repository.helvetia.ac.idrepository.helvetia.ac.id/2870/1/lusi 1702012018.pdf · faktor yang...
TRANSCRIPT
FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMANFAATAN
POSBINDU LANSIA DI DESA UKHAT PESELUK
WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAGA
TIMBUL ACEH TENGGARA
TAHUN 2019
TESIS
Oleh:
LUSI
1702012018
PROGRAMSTUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2020
FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMANFAATAN
POSBINDU LANSIA DI DESA UKHAT PESELUK
WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAGA
TIMBUL ACEH TENGGARA
TAHUN 2019
TESIS
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memeroleh Gelar Magister Kesehatan Mayarakat (M.K.M) pada Program Studi S2 Kesehatan
Masyarakat Minat Studi Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan Institut Helvetia Medan
Oleh :
LUSI
1702012018
PROGRAMSTUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2020
Telah diuji pada tanggal : 14 Maret 2020
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Muhammad Badiran .,M.Pd
Anggota : 1. Tengku Moriza SE.,MM
2. Dr. Achmad Rifai.,S.K.M.,M.Kes
3. Neni Ekowati Januariana.,Ir.,M.P.H
ABSTRAK
Faktor Yang Memengaruhi Pemanfaatan Posbindu Lansia Di Desa
Ukhat Peseluk Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara
Tahun 2019.
LUSI
1702012018
Lanjut usia (lansia) merupakan seseorang yang telah mencapai 60 tahun ke atas baik pria
maupun wanita.Tujuan dari penelitian ini untuk Mengetahui Faktor Yang Memengaruhi terhadap
pemanfaatan Posbindu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara Ukhat
PeselukTahun 2019.
Penelitian ini menggunakan metode survey analitik dengan pendekatan Cross
Sectional..Populasi sebanyak 146 orang dan sampel 59 orang. Analisis data kuantitatif
menggunakan uji chi-square dan regresi logistik berganda. Hasil penelitian ini menujukkan
pemanfatan posbindu lansia tidak memanfaatkan posbindu 40 orang dengan hasil uji chi-square
menujukkan variabel pengetahuan, sikap,akses, dukungan petugas kesehatan. Hasil uji regresi
logistik berganda menujukkan variabel pengetahuan paling berpengaruh terhadap pemanfaatan
Posbindu Lansia dan
Kesimpulan dari penelitian ini bahwa ada Pengaruh Pengetahuan dan Ada Hubungan,
sikap, akses, dan dukungan petugas kessehatan dengan Pemanfaatan Posbindu Lansia di Wilayah
Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara Desa Ukhat Peseluk Tahun 2019.
Disarankan agar Desa Ukhat Peseluk Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara lebih
meningkatkan peran serta dalam memberikan pelatihan kepada petugas kesehatan dan mampu
dalam mempromosikan tentang pemanfaatan posbindu lansia dan sebaiknya petugas kesehatan
juga Door To Door dalam memberikan penyuluhan terutama tentang posbindu lansia.
.
Kata Kunci : Pemanfaatan, Posbindu, Lansia
Daftar Pustaka : 64 Referensi (9 Buku+55 Artikel Jurnal)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tesis yang berjudul “Faktor Yang Memengaruhi Pemanfaatan Posbindu
Lansia di Desa Ukhat Peseluk Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara
Tahun 2019 “.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Ismail Efendy, M.Si, sebagai Rektor Institut Kesehatan Helvetia Medan.
2. Dr. Achmad Rifai.,S.K.M.,M.Kes sebagai Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia Medan dan selaku Dosen Penguji
yang telah mengorbankan waktu, pikiran, dan tenaga dalam memberikan
nasehat dan petunjuk guna menyelesaikan tesis ini.atas kesempatan yang
diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan program Magister
Kesehatan Masyarakat.
3. Dr. Asriwati, S.Kep, Ns., S.Pd, M.Kes selaku Ketua Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat Program Magister Fakultas Kesehatan Masyarakat
Institut Kesehatan Helvetia Medan yang telah memberikan bimbingan dan
motivasi serta arahan dalam perkuliahan maupun penyelesaian Tesis.
4. Iman Muhammad, SE.,S.Kom, MM., M.Kes, sebagai Ketua Yayasan Helvetia
Medan
5. Prof. Dr. Muhammad Badiran .,M.Pd selaku pembimbing I dan penguji I yang
telah banyak memberikan kritik dan saran dalam penyusunan tesis ini.
6. Tengku Moriza SE.,MM selaku pembimbing II dan penguji II yang telah
banyak memberikan kritik dan saran dalam penyusunan tesis ini.
7. Neni Ekowati Januariana.,Ir.,M.P.H selaku Dosen Penguji yang telah
mengorbankan waktu, pikiran, dan tenaga dalam memberikan nasehat dan
petunjuk guna dalam menyelesaikan tesis ini.
8. Para Guru Besar dan Staf Pengajar di lingkungan Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat Program Magister Fakultas Kesehatan Masyarakat
Institut Kesehatan Helvetia yang telah memberikan bimbingan dan teladan
selama penulis mengikuti pendidikan.
9. Kepala Puskesmas Leuser Kecamatan Leuser yang telah mengizinkan dan
turut membantu dalam melakukan uji validitas ditempatnya.
10. Kepala Puskesmas Naga Timbul yang telah mengizinkan dan turut membantu
melakukan penyelesaian penelitian di tempatnya.
11. Terimakasih kepada seluruh responden dan juga kepada Kader beserta petugas
kesehatan yang telah ikut serta dalam membantu kegiatan penelitian ada
bantuan dari seluruh responden mungkin penelitian yang berelangsung tidak
akan terlaksana dengan baik
12. Terimakasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada kedua orang tua, dan
adik-adik ku yang turut serta memberikan dukungan dan motivasi. Selanjutnya
penulis mengucapkan terimakasih kepada semua teman-teman Khususnya
Peminatan AKK yang telah membantu dalam proses penyusunan tesis ini
hingga selesai. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kelemahan, untuk itu diharapkan saran yang bersifat
membangun untuk menyempurnakan tesis ini.
13. Orang yang teristimewa dalam hidupku Suami tercinta dan kedua anak-anak
ku serta mertua, yang turut memberi dukungan baik Moril maupun Materil
yang sangat mendorong penulis untuk terus berusaha dalam menyelesaikan
tesis ini demi terwujudnya cita-cita untuk memperoleh gelar magister
kesehatan masyarakat di Inkes Helvetia Medan
Medan, 14 Maret 2020
Penulis
Lusi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Lusi lahir di Lawe Sigala Timur (Aceh Tenggara) Pada Tanggal 29
Maret 1985, Beragama Kristen Protestan anak Ketiga dari Enam bersaudara dari pasangan
ayahanda J.Tampubolon dan Ibunda B. Simanggunsong penulis sudah menikah dengan CST Dedi
Opentri Simanungkalit pada bulan April Tahun 2008 dan dikarunia dua orang anak Putra dan Putri
yaitu Sari Prisca Aulia Br Simanungkalit dan Binarwan Putra Jaya Simanungkalit sekarang
menetap di Kutacane Kecamatan Babussalam Kabupaten Aceh Tenggara.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri No.2 Kabupaten Aceh
Tenggara Pada Tahun 1997, Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Di SLTP Negeri 1
Lawe Sigala-gala Kabupaten Aceh Tenggara Pada Tahun 2000, Pendidikan Sekolah Menegah
Atas di SMU Swasta Thomas 3 Medan Helvetia Kabupaten Deli Serdang pada Tahun 2003,
Pendidikan SI Ilmu Kesehatan Masyarakat di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Helvetia
Medan Provinsi Sumatera Utara pada Tahun 2007. Selanjutnya sejak tahun 2018 penulis
mengikuti pendidikan lanjutan di program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan
Helvetia Medan dengan peminatan studi Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan.
Penulis Mulai bekerja sebagai Petugas Pendaftaran di Puskesmas Lw Perbunga
Kabupaten Aceh Tenggara Sejak Tahun 2007 sampai tahun 2008, dan Sebagai Pemegang Program
SP2TP dan Pcare BPJS di Puskesmas Kota Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008 sampai tahun
2017, dan Sebagai Kepala Puskesmas di Puskesmas Naga Timbul Kabupaten Aceh Tenggara
Sejak Tahun 2018 sampai tahun 2019, dan sebagai Kepala Puskesmas di Puskesmas Lawe Sumur
Kabupaten Aceh Tenggara sejak tahun 2019 sampai sekarang.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT .................................................................................................................... i
ABSTRAK ..................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................................. iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... x
DAFTAR TABEL.......................................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................... 6
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................... 7
1.3.1. Tujuan Umum ..................................................... 7
1.3.2. Tujuan Khusus .................................................... 7
1.4. Manfaat Penelitian ......................................................... 8
1.4.1. Manfaat Teoritis .................................................. 8
1.4.2. Manfaat Praktis ................................................... 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Peneliti Terdahulu ............................................................ 10
2.2. Telaah Teori .................................................................................... 14
2.2.1. Lansia (Lanjut Usia) ........................................................ 14
2.2.2. Klasifikasi Lanjut Usia (Lansia) ...................................... 16
2.2.3. Upaya Pelayanan Kesehatan Lansia ................................ 17
2.2.4. Proses Lansia ................................................................... 19
2.2.5. Perubahan-Perubahan yang terjadi pada Lansia .............. 20
2.2.6. Penyakit yang sering dialami Lansia ............................... 25
2.2.7. Permasalahan Umum Kesehatan Lansia .......................... 29
2.2.8. Asupan Gizi pada Lansia ................................................. 31
2.2.9. Posbindu Lansia .............................................................. 33
2.2.10. Tujuan dan Sasaran Posbindu .......................................... 34
2.2.11. Kegiatan Posbindu Lansia ............................................... 35
2.2.12. Sarana .............................................................................. 37
2.2.13. Manfaat Posyandu Lansia ............................................... 37
2.2.14. Pelaksana Kegiatan Posyandu ......................................... 38
2.2.15. Mekanisme Pelaksana Kegiatan ..................................... 38
2.2.16. Perilaku .......................................................................... 39
2.2.17. Peraturan Pemerintah Terkait Posbindu .......................... 42
2.2.18. Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posbindu
Lansia .............................................................................. 44
2.3. Landasan Teori ................................................................................ 49
2.4. Kerangka Konsep ............................................................................. 50
2.5. Hipotesis Penelitian ......................................................................... 50
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Desain Penelitian ............................................................. 52
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 52
3.2.1. Lokasi Penelitian ............................................................. 52
3.2.2. Waktu Penelitian ............................................................ 52
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ....................................................... 53
3.3.1. Populasi Penelitian ......................................................... 53
3.3.2. Sampel Penelitian ........................................................... 53
3.4. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 54
3.4.1. Jenis Data ........................................................................ 54
3.4.2. Teknik Pengumpulan Data ............................................. 54
3.4.3. Uji Validitas dan Realibilitas .......................................... 54
3.5. Variabel dan Defenisi Operasional .................................................. 58
3.5.1. Variabel Penelitian ......................................................... 58
3.5.2. Defenisi Operasional ...................................................... 59
3.6. Metode Pengukuran ......................................................................... 60
3.7. Metode Pengolahan Data ................................................................ 61
3.8. Metode Analisis Data ...................................................................... 62
3.8.1. Analisis Univariat ............................................................ 62
3.8.2. Analisis Bivariat .............................................................. 62
3.8.3. Analisis Multivariat ......................................................... 62
3.9. Penyajian Data ................................................................................. 64
3.10. Etika Penelitian ............................................................................... 64
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Lokasi Penelitian ........................................................... 66
4.2. Hasil Penelitian ............................................................................... 68
4.2.1. Analisa Univariat ............................................................. 68
4.2.2. Analisa Bivariat .............................................................. 78
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Pemanfaatan Posbindu Lansia
di Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara Desa
Ukhat Peseluk Tahun 2019 ............................................................. 87
5.2. Pengaruh Sikap Terhadap Pemanfaatan Posbindu Lansia di
Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara Desa
Ukhat Peseluk Tahun 2019 .............................................................. 90
5.3. Pengaruh Sarana Terhadap Pemanfaatan Posbindu Lansia di
Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara Desa
Ukhat Peseluk Tahun 2019 .............................................................. 94
5.4. Pengaruh Akses Terhadap Pemanfaatan Posbindu Lansia di
Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara Desa
Ukhat Peseluk Tahun 2019 .............................................................. 95
5.5. Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Pemanfaatan Posbindu
Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh
Tenggara Desa Ukhat Peseluk Tahun 2019 ...................................... 99
5.6. Pengaruh Dukungan Petugas Terhadap Pemanfaatan Posbindu
Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh
Tenggara Desa Ukhat Peseluk Tahun 2019 ...................................... 109
5.7. Keterbatasan Penelitian ................................................................... 112
BAB VI KESIMPULAN
6.1. Kesimpulan ..................................................................................... 113
6.2. Saran................................................................................................. 114
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 118
LAMPIRAN .......................................................................................................... 122
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
2.1. Kerangka Teori Menurut Law Green ...................................................... 48
2.2. Kerangka Konsep Penelitian ................................................................... 48
1
1
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
3.1. Hasil Uji Validitas Pengetahuan ............................................................. 53
3.2. Hasil Uji Validitas Sikap ........................................................................ 53
3.3. Hasil Uji Validitas Sarana ...................................................................... 54
3.4. Hasil Uji Validitas Akses ........................................................................ 54
3.5. Hasil Uji Validitas Dukungan Keluarga ................................................. 54
3.6. Hasil Uji Validitas Dukungan Petugas Kesehatan .................................. 55
3.7. Hasil Uji Reliabilitas............................................................................... 56
3.8. Aspek Pengukuran Variabel Independen (X) dan Dependen (Y) ........... 58
4.1. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Pengetahuan ........... 64
4.2. Distribusi Frekuensi Faktor Pengetahuan Dalam Pemanfaatan
Posbindu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh
Tenggara Desa Ukhat Peseluk Tahun 2019 ........................................... 65
4.3. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Sikap ...................... 65
4.4. Distribusi Frekuensi Faktor Sikap Dalam Pemanfaatan Posbindu
Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara
Desa Ukhat Peseluk Tahun 2019 ............................................................ 67
4.5. Distribusi Jawaban Responden Tentang Sarana ..................................... 67
4.6. Distribusi Frekuensi Faktor Sarana Dalam Pemanfaatan
PosbinduLansia di Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh
Tenggara Desa Ukhat Peseluk Tahun 2019 ............................................ 68
4.7. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Akses ...................... 69
4.8. Distribusi Frekuensi Faktor Akses Dalam Pemanfaatan Posbindu
Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara
Desa Ukhat Peseluk Tahun 2019 ............................................................ 69
4.9. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Dukungan
Keluarga.................................................................................................. 70
4.10. Distribusi Frekuensi Faktor Dukungan Keluarga Dalam Pemanfaatan
Posbindu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh
Tenggara Desa Ukhat Peseluk Tahun 2019 ............................................ 71
4.11. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Dukunagn Petugas
Kesehatan................................................................................................ 71
4.12. Distribusi Frekuensi Faktor Dukungan Petugas Kesehatan Dalam
Pemanfaatan Posbindu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Naga
Timbul Aceh Tenggara Desa Ukhat Peseluk Tahun 2019 ...................... 72
4.13. Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Posbindu Lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara Desa Ukhat Peseluk Tahun
2019 ........................................................................................................ 72
4.14. Distribusi Frekuensi Umur Lansia Di Wilayah Kerja Kerja
Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara Desa Ukhat Peseluk Tahun
2019 ........................................................................................................ 73
4.15. Distribusi Frekuensi Pendidikan Lansia Di Wilayah Kerja Kerja
Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara Desa Ukhat Peseluk Tahun
2019 ........................................................................................................ 73
4.16. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Lansia Di Wilayah Kerja Kerja
Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara Desa Ukhat Peseluk Tahun
2019 ........................................................................................................ 73
4.17. Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan Dengan Pemanfaatan
Posbindu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh
Tenggara Desa Ukhat Peseluk Tahun 2019 ............................................ 74
2
2
4.18. Tabulasi Silang Hubungan Sikap Dengan Pemanfaatan Posbindu
Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara
Desa Ukhat Peseluk Tahun 2019 ............................................................ 75
4.19. Tabulasi Silang Hubungan Sarana Dengan Pemanfaatan Posbindu
Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara
Desa Ukhat Peseluk Tahun 2019 ............................................................ 76
4.20. Tabulasi Silang Hubungan Akses Dengan Pemanfaatan Posbindu
Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara
Desa Ukhat Peseluk Tahun 2019 ........................................................... 77
4.21. Tabulasi Silang Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Pemanfaatan
Posbindu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh
Tenggara Desa Ukhat Peseluk Tahun 2019 ............................................ 78
4.22. Tabulasi Silang Hubungan Dukungan Petugas Dengan Pemanfaatan
Posbindu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh
Tenggara Desa Ukhat Peseluk Tahun 2019 ............................................ 79
4.23. Seleksi Variabel yang Menjadi Kandidat Model dalam Uji Regresi
Logistik Berdasarkan Analisis Bivariat .................................................. 80
4.24. Hasil Analisis Regresi Logistic Berganda Tahap Pertama ...................... 81
4.25. Hasil Analisis Uji Regresi Logistik Tahap Kedua .................................. 81
3
3
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman
1 Kuesioner .................................................................................................... 119
2 Master Data Uji Validitas ............................................................................ 126
3 Master Data Penelitian ................................................................................. 129
4 Hasil Uji Validitas (Output) ......................................................................... 132
5 Hasil Output Penelitian ................................................................................ 144
6 Dokumentasi ............................................................................................ 170
7 Surat Survei Awal ........................................................................................ 178
8 Surat Balasan Survei Awal .......................................................................... 179
9 Surat Validitas 180
10 Surat Balasan Validitas ................................................................................ 181
11 Surat Izin Penelitian ..................................................................................... 182
12 Surat Balasan Izin Penelitian ....................................................................... 183
13 Permohonan Pengajuan Judul Tesis ............................................................. 184
14 Lembar Revisi Proposal ............................................................................... 185
15 Lembar Revisi Hasil Tesis ........................................................................... 186
16 Lembar Bimbingan Proposal ....................................................................... 187
17 Lembar Bimbingan Hasil Tesis ................................................................... 188
4
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Lanjut usia (lansia) yaitu seseorang yang telah mencapai 60 tahun ke atas
baik pria maupun wanita. Secara Global United Nations (PBB) telah
memprediksikan pertambahan usia lanjut hingga 2,6 %. Pertambahan jumlah ini
melebihi pertambahan populasi keseluruhan yaitu (1,2%). Jumlah usia lanjut
tersebut meningkat menjadi 700 Juta di tahun 2009 dan diproyeksikan di tahun
2050 mencapai 2 milyar, 3 kali lebih tinggi dibandingkan yang terjadi di tahun
2009. Pertumbuhan ini terjadi lebih cepat di negara sedang berkembang
dibandingkan dengan negara maju. Di China sejak tahun 1999 Komite Aging
melaporkan bahwa penduduk usia lanjut diprediksikan mencapai 400 juta atau
sekitar 30 % dari total jumlah penduduk (1).
Badan kesehatan dunia (WHO) menyatakan penduduk lansia di Indonesia
pada tahun 2020 mendatang akan mencapai angka 11,34 % atau tercatat 28,8 juta
orang. Menurut WHO dalam Health in South East-Asia, proporsi penduduk tua
dalam populasi mengalami perkembangan yang sangat cepat terlebih pada negara
di kawasan Asia Tenggara. Indonesia sebagai salah satu negara yang berada di
kawasan Asia Tenggara, memiliki riwayat peningkatan jumlah lansia yang
signifikan seiring dengan peningkatan kualitas kesehatan yang berdampak pada
peningkatan angka harapan hidup yakni sebesar 14 juta jiwa lansia sejak tahun
1971 hingga tahun 2009 (Anonim, 2010) (2).
2
Jumlah penduduk lansia Indonesia adalah 18,57 juta jiwa, meningkat
sekitar 7,93% dari tahun 2000 yaitu sebanyak 14,44 juta jiwa. Diperkirakan
jumlah penduduk lansia di Indonesia akan terus bertambah sekitar 450.000 jiwa
per tahun. Dengan demikian, pada tahun 2025 jumlah penduduk lansia di
Indonesia akan berjumlah sekitar 34,22 juta jiwa (3).
Begitu pula dengan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) terjadi
peningkatan umur harapan hidup. Pada tahun 2000 UHH di Indonesia adalah 64,5
tahun, angka ini meningkat menjadi 69,43 tahun pada tahun 2010 dan pada tahun
2011 menjadi 69,65 tahun (4).
Posyandu Lansia adalah suatu wadah pelayanan kesehatan bersumber daya
masyarakat (UKBM) untuk melayani penduduk lansia dengan menitik beratkan
pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan preventif. Posyandu Lansia juga
memberikan palayanan social, agama, pendidikan, ketrampilan, olah raga, seni
budya untuk meningkatkan kualitas hidup melalui peningkatan kesehatan dan
kesejahteraan. Sampai dengan tahun 2015, jumlah kelompok lansia (Posyandu
Lansia) yang memberikan pelayanan promotif dan preventif tersebar di 23
Provinsi di Indonesia adalah 7.215 Posyandu Lansia (5).
Secara biologis, penduduk lansia adalah penduduk yang telah mengalami
proses penuaan dan menurunnya daya tahan fisik sehingga rentan terhadap
penyakit. Penurunan fungsi tersebut menjadi penyebab munculnya berbagai
persoalan pada lansia dan orang lain yang hidup di sekitarnya. Proses menua juga
mempengaruhi keadaan psikologis seseorang seperti perubahan emosi menjadi
mudah tersinggung, depresi, rasa cemas yang dialami seseorang dalam merespon
3
perubahan fisik yang terjadi pada dirinya (6).
Pada usia lansia akan timbul berbagai permasalahan baik yang bersifat
umum maupun yang khusus. Penyebab timbulnya permasalahan pada lanjut usia
adalah harapan hidup bertambah panjang, morbiditas meningkat, lanjut usia
mengalami beban ganda (mengidap penyakit infeksi dan kronis), bertambahnya
kerusakan yang terjadi, faktor-faktor lain diantaranya adalah psikososial,
lingkungan, sosio ekonomi, stress, penilaian terhadap diri sendiri, dan akses
kepada fasilitas kesehatan.Dari hal tersebut akan mengakibatkan gangguansistem
(musculoskeletal, kardiovaskuler, pernapasan, pencernaan, urogenital, hormonal,
saraf, kulit, kuku, rambut, dan lain-lain), timbulnya penyakit dan manifestasi
klinik, menurunnya ADL (Activities of Daily Living) / aktivitas keseharian (7).
Besarnya populasi lanjut usia serta pertumbuhan yang sangat cepat juga
menimbulkan berbagai permasalahan,sehingga lanjut usia perlu mendapatkan
perhatian yang serius dari semua sector untuk upaya peningkatan kesejahteraan
lanjut usia. Adapun untuk mengatasi masalah kesehatan lansia tersebut, perlu
upaya pembinaan kelompok lanjut usia melalui puskesmas yang mencakup
kegiatan promotif, preventif dan rehabilitatif. Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 43 Tahun 2004 pasal 8 disebutkan bahwa pemerintah,
masyarakat dan keluarga bertanggung jawab atas terwujudnya upaya peningkatan
kesejahteraan sosial lanjut usia (lansia) (8).
Mengingat kondisi tersebut, maka lansia perlu mendapatkan perhatian yang
serius dari semua sektor untuk upaya peningkatan kesejahteraan lanjut usia.
Adapun untuk mengatasi masalah kesehatan lansia tersebut, perlu upaya
4
pembinaan kelompok lanjut usia melalui Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) yang mencakup kegiatan promotif, preventif, dan rehabilitatif.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004 pasal 8
disebutkan bahwa pemerintah, masyarakat dan keluarga bertanggung jawab atas
terwujudnya upaya peningkatan kesejahteraan social lansia.Selain itu berdasarkan
UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan, dimana upaya pemeliharaan kesehatan
bagi lanjut usia harus ditujukan untuk menjaga agar lansia tetap hidup sehat dan
produktif secara sosial maupun ekonomi, serta pemerintah wajib menjamin
ketersediaan pelayanan kesehatan danmemfasilitasi kelompok lanjut usia untuk
dapat tetap hidup mandiri dan produktif. Oleh karena itulah maka Pemerintah
mencanangkan pelayan kesehatan yang penyelenggaraannya melalui program
Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga,tokoh masyarakat
dan organsasi social yang disebut dengan Pos Pelayanan Terpadu (Posbindu)
lansia atau yang saat ini dikenal dengan Pos Pembinaan Terrpadu (Posbindu)
lansia (9).
Dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh banyak
faktor, adapun faktor yang mempengaruhi tersebut adalah faktor demografi yang
berupa usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan social ekonomi serta faktor-
faktor pendukung yakni sikap, ketersediaan sarana dan fasilitas, letak geografis,
pelayanan kesehatan, dan dukungan keluarga (10).
Lansia yang tidak mau memanfaatkan posyandu ini dapat disebabkan
karena lansia tidak atau belum mengetahui manfaat dari posyandu lansia itu
sendiri. Predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan ini adalah kurangnya
5
pengetahuan lansia, keluarga serta masyarakat tentang posyandu lansia baik dalam
memahami dan mengetahui tujuan dan adanya kegiatan posyandu lansia
menyebabkan motivasi atau pemanfaatan posyandu lansia oleh lansia akan
berkurang (11).
Hasil survei awal yang diperoleh dari Puskesmas Naga Timbul desa Ukhat
Peseluk diketahui bahwa desa tersebut merupakan desa yang berada di pedesaan
terpencil, Desa ini juga masih sulit akses transportasinya dimana angkutan umum
hanya ada pada hari-hari tertentu karena berada pada daerah pegunungan.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada 10 oranglansia yang ada di
wilayah kerja Puskesmas Naga Timbul desa Ukhat Peseluk dimana peneliti
menanyakan tentang kendala-kendala apa yang membuat lansia tidak aktif dalam
mengikuti kegiatan posbindu dan peneliti juga menanyakan tentang apakah lansia
mengetahui apa itu posbindu dan apa-apa saja kegiatan posbindu tersebut.
Berdasarkan jawaban responden diketahui bahwa dari 10 orang lansia yang
ditanya terdapat 7 orang yang tidak mengetahui apa itu posbindu dan apa-apa saja
kegiatan posbindu, dan dari 10 orang lansia terdapat 7 orang yang menyatakan
alasan tidak mengikuti kegiatan lansia karena tidak mengetahui kapan kegiatan itu
dilakukan, tidak ada yang memberitahu, dan seperti apa kegiatan posbindu
tersebut. Sedangkan 4 orang dari lansia tersebut termasuk lansia yang pernah
mengikuti posbindu walaupun tidak aktif, dan tidak mengetahui secara jelas apa-
apa saja kegiatan yang dilakukan di posbindu tersebut, yang mereka tahu adalah
bahwa mereka datang ke posbindu hanya untuk memeriksakan kesehatannya saja.
Lansia juga menyatakan bahwa akses ke tempat posindu dilakukan kurang
6
terjangkau, dimana tidak ada kendaraan yang selalu ada di tempat dan suami dan
anak juga tidak pernah mengingatkan agar pergi ke posbindu. Dari sikap lansia
terhadap posbindu juga masih sangat kurang, hal ini disebabkan karena kurangnya
pengetahuan lansia terhadap manfaat posbindu. Dan dari dukungan petugas
kesehatan diketahui bahwa dari 10 lansia yang di wawancarai terdapat 6 orang
yang menyatakan tidak pernah mendapatkan informasi terkait posbindu,
sedangkan 4 orang lansia pernah diajak oleh petugas kesehatan untuk mengikuti
kegiatan posbindu dan informasi itu di peroleh 2 tahun yang lalu. Berdasarkan
hasil aurvey awal dengan wawancara terhadap lansia dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan lansia tentang posbindu masih kurang, sikap juga masih kurang,
ketersediaan saranaprasarana masih minim, akses dari tempat tinggal lansia ke
tempat posbindu sangat jauh, dan dukungan keluarga juga masih kurang dan
petugas kesehatan juga masih kurang memberikan dukungan kepada lansia.
Sehingga berdasarkan permasalah tersebut peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang” Faktor Yang Memengaruhi Pemanfaatan Posbindu Lansia Di
Desa Ukhat Peseluk Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara
Tahun 2019 ”.
1.2. Rumusan Masalah.
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka rumusan masalah
dalam penelitian adalah sebagai berikut: “Apa saja faktor yang memengaruhi
pemanfaatan Posbindu lansia Di Desa Ukhat Peseluk Wilayah Kerja Puskesmas
Naga Timbul Aceh Tenggara Tahun 2019 ”.
7
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. TujuanUmum.
Tujuan penelitian ini adalah untuk Mengetahui Faktor Yang Memengaruhi
pemanfaatan Posbindu Lansia Di Desa Ukhat Peseluk Wilayah Kerja Puskesmas
Naga Timbul Aceh Tenggara Tahun 2019 ”.
1.3.2. Tujuan Khusus.
1. Untuk Mengetahui Pengaruh Pengetahuan Terhadap Pemanfaatan
Posbindu Lansia Di Desa Ukhat Peseluk Wilayah Kerja Puskesmas Naga
Timbul Aceh Tenggara Tahun 2019.
2. Untuk Mengetahui Pengaruh Sikap Terhadap Pemanfaatan Posbindu
Lansia Di Desa Ukhat Peseluk Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul
Aceh Tenggara Tahun 2019.
3. Untuk Mengetahui Pengaruh Sarana Kesehatan Terhadap Pemanfaatan
Posbindu Lansia Di Desa Ukhat Peseluk Wilayah Kerja Puskesmas Naga
Timbul Aceh Tenggara Tahun 2019.
4. Untuk Mengetahui Pengaruh Akses Terhadap Pemanfaatan Posyandu
Lansia Di Desa Ukhat Peseluk Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul
Aceh Tenggara Tahun 2019.
5. Untuk Mengetahui Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Pemanfaatan
Posbindu Lansia Di Desa Ukhat Peseluk Wilayah Kerja Puskesmas Naga
Timbul Aceh Tenggara Tahun 2019.
6. Untuk Mengetahui Pengaruh Dukungan Petugas Kesehatan Terhadap
Pemanfaatan posbindu lansia Di Desa Ukhat Peseluk Wilayah Kerja
8
Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara Tahun 2019.
7. Untuk Mengetahui Pengaruh yang Lebih Dominan Terhadap Pemanfaatan
Posbindu di Desa Ukhat Peseluk Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul
Aceh Tenggara Tahun 2019.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
1. Sebagai bahan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya
dibidang kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan Faktor-Faktor Yang
Memengaruhi Pemanfaatan Posbindu Lansia di Desa Ukhat Peseluk
Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara Tahun 2019.
2. Sebagai Khasanah dan referensi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
di bidang kesehatan masyarakat yang berhubungan dengan Pemanfaatan
Posbindu Lansia di Desa Ukhat Peseluk Wilayah Kerja Puskesmas Naga
Timbul Aceh Tenggara Tahun 2019.
1.4.2. Manfaat Praktis
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman lebih kepada
masyarakat terkait faktor yang memengaruhi pemanfaatan Posbindu lansia
sehingga masyarakat dapatberperan dalam mendukung kegiatan Posbindu
lansia serta penelitian ini dapat menambah kesadaran akan pentingnya
kesehatan, dimana Posbindu merupakan salah satu tempat pemeriksaan
kesehatan yang sangat penting di lingkungan masyarakat
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu Puskesmas Naga Timbul
untuk mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh terhadap pemanfaatan
9
Posbindu lansia sehingga dapat menjadi masukan bagi Puskesmas Naga
Timbul dalam meningkatkan cakupan dari pelaksanaan Posbindu
khususnya meningkatkan keaktifan lansia untuk berkunjung dan
mendapatkan pelayanan kesehatan di Posbindu yang ada di Puskesmas
Naga Timbul. Bagi pemegang program lansia khususnya diharapkan dapat
memberikan acuan untuk meningkatkan pengembangan informasi kepada
lansia agar program berjalan sesuai kebutuhan lansia dilapangan
3. Diharapkan kepada responden untuk dapat lebih mengetahui pemanfaatan
Posbindu pada lansia untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
4. Diharapkan menjadi masukan bagi puskesmas khususnya pengelola
program penanggulangan dan dapat melakukan intervensi kembali dan
diharapkan dapat melakukan upaya-upaya promosi kesehatan yang
bertujuan lebih meningkatkan pemanfaatan lansia agar program berjalan
sesuai kebutuhan lansia di lapangan.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Peneliti Terdahulu
Hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Pada penelitian Melita pada Tahun 2018 menyatakan dalam temuannya
yang berjudul Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kunjungan Lansia Ke
Posbindu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Bintara Kota Bekasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
kunjungan lansia ke posbindu lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Bintara Kota
Bekasi tahun 2017 dengan variabel umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
pengetahuan, dukungan keluarga, dukungan petugas kesehatan, akses dan
kebutuhan. Berdasarkan hasil tersebut hendaknya puskesmas melakukan upaya-
upaya untuk meningkatkan penyuluhan yang berkaitan dengan kesehatan lansia
sehingga lansia mengerti masalah kesehatan dan mau berkunjung ke posbindu
lansia (12).
Penelitian Rahmalia Ningsih Tahun 2014 Tentang Faktor –Faktor Yang
Mempengaruhi Minat Lansia Mengunjungi Minat Lansia Mengunjungi Posyandu
Lansia. Dimana peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan kuesioner.
Populasi penelitian ini adalah lansia yang berada di Kelurahan Tuah Karya
Pekanbaru. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode
“purposive sampling” Keluarga lansia disarankan untuk lebih
memperhatikan kondisi lansia baik itu kondisi fisik maupun psikologisnya dan
11
menjaga kondisi kesehatan lansia dengan melakukan kontrol kesehatan minimal
sekali sebulan sehingga kondisi tubuh lansia dalam keadaan sehat, serta keluarga
lansia lebih memberikan motivasi kepada lansia sehingga lansia mau mengikuti
kegiatan posyandu lansia. Diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas
dan lengkap kepada keluarga dan lansia tentang posyandu lansia, selain itu
diharapkan dapat meningkatkan kepedulian terhadap lansia agar lansia
bersemangat dan termotivasi untuk datang ke posyandu lansia.Hasil penelitian ini
dapat dijadikan sebagai evidence based dan tambahan informasi untuk
mengembangkan penelitian lebih lanjut. Selain itu, diharapkan penelitian
selanjutnya dapat mengkombinasikan dengan metode lain seperti wawancara dan
observasi langsung kepada responden supaya mendapatkan hasil yang lebih baik
(13).
Pada penelitian Wahyadaniah pada Tahun 2017, Analisi Faktor –Faktor
yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu Lansia dimana menyatakan dalam
temuannya tentang Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan
Posyandu Lansia dengan Tujuan Posyandu Lanjut Usia untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap, perilaku positif, serta meningkatkan kualitas hidup dan
derajat kesehatan lansia sehingga diperlukan kemauan yang kuat bagi lansia
dalam mengikuti kegiatan posyandu dan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi pemanfaatan posyandu lansia buntu batu di dusun Rumbia Desa
Lunjen Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang. Teknik pengambilan sampel
dengan simple random sampling diperoleh dengan 48 responden. Data penelitian
12
diperoleh dari kuesioner dari sikap lansia, persepsi hambatan dan peran kader
serta hasil observasi kehadiran lansia di posyandu dalam 1 tahun terakhrir (14).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Rusmin pada tahun 2015 dengan
judul Faktor – faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan posyandu lansia di
wilayah kerja puskesmas somba opu kabupaten gowa tahun 2015, menyimpulkan
bahwa terdapat hubungan antara sikap lansia (p=0,000<0,05), jarak kepelayanan
kesehatan (p=0,011<0,05), peran kader (p=0,005<0,05) dan dukungan keluarga
(p=0,028<0,05) dengan pemanfaatan posyandu lansia di wilayah kerja puskesmas
somba opu kabupaten gowa tahun 2015 (15).
Penelitian Juniardi menyatakan faktor yang mempengaruhi rendahnya
kunjungan lansia ke posyandu lansia, antara lain pengetahuan, jarak rumah
dengan lokasi posyandu, dukungan keluarga, sarana dan prasarana penunjang
pelaksanaan posyandu, sikap dan perilaku lansia, penghasilan ekonomi, dukungan
petugas kesehatan (16).
Hasil penelitian Sumiati menyatakan pengetahuan tentang posyandu lansia
dimulai dari sumber informasi, sasaran, pengertian, pelayanan, status lansia,
manfaat posyandu lansia, orang yang bertugas di posyandu, dan peranan lansia
sehingga mempengaruhi keaktifan lansia dalam pemanfaatan posyandu. Sikap
lansia terhadap posyandu sangat positif, lansia tidak terbebani terkait kegiatan
posyandu yang rutin, lansia bersikap negatif terkait rencana perubahan fungsi
posyandu yang melayani masyarakat umum (17).
Penelitian yang dilakukan oleh Ariyani menunjukkan ada hubungan yang
bermakna antara jarak tempuh posyandu lansia dengan pemanfaatan posyandu
13
lansia dimana para lansia lebih cenderung 2,47 kali memanfaatkan posyandulansia
dibandingkan dengan lansia yang mempunyai jarak rumah yang jauh (p=0,012
dan OR=2,47) (18).
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan di wilayah kerja
Puskesmas Sukabumi tahun 2014 yaitu menunjukkan bahwa 63,3% lansia tidak
aktif dalam memanfaatkan Posyandu Lansia dan hanya36,5% lansia yang aktif
dalam memanfaatkan Posyandu Lansiamenunjukkan bahwa faktor-faktor
penentu signifikan dari pemanfaatan Posyandu lansia adalah pengetahuan lansia,
dukungan keluarga(Mardiana Zakir, 2014). Penelitian terkait Pemanfaatan
Posyandu Lansia di Kota Pekanbaru pada tahun 2014 dihasilkan 70,3% lansia
tidak memanfaatkan Posyandu dan 29,7% yang memanfaatkan Posyandu. Faktor-
faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan Posyandu Lansia tersebut
disebabkan oleh pengetahuan, dukungan keluarga, dan dukungan petugas
kesehatan (18).
Penelitian yang dilakukan Amral (2016) dengan judul analisis faktor
kehadiran lansia dalam mengikuti posyandu di desa pagersari kecamatan ngantang
kabupaten malang, menyimpulkan kurang dari separuh (39,5%) lansia yang
berpengetahuan baik memiliki peluang 4,97 kali lebih besar untuk hadir di
posyandu dari pada yang berpengetahuan kurang. Serta kurang dari separuh
(37,2%) lansia yang mengalami dukungan keluarga kurang memiliki peluang 6,74
kali leboih besar untuk hadir di posyandu dari pada yang dukungan keluarga baik
(19).
14
Penelitian yang dilakukan anggraini pada tahun 2015 dengan judul faktor
dominan lansia aktif mengikuti kegiatan posyandu di dusun ngentak,
menyebutkan hasil uji chi square pada penelitian ini menunjukkan variable yang
memiliki hubungan dengan keaktifan lansia yaitu variable dukungan keluarga
(p=0,001), pelayanan kader (p=0,000) dan pelayanan petugas kesehatan
(p=0,000). Sedangkan yang tidak memiliki hubungan dengan keaktifan lansia
yaitu variable pekerjaan (p=0,570) serta jarak dan akses (p=1,000). Hasil uji
logistic menunjukkan bahwa variable pelayanan kader memiliki hubungan yang
paling dominan dengan keaktifan lansia mengikuti kegiatan posyandu yaitu
dukungan keluarga, dan pelayanan petugas kesehatan (9).
2.2. Telaah Teori.
2.2.1. Lansia (Lanjut Usia)
Usia lanjut menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) adalah tahap
masa tua dalam perkembangan individu dengan batas usia 60 tahun ke atas. Usia
lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan
yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Penuaan adalah suatu proses
alami yang tidak dapat dihindari, berjalan terus menerus, berkesinambungan.
Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia pada
tubuh sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara
keseluruhan (20).
Proses menua atau aging adalah suatu proses alami pada semua
makhluk hidup. Dalam pasal 1 ayat 2 UU No. 13 tahun 1998 dinyatakan bahwa
yang dimaksud dengan lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun keatas.
15
Lanjut usia adalah istilah untuk tahap akhir dari proses penuaan yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa
dan masa tua (21).
Lanjut usia merupakan suatu proses alami yang tidak dapat dihindarkan.
Proses menjadi tua disebabkan oleh faktor biologis yang terdiri dari tiga fase yaitu
fase progresif, stabil, dan regeresif. Dalam fase regresif mekanisme lebih ke arah
kemunduran yang dimulai dari sel, komponen terkecil dari tubuh manusia. Sel-sel
menjadi haus karena lama berfungsi sehingga mengakibatkan kemunduran yang
dominan dibandingkan terjadinya pemulihan. Di dalam struktur anatomik, proses
menjadi tua terlihat sebagai kemunduran di dalam sel. Proses ini berlangsung
secara alamiah, terus-menerus dan berkesinambungan, yang selanjutnya akan
menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokemis pada jaringan tubuh
dan akhirnya akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan badan secara
keseluruhan (22).
Lanjut usia bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu masa atau tahap
hidup manusia yang merupakan kelanjutan dari usia dewasa dan merupakan
tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang
mencapai usia lanjut tersebut. Secara biologis penduduk lanjut usia adalah
penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yakni ditandai
dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan
penyakit yang dapat menyebabkan kematian (23).
Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel,
jaringan, serta sistem organ. Jika ditinjau secara ekonomi, penduduk lanjut usia
16
lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumberdaya. Banyak orang
beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak
manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua,
seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat
(21).
2.2.2. Klasifikasi Lanjut Usia (Lansia)
Klasifikasi lansia menurut Departemen Kesehatan RI (18) dalam buku
Pedoman Pengelolaan Kegiatan Kesehatan di Kelompok Usia Lanjut dan Menurut
Kementrian Kesehatan RI (18) dalam Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu
terdapat lima klasifikasi lansia, yaitu sebagai berikut:
a. Pralansia: seseorang yang berusia 45-59tahun
b. Lansia: seseorang yang berusia 60 tahun keatas
c. Lansia Risiko Tinggi: seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/ seseorang
yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalahkesehatan
d. Lansia Potensial: lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/
kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa
e. Lansia tidak Potensial: lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (24).
Menurut Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009, lansia adalah
seseorang yang usianya 60 tahun keatas dan mengalami perubahan biologis, fisik,
dan sosial. Menurut Departemen Kesehatan RI (2006) dalam Fatmah (2010)
batasan lansia antara lain (18).
1. Virilitas (prasenium), yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan
17
kematangan jiwa (usia 55-59tahun)
2. Virilitas (prasenium), yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan
kematangan jiwa (usia 55-59tahun)
3. Usia lanjut dini (senescen), yaitu kelompok yang mulai memasuki masa usia
lanjut dini (usia 60-64 tahun)
4. Lansia beresiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif, yaitu
usia di atas 65 tahun.
2.2.3. Upaya Pelayanan KesehatanLansia
Upaya kesehayan lansia adalah upaya kesehatan paripurna di bidang
kesehatan lansia, yang dilaksanakan di tingkat Puskesmas serta diselenggarakan
secara khusus maupun umum yang terintegrasi dengan kegiatan pokok puskesmas
lainnya. Upaya tersebut dilaksanakan olehpetugas kesehatan dengan dukungan
peran serta masyarakat baik di dalam gedung maupun di luar gedung puskesmas.
Adapun kegiatan kesehatan lansia yaitu berupa antara lain: (18).
a. Pelayanan Promotif
Upaya promotif bertujuan untuk membantu orang-orang merubah gayahidup
mereka dan bergerak ke arah keadaan kesehatan yang optimal serta mendukung
pemberdayaan seseorang untuk membuat pilihan yang sehat tentang perilaku
mereka dan secara tidak langsung merupakan tindakan untuk meningkatkan
derajat kesehatan dan mencegah penyakit.
b. Pelayanan Preventif
Mencakup pelayanan primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer
meliputi pencegahan pada lansia sehat, terdapat faktor risiko, tidak ada
18
penyakit, dan promosi kesehatan. Pencegahan sekunder meliputi pemeriksaan
terhadap penderita tanpa gejala, dari awal penyakithinggaterjadi penyakit
belum tampak klinis, dan mengidap faktor risiko.Pencegahan tersier dilakukan
sesudah terdapat gejala penyakit, dan cacat, mencegah cacat bertambah dan
ketergantungan, serta perawatan bertahap.
c. Pelayanan Rehabilitatif
Pelayanan rehabiitatif berupa upaya pengobatan bagi lansia yang sudah
menderita penyakit agar mengembalikan fungsi organ yang sudah menurun.
4. Pembinaan Kesehatan Lansia
Masa lansia merupakan masa persiapan diri untuk mencapai usia lanjut yang
sehat, aktif, dan produktif, karena pada masa ini merupakan masa terjadinya
perubahan diri seperti terjadinya menopause, puncak karier, masa menjelang
pensiun, dan rasa kehilangan (kedudukan,kekuasaan,teman, anggota keluaga,
pendapatan). Dalam keluarga lansia merupakan sasaran perhatian dan
merupakan figur tersendiri dalam kaitannya dengan sosial budaya bangsa,
pengetahuan dan kearifannya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan mutu
kehidupan masyarakat (25).
a. Tujuan pembinaan
Meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk
mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan
masyarakat sesuai dengan keberadaannya
19
b. Sasaran Pembinaan
a) Sasaran Langsung
Sasaran langsung dari pembinaan lansia adalah kelompok pra lansia dan
lansia yang akan dibina
b) Sasaran tidak Langsung
Sasaran tidak langsung pembinaan adalah ditujukan kepada keluarga
dimana lansia tinggal, masyarakat di lingkungan lansia, organisasi sosial
yang bergerak dalam pembinaan kesehatan lansia, petugas kesehatan yang
melayani lansia, dan masyarakat luas (22).
2.2.4. Proses Lansia
Menjadi tua merupakan suatu proses menghilangnya secara perlahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan
mempertahankan struktur serta fungsi normalnya. Proses menua merupakan
proses alamiah yang berlansung sepanjang hidup, yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupan yaitu anak, dewasa, dan tua. Teori biologis
menjelaskan mengenai proses fisik penuaan yang meliputi perubahan fungsi dan
struktur organ, pengembangan, panjang usia dan kematian (26).
Perubahan yang terjadi di dalam tubuh berfungsi secara adekuat untuk dan
melawan penyakit dilakukan mulai dari tingkat molekuler dan seluler dalam
sistem organ utama.Teori genetika menjelaskan bahwa penuaan merupakan suatu
proses yang alami yang diwariskan secara turun-temurun (genetik) dantanpa
disadari mengubah sel dan struktur jaringan. Teori genetika terdiri dari teori
DNA, teori ketepatan dan kesalahan, mutasi somatik, dan teori glikogen.
20
Teori ini juga bergantung dari dampak lingkungan pada tubuh yang dapat
mempengaruhi susunan molekul. Teori Lipofusin dan Radikal Bebas Teori ini
menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi akumulasi
kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu. Radikal bebas akan
merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut sehingga
menyebabkan kerusakan sel, gangguan fungsi sel, bahkan kematian sel. Dengan
bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas semakin
mengambil peranan, sehingga mengganggu metabolisme sel juga (27).
2.2.5. Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lansia
Perubahan yang terjadi pada lanjut usia adalah :
1. Perubahan fisik
a. Sel
Lebih sedikit jumlahnya, lebih besar ukuranya, berkurangnya jumlah cairan
tubuh dan berkurangnya cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler,
menurunnya proporsi protein di otak, otot ginjal darah, dan hati, jumlah sel
otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel, otak menjadi atrofi,
beratnya berkurang 5 – 10%.
b. System persarafan
Berat otak menurun 10 – 20% (setiap orang berkurang sel saraf otaknya
dalam setiap harinya), cepatnya menurun hubunganpersyarafan, lambat
dalam responden waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres,
mengecilnya syaraf panca indra (berkurangnya penglihatan, hilangnya
pendengaran, mengecilnya saraf pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap
21
perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin), kurang
sensitive terhadap sentuhan.
c. Presbiakusis (gangguan pada pendengaran)
Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam terutama
terhadap bunyi suara atau nada–nada yang tinggi, suara yang tidak jelas,
sulit mengerti kata–kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun,
membrane timpani menjadi atrofi menyebabkan otot seklerosis, terjadinya
pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya keratin,
pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami
ketegangan jiwa atau stres.
d. System penglihatan
Sfingter pupil timbul sclerosis dan hilangnya respon terhadap sinar kornea
lebih terbentuk sferis (bola), lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa)
menjadi katarak menyebabkan gangguan penglihatan, meningkatnya
ambang pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat,
dan susah melihat dalam cahaya gelap, hilangnya daya akomodasi,
menurunnya lapang pandang (berkurang luas pandang).
e. System kardiovaskuler
Elastisitas dinding aorta menurun, katup jatung menebal dan menjadi kaku
kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun seudah
berumur 20 tahun, hal ini menyebkan merunnya kontraksi dan volumenya,
kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh
darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk
22
keberdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg
(mengakibatkan pusing mendadak ± 170 mmHg, diastolis normal ± 90
mmHg).
f. System pengaturan temperature tubuh
Pada pengaturan suhu hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu
thermostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi
berbagai faktor yang mempengaruhinya. Sebagai akibat sering ditemui
temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik ± 35°C ini akibat
metabolism yang menurun, keterbatasan refleks menggigil dan tidak
memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktifitasotot.
g. System respirasi
Otot–otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku menurunya
aktifitas dari sillia, paru–paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu
meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum
menurun, dan kedalaman bernafas menurun kemampuan pegas dinding dada
dan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan pertambahan
usia.
h. System gastrointestinal
Kehilangan gigi penyebab utama adanya periodontal diase yang biasa
terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang
buruk dan gizi yang buruk, indera pengecap menurun adanya iritasi yang
kronis dari selaput lendir, atropi indra pengecap (±80%)
23
i. System reproduksi
Menciutnya ovari dan uterus, atrovi payudara, pada laki-laki testis masih
dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara
berangsur– angsur, dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun
(asal kondisi kesehatan baik) yaitu kehidupan seksual dapat diupayakan
sampai masa lanjut usia, hubungan seksual secara teratur membantu
mempertahankan kemampuan seksual, tidak perlu cemas karena merupakan
perubahan alami, selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus,
sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya menjadi alkali dan terjadi
perubahan–perubahan warna.
j. Sisem gastourinaria
Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh, melalui
urine darah ke ginjal, disaring oleh satuan (unit) terkecil dari ginjal yang
disebut nefron (tepatnya di glomerulus), kemudian mengecil dan nefron
menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%, fungsi tubulus
akibatnya berkurangnya kemampuan mengkonsentrasikan urin.
k. System endokrin
Produksi dari hampir semua hormon menurun, fungsi paratiroid dan
sekresinya tidak berubah, pertumbuhan hormone ada tetapi tidak rendah dan
hanya ada didalam pembuluh darah, berkurangnya produksi dari ACTH,
TSH, FSH, dan LH, menurunya aktifitas tiroid, menurunnya BMR (basal
metabolicrate), dan menurunnya daya pertukaran zat, menurunnya produksi
24
aldosteron, menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron,
estrogen, dantesteron.
2. Perubahan mental
1. Faktor–faktor yang mempengaruhi perubahan mental yaitu perubahan fisik
khususnya organ perasa kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan
(hereditas), dan lingkungan. Kenangan (memory) terdiri dari kenangan
jangka panjang (berjam–jam sampai berhari–hari yang lalu mencakup
beberapa perubahan),dan kenangan jangka pendek atau seketika (0-10
menit, kenangan buruk).
2. Perubahan psikologi Lanjut Usia akan mengalami perubahan–perubahan
psikososial seperti:
a. Pensiun, nilai seseorang sering diukur produktifitasnya, identitas
dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Lansia yang mengalami
pensiun akan mengalami rangkaian kehilangan yaitu finansial (income
berkurang), status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi,
lengkap dengan segala faselitasnya), teman/kenalan atau relasi, dan
pekerjaan ataukegiatan.
b. Merasakan atau sadar akan kematian (sence of awarenessofmortality)
3. Perubahan Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic
derivation) meningkatkan biaya hidup pada penghasilan yang sulit,
bertambahnya biaya pengobatan (16).
25
2.2.6 Penyakit yang Sering Dialami Lansia
Permasalahan yang sering terjadi pada lansia adalah :
1. Mulai sulit tidur pada malamhari
Para lansia memang mengalami perubahan-perubahan dalam hal pola tidur
mereka. Sebagian membutuhkan lebih banyak tidur daripada biasanya, sebagian
mengalami insomnia dan sebagian lainnya merasakan bahwa tidur tidak lagi
membuat tubuhnya segar. Paling umum dialami lansia adalah insomsia. Kondisi
insomnia yang berkepanjangan akan meningkatkan produksi hormon-hormon
stres yang lama-kelamaan akan merusak keseimbangan hormon tubuh secara
keseluruhan. Akibatnya adalah menurunkan imun tubuh.
Tidur membuat otak beristirahat, jantung berdetak lebih lambat, tekanan
darah menurun, dan pembuluh darah melebar. Namun tidur tidak membuat
pencernaan lantas menghentikan tugasnya, pencernaan tetap bekerja optimum
selama kita tidur. Kebutuhan tidur tidak sama pada setiap orang. Namun
kekurangan tidur dapat mengurangi konsentrasi dan jika terjadi dalam jangka
panjang dapat menurunkan daya tahan tubuh. Akibatnya tubuh mudah
mendapatkan infeksi. Kurang tidur juga menurunkan kadar kortisol darah
sehingga kita mudah stres.
Adapun solusi saat sulit tidur pada malam hari yaitu :
a. Mengetahui kebutuhan tidur Anda
Pola tidur akan berubah seiring usia, namun perubahan tersebut tidaklah
mendalam. Irama sirkadian yang membantu menentukan siklus tidur dan bangun
26
seseorang dikatakan memasuki fase lanjut. Dari usia 18 – 81 tahun, jumlah rata –
rata tidur malam yang dibutuhkan hanya berkurang sekitar 1-1,5 jam.
b. Mengubah pola hidup
Mengatur pola makan dan minum, mempertahankan berat badan normal dan
berolah raga setiap hari dapat meningkatkan pola tidur di malam hari. Berhenti
merokok akan membantu juga, terlebih ketika nikotin sudah hilang dari sistem
tubuh. Mengatur asupan kafein dari kopi atau teh sebelum makan siang juga akan
membantu.
c. Melakukan rutinitas sebelum tidur
Ketika orang lansia mengalami kesulitan tidur yang berkelanjutan, mereka juga
melihat adanya hubungan antara lingkungan tempat tidur dengan kesulitan tidur
tersebut. Seringkali orang melihat ruangan tidur mereka dan tanpa sadar
menghubungkannya dengan tidak tidur sehingga sulit menjaga pola tidurnya (28).
d. Batasi waktu di tempat tidur
Batasi waktu di tempat tidur selama beberapa waktu, kemudian Anda harus
bangun. Anda mungkin akan merasa sedikit mengantuk di siang hari, yang bisa
jadi akan memperbaiki kualitas tidur di malam hari.
e. Berusaha untuk tetap aktif
Banyak penelitian menunjukkan bahwa olah raga dapat membantu bagi orang –
orang berusia antara 50-78 tahun untuk dapat mengatur kebiasaan tidur mereka.
Olahraga khususnya jenis aerobik akan melepaskan kimia di tubuh yang
mendorong tidur lebih nyenyak.
27
f. Mengurangi stress mental
Stress dan kegelisahan yang menumpuk selama satu hari juga dapat
mempengaruhi pola tidur ketika malam hari. Sangat penting untuk mempelajari
bagaimana cara melepaskan beban pikiran dan kekhawatiran ketika sudah
waktunya tidur, agar dapat melakukan cara mengatasi gangguan tidur pada lansia
dengan benar.
g. Menetapkan waktu tidur yang konsisten
Pertahankan jadwal tidur yang konsisten dengan pergi tidur dan bangun di
waktu yang sama setiap hari bahkan di waktu akhir pekan. Hindari atau batasi alat
– alat untuk membantu Anda tidur seperti pil tidur yang tidak dimaksudkan untuk
penggunaan dalam jangka panjang. Sebab penggunaan pil tidur tidak mengatasi
penyebab insomnia dan bahkan bisa membuatnya semakin buruk jika digunakan
dalam waktu lama.
h. Menghindari tidur siang
Walaupun menghindari tidur siang lebih baik jika ingin dapat tidur nyenyak di
malam hari, namun ada kalanya di siang hari kita tidak dapat merasa berfungsi
penuh. Jika demikian kondisinya, tidur siang dapat memberikan pemulihan energi
yang dibutuhkan untuk menjalani sisa hari tersebut. Tidur siang pendek selama
sekitar lima menit dapat memperbaiki kewaspadaan dan beberapa proses memori
tertentu. Kebanyakan orang memperoleh manfaat dari tidur siang yang dibatasi,
yaitu sekitar 15-45 menit.
28
i. Mengatur asupan gizi
Sangat penting untuk mengawasi apa yang Anda masukkan ke tubuh setiap
hari yang dapat mempengaruhi pola tidur. Batasi asupan kafein dari kopi, teh,
soda atau coklat dalam satu hari, terutama alkohol menjelang waktu tidur malam.
Pastikan perut kenyang sebelum pergi tidur dan beri waktu untuk mencerna
makanan di perut sebelumnya, kurangi makanan dan minuman manis, hindari
makanan pedas dan porsi besar sebelum waktu tidur, kurangi asupan cairan
sebelum tidur sekitar 1-1,5 jam sebelumnya agar tidak harus bangun malam untuk
ke kamar mandi (29).
2. Keropos tulang
Delapan puluh persen penderita osteoporosis adalah wanita. Hal ini
disebabkan menghilangnya estrogen pada masa menopause. Meski dampak
osteoporosis dapat dirasakan, namun gejalanya nyaris tidak ada. Salah satu
dampak osteoporosis mudah patah tulang, dan itu tentu berbahaya jika patah
tulang terjadi dipinggul, misalnya menjadi sulit bergerak, aktivitas sehari-hari
menjadi terganggu bahkan bisa menyebabkan lumpuh.
Boleh dikatakan bahwa usia merupakan salah satu faktor resiko keropos
tulang. Biasanya mulai terjadi pada wanita usia 50-an. Tetapi sesunggunya
pengeroposan tulang tergantung pada saat seseorang berusia 30-an.
Pengeroposan tulang berkaitan dengan menurunnya kadar kalsium dalam
darah. Padahal kadar kalsium dalam darah yang tetap, sangat penting untuk
kesehatan jantung, peredaran darah dan pengumpulan darah. Namun 99% kalsium
29
tubuh ada dalam tulang dan gigi. Karena itu, ketika kadar kalsium darah
menurun, maka kalenjar paratroid aktif dan merangsang pelepasan kalsium dari
tulang untuk meningkatkan kadar kalsium darah.
3. Kesehatan Jantung
Dapat diketahui bahwa jantung berdetak ratusan ribu kali dalam sehari dan
36 juta kali pertahun. Segala sesuatu yang menyebabkan sumbatan dalam aliran
darah akan membuat jantung dan pembuluh darahnya bekerja keras untuk tetap
menjaga kelancaran fungsinya. Sementara itu faktor fisik dan emosi sangat
berkaitan dengan kesehatan jantung. Dibandingkan kaum pria, umumnya wanita
muda mempunyai resiko penyakit jantung lebih rendah. Namun begitu mereka
memasuki masa menopause dan lansia, serta kehilangan hormon-hormon
kewanitaan maka tidak ada lagi hormon yang melindungi jantungnya da resiko
penyakit jantung pada wanita setengah baya pun melijit naik.
Faktor lain yang paling beresiko terhadap penyakit jantung adalah rokok.
Karena itu hindari rokok dan selalu mengendalikan nafsu makan agar tidak terjadi
kelebihan berat badan. Karena diperkirakan sekitar 90% penyakit jantung bisa
dicegah dengan perubahan gaya hidup yang sehat (20).
2.2.7. Permasalahan Umum Kesehatan Lansia
a. Mudah jatuh, jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan
penderita atau saksi mata yang melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorang
mendadak terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan
atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka. Faktor instrinsik yang
menyebabkan mudah jatuh antara lain gangguan jantung dan sirkulasi darah,
30
gangguan sisitem anggota gerak, gangguan sistem saraf pusat, gangguan
penglihatan dan pendengaran, gangguan psikologis, vertigo dan penyakit-
penyakit sistemik. Sedangkan faktor ekstrinsik penyebab jatuh antara lain cahaya
ruangan yang kurang terang, lantai licin, tersandung benda-benda, alas kaki
kurang pas, tali sepatu, kursi roda dan turun tangga.
b. Kekacauan mental akut. Kekacauan mental pada lansia dapat
disebabkan oleh keracunan, penyakit infeksi dengan demam tinggi, alkohol,
penyakit metabolisme, dehidrasi, gangguan fungsi otak, dan gangguan fungsi
hati.
c. Mudah lelah, disebabkan oleh faktor psikologis berupa perasaan bosan,
keletihan, dan depresi. Faktor organik yang menyebabkan kelelahan antara
lain anemia, kekurangan vitamin, osteomalasia, kelainan metabolisme, gangguan
pencernaan dan kardiovaskuler.
d. Nyeri dada, dapat disebabkan oleh penyakit jantung koroner,
aneurisme aorta, radang selaput jantung dan gangguan pada sistem pernafasan.
e. Sesak nafas, terutama saat melakukan aktifitas/kerja fisik, dapat
disebabkan oleh kelemahan jantung, gangguan sistem saluran nafas, berat
badan berlebihan dan anemia.
f. Palpitasi / jantung berdebar-debar, dapat disebabkan oleh gangguan
irama jantung, keadaan umum badan yang lemah karena penyakit kronis,
dan faktor psikologis.
31
g. Pembengkakan kaki bagian bawah, dapat disebabkan oleh kaki yang
lama di gantung, gagal jantung, bendungan vena, kekurangan vitamin B1,
penyakit hati dan ginjal.
h. Nyeri pinggang atau punggung, dapat disebabkan oleh gangguan sendi atau
susunan sendi pada tulang belakang, gangguan pankreas, kelainan ginjal,
gangguan pada rahim, kelenjar prostat dan otot-otot badan.
i. Gangguan penglihatan dan pendengaran, dapat disebabkan oleh
presbiop,kelainan lensa mata, glukoma, dan peradangan saraf mata. Gangguan
pendengaran dapat disebabkan oleh kelainan degeneratif, misalnya otosklerosis.
j. Sulit tidur, dapat disebabkan oleh faktor ekstrinsik seperti lingkungan
yang kurang tenang, dan faktor intrinsik seperti gatal-gatal, nyeri, depresi,
kecemasan dan iritabilitas.
k. Sukar menahan buang air besar, dapat terjadi karena penggunaan obat-
obatan pencahar, keadaan diare, kelainan usus besar dan saluran pencernaan.
l. Eneuresis, sukar menahan buang air kecil atau sering ngompol dapat
disebabkan oleh penggunaan obat-obatan, radang kandung kemih, kelainan
kontrol pada kandung kemih, kelainan persyarafan kandung kemih serta akibta
faktor psikologis.
m. Berat badan menurun, dapat disebabkan oleh nafsu makan menurun,
penyakit kronis, gangguan saluran cerna (1).
2.2.8. Asupan Gizi pada Lansia
Adapun asupan gizi atau suplemen makanan yang dibutuhkan lansia
adalah :
32
1. Kalsium
Pemenuhan makanan atau minuman kalsium (1200-1500 mg setiap harinya).
Bagi perempuan, tabungan kalsium sangat berharga terutama kelak di masa
memasuki usia tua. Di usia 40-50 tahun, tubuh perempuan akan mengalami
penurunan kadar esterogen dalam darah secara drastis. Jika kadar esterogen
dalam darah menurun dapat menyebabkan semakin meningkatnya risiko
osteoporosis. Para pakar kesehatan mengatakan bahwa satu manfaat esterogen
adalah untuk memelihara tulang. Jika esterogen berkurang dimasa memasuki usia
tua, tulangpun menipis dan mudah rapuh. Hal ini terjadi karena tulang tulang tidak
atau kurang mampu menangkap kalsium. Oleh karena itu tambahan diperlukan
asupan kalsium baik dari makanan maupun minuman. Kalsium sangat penting
untuk pembentukan tulang sehingga sangat diperlukan.
2. Vitamin D
Vitamin D cukup (80mg). Vitamin D sangat baik untuk membantu penyerapan
kalsium pada tulang sehingga baik dikonsumsi bersamaan dengan kalsium untuk
menghambat terjadinya osteeoporosis. Suplemen kalsium maupun Vitamin D bisa
mengurangi tetapi tidak bisa mencegah terjadinya pengeroposan tulang. Vitamin
D penting untuk membantu absorbsi kalsium pada tulang dan mempertahankan
serum calsium agar adekuat dan konsentrasi fosfot agar tetap normal di dalam
mineral tulang serta mencegah terjadinya hipocalcemia (7).
Vitamin D mencegah penyakit riketsia pada anak dan osteomalacia pada orang
dewasa. Bersamaan dengan kalsium vitamin D melindungi dari osteoporosis pada
usia lanjut. Kalsium yang dianjurkan 800 mg dan vitamin D 400 IU per hari.
33
3. Vitamin E
Bahan makanan yang paling kaya akan vitamin E adalah minyak nabati
khususnya minyak asal biji-bijian seperti minyak gandum, minyak kedelai,
minyak jagung. Dalam jumlah kecil vitamin E juga didapatkan pada sayuran
hijau, buah-buahan dan lemak hewani. Di dalam tubuh vitamin E diabsorbsi
secara difusi pasif di bagian pertengahan usus halus. Efisiensi absorbsi vitamin E
dipengaruhi oleh adanya lemak dan makanan, fungsi pankreas, sekresi empedu
dan pembentukanmisel.
Vitamin E dapat melindungi dan mempertahankan fungsi sel dan dapat
mencegah kerusakan sel darah merah dari serangan radikal bebas. Pemberian
vitamin E pada membran sel darah mera akan menghambat terjadinya oksidasi
oleh radikal bebas. Apabila konsentrasi vitamin E pada membran sel telah
menurun atau habis, maka radikal bebas akan mengakomodasi membram sel
dapat menyebabkan terjadinya peroksidasi lipid yang mengakibatkan hemolisis
sel darah merah (30).
2.2.9. Posbindu Lansia
Posbindu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut
di suatu wilayah tertentu, yang sudah disepakati dan digerakkan oleh masyarakat
dimana mereka biasa mendapatkan pelayanan kesehatan dan merupakan kebijakan
pemerintah untuk pengembangan pelayanan kesehatan bagi lansia yang
penyelenggaraannya melalui program puskesmas dengan melibatkan peran serta
lansia, keluarga, tokoh masyarakat, dan organisasi sosial (17).
Posbindu merupakan salah satu Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
34
yang berorientasi kepada upaya promotif dan preventif dalam pengendalian
Penyakit Tidak Menular (PTM) dengan melibatkan masyarakat, mulai dari
perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan serta penilaian. Masyarakat dilibatkan
sebagai agen perubah sekaligus sumber daya yang menggerakkan Posbindu
sebagai Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM), yang diselenggarakan
sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masyarakat. Dalam penyelenggaraan
dan operasional Posbindu dibutuhkan beberapa langkah kegiatan agar pelaksanaan
Posbindu dapat berjalan optimal. Langkah-langkah tersebut dapat disesuaikan
dengan kondisi dan kemampuan masing-masing penyelenggara tanpa mengurangi
tahapanpada pelaksanaan (12).
Menurut Komnas Lansia dalam buku pedoman pelaksanaan Posyandu
lansia, Posyandu lansia atau yang saat ini dikenal dengan posbindu lansia adalah
suatu wadah pelayanan kepada lansia di masyarakat yang proses pembentukan
dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama LSM, lintas sektor
pemerintah dan non pemerintah, swasta, organisasi sosial dengan menitik
beratkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan preventif.
2.2.10. Tujuan dan Sasaran Posbindu
Meningkatkan kemudahan bagi para lansia untuk mendapatkan berbagai
pelayanan, baik pelayanan kesehatan maupun pelayanan lainnya yang
dilaksanakan oleh berbagai unsur terkait (16).
a. Tujuan pembentukan Posbindu meliputi:
a) Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansiadi masyarakat,
sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan
35
lansia.
b) Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan
swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi
antara masyarakat lansia (17).
b. Sasaran
Adalah seluruh warga negara yang berusia > 15 tahun yang ada di wilayah
Posbindu (31).
c. Waktu
a) Frekuensi Pelaksanaan Posbindu dilaksanakan paling kurang satu kali per
bulan.
b) Waktu pelaksanaan disepakati bersama masyarakat setempat.
c) Waktu pelaksanaan kegiatan dapat diinformasikan beberapa hari
sebelumnya.
d. Pengelola Posbindu
a) Masyarakat.
b) Lembaga kemasyarakatan.
c) Organisasi kemasyarakatan.
d) Institusi pemerintah/ swasta.
2.2.11. Kegiatan Posbindu Lansia.
Kegiatan posbindu lansia meliputi kegiatan pelayanan kesehatan dan
kegiatan lain yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup lansia dan
mengatasi permasalahan lansia dalam hal biopsikososial dan ekonomi lansia.
Kegiatan pemeriksaan dan pelayanan kesehatan fisik dan mental emosional dicatat
36
dan dipantau dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia untuk
mengetahui lebih awal (deteksi dini) penyakit atau ancaman kesehatan yang
dihadapi lansia tersebut. Adapun jenis kegiatannya meliputi :
a. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam
kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun
tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya.
b. Pemeriksaan status mental yakni berhubungan dengan mental emosional
dengan menggunakan pedoman metode 2 menit (terdapat di buku KMS usia
Lanjut).
c. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran
tinggi badan dan dicatat pada grafik Indeks Massa Tubuh (IMT).
d. Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter dan stetoskop serta
penghitungan denyut nadi selama satumenit.
e. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquist, Sahli atau Cuprisulfat.
f. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagi deteksi awal adanya penyakit
gula (Diabetes mellitus).
g. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal
adanya penyakit ginjal.
h. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bila mana ada keluhan dan atau ditemukan
kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga7.
i. Penyuluhan bias dilakukan di dalam maupun di luar kelompok dalam rangka
kunjungan rumah dan konseling kesehatan yang dihadapi oleh individu dan
atau kelompok usia lanjut.
37
j. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi anggota kelompok usia lanjut
yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat
(Public Health Nursing) (18).
2.2.12. Sarana
Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan posyandu lansia maka dibutuhkan
sarana penunjang meliputi: tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat
terbuka), meja dan kursi, alat tulis, buku pencatatan kegiatan (buku register
bantu),Kitlansia (timbangan dewasa, meteran, stetoskop, dan tensimeter), Kartu
Menuju Sehat (KMS) lansia, Buku pedoman Pemeliharaan Kesehatan (BPPK)
lansia (16).
Berdasarkan pengertian dari Kemenkes sarana merupakan bangunan yang
sebagian atau seluruhnya berada di tas tanah / perairan , ataupun di bawah
tanah/perairan dan digunakan untuk penyelenggaraan atau penunjang pelayanan.
Posyandu lansia merupakan perwujudan pelaksanaan program
pengembangan dari kebijakan Pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi
lansia, sebagai suatu forum komunikasi dalam bentuk peran serta masyarakat usia
lanjut,keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraan,
dalam upaya peningkatan tingkat kesehatan secara optimal. Posyandu lansia
adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah
tertentu yang sudah disepakati,yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka
bisa mendapatkan pelayanan kesehatan (19).
2.2.13. Manfaat Posyandu Lansia
Manfaat posyandu lansia antara lain: (16)
38
1. Meningkatkan status kesehatanlansia
2. Meningkatkan kemandirian padalansia
3. Memperlambat aging proses
4. Deteksi dini gangguan kesehatan padalansia
5. Meningkatkan harapanhidup
Alasan pentingnya posyandu lansia karena kerentanannya terhadap
gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan pada organ reproduksi, seperti
osteoporosis dan kanker leher rahim (pada lansia perempuan) dan gangguan
kelenjar prostat dan gangguan seksual serta impotensi (pada lansia laki-laki
merupakan masalah tersendiri dan berdampak pada kualitas hidup lansia).
2.2.14. Pelaksana Kegiatan Posbindu
Tenaga pelaksana posbindu lansia adalah kader dan tenagakesehatan.
Kader kesehatan adalah orang dewasa, baik pria maupun wanita yang dipandang
sebagai orang yang memiliki kelebihan di masyarakatnya, dapat berupa
keberhasilan dalam kegiatan, keluwesan dalam hubungan kemanusiaan, status
sosial ekonomi dan lain sebagainya (16).
2.2.15. Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan
Penyelenggaraan posyandu lansia pada hakikatnya dilaksanakan dalam
1 (satu) bulan kegiatan, baik pada hari buka posyandu maupun di luar hari buka
posyandu sekurang-kurangnya satu hari dalam sebulan. Hari dan waktu yang
dipilih, sesuai dengan hasil kesepakatan. Apabila diperlukan, hari buka posyandu
dapat lebih dari satu kali dalam sebulan
39
Tempat penyelengaran kegiatan posyandu lansia sebaiknya berada pada
lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Tempat penyelengaraan tersebut
dapat di salah satu rumah warga, halaman rumah, balai desa/kelurahan,
balai RW/RT/dusun, salah satu kios di pasar, salah satu ruangan perkantoran atau
tempat khusus yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat (21).
Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima terhadap lansia di
kelompok, mekanisme pelaksanaan kegiatan yang sebaiknya digunakan adalah
sistem 5 meja (5 tahapan) meliputi:
a. Tahap I.
a) Pendaftaran, Penulisan NIK, Pengisian Bio Data dan Pencatatan Hasil
Layanan.
b) Tanyakan kepada peserta Posbindu apakah sudah pernah datang ke
Posbindu sebelumnya?.
c) Catat semua Informasi ini pada Register Posbindu dan Buku Pemantauan
FR PTM.
d) Jika ini kunjungan pertama maka isi :
- Data Pribadi (mengisi tanggal kunjungan pertama, NIK, nama lengkap,
tanggal lahir, jenis kelamin, agama, pendidikan terakhir, alamat rumah,
pekerjaan, alamat kantor, status perkawinan, No. HP/Rumah/Kantor,
Email, Golongan Darah).
- Lembar informasi. Diisi jika peserta Posbindu telah pernah didiagnosis
menyandang salah satu penyakit oleh tenaga medis.
e) Jika ini kunjungan kedua dan tidak ada perubahan data pribadi, peserta
40
Posbindu diarahkan langsung pada tahapan kegiatan berikutnya.
2.2.16.Perilaku
Terdapat dua pandangan terkait definisi perilaku itu sendiri yaitu dapat
dilihat dari sudut biologis, dan psikologis. Dari segi biologis definisi perilaku
adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang
bersangkutan. Dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari
tumbuhan, hewan, dan manusia berperilaku, karena punya aktifitas masing-
masing. Perilaku (manusia) adalah semua tindakan atau aktifitas manusia, baik
yang dapat diamati langsung dan yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Dari
segi psikologis (19), perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap
stimulus (rangsangan dari luar).
Definisi perilaku kesehatan adalah respon seseorang (organisme) terhadap
stimulus atau objek yang berhubungan dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan. Meskipun perilaku
adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar
organism (orang) ,namun dalam memberikan respon sangat bergantung pada
karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor
yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan
perilaku (19).
Dalam ilmu perilaku kesehatan, terdapat beberapa teori tentang faktor
yang mempengaruhi pembentukan perilaku seseorang salah satunya yaitu teori
Lawrence W. Green. Pendidikan merupakan bagian tak terpisahkan dari
penentuan terbaik untuk proses perubahan perilaku. Definisi perilaku adalah suatu
41
tindakan yang mempunyai frekuensi, lama dan tujuan khusus baik yang dilakukan
secara sadar maupun tanpa sadar. Agar lebih mudah, penulis mencoba
menjelaskan faktor-faktor penyebab perilaku menurut Lawrence W. Green, 2005.
Menurutnya, terdapat tiga jenis yang berbeda penyebab seseorang atau individu
berperilaku yaitu dari faktor predisposng (predisposisi), enabling (pemungkin)
dan reinforcing (pendorong) (26).
Menurut Lawrence W. Green dalam buku “Health Education Planning a
diagnostic Approach” tahun 1980 dijelaskan bahwa maksud dari faktor–faktor
penentu untuk seseorang berperilaku berawal dari faktor predisposing
(predisposisi) dan untuk faktor keduanya dari faktor pemungkin (enabling). Kedua
faktor tersebut dapat menjadi penentu faktor- faktor perilaku yang menyebabkan
timbulnya masalah perilakukesehatan (27).
Permasalahan perilaku kesehatan dapat juga mempengaruhi timbulnya
faktor ketiga yaitu reinforcing (penguat) bagitu sebaliknya factorpenguat ini
juga dapat mempengaruhi tentang permasalahanperilakukesehatan untuk
tetap berperilaku sehat atau sakit. Selanjutnya faktor penguat juga memiliki
hubungan tidak langsung dengan faktor predisposisi yang mana pada faktor
penguat contohnya keberadaan keluarga dapat memiliki kemungkinan untuk
tingkat pengetahuan yang dimiliki responden, bisa jadi responden tersebut
memiliki pengetahuan berdasarkan pengalaman dari keluarganya. Terakhir yaitu
faktor pemungkin yang memiliki hubungan tidak langsung kepada faktor
predisposisi dengan contoh keberadaan akses menuju pelayanan kesehatan apabila
jauh maka kemungkinan berpengaruh juga dengan niat responden untuk pergi ke
42
pelayanan kesehatan.
2.2.17. Peraturan Pemerintah Terkait Posbindu
a. Peraturan Menteri Kesehatan No.75 Tahun 2014 Tentang Pusat
KesehatanMasyarakat
Pusat kesehatan masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upayakesehatan masyarakat
dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap
kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan
menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok,
dan masyarakat. Posbindu merupakan salah satu fasilistas pelayanan kesehatan
tingkat pertama yang memberikan pelayanan kesehatan dasar dengan sasaran
kelompok lansia (32).
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Berkaitan dengan hal tersebut
maka tenaga kesehatan seharusnya melakukan upaya kesehatan yakni
memberikan pendidikan kesehatan kepada para lansia tentang posbindu sehingga
lansia mengetahui posbindu dan dapat berkunjung dan mendapatkan pelayanan
kesehatan di posbindu (22).
43
Prinsip penyelenggaraan Puskesmas meliputi: paradigma sehat,
pertanggungjawaban wilayah, kemandirian masyarakat,pemerataan,teknologi
tepat guna, dan keterpaduan dan kesinambungan. Salah satu prinsip
penyelenggaraan puskesmas adalah pemerataan dimana puskesmas
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat diakses dan terjangkau oleh
seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa membedakan status
sosial, ekonomi, agama, budaya, dankepercayaan. Sehingga seharusnya posbindu
dapat tersedia dengan akses yang mudah dan terjangkau secara menyeluruh
kepada seluruh lansia yang berada di wilayah kerja puskesmas (22).
Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat
pertama yang meliputi upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan
masyarakat pengembangan. Posbindu merupakan upaya kesehatan masyarakat
pengembangan dimana merupakan upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya
memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan/atau bersifat ekstensifikasi dan
intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan,
kekhususanwilayah kerja dan potensi sumber daaya yang tersedia dimasing-
masingpuskesmas (22).
b. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Dimana upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harus ditujukan
untuk menjaga agar lansia tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun
ekonomi, serta pemerintah wajib menjamin ketersediaan pelayanan kesehatan dan
memfasilitasi kelompok lanjut usia untuk dapat tetap hidup mandiri dan produktif.
Oleh karena itulah maka Pemerintah mencanangkan pelayan kesehatanyang
44
penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta
para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organsasi sosial yang disebut dengan
Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu)
c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 43 Tahun 2004
Pemerintah,masyarakat dan keluarga bertanggung jawab atas terwujudnya
upaya peningkatan kesejahteraan sosial lansia. Posbindu merupakan salah satu
alternatif dalam mewujudkan upaya peningkatan kesejahteraan sosial lansia.
2.2.18. Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posbindu Lansia
a. Pengetahuan
Peningkatan pengetahuan tidak selalu menjadi penyebab dari perubahan
perilaku seseorang, tetapi sangat berkaitan dengan penentu awal untuk seseorang
berperilaku. Pengetahuan kesehatan adalah suatu kemungkinan baik yang sangat
penting sebelum perilaku sehat seseorang terbentuk, tetapi perilaku kesehatan
yang diinginkan berkemungkinan untuk tidak terjadi, kecuali jika seseorang
menerima suatu isyarat yang cukup kuat untuk memotivasi mereka untuk
berperilaku (30).
Pengetahuan adalah hasil dari suatu proses pembelajaran seseorang
terhadap sesuatu baik itu yang didengar maupun yang dilihat. Dengan sendirinya,
pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar
pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera
penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas
atau tingkat yang berbeda-beda (19).
45
Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari
pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan menghadiri kegiatan
posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup
sehat dengan segala keterbatasan atau maslaah kesehatan yang melekat pada
mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang
menjadi dasar pembentukan sikapa dan dapat mendorong minat atau motivasi
mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu (19).
b. Sikap
Sikap adalah salah satu kata samar namun yang paling sering digunakan
dalam ilmu perilaku (21). Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu
perbuatan (action) tetapi dari sikap dapat diramalkan perbuatannya. Sikap
merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu
stimulus atau objek, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang
bersangkutan.
Sikap merupakan kecenderungan yang berasal dari dalam diri individu
untuk berkelakuan dengan pola-pola tertentu, terhadap suatu objek akibat
pendirian dan perasaan terhadap objek tersebut.
Sikap tidak sama dengan perilaku dan perilaku tidak selalu mencerminkan
sikap seseorang. Individu seringkali memperlihatkan tindakan bertentangan
dengan sikapnya. Akan tetapi, sikap dapat menimbulkan pola-pola cara berfikir
tertentu dalam masyarakat dan sebaliknya, pola-pola cara berfikir ini
46
mempengaruhi tindakan dan kelakuan masyarakat, baik dalam kehidupan sehari-
hari maupun dalam hal membuat keputusan yang penting dalam hidup (33).
Sikap terbentuk karena ada faktor pengalaman pribadi, pengaruh orang
lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga
pendidikan dan lembaga agama, serta pengaruh faktor emosional.
Bahwa sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan
informasi tentang objek tertentu, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok
sosialnya. Sikap dapat terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami
individu. Interaksi disini tidak hanya berupa kontak sosial dan hubungan
antarpribadi sebagai anggota kelompok sosial, tetapi meliputi juga hubungan
dengan lingkungan fisik maupun lingkungan psikologis serta dapat berubah jika
ada pengalaman luar biasa.Salah satu cara untuk dapat mengukur atau
menilaisikap seseorang dapat menggunakan skala atau kuesioner. Skala penilaian
sikap mengandung serangkaian pertanyaan tentang permasalahan tertentu.
Responden yang akan mengisi diharapkan menentukan sikap setuju terhadap
pernyataan tertentu.
Pelayanan petugas kesehatan merupakan penilaian pribadi yang baik
terhadap petugas kesehatan merupakan dasar lansia untuk mengikuti kegiatan
posyandu. Petugas kesehatan agar dapat dinilai baik dalam melayani lansia
sebaiknya membuat kesan pertama baik. Untuk sikap dan perilaku lainnya dapat
dilakukan tanpa mengurangi rasa hormat pada lansia. Keterampilan dan
pengetahuan yang memadai akan sangat dibutuhkan lansia saat memperoleh
pelayanan petugas kesehatan.
47
Hal ini dapat dipahami karena sikap seseorang adalah suatu cermin
kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek. Kesiapan merupakan
kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara-cara tertentu apabila
individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya suatu respons (19).
c. Sarana
Faktor pemungkin untuk seseorang berperilaku sehat yaitu berdasarkan
fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu tempat
yang digunakan utnuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan,baik
promotif, preventif, dan kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
pemerintah, pemerintah daerah, dan atau masyarakat. Fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan dasar seperti Posbindu (34).
Berdsarkan sarana dari Kemenkes dengan sarana yang di Puskesmas
dimana selain pemenuhan sarana dan alat kesehatan di Puskesmas yang tergolong
dalam akses pelayanan, maka mutu atau kualitas pelayanan juga menjadi target
indikator Kementerian Kesehatan. Untuk Kualitas pelayanan kesehatan diukur
dengan berhasilnya fasilitas pelayanan kesehatan mendapat predikat terakreditasi
oleh badan resmi.
d. Akses
Setiap masing-masing daerah sudah memiliki pelayanan kesehatan dasar
seperti Posbindu, namun berbagai macam alasan kenapa faktor ini diteliti yaitu
sesuai teori Lawrence W. Green 2005 menyatakan bahwa faktor enabling
48
atau memungkinkan untuk seseorang berperilaku dilihat dari akses menuju
tempat pelayanan kesehatan (24).
Akses menuju tempat pelayanan kesehatan yang dimaksud dalam hal ini
adalah ukuran jauh dekatnya dari rumah atau tempat tinggal ke Posbindu dimana
adanya kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di wilayahnya. Menurut
Departemen Pendidikan Nasional (2002), akses adalah ruang sela (panjang atau
jauh) antara dua benda atau tempat yaitu akses antara rumah dengan Posbindu
Lansia (35).
e. Dukungan Keluarga
Faktor seseorang untuk berperilaku sehat yaitu berdasarkan dukungan
keluarga (Green, 2005). Lansia akan aktif ke Posbindu jika ada dorongan dari
orang terdekat termasuk keluarga. Dukungan keluarga sangat berperan dalam
memelihara dan mempertahankan kesehatan lansia (24).
Dukungan keluarga merupakan suatu keadaan yang bermanfaat bagi
individu, yang diperoleh dari anggota keluarga sehingga anggota keluarga yang
sakit atau yang membutuhkan dukungan, motivasi merasa diperhatikan, dihargai
dan dicintai oleh orang terdekat. Dukungan keluarga merupakan salah satu bentuk
dari terapi keluarga melalui keluarga berbagai masalah kesehatan bisa muncul
sekaligus dapat diatasi (19).
Menurut Joseph J Gallo (1998), dalam Hardywinoto (2007), sistem
pendukung lansia memiliki tiga komponen yaitu jaringan- jaringan pendukung
informal meliputi keluarga dan kawan-kawan,sistem pendukung formal meliputi
49
tim keamanan sosial setempat, program-program medikasi dan kesejahteraan
sosial. Serta dukungan-dukungan semi formal (25).
f. Dukungan Petugas Kesehatan
Faktor penguat atau pendorong untuk seseorang berperilaku sehat yaitu
berdasarkan dukungan tenaga kesehatan seperti perawat, dokter, bidan dan kader
kesehatan (Green, 2005). Penelitian ini melihat dukungan yang diberikan oleh
petugas kesehatan kepada lansia untuk datang dan memanfaatkan Posbindu (24).
Dalam kegiatan Posbindu petugas kesehatan menjadi acuan bagi
masyarakat. Petugas yang berperilaku baik seperti akrab dengan masyarakat,
menunjukkan perhatian pada kegiatan masyarakat dan mampu mendekati para
tokoh masyarakat merupakan salah satu carayang dapat menarik simpati
masyarakat, sehingga masyarakat mau ke Posbindu. (36).
50
2.3. Landasan Teori.
Penelitian ini mengembangkan teori Lawrence W. Green. Berikut adalah
kerangka teori yang digambarkan oleh Lawrence W. Green terhadap tiga faktor
variabel untuk mendukung seseorang berperilaku.
Gambar 2.1 : Kerangka Teori Menurut Law Green, 2005 (24).
Faktor predisposisi :
Pengetahuan
Sikap
Faktor pemungkin :
Sarana
Akses
Faktor pendorong :
Dukungan Keluarga
Dukungan Petugas Kesehatan
Lingkungan
(kondisi hidup)
Perilaku spesifik
oleh individu atau
organisasi
Genetik
Kesehatan
51
2.4. Kerangka Konsep.
Vaiabel Independen variabel dependen
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
2.5. Hipotesis Penelitian.
Ada pengaruh Pengetahuan, Sikap, Ketersediaan sarana kesehatan, akses,
Dukungan Keluarga, dukungan petugas kesehatan terhadap pemanfaatan posbindu
lansia Di Desa Ukhat Peseluk Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh
Tenggara Tahun 2019.
1. Ada pengaruh Pengetahuan Terhadap Pemanfaatan Posbindu lansia Di Desa
Ukhat Peseluk Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara
Tahun 2019.
2. Ada Pengaruh Sikap Terhadap Pemanfaatan Posbindu lansia Di Di Desa
Ukhat Peseluk Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara
Tahun 2019.
Pengetahuan
Sikap
Sarana
Akses
Dukungan Keluarga
Dukungan Petugas Kesehatan
Pemaanfaatan Posbindu Lansia
52
3. Ada Pengaruh Sarana Terhadap Pemanfaatan Posbindu lansia Di Desa Ukhat
Peseluk Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara Tahun 2019.
4. Ada Pengaruh Akses Terhadap Pemanfaatan Posbindu Lansia Di Desa Ukhat
Peseluk Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara Tahun 2019.
5. Ada Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap pemanfaatan Posbindu lansia Di
Desa Ukhat Peseluk Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara
Tahun 2019.
6. Ada Pengaruh Dukungan petugas kesehatan Terhadap pemanfaatan Posbindu
lansia Di Desa Ukhat Peseluk Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh
Tenggara Tahun 2019.
7. Ada Pengaruh yang lebih dominan Terhadap pemanfaatan Posbindu lansia Di
Desa Ukhat Peseluk Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara
Tahun 2019.
52
BAB III
METODE PENELITAN
3.1. Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survey analitik dengan pendekatan
Cross Sectional. Penelitian survey analitik merupakan suatu penelitian yang
mencoba mengetahui mengapa masalah kesehatan tersebut terjadi. Kemudian
melaksanakan analisis dinamika kolerasi antara fenomena, baik antara faktor
resiko (independent) dan faktor efek (dependent). Pendekatan cross sectional
merupakan suatu penelitian yang mempelajari pengaruh antara faktor resiko
(independen) dengan faktor efek (dependen) pada waktu yang sama (37).
3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian.
Penelitian ini di lakukan di Desa Ukhat Peseluk Wilayah Kerja
Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara Tahun 2019. Adapun alasan
pemilihan lokais penelitian ini dengan pertimbangan bahwa di Desa Ukhat
Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara masih banyak yang belum tercapai
target nya dari pemanfaatan posbindu lansia.
3.2.2. Waktu Penelitian.
Penelitian ini rencana akan di lakukan mulai Bulan Juli sampai pada
bulan Desember 2019.
53
3.3. Populasi Dan Sampel Penelitian
3.3.1. Populasi Penelitian
Populasi merupakan sekelompok orang atau objek dengan atau
karakteristik umum yang dapat di observasi. Populasi pada penelitian ini adalah
seluruh lansia yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara
Desa Ukhat Peseluk yaitu sebanyak 146 orang.
3.3.2. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini merupakan bagian dari populasi, yang akan
diamati dan di ukur peneliti. Penarikan sampel dilakukan secara random sampling
karena populasi yang diamati tergolong besar karena jumlah masyarakat di
Kecamatan Naga Timbul Desa Ukhat Peseluk lebih dari 100 orang maka supaya
menghasilkan data yang valid maka populasinya digunakan sebagai sampel
arikunto. Dengan demikian populasi yang ada diambil sebagai objek kajian yang
diteliti dan juga diperlakukan sebagai sampel. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus slovin, yaitu :
� =�
1 + ��2
Dimana:
n = Ukuran Sampel
N = Ukuran Populasi
e = Standart Error (10%)
Maka sampel dari penelitian ini adalah :
n = 146 / (1 + (146x 0,01²))
n = 146 / (1 + (146x 0,01))
54
n = 146 / (1 + 1,46)
n = 146/ 2.46
n = 59,3 digenapkan menjadi 59 orang
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Jenis Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer, skunder dan tersier yaitu :
a. Data Primer dalam penelitian ini diperoleh dari jawaban respondenberdasarkan
jawaban kuesioner.
b. Data Sekunder dalam penelitian ini di peroleh dari Dinas Kesehatan Aceh
tenggara, rekam medik, dan buku profil Puskesmas.
c. Data Tertier diperoleh dari referensi yang sangat valid seperti jurnal dan buku
3.4.2. Teknik Pengumpulan Data.
Teknik pengumpulan data penelitian dilakukan dengan mengisi lembar
kuesioner yang telah disiapkan oleh peneliti.
3.4.3. Uji Validitas Dan Reabilitas
1. Uji Validitas.
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kendala atau kesahlian
suatu alat ukur dengan kata lain sejauh mana dari kaca mata suatu alat
ukur dalam mengukur suatu data. Untuk mengetahui validitas suatu
instrument (dalam kuesioner) dengan cara melakukan korelasi antara skor
masing-masing pertanyaan dengan skor totalnya dalam variabel. Teknik
korelasi yang digunakan adalah pearson product moment dengan bantuan
55
SPSS. Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan di Puskesmas Leuser
Kecamatan Leuser pada 20 orang.
Untuk mengetahui validitas suatu instrumen (dalam kuesioner) dengan
cara melakukan korelasi antara skor r masing-masing pertanyaan dengan
skor totalnya dalam suatu variabel. Teknik korelasi yang digunakan adalah
pearson product moment correlation, dengan bantuan SPSS (Statistical
Package For The Social Scieces).
Kriteria validitas instrumen penelitian yaitu jika rhitung>rtabel, maka butir
isntrumen dinyatakan valid, jika rhitung<rtabel, maka butir istrumen
dinyatakan tidak valid. Hasil uji validitas pada masing-masing variabel
dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut.
Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Pengetahuan
No r Hitung r Tabel Hasil
Pengetahuan
1 0,865 0,444 Valid
2 0,845 0,444 Valid
3 0,680 0,444 Valid
4 0,697 0,444 Valid
5 0,680 0,444 Valid
6 0,766 0,444 Valid
7 0,669 0,444 Valid
8 0,781 0,444 Valid
9 0,776 0,444 Valid
10 0,670 0,444 Valid
Berdasarkan tabel diatas, diperoleh hasil uji validitas yaitu 10 item
pernyataan valid, dengan ketentuan r hitung > r tabel
Tabel 3.2.Hasil Uji Validitas Sikap
No r Hitung r Tabel Hasil
Sikap
1 0,843 0,444 Valid
56
2 0,851 0,444 Valid
3 0,716 0,444 Valid
4 0,706 0,444 Valid
5 0,716 0,444 Valid
6 0,754 0,444 Valid
7 0,762 0,444 Valid
8 0,802 0,444 Valid
Berdasarkan tabel diatas, diperoleh hasil uji validitas yaitu 8 item
pernyataan valid, dengan ketentuan r hitung > r tabel.
Tabel 3.3.Hasil Uji Validitas Sarana
No r Hitung r Tabel Hasil
Sarana
1 0,782 0,444 Valid
2 0,817 0,444 Valid
3 0,650 0,444 Valid
4 0,722 0,444 Valid
5 0,577 0,444 Valid
6 0,741 0,444 Valid
7 0,675 0,444 Valid
8 0,794 0,444 Valid
Berdasarkan tabel diatas, diperoleh hasil uji validitas yaitu 8 item
pernyataan valid, dengan ketentuan r hitung > r tabel.
Tabel 3.4.Hasil Uji Validitas Akses
No r Hitung r Tabel Hasil
Akses
1 0,610 0,444 Valid
2 0,734 0,444 Valid
3 0,571 0,444 Valid
4 0,511 0,444 Valid
5 0,734 0,444 Valid
Berdasarkan tabel diatas, diperoleh hasil uji validitas yaitu 5 item
pernyataan valid, dengan ketentuan r hitung > r tabel.
57
Tabel 3.5.Hasil Uji Validitas Dukungan Keluarga
No r Hitung r Tabel Hasil
Dukungan Keluarga
1 0,757 0,444 Valid
2 0,721 0,444 Valid
3 0,633 0,444 Valid
4 0,729 0,444 Valid
5 0,656 0,444 Valid
6 0,707 0,444 Valid
7 0,685 0,444 Valid
8 0,728 0,444 Valid
Berdasarkan tabel diatas, diperoleh hasil uji validitas yaitu 8 item
pernyataan valid, dengan ketentuan r hitung > r tabel.
Tabel 3.6.Hasil Uji Validitas Dukungan Petugas Kesehatan
No r Hitung r Tabel Hasil
Dukungan Petugas Kesehatan
1 0,587 0,444 Valid
2 0,784 0,444 Valid
3 0,587 0,444 Valid
4 0,489 0,444 Valid
5 0,718 0,444 Valid
6 0,587 0,444 Valid
7 0,784 0,444 Valid
8 0,587 0,444 Valid
Berdasarkan tabel diatas, diperoleh hasil uji validitas yaitu 8 item
pernyataan valid, dengan ketentuan r hitung > r tabel.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari perubah atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan
reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisiten
atau stabil dari waktu ke waktu. Reliabilitas suatu tes merujuk pada derajat
58
stabilitas, konstitensi, daya prediksi, dan akurasi. Pengukuran yang
memiliki reliabilitas yang tinggi adalah pengukuran yang dapat
menghasilkan data yang reliabel. Uji reliabilitas akan dilakukan di
Puskesmas Leuser Kecamatan Leuser Tahun 2019. Reliabilitas
menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat
diandalkan, dimana hasil pengukuran tetap konsisten bila di lakukan pengukuran
dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur
yang sama. Perhitungan realibilitas harus di lakukan hanya pada pertanyaan-
pertanyaan yang sudah memiliki validitas. Dengan demikian harus menghitung
validitas terlebih dahulu sebelum menghitung reliabilitas. Nilai cronbach’s alpha
(Reliabilitas) yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan tabel r product
moment dengan ketentuan jika r hitung > r tabel maka tes tersebut reliabel..
Berdasarkan hasil uji reliabilitas pada masing-masing variabel dapat dilihat
pada tabel 3.9 sebagai berikut.
Tabel 3.7. Hasil Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
Pengetahuan 910 10
Sikap 894 8
Sarana 867 8
Akses 623 5
Dukungan Keluarga 853 8
Dukungan Petugas Kesehatan 807 8
Berdasarkan tabel tersebut didapatkan bahwa kuesioner pengetahuan ,
Sikap, Sarana, Akses, Dukungan Keluarga dan Dukungan Petugas Kesehatan
adalah reliabel.
59
3.5. Variabel Dan Definisi Operasional
3.5.1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian terdiri atas variabel bebas (independen variabel) yaitu
variabel yang memengaruhi, dan variabel terikat (dependen variabel) yaitu
variabel yang dipengaruhi yaitu pemanfaatan posbindu. Pada penelitian ini,
variabel bebas (indenpenden variabel) yaitu Pengetahuan, Sikap, sarana prasarana,
akses, dukungan keluarga, dukungan petugas Kesehatan.
3.5.2. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah batasan yang digunakan untuk mendefinisikan
Variabel-Variabel Atau Faktor - Faktor yang diteliti.
1. Variabel Dependen
a. Pemanfaatan Posbindu adalah kemauan responden dalam memanfaatkan atau
mendapatkan pelayanan kesehatan yang ada di posbindu yang meliputi semua
hal berikut: melakukan pendaftaran (datang/mengikuti posbindu), pengukuran
tinggi badan, penimbangan berat badan, pemeriksaan kesehatan dan
ataupenyuluhan kesehatan, pengobatan. atau konsultasi kesehatan.
2. Variabel Independen
a. Pengetahuan adalah Pernyataan responden mengenai pemahaman terhadap
Posbindu lansia yang meliputi: tujuan, jadwal, sasaran dan kegiatan posbindu
b. Sikap adalah Pernyataan responden mengenai aksi atau respon terhadap
posbindu lansia.
60
c. Saranaa adalah Pernyataan responden mengenai sarana prasarana yang terdapat
di posbindu.
d. Akses adalah Pernyataan jalan yang menghubungkan antara satu desa dengan
tempat lainnya misalnya dari desa A ke kota B.
e. Dukungan keluarga adalah Pernyataan responden mengenai peran anggota
keluarga yang dirasakan responden terhadap kegaiatan posbindu lansia yang
dilaksanakan misalnya menganjurkan untuk datang ke posbindu, mengingatkan
jadwal posbindu dan mengantar/menemani ke tempat kegiatan posbindu.
f. Dukungan petugas Kesehatan adalah Pernyataan responden tentang kehadiran
tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan posbindu lansia, memberikan
saran, dorongan atau motivasi untuk datang ke Posbindu serta memberikan
atau motivasi untuk datang ke Posbindu serta memberikan informasi tentang
adanya Posbindu.
3.6. Metode Pengukuran
Pada bagian ini penelitian menuliskan metode pengukuran yang digunakan
pada penelitian, meliputi : nama, variabel, jumlah pertanyaan, cara dan alat ukur
yang digunakan, hasil pengukuran, kategori dan hasil pengukuran dan skala ukur.
Untuk lebih rincinya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 3.8. Aspek Pengukuran Variabel Independen (X) dan Dependen (Y)
Variabel
bebas
Jumlah
Pertanyaan
Cara Dan
Alat Ukur
Skala
Pengukuran
Value Jenis
Skala
Ukur
Independen
Pengetahuan 10 Kuesioner
Baik
Tidak Baik
6-10
0-5
Ordinal
Sikap 8 Kuesioner Baik 5-8 Ordinal
61
Tidak Baik 0-4
Ketersediaan
Sarana
Kesehatan
8 Kuesioner Lengkap
Tidak
Lengkap
5-8
1-4
Ordinal
Akses 5 Kuesioner
Terjangkau
Tidak
Terjangkau
4-5
1-3
Ordinal
Dukungan
keluarga
8 Kuesioner
Mendukung Tidak Mendukung
5-8
0-4
Ordinal
Dukungan petugas kesehatan
8 Kuesioner
Mendukung
Tidak
Mendukung
5-8
0-4
Ordinal
Dependen
Pemanfaatan
Posbindu
Lansia
1 Kuesioner
Memanfaatka
n
Tidak
Memanfaatka
n
1
0
Ordinal
3.7. Metode Pengolahan Data
Menurut Iman, data yang terkumpul diolah dengan cara komputerisasi
dengan langkah-langkah sebagai berikut. Proses pengolahan data yang mencakup
kegiatan - kegiatan sebagai berikut : (27)
1. Collecting, mengumpulkandata yang berasal dari kuesioner angket maupun
observasi.
2. Cheking, dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner atau
lembar observasi dengan tujuan agar data diolah secara benar sehingga
pengolahan data memberikan hasil yang valid dan reabel.
3. Coding, melakukan pemberian kode pada variabel - variabel yang diteliti.
62
4. Entering, yakni jawaban dari masing-masing responden yang masih dalam
bentuk kode dimasukkan dalam program komputer yang digunakan peneliti
yaitu SPSS
5. Data processing, semua data yang telah di input ke dalam aplikasi komputer
akan diolah sesuai dengan kebutuhan dari penelitian.
Data yang dikumpulkan, diolah dengan komputer. Analisis data yang
dilakukan adalah analisis univariat, bivariat, dan multivariat.
3.8. Metode Analisis Data
3.8.1. Analisis Univariat
Tujuan analisis univariat adalah untuk menerangkan karakteristik masing–
masing variabel, baik variabel bebas maupun terikat. Dengan melihat distribusi
frekuensi masing-masing variabel.
3.8.2. Analisis Bivariat
Tujuan analisis bivariat adalah untuk melihat ada tidaknya hubungan
antara dua variabel, yaitu variabel terikat dengan variabel bebas. Uji statistik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah uji chi-square (27).
3.8.3. Analisis Multivariat.
Analisis multivariat dilakukan untuk melihat variabel independen yang
paling berpengaruh terhadap variabel dependen. Analisis multivariat yang
digunakan adalah regresi logistik model prediksi, dengan tingkat kepercayaan
95% dan menggunakan metode menentukan odds rasio variabel kategorik
polikontom dengan salah satu kategori menjadi pembanding dengan cara chi
square.
63
Langkah yang dilakukan dalam analisis regresi logistik adalah sebagai
berikut : (38)
a.Melakukan seleksi variabel yang layak dilakukan dalam model multivariat
dengan cara terlebih dahulu melakukan seleksi bivariat antara masing-masing
variabel independen dengan variabel dependen dengan uji regresi logistik
sederhana.
b. Bila hasil analisis bivariat menghasilkan p-value < 0,25 atau termasuk substansi
yang penting maka variabel tersebut dapat dimasukkan dalam model
multivariat.
c. Variabel yang memenuhi syarat lalu dimasukkan ke dalam analisis multivariat.
d. Dari hasil analisis dengan multivariat dengan regresi logistik menghasilkan p
value masing-masing variabel.
e. Variabel yang p valuenya > 0,05 ditandai dan dikeluarkan satu-persatu dari
model, hingga seluruh variabel yang p-valuenya > 0,05 hilang.
f. Untuk melihat adanya interaksi antar variabel selanjutnya dilakukan uji
interaksi. Variabel dikatakan tidak saling berinteraksi jika didapatkan hasil p
valuenya >0,05 pada α=0,05.
g. Pada langkah terakhir akan tampak nilai exp(B), yang menunjukan bahwa
semakin besar nilai exp(B)/OR maka makin besar pengaruh variabel tersebut
tehadap variabel dependen.
Adapaun rumusnya adalah sebagai berikut:
Logit (p) = log (p/1-p) = In (p/1-p), dimana p bernilai antara 0-1.
Model yang digunakan pada regresi logistik sebagai berikut:
64
Log (P/1-p) = β0+β1X1+β2X2+....+βnXn
Keterangan:
p = Kemungkinan bahwa Y= 1,
X1 = Variabel bebas pertama
X2 = Variabel bebas kedua
X3 = Variabel bebas ketiga
X4 = Variabel bebas keempat
X5 = Variabel bebas kelima
X6 = Variabel bebas keenam
Xn= Variabel selanjutya.
β = Koefisien regresi (nilai konstanta)
3.9. Penyajian Data
Data yang telah dikumpulkan, dimasukkan ke dalam komputer kemudian
di analisis secara deskriptif dengan menggunakan program SPSS (Statistical
Product and Service Solutions). Data disajikan dalam bentuk narasi dan tabel
distribusi proporsi.
3.10. Etika Penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah proposal penelitian selesai di uji dan
peneliti mendapatkan rekomendasi dan ijin untuk melakukan penelitian dari
Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia. Setelah mendapat
izin dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Institut Kesehatan Helvetia, peneliti akan memulai pengumpulan data.
65
Sebelum mengumpulkan data, peneliti akan menjelaskan kepada
responden mengenai maksud, tujuan, dan proses penelitian yang dilaksanakan.
Kemudian peneliti menanyakan kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam
penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan (informed consent). Jika
responden menolak untuk berpatisipasi dalam penelitian, maka peneliti tidak
memaksa responden. Untuk menjaga kerahasian responden, peneliti tidak
mencantumkan nama responden (anonimity), tetapi hanya mencantumkan inisial
nama (nomor responden). Kerahasiaan informasi responden (confidentiality)
dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu saja yang dilaporkan
sebagai hasil penelitian.
66
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Lokasi Penelitian
Desa Ukhat Peseluk merupakan salah satu pedesaan yang ada Di Desa
Ukhat Peseluk Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara provinsi
Aceh dimana terletak kurang lebih 100 km arah selatan di kota kutacane (Pusat
pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara) Letak Geografis Wilayah kerja Puskesmas
Naga Timbul berada di Kecamatan Leuser dan desa yang berada di Wilayah Kerja
Puskesmas meliputi Desa Bun-Bun Alas, Naga Timbul, Gunung Pak-Pak, Bun-
Bun Indah, Suka Damai, Puncenali, Sada Ate, Arih Mejile, Ukhat Peseluk, Tunas
Mude, Gaya Sendah, Kute Hakhapen, Sepakat.
Luas wilayah kerja Puskesmas Naga Timbul adalah 9,20 Ha, terdiri dari
dataran dari dataran tinggi dengan komposisi luas lahan yang hampir seimbang.
Pemanfaatan tanah sebagai perkebunan, bangunan/ rumah, sawah dan lain-lain.
Wilayah kerja Puskesmas Naga Timbul meliputi setengah wilayah Kecamatan
Leuser, yang juga merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Aceh Tenggara
yang berbatasan langsung dengan Provinsi Sumut. Pembiayaan puskesmas
bersumber dari pendapatan puskesmas yang digunakan kembali sebagai biaya
operasional. Sumber pendapatan puskesmas berasal dari jasa pelayanan pasien
Umum, JKN, APBD, Jampersal dan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).
Adapun pendapatan Puskesmas Naga Timbul.
67
Dengan batas wilayah:
Sebelah utara : Berbatasan dengan perkebunan
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Sungai Renun
Sebelah Barat : Berbatasan dengan desa bunbun indah
Sebelah Timur : Berbatasan dengan desa Hakhapen
Pelayanan Kesehatana Lansia Puskesmas Naga Timbul adalah “Puskesmas
Santun Lansia” artinya memberikan prioritas pada pasien dari pralansia mulai dari
loket yang terpisah dari pasien umum sampai ruangan tersendiri dan dilengkapi
dengan kamar mandi dan perlengkapannya seperti realling, bel dan keset anti
selip. Puskesmas Santun Lansia, merupakan strategi pelayanan kesehatan bagi
usia lanjut sebagai bentuk penghargaan dan kepedulian terhadap usia lanjut
dengan segala kondisinya baik fisik, mental dan psiko-sosial. Jumlah usia lanjut
yang semakin meningkat, harus menjadikan perhatian kita untuk dapat melakukan
pembinaan sedini mungkin agar mereka tetap terpelihara kesehatan dan
kemandiriannya.
Tujuan Puskesmas “Santun Lansia adalah :
1) Melakukan perencanaan terarah dalam pelayanan lansia sesuai kebutuhan
2) Pelayanan proaktif,berkualitas
3) Kemudahan pelayanan
4) Menurunkan jumlah kesakitan
5) Mewujudkan lansia produktif dan bahagia
6) Mengembalikan kemampuan dan kepercayaan diri lansia.
68
Indikator Kinerja Pelayanan Kesehatan Lansia belum mencapai target
yang diharapkan. Pelayanan kesehatan lansia terus dilakukan dan posyandu lansia
harus dilakukan diseluruh wilayah kerja Puskesmas Naga timbul.
4.2. Hasil Penelitian
4.2.1. Analisa Univariat
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Pengetahaun
No Pernyataan Benar Salah Total
f % f % f %
1 Apa yang dimaksud dengan
posbindu?
27 45,8 32 54,2 59 100
2 Berapa kali dalam 3 bulan terkahir
Ibu/Bapak datang ke Posbindu
lansia?
36 61,0 23 39,0 59 100
3 Apakah tujuan dari posbindu? 29 49,2 30 50,8 59 100
4 Kapan Posbindu lansia
dilingkungan Ibu/ Bapak
dilaksanakan?
27 45,8 32 54,2 59 100
5 Siapa sajakah yang boleh datang ke
Posbindu lansia?
28 47,5 31 52,5 59 100
6 Apakah bapak/ibu tahu kegiatan-
kegiatan di Posbindu lansia?
29 49,2 30 50,8 59 100
7 Apakah posbindu sangat
bermanfaat bagi bapak/ibu?
27 45,8 32 54,2 59 100
8 Bagaimana bentuk pelayanan
posyandu lansia?
32 54,2 27 45,8 59 100
9 Apa yang dimaksud dengan kartu
menuju sehat (KMS)?
30 50,8 29 49,2 59 100
10 Siapa yang menjadi sasaran
posyandu lansia?
27 45,8 32 54,2 59 100
Berdasarkan jawaban responden diatas maka jawaban responden paling
tinggi dalam kategori benar terdapat pada nomor 2 yaitu tentang berapa kali ke
posbindu selama 3 bulan terakhir? Dengan frekuensi 36 orang (61,0%) dan
jawaban salah tertinggi terdapat pada pertanyaan nomor 1, 4 dan 10 yaitu tentang
pengertian posbindu, kapan dilakukan posbindu dan siapa sasaaran dari posbindu
dengan frekuensi 32 orang (54,2%).
69
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Faktor Pengetahuan Dalam Pemanfaatan
Posbindu Lansia di Desa Ukhat Peseluk Wilayah Kerja Puskesmas Naga
Timbul Aceh Tenggara Tahun 2019
No Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
1 Tidak Baik 41 69.5
2 Baik 18 30.5
Jumlah 59 100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 59 responden sebanyak 41
responden (69,5%) yang memiliki pengetahuan tidak baik dan sebanyak 18
responden (30,5%) yang memiliki pengetahuan baik.
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Sikap
No Pernyataan Ya Tidak
Total
F % f % f %
1 Apakah kegiatan posyandu
lansia bermanfaat dalam
menjaga kesehatan Bapak/ibu
26 44,
1
33 55,
9
59 100
2 Apakah Bapak/Ibu bersedia
menghadiri posyandu lansia
setiap bulannya?
37 62,
7
22 37,
3
59 100
3 Apakah Bapak/ibu mengikuti
kegiatan yang dilakukan di
posyandu lansia seperti
penyuluhan?
36 61,
0
23 39,
0
59 100
4 Apakah Bapak/ibu mengikuti
kegiatan yang dilakukan di
posyandu lansia berupa
penimbangan berat badan?
25 42,
4
34 57,
6
59 100
5 Apakah Bapak/ibu mengikuti
kegiatan yang dilakukan di
posyandu lansia berupa
pengukuran tinggi badan?
32 54,
2
27 45,
8
59 100
6 Apakah Bapak/ibu mengikuti
kegiatan yang dilakukan di
posyandu lansia berupa
26 44,
1
33 55,
9
59 100
70
pengukuran tekanan darah?
7 Apakah Bapak/ibu mengikuti
kegiatan yang dilakukan di
posyandu lansia berupa olahraga
ringan?
26 44,
1
33 55,
9
59 100
8 Apakah Bapak/ibu menerima
makanan tambahan yang
diberikan oleh tenaga kesehatn
di posyandu lansia?
28 47,
5
31 52,
5
59 100
Berdasarkan jawaban responden diatas diketahui bahwa jawaban “Ya”
tertinggi terdapat pada nomor 2 yaitu tentang Bapak/Ibu bersedia menghadiri
posyandu lansia setiap bulannya dengan frekuensi 37 orang (62,7%) dan “Tidak”
terdapat pada nomor 1, 4 dan 7 yaitu tentang kegiatan posyandu lansia bermanfaat
dalam menjaga kesehatan Bapak/ibu, Bapak/ibu mengikuti kegiatan yang
dilakukan di posyandu lansia berupa penimbangan berat badan dan Bapak/ibu
mengikuti kegiatan yang dilakukan di posyandu lansia berupa olahraga ringan
dengan frekuensi 33 orang (55,9%).
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Faktor Sikap Dalam Pemanfaatan Posbindu
Lansia di Desa Ukhat Peseluk Wilayah Kerja Puskesmas Naga
Timbul Aceh Tenggara Tahun 2019.
No Sikap Frekuensi Persentase (%)
1 Tidak Baik 37 62.7
2 Baik 22 37.3
Jumlah 59 100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 59responden sebanyak
37 responden (62,7%) yang memilik sikap tidak baik dan sebanyak 22 responden
(37,3%) yang memilik sikap baik.
71
Tabel 4.5. Distribusi Jawaban Responden Tentang Sarana
No Pernyataan Ya
Tidak Total
f % f % f %
1 Apakah posbindu sudah memiliki
meja dan kursi yang memadai
32 54,2 27 45,8 59 100
2 Apakah tersedia alat kesehatan
yang dibutuhkan untuk kegiatan
Posbindu Lansia seperti Timbangan
35 59,3 24 40,7 59 100
3 Apakah di posbindu tersedia alat
kesehatan yang dibutuhkan untuk
kegiatan Posbindu Lansia seperti
pengukur tinggi badan
30 50,8 29 49,2 59 100
4 Apakah di Posbindu tersedia alat
kesehatan yang dibutuhkan untuk
kegiatan Posbindu Lansia seperti
alat untuk cektekanandarah
34 57,6 25 42,4 59 100
5 Apakah Posbindu tersedia alat
kesehatan yang dibutuhkan untuk
kegiatan Posbindu Lansia seperti
alat untuk mengukursuhutubuh
33 55,9 26 44,1 59 100
6 Apakah di Posbindu tersedia alat
kesehatan yang dibutuhkan untuk
kegiatan Posbindu Lansia seperti
laboratorium sederhanaguladarah
35 59,3 24 40,7 59 100
7 Apakah di Posbindu tersedia alat
kesehatan yang dibutuhkan untuk
kegiatan Posbindu Lansia seperti
laboratoriumsederhanakolesterol
32 54,2 27 45,8 59 100
8 Apakah di Posbindu tersedia alat
kesehatan yang dibutuhkan untuk
kegiatan Posbindu Lansia seperti
laboratorium sederhanaasamurat
35 59,3 24 40,7 59 100
Berdasarkan jawaban responden diatas diketahui bahwa jawaban “Ya”
tertinggi terdapat pada soal nomor 6 dan 8 yaitu tentang tersedia alat kesehatan
yang dibutuhkan untuk kegiatan Posbindu Lansia seperti laboratorium sederhana
gula darah dan tersedia alat kesehatan yang dibutuhkan untuk kegiatan Posbindu
Lansia seperti laboratorium sederhana asam urat dengan frekuensi 35 (59,3%) dan
72
jawaban “Tidak” tertinggi terdapat pada nomor 3 yaitu tentang tersedia alat
kesehatan yang dibutuhkan untuk kegiatan Posbindu Lansia seperti pengukur
tinggi badan dengan frekuensi 29 (49,2%).
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Faktor Sarana Dalam Pemanfaatan
PosbinduLansia di Desa Ukhat Peseluk Wilayah Kerja
Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara Tahun 2019
No Ketersediaan Sarana
Kesehatan
Frekuensi Persentase (%)
1 Tidak Lengkap 54 91.5
2 Lengkap 5 5.5
Jumlah 59 100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 59 responden sebanyak 54
responden (91,5%) yang memiliki ketersediaan sarana kesehatan tidak lengkap
dan sebanyak 5 responden (5,5%) yang memiliki sarana kesehatan tidak lengkap.
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Akses
No Pernyataan Ya
Tidak Total
F % f % F %
1 Apakah tempat tinggal Bapak/Ibu
dekat dengan posbindu?
38 64,4 21 35,6 59 100
2 Apakah dari tempat tinggal
Bapak/ibu ada kendaraan/angkutan
umum ke tempat posbindu?
32 54,2 27 45,8 59 100
3 Apakah jalan umum dari tempat
tinggal Bapak/Ibu bagus atau
berlubang?
38 64,4 21 35,6 59 100
4 Apakah daerah tinggal Bapak/ibu
termasuk daerah pegunungan
sehingga sulit dijangkau
transportasi umum?
36 61,0 23 39,0 59 100
5 Apakah akses menjadi penghalang
bagi Bapak/Ibu untuk mengikuti
kegiatan posbindu?
36 61,0 23 39,0 59 100
73
Berdasarkan jawaban responden diatas diketahui bahwa jawaban “Ya”
paling tertinggi terdapat pada jawaban nomor 1 dan 3 yaitu tentang tempat tinggal
Bapak/Ibu dekat dengan posbindu dan daerah tinggal Bapak/ibu termasuk daerah
pegunungan sehingga sulit dijangkau transportasi umum dengan frekuensi 38
orang (64,4%).
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Faktor Akses Dalam Pemanfaatan Posbindu
Lansia di Desa Ukhat Peseluk Wilayah Kerja Puskesmas Naga
Timbul Aceh Tenggara Tahun 2019
No Akses Frekuensi Persentase (%)
1 Tidak Terjangkau 50 84.7
2 Terjangkau 9 15.3
Jumlah 59 100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 59responden sebanyak 50
responden (84,7%) yang memiliki akses tidak terjangkau dan sebanyak 9
responden (15,3) yang memiliki akses terjangkau.
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Dukungan
Keluarga
No Pernyataan Ya
Tidak Total
F % f % F %
1 Apakah keluarga Bapak/Ibu
bersedia menemani saat posyandu?
35 59,3 24 40,7 59 100
2 Apakah Bapak/ibu di ingatkan oleh
keluarga untuk mengikuti kegiatan
posbindu?
32 54,2 27 45,8 59 100
3 Apakah Bapak/ibu mendapatkan
motivasi dari keluarga?
32 54,2 27 45,8 59 100
4 Apakah Bapak/ibu di ingatkan 29 49,2 30 50,8 59 100
74
keluarga jadwal posbindu?
5 Apakah keluarga Bapak/ibu
menayakan keadaan kesehatan
setelah mengikuti posbindu?
27 45,8 32 54,2 59 100
6 Apakah keluarga bapak/ibu
membantu mempersiapkan diri
untuk mengikuti posbindu?
31 52,5 28 47,5 59 100
7 Apakah keluarga Bapak/Ibu peduli
dengan kesehatan Bapak/Ibu?
33 55,9 26 44,1 59 100
8 Apakah keluarga Bapak/Ibu
menanyakan kegiatan-kegiatan
posbindu?
30 50,8 29 49,2 59 100
Berdasarkan jawaban responden diatas diketahui bahwa jawaban
responden “Ya” tertinggi terdapat pada nomor 1 yaitu tentang keluarga Bapak/Ibu
bersedia menemani saat posyandu dengan frekuensi 35 orang 9 (59,3%), dan
jawaban “Tidak” tertinggi terdapat pada nomor 5 yaitu tentang keluarga
Bapak/ibu menanyakan keadaan kesehatan setelah mengikuti posbindu dengan
frekuensi 32 orang (54,2%).
Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Faktor Dukungan Keluarga Dalam
Pemanfaatan Posbindu Lansia di Desa Ukhat Peseluk
Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara
Tahun 2019
No Dukungan Keluarga Frekuensi Persentase (%)
1 Tidak Mendukung 34 57.6
2 Mendukung 25 42.4
Jumlah 59 100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 59responden sebanyak 34
responden (57,6%) memiliki dukungan keluarga yang tidak mendukung dan
sebanyak 25 responden (42,4%) memiliki dukungan keluarga yang mendukung.
75
Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Dukunagn
Petugas Kesehatan
No Pernyataan Ya
Tidak Total
F % f % F %
1 Apakah Petugas selalu hadir di
posbindu tepat waktu?
29 49,2 30 50,8 59 100
2 Apakah Petugas selalu memberikan
motivasi/semangat?
37 62,7 22 37,3 59 100
3 Apakah Petugas selalu
menyarankan agar tetap hadir di
posbindu?
30 50,8 29 49,2 59 100
4 Apakah Petugas mengingatkan
jadwal pelaksanaan posbindu?
22 37,3 37 62,7 59 100
5 Apakah Petugas kunjungan rumah
apabila bapak/ibu tidak hadir
posbindu?
32 54,2 27 45,8 59 100
6 Apakah Petugas selalu
mengingatkan untuk membawa
kartu KMS?
25 42,4 34 57,6 59 100
7 Apakah petugas memperlihatkan
alat peraga kesehatan saat
dilakukan kegiatan posbindu seperti
penyuluhan?
20 33,9 39 66,1 59 100
8 Apakah petugas memberikan
pelayanan dengan ramah, sopan dan
penuh tanggung jawab?
27 45,8 32 54,2 59 100
Berdasarkan data diatas diketahui bahwa jawaban responden “Ya”
tertinggi terdapat pada nomor 2 yaitu tentang apakah petugas selalu memberikan
motivasi/semangat dengan frekuensi 37 orang (62,7%) dan jawaban “Tidak”
tertinggi terdapat pada pada nomor 7 yaitu tentang petugas memperlihatkan alat
peraga kesehatan saat dilakukan kegiatan posbindu seperti penyuluhan dengan
frekuensi 39 orang (66,1%).
76
Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Faktor Dukungan Petugas Kesehatan
Dalam Pemanfaatan Posbindu Lansia di Desa Ukhat Peseluk
Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara
Tahun 2019
No Dukungan Petugas
Keseahtan
Frekuensi Persentase (%)
1 Tidak Mendukung 44 74.6
2 Mendukung 15 25.4
Jumlah 59 100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 59 responden sebanyak 44
responden (74,6%) memiliki dukungan petugas kesehatan yang tidak mendukung
dan sebanyak 15 responden (25,4%) memiliki dukungan petugas kesehatan yang
mendukung.
Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Posbindu Lansia di Desa
Ukhat Peseluk Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh
Tenggara Tahun 2019
No Pemanfaatan
Posbindu
Frekuensi Persentase (%)
1 Tidak Memanfaatkan 42 71,2
2 Memanfaatkan 17 28,8
Jumlah 59 100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 59 responden sebanyak
42 responden (71,2%) yang pemanfaatan Posbindu yang tidak memanfaatkan dan
sebanyak 17 responden (28,8) yang pemanfaatan Posbindu yang memanfaatkan.
Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Umur Lansia di Desa Ukhat Peseluk
Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara
Tahun 2019
77
No Umur Frekuensi Persentase (%)
1 45-59 Tahun 34 71,9
2 60-69 Tahun 25 28,9
3 <70 Tahun 0 0,00
Jumlah 59 100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 59 responden sebanyak 34
responden (71,9%) yang memiliki umur 45-59 tahun, 25 responden yang
memiliki umur 60-69 tahun dan sebanyak 0 responden (0,00) yang memiliki umur
70 Tahun.
Tabel 4.15. Distribusi Frekuensi Pendidikan Lansia Di Desa Ukhat Peseluk
Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara Tahun
2019
No Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
1 SD 46 78,0
2 SMP 10 16,9
3 SMA 3 5,1
Jumlah 59 100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 59 responden sebanyak 46
responden (78,0%) yang pendidikan SD, sebanyak 10 responden (16,9%) yang
pendidikan SMP dan sebanyak 3 responden (5,1%) yang pendidikan SMA.
Tabel 4.16. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Lansia Di Desa Ukhat Peseluk
Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara Tahun
2019
No Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
78
1 Petani 43 72,9
2 Pedagang 16 27,1
Jumlah 59 100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 59 responden sebanyak 43
responden (72,9%) yang pekerjaan petani dan sebanyak 16 responden (27,1) yang
pekerjaan pedagang.
4.2.2. Analisa Bivariat
Tabulasi silang antara faktor-faktor yang berhubungan dengan
pemanfaatan Posbindu di Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara
2019 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.17. Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan Dengan Pemanfaatan
Posbindu Lansia Di Desa Ukhat Peseluk Wilayah Kerja
Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara Tahun 2019
Pengetahuan Pemanfaatan Posbindu Total P
value
OR
Tidak
Memanfaatkan
Memanfaatkan
f % f % f %
Tidak Baik 40 67,8 1 1,7 41 69,5 0,000 177,26
Baik 2 3,4 16 27,1 18 30,5
Total 42 71,2 17 28,8 59 100
Dari tabel tabulasi silang di atas dilihat bahwa dari 41 responden (69,5%)
yang memiliki pengetahuan tidak baik paling banyak tidak memanfaatkan
Posbindu sebanyak 40 responden (67.8%) dan dari 18 responden (30,5%), yang
memiliki pengetahuan baik paling banyak memanfaatkan Posbindu sebanyak 16
responden (27.1%).
Dari hasil analisis chi-square pada lampiran tabel uji chi-square antara
hubungan pengetahuan dengan pemanfaatan Posbindu di Wilayah Kerja
79
Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara 2019.diketahui bahwa nilai
probabilitasnya (0,000) <sig_α=0,05. Hasil analisis ini memenuhi kriteria
persyaratan hipotesis hubungan, sehingga dapat diketahui bahwa pengetahuan
memiliki hubungan signifikan terhadap Pemanfaatatan Posbindu dengan nilai OR
adalah 177,26 yang artinya bahwa lansia yang tidak berpengetahuan baik
cenderung 177 kali tidak memanfaatkan posbindu lansia dibandingkan dengan
lansia yang berpengetahuan baik.
Tabel 4.18. Tabulasi Silang Hubungan Sikap Dengan Pemanfaatan Posbindu
Lansia Di Desa Ukhat Peseluk Wilayah Kerja Puskesmas Naga
Timbul Aceh Tenggara Tahun 2019
Sikap Pemanfaatan Posbindu Total P value OR
Tidak
Memanfaatkan
Memanfaatkan
f % f % f %
Tidak
Baik
31 52.5 6 10,2 37 62,7 0,008 3,28
Baik 11 18.6 11 18,6 22 37,3
Total 42 71,2 17 28,8 59 100
Dari tabel tabulasi silang di atas dilihat bahwa dari 37 responden (62,7%)
yang memiliki sikap tidak baik paling banyak tidak memanfaatkan Posbindu
sebanyak 31 responden (52,5%) dan dari 22 responden (47,3%), yang memiliki
sikap baikmemiliki jumlah yang sama antara memanfaatkan dan tidak
memanfaatkan Posbindu.
Dari hasil analisis chi-square pada lampiran tabel uji chi-square antara
hubungan sikap dengan pemanfaatan Posbindu di Wilayah Kerja Puskesmas Naga
Timbul Aceh Tenggara 2019.diketahui bahwa nilai probabilitasnya (0,000)
<sig_α=0,05. Hasil analisis ini memenuhi kriteria persyaratan hipotesis hubungan,
sehingga dapat diketahui bahwa sikapmemiliki pengaruh signifikan terhadap
80
Pemanfaatatan Posbindu, dengan nilai OR adalah 3,28 yang artinya bahwa lansia
yang sikapnya tidak baik cenderung 3 kali tidak memanfaatkan posbindu lansia
dibanding lansia yang mempunyai sikap baik.
Tabel 4.19. Tabulasi Silang Hubungan Sarana Dengan Pemanfaatan
Posbindu Lansia Di Desa Ukhat Peseluk Wilayah Kerja
Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara Tahun 2019
Sarana
Pemanfaatan Posbindu
Total P value
Tidak
Memanfaatkan
Memanfaatkan
f % f % f %
Tidak
Lengkap
40 67,8 14 23,7 54 91,5
0,135 Lengkap 2 3,4 3 5,1 5 8,5
Total 42 71,2 17 28,8 59 100
Dari tabel tabulasi silang di atas dilihat bahwa dari 54 responden (91,5%)
yang memiliki ketersediaan sarana kesehatan yang tidak lengkap paling banyak
tidak memanfaatkan Posbindu sebanyak 40 responden (67,8%) dan dari 5
responden (8,5%), yang memiliki ketersediaan sarana kesehatan yang lengkap
terbanyak yaitu memanfaatkan Posbindu sebanyak 3 responden (5,1%).
Dari hasil analisis chi-square pada lampiran tabel uji chi-square antara
hubungan sarana dengan pemanfaatan Posbindu di Wilayah Kerja Puskesmas
Naga Timbul Aceh Tenggara 2019 diketahui bahwa nilai probabilitasnya (0,135)
>sig_α=0,05. Hasil analisis ini tidak memenuhi kriteria persyaratan hipotesis
pengaruh, sehingga dapat diketahui bahwa ketersediaan sarana kesehatan tidak
memiliki hubungan dengan Pemanfaatatan Posbindu.
81
Tabel 4.20. Tabulasi Silang Hubungan Akses Dengan Pemanfaatan
Posbindu Lansia Di Desa Ukhat Peseluk Wilayah Kerja
Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara Tahun 2019
Akses Pemanfaatan Posbindu Total P value OR
Tidak
Memanfaatkan
Memanfaatkan
f % f % f %
Tidak
Terjangkau
40 67,8 10 16,9 50 84,7 0,001 7,33
Terjangkau 2 3,4 7 11,9 9 15,3
Total 42 71,2 17 28,8 59 100
Dari tabel tabulasi silang di atas dilihat bahwa dari 50 responden (84,7%)
yang memiliki akses tidak terjangkau paling banyak tidak memanfaatkan
Posbindu sebanyak 40 responden (67,8%) dan dari 49 responden (15,3%),
yangakses terjangkau paling banyak yaitu yang memanfaatkan Posbindu sebanyak
7 responden (11,9%).
Dari hasil analisis chi-square pada lampiran tabel uji chi-square antara
hubungan akses dengan pemanfaatan Posbindu di Wilayah Kerja Puskesmas Naga
Timbul Aceh Tenggara 2019.diketahui bahwa nilai probabilitasnya (0,001)
<sig_α=0,05. Hasil analisis ini memenuhi kriteria persyaratan hipotesis pengaruh,
sehingga dapat diketahui bahwa akses memiliki pengaruh signifikan terhadap
Pemanfaatatan Posbindu, dengan nilai OR 7,33 yang artinya lansia yang akses nya
tidak terjangkau cenderung 3 kali tidak memanfaatkan posbindu lansia dibanding
dengan lansia yang aksesnya terjangkau.
82
Tabel 4.21. Tabulasi Silang Hubungan Dukungan Keluarga Dengan
Pemanfaatan Posbindu Lansia Di Desa Ukhat Peseluk
Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara
Tahun 2019
Dukungan
Keluarga
Pemanfaatkan Posbindu
Total P value
Tidak
Memanfaatkan
Memanfaatkan
F % F % f %
Tidak
Mendukung
24 40,7 10 16,9 34 57,6
1,000 Mendukung 18 30,5 7 11,9 25 42,4
Total 42 71,2 17 28,8 59 100
Dari tabel tabulasi silang di atas dilihat bahwa dari 34 responden (57,6%)
dukungan keluarga yang tidak mendukung paling banyak tidak memanfaatkan
Posbindu sebanyak 24 responden (40,7%) dan dari 25 responden (42,4%),
dukungan keluarga yang mendukung paling banyak tidak menggunakan Posbindu
sebanyak 18 responden (30,5%).
Dari hasil analisis chi-square pada lampiran tabel uji chi-square antara
hubungan dukungan keluarga deengan pemanfaatan Posbindu di Wilayah Kerja
Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara 2019. Diketahui bahwa nilai
probabilitasnya (1,000) >sig_α=0,05. Hasil analisis ini tidak memenuhi kriteria
persyaratan hipotesis hubungan, sehingga dapat diketahui bahwa dukungan
keluarga tidak memiliki hubungan signifikan dengan Pemanfaatatan Posbindu.
83
Tabel 4.22. Tabulasi Silang Hubungan Dukungan Petugas Dengan
Pemanfaatan Posbindu Lansia Di Desa Ukhat Peseluk Wilayah
Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara Tahun 2019
Dukungan
Petugas
Kesehatan
Pemanfaatkan Posbindu Total P value OR
Tidak
Memanfaatkan
Memanfaatkan
F % f % f %
Tidak
Mendukung
36 61 8 13,6 44 74,6 0,004 8,10
Mendukung 6 10,2 9 15,3 15 25,4
Total 42 71,2 17 28,8 59 100
Dari tabel tabulasi silang di atas dilihat bahwa dari 44 responden (74,6%)
dukungan petugas Kesehatan yang tidak mendukung paling banyak tidak
memanfaatkan Posbindu sebanyak 36 responden (61%) dan dari 15 responden
(25,4%), dukungan petugas kesehatan yang mendukung paling banyak
menggunakan Posbindu sebanyak 9 responden (15,3%).
Dari hasil analisis chi-square pada lampiran tabel uji chi-square antara
hubungan dukungan petugas dengan pemanfaatan Posbindu di Wilayah Kerja
Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara 2019.diketahui bahwa nilai
probabilitasnya (0,006) <sig_α=0,05. Hasil analisis ini memenuhi kriteria
persyaratan hipotesis hubungan, sehingga dapat diketahui bahwa dukungan
keluarga memiliki pengaruh signifikan terhadap Pemanfaatatan Posbindu dengan
nilai OR adalah 8,10 yang artinya bahwa lansia yang tidak memperoleh dukungan
petugas kesehatan cenderung 8 kali tidak memanfaatan posbindu lansia
dibanding dengan lansia yang memperoleh dukungan petugas.
84
4.2.3. Analisis Multivariat
Analisis Multivariat dilakukan untuk melihat pengaruh masing-
masing variabel independen dan secara bersama-sama terhadap variabel
dependen, serta mencari tahu yang manakah dari variabel independen yang paling
berpengaruh dengan menggunakan uji analisis regresi logistik berganda pada taraf
kemaknaan nilai pvalue < α (0,05), uji regresi logistik (regresi berganda binary)
melalui beberapa langkah antara lain:
1. Melakukan pemilihan variabel yang potensial dimasukkan dalam model
variabel yang dipilih sebagai kandidat atau yang dianggap signifikan.
2. Dalam pemodelan ini variabel yang memiliki nilai p value< 0,25 pada uji
bivariat (uji chi-square) dimasukkan secara bersama-sama dalam uji
multivariat. Dari hasil uji bivariat, variabel yang dijadikan kandidat model
pada uji logistic regression (regresi berganda binary) adalah variable genetic,
Pengetahuan, Sikap, Akses dan Dukungan Petugas Kesehatan. Penggunaan
kemaknaan statistik 0,25 dalam uji regresi statistik berganda untuk
memungkinkan variabel-variabel yang secara terselubung sesungguhnya
penting dimasukkan kedalam model multivariat. Variabel yang masuk seleksi
kandidat model.
3. Selanjutnya dilakukan pengujian secara bersamaan dengan metode enter
untuk mengidentifikasi variabel yang paling berpengaruh terhadap
pemanfaatan posbindu lansia dengan signifikan (p< 0,05).
85
Tabel 4.23. Seleksi Variabel yang Menjadi Kandidat Model dalam Uji
Regresi Logistik Berdasarkan Analisis Bivariat
No Variabel p value (sig)
1 Pengetahuan 0,000
2 Sikap 0,008
3 Akses 0,001
4 Dukungan Petugas Kesehatan 0,006
Tabel di atas menunjukkan ada 4 (empat) variabel yang p value<0,05 yaitu
pengetahuan, sikap, akses dan dukungan petugas kesehatan. Dengan demikian ke
4 (empat) variabel tersebut layak masuk ke model multivariat.
Tabel 4.24. Hasil Analisis Regresi Logistic Berganda Tahap Pertama
No Variabel B p (Sig) Exp (B) 95% C.I
Lower Upper
1 Pengetahuan 5,178 0,000 177,266 12,183 2579,331
2 Sikap 1,188 0,432 3,282 0,170 63,430
3 Akses 1,993 0,295 7,339 0,175 306,905
4 Dukungan
Petugas
Kesehatan
2.092 0,173 8,103 0,401 163,748
Constant -15.302 .001 .000
Setelah dilakukan uji regresi logistik tahap pertama, maka variabel yang p
(sig) > 0,25 dikeluarkan dari analisis tahap kedua. Sedangkan p (sig) <0,25 maka
akan masuk sebagai kandidat analisis tahap kedua. Pada uji regresi logistik tahap
pertama maka variabel p (sig)<0,25 yaitu varaibel sikap dan akses, yang akan
dikeluarkan sebagai kandidat model tahap kedua, sebagaimana terlihat pada tabel
berikut:
86
Tabel 4.25. Hasil Analisis Uji Regresi Logistik Tahap Kedua
No Variabel B p (Sig) Exp (B) 95% C.I
Lower Upper
1 Pengetahuan 5,621 0,000 276,280 21,754 3508,281
Constant -11,180 .000 .000
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa analisis uji regresi logistik
tahap kedua menghasilkan 1 (satu) variabel yang mempunyai pengaruh terhadap
pemanfaatan Posbindu yaitu variabel pengetahuan dengan nilai p (sig) =<0,05.
Variabel yang paling dominan memiliki pengaruh signifikan terhadap
pemanfaatan Posbindu adalah adalah pengetahuan dengan p (sig) 0,000 dan
memiliki nilai OR= 276,280 artinya responden yang berpengetahuan baik
memiliki peluang 276,2 kali memanfaatkan Posbindu. Nilai Koefisien B yaitu
5,621 bernilai positif, maka semakin baik pengetahuan maka akan semakin
memanfaatkan Posbindu.
87
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Pemanfaatan Posbindu Lansia Di
Desa Ukhat Peseluk Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh
Tenggara Tahun 2019
Berdasarkan analisis bivariat dalam penelitian ini menunjukkan Faktor
Pengetahuan berpengaruh terhadap pemanfaatan posbindu lansia di Puskesmas
Naga Timbul Aceh Tenggara Desa Ukhat Tahun 2019 Yang mana dilihat dari
hasil Uji Chi Square dengan nilai probabilitasnya (0,000) <sig_α=0,05. Bahwa
ada hubungan antara pengetahuan dengan pemanfaatan posbindu lansia dan dari
hasil uji Multivariat dimana P 0,000 < 0,05 maka ada pengetahuan yang lebih
dominan berpengaruh terhadap pemanfaatan posbindu lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara Desa Ukhat Peseluk Tahun 2019
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ivong R dengan judul faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Keaktifan Berkunjung Posbindu Di Desa. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan pemanfaatan
posbindu dengan nilai pvalue adalah 0,000 atau < 0,005 (29).
Penelitian Dwi Wigata dengan judul Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Pemanfaatan Posbindu Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Setia
Budi Kota Jakarta Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan
pengetahuan dengan pemanfaatan posbindu lansia dengan nilai pvalue adalah
0,010 atau < 0, 05 (39).
88
Pengetahuan kesehatan merupakan suatu kemungkinan baik yang sangat
penting sebelum perilaku sehat seseorang terbentuk, tetapi perilaku kesehatan
yang diinginkan berkemungkinan untuk tidak terjadi, kecuali jika seseorang
menerima suatu isyarat yang cukup kuat untuk memotivasi mereka untuk
berperilaku (30).
Peningkatan pengetahuan tidak selalu menjadi penyebab dari perubahan
perilaku seseorang, tetapi sangat berkaitan dengan penentu awal untuk seseorang
berperilaku (40).
Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan tingkat pendidikan, dimana
diharapkan bahwa orang yang berpendidikan tinggi akan mempunyai pengetahuan
yang luasakan tetapi perlu ditekankan bahwa pengetahuan seseorang bukan hanya
di peroleh melalui pendidikan formal saja akan tetapi dapat di peroleh dari
pendidikan tidak formal (41).
Temuan hasil penelitian ini dimana pengetahuan lansia yang ada di lokasi
penelitian masih kurang baik tentang posbindu, dimana masih banyak lansia yang
tidak mengetahui apa itu posbindu lansia, kapan dilaksanakan dan dimana
dilaksanakan.
Menurut asumsi peneliti bahwa pengetahuan yang baik kemungkinan besar
akan lebih memanfaatkan posbindu, dan sebaliknya apabila seseorang tidak
mengetahui apa itu posbindu maka hal ini akan mengakibatkan tidak
memanfaatkan posbindu. Peneliti juga berasumsi bahwa ketidaktahuan lansia
tentang posbindu disebabkan kurangnya informasi tentang posbindu yang
diperoleh, karena apabila petugas memberikan informasi kepada lansia maka tentu
89
saja lansia akan mengetahui apa itu posbindu dan kapan dilakukan. Pengetahuan
lansia yang negatif tentang posyandu lansia mengakibatkan kurangnya
pemahaman lansia dalam kunjungan posyandu lansia. Keterbatasan pengetahuan
ini akan mengakibatkan dampak yang kurang baik dalam pemeliharaan
kesehatannya. Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari
pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya.
Adapun cara yang dapat dilakukan untuk dapat meningkatkan pengetahuan
lansia yaitu dengan aktif berkomunikasi atau bertukar pikiran dengan lansia yang
memiliki tingkat pengetahuan baik sehingga bisa memperoleh banyak informasi
tentang posyandu lansia, manfaat kesehatan yang diperoleh dan mencari informasi
lain dari sumber internet atau langsung datang ke Puskesmas untuk memperoleh
informasi yang lebih jelas dan dengan demikian dapat menambah wawasan dan
pengetahuan bagi lansia. Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat
posyandu lansia dapat menjadi kendala bagi lansia dalam mengikuti kegiatan
Posyandu lansia; sedangkan dukungan keluarga sangat berperan dalam
mendorong minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan Posyandu.
Bahwa lansia semakin rendah tingkat pengetahuan seseorang maka
semakin rendah kunjungan posyandu dan dengan bertambahnya umur lansia juga
akan membuat lansia mengalami kemuduran fungsi otak sehingga lansia semakin
sulit untuk memahami arti dari posyandu sebenarnya, begitupun sebaliknya.
Keberhasilan program diposyandu tidak hanya ditentukkan oleh petugas
kesehatan saja tapi juga dipengaruhi oleh pemahaman masyarakat yang tinggi dan
kesadarannya untuk menerapkan apa yang telah diperoleh saat pelaksanaan
90
posyandu berlangsung. Selain itu perlunya meningkatkan sosialisasi mengenai
program posyandu yang akan menambah wawasan lansia akan pentingnya
mengikuti posyandu lansia, sehingga menimbulkan minat lansia untuk datang ke
posyandu. Kurangnya pengetahuan akan mengakibatkan dampak yang kurang
baik dalam pemeliharaan kesehatannya. Pengetahuan lansia mengenai manfaat
posyandu ini dapat bersumber dari pengalaman dalam aktivitas sebelumnya.
Melalui kegiatan posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang
bagaimana cara hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan
yang melekat pada mereka. Pengalaman ini, akan membuat pengetahuan lansia
semakin meningkat, kemudian membentuk sikap dan akhirnya mendorong
minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia.
5.2. Pengaruh Sikap Terhadap Pemanfaatan Posbindu Lansia Di Desa
Ukhat Peseluk Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh
Tenggara Tahun 2019
Berdasarkan analisis bivariat dalam penelitian ini menujukkan faktor sikap
berpengaruh terhadap dengan pemanfaatan posbindu lansisa Wilayah Kerja
Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara Desa Ukhat Peseluk Tahun 2019 yang
mana dilihat dari Hasil Uji Chi Square dengan nilai probabilitasnya 0,008<0,05,
amka berdasarkan penelitian yang dilakukan terdapat hubungan antara sikap
dengan pemanfaatan posbindu lansia di wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul
Aceh Tenggara Desa Ukhat Peseluk Tahun 2019 namun dari hasil uji multivariat
tidak ada pengaruh antara sikap terhadap pemanfaatan posbindu lansia di Wilayah
Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara Desa Ukhat Peseluk Tahun 2019.
91
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Suslowati, dkk tentang Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia Desa Tegal
Giri Nogosari Bayolali. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh antara
sikap dengan keaktifan lansia ke posbindu lansia dengan nilai p value adalah
0,178 atau < 0,05, karena responden terhadap Sikap lansia dalam pemanfaatan
posyandu lansia sudah baik dan mereka menganggap bahwa menjadi tua/lansia
merupakan hal biasa dan tidak perlu menjalani pemeriksaan apapun (17).
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup terhadap suatu
stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu perbuatan (action) tetapi dari
sikap dapat diramalkan perbuatannya. Sikap merupakan kecenderungan yang
berasal dari dalam diri individu untuk berkelakuan dengan pola-pola tertentu,
terhadap suatu objek akibat pendirian dan perasaan terhadap objek tersebut (42).
Sikap atau perilaku yang tidak baik terhadap kunjungan lansia merupakan
reaksi atau respon yang muncul yang terbatas pada perhatian dan kurangnya
kesadaran akan manfaat posyandu lansia yang terjadi pada lansia sehingga
mengakibatkan kunjungan lansia untuk datang ke posyandu lansia rendah. Dalam
hal ini dalam menentukan sikap terhadap kunjungan ke posyandu tidak terlepas
dari pengetahuan (43).
Sikap tidak sama dengan perilaku dan perilaku tidak selalu mencerminkan
sikap seseorang. Individu seringkali memperlihatkan tindakan bertentangan
dengan sikapnya. Akan tetapi, sikap dapat menimbulkan pola-pola cara berfikir
tertentu dalam masyarakat dan sebaliknya, pola-pola cara berfikir ini
92
mempengaruhi tindakan dan kelakuan masyarakat, baik dalam kehidupan sehari-
hari maupun dalam hal membuat keputusan yang penting dalam hidup (44).
Sikap terbentuk karena ada faktor pengalaman pribadi, pengaruh orang
lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga
pendidikan dan lembaga agama, serta pengaruh faktor emosional. Bahwa sikap
seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek
tertentu, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya (45).
Sikap dapat terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami individu.
Interaksi disini tidak hanya berupa kontak sosial dan hubungan antar pribadi
sebagai anggota kelompok sosial, tetapi meliputi juga hubungan dengan
lingkungan fisik maupun lingkungan psikologis serta dapat berubah jika ada
pengalaman luar biasa.Salah satu cara untuk dapat mengukur atau menilaisikap
seseorang dapat menggunakan skala atau kuesioner (46).
Sikap dan tindakan merupakan respon internal setelah adanya pemikiran,
tanggapan, sikap dan pengetahuan. Tindakan atau perilaku manusiawi ini di
pengaruhi oleh keturunan, lingkungan dan pengetahuan. Dalam tahapan proses
beraktivitas setelah individu melakukan pencarian dan pemprosesan informasi lalu
menyikapi informasi yang diterimanya (47).
Kegiatan-kegiatan di posyandu lansia dianggap monoton, seperti
pemeriksaan tekanan darah, penimbangan berat badan dan pengobatan dari
petugas kesehatan apabila responden mengeluh sakit (48).
Kurangnya lansia terhadap posyandu lansia menyebabkan lansia tidak
ingin memanfaatkan posyandu hal ini dilihat dari kegiatan yang rutin diadakan
93
setiap bulannya, tidak mengalami banyak perubahan peningkatan jumlah
kunjungan pemanfaatan posyandu lansia, baik dari jenis pelayanan, maupun
jumlah peserta yang datang ke posyandu lansia. Lansia tentunya tetap
menginginkan bahwa pelayanan posyandu dan jenis pelayanan posyandu lansia
dapat bertambah banyak variasinya (49).
Dukungan keluarga sangat dibutuhkan dalam pemanfaatan posyandu
lansia sebab dengan motivasi dan bantuan keluarga tentunya para lansia akan
lebih mudah dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan bagi lansia yang telah
disediakan. Untuk menciptakan posyandu lansia yang berkualitas tentunya
dibutuhkan kader posyandu lansia yang berkualitas juga yaitu yang mampu
mengajak usila agar memanfaatkan posyandu lansia (50).
Berdasarkan hasil penelitian ini dimana responden yang mendapatkan
bahwa sikap lansia terhadap pemanfaatan posbindu masih kurang, hal ini di
sebabkan karena kurangnya pengetahuan lansia tentang posbindu lansia sehingga
dengan kurangnya pengetahuan terhadap pemanfaatan posbindu maka sikap lansia
tersebut juga akan kurang baik.
Menurut asumsi peneliti bahwa sikap dapat di pengaruhi tingkat
pengetahuan, apabila pengetahuan seseorang kurang maka sikapnya juga akan
kurang terhadap pemanfaatan posbindu lansia. Lansia belum sepenuhnya
memanfaatkan posyandu untuk menjadikan posyandu sebagai tempat pertama
untuk memantau status kesehatan lansia tersebut. Jika lansia tidak aktif dalam
memanfaatkan pelayanan kesehatan di posyandu lansia, maka kondisi kesehatan
mereka tidak dapat terpantau dengan baik, sehingga apabila mengalami suatu
94
resiko penyakit akibat penurunan kondisi tubuh dan proses penuaan
dikhawatirkan dapat berakibat fatal dan mengancam jiwa mereka. Penyuluhan
dan sosialisasi tentang manfaat posyandu lansia perlu terus ditingkatkan dan perlu
mendapat dukungan berbagai pihak, baik keluarga, pemeritah maupun
masyarakat itu sendiri.
5.3. Pengaruh Sarana Terhadap Pemanfaatan Posbindu Lansia Di Desa
Ukhat Peseluk Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh
Tenggara Tahun 2019
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 54 responden (91,5%) yang
memiliki ketersediaan sarana kesehatan yang tidak lengkap paling banyak tidak
memanfaatkan Posbindu sebanyak 40 responden (67,8%) dan dari 5 responden
(8,5%), yang memiliki ketersediaan sarana kesehatan yang lengkap terbanyak
yaitu memanfaatkan Posbindu sebanyak 3 responden (5,1%), dengan nilai
probabilitasnya (0,135) >sig_α=0,05 maka tidak ada Hubungan antara sarana
dengan pemanfaatan posbindu lansia dan pada uji multivariat tidak ada pengaruh
antara sikap terhadap pemanfaatan posbindu lansia di Wilayah Kerja Puskesmas
Naga Timbul Aceh Tenggara Desa Ukhat Peseluk Tahun 2019.
Sarana kesehatan merupakan tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, salah satunya adalah sarana
kesehatan milik pemerintah yaitu sarana kesehatan yang di miliki oleh pemerintah
dan di selenggarakan oleh pemerintah (51).
Sarana pelayanan kesehatan merupakan suatu tempat yang digunakan
utnuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan,baik promotif, preventif, dan
kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah,
95
dan atau masyarakat. Fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan dasar seperti
Posbindu (52).
Pemanfaatan Posyandu lansia sangat perlu sekali diperhatikan dengan
serius oleh semua pihak mengingat betapa penting dan besar manfaatnya bagi
kesehatan lansia, tidak bisa dibiarkan begitu saja. Harus ada upaya untuk
memotivasi lansia supaya bisa lebih memanfaatkan Posyandu Lansia misalnya
dengan pendekatan penyuluhan yang dilakukan oleh tokoh masyarakat, petugas
kesehatan dan pemerintah setempat. Sarana dan prasarana perlu dilengkapi
guna menunjang kelancaran kegiatan Posyandu Lansia (53).
Berdasarkan pengamatan peneliti bahwa sarana pobindu lansia yang ada di
desa Ukhat peseluk belum lengkap, dimana posbindu lansia diadakan di teras
rumah warga dengan perlrngkapan yang seadanya, dimana meja dan kursi saja
masih sangat kurang, lansia yang datang ke posbindu duduk di lantai. Menurut
asumsi peneliti bahwa sarana juga salah satu hal yang mendukung untuk
meningkatkan kemauan lansia untuk menghadiri posbindu, apabila sarana lengkap
maka dapat meningkatkan kunjungan lansia sebaliknya apabila sarana tidak
tersedia hal ini dapat mengurangi kemauan lansia untuk berkunjung.
5.4. Pengaruh Akses terhadap Pemanfaatan Posbindu Lansia Di Desa
Ukhat Peseluk Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh
Tenggara Tahun 2019
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 50 responden (84,7%) yang
memiliki akses tidak terjangkau paling banyak tidak memanfaatkan Posbindu
sebanyak 40 responden (67,8%) dan dari 49 responden (15,3%), yang akses
96
terjangkau paling banyak yaitu yang memanfaatkan Posbindu sebanyak 7
responden (11,9%), dengan nilai probabilitasnya (0,001) <sig_α=0,05 namun, dari
hasil uji Multivariat tidak ada pengaruh antara akses terhadap pemanfaatan
posbindu lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara Desa
Ukhat Peseluk Tahun 2019.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian dengan judul Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Pemanfaatan Posbindu Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Setia Budi Kota Jakarta Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ada akses dengan pemanfaatan posbindu lansia dengan nilai pvalue adalah 0,013
atau < 0, 05 (39).
Penelitian Lathifah I tentang Hubungan Akses Ke Posyandu, Dukungan
Keluarga, Dan Keluhan Fisik Dengan Keaktifan Lansia Mengikuti Kegiatan
Posyandu PuspasariAbadi V Di Gonilan Kartasura. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara akses dengan ka aktifan lansia
mengikuti kegiatan posyandu (13).
Setiap masing-masing daerah sudah memiliki pelayanan kesehatan dasar
seperti Posbindu, namun berbagai macam alasan kenapa faktor ini diteliti yaitu
sesuai teori Lawrence W. Green 2005 menyatakan bahwa faktor enabling
atau memungkinkanuntukseseorang berperilaku dilihat dari akses menuju
tempat pelayanan kesehatan. jarak dari rumah ke posyandu lansia berpengaruh
secara signifikan terhadap pemanfaatan posyandu lansia. Kondisi geografi
dan tranportasi yang sulit, perlu kiranya dipertimbangkan tempat fasilitas
pelayanan kesehatan yang sesuai atau strategis. Waktu perjalanan merupakan
97
faktor terpenting dari akses geografi sehingga berkaitan dengan jarak tempat
tinggal ke pelayanan kesehatan. Jarak, alat tranportasi dan waktu tempuh
memiliki dampak yang signifikan dengan pemanfaatan kesehatan (24).
Akses menuju tempat pelayanan kesehatan yang dimaksud dalam hal ini
adalah ukuran jauh dekatnya dari rumah atau tempat tinggal ke Posbindu dimana
adanya kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di wilayahnya. Menurut
Departemen Pendidikan Nasional (2002), akses adalah ruang sela (panjang atau
jauh) antara dua benda atau tempat yaitu akses antara rumah dengan
Posbindu.Lansia. Keterjangkauan posyandu adalah kemudahan akses ke
posyandu dalam memanfaatkan posyandu lansia. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa keterjangkauan atau jarak berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan
Posyand lansia. jarak merupakan penghalang yang meningkatkan kecenderungan
penundaan upaya seseorang atau masyarakat dalam mencari pelayanan kesehatan.
Masyarakat diharapkan dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan (dalam hal ini
posyandu lansia) untuk keluarganya, jika jarak tempat tinggalnya tidak terlalu
jauh dari pusat pelayanan kesehatan. Kendala jarak dapat diatasi jika akses
menuju posyandu lansia dipermudah dengan jalan meningkatkan sarana dan
prasarana tranportasi yang ada. Begitu juga pendapat Kusnanto dan Saimi bahwa
sulitnya pelayanan kesehatan dicapai secara fisik banyak menuntut pengorbanan
sehingga akan menurunkan permintaan (30).
Kendala pelaksanaan posyandu lansia dimana pengetahuan yang rendah
tentang manfaat posyandu lansia, jarak rumah yang jauh dari lokasi posyandu,
kurangnya dukungan keluarga, dan sikap yang kurang baik terhadap petugas
98
kesehatan. Kemudahan dalam menjangkau lokasi posyandu ini berhubungan dengan
faktor keamanan atau keselamatan bagi lansia, jika lansia merasa aman atau merasa
mudah untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan atau
masalah yang serius, maka hal ini dapat mendorong minat atau motivasi lansia untuk
mengikuti kegiatan posyandu.
Berdasarkan hasil dari pengamatan peneliti desa Ukhat Peseluk merupakan
desa terpencil yang ada di wilayah kerja Puskesmas Aceh Tenggara, dimana akses
yang masih sulit, angkutan umum yang terbatas, jalan yang masih berlubang dan
jalan kecil. Sementara akses merupakan salah satu pendukung mau tidaknya
lansia untuk memanfaatkan posyandu lansia. Karena menurut peneliti bahwa
apabila akses baik/terjangkau maka kemungkinan besar lansia akan mempunyai
kemauan untuk berkunjung/memanfaatkan posyandu lansia dan sebaliknya
apabila akses tidak terjangkau maka lansia juga akan kesulitan untuk
berkunjung/memanfaatkan posyandu lansia tersebut. jarak rumah dengan lokasi
posyandu yang jauh atau sulit dijangkau dengan kondisi fisik yang tidak mampu
berjalan kaki menuju posyandu. Mereka sering tidak mengikuti posyandu karena
lupa dengan jadwal yang telah ditetapkan. Jarak posyandu yang dekat akan
membuat lansia mudah menjangkau posyandu tanpa harus mengalami kelelahan
fisik karena penurunan daya tahan atau kekuatan fisik tubuh.
5.5. Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Pemanfaatan Posbindu
Lansia Di Desa Ukhat Peseluk Wilayah Kerja Puskesmas Naga
Timbul Aceh Tenggara Tahun 2019
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 34 responden (57,6%)
dukungan keluarga yang tidak mendukung paling banyak tidak memanfaatkan
99
Posbindu sebanyak 24 responden (40,7%) dan dari 25 responden (42,4%),
dukungan keluarga yang mendukung paling banyak tidak menggunakan Posbindu
sebanyak 18 responden (30,5%), dengan nilai probabilitasnya (1,000)
>sig_α=0,05, dimana tidak ada hubungan Dukungan Keluarga dengan
pemanfaatan posbindu lansia dan pada uji multivariat tidak ada pengaruh akses
terhadap pemanfaatan posbindu lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul
Aceh Tenggara Desa Ukhat Peseluk Tahun 2019.
Menurut Joseph J Gallo (1998), dalam Hardywinoto (2007), sistem
pendukung lansia memiliki tiga komponen yaitu jaringan- jaringan pendukung
informal meliputi keluarga dan kawan-kawan,sistem pendukung formal meliputi
tim keamanan sosial setempat, program-program medikasi dan kesejahteraan
sosial. Serta dukungan-dukungan semiformal (30).
Penelitian Lathifah sejalan dengan ini dimana Tidak Ada Hubungan
Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia Mengikuti Kegiatan Posyandu
PuspasariAbadi V Di Gonilan Kartasura. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kaaktifan
lansia mengikuti kegiatan posyandu dengan nilai p value adalah 0,126.(13)
Penelitian Erlin Dewi tentang Hubungan Antara Dukungan Keluarga
Dengan Sikap Lansia Dalam Mengikuti Posyandu Lansia Di Desa Gajahan
Colomadu, hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan dukungan keluarga
dengan sikap lansia dalam mengikuti posyandu lansia di desa Gajahan dengan
nilai p value adalah 0,001 (29).
100
Penelitian Nurvi S tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lansia, hasil penelitian menunjukkan bahwa
ada hubungan dukungan keluarga dengan pemanfaatan posyandu lansia dengan
nilai pvalue adalah 0,100 atau < 0,05 (60).
Dukungan keluarga merupakan dukungan sikap, tindakan dan penerimaan
keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga dipandang sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dalam lingkungan keluarga. Dukungan tersebut dapat dilakukan
dengan cara meningkatkan dukungan emosional , penghargaan, instrumental, dan
informative yang diberikan oleh anggota keluarganya. Dukungan keluarga sangat
penting dalam menentukkan perilaku pasien dan anggota keluarganya yang sakit.
Dukungan juga memainkan suatu peran bersifat mendukung selama masa
pemeriksaan kesehatan (54).
Faktor seseorang untuk berperilaku sehat yaitu berdasarkan dukungan
keluarga. Lansia akan aktif ke Posbindu jika ada dorongan dari orang terdekat
termasuk keluarga.Dukungan keluarga sangat berperan dalam memelihara dan
mempertahankan kesehatan lansia. dukungan keluarga merupakan komunikasi
verbal dan non verbal, saran, bantuan, yang nyata atau tingkah laku yang
diberikan oleh orang–orang yang dekat dengan subyek dalam lingkungan
sosialnya, hal tersebut seperti kehadiran atau segala sesuatu yang dapat
memberikan keuntungan emosional pada tingkah laku penerimanya. Dalam
kehidupan yang diwarnai oleh rasa kasih sayang maka semua pihak dituntut agar
memiliki tanggung jawab, pengorbanan, saling tolong menolong, kejujuran, saling
mempercayai, saling membina pengertian dan damai dalam rumah tangga (24).
101
Dukungan keluarga memiliki peran penting terhadap lansia dalam
kunjungan posyandu oleh lansia. Apabila kurang ada dukungan keluarga tidak
langsung intensitas kunjungan lansia ke posyandu akan semakin berkurang.
Dengan tidak adanya dukungan dari keluarga maka para lansia akan tidak jadi ke
posyandu apalagi bagi lansia yang tidak mampu lagi berjalan sendiri untuk datang
ke posyandu.begitupun sebaliknya dengan adanya dukungan keluarga yang baik
dari keluarga maka secara tidak langsung keluarga tersebut memiliki peran
penting untuk meningkatkan intensitas kunjungan lansia ke posyandu. Dukungan
sosial sangat diperlukan oleh setiap individu. Dukungan sosial semakin
dibutuhkan pada saat seseorang sedang mengalami masalah atau sakit, disinilah
peran anggota keluarga diperlukan untuk menjalani masa-masa sulit (55).
Keluarga merupakan satuan organisasi dalam kehidupan dalam interaksi
sosial. Peran keluarga dalam pembentukan karakter setiap anggota keluarganya
sangat besar. Oleh karena itu, setiap masing-masing individu baik wanita ataupun
pria selalu memiliki pandangan atau syarat-syarat tertentu dalam memilih dan
mengambil keputusan untuk berkeluarga. Bentuk dukungan keluarga yaitu
memberikan informasi dapat berupa sarana pengarahan dan umpan balik tentang
bagaimana cara memecahkan masalah antara lain keluarga mengetahui anggota
keluarga- nya telah memasuki masa tua, keluarga mengetahui masalah / penyakit
yang biasa terjadi pada orang usia lanjut, keluarga mengetahui sebab-sebab lansia
rentan terhadap masalah penyakit keluarga mengenali gejala-gejala yang terjadi
apabila lansia mengalami masalah / sakit dan keluarga menganggap perawatan
pada orang tua itu penting. Dukungan keluarga juga sangat berperan dalam
102
mendorong minat dan kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan Posyandu
Lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu
menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu,
mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu dan berusaha membantu
mengatasi segala permasalahan bersama lansia. Keluarga juga merupakan suport
sistem dalam menjaga dan mempertahankan kesehatan lansia.
Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu
menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke Posyandu,
mengingatkan lansia jika lupa jadwal Posyandu dan berusaha membantu
mengatasi segala permasalahan bersama lansia. Efek dari dukungan keluarga
yang adekuat terhadap kesehatan dan kesejahteraan terbukti dapat menurunkan
mortalitas, mempercepat penyembuhan dari sakit, meningkatkan kesehatan
kognitif, fisik dan emosi, disamping itu pengaruh positif dari dukungan
keluarga adalah pada penyesuaian terhadap kejadian dalam kehidupan sehari-hari
yang penuh dengan stress. Dukungan keluarga merupakan sikap, tindakan dan
penerimaan keluarga untuk mendukung dan memberikan bantuan dalam bentuk
dukungan emosional, informasional, instrumental dan penilaian. Dukungan
keluarga dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap kesehatan anggota
keluarganya. Bentuk dukungan ini dapat diberikan melalui dua cara yaitu secara
langsung dan secara tidak langsung. Secara langsung dukungan ini akan
memberikan dorongan kepada anggotanya untuk berperilaku sehat, sedangkan secara
tidak langsung dukungan yang diterima dari orang lain akan mengurangi ketegangan
atau depresi sehingga tidak menimbulkan gangguan. Dukungan keluarga sangat
103
berperan dalam mendorong minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan
posyandu. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu
menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu,
mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu lansia dan berusaha membantu
segala permasalahan bersama lansia. ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh
anggota keluarga dalam melaksanakan perannya terhadap lansia yaitu
melaksanakan pembicaraan terarah, memberi dorongan untuk tetap mengikuti
kegiatan di masyarakat, memeriksakan kesehatannya secara teratur, membantu
dalam hal transportasi, membantu dalam hal keuangan, memberikan kasih sayang,
menyediakan waktu dan perhatian.
Selain itu dapat juga karena keluarga tidak memahami tujuan pelayanan
kesehatan di posyandu lansia yang sebenarnya. Kurangnya dukungan sosial dapat
terjadi dari anggota keluarga seperti anak, istri ataupun suami yang tinggal
bersama lansia. Kurangnya dukungan ini terjadi karena anak menganggap bahwa
kegiatan posyandu kurang bermanfaat. Anak responden berpendapat bahwa lebih
baik orang tua jika melakukan pemeriksaan kesehatan datang ke rumah sakit
atau dokter karena pemahaman mereka posyandu lansia hanyalah wadah
pengobatan umum saja. Selain itu baik anak mempunyai kesibukan tersendiri
sehingga tidak dapat menyediakan waktu khusus untuk menemani dan
mendampingi orangtuanya mengikuti posyandu lansia. Adanya kesibukan pada
anggota keluarga akan mempengaruhi dalam bentuk dukungan sosial. Dimana
responden yang datang ke posyandu tidak diantar oleh anggota keluarga (56).
104
Dukungan keluarga merupakan salah satu bentuk dari terapi keluarga,
melalui keluarga berbagai masalah kesehatan bisa muncul sekaligus dapat diatasi,
dimana ada empat dukungan keluarga yaitu dukungan instrumental, dukungan
informasional, dukungan penilaian dan dukungan emosional. Keluarga merupakan
support system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya (29).
Keluarga berfungsi sebagai sumber energi yang menentukan kebahagiaan.
Keluarga sebagai tempat sosialisasi dalam pemberian informasi, nasehat, saran,
pemenuhan kebutuhan ekonomi. Kurangnya dukungan dari keluarga terhadap
lansia dapat dipengaruhi oleh faktor kesibukan keluarga dalam melakukan
aktivitas sehari-hari dalam bekerja Peran keluarga dalam perawatan lansia,
keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan
kesehatannya. Peran keluarga da- lam perawatan lansia antara lain menjaga atau
mer- awat lansia, mempertahankan dan meningkatkan sta- tus mental,
mengantisipasi perubahan sosial ekonomi, serta memberikan motivasi dan
memfasilitasi kebutu- han spiritual bagi lansia.
Dukungan keluarga sangat berperan dalam men- dorong minat atau
kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan Posyandu lansia. Keluarga bisa
menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyempatkan diri untuk
mendampingi atau mengantar lansia ke Posyandu, mengingatkan Lansia jika
lupa jadwal Posyandu dan berusaha membantu mengatasi segala permasalahan
bersama lansia (57).
Keluarga sebagai lingkungan terdekat bagi lansia mempunyai tugas
yang sangat penting dalam mendukung pemenuhan kebutuhan atau perawatan
105
lansia tersebut. Tugas keluarga adalah lebih ditekankan pada tugas kesehatan
keluarga lansia. Namun, masih banyak keluarga yang kurang memfasilitasi lansia
untuk memanfaatkan layanan kesehatan di posbindu. Cara mendukung lansia
untuk mengikuti kegiatan Posyandu maka harus ada motivasi yang diberikan
keluarga, motivasi adalah sesuatu apa yang membuat seseorang bertindak,
motivasi merupakan dampak dari interaksi seseorang dengan situasi yang
dihadapinya (53).
Dukungan sebagai suatu bentuk perilaku mestinya diberikan oleh keluarga
kepada lansia dengan optimal. Namun, masih banyak keluarga yang belum
memberikan dukungan dalam pemanfaatan posbindu. Beberapa bentuk dukungan
yang penting untuk lansia adalah dukungan emosi, dukungan, dukungan materi,
dukungan informasi, dan dukungan penghargaan. Pemanfaatan posbindu ternyata
masih banyak keluarga yang belum memberikan dukungan penghargaan yang
baik seperti keluarga tidak selalu mengantar dan mendampingi selama ke
posbindu dengan alasan yang sama yaitu sibuk dan tidak ada waktu. Mengantar
dan mendampingi sebenarnya tindakan yang sangat mendukung sekali terhadap
semangat lansia untuk selalu datang ke posbindu, dan merupakan tindakan nyata
terhadap penghormatan dan penghargaan dan pengabdian anak terhadap orang
tua. Seharusnya keluarga disempatkan untuk mengantar dan mendampingi
lansia, walau suatu waktu perlu sekali lansia untuk datang sendirian agar terlihat
adanya kemandirian (53).
Keberadaan anggota keluarga memainkan peranan penting dalam
mencegah atau paling tidak menunda lansia dengan sakit kronis ke lembaga
106
perawatan. Besarnya pelayanan yang diberikan oleh keluarga dapat berkisar mulai
dari bantuan minimal misalnya pengecekan secara berkala hingga pelayanan
purna waktu yang lebih kompleks. Namun pada penelitian ini didapat hubungan
yang tidak signifikan bermakna antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan
posyandu lansia hal ini disebabkan besarnya keterlibatan dan sifat pelayanan yang
diberikan keluarga tergantung pada banyak faktor lainnya seperti sumber-sumber
ekonomi, struktur keluarga, kualitas hubungan, kebutuhan lainnya dan tenaga
yang tersedia. Banyak lansia yang tidak mendapat dukungan keluarga karena
kurangnya sumber daya dan waktu yang harus disiapkan dalam mendukung
pemanfaatan posyandu lansia, mengingat banyak lansia yang datang harus dengan
pendampingan anggota keluarga (58).
Dukungan interaksi sosial ini dapat dilakukan keluarga melalui sikap
dan perilaku keluarga seperti tetap menghargai lansia sebagai bagian dari
mendukung terhadap perkembangan seperti kegiatan pengajian, kelompok arisan
lansia, posyandu lansia maupun kegiatan sosial lainnya yang ada di
lingkungannya. Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat
atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa
menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri untuk
mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu, mengingatkan lansia jika
lupa jadwal posyandu, dan berusaha membantu mengatasi segala permasalahan
bersama lansia melalui konseling (59).
Adanya dukungan keluarga terhadap lansia dapat memberikan ketenangan
batin dan perasaan senang dalam diri lansia. Selain itu dengan adanya dukungan
107
keluarga berdampak pada kemudahan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu
lansia. Keluarga juga mempunyai peranan utama dalam memberikan dorongan
kepada lansia sebelum pihak lain memberikan dorongan sedangkan faktor
penghambat lansia melakukan kegiatan Posyanduyaitu kondisi fisik, mengingat
kondisi fisik yang lemah sehingga lansia tidak dapat leluasa menggunakan
berbagai sarana dan prasarana, maka upaya pemantapan pelayanan kesehan
adalah menyediakan sarana dan fasilitas khusus bagi lansia. Hal ini dimaksudkan
untuk mempermudah lansia melakukan aktivitasnya dengan melibatkan peran
serta masyarakat dan sebagainya (61).
Berdasarkan pengamatan peneliti bahwa dukungan keluarga lansia yang
ada di tempat penelitian masih kurang, hal ini disebakan karena anggota keluarga
juga banyak yang tidak mengetahui tentang posyandu lansia sehingga dukungan
juga tidak ada. Dan lansia yang mengetahui tentang posyandu lansia juga tidak
sepenuhnya keluarga memberikan dukungan karena menurut sebagian keluarga
bahwa posyandu lansia tidak begitu penting apabila lansia tersebut sehat ataupun
tidak sakit. Sementara menurut peneliti bahwa dukungan keluarga sangat penting
untuk memberikan motivasi ataupun dorongan kepada lansia untuk memanfaatkan
posyandu lansia tersebut. Adapun dukungan yang harus diberikan adalah seperti
mengingatkan jadwal posyandu, mengantar ataupun menenmani ke posyandu
serta menanyakan kesehatannya. bahwa lansia tidak memperoleh dukungan
keluarga dengan baik dalam melakukan kunjungan ke posandu lansia sehingga
mereka tidak rutin dalam melakukan kunjungan posyandu. Sebenarnya dukungan
keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan lansia untuk
108
mengikuti kegiatan posyandu lansia keluarga bisa menjadi motivasi kuat bagi
lansia untuk datang ke posyandu, guna mengingatkan lansia jika lupa jadwal
posyandu dan berusaha membantu mengatasi segala permasalahan bersama lansia.
Bahwa pemberian dukungan keluarga terhadap lansia masih belum
maksimal disebabkan karena kesibukan keluarga dalam bekerja dan
kepedulian yang masih kurang akan pentingnya dukungan keluarga bagi
lansia, mereka bekerja setiap harinya dari pagi sampai sore bahkan ada sebagian
buruh yang harus lembur sehingga keluarga lebih mementingkan pekerjaan
mereka. Agar dapat memberikan dukungan yang baik, keluarga harus mempunyai
keyakinan serta kesadaran bahwa lansia membutuhkan dukungan yang baik dari
keluarga, petugas kesehatan melibatkan keluarga untuk mendukung lansia
mengikuti posyandu.
Dukungan keluarga merupakan suatu keadaan yang bermanfaat bagi
individu, ang diperoleh dari anggota keluarga sehingga anggota keluarga yang
sakit atau yang membutuhkan dukungan, motivasi merasa diperhatikan, dihargai
dan dicintai oleh orang terdekat. Dukungan keluarga diartikan sebagai bantuan
saat menghadapi keadaan yang kurang menyenangkan dalam hidup.
Dukungan interaksi sosial ini dapat dilakukan keluarga melalui sikap
dan perilaku keluarga seperti tetap menghargai lansia sebagai bagian dari
keluarga, mendorong lansia untuk mengikuti kegiatan yang mendukung terhadap
perkembangan seperti kegiatan pengajian, kelompok arisan lansia, posyandu
lansia maupun kegiatan sosial lainnya yang ada di lingkungannya. Dukungan
keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan lansia untuk
109
mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi
lansia apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar
lansia ke posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan
berusaha membantu mengatasi segala permasalahan bersama lansia melalui
konseling.
5.6 Pengaruh Dukungan Petugas Terhadap Pemanfaatan Posbindu
Lansia Di Desa Ukhat Peseluk Wilayah Kerja Puskesmas Naga
Timbul Aceh Tenggara Tahun 2019
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 44 responden (74,6%)
dukungan petugas Kesehatan yang tidak mendukung paling banyak tidak
memanfaatkan Posbindu sebanyak 36 responden (61%) dan dari 15 responden
(25,4%), dukungan petugas kesehatan yang mendukung paling banyak
menggunakan Posbindu sebanyak 9 responden (15,3%), dengan nilai
probabilitasnya (0,006) <sig_α=0,05 dimana ada Hubungan Dukungan Petugas
dengan pemanfaatan Posbindu Lansia namun dari hasil uji multivariate tidak ada
pengaruh antara Dukungan Petugas terhadap pemanfaatan posbindu lansia di
Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara Desa Ukhat Peseluk
Tahun 2019.
Penelitian Dwi Septa Tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Kota Pekanbaru, hasil penelitian menunjukkan
bahwa ada hubungan dukungan petugas kesehatan dengan pemanfaatan posyandu
lansia dengan nilai pvalue adalah 0,005 atau < 0,05 (62).
Dukungan petugas kesehatan merupakan dukungan sosial dalam bentuk
dukungan informatif dan promotif dimana perasaan subyek bahwa lingkungan
110
memberikan keterangan yang cukup jelas mengenai hal-hal yang diketahui dan
terjadi di sekitarnya. Tenaga kesehatan dimana setiap orang yang mengabdikan
diri dalam kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui
pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan
untuk melakukan upaya kesehatan, tenaga kesehatan yang dimaksud adalah bidan,
perawat, dokter, tenaga – tenaga lapangan lainya serta kader–kader kesehatan
yang diperbantukan di posyandu (42).
Pelayanan petugas kesehatan adalah penilaian pribadi yang baik terhadap
petugas kesehatan untuk mengikuti kegiatan posyandu. Petugas kesehatan agar
dapat dinilai baik dalam melayani lansia sebaiknya membuat kesan pertama baik.
Selanjutnya lansia yang datang akan merasa diperhatikan, untuk sikap dan
perilaku lainnya dapat dilakukan tanpa mengurangi rasa hormat pada lansia.
Keterampilan dan pengetahuan yang memadai akan sangat dibutuhkan lansia saat
memperoleh pelayanan petugas kesehatan. Apabila tidak adanya pelayanan
petugas kesehatan akan mempengaruhi seseorang untuk tidak berkunjung ke
posyandu lansia
Faktor penguat atau pendorong untuk seseorang berperilaku sehat yaitu
berdasarkan dukungan tenaga kesehatan seperti perawat, dokter, bidan dan kader
kesehatan (Green, 2005). Penelitian ini melihat dukungan yang diberikan oleh
petugas kesehatan kepada lansia untuk datang dan memanfaatkan Posbindu (34).
Dalam kegiatan Posbindu petugas kesehatan menjadi acuan bagi
masyarakat. Petugas yang berperilaku baik seperti akrab dengan masyarakat,
menunjukkan perhatian pada kegiatan masyarakat dan mampu mendekati para
111
tokoh masyarakat merupakan salah satu carayang dapat menarik simpati
masyarakat, sehingga masyarakat mau ke Posbindu (36).
Perananan petugas kesehatan mempunyai hubungan kuat terhadap perilaku
masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan. Persepsi lansia yang tidak
baik terhadap petugas kesehatan beresiko lansia tidak memanfaatkan pelayanan
posyandu lansia (63).
Kemampuan petugas kesehatan baik ditinjau dari pendidikan
dan pengetahuan harus dapat diaktualisasikan secara baik seperti dalam
pemberian motivasi terhadap lansia agar mau untuk datang ke posyandu pada
jadwal berikutnya, petugas kesehatan harus mampu memberikan manfaat dari
posyandu lansia sehingga dapat mempengaruhi lansia untuk mengikuti kegiatan
posyandu.
Peran puskesmas atau petugas kesehatan dalam kegiatan posyandu
merupakan sebagai fasilitator dan lebih memberdayakan masyarakat dalam
kegiatan posyandu. Kegiatan posyandu dikatakan meningkat jika peran serta
masyarakat semakin tinggi yang terwujud dalam cakupan program kesehatan.
Berdasarkan hal diatas, direkomendasikan bahwa setiap petugas kesehatan harus
memberikan dukungan kepada lansia untuk memanfaatkan Posyandu Lansia. Oleh
karena itu disarankan agar memotivasi petugas kesehatan memberikan informasi
kepada setiap lansia yang berkunjung ke Puskesmas atau fasilitas kesehatan
lainnya dan keluarganya tentang manfaat Posyandu Lansia.
112
Petugas kesehatan merupakan faktor terpenting dalam mempengaruhi
perubahan perilaku. Dengan adanya promosi kesehatan yang dilakukan oleh
petugas kesehatan maka masyarkat lebih terdorong dan tertarik sehingga
cenderung dalam merubah tingkah lakunya.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Nurvi S tentang Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lansia, hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan dukungan petugas kesehatan
dengan pemanfaatan posyandu lansia dengan nilai pvalue adalah 0,100 atau <
0,05 (39) (64).
Berdasarkan pengamatan peneliti bahwa dukungan petugas kesehatan
terhadap posyandu lansia masih kurang, dimana masih ditemui lansia yang tidak
mengetahui apa itu posyandu lansia, kapan dilakukan, apa tujuannya, apa
kegiatannya dan dilakukan dimana. Menurut peneliti petugas kurang
mensosialisasikan posyandu lansia sehingga lansia tidak memperoleh informasi.
Sementara petugas kesehatan adalah yang sangat berperan dalam pelaksanaan
posyandu lansia baik untuk memotivasi serta memberi informasi-informasi.
5.7. Keterbatasan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan –keterbatasan
yang terjadi serta kemungkinan yang tidak dapat dihindarkan walaupun telah
diupayakan untuk mengatasinya. Secara teori banyak variabel yang memengaruhi
pemanfaatan posbindu lansia. Pemilihan variabel dilakukan berdasarkan kerangka
konsep dengan mempelajari jurnal dan penelitian terdahulu yang sejenis, sehingga
ada persamaan variabel dengan penelitian sebelumnya dan tidak menutup
113
kemungkinan masih ada variabel lain yang berhubungan terhadap pemanfaatan
posbindu lansia.
114
BAB VI
KESIMPULAN
6.1. Kesimpulan
1) Ada pengaruh pengetahuan terhadap pemanfaatan posbindu lansia di Desa
Ukhat Peseluk Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara
Tahun 2019
2) Tidak Ada pengaruh sikap terhadap pemanfaatan posbindu lansia di Desa
Ukhat Peseluk Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara
Tahun 2019 namun ada hubungan antara sikap dengan pemanfaatan posbindu
lansia.
3) Tidak ada pengaruh sarana terhadap pemanfaatan posbindu lansia di Desa
Ukhat Peseluk Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara
Tahun 2019 dan juga tidak ada hubungan sarana dengan pemanfaatan
posbindu lansia.
4) Tidak Ada pengaruh akses terhadap pemanfaatan posbindu lansia di Desa
Ukhat Peseluk Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara
Tahun 2019 namun ada hubungan antara akses dengan pemanfaatan posbindu
lansia.
5) Tidak ada pengaruh dukungan keluarga terhadap pemanfaatan posbindu
lansia di Desa Ukhat Peseluk Wilayah Kerja Puskesmas Naga Timbul Aceh
Tenggara Tahun 2019 dan juga tidak ada hubungan antara dukungan
keluarga dengan pemanfaatan posbindu lansia.
115
6) Tidak Ada pengaruh dukungan petugas kesehatan terhadap pemanfaatan
posbindu lansia di Desa Ukhat Peseluk Wilayah Kerja Puskesmas Naga
Timbul Aceh Tenggara Tahun 2019 namun ada hubungan dukungan petugas
kesehatan dengan pemanfaatan posbindu lansia.
7) Faktor yang lebih dominan memengaruhi pemanfaatan posbindu lansia adalah
pengetahuan.
116
6.2. Saran
Saran yang penulis ajukan berkaitan dengan kesimpulan di atas adalah
sebagai berikut :
1. Pengetahuan
Pengetahuan seseorang seharusnya lebih baik dalam meningkatkan
kunjungan posyandu dan pemahaman masyarakat yang tinggi dan
kesadaran dalam menerapkan yang telah diperoleh saat pelaksanaan
posbindu berlangsung.
2. Sikap
Sikap seharusnya dapat menimbulkan pola-pola cara berfikir dalam
mempengaruhi tindakan dan kelakuan baik dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam hal membuat keputusan yang penting.
3. Sarana
Sarana seharusnya sangat perlu diperhatikan oleh semua pihak dan
mengingat sangat penting dan besarnya manfaat terutama bagi
keberlangsungan kesehatan lansia.
4. Akses
Akses seharusnya diperhatikan karena akses menuju posyandu lansia
sangat terlalu jauh sehingga kesulitan bagi lansia.
5. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga seharusnya mendukung sehinga peran penting dalam
meningkatkan intensitas dalam kunjungan lansia ke posyandu.
117
6. Dukungan Petugas Kesehatan
Dukungan Petugas kesehatan seharusnya memberikan motivasi terhadap
lansia agar mau untuk datang ke posyandu dan memberikan manfaat dari
posyandu lansia sehingga dapat mempengaruhi lansia untuk mengikuti
kegiatan posyandu.
7. Bagi Dinas Kesehatan
Bagi Dinas Kesehatan seharusnya dapat lebih menjalankan program yang
sudah ada untuk dapat diimplementasikan dilapangan dan perlu adanya
aplikasi baik secara digital maupun door to door dan melibatkan
stakeholder dalam kegiatan dilapangan khususnya pemanfaatan posbindu
lansia.
8. Bagi Desa Ukhat Peseluk di Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara
Bagi Puskesmas Naga Timbul Aceh Tenggara Desa Ukhat Peseluk
disarankan untuk lebih meningkatkan peran serta dalam memberikan
pelatihan kepada tenaga kesehatan dan mampu mempromosikan tentang
pemanfaatan posbindu lansia dan sebaiknya petugas kesehatan Door To
Door dalam memberikan penyuluhan dari pemanfaatan posbindu lansia.
9. Bagi Masyarkat
Bagi masyarakat untuk aktif dalam mengikuti penyuluhan dan konseling
mengenai kesehatan dan agama serta mau mengedukasi lansia dalam
mengetahui posbindu lansia
10. Bagi Peneliti
118
Bagi peneliti disarankan untuk mampu mengaplikasikan hasil penemuan
tersebut kedalam masyarakat, sehingga tercipta perubahan akan
pengetahuan lansia di dalam program pemanfaatan posbindu lansia yang
sudah ada dipuskesmas.
11. Bagi Peneliti lain
Bagi peneliti lain disarankan untuk melakukan penelitian yang sama
dengan pendekatan yang berbeda atau adanya faktor hasil penelitian yang
berbeda, sehingga hasil penelitian mampu untuk menjawab setiap
permasalahan pada posbindu lansia ini.
119
DAFTAR PUSTAKA
1. Farida Octaviani. hubungan tingkat pemgetahuan lansia tentang posyandu
lansia dengan pemanfaatan kunjungan posyandu di wilayah binaan
puskesmas bandak II Bantul. PLoS One. 2013;8(6).
2. Mengko VV. Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas
Teling Atas Kota Manado. JIKMU. 2015;5(5).
3. Data BJ. Informasi Kesehatan. Gambaran Kesehat lanjut Usia di Indones
Data dan Inf Kementeri Kesehat RI. 2013;
4. Statistik BP. Statistik penduduk lanjut usia. Katalog BPS. 2014;4104001.
5. Azizah LM. Keperawatan lanjut usia. Yogyakarta Graha Ilmu. 2011;45.
6. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta Kementeri Kesehat
Republik Indones. 2015;
7. Hall N. The Institutionalisation of Climate Change in Global Politics.
Environ Clim Chang Int Relations. 2016;60.
8. Nomor U-U. Tahun 2009 tentang Kesehatan Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 144. Tambah Lembaran Negara Republik
Indones Nomor. 36AD;5063.
9. Deri putra. Faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan posyandu lansia
di wilayah kerja puskesmas sikapak kota pariaman. J Ners dan Kebidanan
Indones. 2015;3(3):150–5.
10. Stanly M, Beare PG. Buku ajar keperawatan gerontik. In EGC; 2006.
11. Sumiati S, Ramdan IM. Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja
Puskesmas Wonorejo Samarinda Tahun 2012. J Fak Kesehat Masyarakat,
Univ Hasanuddin. 2012;
12. Manihuruk M, Nadjib M. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Kunjungan Lansia ke Posbindu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas
Kelurahan Bintara Kota Bekasi Tahun 2017. J Kebijak Kesehat Indones
JKKI [Internet]. 2018;7(4):158–67. Available from:
https://journal.ugm.ac.id/jkki/article/view/26409
13. Lathifah. Hubungan Akses Ke Posyandu, Dukungan Keluarga, Dan
Keluhan Fisik Dengan Keaktifan Lansia Mengikuti Kegiatan Posyandu
PuspasariAbadi V Di Gonilan Kartasura. 2016;
14. Wahyadaniah. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu
Lansia. 2017;1–10.
15. Rusmin M, Bujawati E, Habiba N. Faktor - Faktor Yang Berhubungan
Dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas
Somba Opu Kabupaten Gowa Tahun 2015. Al-Sihah Public Heal J.
2017;9(1):9–18.
16. Juniardi F. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya kunjungan lansia
ke posyandu lansia di Puskesmas Batang Beruh Kecamatan Sidikalang
Kabupaten Dairi. Welf State. 2013;2(1).
17. Susilowati S, Sudaryanto A, Ambarwati SPM. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kunjungan Lanjut Usia Ke Posyandu Lanjut Usia Desa
Tegalgiri Nogosari Boyolali. Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2014.
120
18. Hidayah R. Gambaran Persepsi Lansia Tentang Tugas Kader di Posyandu
Lansia Mawar Kelurahan Sukamaju Baru Kecamatan Tapos Tahun 2014.
19. Amaral A, Wiyono J, Candrawati E. Analisis faktor kehadiran lansia dalam
mengikuti posyandu lansia dalam mengikuti posyandu lansia di desa
pagersari kecamatan ngantang kabupaten malang. Nurs News J Ilm
Keperawatan. 2017;2(2).
20. henniwati. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan
posyandu lanjut usia diwilayah kerja puskesmas kabupaten aceh timur.
2018;16(2):57–65.
21. Sitohang, Elisabet L. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan
Posyandu Lansia di Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten
Langkat Tahun 2016. 2016; Available from:
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/691
22. Halimatussaádah F. Pemanfaatan pos pembinaan terpadu oleh lanjut usia di
Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor tahun 2014 dan faktor yang
berhubungan. UIN Sunan Gunung Djati Bandung; 2014.
23. Maryatun. hubungan pengetahuan tentang posyandu lansia dan dukungan
keluarga dengan perilaku mengikuti posyandu lansia. 2016;9(1):21–30.
24. Pipit novita sandra. Pengetahuan dan sikap serta dukungan keluarga tentang
pemanfaatan posbindu penyakit tidak menular di kretek bantul.
2018;13(2):94–101.
25. Adikusuma T. Masalah program Posbindu di Desa Kabupaten Bandung
Jawa Barat. J Chem Inf Model. 2017;53(9):1689–99.
26. Wildani. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Pemanfaatan Posbindu
Oleh Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Baiturrahman Kota Banda Aceh
Tahun 2019. 2019;
27. Srikandi W, Budhi MP. 100 Questions & answers: Menopause atau mati
haid. Jakarta PT Elex Media Komputindo. 2010;
28. Purwadi H, Hadi H, Hasan MN. Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan
Posyandu Lansia di Imogiri Kabupaten Bantul. J Ners dan Kebidanan
Indones. 2016;1(3):76.
29. Dewi E. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Sikap Lansia
Dalam Mengikuti Posyandu Lansia Di Desa Gajahan Colomadu. 2017;
30. Depkes RI. Pedoman Pengelolaan Kegiatan Kesehatan di Kelompok Usia
Lanjut. Jakarta Depkes RI. 2003;
31. Kesehatan KRI. Buku Pedoman Manajemen Penyakit Tidak Menular.
2019;
32. Kemenkes RI. Pedoman Pembinaan Kesehatan Lanjut Usia Bagi Petugas
Kesehatan. Kemenkes RI, Jakarta. 2010;
33. Hasnita H. Analisis Kualitas Sustainability Reporting berdasarkan Global
Reporting Initiative (GRI) Index dan Islamic Social Reporting (ISR) Index
(Studi Komparatif Perbankan Syariah dengan Perusahaan terdaftar Jakarta
Islamic Index). Univeritas Islam Negeri Alauddin Makassar; 2016.
34. sitohang. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu Lansia
di Puskesmas Securai Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Tahun 2016.
2016;
121
35. Poerwadarminta WJS. Kamus besar bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka. 2002;1084.
36. Suardiman SP. Psikologi: usia lanjut. Gadjah Mada University Press; 2011.
37. Muhammad I. Pemanfaatan SPSS Dalam Penelitian Bidang Kesehatan &
Umum. Bandung: Citapustaka Media Perintis. 2014;
38. Notoatmodjo S. Metodologi penelitian kesehatan (Cetakan VI). Jakarta
Penerbit PT Rineka Cipta. 2012;
39. Dwi Wigata. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan
Posbindu Di Wilayah Kerja Puskesmas KecamatanSetia Budi Kota Jakarta
Selatan. urnal Kebijak Kesehat Indones. 2018;7.
40. Destu Satya. Pemanfaatan posyandu lansia giri wreda di dusun paduresan
desa imogiri kecamatan bantul. 2018;3:117–23.
41. Rusdiyanti I. Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Keaktifan Kunjungan
Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular Di Desa. Heal J.
2018;1(2):51–8.
42. Henniwati. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan
Posyandu Lanjut Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Aceh
Timur. 2008;
43. Nasution FA, Studi P, Kesehatan I, Masyarakat FK, Islam U, Sumatera N.
ANALISIS PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS AMPLAS TAHUN 2019 ANALISIS
PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA DI PUSKESMAS AMPLAS
TAHUN 2019. 2019;
44. Surya Purnama. Faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan posyandu
lansia desa tikopo kecamatan Bokat Kabupaten Buol. Ekp.
2017;13(3):1576–80.
45. Intarti dkk WD. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu
Lansia. J Heal Stud. 2018;2(1):110–22.
46. fitri hayani hasugian. hubungan perilaku lansia dan dukungan keluarga
terhadap pemanfaatan posyandu lansia di wilayah kerja puskesmas
darussalam. 2017;1(1):1–10. Available from:
http://www.pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/Data-dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-
2017.pdf%0Ahttp://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-1-2-
08.pdf%0Ahttp://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/1
47. Suslowati. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kunjungan Lansia Ke
Posyandu Lansia Desa TegalGiri Nogosari Bayolali. 2014;
48. sulaiman. hubungan antara pengetahuan keluarga dan jarak dengan
kunjungan lansia ke posyandu lansia handil terusan kecamatan anggana
kabupaten kutai kartanegara. 2018.
49. Siti Barokah. faktor -faktor yang mempengaruhi pemanfaatan posyandu
lansia di desa tanjungmeru kecamatan kutowinangun kabupaten kebumen. J
Chem Inf Model. 2018;53(9):1689–99.
50. Fauzia Purdiyani. Pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak
Menular (Posbindu Ptm) Oleh Wanita Lansia Dalam Rangka Mencegah
122
Penyakit Tidak Menular Di Wilayah Kerja Puskesmas Cilongok 1. J
Kesehat Masy. 2016;4(1):470–80.
51. Tajudin T. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keaktifan Lansia yang
Berkunjung ke Posyandu Lansia Mawar Kelurahan Parit Lalang di Wilayah
Kerja Puskesmas Melintang Kota Pangkalpinang. J Kesehat.
2016;7(2):211.
52. Wiwi Wardani Tanjung. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pemanfaatan
Program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit tidak Menular Di Wilayah
Kerja Puskesmas Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2017.
2017;35.
53. jueriyah. Dukungan keluarga dalam pemanfaatan posbindu oleh lansia di
wilayah kerja puskesmas haurgeulis kabupaten indramayu. J ilmu Kesehat
Bhakti husada kuningan. 2017;2:84–9.
54. Cahyani E. Hubungan antara dukungan keluarga dengan kunjungan lansia
di posyandu lansia kelurahan sondakan purwosari surakarta. 2018;
55. Yuniati F. Pemanfaatan Posyandu Lanjut Usia. J Kesehat Politek Kesehat
Palembang. 2014;1:30–3.
56. Syiarotulol Mila. hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
pemanfaatan posyandu wreda lansia di dusun dirikulon. Yogyakarta; 2017.
57. Evi Kurniawati. Faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan posyandu
lansia di wilayah puskesmas kuta alam Banda Aceh. 2019;5(2):262–70.
58. Mardiana Zakir. faktor faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan
posyandu lansia kencana. J keperawatan. 2012;X.
59. Mega Klaudia. Hubungan Faktor Predisposing dan renforcing dengan
perilaku lansia di wilayah kerja puskesmas sekadau hilir kabupaten
sekadau. 2015;36.
60. Nurvi S. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Pelayanan
Posyandu Lansia. 2011;
61. Liansyah W, Oktamianti P, Mm SKM. Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Pemanfaatan Pelayanan Posbindu Lansia Di Wilayah Kerja
Puskesmas Beji Tahun 2014. 2014;1–24.
62. Dwi S. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Posyandu
Lansia Di Kota Pekanbaru. 2014;
63. Sapta D. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan Posyandu
lansia di Kota Pekanbaru. 2005;
64. Notoadmojo. Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi. Jakarta: Rineka
Cipta; 2005.
123
KUESIONER
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN POSBINDU
LANSIA DI DESA UCHAT PESELUK WILAYAH
KERJA PUSKESMAS NAGA TIMBUL
ACEH TENGGARA TAHUN 2019
A. Identitas Responden
No. Responden :
Nama Responden :
Jenis Kelamin :
Umur :
B. Pengetahuan
1. Apa yang dimaksud dengan posbindu?
a. Pos pelayanan terpadu
b. Pos pembinaan terpadu
2. Berapa kali dalam 3 bulan terkahir Ibu/Bapak datang ke Posbindu lansia?
a. 2 kali
b. 3 kali
3. Apakah tujuan dari posbindu?
a. Meningkatkan Kesehatan Lansia
b. Meningkatkan Kesehatan Balita
4. Kapan Posbindu lansia dilingkungan Ibu/ Bapak dilaksanakan?
a. Setiap bulan
b. 1 kali dalam 2 bulan
124
5. Siapa sajakah yang boleh datangkePosbindu lansia?
a. Orang yang berusia 45 tahunkeatas
b. Orang yang berusia 60 tahunkeatas
6. Apakah bapak/ibu tahu kegiatan-kegiatan di Posbindu lansia?
a. Tidak tahu
b. Tahu
7. Apakah posbindu sangat bermanfaat bagi bapak/ibu?
a. Bermanfaat
b. Tidak bermanfaat
8. Bagaimana bentuk pelayanan posyandu lansia?
a. Pemeriksaan kesehatan fisik dan mental emosional yang di catat dan
dipantau dengan kartu menuju sehat
b. Pemberian imunisasi
9. Apa yang dimaksud dengan kartu menuju sehat (KMS)?
a. Kartu atau buku untuk mencatat kegiatan lansia
b. Kartu hasil posyandu
10. Siapa yang menjadi sasaran posyandu lansia?
a. Kelompok usia lanjut 60 tahun ke atas
b. Kelompok usia lanjut yang tidak dapat beraktivitas lagi
C. Sikap
No Pernyataan Ya Tidak
1 Apakah kegiatan posyandu lansia bermanfaat dalam
menjaga kesehatan Bapak/ibu
2 Apakah Bapak/Ibu bersedia menghadiri posyandu
lansia setiap bulannya?
3 Apakah Bapak/ibu mengikuti kegiatan yang dilakukan
di posyandu lansia seperti penyuluhan?
4 Apakah Bapak/ibu mengikuti kegiatan yang dilakukan
di posyandu lansia berupa penimbangan berat badan?
5 Apakah Bapak/ibu mengikuti kegiatan yang dilakukan
di posyandu lansia berupa pengukuran tinggi badan?
6 Apakah Bapak/ibu mengikuti kegiatan yang dilakukan
di posyandu lansia berupa pengukuran tekanan darah?
7 Apakah Bapak/ibu mengikuti kegiatan yang dilakukan
di posyandu lansia berupa olahraga ringan?
125
8 Apakah Bapak/ibu menerima makanan tambahan yang
diberikan oleh tenaga kesehatn di posyandu lansia?
D. Saranaprasarana
No Pernyataan Ya Tidak
1 Apakah posbindu sudah memiliki meja dan kursi yang
memadai
2 Apakah tersedia alat kesehatan yang dibutuhkan untuk
kegiatan Posbindu Lansia seperti Timbangan
3 Apakah di posbindu tersedia alat kesehatan yang
dibutuhkan untuk kegiatan Posbindu Lansia seperti
pengukur tinggi badan
4 Apakah di Posbindu tersedia alat kesehatan yang
dibutuhkan untuk kegiatan Posbindu Lansia seperti
alat untuk cektekanandarah
5 Apakah Posbindu tersedia alat kesehatan yang
dibutuhkan untuk kegiatan Posbindu Lansia seperti
alat untuk mengukursuhutubuh
6 Apakah di Posbindu tersedia alat kesehatan yang
dibutuhkan untuk kegiatan Posbindu Lansia seperti
laboratorium sederhanaguladarah
7 Apakah di Posbindu tersedia alat kesehatan yang
dibutuhkan untuk kegiatan Posbindu Lansia seperti
laboratoriumsederhanakolesterol
8 Apakah di Posbindu tersedia alat kesehatan yang
dibutuhkan untuk kegiatan Posbindu Lansia seperti
laboratorium sederhanaasamurat
E. Akses
1. Apakahtempat tinggal Bapak/Ibu dekat dengan posbindu?
a. Tidak
b. Ya Dekat
2. Apakah dari tempat tinggal Bapak/ibu ada kendaraan/angkutan umum ke
tempat posbindu?
a. Ada
b. Tidakada
126
3. Apakahjalan umum dari tempat tinggal Bapak/Ibu bagus atau berlubang?
a. Ya,bagus
b. Tidak (karena berlubang-lubang, jalan kecil)
4. Apakah daerah tinggal Bapak/ibu termasuk daerah pegunungan sehingga sulit
dijangkau transportasi umum?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah akses menjadi penghalang bagi Bapak/Ibu untuk mengikuti kegiatan
posbindu?
a. Ya
b. Tidak
F. Dukungan Keluarga
No Pernyataan Ya Tidak
1 Apakah keluarga Bapak/Ibu bersedia menemani saat
posyandu?
2 Apakah Bapak/ibu di ingatkan oleh keluarga untuk
mengikuti kegiatan posbindu?
3 Apakah Bapak/ibu mendapatkan motivasi dari
keluarga?
4 Apakah Bapak/ibu di ingatkan keluarga jadwal
posbindu?
5 Apakah keluarga Bapak/ibu menayakan keadaan
kesehatan setelah mengikuti posbindu?
6 Apakah keluarga bapak/ibu membantu mempersiapkan
diri untuk mengikuti posbindu?
7 Apakah keluarga Bapak/Ibu peduli dengan kesehatan
Bapak/Ibu?
8 Apakah keluarga Bapak/Ibu menanyakan kegiatan-
kegiatan posbindu?
127
G. Dukungan Petugas Kesehatan
No Pernyataan Ya Tidak
1 Apakah Petugas selalu hadir di posbindu tepat waktu?
2 Apakah Petugas selalu memberikan
motivasi/semangat?
3 Apakah Petugas selalu menyarankan agar tetap hadir
di posbindu?
4 Apakah Petugas mengingatkan jadwal pelaksanaan
posbindu?
5 Apakah Petugas kunjungan rumah apabila bapak/ibu
tidak hadir posbindu?
6 Apakah Petugas selalu mengingatkan untuk membawa
kartu KMS?
7 Apakah petugas memperlihatkan alat peraga kesehatan
saat dilakukan kegiatan posbindu seperti penyuluhan?
8 Apakah petugas memberikan pelayanan dengan ramah,
sopan dan penuh tanggung jawab?
H. Pemanfaatan Posbindu
Apakah Bapak/ibu aktif dalam memanfaatkan pelayanan posbindu lansia
(setiap bulan dalam waktu 6 bulan) ?
a. Ya Aktif
b. Tidak aktif
127
MASTER DATA UJI VALIDITAS PENGETAHUAN DAN SIKAP No.Re
s Pengetahuan SIKAP
P
1
P
2
P
3
P
4
P
5
P
6
P
7
P
8
P
9
P1
0
TOT_
P
KET_
P S_1 S_2 S_3 S_4 S_5 S_6
S_
7
S_
8
TOT
_S KET_S
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0
4 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 5 0 0 1 1 0 1 0 0 1 4 0
5 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 1 1 1 1 0 1 1 0 1 6 1
6 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 5 0 1 0 0 1 0 1 1 0 4 0
7 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 2 0 0 0 0 1 0 0 0 1 2 0
8 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 8 1 1 1 0 1 0 1 1 1 6 1
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1
11 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 5 0 0 1 1 0 1 0 0 1 4 0
12 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 4 0 0 1 1 0 1 0 0 1 4 0
13 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 2 0 0 0 1 0 1 0 0 0 2 0
14 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 1 1 1 1 1 1 0 1 1 7 1
15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 5 0 0 1 1 0 1 0 0 1 4 0
19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1
128
Keterangan :
Pengetahuan Sikap
Tidak Baik = Kode 0 Baik = Kode 1
Baik = Kode 1 Tidak Baik =Kode 0
129
MASTER DATA UJI VALIDITAS SARANA DAN AKSES
No.Res Sarana Akses
S
1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 TOT_S KET_S A_1 A_2 A_3 A_4 A_5 TOT_A KET_A
1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 0 1 1 1 4 1
2 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 3 1
3 1 0 1 0 0 0 1 0 3 1 1 0 1 0 0 2 1
4 0 1 1 0 1 0 0 1 4 1 0 1 1 0 1 3 1
5 1 1 1 0 1 1 0 1 6 1 1 1 1 0 1 4 1
6 1 0 0 1 0 1 1 0 4 1 1 1 0 1 0 3 1
7 0 0 0 1 0 0 1 1 3 1 1 0 0 1 0 2 1
8 1 1 0 1 0 1 1 1 6 1 1 1 0 1 0 3 1
9 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 0 1 4 1
10 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 0 1 1 4 1
11 0 1 1 0 1 0 0 1 4 1 0 1 1 0 1 3 1
12 0 1 1 0 1 0 0 1 4 1 0 1 1 0 1 3 1
13 0 0 1 0 1 0 0 0 2 1 0 0 1 0 1 2 1
14 1 1 1 1 1 0 1 1 7 1 1 1 1 1 1 5 1
15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
18 0 1 1 0 1 0 0 1 4 1 0 1 1 0 1 3 1
19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
20 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 1 1 5 1
130
Keterangan :
Sarana Akses
Lengkap = Kode 1 Terjangkau= Kode 1
Tidak Lengkap = Kode 0 Tidak Terjangkau =Kode 0
131
MASTER DATA UJI VALIDITAS DUKUNGAN KELUARGA DAN DUKUNGAN PETUGAS
KESEHATAN No.R
es Dukungan Keluarga
Dukungan Petugas Kesehatan
D
K
1
DK
2
DK
3
DK
4
DK
5
DK
6
DK
7
DK
8
TOT_
DK
KET_
DK
PK
_1
PK_
2
PK_
3
PK
_4
PK_
5
PK_
6
PK
_7
PK
_8 TOT_
PK
KET_
PK
1 1 0 1 1 1 1 1 0 6 1 1 0 1 1 1 1 0 1 6 1
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 2 0
3 1 0 1 0 0 0 1 0 3 0 1 0 1 0 0 1 0 1 4 0
4 0 1 1 0 1 0 0 1 4 0 0 1 1 0 1 0 1 1 5 1
5 1 1 1 0 1 1 0 1 6 1 1 1 1 0 1 1 1 1 7 1
6 1 0 0 1 0 1 1 0 4 0 1 1 0 1 0 1 1 0 5 1
7 1 0 0 1 0 0 1 1 4 0 1 0 0 1 0 1 0 0 3 0
8 1 1 0 1 0 1 1 1 6 1 1 1 0 1 0 1 1 0 5 1
9 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 0 1 1 1 1 7 1
10 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 0 1 1 1 1 0 6 1
11 0 1 1 0 1 0 0 1 4 0 0 1 1 0 1 0 1 1 5 1
12 0 1 1 0 1 0 0 1 4 0 0 1 1 0 1 0 1 1 5 1
13 0 0 1 0 1 0 0 0 2 0 0 0 1 0 1 0 0 1 3 0
14 1 1 1 1 1 0 1 1 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1
15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 0 1 1 0 1 0 0 1 4 0 0 1 1 0 1 0 1 1 5 1
132
19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1
Keterangan :
Dukungan Keluarga Dukungan Petugas Kesehatan
Mendukung = Kode 1 Mendukung= Kode 1
Tidak Mendukung = Kode 0 Tidak Mendukung =Kode 0
133
MASTER TABEL PENELITIAN DI DESA UKHAT PESELUK PUSKESMAS NAGA TIMBUL ACEH
TENGGARA TAHUN 2019
No.Resp Nama Umur Pendidikan Pekerjaan Pengetahuan Sikap Sarana Akses D.Keluarga D.Petugas Kesehatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 # T 1 2 3 4 5 6 7 8 T 1 2 3 4 5 6 7 8 T 1 2 3 4 5 T 1 2 3 4 5 6 7 8 T 1 2 3 4 5 6 7 8 T
1 Ny. Kiki 55 SD petani 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 6 1 1 1 1 0 0 0 1 5 0 0 0 0 1 1 0 1 3 1 1 1 1 1 5 1 1 0 0 1 0 1 1 5 1 1 1 1 1 1 1 0 7
2 Ny.Haryati 51 SD petani 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 2 0 0 1 0 0 0 1 1 3 0 1 1 0 0 1 1 1 5 0 0 1 1 1 3 0 1 1 0 0 1 1 1 5 1 0 0 0 1 0 0 1 3
3 Ny. Itawati 53 SD petani 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 3 1 1 1 1 0 1 0 1 6 1 0 1 1 1 1 0 0 5 0 1 0 1 0 2 0 1 0 0 0 1 1 1 4 1 1 1 0 0 0 0 1 4
4 Ny. Leginem 56 SD petani 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 8 1 1 0 0 1 0 1 0 4 1 0 0 1 1 0 0 0 3 1 1 0 0 1 3 0 0 1 0 0 1 1 1 4 0 1 1 1 1 1 1 1 7
5 Ny. Rika Tarigan 54 SD pedagang 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 2 0 0 1 0 1 1 0 0 3 1 0 0 1 0 0 1 1 4 0 0 1 1 0 2 0 0 0 0 0 1 1 0 2 0 1 1 0 1 0 0 0 3
6 ny. Suria 56 SD petani 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 5 1 1 0 1 1 0 0 0 4 0 0 0 1 1 1 0 1 4 1 1 1 1 0 4 0 0 1 0 1 0 1 0 3 1 0 0 0 0 0 0 1 2
7 Ny. Syamsidar 56 SMP petani 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 5 0 1 0 0 1 1 1 1 5 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 5 1 0 0 0 0 1 0 0 2
8 Ny. Ronda 60 SMP pedagang 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 7 1 0 0 0 0 0 0 1 2 1 0 0 0 0 1 1 0 3 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 7 0 0 0 0 0 0 0 1 1
9 Ny. Juraidah 58 SD petani 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 3 0 1 0 0 0 0 1 0 2 0 0 1 1 0 1 1 1 5 1 1 0 0 1 3 0 1 1 0 0 1 0 1 4 0 0 1 1 1 0 0 0 3
10 Ny Erni 57 SMP petani 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 7 0 0 1 0 1 0 0 0 2 1 1 0 0 0 0 0 1 3 1 0 0 1 1 3 1 0 1 1 0 0 0 1 4 0 1 0 0 0 0 1 1 3
11 Sumiati 59 SD petani 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 7 0 0 0 1 1 0 1 0 3 1 1 0 0 0 1 0 0 3 1 1 1 1 0 4 0 0 1 1 0 0 1 0 3 1 1 1 1 1 1 0 0 6
12 Ny. Sumiati 58 SD pedagang 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 5 0 1 0 0 0 0 1 0 2 0 0 1 0 1 0 0 0 2 1 0 0 1 1 3 1 1 1 0 0 1 1 0 5 0 0 0 1 1 1 0 1 4
13 Ny. Juliana 60 SD petani 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 8 1 1 0 0 1 0 0 0 3 1 1 1 0 1 0 0 1 5 0 1 1 0 1 3 1 0 1 1 1 1 0 1 6 1 1 0 1 1 1 0 0 5
14 Ny.Hendrika 58 SMP petani 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 6 1 1 1 0 0 0 0 1 4 0 1 0 1 1 1 1 0 5 1 0 0 0 1 2 0 0 1 0 1 1 1 0 4 0 0 1 0 1 0 0 1 3
15 Ny.Maulina 62 SD petani 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 5 0 1 1 0 1 0 0 1 4 1 1 0 1 0 1 0 1 5 1 1 0 0 1 3 1 1 1 0 0 0 1 0 4 0 0 0 0 0 1 1 1 3
16 Ny.Juhanna 61 SD petani 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 5 0 1 1 0 1 0 1 0 4 1 0 1 1 1 0 1 0 5 0 0 1 1 0 2 1 1 0 1 1 0 0 0 4 0 1 1 1 1 1 1 1 7
17 Ny.Nelly 60 SD pedagang 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 6 1 1 1 0 1 0 1 0 5 0 1 1 0 0 1 1 1 5 0 1 1 1 0 3 1 0 0 1 1 1 1 1 6 1 0 0 0 0 0 1 1 3
18 Ny.Febrina 58 SD petani 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 4 0 1 1 0 1 0 0 1 4 0 1 0 0 1 1 1 1 5 0 0 1 1 1 3 1 0 1 0 1 0 1 0 4 1 1 0 1 1 0 0 0 4
19 Ny.Parsinah 59 SMP petani 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 4 0 0 0 1 0 0 0 1 2 0 1 0 1 0 1 0 0 3 0 1 1 1 0 3 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 4
20 Ny. Julaika 56 SD petani 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 2 0 1 1 1 1 0 1 0 5 1 1 0 0 1 1 1 0 5 1 1 1 0 0 3 1 1 0 1 0 1 1 0 5 0 0 0 0 1 1 0 0 2
21 Ny. Susanti 56 SMP petani 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 3 0 1 1 0 1 1 0 0 4 0 0 0 1 1 0 0 1 3 0 1 0 1 0 2 0 1 0 0 1 1 1 1 5 1 1 0 0 1 0 0 0 3
134
22 Ny.Lelawati 54 SD pedagang 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 6 1 0 1 0 1 1 1 0 5 0 0 1 1 0 0 1 1 4 0 0 1 0 1 2 1 0 0 0 0 0 1 0 2 0 1 1 1 1 0 0 1 5
23 Ny. Sitanggang 53 SMA petani 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 6 0 1 0 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 2 1 1 0 1 1 1 0 1 6
24 Ny. Sri 52 SMP petani 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 4 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 3 1 1 1 0 1 4 1 0 1 1 1 1 0 0 5 1 1 1 0 0 0 0 1 4
25 Ny Sri A 53 SMA petani 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 4 1 1 0 0 0 1 1 0 4 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 2 1 1 0 0 1 1 0 0 4 0 1 0 0 1 1 0 1 4
26 Ny.Ernita 57 SMA pedagang 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 6 0 0 1 1 0 1 0 0 3 0 1 0 1 1 1 1 1 6 1 1 0 0 1 3 1 1 1 1 1 0 1 0 6 1 0 0 0 1 0 0 1 3
27 Ny.Sinta 59 SD petani 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 4 1 1 0 1 1 1 0 1 6 0 1 1 0 0 1 0 0 3 1 0 1 1 0 3 1 1 0 0 0 0 1 1 4 0 0 1 0 0 1 0 0 2
28 Ny.M.Sigalingging 60 SD petani 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 6 0 0 1 0 0 1 1 1 4 1 0 0 0 1 1 0 1 4 1 0 0 1 0 2 1 1 1 1 1 0 0 1 6 1 1 0 0 1 0 1 0 4
29 Ny.Serma 61 SD petani 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 3 1 1 1 0 1 1 1 1 7 0 1 1 1 0 1 0 0 4 1 1 1 0 1 4 0 1 0 0 1 1 0 1 4 1 0 1 0 0 1 0 0 3
30 Ny.Uli 59 SD petani 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 4 0 1 0 1 0 0 0 1 3 1 1 0 1 1 1 1 1 7 1 0 0 1 0 2 1 1 1 0 1 1 1 0 6 1 1 1 0 0 0 1 1 5
31 Ny.Susan 63 SD petani 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 5 1 1 0 0 1 1 0 1 5 1 0 1 1 0 1 1 0 5 1 0 1 1 0 3 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 6
32 Ny.Abidin 62 SD petani 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 5 0 0 1 1 0 1 0 0 3 0 1 1 1 0 0 1 0 4 0 0 1 0 1 2 0 0 0 1 0 1 0 1 3 0 1 1 1 1 1 1 0 6
33 Ny.Farni 60 SD petani 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 3 1 0 0 0 0 0 1 1 3 0 1 1 1 1 0 0 1 5 0 1 1 1 0 3 1 1 0 1 1 0 0 0 4 0 1 1 0 0 0 1 1 4
34 Ny.Roumida 59 SMP petani 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 7 0 1 0 1 1 1 0 1 5 1 1 1 1 1 0 1 0 6 1 1 1 1 1 5 0 1 1 1 0 1 1 0 5 0 1 1 0 0 1 1 0 4
35 Ny.Hotmaida 58 SD petani 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 5 1 1 1 0 0 0 0 1 4 0 0 0 0 0 1 1 0 2 1 0 1 1 1 4 0 0 1 1 0 1 0 1 4 1 1 1 1 1 1 0 0 6
36 Ny.Rosmaida 57 SMA petani 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 5 1 1 1 0 0 1 0 0 4 0 1 1 1 0 0 1 0 4 0 0 1 1 0 2 1 0 1 1 1 1 0 0 5 1 1 1 1 0 0 0 0 4
37 Ny. Jojor 59 SD petani 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7 0 0 1 1 1 1 1 0 5 1 0 0 1 1 1 0 1 5 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 0 1 0 6 0 1 0 1 1 1 1 1 6
38 Ny.Elviana 60 SD petani 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 3 1 0 1 0 1 0 1 1 5 1 1 1 0 1 0 1 1 6 1 1 1 0 0 3 1 1 1 0 1 0 1 1 6 0 0 1 1 1 0 1 0 4
39 Ny.Tiurma 64 SD petani 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 6 0 0 1 1 1 0 1 0 4 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 1 5 1 1 1 0 0 0 1 1 5 0 0 0 0 0 1 0 0 1
40 Ny. Delilia 62 SD pedagang 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 5 0 0 0 1 0 1 0 0 2 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 0 0 1 1 2 1 1 1 1 1 1 0 1 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0
41 Ny. Herminta 59 SD pedagang 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 5 0 1 1 1 1 1 0 0 5 0 0 1 0 1 1 1 1 5 1 1 0 1 1 4 0 0 1 0 0 1 0 0 2 0 1 0 0 1 0 1 0 3
42 Ny.Theresia M 54 SD pedagang 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 6 0 1 1 0 0 1 1 1 5 1 0 0 1 0 0 0 1 3 1 1 1 1 1 5 1 0 1 0 0 1 0 0 3 0 1 0 0 1 1 1 0 4
43 Ny.Tiurma P 59 SMA petani 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 5 1 1 1 0 1 0 1 1 6 0 1 0 0 0 1 1 1 4 1 0 0 1 0 2 0 1 1 0 0 0 1 0 3 1 0 0 1 0 0 0 0 2
44 Ny.Asri amelia 61 SD petani 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 5 0 0 1 0 1 1 0 1 4 0 0 1 1 1 0 1 0 4 0 1 0 0 1 2 1 0 0 1 0 1 1 0 4 0 1 1 0 0 1 0 1 4
45 Ny.Susianti 65 SD pedagang 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 6 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 1 0 1 1 3 0 0 0 0 1 1 0 1 3 1 1 1 0 1 0 1 0 5
46 Ny.NoNI 55 SD petani 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 7 1 1 1 1 1 1 0 0 6 1 1 0 1 0 0 0 1 4 1 1 1 1 1 5 0 0 0 1 1 0 0 1 3 0 0 1 1 1 0 0 0 3
47 Ny. Nelly 57 SD pedagang 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 5 1 1 0 1 0 1 0 0 4 1 1 1 0 1 1 0 1 6 1 0 0 0 1 2 0 0 0 1 0 0 1 0 2 0 1 0 0 0 0 1 0 2
48 Ny. Suarti 59 SD pedagang 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 4 1 1 1 0 1 1 0 1 6 0 1 0 0 0 0 1 1 3 1 1 1 1 1 5 1 0 0 0 1 0 0 1 3 1 0 1 0 0 0 1 1 4
49 Ny. Rikki 61 SD petani 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 4 0 0 1 0 0 0 1 0 2 0 0 1 0 0 0 1 1 3 0 1 1 1 0 3 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 3
50 Ny. Rika 63 SD pedagang 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 5 0 1 1 1 1 0 1 0 5 1 1 0 0 0 1 0 1 4 1 0 1 0 1 3 0 1 1 1 0 0 0 1 4 1 0 1 1 0 0 0 0 3
51 Ny. Marlina 62 SD petani 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 5 1 0 1 1 1 0 0 1 5 1 1 1 1 1 0 0 1 6 1 0 1 0 1 3 1 1 0 1 0 0 1 0 4 0 1 0 0 1 0 0 1 3
52 Ny. Ika 59 SD petani 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 4 0 1 0 0 0 0 1 0 2 1 0 0 1 1 1 0 0 4 1 1 1 1 1 5 1 1 1 0 0 1 1 1 6 0 1 1 0 0 1 0 0 3
53 Ny. delilia 59 SD petani 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 7 1 0 1 1 1 1 0 0 5 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 1 5 1 1 0 1 0 1 0 1 5 1 1 0 1 0 0 0 0 3
54 Ny.suarno 60 SD petani 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 5 1 0 1 0 0 0 0 0 2 1 1 1 1 1 0 1 1 7 1 1 1 0 0 3 0 0 0 1 0 0 0 1 2 1 1 1 0 0 0 0 0 3
55 Ny. Ade 62 SD petani 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 4 0 1 0 1 0 0 1 1 4 1 0 0 0 1 1 1 0 4 1 0 0 1 1 3 1 1 1 0 1 1 1 1 7 1 1 1 0 1 1 0 1 6
56 Ny.Risma 61 SD petani 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 5 0 1 1 0 1 0 0 1 4 0 1 0 1 1 0 0 0 3 1 0 1 0 1 3 0 1 1 1 1 0 1 1 6 1 0 0 1 1 1 1 1 6
57 Ny. Isa 62 SD pedagang 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 5 0 1 0 1 0 0 0 1 3 0 1 0 0 1 1 1 0 4 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 7 0 1 0 0 1 0 0 0 2
58 Ny. Ridwan 65 SD pedagang 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 4 1 0 1 0 0 0 1 0 3 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 0 0 1 0 5 1 1 1 0 1 0 0 0 4
59 Ny.Abidin 63 SD pedagang 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 4 0 1 0 1 0 0 0 0 2 1 0 1 1 0 0 0 0 3 1 1 1 0 0 3 1 1 0 0 0 1 1 0 4 1 1 0 0 0 0 0 1 3
135
Keterangan Keterangan
Umur Pendidikan Pekerjaan Pengetahuan Sikap Sarana Akses D.Keluarga D. Petugas Kesehatan
Pralansia : 45-59 Tahun SD :1 Petani : 1 0 : Tidak 0 : Tidak 0 : Tidak 0 : Tidak 0 : Tidak 0 : Tidak
Lansia : 60-69 Tahun SMP : 2 Pedagang : 2 1 : Ya 1 : Ya 1 : Ya 1 : Ya 1 : Ya 1 : Ya
Lansia Resiko Tinggi : < 70 Tahun SMA : 3
136
HASIL UJI VALIDITAS PENGETAHUAN Correlations
p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 total
p1 Pearson Correlation 1 .533* .328 .792
** .328 .899
** .792
** .458
* .903
** .408 .865
**
Sig. (2-tailed) .015 .158 .000 .158 .000 .000 .042 .000 .074 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p2 Pearson Correlation .533* 1 .798
** .328 .798
** .453
* .328 .903
** .414 .704
** .845
**
Sig. (2-tailed) .015 .000 .158 .000 .045 .158 .000 .069 .001 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p3 Pearson Correlation .328 .798** 1 .123 1.000
** .242 .123 .698
** .212 .503
* .680
**
Sig. (2-tailed) .158 .000 .605 .000 .303 .605 .001 .369 .024 .001
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p4 Pearson Correlation .792** .328 .123 1 .123 .685
** .792
** .458
* .698
** .204 .697
**
Sig. (2-tailed) .000 .158 .605 .605 .001 .000 .042 .001 .388 .001
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p5 Pearson Correlation .328 .798** 1.000
** .123 1 .242 .123 .698
** .212 .503
* .680
**
Sig. (2-tailed) .158 .000 .000 .605 .303 .605 .001 .369 .024 .001
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p6 Pearson Correlation .899** .453
* .242 .685
** .242 1 .685
** .385 .811
** .314 .766
**
Sig. (2-tailed) .000 .045 .303 .001 .303 .001 .094 .000 .177 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p7 Pearson Correlation .792** .328 .123 .792
** .123 .685
** 1 .250 .698
** .204 .669
**
Sig. (2-tailed) .000 .158 .605 .000 .605 .001 .288 .001 .388 .001
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
137
p8 Pearson Correlation .458* .903
** .698
** .458
* .698
** .385 .250 1 .328 .612
** .781
**
Sig. (2-tailed) .042 .000 .001 .042 .001 .094 .288 .158 .004 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p9 Pearson Correlation .903** .414 .212 .698
** .212 .811
** .698
** .328 1 .503
* .776
**
Sig. (2-tailed) .000 .069 .369 .001 .369 .000 .001 .158 .024 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p10 Pearson Correlation .408 .704** .503
* .204 .503
* .314 .204 .612
** .503
* 1 .670
**
Sig. (2-tailed) .074 .001 .024 .388 .024 .177 .388 .004 .024 .001
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
total Pearson Correlation .865** .845
** .680
** .697
** .680
** .766
** .669
** .781
** .776
** .670
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 .001 .001 .000 .001 .000 .000 .001
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
HASIL UJI RELIABILITAS PENGETAHUAN
Reliability
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 20 100.0
Excludeda 0 .0
Total 20 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
138
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.910 10
139
HASIL UJI VALIDITAS SIKAP
Correlations
s1 s2 s3 s4 s5 s6 s7 s8 total
s1 Pearson Correlation 1 .533* .328 .792
** .328 .899
** .792
** .458
* .843
**
Sig. (2-tailed) .015 .158 .000 .158 .000 .000 .042 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
s2 Pearson Correlation .533* 1 .798
** .328 .798
** .453
* .328 .903
** .851
**
Sig. (2-tailed) .015 .000 .158 .000 .045 .158 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
s3 Pearson Correlation .328 .798** 1 .123 1.000
** .242 .123 .698
** .716
**
Sig. (2-tailed) .158 .000 .605 .000 .303 .605 .001 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
s4 Pearson Correlation .792** .328 .123 1 .123 .685
** .792
** .458
* .706
**
Sig. (2-tailed) .000 .158 .605 .605 .001 .000 .042 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
s5 Pearson Correlation .328 .798** 1.000
** .123 1 .242 .123 .698
** .716
**
Sig. (2-tailed) .158 .000 .000 .605 .303 .605 .001 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
s6 Pearson Correlation .899** .453
* .242 .685
** .242 1 .685
** .385 .754
**
Sig. (2-tailed) .000 .045 .303 .001 .303 .001 .094 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
s7 Pearson Correlation .792** .328 .123 .792
** .123 .685
** 1 .250 .672
**
Sig. (2-tailed) .000 .158 .605 .000 .605 .001 .288 .001
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
140
s8 Pearson Correlation .458* .903
** .698
** .458
* .698
** .385 .250 1 .802
**
Sig. (2-tailed) .042 .000 .001 .042 .001 .094 .288 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
total Pearson Correlation .843** .851
** .716
** .706
** .716
** .754
** .672
** .802
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
HASIL UJI RELIABILITAS SIKAP
Reliability
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 20 100.0
Excludeda 0 .0
Total 20 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.894 8
141
HASIL UJI VALIDITAS SARANA
Correlations
s1 s2 s3 s4 s5 s6 s7 s8 total
s1 Pearson Correlation 1 .414 .328 .698** .123 .811
** .798
** .328 .782
**
Sig. (2-tailed) .069 .158 .001 .605 .000 .000 .158 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
s2 Pearson Correlation .414 1 .698** .328 .698
** .453
* .212 .903
** .817
**
Sig. (2-tailed) .069 .001 .158 .001 .045 .369 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
s3 Pearson Correlation .328 .698** 1 .042 .792
** .171 .123 .583
** .650
**
Sig. (2-tailed) .158 .001 .862 .000 .471 .605 .007 .002
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
s4 Pearson Correlation .698** .328 .042 1 .042 .685
** .903
** .458
* .722
**
Sig. (2-tailed) .001 .158 .862 .862 .001 .000 .042 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
s5 Pearson Correlation .123 .698** .792
** .042 1 .171 -.082 .583
** .577
**
Sig. (2-tailed) .605 .001 .000 .862 .471 .731 .007 .008
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
s6 Pearson Correlation .811** .453
* .171 .685
** .171 1 .601
** .385 .741
**
Sig. (2-tailed) .000 .045 .471 .001 .471 .005 .094 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
s7 Pearson Correlation .798** .212 .123 .903
** -.082 .601
** 1 .328 .675
**
Sig. (2-tailed) .000 .369 .605 .000 .731 .005 .158 .001
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
142
s8 Pearson Correlation .328 .903** .583
** .458
* .583
** .385 .328 1 .794
**
Sig. (2-tailed) .158 .000 .007 .042 .007 .094 .158 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
total Pearson Correlation .782** .817
** .650
** .722
** .577
** .741
** .675
** .794
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .002 .000 .008 .000 .001 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
HASIL UJI RELIABILITAS SARANA
Reliability
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 20 100.0
Excludeda 0 .0
Total 20 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
143
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.867 8
144
HASIL UJI VALIDITAS AKSES
Correlations
a1 a2 a3 a4 a5 total
a1 Pearson Correlation 1 .204 .101 .612** .000 .610
**
Sig. (2-tailed) .388 .673 .004 1.000 .004
N 20 20 20 20 20 20
a2 Pearson Correlation .204 1 .287 .250 .583** .734
**
Sig. (2-tailed) .388 .220 .288 .007 .000
N 20 20 20 20 20 20
a3 Pearson Correlation .101 .287 1 -.287 .698** .571
**
Sig. (2-tailed) .673 .220 .220 .001 .009
N 20 20 20 20 20 20
a4 Pearson Correlation .612** .250 -.287 1 .042 .511
*
Sig. (2-tailed) .004 .288 .220 .862 .021
N 20 20 20 20 20 20
a5 Pearson Correlation .000 .583** .698
** .042 1 .734
**
Sig. (2-tailed) 1.000 .007 .001 .862 .000
N 20 20 20 20 20 20
total Pearson Correlation .610** .734
** .571
** .511
* .734
** 1
Sig. (2-tailed) .004 .000 .009 .021 .000
N 20 20 20 20 20 20
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
145
HASIL UJI RELIABILITAS AKSES
Reliability Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 20 100.0
Excludeda 0 .0
Total 20 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.623 5
146
HASIL UJI VALIDITAS DUKUNGAN KELUARGA
Correlations
dk1 dk2 dk3 dk4 dk5 dk6 dk7 dk8 total
dk1 Pearson Correlation 1 .200 .204 .816** .101 .734
** .905
** .302 .757
**
Sig. (2-tailed) .398 .388 .000 .673 .000 .000 .196 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
dk2 Pearson Correlation .200 1 .612** .204 .704
** .314 .101 .905
** .721
**
Sig. (2-tailed) .398 .004 .388 .001 .177 .673 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
dk3 Pearson Correlation .204 .612** 1 .042 .903
** .171 .123 .492
* .633
**
Sig. (2-tailed) .388 .004 .862 .000 .471 .605 .027 .003
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
dk4 Pearson Correlation .816** .204 .042 1 .123 .685
** .903
** .328 .729
**
Sig. (2-tailed) .000 .388 .862 .605 .001 .000 .158 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
dk5 Pearson Correlation .101 .704** .903
** .123 1 .242 .010 .596
** .656
**
Sig. (2-tailed) .673 .001 .000 .605 .303 .966 .006 .002
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
dk6 Pearson Correlation .734** .314 .171 .685
** .242 1 .601
** .242 .707
**
Sig. (2-tailed) .000 .177 .471 .001 .303 .005 .303 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
dk7 Pearson Correlation .905** .101 .123 .903
** .010 .601
** 1 .212 .685
**
Sig. (2-tailed) .000 .673 .605 .000 .966 .005 .369 .001
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
147
dk8 Pearson Correlation .302 .905** .492
* .328 .596
** .242 .212 1 .728
**
Sig. (2-tailed) .196 .000 .027 .158 .006 .303 .369 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
total Pearson Correlation .757** .721
** .633
** .729
** .656
** .707
** .685
** .728
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .003 .000 .002 .000 .001 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
HASIL UJI RELIABILITAS KELUARGA
Reliability
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 20 100.0
Excludeda 0 .0
Total 20 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
148
Cronbach's Alpha N of Items
.853 8
149
HASIL UJI VALIDITAS DUKUNGAN PETUGAS KESEHATAN
Correlations
pk1 pk2 pk3 pk4 pk5 pk6 pk7 pk8 total
pk1 Pearson Correlation 1 .192 -.010 .664** -.010 1.000
** .192 -.010 .587
**
Sig. (2-tailed) .418 .966 .001 .966 .000 .418 .966 .006
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
pk2 Pearson Correlation .192 1 .394 .242 .596** .192 1.000
** .394 .784
**
Sig. (2-tailed) .418 .086 .303 .006 .418 .000 .086 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
pk3 Pearson Correlation -.010 .394 1 -.179 .798** -.010 .394 1.000
** .587
**
Sig. (2-tailed) .966 .086 .450 .000 .966 .086 .000 .006
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
pk4 Pearson Correlation .664** .242 -.179 1 .032 .664
** .242 -.179 .489
*
Sig. (2-tailed) .001 .303 .450 .895 .001 .303 .450 .029
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
pk5 Pearson Correlation -.010 .596** .798
** .032 1 -.010 .596
** .798
** .718
**
Sig. (2-tailed) .966 .006 .000 .895 .966 .006 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
pk6 Pearson Correlation 1.000** .192 -.010 .664
** -.010 1 .192 -.010 .587
**
Sig. (2-tailed) .000 .418 .966 .001 .966 .418 .966 .006
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
pk7 Pearson Correlation .192 1.000** .394 .242 .596
** .192 1 .394 .784
**
Sig. (2-tailed) .418 .000 .086 .303 .006 .418 .086 .000
150
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
pk8 Pearson Correlation -.010 .394 1.000** -.179 .798
** -.010 .394 1 .587
**
Sig. (2-tailed) .966 .086 .000 .450 .000 .966 .086 .006
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
total Pearson Correlation .587** .784
** .587
** .489
* .718
** .587
** .784
** .587
** 1
Sig. (2-tailed) .006 .000 .006 .029 .000 .006 .000 .006
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
HASIL UJI RELIABILITAS PETUGAS KESEHATAN Reliability Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 20 100.0
Excludeda 0 .0
Total 20 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.807 8
145
HASIL PENELITIAN ANALISIS UNIVARIAT
Frequencies
Umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 51.00 1 1.7 1.7 1.7
52.00 1 1.7 1.7 3.4
53.00 3 5.1 5.1 8.5
54.00 3 5.1 5.1 13.6
55.00 2 3.4 3.4 16.9
56.00 5 8.5 8.5 25.4
57.00 4 6.8 6.8 32.2
58.00 5 8.5 8.5 40.7
59.00 11 18.6 18.6 59.3
60.00 7 11.9 11.9 71.2
61.00 5 8.5 8.5 79.7
62.00 6 10.2 10.2 89.8
63.00 3 5.1 5.1 94.9
64.00 1 1.7 1.7 96.6
65.00 2 3.4 3.4 100.0
Total 59 100.0 100.0
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid sd 46 78.0 78.0 78.0
smp 10 16.9 16.9 94.9
sma 3 5.1 5.1 100.0
Total 59 100.0 100.0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid petani 43 72.9 72.9 72.9
Pedagang 16 27.1 27.1 100.0
Total 59 100.0 100.0
Frequencies
Statistics
Umur Pendidikan Pekerjaan
N Valid 59 59 59
Missing 0 0 0
146
Frequency Table Umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 51.00 1 1.7 1.7 1.7
52.00 1 1.7 1.7 3.4
53.00 3 5.1 5.1 8.5
54.00 3 5.1 5.1 13.6
55.00 2 3.4 3.4 16.9
56.00 5 8.5 8.5 25.4
57.00 4 6.8 6.8 32.2
58.00 5 8.5 8.5 40.7
59.00 11 18.6 18.6 59.3
60.00 7 11.9 11.9 71.2
61.00 5 8.5 8.5 79.7
62.00 6 10.2 10.2 89.8
63.00 3 5.1 5.1 94.9
64.00 1 1.7 1.7 96.6
65.00 2 3.4 3.4 100.0
Total 59 100.0 100.0
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid sd 46 78.0 78.0 78.0
smp 10 16.9 16.9 94.9
sma 3 5.1 5.1 100.0
Total 59 100.0 100.0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid petani 43 72.9 72.9 72.9
Pedagang 16 27.1 27.1 100.0
Total 59 100.0 100.0
Frequencies Statistics
pengetahuan sikap sarana akses dukungan_kel
dukungan_petugas
N Valid 59 59 59 59 59 59
Missing 0 0 0 0 0 0
Statistics
posyandu P1 P2 P3 P4 P5 P6
N Valid 59 59 59 59 59 59 59
Missing 0 0 0 0 0 0 0
147
Statistics
P7 P8 P9 P10 S1 S2 S3
N Valid 59 59 59 59 59 59 59
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Statistics
S4 S5 S6 S7 S8 SR1 SR2
N Valid 59 59 59 59 59 59 59
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Statistics
SR3 SR4 SR5 SR6 SR7 SR8 A1
N Valid 59 59 59 59 59 59 59
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Statistics
A2 A3 A4 A5 DK1 DK2 DK3
N Valid 59 59 59 59 59 59 59
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Statistics
DK4 DK5 DK6 DK7 DK8 DP1 DP2
N Valid 59 59 59 59 59 59 59
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Statistics
DP3 DP4 DP5 DP6 DP7 DP8
N Valid 59 59 59 59 59 59
Missing 0 0 0 0 0 0
Frequency Table pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak 41 69.5 69.5 69.5
baik 18 30.5 30.5 100.0
Total 59 100.0 100.0
sikap
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak 37 62.7 62.7 62.7
baik 22 37.3 37.3 100.0
Total 59 100.0 100.0
148
sarana
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak 54 91.5 91.5 91.5
lengkap 5 8.5 8.5 100.0
Total 59 100.0 100.0
akses
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak 50 84.7 84.7 84.7
terjangkau 9 15.3 15.3 100.0
Total 59 100.0 100.0
dukungan_kel
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak 34 57.6 57.6 57.6
mendukung 25 42.4 42.4 100.0
Total 59 100.0 100.0
dukungan_petugas
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak 44 74.6 74.6 74.6
mendukung 15 25.4 25.4 100.0
Total 59 100.0 100.0
posyandu
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak 42 71.2 71.2 71.2
ya 17 28.8 28.8 100.0
Total 59 100.0 100.0
P1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 32 54.2 54.2 54.2
Ya 27 45.8 45.8 100.0
Total 59 100.0 100.0
149
P2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 23 39.0 39.0 39.0
Ya 36 61.0 61.0 100.0
Total 59 100.0 100.0
P3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 30 50.8 50.8 50.8
Ya 29 49.2 49.2 100.0
Total 59 100.0 100.0
P4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 32 54.2 54.2 54.2
Ya 27 45.8 45.8 100.0
Total 59 100.0 100.0
P5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 31 52.5 52.5 52.5
Ya 28 47.5 47.5 100.0
Total 59 100.0 100.0
P6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 30 50.8 50.8 50.8
Ya 29 49.2 49.2 100.0
Total 59 100.0 100.0
P7
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 32 54.2 54.2 54.2
Ya 27 45.8 45.8 100.0
Total 59 100.0 100.0
150
P8
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 27 45.8 45.8 45.8
Ya 32 54.2 54.2 100.0
Total 59 100.0 100.0
P10
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 32 54.2 54.2 54.2
Ya 27 45.8 45.8 100.0
Total 59 100.0 100.0
S1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 33 55.9 55.9 55.9
Ya 26 44.1 44.1 100.0
Total 59 100.0 100.0
S2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 22 37.3 37.3 37.3
Ya 37 62.7 62.7 100.0
Total 59 100.0 100.0
S3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 23 39.0 39.0 39.0
Ya 36 61.0 61.0 100.0
Total 59 100.0 100.0
S4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 34 57.6 57.6 57.6
Ya 25 42.4 42.4 100.0
Total 59 100.0 100.0
151
S5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 27 45.8 45.8 45.8
Ya 32 54.2 54.2 100.0
Total 59 100.0 100.0
S6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 33 55.9 55.9 55.9
Ya 26 44.1 44.1 100.0
Total 59 100.0 100.0
S7
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 33 55.9 55.9 55.9
Ya 26 44.1 44.1 100.0
Total 59 100.0 100.0
S8
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 31 52.5 52.5 52.5
Ya 28 47.5 47.5 100.0
Total 59 100.0 100.0
SR1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 27 45.8 45.8 45.8
Ya 32 54.2 54.2 100.0
Total 59 100.0 100.0
SR2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 24 40.7 40.7 40.7
Ya 35 59.3 59.3 100.0
Total 59 100.0 100.0
SR3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 29 49.2 49.2 49.2
Ya 30 50.8 50.8 100.0
152
SR3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 29 49.2 49.2 49.2
Ya 30 50.8 50.8 100.0
Total 59 100.0 100.0
SR4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 25 42.4 42.4 42.4
Ya 34 57.6 57.6 100.0
Total 59 100.0 100.0
SR5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 26 44.1 44.1 44.1
Ya 33 55.9 55.9 100.0
Total 59 100.0 100.0
SR6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 24 40.7 40.7 40.7
Ya 35 59.3 59.3 100.0
Total 59 100.0 100.0
SR7
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 27 45.8 45.8 45.8
Ya 32 54.2 54.2 100.0
Total 59 100.0 100.0
SR8
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 24 40.7 40.7 40.7
Ya 35 59.3 59.3 100.0
Total 59 100.0 100.0
A1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 21 35.6 35.6 35.6
Ya 38 64.4 64.4 100.0
153
A1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 21 35.6 35.6 35.6
Ya 38 64.4 64.4 100.0
Total 59 100.0 100.0
A2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 27 45.8 45.8 45.8
Ya 32 54.2 54.2 100.0
Total 59 100.0 100.0
A3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 21 35.6 35.6 35.6
Ya 38 64.4 64.4 100.0
Total 59 100.0 100.0
A4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 23 39.0 39.0 39.0
Ya 36 61.0 61.0 100.0
Total 59 100.0 100.0
A5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 23 39.0 39.0 39.0
Ya 36 61.0 61.0 100.0
Total 59 100.0 100.0
DK1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 24 40.7 40.7 40.7
Ya 35 59.3 59.3 100.0
Total 59 100.0 100.0
DK2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 27 45.8 45.8 45.8
Ya 32 54.2 54.2 100.0
154
DK2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 27 45.8 45.8 45.8
Ya 32 54.2 54.2 100.0
Total 59 100.0 100.0
DK3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 27 45.8 45.8 45.8
Ya 32 54.2 54.2 100.0
Total 59 100.0 100.0
DK4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 30 50.8 50.8 50.8
Ya 29 49.2 49.2 100.0
Total 59 100.0 100.0
DK5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 32 54.2 54.2 54.2
Ya 27 45.8 45.8 100.0
Total 59 100.0 100.0
DK6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 28 47.5 47.5 47.5
Ya 31 52.5 52.5 100.0
Total 59 100.0 100.0
DK7
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 26 44.1 44.1 44.1
Ya 33 55.9 55.9 100.0
Total 59 100.0 100.0
DK8
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 29 49.2 49.2 49.2
Ya 30 50.8 50.8 100.0
155
DK8
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 29 49.2 49.2 49.2
Ya 30 50.8 50.8 100.0
Total 59 100.0 100.0
DP1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 30 50.8 50.8 50.8
Ya 29 49.2 49.2 100.0
Total 59 100.0 100.0
DP2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 29 49.2 49.2 49.2
Ya 30 50.8 50.8 100.0
Total 59 100.0 100.0
DP3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 29 49.2 49.2 49.2
Ya 30 50.8 50.8 100.0
Total 59 100.0 100.0
DP4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 37 62.7 62.7 62.7
Ya 22 37.3 37.3 100.0
Total 59 100.0 100.0
DP5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 27 45.8 45.8 45.8
Ya 32 54.2 54.2 100.0
Total 59 100.0 100.0
DP6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 34 57.6 57.6 57.6
Ya 25 42.4 42.4 100.0
156
DP6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 34 57.6 57.6 57.6
Ya 25 42.4 42.4 100.0
Total 59 100.0 100.0
DP7
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 39 66.1 66.1 66.1
Ya 20 33.9 33.9 100.0
Total 59 100.0 100.0
DP8
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 32 54.2 54.2 54.2
Ya 27 45.8 45.8 100.0
Total 59 100.0 100.0
157
HASIL PENELITIAN ANALISIS BIVARIAT Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pengetahuan * pemanfaatan_posbindu
59 100.0% 0 .0% 59 100.0%
pengetahuan * pemanfaatan_posbindu Crosstabulation
pemanfaatan_posbindu
Memanfaatkan 2 Total
pengetahuan tidak Count 40 1 41
% within pengetahuan 97.6% 2.4% 100.0%
% within pemanfaatan_posbindu
95.2% 5.9% 69.5%
% of Total 67.8% 1.7% 69.5%
baik Count 2 16 18
% within pengetahuan 11.1% 88.9% 100.0%
% within pemanfaatan_posbindu
4.8% 94.1% 30.5%
% of Total 3.4% 27.1% 30.5%
Total Count 42 17 59
% within pengetahuan 71.2% 28.8% 100.0%
% within pemanfaatan_posbindu
100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 71.2% 28.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 45.576a 1 .000
Continuity Correctionb 41.459 1 .000
Likelihood Ratio 48.895 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 44.804 1 .000
N of Valid Cases 59
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,19.
b. Computed only for a 2x2 table
158
Crosstabs Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
sikap * pemanfaatan_posbindu
59 100.0% 0 .0% 59 100.0%
sikap * pemanfaatan_posbindu Crosstabulation
pemanfaatan_posbindu
Memanfaatkan 2 Total
sikap tidak Count 31 6 37
% within sikap 83.8% 16.2% 100.0%
% within pemanfaatan_posbindu
73.8% 35.3% 62.7%
% of Total 52.5% 10.2% 62.7%
baik Count 11 11 22
% within sikap 50.0% 50.0% 100.0%
% within pemanfaatan_posbindu
26.2% 64.7% 37.3%
% of Total 18.6% 18.6% 37.3%
Total Count 42 17 59
% within sikap 71.2% 28.8% 100.0%
% within pemanfaatan_posbindu
100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 71.2% 28.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 7.677a 1 .006
Continuity Correctionb 6.118 1 .013
Likelihood Ratio 7.558 1 .006
Fisher's Exact Test .008 .007
Linear-by-Linear Association 7.547 1 .006
N of Valid Cases 59
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,34.
b. Computed only for a 2x2 table
159
Crosstabs Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
sarana * pemanfaatan_posbindu
59 100.0% 0 .0% 59 100.0%
sarana * pemanfaatan_posbindu Crosstabulation
pemanfaatan_posbindu
Memanfaatkan 2 Total
sarana tidak Count 40 14 54
% within sarana 74.1% 25.9% 100.0%
% within pemanfaatan_posbindu
95.2% 82.4% 91.5%
% of Total 67.8% 23.7% 91.5%
lengkap Count 2 3 5
% within sarana 40.0% 60.0% 100.0%
% within pemanfaatan_posbindu
4.8% 17.6% 8.5%
% of Total 3.4% 5.1% 8.5%
Total Count 42 17 59
% within sarana 71.2% 28.8% 100.0%
% within pemanfaatan_posbindu
100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 71.2% 28.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 2.590a 1 .108
Continuity Correctionb 1.196 1 .274
Likelihood Ratio 2.319 1 .128
Fisher's Exact Test .138 .138
Linear-by-Linear Association 2.546 1 .111
N of Valid Cases 59
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,44.
b. Computed only for a 2x2 table
160
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
akses * pemanfaatan_posbindu
59 100.0% 0 .0% 59 100.0%
akses * pemanfaatan_posbindu Crosstabulation
pemanfaatan_posbindu
Memanfaatkan 2 Total
akses tidak Count 40 10 50
% within akses 80.0% 20.0% 100.0%
% within pemanfaatan_posbindu
95.2% 58.8% 84.7%
% of Total 67.8% 16.9% 84.7%
terjangkau Count 2 7 9
% within akses 22.2% 77.8% 100.0%
% within pemanfaatan_posbindu
4.8% 41.2% 15.3%
% of Total 3.4% 11.9% 15.3%
Total Count 42 17 59
% within akses 71.2% 28.8% 100.0%
% within pemanfaatan_posbindu
100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 71.2% 28.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 12.413a 1 .000
Continuity Correctionb 9.756 1 .002
Likelihood Ratio 11.281 1 .001
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear Association 12.203 1 .000
N of Valid Cases 59
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,59.
b. Computed only for a 2x2 table
161
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
dukungan_kel * pemanfaatan_posbindu
59 100.0% 0 .0% 59 100.0%
dukungan_kel * pemanfaatan_posbindu Crosstabulation
pemanfaatan_posbindu
Memanfaatkan 2 Total
dukungan_kel tidak Count 24 10 34
% within dukungan_kel 70.6% 29.4% 100.0%
% within pemanfaatan_posbindu
57.1% 58.8% 57.6%
% of Total 40.7% 16.9% 57.6%
mendukung Count 18 7 25
% within dukungan_kel 72.0% 28.0% 100.0%
% within pemanfaatan_posbindu
42.9% 41.2% 42.4%
% of Total 30.5% 11.9% 42.4%
Total Count 42 17 59
% within dukungan_kel 71.2% 28.8% 100.0%
% within pemanfaatan_posbindu
100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 71.2% 28.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .014a 1 .906
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .014 1 .906
Fisher's Exact Test 1.000 .571
Linear-by-Linear Association .014 1 .907
N of Valid Cases 59
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,20.
b. Computed only for a 2x2 table
162
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
dukungan_petugas * pemanfaatan_posbindu
59 100.0% 0 .0% 59 100.0%
dukungan_petugas * pemanfaatan_posbindu Crosstabulation
pemanfaatan_posbindu
Memanfaatkan 2
dukungan_petugas tidak Count 36 8
% within dukungan_petugas 81.8% 18.2%
% within pemanfaatan_posbindu
85.7% 47.1%
% of Total 61.0% 13.6%
mendukung Count 6 9
% within dukungan_petugas 40.0% 60.0%
% within pemanfaatan_posbindu
14.3% 52.9%
% of Total 10.2% 15.3%
Total Count 42 17
% within dukungan_petugas 71.2% 28.8%
% within pemanfaatan_posbindu
100.0% 100.0%
% of Total 71.2% 28.8%
dukungan_petugas * pemanfaatan_posbindu Crosstabulation
Total
dukungan_petugas tidak Count 44
% within dukungan_petugas 100.0%
% within pemanfaatan_posbindu
74.6%
% of Total 74.6%
mendukung Count 15
% within dukungan_petugas 100.0%
% within pemanfaatan_posbindu
25.4%
% of Total 25.4%
Total Count 59
% within dukungan_petugas 100.0%
% within pemanfaatan_posbindu
100.0%
163
dukungan_petugas * pemanfaatan_posbindu Crosstabulation
Total
dukungan_petugas tidak Count 44
% within dukungan_petugas 100.0%
% within pemanfaatan_posbindu
74.6%
% of Total 74.6%
mendukung Count 15
% within dukungan_petugas 100.0%
% within pemanfaatan_posbindu
25.4%
% of Total 25.4%
Total Count 59
% within dukungan_petugas 100.0%
% within pemanfaatan_posbindu
100.0%
% of Total 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 9.537a 1 .002
Continuity Correctionb 7.608 1 .006
Likelihood Ratio 8.941 1 .003
Fisher's Exact Test .006 .004
Linear-by-Linear Association 9.376 1 .002
N of Valid Cases 59
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,32.
b. Computed only for a 2x2 table
164
HASIL PENELITIAN ANALISIS MULTIVARIAT
Logistic Regression Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 59 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 59 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 59 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Memanfaatkan 0
2 1
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
Observed
Predicted
pemanfaatan_posbindu
Memanfaatkan 2
Percentage Correct
Step 0 pemanfaatan_posbindu Memanfaatkan 42 0 100.0
2 17 0 .0
Overall Percentage 71.2
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is ,500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -.904 .287 9.900 1 .002 .405
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables pengetahuan 45.576 1 .000
Overall Statistics 45.576 1 .000
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 48.895 1 .000
Block 48.895 1 .000
Model 48.895 1 .000
165
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R
Square Nagelkerke R
Square
1 21.961a .563 .806
a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than ,001.
Classification Table
a
Observed
Predicted
pemanfaatan_posbindu
Memanfaatkan 2
Percentage Correct
Step 1 pemanfaatan_posbindu Memanfaatkan 40 2 95.2
2 1 16 94.1
Overall Percentage 94.9
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a pengetahuan 5.768 1.260 20.960 1 .000 320.000
Constant -9.457 2.159 19.183 1 .000 .000
a. Variable(s) entered on step 1: pengetahuan.
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 59 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 59 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 59 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Memanfaatkan 0
2 1
166
Block 0: Beginning Block Classification Table
a,b
Observed
Predicted
pemanfaatan_posbindu
Memanfaatkan 2
Percentage Correct
Step 0 pemanfaatan_posbindu Memanfaatkan 42 0 100.0
2 17 0 .0
Overall Percentage 71.2
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is ,500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -.904 .287 9.900 1 .002 .405
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables sikap 7.677 1 .006
Overall Statistics 7.677 1 .006
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 7.558 1 .006
Block 7.558 1 .006
Model 7.558 1 .006
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R
Square Nagelkerke R
Square
1 63.298a .120 .172
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than ,001.
Classification Table
a
Observed
Predicted
pemanfaatan_posbindu
Memanfaatkan 2
Percentage Correct
Step 1 pemanfaatan_posbindu Memanfaatkan 42 0 100.0
2 17 0 .0
Overall Percentage 71.2
a. The cut value is ,500
167
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a sikap 1.642 .617 7.083 1 .008 5.167
Constant -3.284 .989 11.036 1 .001 .037
a. Variable(s) entered on step 1: sikap.
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 59 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 59 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 59 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Memanfaatkan 0
2 1
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
Observed
Predicted
pemanfaatan_posbindu
Memanfaatkan 2
Percentage Correct
Step 0 pemanfaatan_posbindu Memanfaatkan 42 0 100.0
2 17 0 .0
Overall Percentage 71.2
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is ,500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -.904 .287 9.900 1 .002 .405
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables akses 12.413 1 .000
Overall Statistics 12.413 1 .000
168
Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 11.281 1 .001
Block 11.281 1 .001
Model 11.281 1 .001
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R
Square Nagelkerke R
Square
1 59.575a .174 .249
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than ,001.
Classification Table
a
Observed
Predicted
pemanfaatan_posbindu
Memanfaatkan 2
Percentage Correct
Step 1 pemanfaatan_posbindu Memanfaatkan 40 2 95.2
2 10 7 41.2
Overall Percentage 79.7
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a akses 2.639 .876 9.070 1 .003 14.000
Constant -4.025 1.069 14.178 1 .000 .018
a. Variable(s) entered on step 1: akses.
Logistic Regression Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 59 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 59 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 59 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Memanfaatkan 0
2 1
169
Block 0: Beginning Block Classification Table
a,b
Observed
Predicted
pemanfaatan_posbindu
Memanfaatkan 2
Percentage Correct
Step 0 pemanfaatan_posbindu Memanfaatkan 42 0 100.0
2 17 0 .0
Overall Percentage 71.2
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is ,500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -.904 .287 9.900 1 .002 .405
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables dukungan_petugas 9.537 1 .002
Overall Statistics 9.537 1 .002
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 8.941 1 .003
Block 8.941 1 .003
Model 8.941 1 .003
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R
Square Nagelkerke R
Square
1 61.915a .141 .201
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than ,001.
Classification Table
a
Observed
Predicted
pemanfaatan_posbindu
Memanfaatkan 2
Percentage Correct
Step 1 pemanfaatan_posbindu Memanfaatkan 36 6 85.7
2 8 9 52.9
Overall Percentage 76.3
a. The cut value is ,500
170
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a dukungan_petugas 1.910 .656 8.469 1 .004 6.750
Constant -3.414 .943 13.109 1 .000 .033
a. Variable(s) entered on step 1: dukungan_petugas.
Logistic Regression Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 59 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 59 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 59 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Memanfaatkan 0
2 1
Block 0: Beginning Bloc Classification Table
a,b
Observed
Predicted
pemanfaatan_posbindu
Memanfaatkan 2
Percentage Correct
Step 0 pemanfaatan_posbindu Memanfaatkan 42 0 100.0
2 17 0 .0
Overall Percentage 71.2
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is ,500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -.904 .287 9.900 1 .002 .405
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables pengetahuan 45.576 1 .000
sikap 7.677 1 .006
akses 12.413 1 .000
dukungan_petugas 9.537 1 .002
Overall Statistics 46.842 4 .000
171
Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 52.968 4 .000
Block 52.968 4 .000
Model 52.968 4 .000
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R
Square Nagelkerke R
Square
1 17.888a .593 .848
a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than ,001.
Classification Table
a
Observed
Predicted
pemanfaatan_posbindu
Memanfaatkan 2
Percentage Correct
Step 1 pemanfaatan_posbindu Memanfaatkan 40 2 95.2
2 1 16 94.1
Overall Percentage 94.9
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a pengetahuan 5.178 1.366 14.363 1 .000 177.266
sikap 1.188 1.511 .619 1 .432 3.282
akses 1.993 1.905 1.095 1 .295 7.339
dukungan_petugas 2.092 1.534 1.861 1 .173 8.103
Constant -15.302 4.710 10.556 1 .001 .000
a. Variable(s) entered on step 1: pengetahuan, sikap, akses, dukungan_petugas.
172
DOKUMENTASI SELAMA PENELITIAN
No Keterangan GAMBAR
1 Gambar 1
Nama : Ny Haryati
Umur : 51 Tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Pelaksanaan a:
Desember 2019
Responden sedang
memperhatikan
apa yg dijelaskan
dari sipeneliti
2 Gambar 2:
Ini merupakan
tempat lokasi
penelitian
3 Gambar 3 :
Ny. Itawati
Usia : 53 tahun
173
Pendidikan : SD
Pekerjaan :Petani
Pelaksanaan :
Bulan Desember
2019
Responden
Sedang
Mendengarkan
sebelum mengisi
kuesioner
4 Gambar 4 :
Ny Leginem
Umur : 56 Tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Pelaksanaan :
Desember 2019
Responden
Sedang dibantu
dalam Mengisi
Kuesioner
5
.
Gambar 5 :
Ny Ronda
Umur : 60 Tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan :
Pedagang
Pelaksanaan :
174
Desember 2019
Responden
Sedang Mengisi
Kuesioner
6
Gambar 6 :
Ny Juraidah
Umur : 58 Tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Pelaksanaan :
Desember 2019
Responden
Sedang Mengisi
Kuesioner
7 Gambar 7 :
Ny Sumiati
Umur : 59 Tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan :
Pedagang
175
Pelaksanaan :
Desember 2019
Responden
Sedang di bantu
dalam Mengisi
Kuesioner
8
.
Gambar 8 :
Ny Rika Tarigan
Umur : 54 Tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan :
Pedagang
Pelaksanaan :
Desember 2019
Responden
mendengarkan
arahan dari si
peneliti
176
9
Gambar 9:
Ny Febrina
Umur : 58
Tahun
Pekerjaan : petani
Pendidikan : SD
Pelaksanaan :
Desember 2019
Responden
mendengarkan
instruksi dari si
peneliti
1
0
Gambar 10 :
Ny Susanti
Umur : 56 Tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Pelaksanaan :
Desember 2019
Responden
Sedang Mengisi
Kuesioner
177
1
1
Gambar 11 :
Ny Farni
Umur : 60 Tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Pelaksanaan :
Desember 2019
Responden
Sedang Mengisi
Kuesioner
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192