16545422-qanaah

Upload: nurul-izza

Post on 15-Jul-2015

153 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

DEFINISI QANAAH Sikap qanaah didefinisikan sebagai sikap merasa cukup, ridha atau puas atas karunia dan rezeki yang diberikan Allah SWT Qanaah ialah kepuasan hati dengan rezeki yang ditentukan Allah. Qanaah itu mengandung lima perkara: 1. Menerima dengan rela akan apa yang ada. 2. Memohonkan kepada Allah tambahan yang pantas, dan berusaha. 3. Menerima dengan sabar akan ketentuan Allah. 4. Bertawakal kepada Allah. 5. Tidak tertarik oleh tipu daya dunia. Cinta pada dunia dan ingin hidup dalam kemewahan, adalah salah satu penyebab yang bisa mengakibatkan hidup menjadi tidak tentram. Orang-orang yang cinta dunia akan selalu terdorong untuk memburu segala keinginannya meski harus menggunakan cara yang licik, curang, dengan berbohong, korupsi, dan sebagainya. Semua itu karena orang yang cinta dunia tidak pernah menyadari, sesungguhnya harta hanyalah ujian. Hingga ia tidak pernah merasa cukup dengan apa yang sudah dimilikinya dan masih selalu ingin menambahnya lagi, ini adalah sikap yang sangat jauh dari rasa syukur kepada Allah SWT. Qanaah bukanlah berarti hilang semangat untuk berkerja lebih keras demi menambah rezeki. Malah, ia bertujuan supaya kita sentiasa bersyukur dengan rezeki yang dikurniakan Allah. Karena sikap qanaah tidak berarti fatalis menerima nasib begitu saja tanpa ikhtiar. Orang-orang qanaah bisa saja memiliki harta yang sangat banyak, namun semua itu bukan untuk menumpuk kekayaan Nabi Muhammad SAW telah mengajarkan kepada kita bagaimana kita harus bersikap terhadap harta, yaitu menyikapi harta dengan sikap qanaah (kepuasan dan kerelaan). Sikap qanaah ini harus dimiliki oleh orang yang kaya maupun orang yang miskin adapun wujud qanaah yaitu merasa cukup dengan pemberian Allah, tidak tamak terhadap apa yang dimiliki manusia, tidak iri melihat apa yang ada di tangan orang lain dan tidak rakus mencari harta benda dengan menghalalkan segala cara, sehingga dengan semua itu akan membuat orang merasa puas dan tidak mencari melebihi apa yang dibutuhkan, dan mencegah orang dari menurutkan hawa nafsu yang tidak pernah puas. Rasulullah SAW telah mengajarkan kita semua agar qanaah, berikut beberapa hadits nya : Perhatikan sabda Rasulullah SAW berikut ini: Tidaklah kekayaan itu dengan banyak harta, tetapi sesungguhnya kekayaan itu ialah kekayaan jiwa. (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim)

1

Rasulullah SAW bersabda: Jadilah kamu seorang yang wara, nanti kamu akan menjadi sebaik-baik hamba Allah, jadilah kamu seorang qanaah, nanti kamu akan menjadi orang yang paling bersyukur kepada Allah, sedikitkanlah tertawa karena banyak tertawa itu mematikan hati. (Hadis riwayat al-Baihaqi) Dari Abu Muhammad yaitu Fadhalah bin Ubaid al-Anshari r.a. bahwa dia mendengar Rasulullah SAW bersabda: "beruntunglah kehidupan seseorang yang telah dikaruniai petunjuk untuk memasuki Agama Islam, sedang kehidupannya berada dalam keadaan cukup dan ia bersifat qana'ah (menerima)." (Hadis Hasan Shahih di sisi Imam Tirmidzi) . Tentang sikap qanaah, Ibnu Qudamah dalam Minhajul Qashidin menyampaikan hadits dalam Shahih Muslim dan yang lainnya, dari Amr bin Al-Ash r.a Rasulullah SAW bersabda: Beruntunglah orang yang memasrahkan diri, dilimpahi rezeki yang sekedar mencukupi dan diberi kepuasan oleh Allah terhadap apa yang diberikan kepadanya. (Diriwayatkan Muslim, At-Tirmidzi, Ahmad dan Al-Baghawy) Dari 'Abdullah bin 'Amr r.a.: Bahwa Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya beruntung orang yang sudah masuk Islam, yang rezekinya mencukupi (dan tidak berlebihan) dan yang Allah menjadikannya qanaah dengan apa diberikan kepadanya. (Muslim) Dari Hakim bin Hizam r.a. berkata: Bahwa Nabi SAW. bersabda: Tangan di atas adalah lebih baik dari tangan di bawah. Hendaklah kamu muliakan dengan orang-orang yang di bawah tanggunganmu. Sebaikbaik sedekah ialah dari harta yang lebih (yang kamu atau orang di bawah tanggunganmu tidak memerlukannya). Barangsiapa yang menjaga kehormatan dengan tidak meminta-minta maka Allah akan memelihara kehormatannya. Barangsiapa yang tidak bergantung harap kepada manusia, maka Allah akan mencukupkan keperluannya. (Bukhari dan Muslim] Ketahuilah sesungguhnya di dalam qanaah, itu ada kemuliaan dan ketentraman hati karena sudah merasa tercukupi, ada kesabaran serta keridhaan terhadap pembagian rezeki yang telah diatur-Nya. Dan semua itu akan mendatangkan pahala di akhirat. Dan sesungguhnya dalam kerakusan dan ketamakan itu ada kehinaan dan kesusahan karena dia tidak pernah merasa puas dan cukup terhadap pemberian Allah. Dalam kehidupan kita di dunia, sebaiknya kita melihat orang yang di bawah kita, dan dalam masalah kehidupan akhirat kita melihat orang yang di atas kita. Hal ini sebagaimana telah ditegaskan Rasulullah SAW dalam hadits sebagai berikut: Lihatlah orang yang dibawah kalian dan janganlah melihat orang di atas kalian, karena yang demikian itu lebih layak bagi kalian untuk tidak memandang hina nikmat Allah yang dilimpahkan kepada kalian. (Diriwayatkan Muslim dan At-Tirmidzy)

2

Kekayaan bukanlah segalanya. kekayaan harta bukanlah kekayaan yang hakiki. kekayaan yang hakiki adalah saat jiwa (hati) kita penuh dengan hidayah Allah SWT. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi SAW bersabda: "Bukannya yang dinamakan kaya itu karena banyaknya harta tetapi yang dinamakan kaya (yang sebenarnya) ialah kayanya jiwa." (Muttafaqu 'alaih) Allah SWT berfirman mengenai sifat dasar manusia dalam surat Al Imran ayat 14: Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). Ayat diatas menerangkan bahwa fitrahnya manusia mencintai harta dan apa-apa yang diingini. Dan dalam hadistnya Rasulullah SAW bersabda Jika seorang anak Adam memiliki emas sebanyak dua lembah sekalipun maka dia akan (berusaha) mencari lembah yang ketiga. Perut anak Adam tidak akan pernah puas sehingga dipenuhi dengan tanah. (Riwayat Bukhari). Karena itulah qanaah sangat diperlukan untuk mengatasi sifat dasar manusia yang tidak pernah cukup atas apay ang sudah dimiliki. Allah SWT telah menciptakan dunia, untuk menguji siapa diantara hambanya yang terbaik amalnya, hal ini telah disebutkan dalam firman-Nya di surat Al Mulk ayat 2: Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. Adapun makna ayat ini, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Al Hafidz Ibnu Katsier dalam tafsirnya bahwa Allah telah menciptakan seluruh makhluk ini dari ketiadaan, untuk menguji jin dan manusia, siapakah diantara mereka yang paling baik amalnya. Siapapun yang ingin meraih ketenangan jiwa, kedamaian hati, maka qanaah adalah jalannya. Karena sesungguhnya, ketenangan hati ada dalam sedikitnya keinginan. Bila kita ingin meraih ketenangan hidup, marilah kita qanaah terhadap pemberian dan pengaturan-Nya. .

3

SIFAT QANAAH DIDIK JIWA SENTIASA BERSYUKUR QANAAH ialah kepuasan hati dengan rezeki yang ditentukan Allah. Dikatakan bahawa Allah menentukan lima perkara pada lima tempat iaitu kemuliaan pada ketaatan, kehinaan pada maksiat, kehebatan pada ibadat malam, hikmat kebijaksanaan pada perut yang kosong dan kekayaan pada sifat qanaah. Qanaah bukanlah bermaksud hilang semangat untuk berkerja lebih keras demi menambah rezeki dan produktiviti. Malah, ia bertujuan supaya kita sentiasa bersyukur dengan rezeki yang dikurniakan Allah. Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: Jadilah kamu seorang yang warak, nanti kamu akan menjadi sebaik-baik hamba Allah, jadilah kamu seorang qanaah, nanti kamu akan menjadi orang yang paling bersyukur kepada Allah, sedikitkanlah ketawa kerana banyak ketawa itu mematikan hati. (Hadis riwayat al-Baihaqi) Abu Bakar al-Maraghi pernah berkata, Orang yang bijaksana itu mengurus urusan dunianya dengan qanaah, urusan akhiratnya dengan bersegera, ilmu dan bersungguhsungguh. Allah berfirman yang bermaksud: Barang siapa yang mengerjakan amal salih, baik lelaki, mahupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik. (Surah al-Nahl, ayat 97) Majoriti ahli tafsir mengatakan bahawa kehidupan yang baik di dunia ialah dengan qanaah. Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud: Tidaklah kekayaan itu dengan banyak harta, tetapi sesungguhnya kekayaan itu ialah kekayaan jiwa. ( Hadis riwayat Bukhari dan Muslim) Ulama sudah mengemukakan beberapa cara untuk memiliki sifat mulia ini antara lain ialah pertama, berjimat dalam perbelanjaan dan merancang perbelanjaan. Kedua, percaya bahawa dengan qanaah mendatang kemuliaan. Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud:

4

Lihatlah orang yang lebih bawah daripada kamu, jangan melihat orang yang tinggi daripada kamu, kerana dengan demikian kamu tidak akan lupa segala nikmat Allah kepadamu. (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim) Apabila seseorang itu bersyukur dengan nikmat Allah yang dikurniakan kepadanya, maka dia tidak akan bersifat bakhil dan kedekut menghulurkan bantuan kepada orang yang memerlukan. Tegasnya, dia menjadi seorang yang pemurah dalam masyarakatnya. Dalam sejarah umat Islam, tercatat beberapa kisah mereka yang murah hati antaranya, diceritakan bahawa Abdullah bin `Amir membeli sebuah rumah kedai daripada Khalid bin `Uqbah dengan harga 90,000 dirham. Tiba-tiba pada malam itu, dia mendengar anak isteri Khalid menangis. Lalu dia bertanya kepada isterinya: Apa hal mereka itu? Kemudian dia diberitahu bahawa mereka menangis kerana rumah mereka yang dijual. Lantas Abdullah berkata kepada pembantunya: Pergi dan suruh mereka datang ke sini. Selepas mereka datang lalu dia terus menyatakan bahawa ambillah rumah itu kembali dan duit itu juga untuk kamu. Dalam situasi dan ekonomi yang dihadapi umat manusia hari ini, alangkah beruntungnya umat Islam yang mendapat bimbingan daripada ajaran agamanya yang suci supaya tidak mengurus urusan dunia ini dengan kacamata keinginan nafsu sematamata sebaliknya menjadi pengguna yang bijak , berhemat dan tidak tamak. Jadikanlah sifat qanaah yang mulia ini sebagai senjata untuk menghadapi ujian dan cabaran hidup dunia sementara ini.

5

Qana`ah Kunci Kebahagiaan Hidup

Tidak dapat dipungkiri saat ini kita hidup dalam era modern yang lazim disebut Digital Life. Segala kebutuhan dan kepentingan hajat hidup hampir semua dapat dikerjakan hanya dengan menekan digit. Mulai dari kebutuhan primer seperti makan misalnya, dengan mudah kita dapat memasak nasi setelah beras dicuci lalu kita masukkan ke dalam Rice cooker hanya sekali tekan tombol cooking niscaya beberapa saat kemudian beraspun berubah menjadi nasi hangat yang siap dinikmati bersama keluarga. Contoh sederhana di atas menunjukkan bahwa kehidupan masa kini semakin canggih, teknologi membantu memudahkan pekerjaan sehari-hari manusia. Akankah kehidupan yang serba digital membuat kita semakin banyak keinginan? Jawabannya tergantung dari kebutuhan dan kemampuan masing-masing individu. Disinilah tantangan kita dalam menjaga ketulusan hati untuk hidup secara bijaksana dan menerima adanya walaupun godaan materi dan gaya glamour setiap saat selalu menatap pandangan mata kita. Di saat yang sama pula merupakan tugas berat kita untuk selalu menjaga hati agar tidak terkontaminasi dengan virus-virus yang membahayakan tersebut, sehingga terhindar dari penyakit-penyakit tidak terpuji. Tentunya dengan mengharapkan Rahmat Allah Swt. untuk diri dan keluarga agar senantiasa menerima nikmat dan karunia yang telah diberikan Allah dengan penuh rasa syukur baik syukur secara lisan maupun perbuatan. Sebagaimana firman Allah dalam s. Ibrahim/14:7 yang artinya: Sesungguhnya jika kamu bersyukur maka Kami akan menambah nikmat kepadamu, namun jika kamu mengingkari nikmat-KU, maka sesungguhnya adzabku sangat pedih. Orang beriman merasa senang dan puas menerima rezeki yang telah dikaruniakan Allah kepadanya, serta merasa bersyukur atas rezeki yang diterimanya. Makan dengan apa adanya akan terasa nikmat tiada terhingga jika dilandasi dengan qanaah dan syukur. Sebab, pada saat seperti itu ia tidak pernah memikirkan apa yang tidak ada di hadapannya. Justru, ia akan berusaha untuk membagi kenikmatan yang diterimanya itu dengan keluarga, kerabat, teman atau pun tetangganya. Namun hendaklah kita tidak salah pengertian tentang makna dan arti qana`ah, bukanlah qana`ah merasa senang dengan segala kekurangan dan kehidupan yang rendah, lemah semangat dan kemauan untuk mencapai cita-cita yang lebih tinggi, mati keinginan untuk mencapai kemajuan moril dan materil, atau kelesuan untuk membebaskan diri dari kelaparan, kemiskinan dan kesengsaraan. Meski demikian, orang-orang yang memiliki sikap qanaah tidak berarti menerima nasib begitu saja tanpa ikhtiar. Orang yang hidup qanaah bisa saja memiliki harta yang sangat banyak, namun bukan untuk menumpuk kekayaan. Kekayaan dan dunia yang dimilikinya, dibatasi dengan rambu-rambu Allah Swt. Dengan demikian, apa pun yang dimilikinya tak pernah melalaikan dari mengingat Sang Maha

6

Pemberi Rezeki. Sebaliknya, kenikmatan yang ia dapatkan justru menambah sikap qanaah-nya dan mempertebal rasa syukurnya. Iman memberikan kepada manusia kepuasan akan apa yang diberikan Allah, dalam halhal yang tidak bisa kita merubahnya atau kesanggupan untuk mencapainya, biar dengan usaha dan tipu daya manapun. Apalagi dalam masa kesusahan dan kesulitan yang menimpa perorangan dan masyarakat, qana`ah memberikan pertolongan bagi ketentraman dan perdamaian dalam jiwa. Jasa keimanan ini sangat besar dalam membatasi jiwa manusia dari memperturutkan loba yang tidak berkesudahan, tidak cukup dengan sedikit, tidak puas dengan yang banyak, tidak memadai dengan yang halal dan wajar, sehingga senantiasa dalam keadaan tidak puas, haus dan berkeluh kesah. Maka timbullah cara-cara pencarian rezeki di luar batas hukum dan kemanusiaan, hanya berpedoman asal dapat, tidak perduli bahaya bagi diri dan masyarakat. Naudzubillah min dzalik Qanaah menurut arti bahasanya adalah merasa cukup. Dan secara istilah qanaah merasa cukup atas apa yang dimilikinya. Sikap qanaah didefinisikan sebagai sikap merasa cukup dan ridha atas karunia dan rezeki yang diberikan Allah Swt. Rela menerima pemberian Allah subhanahu wataala apa adanya, merupakan sesuatu yang sangat berat untuk dilakukan, kecuali bagi siapa yang diberikan taufik dan petunjuk serta dijaga oleh Allah dari keburukan jiwa, kebakhilan dan ketamakannya. Karena manusia diciptakan dalam keadaan memiliki rasa cinta terhadap kepemilikan harta. Namun meskipun demikian kita dituntut untuk memerangi hawa nafsu supaya dapat menekan sifat tamak dan membimbingnya menuju sikap zuhud dan qanaah. Menurut Prof.DR. Hamka dalam Tasauf Modern, qana`ah mengandung lima perkara, yaitu: Pertama, menerima dengan rela akan apa yang ada. Hati yang rela kepada Allah atas segala keadaan akan menimbulkan kesenangan dan kegembiraan, merupakan jalan menuju hidup bahagia. Begitu pula sebaliknya, hati yang benci memandang semua yang baik menjadi tidak baik bahkan yang baik sekalipun masih dianggap kurang baik. Yang telah cukup masih belum cukup. Hidup dengan keluhan, penyesalan dan senantiasa kurang puas. Hanya iman dan sikap ridalah yang mampu membentengi penglihatan kita dalam memandang segala sesuatu, sehingga kelihatan indah, cantik dan menentramkan hati. Kedua, memohonkan kepada Allah tambahan yang pantas dan berusaha. Firman Allah dalam s.al-Baqarah ayat 186. Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. Karena Allah dekat dengan hamba-hamba-NYA yang beriman dan beramal shalih kita dipersilakan untuk memohon dengan ikhlas setelah kita berusaha dengan menyempurnakan ikhtiar. Dalam s.al-Mu`min ayat 60, Dan Tuhanmu berfirman:

7

Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orangorang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina. Ketiga, Menerima dengan sabar akan ketentuan Allah. Sebagaimana firman Allah Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Orang beriman mengetahui bahwa cobaan yang diterimanya bukanlah suatu pukulan yang datang tiba-tiba atau datang menyerang dengan membuta tuli, melainkan sesuatu dengan qadar yang telah dikenal, ketentuan yang pernah berlaku, kebijaksanaan dan keputusan dari Tuhan. Keempat, Bertawakal kepada Allah. Tawakal bukan berarti menyerah semata-mata, tinggal diam dan tidak bekerja. Saidina Umar yang berbunyi; langit tidak pernah menurunkan hujan emas atau perak, cukup untuk memberikan pengertian tentang arti tawakal dan menyerahkan diri kepada Allah. Tawakal bukanlah meninggalkan sebab-sebab yang diadakan oleh Allah, bukan pula menyerah dan mengharapkan supaya Allah mengadakan sesuatu di luar keadaan yang biasa, menantinanti hujan emas atau perak turun dari langit atau menunggu dari bumi keluar nasi atau roti tanpa ada kerja dan usaha, tanpa mempergunakan pikiran. Arti tawakal ialah bekerja dan mengusahakan sebab-sebab yang biasa, kemudian menyerahkan hasilnya kepada Allah. Benih disemai dan ditanam, sedang memberi buahnya diharapkan kepada Allah. Kita mengerjakan mana yang biasa dan dalam batas kesanggupan manusia, selebihnya kita serahkan kepada Allah. Tatkala di masa Rasulullah saw. datanglah seorang Arab dusun kepada Beliau, lalu ditinggalkannya untanya dekat pintu mesjid, lepas tak bertali. Dengan begitu dia menyerahkan kepada Allah untuk memeliharanya, Nabi saw. Bersabda, yang sampai sekarang tetap menjadi perkataan yang bersayap, I`qilha wa tawakkal (ikatlah untamu dan bertawakallah). Kelima, Tidak tertarik oleh tipu daya dunia. Rasulullah Saw. telah bersabda: Bukanlah kekayaan itu lantaran banyak harta, kekayaan ialah kekayaan jiwa. Maksudnya jiwa dan raga merasa cukup dengan apa yang ada, tidak loba dan cemburu, bukan orang yang meminta lebih terus-terusan. Karena kalau masih meminta tambah, bertanda masih miskin. Dalam riwayat lain, Rasulullah Saw. bersabda: alqana`atu maalun laa yanfadu wa kanzun laa yafnaa. Artinya: Qana`ah itu adalah harta yang tak akan hilang dan pura (simpanan) yang tidak akan pernah lenyap. (Hadis dirawikan oleh Thabrani dari Jabir). Tentunya maksud qana`ah dalam Hadis tersebut ialah qana`ah hati bukan qana`ah ikhtiar. Karena kita diperintahkan untuk bekerja dan berusaha semaksimal mungkin seakan-akan kita hidup selamanya. Dibalik itu semua, kita diminta untuk menenangkan hati dan meyakini bahwa dalam bekerja terdapat untung dan rugi, tidak terbentur jika harapan tidak tercapai..

8

Sebagaimana firman Allah dalam S. At Taubah:105 Dan katakanlah: Beramallah kamu, Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang yang mu`min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Maha mengetahui akan yang ghaib dan nyata. Rasulullah Saw. bersabda I`mal lidunyaaka ka annaka ta`isyu abadan wa`mal liakhirataka ka annaka tamuutu ghaddan, artinya bekerjalah untuk kehidupan duniamu seakan-akan kamu hidup selamanya, dan bekerjalah untuk kehidupan akhiratmu seakan-akan kamu meninggal esok hari. Dengan qana`ah kita dapat menghadapi kehidupan dengan kesungguhan yang energik dalam mencari rezki. Tidaklah terdapat rasa takut dan gentar, ragu-ragu dan syak bagi orang yang memiliki sifat qana`ah. Dengan berteguh hati dan fikiran terbuka, ia bertawakal kepada Allah Swt. Mengharapkan pertolongan-Nya, serta tidak merasa jengkel dan kecewa jika terdapat maksud yang belum berhasil. Sikap qana`ah merupakan obat mujarab dalam menghindari segala keraguan dalam hidup, selain itu berikhtiar dan percaya kepada takdir. Hingga keadaan bagaimanapun yang datang kita tidak syak dan ragu. Sebagaimana telah dicontohkan Nabi Ayyub as. yang hidup dalam limpahan kenikmatan duniawi, tenggelam dalam kekayaan yang tidak ternilai besarnya, mengepalai keluarga yang besar, hidup rukun damai dan sejahtera. Namun Ayyub tidak tersilau matanya oleh kekayaan yang ia miliki dan tidak tergoyahkan imannya oleh kenikmatan duniawinya ia tetap memohon ampun atas segala dosa dan keteguhan iman serta kesabaran atas segala cobaan dan ujian dari Allah. Walaupun cobaan dan musibah datang memusnahkan harta kekayaannya, menceraiberaikan keluarganya sehingga ia menjadi sebatang kara. Dimulai dengan hewanhewan ternaknya yang bergelimpangan mati satu persatu sehingga habis sama sekali, kemudian disusul ladang-ladang dan kebun-kebun tanamannya yang rusak menjadi kering dan rumahnya yang terbakar habis dimakan api, sehingga dalam waktu yang sangat singkat sekali Ayyub yang kaya-raya tiba-tiba menjadi seorang miskin papa tidak memiliki sesuatu apapun selain hatinya yang penuh iman dan takwa serta jiwanya yang besar. Maha suci Allah yang telah membalas kesabaran dan keteguhan iman Ayyub bukan saja dengan memulihkan kembali kesehatan badannya dan kekuatan fisiknya seperti keadaan semula, bahkan dikembalikan pula kebesaran duniawinya dan kekayaan hartabendanya dengan berlipat ganda. Kepadanya juga dikurniakan lagi putera-putera sebanyak yang telah hilang dan mati dalam musibah yang telah dialaminya. Demikianlah rahmat Tuhan dan kurnia-Nya kepada Nabi Ayyub yang telah berhasil melalui ujian yang berat dengan penuh sabar, tawakkal dan beriman kepada Allah. Kisah Nabi Ayyub dapat kita baca dalam Al-Quran surah Shaad ayat 41-44 dan surah Al-Anbiaa ayat 83 dan 84.

9

Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam adalah manusia yang paling qanaah, ridha dengan apa yang ada dan paling banyak zuhudnya. Beliau juga seorang yang paling kuat iman dan keyakinannya, namun demikian beliau masih meminta kepada Allah Swt. agar diberikan qanaah, beliau berdoa: Ya Allah berikan aku sikap qanaah terhadap apa yang Engkau rizkikan kepadaku, berkahilah pemberian itu dan gantilah segala yang luput (hilang) dariku dengan yang lebih baik. (HR al-Hakim, beliau menshahihkannya, dan disetujui oleh adz-Dzahabi).

10