1. pengertian wanita karir

24
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Wanita Karir 1. Pengertian Wanita Karir Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1998), karir berasal dari kata karier (Belanda) yang berarti pertama, perkembangan dan kemajuan dalam kehidupan, perjalanan dan jabatan. Kedua, pekerjaan yang memberikan harapan untuk maju. Selain itu, kata karir selalu dihubungkan dengan tingkat atau jenis pekerjaan seseorang. Menurut (Lovihan & Kaunang, 2010) Wanita karir adalah wanita yang bekerja, tetapi ia juga mengejar atau mempertahankan suatu posisi atau status sosial (aktualisasi diri), dan cenderung untuk menomorduakan keluarga, Wanita itu bekerja untuk mencukupi kehidupnya atau tenaganya dibutuhkan dalam satu bidang. Misalnya pengajar, tenaga medis, penjahit, tukang masak, pengasuh, dan sebagainya (Rissdy, 2007). Dalam hal ini, wanita karier yang memiliki kemampuan pada bidang tertentu dalam dirinya kemudian diasah dan dikembangkan melalui proses berkarier. Menurut (Anshorullah, 2010), perempuan karier adalah seorang perempuan yang mengerjakan pekerjaan secara serius atau perempuan dengan karir yang dimiliki akan menganggap kehidupan kerjanya dengan serius yang dapat mengalahkan sisi-sisi kehidupan yang lain. Serius dalam arti secara sungguh- sungguh atau perempuan dengan karirnya menganggap kehidupan kerjanya tidak hanya untuk hiburan dan kesenangan semata, melainkan wanita karir menjadikan dunia kerjanya seabagai suatu kesibukan yang dapat mengalahkan sisi-sisi kehidupan yang lain. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti menyimpulkan bahwa wanita karir adalah wanita yang secara serius mengambil peran dalam suatu pekerjaan dengan kemampuan yang dimilikinya. Sebagian wanita karir akan menghabiskan waktunya di luar rumah dengan bekerja, karena lebih memetingkan pekerjaannya. Seseorang yang berkarir sesungguhnya seorang yang mempunyai idealisme yang tinggi dia mempunyai bakat dan minat yang ingin wanita karir biasanya salurkan sesuai dengan pilihan pekerjaannya. 2. Ciri-Ciri Wanita Karir Di dalam penelitian (Riana, 2019) mengatakan adapun beberapa ciri wanita karir:

Upload: others

Post on 29-Dec-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 1. Pengertian Wanita Karir

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Wanita Karir

1. Pengertian Wanita Karir

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1998), karir berasal

dari kata karier (Belanda) yang berarti pertama, perkembangan dan kemajuan

dalam kehidupan, perjalanan dan jabatan. Kedua, pekerjaan yang memberikan

harapan untuk maju. Selain itu, kata karir selalu dihubungkan dengan tingkat

atau jenis pekerjaan seseorang.

Menurut (Lovihan & Kaunang, 2010) Wanita karir adalah wanita yang

bekerja, tetapi ia juga mengejar atau mempertahankan suatu posisi atau status

sosial (aktualisasi diri), dan cenderung untuk menomorduakan keluarga, Wanita

itu bekerja untuk mencukupi kehidupnya atau tenaganya dibutuhkan dalam satu

bidang. Misalnya pengajar, tenaga medis, penjahit, tukang masak, pengasuh,

dan sebagainya (Rissdy, 2007). Dalam hal ini, wanita karier yang memiliki

kemampuan pada bidang tertentu dalam dirinya kemudian diasah dan

dikembangkan melalui proses berkarier.

Menurut (Anshorullah, 2010), perempuan karier adalah seorang perempuan

yang mengerjakan pekerjaan secara serius atau perempuan dengan karir yang

dimiliki akan menganggap kehidupan kerjanya dengan serius yang dapat

mengalahkan sisi-sisi kehidupan yang lain. Serius dalam arti secara sungguh-

sungguh atau perempuan dengan karirnya menganggap kehidupan kerjanya

tidak hanya untuk hiburan dan kesenangan semata, melainkan wanita karir

menjadikan dunia kerjanya seabagai suatu kesibukan yang dapat mengalahkan

sisi-sisi kehidupan yang lain.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti menyimpulkan bahwa wanita

karir adalah wanita yang secara serius mengambil peran dalam suatu pekerjaan

dengan kemampuan yang dimilikinya. Sebagian wanita karir akan

menghabiskan waktunya di luar rumah dengan bekerja, karena lebih

memetingkan pekerjaannya. Seseorang yang berkarir sesungguhnya seorang

yang mempunyai idealisme yang tinggi dia mempunyai bakat dan minat yang

ingin wanita karir biasanya salurkan sesuai dengan pilihan pekerjaannya.

2. Ciri-Ciri Wanita Karir

Di dalam penelitian (Riana, 2019) mengatakan adapun beberapa ciri wanita

karir:

Page 2: 1. Pengertian Wanita Karir

15

a. Wanita yang aktif melakukan kegiatan-kegiatan untuk mencapai suatu

kemajuan

Kegiatan kegiatan yang dilakukan itu merupakan kegiatan-kegiatan

profesional sesuai dengan bidang yang ditekuninya, baik di bidang politik,

ekonomi, pemerintahan, ilmu pengetahuan, ketentaraan, sosial, budaya

pendidikan, maupun di bidang-bidang lainnya.

b. Bidang pekerjaan yang ditekuni oleh wanita karir

Pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya dan dapat mendatangkan

kemajuan dalam kehidupan, pekerjaan, atau jabatan.

(Riana, 2019) merurumuskan bahwa “wanita karir” adalah wanita yang

menekuni sesuatu atau beberapa pekerjaan yang dilandasi oleh keahlian

tertentu yang dimilikinya untuk mencapai suatu kemajuan dalam hidup,

pekerjaan, atau jabatan. Peran wanita karir adalah bagian yang dimainkan

dan cara bertingkah laku wanita di dalam pekerjaan untuk memajukan

dirinya sendiri. Dalam hal ini wanita karir mempunyai peran yang

multifungsi yaitu ada yang bekerja masih single atau belum menikah

adapula yang sudah menikah sehingga wanita karir merangkap peran ganda

sebagai wanita karir juga sebagai ibu rumah tangga.

Ciri-ciri wanita karier menurut seorang penulis di Inggris didalam penelitian

(Jayanti, 2003) adalah: 1) mereka tidak suka berumah tangga, 2) tidak suka

berfungsi sebagai ibu, 3) emosinya berbeda dengan wanita non karier 4)

biasanya menjadi wanita melankolis.

B. Perilaku Konsumtif

1. Pengertian Perilaku Konsumtif

Sumartono (2002) menyatakan perilaku konsumtif merupakan suatu

perilaku atau tindakan yang berlebihan terhadap penggunaan suatu produk. Suatu

perilaku yang ditandai oleh adanya kehidupan mewah dan berlebihan, penggunaan

segala hal yang dianggap paling mahal yang memberikan kepuasan dan kenyamanan

fisik sebesar–besarnya serta keinginan untuk memenuhi hasrat kesenangan semata-

mata merupakan perilaku konsumtif

Mangkunegara (2009) mengemukakan perilaku konsumtif merupakan

tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau organisasi yang

berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan,

menggunakan barang–barang atau jasa ekonomis yang dapat dipengaruhi

lingkungan. Menurut Fromm (2008) adalah bentuk perilaku konsumen yang

Page 3: 1. Pengertian Wanita Karir

16

membuat individu melakukan pembelian secara berlebihan guna memenuhi

kesenangan dan kebahagiaan yang hanya sementara.

Menurut Sabirin (dalam Meida, 2009) memberikan definisi perilaku

konsumtif sebagai “suatu keinginan dalam mengkonsumsi barang-barang yang

sebenarnya kurang dibutuhkan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan

maksimal”. Selanjutnya, Ancok (1995) menjelaskan bahwa “perilaku konsumtif

adalah suatu dorongan dalam diri individu untuk melakukan konsumsi tiada batas,

dimana lebih mementingkan faktor emosional dari pada faktor rasional atau lebih

mementingkan keinginan dari pada kebutuhan”.

Sembiring (2008) memperjelas bahwa orang yang konsumtif dapat

dikatakan tidak lagi mempertimbangkan fungsi dan kegunaan ketika membeli

barang, melainkan mempertimbangkan prestise yang melekat pada barang itu.

Dalam arti luas konsumtif adalah perilaku berkonsumsi yang boros dan berlebihan,

yang lebih mendahulukan keinginan daripada kebutuhan serta tidak ada skala

prioritas atau dapat diartikan sebagai gaya hidup yang mewah. Menurut Tambunan

(2001) mengutarakan bahwa perilaku konsumtif merupakan keinginan untuk

mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan

untuk mencapai kepuasan maksimal.

Menurut Lubis (dalam Sumartono, 2002) mendefinisikan perilaku konsumtif

sebagai perilaku yang tidak lagi berdasarkan pada pertimbangan yang rasional,

melainkan karena adanya keinginan yang sudah mencapai taraf yang sudah tidak

rasional lagi. Perilaku konsumtif melekat pada seseorang bila orang tersebut

membeli sesuatu diluar kebutuhan rasional, dan pembelian tidak lagi didasarkan

pada faktor kebutuhan (need) tetapi sudah ada faktor keinginan (want).

Robbers dan Jones (Naomi dan Mayasari 2008) berpendapat bahwa perilaku

konsumtif yang ditunjukkan dengan perilaku berbelanja yang berlebihan telah

membawa dampak buruk bagi lingkungan hidup. Perilaku konsumtif merupakan

kecenderungan individu untuk membeli atau mengkonsumsi barang yang

sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan serta tidak didasari atas

pertimbangan rasional. Apabila perilaku tersebut dibiarkan terus-menerus akan

mengakibatkan terjadi tindakan pemborosan (Astuti, 2013).

Lina dan Rosyid (1997) mengatakan bahwa perilaku konsumtif yaitu

penggunaan segala hal yang dianggap paling mahal yang memberikan kepuasan dan

kenyamanan fisik sebesar-besarnya serta adanya pola hidup yang dikendalikan dan

didorong oleh semua keinginan untuk memenuhi hasrat kesenangan semata-mata.

Page 4: 1. Pengertian Wanita Karir

17

Haryani (2015) menyebutkan perilaku konsumtif merupakan suatu bentuk perilaku

membeli barang tanpa pertimbangan rasional atau bukan atas dasar kebutuhan.

Sejalan dengan pendapat Loudon (1993) yang mengatakan bahwa pembelian

impulsif atau pembelian tidak terencana adalah pembelian yang terjadi secara

spontan dan tiba-tiba karena munculnya berdasarkan hasrat yang kuat untuk

membeli dengan segera.

Berdasarkan berbagai pendapat tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa

perilaku konsumtif adalah perilaku individu yang ditunjukkan dengan mendapatkan

dan menggunakan pengambilan keputusan dalam mengkonsumsi suatu barang atau

jasa secara berlebihan dan tidak terencana yang sebenarnya barang atau jasa tersebut

kurang atau bahkan tidak dibutuhkan. serta bukan menjadi prioritas utama,

melainkan hanya untuk mengikuti mode, ikut-ikutan teman, mencoba produk baru,

dan bahkan hanya untuk memperoleh pengakuan di masyarakat ataupun di terima di

lingkungan.

2. Aspek Perilaku Konsumtif

Aspek Perilaku konsumtif menurut Fromm (1995) yang di kutip dalam

penelitian (Fitria, 2015) yaitu sebagai berikut:

a. Pemenuhan keinginan

Membeli produk hanya karena memenuhi keinginan atau mencari kepuasan,

membeli produk hanya karena ingin mendapatkan sesuatu : iming-iming

hadiah, potongan harga besar atau murah

b. Barang di luar jangkauan

Membeli produk dengan harga yang diluar batas kemampuan, berusaha

keras membeli produk diluar jangkauan dengan menggunakan sebagian

besar uang saku atau simpanan, hingga meminjam uang.

c. Barang menjadi tidak produktif

Membeli produk tanpa memperdulikan kebutuhan serta manfaat dan

kegunaannya., membeli barang atas dasar mencoba produk, dengan membeli

beberapa produk (sejenis yang berbeda baik model, warna maupun merk)

d. Status

Membeli produk karena menjaga penampilan, perkembangan jaman dan

gaya hidup (tren), membeli produk karena harga diri.

Menurut Sumartono (dalam Ghifari, 2003) terdapat tiga macam

aspek perilaku konsumtif yaitu:

a. Impulsive Buying (Pembelian secara impulsif)

Menunjukkan bahwa seseorang yang berperilaku konsumtif semata-mata

hanya didasari oleh hasrat yang tiba-tiba atau keinginan sesaat, dilakukan

Page 5: 1. Pengertian Wanita Karir

18

tanpa melalui pertimbangan, tanpa direncanakan, keputusan dilakukan di

tempat pembelian.

b. Pembelian Tidak Rasional

pembelian yang didasari sifat emosional, yaitu Suatu dorongan untuk

mengikuti orang lain atau berbeda dengan orang lain tanpa pertimbangan

dalam mengambil keputusan dan adanya perasaan bangga.

c. Wasteful Buying (pemborosan)

pembelian yang mengutamakan keinginan dari pada kebutuhan dan

menyebabkan remaja mengeluarkan uang untuk bermacam-macam

keperluan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pokoknya sendiri.

Sedangkan menurut Lina dan Rosyid (1997) dalam Daniella Putri

Islamy (2015), aspek-aspek perilaku konsumtif adalah :

a. Pembelian Impulsif (Impulsive Buying)

Menurut Rook dalam Kharis (2011), impulsive buying adalah pembelian

yang terjadi ketika konsumen mengalami desakan tiba-tiba, yang biasanya

sangat kuat dan menetap untuk membeli sesuatu dengan segera. . Impulsive

buying memiliki beberapa karakteristik : a) Spontanitas b) Kekuatan,

kompulsif, intensitas c) Kegairahan dan stimulasi d) Ketidakpedulian akibat

b. Pemborosan

Perilaku konsumtif sebagai salah satu perilaku yang

menghamburhamburkan banyak dana tanpa disadari adanya kebutuhan yang

jelas.

c. Pembelian Tidak Rasional (Non rational buying)

Suatu perilaku di mana konsumen membeli sesuatu yang dilakukan semata-

mata untuk mencari kesenangan.

Berdasarkan pemaparan dari aspek diatas, dapat diambil kesimpulan aspek

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu aspek menurut (Fromm, 1995) adalah a)

Pemenuhan keinginan, dengan indikator: membeli produk hanya karena memenuhi

keinginan atau mencari kepuasan, membeli produk hanya karena ingin mendapatkan

sesuatu : iming-iming hadiah, potongan harga besar atau murah. b) Barang di luar

jangkauan, dengan indikator: membeli produk dengan harga yang diluar batas

kemampuan, berusaha keras membeli produk diluar jangkauan dengan

menggunakan sebagian besar uang saku atau simpanan, hingga meminjam uang. c)

barang menjadi tidak produktif, dengan indikator: membeli produk tanpa

memperdulikan kebutuhan serta manfaat dan kegunaannya, membeli barang atas

dasar mencoba produk, dengan membeli beberapa produk (sejenis yang berbeda baik

model, warna maupun merk). d) Status, dengan indikator: Membeli produk karena

menjaga penampilan, perkembangan jaman dan gaya hidup (tren), membeli produk

Page 6: 1. Pengertian Wanita Karir

19

karena harga diri. Hal ini dikerenakan aspek dengan indikator perilaku konsumtif

dari (Fromm, 1995) dianggap lebih representatif untuk menilai perilaku konsumif

pada wanita karir dengan aspek yang lengkap dan jelas yang dilakukan oleh wanita

karir pada umumnya.

3. Ciri-ciri Perilaku Konsumtif

(Fransisca dan Tommy, 2005) ada empat yang di golongkan sebagai ciri

perilaku konsumtif, yaitu

a. Konsumen menyukai barang bermerk

Individu cenderung menyukai dan membeli barang bermerk karena

menganggap barang bermerk merupakan barang yang terbaik untuk

digunakan.

b. Menyukai produk baru dan mengikuti mode

Individu cenderung mengunakan produk-produk yang dianggap sedang

digemari atau trend. Individu memperoleh kesenangan dengan membeli

produk baru yang sedang trend tersebut. Hal ini dikarenakan rasa

keingintahuan untuk mencoba produk baru yang sedang mode.

c. Kegiatan berbelanja dianggap sebagai rekreasi

Kegiatan berbelanja sebagai sesuatu yang menyenangkan bagi yang

melakukannya. Individu suka dan menikmati kegiatan berbelanja serta

menganggapnya sebagai kegiatan bersosialisasi.

d. Kegiatan berbelanja bersifat impulsive atau mendadak

Individu cenderung berbelanja secara "mendadak" tanpa memperdulikan

seberapa banyak uang yang digunakan. Individu bahkan tidak mencari

informasi terlebih dahulu untuk mendapatkan produk yang diinginkan.

Sedangkan menurut (Veeger KJ, 1986), mengungkapkan ada empat ciri

masing-masing perilaku konsumtif, yaitu :

a. Menganggap diri sebagai golongan elit dan kaya

b. Kemewahan dan kebebasan ditonjolkan secara demokratif, melakukan

konsumsi yang menyolok mata dan mempunyai waktu yang berlebihan yang

berarti banyak waktu untuk santai.

c. Menyibukan diri dengan berbagai kegiatan dan macam pengetahuan yang

tidak relevan, merancang dan memamerkan budi bahasa, yaitu mencari uang

dan popularitas tanpa memajukan masyarkat dengan produktif apapun.

d. Keberanian untuk membeli dan memamerkan kemewahan dan kebebasan

dalam mencapai tujuan.

Ciri-ciri perilaku konsumtif menurut Chris Sjahbuana (2014) adalah :

Page 7: 1. Pengertian Wanita Karir

20

a. Membeli produk demi menjaga penampilan diri dan gengsi.

b. Membeli produk hanya sekedar menjaga simbol status diri.

c. Berpenilaian bahwa produk yang mahal akan menimbulkan rasa percaya diri

yang tinggi. d. Ingin meniru mode yang sedang ngetrend.

d. Untuk menarik perhatian dari orang lain

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumtif

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif menurut Lina &

Rosyid (1997) terbagi menjadi 2, yaitu:

a. Faktor Eksternal

1) Kebudayaan

Kebudayaan yang tercermin dalam cara hidup, kebiasaan dan tindakan

dalam permintaan bermacam-macam barang di pasar sangat

mempengaruhi konsumen. Keberagaman budaya dalam suatu daerah,

banyaknya kelompok etnik akan membentuk pasar dan perilaku yang

berbeda-beda, dimana kebutuhan akan meningkat yang dapat

memunculkan perilaku konsumtif.

2) Kelas Sosial

Kelas Sosial adalah kelompok yang terdiri atas sejumlah orang yang

mempunyai kedudukan yang seimbang dalam masyarakat, memegang

nilai-nilai, mempunyai minat dan melakukan perilaku yang mirip.

3) Kelompok Referensi

Kelompok referensi ini lebih kuat pengaruhnya pada seseorang karena

akan membentuk kepribadian dan perilakunya. Seseorang akan melihat

kelompok referensinya dalam berperilaku menentukan produk yang

dikonsumsinya.

4) Keluarga

Keluarga Dalam perilaku membeli, pengaruh keluarga memiliki peran

penting. Keluarga merupakan unit terkecil yang sikap dan tingkah lakunya

sangat menentukan dalam pengambilan keputusan dalam pembelian suatu

barang

b. Faktor Internal

1) Motivasi

Motivasi merupakan pendorong perilaku orang tidak terkecuali dalam

melakukan pembelian atau penggunaan jasa yang tersedia di pasar.

2) Harga Diri

Harga diri berpengaruh pada perilaku membeli orang-orang yang harga

dirinya rendah akan cenderung lebih mudah dipengaruhi daripada orang-

orang yang harga dirinya tinggi.

Page 8: 1. Pengertian Wanita Karir

21

3) Kepribadian

Kepribadian sangat berpengaruh pada perilaku pengambilan keputusan

untuk membeli produk.

4) Kepercayaan Diri

Kepercayaan diri dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam membeli

barang. Hal ini dibuktikan oleh Rombe (2014) dalam penelitiannya ia

menyimpulkan bahwa kepercayaan diri mampu mempengaruhi seseorang

dalam berperilaku konsumtif.

5) Jenis kelamin

Jenis kelamin juga mempengaruhi orang untuk berperilaku konsumtif.

Wanita cenderung lebih konsumtif dalam membeli barang dibandingkan

pria.

Menurut (Engel, 1995). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

konsumtif antara lain:

a. Faktor internal, terdiri atas:

1) Motivasi

Motivasi merupakan suatu konsep yang dipakai untuk menerangkan

kekuatan-kekuatan yang ada pada organisme untuk memunculkan dan

mengarahkan tingkah lakunya. Solomon (1996) memberi batasan yang

lebih sederhana tentang motivasi yaitu prosesproses yang menyebabkan

orang bertingkah laku seperti yang ia lakukan. Proses-proses ini dipacu

oleh aktifnya suatu kebutuhan yang menimbulkan dorongan pada individu

untuk berusaha menekan atau mengurangi tekanan.

2) Proses Belajar dan Pengalaman

Menurut Howard dan Seth (dalam Santoso,1998), dalam proses pembelian

terdapat proses pengamatan belajar. Konsumen mengamati dan

mempelajari stimulus yang berupa informasi-informasi yang diperolehnya.

Hasil dari pengamatan da proses belajar tersebut dipakai konsumen

sebagai referensi untuk membuat keputusan dalam pembelian.

3) Kepribadian dan Konsep Diri

Kepribadian merupakan pola perilaku yang konstan dan menetap pada

individu (Assael dalam Santoso, 1998).

4) Keadaan ekonomi

Pilihan terhadap suatu produk sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi

seseorang (Kottler, 1993). Orang yang memiliki ekonomi rendah akan

menggunakan uangnya secara cermat dibandingkan orang yang

berekonomi tinggi (Swastha & Handoko, 1987).

Page 9: 1. Pengertian Wanita Karir

22

5) Gaya hidup

Gaya hidup merupakan pola konsumsi yang merefleksikan pilihan

seseorang tentang bagaimana individu tersebut menghabiskan waktu dan

uang. Gaya hidup senang berbelanja merupakan salah satu contoh gaya

hidup yang dianut remaja saat ini, hal tersebut menimbulkan perilaku

konsumtif (Ancok, 1995).

6) Sikap

Sikap merupakan pengarah bagi perilaku-perilaku sosial (Katz dalam

Solomon, 1996). Sikap memiliki 3 komponen yaitu kognitif, afektif dan

konatif yang diperoleh seseorang dari belajar.

b. Faktor eksternal terdiri atas:

1) Faktor kebudayaan

Kebudayaan merupakan pola-pola perilaku yang disadari, diakui dan

dimiliki bersama serta berlangsung dalam kelompok, baik kelompok besar

maupun kelompok kecil (Hartiey dan Hartley dalam Santoso, 1998).

2) Faktor kelas sosial

Kelas sosial merupakan kelompok-kelompok relatif homogen dan bertahan

lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun dalam suatu hierarki dan

keanggotaannya mempunyai sistem nilai, minat dan perilaku yang serupa

(Kottler, 1993).

3) Faktor keluarga

Keluarga, yaitu unit sosial terkecil yang memberikan contoh fundamental

yang utama bagi perkembangan remaja, (Kartono, 2006). Keluarga

memegang peranan terbesar dan terutama dalam pembentukan individu.

4) Kelompok acuan

Merupakan suatu kelompok orang yang mempengaruhi sikap, pendapat,

norma dan perilaku konsumen. Menurut Louddon dan Bitta, kelompok

acuan ialah kelompok sosial yang menjadi ukuran seseorang untuk

membentuk kepribadian dan perilakunya (dalam Santoso, 1998).

Page 10: 1. Pengertian Wanita Karir

23

C. Kepercayaan Diri

1. Pengertian Kepercayaan Diri

Kepercayaan diri dalam bahasa Inggris disebut juga self confidence. Menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia, percaya diri merupakan percaya pada kemampuan,

kekuatan, dan penilaian diri sendiri (Depdikbud, 2008). Kepercayaan diri merupakan salah

satu aspek kepribadian yang berupa keyakinan akan kemampuan diri seseorang sehingga

tidak terpengaruh oleh orang lain dan dapat bertindak sesuai kehendak, gembira, optimis,

cukup toleran, dan bertanggung jawab (Ghufron dan Risnawati, 2010).

Fatimah (2006) mengatakan kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu

yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif, baik terhadap diri

sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya. Sedangkan menurut

Hakim (2005) kepercayaan diri merupakan keyakinan seseorang terhadap segala kelebihan

aspek yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa

untuk mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya. Menurut Lautser (dalam Ghufron &

Risnawati, 2010) kepercayaan diri adalah keyakinan untuk melakukan sesuatu pada

individu sebagai karakteristik pribadi yang di dalamnya terdapat keyakinan akan

kemampuan diri, optimis, objektif, bertanggung jawab, rasional dan realistis.

Rombe (2014) mengatakan bahwa kepercayaan diri dipengaruhi dari tiap tahap

perkembangan psikososial individu terutama lingkungan tempat individu menghabiskan

waktu. Adanya penerimaan yang positf dari lingkungan sekitar salah satunya adalah dari

teman sebaya sangatlah dibutuhkan sebagai suatu bentuk dukungan dalam membentuk

kepercayaan diri (Hapasari, 2014). Bagi seorang remaja, arti Penerimaan atau penolakan

teman sebaya dalam kelompok sangatlah penting. Hal itu mempunyai pengaruh yang kuat

terhadap pikiran, sikap, perasaan, perbuatan-perbuatan dan penyesuaian diri remaja. Hal

yang demikian ini akan menimbulkan rasa senang, gembira, puas bahkan rasa bahagia

yang pada gilirannya memberi rasa percaya diri yang besar (Pranoto, 2010).

Menurut Perry (2005) kepercayaan diri merupakan suatu kemampuan untuk

memercayai kemampuan sendiri dan merasa positif tentang apa yang bisa dilakukan dan

tidak mengkhawatirkan apa yang tidak bisa dilakukan.Namun demikian kepercayaan diri

tidak tumbuh dengan sendirinya. Kepercayaan diri tumbuh dari proses interaksi yang sehat

di lingkungan sosial individu dan berlangsung secara kontinu dan berkesinambungan. Rasa

percaya diri tidak muncul begitu saja pada diri seseorang, ada proses tertentu didalam

pribadinya sehingga terjadilah pembentukan rasa percaya diri (Hakim, 2002).

Rasa percaya diri merupakan suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek

kelebihan yang ada pada dirinya dan diwujudkan dalam tingkah laku sehari-hari. Rasa

percaya diri baru bisa tumbuh dan berkembang baik sejak kecil, jika seseorang berada di

dalam lingkungan keluarga yang baik, namun sebaliknya jika lingkungan tidak memadai

Page 11: 1. Pengertian Wanita Karir

24

menjadikan individu tersebut untuk percaya diri maka individu tersebut akan kehilangan

proses pembelajaran untuk percaya pada dirinya sendiri (Sudarji, 2017).

Wahyuni (2014) mengatakan bahwa kepercayaan diri adalah bagaimana kita

merasakan tentang diri kita sendiri, dan perilaku kita akan merefleksikan tanpa kita sadari.

Kepercayaan diri bukan merupakan bakat (bawaan), melainkan kualitas mental, artinya

kepercayaan diri merupakan pencapaian yang dihasilkan dari proses pendidikan atau

pemberdayaan. Menurut Kumara (1988) orang yang mempunyai kepercayaan diri adalah

merasa yakin akan kemampuan dirinya sehingga bisa menyelesaikan masalahnya karena

tahu apa yang dibutuhkan dalam hidupnya, serta mempunyai sikap positif yang didasari

keyakinan..

Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kepercayaan diri adalah

sebuah kondisi dimana individu merasa optimis atau yakin terhadap segala aspek yang ada

didalam dirinya sehingga diwujudkan dalam tingkah laku individu dengan memandang dan

menghadapi hidupnya serta keyakinan kuat pada kemampuan dirinya untuk melakukan

tindakan dalam mencapai berbagai tujuan didalam hidupnya untuk mencapai target,

keinginan, dan tujuan untuk diselesaikan walaupun menghadapi berbagai tantangan dan

masalah serta dilakukan dengan penuh tanggung jawab dan mampu mengekspresikan diri

seutuhnya baik secara berpenampilan ataupun berperilaku dalam sehari-hari.

2. Aspek Kepercayaan diri

Aspek kepercayaan diri menurut Lauster (1992) adalah :

a. Keyakinan kemampuan diri

Keyakinan kemampuan diri adalah sikap positif seseorang tentang dirinya. Ia

mampu secara sungguh-sungguh akan apa yang dilakukannya.

b. Optimis

Optimis adalah sikap positif yang dimiliki seseorang yang selalu berpandangan

baik dalam menghadapi segala hal tentang diri dan kemampuannya.

c. Objektif

Orang yang memandang permasalahan atau sesuatu sesuai dengan kebenaran

semestinya, bukan menurut kebenaran pribadi atau menurut dirinya sendiri.

d. Bertanggung jawab

Bertanggung jawab adalah kesediaan orang untuk menanggung segala sesuatu

yang telah menjadi konsekuensinya.

e. Rasional dan realistis

Rasional dan realistis adalah analisis terhadap suatu masalah, sesuatu hal, dan

suatu kejadian dengan menggunakan pemikiran yang dapat diterima oleh akal

dan sesuai dengan kenyataan.

Kepercayaan diri memiliki beberapa aspek, menurut Kumara (1987) di dalam

(Miranda, 2017) mengatakan bahwa terdapat beberapa aspek kepercayaan diri

yaitu :

Page 12: 1. Pengertian Wanita Karir

25

a. Kemampuan menghadapi masalah

Kepercayaan diri yang dimiliki seseorang akan menjadikan dirinya yakin pada

potensi yang ada dirinya untuk menghadapi sebuah masalah yang sedang

dihadapi.

b. Bertanggung jawab keputusan dan tindakannya

Perasaaan yakin yang dimiliki seseorang yang percaya diri dalam mengambil

sebuah keputusan, secara pasti juga akan membuatnya yakin bahwa dirinya

mampu menghadapi konsekuensi dari keputusannya tersebut.

c. Kemampuan dalam bergaul

Individu yang memiliki kepercayaan diri yang kuat, dirinya juga akan yakin akan

kemampuannya dalam berinteraksi dengan orang lain dan bagaimana cara

menghadapinya.

d. Kemampuan menerima kritik

Seyakin-yakinnya akan kemampuan dirinya, juga tidak melulu akan

membuahkan hasil yang positif. Karena kemampuan yang dimiliki juga pasti ada

kekurangannya. Oleh sebab itu, kritik dari orang lain juga dapat melengkapi

kekurangan yang dimiliki sehingga dapat menambah keyakinan kemampuannya.

Aspek kepercayaan diri menurut Anthony (1992) dijelaskan secara rinci sebagai

berikut:

a. Rasa aman

Terbebas dari perasaan cemas dan takut serta tidak merasa canggug dengan

situasi atau orang lain sekitarnya.

b. Ambisi normal

Mempunyai ambisi yang tidak berlebihan, sesuai dengan kemampuan yang

dimiliki sehingga berani menyusun target pribadi dan berusaha mencapai target

tersebut.

c. Yakin akan kemampuan diri

Tidak merasa malu menunjukkan kemampuan yang dimiliki, tidak

membandingkan dengan orang lain, tidak merendahkan kemampuan diri.

d. Mandiri

Dapat mengandalkan diri sendiri serta mampu melakukan segala sesuatu sesuai

kemampuan sehingga tidak bergantung dengan orang lain.

e. Toleran dan tidak mementingkan diri sendiri

Menghargai dan menerima pendapat orang lain dalam bertindak dan tidak

mementingkan diri sendiri, memberi kesempatan pada orang lain.

f. Optimis

Memiliki Pandangan yang baik terhadap dirinya dan berpikir positif dalam

melakukan sesuatu.

Berdasarkan pemaparan beberapa aspek diatas menurut parah ahli, peneliti

menyimpulkan menggunakan aspek dari menurut Kumara (1987) di dalam (Miranda,

2017), yaitu 1) kemampuan menerima kritik, 2) Bertanggung jawab terhadap keputusan

Page 13: 1. Pengertian Wanita Karir

26

dan tindakannya, 3) Memiliki kemampuan dalam bergaul, 4) Kemampuan menerima kritik.

Hal itu dikarenakan aspek tersebut lebih koefisien menurut peneliti untuk mengukur nilai

tingkat rasa kepercayaan diri pada wanita karir dan biasanya aspek tersebut lebih banyak

terjadi dalam wanita karir.

3. Ciri-ciri Kepercayaan diri

Menurut Mardatillah (2010) seseorang yang memiliki kepercayaan diri tentunya

memiliki ciri-ciri yakni :

a. Mengenal dengan baik kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya lalu

mengembangkan potensi yang dimilikinya.

b. Membuat standar atas pencapaian tujuan hidupnya lalu memberikan penghargaan

jika berhasil dan bekerja lagi jika tidak tercapai.

c. Tidak menyalahkan orang lain atas kekalahan atau ketidakberhasilannya namun

lebih banyak instrospeksi diri sendiri.

d. Mampu mengatasi perasaan tertekan, kecewa, dan rasa ketidak mampuan yang

menghingapinya.

e. Mampu mengatasi rasa kecemasan dalam dirinya.

f. Tenang dalam menjalankan dan menghadapi segala sesuatunya.

g. Berpikir positif dan

h. Maju terus tanpa harus menoleh kebelakang.

Teori Lauster (2003) tentang kepercayaan diri mengemukakan ciri-ciri kepercaya

diri, yaitu:

a. Percaya pada kemampuan sendiri

suatu keyakinan atas diri sendiri terhadap segala fenomena yang terjadi yang

berhubungan dengan kemampuan individu untuk mengevaluasi serta mengatasi

fenomena yang terjadi tersebut.

b. Bertindak mandiri

Mandiri dalam mengambil keputusan dapat bertindak dalam mengambil

keputusan terhadap diri yang dilakukan secara mandiri atau tanpa adanya

keterlibatan orang lain dan mampu untuk meyakini tindakan yang diambil.

c. Memiliki rasa positif terhadap diri sendiri

Adanya penilaian yang baik dari dalam diri sendiri, baik dari pandangan maupun

tindakan yang dilakukan yang menimbulkan rasa positif terhadap diri dan masa

depannya.

d. Berani mengungkapkan Pendapat

Adanya suatu sikap untuk mampu mengutarakan sesuatu dalam diri yang ingin

diungkapkan kepada orang lain tanpa adanya paksaan atau rasa yang dapat

menghambat pengungkapan tersebut.

Ciri-ciri individu yang mempunyai kepercayaan diri menurut (Fatimah, 2010), di

antaranya adalah:

a. Percaya akan kompetensi atau kemampuan diri, hingga tidak membutuhkan

Page 14: 1. Pengertian Wanita Karir

27

pujian, pengakuan, penerimaan, ataupun hormat orang lain.

b. Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima oleh orang

lain atau kelompok.

c. Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain, berani menjadi diri

sendiri.

d. Punya pengendalian diri yang baik (tidak moody dan emosinya stabil).

e. Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau kegagalan,

bergantung pada usaha sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau

keadaan serta tidak bergantung atau mengharapkan bantuan dari orang lain).

f. Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain, dan

situasi diluar dirinya.

g. Memiliki harapan yang realistic terhadap diri sendiri, sehingga ketika harapan itu

tidak terwujud, dia tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan situasi yang

terjadi .

4. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri

Kepercayaan diri menurut Ghufron (2014) dipengaruhi oleh beberapa faktor. Adapun

faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri yaitu:

a. Konsep Diri

Menurut Anthony (1992) terbentuknya kepercayaan diri pada seseorang diawali

dengan perkembangan konsep diri yang diperoleh dalam pergaulannya dalam

suatu kelompok. Hasil interaksi yang terjadi akan menghasilkan konsep diri.

b. Harga Diri

Harga diri yang positif akan membentuk harga diri yang positif pula. Harga diri

adalah penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri.

c. Pengalaman

Pengalaman dapat menjadi faktor munculnya rasa percaya diri. Sebaliknya,

pengalaman juga dapat menjadi faktor menurunnya rasa percaya diri seseorang.

Anthony (1992) mengemukakan bahwa pengalaman masa lalu adalah hal

terpenting untuk mengembangkan kepribadian sehat.

d. Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan

diri seseorang. Tingkat pendidikan yang rendah akan menjadikan orang tersebut

tergantung dan berada dibawah kekuasaan orang lain yang lebih pandai darinya.

Sebaliknya, orang yang mempunyai pendidikan tinggi akan memiliki tingkat

kepercayaan diri yang lebih dibandingkan yang berpendidikan rendah.

Menurut Middlenbrook (dalam Ulyati, 2003) ada beberapa hal yang mempengaruhi

rasa percaya diri, yaitu: a) Keluarga, b) Pola Asuh, c) Figur Otoritas, d) Hereditas, f) Jenis

kelamin, g) Pendidikan, h)Peranan fisik.

D. Konformitas

1. Pengertian Konformitas

Page 15: 1. Pengertian Wanita Karir

28

Sears (dalam Galih; 2015) yang mengatakan bahwa: “Konformitas adalah

tuntutan yang tidak tertulis dari suatu kelompok tertentu terhadap anggotanya tetapi

memiliki pengaruh yang kuat dan dapat memunculkan perilaku-perilaku tertentu pada

anggota kelompoknya.Selama masa remaja, tekanan untuk melakukan konformitas

meningkat.

Nir (2004), bahwa kecenderungan perilaku individu untuk menyesuaikan diri

dengan kelompok sebaya mereka. Konformitas dapat menyebabkan orang untuk

mengubah perilaku konsumtif sebagai hasil dari tekanan dari orang lain. Konformitas

adalah suatu tuntutan yang tidak tertulis dari kelompok teman sebaya terhadap

anggotanya tetapi memiliki pengaruh yang kuat dan dapat menyebabkan munculnya

perilaku-perilaku tertentu pada anggota kelompok (Zebua dan Nurdjayadi, 2001).

Konformitas adalah suatu jenis pengaruh sosial di mana individu mengubah

sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada (Baron &

Byrne, 2005). Sementara itu, pengertian yang lebih sederhana disebutkan oleh Cialdini

dan Goldstein (2004) yang mengatakan bahwa konformitas adalah suatu aktivitas yang

dilakukan oleh individu untuk mengubah perilakunya agar sesuai dengan respons orang

lain.

Menurut Cialdini & Goldstein (Taylor, 2009) Konformitas adalah tendensi untuk

mengubah keyakinan atau perilaku seseorang agar sesuai dengan perilaku orang lain,

hal tersebut dilakukan sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap lingkungannya. Brehm

dan Kassin (dalam Suryanto dkk., 2012) mendefinisikan konformitas sebagai

kecenderungan individu untuk mengubah persepsi, opini dan perilaku mereka sehingga

sesuai atau konsisten dengan norma-norma kelompok.

Santrock (dalam Suparno, 2013) menyatakan bahwa konformitas adalah suatu

bentuk interaksi sosial dimana seseorang berperilaku terhadap orang lain sesuai dengan

harapan kelompok. Konformitas muncul ketika individu mengikuti perilaku atau sikap

orang lain, dikarenakan oleh tekanan orang lain, baik yang nyata maupun yang

dibayangkan. Dalam penelitiannya, Sanaria (2006), menyatakan bahwa kelompok

biasanya terdiri dari beberapa individu. Kelompok memiliki karakteristik dan identitas

sendiri yang berbeda dengan identitas masing- masing anggota kelompok. Maka,

individu yang menjadi bagian dari kelompok tersebut harus memperlihatkan perilaku,

nilai, sikap dan pola lainnya yang sama dan bisa diidentifikasi sebagai faktor pembeda

dari kelompok lainnya. Hal inilah yang disebut dengan konformitas. Konformitas dapat

memunculkan perilaku diantaranya gaya bahasa, sikap, aktivitas sosial yang akan diikuti,

nilai- nilai yang dianut dan penampilan diri (Santrock dalam Fardhani dan Izzati, 2013).

Myers (2010) mengemukakan bahwa konformitas berarti perubahan perilaku

pada individu sebagai akibat dari adanya tekanan kelompok. Ditambahkan oleh Myers,

Page 16: 1. Pengertian Wanita Karir

29

konformitas bukan sekadar berperilaku seperti orang lain, namun juga dipengaruhi oleh

bagaimana orang lain berperilaku. (Meiyuntari, 2015)

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa konformitas adalah

perubahan persepsi, perilaku individu berdasarkan informasi yang diberikan kelompok

baik secara langsung dan tidak langsung sehingga menampilkan perilaku tertentu dan

dilakukan sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap aturan kelompok karena adanya

tekanan baik yang nyata maupun yang hanya dibayangkan dengan tujuan agar dapat

diterima menjadi bagian dan diterima dalam kelompok tersebut dengan mengikuti apa

yang ada di kelompok.

2. Aspek Konformitas

Menurut Myers (2010) terdapat dua Aspek konformitas, yaitu :

a. Pengaruh Normatif

Pengaruh normatif pada konformitas memiliki arti penyesuaian diri dengan

keinginan atau harapan orang lain untuk mendapatkan penerimaan dari anggota

kelompoknya. Pengaruh normatif mendorong terjadinya penyesuaian sebagai

akibat pemenuhan pengharapan kelompok untuk mendapat persetujuan atau

penerimaan, agar disukai dan agar terhindar dari penolakan.

b. Pengaruh Informasional

Pengaruh informasional sebagai tekanan yang terbentuk oleh adanya keinginan

dari individu untuk memiliki pemikiran yang sama dan beranggapan bahwa

informasi dari kelompok lebih kaya daripada informasi yang dimilikinya,

sehingga individu cenderung untuk conform dalam menyamakan pendapat dan

sugesti. Pengaruh informasional mendorong individu untuk melakukan

penyesuaian akibat dari penerimaan pendapat kelompok, yang menjadi bukti

dalam mendapatkan pandangan akurat sehingga mengurangi ketidakpastian.

Menurut Baron & Byrne (2011) menyatakan dua aspek dalam

konformitas yaitu:

a. Pengaruh sosial (Social Influence)

Merupakan upaya seseorang atau lebih untuk mengubah perilaku, sikap atau

perasaan orang lain. Upaya yang sering ditampakkan adalah mengubah

perilakunya untuk menyesuaikan norma yang berlaku.

b. Norma sosial (Social Norm)

Norma sosial menjadi suatu aturan dan acuan individu dalam berperilaku di

lingkungannya.

Menurut Taylor, (2004) membagi aspek konformitas menjadi lima, yaitu:

Page 17: 1. Pengertian Wanita Karir

30

a. Peniruan

Keinginan individu untuk sama dengan orang lain baik secara terbuka atau ada

tekanan (nyata atau dibayangkan) menyebabkan konformitas.

b. Penyesuaian

Keinginan individu untuk dapat diterima orang lain menyebabkan individu

bersikap konformitas terhadap orang lain. Individu biasanya melakukan

penyesuaian pada norma yang ada pada kelompok

c. Kepercayaan

Semakin besar keyakian individu pada informasi yang benar dari orang lain

semakin meningkat ketepatan informasi yang memilih conform terhadap orang

lain.

d. Kesepakatan

Sesuatu yang sudah menjadi keputusan bersama menjadikan kekuatan sosial

yang mampu menimbulkan konformitas.

e. Ketaatan

Respon yang timbul sebagai akibat dari kesetiaan atau ketertundukan individu

atas otoritas tertentu, sehingga otoritas dapat membuat orang menjadi conform

terhadap hal-hal yang disampaikan.

Berdasarkan beberapa aspek konformitas menurut para ahli, peneliti mengamati

aspek yang akan digunakan untuk mengukur skala konformitas adalah yang dikemukan

oleh Taylor (2002) yaitu, a) Peniruan, b) Penyesuaian c) Kepercayaan, d) Kesepakatan, e)

Ketaatan. Hal ini dikarenakan bahwa aspek tersebut adalah aspek yang tepat dan

menggambarkan definisi operasional konformitas pada wanita karir.

3. Ciri-Ciri Konformitas

Menurut Baron dan Byrne (2005) terdapat beberapa ciri-ciri konformitas, yaitu:

a. Kesepakatan

Suatu bentuk pengaruh sosial yang meliputi permintaan langsung seseorang

pada orang lain.

b. Kepatuhan

Suatu bentuk pengaruh sosial di mana seseorang hanya perlu memerintahkan

satu orang lain atau lebih untuk melakukan satu atau beberapa tindakan.

c. Indoktrinasi intensif

Suatu proses yang dilalui individu untuk menjadi anggota suatu kelompok dan

meneriam belief serta aturan-aturan dari kelompok tanpa banyak bertanya.

d. Norma sosial

Page 18: 1. Pengertian Wanita Karir

31

Aturan yang mengindikasikan bagaimana individu seharusnya bertingkah laku

pada suatu situasi yang spesifik.

Handayani (2005) menggambarkan bahwa ciri-ciri konformitas adalah

a. Selalu berperilaku sama dengan anggota kelompok lain

b. Lebih banyak menghabiskan waktu bersama-sama dengan teman dalam

kelompoknya.

c. Mengikuti dan menyakini pendapat yang dianut oleh sebagian besar dari

anggota kelompoknya.

d. Lebih mementingkan perannya sebagai anggota kelompok daripada

mengembangkan pola norma sendiri.

Sears, dkk menyebutkan di dalam penelitian (Aulia & Hasanah, 2020) ciri-ciri

khas adanya konformitas adalah sebagai berikut:

a. Kekompakan

Kekuatan yang dimiliki kelompok acuan menyebab kan remaja tertarik dan ingin

tetap menjadi anggota kelompok

b. Kesepakatan

Pendapat kelompok acuan yang sudah dibuat memiliki tekanan kuat sehingga

remaja dapat menyesuaikan pendapatnya dengan pendapat kelompok Tekanan

kelompok membuat adanya kesepakatan dalam kelompok tersebut.

c. Ketaatan

Tekanan atau tuntutan kelompok acuan pada remaja membuatnya rela

melakukan tindakan walaupun remaja tidak menginginkannya.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konformitas

Individu dalam melakukan konformitas memiliki faktor penyebab. Anas (2007)

menyatakan bahwa faktor-faktor utama yang memungkinkan terjadinya perilaku

konformitas yaitu :

a. Kurangnya Informasi

Orang lain merupakan sumber informasi yang penting, seringkali orang lain

mengetahui sesuatu yang tidak individu ketahui, sehingga dengan melakukan apa

yang dilakukan kelompok, individu akan memperoleh manfaat dari pengetahuan

kelompok. Oleh karena itu, tingkat konformitas yang didasarkan pada informasi

ditentukan oleh dua aspek situasi, yaitu sejauh mana mutu informasi yang dimiliki

oleh orang lain atau kelompok tentang apa yang benar, dan sejauh mana

kepercayaan diri terhadap penilaian sendiri.

b. Rasa Takut Terhadap Celaan Sosial

Page 19: 1. Pengertian Wanita Karir

32

Alasan lain tentang munculnya konformitas adalah demi memperoleh persetujuan

atau menghindari celaan kelompok. Terdapat sejumlah faktor yang menentukan

bagaimana pengaruh persetujuan dan celaan ini terhadap tingkat konformitas yaitu

1) Rasa takut terhadap penyimpangan, 2) Kekompakan kelompok, 3) Kesepakatan

atau keputusan kelompok. Rasa takut dipandang sebagai orang yang menyimpang

merupakan faktor dasar hampir dalam semua situasi sosial. Umumnya tidak mau

terlihat sebagai orang yang lain daripada yang lain, tidak ingin tampak sebagai

oranglain. Individu ingin agar kelompok menyukai, memperlakukan dengan baik,

dan bersedia menerima

Sedangkan Sears dkk (2009) menyatakan bahwa faktor-faktor utama yang

memungkinkan terjadinya perilaku konformitas yaitu

a. Kurangnya informasi

b. Kepercayaan informasi

c. Kepercayaan yang lemah terhadap penilaian sendiri

d. Rasa takut terhadap celaan sosial

e. Rasa takut terhadap penyimpangan.

Jadi, faktor yang mempengaruhi konformitas menurut (Vatmawati, n.d.) dapat

digolongkan menjadi faktor eksternal yang meliputi: a) Kurangnya informasi, b) Hubungan

antar individu dengan kelompok, c) Kesepakatan dalam kelompok,

sedangkan faktor internal yang meliputi: a) Penilaian diri yang rendah, b) Rasa

takut terhadap penyimpangan jika tidak sesuai dengan kelompok, c) Rasa takut terhadap

celaan sosial.

Page 20: 1. Pengertian Wanita Karir

33

E. Hubungan antara Kepercayan Diri dan Konformitas dengan Perilaku Konsumtif

Gumulya (2013) mengatakan bahwa, perilaku konsumtif adalah perilaku

membeli yang lebih didominasi oleh keinginan-keinginan diluar kebutuhan dan hanya

memenuhi hasrat semata. Perilaku konsumtif sebagian besar memang dilakukan kaum

wanita. Menurut (Tambunan, 2001) perilaku konsumsi wanita yaitu lebih tertarik pada

warna dan bentuk, bukan pada hal teknis dan kegunaannya, mudah terbawa arus

bujukan penjual, cepat merasakan suasana toko, dan senang melakukan kegiatan

berbelanja walau hanya windows shopping (melihat-lihat tetapi tidak membeli).

Aspek orang yang berperilaku konsumtif menurut Sumartono (2002) pertama,

pembelian impulsif yaitu Membeli produk karena adanya iming-iming hadiah. membeli

barang tanpa terlebih dahulu mempertimbangkannya, tidak memikirkan apa yang akan

terjadi kemudian dan biasanya bersifat emosional. Pembelian dengan jenis ini dapat

dilihat saat wanita karir membeli barang yang sebenarnya belum ada rencana ingin

membeli tetapi karena adanya diskon atau hadiah wanita karir membelinya. Kedua,

Membeli produk karena kemasannya menarik , yaitu Pembelian barang yang dilakukan

individu karena ketertarikan atas kemasan yang menarik dan unik. Seperti saat wanita

karir melihat packaging yang rapi dan elegant sehingga membuat daya tarik wanita

karir membeli barang tersebut meskipun tidak membutuh kan barangnya namun karna

kemasan yang menarik. Ketiga Membeli produk demi menjaga penampilan dan gengsi,

Gengsi merupakan salah satu faktor individu membeli barang dengan merek terkenal.

Karena saat ini wanita karir lebih mementingkan penampilan agar terlihat menarik

perhatian lingkungan kerjanya maupun lingkungan sosial dengan menggunakan produk

merk atau produk yang terkenal wanita membelinya. Keempat, membeli produk atas

pertimbangan harga (bukan atas dasar manfaat dan kegunaannya). Pembelian barang

yang dilakukan individu karena kecenderungan menggunakan produk yang mewah,

bukan atas dasar kegunaan barang tersebut. Wanita akan merasa lebih percaya diri dan

dihargai apabila telah menggunakan produk yang mahal seperti membeli tas yang mahal

maupun bermerk seperti yang digunakan artis.

Kelima, membeli produk hanya sekedar menjaga simbol status. Wanita karir

pada biasanya selalu beranggapan bahwa membeli barang yang mewah akan

memberikan kesan bahwa ia berasal dari kelas sosial yang tinggi dan tentunya dapat

menunjang simbol status di antar divisi kerja wanita karir dan lingkungan sosialnya.

Keenam, memakai produk karena unsur konformitas terhadap model yang

mengiklankan Pembelian barang yang dilakukan individu karena melihat model yang

mengiklankan produk tersebut ataupun model yang mengiklankan tersebut adalah idola

dari individu tersebut. Oleh karena itu, dengan jamannya digital wanita sering

menggunakan produk apapun yang digunakan oleh tokoh idolanya maupun selebgram

akan menjadi pertimbangan besar dalam membeli produk karena melihat idola maupun

Page 21: 1. Pengertian Wanita Karir

34

artis, wanita karir sehingga sering melakukan pembelian barang agar terlihat sama

dengan idolanya ataupun ingin seperti idola wanita karir. Ketujuh, munculnya penilaian

bahwa membeli produk dengan harga yang mahal akan menimbulkan rasa percaya diri

yang positif . Harga menjadi pertimbangan wanita karir di lingkungan sosialnya untuk

membeli suatu barang yang diinginkan. Wanita karir menganggap dengan membeli

produk dengan harga yag mahal akan menambah kepercayaan diri. Ke delapan,

keinginan membeli lebih dari dua produk sejenis dengan merek yang berbeda. Wanita

karir konsumen lebih suka menggunakan produk yang sama dengan merek yang

berbeda, hal ini kadang dilakukan wanita karir untuk melihat kualitas produk dari

masing-masing produk dan apa perbedaan dari produk-produk tersebut.

(Patricia & Handayani, 2014) mengatakan Kecenderungan perilaku konsumtif

dipengaruhi oleh beberapa faktor yang pada intinya dapat dibedakan menjadi dua

faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal (Engel, Blackwell & Miniard, 1995;

Kotler, 2006). Salah satu faktor internal yang mempengaruhi perilaku konsumtif adalah

kepercayaan ini dan salah satu faktor eksternal adalah konformitas.

Berdasarkan landasan teori dan permasalahan penelitian yang telah peneliti

kemukan, maka peneliti ingin mengembangkan kerangka penelitian yang akan diuji

secara parsial dan simultan. Kerangka pemikiran dari masalah dalam penelitian ini dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Hubungan Kepercayaan Diri dengan Perilaku Konsumtif

Menurut Lina & Rosyid (1997) salah satu faktor penyebab perilaku konsumtif

adalah kepercayaan diri. Hal ini juga didukung dari hasil penelitian terdahulu yang

dilakukan oleh Prissilia (2016) mengatakan bahwa kepercayaan diri mampu

mempengaruhi perilaku konsumtif.

Salah satu ciri Perilaku Konsumtif menurut Sumartono (dalam Fransisca dan

Tommy, 2005) adalah Penilaian bahwa membeli barang dengan harga yang mahal akan

menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi. Individu membeli barang atau produk bukan

berdasarkan kebutuhan tetapi karena memiliki harga yang mahal untuk menambah

kepercayaan dirinya.

Kepercayaan diri merupakan keyakinan seseorang terhadap kemampuannya

untuk melakukan berbagai hal seperti optimis, bertanggung jawab, objektif, serta

rasional dan berpikir realistis terhadap suatu masalah. Wanita karir yang memiliki rasa

percaya diri yang tinggi akan mampu untuk menentukan mana kebutuhan yang

sebenarnya dan bukan hanya keinginan semata. Dengan begitu Wanita Karir dapat

mengontrol perilaku berbelanja tanpa harus memikirkan pemakaian barang-barang yang

dianggap dapat meningkatkan kepercayaan dirinya (Prissilia, 2016).

Page 22: 1. Pengertian Wanita Karir

35

Bagi Wanita Karir penampilan dianggap penting dalam membentuk

kepercayaan diri. Untuk mendukung kepercayaan diri yang dimiliki wanita karir dalam

hal penampilan dirinya atau pun dengan pergi ke tempat mewah, makan-makanan

mewah, maka wanita karir akan berusaha untuk menjaga penampilannya dengan selalu

mengikuti dan berusaha memiliki barang-barang mulai dari trend fashion hingga barang-

barang trend lainnya serta akan berusaha untuk mendapatkannya, sehingga akan

membentuk pola konsumsi yang berlebihan (Rombe, 2014). Pola konsumsi yang

berlebihan tersebut akan menyebabkan wanita karir untuk tidak bisa kontrol diri

terhadap perilaku konsumsinya yang tentunya mengakibatkan wanita karir tersebut

menjadi konsumtif yang sehingga berdampak negatif bagi wanita karir tersebut. Hal ini

sesuai dengan (Astuti, 2013) Perilaku konsumtif merupakan kecenderungan individu

untuk membeli atau mengkonsumsi barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara

berlebihan serta tidak didasari atas pertimbangan rasional. Apabila perilaku tersebut

dibiarkan terus-menerus akan mengakibatkan terjadi tindakan pemborosan.

Hal tersebut dilakukan wanita guna untuk menunjang rasa kepercayaan diri yang

dimiliki, sehingga membuat wanita karir tidak terlepas dari perilaku berbelanja secara

berlebihan. Sesuai dengan pendapat (Aji dkk, 2012) Apalagi bagi para khususnya wanita,

wanita karir mempunyai keinginan membeli yang tinggi karena pada umumnya setiap

individu mempunyai ciri khas dalam berpakaian, berdandan, gaya rambut, tingkah laku,

kesenangan musik dalam pertemuan dan pesta. Setiap individu pada dasarnya selalu

ingin berpenampilan yang dapat menarik perhatian orang lain, sehingga wanita karir

kebanyakan membelanjakan uangnya untuk keperluan tersebut. Kebutuhan ini

berkaitan erat dengan pergaulan dan penerimaan di lingkungan sosial.

Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Erika Wulandari (2019) bahwa

kepercayaan dengan perilaku konsumtif pada mahasiswa ekonomi dan ilmu sosial UIN

Suska Riau berpengaruh negatif. Hal ini dapat diketahui bahwa kepercayaan diri

memiliki pengaruh terhadap perilaku konsumtif yang dilakukan oleh individu. Hal ini

juga mengindikasi bahwa wanita karir akan berperilaku konsumsi semakin rasional jika

memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Dengan demikian, adanya kepercayaan diri yang

tinggi akan mengubah pola pikir wanita karir dalam berperilaku konsumtif lebih rasional.

2. Hubungan Konformitas dengan Perilaku Konsumtif

Santrock (dalam Suparno, 2013) menyatakan bahwa konformitas adalah suatu

bentuk interaksi sosial dimana seseorang berperilaku terhadap orang lain sesuai dengan

harapan kelompok. Konformitas muncul ketika individu mengikuti perilaku atau sikap

orang lain, dikarenakan oleh tekanan orang lain, baik yang nyata maupun yang

dibayangkan. Dalam penelitiannya, Sanaria (2006), menyatakan bahwa kelompok

biasanya terdiri dari beberapa individu. Kelompok memiliki karakteristik dan identitas

Page 23: 1. Pengertian Wanita Karir

36

sendiri yang berbeda dengan identitas masing- masing anggota kelompok. Maka,

individu yang menjadi bagian dari kelompok tersebut harus memperlihatkan perilaku,

nilai, sikap dan pola lainnya yang sama dan bisa diidentifikasi sebagai faktor pembeda

dari kelompok lainnya. Hal inilah yang disebut dengan konformitas.

Kenyataan ini membuat wanita karir mempunyai pola konsumtif yang

menunjukkan sifat lebih mahal dan lebih mewah sehingga membawa kesan

memaksakan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Bernheim

(1994) bahwa perilaku individu didorong oleh sebagian besar faktor sosial, seperti

keinginan untuk dihargai, popularitas atau penerimaan dalam sebuah kelompok.

Wanita karir cenderung berperilaku konsumtif dengan mengikuti apa yang ada

divisi tempat wanita karir bekerja seperti mengikuti apa yang di lakukan rekan kerjanya

supaya bisa di terima oleh teman-teman maupun kelompoknya. Pengakuan ini semakin

diperkuat oleh pendapat yang disampaikan oleh Sears (dalam Galih: 2015) yang

mengatakan bahwa: “Konformitas adalah tuntutan yang tidak tertulis dari suatu

kelompok tertentu terhadap anggotanya tetapi memiliki pengaruh yang kuat dan dapat

memunculkan perilaku-perilaku tertentu pada anggota kelompoknya. Semakin besar

kelompok tersebut adanya senior dan junior maka akan semakin besar pula

kecenderungan wanita karir untuk ikut serta dalam berperilaku konsumtif sepeerti

bersenang-senang, membelanjakan hal yang sedang modern dan ber merk mahal. Hal

tersebut sejalan dengan temuan penelitian Anggraini yang menemukan bahwa tingginya

intensitas komunikasi dengan peer group dapat mempengaruhi wanita pada

pembentukan sikap dan identitas dirinya yang diwujudkan dalam gaya hidup tertentu

(Anggraini, 2012).

Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nur Fitriyani, dkk (2013), hasil

penelitian menunjukkan positif berhubungan bahwa Konformitas dengan perilaku

Konsumtif pada mahasiswa di Genuk Indah Semarang. Hal ini dapat diketahui bahwa

Konformitas memiliki pengaruh terhadap perilaku konsumtif yang dilakukan oleh

individu. Hal ini juga mengindikasi bahwa wanita karir akan berperilaku konsumtif

semakin rasional jika lingkungan atau kelompok memberikan contoh dan keteladanan

untuk berperilaku konsumsi secara disiplin. Dengan demikian, adanya pengaruh positif

dari lingkungannnya yang akan mengubah pola pikir wanita karir dalam berkonsumsi

agar lebih rasional lagi.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara kepercayaan diri,

konformitas dengan perilaku konsumtif. Serta mengetahui seberapa besar pengaruh

kepercayaan diri dan konformitas terhadap perilaku konsumtif pada wanita

karir.Variabel independen dalam penelitian ini adalah kepercayaan diri dan konformitas

sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah perilaku konsumtif.

Page 24: 1. Pengertian Wanita Karir

37

Gambar 1. Kerangka berpikir kepercayaan diri, konformitas dan perilaku konsumtif

pada wanita karir.

D. Hipotesis

Hipotesis penelitian yang di ajukan adalah :

1. Ada hubungan antara kepercayaan diri dan konformitas dengan perilaku konsumtif

pada wanita karir.

2. Ada hubungan negatif antara kepercayaan diri dengan perilaku konsumtif pada wanita

karir.

3. Ada hubungan positif antara konformitas dengan perilaku konsumtif pada wanita karir

Kepercayaan Diri (X1)

Konformitas (X2) Perilaku Konsumtif