138897241 00 metodologi rtbl koridor docx
TRANSCRIPT
-
IV - 1
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
Bab ini secara khusus akan membahas metodologi yang akan digunakan dalam penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan (RTBL) Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah AGung. Bab ini akan memaparkan secara rinci tentang pendekatan, metode pengumpulan data dan metode analisis. Metode analisis akan meliputi metode analisis tautan tapak (context analysis), daya dukung dan daya tampung ruang, identifikasi komponen perancangan, analisis hubungan fungsional.
4.1 Pendekatan
Secara umum pendekatan dalam kegiatan penyusunan Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL) Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung ini mengacu pada Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No.6 Tahun 2007 Tentang Pedoman umum Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan. Sistem kerangka kerja kegiatan ini dibangun atas dua gugus pendekatan perencanan
yang saling melengkapi yaitu (1) pendekatan Bottom up planning dan (2) Top Down Planning
sebagai berikut :
Bottom Up Planning
Pendekatan Bottom up planning yang akan dilakukan dalam penyusunan RTBL ini meliputi
:
IV. Metodologi
-
IV - 2
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
Pendekatan Kontekstual (tautan tapak)
RTBL sebagai panduan rancang kota (urban-design guidelines/ UDGL) memberikan
implikasi pada kebutuhan pemahaman lapangan (konteks) secara cermat. Pendekatan
kontekstual (Context Analysis) dimana Kawasan perencanaan dipandang sebagai jaringan
aktif dan dinamis yang dapat dipengaruhi oleh kondisi sekitarnya.
Pendekatan ini meliputi kontekstual tapak meliputi (1) tautan lokasi dalam tata wilayah, (2)
ketinggian tempat, (3) kemiringan, (4) litologi, (5) jenis tanah, (6) hidrologi,
(7) iklim, (8) vegetasi (9) zona rawan bencana. Dilanjutkan dengan kontektual
terhadap variabel komponen perancangan meliputi (1) penggunaan lahan, (2) tata massa
bangunan, (3) ruang terbuka hijau, (4) sirkulasi dan parkir, (5) pedestrian, (6) pendukung
aktivitas, (7) tata informasi dan (8) preservasi dan konservasi.
Pendekatan Morfologi (bentukan fisik)
Karena kawasan ini telah terbentuk dari sekumpulan bangunan dan ruang maka
perancangan tata bangunan dan lingkungan di masa yang akan datang perlu
memperhatikan kesesuaian dengan potensi-potensi bentukan fisik yang sudah ada
sebelumnya.
Pendekatan morfologi ini meliputi rangkaian analisis (1) figure/ground, (2) linkage dan (3)
place. Analisis figure/ground mengidentifikasikan (1) pola, (2) tekstur kawasan (3) tipologi
massa dan (4) tipologi ruang. Analisis linkage meliputi (1) linkage visual, (2) linkage
struktural dan (3) linkage kolektif. Analisis place mengidentifikasikan makna tempat dalam
kaitan estetika ciri historis dalam arsitektur bangunan dan lingkungan yang dapat
meningkatkan citra Kota Balik Papan.
-
IV - 3
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
Gambar 4.1 Bagan Metodologi Pelaksanaan RTBL Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
-
IV - 4
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
Pendekatan Peran Serta Stakeholder
Dalam pelaksanaannya, RTBL merupakan rencana aksi/kegiatan komunitas (community-
action plan/CAP) dan rencana penataan lingkungan (neighbourhood-development
plan/NDP). Oleh karena itu RTBL Kawasan Rawan Bencana ini diharapkan dapat memuat
program yang produktif, relevan dan memiliki tingkat operasional tinggi untuk dilaksanakan
dan memiliki nilai-nilai aspiratif sehingga dapat menjadi panduan berbagai pihak terkait.
Pendekatan yang perlu dilakukan adalah peran serta stakeholder.
Top Down Up Planning
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) harus memiliki keterpaduan dengan
rencana-rencana terkait, Oleh akrena itu dalam penyusunannya perlu adanya upaya
penjabaran kebijaksanaan tata ruang dan sektoral.
Tahap Persiapan dan Survei
1.1 PERSIAPAN DASAR
Melakukan persiapan penyusunan RTBL yang meliputi kegiatan koordinasi tim, penyusunan metodologi pelaksanaan penyusunan dan persiapan perlengkapan dasar survei.
-
IV - 5
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
TUJUAN Terkoordinasinya kegiatan penyusunan RTBL dari awal hingga akhir.
Tersepakatinya metodologi penyusunan RTBL yang akan digunakan.
Tersedianya perlengkapan dasar untuk kebutuhan survei serta
mengetahui mobilisasi pelaksanaan survei pada kawasan
perencanaan.
Tersepakatinya jadwal pekerjaan dala penyusunan RTBL.
METODE Diskusi Koordinasi Tim, Digitasi Peta
LANGKAH Melakukan mobilisasi pelaksanaan survei dan koordinasi tim untuk
penyamaan pemahaman lingkup tugas personil dalam penyusunan
RTBL.
Mempersiapkan peta dasar dengan skala minimal 1:3.000 yang siap
digunakan sebagai dasar untuk kegiatan survei.
Mempersiapkan rangcangan pengumpulan data dan informasi
sesuai dengan kebutuhan penyusunan yang telah dirinci.
OUTPUT Rencana kerja
Metodologi pelaksanaan kegiatan
DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama bulan pertama
1.1 (a) Output Lingkup
Output Lingkup adalah......
TUJUAN Menyusun rincian kegiatan dari
kegiatan RTBL yang diharapkan
METODE Diskusi dan menyusun Outline
LANGKAH Menyiapkan pedoman RTBL
Menyiapkan aturan teknis
Menyiapkan studi-studi terkait
OUTPUT Ide gagagasan
Metodologi
DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama
bulan pertama
-
IV - 6
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
1.1 (b)
Metodologi Menyusun tatacara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan penelitian yang dilakukan, yang memiliki langkah-langkah yang sistematis untuk menyelesaikan masalah yang dibahas dengan menggunakan sumber data dan fasilitas yang ada
TUJUAN Memandu penyusunan RTBL dengan
kerangka berpikir yang ada.
Memberikan arahan-arahan terhadap
langkah-langkah yang akan ditempuh
pada laporan-laporan selanjutnya..
METODE Diskusi, Pembahasan Pedoman
(Permen PU NO 6 Tahun 2007)
LANGKAH Membuat metodologi dalam bentuk
kerangka berpikir mencakup seluruh
kegiatan dalam penyusunan RTBL..
Memberikan penjelasan detail pada
setiap tahap pada kerangka berpikir
tersebut.
OUTPUT Metodologi, Kerangka Berpikir
DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama
bulan pertama
1.1 (c)
Penyamaan Persepsi
TUJUAN Mencapai pemahaman yang sama
mengenai proses, prosedur, dan
produk dari penyusunan RTBL
METODE Diskusi
LANGKAH Mengikuti sosialisasi pelaksanaan kegiata
Koordinasi untuk merumuskan rencana
-
IV - 7
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
penyelesaian kegiatan.
OUTPUT Kesamaan pemahaman mengenai
proses, prosedur, dan produk dari
penyusunan RTBL
DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama
bulan pertama
1.1 (d)
Jadwal Pekerjaan
Pemberian waktu tempuh terhadap metodoloi yang telah disusun dari awal hingga akhir teahap penyusunan RTBL.
TUJUAN Mengarahkan penyusunan dengan
waktu-waktu tempuh yang telah
ditentukan.
Memberikan batas pengerjaan suatu
tahapan dalam metodologi.
METODE Diskusi.
LANGKAH Menyepakati metodologi yang telah
disusun sebelumnya.
Menyesuaikan setiap tahapan dalam
metodologi terhadap waktu tempuh
yang diberikan.
OUTPUT Terorgansirnya seluruh tahapan
penyusunan RTBL dalam
metodologidengan waktu tempuh.
DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama
bulan pertama
-
IV - 8
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
1.2 DESK STUDY
Desk Study atau studi kepustakaan yaitu pengumpulan berbagai teori (panduan) atau studi-studi terdahulu yang dapat menjadi pedoman dalam penyusunan RTBL. Dalam kegiatan ini dilakukan juga pengkajian berbagai produk kebijakan.
TUJUAN Mencari teori dan kebijakan lain yang terkait sebagai dasar berpijak.
Melihat sejauh mana kebijakan lain sudah diterapkan.
Melihat strategi/prosedur dan instrumen yang sudah berhasil
dgunakan.
METODE Pembahasan panduan penyusunan RTBL (Permen U No 6 Tahun
2007)
Pembahasan Kebijakan terkait (RTRW, RDTR)
-
IV - 9
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
LANGKAH Membahas kebijakan makro.
Mereview RTRW.
Membahas kebijakan sektoral.
OUTPUT Studi Pustaka
DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama bulan pertama
1.2 (a)
Kebijakan Makro
Kebijakan Makro adalah dokumen yang mempengaruhi terhadap kebijakan lokal/kawasan
TUJUAN Melihat konstelasi regional terhadap
kawasan
METODE Telaah terhadap dokumen Makro
LANGKAH Mengumpulkan dokumen yang terkait
dengan kebijakan-kebijan makro
OUTPUT Pengaruh kebijakan terhadap kawasan
DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama
bulan pertama
1.2 (b)
Review RTRW
Review RTRW adalah melihat rencana-rencana/ kebijakan dalam RTRW
TUJUAN Melihat knstelasi yang mempengaruh
terhadap kawasan studi
METODE Telaah terhadap dokumen
LANGKAH
OUTPUT Kebijakan-kebijakan
DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama
bulan pertama
-
IV - 10
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
1.2 (c)
Kebijakan Sektoral
Kebijakan Sektoral adalah kebijakan yang di turunkan dari masing-masing sektor
TUJUAN Melihat pengaruh terhadap kebijakan
kawasan
METODE Telaah dokumen yang berkaitan dengan
teori/refrensi yang ada
LANGKAH Mengkaji dan menarik poitn-poitn yang
berpengaruh terhadap dokumen
OUTPUT Studi pustaka
DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama
bulan pertama
1.2 (d)
Kajian Teoritis Terkait
Kajian Teoritis Terkait adalah kajian-kajian yang dapat di ambil untuk diterapkan dalam kawasan studi
TUJUAN Untuk merumuskan ide/gagasan yang
dapat diterapan bi kawasan studi
berdasarkan teori-refrensi yang ada
METODE Telaah dokumen
LANGKAH Mengkaji teori/refrensi yang sesuai
denganstudi
OUTPUT Studi pustaka
DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama
bulan pertama
-
IV - 11
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
1.3 PRELIMINARY SURVEI
Mengetahui kondisi la[angan secara umum sebelum pelaksanaan kegiatan survey.
TUJUAN Memperoleh gambaran fisik lokasi perencanaan
Memperoleh gambaran permukiman setempat
METODE Visualisasi Lapangan, Identifikasi Masalah, dan Estimasi Kebutuhan
Survei
LANGKAH Memantau keadaan fisik lingkungan alamiah dan buatan
Penilaian umum mengenai kehidupan lingkungannya
OUTPUT Pokok-pokok yang dicakup dalam perencanaan
Arahan yang kira-kira akan ditempuh
Merupakan masukan bagi pembuatan proposal
DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama bulan pertama
-
IV - 12
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
1.3 (a)
Visualisasi Lapangan
TUJUAN Melihat kondisi real di kawasan studi
untuk menerapkan ide/gagasan
perancangan
METODE Observasi/pengamatan lapangan
LANGKAH Menyiapkan lembar observasi,
menyiapkan alat dokumentasi
OUTPUT Bentuk visual kawasan studi
DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama
bulan pertama
1.3 (b)
Identifikasi Masalah
Pengenalan masalah atau inventarisir masalah yang terdapat pada kawasan perencanaan.
TUJUAN Mengunkap sasaran yang ingin dicapai
pada penyusuna RTBL.
Mengetahui potensi, permasalahan,
keempatan dan tantangan suatu
kawasan perencanaan.
METODE Diskusi
LANGKAH Mengidentifikasi potensi, permasalahan,
kesempatan dan tantangan.
Mengidentifikasi gambaran kemampuan
daya dukung fisik dan lingkungan serta
kegiatan sosial ekonomi dan ekonomi
yang telah berlangsung.
OUTPUT Issue Permasalahan
DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama
bulan pertama
-
IV - 13
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
1.3 (c)
Estimasi Kebutuhan
Survei
Memperkirakan segala perlengkapan yang dibutuhkan untuk kegiatan survei setelah melakukan kegiatan pra survei.
TUJUAN Untuk menlihat kebutuhan survey yang
diperlukan agar studi bisa tercapai
dengan yang diinginkan
METODE Check List Data
LANGKAH Menyiapkan lembar checklis data
OUTPUT
DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama
bulan pertama
1.4 ISUE PERMASALAHAN
-
IV - 14
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
TUJUAN
METODE
LANGKAH
OUTPUT
DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama bulan pertama
1.4 (a)
Hipotesa dan Sintesis
Awal
TUJUAN Untuk menarik kesimpulan awal sebagai
masukan dalam merumuskan ide
perancangan
METODE Observasi dan survey serta diskusi
LANGKAH
OUTPUT
DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama
bulan pertama
1.4 (b)
Deliniasi Awal
Kawasan
TUJUAN Untuk membatasi kawasan studi
-
IV - 15
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
METODE observasi
LANGKAH
OUTPUT
DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama
bulan
1.5 PELAKSANAAN SURVEI
Melakukan kegiatan survei dan pengumpulan data sesuai dengan kebutuhan yang telah dirinci sebelumnya.
-
IV - 16
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
TUJUAN Terinventarisasikannya data dan informasi mengenai kondisi
eksisting sesuai dengan kebutuhan penyusunan RTBL.
METODE Pengumpulan Data Primer dengan observasi lapangan
Pengumpulan Data Sekunder
LANGKAH Melakukan pengumpulan data primer untuk memahami dan
mengetahui karakteristik kawasan perencanaan dalam berbagai
aspek.
Melakukan pengumpulan dokumen kondisi eksisting kawasan
perencanaan melalui pengumpulan data sekunder dari berbagai
sumber.
OUTPUT Terpenuhinya seluruh kebutuhan data primer dan sekunder untuk
penyusunan RTBL.
DURASI 3 minggu terhitung dari minggu ketiga bulan pertama
Survei Sekunder pengumpulan data yang didapat secara tidak langsung dari objek penelitian.
TUJUAN Mengumpulkan data-data sekunder
yang berupa data olahan yang
memperlihatkan kondisi eksisting dari
kawasan perencanaan.
Melengkapi informasi yang tidak
didapatkan dari pengumpulan data
primer.
METODE Survey Instansi, Studi Literatur, Penelusuran
Web
LANGKAH Mengumpulkan data-data yang sesuai
dengan kebutuhan analisis.
OUTPUT Data sekunder kondisi eksisting
kawasan perencanaan.
DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama
bulan pertama
-
IV - 17
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
Observasi Lapangan tinjauan langsung ke tempat studi, dengan maksud agar
mendapat gambaran secara langsung tentang objek penelitian.
TUJUAN mendapatkan akurasi data secara tepat
mengenai sejumlah kegiatan di lapangan
diperlukan metode survey blok
menyesuaikan data antara data sekunder
dengan data pengamatan langsung di
lapangan
METODE
LANGKAH
OUTPUT Data primer
DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama
bulan pertama
Tabulasi dan Kompilasi Data
memilah serta mengkompilasi data yang telah diperoleh dari kegiatan survey sehingga data yang dilampirkan merupakan data yang berbobot pra-analisis
TUJUAN Untuk mengumpulkan data-data awal
kawasan
METODE
LANGKAH
OUTPUT
DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama
bulan pertama
-
IV - 18
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
Tahap Analisis
2.1 ANALISIS KAWASAN
DAN WILAYAH PERENCANAAN
Merupakan proses untuk mengidentifikasi, menganalisis, memetakan dan mengapresiasi konteks lingkungan dan nilai lokal dari kawasan perencanaan dan wilayah sekitarnya.
TUJUAN Mendapatkan gambaran kemampuan daya dukung fisik dan
lingkungan serta kegiatan sosial ekonomi dan kependudukan yang
tengah berlangsung.
Mendapatkan kerangka acuan perancangan kawasan yang memuat
rencana pengembangan program bangunan dan lingkungan, serta
dapat mengangkat nilai kearifan dan karakter khas lokal sesuai
dengan spirit dan konteks kawasan perencanaan.
-
IV - 19
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
METODE Analisis Perkembangan Sosial-Kependudukan
Analisis Prorpek Pertumbuhan Ekonomi
Analisis Daya Dukung Fiik dan Lingkungan
Analisis Apek Legal Konsolidasi Lahan Perencanaan
Analisis Daya Dukung Prasarana dan Failitas Lingkungan
Analisis Kajian Aspek Signifikansi Historis Kawasan
Analisis SWOT
LANGKAH Melakukan kajian dan analisis terhadap hasil pengamatan lapangan
(survey data primer) dan memadukannya dengan hasil survey data
sekunder untuk mengidentifikasi dan menginventarisasi potensi dan
permasalahan pada kawasan perencanaan baik secara fisik maupun
non fisik;
Menyusun matriks yang memuat potensi dan permasalahan yang
terdapat pada kawasan perencanaan;
Mentransformasikan matriks potensi dan permasalahan yang telah
disusun kedalam bentuk peta spasial;
Melakukan kajian analisis kawasan dan wilayah perencanaan
mencakup indikasi program bangunan dan lingkungan yang dapat
dikembangkan pada kawasan perencanaan;
OUTPUT Indikasi program bangunan dan lingkungan
Pertimbangan dan rekomendasi tentang indikasi potensi kegiatan
pembangunan kawasan/lingkungan.
DURASI 4 minggu terhitung dari minggu kedua pada bulan kedua
2.1 (a) Analisis
Perkembangan Sosial
Kependudukan
Gambaran kegiatan sosial-kependudukan, dengan memahami beberapa aspek, antara lain tingkat pertumbuhan penduduk, jumlah keluarga, kegiatan sosial penduduk, tradisi-budaya lokal, dan perkembangan yang ditentukan secara kultural-tradisional.
-
IV - 20
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
2.1 (b) Analisis Prospek
Pertumbuhan Ekonomi
Gambaran sektor pendorong perkembangan ekonomi, kegiatan usaha, prospek investasi pembangunan dan perkembangan penggunaan tanah, produktivitas kawasan, dan kemampuan pendanaan pemerintah daerah.
2.1 (c) Analisis
Daya Dukung Fisik
dan LIngkungan
Kemampuan fisik, lingkungan dan lahan potensial bagi pengembangan kawasan selanjutnya. Beberapa aspek yang harus dipahami antara lain: kondisi tata guna lahan, kondisi bentang alam kawasan, lokasi geografis, sumber daya air, status-nilai tanah, izin lokasi, dan kerawanan kawasan terhadap bencana alam.
1. Analisis Topografi
Analisis bentuk dasar permukaan tanah atau struktur topografi suatu tapak
merupakan sumber daya yang sangat mempengaruhi lokasi. Pemahaman lengkap
terhadap struktur topografi tidak hanya memberi petunjuk terhadap pemilihan rute
lintasan tetapi juga menyatakan susunan keruangan dari tapak dan kestabilan pondasi.
Area Function Slope in percent
Max Min
Streets and drives
5% 1%
8% .05%
Ramps
10% 15%
1% NA
-
IV - 21
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
Area Function Slope in percent
Max Min
Walkways approaches and entrances
4% 1%
5% 0.5%
Services area and Collector walks
8% 0.5%
10% 0.5%
Terrace and sitting area
2% 1%
2% 0.5%
Lawn area and playground
3% 2%
4% 0.5%
Swales
10% 1%
Grassed banks
33% (3:1)
NA
25% (4:1)
NA
Planted banks (unmoved vines or ground cover)s
50% NA
2:1 NA
2. Analisis Tata Guna Lahan
Analisis tata guna lahan
dilakukan dengan menggunakan hasil
survey blok peruntukan lahan
teperinci setiap kavling bangunan.
Telaah terbentuk cluter-cluster pola
penggunaan lahan menurut
hubungan fungsional fungsi dominan
maupun peruntukam yang telah
diarahkan menurut rencana tata
ruang. Berikut adalah ketentuan-
ketentuan analisis hunungan
fungsional pemanfaatan ruang untuk
setiap penggunaan lahan
menunjukkan boleh tidaknya sebuah
kegiatan dikembangkan dalam
sebuah klasifikasi penggunaan
lahanBoleh tidaknya pemanfaatan
ruang untuk sebuah hirarki
peruntukan tanah ditunjukkan
dengan 4 indikator, seperti yang
ditunjukkan pada tabel berikut.
Simbol Deskripsi
I
Pemanfaatan diizinkan, karena sesuai dengan peruntukan tanahnya, yang berarti tidak akan ada peninjauan atau pembahasan atau tindakan lain dari pemerintah kabupaten.
-
IV - 22
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
T
Pemanfaatan diizinkan secara terbatas atau dibatasi. Pembatasan dapat dengan standar pembangunan minimum, pembatasan pengoperasian, atau peraturan tambahan lainnya baik yang tercakup dalam ketentuan ini maupun ditentukan kemudian oleh pemerintah kabupaten.
B
Pemanfaatan memerlukan izin penggunaan bersyarat. Izin ini diperlukan untuk penggunaan-penggunaan yang memiliki potensi dampak penting pembangunan di sekitarnya pada area yang luas. Izin penggunaan bersyarat ini berupa AMDAL, RKL, dan RPL.
- Pemanfaatan yang tidak diizinkan
3. Analisis Figure/Ground
Metode analisis figure-ground adalah alat yang baik untuk meng-identifikasikan
hubungan pola, tekstural, dan tipologi massa bangunan dan ruang. Metode ini termasuk
dalam metode analisis visual ; mencoba menganalisis gambar hitam-putih. Langkah-
langkah dalam menganalisis figure-ground sangat sederhana yaitu :
Tahap membuat figure (gambar) pada bidang dua dimensi peta teknis yaitu
memberikan warna hitam atau arsir untuk semua kategori massa bangunan. Selanjutnya
bagian yang dihitamkan tersebut dinamakan dengan elemen solid.
Blok Tunggal Blok Sebagian Tepi Blok Medan
Tipologi Massa Bangunan
Tahap membuat ground (latar). Dengan menghitamkan bagian semua massa
bangunan, terbentuk dengan sendirinya bagian-bagian yang berwarna putih sebagai
ruang. Selanjurnya bagian putih ini dinamakan dengan elemen void.
Tipologi elemen ruang (urban void)
Sistem Tertutup Sistem Tertutup Sentral Sistem Tebuka Sentral Sistem Tebuka Linier
-
IV - 23
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
Tahap pengamatan terhadap objek hitam-putih atau figure/ground. Dalam
tahapan ini berlaku teknik Gestalt yaitu cara memandang yang berbeda untuk satu
gambar. Artinya pengamatan bisa dilakukan hanya tertuju hanya pada bagian hitam saja
(figure) atau hanya bagian putih (ground) saja dan atau objek hitam-putih secara
bersamaan.
Tahap identifikasi karakteristik pola, tekstur dan tipologi. Dengan cara melihat
hubungan solid dan void secara bersamaan dapat diidentifikasi-kan pola dan tekstur
kawasan. Secara teoritik pola yang dapat di-identifikasikan berupa (1) pola anguler
(menyiku), aksial (sumbu), grid (bersilang tegak lurus), kurva linier (linier), radial
konsentrik (memusat) dan organis (fleksibel)
Hasil analisis figure/ground dapat digunakan untuk kegiatan merancang dengan
cara merekayasa secara kreatif bentuk-bentuk dasar berikut.
-
IV - 24
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
4. Analisis Linkage
Metode ini merupakan kelanjutan dari analisis figure-ground yang memberikan
tekanan analisisnya pada karakteristik kesatuan ruang berdasarkan sudut pandang
visual, struktural dan bentuk kolektif. Tahap-tahap analisis visual ini sangat sederhana
yaitu :
Tahap pertama,
mengidentifikasikan
elemen-elemen
penghubung suatu
kawasan dengan
kawasan lain atau satu
elemen ke elemen
lainnya yang secara
empirik berupa jalan-
jalan, jalur pejalan
kaki, ruang terbuka
linier, atau elemen-
elemen menerus, dan
elemen fisik lainnya.
Tahap kedua, menganalisis pola hubungan yang dibentuk oleh elemen-elemen tersebut
secara visual apakah membentuk hubungan garis atau koridor atau sisi atau sumbu atau
ritme ? Secara struktural apakah merupakan elemen tambahan atau sambungan atau
-
IV - 25
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
tembusan ? Secara kolektif apakah membentuk komposisi atau megaform atau
kelompok ?
Tahap ketiga, menganalisis lebih lanjut pola hubungan tersebut apakah hubungan
menghubungkan zona netral atau mengutamakan suatu zona ?
Hasil analisis linkage ini berupa karakteristik dasar konfigurasi massa bangunan dan
lingkungan dalam perspektif hubungan visual, struktural dan kolektif. Karakteristik ini
dapat dikembangkan menjadi konsep perancangan.
5. Analisis Place (Makan Tempat)
-
IV - 26
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
Analisis place merupakan kelanjutan analisis figure-ground dan linkage. Analisis ini
menemukenali karakteristik konfigurasi massa bangunan dan lingkungan dari sudut
pandang makna tempat dalam persepsi manusia dan kebudayaannya melalui tahap
sebagai berikut :
Tahap pertama, mengidenifikasikan elemen-eleman kawasan yang mudah dikenali
Tahap kedua, analisis sense of place elemen-elemen tersebut sebagai path (lorong) atau
edges (pembatas) atau nodes (simpul) atau district (kawasan) atau landmark
(tenggaran). Tahap analisis ini sangat bergantung dari pemahaman perancang terhadap
sejarah, fisolofi perancangan, kebudayaan, estetika, kontekstual elemen dan lingkungan
fisik dan sosialnya.
Tahap ketiga, hasil analisis ini berupa karakteristik dasar yang dapat dikembangkan
menjadi konsep perancangan.
6. Analisis Kepadatan Bangunan (KDB)
Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah angka prosentase berdasarkan
perbandingan luas lantai dasar bangunan terhadap luas tanah perpetakan. Koefisien
dasar bangunan diperlukan untuk membatasi luas lahan yang tertutup perkerasan,
sebagai upaya untuk melestarikan ekosistem, sehingga dalam lingkungan yang
bersangkutan sisa tanah sebagai ruang terbuka masih menyerap atau mengalirkan air
hujan ke dalam tanah. Batasan Koefisien Dasar Bangunan adalah
-
IV - 27
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
KDB maks = 100% x FPs x FJl x FLk x FFb x FKl x FTb
Keterangan:
KDB maks : Koefisien Dasar Bangunan yang diperkenankan untuk suatu lokasi
FPs : Faktor penyesuaian lokasi lahan terhadap sistem pusat pelayanan
FJl : Faktor penyesuaian lokasi lahan terhadap hirarki jalan
FLk : Faktor penyesuaian luas kapling
FFb : Faktor penyesuaian fungsi bangunan
FKl : Faktor penyesuaian kelerengan lahan
FTb : Faktor penyesuaian tinggi bangunan
Analisis ini digunakan menilai tingkat intensitas penggunaan lahan dari setiap
kegiatan permukiman pada seluruh kawasan perencanaan. Model yang digunakan
adalah sebagai berikut :
Dimana :
PL = Intensitas kepadatan bangunan
KLB = Koefisien Lantai Bangunan
7. Analisis Ketinggian Bangunan (KLB)
Secara sederhana analisis Koefisien Lantai Bangunan dapat diperoleh dengan
metode perhitungan sebagai berikut :
381,0
903,1 KLBLogPL
-
IV - 28
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
Adapun standar yang digunakan untuk mengatur ketinggian bangunan adalah
sebagai berikut :
Blok peruntukan ketinggian bangunan sangat rendah adalah blok dengan bangunan
tidak bertingkat dan bertingkat
maksimum 2 lantai (KLB maksimum = 2 x KDB) dengan tinggi puncak bangunan
maksimum 12 m dari lantai dasar:
Blok peruntukan ketinggian bangunan rendah adalah blok dengan bangunan
bertingkat maksimum 4 lantai (KLB max = 4 x KDB) dengan tinggi puncak bangunan
maksimum 20 m dan minimum 12 m dari lantai dasar.
Blok peruntukan ketinggian bangunan sedang dengan bangunan tingkat maksimum 8
lantai (KLB maksimum = 8 x KDB) dengan tinggi puncak bangunan maksimum 36 m
dan minimum 24 m dari lantai dasar.
Blok peruntukan ketinggian bangunan tinggi dengan bangunan bertingkat minimum 9
lantai (KLB = 9 x KDB) dengan tinggi puncak bangunan minimum 40 m dari lantai
dasar.
Blok peruntukan bangunan sangat tinggi dengan bangunan bertingkat minimum 20
lantai (KLB = 9 x KDB) dengan tinggi puncak bangunan minimum 84 m dari lantai
dasar.
7.1 Perhitungan sudut pandang 450 atau ROW jalan .
Pencahayaan dan angle-Sudut pandang, Tinggi maksimum bangunan pada
umumnya ditentukan berdasarkan ketentuan :
Dimana :
h = tinggi puncak bangunan maksimum.
d = jarak antara proyeksi puncak bangunan pada lantai dasar terhadap
sumbu jalan yang berdampingan.
h dan d merupakan variabel dari fungsi sudut alpha dan beta.
Jika lebar jalan yang berdampingan < 20 m maka titik sudut ditetapkan pada as jalan.
Jika lebar jalan yang berdampingan > 20 m maka titik sudut ditetapkan 10 m dari garis
sempadan pagar ke jalan.
Keterangan :
H1 = Ketinggian bangunan maksimum pada garis sempadan bangunan yang ditentukan
dh2
11
-
IV - 29
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
Bila akan dibangun suatu bangunan dengan ketinggian H2 atau H3, maka jarak minimum
dari sumbu jalan adalah sebesar H2 atau H3
X = Batas ketinggian bangunan yang diperbolehkan (X = H3)
Y = Batas ketinggian bangunan yang diperbolehkan (Y = H2)
8. Jarak Bangunan
Yang dimaksud dengan jarak bebas ialah jarak minimum yang diperkenankan dari
bidang terluar suatu massa bangunan ke :
Garis sempadan jalan
Antar massa-massa bangunan
Pagar/batas lahan yang dikuasai dan atau
Rencana saluran, jaringan tegangan listrik , telepon dan sebagainya.
Gambar 4.2 Bagan Analisis Jarak Bebas Bangunan
Tabel IV.1 Standar Hubungan Antara Tinggi Bangunan, Jarak Bebas, KDB Dan KLB Bagi Bangunan Renggang (Type Tunggal)
Ketinggian Bangunan
Jarak Bebas
Padat Kurang Padat
Tidak Padat
Padat Kurang Padat
Tidak Padat
I II III IV
4.00 4.50 5.00 5.50
60.00 60.00 60.00 60.00
60 50 50 50
50 40 40 40
0.6 1.2 1.8 2.4
0.5 1.0 1.5 2.0
0.4 0.8 1.2 1.6
V VI VII VIII
6.00 6.50 7.00 7.50
50.00 50.00 50.00 50.00
50 45 45 45
40 40 40 40
3.0 3.6 4.0 4.0
2.5 3.0 3.5 3.5
2.0 2.4 2.8 3.0
-
IV - 30
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
IX X XI XII XIII XIV XV XVI
8.00 8.50 9.00 9.50
10.00 10.50 11.00 11.50
45.00 45.00 45.00 45.00 45.00 45.00 45.00 45.00
45 45 45 45 45 45 45 45
40 40 40 40 40 40 40 40
4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0
3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5
3.0 3.0 3.0 3.0 3.0 3.0 3.0 3.0
Catatan : Ketentuan jarak bebas bangunan renggang diberlakukan pada kondisi perumahan padat.
Tabel IV.2 Standar Hubungan Antara Tinggi Bangunan, Jarak Bebas, KDB Dan KLB Bagi Bangunan Rapa
Ketinggian Bangunan
Jarak Bebas K D B (%) K L B (%)
Samping Belakang Padat Kurang Padat
Tidak Padat
Padat Kurang Padat
Tidak Padat
I II III IV
0.00 0.00 0.00 0.00
4.00 4.50 5.00 5.50
75 75 75 75
60 60 60 60
50 50 50 50
0.75 1.5
2.25 3.0
0.6 1.2 1.8 2.4
0.5 1.0 1.5 2.0
V VI VII VIII
6.00 6.50 7.00 7.50
6.00 6.50 7.00 7.50
60 60 60 60
50 50 50 50
40 40 40 40
3.5 3.5 3.5 3.5
3.0 3.0 3.0 3.0
2.5 2.5 2.5 2.5
IX X XI XII XIII XIV XV XVI
8.00 8.50 9.00 9.50
10.00 10.50 11.00 11.50
8.00 8.50 9.00 9.50
10.00 10.50 11.00 11.50
50 50 50 50 50 50 50 50
45 45 45 45 45 45 45 45
40 40 40 40 40 40 40 40
4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0
3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5
3.0 3.0 3.0 3.0 3.0 3.0 3.0 3.0
Catatan : Ketentuan jarak bebas bangunan renggang diberlakukan pada kondisi perumahan padat.
Jarak bangunan yang dimaksudkan di sini adalah jarak antar bangunan yang berada
di dalam persil yang sama. Sesuai konsep yang dirumuskan, jarak bangunan untuk
berbagai ketinggian, diusulkan sebagai berikut :
Dimana :
d = jarak bangunan 1 dengan bangunan 2 (dalam meter)
h1 = tinggi bangunan 1 (dalam meter)
h2 = tinggi bangunan 2 (dalam meter)
h dan d merupakan variabel dari fungsi sudut dan
12
25,015,0
hhd
-
IV - 31
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
Untuk memproteksi bangunan terhadap bahaya kebakaran dan memudahkan
operasi pemadaman, maka perlu adanya penentuan terhadap jarak antar bangunan
yang ditentukan berdasarkan tinggi bangunan tersebut. Penentuan jarak antar
bangunan (garis sempadan bangunan) antara lain :
Tinggi bangunan kurang dari 8 meter, maka jarak minimum antar bangunan
berjarak 3 meter.
Tinggi bangunan antara 8-14 meter, maka jarak minimum antar bangunan berjarak
3 s/d 6 meter.
Tinggi bangunan antara 14-40 meter, maka jarak minimum antar bangunan
berjarak 6 s/d 8 meter.
Tinggi bangunan lebih dari 40 meter, maka jarak minimum antar bangunan berjarak
8 meter.
9. Analisis Perpetakan Bangunan
Analisis standar untuk perpetakan bangunan yang terdapat pada setiap blok adalah
:
Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi I (di atas 2.500 m2) Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi II (1.000-2.500 m2) Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi III (600-1.000 m2) Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi IV (250-600 m2) Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi V (100-250 m2) Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi VI (50-100 m2) Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi VII (di bawah 50 m2) Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi VIII (rumah susun/flat).
10. Analisis Orientasi Bangunan
Analisis orientasi bangunan terhadap best view, penyinaran maahari dan angin
sangat penting dalam rangka menciptakan kualitas lingkungan. Visual dan fungsional
dari massa bangunan tersebut. Terlebih lagi kawasan perencanaan berapa di sekitar
pantai dan sungai yang berpotensi memberikan best view panorama alam yang baik.
Dam berada pada zona rawan bencana angin Gusthi. Sikap bangunan perlu di atur
untuk memanfaatkan potensi maupun meminimalisasi masalah bangunan dan
lingkungan
-
IV - 32
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
2.1 (d) Analisis Aspek
Legal Konsolidasi
Lahan Perencanaan
Kesiapan administrasi dari lahan yang direncanakan dari segi legalitas hukumnya.
2.1 (e) Analisis
Daya Dukung
Praarana dan Fasilitas Lingkungan
Seperti jenis infrastruktur, jangkauan pelayanan, jumlah penduduk yang terlayani, dan kapasitas pelayanan
1. Analisis Komponen Ruang Terbuka Hijau Perhitungan dilakukan untuk memperoleh hasil kebutuhan ruang terbuka hijau di
masa yang akan datang :
1.1. Kebutuhan RTH Taman Lingkungan / Taman Kota Mengacu pada standar penyediaan ruang di dalam Inmendagri No. 14 tahun 1988 ditentukan sebagai berikut :
- Taman 250 penduduk dibutuhkan 1 m2 / orang - Taman 2.500 penduduk dibutuhkan 0,5 m2 / orang - Taman 30.000 penduduk dibutuhkan 0,3 m2 / orang - Taman 120.000 penduduk dibutuhkan 0,2 m2 / orang
- Taman 480.000 penduduk dibutuhkan 0,3 m2 / orang Standar kebutuhan RTH / orang 2,3 m2 / orang Dengan menggunakan model perhitungan kebutuhan taman lingkungan yaitu :
Dimana :
Pt adalah jumlah penduduk yang dilayani
-
IV - 33
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
St adalah Standar Kebutuhan Ruang
1.2. RTH Jalur Hijau Jalan
Kualitas dan kuantitas RTH jalur hijau jalan ditentukan oleh luas jalan, jalur hijau
serta tingkat kerapatan vegetasinya. Model kebutuhan vegetasi ideal adalah sebagai
berikut :
Vo
----- x 100 = Xo
Lj
2. Analisis Komponen Sirkulasi dan parkir Menganalisis seluruh pola-pola pergerakan kendaraan dan pejalan kaki di atas dan
disekitar tapak. Data meliputi lamanya dan beban-beban puncak bagi lalu-lintas
kendaraan lingkungan dan pergerakan pejalan kaki, perhentian bis, tepi-tepi pencapaian
tapak, pembangkit-pembangkit lalu lintas, pencapaian truk servis, dan lalu lintas yang
terjadi sewaktu-waktu (seperti parade agustusan, jalur truk kebakaran, penyelenggaraan
konser pada auditorium yang berdekatan).
Analisis lalu-lintas harus meliputi proyeksi masa depan sejauh yang dapat dibuat.
Perhitungan Kapasitas Ruas jalan dilakukan dengan menggunakan metode Indonesian
Highway Capacity Manual (IHCM 1997 : III-12) untuk daerah perkotaan, dengan
formulasi sebagai berikut :
C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs (smp/jam)
Keterangan :
C : Kapasitas ( smp / jam )
Co : Kapasitas Dasar ( smp /jam)
FCw : Faktor koreksi kapasitas untuk lebar jalan
FCsp : Faktor koreksi kapasitas akibat pembagian arah
(tidak berlaku untuk jalan satu arah )
FCsf : Faktor koreksi kapasitas akibat gangguan samping
FCcs : Faktor koreksi kapasitas akibat ukuran kota
(jumlah penduduk)
Rincian dari masing-masing variabel pada formula di atas, diuraikan sebagai berikut :
a. Kapasitas Dasar (Co)
Kapasitas dasar Co ditentukan berdasarkan tipe jalan sesuai dengan nilai yang
tertera pada Tabel di bawah ini.
Dimana : Lj = Luas Jalan
Vo = Luas Jalur Hijau
Xo = Koefisien Liputan Vegetasi
-
IV - 34
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
TABEL IV.3 KAPASITAS DASAR (Co)
TIPE JALAN KAPASITAS DASAR
(SMP/JAM) KETERANGAN
Jalan 4 lajur berpembatas median atau 1,650 per lajur
jalan satu arah
Jalan 4 lajur tanpa pembatas median 1,500 per lajur
Jalan 2 jalur tanpa pembatas median 2,900 total dua arah
b. Sistem Perparkiran
Tempat parkir yang baik harus berdasarkan standar terkait dengan pola kontruksi,
lokasi dan tingkat pelayanan.
Tidak mengurangi daya tarik area sekitarnya. Melainkan senantiasa menciptakan
keseimbangan dengan perkembangan lahan yang berbatasan.
Harus memiliki utilitas atau kemungkinan dilaksanakannya aktivitas dan mampu
menarik pembeli. Jika tempat parkir dilayani oleh tukang parkir, pengendara harus
sopan sehingga pelayanan menjadi efisien. Jika tempat parkir melebihi parkir
perorangan, maka tempat parkir harus dirancang dengan ukuran yang lebih besar
dan nyaman, sederhana, dengan akses yang baik.
Harus dirancang dengan koordinasi menggunakan pendekatan pergerakan lalu
lintas pintu masuk dan keluar untuk jalan kecil atau gang.
Dengan standar Direktorat Tata Kota dan Daerah dan Direktorat Penyelidikan
Masalah Bangunan setiap 60 m2 (untuk perdagangangan) dan 100 m2 (untuk perkatoran
dan kegiatan lain) di area perbelanjaan harus menyediakan parkir 1 mobil dan satandar
untu 1 parkir mobil 12 m2, maka kebutuhan parkir berdasarkan fungsi kegiatan adalah :
Kebutuhan Parkir Perdagangan
Kapasitas tampung kendaraan
Luas Fungsi Kegiatan (m2) : 60 m2
Kebutuhan ruang berdasarkan kapasitas tampung kendaraan
Kapasitas Tampung Kendaraan x 12 m2
Kebutuhan Parkir Perkantoran dan Kegiatan Lain
Kapasitas tampung kendaraan
Luas Fungsi Kegiatan (m2) : 100 m2
Kebutuhan ruang berdasarkan kapasitas tampung kendaraan
Kapasitas Tampung Kendaraan x 12 m2
-
IV - 35
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
TABEL IV.4 KAPASITAS TEMPAT PARKIR
Lebar area parkir (feet)
Rencana Parkir Jumlah dan lebar gang
Kapasitas kendaraan/100 kaki dari panjang tempat
parkir
40 1 baris dari 90o 1-22 12
50 2 baris dari 45o 1-12 14
60 2 baris dari 90o 1-24 24
70 1 baris dari 90o 1-24 23
2 baris dari 30o 1-12
80 1 baris dari 60o 2-12 24
2 baris dari 45o 2-12
90 1 baris dari 45o
2 baris dari 45o 2-12 28
1 baris dari 45o
100 2 baris dari 90o 1-24 38
2 baris dari 45o 1-12
1 baris dari 60o
36
110 2 baris dari 60o 2-14.5 36
1 baris dari 60o
120 4 baris dari 90o 2-24 48
TABEL IV.5 KEBUTUHAN LAHAN DILUAR PARKIR UNTUK PERDAGANGAN ATAU
KOMERSIL
TIPE BANGUNAN
Bank dan
Perkantoran
Bisnis dan
Pelayanan Profesional
Fasilitas Rekreasi Komersil
Permainan Bowling
Toko Pedagang
Eceran
Kenyaman Pedagang
Eceran
Restoran Pelayanan
dan Resparasi pribadi
Resparasi dan
pelayanan pribadi
Syarat Ruang Per 100 Sq ft
areal lantai
Ruang per 100 Sq
ft areal lantai
Ruang per
100 Sq ft
areal lantai
Ruang Per Gang
Ruang Per 100
Sq ft areal lantai
Ruang per 100
Sq ft areal lantai
Ruang per 100 Sq ft areal lantai
Ruang Per
tempat duduk
Ruang Per 100
Sq ft areal lantai
Minimum 0.08 0.08 0.16 0.33 0.06 0.10 0.06 0.08 0.08
Maksimum 1.33 1.33 2.00 10.00 3.00 1.33 2.00 0.50 1.00
Barang 0.25 0.33 1.00 5.00 0.50 0.50 1.00 0.25 0.50
Rata-rata 0.33 0.37 0.79 4.50 0.44 0.44 0.75 0.28 0.40
-
IV - 36
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
TABEL IV.6 PERMUKAAN JALAN YANG DIBUTUHKAN UNTUK PARKIR DALAM
BERBAGAI KEDUDUKAN
Lebar Petak
M
Kedudukan Kendaraan Terhadap Sisi Jalan
Lebar Jalan Yang
Digunakan Untuk Parkir
Lebar Jalan yang
Dibutuhkn Untuk Parkir plus Gerak
(Manuevering) M
Panjang Sisi Jalan
per Kendaraan
M
Banyaknya Kendaraan Yang Bisa Dipakai
per 30,5 M
2,13 Sejajar 2,13 5,18 6,70 4,5
2,43
45o 5,60 9,26 3,44 8,2
60o 5,97 11,76 2,80 9,5
90o 5,48 14,02 2,43 12,5
2,59
45o 5,69 9,05 3,65 7,8
60o 6,03 11,52 2,98 9,5
90o 5,97 13,10 2,59 11,5
2,74
45o 5,82 9,17 3,87 7,37
60o 6,69 11,27 3,16 9,0
90o 5,97 12,49 2,74 11,1
Karakteristik Kendaraan : Lebar 1,98 Panjang 5,48 Jarak Roda 3,20 Radius putaran 7,08 c. Ukuran Perparkiran
Ukuran perparkiran disesuaikan dengan ukuran kendaraan, yang pada umumnya memiliki ukuran 25 sampai 500 atau lebih. Tempat parkir disesuaikan dari 100 sampai 200 kendaraan secara efisien dan praktis. Tempat parkir yang kecil dibuat secara strategis, biasanya melayani lebih dari satu ukuran tempat parkir.
Kemudahan ruang parkir adalah :
Mempunyai jalan masuk sedikitnya lebar 0,1524 m dan panjang yang berbatasan 6 m, pararel dan mempunyai ruang untuk berdiri.
Mempunyai ruangan untuk berdiri dan jalan masuk dengan permukaan lantai tidak melebihi 1:48 disemua arah.
-
IV - 37
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
TABEL IV. 7 KAPASITAS TEMPAT PARKIR
Parkir Satu Garis Lebih Dari Satu Garis
Sudut
(o)
Panjang pinggir jalan/kendaraan
(feet)
Lebar tempat parkir (feet)
Lebar jalan/gang
(feet)
Luas daerah/
kendaraan (sq feet)
Lebar unit
parkir (feet)
Jumlah kendaraan/
acre
Lebar tempat parkir (feet)
Luas daerah/
kendaraan (sq feet)
Lebar unit
parkir (feet)
Jumlah kendaraan/
acre
0 22 8 12 308 28 141 8 308 28 141
20 24.9 14.2 12 502.9 40.4 87 10.1 400.9 32.2 109
25 20.1 15.4 12 430.1 42.8 101 11.4 349.7 34.8 125
30 17.0 16.4 12 380.8 44.8 114 12.7 309.8 37.4 141
35 14.8 17.3 12 344.8 47.6 126 13.7 291.6 39.4 149
40 13.2 18.1 12 318.8 48.2 137 14.8 274.6 41.6 159
45 12.0 18.7 12 296.4 49.4 147 15.8 261.6 43.6 167
50 11.1 19.2 12 279.7 50.4 156 16.6 250.9 45.2 174
55 10.4 19.6 12 266.2 51.2 164 17.2 241.3 46.4 181
60 9.8 19.8 14.5 265.1 54.1 164 17.8 245.5 49.6 177
65 9.4 19.9 17 267.0 56.8 163 18.2 250.9 53.4 174
70 9.0 19.8 20 268.2 59.6 162 18.4 255.6 56.8 170
75 8.8 19.6 23 273.7 62.2 159 18.6 264.9 60.2 164
80 8.6 19.2 24 268.3 62.4 162 18.4 261.4 60.8 167
85 8.6 18.7 24 260.9 61.4 167 18.3 257.6 60.6 169
90 8.5 18.0 24 255.0 60.0 171 18.0 255.0 60.0 171
TABEL IV.8 RENCANA PENGATURAN FASILITAS PARKIR TIAP JENIS KEGIATAN
PENGGUNAAN STANDAR KEBUTUHAN SATUAN
Wisma
Bangunan flat/apartemen Luas Lantai 90 m
2 ke atas 1 unit / 1 mobil
Luas Lantai 90 70 m2 2 unit/1 mobil
Luas Lantai 70 m2 ke bawah 5 unit / 1mobil
Bangunan wisma bukan flat
Harus menyediakan tempat parkir 1 bgn/ 1 mobil
Karya
Industri & Pergudangan
Ruang pabrik/gudang
luas 2000 m2 setiap 200 m
2 lantai 1 parkir truk
luas 2000 - 5000 m2 setiap 300 m
2 lantai Minimal 10 parkir
luas 5000 m2 ke atas Minimal 17 parkir
Bangunan kantor Ruang kantor setiap 100 m2 1 mobil
-
IV - 38
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
Perkantoran setiap 100 m2 lantai 1 mobil
Bangunan toko/perdagangan setiap 100 m
2 lantai 1 mobil
Bangunan apotik setiap 100 m2 lantai 1 mobil
Bangunan praktek dokter setiap 20 60m
2 lantai 1 mobil
Suka
Bangunan Hotel Hotel bintang 4 dan 5 setiap 5 kamar 1 mobil
Hotel bintang 3 dan 2 setiap 7 kamar 1 mobil
Hotel bintang ke bawah setiap 10 kmr 1 mobil
Bioskop Kelas A-1, setiap 7 kursi 1 mobil
Kelas A-2, setiap 10 kursi 1 mobil
Kelas A-3 setiap 15 kursi 1 mobil
Restoran/nite-club Kelas I, setiap 7 kursi 1 mobil
Amusement Kelas II, setiap 15 kursi 1 mobil
Bangunan Pasar Pasar tingkat kota, setiap 100 m2 lantai 1 mobil
Pasar tingkat wilayah setiap 200m2 lantai 1 mobil
Pasar tingkat lingk. Setiap 400 m2 lantai 1 mobil
Bangunan Rumah Sakit
VIP, setiap 1 tempat tidur 1 mobil
Kelas I, setiap 5 tempat tidur 1 mobil
Kelas II, setiap 10 tempat tidur 1 mobil
Bangunan Pertemuan Padat, setiap 4 m2 lantai 1 mobil
Non padat, setiap 10 m2 lantai 1 mobil
Bangunan Olahraga Setiap 15 penonton 1 mobil
Bangunan Perguruan Tinggi Setiap 200 m
2 lantai 1 mobil
Sekolah Setiap 100 m2 lantai/kecuali sekolah
Inpres 1 mobil
Sumber : Pedoman Perencanaan Tata Bangunan DTK DKI
3. Analisis Komponen Pedestrian
Penilaian kinerja pada dasarnya untuk mengetahui sejauh mana fasilitas pejalan
mengakomodasi penggunanya. Tingkat pelayanan jalur pedestrian atau level of service
(LOS) merupakan salah satu ukuran penilaian sediaan. Konsep pengukuran yang menjadi
dasar penilaian tingkat pelayanan jalur pedestrian adalah sebagai berikut ;
-
IV - 39
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
TABEL IV.9 KONSEP PENGUKURAN LOS JALUR PEDESTRIAN
Dasar pengukuran
Definisi Satuan Rumus
1. Ruang pejalan
Luas ruang rata-rata yang tersedia untuk setiap pejalan
(m2/ped) Luas trotoar Rata-rata arus pejalan per-
menit pada jam puncak
2. Kecepatan Pejalan
Jarak yang ditempuh pejalan setiap satuan waktu
(m/menit) Jarak berjalan yang ditempuh
Waktu yang dibutuhkan
3. Arus pejalan
Jumlah pejalan yang melewati satu titik tertentu dalam satu unit waktu. Titik yang dilalui adalah titik yang tegak lurus terhadap lebar trotoar
Orang/menit (Rata-rata jumlah pejalan pada jam puncak)
(Interval waktu
penghitungan arus pejalan)
4. Volume pejalan
Jumlah pejalan yang melewati suatu titik dalam satuan waktu dan dalam satuan panjang
Orang/menit/m P = P = volume (orang/m/menit) S = kecepatan rata-rata
(m/menit) M = ruang yang tersedia per-
orang (m2/orang)
TABEL IV.10 KRITERIA TINGKAT PELAYANAN JALUR PEDESTRIAN (LOS)
A
Ruang pejalan : > 3,25 m2/orang.
Tingkat Arus : 23 orang/m/menit Pejalan bergerak dalam jalur yang diinginkan tanpa merubah pergerakannya dalam bereaksi dengan pejalan lain. Kecepatan berjalan dapat dipilih dan tidak ada konflik dengan pejalan lain.
B
Ruang pejalan : >2,3 3,25 m2/orang
Tingkat arus : < 23-33 orang/m/menit Tersedia ruang yang cukup bagi pejalan untuk memilih kecepatan berjalannya untuk mendahului dan untuk menghindari konflik dengan pejalan lain. Pada tingkat ini pejalan harus mulai memilih jalur berjalannya.
C
Ruang pejalan : 1,4 2,3 m2/orang
Tingkat arus : 33 - 50 orang/m/menit Tersedia ruang yang cukup untuk memilih kecepatan berjalan yang normal dan mendahului pejalan lain dalam arus
-
IV - 40
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
pergerakan satu arah. Namun bila berjalan berlawanan arus atau memotong arus pergerakan yang ada, akan muncul sedikit konflik dan kecepatan akan semakin berkurang
D
Ruang pejalan : 0,90 1,40 m2/orang
Tingkat arus : 50 - 66 orang/m/menit Kebebasan untuk memilih kecepatan berjalan dan mendahului pejalan lain terbatasi. Pada saat memotong atau bergerak melawan arus, kemungkinan konflik akan tinggi. Untuk menghindari konflik harus merubah kecepatan dan posisi berjalan. Konflik antara pejalan sering terjadi
E
Ruang pejalan 0,45 0,90 m2/orang
Tingkat arus : 66 - 82 orang/m/menit Secara otomatis kecepatan berjalan dibatasi. Pada rentang paling rendah tingkat pelayanan ini, pergerakan hanya mungkin dengan menyeret kaki. Tidak ada ruang untuk mendahului pejalan yang bergerak lambat. Arus pergerakan memotong/membalik masih mungkin terjadi namun sangat sulit.
F
Ruang pejalan : 0,45 m2/orang
Tingkat arus 82 orang/m/menit Semua kecepatan berjalan terhambat. Pergerakan hanya dapat dilakukan dengan menyeret kaki. Sering terjadi kontak yang tidak bisa dihindari dengan pejalan lain. Arus memotong/membalik tidak mungkin terjadi, tampak seperti antrian.
TABEL IV.11 STANDAR ERGONOMIK KEBUTUHAN RUANG MINIMUM
Posisi Kebutuhan Ruang
Lebar Luas
1. Diam
0,27 m2
-
IV - 41
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
1. Bergerak
1,08 m2
1. Bergerak membawa barang
1,35 1,62 m2
1. Pengguna kursi roda
2,25 m2
a. Penentuan Dimensi Jalur Pedestrian
Dalam buku Petunjuk Perencanaan Trotoar (Dep. PU, 1990) kebutuhan lebar
trotoar dihitung berdasarkan volume pejalan rencana. Volume pejalan rencana (V)
adalah volume rata-rata per menit pada interval puncak, interval waktu yang dilkaukan
adalah setiap 15 menit pada jam sibuk. Lebar trotoar dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
Dimana : W = lebar trotoar V = volume pejalan rencana/dua arah (orang/meter/menit) N = lebar tambahan sesuai dengan keadaan setempat
Desain pedestrian
berdasarkan
standar ergonomik
Kursi roda penyandang
Cacat.
-
IV - 42
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
TABEL IV.12 LEBAR TAMBAHAN DALAM PENENTUAN DIMENSI TROTOAR
Lokasi N (meter)
Jalan di daerah pasar 1,5
Jalan di daerah perbelanjaan bukan pasar 1,0
Jalan di daerah lain 0,5
b. Lebar Efektif Trotoar
Pedestrian tidak selalu tetap berjalan pada jalur pedestrian yang terencana, zakibat
perilaku ini. Untuk itu perlu direncanakan lebar efektif trotoar yang akan termanfaatkan.
Menurut Buku Petunjuk Trotoar (Dep. PU, 1990), lebar trotoar disarankan tidak kurang
dari 2 m.
2.1 (f) Analisis Kajian
Aspek Signifikansi
Historis Kawasan
Kaitan kedudukan nilai historis kawasan pada konteks yang lebih besar, misalnya sebagai aset pelestarian pada skala kota/regional bahkan pada skala nasional.
2.2 ANALISIS PENGEMBANGAN
PEMBANGUNAN BERBASIS PERAN
MASYARAKAT
Pembangunan berbasis peran masyarakat (community-based development) adalah pembangunan dengan orientasi yang optimal pada pendayagunaan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung, masyarakat diberikan kesempatan aktif beraspirasi dan berkontribusi untuk merumuskan program-program bangunan dan lingkungan yang sesuai dengan tingkat kebutuhannya.
-
IV - 43
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
TUJUAN Memupuk pemahaman dan kesadaran masyarakat akan hak,
kewajiban, dan peranannya di dalam proses pembangunan,
sehingga tumbuh rasa memiliki dan tanggung jawab yang kuat
terhadap hasil-hasilnya.
Meminimalkan konflik, sehingga mempercepat proses kegiatan
secara keseluruhan, serta terbangunnya suatu ikatan di
masyarakat.
Efisiensi dan efektivitas. Keputusan yang diambil akan bersifat
efisien dan efektif jika sesuai dengan kondisi yang ada, baik
kebutuhan, keinginan, maupun sumber daya di masyarakat.
Memberdayakan masyarakat setempat, terutama dalam hal
membentuk dan membangun kepercayaan diri, kemampuan
bermasyarakat dan bekerja sama.
-
IV - 44
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
METODE Identifikasi Aspirasi dan Analisis Permasalahan
Analisis dan Perilaku Lingkungan
Rencana Pengembangan
Strategi Pengembangan dan Publikasi
Penerapan Rencana
LANGKAH
OUTPUT
DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama bulan pertama
2.2 (a) Identifikasi
Aspirasi dan Analisis
Permasalahan
Penyusunan tujuan, kebutuhan, dan kepentingan semua pihak, pelibatan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders), penciptaan dan sosialisasi mekanisme, serta analisis kebutuhan dan sumber daya pengembangan kawasan.
2.2 (b) Analisis
Perilaku Lingkungan
Interaksi kawasan perkotaan yang sudah memiliki struktur kota yang solid pada kawasan perencanaan.
2.2 (c) Rencana
Pengembangan
pedoman utama, arahan pengembangan, kepentingan prioritas, identifikasi hambatan, identifikasi sumber daya, dan visi pengembangan kawasan.
-
IV - 45
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
2.2 (d) Strategi
Pengembangan dan Publikasi
Perencanaan tahapan, monitoring dan evaluasi, persetujuan legal, strategi kerja sama dengan wakil-wakil komunitas, penyebaran informasi dan publikasi program.
2.2 (e) Penerapan
Rencana
publikasi rencana pelaksanaan, adaptasi perubahan, peninjauan dan kaji ulang (review) berkala bersama dengan komunitas dan seluruh masyarakat.
2.3 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
DAN PENANGANAN
-
IV - 46
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
TUJUAN Untuk menyerap dan fokus guna memilih rancangan yang tepat
dalam menyelesaikan permasalahan yang ada di kawasan studi
METODE Diskusi
LANGKAH
OUTPUT
DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama bulan pertama
2.4 KONSEP DASAR PERANCANGAN
merupakan hasil tahapan analisis program bangunan dan lingkungan, memuat gambaran dasar penataan pada lahan perencanaan yang selanjutnya ditindaklanjuti dengan penjabaran gagasan desain secara lebih detail dari masing-masing elemen desain.
-
IV - 47
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
TUJUAN Mengarahkan penyusunan visi dan karakter perancangan.
Mengendalikan suatu intervensi desain lingkungan sehingga
berdampak baik, terarah dan terukur terhadap suatu kawasan yang
direncanakan.
Mengintegrasikan desain elemen-elemen kota yang berpengaruh
pada suatu perencanaan kawasan.
Mengarahkan indikasi program dan desain penataan yang tepat
pada tiap subbagian kawasan yang direncanakan.
DURASI 4 minggu terhitung dari minggu pertama pada bulan ketiga
2.4 (a) Kriteria Penetapan Isi dari Visi Pembangunan: i. Spesifik mengacu pada konteks setempat;
ii. Memiliki spirit untuk membentuk/memperkuat karakter dan identitas suatu tempat;
iii. Memperkuat/memperjelas struktur ruang lingkungan/kawasan dalam konteks makro;
iv. Realistis dan rasional: penetapan visi yang memungkinkan dicapai pada kurun waktu penataan dan secara rasional memungkinkan untuk dicapai berdasarkan konteks dan potensi yang ada;
v. Kinerja dan sasaran terukur; vi. Mempertimbangkan berbagai sumber
daya dukung lingkungan; vii. Memperhatikan kepentingan masyarakat
pengguna/masyarakat lokal.
2.4 (b) Kriteria Penyusunan Konsep Perancangan Struktur Tata Bangunan dan Lingkungan:
i. Merupakan perwujudan realistis dari Visi Pembangunan.
ii. Merupakan sintesa dari identifikasi permasalahan, potensi dan prospek kawasan perencanaan yang dilakukan pada tahapan analisis.
iii. Membentuk/memperkuat karakter dan identitas suatu tempat.
iv. Memperhatikan keterkaitan makro dengan struktur ruang kota, dan
-
IV - 48
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
keterkaitan mikro dengan lingkungan eksisting sekitarnya.
v. Mengintegrasikan seluruh elemen rancang lingkungan.
2.4 (c) Kriteria Penyusunan Konsep Komponen Perancangan Kawasan Secara sistematis, konsep harus mencakup gagasan yang komprehensif dan
terintegrasi terhadap komponen-komponen perancangan kawasan, yang meliputi kriteria:
i. Struktur peruntukan lahan; ii. Intensitas pemanfaatan lahan;
iii. Tata bangunan; iv. Sistem sirkulasi dan jalur penghubung; v. Sistem ruang terbuka dan tata hijau;
vi. Tata kualitas lingkungan; vii. Sistem prasarana dan utilitas lingkungan;
viii. Pelestarian bangunan dan lingkungan.
2.4 (d) Kriteria Penetapan Blok-blok Pengembangan Kawasan dan Program Penanganan
Penetapan atau pun pembagian blok pengembangan dapat didasarkan pada:
i. Secara fungsional: (1) Kesamaan fungsi, karakter eksisting
atau pun karakter yang ingin diciptakan;
(2) Kesamaan dan potensi pengembangan; (3) Kebutuhan pemilahan dan organisasi
pekerjaan serta strategi pengembangannya.
ii. Secara fisik: (1) Morfologi blok; (2) Pola/pattern blok; (3) Kemudahan implementasi dan prioritas
strategi. iii. Dari sisi lingkungan (daya dukung dan
kelestarian ekologi lingkungan): (1) Keseimbangan dengan daya dukung lingkungan, dan perwujudan sistem ekologis
yang berkelanjutan; (2) Peningkatan kualitas kehidupan ruang publik melalui penyediaan lingkungan yang
aman, nyaman, sehat dan menarik serta berwawasan ekologis. iv. Dari sisi pemangku kepentingan:
Tercapainya keseimbangan berbagai kepentingan yang ada antarpara pelaku.
-
IV - 49
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
Tahap Perancangan
3.1 RENCANA UMUM DAN
PANDUAN RANCANGAN
Ketentuan-ketentuan tata bangunan dan lingkungan pada suatu lingkungan/kawasan yang memuat rencana peruntukan lahan makro dan mikro, rencana perpetakan, rencana tapak, rencana sistem pergerakan, rencana aksesibilitas lingkungan, rencana prasarana dan sarana lingkungan, rencana wujud visual bangunan, dan ruang terbuka hijau.
-
IV - 50
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
Rencana Umum ketentuan-ketentuan rancangan tata bangunan dan lingkungan yang bersifat umum dalam mewujudkan lingkungan/kawasan perencanaan yang layak huni, berjati diri, produktif, dan berkelanjutan.
TUJUAN Memberi arahan lugas dan sistematis bagi implementasi ketentuan
dasar dari perancangan tata bangunan dan lingkungan.
Memberi gambaran simulasi bangunan secara keruangan (3-
dimensional) sebagai model penerapan seluruh arahan materi pokok
rencana tata bangunan dan lingkungan.
Memudahkan pengembangan desain sesuai dengan visi dan arahan
karakter lingkungan yang telah ditetapkan.
Memudahkan pengelolaan, pengendalian pelaksanaan dan
pengoperasian kawasan sesuai dengan visi dan arahan karakter
lingkungan yang telah ditetapkan.
Mencapai intervensi desain kawasan yang berdampak baik, terarah
dan terukur pada suatu kawasan yang direncanakan.
Mencapai integrasi elemen-elemen desain yang berpengaruh pada
suatu perancangan kawasan.
DURASI 2 minggu terhitung dari minggu kedua bulan ketiga
-
IV - 51
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
Tahap Pengembangan
4.1 RENCANA INVESTASI
Merupakan rujukan bagi para pemangku kepentingan untuk menghitung kelayakan investasi dan pembiayaan suatu penataan atau pun menghitung tolok ukur keberhasilan investasi, sehingga tercapai kesinambungan pentahapan pelaksanaan pembangunan.
-
IV - 52
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
TUJUAN Menjadi alat mobilisasi dana investai masing-masing pemangku kepentingan dalam pengendalian pelaksanaan sesuai dengan kapasitas dan perannya dalam suatu sistem wilayah yang disepakati bersama, sehingga dapat tercapai kerja sama untuk mengurangi berbagai konflik kepentingan dalam investasi/ pembiayaan.
mengatur upaya percepatan penyediaan dan peningkatan kualitas pelayanan prasarana/sarana dari suatu lingkungan/kawasan.
METODE
LANGKAH Disusun berdasarkan dokumen RTBL yang memperhitungkan
kebutuhan nyata para pemangku kepentingan dalam proses
pengendalian investasi dan pembiayaan dalam penataan
lingkungan/kawasan.
DURASI 4 minggu terhitung dari minggu pertama bulan keempat
4.1 (a) Skenario Strategi Rencana Investasi
4.2 (b) Pola Kerjasama Operasional Investasi
1. Aspek-aspek Perencanaan a. Program bersifat jangka
menengah, minimal untuk kurun waktu 5 (lima) tahun, serta mengindikasikan investasi untuk berbagai macam kegiatan, yang meliputi: tolok ukur/kuantitas pekerjaan, besaran rencana pembiayaan, perkiraan waktu pelaksanaan dan kesepakatan sumber pendanaannya.
b. Meliputi investasi pembangunan yang dibiayai oleh pemerintah daerah/pusat (dari berbagai sektor), dunia usaha/swasta, dan masyarakat.
1. Kesepakatan bentuk Kerja Sama Operasional (KSO) yang menyangkut pola investasi antara lain dapat berbentuk: Build Operate and Transfer (BOT), Build Own Operate and Transfer (BOOT), dan Build Own and Operate (BOO).
2. Pada prinsipnya pola Kerja Sama Operasional ini dapat dilakukan oleh 3 (tiga) pihak, yaitu pemerintah, swasta dan/atau masyarakat (penghuni kawasan).
3. Pemilihan alternatif pola KSO dengan mempertimbangkan beberapa aspek kesepakatan kontrak dengan pemangku kepentingan, sebagai
-
IV - 53
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
c. Menjelaskan pola-pola penggalangan pendanaan, kegiatan yang perlu dilakukan khususnya oleh Pemda setempat, sekaligus saran/alternatif waktu pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut.
d. Menjelaskan tata cara penyiapan dan penyepakatan investasi dan pembiayaan, termasuk menjelaskan langkah, pelaku, dan perhitungan teknisnya.
e. Menuntun para pemangku kepentingan dalam memperoleh justifikasi kelayakan ekonomi dan usulan perencanaan lingkungan dengan memisahkan jenis paket berjenis cost recovery, noncost recovery, dan pelayanan publik.
2. Strategi perencanaan investasi
dengan skenario sebagai berikut:
a. Langkah I : Penetapan paket kegiatan pada tiap jangka waktu pentahapan dan penyiapan rincian sumber pembiayaan.
b. Langkah II : Perencanaan pembiayaan meliputi perhitungan prospek ekonomi, besaran investasi yang dibutuhkan, keuntungan setiap paket dan perhitungan investasi publik.
c. Langkah III : Penyiapan pelibatan dan pemasaran paket pembangunan untuk masing-masing pelaku pembangunan.
d. Langkah IV : Penyiapan detail investasi tahunan sebagai pengendalian selama pelaksanaan.
berikut: a. Jangka waktu kontrak harus cukup
untuk pengembalian hutang dan memberikan keuntungan yang disesuaikan dengan risiko kepada para investor.
b. Permintaan akan layanan dijamin oleh otoritas pemerintah (badan yang mengontrak).
c. Jaminan kerja sama berkaitan dengan minimalisasi risiko pembangunan, risiko pengembangan lingkungan, risiko kredit pembiayaan, risiko operasional, risiko politik, dan risiko keadaan pasar, serta pertimbangan dukungan pemerintah.
d. Fasilitas akan ditransfer (diserahkan) kepada pemerintahdan sebagai milik pemerintahpada akhir periode kontrak. Kontrak harus menyebutkan secara jelas bagaimana proses pengalihan pemilikan dilakukan dan keharusan pihak swasta untuk menyiapkan fasilitas yang akan diserahterimakan. Sektor pemerintah harus menyiapkan unit kelembagaan untuk menangani pemindahtanganan ini.
e. Di saat pengakhiran kontrak, sering kali terdapat penyediaan layanan untuk dilanjutkan. Hal ini dapat dilaksanakan untuk memastikan terjadinya transisi yang mulus dalam manajemen.
4.2 KETENTUAN PENGENDALIAN
RENCANA
sebagai bagian proses penyusunan RTBL yang melibatkan masyarakat, baik secara langsung (individu) maupun secara tidak langsung melalui pihak yang dianggap dapat mewakili (misalnya Dewan Kelurahan, Badan Keswadayaan Masyarakat/BKM dan Forum Rembug Desa).
-
IV - 54
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
TUJUAN Mengendalikan berbagai rencana kerja, program kerja maupun
kelembagaan kerja pada masa pemberlakuan aturan dalam RTBL dan
pelaksanaan penataan suatu kawasan.
Mengatur pertanggungjawaban semua pihak yang terlibat dalam
mewujudkan RTBL pada tahap pelaksanaan penataan bangunan dan
lingkungan.
METODE
LANGKAH
DURASI 4 minggu terhitung dari minggu pertama bulan keempat
4.2 (a) Strategi Pengendalian Rencana
4.2 (b) Arahan Pengendalian Rencana
1. Aspek-aspek Pengendalian: a. Ketentuan administratif untuk
mengendalikan pelaksanaan seluruh rencana dan program serta kelembagaan yang diperlukan pemerintah daerah dalam rangka mendorong pelaksanaan materi RTBL agar terlaksana secara efektif termasuk melalui mekanisme perizinan (terutama IMB=Izin Mendirikan Bangunan).
b. Arahan yang bersifat mengantisipasi terjadinya
1. Penetapan rencana dan indikasi program pelaksanaan dan pengendalian pelaksanaan, termasuk kesepakatan wewenang dan kelembagaan.
2. Penetapan paket kegiatan pelaksanaan dan pengendalian jangka menengah.
3. Penyiapan pelibatan dan pemasaran paket pembangunan untuk setiap pemangku kepentingan.
4. Identifikasi dan penyesuaian aspek fisik, sosial, dan ekonomi terhadap kepentingan dan tanggung jawab para
-
IV - 55
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
perubahan pada tahap pelaksanaan, yang disebabkan oleh berbagai hal, tetapi masih dapat memenuhi persyaratan daya dukung dan daya tampung lahan, kapasitas prasarana lingkungan binaan, masih sejalan dengan rencana dan program penataan kota, serta masih dapat menampung aspirasi masyarakat.
2. Strategi Pengendalian: a. Strategi pengendalian rencana
diatur dengan Rencana Kelembagaan, yang mencantumkan organisasi pelaksana, SDM yang terlibat, dan aturan tata laksana kelembagaannya.
b. Untuk pengelolaan pelaksanaan RTBL dapat disiapkan suatu organisasi pelaksana tersendiri, dengan menggambarkan pola koordinasi, alur dan pola pertanggungjawaban, serta proses lainnya.
pemangku kepentingan. 5. Penetapan persyaratan teknis masing-
masing aspek (fisik, social dan ekonomi), perencanaan pelaksanaan, dan pengendalian di lapangan.
4.3 PEDOMAN PENGENDALIAN
PELAKSANAAN
Pedoman sebagai pemandu perwujudan pelaksanaan penataan bangunan dan lingkungan/kawasan yang berdasarkan dokumen RTBL, dan memandu pengelolaan kawasan agar dapat berkualitas meningkat berkelanjutan.
TUJUAN Menjamin pelaksanaan kegiatan berdasarkan dokumen RTBL;
Menjamin pemanfaatan investasi dan optimalisasi nilai investasi;
Menghindari fenomena lahan tidur atau bangunan terbengkalai
sebagai akibat investasi yang ditanamkan tidak berjalan
-
IV - 56
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
semestinya;
Menarik investasi lanjutan dalam pengelolaan lingkungan setelah
masa pascakonstruksi.
METODE
LANGKAH Pengendalian pelaksanaan dilakukan oleh dinas teknis setempat atau unit pengelola teknis/UPT/badan tertentu sesuai kewenangan yang ditetapkan oleh kelembagaan pemrakarsa penyusunan RTBL atau dapat ditetapkan kemudian berdasarkan kesepakatan para pemangku kepentingan.
DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama bulan pertama
4.3 (a) Aspek-aspek Pengendalian Pelaksanaan
4.2 (b) Arahan Pengelolaan Kawasan
-
IV - 57
RTBL Kawasan Koridor Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
Laporan Pendahuluan
4.1 Pendekatan 1
Gambar 4.1 Bagan Metodologi Pelaksanaan RTBL Jl. Prabu Gajah Agung Kab. Sumedang
3
Gambar 4.2 Bagan Analisis Jarak Bebas Bangunan 29
Tabel IV.1 Standar Hubungan Antara Tinggi Bangunan, Jarak Bebas, KDB Dan KLB Bagi
Bangunan Renggang (Type Tunggal) 29
Tabel IV.2 Standar Hubungan Antara Tinggi Bangunan, Jarak Bebas, KDB Dan KLB Bagi
Bangunan Rapa 30
TABEL IV.3 KAPASITAS DASAR (Co) 34
TABEL IV.4 KAPASITAS TEMPAT PARKIR 35
TABEL IV.5 KEBUTUHAN LAHAN DILUAR PARKIR UNTUK PERDAGANGAN ATAU KOMERSIL
35
TABEL IV.6 PERMUKAAN JALAN YANG DIBUTUHKAN UNTUK PARKIR DALAM BERBAGAI
KEDUDUKAN 36
TABEL IV. 7 KAPASITAS TEMPAT PARKIR 37
TABEL IV.8 RENCANA PENGATURAN FASILITAS PARKIR TIAP JENIS KEGIATAN 37
TABEL IV.9 KONSEP PENGUKURAN LOS JALUR PEDESTRIAN 39
TABEL IV.10 KRITERIA TINGKAT PELAYANAN JALUR PEDESTRIAN (LOS) 39
TABEL IV.11 STANDAR ERGONOMIK KEBUTUHAN RUANG MINIMUM 40
TABEL IV.12 LEBAR TAMBAHAN DALAM PENENTUAN DIMENSI TROTOAR 42