document12

87
Konsep pertanian yang berkelanjutan terus berkembang, diperkaya dan dipertajam dengan kajian pemikiran, model, metode, dan teori berbagai disiplin ilmu sehingga menjadi suatu kajian ilmu terapan yang diabadikan bagi kemaslahatan umat manusia untuk generasi sekarang dan mendatang. Pertanian berkelanjutan dengan pendekatan sistem dan besifat holistik mempertautkan berbagai aspek atau gatrs dan disiplin ilmu yang sudah mapan antara lain agronomi, ekologi, ekonomi, sosial, dan budaya. Sistem pertanian berkelanjutan juga beisi suatu ajakan moral untuk berbuat kebajikkan pada lingkungan sumber daya alam dengan memepertimbangkan tiga matra atau aspek sebagai berikut 1. Kesadaran Lingkungan (Ecologically Sound), sistem budidaya pertanian tidak boleh mnyimpang dari sistem ekologis yang ada. Keseimbanganadalah indikator adanya harmonisasi dari sistem ekologis yang mekanismena dikendalikanoleh hukum alam. 2. Bernilai ekonomis (Economic Valueable), sistem budidaya pertanian harus mengacu pada pertimbangan untung rugi, baik bagi diri sendiri dan orang lain, untuk jangka pandek dan jangka panjang, serta bagi organisme dalam sistem ekologi maupun diluar sistem ekologi. 3. Berwatak sosial atau kemasyarakatan (Socially Just), sistem pertanian harus selaras dengan norma-noma sosial dan budaya yang dianut dan di junjung tinggi oleh masyarakat disekitarnya sebagai contoh seorang petani akan mengusahakan peternakan ayam diperkaangan milik sendiri. Mungkin secra ekonomis dan ekologis menjanjikkan keuntungan yang layak, namun ditinjau dari aspek sosial dapat memberikan aspek yang kurang baik misalnya, pencemaran udara karena bau kotoran ayam. Norma-norma sosial dan budaya harus diperhatikan, apalagi dalam sistem pertanian berkelanjutan di Indonesia biasanya jarak antara perumahan penduduk dengan areal pertanian sangat berdekatan. Didukung dengan tingginya nilai sosial pertimbangan utama sebelum merencanakan suatu usaha pertanian dalam arti luas.

Upload: ryoprayoga

Post on 25-Jun-2015

312 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Document12

Konsep pertanian yang berkelanjutan terus berkembang, diperkaya dan dipertajam dengan kajian pemikiran, model, metode, dan teori berbagai disiplin ilmu sehingga menjadi suatu kajian ilmu terapan yang diabadikan bagi kemaslahatan umat manusia untuk generasi sekarang dan mendatang. Pertanian berkelanjutan dengan pendekatan sistem dan besifat holistik mempertautkan berbagai aspek atau gatrs dan disiplin ilmu yang sudah mapan antara lain agronomi, ekologi, ekonomi, sosial, dan budaya.

Sistem pertanian berkelanjutan juga beisi suatu ajakan moral untuk berbuat kebajikkan pada lingkungan sumber daya alam dengan memepertimbangkan tiga matra atau aspek sebagai berikut 1. Kesadaran Lingkungan (Ecologically Sound), sistem budidaya pertanian tidak boleh mnyimpang dari sistem ekologis yang ada. Keseimbanganadalah indikator adanya harmonisasi dari sistem ekologis yang mekanismena dikendalikanoleh hukum alam. 2. Bernilai ekonomis (Economic Valueable), sistem budidaya pertanian harus mengacu pada pertimbangan untung rugi, baik bagi diri sendiri dan orang lain, untuk jangka pandek dan jangka panjang, serta bagi organisme dalam sistem ekologi maupun diluar sistem ekologi. 3. Berwatak sosial atau kemasyarakatan (Socially Just), sistem pertanian harus selaras dengan norma-noma sosial dan budaya yang dianut dan di junjung tinggi oleh masyarakat disekitarnya sebagai contoh seorang petani akan mengusahakan peternakan ayam diperkaangan milik sendiri. Mungkin secra ekonomis dan ekologis menjanjikkan keuntungan yang layak, namun ditinjau dari aspek sosial dapat memberikan aspek yang kurang baik misalnya, pencemaran udara karena bau kotoran ayam. Norma-norma sosial dan budaya harus diperhatikan, apalagi dalam sistem pertanian berkelanjutan di Indonesia biasanya jarak antara perumahan penduduk dengan areal pertanian sangat berdekatan. Didukung dengan tingginya nilai sosial pertimbangan utama sebelum merencanakan suatu usaha pertanian dalam arti luas.

Lima kriteria untuk mengelola suatu sistem pertanian berkelanjutan 1. Kelayakan ekonomis (economic viability)2. Bernuansa dan bersahabat dengan ekologi (accologically sound and friendly)3. Diterima secara sosial (Social just)4. Kepantasan secara budaya (Culturally approiate)5. Pendekatan sistem holistik (sistem and hollisticc approach)Sejak tahun 1980an kajian dan diskusi untuk merumuskan konsep pembangunan berkelanjutan yang operasional dan diterima secara universal terus berlanjut. Pezzy (1992) mencatat, 27 definisi konsep berkelanjutan dan pembangunan berkelanjutan, dan tettunya masih ada banyak lagi yang luput dari catatan tersebut. Walau banyak variasi definisi pembangunan berkelanjutan, termasuk pertanian berkelanjutan, yang diterima secara luas ialah yang bertumpu pada tiga pilar: ekonomi, sosial, dan ekologi (Munasinahe, 1993). Dengan perkataan lain, konsep pertanian berkelanjutan berorientasi pada tiga dimensi keberlanjutan, yaitu: keberlanjutan usaha ekonomi(profit), keberlanjutan kehidupan sosial manusia (people), dan keberlanjutan ekologi alam (planet).Dimensi ekonomi berkaitan dengan konsep maksimisasi aliran pendapatan yang dapat diperoleh dengan setidaknya mempertahankan asset produktif yang menjadi basis dalam

Page 2: Document12

memperoleh pendapatan tersebut. Indicator utama dimensi ekonomi ini ialah tingat efisiensi dan daya saing, besaran dan pertumbuhan nilai tambah dan stabilitas ekonomi. Dimensi ekonomi menekankan aspek pemenuhan nebutuhan ekonomi manusia baik untuk generasi sekarang ataupun mendatang.Dimensi sosial adalah orientasi kerakyatan, berkaitan dengan kebutuhan akan kesejahteraan sosial yang dicerminkan oleh kehidupan sosial yang harmonis (termasuk tercegahnya konflik sosial), preservasi keragaman budaya dan modal sosio-kebudayaan, termasuk perlindungan terhadap suku minoritas. Untuk itu, pengentasan kemiskinan, pemerataan kesempatan berusaha dan pendapatan, partisipasi sosial politik dan stabilitas sosial budaya merupakan indikator-indikator penting yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pembangunan.Dimensi lingkungan alam menekankan kebutuhan akan stabilitas ekosistem alam yang mencakup sistem kehidupan biologis dan materi alam. Termasuk dalam hal ini ialah pterpeliharanya keragaman hayati dan daya lertur bilogis, sumber daya tanah, air dan agroklimat, serta kesehatan dan kenyamanan lingkungan. Penekanan dilakukan pada preservasi daya lentur dan dinamika ekosistem untuk beradaptasi terhadap perubahan bukan pada konservasi sustu kondisi ideal statis yang mustahil dapat diwujudkan. Ketiga dimensi tersebut saling mempengaruhi sehinnga ketiganya harus dipertimbangkan secara berimbang. Sistem sosial yang stabil dan sehat serta sumberdaya alam dan lingkungan merupakan basis untuk kegiatan ekonomi, sementara kesejahteraan ekonomi merupakan prasyarat untuk terpeliharanya stabilitas sosial budaya maupun kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hisup. Sistem sosial yang tidak stabil atau sakit akan cenderung menimbulkan tindakan yang merusak kelestarian sumber daya alam dan merusak kesehatan lingkungan, sementara ancaman kelestarian sumber daya alam dan lingkungan dapat mendorong terjadinya kekacauan dan penyakit sosial.Visi pembangunan (pertanian) berkelanjutan ialah terwujudnya kondisi ideal skenario kondisi zaman keemasan, yang dalam bahasa konstitusi Indonesia disebut adil dan makmur, dan mencegah terjadinya lingkaran malapetaka kemelaratan. Visi ideal tersebut diterima secara universal sehingga pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) menjadi prinsip dasar pembangunan pertanian secara global termasuk di Indonesia. Oleh karena itulah pengembangan sistim pertanian menuju usaha tani berkelanjutan merupakan salah satu misi utama pembangunan pertanian di Indonesia.Perspektif pertanian berkelanjutan telah tersosialisasi secara global sebagai arah ideal pembangunan pertanian. Pertanian berkelanjutan bahkan kini tidak lagi sekedar wacana melainkan sudah menjadi gerakan global. Pertanian berkelanjutan telah menjadi dasar penyusunan protocol aturan pelaksanaan (rules of conduct) atau standar prosedur operasi “Praktek Pertanian yang Baik” (Good Agricultur Practices = GAP) sebagai sebuah gerakan global maka praktek pertanian berkelanjutan menjadi misi bersama komunitas internasional, negara, lembaga pembangunan, organisasi swadaya masyarakat dan lembaga konsumen internasional turut mendorong dan mengawasi pelaksanaan prinsip pertanian berkelanjutan tersebut. Kepatuhan produsen terhadap standar praktek pertanian berkelanjutan menjadi salah satu atribut preferensi konsumen atas produk pertanian. Karena itu, setiap perusahaan agribisnis haruslah senantiasa mematuhi prinsip Praktek Pertanian yang Baik (PPB) agar dapat memperoleh akses pasar, khususnya di pasar internasionalMasalah dan tantangan yang dihadapi dalam sistem pertanian berkelanjutan yaitu:

Page 3: Document12

1. Membangun pemerintah yang baik dan memposisikan pertanian sebagai sektor andalan perekonomian nasional.2. Mewujudkan kemandirian pangan dalam tatanan perdagangan dunia yang bebas dan tidak adil3. Mengurangi jumlah petani miskin, membangun basis bagi partisipasi petani dan pemerataan hasil pembangunan4. Meningkatkan pertumbuhan sektor pertanian5. Membangun sistem agribisnis terkoordanatif6. Melestarikan sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup7. Membangun sistem iptek yang efisien

Kebijakan   Pertanian

Published January 24, 2010 Pembangunan Pertanian Leave a   Comment

1. Jelaskan Mengapa Diperlukan Analisis Kebijakan Pertanian

Karena kebijakan pertanian mengatur dibidang petanian yang mempengaruhi kehidupan dan reaksi orang akan berbeda menganai keadaaan, dampak kebijakan terhadap pendapatan, kebutuhan, dan kepentingan lain.

2. Contoh Alat Analisis Kebijakan Pertanian a. Surplus Konsumen (SK) dibawah kurva permintaan b. Surplus Produsen (SP) SK dan SP terhadap pemmerintah.c. Social loss dan Social Gain

3. Jelaskan tentang kebijakan subsidi input dalam kebijakan pertanian dari sisi defenisi, pengaruhnya bagi petani dan berikan contoh kebijakannya. Definisi : Subsidi input semakin tinggi input semakin tinggi penggunaanya semakin kecil produksi Contoh Kebijakan pemebrian subsidi input pada perternakan sapi sehingga produksi tinggi harag turun, konsumen akan berpindah dari daging ayam ke ddaging sapi Pengaruhnya : menguntungkan konsumen dan kendala dalam mengadopsi teknologi

4. Jelaskan alasan ditetapkannya pajak ekspor terhadp produk pertanian tertentu Alasanya karena pajak ekspor digunakan untuk mengendalikan harga agar konsumen tidak rugi (untuk kepentingan konsumen)

5. Jelaskan pengaruh jangka panjang dari adanya pajak ekspor produk pertanian a. Stabilitas harga dalam Negeri b. Menurunkan biaya penduduk (Harga Dalam Negeri turun) dampak (-) dr adanya pajak impor (produsen rugi)c. Menghalangi adopsi teknologi baru

distribusi pendapatan dan diversifikasi pertaniand. Penambahan penerimaan pemerintah

Page 4: Document12

6. Jelaskan dengan gambar pengaruh adanya tarif impor produk pertanian terhadap harga, jumlah produksi dan konsumsi produk impor tersebut di luar negeri

Pengaruh tarif impor a. produsen : meningkatkan produksi brg yg dihasilkan, harga unit naikb. konsumen : menurunkan permintaan impor, membayar per unit meningkat c. penerimaan pemeritah : meningkatkan (tarif x Volume brg yg diimpor) 7. Jelaskan persamaan pengaruh tarif dan kuota impor Meningkatkan produksi dalam negeri, Menurunkan Konsusmsi dalam negeri dan harga dalam negeri meningkat.

PS = Price Support : kebijakan untuk membuat harga output diatas pendapatan petani meningkat, produksi meningkat.harga keseimbangan Kebijakan PS akan efektif bila penawarannya bersifat elastis karena perubahan harga yg sedikit saja kan menyebabkan perubahan penawarsan (produksi) yg cukup besar hal ini sesuai dengan tujuan PS yaitu peningkatan produksi . akan lebih efektof jika permintaan juga elastis karena perubahan harga sedikit aka peningkatan permintaan cukup besar brg yg diproduksi produsen dapat dibeli konsumen . contoh Harga dasar gabah IS = Input Support : semakin tinggi hara input semakin kecil penggunaany semakinkecil produksi

PS : peningkatan produksi melalui peningkatan pendapatan : dari sisi petani sebagai produsen NSL Net Sosial LossSI : peningkatan produksi melalui penurunan baiaya dari sisi petani sebagi produsen Biaya Sumber daya Proteksi adalah upaya pemerintah melindungi produsen dalam negeri terhadap barang impor dalam jangka waktu tertentu agar bisa bersaing.Jenis proteksi a. Tarif (pajak) impor b. Quota c. Impor untuk pemerintah d. Laranag impor e. Hambatan non tarif ex Pelabelan, ketentuan mutu, pengisisan formulir berbelit dan masih bnyk lagi hambatab non tarif : tidakan atau kebijakan dan praktek yg menghambat samapainya barang ke konsumen suatu negara yag tidak berbentuk pajak.

Pemberdayaan Masyarakat dan Pembangunan   Pertanian

Published December 2, 2009 Pembangunan Pertanian Leave a   Comment

Pembangunan pertanian harus berorentasi pada pemberdayaan masyarakat. Slamet (2000) menekankan bahwa pada dasarnya pembangunan harus bertujuan untuk mengembangkan masyarakat. Pembangunan diselenggarakan untuk memecahkan masalah yang ada dan

Page 5: Document12

dihadapi masyarakat. Keberhasilan pembangunan dipedesaan akan terlihat apabila masyarakat secara dinamis mampu memenuhi kebutuhannya. Korten dan Sjahrir (1988) menyatakan bahwa kunci keberhasilan pembangunan agar mencapai sasaran pada sebagian besar masyarakat miskin apabila dikurangi kendala-kendala yang dihadapi kaum miskin dalam mengungkapkan kemampuan-kemampuannya. Soedjatmoko (1983) menekankan pentingnya motivasi, tujuan, dan makna dalam proses pembaharuan diri dalam pembangunan, serta bukan kemakmuran material semata.Dalam kegiatan pertanian, masyarakat petani masih membutuhkan suatu layanan yang semakin luas dan komplek cakupannya. J.Di Franco (Munder, Addion H., 1972 mengidentifikasi cakupan tanggung jawab layanan pertanian di masa mendatang meliputi: (a) Produksi pertanian; (b) Pemasaran, distribusi dan pengolahan produk pertanian; (c) Konservasi, penggunaan dan perbaikan sumber daya alam; (d) Pengelolaan usahatani dan ekonomi rumah tangga; (e) Kehidupan keluarga; (f) Pengembangan generasi muda; (g) Pengembangan kepemimpinan; (h) Pengembangan masyarakat dan pembangunan sumberdaya.Layanan pengembangan masyarakat dan pembangunan sumberdaya manusia sebagai salah satu upaya pemberdayaan masyarakat. Menurut Margono Slamet (2000) istilah “berdaya” diartikan sebagai tahu, mengerti, faham, termotivasi, berkesempatan melihat peluang, berenergi, mampu bekerjasama, tahu berbagai alternatif, mampu mengambil resiko, mampu mencari dan menangkap informasi, mampu bertindak sesuai situasi. Petani yang berdaya, menurut Susetiawan (2000) adalah petani yang secara politik dapat mengartikulasikan (menyampaikan perwujudan) kepentingannnya, secara ekonomi dapat melakukan proses tawar menawar dengan pihak lain dalam kegiatan ekonomi, secara sosial dapat mengelola mengatur komunitas dan mengambil keputusan secara mandiri, dan secara budaya diakui eksistensinya.Pemahaman tentang pemberdayaan masyarakat merupakan suatu strategi yang menitikberatkan pada bagaimana memberikan peran yang proposional agar masyarakat dapat berperan secara aktif dalam aktivitas sosial kemasyarakatan. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberdayaan masyarakat tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga swasta dan masyarakat sendiri (Saputro, 2001).Pemberdayaan masyarakat merupakan bagian dari konsep pembangunan yang secara implisit mengutarakan perubahan dari satu tahapan ke tahapan yang lebih baik. Pemberdayaan haruslah melampaui ukuran materi dan uang, oleh karena itu pemberdayaan harus diartikan sebagai suatu proses multi dimensional termasuk di dalamnya suatu upaya pengorganisasian kembali dan reorientasi dari seluruh system ekonomi dan system social masyarakat. Upaya tersebut melibatkan perubahan yang radikal di bidang kelembagaan, struktur social, struktur administrasi, persepsi, altitude serta perubahan kebiasaan kepercayaan suatu bangsa (Arintadisastra, 2001).

Pustaka (source)

Korten, D.C dan Sjahrir. 1988. Pembangunan Berdimensi Kerakyatan. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.Michel Todaro P. 1978. Economic Development in The World. Longmen Inc. New York. Dalam Arintadisastra. 2001. Membangun Pertanian Modern. Yayasan sinar Tani. Jakarta.

Page 6: Document12

Mosher, A.T. 1991. Menggerakkan dan Membangun Pertanian Syarat-syarat Pokok Pembangunan dan Modernisasi. CV Yasaguna.Jakarta.

Saputro, E.P. (ed). 2001. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Ketahanan Pangan Kajian Empiris LSM-LSM Mitra Yayasan Indonesia Sejahtera. Yayasan Indonesia Sejahtera. Jakarta.

Slamet, M. 2000. Memantapkan Posisi dan Meningkatkan Peran penyuluhan Pembangunan Dalam pembangunan. Makalah Seminar Nasional Pemberdayaan Sumberdaya Manusia Menuju Terwujudnya Masyarakat Madani 25-26 September 2000 di IPB.

Soedjatmoko. 1983. Dimensi Manusia Dalam Pembangunan. LP3ES. Jakarta.

Soekanto S. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Ekonomi   Kemiskinan

Published December 2, 2009 Pembangunan Pertanian Leave a   Comment

Disampaikan Oleh Ir. Marcellinus Molo, M.S. PhdEKONOMI KEMISKINAN

Sebagian besar penduduk dunia tergolong miskin. Jika kita mengetahui ekonmi kemiskinan, kita akan banyak mengetahui ekonomi sesungguhnya terjadi. Kebanyakan penduduk miskin di dunia hidup dari bidang pertanian. Jika kita mengetahui ekonomi pertanian, maka kita akan mengetahui ekonomi kemiskinan.Ahli-ahli ekonomi merasa sulit memahami konstrain-konstrain preferensi dan kelangkaan (scarcity) yang menentukan pilihan-pilihan bagi kamun miskin. Kita semua tahu bahwa sebagian besar penduduk dunia tergolong miskin, bahwa mereka memperoleh sedikit sekali imbalan atas tenaga kerja mereka, bahwa separuh atau lebih dari pendapatan mereka yang sangat rendah dibelanjakan untuk bahan makanan, bahwa mereka sebagian besar tinggal di negara-negara berpendapatan rendah, dan bahwa sebagian besar dari mereka mempunyai mata pencaharian di bidang pertanian. Hal yang tidak banyak difahami oleh banyak ahli ekonomi adalah bahwa penduduk miskin tidak kalah dibanding penduduk kaya untuk memmperbaiki nasib mereka dan anak-anak mereka. Apa yang telah kita pelajar selama sekade-dekade terakhir mengenai ekonomi pertanian akan tampak bagi orang-orang yang mengetahuinya dengan baik, sebagian bersifat paradoks. Pertanian di banyak negara berpendapatan rendah mempunyai kapasitas ekonomi potensial untuk memproduksi bahan makanan yang cukup bagi penduduk yang terus bertambah dan juga memperbaiki pendapatan serta kesejahteraan penduduk miskin secara berarti. Faktor-faktor produksi yang menentukan dalam perbaikan kesejahteraan penduduk miskin bukanlah ruang, energi dan lahan pertanian. Faktor-faktor penentunya adalah perbaikan kualitas penduduk dan peningkatan pengetahuan. Dalam dekade-dekade terakhir ini, karya para akademis ekonomi telah sangat

Page 7: Document12

memperluas wawasan kita mengenai ekonomi modal manusiawi (the economics of human capital), khususnya ekonomi mengenai penelitian, tanggapan-tanggapan para petani terhadap teknik-teknik produksi baru yang menguntungkan, hubungan antara produksi dan kesejahteraan serta ekonomi keluarga. Akan tetapi, ekonomi pembangunan telah mengelami beberapa kesalahan intelektual.

Kesalahan utama anggapan bahwa teori ekonimi standar tidak cukup untuk memahami negara-negara berpendapatan rendah dan oleh karena itu suatu teori ekonomi yang lain perlu dikembangkan. Model-model yang dikembangkan untuk tujuan ini umumnya disambut dengan gembira, hingga menjadi jelaslah bahwa model-model tersebut merupakan hasil kajian intelektual yang terbaik. Beberapa ahli ekonomi memberikan reaksi dengan mengajukan penjelasan-penjelasan kultural dan sosial tentang keadaan perekonomian yang buruk di negara-negara berpendapatan rendah, walau pun kegunaan dari hasil-hasil studi sarjana-sarjana di bidang kultural dan tingkah laku tidak mudah di fahami. Jumlah ahli ekonomi yang menyadari bahwa teori ekonomi standar dapat digunakan pada masalah-masalah kelangkaan (scarcity) di negara-negara berpendapatan rendah seperti halnya pada masalah-masalah serupa di negara-negara berpendapatan tingi, kian bertambah. Kesalahan ke dua, adalah pengabaian sejarah ekonomi. Ilmu ekonomi klasik dikembangkan pada saat banyak orang di Eropa Barat baru saja memperoleh pengidupan dari lahan-lahan tandus (miskin) yang mereka olah dan ditinggalkan dalam masa yang tidak lama. Sebagian akibatnya, para ahli ekonomi perintis menghadapi kondisi-kondisi serupa dengan yang sedang berlaku di negara-negara berpendapatan rendah sekarang. Pada masa Ricardo, kurang lebih separuh dari pendapatan keluarga para pekerja (buruh) di Inggris dibelajakan untuk bahan makanan. Demikian pula yang sedang dialami oleh banyak negara berpendapatan rendah. Marshall mengatakan kepada kita bahwa ’upah mingguan dari buruh-buruh Inggris kerapkali kurang dari harga setengah gantang (bushel) gandum yang berkualitas baik ketika Ricardo menerbitkan Principles of Political Economy and Taxation (1817). Upah mingguan dari buruh bajak di India pada saat sekarang kira-kira kurang dari harga dua gantang gandum . Pengetahuan mengenai pengalaman dan prestasi penduduk miskin pada masa-masa lampau akan sangat membantu suatu pemahaman akan masalah-masalah dan kemungkinan-kemungkinan bagi negara-negara yang kini berpendapatan rendah. Pemahaman seperti ini adalah jauh lebih penting daripada pengetahuan yang paling terinci dan pasti mengenai permukaan bumi atau mengenai ekologi, atau mengenai teknologi masa depan.Persepsi historis tentang penduduk juga tidak ada. Kita mengekstrapolasi statistik global dan kagum akan interprestasi kita – terutama bahwa penduduk miskin berbiak seperti tikus kutup (lemmings) yang menuju kepada kepunahan mereka sendiri. Adanya penduduk dalam keadaan miskin, tidak pernah terjadi dalam sejarah sosial dan ekonomi kita sendiri. Perkiraan-perkiraan mengenai pertumbuhan penduduk yang destruktif di negara-negara miskin sekarang adalah juga palsu.

LAHAN DINILAI TERLALU TINGGISuatu pandangan yan dianut secara luas – pandangan naturalis (the natural earth view) – adalah bahwa luas lahan yang sesuai untuk menanam tanaman pangan adalah benar-benar

Page 8: Document12

tertentu dan persediaan energi untuk mengerjakan lahan semakin menipis. Menurut pandangan ini, tidaklah mungkin terus menerus memperoduksi bahan makanan dalam jumlah yang cukup untuk penduduk dunia yang bertambah. Suatu pandangan alternatif – pandangan sosial-ekonomi (the socio-economic view) – adalah bahwa manusia mempunyai kemampuan dan akal budi untuk mengurangi ketergantungannya pada lahan pertanian, pertanian tradisional, dan sumber energi yang terus merosot serta mengurangi biaya nyata dalam produksi bahan makanan untuk penduduk dunia yang terus bertambah. Melalui penelitian, kita menemukan pengganti terhadap lahan pertanian yang tidak pernah dibayangkan Ricardo, dan karena pendapatan meningkat, para orangtua menginginkan anak lebih sedikit, dan kualitas anak akan menggeser kuantitas anak, yang tidak pernah dibayangkan Malthus. Ironisnya ekonomi, yang telah lama dikenal sebagai ilmu pengetahuan suram, menunjukkan bahwa pandangan naturalis yang suram mengenai bahan makanan tidak sesuai dengan sejarah yang menunjukkan bahwa kita dapat memperbesar sumbe-sumber melalui kemajuan pengetahuan. Saya setuju dengan Margaret Mead bahwa ”Masa depan umat manusia adalah – terbuka –tertutup (open-ended)”. Masa depan umat manusia tidak ditakdirkan oleh ruang, energi, dalam lahan pertanian, ia ditentukan oleh evolusi akal budi umat manusia.Perbedaan-perbedaan produktivitas lahan tidak menjelaskan mengapa penduduk miskin berada di bagian dunia yang telah lama berpengehuni. Penduduk di India telah menjadi miskin sejak berabad-abad lamanya baik di Plateau Deccan, di mana produktivitas lahan tadah hujan adalah rendah dan di lahan-lahan India Selatan yang produktivitasnya tinggi. Di Afrika penduduk berdiam di lahan-lahan yang tidak produktif yang terletak di bagian selatan Sahara, pada lahan-lahan yang agak lebih produktif di lereng-lereng yang curam di daerah Rift, dan lahan-lahan aluvial yang sangat produktif di sepanjang dan pada muara Sungai Nile, semuanya memiliki suatu kesamaan: mereka sangat miskin. Demikian pula, perbedaan-perbedaan yang sangat terkenal mengenai rasio lahan penduduk di seluruh negara berpendapatan rendah, tidak menghasilkan perebdaan kemiskinan yang sebanding. Apa yang paling berarti di dalam hal lahan pertanian, adalah insentif-insentif dan kesempatan-kesempatan terkait bagi para petani untuk meningkatkan penggunaan lahan dengan efektif melalui investasi yang mencakup sumbangan-sumbangan penelitian pertanian dan perbaikan ketrampilan manusia, satu bagian integral dari modernisasi ekonomi negara-negara berpenghasilan tinggi dan rendah adalah penurunan arti ekonomi dari lahan pertanian dan peningkatan modal manusiawi: ketrampilan dan pengetahuan.Meskipun sejarah ekonomi, ide-ide dari para ahli ekonomi mengenai lahan adalah sebagai satukaidah, masih mengikuti Ricardo. Tetapi konsep Ricardo mengenai tanah, ”daya-daya lahan yang asli dan tak dapat dirusah” tidak sesuai lagi, walau keadaan tersebut pernah terjadi. Sumbangan lahan dalam pendapatan nasional berupa sewa tanah yang merosot terus menerus dengan nyata di negara-negara berpendapatan rendah.Mengapa hukum Ricardo mengenai sewa (yang memperlakukannya sebagai hasil dan bukan sebagai penyebab dari harga-harga) kehilangan arti ekonominya? Ada dua sebab utama: pertama. Modernisasi pertanian telah mengubah lahan miskin menjadi lahan sangat produktif dibanding keadaan alam; Kedua, penelitian pertaniah telah menghasilkan substansi bagi lahan pertanian. Dengan beberapa perkecualian setempat. Lahan-lahan di Eropa pada mulanya berkualitas rendah. Sekarang lahan-lahan tersebut sanagt produktif. Lahan-lahan di Finlandia semula kurang produktif dibanding lahan di

Page 9: Document12

bagian-bagian barat Uni Sovyet, tetapi sekarang lahan pertanian di Finlandia menjadi lebih unggul. Lahan pertanian di Jepang pda masa sekarang ini lebih unggul. Di negara-negara berpenghasilan tinggi dan rendah, perbahan-perubahan ini sebagian merupakan konsekuansi dari penelitian pertanian’ termasuk penelitian yang diwujudkan dalam bentuk pupuk buatan, pestisida, peralatan dan masukan-masukan (inputs) lain. Ada substitusi-substitusi baru terhadap lahan pertanian, atau perluasan lahan pertanian. Proses substitusi digambarkan dengan baik pada tanaman jagung: areal panen jagung di Amerika Aerikat pada tahun 1979 ada 33 juta area, yang kurang dari areal panen tahun 1932, dan menghasilkan 7,76 mmilyar gantang, tiga kali produksi 1932.

KUALITAS MANUSIA DINILAI TERLALU RENDAH Sementara lahan bukan satu-satunya faktor terpenting yang menyebabkan kemiskinan, faktor manusia yaitu : investasi dalam perbaikan kualitas manusia dapt dengan nyata meningkatkan prospek-prospek ekonomi dan kesejahteraan penduduk yang miskin. Pemeliharaan anak, perumahan dan pengalaman bekerja, perolehan informasi dan ketrampilan yang diperoleh melalui sekolah dan investasi-investasi lain dalam bidang kesehatan dan sekolah dapat memperbaiki kualitas penduduk. Investasi-investasi seperti itu di negara-negara berpendapatan rendah telah berhasil memperbaiki prospek-prospek ekonomi yang tidak mampu dihilangkan oleh ketidakstabilan politik. Penduduk miskin di negara-negara berpendapatan rendah bukanlah para tahanan dari suatu ekuilibrium kemiskinan yang ketat, yang tak dapat dipecahkan ilmu ekonomi. Tidak ada kekuatan-kekuatan besar (luas biasa) yang menghapus semua perbaikan ekonomi dan menyebabkan penduduk miskin meninggalkan perjuangan ekonominya. Sekarang telah terkumpul bukti-bukti bahwa penduduk pertanian yang miskin mempunyai reaksi terhadap kesempatan-kesempatan yang lebih baik. Harapan-harapan dari manusia dalam pertanian-buruh pertanian dan usahawan (enterprenir) usahatani yang bekerja dan mengalokasikan sumber-sumber dibentuk oleh kesempatan-kesempatan baru dan oleh insentif-insentif yang mereka tanggapi. Insentif-insentif ini, yang eksplisit di dalam harga-harga yang mereka bayar untuk produsesn dan barang serta jasa yang dikonsumsi, sangat terdistorsi yang disebabkan oleh permerintah (goverment-incude distorsions) adalah untuk engurangi sumbangan ekonomi yang mampu diberikan pertanian).Pemerintah cenderung mengintroduksi distorsi-distorsi yang mendiskriminasikan pertanian karena politik dalam negeri umunya menguntungkan penduduk kota atas biaya penduduk pedesaan, walaupun jumlah penduduk pedesaan jauh lebih besar . Pengaruh politik dari konsumen dan industri di kota memungkinkan mereka memperoleh bahan makanan murah atas biaya sejumlah besar penduduk pedesaan yang miskin. Diskriminasi ini dirasionalisasi dengan alasan bahwa pertanian bersifat terbelakang (miskin) dan bahwa sumbangan ekonominya kurang berarti, walaupun dengan Revolusi Hijau (Green Revolution). Industrialisasi yang cepat dianggap sebagai kunci kemajuan ekonomi. Kebijaksanaan yang memberikan prioritas utama terhadap industri dan mempertahankan harga pangan (biji-bijian) tetap murah. Sangat disesalkan bahwa doktrin ini masing didukung oleh beberapa lembaga donor dan dirasionalisasikan oleh beberapa ahli ekonomi di negara-negara berpendapatan tinggi. Para petani di dunia , dalam menghadapi biaya, penerimaan dan resiko, adalah agen-agen yang membuat perhitungan ekonomi. Di dalam domain mereka yang kecil, individual dan

Page 10: Document12

alokatif, mereka adalah usahawan-usahawan yang dengan diam-diam mengamati kondisi-kondisi ekonomi yang tidak diketahui oleh para ahli, betapa efisiennya mereka. Walaupun para petani berbeda kemampuannya dalam pengamatan (analisa), interprestasi dan mengambil tindakan tepat sebagai reaksi terhadap informasi baru, karena mereka berbeda pendidikan, kesehatan, dan pengalaman. Mereka mempunyai sumber daya manusia yang esensial berupa keusahawanan. Pada kebanyakan usahatani, para wanita adalah juga usahawati dalam mengalokasikan waktu mereka dan menggunakan produk-produk pertanian dan barang-barang yang dibeli dalam produksi rumah tangga. Kemampuan alokatif dipenuhi oleh jutaan pria dan wanita pada satuan-satuan produksi berskala kecil, karena pada umumnya pertanian merupakan sektor ekonomi yang sangat terdesentralisasi. Bila pemerintah telah mengambil alih fungsi keusahawanan dalam usahatani, mereka telah gagal memberikan suatu kemampuan substitusi alokatif yang efektif dalam modernisasi pertanian. Peranan-peranan alokatif para petani dan wanita-tani serta kesempatan-kesempatan ekonomi mereka adalah penting. Keusahawanan adalan juga esensial dalam penelitian, yang selalu merupakan suatu kegiatan petualangan, yang memerlukan organisasi dan alokasi sumber-sumber yang langka. Intisari penelitian adalah bahwa penelitian merupakan suatu upaya dinamis tentang hal-hal yang belum diketahui atau setengah diketahui. Diperlukan dana, organisasi, dan ilmuwan yang kompeten, tetapi semuanya ini belumlah lengkap. Keusahawanan dalam bidang penelitian diperlukan baik oleh para ilmuwan atau oleh orang-orang yang terlibat dalam sektor penelitian dari ekonomi. Seseorang harus memutuskan bagaimana mendistribusikan sumber-sumber terbatas yang tersedia, berdasarkan keadaan pengetahuan yang dimilikinya.

DISEKUILIBRIA YANG TAK TERHINDARKANTransformasi pertanian ke dalam suatu keadaan produktif yang meningkat, memerlukan suatu proses yang umumnya dikenal sebagai modernisasi, yang memerlukan penyesuaian dalam bertani karena tersedia kesempatan-kesempatan yang lebih baik. Nilai dari kemampuan menghadapi disekuilibria adalah tinggi dalam suatu ekonomi yang dinamis. Disekulibria seperti itu tidak dapat terhindarkan. Disekuilibria tidak dapat dieliminasi melalui hukum, melalui kebijaksanaan Pemerintah dan jelas-jelas bukan dengan cara retorik. Pemerintah tidak dapat dengan efesien memainkan fungsi usahawan-usahawan pertanian. Ahli-ahli sejarah masa depan pasti akan dibingungkan oleh luasnya insentif-insentif ekonomi yang telah berantakan selama dekade-dekade terakhir. Pandangan intelektual yang dominan bersifat antagonistik terhadap insentif-insentif pertanian, dan kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi yang berlaku mengurangi fungsi insentif-insentif produsen. D. Gale Johnson telah menunjukkan bahwa potensi ekonomi yang besar dari pertanian di banyak negara berpendapatan rendah tidak terealisir. Kemungkinan-kemungkinan teknis telah menjadi semakin menguntungkan tetapi insentif-insentif ekonomi yang diperoleh para petani di negara-negara tersebut untuk merealisir potensi ini tidak berhasil, baik karena informasi relevan tidak tersedia atau karena harga-harga dan biaya-biaya yang dihadapi para petani telah terdistorsi. Karena ketiadaan insentif-insentif yang menguntungkan, para petani tidak melakukan investasim, termasuk pembelian input-input unggul. Intervensi oleh Pemerintah saat ini merupakan penyebab utama dari tidak tersedianya insentif-insentif ekonomi yang optimum.

Page 11: Document12

KEMAJUAN KUALITAS PENDUDUK Sekarang saya beralih kepada peningkatan kualitas manusia yang dapat diukur baik untuk penduduk yang bertani mau pun bukan petani. Kualitas dalam kontek ini terdiri dari berbagai bentuk modal manusiawi (human capital). Saya telah mengemukakan di mana saja bahwa walaupun ada alasan kuat untuk menggunakann suatu definisi modal manusiawi yang sangat tepat, definisi tersebut akan mengalami pula kemenduaan (ambiguities) yang terus menganggu teori kapital (capital theory) pada umunya, dan konsep kapital dalam model-model pertumbuhan ekonomi pada khususnya. Kapital itu bermuka-dua, dan apa yang dijelaskan ke dua muka itu kepada kita tentang pertumbuhan ekonomi, yang merupakan suatu proses dinamis, sebagai suatu kaidah, adalah sejarah-sejarah yang tidak konsisten. Memang seharusnya demikian, karena kisah biaya merupakan kisah dari investasi yang terbenam (cunk investment); misalnya, sekali seorang petani mengadakan investasi berupa kereta kuda, kereta tersebut hanya sedikit nilainya bila ditarik oleh traktor. Cerita lain mengenai nilai terdiskon (discounted value) dari arus jasa-jasa yang disumbangkan kapital, yang berubah sesuai dengan perubahan pertumbuhan. Tetapi yang lebih buruk adalah anggapan, yang mendasari teori kapital dan agregasi kapital dalam model-model pertumbuhan, bahwa kapital bersifat homogen. Setiap bentuk kapital memiliki sifat-sifat khusus: sebuah bangunan, sebuah traktor, jenis pupuk tertentu, sebuah sumur pompa, dan banyak bentuk investasi lainnya, tidak hanya di bidang pertanian, tetapi juga dalam semua aktivitas produksi yang lain. Seperti telah diajarkan oleh Hick kepada kita, asumsi homogenitas kapital ini merupakan malapetaka bagi teori kapital : Adalah sangat tidak tepat menganalisa dinamika pertumbuhan ekonomi terutama menyangkut ketimpangan kapital karena perbedaan-perbedaan rates of returns, apakah agregasi kapital dipandang dari segi biaya-biaya faktor (factor costs) atau dipandang dari segi nilai terdiskon dari jasa-jasa seumur hidup (lifetime services) dari berbagai bagian-bagiannya. Juga tidak ada suatu katalog dari semua model pertumbuhan yang ada, dapat membuktikan bahwa ketimpangan-ketimpangan ini adalah sama. Tetapi, mengapa mencoba mengubah lingkaran menjadi empat per segi? Jika kita tidak dapat mengamati ketimpangan-ketimpangan ini, kita harus menemukannya, karena ketimpangan-ketimpangan itu merupakan pegas utama dari pertumbuhan ekonomi. Ketimpangan-ketimpangan merupakan pegas utama karena ia memberikan isyarat-isyarat ekonomi yang mendorong pertumbuhan. Maka salah satu bagian penting dari pertumbuhan ekonomi tertutup oleh agregasi kapital seperti itu. Nilai dari modal manusiawi tambahan tergantung kepada kesejahteraan tambahan yang diperoleh manusia daripadanya, modal manusiawi memperbesar produktivitas pertanian dan non pertanian, dalam produksi rumah tangga, dalam waktu dan sumber-sumber lain yang dialokasikan para mahasiswa untuk pendidikan mereka, dan dalam migrasi untuk memperoleh kesempatan kerja yang lain baik. Kemampuan semacam itu juga sangat memperbesar kepuasan-kepuasan yang merupakan suatu bagian integal dari konsumsi sekarang dan konsumsi di masa depan.

Keterangan Sumber : * Bab ini disusun berdasarkan kuliah Nobel yang saya sampaikan pada tanggal 8 Desember 1979, di Stockhlm, Swedia, hakcipta @ Yayasan Nobel 1979. saya berhutang budi kepada gary.S.Becker, Milton Friedman, A.C. Harberger, D.Gale Johnson, dan T.Paul Schultz atas saran-saran mereka dan juga kepada isteri saya, Ester Schultz, atas

Page 12: Document12

saran-sarannya erhadap apa yang saya piker telah saya nyatakan dengan jelas, tetapi baginya belum cukup jelas.

Konsep pertanian yang berkelanjutan terus berkembang, diperkaya dan dipertajam dengan kajian pemikiran, model, metode, dan teori berbagai disiplin ilmu sehingga menjadi suatu kajian ilmu terapan yang diabadikan bagi kemaslahatan umat manusia untuk generasi sekarang dan mendatang. Pertanian berkelanjutan dengan pendekatan sistem dan besifat holistik mempertautkan berbagai aspek atau gatrs dan disiplin ilmu yang sudah mapan antara lain agronomi, ekologi, ekonomi, sosial, dan budaya.

Sistem pertanian berkelanjutan juga beisi suatu ajakan moral untuk berbuat kebajikkan pada lingkungan sumber daya alam dengan memepertimbangkan tiga matra atau aspek sebagai berikut 1. Kesadaran Lingkungan (Ecologically Sound), sistem budidaya pertanian tidak boleh mnyimpang dari sistem ekologis yang ada. Keseimbanganadalah indikator adanya harmonisasi dari sistem ekologis yang mekanismena dikendalikanoleh hukum alam. 2. Bernilai ekonomis (Economic Valueable), sistem budidaya pertanian harus mengacu pada pertimbangan untung rugi, baik bagi diri sendiri dan orang lain, untuk jangka pandek dan jangka panjang, serta bagi organisme dalam sistem ekologi maupun diluar sistem ekologi. 3. Berwatak sosial atau kemasyarakatan (Socially Just), sistem pertanian harus selaras dengan norma-noma sosial dan budaya yang dianut dan di junjung tinggi oleh masyarakat disekitarnya sebagai contoh seorang petani akan mengusahakan peternakan ayam diperkaangan milik sendiri. Mungkin secra ekonomis dan ekologis menjanjikkan keuntungan yang layak, namun ditinjau dari aspek sosial dapat memberikan aspek yang kurang baik misalnya, pencemaran udara karena bau kotoran ayam. Norma-norma sosial dan budaya harus diperhatikan, apalagi dalam sistem pertanian berkelanjutan di Indonesia biasanya jarak antara perumahan penduduk dengan areal pertanian sangat berdekatan. Didukung dengan tingginya nilai sosial pertimbangan utama sebelum merencanakan suatu usaha pertanian dalam arti luas.

Lima kriteria untuk mengelola suatu sistem pertanian berkelanjutan 1. Kelayakan ekonomis (economic viability)2. Bernuansa dan bersahabat dengan ekologi (accologically sound and friendly)3. Diterima secara sosial (Social just)4. Kepantasan secara budaya (Culturally approiate)5. Pendekatan sistem holistik (sistem and hollisticc approach)Sejak tahun 1980an kajian dan diskusi untuk merumuskan konsep pembangunan berkelanjutan yang operasional dan diterima secara universal terus berlanjut. Pezzy (1992) mencatat, 27 definisi konsep berkelanjutan dan pembangunan berkelanjutan, dan tettunya masih ada banyak lagi yang luput dari catatan tersebut. Walau banyak variasi definisi pembangunan berkelanjutan, termasuk pertanian berkelanjutan, yang diterima secara luas ialah yang bertumpu pada tiga pilar: ekonomi, sosial, dan ekologi (Munasinahe, 1993). Dengan perkataan lain, konsep pertanian berkelanjutan berorientasi pada tiga dimensi keberlanjutan, yaitu: keberlanjutan usaha ekonomi(profit), keberlanjutan kehidupan sosial manusia (people), dan keberlanjutan ekologi alam

Page 13: Document12

(planet).Dimensi ekonomi berkaitan dengan konsep maksimisasi aliran pendapatan yang dapat diperoleh dengan setidaknya mempertahankan asset produktif yang menjadi basis dalam memperoleh pendapatan tersebut. Indicator utama dimensi ekonomi ini ialah tingat efisiensi dan daya saing, besaran dan pertumbuhan nilai tambah dan stabilitas ekonomi. Dimensi ekonomi menekankan aspek pemenuhan nebutuhan ekonomi manusia baik untuk generasi sekarang ataupun mendatang.Dimensi sosial adalah orientasi kerakyatan, berkaitan dengan kebutuhan akan kesejahteraan sosial yang dicerminkan oleh kehidupan sosial yang harmonis (termasuk tercegahnya konflik sosial), preservasi keragaman budaya dan modal sosio-kebudayaan, termasuk perlindungan terhadap suku minoritas. Untuk itu, pengentasan kemiskinan, pemerataan kesempatan berusaha dan pendapatan, partisipasi sosial politik dan stabilitas sosial budaya merupakan indikator-indikator penting yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pembangunan.Dimensi lingkungan alam menekankan kebutuhan akan stabilitas ekosistem alam yang mencakup sistem kehidupan biologis dan materi alam. Termasuk dalam hal ini ialah pterpeliharanya keragaman hayati dan daya lertur bilogis, sumber daya tanah, air dan agroklimat, serta kesehatan dan kenyamanan lingkungan. Penekanan dilakukan pada preservasi daya lentur dan dinamika ekosistem untuk beradaptasi terhadap perubahan bukan pada konservasi sustu kondisi ideal statis yang mustahil dapat diwujudkan. Ketiga dimensi tersebut saling mempengaruhi sehinnga ketiganya harus dipertimbangkan secara berimbang. Sistem sosial yang stabil dan sehat serta sumberdaya alam dan lingkungan merupakan basis untuk kegiatan ekonomi, sementara kesejahteraan ekonomi merupakan prasyarat untuk terpeliharanya stabilitas sosial budaya maupun kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hisup. Sistem sosial yang tidak stabil atau sakit akan cenderung menimbulkan tindakan yang merusak kelestarian sumber daya alam dan merusak kesehatan lingkungan, sementara ancaman kelestarian sumber daya alam dan lingkungan dapat mendorong terjadinya kekacauan dan penyakit sosial.Visi pembangunan (pertanian) berkelanjutan ialah terwujudnya kondisi ideal skenario kondisi zaman keemasan, yang dalam bahasa konstitusi Indonesia disebut adil dan makmur, dan mencegah terjadinya lingkaran malapetaka kemelaratan. Visi ideal tersebut diterima secara universal sehingga pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) menjadi prinsip dasar pembangunan pertanian secara global termasuk di Indonesia. Oleh karena itulah pengembangan sistim pertanian menuju usaha tani berkelanjutan merupakan salah satu misi utama pembangunan pertanian di Indonesia.Perspektif pertanian berkelanjutan telah tersosialisasi secara global sebagai arah ideal pembangunan pertanian. Pertanian berkelanjutan bahkan kini tidak lagi sekedar wacana melainkan sudah menjadi gerakan global. Pertanian berkelanjutan telah menjadi dasar penyusunan protocol aturan pelaksanaan (rules of conduct) atau standar prosedur operasi “Praktek Pertanian yang Baik” (Good Agricultur Practices = GAP) sebagai sebuah gerakan global maka praktek pertanian berkelanjutan menjadi misi bersama komunitas internasional, negara, lembaga pembangunan, organisasi swadaya masyarakat dan lembaga konsumen internasional turut mendorong dan mengawasi pelaksanaan prinsip pertanian berkelanjutan tersebut. Kepatuhan produsen terhadap standar praktek pertanian berkelanjutan menjadi salah satu atribut preferensi konsumen atas produk pertanian. Karena itu, setiap perusahaan agribisnis haruslah senantiasa mematuhi prinsip Praktek

Page 14: Document12

Pertanian yang Baik (PPB) agar dapat memperoleh akses pasar, khususnya di pasar internasionalMasalah dan tantangan yang dihadapi dalam sistem pertanian berkelanjutan yaitu: 1. Membangun pemerintah yang baik dan memposisikan pertanian sebagai sektor andalan perekonomian nasional.2. Mewujudkan kemandirian pangan dalam tatanan perdagangan dunia yang bebas dan tidak adil3. Mengurangi jumlah petani miskin, membangun basis bagi partisipasi petani dan pemerataan hasil pembangunan4. Meningkatkan pertumbuhan sektor pertanian5. Membangun sistem agribisnis terkoordanatif6. Melestarikan sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup7. Membangun sistem iptek yang efisien

Kebijakan   Pertanian

Pemberdayaan Masyarakat dan Pembangunan   Pertanian

Published December 2, 2009 Pembangunan Pertanian Leave a   Comment

Pembangunan pertanian harus berorentasi pada pemberdayaan masyarakat. Slamet (2000) menekankan bahwa pada dasarnya pembangunan harus bertujuan untuk mengembangkan masyarakat. Pembangunan diselenggarakan untuk memecahkan masalah yang ada dan dihadapi masyarakat. Keberhasilan pembangunan dipedesaan akan terlihat apabila masyarakat secara dinamis mampu memenuhi kebutuhannya. Korten dan Sjahrir (1988) menyatakan bahwa kunci keberhasilan pembangunan agar mencapai sasaran pada sebagian besar masyarakat miskin apabila dikurangi kendala-kendala yang dihadapi kaum miskin dalam mengungkapkan kemampuan-kemampuannya. Soedjatmoko (1983) menekankan pentingnya motivasi, tujuan, dan makna dalam proses pembaharuan diri dalam pembangunan, serta bukan kemakmuran material semata.Dalam kegiatan pertanian, masyarakat petani masih membutuhkan suatu layanan yang semakin luas dan komplek cakupannya. J.Di Franco (Munder, Addion H., 1972 mengidentifikasi cakupan tanggung jawab layanan pertanian di masa mendatang meliputi: (a) Produksi pertanian; (b) Pemasaran, distribusi dan pengolahan produk pertanian; (c) Konservasi, penggunaan dan perbaikan sumber daya alam; (d) Pengelolaan usahatani dan ekonomi rumah tangga; (e) Kehidupan keluarga; (f) Pengembangan generasi muda; (g) Pengembangan kepemimpinan; (h) Pengembangan masyarakat dan pembangunan sumberdaya.Layanan pengembangan masyarakat dan pembangunan sumberdaya manusia sebagai salah satu upaya pemberdayaan masyarakat. Menurut Margono Slamet (2000) istilah “berdaya” diartikan sebagai tahu, mengerti, faham, termotivasi, berkesempatan melihat peluang, berenergi, mampu bekerjasama, tahu berbagai alternatif, mampu mengambil resiko, mampu mencari dan menangkap informasi, mampu bertindak sesuai situasi. Petani yang berdaya, menurut Susetiawan (2000) adalah petani yang secara politik dapat mengartikulasikan (menyampaikan perwujudan) kepentingannnya, secara ekonomi dapat

Page 15: Document12

melakukan proses tawar menawar dengan pihak lain dalam kegiatan ekonomi, secara sosial dapat mengelola mengatur komunitas dan mengambil keputusan secara mandiri, dan secara budaya diakui eksistensinya.Pemahaman tentang pemberdayaan masyarakat merupakan suatu strategi yang menitikberatkan pada bagaimana memberikan peran yang proposional agar masyarakat dapat berperan secara aktif dalam aktivitas sosial kemasyarakatan. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberdayaan masyarakat tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga swasta dan masyarakat sendiri (Saputro, 2001).Pemberdayaan masyarakat merupakan bagian dari konsep pembangunan yang secara implisit mengutarakan perubahan dari satu tahapan ke tahapan yang lebih baik. Pemberdayaan haruslah melampaui ukuran materi dan uang, oleh karena itu pemberdayaan harus diartikan sebagai suatu proses multi dimensional termasuk di dalamnya suatu upaya pengorganisasian kembali dan reorientasi dari seluruh system ekonomi dan system social masyarakat. Upaya tersebut melibatkan perubahan yang radikal di bidang kelembagaan, struktur social, struktur administrasi, persepsi, altitude serta perubahan kebiasaan kepercayaan suatu bangsa (Arintadisastra, 2001).

Pustaka (source)

Korten, D.C dan Sjahrir. 1988. Pembangunan Berdimensi Kerakyatan. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.Michel Todaro P. 1978. Economic Development in The World. Longmen Inc. New York. Dalam Arintadisastra. 2001. Membangun Pertanian Modern. Yayasan sinar Tani. Jakarta.

Mosher, A.T. 1991. Menggerakkan dan Membangun Pertanian Syarat-syarat Pokok Pembangunan dan Modernisasi. CV Yasaguna.Jakarta.

Saputro, E.P. (ed). 2001. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Ketahanan Pangan Kajian Empiris LSM-LSM Mitra Yayasan Indonesia Sejahtera. Yayasan Indonesia Sejahtera. Jakarta.

Slamet, M. 2000. Memantapkan Posisi dan Meningkatkan Peran penyuluhan Pembangunan Dalam pembangunan. Makalah Seminar Nasional Pemberdayaan Sumberdaya Manusia Menuju Terwujudnya Masyarakat Madani 25-26 September 2000 di IPB.

Soedjatmoko. 1983. Dimensi Manusia Dalam Pembangunan. LP3ES. Jakarta.

Soekanto S. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

English Version Translate by Google :

Ekonomi   Kemiskinan

Published December 2, 2009 Pembangunan Pertanian Leave a   Comment

Page 16: Document12

Disampaikan Oleh Ir. Marcellinus Molo, M.S. PhdEKONOMI KEMISKINAN

Sebagian besar penduduk dunia tergolong miskin. Jika kita mengetahui ekonmi kemiskinan, kita akan banyak mengetahui ekonomi sesungguhnya terjadi. Kebanyakan penduduk miskin di dunia hidup dari bidang pertanian. Jika kita mengetahui ekonomi pertanian, maka kita akan mengetahui ekonomi kemiskinan.Ahli-ahli ekonomi merasa sulit memahami konstrain-konstrain preferensi dan kelangkaan (scarcity) yang menentukan pilihan-pilihan bagi kamun miskin. Kita semua tahu bahwa sebagian besar penduduk dunia tergolong miskin, bahwa mereka memperoleh sedikit sekali imbalan atas tenaga kerja mereka, bahwa separuh atau lebih dari pendapatan mereka yang sangat rendah dibelanjakan untuk bahan makanan, bahwa mereka sebagian besar tinggal di negara-negara berpendapatan rendah, dan bahwa sebagian besar dari mereka mempunyai mata pencaharian di bidang pertanian. Hal yang tidak banyak difahami oleh banyak ahli ekonomi adalah bahwa penduduk miskin tidak kalah dibanding penduduk kaya untuk memmperbaiki nasib mereka dan anak-anak mereka. Apa yang telah kita pelajar selama sekade-dekade terakhir mengenai ekonomi pertanian akan tampak bagi orang-orang yang mengetahuinya dengan baik, sebagian bersifat paradoks. Pertanian di banyak negara berpendapatan rendah mempunyai kapasitas ekonomi potensial untuk memproduksi bahan makanan yang cukup bagi penduduk yang terus bertambah dan juga memperbaiki pendapatan serta kesejahteraan penduduk miskin secara berarti. Faktor-faktor produksi yang menentukan dalam perbaikan kesejahteraan penduduk miskin bukanlah ruang, energi dan lahan pertanian. Faktor-faktor penentunya adalah perbaikan kualitas penduduk dan peningkatan pengetahuan. Dalam dekade-dekade terakhir ini, karya para akademis ekonomi telah sangat memperluas wawasan kita mengenai ekonomi modal manusiawi (the economics of human capital), khususnya ekonomi mengenai penelitian, tanggapan-tanggapan para petani terhadap teknik-teknik produksi baru yang menguntungkan, hubungan antara produksi dan kesejahteraan serta ekonomi keluarga. Akan tetapi, ekonomi pembangunan telah mengelami beberapa kesalahan intelektual.

Kesalahan utama anggapan bahwa teori ekonimi standar tidak cukup untuk memahami negara-negara berpendapatan rendah dan oleh karena itu suatu teori ekonomi yang lain perlu dikembangkan. Model-model yang dikembangkan untuk tujuan ini umumnya disambut dengan gembira, hingga menjadi jelaslah bahwa model-model tersebut merupakan hasil kajian intelektual yang terbaik. Beberapa ahli ekonomi memberikan reaksi dengan mengajukan penjelasan-penjelasan kultural dan sosial tentang keadaan perekonomian yang buruk di negara-negara berpendapatan rendah, walau pun kegunaan dari hasil-hasil studi sarjana-sarjana di bidang kultural dan tingkah laku tidak mudah di fahami. Jumlah ahli ekonomi yang menyadari bahwa teori ekonomi standar dapat digunakan pada masalah-masalah kelangkaan (scarcity) di negara-negara berpendapatan rendah seperti halnya pada masalah-masalah serupa di negara-negara berpendapatan tingi, kian bertambah. Kesalahan ke dua, adalah pengabaian sejarah ekonomi. Ilmu ekonomi klasik dikembangkan pada saat banyak orang di Eropa Barat baru saja memperoleh pengidupan dari lahan-lahan tandus (miskin) yang mereka olah dan ditinggalkan dalam masa yang

Page 17: Document12

tidak lama. Sebagian akibatnya, para ahli ekonomi perintis menghadapi kondisi-kondisi serupa dengan yang sedang berlaku di negara-negara berpendapatan rendah sekarang. Pada masa Ricardo, kurang lebih separuh dari pendapatan keluarga para pekerja (buruh) di Inggris dibelajakan untuk bahan makanan. Demikian pula yang sedang dialami oleh banyak negara berpendapatan rendah. Marshall mengatakan kepada kita bahwa ’upah mingguan dari buruh-buruh Inggris kerapkali kurang dari harga setengah gantang (bushel) gandum yang berkualitas baik ketika Ricardo menerbitkan Principles of Political Economy and Taxation (1817). Upah mingguan dari buruh bajak di India pada saat sekarang kira-kira kurang dari harga dua gantang gandum . Pengetahuan mengenai pengalaman dan prestasi penduduk miskin pada masa-masa lampau akan sangat membantu suatu pemahaman akan masalah-masalah dan kemungkinan-kemungkinan bagi negara-negara yang kini berpendapatan rendah. Pemahaman seperti ini adalah jauh lebih penting daripada pengetahuan yang paling terinci dan pasti mengenai permukaan bumi atau mengenai ekologi, atau mengenai teknologi masa depan.Persepsi historis tentang penduduk juga tidak ada. Kita mengekstrapolasi statistik global dan kagum akan interprestasi kita – terutama bahwa penduduk miskin berbiak seperti tikus kutup (lemmings) yang menuju kepada kepunahan mereka sendiri. Adanya penduduk dalam keadaan miskin, tidak pernah terjadi dalam sejarah sosial dan ekonomi kita sendiri. Perkiraan-perkiraan mengenai pertumbuhan penduduk yang destruktif di negara-negara miskin sekarang adalah juga palsu.LAHAN DINILAI TERLALU TINGGISuatu pandangan yan dianut secara luas – pandangan naturalis (the natural earth view) – adalah bahwa luas lahan yang sesuai untuk menanam tanaman pangan adalah benar-benar tertentu dan persediaan energi untuk mengerjakan lahan semakin menipis. Menurut pandangan ini, tidaklah mungkin terus menerus memperoduksi bahan makanan dalam jumlah yang cukup untuk penduduk dunia yang bertambah. Suatu pandangan alternatif – pandangan sosial-ekonomi (the socio-economic view) – adalah bahwa manusia mempunyai kemampuan dan akal budi untuk mengurangi ketergantungannya pada lahan pertanian, pertanian tradisional, dan sumber energi yang terus merosot serta mengurangi biaya nyata dalam produksi bahan makanan untuk penduduk dunia yang terus bertambah. Melalui penelitian, kita menemukan pengganti terhadap lahan pertanian yang tidak pernah dibayangkan Ricardo, dan karena pendapatan meningkat, para orangtua menginginkan anak lebih sedikit, dan kualitas anak akan menggeser kuantitas anak, yang tidak pernah dibayangkan Malthus. Ironisnya ekonomi, yang telah lama dikenal sebagai ilmu pengetahuan suram, menunjukkan bahwa pandangan naturalis yang suram mengenai bahan makanan tidak sesuai dengan sejarah yang menunjukkan bahwa kita dapat memperbesar sumbe-sumber melalui kemajuan pengetahuan. Saya setuju dengan Margaret Mead bahwa ”Masa depan umat manusia adalah – terbuka –tertutup (open-ended)”. Masa depan umat manusia tidak ditakdirkan oleh ruang, energi, dalam lahan pertanian, ia ditentukan oleh evolusi akal budi umat manusia.Perbedaan-perbedaan produktivitas lahan tidak menjelaskan mengapa penduduk miskin berada di bagian dunia yang telah lama berpengehuni. Penduduk di India telah menjadi miskin sejak berabad-abad lamanya baik di Plateau Deccan, di mana produktivitas lahan tadah hujan adalah rendah dan di lahan-lahan India Selatan yang produktivitasnya tinggi. Di Afrika penduduk berdiam di lahan-lahan yang tidak produktif yang terletak di bagian selatan Sahara, pada lahan-lahan yang agak lebih produktif di lereng-lereng yang curam

Page 18: Document12

di daerah Rift, dan lahan-lahan aluvial yang sangat produktif di sepanjang dan pada muara Sungai Nile, semuanya memiliki suatu kesamaan: mereka sangat miskin. Demikian pula, perbedaan-perbedaan yang sangat terkenal mengenai rasio lahan penduduk di seluruh negara berpendapatan rendah, tidak menghasilkan perebdaan kemiskinan yang sebanding. Apa yang paling berarti di dalam hal lahan pertanian, adalah insentif-insentif dan kesempatan-kesempatan terkait bagi para petani untuk meningkatkan penggunaan lahan dengan efektif melalui investasi yang mencakup sumbangan-sumbangan penelitian pertanian dan perbaikan ketrampilan manusia, satu bagian integral dari modernisasi ekonomi negara-negara berpenghasilan tinggi dan rendah adalah penurunan arti ekonomi dari lahan pertanian dan peningkatan modal manusiawi: ketrampilan dan pengetahuan.Meskipun sejarah ekonomi, ide-ide dari para ahli ekonomi mengenai lahan adalah sebagai satukaidah, masih mengikuti Ricardo. Tetapi konsep Ricardo mengenai tanah, ”daya-daya lahan yang asli dan tak dapat dirusah” tidak sesuai lagi, walau keadaan tersebut pernah terjadi. Sumbangan lahan dalam pendapatan nasional berupa sewa tanah yang merosot terus menerus dengan nyata di negara-negara berpendapatan rendah.Mengapa hukum Ricardo mengenai sewa (yang memperlakukannya sebagai hasil dan bukan sebagai penyebab dari harga-harga) kehilangan arti ekonominya? Ada dua sebab utama: pertama. Modernisasi pertanian telah mengubah lahan miskin menjadi lahan sangat produktif dibanding keadaan alam; Kedua, penelitian pertaniah telah menghasilkan substansi bagi lahan pertanian. Dengan beberapa perkecualian setempat. Lahan-lahan di Eropa pada mulanya berkualitas rendah. Sekarang lahan-lahan tersebut sanagt produktif. Lahan-lahan di Finlandia semula kurang produktif dibanding lahan di bagian-bagian barat Uni Sovyet, tetapi sekarang lahan pertanian di Finlandia menjadi lebih unggul. Lahan pertanian di Jepang pda masa sekarang ini lebih unggul. Di negara-negara berpenghasilan tinggi dan rendah, perbahan-perubahan ini sebagian merupakan konsekuansi dari penelitian pertanian’ termasuk penelitian yang diwujudkan dalam bentuk pupuk buatan, pestisida, peralatan dan masukan-masukan (inputs) lain. Ada substitusi-substitusi baru terhadap lahan pertanian, atau perluasan lahan pertanian. Proses substitusi digambarkan dengan baik pada tanaman jagung: areal panen jagung di Amerika Aerikat pada tahun 1979 ada 33 juta area, yang kurang dari areal panen tahun 1932, dan menghasilkan 7,76 mmilyar gantang, tiga kali produksi 1932.

KUALITAS MANUSIA DINILAI TERLALU RENDAH Sementara lahan bukan satu-satunya faktor terpenting yang menyebabkan kemiskinan, faktor manusia yaitu : investasi dalam perbaikan kualitas manusia dapt dengan nyata meningkatkan prospek-prospek ekonomi dan kesejahteraan penduduk yang miskin. Pemeliharaan anak, perumahan dan pengalaman bekerja, perolehan informasi dan ketrampilan yang diperoleh melalui sekolah dan investasi-investasi lain dalam bidang kesehatan dan sekolah dapat memperbaiki kualitas penduduk. Investasi-investasi seperti itu di negara-negara berpendapatan rendah telah berhasil memperbaiki prospek-prospek ekonomi yang tidak mampu dihilangkan oleh ketidakstabilan politik. Penduduk miskin di negara-negara berpendapatan rendah bukanlah para tahanan dari suatu ekuilibrium kemiskinan yang ketat, yang tak dapat dipecahkan ilmu ekonomi. Tidak ada kekuatan-kekuatan besar (luas biasa) yang menghapus semua perbaikan ekonomi dan menyebabkan penduduk miskin meninggalkan perjuangan ekonominya. Sekarang telah

Page 19: Document12

terkumpul bukti-bukti bahwa penduduk pertanian yang miskin mempunyai reaksi terhadap kesempatan-kesempatan yang lebih baik. Harapan-harapan dari manusia dalam pertanian-buruh pertanian dan usahawan (enterprenir) usahatani yang bekerja dan mengalokasikan sumber-sumber dibentuk oleh kesempatan-kesempatan baru dan oleh insentif-insentif yang mereka tanggapi. Insentif-insentif ini, yang eksplisit di dalam harga-harga yang mereka bayar untuk produsesn dan barang serta jasa yang dikonsumsi, sangat terdistorsi yang disebabkan oleh permerintah (goverment-incude distorsions) adalah untuk engurangi sumbangan ekonomi yang mampu diberikan pertanian).Pemerintah cenderung mengintroduksi distorsi-distorsi yang mendiskriminasikan pertanian karena politik dalam negeri umunya menguntungkan penduduk kota atas biaya penduduk pedesaan, walaupun jumlah penduduk pedesaan jauh lebih besar . Pengaruh politik dari konsumen dan industri di kota memungkinkan mereka memperoleh bahan makanan murah atas biaya sejumlah besar penduduk pedesaan yang miskin. Diskriminasi ini dirasionalisasi dengan alasan bahwa pertanian bersifat terbelakang (miskin) dan bahwa sumbangan ekonominya kurang berarti, walaupun dengan Revolusi Hijau (Green Revolution). Industrialisasi yang cepat dianggap sebagai kunci kemajuan ekonomi. Kebijaksanaan yang memberikan prioritas utama terhadap industri dan mempertahankan harga pangan (biji-bijian) tetap murah. Sangat disesalkan bahwa doktrin ini masing didukung oleh beberapa lembaga donor dan dirasionalisasikan oleh beberapa ahli ekonomi di negara-negara berpendapatan tinggi. Para petani di dunia , dalam menghadapi biaya, penerimaan dan resiko, adalah agen-agen yang membuat perhitungan ekonomi. Di dalam domain mereka yang kecil, individual dan alokatif, mereka adalah usahawan-usahawan yang dengan diam-diam mengamati kondisi-kondisi ekonomi yang tidak diketahui oleh para ahli, betapa efisiennya mereka. Walaupun para petani berbeda kemampuannya dalam pengamatan (analisa), interprestasi dan mengambil tindakan tepat sebagai reaksi terhadap informasi baru, karena mereka berbeda pendidikan, kesehatan, dan pengalaman. Mereka mempunyai sumber daya manusia yang esensial berupa keusahawanan. Pada kebanyakan usahatani, para wanita adalah juga usahawati dalam mengalokasikan waktu mereka dan menggunakan produk-produk pertanian dan barang-barang yang dibeli dalam produksi rumah tangga. Kemampuan alokatif dipenuhi oleh jutaan pria dan wanita pada satuan-satuan produksi berskala kecil, karena pada umumnya pertanian merupakan sektor ekonomi yang sangat terdesentralisasi. Bila pemerintah telah mengambil alih fungsi keusahawanan dalam usahatani, mereka telah gagal memberikan suatu kemampuan substitusi alokatif yang efektif dalam modernisasi pertanian. Peranan-peranan alokatif para petani dan wanita-tani serta kesempatan-kesempatan ekonomi mereka adalah penting. Keusahawanan adalan juga esensial dalam penelitian, yang selalu merupakan suatu kegiatan petualangan, yang memerlukan organisasi dan alokasi sumber-sumber yang langka. Intisari penelitian adalah bahwa penelitian merupakan suatu upaya dinamis tentang hal-hal yang belum diketahui atau setengah diketahui. Diperlukan dana, organisasi, dan ilmuwan yang kompeten, tetapi semuanya ini belumlah lengkap. Keusahawanan dalam bidang penelitian diperlukan baik oleh para ilmuwan atau oleh orang-orang yang terlibat dalam sektor penelitian dari ekonomi. Seseorang harus memutuskan bagaimana mendistribusikan sumber-sumber terbatas yang tersedia, berdasarkan keadaan pengetahuan yang dimilikinya.

Page 20: Document12

DISEKUILIBRIA YANG TAK TERHINDARKANTransformasi pertanian ke dalam suatu keadaan produktif yang meningkat, memerlukan suatu proses yang umumnya dikenal sebagai modernisasi, yang memerlukan penyesuaian dalam bertani karena tersedia kesempatan-kesempatan yang lebih baik. Nilai dari kemampuan menghadapi disekuilibria adalah tinggi dalam suatu ekonomi yang dinamis. Disekulibria seperti itu tidak dapat terhindarkan. Disekuilibria tidak dapat dieliminasi melalui hukum, melalui kebijaksanaan Pemerintah dan jelas-jelas bukan dengan cara retorik. Pemerintah tidak dapat dengan efesien memainkan fungsi usahawan-usahawan pertanian. Ahli-ahli sejarah masa depan pasti akan dibingungkan oleh luasnya insentif-insentif ekonomi yang telah berantakan selama dekade-dekade terakhir. Pandangan intelektual yang dominan bersifat antagonistik terhadap insentif-insentif pertanian, dan kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi yang berlaku mengurangi fungsi insentif-insentif produsen. D. Gale Johnson telah menunjukkan bahwa potensi ekonomi yang besar dari pertanian di banyak negara berpendapatan rendah tidak terealisir. Kemungkinan-kemungkinan teknis telah menjadi semakin menguntungkan tetapi insentif-insentif ekonomi yang diperoleh para petani di negara-negara tersebut untuk merealisir potensi ini tidak berhasil, baik karena informasi relevan tidak tersedia atau karena harga-harga dan biaya-biaya yang dihadapi para petani telah terdistorsi. Karena ketiadaan insentif-insentif yang menguntungkan, para petani tidak melakukan investasim, termasuk pembelian input-input unggul. Intervensi oleh Pemerintah saat ini merupakan penyebab utama dari tidak tersedianya insentif-insentif ekonomi yang optimum.

KEMAJUAN KUALITAS PENDUDUK Sekarang saya beralih kepada peningkatan kualitas manusia yang dapat diukur baik untuk penduduk yang bertani mau pun bukan petani. Kualitas dalam kontek ini terdiri dari berbagai bentuk modal manusiawi (human capital). Saya telah mengemukakan di mana saja bahwa walaupun ada alasan kuat untuk menggunakann suatu definisi modal manusiawi yang sangat tepat, definisi tersebut akan mengalami pula kemenduaan (ambiguities) yang terus menganggu teori kapital (capital theory) pada umunya, dan konsep kapital dalam model-model pertumbuhan ekonomi pada khususnya. Kapital itu bermuka-dua, dan apa yang dijelaskan ke dua muka itu kepada kita tentang pertumbuhan ekonomi, yang merupakan suatu proses dinamis, sebagai suatu kaidah, adalah sejarah-sejarah yang tidak konsisten. Memang seharusnya demikian, karena kisah biaya merupakan kisah dari investasi yang terbenam (cunk investment); misalnya, sekali seorang petani mengadakan investasi berupa kereta kuda, kereta tersebut hanya sedikit nilainya bila ditarik oleh traktor. Cerita lain mengenai nilai terdiskon (discounted value) dari arus jasa-jasa yang disumbangkan kapital, yang berubah sesuai dengan perubahan pertumbuhan. Tetapi yang lebih buruk adalah anggapan, yang mendasari teori kapital dan agregasi kapital dalam model-model pertumbuhan, bahwa kapital bersifat homogen. Setiap bentuk kapital memiliki sifat-sifat khusus: sebuah bangunan, sebuah traktor, jenis pupuk tertentu, sebuah sumur pompa, dan banyak bentuk investasi lainnya, tidak hanya di bidang pertanian, tetapi juga dalam semua aktivitas produksi yang lain. Seperti telah diajarkan oleh Hick kepada kita, asumsi homogenitas kapital ini merupakan malapetaka bagi teori kapital : Adalah sangat tidak tepat menganalisa dinamika pertumbuhan ekonomi terutama menyangkut ketimpangan kapital karena perbedaan-perbedaan rates of

Page 21: Document12

returns, apakah agregasi kapital dipandang dari segi biaya-biaya faktor (factor costs) atau dipandang dari segi nilai terdiskon dari jasa-jasa seumur hidup (lifetime services) dari berbagai bagian-bagiannya. Juga tidak ada suatu katalog dari semua model pertumbuhan yang ada, dapat membuktikan bahwa ketimpangan-ketimpangan ini adalah sama. Tetapi, mengapa mencoba mengubah lingkaran menjadi empat per segi? Jika kita tidak dapat mengamati ketimpangan-ketimpangan ini, kita harus menemukannya, karena ketimpangan-ketimpangan itu merupakan pegas utama dari pertumbuhan ekonomi. Ketimpangan-ketimpangan merupakan pegas utama karena ia memberikan isyarat-isyarat ekonomi yang mendorong pertumbuhan. Maka salah satu bagian penting dari pertumbuhan ekonomi tertutup oleh agregasi kapital seperti itu. Nilai dari modal manusiawi tambahan tergantung kepada kesejahteraan tambahan yang diperoleh manusia daripadanya, modal manusiawi memperbesar produktivitas pertanian dan non pertanian, dalam produksi rumah tangga, dalam waktu dan sumber-sumber lain yang dialokasikan para mahasiswa untuk pendidikan mereka, dan dalam migrasi untuk memperoleh kesempatan kerja yang lain baik. Kemampuan semacam itu juga sangat memperbesar kepuasan-kepuasan yang merupakan suatu bagian integal dari konsumsi sekarang dan konsumsi di masa depan.

SYARAT POKOK DAN PELANCARPEMBANGUNAN PERTANIAN

PengertianPembangunan pertanian dapat didefinisikan sebagai suatu proses perubahan sosial. Implementasinya tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan status dan kesejahteraan petani semata, tetapi sekaligus juga dimaksudkan untuk mengembangkan potensi sumberdaya manusia baik secara ekonomi, sosial, politik, budaya, lingkungan, maupun melalui perbaikan (improvement), pertumbuhan (growth) dan perubahan (change) (Iqbal dan Sudaryanto, 2008).Dalam literatur klasik pembangunan pertanian karya Arthur Mosher yang berjudul “Getting Agriculture Moving” dijelaskan secara sederhana dan gambling tentang syarat pokok dan syarat pelancar dalam pembangunan pertanian. Syarat pokok pembangunan pertanian meliputi: (1) adanya pasar untuk hasil-hasil usahatani, (2) teknologi yang senantiasa berkembang, (3) tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal, (3) adanya perangsang produksi bagi petani, dan(5) tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinyu. Adapun syarat pelancar pembangunan pertanian meliputi: (1) pendidikan pembangunan, (2) kredit produksi, (3) kegiatan gotong royong petani, (4) perbaikan dan perluasan tanah pertanian, dan (5) perencanaan nasional pembangunan pertanian. Beberapa Negara berkembang, termasuk Indonesia, mengikuti saran dan langkah kebijakan yang disarankan oleh Mosher.Pembangunan pertanian di Indonesia dilaksanakan secara terencana dimulai sejak Repelita I (1 April 1969), yaitu pada masa pemerintahan Orde Baru, yang tertuang dalam strategi besar pembangunan nasional berupa Pola Umum 19 Pembangunan Jangka Panjang (PU-PJP) yaitu PU-PJP I (1969-1994) dan PU-PJP II (1994-2019). Dalam PU-PJP I, pembangunan dilaksanakan melalui lima serangkaian Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun) yang semuanya dititikberatkan pada sektor pertanian sebagai berikut:

Page 22: Document12

1. Repelita I: titik berat pada sektor pertanian dan industri pendukung sektorpertanian.2. Repelita II: titik berat pada sektor pertanian dengan meningkatkan industripengolah bahan mentah menjadi bahan baku.3. Repelita III: titik berat pada sektor pertanian menuju swasembada pangan danmeningkatkan industri pengolah bahan baku menjadi bahan jadi.4. Repelita IV: titik berat pada sektor pertanian untuk melanjutkan usaha menujuswasembada pangan dengan meningkatkan industri penghasil mesin-mesin.5. Repelita V: melanjutkan Repelita IV.Menurut Suhendra (2004) di banyak negara, sektor pertanian yang berhasil merupakan prasyarat bagi pembangunan sektor industri dan jasa. Para perancang pembangunan Indonesia pada awal masa pemerintahan Orde Baru menyadari benar hal tersebut, sehingga pembangunan jangka panjang dirancang secara bertahap. Pada tahap pertama, pembangunan dititikberatkan pada pembangunan sector pertanian dan industri penghasil sarana produksi peratnian. Pada tahap kedua, pembangunan dititikberatkan pada industri pengolahan penunjang pertanian (agroindustri) yang selanjutnya secara bertahap dialihkan pada pembangunan industri mesin dan logam. Rancangan pembangunan seperti demikian, diharapkan dapat membentuk struktur perekonomian Indonesia yang serasi dan seimbang, tangguh menghadapi gejolak internal dan eksternal.Pada saat Indonesia memulai proses pembangunan secara terencana pada tahun 1969, pangsa sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai lebih dari 40 persen, sementara itu serapan tenaga kerja pada sector pertanian mencapai lebih dari 60 persen. Fakta inilah yang kemudian mengilhami penyusunan rencana, strategi dan kebijakan yang mengedepankan pembangunan pertanian sebagai langkah awal proses pembangunan.Kebijakan untuk menetapkan sektor pertanian sebagai titik berat pembangunan ekonomi sesuai dengan rekomendasi Rostow dalam rangka persiapan tinggal landas (Simatupang dan Syafa’at, 2000). Lebih lanjut dinyatakan bahwa revolusi pertanian merupakan syarat mutlak bagi keberhasilan upaya menciptakan prakondisi tinggal landas.Pentingnya peran sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi suatu negara juga dikemukakan oleh Meier (1995) sebagai berikut: (1) dengan mensuplai makanan pokok dan bahan baku bagi sektor lain dalam ekonomi yang berkembang, (2) dengan menyediakan surplus yang dapat diinvestasikan dari tabungan dan pajak untuk mendukung investasi pada sektor lain yang berkembang, (3) dengan membeli barang konsumsi dari sektor lain, sehingga akan meningkatkan permintaan dari penduduk perdesaan untuk produk dari sektor yang berkembang, dan (4) dengan menghapuskan kendala devisa melalui penerimaan devisa dengan ekspor atau dengan menabung devisa melalui substitusi impor.Pembangunan pertanian di masa pemerintahan Orde Baru telah membawa beberapa hasil. Pertama, peningkatan produksi, khususnya di sektor pangan yang berpuncak pada pencapaian swasembada pangan, khususnya beras, pada tahun 1984. Ketersediaan bahan pangan, khususnya beras, dengan harga yang relatif 21 murah, memberikan kontribusi terhadap proses industrialisasi dan urbanisasi yang membutuhkan pangan murah. Kedua, sektor pertanian telah meningkatkan penerimaan devisa di satu pihak dan penghematan devisa di lain pihak, sehingga memperbaiki posisi neraca pembayaran Indonesia. Ketiga, pada tingkat tertentu sector pertanian telah mampu menyediakan bahan-bahan baku

Page 23: Document12

industri sehingga melahirkan agroindustri.Sungguhpun demikian, pembangunan pertanian di masa pemerintahan Orde Baru tersebut mengandung sejumlah paradoks. Pertama, peningkatan produksi pertanian telah menimbulkan kecenderungan menurunnya harga produkproduk pertanian yang berakibat negatif pada pendapatan petani, seperti yang ditunjukkan oleh hasil penelitian Ratnawati et al. (2004) bahwa peningkatan produktivitas pertanian menurunkan harga output di tingkat petani berkisar antara 0.28-10.08 persen dan akan menurunkan pendapatan rumah tangga perdesaan berkisar antara 2.10-3.10 persen. Kedua, peningkatan produktivitas dan produksi tidak selalu dibarengi atau diikuti dengan meningkatnya pendapatan petani, bahkan pendapatan petani cenderung menurun, seperti yang ditunjukkan oleh hasil penelitian Siregar (2003) bahwa secara riil tingkat kesejahteraan petani dari tahun ke tahun justru mengalami penurunan yang ditunjukkan oleh nilai tukar petani (NTP) yang mempunyai tendensi (trend) yang menurun (negatif) sebesar –0.68 persen per tahun. Di masa pemerintahan Orde Baru, ternyata sektor pertanian hanya bisa berkembang dalam kebijaksanaan yang protektif, memerlukan subsidi dan mendapat intervensi yang sangat mendalam, sehingga sektor pertanian dianggap sebagai most-heavily regulated.Menurut Arifin (2004) tidak berkembangnya sektor pertanian berakar pada terlalu berpihaknya pemerintah pada sektor industri sejak pertengahan tahun 1980-an. Menyusul periode pertumbuhan tinggi sektor pertanian satu dekade sebelumnya, pemerintah seolah menganggap pembangunan pertanian dapat bergulir dengan sendirinya. Asumsi ini membuat pemerintah mengacuhkan pertanian dalam strategi pembangunannya. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh paradigma pembangunan saat itu yang menekankan industrialisasi. Pemerintah mencurahkan perhatiannya pada sektor industri, yang kemudian diterjemahkan dalam berbagai kebijakan proteksi yang sistematis. Akibatnya, proteksi besar-besaran ini telah merapuhkan basis pertanian pada tingkat petani.Menurut Sudaryanto et al. (2005), pendekatan pembangunan pertanian selama pemerintahan Orde Baru dilaksanakan dengan pendekatan komoditas. Pendekatan ini dicirikan oleh pelaksanaan pembangunan pertanian berdasarkan pengembangan komoditas secara parsial (sendiri-sendiri) dan lebih berorientasi pada peningkatan produksi dibanding peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. Namun pendekatan komoditas ini mempunyai beberapa kelemahan mendasar, yaitu: (1) tidak memperhatikan keunggulan komparatif tiap komoditas, (2) tidak memperhatikan panduan horizontal, vertikal dan spatial berbagai kegiatan ekonomi, dan (3) kurang memperhatikan aspirasi dan pendapatan petani. Oleh karena itu, pengembangan komoditas seringkali sangat tidak efisien dan keberhasilannya sangat tergantung pada besarnya subsidi dan proteksi pemerintah, serta kurang mampu mendorong peningkatan pendapatan petani. Menyadari akan hal tersebut di atas, maka pendekatan pembangunan pertanian harus diubah dari pendekatan komoditas menjadi pendekatan system agribisnis. Seiring dangan hal ini, maka orientasi pembangunan pertanian juga akan mengalami perubahan dari orientasi peningkatan produksi menjadi orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani.Memasuki era globalisasi yang dicirikan oleh persaingan perdagangan internasional yang sangat ketat dan bebas, pembangunan pertanian semakin dideregulasi melalui pengurangan subsidi, dukungan harga dan berbagai proteksi lainnya. Kemampuan bersaing melalui proses produksi yang efisien merupakan pijakan utama bagi

Page 24: Document12

kelangsungan hidup usahatani. Sehubungan dengan hal tersebut, maka partisipasi dan kemampuan wirausaha petani merupakan factor kunci keberhasilan pembangunan pertanian.Suryana (2006) menyatakan bahwa perubahan lingkungan strategis yang sangat cepat, baik domestik maupun internasional, akan membawa pengaruh yang sangat besar terhadap dinamika pembangunan pertanian. Kondisi tersebut memerlukan penyesuaian terhadap arah dan kebijakan serta pelaksanaan program pembangunan pertanian. Dengan demikian, strategi pembangunan pertanian harus lebih memfokuskan pada peningkatan daya saing, mengandalkan modal dan tenaga kerja terampil dan berbasis inovasi teknologi dengan memanfaatkan sumberdaya lokal secara optimal.Sejak awal 1990-an, seiring dengan menurunnya pangsa pertanian dalam struktur perekonomian (PDB), pembangunan ekonomi dan kebijakan politik mulai meminggirkan sektor pertanian. Fokus pembangunan ekonomi lebih banyak diarahkan pada sektor industri dan jasa, bahkan yang berbasis teknologi tinggi dan intensif kapital. Namun demikian, ketika krisis ekonomi terjadi, agenda reformasi yang bergulir tanpa arah, proses desentralisasi ekonomi yang menghasilkan kesengsaraan dan penderitaan rakyat, maka Indonesia kembali menjadikan sector pertanian sebagai landasan utama pembangunan ekonomi (Arifin, 2005).Peran penting sektor pertanian telah terbukti dari keberhasilan sector pertanian pada saat krisis ekonomi dalam menyediakan kebutuhan pangan pokok dalam jumlah yang memadai dan tingkat pertumbuhannya yang positif dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Keadaan ini menjadi pertimbangan utama dirumuskannya kebijakan yang memiliki keberpihakan terhadap sector pertanian dalam memperluas lapangan kerja, menghapus kemiskinan dan mendorong pembangunan ekonomi yang lebih luas (Sudaryanto dan Munif, 2005).Secara lebih rinci, beberapa pertimbangan tentang pentingnya mengakselerasi sektor pertanian di Indonesia dikemukakan oleh Simatupang (1997) sebagai berikut:1. Sektor pertanian masih tetap sebagai penyerap tenaga kerja, sehingga akselerasi pembangunan sektor pertanian akan membantu mengatasi masalah pengangguran.2. Sektor pertanian merupakan penopang utama perekonomian desa dimana sebagian besar penduduk berada. Oleh karena itu, akselerasi pembangunan pertanian paling tepat untuk mendorong perekonomian desa dalam rangka meningkatkan pendapatan sebagian besar penduduk Indonesia dan sekaligus pengentasan kemiskinan.3. Sektor pertanian sebagai penghasil makanan pokok penduduk, sehingga dengan akselerasi pembangunan pertanian maka penyediaan pangan dapat terjamin. Langkah ini penting untuk mengurangi ketergantungan pangan pada pasar dunia.4. Harga produk pertanian memiliki bobot yang besar dalam indeks harga konsumen, sehingga dinamikanya amat berpengaruh terhadap laju inflasi. Oleh karena itu, akselerasi pembangunan pertanian akan membantu menjaga stabilitas perekonomian Indonesia.5. Akselerasi pembangunan pertanian sangatlah penting dalam rangka mendorong ekspor dan mengurangi impor produk pertanian, sehingga dalam hal ini dapat membantu menjaga keseimbangan neraca pembayaran.6. Akselerasi pembangunan pertanian mampu meningkatkan kinerja sector industri. Hal ini karena terdapat keterkaitan yang erat antara sektor pertanian dengan sektor industri yang meliputi keterkaitan produk, konsumsi dan investasi. Kabinet Indonesia Bersatu telah menetapkan program pembangunannya dengan

Page 25: Document12

menggunakan strategi tiga jalur (triple track strategy) sebagai manifestasi dari strategi pembangunan yang lebih pro-growth, pro-employment dan pro-poor. Operasionalisasi konsep strategi tiga jalur tersebut dirancang melalui hal-hal sebagai berikut:1. Peningkatan pertumbuhan ekonomi di atas 6.5 persen per tahun melalui percepatan investasi dan ekspor.2. Pembenahan sektor riil untuk mampu menyerap tambahan angkatan kerja dan menciptakan lapangan kerja baru.3. Revitalisasi pertanian dan perdesaan untuk berkontribusi pada pengentasan kemiskinan.Revitalisasi pertanian diartikan sebagai kesadaran untuk menempatkan kembali arti penting sektor pertanian secara proporsional dan kontekstual, melalui peningkatan kinerja sektor pertanian dalam pembangunan nasional dengan tidak mengabaikan sektor lain. Sejalan dengan hal ini, Sudaryanto dan Munif (2005) menyatakan bahwa revitalisasi pertanian dimaksudkan untuk menggalang komitmen dan kerjasama seluruh stakeholder dan mengubah paradigma pola piker masyarakat dalam melihat pertanian tidak hanya sekedar penghasil komoditas untuk dikonsumsi. Pertanian harus dilihat sebagai sektor yang multi-fungsi dan sumber kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia.Kegiatan pembangunan pertanian tahun 2005-2009 dilaksanakan melalui tiga program, yaitu: (1) Program peningkatan ketahanan pangan, (2) Program pengembangan agribisnis, dan (3) Program peningkatan kesejahteraan petani. Operasionalisasi program peningkatan ketahanan pangan dilakukan melalui peningkatan produksi pangan, menjaga ketersediaan pangan yang cukup aman danhalal di setiap daerah setiap saat, dan antisipasi agar tidak terjadi kerawanan pangan. Operasionalisasi program pengembangan agribisnis dilakukan melalui pengembangan sentra/kawasan agribisnis komoditas unggulan. Operasionalisasi program peningkatan kesejahteraan petani dilakukan melalui pemberdayaan penyuluhan, pendampingan, penjaminan usaha, perlindungan harga gabah, kebijakan proteksi dan promosi lainnya (Departemen Pertanian, 2005c)

2.1. Kondisi Pertanian Indonesia

Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat di tunjukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang mengantungkan hidupnya dan bekerja pada sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi yang mempunyai kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi nesional sampai saat ini jika dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya.

Akan tetapi pertumbuhan ekonomi yang meningkat tidak diikut sertakan dengan adanya peningkatan kesejahteraan para petani. Hal ini disebabkan karena masih banyak permasalahan yang dihadapi oleh para petani baik yang berhubungan langsung dengan peningkatan produksi dan berkaitan dengan pemasaran hasil-hasil pertaniannya, maupun yang berkaitan dengan kemapuan yang dimiliki oleh petani dalam berusaha tani. Masalah-masalah tersebut masih menjadi faktor penghambat bagi petani untuk mengembangkan hasil pertaniannya.

Page 26: Document12

Masalah-masalah yang dihadapi oleh para petani sampai saat ini antara lain, yaitu :

Jarak waktu yang lebar antara pengeluaran dan penerimaan pendapatan dalam pertanian.

Perbedaan yang jelas antara persoalan-persoalan ekonomi pertanian dan persoalan ekonomi di luar bidang pertanian adalah adanya jarak waktu (gap) antara pengeluaran yang harus dilakukan para pengusaha pertanian dengan penerimaan hasil penjualan. Jarak waktu ini sering pula disebut “gestation period” (Mubyarto, 1979: 30), yang dalam bidang pertanian jauh lebih besar daripada dalam bidang industri. Di dalam bidang industri, sekali produksi telah berjalan maka penerimaan dari penjualan akan mengalir setiap hari sebagaimana mengalirnya hasil produksi.

Akan tetapi lain halnya dengan petani, misalnya saja petani padi yang harus menunggu 5-6 bulan sebelum penennya dapat dijual, hal ini pun terjadi oleh para petani lainnya misalnya perkebunan besar, seperti perkebunan tembakau atau kelapa sawit, jarak waktu antara pengeluaran dan penerimaan ini sangat besar. Keadaan yang demikian mempunyai berbagai implikasi penting dari segi ekonomi pertanian.

Dengan adanya jarak waktu (gap) yang besar, para petani berimplikasi untuk mendapatkan hasil panen yang bagus guna mendapatkan keuntungan, hal ini dikarenakan dengan adanya jarak waktu (gap) yang besar maka diantara jarak waktu mulai dari setelah memanen sampai memanen kembali membutuhkan banyak biaya yang mesti dikeluarkan oleh petani itu sendiri, baik itu untuk bibit, untuk keperluan sehari-hari seorang petani, dan pembiayaan-pembiayaan lainnya.

Jadi ciri khas dari kehidupan petani adalah perbedaan pola penerimaan pendapatan dan pengeluarannya. Pendapatan petani hanya diterima setiap musim panen, sedangkan pengeluarannya harus diadakan setiap hari, setiap minggu, atau kadang-kadang dalam waktu yang sangat mendesak sebelum panen.

Tekanan penduduk dan Pertanian

Menurut Malthus penduduk bertambah lebih cepat dibandingkan pertambahan lahan (tanah). Penduduk bertambah menurut deret ukur, sedangkan lahan (tanah) hanya bertambah menurut deret hitung. Ditinjau dari sudut ekonomi pertanian maka adanya persoalan penduduk dapat dilihat dari tanda-tanda berikut :1. Persedian tanah pertanian yang makin kecil2. Produksi bahan makanan per jiwa yang terus menurun3. Bertambahnya pengangguran4. Memburuknya hubungan-hubungan pemilik tanah dan bertambahnya hutang-hutang

pertanian

Page 27: Document12

Sebagaimana uraian di atas, dengan tingginya pertumbuhan penduduk, akan berdampak terhadap ketersedian lahan yang semakin kecil, dan dapat menciptakan pengangguran, serta semakin memburuknya hubungan-hubungan antara pemilik tanah pertanian dengan para petani penggarap.

Jika para petani mempunyai lahan yang lebih luas, secara tidak langsung petani tersebut memiliki kemampuan untuk memperoleh hasil pertanian yang jauh lebih besar dibandingkan dengan hasil pertanian dengan menggunakan lahan kecil. Inilah yang menjadi sebab, sehingga kenapa tanah tersebut termasuk salah satu indikator yang menjadi permasalahan dalam pembangunan pertanian itu sendiri, dan telah menjadi penyebab terbatasnya lahan karena adanya tekanan penduduk.

Pertanian Subsisten

Perkataan subsisten ini banyak sekali dipakai dalam karangan-karangan mengenai ekonomi pertanian sebagai terjemahan dari perkataan subsistence dari kata subsist yang berarti hidup. Pertanian yang subsisten dengan demikian diartikan sebagai suatu sistem bertani di mana tujuan utama dari si petani adalah untuk memenuhi keperluan hidupnya beserta keluarganya.

Namun dalam menggunakan definisi yang demikian sejak semula harus diingat bahwa tidak ada petani subsisten yang begitu homogen, dan begitu sama sifat-sifatnya satu dari yang lain. Dalam kenyataannya petani subsisten ini sangat berbeda-beda dalam hal luas dan kesuburan tanah yang dimilikinya dan kondisi-kondisi sosial ekonomi dalam lingkungan kehidupannya. Apa yang sama diantara mereka adalah, bahwa mereka memandang pertanian sebagai sarana pokok untuk memenuhi kebutuhan keluarga yaitu melalui hasil produksi pertanian itu.

Dengan definisi tersebut di atas sama sekali tidak berarti bahwa petani subsisten tidak berfikir dalam pengertian biaya dan penerimaan. Mereka juga berfikir dalam pengertian itu, tetapi tidak dalam bentuk pengeluaran biaya tunai, tetapi dalam kerja, kesempatan beristirahat dan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan upacara adat dan lain-lain. Yang dianggap sebagai hasil penerimaan adalah apa yang dapat dinikmatinya secara pribadi dan bersama-sama masyarakat. Sedangkan biaya adalah apa yang tidak dapat dinikmatinya.

2.2. Pembangunan Pertanian

Jika terdapat pandangan bahwa pembangunan ekonomi itu suatu proses untuk mengubah suatu perekonomian dari yang menghasilkan barang-barang pertanian menjadi menghasilkan barang-barang industri dan jasa, maka akan terjadi banyak penafsiran yang salah terhadap teori tahapan pertumbuhan yang

Page 28: Document12

dikemukakan Rostow (1960). Memahami kritik-kritik yang dikemukakan sehubungan dengan teori pertumbuhan Rostow maka negara Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 220 jutaan paling tidak harus tetap dapat berswasembada pangan untuk memenuhi konsumsi penduduknya.

Dalam hal ini guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat petani yaitu bagaimana menciptakan pembangunan yang berkualitas. Di masa lalu, dengan orientasi pada peningkatan produksi, maka yang menjadi motor penggerak sektor pertanian adalah usahatani dimana hasil menentukan perkembangan agrobisnis hilir dan hulu. Hal ini memang sesuai pada masa itu, karena target pembangunan sektor pertanian masih diorientasikan untuk mencapai tingkat produksi semaksimal mungkin.

Akan tetapi dewasa ini, dan terlebih lagi dimasa yang akan datang, orientasi sektor pertanian telah berubah kearah orientasi pasar. Dengan berlangsungnya perubahan preferensi konsumen yang makin menuntut atribut produk yang lebih rinci dan lengkap serta adanya preferensi konsumen akan produk olahan, maka motor penggerak sektor pertanian harus berubah dari usahatani tradisional menuju pertanian yang modern. Dalam hal ini, untuk mengembangkan sektor pertanian yang modern dan berdaya saing, agroindustri harus menjadi lokomotif dan sekaligus penentu kegiatan sub-sektor usahatani dan akan menentukan sub-sektor agrobisnis hulu.

Pengembangan sektor pertanian dapat meningkat apabila adanya peningkatan produksi, produktivitas, tenaga kerja, tanah dan modal. Akan tetapi yang terjadi yaitu sebaliknya, dimana masyarakat tidak bersemangat lagi untuk bekerja di sektor pertanian, salah satu faktor yang menyebabkan masyarakat tidak bersemangat bekerja di sektor pertanian yaitu karena rendahnya pendapatan yang didapat dari sektor pertanian itu sendiri, yang berarti kesejahteraan para petani tersebut semakin rendah. Hal ini dapat berdampak pada turunnya produksi hasil pertanian dan pada akhirnya akan berdampak juga terhadap ketahanan pangan nasional.

Selain faktor tenaga kerja salah satu yang menjadi kendala dalam sektor pertanian itu sendiri yaitu masalah tanah (lahan). Jika seorang petani itu memiliki suatu tanah (lahan) yang luas (cukup besar), ini berarti petani tersebut dapat menghasilkan produksi yang jauh lebih besar dibandingkan dengan lahan yang kecil. Salah satu faktor yang menyebabkan kurangnya ketersedian lahan yaitu pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan teori Malthus yang mengatakan bahwa dengan semakin besarnya pertumbuhan penduduk, maka peluasan lahan akan semakin sempit. Disamping itu dengan adanya pertambahan penduduk akan mendorong permintaan akan lokasi perumahan sehingga dikota-kota besar banyak lahan pertanian yang produktif telah beralih fungsi menjadi kompleks perumahan.

Page 29: Document12

Selain faktor-faktor tersebut di atas yang menjadi kendala dalam peningkatan produktivitas di sektor pertanian masih terdapat faktor lain yaitu teknologi. Teknologi merupakan suatu prasarana yang terpenting khususnya dalam sektor pertanian itu sendiri. Dengan adanya teknologi yang dapat diterapkan dalam sektor pertanian, misalnya penggunaan mesin pengolah tanah, bibit unggul, dan penggunaan teknologi tepat guna lainnya maka dapat dipastikan produksi pertanian dapat ditingkatkan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Jika hasil pertanian kita sudah berbasis teknologi dan memberikan jaminan terhadap kualitas produksinya maka kita sudah mampu bersaing dengan negara-negara lain guna mengembangkan pembangunan ekonomi pertanian. Akan tetapi yang terjadi saat ini sektor pertanian masih bersifat tradisional dalam arti belum terlalu banyak dari petani kita yang menggunakan teknologi, disamping itu lahan yang diolah masih terbatas, kemudian sistem pengolahan pertaniannya masih subsistem.

Memang diakui bahwa tidak mudah membangun sektor pertanian di Indonesia khususnya, mengingat petani yang jumlahnya jutaan dengan luas lahan yang relatif terbatas. Bahkan ada alokasi lahan pertanian yang terpencar-pencar sehingga menyulitkan konsolidasi dan pembinaan, sarana dan prasarana yang tersedia tidak dimanfaatkan secara baik, sarana transportasi, terutama di daerah-daerah, yang kurang mendukung menyebabkan biaya produksi menjadi mahal. Disamping itu pertanian juga tidak terlepas dari decreasing returns in production karena dibatasi oleh ketersediaan lahan.

2.3. Syarat-Syarat Pembangunan Pertanian

Untuk berhasilnya suatu pembangunan pertanian diperlukan beberapa syarat atau pra-kondisi yang untuk tiap-tiap negara atau daerah berbeda-beda. Pra-kondisi itu meliputi bidang-bidang teknis, ekonomis, sosial budaya dan lain-lain. Di jepang pra-kondisi itu untuk sebagian besar berasal dari sektor pertanian sendiri berupa dana-dana yang dipergunakan untuk mengembangkan sektor industri.

Tetapi sektor industri secara simultan memproduksikan sarana-sarana produksi serta alat-alat untuk meningkatkan produksi pertanian. Petani tertarik untuk menerapkan teknologi-teknologi baru tersebut karena hasilnya memang terbukti dapat dirasakan. Peningkatan hasil-hasil produksi pertanian mendapat pasaran yang baik di kota. Perkembangan sektor industri sekaligus juga memberikan tambahan lapangan kerja. Pemerintah di samping mengadakan investasi-investasi dalam prasarana berupa jalan-jalan ekonomi dan bangunan-bangunan irigasi memberikan pula penyuluhan kepada petani dan organisasi-organisasi petani mengenai berbagai penemuan teknologi baru. Dengan demikian maka iklim yang baik diciptakan untuk merangsang kegiatan membangun bagi seluruh sektor pertanian (Mubyarto, 1979 : 194).

Page 30: Document12

A.T. Mosher dalam bukunya Getting Agriculture Moving (1965) yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia telah menganalisa syarat-syarat pembangunan pertanian di banyak negara dan menggolong-golongkannya menjadi syarat-syarat mutlak dan syarat-syarat pelancar. Menurut Mosher ada 5 syarat yang tidak boleh tidak harus ada untuk adanya pembangunan pertanian. Kalau satu saja syarat-syarat tersebut tidak ada maka terhentilah pembangunan pertanian, pertanian dapat berjalan terus tapi statis. Syarat-syarat mutlak itu menurut Mosher adalah :

1. Adanya pasar untuk hasil-hasil usaha tani.2. Teknologi yang senantiasa berkembang.3. Tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal.4. Adanya perangsang produksi bagi petani, dan5. Tersedianya pengangkutan yang lancar dan berkelanjutan.

Di samping syarat-syarat mutlak yang 5 tersebut menurut Mosher ada 5 syarat lagi yang adanya tidak mutlak tetapi jikalau ada (atau dapat diadakan) benar-benar akan sangat memperlancar pembangunan pertanian. Yang termasuk syarat-syarat atau sarana pelancar itu adalah :

1. Pendidikan pembangunan.2. Kredit produksi.3. Kegiatan gotong royong petani.4. Perbaikan dan perluasan tanah pertanian.5. Perencanaan nasional daripada pembangunan pertanian.

Jika semua syarat-syarat tersebut tersedia dengan baik dan dapat diakses oleh semua masyarakat tani atau para petani maka dapat dipastikan pembangunan disektor pertanian dapat ditumbuh kembangkan sehingga dapat menjadi sektor andalan secara nasional. Dan inipun akan berdampak terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat tani atau para petani. Jika tingkat kesejahteraan para petani semakin baik tentu mereka akan lebih bersemangat dan termotivasi untuk bekerja lebih keras dan professional untuk meningkatkan usaha pertaniannya.

2.1. Kondisi Pertanian Indonesia

Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat di tunjukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang mengantungkan hidupnya dan bekerja pada sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan salah

Page 31: Document12

satu sektor ekonomi yang mempunyai kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi nesional sampai saat ini jika dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya.

Akan tetapi pertumbuhan ekonomi yang meningkat tidak diikut sertakan dengan adanya peningkatan kesejahteraan para petani. Hal ini disebabkan karena masih banyak permasalahan yang dihadapi oleh para petani baik yang berhubungan langsung dengan peningkatan produksi dan berkaitan dengan pemasaran hasil-hasil pertaniannya, maupun yang berkaitan dengan kemapuan yang dimiliki oleh petani dalam berusaha tani. Masalah-masalah tersebut masih menjadi faktor penghambat bagi petani untuk mengembangkan hasil pertaniannya.

Masalah-masalah yang dihadapi oleh para petani sampai saat ini antara lain, yaitu :

Jarak waktu yang lebar antara pengeluaran dan penerimaan pendapatan dalam pertanian.

Perbedaan yang jelas antara persoalan-persoalan ekonomi pertanian dan persoalan ekonomi di luar bidang pertanian adalah adanya jarak waktu (gap) antara pengeluaran yang harus dilakukan para pengusaha pertanian dengan penerimaan hasil penjualan. Jarak waktu ini sering pula disebut “gestation period” (Mubyarto, 1979: 30), yang dalam bidang pertanian jauh lebih besar daripada dalam bidang industri. Di dalam bidang industri, sekali produksi telah berjalan maka penerimaan dari penjualan akan mengalir setiap hari sebagaimana mengalirnya hasil produksi.

Akan tetapi lain halnya dengan petani, misalnya saja petani padi yang harus menunggu 5-6 bulan sebelum penennya dapat dijual, hal ini pun terjadi oleh para petani lainnya misalnya perkebunan besar, seperti perkebunan tembakau atau kelapa sawit, jarak waktu antara pengeluaran dan penerimaan ini sangat besar. Keadaan yang demikian mempunyai berbagai implikasi penting dari segi ekonomi pertanian.

Dengan adanya jarak waktu (gap) yang besar, para petani berimplikasi untuk mendapatkan hasil panen yang bagus guna mendapatkan keuntungan, hal ini dikarenakan dengan adanya jarak waktu (gap) yang besar maka diantara jarak waktu mulai dari setelah memanen sampai memanen kembali membutuhkan banyak biaya yang mesti dikeluarkan oleh petani itu sendiri, baik itu untuk bibit, untuk keperluan sehari-hari seorang petani, dan pembiayaan-pembiayaan lainnya.

Jadi ciri khas dari kehidupan petani adalah perbedaan pola penerimaan pendapatan dan pengeluarannya. Pendapatan petani hanya diterima setiap musim panen, sedangkan pengeluarannya harus diadakan setiap hari, setiap minggu, atau kadang-kadang dalam waktu yang sangat mendesak sebelum panen.

Page 32: Document12

Tekanan penduduk dan Pertanian

Menurut Malthus penduduk bertambah lebih cepat dibandingkan pertambahan lahan (tanah). Penduduk bertambah menurut deret ukur, sedangkan lahan (tanah) hanya bertambah menurut deret hitung. Ditinjau dari sudut ekonomi pertanian maka adanya persoalan penduduk dapat dilihat dari tanda-tanda berikut :

1. Persedian tanah pertanian yang makin kecil2. Produksi bahan makanan per jiwa yang terus menurun3. Bertambahnya pengangguran4. Memburuknya hubungan-hubungan pemilik tanah dan bertambahnya hutang-

hutang pertanian

Sebagaimana uraian di atas, dengan tingginya pertumbuhan penduduk, akan berdampak terhadap ketersedian lahan yang semakin kecil, dan dapat menciptakan pengangguran, serta semakin memburuknya hubungan-hubungan antara pemilik tanah pertanian dengan para petani penggarap.

Jika para petani mempunyai lahan yang lebih luas, secara tidak langsung petani tersebut memiliki kemampuan untuk memperoleh hasil pertanian yang jauh lebih besar dibandingkan dengan hasil pertanian dengan menggunakan lahan kecil. Inilah yang menjadi sebab, sehingga kenapa tanah tersebut termasuk salah satu indikator yang menjadi permasalahan dalam pembangunan pertanian itu sendiri, dan telah menjadi penyebab terbatasnya lahan karena adanya tekanan penduduk.

Pertanian Subsisten

Perkataan subsisten ini banyak sekali dipakai dalam karangan-karangan mengenai ekonomi pertanian sebagai terjemahan dari perkataan subsistence dari kata subsist yang berarti hidup. Pertanian yang subsisten dengan demikian diartikan sebagai suatu sistem bertani di mana tujuan utama dari si petani adalah untuk memenuhi keperluan hidupnya beserta keluarganya.

Namun dalam menggunakan definisi yang demikian sejak semula harus diingat bahwa tidak ada petani subsisten yang begitu homogen, dan begitu sama sifat-sifatnya satu dari yang lain. Dalam kenyataannya petani subsisten ini sangat berbeda-beda dalam hal luas dan kesuburan tanah yang dimilikinya dan kondisi-kondisi sosial ekonomi dalam lingkungan kehidupannya. Apa yang sama diantara mereka adalah, bahwa mereka memandang pertanian sebagai sarana pokok untuk memenuhi kebutuhan keluarga yaitu melalui hasil produksi pertanian itu.

Dengan definisi tersebut di atas sama sekali tidak berarti bahwa petani subsisten tidak berfikir dalam pengertian biaya dan penerimaan. Mereka juga berfikir dalam pengertian itu, tetapi tidak dalam bentuk pengeluaran biaya tunai, tetapi dalam kerja, kesempatan beristirahat dan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan upacara

Page 33: Document12

adat dan lain-lain. Yang dianggap sebagai hasil penerimaan adalah apa yang dapat dinikmatinya secara pribadi dan bersama-sama masyarakat. Sedangkan biaya adalah apa yang tidak dapat dinikmatinya.

2.2. Pembangunan Pertanian

Jika terdapat pandangan bahwa pembangunan ekonomi itu suatu proses untuk mengubah suatu perekonomian dari yang menghasilkan barang-barang pertanian menjadi menghasilkan barang-barang industri dan jasa, maka akan terjadi banyak penafsiran yang salah terhadap teori tahapan pertumbuhan yang dikemukakan Rostow (1960). Memahami kritik-kritik yang dikemukakan sehubungan dengan teori pertumbuhan Rostow maka negara Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 220 jutaan paling tidak harus tetap dapat berswasembada pangan untuk memenuhi konsumsi penduduknya.

Dalam hal ini guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat petani yaitu bagaimana menciptakan pembangunan yang berkualitas. Di masa lalu, dengan orientasi pada peningkatan produksi, maka yang menjadi motor penggerak sektor pertanian adalah usahatani dimana hasil menentukan perkembangan agrobisnis hilir dan hulu. Hal ini memang sesuai pada masa itu, karena target pembangunan sektor pertanian masih diorientasikan untuk mencapai tingkat produksi semaksimal mungkin.

Akan tetapi dewasa ini, dan terlebih lagi dimasa yang akan datang, orientasi sektor pertanian telah berubah kearah orientasi pasar. Dengan berlangsungnya perubahan preferensi konsumen yang makin menuntut atribut produk yang lebih rinci dan lengkap serta adanya preferensi konsumen akan produk olahan, maka motor penggerak sektor pertanian harus berubah dari usahatani tradisional menuju pertanian yang modern. Dalam hal ini, untuk mengembangkan sektor pertanian yang modern dan berdaya saing, agroindustri harus menjadi lokomotif dan sekaligus penentu kegiatan sub-sektor usahatani dan akan menentukan sub-sektor agrobisnis hulu.

Pengembangan sektor pertanian dapat meningkat apabila adanya peningkatan produksi, produktivitas, tenaga kerja, tanah dan modal. Akan tetapi yang terjadi yaitu sebaliknya, dimana masyarakat tidak bersemangat lagi untuk bekerja di sektor pertanian, salah satu faktor yang menyebabkan masyarakat tidak bersemangat bekerja di sektor pertanian yaitu karena rendahnya pendapatan yang didapat dari sektor pertanian itu sendiri, yang berarti kesejahteraan para petani tersebut semakin rendah. Hal ini dapat berdampak pada turunnya produksi hasil pertanian dan pada akhirnya akan berdampak juga terhadap ketahanan pangan nasional.

Page 34: Document12

Selain faktor tenaga kerja salah satu yang menjadi kendala dalam sektor pertanian itu sendiri yaitu masalah tanah (lahan). Jika seorang petani itu memiliki suatu tanah (lahan) yang luas (cukup besar), ini berarti petani tersebut dapat menghasilkan produksi yang jauh lebih besar dibandingkan dengan lahan yang kecil. Salah satu faktor yang menyebabkan kurangnya ketersedian lahan yaitu pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan teori Malthus yang mengatakan bahwa dengan semakin besarnya pertumbuhan penduduk, maka peluasan lahan akan semakin sempit. Disamping itu dengan adanya pertambahan penduduk akan mendorong permintaan akan lokasi perumahan sehingga dikota-kota besar banyak lahan pertanian yang produktif telah beralih fungsi menjadi kompleks perumahan.

Selain faktor-faktor tersebut di atas yang menjadi kendala dalam peningkatan produktivitas di sektor pertanian masih terdapat faktor lain yaitu teknologi. Teknologi merupakan suatu prasarana yang terpenting khususnya dalam sektor pertanian itu sendiri. Dengan adanya teknologi yang dapat diterapkan dalam sektor pertanian, misalnya penggunaan mesin pengolah tanah, bibit unggul, dan penggunaan teknologi tepat guna lainnya maka dapat dipastikan produksi pertanian dapat ditingkatkan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Jika hasil pertanian kita sudah berbasis teknologi dan memberikan jaminan terhadap kualitas produksinya maka kita sudah mampu bersaing dengan negara-negara lain guna mengembangkan pembangunan ekonomi pertanian. Akan tetapi yang terjadi saat ini sektor pertanian masih bersifat tradisional dalam arti belum terlalu banyak dari petani kita yang menggunakan teknologi, disamping itu lahan yang diolah masih terbatas, kemudian sistem pengolahan pertaniannya masih subsistem.

Memang diakui bahwa tidak mudah membangun sektor pertanian di Indonesia khususnya, mengingat petani yang jumlahnya jutaan dengan luas lahan yang relatif terbatas. Bahkan ada alokasi lahan pertanian yang terpencar-pencar sehingga menyulitkan konsolidasi dan pembinaan, sarana dan prasarana yang tersedia tidak dimanfaatkan secara baik, sarana transportasi, terutama di daerah-daerah, yang kurang mendukung menyebabkan biaya produksi menjadi mahal. Disamping itu pertanian juga tidak terlepas dari decreasing returns in production karena dibatasi oleh ketersediaan lahan.

2.3. Syarat-Syarat Pembangunan Pertanian

Untuk berhasilnya suatu pembangunan pertanian diperlukan beberapa syarat atau pra-kondisi yang untuk tiap-tiap negara atau daerah berbeda-beda. Pra-kondisi itu meliputi bidang-bidang teknis, ekonomis, sosial budaya dan lain-lain. Di jepang pra-kondisi itu untuk sebagian besar berasal dari sektor pertanian sendiri berupa dana-dana yang dipergunakan untuk mengembangkan sektor industri.

Page 35: Document12

Tetapi sektor industri secara simultan memproduksikan sarana-sarana produksi serta alat-alat untuk meningkatkan produksi pertanian. Petani tertarik untuk menerapkan teknologi-teknologi baru tersebut karena hasilnya memang terbukti dapat dirasakan. Peningkatan hasil-hasil produksi pertanian mendapat pasaran yang baik di kota. Perkembangan sektor industri sekaligus juga memberikan tambahan lapangan kerja. Pemerintah di samping mengadakan investasi-investasi dalam prasarana berupa jalan-jalan ekonomi dan bangunan-bangunan irigasi memberikan pula penyuluhan kepada petani dan organisasi-organisasi petani mengenai berbagai penemuan teknologi baru. Dengan demikian maka iklim yang baik diciptakan untuk merangsang kegiatan membangun bagi seluruh sektor pertanian (Mubyarto, 1979 : 194).

A.T. Mosher dalam bukunya Getting Agriculture Moving (1965) yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia telah menganalisa syarat-syarat pembangunan pertanian di banyak negara dan menggolong-golongkannya menjadi syarat-syarat mutlak dan syarat-syarat pelancar. Menurut Mosher ada 5 syarat yang tidak boleh tidak harus ada untuk adanya pembangunan pertanian. Kalau satu saja syarat-syarat tersebut tidak ada maka terhentilah pembangunan pertanian, pertanian dapat berjalan terus tapi statis. Syarat-syarat mutlak itu menurut Mosher adalah :

1. Adanya pasar untuk hasil-hasil usaha tani.2. Teknologi yang senantiasa berkembang.3. Tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal.4. Adanya perangsang produksi bagi petani, dan5. Tersedianya pengangkutan yang lancar dan berkelanjutan.

Di samping syarat-syarat mutlak yang 5 tersebut menurut Mosher ada 5 syarat lagi yang adanya tidak mutlak tetapi jikalau ada (atau dapat diadakan) benar-benar akan sangat memperlancar pembangunan pertanian. Yang termasuk syarat-syarat atau sarana pelancar itu adalah :

1. Pendidikan pembangunan.2. Kredit produksi.3. Kegiatan gotong royong petani.4. Perbaikan dan perluasan tanah pertanian.5. Perencanaan nasional daripada pembangunan pertanian.

Jika semua syarat-syarat tersebut tersedia dengan baik dan dapat diakses oleh semua masyarakat tani atau para petani maka dapat dipastikan pembangunan disektor pertanian dapat ditumbuh kembangkan sehingga dapat menjadi sektor andalan secara nasional. Dan inipun akan berdampak terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat tani atau para petani. Jika tingkat kesejahteraan para petani semakin baik tentu mereka akan lebih bersemangat dan termotivasi untuk bekerja lebih keras dan professional untuk meningkatkan usaha pertaniannya.

Page 36: Document12

2.1. Kondisi Pertanian Indonesia

Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat di tunjukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang mengantungkan hidupnya dan bekerja pada sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi yang mempunyai kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi nesional sampai saat ini jika dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya.

Akan tetapi pertumbuhan ekonomi yang meningkat tidak diikut sertakan dengan adanya peningkatan kesejahteraan para petani. Hal ini disebabkan karena masih banyak permasalahan yang dihadapi oleh para petani baik yang berhubungan langsung dengan peningkatan produksi dan berkaitan dengan pemasaran hasil-hasil pertaniannya, maupun yang berkaitan dengan kemapuan yang dimiliki oleh petani dalam berusaha tani. Masalah-masalah tersebut masih menjadi faktor penghambat bagi petani untuk mengembangkan hasil pertaniannya.

Masalah-masalah yang dihadapi oleh para petani sampai saat ini antara lain, yaitu :

Jarak waktu yang lebar antara pengeluaran dan penerimaan pendapatan dalam pertanian.

Perbedaan yang jelas antara persoalan-persoalan ekonomi pertanian dan persoalan ekonomi di luar bidang pertanian adalah adanya jarak waktu (gap) antara pengeluaran yang harus dilakukan para pengusaha pertanian dengan penerimaan hasil penjualan. Jarak waktu ini sering pula disebut “gestation period” (Mubyarto, 1979: 30), yang dalam bidang pertanian jauh lebih besar daripada dalam bidang industri. Di dalam bidang industri, sekali produksi telah berjalan maka penerimaan dari penjualan akan mengalir setiap hari sebagaimana mengalirnya hasil produksi.

Akan tetapi lain halnya dengan petani, misalnya saja petani padi yang harus menunggu 5-6 bulan sebelum penennya dapat dijual, hal ini pun terjadi oleh para petani lainnya misalnya perkebunan besar, seperti perkebunan tembakau atau kelapa sawit, jarak waktu antara pengeluaran dan penerimaan ini sangat besar. Keadaan yang demikian mempunyai berbagai implikasi penting dari segi ekonomi pertanian.

Dengan adanya jarak waktu (gap) yang besar, para petani berimplikasi untuk mendapatkan hasil panen yang bagus guna mendapatkan keuntungan, hal ini dikarenakan dengan adanya jarak waktu (gap) yang besar maka diantara jarak

Page 37: Document12

waktu mulai dari setelah memanen sampai memanen kembali membutuhkan banyak biaya yang mesti dikeluarkan oleh petani itu sendiri, baik itu untuk bibit, untuk keperluan sehari-hari seorang petani, dan pembiayaan-pembiayaan lainnya.

Jadi ciri khas dari kehidupan petani adalah perbedaan pola penerimaan pendapatan dan pengeluarannya. Pendapatan petani hanya diterima setiap musim panen, sedangkan pengeluarannya harus diadakan setiap hari, setiap minggu, atau kadang-kadang dalam waktu yang sangat mendesak sebelum panen.

Tekanan penduduk dan Pertanian

Menurut Malthus penduduk bertambah lebih cepat dibandingkan pertambahan lahan (tanah). Penduduk bertambah menurut deret ukur, sedangkan lahan (tanah) hanya bertambah menurut deret hitung. Ditinjau dari sudut ekonomi pertanian maka adanya persoalan penduduk dapat dilihat dari tanda-tanda berikut :

1. Persedian tanah pertanian yang makin kecil2. Produksi bahan makanan per jiwa yang terus menurun3. Bertambahnya pengangguran4. Memburuknya hubungan-hubungan pemilik tanah dan bertambahnya hutang-

hutang pertanian

Sebagaimana uraian di atas, dengan tingginya pertumbuhan penduduk, akan berdampak terhadap ketersedian lahan yang semakin kecil, dan dapat menciptakan pengangguran, serta semakin memburuknya hubungan-hubungan antara pemilik tanah pertanian dengan para petani penggarap.

Jika para petani mempunyai lahan yang lebih luas, secara tidak langsung petani tersebut memiliki kemampuan untuk memperoleh hasil pertanian yang jauh lebih besar dibandingkan dengan hasil pertanian dengan menggunakan lahan kecil. Inilah yang menjadi sebab, sehingga kenapa tanah tersebut termasuk salah satu indikator yang menjadi permasalahan dalam pembangunan pertanian itu sendiri, dan telah menjadi penyebab terbatasnya lahan karena adanya tekanan penduduk.

Pertanian Subsisten

Perkataan subsisten ini banyak sekali dipakai dalam karangan-karangan mengenai ekonomi pertanian sebagai terjemahan dari perkataan subsistence dari kata subsist yang berarti hidup. Pertanian yang subsisten dengan demikian diartikan sebagai suatu sistem bertani di mana tujuan utama dari si petani adalah untuk memenuhi keperluan hidupnya beserta keluarganya.

Namun dalam menggunakan definisi yang demikian sejak semula harus diingat bahwa tidak ada petani subsisten yang begitu homogen, dan begitu sama sifat-sifatnya satu dari yang lain. Dalam kenyataannya petani subsisten ini sangat

Page 38: Document12

berbeda-beda dalam hal luas dan kesuburan tanah yang dimilikinya dan kondisi-kondisi sosial ekonomi dalam lingkungan kehidupannya. Apa yang sama diantara mereka adalah, bahwa mereka memandang pertanian sebagai sarana pokok untuk memenuhi kebutuhan keluarga yaitu melalui hasil produksi pertanian itu.

Dengan definisi tersebut di atas sama sekali tidak berarti bahwa petani subsisten tidak berfikir dalam pengertian biaya dan penerimaan. Mereka juga berfikir dalam pengertian itu, tetapi tidak dalam bentuk pengeluaran biaya tunai, tetapi dalam kerja, kesempatan beristirahat dan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan upacara adat dan lain-lain. Yang dianggap sebagai hasil penerimaan adalah apa yang dapat dinikmatinya secara pribadi dan bersama-sama masyarakat. Sedangkan biaya adalah apa yang tidak dapat dinikmatinya.

2.2. Pembangunan Pertanian

Jika terdapat pandangan bahwa pembangunan ekonomi itu suatu proses untuk mengubah suatu perekonomian dari yang menghasilkan barang-barang pertanian menjadi menghasilkan barang-barang industri dan jasa, maka akan terjadi banyak penafsiran yang salah terhadap teori tahapan pertumbuhan yang dikemukakan Rostow (1960). Memahami kritik-kritik yang dikemukakan sehubungan dengan teori pertumbuhan Rostow maka negara Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 220 jutaan paling tidak harus tetap dapat berswasembada pangan untuk memenuhi konsumsi penduduknya.

Dalam hal ini guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat petani yaitu bagaimana menciptakan pembangunan yang berkualitas. Di masa lalu, dengan orientasi pada peningkatan produksi, maka yang menjadi motor penggerak sektor pertanian adalah usahatani dimana hasil menentukan perkembangan agrobisnis hilir dan hulu. Hal ini memang sesuai pada masa itu, karena target pembangunan sektor pertanian masih diorientasikan untuk mencapai tingkat produksi semaksimal mungkin.

Akan tetapi dewasa ini, dan terlebih lagi dimasa yang akan datang, orientasi sektor pertanian telah berubah kearah orientasi pasar. Dengan berlangsungnya perubahan preferensi konsumen yang makin menuntut atribut produk yang lebih rinci dan lengkap serta adanya preferensi konsumen akan produk olahan, maka motor penggerak sektor pertanian harus berubah dari usahatani tradisional menuju pertanian yang modern. Dalam hal ini, untuk mengembangkan sektor pertanian yang modern dan berdaya saing, agroindustri harus menjadi lokomotif dan sekaligus penentu kegiatan sub-sektor usahatani dan akan menentukan sub-sektor agrobisnis hulu.

Page 39: Document12

Pengembangan sektor pertanian dapat meningkat apabila adanya peningkatan produksi, produktivitas, tenaga kerja, tanah dan modal. Akan tetapi yang terjadi yaitu sebaliknya, dimana masyarakat tidak bersemangat lagi untuk bekerja di sektor pertanian, salah satu faktor yang menyebabkan masyarakat tidak bersemangat bekerja di sektor pertanian yaitu karena rendahnya pendapatan yang didapat dari sektor pertanian itu sendiri, yang berarti kesejahteraan para petani tersebut semakin rendah. Hal ini dapat berdampak pada turunnya produksi hasil pertanian dan pada akhirnya akan berdampak juga terhadap ketahanan pangan nasional.

Selain faktor tenaga kerja salah satu yang menjadi kendala dalam sektor pertanian itu sendiri yaitu masalah tanah (lahan). Jika seorang petani itu memiliki suatu tanah (lahan) yang luas (cukup besar), ini berarti petani tersebut dapat menghasilkan produksi yang jauh lebih besar dibandingkan dengan lahan yang kecil. Salah satu faktor yang menyebabkan kurangnya ketersedian lahan yaitu pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan teori Malthus yang mengatakan bahwa dengan semakin besarnya pertumbuhan penduduk, maka peluasan lahan akan semakin sempit. Disamping itu dengan adanya pertambahan penduduk akan mendorong permintaan akan lokasi perumahan sehingga dikota-kota besar banyak lahan pertanian yang produktif telah beralih fungsi menjadi kompleks perumahan.

Selain faktor-faktor tersebut di atas yang menjadi kendala dalam peningkatan produktivitas di sektor pertanian masih terdapat faktor lain yaitu teknologi. Teknologi merupakan suatu prasarana yang terpenting khususnya dalam sektor pertanian itu sendiri. Dengan adanya teknologi yang dapat diterapkan dalam sektor pertanian, misalnya penggunaan mesin pengolah tanah, bibit unggul, dan penggunaan teknologi tepat guna lainnya maka dapat dipastikan produksi pertanian dapat ditingkatkan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Jika hasil pertanian kita sudah berbasis teknologi dan memberikan jaminan terhadap kualitas produksinya maka kita sudah mampu bersaing dengan negara-negara lain guna mengembangkan pembangunan ekonomi pertanian. Akan tetapi yang terjadi saat ini sektor pertanian masih bersifat tradisional dalam arti belum terlalu banyak dari petani kita yang menggunakan teknologi, disamping itu lahan yang diolah masih terbatas, kemudian sistem pengolahan pertaniannya masih subsistem.

Memang diakui bahwa tidak mudah membangun sektor pertanian di Indonesia khususnya, mengingat petani yang jumlahnya jutaan dengan luas lahan yang relatif terbatas. Bahkan ada alokasi lahan pertanian yang terpencar-pencar sehingga menyulitkan konsolidasi dan pembinaan, sarana dan prasarana yang tersedia tidak dimanfaatkan secara baik, sarana transportasi, terutama di daerah-daerah, yang kurang mendukung menyebabkan biaya produksi menjadi mahal. Disamping itu pertanian juga tidak terlepas dari decreasing returns in production karena dibatasi oleh ketersediaan lahan.

Page 40: Document12

2.3. Syarat-Syarat Pembangunan Pertanian

Untuk berhasilnya suatu pembangunan pertanian diperlukan beberapa syarat atau pra-kondisi yang untuk tiap-tiap negara atau daerah berbeda-beda. Pra-kondisi itu meliputi bidang-bidang teknis, ekonomis, sosial budaya dan lain-lain. Di jepang pra-kondisi itu untuk sebagian besar berasal dari sektor pertanian sendiri berupa dana-dana yang dipergunakan untuk mengembangkan sektor industri.

Tetapi sektor industri secara simultan memproduksikan sarana-sarana produksi serta alat-alat untuk meningkatkan produksi pertanian. Petani tertarik untuk menerapkan teknologi-teknologi baru tersebut karena hasilnya memang terbukti dapat dirasakan. Peningkatan hasil-hasil produksi pertanian mendapat pasaran yang baik di kota. Perkembangan sektor industri sekaligus juga memberikan tambahan lapangan kerja. Pemerintah di samping mengadakan investasi-investasi dalam prasarana berupa jalan-jalan ekonomi dan bangunan-bangunan irigasi memberikan pula penyuluhan kepada petani dan organisasi-organisasi petani mengenai berbagai penemuan teknologi baru. Dengan demikian maka iklim yang baik diciptakan untuk merangsang kegiatan membangun bagi seluruh sektor pertanian (Mubyarto, 1979 : 194).

A.T. Mosher dalam bukunya Getting Agriculture Moving (1965) yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia telah menganalisa syarat-syarat pembangunan pertanian di banyak negara dan menggolong-golongkannya menjadi syarat-syarat mutlak dan syarat-syarat pelancar. Menurut Mosher ada 5 syarat yang tidak boleh tidak harus ada untuk adanya pembangunan pertanian. Kalau satu saja syarat-syarat tersebut tidak ada maka terhentilah pembangunan pertanian, pertanian dapat berjalan terus tapi statis. Syarat-syarat mutlak itu menurut Mosher adalah :

1. Adanya pasar untuk hasil-hasil usaha tani.2. Teknologi yang senantiasa berkembang.3. Tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal.4. Adanya perangsang produksi bagi petani, dan5. Tersedianya pengangkutan yang lancar dan berkelanjutan.

Di samping syarat-syarat mutlak yang 5 tersebut menurut Mosher ada 5 syarat lagi yang adanya tidak mutlak tetapi jikalau ada (atau dapat diadakan) benar-benar akan sangat memperlancar pembangunan pertanian. Yang termasuk syarat-syarat atau sarana pelancar itu adalah :

1. Pendidikan pembangunan.2. Kredit produksi.3. Kegiatan gotong royong petani.4. Perbaikan dan perluasan tanah pertanian.5. Perencanaan nasional daripada pembangunan pertanian.

Page 41: Document12

Jika semua syarat-syarat tersebut tersedia dengan baik dan dapat diakses oleh semua masyarakat tani atau para petani maka dapat dipastikan pembangunan disektor pertanian dapat ditumbuh kembangkan sehingga dapat menjadi sektor andalan secara nasional. Dan inipun akan berdampak terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat tani atau para petani. Jika tingkat kesejahteraan para petani semakin baik tentu mereka akan lebih bersemangat dan termotivasi untuk bekerja lebih keras dan professional untuk meningkatkan usaha pertaniannya.

DAFTAR PUSTAKA

Doll, J. P., Rhodes, V., West, J.G., Economics of Agricultural Production Market and Policy, Home III: Richard D. Irwin Inc., 1986.

Hallet, Graham, The Economics of Agricultural Policy, Oxford: Basil Blackwell, 1971.

Hayami, Yujiro. 2001, Development Economics, From the Poverty to the Wealth of Nations Second Edition, Oxford University Inc., New York.

Mubyarto, 1979. Pengantar Ekonomi Pertanian, LP3ES, Yogyakarta.

Seokartawi, 2004. Petani Indonesia dalam Menghadapi Persaingan Global Universitas Brawijaya, Malang.Diposkan oleh ary ian di 04.17 0 komentar Pertanian, Sektor Besar yang TerlupakanInvestor Daily, Senin 30 Agustus 2010

Oleh Bustanul Arifin

Pada pidato kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, 16 Agustus lalu, ada bidang yang terlupakan. Itulah pertanian. Jangankan disinggung, pada pidato tersebut, kata pertanian sama sekali tidak disebutkan.

Presiden SBY memang menyebut kata "ketahanan pangan dua kali. Pertama, pada saat mengklaim bahwa "bangsa Indonesia memiliki ketahanan pangan yang semakin kuaf walau sama sekali tanpa dukungan data dan fakta. Kedua, pada saat menyebutkan sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2010-2014 atau prioritas nasional, berupa reformasi birokrasi dan tata kelola, pendidikan, kesehatan, penanggulangan kemiskinan, dan ketahanan pangan.

Page 42: Document12

Banyak analisis menafsirkan mengapa pertanian terlupakan pada suatu momen besar kenegaraan yang ditunggu rakyat banyak serta disaksikan jutaan pemirsa televisi di seluruh Tanah Air.

Pertama, secara substansial pertanian memang dianggap tidak relevan dalam pidato yang mengusung tiga tema besar yang amat-sangat luas dan strategis. Ketiga tema tersebut adalah (1) kesejahteraan, melalui pembangunan untuk semua; (2) demokrasi, melalui peningkatan kualitas demokrasi, pemerintahan dan pelayanan publik; dan (3) keadilan, melalui langkah strategis keadilan untuk semua.

Bagi stakeholders atau pemangku kepentingan bidang pertanian, menganggap bidang ini tidak relevan pada pembangunan kesejehteraan bangsa, adalah sesuatu yang tentu sangat menyakitkan.

Pertanian adalah sektor besar yang selama ini memiliki kemampuan menyerap tenaga kerja 43% dan kontribusi 16% terhadap produk domestik bruto (PDB), dengan potensi pengganda {multiplier) pada sektor lain yang luar biasa.

Tidak harus mengutip teori-teori ekonomi pembangunan, masyarakat awam pasti sepakat bahwa negara agraris sebesar Indonesia tidak akan maju dan beranjak ke mana-mana jika kebijakan yang dirumuskan justru mengabaikan pembangunan pertanian. Walaupun sektor pertanian telah dibangun dengan susah payah, ternyata hasilnya masih belum membawa kesejahteraan bagi petani sebagai pelaku utamanya.

Apalagi jika diabaikan dan dilupakan. Terlalu besar risiko yang akan ditanggung bangsa Indonesia, jika konsep development for all yang diusung Kabinet Indonesia Bersatu Jilid-2 justru melupakan pertanian. Siapa pun perumus konsep pembangunan yang konon inklusif tersebut, ia atau mereka masih perlu banyak turun ke lapangan agar strategi yang ditawarkan kepada Presiden SBY lebih mendekati kenyataan.

Serempak dan Terintegrasi

Kedua, ketidakpercayaan terhadap sektor pertanian karena kompleksitas yang tinggi. Berbeda dengan sektor industri manufaktur dan jasa, sektor pertanian memang kompleks, karena demikian banyak pelaku yang terlibat, dengan efisiensi yang tidak terlalu tinggi.

Dalam bahasa ekonomi modern, pembinaan dan pemberdayaan sektor pertanian memerlukan biaya transaksi yang besar karena nyaris pada setiap tahapan kegiatan harus dilakukan pelaku atau lembaga yang berbeda. Para perumus kebijakan atau elite politik yang tidak sabar dan ingin melihat hasil instan biasanya melupakan pembinaan pertanian karena hasil kebijakan baru dinikmati sekian tahun kemudian.

Walaupun mereka paham secara teori, bahwa sektor pertanian menjadi pengganda pendapatan dan pengganda tenaga kerja, implementasi kebijakan untuk mewujudkan sasaran tersebut memang tidak mudah.

Page 43: Document12

Namun, para pengambil kebijakan tentu tetap harus menyadari bahwa membangun pertanian itu memang perlu serentak dan komprehensif, tidak cukup hanya dengan sekali pukul satu kebijakan, sekian tujuan akan tercapai. Justru hal sebaliknyayang amat diperlukan. Sekian macam instrumen kebijakan harus dilaksanakan secara serempak dan terintegrasi, untuk mencapai satu tujuan, misalnya peningkatan kesejahteraan petani.

Implementasi kebijakan peningkatan produksi dan produktivitas mungkin cukup jelas dan mudah diukur dengan sekian macam intervensi yang harus dilakukan. Akan tetapi, tanpa diikuti stabilisasi harga di tingkat petani yang memadai, upaya peningkatan produksi tersebut belum tentu dapat memperbaiki kesejahteraan petani, jika para tengkulak lebih berkuasa atau jika tiba-tiba harga pertanian global anjlok.

Belum lagi jika ditambah dengan fakta terakhir tentang penguasaan lahan petani yang semakin menyusut Jumlah petani pangan yang hanya menguasai lahan 0,5 hektare atau kurang telah bertambah mencapai 9,34 juta rumah tangga petani (atau 53,5% dari total). Peningkatan produksi yang besar sekalipun masih sulit untuk mengangkat petani dari belenggu kemiskinan apabila persoalan penguasaan lahan tidak dapat dipecahkan.

Kompleksitas seperti ini akan selalu menjadi momok menakutkan bagi kaum elite picik yang hanyaberpikir ingin menikmati hasil kebijakan instan. Pada tingkat daerah, fenomena seperti ini justru lebih mudah dijumpai. Hampir seluruh daerah dan provinsi meletakkan sektor pertanian sebagai prioritas pembangunan pada RPJM daerah, namun di lapangan, alokasi anggaran, dan realisasinya berbicara lain.

Revitalisasi Pertanian

Ketiga, pertanian dianggap telah maju dan berhasil karena laporan yang menggiurkan. Laporan-laporan peningkatan produksi pangan, perkebunan, hortikultura, peternakan, dan perikanan akhir-akhir ini mungkin cukup memukau Presiden SBY. Apalagi, pada awal masa kepemimpinannya, Presiden SBY pernah mencanangkan strategi revitalisasi pertanian sebagai mantra ajaib peningkatan produksi dan pemihakan kebijakan kepada petani dan pertanian.

Banyak, pihak seakan terpukau dengan data fisik produksi secara makro tersebut, tanpa pernah berusaha memahami kesulitan riil petani di tingkat mikro. Ketika akhir-akhir ini terdapat lonjakan harga pangan yang liar, baik karena tren permintaan yang memang tinggi dan suplai yang cenderung menurun terutama karena prakiraan bulan basah La Ninayang masih sampai November 2010, pemerintah kemudian bereaksi secara panik. Operasi pasar murah direncanakan secara serempak di beberapa tempat, walaupun menurut laporan media, pasar murah itu sepi peminat.

Dengan kata lain, strategi revitalisasi pertanian yang dicanangkan pada periode pertama dulu masih jauh dari sempurna, sehingga tidak selayaknya sektor pertanian diabaikan. Dari sesuatu yang paling sederhana, seperti sistem produksi pangan yang disebutkan di atas, jelas fondasi pertanian Indonesia masih belum stabil, dikendalikan di sini, ternyata kedodoran di sana, dan sebagainya.

Page 44: Document12

Belum lagi, jika menyebutkan istilah ketahanan pangan yang jauh lebih kompleks dan berdimensi luas, karena bukan hanya menyangkut urusan permintaan dan penawaran pangan, melainkan menyangkut kecukupan gizi dan protein penduduk Indonesia, daya saing bangsa di tingkat global dan sebagainya.

Demikian pula jika memperhitungkan sesuatu yang lebih rumit, seperti reforma agraria yang dicanangkan Presiden SBY pada periode pertama, pembangunan pertanian memang belum dapat dikatakan maju dan berhasil, juga belum mampu mewujudkan konsep justice for all sebagaimana diucapkan dalam Pidato Kenegaraan 16 Agustus 2010 ter-sebut.

Meski menghadapi berbagai kerumitan, sektor pertanian tetap tak bisa diabaikan, apalagi dilupakan. Pertanian tetap menjadi pengganda pendapatan dan pengganda tenaga kerja. Semoga saja, kekhilafan tidak menyebutkan sektor pertanian itu hanya masalah kemasan saja, bukan karena ketidakpedulian atau penga-cuhan yang pasti memiliki implikasi politik jauh lebih buruk.

Masih cukup banyak cara dan langkah kebijakan untuk memulihkan kepercayaan publik bahwa pemerintah betul-betul masih akan berpihak pada sektor pertanian. Salah satu contoh kecil yang dapat dilakukan ke depan dalam mencapai sasaran revitalisasi pertanian adalah bagaimana realisasi rencana mewujudkan 15 juta lahan pertanian pangan.

Apalagi kini Indonesia telah memiliki Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Terlalu naif jika masih ada yang beralasan tidak mampu menegakkan dan melaksanakan UU 41/2009 tersebut hanya karena peraturan pemerintah (PP) yang lebih operasional belum ada. J

Pemper pak Harris

Sejarah Pemikiran Ekonomi Praklasik, Klasik, Sosialis dan Neoklasik

Sejarah Pemikiran Ekonomi Kaum Perintis Sosialis

1. Konsep-konsep ekonomi dari kaum perintis ditemukan terutama dalam

ajaran-ajaran agama, kaidah-kaidah hukum, etika atau aturan-aturan

moral. Misalnya dalam kitab Hammurabi dari Babilonia tahun 1700 sM,

Page 45: Document12

masyarakat Yunani telah menjelaskan tentang rincian petunjuk-petunjuk

tentang cara-cara berekonomi.

2. Plato hidup pada abad keempat sebelum Masehi mencerminkan pola pikir

tradisi kaum ningrat. Ia memandang rendah terhadap para pekerja kasar

dan mereka yang mengejar kekayaan. Plato menyadari bahwa produksi

merupakan basis suatu negara dan penganekaragaman (diversivikasi)

pekerjaan dalam masyarakat merupakan keharusan, karena tidak seorang

pun yang dapat memenuhi sendiri berbagai kebutuhannya. Inilah awal

dasar pemikiran Prinsip Spesialisasi kemudian dikembangkan oleh Adam

Smith.

3. Aristoteles merupakan tokoh pemikir ulung yang sangat tajam, dan menjadi

dasar analisis ilmuwan modern sebab analisisnya berpangkal dari data.

Konsep pemikiran ekonominya didasarkan pada konsep pengelolaan rumah

tangga yang baik, melalui tukar-menukar. Aristoteleslah yang membedakan

dua macam nilai barang, yaitu nilai guna dan nilai tukar. Ia menolak

kehadiran uang dan pinjam-meminjam uang dengan bunga, uang hanya

sebagai alat tukar-menukar saja, jika menumpuk kekayaan dengan jalan

minta/mengambil riba, maka uang menjadi mandul atau tidak produktif.

4. Xenophon seorang prajurit, sejarawan dan murid Socrates yang mengarang

buku Oikonomikus (pengelolaan rumah tangga). Inti pemikiran Xenophon

adalah pertanian dipandang sebagai dasar kesejahteraan ekonomi,

pelayaran dan perniagaan yang dianjurkan untuk dikembangkan oleh

negara, modal patungan dalam usaha, spesialisasi dan pembagian kerja,

konsep perbudakan dan sektor pertambangan menjadi milik bersama.

5. THOMAS AQUINAS (1225-1274) seorang filosof dan tokoh pemikir

ekonomi pada abad pertengahan, mengemukakan tentang konsep keadilan

yang dibagi dua menjadi keadilan distributife dan keadilan konvensasi,

dengan menegakkan hukum Tuhan maka dalam jual-beli harus dilakukan

dengan harga yang adil (just-price) sedang bunga uang adalah riba. Tetapi

Page 46: Document12

masalah riba, upah yang adil dan harga yang layak ini merupakan masalah

yang terus-menerus diperdebatkan dalam ilmu ekonomi.

Sejarah Pemikiran Ekonomi Kaum Merkantilis

1. Merkantilis merupakan model kebijakan ekonomi dengan campur tangan

pemerintah yang dominan, proteksionisme serta politik kolonial, ditujukan

dengan neraca perdagangan luar negeri yang menguntungkan .

2. Pemikiran-pemikiran ekonomi lahir pada kaum merkantilis disebabkan

adanya pembagian kerja yang timbul di dalam masyarakat, pembagian

kerja secara teknis dan pembagian kerja teritorial, yang selanjutnya akan

mendorong perdagangan internasional.

3. Pemikiran ekonomi kaum merkantilis merupakan suatu kebijakan yang

sangat melindungi industri, dalam negeri, tetapi menganjurkan persaingan,

sementara itu terjadi pembatasan-pembatasan yang terkontrol dalam

kegiatan perdagangan luar negeri, kebijakan kependudukan yang

mendorong keluarga dengan banyak anak, kegiatan industri di dalam negeri

dengan tingkat upah yang rendah. Proteksi industri yang menganjurkan

persaingan dalam negeri, dan tingkat upah yang rendah mendorong ekspor.

4. Teori kuantitas uang didasarkan pada jumlah uang yang beredar

mempengaruhi tingkat bunga dan tingkat harga barang. Ke luar masuknya

logam-logam mulia mempengaruhi tingkat harga di dalam negeri serta

jumlah uang yang beredar, dan kecepatan uang beredar.

5. Kebijakan ekonomi lebih bersifat makro, hal ini berhubungan dengan

tujuan proteksi industri di dalam negeri, dan menjaga rencana perdagangan

yang menguntungkan, hal ini dilakukan dalam usaha meningkatkan

peranannya dalam perdagangan internasional dan perluasan-perluasan

kolonialisme.

Sejarah Pemikiran Ekonomi Kaum Pisiokrat

Page 47: Document12

1. Mazhab Pisiokrat tumbuh sebagai kritik terhadap pemikiran ekonomi

Merkantilis, tokoh pemikir yang paling terkenal pada mazhab ini adalah

Francois Quesnay. Sumbangan pemikiran yang terbesar dalam

perkembangan ilmu ekonomi adalah hukum-hukum alamiah, dan

menjelaskan arus lingkaran ekonomi.

2. Inti pemikiran utama dalam mazhab Pisiokrat adalah dituangkan dalam

tabel ekonomi yang terdiri dari classe productive dari kaum petani, classe

des froprietaires dari kaum pemilik tanah, classe sterile atau classe stipendile

yang meliputi kaum pedagang dan industriawan dan classe passieve adalah

kaum pekerja.

3. Pemikiran ekonomi kaum Pisiokrat yang menonjol dalam perkembangan

ilmu ekonomi selain lingkaran arus ekonomi dalam tabel ekonomi yaitu

tentang teori nilai dan harga yang terbagi menjadi tiga yaitu harga dasar

barang-barang, harga penjualan dan harga yang harus dibayar konsumen.

Teori uang yang dikemukakannya adalah sebagai tabir uang (money is veil)

dan perlunya pengenaan pajak untuk kepentingan ekonomi.

4. Sumbangan pemikiran ahli Pisiokrat lain yaitu Jaques Turgot mempunyai

dua sumbangan utama terhadap pemikiran ekonomi yakni teori uang

sebagai tabir, dan teori fruktifikasi. Teori uang sebagai tabir yang

mempersulit pengamatan fenomena ekonomi. Namun demikian pemikiran

ini merupakan gagasan ke arah menemukan dasar satuan perhitungan yang

ia, tetapi dikemukakan atas transaksi barter dengan nilai alat tukar dapat

berubah-ubah karena jumlahnya.

Sejarah Pemikiran Ekonomi Kaum Klasik

1. Filsafat kaum klasik mengenai masyarakat, prinsipil tidak berbeda dengan

filsafat mazhab pisiokrat, kaum klasik mendasarkan diri pada tindakan-

tindakan rasional, dan bertolak dari suatu metode alamiah. Kaum klasik

Page 48: Document12

juga memandang ilmu ekonomi dalam arti luas, dengan perkataan lain

secara normatif.

2. Politik ekonomi kaum klasik merupakan politik ekonomi laissez faire. Politik

ini menunjukkan diri dalam tindakan-tindakan yang dilakukan oleh mazhab

klasik, dan dengan keseimbangan yang bersifat otomatis, di mana

masyarakat senantiasa secara otomatis akan mencapai keseimbangan pada

tingkat full employment.

3. Asas pengaturan kehidupam perekonomian didasarkan pada mekanisme

pasar. Teori harga merupakan bagian sentral dari mazhab klasik, dan

mengajarkan bahwa proses produksi dan pembagian pendapatan ditentukan

oleh mekanisme pasar. Dan dengan melalui mekanisme permintaan dan

penawaran itu akan menuju kepada suatu keseimbangan (equilibrium). Jadi

dalam susunan kehidupan ekonomi yang didasarkan atas milik

perseorangan, inisiatif dan perusahaan orang-perorangan.

4. Ruang lingkup pemikiran ekonomi klasik meliputi kemerdekaan alamiah,

pemikiran pesimistik dan individu serta negara. Landasan kepentingan

pribadi dan kemerdekaan alamiah, mengritik pemikiran ekonomi

sebelumnya, dan kebebasan individulah yang menjadi inti pengembangan

kekayaan bangsa, dengan demikian politik ekonomi klasik pada prinsip

laissez faire.

Pemikiran Ekonomi Kaum Klasik Adam Smith (1723-1790)

1. Adam Smith adalah seorang pemikir besar dan ilmuwan kelahiran Kirkaldy

Skotlandia tahun 1723, guru besar dalam ilmu falsafah di Universitas

Edinburgh, perhatiannya bidang logika dan etika, yang kemudian semakin

diarahkan kepada masalah-masalah ekonomi. Ia sering bertukar pikiran

dengan Quesnay dan Turgot dan Voltaire.

2. Adam Smith adalah pakar utama dan pelopor dalam mazhab Klasik. Karya

besar yang disebut di atas lazim dianggap sebagai buku standar yang

Page 49: Document12

pertama di bidang pemikiran ekonomi gagasannya adalah sistem ekonomi

yang mengoperasionalkan dasar-dasar ekonomi persaingan bebas yang

diatur oleh invisible hand, pemerintah bertugas melindungi rakyat,

menegakkan keadilan dan menyiapkan sarana dan prasarana kelembagaan

umum.

3. Teori nilai yang digunakan Adam Smith adalah teori biaya produksi,

walaupun semula menggunakan teori nilai tenaga kerja. Barang mempunyai

nilai guna dan nilai tukar. Ongkos produksi menentukan harga relatif

barang, sehingga tercipta dua macam harga, yakni harga alamiah dan harga

pasar dalam jangka panjang harga pasar akan cenderung menyamai harga

alamiah, dan dengan teori tersebut timbul konsep paradoks tentang nilai.

4. Sumber kekayaan bangsa adalah lahan, tenaga kerja, keterampilan dan

modal. Dengan demikian, timbul persoalan pembagian pendapatan yakni

upah untuk pekerja, laba bagi pemilik modal dan sewa untuk tuan tanah.

Tingkat sewa tanah akan meningkat, sedangkan tingkat upah menurun,

dengan asumsi berlaku dana upah, dan lahan lama-kelamaan menjadi

kurang subur, sedangkan persaingan tingkat laba menurun yang akhirnya

mencapai kegiatan ekonomi yang stationer. Smith berpendapat bahwa

pembagian kerja sangat berguna dalam usaha meningkatkan produktivitas.

Pembagian kerja akan mengembangkan spesialisasi. Pertambahan

penduduk berarti meningkatkan tenaga kerja, dalam hal ini meningkatkan

permintaan dan perluasan pasar.

Pemikiran Ekonomi Kaum Klasik: J.B. Say, Malthus dan David Ricardo

1. Jean Batiste Say adalah seorang pakar ekonomi kelahiran Perancis yang

berasal dari keluarga saudagar dan menjadi pendukung pemikiran Adam

Smith. Say memperbaiki sistem Adam Smith dengan cara yang lebih

sistematis serta logis. Karya Say yaitu theorie des debouchees (teori tentang

pasar dan pemasaran) dan dikenal sebagai Hukum Say (Say’s Law) yaitu

Page 50: Document12

supply creats its oven demand tiap penawaran akan menciptakan

permintaanya sendiri. Menurut Say dalam perekonomian bebas atau liberal

tidak akan terjadi “produksi berlebihan” (over production) yang sifatnya

menyeluruh, begitu juga pengangguran total tidak akan terjadi. Yang

mungkin terjadi menurut Say ialah kelebihan produksi yang sifatnya

sektoral dan juga pengangguran yang sifatnya terbatas (pengangguran

friksi).

2. Thomas Robert Malthus dilahirkan tahun 1766 di Inggris, sepuluh tahun sebelum Adam Smith menerbitkan The Wealth of Nations dan meninggal tahun 1834. Malthus adalah seorang ilmuwan di bidang teologi yang kemudian memusatkan perhatiannya kepada masalah-masalah ekonomi dalam perkembangan masyarakat. Malthus adalah alumnus dari University of Cambridge, Inggris, tempat ia menyelesaikan pelajaran dalam ilmu matematika dan ilmu sejarah klasik. Malthus diangkat menjadi Profesor of History and Political Economy di East India College. Bagian yang paling penting dalam pola dasar pemikiran Malthus dan kerangka analisisnya ialah menyangkut teori tentang sewa tanah dan teori tentang penduduk dengan bukunya yang berjudul An Essay on the Principle of Population. Teori Malthus pada dasarnya sederhana saja. Kelahiran yang tidak terkontrol menyebabkan penduduk bertambah menurut deret ukur padahal persediaan bahan makanan bertambah secara deret hitung.

3. Ricardo adalah seorang Pemikir yang paling menonjol di antara segenap pakar Mazhab Klasik. Ia sangat terkenal karena kecermatan berpikir, metode pendekatannya hampir seluruhnya deduktif. David Ricardo telah mengembangkan pemikiran-pemikiran Adam Smith secara lebih terjabar dan juga lebih sistematis. Dan pendekatannya teoretis deduktif, pemikirannya didasarkan atas hipotesis yang dijadikan kerangka acuannya untuk mengkaji berbagai permasalahan menurut pendekatan logika. Teori yang dikembangkan oleh Ricardo menyangkut empat kelompok permasalahan yaitu: teori tentang distribusi pendapatan sebagai pembagian hasil dari seluruh produksi dan disajikan sebagai teori upah, teori sewa tanah, teori bunga dan laba, teori tentang nilai dan harga, teori perdagangan internasional dan, teori tentang akumulasi dan perkembangan ekonomi.

PEMIKIRAN EKONOMI MAZHAB SOSIALIS

Sejarah Pemikiran Mazhab Sosialis dan Kritik terhadap Pemikiran Ekonomi Klasik

1. Kritik yang dikemukakan oleh mazhab sosialis berhubungan dengan doktrin laissez faire dengan pengendalian tangan tak kentara (invisible hand) dan intervensi pemerintah. Pemikiran yang dibahas adalah tentang teori nilai,

Page 51: Document12

pembagian kerja, teori kependudukan, dan the law of deminishing return, dan kritiknya karena asumsi bahwa negaralah yang berhak untuk mengatur kekayaan bangsa.

2. Para pengritik mazhab klasik terutama dari Lauderdale, Sismonde, Carey, List dan Bastiat. Lauderdale mengajukan kritik bahwa nilai barang ditentukan oleh kelangkaan dan permintaan, sedangkan Muller dan List melihat bahwa nilai barang ditentukan juga tidak hanya oleh modal fisik, tetapi juga oleh modal spiritual dan modal mental. Demikian juga Carey melihat tentang teori nilai dari segi teori biaya reproduksi, sedangkan Bastiat bahwa faktor-faktor yang menentukan nilai barang adalah besarnya tenaga kerja yang dikorbankan pada pembuatan barang, menurut beliau hal-hal yang menjadi karunia alam tidak mempunyai nilai, kecuali telah diolah manusia.

3. Sismonde mengajukan keberatan terhadap teori kependudukan Malthus, dan tidak mungkin dapat dikendalikan dengan cara-cara yang dikemukakan Malthus, sebab sangat tergantung pada kemauan manusia dan kesempatan kerja, dan kawin yang selalu dikaitkan dengan kemampuan ekonomi. Mesin mempunyai fungsi untuk menggantikan tenaga kerja manusia, aspek mesin tidak selalu mempunyai keuntungan dalam meningkatkan kekayaan bangsa. Carey berpendapat pertambahan modal lebih cepat dari pertambahan penduduk.

4. Sismonde berpendapat bahwa pembagian kerja skala produksi menjadi semakin besar dan tidak dapat dikendalikan sehingga terjadi kelebihan produksi. Muller berpendapat bahwa pembagian kerja telah membawa pekerjaan ke dalam perbudakan dan tenaga kerja menjadi mesin. Pemikiran List bukan pembagian kerja yang paling penting tetapi mengetahui dan menggunakan kekuatan-kekuatan produktif dalam usaha meningkatkan kekayaan bangsa.

5. Pemikiran John Stuart Mill banyak dipengaruhi oleh Jeremy Bentam yang beraliran falsafah utilitarian, bebannya sangat berat dalam mempelajari falsafah, politik dan ilmu sosial, yang menjadikan mental breakdown. Kritik terhadap ekonomi klasik terutama pada Smith, Malthus dan Ricardo, dipelajari oleh Mill. Sementara itu pemikiran ekonomi sosialis mulai berkembang, dasar sistem ekonomi klasik adalah laissez faire, hipotesis kependudukan Malthus, hukum lahan yang semakin berkurang, teori dana upah mendapat tantangan. Dalam era inilah pemikiran Mill dituangkan dalam bukunya yang berjudul Principle of Political Economy, dengan pemikiran yang eklektiknya.

6. Sumbangan yang paling besar Mill adalah metode ilmu ekonomi yang bersifat deduktif dan bersama dengan metode induktif. Karena hipotesisnya belum didukung dengan data empirik, di samping itu pembahasannya tentang teori nilai tidak melihat dari biaya produksi, tetapi telah

Page 52: Document12

menggunakan sisi permintaan melalui teori elastisitas. Mill menjelaskan bahwa hukum yang mengatur produksi lain dengan hukum distribusi pendapatan, juga memperkenalkan human capital investment yaitu keterampilan, kerajinan dan moral tenaga kerja dalam meningkatkan produktivitas.

Ekonomi Mazhab Sosialis Utopis

1. Dari pandangan pemikiran yang revolusioner Karl Marx dan Enggel pemikiran ini biasa disebut kaum sosialis ilmiah dan ada yang tetap mempertahankan dengan cara-cara yang bersifat ideal dan terlepas dari kekuasaan politik disebut sosialis utopis dengan dipelopori oleh Thomas More, Francis Bacon, Thomas Campanella, Oliver Cromwell, Gerard Winstanley, James Harrington..

2. Perkataan Utopis berasal dari judul buku Thomas More dalam tahun 1516 Tentang Keadaan Negara yang Sempurna dan Pulau Baru yang Utopis. Francis Bacon dalam bukunya Nova Atlantis (1623), dan Thomas Campanella (1623) dalam bukunya Negara Matahari (Civitas Solis).

3. Saint Simon (1760-1825), dari Perancis bukunya The New Christianity dan Charles Fourier (1772-1837) bercita-cita menciptakan tata dunia baru yang lebih baik bukan dengan kotbah tetapi dengan model percontohan. Louis Blanc mengusahakan agar didirikan ateliers sociesux yakni pabrik-pabrik yang dihimpun negara. Pierre Joseph Proudhom (1809-1865 ) Beliau yakin akan asas persamaan dan lama sekali tidak setuju dengan hak milik pribadi terhadap perusahaan.

Ekonomi Mazhab Sosialis Ilmiah

1. Karl Marx dilahirkan di Treves Jerman dan seorang keturunan Yahudi. Ia seorang ilmuwan dan pemikir besar bidang filosof serta Pemimpin Sosialisme Modern. Ia belajar di Universitas Bonn kemudian di Universitas Berlin di Jerman dan memperoleh sarjana bidang Filsafat. Dalam masa studinya ia banyak dipengaruhi oleh Friedrich Hegel seorang Filosof Besar Jerman bidang falsafah murni.

2. Friedrich Engels, berasal dari kalangan usahawan besar di Jerman, keluarganya memiliki sejumlah perusahaan industri tekstil di Jerman maupun di Inggris. Sejak usia muda Engels menaruh minat terhadap ilmu falsafah dan ilmu pengetahuan masyarakat. Nalurinya tergugah oleh apa yang diamatinya dan disaksikannya sendiri mengenai kehidupan masyarakat dalam lingkungan kawasan industri di Jerman dan di Inggris. Engels bertemu dengan Marx tahun 1840 di Paris, sewaktu Marx hidup dalam pembuangan.

3. Teori tentang perkembangan ekonomi menurut Marx sebenarnya dapat dibagi menjadi tiga bagian, pertama pemikirannya tentang proses akumulasi

Page 53: Document12

dan konsentrasi, kedua teori tentang proses kesengsaraan/pemiskinan yang meluas (die verelendung atau increasing misery), ketiga teori tentang tingkat laba yang cenderung menurun.

4. Menurut teori konsentrasi perusahaan-perusahaan makin lama makin besar, sedangkan jumlahnya makin sedikit. Perusahaan-perusahaan besar bersaing dengan perusahan kecil maka perusahaan kecil akan kalah dalam persaingan dan kemudian perusahaan kecil lenyap. Timbullah perusahaan-perusahaan raksasa. Para pengusaha kecil dan golongan menengah menjadi orang miskin.

5. Sedangkan teori akumulasi menyatakan bahwa para pengusaha raksasa semakin lama semakin kaya dan menumpuk kekayaan yang terkonsentrasi pada beberapa orang, dan para pengusaha kecil akhirnya jatuh miskin dan pengusaha kecil yang berdiri sendiri menjadi proletariat. Sejauhmana proses akumulasi yang dimaksud di atas bisa berjalan tergantung dari a) tingkat nilai surplus, b) tingkat produktivitas tenaga kerja, dan c) perimbangan bagian nilai surplus untuk konsumsi terhadap bagian yang disalurkan sebagai tambahan modal.

PEMIKIRAN EKONOMI NEOKLASIK

Perintis Analisis Marjinal

1. Mazhab neoklasik telah mengubah pandangan tentang ekonomi baik dalam teori maupun dalam metodologinya. Teori nilai tidak lagi didasarkan pada nilai tenaga kerja atau biaya produksi tetapi telah beralih pada kepuasan marjinal (marginal utility). Pendekatan ini merupakan pendekatan yang baru dalam teori ekonomi.

2. Salah satu pendiri mazhab neoklasik yaitu Gossen, dia telah memberikan sumbangan dalam pemikiran ekonomi yang kemudian disebut sebagai Hukum Gossen I dan II. Hukum Gossen I menjelaskan hubungan kuantitas barang yang dikonsumsi dan tingkat kepuasan yang diperoleh, sedangkan Hukum Gossen II, bagaimana konsumen mengalokasikan pendapatannya untuk berbagai jenis barang yang diperlukannya. Selain Gossen, Jevons dan Menger juga mengembangkan teori nilai dari kepuasan marjinal. Jevons berpendapat bahwa perilaku individulah yang berperan dalam menentukan nilai barang. Dan perbedaan preferences yang menimbulkan perbedaan harga. Sedangkan Menger menjelaskan teori nilai dari orde berbagai jenis barang, menurut dia nilai suatu barang ditentukan oleh tingkat kepuasan terendah yang dapat dipenuhinya. Dengan teori orde barang ini maka tercakup sekaligus teori distribusi.

3. Pemikiran yang sangat mengagumkan yang disusun oleh Walras tentang teori keseimbangan umum melalui empat sistem persamaan yang serempak. Dalam sistem itu terjadi keterkaitan antara berbagai aktivitas ekonomi seperti teori produksi, konsumsi dan distribusi. Asumsi yang digunakan

Page 54: Document12

Walras adalah persaingan sempurna, jumlah modal, tenaga kerja, dan lahan terbatas, sedangkan teknologi produksi dan selera konsumen tetap. Jika terjadi perubahan pada salah satu asumsi ini maka terjadi perubahan yang berkaitan dengan seluruh aktivitas ekonomi

Teori Produktivitas Marjinal

1. Dasar pemikiran mazhab neoklasik pada generasi kedua lebih akurasi dan tajam karena bila dibandingkan dengan pemikiran ekonomi pada kelompok generasi pertama neoklasik. Hal ini dapat terjadi karena pemikiran generasi kedua menjabarkan lebih lanjut perilaku variabel-variabel ekonomi yang sudah dibahas sebelumnya. Lingkupan telah berkembang dari produksi, konsumsi, dan distribusi yang lebih umum beralih pada penjelasan yang lebih tajam.

2. Pertentangan pemikiran antara para ahli neoklasik seperti J.B. Clark dapat menjadi sumber inspirasi dari perkembangan ilmu ekonomi dalam menjelaskan teori distribusi fungsional, ditafsirkan oleh J.B Clark mempunyai nilai etik, yang secara langsung membantah teori eksploitasi. Dengan teori produktivitas marjinal upah tenaga kerja, laba serta lahan dan bunga ditetapkan dengan objektif dan adil. Tetapi masalahnya, apakah setiap pekerja mendapat upah sama dengan PPMt nya?

3. Penggunaan pendekatan matematis dalam analisis ekonomi terutama dalam fungsi produksi semakin teknis, dan dengan penggunaan asumsi-asumsi yang dialaminya juga bertambah seperti dalam kondisi skala tetap, meningkat atau menurun. Hal ini dikaitkan pula dengan bentuk kurva ongkos rata-rata, oleh Wicksell. Hal ini merupakan sumbangan besar dalam pembahasan ongkos perusahaan dan industri. Pada saat kurva ongkos rata-rata menurun, sebenarnya pada fungsi produksi terjadi proses increasing returns, dan pada saat kurva ongkos naik, pada kurva produksi terjadi keadaan decreasing returns. Selanjutnya, pada saat ongkos rata-rata sampai pada titik minimum, pada fungsi produksi berlaku asumsi constant return to scale.

4. Pemikiran lain yang menjadi sumber kontroversi seperti pandangan Bohm Bawerk telah menimbulkan kontroversi pula tentang hubungan antara modal dan bunga. Kontroversi ini pun timbul dari pandangan J.B. Clark. Clark mempunyai pendapat bahwa barang-barang sekarang mempunyai nilai lebih tinggi daripada masa depan, karena itu timbullah bunga. Tetapi, bunga juga dipengaruhi oleh produktivitas melalui keunggulan teknik. Bohm Bawerk memberikan adanya premium atau agio, karena kebutuhan sekarang lebih tinggi daripada masa datang. Tetapi, Fisher melihat dari arus pendapatan masa depan perlu dinilai sekarang, yang dipengaruhi oleh kekuatan subjektif dan objektif. Fisher menjelaskan pula terjadinya bunga melalui permintaan dan penawaran terhadap tabungan dan investasi. Fisher

Page 55: Document12

memberi sumbangan pula pada tingkat bunga. Tingkat bunga merupakan marginal rate of return over cost.

Pemikiran Marshall sebagai Bapak Ekonomi Neoklasik

1. Sumbangan yang paling terkenal dari pemikiran Marshall dalam teori nilai merupakan sitetis antara pemikiran pemula dari marjinalis dan pemikiran Klasik. Menurutnya, bekerjanya kedua kekuatan, yakni permintaan dan penawaran, ibarat bekerjanya dua mata gunting. Dengan demikian, analisis ongkos produksi merupakan pendukung sisi penawaran dan teori kepuasan marjinal sebagai inti pembahasan permintaan. Untuk memudahkan pembahasan keseimbangan parsial, maka digunakannya asumsi ceteris paribus, sedangkan untuk memperhitungkan unsur waktu ke dalam analisisnya, maka pasar diklasifikasikan ke dalam jangka sangat pendek, jangka pendek, dan jangka panjang. Dalam membahas kepuasan marjinal terselip asumsi lain, yakni kepuasan marjinal uang yang tetap.

2. Pemikiran Alfred Marshall mahir dalam menggunakan peralatan matematika ke dalam analisis ekonomi. Dia memahami, bahwa untuk memudahkan pembaca, maka catatan-catatan matematikanya diletakkan pada bagian catatan kaki dan pada lampiran bukunya. Pembahasannya tentang kepuasan marjinal telah mulai sebelum 1870, sebelum buku Jevons terbit, tetapi karena orangnya sangat teliti dan modes, dia tidak mau cepat-cepat menerbitkan bukunya.

3. Dalam pembahasan sisi permintaan, Marshall telah menghitung koefisien barang yang diminta akibat terjadinya perubahan harga secara relatif. Nilai koefisien ini dapat sama dengan satu, lebih besar dan lebih kecil dari satu. Tetapi, ada dua masalah yang belum mendapat penyelesaian dalam hal sisi permintaan, yakni aspek barang-barang pengganti dan efek pendapatan. Robert Giffen telah dapat membantu penyelesaian kaitan konsumsi dan pendapatan dengan permintaannya terhadap barang-barang, sehingga ditemukan Giffen Paradox. Peranan substitusi kemudian diselesaikan oleh Slurtky.

4. Marshall menemukan surplus konsumen. Pengertian ini dikaitkan pula dengan welfare economics. Bahwa konsumen keseluruhan mengeluarkan uang belanja lebih kecil daripada kemampuannya membeli. Jika itu terjadi maka terjadi surplus konsumen. Selama pajak yang dikenakan pada konsumen lebih kecil daripada surplusnya itu, maka kesejahteraannya tidak menurun. Tetapi, pajak juga dapat digunakan untuk subsidi, terutama bagi industri-industri yang struktur ongkosnya telah meningkat. Marshall menjelaskan pula mengapa kurva ongkos total rata-rata menurun dan meningkat. Hal ini berkaitan dengan faktor internal dan eksternal perusahaan atau industri.

Page 56: Document12

5. Mekanisme permintaan dan penawaran dapat mendatangkan ketidakstabilan, karena setiap usaha yang dilakukan untuk kembali ke posisi seimbang ternyata membuat tingkat harga dan jumlah barang menjauhi titik keseimbangan. Keadaan tidak stabil itu terjadi jika kurva penawaran berjalan dari kiri-atas ke kanan-bawah. Jika variabel kuantitas independen, terjadi kestabilan, tetapi jika berubah harga menjadi independen, maka keadaan menjadi tidak stabil.

Mazhab Institusionalisme

1. Inti pemikiran Veblen dapat dinyatakan dalam beberapa kenyataan ekonomi yang terlihat dalam perilaku individu dan masyarakat tidak hanya disebabkan oleh motivasi ekonomi tetapi juga karena motivasi lain (seperti motivasi sosial dan kejiwaan), maka Veblen tidak puas terhadap gambaran teoretis tentang perilaku individu dan masyarakat dalam pemikiran ekonomi ortodoks. Dengan demikian, ilmu ekonomi menurut Veblen jauh lebih luas daripada yang ditemukan dalam pandangan ahli-ahli ekonomi ortodoks.

2. Revolusi perkembangan pemikiran yang dikemukakan Veblen yaitu dengan memperluas lingkup pengkajian ilmu ekonomi, membawa akibat perluasan dan perubahan dalam metodologi, andaian-andaian, dan perilaku variabel-variabel ekonomi. Veblen melihat pengkajian ilmu ekonomi dari berbagai aspek ilmu sosial sehingga diperlukan interdisiplin. Oleh karena itu pula Veblen mendapat tuduhan bukan sebagai seorang pemikir ekonomi, tetapi sebagai seorang sociologist.

3. Pandangan pemikiran Veblen yang utama bahwa teori-teori ekonomi ortodoks, seperti teori konsumsi, perilaku bisnis, andaian-andaian laba maksimal, persaingan sempurna ditolaknya. Persaingan sempurna hampir tidak terjadi, yang banyak terjadi adalah monopoli, bukan persaingan harga, tetapi harga ditetapkan lebih tinggi. Konflik-konflik yang terjadi bukan lagi antara tenaga kerja dan pemilik modal, tetapi antara bisnismen dengan para teknisi. Karena dunia bisnis telah dikuasai oleh mesin, maka peranan teknisilah yang menentukan proses produksi.

4. Selanjutnya pandangan Veblen pada tahap awal sukar dipahami oleh ahli-ahli ekonomi, karena dia menggunakan istilah-istilah yang datang dari disiplin lain. Namun demikian, pandangan-pandangannya telah mendorong berkembangnya aliran ekonomi kelembagaan Amerika Serikat. Murid-muridnya melanjutkan dan melakukan pengembangan terhadap pemikiran- pemikirannya.

Tindakan Kolektif dan Surplus yang tidak Produktif

1. Mitchell seorang ilmuwan sejati yang tidak terpengaruh oleh pemikiran lain ia mempunyai pandangan sendiri. Oleh karena itu tidak semua pandangan

Page 57: Document12

Veblen disetujuinya, bahkan di samping pemikiran ekonomi ortodoks, pandangan Veblen mendapat kritik. Mitchell berkeberatan terhadap asumsi-asumsi, logika yang abstrak ekonomi ortodoks, karena itu dia tidak pernah menggunakannya sebagai teori dalam penelitian. Dia lebih menekankan penelitian empirik dan menjelaskan data dengan deskriptif. Pendekatan sejarah, dengan mempelajari sebab-sebab yang menjadi kumulatif secara evolusioner digunakannya dalam analisis siklus bisnis. Fluktuasi kegiatan ekonomi dapat diamati dari keputusan-keputusan pengusaha, reaksi-reaksi pengusaha terhadap perubahan laba. Siklus-bisnis terdiri beberapa tahap, yakni resesi, depresi, pemulihan dan masa-masa makmur (boom).

2. John R. Commons seorang pelopor ajaran ekonomi kelembagaan di Universitas Wisconsin. Commons mencoba untuk melakukan perubahan sosial, penyempurnaan struktur dan fungsi pendidikan di kampusnya, dan banyak memberikan sumbangan dalam ekonomi perburuhan. Pandangannya terhadap ekonomi ortodoks adalah penolakannya pada lingkungan ekonomi yang sempit, statik, dan mencoba memasukkan segi-segi kejiwaan, sejarah, hukum, sosial dan politik dalam pembahasannya. Teori harga dalam ekonomi ortodoks hanya berlaku dalam kondisi-kondisi khusus. Dalam pasar ekonomi ortodoks terjadi pertukaran, tetapi bukan hubungan pertukaran. Dia membagi tiga macam transaksi dalam pasar, yakni transaksi pengalihan hak milik kekayaan, transaksi kepemimpinan, dan transaksi distribusi. Dalam transaksi tersebut, melibatkan aspek-aspek kebiasaan, adat, hukum dan kejiwaan.

3. Pandangan pemikiran J.A. Hobson tentang kritiknya terhadap ekonomi ortodok, yaitu ada tiga kelemahan teori ekonomi ortodoks yang ditemukannya, yakni tidak dapat menyelesaikan masalah full employment yang dijanjikan teori ekonomi ortodoks, distribusi pendapatan yang senjang, dan pasar bukanlah ukuran terbaik untuk menentukan ongkos sosial. Adanya ekonomi normatif dan positif tidak disetujuinya, oleh karena keduanya mengandung unsur etika, hipotesis tentang timbulnya imperialisme, karena terjadi under consumption dan over saving di dalam negeri, maka diperlukan penanaman modal ke daerah-daerah baru. Pengeluaran pemerintah dan pajak dapat mendorong ekonomi ke arah full employment, dan meningkatkan pendapatan pekerja dan peningkatan produktivitas. Pembayaran terhadap faktor-faktor produksi dapat ditentukan atas kebutuhan cukup untuk meningkatkan produktivitas dan dengan memberikan kelebihan yang tidak produktif. Dengan semakin meratanya pembagian pendapatan akan mendorong peningkatan produktivitas, meningkatnya konsumsi, dan akan terhindarlah ekonomi dari resesi.

Inovasi, Drama Asia dan Kapitalisme Amerika

Page 58: Document12

1. Pemikiran yang paling menonjol dari Schumpeter tentang pembahasan ekonomi jangka panjang terlihat dalam analisisnya baik mengenai terjadinya inovasi komoditi baru, maupun dalam menjelaskan terjadinya siklus-bisnis. Keseimbangan ekonomi yang statik dan stasioner itu mengalami gangguan dengan adanya inovasi, namun gangguan itu berusaha mencari keseimbangan baru. Inovasi akan terhenti kalau kapten industri (wiraswasta) telah terlihat dengan persoalan-persoalan rutin. Walaupun Schumpeter menggunakan andaian-andaian ekonomi ortodoks, tetapi dia memasukkan aspek dinamik dengan mengkaji terjadinya fluktuasi bisnis, di mana terjadi resesi, depresi, recovery, dan boom. Invensi dan inovasi merupakan kreativitas yang bersifat destruktif. Penemuan hari ini dapat dihancurkan oleh penemuan esok, tetapi ekonomi tetap tumbuh.

2. Pemikiran Gunnar Myrdal seorang ekonomi Swedia yang terbesar dewasa ini tertarik dengan pengkajian sosiologi. Dia mempelajari sebab-sebab terjadinya kemiskinan di negeri-negeri maju dan yang sedang berkembang. Dalam mengatasi persoalan-persoalan itu tidak dapat hanya dengan teori-teori ekonomi ortodoks, oleh karena teori itu terlalu sempit. Perencanaan ekonomi di negeri-negeri yang sedang berkembang akan mengarahkan pembangunan yang jelas, dan perencanaan itu meliputi segala aspek, yakni ekonomi, pendidikan, kesehatan, kependudukan, dan semua sektor. Alat analisisnya seperti yang dilakukan oleh Mitchell, yakni sebab-musabab yang bersifat kumulatif. Jadi, kekuatan-kekuatan politik, ekonomi, sosial dan kejiwaan dapat berhimpun menjadi sebab kejadian yang merugikan atau yang menguntungkan pembangunan.

3. John Keyneth Galbraith menjelaskan perkembangan ekonomi kapitalis di AS, yang tidak sesuai dengan ramalan-ramalan yang bersifat manipulatif dari teori ekonomi ortodoks. Andaian-andaian ekonomi ortodoks menurut Galbraith ternyata tidak sesuai dengan kenyataannya. Tidak ada lagi persaingan sempurna, pasar telah dikuasai oleh perusahaan-perusahaan besar. Perusahaan ini menentukan selera konsumen. Kekuasaan konsumen telah tidak berarti sehingga timbul dependent-effect pemilik modal telah terpisah dengan para manajer yang profesional, dan para manajer ini telah menjadi technostructure masyarakat. Konsumsi masyarakat telah menjadi tinggi, tetapi sebaliknya terjadi pencemaran lingkungan, dan kualitas barang-barang swasta tidak dapat diimbangi oleh barang-barang dan jasa publik. Kekuatan-kekuatan perusahaan besar dikontrol oleh kekuatan pengimbang seperti kekuatan buruh, pemerintah, dan lembaga-lembaga konsumen. Namun demikian, untuk menjamin kelanjutan kekuasaan perusahaan- perusahaan ini, mereka meminta pemerintah untuk menstabilkannya.

Sumber Buku Sejarah Teori-teori Ekonomi Karya Disman

Page 59: Document12