1 luff schoorl

24
LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KIMIA BAHAN MAKANAN Analisis Karbohidrat Metode Luff Schoorl Oleh: Kelompok 1 Farmasi 4A Deagita Puspitasari (31112009) Muhammad Wafie A (31112031) Trisna Nurmalasari (31112050)

Upload: dudi-nurmalik

Post on 18-Feb-2016

40 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

yosh

TRANSCRIPT

Page 1: 1 Luff Schoorl

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS KIMIA BAHAN MAKANAN

Analisis Karbohidrat

Metode Luff Schoorl

Oleh:

Kelompok 1 Farmasi 4A

Deagita Puspitasari (31112009)

Muhammad Wafie A (31112031)

Trisna Nurmalasari (31112050)

PROGRAM STUDI SI FARMASI

STIKes BAKTI TUNAS HUSADA

TASIKMALAYA

2015

Page 2: 1 Luff Schoorl

I. Dasar Teori

I.1.Karbohidrat

Karbohidrat adalah senyawa organik yang terdiri dari unsur karbon,

hidrogen, dan oksigen. Contoh; glukosa C6H12O6, sukrosa C12H22O11, sellulosa

(C6H 10O5)n. Karbohidrat berasal dari kata karbon dan hidrat sehingga disebut

hidrat dari karbon. Karbohidrat memiliki rumus umum Cn(H2O)m yang pada

umumnya harga n = harga m. Karbohidrat merupakan kelompok besar

senyawa polihidroksialdehida dan polihidroksiketon atau senyawa-senyawa

yang dapat dihidrolisis menjadi polihidroksialdehida atau polihidroksiketon

(Wahyudi,dkk, 2003:94).

Karbohidrat memiliki rumus struktur dari Fisher dan Haworth. Struktur

Fisher merupakan struktur rantai terbuka sedangkan struktur Haworth

merupakan struktur tertutup (siklik) (Partana,dkk., 2003:178).

Karbohidrat merupakan produk awal dari proses fotosintesis. Karbohidrat

selalu kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Karbohidrat di alam terdapat

dalam jumlah yang besar, terutama dalam tumbuh-tumbuhan, berkisar antara

60-90 % dari bahan padatnya. Pati, rayon serat, kapas, dan bermacam-macam

gula, adalah tergolong senyawaan karbohidrat.

Selain itu sumber karbohidrat sangat mudah dan banyak dijumpai di alam,

terutama dalam serelia, sayuran (kentang dan kacang-kacangan), buah-buahan

susu dan gula murni (sukrosa). Karena komposisi yang demikian, senyawa ini

pernah disangka sebagai hidrat karbon. Tetapi sejak 1880, senyawa tersebut

bukan hidrat dari karbon. Nama lain dari karbohidrat adalah sakarida, berasal

dari bahasa Arab"sakkar" artinya gula. Karbohidrat sederhana mempunyai

rasa manis sehingga dikaitkan dengan gula. Melihat struktur molekulnya,

karbohidrat lebih tepat didefinisikan sebagai suatu polihidroksialdehid atau

polihidroksiketon. Contoh glukosa; adalah suatu polihidroksialdehid karena

mempunyai satu gugus aldehid dan 5 gugus hidroksil (OH).

Page 3: 1 Luff Schoorl

I.2.Penggolongan Karbohidrat

I.2.1. Monosakarida

Satuan karbohidrat yang paling sederhana dengan rumus CnH2nOn

dimana n = 3 – 8. Monosakarida sering disebut gula sederhana (simple

sugars) adalah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi bentuk

yang lebih sederhana lagi. Molekulnya hanya terdiri atas beberapa atom

karbon saja. Monosakarida dapat dikelompokkan berdasarkan kandungan

atom karbonnya, yaitu triosa, tetrosa, pentosa, dan heksosa atau heptosa.

C3H6O3       : triosa

C4H8O4       : tetrosa

C5H10O4      : pentose

C6H12O4      : heksosa

Monosakarida atau gula sederhana hanya terdiri atas satu unit

polihidroksialdehida atau keton atau hanya terdiri atas satu molekul

sakarida. Kerangka monosakarida adalah rantai karbon berikatan tunggal

yang tidak bercabang. Satu diantara atom karbon berikatan ganda terhadap

suatu atom oksigen membentuk gugus karbonil, masing-masing atom

karbon lainnya berikatan dengan gugus hidroksil. Jika gugus karbonil

berada pada ujung rantai karbon, monosakarida tersebut adalah suatu

aldosa, dan jika gugus karbonil berada pada posisi lain, monosakarida

tersebut adalah suatu ketosa. Berbagai jenis monosakarida aldosa dan

ketosa. Macam-macam monosakarida:

a. Aldosa: monosakarida yang mengandung gugus aldehid. Contoh:

Gliseraldehid

b. Ketosa: monosakarida yang mengandung gugus keton. Contoh:

Dihidroksiaseton

I.2.2. Disakarida

Disakarida adalah karbohidrat yang terdiri dari 2 satuan

monosakarida. Dua monosakarida dihubungkan dengan ikatan glikosidik

antara C-anomerik dari satu unit monosakarida dengan gugus –OH dari

Page 4: 1 Luff Schoorl

unit monosakarida yang lainnya. Beberapa disakarida yang sering

dijumpai: Maltosa, Selobiosa, Laktosa, Sukrosa.

Jenis-jenis disakarida:

Selubiosa ® b-D-Glukosa  + b-D-Glukosa

Maltosa    ® a-D-Glukosa  + b-D-Glukosa

Sukrosa   ® a-D-Glukosa   + b-D-Fruktosa

Laktosa   ® a-D-Glukosa   + b-D-Galaktosa

I.2.3. Polisakarida

Polisakarida dalah senyawa yang molekul-molekulnya mengandung

banyak satuan monosakarida yang disatukan oleh ikatan glukosida. Pada

hidrolisis polisalarida akan menghasilkan monosakarida. Macam-macam

polisakarida:

a. Selulosa

Selulosa merupakan komponen struktural utama dari tumbuhan dan

tidak dapat dicerna oleh manusia. Molekul selulosa merupakan rantai-

rantai atau mikrofibil, dari D-glukosa sampai sebanyak 14.000 satuan yang

terdapat sebagai berkas-berkas terpuntir mirip tali, yang terikat satu sama

lain oleh ikatan hidrogen. Suatu molekul tunggal selulosa merupakan

polimer lurus dari 1,4’-β D-glukosa. Hidrolisis lengkap dalam HCl 40%

dalam-air, hanya menghasilkan D-glukosa.

Selulosa merupakan polisakarida yang terdiri dari molekul-molekul

β-D-glukosa dan mempunyai massa molekul relatif yang sangat tinggi,

tersusun dari 2.000-3.000 glukosa. Rumus molekul selulosa adalah

(C6H10O5)n. Selulosa terdapat dalam tumbuhan sebagai bahan

pembentuk dinding sel dan serat tumbuhan.

Sifat fisik selulosa adalah zat yang padat, kuat, berwarna putih,

dan tidak larut dalam alkohol dan eter. Kayu terdiri dari 50% selulosa,

daun kering mengandung 10-20% selulosa, sedangkan kapas mengandung

90% selulosa. Selulosa digunakan dalam industri pulp, kertas, dan krayon.

Page 5: 1 Luff Schoorl

Selulosa tidak dapat dihidrolisis oleh sistem pencernaan manusia.

Oleh karena itu, selulosa tidak dapat digunakan sebagai makanan. Namun,

selulosa yang terdapat sebagai serat-serat tumbuhan, sayur, dan buah-

buahan berguna untuk memperlancar pencernaan makanan.

b. Kitin

Kitin adalah polisakarida struktural yang digunakan untuk

menyusun eksoskleton dari artropoda (serangga, laba-laba, krustase, dan

hewan-hewan lain sejenis). Kitin tergolong polisakarida linear yang

tersusun dari N-asetilglukosamin pada rantai beta dan memiliki monomer

berupa molekul glukosa dengan cabang yang mengandung nitrogen. Pada

hidrolisis kitin menghasilkan 2-amino-2-deoksi-D-glukosa. Kitin murni

mirip dengan kulit, namun akan mengeras ketika dilapisi dengan garam

kalsium karbonat. Kitin membentuk serat mirip selulosa yang tidak dapat

dicerna oleh vertebrata.

Kitin merupakan polimer yang paling melimpah di laut. Sedangkan

pada kelimpahan di muka bumi, kitin menempati posisi kedua setelah

selulosa. Hal ini karena kitin dapat ditemukan di berbagai organisme

eukariotik termasuk serangga, moluska, krustase, fungi, alga, dan protista.

c. Pati

Pati adalah polisakarida yang terdapat dalam semua tanaman

terutama dalam jagung, kentang, biji-bijian, ubi akar, padi dan gandum.

Pati bila dipanaskan dalam air akan membentuk larutan koloidal. Dalam

pati terdapat dua bagian, bagian yang larut dalam air disebut amilosa (10-

20%), yang bila ditambah iodium akan memberikan warna biru. Bagian

yang lain yaitu tak larut dalam air, disebut amilopektin (89-90%), dengan

iodium memberikan warna ungu hingga merah. Kedua bagian tersebut

mempunyai rumus empiris C6H10O5. Amilosa maupun amilopektin bila

dihidrolisis menunjukan sifat-sifat karbonil, dan tersusun atas satuan-

satuan maltose.

Page 6: 1 Luff Schoorl

Bila pati yang terdapat dalam sel dihidolisis oleh enzim maka pati

akan pecah menjadi bagian yang lebih kecil disebut dekstrin. Dekstrin

biasanya digunakan untuk membuat lem, pasta, dan kanji tekstil.

Hidrolisis lengkap amilosa menghasilkan D-glukosa, hidrolisis

parsial menghasilkan maltose sebagai satu-satunya disakarida. Amilosa

adalah polimer linear dari α-D-glukosa yang dihubungkan secara-1,4’.

Suatu polisakarida yang jauh lebih besar daripada amilosa karena

mengandung 1000 satuan glukosa atau lebih per molekul. Rantai utama

amilopektin mengandung 1,4’-α-D-glukosa, dan bercabang sehingga

terdapat satu glukosa ujung untuk kira-kira tiap 25 satuan glukosa. Ikatan

pada titik percabangan ialah ikatan 1,6’-α-D-glikosida.

d. Glikogen

Glikogen adalah polisakarida yang digunakan sebagai tempat

penyimpanan glukosa dalam sistem hewan (terutama dalam hati dan otot).

Dari segi struktur, glikogen mirip amilopektin. Glikogen mengandung

rantai glukosa yang terikat 1,4-α dengan percabangan-percabangan (1,6-α).

Beda antara glikogen dan amilopektin ialah bahwa glikogen lebih

bercabang daripada amilopektin.

Glikogen pada tubuh manusia terdapat dalam hati dan otot dengan

rumus molekul (C6H10O5)n. Hati berfungsi sebagai tempat pembentukan

glikogen dari glukosa. Apabila kadar glukosa dalam darah bertambah,

sebagian diubah menjadi glikogen sehingga kadar glukosa dalam darah

normal kembali. Sebaliknya apabila kadar glukosa darah menurun,

glikogen dalam hati diuraikan menjadi glukosa kembali, sehingga kadar

glukosa darah normal kembali. Ketika permintaan gula dalam tubuh

meningkat maka glikogen akan dihidrolisis oleh sel. Namun, cadangan

energi ini tidak dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi dalam jangka

lama.Misalnya pada manusia, glikogen simpanan akan terkuras habis

dalam waktu satu hari kecuali bila dipulihkan dengan mengkonsumsi

makanan. Glikogen yang ada di otot digunakan sebagai sumber energi.

Glikogen dapat memutar cahaya terpolarisasi ke kanan dan struktur

Page 7: 1 Luff Schoorl

glikogen serupa dengan struktur amilopektin yaitu merupakan rantai

glukosa yang mempunyai cabang.

e. Heparin

Heparin merupakan mukopolisakarida yang terdapat dalam

jaringan hewan menyusui, tersusun dari asam D-glukoronat-2-sulfat dan

D-glukosamina-2,6-disulfat dan berfungsi sebagai antikoagulan darah.

I.2.4. Oligosakarida

Oligosakarida adalah polimer dengan derajat polimerasasi 2 sampai

10 dan biasanya bersifat larut dalam air. Oligosakarida yang terdiri dari

dua molekul disebut disakarida, bila tiga molekul disebut triosa, bila

sukrosa terdiri dari molekul glukosa dan fruktosa, laktosa terdiri dari

molekul glukosa dan galaktosa. Ikatan antara dua molekul monosakarida

disebut ikatan glikosidik. Ikatan ini terbentuk antara gugus hidroksil dari

atom C nomor satu yang juga disebut karbon anomerik dengan gugus

hidroksil dan atom C pada molekul gula yang lain.

Ikatan glikosidik biasanya terjadi antara atom C no. 1 dengan atom

C no. 4 dengan melepaskan 1 mol air. Ada tidaknya sifat pereduksi dari

suatu molekul gula ditentukan oleh ada tidaknya gugus hidroksil (OH)

bebas yang reaktif.

Oligosakarida dapat diperoleh dari hasil hidrolisis polisakarida

dengan bantuan enzim tertentu atau hidrolisis dengan asam. Pati dapat

dihidrolisisi dengan enzim amilase menghasilkan maltosa, maltotriosa, dan

isomaltosa. Bila pati dihidrolisis dengan enzim transglukosidase akan

dihasilkan suatu oligosakarida dengan derajat polimerisasi yang lebih

besar. Senyawa ini disebut dekstrin yang sangat larut dalam air dan dapat

mengikat zat-zat hidrofobik sehingga dipergunakan sebagai food additive

untuk memperbaiki tekstur bahan makanan.

Page 8: 1 Luff Schoorl

I.3.Metode Luff Schoorl

Metode Luff adalah uji kimia kualitatif yang bertujuan menguji

adanya gugus aldehid (-CHO). Komponen utama reagent Luff adalah CuO.

Uji ini dilakukan dengan menambahkan reagen luff pada sampel, kemudian

dipanaskan. Reaksi positif pada uji Luff ditandai dengan adanya endapan

merah.

Reaksi yang terjadi adalah:

Pada reaksi tersebut terjadi reduksi CuO menjadi Cu2O. Cu2O ini

kemudian membentuk endapan merah bata. Salah satu manfaat praktis uji luff

adalah mengetahui adanya gula pereduksi atau aldosa (contohnya sukrosa),

yang memiliki gugus aldehid (Anonim 2009). Pada metode Luff Schoorl

terdapat dua cara pengukuran yaitu Penentuan Cu tereduksi dengan I2 dan

Menggunakan prosedur Lae-Eynon

Monosakarida akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi

Cu2O. Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga

dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3.

Pada dasarnya prinsip metode analisa yang digunakan adalah Iodometri

karena kita akan menganalisa I2 yang bebas untuk dijadikan dasar penetapan

kadar. Dimana proses iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium (I2)

bebas dalam larutan. Apabila terdapat zat oksidator kuat (misal H2SO4) dalam

larutannya yang bersifat netral atau sedikit asam penambahan ion iodida

berlebih akan membuat zat oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan

I2 yang setara jumlahnya dengan dengan banyaknya oksidator (Hartati dan

Titik 2003). I2 bebas ini selanjutnya akan dititrasi dengan larutan standar

Na2S2O3 sehinga I2 akan membentuk kompleks iod-amilum yang tidak larut

dalam air. Oleh karena itu, jika dalam suatu titrasi membutuhkan indikator

amilum, maka penambahan amilum harus sebelum titik ekuivalen (TBKKP

2008).

Page 9: 1 Luff Schoorl

II. Alat dan Bahan

II.1. Alat

a. Refluks

b. Erlenmeyer

c. Corong

d. Buret

e. Pipet volum 10 mL

f. Ball pipet

g. Pipet tetes

h. Gelas ukur

i. Spirtus

j. Kaki 3 + Kassa

k. Baki

II.2. Bahan

a. Sampel IF Fruitamin

b. H2SO4

c. HCl

d. KI

e. Na2S2O3

f. Luff Schoorl

g. Pb Asetat

h. NaOH

i. CH3COOH

j. Es batu

Page 10: 1 Luff Schoorl

III.Prosedur

Sampel di pipet sebanyak 100

mL

Kemudian ditambahkan Pb asetat

5%, lalu saring

Filtrat ditambahkan HCl 3% hingga pH 2. Kemudian di refluks

(proses hidrolisis) dan disaring

Filtrat yang didapat di ad dengan aquadest

hingga 100 mL

Tambahkan NaOH 30% sampai pH

netral (pH7)

Tambahkan asam asetat hingga pH sedikit asam lalu

saring

Filtrat dipipet 10 mL, tambahkan pereaksi

Luff Schoorl sebanyak 25 mL dan

panaskan hingga terbentuk warna

merah bata

Campuran tersebut didinginkan dengan air es

Tambahkan KI sebanyak 1 g dan

H2SO4 5N sebanyak 20 mL

Titrasi dengan Na2S2O3hingga terbentuk warna kuning jerami

Tambahkan indikator amiylum sebanyak 3 tetes

(biru)

Titrasi kembali dengan Na2S2O3 hingga warna

biru hilang

Lakukan perhitungan untuk mencari kadar

glukosa dalam sampel tersebut

Page 11: 1 Luff Schoorl

IV. Hasil Pengamatan dan Perhitungan

IV.1. Pembakuan Na2S2O3

K2Cr2O7 (mg) V Na2S2O3 (mL)

62 13,9

62 13,8

62 13,9

Rata-rata 13,8

N Na2S2O3= mg K 2Cr 2O 7

BE K 2Cr 2O 7 xV Na2S 2O 3

= 62 mg

49 x13,8 mL

= 0,0912 N

IV.2. Titrasi Blanko

V Luff Schoorl (mL) V Na2S2O3 (mL)

25 12,4

25 12,6

25 12,6

Rata-rata 12,53 mL

IV.3. Titrasi Sampel

V Sampel (mL) V Na2S2O3 (mL)

10 22,3

10 22,4

10 22,2

Rata-rata 22,3

Kadar sampel:

N I2 = V Na 2 S2 O3 x N Na 2 S2O 3

V sampel

Page 12: 1 Luff Schoorl

=(22,3 mL−12,53 mL ) x 0 , 0 912 N

10

= 0,089 N

mg analit = V x BE x N

= 100 x 180 x 0,089 N

= 1602 mg

mg glukosa = BM sukrosaBM glukosa x mg sukrosa

= 342180 x 1602 mg

= 3043,8 mg

= 3,0438 g

Kadar gukosa:

% Kadar = bobot analit

bobot sampel x 100%

= 3,0438 g100 mL x 100%

= 3,04 %

Page 13: 1 Luff Schoorl

V. Pembahasan

Dilakukan penetapan kadar karbohidrat menggunakan metode Luff

Schoorl. Dimana pada metode ini digunakan untuk menetapkan kadar karbohidrat

dengan bobot molekul kecil. Sampel yang digunakan yaitu minuman dengan

kadar gula tinggi. Karbohidrat yang terkandung dalam sampel yaitu sukrosa.

Sukrosa yang termasuk kedalam disakarida perlu di hidrolisis terlebih dahulu agar

dapat ditetapkan kadarnya. Karena sukrosa masih mengandung dua gugus

monosakarida yaitu glukosa dan fruktosa yang dihubungkan dengan ikatan

glikosida.

Komposisi sampel perlu diperhatikan karena adanya matriks dapat

mengganggu proses titrasi sehingga hasil yang didapatkan tidak akurat. Maka dari

itu perlu dilakukan proses isolasi untuk memisahkan karbohidrat dari matriks

yang lain. Terutama jika di dalam sampel mengandung vitamin C, maka vitamin

C tersebut perlu dihilangkan karena vitamin C bersifat reduktor dan dapat

terhitung sebagai kadar gula. Pada vitamin C memiliki strukur yang mirip dengan

glukosa dimana pada vitamin C juga terdapat gugus-gugus hidroksil yang dapat

teroksidasi. Sebelum dihidrolisis, ditambahkan CaCO3 untuk menghilangkan

vitamin C.

Pada proses preparasi sampel, sampel sebanyak 100 mL ditambahkan Pb-

Asetat 5 % yang merupakan zat pengklarifikasi yang berguna untuk

mengendapkan koloid, asam organik, asam amino, protein dan polifenol. Hal ini

dilakukan agar komponen-komponen lain yang bukan karbohidrat tidak ikut

bereaksi sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat. Selain itu ditambahkan juga

Na-pospat 5 % yang berguna untuk mengendapkan kelebihan Pb-Asetat 5 %.

Kemudian sampel ditambahkan HCl hingga pH 2. Penambahan HCl

bertujuan untuk menghidrolisis sukrosa yang terdapat dalam sampel menjadi

monomer-monomer penyusunnya yaitu glukosa dan fruktosa. Proses hidrolisis

dilakukan karena polimer karbohidrat seperti sukrosa sulit untuk bereaksi

Page 14: 1 Luff Schoorl

sehingga perlu di hidrolisis untuk memutuskan ikatan antara glukosa dengan

fruktosa. Pemilihan HCl pada saat hidrolisis karena hidrolisis yang digunakan

hanya hidrolisis parsial untuk memutuskan ikatan antara fruktosa dan glukosa.

Setelah ditambahkan HCl, campuran sampel dan HCl dipanaskan dengan

menggunakan refluk sederhana selama 1 jam. Hal ini dilakukan supaya jumlah

komponen tidak berkurang karena air dan asam dalam sampel tidak menguap (di

refluks).

Setelah dipanaskan, sampel dinetralkan dengan larutan NaOH 30%.

Setelah larutan netral, kemudian ditambahkan CH3COOH atau asam lemah,

penambahan asam asetat ini dimaksudkan agar larutan dalam suasana sedikit

asam.

Dalam pengujian karbohidrat dengan metode luff schrool ini pH larutan

harus diperhatikan dengan baik, karena pH yang terlalu rendah (terlalu asam) akan

menyebabkan hasil titrasi menjadi lebih tinggi dari sebenarnya, karena terjadi

reaksi oksidasi ion iodida menjadi I2

O2 + 4I– + 4H+ → 2I2 + 2H2O

Sedangkan apabila pH terlalu tinggi (terlalu basa), maka hasil titrasi akan

menjadi lebih rendah daripada sebenarnya, karena pada pH tinggi akan terjadi

resiko kesalahan, yaitu terjadinya reaksi I2 yang terbentuk dengan air (hidrolisis).

I2 + H2O → HOI + I– + H+

4HOI + S2O32- + H2O → 2SO4

2- + 4I– + 6H+

Sampel yang sudah dihidrolisis kemudian ditambahkan dengan reagen luff

schoorl. Reagen ini terdiri campuran CuSO4, asam sitrat dan Na2CO3. CuSO4 akan

diaktifasi oleh asam sitrat menjadi bentuk Cu3+ lalu akan bereaksi dengan

Na2CO3 menjadi CuO, dimana CuO ini merupakan oksidator yang akan

mengoksidasi glukosa. Sampel yang telah ditambahkan reagen luff schrool

kemudian di panskan selama 10 menit terhitung setelah mendidih. Pemanasan ini

dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat reaksi reduksi dari monosakariada

pada gula terhadap CuO menjadi Cu2O. Larutan luff schrool akan bereaksi

dengan sampel yang mengandung gula pereduksi.

R – COH + CuO → Cu2O+ R – COOH

Page 15: 1 Luff Schoorl

Di dalam pemanasan ditambahkan batu didih hal ini dimaksudkan untuk

meratakan pemanasan sehingga mencegah terjadinya letupan (bumping). Proses

pemanasan, diusahakan larutan mendidih dalam waktu 3 menit dan biarkan

mendidih selama 10 menit, hal ini dimaksudkan agar proses reduksi berjalan

sempurna, dan Cu dapat tereduksi dalam waktu kurang lebih 10 menit. Agar tidak

terjadi pengendapan seluruh Cu3+ yang tereduksi menjadi Cu+ sehingga tidak ada

kelebihan Cu2+ yang dititrasi maka larutan harus mendidih atau diusahakan

mendidih dalam waktu 3 menit. Setelah dipanaskan lalu campuran tersebut

kemudian didinginkan dalam bak yang berisi es. Agar pendinginan berlangsung

cepat, maka pendinginan dengan es perlu dilakukan.

Setelah campuran dingin pipet sebanyak 10 mL kemudian ditambahkan 1

gram KI dan H2SO4 5N. Penambahan KI dan H2SO4 ini akan menimbulkan reaksi

antara CuO menjadi CuSO4 dengan H2SO4. Penambahan H2SO4 juga bertujuan

untuk mengasamkan larutan karena pada suasana basa, tio sebagai larutan standar

akan tereduksi secara parsial menjadi sulfat . CuSO4  yang telah tersebut akan

bereaksi dengan KI. Dimana CuSO4 yang bersifat oksidator akan mengoksidasi KI

menjadi I2. Reaksi tersebut ditandai dengan timbulnya buih dan warna larutan

menjadi coklat.

Cu2+ tidak langsung dititrasi oleh Na2S2O3 karena adanya perbedaan

potensial oksidasi-reduksi nya sangat besar sehingga Cu2+ tidak akan tereduksi

oleh adanya Na2S2O3. Sehingga perlu ditambahkan KI yang akan membentuk I2

yang akan dititrasi oleh Na2S2O3.

Larutan tersebut kemudian dititrasi cepat dengan menggunakan larutan tio

sulfat (Na2S2O3) 0,1 N. titrasi cepat dilakukan untuk menghindari penguapan I2

yang sudah terbentuk. Larutan dititrasi hingga terbentuk warna kuning jerami.

Warna kuning jerami ini merupakan tanda bahwa larutan yang di titrasi sudah

mendekati titik ekivalen, sehingga bisa ditambahkan indikator amilum.

Penambahan indikator dilakukan menjelang titik akhir tititrasi karena apabila

dilakukan pada awal titrasi maka amilum dapat membungkus iod dan

mengakibatkan warna titik akhir menjadi tidak terlihat tajam. Setelah

Page 16: 1 Luff Schoorl

ditambahkan indikator amilum maka warna larutan menjadi biru, karena terbentuk

kompleks antara amilum dengan I2.

Sampel kemudian dititrasi kembali hingga warna biru menghilang dan

berubah menjadi putih susu. Warna biru menghilang karena kompleks Iod-amilum

yang terbentuk akan tereduksi kembali menjadi I-, dimana I- tidak memberikan

warna. Berikut merupakan tahapan reaksi yang terjadi selama proses titrasi

berlangsung :

R – COH + CuO → CuO2 + R – COOH

H2SO4 + CuO → CuSO4 + H2O

CuSO4 + 2KI → CuI2 + K2SO4

2CuI2 → Cu2I2 + I2

I2 + Na2S2O3 → Na2S4O6 + NaI

Setelah dilakukan titrasi, didapatkan volume rata-rata Na2S2O3 sebanyak 22,3 mL.

kadar glukosa dari sampel yaitu 3,04 mL.

VI. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh dari analisis karbohidrat dengan

metode Luff Schoorl, dapat disimpulkan bahwa dari sampel If Frutamin memiliki

kadar karbohidrat (glukosa) sebesar 3,04 %

Page 17: 1 Luff Schoorl

DAFTAR PUSTAKA

Fressenden, R. J. and Joan, S. F. 1982. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.

Pratana, C. F. dkk. 2003. Kimia Dasar 2: Common Textbook. Malang: UM Press.

Wahjudi, dkk. 2003. Kimia Organik II. Malang: UM Press.