang dengan diabetes

    (diabetisi) sebaiknya mendapat TNM sesuai dengan kebutuhannya

    guna mencapai target terapi, prinsip pengaturan makan pada diabetisi

    hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu

    makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat

    gizi masing-masing individu, juga perlu ditekankan pentingnya

  • 5/25/2018 1LP_DM

    10/18

    keteraturan makan (jadwal makan, jenis dan jumlah makanan, terutama

    pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau

    insulin).

    3) Latihan jasmaniKegiatan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu selama

    kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam

    penatalaksanaan DM tipe 2. Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki

    ke pasar, menggunakan tangga, dan berkebun harus tetap dilaksanakan.

    Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat

    menurunkan berat badan dan memperbaiki sensifitas insulin, sehingga

    akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang

    dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti: jalan

    kaki, bersepeda santai, jogging dan berenang. Latihan jasmani

    sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani.

    Pada saat latihan jasmani otot-otot tubuh, sistem jantung dan

    sirkulasi darah serta pernafasan diaktifkan. Oleh sebab itu metabolisme

    tubuh, keseimbangan cairan dan elektrolit serta asam basa harus

    menyesuaikan diri. Otot-otot akan menggunakan asam lemak bebas

    dan glukosa sebagai sumber tenaga (energi). Bila latihan jasmani

    dimulai, glukosa yang berasal dari glikogen di otot-otot pada waktu

    latihan jasmani mulai dipakai sebagai sumber tenaga. Apabila latihan

    jasmani terus ditingkatkan maka sumber tenaga dari glikogen otot

    berkurang, selanjutnya akan terjadi pemakaian glukosa darah dan asam

    lemak bebas. Makin ditingkatkan porsi olahraga makin meningkat pula

    pemakaian glukosa yang berasal dari cadangan glikogen hepar

    4) Intervensi farmakologisIntervensi farmakologis meliputi pemberian obat-obatan kepada

    pasien DM tipe 2. Obat-obatan yang diberikan dapat berupa obat oral

    dan bentuk suntikan. Obat dalam bentuk suntikan meliputi pemberian

  • 5/25/2018 1LP_DM

    11/18

    insulin dan agonis GLP-1/incretin mimetic (PERKENI, 2011).

    Berdasarkan cara kerjanya, obat hiperglikemik oral (OHO) dibagi

    menjadi 5 golongan, yaitu pemicu sekresi insulin (misalnya

    sulfonilurea dan glinid), peningkat sensitivitas terhadap insulin

    (misalnya metformin dan tiazolidindion), penghambat glukoneogenesis

    (misalnya metformin), penghambat absorpsi glukosa (misalnya

    penghambat glukosidase alfa), dan DPP-IV inhibitor

    II. MASALAH YANG PERLU DIKAJIa. Aktivitas / Istirahat

    Gejala : lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun.

    Tanda : penurunan kekuatan otot.

    b. SirkulasiGejala : ulkus pada kaki, penyembuhan lama, kesemutan/kebas pada

    ekstremitas.

    Tanda : kulit panas, kering dan kemerahan.

    c. Integritas EgoGejala : tergantung pada orang lain.

    Tanda : ansietas, peka rangsang.

    d. EliminasiGejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nakturia

    Tanda : urine encer, pucat kering, poliurine.

    e. Makanan/cairanGejala : hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mengikuti diet, penurunan

    berat badan.

    Tanda : kulit kering/bersisik, turgor jelek.

    f.Nyeri/ kenyamananGejala : nyeri pada luka ulkus

    Tanda : wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat hati-hati.

    g. KeamananGejala : kulit kering, gatal, ulkus kulit.

  • 5/25/2018 1LP_DM

    12/18

    Tanda : demam, diaforesis, kulit rusak, lesi/ulserasi

    h. Penyuluhan / pembelajaranGejala : faktor risiko keluarga DM, penyakit jantung, stroke, hipertensi,

    penyembuhan yang lamba.

    Penggunaan obatseperti steroid, diuretik (tiazid) : diantin dan fenobarbital

    (dapat meningkatkan kadar glukosa darah).

  • 5/25/2018 1LP_DM

    13/18

    III. POHON MASALAHKetidakseimbangan

    produksi insulin

    Gula dalam darah

    tidak dapat dibawa

    masuk ke dalam sel

    Hiperglikemia

    Viskositas dalam

    darah meningkatSyok Hiperglikemia

    Anabolisme protein

    menurun

    Kerusakan sel

    Faktor genetik, autoimun,

    lingkungan (virus atau toksik)

    Batas melebihi ambang

    ginjal

    Aliran darah melambat Koma diabetik Kerusakan pada antibodi

    Glukosuria

    Iskemik jaringan Kekebalan tubuh menurun

    Diuresis osmotikKetidakefektifan perfusi

    jaringan perifer

    Kehilangan kaloriPoliuriretensi urin

    Kehilangan cairan dan

    elektrolit dalam sel

    Dehidrasi

    Risiko syok

    Sel kekurangan bahan

    untuk metabolisme

    Protein lemak dibakar

    BB menurun

    Merangsang

    hipotalamus

    Pusat lapar dan haus

    Polidipsi

    Polifagi

    Ketidakseimbangan

    nutrisi kurang dari

    kebutuhan

    Kelemahan

    Katabolisme lemak Pemecahan protein

    Asam lemak Keton

    Ketoasidosis

    Ureum

    Risiko infeksi

    Neuropati sensori perifer

    Klien tidak merasakan sakit

    Nekrosis luka

    Gangren

    Kerusakan integritas kulit

  • 5/25/2018 1LP_DM

    14/18

    IV. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATANNo Diagnosa

    keperawatanTujuan Kriteria hasil Intervensi

    keperawatanRasional

    1. Ketidakefektifan

    perfusi jaringan

    perifer

    berhubungan

    dengan iskemia

    jaringan

    Setelah

    dilakukan

    tindakan

    keperawatan

    1x24 jam

    perfusi jaringan

    menjadi efektif

    NOC :

    Circulation

    status

    Mendemonstra

    sikan status

    sirkulasi yang

    ditandai

    dengan :

    Tekanansistl dan

    diastole

    dalam

    rentang

    yang

    diharapkan

    Tidakterdapat

    hipotensi

    ortostatik

    Tidakterdapattanda

    peningkata

    n tekanan

    intrakranial

    (tidak

    >15mmHg)

    NIC :

    Peripheral

    Sensation

    Management

    1. Monitor daerahtertentu yang

    hanya peka

    terhadap

    panas/dingin/tu

    mpul/tajam

    2. Kaji CRT

    3. Gunakansarung tangan

    4. Diskusikanmengenai

    perubahan

    sensasi

    5. Instrusksikankeluarga untuk

    mengobservasiadanya luka

    1. Skriningkemungkinan

    tidak

    adekuatnya

    sirkulasi

    2. Menilaipengisian

    darah

    didaerah

    perifer

    3. Untukproteksi

    4. Pasien dankeluarga

    paham

    mengenai

    perubahan

    yang terjadi

    5. Mencegahkomplikasi

    lebih lanjut

    2. Kerusakan

    integritas kulit

    berhubungan

    dengan kondisi

    gangguan

    metabolik

    Setelah

    dilakukan

    tindakan

    keperawatan

    1x24 jam

    integritas kulit

    membaik

    NOC :

    Integritaskulit yang

    baik dapat

    dipertahan

    kan

    (sensasi,

    elastisitas,

    temperatur,

    hidrasi,

    NIC:

    Wound Care

    1. Monitorkarakteristik

    dari luka

    2. Bersihkandengan normal

    1. Pertimbangan intervensi

    yang akan

    dilakukan

    2. Cairanfisiologis

  • 5/25/2018 1LP_DM

    15/18

    Tissueintegrity

    Woundhealing

    pigmentasi

    )

    Tidakterdapat

    luka/lesi

    pada kulit

    Perfusijaringan

    baik

    Mampumelindungi

    kulit danmempertah

    ankan

    kelembaba

    n kulit

    salin

    3. Pantau prosespenyembuhan

    luka

    4. Instruksikanpasien dan

    keluarga

    menjagakebersihan luka

    5. Informasikankepada pasien

    dan keluarga

    mengenai

    tanda-tanda

    infeksi

    untuk

    perawatan

    luka

    3. Memantaukeefektifan

    dari

    perawatan

    luka

    4. Mencegahluka

    terkontamina

    si

    5. Mencegahinfeksi

    terjadi

    3. Ketidakseimban

    gan nutrisikurang dari

    kebutuhan

    berhubungan

    dengan

    gangguan

    keseimbangan

    insulin, makanan

    dan aktivitas

    jasmani

    Setelah

    dilakukantindakan

    keperawatan

    1x24 jam nutrisi

    pasien dapat

    terpenuhi

    NOC:

    Nutritionalstatus

    Weightcontrol

    Mampumengidentifikasi

    kebutuhan

    nutrisi

    Tidakterdapat

    tanda-tanda

    malnutrisi

    NIC:

    Nutritionmonitoring

    1. Monitor beratbadan pasien

    2. Monitor tipedan jumlah

    aktivitas yang

    biasa dilakukan

    3. Monitor kulitkering dan

    perubahan

    pigmentasi

    4. Monitorlingkungan

    selama makan

    1. Memantauperkembanga

    n berat badan

    pasien

    2. Aktivitasdapat

    membuat

    metabolisme

    meningkat

    3. Memantauhidrasi

    4. Lingkungandapat

    mempengaru

    hi motivasi

  • 5/25/2018 1LP_DM

    16/18

    5. Monitor turgorkulit

    untuk makan

    5. Monitorhidrasi

    5. Risiko syok

    berhubungan

    dengan

    kehilangan

    cairan dan

    elektrolit dalam

    sel

    Setelah

    dilakukan

    tindakan

    keperawatan

    1x24 jam tidak

    terdapat tanda

    gejala syok

    NOC:Shock

    Prevention

    Irama jantung,

    nadi, frekuensi

    napas, irama

    pernapasan

    dalam batas

    yang

    diharapkan

    NIC:

    Shock prevention

    1. Monitorsirkulasi

    2. Monitor tandainadekuatoksigenasi

    jaringan

    3. Monitor inputdan output

    4. Monitor tandaawal syok

    5. Kolaborasipemberian

    cairan IV

    dengan tepat

    1. Memantaukeadekuatan

    sirkulasi

    darah

    2. Mencegahhipoksia

    jaringan

    3. Memantaukeseimbanga

    n tubuh

    4. Pencegahankomplikasi

    lebih lanjut

    5.

    Rehidrasi

    6. Risio infeksi

    berhubungan

    dengan

    penurunan

    antibodi

    Setelah

    dilakukan

    tindakan

    keperawatan

    1x24 jam

    infeksi dapatdihindari

    NOC:

    Immunestatus

    Risk contol

    Pasienmampu

    mampu

    mengidenti

    fikasi tanda

    dan gejalainfeksi

    TTV dalambatas

    normal

    NIC:

    Infection control

    1. Bersihkanlingkungan

    setelah dipakaipasien lain

    2. Batasipengunjung

    3. Cuci tangansebelum dan

    sesudah

    melakukan

    1. Mencegahinfeksi silang

    2. Mencegahpenyebaran

    bakteri/kuma

    n dari luar

    3. Mencegahinfeksi

    nosokomial

  • 5/25/2018 1LP_DM

    17/18

    tindakan

    4. Beri penjelasankepada pasien

    tanda dan

    gejala infeksi

    5. Kolaborasipemberian

    antibitok

    4. Pencegahansegera

    komplikasi

    lebih lanjut

    5. Mencegahpenyebaran

    infeksi

  • 5/25/2018 1LP_DM

    18/18

    DAFTAR PUSTAKA

    Joane. 2004.Nursing Intervention Classification. Mosby : USA

    Joane. 2004.Nursing Outcomes Classification. Mosby : USA

    Mansjoer, Arif. 2001.Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius

    Nurarif, A.H. & Kusuma, H.K. 2013.Aplikasi Asuhan Kepreawatan Berdasarkan

    Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.Yogyakarta : Mediaction Publishing

    Price,S.A. & Wilson, L.M. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses

    Penyakit. Jakarta : EGC

    Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

    Brunner & Suddarth.Jakarta : EGC