1 · web viewpengem-bangan teknologi irigasi, produksi, panen dan teknologi pengolahan hasil...
TRANSCRIPT
C. MATRIKS PENCAPAIAN INDIKATOR KINERJA
No.
Program Pembangunan
Nasional (PROPENAS)
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)1. Penyediaan
Kebutuhan Pokok untuk Keluarga Miskin
1. Menurunnya persentase penduduk miskin sekitar 4 persen dari angka pada tahun 1999
2. Terpenuhinya kebutuhan pangan bagi keluarga miskin dengan harga yang terjangkau
3. Tersedianya pelayanan pendidikan bagi keluarga miskin melalui pemberian beasiswa
4. Tersedianya pelayanan kesehatan secara merata dengan harga yang terjangkau bagi keluarga miskin
5. Terpenuhinya kebutuhan air bersih, sanitasi dan
19,1
-
95,5
66,7
75,4
18,4
-
95,6
67,3
74,2
18,2
122,313
96,1
65,0
75,9
17,4
129,859
96,0
78,4
72,3
16,6
152,016
-
-
-
251
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
permukiman dengan harga yang terjangkau bagi keluarga miskin
2. Pengembangan Budaya Usaha Masyarakat Miskin
1. Terselenggaranya pendidikan dan latihan ketrampilan bagi keluarga miskin
2. Berkembangnya perilaku keluarga miskin yang berorientasi pada usaha produktif
3. Meningkatnya usaha produktif yang menguntungkan dan berkelanjutan
Terlaksana-nya bebas biaya wajib belajar 9 tahun bagi daerah-daerah tertentu
Meningkat-nya jumlah usaha mikro yang di lakukan oleh masyarakat miskin
Tercapainya usaha produktif di kalangan keluarga miskin
-
Terlaksana-nya bebas biaya wajib belajar 9 tahun bagi daerah-daerah tertentu
Meningkat-nya jumlah usaha mikro yang di lakukan oleh masyarakat miskin
Tercapainya usaha produktif di kalangan keluarga miskin
Terlaksana-nya bebas biaya wajib belajar 9 tahun bagi daerah-daerah tertentu
Meningkat-nya jumlah usaha mikro yang di lakukan oleh masyarakat miskin
Tercapainya usaha produktif di kalangan keluarga
Terlaksana-nya bebas biaya wajib belajar 9 tahun bagi daerah-daerah tertentu
Meningkat-nya jumlah usaha mikro yang di lakukan oleh masyarakat miskin
Tercapainya usaha produktif di kalangan keluarga miskin
Terlaksana-nya bebas biaya wajib belajar 9 tahun bagi daerah-daerah tertentu
Meningkat-nya jumlah usaha mikro yang di lakukan oleh masyarakat miskin
Tercapainya usaha produktif di kalangan keluarga miskin
-
252
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
4. Tersedianya permukiman transmigrasi untuk transmigran petani dan buruh tani yang tidak memiliki lahan pertanian
- miskin-
-
3. Perluasan dan Pengembangan Kesempatan Kerja
1. Dari target sebanyak 2.033.403 orang melalui kegiatan – kegiatan usaha kecil dan penempatan tenaga kerja ke luar negeri
- 17.84% 47.28% 66.10% 67.54%
2. Walaupun jumlah pengangguran terbuk pada tahun-tahun tersebut mengalami peningkatan, tetapi usaha-usaha untuk mengurangi pengangguran telah di lakukan melalui berbagai kegiatan usaha sebagaimana tertuang dalam kinerja butir 1
- - - - -
3. Dari target sebanyak 30.193 orang melalui kegiatan sistem padat karya dan pemanfaatan teknologi tepat guna untuk meningkatkan
- 28.71% 44.45% 90.78% 96.26%
253
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
jam kerja
4. Tersedianya informasi pasar tenaga kerja secara akurat
- Tersedia informasi pasar kerja, seperti leafleat, buku
Tersedia informasi pasar kerja, seperti leafleat, buku
Tersedia informasi pasar kerja, seperti leafleat, buku
Tersedia informasi pasar kerja, seperti leafleat, buku
5. Tersedianya informasi pasar tenaga kerja di luar negeri yang akurat
- Tersedia informasi pasar kerja luar negeri, seperti leafleat, buku
Tersedia informasi pasar kerja luar negeri, seperti leafleat, buku
Tersedia informasi pasar kerja luar negeri, seperti leafleat, buku
Tersedia informasi pasar kerja luar negeri, seperti leafleat, buku
6. Peningkatan devisa dari pengiriman TKI ke luar negeri, seiring dengan meningkatnya target tenaga kerja yang di tempatkan di luar negeri
- - -
4. Peningkatan Kualitas dan Produkstivitas Tenaga Kerja
1. Tersedianya tenaga kerja yang berkualitas, produktif, dan berdaya saing tinggi bagi laki-laki dan perempuan
- 24.13% 55.20% 77.34% 80.06%
254
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
2. Terbentuknya lembaga sertifikasi dan akreditasi tenaga kerja
- Lembaga sertifikasi dan kompetensi dalam proses pembentu-kan
Lembaga sertifikasi dan kompetensi dalam proses pembentu-kan
Lembaga sertifikasi dan kompetensi dalam proses pembentu-kan
Lembaga sertifikasi dan kompetensi dalam proses pembentu-kan
3. Terciptanya standardisasi dan sertifikasi kompetensi tenaga kerja
- Seiring dengan proses pembentu-kan Lembaga sertifikasi dan kompetensi.
Seiring dengan proses pembentu-kan Lembaga sertifikasi dan kompetensi.
Seiring dengan proses pembentu-kan Lembaga sertifikasi dan kompetensi.
Seiring dengan proses pembentu-kan Lembaga sertifikasi dan kompetensi.
4. Meningkatnya relevansi, kualitas, dan efisiensi pelatihan kerja
- 12.79% 39.00% 65.52% 70.12%
5. Meningkatnya produktivitas tenaga kerja
- 24.87% 41.93% 54.50% 57.76%
5. Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Tenaga
1. Terwujudnya ketenangan bekerja dan berusaha
- Tersedianya Kesepakatan Kerja
Tersedianya Kesepakatan Kerja
Tersedianya Kesepakatan Kerja
Tersedianya Kesepakata
255
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Kerja Bersama untuk dasar ketenangan bekerja & berusaha
Bersama untuk dasar ketenangan bekerja & berusaha
Bersama untuk dasar ketenangan bekerja & berusaha
n Kerja Bersama untuk dasar ketenangan bekerja & berusaha
2. Meningkatnya kesejahteraan pekerja dan keluarganya
- Meningkat-nya UMR sebanyak 33,29%
Meningkat-nya UMR sebanyak 27,96%
Meningkat-nya UMR sebanyak 14,76%
Meningkat-nya UMR sebanyak 10,8%
3. Terbentuknya kelembagaan tenaga kerja di perusahaan
- 20.31% 41.49 84.82% 90.22%
4. Meningkatnya perlindungan, pengawasan, dan penegakan hukum peraturan ketenagakerjaan terutama perempuan
- 3.85% 32.75% 42.10% 42.10%
5. Terjaminnya kondisi, keselamatan, dan kesehatan kerja
- Tersedianya peraturan pelaksanaan untuk keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
Tersedianya peraturan pelaksanaan untuk keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
Tersedianya peraturan pelaksanaan untuk keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
Tersedianya peraturan pelaksanaan untuk keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
256
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)6. Pengembangan
Sistem Jaminan Sosial
1. Tersedianya kerangka pengelolaan sistem jaminan sosial yang menyeluruh
2. Meningkatnya kesadaran masyarakat, aparatur pemerintah, dan pengusaha akan pentingnya program jaminan sosial
- Kajian oleh Tim SJSN
Kajian awal SPJS oleh BappenasKajian JPKM oleh DepkesStudi tentang Jamsostek oleh Depnaker-trans dan ILO ??
Tersusunnya Naskah Akademik oleh Tim SJSN sebagai bahan pengajuan RUU SJSN kepada DPRKerangka dasar SPJS oleh Bappenas
Terseleng-garanya persiapan kerjasama internasional dalam rangka pembentuk-kan kerangka SPJSN
7. Asuransi Sosial 1. Meningkatnya jumlah penduduk dan keluarga yang
- Tersedianya bahan
Tersusunnya Naskah
257
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
terlindungi oleh program asuransi sosial
2. Tersedianya institusi pelaksana program yang sehat dan efisien
3. Tersedianya perangkat perundang-undangan yang dapat melindungi peserta dan perusahaan pengelola program asuransi sosial
4. Meningkatnya kesadaran masyarakat, aparatur pemerintah, dan pengusaha akan pentingnya program asuransi sosial
bahan untuk pengajuan RUU SJSN oleh Tim SJSN
Akademik oleh Tim SJSN sebagai bahan pengajuan RUU SJSN kepada DPR
Terseleng-garanya persiapan kerjasama nasional dan internasional dalam rangka pembentuk-kan kerangka SPJSN
8. Pengembangan Agribisnis
1. Meningkatnya produktivitas, kualitas dan produksi komoditas unggulan tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perikanan,
_ 1. Mening- katnya
sentra-sentra agribisnis
1. Mening-katnya jumlah usaha-usaha
1. Terba-ngunnya kawasan agribisnis komodita
1. Mening-katnya jumlah kawasan pengem-
258
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
perkebunan, dan kehutanan; komoditas unggulan, berkem-bangnya komoditas substitusi impor dan mening-katnya ekspor hasil-hasil pertanian
fasilitasi penumbuhan dan pemanta pan sentra agribisnis hortikul-tura dan tanaman pangan 1.667 ha;
agribisnis di masya-rakat
Pengem- bangan kelembagaan penyedia input produksi pertanian;
s komersial non beras di daerah sentra pengembangan
pengem-bangan kelemba-gaan dan layanan sarana usaha (KIOS Saprodi, pupuk, pestisida, pergudangan Rumah Pemoto-ngan Hewan) sarana transpor-tasi dan pasar hewan;
bangan agribis-nis berbasis tanaman pangan, hortikul-tura, perkebu-nan, peterna-kan
259
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
pengem-bangan kawasan dan usaha-usaha kelompok di bidang produksi tanaman pangan komersial, hortikul-tura unggulan ekspor, perkebu-nan dan peterna-kan
Pengem-bangan usaha tani terpadu;
Pening-katan
260
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
2. Berkem-bangnya sistem pengenda-lian hama, penyakit, dan gulma secara terpadu
3. Terben-tuknya sentra-sentra andalan pengembangan agribisnis
2. Mening-katnya tingkat pengguna-an sumber-daya pertanian secara efisien
Pening-katan pemanfaa-tan sumber-daya pertanian secara efisien;
3. Mening-katnya produksi dan mutu bibit serta produkti-vitas
populasi ternak sapi potong dan ternak lainnya;
2. Mening-katnya luas baku lahan pertanian
3. Mening-katnya
2. Mening-katnya kelembagaan penyedia sarana produksi (kios)
3. Mening-katnya jumlah kelompok tani penerima bantuan langsung
261
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
holtikul-tura, tanaman pangan, perkebu-nan, perikanan, dan peterna-kan
fasilitasi pengembangan agribis-nis peter-nakan yang diarah-kan untuk meningkat-kan populasi ternak besar sebanyak 22 juta ekor;
produksi pertanian dan perikanan
Pengem-bangan industri benih terakreditasi dan penggu-nan benih bersertifi-kat;
4. Mening-
intensitas per tanaman
optima-lisasi pemanfaatan air irigasi dan pengem-bangan sumber-sumber air;
4. Mening-
262
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
4. Berkem-bangnya perkebu-nan rakyat dan kawasan industri masyara-kat perkebu-nan
pembi-naan Perusa-haan Inti Rakyat Perkebu-nan, dan pembi-naan Perkebu-nan Inti Rakyat Program Transmi-grasi dengan areal
katnya luas panen, produksi dan mutu hasil pertanian
4. Mening-katnya ketersediaan dan tingkat penggunaan benih/ bibit serta produktivitas pertanian
katnya perluasan areal tanam (Ha) melalui: Optimalisasi peman-faatan lahan (OPL)
Reha-bilitasi dan konser-vasi lahan (RKL)
Penam-bahan baku lahan
Kantong penyang-ga padi di lahan rawa-lebak
263
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
binaan-nya;
pembinaan areal intensiti-kasi tebu, tembakau, kapas, dan jarak dan areal eks perema-jaan rehabili-tasi perluasan tanaman ekspor;
pembi-naan pengembangan perkebu-nan wilayah khusus.
Tata Air Mikro (lahan pasang surut)
5. Mening-katnya produksi komodi-tas
264
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
5. Berkem-bangnya industri perbeni-han tanaman pangan, hortikul-tura, perika-nan, perkebu-nan dan kehuta-nan di sentra-sentra agribisnis
Pengem-bangan padi hibrida;
pengem-
pertanian utama
265
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
bangan industri benih dan pembi-bitan;
2. Meningkatnya kesempatan kerja dan berusaha di perdesaan;
_ 1. Berkem-bangnya jumlah dan jenis produk olahan hasil pertanian, serta menurun-nya tingkat kehila-ngan (losses) hasil pertanian
Fasilitasi pengembangan industri pengola-
1. Mening-katnya jumlah penyedia faktor produksi pertanian (kios KUD)
1. Berkem-bangnya usaha agribisnis di daerah
1. Mening-katnya tingkat adopsi teknologi di masyara-kat
Keterse-diaan Benih Sebar (BR)
Penyeba-ran Varietas Unggul Tanaman pangan
266
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
han komoditas pertanian;
2. Berkem-bangnya usaha pelayanan jasa alsintan
fasilitasi pengem-bangan usaha pelayanan jasa alsintan di 26 propinsi;
3. Berkem-bangnya usaha produksi pelayana
2. Berkem-bangnya kemitraan usaha agribisnis di masya-rakat
mendorong tumbuh dan berkembangnya kemitraan usaha agribisnis;
3. Berkem-bang dan kuatnya kelembagaan dan jaringan
2. Berkem-bangnya usaha jasa dan mening-katnya penerapan alat dan mesin pertanian
pengem-bangan alat mesin pertanian, perbengke-lan dan upja
3. Berkem-bangnya kelembagaan dan kemitraan usaha
2. Mening-katnya inovasi teknologi
267
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
n jasa peternakan oleh masyarakat yang mendu-kung pengem-bangan agribisnis peter-nakan berbasis sumber daya lokal
antar lembaga agribisnis
4. Berkem-bangnya usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi bidang pertanian/agribisnis
agribisnis
4. Terse-dianya fasilitas industri pengola-han di sentra pengembangan agribisnis
Penciptaan dan pemasya-
268
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
5. Mening-katnya pendapatan pelaku usaha melalui kemitraan usaha dan penguatan kelemba-gaan
memper-kuat kelemba-gaan pelaku agribisnis meliputi penyedia-
rakatan teknologi strategis dan spesifik lokasi;
269
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
an agroinput hingga pengola-han hasil dan pemasa-rannya;
penciptaan dan penerapan teknologi spesifik lokasi dan ramah lingku-ngan;
penciptaan dan atau mengembangkan sistem pasar yang berkeadi-lan dan kondusif
270
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
bagi tumbuh kembang-nya usaha skala mikro, kecil, menengah dan koperasi;
3. Meningkatnya ekspor produk pertanian dan kehutanan;
_ 1. Terjamin-nya mutu dan standard sarana produksi serta meningkatnya mutu hasil pertanian
sertifikasi mutu hasil pertanian,
1. Mening-kat kan pemasa ran produk-produk agribisnis
1. Mening-katnya pemasaran produk-produk agribisnis
pengem-bangan pemasaran dalam negeri dan interna-sional
1. Mening-katnya jangkauan pasar interna-sional produk pertanian (negara)
271
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
pakan, dan obat hewan di 26 propinsi; 2. Tersedia-
nya informasi dini berkaitan dengan dinamika lingku-ngan global dan perubahan kondisi alam
fasilitasi pemasa-ran produk agribisnis melalui penyedia-an informasi pasar,
2. Mening-katnya kualitas mutu dan produk hasil-hasil pertanian, hortikultura, perikanan, perkebu-nan, dan kehutanan
penerapan standardi-sasi agroinput dan produk-
2. Mening -katnya pelayanan perkarantinaan pertanian
Berku-rangnya komplain negara pengimpor
Mening-katnya UPT pelayanan karantina
Semakin
272
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
market intell-igence dan promosi pasar;
penerapan standardi-sasi agroinput dan produk-produk hasil pertanian serta akreditasi;
produk hasil pertanian;
penye-lenggaraan proyek Pinjaman/Hibah Luar Negeri;
peningka-tan sarana dan prasarana serta pengembangan sistem karantina;
pengem-bangan daerah perbatasan, statistik serta standardi-
cepatnya proses pemeriksaan karantina
Menurun-nya komplain pengguna jasa karantina
273
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
sasi dan akreditasi pertanian.
4. Meningkatnya investasi pertanian dan kehutanan;
_ 1. Mening-katnya kualitas pelayanan publik terutama yang terkait dengan akses terhadap sumber-sumber permo-dalan, teknologi, pasar, dan perizinan untuk pengembangan agribisnis
pening-
1. Mening-katnya jumlah lembaga permo-dalan agribisnis di pede-saan
pengem-bangan lembaga permo-dalan agribisnis dan perdesa-an;
1. Mening-katnya jumlah lembaga penyedia faktor produksi pertanian
fasilitasi akses petani pada sumber-sumber permo-dalan (KKP, Kredit komer-sial), LKM, gerakan menabung nasional;
1. Bekem-bangnya kelemba-gaan dan jaringan antar lembaga terkait agribisnis perke-bunan
274
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
katan kualitas layanan publik oleh lembaga penyedia teknologi (26 unit BPTP);
pening-katan kemampuan petugas Unit Pelayanan Pengembangan (UPP).
2. Dihasil-kannya konsep pengembangan lembaga keuangan di
2. Tercip-tanya teknologi strategis untuk mendu-kung pemba-ngunan agribisnis
2. Mening-katnya jumlah lembaga permodalan dan akses pelaku agribisnis terhadap modal
2. Berkem-bangnya UKM dan koperasi agribisnis perkebu-nan
275
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
perdesaan yang mendu-kung pengembangan agribisnis
3. Berkem-bangnya kemitraan usaha antar pelaku usaha agribisnis yang saling menguntungkan pemantapan dan pengembangan kemitraan antara perke-bunan negara
3. Tercipta-nya teknologi spesifik lokasi dan ramah ling-kungan
pencip-taan teknologi strategis untuk mendu-kung pemb-angunan agribisnis;
3. Tersedia-nya sarana dan prasarana pendu-kung pengem-bangan agribisnis di sentra-sentra produksi pertanian pening-katan sarana dan prasarana Ditjen Bina Produksi Hortikultura untuk
3. Fasilitasi berkembangnya kelem-bagaan (asosiasi) petani perkebu-nan
276
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
dengan masya-rakat pekebun/ petani/ koperasi; pembe-rian pelayanan kepada dunia usaha dan masya-rakat pekebun melalui pende-katan agribisnis;
4. Mening-katnya fasilitas infrastruk-tur agribisnis di masya-rakat
fasilitasi berkem-
menun-jang pengembangan agribisnis hortikultura;
4. Tercipta-nya teknologi spesifik lokasi dan ramah lingku-ngan
pengem-bangan
277
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
bangnya infrastruk-tur agribisnis;
fasilitasi berkem-bangnya usaha agribisnis melalui penyedia-an informasi dan peta komoditas serta investasi agribisnis;
pengem-bangan industri dan penerapan alsintan pra dan pasca panen;
sistem informasi dan jaringan kerja agribisnis, dan pelayanan bisnis terpadu melalui penumbu-han terminal dan sub terminal agribisnis; perencana-an dan pengendalian sistem agribisnis;
pening-katan pelayanan investasi dan koordinasi
278
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
kebijakan, program,
pening-katan sarana-prasarana penelitian dan pengembangan;
penang-gulangan konflik social
5. Meningkatnya nilai tukar petani.
_ 1. Berkem-bangnya sarana dan prasarana pendu-kung bagi kegiatan agrbisnis di per-desaan
1. Mening-katnya frekuensi penyulu-han produksi dan efisiensi produksi pertanian
1. Mening-katnya kemam-puan manajerial dan penerapan teknologi oleh petani-nelayan
1. Tumbuh-nya kelompok petani nelayan kecil (kelom-pok)
279
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
dan dapat dimanfaatkan oleh masyara-kat secara optimal
2. Terwu-judnya keterkai-tan antar sistem informasi dan berkembang-nya fasilitas promosi
2. Mening-katnya pemahaman dan kemampuan aparat daerah dalam pelayanan pengembangan agribisnis
3. Mening-
2. Mening-katnya peran perem-puan dalam usaha agribisnis
pening-katan kemam-puan aparat dalam pelayanan pengembangan agribisnis;
2. Mening-katnya kelemba-gaan Diklat P4S (unit)
3. Terlaksa-
280
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
3. Mening-katnya kualitas pelayanan lembaga penyedia teknologi dan meningkat-nya penerapan paket-paket teknologi oleh petani/ nelayan
4. Mening-katnya kemampuan petani
katnya peran perempu-an dalam usaha agribisnis di masya-rakat
mendo-rong persama-an keterli-batan perempuan dan laki-laki dalam usaha agribisnis;
4. Tercip-
tanya koordinasi yang harmonis antar
3. Mening-katnya kemampuan aparat daerah dalam perencanaan, pelaksanaan, pelayanan, dan koordinasi dalam pengembangan agribisnis
pengem-bangan pengolah-an hasil-hasil pertanian;
nanya diklat teknis bagi petani (orang)
4. Terbina-nya kelemba-gaan penyulu-han
281
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
dalam memanfaatkan sumber daya termasuk lahan secara efisien
pembi-naan dan peningka-tan kemam-puan tugas khusus wilayah Perkebu-nan Inti Rakyat sebanyak 119 orang dan PPI sebanyak 365 orang di 19 lokasi;
lembaga terkait dalam kebijakan dan program pengembangan agribisnis
pening-katan kualitas SDM dan fungsi penyulu-han;
pening-katan kemam-puan aparat dalam pelayanan pengembangan agribisnis;
f
petani (unit)
282
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
pemba-ngunan prasarana publik pendu-kung, pengemba-ngan agribisnis intormasi pasar dan fasilitasi promosi di 26 propinsi;
fasilitasi pengemba-ngan industri pengola-han komoditas pertanian;
penyeleng-garaan pendi-
asilitasi sitem informasi dini, pengenda-lian organisme penggang-gu tanaman dan hewan serta perkaranti-naan yang berkaitan dengan dinamika lingkungan global dan perubahan kondisi alam;
pening-katan koordinasi
283
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
dikan, latihan, dan penyulu-han pertanian;
kebijakan, program pengembangan dan perencana-an serta pengendalian sistem agribisnis
pengem-bangan reformasi kebijakan yang mendu-kung sistem agribisnis.
5. Penguatan kelemba-gaan penyulu-han (BPP)
9. Peningkatan Ketahanan Pangan
1. Meningkatnya produksi dan ketersediaan beras secara berkelanjutan serta meningkatnya produksi, ketersediaan dan konsumsi pangan sumber karbohidrat non beras dan pangan sumber protein;
_ 1. Mening-katnya informasi tentang pangan dan wilayah potensial di
1. Mening-katnya produksi padi, karbo-hidrat non beras dan sumber
1. Mening-katnya produksi dan produktivitas pangan utama (padi/
1. Mening-katnya penyedia-an energi dan protein
284
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
seluruh Indonesia
protein p
ening-katan produksi lemak;
penang-gulangan eksplosi organisme penggang-gu tanam-an dan penyakit hewan serta penanga-nan daerah endemis,
beras), serta pangan lainnya (hasil ternak dan ikan) sebagai sumber karbo-hidrat dan
protein pening-katan produksi bahan pangan pokok beras, karbohi-drat non beras, sumber protein dan lemak,
p
285
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
2. Mening-katnya produksi pangan
pengem-bangan sistem perlin-dungan tanaman dan kesehatan hewan di
2. Terbina-nya keterse-diaan pangan bagi masyara-kat sepanjang waktu, yang
ening-katan produksi pangan di lahan perkebu-nan,
konsolidasi gerakan Pening-katan Mutu Intensifi-kasi dan perluasan areal tanam,
2. Mening-katnya pemakai-an benih padi unggulan serta hibrida
pember-
286
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
26 propinsi;
pengem-bangan produksi petemakan melalui pening-katan populasi ternak kecil sekitar 21 juta ekor dan unggas sekitar 813 juta ekor;
3. Mening-katnya luas panen padi dan sumber pangan lainnya
dicermin-kan dengan ketersediaan pangan sumber energi dan protein untuk konsumsi minimal sebesar 2.550 kkal/kapita/hari dan 55 gram/kapita/hari.
3. Semakin sempitnya fluktuasi harga pangan antar
dayaan balai penyidikan penyakit veteriner, balai pembibitan ternak unggul dan balai pengujian mutu/sertifikasi,
3. Mening-katkan produktivitas tanaman pangan di sentra-
287
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
pengem-bangan dan rehabilitasi lahan pertanian, sumber-daya air dan pengairan mencakup 35.000 ha;
4. Mening-katnya stok pangan di tingkat desa
pengem-bangan sistem perbeniha
waktu dan antar wilayah.
mendo-rong pening-katan ketersedia-an dan keterjang-kauan bahan pangan bagi seluruh masyarakat sepanjang waktu;
4. Mening-katnya ketersediaan dan ketahanan pangan mayarakat
p
sentra produksi utama
4. Berkem-bangnya pola usahatani padi-ternak dan terpadu di sentra produksi tanaman
288
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
n/perbibitan 26 unit;
pening-katan produksi dan distribusi bahan pokok beras, karbohi-drat non beras, dan sumber protein serta pening-katan pengembangan konsumsi pangan;
pengem-bangan teknologi irigasi, produksi,
ening-katan kemam-puan aparat dalam pelayanan mewujud kan ketahanan pangan;
pening-katan koordinasi kebijakan dan program ketahanan pangan.
pangan
289
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
panen dan teknologi pengolahan hasil yang mencakup biotekno-logi, tanah dan agrok-limat serta alat dan mesin pertanian; 5. Mening-
katnya produksi pangan dan efisiensi pemakai an pupuk
6. Mening-katnya permakai an alat dan mesin pertanian
290
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
, serta menurun-nya kehila-ngan pasca panen
7. Stabil dan terkenda-linya harga gabah di tingkat petani
8. Berkem-bang dan berfungsinya kembali lumbung-lumbung pangan desa
perluasan areal tanam
291
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
padi di 8 propinsi,
pengem-bangan gula tebu di 4 propinsi di Jawa,
pening-katan pelayanan sarana produksi,
antisipasi alih fungsi lahan dan fragmen-tasi lahan,
rehabili-tasi jaringan irigasi di tingkat usahatani,
p
292
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
engem-bangan alat mesin pertanian mendu -kung pening-katan indeks pertana-man,
pembinaan teknologi produksi dan pasca panen,
pengem-bangan perbenihan/ pembi-bitan,
pengem-bangan ketersedia-an hijauan
293
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
makanan ternak,
pengen-dalian organisme penggang-gu tanam-an (OPT) hama hama-penyakit hewan
2. Meningkatnya keanekaragaman dan kualitas konsumsi pangan masyarakat dan menurunnya konsumsi beras per kapita;
_ 1. Mening-katnya pengeta-huan masya-rakat terhadap potensi pangan
1. Mening-katnya keaneka-ragaman dan kualitas pangan di masya-rakat
pembi-naan dan pengembangan kualitas keraga-
1. Tersedia-nya bahan pangan yang beraneka-ragam untuk mencu-kupi kebutuhan perminta-an dalam negeri
1. Menurun-nya tingkat kerawa-nan pangan masya-rakat
294
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
man konsumsi pangan masyarakat serta memperlu-as gerakan kecintaan terhadap makanan asli Indonesia;
2. Mening-katnya pengeta-huan dan partisipasi konsumsi masya-rakat terhadap sumber pangan non beras
pembi-naan
2. Mening-katnya diversi-fikasi produksi dan konsumsi masya-rakat, serta menurun-nya ketergan-tungan terhadap
295
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
pening-katan konsumsi pangan asal ternak oleh masyarakat serta pengane-karagaman konsumsi pangan asal ternak
beras
3. Mening-katnya sumber-sumber cadangan pangan non beras di masya-rakat
3. Meningkatnya skor mutu Pola Pangan Harapan dan berkurangnya jumlah keluarga rawan pangan dan gizi;
_ 1. Menu-runnya jumlah keluarga rawan pangan
1. Mening-katnya keterliba-tan perempu-an dalam
1. Tertang-gulangi-nya secara cepat kejadian
1. Mening-katnya konsumsi energi per- kapita
296
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
perbaikan gizi dan pencipta-an ketahanan pangan masya-rakat
2. Tumbuh kuatnya kelemba-gaan masyara-kat di bidang ketahana
kerawa-nan pangan akibat bencana alam
pengem-bangan pangan di daerah rawan pangan dan gizi,
pengem-bangan irigasi desa dan pember-dayaan lumbung pangan,
2. Mening-katnya kuantitas dan efisiensi,
2. Mening-katnya kualitas konsumsi pangan masya-rakat (sesuai
297
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
n pangan serta penaja-man sasaran bantuan beras untuk masya-rakat miskin melalui program Raskin
penguatan lembaga usaha ekonomi perdesaan untuk pembelian gabah/ beras petani di 15 propinsi sentra produksi beras
standar Pola Pangan Harapan/ PPH)
298
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
3. Mening-katnya pelayanan informasi tentang ketahanan pangan
4. Tercip-tanya
(dana talangan),
3. Mening-katnya keterliba-tan perem-puan, serta pengeta-huan masyara-kat mengenai ketahanan pangan dan perbaikan gizi
pengem-bangan kelemba-gaan ketahanan pangan
299
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
koordinasi yang harmonis antar lembaga terkait dalam kebijakan dan program ketahanan pangan pengem-bangan kelemba-gaan ketahanan pangan masyara-kat termasuk pengem-bangan lumbung desa;
pengem-bangan pengelo-
masyarakat
300
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
laan stok pangan oleh masyara-kat;
pening-katan kegiatan penyu-luhan bagi produsen dan konsumen dalam mewujud-kan ketahanan pangan;
mendorong persama-an keterli-batan perempu-an dan laki-laki dalam pencipta-
301
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
an ketahanan pangan
4. Meningkatnya produktivitas dan kualitas pangan yang dipasarkan;
_ 1. Mening-katnya ketersediaan pangan yang berkuali-tas
1. Mening-katnya kualitas produk olahan pangan
penga-wasan mutu dan keamanan pangan;
1. Mening-katnya efisiensi sistem distribusi dan pemasa-ran pangan
2. Terpenu-hinya pengada-an pangan yang beraneka-ragam di seluruh pasar domestik
3. Mening-
1. Tercapai-nya stabilisasi harga dasar gabah
2. Penca-paian harga dasar gabah/ beras di tingkat petani
302
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
katnya kuantitas dan keaneka-ragaman produk olahan pangan non beras
5. Menurunnya volume impor bahan pangan dan meningkatnya bahan pangan substitusi impor;
_ 1. Mening-katnya keterse-diaan informasi potensi pengem-bangan pangan dan sentra produksi pertanian
1. Tersedia-nya informasi sumber pangan dan potensi sumber-daya lokal, wilayah dan nasional serta mening-katnya pendaya-gunaan-nya
1. Mening-katnya kualitas institusi kelemba-gaan pangan dalam penyedia-an pangan di dalam negeri dan stabilisasi harga pangan pokok
1. Menurun-nya ketergan-tungan impor produk
303
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
2. Mening-katnya ekspor pangan
inventari-sasi dan pendaya-gunaan sumber pangan potensial di masyarakat (lokal, regional dan nasional);
2. Mening-katnya kesadaran masyara-kat (produsen dan kon-sumen) dalam mewujud-kan ketahana
2. Mening-katnya kemam-puan karantina dalam mencegah masuknya hama penyakit dan OPT
304
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
3. Mening-katnya ketersediaan informasi pasar pangan dalam negeri/ luar negeri
n pangan
6. Berkembangnya industri dan bisnis pangan;
_ 1. Mening-katnya transaksi pangan di seluruh Indonesia
1. Berkem-bangnya industri produk olahan pangan di masya-rakat
pembi-naan pengembangan industri produk olahan
1. Berkem-bangnya usaha dan kemitraan di bidang pangan
pengem-bangan teknologi pangan dan penye-
305
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
2. Mening-katnya usaha/ bisnis pangan di tingkat lokal
3. Mening-katnya partisipasi aktif masyara-kat dalam sistem ketahanan pangan dan bisnis pangan
pangan;
2. Mening-katnya transaksi pangan di masya-rakat
3. Mening-katnya jumlah usaha/ bisnis pangan
pengem-bangan teknologi pangan dan penerapa-nya di masya-rakat;
pengem-
baran teknologi strategis spesifik lokasi,
306
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
4. Mening-katnya jumlah UKM dalam bisnis pangan
bangan kemitraan bisnis pangan
7. Meningkatnya investasi masyarakat dalam pengembangan bisnis pangan;
_ 1. Mening-katnya sarana dan prasarana produksi
1. Mening-katnya partisipasi aktif masya-rakat terutama UKM dalam sistem penerapan diversi-fikasi pangan
penyediaan kredit
1. Mening-katnya jumlah lembaga permodalan dan akses petani terhadap modal
1. Mening-katnya kelemba-gaan ketahanan pangan masya-rakat
307
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
2. Mening-katnya koordinasi dalam pelaksa-naan kebijakan dan program ketahanan pangan
pengem-bangan sistem kelemba-gaan dan kebijakan sosial ekonomi pertanian dan penelitian sosial ekonomi;
yang menunjang ketahanan pangan
2. Mening-katnya penggu-naan dan jumlah kredit ketahanan pangan mendo-rong peningka-tan akses petani pada sumber permodal-an (Kredit Ketahan-an Pangan dan skim kredit lainnya),
308
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
3. Mening-katnya Iptek di bidang pertanian dan kualitas sumber daya manusia pertanian.
3. Tersedia-nya hasil-hasil penelitian pangan
pengem-bangan sarana dan prasarana penelitian dan pengemba-ngan,
4. Tercipta-nya koordinasi yang harmonis antar lembaga terkait dalam kebijakan pangan di pusat dan
309
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
daerah. P
ening-katan koordinasi dan manaje-men kebijakan dan program ketahanan pangan,
revitali-sasi penyulu-han pertanian
10. Pengembangan dan Pengelolaan Pengairan
1. Terselenggaranya pengaturan kembali tugas dan peran pemerintah pusat/propinsi/ kabupaten/kota dalam pengelolaan irigasi berdasarkan pemberian kewenangan pengambilankeputusan
Pelaksanaan pengelolaan irigasi dilaksanakan berdasarkan Inpres No. 3
Diberlaku-kannya Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2001 tentang Irigasi yang memberi
Terus dilak-sanakannya sosialisasi untuk implemen-tasi Pemerintah Nomor 77 Tahun 2001
Cakupan sosialisasi Peraturan Pemerintah No. 77 Tahun 2001 semakin luas terutama di
Telah disusun Konsep Peraturan Pemerintah tentang Irigasi sebagai pengganti
310
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
kepada organisasi masyarakat pengelola air dalam pengelolaan pengairan.
Tahun 1999
peran dan kewenangan lebih besar kepada organisasi petani untuk mengelola irigasi.
tentang Irigasi
daerah baik pemerintah daerah maupun masyarakat.
PP 77 Tahun 2001 yang disesuaikan dengan Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
2. Meningkatkan pemberdayaan organisasi masyarakat pengelola air melalui peningkatan kemampuan berorganisasi dan teknik pengoperasian tata air sehingga mampu menerima kewenangan yang lebih luas dalam pengelolaan irigasi
Kemampuan petani dalam mengelola irigasi masih terbatas, karena petani masih sebagai pengguna jaringan irigasi sedangkan pengelolaa
Pembentu-kan, perkuatan, dan peningkatan status P3A terutama di luar Jawa secara berkesinam-bungan dengan mengadopsi budaya setempat.
Melanjut-kan dan memantap-kan pemberda-yaan petani dengan mendorong petani untuk membentuk P3A, mengada-kan pelatihan
Kemampuan petani bertambah dengan dilakukan-nya pemberda-yaan, pelatihan di bidang manajemen, teknis pengelolaan irigasi , dan pengaturan air kepada
Kemampuan petani bertambah dengan dilakukan-nya pemberda-yaan, pelatihan di bidang manajemen, teknis pengelolaan irigasi , dan pengaturan air kepada
311
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
n irigasi masih kewenangan pemerintah.
manajemen organisasi P3A, mengadakan pelatihan teknis pengelola-an irigasi dan pengaturan air.
petani sehingga dapat mendorong petani untuk membentuk P3A dan dapat mengelola irigasi dengan baik.
petani sehingga dapat mendorong petani untuk membentuk P3A dan dapat mengelola irigasi dengan baik.
3. Meningkatnya pelaksanaan penyerahan kewenangan pengelolaan jaringan irigasi secara demokratis kepada organisasi masyarakat pengelola air
Penyerahan kewenangan belum dilakukan karena belum terdapat peraturan yang mempunyai kekuatan hukum.
Menyerah-kan kewenangan pengelolaan irigasi secara demokratis kepada P3A yang sudah berkembang dan mampu menerima tanggung jawab yang diberikan,
Melanjutkan proses penyerahan kewenangan pengelolaan irigasi kepada P3A, sambil terus memperkuat P3A agar mampu menerima tanggung jawab yang
Melanjutkan proses penyerahan kewenangan pengelolaan irigasi kepada P3A, sambil terus memperkuat P3A agar mampu menerima tanggung jawab yang
Dipersiapkannya konsep penyesuaian kewenangan pengelolaan irigasi sesuai dengan UU. No. 7 tahun 2004 tentang Sumber
312
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
sesuai dengan amanat PP 77/2001
lebih besar. diberikan. Daya Air melalui penyusunan Konsep Peraturan Pemerintah tentang Irigasi.
4. Terwujudnya restrukturisasi pembiayaan pengelolaan jaringan irigasi (operasi dan pemeliharaan, rehabilitasi dan peningkatan)
Pembiayaan pengelolaan irigasi masih didominasi oleh pemerintah termasuk pengelolaan dan pelaksanaannya.
Penyusunan konsep dan mekanisme Dana Pengelolaan Irigasi Kabupaten (DPIK), yang bersumber dari APBN, APBD Propinsi dan APBD Kabupaten/ Kota
Penyusunan konsep Surat Keputusan Bersama Menkeu, Mendagri dan Menkimpraswil. Status saat ini hampir final diharapkan efektif tahun 2003
Diterbitkan-nya Keputusan Mendagri No. 22 Tahun 2003 tentang Pedoman Pengaturan Wewenang, Tugas, dan Tanggung Jawab Lembaga Pengelola Irigasi Propinsi dan Kabupaten/ Kota; Kepmenkeu No. 298
313
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Tahun 2003 tentang Pedoman Penyediaan Dana Pengelolaan Irigasi kabupaten/ Kota.
5. Berkembangnya kegiatan pertanian, agribisnis dan perdesaan serta tercapainya ketahanan pangan melalui peningkatan efektivitas dan efisiensi serta perluasan jaringan irigasi, termasuk jaringan reklamasi rawa untuk mendukung peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani
Luas lahan beririgasi mencapai 6.289.813 hektar.
Mendukung pencapaian ketahanan pangan dengan melaksana-kan rehabilitasi jaringan irigasi seluas 187.601 ha, pembangu-nan jaringan irigasi baru seluas 97.651 ha, rehabilitasi jaringan
Melanjutkan secara konsisten dukungan pencapaian ketahanan pangan melalui rehabilitas jaringan irigasi seluas 287.854 ha, pembangu-nan jaringan irigasi baru seluas 137.451 ha, rehabilitas
Diselesaikannya rehabilitasi jaringan irigasi 421.216 hektar, pembangu-nan jaringan irigasi baru seluas 80.747 hektar, rehabilitas, pembanguna jaringan irigasi air tanah 1.546 hektar,
Dilanjutkan-nya rehabilitasi jaringan irigasi 662.515 hektar pembangu-nan jaringan irigasi baru 138.846 hektar, pembangu-nan jaringan irigasi air tanah 10.953
314
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
rawa seluas 76.785 ha, dan pembangu-nan jaringan rawa seluas 25.000 hektar.
jaringan rawa seluas 63.907 ha, dan pembangu-nan jaringan rawa seluas 15.000 hektar.
pencetakan sawah 510 hektar, dan pembangu-nan saluran primer jaringan rawa 24,04 kilometer.
hektar, rehabilitasi dan peningkatan jaringan rawa 99.786 hektar, pencetakan sawah 4.570 hektar
6. Terselenggaranya perlindungan lahan beririgasi dari konversi lahan melalui penegakan hokum dan peraturan termasuk penerapan rencana tata ruang.
Ketentuan alih fungsi lahan sudah tersedia, tetapi pelaksanaannya kurang efektif.
Koordinasi dengan pihak terkait
Pemantapan koordinasi dengan pihak terkait.
Tingkat koordinasi antara pemerintah, pemerintah daerah, antar-instansi pusat, dan masyarakat petani semakin baik.
Tingkat koordinasi antara pemerintah, pemerintah daerah, antar-instansi pusat, dan masyarakat petani semakin baik.
7. Meningkatnya penyediaan air baku untuk memenuhi kebutuhan permukiman,
Dilakukan pembangu-nan dan
Telah dilaksanakan
Dilaksana-kannya pembangu-
Dilakukan-nya pembangu-
Dilakukan-nya bangunan
315
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
perkotaan, industri dan keperluan non pertanian lainnya
rehabilitasi 1.169 kilometer saluran air baku, serta 45 buah bangunan air baku.
pembangu-nan prasarana air baku sebanyak 31 unit rehabilitasi prasarana air baku sebanyak 21 unit, pembangu-nan 2 embung.
nan prasarana air baku sebanyak 64 unit rehabilitasi prasarana air baku sebanyak 2 unit, pembangu-nan 2 embung, pembangun-an saluran air baku sepanjang 4 km, serta rehabilitasi saluran pembawa air baku 3 km.
nan bangunan penyediaan air baku sebanyak 50 unit, rehabilitasi bangunan penyediaan air baku 13 unit, pembangu-nan saluran air baku sepanjang 38 km, dan rehabilitasi saluran pembawa air baku 21 km.
penyediaan air baku sebanyak 37 unit, rehabilitasi bangunan penyediaan air baku 7 unit, pembangu-nan saluran air baku sepanjang 7 km, dan rehabilitasi saluran pembawa air baku 2 km.
8. Meningkatkan efektivitas dan efisien operasi dan pemeliharaan serta pengembangan prasarana pengendalian banjir dan
Terdapat 40316 km alur sungai dan bangunan
Pemberian prioritas yang memadai dalam
Dilaksana-kannya pemelihara-an dan normalisasi
Diselesaikannya pemelihara-an sungai sepanjang
Dilaksana-kannya pemelihara-an sungai sepanjang 6
316
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
abrasi pantai pengendali dan pengaman pantai 184 unit.
pengenda-lian banjir, untuk itu telah dilaksanakan pemelihara-an dan normalisasi sungai sepanjang 595 km, pembangu-nan tanggul sepanjang 266 km, dan pembangu-nan pengamanan pantai sepanjang 4 km.
sungai sepanjang 462 km, pembangunan tanggul sepanjang 324 km, rehabilitasi tanggul sepanjang 327 km, pembuatan checkdam sebanyak 6 buah, pembangu-nan pengamanan pantai sepanjang 22 km.
494 km, normalisasi sungai sepanjang 198 km, pembangu-nan dan rehabilitasi tanggul sepanjang 954 km, pembuatan checkdam sebanyak 27 buah, pembangu-nan pengamanan pantai sepanjang 17 km.
km, normali-sasi sungai sepanjang 326 km, pembangu-nan tanggul sepanjang 427 km, pembuatan checkdam sebanyak 4 buah, pembangu-nan pengama-nan pantai sepanjang 10,1 km.
9. Meningkatnya pemeliharaan, perbaikan dan pengembangan waduk, danau, situ, telaga, embung serta bangunan penampung air.
Kondisi bangunan penampung air masih sangat kurang dan bangunan
Dilaksana-kannya rehabilitasi 10 bendung.
Dilaksana-kannya rehabilitasi 6 bendung.
Dilakukan-nya rehabilitasi 20 bendung, dan pengemba-ngan 19
Dilakukan-nya rehabilitasi 56 bendung, dan pembangu-
317
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
yang telah ada kurang terpelihara,
bendung. nan 2 bendung.
10. Meningkatnya pengaturan dan perbaikan alur sungai agar fungsinya tetap terpelihara dan manfaatnya dapat ditingkatkan
Pemelihara-an alur sungai sudah dilakukan namun hasilnya belum optimal.
Terpelihara-nya alur sungai secara berkesinam-bungan dengan program yang mantap
Terpelihara-nya alur sungai secara berkesinam-bungan dengan program yang mantap
Terpelihara-nya alur sungai secara berkesinam-bungan dengan program yang mantap
Terpelihara-nya alur sungai secara berkesinam-bungan dengan program yang mantap
11. Meningkatnya keterpaduan penggunaan air tanah dan air permukaan serta keterpaduan pengendalian pencemaran air tanah dan air permukaan
Keterpaduan selalu diupayakan namun pelaksanaannya masih belum optimal.
Secara konsisten mengem-bangkan air tanah dan air permukaan secara simultan sesuai dengan daya dukung lingkungan
Pengemba-ngan air tanah dan air permukaan secara simultan sesuai dengan daya dukung lingkungan serta meningkat-
Keseimba-ngan penggunaan air tanah dan air permu-kaan dengan prinsip conjunctive use semakin meningkat.
Keseimba-ngan penggunaan air tanah dan air permukaan dengan prinsip conjunctive use semakin meningkat.
318
No. Program Pembangunan
Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004*)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
yang ada. Serta meningkat-kan koordinasi monitoring kualitas air.
kan koordinasi monitoring kualitas air.
12. Meningkatnya efektifitas dan efisiensi pengelolaan sumberdaya air termasuk jaringan irigasi, rawa, sungai, danau, waduk dan lain-lain.
Sudah tersedia Norma, Standar, Pedoman, maupun Manual tetapi perlu disempurna-kan dan dilengkapi.
Tersusunnya 10 unit Norma, Standard, Pedoman, dan Manual (NSPM), 6 buah Prototip, dan 9 buah model sistem yang diterapkan di 2 lokasi.
Tersusunnya 10 NSPM, 4 Prototip, 9 Model Sistem, 1 Lokasi.
Tersusunnya 15 NSPM
Tersusunnya 15 NSPM
319
No.
Program Pembanguna
n Nasional (PROPENAS
)
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)12. Meningkatnya
efektifitas dan efisiensi pengelolaan sumberdaya air termasuk jaringan irigasi, rawa, sungai, danau, waduk dan lain-lain.
Sudah tersedia Norma, Standar, Pedoman, maupun Manual tetapi perlu disempurna-kan dan dilengkapi.
Tersusunnya 10 unit Norma, Standard, Pedoman, dan Manual (NSPM), 6 buah Prototip, dan 9 buah model sistem yang diterapkan di 2 lokasi.
Tersusunnya 10 NSPM, 4 Prototip, 9 Model Sistem, 1 Lokasi.
Tersusunnya 15 NSPM
Tersusunnya 15 NSPM
11. Penciptaan Iklim Usaha yang Kondusif
1. Meningkatnya efektivitas kebijakan dan peraturan
1. Terlak-sananya perumusan dan penyu-
1. Tersusun-nya kajian akademik bagi
1. Tersusun-nya : (a) konsep awal RUU
1. Tersedia-nya fasilitasi kebijakan penyele-
1.garanya pem-bahasan di tingkat
320
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
sunan rekomen-dasi dalam rangka penciptaan iklim usaha yang kondusif melalui : penyeder-hanaan perijinan, peraturan daerah, rertribusi dan perda lainnya yang memudah-kan dan mendu-kung perkem-bangan PKM.
2. Teridenti-fikasinya kebijakan
penyem-purnaan UU No.25/92 mengenai Perkope-rasian dan PP pendu-kungnya.
2. Teridentifikasinya peraturan daerah yang meng-hambat pengem-bangan UKMK.
3. Disosiali-sasikan-nya UU No. 5/99 mengenai larangan praktek monopoli dan
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. (b) RUU Perkoperasian. (c) RUU Sub Kontrak.
2. Dirumus-kannya rancangan kebijakan/ peraturan yang terkait dengan : (a) jabatan Pejabat Pembuat Akta (Koperasi) beserta sistem akreditasi dan sertifikasi; (b) standar
saian KUT. 2. T
ersusun-nya : (a) naskah akademis RUU perkredi-tan perbankan bagi KUKM; (b) draft naskah akademis RUU Simpan Pinjam; (c) draft RUU Simpan Pinjam; (d) naskah akademis dan RPP tentang persyaratan dan tatacara pengesah-
eksekutif untuk: (a) RUU perkredi-tan perbankan bagi KUKM; (b) RUU tentang UKM; dan (c) RUU Koperasi
2.lenggara-nya : (a) sosialisasi RPP KSP; (b) sosiali-sasi juknis pelaksa-naan tugas pembantu-an dalam bidang
321
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
pengem-bangan sumber-daya manusia dan kelemba-gaan UKM dan Koperasi.
3. Tersusun-nya kebijakan yang mendorong pengem-bangan usaha dan jaringan kerja PKM
persai-ngan tidak sehat.
4. Dimulai-nya penyusunan draft RUU Sub-kontrak.
pelayanan wajib minimal kab/kota di bidang UKMK; dan (c) terbentuk-nya lembaga/ fasilitasi advokasi untuk perlin-dungan UKMK terhadap praktek curang.
3. Diterbitkannya Rencana Tindak Jangka Menengah (RTJM) Pengembangan
an akta pendirian, penga-bungan, peleburan & pembu-baran koperasi; (e) naskah akademis tentang peranan pemerintah dibidang perkope-rasian; (f) naskah akademis RPP KSP.
pengesa-han akta pendirian, perubahan anggaran dasar dan pembu-baran koperasi; (c) koordi-nasi dengan instansi terkait dalam rangka peninjauan perda dibidang KUKM; (d) penguatan kapasitas koordinasi
322
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
UKM.4. T
erseleng-garanya mekanis-me koordinasi perencana-an kebijakan dan program antara Pemerintah Pusat –Daerah dan komponen masyarakat
5. Tersusun-nya direktori/ daftar kompete-nsi UKMK yang
kebijakan sesuai RTJM 2002-2004.
3.nya RUU penjami-nan kredit.
4.bangnya pelaksanaan pelaya-nan satu atap di Kab/Kota.
323
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
berpotensi melaksa-nakan Keppres 18/2000.
6. Tersusun-nya rancangan peraturan tentang pemanfaa-tan bagian laba BUMN untuk pem
berdayaan usaha kecil dan koperasi.
2. Biaya Transaksi KUKM Menurun
1. Berkem-bangnya lembaga keuangan/ pembiaya-
1. Teridenti-fikasinya peraturan daerah yang
1. Teridenti-fikasinya peraturan daerah yang mengham-
1. Tersosiali-sasikannya UU No. 5 tahun 1999 untuk perlindu-
1. Terseleng-garanya : (a) layanan restruktu-risasi
324
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
an yang mengakar di masyarakat
2. Terlaksa-nanya peru-musan dan penyusu-nan rekomen-dasi dalam rangka penciptaan iklim usaha yang kondusif melalui : penyeder-hanaan peri-jinan, peraturan daerah, rertribusi dan perda lainnya yang memudah-kan dan
mengham-bat pengem-bangan UKMK.
2. Tersusun-nya : (a) penyeder-hanaan proses penawaran umum bagi UKMK yang menerbit-kan efek di pasar modal; (b) kebijakan penataan ruang/ lokasi usaha perdaga-ngan; (c) Penyem-purnaan kebijakan
bat pengem-bangan UKMK.
2. Dirumus-kannya rancangan kebijakan /peraturan yang terkait dengan penyeder-hanaan perijinan pendirian UKM dan larangan penarikan penerima-an negara bukan pajak di bidang perkopera-sian.
3. Tersusun-nya : (a) rancangan
ngan UKMK terhadap praktek curang.
2. Tersusun-nya konsep pembentukan portal UKM.
3. Terseleng-garanya percon-tohan pelaksa-naan pelayanan satu atap di 2 propinsi, 4 kabu-paten.
usaha KUKM; (b) fasilitasi pengem-bangan transaksi bisnis sentra UKM; (c) pengem-bangan infrastruk-tur jaringan komuni-kasi bisnis melalui teknologi informasi; (d) perkuatan sistem informasi bagi pengem-bangan bisnis sentra
325
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
mendu-kung perkem-bangan PKM.
peran UKMK dalam mekanis-me distribusi barang dan jasa dalam negeri.
3. Berkem-bangnya kebijakan pelayanan perijinan satu atap.
4. Perlin-dungan terhadap praktek curang.
peraturan sistem pembaya-ran dalam kemitraan (keterlam-batan pem-bayaran); (b) reko-mendasi perlin-dungan dan percadang-an lokasi dan kegiatan usaha PK-5.
4. Nilai
UKM; (e) pening-katan kualitas layanan komuni-kasi bisnis; (f) fasilitasi komuni-kasi kinerja pengembangan restruk-turisasi usaha.
2. Terben-tuknya : (a) portal UKM; (b) pelaksana-an pelayanan satu atap di 2 propinsi, 4 kabupaten
326
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
3. Nilai tambah UKM per unit usaha = Rp. 17,8 juta
5. Nilai tambah UKM per unit usaha = Rp. 19,9 juta.
4. Nilai tambah UKM per unit usaha = Rp. 22,0 juta
tambah UKM per unit usaha = Rp. 23,9 juta
. 3. Tersedia-
nya bantuan sertifikasi hak atas tanah sebanyak 41.600 PMK.
-3. Keragaman
Lapangan UsahaTerlaksana-nya perumusan dan penyempur-naan pranata untuk membuka kesempatan berusaha dan menjamin iklim usaha dan persaingan yang sehat bagi koperasi
1. Tersusun-nya kebijakan sektoral tentang agrowisata, jasa konvensi, kemitraan usaha pariwisata, dan jasa konstruksi oleh PKMK.
2. Disosiali-sasikanny
1. Teridenti-fikasinya peraturan daerah yang mengham-bat pengem-bangan UKMK.
2. Tersusun-nya : (a) rancangan pola investasi UKMK yang
1. Terseleng-garanya sistem aplikasi pelayanan informasi dan sistem monev pengadaan barang dan jasa pemerintah bagi KUKM.
2. Tersedia-nya alternatif
1. Meningkatnya kapasitas BDS dan jaringan kerjasama BDS.
2. Tersedia-nya dukungan: (a) dana operasional bagi 200 BDS. (b) dana pen-jaminan
327
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
a kebijakan di bidang bisnis dan eceran.
3. Tumbuh-nya 99 sentra UKM di 30 propinsi yang di dukung oleh 91 BDS.
memper-oleh fasilitas; (b) direktori/daftar kompetensi UKMK yang berpotensi melaksanakan Keppres 18/2000.
3. Diterbit-kannya: (a) Kep-meneg KUKM tentang pengem-bangan dan pengelo-laan pasar tradisional dan pertokoan oleh
sistem insentif pengem-bangan usaha melalui perintisan usaha di bidang peterna
kan, perikanan, agro-indus tri dan per kebunan.
3. Tumbuh-nya 806sentra bisnis UKM di 30 propinsi yang didukung oleh 708 BDS.
kredit dan (c) dana MAP di sentra penumbuhan melalui KSP/USP Koperasi.
3. Berkem-bangnya kerjasama BDS.
328
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
koperasi; (b) rekomen-dasi kebijakan insentif pajak bagi UKMK; dan (c) rekomen-dasi perlin-dungan dan perca-dangan lokasi dan kegiatan usaha PK-5.
4. Berkem-bangnya kerjasama koperasi pertanian SP ASEAN.
5. Tumbuh-nya 431
329
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
sentra bisnis UKMK di 30 propinsi yang didukung 423 BDS.
12. Peningkatan Akses kepada Sumberdaya Produktif
1. Meningkatnya jangkauan dan kualitas layanan lembaga pendukung
1. Tersedia-nya lembaga-lembaga inkubator teknologi dan bisinis
2. Tumbuh dan berkem-bangnya lembaga pendu-kung pengem-bangan koperasi, seperti
1. Teridenti-fikasinya kemam-puan pelayanan BPR/ KBPR dalam permo-dalan UKMK.
2. Disempur-nakannya sistem penjami-nan kredit bagi UKMK.
3. Diperkuat-nya
1. Tersusun-nya rancangan: (a) kerangka koordinasi pengem-bangan kebijakan dan sistem penja-minan kredit serta permo-dalan bagi UKMK; (b) peraturan pemerinta
1. Tersusun-nya pedoman standar operasional manajemen KSP/USP.
2. Terman-faatkannya sumber permo-dalan untuk UMK dari dana SUP-005.
3. Terseleng-garanya :
1. Diperkuatnya pendanaan 1.500 unit KSP/USP di 416 kabupaten /kota.
2. Terseleng-garanya imple-mentasi pedoman teknis manajemen keuangan
330
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
lembaga pengem-bang SDM, jasa teknologi dan informasi, serta jaringan pemasaran
KSP/USP dan LKM.
4. Tersusun-nya : (a) kebijakan pengembangan usaha simpan pinjam melalui sistem jaringan; (b) kebijakan pengem-bangan lembaga jasa informasi bisnis UKMK.
5. Dikembangkannya Lembaga Layanan Bisnis UKMK.
6. Dirintisny
h mengenai mekanisme dan prosedur perolehan kredit ekspor bagi UKM; (c) rekomen-dasi peni-laian kredit usaha mikro dan usaha kecil; (d) koordinasi antar lembaga mikro sekunder; dan (e) terseleng-garanya rintisan pengem-bangan
(a) bimbingan pengajuan kredit ekspor KUKM ke bank dan pening-katan kapasitas BDS; (b) koordinasi program dan penyusu-nan SKB tentang sertifikasi tanah; (c) inventari-sasi seleksi, verifikasi tanah pengusaha mikro dan kecil yg memenuhi criteria; (d) fasilitasi
modern bagi lembaga keuangan/ pembia-yaan.
3. Meningkatnya akses usaha kecil dan mikro kepada sumber pendanaan.
4. Tersusun-nya : (a) draft rancangan Kepmen tentang koordinasi pemberda-yaan KUKM dalam pengadaan barang/jas
331
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
a aplikasi e-commerce bagi lembaga penyedia jasa informasi.
7. Terwujud-nya 99 sentra UKM di 30 propinsi yang di dukung oleh 91 BDS.
kredit biro UKMK; (f) pedoman perkuatan LPM sekunder.
2. Terwujud-nya 431 sentra bisnis UKMK di 30 propinsi yang didukung 423 BDS.
3. Mening-katnya : (a) akses UKMK dalam memanfaatkan dan menguasai Teknologi Tepat Guna; (b) kapasitas
penjami-nan kredit KUKM; (e) dukungan biaya operasional di daerah / perguruan tinggi dalam rangka fasilitasi pelaksa-naan restrukturi-sasi usaha BDS.
4. Terwujud-nya 806 sentra bisnis UKM di 30 propinsi yang didukung oleh 708 BDS.
5. Tersusun-nya konsep
a pemerintah; (b) draft rancangan Kepmen tentang koordinasi pemberda-yaan operasi dalam usaha ritel dan distribusi; (c) draft rancangan Kepmen tentang kerjasama KUKM dgn usaha besar dibidang perdagang-an minyak atsiri. (d) petunjuk
332
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
8. Penyaluran kredit modal kerja dan investasi untuk
pembiaya-an KUKM melalui sewa guna usaha, anjak piutang dan pegadaian serta modal ventura.
4. Penyalura
biro kredit
6. Penyalu-ran kredit modal kerja dan investasi untuk usaha mikro dan kecil = 12,7 % dari total kredit
teknis bantuan perkuatan dana bergulir usaha mikro melaui wartel bergerak. (e) rancangan Kepmen tentang pedoman pem-berdayaan KUKM melalui pola waralaba. (f) RUU Subkontrak
5. Terben-tuknya Biro Kredit Indonesi
333
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
3. Jumlah KSP/USP = 37.224 unit
4. Jumlah pinjaman yang disalurkan KSP/USP = Rp. 4,7 triliun
5. Nilai tambah UKM per unit usaha = Rp. 17,8 juta
usaha mikro dan kecil = 11,1 % dari total kredit yang disalurkan
9. Jumlah KSP/USP = 36.529 unit
10. Jumlah pinjaman yang disalurkan KSP/USP = Rp. 4,5 triliun
11. Nilai tambah UKM per unit usaha = Rp. 19,9 juta
n kredit modal kerja dan investasi untuk usaha mikro dan kecil = 13,2 % dari total kredit yang disalurkan
5. Jumlah KSP/USP = 36.532 unit
6. Jumlah pinjaman yang disalur-kan KSP/USP = Rp. 4,6 triliun
7. Nilai
yang disalurkan
7. Jumlah KSP/USP = 36.376 unit
8. Jumlah pinjaman yang disalurkan KSP/USP = Rp. 5,3 triliun
9. Nilai tambah UKM per unit usaha = Rp. 23,9 juta
a-
-
-
-
334
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
tambah UKM per unit usaha = Rp. 21,96 juta
2. Peningkatan jaringan pendukung usaha
1. Tersosiali-sasinya etika usaha yang kondusif bagi tumbuhnya persaingan usaha dan mekanisme pasar yang sehat
2. Berkembangnya jaringan produksi, distribusi, teknologi dan informasi melalui
1. Tersusun-nya kebijakan pengem-bangan usaha simpan pinjam melalui sistem jaringan.
2. Dikem-bangkan-nya Informasi layanan Bisnis UKMK.
3. Ditingkat-kannya akses
1. Tersusun-nya mekanisme kemitraan dengan Lembaga Pembiaya-an UKMK.
2. Terbentuknya jaringan konsultasi manajemen dan hukum bagi UKM bersama klinik konsultasi
1. Terselenggaranya : (a) la-yanan pengem-bangan usaha bagi UKMK; (b) pe-ngem-bangan infrastruk-tur jaringan komuni-kasi bisnis melalui teknologi informasi.
2. Terwujud-nya 806 sentra bisnis
1. Terse-lenggaran-nya : (a) perluasan pasar produk KUKM melalui misi dagang dan pameran; (b) kerjasama bilateral dalam rangka pengenalan dan perluasan pasar
335
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
dukungan pengembangan usha kelompok dan jaringan antar PKM maupun antar kelompok PKM yang berusaha di bidang produksi
pasar KUKM melalui kebijakan penataan ruang /lokasi usaha perda-gangan.
profesional
3. Terwujud-nya jaringan multimedia di 34 BDS yang mendu-kung 332 sentra bisnis UKMK di 30 propinsi.
4. Tersedia-nya fasilitasi transaksi bisnis melalui display produk di dalam negeri.
UKM di 30 propinsi yang didukung oleh 708 BDS.
3. Tersusun-nya konsep biro kredit
ekspor produk KUKM; (c) fasili-tasi produk unggulan UKMK dalam pameran dalam negeri.; (d) pemetaan karakter pasar internasio-nal bagi produk UKMK; (e) penyu-sunan peta produk unggulan daerah; (f) pengem-bangan pusat promosi
336
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
produk UKMK; (g) publi-kasi keberhasi-lan UKMK melalui media televisi; (h) fasilitasi pengem-bangan SDM koperasi melalui perguruan tinggi;
2. Terbentuknya Biro Kredit Indonesia.
3. Berkembangnya kemi-traan usaha
Terlaksana-nya perumusan kebijakan untuk pengem-
1. Tersusun-nya rancangan kebijakan sektoral tentang
1. Terbentuk-nya jaringan pemasaran produk UKMK.
1. Terseleng-garannya (a) pengem-bangan kerja sama
1. Terseleng-garanya fasilitasi : (a) perlin-dungan pember-
337
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
bangan jaringan produksi, teknologi, dan informasi
kemitraan usaha pariwisata.
2. Dikem-bangkan-nya bursa kemitraan dalam berbagai jenis produk dibidang subkontrak, waralaba dan keagenan.
2. Meningkatnya efektivitas kemitraan PMA dengan UKMK
3. Tersusun-nya rancangan Kepmen-neg KUKM tentang pengem-bangan permo-dalan usaha kecil dan koperasi dengan pola kemitraan waralaba.
usaha dibidang perda-gangan eceran, (b) Pengem-bangan waralaba lokal dalam rangka memper-luas pasar KUKM.
2. Tersedia-nya fasilitasi kerjasama usaha sentra KUKM melalui pemanfaa-tan peluang bisnis
dayaan Penyuluh Koperasi Lapangan; (b) penyu-sunan pedoman pelaksana-an bank data dan informasi; (c) penyu-sunan data dan informasi bisnis bagi KUKM; (d) penyu-sunan direktori pusat-pusat data dan informasi bisnis KUKM.
338
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
4. Meningkatnya keman-faatan ekonomis koperasi bagi anggota
1. Tersusun-nya : (a) sistem dan prosedur klasifikasi koperasi; (b) standar akuntansi kope-rasi, /pening-katan akuntabili-tas dan sistem pengendalian intern; (c) sistem dan prose-dur pengesa-han badan hukum koperasi; (d) stan-darisasi akte pendirian
1. Tersusun-nya : (a) rancangan peraturan tentang pemanfaat-an bagian laba BUMN untuk pember-dayaan usaha kecil dan koperasi; (b) pedo-man audit koperasi; (c) ranca-ngan pedoman penyertaan simpanan pokok anggota koperasi; (c) pedo-
1. Tersusun-nya: (a) konsep pedoman pengelola-an dan pengawa-san USP pola syariah; (b) Bahan penyulu-han pengem-bangan keterkaitan usaha anggota dengan koperasi; (c) Pedo-man penerapan akuntabi-litas koperasi sesuai dengan
1. Terseleng-garanya bantuan perkuatan permo-dalan bagi koperasi dalam mengem-bangkan pabrik kelapa sawit skala kecil.
2. Mening-katnya kualitas pendidikan angota dan pengelola koperasi.
3. Bantuan permodalan bagi KSP sektor
339
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Persentase koperasi aktif = 83,3 %
2. Jumlah
dan pembu-baran koperasi; (e) laporan kinerja kesehatan finansial koperasi.
2. Dimulai-nya proses penyem-purnaan UU No.25/92 mengenai Perkope-rasian dan PP pendukungnya.
3. Persentase koperasi aktif = 81,0 %
man pember-dayaan KUKM dalam pelaksa-naan kebijakan pemanta-pan keta-hanan pangan.
2. Terseleng-garanya penerapan akuntabi-litas koperasi.
3. Dirintisnya pengem-bangan agrowisata oleh koperasi.
4. Persentase koperasi aktif = 78,9 %
karakte-ristik koperasi.; dan (d) Modul penerapan akuntansi usaha kecil dan koperasi.
2. Persentase koperasi aktif = 76,1 %
3. Jumlah
agribisnis.4. Bantuan
perkuatan fasilitasi pengembangan pasar tradisional melalui koperasi.
-
-
340
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
anggota koperasi = 27,3 juta orang
4. Jumlah anggota koperasi = 23,6 juta orang
5. Jumlah anggota koperasi = 24,0 juta orang
anggota koperasi =27,3 juta orang
13. Pengembangan Kewirausahaan dan KUKM Berkeunggulan Kompetitif
1. Meningkatnya kewira-usahaan
1. Terlaksa-anya pening-katan SDM dan pengem-bangan kewira-sahaan melalui dukungan :a. Pela-ihan ketrampi-an kewira-usahaanb.Pelaya-an purna Diklat terutama bagi calon-calon wirausaha
1. Teridenti-ikasinya peraturan daerah yang mengham-at pengem-angan UKMK.
2. Tersusun-nya : (a) kebijakan sektoral tentang agrowisata, jasa konvensi, kemitraan usaha pariwisata, pengelola-an jasa angkutan
1. Upaya penum-buhan sikap dan semangat kewira-usahaan untuk mendorong tumbuh-nya wirausaha baru.
2. Terdidik-nya : (a) 540 wira-usaha termasuk wirausaha baru dan pemuda; dan (b) 60 orang tenaga
1. Tersusun-nya pengem-bangan kurikulum kewirausa-haan dan perkoperasian untuk pendidikan formal.
2. Terlaksananya : (a) pelatihan kewirausa-haan untuk aparat dan KUKM; (b) TOT diklat ekspor; (c) diklat perkopera-sian dan
1. Terselenggaranya : (a) diklat TOT kewirausa-haan kelompok strategis; (b) diklat kewirausa-haan bagi para pengajar pendidikan formal dan informal; (c) diklat pengem-bangan kewirausa-haan bagi pengelola KSP/USP
341
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
usaha baru untuk meng-akses modal/ kreditc.Perkua-tan dan pengem-bangan lembaga-lembaga inkubator teknologi dan bisnisd.Pelati-han ketram-pilan dan pengeta-huan mengenai modal, pasar, dan mana-jemen usaha
darat, dan jasa konstruksi oleh PKMK; (b) Progam Induk pengem-bangan kewirausa-haan; (e) Model Pember-dayaan SDM UKM melalui Pelatihan Kewirausa-haan di sektor Industri (pilot project).
motivator kewirausa-haan.
3. Terseleng-garanya pelatihan teknis usaha (290 orang).
kewirausa-haan bagi pemuda; (d) diklat HaKI bagi aparatur.
penyalur dana MAP di wilayah sentra; (d) pelatihan perkope-rasian bagi Kopma; (e) diklat kemam-puan manajemen KSP/ USP dalam penyaluran dana MAP ; (f) diklat ritel bagi manajer /pengelola koperasi dalam rangka peningka-tan
342
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
manajemen jaringan usaha ritel; (g) diklat peningka-tan keteram-pilan teknis dibidang ekspor bagi UKM yang akan mengikuti promosi dan temu dagang di luar negeri; (h) diklat pening-katan/ keteram-pilan di bidang mana-jemen
343
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
usaha dan semangat berwirausaha bagi wirausaha muda berbasis produk unggulan; (i) diklat peningka-tan/ keteram-pilan manajemen bisnis bagi pengelola BDS baru; (j) diklat pening-katan ke-mampuan manajemen KSP/USP dalam penyalu-ran dana
344
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
2. Persentase koperasi aktif = 83,3 %
3. Jumlah anggota koperasi = 27,3 juta orang
3. Persentase koperasi aktif = 81,0 %
4. Jumlah anggota koperasi = 23,6 juta orang
4. Persentase koperasi aktif = 78,9 %
5. Jumlah anggota koperasi = 24, 0 juta orang.
3. Persentase koperasi aktif = 76,1 %
4. Jumlah anggota koperasi = 27,3 juta orang
MAP diwilayah sentra; (k) diklat pening-katan kemam-puan manajemen KSP /USP pola syariah untuk pembina di daerah.
-
-2. Berkembangnya
produk-produk KUKM bernilai tambah tinggi dan berorientasi ekspor
1. Tersedia-nya Pusat Disain Nasional bagi
1. Dikem-bangkan-nya : (a) model dan mekanism
1. Mening-katnya kemam-puan 330 SDM
1. Terseleng-garanya pengem-bangan perluasan
1. Dikem-bangkan-nya sistem insentif
345
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
pengusaha kecil dan menengah
e export oriented trading house; dan (b) Pemetaan komoditas UKMK ekspor impor.
2. Tersusun-nya : (a) konsep dan rekomen-dasi kebijakan lembaga perantara ekspor; (b) program dan evaluasi diklat bagi UKMK.
3. Terseleng-garanya perintisan pengem-
UKMK di bidang manajemen bisnis dan ekspor.
2. Dirumus-kannya : (a) kebija-kan dukungan perkuatan bagi KUKM yang berorien-tasi ekspor; (b) informasi pasar ekspor bagi KUKM; (c) ran-cangan kebijakan tentang pola kemitraan
pasar ekspor produk KUKM melalui misi dagang dan pameran.
2. Fasilitasi penguatan dan pendayagunaan jaringan informasi dan akses pasar produk KUKM melalui pameran dalam negeri (Incraft, PPE, Batam Expo, Sriwijaya Expo ,
pengem-bangan UKMK berorien-tasi ekspor dan berbasis teknologi di bidang agroin-dustri serat rami, industri pakan ternak, industri sutera, industri kerajinan batu bara, dan budidaya rumput laut.
346
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
bangan nilai tambah produk berorien-tasi ekspor, pengelola-an pabrik gula, pa-brik kelapa sawit, hutan rakyat, HPH, industri kertas, pengola-han kakao, agro industri serat rami, dan bisnis ritel oleh koperasi.
4. Terbentu-knya sistem dan
produk unggulan KUKM yang berorien-tasi ekspor.
3. Tersusun-nya direktori UKMK yang berorien-tasi ekspor di 9 (sembilan) sektor ekonomi.
Makasar Expo, SME’sCo).
3. Peningka-tan mutu dan desain produk UKM sentra.
347
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
2. Produkti-vitas per tenaga kerja UKM = Rp. 2,60 juta
3. Nilai ekspor UKM Rp. 75.449 miliar
kelemba-gaan akreditasi diklat UKMK.
5. Produktivi-tas per tenaga kerja UKM = Rp. 2,59 juta
6. Nilai ekspor UKM Rp. 80.850 miliar
4. Produkti-vitas per tenaga kerja UKM = Rp. 2,60 juta
5. Nilai ekspor UKM Rp. 89.793 miliar
4. Produkti-vitas per tenaga kerja UKM = Rp. 2,61 juta
5. Nilai ekspor UKM Rp. 75.859 miliar
-
-
14. Peningkatan Koordinasi Pemeliharaan Stabilitas Ekonomi
1. Tercapainya laju inflasi dalam jangka menengah yang mendekati tingkat inflasi
Laju inflasi sebesar 9,3 persen.
Laju inflasi sebesar 12,5 persen.
Laju inflasi sebesar 10,0 persen.
Laju inflasi sebesar 5,1 persen.
Laju inflasi dalam semester I/2004 sebesar 3,3
348
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
dunia, yaitu sekitar 3-5 persen.
2. Tercapainya pertumbuhan ekonomi yang meningkat dan menjadi sekitar 6-7 persen pada tahun 2004
Pertumbuhan ekonomi sebesar 4,9 persen dengan tahun dasar 1993.
Pertumbuhan ekonomi sebesar 3,5 persen dengan tahun dasar 1993 (3,8 persen dengan tahun dasar 2000)
Pertumbuhan ekonomi sebesar 3,7 persen dengan tahun dasar 1993 (4,3 persen dengan tahun dasar 2000)
Pertumbuhan ekonomi sebesar 4,1 persen dengan tahun dasar 1993 (4,5 persen dengan tahun dasar 2000)
persen.
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I/2004, dengan tahun dasar 2000, mencapai 4,5 persen (y-o-y).
15. Peningkatan Penerimaan Negara
1. Rasio penerimaan pajak terhadap PDB menjadi 16,0% pada tahun 2004.
3. Penertiban
Tercapainya rasio penerimaan pajak terhadap PDB 11,9% (9 bulan)
Penatausahaan dana off
Tercapainya rasio penerimaan pajak sebesar 12,6% terhadap PDB.
Penatausaha
Tercapainya rasio penerimaan pajak sebesar 13,0% terhadap PDB.
Penatausaha
Tercapainya rasio penerimaan pajak sebesar 13,5% terhadap PDB
Nihil
Target rasio penerimaan pajak diperkirakan mencapai 13,6% terhadap PDB
Nihil
349
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
penerimaan dana yang berasal dari off-budget
budget senilai Rp. 7,6 triliun
an dana off budget senilai Rp 850,6 miliar
an dana off budget senilai Rp 1,6 triliun dan US$ 10,6 juta
16. Efektivitas Pengelolaan Pengeluaran Negara
1. Menurunnya subsidi secara bertahap sebagai persentase terhadap PDB
2. Menurunnya secara bertahap defisit anggaran dan kurang lebih berimbang pada tahun 2004
Subsidi BBM Rp. 53,8 triliun sebesar 5,5% dari PDB (9 bulan)
Defisit anggaran sebesar Rp 16,1 triliun atau sebesar 1,7% PDB (9 bulan)
Subsidi BBM Rp 68,4 triliun atau sebesar 4,7 persen dari PDB
Defisit anggaran sebesar Rp 40,5 triliun atau sebesar 2,8 persen dari PDB
Subsidi BBM Rp 31,2 triliun atau sebesar 1,9 persen dari PDB
Defisit anggaran sebesar Rp 23,6 triliun atau sebesar 1,5 persen dari PDB
Subsidi BBM Rp 30,0 triliun atau sebesar 1,7 persen dari PDB
Defisit anggaran sebesar Rp 37,7 triliun atau sebesar 2,1 persen dari PDB
Subsidi BBM diperkirakan Rp14,5 triliun atau sebesar 0,7 persen dari PDB
Defisit anggaran diperkirakan sebesar Rp 24,4 triliun atau sebesar 1,2 persen dari PDB
17. Pengelolaan 1. Tersusunnya Diskusi dan Persiapan Presentasi Masih dalam Melanjutka
350
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Utang Pemerintah
UU/Peraturan Pinjaman LN Pemerintah.
2. Menurunnya masalah sistemik dalam Proyek Pinjaman LN.
koordinasi persiapan penyusunan draf UU PLN.
Masalah dana pendamping untuk proyek-proyek PLN belum teratasi.
Dana pembebasan tanah belum teratasi.
penyusunan draf UU PLN
Masalah dana pendamping untuk proyek-proyek PLN sedikit teralokasi.
Kebutuhan dana pembebasan tanah belum teratasi.
preliminary draf UU PLN di depan Menteri Keuangan
Dana pendamping untuk proyek-proyek PLN sebagian teralokasi.
Sebagian kecil kebutuhan dana pembebasan tanah dapat diselesaikan
pembahasan di Dep. Keuangan.
Sebagian kebutuhan dana pendamping diatasi dengan dana ABT.
Pembebasan tanah masih menjadi masalah baik dari segi penyediaan dana ganti rugi maupun proses pembebasannya. Pemda mulai
n kegiatan tahun 2003.
Melanjutkan kegiatan tahun 2003.
Melanjutkan kegiatan tahun 2003.
351
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Terjadi keterlamba-tan proses dokumen anggaran.
Back-log replenish-ment proyek PLN yang
Proses dokumen anggaran masih sering terlambat.
Upaya mengurangi back-log
Penerbitan dokumen anggaran prosesnya mulai ditata kembali.
Upaya percepatan
bersedia mengalokasikan dana untuk pembebasan tanah.
Keterlambatan proses dokumen anggaran masih terjadi meskipun tidak selambat tahun sebelumnya, karena Dep. Keu kembali melakukan roll over DIP 2003 untuk PLN (DIPPLN) ke TA 2004.
Dilakukan perubahan pembayaran
Melanjutkan kegiatan tahun 2003.
Melanjutkan kegiatan tahun 2003.
352
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
mencapai di atas 50% dari initial depositnya cukup besar.
Banyak terjadi masalah proses tender.
Koordinasi antar instansi masih lemah.
salah satunya dengan reorganisasi proses pengangga-ran di pusat dan di daerah.
Terpecahkannya masalah penghambat proses tender.
Koordinasi antar
proses replenishment ke donor untuk mengurangi back-log dengan pengalihan proses sebagian W/A dari Dep Keu ke instansi pelaksana.Masalah proses tender berkurang.
Meningkat-kan
sebagian kecil kontrak dari system S/A menjadi D/P.
Diterbitkannya Keppres 80/2003 sebagai pengganti Keppres 18 tentang proses pengadaan barang dan jasa.
Rapat koordinasi masih terus ditingkatkan,
Memberlakukan Keppres 80/2003.
Melanjutkan kegiatan tahun 2003.
353
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
3. Menurunnya pinjaman LN yang dibatalkan (di cancel).
Evaluasi terhadap proyek PLN yang sulit dan terlambat dilaksanakan.
instansi ditingkatkan
Akibat belum stabilnya kondisi perekonomi-an Indonesia dan terjadinya kerusuhan di beberapa daerah maka sejumlah dana ADB dan IBRD
sejumlah rapat koordinasi untuk menyelesaikan masalah penghambat kelancaran proyek-proyek PLN.
Kondisi perekonomi-an lebih stabil dibanding-kan dengan th 2001, jumlah dana ADB dan IBRD yang dikembali-kan sekitar $ 100 juta guna
namun diakui koordinasi baik antara instansi pusat daerah maupun antar instansi memang masih lemah.Cancellation dana berdasarkan identifikasi thd unused balance, yaitu dengan melaksanakan review thd portfolio pinjaman baik Bank Dunia maupun ADB. Besarannya terindentifikasi tidak lebih dari US$ 50
Tidak ada cancellation dana.
354
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
4. Debt Sevice Ratio (DSR) pemerintah diperkirakan mencapai sekitar 10% pada akhir tahun 2004.
5. Menurunnya rasio hutang pemerintah, baik luar maupun dalam negeri, terhadap PDB menjadi sekitar 46% pada tahun 2004.
Rasio pembayaran hutang terhadap ekspor mencapai 7,2%.
Hutang Pemerintah LN US$ 74,917 milyar dan DN Rp 643 Triliun.
Rasio hutang pemerintah mencapai
(sekitar $ 240 juta) dikembali kan guna efisiensi keuangan.
Rasio pembayaran hutang terhadap ekspor mencapai 10,6%
Hutang Pemerintah mencapai LN US$ 71,378 milyar dan DN Rp 659 Triliun.
efisiensi keuangan.
Rasio pembayaran hutang terhadap ekspor mencapai 10,9%
Hutang Pemerintah LN US$ 74,661 milyar dan DN Rp 650,4 Triliun. Hutang LN naik krn terjadi
juta.
Rasio pembayaran hutang terhadap ekspor mencapai 9,2%
Hutang Pemerintah LN US$ 81,666 milyar dan DN Rp 623,9 Triliun. Hutang LN naik krn terjadi kenaikan kurs Yen, Dolar, dan Euro.
Rasio hutang pemerintah
Rasio pembayaran hutang terhadap ekspor mencapai 12,1%
Hutang Pemerintah LN US$ 82,113 milyar. Dan DN 635,3 Triliun
355
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
6. Meningkatnya pengelolaan utang secara efisien dan efektif dengan menekan kebocoran dan penggunaan menurut skala prioritas.
107,7% dari PDB, terdiri dari 56,8% hutang LN dan 50,8% hutang DN.
Rencana persiapan penerbitan obligasi pemerintah.
Rasio hutang pemerintah mencapai 95,5% dari PDB, terdiri dari 50,6% hutang LN dan 44,9% hutang DN.
Persiapan penyusunan UU Surat Utang Negara untuk persiapan penerbitan obligasi pemerintah sebagai
kenaikan kurs Yen, Dolar, dan Euro.
Rasio hutang pemerintah mencapai 83,3 % dari PDB, terdiri dari 42,9% hutang LN dan 40,4% hutang DN.
UU Surat Utang Negara ditandatangani (UU SUN No. 22 tahun 2002).
mencapai 73,6% dari PDB, terdiri dari 38,7% hutang luar negeri dan 34,9 % hutang dalam negeri.
UU SUN sudah ditindakl anjuti dengan diterbitkan-nya obligasi pemerintah. Ditetapkan Kep Men Keu No 66/KMK.01/2003/ tentang Penunjukan BI sbg agen untuk melaksana-kan Lelang SUN di
Rasio hutang pemerintah mencapai 70,6% dari PDB, terdiri dari 37,2% hutang luar negeri dan 33,4 % hutang dalam negeri.
Menerapkan readiness filter criteria untuk seluruh usulan proyek pinjaman LN sebagaimana disepakati dalam country
356
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Belum ada.
Debt Management Unit.
Ide membuka informasi proyek - proyek pinjaman LN untuk publik
Meningkat-kan keterbukaan informasi proyek pinjaman LN untuk
Pasar perdana dan Kep Men Keu No 83/KMK.01/2003/ tentang Lelang SUN di pasar perdana.
Mempersiapkan readiness filter criteria untuk pinjaman LN khususnya pinjaman Bank Dunia sesuai dengan kesepakatan dalam country Portfolio Performance Review th 2002 oleh
Portfolio Performance Review th 2002 oleh pemerintah Indonesia, Bank Dunia, dan ADB.
Melanjutkan kegiatan tahun 2003.
357
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Belum ada.
Pembahasan Revisi Kepres 18 Tahun 2000 tentang Pedoman Pelaksanan Pengadaan Barang dan Jasa Instansi Pemerintah.
publik yang meliputi persiapan penyusunan kebijakan strategis & renacana tindak, produk hokum, peningkatan kapasitas kelembagaan.
Melanjutkan pembahasan mengenai revisi Kepres 18 tahun 2000 dan pembahasan rencana dan sosialisasi pembentu-
pemerintah Indonesia, Bank Dunia, dan ADB.
Dikeluarkannya Kepres 80 tahun 2003 sebagai revisi Kepres 18 tahun 2000. Persiapan pembentu-kan secretariat NPPO (National Public Procurement Office) sebagaimana diamanatkan dalam Kepres 80 tahun 2003 melalui SK Meneg PPN/Kepala
358
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
kan NPPO (National Public Procurement Office).
Bappenas
18. Pengembangan Lembaga Keuangan
1. Jumlah dan jenis lembaga keuangan pada masyarakat meningkat:
a. Jumlah kantor bank umum, DPK dan penyaluran kredit
b. Jumlah kantor BPR, DPK dan penyaluran kredit
c. Jumlah kantor bank syariah, DPK, dan pembiayaan.
d. Jumlah perusahaan
6.509 kantorRp. 699,1 triliun, danRp. 320,4 triliun.
7.764 kantor, Rp. 3,1 triliun, danRp. 3,6 triliun.
62 kantor, Rp 1,1 triliun, danRp.1,3 triliun.
245 perusahaan,
6.765 kantor.Rp. 797,4 triliun, danRp. 358,6 triliun.
7.703 kantor, Rp. 4,3 triliun, danRp.5,0 triliun.
96 kantorRp. 1,8 triliun, dan Rp. 2,1 triliun.
7.001 kantor Rp. 835,8 triliun, danRp. 410,3 triliun.
7.571 kantor,Rp. 6,1 triliun, dan Rp. 6,9 triliun.
127 kantor, Rp. 2,9 triliun, dan Rp. 3,3 triliun.
7.730 kantor.Rp. 888,6 triliun, danRp. 477,2 triliun.
7.479 kantor, Rp. 7,7 triliun, danRp.5,8 triliun.
255 kantor, Rp. 5,1 triliun, danRp. 5,5 triliun.
212
...
...
...
...
...
...
...
...
359
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
pembiayaan dan nilai kegiatan usaha
e. Jumlah kantor cabang Perum Pegadaian, jumlah nasabah dan omzet
f. Penyaluran kredit pada usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)- Kredit Mikro (Rp. 0-50 Juta)- Kredit Kecil (Rp. 50 – 500 juta)- Kredit Menengah (Rp. 500 – 5 Miliar)
danRp.29,2 triliun
659 kantor, dan 12,9 juta orang danRp. 4,2 triliun
...
...
...
246 perusahaan, danRp. 30,8 triliun
706 kantor, dan 15,7 juta orang danRp. 6,0 triliun
59,5 triliun
28,5 triliun
31,8 triliun
247 perusahaan, danRp. 32,9 triliun
739 kantor, dan12,1 juta orang dan Rp. 7,8 triliun
83,2 triliun
39,4 triliun
45,0 triliun
perusahaan, danRp. 40,4 triliun
774 kantor, dan 14,3 juta orang, dan8,8 triliun
101,5 triliun
50,2 triliun
59,3 triliun
...
...
...
...
...
...
...
g. CAR yang sekurang-kurangnya 8 persen
Rata-rata CAR bank
Rata-rata CAR bank
Rata-rata CAR bank
Rata-rata CAR bank
Rata-rata CAR bank
360
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
dalam jangka menengah umum adalah 12,5%
umum adalah 20,5%
umum adalah 22,5%
umum adalah 19,4%
umum adalah 22,5% (April 2004)
h. NPL sekitar 5 persen dalam jangka menengah:- NPL netto bank umum- NPL gross bank umum
5,8%18,8%
3,6% 12,1%.
2,1% 8,1%
3%8,2%
2,1% (April 2004)7,7% (April 2004)
19. Restrukturisasi Perbankan
a. Capital Adequacy Ratio (CAR) sekurang-kurangnya 4% pada tahun 2000 dan 8% pada tahun 2001
12,5% 20,5% 22,5% 19,4% 22,5% (April 2004)
b. Non Performing Loan (NPLs) mencapai sekitar 5% pada tahun 2001- NPLs net bank umum
- NPLs gross bank umum
5,8%
18,8%
3.6%
12.1%
2,1%
8,1%
3%
8,2%
2,1% (April 2004)7,7% (April 2004)
361
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
c. Kinerja BPPN meningkat dengan recovery rate diupayakan semaksimal mungkin mencapai 70% sampai dengan tahun 2004:- Hasil penjualan dari ATK, nilai pokoknya, dan recovery rate
- Hasil penjualan aset PKPS melalui program MSAA dan MRNIA: hasil penjualan, nilai akuisisi, dan recovery rate
Rp.2,9 triliun, Rp. 7,4 triliun, dan 38,7 %
Rp5,7 triliun, Rp6,2 triliun, dan 91%
Rp.9,3 triliun, Rp. 19,7 triliun , dan 47,3 %
Rp10,4 triliun, Rp24,7 triliun, dan 42%
Rp.27,9 triliun, Rp. 109,3 triliun, dan 25,6 %
Rp2,3 triliun, Rp4,2 triliun, dan 55%
Rp7,4 triliun, Rp. 65,7 triliun, dan 11,2 %
Rp2,5 triliun, Rp6,8 triliun, dan 37%
...
…
20. Penyelesaian dan Pemantauan Utang Perusahaan
1. Meningkatnya jumlah perusahaan yang telah melakukan restrukturisasi utang:
Prakarsa Jakarta:Jumlah yang berhasil direstrukturisasi adalah US$ 5,2 miliar dari kasus yang terdaftar
Jumlah kasus yang berhasil direstrukturi-sasi melalui mediasi adalah sebanyak
Jumlah kasus yang berhasil direstrukturi-sasi melalui mediasi adalah
Jumlah kasus yang berhasil direstrukturi-sasi melalui mediasi sebanyak 96 Kasus dengan nilai
362
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
sebanyak 77 kasus dengan nilai utang 13,87 miliar dolar AS dan Rp 12,05 triliun atau total utang adalah 15,38 miliar dolar.
Kasus aktif berjumlah 50 kasus dengan nilai utang sebesar US$ 8,85 miliar dan Rp 9,99 tiliun
BPPN : Tahun 2000 debitur BPPN sebanyak 1.096 debitur dengan nilai
69 Kasus dengan nilai US$ 14,20 Milyar
Kasus aktif berjum-lah 53 kasus dengan nilai utang sebesar US$ 7,9 milyar
Tahun 2001 debitur BPPN kooperatif meningkat menjadi
sebanyak 86 Kasus dengan nilai US$ 18,87 Milyar
Kasus aktif berjum-lah 40 kasus dengan nilai utang sebesar US$ 10,1 milyar.
KKSK mengeluar-kan keputu-san No.Kep. 01/K.KKSK
US$ 20,5 Milyar dari 102 kasus yang terdaftar dengan nilai US$ 26,9 Milyar.
Tanggal 18 Desember 2003, pengakhiran dan penutupan tugas Prakarsa Djakarta.
Penyelesaian untuk kredit UKM sampai tahun 2003 mencapai
Pemerin-tah menge-luarkan PP Nomor 10 tahun 2004, tentang
363
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
buku Rp. 98.98 triliun.
Kelompok 21 Obligor Terbesar, restrukturisasi pada tahap MoU adalah Rp 69,3 triliun dari total aset kredit Rp. 88,5 triliun.
Kelompok 50 Obligor, restrukturisasi:a) Tahap MoU, sebesar Rp 58,75 triliun b) Tahap terbayar Rp 2,51 triliun c) Tahap disposal, Rp 0,48 triliun.
sebanyak 1.120 debitur. Kelompok 21 Obligor Terbesar, restrukturisasi pada tahap MoU adalah Rp 67,27 triliun dari total aset kredit Rp 90,77 triliun .Kelompok 50 Obligor, restrukturisasi:a) Tahap MoU, me-ningkat menjadi Rp 70,90 triliun.b) Tahap terbayar me-ningkat
/05 /2002 tanggal 13 Mei 2002 yaitu tentang, pendekatan restrukturi-sasi berdasarkan kelompok debitur di atas Rp 750 milyar, Debitur yang terkait Prakarsa Jakarta dan Debitur BUMN. Berdasarkan kebija-kan tersebut, sampai dengan 23 Desember 2002 BPPN telah berhasil merestruktu
98% meliputi 239.440 debitur dengan total ATK Rp. 29,2 triliun.
Program penjulan asset Properti (PPAP) tahap I – IV menghasil-kan tingkat pengemba-lian rata-rata 120% sebanyak 2.702 unit properti dengan face value sebesar Rp. 1,10 triliun.Program penjulaan asset kredit dilaksanakan meliputi
Pendirian perusahaan perseroan (persero) di bidang pengelolaan asset. Maksud dari pendirian perusahaan tersebut adalah untuk melakukan pengelolaan aset negara yang berasal dari Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) setelah pengakhiran tugas dan pembubaran BPPN.
364
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
menjadi Rp 4,49 triliun.c) Tahap disposal, meningkat menjadi Rp 4,49 triliun.
risasi 107 debitur dengan nilai ATK pokok sebesar Rp 61,03 triliun.
83.238 debitor dengan total hutang pokok sebesar Rp. 105,28 triliun.
Penerima-an Program Penjualan Asset Strategis (PPAS) sebesar Rp. 2,61 triliun.
Melalui Keputusan Presiden Nomor 15 tahun 2004 Tanggal 27 Februari 2004, tentang Pengakhiran tugas dan pembubaran BPPN.
2. Tercapainya nilai pemulihan aset hasil restrukturisasi utang di BPPN, termasuk melalui divestasi, yang diupayakan semaksimal mungkin
Hasil penjualan tahun 2000 adalah sebesar Rp.2,9 triliun dari ATK pokok Rp. 7,4 triliun atau recovery
Hasil penjualan tahun 2001 adalah sebesar Rp.9,3 triliun dari ATK pokok Rp. 19,7 triliun atau
Hasil penjualan tahun 2002 adalah sebesar Rp.27,9 triliun dari ATK pokok Rp. 109,26 triliun atau
Hasil penjualan tahun 2003 adalah sebesar Rp.7,37 triliun dari ATK pokok Rp. 65,7 triliun atau
Hasil penjualan tahun 2003 adalah sebesar Rp.0,47 triliun dari ATK pokok Rp. 6,6 triliun atau
365
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
mencapai tingkat pemulihan 70% hingga tahun 2004.
rate tahun 2001 adalah sebesar 38,7 % Setoran tunai ke APBN tahun 2000 adalah sebesar Rp.18,9 triliun
Setoran Tunai Non APBN adalah sebesar Rp.1,8 Triliun.
recovery rate sebesar 47,3 %
Setoran tunai ke APBN tahun 2001 adalah Rp. 28 triliun
Setoran obligasi tahun 2001 adalah Rp. 20,5 triliun.
recovery rate tahun 2002 adalah sebesar 25,6 % Setoran Tunai ke APBN tahun 2002 adalah Rp. 35,2 triliun.
Setoran obligasi tahun 2002 adalah Rp. 7,5 triliun.
Setoran diluar APBN sebesar Rp.5,6 triliun terdiri dari :
PMS Bank Permata:
recovery rate tahun 2003 adalah sebesar 11,2 %Setoran Tunai ke APBN tahun 2003 adalah Rp. 19,7 Triliun,
Setoran obligasi 2003 adalah sebesar Rp. 6,4 triliun
Setoran tunai Non APBN adalah sebesar Rp. 2,4 triliun.
recovery rate tahun 2003 adalah sebesar 7,2 % Secara total periode tahun 1999-2004 recovery rate untuk ATK adalah 22,99%.Setoran Tunai ke APBN tahun 2004 adalah Rp. 5 triliun,Setoran Tunai Non APBN 2004 adalah Rp. 4 triliun,
366
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Total realisasi setoran 2003 adalah Rp. 20,7 triliun.
Total realisasi setoran 2001 adalah Rp. 48,5 triliun.
Rp. 2,9 triliun
Premi Penjaminan dan Pemba-yaran kupon obligasi pemerintah Rp. 2,6 triliun
Total realisasi setoran 2002 adalah Rp. 48,7 triliun.
Total realisasi setoran 2003 adalah Rp. 28,5 triliun.
Total realisasi setoran 2004 adalah Rp. 9 rilyun. Secara total periode 1999 – 2004 realiasai setoran APBN adalah sebesar Rp. 172,5 triliun dengan target
367
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
APBN sebesar 141,3 trlyun atau mencapai 122%.
Penjualan aset PKPS melalui program MSAA dan MRNIA adalah sebesar Rp. 5,7 triliun dari nilai akuisisi Rp.6,2 triliun atau recovery rate = 91%.
Penjualan aset PKPS melalui program MSAA dan MRNIA adalah sebesar Rp. 10,38 triliun dari nilai akuisisi Rp.24,7 triliun atau recovery rate = 42 %.
Penjualan aset PKPS melalui program MSAA dan MRNIA adalah sebesar Rp. 2,3 triliun dari nilai akuisisi Rp.4,2 triliun atau recovery rate = 55 %.
Penjualan aset PKPS melalui program MSAA dan MRNIA adalah sebesar Rp. 2,5 triliun dari nilai akuisisi Rp.6,78 triliun atau recovery rate = 37 %.
Penjualan aset PKPS melalui program MSAA dan MRNIA adalah sebesar Rp. 20,93 triliun dari nilai akuisisi Rp.42,45 triliun atau recovery rate = 49 %.
Jumlah Pemegang Saham (PS) yang wajib
10 PS yang tidak menandata-ngani
KKSK membentuk Tim Bantuan
KKSK membuat kebijakan antara lain:
Dari 10 PS yang telah diserahkan ke aparat
368
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
PKPS = 54 debitur.44 PS menandatangai PKPS melalui skema:a) MSAA = 5 PSb) MRNIA = 4 PSc) APU = 35 PSDari 44 PKPS, terdapat 5 PS melakukan cash Settlement sehingga total PKPS = 39 PS .10 PS. tidak menandatangani PKPS.
perjanjian diserahkan kepada aparat penegak hukum yang terkait.
Hukum (TBH) dan Tim Pengarah Bantuan Hukum (TPBH), untuk mengkaji kepatuhan terhadap perjanjian PKPS. Dikeluar-kan Inpres No.8/2002 untuk mengatur kapastian hukum bagi debitur yang telah menyelesaikan kewajiban sesuai dengan PKPS.
Tanggal 27 Februari memutuskan pemegang Sertifikat Bukti Hak (SBH) dan tidak termasuk DOT diwajibkan untuk menggunakan proceed SBH untuk membeli saham pemerintah.Tanggal 10 April, dibentuk Tim Gabungan PKPS untuk penanganan perkara pidana dan perdata. Tindak lanjut Inpres
hukum terdapat 1 PS yang menandatangani PKPS.Status 30 April 2004 dari 40 perjanjian PKPS sbb :a) MSAA = 5 debitur sudah selesai.b) MRNIA = 2 debitur selesai dan 2 debitur dalam proses.c) APU = 17 debitur selesai, 6 debitur dalam proses dan 8 debitur
369
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
8/2002 dikeluarkan Surat Keterangan Lunas (SKL) kepada 5 PS.
non kooperatif.
Dikeluarkan SKL kepada 17 PS sehingga total yang mendapat SKL = 22 PS.2 PS MRNIA tidak diberikan SKL karena dijual. 8 debitur yang non kooperatif diserahkan kepada penegak hukum.Penanganan lebih lanjut dilakukan oleh Tim Pemberesan
370
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
BPPN.
Kasus penyelesaian hukum tahun 2000 yang telah ditangani oleh Litigasi, adalah sebanyak 2.920 perkara.
Kasus penyelesaian hukum tahun 2001 yang telah ditangani oleh Litigasi, adalah sebanyak 2.570 perkara.
Penanga-nan hukum ditahun 2002 adalah sebanyak 1.891 perkara atau telah mengalami penurunan perkara sebanyak 679 dari tahun 2001.
Penanga-nan hukum tetap dilanjutkan. Penanganan kasus per 30 Juni 2003 sebanyak 1.585 kasus menjadi 1.361 kasus per Desember 2003.
Sampai 23 Februari 2004 jumlah perkara adalah 1.273 perkara dimana didalamnya terdapat perkara-perkara hak tagih BPPN terhadap 447 debitur dengan total nilai pokok utang senilai Rp.20,1 triliun.
3. Tersedianya data utang swasta yang lengkap, akurat dan tepat waktu
Bank Indonesia mengeluar-kan peraturan
Bank Indonesia melakukan revisi surat
Secara bulanan BI telah mengeluar-
Monitoring secara bulanan terus dilaksanakan
Monitoring secara bulanan terus
371
No. Program Pembanguna
n Nasional
Indikator Kinerja PROPENAS 2000
Pencapaian Indikator Kinerja
2001 2002 2003 2004 *)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
tentang kewajiban pelaporan hutang luar negeri melalui: PBI No.2/22/PBI/2000 tanggal 2 Oktober 2000. SE No.2/20DLN tanggal 9 Oktober 2000
edaran yang telah dikeluarkan melalui: SE No.3/12/DLN tanggal 8 Juni 2001 tentang Perubahan SE No.2/20DLN tanggal 9 Oktober 2000
kan laporan tentang posisi hutang Luar negeri swasta baik Lembaga Keuangan maupun Non Lembaga Keuangan.
. dilaksanakan.
372
21. Implementasi Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
1.Terwujudnya secara bertahap alokasi antar daerah dari dana perimbangan yang dapat menunjang pembiayaan daerah untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat dan pelaksanaan wewenang daerah
2. Terlaksananya desentralisasi fiskal yang searah dengan upaya menurunkan defisit APBN
1.Ditetapkan-nya Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Restribusi Daerah
2.Direkomen-dasikannya
1.Tersusun-nya draft revisi Undang Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua atas Undang Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
2. Direko-
1. Ditetapkan Keppres Nomor 109 Tahun 2003 tentang DAU Propinsi, Kabupaten dan Kota TA 2004
2. Ditetapkan-nya Keppres Nomor 1 Tahun 2003 tentang Dana Alokasi Umum (DAU)
1. Tersusun-nya draft Revisi UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah (dalam proses pengesahan parlemen)
373
pembatalan 80 Perda Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
3. Ditetapkan-nya Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 104 tahun 2000 tentang Dana Perim-bangan
4. Ditetapkan-nya Kepmenkeu Nomor 685/KMK.
mendasikan-nya pembatalan 40 perda melalui Surat Menkeu No.S-70/MK.07/2002 tanggal 14 Maret 2002 dan 52 Perda melalui Surat Menkeu No. S-26/ MK.07/ 2002 tanggal 18 Desember 2002
3. Ditetap-kannya SK Menkeu Nomor 544/KMK.07/ 2002 tanggal 31 Desember 2002 tentang
Daerah Provinsi dan Daerah Kab/Kota TA. 2003
3. Ditetapkan Kepmenkeu Nomor 23/KMK.07/2003 tentang Penerapan Perincian Dana Penyeimba-ng TA. 2003 kepada Daerah Propinsi, Kabupaten/Kota
4. Ditetapkan Kepmenkeu Nomor 538/KMK.07/2003 tentang Peta Kapasitas untuk Propinsi,
374
07/2001 tentang Penetapan Rincian Dana Penyeim-bang Tahun Anggaran 2002 kepada Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota
5. Ditetapkan-nya Kepmenkeu Nomor 491/KMK.02/2001 tentang Alokasi Dana Alokasi Khusus (DAK)- Dana Reboisasi (DR)
Penetapan Alokasi dan Pedoman Umum Pengelolaan Dana Alokasi Khusus non Dana Reboisasi TA. 2003
4. Tersusun-nya rancangan Kepmenkeu tentang Perencanaan, Pengelolaan/ Penatausahaan, Pemantauan Pinjaman Luar Negeri Pemerintah kepada Daerah
5. Terciptany
Kabupaten, Kota dan untuk Daerah Pemekaran 2002
5. Ditetapkan-nya Kepmenkeu Nomor 548/KMK.07/2003 tentang Penetapan Alokasi dan Pediman Umum Pengelolaan Dana Alokasi Khusus non Dana Reboisasi TA. 2004
6. Ditetapkan Kepmenkeu Nomor 578/KMK.07/2003 tentang Penetapan
375
APBN Tahun Anggaran 2001
6. Ditetapkan-nya Kepmenkeu Nomor 99/KMK.07/2001 tentang Penundaan Pelaksanaan Pinjaman Daerah
7. Ditetapkan-nya Kepmenkeu Nomor 625/KMK.01/2001 mengenai perubahan atas Kepmenkeu Nomor 99/KMK.07/2001 tentang Penundaan
a APBD online sebagai Implementasi Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD)
6. Tersusunnya Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
7.Tersusunnya draft perubahan PP Nomor 115 Tahun 2000 tentang Pembagian Hasil Penerimaan PPh Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh pasal 21 antara Pemerinta
Rincian Dana Penyesuaian TA. 2004 kepada Daerah Propinsi, Kabupaten/Kota
7. Ditetapkan-nya Kepmenkeu Nomor 579/KMK.07/2003 tentang Perubahan ketiga atas Kepmenkeu No. 99/KMK.07/2001 tentang Penundaan Pelaksanaan Pinjaman Daerah
376
Pelaksanaan Pinjaman Daerah
8. Ditetapkan-nya Kepmenkeu Nomor 382/KMK.07/2001 tentang Penetapan Rincian Jumlah Dana Kontinjensi untuk Bantuan pengalihan personil, peralatan, pembiayaan, dan dokumen (P3D) kepada Pemerintah Daerah
9. Ditetapkan-nya Kepmenke
h Pusat dan Pemerintah Daerah
8. Direkomen-dasikannya usulan pembentu-kan/ pemekaran Daerah Provinsi/Kabupaten/ Kota
9. Tersusunnya Kepmenkeu Nomor 47/ KMK.07/2002 tentang Tata Cara Penyaluran Dana Otonomi Khusus Provinsi Papua
10. Ditetap-
377
u Nomor 451/KMK.07/ 2001 tentang Penetapan Rincian Jumlah Dana Kontinjensi untuk Bantuan kepada Pemerintah Daerah yang mengalami surplus marjinal setelah pengalihan personil, peralatan, pembiayaan, dan dokumen (P3D) dan daerah yang membutuh-kan bantuan perlakuan khusus
kannya Kepmenkeu Nomor 540/KMK.07/2002 tentang Perubahan kedua atas Kepmenkeu No. 99/KMK.07/2001 tentang Penundaan Pelaksanaan Pinjaman Daerah
378
10.Ditetapkan-nya Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2001 tentang Informasi Keuangan Daerah
11.Ditetapkan-nya Kepmenkeu Nomor 141/KMK.07/2001 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) dan Kepmenkeu Nomor 154/KMK.07/2001 tentang Bentuk dan Tata Cara Penyam-
379
paian Infor-masi Keua-ngan Daerah
22. Pengembangan Ekspor
1. Meningkatnya nilai dan volume ekspor, terutama ekspor nonmigas dalam periode tahun 2000-2004 diperkirakan meningkat rata-rata sebesar 11,9 persen per tahun
2. Meningkatnya keragaman ekspor terutama produk industri berbasis pertanian, pertambangan, dan kelautan
Ekspor non migas sebesar 47,757 miliar USD
Keragaman ekspor relatif tidak berubah, bersumber pada 16 komoditi utama.Ekspor produk pertanian sebesar 2,728 miliar USD, sedangkan
Menurun sebesar 8,53 persen dibanding tahun 2000 atau menjadi 43,685 miliar USD.
Keragaman ekspor relatif tidak berubah, bersumber pada 16 komoditi utama.Dibanding tahun 2000, ekspor produk pertanian
Dibanding tahun 2001, ekspor non migas menjadi 45,046 miliar USD atau meningkat 3,12 persen.
Keragaman ekspor relatif tidak berubah, bersumber pada 16 komoditi utama.Ekspor produk pertanian meningkat dibanding tahun 2001
Dibanding tahun 2002, ekspor non migas menjadi 47,407 miliar USD atau meningkat 5,24 persen.
Keragaman ekspor relatif tidak berubah, bersumber pada 16 komoditi utama.Dibanding tahun 2002, ekspor produk pertanian
…
…
…
380
3. Meningkatnya kontribusi UKM dalam ekspor
4. Meningkatnya efektivitas kelembagaan perdagangan internasional
ekspor produk pertam-bangan sebesar 3,041 miliar USD
Kontribusi Ekspor non migas UKM terhadap total ekspor non migas sebesar 15,49 persen
…
menurun menjadi sebesar 2,453 miliar USD, sedangkan ekspor produk pertambangan meningkat menjadi sebesar 3,570 miliar USD.
Kontribusi Ekspor non migas UKM terhadap total ekspor non migas sebesar 16,24 persen
menjadi sebesar 2,589 miliar USD, sedangkan ekspor produk pertambangan meningkat menjadi sebesar 3,744 miliar USD.
Kontribusi Ekspor non migas UKM terhadap total ekspor non migas sebesar 15,51 persen
sedikit menurun menjadi sebesar 2,543 miliar USD, sedangkan ekspor produk pertambangan meningkat menjadi sebesar 3,996 miliar USD.
Kontribusi Ekspor non migas UKM terhadap total ekspor non migas sebesar 15,47 persen
Peningkatan perluasan pasar non tradisional (Hongaria, Thailand & Brasil) serta Penetrasi pasar ke Negara Mesir, Chili dan Panama.
381
Meningkat-nya upaya perluasan pasar luar negeri ke negara tujuan ekspor non kuota.
Penetrasi pasar di negara-negara Eropa Timur dan perluasan jaringan informasi pasar ekspor untuk eksportir di Jawa bagian timur.
Penetrasi pasar di negara Amerika Latin dan perluasan jaringan informasi pasar ekspor untuk eksportir di wilayah Indonesia bagian Timur.
23. Penataan dan Penguatan Basis Produksi dan Distribusi
1. Meningkatnya nilai tambah sektor produksi dan distribusi
Peningkatan PDB industri pengolahan 6,2 persen
Peningkatan PDB sektor perdagangan, hotel
Peningkatan PDB industri pengolahan 4,1 persen
Peningkatan PDB sektor perdagangan, hotel
Peningkatan PDB industri pengolahan 4,0 persen
Peningkatan PDB sektor perdagangan, hotel
Peningkatan PDB industri pengolahan 3,5 persen
Peningkatan PDB sektor perdagangan, hotel
Peningkatan PDB industri pengolahan Trwl 5,5 persen. Terhadap tahun sebelumnya.
Peningkatan PDB sektor perdaganga
382
2. Meningkatnya produktivitas usaha
3. Meningkatnya penggunaan kandungan lokal
4. Meningkatnya kontribusi nilai tambah sektor industri dari wilayah luar pulau Jawa
dan restoran 5,9 persen
Ditandai dengan meningkat-nya utilisasi kapasitas industri nasional menjadi 61,7 persen.
Kandungan lokal bahan baku industri sebesar 61,59 persen
PDRB Industri Pengolahan di propinsi-propinsi
dan restoran 5,3 persen
Ditandai dengan meningkat-nya utilisasi kapasitas industri nasional menjadi 62,4 persen.
Kandungan lokal bahan baku industri sebesar 64,06 persen
PDRB Industri Pengolahan di propinsi-propinsi
dan restoran 3,6 persen
Ditandai dengan meningkat-nya utilisasi kapasitas industri nasional menjadi 62,8 persen.
PDRB Industri Pengolahan di propinsi-propinsi selain Jawa sebesar Rp.
dan restoran 3,7 persen
Ditandai dengan meningkat-nya utilisasi kapasitas industri nasional menjadi 65,3 persen.
n, hotel dan restoran Trwl 6,1 persen terhadap tahun sebelumnya.
…
383
selain Jawa sebesar Rp. 28,8 triliun.
selain Jawa sebesar Rp. 29,9 triliun.
30,9 triliun.
24. Penguatan Pranata Iklim Kompetitif dan Non-Diskriminatif
1. Diterapkannya perundang-undangan pendukung iklim kompetisi
2. Menurunnya tarif impor dalam rangka mendukung strategi industrialisasi
Diberlakukannya pelaksanaan UU No. 5 Tahun 1999 ttg persaingan usaha dan dibentuknya KPPU
Pelaksanaan SK Menkeu No. 378/1996 tentang penurunan tarif bea masuk.
KPPU menyelesai-kan dua kasus pelanggaran persaingan usaha.
Pelaksanaan SK Menkeu No. 378/1996 tentang penurunan tarif bea masuk.
KPPU menyelesai-kan tujuh kasus pelanggaran persaingan usaha.
Pelaksanaan SK Menkeu No. 378/1996 tentang penurunan tarif bea masuk.
KPPU menyelesai-kan 10 kasus pelanggaran persaingan usaha
SK Menkeu No. 547/2003, tentang penetapan tarif bea masuk impor sebagai pelaksanaan harmonisasi tarif nomenklatur se
…
Finalisasi harmonisasi tarif sebagai tindaklanjut Inpres No.5/2003.
384
3. Berkurangnya hambatan investasi, terutama investasi langsung luar negeri
Keppres 118/2000: mengurangi jumlah bidang usaha yang tertutup bagi penanaman modal dengan jumlah bidang usaha yang tertutup bagi PMA. Rencana PMA yg disetujui US$ 15,3 miliar
PP 83/2001: melepas ketentuan dalam PP 20/94 yang menyatakan bahwa PMA hanya dapat dilakukan dalam upaya penyelematan dan penyehatan perusahaan.Keppres 127/2001: mengurangi jumlah bidang usaha yang dicadangkan dan yang hanya terbuka untuk usaha besar dengan
Terwujud-nya pelaksanaan desentralisasi penanaman modal.Pembahasan draft RUU Penanaman modal Pembentukan Satgas Penanaman ModalPendirian Indonesia First CenterRencana PMA yg disetujui US$ 9,7 miliar
ASEAN (SK. Menkeu 545/2003)
Pembaha-san draft RUU Penanaman Modal Penetapan sebagai Indonesia Investment Year Rencana PMA yg disetujui US$ 13,2 miliar
Keppres 29/2004 mengenai pengurusan perijinan investasi satu atapPembahasan dan pemantapan draft RUU penanaman modal
385
syarat kemitraanPengumuman Investment PolicyStatement.Rencana PMA yg disetujui US$ 15,0 miliar
4. Tersedianya mekanisme dan forum komunikasi pengembangan usaha
5. Berkembangnya jaringan informasi pasar dan teknologi bagi kegiatan produksi dan distribusi
_
_
Terbentuk-nya pusat solusi bisnis
Tersusunnya informasi teknologi tepat gunaTersedianya informasi tematik terkait dengan
Mantapnya pelaksanaan pusat solusi bisnis
Tersusunnya informasi teknologi tepat gunaTersedianya informasi tematik terkait dengan
Pelaksanaan Forum Ekspor bersamaan dengan pameran produk ekspor
Pendirian kantor promosi ekspor regional.
Peningka-tan informasi
Terbentuk-nya Sistem Informasi Potensi Ekonomi (SIPE) yang mengakomodasi kebutuhan data dan informasi, terutama dalam menarik minat investor
…
386
klaster industri
klaster industri
pasar lelang agribisnis
25. Penguatan Institusi Pasar
1. Menurunnya tarif impor dan perlakuan diskriminatif
2. Tersedianya perangkat peraturan/perundang-undangan yang mendukung pengembangan perdagangan barang dan jasa
3. Menurunnya hambatan perdagangan dalam negeri
_
…
…
_
Pemantapan RUU pengaturan lalu lintas barang dan jasa
Terciptanya jaringan dagang guna peningkatan ekspor nonmigas
_
Tersusunya kajian penyempurnaan RUU Perdagangan dan jasa
Terciptanya jaringan dagang guna peningkatan ekspor nonmigas
_
Tersusunnya RUU perdagangan dan jasa
…
_
Pembahasan Akhir Finalisasi RUU Perdagangan dan jasa
Terbitnya Keppres RI No. 57 Tahun 2004 tentang Penetapan Gula sebagai Barang Dalam Pengawasan Terbitnya Keppres
387
RI No. 58 Thn 2004 tentang Penanganan Gula Yang Diimpor Secara Tidak Sah. Terbitnya Peraturan pemerintah RI No. 19 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No.11 Tahun 1962 tentang Perdagangan Barang-barang Dalam Pengawasan.
4. Terciptanya pasar lelang sebagai
Terciptanya institusi
Pengkajian pembentuk
Terbentuknya pasar
Terbentuk-nya pasar
Terbentuk-nya pasar
388
sarana transparansi pembentukan harga dan pasar yang berkeadilan.
pasar lelang spot di 7 lokasi untuk komoditi karet di Jambi dan 4 lokasi untuk komoditi kakao di kabupaten Asahan, Sumut.
an pasar lelang di beberapa daerah yang berpotensi.
lelang forward komoditi agro di jawa barat
Memper-pendek mata rantai perdagangan. Meningkatkan posisi rebut tawar petani. Memberi-kan kepastian harga, kualitas, penyerahan tepat waktu dan biaya penyimpa-nan paling
lelang forward komoditi agro di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
lelang forward komoditi agro di Purwokerto, Riau, Medan, DKI, Sumbar, Sulsel dan Sulut.
389
rendah.26. Pengembang
an Pariwisata7. Jumlah wisatawan:
a. nusantara
b. mancanegara
105 juta
5,064 juta
103 juta
5,154 juta
107 juta
5,033 juta
110 juta
4,470 juta
n.a.
1,800 juta8. Jumlah devisa
yang diterima (US$)
5,741 miliar
5,411 milyar
4,496 milyar
4,030 miliar
1,600 miliar
9. Jumlah produk/objek wisata
600 buah 660 buah 720 buah 750 buah 760 buah
27. Peningkatan Iptek Dunia Usaha
1. Tersedianya peraturan keringanan pajak atas biaya litbang dan pengadaan peralatannya
1.Naskah Akademis RUU Sistem Nasional Iptek.
1.Adanya kesepakatan substantif RUU Sistem Nasional Iptek.
1.Diundang-kannya UU No. 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengem-bangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Sisnas P3 Iptek)
1.Terselesai-kannya naskah Akademis RPP tentang alih teknologi yang juga membahas tentang penerimaan dana hasil pelayanan jasa teknologi
1.Kesepaka-tan substantif dengan stakeholder mengenai RPP alih teknologi.
2. Tersedianya peraturan yang mempermudah unit litbang untuk
1.Naskah Akademis RUU
1.Adanya kesepakatan substantif
1.Diundang-kannya UU No. 18
390
bermitra dengan dunia usaha
Sistem Nasional Iptek.
RUU Sistem Nasional Iptek.
Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengem-bangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Sisnas P3 Iptek)
3. Tersedianya peraturan yang lebih fleksibel tentang pemanfaatan dana dari hasil pelayanan teknologi
1.Naskah Akademis RUU Sistem Nasional Iptek.
1.Adanya kesepakatan substantif RUU Sistem Nasional Iptek.
1.Diundang-kannya UU No. 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Sisnas P3
1.PP Tarif atas Jenis PNBP LAPAN yang mengijinkan pemanfaatan sebesar 91% dana PNBP dari hasil distribusi data satelit pengindera-an jauh
391
Iptek)
4. Tersedianya peraturan yang memudahkan sebaran pengaruh (spin off) dari lembaga litbang
1.Naskah Akademis RUU Sistem Nasional Iptek.
1.Adanya kesepakatan substantif RUU Sistem Nasional Iptek.
1.Diundang-kannya UU No. 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Sisnas P3 Iptek)
5. Meningkatnya jumlah perusahaan yang mempunyai unit litbang
1.Terlaksananya Riset Unggulan Kemitraan (RUK sebanyak 14 kegiatan
1.Terlaksananya Riset Unggulan Kemitraan (RUK) sebanyak 31 kegiatan.
1.Terlaksananya Riset Unggulan Kemitraan (RUK) sebanyak 46 kegiatan, serta 19 kegiatan lanjutan
1.Terlaksananya Riset Unggulan Kemitraan (RUK) sebanyak 35 kegiatan.
1.Terlaksananya Riset Unggulan Kemitraan (RUK) sebanyak 27 kegiatan.
392
2.Adanya 5 perusahaan yang memiliki unit litbang terkait program katalis teknologi
2.Pemata-ngan 5 perusahaan terkait dengan litbang yang berdampak ekonomi
2.Dihasilkan lagi 1 industri hasil kemitraan riset
3.Jumlah perusahaan yang memiliki unit litbang terkait program katalis teknologi sebanyak 9 buah
6. Meningkatnya kontribusi dunia usaha dalam pembiayaan litbang
1.Disempurnakannya program RUK dalam menarik minat
1.Terlaksananya Riset Unggulan Strategis Nasional (RUSNAS)
1.Terlaksananya Riset Unggulan Strategis Nasional (RUSNAS)
1.Terlaksananya Riset Unggulan Strategis Nasional (RUSNAS)
1.Terlaksananya Riset Unggulan Strategis Nasional (RUSNAS)
393
industri untuk berperan serta dalam kegiatan RUK
yang mencakup bidang: Teknologi Informasi & Mikroelektronika (Radio Sonde, Pengembangan Wireless multimedia internet), Buah-buahan Unggul (Manggis, Pepaya, Pisang dan Nenas), serta Teknologi Kelautan (Ikan Kerapu).
mencakup 6 bidang utama, yaitu : Teknologi Informasi & Mikroelektronika, Buah-buahan Unggul, Teknologi Kelautan, Permesinan, Industri Hilir Kelapa Sawit, Diversifikasi Pangan
mencakup 6 bidang utama, yaitu : Teknologi Informasi & Mikroelektronika, Buah-buahan Unggul, Teknologi Kelautan, Permesinan, Industri Hilir Kelapa Sawit, Diversifikasi Pangan
2.Kontribusi industri dalam pendanaan RUK
mencakup bidang utama, yaitu : Teknologi Informasi & Mikroelektronika, Buah-buahan Unggul, Teknologi Kelautan, Permesinan, Industri Hilir Kelapa Sawit, Diversifikasi Pangan, dan energi
394
(Riset Unggulan Kemitraan), sebanyak 35 kegiatan riset
7. Meningkatnya jumlah perusahaan modal ventura
1.Terselesaiakannya rancangan instrumen insentif start-up capital bagi pengembangan UKM berbasis teknologi
1.Terlaksananya uji coba sistem insentif permodalan awal bagi 13 calon perusahaan pasangan usaha (PPU) yang siap dan layak usahanya, 4 diantaranya mendapat persetujuan prinsip
1.Terlaksananya uji coba sistem insentif permodalan awal bagi10 perusahaan pasangan usaha yang siap dan layak usahanya.
1.Terlaksananya uji coba sistem insentif permodalan awal bagi 6 penerima perusahaan pasangan usaha yang siap dan layak usahanya
8. Meningkatnya jumlah wirausaha sebagai hasil spin off
… … … … …
9. Meningkatnya jumlah wirausaha pengguna
1.Dikem-bangkanny
1.Tersedia-nya sistem
1.Terlaksananya
1.Terlaksananya
1.Terlaksanakannya
395
layanan teknologi, terutama usaha kecil, menengah dan koperasi dan/atau berbasis sumberdaya lokal
a skema sistem insentif untuk pemberda-yaan UKM melalui pemanfaatan hasil riset tepat guna untuk mendukung pengembangan produk unggulan daerah
insentif untuk pemberda-yaan UKM bagi pemanfaatan hasil-hasil riset (teknologi tepat guna) untuk mendukung produk-produk unggulan daerah
2.Terlaksananya program SiptekMan (Sistem Insentif Penguatan Teknologi dan Manajemen) bagi 11 UKM.
SiptekMan pada 11 kelompok UKM yang tersebar di 10 propinsi
2.Beroperasinya Pusyantis yang melakukan pelayanan jasa teknologi dan pengembang inkubator pelayanan jasa informasi bagi UKM
SiptekMan pada 28 kelompok UKM yang terdiri dari 14 UKMK baru dan 14 UKMK lanjutan (tahun ke 2).
2.Terlaksananya program Prida yang membiayai 12 kegiatan.
program Idamantek, yang merupakan pengga-bungan dan penyempur-naan program Prida dan Siptekman. Pada tahun 2004 diseleksi 49 proposal.
2.Terseleksinya 1 proposal Program Asuransi Teknologi
396
3.Dibentuk-nya Pusyantis (Pusat Pelayanan Teknik, Informasi, dan Standarisasi) dan balai unit pelaksana teknis di berbagai lembaga litbang yang berfungsi melakukan pelayanan jasa teknologi
di daerah
3.Terlaksa-nanya Program Asuransi Teknologi untuk pendayagunaan hasil iptek oleh industri dengan melibatkan perusahaan asuransi dalam menjamin resiko kerugian atau kerusakan yang timbul akibat kegagalan proses scaling up dari suatu teknologi
3.Terlaksa-nanya program PERISKOP (program evaluasi sains teknologi untuk pembangu-nan) di 10 daerah meliputi Padang, Medan, Bandung, Semarang, Yogya, Surabaya, Samarinda, Manado, Makasar dan Mataram ditambah hasil assessment pada awal
397
tahun 2003 yaitu Batam.
2.Pengguna pelayanan jasa kalibrasi alat ukur radiasi sebanyak 1450, pengguna pelayanan evaluasi Thermoluminousence Dosimeter (TLD) sebanyak 2197 buah, serta pengguna pelayanan pengawasan keselamatan dan pemantauan tingkat kontaminasi
4.Diterapkannya berbagai teknologi tepat guna melalui diseminasi teknologi
4.Terselesai-kannya beberapa kajian percepatan kemitraan pemanfaatan hasil litbang dan teknologi dalam memperkuat daya saing industri nasional (Katalis Teknologi)
4.Dijalankannya Program Asuransi Teknologi sebanya 2 kegiatan.
398
radionuklida yang menghasil-kan 586 sertifikat.
3.Pelatihan teknologi tepat guna bidang proteksi radiasi dan radiografi sebanyak 12 kali
4.Dimanfaatkannya paket teknologi dalam bidang pertanian di 22 daerah, dan peternakan di 23 daerah.
5.Pengujian MSTQ (Metrology, Standardization, Testing and Quality Assurance) untuk memperkuat kapasitas pelayanan lembaga litbang
6.Penggun
5.Tersosialisasikannya program Prida berupa suatu model diseminasi hasil riptek yang berguna untuk mendukung peningkatan investasi daerah.
6.Dimanfa
5.Dimanfaatkannya iptek inderaja untuk penentuan kesesuaian lahan tanaman palawija, pengkajian potensi ekonomi 21 pulau-pulau kecil strategis di Indonesia, dan untuk pengembangan budidaya perikanan pantai serta inventarisasi sumber daya pesisir dan laut.
6.Dikemba
399
a pelayanan jasa kalibrasi alat ukur radiasi sebanyak 1418, pengguna pelayanan evaluasi Thermoluminousence Dosimeter (TLD) sebanyak 2541 buah, serta pengguna pelayanan pengawasan keselamatan dan pemantauan tingkat kontaminasi radionuklida yang menghasil-kan 1020 sertifikat
atkannya hasil litbang dan teknologi untuk memperkuat daya saing industri nasional (Katalis Teknologi); kajian pengembangan periskop dan integrasi program UKM
ngkannya inkubator pelayanan jasa inderaja bagi UKM di daerah, dengan melakukan pelatihan pemanfaatan teknologi inderaja terhadap unit-unit usaha UKM.
7.Dimanfaa
400
7.Pelatihan teknologi tepat guna bidang proteksi radiasi dan radiografi sebanyak 15 kali
7.Terjalin-nya kemitraan dengan produsen makanan melalui pemanfaatan data satelit penginderaan jauh untuk penentuan kesesuaian lahan untuk tanaman palawija.
t-kannya sistem konversi energi angin (SKEA) untuk pompa air dan penyediaan listrik di daerah terpencil, dengan bekerja sama dengan swasta; pemanfaatan jaringan komunikasi data; tracking and monitoring system; serta informasi gangguan komunikasi untuk mendukung komunikasi
401
8.Dimanfaatkannya paket teknologi dalam bidang pertanian di 60 daerah, peternakan di 38 daerah, pengembangan teknologi di 8 daerah, sumber daya alam dan lingkungan di 1 daerah
8.Dimanfaatkannya hasil litbang iptek nuklir di bidang pertanian, peternakan, industri, air dan kesehatan
9.Terbinanya SDM dalam rangka pembentu-kan Inkubator Layanan
data antar kecamatan dan pemanfaatan di daerah konflik.
8.Meningkatnya pelaksanaan iptek di daerah (iptekda) mencakup tujuh bidang kegiatan yang tersebar di 10 propinsi dan 22 kabupaten/ kota
9.Meningkatnya kemampuan teknologi dan kemandirian masyarakat
402
Jasa Informasi Inderaja di daerah.
10.Terlaksa-nakannya pelatihan nelayan dan staf dinas perikanan di 6 daerah perairan (Manado, Makassar, Bali Selatan, Cilacap,
pedesaan, pemberda-yaan masyarakat melalui pengemba-ngan dan implemen-tasi teknologi tepat guna, serta aplikasinya dalam pertanian untuk pengembangan usaha ekonomi.
403
Pekalongan dan Bengkulu) dalam penggunaan informasi zona potensi ikan11.Pemberdayaan dan pemasyarakatan iptek di pedesaan, serta pelatihan berbagai teknologi tepat guna di pedesaan, tersedia 6 model dan 45 modul pelatihan.
12.Pengguna pelayanan jasa kalibrasi alat ukur
10.Pembentukan Business Teknology Center (BTC) di
404
radiasi sebanyak 4384, pengguna pelayanan evaluasi Thermoluminousence Dosimeter (TLD) sebanyak 28.514 buah, serta pengguna pelayanan pengawasan keselamatan dan pemantauan tingkat kontaminasi radionuklida yang menghasil-kan 783 sertifikat
13.Terlak-sanakannya pelatihan teknologi
beberapa daerah, yang memberikan pelayanan teknologi untuk memperce-pat interaksi antara dunia usaha dengan technology supplier di daerah
11.Pengguna pelayanan
405
tepat guna bidang proteksi radiasi dan radiografi sebanyak 3 kali
14.Dimanfa-atkannya paket teknologi dalam bidang pertanian di 53 daerah,
jasa kalibrasi alat ukur radiasi sebanyak 1750, pelayanan evaluasi Thermoluminousence Dosimeter (TLD) sebanyak 8312 buah, serta pengawasan keselamatan dan pemantauan tingkat kontaminasi radionuklida yang menghasil-kan 800 sertifikat
12.Terlaksa-nakannya pelatihan teknologi
406
peternakan di 49 daerah, pengemba-ngan teknologi di 4 daerah, kesehatan 4 daerah, sumber daya alam dan lingkungan di 6 daerah, serta bidang industri di 2 daerah
tepat guna bidang proteksi radiasi dan radiografi sebanyak 11 kali13.Pemanfa-atan paket teknologi dalam bidang pertanian di 45 daerah, peternakan di 26 daerah, pengembangan teknologi di 3 daerah, serta kesehatan 1 daerah
10. Tersedianya data statistik dasar, sektoral, dan khusus yang
_ _ 1.Identifikasi, definisi
1.Diterbitkan-nya Buku
1.Diterbitkan-nya Buku
407
lengkap, akurat dan tepat waktu
dan pengumpulan data Indikator Iptek
Saku Indikator Iptek Indonesia Tahun 2002 yang memuat 30 indikator
Saku Indikator Iptek Indonesia Tahun 2003
28. Diseminasi Informasi Teknologi
1. Tersedianya informasi peluang usaha dan peningkatan nilai tambah teknologi bagi berbagai industri dan daerah, terutama yang berbasis sumberdaya lokal
1.
Disusunnya rencana penyebarluasan informasi teknologi melalui Program Wairntek (Warung Informasi Teknologi)
1. Terseleng- garanya Warung informasi Teknologi (Warintek) dengan telah diterbitkan-nya basis data Warintek yang berupa CD-ROM seri mencerdas-kan bangsa seri 1 yaitu mengenai
1. Terlaksana nya program Warintek, dan telah berdiri warintek sebanyak 1000 buah.
1. Telah berdiri sebanyak 1207 Warintek yang tersebar di 26 propinsi dengan komposisi 57 merupa-kan insentif KRT, 400 Warintek Mandiri yang merupakan inisiasi
1. Telah berdiri 25 Warintek baru di 10 propinsi
408
teknologi tepat guna untuk memba-ngun UKM/IKM daerah dan telah disebarkan sekitar 10.000 keping CD-ROM.
2. Diselesai-kannya rancangan model Ipteknet, E-government, Sistem Informasi Daerah (Simda), Komputer Murah (Komura), Kantor Maya (Kantaya 1), dan Winword Bahasa
2. Diselesai-kannya Ipteknet, E-government, Sistem Informasi Daerah (Simda), Komputer Murah (Komura), Kantor Maya dikembang-kan menjadi Kantaya 2 dan Winword Bahasa Indonesia
masyarakat sendiri dan 750 Warintek yang mengguna-kan skema Bisnis yang dikembang-kan swasta.
2. Tersedia-nya data/ informasi iptek dirgantara dan pelayanan kepada pengguna, baik dunia usaha, pemerintah, maupun masyarakat yaitu berupa Pelayanan
2. Disempur-nakannya program penyebar-luasan informasi iptek dengan mengga-bungkan program Perpustaka-an Digital ke dalam Warintek.
409
Indonesia (Winbi)
(Winbi) Jasa Informasi Dirgantara, Pelayanan Jasa Produk Pengindera-an Jauh, Pelayanan Jasa Gangguan Komunikasi Radio, serta Pemanfaat-an Teknologi Pengindera-an Jauh untuk Inventarisasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan (ISDAL). Penyediaan data ini dimanfaat-kan untuk pertanian;
410
3. Dikem-bangkannya Perpustaka-an Digital yang bersifat sektoral
3.Terba-ngunnya sistem jaringan intranet/internet, updating serta disain
komunikasi antar pulau terutama daerah-daerah terpencil yang belum terjangkau jaringan komunikasi/telepon; pengem-bangan wilayah; pengamatan, pemantauan dan perlin-dungan lingkungan; serta penyusunan neraca sumber daya alam spasial daerah atau penyusunan potensi
3. Tersedia-nya informasi bidang nuklir melalui pameran tetap dan keliling sampai Triwulan I sebanyak
411
untuk penyebaran informasi iptek secara digital dengan mudah, murah, cepat dan efektif
4. Tersedia-nya database kemampuan teknologi client, dunia usaha, dan pemerintah daerah
database dan website
4. Dilaksana-kannya program Radio Publik, Program Radio Internet, Program TV Publik sebagai sarana penyebaran informasi dalam rangka meningkat-kan peran dan fungsi media alternatif
sumber daya alam beberapa daerah.
3. Pengem-bangan jaringan dan sistem informasi keanekaragaman hayati nasional.
4. Peningkatan koleksi informasi iptek, diseminasi informasi iptek, peningkata
17 kali serta seminar 1 kali
412
5. Dikem-bangkannya model keterkaitan terintegrasi antar sistem informasi iptek nasional melalui interkoneksi Jaringan informasi Nasional dengan propotipe model yang disajikan dalam bentuk website
6. Dikem-bangkanny
untuk penyebaran info iptek
5.Diresmi-kannya Pusat Peragaan Iptek (Puspa Iptek) di Jawa Timur Park, Kota Batu Malang dan Kota Baru Parahyangan Bandung dalam rangka pembudaya-an Iptek dikalangan masyarakat terutama di daerah
6. Dikem-bangkanny
n sarana dan pengelolaan perpustaka-an iptek, serta alih media informasi iptek.
5. Pengem-bangan informasi alat-alat mesin pertanian (alsintani-Net) untuk menunjang ketersediaan pangan.
413
a Sarana Hubungan Publik Kegiatan Riptek Melalui Multimedia
7. Pemasya-rakatan iptek dengan mempromosikan Pusat Peragaan
a Digital Museum melalui pembuatan Basis Data dan Simulasi Teknologi Informasi bagi kepentingan promosi iptek untuk museum
7. Terseleng-garanya pameran riptek, tersedianya layanan informasi dalam
6. Pemasaran dan promosi iptek, ensiklopedi teknologi sederhana, pengem-bangan sentra promosi iptek, diseminasi iptek kelautan, dan pengembangan sistem inovasi iptek melalui penyusunan pelayanan
414
Iptek (Puspa Iptek) melalui peragaan iptek keliling (outreach).
8. Sosialisasi dan promosi hasil-hasil riset melalui pameran, jurnal iptek, serta media massa cetak dan elektronik.
bentuk cetak (leaflet, bulletin, company profile)
8. Tersedia-nya informasi berupa peta dasar rupabumi berbagai skala beberapa daerah di Indonesia, peta navigasi udara, peta lingkungan pantai Indonesia (LPI), peta garis pangkal dan ZEE, serta standar metadata nasional
terpadu dalam pemanfaatan
7. Penyebaran info iptek dan pengembangan nilai-nilai masyarakat di tingkat lokal melalui radio publik.
8. Tersedianya informasi bidang nuklir melalui publikasi jurnal ilmiah
415
9.Terbangun-nya sistem jaringan intranet/internet beberapa lembaga sebagai pendukung sistem administrasi perizinan dan inspeksi
10.Disain dan updating website beberapa lembaga sebagai sarana layanan informasi iptek kepada
9. Informasi aktivitas matahari dan interaksi dengan bumi, informasi orbit satelit
10.Prototipe sistem pemantauan wahana bergerak
11.Informasi tentang pasar informasi inderaja di
sebanyak 2 buah, pameran tetap dan keliling 48 kali serta seminar 9 kali
416
masyarakat
11.Terseleng-garanya pameran Riptek dan Harteknas
12.Tersedia-nya layanan informasi dalam bentuk cetak (leaflet, bulletin), bertambahnya koleksi buku dan jurnal ilmiah dalam negeri dan luar negeri
daerah (Sumatera, Jawa, Bali, dan Sulawesi)
12.Terwujud-nya kesesuaian analisa sistem informasi standardisai dengan konsep ISONET yang meliputi pangkalan data, persyaratan teknis, ICS, dan Root Thesaurus
13.Terinte-grasinya data bidang standar dan penilaian
417
13.Terben-tuknya jaringan informasi standarisasi (INSTANET) antar pusat standarisasi di lingkungan departemen/LPND, terbangun-nya simpul layanan informasi standarisasi di 9 propinsi, serta tersedianya paket informasi standarisasi dalam bentuk pangkalan
kesesuaian serta terbitnya Warta, Senarai, dan Direktori Lembaga Sertifikasi
418
data maupun terbitan yang dapat diakses dengan mudah oleh pengguna maupun stake holder
14.Terdistri-businya informasi standar internasio-nal ke panitia teknis dan stakeholder (draft standar, jurnal, warta, direktori dan senarai SNI)
15.Pangkalan
14.Terseleng-garanya sosialisasi standarisasi, diseminasi publikasi dan informasi, serta konvensi nasional standarisasi
15.Tersusun-nya Sistem Informasi Akreditasi Laborato-rium
16.Tersusunnya silabus kurikulum baku
419
data abstrak dalam bahasa Inggris
16.Pengem-bangan dokumen pandang dengar
17.Tersedianya modul basis data perizinan dan pustaka, data dasar
pengenalan dan dokumentasi Sistem Manajemen Mutu SNI 9001 dan terlaksana-nya forum diskusi standarisai
17.Tersedianya basis data perizinan zat radioaktif dan radiasi, perizinan bahan nuklir, dan laporan hasil inspeksi reaktor.
420
limbah, fasilitas radioterapi/ kedokteran nuklir dan petugas proteksi radiasi
18.Pengem-bangan data base riptek dan dokumentasi hasil riptek
19.Pengem-bangan unit layanan T-Com bagi IKM/UKM
18.Program Pemasya-rakatan dan Kemitraan Hasil Litbang Iptek Nuklir
19.Sosialisasi dan promosi hasil-hasil riset baik melalui pameran, jurnal iptek, maupun melaui media massa baik cetak maupun elektronik
20.Informasi ekonomi sumber
421
20.Tersedianya informasi berupa peta dasar rupabumi berbagai skala beberapa daerah di Indonesia, peta navigasi udara, peta lingkungan pantai Indonesia (LPI), basis metadata, serta Standar Nasional Produk Survey dan Pemetaan
daya alam untuk pengelolaan ekosistem mangrove, terumbu karang dan penggunaan lahan Kep. Seribu dan Kep. Karimun Jawa
20.Informasi untuk arahan pengemba-ngan budi daya dan produkti-vitas
422
21.Tersedia-nya sejumlah informasi paket teknologi tentang pemanfaatan iptek nuklir di bidang non-energi sejumlah 11 paket, serta penginfor-masian bidang nuklir melalui pameran tetap dan keliling 39 kali serta seminar 5 kali
22. Tersedia-nya penerapan ISO 14000
tertinggi kacang tanah di P. Jawa dan Lampung
22.Informasi untuk arah-an lokasi pengembangan budi daya ikan kerapu, fisik perairan dan sosial ekonomi masyarakat pesisir Situbondo
23.Tersedia-
423
23. Tersedia-nya pangkalan data dan informasi standarisasi yang menyeluruh
nya dan terdistribusi-nya informasi harian zona potensi ikan bulan Januari hingga Desember 2002 pada 6 daerah perairan (Menado, Makasar, Bali Selatan, Cilacap, Pekalongan dan Bengkulu)
24.Operasio-nalisasi komputeri-sasi bank data, dan buku yang
424
berisi informasi sumber daya tumbuhan di Asia Tenggara
25.Tersedia-nya sejumlah informasi paket teknologi tentang pemanfaatan iptek nuklir di bidang non-energi sejumlah 10 paket, serta penginformasian bidang nuklir melalui publikasi jurnal ilmiah sebanyak 6 buah,
425
pameran tetap dan keliling 37 kali serta seminar 6 kali
26. Terseleng-garanya pemasya-rakatan standar-disasi melalui dialog interaktif di media cetak dan elektronik
27. Terlatihnya 120 orang dalam TQM dan HACCP di 5 daerah
28.
Tersusun-nya
426
silabus kurikulum baku pengenalan dan dokumentasi sistem manajemen mutu SNI 9001 dan terbentuk-nya forum diskusi standar-disasi
1. Pemetaan Rupabumi:
Peta Rupabumi yang dihasilkan mencakup wilayah Sumatra, jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku Kalimantan, Sulawesi,
1. Pemetaan Rupabumi
1622 Nomer Lembar Peta (NLP) digital Jawa, bali, NTT, NTB dan Maluku Tenggara skala 1:25.000 25 NLP Peta
1. Pemetaan Rupabumi:
22 NLP Peta rupabumi sebagai wilayah Papua dan Maluku skala 1:250.000
1. Peta rupabumi skala 1:250.000 wilayah provinsi DKI, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Sulawesi sebanyak 15 NLP dalam format
Pemetaan dasar RBI skala 1:50K wilayah Kalteng dan Kalsel. Penyusunan basisdata geospasial 1:50.000 Kalbar. Peningkatan kapasitas
427
Papua skala 1:10.000, 1:25.000, 1:50.000, 1:100.000, 1:250.000 dan 1:500.000 sebanyak 2408 NLP (analog) dan digital sebanyak 2413 NLP. Sedangkan untuk skala 1:1.000.000 sebanyak 34 NLP. Selain itu juga dipetakan wilayah Timtim 1:25.000 sebanyak 112 NLP dan 1:50.000 sebanyak
Rupabumi skala 1:10.000 kawasan Jakarta Barat, Bekasi, Karawang dan wilayah Kota Mataram. 4 NLP peta rupabumi digital skala 1:250.000 wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah. 21 NLP peta digital kawasan DAS Membrano skala 1:25.000.
Autocad dan Arc/Info.
dan kemampuan system pemetaan digital. Pemetaan dasar rupabumi skala 1:50.000 Kaltim, Kalteng dan Kalsel. Pemetaan dasar RBI skala 1:500.000 dengan generalisasi sebagian wi Indonesia. Pemetaan RBI skala 1:250K Papua dan Kalimantan. Penyusunan Basisdata Geospasial
428
10 NLP. Jenis peta lain yang dihasilkan seperti peta Radar, peta Foto, peta Citra mencakup wilayah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua skala 1:50.000, 1:100.000 dan 1:250.000 sebanyak 1.273 NLP.
2. Pemetaan Dasar Kelautan dan kedirgantaraan 23 NLP peta Batimetri
2. Pemeta-an Dasar Kelautan dan Kedirgantaraan Peta Lingkungan Pantai Indonesia (LPI)
2. Pemetaan Dasar Kelautan dan Kedirgantaraan:
Pembuatan 15 NLP peta LPI skala 1:50.000 dan 5 NLP Revisi skala 1:50.000 Penyiapa
2. Peta rupabumi skala 1:50.000, wilayah Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan sebanyak 300 NLP.
1:50K Sulawesi. Disemina-si produk PDRTR wi Sumatera Penyelenggaraan bimbingan teknis SAPP dan inventarisasi BMKN Sosialisasi dan fasilitasi Jabfung surveyor dan pemeta. Kajian dan Eva dalam rangka reposisi BAKOSURTANAL pemantauan tindak lanjut pekerjaan. Pembuatan peta LPI
429
skala 1:250.000, 33 NLP peta Medan Magnit skala 1:250.000, 44 NLP peta lingkungan laut Nasional skala 1:50.000, 128 NLP peta Lingkungan Pantai Indonesia skala 1:50.000 dan 1:250.000, 9 NLP peta Navigasi Udara skala 1:25.000, 2 NLP peta Enroute
daerah Flores skala 1:250.000 sebanyak 5 NLP dan 1:50.000 sebanyak 5 NLP. Peta Enroute Indonesia 1:3.000.000 sebanyak 4 NLP dan Enroute Manado 1:250.000 sebanyak 2 NLP serta Peta Navigasi Udara Bandara Sam Ratulangi Manado dan Syamsudin Noor Banjarmasin 1:25.000 masing-
n peta garis pangkal dan ZEE wilayah perairan Indonesia dalam rangka penyerahan ke PBB sebanyak 15 NLP skala 1:1.000.000 dan 64 NLP peta garis pangkal skala 1:2.000.000 terkoreksi. 4 NLP peta Navigasi Udara skala 1:25.000 Bandara Palu, Pontianak, Yogya dan Bandung
1:250K format desktop kartografi dan GIS. Pemetaan dan penyediaan data spasial utama kedirgantaraan. Survei hidrografi wilayah pantai NTT, Kaltim, Babel dan Riau. Pembuatan sistem pemantauan obyek bergerak di laut. Pengelola-an basis data spasial kelautan dan kedirgantaraan.
430
skala 1:3.000.000, serta peta digital Sumber Daya Kelautan meliputi: 15 NLP peta ZEE, 33 NLP peta ALKI dan 64 NLP peta garis Pangkal.
masing 1 NLP.
3. Penyusu-nan Basisdata
Basisdata geografis digital (6 tema, 15 subtema), data hill shading skala 1:50.000 sejumlah 30 NLP. Basisdata toponimi dan gasetir wilayah NTT.5.Pembina
serta 1 NLP revisi peta Enroute skala 1:3.000.000. Penyusunan database kelautan dan kedirganta-raan.
3. Penyusunan Basisdata
20 NLP Basisdata spasial rupabumi wilayah Sulawesi, 362 NLP Basis DEM sebagian wilayah Banten, DKI, dan Jawa Barat skala
3. Basisdata peta rupabumi skala 1:250.000 sebanyak 15 NLP dalam format yang homogen.
Sosialisasi pamern, rakor dan penyusunan NPPSS. Penegasan dan pemetaan batas negara di laut. Pengkajian, penegasan dan pemetaan batas wilayah daerah. Pembinaan dan pengembangan basisdata SI taswil negara dan daerah. Survei hidrografi pantai Kaltim. Survei demarkasi
431
an system jaringan dan Standarisasi Data Spasial Basis data metadata versi II Standarisasi Nasional produk surta sebanyak 9 Standar Nasional Indonesia (SNI) Pengembangan Homepage BAKOSURTANAL (www.bakosurtanal.go.id) Pembinaan dan pemasyarakatan SIGNAS
1:25.000 1.753 NLP Basis data vector (hidrologi, batas administrasi) dan nama-nama geografi yang terintegrasi wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan Maluku Tenggara, Basis data peta kab/kota skala khusus Semarang, Ciamis dan Probolinggo, 77 NLP Basis data toponimi dan gasetir wilayah
4. Peta tata ruang nasional skala 1:1.000.00
dan pemetaan perbatasn RI-PNG. Survei demarkasi dan pemetaan perbatasn RI-Malaysia. Pembangunan, pembinaan dan pengembangan Basis data dan SI Taswil negara dan daerah. Densifikasi jarring kontrol hizontal di Babel dan Jawa. Penguku-ran leveling di jatim Orde 1 Pengikatan
432
melalui Rakortek SIG.
Nusa Tenggara Timur.
4. Pembinaan Sistem Jaringan dan Standarisasi Data Spasial:
Pembinaan dan pengem-bangan IDS pada 4 daerah melalui pertemuan teknis dan koordinasi antar stake dan share holders pusat maupun daerah, penyelenggaraan Rakortek SIG,
0 sebanyak 36 NLP, tema pola pemanfaatan ruang nasional (revisi).
Pasut Prigi. Pengembangan operasionalisasi, pemelihara-an pasut. Pemodelan geometric geodinamika di wil Indonesia dan Asia Tenggara. Survei gayaberat Nasional KGN dan hitungan geoid. Pengembangan dan pemeliharaan jaringan St tetap GPS XI. Pengembangan database untuk WEB tahap II.
433
operasionalisasi secretariat IDSN, penyusunan pedoman penyelenggaraan IDS, dokumen pengembangan SIG dan penyelenggaraan pertemuan Fora IDS. Bertambah jaringan LAN BAKOSURTANAL, berikut sarana dan pedoman penggunaan intranet dan internet BAKOSURTANAL. Standar Metadata Nasional
Rapat koordinasi teknis geodesi dan geodinamika. Penyelenggaraan fora infrastruktur data spasial. Penyelenggaraan sistem jaringan. Penyelenggaraan metadata. Pembangunan standar nasional data utama.
434
hasil kesepakatan dengan Instansi/Institusi penghasil dan pengelola data spasial, aplikasi Sistem Penyajian Standar Metadata Nasional berisi metadata dari 10 Instansi/Institusi yang ditayangkan pada web. Dokumen manajemen mengenai data utama yang ada di berbagai instansi, tersedianya
5. Peta batas wilayah Internasio-nal.
a. Peta Sinoptik Sementara
435
dokumen yang dapat menjelaskan istilah-istilah tentang data utama dan seluruh komponen-nya yang terkait.
Batas Yurisdiksi dan Kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia skala 1:5.000.000 sebanyak 1 NLP (updating)
b. Peta batas negara di laut RI-RDTL skala lebih besar 1:75.000 berikut koordinat geodetik sebanyak 30 pilar batas (hasil pemasangan baru) dan hasil kajian interpretas
436
i/ identifikasi dan delineasi garis batas RI-RDTL dengan mengguna-kan citra satelit dan Digital Terrain Model (DTM).
c. Peta garis pangkal batas maritim sebanyak 198 titik; peta skala 1:200.000 sebanyak 63 NLP (updating)
d. Peta Batas Wilayah Internasio-nal antara Indonesia: Malaysia, PNG, RDTL. 8
437
titik di pulau Sebatik. Koordinat hasil survei delineasi sepanjang 228 km, 13 titik. Peta skala 1:25.000 sebanyak 17 NLP wilayah Timor.
6. Peta batas wilayah administrasi
a. Peta batas administrasi seluruh Indonesia (overview), skala 1:3.500.000, sebanyak 1 NLP.
b. Peta batas Kabupaten
438
dan Kota skala 1:50.000, sebanyak 10 NLP wilayah Kabupaten Kupang, provinsi Kalimantan Barat antara Kab. Sambas, Sintang & pemkot Sintang ditetapkan diukur pilar batas Kabupaten/Kota Kupang sebanyak masing-masing 10 pilar dengan mengguna-kan teknologi GPS.
439
7. Basisdata batas wilayah 30 NLP peta batas darat dan laut yang dimasukkan dalam format database tersebut.
8. Peta Lingkungan Pantai Indonesia (LPI) skala 1:250.000 Wilayah Provinsi Gorontalo sebanyak 3 NLP, Sulawesi Tenggara 1 NLP, Jawa Timur/Jawa Tengah sebanyak 3 NLP,
440
Kalimantan Barat sebanyak 2 NLP.
9. Peta Dasar Kedirgan-taraan
a. Peta Navigasi Udara (World Aeronau-tical Chart/ WAC) skala 1:1.000.000 sebanyak 5 NLP; Wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, sebagian Sumatera.
b. Peta Lingkungan Bandar Udara
441
Indonesia (LBI) skala 1:25.000, sebanyak 2 NLP, Bandara Djalaludin Gorontalo dan Wolter Monginsidi-Kendari.
10.Basisdata spasial kelautan dan kedirgantaraan berupa peta LBI skala 1:25.000 dalam format system informasi geografis (Mapinfo)
442
11.Spesifikasi teknis Kelautan dan Kedirgan-taraan & disusunnya Norma, Pedoman, Prosedur, Standar dan Spesifikasi (NPPSS) bidang kelautan dan kedirgan-taraan
12.Sistem jaringan
13.Metadata Standar Federal GeoSpatial Data Committee (FGDC) yang diperguna-kan
443
sebagai standar Meta Data Spasial Nasional (MDSN) & Meta Data Spasial Nasional berbasis web dengan mengacu kepada standar FGDC dan Sistem Direktori Data Spasial Nasional (DDSN)
14.Kamus data berbasis web. Standar Nasional Indonesia untuk data spasial
444
BAKOSURTANAL dan terbentuk-nya Komisi Teknis 211S (Technical Committee/TC211).
15. Fora IDSN
16. Pemba-ngunan Simpul Data dan Informasi
17. Pemban-gunan dan Pengem-bangan Sistem Tayang Langsung Data Spasial Berbasiskan Teknologi
445
Informasi dan Komunikasi
18.Jaringan Kontrol Horizontal, Vertikal dan Pasang Surut (pasut).
- 20 titik kontrol geodesi Orde I di Kalimantan Barat.- Titik Kontrol vertical nasional sebanyak 60 titik di Kalimantan Selatan.- Penentuan acuan awal tinggi orthometris secara nasional di 54 stasiun
446
yang tersebar diseluruh NKRI.- Penentuan dan pengemb-angan model geoid melalui survei gaya berat untuk menghasil-kan peta undulasi geoid yang homogen untuk tingkat local dan global.
19.Visuali-sasikan Basisdata Geodesi dan Geodinami-ka dalam web.
20. Sosiali-
447
sasi Jabatan Surveyor Pemetaan.
2. Tersedianya bantuan informasi teknologi sebagai pelengkap berbagai skim kredit usaha, terutama bagi usaha kecil menengah dan koperasi
1. Pengemba-ngan program dan strategi penyebar-luasan informasi iptek dengan memanfaat-kan sumberdaya lokal di setiap daerah
2.Terlaksana-nya Program
1. PDT (Program Diseminasi Teknologi) sebanyak 25 kegiatan
2. Terseleng-garanya Warung
1. Tersedia 108 paket teknologi berupa 95 paket PDT (Program Diseminasi Teknologi) dan 13 paket PU (Program Unggulan)
2. Dikembang-kannya basis data
1. Melalui penerapan iptek di daerah, dimanfaat-kannya bantuan informasi hasil risert yang well proven, layak dari segi teknis serta ekonomi, untuk pemberdayaan dan penumbu-han UKM berbasis iptek.
2. Dikembang-kannya basis data Warintek.
1.Disempurna-kannya program penyebar-luasan informasi iptek dengan mengga-bungkan program Perpustaka-an Digital ke dalam Warintek.
448
Diseminasi Teknologi sebanyak 30 kegiatan
Informasi Teknologi (Warintek) yang meningkat-kan akses masyarakat terhadap informasi teknologi untuk dimanfaat-kan pada kegiatan ekonomi-nya, diterbitkan basis data seri 1 mengenai teknologi tepat guna untuk membangun UKM daerah
3. Melalui kegiatan Riset Unggulan Kemitraan (RUK),
Warintek sehingga dapat diakses sampai tingkat kecamatan, diterbitkan basis data seri 2 mengenai ketahanan pangan dan kesehatan, daftar istilah komputer dan perangkat lunak, serta teknologi alat pengolah bagi UKM dan industri.
3. Program
Telah dilaksana-kan Program Mobile Warintek berbasis perpustaka-an keliling
3. Pemberian bantuan 96 unit perangkat komputer kepada
449
mendorong pengem-bangan produk unggulan di sentra yang sudah ada dengan memberikan bantuan finansial maupun non finansial (berupa hasil penelitian), terdapat 51 kegiatan
4. Pemberian modal awal bagi pengem-bangan UKM berbasis teknologi (start up company) yang pada
Mobile Warintek dengan roadshow Jawa-Bali mengun-jungi 284 kecamatan
4. Melalui kegiatan Riset Unggulan Kemitraan (RUK), mendorong pengemba
sejumlah lembaga pendidikan dan masyarakat, untuk mendukung pengem-bangan Warintek Mandiri.
4. Dibangun- nya sarana berbagi informasi dengan pengemba-ngan perpustakaan digital (pustal), diberikan 15 insentif kepada lembaga/in
450
tahun ini kegiatannya berupa perancangan instrumen insentif yang akan diujicoba-kan pada tahun 2002
5.Pemberian bantuan penguatan teknologi dan manajemen melalui Program Siptekman terhadap 11 UKM
ngan produk unggulan di sentra yang sudah ada dengan memberikan bantuan finansial maupun non finansial (berupa hasil penelitian), terdapat 46 kegiatan
5. Pemberian modal awal bagi pengem-bangan UKM berbasis teknologi (start up company) terhadap 13 calon perusahaa
stitusi/perguruan tinggi untuk pengem-bangan pendo-kumentasian informasi lokal
451
6. Informasi pemanfaatan paten luar negeri yang kadaluwarsa yang disosialisasikan pada IKM/UKM untuk dapat memanfaatkan produk tersebut tanpa membayar royalti
n pasangan usaha
6. Pemberian bantuan penguatan teknologi dan manajemen melalui Program Siptekman yang juga dialokasikan terhadap 11 UKM
7. Sosialisasi dan dokumentasi SNI 17025 kepada 40 IKM serta diseminasi SNI 17025
452
di 6 daerah3. Meningkatnya jumlah
wirausaha pengguna informasi teknologi dan/atau pelayanan teknologi
1.
Penyusunan rencana penye-lenggaraan acara tahunan yang merupakan ajang sosi-alisasi dan promosi hasil-hasil iptek serta menjadi forum interaksi penghasil dan pengguna teknologi
1. Teseleng-garanya Pameran RITECH 2001 yang merupakan ajang bertemunya penghasil teknologi (litbang-litbang penelitian) dengan praktisi di bidang industri.
2. Penerbitan majalah Promaris, majalah iptek yang memuat promosi hasil-hasil iptek
1. Teseleng-garanya Pameran RITECH 2002
2. Penerbitan majalah Promaris, majalah iptek yang memuat promosi hasil-hasil iptek
3.
1.Teseleng-garanya Pameran RITECH 2003
2. Penerbitan majalah Promaris, majalah iptek yang memuat promosi hasil-hasil iptek
1. Penyeleng-garaan RITECH 2004
453
3. Pengguna ipteknet sejumlah 31 institusi, total jumlah pelanggan 581.000 orang, jumlah pengguna 4.200.000 orang
4. Pemanfaat-an model aplikasi data pengindera-an jauh untuk penataan ruang/pen
Beroperasi-nya Pusyantis (Pusat Pelayanan Teknik, Informasi, dan Standarisasi) untuk dapat dimanfaat-kan masyarakat dunia usaha untuk mendapat-kan pelayanan jasa teknologi
4. Pengguna ipteknet sejumlah 32 institusi, total jumlah pelanggan 667.002, total pengguna
454
gembangan wilayah, kehutanan, pertanian, pertambangan dan sumber daya mineral dan sebagainya
5.Dibentuknya Pusyantis (Pusat Pelayanan Teknik, Informasi, dan Stan darisasi)
4.500.000 orang
29. Peningkatan Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri
Meningkatnya jumlah dan nilai penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri
PMDN Persetujuan - Proyek 392 - Investasi Rp. 94 triliunRealisasi (Izin Usaha tetap)- Proyek
PMDN Persetujuan
- Proyek 264
- Investasi Rp. 58,8 tri- lyunRealisasi (Izin Usaha Tetap)
PMDNPersetujuan - Proyek 188 - Investasi Rp.25,2 triliunRealisasi (Izin Usaha Tetap) - Proyek
PMDNPersetujuan - Proyek 196 - Investasi : Rp. 50,1 triliunRealisasi (Izin Usaha Tetap) - Proyek
PMDNPersetujan - Proyek 72 proyek - Investasi : Rp. 15,8 triliunRealisasi(Izin Usaha Tetap) - Proyek
455
299 - Investasi Rp. 22 triliun
PMAPersetujuan - Proyek 1.542 - Investasi US$ 16,1 milyarRealisasi (Izin Usaha Tetap) - Proyek 637 -Investasi US$ 9.9 milyar
- Proyek 157 - Investasi Rp . 9,73 triliun
PMAPersetujuan Proyek 1.334 Investasi US$ 15,1 milyarRealisasi (Izin Usaha Tetap)- Proyek 445 - Investasi US$ 3.47 milyar
103 - Investasi Rp 12,03 triliun
PMAPersetujuan - Proyek 1.151 - Investasi US$ 9,8 milyarRealisasi (Izin Usaha Tetap) - Proyek 432
- Investasi US$ 3.07 milyar
110 - Investasi Rp. 11,53 triliun
PMAPersetujuan - Proyek 1.049 - Investasi US$ 13,6 milyarRealisasi (Izin Usaha Tetap) - Proyek 543 - Investasi US$ 5.34 milyar
39 - Investasi Rp. 8,1 triliun
PMAPersetujuan - Proyek 551 proyek- Investasi US$ 3,0 milyarRealisasi (Izin Usaha Tetap) - Proyek 230
- Investasi US$ 2.0 milyar
Tersedianya prosedur investasi yang lebih efisien dan efektif
Konsep RUU Penanaman Modal dibahas interdep
Konsep RUU Penanaman Modal selesai dibahas dalam rapat interdep
Konsep RUU Penanaman Modal sudah diajukan kepada Presiden melalui
Konsep RUU Penanaman modal dibahas kembali di Kantor Menko Perekonom
Menko Perekonomian dengan surat No. S-112/M.Ekon/04/2004 tanggal 22 April 2004
456
Pembahasan interdep perubahan PP No. 20/1994 tentang Kepemilikan Saham Dalam
dengan para pakar dan Kadin Indonesia
Terbitnya PP No. 83/2001 tentang perubahan atas PP No. 20/1994 tentang
Menteri Kehakiman dan HAM untuk dimintakan Izin Prakarsa
---
i-an bersama instansi terkait yang memutuskan untuk disusun kembali dengan materi yang disederhanakan untuk kemudian dibahas dalam sidang kabinet. Sampai akhir tahun 2003 RUU Penanaman Modal belum disampaikan ke DPR
---
kepada Sekretariat Negara meminta agar menyampai-kan penyempur-naan RUU Penanaman Modal ke DPR
---
457
Perusahaan Yang Didirikan Dalam Rangka PMA
Pembahasan interdep draft perubahan Keppres No. 99 tahun 1998 tentang Bidang/ Jenis Usaha Yang Dicadangkan Untuk Usaha Kecil dan Bidang/Jenis Usaha Yang Terbuka Untuk Usaha Menengah atau Besar
Kepemilikan Saham Dalam Perusahaan Yang Didirikan Dalam Rangka PMA
Penerbitan Keppres No. 127 Tahun 2001 tentang Bidang/Jenis Usaha Yang Dicadangkan Untuk Usaha Kecil dan Bidang/Jenis Usaha Yang Terbuka Untuk usaha menengah atau Besar Dengan Syarat
---
---
---
458
Dengan Syarat Kemitraan
Menyempurnakan ketentuan penanaman modal dalam Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penanaman Modal (PTPPM) tahun 1998
Pembahasan draft Investment Policy Statement (IPS)dengan ADB (ASEAN Develop-ment Bank) dan interdep
Kemitraan
Rancangan Penyempurnaan buku Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penanaman Modal (PTPPM) selesai dibahas dengan Interdep
Penetapan Investment Policy Statement (IPS) yang telah diumumkan bersama dengan ASEAN
Pencetakan buku PTPPM 2002
---
---
Penyele-saian penyempurnaan buku PTPPM 2002
---
---
Telah dicetak dan disebarkan kepada instansi terkait baik pusat maupun daerah
---
---
459
Penerbitan Keppres No. 90 tahun 2000 tentang Pendirian Kantor Perwakilan Perusahaan Asing (KPPA)
Keluarnya PP No. 148 tahun 2000 tentang Pemberian Fasilitas Fiskal Untuk Bidang Usaha Tertentu dan Lokasi tertentu
Pembahasa
Development Bank (ADB)
Penerbitan SK Kepala BKPM No. 22/SK/2001 tentang Pelaksanaan Keppres No. 90 Tahun 2000 tentang Pendirian KPPA
Penyusunan draftDaftar kriteria bidang usaha yang berhak mendapatkan fasilitas fiskal sesuai PP 148 tahun 2000
Draft hasil rapat interdep telah diserahkan kepada Menteri Keuangan untuk diproses sebagai Keppres
Rancangan Keppres tentang penyelenggaraan kewenangan penanaman modal
Draft hasil rapat interdep masih di Menteri Keuangan
Keppres No. 87 tahun 2003 tentang Tim Nasional Peningkata
Bersama-sama Ditjen Pajak menyusun kriteria yang lebih jelas bidang-bidang usaha dan daerah-daerah yang berhak mendapatkan fasilitas fiskal
Keppres No. 29 tahun 2004 tentang penyelenggaraan
460
n 3 draft Keppres : Penyelenggaraan kewenangan Penanaman Modal, Tatacara Penanaman Modal dan Tatacara Pengenda-lian Penanaman Modal
Penyusun-an 3 draft Keppres:- Penyelenggaraan kewenangan Penanaman Modal - Tatacara Penanaman Modal - Tatacara Pengenda-lian Penanaman Modal
diubah judulnya oleh Depdagri menjadi Tatacara Penyelenggaraan Penanaman Modal dan telah mendapat persetujuan dari Ditjen Otda selaku Sekretaris Tim Keppres 157/2000
n Ekspor dan Peningkatan Investasi, yang diharapkan dapat mengatasi hambatan-hambatan investasi
penanaman modal dalam rangka PMA dan PMDN melalui sistem pelayanan satu atap yang di-maksudkan untuk meningkat-kan pelayanan investasi kepada para investor.
3. Meningkatnya investasi di berbagai daerah
PMDN(Rp. Milyar) Jawa Sumatera Kalimantan Sulawesi Maluku
Persetujuan 17.499,9 37.848,4 5.823,0 31.934,1 --- 59,0
Persetujuan
20.386,0 9.307,9 3.781,9 20.015,1 --- 540,2
Persetujuan
12.781,4 6.023,8 2.669,6 3.469,3 68,0 28,8
Persetujuan 11.306,8 3.789,3 3.395,7 29.767,0 2,9 706,0
Persetujuan
10.464,3 3.757,1 851,0 550,6 ---
461
Bali NTB NTT Papua
Jawa Sumatera Kalimantan Sulawesi Maluku Bali NTB NTT Papua
PMA(US$. juta)
Jawa Sumatera Kalimantan Sulawesi Maluku Bali NTB NTT Papua
816,9 1,5 42,5
Realisasi (IUT)
14.235,52945,43925,6714,1…105,916,1…91,2
Persetujuan 11.053,2 3.072,1 208,8 74,5 0,1 201,5 1.407,9 5,0 52,5
Realisasi (IUT)
566,5 1.080,9 3.137,5
Realisasi (IUT)
5.093,72995,6754,4571,46,5311,6……
Persetujuan 5.742,2 2.356,7 246,6 81,1 9,3 518,9 4,8 1,2 6.095,5
Realisasi (IUT)
0,4 15,0 174,2
Realisasi (IUT)
10.611,4199,11.136,536,0…31,614,7……
Persetujuan 4.799,6 2.070,2 2.237,0 420,2 --- 86,5 119,7 2,5 59,7
Realisasi (IUT)
5,8 122,7 995,9
Realisasi (IUT)
9.696,51.138,4418,7275,51,30,3………
Persetujuan 7.445,8 1.541,2 979,5 391,5 3,0 203,0 2.805,6 0,4 220,8
Realisasi (IUT)
106,8 --- --- 44,0
Realisasi (IUT)
2.829,3151,65.023,091,7...............
Persetujuan
1.990,9 684,0 47,4 106,8 9,7 197,6 2,8 --- 10,0
462
Jawa Sumatera Kalimantan Sulawesi Maluku Bali NTB NTT Papua
8.270,9555,7479,411,51,046,60,26,1503,9
2.474,2901,653,67,11,828,50,35,3…
2.742,323,3188,660,5…3,42,3…4,1
4.617,3353,0109,2258,7…2,00,6…4,1
Realisasi (IUT)
1.359,0524,6110,6……4,7…2,4…
1. Menurunnya Incremental Capital Output Ratio (ICOR) dalam investasi
4,10 6,51 6,27 5,45 ---
30. Penataan Institusi Pasar Modal
Peran pasar modal dalam kegiatan ekonomi: a. Kapitalisasi
Pasar BEJ
b. Kapitalisasi Pasar BES
c. Nilai Kapitalisasi Pasar Saham Milik Pemodal Asing di BEJ
d. Nilai Emisi
Rp. 259,2 triliun.
Rp. 225,80 triliun.
Rp. 54,11 triliun.
Rp. 226,06
Rp. 239,27 triliun.
Rp. 197,90 triliun.
Rp. 46,54 triliun.
Rp. 231,34
Rp. 268,78 triliun.
Rp. 228,07 triliun.
Rp. 58,73 triliun.
Rp. 241,31
Rp. 466,37 triliun.
Rp. 404,95 triliun.
Rp. 103.95 triliun.
Rp.
Rp. 495,80 triliun (Juni 2004). Rp. 435,71 triliun (Juni 2004).Rp. 107,66 triliun (Juni
463
Saham (Kumulatif)
e. Nilai Emisi Obligasi Korporasi/Obligasi Koversi (Kumulatif)
f. Nilai perdagangan saham BUMN
g. Prosentase nilai perdagangan saham BUMN terhadap total nilai perdagangan BEJ.
triliun.
Rp. 28,79 triliun.
Rp. 20,02 triliun.
3,9%
triliun.
Rp. 31,66 triliun.
Rp. 24,93 triliun.
25,56%
triliun.
Rp. 37,81 triliun.
Rp. 30,26 triliun.
25,06%
251,28 triliun.
Rp. 63,49 triliun dan USD 105 juta.
Rp. 33,35 triliun.
27,1%
2004).
Rp. 254,58 triliun (Juni 2004). Rp. 72,43 triliun dan USD 105 juta (Juni 2004).Rp. 36,72 triliun (Juli 2004).29,8%
Meningkatnya peran serta masyarakat dalam kegiatan pasar modal:Perkembangan reksa
dana.
Nilai transaksi perdagangan saham BEJ.
Nilai transaksi perdagangan saham BES.
Rp. 5,52 triliun.
Rp. 122,77 triliun.
Rp. 9,98 triliun.
Rp. 8,00 triliun.
Rp. 97,52 triliun.
Rp. 2,72 triliun.
Rp. 46,61 triliun.
Rp. 120,76 triliun.
Rp. 11,51 triliun.
Rp. 69,48 triliun.
Rp. 125,46 triliun.
Rp. 3,10 triliun.
Rp. 86,20 triliun (Mei 2004).Rp. 123,39 triliun (Juli 2004).
Rp. 3,21 triliun (Juli 2004).
464
31. Restrukturisasi Perusahaan Negara
1. Tercapainya perusahaan Negara yang kondisi keuangannya sehat
102 BUMN
94 BUMN 112 BUMN
92 BUMN …
2. Penerimaan Negara dari hasil pajak dan dividena. Pajak (PPh dan
PPN)8,1 triliun 8,7 triliun 16,4 triliun 22,1 triliun ...
b. Dividen (dividen pada tahun tersebut merupakan hasil dari operasi tahun buku sebelumnya)
4,3 triliun 7,6 triliun 8,0 triliun 7,9 triliun 7,7*) triliun
3. Penerimaan Negara dari hasil privatisasi perusahaan negara
... 3,5 triliun rupiah
7,9 triliun rupiah
7,8 triliun rupiah
3,4 triliun rupiah **)
32. Mempertahan-kan Tingkat Jasa Pelayanan Sarana dan Prasarana
Meningkatnya kapasitas prasaranao Ju
mlah kecamatan yang terjangkau pelayanan pos
o Jumlah lokasi transmigrasi yang terjangkau pelayanan pos
o Kapasitas sentral telepon tetap
3.759
952
8.358.731
6.080.930
3.760
954
8.480.873
6.769.796
3.760
954
9.103.638
7.750.035
3.760
954
10.146.821
8.737.131
3.760
954
10.240.582
8.729.433
465
(satuan sambungan/ss)
o Kapasitas terpakai telepon tetap (ss)
Diterbitkan-nya Inpres No. 6 Tahun 2001 tentang Pengem-bangan dan Pendaya-gunaan Telematika di Indonesia
Diterbit-kannya Inpres No. 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-Government Terbentuknya model percontohan aplikasi e-government di 6 kabupaten/kota
Meningkatnya jumlah prasarana yang terpelihara dan berfungsi.
Meningkatnya efisiensi sistem jaringan Prasarana (% atau jumlah unit)
Selesainya pembangunan transmisi gas Jambi-Riau (Batam)-
Perjanjian Kerjasama pasokan gas antara PT PLN dan PT
466
Singapura
PGN
toring distribusi BBM
Telah dilakukan survey pelanggan dan non pelanggan Pertamina serta jenis BBM yang disurvei adalah : minyak solar, minyak bakar, minyak diesel dan minyak tanah, dengan daerah survei meliputi : Kep. Riau, Sumut, Banten, DKI,
Telah dilakukan survey non pelanggan Pertamina: industri, agen penyalur, pem-bangkit listrik, TNI Polri, Pelanggan Pertamina, pengguna BBM dengan peng-gunaan minimal tertentu. Jenis BBM yang disurvei adalah : minyak
Telah dilakukan survey non pelanggan Pertamina: industri, agen penyalur, pem-bangkit listrik, TNI Polri, Pelanggan Pertamina, pengguna BBM dengan peng-gunaan minimal tertentu. Jenis BBM yang disurvei adalah : minyak
Persiapan survey pelanggan dan non pelanggan Pertamina: industri, agen penyalur, pem-bangkit listrik, TNI Polri, Pelanggan Pertamina, pengguna BBM dengan peng-gunaan minimal tertentu. Jenis BBM yang disurvei
467
Jabar, Jateng, DIY, Jatim dan Sulut.
solar, minyak bakar, minyak diesel dan minyak tanah dan premium. Daerah survei meliputi : obyek yang belum disurvei di propinsi yang telah disurvei.
solar, minyak bakar, minyak diesel dan minyak tanah dan premium. Daerah survei meliputi : obyek yang belum disurvei di propinsi yang telah disurvei.
adalah : minyak solar, minyak bakar, minyak diesel dan minyak tanah dan premium. Daerah survei meliputi: obyek yang belum disurvei di propinsi yang telah disurvei.
Tersusun-nya hasil studi pengem-bangan Lap. Minyak tua di wilayah Cepu
Terlaksananya penyulu-han teknis pengembangan sumur-sumur minyak tua di
Tersusun-nya hasil studi kalayakan pengusahaan lap. Minyak tua di tinjau
468
dan sekitarnya
wilayah Sumatra Selatan dan sekitarnya
dari proyek skala kecil
bangunan PLTA Wonorejo dan PLTA Besai
Penyelesaian pembangunan PLTA Wonorejo dan PLTA Besai (2 x 14 MW)
Penyele-saian pembangunan PLTA Wonorejo dan PLTA Besai (2 x 14 MW)
Pem-bangunan PLTA Wonorejo selesai.
Penyelesaian pembangunan PLTA Besai (2 x 14 MW)
Penyele-saian pembangunan PLTA Besai (2 x 14 MW)
Pemb-angunan PLTA Sipansihaporas, PLTA Renun, PLTA Musi, PLTP Lahendong dan PLTA
Melanjut-kan pem-bangunan PLTA Sipansihaporas Unit 1 (17 MW), PLTA Renun (82
Melanjut kan pem-bangunan PLTA Sipansihaporas Unit 1 (17 MW), PLTA Renun (82
Melanjut-kan pem-bangunan PLTA Sipansihaporas Unit 1 (17 MW), PLTA Renun (82
Melanjut-kan pem-bangunan PLTA Sipansihaporas Unit 1 (17 MW), PLTA Renun (82
469
Peusangan, PLTA Batutegi, PLTA Bili-Bili
MW), PLTA Musi (3x70 MW), PLTA Batutegi (3x14 MW), PLTU Tarahan 3 dan 4 (2x100 MW), PLTA Peusangan (84 MW) dan PLTA Bili-Bili (20 MW)
MW), PLTA Musi (3x70 MW), PLTA Batutegi (3x14 MW), PLTU Tarahan 3 dan 4 (2x100 MW), dan PLTA Bili-Bili (20 MW)
Menyele-saikan pem-bangunan PLTP Lahendong (20 MW)
MW), PLTA Musi (3x70 MW), PLTA Batutegi (3 x 14 MW), PLTU Tarahan 3 dan 4 (2 x 100 MW), dan PLTA Bili-Bili (20 MW)
Menyele-saikan pembangunan PLTP Lahendong (20 MW)
Termo-nitornya dan pengujian sumur
MW), PLTA Musi (3x70 MW), PLTA Batutegi (3 x 14 MW), PLTU Tarahan 3 dan 4 (2 x 100 MW), dan PLTA Bili-Bili (20 MW)
470
Mataloko
33. Melanjutkan Restrukturisasi dan Reformasi di Bidang Sarana dan Prasarana
Selesainya peraturan dan undang-undang untuk mendukung reformasi/restrukturisasi sektor guna meningkatkan transparansi, akuntabilitas dan efisiensi (UU Ketenagalistrikan, UU Jalan, UU Infrastruktur, dll)
Terbentuknya Badan Independen
Diberlaku kannya UU Telekomu-nikasi No. 36 Tahun 1999
Perubahan badan hukum TVRI dan RRI menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan) setelah pembubaran Departemen Penerangan
Diselesaikannya dua PP dan beberapa Kepmen Perhubungan sebagai peraturan pelaksana UU No. 36 tahun 1999
Dilaku-kannya terminasi dini hak eksklusivitas PT Telkom sebagai penyelenggara lokal
Ditetapkannya UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran
Dilakukan-nya terminasi dini hak eksklusivitas PT Indosat sebagai penyelenggara SLI dan PT Telkom sebagai penyelenggara SLJJ
Perubahan status badan hukum TVRI dari Perjan menjadi Persero
Dibentuk-nya Komisi
Diselesai-kannya penyempurnaan 4 Kepmen Perhubungan dan penyusunan 3 Kepmen baru terkait dengan pelaksanaan kompetisi
Diselesai-kannya besaran dan mekanisme pembayaran kompensasi pemerintah kepada PT Telkom dan dari PT Indosat
471
penetapan tarif dan harga di masing-masing sektor
Penyiaran Indonesia
Terbentuk-nya Badan Regulasi Telekomu-nikasi Indonesia (BRTI) melalui Kepmen Perhubungan No. 31 Tahun 2003
Dilimpah-kannya sebagian kewenangan kepada BRTI Ditetapkannya rebalancing tarif dan kewajiban pembangunan baru. Diselaras-kannya izin penyeleng-garaan PT Telkom dan PT Indosat
Meningkatnya jumlah prasarana yang terpelihara dan meningkatnya efisiensi pengelolaan jasa pelayanan prasarana.
Penyempurnaan peraturan perundang-undangan
Penyusu-nan Rancangan Peraturan Pemrintah (RPP)
472
sebagai pelaksanaan UU tentang Migas sebanyak 7 buah.
Selesainya peraturan dan undang-undang untuk mendukung reformasi/ restrukturisasi sektor guna meningkatkan transparansi, akuntabilitas dan efisiensi (UU Ketenagalistrikan dll)
Tersusunnya RPP tentang Badan Pelaksana kegiatan usaha hulu migas dan Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian BBM dan kegiatan usaha migas melalui pipa
Tersusunnya 2 PP tentang Badan Pelaksana kegiatan usaha hulu migas dan Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian BBM dan kegiatan usaha migas melalui pipa
Tersusunnya UU No.27 Tahun 2003 Tentang Panas Bumi
Tersusunnya RUU Energi Hijau
Tersusunnya RUU tentang Minyak dan Gas Bumi
Ditetapkannya UU Nomor 22 Tahun 2001 tentang
473
Minyak dan Gas Bumi
Pembahasan dan penyelesaian Rancangan Undang-undang Ketenagalistrikan sebagai pengganti UU No. 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan
Penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) sebagai pelaksanaan UU tentang Ketengalistrikan sebanyak 8 buah.
Telah diterbitkannya PP No. 53 Tahun 2003 tentang Badan Pengawas Pasar Tenaga Listrik (BAPEPTAL)
Penyusu-nan draft Pedoman Pola Tetap Pengembangan Industri Ketegalistrikan (Blue Print Imple-mentasi UU
Penyusu-nan Pedoman Pola Tetap Pengembangan Industri Ketegalis-trikan (Blue Print Imple-mentasi UU
Tersusun-nya RPP tentang jual beli, sewa jaringan transmisi dan distribusi
474
20/2002 tentang Ketenaga-listrikan)
20/2002 tentang Ketenaga-listrikan)
Penyusu-nan draft Kepmen tentang Hubungan Pemegang Izin dengan Pelanggan
Penyusu-nan draft Revisi Kepmen tentang PPNS
Tersusun-nya Rancangan Kepmen tentang Staf Penunjang Badan Pengawas Pasar Tenaga Listrik
Tersusun-nya Rancangan Kepmen tentang Staf Penunjang Badan Pengawas Pasar Tenaga Listrik Tersusun-nya Rancangan Kepmen tentang
475
Infrastruktur dan RAB Bapeptal Tersusun-nya Kepmen tentang IUPL di wilayah Non Kompetensi Tersusun-nya Kepmen Izin Operasi Lintas Propinsi Tersusun-nya Kepmen tentang Hubungan Pemegang Izin dengan Pelanggan Tersusun-nya Revisi Kepmen tentang
476
PPNS UU 20/2002 tentang Ketenagalistrikan) Tersusun-nya Pedoman Pola Tetap Pengem-bangan Industri Ketega-listrikan
Meningkatnya jumlah kualias pelayanan yang memenuhi standar.
Penyele-saian Renegosiasi listrik swasta
Penyele-saian krisis penyediaan
Penyele-saian listrik swasta dngan status 6 sepakat LTA, 6 sepakat close out, 14 masih renegosiasi dan 1 proses arbritase
Penangan-an 33
Penyele-saian listrik swasta dengan status 13 sepakat LTA, 6 sepakat close out, 7 masih renegosiasi dan 1 proses arbritase
Penangan-an 28
Penyele-saian listrik swasta 18 sepakat LTA, 8 sepakat close out dan 1 proses arbitrase
Penangan-an 14 daerah
477
tenaga listrik
daerah krisis
daerah krisis
kritis
Penyusun-an Acuan Penetapan Harga Jual pada Pembangkit PLTA dan PLTD
Pelaksana-an Implemen-tasi Software Perhitungan Harga Jual Tenaga Listrik
Penyusun-an draft Pedoman Perhitungan Penyesuaian Tarif Listrik Otomatis
Tersusun-nya Acuan Penetapan Harga Jual pada Pembangkit PLTA dan PLTD
Implementasi Software Perhitungan Harga Jual tenaga listrik
Tersusun-nya Pedoman Perhitungan Penyesuaian Tarif Listrik Otomatis
478
Penyusun-an draft Pedoman Fasilitasi Penyelesaian Perselisihan di sektor Ketenagalistrikan
Penyusun-an draft Pedoman Fasilitasi Komersial Para Pelaku Pasar Dalam Era Pasar Kompetisi
Tersusun-nya Pedoman Fasilitasi Penyelesaian Perselisihan di sektor Ketenagalistrikan
Tersusun-nya Pedoman Fasilitasi Komersial Para Pelaku Pasar Dalam Era Pasar Kompetisi
34. Meningkatkan Aksesibilitas Masyarakat terhadap Jasa Pelayanan Sarana dan Prasarana
1. Meningkatnya keterjangkauan tarif terhadap tingkat pendapatan (daya beli) masyarakat
2. Berkurangnya keterisolasian wilayah oleh
Diselesaikannya pembangunan stadiun pemancar radio di Ende, Sintang, dan Toli-
Diberikan-nya dana kompensasi kepada PT Pos Indonesia dan Persero TVRI
Diselesai-kannya Kepmen Perhubungan tengan Kewajiban Pelayanan Universal
479
pelayanan jasa prasarana
toli untuk menunjang fungsi PSO Pem-bangunan fasilitas telekomuni-kasi di 3.016 desa
Berkurangnya keterisolasian wilayah oleh pelayanan jasa pelayanan.
Melaksa-nakan pengembangan energi perdesaan melalui pembangunan PLTS, PLTM dan PLTMH
Meman-faatkan energi baru terbarukan untuk penyediaan
Penamba-han aliran listrik untuk pedesaan yaitu: desa baru 328 desa, desa lama 875 desa
Penamba-han aliaran listrik untuk pedesaan yaitu: desa baru 235 desa, desa lama 762 desa
Dipersiap-kannya sosialisasi penghapusan subsidi BBM
Dikoordi-nasikannya dengan unit terkait persiapan penyusunan Rencana Induk Transmisi dan
480
energi perdesaan
Distribusi Gas Bumi 2004
Melaksanakan pengembangan listrik perdesaan melalui ekstensifikasi dan intensifikasi
Memanfaatkan potensi energi setempat/lokal yaitu energi baru terbarukan untuk penyediaan listrik perdesaan
Penambahan aliran listrik untuk perdesaan yaitu: desa baru 328 desa, desa lama 875 desa
Penambahan aliaran listrik untuk perdesaan yaitu: desa baru 235 desa, desa lama 762 desa
Pengem-bangan pembangkit-pembangkit skala kecil dan menengah untuk daerah perdesaan melalui skema pembangkit skala kecil dengan teknologi energi terbarukan (PSK TERSEBAR) baik yang terinterkoneksi dengan jaringan listrik (on-grid) maupun off-grid
481
Meningkatkan keterjangkauan tariff terhadap tingkat pendapatan (daya beli) masyarakat
subsidi BBM Rp 41 triliun
subsidi BBM Rp 30 triliun
subsidi BBM Rp 24.5 triliun
35. Pembangunan Sarana dan Prasarana TransportasiA.
Memperta-hankan tingkat pelayanan
1. Membaiknya kondisi jaringan jalan nasional, provinsi dan kabupaten
- Jalan nasional kondisi baik
83.0% 85.0% 86.5% 88.0% 90.0%
- Jalan provinsi kondisi baik
55.0% 60.0% 65.0% 67.0% 70.0%
- Jalan kabupaten kondisi baik
40.0% 42.0% 45.0% 48.0% 50.0%
2. Meningkatnya kecepatan rata-rata pada koridor utama pelayanan transportasi
30 km/jam 35 km/jam 38 km/jam 40 km/jam 45 km/jam
3. Meningkatnya jumlah investasi baru swasta dalam bidang prasarana jalan
10.0% 12.0% 15.0% 18.0% 20.0%
4. Meningkatnya prasarana dan sarana yang direhabilitasi a. Jumlah dermaga 1.540 3.563 1.472 2.020
482
pelabuhan laut yang direhab seluas ( m2)
b. Jumlah sarna bantu navigasi yg direhab (unit)
1 10 50 40
c. Jumlah lumpur yang dikeruk dialur pelayaran (m3)
3.648.726 2.088.523 2.199.281 2.835.000
d. Jumlah landasan yang direhab ( m2)
195.535 627.981 700.304 550.936
5. Meningkatnya kapasitas pelayanan saranaa. Jumlah Bus AKAP
(unit)17.613 18.790 18.185 18.997 19.370
b. Jumlah armada ke-reta api (unit)
9.539 7.428 6.648 7.127 NA
c. Jumlah armada ang-kutan laut (unit)
19.660 15.823 15.823 NA
d. Jumlah pesawat udara angkutan niaga tdk berjadwal (unit)
200 218 215 203
e. Jml pswt udara angkutan niaga berjadwal (unit)
132 167 209 211
6. Meningkatnya kapasitas prasaranaa. Jumlah terminal bus
type A (unit)109 109 112 163 163
b. Jumlah stasiun kereta api (unit)
571 571 571 571 571
483
c. Panjang jalan rel KA (Km)
5.109.060 4.617,602 4.342,197 4.960,04 4.960,04
d. Jumlah dermaga penyeberangan komersial dan perintis (unit)
57 57 57 86 115
e. Panjang Dermaga pelabuhan yg diusahakan Pelindo I s/d IV (m)
62.396 62.732 63.774 64.816 64.816
f. Luas landasan (m2) 7.582.482 7.582.482 7.730.959 7.835.9177. Meningkatnya
fasilitas keselamatan pelayanan jasa prasaranaa. Jumlah rambu jalan
yg terpasang (buah)
2.542 1.457 2.030 4.843
b. Jumlah rambu penyeberangan yang dibangun (buah)
3 6 13 26
c. Jumlah rambu sungai yg dibangun (buah)
719 0 705 100
d. Jumlah sarana bantu navigasi yang dibangun (unit)
33 32 20 8
e. Jumlah peralatan keselamatan penerbangan yg dibangun (buah)
37 65 138 137
484
8. Menurunnya jumlah kecelakaan (kejadian)a. Angkutan jalan
raya12.649 12.791 12.267 13.399 NA
b. Angkutan Kereta Api
126 155 223 216 NA
c. Angkutan pelayaran
113 198 171 93 NA
d. Angkutan penerbangan
7 14 15 10 NA
9. Meningkatnya produktifitas angkutana. Produksi
penumpang KA (orang)
190.754.858
186.699.922
173.818.450
150.670.000
NA
b. Produksi barang kelompok terbesar angkutan KA (Ton)
16.832.855 18.673.261 17.160.000 17.990.000 NA
c. Produksi penumpang pelabuhan penyeberangan (Orang)
35.944.000 41.756.000 39.855.000 39.361.000 *)
NA
d. Produksi barang pelabuhan penyeberangan (Ton)
13.987.000 13.938.000 15.257.000 14.388.000 NA
e. Produksi kendaraan pelabuhan penyeberangan
8.712.000 8.598.000 1.111.000 5.903.000 NA
485
(unit)f. Produksi barang
angkutan laut di Indonesia (Ton)
450.239.841
582.112.835
583.936.360
g. Produksi penumpang penerbangan domestic (Org)
9168.059 12.333.035 12.849.115
h. Produksi penumpang penerbangan internasional (Org)
2.530.855 2.578.030 2.113.340
B. Melanjutkan Restrukturi-sasi dan Reformasi di Bidang Sarana dan Prasarana
1. Selesainya proses revisi peraturan dan undang –undang untuk mendukung reformasi / restrukturisasi sektor guna meningkatkan transparansi, akuntabilitas dan efisiensi di tingkat pemerintah
Selesainya peraturan dan UU transportasi yg terpadu untuk mendukung reformasi atau restrukturisasi sektor guna meningkatkan transparansi akuntabilitas dan
4 draft naskah akademis untuk revisi UU No. 13, 14, 15 dan 21 Th. 1992
4 draft RUU yg siap di diskusikan dengan departemen lain.
4 draft RUU yang siap dikirim ke Sekneg
486
efisiensi a. UU Angkutan Jalan 60% 65% 70% 75% 80%b. UU lalu lintas
angkutan jalan20% 45% 60% 70%
c. UU Perkereta Apian
20% 45% 60% 70%
d. UU Pelayaran 20% 45% 60% 70%e. UU Penerbangan 20% 45% 60% 70%
2. Meningkatnya pangsa pasar armada pelayaran nasional a. Angkutan dalam
negri59,99 % 58,92 % 60,01 % 59,05 %
b. Angkutan luar negeri
5,45 % 5,18 % 5,31 % 5,36 %
3. Diterapkan sistem kebijaksanaan tarif yg kompetitif transparan dan terjangkau atau saling menguntungkan
C. Meningkat-nya Aksesibilitas Masyarakat Terhadap Jasa Pelayanan Sarana dan Prasarana
1. Berkurangnya keterisolasian wilayah oleh pelayanan jasa transportasi
487
a. Angkutan jalan raya1) Pengadaan bis
perintis- 124* + 30 119* 125* + 5
2) Rute perintis 50 71 92 92b. Angkutan
penyeberangan1) Pengadaan kapal
penyeberangan perintis
- 1 4* 5*
2) Lintas penyeberangan perintis
9 60 60 59
c. Angkutan laut 75%1) Pengadaan kapal
laut perintis - 1 8* 5*
2) Jumlah trayek angkutan laut perintis
39 39 47 49
3) Meningkatnya jumlah rute pelayaran baru reguler di wilayah terpencil maupun padat (rute)
4 9 9 5
d. Angkutan udara1) Pengadaan pesawat
udara perintis- - - -
2) Route angkutan udara perintis
51 52 57 74 83
36. Pengembangan Kelautan
1. Terciptanya peningkatan pendapatan
Rp. 432.118 per bulan
Rp. 666.831 per bulan
Rp. 742.700 per bulan
- -
488
masyarakat dan nelayan di wilayah pesisir dan pulau-pulau terpencil
Pelaksanaan Program PEMP (Pemberda-yaan Eko-nomi Masya-rakat Pesisir) di 26 Kab/ Kota, 117 Desa,526 KMP (Kelompok Masyarakat Pemanfaat) 3.210 anggota
Pemberdaya-an Nelayan melalui Pengem-bangan Usaha Perikanan Tangkap Skala Kecil
Pelaksanaan Program PEMP (Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir) di 125 Kab/ Kota, 543 Desa,2.330 KMP (Kelompok Masyarakat Pemanfaat) 25.609 anggota
Pemberdaya-an Nelayan melalui Pengem-bangan Usaha Perikanan Tangkap Skala Kecil
Pelaksanaan Program PEMP (Pemberda-yaan Ekono-mi Masya-rakat Pesisir) di 90 Kab/ Kota, 615 Desa,2.422 KMP (Kelompok Masyarakat Pemanfaat) 22.411 anggota
Pemberdaya-an Nelayan melalui Pengem-bangan Usaha Perikanan Tangkap Skala Kecil
Pelaksanaan Program PEMP (Pemberda-yaan Ekono-mi Masya-rakat Pesisir) di 126 Kab/ Kota, 504 Desa,3.249 KMP (Kelompok Masyarakat Pemanfaat) 24.559 anggota
Pemberdaya-an nelayan melalui Pengem-bangan Usaha Perikanan Tangkap Skala Kecil di 30 provinsi, 60 kab/kota
Pelaksanaan Program PEMP (Pemberda-yaan Ekono-mi Masya-rakat Pesisir) di 160 Kab/Kota
Pemberdaya-an Nelayan melalui Pengem-bangan Usaha Perikanan Tangkap Skala Kecil 30 provinsi
489
Pengembangan perikanan budidaya
Pelaksanaan Intensifikasi Budidaya Perikanan (INBUD KAN) dengan komoditas udang, nila, kerapu, dan rumput laut di 30 provinsi
Pelaksanaan Intensifikasi Budidaya Perikanan (INBUD KAN) dengan komoditas udang, nila, kerapu, dan rumput laut di 30 provinsi
Penyusunan Konsep BUMR Perikanan
Fasilitasi akses permodalan
Pelaksanaan Intensifikasi Budidaya Perikanan (INBUD KAN) dengan komoditas udang, nila, kerapu, dan rumput laut di 30 provinsi
Pengem-bangan BUMR Perikanan di Banten, Jatim,dan NAD
Penyaluran Kredit Mina Mandiri, Swami-tramina dengan Bank
Pelaksanaan Intensifikasi Budidaya Perikanan (INBUD KAN) dengan komoditas udang, nila, kerapu, dan rumput laut di 30 provinsi
490
Bukopin di 7 kabupaten, Pengem-bangan BPR Pesisir bersama dengan PT Permodalan Nasional Madani di 3 kabupaten
2. Terciptanya peningkatan nilai riil sumberdaya wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil serta perikanan dan peningkatan peranan produk dan jasa maritim dan kelautan
- -PDB Perikanan Rp. 29.471,7 M
- Peyediaan komsumsi ikan 4,5 juta ton
- Komsumsi ikan perkapita per tahun
- PDB Perikanan Rp. 46.610,3 M
- Penyedia-an komsumsi ikan 4,84 juta ton
- Komsumsi ikan perkapita 22.47 kg
- PDB Perikanan Rp. 44.793,8 M
- Penyedia-an komsumsi ikan 5,31 juta ton
- Komsumsi ikan perkapita 24.67 kg
- PDB Perikanan Rp. 44.793,8 M
- Penyediaan komsumsi ikan 5,31 juta ton
- Komsumsi ikan perkapita 24.67 kg
491
21,57 kg- Produ
ksi perikanan: 5.107.365 ton
- Jumlah kapal perikanan : 449.559 unit
- Luas areal budidaya : 654.351 ha, 160.189 unit jaring
- Jumlah nelayan : 3.104.861 orang
- Jumlah pembudi-daya ikan: 2.181.65
- Produksi perikanan: 5.658.553 ton
- Jumlah kapal perikanan: 472.720 unit
- Luas areal budidaya : 701.342 ha, 262.954 unit jaring
- Jumlah nelayan : 3.326.930 orang
- Jumlah pembudi-daya ikan: 2.234.593 orang
- Produksi perikanan: 5.948.320 ton
- Jumlah kapal perikanan: 474.540 unit
- Luas areal budidaya : 730.090 ha, 315.000 unit jaring
- Jumlah nelayan : 3.176.200 orang
- Jumlah pembudi-daya ikan: 2.256.513 orang
- Produksi perikanan: 5.948.320 ton
- Jumlah kapal perikanan: 474.540 unit
- Luas areal budidaya : 730.090 ha, 315.000 unit jaring
- Jumlah nelayan : 3.176.200 orang
- Jumlah pembudi-daya ikan: 2.256.513 orang
492
0 orang- Eksp
or Hasil Perikanan
Volume (ton) : 519.415,17Nilai (Us$ 1000) : 1.675.073,5
Harga rata-rata (US$/kg) 3.22
- Ekspor Hasil Perikanan Volume (ton) : 565.757Nilai (Us$ 1000) : 1.570.353
Harga rata- rata (US$/kg) 2.78
- Ekspor Hasil PerikananVolume (ton) : 696.290Nilai (Us$ 1000) : 2.004.067
Harga rata-rata (US$/kg) 2.88
- Ekspor Hasil PerikananVolume (ton) : 696.290Nilai (Us$ 1000) : 2.004.067
Harga rata-rata (US$/kg) 2.88
3. Terciptanya pemantapan status kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil
Pemberdayaan Pulau-Pulau Kecil
Identifikasi potensi dan pembuatan data dasar pulau-pulau kecil di 30 kab.
Identifikasi potensi dan pembuatan data dasar pulau-pulau kecil di 30 kab.
- Identifika-si potensi dan pembua-tan data dasar pulau-pulau kecil di 30 kab
Penyedia-an alat desalinasi di Pulau
- Identifika-si potensi dan pembua-tan data dasar pulau-pulau kecil di 40 kab.
- Penyedia-an alat desalinasi di 9
493
Miangas- Peny
edia-an listrik energi surya 290 unit di Pulau Paku (Kab. Mo-rowali), Pulau Ur (Kab.Ma-luku Teng-gara), Pulau Babi (Kab. Maluku Tengah)
- Pemba-ngunan pabrik es mini di Pulau Laut (Kab. Natuna)
- Penyedia-an
pulau terpencil
- Penyedia-an listrik energi surya 1000 unit di pulau-pulau terpencil
- Penyedia-an telepon satelit 100 unit di pulau-pulau terpencil
- Penyedia-an radio satelit dan wartel satelit di kawasan pulau-pulau kecil prioritas
- Pemb
494
telepon satelit 15 unit di Provinsi Riau, Kaltim, Sulteng, dan Sulut
uka-an jalur transportasi laut, pelayaran rakyat, dan transpor-tasi lainnya di kawasan pulau-pulau terpencil prioritas pengem-bangan
- Norma Prosedur, Pedoman, Standar dan Spesifikasi (NPPSS): Inventari-sasi SD laha pesisir 90 eks, Inventari-sasi Sumber-daya Hutan Mangrove
495
90 eks, Inventari-sasi Sumber-daya Terumbu karang 90 eks, Inventari-sasi Sumberdaya Lahan Ikan laut 90 eks, Inventarisasi Sumber-daya mineral lepas pantai 90 eks.- 36 lbr Peta Bentuk lahan pesisir skala 1:1.000.000, 36 lbr Peta Penutup lahan pesisir skala 1:1.000.000,- Laporan ilmiah inventari-
496
sasi bentuk lahan pesisir 10 eks, dan Penutup lahan pesisir 10 eks.- Buku/ Modul Bimbingan Teknis Inventari-sasi Sumber-daya Alam Laut Daerah (Lahan Pesisir, Hutan Mangrove, Mineral lepas Pantai, Ikan Laut dan Terumbu Karang) yang bersifat ilmiah populer sebanyak 10 eksemplar,- Peta Digital
497
Inventari-sasi Sumber-daya Alam Laut Daerah skala 1:50.000, 2 tema masing-masing sebanyak 1 set dan 10 buah CD-ROM,- 200 buku dokumen hasil kajian metode Neraca Biotik dan pengembangan metode valuasi SDA Laut,- Laporan Neraca sumber-daya alam kelautan spasial nasional 3 tema (lahan pesisir,
498
terumbu karang, dan mineral lepas pantai) masing-masing 50 buku,- Peta Neraca sumberdaya alam kelautan spasial nasional 3 tema (lahan pesisir, terumbu karang, dan mineral lepas pantai) masing-masing 1 set,- Implemen-tasi MCRMP,- Spatial Data Regional Compara-tive Study,
499
dan terseleng-garanya studi banding spatial data regional.
4. Terciptanya peningkatan pengelolaan berbasis masyarakat dalam upaya rehabilitasi dan konservasi hutan bakau dan terumbu karang serta sumberdaya lainnya
Penyusunan strategi
Rehabilitasi ekosistem terumbu karang dan mangrove
Rehabilitasi ekosistem terumbu karang dan mangrove
Rehabilitasi ekosistem terumbu karang dan mangrove
5. Terciptanya peningkatan kesadaran masyarakat dan pemahaman masyarakat dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan yang berkelanjutan
Penyusunan konsep
Sosialisasi Sistem Pengawasan berbasis Masyarakat (SISWAS-MAS)
Pelaksanaan SISWAS-MAS
Rehabilitasi Dan Pengelolaan Terumbu Karang
Pelaksanaan SISWAS-MAS dan pembentukan Kelompok Pengawas Masyarakat (POKWASMAS)Rehabilitasi Dan Pengelolaan Terumbu
Pengemba-ngan SISWAS-MAS dan pemantapan 280 POKWASMAS
Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang Tahap-II
500
(Coremap) Fase II di Provinsi Sumut, Riau, Sumbar, Sulsel, Sultra, Papua
Penetapan kawasan Konservasi Laut Lokal (KKLD) di 8 lokasi.
Karang (Coremap) Fase II di Provinsi Sumut, Sumbar, Riau
Penetapan Kawasan Konservasi Laut Lokal/Daerah (KKLD) di 8 lokasi
Fasilitasi pemantapan penetapan calon kawasan Konservasi Laut di Banggai, Alor, Kalbar, Sumbar, Jatim, Jabar, Sultra, Sulteng, Sulut, Kaltim
Penyusunan pola pemanfaatan lestari Sumberdaya ikan di
501
KKL (Kawasan Konservasi Laut)
6. Terciptanya peningkatan peran kawasan lindung dan kawasan konservasi laut dalam perekonomian masyarakat wilayah pesisir dan kelautan
Penyusunan strategi
Pemetaan kawasan konservasi
Meningkat-nya jumlah luasan konservasi laut dan suaka perikanan
Rehabilitasi Dan Pengelolaan Terumbu Karang (Coremap) Fase II di Provinsi Sumut, Riau, Sumbar, Sulsel, Sultra, Papua
Perintisan Pemben-tukan Kawasan
Terwujudnya Kawasan Konservasi Laut Lokal/ Daerah (KKLD) dan suaka perikanan)
Rehabilitasi Dan Pengelolaan Terumbu Karang (Coremap) Fase II di Provinsi Sumut, Sumbar, Riau
Penetapan Kawasan Konservasi Laut
Identifikasi potensi dan pembuatan data dasar pulau-pulau kecil di 40 kab
Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang Tahap II Fasilitasi pemantapan penetapan calon kawasan Konservasi Laut di Banggai, Alor, Kalbar, Sumbar, Jatim,
502
Pengem-bangan budidaya perikanan berwawasan lingkungan (mangrove fisheries) di 8 provinsi.
Pengem-bangan budidaya perikanan berwawasan lingkungan (mangrove fisheries) di 8 provinsi.
Konservasi Laut Lokal/ Daerah (KKLD) di 8 lokasi
Pengem-bangan budidaya perikanan berwawasan lingkungan (mangrove fisheries) di 11 provinsi.
Lokal/ Daerah (KKLD) di 8 lokasi
Pengem-bangan budidaya perikanan berwawasan lingkungan (mangrove fisheries) di 11 provinsi.
Jabar, Sultra, Sulteng, Sulut, Kaltim Penyusunan pola pemanfaatan lestari Sumberdaya ikan di KKL (Kawasan Konservasi Laut)
7. Terwujudnya peningkatan investasi dan peluang usaha maritim dan kelautan
Penyusunan profil peluang investasi
Sosialisasi peluang usaha dan investasi
Promosi dan Safari investasi
Persetujuan investasi dari BKPM US$ 4,2 juta (PMA)
Pelaksanaa
Persetujuan investasi dari BKPM US$ 8,5 juta (PMA)
Inventarisasi potensi calon KKL di daerah perbatasan
Pelaksanaan Gerakan
503
n Gerakan Nasional Bersih Laut dan Pantai dan mitigasi lingkungan melalui penyadaran masyarakat terhadap lingkungan di PantaiUtara Jawa
Nasional Bersih Laut dan Pantai dan mitigasi lingkungan melalui penyadaran masyarakat terhadap lingkungan di Pantai Utara Jawa
8. Terselenggaranya desentralisasi yang mendorong pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan yang efisien dan berkelanjutan
Sosialisasi konsep Otda bid. Kelautan & perikanan
Pengem-bangan sentra ekonomi di 5 kab/kota
Fasilitasi otonomi daerah
Pemantapan kelembagaan KP daerah
Optimalisasi Otda bidang kelautan & perikanan
9. Terintegrasikannya pembangunan daratan, pesisir dan lautan dalam satu kesatuan pengembangan wilayah
Penyusunan strategi pengolahan wilayah pesisir terpadu
Pengelolaan wilayah pesisir terpadu
Penataan
Pengelolaan wilayah pesisir terpadu di 15 Provinsi meliputi 42 Kab/Kota
Tersusunny
Pengelolaan wilayah pesisir terpadu di 15 Provinsi meliputi 42 Kab/Kota dan RUU Pesisir
Pengesaha
Penyelesaian RUU Pesisir
504
ruang 11 (sebelas) kawasan pesisir yakni (1) Benoa–Bali, (2) Pulau Bintan-Riau, (3) Maumere- Nusa Tenggara Timur, (4) Lampung, (5) Serang–Jawa Barat, (6) Cirebon–Jawa Barat, (7) Manado-Sulawesi Utara, (8) Rembang–Jawa Tengah, (9) Pelabuhan Ratu–Jawa Barat, (10) Bengkulu, dan (11)
a rencana tata ruang 27 kawasan pesisir
n 8 PERDA tata ruang dan 43 dalam proses
Penyusunan Rencana Tata Ruang Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Wilayah Kabupaten di 19 kab./kota
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang untuk Kawasan Wisata Bahari Sinjuk
Rencana Tata Ruang Laut, Regional Marine Planning di Wilayah Maluku, Maluku Utara dan Papua
Rencana Tata ruang Wilayah Perbatasan Sangihe dan Talaud
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Rencana Zonasi Pesisir dan Pualu-pulau Kecil di Provinsi
505
Pangandaran–Jawa Barat.
(Belitung)
Penyusunan Rencana Zonasi untuk Etalase Perikanan dan RDTR Kawasan Budidaya dan Wisata Bahari di Kab. Bangka dan Kab. BelitungPenyusunan Rencana Tata Ruang Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
NAD, NTT, Kalbar, Kaltim dan Riau (untuk menunjang pengamanan kawasan perbatasan)
Pedoman Rencana Zonasi Kawasan Tambak Estate dalam skala besar dan menengah
Rencana Pengaturan Pemanfaatan Ruang untuk kegiatan perikanan di koridor
506
Pulau Besar berskala regional (Regional Marine Planning) Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Bali dan Nusa Tenggara
Penyusunan RDTR Kawasan di Teluk Tomini, Gorontalo dan Lakudo, Buton Maluku
pantai NTB dan NTT,
Panduan Rencana Zonasi Pemanfaatan Ruang Untuk Kegiatan Budidaya Mutiara Skala Investasi Besar dan Menengah, Penyusunan Pedoman Rencana Zonasi Lingkungan Permukima
507
n Nelayan Secara Terpadu
10. Terwujudnya peningkatan pemanfaatan pulau-pulau terpencil, terumbu karang dan sumberdaya perikanan bagi masyarakat secara optimal dan berkelanjutan
Penyusunan strategi dan konsep
Sosialisasi code of conduct for responsible fisheries dan pendayagunaan pulau-pulau kecil
Tersusun Pedum peningkatan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan dan pendayagunaan pulau-pulau kecil
Pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan daya dukung lahan
Pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan secara lestari
11. Terwujudnya peningkatan pengawasan dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan, pesisir dan lautan
Pemantapan koordinasi dengan instansi terkait
Gelar operasi pengawasan
Pengendalian pencurian ikan dan pasir laut ilegal
Menyelamatkan kerugian negara sebesar Rp 0,5 triliiun
Pengawasan Pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan
37. Pengembangan dan Pengelolaan Hutan dan
1. Meningkatnya pengelolaan lahan hutan kurang produktif serta
- Tersedia-nya peta/data hasil
Terlaksa-nanya pro-ses dialog dalam
- Terbinanya hubungan kerjasama
- Terlaksa-nanya MoU dengan LSM dan
- Tercapai-nya koordinasi tingkat
508
Lahan berkembangnya hutan rakyat dan hutan kemasyarakatan
2. Meningkatnya nilai riil hasil hutan serta meningkatnya peranan produk dan jasa hutan
3. Meningkatnya peran hutan lindung dan hutan konservasi dalam perekonomian masyarakat
4. Menurunnya pencurian dan perambahan hutan serta kebakaran hutan
5. Meningkatnya kemantapan status kawasan hutan
6. Terselenggaranya restrukturisasi sistem pengelolaan hutan
7. Meningkatnya efisiensi pembalakan (logging) dan industri kehutanan
8. Terselenggaranya desentralisasi yang mendorong pengelolaan hutan yang efisien dan
penafsiran citra landsat dengan memanfaat-kan data “airbone”- Tersedia-nya data dan informasi yang dapat dimanfaat-kan bagi instansi yang berkepen-tingan dalam rangka penyusunan Neraca Sumber Daya Hutan (NSDH) nasional dan pengem-bangan growth dan yield- Terbentuk-nya KPHP di 20 provinsi serta
kerangka proses program kehutanan nasional (national forest program)- Tersusun-nya master plan rehabilitasi hutan dan lahan (MP-RHL) sebagai komitmen bersama dalam penangan-an sumber daya hutan dan lahan- Tersedia-nya data mutasi kawasan hutan di seluruh Indonesia (kecuali Jawa, Bali, NTB dan
luar negeri dalam mendu-kung SFM di Indonesia dengan ITTO Yo-kohama, Ford Foundation dan lain-lain.- Mening-katnya pemaha-man dan kepedulian masyarakat terhadap pelestarian sumber daya hutan- Terben-tuknya 100 kelompok masyarakat di 5 provinsi rawan kebakaran hutan dalam rangka mewujud-
instansi terkait dan kesepaka-tan dengan masyarakat di bebe-rapa lokasi yang telah disepakati dalam rangka pengem-bangan kemitraan pengelola-an hutan, manaje-men kolaborasi kawasan konservasi dan melaksanakan pengama-nan hutan bersama- Diterbit-kannya Keputusan Menhut No. 124/Kpts-II/2003 dan No.
nasional dengan instansi dan pihak terkait dalam rangka pengendalian peredaran tumbuhan dan satwa liar- Terbinanya 680 desa di 16 kabupaten (9 provin-si) dalam rangka pembinaan kelompok tani hutan yang mengem-bangkan usaha-usaha produktif dalam bentuk agrofo-restry serta pembinaan/ pember-
509
lestari9. Meningkatnya
investasi dan peluang usaha bidang kehutanan
10. Meningkatnya penyerapan tenaga kerja dan pendapatan masyarakat
11. Meningkatnya keseimbangan antara pemanfaatan dan konservasi dalam pengelolaan lahan dan hutan
12. Terpeliharanya fungsi kawasan konservasi, lindung, keanekaragaman hayati dalam pemanfaatan dan pengelolaan lahan dan hutan
13. Berkurangnya lahan-lahan pertanian dan kehutanan kritis
14. Meningkatnya kepastian hak atas lahan
15. Berkurangnya konflik atas lahan
16. Berkembangnya kelembagaan
tersedianya draft kriteria dan strandar pembentukan KPHK dan KPHL
NTT), peta hasil tematik (digital dan manual), analisa hotspot dari NOAA dan peta hasil identifikasi wilayah rawan kebakaran hutan.- Tersedia-nya kriteria dan standar inventarisasi hutan dalam rangka pengem-bangan dan penerapan sistem pengelola-an hutan lestari, serta mengem-bangkan sistem standari-sasi dan sertifikasi
kan ke-mampuan dan peran masyarakat dalam pelestarian sumber daya hutan.- Terlaksa-nanya fasilitasi pengem-bangan teknologi tepat guna untuk mendu-kung social forestry- Tersusun-nya 8 judul SNI, 20 judul RSNI3 dalam rangka menyusun dan mensosia-lisasikan SNI untuk produk dan proses
128/Kpts-II/2003 tentang petunjuk teknis tata cara pengenaan, pemu-ngutan, pembayar-an dan penyetoran PSDH dan DR.- Terlaksa-nanya penilaian terhadap 92 unit perusahaan HPHT patungan dengan hasil 31 unit HPHTI layak teknis layak finansial dan 61 unit HPHTI tidak layak teknis tidak layak
dayaan daerah penyangga kawasan konservasi di 434 desa- Tersedia-nya infor-masi pasar hasil hutan sudah dapat diakses melalui jaringan/ LAN dalam rangka penyusunan data-base dan sistem jaringan informasi pemasaran hasil hutan dan kebutuhan konsumen baik di dalam maupun di luar negeri
510
masyarakat yang mampu mengelola lahan secara terpadu
kehutanan- Tersedia-nya 19 lokasi penca-dangan yang layak sebagai areal kerja social forestry guna mendapat-kan kepastian hukum areal kerja bagi masyarakat
kehutanan. finansial dalam rangka restrukturisasi HTI patungan yang menggu-nakan DR
38. Pengembangan dan Pengelolaan Sumber-sumber Air
1. Terselenggaranya pengaturan kembali berbagai kelembagaan dan peraturan pengembangan dan pengelolaan sumberdaya air yang menegakkan hak guna air yang adil.
Kebijakan pengembangan dan penglolaan sumber-sumber air masih berpedoman pada UU. No.11 Tahun 1974 tentang Pengairan.
1.Diberlakukannya Keppres Nomor 123 tahun 2001 tentang Tim Koordi-nasi Pengelo-laan SDA
1. Pemanta-pan operasionalisasi Keppres 123/2001 tentang Tim Koordi-nasi Pengelolaan SDA;
1.kannya sosialisasi RUU Sumber Daya Air pada pemerin-tah, pemerin-tah daerah dan masya-
a. Diundangkannya UU. No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
b. Dimulai-nya pe-nysuaia
511
2. Tersusun-nya Konsep RUU Sumber-daya Air yang telah dibahas di tingkat panitia antar depar-temen;
3. Diberla-kukannya Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2001 tentang Irigasi;
2. Percepa-tan penyelesaian RUU SDA;
3. Sosiali-sasi Ranca-ngan Undang-Undang Sumber-daya Air;
4.Sosialisasi dan Implem
rakat.2.
dilakukan-nya pembaha-san RUU tentang Sumber Daya Air dengan DPR.
3.annya Ranca-ngan Peraturan Pemerin-tah tentang Pengelo-laan Sumber-daya Air,
n berbagai Ranca-ngan Konsep Peraturan Pemerin-tah yang disesuai-kan dengan UU. No. 7 Tahun 2004.
512
4. Diberla-kukannya Peraturan Pemerin-tah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelola-an Kualitas Air dan Pengenda-lian Pencema-ran Air;
5. Tersusun-nya konsep RPP Hak Guna Air; dan
entasi PP77/2001 dan PP 82/2001;
5.Beroperasinya Unit Data Sumber-daya Air (water resources data centre) yang mengkonsolidasi data dari seluruh propinsi
513
6. Diadopsi-nya Sistem Informasi dan Jaringan Basis Data Nasional Sumber-daya Air oleh semua instansi terkait.
; dan 6.Selesai-
nya draft Ranca-ngan Peraturan Pemerin-tah tentang Perum Jasa Tirta I, Perum Jasa Tirta II, Pengusa-haan Sumber-daya Air Wilayah Sungai, Pembia-yaan Pengelo-laan Sumber-daya Air, Sungai sebagai
514
revisi PP Nomor 35 Tahun 1991, dan Air Tanah serta rancangan Keputu-san Menteri tentang Pedoman Pembentukan Tim Koordi-nasi Pengelolaan Sumber-daya Air Propinsi, Wilayah Sungai, dan Kabupa-
515
ten/Kota, Partisi-pasi Masyara-kat dalam Pengelo-laan Sumber-daya Air, dan berbagai pedoman terkait dengan pengelolaan sumber-daya air.
2. Meningkatnya pemanfaatan dan produktivitas sumber-sumber air melalui peningkatan efisiensi dan efektivitas serta kemandirian operasi dan pemeliharaan dan pelestarian prasarana penampung air dan sumber-sumber air alami.
Terdapat 613 bangunan penampung air.
1. Memantap-kan kegiatan pelestarian prasarana penampung air melalui operasi dan pemelihara-an 62
1. Meman-tapkan kegiatan pelestarian prasarana penampung air, melalui operasi dan pemelihara-an 41 bendungan
Dilakukan-nya operasi dan pemelihara-an 105 bendungan/waduk besar, pembangun-an 10 bendungan dan 18 embung,
Diakukannya operasi dan pemelihara-an 14 bendungan/ waduk besar, pembangu-nan 4 bendungan dan 20 embung,
516
waduk dan danau, lanjutan pemba-ngunan 1 bendungan, pembangu-nan 24 embung, dan rehabilitasi 54 embung/ situ;
2. Pengem-bangan teknologi konservasi dan lingkungan hidup; dan
3. Penyusunan 2 buah
/waduk besar, lanjutan pembangu-nan 1 bendungan dan 6 buah embung, rehabilitasi 33 embung/ situ;
2. Penyusunan 9 buah Norma, Standard, Pedoman, dan Manual (NSPM) dan 2 Model Sistem Pengelolaan Wilayah Sungai.
rehabilitasi 58 embung/situ.
rehabilitasi 40 embung/situ.
517
Norma, Standard, Pedoman, dan Manual (NSPM), 4 Prototip, dan 5 Model Sistem Pengamanan dan Penda-yagunaan Sumberdaya Air, Pengem-bangan dan Pengelolaan Kawasan, dan Aplikasi teknologi tepat guna dalam pengamanan pantai dan tampungan air.
39. Pemanfaata Tersedianya peraturan - Tersusun- - Ditetap- - Tersusun- - Proses - Proses
518
n Sumberdaya Mineral.
dan perundang-undangan yang memadai Untuk pengembangan bidang sumber daya mineral secara berkelanjutan.
nya RUU tentang Minyak dan Gas Bumi
kannya UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi- Tersusun-nya Naskah akademis RUU tentang Pertambangan Umum- Tersusun-nya RPP tentang Badan Pelaksana kegiatan usaha hulu migas dan Badan Pengatur Penye-diaan dan Pendis-tribusian BBM dan kegiatan usaha migas melalui pipa
nya RUU tentang Pertambangan Umum. - Tersusun-nya RUU tentang Panas Bumi.- PP Nomor 42 tahun 2002 tentang Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas- PP Nomor 67 tahun 2002 tentang Badan Pengatur Penyedia-an dan Pendistri-busian BBM dan Kegiatan Usaha Pengang-kutan Gas Bumi
pengesa-han RUU Pertambangan Umum di Sekab sebelum disampaikan ke DPR.- Ditetapkan UU tentang Panas Bumi.- PP Nomor 31 Tahun 2003 tentang Perubahan Status Pertamina menjadi Persero- Telah disusun Buku Pedoman Com-munity Develop-ment sektor ESDM
pengesa-han RUU Pertam-bangan Umum di Presiden.- RPP tentang Kegiatan Hulu- RPP tentang Kegiatan Usaha Hilir- RPP tentang Kesehatan dan Keselama-tan Kerja serta Pengelola-an Lingku-ngan Hidup
519
melalui Pipa
Meningkatnya produksi dan ekspor sumber daya mineral
Produksi minyak bumi (termasuk kondensat) sebesar 517,5 juta barel.
Produksi gas bumi sebesar 2.901.301 MMSCF
Produksi minyak bumi (termasuk kondensat) sebesar 489,3 juta barel.
Produksi gas bumi sebesar 2.807.150 MMSCF
Produksi minyak bumi (termasuk kondensat) sebesar 456,0 juta barel.
Produksi gas bumi sebesar 3.041.852 MMSCF
Produksi minyak bumi (termasuk kondensat) sebesar 418,6 juta barel.
Produksi gas bumi sebesar 3.155.243 MMSCF
Produksi minyak bumi (termasuk kondensat) sebesar 407,1 juta barel.
Produksi gas bumi sebesar 3.025.720 MMSCF
Meningkatnya efisiensi manajemen sumber daya mineral
Penyebarluasan informasi di bidang pendaya-gunaan
Diinventarisasinya perusaha-an dan disusun-nya prosedur
Terdata-nya perusaha-an dan disusun-nya prosedur
Tersusunnya prosedur pengali-han dan penilaian saham disvesta
Penye-barluasan informasi di bidang pendaya-
520
potensi cekungan dan konser-vasi air bawah tanah
pengali-han dan penilaian saham divestasi saham KK dan PKP2B
Terselenggaranya pemasya-rakatan briket batubara untuk industri kecil
Penye-barluasan informasi di bidang pendaya-gunaan
pengali-han dan penilaian saham divestasi saham KK dan PKP2B
Terselenggaranya pemasya-rakatan briket batubara untuk industri kecil
Penye-barluasan informasi di bidang pendayagunaan
si saham KK dan PKP2B
Terselenggaranya pemasyarakatan briket batubara untuk industri kecil
Penye-barluasan informasi di bidang pendayagunaan potensi cekung
gunaan potensi cekungan dan konser-vasi air bawah tanah
521
potensi cekungan dan konser-vasi air bawah tanah
potensi cekungan dan konser-vasi air bawah tanah
an dan konservasi air bawah tanah
Meningkatnya jumlah investasi dalam bidang sumber daya mineral
Jumlah wilayah kerja yang ditawar-kan sebanyak 7 wilayah kerja
Jumlah wilayah kerja yang ditawar-kan sebanyak 9 wilayah kerja.dan telah ditandatangani kontrak kerja-sama pengelo-laan wilayah sebanyak 12 WK.
Jumlah wilayah kerja yang ditawar-kan sebanyak 16 wilayah kerja dan telah ditanda-tangani kontrak kerja-sama pengelo-laan wilayah sebanyak 2 WK.
Jumlah wilayah kerja yang ditawar-kan se-banyak 19 wilayah kerja dan telah ditanda-tangani kontrak kerja-sama pengelo-laan wilayah sebanyak 15 WK.
Jumlah wilayah kerja yang ditawar-kan sebanyak 30 wilayah kerja dan telah ditanda-tangani kontrak kerja-sama pengelo-laan wilayah sebanyak 10 WK.
522
Meningkatnya peluang bagi daerah otonom untuk pengembangan ekonomi dan peningkatan pendapatan asli daerah
Terlaksa-nanya peman-tauan peneri-maan negara dalam rangka peneta-pan bagi hasil
Disosiali-sasikan-nya bidang geologi dan pertam-bangan kepada Pemda dan Instansi terkait
Terlaksa-nanya peman-tauan peneri-maan negara dalam rangka peneta-pan bagi hasil
Disosiali-sasikan-nya bidang geologi dan pertam-bangan kepada Pemda dan Instansi terkait
Terlaksa-nanya peman-tauan peneri-maan negara dalam rangka peneta-pan bagi hasil
Disosiali-sasikan-nya bidang geologi dan pertam-bangan kepada Pemda dan Instansi terkait
Telah
Terlaksa-nanya peman-tauan peneri-maan negara dalam rangka peneta-pan bagi hasil
Disosiali-sasikan-nya bidang geologi dan pertam-bangan kepada Pemda dan Instansi terkait
Telah
Terlaksa-nanya peman-tauan peneri-maan negara dalam rangka peneta-pan bagi hasil
Disosiali-sasikan-nya bidang geologi dan pertam-bangan kepada Pemda dan Instansi terkait
Telah
523
Telah dilakukan 7 kajian pengem-bangan wilayah pertam-bangan mineral dan batubara
dilakukan 11 kajian pengem-bangan wilayah pertam-bangan mineral dan batubara
dilakukan 7 kajian pengem-bangan wilayah pertam-bangan mineral dan batubara
dilakukan 5 kajian pengem-bangan wilayah pertam-bangan mineral dan batubara mencapai 25%
524