17.klaten mebel
TRANSCRIPT
RINGKASAN KELAYAKAN USAHA PERDAGANGAN MEBEL/FURNITUR
KABUPATEN KLATEN
N
o
Unsur Proyek Uraian
1 Jenis Usaha Perdagangan Mebel/Furnitur di
Kabupaten Klaten
2 Modal Investasi Usaha Skala Kecil : Rp210.300.000,00
Menengah : Rp346.800.000,00
3 Modal Kerja Usaha Skala Kecil : Rp317.560.000,00
Skala Menengah :
Rp1.257.340.000,00
4 Kelayakan Usaha NPV (DF 16%)
Skala Kecil = Rp70.677.128,00
Skala Menengah =
Rp672.609.018,00
IRR
Skala Kecil = 27%
Skala Menengah = 77,5 %
Profitabilitas
Skala Kecil = 13,7 %
Skala Menengah = 16,8 %
5 Analisis Sensitivitas Pendapatan turun 5% dan biaya tetap:
Skala Kecil IRR = 17,3 %
Skala Menengah IRR = 54,9 %
Biaya naik 5% dan pendapatan tetap:
Skala Kecil IRR =
18,9%
Skala Menengah
IRR = 59 %
6 Skim Kredit Kredit Investasi dan/atau Kredit Modal
Verja
Tingkat sukubunga pertahun:
Skala Kecil
maksimum 17,3 %
Skala Menengah
maksimum sesuai ketentuan bank
Jangka waktu kredit:
Skala Kecil
minimum 4 tahun
Skala Menengah
minimum 3 tahun
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Gambaran Umum Kabupaten Klaten
Kabupaten Klaten merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa
Tengah dengan letak geografi terletak di antara 110o30'-110o45' Bujur Timur
dan 7o30'-7o45' Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten Klaten mencapai
665,56 km2. Batas-batas administrasi Kabupaten Klaten adalah: di sebelah
timur berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo, di sebelah selatan
berbatasan dengan Kabupaten Gunungkidul (Daerah Istimewa Yogyakarta),
di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Sleman (Daerah Istimewa
Yogyakarta) dan di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali.
Menurut topografinya Kabupaten Klaten terletak diantara gunung
Merapi dan Pegunungan Seribu dengan ketinggian antara 75-160 meter di
atas permukaan laut yang terbagi menjadi wilayah lereng Gunung Merapi di
bagian utara areal miring, wilayah datar dan wilayah berbukit di bagian
selatan.
Ditinjau dari ketinggiannya, wilayah kabupaten Klaten terdiri dari
dataran dan pegunungan, dan berada dalam ketinggian yang bervariasi,
yaitu 9,72 % terletak di ketinggian 0-100 meter dari permukaan air laut,
77,52 % terletak di ketinggian 100-500 meter dari permukaan air laut dan
12,76 % terletak di ketinggian 500-1.000 meter dari permukaan air laut.
Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 2
Keadaan iklim Kabupaten Klaten termasuk iklim tropis dengan musim
hujan dan kemarau silih berganti sepanjang tahun, temperatur udara rata-rata
28-30o Celsius dengan kecepatan angin rata-rata sekitar 153 mm setiap
bulannya dengan curah hujan tertinggi bulan Januari (350 mm) dan curah
hujan terrendah bulan Juli (8 mm).
Secara administratif Kabupaten Klaten terbagi menjadi 26 kecamatan,
dengan luas wilayah pada tahun 2005 sebesar 65.556 ha atau 2,014 % dari
luas Provinsi Jawa Tengah yang sebesar 3.254.412 ha. Luas tersebut terdiri
dari lahan sawah sebesar 33.494 ha (51,10 %) dan lahan bukan sawah
sebesar 32.062 ha (48,91 %). Luas lahan sawah tersebut mengalami
penurunan sebesar 0,14 % dibanding tahun 2004, sedangkan lahan bukan
sawah juga mengalami kenaikan sebesar 0,15 % dibanding tahun 2004.
Menurut penggunaannya, luas lahan sawah yang terbesar adalah lahan
pengairan teknis (57,24 %), sedangkan sisanya berpengairan setengah
teknis, sederhana dan tadah hujan.
Seiring dengan perkembangan keadaan, terdapat perubahan
penggunaan dari lahan pertanian ke non pertanian. Peruntukan penggunaan
terbesar dari lahan sawah/tegalan ke perumahan yakni sebesar 86,18%.
Penggunaan untuk lahan perumahan ini mengalami kenaikan sebesar
12,77% dibandingkan dengan tahun 2004, sedangkan untuk industri dan
peruntukan lainnya juga mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2004.
Sementara itu, jumlah penduduk Kabupaten Klaten tahun 2005 sebesar
1.286.058 jiwa, ini menunjukkan kenaikan sebesar 0,33 % bila dibandingkan
dengan tahun 2004. Apabila dilihat dari jenis kelamin jumlah penduduk
perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki, hal
ini bisa dilihat dari rasio jenis kelamin sebesar 95,36 %. Seiring dengan
jumlah penduduk yang terus bertambah, maka kepadatan penduduk dalam
kurun waktu 5 tahun terakhir juga menunjukkan kecenderungan yang
meningkat. Pada tahun 2001 kepadatan penduduk sebesar 1.930 jiwa/km2,
pada tahun 2005 menjadi 1.962 jiwa/km2. Kepadatan penduduk terbesar ada
di Kecamatan Klaten Tengah yakni sebesar 4.883 jiwa/km2, sedang
kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan
Kemalang yakni sebesar 676 jiwa/km2.
Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 3
1.2. Komoditas Unggulan Menurut Sektor
Dalam menentukan komoditas unggulan di Kabupaten Klaten,
didasarkan pada sektor yang memiliki nilai PDRB tinggi di Kabupaten Klaten.
Selain nilai PDRB, penentuan komoditi juga didasarkan atas data Penelitian
Potensi Ekonomi Base Line Economic Survey (BLS) Provinsi Jawa Tengah yang
telah dilakukan sebelumnya serta pendapat dari dinas/instansi terkait.
Berdasarkan data nilai Produk Domestik Regional Bruto Sektoral BPS tahun
2004 menurut harga konstan tahun 2000, urutan sektor penyumbang PDRB
terbesar di Kabupaten Klaten adalah sebagaimana tampak pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Lima Sektor Penyumbang PDRB Terbesar
di Kabupaten Klaten, 2004
Peringk
at
Sektor/Lapangan Usaha Jumlah (juta rupiah)
1 Perdagangan, Hotel dan Restoran 993.824,67
2 Pertanian 898.771,87
3 Industri Pengolahan 726.614,45
4 Jasa-jasa 521.433,46
5 Bangunan 293.239,59
Sumber: BPS Kabupaten Klaten, Kabupaten Klaten Dalam Angka, 2004
Berdasarkan sektor terpilih dalam Tabel 1.1, hasil penelitian Potensi
Dasar Perekonomian Jawa Tengah 1995, Produk Domestik Regional Bruto
Sektoral BPS tahun 2004 berdasar harga konstan tahun 2000, Survei Usaha
Terintegrasi (SUSI) 2003 yang dikeluarkan BPS, dan informasi serta saran dari
pejabat badan/dinas terkait dipilih 5 komoditas yang masing-masing mewakili
tiap sektor seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 1.2.
Tabel 1.2. Urutan Sektor dan Daftar Komoditas Unggulan
Peringka
t
Sektor/Lapangan Usaha Komoditas
1 Perdagangan, Hotel dan Restoran Perdagangan Mebel
2 Pertanian Budidaya Padi
3 Industri Pengolahan Industri Konveksi
Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 4
4 Jasa-jasa Bengkel las
5 Bangunan Pembuatan sumur bur
Sumber : BPS, Kabupaten Klaten Dalam Angka; BLS Jawa Tengah 1995 dan Data
Primer, diolah
1.3. Gambaran Umum Usaha Meubel di Kabupaten Klaten
Salah satu produk kayu olahan yang pertumbuhannya amat pesat
dalam beberapa dekade terakhir ini adalah produk mebel dan furniture.
Berawal dari pekerjaan rumah tangga, produk mebel kini telah menjadi
industri yang cukup besar dengan tingkat penyerapan tenaga kerja terdidik
yang tidak sedikit. Produk jenis ini secara prinsip dibagi dalam dua kategori
yaitu mebel untuk taman (garden) dan interior dalam rumah (indoor). Mebel
dari Jawa Tengah (furniture from Central Java) sudah terkenal sejak lama baik
karena kualitas, seni maupun harganya yang kompetitif. Banyak konsumen
baik dalam maupun luar negeri yang memesan furniture antik, yang
walaupun dibuat baru, namun diproses seolah-olah merupakan produk kuno
(antik). Sedangkan corak dan gaya fungsional dan modern juga berkembang
pesat bersamaan meningkatnya permintaan untuk kebutuhan perkantoran
dan hotel yang pembangunannya tumbuh pesat dalam beberapa tahun
terakhir ini, baik di dalam maupun luar negeri.
Produksi dan perdagangan mebel Jawa Tengah berkembang dan
tumbuh pesat seiring dengan permintaan yang meningkat dari dalam
maupun luar negeri, baik desain, konstruksi, corak maupun pewarnaannya.
Sebagian bahannya terbuat dari kayu, dan saat ini makin bervariasi karena
bahan bakunya tidak lagi semata-mata kayu jati tetapi juga mulai banyak
menggunakan kayu mahoni dan jenis lainnya, serta bahan logam.
Kabupaten Klaten merupakan salah satu sentra industri
mebel/furniture di Jawa Tengah yang cukup terkenal. Mebel dari Jawa Tengah
sudah terkenal sejak lama baik karena kualitas, seni maupun harganya yang
kompetitif. Data dari Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan
Penanaman Modal Kabupaten Klaten menunjukkan bahwa sampai dengan
tahun 2005, jumlah unit usaha industri kecil berjumlah 35.802 sedangkan
untuk industri menengah/besar mencapai 126 unit usaha. Dari jumlah
Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 5
tersebut untuk kelompok Industri kecil ada 16.631 unit usaha (mebel,
tembakau dan makanan) dan 42 unit usaha untuk kelompok industri
menengah/besar. Di Kabupaten Klaten untuk kelompok industri menengah
pengusaha mebel kayu mencapai 36 unit usaha, dengan jumlah tenaga kerja
mencapai 1.500 tenaga kerja dengan kapasitas produksi 102.500 pcs (per
Pcs mencapai Rp.450.000). Produksi mebel kayu di Kabupaten Klaten
mencapai nilai Rp46.125.000.000,00 dengan nilai investasi mencapai
Rp40.800.000.000,00. Gambaran industri kecil dan menengah di Kabupaten
Klaten seperti ditunjukkan pada tabel 1.3. dan 1.4.
Tabel 1.3. Rekapitulasi Data Industri Kabupaten Klaten 2005
No Jenis Industri Unit
Usaha
Tenaga
Kerja
Investasi
(Rp. 000)
Nilai
Produksi
(Rp. 000)
I Industri Kecil
1. ILMK 6.790 27.856 480.081.000 896.055.000
2. IA 12.381 49.279 360.119.500 862.192.150
3. IHPK 16.631 68.135 316.761.000 1.257.756.900
II Industri Menengah/Besar
1. ILMK 84 3.948 114.500.000 429.471.715
2. IHPK 42 7.177 474.436.000 515.693.250
Jumlah 126 11.125 588.936.000 945.164.965
Total 35.928 156.395 1.745.897.50
0
3.961.169.615
Keterangan:ILMK : Logam, Kapur, Gas, ATM (Alat Tenun Mesin), Konveksi, PenggergajianIA : Industri AnekaIHPK : Mebel, Tembakau, Makanan
Tabel 1.4. Data Industri Menengah /Besar Kabupaten Klaten 2005
N
o
Jenis
Industri
Jumla
h UU
Jumla
h TK
Kapasitas
Produksi
Nilai
Produksi
Nilai
Investasi
Keteranga
n
I ILMK (Rp. 000) (Rp. 000)
Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 6
1. Pengecora
n Logam
66 1.535 18.450 Ton 110.700.0
00
82.500.00
0
6.000 /
kg
2. Percetaka
n
7 978 20.050.0
00
Exp. 265.262.6
00
8.750.000 132 / exp
3. Foto
Studio
2 46 Cetak
Foto
Lbr 173.000 1.500.000 1.000 /
lbr
Foto
Copy
Lbr 30.125
4. ATM 7 1.028 6.693.44
8
Met
er
40.160.00
0
17.500.00
0
6.000 / M
5. Sarung
Tangan
1 350 900.000 Bua
h
10.800.00
0
2.500.000 12.000 /
pack
6. Aneka Gas
(Zat
Asam)
1 11 200.000 M3 2.345.990 1.750.000 4.250 /
kg
Jumlah 84 3.948 429.471.
715
114.500.
000
II IHPK
1. Mebel
Kayu
36 1.500 102.500 pecs 46.125.00
0
40.800.00
0
450.000/
pcs
54.757 pecs 30.117.00
0
550.000/
pcs
2. Tembakau 1 4.835 66.049 Ton 1.320.000 10.000.00
0
20.000 /
kg
3. Es Balok 1 38 9.250 Ton 138.750 2.000.000 15.000 /
blk
4. Roti 1 75 187.5 Ton 2.812.500 2.500.000 15.000 /
kg
5. Susu 1 501 27.512 Ton 412.680.0
00
219.136.0
00
15.000 /
kg
6. Air Mineral 2 228 1.000.00
0
Liter 22.500.00
0
200.000.0
00
750 /
liter
Jumlah 42 7.177 1.260.2
56
- 515.693.
250
474.436.
000
Total 126 11.12
5
1.260.25
6
- 945.164.9
65
588.936.0
00
Sumber: Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Penanaman Modal
Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 7
Dari beberapa kecamatan yang merupakan sentra industri di
Kabupaten Klaten, jumlah unit usaha terbesar berada di Desa Sajen,
Kecamatan Trucuk. Namun dilihat dari penyerapan tenaga kerjanya, terletak
di Desa Serenan, kecamatan Juwiring. Dari jumlah unit usaha yang ada tidak
seluruhnya berproduksi sendiri, namun secara umum banyak yang hanya
melakukan finalisasi atau finishing dari proses produksi sebelumnya atau
yang berasal dari pengrajin. oleh karena itu peran perdagangan mebel
menjadi relatif penting berdampingan dengan produksi mebel yang ada.
Secara umum jumlah surat ijin usaha perdagangan (SIUP) yang
dikeluarkan Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Penanaman
Modal pada tahun 2005 mencapai 812 buah, jumlah ini meningkat sebesar
38,10 persen dibanding tahun 2004. Bentuk usaha terbanyak yang
dikeluarkan adalah peorangan tak berakte dan jenis perdagangan barang.
Gambar 1.1. Aneka Mebel Kayu
Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 8
BAB IIASPEK PEMASARAN
2.1. Produk
Produk dari perdagangan mebel atau furniture diantaranya adalah
kayu olahan untuk mebel seperti meja, kursi, serta produk olahan lain yang
dibutuhkan masyarakat. Penggunaan kayu seringkali tidak dapat digantikan
dengan bahan lain yang berasal dari unsur kimia atau bahan baku lain.
Meskipun mebel dapat dibuat dengan menggunakan bahan baku dari besi,
aluminium atau plastik, namun mebel kayu tetap masih diminati oleh
konsumen karena memiliki nilai artistik tersendiri dibandingkan dengan
mebel yang terbuat dari bahan lain. Nilai yang dimiliki oleh mebel kayu tidak
hanya berupa nilai intrinsik saja, tetapi juga nilai emosional bagi konsumen.
Sedangkan dalam laporan ini yang diambil sebagai studi kasus untuk
dianalisis adalah perdagangan mebel dari bahan baku kayu mahoni.
Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 9
Gambar 2.1 Produk Kayu dan Turunannya
2.2. Permintaan Pasar dan Prospeknya
Sebagian besar produk mebel/furniture dipesan oleh pembeli dengan
desain selera pembeli. Selain memproduksi barang pesanan, usaha
perdagangan mebel juga memproduksi barang yang dipasarkan sendiri
maupun dijual di pasar dalam dan luar negeri.
Industri mebel/furniture di Kabupaten Klaten melayani kebutuhan
mebelair dan bahan bangunan serta produksi lain yang dibutuhkan
masyarakat, perkantoran, keperluan pabrik tekstil dll.
Prospek usaha perdagangan mebel/furniture di Kabupaten Klaten
cukup baik. Selain adanya permintaan dalam negeri, produk mebel/furniture
Kabupaten Klaten juga banyak diminati oleh konsumen luar negeri. Hasil
mebel/furniture dari Kabupaten Klaten sebagian merupakan produk yang
berorientasi ekspor dengan tujuan pemasaran ke negara-negara Eropa dan
Amerika.
Sebagai gambaran ekspor furniture secara nasional selama Januari –
September 2005 mencapai USD1,41 miliar atau meningkat sekitar USD222
juta (18,6%) bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2004 senilai
USD1,19 miliar. Disisi lain, ekspor produk kerajinan juga terus menunjukkan
peningkatan berarti. Selama Januari – September 2005 nilai yang di hasilkan
dari ekspor produk kerajinan mencapai USD349,02 juta atau meningkat USD13
juta (3,87%) dibanding periode yang sama tahun 2004 yakni senilai
USD335,93 juta. Ekspor furniture tidak begitu baik nilainya kalau
dibandingkan dengan produk furniture diluar kayu. Jadi kalau dilihat angka
terakhir 11 s/d 12 persen pertumbuhannya. Untuk total furniture, perlu dilihat
rincian per kategori. Tetapi diharapkan minimal produk itu akan bisa
mencapai pertumbuhan antara 8 s/d 10 persen pada tahun – tahun
mendatang.
Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 10
Untuk itu di perlukan upaya lebih keras, agar bagaimana bisa
meningkatkan daya saing baik dari segi bahan baku, desain, dan juga
berupaya memangkas ekonomi biaya tinggi. Produk berkualitas tinggi
dengan harga yang bersaing merupakan tuntutan pasar global yang tidak
bisa di tawar – tawar lagi. Tuntutan ini mengharuskan semua pihak terutama
dunia usaha guna terus mengembangkan kemampuan, terutama dalam
meningkatkan teknologi dan desain. Demikian juga peningkatan efisiensi dan
produktifitas perlu terus dibudayakan dikalangan kerja.
2.3. Tingkat Persaingan
Tingkat persaingan perdagangan mebel/furniture di Kabupaten Klaten
dapat dikatakan cukup tinggi. Sebagai salah satu penghasil produk
mebel/furniture di Jawa Tengah yang telah berorientasi ekspor, persaingan
industri ini tidak hanya di tingkat lokal kabupaten saja, tetapi juga bersaing
dengan produsen yang berasal dari wilayah lain baik dalam maupun luar
provinsi. Di wilayah Jawa Tengah sendiri, produk mebel dari Kabupaten
Klaten harus bersaing dengan produk dari kabupaten lain yang juga
merupakan sentra industri mebel di Jawa Tengah seperti Kabupaten
Semarang, Jepara, Sukoharjo, Kudus, Rembang, Blora, Batang, Sragen. Selain
itu investasi di produk ini masih terbuka dengan persaingan yang cukup
ketat.
Furnitur kayu jati dan mahoni banyak diminati dan merupakan produk
ekspor. Termasuk kedalam kelompok furnitur ini antara lain meja kursi (table
set), tempat tidur, lemari, meja rias, dan peralatan dapur (kitchen set). Kayu
jati memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kayu
mahoni, karena itu produk furniturnya relatif lebih mahal. Sampai saat ini
sebagian besar buyers (pembeli asing) masih menginginkan produk berbahan
baku kayu jati. Di tengah upaya para pengusaha mebel meningkatkan
kualitas produksinya kini hadir pesaing baru. Pesaing Indonesia di bidang
furniture terutama Filipina dan Malaysia.
Selain itu sejumlah produsen asal Myanmar mulai gencar memasuki
pasar dunia dan dikhawatirkan menghambat arus ekspor produk asal Jawa
Tengah. Myanmar sebagai pemain baru di pasar mebel dunia bakal mengikuti
Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 11
jejak pemain sebelumnya dari Cina, Vietnam, Kamboja, dan Malaysia yang
telah berhasil merebut pasar dunia dan menggusur posisi ekspor mebel kita
dalam waktu singkat. Mereka tidak banyak mengalami kendala dalam
merebut pasar karena memperoleh dukungan bahan baku kayu jati yang
melimpah di negaranya dengan harga lebih murah dibandingkan dengan
kayu jati produksi Indonesia.
2.4. Segmentasi dan Saluran Distribusi
Produk mebel/furniture merupakan produk yang dikonsumsi oleh
masyarakat umum (lembaga atau individu) dari golongan kelas rendah
sampai kelas tinggi. Kualitas dan model produk biasanya menunjukkan
perbedaan kelas konsumennya. Untuk konsumen kelas menengah ke atas
pada umumnya memilih bahan dengan kualitas bagus serta model yang
sesuai selera atau yang banyak menonjolkan nilai estetika dan seni.
Cara pemasaran produk mebel/furniture dapat dilakukan dengan
beberapa cara. Sebagian dari produk mebel adalah merupakan pesanan dari
konsumen, Untuk cara pembelian barang seperti ini tidak diperlukan
agen/pedagang lain karena produk langsung dijual ke konsumen. Pada
umumnya industri mebel berskala kecil sebagian besar produknya
merupakan pesanan pembeli dan jarang yang berproduksi untuk
dipajang/dijual sendiri. Sistem pembayaran pada cara penjualan produk
pesanan ini pada umumnya dilakukan secara tunai. Cara penjualan produk
lainnya adalah dengan menjual sendiri produk mebel atau dijual ke pedagang
lain seperti ke Sukoharjo, Solo ataupun buyer untuk diekspor. Sebagian besar
pedagang berhubungan dengan eksportir khusus, dengan cara setelah
selesai finishing dikirim ke Bali dan diterima eksportir lewat jasa cargo baru
dikirim ke luar negeri.
Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 12
Gambar 2.1. Bagan Alur Distribusi Pemasaran Mebel
2.5. Penetapan Harga
Harga produk mebel/furniture sangat bervariasi yang ditentukan oleh
disain, penggunaan bahan dan tingkat kesulitan pembuatannya. Harga mebel
yang terbuat dari kayu jati akan lebih mahal jika dibandingkan dengan mebel
yang terbuat dari bahan kayu lain seperti mahoni, karena kualitas kayu jati
yang lebih bagus (awet). Selanjutnya harga produk ditentukan tingkat
kesulitan selain juga oleh disain dan teknik pembuatan produk. Model
tertentu membutuhkan proses/teknik pembuatan yang relatif lebih sulit
dibandingkan dengan model lain yang lebih sederhana sehingga harganya
juga lebih mahal. Produk mebel harganya sangat bervariasi tergantung
bahan dan model. Harga mebel di Kabupaten Klaten berdasarkan survei
lapangan rata-rata untuk kursi Rp 150.000 per unit nya, meja Rp 400.000
sedangkan harga mebel lemari mulai dari Rp 600.000 sampai Rp 800.000 per
unitnya.
BAB IIIASPEK TEKNIS USAHA
Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten
Pedagang Mebel
Pedagang antar provinsi
Pedagang dalam dan antar kota
Ekspor
13
3.1. Teknologi Usaha
Kegiatan usaha perdagangan mebel meliputi pemesanan/pembelian
mebel (kulakan) kemudian dijual kembali ke pedagang lain atau langsung ke
konsumen. Mebel yang langsung dijual ke pedagang/konsumen berupa
produk jadi. Pada usaha perdagangan mebel ini pengusaha mengambil atau
mendapatkan produk mebel dari pengrajin lokal yang berupa produk
setengah jadi kemudian mengalami proses finishing baru kemudian dijual ke
pedagang dalam kota atau antar kota seperti Klaten, Sukoharjo dan Solo.
3.2. Alat dan Kapasitas Usaha
Peralatan yang digunakan untuk menunjang usaha perdagangan
mebel pada umumnya teknologi sederhana. Peralatan yang digunakan hanya
untuk pekerjaan finishing, mengingat pedagang ini membeli barang setengah
jadi dari perajin dan selanjutnya melakukan sendiri proses finishing. Untuk
usaha dengan skala kecil mampu menjual sekitar 80 unit mebel sedangkan
untuk pedagang dengan skala menengah mempunyai kemampuan menjual
225 unit mebel perbulan. Pedagang membawa barang dagangannya untuk
dijual dengan cara tunai atau dititipkan pada agen atau toko di Kota Klaten
atau kota-kota sekitar, atau diambil langsung oleh distributor. Selain itu,
untuk produk ekspor biasanya pedagang mebel mengirim produknya melalui
Bali yang diterima oleh eksportir disana baru kemudian dikirim ke luar negeri.
3.3. Proses Usaha
Umumnya dalam proses penjualan mebel dari kayu, pedagang
mebel/furniture melakukan pemesanan atau pembelian produk setengah jadi
dari pengrajin lokal atau setempat. Dengan cara demikian, pedagang mebel
dapat menjaga pasokan barang agar tidak mengalami kekurangan
barang.Kemudian dari produk setengah jadi tadi dilakukan proses finishing
seperti dempul, pengamplasan dan pemelituran/pernis.
Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 14
Gambar 3.1. Proses Finishing Mebel Kayu
3.4. Sarana Usaha, Bahan Baku dan Tenaga Kerja
Sebagaimana usaha perdagangan pada umumnya, pengusaha atau
pedagang mebel lebih bersifat menyalurkan barang dari produsen utama
kepada agen berikutnya sampai ke konsumen akhir tanpa melakukan
perubahan bentuk. Kalaupun ada pengusaha hanya melakukan proses
finishing saja sampai menjadi produk jadi siap jual. Sementara itu bahan
baku utama untuk usaha perdagangan mebel adalah mebel setengah jadi
dan tenaga kerja. Bahan baku mebel pada umumnya diperoleh dari pengrajin
lokal.
Spesifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan dalam usaha ini tidak terlalu
sulit, karena tidak memerlukan pendidikan/keahlian tertentu. Untuk usaha
skala kecil jumlah tenaga kerja sebanyak 9 orang. Tenaga kerja tetap ini
adalah tenaga kerja yang sebagian besar melakukan pekerjaan pada tahap
finishing. Sedangkan skala menengah, jumlah tenaga kerja yang diperlukan
adalah sebanyak 20 orang. Seperti halnya dengan usaha skala kecil, tenaga
kerja ini melakukan pekerjaan pada tahap proses finishing.
Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 15
BAB IVASPEK MANAJEMEN DAN LEGALITAS
4.1. Pengelolaan usaha
Pengusaha perdagangan mebel di Kabupaten Klaten pada skala kecil
dan menengah, memiliki manajemen usaha yang relatif baik. Hal ini dapat
terlihat dari kepemilikan struktur organisasi beserta sarana pendukung lainnya
yang lebih jelas walaupun tidak dalam bentuk struktur yang lengkap, terutama
untuk yang berskala kecil. Selain itu, baik pedagang kecil maupun menengah
tetap memperhatikan kualitas tenaga kerjanya dengan selalu berusaha untuk
meningkatkan kinerjanya. Penghargaan kepada tenaga kerja yang bekerja
dengan baik juga dilakukan, agar tenaga kerja yang telah dididiknya dan
mengetahui pola kerja yang diterapkannya dapat bertahan dalam waktu yang
lama. Dilihat dari aspek legalitasnya, sebagian besar pengusaha yang
bergerak dalam perdagangan mebel telah memiliki ijin resmi dari pemerintah
yang dibuktikan dengan kepemilikan SIUP (Surat Ijin Usaha Perdagangan)
ataupun HO.
4.2. Motivasi dan pengalaman usaha
Pada umumnya, usaha perdagangan mebel di Kabupaten Klaten sudah
merupakan pekerjaan utama bagi sebagian besar pedagang dengan motivasi
untuk memperoleh pendapatan guna memenuhi kebutuhan hidup. Dengan
motivasi tersebut, maka pengelolaan usaha mebel ini akan lebih serius
ditekuni sehingga ada harapan untuk mengembangkan usaha untuk
memperoleh pendapatan yang lebih besar. Selain itu pengusaha juga akan
lebih berhati-hati agar tidak usahanya tidak merugi. Hal ini disebabkan
karena kegiatan ini memerlukan curahan jam kerja yang relatif penuh,
sehingga tidak bisa dilakukan hanya sebagai pekerjaan sampingan. Pesanan
atau order dapat terjadi kapanpun dan dimanapun dengan penggunaan alat
komunikasi yang semakin berkembang. Selain itu untuk menjaga kesetiaan
Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 16
pelanggan, pedagang juga harus selalu memilki pasokan yang cukup.
Berdasar pengalaman yang dimilikinya, tampak bahwa para pedagang mebel
di Kabupaten Klaten umumnya sudah cukup lama berkecimpung
dibidangnya. Di awal-awal kegiatannya umumnya masih berskala mikro,
namun seiring dengan berjalannya waktu, semakin bertambah pengalaman
menjadikan usahanya semakin besar. Hal ini menunjukkan bahwa usaha
perdagangan mebel memiliki pengaruh positif bagi kesejahteraan
pengusahanya, yang pada gilirannya juga berpengaruh pada para
produsennya maupun tenaga kerja di wilayah sekitarnya.
BAB VASPEK KEUANGAN
5.1. Asumsi-asumsi
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam analisis keuangan didasarkan
atas berbagai informasi yang diperoleh dari survey yang meliputi aspek
pasar, produksi dan keuangan. Asumsi ini berlaku untuk semua skala usaha.
A. Aspek Pasar
1. Penjualan mebel dianggap konstan dalam jangka waktu 5 tahun ke
depan.
2. Pertumbuhan pedagang mebel dianggap konstan sehingga volume
penjualan dapat dipertahankan.
3. Harga dianggap konstan.
4. Tidak ada peraturan yang mengurangi kebebasan usaha.
B. Aspek Produksi
1. Kegiatan produksi dilakukan secara kontinyu, selama 26 hari per bulan
2. Ada jaminan kemudahan memperoleh barang dagangan.
3. Tidak ada gangguan yang berarti dalam proses pemasaran
C. Aspek Keuangan
1. Pendapatan dan biaya diasumsikan tetap selama 5 tahun.
2. Discount factor yang digunakan adalah 16 persen (tingkat suku bunga
pinjaman).
5.2. Struktur Modal
Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 17
Struktur modal terdiri dari modal investasi dan modal kerja. Untuk
memulai usaha perdagangan mebel diperlukan tempat, serta ijin usaha
berupa SIUP. Total modal investasi pedagang mebel untuk skala kecil adalah
Rp210.300.000,00 dan untuk skala menengah adalah Rp346.800.000,00.
Secara rinci biaya investasi pedagang mebel dapat dilihat pada Tabel 5.1 dan
5.2 berikut.
Biaya operasional pedagang mebel meliputi biaya untuk pembelian
bahan mebel setengah jadi, upah tenaga kerja dan biaya pendukung seperti
biaya listrik, telpon dan transportasi. Biaya operasional yang dibutuhkan oleh
pedagang mebel skala kecil selama satu tahun adalah Rp328.847.500,00,
sedangkan untuk pedagang mebel skala menengah sebesar
Rp1.273.502.500,00.
Tabel 5.1. Modal Investasi Perdagangan Mebel Skala Kecil (Rp)
N
o
Jenis
Biaya
Kuan
titas
Sat Harga Jumlah Umur
Ekonom
is (th)
Nilai
Residu
Dep.
Tahunan
1 Tanah 500 m2 150.000 75.000.00
0
75.000.00
0
2 Bangunan 300 m2 250.000 75.000.00
0
20
56.250.00
0
3.750.00
0
3 Peralatan
pertukanga
n
1 set 300.000 300.000 8 112.500 37.50
0
4 Mobil 1 unit 60.000.0
00
60.000.00
0
8 22.500.00
0
7.500.00
0
210.300.0
00
153.862.5
00
11.287.5
00
Sumber: Data Primer, diolah
Tabel 5.2. Modal Investasi Perdagangan Mebel Skala Menengah (Rp)
N
o
Jenis
Biaya
Ku
an
S
at
Harga Jumlah Umur
Ekono
Nilai
Residu
Dep.
Tahuna
Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 18
tita
s
mis
(th)
n
1 Tanah 1.0
00
m
2
150.000 150.000.
000
150.000
.000
2 Banguna
n
450 un
it
250.000 112.500.
000
20 84.375.000 5.625.0
00
3 Peralata
n
pertukan
gan
1 se
t
300.000 300.000 8 112.500 37.500
4 Mobil 1 un
it
60.000.
000
60.000.0
00
8 22.500.000 7.500.0
00
5 Motor 2 un
it
12.000.
000
24.000.0
00
8 9.000.000 3.000.0
00
346.800.
000
265.987.500 16.162.
500
Sumber: Data Primer, diolah
Modal kerja yang diperlukan adalah biaya operasional dikurangi
depresiasi karena sudah termasuk dalam komponen modal investasi.
Besarnya modal kerja yang diperlukan untuk perdagangan mebel skala kecil
per tahun adalah Rp317.560.000,00. Apabila periode putaran penjualan
selama 2 bulan, maka kebutuhan modal kerja minimum adalah
Rp52.926.666,00 sedangkan untuk perdagangan skala menengah sebesar
Rp1.257.340.000,00 dan modal kerja minimum yang diperlukan untuk
periode 2 bulan adalah Rp209.556.666,00. Secara rinci biaya operasional
perdagangan mebel dapat dilihat pada Tabel 5.3 dan 5.4.
Tabel 5.3. Biaya Operasional Perdagangan Mebel Skala Kecil (Rp/Thn)
N
o
Jenis Biaya Kuantit
as
Satua
n
Wakt
u
Satua
n
Harga Jumlah
1 Perijinan
(SIUP)
1 Paket 1 tahun 400.000 400.000
2 Tenaga kerja 9 Orang 312 Hari 20.000 56.160.00
Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 19
0
2 Almari 1/2 jadi 30 Unit 12 bulan 400.000 144.000.0
00
3 Meja 1/2 jadi 25 Unit 12 bulan 250.000 75.000.00
0
4 Kursi 1/2 jadi 25 Unit 12 bulan 90.000 27.000.00
0
5 Plitur 10 Liter 12 bulan 5.500 660.000
6 Spritus 20 Liter 12 bulan 4.500 1.080.000
7 Dempul 5 Kg 12 bulan 3.000 180.000
8 Amplas 15 Meter 12 bulan 6.000 1.080.000
9 Listrik 1 Rp/
bulan
12 bulan 300.000 3.600.000
10 Transport 1 Rp/
bulan
12 bulan 450.000 5.400.000
11 Telepon 1 Rp/
bulan
12 bulan 250.000 3.000.000
13 Total
Depresiasi
1 Rp/
tahun
1 tahun 11.287.5
00
11.287.50
0
Biaya
Operasional
328.847.5
00
Sumber: Data Primer, diolah
Tabel 5.4. Biaya Operasional Perdagangan Mebel Skala Menengah (Rp/Thn)
N
o
Jenis Biaya Kuantit
as
Satua
n
Waktu Satua
n
Harga Jumlah
1 Perijinan
(SIUP)
1 paket 1 tahun 400.000 400.000
2 Tenaga Kerja 20 orang 312 Hari 20.000 124.800.000
3 Almari 1/2 jadi 125 unit 12 bulan 600.000 900.000.000
4 Meja 1/2 jadi 50 unit 12 bulan 250.000 150.000.000
5 Kursi 1/2 jadi 50 unit 12 bulan 90.000 54.000.000
6 Dempul 20 kg 12 bulan 3.000 720.000
7 Plitur 50 liter 12 bulan 5.500 3.300.000
8 Spiritus 80 liter 12 bulan 4.500 4.320.000
9 Amplas 50 meter 12 bulan 6.000 3.600.000
10 Listrik 1 Rp/ 12 bulan 400.000 4.800.000
Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 20
bulan
11 Telepon 1 Rp/
bulan
12 bulan 600.000 7.200.000
12 Transport 1 Rp/
bulan
12 bulan 350.000 4.200.000
13 Total
Depresiasi
1 Rp/
tahun
1 tahun 16.162.5
00
16.162.500
Biaya
Operasional
1.273.502.5
00
Sumber: Data Primer, diolah
5.3. Proyeksi Laba dan Arus Kas
Usaha perdagangan mebel baik skala kecil dan menengah
menghasilkan meja, kursi dan almari. Untuk usaha perdagangan skala kecil,
dengan kapasitas penjualan 80 unit per bulan, pendapatan yang diperoleh
sebesar Rp31.750.000,00 per bulan. Dalam satu tahun usaha perdagangan
mebel skala kecil ini mampu menghasilkan pendapatan sebesar
Rp381.000.000,00. Sedangkan untuk usaha perdagangan mebel skala
menengah mampu menghasilkan pendapatan sebesar Rp1.530.000.000,00
per tahun. Secara rinci pendapatan usaha perdagangan mebel skala kecil dan
skala menengah dapat dilihat pada Tabel 5.5 dan 5.6.
Tabel 5.5. Proyeksi Pendapatan Perdagangan Mebel Skala Kecil
(Rp/Thn)
N
o
Jenis Barang Kuantit
as
Satua
n
Wakt
u
Satua
n
Harga Pendapatan
1 Almari 30 unit 12 bulan 600.00
0
216.000.00
0
2 Meja 25 unit 12 bulan 400.00
0
120.000.00
0
3 Kursi 25 unit 12 bulan 150.00
0
45.000.000
Jumlah 381.000.00
0
Sumber: Data Primer, diolah
Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 21
Tabel 5.6. Proyeksi Pendapatan Perdagangan Mebel Skala Menengah
(Rp/Thn)
N
o
Jenis
Barang
Kuantit
as
Satua
n
Wakt
u
Satua
n
Harga Pendapata
n
1 Almari 125 unit 12 bulan 800.00
0
1.200.000.0
00
2 Meja 50 unit 12 bulan 400.00
0
240.000.000
3 Kursi 50 unit 12 bulan 150.00
0
90.000.000
Jumlah 1.530.000.0
00
Sumber: Data Primer, diolah
Selanjutnya untuk proyeksi laba per tahun dapat dihitung dengan
mengurangi pendapatan dengan biaya operasional. Laba untuk usaha
perdagangan mebel skala kecil selama 1 tahun sebesar Rp52.152.500,00,
sedangkan laba untuk usaha skala menengah sebesar Rp256.497.500,00.
Laba usaha selama setahun untuk usaha mebel skala mikro, kecil dan
menengah dapat dilihat pada Tabel 5.7. dan 5.8.
Tabel 5.7. Proyeksi Laba Perdagangan Mebel Skala Kecil (Rp/Thn)
No Uraian Jumlah
1 Pendapatan 381.000.000
2 Biaya 328.847.500
3 Laba (1-2) 52.152.500
Sumber: Data Primer, diolah
Tabel 5.8. Proyeksi Laba Perdagangan Mebel Skala Menengah (Rp/Thn)
No Uraian Jumlah
1 Pendapatan 1.530.000.000
2 Biaya 1.273.502.500
3 Laba (1-2) 256.497.500
Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 22
Sumber: Data Primer, diolah
Sedangkan rincian arus kas tahunan untuk usaha mebel skala kecil
dan menengah dapat dilihat pada Tabel 5.9 dan 5.10. Arus Kas ini berbeda-
beda nilainya karena umur ekonomis untuk aset investasi bervariasi, namun
semuanya lebih dari 5 tahun, sehingga pada tahun terakhir analisa terdapat
nilai sisa aset yang diperhitungkan sebagai salvage value dan ditambahkan
pada pendapatan sebesar nilai sisa tersebut.
Tabel 5.9. Proyeksi Arus Kas Perdagangan Mebel Skala Kecil (Rp)
Tahu
n
Kas Masuk Kas Keluar Arus Kas Akumulasi
0 210.300.00
0
-
210.300.000
-
210.300.000
1 381.000.00
0
317.560.00
0
63.440.000 -
146.860.000
2 381.000.00
0
317.560.00
0
63.440.000 -83.420.000
3 381.000.00
0
317.560.00
0
63.440.000 -19.980.000
4 381.000.00
0
317.560.00
0
63.440.000 43.460.000
5 534.862.50
0
317.560.00
0
217.302.500 260.762.500
Sumber: Data Primer, diolah
Tabel 5.10. Proyeksi Arus Kas Perdagangan Mebel Skala Menengah (Rp)
Tahu
n
Kas Masuk Kas Keluar Arus Kas Akumulasi
0 346.800.000 -
346.800.000
-
346.800.000
Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 23
1 1.530.000.0
00
1.257.340.0
00
272.660.000 -74.140.000
2 1.530.000.0
00
1.257.340.0
00
272.660.000 198.520.000
3 1.530.000.0
00
1.257.340.0
00
272.660.000 471.180.000
4 1.530.000.0
00
1.257.340.0
00
272.660.000 743.840.000
5 1.814.143.7
50
1.257.340.0
00
556.803.750 1.300.643.7
50
Sumber: Data Primer, diolah
5.4. Analisis kelayakan dan Sensitivitas
Dengan menggunakan tingkat suku bunga pinjaman sebesar 16%
sebagai discount factor, dalam analisis keuangan untuk usaha perdagangan
mebel skala kecil diperoleh NPV sebesar Rp70.677.128,00 dan IRR sebesar
27%. Hal ini menunjukkan bahwa dalam waktu 5 tahun usaha mebel
menghasilkan uang sebesar Rp70.677.128,00 dan layak dibiayai dengan
tingkat suku bunga pinjaman sebesar 16% per tahun. Analisis sensitivitas
yang dilakukan untuk usaha perdagangan mebel skala kecil yaitu dengan
mengasumsikan pendapatan turun sebesar 5% dan biaya tetap diperoleh IRR
sebesar 17,3%. Analisis kedua yaitu dengan mengasumsikan biaya naik
sebesar 5% dan pendapatan tetap diperoleh IRR sebesar 18,9%. Profitabilitas
diperoleh dengan membagi laba kotor dengan pendapatan selama 1 periode
sehingga diperoleh angka 13,7%.
Selanjutnya, untuk usaha perdagangan mebel skala menengah
diperoleh NPV sebesar Rp672.609.018,00 dan IRR sebesar 77,5%. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam waktu 5 tahun usaha mebel menghasilkan uang
sebesar Rp682.563.163,00 dan layak dibiayai dengan tingkat suku bunga
pinjaman sebesar 16% per tahun. Analisis sensitivitas yang dilakukan untuk
usaha perdagangan mebel skala menengah dengan mengasumsikan
pendapatan turun sebesar 5% dan biayanya tetap, diperoleh IRR sebesar
54,9%, serta dengan mengasumsikan biaya naik sebesar 5% sedangkan
Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 24
pendapatannya tetap diperoleh IRR sebesar 59%. Sedangkan nilai
profitabilitas untuk usaha mebel skala menengah ini adalah sebesar 16,8%.
BAB VIASPEK SOSIAL, EKONOMI DAN LINGKUNGAN
6.1. Manfaat foreward dan backward linkage
Usaha perdagangan mebel telah memberikan manfaat yang besar
tidak hanya bagi masyarakat sekitar yang terlibat langsung dengan usaha ini,
tetapi juga pada masyarakat yang lebih luas. Usaha perdagangan mebel
mampu meningkatkan pendapatan masyarakat dari tingkat pengrajin
sebagai pemasok, tenaga kerja maupun juga pedagang pada tingkat
selanjutnya.
Untuk keterkaitan ke depannya, peran usaha perdagangan mebel
adalah membuka kesempatan usaha jasa pengangkutan, baik untuk dalam
negeri maupun ke luar negeri (ekspor). Untuk sektor bangunan, industri
mebel merupakan salah satu pemasok untuk sektor ini yang akan memberi
nilai khusus yang dapat meningkatkan nilai jual bangunan. Sementara itu,
manfaat usaha dagang mebel ini jug memacu tumbuhnya usaha di sektor
input, seperti penyediaan bahan baku kayu, plitur, cat dan tidak kalah
pentingnya adalah usaha desain interior. Secara makro usaha perdagangan
ini juga memiliki kontribusi dalam penciptaan pendapatan daerah yang
merupakan indikator bagi kesejahteraan masyarakat.
Secara ekonomi usaha perdagangan mebel di Kabupaten Klaten dilihat
dari aspek ekonomis, merupakan bisnis yang sangat menguntungkan.
Peluang pasar dalam negeri maupun ekspor untuk komoditi ini masih sangat
terbuka. Hal ini dikarenakan mebel merupakan bagian dari barang mewah,
yang dapat menunjukkan tingkat prestise pemiliknya. Dengan bentuk replika
dari barang antik, mebel replika ini mampu memperlihatkan kesan mewah
Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 25
yang amat digemari oleh konsumen. Selain itu juga dapat menciptakan
pendapatan baik bagi tenaga kerja, pengusaha yang pada akhirnya dapat
meningkatkan pendapatan pemerintah daerah. Peningkatan pendapatan
masyarakat berarti juga peningkatan pendapatan daerah yang dapat
dijadikan ukuran untuk menghitung kesejahteraan penduduk lokal.
Selain manfaat ekonomi, usaha ini juga bermanfaat secara sosial yaitu
dengan menyediakan kesempatan kerja sehingga mengurangi jumlah
pengangguran khususnya di wilayah setempat. Kemampuan masyarakat
sekitar untuk belajar hingga menjadi terampil dari proses produksi sampai
pemasaran mebel telah menempatkan masyarakat pada kondisi taraf hidup
yang lebih baik.
Manfaat sosial lainnya adalah keikutsertaan pedagang dalam kegiatan-
kegiatan sosial kemasyarakatan sehingga ikut memberi kontribusi pada
masyarakat sekitarnya.
6.2. Dampak lingkungan
Usaha perdagangan mebel di Kabupaten Klaten relatif tidak
menimbulkan masalah bagi kelestarian lingkungan, karena usaha
perdagangan pada umumnya tidak menimbulkan limbah seperti halnya pada
jenis usaha industri.
Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 26
BAB VIIKESIMPULAN DAN REKOMENDASI
7.1. Kesimpulan
Kesimpulan didasarkan atas dua hal, pertama hasil analisis dari
kelayakan 5 aspek yang telah dibahas yaitu aspek pemasaran, teknis
produksi, manajemen dan legalitas, keuangan dan aspek sosial,
ekonomi dan lingkungan, dan kedua dari hasil studi komprehensif 70
komoditas dari 14 Kabupaten/Kota yang dijadikan sampel
(selengkapnya dapat dilihat pada Laporan Komprehensif Penelitian
Model Kelayakan Komoditas Unggulan UMKM di Jawa Tengah). Dari
hasil kedua analisis di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Dari aspek pemasaran, usaha perdagangan mebel/furnitur layak untuk
terus dikembangkan, usaha perdagangan ini mempunyai permintaan
serta prospek yang bagus yang berasal dari dalam dan luar negeri,
dengan saluran distribusi pemasaran yang cukup sederhana. Meskipun
persaingan cukup ketat, tetapi usaha perdagangan mebel dari
Kabupaten Klaten masih kompetitif.
Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 27
2. Dari aspek teknis produksi, umumnya usaha perdagangan
mebel/furnitur tidak memerlukan proses produksi, tetapi kalaupun ada
proses produksi hanya dalam bentuk finishing saja yang mudah
dilakukan dengan teknologi yang cukup sederhana serta tenaga kerja
tanpa keahlian khusus.
3. Dari aspek manajemen dan legalitas, usaha perdagangan
mebel/furnitur layak untuk dijalankan dengan pengelolaan usaha yang
tidak terlalu rumit, dan dari segi legalitas tidak melalui proses perijinan
yang rumit.
4. Dari aspek keuangan layak untuk dikembangkan dan dibiayai oleh
bank karena memiliki nilai NPV positif dan IRR yang lebih tinggi dari
tingkat suku bunga pinjaman.
5. Dari aspek sosial ekonomi dan lingkungan usaha perdagangan
mebel/furnitur layak dikembangkan, usaha perdagangan ini
merupakan pekerjaan utama penduduk yang dapat mengurangi jumlah
pengangguran sehingga dengan demikian memberi peluang kerja dan
pendapatan yang cukup baik bagi masyarakat, terutama bagi yang
dapat mencurahkan perhatiannya secara penuh dalam usaha ini.
Kegiatan ini juga tidak mencemari lingkungan dan bila ditinjau dari
keterkaitan ke belakang dan ke dapan, usaha perdagangan
mebel/furnitur mempunyai manfaat yang tinggi.
6. Dari penilaian keseluruhan aspek, dapat disimpulkan bahwa usaha
perdagangan mebel/furnitur di Kabupaten Klaten layak untuk
dikembangkan.
7.2. Rekomendasi
Dari kesimpulan di atas, maka rekomendasi yang diajukan dalam hasil
kajian ini adalah:
1. Bagi perbankan direkomendasikan untuk memberikan kredit pada
usaha perdagangan mebel karena menguntungkan dan memiliki resiko
yang relatif rendah.
2. Bagi dinas terkait direkomendasikan untuk untuk memberikan bantuan
teknis manajemen pengelolaan dan pemasaran, melalui berbagai
Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 28
kontak dagang yang ada, sehingga mampu meningkatkan volume
transaksi dan juga. Selain itu melalui pemerintah daerah juga
diharapkan menjadi fasilitator dalam pengembangan industri daerah,
dan membantu dalam pengembangan produk dalam perbaikan
kualitas, desain dan pengembangan merek dagang, yang semuanya
ditujukan dalam upaya meningkatkan daya saing produk daerah
karena pada industri mebel/furniture banyak melibatkan UKM, maka
pengembangannya perlu program yang lebih terintegrasi. Untuk itu
perlu dilakukan upaya proaktif dalam pengembangan ekspor produk
kerajinan dan furnitur, yang melibatkan berbagai pihak seperti
pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat, agar dapat lebih
meningkatkan nilai ekspor produk mebel/furnitur.
DAFTAR PUSTAKA
BPS Kabupaten Klaten, Klaten Dalam Angka, 2005
Data Industri Kecil dan Potensi Sentra Tahun 2005 Kabupaten Klaten, Dinas
Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Penanaman Modal Kabupaten
Klaten, 2005
Bank Indonesia, Penelitian dasar Potensi Ekonomi Provinsi jawa Tengah, 1995
http://www.jawatengah.go.id/
http://www.klaten.go.id.
Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 29
http://www.nafed.go.id.
http://www.indonetwork.co.id
Model Kelayakan Usaha Produksi Mebel di Kabupaten Klaten 30