1 perancangan modifikasi struktur gedung rumah … · adalah pondasi. pondasi yang digunakan adalah...
TRANSCRIPT
1
PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KEPANJEN MALANG DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS UNTUK DIBANGUN DI ACEH Nama Mahasiswa : YOGA GUNAWANTO NRP : 3105 109 615 Jurusan : Teknik Sipil FTSP-ITS Dosen Pembimbing : Ir. Kurdian Suprapto, MS
Abstrak
Struktur gedung Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kepanjen Malang telah direncanakan dengan menggunakan metode daktilitas terbatas dengan pemilihan daerah gempa sedang, sesuai dengan kondisi kota Surabaya dan sekitarnya. Struktur gedung ini dimodifikasi dan dirancang kembali untuk diaplikasikan didaerah yang memiliki resiko gempa tinggi (Wilayah gempa 6) dengan menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK).
Modifikasi yang dilakukan pada gedung ini diantaranya jumlah lantai dari 2 lantai menjadi 8 lantai. Perancangan gedung ini berdasarkan ”Tata Cara Perencanaan Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002)” dan ”Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002)”.
Hasil perancangan struktur gedung Rumah Sakit terdiri dari portal beton dengan tulangan utama diameter 22 mm (D22), tulangan geser diameter 10 mm (Ø10) untuk balok dan diameter 12 mm (Ø 12) untuk kolom, atap beton, dan pondasi menggunakan tiang pancang beton pracetak.
Kata kunci : Modifikasi, RSDU Kepanjen, Sistem Rangka
Pemikul Momen Khusus (SRPMK)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan adalah sebuah kebutuhan utama bagi setiap manusia, karena dengan kesehatan manusia dapat melakukan segala aktivitas dalam kehidupannya. Oleh karena itulah manusia akan mengorbankan apapun yang dimilikinya hanya untuk kesehatan bagi dirinya. Maka untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan peningkatan daya tampung serta kualitas bangunan di daerah Kabupaten Malang, maka dibagunlah Rumah Sakit Umum Daerah di Kepanjen Kabupaten Malang.
Perencanaan pembangunan gedung bertingkat harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan, untuk daerah dengan resiko gempa rendah (WG 1 dan 2) menggunakan sistem rangka pemikul momen biasa, untuk daerah dengan resiko gempa menengah (WG 3 dan 4) menggunakan sistem rangka pemikul momen menengah atau khusus dan untuk daerah dengan resiko gempa tinggi (WG 5 dan 6) menggunakan sistem rangka pemikul momen khusus. (Tata Cara SNI 03–2847–2002)
Sistem rangka pemikul momen adalah Sistem struktur yang pada dasarnya memikul rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap. Beban lentur dipikul rangka pemikul momen terutama melalui mekanisme lentur. (Tata Cara SNI 03–1726–2002)
SRPMK harus dipakai di wilayah gempa 5 dan 6 dan harus memenuhi persyaratan desain pada pasal 23.2 sampai degan pasal 23.8 disamping pasal-pasal sebelumnya yang masih berlaku. (Rachmat Purwono, 2005)
Proyek pembangunan gedung Rumah Sakit Umum Daerah Kepanjen Malang akan digunakan sebagai bahan Tugas Akhir, modifikasi yang dilakukan antara lain : zone gempa dalam Tata Cara Perencanaan Ketahanaan Gempa Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002) daerah gempa menengah (Zone 3) dimodifikasi menjadi daerah dengan gempa resiko tinggi (Zone 6), perubahan lantai dari 2 menjadi 8.
1.2 Perumusan Masalah
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, permasalahan yang perlu diperhatikan adalah :
2
1. Analisa perhitungan untuk struktur bangunan Gedung dengan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) pada kasus daerah gempa tinggi, untuk struktur utama dan struktur sekunder (Sesuai dengan SNI 03-2847-2002 Dilengkapi Penjelasan dan SNI 03 -1726 -2002 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung)
2. Perencanaan struktur bawah yang menyalurkan beban gempa.
1.3 Tujuan Penulisan Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah : 1. Merencanakan struktur gedung pada kasus
daerah gempa tinggi (Sesuai dengan SNI 03-2847-2002 Dilengkapi Penjelasan dan SNI 03 – 1726-2002).
2. Merencanakan struktur bawah meliputi kebutuhan jumlah tiang pancang dan merencanakan Pile Cap.
1.4 Batasan Masalah
Didalam penulisan Proposal Tugas Akhir ini, Perancangan struktur gedung ini ditinjau dari segi teknis saja, yaitu : 1. Perencanaan struktur Sekunder, yaitu :
perencanaan pelat lantai, pelat atap, perencanaan tangga, perencanaan balok anak.
2. Perencanaan struktur Utama, yaitu : perencanan balok induk, perencanaan kolom, pertemuan balok-kolom.
3. Perhitungan menggunakan metoda Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus pada daerah gempa kuat.
4. Perancangan ini tidak meninjau analisa biaya dan manajemen konstruksi didalam penyelesaian pekerjaan proyek.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Peraturan Yang Digunakan
Perencanaan dalam tugas akhir ini menggunakan peraturan yang berlaku yaitu :
� SNI 03-1726-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk bangunan gedung.
� SNI 03-2847-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Struktur Beban untuk bangunan Gedung.
� Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983. � Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI 1971).
2. Pemodelan Struktur
Adapun pemodelan struktur yang digunakan dalam gedung ini adalah :
a) Struktur Utama Gedung yang akan direncanakan ini adalah suatu struktur gedung yang menggunakan sistem Rangka Pemikul Momen Khusus. Dimana dalam perhitungannya struktur utama yang akan dianalisa adalah meliputi balok induk memanjang, balok induk melintang dan kolom.
b) Struktur sekunder Struktur Sekunder adalah struktur pendukung yang hanya menyalurkan beban gempa yang ada. Adapun dalam gedung ini struktur sekunder yang akan dianalisa adalah balok anak, tangga dan pelat. Dimana dalam perhitungannnya harus dipisahkan dengan struktur utama.
c) Struktur Bawah Adapun struktur bawah merupakan struktur yang menghubungkan antara gedung dengan tanah. Dimana dalam perhitungannya harus bisa mengakomodasi seluruh beban yang ada dan disalurkan ke tanah. Struktur bawah yang dimaksudkan disini adalah pondasi. Pondasi yang digunakan adalah pondasi tiang pancang. Dimana dalam sistem ini meliputi tiang pancang, sloof dan poer.
3. Pembebanan
Adapun dalam perhitungan beban yang ada mengacu pada Peraturan pembebanan Indonesia untuk gedung 1983. Dimana didalamnya disebutkan bahwa struktur gedung akan menerima
3
beban yang terdiri dari beban mati, beban hidup, beban angin, dan beban gempa. Kombinasi Pembebanan :
Untuk perhitungan dengan cara SNI 03 – 2847 – 2002 kombinasi yang digunakan adalah pasal 11.2 : U = 1,4 D U = 1,2 D + 1,6 L U = 1,2 D + 1,0 L + 1,0 E U = 0,9 D + 1,0 E U = 1,2 D + 1,0 L + 1,6 W U = 0,9 D + 1,6 W dimana : D: beban mati E: beban gempa L: beban hidup W:beban angin
BAB III
METODOLOGI
Diagram alur penyelesaian perancangan struktur gedung Rumah Sakit Pelabuhan (PHC) Surabaya :
Selesai
Kesimpulan
Gambar Detail Perencanaan Struktur dan Penulangan
Syarat-syarat Terpenuhi
Perhitungan Penulangan Struktur Utama danStruktur Bawah, meliputi :1. Balok2. Kolom3. Pertemuan Balok Kolom4. Pondasi (poer), dan Sloof
Perhitungan Penulangan StrukturSekunder, meliputi :1. Pelat Lantai2. Tangga3. Balok Anak
Output Gaya Dalam
Analisa Struktur dengan SAP 2000
Beban Gravitasi
Preliminari Permodelan Struktur
Preliminari Design
Modifikasi dan Pemilihan Kriteria Design
Pengumpulan Datadan Studi Literatur
Mulai
Beban Gempa
TIDAK
BAB IV PERENCANAAN DIMENSI
STRUKTUR 4.2.1 Perencanaan Dimensi Balok
Sesuai dengan SNI 03 – 2847 – 2002 Ps. 11.5 tabel 8 untuk dimensi balok (minimum) pada : 1. Dua tumpuan sederhana :
hmin = bL×16
1
2. Dua tumpuan menerus :
hmin = bL×21
1
Dengan persyaratan yf diambil 400 MPa
persyaratan dimensi balok ekonomis menurut (Wang–Salmon) sebagai berikut :
1,5 ≤ b
h ≤ 2,0
Dimensi Balok Induk Memanjang dan Melintang : • Dimensi Balok Induk Memanjang dan
Melintang : Balok dengan Lb = 6,00 m, dengan persyaratan yf diambil 400 MPa.
hmin = 60016
1 × = 37,50 cm
dipakai h = 50 cm
1,5 ≤ b
50 ≤ 2
b = h3
2= 30 cm…….dipakai b = 30 cm
Dimensi balok 30/50
4.2.2 Perencanaan Dimensi Plat Didalam penentuan tebal pelat lantai, digunakan sample plat tipe S4 dengan data-data sebagai berikut :
Ln = 600 –
+2
30
2
30 = 570 cm
Sn = 300 –
+2
25
2
30 = 272,5 cm
β = 272,5
570 = 2,09
Untuk balok Melintang 30/50 dengan panjang 300 cm
t = 12 cm bw = 30 cm h = 50 cm
4
be1 = bL41 = 3004
1 ×
be1 = cm75
be2 = tbw 8+ = ( )12830 ×+
be2 = cm126
be3 = )(21
wb bL − = )30300(21 −
be3 = cm135 bemin = 75 cm (menentukan)
k =
+
+
+
+
h
tx
bw
be
h
tx
bw
be
h
t
h
tx
h
t
bw
be
1-1
1-46-41-132
=
−+
−+
+
−
−+
50
121
30
751
50
121
30
75
50
124
50
1264
50
121
30
751
32
x
xxx
= 2,81
Ib = 12
1 × bw × h3 × k
= 12
1× 30 × 503 × 2,81 = 878125 cm4
Is = 12
1 × bs × t3
= 12
1× 300 × 123 = 43200 cm4
α1 = Is
Ib = 32,30
43200
878125=
Untuk balok Memanjang 30/50 dengan panjang
600 cm t = 12 cm bw = 30 cm h = 50 cm
be1 = bL41 = 6004
1 ×
be1 = cm150
be2 = tbw 8+ = ( )12830 ×+
be2 = cm126
be3 = )(21
wb bL − = )30600(21 −
be3 = cm285 bemin = 126 cm (menentukan)
+
+
+
−
+
=
h
tx
b
b
h
tx
b
b
h
t
h
tx
h
tx
b
b
K
w
e
w
e
w
e
1-1
1-4641-132
=
−+
−+
+
−
−+
50
121
30
1261
50
121
30
126
50
124
50
1264
50
121
30
1261
32
x
xxx
= 1,857
Ib = 12
1 × bw × h3 × k
= 12
1× 30 × 503 × 1,857 = 580312,5 cm4
Is = 12
1× bs × t3 =
12
1× 600 × 123 = 86400 cm4
α2 = Is
Ib = 75,6
86400
580312,5=
Untuk balokAnak Memanjang 30/50 dengan panjang 600 cm t = 12 cm bw = 25 cm h = 30 cm
be1 = bL41 = 6004
1 ×
be1 = cm150
be2 = tbw 8+ = ( )12825 ×+
be2 = cm121
be3 = )(21
wb bL − = )25600(21 −
be3 = cm5,287 bemin = 121 cm (menentukan)
+
+
+
−
+
=
h
tx
b
b
h
tx
b
b
h
t
h
tx
h
tx
b
b
K
w
e
w
e
w
e
1-1
1-4641-132
=
−+
−+
+
−
−+
30
121
25
1211
30
121
25
121
30
124
30
1264
30
121
25
1211
32
x
xxx
= 1,899
Ib = 12
1 × bw × h3 × k
= 12
1× 25 × 303 × 1,899 = 106818,75 cm4
Is = 12
1 × bs × t3 =
12
1× 600 × 123
= 86400 cm4
α3 = Is
Ib = 23,1
86400
106818,75=
44321 ααααα +++
=m
2155,174
32,3023,175,632,30 >=+++=
5
Pada SNI 03-2847-2002 Pasal 11.5 .3.3 : Tebal pelat dengan balok yang
menghubungkan tumpuan pada semua sisinya harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : Untuk mα lebih besar dari 2,0, ketebalan pelat minimum tidak boleh kurang dari
h = β936
15008,0
+
+ y
n
fL
h = )09,29(36
1500
4008,0570
×+
+ = 11,09 cm ≈ 110,9mm
tebal pelat rencana 120 mm > 110,9mm dan tidak boleh kurang dari 90 mm Jadi tebal pelat 120 mm telah memenuhi syarat Sehingga : Dipakai tebal pelat lantai 120 mm dan atap 100 mm.
4.2.3 Perencanaan Dimensi Kolom Pada perencanaan kolom diambil pada As 2-B 1. Beban Mati (DL) Lantai 2 – 8
2. Beban Hidup (LL) Pada pelat : Lantai : 6 × 6 × 250 kg/m2 × 7 tk= 63000 kg Lantai Atap : 6 × 6 × 100 kg/m2 × 1 tk = 3600 kg +
Berat Total = 66600 kg Jadi Berat Total : Wlantai = 1,2 DL + 1,6 LL = 1,2 (162338,4) + 1,6 (63000) = 295606,08 kg Watap = (1,2 × 16596) + (1,6 × 3600) = 25675,2 kg Wtotal = 295606,08 kg + 25675,2 kg = 321281,28 kg
Mutu Beton = 30 MPa = 300 Kg/cm2 (1MPa = 10 kg/cm2).
A
Pfc =× '33,0
Dimensi
: 2cm 27,324530033,0'33,0
321281,28=
×=
×=
fc
PA
Dimensi: b2 = 27,3245 cm2 maka b = 56,97 cm ≈ 60 cm
Jadi Dimensi Kolom 60/60 cm Perencanaan dimensi tangga Syarat perencanaan tangga:
67/64.2 dsit =+ 66.2 =+ it
cmi 30= Direncanakan : � Lebar injakan (i) : 30 cm � Tanjakan (t) : 16 cm � Tebal Pelat Tangga : 14 cm � Tebal Pelat Bordes : 14 cm � Jumlah tanjakan tangga kebawah = keatas
( n.t )= 16200
= 12,50 buah ~ 13 buah
( n.i ) = n.t – 1= 13 - 1 = 12 buah � Panjang Horisontal Tangga: 30 x 12 =360 cm � Lebar Bordes : 500 – 360 = 140 cm � Sudut Kemiringan:Arc tg ( )360200 = 29,05° � Tebal pelat rata-rata
Tebal rata-rata =
( ) αsin2 ×i (injakan dan tanjakan)
= ( ) 05,29sin230 × = 7,28 cm
Tebal rata – rata pelat tangga = 14 + 7,28 = 21,28 cm
BAB V PERENCANAAN STRUKTUR
SEKUNDER 5.1 Perencanaan Pelat
Peraturan yang digunakan dalam menentukan besar beban yang bekerja pada struktur pelat adalah Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983 (PPIUG 1983). Perletakan pada pelat diasumsikan sebagai perletakan jepit elastis.
( ) 66182 =+× i
6
5.1.1 Pembebanan pelat Pembebanan Pelat Atap (PPIUG 1983 tabel 2.1 hal 11) 1 - Beban Mati (DL)
- Berat sendiri pelat0,10 x 2400 =240 kg/m2 - Plafon + penggantung 11 + 7 = 18 kg/m2
- Finishing (2 cm)2 x 21 =42 kg/m2
- Aspal (2 cm) 2 x 14 =28 kg/m2 - Ducting AC + pipa =40 kg/m2
DL = 368 kg/m2 2 Beban Hidup (LL) (PPIUG 1983 Ps 3.2.1
hal 13) Untuk gedung rumah sakit digunakan LL
= 100 kg/m2 3 Kombinasi Pembebanan
Kombinasi pembebanan yang digunakan berdasarkan SNI 03-2847-2002 pasal 11.1(1)
qu = 1.2DL + 1.6LL qu = (1,2 x 368) + (1,6 x 100)
= 601,6 kg/m2
Pembebanan Pelat Lantai 1. Beban Mati (DL) (PPIUG 1983 tabel 2.1 hal
11) - Berat sendiri pelat 0,12 x 2400= 288 kg/m2 - Plafon + penggantung11 + 7 = 18 kg/m2
- Spesi (2 cm)2 x 21 =42 kg/m2
- Keramik /Finishing (1 cm) 1x24=24 kg/m2 - Ducting AC + pipa = 40 kg/m2
DL =412 kg/m2 2. Beban Hidup (LL) (PPIUG 1983 Tabel 3.1
hal 17) Untuk gedung rumah sakit digunakan LL
= 250 kg/m2 3. Kombinasi Pembebanan
Kombinasi pembebanan yang digunakan berdasarkan SNI 03-2847-2002 pasal 11.1(1) qu = 1.2DL + 1.6LL qu = (1,2 x 412) + (1,6 x 250) = 894,4 kg/m2
Penulangan Pelat Atap • Qu = 601,6 kg/m2 • Dimensi pelat 6 x 3 m2 • Tebal pelat 100 mm, Tebal decking 40 mm • Diameter tulangan rencana 8 mm • Mutu tulangan baja fy = 400 MPa • Mutu beton fc’ = 30 MPa,
β1 = 0.85.........SNI 03–2847–2002 Ps.12.2.7
• dx = 100-40-1/2(8) = 56 mm • dy = ( )8840100 2
1 ×−−− = 48 mm
0325,0400600
600
400
3085.085.0=
+=
xxbρ
0244,00325,075,0max == xρ
0018,0min =ρ (SNI-03-2847-2002 Ps 9.12.2.1 hal 49)
Ln = 600 -
+22
3030 = 570 cm
Sn = 300 -
+22
25 30 = 272,5 cm
β = Sn
Ln = 5,272
570 = 2,0 < 2 (plat 2 arah)
Penulangan arah x
Tulangan Tumpuan = Tulangan Lapangan (Mtx = Mlx) (PBI 1971 tabel 13.3.1 hal 202) Mutx (-) = Mulx (+)= 0,001 x 601,6 x 2,7252 x 56 = 250,1663 kgm = 2501663 Nmm
99,025610008,0
210008,0
2501663===
xxdxxx
MuRn
69,153085.0
400
'85.0===
xfc
fym
0025,0400
99,069,15211
69,15
1=
××−−=
ρ > ρmin
= 0,0018 Maka digunakan ρ = 0,0025 Asperlu = ρ b d = 0,0025 x 1000 x 56 = 140 mm2 Menurut SNI03-2847-2002 pasal 12.5(4) hal 72 disebutkan: Jarak tulangan ≤ 3 x tebal pelat = 3 x 100 = 300 mm ≤ 450 mm Digunakan tulangan lentur ∅∅∅∅8-150
Aspakai =
××200
10008
4
1 2π
= 251,32 mm2 > 140 mm2…......................Ok Kontrol Kekuatan
0045,0561000
251===
xdxb
pakaiAsρ > ρmin
−×=2
adfyAsMn
bfc
fyAsa
×××
='85.0
94,310003085,0
400 251=
×××
=a
NmmMn 54246122
5640025194,3
=−×=
7
54246216,0 ×== MnMu φ Nmm6,4339689= > 2501663 Nmm (ok)
Tulangan susut dan suhu (SNI-03-2847-2002 Ps 9.12.2.b) As susut = ρ × b × h = 0,0018 × 1000 × 100 = 180 mm2 Jadi dipasang tulangan ∅∅∅∅ 8 – 250 mm (As = 201,06 mm2) Penulangan arah y Tulangan Tumpuan = Tulangan Lapangan (Mty = Mly) (PBI 1971 tabel 13.3.1 hal 202) Muty (-) = Muly (+) = 0,001 x 601,6 x 2,7252 x 48 = 214,4282 kgm =2144282 Nmm
16,124810008,0
210008,0
2144282===
xxdyxx
MuRn
69,153085.0
400
'85.0===
xfc
fym
0029,0400
16,169,15211
69,15
1=
××−−=
ρ > ρmin
= 0,0018 Maka digunakan ρ = 0,0029 Asperlu = ρ b d = 0,0029 x 1000 x 48 = 139,2 mm2 Menurut SNI 03-2847-2002 pasal 12.5(4) disebutkan: Jarak tulangan≤ 3 x tebal pelat = 3 x 100 = 300 mm ≤ 450 mm Digunakan tulangan lentur ∅∅∅∅8-150
Kontrol Kekuatan
0052,0481000
251 ===xdxb
pakaiAsρ > ρmin
−×=2
adfyAsMn
bfc
fyAsa
×××
='85.0
94,310003085,0
400 251=
×××
=a
NmmMn 46214122
94,348400251 =
−×=
46214128,0 ×== MnMu φ Nmm6,3697129= > 2414282 Nmm (ok)
Tulangan susut dan suhu (SNI-03-2847-2002 Ps 9.12.2.b) As susut = ρ ×b×h= 0,0018×1000×100 = 180 mm2
Jadi dipasang tulangan ∅∅∅∅ 8 – 250 mm (As = 201,06 mm2) 5.2.2 Penulangan Pelat Lantai Data-data untuk perhitungan pelat adalah : • Qu = 894,4 kg/m2 • Dimensi pelat 6 x 3 m2 • Tebal pelat 120 mm • Tebal decking 20 mm • Diameter tulangan rencana 8 mm • Mutu tulangan baja fy = 400 MPa • Mutu beton fc’ = 30 MPa, β1 = 0,85 • dx = 120-20-1/2(8) = 96 mm dy = 120-20-8-1/2(8) = 88 mm
bρ = 0,0325
maxρ = 0,0244
minρ = 0,0018 (SNI-03-2847-2002 Ps 9.12.2.1 hal 49)
Ln = 600 -
+22
3030 = 570 cm
Sn = 300 -
+2
30
2
25 = 272,5 cm
Β = Sn
Ln =
5,272
570 = 2,0 ≤ 2 (plat 2 arah)
Penulangan arah x Tulangan Tumpuan = Tulangan Lapangan (Mtx = Mlx) (PBI 1971 tabel 13.3.1 hal 202) Mutx (-) = Mulx (+) = 0,001 x 894,4 x 2,7252 x 96
= 637,5819 kgm = 6375819 Nmm
86,029610008,0
210008,0
6375819===
xxdxxx
MuRn
69,153085.0
400
'85.0===
xfc
fym
0021,0400
86,069,15211
69,15
1=
××−−=
ρ > ρmin = 0,0018
Maka digunakan ρ = 0,0021 Asperlu = ρ b d = 0,0021 x 1000 x 96 = 201,6 mm2 Menurut SNI03-2847-2002 pasal 12.5(4) hal 72 disebutkan: Jarak tulangan ≤ 3 x tebal pelat = 3 x 120 = 360 mm ≤ 450 mm Digunakan tulangan lentur ∅∅∅∅8-150
8
Kontrol Kekuatan
0026,0961000
251===
xdxb
pakaiAsρ > ρmin
−×=2
adfyAsMn
bfc
fyAsa
×××
='85.0
94,310003085,0
400 251=
×××
=a
NmmMn 94406122
94,396400251 =−×=
94406128,0 ×== MnMu φ Nmm6,7552489= > 6375819 Nmm (ok)
Tulangan susut dan suhu (SNI-03-2847-2002 Ps 9.12.2.b) As susut = ρ × b × h = 0,0018 × 1000 × 120 = 216 mm2 Jadi dipasang tulangan ∅∅∅∅ 8 – 250 mm (As = 201,06 mm2)
Penulangan arah y Tulangan Tumpuan = Tulangan Lapangan (Mty = Mly) (PBI 1971 tabel 13.3.1 hal 202) Muty (-) = Muly (+) = 0,001 x 894,4 x 2,7252 x 88 = 584,4501 kgm = 5484501 Nmm
9,028810008,0
210008,0
5484501 ===
xxdxxx
MuRn
69,153085.0
400
'85.0===
xfc
fym
0022,0400
9,069,15211
69,15
1=
××−−=
ρ > ρmin= 0,0018
Maka digunakan ρ = 0,0022 Asperlu = ρ b d = 0,0022 x 1000 x 88 =193,6 mm2 Menurut SNI 03-2847-2002 pasal 12.5(4) disebutkan: Jarak tulangan ≤ 3 x tebal pelat = 3 x 120 = 360 mm≤ 450 mm Digunakan tulangan lentur ∅∅∅∅8-150
Kontrol Kekuatan (buku ajar Str. Beton II hal 7-12)
0029,0881000
251 ===xdxb
pakaiAsρ > ρmin
−×=2
adfyAsMn
bfc
fyAsa
×××
='85.0
94,310003085,0
400 251=
×××
=a
NmmMn 86374122
94,388400251 =
−×=
86374128,0 ×== MnMu φ Nmm6,6909929= > 5844501 Nmm (ok) Tulangan susut dan suhu As susut = ρ ×b×h= 0,0018×1000×120 = 216 mm2
Jadi dipasang tulangan ∅∅∅∅ 8 – 250 mm (As = 201,06 mm2) Perhitungan tipe yang lain ditabelkan. 5.2 Perencanaan Balok Anak
Balok anak adalah salah satu struktur sekunder yang berfungsi untuk memperkecil lendutan pada pelat sehingga dapat mengurangi ketebalan dari struktur pelat. Beban yang bekerja pada balok anak adalah berat daripada balok anak itu sendiri ditambah dengan semua beban merata pada pelat (termasuk berat sendiri pelat dan beban hidup diatasnya) yang ditopang oleh balok anak dibawahnya. Distribusi beban pada balok pendukung bisa berupa beban segitiga pada lajur pendek serta beban trapezium pada lajur yang panjang yang kemudian beban-beban tersebut di ekivalensikan menjadi beban merata. Adapun perumusan beban ekivalen tersebut adalah : Penulangan balok anak melintang (D-C) Data-data perencanaan : Direncanakan tulangan balok anak D 16 mm. Direncanakan tulangan sengkang φ 8 mm. d = h – t.selimut – t.sengkang – (diameter/2) = 400 – 40 – 8 – (16/2) = 344 mm d0 = 400 – 344 = 56 mm b = 300 mm
0325,0400600
600
400
3085,085,0 =
+××=bρ
0244,00325,075,0max =×=ρ
0035,0400
4,1min ==ρ
9
69,153085,0
400
'85,0=
×==
fc
fym
Tumpuan Mutump = 12154,1 kgm =121541000 Nmm (Output SAP2000)
4,0As
As'==δ
57,23443008,0
121541000x0,4)-(1
8,0
)1(22
=××
=××
−=db
MuRn
δ
N/mm2
0068,0400
57,269,15211
69,15
1 =
××−−=ρδ
344300)56344(4008,0
121541000x(0,4)
)(8,0'
0 xxdxbddxfy
Mu
×−×=
×−×= δρ
'ρ = 0,0051
'ρρδρ += = 0,0068 + 0,0051 = 0,0119 Tulangan tumpuan atas : Asperlu = ρ b d = 0,0119 x 300 x 344 = 1228,08 mm2 Pasang 7 D16 ( As = 1390 mm² ) Tulangan tumpuan bawah: As’ = ρ ’ b d = 0,0051 x 300 x 344 = 526,32 mm2 Tulangan pasang 3 D16 (As’ = 596 mm2) Periksa Lebar Balok Jarak minimum yang disyaratkan antara dua batang adalah 25 mm. Minimum lebar balok yang diperlukan akan diperoleh sebagai berikut : 2 x penutup beton (cc = 40 mm) :2x 40 = 80 mm 2 x sengkang, ∅sengkang = 8 mm :2 x8 = 16 mm 7 x D16 : 7 x16 = 112 mm 6 kali jarak antara 25 mm: 6 x25 = 150 mm Total = 358 mm Kelebaran sebesar 300 mm tidak memadai untuk pemasangan 1 baris, jadi pemasangan tulangan disusun 2 baris. 5.3 Perencanaan Tangga
Perencanaan struktur tangga dapat mengambil beberapa macam alternatife, baik itu konstruksi maupun perletakannya. Konstruksi tangga dapat direncanakan sebagai balok tipis, pelat, maupun sebagai konstrtuksi balok dan pelat. Perbedaan asumsi menentukan besarnya gaya reaksi yang terjadi pada struktur tangga.
Dalam perencanaan ini tangga diasumsikan sebagai frame 2 dimensi, yang kemudian dianalisa untuk menentukan gaya-gaya dalamnya dengan perencanaan struktur
statis tertentu. Perletakan dapat diasumsikan sebagai sendi-sendi, sendi-jepit, sendi-rol, ataupun jepit-jepit. Perbedaan asumsi akan menentukan cara penulangan konstruksi serta pengaruhnya terhadap struktur secara keseluruhan. Dalam perhitungan ini perletakan diasumsikan sebagai sendi-rol. 1.Beban mati (DL)(PPIUG1983Tabel2.1 hal 12) Berat sendiri: ( ) 05,29cos24002128,0 × =584,22 kg/m2
Spesi ( 2 cm ) : 212× = 42 kg/m2 Tegel ( 1 cm ) : 241× = 24 kg/m2 Sandaran = 30 kg/m2 DL = 680,22 kg/m2 Beban Hidup (PPIUG 1983 Tabel 3.1 hal 17)
LL = 300 kg / m2 Kombinasi Qu = ( ) ( )LLDL ×+× 6,12,1
= ( ) ( )3006,122,6802,1 ×+× = 1296,26 kg/m2 5.4.2.1 Pembebanan Pelat Bordes Beban Mati (PPIUG 1983 Tabel 2.1 hal 12) Berat sendiri : 0,14 x 2400 = 336 kg/m2 Spesi ( 2 cm ) : 2 x 21 = 42 kg/m2 Tegel ( 1 cm ) : 1 x 24 = 24 kg/m2 Sandaran : = 30 kg/m2 +
DL = 432 kg/m2 Beban Hidup (PPIUG 1983 Tabel 3.1 hal 17) LL = 300 kg / m2 Kombinasi Qu = ( ) ( )LLDL ×+× 6,12,1
= ( ) ( )3006,14322,1 ×+× = 998,4 kg/m2 seperti dibawah ini :
q = 998,4 kg/m
360140
200
A B
C
q = 1296,26 kg/m
Gambar 5.10 Skema Pembebanan Struktur
Tangga Perhitungan Momen : • 0=ΣMC
Ra . 5 – 998,4 (1,40) (4,30) – 1296,26 (3,6) (1,8) = 0 Ra = 2861,54 kg
10
• 0=ΣMA -Rc . 5 + 998,4(1,40) (0,7) + 1296,26 (3,6) (3,20) = 0 Rc = 3145,84 kg
• Cek Ra + Rc = qu1 . L + qu2 . L 2861,54 + 3145,84 = 998,4 (1,40) + 1296,26 (3,6) 6007,38 = 6007,38 OK
2.21. xqxRcMx −=
= 245,12802
184,3145 xx ××−×
Dx = Mx1 Dx = -3145,84 + 1280,45 . x x = 2,5 (Momen Maksimum) Mmax = 3145 (2,5) - (1/2 . 1280,45 . (2,52)) = 3861,09 kgm MB = 3145,84 . 3,6 – (1/2 . 1280,45 . (3,62)) = 3027,71 kgm
Penulangan tangga Penulangan pelat tangga Data Perencanaan : � fc’ : 30 MPa � fy : 400 MPa � Mu : 3861,09 kgm � φ tul : 14 mm dx =140 - 20 - (14/2) = 113mm
0325.0400600
600
400
3085.085.0 =
+= xx
bρ
0244,00325,075,0max == xρ
0018,0min =ρ
69,153085.0
400
'85.0===
xfc
fym
Arah X Mu = 3861,09 kgm = 38610900 Nmm
8,3211310008,0
386109002
=××
=××
=db
MuRn
ϕ
0103,0400
69,158,3211
69,15
1 =
××−−=ρ →
ρmin < ρ < ρmax
Asperlu = ρ b d = 0,0103 x 1000 x 113 = 1163,90 mm2 Digunakan tulangan lentur ∅∅∅∅14-100 Aspakai = 1539,40 mm2 ≥ 1163,90 mm2 Arah Y Penulangan arah y di pasang tulangan sebesar : As susut + suhu dimana fy 400 ; ρ = 0,0018 (SNI 03-2847-2002 Ps. 9.12(2(1))) Asp = ρ b h = 0,0018 . 1000. 140 = 252 mm2
Digunakan tulangan lentur ∅∅∅∅10-250 Aspakai = 314,16 mm2 > 252 mm2
5.7.2 Penulangan Plat Bordes
Data Perencanaan : � fc’ : 30 MPa � fy : 400 MPa � Mu : 3027,71 kgm � φ tul : 14 mm dx = 140-20-(14/2) = 113 mm
0325.0400600
600
400
3085.085.0 =
+= xx
bρ
0244,00325,075,0max == xρ
0018,0min =ρ
69,153085.0
400
'85.0===
xfc
fym
Arah X Mu = 3027,71 kgm = 30277100 Nmm
96,211310008,0
3027710022
=××
=××
=db
MuRn
ϕ
008,0400
69,1596,2211
69,15
1 =
××−−=ρ →
ρmin < ρ < ρmax
Asperlu= ρ b d = 0,008 x 1000 x 113 = 904 mm2 Digunakan tulangan lentur ∅∅∅∅14-100 Aspakai = 1539,40 mm2 > 904 mm2 Arah Y Penulangan arah y di pasang tulangan sebesar : As susut + suhu dimana fy 400 ; ρ = 0,0018 (SNI 03-2847-2002 Ps. 9.12(2(1))) Asp = ρ b h = 0,0018 . 1000. 140 = 252 mm2 Digunakan tulangan lentur ∅∅∅∅10-250 Aspakai = 314,16 mm2 > 252 mm2
BAB VI
PERENCANAAN STRUKTUR PRIMER 6.8.2.1 Penulangan lentur balok memanjang 30/50 cm
Pada tulangan lentur balok, dijumpai momen yang berbalik arah akibat pengaruh gempa. Apabila kondisi ini terjadi maka momen pada tumpuan bisa berharga negatif (akibat gravitasi) ataupun positif (akibat gempa yang cukup besar).
11
Data-data yang digunakan untuk penulangan balok : o fc’ = 30 MPa o fy = 400 Mpa (tul. utama) o fy = 320 Mpa (tul. sengkang) o Dia. tul. utama= D 22 mm (As = 387 mm2) o Dia. tul.sengkang= ∅10mm (As = 79 mm2) o Decking = 40 mm o d = 500 – 40 – 10 –22/2 = 439 mm (1baris) o d” = 40 + 10 + 22/2 = 61 mm
Beberapa persyaratan yang perlu dipenuhi untuk komponen struktur pada System Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) yang memikul gaya akibat beban gempa dan direncanakan untuk memikul lentur, seperti yang disyaratkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.1 adalah: 1. Gaya aksial tekan terfaktor pada komponen
struktur tidak boleh melebihi 0,1.Ag.fc’ = 0,1x500x700x30 =1.050.000 N Beban aksial tekan kecil sekali, sehingga direncanakan untuk memikul lentur saja
2. Bentang bersih komponen struktur tidak boleh kurang dari empat kali tinggi efektifnya. Bentang bersih minimum ≥ 4 d = (600-60) cm ≥ 4d = 4 x 43,9 = 175,6 cm = 540 cm ≥ 175,6 cm...............................Ok
3. Perbandingan Lebar/tinggi balok tidak boleh kurang dari 0,3 bw/h ≥ 0,3 30/50 = 0,71 > 0,3 ................................. Ok
4. Lebarnya tidak boleh kurang dari 250 mm bw ≥ 250 mm 300 mm ≥ 250 mm..................................Ok Lebarnya tidak boleh lebih dari lebar komponen dtruktur pendukung (diukur pada bidang tegak lurus terhadap sumbu longitudinal komponen struktur lentur) ditambah jarak pada tiap sisi komponen struktur pendukung yang tidak melebihi tiga perempat tinggi komponen struktur lentur. bw ≤ lebar kolom + 1,5 d 300 ≤ 750 + (1,5 x 439) 300 mm ≤ 1408,5 cm..............................Ok
5. Luasan tulangan sepanjang balok tidak boleh kurang dari :
- As min = 439300
4004
30.
.4
'xx
xdb
fy
fcw =
= 450,844 mm2
- As min = 4,1
dbfy w
= 439300400
4,1xx = 460,95 mm2
(menentukan) - ρbalance =
+ fy 600
600
fy
0,85.fc'.β1SNI 03-2847-
2002 PS. 10.4(3)
ρbalance=
+ 400 600
600
400
850,85.30.0, = 0,0325
- ρmax= 0,75.ρbalance = 0,75 . 0,0325= 0,0244
- ρmin= fy
1,4 =
400
1,4 = 0,0035
- m= 0,85.fc'
fy =
0,85.30
400 = 15,686
a. Penulangan Lentur Tumpuan Balok Tumpuan 1 Mu = 159131.5 Kgm = 159131500 Nmm (Output SAP 2000) Direncanakan dengan tulangan rangkap, maka langkah-langkah perencanaan sebagai berikut :
T1 = Asc.fy
d-d"d-a/2
Cs'
Cc'
x
εs' a
d
As
b
As'
h
εc'=0,003
εs=e
d"
0,85.f'c
T2 = Ass.fyd'
Gambar 6.11 Diagram Tegangan Regangan Tulangan Rangkap
Contoh perhitungan diambil pada balok As B 4-5 lantai 2 : Untuk mengantisipasi perubahan arah gaya gempa yang bekerja,)
Mn = 0,8
Mu =
0,8
159131500 = 198914375 Nmm
x ≤ 0,75 xb
dimana xb = d x fy600
600
+ = 439 x
400600
600
+
= 263,4 mm x ≤ 0,75 x 263,4 = 197,55 mm → diambil harga x = 75 mm
Asc =fy
.fc'.b.x . 0,85 1β = 400
.75,85.30.4000. 0,85
= 1219.22 mm2
Mnc=
2
.-dAsc.fy 1 xβ =
2
75.85,0-439.400 1219,22
= 198549977 Nmm Mn–Mnc =198914375-19854997=364398 Nmm Mn – Mnc > 0 → maka perlu tulangan tekan (tulangan rangkap) Karena perlu tulangan tekan maka direncanakan dengan tulangan rangkap :
"' 2 dd
MncMnTCs
−−==
N01,96461439
364398 =−
=
12
600"
1'
−=x
dfs MPa112600
75
611 =
−= < fy = 400
� Tidak Leleh (pakai fs’)
'.85.0'
''
fcfs
CsAs
−= 214,11
30.85.0112
01,964mm=
−=
4,2400
01,9642 ===fy
TAss mm2
As = Asc + Ass = 1219.22 + 2,4 = 1221,62 mm2
As`= 562,67 mm2 Tulangan pasang 4-D22 (As = 1520 mm2) Tulangan pasang 2-D22 (As’ = 774 mm2) Periksa lebar balok Jarak minimum yang disyaratkan antar dua batang tulangan adalah 25 mm. Minimum lebar balok yang diperlukan akan diperoleh sebagai berikut : 2 x penutup beton (p = 40 mm) : 2x40 = 80 mm 2 x sengkang, φ sengkang = 10 mm : 2 x10 =20 mm 4 x D22 : 4 x 22 = 88 mm 4 kali jarak antara 25 mm: 4 x 25 = 100 mm Total = 288 mm Lebar balok 300 mm memadai untuk pemasangan tulangan dalam 1 baris, jadi pemasangan tulangan disusun 1baris. Kontrol kekuatan
a= b '. fc . 0,85
fy . As =
300 30. . 0,85
400 x 1520 = 79,48 mm
Mn=As.fy
−2
ad =1520.400
−2
439 79,48
= 242750080 Nmm Mu = φ x Mn = 0,8 x 242750080 =194200064Nmm>159131500 Nmm .......Ok Perhitungan Momen Probabel (Di Tumpuan) Momen Probabel Negatif ( Mpr - ) Tulangan terpasang 4 D22 As = 1520 mm2
Nmm293610800234888640251251
Nmm234888640 2
34,994394001520
2
mm 34,9930030850
4002511520
x ,.Mnak,Mpr
) x ( x )a
As.fy(dMnak
xx,
).,(a
-
-
===
=
−=−=
==
Momen Probabel Positif (Mpr+ ) Tulangan terpasang 2 D22 As = 774 mm2
Nmm164039625131231700251251
Nmm131231700 2
35,30439400774
2
mm35,3050030850
400251774
x ,.Mnak,Mpr
) x( x )a
As.fy(dMnak
xx,
).,(a
===
=
−=−=
==
+
Tumpuan 2 Mu = 15895.79 Kgm = 158957900 Nmm (Output SAP 2000) Direncanakan dengan tulangan rangkap, maka langkah-langkah perencanaan sebagai berikut : Contoh perhitungan diambil pada balok As B 4-5 lantai 2 : Untuk mengantisipasi perubahan arah gaya gempa yang bekerja,)
Mn = 0,8
Mu =
0,8
158957900 = 198697375 Nmm
x ≤ 0,75 xb
dimana xb = d x fy600
600
+ = 439 x
400600
600
+
= 263,4 mm x ≤ 0,75 x 263,4 = 197,55 mm → diambil harga x = 75 mm
Asc =fy
.fc'.b.x . 0,85 1β = 400
.75,85.30.3000. 0,85
= 1219,2 mm2 Mnc =
2
.-dAsc.fy 1 xβ =
2
75.85,0-439.400 1219,2
= 198546720 Nmm Mn–Mnc=198697375-198546720=150655Nmm Mn – Mnc > 0 → maka perlu tulangan tekan (tulangan rangkap) Karena perlu tulangan tekan maka direncanakan dengan tulangan rangkap :
"' 2 dd
MncMnTCs
−−==
N56,39861439
150655 =−
=
600"
1'
−=x
dfs MPa5,142600
80
611 =
−= < fy = 400
� Tidak Leleh (pakai fs’)
'.85.0'
''
fcfs
CsAs
−= 241,3
30.85.05,142
56,398mm=
−=
99,0400
56,3982 ===fy
TAss mm2
As = Asc + Ass = 1219,2 + 0,99 = 120,19 mm2
As`= 356,88 mm2 Tulangan pasang 4-D22 (As = 1520 mm2) Tulangan pasang 2-D22 (As’ = 774 mm2) Periksa lebar balok Jarak minimum yang disyaratkan antar dua batang tulangan adalah 25 mm. Minimum lebar balok yang diperlukan akan diperoleh sebagai berikut : 2 x penutup beton (p = 40 mm) : 2 x 40=80 mm 2 x sengkang, φ sengkang = 10 mm : 2 x 10=20 mm 4 x D22 : 4 x 22=88 mm
13
4 kali jarak antara 25 mm : 4 x 25=100 mm Total = 288 mm Lebar balok 300 mm memadai untuk pemasangan tulangan dalam 1 baris, jadi pemasangan tulangan disusun 1baris. Kontrol kekuatan
a = b '. fc . 0,85
fy . As =
300 30. . 0,85
400 x 1520 = 79,48 mm
Mn=As.fy
−2
ad =1520. 400
−2
439 79,78
= 242652800 Nmm Mu= φ x Mn = 0,8 x 242652800 = 194122240 Nmm > 158957900 Nmm.. Ok Penulangan Lentur Lapangan Balok
Menurut SNI-2847-2002 pasal 23.3.2(2) menyatakan bahwa baik nilai momen positif maupun negatif sepanjang balok tidak boleh kurang dari 25% nilai momen maksimum pada kedua muka tumpuan.
Untuk balok pada As B 4-5 lantai 2 dari output SAP 2000 diperoleh nilai momen maksimum pada lapangan 132979400 Nmm > 25% x 159131500 Nmm = 39782875 Nmm. Jadi dipakai momen lapangan 37986900 Nmm.
Untuk penulangan lapangan, balok akan dianalisa sebagai balok T, dimana lebar flens
)( eb sesuai dengan SNI 03-2847-2002
Ps.10.10.2), diambil yang terkecil dari : be = ¼ x Lb = ¼ x 540 = 135 cm be = (8.t) = (8.12) = 96 cm be = ½ x (Lb – bw) = ½ x (540 – 30) = 255 cm be diambil 96 cm (menentukan) Mu = 37986900 Nmm (Output SAP 2000)
Mn=0,8
Mu=
0,8
Nmm 37986900=47483625 Nmm
x ≤ 0,75 xb
dimana xb = d x fy600
600
+ = 439 x
400600
600
+
= 263,4 mm x ≤ 0,75 x 263,4 = 197,25 mm → diambil harga x = 95 mm Asc =
fy
.fc'.b.x . 0,85 1β = 400
.95,85.30.3000. 0,85
= 1544,34 mm2 Mnc =
2
.-dAsc.fy 1 xβ =
2
95.85,0-439.400 11544,34
= 1840745013 Nmm
Mn – Mnc = 47483625 – 1840745013 = - 1793261388 Nmm Mn – Mnc < 0 → tidak perlu tulangan tekan (tulangan tunggal) Karena tidak perlu tulangan tekan maka direncanakan dengan tulangan tunggal :
d-a/2
a
h
0,85.f'c
b
Asd'
x
d
εs=e
εc'=0,003
T = As.fy
Cc'
Gambar 6.12 Diagram Tegangan Regangan
Tulangan Tunggal TC =
ys fAbacf ...'.85,0 =
yfdbbacf .....'.85,0 ρ=
( )
−=2
atau a
dTCM n
df
fa
c
y .'.85,0
= ρ
−= d
f
fdfdbM
c
yyn .
'.85,02...
ρρ , dibagi
dengan 2.db dan
menuliskan c
y
.f',
fm
850=
−== mfdxb
MR y
nn .
2
11.
2ρ , sehingga
−−=
yf
Rnxmx
mρ
211
1
Rn = 2d x b
Mn = 2639 x 500
166224250 = 0,81 N/mm2
69,153085,0
400
850===
x.f',
fm
c
y
ρ =
−−
fy
Rn x m x 211
m
1
ρ =
−−
400
0,81 x 15,69 x 211
15,69
1 =
0,0021 < ρmin As= ρmin x b x d = 0,0035 x 300 x 439 = 460,95 mm2 Tulangan lapangan bawah : → pasang 3 D22 (1160 mm2) Tulangan lapangan atas : → pasang 2 D22 (774 mm2)
14
Analisa penampang balok T ekanbadan tertluasan dibeton tekan gaya ..'.85,01 →= abfC wc
( ) sayapluasan dibeton tekan gaya ..'.85,02 →−= tbbfC wec
tekan tulangan pada tekan gaya ''.' →= ssS fAC
tarik tulangan pada tarik gaya . →= ys fAT
Kontrol balok T Dipakai be yang terkecil = 800 mm As = 1160 mm2
a = mmbf
fA
ec
ys 75,228003085,0
4001160
.'.85,0
.=
×××=
x = mm 75,260,85
22,75a ==β
26,75 mm < 100 mm ⇒ x ≤ t ; termasuk balok T palsu Periksa lebar balok Jarak minimum yang disyaratkan antar dua batang tulangan adalah 25 mm. Minimum lebar balok yang diperlukan akan diperoleh sebagai berikut : 2 x penutup beton (p = 40 mm) :2x40 = 80 mm 2 x sengkang, φ sengkang = 10 mm : 2x10 = 20 mm 3 x D22 : 3 x 22 = 66 mm 2 kali jarak antara 25 mm: 2 x 25 = 50 mm Total = 216 mm Lebar balok 500 mm memadai untuk pemasangan tulangan dalam 1baris, jadi pemasangan tulangan disusun 1 baris. Kontrol kekuatan daktual = 500-40-10-(22/2) = 439 mm (1 baris)
ρ= aktuald x b
As =
639 x 500
1160 = 0,0036 > ρmin
a= b '. fc . 0,85
fy . As =
300 30. . 0,85
400 x 1160 = 60,65 mm
Mn=As.fy
−2
ad =1160 . 400
−2
43960,65
= 1896225200 Nmm Mu= φ x Mn = 0,8 x 1896225200 = 151700160 Nmm > 37986900 Nmm..Ok 6.8.2.2 Perhitungan Momen Probabel (Momen Kapasitas)
Mpr harus dihitung berdasarkan tulangan terpasang dengan tegangan tarik yf.25,1 dan
faktor reduksi 1=φ . Mpr harus dianggap bekerja pada muka-muka tumpuan, dan komponen struktur tersebut dibebani dengan beban gravitasi sepanjang bentangnya. Rumus berikut dapat digunakan untuk menghitung Mpr.
Untuk balok: 2
21 LW
L
MMVe uprpr ±
+=
Untuk Kolom H
MMVe prpr 43 +
=
Beban gravitasi Wu = 1,2 D + 1,0 L
bf,
)f,(Aa
c
ys
.'.850
.251=
−=−+
2.251.
adfy,AsMpr /
Mpr 4Mpr 3PuPu
VeVe
Mpr 2
VeVe
h
Mpr 1
l
Gambar 6.13 Perencanaan Geser Untuk Balok-
Kolom Dari perhitungan sebelumnya didapat :
Nmm295890800 Mpr - =
Nmm16010385 Mpr =+ Penulangan Geser Tumpuan Balok V = (Mpr
+ + Mpr- ) / L + WuL/2
Wu = beban gravitasi (1.2D + 1.0 L) Syarat spasi maksimum tulangan geser balok menurut SNI-2847-2002 pasal 23.3.3(2) : s < d/4 = 439/4 = 109,75 mm (menentukan) s < 8Ø tulangan memanjang = 8 x 22 = 176 mm s < 24Ø tulangan sengkang = 24 x 10 = 241 mm Sengkang pertama harus dipasang tidak lebih dari 50 mm dari muka tumpuan. Pada daerah lapangan syarat maksimum tulangan geser balok menurut SNI-2847-2002 pasal 23.3.3(4) : s < d/2 = 439/2 = 219,5 mm (menentukan) Gaya geser total didaerah sendi plastis (muka kolom s/d 2h) : Wu.L/2 = 42419,9 N (Output SAP2000 Comb 1.2D+1L)
Ve,A = Wu.L/2L
MM pr-pr ++ +
= 9,424196000
16010385 295890800+
+ =
93423,43 N
Ve,B = Wu.L/2L
MM pr-pr −+ +
= 9,414296000
16010385 295890800−
+ = 10563,63 N
Biasanya kuat geser ditahan oleh beton (cV ) dan
tulangan dalam bentuk tulangan transversal.
15
Namun pada komponen struktur penahan SPBL berlaku ketentuan SNI 03–2847–2002 Ps. 23.3.4.2 yang menyatakan 0=cV apabila :
� Gaya geser akibat gempa saja (yaitu akibat Mpr) > 0,5 total geser (akibat Mpr + beban gravitasi) dan
� Gaya aksial tekan <20
'cg fA ×
Dalam hal ini gaya geser akibat gempa =
Vgempa = L
MM pr-pr ++ > 0,5 (93423,43)
N72,4671153,51983 > Dan gaya aksial yang kecil sama sekali maka
0=cV sehingga :
φ = 0,75 (SNI 03-2847-2002 ps.11.3.1)(3)
Vs= Vcφ
Ve − = 00,75
93423,43− = 124564,57 N
Diameter sengkang = 10 mm, direncanakan 2 kaki Av= 3 x ¼.π.102 = 236 mm2 ; fy = 320 Mpa
S= Vs
dfy x x Av aktual =57,124564
439320236 xx = 266 mm
Jadi dipasang 3Ø10-150 mm sepanjang 2h = 2.500 = 1000 mm dari muka kolom, dimana tulangan geser pertama dipasang 5 cm dari muka kolom di kedua ujung balok. Penulangan Geser Lapangan Balok Pemasangan tulangan geser di luar sendi plastis (>2h = 1000 mm) Vu,2h = 30100,7 N (output SAP2000 Comb 1.2D+1L) Untuk daerah di daerah luar sendi plastis ini, kuat geser beton diperhitungkan yakni sebesar : Vc = (1 / 6) √f’c bw daktual
= (1 / 6) √30 . 300 . 439 = 120225,10 N
Vs = Vcφ
Vu,2h − = ,1020225175,0
30100,7 −
= 80090,83 N φ= 0,75 SNI-2847-2002 pasal 11.3.2(3) Diameter sengkang = 10 mm, direncanakan 2 kaki Av= 2 x ¼.π.102 = 157 mm2 ; fy = 320 Mpa
S=Vs
dfy x x Av aktual = 180090,83
439 x 320 x 157 = 122 mm
Dipasang 2Ø10 – 150 mm pada daerah luar sendi plastis (>2h)
4 D 22 4 D 22
2 D 22 2 D 22
2 D 22
3 D 22
6000
5500
40
120
40 2-D22
3Ø10-150
220 40
300
34050
0
300
40220
3-D2240
Lapangan
2Ø10-150
2-D224-D22 4-D22
300
40220
3Ø10-150
2-D2240
Gambar 6.14 Penulangan balok melintang 30/50 As
B 4 – 5 6.8.2.3 Penulangan torsi balok memanjang 30/50 cm Contoh perhitungan diambil pada balok As B 4-5 lantai 2 Tu= 37986900 Nmm(OutputSAP2000 Comb3) Vu= 29812,6 N (Output SAP2000 Comb3)
50
0
600
300
150
120
Gambar 6.15 Persegi – persegi komponen balok T
Dari gambar 6.13, dengan mengasumsikan penutup bersih 40 mm dan sengkang ∅10 dan bahwa flens tersebut tidak dikekang dengan pengikat tertutup,
cpA = 2150000500300 mm=×
cpp = ( ) ( ) mmyx 160050030022 00 =+=+
1x = ( ) mm2105402300 =+−
1y = ( ) mm4105402500 =+−
hp = ( ) ( ) mmyx 124041021022 11 =+=+
ohA = 286100410210 mm=×
oA = 2731858610085,085,0 mmAoh =×=
d = 439 mm θ = 450, θcot = 1,0 Cek Keperluan Torsi
Tc=
Pcp
cpAfc 2
12
'φ SNI-2847-2002 pasal 13.6.1
Tc=
1600
150000
12
3075,0 2
= 4813967,79 Nmm
Tu > φTc 37986900 Nmm > 4813967,79 Nmm → Torsi diperhitungkan
16
3Ø10-150
2 - D162 - D162 - D16
40
2-D22
3Ø10-150
220 40
300
Tumpuan
4-D224-D22 2-D22
2Ø10-150
Tumpuan Lapangan
40
3-D22220 40
300
500
340
300
40220
2-D2240
120
40
2-D22 = 774 mm2
Ø10-150
300
500
4-D22 = 1520 mm2
120
150 150
Ø8-150
Cek Penampang Balok SNI-2847-2002 pasal 13.6.3.1 Vc = (1 / 6) √f’c bw d
= (1 / 6) √30 . 300 . 439 = 120225,1 N
××
+
× oh
hu
w
u
A
pT
db
V2
2
7,1 ≤
+
× 3
'2 c
w
cf
db
Vφ
××+
× 2
2
861007,1
1240 37986900
439300
29812,6 ≤
+
× 3
302
439300
120225,175,0
1,95 Mpa ≤ 3,42 Mpa(Penampang Ok) Kebutuhan Tulangan Torsi SNI-2847-2002 pasal 13.6.3.5-6
perluTn = ==0,75
37986900
φTu 50649200 Nmm
s
At =θcot2 ××× yvo
n
fA
T = 1400853172
50649200
×××
= 0,86 mm2/mm/satu kaki Aλ= θ2t cot
s
A
yt
yvh f
fP
SNI-2847-2002 pasal 13.6.3.7
= 0,86 x 1240 x 400
400 x 1 = 1066,4 mm2
Pasang Tulangan Torsi Longitudinal Gunakan Aλ = 550,8 mm2. Untuk mendistribusikan Aλ secara sama di semua empat muka balok tersebut, gunakan ¼Aλ di dua sudut teratas dan ¼Aλ di dua sudut terbawah.
26,2664 1066,44A mm==λ
Gunakan batang 2-D16 mm = 402,12 mm2 di setiap sisi samping kiri kanan balok baik di sepanjang tumpuan maupun lapangan bentang.
Gambar 6.16 Detail penulangan balok memanjang 30/50 dengan torsi As B 4 – 5
6.2 Perencanaan Penulangan Kolom Dalam perencanaan ini kolom
direncanakan dengan sistem cor di tempat, sebagai contoh perhitungan diambil kolom tengah As C – 5 dengan data-data sebagai berikut: o Dimensi Kolom = 600 x 600 mm2 o Mutu Beton, f’c = 30 Mpa o Mutu Baja, fy = 400 Mpa o Selimut Beton = 40 mm o Ø Tul. Utama = D 22 mm o Ø Tul. Sengkang = Ø 12 mm o d=6000-40-12-(22/2) = 537 mm (1 baris) o Dimensi Balok = 300 x 500 mm2
o Selimut Beton = 40 mm o Ø Tul. Utama = D 22 mm o Ø Tul. Sengkang = Ø 10 mm o Asatas = 1940 mm2 o Asbawah = 774 mm2 o d = 500 – 40 – 10 –22/2 = 439 mm (1baris) o Tebal Plat Lantai = 120 mm o be = 800 mm o Tul. Plat Lantai = Ø8-150 mm Perhitungan tulangan memanjang kolom
Dengan diagram interaksi yang dibuat dengan program PCACOL. Prosentase kolom ini sesuai syarat SNI 03 – 2847 – 2002 Ps. 23.4.3.1 yaitu antara 1 % – 6 % telah dipenuhi.
Gambar Tulangan kolom terpasang Lt.1 & 2 Persyaratan strong column weak beam
Persyaratan ”strong column weak beam” dipenuhi dengan persamaan 121 SNI 03 – 2847 – 2002 Ps.23.4.2.2. yaitu :
Mg5
6Mc ∑≥∑
Nilai Mg∑ adalah jumlah Mg+ dan Mg- balok yang menyatu dengan kolom, yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut Mg
= 80,02
×
−×× adfA ys
a = bf
fA
c
ys
×××
'85,0
Karena balok yang menyatu pada kolom terdapat pelat lantai yang menyatu juga, maka perhitungan Mg-, mengikutsertakan luas tulangan pelat selebar b efektif.
Gambar 6.22 Tulangan Balok yang menyatu dengan
kolom Lt.1 & 2 Asatas = 1520 + (4 x 1/4.π.82) = 1721,06 mm2 d” = 40 + 10 + 22/2 = 61 mm
17
Jarak antar As tulangan balok dan pelat (atas) : = d”- 20 - 4 = 37 mm Jarak antar As tulangan balok dan pelat (bawah) = 120-d” = 59 mm = 59- 20 - 4 = 35 mm datas=d’balok-((Asplat/Asatas)x37)+ ((Asplat/Asatas)x35) =439-((201,06/1721,06)x37)+ ((201,06/1721,06)x35)) datas = 439 – 4,32 + 4,09 = 438,71 mm dbawah = d’balok = 439 mm Besar Mg(-) adalah :
a = 300 x 30 x 0,85
400 x 1721,06 = 89,99 mm
Mg(-) = 1721,06 x 400 x
2
89,99-438,71
= 271042885,2 Nmm = 271,04 kNm Besar Mg(+) adalah : a =
300 x 30 x 0,85
400 x 774 = 40,47 mm
Mg(+) = 774 x 400 x
2-439
40,47
= 129649644 Nmm = 129,65 kNm ΣMg = Mg(+) + Mg(-) = 129,65 + 271,04 = 400,69 kNm Nilai ΣMc diperoleh dengan bantuan diagram interaksi kolom (PCACOL-Lihat Gambar 6.21 & Gambar 6.22), yaitu mencari momen yang dihasilkan dari kombinasi beban aksial terkecil dari kolom atas dan kolom bawah. Dimana diperoleh : ΣMc = Mckolom bawah + Mckolom atas = 520 + 525 = 1045 kNm
ΣMc > 5
6ΣMg → 1045 kNm >
5
6 x 400,69 =
480,83 kNm...Ok Persyaratan ”Strong Coloumn Weak Beam” terpenuhi. Daerah sendi plastis kolom
Daerah sendi plastis ditentukan berdasarkan SNI 03-2847-2002 Ps. 23.4.4.4 yang menyatakan panjang ol tidak kurang dari
o h = 600 mm
o nl61 = )5004000(6
1 −×
= 583,33 mm o 500 mm Digunakan daerah sendi plastis ol sepanjang
600 mm. Jarak sengkang sepanjang sendi plastis diatur dalam SNI 03-2847-2002 Ps.23.4.4.2 yang
menyatakan, spasi maksimum tulangan transversal :
o terkecilb×4
1 = 50041 × = 125 mm
o 6 db = 226× = 132 mm
o sx = 3
350100
hx−+
=( )( )
32
124026005,0350100
+×−×−+ = 132 mm
o Nilai sx tidak perlu lebih besar dari 150 mm dan tidak perlu lebih kecil dari 100 mm.
Digunakan jarak sengkang begel (s) = 100 mm (minimum) Pengekangan kolom didaerah sendi plastis
Kebutuhan pengekangan di daerah sendi plastis ditentukan dari SNI 03 – 2847 – 2002 Ps. 23.4.4.1.b, yang menyatakan luas sengkang tidak boleh kurang dari rumus 123 dan 124 berikut : Ash =
−×
××× 1'
3,0ch
g
yh
cc
A
A
f
fhs......................123
Ash =
×××
yh
cc f
fhs
'09,0 ..............................124
Dengan : s = spasi tulangan transversal pada arah longitudinal (mm) hc = dimensi penampang inti kolom dihitung
dari sumbu – sumbu tulangan pengekang (mm) Ag = Luas bruto penampang (mm2) Ach = Luas penampang komponen struktur dari
sisi luar ke sisi luar tulangan transversal luas bruto
penampang (mm2) Dengan jarak sengkang, s = 100 mm, diperoleh
Ash =
−×
××× 1'
3,0ch
g
yh
cc
A
A
f
fhs =
( )( ) ( )( )( ) ( )( )( )
−
×−××−××
×−×−×× 1402600402600
600600
400
30124026001003,0
= 378,75 mm2 Atau
Ash =
×××
yh
cc f
fhs
'09,0
= ( )( )
×−×−××400
301240260010009,0
= 342,9 mm2 (menentukan) Dipakai sengkang sepanjang sendi plastis 4∅12 – 100 mm
18
(As = 452,39 mm2) > Ash
6.9.5 Penulangan tranversal untuk beban geser
Tulangan geser kolom menurut ketentuan SNI 03-2847- 2002 Ps. 23.4.5.1 harus ditentukan dari kuat momen maksimum Mpr, dari setiap ujung komponen struktur yang bertemu di HBK. Mpr ini ditentukan berdasarkan rentan beban axial terfaktor yang terjadi dengan φ = 1,0. Mpr ini diambil dari momen balance diagram interaksi kolom dengan fs = 1,25 fy (Lihat Gambar 5.24).
Gambar 6.23 Diagram interaksi kolom Lantai 1
dengan φ = 1 & fs = 1.25 fy
Dari diagram interaksi kolom diatas didapat nilai Mpr akibat tulangan terpasang kolom sebesar 1368 kNm. Bila dianggap Mpr untuk kolom atas dan bawah sama besar maka :
Ve = in
pr
h
M x 2 =
0,5-4,0
754 x 2 = 430,86 kN
Sedangkan untuk Mpr akibat tulangan terpasang balok yang berada pada HBK bisa dilihat di sub bab 6.7.2.1, yaitu : Mpr
(-) = 295,89 kNm Mpr
(+) = 160,10 kNm
Vu=in
)(pr
)(pr
h
MM +− + = 0,5-4,0
10,16089,295 + = 130,28 kN
Karena Ve = 430,86 kN > Vu = 130,28 kN, maka perencanaan geser memenuhi syarat. Besarnya Vu tersebut akan ditahan oleh kuat geser beton (Ve) dan kuat tulangan geser (Vs). Nilai Vc harus dianggap = 0 sesuai SNI 03 – 2847 – 2002 Ps. 23.4.5.2 apabila : o VuVe >×%50
o 20
'cfAgPu
×<
Karena :
ue VV%50 >× = 215,43 kN > 130,28 kN
dan
Pu =1147.59kN > 20
'cfAg× =
20
30006060 xx
= 540000 N = 540 kN Sehingga Vc ≠ 0 Untuk komponen yang kena beban aksial berlaku Vc sesuai SNI 03-2847-2002 Ps. 13.3.1.2 yaitu :
Vc = db6
f'
Ag14
Nu1 w
c ××
×
+
Vc= ( ) 537600
6
30
60060014
10 1147,591
3
××
×
×××+
= 361098,68 N = 361,09 Kn Besarnya Vs dihitung berdasarkan tulangan confinement Ash terpasang (4Ø12 = 4 x ¼ . π . 122 = 452,39 mm2).
Vs = s
dfA ys ×× =
100
53740039,524 ××
= 971733,72 N = 971,73 kN Maka :
( )sc VVφ + = ( )971,7309,36175,0 +×
= 999,62 kN > uV = 130,28 kN ........Ok
Sisa panjang kolom sendi plastis, dipasang sengkang sesuai ketentuan SNI 03 – 2847 – 2002 Ps. 23.4.4.6 yaitu : s ≤ 6 db s ≤ 6 22× = 132 mm atau ≤ 150 mm Jadi sengkang diluar sendi plastis digunakan 4Ø12-150 mm Panjang lewatan pada sambungan tulangan kolom
Sambungan tulangan kolom yang diletakkan ditengah tinggi kolom harus memenuhi ketentuan panjang lewatan yang ditentukan dari SNI 03 – 2847 – 2002 Ps. 14.2.3 yang dihitung dengan rumus :
b
d
d
l = ( )
b
trc
y
d
Kcf
f
+×××
×
× λγβα'10
9
dimana : c = spasi atau dimensi selimut beton, mm
trK = indeks tulangan transversal = ns
fA yttr
×××
10
α = 1,0 2
221240 ++=c = 63 mm
β = 1,0
( )24
2212402600
xc
−+×−= = 59,25 mm
γ = 1,0
684 kNm
2825 kN
19
35 38
e d
b c
a
Standard Penetration Test
Light Brownish Grey to Greyish Light Brown Clay
36
37
Soil Description
Dep
th (
m)
35
34
33
0 10
Ujung Tiang
5020 30 40
D
60
4D = 2,00m
Greyish Brown to Brownnish Grey Silky Sand With Some Dark
Grey Clay Nodule
L = 1,00 m
Digunakan nilai c= 59,25 mm (terkecil) λ = 1,0
trK = ns
fA yttr
×××
10= ( )
410010
40022414 2
××
×××× π = 152,05
b
tr
d
Kc + = 22
152,0525,59 += 9,6 → Diambil
2,5 nilai maksimum Maka :
b
d
d
l = ( )
b
trc
y
d
Kcf
f
+×××
×
× λγβα'10
9
= 5,2
10,111
3010
4009 ×××××
= 26,29
dl = bd×26,29 = 2226,29× = 578,38 mm
Karena seluruh tulangan pada panjang lewatan disambung, maka sambungan lewatan termasuk kelas B SNI 03 – 2847 – 2002 Ps. 14.15.1 – 2 . Panjang lewatan = dl×3,1 = 38,5783,1 × =
751,89 mm ≈ 760 mm
Gambar 6.24 Detail penulangan kolom lantai 1
BAB VII PERENCANAAN PONDASI
Pondasi adalah elemen struktur yang meneruskan reaksi terpusat dari kolom dan atau dinding ataupun beban-beban lateral dari dinding penahan tanah, ke tanah tanpa
terjadinya penurunan tak sama (differential settlement) pada sistem strukturnya, juga tanpa terjadinya keruntuhan pada tanah.
Untuk merencanakan pondasi harus memperhatikan beberapa hal diantaranya jenis tanah, kondisi tanah dan struktur tanah, karena sangat berkaitan dengan daya dukung tanah tersebut dalam memikul beban yang terjadi diatasnya. Penyelidikan atas tanah tersebut sangatlah perlu dilakukan agar mendapatkan parameter-parameter sebagai masukan dalam perencanaan, agar didapatkan pondasi yang aman, ekonomis dan efisien. Direncanakan menggunakan tiang pancang : Diameter tiang pancang (D) = 50 cm Panjang tiang pancang = 36 m Luas tiang pancang (Ab) = ¼ π D2 = 0,196 m2 Keliling tiang pancang (U) = π D = 1,57 m
Menghitung Daya Dukung Pada Ujung Tiang Pancang
N = 2
21 NN + ≤ 40
di mana :
N = Nilai N rata-rata untuk perencanaan tahan ujung tiang N1 = Nilai N pada ujung tiang N2 = Nilai N rata-rata sepanjang 4D dari ujung tiang
Daya dukung ijin pondasi dalam dihitung berdasarkan data nilai SPT-N dari hasil boring dengan menggunakan metode Meyerhoff dan faktor keamanan 3. Dari data SPT-N titik BH I dengan kedalaman 37,5 m didapat : a) N1 = 38
b) N2 = 323
283038 =++
N = 2
3238+= 35 ≤ 40........dipakai N = 35
Gambar Diagram untuk mencari L (data
SPT 1)
20
00
10
fb/N
20
30
40
Untuk tiang pipa baja yang terbuka ujungnya
L/D
5 10 15
Untuk tiang pancang biasa
14
2
Y
My
Mx X
280
75 130 75
80Hy
My
MxP
Hy
1 2
3 4
Hx Hx
Gambar Diagram Perhitungan Dari
Intesitas Daya Dukung Ultimate Tanah Pondasi Pada Ujung Tiang (fb)
Dari gambar di atas dengan : L/D = 50,000,1 = 2,00
Didapatkan fb/ N = 14
fb = 14N = 3514× = 490 t/m2
Kemampuan daya dukung ujung tiang Qp = fb Ab= 22 196,0/490 mmt × = 96,04 ton Total gaya geser maksimum pada dinding tiang pancang Qf= sii flU .∑× = mt /90,27757,1 × =436,30 ton
Qsp = ( )fp QQ +3
1 = ( )30,43604,96
3
1 +
= 177,45 ton = 177450 kg Daya Dukung Pondasi Berdasarkan Mutu Bahan Tiang pancang yang digunakan adalah tiang pancang produk PT. HUME SAKTI INDONESIA PC PILES dengan data-data sebagai berikut : Diameter = 50 mm Qbahan = 160 ton Karena daya dukung Qtanah > Qbahan , maka : Qbahan = 160000 kg (menentukan) Perhitungan pondasi kolom interior As B-4
Dari hasil analisa SAP 2000 V10.0.1 didapatkan gaya dalam sebagai berikut (DL + LL + SPEC 2): Axial : P = 254903,32 kg Momen : Mx = 40765,15 kg m ;
My = 10887,76 kgm Gaya Horisontal : Hx = 3183,45 kg ;
Hy = 9417,47 kg Beban Nominal yang bekerja : Berat sendiri poer :
240080,080,280,2 ××× = 15052,8 Berat sloof :
24004,860,030,0 ××× = 3628,8 Beban aksial kolom : = 254903,32 + Σ P = 273584,92 Kontrol kebutuhan tiang pancang :
⇒≈==∑= buahijinP
Pn 471,1
160000
273584,92
dipakai n = 4 buah Perhitungan jarak tiang berdasarkan Dirjen Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum 2,5 D < S < 3 D dimana : S = jarak antar tiang pancang 2,5.50 < S < 3.50 S1 = jarak tiang pancang ke tepi 125 < S < 150 Dipakai S = 130 cm Untuk jarak tepi tiang pancang : 1,5 D < S1 < 2 D 1,5.50 < S1 < 2.50 75 < S1 < 100 Dipakai S1 = 75 cm
Gambar Gambar perletakan tiang pancang Daya dukung pondasi kelompok menurut Converse Labarre adalah : Efisiensi :
( ή ) = 1 -
−+−
nm
mnnm
S
Dtgarc
..90
).1().1(
Dimana : D = diameter tiang pancang S = jarak antar tiang pancang m = jumlah tiang pancang dalam 1 baris = 2 n = jumlah baris tiang pancang dalam kolom = 2 Efisiensi :
(η )=1- ( ) ( )
×××−+×−
2290
2)12(2)12(
1300
500tgarc
= 0,76 Sehingga Qijin = 16000076,0 × = 121600 kg = 121,6 ton
21
Momen yang bekerja pada poer akibat adanya gaya horisontal :
xM = 40765,15 + (9417,47 x 0,80) = 48299,13 kgm ( )
yM = 10887,76 + (3183,45 x 0,80)
= 13434,52 kgm ( )
∑∑±±Σ=
2
iy
2ix
.xM.YM
nPi
ii xY
P
Dimana : Pi = Total beban yang bekerja pada tiang yang ditinjau Y i = jarak tiang yang ditinjau dalam arah y xi = jarak tiang yang ditinjau dalam arah x Σ xi
2 = jumlah kuadrat jarak tiang pancang dalam arah x Σ yi
2 = jumlah kuadrat jarak tiang pancang dalam arah y Σ xi
2 = 4.(0,65)2 = 1,69 m2 Σ yi
2 = 4.(0,65)2 = 1,69 m2
Didapatkan: tonkgppppp 59,26832,2685914321 ==+++=∑
Jadi beban maksimal yang diterima 1 tiang adalah 91141,54 kg
maksP = 91141,54 kg < ijinQ = 121600 kg...Ok
DAFTAR PUSTAKA
− Bowles, Joseph E. 1991. Analisis Dan Desain Pondasi Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
− Bowles, Joseph E. 1991. Analisis Dan Desain Pondasi Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
− Brosur PT Hume Sakti Indonesia PC Piles. Table of Standard Dimensions of PT Hume Sakti Indonesia PC Piles.
− Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan.1981. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983. Bandung: Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan.
− Handout Struktur Baja I dan II . Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITS.
− Husin, Nur Ahmad. 2002. Buku Ajar Struktur Beton Dasar. Surabaya: Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITS.
− Kusuma, Gideon. H dan Takim Andriono. 1994. Desain Struktur Rangka Beton Bertulang di Daerah Rawan Gempa. Jakarta : Erlangga.
− Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan. 1992. Tabel Grafik dan Diagram Interaksi Untuk Perhitungan Struktur Beton . Surabaya: Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITS.
− Nawy, Edward G. 1990. Beton Bertulang: Suatu Pendekatan Dasar. Bandung : Refika Aditama.
− Panitia Pembaharuan Peraturan Beton Bertulang Indonesia. 1971. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 N.I – 2. Bandung: Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan.
− Panitia Teknik Konstruksi dan Bangunan. 2002. SNI-03-1726-2002 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung. Badan Standardisasi Nasional.
− Panitia Teknik Konstruksi dan Bangunan. 2002. SNI-03-1729-2002 Tata Cara Perhitungan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung. Badan Standardisasi Nasional
− Panitia Teknik Konstruksi dan Bangunan. 2002. SNI-03-2847-2002 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung. Badan Standardisasi Nasional.
− Purwono, Rachmat. 2005. Perencanaan Struktur beton Bertulang Tahan Gempa. Surabaya: its press.
− Salmon, Charles G. dan John E. Johnson.1991. Struktur Baja Jilid 2 . Jakarta : Erlangga.
− Sosrodarsono, Suyono dan Kazuto Nakazawa.1994. Mekanika Tanah & Teknik Pondasi. Jakarta : PT Pradnya Paramita.
− Wang, C. K. dan Charles G Salmon. 1985. Desain Beton Bertulang Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
− Wang, C. K. dan Charles G Salmon. 1985. Desain Beton Bertulang Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
22
” Halaman ini sengaja di kosongkan”
” Halaman ini sengaja di kosongkan”