199992606 revisi-case-lengkap
TRANSCRIPT
Get Homework/Assignment Done Homeworkping.comHomework Help https://www.homeworkping.com/
Research Paper helphttps://www.homeworkping.com/
Online Tutoringhttps://www.homeworkping.com/
click here for freelancing tutoring sitesLaporan Kasus
Anemia Perdarahan
Oleh:
Hidayatullah (04043100048)Adrian Kurniawan (04043100044)
Pembimbing:dr. Norman Djamaludin, SpPD
Oponen Wajib: Oponen Bebas:1. Fadil Pramudhia 1. Oktavianus Tambun2. Bintang Arroyantri 2. Mardianita
3. Aldiar 3. Ari Fauta4. Okta Hariza 4. Alisa Anggun Sari5. Chelsia Septiani 5. Akbar Novan DS6. Adrian Kurniawan 6. Eusebiusyuvens7. Gita Efriani 7. Meryta Ulfa8. Astari Putriyanti 8. Ebeneser Sitepu9. Ahmad Taufan 9. Feni Anggraini10. Tasya Kurniawati 10. Hesti Puspita Sari11. Zul Amali bin Che Kamaruddin 11. Sukma Utama12. Tedy Gazali 12. Ahmad Triadi13. Gizska Putri 13. Dalilah
DEPARTEMEN PENYAKIT DALAMRUMAH SAKIT DR. MOH. HOESIN PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA2008
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada ALLAH SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul Anemia
Perdarahan. Di kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada dr. Norman Djamaludin, SpPD selaku pembimbing yang telah
membantu penyelesaian laporan kasus ini.
Penulisan juga mengucapan terima kasih kepada residen-residen, teman-
teman, dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan kasus
ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Demikianlah penulisan laporan ini, semoga bermanfaat, amin.
Palembang, Januari 2009
Penulis
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus
Judul
Anemia Perdarahan
Oleh:
Hidayatullah (04043100048)
Adrian Kurniawan (04043100044)
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan
Klinik Senior di Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Univesitas
Sriwijaya Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang periode 1 Desember 2008 – 9
Februari 2008.
Palembang, Januari 2009
dr. Norman Djamaludin, SpPD
BAB IPENDAHULUAN
Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai di klinik di
seluruh dunia, di samping sebagai masalah kesehatan utama masyarakat, terutama di
negara berkembang. Kelainan ini merupakan penyebab debilitas kronik (chronic
debility) yang mempunyai dampak besar terhadap kesejahteraan sosial dan ekonomi,
serta kesehatan fisik. Oleh karena frekuensinya yang demikian sering, anemia,
terutama anemia ringan seringkali tidak mendapat perhatian dan dilewati oleh para
dokter di praktek klinik.
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa
eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa
oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer (penurunan oxygen carrying
capacity). Secara praktis ditujukan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematrokrit,
atau hitung eritrosit (red cell count). Tetapi yang paling lazim dipakai adalah kadar
hemoglobin, kemudian hematokrit. Harus diingat bahwa terdapat keadaan-keadaan
tertentu di mana ketiga parameter tersebut tidak sejalan dengan massa eritrosit,
seperti dehidrasi, perdarahan akut dan kehamilan.
Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri (disease entity), tetapi
merupakan gejala berbagai macam penyakit dasar (underlying disease). Oleh karena
itu dalam diagnosis anemia tidaklah cukup hanya sampai kepada label anemia tetapi
harus dapat ditetapkan penyakit dasar yang menyebabkan anemia tersebut.
Pendekatan pasien anemia memerlukan pemahaman tentang pathogenesis dan
patofisiologi anemia, serta keterampilan dalam memilih, menganalisis serta
merangkum hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan
pemeriksaan penunjang lainnya.
Anemia merupakan kelainan yang sering dijumpai baik klinik maupun di
lapangan. Diperkirakan lebih dari 30% penduduk dunia atau 15000 juta orang
menderita anemia dengan sebagian besar tinggal di daerah tropic. De Maeyer
memberikan gambaran prevalensi anemia di dunia untuk tahun 1985 seperti terlihat
pada tabel berikut ini:
Gambaran Prevalensi Anemia di Dunia
Lokasi Anak0-4 th
Anak5-12 th
Laki-lakidewasa
Wanita15-49 th
Wanitahamil
Negara Maju 12% 7% 3% 14% 11%
Negara Berkembang 51% 46% 26% 59% 47%
Dunia 43% 37% 18% 51% 35%dikutip dari De Maeyer EM, et al, 1989
Untuk Indonesia, Husaini memberikan gambaran prevalensi anemia pada
tahun 1989 sebagai berikut:
Objek Penelitian Prevalensi
Anak prasekolah 30-40%
Anak usia sekolah 25-35%
Perempuan dewasa tidak hamil 30-40%
Perempuan hamil 50-70%
Laki-laki dewasa 20-30%
Pekerja berpenghasilan rendah 30-40%
Klasifikasi anemia berdasarkan etiopatogenesis dapat dikelompokan menjadi
empat bagian yaitu: A. Anemia karena gangguan pembentukan eritrosi dalam
sumsum tulang; B. Anemia akibat perdarahan; C. Anemia hemolitik; D. Anemia
idiopatik. Pada kesempatan ini kami akan mengangkat kasus mengenai anemia
hemolitik yang disebabkan gangguan autoimun. Kasus autoimun hemolitik anemia
(AIHA) memang relatif jarang ditemukan. Namun pada kenyataannya penyakit ini
sangat berpotensi mengancam jiwa. Pemahaman praktisi kesehatan tentang AIHA,
baik tentang gejala klinis, pemeriksaan fisik hingga kelainan lain yang bisa menyertai
sehingga identifikasi dan penatalaksanaannya dapat sangat perlu untuk ditingkatkan.
Untuk itulah, kasus ini kami ambil sebagai bahan presentasi kasus kami.
BAB IILAPORAN KASUS
IDENTIFIKASI
Nama : Nona IM
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 15 tahun
Alamat : Ds. Datar Lebar, Kec. Semendo, Kabupaten Muara Enim,
Sumatera Selatan
Pekerjaan : Pelajar
Status perkawinan : Belum Kawin
Agama : Islam
MRS : 6 Januari 2009
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Mimisan sejak ± 15 hari sebelum masuk rumah sakit
Riwayat Perjalanan Penyakit
± 15 hari SMRS os mengeluh mimisan setelah os mengorek hidung. Mimisan ± 1
gelas, darah tidak berhenti walaupun disumbat dengan daun sirih. Os juga mengeluh
demam (+), demam tinggi dan hilang timbul, pasien mengeluh kadang-kadang
menggigil, nyeri sendi (+), batuk (+), dahak (-). mual (-), muntah (-). BAK dan BAB
tidak ada keluhan. Os kemudian berobat ke bidan dan diberi obat suntik dan obat
penambah darah, namun mimisan os masih terjadi.
± 12 hari SMRS os mengeluh mimisan bertambah, diikuti batuk darah, darah
sebanyak ½ ember kecil, frekuensi 1 kali/hari. Os kemudian berobat ke RS. Muara
Enim dan dirawat. Os mendapat transfusi 18 kantong. Setelah transfusi kantong ke-18
os mengeluh timbul bentol-bentol di kulit, gatal. Os lalu diberi suntikan. Setelah
bentol-bentol menghilang muncul bercak-bercak di kulit tangan dan perut berwarna
biru. Os juga mengeluh Gusi berdarah (+). Demam (+) hilang timbul, menggigil (-),
nyeri sendi (+), mual (+), muntah (-). BAB warna hitam, konsistensi keras. BAK
berwarna agak gelap. Os kemudian dirujuk ke RSMH dan dirawat.
Riwayat Penyakit Dahulu
- Sakit malaria ± 9 bulan SMRS, dirawat di RS Muara Enim
- Mimisan ± 8 bln SMRS ditransfusi 7 kantong
- Sakit malaria ± 7 bulan SMRS, dirawat di RSMH Palembang dengan gusi
berdarah
- Mensturasi banyak disangkal (os pakai pembalut 2x/hari bila mens)
Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga disangkal
Status gizi
Diet sebelum sakit : 3x sehari, teratur
Variasi diet
Karbohidrat : nasi, ½ piring
Protein : ikan sepotong, hampir tiap hari, tahu dan tempe sering
Lemak : daging, sepotong kecil, jarang, 1 bulan 1x.
Sayur : setiap hari
Buah : 1x seminggu
Susu : jarang, 1x bulan
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Keadaan umum : tampak sakit
Keadaan sakit : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Gizi : (46 kg, 161 cm) RBW= 83,7%
Kesan : BB kurang
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 102 x/ menit, teratur, isi tegangan cukup
Pernapasan : 20 x/ menit
Temperatur : 38,2 º celcius
Keadaan Spesifik
Kulit
Warna kuning langsat, efloresensi: purpura (+), scar (-), pigmentasi normal, ikterus
(-), sianosis (-), spider nevi (-), temperatur kulit (+) panas, pertumbuhan rambut
normal, telapak tangan dan kaki pucat (+)
KGB
Kelenjar getah bening di submandibula, leher, axila, inguinal tidak ada pembesaran,
nyeri tekan tidak ada
Kepala
Bentuk oval, simetris, ekspresi tampak sakit, warna rambut hitam, rambut mudah
rontok (+), deformitas (-)
Mata
Eksophtalmus (-), endophtalmus (-), edema palpebra (-), konjungtiva palpebra pucat
(+), sklera ikterik (-), pupil isokor, reflek cahaya (-), pergerakan mata ke segala arah
dan simetris, lapangan penglihatan baik
Hidung
Bagian luar hidung tak ada kelainan, septum dan tulang-tulang dalam perabaan baik,
selaput lendir dalam batas normal, epistaksis (+)
Telinga
Tophi tidak ada, pada liang telinga tidak ada kelainan, nyeri tekan proc. Mastoideus
tidak ada, kedua meatus acusticus eksternus normal, pendengaran baik
Mulut
Ulcerasi (+), pembesaran tonsil (-), gusi berdarah (+), lidah pucat (-), lidah kotor (-),
atrofi papil (-), hipertrofi gusi (-), stomatitis (-), rhagaden (+), bau pernapasan khas (-)
Leher
Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran kelenjar thyroid (-), JVP (5-2)
cmH2O, hipertrofi musculus sternocleidomastoideus (-), kaku kuduk (-)
Dada
Bentuk dada normal, retraksi (-), nyeri tekan (-), nyeri ketok (-), krepitasi (-)
Paru:
Inspeksi : statis-dinamis simetris paru kanan kanan dan kiri
Palpasi : stemfremitus paru kanan<kiri
Perkusi : kanan redup mulai ICS IV, sonor pada lapangan paru kiri
Auskultasi : vesikuler (+) N, RBS (+) di basal paru kanan, wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : batas atas ICS II, batas kanan linea parasternalis dextra, batas
kiri línea mid clavicula sinistra
Auskultasi : HR 102 x/ menit, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : datar, purpura (+)
Palpasi : lemas, nyeri tekan (+) di epigastrium, hepar dan lien tidak
teraba
Perkusi : thympani, shifting dullness (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Genital : tidak ada kelainan
Ekstremitas :
Ekstremitas atas : nyeri sendi (+), gerakan bebas, edema (-), jaringan
parut (-), pigmentasi normal, telapak tangan pucat
(+), jari tabuh (-), turgor kembali lambat (-)
Ekstremitas bawah : nyeri sendi (+), gerakan bebas, edema (-), jaringan
parut (-), pigmentasi normal, telapak kaki pucat (+),
jari tabuh (-), turgor kembali lambat (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (6 Januari 2009)Hematologi No. Pemeriksaan Hasil Nilai Normal1. Hemoglobin 7,5 g/dl L: 14-18 g/dl; P: 12-16 g/dl2. Eritrosit 2.620.000/ mm3 L: 4,5-5,5 juta/mm3,
P: 4,0-5,0 juta/mm3
3. Hematokrit 24 vol % L:40-48 vol%, P:37-43 vol%4. MCH 29 picogram 27-31 picogram5. MCV 91 microgram 82-92 microgram6. MCHC 32 % 32 – 36 %7. Leukosit 19.100/µl 5.000-10.000/µl8. Laju endap darah 105 mm/jam L: < 10 mm/jam; P: < 15
mm/jam9. Trombosit 10.000/ mm3 200000-500000 mm3
10. Hitung jenis 0/0/2/91/7/0 0-1/1-3/2-6/50-70/20-40/2-811. Gambaran darah
tepiE : Normositik normokromL : ∑ ↑, bentuk normalT : ∑ ↓, bentuk normalKesan : anemia normokrom normositik + trombositopenia
Kimia klinikNo. Pemeriksaan Hasil Nilai Normal1. BSS 255 mg/dl2. Uric acid 3,9 mg/dl L:3,5-5,7 ; P:2,6-6,03. Ureum 48 mg/dl 15 - 394. Creatinin 0,8 mg/dl L:0,9-1,3 ; P:0,6-1,05. SGOT 22 U/l < 40 U/l6. SGPT 26 U/l < 417. Natrium 141 mmol/l 135-1558. Kalium 3,2 mmol/l 3,5-5,59. TIBC 267 ug/dl 274-38510. Fe 55 ug/dl L:59-158 ; P:32-145
Foto Thorax:
Kesan : Efusi Pleura minimal + Jantung curiga membesar, konfirmasi ECG
RESUME
Seorang laki-laki dengan inisial Nona A M, 15 tahun datang dengan keluhan utama
mimisan sejak ± 15 hari sebelum masuk rumah sakit
Dari anamnesis didapatkan:
± 15 hari SMRS os mengeluh mimisan setelah os mengorek hidung. Mimisan ± 1
gelas, darah tidak berhenti walaupun disumbat dengan daun sirih. Os juga mengeluh
demam (+), demam tinggi dan hilang timbul, pasien mengeluh kadang-kadang
menggigil, nyeri sendi (+), batuk (+), dahak (-). mual (-), muntah (-). BAK dan BAB
tidak ada keluhan. Os kemudian berobat ke bidan dan diberi obat suntik dan obat
penambah darah, namun mimisan os masih terjadi.
± 12 hari SMRS os mengeluh mimisan bertambah, diikuti batuk darah, darah
sebanyak ½ ember kecil, frekuensi 1 kali/hari. Os kemudian berobat ke RS. Muara
Enim dan dirawat. Os mendapat transfusi 18 kantong. Setelah transfusi kantong ke-18
os mengeluh timbul bentol-bentol di kulit, gatal. Os lalu diberi suntikan. Setelah
Rontgen Thorax (9 Januari 2009):Interpretasi:Kondisi foto baikThorax simetrisPosisi trachea berada di tengahTulang-tulang normalHilus tidak ada kelainanCTR > 50%Pinggang jantung menghilangTampak perselubungan homogen masif
di paru kananSinus costofrenicus pada paru kanan
tumpul
bentol-bentol menghilang muncul bercak-bercak di kulit tangan dan perut berwarna
biru. Os juga mengeluh Gusi berdarah (+). Demam (+) hilang timbul, menggigil (-),
nyeri sendi (+), mual (+), muntah (-). BAB warna hitam, konsistensi keras. BAK
berwarna agak gelap. Os kemudian dirujuk ke RSMH dan dirawat.
Os mempunyai riwayat sakit malaria dua kali 9 dan 7 bln SMRS dirawat di RS Muara
Enim dan RSMH Palembang. Selain itu juga os pernah mengeluh mimisan sekitar 8
bulan lalu dan mendapat transfusi 7 kantong. Os menyangkal adanya penyakit dengan
gejala yang sama dalam keluarganya.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan, keadaan umum pasien adalaah tampak sakit
sedang dan kesadarannya compos mentis. Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 106
kali/menit, teratur, isi dan tegangan cukup, pernapasan 20 kali/menit, temperatur
380C, RBW 83,7% (berat badan=46 kg dan tinggi badan=161cm), kesan berat badan
kurang, JVP(5-2) cmH2O. Episthaksis (+). Rhagaden (+). Normal thorax,
pemeriksaan abdomen; tampak purpura, nyeri di epigastrium (-), hepar dan lien tidak
teraba, nyeri tekan (+), pada extremitas didapatkan nyeri sendi (+) dan telapak tangan
dan kaki pucat.
Kriteria ARA yang ditemukan:
1. Ulserasi mulut
2. Artritis pada ≥ sendi perifer
3. Kelainan hematologi (trombositopenia <100.000/mm3)
DIAGNOSA KERJA
Anemia perdarahan ec. Trombositopenia
DIAGNOSA BANDING
- SLE
- Leukimia akut
- ITP
- DIC
PENATALAKSANAAN :
Non farmakologis:
Istirahat
Diet BB TKTP
Farmakologi:
IVFD RL gg XL/menit
Vit. B1, B6, B12 3x1 tab
RENCANA PEMERIKSAAN :
Darah Rutin - SGOT, SGPT, bilirubin direk/ indirek
Urin Rutin - BMP
DDR - Ro. Thorax PA
DPL
PROGNOSIS :
Quo ad vitam : dubia
Quo ad functionam : dubia ad malam
Follow Up:Tanggal 7 Januari 2009S BatukO: Keadaan umum
KesadaranTekanan darahNadiPernapasanTemperaturKeadaan spesifik
Compos mentis130/80 mmHg102 x/menit30 x/ menit37,50C
Kepala
Leher
Thorax:Paru
Jantung
Abdomen
GenitaliaEkstremitas
Pemeriksaan PenunjangHematologi
Conjungtiva palpebra pucat (+)Sclera ikterik (-)
JVP (5-2) cm H2OPembesaran KGB (-)
I : statis-dinamis simetris kanan = kiriP : stemfremitus kanan < kiriP : kanan redup mulai ICS IV, sonor di lapangan paru kiriA : vesikuler (+) N, RBS (+) di basal paru kanan, wheezing (-)
I : ictus cordis tidak terlihatP : ictus cordis tidak terabaP : batas atas ICS 2, batas kanan LPS dextra, batas kiri LMC sinistraA : HR 102 x/ menit murmur (-), gallop (-)
I : datar, purpura (+)P : lemas, nyeri tekan epigastrium (+), hepar dan lien tidak terabaP : thympaniA : bising usus (+) normal
Tak ada kelainanEdema (-)
Hemoglobin : 7,5 g/dlEritosit : 2.620.000Hematokrit : 24 vol%Leukosit : 19.100/ mm3
MCH : 29 picogramMCV : 91 mikrogramMCHC : 32 %LED : 105 mm/jamRetikulosit : 0,5%Trombosit : 30.000/mm3
Hitung jenisBasofil : 0 %Eosinofil : 0 %Batang : 2 %Segmen : 91 %
Limfosit : 7 %Monosit : 0%Gambaran darah tepi: Eritrosit : normositik normokromLeukosit : jumlah meningkat, bentuk normalTrombosit : jumlah menurun, bentuk
normalKesan : anemia normositik normokrom
disertai trombositopeni dan leukositosis
A ITP + susp. Efusi pleura dextraDD/ SLE Leukimia akut
P IstirahatDiet BB TKTPIVFD RL gtt xx/mVit B1, B6, B12 3x1 tabRencana :Kultur dan resistensi sputum, darah, urinBTA sputum I,II,IIIMalariaKonsul divisi hematologi
Tanggal 8-9 Januari 2009S Muntah, demamO: Keadaan umum
KesadaranTekanan darahNadiPernapasanTemperaturKeadaan spesifikKepala
Leher
Thorax:Paru
Compos mentis130/90 mmHg 90 x/menit20 x/ menit37,50C
Conjungtiva palpebra pucat (+)Sclera ikterik (-)
JVP (5-2) cm H2OPembesaran KGB (-)
I : statis-dinamis simetris kanan = kiriP : stemfremitus kanan < kiriP : kanan redup mulai ICS IV, sonor di lapangan paru kiriA : vesikuler (+) N, RBS (+) di basal paru
Jantung
Abdomen
GenitaliaEkstremitas
Pemeriksaan penunnjang
kanan, wheezing (-)
I : ictus cordis tidak terlihatP : ictus cordis tidak terabaP : batas atas ICS 2, batas kanan LPS dextra, batas kiri LMC sinistraA : HR 90 x/ menit murmur (-), gallop (-)
I : datar, purpura (+)P : lemas, nyeri tekan epigastrium (+), hepar dan lien tidak terabaP : thympaniA : bising usus (+) normal
Tak ada kelainanEdema (-)
Malaria tidak ditemukanA ITP
DD/ SLE Leukimia akut
P IstirahatDiet NB TKTPIVFD RL gtt xx/mCeftazidin 2 x 1 gVit B1, B6, B12 3 x 1 tabTransfusi PRC 300 ccRencana pemeriksaan:Thorax foto PAUSG abdomenBMPSel LEDarah rutinAlbumin, globulin, asam urat, LDH, LFT, bilirubin, SGOT, SGPTEKG
Tanggal 10-11 Januari 2009S DemamO: Keadaan umum
KesadaranTekanan darahNadiPernapasan
Compos mentis100/70 mmHg100 x/menit32 x/ menit
TemperaturKeadaan spesifikKepala
Leher
Thorax:Paru
Jantung
Abdomen
GenitaliaEkstremitas
Pemeriksaan PenunjangLaboratorium
Rontgen Thorax PA
EKG
390C
Conjungtiva palpebra pucat (+)Sclera ikterik (-)
JVP (5-2) cm H2OPembesaran KGB (-)
I : statis-dinamis simetris kanan = kiriP : stemfremitus kanan < kiriP : kanan redup mulai ICS IV, sonor di lapangan paru kiriA : vesikuler (+) N, RBS (+) di basal paru kanan, wheezing (-)
I : ictus cordis tidak terlihatP : ictus cordis tidak terabaP : batas atas ICS 2, batas kanan LPS dextra, batas kiri LMC sinistraA : HR 100 x/ menit murmur (-), gallop (-)
I : datar, purpura (+)P : lemas, nyeri tekan epigastrium (+), hepar dan lien tidak terabaP : thympaniA : bising usus (+) normal
Tak ada kelainanEdema (-)
Hemoglobin : 8,3 g/dlLeukosit : 9.200/ mm3
Trombosit : 51.000/mm3
Malaria : (-)LDH : 635 U / lAsam urat : 3,9 mg/dlSel LE tidak ditemukanTulang Normal, cor curiga membesar, gambaran efusi pleura dextra +
SR, axis normal, HR 155x/m, gel P normal, PR interval 0,12 detik, QRS komplek 0,04 detik, ST-T change -, T inverted V1-V3
Kesan: Sinus takikardi + iskemik anteroseptal
Kriteria ARA Kriteria ARA yang ditemukan:1. Ulserasi mulut2. Artritis > 2 sendi perifer3. Kelainan hematologi4. Pleuritis
A ITP sekunder SLEDD/ ITP + pleuro pneumoni dextra Leukimia Akut
P IstirahatDiet NB TKTPIVFD RL:D5% gtt xx/mTransfusi PRC 300 ccCeftazidin 2 x 1 gVit B1, B6, B12 3 x 1 tabRencana pemeriksaan: Cek Hb post transfusiKultur sputumBMPBSN/BSPPC3,C4ANAAnti dsDNACT, BTCoomb’s testEchocardiografiKonsul mata
Tanggal 12-13 Januari 2009S DemamO: Keadaan umum
KesadaranTekanan darahNadiPernapasanTemperaturKeadaan spesifikKepala
Leher
Thorax:Paru
Compos mentis110/80 mmHg80 x/menit24 x/ menit36,60C
Conjungtiva palpebra pucat (-)Sclera ikterik (-)
JVP (5-2) cm H2OPembesaran KGB (-)
I : statis-dinamis simetris kanan = kiriP : stemfremitus kanan < kiri
Jantung
Abdomen
GenitaliaEkstremitas
Pemeriksaan PenunjangLaboratorium
Konsul mataKriteria ARA
P : kanan redup mulai ICS IV, sonor di lapangan paru kiriA : vesikuler (+) N, RBS (+) di basal paru kanan, wheezing (-)
I : ictus cordis tidak terlihatP : ictus cordis tidak terabaP : batas atas ICS 2, batas kanan LPS dextra, batas kiri LMC sinistraA : HR 80 x/ menit murmur (-), gallop (-)
I : datar, purpura (+)P : lemas, nyeri tekan epigastrium (+), hepar dan lien tidak terabaP : thympaniA : bising usus (+) normal
Tak ada kelainanEdema (-)
Hemoglobin : 9,4 g/dlLeukosit : 11.500/ mm3
Trombosit : 29.000/mm3
BSN: 88 mg/dl, BSPP :108 mg/dlCT: 8 detik, BT: 9 detikCoomb test direct (+), indireck (+)Kesan : vaskulitis + BRVO ODS1. Ulserasi mulut2. Artritis > 2 sendi perifer3. Kelainan hematologi4. Pleuritis
A SLE DD/ anemia hemolitik autoimun Leukimia Akut
P IstirahatDiet NB TKTPIVFD RL:D5% gtt xx/mCeftazidin 2 x 1 gVit B1, B6, B12 3 x 1 tabRencana pemeriksaan: Kultur sputumBMPC3,C4
ANA Anti dsDNATanggal 14 Januari 2009S Demam, batukO: Keadaan umumKesadaranTekanan darahNadiPernapasanTemperaturKeadaan spesifikKepala
Leher
Thorax:Paru
Jantung
Abdomen
GenitaliaEkstremitas
Pemeriksaan PenunjangBMP
Compos mentis90/70 mmHg120 x/menit36 x/ menit36,60C
Conjungtiva palpebra pucat (-)Sclera ikterik (-)
JVP (5-2) cm H2OPembesaran KGB (-)
I : statis-dinamis simetris kanan = kiriP : stemfremitus kanan < kiriP : kanan redup mulai ICS IV, sonor di lapangan paru kiriA : vesikuler (+) N, RBS (+) di basal paru kanan, wheezing (-)
I : ictus cordis tidak terlihatP : ictus cordis tidak terabaP : batas atas ICS 2, batas kanan LPS dextra, batas kiri LMC sinistraA : HR 120 x/ menit murmur (-), gallop (-)
I : datar, purpura (+)P : lemas, nyeri tekan epigastrium (+), hepar dan lien tidak terabaP : thympaniA : bising usus (+) normal
Tak ada kelainanEdema (-)
Peningkatan seri eritrositA SLE
DD/ anemia hemolitik autoimun ITP
P Istirahat
Diet NB TKTPIVFD RL:D5% gtt xx/mCeftazidin 2 x 1 gVit B1, B6, B12 3 x 1 tab
BAB IIIANALISIS KASUS
Anemia bukanlah suatu diagnosis melainkan suatu cerminan perubahan
patofisiologik yang mendasar yang diuraikan melalui anamnesis yang seksama,
pemeriksaan fisik, dan konfirmasi laboratorium. Karena semua sistem organ dapat
terkena, maka pada anemia dapat menimbulkan manifestasi klinik yang luas,
bergantung pada: (1) kecepatan timbulnya anemia; (2) usia individu; (3) mekanisme
kompensasi; (4) tingkat aktivitasnya; (5) keadaan penyakit yang mendasarinya; dan
(6) beratnya anemia.
Pada anemia dimana terjadi pengurangan jumlah efektif sel darah merah
(SDM), terjadi penurunan pengiriman O2 ke jaringan. Kehilangan darah yang
mendadak (30% atau lebih), seperti pada perdarahan, mengakibatkan gejala-gejala
hipovolemia dan hipoksemia, termasuk kegelisahan, diaforesis (keringat dingin),
takikardia, napas pendek, dan berkembang cepat menjadi kolaps sirkulasi atau syok.
Namun berkurangnya massa SDM dalam waktu beberapa bulan (bahkan
pengurangannya sebanyak 50%) memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh untuk
beradaptasi dan pasien biasanya asimtomatik, kecuali pada kerja fisik berat. Tubuh
beradaptasi dengan (1) meningkatkan curah jantung dan pernapasan, oleh karena itu
meningkatkan pengiriman O2 ke jaringan-jaringan oleh SDM, (2) meningkatkan
pelepasan O2 oleh hemoglobin, (3) mengembangkan volume plasma dengan menarik
cairan dari sela-sela jaringan, dan (4) redistribusi aliran darah ke organ-organ vital.
Salah satu tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah pucat.
Keadaan ini umumnya diakibatkan dari berkurangnya volume darah, berkurangnya
hemoglobin dan vasokonstriksi untuk memaksimalkan O2 ke organ-organ vital.
Warna kulit bukan indeks yang dapat dipercaya untuk pucat karena dipengaruhi
pigmentasi kulit, suhu, dan kedalaman serta distribusi bantalan kapiler. Bantalan
kuku, telapak tangan, dan membrane mukosa mulut serta konjungtiva merupakan
indikator yang lebih baik untuk menilai pucat. Jika lipatan tangan tidak lagi berwarna
merah muda, hemoglobin biasanya kurang dari 8 gram. Dalam melakukan perkiraan
secara klinis akan sangat membantu bila kita memperhatikan lima hal yang mungkin
merupakan penyebab anemia yaitu: (1) kurangnya intake (masukan); (2)
meningkatnya penghancuran atau kehilangan; (3) meningkatnya pemakaian; (4)
gangguan absorpsi; (5) gangguan pembentukan.
Pada trombositopenia ditandai oleh perdarahan spontan, waktu perdarahan
diperpanjang, dan waktu pembekuan normal. Hitung trombosit 100.000 per ml atau di
bawahnya, jadi secara umum dianggap menyebabkan trombositopeni, meskipun
perdarahan spontan baru akan terjadi setelah jumlah tersebut turun di bawah 20.000
per ml. Jumlah trombosit antara 20.000-50.000 dapat menyebabkan perdarahan
pascatruma. Berkurangnya jumlah trombosit dapat terjadi karena: (1) penurunan
produksi atau (2) perusakan yang berlebihan. Berkurangnya produksi trombosit
berkaitan dengan berbagai macam kegagalan atau jejas sumsum; keadaan ini
termasuk anemia aplasia idiopati, kegagalan sumsum karena obat, dan infiltrasi
susum oleh tumor. Pada semua keadaan ini, trombositopeni berkaitan dengan
penurunan megakariosit sumsum. Di pihak lain kerusakan hebat atau konsumsi
perifer trombosit ditandai oleh jumlah megakariosit dalam sumsum normal atau
bertambah. Kerusakan trombosit yang dipercepat seringkali berhubungan dengan
antibodi antitrombosit. Keadaan ini mungkin berhubungan dengan penyakit-penyakit
autoimun yang dikenali benar, seperti SLE atau tampak sebagai gangguan nyata yang
berdiri sendiri (purpura trombositopeni idiopati/ITP). Sebagian trombositopeni karena
obat juga diduga melalui perantaraan imunologi. Kerusakan hebat trombosit pada
beberapa kasus terjadi melalui keadaan nonimunologi. Seperti disebutkan di bagian
awal, pemanfaatan trombosit secara berlebihan terjadi di dalam DIC. Penyebab
nonimunologi lain mencakup prosthesis jantung dan kelainan rangka, yang disebut
purpura trombositopeni thrombosis (TTP).
Adanya trombositopenia dapat dijadikan indikator untuk memperkirakan
prognosis pasien SLE. Sebuah studi kohort pada 408 pasien dengan waktu
pemantauan median selama 11 tahun menyatakan bahwa adanya trombositopenia
berhubungan dengan peningkatan risiko mortalitas yang terkait SLE sebanyak 2,36
kali. Penyebab trombositopeni pada SLE dapat dibagi menjadi tiga, yaitu (1)
kegagalan produksi yang disebabkan oleh pengobatan atau penyakitnya sendiri, (2)
distribusi abnormal, seperti pooling di limpa, atau (3) destruksi besar-besaran seperti
pada sindrom antifosfolipid, anemia hemolitik mikroangiopatik atau trombositopenia
yang diperantarai antibodi.
Manifestasi klinis trombositopenia pada pasien SLE secara umum serupa
dengan yang terlihat pada pasien ITP atau trombositopenia akibat penyebab lain, dan
tergantung pada jumlah hitung trombosit. Saat hitung trombosit di bawah
50.000/mm3, perdarahan spontan atau purpura dapat terjadi. Faktor lain yang
mempengaruhi perdarahan spontan tersebut selain hitung trombosit adalah defek
trombosit secara kualitatif dan usia trombosit. Perdarahan muncul biasanya sebagai
petekie dan atau ekimosis, terutama pada tungkai bawah, dengan adanya peningkatan
tekanan kapiler. Perdarahan hidung, menorrhagia, epistaksis, dan perdarahan gusi
dapat pula terjadi.
Dalam menangani kasus ini, pengobatan yang umum dianjurkan adalah
terapi kortikosteroid sistemik, yaitu prednisone 1-1,5 mg/kg/hari. Terapi
kortikosteroid ini ekuivalen dengan “splenektomi medikal” karena mencegah
sekuestrasi trombosit berlapis antibodi limpa. Sebagian besar pasien menunjukkan
perbaikan 1-8 minggu.
Pada anamnesis pasien ini, ditemukan tanda-tanda perdarahan spontan
(perdarahan hidung, gusi berdarah, serta batuk darah), demam yang hilang timbul
disertai menggigil, dan mual. Berak berwarna hitam serta urin berwarna agak gelap.
Dari pemeriksaan laboratorium, trombosit pasien ini di bawah 50.000/mm3.
Ditemukan juga beberapa kriteria ARA pada pasien ini yaitu: (1) Ulcerasi mulut; (2)
Artritis pada ≥ sendi perifer; (3) Pleuritis; (4) Kelainan hematologi. Pada pasien ini
telah dilakukan uji Comb dan didapatkan hasil positif pada uji Comb secara langsung
dan tak langsung. Namun untuk hasil pemeriksaan penunjang yang lain masih
menunggu hasil sehingga untuk sementara diangnosis yang dapat ditegakkan pada
pasien ini adalah anemia perdarahan e.c trombositopenia. Terapi yang diberikan
masih bersifat supportif serta penanganan infeksi yang terjadi pada pasien ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo, Aru W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta: Pusat Pener-
bitan FKUI; 2007
2. Rani, A : Soegondo, S: Natsir, A.U.Z: Wijaya, I.P: Naf Riyaldi.Manjoer, A.
Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam In-
donesia. Jakarta: FKUI. 2005
3. Mansjoer, A. dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I, edisi III, Jakarta, 1999
4. Hayes, P. C dan Mackay T. W. Buku Saku Diagnosis dan Terapi . Jakarta:
EGC. 1997
5. Kasper, D. L, dkk. Harrison’s Principles of Internal Medicine, Volume 1, 16 th
edition. McGraw- Hill, Medical Publishing Division. 2005
6. Robbins, S.L, Kumar, V. Buku Ajar Patologi. Edisi ke-4. Jakarta : EGC. 1995
7. Robbin, SL, Kumar, V, Cotran, RS. Dasar Patologi Penyakit. Edisi ke-5.
Jakarta: EGC.1999
8. Price, Sylvia A. dan Wilson, Lorraine M. Patofisiologi Edisi 6 Volume I.
Jakarta: EGC. 2006
9. Prout Brian J, Cooper John G. Pedoman Praktis Diagnosis Klinik Edisi 2.
Jakarta: Binarupa Aksara.1989