13.8
TRANSCRIPT
13.6-13.7
13.6 ABRASIVES (ABRASIF)
Keramik abrasif digunakan untuk meratakan, menggiling, atau memotong
material lain, yang diperlukan agar lebih lembut. Syarat yang diperlukan
untuk material ini adalah keras atau menggunakan daya tahan. Derajat
ketangguhan yang tinggi adalah diperlukan untuk menjamin agar partikel
abrasif tidak mudah patah/retak (fracture). Temperatur yang tinggi mungkin
dihasilkan dari gaya gesek abrasif, beberapa kekerasan juga sangat
diperlukan.
Intan, baik alam dan sintetis (buatan), dimanfaatkan sebagai abrasif,
mereka relatif mahal. Biasanya abrasif keramik termasuk silikon karbida,
tungsten karbida (WC), aluminium oksida (atau korundum) dan pasir silika.
Abrasif digunakan dalam beberapa bentuk pengikat untuk roda penggiling,
seperti abrasif berlapis, dan seperti butiran lepas. Partikel abrasif pengikat
untuk roda artinya sebagai keramik kaca atau resin organik. Struktur
permukaannya terdapat beberapa porosit, mengalir terus menerus pada arus
udara atau cairan pendingin dengan lubang yang dikeliling butiran keras
yang mencegah pemanasan yang berlebih. Gambar 13.3 menunjukkan
mikrostruktur pada abrasif yang terikat, menyatakan butir abrasif, fase
pengikat, dan lubang.
Gambar 13.3 fotomikrograf pada oksida aluminium yang mengikat abrasif
keramik. Daerah yang bercahaya adalah butir abrasive Al2O3,
daerah abu-abu dan gelap adalah fase terikat dan
porositas. (Kingery et al., 1976)
Abrasif berlapis dalam bubuk abrasif adalah melapisi beberapa jenis kertas
atau material kain, amplas adalah contoh yang lebih dikenal. Kayu, logam,
keramik, dan plastik semuanya lebih sering digling dan dihaluskan
menggunakan bentuk abrasif ini. Menggiling, memukul-mukul dan
menghaluskan roda seringnya menggunakan butiran lepas abrasif yang
dibawa dalam beberapa jenis minyak, atau air pada kendaraan. Intan,
kurundum, silkon karbida, dan oksida besi digunakan dalam bentuk butiran
dengan variasi pada range ukuran butir.
13.7 Semen
Beberapa material keramik yang terkenal diklasifikasikan dalam semen
inorganik: semen, plester paris, dan kapur, yang dihasilkan dalam jumlah
yang sangat besar. Karakteristik istimewa dari material ini adalah ketika
dicampur dengan air, mereka berbentuk lem/ perekat, sesudah itu tetap dan
mengeras. Sifat ini adalah khusus digunakan dalam struktur padatan dan
kaku yang hanya mempunyai beberapa bentuk yang mungkin untuk
dibentuk secara cepat. Beberapa material yang bertindak seperti fase
terikat , kumpulan partikulat ikatan kimia ke dalam struktur kohesif
tunggal. Di bawah keadaan ini, peran semsn adalah sama untuk fase terikat
seperti kaca yang terbentuk ketika dihasilkan tanah liat/ lempung dan
beberapa batu bata yang keras. Satu perbedaan terpenting, bagaimanapun
ikatan semen dibentuk pada temperatur ruang.
Dalam kelompok material ini, semsn biru ( Portland) adalah dikonsumsi
dalam tonasi yang besar. Dihasilkan oleh penggilingan dan campuran
tanah liat dan mengandung mineral kapur dalam perbandingan yang tepat,
dan pemanasan campuran pada suhu 1400°C (2550°F) dalam alat
pembakaran yang berputar, proses ini disebut dengan kalsinasi ,
menghasilkan perubahan secara fisik dan kimia dalam material yang kasar.
“ kerak besi/arang” yang dihasilkan adalah kemudian digiling ke dalam
bubuk yang sangat baik untuk ditambahkan sejumlah kecil gypsum (CaSO4-
2H2O) untuk memperlambat proses pengaturan. Hasilnya ini adalah semsn
Portland. Sifat semsn Portland termasuk pengaturan waktu dan kekuatan
akhir utnuk tingkat yang besar bergantung pada komposisi.
Beberapa unsur yang berbeda ditemukan pada semsn Portland, utamanya
trikalsium silika ( 3CaO-SiO2) dan dikalsium silica (2CaO-SiO2). Mengatur
dan mengeraskan dari hasil material ini relatif rumit, reaksi hidrasi
terjadi antara variasi unsur semen dan air yang ditambahkan. Untuk
contoh, reaksi hidrasi yang menyertakan dikalsium silica adalah sebagai
berikut :
2CaO−SiO2+x H2O=2CaO−SiO2−x H2O
x adalah variabel dan bergantung pada banyaknya air yang tersedia. Hasil
hidrasi adalah dalam bentuk gel kompleks atau bahan kristalin dalam
bentuk ikatan semen. Reaksi hidrasi dimulai hanya segera setelah air
ditambahkan pada semen. Pertama menyatakan sebagai pengaturan ( seperti
mengeras pada perekat plastik), yang diletakkan setelah pencampuran,
biasanya bebarapa jam. Pengerasan pada massa mengikuti seperti hasil pada
hidrasi selanjutnya, prosesnya relatif lambat dan mungkin secara terus
menerus sepanjang beberapa tahun. Proses pengerasan semen adalah tidak
dikeringkan tetapi cukup di hidrasi yang mengikutsertakan air yang
sebenarnya dalam reaksi ikatan kimia.
Semen Portland adalah istilah semsn hirdaulik karena kekerasannya
dihasilakan oleh reaksi kimia dengan air. Penggunaan utama dalam mortar
dan beton untuk pengikat ke dalam massa kohesif, kumpulan partikel inert
(pasir dan atau kerikil) dengan mempertimbangkan campuran material
(lihat section 16.2). Material semen lainya seperti kapur, adalah non
hidraulik , senyawa lainnya daripada air (CO2) terlibat dalam reaksi
pengerasan.