1.digilib.batan.go.id/e-prosiding/file prosiding/pertanian_peternakan... · terdiri dari 19 ekor...
TRANSCRIPT
TOTALPUBERTAS
PENGARUH TIPE KELAHIRAN TERHADAPPERFORMAN REPRODUKSI SEKITARPIPIH
LEMAK TUBUH DANPADA DOMBA EKOR
1. *Ketut Sutama
ABSTRAK
PBMGARUB TIPE K.I!:LAHIRAMTERHADAP TOTAL LEtfAK.DAN PKRFORMAN REPRODUKSI SEK.ITAR
PUBKRTAS PADA DOKBA EKOR PIPIII. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh tipe
kelahiran (tunggal = KT kembar = KK) terhadap total lemak tubuh dan perkembangan
pubertas serta performan reproduksi waktu beranak pertama dari domba ekor pipih
(DEP). Dari disapih (umur 13 minggu) sampai pubertas semua ternak diberi rumput
gajah segar dan konsentrat secara bebas. Setelah itu jumlah konsentrat yang diberi
kan dikurangi menjadi 300 g/ekor/hari sampai akhir peneli tian. Sebelul'l disapih
ternak KT tumbuh lebih cepat dari KK (73,9 vs 50,2 g/hari, P<0.01), Tapi dari di
sapih sampai pubertas kedua kelompok tumbuh dengan kecepatan yang sarna (76,1 vs 75,3
g/hari). Walaupun ternak pad a kelompok KT menunjukan ovulasi, birahi, pubertas dan
konsepsi 8-15 hari (P>O,05) lebih awal dari KK dengan bobot badan yang lebih tinggi
(P<O,05) dan total lemak tubuh waktu pubertas yang lebih tinggi pula (20,4 vs 17,9%,
P>O. 05). tapi laju ovulasi pada setiap pengukuran adalah lebih tinggi pada KK.
Hamun tingginya 1aju ovulasi pada KK tersebut diikuti oleh tingginya "ova-wastage"
(25%) dan tingkat kematian anak sebelum disapih (31%). lIal ini mengakibatkan tingkat
produktivitas ternak dari kelompok KK jadi lebih rendah dari KT (0,687 VB 0,895),
Suatu hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan ternak domba sebagai calon
bibit dan pemeliharaannya.
ABSTRACT
TilE EFFECT OF BIRTII TYPE ON TOTAL BODY FAT AND PERI-PUBERTAL REPRODUCTIVK PER
FORMANCE OF .JAVANKSE TRIN TAIL SHEEP. An experiment was conducted to study total
body fat and peri-pubertal reproductive development and performance of single (KT)
and twin (KK) born Javanese thin tail sheep. From weaning (13 weeks of age) to
puberty, the animals were fed ad lib both elephant grass and concentrate. There
after, the amount of concentrate offered was reduced to 300 s/head/day until the end
of the study. Pre-weaning growth-rate was higher (P<O,Ol) in group KT (73,9 g/day)
than in group KK (50,2 g/day). However, after weaning both groups grew at similar
rate (76,1 vs 75,3 g/day). Group KT showed ovulation, oestrus, puberty and concep
tion at younger age (P>O,05) and at higher liveweight (P<0.05) and had higher total
*Balai Peneliitian Ternak, Ciawi
725
body fat at puberty (20,4 vs 17,9%, P>0.05) than group KK, but average ovulation
rate at any measurement time higher in group KK. However, this advantage in repro-
lamb mortality (31%). Consequently reproductive rate of this group (0,687) was lower
than that of group KT (0.895) and this must be taken into account in selecting
animal for replacement and their management.
PENDAHULUAN
Pubertas merupakan awal adanya kemampuan dari ternak untuk
menghasilkan keturunan. Karena itu pubertas merupakan faktor penting
yang mempengaruhi performan reproduksi selama hidup ternak. Dari
segi reproduksi memajukan timbulnya pubertas mempunyai beberapa
keuntungan dan kerugian tetapi hal ini masih memerlukan pe~elitian
yang lebih rinci. Secara umum, pubertas pada umur yang lebih muda
berhubungan dengan lebih tingginya total produksi selama hidup,
namun faktor breed dan keadaan lingkungan berpengaruh cukup besar
(1) •Akibatnya telah banyak dilakukan tentang perkembangan pubertas
terutama pada domba dari daerah sub-tropis. Untuk domba daerah
tropis seperti domba lokal Indonesia, informasi seperti itu masi
dirasa sangat kurang. Domba ekor pipih (DEP) yang merupakan salah
satu breed domba lokal Indonesia adalah termasuk breed domba yang
mempunyai tingkat prolifikasi yang tinggi (2, 3, 4). Jumlah kelahir
an kembar tiga atau lebih adalah 0,5 - 9% (2). "Litter size" atau
tipe kelahiran ini berhubungan dengan bobot sebelum disapih (3) dan
mungkin akan berpengaruh terhadap perkembangan performan reproduksi
selanjutnya. Penelitian ini mengevaluasi hal tersebut pada DEP.
BAHAN DAN METODE
Peneli tian dilakukan di Balai Peneli tian Ternak Ciawi, Bogor
dengan menggunakan 35 ekor DEP lepas sapih (umur 13' minggu) yang
terdiri dari 19 ekor kelahiran tunggal (KT) dan enam belas ekor
kelahiran kembar (KK). Semua ternak diberi rumput gajah segar yang
dicacah dan konsentrat (Beef-Kwik, Cargill) secara tak terbatas
726
sampai pubertas (birahi dan ovulasi). Setelah it~ jumlah konsentratyang diberikan dikurangi menjadi 300 gJekorJhari sampai akhir peneIi tian.
Seekor pejantan "fertil" yang dilengkapi dengan "harness" dan"crayon" ditempatkan pada masing-masing kelompok untuk mendeteksi
terJadinya birahi. Mulai dari umur 4 bulan sampai pubertas semua
ternak dilaparoskopi setiap dua minggu untuk melihat terjadinyaovulasi. Laparoskopi juga di lakukan 5 minggu setelah kawin untukmelihat kebuntingan.
Pada waktu pubertas total lemak tubuh dari masing-masing ternakdiukur dengan menggunakan teknik pelarutan "tri tiated water" (TOH)
dari TI LL dan DOWNES(5). Sebanyak 50 uCi TOH dalam larutan garamfisiologis dilarutkan secara intra muskular ki ra-ki ra 128 jam sebelum sampel darah diambil dari vena jugularis dan kemudian langsungdisentrifuge. Plasma darah diambil dan disimpan pada suhu -180Csampai analisa dilakukan.
Air untuk penghitung TaB diperoleh dari sampel plasma dengan
cara sublimasi vakum. Duplikat sebanyak 0,5 atau 1,0 ml air yangdiperoleh dicampur dengan 6 ml "cocktail scintilator" dan spesifikradioakti vi tasnya di tentukan dengan "beta spectrometer". Cara yangsarna juga dilakukan untuk TOH standar.
TOH "space" (T) kemudian dihitung dengan rumus :
NCPMStandarT (ml) = --------------
NCPMsampelx TaB yang diinjeksikan x 104
NCPM= "Net count per minute"
Total air tubuh (TBW) ditentukan dari "TOH space" (T) dan hubungan
dari kedua para meter tersebut adalah sebagai berikut.TBW= 0.674 T + 1,387 (I' = 0,903, RCV = 5,9%)
Hubungan antara jumlah air tubuh dan total lemak (TBW + TBF) denganbobot badan puasa (FLW) adalah :
TBW+ TBF = 0,814 FLW- 0,162 (r = 0,994, RCV = 1,4%).Persamaan ini dibuat berdasrkan data dari 51 ekor DEP dengan bobotbadan antara 10 dan 20 kg. (Little, data belum dipublikasi). Totallemak tubuh kemudian dihitung dan disaj ikan dalam presentase
727
terhadap bobot badan puasa.
llt\vq d~nD ~HperQJ,e~ dianaUsa denOan student t-Testmetoda STEEL dan TORRIE (6).
HASIL DAN PEMBAHASAN
menurut
Data pertumbuhan dan konsumsi pakan harian sebelum pubertas
dari kedua kelompok ternak pada penelitian ini disajikan pada Tabel
1. Sesuai dengan hasil beberapa penelitian terdahulu (7, 8, 9) bahwa
bobot lahir domba kelahiran tunggal lebih besar dari kelahiran
kembar (2,4 vs 1,8 kg P<O. 01). Disamping itu faktor-faktor lain
seperti bobot dan kondisi tubuh (1,10), tingkat pakan yang dikon
sumsi oleh induk selama fase akhir dari kebuntingan (12), breed
ternak (7, 13) juga berpengaruh besar terhadap bobot lahi r ternak
domba. Bobot lahir itu sendiri akan berpengaruh terhadap kemampuan
hidup selanju tnya terutama dalam beberapa hari setelah lahir (3,
14) •
Tabel 1. Pengaruh tipe kelahiran terhadap pertumbuhan sebelum pubertas
tipe kelahiran------------------------------------Tunggal KT
Kembar KK------------------------------------------------------------------ n = 19
n = 16
Bobot lahir (kg)2,4 ±0.1 a 1,8 ± 0,1 b
Bobot sapih (kg)9,2 ±0.6 a 6,3 ± 0,5 b
PBBH sebelum disapih (g)73,9 ±5,9 a50,2 ± 4,9 b
PPPH dari sapih-pubertas (g)76,1 ±2,7 75,3 ± 2,6
Rata-rata konsumsi pakan harian dari sapih sampai pubertas-Rumput gajah
(DM , g )108,4 ±4,2 98,7 ± 3,7-Konsentrat
(DM, g )465,7 ± 10,6429,6 ± 9,3
-Energi(MJ) 5,6 ±0,1 5,5 ± 0,1
-Protein(g)80,6 ±2,1 73,4 ± 1,'8
-------------------------------------------------------------------
PBBH = pertambahan bobot badan harian
Nilai dengan huruf yang tidak sarna adalah berbeda nyata (P<O,Ol)
728
Selama 6 minggu pertama setelah lahir, pertumbuhan anak domba
sangat tergantung dari produksi susu induk yang dapat dikonsumsi
olehnya. Setelah itu tingkat ketergantunganya semakin berkurang
karena anak domba tersebut sudah mulai memakan makanan padat (rumput
atau konsentrat) (15). SITORUS dkk. (16) melaporkan bahwa produksi
susu DEP pada tingkat pakan ternak hanya cukup buat anak tunggal
saja. Pada peneli tian ini pertambahan bobot badan harian (PBBH)
kelahiran tunggal lebih tinggi dari kelahiran kembar (73,9 vs 50,2
g, P<O. 01). Nilai ini sesuai dengan hasil yang dilaporkan oleh
SITORUS (16) tapi lebih rendah dari hasil yang dilaporkan oleh
BATUBARA dkk (17).
Setelah penyapihan pertumbuhan anak domba sepenuhnya tergantung
dari pakan yang diberikan/didapat. Pada penelitian ini semua ternak
mendapat pakan secara bebas berupa rumput gajah segar dan konsentrat
(Beef-Kwik, cargill) dengan kandungan protein 15,2 % dan energi (ME)
adalah 10,2 MJ/kg. Ternyata dari sapih sampai pubertas anak kelahir
an kembar mampu tumbuh dengan kecepatan yang sama dengan anak kela
hiran tunggal (75,3 vs 76,1 g/hari). Namun, rata-rata bobot badan
pada waktu ovulasi dan birahi pertama, pubertas, dan konsepsi adalah
lebih rendah dari kelahiran tunggal. Hal ini merupakan konsekwensi
dari bobot sapih yang lebih rendah pada kelahiran kembar (6,3 vs 9,2
kg, P<0,01). Umur terjadinya ovulasi, birahi, pubertas dan konsepsi
tidak berbeda nyata antara kedua kelompok (Tabel 2).
Dari hasil penelitian ini juga terlihat bahwa ternak kelahiran
kembar mempunyai laju ovulasi yang lebihtinggi dari kelahiran tung
gal baik pada waktu ovulasi pertama (1,8 vs 1,4, P)0,05), birahi
pertama (2,1 vs 1,4, P<0,05), pubertas (2,1 vs 1,5, P<0,05) maupun
waktu konsepsi pertama (2,2 vs 1,7, P)0,05) dibandingkan dengan
kelahiran tunggal. Alasan untuk ini belum begitu jelas. Kemungkinan
gen yang berpengaruh terhadap prolifikasi terdapat pada anak kela
hiran kembar ini seperti yang dilaporkan untuk DEP yang prolifik
(4) •
Belum ada informasi tentang hubungan total lemak tubuh dengan
perkembangan pubertas pada DEP. SUTAMA (data belum dipublikasi)
mendapatkan bahwa kadar lemak tubuh pada waktu pubertas meningkat
dengan meningkatnya bobot badan. Pada peneli tian ini kadar lemak
tubuh waktu pubertas domba kelahiran tunggal lebih tinggi dari
729
Tabel 2. Perkembangan seksual dan kadar lemak tubuh waktu pubertas
dari DEP kelahiran tunggal (n = 19) dan kembar (n=16)
Parameter
Ovulasi
Pertama
Birahi
pertama
Puberas
Tipelahir
KT
KK
KT
KK
KT
KK
Urnur
(hari )
193 ± 7204 + 6
209 ± 8224 + 5
216 ± 7224 + 5
bobot
badan(kg)
16,9 ± 0,7a
15,0 ± 0,5b
18,3 ± 0,6a
16,5 ± 0,6b
18,8 ± 0,6a
16,6 ± O,6b
Lajuovulasi
1,4 ± 0,2
1,8 ± 0,2
1,4 ± o,2a2,1 ± 0,2b
1,5 ± 0,2a
2,1 ± 0,2b
Total lemak
tubuh (%)
20,4 ± 1,9
1i,9 ± 1,6
Konseption 'KTKK
219 ± 6230 + 6
19,3 ± 0,6a17,1 ± 0,6b
1,7 ± 0,2
2,2 ± 0,2
Untuk setiap parameter, nilai dengan huruf yang tidak sarna adalahberbeda nyata (P<0,05).
kelahiran kembar (24,4 dan 17,9%), namun perbedaanya tidak nyata.
Hal ini menunjukkan bahwa ternak mungkin harus mencapai kadar lemak
tubuh tertentu sebelum tercapainya pubertas. Hipotesis ini masih
,dapat dipertanyakan rnengingat tidak adanya data total lernak tubuh
dari ternak yang tidak pubertas yang seumur dengan ternak yang telah
mencapi pubertas. MOORE dkk. (18) juga tidak rnendapatkan perbedaan
yang nyata untuk total lernak tubuh domba Romney pada birahi pertama,
tapi ternak yang belum pubertas adalah 6 minggu lebih tua dari
ternak yang pubertas pada saat pengukuran dilakukan.
Performan reproduksi pada waktu beranak pertama dari kedua
kelahiran (tunggal dan kembar) pada penelitian ini disajikan pada
Tabel 3. Persentase kebuntingan pada kawin pertama adalah 73,7% pada
kelornpok kelahiran tunggal dan 62,5% pada kelahiran kernbar. Nilai
ini sebanding dengan hasil (60 - 62 %) yang dilaporkan untuk dornba
berasal dari daerah sub-tropis (1, 19). Sebanyak 26 - 38 % dari
dornba pada penelitian ini beranak kernbar suatu bukti bahwa DEP ini
adalah prolifik. Seperti yang diduga bahwa presentase kelahiran
kembar adalah lebih tinggi pada induk yang berasal dari kelahiran
kembar dari pada induk yang berasal dari kelahiran tunggal (37,5 vs
730
Tabel 3. Performa reproduksi DEP kelahiran tunggal dan kembar pada
waktu beranak pertama
---------------------------------------------------------------------
Tipe kelahiran
Tunggal (KT) Kembar (KK)---------------------------------------------------------------------
Jumlah ternak 1919
Jumlah ternak abortus
°3
Jumlah ternak majir
10
Jumlah ternak mati
°1
Laju onulasi waktu konsepsi
1,7 ± 0,22,2 ± 0,2
Lama bunting (hari)
146 ± °147 ± 1
Bobot badan waktu beranak (kg)
24,3 ± 1,0 a20,9 ± 0,9 b
Domba beranak jlh(%): -dari perkawinan pertama
14 (73,7)10 (62,5)
-dari semua perkawinan
18 (94,7)13 (81,5)
Beranak tunggal
13 (68,4)7 (43,7)
Beranak Kembar
5 (26,3)6 (37,5)
"Ova wastage" (%)
16,7 ± 5,525,0 ± 0,1
"Litter size"
1,3 ± 0,11,5 ± 0,1
Bobot lahir anak
(kg)1,6 ± 0,11,5 ± 0.1
Bobot sapih anak
(kg)7,8 ± 0,76,3 ± 0,4
Kematian nak sebelum sapih (%)
26,131,2
Tingkat produktivitas (jlh anak sapih/induk kawin)
0.8950,687
-----------------------------------------------------------------
Nilai dengan hurup sarna adalah berbeda nyata (P(0,05)
26,3 %). Rata-rata "litter size" adalah 1,3 dan 1,5 masing-masing
pada induk kelahiran tunggal dan kembar. Tingginya angka kegagalan
reproduksi seperti abortus (18,7%) dan "Ova-wastage" (25%) pada
induk kelahiran kembar pada penelitian ini memerlukan pengkajian
lebih lanjut untuk mengurangi kegagalan reproduksi tersebut, walau
pun angka kegagalan reproduksi ini masih lebih kecil dari hasil (31
- 72%) yang dilaporkan untuk domba dad daerah sub-tropis (20).
Langkah selanjutnya untuk meningkatkan pendapatan ternak adalah
mengurangi tingkat kematian sebelum sapih yang juga masih relatip
tinggi (26 - 31%) pada penelitian ini.
731
KESIMPULAN
Dad hasil veneli ti,an ini dapat disimpulkan bahwa tipe kelahir
an tidak berpengaruh secara nyata terhadap total lemak tubuh waktu
pubertas dan perkembangan seksual DEP. Akan tetapi, produkti vi tas
ternak waktu beranak pertama dari ternak kelahiran kembar lebih
rendah dad kelahiran tung gal sebagai akibat dari tingginya "ova
wastage" dan kematian anak sebelum disapih, suatu hal yang perlu
diperhatikan dalam pemilihan ternak calon bibit dan pemeliharaannya.
DAFTAR PUSTAKA
1. DYRMUNDSSON, O.R., Puberty and early reproductive performance in
sheep. I. Ewe lambs ., Anim. Breed. Abstr.41 (1973) 273
2. MASON, I.L."Prolifik tropical sheep ", FAO Anim. Prod. HealthPaper No. 17, Rome 1980 65
3. TIESNAMURTI, B., SITORUS,P., dan INOUNO , I., "Kemampuan sapi
domba ekor tipis dipedesaan Jawa Barat", Proc. PertemuanIlmiah Penelitian Ruminansia Kecil, Bogor (1983) 167.
4. BRADFORD, G.E., QUIRKE, J.R. , SITORUS, P., INOUNO, I.,
FIESNAMURTI, B., BELL, F. L. , FLETCHER, I. C. and TORELL,
D.T. Reproduction in Javanese sheep: Epidence for gene with
large effect on ovulation rate and litter size., J. Anim. Sci.63 (1986) 418.
5. TILL,A.R., and DOWNES, A.M., The measurement of total body waterin sheep. Aust. J. Agric. Res. J3 (1962) 335.
6. STEEL, R.G.D., and TORRIE, J.H., Principles and Procedures ofStatistic, McGraw-Hill, New York (1981).
7. FLETCHER, I.C., CHANIAGO, T., and OBST, J.M., "Comparison of thereproductive performance of Javanese thin-tail and Boder
Leicester x Merino ewes in Indonesia", Proc. Aust. Soc. Anim.Prod. 14 (1981) 455.
8. CHANIAGO, T.D., OB8T, J.M., PARRAKASI ,A., and WI NUGROHO , M.,
"Growth of Indonesia sheep under village and "improved"
732
management systems", Penelitian Ruminansia Kecil, Proc.Pertemuan Ilmiah, Bogor (1983) 106.
9. SITORUS, P., SUBANDRIYO, and INOUNU, I., "A Study of someaspects of reproduction in Javanese thin-tailed and fat-tailed
sheep", Proc. 3rd AAAP Anim. Sci. Congr. Seoul, South Korea 1(1985) 435.
10. RAY, E.E., and SMITH, S.L., Effect of body weght of ewes on
subsequent lamb production, J. Anim Sci. ~(1966) 1172.
11. ADALSTEINSSON, S., The independent effects of live weight and
body condition on fecundity and productivity of Icelandicewes, Anom. Prod. 28 (1979) 13.
12. SMEATON, D.C., RATTRAY, V.C, MACKISAK, B. and HEATH, S.,"Nutri tion and management of ewe bifore and after lambing",Proc. N.Z. Soc. Anim. Prod. 43 (1983) 37.
13. TIESNAMURTI, B. INOUNU, I., SOTORUS, P. and SUBANDRIYO, "Preweaning performance of Javanese lambs.", Proc. 3rd AAAP Anim.
Sci. Congr., Seoul, South Korea 1 (1985) 312.
14. OBST, J.M., BOYES, T. and CHANIAGO, T. "Reproductive wastage inJavanese thin-tail sheep", Animal Production and Health in
the Tropics (JAENUDIEEN, M. R. and OMAR A. R. eds.), Universiti Pertanian Malaysia, (1982) 425.
15. SUTAMA, I.K., Pubertas development and early reproductive' performance of JJT Sheep. ,Ph. D. Thesis, University of New England, Armadale, NWS, Australia. (1987).
16. SITORUS, S., GINTING, S., VAN EYS, J.E., and INOUNU, I., "Effect
of level of feeding and litter size on milk yield andcomposition from Javanese ewes", Pro. 3rd AAAP Anim Sci.
Congr. Seoul, South Korea, Z (1985) 784.
17. BATUBARA, L.P., RANGKUTI, M. dan SITORUS, P., "Performance domba
priangan yang dipelihara pada pasture dan diberikan makanan
penguat", Proc. Seminar Penelitian Penunjang Perkembanganpeternakan, Cisarua (1979).
18. MOORE, R.W., BASS, J.J., WINN, G.W., and HOKCKY, H.U.P., Relationship between carcass composition and first oestrus in
romney ewe Lamb., J. Reprod. Fert. 74 (1982) 433.
733
19. KENNEDY, T.G., and KENNEDY, J.P., "Trasport of sepermatozoa and
apparent fertilization in young and mature Merine ewes", Proc.
Aust. SOC. AnlID. Prod. ~ (198Z) 176.
20. PUTU, I.G., "Reproductive wastage in meiden ewes involved in
twice yearly lambing", Proc. Pertemuan Ilmiah Penelitian
Ruminansia Kecil, Bogor (1983) 136.
DISKUSI
SRI ASMINAH
Tadi dikatakan bahwa kondisi KT lebih baik daripada KK. Faktor pe
nyebab antara lain adanya kompetisi mendapatkan susu dari induk apa
tidak diperhatikan? Karena produksi susu untuk tiap individu tidak
sama.
KETUT SUTAMA
Dalam peneli tian ini, produksi susu induk tidak dihitung. Memang
benar terdapat variasi produksi susu domba ternak. Namun secara umum
dari penelitian terdahulu induk yang melahirkan anak kembar mengha
silkan susu sedikit lebih tinggi dari induk yang melahirkan tunggal.
Dengan demikian anak-anak kembar akan tetap mendapat susu yang lebih
sedikit dari anak-anak tunggal. Akibatnya kondisi anak tunggal lebih
baik dari anak kembar.
NUNIEK
Bagaimana Anda mengetahui saat ovulasi pertama dan menghitung jumlah
ovum saat ovulasi ?
KETUT SUTAMA
Saat ovulasi pertama dilakukan dengan melakukan laparskopi secara
teratur, yaitu setiap 2 minggu, kemudian waktu ovulasinya diestimasi
berdasarkan pertumbuhan corpus ketium (CL) untuk ternak yang telah
menunjukkan birahi, laparskopi dilakukan 3 - 5 hari setelah birahi.
Jumlah ovum waktu ovulasi (ovulation rate) dihitung berdasarkan
jumlah CL yang ada pada waktu kita melakukan laparskopi.
734