· 1 kerajaan-kerajaan besar indonesia pada masa kekuasaan hindu-buddha dr. hasan djafar i....
TRANSCRIPT
1
KERAJAAN-KERAJAAN BESAR INDONESIA PADA
MASA KEKUASAAN HINDU-BUDDHA
Dr. Hasan Djafar
I. PENDAHULUAN
Pada masa akhir Zaman Prasejarah, khususnya pada Masa Perundagian, sebagian
masyarakat prasejarah di Indonesia telah memiliki kemampuan tinggi dalam
pencapaian budaya. Seperti dikemukakan seorang ahli arkeologi bangsa Belanda,
J.L.A. Brandes (1889) bahwa nenek moyang bangsa Indonesia sebelum dipengaruhi
kebudayaan India telah memiliki 10 butir kemampuan budaya. Kesepuluh butir
kemampuan budaya itu adalah: (1) wayang, (2) gamelan, (3) metrum, (4) seni batik,
(5) mengolah logam, (6) sistem mata uang, (7) pelayaran, (8) perbintangan, (9)
penanaman padi dengan pengairan, dan (10) sistem organisasi pemerintahan.
Dengan kemampuan budaya (local genius) seperti itu mereka dapat
memanfaatkan masuknya unsur-unsur kebudayaan India yang datang sejak awal
tarikh Masehi. Di lingkungan masyarakat pada masa akhir prasejarah, sedikitnya
terdapat dua jenis kepemimpinan yang mempunyai peranan penting dalam penataan
kehidupan masyarakat, yaitu kepemimpinan yang berkaitan dengan religi, dan
kepemimpinan sekuler yang berkaitan dengan masalah kekuasaan dalam kehidupan
bermasyarakat. Dalam perkembangan selanjutnya kedua tokoh ini agaknya yang
berperan dalam pengambilan nilai-nilai budaya luar melalui proses akulturasi,
khususnya konsep kepemimpinan kekuasaan dan religi yang baru untuk diterapkan
pada status dan peranan lama dalam kehidupan baru mereka.
Sistem kemasyarakatan dari India telah menumbuhkan suatu bentuk
kelembagaan yang baru, yaitu bentuk institusi kekuasaan atau pemerintahan berupa
kerajaan dengan sistem birokrasinya. Berdasarkan bukti-bukti arkeologi dan sejarah
yang ada, bentuk kerajaan ini mempunyai landasan yang bersifat keagamaan yang
bercorak Hindu dan Budha. Kerajaan-kerajaan ini telah muncul sejak awal abad ke-5
hingga menjelang akhir abad ke-16.
Pada masa perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha itulah
dilakukan pembangunan candi-candi dan pembuatan arca-arca kedewataan sebagai
sarana peribadatan. Pada masa itu pula kita mulai dikenal tradisi bertulis yang
menandai dimulainya “Zaman Sejarah”. Tradisi bertulis dari Masa Hindu-Buddha ini
mewariskan tinggalan budaya berupa prasasti dan naskah-naskah kuna.
II. KERAJAAN-KERAJAAN HINDU-BUDHA
1. Kerajaan-kerajaan Tertua
Kerajaan-kerajan yang dianggap sebagai kerajaan tertua dari masa Hindu-Budha
adalah kerajaan Kutai di Kalimantan Timur dan kerajaan Tarumanagara di daerah
bagian barat Pulau Jawa. Sebenarnya pada masa yang relatif bersamaan, di beberapa
tempat telah ada pula bukti-bukti pengaruh kebudayaan India itu dalam bentuk fisik
berupa tinggalan-tinggalan arkeologi. Namun dari tinggalan-tinggalan arkeologi
2
tersebut belum dapat dipastikan adanya sistem kemasyarakatan berbentuk institusi
kerajaan baik Hindu mau pun Budha seperti yang ada di Kotakapur, Pulau Bangka.
1.1. Kerajaan Kutai
Di daerah Kutai, Kalimantan Timur ditemukan tujuh prasasti yang dipahatkan
pada tugu atau tiang batu yang disebut yupa. Prasasti ini dituliskan dengan aksara
Palawa dan berbahasa Sanskerta. Berdasarkan bentuk aksaranya, prasasti ini berasal
dari awal abad ke-5, yaitu sekitar tahun 425 Masehi.
Secara keseluruhan isi prasasti tersebut menyebutkan seorang raja bernama
Mulawarman, anak Aswawarman dan cucu Sri Maharaja Kundungga, yang
memerintahkan penyelenggaraan upacara keagamaan bercorak Hindu. Pada upacara
tersebut raja telah memberikan sedekah untuk para Brahmana.
Sampai kapan kerajaan Hindu di daerah Kutai ini berkembang tidak dapat kita
ketahui dengan pasti karena ketiadaan sumber-sumbernya. Namun demikian dari
masa-masa yang lebih muda, kita mendapatkan tinggalan-tinggalan arkeologi berupa
arca-arca Hindu di gua Gunung Kombeng yang diperkirakan berasal dari abad ke-
9/ke-9, dan arca Budha perunggu yang memperlihatkan gaya seni Gandhara di
Kotabangun, Kalimantan Timur.
1.2. Kerajaan Tarumangara
Tidak berselang lama setelah munculnya kerajaan Hindu di daerah Kutai, di
Jawa bagian Barat, terdapat pula sebuah kerajaan Hindu. Kerajaan ini meninggalkan
tujuh buah prasasti batu, yaitu:
1. Prasasti Tugu (ditemukan di desa Tugu dekat Tanjung Priuk, Jakarta),
2. Prasasti Pasir Awi,
3. Prasasti Ciaruteun,
4. Prasasti Kebonkopi,
5. Prasasti Jambu,
6. Prasasti Muara Cianten (dari daerah Bogor)
7. Prasasti Cidanghyang (dari daerah Banten).
Namun, dari ketujuh buah prasasti tersebut hanya lima yang dapat di baca karena dua
di antara yaitu prasasti Muara Cianten dan prasasti Pasir Awi tidak dipahatkan
berupa tulisan melainkan berupa “gambar”.
Lima prasasti yang dapat dibaca dipahatkan dengan aksara Palawa dan
berbahasa Sanskerta. Berdasarkan bentuk aksaranya prasasti-prasasti tersebut dibuat
sekitar pertengahan abad ke-5 Masehi (± 450 Masehi). Dari prasasti-prasasti tersebut
dapat diketahui adanya sebuah kerajaan bernama Tarumangara dengan rajanya yang
bernama Purnawarman yang beragama Hindu.
Dalam prasasti Tugu disebutkan adanya pembuatan kanal untuk mengalirkan
air dari sungai Candrabhaga dan sungai Gomati ke laut pada masa pemerintahan raja
Purnawarman. Diduga kanal-kanal ini dibuat untuk keperluan irigasi pertanian dan
penanggulangan banjir pada waktu musim hujan.
Di desa Cibuaya daerah Karawang ditemukan dua buah arca batu utuh dan
sebuah pecahan arca batu yang menggambarkan tokoh Dewa Wisnu. Berdasarkan
gaya seni arcanya, dapat diketahui bahwa arca-arca tersebut berasal dari masa abad
ke-7 dan ke-9.
Tidak jauh dari tempat temuan arca, terdapat pula sisa-sisa reruntuhan dari
sebuah kompleks percandian bata berlatar agama Hindu. Salah satu reruntuhan candi
ini masih tampak di permukaan tanah dengan sebuah lingga batu terletak di bagian
3
tengahnya. Sisa-sisa candi lainnya sudah hampir habis, hanya tinggal bagian
pondasinya saja yang masih terpendam di bawah permukaan tanah sawah.
Pada tahun 1984 di Batujaya, Karawang, sekitar 20 km di sebelah barat dari
Cibuaya, ditemukan pula sebuah kawasan situs arkeologi seluas 5 km² yang
merupakan situs-situs dari masa akhir Prasejarah hingga masa kerajaan
Tarumanagara. Di kawasan situs Batujaya yang terletak di daerah aliran Citarum ini
telah ditemukan lebih dari 30 reruntuhan percandian bata yang berlatarkan agama
Budha Mahayana. Sebagian besar dari situs-situs ini telah digali (diekskavasi), dan
dua di antara candi-candi yang ditemukan sudah dipugar kembali. Pada reruntuhan
bangunan candi ini ditemukan prasasti-prasasti beraksara Palawa dan berbahasa
Sanskerta yang digoreskan pada bata, lempengan emas, terakota, yang berisi ayat-
ayat suci agama Buddha Mahayana tentang ajaran karmma.
Berdasarkan bentuk aksaranya, yaitu aksara Palawa yang lebih muda dari
aksara Palawa yang digunakan pada prasasti-prasasti Purnawarman, maka prasasti-
prasasti Batujaya ini diperkiran dari masa sekitar abad ke-7 dan ke-8. Selain itu
ditemukan pula meterai-meterai terakota yang bergambar relief Buddha dan
sejumlah arca-arca kepala yang yang terbuat dari bahan stuko (adukan semen kapur)
yang menggambarkan tokoh-tokoh kedewataan maupun kepala binatang seperti
singha dan serigala. Melalui analisis sisa arang (analisis C14) dari kulit padi yang
terdapat sebagai campuran tanah liat dalam pembuatan bata candi, diperoleh
pertanggalan untuk kompleks percandian Batujaya antara 680 hingga 900 Masehi.
Kompleks percandian di Batujaya ini mengenal penggunaan lepa stuko (wajralepa)
sebagai pelapis permukaan candi, dan penggunaan beton stuko untuk melapisi lantai
bangunan maupun halaman di sekeliling candi, dan konstruksi bagian atas candi
yang berbentuk stupa.
Berkembangnya agama Budha Mahayana di Tarumanagara, yang semula
beragama Hindu, agaknya disebabkan pula karena invasi Sriwijaya ke Tarumanagara
menjelang akhir abad ke-7. Pada bagian akhir prasasti penaklukan Kotakapur,
Bangka, oleh Sriwijaya dari tahun 608 Saka (= 686 Masehi) dituliskan pula bahwa
“Sriwijaya sangat berkeinginan untuk menaklukkan Bhumijawa (= Tarumanagara)
yang tidak tunduk kepada Sriwijaya”.
Kerajaan Sriwijaya pada waktu itu dikenal sebagai kerajaan maritim yang
berperan pula sebagai pusat penyiaran agama Buddha Mahayana dan mempunyai
hubungan erat dengan pusat penyiaran agama Budha Mahayana di Nalanda, India.
Invasi Sriwijaya ke Tarumanagara telah membawa pengaruh dalam persebaran
agama Budha Mahayana dan gaya kesenian dari Nalanda yang diterapkan di
kompleks percandian Batujaya.
2. Kerajaan-kerajaan di Sumatra
2.1. Kerajaan Tulangbawang
Berita Tionghoa yang berasal dari masa Kekaisaran Liu Sung (420-479)
menyebutkan bahwa pada tahun 449 sebuah kerajaan di Sumatra bagian selatan yang
bernama P’u-huang atau P’o-huang mengirimkan utusan dan persembahan ke
Tionkok. Disebutkan pula bahwa kerajaan P’o-huang menghasilkan lebih dari 41
jenis barang yang didagangkan ke Tiongkok. Hubungan diplomatik antara P’o-
huang dan Tiongkok ini berlangsung terus hingga abad ke-6.
4
Berita Tionghoa lainnya dari masa 976-983 masih menyebutkan adanya
sebuah kerajaan bernama To-lang-p’o-huang. Para akhli mengidentifikasikan P’o-
huang atau To-lang-p’o-huang ini dengan kerajaan Tulangbawang, yang diduga
terletak di daerah Lampung. Di daerah provinsi Lampung kini masih ada desa
bernama Bawang (Umbul Bawang) dan bahkan sebuah sungai yang bernama
Tulangbawang. Tidak jauh dari desa Bawang pada tahun 1912 telah ditemukan
prasasti batu Hujunglangit dari tahun 997, dan sekitar tahun 2002 tidak jauh dari
prasasti tersebut ditemukan pula tiga prasasti lainnya.
2.2 Kerajaan Sriwijaya
Sejumlah prasasti yang ditemukan di daerah Palembang, Karangbrahi
(Jambi), Kotakapur (Bangka), dan Lampung yang berasal dari masa sekitar
pertengahan abad ke-7, memberitakan kehadiran sebuah kerajaan bernama Sriwijaya.
Prasasti-prasasti tersebut ditulis dengan aksara Palawa dan berbahasa Malayu Kuna.
Salah satu prasasti tersebut yang ditemukan di Kedukanbukit, Palembang,
menyebutkan tentang perjalanan untuk mencapai kemenangan (mangalap
siddhayatra) yang dilakukan oleh Dapunta Hyang dengan berperahu pada tanggal 11
paro-terang (suklapaksa) bulan Waisaka, tahun 604 Saka (= 23 April 682). Pada
tanggal 7 paro-terang bulan Jyestha (= 19 Mei 682) Dapunta Hyang berangkat dari
Minanga membawa dua laksa dan 200 peti perbekalan dengan perahu, dan 1312
tentara berjalan darat, datang di suatu tempat bernama Mukha-Upang. Pada tanggal 5
paro-terang bulan Asadha (= 16 Juni 682) sampailah di suatu tempat membuat kota
(wanua). Kerajaan Sriwijaya memperoleh kemenangan dan perjalanannya berhasil.
Berdasarkan isinya prasasti Kedukanbukit memperingati usaha penaklukan
daerah sekitar Palembang dan pendirian sebuah ibukota baru Sriwijaya oleh
Dapunta Hyang. Prasasti-prasasti Sriwijaya yang lain umumnya merupakan prasasti
permakluman tentang kemenangan Sriwijaya atas daerah-daerah di bagian selatan
Sumatra yang ditaklukkannya. Hampir semua prasasti tersebut diahiri dengan
kutukan-kutukan dan persumpahan bagi siapa saja yang melakukan kejahatan dan
tidak taat kepada perintah raja.
Mengenai tempat asal Sriwijaya terdapat beberapa penafsiran yang
dikemukakan oleh para ahli. Sebagian di antaranya berpendapat bahwa kerajaan
Sriwijaya berasal dari Minanga di daerah Minangkabau, yaitu di dekat daerah
pertemuan antara sungai Kampar Kiri dan sungai Kampar Kanan. Dari tempat
asalnya itu kemudian Sriwijaya mengadakan penaklukan ke daerah selatan dan
akhirnya mendirikan ibukota baru di daerah Palembang.
Prasasti Sriwijaya yang berupa fragmen dan prasasti-prasasti pendek,
umumnya berisi keterangan tentang perjalanan kemenangan (jaya siddhayatra) dan
peperangan serta keterangan mengenai ajaran agama Buddha Mahayana dan
beberapa sekte agama Buddha. Sebuah fragmen prasasti yang berasal dari
Telagabatu, dekat Palembang menyebutkan pula pendirian sebuah wihara.
Beralihnya pusat kekuasaan Sriwijaya ke daerah pantai timur Sumatra bagian
selatan itu agaknya berkaitan dengan penguasaan daerah perdagangan dan jalur
pelayaran melalui Selat Malaka dan Selat Bangka. Prasasti Ligor, Malaysia, yang
berangka tahun 775 menyebutkan seorang raja Sriwijaya bernama Wisnu, dan
pendirian sebuah bangunan suci untuk pemujaan Padmapatni, Sakyamuni dan
Wajrapani. Di Nalanda ditemukan pula sebuah prasasti dari pertengahan abad ke-9
yang isinya menyebutkan tentang pendirian sebuah wihara oleh Balaputradewa raja
dari Suwarnabhumi (Sriwijaya). Prasasti ini dikeluarkan oleh raja Dewapaladewa.
5
Berita-berita Tionghoa dari abad ke-11 masih menunjukkan peranan kerajaan
Sriwijaya sebagai pusat penyiaran agama Buddha. Raja Sriwijaya pada waktu itu
ialah Sri Culamaniwarman, mengadakan persahabatan dengan kerajaan Cola. Dalam
prasasti Leiden dari tahun 1005/1006 disebutkan raja Culamaniwarman dari
Sriwijaya mendirikan sebuah bangunan suci agama Buddha di Nagapattinam dengan
bantuan raja Cola, Rajaraja I. Bangunan ini dinamakan Culamaniwarmawihara.
Hubungan dengan Cola ini kemudian terputus karena pada tahun 1017
Rajendracoladewa mengadakan penyerangan ke Sriwijaya. Penyerangan dari Cola ke
Sriwijaya ini terjadi lagi pada tahun 1025 seperti disebutkan dalam prasasti Tanjore
dari Rajendracola tahun 1030. Dalam penyerangan kedua ini raja Sriwijaya Sri
Sanggramawijayottunggawarman ditawan oleh bala tentara Cola.
Dalam sejarah Dinasti Sung disebutkan bahwa pada tahun 1028 datang utusan
dari Sriwijaya. Utusan dari Sriwijaya yang tercatat dalam sejarah dinasti Sung yang
terakhir ialah pada tahun 1178. Untuk beberapa lamanya tidak ada catatan tentang
utusan Sriwijaya dalam kitab-kitab sejarah Tiongkok.
Sekitar permulaan abad ke-13 Sriwijaya (San-fo-tsi) muncul kembali sebagai
kerajaan yang kuat dan berkembang menjadi pusat perdagangan dan pelayaran.
Namun berita Tionghoa dari jaman dinasti Ming menyebutkan bahwa pada tahun
1376 kerajaan San-bo-tsai (San-fo-tsi) ditaklukkan oleh kerajaan Jawa dan akhirnya
runtuh. Dengan keruntuhannya ini daerah-daerah yang tadinya berada dalam
kekuasaan Sriwijaya melepaskan diri.
2.3. Kerajaan Malayu
Berita Tionghoa dari sekitar pertengahan abad abad ke-7 telah menyebutkan adanya
kerajaan bernama Mo-lo-yue yang telah mengirimkan utusannya ke Tiongkok.
Menurut para ahli Mo-lo-yue adalah Malayu, sebuah kerajaan yang berlokasi di
daearah Jambi. Kerajaan ini telah ada ketika Sriwijaya berdiri di daerah Palembang.
Kerajaan Malayu ini disebutkan pula dalam kisah perjalanan yang ditulis oleh
pendeta Buddhis Tionghoa, I-tsing. Dari Kanton menuju India pada tahun 671, ia
singgah di Sriwijaya selama 6 bulan untuk mempelajari bahasa Sanskerta. Setelah itu
pergi ke Malayu dan singgah selama dua bulan sebelum meneruskan perjalanannya
menuju India. I-tsing tinggal selama sepuluh tahun di pusat pendidikan tinggi agama
Buddha di Nalanda. Ketika kembali ke Tiongkok dari Nalanda pada tahun 685 ia
singah di Sriwijaya untuk menerjemahkan kitab-kitab suci agama Buddha. Setelah 4
tahun tinggal di Sriwijaya, pada tahun 689 ia kembali ke Tiongkok untuk membawa
4 orang pembantunya menyelesaikan penerjemahan kitab suci agama Buddha.
Ketika I-tsing datang kembali ke Sriwijaya, Malayu telah diduduki oleh Sriwijaya. Ia
kembali ke negerinya pada tahun 695.
Dari pemberitaan I-tsing tersebut dapat disimpulkan bahwa kerajaan Malayu
antara tahun 689 hingga 690 dkuasai Sriwijaya. Sejak masa itu kita tidak
memperoleh pemberitaan tentang kerajaan Malayu hingga sektar abad ke-13. Baru
pada tahun 1286 terdapat pemberitaan tentang kehadiran kerajaan Malayu di
Sumatra bagian utara, yaitu dari kitab Pararaton dan Nagarakertagama. Di dalam
kitab Pararaton disebutkan bahwa pada tahun 1208 Saka atau 1286 Masehi raja
Kertanagara dari Singhasari mengirimkan sebuah ekspedisi perutusan ke Malayu
(Pamalayu).
Ekspedisi ke Malayu ini dimaksudkan untuk menjalin hubungan
persahabatan dengan Malayu dalam rangka membendung arus pengaruh ekspansi
kerajaan Mongol dari Tiongkok yang dilancarkan oleh Kubhilai Khan untuk
menguasai kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara. Untuk mempererat hubungan
6
persahabatan antara Singhasari dan Malayu ini kemudian raja Kertanagara
mengirimkan pula sebuah arca Buddha Amoghapasa ke Malayu untuk ditempatkan
di Dharmmasraya. Bagian alas arca tersebut ditulisi prasasti beraksara Jawa Kuna
dengan bahasa Malayu kuna dan Sanskerta. Isinya menyebutkan bahwa pada tahun
1208 Saka (= 1286 Masehi) sebuah arca Amoghapsa dengan empatbelas
pengiringnya dan saptaratna dibawa dari Bhumijawa ke Suwarnabhumi untuk
ditempatkan di Dharmmasraya sebagai punya Sri Wiswarupakumara. Pengiriman
arca tersebut diiringi oleh empat pembesar kerajaan. Selanjutnya disebutkan pula
seluruh rakyat Malayu sangat bersuka cita terutama rajanya Sri Maharaja Srimat
Tribhuwanaraja Mauliwarmmadewa. Di bagian belakang arca ini kemudian pada
tahun 1347 dituliskan sebuah prasasti beraksara Jawa Kuna dan berbahasa Sanskerta
dari Sri Maharaja Srimat Sri Udaya Adityawarman. Prasasti ini menyebutkan pula
beberapa hal di antaranya tentang penyelengaraan upacara yang bercorak tantrik,
pendirian arca Buddha dengan nama Gaganaganja dan pemujaan kepada Jina.
Prasasti-prasasti kerajaan Malayu yang ditemukan tersebar di Sumatra Barat
pada pertengahan abad ke-14 menyebutkan adityawarman memerintah di
Kanakamedini (Pulau Emas). Nama Adityawarman disebutkan pula pada sebuah
arca Manjusri dari Candi Jago, Jawa Timur. Prasasti ini menyebutkan tentang
penempatan arca Manjusri ditempat pendharmaan Jina oleh Adityawarman.
Adityawarman membangun pula sebuah candi Buddha di Bumi Jawa dengan tujuan
untuk memuliakan orang tua dan kerabatnya, pada tahun 1265 Saka (= 1343/1344
Masehi). Ketika Adityawarman belum menjadi raja di Malayu, ia menduduki jabatan
sebgai Werdhamantri di Majapahit dengan gelar Arya Dewaraja pu Aditya. Pada
tahun 1347 setelah Adityawarman berhasil menaklukkan daerah-daerah di sekitarnya
ia mengangkat dirinya sebagai maharajadiraja dengan delar Adityawarmmodaya
Pratapaparakramarajendra Mauliwarmadewa. Ia memerintah sampai tahun 1375
dan kemudian digantikan oleh anaknya yang bernama Ananggawarman. Sampai
kapan Ananggawarman memerintah tidak dapat diketahui. Berita Tionghoa
menyebutkan hubungan terakhir dengan kerajaan Malayu pada tahun 1377. Sejak itu
tidak ada hubungan diplomatik antara kerajaan Malayu dengan Tiongkok. Agaknya
setelah itu kerajaan Malayu mengalami kemunduran, dan berakhit sekitar akhir abad
ke-14.
3. Kerajaan Mataram
3.1. Kerajaan Mataram di Jawa Tengah: Dinasti Sailendra (Śailendrawangśa)
Sejak pertengahan abad ke-7 di Jawa Tengah telah muncul sebuah kerajaan yang
berlatarkan keagamaan Hindu dan Buddha. Kerajaan ini diperintah oleh raja-raja dari
dinasti Sailendra (Śailendrawangśa). Di dalam prasasti Sojomerto dari daerah
Batang, Pekalongan, yang berasal dari pertengahan abad ke-7 disebutkan seorang
tokoh bernama Dapunta Selendra yang menganut agama Siwa.Tokoh ini dianaggap
sebagai cikal-bakal pendiri dinasti (wangśakara) Sailendra.
Dari sumber-sumber prasasti diketahui bahwa kerajaan dinasti Sailendra itu
bernama Mataram dan ibukotanya disebut Medang, sedangkan sumber-sumber
Tionghoa dari zaman dinasti T’ang (618-906) menyebutnya Ho-ling yang
berlangsung sampai tahun 818, dan kemudian menyebutnya dengan nama She-p’o
sampai tahun 856. Menurut berita Tionghoa tersebut pada tahun 674 rakyat kerajaan
tersebut menobatkan seorang wanita bernama Simo (Hsi-imo) menjadi raja.
7
Pada masa pemerintahan Simo di Holing telah ada seorang pendeta Buddha
yang terkenal bernama Jnanabhadra yang membantu pendeta Tionghoa bernama
Hwi-ning menerjemahkakitab suci agama Buddha dari bahasa Sanskerta ke dalam
bahasa Tionghoa. Siapa yang menggantika ratu Simo tidak diketahui dengan pasti.
Namun berdasarkan keterangan yang terdapat dalam prasasti Canggal yang
dikeluarkan oleh raja Sanjaya pada tahun 732, menyebutkan raja Sanna yang
kemudian digantikan oleh saudara perempuannya yang bernama Sannaha. Pengganti
Sannaha ialah anaknya yang bernama Sanjaya.
Sanjaya memerintah sejak tahun 717. Di dalam prasasti Mantyasih yang
dikeluarkan oleh raja Dyah Balitung pada tahun 907 Sanjaya disebutkan ralam
urutan pertama raja-raja Mataram dengan nama Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya.
Pada tahun 732 ia mendirikan sebuah bangunan untuk pemujaan lingga di Gunung
Wukir.
Selanjutnya Sanjaya digantikan oleh anaknya, Rakai Panangkaran Dyah
Sangkhara, pada tahun 746. Raja ini semula menganut agama Hindu (Siwa) tetapi
kemudian beralih menjadi penganut agama Buddha. Dialah yang mendirikan
bangunan suci agama Buddha untuk pemujaan Dewi Tara (Tarābhāvanam) di
Klasan pada tahun 778, candi Sewu (Mañjuśrigṛha) pada tahun 782, dan candi
Plaosan Lor yang melambangkan kesatuan kerajaan Mataram. Ia pun membangun
pula sebuah wihara di Bukit Ratu Baka yang diberi nama Abhayagiriwihara yang
diresmikan pada tahun 792.
Rakai Pangkaran digantikan oleh anaknya, Samaratungga yang memerintah
sekitar tahun 792-847. Samaratungga mempunyai seorang anak perempuan bernama
Pramodawarddhani, yang telah mendirikan sebuah bangunan suci agama Buddha
yang diberi nama Srimad Wenuwana dan mentahbiskan arca Gananatha di dalamnya
pada tahun 824, seperti disebutkan di dalam prasasti Kayumwungan. Anaknya yang
kedua yang lahir dari permaisurinya yang lain bernama Balaputradewa.
Pramodawarddhani kemudian dikawinkan dengan Rakai Pikatan, anak
Rakai Patapan pu Palar yang menganut agama Siwa. Setelah Samaratungga
meninggal atau mengundurkan diri dari pemerintahan, Rakai Patapan
menggantikannya menjadi raja Mataram. Pada masa pemerintahannya Rakai Pikatan
mendirikan candi kerajaan yang berlatarkan agama Siwa, yaitu percandian Lara
Jonggrang (Śiwagrha), di Prambanan, seperti disebutkan didalam prasasti Siwagrha
tahun 856.
Rakai Pikatan digantikan oleh anaknya, Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala
pada tahun 856, dan berkedudukan di ibukota Mdang di Mamratipura. Ia memerintah
sampai tahun 883. Sebenarnya Rakai Pikatan mempunyai seorang anak perempuan
tertua, yaitu Rakai Gurunwangi Dyah Saladu yang dijadikan putri mahkota. Tetapi ia
baru menjadi raja setelah adiknya, Rakai Kayuwangi. Rakai Gurunwangi disebutkan
dalama prasasti Munguantan tahun 887 sebagai Sri Maharaja. Sementara itu dari
prasasti Panunggalan tahun 896 kita mengenal seorang tokoh bernama Rakai
Watuhumalang dan dari prasasti Pohdulur tahun 890 kita mengenal pula tokoh yang
bernama Sri Maharaja Rake Limus Dyah Dewindra.
Raja Mataram selanjutnya ialah rakai Watukura Dyah Balitung yang
memerintah sekitar tahun 899-991. Pada masa pemerintahannya ia meluaskan
kekuasaannya sampai ke Jawa timur. Penggantinya ialah Sri Daksottama Bahubajra
Pratipaksasaya. Ia bukanlah anak Dyah Balitung.
Di dalam berita Tionghoa dari zaman dinasti Sung ia disebut Ta-tso-kan-
hiung. Untuk menunjukkan bahwa ia adalah pewaris yang sah dari kerajaann
Mataram, ia menghubungkan dirinya dengan raja Sanjaya dan menggunakan tarikh
8
Sanjaya dalam prasastinya, yaitu prasasti Tajigunung tahun 194 Sanjayawarsa (= 910
Masehi) dan prasasti Timbananwungkal tahun 196 Sanjayawarsa (= 913 Masehi).
Sampai kapan ia memerintah tidak diketahui dengan pasti, tetapi prasastinya yang
terakhir dari masa pemerintahannya berasal dari tahun 915, yaitu prasasti
Sugihmanek.
Pengganti Watukara Dyah Balitung ialah Rakai Layang Dyah Tulodhong
yang mengeluarkan prasastinya yang pertama ialah prasasti Lintakan pada tahun
919. Sampai kapan Dyah Tulodhong memerintah tidak diketahui. Dari Masa
pemerintahan Dyah Tulodhong terdapat pula sebuah prasasti yaitu prassti
Wintangmas yang dikeluarkan oleh Rakryan Mapatih i Hino Pu Ketuwijaya dari
tahun 919. Berdasarkan gelar jabatannya ia adalah orang kedua setelah raja, dan
biasanya jabatan tersebut diduduki oleh putra mahkota yang akan menjadi raja
sebagai pewaris atas takhta kerajaan Mataram. Namun kita tidak pernah menemukan
prasasti lain yang dikeluarkan oleh Rakryan Mapatih i Hino Pu Ketuwijaya sampai
munculnya prasasti Wulakan dari Sri Maharaja Dyah Wawa tahun 928.
Dalam prasasti Wulakan tahun 928 muncul seorang raja yang bernama
Rakai Sumba Dyah Wawa, yang menyebut dirinya anak kryan landheyan sang
lumah ring alas. Kryan Landheyan adalah tokoh yang disebutkan dalam prasasti
Wuatantija tahun 880 dengan nama Rakryan Landheyan, yaitu adik ipar raja Rakai
Kayuwangi. Jadi jelaslah bahwa Dyah Wawa adalah anak Rakryan Landheyan, dan
bukan anak Dyah Tulodhong raja pendahulunya. Pergantian kekuasaan dari Dyah
Tulodhong ke Dyah Wawa menimbulkan berbagai dugaan, di antaranya
kemungkinan adanya perebutan kekuasaan dari tangan putra mahkota Rakryan
Mapatih i Hino Pu Ketuwijaya oleh Dyah Wawa.
Masa pemerintahan Rakai Sumba Dyah Wawa berlangsung tidak lama. Masa
pemerintahannya diduga berakhir karena bencana alam yang sangat dahsyat akibat
letusan gunung Merapi. Bencana alam ini mungkin merusakkan ibukota Medang dan
menghancurkan sebagian besar wilayah Mataram sehingga dianggap sebagai
pralaya.
Masa pemerintahan Dyah Wawa agaknya berakhir pada tahun 928 atau
awal tahun 929, karena tidak lama setelah itu Sri Maharaja Rake Hino Pu Sindok
tampil sebagai penguasa baru di kerajaan Mataram seperti disebutkan dalam prasasti
Gulung-gulung tahun 929. Pu Sindok adalah orang yang memang mempunyai hak
atas takhta kerajaan Mataram. Ketika Rake Pangkaja Dyah Wawa menjadi raja
Mataram, Pu Sindok berkedudukan sebagai Rakryan Mapatih i Hino, suatu jabatan
yang biasanya diduduki oleh putra mahkota yang akan mewarisi takhta kerajaan.
3.2. Kerajaan Mataram di Jawa Timur: Dinasti Isyana (Īśānawangśa)
Sejak masa pemerintahan Pu Sindok pusat kerajaan Mataram telah dipindahkan dari
Jawa Tengah ke Jawa Timur. Ia membangun kembali kerajaan Mataram dan
mendirikan kedatonnya di ibukotanya yang baru di Tamwlang, seperti disebutkan
dalam prasasti Turyyan tahun 929. Perpindahan ibukota dari Jawa Tengah ke Jawa T
imur itu dilakukan karena keadaan ibukota dan wilayah kerajaan Mataram di Jawa
Tengah mengalami kehancuran (pralaya) akibat bencana alam dari letusan gunung
Merapi yang sangat dahsyat.
Sesuai dengan landasan kosmogoni, maka kerajaan Mataram di Jawa Timur
itu dianggap sebagai dunia baru yang dibangun dengan ibukota dan kadaton baru,
tempat pemujaan yang baru dan diperintah oleh wangsa yang baru pula. Maka
walaupun sebenarnya Pu Sindok masih anggota wangsa Sailendra dan kerajaannya di
9
Jawa Timur itu masih kerajaan Mataram, ia merupakan pendiri wangsa baru, yaitu
wangsa Isyana (Īśānawangśa). Dalam prasasti-prasastinya ia disebutkan bergelar Sri
Maharaja Pu Sindok Sri Isyanawikrama Dharmmottunggadewa yang memerintah
pada tahun 929-948.
Pu Sindok digantikan oleh anak perempuannya yang bernama Sri Isyana
Tunggawijaya yang bersuamikan Sri Lokapala. Sampai kapan ia memerintah tidak
diketahui dengan pasti. Sepeninggalnya ia digantikan oleh anaknya yang bernama
Sri Makutawangsawarddhana. Ia mempunyai seorang anak perempuan bernama Sri
Mahendradatta Gunapriyadharmmapatni yang bersuamikan Sri Dharmma Udayana,
seorang raja Bali, dan seorang anak laki-laki bernama Sri Dharmmawangsa Tguh.
Dari perkawinan Mahendradatta dengan Udayana lahirlah di antaranya
seorang anak bernama Airlangga. Sri Makutawangsawarddhana kemudian
digantikan oleh Sri Dharmmawangsa Tguh, yang memerintah sekitar tahun 991-
1017. Masa pemerintahannya berakhir dengan tragis, mengalami keruntuhan karena
serangan seorang raja bawahannya.
Di dalam prasasti Pucangan dari raja Airlangga tahun 1041, disebutkan
bahwa penyerangan itu dilakukan oleh raja Wurawari dari Lwaram pada tahun 1017
tidak lama setelah perkawinan putri Dharmmawangsa Tguh dengan Airlangga.
Dalam serangan itu raja Dharmmawangsa Tguh gugur bersama para pembesar
kerajaan. Dharmmawangsa Airlangga bersama pengiringnya dapat menyelamatkan
diri dari serangan musuh dan mengungsi ke hutan di lereng gunung di lingkungan
para pertapa. Pada tahun 1019 ia direstui oleh para pendeta Siwa, Buddha dan
Mahabrahmana sebagai raja dengan gelar Rake Halu Sri Lokeswara
Dharmmawangsa Airlangga Anantawikramottunggadewa.
Masa pemerintahan raja Airlangga dipenuhi dengan peperangan
menaklukkan kembali raja-raja bawahan. Pada masa pemerintahannya raja Airlangga
berusaha pula untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya,
dengan membangun sarana keairan untuk meningkatkan perekonomian di antaranya
dengan membangun waduk, kanal, bendungan dan tanggul. Dari permaisurinya
Airlangga mempunyai empat orang anak. Anak yang tertua seorang perempuan
benama Sri Sanggramawijaya-uttunggadewi. Ia ditahbiskan menjadi putri mahkota,
namun kemudian melepaskan kedudukannya dan memilih menjadi seorang pertapa
(bhiksuni).
4. Kerajaan Janggala, Pangjalu, dan Kadiri
4.2. Kerajaan Janggala dan Pangjalu
Pada masa akhir pemerintahan raja Airlangga muncul seorang tokoh bernama
Samarawijaya yang diduga anak raja Dharmmawangsa Tguh, yang rupanya dapat
menyelamatkan diri ketika terjadi serangan raja Wurawari. Ia menuntut haknya atas
takhta kerajaan Matara dari raja Airlangga. Untuk menghindari pertentangan
keluarga, Airlangga kemudian membagi kerajaannya menjadi dua bagian.
Pembagian kerajaan Mataram menjadi dua ini terjadi sekitar tahun 1042.
Samarawijaya sebagai pewaris yang sah dari raja Dharmmawangsa Tguh
memperoleh sebagian kerajaan yang diberi nama Pangjalu dengan ibukotanya
Dahanapura. Sebagian daerah kerajaan lainnya yang dinamai Janggala dengan
ibukotanya Kahuripan diserahkan kepada anak-anak Airlangga.
Di dalam Kakawan Nagarakertagama dari zaman Majapahit disebutkan
pembagian kerajaan Airlangga menjadi dua kerajaan ini dilakukan oleh Pu Bharada,
10
seorang pendeta Buddha Mahayana aliran Tantra. Selain itu pembagian kerajaan
tersebut disebutkan pula dalam prasasti Turunhyang tahun 1044. Akan tetapi
pembagian kerajaan Mataram menjadi dua bagian ini tidak dapat menghindarkan
terjadinya peperangan antara kedua belah pihak yang ingin saling menguasai seluruh
wilayah kerajaan.
Dari prasasti-prasasti yang berasal dari masa sekitar pertengahan abad ke-11
kita mengenal nama raja-raja yang memerintah di Pangjalu dan Janggala. Raja-raja
tersebt adalah: Mapanji Garasakan, raja Janggala, yang disebutkan dalam prasasti
Turunhyang B tahun1044 dan prasasti Malenga tahun 1052; Mapanji Alanjung
Ahyes yang berkuasa di Pangjalu (1052-1059), yang disebutkan dalam prasasti
Banjaran; dan Samarotsaha yang berkuasa di Janggala sejak tahun 1059 seperti
disebutkan dalam prasasti Sumengka tahun 1059. Mapanji Garasakan dan Mapanji
Alanjung Ahyes adalah anak-anak raja Airlangga adik Sanggramawijaya, sedangkan
Samarotsaha adalah menantu raja Airlangga.
Setelah raja-raja tersebut kita tidak mempunyai sumber-sumber sejarah yang
dapat menjelaskan keadaan sesudahnya di kedua kerajaan tersebut. Masa itu
merupakan masa kegelapan sejarah kerajaan-kerajaan Janggala dan Pangjalu.
3.2. Kerajaan Kadiri
Setelah kurang-lebih 60 tahun lamanya masa kegelapan menyelimuti kerajaan bekas
kekuasaan raja Airlangga yang dibagi dua menjadi Janggala dan Pangjalu, akhirnya
di Jawa Timur sejak tahun 1117 muncul sebuah kerajaan baru bernama Kadiri
dengan ibukotanya Daha. Kemunculan kerajaan baru ini diketahui dari prasasti
Padlegan tahun 1117 yang dikeluarkan oleh seorang raja yang menamakan dirinya
Sri Maharaja Rakai Sirikan Sri Bameswara Sakalabhuwanatustikarana Sarwwani-
waryyawiryya Parakrama Digjayottunggadewa.
Berdasarkan keterangan dalam prasasti Padlegan diketahui bahwa rakyat desa
Padlegan dengan perantaraan Sang Juru Pangjalu, Mapanji Tutus ing Rat, memohon
kepada Sri Maharaja agar desa Padlegan ditetapkan sebagai sima swatantra. Karena
rakyatnya telah berjasa kepada raja dengan memperlihatkan kebaktiannya
mempertaruhkan jiwa raganya agar raja memperoleh kemenangan di dalam
peperangan, maka permohonan itu dikabulkan. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa kerajaan Kadiri ini merupakan kelanjutan dari kerajaan Pangjalu yang telah
berhasil mengalahkan kerajaan Janggala dan mempersatukannya kembali dalam
kerajaan baru yang dinamai Kadiri.
Dari prasasti-prasasti yang berasal dari masa kerajaan Kadiri, kita mengetahui
dalam masa perkembangannya sekitar 45 tahun, dari tahun ±1117 hingga tahun
1222, kerajaan ini diperintah oleh 7 orang raja. Ketujuh orang raja Kadiri tersebut
ialah:
(1) Sri Maharaja Rakai Sirikan Sri Bameswara (± 1117-1130).
(2) Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya (± 1135-1157).
(3) Sri Maharaja Rakai Sirikan Sri Sarwweswara(± 1159-1161).
(4) Sri Maharaja Rakai Hino Sri Aryyeswara (± 1169-1171).
(5) Sri Maharaja Sri Kroncaryyadipa(± 1181).
(6) Sri Maharaja Sri Kameswara(± 1182-1185).
(7) Sri Maharaja Srengga Kertajaya (± 1186-1222).
Di antara raja-raja tersebut yang sangat dikenal selain raja Sri Bameswara, karena ia
merupakan raja pertama dari kerajaan Kadiri, ialah Sri Maharaja Sang Mapanji
Jayabhaya dan raja terakhir yang bernama Sri Maharaja Srengga Kertajaya. Raja
11
Jayabhaya mengeluarkan pula beberapa prasasti, di antaranya prasasti Hantang tahun
1135, yang merupakan keputusan raja Jayabhaya tentang penetapan desa Hantang
menjadi sima karena jasa-jasa dan kesetiaannya kepada raja ketika adanya perang
perebutan takhta. Prasastinya beraksara Jawa Kuna kuadrat dan bercap kerajaan
berupa Narasingha dengan tulisan “Pangjalu Jayati”, yang artinya “Pangjalu
Menang”.
Pada masa pemerintahan raja Jayabhaya, pujangga bernama Mpu Sedah dan
Mpu Panuluh telah menggubah sebuah karya sastra berupa Kakawin Bharatayuddha,
yang mengisahkan perang saudara antara keluarga Kaurawa dan keluarga Pandawa
memperebutkan kerajaan Hastinapura. Raja Jayabhaya memerintah sekitar 20 tahun
lamanya.
Raja terakhir yang memerintah di kerajaan Kadiri ialah raja Srengga
Kertajaya. Pertama kali namanya muncul dalam prasasti Mrewak dari tahun 1186,
sebagai Sri Maharaja Jayawarsa Digwijaya Sastraprabhu. Di dalam kitab Pararaton
raja Srengga Kertajaya dikenal dengan nama Raja Dangdang Gendis. Pada masa
akhir pemerintahannya ia berselisih dengan para brahmana, sehingga banyak di
antara mereka yang mengungsi dan minta perlindungan ke Tumapel. Ketika itu
Tumapel merupakan sebuah daerah keakuwuan yang dipimpin oleh seorang akuwu
yang ada dibawah kekuasaan kerajaan Kadiri.
Akuwu Tumapel pada waktu itu ialah Ken Angrok, yang menggantikan
akuwu sebelumnya yaitu Tunggul Ametung yang terbunuh oleh siasat Ken Angrok.
Setelah Tunggul Ametung terbunuh itulah Ken Angrok kemudian menggatikannya
menjadi akuwu Tumapel, dan memperistri jandanya yang bernama Ken Dedes.
Dengan dukungan para brahmana pada tahun 1222 Ken Angrok
mengadakan penyerangan ke Daha melawan raja Srengga Kertajaya. Dalam
pertempuan dekat Ganter Ken Angrok mengalahkan raja Kertajaya dan kemudian
menguasai selurh kerajaan Kadiri.
4. Kerajaan Singhasari dan Majapahit: Dinasti Rajasa (Rājasawangśa)
4.1. Kerajaan Singhasari
Pada tahun 1222 setelah Ken Angrok mengalahkan raja Kadiri, ia dinobatkan
sebagai raja dengan gelar Sri Ranggah Rajasa Bhattara Sang Amurwwabhumi,
berkedudukan di ibukotanya Tumapel atau Kutaraja. Seluruh wilayah bekas
kerajaan Kadiri menjadi wilayah kekuasaannya dan disebut dengan nama kerajaan
Singhasari. Kemunculan tokoh Ken Angrok sebagai pendiri dan raja pertama
Singhasari menandai pula lahirnya sebuah dinasti baru, yaitu Dinasti Rajasa
(Rājasawangśa) atau Dinasti Girindra (Girīndrawangśa) yang menurunkan raja-raja
yang memerintah di Singhasari dan Majapahit hampir 300 tahun lamanya. Tentang
asal-usul Ken Angrok sejak dilahirkan di desa Pangkur, di sebelah timur gunung
Kawi hingga menjadi raja, diuraikan panjang-lebar di dalam kitab Pararaton atau
Katuturan ira Ken Angrok, sebuah kitab berbahasa Jawa Kuna yang ditulis pada
akhir abad ke-15 pada masa akhir Majapahit.
Masa pemerintahan Ken Angrok hanya berlangsung lima tahun lamanya,
tahun 1227 ia dibunuh oleh seorang pangalasan atas suruhan Anusapati, anak tirinya
yaitu anak Ken Dedes dari Tunggul Ametung. Sepeninggalnya ia digantikan oleh
Anusapati (1227-1248).
Berita pembunuhan Ken Angrok atas suruhan Anusapati rupanya sampai
pula kepada Panji Tohjaya, anak Ken Angrok dari istrinya Ken Umang. Tohjaya
12
menuntut balas atas kematian ayahnya, dan pada tahun 1248 Anusapati dibunuh oleh
Tohjaya ketika keduanya sedang menyabung ayam.
Sepeninggal Anusapati, Tohjaya kemudian menjadi raja Singhasai
menggantikan Anusapati. Namun, ia tidak lama memerintah karena meninggal
ketika terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh orang-orang Rajasa dan orang-
orang sinelir. Tohjaya kemudian digantikan oleh Wisnuwarddhana, anak Anusapati.
Ia memerintah selama 20 tahun (1248-1268). Pada tahun 1254 ia menobatkan
anaknya, Kertanagara, menjadi raja muda (yuwaraja atau kumararaja) dan
menempatkannya sebagai Raja Daerah di Daha. Dalam prasasti Mula-Malurung
yang dikeluarkan olehWisnuwarddhana tahun 1255, kerajaan Singhasari terdiri dari
sejumlah kerajaan daerah yang masing-masing diperintah oleh seorang raja daerah.
Dalam prasasti tersebut Wisnuwarddhana disebutkan dengan nama Nararyya
Sminingrat dan berkedudukan di ibukota Tumapel, kerajaan daerah Daha diperintah
oleh Kertanagara yang disebutkan dengan nama Nararyya Murddhaja, sedangkan
kerajaan daerah Gelang-gelang diperintah oleh Turuk Bali bersama suaminya
Jayakatwang.
Sepeningal Wisnuwarddhana, pada tahun 1268 Kertanagara naik tahta menjadi
raja Singhasari. Di bidang politik raja Kertanagara terkenal sebagai seorang raja
yang mempunyai gagasan untuk memperluas cakrawala politiknya ke luar Jawa.
Pada tahun 1275 ia mengirimkan ekspedisi ke Malayu (Pamalayu) untuk menjalin
hubungan persahabatan dengan kerajaan Malayu. Hubungan persahabatn ini
kemudian disusul dengan pengiriman arca Amoghapasa pada tahun 1286 untuk
ditempatkan di ibukota Malayu, di Dharmasraya.
Dalam bidang keagamaan raja Kertanagara dikenal sebagai seorang
penganut agama Buddha Tantrayana dari aliran Kala-Cakra (Siwa-Bhairawa). Pada
tahun 1289 ia ditahbiskan sebagai Jina dengan nama gelarnya Jnanasiwabajra. Arca
pentahbisannya berupa arca Aksobhya dikenal sebagai arca Joko Dolog. Di dalam
prasasti Camundi tahun 1292 disebutkan bahwa Sri Maharaja mencapai kemenangan
di segala penjuru.
Hubungan persahabatan yang dijalin dengan kerajaan Malayu, serta perluasan
pengaruh kekuasaan kerajaan Singhasari ke luar Jawa, dimaksudkan untuk
membendung pengaruh kekuatan kaisar Mongol Khubilai Khan dari daratan
Tiongkok yang ketika itu sudah bergerak ke arah asia Tenggara. Pada tahun 1292
telah datang utusan Khubilai Khan yang dipimpin oleh Meng-Chi menghadap raja
Kertanagara untuk minta pengakuan tunduk terhadap Khubilai Khan. Permintaan itu
ditolak oleh raja Kertanagara, bahkan salah seorang utusan Khubilai Khan yaitu
Meng-Chi dilukai mukanya. Tindakan raja Kertanagara ini menyebabkan kemarahan
kaisar Khubilai Khan, dan pada awal tahun 1292 berangkatlah armada Tionghoa ke
Jawa untuk menghukum raja Kertanagara.
Namun, sebelum armada Tionghoa ini sampai di Jawa pada pertengahan
tahun 1292, di Singhasari telah terjadi perubahan politik. Ketika itu Jayakatwang
seorang raja daerah dari Gelang-gelang mengadakan penyerangan ke ibukota
Singhasari. Salah seorang keponakan dan menantu raja Kertanagara, yaitu Raden
Wijaya, ditunjuk oleh raja Kertanagara untuk memimpin pasukan Singhasari
mengadakan perlawanan. Namun perlawanan ini tidak berhasil, pasukan Raden
Wijaya akhirnya terdesak dan raja Kertanagara gugur bersama para pengiringnya di
kadaton.
Setelah raja Kertanagara gugur, Singhasari berada di bawah kekuasaan raja
Jayakatwang dan berakhirlah kerajaan Singhasari. Raden Wijaya bersama beberapa
pengiringnya akhirnya mengungsi ke Madura. Di Madura Raden Wijaya dan
13
pengiringnya diterima oleh Arya Wiraraja, yang kemudian mengusahakan agar
Raden Wijaya dapat diterima mengabdi kepada raja Jayakatwang. Raden Wijaya
kemudian memperoleh kepercayaan dari raja Jayakatwang dan ketika ia minta
daerah hutan Terik di tepi kali Brantas untuk dibuka menjadi desa permukiman baru
raja Jayakatwang mengabulkannya.
Dengan bantuan orang-orang Madura Raden Wijaya membuka daerah
hutan Terik menjadi sebuah desa permukiman dengan nama Majapahit. Di Majapahit
yang baru dibuka ini Raden Wijaya mengadakan persiapan sambil menunggu waktu
yang tepat untuk merebut kembali kekuasaan dari raja Jayakatwang.
5.2 Kerajaan Majapahit
Pada awal tahun 1293 datanglah bala tentara Khubilai Khan di Jawa. Kedatangan
pasukan Tionghoa ini dimanfaatkan oleh Raden Wijaya. Ia mengirimkan utusan
kepada pimpinan pasukan Tionghoa untuk menyatakan kesedian tunduk terhadap
kekuasaan Khubilai Khan dan bersedia menggabungkan diri untuk bersama-sama
menyerang Daha. Maksud Raden Wijaya ini diterima oleh pimpinan pasukan
Tionghoa.
Setelah segala persiapan selesai, dimulailah penyerangan ke Daha.
Penyerangan ini berhasil mengalahkan raja Jayakatwang, dan Daha dapat dikuasai
oleh pasukan Tionghoa. Namun setelah kemenangan ini, dengan tipu muslihat
akhirnya Raden Wijaya dengan pasukannya menyerang pasukan Tionghoa yang ada
di Daha dan Canggu. Dalam penyerangan ini lebih dari 3.000 orang pasukan
Tionghoa dapat dibinasakan oleh pasukan Raden Wijaya. Sisa pasukan Tionghoa
akhirnya terpaksa lari meninggalkan pulau Jawa kembali ke negerinya dengan
banyak kehilangan pasukan.
Setelah Raden Wijaya berhasil mengusir tentara Cina dan menguasai kembali
Daha, ia dinobatkan menjadi raja Majapahit dengan nama gelar penobatannya Sri
Kertarajasa Jayawarddhana. Penobatan ini berlangsung pada tanggal 15 bulan
Kartika tahun 1215 Saka, yang bertepatan dengan tanggal 10 November 1293.
Tanggal penobatan ini dianggap pula sebagai hari lahirnya Kerajaan Majapahit.
Orang-orang yang telah berjasa dalam perjuangan mendirikan kerajaan
Majapahit, memperoleh hadiah atau kedudukan dalam pemerintahan. Wiraraja
diangkat menjadi Mantri Mahawiradikara, Pu Tambi diangkat menjadi Rakryan
Mapatih, dan Pu Sora (Lembu Sora) diangkat menjadi Rakryan Apatih di Daha.
Akan tetapi rupanya masih ada orang yang tidak puas dengan kedudukan itu. Hal
inilah agaknya yang menjadi benih timbulnya kekacauan atau pemberontakan yang
terjadi pada masa dasawarsa pertama sejarah kerajaan Majapahit. Pemberontakan itu
di antaranya ialah pemberontakan Rangga Lawe (paranggalawe) yang terjadi pada
tahun 1295, dan pemberontakan Sora (pasora) pada tahun 1298-1300.
Raja Kertarajasa didampingi oleh keempat isterinya, keempat putri anak raja
Kertanagara, yaitu Sri Parameswari Dyah Dewi Tribhuwaneswari, Sri Mahadewi
Dyah Dewi Narendraduhita, Sri Jayendradewi Dyah Dewi Prajnaparamita, dan Sri
Rajendradewi Dyah Dewi Gayatri. Dari parameswari Tribhuwana, Kertarajasa
memperoleh seorang anak laki-laki bernama Jayanagara, yang diberi kedudukan
sebagai putra mahkota. Dari istrinya Gayatri ia memperoleh dua orang anak
perempuan, yaitu yang sulung bernama Tribhuwanottunggadewi Jayawisnu-
warddhani yang menjadi raja daerah di Jiwana (Bhre Kahuripan), dan yang bungsu
bernama Rajadewi Maharajasa yang menjadi raja daerah di Daha (Bhre Daha).
14
Raja Kertarajasa meninggal pada tahun 1309 dan dicandikan di Simping
dengan arca Siwa. Sebagai penggantinya Jayanagara dinobatkan menjadi raja dengan
gelar Sri Sundarapandyadewa Adhi Iswara Wikramottunggadewa. Masa
pemerintahannya diguncang oleh serentetan pemberontakan kelanjuta dari masa
sebelumnya.
Pada tahun 1316 terjadi pemberontakan Nambi (panambi) yang dapat
dipadamkan pada tahun itu juga. Pada tahun 1318 terjadi pemberontakan Semi
(pasemi) yang disusul oleh pemberontakan Kuti (pakuti) pada tahun 1319. Ketika
terjadi pemberontakan Kuti muncul seorang tokoh yang kemudian memegang
peranan penting dalam sejarah Majapahit, yaitu Gajah Mada. Ketika itu Gajah Mada
sebagai anggota pasukan pengawal raja, dengan siasatnya telah berhasil
menyelamatkan raja pada peristiwa di Badander, dan Kuti dapat dibunuh. Setelah
peristiwa itu Gajah Mada kemudian diangkat menjadi patih di Kahuripan, dan pada
tahun 1321 kemudian diangkat menjadi patih di Daha.
Raja Jayanagara meninggal pada tahun 1328, dibunuh oleh Tanca.
Sepeninggalnya ia digantikan oleh adiknya, Tribhuwanot-tunggadewi
Jayawisnuwarddhani.
Pada masa pemerintahan Tribhuwanaottungga-dewi, pada tahun 1331
terjadi pemberontakan Sadeng dan Keta yang dapat dipadamkan oleh Gajah Mada.
Setelah peristiwa itu, pada tahun 1334 Gajah Mada diangkat sebagai Patih
Hamangkubhumi.
Tribhuwanottunggadewi memerintah selama 20 tahun, pada tahun 1350 ia
mengundurkan diri dari pemerintahan, dan pada tahun 1372 ia meninggal. Sebagai
penggantinya pada tahun 1350 anaknya, Hayam Wuruk, naik takhta menjadi raja
Majapahit bergelar Sri Rajasanagara. Ia didampingi oleh Patih Hamangkubhumi
Gajah Mada.
Masa pemerintahan raja Hayam Wuruk dengan patih hamangkubhuminya
Gajah Mada telah membawa kerajaan Majapahit pada puncak kejayaannya. Pada
masa itu kerajaan Majapahit sebagai sebuah kerajaan adikuasa telah berhasil
menjalin persatuan dengan daerah-daerah dan kerajaan-kerajaan lain di Nusāntara
(pulau-pulau lain, di luar pulau Jawa).
Menurut kitab Pararaton, pada waktu Gajah Mada diangkat sebagai Patih
Hamangkubhumi ia mengucapkan Sumpah Palapa di hadapan Ratu
Tribhuwanottunggadewi dan para pembesar kerajaan Majapahit. Sumpah Palapa
tersebut merupakan ‘program politik’ yang merupakan ambisi Gajah Mada dalam
rangka memperluas pengaruh kerajaan Majapahit di Nusantara. Kebenaran Sumpah
Palapa itu diragukan, karena penaklukan Nusantara itu tidak pernah terjadi, dan
Nusantara bukanlah wilayah kerajaan Majapahit.
Berdasarkan pemberitaan sumber-sumber tertulis berupa karya sastra, seperti
kitab Pararaton, dan Kidung Sunda (Sundayana), pada masa keemasan Majapahit
kita mengenal adanya peristiwa yang disebut Pasunda-Bubat, yaitu sebuah tragedi
yang terjadi di Majapahit pada tahun 1357. Peristiwa ini tidak lain adalah
peperangan antara orang-orang Sunda dan Majapahit. Namun peristiwa ini tidak
dikemukakan di dalam Kakawin Nagarakertagama maupun prasasti-prasasti dari
masa Hayam Wuruk mau pun dari masa sesudahnya. Demikian pula prasasti-prasasti
dari masa kerajaan Sunda tidak ada satu pun yang menyebutkan peristiwa tersebut.
Hubungan antara Majapahit dan Nusantara ini tidak lain adalah hubungan
regional untuk kepentingan bersama dalam bentuk persahabatan. Pada masa
pemerintahan raja Hayam Wuruk kemakmuran kerajaan Majapahit makin
meningkat. Pada masa itu arus pelayaran dan perdagangan internasional sudah
15
melanda kawasan Nusantara. Pusat-pusat perdagangan yang semula berada di
pedalaman, kini telah tumbuh di daerah pasisir. Beberapa pelabuhan seperti Lasem,
Tuban, Sidayu, Gresik, dan Surabhaya, telah tumbuh menjadi pelabuhan-pelabuhan
yang ramai.
Majapahit jang semula merupakan kerajaan agraris, kini mulai bergeser
terlibat dalam arus perdagangan internasional tersebut. sehingga berubah menjadi
kerajaan agraris yang semi komersial. Majapahit berkepentingan memiliki daerah
pemasaran di luar wilayahnya sendiri untuk produk agrarisnya yang melimpah.
Dari daerah-daerah di Nusantara, Majapahit berkepentingan pula untuk
memperoleh hasil-hasil lokal yang dapat dijadikan komoditi perdagangan
internasional. Pada masa itu perdagangan di wilayah Nusantara telah dimonopoli
oleh saudagar-saudagar dari Majapahit. Mereka mengadakan hubungan perdagangan
dengan Banda, Ternate, Ambon, Banjarmasin, Malaka dan Filipina.
Kakawin Nāgarakĕrtāgama pada pupuh 13-14 telah menyebutkan dengan
rinci berbagai daerah di Nusāntara (Dwipāntara) yang telah menjalin hubungan kerja
sama dengan Majapahit. Oleh karena itulah daerah-daerah dan kerajaan-kerajaan di
Nusantara tersebut dilindungi oleh Sri Maharaja Majapahit (nahan lwir ning
deśāntara kacaya de śrī narapati). Hubungan kerjasama ini bahkan diperluas dengan
kerajaan-kerajaan lain yang ada di daratan Asia Tenggara, seperti dengan Syangka
(Siam), Ayodhyapura (Ayuthya, di Siam), Dharmanagari, Marutma (Martaban),
Rajapura (Rajapuri), Singhanagari, Campa, Kamboja, dan Yawana (Annam).
Hubungan ini dijalin dalam bentuk kemitraan yang saling menghormati dan
berkedudukan sama (mitreka satata).
Daerah-daerah di Nusāntara dan sekitarnya itu merupakan daerah-daerah
merdeka yang memiliki kedaulatan, dan bukanlah jajahan atau daerah kekuasaan
Majapahit. Kerajaan Majaphit sebagai kerajaan adikuasa berkewajiban melindungi
daerah-daerah itu demi kelangsungan kerjasama regional yang saling
menguntungkan, khususnya dalam menghadapi arus pelayaran dan perdagangan
dunia yang telah melanda kawasan Asia Tenggara pada awaktu itu.
Pada tahun 1389 raja Hayam Wuruk meninggal. Ia digantikan oleh
Wikramawarddhana, menantunya yang memperistri putri mahkota Kusuma-
warddhani. Wikramawarddhana adalah anak Rajasaduteswari, adik perempuan raja
Hayam Wuruk. Pada tahun 1400 Wikramawarddhana mengundurkan diri dari
kedudukannya sebagai raja Majapahit dan menyerahkan kepada anaknya, Suhita.
Pada tahun 1401 timbul persengketaan antara Wikramawarddhana dengan
Bhre Wirabhumi, anak Hayam Wuruk dari istri selir. Persengketaan ini akhirnya
menjadi perang saudara yang dukenal sebagai parĕgrĕg yang berlangsung berlarut-
larut. Pada tahun 1447 Suhita meninggal. Kedudukannya sebagai raja Majapahit
digantikan oleh adiknya, Dyah Kertawijaya yang memerintah sampai tahun 1451.
Kertawijaya meninggal pada tahun 1453 dan digantikan oleh saudaranya,
Rajasawarddhana yang memerintah sampai saat meninggalnya pada tahun 1453.
Sepeninggal Rajasa-warddhana, selama tiga tahun terdapat kekosongan tanpa raja
(interregnum). Baru pada tahun 1456 tampil seorang anak Dyah Kertawijaya yang
bernama Dyah Suryawikrama Girisawarddhana. Ia memerintah selama 10 tahun.
Pada tahun 1466 ia meninggal dan digantikan oleh anaknya, Bhre Pandan Salas yang
bergelar Dyah Suraprabhawa Sri Singhawikramawarddhana.
Di dalam prasasti Pamintihan yang dikeluarkan pada tahun 1473, Dyah
Suraprabhawa Sri Singhawikramawardhana disebutkan sebagai Sri Maharajadiraja
“yang menjadi panji-panji atau pemimpin keturunan Raja Gunung” (śrī giripati
16
prasūta bhūpati ketubhūta). Pada tahun 1468 ia menyingkir dari kadatonnya di
Majapahit karena serangan dari Bhre Kertabhumi.
Dyah Suraprabhawa kemudian meneruskan pemerintahannya di Daha
sampai saat ia meninggal pada tahun 1474. Sepeninggalnya ia digantikan oleh
anaknya, Girindrawarddhana Dyah Ranawijaya. Karena ibukota Majapahit diduduki
oleh Bhre Kertabhumi, ia memerintah di Keling. Pada tahun 1478 Ranawijaya
mengadakan penyerangan ke Majapahit (yuddha lawaning Majapahit) untuk
merebut kembali haknya atas takhta kerajaan majapahit dari tangan Bhre
Kertabhumi.
Dalam penyerangan tersebut Bhre Kertabhumi gugur di kadaton. Di dalam
kitab Pararaton disebutkan Bhre Kertabhumi gugur di kadaton pada tahun sunya-
nora-yuganing-wong, 1400 Saka (= 1478 Masehi). Dyah Ranawijaya berhasil
merebut kembali kekuasaan dari tangan Bhre Kertabhumi, sehingga seluruh
kekuasaan atas kerajaan Majapahit berada di tangan Dyah Ranawijaya.
Dalam prasasti-prasastinya yang dikeluarkan pada tahun 1486 ia disebutkan
sebagai Paduka Sri Maharaja Sri Wilwatiktapura Janggala-Kadiri Prabhunatha.
Dengan demikian tidaklah benar Majapahit itu runtuh karena serangan Demak pada
tahun sirna-ilang-kertaning-bumi, 1400 Saka (= 1478 Masehi) seperti yang
disebutkan dalam kitab Serat Kanda. Tahun 1400 Saka atau 1478 Masehi adalah
tahun penyerangan Dyah Ranawijaya ke Majapahit untuk merebut kembali tahta
kerajaan Majapahit dari tangan Bhre Kertabhumi yang telah merebutnya dari tangan
Bhre Pandan Salas, ayah Dyah Ranawijaya.
Girindrawarddhana Dyah Ranawijaya adalah raja Majapahit terakhir, ia
memerintah dari tahun 1474 sampai tahun 1519. Pada masa pemerintahan Dyah
Ranawijaya itulah Majapahit mengalami keruntuhannya karena serangan dari
kerajaan Islam Demak yang dipimpin oleh Adipati Unus, anak Raden Patah, cucu
Bhre Kertabhumi. Dengan berakhirnya masa pemerintahan Girindrawarddhana Dyah
Ranawijaya maka berakhir pulalah kekuasaan raja-raja Dinasti Rajasa
(Rājasawangśa) atau Dinasti Girindra (Girīndrawangśa), yang telah berkuasa di
kerajaan Singhasari dan Majapahit selama hampir 300 tahun lamanya (1222-1519).
6. Kerajaan Sunda
Setelah kerajaan Tarumangara runtuh diinvasi oleh Sriwijaya pada akhir abad ke-7,
di Jawa Barat muncul kerajaan Sunda. Carita Parahyangan, naskah Sunda Kuna
yang berasal dari abad ke-16, menghubungkan masa awal kerajaan di Jawa Barat ini
dengan tokoh Sanjaya yang menjadi raja di Mataram.
Menurut Carita Parahyangan, Sanjaya adalah anak Sena, Sanna menurut
prasasti Canggal, raja yang berkuasa di Galuh. Pada suatu ketika terjadi perebutan
kekuasaan antara Sena dan Rahyang Purbasora, saudara seibu Sena. Sena kalah
dalam perebutan kekuasaan tersebut, dan dibuang bersama keluarganya ke daerah
Gunung Merapi. Tetapi akhirnya Sanjaya anak Sena berhasil merebut kembali
kekuasaan ayahnya dari tangan Rahyang Purbasora. Sanjaya kemudian menjadi raja
di Galuh.
Carita Parahyangan menyebutkan pula bahwa Sanjaya adalah menantu raja
Sunda yang bergelar Tohaan (Yang Dipertuan) di Sunda, yaitu Tarusbawa. Sanjaya
kemudian menggantikan mertuanya menjadi raja Sunda dengan tetap berkedudukan
di Galuh. Setelah menjadi raja selama sembilan tahun lamanya ia digantikan oleh
anaknya, Rahyang Tamperan. Bagaimana Sanjaya kemudian berpindah dari seorang
raja di Sunda menjadi raja Mataram tidak diketahui dengan jelas.
17
Prasasti Kebonkopi II dari daerah Bogor, yang berbahasa Malayu Kuna dari
tahun 854 Saka (932 Masehi) berisi pernyataan tentang pengembalian kekuasaan
kepada raja Sunda (Haji Sunda) oleh seorang pejabat, Rakryan Juru Pangambat.
Kekuasaan yang dikembalikan itu ialah kekuasaan atas wilayah kerajaan
Tarumanagara yang semula dikuasai (diinvasi) oleh Sriwijaya sejak akhir abad ke-7.
Bagaimana perkembangan kerajaan Sunda ini selanjutnya tidak diketahui
dengan pasti, sampai munculnya prasasti Sanghyang Tapak dari daerah Sukabumi,
Jawa Barat. Prasasti dari tahun 1030 ini menyebutkan nama seorang haji i Sunda
yang bernama Maharaja Sri Jayabhupati Jayamanahen Wisnumurti Samarawijaya.
Kerajaannya disebut kerajaan Sunda (prahajyan i Sunda).
Nama gelar raja Sunda ini sangat mirip dengan nama gelar raja Airlangga di
Jawa timur yang memerintah pada masa yang sama pula. Selain menggunakan
bahasa Jawa kuna, prasasti ini menggunakan aksara kuadrat, yaitu sejenis aksara
Jawa Kuna yang biasa digunakan pada prasasti-prasasti Jaman Kadiri.
Letak ibukota kerajaan Sunda sejak 932 sampai pada masa pemerintahan
Jayabhupati tahun 1030, mungkin terletak di daerah Bogor dan pada masa
kemudianibukota ini bernama Pakuan Pajajaran.
Untuk beberapa lama kita tidk memperoleh berita tentang kerajaan Sunda yang
berpusat di Bogor. Tetapi, beberapa waktu kemuduan kita memperoleh berita
mengenai kerjaan Sunda dari sejumlah prasasti yang ditemukan di daerah Ciamis,
yaitu di Kuta Kawali. Di dalam prasasti Kawali yang berjumlah enam buah
disebutkan pula seorang raja bernama Parebu Raawastu yang bertakhta di Kawali
dengan kadatonnya yang bernama Surawisesa dan telah membuat parit pertahanan
yang mengelilingi kota Kawali.
Di dalam kitab Carita Parahyangan disebutkan terjadinya peristiwa perang
Bubat pada tahun 1357, yang menyebabkan gugurnya Prebu Maharaja
Linggabuwana yang memerintah di Kawali sejak tahun 1350. Dalam Carita
parahyangan disebutkan pula bahwa Parebu Maharaja masih mempunyai seorang
putra bernama Parebu Raja Wastu. Ketika peristiwa Bubat terjadi ia masih kecil,
sehingga ketika Parebu Maharaja gugur untuk sementara pemerintahan di kerajaan
Sunda dipegang oleh pamanya, Hyang Bunisora yang bertindak sebagai wali. Masa
perwalian ini berlangsung pada tahun 1357-1371.
Prabu Raja Wastu tidak lain adalah Rahyang Niskala Wastukancana yang
disebutkan di dalam prasasti Batutulis dan prasasti Kebantenan. Ia memerintah pada
tahun 1571-1475. Penggantinya ialah anaknya, Sri Baduga Maharaja, yang
dinobatkan dengan nama Prebu Guru Dewataprana, dan dinobatka kembali dengan
nama Sri Baduga Maharaja Ratu Haji di Pakuan Pajajaran Sri Sang ratu Dewata.
Selain disebutkan dalam prasasti Batutulis, namanya juga disebutkan dalam prasasti
Kebantenan dan prasasti Huludayeuh. Ia memerintah pada tahun1482-1521.
Di dalam prasasti Batutulis ia disebutkan telah membuat parit sekeliling
ibukota Pakuan, membuat tanda peringatan berupa gugunungan, memperkeras jalan-
jalan (ngabalay), membuat hutan lindung (nyian samida) dan membuat sebuah
telaga yang dinamai Sang Hyang Talagawarna Mahawijaya. Penggantinya ialah raja
Surawisesa Jaya Perkosa yang memerintah pada tahun 1521-1535. Pada tahun 1533
ia mengeluarkan prasasti Batutulis yang memperingati jasa-jasa ayahnya, Sri Baduda
Maharaja.
Hal yang penting dari masa pemerintahannya ialah dilakukannya perjanjian
dengan Portugis pada tanggal 21 Agustus 1522. Dalam perjanjian itu raja Surawisesa
disebut dengan nama Samiam (Ratu Sanghyang). Isi perjanjian itu intinya adalah
pernyataan pihak Portugis untuk membentu kerajaan Sunda jika sewaktu-waktu
18
kerajaan Sunda diserang oleh kerajaan Islam. Sebagai imbalan, pihak Portugis
dijinkan mendirikan benteng di bandar Banten, dan diberi hak untuk memperoleh
lada sebanyak 350 kuintal setiap tahun.
Sepeninggal raja Surawisesa, kerajaan Sunda berturut-turut diperintah oleh
pengganti- penggantinya yaitu raja Dewata Buwana (1535-1543), Ratu Saksi (1543-
1551), Tohaan di Majaya yang bernama Nilakendra (1551-1567), dan raja terakhir
Ragamulya Suryakancana (1569-1579). Kerajaan Sunda berakhir pada tahun 1579,
dikalahkan oleh kerajaan Banten. Dengan demikian berakhirlah kerajaan Sunda
sebagai benteng terakhir kekuasaan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha do Indonesia.
7. Kerajaan-kerajaan di Bali (Balidwipa)
Kerajaan-kerajaan tertua di Bali berasal dari masa sekitar abad ke-9. Sejumlash
prasasti dari tahun 882-914 telah menyebutkan sebuah pusat kekuasaan
(panglapuan) di Singhamandawa, tetapi tidak menyebutkan nama rajanya. Nama
raja Bali baru disebutkan dalam prasasti Sanur yang berasal dari awal tahun 914.
Rajanya bernama Sri Kesari Warmadewa.
Dari sejumlah prasasti Bali yang berasal dari tahun 915-942 diketahui di
Bali memerintah seorang raja bernama Sang Ratu Sri Ugrasena yang berkedudukan
di Singhamandawa. Dari prasasti Manikliu tahun 955 dikenal seorang raja yang lain
bernama Sang Ratu Sri Aji Tabanendra Warmadewa. Pengganti raja Tabanendra
berturut-turut adalah Sang Ratu Sri Candrabhayasingha Warmadewa dan Sang Ratu
Sri Janasadhu Warmadewa. Masa pemerintahan kedua orang ini tidak diketahui
denga jelas karena masing-masing hanya mengeluarkan satu prasasti. Raja
Candrabhayasingha mengeluarkan prasasti Tirta Empul tahun 960 dan raja Sri
Janasadhu mengeluarkan prasasti Sembiran tahun 975. Rupanya Sri Kesari
Warmadewa merupakan pendiri dinasi (wangsakara) Warmadewa.
Pada tahun 984 muncul seorang raja bernama Sri Maharaja Sri Wijaya-
mahadewi, dan pada tahun 989 muncul pulaseorang raja bernama Sri Dharmma-
Udayana Warmadewa yang memerintah bersama permaisurinya Sang Ratu Luhur Sri
Gunapriyadharmmapatni keturunan Mpu Sindok dari Wangsa Isyana. Mereka
memerintah sekitar tahun 989-1011.
Dari perkawinannya raja Udayana dengan Gunapriyadharmmapatni lahirlah
tiga orang anak, yaitu Airlangga, Marakata dan Anakwungsu. Airlangga kemudian
menjadi raja di Mataram di Jawa Timur, sedangkan Marakata dan Anakwungsu
menjadi raja di Bali.
Dari empat buah prasasti yang berasal dari tahun 1022-1027 dapat diketahui
raja yang memerintah di Bali pada waktu itu ialah raja Marakata yang bergelar
Paduka Haji Sri Dharmmawangsa-warddhana Marakatapangkajastanottunggadewa.
Dalam prasasti Trunyan tahun 1050 sudahdisebutkan yang menjadi raja adalah
Paduka Haji Anakwungsu. Prasastinya yang terakhir berasal dari tahun 1088. Setelah
itu tampil seorang raja yang bergelar Paduka Sri Maharaja Sri Sakala-Indukirana
Isyanagunadharmmalaksmidhara Wijayottunggadewi, yang mengeluarkan prasasti
Sawan (Sukhapura II), pada tahun 1098.
Dari prasasti Air Tabar yang berasal dari tahun 1115 kita mengenal seorang
raja yang bergelar Sri Maharaja Suradhipa. Nama raja ini dalam prasasti Sukhamerta
(Angsri) tahun 1119 disebutkan pula bersama raja lain yang bernama Bhatara Sri
Haji Uganendra Dharmmadewa. Masa pemerintahan kedua raja ini tidak diketahui
dengan pasti, tetapi dari prasasti yang berasal dari tahun 1146 dan 1150 ada raja
yang bernama Paduka Sri Maharaja Sri Jayasakti. Rupanya ia kemudian digantikan
19
oleh Paduka Sri Maharaja Haji Jayapangus karena namanya disebutkan dalam
prasasti-prasasti yang dikeluarkannya pada tahun 1178 dan 1181.
Raja Jayapangus digantikan oleh Sri Maharaja Haji Ekajaya, yang
memerintah bersama ibunya, Paduka Sri Maharaja Sri Arjayya, seperti disebutkan
dalam prasastinya yang berasal dari tahun 1200. Empat tahun kemudian muncul
seorang raja bernama Bhatara Guru Sri Adikuntiketana seperti disebutkan dalam
prasasti Bangli III dari tahun 1204. Masa pemerintahannya tidak diketahui dengan
jelas. Setelah itu terdapat masa kegelapan yang cukup lama dalam sejarah Bali Kuna
karena sedikitnya sumber-sumber sejarah yang sapai kepada kita.
Pada tahun 1260 muncul seorang raja bernama Paduka Bhatara Guru
Parameswara Sri Hyang ning Hyang Adidewalanchana, seperti disebutkan dalam
prasasti Bulihan. Setelah itu baru diketahui lagi seorang raja bernama Paduka Bhatra
Guru (II) yang disebutkan dalam prasasti Hyang Putih bersama-sama anaknya,
Paduka Aji Sri Tarunajaya.
Dalam prasasti Tumbu dari tahun 1325 disebutkan seorang raja bernama
Paduka Sri Maharaja Sri Bhatara Mahaguru Dharmmottungga Warmmadewa.
Kemunculan raja ini menunjukkan kembalinya dinasti Warmmadewa dalam masa
pemerintahan raja-raja di Bali. Batara Mahaguru mangkat pada tahun 1355 seperti
disebutkan dalam prasasti Salumbung.yang menyebutkan nama Paduka Bhatara Sri
Walajaya Kertaningrat bersama ibunya, Paduka Tara Sri Mahaguru. Dari prasasti
Langgaran tahun 1338 disebutkan yang menjadi raja adalah Paduka Bhatara Sri
Astasura Ratna Bhumi Banten. Ia adalah raja Bali terakhir, sebab sejak tahun 1343
Bali ditaklukkan oleh Gajah Mada.
Sesudah penaklukkan Bali oleh Gajah Mada, terdapat dua prasasti dari raja
Majapahit yang ditemukan di Pulau Bali. Prasasti-prasasti itu dalah Prasasti Her
Abang II tahun 1384 yang dikeluarkan oleh Paduka Sri Maharaja Parameswara Sri
Wijayarajasa, dan prasasti Tambelingan II tahun 1398 yang menyebutkan nama raja
Pauka Bhatara Sri Parameswara Sira Sang Mokta ring Wisnubhawana. Sejak Bali
dikuasai oleh keluarga raja-raja Majapahit pusat pemerintahan mula-mula di daerah
Samprangan, tetapi kemudian dipindahkan ke Gelgel dan Klungkung. Raja-raja di
Klungkung menganggap dirinya sebagai orang keturunan Majapahit (wong
Majapahit).
III. ASPEK-ASPEK SOSIAL-BUDAYA PADA MASA HINDU-BUDDHA
Pelayaran dan perdagangan internasional di Jalur Sutera yang menghubungkan
Tiongkok (Asia Timur) dengan India (Asia Selatan) dan Dunia Arab (Asia
Baratdaya) telah memengaruhi perkembangan kehidupan sosial-budaya di Nusantara
(Asia Tenggara) pada umumnya, khususnya di Indonesia. Masuknya pengaruh
kebudayaan India ke Indonesia telah menimbulkan beberapa perubahan yang
merupakan perkembangan baru dalam tatanan kehidupan sosial-budaya bangsa
Indonesia pada waktu itu. Perkembangan baru ini di antaranya ialah diterimanya
agama Hindu dan Buddha, sistem kemasyarakatan, sistem tulisan dan kesenian,
khususnya seni sastra, seni bangunan, dan seni arca yang berlatarkan agama Hindu
dan Buddha.
Namun kondisi perkembangan kehidupan sosial-budaya masyarakat di
berbagai daerah di Indonesia yang ada pada masa akhir prasejarah, tidaklah sama.
Keadaan seperti ini menyebabkan tidak meratanya persebaran pengaruh datangnya
20
kebudayaan India itu di berbagai daerah, dan menyebabkan pula perbedaan
kemampuan dalam mengadaptasi unsur-unsur kebudayaan luar.
Dalam membahas perkembangan aspek-aspek kehidupan sosial-budaya
kerajaan-kerajaan di Indonesia masa Hindu-Buddha, kita tidak dapat menjelaskannya
secara untuh pada setiap kerajaan. Karena, tidak semua kerajaan-kerajaan itu
memiliki masa perkembangan yang sama, dan juga tidak semua memiliki
kemampuan untuk mengembangkan aspek-aspek kehidupan sosial-budaya secara
maksimal dan berkelanjutan.
Di samping itu sumber-sumber berupa tinggalan-tinggalan masa lampau
dari kerajaan-kerajaan tersebut yang sampai kepada kita sangat terbatas, baik
kuantitasnya mau pun kualitasnya, sehingga tidak semua kerajaan-kerajaan pada
masa Hindu-Buddha itu dapat diungkapkan aspek-aspek kehidupan sosial-budayanya
secara utuh dan jelas.
Dengan demikian dalam membahas perkembangan aspek-aspek kehidupan
sosial-budaya itu kami dibatasi pada perkembangan yang terdapat pada beberapa
kerajaan tertentu saja, seperti yang ada di kerajaan Mataram dan Kerajaan Majapahit
karena sumber-sumbernya dpat dikatakan cukup memadai. Pengetahuan tentang
aspek-aspek kehidupan sosial-budaya dari masa perkembangan keerajaan-kerajaan
Hindu- Buddha tersebut merupakan akar kebudayaan yang masih mewarnai corak
kehidupan tradisional di berbagai kelompok masyarakat di Indonesia.
A. Kerajaan Mataram
1. Sistem Pemerintahan
Sistem pemerintahan ini meliputi dua:
1.1 Sistem Perwilayahan:
Ibukota, pusat pemerintahan, tempat kedudukan raja dan para pejabat tinggi
kerajaan.
Wilayah Kerajaan, terdiri dari sejumlah daerah Kerakaian yang masing-
masing merupakan daerah lungguh atau daerah kekuasaan seorang
Rakai.
Wanua, wilayah Desa yang dikelai oleh seorang Rama.
Watak, wilayah yang terdiri dari beberapa Wanua dikepalai oleh seorang
Samget atau Rake
Sīma, wilayah perdikan atau desa yang dibebaskan dari membayar pajak kepada
kerajaan karena alasan-alasan tertentu.
1.2. Birokrasi Pemerintahan
Birokrasi kerajaan Mataram secari garis besarnya terdiri dari susunan pejabat
tinggi kerajaan di tingkat pusat yang bertempat tinggal di dalam istana sebagai
berikut:
- Raja. Pemegang otoritas tertinggi di kerajaan. Kedudukannya diperoleh secara
warisan turun-temurun.
- Rakryan Bini Haji: para istri raja, parameswari, selir.
- Rakryan Mahamantri Katrini: R.M. i Hino, R.M. i Halu, R.m. i Sirikan, R.M. i
Wka.
- Rakai (Rake), para penguasa daerah (kerakaan), yaitu wilayah atau bagian
kerajaan yang merupakan daerah “lungguh”. Biasanya para Rakai
atau Rake disebut dengan nama daerah kerakaiannya, seperti Rakai
21
Kayuwangi, Rakai Pangkaran.
- Samgat (sang Pamegat), para pejabat tinggi pelaksana pemerintahan kerajaan.
- Mangilala drawyahaji, para abdi dalem (para pejabat sipil) rendahan di
kerajaan yang mendapat upah dari perbendaharaan raja.
2. Kehidupan Sosial (Sistem Hukum, Kependudukan dan Stratifikasi Sosial)
2.1. Sistem Hukum:
- Sumber Hukum dan Perundang-undangan,
- Petugas Hukum,
- Pelaksanaan Hukum.
2.2. Kependudukan: - Penduduk, penduduk perkotaan dan penduduk desa.
- budak.
- warga asing (warga kilalān).
- petugas kependudukan/sensus (wilang thani).
2.3. Stratifikasi sosial:
- Sistem kasta (catur warna).
- bangsawan/keluarga raja, dan para pejabat tinggi kerajaan.
- abdi dalem.
- kaum agama.
- penduduk pedesaan (petani, peladang, pengrajin, pemburu,
nelayan, pedagang).
3. Kehidupan Ekonomi
3.1. Pendapatan kerajaan: Pajak (drawya haji), denda, hasil daerah sīma.
3.2. Perdagangan: lokal, interlokal (antar pulau/antar kerajan), internasional.
3.3. Pertanian, kehutanan: hasil sawah, ladang, gaga, kebun, dan hutan.
3.4. Peternakan (mangulang): kerbau, sapi, kambing, ayam, itik & telur.
3.5. Penangkapan ikan: nelayan, menjala, menangkap dengan bubu.
3.6. Perburuan: babi, rusa,
3.7. Industri, Pertukangan dan Kerajinan: memintal, tenun, batik, mewarna;
Mrembuat gerabah (mangdyun); pertukangan logam (pandai wesi, pandai
gangsa, pandai mas); membuat barang anyaman (mangañamañam); membuatan
arang (harang), garam (pagagaram).
3.8. Sarana perhubungan: penyeberangan (anambangi, tambangan), transportasi
darat, transportasi sungai, transportasi laut (pelayaran).
4. Kehidupan Religi
4.1. Agama Hindu.
4.2. Agama Buddha.
4.3. Agama kaum Resi.
4.4. Agama Islam.
5. Kehidupan Kesenian
5.1. Seni Bangunan
5.2. Seni Arca dan Seni Pahat
22
5.3. Seni Sastra
5.4. Seni Musik
5.5. Seni Tari
5.4. Seni Pertunjukan: Wayang
6. Akasara dan Bahasa
6.1. Aksara: Palawa, Prenagari, Jawa Kuna, Jawa Kuna Kuadrat, Arab,
Tionghoa
6.2. Bahasa: Sanskerta, Jawa Kuna, Bali Kuna, Malayu Kuna, Arab, Tionghoa.
B. Kerajaan Majapahit
1. Sistem Pemerintahan
Sistem pemerintahan di kerajaan Majaphit meliputi: (1) Struktur perwilayahan, dan
(2) Struktur Birokrasi Pemerintahan.
1.2 Sistem Perwilayahan:
Wilayah kerajaan Majapahit terdiri dari:
- Ibukota. Merupakan tempat kedudukan atau pusat pemerintahan dengan tempat
tinggal para penguasa atau raja dan pejabat tinggi kerajaan. Ibukoa Majapahit
dikenal pula dengan sebutan Wilwatiktapura.
- Wilayah Kerajaan. Wilayah kerajaan Majapahit terbagi dalam sejumlah
kerajaan daerah (semacam provinsi) yang masing-masing diperintah oleh
seorang raja daerah yang berkedudukan sebagai Paduka Bhattara atau Bhre
(Bhra-i). Para paduka bhatara ini biasanya dijabat oleh para keluarga dekat raja.
Berdasarkan sumber-sumber sejarah berupa parasasti, naskah sastra dan sumber-
sumber lainnya, di kerajaan Majapahit diketahui terdapat 21 kerajaan daerah
yang secara keseluruhan membentuk satu kesatuan wilayah kerajaan Majapahit.
Ke-21 kerajaan daerah di Majapahit tersebut ialah: (1) Daha (Kadiri), (2)
Jagaraga, (3) Kahuripan (Janggala, Jiwana), (4) Tanjungpura, (5) Pajang, (6)
Kembangjenar, (7) Wengker, (8) Kabalan, (9) Tumapel (Singhasari), (10)
Singhapura, (11) Matahun, (12) Wirabhumi, (13) Keling, (14) Kalinggapura, (15)
Pandansalas, (16) Paguhan, (17) Pamotan, (18) Mataram, (19) Lasem, (20)
Pakembangan, dan (21) Pawwanawwan.
Ke-21 kerajaan daerah tersebut tersebar di berbagai wilayah yang meliputi
seluruh wilayah Jawa Timur dan sebagian besar Jawa Tengah dan Daerah
Istimewa Yogyakarta sekarang. Itulah wilayah kerajaan Majapahit seperti yang
tergambar dari pada masa keemasannya.
- Watak dan Wanua. Kerajaan majapahit memiliki sejumlah wilayah pedesaan
yang disebut Watak dan Wanua. Watak biasanya merupakan daerah lungguh
bagi seorang bawahan pangeran, pejabat tinggi kerajaan, penguasa daerah yang
bergelar rakai (rake) atau samgat (sang pamegat). Biasanya gelar rakai dan
samgat diikuti oleh nama tempat wialayah kekuasaannya atau “lungguh”-nya
yang biasanya disebut watak.
Wanua adalah desa, yang secara hirarki merupakan unit wilayah terkecil.
Sejumlah wilayah pedesaan atau wanua membentuk suatu lingkungan wilayah
yang lebih besar dan secara hirarki lebih tinggi kedudukannya, yang disebut
watak.
- Wilayah Keagamaan dan Perdikan (sīma).
23
Di beberapa wilayah kerajaan sering dijumpai danya wilayah-wilayah
keagamaan yang biasanya diberi status sebagai daerah perdikan atau sima.
Wilayah keagamaan ini di antaranya daerah karesian yang dipimpin oleh seorang
dewaguru, dan daerah keagamaan yang disebut mandala. Status sima selain
diberikan kepada wilayah keagamaan dapat juga diberikan kepada desa-desa
alasan terentu, misalnya karena jasa, bencana, dan karena adanya kewajiban atau
tugas tertentu yang harus dijalankan oleh suatu desa.
Di luar wilayah kerajaan Majapahit terdapat wilayah-wilayah kerajaan lain
yang merupakan kerajaan tetangga atau sahabat (mitra), dan daerah-daerah atau
kerajan lain di luar kerajaan kerajaan Majapahit yang yang dengan alasan tertentu
dilindungi oleh raja Majapahit (desāntara kacaya de sri narapati). Kedua jenis
wilyaha seperti itu dikemukakan di dalam Kakawin Nagarakertagama karya Mpu
Prapanca dari masa pemerintahan raja Hayam Wuruk,
1.2. Struktur Birokrasi:
Struktur birokrasi di Majapahit tersusun dalam hierarki sebagai berikut.
- Raja. Merupakan pemegang otoritas politik tertinggi di kerajaan, kedudukannya
diperoleh pada umumnya secara hak waris turun-temurun.
- Yuwaraja atau Kumararaja. Raja Muda, jabatan yang diduduki oleh putra atau
ptri raja yang akan menduduki takhta kerajaan.
- Rakryan Mahamantri Katrini yang terdiri dari: R.M. i Hino, R.M. i Halu, dan
R.M. i Sirikan. Jabatan yang diduduki oleh para putra raja. R.M. i Hino
merupakan jabatan yang tertinggi di antara yang lainnya, umumnya diduduki
oleh putra mahkota.
- Paduka Bhatara (Bhre, Bhra-i), Raja Daerah. Umumnya mereka adalah sanak
saudara raja yang memerintah di kerajaan daerah.
- Rakryan Mantri ri Pakira-kira Makabehan, merupakan Dewan Menteri yang
pelaksana pemerintahan, dipimpin oleh Rakryan Mapatih atau Patih
Hamangkubhumi.
- Dharmmadhyaksa, yang terdiri dari:
(1) Dharmmadhyaksa ring Kasaiwan (urusan agama Hindu/Siwa;
(2) Dharmmaadhyaksa ring Kasogatan (urusan agama Buddha).
Kedua Dharmmadhyaksa tersebut dibantu oleh para pejabat yang di sebut
Dharmma-Upapati, yaitu: Sang pamget (Samget) i Tirwan, Kandamuhi, Jambi,
Pmwatan, Manghuri, Kandangan Atuha, Kandangan rare, Panjangjiwa, Lekan,
Tanggar, Pndelegan, dan Tigang Rat.
Selain para pejabat tersebut masih ada sejumlah jabatan lain di lingkungan
kerajaan Majapahit, yaitu: para Tanda (kepala jawatan), Nayaka, Pratyaya, dan
Drawyahaji.Di samping itu masih ada pula sejumlah jabatan militer seperti:
Pangalasan, Senapati, dan Surantani, yang bertugas sebagai pengawal dan penjaga
lingkungan keraton (bhayangkara).
2. Kehidupan Sosial (Sistem Hukum, Kependudukan dan Stratifikasi Sosial)
2.1. Sistem Hukum:Sumber Hukum dan Perundang-undangan, Petugas Hukum,
Pelaksanan Hukum)
2.2. Kependudukan: Penduduk, budak dan warga asing (warga kilalān), petugas
24
pendudukan/sensus, (wilang thani).
2.3. Stratifikasi sosial: Sistem kasta; bangsawan/keluarga raja, abdi dalem, kaum
agama, penduduk pedesaan (petani, peladang, pengrajin, pemburu, nelayan).
3. Kehidupan Ekonomi
3.1. Pendapatan kerajaan: Pajak (drawya haji), denda, hasil daerah sīma.
3.2. Perdagangan: lokal, interlokal (antar pulau/antar kerajan), internasional.
3.3. Pertanian: hasil sawah, ladang, gaga, kebun, dan hutan.
3.4. Peternakan (mangulang): kerbau, sapi, kambing, ayam, itik & telur.
3.5. Penangkapan ikan: menjala, menangkap dengan bubu.
3.6. Perburuan: babi, rusa, dll. binatang hutan.
3.7. Industri, Pertukangan dan Kerajinan: memintal, tenun, batik, mewarna;
Gerabah (mandyun); pertukangan logam (pandai wesi, pandai gangsa, pandai
mas); anyaman; pembuatan arang (harang), garam (pagagaram),
3.8. Sarana perhubungan: penyeberangan di sungai (anambangi, tambangan),
Transportasi darat, transportasi sungai, transportasi laut (pelayaran).
4. Kehidupan Religi
4.1. Agama Hindu
4.2. Agama Buddha
4.3. Agama kaum Resi (petapa)
4.4. Agama Islam
5. Kehidupan Kesenian
5.1. Seni Bangunan: bangunan suci (Candi, pendharmaan, petirtaan).
5.2. Seni Arca dan Seni Pahat/Seni Ukir/Relief (ornamen ).
5.3. Seni Sastra: Prosa (gancaran), kakawin, kidung
5.4. Seni Musik
5.5. Seni Tari
5.4. Seni Pertunjukan: Wayang
6. Akasara dan Bahasa
6.1. Akasara: Palawa; Grantha (Prenagari); Jawa Kuna; Arab; Tionghoa.
6.2. Bahasa: Sanskerta; Jawa Kuna; Bali Kuna; Malayu Kuna; Arab; Tionghoa.
25
BIBLIOGRAFI [Daftar Pustaka Acuan untuk Studi Pendalaman]
Abdullah, Taufik dan Adrian B. Lapian (Editor Umum)
2013 Indonesia dalam Arus Sejarah: Jilid 2. Kerajaan Hindu-Buddha. (Editor
Jilid: Edi Sedyawati dan Hasan Djafar). Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve/
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Cetakan Pertama.
Bernet Kempers, A.J.
1959 Ancient Indonesian Art. Amsterdam: C.P.J. Van der Peet.
Boechari
2013 Melacak Sejarah Kuno Indonesia Lewat Prasasti. Kumpulan Tulisan Boechari.
Penyunting: Ninie Susanti, Hasan Djafar dkk. Jakarta: Kepustakaan Populer
Gramedia.
Cortesao, Armando
1944 The Suma Oriental of Tome Pires: An Account of the East, from Red Sea to
Japan. Translated from Portuguese MS in Bibliothèque de la Chambre des
députés Paris, and edited by Armando Cortesão. London: Hakluyt Society.
Djafar, Hasan
2009 “Sistem Pengetahuan Tradisional”, dalam Mohammad Iskandar (editor),
Sejarah Kebudayaan Indonesia: Jilid 8. Sistem Pengetahuan, hlm. 7-46.
(Editor Umum: Mukhlis PaEni). Jakarta: Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata.
2010 Kompleks Percandian Batujaya: Rekonstruksi Sejarah Kebudayaan Daerah
Pantai Utara Jawa Barat. Bandung: Kiblat Buku Utama/École française
d’Extrême-Orient/Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional/
Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde.
2013 Masa Akhir Majapahit: Gîrindrawarddhana & Masalahnya. Depok:
Komunitas Bambu. Cetakan kedua.
Groeneveldt, W.P. 1960 Historical Notes on Indonesia and Malaya Compiled from Chinese Sources. Djakarta: Bhratara.
2009 Nusantara dalam Catatan Tionghoa. Penerjemah: Gatot Triwira, Editor: David Kwa. Depok: Komunitas Bambu. Heine Geldern, R. von 1982 Konsepsi tentang Negara dan Kedudukan Raja di Asia Tenggara. Terjemahan Deliar Noer. Jakarta: Rajawali. Cetakan ke-2. Kartodirdjo, Sartono 1969 “Struktur Sosial dari Masjarakat Tradionil dan Kolonial”, Lembaran Sedjarah, 4. Jogjakarta: Djurusan Sejarah, Fakultas sastra, Universitas Gadjah Mada.
26
Kinney, Ann R. 2003 Worshiping Siva and Buddha: The Temple Art Of East Jva. With Introduc- tion to the Religion and Art of East Java by Marijke J. Klokke and Lydia Kieven. Honolulu: University of Hawai’i Press
Miksic, John (Volume Editor) 2008 Indonesian Heritage: Vol. 1. Ancient History. General Editors: Joop Ave et al. Singapore: Didier Millet/Jakarta: Buku Antar Bangsa.
[Buku ini telah diterbitkan pula dalam Bahasa Indonesia denga Judul: Sejarah Kuno].
PaEni, Mukhlis (Editor Umum)
2009 Sejarah Kebudayaan Indonesia. 8 Jilid. Jakarta: Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata.
Poerbatjaraka, R.M.Ng.
1957 Kepustakaan Djawa. Djakarta: Djambatan. Cetakan kedua.
Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto (Editor Umum).
2008 Sejarah Nasional Indonesia: II. Zaman Kuno. Edisi Pemutakhiran (Editor
Umum Pemutakhiran: R.P. Soejono dan L.Z. Leirissa; Editor Jilid
Pemutakhiran: Endang Sri Hardiati). Jakarta: Balai Pustaka. Cetakan Pertama
Pemutakhiran.
Ramelan, Wiwin Djuwita 2014 Candi-candi di Indonesia: I. Candi-candi di Jawa. Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan RI. (Inpress).
Schrieke, B.J.O.
1966 Indonesian Sociological Studies, Part One. The Hague/Bandung: W. van
Hoeve. Second Edition.
Slametmuljana
1966 Perundang-undangan Majapahit. Djakarta: Bhratara.
Soekmono, R.
1990 Sejarah Kebudayaan Indonesia, jilid 2. Yogyakarta: Kanisius.
Zoetmulder S.J., P.J. 1982 Kalngwan. Ikhtisar Kesusastraan Jawa Kuna. Diterjemahkan oleh
Dick Hartoko. Jakarta: Djambatan.
27
KERAJAAN-KERAJAAN BESAR ISLAM INDONESIA
DI MASA SILAM
Prof. Dr. M. Dien Madjid, M.A
I. PENDAHULUAN
Pengajaran sejarah merupakan hal yang vital dalam paradigma kebangsaan. Sejarah bukan
hanya membincangkan tentang masa lalu an sich, tapi juga sesuatu yang menciptakan
masa kini dan masa depan. Internalisasi masa silam dalam paradigma pendidikan nasional
sudah tentu merupakan inisiasi strategis untuk mencetak pribadi intelek yang memahami
kekinian dengan perspektif kelampauan. Pekerjaan ini sangat penting dalam rangka
menggugah kesadaran nasionalisme dan kecintaan akan Tanah Air kepada generasi muda.
Sejarah merupakan dialog yang tak kunjung usai. Akan selalu ada topik baru yang
ditampilkan dari masa silam. Kiranya sudah bukan zamannya, apabila pengajaran sejarah
di sekolah masih mengajak siswanya “bertamasya ke masa silam” dengan mengabaikan
korelasinya dengan masa sekarang. Seiring laju dunia keilmuan yang kian berkembang,
pengajaran sejarah pun seyogyanya dapat menyematkan sudut pandang baru agar sejarah
tidak lagi menjadi mata pelajaran yang menjemukan.
Memang, ketika mengajarkan sejarah ke peserta didik, narasi masa lalu menjadi
penjelasan utamanya. Seiring berjalannya waktu, kebosanan siswa sedikit terjembatani
dengan adanya multimedia. Ilustrasi bergambar agaknya cukup menarik diperhatikan.
Namun begitu, dari segi konten, materi sejarah agaknya belum banyak berubah. Masih
didominasi oleh cara pandang masa lalu. Seakan, sejarah adalah sesuatu yang sudah lewat,
hanya bisa dikenang.
Kenyataan tersebut sebenarnya bertolak belakang dengan esensi pengajaran sejarah
sebenarnya. Adagium “sejarah adalah cerminan masa depan” agaknya perlu ditinjau ulang.
Jangan lagi pola pengajarannya membawa siswa ke masa lalu, tapi mulai ditekankan pada
nilai guna sejarah. Salah satu yang relevan adalah menghadirkan pola pengajaran “ke
belakang” dan “ke depan” atau mengajarkan sejarah sebagai penopang realitas kekinian.
Tentu akan banyak aspek baru yang didapatkan dari formula ini.
Masa ketika Indonesia memasuki periode kerajaan-kerajaan besar adalah abad
emas yang patut dibanggakan. Banyak aspek kemajuan yang belum diungkap di tataran
pendidikan formal. Seiring perjalanan waktu, cukup banyak memori kolektif bangsa yang
justru di masa kini menjadi isu yang banyak diperbincangkan. Sebagai contoh, konsep
ekonomi maritim global, ekonomi agraris, ketahanan negara serta kemajuan taraf
intelektual, menjadi beberapa tema pokok yang dahulu pernah berkembang di Nusantara di
bawah kerajaan-kerajaan besar. Penekanan kekhasan suatu kerajaan merupakan modal
penting dalam mewujudkan pengajaran sejarah yang kontekstual dengan kekinian.
II. PEMBAHASAN
Indonesia pernah menjadi mercusuar peradaban ketika tanah dan airnya berada di
masa kepemimpinan kerajaan-kerajaan besar Islam. Reputasi sebagai destinasi dagang
dunia menemukan masa kejayaannya di periode ini. Nusantara menjadi spot penting dalam
peta perdagangan dunia. Banyak kapal dagang asing yang datang membeli kekayaan alam
gugusan pulau ini. Islamisasi yang tadinya merupakan produk dialog antara orang Arab
dan pribumi, menjadi pintu gerbang bagi munculnya pengaruh Islam dalam kerajaan
Nusantara.
28
Oleh sebab banyaknya kerajaan Islam yang pernah bertahta di negeri ini, agar lebih fokus
maka akan dibahas secara satu per satu seperti di bawah ini:
1. Kerajaan Perlak
Munculnya kerajaan ini dalam sejarah Nusantara merupakan reaksi dari
ramainya kapal-kapal dagang Timur Tengah yang bertransaksi di bandar-bandar sekitar
Selat Malaka. Mereka melewati pesisir barat Sumatra, masuk ke selat Sunda melalui
Singapura menuju Kanton (China). Pembukaan jalur baru ini membawa keuntungan
bagi perkembangan Perlak. Memasuki abad ke-8, Perlak sudah dikenal oleh dunia
internasional sebagai bandar dagang yang aman dan ramai. Di bandar ini, para
saudagar Islam bukan hanya melakukan kegiatan jual beli, tetapi juga menjalin dialog
intensif. Komunikasi serta percampuran budaya yang kian intens antara penduduk
setempat dengan pedagang Timur Tengah turut mempermudah pendirian kerajaan
Perlak. Raja pertamanya bernama Sayid Maulana Abdul Aziz Syah, seorang keturunan
Arab Quraisy. Ia memerintah 1161-1186 dan bergelar Sultan Alaiddin Sayid Maulana
Abdul Aziz Syah.1
Kemajuan Perlak mulai terasa ketika menginjak masa pemerintahan raja kelima,
yakni Sultan Mahdum Alaiddin Abdul Kadir Syah (memerintah 1239-1243). Di masa
ini regulasi kerajaan mengalami amandemen. Guna menyokong peran kerajaan
mengupayakan kesejahteraan yang lebih efektif, ditetapkanlah suatu kebijakan
mengangkat Mufti Besar sebagai pendamping raja. Selain itu reorganisasi manajemen
kekayaan negara diadakan dengan pendirian lembaga perbendaharaan dan baitul mal.
Mulai masa ini pula, dalam memimpin kerajaan, raja dibantu oleh Jawatan Kadhi
Besar.
Perkembangan Islam baru meluas dan menguat di seluruh Aceh dengan
pusatnya di Perlak, ketika kerajaan dipimpin oleh raja keenam bergelar Sultan
Mahdum Alaiddin Amin Syah bin Malik Abdul Kadir (memerintah 1243-1267).
Kekerabatan antarkerajaan Muslim mulai terjalin dengan baik di masa ini. Sang Raja
memiliki dua anak perempuan yang dipersunting oleh dua raja besar; 1) Putri
Ganggang Sari menikah dengan Sultan Malikussaleh, Raja Samudra Pasai pertama; 2)
Putri Ratna Kemala menikah dengan Raja Iskandar Syah dari Tumasik (leluhur raja-
raja Malaka).
Selain itu, intensitas perdagangan Perlak juga mengalami kenaikan. Sultan
membuka spot perdagangan baru yakni Pelabuhan Basma yang terletak di antara Kuala
Perlak dan Kuala Jambo Air. Dengan kata lain, letaknya di tengah dua aliran sungai. Di
masa ini pula dibangun lembaga pendidikan terkemuka bernama Dayah Cot Kala di
Bajeun.2 Salah satu guru besarnya bernama Teungku Muhammad Amin atau yang
lebih dikenal dengan sebutan Teungku Cot Kala.3
2. Kerajaan Linge
Kerajaan ini merupakan satu diantara kerajaan yang belum banyak diketahui
umum. Jika sebelumnya, ketika membaca sejarah Aceh yang dikenal hanya kerajaan
Perlak, Samudra Pasai dan Aceh Darussalam, maka seyogyanya kerajaan ini
1 Wan Hussein Azmi, “Islam di Aceh Masuk dan Berkembangnya Hingga Abad XVI”, dalam A.
Hasjmy, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia (t.tp: Almaarif, 1963) hlm. 194-195. 2 H.M. Zainuddin, Tarich Atjeh dan Nusantara, Djilid I (Medan: Pustaka Iskandar Muda, 1961)
hlm. 95-96. 3 A. Hasjmy, Kebudayaan Aceh dalam Sejarah (Jakarta: Penerbit Beuna, 1983) hlm. 47.
29
diperkenalkan sebagai bentuk pembaruan sejarah. Kerajaan ini merupakan bentuk
dinamika dakwah di pedalaman Aceh. Selain itu, hal yang bisa ditelisik lainnya adalah
adanya kesinambungan kekerabatan antarkerajaan di Aceh. Meurah Ishak adalah
Pengeran Perlak yang mendirikan kerajaan Linge. Keturunannya yang bernama Adi
Genali adalah ayah Meurah Johan yang kelak mendirikan kerajaan Aceh yang
dikemudian hari berganti menjadi Aceh Darussalam.
Kerajaan Lingge di dataran tinggi Gaoyo (sekarang Aceh Tengah) semakin
berkembang, ketika diperintah oleh Adi Genali raja ke 4 yang dinobatkan tahun 1025.
Seiring dengan semakin sejahteranya kehidupan masyarakatnya, Adi Genali
membentuk Sarak Opat dan mendirikan kerajaan-kerajaan kecil (satelit) di daerah
Seurule, Samar Kilang dan di pinggiran Danau Laut Tawar dan Gayo Lues. Raja Adi
Genali kemudian mempersunting seorang putri kerajaan Johor dan dikaruniai 4 orang
anak: Johansyah, Joharsyah, Meurah Lingge, dan Jampuk Lingge.
3. Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan Samudra Pasai merupakan gabungan dari dua kerajaan, yakni Samudra
dan Pasai. Kerajaan ini berada di wilayah yang kini masuk dalam wilayah
Lhokseumawe, Aceh Utara. Diperkirakan kemunculan kerajaan ini adalah sekitar abad
13. Berdirinya kerajaan ini tidak terlepas dari keberadaan pedagang Muslim yang
awalnya bertransaksi di pesisir yang sudah ada sejak abad 7.
Bukti berdirinya kerajaan ini tidak terlepas dari penemuan nisan kubur di
wilayah Samudra Pasai. Dari nisan ini, diperoleh informasi mengenai raja pertama
Samudra Pasai yang meninggal pada bulan Ramadhan tahun 696 H, diperkirakan
bertepatan dengan angka tahun masehi 1297.
Muculnya Samudra Pasai ke panggung politik Asia Tenggara erat kaitannya
dengan kondisi politik Sriwijaya yang ketika mendekati abad 13 sudah mulai melemah
pengaruhnya. Daerah-daerah yang semula berada dalam kuasanya, perlahan mulai
memisahkan diri. Situasi tersebut dimanfaatkan oleh para pedagang Muslim, tidak
hanya untuk membentuk kampung niaga, namun juga menyelenggrakan pemerintahan
yakni dengan mengangkat Meurah Silu, kepala Gampong Samudra, menjadi raja
pertama Samudra Pasai dengan gelar Sultan Malikussaleh.4
Dikabarkan pada masa kepemimpinan Sultan Malikussaleh pernah datang
rombongan utusan Syarif Mekkah yang dipimpin Syekh Ismail al-Zarfy. Ia menyebut
Samudra Pasai sebagai kerajaan Islam yang telah memiliki berbagai lembaga
kenegaraan yang teratur, disamping pula angkatan laut dan darat yang kuat. Beberapa
lembaga terkait juga disebutkannya, seperti:
a. Lembaga Kabinet, yang menjadi ketuanya adalah Sri Kaya Khiatuddin
b. Lembaga Mahkamah Agung, yang menjadi Mufti Besarnya (Syaikhul Islam)
bernama Syekh Ali bin Ali al-Makarany
c. Lembaga Kementerian Luar Negeri yang menjadi menterinya adalah Bawa
Kaya Ali Hisamuddin al-Malabary
Wilayah kerajaan ini semakin meluas, manakala Sultan Malikussahir, raja kedua
(memerintah 1297-1326), memasukkan kerajaan Perlak sebagai bawahan Samudra
Pasai.5 Ketika tampuk pemerintahan berada di tangan Sultan Ahmad Malikuzzahir,
4 Uka Tjandrasasmita, Pertumbuhan dan Perkembangan Kota-Kota Muslim di Indonesia Dari Abad
XIII sampai XVIII Masehi (Kudus: Penerbit Menara Kudus, 2000) hlm. 19. 5 A. Hasjmy, Kebudayaan Aceh ..., hlm. 48-49.
30
pernah datang seorang pengembara Muslim Marokko bernama Ibnu Batuttah
mengunjungi Pasai. Ia berangkat dari kerajaan Delhi menuju Tiongkok pada tahun
1345. Di tengah perjalanan inilah setelah mengunjungi Sri Lanka, ia mendatangi
Pasai. Ia menceritakan kebaikan raja dan melihat percampuran budaya Persia dan
Gujarat dalam Istana Pasai.6
4. Kerajaan Aceh Darussalam
Kerajaan Aceh Darussalam merupakan kerajaan yang berdiri di Aceh Besar,
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sekarang. Aceh Darussalam dapat tumbuh besar
dikarenakan letak geografisnya yang strategis, yakni di bibir pantai utara Aceh yang
menjadi jalur dagang internasional. Selain itu, kerajaan ini juga dikenal karena daerah
kekuasaannya yang amat luas, hampir meliputi seluruh Sumatra dan sebagian
Semenanjung Melayu.
Banyak peristiwa besar yang terjadi dalam bentangan kisah kerajaan ini. Aceh
menjadi pesaing terkuat Portugis yang telah menguasai Malaka pada 1511. Portugis
mengalami kesulitan untuk mengembangkan sayap pengaruhnya karena selalu
mendapat ancaman dari Aceh Darussalam.
Iskandar Muda (1602-1635) menjadi raja terbesar kerajaan ini. keahliannya
memimpin negeri membuat rakyat Aceh makmur sejahtera. Perdagangan internasional
yang tertata baik membawa pengaruh bagi pembangungan infrastruktur Aceh
Darussalam, salah satu yang paling menonjol adalah aspek pendidikan. Pada masanya,
Aceh dikenal sebagai salah satu pusat keilmuan internasional. Dalam Bustanussalatin
dijelaskan banyak ulama Timur Tengah yang datang untuk mengajar di Aceh. Pelajar
yang ada di kerajaan ini, bukan hanya dari Aceh dan sekitarnya, melainkan ada pula
yang dari Patani, Padang dan Jawa.
Munculnya Aceh sebagai pusat intelektual regional maupun internasional tidak
terlepas dari peran ulamanya. Hamzah Fansuri dan Syamsuddin as-Sumatrani.
Keduanya merupakan sosok sufi yang banyak mempunyai pengikut. Puisi-puisi sufi
Hamzah Fansuri memiliki kandungan spiritual yang tinggi sehingga ia termasuk dalam
penyair terbesar Nusantara. Syamsuddin as-Sumatrani dikenal sebagai penasehat
kerajaan semasa Iskandar Muda. Nuruddin ar-Raniri dan Abdurrauf Singkel
merupakan sosok ulama yang memiliki pengaruh yang besar pula bagi perkembangan
Aceh pasca Iskandar Muda. Julukan kiblat intelektual dunia amat berkaitan dengan
peran serta ulama tersebut. Kaderisasi ulama di Aceh tetap berkesinambungan sampai
masa kini.
Di masa Iskandar Muda, banyak hal-hal populis yang mendapat perhatian serius
pihak kerajaan. Pernah ada beberapa kebijakan unik yang berlaku di masa ini.
Sebagaimana diketahui, penghinatan kepada kerajaan adalah kesalahan terbesar yang
wajib dijatuhi hukuman berat. Sang raja memiliki cara unik dalam mengeliminir upaya
pejabat kerajaan yang berseberangan dengan pandangannya. Begitu mengetahui ada
yang seperti demikian, selama tiga hari sekali orang itu akan dipanggi untuk bertugas
sebagai “penjaga malam" (peronda) dengan tanpa membawa senjata. Hukuman serupa
juga dijatuhkan kepada pencuri harta rampasan perang.
Perdagangan Aceh, termasuk yang terbaik di Nusantara. Tenggelamnya wibawa
Malaka yang dikuasai Portugis memiliki berkah tersendiri bagi melebarnya pasar-pasar
di pesisir. Barang-barang dagangan banyak dipasok dari wilayah kerajaan. Pejabat
kerajaan memiliki langkah tersendiri, guna menjaga agar distribusi barang jangan
6 H.M. Zainuddin, Tarich Atjeh ..., hlm. 119-120.
31
sampai terputus yang mengakibatkan kekosongan stok, utamanya bagi komoditas
unggulan seperti rempah-rempah.
Di masa Iskandar Muda, petugas kerajaan sering mengadakan tinjauan lapangan
untuk memastikan agar kebutuhan barang dagang pokok dapat terus diproduksi. Secara
berkala mereka mendatangi para petani dan melakukan sistem bagi hasil yang
menguntungkan kedua belah pihak. Tidak berhenti sampai di situ, pihak kerajaan juga
mengatur barang tersebut hingga ke pasar internasional di pesisir pantai Aceh.
Sebagai contoh, ketika panen beras datang, petugas kerajaan mengawasinya
dengan ketat. Hasil penen kemudian digudangkan dan disimpan sampai akhir musim
panen. Setelah persediaan beras disishkan untuk konsumsi kerajaan dan rakyat,
barulah sisanya dilempar ke pasar untuk dijual. Ketika musim paceklik tiba, Iskandar
Muda melakukan monopoli beras. Regulasi beras ini efektif menjadikan Aceh sebagai
salah satu lumbung padi terkemuka di zamannya. Beras menjadi komoditas lain yang
laku di luar wilayah.
Penghasilan lain juga didapatkan dari pajak maritim. Agustin de Beaulieu,
seorang anggota armada dagang Prancis yang pernah mengunjungi Aceh pada 1620-
1621, menceritakan tentang pajak kelautan ini. Bagian terbesar dari berbagai pajak
perniagaan masuk ke kas kerajaan dengan legalisasi cap raja atau bukti pembayaran
pajak. Pajak yang masuk sekitar 50 – 60 real ketika waktu keluar pajaknya harus
dibayar separuhnya. Pajak yang terbesar didapat dari saudagar Inggris dan Belanda.
Berbagai bentuk model perpajakan diatur dalam kitab undang-undang Adat
Aceh. Dalam kitab ini juga dibukukan mengenai peraturan bahwa orang asing yang
meninggal di Aceh dan tidak mempunyai ahli waris, maka kekayaannya jatuh ke
tangan kerajaan. Bentuk penghasilan lain juga didapat melalui peraturan Hak Tawan
Karang. Hak ini terjadi apabila ditemukan kapal orang asing yang karam atau masih
dapat diselamtkan ke darat, barang-barangnya menjadi milik kerajaan. Hibah dari
pedagang asing yang akan berniaga di Aceh bagi raja juga merupakan pendapatan
besar lainya. Hibah ini biasanya berupa emas dan barang berharga lainnya.7
5. Kerajaan Palembang
Muculnya kerajaan Palembang tidak bisa dilepaskan kaitannya dengan diaspora
Adipati Majapahit bernama Ario Damar ke Palembang pada 1447. Awalnya, ia adalah
penganut Hindu, namun beberapa waktu kemudian ia memutuskan menjadi Muslim
dan namanya berganti menjadi Ario Abdillah atau Ario Dillah dengan gelar
Panembahan Palembang. Proses menjadi Muslim yang relatif singkat itu menunjukkan
sudah ada pemukiman orang Muslim di Palembang.
Suatu ketika, Ario Abdillah mendapat anugrah istri dari Kertabumi, Raja
Majapahit, bernama Putri Campa. Pada tahun 1435 ia melahirkan anak yang diberi
nama Raden Patah, raja pertama Demak
Hubungan Palembang terbangun dengan baik dengan Majapahit dan berlanjut
terus hingga terjadi perombakan tata kekuasaan di Jawa. Ketika Demak yang menjadi
kerajaan utama Islam di Jawa bahkan ketika digantikan Pajang, Palembang masih
menjadi negara bagian dari Jawa. Kerjasama kedua pemerintahan mengalami
kelonggaran ketika Mataram menjadi penguasa Islam di Jawa selanjutnya. Ketika
Palembang di bawah kepemimpinan Pangeran Madi Ing Soko bergelar Pangeran Ratu
Sultan Jamaluddin Amangkurat I yang memerintah pada 1587-1622, Palembang
menjadi daerah protektorat kerajaan Mataram.
7 Taufik Abdullah, ed, Sejarah Ummat Islam di Indonesia (Jakarta: Majelis Ulama Indonesia, tanpa
tahun) hlm. 59-60.
32
Ketika pengaruh Mataram atas Palembang agak memudar, pada 1653, Pangeran
Ario Kesumo Abdul Rahim memproklamirkan Kesultanan Palembang Darussalam.
Daerah kekuasaan kerajaan ini mencakup daerah-daerah sebagian Lampung Utara
hingga Krui, Pulau Bangka Belitung dan eks Keresidenan Palembang. Sultan
Palembang pertama ini memerintah hingga 1707.8
Palembang mencapai masa kejayaannya ketika menginjak paruh kedua abad 18.
Sultan Susuhunan Mahmud Badaruddin II memerintah secara bijaksana dan membuka
pasaran timah yang luas, sehingga keutungannya digunakan untuk membangun
kerajaan. Sumber daya timah yang melimpah menemukan pasaran yang tepat di
Palembang. Pelabuhan di sana sudah menjadi tujuan saudagar antarpulau dan
antarbenua. Jalur perdagangan ke Jawa, Riau, Malaka, Siam dan China sejak lama
sudah terbangun dimanfaatkan untuk menyejahterakan rakyat
Pola terbentuknya Palembang hampir mirip dengan Demak, yakni kelanjutan
dari dinasti atau kerajaan Hindu-Budha yang berjaya sebelumnya. Sriwijaya telah
memiliki daerah pengaruh yang sedemikian luas di kawasan Sumatra Selatan.
Palembang kemudian melajutkan kejayaan tersebut. Ini merupakan suatu pelajaran
berharga bagi negara ini. para leluhur mengajarkan untuk mengupayakan stabilitas
negara ketika masa peralihan kekuasaan.
6. Kerajaan Jambi
Pada abad 11, Jambi pernah menjadi kerajaan bahari terbesar di Nusantara, yaitu
tempat berpijak bagi kerajaan Sriwijaya, sebelum dipindahkan ke Palembang. Setelah
kerajaan tersebut surut, Jambi mengalami kehilangan pamor sehingga keadaannya
dilupakan sejarah. Memasuki abad 16, terjadi pemusatan beberapa bandar besar di
Nusantara, yakni Aceh, Johor, Pelembang, tak terkecuali Jambi. Membludaknya
gelombang kedatangan pedagang asing membuat perekonomian Jambi kembali
berdenyut dan menapaki masa keemasannya.
Selain mendapat keuntungan sebagai pelabuhan trasit, penjualan lada juga
termasuk penyumbang perbendaharaan kerajaan. Lada tersebut dipasok dari daerah
pedalaman, yakni Minangkabau dan didistribusikan ke pasar pelabuhan melalui jalur
sungai Batanghari. Komoditas rempah ini menjadi elemen tunggal penggerak roda
niaga Jambi. Tanpa lada, dapat dipastikan pelabuhan di sana sepi pengunjung, karena
tidak ada lagi barang bernilai yang menjadi substitusinya (penggantinya).
Kerajaan Jambi pernah menjadi vassal kerajaan Mataram. Kedudukan ini di
kemudian hari sering digunakan sebagai tameng yang menghalau Palembang maupun
Banten yang berupaya memperluas kekuasaan dengan menudundukkan Jambi.
Mengetahui hal tersebut, Palembang pun sungkan untuk melancarkan pelebaran
pengaruhnya, mengingat Palembang masih menaruh hormat kepada Mataram.
Sistem pemerintahan di kerajaan Jambi tergolong unik. Jalannya pemerintahan
dipegang oleh raja “yang tua” yang lazim disebut Sultan dan raja “yag muda” atau
Pangeran Ratu (putra mahkota). Masing-masing dari mereka memiliki basis
pendukung kekuasaannya tersendiri dan diperkenankan membuat tanda kebesaran yang
satu sama lain berbeda. Terbelahnya kekuasaan inilah yang membuat Jambi berbeda
dengan kerajaan lain. Otoritas kerajaan tidaklah tertalu otoriter mengingat kompromi
antardua raja kerapkali terjadi. Hal ini amat berbeda dengan Aceh dan Mataram ayang
keputusan tunggal melulu berada di tangan rajanya. Fungsi dua raja ini semata-mata
8 M. Dien Madjid, “Selintas tentang Keberadaan Islam di Bumi Sriwijaya”, dalam K.H.O.
Gadjahnata, ed, Masuk dan Berkembangnya Islam di Sumatra Selatan (Jakarta: Universitas Indonesia Press,
1986) hlm. 207-209.
33
bukanlah menandakan dua kepemimpinan yang berbeda, namun justru dimaknai
sebagai bentuk integritas Jambi.9
Perekonomian di Jambi lebih banyak didominasi oleh peran para saudagar asing.
Di antara mereka ada yang diplot sebagai pejabat syahbandar yang diberi mandat untuk
mengorganisasikan sistem pelayaran dan perdagangan yang baik. Batanghari menjadi
penyokong utama lancarnya distribusi barang dari pedalaman ke pesisir. Laiknya
beberapa kerajaan di Kalimantan, sungai berperan besar sebagai jalur tak tergantikan
dalam menjaga agar stok barang tetap tersedia.
Optimalisasi peran sungai agaknya menjadi perhatian di masa kini. Memori
masa lalu sebagai salah satu kampiun perdagangan dunia, bukan hanya disematkan
pada daerah pesisir semata, namun melihat pula pada peran sungainya. Merupakan
suatu langkah menguntungkan jika potensi sungai negeri ini kembali dibangkitkan
sehingga diharapkan menjadi alternatif pendapatan negara. Implikasi dari modernisasi
peran sungai salah satunya adalah mendayagunakan peran para petani pedalaman.
7. Kerajaan Islam di Riau
Dalam Suma Oriental yang ditulis oleh Tome Pires disebutkan ada tiga kerajaan
Islam bernama Siak, Kampar dan Indragiri, yang sekarang masuk dalam wilayah Riau.
Belum dapat dipastikan, sejak kapan ketiga kerajaan ini mulai menganut Islam, namun
diberitakan, sudah ada pedagang-pedagang Islam dari Arab dan daerah Timur Tengah
lainnya, memegang peran penting dalam perdagangan dan pelayaran di perairan
Malaka pada abad 7 dan 8 Masehi.
Berdasarkan informasi Tome Pires, Kerajaan Siak, Kampar dan Indragiri
memiliki relasi niaga yang kuat dengan bandar Malaka, bahkan mengirimkan upeti ke
kerajaan itu. Ketiga kerajaan ini memang diakui sebagai vassal kerajaan Malaka.
Keadaan ini terjadi ketika Malaka diperintah oleh Sultan Mansur Syah (w.1477).
Bahkan, pada era kepemerintahan anaknya, Sultan Alauddin Riayat Syah (w.1488)
sebagian pulau di Selat Malaka, termasuk Lingga, Riau berada dibawah kekuasaan
Malaka.
Ketiga kerajaan ini memiliki hasil alam yang melimpah. Tome Pires
menyebutkan beberapa komoditas negeri-negeri itu antara lain adalah Siak
menghasilkan padi, madu, lilin, rotan, bahan-bahan apotek dan emas. Kampar menjadi
distributor emas, lilin, madu, biji-bijian dan kayu gaharu. Sedangkan Indragiri
memiliki hasil alam serupa dengan Kampar, namun emasnya didapatkan dari
Minangkabau.10
Meskipun peran serta pengaruh ketiga kerajaan ini tidaklah sebesar Malaka dan
Aceh Darussalam, keberadaan mereka justru amat penting sebagai lumbung hasil alam
yang menarik para saudagar asing. Sebagaimana disebutkan oleh Slamet Muljana,
kerajaan Malaka sendiri bukanlah kerajaan yang kaya dari hasil alamnya.11 Kerajaan
ini hanya memfasilitasi dan memanjakan penjual dan pembeli dengan membangun
pusat perkulakan yang memadai, sedangkan komoditasnya berasal dari negeri-negeri
lain. Lada ungulan disana berasal dari Banten, beras dari Jawa, sedangkan komoditas
penting lainnya didapatkan dari Sumatra Timur.
9 Yahya Harun, Kerajaan Islam di Nusantara Abad XVI Sampai XVII (Yogyakarta: Kurnia Kalam
Sejahtera, 1995) hlm. 85-86. 10 Taufik Abdullah dkk, ed, Indonesia dalam Arus Sejarah, jilid 3 (Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve, 2012) hlm. 27. 11 Slamet Muljana, Kuntala, Sriwijaya, dan Suwarnabhumi (Jakarta: Yayasan Idayu, 1981) hlm.
326-328.
34
Kerjasama ketiga kerajaan Riau dengan Malaka tersebut merupakan gambaran
tentang pentingnya mengkonsentrasikan beberapa provinsi maupun daerah sebagai
lumbung komoditas alam serta hasil bumi tertentu. Memang, hal itu sudah ada di masa
kini, namun penanganannya belumlah maksimal. Wawasan kesejarahan ini diharapkan
mampu membentuk paradigma berpikir ekonomi yang lebih partisipatif terhadap
pertumbuhan bangsa.
8. Kerajaan Demak
Demak merupakan pewaris terdepan dari kejayaan Majapahit dan menjadi
sentral penyebaran Islam awal di pulau Jawa. Kerajaan ini didirikan oleh Raden Patah
sekitar abad 15 dibantu oleh beberapa orang ulama yang kemudian dikenal sebagai
Wali Songo. Pola dakwah mereka yang akomodatif dengan tradisi, serta memberikan
solusi bagi persoalan-persoalan aktual masyarakat kala itu, menyebabkan dakwah
mereka kian meluas, yang berarti pula ikut melebarkan pengaruh Demak di pedalaman
Jawa. Wawasan terbuka (inklusif) dalam syiar Islam memang menjadi strategi jitu
kesuksesan dakwah para wali.
Banyak produk budaya hasil pembauran Islam dan Jawa yang semula dijadikan
alat dakwah, kini menjadi kekayaan kebudayaan bangsa ini. salah satunya adalah
Gapura. Bangunan kembar ada di sisi kiri kanan jalan, merupakan salah satu buah
kecerdasan Sunan Kalijaga, salah satu anggota Wali Songo. Gapura berasal dari bahasa
Arab “ghafura” yang berarti “ampunan”. Awalnya, bangunan ini dibangun sebagai
pintu pertunjukan wayang. Seorang yang akan menonton pertujukkan wayang,
harapanya setelah melewati bangunan ini lalu mendapat ampunan Tuhan. dengan cara
simpatik ini, orang menjadi tidak takut dan semakin mantab menjadi Muslim.12
Ekonomi kerajaan banyak disokong dari aspek kemaritiman. Hal ini terjadi
setelah Trenggono, raja Demak kedua, melakukan serangkaian penguatan pengaruh
politik di Jawa. Upaya ini membawa angin segar bagi perluasan dakwah Islam bahkan
hingga menyentuh sebrang lautan, yakni sampai ke Kalimantan Selatan. Perlahan
wilayah pantai Jawa berada dibawah kontrol Demak. Tercatat beberapa pelabuhan
besar seperti Sunda Kelapa, Cirebon, Gresik dan daerah sekitar sungai Serayu
menyatakan kesetiaan pada Demak.13
Salah satu aspek yang menonjol dari kerajaan ini adalah di ranah dakwah
Islamnya. Besarnya kerajaan ini bergantung pada luasnya dakwah para wali.
Akulturasi budaya yang kerap digunakan dalam dakwah mencerminkan bahwa Islam
dapat menjadi agama dominan di negeri ini adalah dilakukan dengan jalan yang damai,
penuh harmoni dan jauh dari kekerasan seperti yang belakangan terjadi. Strategi
dakwah Walisongo terbukti efektif mengajak penduduk Jawa untuk kembali bangkit
dan berkarya berpayungkan pemerintahan dan agama baru.
9. Kerajaan Pajang
Kerajaan Pajang didirikan oleh Jaka Tingkir, menantu Sultan Demak yang
terakhir (Sultan Trenggono). Jaka Tingkir dinobatkan menjadi Sultan Pajang bergelar
Adiwijaya. Ia memperluas pengaruh ke beberapa daerah sekitarnya: Jipang, Demak,
dan daerah pesisir utara Jawa seperti Jepara dan Pati dan ke arah barat sampai
Banyumas.
12 Purwadi dkk, Makrifat Sejati Sunan Kalijaga; Mengungkap Intisari Ajaran Islam Kejawen
(Yogyakarta: Media Abadi, 2005) hlm. 29. 13 Taufik Abdullah, Sejarah Ummat ..., hlm. 69.
35
Kendati kiprah Kerajaan Pajang dalam bentangan sejarah Jawa tergolong
singkat, namun keberadaannya amat penting sebagai stabilisator bagi kekuatan-
kekuatan yang bertikai. Ketika elite istana terlibat persengketaan suatu masalah, Jaka
Tingkir muncul untuk mengurai dan meredam peristiwa tersebut. Dengan kelihaian
serta kecerdasannya, ia mampu membuka belenggu lingkaran kekuasaan yang semula
didominasi oleh silang sengkarut ambisi pewaris tahta. Sosok Joko Tingkir
menunjukkan bahwa ketika istana mengalami kebuntuan, rakyat akan selalu siap
menampilkan sosok alternatif guna menyelamatkan pemerintahan.
Perpindahan kekuasaan dari Demak ke Pajang hingga Mataram diliputi oleh
pergeseran pusat pemerintahan dari daerah pinggir pantai ke pedalaman, yang ikut pula
menggantikan perspektif maritim menjadi agraris.14
10. Kerajaan Mataram
Berdirinya kerajaan Mataram tidak bisa dilepaskan dari peristiwa keterlibatan Ki
Gede Pemanahan membantu Sultan Adiwijaya, Raja Pajang, menumpas pasukan
pemberontak yang dipimpin Aria Penangsang dari Jipang. Sebagai hadiah, Sultan
memberikan daerah Mataram sebagai daerah yang dipimpinnya.
Pada 1577, Ki Gede Pemanahan menempati keraton barunya di Mataram.
Kemudian, ia digantikan oleh putranya Senopati pada 1584, yang penobatannya
direstui Sultan Pajang. Ia merupakan sosok pemimpin yang agresif dalam menegakkan
kedaulatannya. Pajang dan Demak dikuasainya pada 1588, menyusul kemudian
Madiun (1590), Jepara (1599) dan (1619).
Raja besar lainnya yang melanjutkan apa yang dilakukan oleh Senapati adalah
Sultan Agung (1613-1646). Seperti Senapati, Sultan Agung juga mewarisi keberanian
untuk melanjutkan perluasan wilayah Mataram Wirasaba dan Lasem didudukinya,
masing-masing pada 1615 dan 1616, menyusul kemudian Pasuruan (1617), Tuban
(`1619) dan Madura (1624). Surabaya yang menjadi musuh bebuyutan Mataram
ditundukannya pada 1625. Selajutnya, Giri (1636) dan Blambangan (1639). Prestasi ini
seakan menggenapi apa yang sebelumnya dilakukan Senapati. Mataram masa ini
sebagai penguasa utama Pulau Jawa, kendati bagian Barat belum banyak ditundukkan.
Berbeda dengan kerajaan Islam Jawa pada umumnya yang kotarajanya
bertempat di pesisir pantai, Mataram memilih tempat yang agak ke dalam, yakni di
sekitar Yogyakarta. Perubahan tata ruang ini, tentu saja berpengaruh besar bagi
perpolitikan Jawa. Di masa pemerintahan Sultan Agung, legitimasi terpusat di
pedalaman seimbang dengan administrasi desentralistik.15 Wibawa istana tetap dapat
mengontrol kuasa-kuasa daerah. Ini merupakan bentuk warisan berharga, betapa
jejaring ini menimbulkan kekuatan yang besar. Untuk kerajaan yang berpusat di
pedalaman, ini merupakan suatu strategi yang jitu untuk tetap menjaga stabilitas
wilayah kerajaan (mancanegara).
Mataram banyak mengajarkan negeri ini untuk selalu sigap mempersiapkan
negeri dalam mengantisipasi bahaya disintegrasi. Upaya yang digagas Mataram adalah
suatu awal untuk mewujudkan Jawa yang bersatu serta bersama menciptakan
kesejahteraan. Daya tahan Mataram yang notabene awalnya hanya tanah perdikan,
seakan mengingatkan bahwa kekerdilan serta keterbatasan yang dewasa ini
dialamatkan ke negeri ini kemudian lahir dalam wujud ketidakpercayaan bernegara,
merupakan sesuatu yang harus dijauhi.
14 Taufik Abdullah, Indonesia Dalam Arus ..., hlm. 36-37. 15 M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1995)
hlm. 68.
36
11. Kerajaan Cirebon
Awalnya, Cirebon merupakan daerah bawahan Kerajaan Sunda Pajajaran dan
menjadi salah satu pelabuhan kerajaan tersebut. ketika Tome Pires mengunjungi
pelabuhan ini sekitar tahun 1513, diberitakan bahwa Cirebon sudah menjadi wilayah
vassal Demak. Pemuka di Cirebon bernama Lebe Usa yang merupakan bawahan Pate
Rodin (Raden Patah). Komoditas utama Cirebon adalah beras dan bahan makanan
lainnya.
Merujuk pada Purwaka Caruban Nagari karya Pangeran Arya Cerbon yang
ditulis pada 1720, diperkirakan kehadiran Islam erat kaitannya dengan kedatangan
Syarif Hidayatullah pada 1470 dan mensyiarkan Islam di Gunung Sembung dibantu
oleh Haji Abdullah Iman (Pengeran Cakrabuana), pamannya, yang telah menetap di
Cirebon sebelumnya. Syarif Hidayatullah kemudian menikah dengan Pakungwati, putri
pamannya. Menginjak tahun 1479, ia menggantikan mertunya sebagai penguasa
Cirebon.
Untuk memperkuat posisinya, ia mendirikan keraton yang diberi nama
Pakungwati, letaknya di sebelah timur Keraton Kasepuhan kini. Nama Syarif
Hidayatullah belakangan lebih dikenal sebagai Susuhunan Jati atau Sunan Gunung Jati,
salah seorang anggota Wali Songo. Ia juga mendapat gelar sebagai Pandita-Ratu,
mengingat perannya selain sebagai ulama yang merangkap sebagai pemimpin Cirebon.
Mulai saat itu, pengiriman upeti ke Pakuan Pajajaran dihentikan.
Di masa kepemimpinannya pengajaran Islam semakin diperluas. Untuk
menunjang dakwah di pusat kekuasaan serta mewadahi gairah umat dalam
menjalankan ritual keagamaan, dibangunlah Masjid Agung Sang Ciptarasa di sayap
barat alun-alun keraton Pakungwati. Dakwah Islam pun mulai digelar dan diintensifkan
ke wilayah yang lebih jauh antara lain ke Kuningan, Telaga, Galuh (sekitar 1528-
1530), dan Banten antara 1525-1526 dibantu putranya Maulana Hasanuddin.
Menginjak tahun 1527, ia merestui Fadhillah Khan, yang tak lain adalah menantunya
namun mengabdi di Demak, untuk menyerbu Sunda Kalapa yang masih dikuasai
Kerajaan Sunda yang sejak tahun 1522 telah menjalin kerjasama dengan Portugis.16
Sejarah berdirinya Cirebon, laiknya sejarah pendirian Demak dan Banten adalah
suatu fase penguatan Islam awal di tanah Jawa. Spirit keislaman di masa kerajaan-
kerajaan itu amatlah kental dan dengan kharisma seorang tokoh dapat dibentuk sebagai
formula perubahan tatanan sosial. Tidak mudah kiranya merubah suatu tradisi dan
keberaturan yang telah lama berurat akar. Tersebarnya Islam di kemudian hari menjadi
bukti, bahwa upaya penguatan Islam dilakukan secara ramah, partisipatif dan simpatik
menuai hasil yang baik, tanpa harus mengupayakan perebutan kekuasaan. Spirit
keislaman telah ditempa menjadi suatu suguhan yang menjanjikan perubahan sosial
dan renovasi atas tatanan lama yang telah macet.
12. Kerajaan Banten
Banten merupakan kerajaan yang berdiri berkat dakwah Sunan Gunung Jati di
ujung barat pantai utara Jawa pada sekitar 1525. Di sana, selain mengajarkan Islam,
Sunan Gunung Jati melatih penduduk setempat untuk berdagang.
Raja Pajajaran memberi keluasan aktivitas dakwah dan raja pun tertarik untuk
mengenal Islam. Guna mengintensifkan syiar Islam, pada tahun 1527, Sunan Gunung
Jati menetap di pelabuhan Sunda. Dari sini perluasan agama semakin menyebar di
pelabuhan Jawa Barat lainnya termasuk beberapa wilayah Pajajaran. Ketika Sunan
16 Taufik Abdullah dkk, ed, Indonesia Dalam Arus ..., hlm. 39-40.
37
Gunung Jati memutuskan kembali ke Cirebon, estafet dakwahnya diteruskan oleh
anaknnya, Maulana Hasanuddin, yang menikah dengan putri Demak kemudian
diangkat menjadi Panembahan Banten pada 1552. Di masanya, Islam semakin luas
tersebar hingga ke Lampung dan Sumatra Selatan.17
Relasi bisnis dan persahabatan Banten menjangkau kerajaan-kerajaan besar di
Nusantara seperti Cirebon, Lampung, Goa, Ternate dan Aceh. Disamping itu,
hubungan dagang dengan dunia internasional juga disambungkan, seperti dengan
Persia (Iran), Hindusatan, Arab, Inggris, Prancis, Denmark, Jepang, Pegu (Myanmar),
Filipina, Cina dan sebagainya. keunggulan Banten dari segi perdagangan tidak hanya
tercatat dalam harian Belanda (dagregisters), tetapi ditemukan dalam pecahan keramik
dan benda lainnya yang berasal dari Cina, Jepang maupun Eropa.
Kerajaan Banten dibawah Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1676) melakukan
perombakan besar di bidang politik, sosio-budaya dan ekonomi. Ia sosok yang visioner
dalam pembangunan kerajaan. Keuntungan kerajaan digunakan untuk membangun
keraton di Tirtayasa, membuat jalan dari Pontang ke Tirtayasa-bahkan membuat
persawahan di sepanjang jalan tersebut serta membangun pemukiman di sebelah utara
Untung Jawa.18
13. Kerajaan Pontianak
Kerajaan Pontianak didirikan oleh pendakwah Arab yang terhitung masih
keluarga Sayid, bernama Syarif Abdurrahman al-Qadri. Ia adalah putra dari ulama dari
Hadramaut bernama Habib Husein al-Qadri. Syarif Abdurrahman merupakan pribadi
yang luwes bergaul dengan raja-raja lainnya. Terbukti, ketika penobatannya menjadi
Sultan Pontianak pertama pada tahun 1778, Raja Haji dari Riau menjadi pemimpin
prosesi tersebut. walaupun baru pada 1778 ia ditasbihkan menjadi raja, namun
sebenarnya sudah sejak 1771 ia memimpin Kerajaan Pontianak hingga tahun 1808.
Awalnya, ia banyak berkecimpung dalam dunia dakwah sebagaimana
leluhurnya, namun ketika melihat peluang terbuka, ia merintis membangun kerajaan. Ia
merintis kerajaan dimulai dengan membangun pemukiman di daerah pertemuan antara
Sungai Landak dan Sungai Kapuas pada tanggal 23 Oktober 1771. Di tempat itu
didirikan Masjid Jami’ Syarif Abdurrahman al-Qadri dan Istana al-Qadri.
Setalah masa Syarif Abdurrahman al-Qadri, raja-raja yang memerintah
Pontianak adalah: Syarif Kasim al-Qadri (1808-1819), Syarif Osman al-Qadri (1819-
1855), Syarif Hamid al-Qadri (1855-1872), Syarif Yusuf al-Qadri (1872-1895), Syarif
Muhammad al-Qadri (1895-1944), Syarif Thaha al-Qadri (1944-1945) dan Syarif
Hamid al-Qadri II (1945-1950).19
Kerajaan Pontianak merupakan salah satu pencapaian penting orang Arab di
Nusantara. Untuk kesekian kalinya dibuktikan, orang Arab sejatinya merupakan etnis
yang turut pula mengisi lembar sejarah bangsa. Orang Arab menunjukkan, kehadiran
mereka di Nusantara bukan hanya didorong oleh kepentingan dakwah dan perniagaan,
namun juga menjurus ke arah strategis, yakni ikut membangun dakwah Islam di
pedalaman Kalimantan, melalui hadirnya kerajaan. Kasus ini menunjukkan bahwa
suksesnya dakwah di suatu kawasan hendaknya turut didukung pula oleh penguasa.
17 Badri Yatim, Sejarah Peradaban ..., hlm. 217-218. 18 Taufik Abdullah dkk, Indonesia Dalam Arus ..., hlm. 43. 19 Chairil Effendi, ed, Sejarah Penyebaran dan Pengaruh Budaya Melayu di Kalimantan (Jakarta:
Direktorat Nilai Sejarah Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, 2011) hlm. 58-59.
38
14. Kerajaan Banjar
Terbentuknya Kerajaan Banjar merupakan suatu keunikan tersendiri. Pola
terciptanya kerajaan berangkat dari persengketaan elite kerajaan Banjarmasin pra-
Islam pada tahun 1526 antara Pangeran Tumenggung dan Pangeran Samudra.
Pangeran Samudra yang dibantu pasukan Kesultanan Demak berhasil keluar
sebagai pemenang. Ia menjadi Raja Banjarmasin Muslim pertama. Pada 1612 ibukota
kerajaan pindah dari Banjarmasin ke Martapura terjadi ketika raja kedua, Sultan
Rahmatullah, bertahta. Dalam perjalanannya, kerajaan ini pun sempat berada dalam
masa ketegangan ketika VOC membantu Sultan Tamjidillah I (berkuasa 1745-1778)
merebut tahta dari Sultan Kuning yang masih kecil. mengijak 1747, Tamjidillah
menandatangani kontrak dagang dengan VOC.
Struktur pemerintahan Banjar dipengaruhi model penyelenggaraan kerajaan
Demak. Meskipun begitu, raja-raja Banjar tidaklah seabsolut raja-raja Jawa.
Umumnya, ukuran menjadi Raja Banjar adalah kekayaannya. Otoritas raja pun tidak
seluas seperti raja Jawa. Raja yang berkuasa mendapat kontrol dari dewan kerajaan
yang berisi bangsawan, keluarga raja serta pejabat birokrasi tinggi yang tergabung
dalam Dewan Mahkota.
Lada menjadi komoditas penting di Banjarmasin pada abad 16 dan 17.
Penanaman lada yang luas amat mungkin terjadi, mengingat banyak lahan tidur yang
belum digarap oleh rakyat. Mereka bebas menanam sebanyak mungkin lada asalkan
membayar pajak pada kerajaan. Puncak kemakmuran lada terjadi pada abad 18, di
mana orang Tiongkok menjadi pelanggan utamanya. Selain itu, profesi lain yang
menjanjikan di kerajaan ini adalah kerajinan kendi dan pertukangan. Luasnya
perhutanan membuat negeri ini kaya dengan kayu, sehingga membuat bisnis
pengolahannya menjadi sesuatu yang menguntungkan.
Berdirinya kerajaan Banjar Islam ikut memberi nuansa baru bagi kehidupan
sosio-budaya disana. Pola yang terdapat disini agak mirip dengan kasus runtuhnya
Majapahit dan terbentuknya Demak. Unsur Islam perlahan mengadakan perombakan
besar-besaran dan menggantikan tradisi Hindu. Kendati terjadi perebutan tahta antara
penguasa Hindu dan Islam, namun fenomena lain terjadi di tataran bawah. Islam
menyebar ke lingkungan masyarakat dengan cara yang damai dan berpadu dengan
warisan-warisan lama.
Banyak pelajaran yang dipetik dari proses pendirian kerajaan Banjar Islam.
Pertikaian faksi politik kerajaan yang berkesudahan dengan menguatnya pengaruh
Islam di Banjar tidak serta merta membawa kerusakan di bidang sosio-budaya. Antara
politik dan budaya sejatinya merupakan dua tanah yang berbeda. Jika politik lebih
banyak berbicara kompetisi untuk berkuasa, maka budaya melulu membicarakan
keharmonisan. Bercampurnya Islam dalam tinggalan ajaran Hindu, merupakan strategi
akomodatif yang belakangan menjadi faktor pemompa tersiarnya agama baru ini
hingga belakangan menjadi agama dominan dalam masyarakat Banjar.
15. Kerajaan Makassar (Goa-Talo)
Kerajaan Makassar sesungguhnya merupakan gabungan dari dua kerajaan, yakni
Goa dan Tallo. Dua kerajaan ini telah mentradisikan hubungan yang baik, sehingga
belakangan, nama kedua kerajaan ini melebur menjadi kerajaan Makassar. Nama
Makassar diambil dari nama ibukota Goa yang di masa kini telah berganti nama
menjadi Ujung Pandang.
Menurut catatan, masuknya pengaruh Islam ke kerajaan terjadi ini pada tahun
1602 atau 1603. Hal ini ditandai ketika Raja Goa bernama Karaeng Toninggalo
39
menerima tiga ulama asal Minangkabau bernama Datuk ri Bandang, Datuk ri Tiro dan
Datuk Patiamang. Meskipun raja Goa baru masuk Islam pada awal abad 17, sudah
banyak diberitakan tentang aktivitas perdagangan orang Islam di Goa jauh sebelum itu.
Bahkan, ketika Malaka jatuh ke tangan Portugis pada 1511, banyak saudagar Islam
yang berpindah niaga ke negeri Nusantara lainnya, salah satunya ke Makassar.20
Satu hal yang menonjol dari orang Makassar dan orang Bugis, tetangganya yang
juga mendirikan kerajaan Wajo, Soppeng Luwu dan Sindereng, adalah perspektif
kemaritiman mereka yang kuat. Dua bangsa ini dikenal sebagai para pelaut ulung yang
keberadaannya tersebar hampir di seluruh perairan Indonesia. Dari mereka dapat
dipelajari tentang pentingnya pemanfaatan kekayaan laut guna mencapai kemaslahatan
bersama. Sepenuhnya disadari, di negeri ini bentangan air adalah lebih besar daripada
bentangan darat. Sudah sepatutnya masyarakat masa kini memanfaatkan potensi serta
ketahanan laut yang semaksimal mungkin, seperti Makassar yang Bugis yang berjaya
di ranah kelautannya.
Hal tersebut bukanlah tanpa sebab, pengaruh dari posisi geografis kerajaan
adalah katalisatornya. Letak kerajaan Goa-Tallo yang terhampar di semenanjung barat
daya pulau Sulawesi amat strategis sebagai tempat transaksi rempah-rempah. Kerajaan
ini sebenarnya tidak memiliki komoditas lain yang diperdagangkan, kecuali beras. Jadi,
pasar di sana amat bergantung dari pasokan pedagang-pedagang kepulauan, sedangkan
pihak kerajaan hanya memfasilitasinya. Selain itu, pelabuhan di sana juga menjadi
bandar transit bagi nelayan kepulauan Maluku yang mengisi perbekalan mereka untuk
melanjutkan pelayaran. Sebagian orang Maluku inilah yang membawa rempah-rempah
dari daerahnya kemudian dipasarkan di Goa-Tallo.
Barang dagangan ternyata bukan hanya berasal dari pasokan daerah lain.
Terkadang, upeti dari kerajaan bawahan juga dijadikan komoditas dagang yang
menguntungkan. Upeti itu berupa hasil alam berupa kayu cendana, kayu merah dan
belerang. Sistem barter masih digunakan dalam transaki ekonomi. Pedagang dari Jawa,
Bugis dan Melayu membawa barang-barang unggulan dari daerahnya yang kemudian
ditukarkan dengan rempah-rempah.21
16. Kerajaan Buton
Kerajaan Buton terletak di kawasan yang sekarang dikenal sebagai Sulawesi
Tenggara. Sebagian wilayahnya masih termasuk ujung bawah Sulawesi, yakni Poleang
dan Rumbia. Sedangkan sebagian yang lain, terhampar di gugus pulau mencakup Pulau
Buton Muna (pulau terbesar pertama) dan Pulau Wuna. Selain itu terdapat pula pulau-
pulau lainnya seperti Pulau Kabaena serta kumpulan pulau yang disebut Kepulauan
Tukang Besi. Termasuk pula dalam kekuasaan Buton adalah pulau-pulau kecil seperti:
Tikola, Tobea Besar, Tobea Kecil, Mangkasar, Batauga, Kadatuang, Masirieng,
Siompo. Kepulauan Tukang Besi terdiri dari pulau: Wangi-Wangi atau Wanci-Wanci,
Kaledupa, Tomea dan Binongko.
Kerajaan ini didirikan oleh pemuka masyarakat lokal Buton bernama
Betoambari. Ketika ia pergi ke Kamaru yang terletak di timur Buton, ia menikah
dengan Putri Kamaru dan bertambah lagi wilayah kekuasaan Buton. Di masa ini, Islam
belum dianut oleh elite kerajaan Buton. Baru ketika bertahta keturunan Betoambari ke
empat, bernama Marhum, sebagai Raja Buton, agama Islam mulai tersebar di Buton.
Gelar “Sultan” baru digunakan ketika Lakilaponto bertahta pada 1491-1537 dengan
20 Yahya Harun, Kerajaan Islam Nusantara ..., hlm. 65-67. 21 Taufik Abdullah, Sejarah Ummat ..., hlm. 88-89.
40
gelar Sultan Qaimuddin (peletak agama). Di masanyalah hubungan Buton dan Muna
terajut. Ia juga dikenal sebagai raja yang membawahi dua kerajaan itu.
Terdapat kesulitan tersendiri dalam memetakan etnisitas orang Buton. Penduduk
Buton dapat diklasifikasi dalam lima kelompok besar: orang Buton yang mendiami
Pulau Buton, orang Muna yang mendiami Pulau Muna, orang Maronene yang
mendiami Poleang dan Rumbia dan orang Kabaena yang tinggal di Pulau Kabaena. Di
perairan Buton, juga banyak tersebar sekawanan kelompok Suku Bajau. Kompleksnya
komposisi masyarakat di sana seakan menjadi bukti bahwa ternyata suatu kerajaan bisa
eksis di atas keragaman. Kurang lebih sama seperti Indonesia di masa kini.
Berdirinya Kerajaan Buton tidak terlepas dari realitas geografisnya yang
menjadi tempat aktivitas pelayaran dan perdagangan. Masyarakat yang majemuk,
sebagaimaa telah disebutkan, tercipta dari suatu momen pertemuan. Untuk kasus
Buton, mereka dipertemukan dalam bingkai kepentingan ekonomi. Kesempatan
berniaga yang semakin luas terjalin berimplikasi pada tumbuhnya nuansa pergaulan
antarmanusia seperti menguatnya kepemerintahan sederhana (chiefdom), kemudian
menjadi kerajaan (kingdom) lalu di masa setelahnya menjadi state (negara). Wawasan
bahari yang telah menjadi ciri khas di kerajaan ini, menemukan suatu hasil uji, betapa
potensi kelautan dapat digunakan sebagai ajang temu budaya atau temu ekonomi yang
dapat dilanjutkan ke tahap penyelenggaraan sistem pemerintahan.22
17. Kerajaan Ternate
Islam secara resmi masuk ke Kepulauan Maluku pada abad 9 M, dibawa oleh
para pedagang Arab, Persia dan Melayu pada rentang abad ke 5–11 M. Ternate
merupakan satu di antara empat kerajaan yang terkenal di Maluku. Yang lain adalah
kerajaan Tidore, Bacan dan Jailolo. Ternate dikenal sebagai salah satu tujuan belanja
para saudagar asing adalah karena di wilayahnya tumbuh semerbak tumbuhan
cengkeh yang menjadi satu diantara rempah-rempah penting yang dikapalkan ke pasar
dunia.
Perdagangan lintas benua di Ternate membawa serta para saudagar Arab untuk
memperkenalkan agama Islam di tengah penduduk pribumi. Perlahan namun pasti,
Islam mulai dianut orang banyak. Para pendakwah Islam juga tak jemu mengadakan
pertemuan dengan penguasa setempat. Lewat dakwah simpatik, seorang Kolani
(penguasa pra-Islam Ternate) bernama Gapi Baguna menerima ajaran Islam Datuk
Maulana Husin. Raja Ternate itu kemudian masuk Islam dan berganti nama menjadi
Marhum.
Terdapat kesamaan dari sisi pendapatan ekonomi dari kerajaan-kerajaan
Maluku, yakni dari penjualan rempah-rempah. Keuntungan dari hasil perdagangan
sebagian digunakan membangun fasilitas umum, seperti masjid yang megah dan unik
serta madrasah. Oleh sebab banyaknya masjid yang pembangunannya disponsori
kerajaan, membuat hubungan rakyat dan penguasa amatlah dekat. Tak jarang dua
golongan ini terlibat dalam suatu momen perayaan yang membaur tanpa ada sekat-
sekat pembeda strata sosial yang tajam. Dalam satu kesempatan, gubernur Portugis
bernama De Mesquita pernah menyaksikan ketika prosesi pelantikan Baabullah
menjadi raja ke 4 Ternate, rakyat banyak yang bersorak-sorai merayakan
pengangkatan tersebut.23
22 Susanto Zuhdi, Sejarah Buton yang Terabaikan; Labu Rope Labu Wana (Jakarta: Rajawali Pers,
2010) hlm. 38, 43, 73-76. 23 Yahya Harun, Kerajaan Islam di Nusantara ..., hlm. 53-57.
41
18. Kerajaan Tidore
Kerajaan Tidore merupakan kerajaan kedua yang diislamkan setelah Ternate.
Sama seperti kerajaan tetangganya, Tidore dikenal para pelaut asing sebagai penghasil
rempah unggulan. Cengkeh menjadi primadona yang dikapalkan oleh kapal dagang
asing ke negeri mereka. Penghasilan dari keuntungan penjualan sebagian dugunakan
untuk membangun fasilitas masyarakat.
Adalah Kalano Ciriati, Raja Tidore yang kemudian masuk Islam dipandu oleh
para pedagang Arab. Setelah menjadi Muslim, ia dan putranya kemudian berganti
nama menjadi Sultan Jamaluddin dan Mansur. Nama Mansur digunakan sebagai
bentuk pengabadian bahwa sebelumnya pernah ada seorang ulama Arab yang
menyebarkan Islam di Tidore. Kebersislaman mereka belakangan juga diikuti oleh
keluarga kerajaan dan masyarakat luas.
Demi menguatnya dakwah Islam, kalangan istana menyeponsori pembangunan
fasilitas keagamaan seperti masjid dan madrasah. Ulama-ulama pun ditempatkan di
sana guna memandu keimanan masyarakat serta memberikan pengajaran agama.
Upaya melebarkan jelajah dakwah Islam mendapat tantangan dari para
misonaris Kristen Portugis dan Spanyol. Bangsa asing itu juga melakukann pemaksaan
dominasi pembelian cengkeh yang mengancam eksistensi pasar pribumi. Ketegangan
tersebut di kemudian hari memicu peperangan panjang. Portugis bukan lagi
memandang pribumi Muslim sebagai mitra dalam berdagang, melainkan sebagai
musuh yang harus ditumpas. Selama beberapa periode raja-raja Tidore disibukkan
dengan penghentian serangan-serangan Portugis yang berencana meguasai Tidore.
Tidore menjadi salah satu benteng umat Islam di kawasan Indonesia Timur yang
membendung pengaruh Kristenisasi asing.24
19. Kerajaan di Nusa Tenggara
Kehadiran Islam di Nusa Tenggara, diantaranya Lombok, diperkirakan sejak
abad ke 16. Tokoh penyebar Islam awal di kepulauan ini adalah Sunan Prapen (w.
1605), putra Sunan Giri. Berbeda dengan Lombok, di Sumbawa Islam diperkenalkan
oleh para pendakwah dari Makassar antara tahun 1504-1550.
Dari Lombok ajaran Islam menyebar ke Pejanggik, Parwa, Bayan dan tempat-
tempat lainnya hingga seluruh Lombok memeluk Islam. Dari Lombok, diceritakan
bahwa Sunan Prapen melanjutkan syiarnya ke Sumbawa. Kerajaan Islam Lombok yang
beribukota di Selaparang dengan rajanya yang bernama Prabu Rangkesari. Di
masanya, Selaparang berada pada periode emasnya, hingga mampu menjadi penguasa
utama di Lombok. Relasi luar negeri dihubungkan dengan negeri-negeri lain, utamanya
Demak. Banyak pula pedagang-pedagang luar negeri yang berdatangan ke Lombok.
Tatkala VOC berupaya mendominasi jalur dagang di belahan timur Nusantara,
kerajaan Goa, yang sebelumnya terlibat ketegangan dengan VOC, mengambil langkah
menutup jalur niaga ke Lombok dan Sumbawa dan belakangan memasukkan kedua
daerah itu ke dalam pengaruhnya. Kerajaan-kerajaan yang ada di Sumbawa barat
mengakui kekusaan Goa pada 1618, Bima pada 1633, Selaparang pada 1640, serta
daerah-daerah sekitarnya, sehingga pada abad 17 seluruh kerajaan Islam Lombok
masuk dalam kekuasaan Goa. Hubungan antara kerajaan Goa dan Lombok semakin
harmonis ketika kedua kerajaan berbesanan. Pasca ditandatanganinya Perjanjian
Bongaya antara VOC dam Goa, kerajaan-kerajaan di Nusa Tenggara memasuki masa
kolonialisme Belanda.
24 Yahya Harun, Kerajaan Islam di Nusantara ..., hlm. 59-60.
42
Selain Lombok dan Sumbawa, adalah Kerajaan Bima, yang menjadi salah satu
kerajaan lain yang eksis di Nusan Tenggara. Raja pertamanya yang masuk Islam
bernama Ruma Ma Bata Wadu yang bergelar Sultan Bima I atau Sultan Abdul Kadir
(memerintah 1611-1640). Raja ini merupakan menantu raja Goa dan baru masuk Islam
di akhir masa pemerintahannya.25 Kerajaan ini terlibat aktif dalam peperangan panjang
melawan upaya kolonisasi VOC. Perang panjang itu membuat kerajaan melemah dan
akhirnya tunduk pada VOC. Saat VOC ingin memperbaharui kontraknya dengan Bima
pada 1668, Raja Bima kala itu, Tureli Nggampo menolaknya.
Beberapa kerajaan kecil tetangganya juga gigih mempertahankan wibawanya
dari cengkeraman VOC. Menginjak 1675, Raja Tambora yang bernama Kelongkong
bersama staf kerajaannya diwajibkan menyerahkan pusaka kerajaan berupa keris-keris
keramat kepada seorang perwira Belanda bernama Holsteijn. Terjadi peristiwa yang
menghebohkan pada tahun 1691, yakni ketika permaisuri kerajaan Dompu terbunuh,
Sultan Bima kala itu ditangkap dan diasingkan ke Makassar. Di sana ia dipenjara
sampai ajal menjemputnya.
Di masa setelahnya, yakni selama abad 18, baik Bima, Lombok, Sumbawa dan
lainnya semakin gencar melawan penjajah. Mereka yang dianggap sebagai biang keladi
perang ditangkap dan diasingkan Belanda.26
Ditinjau dari sudut pandang ekonomi, gugus pulau Nusa Tenggara dan
sekitarnya menyimpan gelaran hasil alam yang tak kalah bernilai tinggi dengan yang
ada di belahan Nusantara lainnya. Timor misalnya, tanahnya ditumbuhi kayu cendana
yang menjadi komoditas ekspor di Cina. Oleh sebab melimpahnya komoditas tersebut,
ada pepatah yang menyebutkan bahwa “Tuhan telah menciptakan Timor untuk kayu
cendana, Banda untuk pala, sedangkan pulau-pulau Maluku untuk cengkeh.”
Sumbawa adalah penghasil dyewood atau kayu brazil. Pulau Lombok bersama
Bali, adalah salah satu lumbung padi terkemuka Nusantara. Dua pulau ini juga
menghasilkan bahan-bahan makanan yang biasa dikonsumsi para pelaut ketika
berlayar. Flores atau Solor merupakan penghasil belerang. Budak juga menjadi
komoditas lain yang laku keras di pasaran. Tingginya jumlah budak di gugus
kepulauan ini adalah dampak dari peperangan antarkerajaan atau antarsuku. Mereka
yang kalah harus merelakan penduduknya dijual sebagai budak.27
Pengetahuan mengenai kerajaan-kerajaan kecil seperti ini amat relevan seiring
dengan semakin mengglobalnya informasi, agaknya perlu diketengahkan sebagai
pembaharuan informasi dalam sejarah. Nuansa baru tampilan kerajaan kecil
diharapkan mampu memberikan suatu lecutan semangat bahwa kecil tubuh bukan
berarti kecil semangat. Peserta didik diharapkan mampu menangkap filosofi bahwa
negara yang sekarang menjadi besar adalah yang telah melewati fase-fase sulit dalam
perkembangannya.
III. PENUTUP
Kerajaan-kerajaan besar Islam Nusantara memiliki kekhasan tersendiri yang dapat
ditampilkan. Ditinjau dari posisi geografis keberadaannya saja, akan banyak sesuatu yang
diunduh. Perspektif ini hendaknya mulai dikedepankan agar nilai guna belajar sejarah
menemukan kontekstualitasnya. Variasi materi menjadi formula lebih agar pengajaran
sejarah kian menarik.
25 Taufik Abdullah, Sejarah Umat ..., hlm. 97. 26 Taufik Abdullah, Indonesia Dalam Arus ..., hlm. 44-45. 27 Taufik Abdullah, Sejarah Umat ..., hlm. 95-97.
43
Sebagian kerajaan di atas memang belum menjangkau keseluruhan jumlah kerajaan
Islam Nusantara. Namun paling tidak, cukup mewakili masing-masing daerah Indonesia
dalam konteks kekinian. Ternyata, banyak peristiwa masa lalu yang berpola sama dengan
peristiwa masa sekarang. Pola mengaitkan masa silam dengan masa kini dan masa depan
menjadi sesuatu yang enting dilakuan agar peserta didik dapat belajar berpikir kritis.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik, ed, Sejarah Ummat Islam di Indonesia (Jakarta: Majelis Ulama
Indonesia, tanpa tahun).
______________dkk, ed, Indonesia dalam Arus Sejarah, jilid 3 (Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve, 2012).
Effendi, Chairil, ed, Sejarah Penyebaran dan Pengaruh Budaya Melayu di Kalimantan
(Jakarta: Direktorat Nilai Sejarah Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, 2011).
Gadjahnata, K.H.O., ed, Masuk dan Berkembangnya Islam di Sumatra Selatan (Jakarta:
Universitas Indonesia Press, 1986) .
Harun, Yahya, Kerajaan Islam di Nusantara Abad XVI Sampai XVII (Yogyakarta: Kurnia
Kalam Sejahtera, 1995) .
Hasjmy, A., Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia (t.tp: Almaarif, 1963).
_________, Kebudayaan Aceh dalam Sejarah (Jakarta: Penerbit Beuna, 1983) .
Latief, H. Ar., Pelangi Kehidupan Gayo Alas (Bandung: Kurnia Bupa, tanpa tahun).
Muljana, Slamet, Kuntala, Sriwijaya, dan Suwarnabhumi (Jakarta: Yayasan Idayu, 1981).
Purwadi dkk, Makrifat Sejati Sunan Kalijaga; Mengungkap Intisari Ajaran Islam Kejawen
(Yogyakarta: Media Abadi, 2005).
Ricklefs, M.C., Sejarah Indonesia Modern (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
1995).
Tjandrasasmita, Uka, Pertumbuhan dan Perkembangan Kota-Kota Muslim di Indonesia
Dari Abad XIII sampai XVIII Masehi (Kudus: Penerbit Menara Kudus, 2000).
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006).
Zainuddin, H.M., Tarich Atjeh dan Nusantara, Djilid I (Medan: Pustaka Iskandar Muda,
1961).
Zuhdi, Susanto, Sejarah Buton yang Terabaikan; Labu Rope Labu Wana (Jakarta:
Rajawali Pers, 2010).
44
PERISTIWA DI EROPA YANG BERPENGARUH TERHADAP KEHIDUPAN UMAT MANUSIA
Dr. Bondan Kanumoyoso
I. PENDAHULUAN
Sejarah Eropa dimulai sejak jaman Yunani kuno (abad 20 SM). Peradaban Yunani yang
tinggi memberi banyak pengaruh terhadap perkembangan Eropa dan dunia. Pengaruhnya
masih dapat kita lihat hingga saat ini (awal abad 21). Peradaban Eropa berikutnya yang
juga banyak memberi pengaruh terhadap bangsa-bangsa di dunia adalah peradaban
Romawi. Bangsa Romawi menempati wilayah yang sekarang kita kenal sebagai Italia.
Pada masa puncak kejayaannya pada abad ke-1 M, kekaisaran Romawi merupakan salah
satu negara terbesar yang pernah ada di dunia. Kekuasaannya meliputi wilayah daratan
seluas 3,5 juta mil persegi dengan populasi sebesar 5 juta orang. Wilayah seluas itu kurang
lebih adalah ¾ dari keseluruhan luas wilayah benua Eropa sekarang. Karena begitu luas
wilayahnya, ada dua bahasa yang digunakan sebagai bahasa resmi kekaisaran ini. Bahasa
latin menjadi bahasa utama di Romawi Barat, sedangkan di Romawi Timur bahasa utama
yang digunakan adalah bahasa Yunani. Melalui perantara kedua bahasa ini, budaya
Romawi yang mengutamakan rasionalitas menyebar keseluruh wilayah Eropa.
Setelah keruntuhan kekaisaran Romawi di abad ke-4 M, Eropa mengalami satu
periode panjang, yang meliputi periode sekitar satu milenium atau 1000 tahun, yang
dikenal sebagai abad pertengahan. Abad pertengahan di Eropa dicirikan dengan semakin
kuatnya dominasi gereja. Institusi gereja memainkan peran yang tidak tergantikan dalam
kehidupan masyarakat Eropa saat itu. Dedikasi para pendeta Kristen terhadap Tuhan
menjadi contoh ideal dalam masyarakat. Para pendeta yang hidup di biara-biara adalah
pekerja sosial bagi masyarakat, mereka membuka sekolah, menampung para pengembara,
dan membuka rumah sakit. Mereka menulis ulang karya-karya dalam bahasa latin dan
dengan itu meneruskan warisan pengetahuan dari masa lalu kepada peradaban Eropa.
Biara-biara menjadi pusat pengetahuan karena para pendeta adalah orang-orang yang
memiliki tradisi intelektual. Di Eropa abad pertengahan orang-orang yang tertarik pada
ilmu pengetahuan akan pergi belajar ke biara.
Pada abad ke-10 M perubahan-perubahan besar mulai melanda Eropa. Perubahan-
perubahan tersebut diawali dari kota-kota pelabuhan dagang di Italia. Kota-kota dagang
Italia seperti Venesia, Genoa, dan Napoli mulai menjadi pusat kegiatan perdagangan
berbagai komoditi yang laku di pasaran dunia. Pada saat yang hampir bersamaan kota-kota
di wilayah Flanders, terletak di bagian barat laut Eropa, juga mulai muncul sebagai kota
perdagangan. Pada abad ke-12 M mulai terbentuk jaringan perdagangan yang
menghubungkan kota-kota dagang di Flanders dengan kota-kota dagang di Italia.
Kegiatan perdagangan yang berkembang membutuhkan emas dan perak dalam
jumlah yang besar. Emas dan perak dibutuhkan sebagai alat penukar dan ini mendorong
berkembangnya ekonomi uang. Dalam perkembangan selanjutnya berbagai perusahaan
dan lembaga penyimpanan uang didirikan dengan tujuan agar kegiatan perdagangan dapat
dikelola dengan baik. Maraknya kegiatan perdagangan mendorong munculnya orang-orang
yang menguasai modal dalam jumlah yang besar.
Para penguasa modal menjadi embrio dari berkembangnya sistem kapitalisme.
Sistem ini adalah suatu sistem ekonomi dimana orang berinvestasi dalam kegiatan
perdagangan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan. Berkembangnya kegiatan
45
perdagangan dan sistem kapitalisme bertepatan dengan mulai bangkitnya dunia ilmu
pengetahuan di Eropa. Berbagai inovasi dalam dunia ilmu pengetahuan dapat diwujudkan
karena didukung oleh kondisi ekonomi Eropa yang semakin mapan.
Pada abad ke-15 M bangsa Eropa mulai berekspansi ke benua-benua lainnya.
Ekspansi Eropa menyebabkan peradaban Eropa mulai menyebar ke seluruh dunia. Melalui
kegiatan perdagangan, penyebaran agama dan kolonialisme, peradaban Eropa sejak itu
mulai dikenal oleh bangsa-bangsa lain di dunia. Abad ke-15 M sampai abad ke-20 M
adalah periode dimana bangsa-bangsa Eropa mendominasi kehidupan bangsa-bangsa di
berbagai benua lainnya.
II. PENEMUAN MESIN CETAK
Perubahan secara besar-besaran di berbagai bidang menandai berakhirnya abad
pertengahan. Dalam sejarah Eropa periode yang menggantikan abad pertengahan dikenal
dengan sebutan periode modern awal (early modern period) yang mencakup abad 16
sampai ke abad 18.
Dalam periode modern awal banyak terjadi peristiwa yang berpengaruh secara
fundamental terhadap perkembangan sejarah Eropa dan dunia. Dalam periode ini bangsa
Eropa mulai melakukan penjelajahan samudra, mendirikan koloni di berbagai belahan
dunia lain, dan mendorong berkembangnya perdagangan global. Bangsa Eropa
menemukan jalan ke Asia dan berbagai benua-benua baru seperti Amerika serta Australia.
Selain untuk menyebarkan agama Kristen, tujuan lain dari penjelajahan Samudra
yang dipelopori oleh bangsa Portugis dan Spanyol adalah untuk menemukan daerah
penghasil rempah-rempah (cengkeh dan pala). Karena itu mereka terus mencari jalan
sampai mereka menemukan bahwa ternyata daerah penghasil rempah-rempah terletak di
Kepulauan Maluku yang ada di bagian timur kepulauan Nusantara.
Sebelum dimulainya jaman penjelajahan samudra, bangsa-bangsa Eropa
mengalami berbagai peristiwa penting. Selain peperangan, kehancuran dan kemunculan
negara-negara baru, pada masa modern awal di Eropa juga terjadi banyak penemuan-
penemuan penting. Abad 15 menjadi saksi dari perkembangan penting di bidang teknologi,
yaitu ditemukannya mesin cetak. Sebelum ada mesin cetak, orang menggunakan berbagai
wahana untuk menyimpan tulisan seperti daun, tanah liat, kulit binatang, dan batu. Namun
demikian teknik mencetak tulisan dengan menggunakan balok kayu yang diukir telah
dikenal di Eropa sejak abad ke-12 dan bahkan di Cina sebelum itu.
Apa yang baru dari perkembangan teknik mencetak pada abad ke-15 adalah
penggunaan plat metal untuk mencetak huruf secara cepat. Perkembangan mesin cetak
dengan menggunakan plat metal melalui proses yang bertahap. Dalam proses
penyempurnaan mesin cetak dengan menggunakan huruf logam ((type metal) dan tinta
berbahan minyak antara tahun 1445 sampai 1450 peran yang penting dilakukan oleh
Johannes Guttenberg (1398/1400-1468). Kepeloporannya dalam penyempurnaan mesin
cetak menggunakan plat metal menyebabkannya disebut sebagai penemu mesin cetak.
Mesin cetak ciptaan Guttenberg disebut dengan Movable Type merupakan perbaikan dari
sistem blok yang telah digunakan di Eropa sebelumnya. Teknik yang digunakan oleh
mesin cetak Guttenberg memungkinkan terjadinya proses pencetakan bahan tertulis secara
cepat.
Ide untuk membuat mesin cetak muncul ketika Guttenberg membuat surat
pengampunan untuk gereja. Untuk bisa membuat surat pengampunan dalam jumlah besar
46
Guttenberg membuat huruf dengan plat besi. Teknik membuat plat besi ini tidak langsung
jadi, tetapi melalui proses bertahun-tahun.
Pada tahun 1450 mesin cetak Guttenberg akhirnya bisa diselesaikan. Dengan
menggunkan mesin cetak buatannya, pada tahun 1456 untuk pertama kali mencetak
Alkitab. Alkitab cetakan Gutennberg tersebut merupakan Alkitab pertama yang dicetak
dengan mesin cetak Movable Type. Dua ratus Alkitab berikutnya segera dicetak setelah itu.
Sebagian kecil diantaranya, sekitar 50 eksemplar, dicetak di atas kulit lembu muda.
Diperkirakan hampir seperempat dari 200 Alkitab cetakan pertama mesin Guttenberg
masih ada hingga saat ini.
Pada tahun 1500 diperkirakan ada lebih dari seribu mesin cetak, yang dibuat
dengan mengikuti model Guttenberg, digunakan di seluruh Eropa. Mesin-mesin cetak
tersebut secara bersama-sama telah menghasilkan 40.000 judul barang cetakan (berupa
buku, brosur, naskah, dan sebagainya). Empat puluh ribu judul itu dicetak sebanyak
kurang lebih delapan sampai sepuluh juta kopi. Diperkirakan hampir separuh dari barang
cetakan tersebut adalah bahan-bahan yang berkaitan dengan kepentingan agama berupa
Alkitab, komentar terhadap Alkitab, dan buku khotbah.
Penemuan mesin cetak mendorong tersebar luasnya ilmu pengetahuan dan
semangat untuk meneliti. Dengan menggunakan mesin cetak, pemikiran dan karya kreatif
seseorang dapat menjangkau orang dalam jumlah ribuan dan bahkan jutaan. Dengan
demikian mesin cetak juga mendorong munculnya kelompok pembaca yang terus
berkembang. Para pembaca barang cetakan ini menjadi kaum terdidik yang membawa
dampak secara mendalam terhadap masyarakat Eropa. Tanpa adanya barang-barang
cetakan bisa dibayangkan bahwa ide-ide yang dibawa oleh gerakan reformasi maupun
renaissans tidak akan menyebar secepat seperti yang terjadi di abad ke-16. Lebih jauh lagi,
mesin cetak telah menjadikan bangsa Eropa sebagai bangsa terdepan di dunia dalam hal
reproduksi pengetahuan. Dampak dari mesin cetak segera terlihat, pada abad 16
kemampuan baca tulis bangsa Eropa mulai menigkat secara signifikan.
III. RENAISSANS
Jaman modern awal di Eropa ditandai dengan munculnya masa renaissans (abad 15-16).
Kata renaisans berasal dari bahasa Perancis yang artinya adalah “kelahiran kembali”. Apa
yang dimaksud dengan kelahiran kembali adalah kembalinya kebudayaan Yunani dan
Romawi setelah Eropa selama kurang lebih seribu tahun mengalami abad pertengahan.
Kebudayaan Yunani dan Romawi dicirikan oleh penghargaan terhatadap etika, estetika,
dan rasionalitas. Penghargaan terhadap hal-hal tersebutlah yang muncul kembali di masa
rennaisans. Kesadaran tentang renaissans muncul pertama kali di Italia dan kemudian
menyebar ke seluruh Eropa.
Masa renaissans dalam sejarah Eropa selain dianggap sebagai periode kelahiran
kembali juga dianggap sebagai masa pemulihan atau recovery. Kehidupan di Eropa pada
abad ke-14 ditandai dengan berbagai bencana seperti wabah penyakit (Black Death),
kekacauan politik, dan krisis ekonomi. Dalam dunia pemikiran, manusia Eropa abad
pertengahan adalah manusia yang kehidupannya didominasi oleh gereja. Banyak hal
positif yang berkembang di periode tersebut, namun dampak-dampak negatif juga ada.
Hidup manusia abad pertengahan selalu dikaitkan dengan tujuan akhir (eskatologi).
Manusia hanya menjalani kehidupan yang sudah ditentukan oleh Tuhan. Karena itu tujuan
utama hidup seorang manusia adalah mencari keselamatan. Keselamatan bisa didapat jika
47
manusia patuh pada agama. Lembaga yang mengatur agama adalah gereja dan karena itu
manusia harus patuh kepada ketetapan yang dikeluarkan oleh gereja.
Dunia pemikiran pada abad pertengahan banyak ditujukan untuk kegiatan teologi.
Pemikiran filsafat yang berkembang melahirkan filsafat skolastik, yaitu suatu pemikiran
filsafat yang berlandaskan pada agama dan digunakan sebagai alat pembenaran agama.
Berbagai pemikiran yang bertentangan dengan apa yang ditetapkan oleh gereja dilarang.
Pemikiran yang dapat berkembang adalah pemikiran yang tidak bertentangan dengan apa
yang diajarkan dalam teologia. Akibatnya inovasi dalam dunia pemikiran menjadi sangat
terbatas. Gereja dengan para pendetanya mendominasi kegiatan pengembangan dunia
pemikiran. Berkembangnya dunia pemikiran yang seperti ini menyebabkan abad
pertengahan disebut juga sebagai Abad Kegelapan atau Dark Ages.
Suatu perspektif baru tentang manusia muncul dalam masyarakat Italia di awal
abad ke-15. Italia pada abad tersebut adalah masyarakat yang tumbuh dan berkembang
sebagai masyarakat urban atau kota. Negara-negara kota bermunculan dan menjadi sentral
dari kegiatan politik. Seiring dengan berkebangnya kegiatan perdagangan kehidupan
masyarakat urban Italia menjadi semakin sejahtera. Kesejahteraan yang dinikmati
masyrakat menyebabkan mereka mulai berpikir secara keduniawian dan mendorong
munculnya pemikiran yang didasarkan pada rasionalitas. Dalam sitiuasi yang seperti itu
iklim untuk kelahiran renaissans menjadi semakin matang. Penghargaan kepada manusia
bukan lagi didasarkan hanya kepada pengabdiannya terhadap gereja tetapi juga kepada
kemampuan dan pencapainnya secara pribadi.
Pada awal abad ke-15 Leon Batista Alberti, seorang arsitek dari kota Fiorentina,
dengan tepat menggambarkan perkembangan dunia pemikiran yang baru tersebut ketika ia
mengatakan “Orang dapat melakukan semua hal jika mereka menginginkannya”.
Penghargaan yang tinggi pada nilai kemanusiaan dan potensi individu melahirkan gagasan
baru tentang manusia renaissans yang digambarkan sebagai “seorang individu universal”
yang mampu mencapai segala hal dalam berbagai bidang kehidupan. Menjadi manusia
seutuhnya tidak harus dengan menempuh jalan mematuhi secara penuh segala aturan yang
ditetapkan oleh gereja. Menurut paham renaissans, manusia dapat hidup secara maksimal
jika hak-hak individunya dihargai dan dengan demikian ia harus melepaskan diri dari
dominasi agama dan gereja. Ia dapat melakukan kegiatan keagamaan sebagai seorang
individu, tetapi kebebasannya sebagai seorang manusia sebaiknya didasarkan kepada
kehidupannya sebagai manusia di dunia. Paham inilah yang disebut dengan sekularisme.
Secara ringkas, sekularisme adalah paham yang memisahkan keyakinan berdasarkan
kepercayaan atau keimanan dan kehidupan dunia yang didasarkan pada rasio.
Bangkit dan tumbuhnya gagasan tentang individualisme dan sekularisme di Italia
pada masa renaissans sangat terlihat dalam dunia intelektual, seni, dan sastra. Gerakan
sastra terpenting yang dihubungkan dengan renaissans adalah humanisme. Humanisme
renaissans ialah gerakan intelektual yang didasarkan pada pengkajian karya-karya sastra
klasik Yunani dan Romawi. Para humanis mempelajari liberal arts yang terdiri dari: tata
bahasa, retorika, puisi, filsafat moral atau etika dan sejarah. Semua yang dipelajari itu
didasarkan pada karya-karya tulis yang ditinggalkan oleh para ilmuwan dari masa Yunani
dan Romawi kuno. Bidang kajian yang dikaji oleh para humanis di masa renaissans
disebut dengan bidang ilmu humaniora. Istilah tersebut masih tetap digunakan hingga saat
ini dan bahkan digunakan untuk menamai fakultas yang mempelajari manusia sebagai
mahluk individu dan sosial. Sejak masak renaissans Fakultas Humaniora atau Faculty of
Humanities dapat ditemukan di berbagai universitas diseluruh penjuru dunia.
48
Tokoh yang dianggap sebagai bapak humanisme renaissans Italia adalah Petrarch
(1304-1374). Tokoh ini sangat menonjol dalam mendorong gagasan tentang humanisme ke
dalam alam pemikiran renaissans. Petrarch mendorong kaum cendikiawan untuk
mempelajari karya-karya dalam bahasa latin yang terlupakan. Ia menekankan arti penting
dari karya-karya klasik dari masa Yunani dan Romawi kuno. Petrarch menganjurkan kaum
humanis untuk menggunakan karya-karya Cicero untuk model penulisan prosa dan karya-
karya Virgil untuk penulisan puisi. Petrarch mengatakan “Yesus adalah Tuhanku, Cicero
adalah sang pangeran bahasa”.
Pada awal abad ke-15 kesadaran tentang renaissans di Fiorentina mengambil arah
yang baru. Para humanis yang bekerja sebagai pegawai di dewan kota Fiorentina mulai
memberi perhatian secara intelektual terhadap kehidupan masyarakat sipil. Mereka
meyakini bahwa kaum cendikiawan mempunyai tugas untuk memberi dukungan kepada
negara. Lebih jauh lagi, kaum humanis juga meyakini bahwa pengetahuan mereka tentang
humaniora harus dibaktikan untuk negara. Humanisme Italia di awal abad ke-15 juga
memberi perhatian yang besar kepada peradaban Yunani kuno. Peradaban yang terakhir ini
sangat menghargai kemapuan individu, mencintai keindahan, dan mengutamakan rasio.
Nilai-nilai seperti itu juga ingin dihidupkan lagi oleh para humanis di Italia pada masa
renaissans.
Eropa yang dilanda renaissans memberi iklim yang ideal bagi perkembangan ilmu
pengetahuan, khususnya di bidang ilmu astronomi. Para pemikir abad pertengahan
menggunakan gagasan Aristoteles, Ptolomeus, dan ajaran gereja dalam menggambarkan
bumi sebagai pusat alam semesta atau yang dikenal dengan teori geosentris. Dalam
konsepsi ini alam semesta dilihat sebagai lingkaran konsentrik yang tidak bergerak dengan
bumi sebagai pusatnya. Pandangan geosentris mendapat kritikan tajam dari seorang
astronom dan ahli matematika berkebangsaan Polandia, Nicholas Copernicus (1473-1543).
Menurut Copernicus teori geosentris tidak sesuai dengan pengamatannya tentang
gerak tata surya. Dari pengamatannya selama bertahun-tahun terhadap pergerakan
matahari, bulan, dan bintang-bintang, Copernicus sampai pada kesimpulan bahwa matahari
adalah pusat tata surya atau dikenal dengan teori heliosentris. Teori yang diajukan oleh
Copernicus didukung oleh seorang astronom Jerman, Johannes Kepler (1571-1630).
Menurut Kepler, orbit dari planet-planet yang mengitari matahari tidak berbentuk
lingkaran, namun elips. Teori heliosentris semakin kukuh dengan penemuan teleskop oleh
ilmuwan Italia, Galileo Galilei (1564-1642). Dengan menggunakan teleskop Galileo dapat
melihat gunung-gunung di bulan dan menemukan bahwa planet Yupiter memiliki empat
satelit.
Sampai sekarang banyak sejarawan mempertanyakan mengapa revolusi ilmu
pengetahuan terjadi di Eropa di masa renaissans dan bukan di Cina. Pada abad pertengahan
Cina adalah bangsa yang secara peradaban dan teknologi adalah yang paling maju di
dunia. Namun setelah abad ke-15, Eropa telah melampaui Cina sebagai pelopor kemajuan
peradaban dan teknologi. Ada beberapa sejarawan yang berpendapat bahwa hal ini
disebabkan karena masyarakat Cina hidup dalam keteraturan, sedangkan masyarakat
Eropa hidup dengan semangat kompetisi. Beberapa sejarawan lainnya berpendapat bahwa
pandangan hidup orang Cina yang menekankan keharmonisan dengan alam dan bukan
bagaimana cara menaklukkan alam telah menjadi penyebab ketertinggalan Cina dari
Eropa. Bahkan ada sejarawan yang berpendapat bahwa sistem birokrasi Cina yang
menyerap orang-orang terpandai menjadi penyebab tidak adanya ilmuwan yang melakukan
penemuan-penemuan baru di negara tersebut.
49
Di bidang seni, para seniman renaissans mencoba untuk melakukan imitasi
terhadap alam di dalam karya-karya mereka. Gerakan seni yang mereka usung disebut
dengan naturalisme, yaitu gerakan seni yang mencoba untuk mencitrakan kembali apa
yang ada di alam seperti aslinya. Semakin persis karya mereka dengan apa yang ada di
alam maka mereka menganggap karya mereka semakin berhasil. Pada saat yang sama,
suatu standar artistik yang baru mencerminkan suatu sikap pemikiran yang juga baru
dimana manusia ditempatkan sebagai pusat perhatian atau “pusat dari segala hal dan
ukuran”. Gaya renaissans di bidang seni rupa dikembangkan oleh para pelukis Fiorentina
abad 15. Ada dua hal penting yang mereka kembangkan di bidang seni rupa. Yang pertama
adalah teknik melukis yang didasarkan pada pemahaman terhadap perspektif, aspek
geometris dari ruang, dan teknik pencahayaan. Yang kedua, perhatian tergadap gerak dan
struktur anatomi. Lukisan realistis dari manusia yang tidak mengenakan pakaian menjadi
ciri utama dari karya-karya seniman Italia pada masa renaissans.
Pada akhir abad ke-15, para seniman dan ilmuwan Italia telah menguasai teknik
baru untuk melakukan penelitian keilmuan terhadap dunia yang ada di sekitar mereka dan
telah siap untuk mencapai bentuk-bentuk baru dalam ekspresi kreatif. Kondisi ini
menandai masa kejayaan renaissans yang ditandai oleh karya tiga seniman sekaligus
ilmuwan terkemuka, yaitu leonardo da Vinci (1452-1519), Raphael (1483-1520), dan
Michaelangelo (1475-1564). Leonardo da Vinci menjadi contoh ideal dari ilmuwan
renaissans. Sebagai ilmuwan ia adalah seorang generalis yang mempelajari segala hal,
termasuk juga tubuh manusia. Tujuannya dalam mempelajari segala hal adalah untuk
mengetahui bagaimana cara alam bekerja. Raphael di usia dua puluh lima tahun telah
dikenal sebagai salah satu pelukis Italia yang terbaik. Kehebatannya sebagai seniman
diakui melalui karya-karyanya tentang Madonna. Di dalam karya-karya itu ia berusaha
melampaui standard manusia di jamannya tentang keindahan. Sedangkan Michaelangelo
dikenal sebagai seorang pelukis, pematung, dan arsitek. Michaleangelo dipengaruhi oleh
neoplatonisme, yang melihat keindahan tubuh manusia sebagai refleksi keindahan
keilahian.
IV. REFORMASI GEREJA
Sepanjang paruh kedua abad ke-15 gagasan renaissans yang muncul di Italia menyebar ke
negara-negara Eropa lainnya. Di Eropa utara gagasan renaissans mulai menyentuh agama
Kristen dan disebut dengan Kristen humanisme. Tujuan utama dari Kristen humanisme
ialah melakukan reformasi terhadap agama Kristen. Para humanis Kristen meyakini
kemampuan manusia untuk berpikir secara rasional dan memperbaiki kehidupan mereka
sendiri melalui pendidikan. Menurut mereka untuk mengubah masyarakat pertama-tama
mereka harus mengubah manusia yang membentuk masyarakat tersebut.
Tokoh humanis Kristen yang paling terkemuka adalah seorang cendikiawan
Belanda yang bernama Desiderius Erasmus (1466-1536). Tokoh ini ialah orang yang
merumuskan dan mempopulerkan program reformasi kaum humanis Kristen. Erasmus
menyebut konsepsinya tentang agama sebagai Filsafat Kristen. Dalam konsepsinya ia
menyatakan bahwa kekristenan hendaknya menjadi panduan kehidupan sehari-hari dan
bukannya sistem kepercayaan dan praktek keagamaan dogmatis yang diterapkan oleh
gereja pada abad pertengahan. Dengan konsepsinya itu Erasmus dianggap oleh para
sejarawan sebagai seorang yang menyiapkan jalan menuju ke arah reformasi gereja.
Masalah utama yang melanda gereja di akhir abad pertengahan dan berpuncak di
abad ke-15 adalah korupsi. Antara tahun 1450 sampai 1520, beberapa orang paus yang
menjadi pimpinan gereja gagal untuk memenuhi harapan umat Kristen yang telah
50
menerima oleh gagasan-gagasan renaissans. Para paus seharusnya merupakan pemimpin
spiritual gereja Katolik, tetapi sebagai pemimin tertinggi gereja mereka terlalu banyak
terlibat dalam urusan-urusan duniawi. Para petinggi gereja terlalu banyak mengurusi
masalah uang dan menggunakan kedudukan mereka di gereja untuk mencapai kedudukan
yang mereka inginkan dan mengakumulasi kekayaan. Lebih jauh lagi, banyak diantara
para pendeta yang mengabaikan urusan keagamaan.
Sementara para pemimpin gereja gagal untuk menjalankan kewajiban mereka,
masyarakat mulai mempertanyakan peran dan makna gereja dalam kehidupan mereka.
Gereja meminta bukan hanya kepatuhan spritual namun juga kepatuhan sosial, ekonomi,
politik atau secara ringkas kepatuhan total. Pajak yang dipungut sendiri secara langsung
dari masyarakat menyebabkan gereja menjadi semakin kaya. Salah satu sumber kekayaan
gereja yang kemudian menyebabkan terjadinya sengketa besar dengan masyrakat adalah
indulgensi. Apa yang dimaksud dengan indulgensi adalah peniadaan hukuman akibat dosa.
Indulgensi dapat dilakukan oleh gereja dan sebagai imbalannya orang yang bertobat
memberikan sumbangan uang tunai kepada gereja.
Dalam agama Kristen pengampunan Tuhan terhadap dosa tergantung pada
pengakuan, penyesalan, dan denda dosa. Pada abad pertengahan bentuk dari denda dosa
sangat berat. Bentuk-bentuk dari denda dosa itu antara lain seperti: berpuasa selama tujuh
tahun dengan hanya makan roti dan minum air atau melakukan perjalanan ziarah yang jauh
serta berat. Seiring dengan perjalanan waktu indulgensi telah berkembang menjadi alat
pengganti, yaitu dengan menyerahkan sejumlah uang sebagai pengganti pelaksanaan
perbuatan yang seharusnya menjadi denda dosa. Gagasan yang mendasari indulgensi
berasal dari gagasan hukum masyarakat Jermania yang menyatakan bahwa hukumman
badan bagi tindak kejahatan dapat diganti dengan bayaran uang. Namun karena uang dan
indulgensi kemudian tercampur baur maka mulai terjadi penyelewengan. Masyarakat biasa
beranggapan bahwa dosa-dosa mereka bisa diampuni dengan cara membayar dengan uang.
Akibat dari penyelahgunaan indulgensi lembaga gereja menjadi semakin kaya. Para
pimpinnan dan petinggi gereja terdorong untuk melakukan korupsi. Kekayan gereja dan
para pengurusnya menyebabkan masyarakat beranggapan intitusi gereja sebagai lembaga
yang membiarkan tindak korupsi.
Martin Luther adalah searang pendeta dan profesor di Universitas Wittenberg di
Jerman. Sebagai profesor ia memberi kuliah tentang Alkitab. Kemungkinan suatu ketika
diantara tahun 1513 dan 1516, melalui kajiannya terhadap Alkitab, ia sampai kepada
jawaban terhadap permasalahan “jaminan keselamatan” yang telah menjadi bahan
pemikirannya sejak ia memutuskan diri untuk mejadi pendeta. Ajaran agama Katolik
menyatakan bahwa keimanan dan amal ibadah diperlukan oleh seorang kristiani untuk
mendapat penyelamatan individu. Dalam pemikiran Martin Luther, manusia adalah
mahluk yang lemah dan tidak memiliki kekuatan di hadapan Tuhan yang maha kuasa.
Manusia tidak akan pernah dapat melakukan amal ibadah yang cukup untuk mendapat
penyelamatan. Melalui kajiannya terhadap Alkitab, Luther sampai pada kesimpulan bahwa
manusia tidak akan mendapat penyelamatan melalui amal ibadah tetapi penyelamatan akan
diperoleh justru melalui keimanan terhadap janji Tuhan yang menjadi mungkin karena
pengorbanan Yesus ketika ia disalib. Doktrin penyelamatan melalui keimanan menjadi
doktrin utama dalam gerakan reformasi gereja. Karena Luther sampai kepada doktrin ini
melalui kajiannya terhadap Alkitab, maka Alkitab bagi Luther, sebagaimana umat
Protestan lainnya, menjadi panduan utama menuju kebenaran relijius.
Dalam pandangan Martin Luther, dirinya bukanlah seorang pemberontak gereja
Katolik. Namun ia sangat kecewa dengan meluasnya praktek jual beli indulgensi. Apa
51
yang menyebabkannya menjadi sangat marah adalah tindakan Pendeta Johan Tetzel yang
memaksakan indulgensi dengan slogan “Segera begitu koin yang dimasukkan ke kotak
uang bergemerincing, maka jiwa akan bangkit dari neraka”. Kemarahan yang begitu besar
menyebabkan Martin Luther pada tahun 1517 mengumumkan 95 tesis mengenai
indulgensi. Tesis-tesis Luther ditulis pada selembar poster yang kemudian ditempelkan
dengan paku ke pintu utara gereja istana Frederik di Wittenberg. Kejadian ini terjadi pada
tanggal 31 Oktober 1517 dan menandai dimulainya gerakan reformasi gereja.
Beberapa bagian dari tesis tersebut berisikan pernyataan dan beberapa lainnya
adalah pertanyaan. Menurut Luther dalam tesis-tesinya; orang yang bertobat tidak akan
mengemis untuk meminta hukuman dosanya dihapus, tetapi akan menyambutnya dengan
senang hati sperti yang dilakukan oleh Kristus dahulu. Masih menurut Luther, baik Paus
ataupun siapapun tidaklah berwenang untuk melakukan poenghapusan dosa. Karena itu
menurutnya para penjaja indulgensi telah menipu banyak orang. Masyarakat umum yang
tidak berminat kepada perdebatan teologi sangat tertarik kepada argumen-argumen Martin
Luther yang membumi. Bagi mereka Luther telah menyentuh masalah yang peka dengan
cara yang sangat telak dan tepat sasaran. Apa yang dikemukakan Luther di dalam tesis-
tesisnya dengan tepat mewakili segala keluhan masyarakat yang selama ini terpendam
terhadap gereja. Segera setelah pengumuman 95 tesis Luther, ribuan salinan dari tesis-tesis
tersebut tersebar ke seluruh Eropa. Meskipun aslinya ditulis dalam bahasa latin, tetapi
tesis-tesis Luther segera diterjemahkan ke bahasa Jerman.
Pendapat Luther melalui pamfletnya mendapat reaksi keras dari gereja. Pada bulan
Januari 1521 gereja menghukum Luther dengan melakukan ekskomuni atau melakukan
pengucilan terhadapnya. Dalam beberapa tahun kemudian gerakan keagamaan yang
dicetuskan oleh Luther menjelma menjadi revolusi. Luther mendapatkan dukungan dari
banyak pemimpin Jerman. Para pemimpin pendukung Luther ini segera mengambil alih
kepemimpinan gereja yang ada di wilayah kekuasaan mereka. Gereja Lutheran di Jerman
(dan kemudian juga di Skandinavia) kemudian menjadi gereja negara dimana negara
menjalankan fungsi sebagai pengawas kegiatan gereja. Sebagai bagian dari perkembangan
gereja yang diawasi oleh negara, Luther memperkenalkan pelayanan keagamaan untuk
menggantikan pelayanan yang diberikan oleh gereja Katolik. Pelayanan keagamaan yang
diperkenalkan oleh Luther terfokus pada pembacaan Alkitab, penyampaian firman-firman
tuhan, dan lagu-lagu.
Gerakan keagamaan yang dipelopori oleh Luther dikenal dengan sebutan reformasi
gereja. Gerakan ini memunculkan agama Kristen Protestan. Sejak awal regormasi gereja
telah terkait dengan masalah-masalah politik. Pada tahun 1519 Charles I, raja Spanyol,
terpilih menjadi kaisar kekaisaran Romawi Suci (The Holly Roman Empire) dengan gelar
Charles V. Secara politik kaisar baru menginginkan seluruh wilayah kekaisarannya tetap
berada di bawah kekuasaannya. Secara keagamaan ia berharap untuk dapat menjaga
kesatuan di kekaisarannya dengan agama Katolik. Namun sayangnya situasi politik dan
keagamaan di kekaisaran Romawi Suci tidak sepenuhnya berada di bawah kendali Charles.
Meskipun seluruh negara-negara di Jerman loyal kepada kaisar, namun sejak abad
pertengahan negara-negara kecil ini secara relatif telah menikmati independensi dari
kekuasaan kekaisaran.
Pada tahun 1546 Kaisar Charles V membawa pasukan memasuki Jerman untuk
menertibkan kondisi di sana. Pada saat itu gerakan Martin Luther telah diterima luas di
Jerman dan para penguasa Jerman telah siap menghadapi pasukan kekaisaran Romawi
Suci. Para penguasa Jerman pada akhirnya mampu mempertahankan independensinya dari
kekaisaran. Perang keagamaan di Jerman berakhir pada tahun 1555 dengan
52
ditandatanginya perjanjian Augsburg. Melalui perjanjian itu, pembagian agama Kristen
secara formal diakui. Negara-negara penganut Lutheran memiliki hak-hak yang sama
dengan negara-negara Katolik. Dengan adanya perjanjian Augsburg, apa yang pernah
dikuatirkan oleh orang-orang Kristen Eropa sekarang benar-benar terjadi. Sejak itu
kesatuan agama Kristen yang ideal telah hilang untuk selamanya. Perkembangan yang
cepat dari agama Kristen Protestan membuat hal ini menjadi suatu kepastian.
V. PENJELAJAHAN SAMUDRA DAN MERKANTILISME
Bangsa Eropa mulai melakukan penjelajahan samudra di masa renaissans. Penjelajahan
samudra yang dilakukan oleh bangsa Eropa merupakan peristiwa sejarah yang sangat
penting bila dilihat dari dampaknya bagi dunia modern. Selama sekitar dua abad (1420-
1620) dorongan untuk menemukan daerah baru di luar Eropa telah menyebabkan
peningkatan yang luar biasa dalam bidang ilmu pengetahuan tentang bumi dan manusia-
manusia yang mendiaminya. Penemuan-penemuan wilayah baru yang diikuti oleh
kolonisasi, peperangan, perjanjian dagang, dan persaingan telah menyebabkan munculnya
negara-negara Eropa yang menguasai wilayah yang lusa di seberang samudra.
Penjelajahan samudra telah memunculkan kekayaan, kesempatan, dan cara berpikir baru.
Salah satu hasil paling nyata dari jaman penjelajahan samudra adalag terciptanya negara-
negara baru seperti: Amerika Serikat, Brazil, dan Australia. Negara-negara di eropa yang
tadinya hanya negara biasa, sekarang mulai muncul sebagai negara-negara adidaya di
dunia. Negara-negara Eropa yang menjadi besar pada era penjelajahan Samudra antara lain
adalah; Portugis, Spanyol, Belanda, dan Inggris.
Sampai seribu tahun lebih sejak awal abad masehi, bangsa-bangsa Eropa tidak
pernah meluaskan pengaruhnya ke luar dari benua mereka. Meski demikian, Eropa tidak
pernah benar-benar terisolasi dari dunia luar. Berbagai komoditi dari Asia dan Afrika
mencapai benua ini, dan karya-karya para ilmuwan Islam dipelajari oleh kaum
cendikiawan di Eropa. Adanya berbagai kisah yang menarik tentang Asia telah
menyebabkan orang-orang Eropa bahkan sejak jaman sebelum masehi telah tertarik
kepada dunia timur. Selama abad pertengahan berbagai mitos dan legenda tentang dunia
timur berkembang dengan luas di Eropa. Marco Polo dari venesia adalah pengelana
terkemuka dari abad pertengahan yang melakukan perjalanan ke Asia dengan menempuh
jalur sutra dan kemudian menuliskan pengalaman perjalannya.
Bangsa Portugis menjadi pelopor dari ekspansi Eropa ke Asia. Portugis mengawali
ekspansinya dengan melakukan pelayaran menyusuri Pantai Afrika hingga mencapai ke
Senegal. Pelayaran tersebut (1441) disponsori oleh Pangeran henry “Sang Navigator”
dengan tujuan utama mencari sekutu untuk melawan kekuatan Islam dan peluang-peluang
dagang yang bisa mendatangkan keuntungan. Pada tahun 1487, Bartolomeus Diaz
memimpin armada Portugis hingga mencapai Tanjung Harapan di Afrika Selatan. Sebelas
tahun kemudian, armada Portugis lainnya di bawah pimpinan Vasco da Gama berlayar
hingga ke Kalikut di sebelah barat pantai India. Kerajaan Portugis mensponsori pelayaran
da Gama dengan tujuan menghancurkan monopoli Islam terhadap perdagangan rempah-
rempah. Kalikut adalah salah satu emporium dalam jalur perdagangan rempah-rempah di
Samudra hindia, tetapi saat itu Portugis mengira Kalikut adalah daerah penghasil utama
rempah-rempah. Meski kehilangan dua kapal, armada da Gama berhasil kembali ke Eropa
dengan membawa keuntungan lebih dari seribu persen dari modal yang ditanam.
Tokoh penting yang menjadi pelopor ekspedisi laut Spanyol ke luar benua Eropa
adalah seorang Itali yang berasal dari Genoa, yaitu Christopher Columbus (1451-1506).
Setelah ditolak oleh raja Portugis, Columbus berhasil mendapat dukungan dari ratu
53
Isabella dari Spanyol untuk membiayai pelayaran ekspedisinya. Pada tahun 1492
Columbus berhasil mencapai benua Amerika. Ia tidak menyadari bahwa dia mencapai
benua baru dan mengira ia telah sampai ke Asia. Daratan Amerika Selatan ditemukan
secara tidak sengaja pada tahun 1500 oleh armada Portugis di bawah pimpinan Pedro
Cabral. Namun demikian, nama benua Amerika berasal dari nama seorang pelaut dari kota
Fiorentina yang bernama Amerigo Vespuci. Orang terakhir ini menerbitkan serangkaian
karangan tentang kondisi geografis benua baru yang menyebabkan benua baru tersebut
kemudian diberi nama Amerika.
Untuk menghindari terjadinya konflik terbuka antara dua negara Eropa yang
mempelopori penjelajahan Samudra, yaitu Portugis dan Spanyol, maka pada tahun 1494
diadakan perjanjian Tordesillas. Perjanjian ini diadakan di kota Tordesillas yang terlatak di
Spanyol. Perjanjian Tordesillas membagi dunia menjadi dua. Menurut perjanjian ini,
wilayah dari Tanjung Harapan ke timur menjadi milik Portugis. Sedangkan wilayah
Samudra Atlantik ke barat menjadi milik Spanyol. Perjanjian Tordesillas berlaku dengan
pengesahan dari Paus di Roma. Setelah dimulainya reformasi gereja di dekade ke dua abad
ke-16, negara-negara Eropa non-Katolik Roma seperti Belanda, Inggris, dan Swedia
merasa tidak terikat dengan perjanjian Tordesilass. Menurut mereka dunia adalah wilayah
yang terbuka yang boleh dijelajahi oleh siapa saja.
Penaklukan Spanyol di benua Amerika dimulai pada tahun 1519. Pada tahun itu
pasukan Spanyol di bawah pimpinan Hernando Cortez, setelah melakukan peperangan
selama tiga tahun, berhasil mengalahkan kerajaan Aztec di Mexico. Antara tahun 1531-
1536, ekspedisi militer di bawah pimpinan Fransisco Pizarro berhasil menundukkan
Kerajaan Inka yang terletak di Peru. Setelah itu diperlukan waktu sekitar tiga puluh tahun
sebelum bagian barat Amerika Selatan berhasil sepenuhnya dikuasai oleh Spanyol. Ada
beberapa faktor yang menunjang dominasi Eropa di benua Amerika. Pertama, bangsa
Eropa memiliki keunggulan di bidang teknologi persenjataan, yaitu dengan menggunakan
senjata api dan meriam. Kedua, orang Eropa mempunyai perekonomian yang maju
dibandingkan penduduk asli Amerika yang memungkinkan mereka untuk mengakumulasi
modal untuk keperluan penaklukkan daerah baru. Ketiga, orang Eropa memiliki sistem
administrasi yang modern sehingga memudahkan mereka dalam menciptakan
pemerintahan yang terorganisir di daerah yang dikuasainya.
Bangsa Belanda memulai penjelajahan samudra dengan mencari daerah sumber
penghasil rempah-rempah. Armada Belanda pertama yang mencapai kepulauan Indonensia
adalah armada yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman. Armada de Houtman mencapai
kota pelabuhan Banten di ujung barat Pulau Jawa pada tahun 1596. Mereka berhasil
mencapai kepulauan Indonesia dengan memanfaatkan buku perjalanan laut yang ditulis
oleh Jan Huygen van Linschoten yang berjudul Itinerario. Di Banten para pedagang
Belanda membeli lada dan kemudian melanjutkan perjalanan ke arah timur untuk mencari
kepulauan maluku untuk mendapatkan komoditi cengkeh dan pala. Pada tahun 1597 de
Houtman berhasil kembali ke Belanda dengan membawa berita tentang kemungkinan
untuk meraih keuntungan besar dari perdagangan rempah-rempah di Nusantara. Dalam
waktu kurang dari lima tahun terbentuk sepuluh perusahaan di Belanda yang mengirimkan
14 armada dagang dengan tujuan untuk membeli cengkeh, pala, dan lada dari Nusantara.
Banyaknya maskapai dagang Belanda yang beroperasi di Nusantara mendatangkan
persaingan diantara mereka dan menyebabkan keuntungan yang didapat menjadi kecil.
Karena itu, atas inisiatif pemerintah Belanda, pada tahun 1602 semua maskapai dagang
Belanda tersebut dilebur menjadi satu maskapai dagang yang disebut dengan Verenigde
oost-Indische Compagnie (VOC) atau Maskapai Dagang Hindia Timur. Untuk
54
memperkuat VOC, pemerintah Belanda memberi maskapai dagang ini hak oktroi yang
berlaku selama 21 tahun dan dapat diperbaharui untuk 21 tahun berikutnya. Hak oktroi
meliputi hak untuk melakukan perjanjian dengan negara lain, merekrut tentara,
menyatakan perang, mendirikan koloni dan benteng, serta mengadakan kontrak dagang.
Dengan hak oktroi dimilikinya keasaan VOC menyerupai negara. Begitu besarnya
kekuasaan dan pengaruh yang dimiliki oleh VOC sehingga banyak sejarawan yang
menganggap maskapai dagang ini memiliki kekuasaan bagaikan negara.
Meskipun VOC dianggap sebagai perusahaan dagang multinasional terbesar di
abad ke-17, tetapi perusahaan dagang multinasional yang pertama sebenarnya didirikan
oleh orang Inggris. Perusahaan dagang milik Inggris didirikan pada tahun 1602 dan diberi
nama East India Company (EIC) atau Perusahaan Hindia Timur. EIC didirikan tanpa
dukungan dana sebesar VOC dan karena itu perusahaan ini baru bisa benar-benar bersaing
dengan VOC setelah beroperasi lebih dari seratus tahun atau pada abad ke-18. Berbeda
dengan VOC yang memperdagangkan rempah-rampah, komoditi utama yang
diperdagangkan oleh EIC adalah teh, kopi, dan kain tekstil India.
Dalam melakukan perdagangan luar negeri di abad 17 dan 18 Inggris menerapkan
suatu sistem ekonomi yang dikenal dengan nama merkatilisme atau yang disebut juga
dengan komersialisme. Merkantilisme adalah sistem ekonomi dimana suatu negara
berusaha mengumpulkan kekayaan dengan cara melakukan perdagangan dengan negara-
negara lain, mengekspor lebih banyak dari impor dengan tujuan untuk meningkatkan
cadangan emas dan logam mulia lainnya. Kata merkatlisme berasal dari kata latin mercans
yang artinya adalah “pembeli”. Sistem ini mendorong negara untuk meninggalkan kegiatan
pertanian dan menggantikannya dengan kegiatan perdagangan dalam rangka mendapatkan
keuntungan yang lebih besar. Meskipun saat ini sistem merkatilisme tidak lagi populer,
tetapi sistem ini merupakan salah satu sistem ekonomi utama ayng berlaku di abad 17 dan
18. Sistem merkantilisme adalah salah satu faktor pendorong bagi berbagai aktifitas
eksplorasi dan kolonisasi yang dilakukan negara-negara Eropa pada periode modern awal.
Pada tahun 1650 pemerintah Inggris secara resmi menerapkan sistem
merkantilisme dalam kegiatan perdagangan. Untuk mencapai tujuan dari sistem
merkatilisme pemerintah Inggris serangkaian peraturan yang secara ekslusif
menguntungkan kepentingan ekonomi Inggris. Peraturan-peraturan tersebut menciptakan
suatu sistem perdagangan di mana koloni Inggris di Amerika memberi pasokan Inggris
dengan bahan-bahan mentah dan Inggris menggunakan bahan-bahan mentah tersebut
untuk menghasilkan barang-barang yang bisa dijual di pasaran Eropa dan di daerah koloni.
Sebagai daerah penghasil barang mentah, daerah koloni tidak akan pernah bisa
berkompetisi dengan Inggris sebagai negara yang mengolah dan memasarkan hasil olahan
barang-barang mentah tersebut. Para pedagang dan kapal-kapal Inggris mendukung penuh
sistem merkantilisme. Mereka selalu berusaha agar negara lain tidak dapat turut menikmati
keuntungan dagang yang di dapat oleh Inggris. Sejak akhir abad ke-18 seiring dengan
berakhirnya era perusahaan dagang multinasional seperti VOC dan EIC sistem
merkantilisme mulai ditinggalkan.
VI. REVOLUSI INDUSTRI
Revolusi industri dimulai di Inggris pada tahun 1780-an. Perbaikan cara berproduksi
dalam kegiatan pertanian di abad ke-18 telah menghasilkan peningkatan yang signifikan
dalam produksi makanan. Sejak itu hasil pertanian Inggris dapat diproduksi dalam jumlah
besar dengan tenaga kerja yang sedikit dan harga produk yang terjangkau. Dampak
positifnya keluarga-keluarga biasa di Inggris tidak perlu lagi membelanjakan sebagian
55
besar uangnya untuk membeli makanan dan karena itu mereka sekarang memiliki cukup
uang untuk membeli barang-barang lainnya. Pada saat yang sama, pertumbuhan populasi
penduduk yang cepat menyediakan surplus tenaga kerja yang diperlukan oleh pabrik-
pabrik baru yang akan menjadikan Inggris sebagai negara industri.
Faktor kunci yang menyebabkan terjadinya revolusi industri di Inggris adalah
kemampuan negara ini untuk menghasilkan barang-barang yang dibutuhkan oleh pasaran
dengan harga yang murah. Metode tradisional memproduksi barang dengan industri
rumahan tidak akan dapat memenuhi kebutuhan pasar yang meningkat pesat. Kebutuhan
itu terutama berupa pakaian berbahan katun yang permintaannya datang dari Inggris dan
wilayah-wilayah koloninya di seluruh penjuru dunia. Menghadapi permintaan yang tinggi,
pembuatan pakaian di Inggris mencari dan menerima metode-metode baru yang dihasilkan
oleh penemuan-penemuan di bidang teknologi dan sistem produksi. Proses pembaharuan
di dalam cara berproduksi inilah yang mendorong terjadinya revolusi industri.
Pada tahun 1782 seorang ilmuwan Skotlandia yang bernama James Watt (1736-
1819) berhasil menyempurnakan mesin uap ciptaannya sehingga dapat digunakan untuk
berbagai keperluan. Dengan menggunakan tenaga uap dan batubara, mesin uap ciptaan
James watt dapat menjadi sumber energi penggerak menggantikan tenaga air dan angin.
Berbeda dengan kincir angin dan air, mesin uap ciptaan watt dapat ditempatkan dimana
saja. Mesin uap dapat digunakan untuk memintal benang, menenun kain, menggerakkan
lokomotif, kapal, dan sebagainya. Mesin uap menciptakan cara baru dalam berproduksi.
Sejak itu pabrik-pabrik menggantikan industri rumahan dan bengkel kerja. Dengan
menggunakan mesin uap, barang-barang dapat diproduksi secara massal dengan biaya
produksi yang murah.
Penemuan mesin uap memberi dorongan besar bagi peningkatan industri kain
katun di Inggris. Pada tahun 1760 Inggris mengimpor 2,5 juta pounds kapas yang
semuanya digunakan untuk keperluan industri. Pada tahun 1787 jumlah impor kapas
meningkat menjadi 22 juta pounds. Pada tahun 1840 impor kapas Inggris berjumlah 366
juta pounds. Pada saat itu kain katun buatan Inggris telah dipasarkan ke seluruh penjuru
dunia. Selama masa revolusi industri, cara memproduksi besi di Inggris juga mengalami
revolusi secara radikal. Besi berkualitas tinggi mulai dihasilkan industri besi Inggris pada
tahun 1780-an. Pada tahun 1740 Inggris memproduksi 17.000 ton besi. Seratus tahun
kemudian, tepatnya pada tahu 1840an produksi besi Inggris telah mencapai dua juta ton.
Pada tahun 1852 Inggris menghasilkan tiga juta ton besi. Produksi sebanyak itu melebihi
dari produksi besi seluruh dunia jika digabungkan.
Penemuan mesin uap memicu terjadinya industrialisasi. Keberadaan pabrik-pabrik
menciptakan cara kerja yang baru. Para pemilik pabrik dapat mengoperasikan mesin-mesin
mereka secara maksimal. Karenanya para buruh bekerja secara teratur dalam periode
tertentu dengan sistem shift, agar mesin dapat terus bekerja dengan konstan. Para buruh di
Inggris banyak yang berasal dari daerah pedesaan yang datang ke kota di luar musim
tanam dan panen. Pada pertengahan abad ke-19 Inggris telah menjadi negara industri
paling maju dan termakmur di dunia. Pada masa ini Inggris menjadi penghasil paling
utama, pusat perputaran uang, dan pusat kegiatan perdagangan. Inggris memproduksi
separuh dari barang-barang industri dan batubara yang diperlukan oleh dunia. Pada tahun
1850, jumlah produksi kain katun Inggris sama besarnya dengan jumlah produksi kain
katun seluruh negara Eropa digabungkan menjadi satu.
Dari inggris revolusi industri menyebar ke seluruh benua Eropa. Negara-negara
pertama di daratan Eropa yang pertama melakukan revolusi industri adalah Belgia,
Perancis, dan Jerman. Pemerintahan di negara-negara tersebut aktif dalam mendorong
56
industrialisasi dengan mendirikan sekolah-sekolah untuk ahli teknik dan menyediakan
dana untuk pembangunan jalan, jembatan, dan rel kereta api. Pada tahun 1850 suatu
jaringan kereta rel kereta api telah menyebar dan menghubungkan seluruh Eropa daratan.
Sama seperti negara-negara Eropa, Amerika Serikat yang telah menjadi merdeka
pada tahun 1776 juga turut mengalami revolusi industri. Di negara ini revolusi indutsri
telah mentransformasikan cara berproduksi secara besar-besaran. Pada tahun 1800 enam
dari tujuh buruh di AS berasal dari kalangan petani dan tidak ada kota di negara ini yang
penduduknya lebih dari 100.000 orang. Pada tahu 1860 populasi penduduk AS telah
menjadi 30 juta orang. Pada tahun itu sembilan kota di AS berpenduduk lebih dari 100.000
orang dan hanya 50% dari para buruh yang berasal dari kalangan petani. Di bidang
infrastruktur, ribuan mil kanal dan jalan dibangun untuk menghubungkan AS bagian timur
dan barat. Pada tahun 1830 panjang rel kereta api hanya 100 mil, tetapi tiga puluh tahun
kemudian panjangnya sudah mencapai 27.000 mil. Revolusi transportasi mengubah AS
menjadi satu pasar tunggal yang besar bagi barang-barang hasil industri yang diproduksi di
wilayah bagian timur laut negara tersebut.
Sebelum tahun 1870, revolusi industri yang telah mengubah Eropa dan AS secara
radikal, tidak menyebar secara berati ke belahan dunia lainnya. Bahkan di Eropa Timur
proses industrialisasi jauh tertinggal dengan Eropa Barat. Sebagai contoh adalah Rusia
yang masih tetap merupakan negara agraris yang diperintah oleh rezim aristokrasi
berdasarkan pada sistem feodal. Di Asia, negara-negara industri berusaha menghambat
terjadinya revolusi industri di koloninya melalui berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah kolonial. Di India pasaran lokal dibanjiri oleh kain katun murah buatan Inggris
sehingga banyak penenun yang kemudian kehialangan pekerjaan. Hindia Belanda juga
mengalami situasi yang tidak berbeda, pasaran lokal dibanjiri oleh impor kain dari negara
Belanda (kain produksi kota Twente).
Revolusi industri memicu terjadinya urbanisai. Pada tahun 1800 kota terpadat di
Inggris adalah kota London yang berpenduduk satu juta orang. Selain itu ada 6 kota yang
berpenduduk antara 50.000-100.000 orang. Lima belas tahun kemudian populasi London
meningkat menjadi 2.636.000 orang dengan 9 kota lainnya berpenduduk lebih dari
100.000 orang. Lebih dari 50% populasi Inggris pada tahun 1850 hidup di kota-kota besar
maupun kecil. Lebih jauh lagi, revolusi industri menghasilkan kemunculan kelas
menengah baru. Kaum borjuis atau kelas menengah bukanlah kelompokm masyarakat
baru. Mereka telah ada sejak munculnya kota-kota abad pertengahan. Kata borjuis berasal
dari kata burgher yang artinya adalah warga kota yang terdiri dari kaum bangsawan,
pedagang, pegawai pemerintah, ahli hukum, pedagang, dan kalangan profesional lainnya.
Kelas menengah baru yang muncul pada masa revolusi industri terdiri dari para pemilik
pabrik, pemilik bank, dan keluarga mereka. Kelompok masyarakat baru ini berusaha
menajdi bagian dari kaum elit kota dan bersamaan dengan itu berusaha membedakan diri
mereka dengan kaum buruh yang bekerja di pabrik.
Meskipun membawa dampak-dampak positif, revolusi industri juga
mengakibatkatkan berbagai dampak negatif. Dampak negatif itu antara lain adalah:
peningkatan polusi (udara, air, dan suara), berkembangnya konsumerisme, kepadatan
penduduk kota, dan kehidupan kaum buruh yang sulit. Pada masa revolusi indutri para
buruh mengalami kondisi kerja yang sangat buruk. Mereka bekerja dalam shift selama 12-
16 jam sehari, enam hari seminggu, dengan istirahat setengah jam untuk makan. Tidak ada
jaminan keselamatan kerja dan tidak ada upah minimum. Banyak perempuan dan anak-
anak yang dipekerjakan di pabrik-pabrik ataupun tambang-tambang. Anak-anak menjadi
bagian penting dari ekonomi keluara pada masa pra-industri. Mereka bekerja membantu
57
orang tua di ladang atau kebun atau membantu pekerjaan di rumah. Di masa revolusi
industri tenaga kerja anak-anak dieksploitasi lebih daripada sebelumnya. Para pemilik
pabrik katun menemukan bahwa anak-anak dapat sangat membantu dalam proses
produksi. Ukuran badan mereka yang kecil menjadikan mereka tenaga kerja yang ideal
untuk menjalankan mesin pembuat kain katun. Anak-anak juga lebih mudah dilatih untuk
bekerja di pabrik dibandingkan orang yang sudah dewasa. Mereka penurut dan lebih dari
itu tenaga kerja anak tidak perlu dibayar penuh seperti tenaga kerja orang dewasa.
Dalam dunia pemikiran, revolusi industri telah memicu munculnya dua idelogi
penting di abad 19, yaitu liberalisme dan nasionalisme. Liberalisme berakar pada abad 18
(abad pencerahan), revolusi Amerika, dan revolusi Perancis. Paham liberalisme
berlandaskan pada gagasan bahwa manusia sebagai individu harus diberi kebebasan
sebesar munkin. Liberalisme berkembang menjadi keyakinan politik yang menekankan
pada kesamaan di depan hukum, kebebasan pers, berkumpul, dan toleransi agama. Semua
kebebasan ini harus dijamin dalam suatu dokumen tertulis atau konstitusi. Kaum Liberal
meyakini bahwa kekuasaan negara harus dibatasi karena bisa mengganggu kebebasan
individu. Sebagai ideologi, liberalisme banyak disukung oleh kelas menengah baru yang
menginginkan peran politik yang lebih luas setelah terjadinya revolusi industri.
Ideologi lain yang muncul sebagai respon terhadap revolusi industri adalah
nasionalisme. Kebangkitan nasionalisme dalam suatu komunitas ditandai dengan adanya
kesadaran terhadap kesamaan nasib, budaya, bahasa, dan sejarah. Komunitas yang
memiliki kesadaran semacam ini disebut dengan bangsa. Setiap individu dalam bangsa
diharap untuk memberikan loyalitasnya yang tertinggi kepada bangsanya. Sejak pecahnya
revolusi Perancis, setiap kaum nasionalis mempercayai bahwa setiap bangsa harus
memiliki pemerintahnya sendiri. Sebagai contoh adalah bangsa jerman yang terpecah-
pecah, menginginkan untuk bersatu sebagai bangsa dan membentuk satu pemerintahan
yang terpusat. Nasionalisme kemudian menjadi tantangan bagi tatanan politik di Eropa
saat itu yang mayoritas berbentuk negara monarki seperti: Inggris, Prusia, dan Turki.
Nasionalisme bukan hanya berkembang di Eropa dan AS, tetapi juga di Amerika Selatan
dan Asia sebagai kekautan baru yang mampu melawan kolonialisme.
Revolusi industri terjadi bersamaan dengan munculnya berbagai penemuan baru.
Dalam sejarah ilmu pengetahuan, abad 19 disebut sebagai abad ilmu pengetahuan.
Penamaan ini dikarenakan pada abad itu banyak terjadi penemuan baru dalam bidang ilmu
pengetahuan ayng mempengaruhi kehidupan umat manusia. Dalam bidang biologi,
ilmuwan Perancis louis Pasteur (1822-1895) menemukan cara baru untuk mengatasi
bakteri. Pada tahun 1859, Charles Darwin (1809-1882) mempublikasikan On the Origin of
Species yang berisikan teori evolusi. Pada tahun 1876 Alexander Graham Bell menemukan
telepon yang berhasil merevolusi cara orang dalam berkomunikasi. Peningkatan taraf
kehidupan manusia yang dicapai melalui ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan
metode ilmu pengetahuan alam diterima secara luas sebagai metode ilmu pengetahuan
uyang paling obyektif.
VII. PENUTUP
Secara geografis benua Eropa tidaklah sebesar benua Asia, Amerika dan Afrika. Jumlah
penduduknya juga bukan yang terbesar jika dibandingkan dengan benua-benua lainnya.
Tetapi ukuran geografis maupun jumlah penduduk bukan merupakan representasi dari
pengaruh benua Eropa terhadap dunia. Sampai dengan akhir abad pertengahan Eropa
relatif tidak banyak berinteraksi dengan benua-benua lain. Namun demikian, sejak
dimulainya era penjelajahan samudra negara-negara yang berasal dari benua ini mulai
58
muncul sebagai kekuatan politik, ekonomi, dan maritim dunia. Dimulai dari bangsa
Portugis dan Spanyol dan diikuti oleh bangsa-bangsa lainnya, penjelajahan samudra yang
dilakukan oleh orang-orang Eropa telah membuat dunia semakin terhubung antara satu
dengan yang lain. Jika sebelum abad 16 dunia perdagangan Asia yang dikuasai oleh
perdagangan Islam telah mampu menghubungkan Eropa dengan daerah penghasil
komoditi di Asia, maka setelah orang-orang Eropa melakukan penjelajahan samudra
jaringan perdagangan dunia telah meliputi kawasan Eropa, Asia, Amerika, Afrika, dan
bahkan Asutralia.
Benua Eropa dapat dikatakan sebagai tempat dimana terjadi berbagai penemuan
yang mengubah cara hidup manusia. Perkembangan sejarah Eropa telah menyebabkan
ilmu pengetahuan dapat berkembang dengan baik di benua ini. Berbagai pengetahuan yang
sekarang menjadi cabang ilmu muncul dan berkembang di Eropa. Perkembangan dunia
ilmu di Eropa telah dimulai sejak jaman Yunani dan Romawi kuno. Kedua peradaban ini
menjadi landasan bagi perkembangan Eropa Modern. Kemampuan orang Eropa untuk
berpikir rasional telah dimulai oleh dirintis oleh para filsuf yang hidup di masa Yunani
kuno yang dilanjutkan pada masa Romawi dan dihidupkan kembali pada masa renaissans.
Rasionalitas yang digunakan oleh orang Eropa dalam mengatasi berbagai masalah telah
menyebabkan mereka dapat melakukan inovasi di berbagai bidang kehidupan.
Salah satu inovasi terpenting di bidang teknologi yang mempengaruhi cara
penyebaran ilmu pengetahuan adalah penemuan mesin cetak. Sebelum adanya mesin
cetak, karya-karya tulis yang dihasilkan oleh para ilmuwan dan kaum agamawan hanya
dapat digandakan dengan cara ditulis ulang atau menggunakan balok kayu yang diukir.
Cara seperti ini menyebabkan berbagai hasil pemikiran yang dituangkan dalam bentuk
tulisan hanya dapat beredar di kalangan terbatas. Penemuan mesin cetak oleh Johan
Guttenberg merupakan revolusi besar dalam sejarah umat manusia. Dengan menggunakan
mesin cetak sebuah karya tulis dapat digandakan hingga ribuan dan bahkan jutaan
eksemplar. Sejak itu sirkulasi karya tulis telah menjangkau semakin banyak orang. Apa
yang dipikirkan oleh seorang penulis tidak lagi hanya berpengaruh terhadap sejumlah kecil
orang, tetapi dapat menimbulkan suatu perubahan besar karena dibaca oleh kalangan yang
luas.
Pengaruh Eropa terhadap peradaban dunia juga terjadi di dunia keagamaan.
Kehidupan abad pertengahan yang didominasi oleh gereja telah menyebabkan Eropa
berada dalam kondisi yang cukup stabil untuk masa kurang lebih seribu tahun. Kondisi
yang cenderung tidak membawa perubahan besar pada akhirnya harus berakhir ketika
berbagai dampak negatif dari dominasi gereja mulai dilihat sebagai permasalahan di dalam
masyarakat. Dalam melakukan reformasi gereja Martin Luther tidak dalam posisi untuk
melakukan revolusi. Apa yang dilakukannya adalah upaya untuk memperbaiki praktek-
praktek keagamaan dan mengembalikan agama kepada masyarakat agar dapat dipahami
secara rasional. Karena itu nama yang digunakan dalam pembaharuan agama di awal abad
ke-16 bukanlah revolusi, tetapi reformasi.
Perubahan-perubahan di dalam cara berproduksi di Eropa telah memicu terjadinya
revolusi industri. Revolusi industri dimulai di Inggris dan hal ini dapat dimenegrti karena
sejak abad 18 Inggris telah menjadi negara adidaya dunia dengan wilayah koloni yang
terluas dibandingkan negara-negara kolonial lainnya. Sistem ekonomi merkantilisme yang
diterapkan Inggris sejak abad ke-17 telah menyebabkan negara ini mampu mengakumulasi
kapital dalam jumlah yang sangat besar. Keberadaan modal, inovasi, dan teknologi telah
menyediakan kondisi yang sempurnya bagi terjadinya inovasi-inovasi yang mendorong
terjadinya revolusi industri. Revolusi Industri terutama menyebar dari Inggris ke negara-
59
negara Eropa lainnya dan Amerika Serikat dan sejak itu sampai sekarang negara-negara
tersebut telah menjadi negara maju atau negara dunia pertama.
Berbagai peristiwa dan penemuan yang terjadi di Eropa mempengaruhi kehidupan
manusia di berbagai penjuru dunia, termasuk di Indonesia. Pengaruh Eropa atau barat
masuk ke Indonesia sejak masa penjelajahan samudra di abad ke 16. Inovasi-inovasi yang
terjadi di Eropa menyebabkan bangsa-bangsa barat yang datang ke Indonesia mampu
melakukan konisasi di berbagai wilayah di kepulauan Indonesia. Dengan keunggulan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang mereka miliki bangsa barat menunjukkan superioritas
mereka terhadap masyarakat yang hidup di Nusantara. Namun demikian, gagasan-gagasan
yang muncul di Eropa juga yang pada kahirnya mengakhiri era kolonialisme. Gagasan
nasionalisme yang berkembang sebagai respon revolusi industri masuk ke Indonesia di
awal abad ke-20. Dalam tempo beberapa dekade nasionalisme Indonesia telah tumbuh
menjadi kekuatan yang menentang dan pada akhirnya mengakhiri kolonialisme Belanda.
DAFTAR PUSTAKA Bayly, C.A., The Birth of the Modern World (Oxford: Blackwell Publishing, 2004).
Butel, Paul, The Atlantic (London, Routledge, 1999).
Cipolla, Carlo M., Before the Industrial Revolution. European Society and Economi 1000-
1700 (London: Routledge, 1993).
Collins, James B., Karen L. Taylor (eds.), Early Modern Europe: Issues and
Interpretations (Oxford, Blackwell Publishing, 2006).
Duiker, William J., Jackson J. Spielvogel, The Essential World History, 2 Jilid (Belmont:
Thomson Wadsworth,2008).
Ferro, Marc, Colonization: A Global History (London: Routledge, 1997).
Greyerz, Kaspar von, Religion and Culture in Early Modern Europe, 1500-1800 (Oxford,
Oxford University Press, 2008).
Housley, Norman, Religious Warfare in Europe, 1400-1536 (Oxford, Oxford University
Press, 2002).
Kamen, Henry, Early Modern European Society (London: Routledge, 2000).
Manning, Patrick, Navigating World History (Hampshire: Palgrave Macmillan, 2003).
Prak, Marteen (ed.), Early Modern Capitalism. Economic and Social Change in Europe
1400-1800 (London: Routledge, 2001).
Scammel, G.V., The First Imperial Age. European Overseas Expansion c.1400-1715
(London, Routledge, 1991).
Souza, George Bryan, The Survival of Empire. Portuguese Trade and Society in China
and the South China Sea, 1630-1754 (Cambridge: Cambridge University Press,
1988).
Vovelle, Michel, Revolution Againts the Church (Ohio: Ohio State University Press,
1991).
Whyte, Ian D., Landscape and History Since 1500 (London: Reaktion Books, 2002).
60
REVOLUSI BESAR DUNIA DAN PENGARUHNYA
TERHADAP UMAT MANUSIA
Dr. Nana Supriatna, M.Ed
I. PENDAHULUAN
Sejarah dunia sejak abad ke-18 sampai abad ke-20 ditandai dengan terjadinya revolusi
besar yang berpengaruh pada perkembangan sejarah kehidupan umat manusia pada
masanya dan pada masa kini. Revolusi Perancis dan Revolusi Amerika pada abad ke-18,
Revolusi China, Rusia dan Indonesia pada abad ke-20 merupakan revolusi-revolusi besar
dalam bidang politik, intelektual, dan budaya yang tidak hanya berpengaruh pada kawasan
di negara-negara tersebut melainkan juga kawasan lain di dunia. Uraian sejarah di bawah
ini akan menganalisis dan menyajikan keterkaitan antara revolusi-revolusi besar tersebut
dengan kehidupan manusia pada masa itu dan masa kini.
II. REVOLUSI BESAR DUNIA
2.1. Revolusi Amerika (1775-1789)
Revolusi Amerika ditandai dengan gerakan kaum kolonis - kaum imigran dari Eropa,
terutama Inggeris - di Amerika Utara untuk menentang Kerajaan Inggeris yang dianggap
ikut campur dalam urusan kaum kolonis. Peristiwa perlawanan terhadap Inggeris,
terbentuknya Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat (AS) 4 July 1776, Perang
Kemerdekaan AS hingga terbentuknya Konstitusi AS tahun 1789 memberi pengaruh
terhadap gerakan yang sama di belahan dunia lain. Revolusi Amerika memberikan gagasan
tentang pentingnya persamaan hak manusia, kebebasan individu, kebebasan beragama,
konsep kesetaraan warga di mata hukum. Gagasan-gagasan tersebut diadopsi dalam
gerakan revolusioner di Perancis dan beberapa negara lainnya di Eropa pada abad ke-18-
19 dan menginspirasi beberapa negara Asia dan Afrika dalam melawan imperialisme Barat
pada awal abad ke-20. Revolusi Amerika juga menginspirasi warga kulit hitam Amerika
(Afrika-Amerika atau Negro) untuk memperjuangkan kesetaraan hak-hak mereka dengan
warga kulit putih turunan Eropa. Keterlibatan tentara Perancis dalam perang melawan
Inggeris dalam Perang Kemerdekaan AS (1776-1783) serta tersebarnya hasil analisa
mengenai Revolusi Amerika di kalangan Golongan Borjuis Perancis secara langsung
memberi pengaruh terhadap meletusnya Revolusi Perancis 1789.
2.1.1. Latar Belakang Revolusi Amerika
Revolusi Amerika dicatat dalam sejarah dunia sebagai salah satu peristiwa revolusi
besar. Hal itu disebabkan revolusi tersebut memiliki dampak yang besar tidak hanya untuk
kawasan Amerika melainkan juga Eropa dan belahan dunia lainnya pada kurun waktu
berikutnya. Revolusi tersebut dilakukan oleh 13 koloni di Amerika Utara yang didirikan
oleh para imigran dari daratan Eropa, terutama Inggeris, yang menyeberang ke kawasan
61
tersebut setelah pendaratan Columbus beberapa dekade sebelumnya. Ketiga belas koloni
tersebut menentang Kerajaan Inggeris, yang merupakan salah satu negara induk bagi kaum
imigran di koloni tersebut.
Sikap tidak puas kaum kolonis (warga koloni di Amerika) terhadap kebijaksanaan
Inggeris dalam urusan daerah koloni antara lain ditunjukan oleh James Otis yang berbicara
mengatasnamakan pedagang Boston, Amerika, tahun 1761. Othis menetang kesewenang-
wenangan dan otoritas Parlemen Inggeris mengenai beberapa aspek kehidupan kaum
kolonis termasuk di bidang perdagangan. Demikian juga pada tahun1763, Patrick Henry
menentang hak-hak Privy Council mengenai masalah hukum di Virginia.
Aspek yang paling ditentang kaum kolonis adalah kebijakan pajak Negara Inggeris
yang dikenakan kepada kaum kolonis. Mereka menentang kebijakan tersebut sebab
Inggeris di mata mereka bukan lagi sebagai pemerintah yang dapat mengatur daerah
koloni. Dua undang-undang yang paling ditentang kaum kolonis adalah Undang-undang
Gula (Sugar Act) dan Undang-undang Keuangan (Currency Act) pada tahun 1764.
Undang-undang pertama mengatur masalah perdagangan gula di daerah koloni yang dalam
beberapa aspek memberi batasan kepada pedagang kaum koloni di daerahnya. Melalui
undang-undang itu Inggeris memperoleh masukan dari pajak dan bea cukai perdagangan
gula. Undang-undang kedua melarang daerah koloni mencetak uang sendiri.
Kedua undang-undang tersebut menimbulkan kemarahan kaum kolonis terutama
para pedagang. Mereka meminta agar parlemen Inggeris menarik kembali undang-undang
tersebut. Penduduk New York dan Boston memboikot untuk tidak membeli semua barang
buatan Inggeris sebelum Parlemen Inggeris mencabut putusannya. Menghadapi tuntutan
itu, pemerintah dan Parlemen Inggeris menjawabnya dengan dikeluarkannya undang-
undang lain seperti Stamp Act (undang-undang prangko) dan Quartering Act tahun 1765.
Stamp Act digunakan untuk memperoleh pajak dari setiap dokumen dan surat penting yang
digunakan dalam kegiatan perdagangan. Sedangkan Quartering Act memaksa kaum
kolonis untuk menyediakan tempat tinggal dan kebutuhan makanan bagi tentera Inggeris
yang ditempatkan didaerah-daerah koloni.
2.1.2. Revolusi Melawan Kerajaan Inggeris di Amerika
Revolusi melawn Pemerintahan kerajaan Inggeris di Amerika dilakukan oleh
berbagai kalangan. Di kalangan bawah, perlawanan terhadap Inggeris ditandai dengan
gerakan organisasi rahasia yang tersebar di perkotaan. Organisasi seperti Sons of Liberty,
yang anggotanya terdiri dari buruh, pelaut, dan tenaga teknis, mengancam para pejabat
imperium Inggeris sambil memboikot penyebaran prangko. Semua golongan masyarakat
melancarkan protes melalui rapat raksasa di New York, tahun 1765. Mereka menghadiri
kongres Stamp Act dan mengesahkan Declaration of Right and Grievances yang berisi
tentang penolakan terhadap keputusan parlemen Inggeris. Para pedagang seluruh koloni
membuat keputusan untuk tidak menggunakan barang-barang buatan Inggeris sampai
Parlemen Inggeris mencabut Stamp Act. Akhirnya pada tahun 1766 parlemen mencabut
Stamp Act dan tetap memaksakan bahwa Parlemen Inggeris merupakan lembaga yang
paling berdaulat atas seluruh daerah imperium Inggeris.
Keberhasilan protes kaum kolonis tahun 1766 tidak menyurutkan Inggeris untuk
tetap menggunakan daerah koloni sebagai sumber keuanganya. Inggeris menugaskan
seorang pejabat keuangan Charles Townshend untuk menyusun program fiskal baru.
Hasilnya adalah Townshend Act yang berisi ketentuan bahwa pemungutan pajak dari
daerah koloni diperketat, pengenaan bea masuk kertas, gelas, timah, dan teh yang di ekspor
dari Inggeris ke daerah-daerah koloni. Hasil pajak tersebut digunakan untuk membiayai
gubernur koloni, hakim, petugas bea cukai, dan tentara Inggeris yang ditempatkan di sana.
Menghadapi aturan baru tersebut kaum kolonis melancarkan protes yang sama
62
seperti protes terhadap undang-undang terdahulu. Beberapa gerakan memprotes tindakan
Inggeris di antaranya adalah. Pertama, John Dickinson yang menerbitkan Letter from a
Farmer in Penssylvania (1767) berupa kritikan terhadap tindakan Inggeris tersebut. Dia
memprotes bahwa tidak selayaknya pemerintah Inggeris mengenakan pajak kepada petani
Amerika. Kedua, kapal patroli Inggeris Gaspee, yang melakukan pengawasan di sekitar
Rhode Island dibakar oleh kaum patriot dan membuat takut pejabat Inggeris yang harta
miliknya ikut hancur. Ketiga, para juri koloni menolak bekerjasama dengan para pejabat
kerajaan dalam mengakhiri perdagangan illegal. Keempat, ketika Gubernur
Massachussetts, Thomas Hatchinson menyatakan tahun 1772 bahwa para hakim akan
dibayar dari uang kerajaan, timbul protes dari berbagai kalangan. Salah seorang
diantaranya adalah tokoh Boston, Samuel Adams, menentang dengan cara membentuk
panitia korespondesi untuk mengkoordinasi berita dan serta keluhan kelompok masyarakat
yang berkaitan dengan tindakan pemerintah kerajaan Inggeris.
Sikap pemerintah kerajaan Inggeris masih tetap keras. Inggeris mengeluarkan
undang-undang teh yang memberikan hak monopoli kepada East Indian Company, sebuah
perusaaah kerjaan Inggeris, untuk melakukan eksport ke seluruh daerah koloni. Tindakan
ini dilawan oleh kaum kolonis dengan cara memboikot seluruh produksi teh Inggeris
dimasukkan ke dalam daerah koloni. Mereka memaksakan diri untuk menurunkan muatan
kapal teh Inggris di Pelabuhan Boston. Pada malam tanggal 16 Desember 1773 kaum
kolonis yang menyamar sebagai Indian Mohawk menaiki tiga kapal Inggeris yang akan
berlabuh di Pelabuhan Boston dan segera menceburkan muatan teh ke laut. Peristiwa yang
dalam bahasa kaum kolonis dikenal sebagai Boston Tea Party merupakan bentuk
perlawanan terhadap Kerajaan Inggeris. Berikut ilustrasi peristiwa Boston Tea Party :
1.1.1. Kongres Kontinental dan Pernyataan Kemerdekaan
Sumber : Buckler, M.H. (1988: 776)
2.1.3. Kongres Kontinental dan Pernyataan Kemerdekaan
Kaum kolonis yang memiliki pandangan yang sama dari daerah-daerah koloni
dalam menentang Kerajaan Inggeris segera mengirimkan perwakilannya untuk duduk
dalam sebuah Kongres, semacam lembaga perwakilan. Pada September 1774,
diselenggarakan Kongres Kontinental Pertama. Kongres yang diselenggarakan di
Philadelphia dimaksudkan untuk merundingkan keadaan daerah koloni yang semakin
memburuk. Akhirnya, semua delegasi sepakat untuk mengeluarkan “Deklarasi Hak dan
Keluhan” (Declaration of Right and Grievances) berupa pernyataan akan setia kepada
Raja Inggeris dan tetap menetang hak Palemen Inggeris untuk mengenakan pajak terhadap
63
darah koloni.
Setelah melalui perdebatan panjang peserta kongres sepakat membentuk Asosiasi
dan Persatuan Kontinental (Continental Association) berupa perhimpunan seluruh daerah
koloni dan menyepakati tidak mengimpor, mengekspor dan mengkonsumsi semua barang
buatan Inggeris. Kongres juga sepakat untuk membentuk panitia lokal yang bertugas untuk
mengawasi para pedagang untuk menaati kesepakatan kongres.
Di Massacussetts kelompok radikal membentuk pemerintahan provinsi baru,
membentuk pasukan sendiri dan mengumpulkan suplai makanan dan senjata. Pada bulan
April 1775, Jenderal Thomas Gage yang ditujuk sebagai Gubernur Militer di
Massacussetts ditugaskan Inggeris untuk melucuti senjata yang telah dimiliki oleh kaum
minutemen atau kaum kolonis bersenjata, terutama di Concord. Kaum minutemen
Massacussetts segera mengadakan perlawanan sehingga terjadilah pertempuran di
Lexington Green. Kaum minutemen akhirnya berhasil mamaksakan pasukan Inggeris
menarik diri ke Boston. Berita mengenai pertempuran yang memakan korban sekitar 273
orang di pihak Inggeris dan sepertiganya di kaum kolonis tersebut segera menyebar ke
seluruh daerah koloni dan menjadi berita yang paling menarik perhatian kaum kolonis.
Di tengah-tengah ketegangan antara Inggeris dan kaum kolonis, Kongres
Kontinental Kedua diselenggarakan tanggal 10 Mei 1775. Walaupun delegasi kongres
kedua itu lebih banyak dihadiri kelompok radikal dibandingkan dengan delegasi pada
kongres yang pertama, tidak dicapai kesepakatan mengenai pernyataan kemerdekaan
kecuali menyepakati perlunya angkatan senjata melawan Inggeris seperti diusulkan oleh
John Dickinson dan Jefferson. Kongres yang dipimpin oleh John Hancock dan dihadiri
juga oleh Benjamin Franklin tersebut menyepakati perlunya dikirim pasukan ke
Massacussetts untuk membantu kaum kolonis di sana dan menugaskan George
Washington sebagai pemimpin pasukan Kontinental ke Boston untuk melindungi kota
yang sedang dikepung pasukan Inggeris.
Semangat untuk mendeklarasikan dari Kerajaan Inggeris semakin meningkat
setelah mereka terinspirasi oleh tulisan dari Thomas Paine berjudul Common Sense atau
akal sehat. Tulisan Paine menarik sekitar 150.000 pembaca antara bulan Januari-Juni 1776.
Tulisan Paine bukan hanya menyerang sistem kerajaan dan Raja Inggeris akan tetapi
gagasan tentang hakekat kerajaan itu sendiri yang dianggapnya tidak cocok bagi orang-
orang Amerika. Dia meminta orang-orang Amerika untuk berfikir lebih rasional untuk
menentang bentuk Kerajaan Inggeris dan mendirikan pemerintahan baru yang berbentuk
republik yang diperintah oleh orang-orang Amerika sendiri. Oleh karena itu, perlu segera
diadakan pernyataan kemerdekaan. Kongres pada musim semi segera menjawabnya
dengan cara membuka pelabuhan-pelabuhan Amerika bagi kapal-kapal asing. Pada Mei
1776 Kongres juga merekomendasikan setiap pemerintahan provinsi untuk membentuk
undang-undang dasar (konstutusi) Negara Bagian.
Pada tanggal 7 Juni 1776 Richard Henry Lee dari Virginia mengajukan resolusi
yang menyatakan persetujuan atas kemerdekaan dari Inggeris. Kongres yang menghendaki
adanya dukungan dan konsensus yang lebih luas, membentuk sebuah komite yang
dipimpin oleh Thomas Jefferson untuk menyiapkan langkah-langkah rasional menuju
pernyatan kemerdekaan. Kongres juga menyepakati usulan Richard Henry Lee tanggal 2
Juli 1776 dan mengesahkan pembacaan Deklarasi Kemerdekaan dua hari kemudian.
Deklarasi kemerdekaan yang dibacakan oleh Thomas Jefferson pada tanggal 4 Juli 1776
berisi dua bagian. Pada pembukaannya, Jefferson menyatakan bahwa pada dasarnya
gerakan perlawanan merupakan hak alamiah umat manusia untuk mendirikan
pemerintahan baru yang didasarkan atas keinginan warganya. Bagian kedua yang lebih
panjang berisi tuduhan terhadap Raja Inggeris yang mengabaikan hak-hak khusus kaum
kolonis, dan memprotes ikut campumya Pemerintahan Kerajaan Inggeris dalam
64
pemerintahan koloni di Amerika. Salaah satu isi dari Deklarasi kemerdekaan Amerika
yang banyak dirujuk oleh negara-negara lain dalam mempraktikkan kehidupan demokratis
adalah: “all man are created equal ...... they are endowed by their Creator with
unalienable right ..... among these are life, liberty, and the persuit of happines”. Deklarasi
Kemerdekaan 4 Juli 1776 merupakan peristiwa penting dalam Sejarah Amerika Serikat
yang menandai berdirinya Amerika Serikat dari Kerajaan Inggeris. Peristiwa deklarasi
kemerdekaan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :
Sumber : Buckler, M.H. (1988: 777)
2.1.4. Perang Kemerdekaan AS (1776-1783).
Kongres Kontinental Pertama dan Kedua serta Deklarasi Kemerdekaan direspon
oleh Kerajan Inggeris dengan cara mengirimkan pasukan untuk menghancurkan kekuatan
militer yang dimiliki oleh kaum kolonis. Dalam peperangan tersebut kaum kolonis
memperoleh kemenangan militer awal dalam pertempuran di Lexington, Charleston,
Concord dan Bunker Hill. Kemenangan tersebut telah memperkuat optimisme orang-orang
Amerika tentang negara baru. Perang tersebut juga melibatkan Perancis dan Spanyol yang
berada pihak kaum kolonis.
Kemenangan pasukan kolonis Amerika di Saratoga mampu menarik perhatian
negara lain. Raja Perancis, Louis XVI, segera mengakui negara baru Amerika Serikat.
Menlu Perancis, Conte de Vergennes, segera mendesak Raja Louis untuk mengirimkan
makanan dan perlengkapan militer dengan tujuan untuk melemahkan pasukan Inggeris.
Pada tahun 1778, Perancis dan pemerintah Amerika menandatangani perjanjian dagang
dan disusul dengan perjanjian formal mengenai aliansi kedua negara untuk berperang
bersama melawan Inggeris Perancis mengirimkan pasukan sukarelawan, antara lain yang
dipimpin oleh Marquis de Lafayette. Secara resmi Perancis mengirimkan 6000 pasukan
yang dipimpin oleh Gomte de Rochambeau.
Sekutu Perancis, Spanyol, juga bergabung dengan Francis. Spanyol semula enggan
menyatakan perang terhadap Inggeris, sebab negara ini menganggap gerakan revolusi
Amerika bisa menyebar ke daerah koloninya di Amerika Latin. Akhirnya Spanyol ikut
dengan Perancis setelah Vegennes menawarkan Spanyol bantuan militer untuk merebut
Gilraltar dan Inggeris. Pada bulan Juni 1779 terbentuk aliansi antara Perancis dan Spanyol
yang ditujukan terhadap Inggeris di Amerika dan Eropa. Pada Desember 1780 Belanda
ikut berperang di pihak Amerika melawan Inggeris.
Pembentukan aliansi internasional tidak menjamin sepenuhnya kemenangan
Amerika terhadap Inggeris. Namun demikian, bantuan internasional tetap memiliki peran
besar terhadap tumbuhnya semangat juang pasukan kontinental Amerika. Sejak tahun
65
1780, pasukan Inggeris mulai mengalami kekalahan di berbagai medan tempur Amerika.
Dalam pertempuran di Lembah Ohio mereka kalah. Demikian juga usahanya untuk
menyerang daerah Selatan tidak berhasil. Walaupun Karolina, Charleston dan Virginia
sempat dikuasai, pada pertempuran berikumya pasukan Inggeris tidak bisa mengalahkan
pasukan gabungan Amerika dan Perancis. Gabungan pasukan Washington dan
Rochambeau yang berjumlah 15.000 berhasil mengalahkan pasukan Lord Comwallis di
Yorktown, pantai Virginia. Akhirnya pada tanggal 19 Oktober 1781, pasukan Cornwallis
menyerah dan Parlemen Inggeris segera memutuskan untuk menghentikan perang.
Setelah mengalami kekalahan perang, Inggeris sepakat untuk berunding pada bulan
Maret 1782. Perundingan damai yang diselenggarakan di Paris dihadiri oleh delegasi dari
AS, Inggeris, Perancis, Spanyol dan negara-negara yang berkepentingan dengan daerah
koloni di Amerika. Hasil Perjanjian Paris ditandatangani secara formal tanggal 3
September 1783. Raja George III dari Inggeris mengakui kemerdekaan Amerika Serikat.
2.1.5. Pembentukan Kostitusi dan Pengaruhnya.
Dengan adanya Deklarasi kemerdekaan 1776 dan perang kemerdekaan sampai
tahun 1783, bangsa Amerika mulai mengubah struktur sosial politiknya. Pada bulan Mei
1776 Kongres Amerika merekomentasi berdirinya negara bagian dan menggantikan
pemerintahan provinsi yang didasarkan atas prinsip-prinsip pemerintahan republik. Setiap
negara bagian segera membuat undang-undang dasar (konstitusi) yang disahkan oleh
Kongres provinsi dan persetujuan rakyat. Parlemen negara-negara bagian terdiri dari dua
kamar (majelis) kecuali di Pensilvania yang memiliki multi-majelis yang terdiri dari
majelis rendah yang mewakili rakyat dan majelis tinggi yang terdiri dari senator negara
bagian yang meliputi golongan aristokrat. Dalam prakteknya semua golongan, terutama
golongan kaya, dapat saja duduk dalam majelis tinggi. Konstitusi negara bagian menjamin
melindungi kebebasan sipil warganya terutama dari kemungkinan meluasnya pengaruh
kekuatan legislatif.
Sejak Deklarasi Kemerdekaan, Konstitusi Amerika Serikat mengalami beberapa
amandemen. Dalam amandemen tahun 1789 dirumuskan kebebasan berbicara bagi warga
negara (freedom of speech), kebebasan pers (freedom of press), dan beragama (feedom of
religion). Prinsip kebebasan tersebut diadopsi oleh pendukung gerakan revolusioner untuk
menyuarakan hak-hak asasi manusia di beberapa negara Eropa pada abad ke18-19 dan
negara-negara Asia pada abad ke-20.
Revolusi Amerika juga berpengaruh terhadap perubahan sikap orang-orang kulit
putih terhadap budak negro. Sebelum terjadinya revolusi, walaupun golongan kulit putih
mengakui kebebasan dan hak warga sipil, mereka masih mengakui rendahnya status orang-
orang kulit hitam, Selama perang kemerdekan, banyak orang Amerika yang menentang
penggimaan orang kulit hitam sebagai tentara. Namun demikian, karena kebutuhan akan
tenaga kerja, akhirnya orang hitam juga diangkat menjadi tentara dan setelah itu dijanjikan
akan dibebaskan dari perbudakan. Pengaruh revolusi kemerdekaan terhadap perbudakan
juga cukup penting. Masyarakat anti-perbudakan muncul di mana-mana seperti New York,
Pensylvania dan negara-negara bagian utara. Beberapa negara bagian akhirnya melarang
perdagangan budak dan berusaha membebaskan para budak. Namun demikian, sebagian
negara bagian lainnya terutama di Selatan masih tetap mempertahankan sistem tersebut.
Prinsip equality, liberty dan individual freedom belum sepenuhnya diterapkan dalam
kehidupan demokrasi di Amerika Serikat pada abad ke18-19. Golongan Negro masih
dianggap golongan kedua dan mereka masih harus memperjuangkan hak-hak equality-nya
sampai abad ke-20.
66
Revolusi Amerika juga berpengaruh langsung terhadap terjadinya Revolusi
Perancis (1789). Kemampuan kaum kolonis di Amerika menentang tirani Pemerintahan
Kerjaan Inggeris hingga lahirnya Deklarasi Kemerdekaan serta terbentuknya Konstitusi
Amerika Serikat menginspirasi para pemikir Perancis serta Golongan Borjuis Perancis
untuk menggulingkan Pemerinthan Raja Louis XVI Perancis yang absolut. Mereka juga
menginginkan Perancis memiliki konstitusi yang menjamin kebebasan warga serta
pembatasan terhadap kekuasaan raja. Sekembalinya tentara Perancis dari Perang
Kemerdekaan AS yang dipimpin oleh Lafayette (1757-1834) mempengaruhi cara pandang
baru di kalangan rakyat Perancis bahwa pemerintahan tirani dapat dikalahkan. Oleh karena
itu, untuk menumbangkan pemerintahan yang absolut harus dilawan dengan gerakan
revolusioner.
2.2. Revolusi Prancis (1789-1791)
Revolusi Perancis yang berlangsung antara 1789-1791 memiliki arti penting dalam
sejarah dunia. Melalui Revolusi Perancis terjadi perubahan yang fundamental dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara di Perancis dan negara-negara yang mendapat
pengaruh, yaitu dalam pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia. Bangsa-bangsa di
Eropa sebelum Revolusi Perancis pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 dan negara-
negara di seluruh dunia pada abad ke-19 sampai abad ke-21 mengakui bahwa manusia
memiliki status yang sama di depan hukum. Kedua, melalui Revolusi Perancis bangsa di
dunia didasarkan oleh pentingnya ditegakkan pemerintahan yang demokratis yang
mengakui hak-hak warga negara dalam mengontrol jalannya pemerintahan dan membatasi
kekuasaan pihak yang pemerintah. Ketiga, melalui Revolusi Perancis bangsa-bangsa di
dunia disadarkan oleh kenyataan bahwa selama berabad-abad rakyat diseluruh dunia
berada dibawah kekuasaan yang absolut, baik raja, tuan tanah, maupun golongan gereja
pada Abad Pertengahan. Bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika juga berada dibawah
penguasa yang absolut, baik pribumi (sebelum masuknya kolonialisme Barat) maupun
Barat (pada masa politik kolonialisme dan imperialisme).
2.2.1. Latar Belakang Revolusi Perancis
Revolusi Perancis dilatarbelakangi oleh kehidupan politik dalam lingkungan istana
raja Eropa yang absolut. Raja-raja Eropa memiliki kekuasaan mutlak dalam semua aspek
kehidupan negara. Dalam pemerintahan yang absolut belum ada pemisahan antara lembaga
eksekutif (pemerintah yang berkuasa), yudikatif (lembaga hukum) dan lembaga legislatif
(lembaga perwakilan dan pembuat undang-undang). Beberapa contoh raja Eropa seperti
Raja Frederick II (1740-1786) di Prusia (Jerman), Tsar Peter Agung (1689-1727) dari
Rusia, Kaisar Joseph II (1780-1790) dari Austria, Raja Louis XIII (1610-1643) dan Louis
XIV (1643-1715) dari Perancis merupakan raja-raja yang absolut. Raja absolut
menganggap bahwa negara adalah dirinya dan menggap bahwa mereka adalah wakil
Tuhan di muka bumi.
Berkuasanya raja-raja yang absolut dikritisi oleh kaum intelektual, baik dari
Perancis maupun dari negara lainnya di Eropa. Kritik mereka terhadap kekuasaan raja
menginspirasi masyarakat di Perancis untuk melakukan gerakan menumbangkan raja yang
otoriter. John Locke (1632-1704) adalah tokoh pemikir yang berasal dari Inggris. Ia
memperkenalkan sistem monarki parlementer. Ia juga menawarkan untuk membagi
kekuasaan menjadi tiga, yaitu kekuasaan pembuat undang-undang (legislatif), pelaksana
undang-undang (eksekutif), dan kekuasaan hubungan internasional (federatif). Pemikiran
John Locke sejalan dengan Montesquieu (1689-1755), seorang ahli hukum dari Prancis,
yang menghendaki agar tidak terjadi absolutisme maka kekuasaan harus dibagi ke dalam
lembaga legislatif (pembuat undang-undang), lembaga eksekutif (pelaksana undang-
67
undang), dan lembaga yudikatif (kekuasaan yang mengawasi pelaksanaan undang-
undang).
Filosof Perancis lainnya, Jean Jacques Rousseau (1712-1778), dalam sebuah buku
yang berjudul “Du Contract Social” (perjanjian masyarakat) menginspirasi rakyat Perancis
yang tertindas. Pemikirannya bahwa semua manusia sejak lahir adalah sama dan merdeka
serta gagasan tentang pemerintahan yang demokrasi dengan bersemboyan dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat, memberi harapan bagi rakyat Perancis untuk menumbangkan
raja yang tidak demokratis. Gagasan yang relatif sama juga diadopsi dari pemikiran
Voltaire (1694-1778) tentang pentingnya mengganti raja yang absolut dengan raja yang
lebih memperhatikan kepentingan semua golongan.
Struktur masyarakat Perancis sebelum terjadinya revolusi pada 14 Juli 1789 yang
membagi bagi golongan masyarakat secara diskriminatif juga menjadi latarbelakang
meletusnya Revolusi Perancis. Penggolongan masyarakat Perancis ke dalam empat
kelompok, yaitu golongan raja dan bangsawan, pendeta, kaum borjuis, dan rakyat jelata
dianggap bertentangan dengan pemikiran kaum intelektual tentang pentingnya kesetaraan.
Golongan raja dan bangsawan sebagai golongan pertama dan golongan pendeta sebagai
golongan kedua memiliki hak-hak istimewa, seperti hak memiliki kekuasaan politik, hak
milik tanah, hak mendapat kebebasan pajak. Golongan Borjuis sebagai Golongan Ketiga
merasa diperlakukan tidak adil oleh golongan pertama dan kedua. Golongan Ketiga ini
menjadi korban dari pengenaan pajak yang tinggi dari pemerintah. Golongan inilah yang
paling menyadari akan hak-hak mereka serta berusaha untuk menentang golongan
berkuasa tersebut dengan gerakan revolusioner. Gerakan yang dipeolopori oleh golongan
Borjuis ini menginspirasi golongan keempat, rakyat jelata, yang paling tertekan oleh
sistem absolutisme, untuk melakukan gerakan menumbangkan absolitisme di Perancis.
Masalah keuangan dan lemahnya wibawa Raja Perancis menjadi salah satu faktor
meletusnya Revolusi Perancis. Kebangkrutan Perancis disebabkan jumlah utang
pemerintah serta defisit anggaran yang semakin meningkat. Bantuan Perancis, yang
menggunakan uang pinjaman, terhadap kaum kolonis dalam Revolusi Amerika menentang
Inggeris pada 1776, sangat membebani keuangan Perancis. Akibatnya, utang Prancis
menjadi meningkat dua kali lipat. Pada 1780, setengah dari anggaran tahunan Prancis
digunakan untuk membayar cicilan bunga pinjaman yang dari tahun ke tahun yang
semakin meningkat. Seperempat dari anggaran tahunan digunakan untuk biaya angkatan
bersenjata, dan enam persen digunakan untuk membiayai istana raja yang mewah di
Versailles, hanya satu perlima dari seluruh anggaran digunakan untuk membangun sektor
perhubungan pemerintahan. Untuk meningkatkan pendapatan Negara, Raja Perancis
mengenakan pajak yang besar kepada rakyatnya.
Keterlibatan Perancis dalam Perang Kemerdekaan Amerika Serikat (1776-1783)
menjadi bumerang bagi Pemerintah Raja Louis XVI. Peperangan tersebut tidak hanya
menyebabkan peningkatan defisit anggaran pemerintah melainkan juga terbentuknya
sikap kritis tentara Perancis yang kembali dari peperangan tersebut. Tentara Parancis yang
pulang dari Amerika dipimpim oleh Lafayette terispirasi tentang gerakan revolusioner
kaum kolonis Ameerika yang menyuarakan kebebasan individu, peramaan hak-hak warga
negara serta pembatasan kekuasaan raja. Mereka emnginginkan agar rakyat Perancis juga
melakukan hal yang sama untuk menentang Raja Perancis yang menjalankan pemerintahan
absolut.
2.2.2. Meletusnya Revolusi Perancis 1789.
Untuk mengatasi krisis keuangan tersebut raja Louis XVI berusaha mengenakan pajak
kepada golongan yang kaya. Usaha ini gagal karena mendapat tantangan dari golongan
68
bangsawan. Golongan ini menghendaki agar semua pajak baru yang dikenakan harus
mendapat persetujuan dari Estates General atau Badan Legislatif yang merupakan badan
perwakilan dari ketiga golongan masyarakat Perancis. Raja Louis XVI menyerah pada
tuntutan golongan bangsawan dan memilih bekerja sama dengan Estates General daripada
membiarkan Perancis menjadi bangkrut.
Masalah voting serta keanggotaan dalam Estates General menyulitkan badan ini
untuk mengambil keputusan. Karena Estates General tidak bersidang lagi sejak 1614, tidak
terdapat peran yang dimainkan oleh lembaga. Oleh karena itu, masyarakat Perancis
menghendaki agar lembaga ini mengambil peran dalam kehidupan politik di Perancis.
Sementara itu, terdapat perselisihan paham mengenai tata cara pemungutan suara
diantara ketiga golongan tersebut. Golongan gereja dan bangsawan menghendaki agar
pemungutan suara (voting) dilakukan oleh golongan bukan oleh perorangan. Adapun
golongan ketiga, yang menyadari bahwa jumlah mereka sangat banyak, mengehendaki
agar voting dilakukan secara perorangan. Perdebatan mengenai prosedur voting yang
berlangsung selama berminggu-minggu itu diakhiri dengan tindakan pasukan Louis XVI
dengan mengusir semua anggota Golongan Ketiga dari tempat sidang pertemuan.
Golongan Ketiga akhirnya memilih tempat bersidang di lapangan tenis tertutup. Mereka
membentuk Dewan Nasional atau National Assembly pada Mei 1789.
Peristiwa pembentukkan Dewan Nasional ini dianggap sebagai awal dimulainya
Revolusi Perancis. Melalui Dewan Nasional, golongan menengah, buruh, petani, serta
golongan gereja yang miskin dan bangsawan yang berpandangan maju, bersumpah tidak
akan membubarkan diri sampai terbentuknya konstitusi Perancis yang baru.
Dalam situasi yang semakin memburuk, raja Louis XVI mulai kehilangan kontrol.
Pada 1789, dia mengerahkan 20.000 pasukannya untuk membubarkan Dewan Nasional di
Paris. Rakyat yang marah akibat tindakan raja berusaha mencari senjata dan
mempertahankan Dewan Nasional. Segera di Paris terjadi tindakan kekerasan antara
pasukan raja dan penduduk yang bersimpati dengan Dewan Nasional. Tindakan kekerasan
itu mencapai puncaknya di Bastille.
Pada 14 Juli
1789, rakyat yang marah
menyerbu Penjara
Bastille. Mereka
membebaskan semua
tahanan politik yang
seluruhnya berjumlah 7
orang, membunuh
penjaga penjara dan para
pejabatnya serta merebut
amunisi yang tersimpan
di penjara tersebut.
Setelah itu, mereka
kemudian menyerbu
Balai Kota dan
membunuh Walikota
yang diakhiri dengan
terbentuknya pemerintahan kota yang baru yang dipimpin oleh golongan menengah.
Akhirnya, Louis XVI yang menyadari adanya gerakan Revolusi, menarik pasukannya dari
Paris dan menerima pemerintahan baru kota Paris. Gambar berikut merupakan ilustrasi
penyerangan terhadap Penjara Bastille.
69
Sumber : http://indonesian.irib.ir/sejarah-dunia/-/asset_publisher/d8fG/content/
14-juli-penjara-bastille-diserbu-warga-paris
Peristiwa yang paling dramatis dalam sejarah Revolusi Prancis terjadi pada 4
Agustus 1789. Pada tanggal itu sebagian besar golongan bangsawan dan gereja bergabung
dengan Dewan Nasional. Mereka juga sepakat untuk menghapuskan kewajiban-kewajiban
feodal dan melepaskan hak-hak istimewanya di bidang politik dan perpajakan. Peristiwa
tersebut merupakan perubahan yang sangat revolusioner, sebab sistem feodalisme Perancis
dapat dihancurkan dalam satu hari saja.
Dewan Nasional yang anggotanya diwakili oleh semua golongan melakukan
tindakan yang sangat revolusioner. Pada 26 Agustus 1789 dikeluarkan Deklarasi Mengenai
Hak-hak Manusia dan Warga Negara. Deklarasi tersebut didasarkan pemikiran-pemikiran
zaman pencerahan mengenai hukum-hukum alam. Melalui deklarasi tersebut, warga
Negara Perancis memiliki hak merdeka (liberty), hak milik (proverty), hak keamanan
(security), dan hak perlindungan dari tindakan kekerasan (resistance to oppression).
Dewan Nasional juga mengatakan bahwa semua orang memiliki persamaan (equality) di
depan hukum, memiliki kebebasan berbicara, memilih agama, dan dijaminnya kebebasan
pers.
Prinsip-prinsip kemerdekaan (liberty), persamaan (equality), dan hak-hak alami
(natural right) dirumuskan kembali dalam konstitusi Perancis yang baru. Pada dasarnya
konstitusi itu menjamin hak-hak rakyat serta membatasi kekuasaan raja. Louis XVI
menerima konstitusi baru tersebut, sehingga Prancis menjadi monarki (kerajaan) yang
kontitusional, yaitu kerajaan yang memiliki undang-undang dasar.
Revolusi Perancis menimbulkan peperangan dengan Negara-negara tetangga
Perancis. Penyebabnya adalah raja-raja Eropa merasa khawatir bahwa prinsip-prinsip
liberty, equality, dan natural law akan menyebar ke daratan Eropa. Selain itu, golongan
kontra revolusi yang mengungsi keluar Perancis yang terdiri dari golongan bangsawan dan
gereja Prancis mendesak raja-raja Austria dan Prusia untuk merestorasi kekuasaan raja
Louis XVI.
Pada Juni 1791, raja Louis XVI berniat meninggalkan Perancis dan dipercaya akan
memimpin pasukan kontra revolusi untuk menghancurkan hasil-hasil revolusi. Rakyat
Prancis yang marah kemudian berhasil mencegah rencana itu. Dewan Legislatif
membubarkan pemerintahan monarki pada Agustus 1792 dan menangkap seluruh anggota
70
keluarga raja. Revolusi semakin radikal sehingga berakibat dieksekusinya sejumlah 2000
orang golongan royalis, yaitu golongan yang setia pada raja Louis XVI, pada September
1792.
2.2.3. Terbentuknya Republik Perancis dan Dampak Revolusi.
Perancis menjadi republik setelah diadakan pemilu. Konvensi Konstitusi Nasional
sebagai pengganti pemerintahan sementara, mengubah Perancis menjadi republik.
Pemerintahan baru ini berhasil mengadili dan mengeksekusi Louis XVI dengan cara
diguilotin (guillotine). Dibawah pemerintahan republik, Perancis mengirimkan pasukannya
ke perbatasan Prusia (Jerman) dan Austria dengan tujuan memperthankan revolusi,
membebaskan semua penduduk Eropa dari tirani serta menumbangkan seluruh tahta raja-
raja Eropa yang absolut. Dalam perang pada 1793, tentara Prancis, dibawah pimpinan
Napoleon Bonaparte, berhasil mengusir Inggeris dari Spanyol. Sementara dalam perang
pada 1796, Perancis berhasil mengalahkan Austria, di perbatasan Italia Utara.
Peperangan dan pengiriman pasukan ke luar negeri (1793) menimbulkan kesulitan
di dalam negeri. Barang kebutuhan sehari-hari semakin langka dan harga semakin
meningkat. Hal ini sangat memberatkan kehidupan buruh di kota dan petani di pedesaan.
Rakyat yang tidak puas dengan pemerintahan revolusi (Konvensi) mengadakan
pemberontakan. Di tengah krisis politik itu tampil seorang radikal bernama Maximilien de’
Robespierre yang memimpin revolusi dengan menjalankan pemerintahan terror.
Robespierre memimpin komite pemerintahan yang beranggotakan 12 orang. Ia
berpendapat bahwa pemerintahan yang keras (dengan teror) diperlukan untuk
menyelamatkan Revolusi Prancis. Di bawah pemerintahan terror, setiap orang yang kontra
revolusi akan dianggap musuh negara. Akibatnya, dalam waktu satu tahun (Agustus 1793-
July 1794) terdapat 2500 orang dieksekusi.
Pemerintahan teror yang banyak memakan korban menimbulkan perlawanan di
dalam negeri. Anggota konvensi dari pemerintahan Republik berhasil merebut kekuasaan.
Robespierre berhasil ditangkap dan dieksekusi dengan cara diguilotin bersama 20 orang
pengikutnya. Pada Oktober 1795, terbentuk pemerintahan baru yang berasal dari golongan
borjuis. Pemerintahan baru itu disebut Pemerintahan Direktory.
Pemerintahan Directory dipimpin oleh “warga negara terbaik” berjumlah lima
orang yang direkrut. Mereka dipilih oleh parlemen. Pemerintahan baru tidak bersifat
demokratis sebab hak pilih suara bagi semua pria dewasa yang ditetapkan tahun 1793
dihapuskan. Hak pilih hanya diberikan kepada pria dewasa yang membayar pajak. Dengan
demikian, wanita dan penduduk miskin tidak memiliki hak suara dan tersisih dari
pemerintahan baru. Pemerintahan baru banyak melakukan pelanggaran konstitusional.
Anggota parlemen terpilih dari golongan royalis dan golongan radikal disingkirkan untuk
mempertahankan kekuasaan. Pemerintahan yang tidak efektif ini menyebabkan
terancamnya kesatuan nasional yang tengah dilanda revolusi. Akhirnya, rakyat Prancis
mempercayakan kepemimpinannya pada seorang tokoh patriotik penyelamat Perancis
bernama Napoleon Bonaparte pada 1799, sekaligus mengakhiri Pemerintahan Direktory.
Dalam menjalankan pemerintahannya, Napoleon bersifat diktator. Semua
kelompok oposisi disingkirkannya. Kebebasan politik dan kebebasan pers dikekangnya.
Sebagai Konsul Pertama (First Consul), dia memperoleh semua kekuasaan politik.
Sementara itu, rakyat Perancis yang masih kecewa dengan kekacauan ekonomi dan politik
di dalam negeri dibawah pemerintahan Direktory, tetap mencintainya karena pemimpin
baru tersebut menawarkan kestabilan politik, efisiensi pemerintahan, serta kemenangan
militer atas musuh-musuh Prancis. Malah pada 1804, popularitas Napoleon memuncak.
Mayoritas rakyat Perancis melalui referendum menyetujui pengangkatannya sebagai
71
Kaisar Perancis untuk memimpin Imperium Perancis. Dengan demikian, Republic
Perancis, yang telah berdiri selama 12 tahun, berubah menjadi sebuah Imperium. Napoleon
Bonaparte naik tahta sebagai Kaisar Napoleon 1.
Selama lima belas tahun menjalankan pemerintahan (lima tahun sebagai konsul dan
10 tahun sebagai kaisar), Napoleon mengadakan reformasi sehingga pemerintahan menjadi
lebih efisien. Semua hak-hak istimewa yang dulu dimiliki golongan tertentu
dihapuskannya. Sistem perpajakan diperbarui sehingga memberikan keadilan kepada
semua golongan. Pengangkatan jabatan militer didasarkan atas prestasi di lapangan, bukan
didasarkan atas pilihan atasan. Hubungan dengan Paus diperbarui, gereja mendapat
perlindungan hukum, serta kebebasan beragama dijamin. Dibidang hukum, Napoleon
mengeluarkan Code Napoleon yang didasarkan atas prinsip bahwa semua warga Negara
memiliki kedudukan yang sama di muka hukum. Code Napoleon menjadi dasar hukum
Perancis sekarang serta digunakan di beberapa Negara di dunia dewasa ini.
Dalam usahanya untuk menyatukan Eropa dibawah pimpinan Perancis, Napoleon
mengadakan peperangan dengan Negara-negara lain. Peperangan tersebut dilihat dari sisi
Negara-negara Eropa disebut sebagai Perang Koalisi (Coalition Wars) atau Perang
gabungan. Adapun dilihat dari sisi Prancis disebut sebagai Perang Napoleon (Napoleonic
Wars). Perang ini berlangsung dari 1792 hingga 1815.
Imperium Perancis berakhir pada 1813 setelah pasukan Napoleon mengalami
kekalahan dikota Leipzig dari pasukan koalisi Negara Swedia, Inggris, Spanyol, Prusia,
dan Austria. Napoleon menyerah, ditangkap dan segera dibuang ke pulau Elba, di pantai
Italia pada 1814. Napoleon sempat melarikan diri dan segera memimpin kembali pasukan
Perancis melawan tentara koalisi. Setelah berhasil memimpin pasukan Perancis selama 100
hari, akhirnya Napoleon mengalami kekalahan dalam pertempuran di Waterloo pada 1815.
Dia dibuang ke pulau terpencil St Helena di Pasifik Selatan sampai meninggalnya pada
1821. Kondisi Eropa setelah perang koalisi ditentukan kembali berdasarkan peta politiknya
melalui Kongres Wina di Austria pada 1815. Berdasarkan konferensi tersebut, wilayah
Perancis kembali pada kondisi pada 1792 sebelum berkuasanya kaisar Napoleon
Bonaparte.
Revolusi Perancis pada 14 Juli 1789 membawa pengaruh yang tidak kecil bagi
Perancis sendiri maupun Negara-negara lain, baik dalam bidang politik, ekonomi, maupun
sosial. Bagi Perancis, pengaruh revolusi di bidang politik nampak pada aspek
berkembangnya paham liberalisme di kalangan rakyat, terbentuknya pemerintahan yang
didasarkan oleh nilai-nilai demokratis - walaupun tidak segera setelah Perancis melakukan
Revolusi Perancis. Setelah revolusi, negara ini menerapkan monarki konstitusional sebagai
pengganti dari monarki absolut. Dalam bidang ekonomi, terjadi penghapusan pajak feudal,
pemberian hak milik tanah kepada petani, penghapusan sistem gilda diganti dengan sistem
ekonomi bebas, dan hal itu menumbuhkan industrialisasi di Perancis. Sedangkan dalam
bidang sosial terjadi penghapusan sistem kelas dalam masyarakat, penghapusan sistem
feudal, dan pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia dalam berbagai bidang. Dalam
bidang pendidikan, terjadi gerakan pemenuhan hak pendidikan bagi semua golongan.
Bagi negara-negara lain di luar Perancis, terutama negara-negara Eropa pada awal
abad ke-19, Revolusi Perancis telah menyadarkan Raja-raja Eropa bahwa kekuasaan
absolut tidak disukai oleh rakyat karena bertentangan dengan pemikiran-pemikiran baru
tentang pentingnya membangun kesetaraan dalam bidang pemerintahan. Secara pelan-
pelan, negara-negara Eropa mulai mengubah monarki absolut menjadi monarki
konstiutusional atau sistem kerajaan yang berdasarkan undang-undang yang membatasi
kekuasaan rakyat dan memberikan hak bagi rakyat untuk ikut serta mengawasai
pemerintahan melalui lembaga legislatif. Bagi masyarakat Eropa, Revolusi Perancis telah
menginspirasi untuk melakukan gerakan liberal, sosial, demokrasi dan nasional untuk
72
membentuk pemerintahan yang memperhatikan hak-hak rakyat. Pada awal abad ke-19
hingga akhir abad ke-19 di Eropa terjadi gelombang revolusi untuk membentuk
pemerintahan yang didasarkan oleh nilai-nilai yang degagas dalam Revolusi Perancis.
Konsep persamaan hak bagi warga negara yang dicetuskan dalam Revolusi
Perancis juga diadopsi oleh tokoh-tokoh Pergerakan nasional di Asia pada awal abad ke-20
yang masih berada di bawah kekuasaan imperialisme Barat. Code Napoleon tidak hanya
dipakai di negra-negara Eropa melainkan di berbagai negara yang demokratis hingga
sekarang. Di Indonesia, Pergerakan Nasional yang lahir sejak didirikannya Organisasi
Boedi Oetomo tanggal 20 Mei 1908 juga menyerukan tentang pentingnya persamaan hak-
hak warga pribumi dengan warga dan penguasa Hindia Belanda. Gerakan menuntut
persamaan hak dalam bidang pendidikan, politik, ekonomi, sosial dan lain-lain yang
dilakukan oleh golongan terpelajar pada masa Pergerakan Nasional tidak bisa dipepaskan
dari pemikiran-pemikiran liberal dan demokratis dari Revolusi Perancis.
2.3. Revolusi Rusia (1917-1919)
Revolusi Rusia tahun 1917 tidak bisa dilepaskan dari peristiwa sebelumnya dalam
sejarah Rusia serta Perang Dunia I (1914-1919). Seperti halnya Sekutu dan musuh-
musuhnya, Rusia memasuki PD I tahun 1914 dengan penuh semangat patriotik. Di Istana
Musim Dingin, ketika rakyatnya menyanyikan “God Seve The Tsar”, Tras Nicolas II
(1894-1917) mengutip kata-kata Tsar Alexander I tahun 1812 bahwa Rusia tidak akan
berdamai dengan musuh selama mereka masih menduduki tanah Rusia. Parlemen Majelis
Rendah Rusia (Duma) menyatakan setuju keterlibatan Rusia dalam PD I. Namun
demikian, setelah perang berlangsung, pasukan Rusia harus menghadi kenyataan bahwa
tentara Jerman yang dihadapinya jauh lebih kuat dari mereka. Kematian sekitar dua juta
pasukan militer dan warga sipil telah melunturkan semangat juang tentara Rusia. Dengan
susah payah mereka masih terus bertahan hingga tahun 1917. Situasi PD I serta gerakan
menumbangkan Tsar Nicolas I, Pemerintahan Sementara, serta pembentukan
Pemerintahan Bolsheviks merupakan peristiwa Revolusi Rusia yang berpengaruh terhadap
sejarah bangsa-bangsa lain di kawasan dunia, termasuk di negara-negara di Asia dan
Indonesia. Munculnya ideologis Komunis dalam Pergerakan nasional di China dan
Indonesia tidak bisa dilepaskan dari pengaruh Revolusi Rusia.
2.3.1. Latar Belakang Revolusi Rusia
Revolusi Rusia dilatarbelakangi oleh ketidakmampuan Rusia dalam menghadapi
musuh-musuhnya, terutama Jerman, dalam Perang Dunia I serta persoalan kepemimpinan
di dalam negeri Rusia. Di bawah konstitusi yang dihasilkan pada revolusi 1905, Tsar
memperoleh kontrol yang kuat atas birokrasi dan angkatan bersenjata. Undang-undang
yang diajukan oleh Duma selalu tergantung pada veto Tsar. Tsar Nicolas II memiliki
pandangan konservatif berdasarkan warisan kerajaan serta dukungan dari gereja Orthodok.
Di tengah-tengah situasi yang kritis, Tsar tetap tidak mau mendengar Duma atau berbagi
kekuasaan dengan rakyat. Duma, yang sebagian besar anggotanya berasal dari golongan
menengah yang kritis, mulai mempersoalkan kedudukan Tsar. Pada September 1915,
parta-partai di Rusia (konservatif, liberal, sosialis-moderat) membentuk Blok Progresif
yang menghendaki dibentuknya pemerintahan batu yang bertanggung jawab terhadap
Duma daripada terhadap Tsar. Dalam menghadapi tuntutan tersebut seringkali Tsar
membubarkan Duma dan mengumumkan bahwa dia akan memimpin langsung
pertempuran di medan perang.
Perjalanan Tsar ke medan tempur ternyata merupakan titik balik yang fatal bagi
dirinya. Ketika dia di medan perang, pemerintahan dikendalikan oleh permaisuri, Tsarina
73
Alexandra, yang berada di bawah pengaruh ahli mistis dan oportunis Rasputin. Sebagai
seorang ratu keturunan Jerman dan cucu dari Ratu Victoria Inggris, istri Nicolas II
merupakan seorang ibu yang setia dengan salah satu anak-anak yang sakit-sakitan dia juga
merupakan seorang permaisuri yang ambisius dan tidak menyukai anggota parlemen.
Tsarina selalu meminta suaminya Nicolas II, untuk menjalankan pemerintahan dengan
absolut dan dia sendiri melaksanakannya ketika suaminya sedang tidak di Istana. Dia
mengangkat dan memberhentikan para menteri. Penasehat yang paling setiananya adalah
Rasputin yang pernah menyembuhkan Alexandra, seorang putra mahkota, dari penyekit
hemophilia.
Di tengah-tengah situasi untuk meluruskan suasana dan untuk mengakhiri gosip
bahwa Rasputin merupakan pacar permaisuri, tiga orang anggota keluarga kerajaan
membunuh Rasputin pada bulan Desember 1916. Permaisuri sangat terpukul dengan
kejadian itu dan pikirannya dihantui dengan ramalan Rasputin: “jika aku mati atau engkau
mengusirku, maka dalam enam bulan engkau akan kehilangan sang putra mahkota dan
engkau sendiri akan kehilangan tahta”. Segera setelah itu, penduduk kota-kota Rusia
menderita akibat kekurangan bahan makanan dan semangat moral penduduk mulai
menurun.
2.3.2. Pembentukan Pemerintahan Sementara
Pada tanggal 8 Maret 1917 sekelompok wanita di Petrograd (St Peterburg) segera
berunjuk rasa menuntut pembagian roti yang diikuti degan penjarahan pabrik-pabrik roti.
Dari medan perang, Tsar segera mengirimkan pasukan untuk memenangkan situasi.
Namun demikian, tentara yang membangkang bergabung dengan kelompok revolusioner.
Duma segera bertindak cepat dengan menyatakan dibentuknya Pemerintahan Sementara
tanggal 12 Maret 1917. Tiga hari kemudian, Tsar Nicolas II turun tahta.
Revolusi bulan Maret terjadi sebagai akibat dari kerusuhan yang digerakan oleh
orang-orang yang kelaparan dan kecewa di perkotaan, dan ternyata didukung oleh seluruh
negeri. Kelompok patriotik golongan menengah dan atas bergabung dengan kelompok
revolusioner dan mendukung diteruskannya perang; sedangkan para pekerja berharap akan
diperolehnya perbaikan upah dan jaminan sosial. Semua golongan dan partai politik
menghendaki dilaksanakannya kemerdekaan dan demokratisasi. Lenin saat itu menyatakan
bahwa Rusia merupakan negara yang paling demokratis di dunia. Segera Pemerintahan
Sementara menyatakan kedudukan yang sama atau (equal) di muka hukum, kebebasan
agama, pers, parlemen, dan hak pekerja untuk mogok serta bentuk-bentuk demokrasi
lainnya.
Namun demikian, baik pemimpin liberal maupun sosialis dalam Pemerintahan
Sementara menolak dilaksanakannya revolusi sosial. Pemerintahan Sementara, yang pada
bulan Mei dipimpin oleh seorang sosialis agraria Alexander Kerensky, menolak
diadakannya pembagian tanah kepada petani sebab hal itu akan menimbulkan
kecemburuan pada pasukan petani atau (peasant army) Rusia. Kerensky dan pemimpin
sosialis moderat lainnya sepakat bahwa meneruskan perang terhadap Jerman merupakan
tugas nasional yang paling penting. Masih terdapat banyak waktu untuk mengadakan
landeform. Pemerintah akan mengerahkan semua kekuatan untuk meneruskan perang pada
bulan Juli 1917. Rencana tersebut ternyata merupakan kelemahan Pemerintahan Sementara
yang tidak menyadari akan kekuatan pasukan Rusia.
Sejak awal pembentukannya, Pemerintahan Sementara harus berbagi kekuasaan
dengan rival beratnya Majelis Soviet Tentara dan Pekerja Petrograd. Majelis tersebut
memiliki anggota yang sangat besar yang terdiri dari ribuan pekerja, tentara serta
kelompok sosial intelektual. Menyadari dirinya sebagai kelompok demokratis yang
mengakar dalam masyarakat Rusia, majelis tersebut mencurigai Pemerintahan Sementara,
74
dan menghendaki diterapkannya perintah radikal (radical orders). Perintah (order) yang
paling terkenal adalah Army Order No 1 yang ditujukan terhadap semua anggota militer
Rusia pada saat pembentukan Pemerintah Sementara.
Army Order No 1 berisi tuntutan dihapuskannya kewenangan para pejabat dan
menyerahkan keuasaan kepada komite terpilih tentara rakyat. Order militer yang pertama
kali diciptakan untuk melawan kaum kontra-revolusioner, berakibat pada semakin
lemahnya disiplin golongan militer. Banyak pejabat militer yang digantung karena
melakukan kesalahan prosedur militer. Menyusul serangan besar-besaran pasukan Rusia
pada musim panas 1917 massa pasukan petani segera kembali ke desa-desa untuk
menduduki tanah pertanian yang dulu penah didudukinya pada kerusuhan petani. Di
seluruh negeri konsep liberty dan reformasi berubah menjadi anarki. Pada pertengahan
1917 pada saat itu,Vladimir Ilyich Lenin (1870-1924) tampil ke muka mengambil
kesempatan untuk merebut kekuasaan.
2.3.3. Lenin dan Revolusi Bolsheviks.
Sejak usia mudanya Vladimir Lenin mencurahkan perhatiannya kepada kegiatan
revolusioner. Lahir sebagai anak keluarga golongan menengah, pemuda Lenin saat berusia
17 tahun, sudah menjadi musuh monarki setelah kakaknya dieksekusi dan dituduh
merencanakan pembunuhan terhadap tsar tahun 1887. Sebagai mahasiswa hukum, dia
tertarik pada berbagai ajaran revolusioner akhirnya pilihan jatuh pada Sosialisme Marxis
yang pada saat itu sudah memperoleh dukungan dari kalangan intelektual serta buruh
radikal setelah industrialisasi diterapkan di Rusia tahun 1890-an. Selama di penjara tiga
tahun di Siberia karena agitasi sosialismenya, Lenin belajar Marxisme. Setelah dibebaskan,
segera dia bergabung degan kelompok yang sealiran di negara-negara Barat. Di sana dia
tinggal selama tujuh belas tahun sambil mengajarkan ajaran revolusioner yang
dipadukannya dengan pemikiran marxisme.
Terdapat tiga pemikiran Lenin yang saling berkaitan. Pertama, ajarannya yang relevan
dengan pemikiran Karl Marx mengenai manifestokomunis. Lenin menekankan bahwa
kapitalisme hanya dapat dihancurkan dengan revolusi yang penuh dengan kekerasan
(violent revolution). Dengan konsisten dia menentang semua pemikir refisionis mengenai
revolusi sosialisme damai yang dianggapnya sebagai pengkhianatan terhadap ajaran Karl
Marx mengenai konflik kelas yang tidak pernah berakhir. Gagasan keduanya yang lebih
orisinil adalah bahwa dalam kondisi tertentu revolusi sosialis dapat dilakukan walaupun di
negara yang secara relatif terbelakang seperti Rusia. Walaupun kapitalisme tidak
sepenuhnya berkembang di negeri ini dan para pekerjanya masih merupakan jumlah yang
relatif kecil, petani yang mayoritas miskin akan menjadi pendukung fanatik gerakan
revolusioner.
Lenin yakin bahwa pada saat yang tepat revolusi sosialis akan berhasil, dan
keberhasilan tersebut lebih ditentukan oleh aspek kepemimpinannya bukan oleh hukum
sejarah. Oleh karena itu, gagasannya yang ketiga diperlukan adanya partai pekerja atau
buruh yang memiliki disiplin yang sangat tinggi dan dikontrol oleh elit intelektual yang
berdedikasi tinggi, dan sekelompok revolusioner yang penuh pengabdian seperti dirinya.
Teori dan metode Lenin mendapat kritikan dari penganut marxisme Rusia lainnya.
dalam pertemuan Partai Buruh Sosial Demokrat Rusia di London tahuh 1903, konflik antar
kelompok sosialis Rusia mulai memuncak. Lenin menghendaki dibentuknya partai marxis-
sosialis yang bersifat elitis, kecil dan memiliki anggota yang berdisiplin. Sedangkan
lawannya menghendaki agar partai marxis-sosialis harus bersifat demokratis yang
didukung oleh anggota yang besar. Akhirnya partai sosialis-marxis Rusia terpecah menjadi
dua kelompok. Lenin mendukung Bolsheviks atau Kelompok Mayoritas dan lawannya
mendukung Mensheviks atau Kelompok Minoritas. Kelompok Mayoritas Lenin tidak
75
berlangsung lama, akan tetapi Lenin tetap menggunakan nama Bolsheviks dan
mengembangkannya menjadi sebuah partai yang solid, disiplin dan revolusioner.
Tidak seperti kebanyakan penganut sosialis, Lenin tidak mengibarkan bendera nasional
sampai dengan tahun 1914. Sambil mengamati kejadian-kejadian penting di Rusia dari
Swiss, dia melihat peperangan sebagai produk dari persaingan Imperialis. Perang tersebut
harus dimanfaatkan untuk menciptakan konflik kelas dan revolusi sosialis. Revolusi bulan
Maret 1917 di Pethorgrad merupakan kesempatan yang baik untuk mencapai partai
Bolsheviks. Ketika propaganda dan kegiatan subversi internal merupakan senajata yang
dapat digunakan dalam perang total, pemerintah Jerman memberi kemudahan bagi Lenin
dan istrinya serta sekitar dua puluh koleganya untuk melintasi wilayah Jerman dan kembali
ke Rusia pada bulan April 1917. Jerman berharap bahwa Lenin akan meruntuhkan
semangat perang orang-orang Rusia.
Setiba di Stasiun kereta api Petrograd tanggal 3 April, Lenin segera melakukan
tindakan tepat. Terhadap anggota partai Bolsheviks lokal, Lenin segera menyerukan untuk
memutuskan semua kerjasama dengan kelompok “borjuis”, demokrat dan sosialist-
moderat yang mendominasi Pemerintahan Sementara. Melalui propagandanya yang radikal
dan ekstrim dia menyerukan, “Semua kekuasaan harus diserahkan kepada Soviets dan
semua tanah pertanian harus diserahkan kepada petani. Hentikan semua jenis
peperangan!”. Dengan kepandaianya berpidato, dalam waktu singkat Lenin mampu
menarik masa dari berbagai golongan untuk bergabung dengan bolshevik. Kesempatan
telah tiba bagi Lenin.
Namun demikian, kegagalan hampir saja menimpa dirinya. Sebuah percobaan kudeta
yang dilakukan oleh kelompok Bolshevik pada bulan Juli mengalami kegagalan, dan Lenin
segera lari dan sembunyi. Dia dituduh sebagai agen rahasia Jerman, yang mungkin diakui
sendiri oleh Lenin karena dia dan kelompoknya mendapat uang dari Jerman. Hal itu tidak
menjadi masalah bagi Lenin. Perselisihan antara Kerensky, yang menjadi perdana menteri
pada bulan Juli 1917, dan Jenderal Lavr Kurnilov, pahlawan perang yang dijuluki ‘berhati
singa dan berotak sapi”, memuncak dengan timbulnya serangan Kurnilov terhadap
Pemerintahan Sementara pada bulan September 1917. Di tengah-tengah adanya ancaman
dari “kelompok sayap kanan” kontra revolusi tersebut, Bolsheviks mulai mengkonsolidasi
dan mempersenjatai diri. Pasukan Kurnilov terpecah, Kerensky kehilangan dukungan dari
kelompok militer, kelompok yang mungkin dapat menyelamatkannya dari pemerintahan
demokratis di Rusia.
Sepanjang musim panas tahun 1917, Bolsheviks telah menarik banyak pengikut dari
para pekerja dan tentara di Petrograd sehingga jumlah pendukungnya meningkat dari
50.000 menjadi 240.000, sehingga pada bulan Oktober 1917 Bolshevik telah memperoleh
kursi mayoritas dalam Soviet Petrograd. Lebih dari itu, Lenin telah memperoleh orang
kepercayaannya yang berdedikasi tinggi, Leon Trotsky (1877-1940), orang kedua dalam
revolusi Rusia. Berikut ilustrasi peristiwa demonstrasi kaum buruh di Petrograd bulan Juni
1917 :
76
Sumber : http://commons.wikimedia.org/wiki/File:Open_Letter_Demonstration_
of_Estonians_in_Petrograd_1917.jpg
Sebagai seorang orator revolusioner dan pengikut radikal Marxis, Trotsky mendukung
Lenin sepenuh hati dalam Revolusi 1917. Adalah berkat jasa Trotsky yang brilian
Bolsheviks dapat memperoleh kedudukan puncak dalam pemerintahan di Rusia. Belajar
dari pengalaman orang-orang Jerman, Trostky mendesak Soviet Petrograd untuk
membentuk komite Revolusioner Militer Khusus pada bulan Oktober 1917 dan meminta
dirinya sebagai pemimpimnya. Kekuasaan militer di Petrograg segera berada di bawah
kekuasaan Bolsheviks. Serangan Trotsky kedua adalah dengan cara mendesak Bolsheviks
untuk mengurangi oposisi melalui cara-cara populer dan demokratis untuk mengizinkan
soviet-soviet dari seluruh Rusia bertemu di Petrhograd pada awal November 1917. Pada
malam tanggal 6 November 1917, kaum militan dan militer Trotsky bergabung dengan
pasukan Bolshevis untuk menduduki gedung-gedung pemerintahan dan menangkap
anggota Pemerinatahan Sementara. Setelah itu mereka menyelenggarakan kongres seluruh
Soviet. Akhirnya, 390 dari 650 delegasi menyatakan bahwa semua kekuasaan diserahkan
kepada soviet-soviet dan Lenin dinobatkan sebagai pemimpin pemerintahan yang baru.
2.3.4. Diktatorisme, Perang Sipil dan Pengaruhnya
Lenin merupakan orang jenius untuk mengambil keuntungan dari situasi sosial politik
yang terjadi di Rusia, dimana dia dan Bolsheviks tidak memiliki kekuatan untuk
mengatasinya sejak musim panas 1917. Resolusi petani menyebar di Rusia yang ditandai
dengan perampasan dan penjarahan ladang-ladang pertanian milik tuan-tuan tanah dan
geraja. Segera setelah itu, Lenin mengeluarkan undang-undang yang mengesahkan apa
yang telah diperoleh oleh para petani. Tuntutan para buruh di perkotaan berupa
diberikannya hak pekerja dalam mengendalikan industri melalui komite pekerja lokal juga
diratifikasi poleh Lenin melalui dektit pada bulan November 1917.
Pada PD I, pengikut Bolshevik tidak akan menerima kenyataan bahwa Rusia harus
kehilangan begitu luas wilayahnya terhadap Jerman. Akan tetapi ketika pasukan Jerman
memulai serangan baru yang tidak dapat ditahan oleh pasukan Rusia pada bulan Februari
1918, Lenin bisa meyakinkan komite sentral partai bahwa pilihan terbaik adalah berunding
dengan Jerman. Akhirnya Lenin, Trotsky dan pemimpin Jerman sepakat untuk
menandatangani Perjanjian Brest-Litovsk yang berisi antara lain diserahlannya sebagian
wilayah Rusia barat termasuk daerah industri dan pertambangan Rusia di kawasan itu
terhadap Jerman. Lenin telah keluar dari bencana perang dan memiliki kesempatan untuk
memusatkan perhatiannya pada upaya memperkuat posisinya di dalam negeri.
Pada pertengahan November 1917, Bolshevik mengumumkan bahwa rezim mereka
merupakan Pemerintahan Buruh dan Pekerja Sementara yang akan menyelenggarakan
pemilihan anggota parlemen (Constituent Assembly) untuk membuat konstitusi baru. Akan
tetapi pemilihan yang paling bebas dalam sejarah Rusia, baik sebelum dan sesudah 1917,
menghasilkan suara yang memalukan bagi Bolsheviks yang hanya memperoleh
seperempat suara. Partai Sosialis Revolusioner, partainya petani memenangkan pemilu.
Parlemen yang bersidang tanggal 18 Januari 1918 menyatakan menolak Komisaris Dewan
Rakyat yang didominasi oleh kelompok Bolsheviks sebagai pemerintaham yang sah.
Perwakilan dari kelompok Bolsheviks segera menarik keanggotaannya dari parlemen dan
akhirnya parlemen hasil pemilu demokratis tersebut dibubarkan oleh tentara Bolsheviks
dan Pasukan Merah Lenin untuk selamanya. Segera setelah itu Lenin membentuk
pemerintahan satu partai Bolsheviks yang kemudian dikenal sebagai Partai Komunis.
77
Berikut gambar Vladimir Lenin sedang melakukan orasi di hadapan para
pendukungnya (kaum Bolsheviks) :
Sumber : http://kateshrewsday.com/2013/07/17/the-bolshevik-at-speakers-corner/
Pada musim panas tahu 1918, delapan belas pemerintahan lokal di Rusia yang
mewakili kelompok minoritas nasionalis bersaing dengan Bolsheviks/Lenin di Moskow.
Pada akhir tahun, Pasukan Putih melakukan serangan besar-besaran. Pada bulan Oktober
1919, nampaknya mereka akan memperoleh kemenangan setelah mengepung Tentara
Merah dari tiga sisi. Pada musim semi 1920, Tentara Putih yang hampir mengalami
kekalahan total dan Tentara Merah Bolsheviks telah mengambil alih Bellarussia dan
Ukraina. Tahun berikutnya, tentara Lenin berhasil menaklukkan pemerintahan nasional di
Kaukasia. Perang sipil akhirnya berakhir dengan kemenangan di pihak Bolsheviks dan
Tentara Merah Lenin.
Sekali lagi kepemimpinan Trotsky sangat berpengaruh luasa dan menentukan.
Bolsheviks menerapkan prinsip demokrasi dalam pemilihan pemimpin angkatan bersenjata
pada tahu 1917. Akan tetapi, pada awal Maret 1918, Trotsky sebagai Komisaris Perang
harus menegakkan disiplin dalam tubuh Tentara Merah. Tentara disersi dan pembangkang
segera dihukum mati. Model disiplin tentara yang diterapakan oleh Tsar diterapkan
kembali oleh Trotsky.
Selain itu, Tentara Merah mampu mengendalikan daerah pertahanan dari dalam.
Dengan menciptakan Perang Komunis, yaitu mengaplikasikan konsep perang total ke
dalam konsep konflik sipil, Bolsheviks mendekati petani untuk memperoleh bahan
makanan, melakukan rasionalisasi dalam perbankan dan industri dan memperkerjakan
siapapun yang membutuhkan kerja. Dengan demikian, sistem logistik Tentara Merah tetap
terjaga dengan baik dan memiliki pengaruh luasa di kalangan buruh dan petni.
Sistem teror revolusioner juga diterapkan oleh Tentara Merah Komunis. Model
polisi rahasia Tsar seperti Cheka dihidupkan kembali. Dibawah Dzherzinsky, Cheka
78
menjadi agen teror yang melakukan pembunuhan terhadap lawan-lawan politik termasuk
terhadap anggota keluarga Tsar. Cheka kemudian dikembangkan menjadi OGPU, NKVD,
MVD, dan akhirnya KGB.
Terakhir, intervensi militer asing dalam perang sipil yang berakhir yang berpihak
pada Rusia Putih malah menumbuhkan komunis. Setelah Lenin membuat perjanjian
dengan Jerman sekutu yang terdiri dari AS, Inggris, Perancis dan Jepang, mengirimkan
pasukan ke Archangel dan Vladivostok untuk mencegah peralatan perang yang mereka
kirim terhadap Pemerintahan Sementara Kerensky jatuh ke tangan Jerman. Setelah
pemerintahan Soviet menasionalisasikan semua pabrik milik orang asing tanpa konpensasi
dan menolak membayar hutang luar negeri, Pemerintahan Barat, terutama Perancis
mengirimkan pasukan untuk membantu Tentara Putih. Namun demikian, nampaknya
upaya itu dilakukan setengah hati. Pada tahun 1919, negara-negara Barat merasa jenuh dan
lelah akibat PD I. Dengan demikian, bantuan Sekutu terhadap Tentara Putih tidak terlalu
efektif. Sebaliknya bantuan tersebut malah memberi jalan bagi Komunis untuk
memperoleh dukungan dari kaum nasionalis berbagai etnik Rusia yang tidak suka dengan
kehadiran pasukan asing. Dengan demikian, pengaruh intervensi asing sangat sedikit
peranannya dalam membantu Tentara Putih.
Revolusi Rusia yang menggunakan ideologi komunis menginspirasi negara-negara
lain untuk menumbangkan pemerintahan lama. Ajaran Lenin yang mengadopsi marxisme
mengilhami kaum komunis di seluruh dunia, terutama di negara-negara yang berada di
bawah kekuasaan imperialisme Barat. Di China, ajaran komunis dikembangkan oleh Mao
Tse-tung digunakan sebagai alat untuk melakukan gerakan nasional melawan agresi
Jepang di Manchuria. Di Indonesia, ajaran Lenin diadopsi oleh Partai Komunis Indonesia
dalam melakukan gerakan revolusioner.
2.4. Revolusi China.
Revolusi China tidak hanya ditandai dengan gerakan menumbangkan Dinasati
Manchu tahun 1912 melainkan juga revolusi kebudayaan dalam menata masyarakat China
menuju masyarakat yang yang lebih baik. Dalam revolusi tersebut, faham nasionalis yang
diadopsi dari negara-negara Eropa Barat dan komunis dari Rusia menjadi dasar dalam
gerakan nasional. Persaingan antara kaum nasionalis dan komunis menandai gerakan
revolusi yang berlangsung hingga terbentuknya Republik Rakyat China tahun 1949. Kedua
ideologi tersebut tidak hanya berpengaruh dalam kehidupan bernegara di China melainkan
juga di beberapa kawasan lain di Asia. Gerakan nasional di Indonesia, misalnya,
mengadopsi nilai-nilai nasionalisme dari Sun Yat-sen serta komunis berbasis petani dari
MaoTse-tung.
2.4.1. Revolusi Menumbangkan Dinasati Manchu
Revolusi China tahun 1911-1912 ditandai dengan gerakan nasional untuk
menggulingkan Dinasti Manchu yang telah berkuasa selama ratusan tahun. Runtuhnya
Dinasti Manchu tahun 1912 merupakan awal dari gerakan perubahan dalam masyarakat
China menuju masyarakat moderen yang mengadopsi nilai-nilai demokrasi dan
nasionalisme. Gerakan tersebut diteruskan dengan gerakan nasional China untuk menata
ulang kehidupan berbangsa dan bernegara dengan mengadopsi nilai-nilai nasionalisme dari
Barat serta meruntuhkan tatanan masyarakat feodal yang telah berlangsung selama
berabad-abad. Dalam sejarah China, peristiwa menumbangkan Dinasti Manchu dan
gerakan nasional dianggap sebagai bagian dari revolusi besar dunia karena berpengaruh
79
terhadap perkembangan masyarakat selanjautnya, baik di China maupun di kawasan
lainnya seperti Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Tokoh utama revolusi menumbangkan Dinasti Manchu adalah seorang militer
bernama Yuan Shih-k’ai. Ketika terpilih sebagai Presiden Republik China, Yuan
menerapkan sistem pemerintahan otoriter dengan mengabaikan suara di parlemen serta
kaum nasionalis yang dipimpin oleh Sun Yat-sen. Pada tahun 1914, Yuan menerapkan
sistem pemerintahan diktator dengan cara membubarkan parlemen. Tindakan Yuan tentu
saja dianggap bertentangan dengan semangat perubahan sehingga mengecewakan
masyarakat China, terutama kaum nasionalis, yang menghendaki adanya pemerintahan
yang demokratis yang memperhatikan hak-hak rakyat. Peristiwa ini dicatat dalam sejarah
China sebagai kegagalan revolusi pertama dalam masyarakat China.
Setelah Yuan meninggal pada tahun 1916, pemerintah pusat di Peking terpecah-
belah. Selama satu dekade, kekuasaan terpecah di antara para penguasa militer lokal
(warlord) di berbagai daerah yang berusaha untuk mempengaruhi para petani. Mereka
bersaing untuk mendapat pengakuan dari Peking. Akan tetapi, tidak satu pun dari mereka
yang berhasil untuk membentuk pemerintahan moderen yang kuat dan mendapat
pengakuan dari seluruh rakyat. Tindakan para warlord dalam melakukan peperangan,
memobilisasi masa, dan memungut pajak untuk memperkuat militer hanya menciptakan
rasa takut di kalangan rakyat.
Imperialisme Barat dan Jepang di China sebelum Perang Dunia I (PD 1) dan pada
masa PD I (1914-1919) menambah kecemasan rakyat China. Walaupun China menyatakan
netral dalam PD 1 pada tahun 1914, Jepang secara agresif mengontrol wilayah Shantung
yang sebelumnya diduduki oleh Jerman dan memaksa China tahun 1915 untuk menerima
kekuasaan Jepang atas wilayah itu bersama dengan wilayah Manchuria. Perluasan
kekuasaan Jepang atas China menimbulkan kemarahan golongan menengah serta para
patriot muda. Pada 4 Mei 1919 sekitar lima ribu mahasiswa di Peking menentang hasil
Konferensi Perdamaian Versailles (Konferensi yang mengakhiri PD I) yang mengesahkan
pendudukan Jepang atas Shantung. Gerakan Empat Mei menandai revolusi menentang
penjajahan asing serta kekuasaan pemerintahan militer lokal.
Salah seorang pemimpin gerekan revolusi China adalah Sun Yat-sen yang
mendirikan Kuomintang atau Partai Nasionalis. Dia memimpin gerakan dari China selatan.
Sejak tahun 1923, Partai Nasionalis yang dipimpinnya bergabung dengan Partai Komunis
Internasional serta Partai Komunis China. Gabungan ketiga partai tersebut menandai
adanya gerakan atau front liberal nasional yang anti konservatisme dan anti imperialisme.
Sun Yat-sen mengakui bahwa partai Nasionalis mengadopsi nilai-nilai dari gerakan
Bolshevik di Rusia yang menekankan pada pembentukan nilai-nilai disiplin para pengurus
partai serta pasukan yang terindoktrinasi dengan baik. Walaupun demikian, Sun Yat-sen
bukanlah seorang komunis. Dia adalah seorang nasionalis sejati yang memiliki semboyan
nasionalisme, demokrasi dan kemakmuran rakyat yang menekankan pada semangat
menumbuhkan rasa bangga sebagai banagsa China-Han serta semua golongan masyarakat
termasuk kemakmuran para petani. Sun Yat-sen juga menghendaki adanya pemerintahan
pusat yang kuat dengan menyatukan seluruh China.
Setelah Sun Yat-sen meninggal tahun 1925, gerakan nasionalis diteruskan oleh
Chiang Kai-shek (1887-1975). Pada tahun 1926 dan 1927 Chiang berhasil memimpin
pasukan nasionalis untuk menghancurkan pasukan pemerintah yang dikendalikan para
warlods di kawasan China utara dan China tengah. Tindakan ini menarik simpati para
petani untuk bergabung dengan partai Nasionalis. Pada tahun 1928, dibentuk Pemerintahan
di Nanking di China bagian tengah dan segera mendapat pengakuan internasional dari
Barat. Sedangkan Jepang menolak terbentuknya pemerintahan tersebut bahkan
menganggapnya sebagai ancaman bagi kedudukan Jepang atas Manchuria.
80
Namun demikian, terbentuknya pemerintahan nasionalis yang kuat di Nanking
tidak menjamin China tetap bersatu. China hanyalah sebuah negara besar berbasis agraria,
sangat majemuk, tidak memiliki infrastruktur komunikasi yang memadai dan sebagian
besar rakyatnya masih miskin. Kemajemukan rakyat China serta adanya perbedaan cara
pandang dalam membentuk pemerintah pusat yang kuat menyebabkan aliansi dalam
gerakan nasionalis mengalami perpecahan. Persekutuan antara Partai Nasionalis dengan
Partai Komunis China segera berakhir dan berujung dengan persaingan sengit. Pada April
1927 Chian Kei-shek segera melikuidasi unsur komunis dalam Partai Nasionalis. Tindakan
ini telah menimbulkan konflik berdarah yang memakan banyak korban jiwa. Gambar di
bawah ini memperlihatkan korban jiwa berserakan dalam konflik antarkelompok
nasionalis dan komunis pada tahun 1927.
Sumber : Buckler, M.H. (1988: 1057)
2.4.2. Revolusi Intelektual
Revolusi menumbangkan Dinasti Manchu, rezim otoriter dan imperialisme Barat
serta Jepang disebut sebagai revolusi intelektual yang paling berpengaruh dalam sejarah
China serta menjadi gagasan positif yang diadopsi oleh negera-negara lain di Asia
Tenggara termasuk Indonesia pada awal era Pergerakan Nasional. Revolusi intelektual
lainnya adalah gerakan budaya baru dalam bentuk gerakan liberal yang dipepolori oleh
kalangan intelektual muda yang berpendidikan Barat dalam kurun waktu 1911-1929.
Gerakan Budaya Baru sangat menonjol dalam Peristiwa Empat Mei 1919. Gerakan
tersebut tidak hanya sebagai gerakan anti imperialisme Barat melainkan juga anti terhadap
etika konfusianisme lama yang menempatkan rakyat dibawah penguasa, anak laki-laki
dibawah seorang bapak dan istri di bawah suami. Ajaran dari Filosof Konfusius yang
hidup pada jaman feodal dianggap kaum intelektual tidak cocok dengan jaman moderen
yang menjunjung tinggi kesetaraan, individualisme, demokratisaasi dan cara berpikir
rasional. Gerakan ini juga menghendaki perubahan dalam tatacara penulisasn huruf China
menjadi lebih sederhana dan yang menghilangkan strata/status dalam berbahasa. Cara ini
mendorong rakyat berpikir lebih lebih jelas serta memudahkan terbentuknya pendidikan
yang lebih masal. Salah seorang tokoh intelektual penganut liberalisme adalah Hu Shih
(1991-1962). Hu yang berpendidikan di Amerika Serikat mengadopsi filsafat pendidikan
pragmatisme dari John Dewey. Dalam pendangan Hu, liberalisme dan rekonstruksi China
merupakan sarana untuk memajukan China sebagai negara besar dengan langkah-langkah
terukur sehingga bisa disesuaikan dengan kondisi China yang majemuk.
81
Selain gerakan liberal, gerakan budaya baru juga ditandai dengan gerakan sosialis
Marxisme yang berasal dari Karl Mark, seorang filossof Jerman yang menjadi cikal kabal
bagi lahirnya sosialisme komunis. Gerakan ini ditandai dengan upaya menentang
kehidupan agama di China serta etika konfusianisme. Gerakan yang berasal dari Barat ini
juga menjadi alat untuk menentang hegemoni Barat di China yang dianggap lebih banyak
menguntungkan kaum kapitalis dan merugikan kaum buruh. Gerakan Marxis di China
yang sudah dimodifiaksi oleh Lenin dan dipraktekkan oleh golongan Bolshevik dalam
Revolusi di Rusia tahun 1905 dan 1917 dianggap sebagai ajaran yang bisa memberi
harapan bagi kaum terdindas. Golongan petani China yang selama bertahun-tahun tertindas
oleh golongan tuan tanah (landlord) serta para warlord menjadikan ajaran Marxis sebagai
sebuah ideologi yang memberi harapan bagi terbentuknya masyarakat agraris yang
makmur. Apabila Partai Komunis di Rusia menjadikan kaum buruh (proletar) sebagai
basis masa maka Partai Komunis China menjadikan kaum petani sebagai pendukung
utamanya.
Tokoh utama dari Marxisme di China adalah Mao Tse-tung (1893-1976). Dia
memimpin gerakan petani dengan mengadopsi cara-cara revolusioner komunisme.
Gerakan tersebut segera disambut oleh para petani yang miskin dan tertekan oleh kaum
landlord. Pada tahun 1918, segera setelah komunisme memenangkan revolusi di Rusia
tahun 1917, Mao yang saat itu bekerja sebagai asisten pustakawan di Universitas Peking
memimpin organisasi buruh di perkotaan. Pada tahun 1925, setelah terjadi protes kaum
buruh terhadap karyawan dan pengusaha Jepang yang menyebar dari kota-kota pesisir
timur ke daerah pedalaman, Mao mulai memperhatikan kaum petani secara seksama
sebagai kekuatan potensial untuk merebut kekuasaan. Pada September 1927, Mao
memimpin revolusi petani untuk menumbangkan rezim militer dan kaum nasionalis yang
berkuasa. Tindakan yang gagal ini segera diikuti dengan gerakan lainnya yang lebih besar
yang diawali dengan pembagian tanah pertanian secara merata serta memecah kekuatan
militernya ke dalam beberapa kelompok gerilya. Setelah tahun 1928, dia berhasil
mendirikan pemerintah komunis model soviet di Juichin di China Tenggara sambil
menyiapkan serangan ke pemerintah nasionalis di Peking. Gambar di bawah ini
memperlihatkan Mao sedang memimpin pasukan gerilya.
Sumber : Buckler, M.H. (1988: 1058)
2.4.3. Persaingan kaum Nasionalis dan Komunis China serta Pengaruhnya
Kegagalan kaum nasionalis dalam mengusir Pendudukan Jepang di Manchuria tahun
1932 dan kemiskinan yang melanda petani China dimanfaatkan oleh Mao Tse-tung dalam
menarik simpati masyatakat China termasuk kaum nasionalis untuk bergabung dengan
82
Partai Komunis yang dipimpinnya. Mao mengklaim bahwa pasukan yang dipimpinnya
serta Partai Komunis China adalah yang paling mampu untuk mengusir pasukan Jepang
dari Manchuria. Dalam persaingan untuk mempertahankan kekuasaannya, kaum nasionalis
yang dipimpin oleh Chiang Kai-sheik berusaha untuk mengepung dan memusnahkan
kekuatan komunis yang berpusat di kawasan China tenggara. Pada tahun 1934 usaha itu
mengalami kegagalan. Pasukan Komunis yang dipimpin Mao berhasil keluar dari
kepungan pasukan kaum nasionalis, menyebar sepanjang 6000 mil selama setahun ke
kawasan perbatasan di utara. Dari 300.000 pasukan yang melakukan Long March tersisa di
perbatasan di Utara sebanyak 20.000 - 30.000 pasukan di lokasi yang dituju. Di kawasan
itu Mao segera membangun kekuatannya kembali, mendirikan daerah kekuasaannya dan
memobilisasi masa petani dan melakukan reformasi tanah pertanian atau landreform.
Agresi militer Jepang di Manchuria merupakan salah satu faktor bagi munculnya
kemenangan kaum komunis China. Pada tahun 1938, pemerintahan Nasionalis Chiang
Kai-sheik memindahkan pusat pemerintahannya ke Chungking di pedalaman China.
Pasukan Jepang segera memperluas pendudukannya di kawasan seluas 500 mil dari
kawasan China utara hingga China tengah. Di kawasan itu, peperangan masih terus
berlangsung hingga 1939. Untuk melawan pasukan Jepang, pasukan Mao melakukan
perang gerilya yang ditempatkan di daerah pedesaan denan mengambil posisi di belakang
garis pertahanan Jepang. Di daerah pedesaan itulah mereka dapat memobilisasi masa
petani dan membentuk koalisi anti Jepang. Sementara itu, pasukan kaum nasionalis lebih
banyak berkonsentrasi untuk mempertahankan pusat pemerintahan. Dalam pandangan
kaum petani, pasukan Mao dianggap lebih patriotis diandingkan dengan kaum nasionalis.
Propaganda untuk mengadakan landreform dan distribusi tanah pertanian lebih menarik
bagi kaum petani.
Peperangan dengan Jepang menyedot sumber daya yang sangat besar dan melemahkan
pemerintahan nasionalis. Dari 14 juta pasukan nasionalis China, sebanyak tiga juta di
antaranya tewas atau terluka. Peperangan telah menimbulkan kerusakan infrastruktur di
seluruh China, inflasi yang besar, moral yang menurun serta kacaunya kehidupan
masyarakat. Ketika Jepang kalah dalam Perang Dunia II di Pasifik tahun 1945, kaum
nasionalis dan komunis segera berebut untuk menduduki wilayah yang ditinggalkan
Jepang. Terjadi perang sipil yang menimbulkan banyak korban jiwa antara kaum
nasionalis dan komunis pada April 1946. Kaum Nasionalis yang dipimpin oleh Chiang
Kai-sheik mulai kehilangan kekuatannya terutama setelah Amerika Serikat dalam Perang
Dunia II gagal melakukan kompromi politik dengan kaum nasionalis. Sebaliknya, kaum
komunis dapat mengerahkan pasukannya untuk memukul mundur pasukan nasionalis yang
mulai terpecahbelah pada tahun 1948. Setahun kemudian (1949), Chiang Kai-sheik dan
satu juta pendukungnya mengungsi ke Taiwan. Di Taiwan, Chiang mempertahankan
pemerintahan nasionalis. Pada tahun yang sama Mao-Tse-tung memproklamasikan
berdirinya Republik Rakyat China yang berdasarkan pada sistem pemerintahan komunis.
Revolusi China yang berlangsung lama tidak hanya berpengaruh dalam kehidupan
bernegara di China melainkan juga di beberapa kawasan lain di Asia. Gerakan nasional di
Indonesia, misalnya, mengadopsi nilai-nilai nasionalisme dari Sun Yat-sen serta komunis
berbasis petani dari Mao Tse-tung. Gagasan tentang pembentukan negara bangsa yang
dicetuskan oleh kaum nasionalis dalam menentang kekuasaan asing, terutama Barat dan
Jepang, menginspirasi negara-negara Asia untuk melakukan gerakan yang sama pada awal
abad ke-20. Di mata rakyat Asia yang masih diduduki oleh imperialis Barat, konsep
kesetaraan kelas serta reformasi pertanian mengilhami para petani, yang merupakan
penduduk sebagian besar negara-negara Asia, untuk mengadopsi ajaran komunis sebagai
ideologi dalam melawan imperialisme Barat.
2.5. Revolusi Indonesia (1945-1950)
83
Perubahan yang sangat cepat di Indonesia dari masa penjajahan Jepang ke masa
kemerdekaan dikenal sebagai Revolusi Indonesia. Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus
1945 merupakan peristiwa yang sangat revolusioner sebab peristiwa tersebut tidak hanya
merupakan titik awal bangsa ini melakukan pemerintahan sendiri melainkan juga peristiwa
yang mengakhiri zaman imperialisme di Indonesia. Setelah memproklamasikan
kemerdekaan, bangsa ini dihadapkan pada kenyataan bahwa untuk mengisi kemerdekaan
bukanlah hal mudah. Hal itu harus dilakukan dengan gerakan revolusioner untuk
membentuk struktur negara merdeka dan berdaulat, melakukan kegiatan diplomasi dan
peperangan untuk memperoleh pengakuan internasional, serta menata struktur sosial,
ekonomi, budaya dan politik sebagai bangsa dan negara berdaulat. Gerakan revolusioner
dalam kurun waktu 1945-1949 ditandai dengan pembentukan kelembagaan dan aspek
yuridis negara merdeka, melucuti tentara Jepang yang kalah dalam PD II, melakukan
peperangan dan diplomasi mengusir pasukan Belanda dan Sekutu dari Indonesia dan
mengatasi konflik antargolongan di dalam negeri.
2.5.1. Revolusi dalam Pembentukan Konstitusi dan Lembaga Negara
Setelah negara RI berdiri pada tanggal 17 Agustus 1945 para pendiri bangsa
(founding fathers) mulai menyadari betapa pentingnya menyusun lembaga kenegaraan.
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang merupakan lembaga yang didirikan
sebelum proklamasi mengadakan sidang pada tanggal 18 Agustus 1945. Dalam sidang
yang dilaksanakan di Pejambon Jakarta dan dihadiri oleh 27 anggota itu mengesahkan
UUD 1945 serta berhasil memilih presiden dan wakil presiden. Rapat PPKI untuk
menetapkan UUD 1945 berjalan alot. Terjadi perdebatan di antara para anggota. Namun
demikian, karena terdapat jiwa kenegaraan yang besar dari para peserta rapat akhirnya
mereka sepakat untuk segera menetapkan UUD 1945 sebagai undang-undang dasar negara.
Bung Karno dan Bung Hatta sebagai proklamator selalu berkonsultasi kepada para anggota
rapat. Misalnya, mereka meminta Ki Bagus Hadikusumo, Wahid Hasyim, Mr. Kasman
Singodimedjo, dan Mr Teuku Mohammad Hasan untuk membahas masalah rancangan
pembukaan undang-undang dasar yang pernah dirumuskan pada tanggal 22 Juni 1945 dan
terdapat dlam Piagam Jakarta. Masalah tersebut terkait dengan kalimat “Ketuhanan
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya”. Atas jiwa kenegaraan dan
untuk mempertimbangkan keragaman kelompok agama maka diputuskan untuk
menghilangkan kalimat tersebut.
Segera setelah menyepakati rumusan Pembukaan Undang-undang Dasar, rapat
berhasil memilih presiden dan wakil presiden yang dilakukan secara spontan. Atas usulan
Otto Iskandardinata, pemilihan presidan dan wapres dilakukan secara aklamasi. Ir Sukarno
dipilih sebagai presiden dan Mohammad Hatta sebagai wakil presiden Dalam rapat itu juga
ditambah angota PPKI yang baru yaitu Wiranatakusumah, Ki Hadjar Dewantara, Mr.
Kasman, Sajuti Melik, Mr. Iwa Kusumasumantri dan Mr. Subardjo. Setelah itu, rapat
membicarakan pasal-pasal rancangan aturan peralihan dan aturan tambahan dalam UUD
dan disepakati dalam waktu singkat pula. Dengan demikian, sejak tanggal 18 Agustus
1945 bangsa Indonesia yang baru satu hari memproklamasikan kemerdekaanya telah
memiliki landasan kenegaraan yaitu undang–undang dasar negara yang kemudian dikenal
dengan UUD 1945. Pembukaan UUD tersebut mengandung dasar negara yaitu Pancasila.
Peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang sangat revolusioner.
Rapat PPKI III tanggal 22 Agustus 1945 disepakati dibentuknya Komite Nasional
yang berfungsi sebagai DPR sebelum diadakan pemilu. Pada tanggal 23 Agustus Presiden
Sukarno dalam pidatonya menyatakan berdirinya tiga badan baru secara resmi, yaitu
Komite Nasional Indonesia (KNI), Partai Nasional Indonesia, dan Badan Keamanan
Rakyat. (BKR). KNI berfungsi sebagai DPR terdiri dari KNIP (Komite Nasional Indonesia
84
Pusat) yang berkedudukan di Jakarta. Sedangkan di daerah berdiri KNID (daerah) yang
berkedudukan di ibukota provinsi. KNIP menyelenggarakan rapat pleno tanggal 16
Oktober 1945. Dalam rapat tersebut KNIP diberikan kewenangan untuk menetapkan garis-
garis besar haluan negara (GBHN) sebelum MPR terbentuk. Badan Keamanan Rakyat
yang dibentuk atas ketetapan presiden Sukarno dimaksudkan sebagai penjaga keamanan
umum di daerah-daerah dan berada dibawah koordinasi KNI daerah. BKR terdiri dari BKR
pusat dan BKR daerah. Pada tanggal 5 Oktober dikeluarkan Maklumat Pemerintah yang
menyatakan berdirinya Tentara Kemamanman Rakyat (TKR). Pada tanggal 18 Desember
1945 Soedirman dilantik sebagai Panglima Besar TKR dengan pangkat Jenderal. Nama itu
kemudian diubah menjadi Tentara Nasional Indonesia pada tanggal 3 Juni 1947. Istilah
TNI sebagai tentara nasional tetap dipertahankan sampai sekarang.
2.5.2. Revolusi dalam Pelucutan Tentara Jepang
Setelah proklamasi kemerdekaan dikumandangkan di Jakarta, menyusul kekalahan
Jepang dari Sekutu beberapa hari sebelumnya, tentara Jepang masihmemiliki kekuatan dan
menguasai tempat-tempat strategis. Para pemuda pendukung kemerdekaan dan revolusi
Indonesia di berbagai daerah berusaha untuk melucuti tentara Jepang. Para pemuda di
Jakarta yang dipelopori oleh Komite van Aksi Menteng 31, misalnya, mengerahkan masa
sebanyak 200.000 orang pada suatu rapat di Lapangan Ikada (sekarang Medan Merdeka)
Jakarta agar para pemimpin Indonesia berbicara di hadapan mereka. Dalam rapat raksasa
di Lapangan Ikada pada tanggal 19 September 1945 para pemuda yang membawa berbagai
senjata menunjukkan kekuatan revolusioner mendukung revolusi kemerdekaan. Presiden
Sukarno yang memenuhi tuntutan itu meyakinkan para pemuda bahwa mereka harus
menghindari konfrontasi dengan pihak Jepang yang telah menyerah pada Sekutu.
Gerakan melucuti tentara Jepang serta merebut instalasi-instalasi yang masih
diduduki oleh tentara Jepang dilakukan oleh para pemuda pejuang di berbagai daerah di
Indonesia. Di Surabaya, serangan terhadap kepentingan Jepang diarahkan pada Markas
Don Bosco, Markas Pertahanan Jawa Timur serta pabrik-pabrik. Serangan tidak hanya
ditujukan kepada Jepang melainkan juga bekas tentara Belanda yang dibebaskan dari
tawanan Jepang. Ketika orang-orang Belanda yang dibebaskan Jepang mengibarkan
bendera Belanda di Hotel Yamato maka dengan segera para pemuda menurunkannya dan
merobek warna biru dari bendera merah putih biru menjadi hanya merah putih, bendera
RI. Hotel tersebut diserbu oleh para pemuda dan berhasil merebutnya. Serangan
selanjutnya adalah ke markas Kempetei (markas tentara Jepang) pada tanggal 1 Oktober
1945 dan berhasil menguasainya. Serangan yang sama juga terjadi di Jogyakarta. Mereka
memaksa penguasa Jepang untuk menyerahkan kantor milik tentara Jepang kepada semua
orang Indonesia. Pada tanggal 27 September 1945 KNI Jogya mengumumkan bahwa
Yogyakarta telah berada di tangan Pemerintah RI.
Berikut foto berlangsungnya rapat raksasa di lapangan Ikada tanggal 19 September
1945 :
85
Sumber : www.politik.kompasiana.com
Serangan terhadap bangunan, perusahaan, markas militer serta pabrik milik Jepang
terjadi di berbagai daerah lainnya. Di Bandung, misalnya terjadi serangan terhadap
Pangkalan Udara Andir serta pabrik senjata ACW (sekarang Pindad). Di Semarang, upaya
pelucutan menimbulkan perlawanan Jepang sehingga pertempuran kedua belah pihak tidak
dapat dihindari. Hal yang sama juga terjadi di Sulawesi. Para pemuda di daerah itu
berusaha merebut gedung-gedung penting serta studio radio dan tangsi polisi. Para Pemuda
Gorontalo pada tanggal 13 September 1945 berusaha merebut markas Jepang dan berhasil
menegakkan kedaulatan RI di daerah itu. Kelompok Pemuda yang tergabung dalam
Pasukan Pemuda Indonesia (PPI) mengadakan gerakan di Tangsi Putih dan Tangsi Hitam
di Manado, Sulawesi Utara pada tanggal 14 Februari 1946. Mereka membebaskan para
pemuda yang ditahan NICA (tentara Belanda) di berbagai daerah di Sulawesi Utara. Di
Balikpapan, pada tanggal 14 September 1945 sejumlah 8000 orang berkumpul di depan
kompleks NICA sambil membawa bendera merah putih, sebagai tanda dukungan terhadap
pemerintahan RI hasil proklamasi. Dukungan terhadap pemerintahan RI sambil merebut
senjata dari Jepang dan menentang kehadiran tentara Belanda juga terjadi di Nusa
Tenggara, Irian, Aceh, Sumatera Selatan, Papaua, Aceh, dan lain-lain.
2.5.3. Gerakan Militer dan Diplomasi Menegakkan Kemerdekaan
Pasca Proklamasi Kemerdekaan RI, Belanda memanfaatkan Sekutu (pemenang
Perang Dunia II yang antara lain terdiri atas Belanda, Inggeris, Australia dan Amerika
Serikat) untuk masuk ke Indonesia dengan cara mempersenjatai orang-orang NICA
(Netherlands Indies Civil Administration) orang-orang KNIL yang baru dilepaskan dari
tawanan Jepang. Orang-orang NICA dan KNIL di Jakarta, Bandung dan kota-kota lain
kemudian memancing kerusuhan dengan cara mengadakan provokasi-provokasi
bersenjata. Menghadapi ancaman terebut para pemdua pejuang di berbagai daerah
mengadakan perlawanan. Di Surabaya, para pemuda yang dipelopori oleh Soetomo (1921-
1981), yang kemudian dikenal dengan Bung Tomo, menggunakan radio setempat untuk
menimbulkan semangat revolusi ke seluruh penjuru kota Surabaya. Bung Tomo
menyerukan kepada para pemuda untuk melawan pasukan Inggeris yang terdiri dari
serdadu-serdadu dari India yang tiba di Surabaya. Sejak tanggal 25 Oktober 1945 terjadi
pertempuran antara pasukan Inggeris yang berjumlah 6000 personel dengan 10-20 ribu
pasukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Dengan dukungan puluhan ribu rakyat
Surabaya, TKR berhasil membunuh ribuan serdadu tentara Ingggeris tersebut. Gencatan
senjata yang disepakati tanggal 30 Oktober 1945 tidak bisa dipertahankan labih lama
setelah Panglima pasukan Inggeris, Brigadir Jendeeral A.W.S Mallaby, terbunuh. Pada
tanggal 10 November 1945, setelah mendapat serangan serangan bom dari laut dan udara,
wilayah Surabaya dikuasai oleh Inggeris. Kini, perlawanan rakyat terhadap pasukan
Inggeris yang menyebabkan terbunuhnya ribuan rakyat Indonesia di Surabaya dikenal
sebagai Hari Pahlawan.
Untuk memperoleh pengakuan kedaulatan, Pemerintah RI juga menempuh jalan
diplomasi. Atas usulan pemerintah RI itu, Sir Archibald Clark Kerr, duta istimewa Inggeris
di Indonesia, dan Gubernur Jenderal Dr. H.J. van Mook menawarkan perundingan pada
tanggal 10 Februari 1946. Dalam awal perundingan itu van Mook menyampaikan
pernyataan politik pemerintah Belanda yang terdiri atas 6 fasal yang mengulangi pidato
Ratu Belanda pada tanggal 7 Desember 1942. Isi pokoknya adalah: 1) Indonesia akan
dijadikan negara persemakmuran berbentuk federasi yang memiliki pemerintahan sendiri
86
di dalam lingkungan Kerajaan Nederland; 2) Masalah dalam negeri diurus oleh Indonesia,
sedang urusan luar diurus oleh pemerintah Belanda; 3) Sebelum dibentuknya
persemakmuran akan dibentuk pemerintah peralihan selama 10 tahun; 4) Indonesia akan
dimasukkan sebagai anggota PBB.
Tentu saja usulan tersebut ditolak oleh pihak Indonesia karena sama sekali
mengabaikan kedaulatan Indonesia. Para pemuda yang bergabung dalam Persatuan
Perjuangan (PP) menghendaki agar pengakuan kedaulatan harus meliputi 100 persen atas
wilayah Indonesia. Pada tanggal 27 Maret 1946 Sutan Sjahrir sebagai perdana Menteri
memberikan jawaban disertai persetujuan dalam membentuk traktat yang isinya antara lain
agar Pemerintah Belanda mengakui kedaulatan de facto RI atas Jawa dan Sumatera;
supaya RI dan Belanda bekerjasama membentuk RIS; Republik Indonesia Serikat
bersama-sama dengan Nederland, Suriname, Curacao, menjadi peserta dalam suatu ikatan
kenegaraan Belanda.
Perundingan dilanjutkan di Hooge Veluwe (Negeri Belanda). Pemerintah RI
mengirimkan delegasi yang terdiri dari Mr. Suwandi, Dr. Sudarsono, dan Mr. Abdul Karim
Pringgodigdo. Delegasi RI berangkat ke Nederland pada tanggal 4 April 1946 bersama-
sama dengan Sir Archibald Clark Kerr. Delegasi Belanda yang diajukan dalam
perundingan ini terdiri atas Dr. van Mook, Prof. Logemann, Dr. Idenburgh, Dr, van Royen,
Prof. Van Asbeck, Sultan Hamid II dari Pontianak, dan Surio Santoso. Usul Belanda itu
pada tanggal 17 Juni 1946 ditolak oleh pemerintah RI, karena dianggap tidak mengandung
sesuatu yang baru. Adapun usul balasan Pemerintah RI meliputi Republik Indonesia
berkuasa de facto atas Jawa, Madura, Sumatera, ditambah dengan daerah-daearah yang
dikuasai oleh tentara Inggris dan Belanda; Republik Indonesia menolak ikatan kenegaraan
dengan Belanda dan menghendaki penghentian pengriman pasukan Belanda ke Indonesia,
sedangkan Pemerintah Republik Indonesia tidak akan menambah pasukannya; Pemerintah
Republik menolak suatu periode peralihan di bawah kedaulatan Belanda. Tekanan politik
diberikan dengan cara menyelenggarakan Konferensi Malino dengan tujuan untuk
membentuk “negara-negara” di daerah-daerah yang baru diserahterimakan oleh Inggris
dan Australia. “Negara-negara” itu kelak dijadikan imbangan terhadap RI, untuk memaksa
pemerintah RI agar menerima bentuk federasi sebagaimana yang diusulkan oleh pihak
Belanda. Konferensi lainnya diselenggarakan di Pangkalpinang khusus untuk golongan
minoritas. Konferensi Malino diadakan pada tanggal 15-25 Juli 1946 dan Konferensi
Pangkalpinang pada tanggal 1 Oktober 1946. Sedangkan tekanan militer dilakukan dengan
cara mengirimkan pasukan ke daerah-daerah konflik di berbagai wilayah Indonesia.
Pada tanggal 10 November 1946 dilaksanakan perjanjian di Linggarjati Kabupaten
Kuningan, Jawa Barat. Hasil perundingan diumumkan pada tanggal 15 Nopember dan
menyepakati pemerintah RI dan Belanda bersama-sama menyelenggarakan berdirinya
sebuah negara berdasarkan federasi, yang dinamai Negara Indonesia Serikat; Pemerintah
RIS akan bekerjasama dengan pemerintah Belanda membentuk Uni Indonesia-Belanda.
Hasil perundingan Linggarjati ditanggapi dengan sikap pro dan kontra. Mereka
bergabung dalam partai yang berbeda. Partai politik menyatakan menentang terdiri dari
Masyumi, Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai Wanita, Angkatan Comunis Muda
(Acoma), Partai Rakyat Indonesia, Laskar Rakyat Jawa Barat, Partai Rakyat Jelata.
Sedangkan yang mendukung adalah PKI, Pesindo, BTI, Lasykar Rakyat, Partai Buruh,
Partai Kristen Indonesia (Parkindo) dan Partai Katholik. Dewan Pusat Kongres Pemuda
menyatakan tidak menentukan sikap terhadap naskah persetujuan demi menjaga persatuan
di kalangan organisasi mereka yang berbentuk federasi. Golongan yang menolak
Linggajati bergabung di dalam Benteng Republik Indonesia, yang terdiri dari partai serta
organisasi tersebut di atas.
87
Atas desakan dari Belanda serta tuntutan dari beberapa negara bagian, Pemerintah
RI menyatakan bersedia mengakui Negara Indonesia Timur sekalipun pembentukannya
tidak selaras dengan Perjanjian Linggajati. Status Borneo harus dibicarakan bersama oleh
RI-Belanda. RI tetap diakui sebagaimana termaktub dalam Perjanjian Linggajati. Dalam
bidang militer pemerintah RI menyetujui demiliterisasi daerah demarkasi antara kedua
pihak dengan menyerahkan penjagaan zone bebas-militer itu kepada Polisi. Peta demarkasi
dikembalikan pada situasi 24 Januari 1947. Tentara kedua belah pihak harus diundurkan
dari daerah demarkasi ke kota garnisun masing-masing. Penyelenggaraan fasal 16 tentang
pertahanan Indonesia Serikat, adalah urusan Negara Serikat sebagai kewajiban nasional
dan pada dasarnya harus dilakukan oleh tentara nasional sendiri.
Hasil Persetujuan Linggajati tanggal 25 Maret 1947, dengan adanya pengakuan secara
de facto Pemerintah RI atas Jawa dan Sumatera oleh Belanda telah menarik dunia
internasional terlebih-lebih setelah Belanda melakukan berbagai pelanggaran. Ketegangan-
ketegangan baru timbul, karena perbedaan tafsir mengenai isi persetujuan itu. Pihak
Belanda tidak dapat menahan diri, dan melanjutkan agresinya. Agresi militer Belanda pada
tanggal 21 Juli 1947 merupakan salah satu pelanggaran besar atasa persetujuan tersebut.
Dunia internasional bereaksi keras atas pelanggaran tersebut. Oleh karena itu masalah
Indonesia kemudian dimasukkan ke dalam acara sidang Dewan Keamanan pada 31 Juli
1947. Australia mengusulkan bahwa atas dasar pasal 39 Piagam PBB, Dewan Keamanan
agar mengambil tindakan terhadap suatu usaha yang mengancam perdamaian dunia. Aksi
militer yang dilakukan terhadap RI oleh Belanda itu merupakan suatu ancaman terhadap
perdamaian. Kedudukan RI semakin kuat dan dunia luar mengakui Perjuangan
Kemerdekaan Indonesia. Sejak itu, organisasi internasional tersebut memberikan jasa-jasa
baik untuk menyelesaikan sengketa Indonesia dengan Belanda.
Pada tanggal 1 Agustus 1947 PBB mengeluarkan seruan kepada Indonesia dan
Belanda untuk segera menghentikan tembak-menembak; menyelesaikan pertikaiannya
dengan cara perwasitan (arbitrase) atau dengan cara-cara damai yang lain dan melaporkan
tentang hasil-hasil penyelesaian itu kepada Dewan Keamanan. Gencatan senjata disepakati
pada 4 Agustus 1947 dan kemudian meningkat kepada perundingan.
Menghadapi konflik yang tidak kunjung usai antara Indonesia-Belanda maka PBB
membentuk suatu komisi jasa-jasa baik bernama Komisi Tiga Negara (KTN). Anggota
KTN seorang dipilih oleh Indonesia, seorang dipilih oleh Belanda, sedangkan kedua
anggota itu memilih anggota ketiga. Pemerintah Republik Indonesia memilih Australia
diwakili Richard C. Kirby, pemerintah Kerajaan Belanda meminta Belgia diwakili Paul
van Zeeland, sedang kedua negara tersebut memilih Amerika Serikat sebagai penengah
diwakili Dr. Frank B. Graham. Atas jasa KTN ini maka Indonesia dan Belanda menerima
tawaran pemerintah Amerika Serikat untuk berunding di atas kapal angkut pasukan
Renville sebagai tempat perundingan netral pada tanggal 8 Desember 1947. Perundingan
tersebut berakhir pada tanggal 17 Januari 1948 dengan menghasilkan naskah Persetujuan
Renville yang antara lain berisi: “persetujuan gencatan senjata antara Indonesia dan
Belanda; dan enam pokok prinsip tambahan untuk perundingan guna mencapai
penyelesaian politik”.
Ternyata Belanda masih melakukan pelanggaran yang telah disepakatinya. Negara
bekas penjajah ini melakukan aksi militernya yang kedua pada tanggal 19 Desember 1948.
KTN melaporkan kepada Dewan Keamanan bahwa Belanda nyatanya melakukan
pelanggaran ketentuan Dewan Kemanan. Dewan Keamanan bersidang pada 22 Desember
1948, dan menghasilkan resolusi; mendesak supaya permusuhan segera dihentikan dan
pemimpin Indonesia yang ditawan segera dibebaskan. KTN ditugaskan untuk menjadi
pengawas pelaksanaan resolusi itu.
88
Di forum internasional, Indonesia memeproleh kemenangan diplomatik.
Kemenangan tersebut diperoleh setelah dukungan terhadap Indonesia diperoleh dari
negara-negara di Asia dan Afrika. Perdana Menteri India, Jawaharlal Nehru, tanggal 23
Januari 1949 atas nama Konferensi Asia di New Delhi menuntut dipulihkannya Republik
Indonesia kepada keadaan semula, ditariknya mundur tentara Belanda, diserahkannya
kedaulatan kepada rakyat Indonesia dan diperluasnya wewenang KTN. Konferensi New
Delhi ini diprakarsai oleh Perdana Menteri India dan dihadiri oleh wakil-wakil negara-
negara Afghanistan, Australia, Burma, Sri Langka, Mesir, Ethiopia, India, Iran, Iraq,
Libanon, Pakistan, Philipina, Saudi Arabia, Suriah dan Yaman sebagai peserta; dan wakil
dari negara-negara Cina, Nepal, Selandia Baru dan Muangthai sebagai peninjau. Dengan
demikian, Rrevolusi Indonesia memberi pengaruh luas di kalangan negara-negara Asia dan
Afrika.
Atas desakan para peserta Konferensi New Delhi Dewan Keamanan menerima
suatu resolusi konferensi yang menyerukan diadakannya gencatan senjata dan
dibebaskannya para pemimpin Indonesia untuk kembali ke Yogyakarta.
Resolusi itu untuk pertama kalinya menentukan dengan jelas garis-garis dan jangka
waktu “penyerahan” kedaulatan dari tangan Belanda ke pihak Indonesia, dan meluaskan
wewenang KTN yang namanya diubah manjadi United Nations Commission for Indonesia
(UNCI). Pada tanggal 19 – 22 Juli 1949 diadakan perundingan antara kedua belah pihak,
yaitu RI dan negara-negara bagian, yang disebut Konferensi Antar-Indonesia. Konferensi
itu memperlihatkan, bahwa politik divide et impera Belanda untuk memisahkan daerah-
daerah di luar Republik dari Republik Indonesia, akhirnya mengalami kegagalan. Pada
Konferensi Antar-Indonesia yang diselenggarakan di Yogyakarta itu dihasilkan
persetujuan mengenai bentuk dan hal-hal yang bertalian dengan ketatanegaraan Negara
Indonesia Serikat berdasarkan demokrasi dan federalisme yang dikepalai oleh presiden
konstitusional. Selain itu dibentuk dua badan perwakilan yaitu dewan perwakilan rakyat
dan sebuah dewan perwakilan negara bagian (senat). Di bidang militer dibentuk Angkatan
Perang RIS.
Pada tanggal 30 Juli 1949 Konferensi Antar-Indonesia dilanjutkan di Jakarta dan
dipimpin oleh PM Hatta. Konferensi ini membahas masalah pelaksanaan dari pokok
persetujuan yang telah disepakati di Yogyakjarta. Kedua belah pihak setuju untuk
membentuk panitia Persiapan Nasional yang bertugas menyelenggarakan suasana tertib
sebelum dan sesudah Konferensi Meja Bundar (KMB). Sesudah berhasil menyelesaikan
masalahnya sendiri dengan musyawarah di dalam Konferensi Antar-Indonesia kini bangsa
Indonesia sebagai keseluruhan siap menghadapi KMB. Delegasi Indonesia terdiri dari Dr.
Mohammad Hatta, Mr Moh Roem, Prof. Mr Supomo, dr J Leimena, Mr Ali
Sastroamidjojo, Ir Djuanda, dr. Sukiman, Mr. Suyono Hadinoto, Dr Sumitro
Djojohadikusumo, Mr Abdul Karim Pringgodigdo, Kol TB Simatupang, dr Mr. Sumardi.
Sedangkan dari BFO dipimpin oleh Sulatan Hamid II dari Pontianak.
Pada tanggal 23 Agustus 2 November 1949 KMB diselenggarakan di Den Haag.
KMB kemudian diajukan kepada KNIP untuk diratifikasi. KNIP yang bersidang pada
tanggal 6 Desember 1949, berhasil menerima KMB dengan 226 pro lawan 62 kontra, dan
31 meninggalkan sidang. Selanjutnya pada tanggal 15 Desember 1949 diadakan pemilihan
Presiden RIS dengan calon tunggal Ir. Soekarno. Ir. Sukarno terpilih sebagai Presiden RIS
pada tanggal 16 Desember 1949 dan pada tanggal 17 Desember (keesokan harinya)
Presiden RIS diambil sumpahnya. Pada tanggal 20 Desember 1949 Kabinet RIS yang
pertama di bawah pimpinan Drs. Moh. Hatta selaku Perdana Menteri, dilantik oleh
Presiden. Akhirnya pada tanggal 23 Desember 1949 delegasi RIS yang dipimpin oleh Drs.
Mohammad Hatta berangkat ke Negeri Belanda untuk menandatangani akte “penyerahan”
kedaulatan dari Pemeritah Belanda dan menjadikan kemerdekaan sepenuhnya menjadi
89
Republik Indonesia. Pada tanggal 27 Desember 1949 Belanda “menyerahkan” kedaulatan
atas Indonesia, tidak termasuk Papua. Kata “penyerahan” ditulis dalam tanda kutip karena
bagi Indonesia sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia sudah memiliki
kedaulatan sebagai negara merdeka dan Belanda tidak perlu lagi menyerahkan
kedaulatannya atas Indonesia. Akhirnya, kerena tidak ada lagi dukungan dari Belanda
maka satu persatu negara-negara bagian yang disponsori oleh Belanda meleburkan diri ke
dalam Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1950.
Berikut adalah gambar pelaksanaan Konferensi Meja Bundar tahun 1949 yang
dilaksanakan di Den Haag Belanda yang kemudian diikuti dengan “penyerahan”
kedaulatan atas Indonesia:
Sumber : http://ms.wikipedia.org/wiki/Fail:Round_Table_Conference.jpg
Revolusi kemerdekaan Indonesia menarik dunia internasional. Langkah yang
ditempuh Indonesia dalam melawan Belanda dalam memperoleh pengakuan kedaulatan
dengan cara militer dan diplomasi mempengaruhi negara-negara di Asia dan Afrika. Pada
tahun 1950-an sebagian besar negara-negara di Asia dan Afrika masih berada di bawah
kekuasana imperialisme Barat dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan. Proklamasi
kemerdekaan tidak hanya menandai lahirnya kedaulatan melainkan diperlukan upaya
untuk mempertahankannya. Gerakan kemerdekaan di Asia dan Afrika secara intensif
dilakukan setelah mereka mendapat pengaruh dari pengalaman Revolusi Kemerdekaan
Indonesia. “Kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan oleh karena itu penjajahan di atas
dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”
seperti bunyi Pembukaan UUD 1945.
III. PENUTUP
Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 serta gerakan mempertahankan negara
berdaulat di Indonesia hingga 17 Agustus 1950 sebagai revolusi kemerdekaan memiliki
kedudukan yang sama dengan revolusi besar dunia. Peristiwa tersebut adalah sama
pentingnya dengan Revolusi Amerika, Revolusi Perancis, dan Revolusi China. Kesemua
revolusi tersebut ditandai dengan gerakan dalam berbagai bidang seperti politik, militer,
intelektual dan diplomasi. Tujuannya adalah menata kehidupan berbangsa dan bernegara
yang diletakkan atas prinsip-prinsip keadilan, kesetaraan serta pemerintahan yang
90
memperhatikan kepentingan semua golongan. Kesemua revolusi besar tersebut merupakan
peristiwa yang sangat revolusioner sebab hal tidak hanya merupakan titik awal bangsa-
bangsa tersebut melakukan pemerintahan sendiri melainkan juga peristiwa yang
mengakhiri zaman imperialisme di wilayahnya. Revolusi Amerika telah mengakhiri
imperialisme Kerajaan Inggeris atas kaum kolonis Amerika. Revolusi Perancis mengakhiri
pemerintahan absolut raja-raja Perancis yang telah berlangsung selama berabad-abad. Hal
yang sama juga terjadi dalam revolusi Rusia dan China. Kedua revolusi tersebut telah
menumbangkan sistem monarki absolut dan membentuk sistem baru yang dikehendai oleh
rakyat. Ajaran yang dikembangkan dalam revolusi tersebut tidak hanya saling pengaruh
mempengaruhi satu sama lain melainkan juga mempengaruhi gerakan revolusioner di
berbagai kawasan dunia sejak abad ke-19 hingga abad ke-20. Revolusi Amerika
dipengaruhi oleh cara pandang kaum kolonis Amerika yang mengadopsi pemikiran-
pemikiran demokratis dari Perancis. Sebaliknya gerakan revolusioner di Perancis juga
terinspirasi oleh konsep yang dicetuskan dalam Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat
yang berbunyi “that all man are created equal”, dan oleh karena itu diskriminasi Raja-raja
Perancis terhadap rakyat harus ditumbangkan. Walaupun cara-cara kekerasan dilakukan
oleh kaum revolusioner, konsep kesetaraan dan keadilan memberi inspirasi kepada
masyarakat dunia untuk melawan ketidakadilan, absolutisme dan imperialisme. Revolusi-
revolusi besar tersebut memberi banyak pelajaran kepada masyarakat dunia sejak abad ke-
18 sampai sekarang.
REFERENSI:
Buckler, McKay Hill, (1988, A History of World Society, Boston: Houghton Mifflin
Company.
Karls, Farah. (1997). World History: The Human Experience. Ohio State: National
Geographic
Society.
Kartodirdjo, Sartono. (1999), Penganar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah pergerakan
Nasional
dari Kolnialisme Sampai Nasionalisme. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Poesponegoro, Maarwati dan Notosusanto, Nugroho (1993) Sejarah Nasional Indonesia,
Jilid
4-6. Jakarta: Balai Pustaka.
Ricklefs, M.C. (2008) A History of Modern Indonesia Since 1200, Sydney: Palgrave.
91
IDEOLOGI, PERANG DUNIA,
GERAKAN NASIONALISME DI ASIA-AFRIKA
Dr. Abdul Syukur, M.Hum
I. PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang pengertian dan perkembangan paham-paham besar yang
mempengaruhi sejarah umat manusia di seluruh dunia. Paham-paham besar yang dimaksud
adalah nasionalisme, liberalisme, sosialisme, dan demokrasi. Pembahasan difokuskan pada
kegiatan menganalisis hubungan antara perkembangan paham-paham besar ini dengan
gerakan nasionalisme di Asia dan Afrika pada masa lalu hingga kini.
Gerakan nasionalisme disebut pula sebagai gerakan kemerdekaan yang
bermunculan di Asia dan Afrika pada abad ke-19. Para pejuang kemerdekaan menentang
penjajahan yang dilakukan pemerintahan negara-negara Eropa terhadap bangsa-bangsa
Asia dan Afrika. Penjahan itu sendiri merupakan praktik penindasan berdasarkan paham
kolonialisme dan imperialisme.
Kaum terpelajar dari Asia dan Afrika merupakan aktor utama penyebar paham-
paham besar tersebut. Berdasarkan paham-paham besar itulah mereka membangun
gerakan kemerdekaan melalui pembentukan organisasi modern yang kemudian
berkembang menjadi partai politik. Perjuangan mereka bergeser dari perjuangan
bersenjata ke perjuangan politik.
Di dalam masa perjuangan kemerdekaan itu terjadi dua peristiwa penting yang
sangat berpengaruh, yaitu Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Keduanya merupakan
perang total yang melibatkan sebagian besar negara beserta negeri-negeri jajahannya.
Berdasarkan pertumbangan ini maka dilakukan analisis terhadap keterkaitan antara Perang
Dunia I dan II dengan perjuangan kemerdekaan di Asia dan Afrika.
Untuk memudahkan pembaca memahami pokok bahasan, maka penulisan dibagi
menjadi tiga bab, yaitu:
1. Perkembangan paham-paham besar
2. Gerakan nasionalisme di Asia dan Afrika
3. Perang Dunia I dan Perang Dunia II
92
II. PERKEMBANGAN PAHAM-PAHAM BESAR
Paham-paham besar seperti nasionalisme, liberalisme, sosialisme, dan demokrasi
berkembang pertama kali di Eropa pada abad ke-18. Paham-paham besar ini menyebar ke
Asia dan Afrika dan digunakan oleh para tokoh pejuang kemerdekaan untuk menentang
penjajahan yang dilakukan pemerintahan negara-negara Eropa. Setiap paham besar
tersebut dibahas secara terpisah. Pembahasan meliputi pengertian, latar belakang sosial-
politik, serta perkembangannya hingga kini. Dalam bab ini juga dibahas paham besar yang
berkembang di Timur Tengah, yaitu Pan-Islamisme.
1. Nasionalisme
Nasionalisme berasal dari kata natio (bahasa Latin) yang berarti bangsa, dan isme
atau ism adalah paham. Dengan demikian nasionalisme secara pengertian bahasa
mengandung arti paham tentang bangsa yang dipersatukan karena kelahiran, kesamaan
budaya, bahasa, wilayah dan cita-cita atau tujuan bersama. Paham ini berkembang pertama
kali di Eropa menggantikan paham lama yang mempersatukan bangsa berdasarkan
persamaan agama yang dianutnya. Selama berabad-abad bangsa Eropa dipersatukan di
bawah Kekaisaraan Romawi berdasarkan kesamaan agama Katolik. Paham lama ini
mengalami kehancuran dan digantikan nasionalisme yang berkembang pada abad ke-18
dan 19. Nasionalisme adalah paham baru untuk pendirian sebuah negara dengan semangat
kebangsaan yang dilandasi rasa cinta terhadap bangsa dan tanah air. Oleh karena itu setiap
bangsa melakukan pembelaan terhadap kepentingannya dan mempertahankan negaranya
dari serangan bangsa-bangsa lain.
Paham nasionalisme mempengaruhi bangsa Eropa untuk mengubah sistem
pemerintahan mereka dari monarki-absolut menjadi demokrasi-parlementer. Pengaruh
yang sama juga terjadi pada bangsa-bangsa Afrika dan Timur Tengah yang memerdekan
diri mereka dari Kekhalifahan Turki Usmani.
Nasionalisme juga digunakan bangsa-bangsa Afrika dan Timur Tengah untuk
menentang kolonialisme dan imperialisme negara-negara Eropa, seperti Inggris, Perancis,
Italia, Jerman, Spanyol, Portugis, dan Belanda.
Kolonialisme dan imperialisme Eropa juga terjadi di Asia Selatan, Asia Timur, dan
Asia Tenggara. Kaum terpelajar dari wilayah jajahan membangkitkan kesadaran
bangsanya untuk memperjuangankan kemerdekaan setelah mereka memahami
nasionalisme.
2. Liberalisme
Liberalisme atau Liberal adalah sebuah ideologi yang didasarkan pada pemahaman
bahwa kebebasan dan persamaan hak. Secara umum, liberalisme mencita-citakan
masyarakat yang memiliki kebebasan. Dibawah ini adalah nilai-nilai pokok Liberalisme:
1. Kesempatan yang sama bahwa manusia mempunyai kesempatan yang sama dalam
segala bidang kehidupan politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan.
2. Pemerintah harus mendapat persetujuan dari rakyatnya dalam menentukan
kebijakan karena pemerintah tidak dapat bertindak menurut kehendaknya sendiri,
tetapi harus bertindak menurut kehendak rakyat.
3. Fungsi Negara adalah untuk membela dan mengabdi pada rakyat karena negara
hanyalah alat untuk tujuan-tujuan yang lebih besar dibandingkan negara itu sendiri.
Liberalisme terbagi dua macam: Liberalisme Klasik dan Liberallisme Modern.
Liberalisme Klasik timbul pada awal abad ke 16, sedangkan Liberalisme Modern pada
abad ke-20. Kini keduanya berkembang secara berdampingan karena Liberalisme Modern
tidak menghapus Liberalisme Klasik.
93
Dalam Liberalisme Klasik, keberadaan individu dan kebebasannya sangatlah
diagungkan. Setiap individu memiliki kebebasan berpikir masing-masing – yang akan
menghasilkan paham baru. Meskipun begitu, bukan berarti kebebasan yang dimiliki
individu itu adalah kebebasan yang mutlak, karena kebebasan itu adalah kebebasan yang
harus dipertanggungjawabkan.
Tokoh yang memengaruhi paham Liberalisme Klasik cukup banyak. Di antaranya
Martin Luther, John Lock, Hobbes dan Adam Smith. Menurut Martin Luther bahwa gereja
menyimpang dari otoritasnya sehingga menyebabkan individu kehilangan kebebasannya.
Pemikir liberalisme lainnya adalah Hobbes (1588 – 1679). Ia berpandangan bahwa
manusia pada dasarnya egois, sesuai dengan fitrahnya. Namun, manusia ingin hidup
damai. Oleh karena itu mereka membentuk masyarakat baru untuk membuat perjanjian
demi melindungi hak-haknya dari individu lain. Perjanjian ini memerlukan pihak ketiga,
yakni penguasa. Inti dari terbentuknya Negara menurut Hobbes adalah demi kepentingan
umum tanpa menghilangkan kepentingan individu.
John Locke (1632 – 1704) berpendapat bahwa manusia pada dasarnya baik.
Mereka membuat perjanjian untuk melindungi haknya diambil oleh orang lain. Perjanjian
itu diserahkan kepada penguasa sebagai pihak penengah. Ia berpendapat keberadaan
Negara itu dibatasi oleh individu sehingga kekuasaan Negara menjadi terbatas.
Adam Smith (1723-1790) adalah salah satu pemikir ekonomi klasik. Pemikirannya
mengenai politik dan ekonomi dapat dirangkum menjadi tiga. Pertama, haluan pandangan
Adam Smith tidak terlepas dari falsafah politik. Kedua, perhatian ditujukan pada faktor-
faktor yang menentukan nilai dan harga barang. Ketiga, kebijaksanaan negara ditujukan
untuk kemajuan dan kesejahteraan mesyarakat.
3. Sosialisme
Sistem ekonomi sosialisme sebenarnya cukup sederhana, yakni semua aspek
ekonomi dianggap sebagai milik bersama dan digunakan untuk kepentingan bersama.
Pandangan sosialisme bertentangan dengan liberalisme yang menekankan kebebasan
individu.
Kebaikan sistem ekonmi sosialis adalah:
1. Setiap warga Negara disediakan kebutuhan pokoknya, termasuk makanan dan
minuman, pakaian, rumah, kemudahan fasilitas kesehatan, serta tempat dan lain-
lain. Setiap individu mendapatkan pekerjaan dan orang yang lemah serta orang
yang cacat fisik dan mental berada dalam tanggung jawab Negara.
2. Semua pekerjaan dilaksanakan berdasarkan perencanaan Negara Yang sempurna.
Dengan demikian masalah kelebihan dan kekurangan dalam produksi seperti yang
berlaku dalam Sistem Ekonomi Kapitalis tidak akan terjadi.
3. Semua bentuk produksi dimiliki dan dikelola oleh Negara, sedangkan keuntungan
yang diperoleh akan digunakan untuk kepentingan-kepentingan Negara yang
mempunyai kewajiban memberikan kesejahteraan kepada rakyatnya.
4. Demokrasi
Demokrasi berasal dari bahasa Yunani δημοκρατία (dēmokratía) "kekuasaan
rakyat" dan antonim dari ἀριστοκρατία (aristocratie) "kekuasaan elit." Kata "demokrasi"
pertama muncul pada mazhab politik dan filsafat Yunani kuno di negara-kota Athena.
Dipimpin oleh Cleisthenes, warga Athena mendirikan negara yang umum dianggap
sebagai negara demokrasi pertama pada tahun 508-507 SM. Oleh karena itu Cleisthenes
disebut sebagai "bapak demokrasi Athena." Demokrasi Athena tidak hanya bersifat
langsung dalam artian keputusan dibuat oleh majelis, tetapi juga sangat langsung dalam
94
artian rakyat mengendalikan seluruh proses politik dan sebagian besar warga negara terus
terlibat dalam urusan publik.
Dari aspek cara memilih pemimpin, demokrasi dapat dibedakan menjadi demokrasi
langsung dan demokrasi perwakilan. Keduanya sudah dipraktikan di Indonesia. Selama
masa Orde Baru bangsa Indonesia menerapkan demokrasi perwakilan, yakni rakyat
mewakilkan pilihannya kepada para wakil rakyat di Majelis Permusyawarata Rakyat
(MPR). Sejak Pemilu 2009, bangsa Indonesia menerapkan demokrasi langsung, yakni
rakyat langsung memilih pemimpinnya melalui pemilihan umum.
Gagasan pokok atau gagasan dasar suatu pemerintahan demokrasi adalah
pengakuan hakikat manusia, yaitu pada dasarnya manusia mempunyai kemampuan yang
sama dalam hubungan sosial. Berdasarkan gagasan dasar tersebut terdapat dua asas pokok
demokrasi, yaitu:
1. Pengakuan partisipasi rakyat dalam pemerintahan, misalnya pemilihan wakil-wakil
rakyat untuk lembaga perwakilan rakyat secara langsung, umum, bebas, dan
rahasia serta jujur dan adil; dan
2. Pengakuan hakikat dan martabat manusia, misalnya adanya tindakan pemerintah
untuk melindungi hak-hak asasi manusia demi kepentingan bersama.
Dalam perkembangannya, demokrasi menjadi suatu tatanan yang diterima dan
dipakai oleh hampir seluruh negara di dunia. Ciri-ciri suatu pemerintahan demokrasi
adalah sebagai berikut:
1. Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan keputusan politik,
baik langsung maupun tidak langsung (perwakilan).
2. Adanya pengakuan, penghargaan, dan perlindungan terhadap hak-hak asasi rakyat
(warga negara).
3. Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang.
4. Adanya lembaga peradilan dan kekuasaan kehakiman yang independen sebagai alat
penegakan hukum
5. Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara.
6. Adanya pers (media massa) yang bebas untuk menyampaikan informasi dan
mengontrol perilaku dan kebijakan pemerintah.
7. Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di lembaga
perwakilan rakyat.
8. Adanya pemilihan umum yang bebas, jujur, adil untuk menentukan (memilih)
pemimpin negara dan pemerintahan serta anggota lembaga perwakilan rakyat.
9. Adanya pengakuan terhadap perbedaan keragamaan (suku, agama, golongan, dan
sebagainya).
Berikut ini adalah ungkapan terkenal tentang demokrasi:
Abraham Lincoln
Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Charles Costello
Demokrasi adalah sistem sosial dan politik pemerintahan diri dengan kekuasaan-
kekuasaan pemerintah yang dibatasi hukum dan kebiasaan untuk melindungi hak-
hak perorangan warga negara.
John L. Esposito
Demokrasi pada dasarnya adalah kekuasaan dari dan untuk rakyat. Oleh
karenanya, semuanya berhak untuk berpartisipasi, baik terlibat aktif maupun
mengontrol kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Selain itu, tentu saja
95
lembaga resmi pemerintah terdapat pemisahan yang jelas antara unsur eksekutif,
legislatif, maupun yudikatif.
Hans Kelsen
Demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat dan untuk rakyat. Yang
melaksanakan kekuasaan Negara ialah wakil-wakil rakyat yang terpilih. Dimana
rakyat telah yakin, bahwa segala kehendak dan kepentingannya akan diperhatikan
di dalam melaksanakan kekuasaan Negara.
Sidney Hook
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana keputusan-keputusan pemerintah
yang penting secara langsung atau tidak didasarkan pada kesepakatan mayoritas
yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa.
C.F. Strong
Demokrasi adalah Suatu sistem pemerintahan di mana mayoritas anggota dewan
dari masyarakat ikut serta dalam politik atas dasar sistem perwakilan yang
menjamin pemerintah akhirnya mempertanggungjawabkan tindakan-tindakannya
pada mayoritas tersebut.
Hannry B. Mayo
Kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang
diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan yang didasarkan
atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana di mana terjadi
kebebasan politik.
Merriem
Demokrasi dapat didefinisikan sebagai pemerintahan oleh rakyat; khususnya, oleh
mayoritas; pemerintahan di mana kekuasaan tertinggi tetap pada rakyat dan
dilakukan oleh mereka baik langsung atau tidak langsung melalui sebuah sistem
perwakilan yang biasanya dilakukan dengan cara mengadakan pemilu bebas yang
diadakan secara periodik; rakyat umum khususnya untuk mengangkat sumber
otoritas politik; tiadanya distingsi kelas atau privelese berdasarkan keturunan atau
kesewenang-wenangan.
Samuel Huntington
Demokrasi ada jika para pembuat keputusan kolektif yang paling kuat dalam
sebuah sistem dipilih melalui suatu pemilihan umum yang adil, jujur dan berkala
dan di dalam sistem itu para calon bebas bersaing untuk memperoleh suara dan
hampir seluruh penduduk dewasa dapat memberikan suara.
III. GERAKAN NASIONALISME DI ASIA DAN AFRIKA
Asia dan Afrika adalah dua benua yang menjadi wilayah koloni negara-negara
Eropa seperti Spanyol, Portguis, Inggris, Perancis, Jerman, Italia, dan Belanda. Wilayah
koloni merupakan sumber pemasukan ekonomi bagi negara-negara induk. Praktik
pemerintahan yang digunakan adalah penjajahan berdasarkan paham kolonialisme dan
imperialisme.
Untuk menjalankan pemerintahan di wilayah koloni, negara-negara Eropa
membentuk pemerintahan kolonial sebagai perpanjangan tangan dari pemerintahan di
96
negeri induk. Keberadaan pemerintah kolonial ditentang oleh bangsa-bangsa di Asia dan
Afrika sehingga menimbulkan perang kemerdekaan.
Memasuki abad ke-20 kaum terpelajar dari Asia dan Afrika menyebarkan paham
nasionalisme ke tanah airnya masing-masing. Penyebaran Nasionalisme membangkitkan
kesadaran bangsa-bangsa Asia dan Afrika. Mereka membentuk gerakan nasionalis yang
bertujuan untuk kemerdekaan bangsanya dari penjajahan bangsa-bangsa Eropa.
Perkembanagan dan keberhasilan perjuangan kemerdekaan di Asia dan Afrika
sangat dipengaruhi Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Mereka terlibat dalam perang
karena wilayah mereka dijadikan sebagai medan pertempuran negara-negara Eropa.
Banyak tentara dari Asia dan Afrika juga dilibatkan dalam perang yang sesungguhnya
merupakan perang antarnegara-negara kolonial. Subbab ini membahas beberapa gerakan
nasionalisme di Asia dan Afrika yang dinilai penting untuk diketahui bangsa Indonesia.
Gerakan Nasionalisme India
India adalah negara yang mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan
kebudayaan di Asia, termasuk di Indonesia. Sejak abad ke-17 wilayah India diperebutkan
Inggris, Perancis dan Belanda. Masing-masing mendirikan perusahaan dagang, yaitu
pemerintah Inggris membentuk East India Company (EIC), pemerintah Perancis
membentuk Compagnie des Indes (CDI), dan pemerintah Belanda membentuk Verenigde
Oost-Indische Compagnie (VOC). Pemerintah Inggris berhasil memenangkan persaingan
di antara negara-negara Eropa ini.
Perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia terhadap pemerintah Inggris dilakukan
para raja dan prajurit-prajurit India dalam pasukan kolonial Inggris. Pada tahun 1857-1859
mereka melancarkan pemberontakan yang dikenal sebagai The India Mutiny.
Pemberontakan ini menumbuhkan nasonalisme bangsa India.
Gerakan nasionalisme di India muncul pada tahun 1885 dengan di tandai berdirinya
All Indian National Congress, atau biasa disebut Congress, semacam majelis rakyat.
Peimpin dan anggotanya adalah wakil-wakil dari golongan Hindu, Budha, dan Islam.
Tokoh-tokohnya yang terkenal antara lain Mahatma Gandhi, Ali Liqut Khan, Jawaharlal
Nehru, Mohammad Ali Jinnah, B.G Tilaq dan Banerjee.
Di antara mereka yang paling menonjol adalah Mahatma Gandhi, dengan empat
dasar perjuangan: Ahimsa (perlawanan tanpa kekerasan), Hartal (mogok kerja), Satyagraha
(menolak kerjasama), dan Swadesi (menggunakan barang produksi dalam negeri). Selain 4
dasar tersebut, terdapat juga gerakan-gerakan perlawanan antara lain:
1. Gerakan Sosial Brahma Samaj pimpinan Raja Ramohan Ray yang bertujuan
menghapuskan adat tradisi kuno, aturan kasta dan mengajar dasar monotheisme
dalam agama Hindu.
2. Gerakan pendidikan Santiniketan pimpinan Rabindranath Tagore, seorang penyair
besar bangsa India. Gerakan ini bertujuan menumbuhkan rasa cinta tanah air dan
budaya India.
3. The Great India Mutiny (Pemberontakan Sipahi), yaitu pemberontakan bersenjata
para prajurit EIC yang mendapat dukungan dari rakyat. Pemberontakan ini
dipimpin Bahadur Syah, Raja Moghul di India.
Gerakan Nasionalisme Cina
Cina adalah negara besar di Asia. Penguasa terakhir Cina sebelum dikuasai negara-
negara Eropa adalah Dinasti Manchu / Dinasti Ming yang memerintah Cina dari tahun
1644 hingga 1912. Rakyat Cina menilainya sebagai penguasa asing, sehingga mereka
melancarkan pemberontakan untuk mengusir Dinasti Manchu dari negeri Cina. Mereka
97
juga melancarkan perlawanan terhadap kolonialisme dan imperialisme negara-negara
Barat. Perlawanan mereka melahirkan beberapa peristiwa penting:
1. Perang Candu (1839-1842)
Berawal dari penjualan Candu oleh pedagang Inggris. Kantor pusat perdagangan
Inggris di Nanking. Perdagangan Candu ini sangat merugikan kekaisaran Cina.
Untuk menghentikannya, pasukan Kekaisaran Cina menyerang kantor pusat
perdagangan candu Inggris di Nanking. Dalam perang ini Cina mengalami
kekalahan. Perang Nanking diakhir dengan perundingan damai. Berdasarkan
perjanjian Nanking, pihak Cina diharuskan membuka lima pelabuhannya dan
menyerahkan Hongkong kepada Inggris.
2. Perang Cina melawan Inggris-Perancis (1856-1860)
Perjanjian Nanking membuka jalan negara-negara Eropa untuk merebut
wilayah Cina. Sejak itulah dimulai kolonilisasi dan imperialisasi Cina oleh negara-
negara Eropa seperti Inggris, Perancis, Uni Soviet, dan Amerika Serikat.
Kekaisaran Cina menentangnya sehingga menimbulkan perang yang kedua
melawan negara Eropa pada tahun 1856. Dalam perang ini Cina menghadapi
pasukan gabungan Inggris dan Perancis. Pihak Cina mengalami kekalahan. Perang
berakhir pada tahun 1860 dengan Perjanjian Peking. Berdasarkan perjanjian ini
seluruh pelabuhan Cina terbuka untuk pedagang asing dan dikelola badan
internasional yang terdiri dari Inggris, Perancis, dan Amerika Serikat.
3. Pemberontakan Tai Ping (1860-1864)
Perjanjian Peking sangat merugikan kepentingan Kekaisaran Manchuria
dan membangkitkan gerakan nasionalisme bangsa Cina. Mereka melancarkan
pemberontakan terhadap Kekaisaran Manchuria karena dinilai tidak dapat
mempertahankan wilayah Cina dari negara-negara Eropa. Pemberontakan mereka
dikenal sebagai pemberontakan Tai Ping . Pasukan mereka dihancurkan oleh
pasukan Manchuria.
4. Pemberontakan Boxer (1900-1901)
Pada tahun 1900 para pendekar Cina bersatu untuk mengusir bangsa-bangsa Eropa
dari Cina. Pusat pemberontakan berada di kota Peking. Negara-negara Eropa
mengenang perang ini sebagai Pemberontakan Boxer (Boxer = Pendekar).
Perjuangan mereka mendapatkan bantuan dari Kaisar Manchuria. Oleh karena itu
kekaisaran Manchuria harus membayar seluruh kerugian perang yang dialami
negara-negara Eropa selama pemberontakan Boxer.
Pada tahun 1908 Kekaisaran Manchuria melakukan pergantian kaisar karena Ratu
Tze Syi meninggal dunia. Ia digantikan Kaisar Pu Yi yang masih berusia 2 tahun.
Kekaiaran Manchuria semakin lemah sehingga membangkitkan kaum nasionalis Cina
untuk mendirikan negara Republik Cina pada 10 Oktober 1911. Tokoh utamanya adalah
dr. Sun Yat Send an Jenderal Yuan Shih Kai. Keduanya berbeda pendapat hingga
menimbulkan perselisihan.
Untuk melanjutkan perjuangan kemerdekaan, Dr. Sun Yat Sen mendirikan Partai
Nasional Cina (Kuo Min Tang) dengan perjuangan berdasarkan San Min Shui:
nasionalisme, demokrasi, dan sosialisme. Ia meninggal dunia pada 1924.
Kepemimpinannya digantikan Jenderal Chiang Kai Shek.
98
Kaum nasionalis Cina terlibat perang saudara dengan kaum komunis Cina yang
dipimoin Mao Zedong. Kaum Komunis berhasil mengalahkan kaum nasionalis pada tahun
1949 sehingga Cina menjadi negara komunis terbesar kedua setelah Uni Soviet. Sementara
itu kaum nasionalis Cina menyingkir ke Taiwan.
Gerakan Nasionalisme Filipina
Pada tahun 1898 bangsa Filipina melancarkan pemberontakan Katipunan terhadap
pemerintah kolonial Spanyol. Pemberontakan Katipunan dipimpin Yose Rizal. Ia
ditangkap pasukan Spanyol dan dihukum mati oleh pemerintah kolonial Spanyol.
Pemberontakan ini mengawali gerakan nasionalisme di Filipina. Selanjutnya gerakan
nasionalisme Filipina dilanjutkan oleh Emilio Aqunaldo dengan mendirikan Liga
Pembebasan Filipina. Pada 12 Juni 1898, ia memproklamasikan pendirian negara Republik
Filipina Merdeka. Namun kemerdekaannya dibatalkan oleh pemerinta Amerika Serikat
yang merebut Filipina dari Spanyol.
Perjuangan kemerdekaan beralih dari melawan Spanyol menjadi melawan Amerika
Serikat. Pada tahun 1934 pemerintah Amerika Serikat menjanjikan kemerdekaan bangsa
Filipina. Untuk menyiapkan kemerdekaan Filipina itu pemerintah Amerika Serikat
menerbitkan Undang-Undang "The Tydings Mc Duffie Act" yang menegaskan Filipina
berstatus Commonwealth selama 12 tahun. Pada 4 Juli 1946 bangsa Filipina memperoleh
kemerdekaannya dengan Manuel Roxas sebagai presiden pertamanya.
Gerakan Nasionalisme Mesir
Mesir sebelum dijajah negara-negara Eropa berada di wilayah kekuasaan
Kekhalifahan Usmani yang berpusat di Turki. Kekuatan Kekhalifahan Usmani mengalami
penurunan sehingga banyak wilayahnya yang dikuasai kekaisaran Inggris, Perancis,
Jerman dan Italia.
Kebangkitan nasionalisme Mesir berawal dari penolakan rakyat Mesir terhadap
pengangkatan seorang Pasha (Gubernur) Mesir oleh Sultan Usmani. Rakyat Mesir
menginginkan Muhammad Ali, seorang tokoh pejuang rakyat Mesir menentang
kolonialisme dan imperialisme Eropa. Sultan akhirnya menyetujui dan mengesahkan
Muhamad Ali sebagai Pasha Mesir.
Untuk memajukan Mesir, Muhamad Ali melakukan serangkaian pembaharuan
dalam bidang angkatan perang, pendidikan, pertanian , dan industry. Ia banyak
mempekerjakan para ahli dari Perancis. Modernisasi menjadi langkah pertama munculnya
gerakan nasionalisme bangsa Mesir yang memperjuangkan kemerdekaan dari
Kekhalifahan Usmani.
Pada tahun 1830 pasukan Mesir menguasai Syria yang membuat kemarahan
Kekhalifahan Usmani. Pasukan Usmani menyerbu Syria untuk mengusir pasukan Mesir.
Namun usaha ini mengalami kegagalan dan mengundang campur tangan negara-negara
Eropa seperti Inggris, Perancis, dan Rusia. Perang kemerdekaan Mesir dari Usmani terjadi
pada tahun 1839. Perang ini diakhiri dengan Perjanjian Aleksanderia pada tahun 1840.
Setelah Perjanjian Alesanderi, pemerintahan Mesir berada di bawah pengaruh
Inggris. Rakyat Mesir menentangnya. Pada tahun 1881 Arabi Pasha memimpin
pemberontakan terhadap pemerintahan Mesir yang dikendalikan Inggris. Pembrontakan
ditumpas dan Arabi Pasha ditangkap dan dihukum mati. Kaum nasionalis Mesir kemudian
mendirikan Partai Wafd dan dipimpin Saad Zaghul Pasha.
Pemerintah Inggris menjanjikan kemerdekaan kepada para pejuang Mesir setelah
Perang Dunia I. Saat itu pemerintah Inggris terdesak oleh Jerman. Para pejuang Mesir
bersedia membantu hingga Inggris berhasil memenangkan Perang Dunia I. Namun Inggris
tidak menepati janji untuk memberikan kemerdekaan kepada bangsa Mesir. Bahkan
99
pemimpin Partau Wafd ditangkap dan diasingkan ke Malta. Pada tahun 1922 Inggris
mengubah sikapnya dengan menerbitkan Unitaeral Declaration pada 28 Februari 1922
yang berisi pemerintah Inggris mengakui kemerdekaan Mesir.
Namun negara Mesir berada di bawah kendali Inggris. Bahkan kekuasaan Inggris
di Mesir semakin kuat setelah Unilateral Declaration. Inilah yang membuat kemarahan
kaun Nasionalis Mesir karena tidak memperoleh kemerdekaan penuh sebagaimana
dijanjikan Inggris sebelum Perang Dunia I. Sikap Inggris yang mengingkari janji
memperluas dan memperkuat kebencian rakyat Mesir. Pada 18 Juni 1953 Mesir berhasil
mengusir Inggris dari Mesir dan membentuk negara Repubik.
IV. PERANG DUNIA DAN PENGARUHNYA
Perang Dunia merupakan sebuah perang besar yang bersifat global karena melibatkan
banyak negara. Hingga kini dikenal dua kali perang dunia, yaitu Perang Dunia I yang
berlangsung dari tahun 1914 hingga tahun 1918, dan Perang Dunia II antara tahun 1939
hingga tahun 1945.
Kekuatan dunia terbagi dua dalam Perang Dunia I, yaitu Aliansi Sekutu (Inggris,
Perancis, dan Rusia) dan Aliansi Sentral (Jerman, Autria-Hongaria, dan Italia). Perang ini
dimenangkan Aliansi Sekutu dan mengakibatkan kehancuran empat kekuatan besar:
Kekaisaran Jerman, Rusia, Austria-Hongaria, dan Turki Utsmaniyah akibat gerakan revolusi
yang dilancarkan rakyatnya.
Kaum revolusioner Jerman menghancurkan kekaisaran Jerman dan menggantinya
dengan negara Jerman yang dibangun berdasarkan Naziisme, kaum revolusioner Rusia
menghancurkan Kekaisaran Rusia dan menggantinya dengan negara Uni Soviet yang
berlandaskan komunisme-leninisme-stalinisme, dan kaum revolusioner Turki
menghancurkan Kekaisaraan Utsmaniyah dan menggantinya dengan negara Turki yang
berlandaskan nasionalisme.
Perang Dunia I
Pada abad ke-19 kekuatan-kekuatan besar di Eropa mempertahankan
keseimbangan kekuatan dengan membentuk jaringan aliansi politik dan militer. Pada tahun
1815 terbentuk Aliansi Suci antara Kekaisaran Prusia, Rusia, dan Austria. Aliansi ini
menguasai Eropa. Namun mengalami perpecahan setelah Kanselir Jerman Otto von
Bismarck pada tahun 1873 membentuk Liga Kekaisaran Besar yang terdiri dari Jerman,
Austria-Hongaria dan Rusia. Pembentukannya mengalami kegagalan karena Rusia
menolak. Kedudukan Rusia digantikan Italia pada tahun 1882. Dua tahun kemudian Rusia
bergabung dengan Perancis. Aliansi ini bertambah kuat setelah Inggris bergabung pada
tahun 1904.
Aliansi Rusia, Perancis, Inggris dikenal sebagai Aliansi Sekutu, sedangkan aliansi
Jerman, Austria-Hongaria, dan Italia sebagai Aliansi Sentral. Keduanya terlibat dalam
persaingan senjata dan pengaruh politik di Eropa maupun di luar Eropa. Persaingan
berubah menjadi perang terbuka yang dikenal sebagai Perang Dunia I.
Pemicu Perang Dunia I adalah pembunuhan Pangeran Franz Ferdinand dari
Kerajaan Austria-Hongaria pada 28 Juni 1914 oleh Gavrilo Princip, seorang anggota
Pemuda Serbia-Bosnia. Pembunuhan terjadi di kota Serajevo dan langsung memunculkan
ketegangan politik di Eropa yang melibatkan Austria-Hongaria, Jerman, Rusia, Perancis,
dan Inggris. Ketegangan politik ini dikenal pula sebagai Krisis Juli yang berlangsung
selama satu bulan.
Krisis Juli berubah menjadi perang besar setelah pasukan Austria-Hongaria
melancarkan serangan ke Serbia-Bosnia pada 28 Juli 1914. Serangan ini dapat
100
menghilangkan pengaruh Rusia di Balkan. Oleh karena itu Rusia mengerahkan
pasukannya untuk merebut kembali Serbia-Bosnia dari Austria-Hongaria. Sementara itu
pasukan Jerman memanfaatkan ketegangan di Eropa dengan melancarkan serangan ke
Perancis dan Rusia. Pada 4 Agustus 1914 Inggris menyatakan perang melawan Jerman
setelah pasukan Jerman menguasai Belgia.
Italia telah bersekutu dengan Kekaisaran Jerman dan Austria-Hongaria sejak 1882
sebagai bagian dari Aliansi Tiga. Akan tetapi, bangsa ini memiliki klaim tersendiri atas
teritori Austria di Trentino, Istria, dan Dalmatia. Di samping itu Italia memiliki perjanjian
rahasia dengan Perancis pada tahun 1902. Oleh karena itu Italia menolak mengirimkan
pasukannya membantu Austria-Hongaria dengan alasan bahwa Aliansi Tiga bersifat
defensif dan Austria-Hongaria adalah agresor. Pemerintah Austria-Hongaria mulai
bernegosiasi untuk mengamankan kenetralan Italia dengan memberi imbalan koloni
Perancis di Tunisia. Pihak Sekutu memberi tawaran balasan bahwa Italia bisa memperoleh
Tirol Selatan, Padang Julian dan teritori pesisir Dalmatia setelah kekalahan Austria-
Hongaria. Tawaran ini diresmikan oleh Perjanjian London. Akhirnya Italia bergabung
dengan Perancis dan Inggris ke dalam Aliansi Sekutu, dan menyatakan perang melawan
Austria-Hongaria dan Jerman.
Perang juga melibatkan bangsa Eropa di Australia, Selandia Baru, Kanada dan
Amerika Serikat. Ketiganya bergabung ke dalam Aliansi Sekutu melawan Jerman dan
Austria-Hongaria. Keterlibatan Amerika Serikat dalam perang diumumkan Presiden
Wilson di hadapan Kongres pada 3 Februari 1917. Keputusan ini dilatarbelakangi
perjanjian rahasia antara Jerman dengan Meksiko. Pihak Jerman meminta Meksiko
bergabung ke dalam Aliansi Sentral. Sebagai imbalannya, Jerman memberikan bantuan
untuk membiayai perang Meksiko merebut Texas, New Mexico, dan Arizona dari
pemerintah Amerika Serikat.
Medan pertempuran meluas setelah Kekaisaran Ustmaniyah melibatkan diri
bergabung dengan Aliansi Sentral. Keterlibatannya dilatarbelakangi kepentingan
politiknya untuk merebut kembali bekas wilayahnya di Eropa Timur dari Kekaisaran
Rusia. Jerman dan Austria-Hongaria tidak keberatan dengan rencana Ustmaniyah itu
karena meringankan beban mereka menghadapi Rusia. Kekuatan pasukan Jerman saat itu
menghadapi dua front pertempuran sekaligus yaitu Front Barat menghadapi Inggris dan
Pernacis; dan Front Timur menghadapi Rusia. Dengan keterlibatan Ustmaniyah, pasukan
Jerman dapat memperkuat pertahanannya di Front Barat.
Aliansi rahasia Utsmaniyah-Jerman ditandatangani pada bulan Agustus 1914.
Aliansi ini mengancam teritori Kaukasus Rusia dan komunikasi Inggris dengan India
melalui Terusan Suez. Pasukan Utsmaniyah berhasil mengusir pasukan Inggris, Perancis,
Australia, dan Selandia Baru dari Gallipoli. Namun pasukan Utsmaniyah juga mengalami
kegagalan merebut Terusan Suez di Mesir dalam pertempuran tahun 1915 dan 1916.
Setelah melintasi Semenanjung Sinai, memukul mundur pasukan Utsmaniyah hingga Sinai
Mesir dan Palestina Utsmaniyah. Pada bulan Maret 1917 pasukan Inggris bergerak maju
menduduki Bagdad
Pasukan Ustmaniyah juga mengalami kekalahan melawan pasukan Rusia. Pada
bulan Desember 1914 pasukan Ustmaniyah melancarkan serangan ke Kaukakus pada
musim dingin. Sebagian besar pasukannya terbunuh akibat musim dingin hingga
kehilangan 86% pasukannnya. Dengan jumlah pasukan yang kecil maka pasukan
Utsmaniyah dapat dihancurkan dengan mudah oleh pasukan Rusia dalam Pertempuran
Sarikamish. Pasukan Ustmaniyah pun terusir dar wilayah Kaukakus.
Medan pertempuran juga meluas ke India. Pada mulanya pemerintah Inggris
khawatir perang dapat memicu pemberontakan, tetapi yang terjadi sebaliknya yakni
memperkuat loyalitas para pemimpin politik India dari Kongres Nasional India dan
101
kelompok-kelompok terhadap Inggris. Mereka mengerahkan dukungan rakyat India.
Penderitaan akibat perang serta penolakan pemerintah Inggris menyerahkan kekuasaannya
kepada pemimpin India setelah perang berakhir memunculkan kekecewaan mendalam dan
mendorong gerakan kemerdekaan di di bawah kepemimpinan Mohandas Karamchand
Gandhi. Kekecewaan yang sama juga dialami pejuang kemerdekaan di Afrika yang berada
di bawah jajahan Inggris dan Perancis.
Para tokoh pergerakan nasional Indonesia mempunyai sikap yang berbeda dengan
pemimpin India dan Afrika. Mereka menolak untuk memberikan dukungan kepada
pemerintah kolonial Hindia Belanda untuk memperhatikan wilayah koloninya dari
serangan pendukung Aliansi Sentral. Penolakan mereka didasarkan pada kekecewaan
karena pemerintah kolonial tidak pernah melibatkan para tokoh Indonesia dalam
pemerintahan.
Meski medan pertempuran tidak meluas hingga ke wilayah kolonial Hindia
Belanda, tetapi mereka mengalami dampak langsung yakni terputusnya hubungan dengan
pemerintah pusat di Belanda. Di tengah suasana Perang Dunia I, pemerintah Belanda
mengangkat van Limburg Stirum sebagai Gubernur Jenderal periode 1916-1921. Ia
menyetujui pembentukan Volksraad (Dewan Rakyat) agar memperoleh dukungan dari para
tokoh Indonesia. Kekuasaan Volksraad sangat terbatas dan hanya difungsikan sebagai
dewan penasehat dalam bidang keuangan. Pemerintah Kolonial tidak memberikan
kekuasaan legislatif kepada legislatif sehingga dewan tidak dapat membuat undang-undang
dan mengawasi pemerintah.
Kekuasaan Volksraad mengalami perubahan setelah pemberlakuan Undang-
Undang Tata Pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1922 yang memberikan
kewenangan mengajukan petisi, mengubah undang-undang dan menetapkan undang-
undang kepada volksraad.
Perang Dunia I dimenangkan Aliansi Sekutu. Pada 8 Agustus 1918 pasukan Sekutu
melancarkan Serangan 100 Hari terhadap pertahanan pasukan Jerman di Front Barat.
Serangan ini melibatkan 414 tank tipe Mark IV dan Mark V dan 120.000 prajurit. Mereka
bergerak 12 kilometer (7.5 mil) ke dalam teritori dudukan Jerman dalam kurun tujuh jam
saja. Erich Ludendorff menyebut hari itu sebagai "Hari Kelam Angkatan Darat Jerman.”
Kehancuran pasukan Jerman berawal dari kekalahan mereka dalam Pertempuran
Amiens. Secara bersamaan pasukan Jerman menghadapi serangan dari berbagai arah:
Pasukan Inggris di sebelah kiri, pasukan Perancis di sebelah kanan, dan pasukan Australia
dan Kanada di bagian tengah. Pasukan Sekutu dipimpin pasukan gabungan Australia-
Kanada.
Perang berlanjut selama tujuh bulan selanjutnya dan berhenti setelah
penandatanganan Perjanjian Versailles pada 28 Juni 1919. Perjanjian ini melahirkan Liga
Bangsa-Bangsa (LBB). Dalam penandatanganan perjanjian, Jerman mengaku bertanggung
jawab atas perang ini dan setuju membayar perbaikan perang dalam jumlah besar dan
memberikan sejumlah wilayah kepada pihak pemenang. Akibat kehilangan wilayah, pihak
Jerman tidak mampu membayar hutangnya dengan ekspor. Mereka membayar dengan
meminjam dari Amerika Serikat hingga mengakibatkan lonjakan inflasi yang sangat
merugikan perkenomian Jerman. Perjanjian Versailles menimbulkan ketidakpuasan luar
biasa di Jerman. Ketidakpuasan ini dimanfaatkan gerakan nasionalis, terutama Naziisme.
Kehancuran juga dialami Austria-Hongaria yang terpecah-pecah menjadi beberapa
negara: Austria, Hongaria, Cekoslovakia, dan Yugoslavia. Transylvania dipindahkan dari
Hongaria ke Rumania Raya. Rinciannya tercantum dalam Perjanjian Saint-Germain dan
Perjanjian Trianon.
Sebagai hasil dari Perjanjian Trianon, 3,3 juta warga Hongaria berada di bawah
pemerintahan asing. Meski penduduk Hongaria membentuk 54% populasi Kerajaan
102
Hongaria pra-perang, hanya 32% teritorinya yang disisakan untuk Hongaria. Antara 1920
dan 1924, 354.000 warga Hongaria keluar dari bekas teritori Hongaria yang dikuasai
Rumania, Cekoslovakia, dan Yugoslavia.
Kekaisaran Rusia, yang telah menarik diri dari Perang Dunia I pada tahun 1917
setelah Revolusi Oktober, kehilangan sebagian besar wilayah baratnya dan negara-negara
merdeka Estonia, Finlandia, Latvia, Lithuania, dan Polandia berdiri di sana. Bessarabia
kembali bergabung dengan Rumania Raya karena sudah menjadi teritori Rumania selama
lebih dari seribu tahun.
Kesultanan Utsmaniyah pecah, dan sebagian besar teritori non-Anatolianya
diberikan ke berbagai negara Sekutu dalam bentuk protektorat. Turki sendiri disusun ulang
menjadi Republik Turki. Kesultanan Utsmaniyah dipecah-pecah oleh Perjanjian Sèvres
tahun 1920. Perjanjian ini tidak pernah diratifikasi oleh Sultan dan ditolak oleh gerakan
republikan Turki, sehingga memunculkan Perang Kemerdekaan Turki dan berakhir dengan
Perjanjian Lausanne tahun 1923.
Pada akhir musim semi 1918, tiga negara baru berdiri di Kaukasus Selatan, yaitu
Republik Demokratik Armenia, Republik Demokratik Azerbaijan, dan Republik
Demokratik Georgia. Ketiganya menyatakan merdeka dari Kekaisaran Rusia yang sudah
dihancurkan kaum revolusioner Bolsevik.
Perang Dunia I mengubah peta Eropa secara dramatis. Empat kekaisaran
menghilang: Jerman, Austria-Hongaria, Utsmaniyah, dan Rusia.; dan empat dinasti
mengalami kehancuran setelah perang: Hohenzollern, Habsburg, Romanov, dan
Utsmaniyah. Negara-negarapemenang perang juga mengalami kehancuran, seperti Belgia,
Serbia dan Perancis.
Di Australia dan Selandia Baru, Pertempuran Gallipoli semakin terkenal sebagai
"Baptisme Perjuangan" negara-negara tersebut. Inilah perang besar pertama yang
melibatkan negara-negara yang baru berdiri, serta untuk pertama kalinya tentara Australia
berperang sebagai penduduk Australia, bukan wakil Kerajaan Inggris Raya.
Setelah Pertempuran Vimy Ridge, tempat divisi Kanada berperang bersama untuk
pertama kalinya sebagai satu korps tunggal, warga Kanada mulai menyebut diri mereka
sebagia bangsa yang "ditempa dari api". Berhasil di medan tempur yang sama tempat
"negara induk" gagal sebelumnya, Kanada untuk pertama kalinya dihormati secara
internasional atas keberhasilan mereka sendiri. Kanada memasuki perang dengan status
Dominion Imperium Inggris dan tetap seperti itu, meski kelak bangkit dengan rasa
kemerdekaan yang lebih besar. Ketika Inggris menyatakan perang pada tahun 1914,
jajahan-jajahannya otomatis juga ikut perang; pada akhirnya, Kanada, Australia, Selandia
Baru, dan Afrika Selatan menjadi penandatangan Perjanjian Versailles yang terpisah dari
Inggris.
Perang Dunia II
Perang Dunia I membuat perubahan besar pada peta dunia. Negara baru banyak
bermunculan di Eropa. Negara-negara baru ini dibangun berdasarkan demokrasi dan
nasionalisme kebangsaan. Kekaisaran Jerman berganti dari sistme kekaisaran menjadi
republik parlementer pada tahun 1919. Kaisar beserta keluarganya tidak lagi memimpin
kekaisaran karena pemimpin dipilih berdasarkan demokrasi. Oleh karena itu di Jerman
bermunculan partai politik dengan ideologi yang berbeda-beda. Di antaranya adalah
Nationasozialistische Deutsche Arbeiterpartei (NDAP) atau Partai Pekerja Jerman
Nasional-Sosialis Partai Nazi yang berideologi nasional-sosialisme.
Di bawah kepemimpinan Adolf Hitler, partai ini berhasil memenangkan pemilihan
umum tahun 1933. Sejak itu ia menjadi pemimin utama Jerman dan menggantikan sistem
pemerintaha parlementer dengan kediktatoran satu partai yang didasarkan pada ideologi
Nazisme yang totalitarian dan otokratik.
103
Hitler membatalkan Perjanjian Versailles karena dinilainya sangat merugikan
kepentingan negara Jerman dan merendahkan bangsa Jerman. Ia bercita-cita
mengembalikan kejayaan Jerman sebelum Perang Dunia I dengan menguasai negara-
negara sekitarnya seperti Austria, Cekoslowakia, Polandia, Denmark, Norwegia, Belanda,
Belgia, Luksemburg, Perancis, Yunani, Yugoslavia, Afrika Utara, dan sebagian wilayah
Uni Soviet. Seluruh negara ini dikuasainya antara tahun 1938-1940.
Invasi Jerman ke negara-negara tetangganya itu menciptakan ketegangan politik di
Eropa yang berkembang menjadi Perang Dunia II. Pemicu perang adalah serangan
pasukan Jerman ke Polandia pada 1 September 1939. Negara-negara besar di Eropa seperti
Inggris, Perancis, Uni Soviet melakukan protes dan menyatakan perang melawan Jerman.
Seluruh negara anggota Liga Bangsa-Bangsa (LBB) mendukung protes yang dilakukan
Inggris, Perancis, dan Uni Soviet itu. Mereka membentuk aliansi Sekutu. Negara-negara di
luar Eropa seperti Australia, Selandia Baru, Kanada, dan Amerika Serikat juga tergabung
ke dalam Aliansi Sekutu.
Di antara negara besar di Eropa yang mendukung Jerman adalah hanya Italia yang
berperang melawan Perancis untuk memperoleh kembali wilayah koloninya di Afrika.
Berdasarkan kepentingan inilah Italia mendukung Jerman. Keduanya membentuk aliansi
Poros untuk menguasai atau menaklukkan sebagian besar benua Eropa. Pihak Jerman juga
menandatangani perjanjian damai dengan Uni Soviet sehingga keduanya dapat menguasai
negara-negara tetangganya.
Pada tahun 1941 Kekaisaran Jepang bergabung ke dalam Aliansi Poros.
Keterlibatan Jepang didasarkan pada cita-cita politiknya untuk membentuk wilayah
Persemakmuran Asia Timur Raya yang membentang dari Cina hingga Indonesia yang
pada saat itu menjadi wilayah koloni Belanda. Untuk mewujudkannya pasukan Jepang
menghancurkan pangkalan militer Amerika Serikat di Peral Harbour. Setelah itu
melancarkan serangan ke daratan Cina, Indocina, Semenanjung Korea, Malaysia,
Singapura, dan Indonesia. Wilayah yang dikuasai pasukan Jepang adalah wilayah koloni
Inggris, Perancis dan Belanda. Negara-negara persemakmuran Inggris seperti Australia
dan Selandia Baru juga merasa terancam dengan serangan pasukan Jepang. Oleh karena itu
mereka bergabung dengan membentuk komando pasukan gabungan Amerika Serikat,
Inggris, Perancis,Belanda, Australia, dan Selandia Baru.
Pada tahun 1942 pasukan Sekutu di Eropa berhasil menahan serangan pasukan
Poros di Eropa, Afrika, dan Asia. Tahun berikutnya mereka balik menyerang garis
pertahanan pasukan Poros. Pasukan Jerman mengalami serangkaian kekalahan di Eropa
Timur. Kekalahan serupa juga dialami Jepang. Sementara Italia dikuasai pasukan Sekutu.
Pada tahun 1944 pasukan Sekutu mengusir Jerman dari Perancis dan Belanda serta
negara-negara Eropa Barat lainnya. Sementara pasukan Uni Soviet merebut kembali semua
wilayah Eropa Timur yang dikuasai Jerman beserta sekutunya. Pada tahun 1945 pasukan
Uni Soviet memasuki wilayah timur Jerman hingga merebut bagian timur kota Berlin.
Serangan ini menyebabkan Jerman menyerah tanpa sarat kepada Sekutu pada 8 Mei 1945.
Kota Berlin dibagi dua antara wilayah kekuasaan Uni Soviet dan wilayah negara-negara
Sekutu.
Pembagian kota Berlin menjadi Berin Barat dan Berlin Timur merupakan simbol
pembagian Jerman menjadi dua negara:
1. Deutsche Demokratische Republim (Republik Demokrasi Jerman) yang
beribukota di Berlin Timur dan dikenal sebagai Jerman Timur.
2. Bundes Republik Deutschland (Republik Federasi Jerman) yang beribukota di
Bonn dan dikenal sebagai Jerman Barat.
Sepanjang 1944 dan 1945, pasukan Amerika Serikat mengalahkan Jepang dalam
pertempuran laut di Pasifik. Mereka berhasil menduduki beberapa pulau di Pasifik Barat
104
yang dikuasai Jepang. Target berikutnya pasukan Amerika Serikat adalah memasuki
wilayah Jepang. Pulau saipan merupakan wilayah pertama yang dikuasai pasukan Amerika
Serikat. Perlawanan Jepang terhenti setelah pasukan Jepang menghnacurkan Hirosima dan
Nagasaki dengan bom atom pada awal Agsutus 1945. Kekaisaran Jepang akhirnya
menyerah tanapa sarat pada 15 Agustus 1945. Penyerahan Jepang mengakhiri Perang
Dunia II karena Italia dan Jerman sudah menyerah kalah kepada Sekutu.
Perang Dunia II menghancurkan perekonomian negara-negara Eropa. Mereka tidak
dapat membiayai wilayah koloninya yang tersebar di Afrika dan Asia. Di samping itu
pemimpin gerakan nasionalis di wilayah koloni menagih janji mereka untuk memberikan
kemerdekaan setelah perang berakhir. Para pemimpi gerakan nasionalis di wilayah koloni
melancarkan penentangannya terhadap pemerintahan kolonial di wilayahnya masing-
masing.
Kehancuran perekonomian negara kolonial dan perlawanan gerakan nasionalisme
menjadi dua faktor utama yang memaksa negara-negara Eropa melakukan kebijakan
dekolonisasi, yakni mengakhiri pemerintahan kolonialnya. Namun prosesya tidak
berlangsung damai, tetapi melalui perang kemerdekaan.
Kekalahan Jepang mempunyai pengaruh langsung terhadap perjuangan
kemerdekaan yang dilakukan bangsa Indonesia. Dua hari setelah Jepang meyerah tanpa
sarat kepada Sekutu, para tokoh gerakan kemerdekaan Indonesia memproklamasikan
kemerdekaan bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta. Keesokan
harinya mereka membentuk negara Republik Indonesia yang berdasarkan demokrasi dan
sistem pemerintahan parlementer.
Pasukan Sekutu yang dipimpin Inggris menolak kemerdekaan bangsa Indonesia.
Mereka datang ke Indonesia pada bulan September 1945 untuk melucuti pasukan Jepang
dan membebaskan tawanan perang. Penolakan Sekutu berakibat perang dengan pemerintah
Republik Indonesia. Medan pertempuran tersebar luas di Sumatera, Jawa, Kalimantan,
Sulawesi dan Maluku. Pada 10 Nopember 1945 pasukan Sekutu mengerahkan
kekuatannya untuk menguasai Surabaya. Serangan itu kemudian dikenal sebagai Hari
Pahlawan oleh bangsa Indonesia.
Untuk menyelesaikan tugas utamanya, pasukan Sekutu bekerjasama dengan
pemerintah Indonesia. Pada awal tahun 1946 pasukan Sekutu meninggal wilayah Indonesia
karena tugasnya sudah selesai yakni melucuti pasukan Jepang, memulangkannya ke
Jepang, serta membebaskan tawanan perang. Namun perang kemerdekaan bangsa
Indonesia berlanjut karena pasukan Sekutu menyerahkan wilayah kekuasaannya kepada
pemerintah Belanda. Perang besar antara Indonesia – Belanda terjadi pada tahun 1947 dan
1948. Beberapa kali dilakukan perundingan untuk mengakhiri perang: Linggarjati,
Renville, dan Konferensi Meja Bundar. Perang Indonesia – Belanda berakhir di meja
perundingan pada tahun 1949 yang dikenal sebagai Konferensi Meja Bundar. Sejak itu
Indonesia menjadi anggota Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) / United Nation (UN), sebuah
organisasi baru yang menghimpun seluruh negara di dunia. Organisasi ini menggantikan
Liga Bangsa0Bangsa (LBB).
Pendirian PBB berlangsung di San Fransisco pada 24 Oktober 1945, dihadiri 50
pemerintahan dan sejumlah organisasi non-pemerintah yang terlibat dalam penyusunan
Piagam PBB pada 26 Juni 1945. Amerika Serikat, Uni Soviet, Inggris, Perancis, dan
Republik Rakyat Cina (RRC) menjadi lima negara pendukung utama PBB. Mereka adalah
lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB.
Tujuan utama pembentukan PBB untuk mempertahankan perdamaian dunia dengan
menjadi penengah dalam menyelesaikan konflik kepentigan di antara negara-negara yang
bertikai. Markas besarnya di kota New York, Amerika Serikat. Bahasan resmi yang
105
digunakan di PBB meliputi: Bahasa Inggris, Perancis, Arab, Cina, Rusia, dan Spanyol.
Hingga sekarang anggotanya berjumlah 193 negara.
KESIMPULAN
Paham-paham baru seperti nasionalisme, liberalisme, sosialisme, dan demokrasi
sangat mempengaruhi kehidupan umat manusia. Dengan nasionalisme, bangsa-bangsa
Eropa, Asia dan Afrika mempunyai pandangan dan prinsip baru dalam mendirikan sebuah
negara.
Nasionalisme membangkitkan kesadaran bangsa-bangsa di Asia dan Afrika untuk
memperjuang kemerdekaannya. Pendukung dan penyebar gagasan nasionalisme adalah
kaum terpelajar. Di bawah pengaruh nasionalisme mereka menentang praktik penjajahan
yang dilakukan negara-negara Eropa.
Di samping nasionalisme, paham baru yang sangat mempengaruhi perjuangan
kemerdekaan adalah liberalisme, yakni kebebasan. Penjajah telah menghilangkan
kebebasan rakyat yang dijajahnya. Setelah merdeka, para tokoh kemerdekaan di negara-
negara Asia dan Afrika menerapkan liberalisme dalam sistem pemerintahannya. Di antara
mereka juga mempraktikan sosialisme yang menekankan peranan negara sebagai pihak
yang diberi kewenangan untuk menguasai seluruh kekayaan dan menggunakan untuk
kesejahteraan rakyatnya. Sosialisme menolak kebebasan mutlak yang terdapat dalam
liberalisme karena menciptakan ketidakadilan bagi yang lemah. Dalam sistem sosialisme,
pemerintah mempunyai kewajiban melindungi kepentingan rakyat yang lemah dari
penindasan warga negara lainnya yang lebih kuat. Demokrasi menjadi paham yang masih
sangat berpengaruh hingga saat ini. Tidak ada satu pun negara yang menolak prinsip dasar
demokrasi, yakni pemimpin negara harus dipilih oleh rakyat melalui suatu pemilihan yang
dilakukan secara periodic.
Perang Dunia I dan II mempengaruhi perjuangan kemerdekaan dan pendirian
negara-negara demokrasi. Beberapa kekaisaran paling berpengaruh seperti Jerman,
Austria, Italia, Rusia, dan Usmani mengalami kehancuran setelah Perang Dunia I berakhir
pada tahun 1918. Bekas-bekas wilayah kekuasaannya memerdekakan diri membentuk
negara demokrasi.
Kehancuran kekaisaran-kekaisaran besar yang berpengaruh yang diikuti pendirian
negara-negara baru mengubah peta dunia. Perubahan drastic kembali terjadi setelah Perang
Dunia II berakhir pada tahun 1945. Negara-negara baru bermunculan di Asia dan Afrika
yang sebelumnya merupakan wilayah jajahan negara-negara Eropa. Presiden Soekarno
pernah menghimpun kekuatan negara-negara baru ini dengan menyelenggarakan
Konferensi Asia-Afrika di Bandung pada tahun 1955.
106
PERANG DUNIA DAN PEMBENTUKAN
LEMBAGA-LEMBAGA INTERNASIONAL
Abdurrakhman, M.Hum
PERANG DUNIA I
PENDAHULUAN
Perang Dunia I atau Great War adalah perang global yang terpusat di Eropa dan
berlangsung sejak tanggal 28 Juli 1914 hingga 11 November 1918. Perang ini berawal dari
semenanjung Balkan dan melibatkan semua kekuatan besar dunia yang terbagi menjadi
dua aliansi yang saling bertentangan. Lebih dari 70 juta tentara, termasuk 6 juta orang
Eropa di mobilisasi dalam salah satu perang terbesar dalam sejarah.Lebih dari 9 juta jiwa
prajurit gugur dampak dari perang. Perang Dunia I merupakan salah satu konflik yang
menakutkan dan mematikan dala sejarah dunia. Hal ini menjadi pembuka jalan untuk
menjadi perubahan politik di beberapa negara yang terlibat.
Situasi Dunia Menjelang Perang Dunia I
Tahun pembuka abad ke-20 diawali dengan semakin memanasnya persaingan antar
negara-negara besar di dunia. Di Eropa, Inggris, negara yang memiliki wilayah jajahan
paling luas, terguncang karena hampir kalah dalam peperangan melawan kaum Boer di
Afrika Selatan, dan Perancis, kondisinya semakin lemah akibat skandal internal—
menghadapi kekuatan ekonomi dan militer Jerman yang baru bersatu. Dihadapkan dengan
kondisi tersebut Inggris dan Perancis melupakan permusuhan lama mereka dan mulai
bekerja sama menghimpun kekuatan untuk menghadapi kekuatan Jerman. Pada 1904
kedua negara menandatangani persetujuan persahabatan, Entente Cordiale, yang mengatur
107
penyelesaikan pertikaian kedua negara tersebut di luar negeri serta menjamin kedaulatan
masing-masing.
Ketika kekuatan Jerman terus meningkat, pada tahun 1900an Jerman bangkit sebagai
negara industri. Perkembangan industri ini seiring dan sejaralan dengan pembangunan
militerisme dan angkatan perangnya. Otto Von Bismarck (1815-1898), arsitek dibelakang
kemajuan Industri Jerman dan telah membangun hubungan baik dengan berbagai negara
Eropa, namun pada tahun 1890 diturunkan oleh Kaisar Jerman, Wilhelm II, kebijakan ini
membangun hubungan baik pun tidak dilanjutkan lagi. Kaisar Wilhelm ingin menjadikan
Jemran sebagai salah satu negara yang paling kuat di dunia. Ia memerintahkan Laksamana
Tirpitz untuk menjadikan angkatan laut Jerman sebanding dengan angkatan laut Inggris.
Pada 1906, Tripitz berhasil membangun kapal perang yang dapat menandingi kapal perang
Inggris. Hal ini menimbulkan ketegangan di wilayah Eropa sekaligus mengubah peta
kekuasaan di Eropa. Rusia, perancis dan Inggris membentuka aliansi. aliansi-aliansi baru
mulai terbentuk, sedangkan negara lainnya semakin memperkuat ketahanan nasional.
Di negara-negara Balkan yang baru saja melepaskan diri dari pengaruh kesultanan Turki
Utsmani mulai bercerai berai, dan para adidaya pun saling berpihak. Pada 1912 Bulgaria
dan Serbia sama-sama mengklaim makedonia, sebuah daerah bagian dari kesultanan Turki
Utsmani yang didiami orang Bulgaria, Serbia, Makedonia dan Yunani. Yunani dan
Montenegro bersekutu dengan Bulgaria dan Serbia untuk membentuk Liga Balkan.
Mereka menyerang dan mengalahkan Turki Utsmani, dan menjadikan daerah kekuasaan
Turki Utsmani di Eropa banyak berkurang. Perdamaian diantara keempat negara tersebut
awalnya bisa diwujudkan, namun keempat anggota liga tersebut kembali bersengketa dan
perang pun meletus pada tahun 1913. Serbia mengharap mendapatkan Albania, namun
Austria-Hongaria – yang khawatir akan meningkatnya kekuatan Serbia—menjadikan
Albania sebagai negara Merdeka. Kemarahan Serbia terhadap Austria pun semakin
memuncak. Benua Eropa terbagi menjadi dua kekuatan.
Di luar benua Eropa, di Asia, Kekaisaran Cina yang sebelumnya sebagai kekuatan besar
Asia akhirnya runtuh pada 1911. Hal ini dipicu oleh kemarahan dan protes rakyat Cina
terhadap para saudagar Eropa yang membawa keuntungan besar dari wilayah Cina selama
puluhan tahun. Kondisi ini memunculkan pemberontakan Boxer yang dilakukan oleh
rakyat Cina. Pemberontakan ini berawal ketika kaum muda Cina membentuk Perkumpulan
Tinju Harmoni (asal mula penamaan pemberontakan Boxer-petinju) yang bertujuan
mengusir orang-orang asing, terutama orang Eropa dari wilayah Cina. Gerakan ini
mendapat dukungan yang besar dari rakyat Cina. Aksi gerakan ini berawal pada tahun
1900, ketika para pemberontak membakar berbagai kantor misi dagang asing di Cina dan
menduduki kantor kedutaan negara-negara Eropa. Pemberontakan ini semakin memuncak
dengan terbunuhnya Duta besar Jerman untuk Cina pada bulan Juni. Kondisi ini membuat
negara-negara Eropa mengirimkan pasukannya ke Cina untuk membebaskan kedutaan-
kedutaan yang diduduki oleh pemberontak. Pasukan ini negara-negara asing ini tiba pada
bulan Agustus dan bergerak membebaskan kedutaan-kedutaan yang diduduki. Ibu Suri
Cixi yang mendukung pemberontakan Bokser melarikan diri ke Xian. Namun karena
pemberontak semakin terdesak akhirnya Ibu Suri menerima tuntutan dari beberapa negara
Eropa, Amerika dan Jepang untuk mengakhiri pemberontakan.
Di sisi lain wilayah Asia, Jepang muncul sebagai kekuatan yang baru di wilayah ini
dengan menjadi negara Asia pertama yang pada jaman modern, berhasil mengalahkan
kekuatan Eropa, ketika pasukan Jepang berhasil menenggelamkan kapal Rusia pada 1905.
Hal ini berawal dari konfrontasi kedua negara tersebut pada tahun 1900 terkait dengan
108
konflik kepentingan kedua negara di Manchuria dan Korea, propinsi Cina di wilayah
Timur Laut Cina yang dikuasai Rusia sejak 1898. Setelah perundingan gagal tercapai,
Jepang menyerang Armada Timur Rusia di Port Arthur, pangkalan Angkatan Laut di
Propinsi Liaotung yang disewakan Cina kepada Rusia. Pihak Rusia akhirnya dikalahkan
Jepang di laut dan di darat. Pada tahun 1905, Armada Laut Baltik Rusia, yang dikirim
Tsar Nicholas II untuk memperkuat Armada Timurnya, mencapai Selat Tsushima yang
terletak antara Korea dan Jepang, Jepang berhasil menghancurkan hampir seluruh
Armada, sekaligus mengakhiri perang. Perdamaian pun kemudian disepakati pada tahun
1905 dengan Presiden Amerika Serikat, Roosevelt, sebagai penengah.
Di Belahan lain, Perbatasan Eropa Asia, Kesultanan Turki Utsmani kekuatan semakin
turun hingga akhirnya kehilangan hampir seluruh wilayah Eropa yang pernah mereka
kuasai.
Di Benua lain, Amerika, Amerika Serikat muncul sebagai negara yang pertumbuhan
industri dan ekonominya maju. Meskipun Amerika Serikat bersimpati kepad Perancis dan
Inggris, Amerika Serikat tidak ikut serta dalam Perang Dunia I, hingga serangan kapal
selam Jerman yang memprovokasi Amerika Serikat pada tahun 1917.
Di sisi lain perkembangan teknologi dunia semakin berkembang, pada 1903 pesawat
terbang pertama di dunia tercipta ketika Wright bersaudara dari Amerika Serikat berhasil
menerbangkan pesawat ciptaannya di atas bukit pasir di North Carolina Amerika Serikat.
Dampak nyata dari perkembangan teknologi ini semakin terasa ketka kekuatan-kekutan
Eropa berperang pada 1914. Untuk pertama kalinya dalam sejarah umat manusia, sebuah
perang mengguakan berbagai teknologi tercanggih dan akhirnya memaksa hampir seluruh
populasi terlibat dalam peperangan. Pesawat udara, tank militer, kapal selam dan senjata
kimia digunakan untuk melawan prajurit-prajurit dan rakyat sipil serta melibatkan seluruh
benua di dunia.
Afrika
Di Afrika perlawanan penduduknya terhadap pendudukan Eropa terus dilakukan. Pada
tahun-tahuan pertama abad ke-20 pemberontakan kaum Maji-Maji dan Herero serta
pergolakan di Afrika Selatan, memperjelas kebencian bangsa Afrika terhadap pendudukan
bangsa Eropa.``
Perang Dunia I tidak terjadi dengan begitu saja, karena suatu peristiwa pasti ada sebabnya.
Begitu juga dengan Perang Dunia I ini. Latar belakang perang dunia ini dapat dibedakan
menjadi sebab umum dan sebab khusus. Sekumpulan kondisi yang dapat memicu
terjadinya perang dunia tersebut. Sedangkan sebab khusus adalah suatu peristiwa yang
menjadi titk awal terjadinya perang dunia tersebut.
Faktor Penyebab Perang Dunia I
Sebuah peristiwa sejarah tidak akan pernah terjadi begitu saja, pasti ada faktor yang
menyebabkan suatu peristiwa terjadi. Hal ini pun terjadi pada peristiwa Perang Dunia I.
Faktor penyebab terjadinya Perang Dunia I dapat dibedakan atas penyebab khusus dan
penyebab khusus. Faktor penyebab umum adalah suatu kondisi yang memicu terjadinya
sebuah peristiwa sedangkan faktor penyebab khusus adalah sesuatu yang menjadi titik
awal terjadinya sebuah peristiwa.
Sebab Umum
109
Kemajuan Industri
Negara-negara Eropa, seperti Inggris, Jerman , Italia, Perancis dan Belgia
mengalami kemajuan industri yang sangat pesat. Kemajuan industri menimbulkan
masalah baru dalam kehidupan masyarakat, baik dalam bidang sosial, ekonomi
politik dan budaya. Kemajuan di bidang industri mengakibatkan terjadinya
persaingan ekonomi diantara negara-negara tersebut untuk mendapatkan bahan
baku dan daerah pemasaran. Masing-masing negara negara berusaha memajukan
industri dalam negerinya sehingga muncul persaingan antar negara-negara tersebut.
Politik Kolonialisme dan Imperialisme
Kemajuan industri mengakibatkan munculnya politik imperialisme dan
kolonialisme. Masing-masing negara berusaha untuk memperoleh wilayah jajahan
yang luas. Perluasan wilayah dilakukan negara-negara Eropa tersebut untuk
memenuhi kebutuhan industrinya sebagai tempat pengambilan bahan mentah/
bahan baku, tempat pasar hasil produksi industri, dan tempat menanam modal.
Perluasan wilayah tersebut seperti dilakukan Inggris dengan menduduki Malaysia,
Singapura, India, Afrika Selatan, dan Mesir. Kemudin Perancis berhasil
menduduki Kamboja, Laos, Maroko, dan Tunisia. Serta Jerman berhasil
menduduki Afrika Barat Daya, sedangkan Italia berhasil menduduki Afrika Utara.
Usaha memperluas daerah jajahan ini sering kali memunculkan persengketaan
diantara negara-negara itu. Oleh karena itu, persaingan yang pada awalnya hanya di
bidang ekonomi berkembang menjadi persaingan politik. Misalnya Italia dan
Perancis sama-sama ingin menguasai daerah Afrika Utara. Jerman dan Perancis
memperebutkan wilayah Ruhr. Austria dan Rusia memperebutkan wilayah Balkan.
Jerman dan Inggris memperebutkan wilayah Timur Tengah. Persaingan politik
tersebut memunculkan peperangan diantara negara-negara Eropa yang saling
bersaing tersebut. Misalnya peperangan antara Jerman dan Perancis, Jerman dan
Inggris, Inggris dan Perancis, Rusia dan Austria yang terjadi di Eropa serta
Jerman, Inggris, Perancis dan Italia yang bersaing di Afrika memperebutkan
wilayah jajahan mereka.
Politik Mencari Kawan/ Persekutuan Antarnegara
Keadaan sosial politik yang semakin tegang merupakan salah satu sebab yang
mendorong negara-negara yang berkonflik mencari kawan dalam menghadapi
lawan. Hal ini pula yang menyebabkan negara-negara tersebut memunculnya
persekutuan diantara mereka. Karena setiap negara khawatir akan terjadinya perang
secara tiba-tiba. Keadaan ini menyebabkan Eropa menjadi dua persekutuan atau
blok, yaitu Triple Aliansi yang terbentuk pada 1882, antara Jerman, Austria dan
Italia, Yaitu suatu persekutuan militer yang dilakukan tiga negara yersebut.
Akibatnya timbul reaksi dari Inggris dan Perancis dengan membentuk Entente
Cordiale pada 1904 dan pada 1907 menjadi Triple Entente, setelah Rusia menjadi
anggota baru.
Perlombaan Senjata
Pada mulanya memang tidak ada perang, namun suasana tetap tegang dan panas.
Negara-negara Eropa yang menjadi dua blok, saling mencurigai dan khawatir
110
kalau-kalau tiba-tiba perang besar, sedangkan persiapan perang sendiri belum
selesai. Maka masing-masing negara meningkatkan persenjataan dan tidak mau
mengalah dengan negara lain. Persaingan diantara negara-negara persekutuan
militer tadi saling mengancam stabilitas negara-negara lainnya. Akibatnya, mereka
mengembangkan industri militernya untuk menghasilkan senjata-senjata perang.
Sebab Khusus Perang Dunia I
Peristiwa yang mengawali perang antar negara-negara Eropa pada 1914 adalah peristiwa
yang terjadi di daerah Balkan. Balkan merupakan wilayah yang strategis karena letaknya
menghubungkan wilayah Eropa dan wilayah Asia. Peristiwa di wilayah ini awali dengan
konflik antara Austria dan Serbia. Serbia menginginkan persatuan bangsa-bangsa Slavia
Selatan dalam suatu negara besar yang meliputi Slovenia, Kroasia, Bosnia, Herzegovina,
Montenegro, Macedonia, Serbia, dengan Serbia sebagai pemimpinnya.
Pada 1878 keinginan Serbia memperoleh jalan, ketika kongres di Berlin memutuskan
bahwa Serbia diberikan kemerdekaan penuh. Namun wilayah Bosnia dan Herzegovina
masih tetap diduduki oleh Austria. Konflik memperebutkan wilayah Balkan ini kemudian
menyulut pertentangan atau konflik antara Austria dan Serbia. Hal ini karena Austria
khawatir terhadap gerakan suku bangsa Slavia (Gerakan Pan-Slavianisme) yang terjadi di
wilayahnya, yaitu di wilayah Bosnia dan Herzegovina. Gerakan Pan-Slavianisme ini
didukung oleh Serbia yang merupakan musuh utama Austria. Untuk menyelesaikan
masalah ini, pada tanggal 28 Juni 1914, Pemerintah Austria mengutus putra mahkotanya,
Franz Ferdinand mendatangi wilayah Balkan untuk menenangkan rakyat Slavia di
Sarajevo, Bosnia. Ia mengunjungi langsung latihan perang di daerah Bosnia. Namun
latihan perang ini oleh Serbia dianggap sebagai tantangan oleh Serbia. Franz Ferdinand
beserta istrinya kemudian dibunuh oleh seorang nasionalis Yugoslavia dan anggota
kelompok pemberontak Serbia, Gavrillo Princip pada tanggal 28 Juni 1914. Ternyata
pembunuhan Ferdinand dan istrinya telah direncanakan sebelumnya di Elgrado (Serbia).
Dampak dari peristiwa tersebut, pada 23 Juli 1914, pemerintah Austria melalui Menteri
Luar Negeri Leopold von Berchtold mengirim ultimatum kepada Serbia yang isinya
Pemerintah Serbia harus menindas semua gerakan anti-Austria di Serbia dan
memecat pejabat-pejabat yang bersalah.
Para pejabat Austria diizinkan untuk membantu gerakan penindasan kaum
pemberontak dan menjatuhkan hukuman kepada mereka yang terlibat dalam
pembunuhan putra mahkota Austria.
Setelah menunggu jawaban ultimatum selama 1 Bulan dan memperoleh jawaban yang
kurang memuaskan, pemerintah Austria kemudian mengumumkan perang terhadap Serbia
pada tanggal 28 Juli 1914. Kemudian di ikuti Jerman yang mengumumkan perang kepada
Rusia pada tanggal 1 Agustus 1914. Kemudian memunculkan peristiwa penyerangan
Perancis terhadap Jerman pada 3 Agustus 1914. Hal ini diikuti Inggris dengan menyerang
Jerman pada 14 Agustus 1914. Perang kemudian berkecamuk di seluruh wilayah Eropa.
Pihak-pihak yang terlibat dalam Perang Dunia I adalah Blok Sentral atau disebut dengan
blok Jerman yang terdiri dari 4 negara anggota, yaitu Jerman, Turki, Bulgaria, Austria-
Honggaria. Sedangkan lawannya yaitu Blok Sekutu atau disebut blok Perancis. Blok
Perancis ini terdiri dari 23 negara anggota, antara lain Perancis, Inggris, Rusia, Serbia,
111
Belgia, Rumania, Yunani, Portugal, Jepang, Italia, Amerika Serikat dan lain-lain. Italia
masuk ke Blok Perancis pada tahun 1915 setelah mengumumkan perang terhadap Austria,
karena menginginkan daerah Tirol Selatan, Istria dan Delmatia milik Austria. Amerika
Serikat ikut Blok Perancis pada tahun 1917, karena Jerman menenggelamkan kapal
Lusitania yang membawa penumpang warga negara Amerika Serikat.
Perang Dunia I yang melanda wilayah Eropa terbagi dalam beberapa front atau wilayah
peperangan yaitu
Front Barat
Jerman di bawah pimpinan Ludendorf berhasil dengan cepat menguasai hampir seluruh
Belgia dan mendesak pasukan Inggris di Mons pada 23 Agustus, kemudian menyeberang
ke Perancis barat laut. Namun pada 5 September pihak Sekutu, dibawah pimpinan
Jenderal Joffre, menyerang balik di tepi Sungai Marne, utara Paris. Serangan ini
memaksa Jerman mundur ke Sungai Aisne. Jerman tidak pernah sepenuhnya pulih kembali
karena adanya blokade dari Blok Sekutu, sehingga kehidupan di wilayah Jerman agak
sulit. Kondisi ini menimbulkan pemberontakan di dalam negeri Jerman yang dilakukan
oleh kelompok separatis yang ingin menggulingkan pemerintahan Jerman. Pada akhir
tahun, kedua pihak telah menggali parit sepanjang 650 km dari wilayah Nieuport di pesisir
Belgia hingga perbatasan Swiss. Parit-parit panjang digali sebagai tempat persembunyian.
Pihak yang perang tidak terleyak berjauhan, dan mereka pun tidak pernah maju lebihd ari
beberapa kilometer saja. Kehidupan prajurit dalam parit sangatlah sulit dan sering
kekurangan pangan, diserang gas beracun, kedinginan, lembab serta prajurit yang tewas
pun masih disimpan dalam parit karena sulit dipindahkan dengan cepat. Prajurit akan
menemui ajalnya ketika diperintahkan untuk pergi ke atas untuk menyerang musuh. Area
pertempuran ini dikenal sebagai garis depan sebelah barat.
Front Timur
Ketika pasukan Jerman menyerang Perancis, Rusia melancarkan serangan terhadap
propinsi Jerman, Prusia Timur, namun berhasil dikalahkan di Tannenberg. Rusia tidak
pernah lagi menginvasi Jerman meskipun mereka berhasil menduduki untuk sementara
Propinsi Galicia di Austria. Kekalahan dahsyat yang dialami Rusia mendorong pecahnya
Revolusi Rusia 1917. Pemerintahan Bolshevik yang baru segera meminta perdamaian yang
disepakati di Brest-Litowsk.
Front Balkan
Pada awalnya Jerman di bawah Von Mackensen memperoleh kemenangan, sedangkan
Rumania dan Serbia menyerah terlebih dahulu kepada Jerman. Inggris menyerbu
Dardanela, tetapi dalam pertempuran di Gallipolli Inggris berhasil dikalahkan Turki.
Inggris mundur dari Turki ke Yunani. Inggris menyerang Bulgaria dan menyerah pada
tahun 1918. Kemudian Turki diserang oleh Inggris dari daerah Arabia, Palestina dan Irak,
Turki menyerah tahun 1918.
Front Laut
Perang ini terjadi di Jutland, antara Inggris dengan Jerman. Namun dalam front ini tidak
ada yang menang, sehingga Inggris mengadakan blokade terhadap Jerman yang
mengakibatkan terjadinya perang kapal selam. Jerman menyatakan perang kapal selam tak
terbatas. Jerman menciptakan kapal selam U-boat yang bisa menembakan torpedo. Sasaran
kapal ini adalah kapal dagang Inggris yang membawa makanan dan perbekalan
112
menyeberangi Atlantik dari Amerika Utara. Semua kapal yang dianggap Jerman sebagai
musuh akan ditembaki, termasuk salah satunya adalah kapal dagang Amerika Serikat yang
ditenggelamkan pada tahun 1917. Hal ini menyebabkan Amerika Serikat menyatakan
perang terhadap Jerman pada tahun1917. Amerika Serikat memberikan bantuan material
dan finansial ke Eropa yang menyebabkan Jerman semakin terdesak dan akhirnya kalah.
Akhir Perang
Blokade-blokade yang dilakukan Blok Sekutu yang sangat ketat terhadap Jerman,
ditambah kekalahan Jerman di front Barat, menyebabkan kehidupan rakyat Jerman
semakin susah. Kondisi Jerman seperti ini menimbulkan gerakan kaum separtacis
(komunis) yang hendak menggulingkan pemerintahan Jerman. Sehingga Jerman
menghadapi dua serangan sekaligus, yaitu pihak Sekutu dan pemberontakan kaum
separtacis (komunis). Hal inilah menyebabkan Jerman menyerah kalah pada tahun 1918.
Hitler menamakan gerakan separtacis ini sebagai tusukan pisau dari belakang punggung
Jerman, yang menyebabkan Kaisar Jerman Wilhelm II turun tahta dan pemerintah
dipegang oleh Ebert. Jerman kemudian menjadi republik dan menyerah kepada Sekutu.
Sementara itu di Austria timbul pemberontakan yang dilakukan kaum komunis dan kaum
Slavia, yang mengakibatkan Kaisar Karl terpaksa turun tahta pada tahun 1918 sehingga
Austria-Honggaria menjadi rebuplik.
Setelah Perang Dunia I usai, negara-negara yang menang perang melakukan perundingan
perdamaian dengan negara yang kalah perang. Diantaranya
1. Perjanjian Versaillesi (28 Juni 1919) antara Jerman dengan negara-negara Sekutu.
Isi perjanjian tersebut antara lain
a. Jerman menyerahkan wilayah Alsace-Lorraine kepada Perancis dan wilayah
Eupen Malmedy kepada Belgia.
b. Danzig dan sekitarnya menjadi wilayah merdeka dibawah Liga Bangsa-
Bangsa
c. Jerman kehilangan semua tanah jajahannya yang diambil oleh Inggris,
Perancis dan Jepang.
d. Jerman harus membayar ganti rugi perang sebanyak 132 Milyar Mark Emas
e. Angkatan Perang Jerman di perkecil.
f. Kapal perang dan kapal dagang Jerman diambil alih Inggris.
g. Daerah Jerman di sebelah barat Sungai Rijn diduduki sekutu selama 15
tahun.
h. Daerah Saar di perintah oleh Liga Bangsa-Bangsa selama 15 tahun.
Tokoh yang berperan dalam menjalankan Perjanjian Versailles adalah Woodrow
Wilson ( Amerika Serikat), Clemenceau (Perancis), Lloyd Goerge (Inggris) dan
Orlando (Italia). Empat tokoh ini dikenal sebagai “the Big Four”.
2. Perjanjian St Germain (10 November 1919)adalah perjanjian antara Sekutu dengan
Austria, yang isinya antara lain
a. Tidak diperkenankan adanya gabungan Jerman dan Austria.
b. Austria harus menyerahkan Tirol Selatan, Istria kepada Italia serta wilayah
Bohemia dan Morovia kepada Cekoslowakia.
113
3. Perjanjian Neuilly (27 Nopember 1919) adalah perjanjian antara Sekutu dengan
Bulgaria yang isinya Bulgaria harus menyerahkan daerah pantai Aegia kepada
Yunani.
4. Perjanjian Trianon (4 Juni 1920) adalah perjanjian antara Sekutu dengan Hongaria
yang berisi antara lain
a. Daerah Hongaria diperkecil
b. Keluarga Hapsburg tidak boleh menjadi raja di Hongaria
5. Perjanjian Sevres (20 Agustus 1920) adalah perjanjian antara Sekutu dengan Turki
Utsmani yang berisi antara lain
a. Daerah Turki diperkecil dan tinggal Konstantinopel dan sekitarnya
b. Daerah yang penduduknya bukan orang Turki harus dilepaskan
c. Smyrna dan Thracia diduduki Yunani
d. Dardanela. Laut Marmora, Selat Bosporus harus dibuka untuk kapal-kapal
dari semua bangsa.
e. Armenia diberi status merdeka
f. Kurdi merdeka.
Perjanjian Sevres ini bagi orang Turki dianggap sebuah penghinaan, maka timbullah
pemberontakan kaum nasionalis Turki dibawah pimpinan Mustafa Kemal Pasha. Turki
dijadikan republik dan Kemal Pasha dijadikan Presiden Turki. Kemal tidak mengakui
perjanjian Serves, sehingga Sekutu menyerang Turki, namun Turki dapat mempertahankan
diri. Kemudian Turki dapat memukul mundur Yunani di Smyrna (kota dekat Ankara) dan
kemudian diadakan perjanjian Lausanne pada 24 Juli 1923 antara Sekutu dan Turki.
Perjanjian ini menggantikan perjanjian Serves. Isi perjanjian ini antara lain
a. Thracia Timur kembali kepada Turki
b. Turki melepaskan daerah yang penduduknya bukan bangsa Turki. Misalnya
Arabia merdeka, Lybia ke Italia, Mesir, Irak, Palestina dan Cyprus ke Inggris, Syria
dan Libanon ke Perancis.
c. Semua hak ekstra teritorial dari bangsa asing dihapuskan
d. Turki tidak perlu membayar kerugian perang
e. Turki tidak perlu mengurangi angkatan perangnya
f. Turki harus melindungi kaum minoritasnya.
Dampak Perang
Perang Dunia I merupakan perang yang mengerahkan semua kemampuan dan kekuatan
yang dimiliki secara total oleh negara-negara terlibat di dalamnya, terutama negara-negara
di Benua Eropa. Negara-negara yang terlibat dalam Perang Dunia I, semuanya sama-sama
menanggung resiko. Perang yang melibatkan melibatkan lebih dari 70 juta tentara dan
memakan korban lebih dari 10 juta orang meninggal dan sekitar 20 juta orang terluka
sebagai korban kedahsyatan Perang Dunia I. Selain itu, Perang Dunia I berpengaruh besar
terhadap kehidupan manusia dalam bidang sosial, ekonomi dan politik.
Bidang Politik
Adanya perubahan terotorial dan munculnya paham-paham baru. Perubahan
teritorial terjadi karena tenggelamnya empat negara besar, Jerman, Turki, Rusia
dan Austri dan munculnya negara-negara baru, seperti Polandia, Cekoslovakia,
114
Kroasia, Yugoslavia, Hongaria, Irak, Iran, Yordania, Mesir, Arab Saudi, dan Syria
(Suriah).
Paham-paham politik baru yang muncul akibat Perang Dunia I, adalah
diktatorisme karena demokrasi dianggap tidak mampu menyelesaikan kekacauan
politik maupun ekonomi. Diktatorisme yang muncul adalah Fasisme di Italia, Nazi
di Jerman, Nasionalisme di Turki, Militerisme di Jepang, dan Diktator Proletariat
di Rusia.
Bidang Sosial
Akibat yang ditimbulkan pasca Perang Dunia I di bidang sosial adalah kemiskinan
dan kesengsaraan. Disini negara-negara berusaha memenuhi kebutuhan
perlengkapan, sehingga mendorong produktivitas industri yang semakin besar.
Sehingga negara menyadari semakin dibutuhkannya buruh sebagai penyedia bahan
makanan dan alat-alat lainnya. Dengan kata lain posisi buruh mulai naik dari
semula sangat rendah menjadi dihargai karena perannya yang begitu penting.
Selain itu muncul juga gerakan emansipasi wanita, dimana selama perang
berlangsung wanita perannya sama dengan laki-laki yang banyak dibutuhkan
digaris depan.
Perang telah melahirkan kesengsaraan dan penderitaan, sehingga melahirkan
kerohanian tersendiri. Kesengsaraan yang ditimbulkan oleh peperangan
menumbuhkan keinginan untuk melenyapkan peperangan dan menciptakan
perdamaian yang kekal bagi umat manusia. Puncak dari akibat ini adalah
munculnua gerakan perdaiamain yang berkembang antara tahun 1920-1931 yang
disebut Liga Bangsa-Bangsa .
Bidang Ekonomi
Egoisme ekonomi mendominasi dalam usaha Selama Perang Dunia I berkecemuk,
menetapkan perjanjian perdamaian setelah perang, dimana negara yang menang
perang saling berebut dalam menuntut ganti rugi. Di Eropa negara-negara yang
terlibat perang mengalami kerugian, kerusakan dalam bidang ekonomi, industri,
pertanian, pertambangan dan lain-lain. Hal ini menyebabkan keadaan ekonomi
Eropa semakin suram sehingga timbul faham-faham politik ekonomi diantaranya
komunisme, fasisme, nasi dan etatisme.
Dampak dari kehancuran ekonomi ini dan nasionalisme yang dilakukan negara-
negara nasionalisme menyebabkan munculnya bea masuk yang tinggi sehingga
menghambat bahkan menghentikan perdagangan internasional. Hal tersebut
berakibat terjadinya over produksi di beberapa negara produsen seperti Amerika
Serikat, Brasil dan Kanada sehingga krisis ekonomi dahsyat melanda dunia yang
dikenal dengan sebutan Malaise pada 1929. Kehancuran juga melanda negara-
negara jajahan bangsa Barat di Asia, Afrika dan Amerika.
Sosok di Balik Perang Dunia I
Kaisar Wilhelm II
115
Kaisar Wilhelm II merupakan Kaisar terakhir Jerman. Ia lahir dengan nam Friedrich
Wilhelm Albert Victor von Hohenzollern di Berlin pada tahun 1859. Sepanjang hidupnya
Wilhem berjuang dan bertindak layaknya seorang kastria. Sewaktu muda Wilhelm dididik
secara otoriter dan ketat. Pada tahun 1888, Wilhelm naik tahta dan langsung menetang
Otto van Bismark, sang Kanselir yang bertanggung jawab atas penyatan Jerman. Ambisi
Wilhelm yang ingin memiliki kekuasaan absolut di Jerman, membuatnya menyingkirkan
Bismark. Selain itu Wilhelm juga mengucilkan Inggris dan Rusia, meskipun raja Inggris
dan Tsar Rusia masih sepupunya.
Pada tahun 1900 Wilhelm menyediakan dana untuk membangun angkatan laut Jerman,
agar bisa menyaingi angkatan laut Inggris. Ketika terjadi perang Boer pada tahun 1899-
1902, Wilhelm mendukung orang Boer melawan Inggris dan menggambarkan Raja
Edward VII sebagai setan. Tindakannya ini mengundang musuh dimana-mana. Jerman
kemudian dikelilingi oleh bangsa-bangsa yang memusuhinya sehingga membahayakan
Jerman sendiri. Selama Perang Dunia I Wilhelm bertindak sebagai Panglima Perang
Angkatan bersenjata Jerman. Ia ingin menaikkan kekuasaannya. Pada tahun 1916 ketika
kekalahan Jerman sudah di depan mata, pasukan bersenjata berbalik menentangnya. Ketika
terjadi revolusi di Berlin, ia dipaksa turun dari tahta. Ia ingin diasingkan ke Belanda,
namun Belanda mengekstradisinya ke Sekutu. Sekutu ingin mengadili Wilhelm karena dia
penyebab mulainya perang.
Paul Von Hindenburg
Tokoh ini bernama lengkap Paul Ludwig Hans Anton von Beneckendorff und von
Hindenburg. Ia merupakan Presiden Jerman pada masa Republik Weimar yang dilahirkan
di Posen (sekarang Poznan di Polandia). Setelah menamatkan pendidikan militernya, ia
terlibat dalam perang Koniggratz pada tahun 1866 dan perang perancis dan Ruis pada
1870-1871. Hindenberg kemudian naik menjadi Jenderal pada tahun 1903 dan berhenti
dari ketentaraan pada tahun 1911. Namun ketika Perang Dunia I berkecamuk, ia dipanggil
kembali oleh angkatan bersenjata Jerman. Ia dikirim ke front Timur dan memenangkan
pertempuran melawan Rusia di Tannenberg pada tahun 1914 dan danau Masaurian pada
tahun 1915. Hal ini membuatnya naik pangkat menjadi Panglima Tertinggi Jerman,
Pada tahun 1918, Hidenberg mengistirahatkan diri dari ketentaraan Jerman pada tahun
1918, namun meneruskan untuk mengambil kepentingan aktif dalam politik. Pada tahun
1925, Hindenberg menggantikan Friedrich Ebert sebagai Presiden Jerman, dengan
dukungan kelompok partai kanan. Kemudian terpilih kembali pada tahun 1932, namun
pada itu ia sudah tidak mampu menentang perkembangan Hitler lewat Nazinya. Dan pada
tahun 1933 Hindenberg mengangkat Hitler sebagai Kanselir Jerman .
Thomas Woodrow Wilson
Thomas Woodrow Wilson adalah Presiden Amerika Serikat yang ke-28, lahir di stauton,
Virginia, Amerika Serikat pada 28 Desember 1856. Woodrow merupakan penganut
Presbiterian, sehingga ia dikenal sebagai politisi yang religius. Setelah lulus dari perguruan
tinggi, woodrow belajar Ilmu Hukum dan kemudian mendapatkan gelar doktornya dalam .
bidang Ilmu Tatanegara dan Sejarah. Selama 15 tahun ia mengajar di beberapa universitas,
dianataranya Universitas Princeton dan ia menjabat sebagai Presiden di Universitas
tersebut selama delapan tahun.
Karir politik Woodrow Wilson diawali pada tahun 1910 ketika ia menjadi Gubernur New
Jersey. Dua tahun kemudian ia menjadi calon presiden dari Partai Demokrat. Ia
116
mengajukan program yang disebutnya sebagai “Kebebasan Bam”. Kebebasan tersebut
menekankan individualisme, persamaan kesempatan bagi semua orang, baik besar maupun
kecil serta tentang hak-hak negara bagian. Ia kemudian menjadi Presiden Amerika Serikat
selama dua periode 1913 hingga 1921. Selama masa jabatannya ia berhasil menetapkan
beberapa konstitusi penting melalui kongres, diantaranya undang-undang yang berkaitan
dengan pajak pendapatan federal yang bertingkat-tingkat, undang-undang anti monopoli
serta undang-undang larangan mempekerjakan anak.
Wilson berkeinginan kuat untk memelihara hubungan damai dengan negara-negara lain
tanpa menggunakan kekerasan atau pun ancaman. Oleh karena itu ketika terjadi Perang
Dunia I, ia berusaha agar Amerika Serikat tetap bersikap netral. Namun sikap netralnya
ini goyah tatkala Jerman mengumumkan perang kapal selam yang tidak terbatas dan empat
kapal Amerika Serikat telah ditenggelamkan. Atas tindakan Jerman tersebut, Woodrow
Wilson meminta kepada Kongres untuk mengumumkan perang terhadap Jerman.
Pada Januari 1918, Woodrow Wilson berbicara di depan Kongres untuk menjelaskan
tujuan-tujuan perang Amerika, yang disampaikannya dalam bentuk 14 pasal. Tekad
Woodrow Wilson untuk tidak berunding dengan siapapun kecuali perwakilan negara
demokratis, mempercepat jatuhnya pemerintahan Kaisar Jerman.
Usulan salah satu pasal dari 14 pasal berisi: mendirikan Liga Bangsa-Bangsa yang
menjamin kebebasan politik dan kesatuan wilayah semua negara besar maupun kecil.
Berkat usahanya menciptakan perdamaian dunia, Woodrow Wilson kemudian dianugerahi
hadiah nobel perdamaian pada 1919.
Usaha Woodrow Wilson untuk membawa Amerika Serikat masuk dalam Liga Bangsa-
Bangsa menemui kegagalan. Setelah mendapat serangan jantung pada 1919, ia tidak dapat
menjalankan tugas-tugas pemerintahannya. Ia berhenti dari jabatannya dalam kondisi fisik
yang lemah dan semangat yang hancur. Ia wafat pada 3 Februari 1924.
Terbentuknya Liga Bangsa-Bangsa
Usaha-usaha untuk menciptakan perdamaian selalu muncul setelah berakhirnya
sebuah konflik atau pun sebuah peperangan. Setiap manusia baru menyadari betapa
dahsyatnya dampak dari perang setelah mengalami kengrian dari perang yang terjadi dan
setiap mata menyaksikan betapa merugikannya perang yang telah terjadi. Beberapa upaya
perdamaian telah dilakukan oleh tokoh-tokoh dunia, salah satunya adalah pemikiran
Woodrow Wilson, Presiden Amerika Serikat dari 1913-1921. Sebelum Amerika Serikat
terlibat dalam kancah Perang Dunia I, Woodrow Wilson telah mengajukan usul untuk
mengakhiri perang dan menjamin adanya perdamaian. Usulan Woodrow Wilson ini
dikenal dengan nama Peace Without Victory. Isi dari usulan tersebut antara lain
a. Tidak diperbolehkan adanya perjanjian-perjanjian rahasia
b. Semua bangsa memiliki kedudukan yang sama
c. Melakukan pengurangan perlombaan senjata
Usulan Woodrow Wilson ini kemudian di deklarasikan dengan nama 14 Pasal Wilson
(Wilson’s Fourteen Point) pada 8 Januari 1918 dan menjadi tujuan Amerika Serikat untuk
sesegera mungkin menyelesaikan perang. Dari 14 pasal tersebut, isi terpentingnya adalah
a. Perjanjian rahasia tidak diperbolehkan
117
b. Pengurangan persenjatan
c. Bangsa-bangsa diberikan hak untk menentukan nasib sendiri
d. Pembentukan Liga Bangsa-Bangsa..
Dari empat belas pasal yang diusulkan yang dapat terlaksana hanya pembentukan Liga
Bangsa-Bangsa yang didirikan pada 20 Januari 1919.. Sedangkan lainnya meskipun ada
yang disetujui, namun tidak ada yang terlaksana. Liga Bangsa-Bangsa ini bertujuan antara
lain
a. Menjamin perdamaian dunia
b. Melenyapkan perang
c. Diplomasi terbuka
d. Mentaati hukum dan perjanjian internasional
Dalam pelaksanaanya, Liga Bangsa-Bangsa ini memiliki badan-badan untuk menjalankan
aktivitasnya. Diantara badan-badan tersebut antara lain
1. Sidang Umum, merupakan sidang dari semua anggota setahun sekali di Jenewa.
Tiap negara anggota memiliki tiga orang wakil dengan satu suara. Badan ini
bertugas
a. merundingkan permasalahan yang muncul dan memberi nasihat yang
tidak mengikat.
b. Membuat rencana keuangan untuk biaya kegiatan Liga Bangsa-Bangsa
c. Memilih hakim untuk mahkamah internasional
d. Menerima anggota baru
e. Menetapkan dan atau mengubah perjanjian internasional
2. Dewan Keamanan, memiliki 15 orang anggota yang terdiri dari wakil-wakil
tetap dari negara besar (5 orang) dan wakil-wakil tidak tetap dari negara-
negara kecil (10 orang) bergantian setiap 3 tahun. Adapun tugas dari dewan ini
adalah
a. Menyelesaikan perselesihan-perselisihan internasional
b. Menjaga negara-negara anggota terhadap serangan negara lain
c. Pengurangan senjata
d. Melindungi dan membela Liga Bangsa-Bangsa
3. Sekretaiat Tetap, sekretariat tetap berkedudukan di Jenewa Swiss. Badan ini
bertugas
a. Melayani kebutuhan Liga Bangsa-Bangsa
b. Mencatat perjanjian-perjanjian internasional
4. Organisasi-organisasi tambahan terdiri dari panitia-panitia mengenai urusan
ekonomi, keuangan, teknik, kesehtan, mandat, ilmu pengetahuan dan
perhubungan. Diantaranya adalah ILO (International Labour Organization)
dan Mahkamah Internasional (Internasional Court of Justice)
Dalam segala hal, sifat Liga Bangsa-Bangsa adalah sukarela (keputusannya tidak mengikat
anggotanya), kedaulatan suatu bangsa tidak boleh dilanggar atau dikurangi. Setiap anggota
secara sukarela mentaati atau tidak mentaati semua keputusan Liga Bangsa-Bangsa.
Sebagai contoh misalnya sangsi boikot terhadap suatu negara, setiap anggota dibebaskan
untuk menjalankan secara sukarela apakah mendukung atau tidak, sehingga sangsi yang
diberikan seperti tidak berguna. Disinilah salah satu kelemahan yang dimiliki oleh Liga
Bangsa-Bangsa. Karena jika negara yang diberi sangsi itu negara yang kuat, maka negara-
negara kecil umumnya tidak berani melaksanakan keputusan Liga Bangsa-Bangsa
118
tersebut. Namun Liga Bangsa-Bangsa tetap menjalankan sifat seperti ini, sehingga Liga
Bangsa-Bangsa gagal dalam menjalankan tugasnya mengawai perdamaian internasional.
Hasil-hasil perjanjian perdamaian Liga Bangsa-Bangsa antara lain
1. Protokol Jenewa (1924)
2. Perjanjian Locarno (1925)
3. Perjanjian Kellog-Briand (Perjanjian Perdamaian Paris, 1928)
Hasil-hasil Liga Bangsa-Bangsa
1. Soal kepulauan Aaland
2. Soal Wilna
3. Soal Mosul
4. Soal Manchuria
5. Soal Ethiopia
Akhir sebuah Liga Bangsa-Bangsa
Liga Bangsa-Bangsa dalam perjalanannya ternayat tidak mampu bertahan lama.
Munculnya Perang Dunia II menjadi bukti kegagalan Liga Bangsa-Bangsa. Faktor yang
menyebabkan hancurnya Liga Bangsa-Bangsa antara lain
1. Tidak adanya peraturan yang mengikat dan semuanya dilakukan secara
sukarela
2. Tidak mempunyai alat kekuasaan yang nyata dalam menindak setiap negara
yang melanggar
3. Terlalu lemah terhadap negara-negara besar
4. Adanya pergeseran tujuan dari masalah keamanan ke masalah politik.
Karena Liga Bangsa-Bangsa tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik, kemudian
fungsinya digantikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nation Organisation)
yang didirikan pada 24 Oktober 1945.
PERANG DUNIA II
Pendahuluan
Perang Dunia II merupakan konflik militer global yang melibatkan hampir seluruh negara
di dunia. Konflik ini terjadi pada 1 September 1939 hingga 14 Agustus 1945. Namun ada
juga yang berpendapat bahwa perang ini sudah lebih awal dimulainya, yaitu ketika Jepang
menduduki Manchuria pada 1 Maret 1937. Perang ini didalamnya melibatkan kekuatan-
kekuatan besar yan dibagi menjadi dua aliansi militer yang berlawanan. Pertama pihak
sekutu yang yang terdiri atas Perancis, Inggris, Polandia, Rusia dan Amerika Serikat.
Kedua, Poros yang terdiri dari Jerman, Italia dan Jepang. Perang Dunia II merupakan
perang terbesar dalam sepanjang sejarah yang melibatkan lebih dari 100 juta personil
militer dan kurang lebih 50 juta orang tewas dalam konflik ini. Konflik ini terjadi di tiga
benua, yaitu Asia, Afrika dan Eropa. Di Eropa, Adolf Hitler sebagai Kanselir Jerman
berusaha membangkitkan kembali kejayaan Jerman melalui fasisme, mengawali perang ini
dengan menyerang Polandia. Selanjutnya dengan bantuan Italia Jerman terus memperluas
wilayah pendudukannya.
119
Di Asia Pasifik, Jepang Secara mendadak menyerang pangkalan laut Amerika Serikat di
Pearl harbour pada 7 Desember 1941. Dampak dari tindakan Jepang ini adalah
menjadikan Asia sebagai medan pertempuran Perang Dunia II, sehingga Amerika Serikat
yang pada awalnya tidak ikut serta dalam perang mulai mengangkat senjata melawan blok
axis, bergabung bersama Inggris dan Perancis. Uni Soviet, tiba-tiba diserang oleh
sekutunya sendiri, Jerman, melalui operasi Barbarossa pada tahun 1941. Hal ini menjadi
awal rangkaian kekalahan Jerman. Dan Perang ini berakhir pada tanggal 14 Agustus ketika
Jepang menyerah kepada Sekutu dampak dari dijatuhkannya bom atom di Hiroshima dan
Nagasaki. Dan secara resmi berakhir ketika Jepang menandatangani dokumen Japanese
Instrument of Surender di atas kapal USS Missouri pada 2 September 1945.
Situasi Dunia Menjelang Perang Dunia II
Munculnya Negara-negara Fasis Pasca Perang Dunia I
Tahun-tahun setelah Perang Dunia I usai ditandai dengan kerinduan akan perdamaian,
sesuatu yang tidak bisa dijaga oleh Liga Bangsa-Bangsa. Beberapa negara mencoba-coba
sistem pemerintahan baru, seperti komunisme yang jalankan di Rusia (Uni Soviet),
nazisme yang dijalankan di Jerman, dan fasisme yang dijalankan di Italia dan Spanyol,
dimana para diktator memaksakan kekuasaanya pada semua aspek kehidupan,
membungkam kelompok oposisi dengan menggunakan polisi rahasia yang brutal, siksaan
dan kamp penjara. Diktator Jerman Adolf Hitler, pemimpin Partai Nazi Jerman, berupaya
untuk mendirikan kembali kekaisaran Jerman. Negara-negara kecil, seperti Cekoslovakia
dan Austria, terancam oleh ekspansi Jerman. Perancis dan Inggris hanya mengamati tanpa
ikut campur, karena kondisi ekonomi yang melanda mereka, namun akhirnya terlibat
perang untuk menghentikan agresi Jerman pada tahun 1939.
Italia yang berperang bersama Sekutu pada Perang Dunia I, merasa kecewa karena
memperoleh bagian yang sedikit dalam perjanjian damai. Pasca Perang Dunia I, di Italia
muncul konflik yang hampir berujung pada perang saudara. Sebuah gerakan baru, yang
dipimpin Benito Mussolini, fasisme, tumbuh di kota-kota. Kaum fasis merupakan
kumpulan pekerja yang menginginkan perubahan dan percaya pda kebanggaan nasional
dan kepatuhan kepada pemimpinnya. Untuk menarik kelas atas dan menengah golongan
ini menyerang kelompok komunisme. Pada tahun 1922, 50.000 fasis bergerak ke Roma,
dan Mussolini menjadi Perdana Menteri Italia. Pemerintahan fasis Mussolini dalam
menjalankan pemerintahannya dilakukan secara diktator sehingga rakyat tidak bisa
mengeluarkan pendapatnya secara bebas dan menjalankan politik luar negeri yang agresif.
Pada awalnya Mussolini bermusuhan dengan Hitler karena takut akan invasi Jerman ke
Austria, namun ketika akan menginvasi Ethiopia pada 1935, Mussolini meminta bantuan
Hitler. Pada tahun 1936 keduanya membuat pakta kerja sama poros Roma Berlin.
Pada masa Kekaisaran Hirohito, perindustrian Jepang semakin berkembang dan
kehidupan politik bertumpu dengan kuat pada pemerintahan parlementer. Akan tetapi,
kemunculan faktor-faktor baru pada masa itu dapat merusak dan menurunkan wibawa dan
pengaruh parati-partai politik, antara lain kehidupan perekonomian bangsa Jepang semakin
tidak menentu. Selain itu, kepercayaan rakyat terhadap partai politik semakin merosot
karena bebeapa skandal terbuka di muka umum. Keadaan ini dimanfaatkan oleh kaum
ekstrimis dan kaum militer sehingga memperburuk keadaan Jepang saat itu. Bahkan, partai
politik digabungkan dan rakyat dipaksa untuk berperang melawan Cina. Di Cina,
terutama di Manchuria, Jepang semakin menyebarkan pengaruhnya lewat perkembangan
120
industri yang berbiaya mahal. Pada tahun 1932 Jepang medirikan Republik Manchukuo.
Pada tahun 1937 Jepang dan Cina berperang hingga tahun 1945, hingga tentara Jepang di
Cina menyerah secara resmi.
Munculnya kelompok sebagai kekuatan baru di Jepang lemahnya kontrol parlemen
menjadi salah satu yang menyebabkan timbulnya Perang Asia Timur Raya (perang pasifik)
pada 1942. Aksi di Asia Pasifik, diawali dengan serangan Jepang secara mendadak
pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbour pada 7 Desember 1941
dibawah pimpinan Jenderal Isoroku Yamamoto. Tindakan Jepang ini menjadikan Asia
sebagai medan pertempuran Perang Dunia II. Amerika Serikat yang awalnya tidak ikut
perang secara langsung mulai mengangkat senjata melawan blok Axis bergabung bersama
Inggris dan Perancis. Salah satu faktor yang mendorong menjadi negara imperium adalah
kebutuhan akan bahan baku industri dan daerah pemasaran hasil-hasil industri; dan
keinginan Jepang menguasai dunia, sebagaimana yang dilakukan oleh negara-negara maju
lainnya. Tekad Jepang ini dipengaruhi oleh ajaran Shinto yang memandang dunia sebagai
satu keluarga (Hakko Ichi U). Ajaran ini mengartikan bahwa dunia baru disusun sebagai
satu keluarga, dengan Jepang sebagai pemimpinnya. Hal inilah yang melatar belakangi
Jepang melakukan ekspansi ke selatan.
Latar Belakang Terjadinya Perang Dunia II
Pada hakikatnya faktor yang melatarbelakangi terjadinya Perang Dunia II pembagiannya
sama dengan faktor penyebab Perang Dunia I, yakni adanya sebab umum dan sebab
khusus.
Sebab umum
Kegagalan Liga Bangsa-Bangsa (LBB) dalam menjalankan tugas-tugasnya.
LBB yang diharapkan mampu menjadi suatu lembaga yang dapat menciptakan
perdamaian dunia, ternyata gagal menjalankan perannya dengan baik
Munculnya politik Aliansi (mencari kawan)
Berkembangnya berbagai paham setelah Perang Dunia I telah menjadikan Eropa
membentuk persekutuan berdasarkan kepentingan ideologi yang berkembang di
negara masing-masing. Terjadinya blok-blok ini sebagai akibat timbulnya politik
mencari kawan yang sepaham. Dari sinilah muncul sikap saling mencurigai antar
negara. Ketika ketegangan ini mulai menghangat, masing-masing pihak
memperkuat dan encari dukungan negara lain.
Perlombaan Senjata
Usai Perang Dunia I, terutama negara yang kalah perang, membangun angkatan
bersenjata dan teknologi perang, seperti yang dilakukan Jerman di bawah
kepemimpinan Hitler
Jerman tidak mengakui lagi perjanjian Versailles
Sebab Khusus
Berdasarkan perjanjian Versailles, wilayah Prusia Timur dipisahkan dari Jerman
dengan dibentuknya negara Polandia (jalan keluar Jerman menuju laut). Di tengah-tengah
negara ini terletak kota Danzig yang dituntut Jerman karena penduduk wilayah itu
berbangsa Jerman. Polandia sendiri menolak untuk menyerahkan wilayah tersebut bahkan
kemudian mengadakan perjanjian dengan Inggris, Perancis, Rumania dan Yunani yang
berisi saling menjamin kemerdekaan masing-masing negara. Hitler menjawab
kesepakatan ini dengan mengadakan perjanjian Jerman-Rusia pada 23 Agustus 1939 yang
121
berisi kesepakatan Non-Agresi, dimana kedua negara tidak akan saling menyerang.
Jerman pada 1 Septemer 1939 menyerang Polandia. Serangan yang dilancarkan Jerman ini
mengawali Perang Dunia II di front Eropa. Untuk kawasan Asia Pasifik, sebab khusus
yang mengawali Perang Dunia II adalah penyerangan pangkalan angkatan laut Amerika
Serikat di Pearl Harbour, Hawaii oleh Jepang pada 7 Desember 1941. Penyerangan iini
mengawali berkobarnya Perang Pasifik atau Perang Asia Timur Raya.
Jalannya Perang Dunia II
Menurut Nicholas Tate (2002), setelah Jerman melancarkan serangan ke Polandia
pada 1 September 1939, tiga hari kemudian, tanggal 3 September 1939, Perancis dan
Inggris menyatakan perang terhadap Jerman. Kondisi ini menandai dimulainya Perang
Dunia II antara Blok Axis (Poros) yang dipimpin Jerman dengan Blok Sekutu yang
dipimpin Inggris. Jerman menerapkan politik lebensraum yang berperan sebagai motivasi
kebijakan ekspansionis Jerman. Politik ini bertujuan memberikan ruang tambahan untuk
pertumbuhan penduduk Jerman demi terciptanya Jerman Raya. Serangan Jerman yang
dilakukan dengan mengerahkan seluruh kendaraan perang mulai dari tank hingga pesawat
tempur yang mennggempur wilayah musuh dan diikuti gerakan menyapu pasukan
Infanteri yang datang dari belakang mengepung kantong-kantong musuh. Metode perang
ini disebut sebagai “blitzkrieg” yang berarti “perang kilat”. Dengan metode tersebut
menjadikan gerakan ekspansi Jerman sulit dihentikan. Polandia jatuh sebelum September
1939. Setelah enam bulan masa tenang, Hitler menyerang Belgia, Belanda, Denmark,
Norwegia dan Perancis. Pada tanggal 22 Juni 1940 dengan gempuran-gempuran yang
sangat dahsyat dari Jerman dan Italia semuanya sudah dikalahkan Jerman dengan bantuan
Italia, hanya Inggris yang masih bertahan.
Selanjutnya Jerman mencoba untuk menguasai Inggris. Dari bulan Juli hingga September
ia melancarkan serangan udara terhadap kapal, bandara dan pelabuhan dan kota-kota untuk
memperlemah Inggris sebelum mengirimkan pasukan darat. Namun serangan-serangan
Jerman, baik angkatan udara maupun darat dapat dipatahkan oleh pasukan Inggris dibawah
pimpinan Perdana Menteri Winston Churchill.
Pada Juni 1941, Jerman dan Italia telah menduduki daerah Balkan, Yugoslavia, Albania
dan Yunani serta membujuk Rumania, Hongaria, dan Bulgaria untuk membantu mereka.
Serangan ini mendapat perlawanan sengit dari pasukan partisan Yugoslavia dibawah
pimpinan Josep Broz Tito. Kemudian pada 22 Juni 1941, Jerman melancarkan serangan
besar-besaran kepada mantan sekutunya, yaitu Uni Soviet. Serangan-serangan tersebut
berhasil dengan gemulang sehingga negara-negara sekutu dalam posisi bertahan. Namun
pada musim dingin 1944, pasukan Rusia dapat memukul mundur pasukan Jerman dengan
menerobos jauh ke arah Polandia, Rumania, Yugoslavia, Hongaria seringga dapat
mengusir pasukan Jerman dari daerah Balkan.
Di Pasifik, pada 7 Desember 1941, Jepang telah memulai Perang Asia Timur Raya dengan
melakukan penyerangan terhadap pangkalan militer Amerika Serikat di Pearl Harbour,
Hawai. Keesokan harinya, Amerika Serikat menyatakan perang terhadap Jepang dan
negara Poros lainnya. Perang yang melanda Eropa mengakibatkan wilayah koloni Inggris,
Perancis dan Belanda di Asia Pasifik terabaikan. Jepang mengambil keuntungan dari
kondisi ini. Sehingga dalam waktu 100 hari, Jepang berhasil merebut koloni Inggris di
Malaya dan Burma, koloni Amerika Serikat di Filipina, koloni Belanda di Indonesia, dan
sejumlah pulau di Pasifik.
122
Untuk membalas serangan Jepang, sekutu menyusun strategi dengan melakukan taktik
"Loncat Katak" (Jumping Frog). Stategi ini dipimpin oleh Jendral Douglas Mac Arthur
dan Laksamana Chester Nimittz.
Pada 7 Mei 1942, sekutu berhasil menghancurkan tentara Jepang di Laut Koral dan
pertempuran Midway. Hal ini membuat rencana Jepang untuk menduduki Australia dan
kepulauan Hawaii berantakan. Setelah itu, pada 1945, Sekutu berhasil merebut Filipina
dan Indo-Cina. Pada awal 1945 pasukan Amerika Serikat mengambil alih Pulau Okinawa
dan Iwojima di Jepang. Kemudian, pada 6 Agustus 1945 angkatan udara Amerika Serikat
menjatuhkan bom atom di atas kota Hiroshima dan membunuh lebih dari 80.000 orang.
Tiga hari kemudian, pada 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di Nagasaki. Selain
itu Uni Soviet juga menyatakan perang terhadap Jepang. Semua bencana ini memaksa
Kaisar Hirohito untuk menyerah. Tentara Jepang akhirnya menyerah pada Sekutu pada 15
Agustus 1945. Kejadian ini pula yang membuat Jepang harus angkat kaki dari Indonesia,
dan dalam masa transisi tersebut, Indonesia menyatakan kemerdekaannya.
Sebelumnya, pasukan Sekutu di bawah pimpinan Montgomery pada 23 Oktober 1942
mendapat kemenangan dalam Perang El-Alamein di Afrika Utara. Disusul oleh
kemenangan Amerika Serikat di Aljazair, Inggris- Amerika Serikat di Sisilia dan Italia
Utara. Adapun, di Italia serangan Sekutu mendapat perlawanan sengit dari pasukan
Jerman. Namun, pada 3 September 1943 Italia akhirnya dapat ditaklukkan.
Pada 1944, kendali Jerman atas Eropa mulai melemah. Serangan balik Sekutu dimulai
pada 6 Juni 1944, dengan serangan besar-besaran di Pantai Normandia oleh Inggris,
Amerika Serikat, Kanada dan pasukan lainnya dibawah pimpinan Jenderal Eisenhower
dari Amerika Serikat. Pos pertahanan dibangun dan akhirnya setelah berperang habis-
habisan pasukan Sekutu memasuki pertahanan Jerman. Pada Agustus pasukan Sekutu
mendarat di Perancis Selatan dan mulai bergerak ke utara. Sebulan kemudian hampir
seluruh Perancis telah bebas. Pada pertengahan April 1945, pasukan Sekutu mulai
memasuki Jerman tengah dan selatan. Pasukan sekutu melancarkan serangan langsung ke
wilayah Jerman dengan menghancurkan pusat-pusat industri Jerman dan berhasil
menduduki kota Berlin. Pasukan Jerman terdesak. Pada 7 Mei 1945, Jerman akhirnya
menyerah kepada Sekutu.
Dengan menyerahnya Jerman dan Jepang kepada Sekutu, berakhirlah Perang Dunia II.
Kekalahan yang dialami pada Perang Dunia I terulang kembali oleh Jerman dan Italia.
Akhir dari Perang Dunia II ialah dengan penandatanganan perjanjian perdamaian antara
Sekutu dengan negara yang kalah perang. Perjanjian tersebut antara lain Perjanjian
Potsdam antara Jerman dan Sekutu yang dilakukan pada 2 Agustus 1945. Isi Perjanjian
Postdam antara lain
1. Wilayah Jerman dibagi empat daerah pendudukan, yaitu Jerman Timur oleh Rusia
dan Jerman Barat oleh Amerika Serikat, Inggris dan Perancis.
2. Danzig dan daerah Jerman bagian timur Sungai Oder dan Neisse diberikan kepada
Polandia
3. Demiliterisasi Jerman
4. Penjahat Perang harus dihukum
5. Jerman harus membayar ganti rugi.
Perjanjian San Fransisco pada 8 September 1951 antara Jepang dan Sekutu. Isi dari
perjanjian tersebut adalah
123
1. Jepang di perintah oleh tentara pendudukan Amerika Serikat
2. Jepang membayar pampasan perang
3. Daerah pendudukan Jepang dikembalikan kepada pemiliknya
4. Penjahat perang akan dihukum
Akibat Perang Dunia II
Perang Dunia II merupakan perang terbesar dan terdahsyat yang pernah terjadi
dalam sejarah umat manusia. Perang Dunia II sudah pasti membawa kehancuran. Akibat
kehancuran ini sangat berpengaruh luas dalam kehidupan bangsa dan negara yang
bersengketa baik dalam bidang politik, ekonomi sosial dan budaya.
Bidang Politik
Memunculkan dua kekuatan besar dunia yakni Amerika Serikat dengan
ideologi demokrasi liberalnya (liberalisme), dan Uni Soviet dengan ideologi
komunisnya.
Terjadi perebutan hegemoni di antara kedua ideologi yang berbeda berakibat
munculnya perang dingin (cold war) antara Amerika Serikat dan Uni Soviet.
Perang dingin ini sudah berakhir ketika Uni Soviet terpecah pada 1991
menjadi Commonwealth of Independent State (CIS). Pada masa perang dingin
ini kedua kekuatan mencoba mempengaruhi negara-negara sepaham untuk
membentuk aliansi (persekutuan), seperti North Atlantic Treaty Organization
(NATO), yaitu fakta pertahanan Amerika Serikat bersama negara-negara Eropa
Barat. Adapun aliansi bentukan Uni Soviet adalah Pakta Warsawa, yaitu
pertahanan Uni Soviet bersama negara- negara Eropa Timur,
Balance of Power Policy mengakibatkan munculnya politik aliansi yang
berdasarkan atas kemauan bersama (Collective Security) misalnya adanya
METO (middle eastern treaty organiszation) dan SEATO (south east asian
treaty organization)
Berakhirnya Perang Dunia II membawa dampak jatuhnya imperialis. Jatuhnya
imperialisme ini membawa dampak menguatnya semangat nasionalisme di
wilayah Asia dan Afrika untuk melepaskan diri dari cengkeraman negara
Asing. Hal ini membawa dampak semangat untuk merdeka, Misalnya di Asia,
muncul negara-negara baru seperti Indonesia, Filipina, India, Pakistan dan
Srilanka. Di Afrika misalnya muncul Mesir dan Aljazair.
Bidang Ekonomi
Setelah Perang Dunia II berakhir, keadaan Eropa sangat kacau dan semakin parah,
sehingga Eropa tenggelam dalam kesengsaraan dan penderitaan. Amerika Serikat
124
muncul sebagai kreditor bagi seluruh dunia, terutama Eropa. Amerika Serikat
menyadari bahwa Wilayah Eropa yang rusak akan mudah dicengkeram oleh pihak
komunis, oleh karena itu harus dibantu. Berkaitan dengan itu ada beberapa lembaga
donatur diantaranya
a. Thruman Doctrin (1947), lembaga ini membantu pertumbuhan ekonomi
Yunani dan Turki
b. Marshall Plan (1947), lembaga ini memberi bantuan ekonomi dan
militer untuk membangun kembali ekonomi atas rencana yang terlebih
dahulu dibuat oleh negara-negara Eropa dan disetujui oleh Amerika
Serikat.
c. Point Four Thruman, lembaga ini memberikan bantuan kepada negara-
negara yang masih terbelakang di Asia dalam bentuk bantuan ekonomi
dan militer (Mutual Security Act=MSA)
Bidang Sosial
Reaksi yang muncul dalam bentuk kerja sama bangsa-bangsa di dunia, salah
satunya dengan berlatar belakang dari akibat perang mendorong mereka
mendirikan United Nation Relief Rehabilitation Administration (UNRRA) dengan
membantu ,asyarakat yang menderita dalam bentuk
d. Memberi makan orang-orang terlantar
e. Mengurus pengungsi-pengungsi dan menyatukan anggota keluarga yang
terpisah akibat perang
f. Mendirikan rumah sakit dan balai pengobatan
g. Mengerjakan kembali tanah-tanah yang rusak
Di sisi lain, kesengsaraan yang berkepanjangan akibat Perang Dunia II mendorong
manusia untuk mewujudkan dan menciptakan perdamaian abadi. Niat ini semakin
kuat setelah Liga Bangsa-Bangsa gagal dalam usaha mencari perdamaian.
Sehingga memunculkan tekad untuk membentuk lembaga internasional yang
berwibawa dalam melakukan perdamaian, yaitu Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) pada tahun 1945. Adapun para pelopor pendiri PBB ialah Franklin Delano
Roosevelt (AS), Winston Churchill (Inggris) dan Josef Stalin (Uni Soviet).
Sosok di Balik Perang
Adolf Hitler
Adolf Hitler dilahirkan pad 20 April 1889 di Braunau, Austria. Ia anak keempat
dari enam bersaudara. Ayahnya seorang pegawai kantor bea cukai, ibunya seorang
yang berdarah Yahudi. Cita-cita Hitler ingin menjadi seorang seniman, oleh karena
itu ia mendaftar di Viena Academy of Art, namun ditolak dua kali.
Pada masa Perang Dunia I, Hitler bergabung dengan angkatan bersenjata Jerman.
Ia menjadi sukarelawan pasukan Bavaria, walaupun Hitler sebenarnya warga
Austria bukan Jerman. Sewaktu resimennya di kirim ke garis depan, mereka
menghadapi serangan Perancis yang bertubi-tubi. Dari 6000 pasukan, hanya 32
orang yang selamat termasuk Hitler di dalamnya. Selamatnya Hitler dikarenakan
ia berbadan kecil dan berjalan di belakang resimen. Namun Hitler terkenal dengan
kecepatan larinya sehingga ia ditugaskan sebagai pengirim pesan.
125
Para atasan Hitler mengakui keberanian Hitler, ia telah menerima 6 medali
tertinggi untuk keberanian, yaitu The Iron Cross. Kekalahan Jerman dalam Perang
Dunia I membuat Hitler sebagai seorang nasionalis fanatik merasa terpukul.
Dalam perkembangan kariernya, Hitler diberi tugas mengawasi sebuah partai kecil,
yaitu partai buruh yang diduga suka berlaku radikal. Setelah mengawasi rapat-rapat
yang dilakukan, Hitler justru berbalik mendukung partai tersebut. Hitler menilai
bahwa partai buruh Jerman merupakan partai yang jauh lebih nasionalis, tidak
seperti dituduhkan orang. Hitler pun bergabung dengan partai tersebut pada tahun
1921 di Munich. Kemampuannya berbicara digunakannya untuk propaganda partai,
ia membawa partai ini memperoleh dukungan yang besar dari masyarakat. Hitler
kemudian mengubah Partai Buruh Jerman menjadi Partai Buruh Jerman Nasionalis
Sosialis yang kemduian dikenal dengan nama NAZI. Dalam waktu dua tahun
Hitler mendapat julukan Fuehrer, atau pemimpin tanpa saingan. NAZI muncul
menjadi partai yang mempunyai kekuatan besar. Hitler pada tahun 1923 mencoba
melakukan kudeta, namun gagal dan membawanya masuk penjara.
Situasi ekonomi Jerman yang kacau membuat rakyat tidak percaya dengan partai-
partai besar. Hal ini membuat NAZI semakin kuat pada tahun 1928, ketika tahun
1929 diadakan pemilihan umum NAZI muncil sebagai pemegang mayoritas. Hitler
kemudian diangkat menjadi seorang Kanselir. Melalui jabatan inilah Hitler
menjatuhkan semua golongan oposisi dengan cara yang sangat kasar. Hitler
menyalahkan komunisme dan yahudi yang menjadi penyebab hancurnya ekonomi
Jerman. Setelah melakukan politik pembangunan militer, Hitler mendapat
dukungan dari militer.
Selain tindakan kasarnya, Hitler mampu membangun ekonomi dan meningkatkan
lapangan pekerjaan dan sarana serta proyek-proyek umum. Salah satunya yang
cukup terkenal adalah proyek mobil rakyat atau Volkswagen, yaitu suatu proyek
mobil murah yang dapat kejangkau oleh rakyat Jerman. Al hasil Hitler tetap
mendapat dukungan rakyatnya.
Pada September 1939, Hitler menyerang Polandia dan merebut kota Danzig dengan
serangan kilat dengan kendaraan lapis baja dan pesawat pembom yang efektif.
Serangan inilah yang mengawali Perang Dunia II.
Jenderal Isoroku Yamamoto
Admiral Isoroku Yamamoto atau orang biasa menyebutnya Jenderal Yamamoto,
adalah salah satu tokoh kunci invasi Jepang atas Asia, khususnya Asia Tenggara.
Ia dilahirkan pada 4 April 1884 dengan nama Isoroku Takano di Nagaoka Niigata
Jepang. Ayahnya Takano Sadayoshi adalah seorang samurai kelas rendah. Pada
tahun 1916, Isoroku diadopsi oleh keluarga Yamamoto. Nama Yamamoto di
Jepang merupakan nama yang sangat dihormati.
Karier militer Isoroku Yamamoto diawali dari akademi angkatan laut yang lulus
pada tahun 1904. Pada tahun 1905 Yamamoto mendapatkan pengalaman perang
pertamanya dengan ikut bertempur dengan pasukan Jenderala Togo melawan
armada Rusia di Selat Tsushima. Pada pertempuran ini ia mendapat luka
126
kehilangan dua jari tangan kirinya. Akibat luka ini hampir saja ia dikeluarkan dari
karir kemiliterannya.
Yamamoto tetap bertugas diangkatan laut dan berhasil menyelesaikan studinya di
sekolah torpedo, sekolah meriam dan sekolah staf angkatan laut Jepang. Pada tahun
1919 sampai dengan 1921, Yamamoto menimba ilmu di harvard University,
Amerika Serikat. Pengalamannya studi di Amerika membuatnya memahami
tentang Amerika dan budayanya.
Karir militer dan politiknya begitu gemilang. Ia ditarik pulang untuk memimpin
kapal induk Akagi. Selepas mengomandani Akagi, Yamamoto memimpin
Departemen Teknologi Angkatan Laut Jepang, kemudian menjadi Komandan
Divisi I Udara Angkatan Laut Jeoang. Kemudian ia menjadi Panglima Armada
Gabungan. Saat itu hubungan Jeang dan Amerika Serikat tengah memanas.
Yamamoto menyiapkan beberapa Skenario dalam persiapan menuju perang yang
semakin tidak terhindarkan.
Hubungan Jepang dan Amerika yang semakin memanas, dimanfaatkan Amerika
dengan meningkatkan bantuan ke Cina. Amerika juga mengembargo pengiriman
minya dan bahan mentah lainnya ke Jepang. Embargo ke Jepang ini dianggap
sebagai ancaman langsung terhadap keamanan nasional Jepang. Jepang
memutuskan bahwa satu-satunya cara untuk mengalahkan Amerika Serikat adalah
dengan melakukan serangan pendahuluan dengan menghancurkan armada pasifik
Amerika Serikat di Pearl Harbor. Yamamoto sebagai Panglima Armada Gabungan
meyakini kemungkinan Jepang menang melawan Amerika sangatlah kecil,
terkecuali Jepang melakukan serangan pertama yang mematikan.
Yamamoto mengembangkan strategi perang yang sangat berani dengan
mengerahkan seluruh kekuatan armadanya untuk dua operasi besar. Pada tanggal
21 November Yamamoto menerima persetujuan akhir tentang rencana serangan.
Yamamoto memerintahkan Laksamana Madya Chuichi Nagumo untuk memimpin
kekuatan dilapangan, dan pasukan mulai bergerak pada tanggal 26 November
pukul 06.00 menuju kepulauan Hawaii melalui lautan Pasifik yang sepi dan
menghindari jalur kapal dagang. Minggu tanggal 7 Desember 1941, serangan di
mulai dengan mengerahkan kapal-kapal pembom dan pembawa torpedo. Serangan
ini berhasil memporak-porandakan Pearl Harbor dan Jepang pulan membawa
kemenangan.
Penyerbuan inilah yang mengawali perang dunia di wilayah pasifik, Yamamoto
otak dibalik penyerbuan pasukan Jepang atas Pearl Harbor.
Pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Dalam upaya untuk mencapai perdamaian dunia dan belajar dari kegagalan
pembentukan Liga Bangsa-Bangsa yang tidak berdaya mengahadapi ancaman dari negara
besar, kemudian dibentuklah Perseriakan Bangsa-Bangsa (United Nation Organitation)
berdasarkan konferensi San Fransisco yang dihadiri oleh 50 negara di dunia. Dalam
Konferensi ini berhasil dibentuk suatu piagam perdamaian bangsa-bangsa. Pada tanggal 24
Oktober piagam tersebut secara resmi diterima oleh dunia dan secara resmi ditetapkannya
Perserikatan Bangsa-Bangsa Pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa. aPembentukan
127
Perserikatan Bangsa-Bangsa berkaitan pula dengan Atlantic Charter (14 Agustus 1941)
yang disusun oleh Presiden Roosevelt bersama Perdana Menteri Churchil. Piagam ini
berisi tentang rencana pembentukan tatanan dunia baru yang demokratis setelah Perang
Dunia II selesai. Rumusan singkatnya menentukan nasib sendiri diantara bangsa-bangsa di
dunia. Hasil dari Atlantic Charter semakin diperkuat dengan Declaration of the United
Nation (1 Januari 1942). Landasan-landasan lain dari pembentukan Perserikatan Bangsa-
Bangsa adalah Dumbarton Oaks (7 Oktober 1944) dan Yalta Conference (14
Februari1945).
Perserikatan Bangsa-Bangsa yang lahir pada 24 Oktober 1945, namun baru
diresmikan secara formal pada 10 Januari 1946 dalam sidang pertamanya di London.
Pendirian Perserikatan Bangsa-Bangsa ini bertujuan untuk
1. Menjamin perdamaian dunia, hak-hak manusia, kemajuan sosial, dan ekonomi
2. Menyelesaikan perselisihan dengan jalan damai dan tidak boleh perang
3. Tidak boleh melanggar kedaulatan negara lain
4. Tidak boleh campur tangan urusan dalam negeri suatu negara
5. Mengadakan tindakan kerja sama terhadap negara-negara yang membahayakan
perdamaian dunia.
Dalam rangka mengimpletasikan kerja-kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa kemudian
dibentuk badan-badan keorganisasian yaitu
1. Sidang Umum,
a. Sidang umum diadakan setiap tahun sekali, namun bisa dilakukan setiap
waktu sesuai dengan permintaan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa
Bangsa
b. Dalam sidang umum tiap-tiap negara diwakili oleh 5 orang dengan satu
suara
c. Hak veto tidak berlaku
d. Putusan diambil atas dua pertiga jumlah suara
e. Tugasnya merundingkan segala hal yang dianjukan oleh Dewan Keamanan
dan Anggaran Belanja Perserikatan Bangsa-Bangsa
2. Dewan Keamanan
a. Dewan ini beranggotakan 5 negara tetap dengan hak veto yaitu, Amerika
Serikat, Rusia, Inggris, Perancis dan Cina. Serta 6 anggota tidak tetap yang
dipilih dalam sidang umum setiap dua tahun sekali.
b. Dewan Keamanan bertugas memlihara keamanan dan perdamaian dan
memutuskan sangsi dan mengambil tindakan yang diperlukan
3. Dewan Ekonomi dan Sosial (Economic and Social Council)
a. Dewan ini beranggotakan 18 negara dengan hak yang sama
b. Masa kerja dewan selama 3 tahun
c. Dewan ini bertugas mengurus perkembangan sosial, ekonomi, kesehatan,
kebudayaan, hak-hak manusia, emansiapasi wanita, transportasi
d. Dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh badan-badan khusus seperti ILO,
FAO, UNESCO, WHO, World Bank, IMF, GATT, ICAO, UPU, TU WMO
dan IMCO
4. Dewan Perwakilan
Dewan ini bertugas mengurusi perkembangan sosial, ekonomi dan budaya
bagi negara secara politis maih di bawa perwakilan negara.
128
5. Mahkamah Internasional
Mahkamah internasional bertugas menyelesaikan masalah-masalah
internasional. Anggota Mahkamah ini dipilih oleh Majelis Umum dan
Dewan Keamanan
6. Sekretariat
Bandan ini diketuai oleh seorang Sekretaris Jenderal yang diangkat oleh
Majelis Umum atas usul Dewan Keamanan dengan masa jabatan 5 tahun.
Sekretaris Jenderal bertugas menyelenggarakan Pekerjaan Administrasi
PBB.
KEBANGKITAN HEROISME DAN KESADARAN KEBANGSAAN
Dr. Rudy Gunawan, M.Pd
I. PENDAHULUAN
1. Imperialisme
Menurut Soebantardjo (1960) Perkataan imperialisme berasal dari kata Latin
"imperare" yang artinya "memerintah". Hak untuk memerintah (imperare) disebut
"imperium". Orang yang diberi hak itu (diberi imperium) disebut "imperator". Yang
lazimnya diberi imperium itu ialah raja, dan karena itu lambat-laun raja disebut imperator
dan kerajaannya (ialah daerah dimana imperiumnya berlaku) disebut imperium. Pada
zaman dahulu kebesaran seorang raja diukur menurut luas daerahnya, maka raja suatu
negara ingin selalu memperluas kerajaannya dengan merebut negara-negara lain. Tindakan
raja inilah yang disebut imperialisme oleh orang-orang sekarang, dan kemudian ditambah
dengan pengertian-pengertian lain hingga perkataan imperialisme mendapat arti-kata yang
kita kenal sekarang ini. hingga kata imperealisme ini bisa digunakan untuk dan menetap
dimana saja (http://id.wikipedia.org/wiki/Imperialisme 2013).
Imperialisme merujuk pada sistem pemerintahan serta hubungan ekonomi dan politik
negara-negara kaya dan berkuasa, mengawal dan menguasai negara-negara lain yang
dianggap terbelakang dan miskin dengan tujuan mengekploitasi sumber-sumber yang ada
di negara tersebut untuk menambah kekayaan dan kekuasaan negara penjajahnya
(http://staff.ui.ac.id/system/files/users/linda.sunarti/material/phki-2.pdf tanpa tahun).
Imperialisme terbagi menjadi dua kategori yaitu imperialisme kuno dan imperialisme
modern. Imperialisme kuno merupakan negara-negara yang berhasil menaklukkan atau
menguasai negara-negara lain, atau yang mempunyai suatu imperium seperti imperium
Romawi, Turki Usmani dan China. Tujuan imperialisme kuno adalah untuk menguasai
daerah kaya dengan sumber daya alam, penyebaran agama dan kejayaan. Sementara itu
imperalisme modern dilakukan oleh negara Eropa untuk mendapatkan daerah pemasaran
hasil industri, mendapakan daerah penghasil bahan baku serta mendapatkan daerah untuk
penanaman modal. Bermula sejak Revolusi Industri di Inggris tahun 1870-an dimana
129
negara-negara di Eropa berlomba-lomba mencari daerah jajahan di wilayah Asia, Afrika
dan Amerika.
Di Asia Tenggara, bangsa Eropa tiba pada abad ke-16. Ketertarikan di bidang
perdaganganlah yang umumnya membawa bangsa Eropa ke Asia Tenggara, sementara
para misionaris turut serta dalam kapal-kapal dagang dengan harapan untuk menyebarkan
agama Kristen ke wilayah ini. Portugis adalah kekuatan Eropa pertama yang membuka
akses jalur perdagangan yang sangat menguntungkan ke Asia Tenggara tersebut, dengan
cara menaklukkan Kesultanan Malaka pada tahun 1511. Belanda dan Spanyol
mengikutinya dan segera saja mengatasi Portugis sebagai kekuatan-kekuatan European
utama di wilayah Asia Tenggara. Belanda mengambil-alih Malaka dari Portugis di tahun
1641, sedangkan Spanyol mulai mengkolonisasi Philipina (sesuai nama raja Phillip II dari
Spanyol) sejak tahun 1560-an. Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) atau
Perserikatan Perusahaan Hindia Timur yang bertindak atas nama Belanda, mendirikan kota
Batavia (sekarang Jakarta) sebagai pusat perdagangan dan ekspansi ke daerah-daerah
lainnya di pulau Jawa, serta wilayah sekitarnya.
Inggris, yang diwakili oleh British East India Company, secara relatif datang ke
wilayah ini lebih kemudian. Diawali dengan Penang, Inggris mulai memperluaskan
kerajaan mereka di Asia Tenggara. Mereka juga menguasai wilayah-wilayah Belanda
selama Perang Napoleon. Di tahun 1819, Stamford Raffles mendirikan Singapura sebagai
pusat perdagangan Inggris dalam rangka persaingan mereka dengan Belanda. Meskipun
demikian, persaingan tersebut mereda di tahun 1824 ketika dikeluarkannya traktat Anglo-
Dutch yang memperjelas batas-batas kekuasaan mereka di Asia Tenggara. Sejak tahun
1850-an dan seterusnya, mulailah terjadi peningkatan kecepatan kolonisasi di Asia
Tenggara. British East India Company, kadang kala disebut sebagai John Company,
merupakan sebuah perusahaan saham-gabungan dari para investor, yang diberikan Royal
Charter oleh Elizabeth I pada 31 Desember 1600, dengan tujuan untuk menolong hak
perdagangan di India. Royal Charter (Piagam Kerajaan) secara efektif memberikan
perusahaan yang baru berdiri ini sebuah monopoli dalam seluruh perdagangan di Hindia
Timur. Perusahaan berubah dari sebuah gabungan perdagangan komersial ke salah satu
yang memerintah India ketika perusahaan ini mengambil fungsi pemerintahan dan militer
tambahan, sampai pembubarannya pada 1858.28
2. Kolonialisme
Kolonialisme adalah suatu bentuk penguasaan atau penjajahan yang dilakukan oleh
suatu negara (kolonialis) terhadap suatu daerah atau bangsa lain dalam rangka memperluas
wilayah kekuasaannya. Kolonialisme ditandai dengan adanya penguasaan suatu daerah,
kemudian disusul dengan pemindahan penduduk dari negara kolonial ke wilayah yang
telah dikuasainya tersebut. Sejak abad ke-15, proses kolonialisme yang dilakukan oleh
bangsa-bangsa Eropa dipusatkan ke suatu kawasan yang disebut Dunia Timur.
28 Sejarah Asia Tenggara (http://indonesiaindonesia.com/f/98105-asia-tenggara-sejarah/), Indonesiaindonesia.com. Diambil pada 20 November 2012
130
GAMBAR 1 PELAYARAN SAMUDERA YANG DILAKUKAN OLEH BANGSA
PORTUGIS MENUJU INDIA DAN NUSANTARA (http://files.sman1-mgl.sch.id/viewing/Pdf/Kelas_11/Sejarah/Kelas11-Sejarah-
Perkembangan+Pengaruh+Barat6.pdf/ t.thn.)
Terdapat enam negara yang menerapkan kolonialisme di Asia Tenggara,
diantaranya: Portugis, Inggris, Spanyol, Belanda, Perancis dan Amerika Serikat.
Kedatangan keenam negara tersebut tidak terjadi secara bersamaan, tetapi diawali oleh
kedatangan bangsa Portugis yang pertama kali mendarat di Malaka pada tahun 1511.
Sehingga Portugislah yang pertama kali membuka jalur masuk ke Asia Tenggara terutama
dalam hal perdagangan. Namun, pada akhirnya daerah kekuasaan Portugis hanya sebagian
kecil dari wilayah di Asia Tenggara yaitu di pulau Timor. Selanjutnya, disusul oleh
kedatangan bangsa Spanyol dan Belanda. Spanyol menduduki Philipina setelah berhasil
menaklukkan Cebu (1565) dan Manila (1571), hingga kemudian daerah kekuasaan tersebut
direbut oleh Amerika dalam Spanish-American war tahun 1898. Hal ini sebagai bentuk
kegagalan Spanyol dalam melawan intervensi atas Philipina terkait sejumlah perebutan
wilayah, termasuk di dalamnya penguasaan atas Sulu.
Sedangkan kolonialisme Belanda terbagi ke dalam dua periode, yaitu periode
pertama disebut masa kekuasaan VOC, Dutch East India Company (1605-1799). Di mana,
masa kekuasaan ini difokuskan oleh bangsa Belanda dalam mengejar keuntungan
maksimal melalui perdagangan monopoli. Belanda menetapkan Batavia (Jakarta) sebagai
pusat jalur perdagangannya (Tarling, 1999). Selanjutnya, periode kedua ketika pemerintah
Belanda mengambil alih aset yang dimilikinya (1825) dan setelah Napoleonic wars,
ekspansi wilayah kekuasaan meluas ke seluruh wilayah Indonesia (Wilson dalam www.
seasite.niu.edu). Namun, perlawanan bangsa Indonesia yang didasarkan pada nasionalisme
hingga tahun 1949, Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia.
Ekspansi oleh Perancis atas Vietnam (1858), menjadikan Cochin China sebagai dasar
ekspansi Perancis atas Indochina (Cochin China, Annam, Tongking, Laos, dan Kamboja)
tahun 1907. Tetapi, setelah Perang Dunia II, Vietnam menolak intervensi Perancis dan
berhasil menyatakan kemerdekaannya pada tahun 1946. Selain, negara-negara Eropa,
Amerika Serikat juga terlibat dalam ekspansi wilayah di Philipina menaklukkan Spanyol
(1898).
Berdasarkan bentuk kolonialisme yang diterapkan oleh negara-negara Eropa di Asia
Tenggara, Wilson dalam tulisannya menguraikan terdapat dua bentuk kolonialisme, yaitu:
liberal colonialism (Inggris dan Amerika Serikat) dan repressive colonialism (Spanyol,
Belanda, Perancis). Pada liberal colonialism, negara penguasa masih menghargai aturan
hukum, kebebasan rakyat, partisipasi politik, edukasi terbuka, dan peluang melakukan
kegiatan ekonomi. Selain itu, terdapat peluang untuk menyatakan kemerdekaan.
131
Sedangkan pada repressive colonialism, semua hal dilakukan secara tertutup dan terbatas
baik dalam partisipasi politik maupun kebebasan masyarakat. Sehingga, tercipta
keterlambatan dalam perkembangan kegiatan ekonomi.
Kolonialisme di Asia Tenggara akhirnya berakhir melalui revolusi yang dlakukan
oleh negara-negara di Asia Tenggara. Pada saat itu, konsep dominan yang diterapkan
untuk mengalahkan kolonialisme adalah gejolak pergerakan nasionalisme dari negara-
negara yang terjajah. Nasionalisme ini dimaksudkan sebagai wujud rasa yang
menginginkan restorasi atas kemerdekaan negara mereka. Lebih lanjut, Wilson
menguraikan terdapat tiga sumber yang membuat perkembangan nasionalisme di Asia
Tenggara, yaitu: pertama, kepercayaan setempat, di mana pergerakan nasionalis pertama di
Burma dipimpin oleh penganut Budha (1906), demikian halnya nasionalis dari Indonesia
yang dipimpin oleh Sarekat Islam (1902); kedua, pendidikan Barat, di mana para pelajar
kemudian semakin memahami nasionalisme; ketiga, gerakan sosial radikal yang
dilatarbelakangi oleh sosialisasi dengan paham komunis, seperti PKI di Indonesia.29
Koloni merupakan negeri, tanah jajahan yang dikuasai oleh sebuah kekuasaan asing.
Koloni adalah satu kawasan diluar wilayah negara asal atau induk. Tujuan utama
kolonialisme adalah kepentingan ekonomi.Kebanyakan koloni yang dijajah adalah
wilayah yang kaya akan bahan mentah, keperluan untuk mendapatkan bahan mentah
adalah dampak dari terjadinya Revolusi Industri di Inggris. Istilah kolonialisme
bermaksud memaksakan satu bentuk pemerintahan atas sebuah wilayah atau negeri lain
(tanah jajahan) atau satu usaha untuk mendapatkan sebuah wilayah baik melalui paksaan
atau dengan cara damai. Usaha untuk mendapatkan wilayah biasanya melalui penaklukan.
Penaklukan atas sebuah wilayah bisa dilakukan secara damai atau paksaan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Pada mulanya mereka membeli barang dagangan
dari penguasa lokal, untuk memastikan pasokan barang dapat berjalan lancar mereka
kemudian mulai campur tangan dalam urusan pemerintahan penguasa setempat dan
biasanya mereka akan berusaha menjadikan wilayah tersebut sebagai tanah jajahan
mereka. Negara yang menjajah menggariskan panduan tertentu atas wilayah
jajahannya, meliputi aspek kehidupan sosial, pemerintahan, undang-undang dan
sebagainya.
29 Kolonialisme dan Revolusi di Asia Tenggara (http://sartika-t--fisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-59684-MBP%20Asia%20Tenggara-Kolonialisme%20dan%20Revolusi%20di%20Asia%20Tenggara.html) , Web.unair.ac.id. Diambil pada 20 November 2012
132
GAMBAR 2 RUTE PETA PERDAGANGAN PADA MASA KOLONIALIME DAN
IMPERIALISME http://www.public.iastate.edu/~cfford/342WorldHistoryModern.html
II. PEMBAHASAN
1. Masuknya Bangsa Eropa di Indonesia
a. Bangsa Portugis
Bangsa Portugis memasuki kawasan Indonesia pada abad ke-15. Pada tahun
1510 Alfonso d’Albuquerque berhasil menaklukkan Goa dan Malaka setahun
kemudian pada tahun1511. Sebelumnya pemimpin kekuasaan Portugis adalah
Francisco De Almeida telah berhasil menguasai perdagangan di pantai Malabar
tetapi menolak untuk memperluas ekspansinya ke Malaka. Dari Malaka, Portugis
mengirimkan dutanya ke Myanmar dan Siam serta mengirimkan Angkatan
Bersenjata ke Maluku di bawah kepemimpinan Antonio d’ Abreu pada tahun 1512.
Tahun 1512 M Portugis sampai ke Maluku dan pada tahun 1513 M Portugis
kembali datang ke Maluku dan mereka berusaha untuk menjalin hubungan kerja
sama terutama dalam bidang perdagangan rempah-rempah dan mereka
diperbolehkan mendirikan sebuah benteng di sana. Portugis menguasai Ternate
sampai tahun 1574 M, masyarakat Ternate mengusir Portugis karena memonopoli
rempah-rempah. Portugis meninggalkan budaya mereka disana seperti alat musik
beraliran keroncong (biola, ukulele/kentrung dan Cello) bangunan gedung, benteng
pertahanan, penyebaran agama nasrani dan bahasa yang dapat dipahami oleh
masyarakat setempat terutama di Maluku.
Kedatangan bangsa Portugis disebabkan oleh (Darmawan tanpa tahun):
1) Semangat untuk menaklukkan bangsa yang dulu pernah menaklukkan negara
mereka dalam hal ini orang Islam (Rencquesta)
2) Terputusnya perdagangan antara Lisabon dengan kawasan Laut Tengah akibat
jatuhnya Konstantinopel ketangan Turki pada tahun 1453 sehingga Portugis
harus mencari jalan sendiri ke Timur khususnya Indonesia untuk mencari
rempah-rempah.
3) Perubahan besar di Eropa sekitar tahun 1500-an Masehi pada masa
Renaissance. Renaissance dapat diartikan sebagai lahirnya kembali kebudayaan
Romawi dan Yunani. Namun juga Renaissance dapat diartikan sebagai lahirnya
kembali jiwa dan semangat Eropa yang bebas, kebebasan untuk mencari dan
mengembangkan ilmu pengetahuan. Hal ini mengakibatkan perubahan mental
yang besar pengaruhnya bagi bangsa Eropa. Selain itu menumbuhkan semangat
kepeloporan, penjajahan, termasuk penjelajahan untuk mencari daerah-daerah
baru di luar Eropa.
4) Penemuan-penemuan yang diakibatkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi seperti penggunaan mesiu, peta bumi, kompas dan sarana
pelayaran yang lebih baik sehingga mampu melakukan pelayaran ke seluruh
dunia dan mempunyai semangat penjajahan.
Portugis mencoba berhubungan dengan Ratu Padjajaran pada tahun 1522 untuk
membendung kekuasaan Islam dan menyebarkan agama Katolik melalui pelabuhan
Sunda Kelapa. Namun upaya yang dipimpin oleh Franciscus Xaverius tersebut
gagal walaupun sudah dialihkan ke Blambangan. Pada tahun 1587 M Sultan Aceh
Alauddin Riaayat mengadakan perdamaian terhadap Portugis karena adanya
pemberontakan dari wilayah taklukkannya terhadap Aceh, sehingga
pemberontakan itu mampu diredakan dengan bantuan Portugis, hal ini membuat
133
wilayah kekuasaan Portugis meluas ke Aceh dan mendapatkan keuntungan yang
besar.
Pada tahun 1598 Angkatan laut Portugis yang dipimpin oleh Laurenco de Brito
dari pangkalannya di Goa untuk menyerang kapal dagang Belanda30. Namun tidak
ada satupun kapal Belanda yang berlabuh di Banten sehingga menimbulkan
kemarahan Angkatan laut Portugis. Mangkubumi dituduh telah berhianat dan
bersekongkol dengan Belanda karena membocorkan rahasia, dan menuntut supaya
Mangkubumi mengembalikan semua hadiah yang sudah diberikan. Sudah tentu
Mangkubumi tidak mau menuruti kemauan mereka, karena Portugis tidak ada hak
dan wewenang untuk mengusir kapal-kapal asing yang sedang berlabuh di Banten.
Akhirnya penyerangan dilakukan oleh Portugis kepada tentara Banten dan
merampas barang-barang yang ada dan diangkut ke kapalnya, bahkan lada
kepunyaan pedagang China pun dirampasnya pula. Melihat kejadian itu, tentara
Banten, yang memang sudah dipersiapkan, menyerang kapal-kapal Portugis itu,
sehingga tiga buah kapal Portugis dapat dirampas dan seorang laksamananya
tewas; sedangkan yang lainnya melarikan diri, setelah meninggalkan barang hasil
rampasannya.
Secara umum, kejatuhan Portugis di Asia Tenggara menurut Sir Thomas Roe,
seorang utusan Inggris di Moghul disebabkan oleh hal-hal berikut (Darmawan,
Masuknya Imperialisme Barat di Asia Tenggara, tanpa tahun):
1) Portugis terlalu mengandalkan kekuatan perangnya dan menganggap paling
kuat sehingga melakukan peperangan di mana-mana yang mengakibatkan
banyaknya biaya yang keluar.
2) Portugis datang sebagai penakluk, sehingga menimbulkan permusuhan dan
kebencian di kalangan bangsa-bangsa Asia Tenggara.
3) Seringkali terjadi keributan intern dimana para pemimpinnya sering terlbat
dalam perebutan kekuasaan dan pengaruh untuk kepentingan pribadinya
masing-masing.
4) Negara lain seperti Belanda dan Inggris meningkatkan kemampuan angkatan
lautnya sehingga mampu menyaingi armada Portugis dan Spanyol pada akhir
abad ke-16.
b. Bangsa Spanyol
Bangsa Spanyol tiba di Indonesia pada tahun 1521 dan diterima dengan baik
oleh masyarakat Tidore di Maluku. Kedatangan Spanyol memunculkan persaingan
dengan Portugis yang terlebih dahulu sudah menduduki Maluku (Ternate). Tahun
1524 M bangsa Spanyol kembali datang ke Maluku dan diterima baik oleh
masyarakat Tidore dan persaingan pun kembali terjadi dengan masyarakat Ternate
yang bersekutu dengan Portugis. Pertikaian antara Ternate-Portugis dengan Tidore-
Spanyol di akhiri dengan kemenangan Ternate-Portugis. Spanyol dan Portugis
saling menuduh, bahwa lawannya melangar isi perjanjian Tordessilas (1494).
30 Suatu hari datanglah utusan khusus pemerintah Portugis dari Malaka dengan membawa hadiah uang 10.000 rial dan berbagai perhiasan yang bagus dan mahal. Mereka minta supaya Banten memutuskan hubungan dagang dengan Belanda dan apabila orang-orang Belanda itu datang supaya kapal-kapalnya dirusak atau diusir. Dikatakan pula, bahwa nanti akan datang armada Portugis yang akan mengadakan pembersihan terhadap kapal Belanda di perairan Banten dan negeri timur lainnya. Mangkubumi Jayanagara menerima semua hadiah tersebut, tapi, secara rahasia, diutusnya kurir untuk menyam-paikan berita itu kepada pedagang Belanda, supaya mereka segera meninggalkan Banten karena armada Portugis akan menyergap mereka. Mendengar berita itu, kapal dagang Belanda pun segera meninggalkan Banten (Humaspdg 2010).
134
Perselisihan ini kemudian dapat diakhiri dengan ditandatanganni Perjanjian
Saragosa (1529), yang menentukan batas timur antara Wilayah kekuasaan Portugis
dan Spanyol yaitu garis meridian yang melalui kepulauan Jailolo. Spanyol lebih
lama menduduki wilayah Philipina dibandingkan dengan Indonesia.
Proses penjajahan Spanyol di Philipina adalah melakukan perlawanan dengan
penduduk asli yang telah beragama Islam maka orang Spanyol menyebut mereka
dengan bangsa Moro. Sepanjang sejarah kolonialisme Spanyol di Philipina orang-
orang Moro di Selatan tidak pernah sama sekali dapat ditaklukan dan ditundukan.
Tercatat paling tidak terdapat enam kali periode peperangan antara bangsa Moro
dengan Spanyol (Mahmud 2012).
c. Bangsa Belanda
Kedatangan bangsa Belanda ke Indonesia berawal dari wilayah Belanda yang
sempit dan keadaan alamnya yang merupakan daerah dataran rendah dekat dengan
pantai Samudra Atlantik, memaksa Belanda untuk mencari nafkah di laut.
Biasanya para pedagang ini membeli rempah-rempah di Lisabon (ibu kota
Portugis) untuk disebarkan ke Eropa Barat dan Utara. Negeri Belanda pada waktu
itu masih merupakan Negara jajahan Spanyol. Tahun 1585 Belanda tidak dapat
lagi membeli rempah-rempah dari Lisabon karena Portugis juga dikuasai oleh
bangsa Spanyol. Dengan demikian maka putuslah hubungan perdagangan rempah-
rempah antara Lisabon dengan Belanda yang akhirnya mengakibatkan Belanda
menderita kerugian. Sejak itu Belanda berusaha sendiri untuk menjelajahi samudra
dengan tujuan untuk mencari rempah-rempah dari daerah asalnya yaitu Indonesia
(http://febasfi.blogspot.com/2012/11/kedatangan-bangsa-eropa-di-asia-
tenggara.html 2012).
Vlekke (2008:119) mengemukakan Armada Belanda yang pertama berusaha
mencapai Indonesia dipimpin Van Neck, namun ekspedisi ini gagal. Bulan April
1595 Belanda memulai pelayarannya menuju ke Nusantara dengan empat buah
kapal dibawah pimpinan Cornelius de Houtman dan de Keyzer. Dalam
pelayarannya menuju ke Timur Belanda menempuh rute: Belanda-Pantai Barat
Afrika-Tanjung Harapan-Samudra Hindia-Selat Sunda-Banten. Pada 5 Juni 1596
empat kapal Belanda mendekati pantai barat Sumatera dan 12 hari kemudian
mereka mencapai Banten di daerah Jawa Barat Daya31.
(http://febasfi.blogspot.com/2012/11/kedatangan-bangsa-eropa-di-asia-
tenggara.html 2012).
31 Pelayaran bangsa Belanda ke Indonesia selalu menjauhi pelayaran bangsa Portugis, selain itu Belanda juga tidak mau menguasai daerah pendudukan Portugis. Pelayaran de Houtman tidak singgah di India dan Malaka yang sudah di duduki oleh Portugis. Cara ini digunakan untuk menghindarkan pertentangan dengan Portugis, pelayarannya memasuki wilayah nusantara dengan melalui selat Sunda (http://febasfi.blogspot.com/2012/11/kedatangan-bangsa-eropa-di-asia-tenggara.html 2012).
135
GAMBAR 3 KEDATANGAN BELANDA DI BANTEN PADA TAHUN
1596 http://humaspdg.wordpress.com/2010/04/20/catatan-sejarah-kesultanan-banten/
Pada tanggal 28 November 1598 rombongan baru dibawah pimpinan Jacob
van Neck dan Van Waerwyck dengan 8 buah kapalnya tiba di Banten. Kedatangan
Belanda pada saat itu bernasib baik karena hubungan Banten dengan Portugis
memburuk sehingga mereka diterima dengan baik. Sikap dari Van Neck sendiri
juga diatur dengan sangat hati-hati dan pandai mengambil hati para pembesar
Banten. Jacob van Neck dibantu oleh van Waerwijk dan van Heemskerck pandai
membawa diri dan sanggup menahan hati bila berhadapan dengan Mangkubumi,
bahkan permohonan untuk menghadap Sultan pun dikabulkan. Dengan membawa
hadiah sebuah piala berkaki emas sebagai tanda persahabatan, van Neck
menghadap kepada Sultan Abdul Mafakhir. Hasilnya Van Neck kembali ke
Belanda dengan tiga kapal yang penuh muatan, sedangkan van Waerwijk dan van
Heemskerck melanjutkan perjalanannya ke Maluku dengan lima buah kapal.
Dengan keberhasilan dua ekspedisi dagang ke Indonesia ini akhirnya berduyun-
duyunlah orang-orang Belanda untuk berdagang. Tercatat pada tahun 1598 saja
ada 22 kapal milik perorangan dan perikatan dagang dari Nederland menuju
Indonesia. Bahkan tahun 1602 ada 65 kapal yang kembali dari kepulauan
Indonesia dengan muatan penuh (Humaspdg 2010).
Karena persaingan ketat antar sesama pedagang Belanda yang berlomba-lomba
untuk mendapat rempah-rempah dari negeri timur, maka keuntungan mereka pun
sedikit, dan bahkan rugi32. Melihat kenyataan ini maka pada tahun 1602
dibentuknya persatuan dagang yang kemudian diberi nama “Vereenigde Oost
Indische Compagnie (VOC) dengan modal pertama 6,5 juta gulden dan
berkedudukan di Amsterdam; dan tujuannya adalah mencari laba sebanyak-
banyaknya, di samping untuk memperkuat kedudukan Belanda melawan
kekuasaan Portugis dan Spanyol. Berdirinya VOC ini dibantu oleh pemerintah
kerajaan Belanda, sehingga VOC diberi hak-hak sebagai berikut (Humaspdg
2010):
1) Hak monopoli untuk berdagang di wilayah antara Amerika dan Afrika.
32 dari data-data yang dikumpulkan, ternyata kerugiannya mencapai 5 laksa gulden (Humaspdg 2010)
136
2) Dapat membentuk angkatan perang sendiri, mengadakan peperangan,
mendirikan benteng dan bahkan menjajah.
3) Berhak untuk mengangkat pegawai sendiri.
4) Berhak untuk membuat peradilan sendiri (justisi).
5) Berhak mencetak dan mengedarkan uang sendiri.
Sejalan dengan hak yang diperoleh oleh VOC maka kewajiban yang harus
dipenuhi terhadap pemerintah kerajaan Belanda, yaitu Bertanggung jawab kepada
Staten General (Dewan Perwakilan Rakyat Belanda) dan Pada waktu perang harus
membantu pemerintah dengan uang dan angkatan perang. Di Indonesia, VOC
pertama kali berpusat di Ambon. Gubernur Jenderal pertamanya adalah Pieter
Both. Di bawah kepemimpinannya, VOC berhasil menguasai perdagangan rempah-
rempah di Maluku. Namun, itu belum cukup bagi VOC sebab Malaka sebagai pusat
perdagangan di Asia Tenggara masih dikuasai Portugis. Oleh karena itu, untuk
menyingkirkan Portugis, Pieter Both merasa perlu memindahkan pusat kegiatan
VOC dari Ambon ke Jayakarta (Wiharyanto, Pergantian Kekuasaan di Indonesia
Tahun 1800 2007). Setelah berjalan lebih dari satu setengah abad, ternyata
keuntungan yang diperoleh semakin kecil , kasnya semakin menipis, sedang
anggaran belanja VOC semakin besar. Keadaan tersebut tidak semakin bertambah
baik tetapi justru semakin merosot. Itulah sebabnya VOC akhirnya membubarkan
diri pada tanggal 31 Desember 1799 (Khoo, 1976 dalam Wiharyanto, 2007).
Setelah VOC bubar, Indonesia diserahkan kepada pemerintah Belanda
(Republik Bataaf). Pegawai-pegawai VOC menjadi pegawai pemerintah Belanda.
Hutang VOC juga menjadi tanggungan negeri Belanda. Dengan demikian sejak
tanggal 1 Januari 1800 Indonesia dijajah langsung oleh negeri Belanda. Sejak saat
itu Indonesia disebut Hindia Belanda. Sejak itu di Indonesia berlangsung masa
kolonialisme33 (Wiharyanto 2007a). Setelah Indonesia menjadi Hindia Belanda,
ternyata nasibnya juga tidak lebih baik dibanding masa VOC. Hal ini disebabkan
karena karakter pimpinan kolonial di Indonesia yang kurang bersahabat dengan
rakyat dan tujuan Belanda menguasai Indonesia juga tidak berubah. Indonesia yang
sejak dahulu telah dikenal sebagai penghasil rempah-rempah, selalu menjadi
incaran banyak bangsa untuk menguasai Indonesia. Tidak heran banyak terjadi
perang antarbangsa untuk memperebutkan Indonesia. Seiring dengan uraian di atas,
maka pada bagian berikut ini akan diuraikan tentang masa politik kolonial liberal
(1800-1811), masa penjajahan liberal di Indonesia atau masa pemerintahan Raffles
(1811-1816), masa Komisi Jenderal (1816-1819), sampai dengan masa
pemerintahan Van der Capellen (1819-1825) (Wiharyanto 2007a).
33 Kolonialisme adalah sistem di mana suatu negara menjalankan politik pendudukan atau penjajahan
137
GAMBAR 4 WILAYAH HINDIA BELANDA DARI TAHUN 1800 S.D.
TAHUN 1942
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Hindia-Belanda
d. Bangsa Perancis
Bersamaan dengan tertanamnya pengaruh Belanda di kepulauan Nusantara
saudagar Perancis mencoba membuka perdagangan dengan Asia Tenggara. Pada
tahun 1601 sebuah ekspedisi mendarat di Banten, pada tahun 1603 maskapai
dagang Hindia Timur didirikan di Paris. Bangsa Belanda berhasil Menahan
masuknya Portugis dan Inggris. Menghadapi Hindia Timur Perancis kemudian
terhenti kegiatannya. Perdagangan Perancis kemudian diselenggarakan terbatas
kepada perdagangan individual, mereka mengunjungi Sulawesi dan Sumatera
(Darmawan tanpa tahun). Kedatangan Perancis di Indonesia lebih bersifat
individual, Perancis lebih menguasai Indo China diantaranya yaitu Vietnam, Laos,
Kamboja.
e. Bangsa Inggris
Pada abad ke-17, Inggris tampil sebagai sebuah negara yang menguasai lautan
(Sarvajala). Hal ini terbukti dengan semakin luasnya daerah perdagangan Inggris
di kawasan Asia maupun Amerika. Suatu posisi yang pada hakikatnya mendorong
Inggris untuk menjadi sebuah negara yang kaya raya di kawasan Eropa. Dalam
perdagangannya, Inggris tergolong negara yang mahir memainkan peranan dan
strategi perdagangan. Sebagai bukti, pemerintah Inggris memiliki persekutuan
dagang yang disebut East Indies Company (EIC) atau Persekutuan Dagang Hindia
Timur. EIC merupakan sebuah persekutuan dagang yang menjadi saingan bagi
persekutuan dagang Belanda yang bernama VOC di wilayah Hindia Timur dan
Asia Timur. Menjelang abad ke-18, persekutuan EIC ini mengalami kemajuan
yang pesat. Sebuah studi terbaru menunjukkan 90 persen negara di dunia ternyata
pernah dijajah Inggris. Dari sekitar 200 negara di dunia saat ini, hanya 22 negara
yang sama sekali tak pernah dijajah Inggris, antara lain Guatemala, Tajikistan dan
Kepulauan Marshall termasuk satu negara Eropa, Luksemburg. Sejarah penjajahan
Inggris itu dimuat dalam sebuah buku berjudul All Countries We've Ever Invaded:
And the Few Never Got Round To, karya Stuart Laycock (Hardoko 2012).
Inggris tiba di Indonesia pertama kali pada tahun 1740 dengan kedatangan
pedagang Inggris yang bernama Francis Light (1740-1794) berhasil meyakinkan
138
Gubernur Inggris untuk mengadakan perjanjian dagang yang disebut Perjanjian
Vervailles (1783) dengan Kerajaan Aceh dan Kedah. Walaupun menemui banyak
penolakan terutama dari Sultan Aceh namun Light tetap mengajukan usul yaitu
penduduka Penang dengan pengertian bahwa pendudukan tersebut tidak untuk
pemecahan angkatan laut melainkan untuk mematahkan monopoli Belanda dan
juga menjamin keamanan yang lebih baik bagi pelayaran China (Sudharmono
2012).
.
2. Perlawanan Kerajaan Indonesia terhadap Imperialisme dan Kolonialisme Barat.
Dominasi dan tekanan bangsa Eropa di Indonesia sampai dengan abad ke-18
semakin besar dan meluas, bukan hanya bidang ekonomi dan politik, tetapi sudah
merambah kepada penetrasi budaya dan agama (Johan 2014). Hal ini mengakibatkan
perlawanan dan perang untuk melawan tindakan sewenang-wenang dan penindasan yang
dilakukan oleh penguasa kolonial Eropa yang telah menimbulkan kesengsaraan bagi
bangsa Indonesia. Pada awalnya perlawanan ditujukan kepada kekuasaan Portugis dan
VOC. Perlawanan dilakukan oleh Kerajaan yang wilayahnya menjadi wilayah jajahan
bangsa Eropa
a. Perlawanan Kesultanan Ternate-Tidore (Maluku)
Kedatangan bangsa Portugis dan Spanyol di Maluku pada tahun 1521 khususnya
Ternate dan Tidore bukan hanya memonopoli perdagangan rempah-rempah, tetapi
melakukan kekerasan militer dan pemaksaan terhadap rakyat Ternate dan Tidore. Selain
itu juga terjadi pelanggaran perjanjian persahabatn dan dagang antara Sultan Khairun
(Ternate) dengan Gubernur Portugis de Mesquita pada tahun 1564 yang menganggap
Sultan Khairun berada di bawah jajahan Portugis (Djaelani 1999). Walaupun persetujuan
perjanjian tersebut diperbaharui, dengan menyebutkan bahwa hak-hak sultan diakui,
namun Portugis tetap berhak memonopoli perdagangan rempah-rempah di Ternate, usaha
kristenisasi tidak boleh dihalang-halangi dan jika terjadi perselisihan antara sultan dengan
gubernur, maka raja Portugis yang berhak menyelesaikan.
Setelah satu tahun perjanjian tersebut dilaksanakan, Sultan Khairun kehilangan
kesabarannya dan membatalkan secara sepihak perjanjian tersebut serta sekaligus
menyatakan perang kepada Portugis yang diakibatkan perlakuan Gubernur de Mesquita
yang menganggap kesultanan Ternate sebagai daerah jajahan saja. Keputusan ini
dilanjutkan dengan tindakan militer yaitu pasukan Sultan Khairun dan rakyatnya
diperintahkan mengusir semua orang Kristen, baik Portugis maupun penduduk asli, dari
kekuasaan Sultan Ternate. Hal ini menimbulkan pertempuran yang mengakibatkan banyak
korban dan ribuan orang Portugis serta rakyat yang beragama Kristen sempat melarikan
diri ke Ambon dan Mindanao.
Peristiwa ini menimbulkan kemarahan Gubernur de Mesquita dan pimpinan
missionaris, sehingga meminta bantuan dari Malaka dan Goa. Datangnya bantuan tersebut
tidak menyebabkan pasukan tentara di bawah pimpinan Sultan Khairun menjadi gentar,
bahkan menumbuhkan semangat untuk mati syahid di medan pertempuran, pertempuran
yang gagah-perkasa dari pasukan tentara Ternate ini, mengakibatkan kerugian yang besar
bagi pasukan tentara Portugis sampai Portugis mengajak untuk berdamai.
Sultan Khairun menerima ajakan berdamai dengan syarat semua pemeluk agama
Kristen harus keluar dari Ternate dan kembali ditandatangin oleh Sultan Khairun dan
Gubernur de Masquita. Sebagai bentuk peresmian perjanjian perdamaian, maka Gubernur
mengadakan resepsi di tempat kediaman Gubernur pada tanggal 28 Februari 1570. Namun
pada saat resepsi berlangsung seorang pengawal dari tentara Portugis telah menikam
139
Sultan dan menimbulkan pertikaian. Pertikaian berdarah tersebut mengakibatkan Sultan
Khairun dan sebagian rombongannya meninggal dunia (Djaelani 1999).
Peristiwa penikaman tersebut menimbulkan kemarahan Pangeran Babullah, putera
Sultan Khairun di Ternate dan mengangkat pangeran menjadi Sultan Ternate untuk
menggantikan ayahnya. Pasukan Sultan Babullah bergerak untuk menghancurkan benteng
pertahanan Portugis di Ternate dan di Ambon dengan dibantu oleh Sultan Tidore. Tentara
Portugis menyerah kepada Sultan Babullah pada akhir tahun 1575 setelah bentengnya
terkurung selama 5 tahun dan tidak mendapat bantuan dari tentara Portugis yang
didatangkan dari Malaka dan Goa akibat tidak mampu menembus blokade pasukan Sultan
Ternate.
b. Perang Mataram (Kerajaan Mataram)
Kesultanan Mataram sudah diajak kerja sama oleh VOC sejak tahun 1614 pada saat
VOC masih bermarkas di Ambon. VOC mengirimkan perwakilan untuk mengajak Sultan
Agung bekerja sama namun ditolak oleh sultan. Tahun 1618 VOC mencoba kembali
bekerja sama setelah melihat Mataram dilanda gagal panen akibat perang melawan
Surabaya, namun kembali ditolak oleh Sultan. Baru pada tahun 1621, Mataram mulai
menjalin kerjasama dengan VOC dengan tujuan untuk memanfaatkan VOC dalam
persaingan menghadapi Surabaya dan Banten. Belanda diizinkan mendirikan benteng (loji)
untuk kantor dagang di Jepara. Belanda juga memberikan dua meriam terbaik untuk
Kerajaan Mataram. Dalam perkembangannya, terjadi perselisihan antara Mataram dengan
Belanda. Gubernur Jendral VOC Jan Piterzoon Coen memerintahkan Van Der Marct
menyerang Jepara. Sultan Agung mempersiapkan serangan terhadap kedudukan Belanda
di Batavia. Serangan pertama dilakukan tahun 1628. Pasukan Mataram yang dipimpin
Tumenggung Baurekso tiba di Batavia tanggal 22 Agustus 1628. Pasukan ini kemudian
disusul pasukan Tumenggung Sura Agul-Agul, yang dibantu dua bersaudara, yakni Kiai
Dipati Mandurojo dan Kiai Upa Santa. Upaya serangan pertama gagal untuk menghalang
mundur pasukan Belanda. Tidak kurang 1.000 prajurit Mataram gugur dalam perlawanan
tersebut. Mataram mempersiapkan serangan kedua ini pun gagal. Selain kelemahan
pasukan pertama, lumbung padi persediaan makanan banyak dihancurkan Belanda. Di
samping Sultan Agung, perlawanan terhadap kekuasaan VOC juga dilakukan oleh
Pangeran Mangkubumi dan Mas Said (Johan 2014).
c. Perang Makasar (Kerajaan Makasar)
Kedatangan VOC di Indonesia memang banyak menghasilkan kontroversi dimana
saja tempat yang mereka singgahi, tidak terkecuali di Makasar. Di Sulawesi Selatan,
perlawanan terhadap kolonialisme Belanda dilakukan oleh Kerajaan Gowa dan Tallo, yang
kemudian bergabung menjadi Kerajaan Makasar. Dilihat dari letak geografisnya, letak
wilayah Kerajaan Makasar sangat strategis dan memiliki kota pelabuhan sebagai pusat
perdagangan di Kawasan Indonesia Timur
(http://buihkata.blogspot.com/2012/11/perlawanan-rakyat-makasar-terhadap.html 2012).
Kerajaan Makassar, dengan didukung oleh pelaut-pelaut ulung, mencapai puncak
kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Hasanudin antara tahun 1654 - 1669. Pada
pertengahan abad ke-17, Kerajaan Makasar menjadi pesaing berat bagi kompeni VOC
pelayaran dan perdagangan di wilayah Indonesia Timur. Persaingan dagang tersebut terasa
semakin berat untuk VOC sehingga VOC berpura-pura ingin membangun hubungan baik
dan saling menguntungkan. Upaya VOC yang sepertinya terlihat baik ini disambut baik
oleh Raja Gowa dan kemudian VOC diizinkan berdagang secara bebas. Setelah
mendapatkan kesempatan berdagang dan mendapatkan pengaruh di Makasar, VOC mulai
140
menunjukkan perilaku dan niat utamanya, yaitu mulai mengajukan tuntutan kepada Sultan
Hasanuddin.
Tuntutan VOC terhadap Makasar ditentang oleh Sultan Hasanudin dalam bentuk
perlawanan dan penolakan semua bentuk isi tuntutan yang diajukan oleh VOC.
Pertempuran pertama terjadi pada tahun 1633 dan pertempuran kedua terjadi pada tahun
1654. Kedua pertempuran tersebut diawali dengan perilaku VOC yang berusaha
menghalang-halangi pedagang yang masuk maupun keluar Pelabuhan Makasar. Dua kali
upaya VOC tersebut mengalami kegagalan karena pelaut Makasar memberikan
perlawanan sengit terhadap kompeni. Pertempuran ketiga terjadi tahun 1666 - 1667 dalam
bentuk perang besar. Ketika VOC menyerbu Makasar, pasukan kompeni dibantu oleh
pasukan Raja Bone (Aru Palaka) dan Pasukan Kapten Yonker dari Ambon. Pasukan
angkatan laut VOC, yang dipimpin oleh Speelman, menyerang pelabuhan Makasar dari
laut, sedangkan pasukan Aru Palaka mendarat di Bonthain dan berhasil mendorong suku
Bugis agar melakukan pemberontakan terhadap Sultan Hasanudin serta melakukan
penyerbuan ke Makasar. Namun akhirnya Sultan Hasanudin terdesak dan dipaksa untuk
menandatangani perjanjian perdamaian di Desa Bongaya pada tahun 1667. Salah satu
faktor penyebab kegagalan rakyat Makasar adalah keberhasilan politik adu domba Belanda
terhadap Sultan Hasanudin dengan Aru Palaka. Perlawanan rakyat Makasar selanjutnya
dilakukan dalam bentuk lain, seperti membantu Trunojoyo dan rakyat Banten setiap
melakukan perlawanan terhadap VOC (http://buihkata.blogspot.com/2012/11/perlawanan-
rakyat-makasar-terhadap.html 2012).
d. Perang Banten
Peristiwa perompakan atau pembajakan kapal milik Banten yang pulang dari Jawa
Timur oleh kapal-kapal Belanda, menimbulkam amarah Sultan Ageng Tirtayasa, sehingga
ia menyatakan perang kepada Belanda. Kebijaksanaan ini ditentang keras oleh anaknya
Sultan Haji. Bahkan atas bantuan Belanda pada tanggal 1 Maret 1680, Sultan Haji
menurunkan ayahnya, Sultan Ageng Tirtayasa dari kesultanan dan mengangkat dirinya
menjadi Sultan Banten (Djaelani 1999). Tindakan pemecatan Sultan Ageng Tirtayasa
menimbulkan reaksi besar dari para bangsawan Banten di bawah pimpinan Pangeran
Purbaya dan para ulama dan rakyat di bawah pimpinan Syeikh Yusuf. Secara spontan
rakyat Banten tidak mengakui kepemimpinan Sultan Haji di Banten. Dan sebaliknya
mereka berkumpul dihadapan Sultan Ageng Tirtayasa untuk menyatakan kesetiaannya dan
bersedia berperang untuk menurunkan Sultan Haji dan Belanda yang menjadi biang
keladinya.
Pada tanggal 7 April 1680 pagi-pagi buta pasukan Sultan Ageng di bawah
pimpinannya langsung, didampingi oleh anaknya pangeran Purbaya dan menantunya
Syeikh Yusuf melakukan serangan umum yang mematikan, terhadap kehidupan Sultan
Haji dan pasukan Belanda. Dalam keadaan yang sangat kritis, Laksamana Saint Martin
dan Tak menyodorkan 'surat perjanjian' kepada Sultan Haji untuk ditanda-tangani, jika
bantuan pasukan Belanda diperlukan oleh Sultan. Untuk mempertahankan hidupnya dan
kekuasaannya, Sultan Haji menanda-tangani surat perjanjian yang sangat merugikan itu
untuk selama-lamanya. Perang Sultan Ageng Tirtayasa merupakan perang melawan
Belanda, namun karena kekuatan senjata yang tidak seimbang, mengakibatkan pasukan
Sultan Ageng mengalami kekalahan dan akhirnya menyerah pada bulan Maret 1683.
e. Pemberontakan Untung Surapati
Untung ialah seorang budak dari Bali. Ia dibeli oleh pedagang dari Belanda dan
dijadikan pegawai VOC. Kesalahan yang dibuatnya, yaitu menjalin hubungan dengan
seorang gadis yang merupakan putri dari tuannya, sehingga dia dipenjara. Di dalam
141
penjara ia memimpin teman-temannya untuk membongkar pintu penjara dan kemudian ia
merampok orang orang Belanda. Untung kemudian menjadi buronan, Belanda selalu
menemui kegagalan dalam menangkapnya (Johan 2014). Di sisi lain, VOC sedang
berusaha melakukan penangkapan terhadap Pangeran Purbaya, putra Sultan Ageng
Tirtayasa yang meloloskan diri. Dalam usahanya VOC menarik kelompok Untung untuk
membantunya menangkap Pangeran Purbaya. Kelompok Untung berhasil menangkap
Pangeran Purbaya. Namun, setelah hampir mendekati Batavia, Untung berubah pikiran
karena mendapat penghinaan dari pimpinan pasukan VOC dan ia memutuskan untuk
kembali melawan VOC. Nama Surapati di dapat ketika mampu selamat dari tuduhan
melakukan pembangkangan terhadap Sultan Cirebon dan lawannya yang bernama Surapati
dihukum mati.
Ketika mataram dipimpin oleh Sunan Amangkurat II, Untung Surapati melanjutkan
perjuangan di wilayah Mataram. Dalam melakukan perlawanan terhadap Belanda, Sunan
Amangkurat II merangkul Untung. Namun ia menyadari akan kelicikan sunan ketika
menjerumuskan Trunojaya. Maka, setelah membunuh Kapitan Tack dan anak buahnya
Untung pun menyingkir ke Jawa Timur. Kaptain Tack adalah utusan Belanda yang
bertugas untuk menangkap Untung Surapati. Perjuangan Untung Surapati semakin kuat
dengan dibangunnya pusat perjuangan untuk melawan VOC di Pasuruan Jawa Timur yang
bernama Wiranegara. Wiranegara dipimpin dan diperintah oleh Untung Surapati dan
setelah peperangan dengan Sunan Mas, Untung gugur dalam pertempuran besar di
Banggil. (Johan 2014).
f. Perlawananan Patimura
Pada tahun 1817, terjadi perubahan penguasaan di Indonesia. Belanda kembali
berkuasa di Indonesia menggantikan Inggris. Perkembangan itu telah menggelisahkan
masyarakat Maluku. Belanda menerapkan kebijakan yang sangat berbeda dengan Inggris.
Rakyat pun kecewa, rakyat dipaksa menyerahkan berbagai macam hasil bumi, seperti kopi
dan rempah-rempah. Rakyat mendapat bayaran yang sangat kecil, bahkan kadang kadang
tidak dibayar. Pada bulan Mei 1817, rakyat Maluku di Saparua melancarkan perlawanan
yang dipimpin oleh Thomas Matulessy atau patimura. Thomas Matulessy dilahirkan di
Haria, Pulau Saparua Maluku. Pada tahun 1783. Pada masa pemerintahan Inggris,
Patimura masuk dinas militer berpangkat sersan (Johan 2014). Poesponegoro (2010)
dalam (Johan 2014) menceritakan “Di Pulau Saparua pertemuan-pertemuan pertama
dilakukan di sebuah tempat yang dinamakan Hutan Kayuputih”, Sehari sebelum
penyerbuan ke benteng Duurstede, mereka berkumpul untuk merundingkannya dan
memilih pemimpin perangnya pada tanggal 14 Mei 1817. Para pemuda dan penguasa-
penguasa desa(raja atau patih dan orang kaya) memutuskan untuk menghancurkan pusat
kekuasaan kolonial di benteng Duurstede yang terletak di Pulau Saparua. Keputusan yang
sangat dirahasiahkan ini diteruskan kepada setiap negeri di pulau itu. Selain itu, dalam
musyawarah di tempat itu mereka juga memilih Thomas Matulesy sebagai pimpinan
perang dengan julukan Pattimura.
Pada malam hari tanggal 15 Mei 1817 para pemuda Saparua dibawah pimpinan
Patimura, mulai melakukan perlawanan terhadap Belanda. Mereka membakar perahu-
perahu pos di pelabuan. Setelah itu, mereka mengepung Benteng Duursted. Pada tanggal
16 Mei 1817, Benteng tersebut berhasil diduduki oleh barisan Patimura dan kawan-kawan.
Setelah itu, Benteng Deverdijk dapat dikuasai dan Residen Van Der Berg berhasil
ditembak mati. Sebagaimana dikemukakan oleh (Poesponegoro et al. 2010 :28), bahwa
: “Setiap penghuni benteng tersebut, termasuk Residen Van Der Berg beserta keluarganya
tewas...” (Johan 2014). Pada bulan Juli 1817, pihak Belanda mendatangkan bantuan
dengan kekuatan yang lebih besar dari Batavia. Pasukan ini dipimpin oleh Laksamana
142
Muda Buykes. Kemudian belanda melancarkan serangan besar-besaran, sehingga pasukan
Patimura terdesak oleh Belanda. Pada Bulan Agustus 1817, Patimura terpaksa menyingkir
ke hutan dan melakukan perang gerilya. Dengan tipuan muslihat, Belanda berhasil
menguasai kembali Benteng Deverdijk pada tanggal 18 November 1817. Belanda juga
berhasil menangkap dan menghukum mati kapitan Paulus Tiahahu. Setelah itu,
perlawanan lainnya dilakukan oleh pehlawan wanita, yaitu Cristian Martha Tiahahu yang
berusia 17 tahun yang pergi ke hutan untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda.
Sekitar bulan November 1817, Patimura terdesak dan akhirnya dapat ditangkap oleh
Belanda. Pada tanggal 16 Desember 1817, Patimura dihukum gantung di alun alun Ambon
di depan Benteng Victoria.
g. Perang Dipenogoro
Pangeran Diponegoro, menurut Babad Diponegoro yang ditulisnya sendiri di Penjara
Menado, menceritakan bahwa ia sejak muda telah mengabdi pada agama, mengikuti jejak
dan hidup moyangnya yang sangat taat pada agama. Moyangnya itu tinggal di Tegalrejo.
Untuk menghindari diri dari pengaruh kraton Yogyakarta, ia tinggal bersama neneknya di
Tegalrejo (Djaelani 1999). Diponegoro dalam memimpin perangnya senantiasa diwarnai
oleh ajaran Islam dan bahkan berusaha agar syari'at Islam itu tegak di dalam daerah
kekuasaannya. Sebagai penasehat keagamaan Dipenogoro memilih Kiai Mojo seorang
ulama terkenal dari Mojo Solo, selain penasehat, Kiai Mojo juga memimpin pasukan
bersama-sama anaknya di daerah Solo.
Sejak Daendels berkuasa, maka wilayah kekuasaan raja-raja Jawa, terutama
Yogyakarta dan Surakarta, makin dipersempit. Daendels menghendaki persamaan derajat
dengan Sultan pada waktu upacara kunjungan resmi diadakan di kraton. Dalam upacara
tersebut pembesar Belanda supaya diijinkan duduk sejajar dengan raja, dan sajian sirih
supaya dihapuskan. Raffles juga meneruskan usaha yang sama terhadap kehidupan
keraton. Kondisi seperti itu menimbulkan rasa kekecewaan dan ketidaksenangan di antara
beberapa golongan bangsawan. Mereka menganggap bahwa martabat kerajaan menjadi
merosot akibat tindakan Belanda tersebut. Tambahan lagi setelah kebiasaan minum-
minuman keras beredar di kalangan kaum bangsawan atau rakyat umum, kekhawatiran
dan kekecewaan di kalangan golongan agama di istana makin meningkat (Johan 2014).
Pengaruh Pangeran Diponegoro sebagai putera Sultan Hamegkubuwono III begitu
besar, apalagi ketika menjadi wali Sultan HB V yang saat itu baru berusia 3 tahun
membuat Belanda menyesal memilih beliau sebagai wali Sultan dan dianggap sebagai
ancaman bagi kekuasaan Belanda sehingga pemerintahan diserahkan kepada Patih
Danurejo dan di bawah kekuasaan residen. Kebijaksanaan lain yang dianggap melecehkan
Diponegoro adalah perbuatan residen dan patih yang selalu mengambil keputusan-
keputusan dengan tidak dirundingkan terlebih dahulu dengan Diponegoro dan Pangeran
Mangkubumi. Misalnya, mengangkat seorang penghulu itu adalah hak Sultan. Tetapi
waktu penghulu Rachmanudin berhenti lantaran berbeda pendapat dengan patih, maka
residen dan patih mengangkat penggantinya tidak dengan persetujuan para wali. Pangeran
Diponegoro menganggap pengangkatan itu tidak sah. Sekali peristiwa Pangeran
Diponegoro diperlakukan tidak pantas oleh dua orang pegawai Belanda, dalam pesta di
rumah patih. Beliau terus meninggalkan perayaan tersebut, lalu mengasingkan diri di
Tegalrejo (Johan 2014).
143
Pada waktu residen dan patih menyuruh menyambung jalan dari kota ke Tegalrejo
(Jalan Notoyudan) yang akan melalui tempat yang dianggap keramat oleh Diponegoro,
maka Diponegoro menentangnya. Penentangan tersebut mengakibatkan pasukan Belanda
mnyerbu ke Tegalrejo sehingga akhirnya pada tanggal 25 Juli 1825 berkobarlah
perlawanan Dipenogoro. Setelah pertempuran di Tegalrejo ini, Diponegoro dengan
pasukannya menyingkir ke Gua Selarong, sekitar 15 km sebelah barat daya kota
Yogyakarta, guna mengatur siasat perang selanjutnya. Keluarga Pangeran Diponegoro
diungsikan ke Dekso (Kulon Progo) . Kabar mengenai meletusnya perlawanan
Diponegoro terhadap Belanda meluas ke berbagai daerah. Rakyat petani yang telah lama
menderita dalam kehidupannya, banyak yang segera datang untuk ikut serta dalam
perlawanan. Demikian pula para ulama dan bangsawan yang kecewa terhadap Belanda
bergabung dengan Diponegoro. Daerah-daerah lain juga menyambut perlawanan
Diponegoro dengan melakukan perlawanan terhadap Belanda.
Karena itu tawaran Belanda untuk melakukan perdamaian selalu ditolak oleh
Diponegoro.Melihat semakin kuatnya Diponegoro dan semakin meluasnya medan
pertempuran, maka Belanda menilai bahwa perlawanan Diponegoro sangat
membahayakan kedudukan Belanda di Indonesia. Itulah sebabnya Belanda lalu menggelar
berbagai siasat untuk menumpas atau menghentikan perlawanan Diponegoro. Sampai
tahun 1829 tersebut kira-kira 200 ribu pasukan Diponegoro telah gugur. Oleh karena
kondisinya yang semakin terdesak dan melihat kedudukannya yang sudah tidak ada
harapan lagi, maka Diponegoro bersedia untuk melakukan perundingan. Pemerintah
Negeri Belanda mendesak de Kock agar segera menghentikan perlawanan dengan cara
apapun agar melapangkan jalan bagi pelaksanaan Culturstelsel. Di samping itu, de Kock
juga terancam dipecat jika Diponegoro sampai lepas kembali. Perlawanan Pangeran
Diponegoro membawa akibat yang cukup berat. Korban di pihak Belanda sebanyak
15.000 tentara, terdiri dari 8000 ribu orang Eropa, dan 7000 orang serdadu pribumi. Biaya
yang harus dikeluarkan untuk membiayai perang itu tidak kurang dari 20 juta gulden. Di
samping itu, tidak sedikit perkebunan-perkebunan swasta asing yang rusak. Kemakmuran
rakyat lenyap sama sekali.
h. Perang Padri
Latar belakang lahirnya kaum Padri mempunyai kaitan dengan gerakan Wahabi yang
muncul di Saudi Arabia, yaitu gerakan yang dipimpin oleh seorang ulama besar bernama
Muhammad bin Abdul Wahab (1703-1787). Nama gerakan Wahabi sesungguhnya
merupakan nama yang mempunyai konotasi yang kurang baik, yang diberikan oleh lawan-
lawannya, sedangkan gerakan ini lebih senang dan menamakan dirinya sebagai kaum
'Muwahhidin' yaitu kaum yang konsisten dengan ajaran tauhid, yang merupakan landasan
asasi ajaran Islam (Djaelani 1999). Perang Padri adalah peperangan yang berlangsung di
Sumatera Barat dan sekitarnya. Awal mula Perang Padri disebabkan munculnya
pertentangan sekelompok ulama yang dijuluki sebagai Kaum Padri terhadap kebiasaan-
kebiasaan buruk yang dilakukan oleh kalangan masyarakat yang disebut Kaum Adat.
Kebiasaan buruk tersebut antara lain : judi, sabung ayam, madat, minuman keras,
tembakau, sirih dan juga aspek hukum adat mengenai warisan serta longgarnya
pelaksanaan kewajiban ritual formal agama Islam. Tidak adanya kesepakatan dari Kaum
Adat yang telah memeluk Islam untuk meninggalkan kebiasaan tersebut, memicu
kemarahan Kaum Padri, sehingga pecahlah peperangan pada tahun 1803 hingga tahun
1833. Perang tersebut dapat disebut sebagai perang saudara. Dalam peperangan, Kaum
Padri dipimpin oleh Harimau Nan Salapan sedangkan Kaum Adat dipimpinan oleh Yang
Dipertuan Pagaruyung waktu itu Sultan Arifin Muningsyah. Kaum Adat yang mulai
terdesak, meminta bantuan kepada Belanda pada tahun 1821. Namun pada kenyataannya
144
keterlibatan Belanda justru memperumit keadaan, sehingga sejak tahun 1833, Kaum Adat
berbalik bergabung bersama Kaum Padri dan melawan Belanda (http://dianrana-
katulistiwa.com/padri.pdf t.thn.).
Pada tahun 1825 di Jawa mulai berkobar perang Diponegoro. Belanda menilai bahwa
perang Diponegoro lebih berbahaya dari pada Perang Padri. Karena itu, pasukan Belanda
yang bertugas di Sumatera Barat harus dikurangi untuk dikerahkan ke Jawa. Karena
kondisi tersebut Belanda menggunakan taktik berdamai dengan pihak Padri. Perdamaian
itu diadakan pada tahun 1825 (Johan 2014). Pada saat terjadi gencatan senjata tersebut,
ternyata Belanda melakukan tekanan-tekanan kepada penduduk setempat, sehingga
akhirnya meletuslah perlawanan kembali dari pihak kaum Padri diikuti oleh rakyat
setempat. Perlawanan segera menjalar kembali ke berbagai tempat. Tuanku Imam Bonjol
mendapat dukungan Tuanku nan Gapuk, Tuanku nan Cerdik, dan Tuanku Hitam, sehingga
mulai tahun 1826 volume pertempuran semakin meningkat. Salah satu markas kaum Padri
yang berada di Tanjung Alam diserang oleh pasukan Belanda (1833) . Akibat pertempuran
tersebut, pasukan Padri melemah karena beberapa pemimpin Padri menyerah, misalnya
Tuanku nan Cerdik. Sejak itu perlawanan-perlawan terhadap Belanda dipimpin sendiri
oleh Tuanku Imam Bonjol.
Untuk mempercepat penyelesaian Perang Padri, Gubernur Jenderal van den Bosch
datang ke Sumatera Barat untuk menyaksikan sendiri keadaan di medan pertempuran. Ia
mengeluarkan pernyataan gubernemen yang terkenal dengan nama Pelakat Panjang.
Pernyataan itu memberi hak-hak istimewa kepada mereka yang memihak Belanda. Dalam
kondisi terjepit, pihak Belanda mengajak Imam Bonjol untuk berunding. Tetapi
perundingan perdamaian itu oleh Belanda hanyalah dipakai untuk mengetahui kekuatan
yang terakhir di pihak Padri, yang ada di Benteng Bonjol, sementara mengharapkan Imam
Bonjol mau menyerahkan diri. Perundingan gagal karena pihak Belanda memang telah
melakukan persiapan untuk mengepung benteng tersebut. Jenderal Michiels memimpin
sendiri pengepungan kota Bonjol. Dengan susah payah Kaum Padri menghadapi kekuatan
musuh yang jauh lebih kuat. Pada akhirnya benteng Kaum Padri jatuh ke tangan Belanda.
Tuanku Imam Bonjol beserta sisa-sisa pasukannya tertawan pada tanggal 25 Oktober
1837. Imam Bonjol lalu dibuang ke Cianjur, lalu dipindah ke Ambon dan akhirnya
dibuang ke Minahasa.
i. Perang Aceh
Pelanggaran Traktat London yang ditandatangani pada tahun 1824 oleh Belanda
mengakibatkan perang Aceh terjadi. Salah satu isi perjanjian tersebut adalah Belanda
harus menjamin keamanan di perairan Aceh, tanpa mengganggu kedaulatan negara
tersebut. Namun pada tahun 1863, kesultanan Aceh tidak lagi diakui oleh Belanda sebab
Sultan Deli mengadakan perjanjian kerjasama dengan Belanda dengan memperbolehkan
Belanda membuka perkebunan tembakau besar-besaran di Deli. Keuntungan yang besar,
pembukaan terusan Suez, posisi strategis Aceh dan ketamakan Belanda dan Inggris
membuat Aceh sebagai wilayah kolonialnya membuat Aceh waspada. Pada akhir
Nopember 1871 lahirlah apa yang disebut Traktat Sumatera, dimana disebutkan dengan
jelas "Inggeris wajib berlepas diri dari segala unjuk perasaan terhadap perluasan
kekuasaan Belanda di bagian mana pun di Sumatera. Pembatasanpembatasan Traktat
London 1824 mengenai Aceh dibatalkan” (Djaelani 1999).
Aceh pernah mendapatkan peringatan dari Multatuli pada tahun 1872 namun tidak
dihiraukan oleh Sultan Aceh, sementara Belanda terus menghimpun kekuatan untuk
menyerbu Aceh. Keinginan Gubernur Jenderal Loudon adalah segera sesudah tangal 18
Februari 1873 akan mengirimkan Nieuwenhuyzen bersama beberapa kapal perang ke
Aceh. Pasukan ekspedisinya akan menyusul kemudian. Tetapi keadaan armada negara
145
begitu buruk, sehingga baru pada tanggal 7 Maret 1873 dua kapal perang siap berlayar.
Walaupun demikian Aceh telah mempersiapkan diri untuk menghadapi penyerbuan
pasukan Belanda, dengan jalan membuat benteng-benteng dan kubu-kubu pertahanan
sepanjang pantai yang diperhitungkan akan menjadi tempat pendaratan pasukan musuh.
Pada tanggal 19 Maret 1873, kapal-kapal perang Belanda yang dipimpin oleh Jenderal
J.H.R. Kohler dan Kolonel Nieuwenhuyzen telah berada dilepas pantai Aceh. Dari kapal
'Citadel van Antwerpen' melalui surat-surat, Belanda memberikan ultimatum, dan
ultimatum itu dijawab oleh Sultan Aceh dengan menyatakan, antara lain: " .....Kemudian
daripada itu kami iringi harapan kami yang sungguh-sungguh, agar hendaknya negeri kami
jangan dihancurkan"
Ekspedisi pertama Belanda dengan 3193 prajurit dipimpin oleh Jenderal Kohler.
Setelah beberapa lama terjadi tembak menembak di daerah pantai, pasukan Aceh
mengundurkan diri dan berkubu di sekitar Mesjid Raya. Belanda langsung menyerbu
Mesjid Raya dengan tembakan-tembakan meriam, sehingga mesjid itu terbakar. Pasukan
Aceh mundur dan Mesjid Raya diduduki Belanda. Namun pasukan Aceh berhasil
menembak Jenderal Kohler sehingga tewas, sehingga pimpinan tentara Belanda diambil
alih oleh Kolonel van Dalen dan menarik diri dari Mesjid Raya (Johan 2014). Pasukan
Aceh melakukan konsolidasi di sekitar istana Sultan Mahmudsyah. Pasukan-pasukan itu
terus digerakkan untuk melakukan serangan-serangan terhadap pos-pos Belanda. Dengan
demikian usaha Belanda untuk menundukkan Aceh dengan serangan terbuka mengalami
kegagalan, sehingga Belanda memilih memblokade Aceh. Ketika itu muncullah tokoh-
tokoh pemimpin seperti Panglima Polem, Teuku Imam Lueng Bata, Cut Banta, Teungku
Cik di Tiro, Teuku Umar, dan istrinya Cut Nya’ Din, dan masih banyak pemimpin Aceh
lainnya yang memimpin perlawanan di daerahnya masing-masing.
Untuk memadamkan perlawanan rakyat Aceh, pemerintah Belanda memisahkan
daerah Aceh sebelah utara dari Aceh sebelah selatan, sedangkan pantai laut dijaga oleh
angkatan laut Belanda. Siasat ini disebut konsentrasistelsel, yaitu daerah yang dikuasai
Belanda dimakmurkan agar orang-orang Aceh yang melakukan perlawanan meletakkan
senjata dan kembali ke daerah yang aman dan makmur itu. Dalam perkembangannya,
siasat tersebut gagal, sebab pagar kawat berduri sebagai daerah pembatas tersebut sering
dirusak kaum gerilya dan penjaganya mati terbunuh. Sementara itu Teuku Umar yang
sudah menyerah kepada Belanda (1893) pada tahun 1896 kembali melawan Belanda
setelah berhasil membawa banyak senjata Belanda. Dalam kondisi sulit ini muncullah
seorang ahli bahasa-bahasa Timur dan hukum Islam Dr. Snouk Hurgronye sebagai
penasehat dalam urusan pemerintahan sipil. Ia mempelajari bahasa, adad istiadat,
kepercayaan dan waktu orang-orang Aceh. Dari hasil penelitiannya akhirnya dapat
diketahui bahwa sebenarnya Sultan Aceh itu tidak mempunyai kekuatan apa-apa tanpa
persetujuan dari kepala-kepala yang ada di bawahnya. Selain itu juga dijelaskan bahwa
pengaruh kaum ulama pada rakyat adalah sangat besar. Karena itu dirasa sulit untuk
menundukkan rakyat yang berkeyakinan agama yang kuat sepeti rakyat Aceh itu.
Dengan hilangnya pemimpin-pemimpin yang tangguh itu, maka perlawanan rakyat
Aceh makin kendor, dan di lain pihak Belanda dapat memperkuat kekuasaannya di daerah
itu. Sekalipun demikian perlawanan rakyat Aceh boleh dikatakanmerupakan perlawanan
yang paling lama dan yang paling besar selama abad ke-19. Dalam rangka untuk
memastikan kemerosotan perlawanan Aceh, pada tahun 1904 Jenderal van Daalen
melakukan ekspedisi lintas pedalaman, khususnya antara Gayo dan Alas. Dalam ekspedisi
tersebut pasukannya memang tidak mendapatkan perlawanan suatu apa sehingga pada
tahun 1904 itu pula perlawanan Aceh dinyatakan berakhir. Namun perlawanan masih
berlangsung terus, secara perseorangan maupun dalam kelompok; hanya semakin lama
semakin terpencil sifatnya.
146
j. Perang Bali
Hubungan Bali dan Belanda berawal dari banyaknya kapal dagang Belanda
terdampar di salah satu pantai kerajaan Bali dan muatannya dirampas oleh raja. Walaupun
Belanda berulangkali mengajukan proters dan mengadakan perjanjian yang menyangkut
pembebasan kapal-kapal Belanda, namun raja-raja di Bali tidak mengindahkan, karena hal
tersebut merupakan hak yang dimiliki oleh kerajaan-kerajaan Bali di daerah pantai yang
dinamakan hukum tawan karang sekitar tahun 1841 di pantai wilayah Badung. Belanda
juga melakukan perdagangan (terutama perdagangan budak) dengan kerajaan-kerajaan
Bali. Poesponegoro (2010) menyebutkan pada tahun 1843 raja-raja Buleleng, Karangasem,
dan beberapa raja lainnya telah menandatangani perjanjian penghapusan tawan karang,
ternyata mereka tidak pernah melaksanakannya dengan sungguh-sungguh (Johan 2014).
Pada tahun 1846, Belanda mengirimkan ekspedisi militernya ke daerah Buleleng dan
berkobarlah perang Kerajaan Buleleng yang dibantu oleh Karangasem melawan Belanda.
Sebetulnya penyerangan yang pertama sudah dilakukan oleh Belanda pada tahun 1836
tetapi gagal dan dilakukalah perundingan sebagai taktik untuk menyerbu kembali. Bali di
bawah kepemimpinan Gusti Jelantik membangun benteng di Jagakarsa untuk menghalau
serangan Belanda. Tahun 1849 Belanda kembali menyerang Benteng Jagakarsa, karena
kalah dalam persenjataan, maka pasukan Bali mundur dan benteng dikuasai oleh Belanda.
Perlawanan Gusti Jelantik baru mengendor pada akhir abad ke 19 setelah sebagian
kerajaan Bali dikuasai oleh Belanda.
Tahun 1904 kembali pecah perang Bali-Belanda setelah rakyat di kerajaan Badung
merampas kapal dagang Cina yang terdampar34, Belanda berhasil merebut ibukota
Denpasar. Akibatnya raja-raja Bali melakukan puputan yaitu melawan habis-habisan
dengan diikuti sanak-saudaranya, para bangsawan lainnya dan kaum putri, bersenjata
tombak dan keris keramat. Mereka memilih gugur di medan perang dari pada menyerah
kepada Belanda.
k. Perang Banjarmasin
Orang-orang Italia merupakan orang Eropa pertama yang mengunjungi Kalimantan
pada abad ke-14, kemudian disusul orang Spanyol, Inggris, dan Belanda. Kerajaan Sambas
merupakan daerah pertama yang berada di bawah pengaruh Belanda semenjak kontrak
dengan VOC yang dibuat oleh Ratu Sapudak (Raja Sambas) pada tanggal 1 Oktober 1609.
Pada tanggal 4 September 1635, Kesultanan Banjar membuat kontrak perdagangan yang
pertama dengan VOC dan VOC akan membantu Banjar menaklukan Paser. Sejak 1636,
Banjarmasin berusaha menjadi pusat mandala bagi kerajaan-kerajaan lainnya yang ada di
Kalbar, Kalteng, dan Kaltim. Hikayat Banjar mencatat adanya pengiriman upeti kepada
Sultan Banjarmasin dari Sambas, Sukadana, Paser, Kutai, Berau, Karasikan
(Buranun/Sulu), Sewa Agung (Sawakung), Bunyut dan negeri-negeri di Batang Lawai.
Sukadana (dahulu bernama Tanjungpura) merupakan induk bagi kerajaan Tayan, Meliau,
Sanggau dan Mempawah. Pada tahun 1638 di Banjarmasin terjadi tragedi pembantaian
terhadap orang-orang Belanda dan Jepang sehingga Belanda mengirim ekspedisi
penghukuman dan membuat ancaman terhadap Kesultanan Banjarmasin, Kerajaan
Kotawaringin dan Kerajaan Sukadana. Tahun 1700 Sukadana (Matan) mengalami
kekalahan dalam perang dengan Landak (vazal Banten). Landak dibantu Banten dan VOC,
sehingga Banten mengklaim Landak dan Sukadana (sebagian besar Kalbar) sebagai
34 Pada tahun 1904 sebuah kapal dagang Cina terdampar di pantai timur Badung. Kapal tersebut dirampas
oleh penduduk di situ. Cina lalu lapor kepada Belanda. Kerajaan Badung dipersalahkan oleh Gubernemen
dan disuruh membayar denda. Perintah itu ditolak oleh raja Badung (Johan 2014).
147
wilayahnya. Tahun 1756 VOC berusaha mendapatkan Lawai, Sintang dan Sanggau dari
Banjarmasin.
Daerah awal di Kalimantan yang diklaim milik VOC adalah wilayah sepanjang
pantai dari Sukadana sampai Mempawah yang diberikan oleh Kesultanan Banten pada 26
Maret 1778. VOC sempat mendirikan pabrik di Sukadana dan Mempawah tetapi 14 tahun
kemudian ditinggalkan karena tidak produktif (Sir Stamford Rafless, The History of Java).
Pendirian Kesultanan Pontianak yang didukung VOC di muara sungai Landak semula
diprotes Landak karena merupakan wilayahnya tetapi akhirnya mengendur karena tekanan
VOC. Pada 13 Agustus 1787, Kesultanan Banjar menjadi daerah protektorat VOC dan
vazal-vazal Banjarmasin diserahkan kepada VOC meliputi Kaltim, Kalteng, sebagian
Kalsel, dan pedalaman Kalbar, yang ditegaskan lagi dalam perjanjian 1826. Hindia
Belanda kemudian membentuk Karesidenan Sambas dan kemudian disusul pembentukan
Karesidenan Pontianak dengan diangkatnya raja-raja sebagai regent dalam pemerintahan
kolonial Hindia Belanda. Belakangan Karesidenan Sambas dilebur ke dalam Karesidenan
Pontianak beserta daerah pedalaman Kalbar menjadi Karesidenan Borneo Barat. Tahun
1860 Hindia Belanda menghapuskan Kesultanan Banjar, kemudian terakhir wilayahnya
menjadi bagian dari Karesidenan Afdeeling Selatan dan Timur Borneo
(http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Kalimantan#Jaman_VOC 2014).
Tahun 1826 Belanda mengadakan perjanjian dengan Sultan Adam, raja Kerajaan
Banjar. Isi perjanjian ini menyatakan bahwa seluruh wilayah Kalimantan Selatan adalah
kekuasaan Belanda, kecuali Banjarmasin, Martapura, dan Hulu Sungai. Ketika daerah ini
berada di wilayah kekuasaan Sultan Adam dari kesultanan Banjar. Selain itu, Belanda
berhak menentukan siapa yang akan menjadi sultan muda, putra mahkota, dan
mangkubumi (Johan 2014). Tahun 1857 terjadi perebutan kekuasaan antara Pengeran
Tamjid Illah dan Pangeran Hidayat yang menimbulkan keresahan di kalangan rakyat dan
bangsawan Banjar, sehingga Belanda mengambil alih kekuasaan yang justru menimbulkan
kemarahan rakyat. Dipimpin oleh Pangeran Antasari, tahun 1859 rakyat Banjar menyerang
pertahanan Belanda di Martapura dan Pengaron diikut oleh penyerangan oleh tokoh-tokoh
Banjar lainnya.
Setelah tawaran perundingan Belanda ditolak oleh Kerajaan Banjar dan Belanda
menghapuskan kerajaan Banjar pada bulan Juni 1860. Perlawanan Banjar dimulai lagi
pada tahun 1862 setelah Antasari diangkat menjadi pemimpin tertinggi agama Islam di
Banjar, di tahun yang sama Antasari menderita luka-luka dan akhirnya wafat. Sejak tahun
1864 para pemimpin Banjar berhasil ditangkap satu persatu sehingga Banjar sepenuhnya
dikuasai oleh Belanda (Johan 2014).
A. Sumpah Pemuda
Nasionalime bukan hanya menjadi milik organisasi-organisasi politik tapi kemudian
menjadi milik para pelajar dan pemuda yang kemudian terhimpun kedalam PPPI
(perhimpunan-perhimpunan pelajar indonesia), organisasi tersebut didirikan tahun 1926
dan merupakan perkumpulan mahasiswa Recht Schoolgeschar dan STOVIA untuk
merealisasikan persatuannya dan menghilangkan sifat-sifat kedaerahan dan mencapai
Indonesia satu maka diadakanlah suatu kongres yang bertujuan membentuk badan
sentral, mengajukan paham kesatuan, dan semakin mempererat hubungan diantara semua
perkumpulan pemuda kebangsaan. Organisasi pemuda yang berkembang pada masa
pergerakan nasional sangat banyak. Hampir di seluruh wilayah atau daerah di Indonesia
ada, di antaranya Perkumpulan Pasundan (1914) yang ditujukan untuk mempertinggi
kesopanan, kecerdasan, dan kegiatan kemasyarakatan. Organisasi pemuda lainnya ialah Tri
Koro Dharmo (1915) yang nanti berganti nama menjadi Jong Java (1918), Jong Minahasa
(1918), Jong Sumatranen Bond (1918), Jong Ambon (1920), Kaum Betawi (1923), dan
148
lain sebagainya. Pada perkembangan berikutnya ada di antara organisasi pemuda tersebut
yang berkembang pada pergerakan politik, seperti Jong Java yang berkeinginan
menghimpun pelajar-pelajar Indonesia dalam membentuk kesatuan Indonesia (Gunawan
2013).
Organisasi-organisasi pemuda tersebut mengadakan Kongres Pemuda I pada bulan
Mei 1926 dengan tujuan untuk menyatukan organisasi-organisasi pemuda itu. Pada
Kongres Pemuda II, rasa penyatuan itu semakin jelas dengan dikeluarkan ikrar. Ikrar atau
sumpah para pemuda yang dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 dengan nama Sumpah
Pemuda, isinya tiga sendi persatuan Indonesia yaitu:
Pertama : Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu,
tanah Indonesia.
Kedua : Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa
Indonesia.
Ketiga : Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan bahasa
Indonesia.
Dalam kongres inilah untuk pertama kalinya dikumandangkan lagu Indonesia Raya
ciptaan Wage Rudolf Supratman dan dikibarkan bendera merah putih sebagai bendera
pusaka. Peristiwa Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 ini merupakan puncak
pergerakan nasional. Sehingga sampai sekarang setiap tanggal 28 Oktober dinyatakan dan
diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda.
Kondisi perjuangan nasional Indonesia sampai meletusnya Perang dunia II tidak
banyak berubah karena pada dasarnya pemerintah Belanda enggan melepaskan
Indonesia dari kekuasaannya. Dengan demikian bangsa Indonesia memasuki masa Perang
Dunia II dengan perasaan kecewa terhadap Belanda, karena tidak mau mengerti aspirasi
rakyat Indonesia akan kemerdekaan. Karena itu ketika Jepang menguasai Indonesia, para
pemimpin pergerakan tidak melawan, tetapi menunggu dan melihat situasi.
B. Pendudukan Militer Jepang di Indonesia.
Jepang masuk ke Indonesia terlebih dahulu melalui Tarakan Kalimantan Timur pada
tanggal 10 Januari 1942, seminggu kemudian menaklukkan Balikpapan, kemudian disusul
Pontianak dan Martapura pada bulan Februari 1941. Jepang menaklukkan Jawa setelah
menguasai daerah-daerah tersebut pada tanggal 1 Maret 1942 dengan menguasai Jawa
Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur (Poesponegoro dan Notosusanto 1984). Pada saat itu
secara otomatis wilayah Hindia Belanda dikuasai sehingga Jepang mulai melakukan
penyesuaian-penyesuaian dengan merencanakan ekspansionisme Dai Nipon.
Kedatangan Jepang pada umumnya diterima dengan baik dan penuh semangat.
Rakyat percaya bahwa Jepang datang untuk memerdekakan dan Jepang makin disenangi
karena segera menizinkan dikibarkannya bendera nasional Indonesia merah putih dan
dikumandangkannya lagu kebangsaan Indonesia Raya, dua hal penting yang dahulu
dilarang oleh Belanda (Kahin 1995). Alasan lainnya yang lebih penting karena Jepang
dapat lebih meningkatkan status sosial ekonomi orang Indonesia, hanya dengan kelayakan
saja tanpa kekerasan dan sejak 6 bulan kedatangannya, Jepang memenjarakan semua
penduduk Belanda, sebagian orang Indo dan sejumlah orang Kriten Indonesia yang diduga
pro Belanda ke dalam kamp-kamp konsentrasi.
Jumlah personil Jepang yang sedikit memaksa Jepang untuk mengambil orang
Indonesia untuk mengisi lowongan hampir semua jabatan tingkat menengah, atasan bidang
149
adminitrasi dan teknis yang dulu diduduki orang Belanda atau Indo (Kahin 1995)35,
sehingga banyak orang Indonesia yang bekerja di pemerintahan mendapatkan kenaikan
pangkat sampai 3 pangkat. Jepang sepertinya tidak mendapat tantangan nyata dari
pemimpin nasional dan yakin dapat menghisap sumber-sumber di Indonesia untuk
kepentingan perang mereka tanpa harus mengadakan persetujuan dengan kaum nasionalis
Indonesia.
Berdasarkan keyakinan tersebut, Jepang membentuk gerakan 3A pada tanggal 29
April 1942 dan mempropagandakan semboyan dan propaganda Jepang “Nippon Pemimpin
Asia, Nippon Pelindung Asia dan Nippon Cahaya Asia”. Pergerakan ini bertujuan untuk
mengumpulkan dukungan untuk tujuan perang Jepang dan Kemakmuran Bersama Asia
Timur Raya. Pada tanggal 9 Juli 1942, Jepang membawa Soekarno kembali ke Jawa
setelah dia hidup dalam pembuangan selama delapan tahun di Flores dan Sumatera
(Caldwell dan Utrecht 2011). Soekarno langsung menghubungi Hatta dan Sjahrir yang
sebelumnya sudah mengadakan kontak dengan gerakan bahwa tanah yang dipimpin oleh
Sjarifuddin dan Darmawan Mangoenkoesoemo. Pada jaman Jepang ini perjuangan
Nasionalisme dilakukan dengan dua cara, yaitu di atas tanah (terang-terangan) dan di
bawah tanah (diam-diam) dengan pembagian tugas, Soekarno dan Hatta harus bekerja
secara resmi dengan Jepang dan Sjahrir, sambil terus kontak dengan mereka memimpin
perlawanan di bawah tanah (Kahin 1995).
Akan tetapi, kebaikan Jepang tidak berlangsung lama karena Jepang tidak
bermaksud memerdekakan Indonesia. Jepang mulai memperlihatkan tindakan buruk dalam
bentuk menjajah dan mengeruk kekayaan Indonesia dan memaksa para pemuda untuk
menjadi romusha (melakukan kerja pakasa) untuk membangun sarana dan prasarana
pendukung perang Jepang (Poesponegoro dan Notosusanto 1984). Organisasi yang
pertama, Hei Ho, terdiri dari pekerja paksa Indonesia dikirim hingga ke Burma. Jumlah
korban Romusha sangan tinggi dan dari beribu-ribu orang yang meningglkan Jawa, hanya
sebagian kecil yang kembali (Kahin 1995).
Dengan maksud memperoleh dukungan dari pemimpin nasionalis untuk tujuan
perang Jepang, maka Jepang berjanji tidak lama lagi akan memberi Indonesia suatu
pemerintahan sendiri dan mengijinkan berdirinya suatu organisaasi yang mencakup semua
pada tangga 9 Maret 1943 yaitu Poesat tenaga Rakyat (Poetera). Bagi Jepang, Poetera
merupakan suatu sarana untuk menggerakkan dukungan Indonesia bagi tujuan perangny,
karena itu harus dibuat konsesi-konsesi tertentu dengan para pemimpin nasioanlis, agar
mereka berada dalam barisan.. namun bagi pemimpin nasionalis, Poetera merupakan
sarana untuk menyebarkan dan mendayagunakan ide-ide nasionalis di kalangan rakyat
banyak dan mengusahakan pemerintah sendiri.
Pemerintah militer Jepang membanjiri Indonesia dengan mata uang pendudukan
yang mendorong meningkatnya inflasi, terutama mulai tahun 1943 dan seterusnya. Pada
pertengahan tahun 1945, mata uang ini bernilai sekitar 2,5 persen dari nilai nominalnya.
Pengaturan pangan dan tenaga kerja sama secara paksa, gangguan transportasi dan
kekacauan umum telah mengakibatkan timbulnya kelaparan, terutama tahun 1944 dan
1945. Angka kematian meningkat dan kesuburan menurun. Sepanjang yang diketahui,
pendudukan Jepang adalah satu-satunya periode selama dua abad di mana jumlah
penduduk tidak meningkat secara berarti (Ricflefs 2008). Banyak cara yang dilakukan
Jepang demi tercapainya menguasai Indonesia beserta sumber alamnya. Salah satu cara
yang digunakan pihak Jepang ialah melarang pemakaian bahasa Belanda dan bahasa
35 Sekitar enam bulan sebelum pendudukan Jepang hampir semua penduduk Jepang di Indonesia (pedagang, pemilik toko, tukang cukur dan tukang potret) pulang ke Jepang dan kemudian kembali lagi ke Indonesia bersama-sama tentara Jepang sebagai penerjemah atau agen Kempetai.
150
Inggris dan memajukan pemakaian bahasa Jepang. Suatu kampanye propaganda yang
intensif dimulai.
Akhirnya, Jepang menyerah tanpa syarat pada tanggal 15 Agustus dan dengan
demikian menghadapkan para pemimpin Indonesia pada suatu masalah yang berat. Pada
waktu itu terjadi kekosongan politik, meskipun pihak Jepang sudah menyerah kepada
Sekutu, namun masih tetap berkuasa. Dalam kondisi seperti itu, golongan muda
menginginkan Indonesia merdeka lebih cepat dari waktu yang dijanjikan Jepang. Pada
tanggal 16 Agustus pagi, Hatta dan Soekarno dibawa oleh para pimpinan golongan muda
ke Rengasdengklok. Pada tanggal 16 malam, Soekarno dan Hatta dibawa ke rumah Maeda
di Jakarta. Sepanjang malam itu, para perancang kemerdekaan menyusun teks
kemerdekaan yang keesokan harinya dibacakan oleh Soekarno (Ricflefs 2008). Kondisi
Indonesia pada zaman Jepang yang begitu kacau, mempolitisasi rakyat dan mendorong
golongan tua maupun muda untuk mengambil prakarsa tentang pernyataan merdeka bagi
bangsa Indonesia.
C. Akar-akar Nasionalisme yang Terkandung dalam Sarekat Islam, Indische Partij, dan
Budi Oetomo
Kata nasionalisme tidak dapat terlepas dari kata nation yang berarti jiwa dan
semangat yang membentuk sebuah ikatan bersama, baik dalam hal kebersamaan maupun
dalam hal pengorbanan. Gerakan-gerakan yang bersifat nasional yang muncul menentang
kolonialisme, dan berusaha untuk melepaskan diri dari belenggu tersebut didorong oleh
semangat nasionalisme. Pergerakan nasional Indonesia lahir dari berbagai kondisi, baik
yang sifatnya internal maupuan eksternal. Kondisi dalam negeri yang berpengaruh adalah
akibat diterapkannya sistem pemerintahan Kolonial yang menimbulkan berbagai
ketimpangan dalam masyarakat. Kondisi tersebut antara lain kondisi politik, ekonomi,
sosial-budaya, dan pendidikan. Adapun kondisi dari luar yang mendorong lahirnya
pergerakan nasional berasal dari adanya pengaruh dan perkembangan paham-paham baru
di kawasan Eropa.
Berdasarkan perspektif historis dan politis, pembentukan Boedi Oetomo, tanggal 20
Mei 1908, dipandang sebagai tonggak sejarah kelahiran kesadaran kebangsaan Indonesia.
Akan tetapi di sisi lain, ada juga yang menilai Boedi Oetomo sebagai gerakan yang
bersifat lokal karena skala kegiatannya hanya untuk rakyat Jawa dan Madura, sehingga
perlu dicari momentum lain yang berskala nasional untuk ditetapkan sebagai tonggak
sejarah kebangkitan nasional Indonesia (Suara Merdeka, Minggu, 12 Mei 2008: 27)
(Yulianti 2009). Wadah kaum nasionalis yang pertama ini dalam perkembangannya
mengalami pasang surut. Hal ini dapat kita lihat peristiwa keluarnya tokoh-tokoh radikal
seperti dr Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat dari organisasi tersebut
setelah Pangeran Notoprojo dari Pakualaman memegang pimpinan pada tahun 1911
(Robert Van Niel, 1984 dalam Wiharyanto, 2008).
Kehadiran Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 menandai permulaan pergerakan
nasional di Indonesia. Gagasan lahirnya Budi Utomo diawali dari perjalanan kampanye
yang dilakukan oleh dr. Wahidin Sudirohusodo ke seluruh Pulau Jawa. Pada tempat-
tempat yang dikunjungi, ia menganjurkan perluasan pengajaran sebagai langkah untuk
memajukan kehidupan rakyat. Menurutnya, tujuan itu bisa dilakukan tidak hanya dengan
menuntut kepada pemerintah, tetapi juga dapat dilaksanakan dengan usaha sendiri, yaitu
dengan membentuk dana pelajar (Studiefonds). Hasilnya digunakan untuk membantu
pelajar-pelajar yang kurang mampu. Pada akhir tahun 1907 melalui perjalanan
kampanyenya dr. Wahidin Sudirohusodo bertemu dengan para pelajar STOVIA (Sekolah
Dokter Pribumi) di Jakarta, satu di antaranya bernama Soetomo. Pertemuannya dengan
151
para pelajar STOVIA dimanfaatkan untuk membicarakan kondisi nasib rakyat yang masih
kurang mendapatkan pendidikan. Pembicaraan semakin berkembang dan melahirkan
gagasan dan cita-cita yang sama untuk mengangkat harkat dan derajat bangsa Indonesia.
Gagasan dan cita-cita tersebut kemudian dituangkan ke dalam suatu bentuk organisasi
yang diberi nama Budi Utomo. Organisasi Budi Utomo ini didirikan pada hari Rabu
tanggal 20 Mei 1908 dan Soetomo terpilih sebagai ketua. Untuk selanjutnya tanggal 20
Mei oleh bangsa Indonesia diperingati sebagai hari kebangkitan nasional
(http://files.sman1-mgl.sch.id/viewing/Pdf/Kelas_11/Sejarah/Kelas11-Sejarah-
Pergerakan+Kebangsaan7.pdf/ t.thn.).
Dalam perkembangan nasionalisme berikutnya tercatat Sarekat Islam yang moderat
tetapi akhirnya menjadi radikal setelah kemasukkan Marxisme dan menjadi oposisi
pemerintah (1916), dengan anggota sekitar 960 ribu orang, Sarekat Islam itu menuntut
pemerintahan sendiri dan pada tahun 1919 dengan jumlah anggota 2,5 juta orang
telah mencantumkan program kemerdekaan penuh (Wiharyanto, Pembentukan Negara-
negara Nasional di Asia Tenggara 2008). Abdoel Moeis, seorang tokoh Sarekat Islam,
pada tahun 1917 telah mengartikan nasionalisme sebagai perasaan cinta kepada bangsa
dan tanah air, yang diungkapkannya pada harian Sinar Djawa, 25 Oktober 1917 sebagai
berikut:
“ Kalaoe kita mengingat akan nasib boeroeknja tanah air dan bangsa kita, jang
beratoes tahoen selaloe berada dalam koengkoengan orang lain sadja, maka
brdebarlah dada, timboellah soeatoe perasaan jang menggojang segala oerat saraf
kita, perasaan kasihan kepada bangsa dan tanah air itoe (Sinar Djawa, 25
Oktober 1971 dalam (Yulianti 2009).”
Selama antara setahun sampai dua tahun ada semacam kerjasama tertentu antara
Sarekat Islam dan Partai Komunis (PKI). PKI itu berdiri pada tanggal 23 Mei 1920, dan
partai inilah yang melakukan infiltrasi ke dalam tubuh Sareka Islam. Sebagai akibat
infiltrasi komunis itu, maka akhirnya terjadi perbedaan pendapat yang memecah
Sarekat Islam pada tahun 1921. Usaha ketua Sarekat Islam (Cokroaminoto) untuk
mengembalikan Sarekat Islam gagal total.10 Sejak itu Sarekat kehilangan
banyak pengikut, sementara PKI telah memberontak (1926) di Jawa Barat dan
Minangkabau. Pemberontakan komunis itu dipadamkan dan PKI dilarang di Indonesia
(Wiharyanto, Pembentukan Negara-negara Nasional di Asia Tenggara 2008).
Gerakan berikutnya adalah Indische Partij yang didirikan di Bandung pada 25
Desember 1912 oleh Dr. E.F.E. Douwes Dekker, Suwardi Suryaningrat, dan dr. Cipto
Mangunkusumo (ketiga tokoh ini dikenal dengan sebutan Tiga Serangkai). Tiga tokoh
tersebut terkenal dengan tokoh radikal, Douwes Dekker terkenal dengan kritikan-kritikan
terhadap pemerintah kolonial Belanda lewat surat kabar yang dipimpinnya yaitu De
Express. Suwardi Suryaningrat dan Cipto Mangunkusumo adalah mantan anggota Budi
Utomo yang keluar karena Budi Utomo dikuasai oleh para priyayi yang loyal pada
pemerintah Belanda. Mereka selalu melayangkan slogan-slogan Indie Los van Holland
(Indonesia bebas dari Belanda) dan Indie vor Indiers (Indonesia untuk orang Indonesia).
Sifat nasonalisme Indonesia sangat kental mewarnai gerak organisasi ini, sifat
keanggotaan yang terbuka memungkinkan organisasi ini dapat dimasuki oleh orang-orang
dari golongan, suku, agama yang berbeda. Namun, Indische Partij tidak berumur panjang,
sebab pada tahun 1923 organisasi ini dibubarkan.
Indische Partij adalah organisasi campuran yang menginginkan kerjasama orang
Indo dan Bumiputera (Santosa dan Supriatna 2008). Keistimewaan IP adalah usianya yang
sangat pendek, tetapi anggaran dsarnya dijadikan program politik pertama di Indonesia.
Gerakan IP sangatlah mengkhawatirkan pemerintah Kolonial Belanda, karena IP brsifat
radikal dalm menuntut kemerdekaan Indonesia. Keadaan itu yang menyebabkan
152
pemerintah bersikap keras terhadap IP permohonan IP untuk mendapatkan badan hukum
sia-sia belaka dan organisasi ini dinyatakan sebagai partai terlarang sejak 4 Maret 1913.
para pemimpin IP pun ditangkap dan dibuang ke tempat-tempat yang jauh. Usia IP sangat
pendek, namun bagaikan sebuah tornado yang melanda Jawa. Oleh penerusnya
setelah IP dibubarkan dan pimpinannya di buang kemudian organisasi itu bernama
Insulinde.
III. PENUTUP
Kebangkitan heroisme dan kesadaran kebangsaan di Indonesia disebabkan oleh
pergerakan nasional dan pendidikan barat yang memunculkan kaum terpelajar. Tekanan
yang disebabkan oleh imperialisme dan kolonialisme dalam rentang yang panjang
menimbulkan gerakan-gerakan pemberontakan mulai dari abad ke 15. Kerajaan-kerajaan
di Indonesia pada awal kedatangan bangsa barat menerima dengan tangan terbuka dengan
anggapan akan membuka perdagangan ke dunia Internasional. Namun keserakahan bangsa
Barat yang ingin menguasai seluruh sumber daya alam Indonesia, membuat Sultan-sultan
di seluruh negeri merasa marah dan melakukan perlawanan. Dari sini muncullah nama
Sultan Hasanudin dari Makasar, Sultan Agung dari Mataram, Sultan Khairun dari Tidore,
Sultan Ageung Tirtayasa dari Banten serta sultan-sultan lainnya. Periode abad ke 15
sampai dengan abad 19 memunculkan nama-nama pejuang diluar kesultanan seperti
Pangeran Dipenogoro, Tuanku Imam Bonjol, Cut Nyak Dien, Patimura, Untung Surapati
dan yang lainnya.
Pada awal tahun 1900an, tepatnya tahun 1908 muncullah gerakan kebangsaan yang
disebut dengan Boedi Oetomo disusul dengan gerakan kebangsaan lainnya atas dasar
keinginan untuk merdeka dari penjajahan bangsa Barat khususnya Belanda. Kedatangan
Jepang yang melumpuhkan Belanda, memberi harapan besar bagi kaum intelektual, tokoh
agama dan masyarakat untuk membawa Indonesia keluar dari penjajahan. Namun Jepang
ternyata tidak sebaik yang dikira, walaupun banyak anak bangsa yang duduk di
pemerintahan, tetapi Jepang tetap melakukan pengawasan secara ketat. Taktik Jepang
untuk mendekatkan kepada rakyat dan pemimpin Indonesia ternyata berbalik menjadi
sebuah dorongan bagi bangsa Indonesia untuk mewujudkan kemerdekaannya.
Tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia merdeka yang menandakan keberadaan bangsa
ini sama dengan bangsa-bangsa lain di dunia yang menginginkankan kemerdekaan dan
dapat membangun bangsanya dengan kekuatan sendiri. Kemerdekaan yang di peroleh
bukan dari pemberian bangsa lain tetapi di dapat dengan perjuangan yang panjang sejak
jaman kerajaan sampai jaman pergerakan dan diakhiri dengan perjuangan
mempertahankan kemerdekaan dari penjajah yang ingin kembali menguasai Indonesia.
Namun kekuatan bangsa yang bersatu mengalahkan pihak-pihak ingin yang ingin
menguasai Indonesia.
Referensi
Caldwell, Malcolm , dan Ernst Utrecht. 2011. Sejarah Alternatif Indonesia (Indonesia: An
Alternative History). Dialihbahasakan oleh Saut Pasaribu. Yogyakarta: Djaman
Baroe.
Darmawan, Wawan. tanpa tahun. “Masuknya Imperialisme Barat di Asia Tenggara.”
file.upi.edu.
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/197101011999031-
WAWAN_DARMAWAN/Imperilisme_di_Asteng.pdf.
153
Djaelani, Abdul Qadir. 1999. Perang Sabil versus Perang Salib:Umat Islam Melawan
Penjajah Kristen Portugis dan Belanda. Jakarta: Yayasan Pengkajian Islam
Madinah Al-Munawwarah.
Gunawan, Rudy. 2013. Sejarah Asia Tenggara. Bandung: Alfabeta.
Hardoko, Ervan. 2012. “Studi: 90 Persen Negara di Dunia Pernah Dijajah Inggris.”
Kompas.com. 5 November.
http://internasional.kompas.com/read/2012/11/05/16590411/Studi.90.Persen.Negar
a.di.Dunia.Pernah.Dijajah.Inggris.
http://buihkata.blogspot.com/2012/11/perlawanan-rakyat-makasar-terhadap.html. 2012.
Perlawanan Rakyat Makasar Terhadap Belanda (VOC). November.
http://buihkata.blogspot.com/2012/11/perlawanan-rakyat-makasar-terhadap.html.
http://dianrana-katulistiwa.com/padri.pdf. t.thn. “Perang Padri.” http://dianrana-
katulistiwa.com/padri.pdf.
http://febasfi.blogspot.com/2012/11/kedatangan-bangsa-eropa-di-asia-tenggara.html. 2012.
“Kedatangan Bangsa Eropa di Asia Tenggara.” Febasfi Blogspot. November .
http://febasfi.blogspot.com/2012/11/kedatangan-bangsa-eropa-di-asia-
tenggara.html.
http://files.sman1-mgl.sch.id/viewing/Pdf/Kelas_11/Sejarah/Kelas11-Sejarah-
Pergerakan+Kebangsaan7.pdf/. t.thn. Sejarah Pergerakan Kebangsaan.
http://files.sman1-mgl.sch.id/viewing/Pdf/Kelas_11/Sejarah/Kelas11-Sejarah-
Pergerakan+Kebangsaan7.pdf/.
http://files.sman1-mgl.sch.id/viewing/Pdf/Kelas_11/Sejarah/Kelas11-Sejarah-
Perkembangan+Pengaruh+Barat6.pdf/. t.thn. “Perkembangan Pengaruh Barat di
Indonesia pada Masa Kolonial.”
http://id.wikipedia.org/wiki/Imperialisme. 2013. “Imperialisme.” Wikipedia.org. 29
Oktober. Diakses Maret 7, 2014. http://id.wikipedia.org/wiki/Imperialisme.
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Kalimantan#Jaman_VOC. 2014. Sejarah Kalimantan.
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Kalimantan#Jaman_VOC.
http://indopedia.gunadarma.ac.id/content/16/1154/id/kolonialisme-dan-imperialisme-barat-
di-indonesia.html. 2009. “Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia.”
http://indopedia.gunadarma.ac.id/. 03 Juni.
http://indopedia.gunadarma.ac.id/content/16/1154/id/kolonialisme-dan-
imperialisme-barat-di-indonesia.html.
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/linda.sunarti/material/phki-2.pdf. tanpa tahun.
“Imperialisme dan Kolonialisme.” staff.ui.ac.id.
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/linda.sunarti/material/phki-2.pdf.
Humaspdg. 2010. “Kedatangan Bangsa Belanda di Banten.” Humaspdg.wordpress.com. 7
Mei. http://humaspdg.wordpress.com/2010/05/07/kedatangan-bangsa-belanda-di-
banten/.
154
Johan, Akhmad. 2014. “Perlawanan terhadap Kolonialisme di Indonesia.” Januari.
http://akhmadjohan.blogspot.com/2014/01/perlawanan-terhadap-kolonialisme-
di.html.
Kahin, George McTurnan. 1995. Nationalism and Revolution in Indonesia.
Dialihbahasakan oleh Nin Bakdi Soemanto. Solo: UNS Press dan Pustaka Sinar
Harapan.
Mahmud, Yusuf. 2012. “Imperialisme di Filipina.” Yusuf Blog. Juni.
http://yusufsejarah.blogspot.com/2012/06/imprealisme-di-filipina.html.
Poesponegoro, Marwati Djoenoed , dan Nugroho Notosusanto. 1984. Sejarah Nasional
Indonesi, Jilid VI. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Ricflefs, M.C. 2008. A History of Modern Indonesia. Dialihbahasakan oleh Dharmono
Hardjowidjono. Yogyakarta: Gadjah Mada Universitas Press.
Santosa, Ayi Budi, dan Encep Supriatna. 2008. Buku Ajar: Sejarah Gerakan Nasional
(Dari Budi Utomo 1908 hingga Proklamasi Kemerdekaan 1945). Bandung:
Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI.
Sudharmono. 2012. Sejarah Asia Tenggara Modern. Yogyakarta: Ombak.
Wiharyanto, A Kardiyat. 2007a. “Masa Kolonial Belanda.” Jurnal Historia Vol 21 No. 2.
Oktober.
http://www.usd.ac.id/lembaga/lppm/f1l3/Jurnal%20Historia%20Vitae/vol21no2okt
ober2007/MASA%20KOLONIAL%20BELANDA%20kardiyat.pdf.
—. 2008. Pembentukan Negara-negara Nasional di Asia Tenggara. Oktober.
http://www.usd.ac.id/lembaga/lppm/f1l3/Jurnal%20Historia%20Vitae/vol22no2okt
ober2008/PEMBENTUKAN%20NEGARA%20kardiyat.pdf.
—. 2007. “Pergantian Kekuasaan di Indonesia Tahun 1800.” SPPS Vol. 21 No.1. April.
http://www.usd.ac.id/lembaga/lppm/f1l3/Jurnal%20Historia%20Vitae/vol21no1apr
il2007/PERGANTIAN%20KEKUASAAN%20DI%20INDONESIA%20kardiyat.p
df.
Yulianti, Dewi. 2009. “Menyibak Fajar Nasionalisme Indonesia.” Sarasehan Sejarah
Regional Daerah. Magelang: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa
Tengah. 1-14.
Catatan:
Sebagian tulisan ini dikutip dari Buku Sejarah Asia Tenggara Penerbit Alfabeta Bandung
tahun 2013 yang ditulis oleh Dr. Rudy Gunawan, M.Pd
155
PROKLAMASI KEMERDEKAAN SEBAGAI
PENEGAKAN HAK BANGSA INDONESIA
Dr. Linda Sunarti
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang Peristiwa Proklamasi
Pada 7 September 1944 dalam Sidang Istimewa ke-85 Teikoku Ginkai (Parlemen
Jepang) di Tokyo, Perdana Menteri Jenderal Kuniaki Koiso mengumumkan pendirian
Pemerintah Jepang bahwa daerah Hindia Timur (Indonesia) di perkenankan Merdeka
“kelak dikemudian hari”. Latar belakang dikeluarkannya pernyataan tersebut karena
angkatan perang Jepang terdesak dalam Perang Asia Timur Raya yang menyebabkan
jatuhnya Kabinet Tojo pada 17 Juli 1944.
Salah satu langkah yang diambil Kuniaki guna mempertahankan pengaruh Jepang
di wilayah jajahannya ialah mengeluarkan pernyataan “janji kemerdekaan dikemudian
hari”. Dengan cara demikian Jepang mengharapkan tentara Serikat/Sekutu tidak disambut
sebagai pembebas melainkan penyerbu.
Pemerintahan pendudukan Jepang di Jawa pada 1 Maret 1945 mengumumkan
pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan/BPUPKI
(Dokuritsu Junbi Cosakai). Kebijakan ini merupakan langkah konkrit pertama untuk
melaksanakan janji Koiso tentang “kemerdekaan kelak dikemudian hari.”
Tujuan pembentukan BPUPKI untuk mempelajari dan menyelidiki hal-hal
penting yang berhubungan dengan pembentukan negara Indonesia merdeka.. Pada 28 Mei
1945 dilangsungkan upacara peresmian BPUPKI di gedung Cuo Sangi In, Jalan Pejambon
(sekarang Gedung Departemen Luar Negeri), Jakarta. Upacara dihadiri dua pejabat tinggi
militer Jepang, yaitu : Jenderal Itagaki (Panglima Tentara Ketujuh yang bermarkas di
Singapura) dan Letnan Jenderal Nagano (Panglima Tentara Keenambelas yang baru).
BPUPKI beberapa kali melakukan sidang dari bulan Juni hingga Juli yang
menghasilkan konsep dasar negara (Pancasila) dan rancangan Undang-undang dasar bagi
negara Indonesia merdeka.
Di luar perkiraan ternyata Jepang menyerah kalah kepada Sekutu pada 15 Agustus
1945. Peristiwa ini mendorong ketidaksabaran golongan pemuda Indonesia untuk segera
memproklamirkan kemerdekaan. Kondisi inilah yang menyebabkan terjadinya peristiwa
Rengasdengklok 16 Agustus 1945. Berikut ini dibahas perbedaan pendapat antara
golongan pemuda dan golongan tua, waktu pelaksanaan proklamasi, proses perumusan
naskah proklamsi, jalannya upacara proklamasi, dan penyebaran berita proklamasi, serta
dukungan masayarakat dari berbagai wilayah di Indonesia.
II. PERISTIWA-PERISTIWA SEKITAR PROKLAMASI
A. Menjelang Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
1.Aktivitas Golongan Pemuda
Sebelum BPUPKI dibentuk, pada 16 Mei 1945 diadakan Kongres Pemuda Seluruh
Jawa di Bandung. Prakarsanya adalah Angkatan Moeda Indonesia. Pesertanya utusan
pemuda, pelajar dan mahasiswa seluruh Jawa. Kongres menyerukan seluruh pemuda
untuk bersatu dan bersiap melaksanakan proklamasi kemerdekaan.
Kongres menghasilkan dua resolusi:
1. Semua golongan Indonesia, terutama golongan pemuda, dipersatukan di bawah
pimpinan nasional.
156
2. Mempercepat pelaksanaan proklamasi kemerdekaan.
Walaupun demikian, kongres pun menyatakan dukungan kerjasama erat dengan
pemerntah Jepang dalam usaha mencapai kemenangan akhir. Pernyataan ini tidak
memuaskan beberapa tokoh pemuda yang hadir, seperti utusan dari Jakarta yang dipimpin
oleh Sukarni, Harsono Tjokroaminoto dan Chairul Saleh. Mereka menyiapkan gerakan
pemuda yang lebih radikal melalui pertemuan rahasia pada 3 dan 15 Juni 1945. Pertemuan
rahasia menghasilkan keputusan membentuk Gerakan Angkatan Baroe Indonesia. Tujuan
gerakan:
1. Mencapai persatuan seluruh golongan masyarakat Indonesia
2. Menanamkan semangat revolusioner massa atas dasar kesadaran mereka sebagai
rakyat yang berdaulat
3. Membentuk negara kesatuan Republik Indonesia.
4. Mempersatukan Indonesia bahu membahu dengan Jepang, tetapi jika perlu gerakan
itu bermaksud untuk “mencapai kemerdekaan Indonesia dengan kekuatan sendiri”.
Para pemuda radikal dikutsertakan dalam Gerakan Rakyat Baru yang dibentuk
berdasarkan hasil sidang Cuo Sangi In. Tujuannya untuk mengobarkan semangat cinta
tanah air dan semangat perang. Susunan pengurus gerakan berjumlah 80 orang, terdiri dari
penduduk asli Indonesia, bangsa Jepang, golongan Cina, Arab dan peranakan Eropa.
2. Pembentukan Panitia Persiapakan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
Pada 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan, dan sebagai gantinya dibentuk PPKI
(Dokuritsu Junbi Inkai) yang dipimpin Ir. Sukarno (ketua), Drs. Moh. Hatta ( wakil ketua),
dan Mr. Ahmad Subardjo ( penasehat). Anggota PPKI terdiri dari perwakilan pulau-pulau:
1. Perwakilan Pulau Jawa berjumlah 12 orang yaitu: Ir Sukarno, Drs. Moh Hatta,
dr. Radjiman Wedioningrat, Oto Iskandardinata, Wachid Hasyim, Ki Bagus
Hadikusumo, Mr Sutarjdo Kartohadikusumo , R.P Suroso, Prof.Dr.Mr.
Supomo, Abdul Kadir Purubojo.
2. Perwakilan Pulau Sumatera berjumlah 3 orang, yaitu: dr Amir, Mr.Teuku Moh
Hasan, Mr. Abdul Abas.
3. Perwakilan Pulau Sulawesi berjumlah 2 orang, yaitu: Dr.G.S.S.J. Ratu Langie ,
Andi Pangeran.
4. Perwakilan Pulau Kalimantan berjumlah 1 orang yaitu A.A. Hamidhan
5. Perwakilan Sunda Kecil (Nusatenggara) berjumlah 1 orang: Mr. I Gusti Ketut
Pudja
6. Perwakilan Maluku berjumlah 1 orang: Mr. J. Latuharhary
7. Perwakilan golongan Cina berjumlah 1 orang: Drs Yap Tjwan Bing.
Anggota PPKI ditambah enam orang tanpa ijin pihak Jepang, yaitu: Wiranatakusumah, Ki
Hadjar Dewantara, Mr. kasman Singodimedjo, Sayuti Melik, Iwa Kusumasumatri dan
Ahmad Subardjo.
Gunseikan Mayor Jenderal Yamamoto menegaskan bahwa PPKI tidak hanya
dipilih oleh pejabat di lingkungan Tentara Keenambelas, tetapi juga oleh Jenderal Besar
Terauci yang menjadi penguasa perang tertinggi di seluruh Asia Tenggara. Dalam rangka
pengangkatan PPKI itulah, Jenderal Besar Terauci memanggil Ir. Sukarno, Drs. Moh.
Hatta dan dr. Radjiman Wediodiningrat ke markas besarnya di Dalat, Vietnam Selatan.
Ketiganya berangkat dari Jakarta pada 9 Agustus 1945 dan bertemu Terauci pada 12
Agustus 1945. Dalam pertemuan itu Terauci menyampaikan keputuasan pemerintah
Jepang untuk memberikan kemerdekaan, dan menyerahkan pelaksanaannya kepada PPKI.
157
Pada 14 Agustus 1945 ketiganya kembali ke tanah air dan tidak mengetahui bahwa
pemerintah Jepang sudah menyerah kalah kepada Sekutu pada 15 Agustus 1945.
3. Perbedaan Pendapat Golongan Tua dan Golongan Muda
Pada pukul 4 sore Sutan Syahrir menemui Hatta di rumahnya untuk
memberitahukan berita tentang kekalahan Jepang. Ia mendesak pelaksanaan proklamasi
secepatnya. Bung Hatta tidak dapat memenuhi permintaan Sutan Sjahrir dan mengajaknya
ke rumah Ir Sukarno. Sukarno menolak permintaan Sjahrir dan menegaskan bahwa
dirinya hanya bersedia melaksanakan proklamasi kemerdekaan setelah rapat PPKI.
Pendirian Soekarno dan Hatta sangat berbeda dengan golongan pemuda yang mendesak
proklamasi kemerdekaan Indonesia secepatnya.
Golongan pemuda mengadakan rapat di Lembaga Bakteriologi jalan Pegangsaan
Timur, Jakarta pada 15 Agustus 1945 pukul 20.00 WIB. Rapat yang dipimpin Chairul
Saleh ini menghasilkan keputusan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hak dan urusan
rakyat Indonesia sendiri sehingga tidak dapat digantungkan kepada orang atau kerajaan
lain.
Wikana dan Darwis mendapat tugas menyampaikan keputusan tersebut kepada
Sukarno. Malam itu juga jam 22.30 keduanya bertemu Sukarno di kediamannya, Jalan
pegangsaan Timur, No. 56 Jakarta. Mereka terlibat dalam perdebatan yang dihadiri para
tokoh golongan tua seperti: Drs. Moh. Hatta, dr. Buntaran, dr. Samsi, Mr. Ahmad Subardjo
dan Iwa Kusumasumantri.
4. Peristiwa Rengasdengklok
Sekitar pukul 12.00 kedua utusan meninggalkan rumah Sukarno dengan diliputi
perasaan kesal. Mereka memberitahukan penolakan golongan tua untuk segera
memproklamasikan kemerdekaan. Dalam rapat, golongan pemuda memutuskan untuk
mengamankan Sukarno dan Hatta ke luar kota Jakarta. Shudanco Singgih mendapatkan
kepercayaan melaksanakan rencana tersebut dengan bantuan Cudanco Latief
Hendraningrat yang sedang menggantikan Daidanco Kasman Singodimedjo karena
bertugas ke Bandung. Pada pagi hari 16 Agustus 1945 mereka membawa Sukarno dan
Hatta ke Rengasdengklok, sebuah kota kawedanan di pantai utara Kabupaten Karawang.
Sementara itu di Jakarta para anggota PPKI bersiap rapat pada 16 Agustus di
gedung Pejambon 2. Ahmad Subardjo menanyakan keberadaan Sukarno dan Hatta kepada
Wikana yang memberitahu bahwa Sukarno dan Hatta berada di Rengasdengklok.
Jusuf Kunto dari golongan pemuda mengantar golongan tua ke Rengasdengklok.
Mereka tiba pukul 17.30 WIB. Selanjutnya Ahmad Subardjo memberikan jaminan dengan
taruhan nyawa bahwa Proklamasi Kemerdekaan dilaksanakan pada 17 Agustus 1945
selambat-lambatnya pukul 12.00. Dengan jaminan ini golongan pemuda bersedia
memulangkan Sukarno dan Hatta ke Jakarta untuk melaksanakan proklamasi
kemerdekaan.
5. Perumusan Teks Proklamasi Dari Rengasdengklok, Sukarno dan Hatta pulang ke rumah masing-masing. Setelah
itu keduanya bersama beberapa tokoh golongan tua dan pemuda ke rumah Laksamana
Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1, Jakarta. Dari rumah Maeda, keduanya ditemani
Maeda, Shigetada Nishijima dan Tomegoro Yoshizumi serta Miyoshi menemui Somubuco
(Kepala Pemerintahan Umum) Mayor Jenderal Nishimura untuk meminta ijin
melaksanakan proklamasi kemerdekaan. Nisimura menolaknya karena pihak Jepang
dilarang mengubah status quo (status politik Indonesia).
158
Setelah pertemuan itu Sukarno dan Hatta beserta rombongan kembali ke rumah
Maeda. Di Ruang makan, naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesi dirumuskan oleh
Sukarno, Hatta dan Ahmad Subardjo. Sedangkan tokoh-tokoh lainnya menunggu di
serambi rumah.
B. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
Pertemuan di ruang makan rumah Laksamana Maeda menghasilkan naskah
Proklamasi Kemerdekaan pada dini hari 17 Agustus 1945. Para tokoh golongan pemuda
tidak langsung pulang ke rumah. Mereka berbagi tugas untuk mengatur cara pelaksanaan
dan penyiaran berita Proklamasi melalui pamphlet dan pengeras suara
Pada pagi hari 17 Agustus 1945 barisan pemuda datang ke Lapangan Ikada yang
telah dijaga pasukan Jepang bersenjata lengkap. Para pemuda datang karena informasi dari
kawan-kawannya bahwa Proklamasi dilaksanakan di Lapangan Ikada. Mereka tidak
mengetahui perubahan rencana lokasi penyelenggaraan Proklamasi dari Lapangan Ikada ke
halaman rumah Sukarno jalan Pegangsaan Timur No. 56.
Upacara berlangsung tanpa protokol. Latief segera memberi aba-aba kepada
seluruh barisan pemuda yang telah menunggu sejak pagi. Semua berdiri tegak dengan
sikap sempurna. Latief mempersilahkan Sukarno dan Hatta maju beberapa langkah dari
tempatnya semula. Sukarno mendekati mikrofon. Dengan suara yang mantap dan jelas ia
mengucapkan pidato pendahuluan yang singkat sebelum membaca teks Proklamasi
Kemerdekaan. Peristiwa besar itu berlangsung kurang dari 1 jam. Menurut kalimat-kalimat
yang terdapat di dalam Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 berisi suatu pernyataan
kemerdekaan yang memberitahu kepada bangsa Indonesia sendiri dan kepada dunia luar
bahwa saat itu bangsa Indonesia telah merdeka, lepas dari penjajahan.
C. Berbagai Peristiwa Pasca Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
1.Penyebaran Berita Proklamasi
Berita proklamasi yang sudah meluas di seluruh Jakarta disebarkan ke seluruh
Indonesia. Pagi hari itu juga, teks proklamsi telah sampai di tangan Kepala Bagian Radio
dari Kantor Berita Domei, Waidan B. Palenewen. Ia menerima teks itu dari seorang
wartawan Domei yang bernama Syahrudin. Segera ia memerintahkan F. Wuz untuk
menyiarkan tiga kali berturut-turut. Seorang Jepang masuk ke ruangan radio. Ia
memerintahkan penyiaran berita dihentikan. Namun Waidan memerintahkan kepada F.
Wuz untuk terus menyiarkannya setiap setengah jam. Akibatnya, pucuk pimpinan tentara
Jepang di Jawa meralat berita itu dan menyegelnya pada hari Senin 20 Agustus 1945.
Para tokoh pemuda tidak kehilangan akal. Mereka membuat pemancar baru dengan
bantuan beberapa teknisi radio. Alat-alat pemancar yang diambil dari kantor berita Domei
dibawa ke rumah Waidan dan Menteng 31. Akhirnya terciptalah pemancar baru di
Menteng 31, dengan kode panggilan DJK 1. Dari sinilah berita Proklamasi disiarkan.
Selain lewat radio, berita proklamasi juga disiarkan lewat telepon, pers dan surat
selebaran. Adam Malik yang waktu itu sebagai wartawan menyampaikan teks proklamasi
melalui telepon kepada Asa Bafaqih yang kemudian diteruskan kepada Penghulu Lubis
untuk mendapatkan pengesahan lolos sensor dan selanjutnya di kawatkan ke daerah-
daerah. Seluruh koran di Jawa dalam penerbitan 20 Agustus 1945 memuat berita
proklamasi kemerdekaan dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Harian
Suara Asia di Surabaya merupakan koran pertama yang memuat berita proklamasi.
Proklamasi kemerdekaan juga disebarluaskan kepada rakyat Indonesia melalui
pemasangan plakat, poster, maupun coretan pada dinding tembok dan gerbong kereta api,
159
misalnya dengan slogan ”Respect our Constitution, August 17!” Hormatilah Konstitusi
kami tanggal 17 Agustus! Melalui berbagai cara dan media tersebut, akhirnya berita
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dapat tersebar luas di wilayah Indonesia dan di luar
negeri. Pamflet itu juga dipasang di tempat-tempat strategis. Selain itu, berita proklamasi
kemerdekaan juga menggunakan pengerahan massa dan penyampaian dari mulut ke mulut.
Keampuhan cara itu terbukti dan berdatangannya masyarakat ke Lapangan Ikada untuk
mendengarkan pembacaan Proklamasi Kemerdekaan
Di samping melalui media massa, berita proklamasi juga disebarkan secara
langsung oleh para utusan daerah yang menghadiri sidang PPKI. Berita proklamasi secara
resmi dibawa dan disebarluaskan ke luar pulau Jawa melalui para anggota PPKI yang
berasal dari daerah yang kebetulan menyaksikan peristiwa proklamasi dan menghadiri
sidang PPKI.
2. Sidang PPKI
PPKI mengadakan sidang sebanyak tiga kali yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945,
19 Agustus 1945, dan 22 Agustus 1945 Rapat pertama PPKI diadakan di gedung yang
sekarang Departemen Kehakiman. Sebelum rapat dimulai, muncul permasalahan yang
disampaikan oleh wakil dari luar Jawa, di antaranya Mr. Latuharhary (Maluku), Dr. Sam
Ratulangi (Sulawesi), Mr. Tadjudin Noor dan Ir. Pangeran Noor (Kalimantan), dan Mr. I
Ktut Pudja (Nusa Tenggara) yang menyampaikan keresahan penduduk non-Islam
mengenai kalimat dalam Piagam Jakarta yang nantinya akan dijadikan rancangan
pembukaan dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Kalimat yang
dimaksud adalah “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariah Islam bagi para
pemeluknya”, serta “syarat seorang kepala negara haruslah seorang muslim”. Untuk
mengatasi masalah tersebut Drs. Mohammad Hatta beserta Ki Bagus Hadikusumo, Wachid
Hasyim, Mr. Kasman Singadimedjo, dan Mr. Teuku Mohammad Hassan
membicarakannya secara khusus. Akhirnya dengan mempertimbangkan kepentingan yang
lebih luas dan menegakkan Negara Republik Indonesia yang baru saja didirikan, rumusan
kalimat yang dirasakan memberatkan oleh kelompok non-Islam dihapus sehingga menjadi
berbunyi “ Ketuhanan Yang Maha Esa” dan syarat seorang kepala negara adalah orang
Indonesia asli.. Setelah menyelesaikan permasalahan tersebut, rapat pleno PPKI dibuka
pada pukul 11.30 dibawah pimpinan Sukarno dan Hatta. Rapat dihadiri oleh 27 anggota.
Rapat pertama ini berlangsung dengan lancar. Pembahasan masalah rancangan
pembukaan dan undang-undang dasar yang telah disiapkan dibuat oleh Badan Penyelidik
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), sebuah badan yang terbentuk pada
28 Mei 1945 dan beranggotakan 62 orang yang diketuai oleh Dr. K.R.T Radjiman
Wedyodinigrat. Dimana dalam Sidangnya yang pertama pada 29 Mei sampai 1 Juni 1945,
badan ini membahas asas dan dasar Negara Indonesia merdeka dan sebagai hasil dari
pertemuan –pertemuan itu lahirlah Pancasila. Selanjutnya dalam Sidangnya yang kedua ,
pada 10 Juli -16 Juli 1945, Badan tersebut menghasilkan rancangan undang-undang dasar.
Dalam Sidangnya yang pertama ini 18 Agustus 1945 pembahasan rancangan
pembukaan dan UUD yang telah dihasilkan BPUPKI berhasil dibahas dalam tempo 2 jam,
disepakati bersama rancangan Pembukaan dan UUD RI. Sidang di skors pada pukul 21.50,
dan dimulai kembali pada pukul 3.15, pada awal pembukaan saidang kedua ini, Sukarno
mengumumkan 6 orang anggota baru PPKI. Mereka adalah Wiranatakusumah, Ki Hadjar
Dewantara, Mr. kasman Singodimedjo, sayuti Melik, Mr.Iwa Kusumasumatri, Mr.
Subardjo.
Sebelum meningkat kepada acara selanjutnya yaitu Pemilihan presiden dan Wakil
Presiden, Sukarno meminta agar disahkan pasal III dalam aturan peralihan yang berbunyi:
160
Untuk pertama kali Presiden dan wakil Presiden di pilih oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan. Kemudian Oto Iskandardinata mengusulkan agar pemilihan presiden dan
wakil presiden dilakukan dengan aklamasi. Ia mengajukan calon Ir. Sukarno sebagai
Pesiden dan Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden. Semua hadirin menerima dengan
aklamasi sambil menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Setelah pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, sidang meneruskan acara
membahas pasa-pasal rancangan aturan peralihan dan aturan tambahan. Dalam pembukaan
UUD ada kalimat yang semula berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa dengan kewajiban
menjalankan syariat-syariat Islam bagi pemeluknya”. Diubah menjadi “Ketuhanan Yang
Maha Esa”. Dalam Bab III, Pasal 6 yang sebelumnya menyatakan bahwa presiden ialah
orang Indonesia asli yang beragama Islam, diubah menjadi presiden adalah orang
Indonesia asli.
Setelah rancangan UUD tersebut selesai dimusyawarahkan, UUD tersebut kemudian
disahkan menjadi UUD Republik Indonesia dan terkenal dengan nama UUD 1945. UUD
1945 yang telah disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 mempunyai
sistematika sebagai berikut; 1)Pembukaan (mukadimah) yang meliputi empat
alinea. Batang tubuh UUD yang merupakan isi dan terdiri atas 16 bab, 37 pasal 4 pasal
Aturan Peralihan dan 2 ayat Aturan Tambahan, 2) Penjelasan UUD yang terdiri atas
penjelasan umum dan penjelasan pasal demi pasal.. Pengangkatan Presiden dan Wakil
Presiden RI yang pertama
Pemilihan presiden dan wakil presiden pertama kali dilakukan oleh PPKI. Hal ini sejalan
dengan ketentuan pada Pasal III Aturan Peralihan UUD 1945. Pasal tersebut berbunyi:
“Untuk pertama kali presiden dan wakil presiden diangkat dan dipilih oleh PPKI”.
Dalam sidang pertama PPKI tanggal 18Agustus 1945
Dengan perubahan-perubahan kecil seluruh rancangan aturan peralihan dan aturan
tambahan disepakati oleh Sidang. Presiden Soekarno menutup acara pembahasan itu
dengan pernyataan., “Dengan ini tuan-tuan sekalian, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia serta peraturan peralihan telah sah ditetapkan. Dengan demikian pada
tanggal 18 Agustus 1945 bangsa Indonesia memperoleh landasan kehidupan bernegara,
yang meliputi dasar negara yakni sebuah Undang-Undang Dasar yang kini dikenal sebagai
Undang-Undang Dasar 1945. Pembukaan daripada Undang-Undang Dasar 1945 itu
mengandung dasar negara yang kita kenal dengan nama “Pancasila”. Bahwa Pancasila
Dasar Negara adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan
demikian jelaslah bahwa Pancasila Dasar Negara rumusannya yang otentik adalah yang
terdapat di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Adapun rumusan yang
diajukan oleh para pemimpin bangsa pada sidang pertama BPUPKI maupun panitia
sembilan tanggal 22 Juni 1945 adalah konsep belaka.
Sebelum rapat PPKI pertama ditutup. Presiden menunjuk 9 orang anggota sebagai
panitia kecil yang ditugasi untuk menyusun rancangan yang berisi hal-hal yang meminta
perhatian mendesak, yaitu masalah pembagian wilayah negara, kepolisian, tentara
kebangsaan dan perekonomian. Mereka adalah; Oto Iskandardinata, Subardjo, Sayuti
Melik, Iwa Kusumasumatri, Wiranatakusumah, Dr. Amir, A.,A. Hamidhan, Dr. Ratulangie
dan I Gusti Ketut Pudja.
Rapat dilanjutkan pada hari minggu tanggal 19 Agustus 1945 pukul 10 pagi. Acara
pertama adalah membahas hasil kerja panitia kecil yang dipimpin oleh Oto Iskandardinata.
Sebelum acara dimulai Presiden Sukarno menunjuk Mr Ahmad subardjo, sutardjo
Kartohadikusumo, Mr Kasman Singodimedjo untuk membentuk Panita Kecil yang
merencanakan bentuk departemen.
161
Hasil Panitia Kecil Oto Iskandardinata kemudian dibahas dan meghasilkan
keputusan sebagai berikut:
a) pembagian wilayah yang terdiri dari 8 propinsi beserta calon gubernurnya
yaitu: 1) Jawa Barat , Sutardjo Kartohadikusumo 2) Jawa Tengah,R. Pandji
Soeroso 3) Jawa Timur, R.A. Soerjo, 4) Borneo, Kalimantan , Ir. Pangeran Moh Nur, 5)
Maluku, Mr J Latuharhary, 6) Sulawesi, Dr. GSSJ Ratulangie, 7) Sumatera, Mr. T.
Mohammad Hassan, 8) Sunda Kecil (Nusa Tenggara) Mr .I Gusti Ketut Pudja, dan dua
daerah Istimewa Jojakarta dan Surakarta. Daerah provinsi dibagi menjadi beberapa
karesidenan yang dikepalai oleh seorang residen. Gubernur dan residen dibantu oleh
Komite Nasional Indonesia Daerah.
b) Pembentukan Komite Nasional lndonesia Pusat dan Daerah.
Kemudian Panitia Kecil yang dipimpin oleh Mr Ahmad Subardjo menyampaikan
laporannya. Diusulkan oleh panitia ini adanya 13 Kementrian. Setelah dibahas oleh Sidang
maka diputuskan adanya, 1) Departemen Dalam Negeri, 2) Departemen Luar Negeri, 3)
Departemen Kehakiman,4) Departemen Keuangan,5) Departemen Kemakmuran,6)
Departemen Kesehatan, 7) Departemen Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan, 8)
Departemen Sosial,9) Departemen Pertahanan,10) Departemen Perhubungan, 11)
Departemen Pekerjaan Umum.
Selanjutnya rapat juga memutuskan pembentukan 12 departemen dan empat menteri
negara. Pembahasan mengenai masalah departemen ditunda, kemudian presiden kembali
membahas tentara kebangsaan. Panitia Kecil yang dipimpin oleh Oto Iskandardinata
mengusulkan;
1. Rencana pembelaan negara dari Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
yang mengandung politik perang tidak dapat diterima
2. Tentara Peta di Jawa dan Bali serta Laskar Rakyat di Sumatera dibubarkan, karena
merupakan organisasi buatan Jepang, yang kedudukannya di dunia internasional
tidak berketentuan. Negara Indonesia membutuhkan alat pertahanan yang sebaik-
baiknya. Oleh karena itu diusulkan agar supaya Presiden memanggil pemuka-
pemuka yang mempunyai kecakapan militer untuk membentuk tentara kebangsaan
yang kokoh
Usul tersebut diterima secara aklamasi oleh sidang. Urusan kepolisian oleh Panitia Kecil
dimasukan ke dalam Departemen Dalam Negeri, dan untuk mempersiapkan pembentukan
tentara kebangsaan dan kepolisian hendaknya presiden menunjuk pelaksanaannya. Hal ini
disetujui oleh Sidang, dan kemudian Presiden menunjuk Abdul kadir, Kasman
Singodimedjo dan Oto Iskandardinata, untuk mempersiapkan pembentukannya. Abdul
Kadir ditunjuk sebagai ketuanya.
Pembicaraan lainnya dari para anggota menekankan perlunya ketentaraan dan
segera dimulainya perjuangan. Rapat pada siang hari tanggal 19 Agustus itu ditutup pada
pukul 14.55. Pada waktu Presiden dan Wakil Presiden akan pulang, mereka diminta oleh
para pemuda untuk hadir pada rapat yang mereka adakan di jalan Prapatan 10. Presiden
dan Wakil Presiden memenuhi permintaan untuk hadir pada rapat pemuda yang dipimpin
oleh Adam Malik bersama Mr Kasman Singodimedjo dan Ki Hadjar Dewantara. Telah
hadir pula disitu Sutan Syahrir. Para pemuda mengharapkan agar Sukarno-Hatta
melakukan perebutan kekuasaan terhadap Jepang yang diatur dengan cepat dan serentak.
Presiden Sukarno memberikan tanggapan bahwa apa yang mereka kehendaki tidak dapat
dilakukan tergesa-gesa. Para pmuda menolak pendapat Sukarno, yang dianggapnya
berbahaya dan merugikan bangsa Indonesia. Adam malik kemudian membacakan dekrit
mengenai lahirnya tentara Republik Indonesia yang berasal dari bekas Peta dan Heiho.
162
Sukarno dan hatta menyeetujui usul pemuda tersebut namun belum dapat memutuskan
pada saat itu. Rapat kemudian bubar.
Pada malam hari tanggal 19 Agustus 1945, di Jalan Gambir Selatan (sekarang
Merdeka Selatan) No.10, Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta, Mr
Sartono, Suwirjo, Oto Iskandardinata, Sukardjo Wirjopranoto, dr. Buntaran, Mr A.G.
Pringgodigdo, Sutardjo Kartohadikusumo, dan dr. Tajuluddin, berkumpul untuk
membahas siapa-siapa yang akan diangkat sebagai anggota KNIP. Disepakati bahwa
anggota KNIP berjumlah 60 orang. Rapat pertama KNIP direncanakan tanggal 29 Agustus
1945 malam, bertempat di Gedung Komidi, jalan Pos (sekarang Gedung Kesenian) Pasar
Baru Jakarta. Rapat PPKI dilajutkan kembali pada 22 Agustus 1945. Dalam rapat itu itu
diputuskan dibentuknya, Komite Nasional, Partai Nasional dan Badan Kemanan Rakyat.
Sesudah keputusan rapat PPKI tanggal 22 Agustus itu, pada tanggal 23 Agustus
1945, Presiden Sukarno dalam pidato radionya menyatakan berdirinya tiga badan baru
yaitu : Komite Nasional Indonesia (KNI), Partai Nasional Indonesia (PNI) dan Badan
Keamanan Rakyat (BKR).BKR ini akan bertugas sebagai penjaga keamanan umum di
daerah-daerah di bawah kordinasi KNI daerah. Hasil-Hasil Sidang PPKI Secara lengkap,
yaitu:
1 . Pembentukan Komite Nasional
Dalam sidang tanggal 18 Agustus 1945, PPKI menegaskan perlunya pembentukan
suatu Komite Nasional sebelum MPR dan DPR terbentuk. Untuk itu, maka pada tanggal
22 Agustus 1945, PPKI mengadakan sidang di Gedung Kebaktian Rakyat Jawa, Jakarta.
Salah satu keputusan sidang itu adalah terbentuknya Komite Nasional lndonesia (KNI).
Badan ini berfungsi sebagai DPR sebelum Pemilu diselenggarakan. KNIP terdiri atas
Komite Nasional lndonesia Pusat (KNIP) yang berkedudukan di Jakarta dan Komite
Nasional Indonesia Daerah di tiap-tiap provinsi. Pembentukan KNIP secara resmi
diumumkan oleh pemerintah pada tanggal 25 Agustus 1945. KNIP yang beranggotakan
135 orang, secara resmi anggotanya dilantik pada tanggal 29 Agustus 1945 dengan
susunan pengurus sebagai berikut Ketua:Mr. Kasman Singodimejo,Wakil Ketua I:Sutarjo
Kartohadikusumo Wakil Ketua lI: Johanes Latuharhary, Wakil Ketua III:Adam Malik.
Tugas pertama KNIP adalah membantu tugas kepresidenan. Namun, kemudian diperluas
tidak hanya sebagai penasihat presiden, tetapi juga mempunyai kewenangan legislatif.
Wewenang KNIP sebagai DPR ditetapkan dalam rapat KNIP tanggal 16 Oktober 1945.
Dalam rapat tersebut, wakil presiden Drs. Moh. Hatta mengeluarkan Maklumat
Pemerintah RI No. X yang isinya meliputi hal-hal berikut:
a.) KNIP sebelum DPR/MPR terbentuk diserahi kekuasaan legislatif untuk membuat
undang-undang dan ikut menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN).
b). Berhubung gentingnya keadaan, maka pekerjaan sehari-hari KNIP dijalankan oleh
sebuah Badan Pekerja KNIP yang diketuai oleh Sutan Syahrir. Komite Nasional Indonesia
disusun dari tingkat pusat sampai daerah. Pada tingkat pusat disebut Komite Nasional
Indonesia Pusat (KNIP) dan pada tingkat daerah yang disusun sampai tingkat kawedanan
disebut Komite Nasional Indonesia
2 . Pembentukan Partai Nasional Indonesia
Pembentukan Partai Nasional Indonesia pada waktu itu dimaksudkan sebagai satu-
satunya partai politik di Indonesia (partai tunggal). Dalam perkembangannya muncul
Maklumat tanggal 31 Agustus 1945 yang memutuskan bahwa gerakan dan persiapan Partai
Nasional Indonesia ditunda dan segala kegiatan dicurahkan ke dalam Komite Nasional.
Sejak saat itu, gagasan satu partai tidak pernah dihidupkan lagi. Demi kelangsungan
kehidupan demokrasi, maka KNIP mengajukan usul kepada pemerintah agar rakyat
diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mendirikan partai politik. Sebagai tanggapan
163
atas usul tersebut, maka pada tanggal 3 November 1945 pemerintah mengeluarkan
maklumat pemerintah yang pada intinya berisi memberikan kesempatan kepada rakyat
untuk mendirikan partai politik. Maklumat itu kemudian dikenal dengan Maklumat
Pemerintah tanggal 3 November 1945. Partai politik yang muncul setelah Maklumat
Pemerintah tanggal 3 November 1945 dikeluarkan antara lain Masyumi, Partai Komunis
Indonesia, Partai Buruh Indonesia, Parkindo, Partai Rakyat Jelata, Partai Sosialis
Indonesia, Partai Rakyat Sosialis, Partai Katolik, Permai, dan PNI.
3 . Pembentukan Badan Keamanan Rakyat
Badan Keamanan Rakyat (BKR) ditetapkan sebagai bagian dari Badan Penolong
Keluarga Korban Perang (BPKKP), yang merupakan induk organisasi yang ditujukan
untuk memelihara keselamatan masyarakat. BKR tugasnya sebagai penjaga keamanan
umum di daerah-daerah di bawah koordinasi KNI Daerah. Para pemuda bekas anggota
Peta, KNIL, dan Heiho segera membentuk BKR di daerah sebagai wadah perjuangannya.
Khusus di Jakarta dibentuk BKR Pusat untuk mengoordinasi dan mengendalikan BKR di
bawah pimpinan Kaprawi. Sementara BKR Jawa Timur dipimpin Drg. Moestopo, BKR
Jawa Tengah dipimpin Soedirman, dan BKR Jawa Barat dipimpin Arudji Kartawinata.
Pemerintah belum membentuk tentara yang bersifat nasional karena pertimbangan politik,
mengingat pembentukan tentara yang bersifat nasional akan mengundang sikap
permusuhan dari Sekutu dan Jepang. Menurut perhitungan, kekuatan nasional belum
mampu menghadapi gabungan Sekutu dan Jepang. Sementara itu para pemuda yang
kurang setuju pembentukan BKR dan menghendaki pembentukan tentara nasional,
membentuk badan-badan perjuangan atau laskar bersenjata. Badan perjuangan tersebut
misalnya Angkatan Pemuda Indonesia (API), Pemuda Republik Indonesia (PRI), Barisan
Pemuda Indonesia (BPI), dan lainnya. Selain itu para pemuda yang dipelopori oleh Adam
Malik membentuk Komite van Actie.
3. Dukungan Daerah
Kemerdekaan yang diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945 ternyata mendapat
sambutan yang luar biasa di berbagai daerah, baik di Jawa maupun luar Jawa. Di Sulawesi
Selatan, Raja Bone (Arumpone) La Mappanjuki, yang masih tetap ingat akan pertempuran-
pertempuran melawan Belanda pada awal abad XX, menyatakan dukungannya terhadap
Negara Kesatuan dan Pemerintahan Republik Indonesia. Mayoritas raja-raja suku Makasar
dan Bugis mengikuti jejak Raja Bone mengakui kekuasaan Dr. Sam Ratulangie yang
ditunjuk pemerintah sebagai Gubernur Republik di Sulawesi.
Raja-raja Bali juga mengakui kekuasaan Republik. Empat raja di Jawa Tengah
(Mangkunegaran, Kasunanan Surakarta, Kasultanan, dan Paku Alaman Yogyakarta)
menyatakan dukungan mereka kepada Republik Indonesia pada awal September 1945.
Dukungan yang sangat penting ditunjukkan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX dari
Kasultanan Yogyakarta yang nampak dalam pernyataannya tanggal 5 September 1945.
Dalam pernyataan tersebut Sri Sultan Hamengku Buwono IX menegaskan bahwa Negeri
Ngayogyokarto Hadiningrat yang bersifat kerajaan sebagai Daerah Istimewa dalam Negara
Republik Indonesia. Pernyataan tersebut merupakan suatu keputusan yang cukup berani
dan bijak di dalam negara kerajaan yang berdaulat. Sesuai dengan konsep negara kesatuan
yang dianut Indonesia, tidak akan ada negara di dalam negara. Kalau hal tersebut terjadi
akan memudahkan bangsa asing mengadu domba.
Dukungan terhadap negara kesatuan dan pemerintah Republik Indonesia juga
datang dari rakyat dan pemuda. Di Sulawesi Selatan, pada tanggal 19 Agustus 1945,
rombongan Dr. Sam Ratulangi, Gubernur Sulawesi, mendarat di Sapiria, Bulukumba.
Setelah sampai di Ujungpandang, gubernur segera membentuk pemerintahan daerah. Mr.
164
Andi Zainal Abidin diangkat sebagai Sekretaris Daerah. Tindakan gubernur oleh para
pemuda dianggap terlalu berhatihati, kemudian para pemuda mengorganisasi diri dan
merencanakan merebut gedung-gedung vital seperti studio radio dan tangsi polisi.
Kelompok pemuda tersebut terdiri dari kelompok Barisan Berani Mati (Bo-ei Taishin),
bekas kaigun Heiho dan pelajar SMP. Pada tanggal 28 Oktober 1945 mereka bergerak
menuju sasaran. Akibat peristiwa tersebut, pasukan Australia yang telah ada bergerak dan
melucuti mereka. Sejak peristiwa tersebut gerakan pemuda dipindahkan dari
Ujungpandang ke Polombangkeng.
Di Bali para pemuda secara sponan membentuk berbagai organisasi pemuda,
seperti AMI, Pemuda Republik Indonesia (PRI) pada akhir Agustus 1945. Mereka
berusaha untuk menegakkan Republik Indonesia melalui perundingan tetapi mendapat
hambatan dari pasukan Jepang. Pada tanggal 13 Desember 1945 mereka melakukan
gerakan serentak untuk merebut kekuasaan dari tangan Jepang, meskipun gerakan ini
gagal. Pada tanggal 13 September 1945 di Gorontalo terjadi perebutan senjata terhadap
markas-markas Jepang. Kedaulatan Republik Indonesia berhasil ditegakkan dan para
pemimpin Republik menolak ajakan untuk berunding dengan pasukan pendudukan
Australia
Rapat Raksasa dilaksanakan di Lapangan Ikada (Ikatan Atletik Djakarta) tanggal
19 September 1945. Sekitar 200.000 orang hadir dalam pertemuan tersebut. Pada peristiwa
ini, kekuatan Jepang, termasuk tank-tank, berjaga-jaga dengan mengelilingi rapat umum
tersebut. Rapat Ikada dihadiri oleh Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad
Hatta serta sejumlah menteri. Untuk menghindari terjadinya pertumpahan darah, Presiden
Soekarno menyampaikan pidato yang intinya berisi permintaan agar rakyat memberi
kepercayaan dan dukungan kepada pemerintah RI, mematuhi perintahnya dan tunduk
kepada disiplin. Setelah itu Presiden Soekarno meminta rakyat yang hadir bubar dan
tenang.
Pada tanggal 19 September 1945, ketika orang-orang Belanda bekas tawanan
Jepang menduduki Hotel Yamato, dengan dibantu segerombolan pasukan Serikat. Orang-
orang Belanda tersebut mengibarkan bendera mereka di puncak Hotel Yamato. Hal
tersebut memancing kemarahan para pemuda. Hotel tersebut diserbu para pemuda, setelah
permintaan Residen Sudirman untuk menurunkan bendera Belanda ditolak penghuni hotel.
Bentrokan tidak dapat dihindarkan. Beberapa pemuda berhasil memanjat atap hotel serta
menurunkan bendera Belanda yang berkibar di atasnya. Mereka merobek warna birunya
dan mengibarkan kembali sebagai Merah Putih.
Di Yogyakarta perebutan kekuasaan secara serentak dimulai tanggal 26 September
1945. Sejak pukul 10 pagi semua pegawai instansi pemerintah dan perusahaan yang
dikuasai Jepang melaksanakan aksi mogok. Mereka memaksa agar orang-orang Jepang
menyerahkan aset dan kantornya kepada orang Indonesia. Tanggal 27 September 1945
Komite Nasional Indonesia Daerah Yogyakarta mengumumkan bahwa kekuasaan di
daerah tersebut telah berada di tangan Pemerintah Republik Indonesia. Pada hari itu juga
di Yogyakarta diterbitkan surat kabar Kedaulatan Rakyat.
Dukungan dan perebutan kekuasaan terjadi di Sumatra Selatan pada tanggal 8
Oktober 1945, ketika Residen Sumatra Selatan dr. A.K. Gani bersama seluruh pegawai
Gunseibu dalam suatu upacara menaikkan bendera Merah Putih. Setelah upacara selesai,
para pegawai kembali ke kantornya masing-masing. Pada hari itu juga diumumkan bahwa
di seluruh Karesidenan Palembang hanya ada satu kekuasaan yakni kekuasaan Republik
Indonesia. Perebutan kekuasaan di Palembang berlangsung tanpa insiden, sebab orang-
orang Jepang telah menghindar ketika terjadi demonstrasi.
Di Bandung, pertempuran diawali dengan usaha para pemuda untuk merebut
pangkalan Udara Andir dan pabrik senjata bekas ACW (Artillerie Constructie Winkel,
165
sekarang Pindad). Usaha tersebut berlangsung sampai datangnya pasukan Sekutu di
Bandung tanggal 17 Oktober 1945. Di Semarang setelah para pemuda berhasil merebut
kekuasaan, terjadi perbenturan yang dahsyat antara para pemuda Indonesia melawan
Jepang karena pihak Jepang merasa terancam oleh para pemuda yang berusaha merebut
senjata mereka. Pada 14 Oktober 1945, 400 tawanan Jepang dari pabrik gula Cepiring
diangkut oleh pemuda-pemuda Indonesia ke Semarang dengan rencana menutupnya di
penjara Bulu. Sebelum mereka sampai ke penjara Bulu, sebagian tawanan itu melarikan
diri dan minta perlindungan kepada batalyon Kido. Para pemuda menjadi marah dan mulai
merebut dan menduduki kantor pemerintah. Orang-orang Jepang yang ditemui disergap
dan ditawan. Pada keesokan harinya pasukan Jepang menyerbu kota Semarang dari
tangsinya di Jatingaleh. Sejak hari itu mulailah pertempuran yang berlangsung selama lima
hari di Semarang. Korban yang jatuh dalam pertempuran itu ditaksir 990 orang dari kedua
pihak.
Di Bandung, pertempuran diawali dengan usaha para pemuda untuk merebut
pangkalan Udara Andir dan pabrik senjata bekas ACW (Artillerie Constructie Winkel,
sekarang Pindad). Usaha tersebut berlangsung sampai datangnya pasukan Sekutu di
Bandung tanggal 17 Oktober 1945. Di Semarang setelah para pemuda berhasil merebut
kekuasaan, terjadi perbenturan yang dahsyat antara para pemuda Indonesia melawan
Jepang karena pihak Jepang merasa terancam oleh para pemuda yang berusaha merebut
senjata mereka
Di beberapa kota di Kalimantan mulai timbul gerakan yang mendukung
proklamasi. Akibatnya tentara Australia yang sudah mendarat atas nama Sekutu
mengeluarkan ultimatum melarang semua aktivitas politik, seperti demonstrasi dan
mengibarkan bendera Merah Putih, memakai lencana Merah Putih dan mengadakan rapat.
Namun kaum nasionalis tidak menghiraukannya. Di Balikpapan tanggal 14 November
1945, tidak kurang 8.000 orang berkumpul di depan komplek NICA sambil membawa
bendera Merah Putih.
Di Sulawesi Utara, sekalipun telah hampir setengah tahun dikuasai oleh NICA
(Netherland Indies Civil Adminstration) ,usaha menegakkan kedaulatan tidak padam,.
Pada tanggal 14 Februari 1946, para pemuda Indonesia anggota KNIL tergabung dalam
Pasukan Pemuda Indonesia (PPI) mengadakan gerakan di Tangsi Putih dan Tangsi Hitam
di Teling, Manado. Mereka membebaskan tawanan yang mendukung Republik Indonesia
antara lain Taulu, Wuisan, Sumanti, G.A. Maengkom, Kusno Dhanupojo, dan G.E. Duhan.
Di sisi lain mereka juga menahan Komandan Garnisun Manado dan semua pasukan
Belanda di Teling dan penjara Manado. Dengan diawali peristiwa tersebut para pemuda
menguasai markas Belanda di Tomohon dan Tondano. Berita tentang perebutan kekuasaan
tersebut dikirim ke pemerintah pusat yang saat itu di Yogyakarta dan mengeluarkan
Maklumat No. 1 yang ditandatangani oleh Ch.Ch. Taulu. Pemerintah sipil dibentuk tanggal
16 Februari 1946 dan sebagai residen dipilih B.W. Lapian. Satuan tentara Indonesia
disusun dengan pilihan kolektif Ch.Ch. Taulu, SD Wuisan, dan J Kaseger.
Di Gorontalo pada tanggal 13 September 1945, terjadi perebutan senjata terhadap
markas-markas Jepang. Kedaulatan RI berhasil ditegakan dan pemimpin-pemimpin
Republik menolak setiap ajakan untuk berunding dengan pasukan pendudukan Australia.
Kekuatan mereka berjumlah 600 orang pemuda yang terlatih.Di Pulau Sumbawa, pemuda-
pemuda Indonesia pada bulan Desember 1945, berusaha merebut senjata dari Jepang. Di
Gempe terjadi bentrokan antara 200 pemuda melawan Jepang. Juga di sape 400 orang
pemuda berusaha merebut senjata di markas Jepang, juga di Raba terjadi peristiwa yang
sama.
Di Bali, para pemuda telah membentuk beberapa organisasi pemuda seperti AMI,
Pemuda Republik Indonesia (PRI) pada akhir bulan Agustus. Mereka berusaha menegakan
166
RI melalui perundingan tetapi mendapat hambatan dari pihak Jepang. Pada tanggal 13
Desember 1945 mereka melakukan gerakan serentak untuk merebut kekuasaan dari tangan
Jepang akan tetapi gagal.
Di Banda Aceh pada tanggal 6 Oktober 1945 para pemuda dan tokoh masyarakat
membentuk Angkatan Pemuda Indonesia (API). Pada tanggal 12 Oktober 1945 Shucokan
Jepang memanggil para pemimpin pemuda. Ia menyatakan sekalipun Jepang telah kalah,
tetapi keamanan dan ketertban masih menjadi tanggung jawab pemerintah Jepang. Karena
itu ia meminta agar semua kegiatan mendirikan perkumpulan yang tanpa ijin dihentikan.
Perkumpulan yang sudah terlanjur didirikan supaya dibubarkan. Para pemimpin pemuda
menolak dengan keras. Sejak hari itu dimulailah perebutan dan pengambil alihan kantor-
kantor pemerintah dengan pengibaran bendera merah putih. Perlucutan senjata Jepang
terjadi di beberapa tempat. Bentrokan-bentrokan dengan pasukan Jepang terjadi di Langsa,
Lho Nga, Ulee Lheue dan tempat-tempat lain di Aceh.
Di Sumatera Selatan perebutan kekuasaan terjadi pada tanggal 8 Oktober 1945, di
mana residen Sumatera Selatan dr. AK Gani bersama seluruh pegawai Gunseibu dalam
suatu upacara mengerek bendera Merah Putih. Pada hari itu juga diumumkan bahwa di
seluruh karesidenan Palembang hanya ada satu kekuasaan yakni Republik Indonesia.
Perebutan kekuasaan di palembang itu berlangsung tanpa insiden,karena orang-orang
jepang telah menghindar ketika terjadi demonstrasi.
III. PENUTUP
Setelah berabad-abad bangsa Indonesia memperjuangkan kemerdekaan dan
dilandasi oleh semangat kebangsaan, dan telah mengorbankan nyawa maupun harta yang
tidak terhitung jumlahnya, maka peristiwa Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus
1945 merupakan titik puncak perjuangan tersebut. Proklamasi kemerdekaan merupakan
peristiwa yang sangat penting dan memiliki makna yang sangat mendalam bagi bangsa
Indonesia.
Proklamasi Kemerdekaan bangsa Indonesia, dilakukan dengan penuh tekad dan
keyakinan, dilandasi dan dijiwai oleh suatu cita-cita luhur sebagaimana dirumuskan dalam
pembukaan UUD 1945 : “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa
dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai
dengan peri kemanusiaan dan perikeadilan, Dan perjuangan pergerakan Kemerdekaan
Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa
mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang Kemerdekaan Negara Indonesia
yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Atas berkat rahmat Allah yang Maha
Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan
yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya”
Terlaksananya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, tidak terlepas
dari peran penting para tokoh bangsa saat itu, baik dari golongan Tua seperti Soekarno,
Hatta, Ahmad Subardjo, dsb, serta golongan muda seperti Wikana, Sukarni, Adam Malik
dan lain-lain. Meskipun ada perbedaan pendapat diantara mereka terkait waktu
pelaksanaan dan cara proklamasi dilakukan, namun kedua pihak ini bisa menyelesaikan
perbedaan pendapat mereka dengan baik. Menurut Moh Hatta , mengapa Ia dan Sukarno
(gol tua) mengingkan Proklamasi Indonesia merdeka harus ditetapkan oleh Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia karena mereka dianggap mewakili seluruh Indonesia.
Jika perlu ditambah dengan beberapa anggota lainnya yang mewakili berbagai golongan
dalam masyarakat. Sekalipun utusan dari Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Sunda
Kecil dan Maluku itu diangkat oleh Jepang, suara yang mereka perdengarkan untuk
menyatakan Indonesia merdeka adalah suara dan cita-cita rakyat. Dengan ikutnya mereka
terdapatlah simbul persatuan seluruh Indonesia. Rasa persatuan Indonesia itulah sangat
penting dalam menyelenggarakan Revolusi Nasional. Dan rasa persatuan kedalam itu lebih
167
penting dari pertimbangan yuridis dari luar apakah badan itu diangkat oleh Jepang atau
tidak". Keadaan ini memberikan gambaran jelas kepada kita, bahwa pada tanggal 16
Agustus 1945 menjelang tanggal 17 Agustus 1945 itu, sebenarnya iklim Demokrasi sudah
muncul. Rasanya persatuan yang diwarnai oleh kesadaran kebangsaan jauh lebih penting
dari pada rasa persatuan untuk satu tujuan dan cita-cita yang ditentukan atau dipaksakan
oleh satu atau sekelompok orang. Namun, tidak bisa dipungkiri adanya tuntutan golongan
muda yang ingin segera memproklamirkan kemerdekaan juga memiliki peran besar dalam
mempercepat terjadinya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Terlepas dari perdebatan –perdebatan yang cukup sengit antara kedua golongan
tersebut, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 memilki makna yang
sangat penting bagi bangsa Indonesia, diantaranya, proklamasi merupakan pernyataan
yang berisi keputusan bangsa Indonesia untuk menetapkan tatanan hukum nasional
(Indonesia) dan menghapuskan tatanan hukum kolonial. Selain itu proklamasi merupakan
pernyataan bangsa Indonesia yang lepas dari penjajahan dan membentuk Negara Republik
Indonesia yang bebas, merdeka, dan berdaulat penuh. Proklamasi juga merupakan puncak
perjuangan rakyat Indonesia dalam mencapai kemerdekaan. Proklamasi menjadi alat
hukum internasional untuk menyatakan kepada rakyat dan seluruh dunia, bahwa bangsa
Indonesia mengambil nasib ke dalam tangannya sendiri untuk menggenggam seluruh hak
kemerdekaan. Proklamasi merupakan mercusuar yang menunjukkan jalannya sejarah,
pemberi inspirasi, dan motivasi dalam perjalanan bangsa Indonesia di semua lapangan di
setiap keadaan. Dengan proklamasi kemerdekaan tersebut, maka bangsa Indonesia telah
lahir sebagai bangsa dan negara yang merdeka, baik secara de facto maupun secara de
jure.
Untuk mengenang peristiwa Proklamasi yang bersejarah tersebut, di halaman
gedung Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta, dibangunlah sebuah tugu peringatan
Proklamasi. Jalan di depan gedung tersebut kemudian diberi nama jalan Proklamasi. Di
jalan tersebut juga dibangun Monumen Proklamator Soekarno-Hatta. Peristiwa Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia memiliki makna yang luas dan dalam bagi bangsa Indonesia,
antara lain sebagai sebagai titik kulminasi perjuangan bangsa Indonesia dalam rangka
mencapai kemerdekaan yang berlangsung kurang lebih 300 tahun. Selain itu Proklamasi
merupakan awal terbebasnya bangsa Indonesia dari kekuasaan bangsa asing dan menjadi
bangsa yang berdiri sendiri. Proklamai merupakan sumber hukum yang menegaskan mulai
berdirinya negara kesatuan RI yang merdeka dan berdaulat. Merupakan momentum politik
terbebasnya bangsa Indonesia dari kekuasaan bangsa lain, dan bangsa Indonesia menjadi
bangsa yang sederajad dengan bangsa lain di dunia. Terakhir Proklamasi Merupakan
manifesto politik perjuangan dalam mewujudkan Indonesia yang merdeka dan berdaulat.
DAFTAR PUSTAKA
Hatta, Muhammad, 1970. Sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945. Jakarta : Tintamas, 1970
………………….., 1979, Memoir. Jakarta: Tintamas, 1979
Malik, Adam. 1975. Riwayat dan Perdjuangan Sekitar Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia 17 Agustus 1945. Djakarta : Wijaya
168
Sudiro, 1972. Pengalaman Saja di sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945, Jakarta: Idayu
Poesponegoro, Marwati Djoened, 1984. Sejarah Nasional Indonesia VI. Jakarta: PN Balai
Pustaka
Soebardjo, Mr. Achmad.1977. Lahirnya Republik Indonesia. Jakarta: PT Kinta
Sekretariat Negara.1975. 30 Tahun Indonesia Merdeka., 1945-1949. Jakarta: PT Tira
Pustaka
Bahsan, Omar , 1955, PETA dan Peristiwa Rengasdengklok , NV Melati Bandung.1955)
169
PENILAIAN AUTENTIK
PADA PROSES DAN HASIL BELAJAR SEJARAH
Dr. Rudy Gunawan, M.Pd
A. KONSEP TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI
Penilaian pembelajaran merupakan salah satu bagian dari evaluasi pembelajaran
yang merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh guru. Dalam sistem
pembelajaran, evaluasi merupakan salah satu komponen penting dan tahap yang harus
ditempuh oleh guru untuk mengetahui keefektifan belajar (Arifin, 2009, hal. 2).
Sebenarnya istilah penilaian dan evaluasi itu berbeda secara konsepsional namun
mempunyai hubungan yang erat. Seringkali pula istilah evaluasi dan penilaian dianggap
sama dengan tes dan pengukuran. Agar tidak terjadi kesalahan persepsi dan maksud dari
istilah tes, pengukuran, penilaian dan evaluasi (Arifin, 2009, hal. 2-8):
1. Tes (Test)
a. Menurut Gilbert Sax (1980) dalam (Arifin, 2009, hal. 2) tes sebagai suatu tugas
atau rangkaian tugas yang berbentuk soal atau perintah/suruhan lainnya yang harus
dikerjakan oleh peserta didik sehingga hasilnya dapat digunakan untuk menarik
kesimpulan tertentu tentang peserta didik baik kuantitatif maupun kualitatif.
b. Said Hamid Hasan (1988) dalam (Arifin, 2009, hal. 3) menjelaskan bahwa tes
merupakan alat pengumpulan data yang dirancang secara khusus dan dapat terlihat
dari konstruksi butir soal. Jadi tes merupakan alat pengumpul data yang dapat
berupakan pertanyaan serta dirancang melalui suatu perangkat kriteria yang ketat.
c. Conny Setiawan S (1986) dalam (Arifin, 2009, hal. 3) menyebutkan tes sebagai alat
ukur untuk menetapkan apakah berbagai faset dari kesan yang diperkirakan oleh
guru dari peserta didik benar-benar sebuah fakta.
d. Pada hakikatnya tes adalah suatu alat yang berisi serangkaian tugas yang harus
dikerjakan atau soal-soal tertentu yang harus dijawab oleh peserta didik untuk
mengukur suatu aspek perilaku tertentu. Fungsi tes adalah sebagai alat untuk
mengukur tingkat kemampuan peserta didik dalam menguasai materi pelajaran
yang telah disampaikan (Arifin, 2009, hal. 3).
2. Pengukuran (Measurement)
a. Ahman dan Glock dalam Said Hamid Hasan (1988) dalam (Arifin, 2009, hal. 3)
menjelaskan bahwa “in the last analysis measurement is only a part, although a
170
very substansial part of evaluation. It provides information upon which an
evaluation can be based... educational measurement is the process that attemps to
obtain a quantified representation of the degree to which a trait is possessed by a
pupil.
b. Pengukuran merupakan suatu prosedur pemberian angka terhadap atribut atau
variabel suatu kontinum (Saifuddin, 2010, hal. 3).
c. Pengukuran merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas
sesuatu. Kata sesuatu dapat berarti peserta didik, guru, gedung sekolah, meja
belajar, white board. Dalam proses pengukuran guru menggunakan alat ukur (tes
dan non tes) (Arifin, 2009, hal. 4).
3. Penilaian (Assessment)
a. Penilaian adalah semua cara yang digunakan untuk menilai kerja individu, yaitu
prestasi belajar peserta didik melalui bukti-bukti tentang pencapaian belajar peserta
didik (Mardapi, 2008, hal. 5)
b. Depdikbud (1994) menjelaskan bahwa penilaian adalah suatu kegiatan untuk
memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang
proses dan hasil yang telah dicapai peserta didik (Arifin, 2009, hal. 4).
4. Evaluasi (Evaluation)
a. Lincoln dan Guba (1985) menyebutkan bahwa evaluasi adalah suatu proses untuk
menggambarkan peserta didik dan menimbangnya dari segi nilai dan arti (Arifin,
2009, hal. 5).
b. Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan
kualitas (nilai dan arti) dari sesuatu berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu
dalam rangka pembuatan keputusan (Arifin, 2009, hal. 5).
B. PENILAIAN AUTENTIK
1. Pengertian Penilaian Autentik
Menurut Mueller (2006) penilaian autentik merupakan penilaian langsung dan
ukuran langsung (Rustaman, tanpa tahun, hal. 2). Pada saat melakukan penilaian
sebenarnya banyak kegiatan pada saat proses pembelajaran akan lebih jelas apabila
langsung diberi penilaian pada saat itu juga. Misalnya kemampuan berargumentasi,
keterampilan membuat peta atau keterampilan lainnya yang diperlukan. Begitu juga
dengan sikap atau perilaku peserta didik terhadap sesuatu atau pada saat melakukan
sesuatu.
171
Penilaian autentik sering disebut sebagai penilaian kinerja dimana suatu penilaian
dikatakan autentik apabila secara langsung dapat mengamati perilaku peserta didik dan
merupakan proses penilaian kinerja pada situasi nyata. Penilaian kinerja diharapkan dapat
mengukur tujuh kemampuan dasar menurut Horward Gardner yaitu visual-spatial, bodily-
kinesthtic, musical-rhythmical, intrapersonal, logical mathematic dan verbal linguistic
(Zainul, 2001, hal. 7-8).
Penilaian autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil
belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah asesmen
merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah autentik
merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel. Dalam kehidupan akademik
keseharian, frasa asesmen autentik dan penilaian autentik sering dipertukarkan. Akan
tetapi, frasa pengukuran atau pengujian autentik, tidak lazim digunakan (Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2013, hal. 280). Dalam American Librabry Association
asesmen autentik didefinisikan sebagai proses evaluasi untuk mengukur kinerja, prestasi,
motivasi, dan sikap-sikap peserta didik pada aktifitas yang relevan dalam pembelajaran.
Sementara dalam Newton Public School, asesmen autentik diartikan sebagai penilaian atas
produk dan kinerja yang berhubungan dengan pengalaman kehidupan nyata peserta didik.
Wiggins mendefinisikan penilaian autentik sebagai upaya pemberian tugas kepada peserta
didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam aktifitas-aktifitas
pembelajaran, seperti meneliti, menulis, merevisi dan membahas artikel, memberikan
analisa oral terhadap peristiwa, berkolaborasi dengan antarsesama melalui debat, dan
sebagainya (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013, hal. 280).
Penilaian autentik merupakan salah satu unsur dalam penilaian berbasis kelas.
Penilaian berbasis kelas dapat diartikan sebagai suatu proses pengumpulan, pelaporan dan
penggunaan data dan informasi tentang hasil belajar peserta didik untuk menetapkan
tingkat pencapaian dan penguasaan peserta didik terhadap tujuan pendidikan yang telah di
tetapkan (Arifin, 2009, hal. 180). Tujuan pendidikan yang dimaksud adalah kompetensi
inti, kompetensi dasar dan indikator pencapaian hasil belajar yang terdapat dalam
kurikulum.
Dalam kurikulum 2013, penilaian autentik relevan terhadap pendekatan ilmiah dalam
pembelajaran karena mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik
dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain.
Asesmen autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual,
memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan
172
yang lebih autentik. Karenanya, asesmen autentik sangat relevan dengan pendekatan
tematik terpadu dalam pembelajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata
pelajaran yang sesuai (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013, hal. 280).
Penilaian autentik meminta peserta didik untuk hasil belajar peserta didik, baik
dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain.
Asesmen autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual,
memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan
yang lebih autentik. Karenanya, asesmen autentik sangat relevan dengan pendekatan
tematik terpadu dalam pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata
pelajaran yang sesuai.
Pembelajaran autentik mengharuskan pembelajaran yang autentik pula. Menurut
Ormiston belajar autentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang diperlukan
dalam kenyataannya di luar sekolah. Asesmen Autentik terdiri dari berbagai teknik
penilaian. Pertama, pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan
dengan hasil jangka panjang pendidikan seperti kesuksesan di tempat kerja. Kedua,
penilaian atas tugas-tugas yang memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang
kompleks. Ketiga, analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respon peserta
didik atas perolehan sikap, keteampilan, dan pengetahuan yang ada. Dengan demikian,
asesmen autentik akan bermakna bagi guru untuk menentukan cara-cara terbaik agar
semua peserta didik dapat mencapai hasil akhir, meski dengan satuan waktu yang berbeda.
Konstruksi sikap, keterampilan, dan pengetahuan dicapai melalui penyelesaian tugas di
mana peserta didik telah memainkan peran aktif dan kreatif. Keterlibatan peserta didik
dalam melaksanakan tugas sangat bermakna bagi perkembangan pribadi mereka
(Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013, hal. 282).
Dalam pembelajaran autentik, peserta didik diminta mengumpulkan informasi
dengan pendekatan saintifik, memahami aneka fenomena atau gejala dan hubungannya
satu sama lain secara mendalam, serta mengaitkan apa yang dipelajari dengan dunia nyata
yang luar sekolah. Di sini, guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab atas apa yang
terjadi. Peserta didik pun tahu apa yang mereka ingin pelajari, memiliki parameter waktu
yang fleksibel, dan bertanggung jawab untuk tetap pada tugas. Asesmen autentik pun
mendorong peserta didik mengkonstruksi, mengorganisasikan, menganalisis, mensintesis,
menafsirkan, menjelaskan, dan mengevaluasi informasi untuk kemudian mengubahnya
menjadi pengetahuan baru.
173
Oleh karena itu, dalam penilaian autentik harus ada pembelajaran autentik dan guru
autentik. Peran guru bukan hanya pada proses pembelajaran, melainkan juga pada
penelitian. Kriteria guru autentik adalah sebagai berikut (Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2013, hal. 282).
a. Mengetahui bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan peserta didik serta desain
pembelajaran.
b. Mengetahui bagaimana cara membimbing peserta didik untuk mengembangkan
pengetahuan mereka sebelumnya dengan cara mengajukan pertanyaan dan
menyediakan sumber daya memadai bagi peserta didik untuk melakukan akuisisi
pengetahuan.
c. Menjadi pengasuh proses pembelajaran, melihat informasi baru, dan mengasimilasikan
pemahaman peserta didik.
d. Menjadi kreatif tentang bagaimana proses belajar peserta didik dapat diperluas dengan
menimba pengalaman dari dunia di luar tembok sekolah.
Menurut Mueller (2006:1) dalam (Rustaman, tanpa tahun, hal. 2), penilaian autentik
merupakan penilan langsung dan ukuran langsung karena banyak kegiatan yang akan lebih
jelas apabila dinilai langsung, seperti kemampuan berargumentasi atau berdebat,
kemampuan melakukan penilaian terhadap uji coba yang dilakukan oleh peserta didik dan
menilai sikap atau perilaku peserta didik. Dalam hal-hal tertentu mungkin saja ada tugas
yang tidak dapat dikerjakan di dalam kelas, sehingga tugas-tugas tersebut harus dikerjakan
di luar kelas atau di luar jam pelajaran. Dengan metode belajar yang tepat misalnya project
based learning maka penilaian autentik dapat digunakan untuk penilaian berdasarkan
penugasan atau proyek.
2. Ciri-ciri Penilaian Autentik
Penilaian autentik berbeda dengan penilaian tradisional (Kunandar, 2013, hal. 37).
Pada penilaian tradisional peserta didik cenderung memilih respons yang tersedia,
sedangkan dalam penilaian autentik peserta didik menampilkan atau mengerjakan suatu
tugas atau proyek. Penilaian tradisional menilai kemampuan berpikir cenderung pada level
memahami dan fokusnya adalah guru. Pada penilaian autentik, kemampuan berpikir yang
dinilai adalah level konstruksi dan aplikasi serta fokus pada peserta didik. Ciri-ciri
penilaian autentik adalah sebagai berikut (Kunandar, 2013, hal. 38-39) :
a. Mengukur semua aspek pembelajaran yakni kinerja dan hasil atau produk.
174
Hal ini berarti dalam penilaian terhadap peserta didk harus mengukur aspek kinerja dan
produk yang merupakan cerminan kompetensi dari peserta didik tersebut secara nyata
dan objektif.
b. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.
Dalam melakukan penilaian terhadap peserta didik, guru dituntut untuk melakukan
penilaian terhadap kemampuan pada proses pembelajaran dan setelah melakukan
kegiatan pembelajaran.
c. Menggunakan berbagai cara dan sumber.
Guru harus menggunakan berbagai teknik penilaian dan menggunakan berbagai
sumber atau data yang dapat digunakan sebagai informasi yang menggambarkan
kompetensi peserta didik.
d. Tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian.
Penilaian harus dilakukan secara komprehensif yang didukung oleh informasi-
informasi lain sehingga kompetensi peserta didik dapat tercapai.
e. Tugas-tugas sesuai dengan kehidupan nyata.
Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik harus menceminkan bagian-bagian
kehidupan peserta didik yang nyata dan dilakukan setiap hari, sehingga peserta didik
dapat menceritakan kembali pengalamannya tersebut.
f. Menekankan pada kedalaman pengetahuan dan keahlian peserta didik.
3. Karakteritik Penilaian Autentik
Berikut merupakan karakteristik penilaian autentik (Kunandar, 2013, hal. 39)
a. Dapat digunakan untuk mengukur pencapaian kompetensi secara formatif (terhadap
satu atau beberapa kompetensi dasar) atau sumatif (pencapaian dalam satu semester)
b. Mampu mengukur keterampilan dan kinerja bukan hanya mengingat fakta.
c. Dilakukan secara terus menerus dan merupakan satu kesatuan yang utuh baik dalam
penilaian proses maupun hasil belajar.
d. Dapat dipergunakan sebagai umpan balik terhadap pencapaian kompetensi peserta
didik secara komprehensif.
4. Jenis-jenis Penilaian Autentik
Agar penilaian autentik dapat dilaksanakan dengan baik, guru harus memahami
secara jelas tujuan dari penilaian autentik terutama yang terkait dengan sikap, keterampilan
175
serta pengetahuan yang akan dinilai; fokus penilaian serta tingkat pengetahuan yang akan
dinilai. Jenis-jenis penilaian autentik digambarkan pada paparan berikut (Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2013, hal. 283-287):
a. Penilaian Kinerja
Penilaian autentik dimaksimalkan dengan melibatkan partisipasi peserta didik,
khususnya dalam proses dan aspek-aspek yang akan dinilai. Guru dapat melakukannya
dengan meminta peserta didik menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan mereka
gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya. Dengan menggunakan informasi ini,
guru dapat memberikan umpan balik tehadap kinerja peserta didik baik dalam bentuk
laporan naratif maupun laporan kelas. Cara untuk merekam hasil penilaian berbasis kinerja
adalah sebagai berikut:
1) Daftar cek (checklist). Digunakan untuk mengetahui muncul atau tidaknya unsur-unsur
tertentu dari indikator atau subindikator yang harus muncul dalam sebuah peristiwa
atau tindakan.
2) Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records). Digunakan dengan cara guru
menulis laporan narasi tentang apa yang dilakukan oleh masing-masing peserta didik
selama melakukan tindakan. Dari laporan tersebut, guru dapat menentukan seberapa
baik peserta didik memenuhi standar yang ditetapkan.
3) Skala penilaian (rating scale). Biasanya digunakan dengan menggunakan skala
numerik berikut predikatnya. Misalnya: 5 = baik sekali, 4 = baik, 3 = cukup, 2 =
kurang, 1 = kurang sekali.
4) Memori atau ingatan (memory approach). Digunakan oleh guru dengan cara
mengamati peserta didik ketika melakukan sesuatu, dengan tanpa membuat catatan.
Guru menggunakan informasi dari memorinya untuk menentukan apakah peserta didik
sudah berhasil atau belum. Cara seperti tetap ada manfaatnya, namun tidak cukup
dianjurkan.
Penilaian kinerja memerlukan pertimbangan-pertimbangan khusus yaitu:
1) Langkah-langkah kinerja harus dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kinerja
yang nyata untuk suatu atau beberapa jenis kompetensi tertentu.
2) Ketepatan dan kelengkapan aspek kinerja yang dinilai.
3) Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan oleh peserta didik untuk
menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran.
4) Fokus utama dari kinerja yang akan dinilai, khususnya indikator esensial yang akan
diamati.
176
5) Urutan dari kemampuan atau keterampilan peserta didik yang akan diamati.
Pengamatan atas kinerja peserta didik perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk
menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk menilai keterampilan
berbahasa peserta didik, dari aspek keterampilan berbicara, misalnya, guru dapat
mengobservasinya pada konteks yang, seperti berpidato, berdiskusi, bercerita, dan
wawancara. Dari sini akan diperoleh keutuhan mengenai keterampilan berbicara dimaksud.
Untuk mengamati kinerja peserta didik dapat menggunakan alat atau instrumen, seperti
penilaian sikap, observasi perilaku, pertanyaan langsung, atau pertanyaan pribadi.
Salah satu penilaian yang termasuk kedalam penilaian kinerja adalah penilaian diri
(self assessment). Penilaian diri merupakan suatu teknik penilaian di mana peserta didik
diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat
pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu. Teknik penilaian
diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Teknik penilaian-diri bermanfaat memiliki beberapa manfaat positif yaitu: menumbuhkan
rasa percaya diri, peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, mendorong,
membiasakan, dan melatih peserta didik berperilaku jujur serta menumbuhkan semangat
untuk maju secara personal.
Contoh teknik penilaian adalah sebagai berikut:
1) Penilaian ranah pengetahuan. Misalnya, peserta didik diminta untuk menilai
penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil belajar dari suatu
mata pelajaran tertentu berdasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
2) Penilaian ranah sikap. Misalnya, peserta didik diminta mengungkapkan curahan
perasaannya terhadap suatu objek tertentu berdasarkan kriteria atau acuan yang telah
disiapkan.
3) Penilaian ranah keterampilan. Misalnya, peserta didik diminta untuk menilai
kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya oleh dirinya berdasarkan kriteria
atau acuan yang telah disiapkan.
b. Penilaian Proyek
Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas
yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu. Penyelesaian
tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari
perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian
177
data. Dengan demikian, penilaian proyek bersentuhan dengan aspek pemahaman,
mengaplikasikan, penyelidikan, dan lain-lain.
Selama mengerjakan sebuah proyek pembelajaran, peserta didik memperoleh
kesempatan untuk mengaplikasikan sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Karena itu,
pada setiap penilaian proyek, setidaknya ada tiga hal yang memerlukan perhatian khusus
dari guru, yaitu:
1) Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan mengumpulkan data,
mengolah dan menganalisis, memberi makna atas informasi yang diperoleh, dan
menulis laporan.
2) Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik.
3) Orijinalitas atas keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan
oleh peserta didik.
Penilaian proyek berfokus pada perencanaan, pengerjaan, dan produk proyek. Dalam
kaitan ini serial kegiatan yang harus dilakukan oleh guru meliputi penyusunan rancangan
dan instrumen penilaian, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan.
Penilaian proyek dapat menggunakan instrumen daftar cek, skala penilaian, atau narasi.
Laporan penilaian dapat dituangkan dalam bentuk poster atau tertulis.
Produk akhir dari sebuah proyek sangat mungkin memerlukan penilaian khusus.
Penilaian produk dari sebuah proyek dimaksudkan untuk menilai kualitas dan bentuk hasil
akhir secara holistik dan analitik. Penilaian produk dimaksud meliputi penilaian atas
kemampuan peserta didik menghasilkan produk, seperti makanan, pakaian, hasil karya seni
(gambar, lukisan, patung, dan lain-lain), barang-barang terbuat dari kayu, kertas, kulit,
keramik, karet, plastik, dan karya logam. Penilaian secara analitik merujuk pada semua
kriteria yang harus dipenuhi untuk menghasilkan produk tertentu. Penilaian secara holistik
merujuk pada apresiasi atau kesan secara keseluruhan atas produk yang dihasilkan.
c. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan
kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio bisa
berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi secara
berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa
dimensi.
178
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada
kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam
satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses
pembelajaran yang dianggap terbaik, hasil tes (bukan nilai), atau informasi lain yang
relevan dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dituntut oleh topik atau mata
pelajaran tertentu. Fokus penilaian portofolio adalah kumpulan karya peserta didik secara
individu atau kelompok pada satu periode pembelajaran tertentu. Penilaian terutama
dilakukan oleh guru, meski dapat juga oleh peserta didik sendiri.
Melalui penilaian portofolio guru akan mengetahui perkembangan atau kemajuan
belajar peserta didik. Misalnya, hasil karya mereka dalam menyusun atau membuat
karangan, puisi, surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan, resensi buku/ literatur,
laporan penelitian, sinopsis, dan lain-lain. Atas dasar penilaian itu, guru dan/atau peserta
didik dapat melakukan perbaikan sesuai dengan tuntutan pembelajaran.
Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah seperti berikut
ini.
1) Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.
2) Guru atau guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang akan dibuat.
3) Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah bimbingan guru
menyusun portofolio pembelajaran.
4) Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat yang sesuai,
disertai catatan tanggal pengumpulannya.
5) Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.
6) Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama dokumen
portofolio yang dihasilkan.
7) Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio.
d. Penilaian Tertulis
Meski konsepsi asesmen autentik muncul dari ketidakpuasan terhadap tes tertulis
yang lazim dilaksanakan pada era sebelumnya, penilaian tertulis atas hasil pembelajaran
tetap lazim dilakukan. Tes tertulis terdiri dari memilih atau mensuplai jawaban dan uraian.
Memilih jawaban terdiri dari pilihan ganda, pilihan benar-salah, ya-tidak, menjodohkan,
dan sebab-akibat. Mensuplai jawaban terdiri dari isian atau melengkapi, jawaban singkat
179
atau pendek, dan uraian. Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik
mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis,
mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis
berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehentif, sehingga mampu menggambarkan
ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.
Pada tes tertulis berbentuk esai, peserta didik berkesempatan memberikan
jawabannya sendiri yang berbeda dengan teman-temannya, namun tetap terbuka
memperoleh nilai yang sama. Misalnya, peserta didik tertentu melihat fenomena
kemiskinan dari sisi pandang kebiasaan malas bekerja, rendahnya keterampilan, atau
kelangkaan sumberdaya alam. Masing-masing sisi pandang ini akan melahirkan jawaban
berbeda, namun tetap terbuka memiliki kebenarann yang sama, asalkan analisisnya benar.
Tes tertulis berbentuk esai biasanya menuntut dua jenis pola jawaban, yaitu jawaban
terbuka (extended-response) atau jawaban terbatas (restricted-response). Hal ini sangat
tergantung pada bobot soal yang diberikan oleh guru. Tes semacam ini memberi
kesempatan pada guru untuk dapat mengukur hasil belajar peserta didik pada tingkatan
yang lebih tinggi atau kompleks.
Dari 4 (empat) jenis penilaian autentik tersebut di atas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa hal-hal yang dapat digunakan sebagai dasar menilai prestasi peserta
didik dalam penilaian autentik dapat dilihat pada tabel 1 berikut:
TABEL 1 JENIS TUGAS DALAM PENILAIAN AUTENTIK
No Jenis Tugas dalam
Penilaian Autentik Penjelasan
1 Proyek atau
penugasan dan
laporannya
Proyek atau penugasan adalah tugas yang diberikan oleh guru
kepada peserta didik dalam waktu tertentu sebagai implementasi dan
pendalaman dari pengetahuan yang diperoleh dalam pembelajaran.
2 Hasil Tes tulis Salah satu cara atau alat untuk mengukur pencapaian peserta didik
terhadap kompetensi yang bersifat kognitif
3 Portofolio Merupakan kumpulan karya peserta didik selama satu semester atau
satu tahun. Disusun dan dibuat berserta didik berupa produk atau
hasil kerja.
4 Pekerjaan Rumah Dikerjakan peserta didik sebagai pendalaman penguasaan
kompetensi yang diperoleh dalam pembelajaran. Hasilnya harus
diberi respon dan catatan oleh guru, sehingga peserta didik
mengetahui kesalahan yang dilakukan dalam mengerjakan PR
5 Kuis Kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan memberikan pertanyaan-
pertanyaan terhadap peserta didik terhadap materi atau kompetensi
yang telah dikuasai oleh peserta didik
6 Karya Peserta Didik Karya individual, kelompok. Misalnya laporan diskusi kelompok,
eksperimen, pengamatan
7 Presentasi Merupakan tugas peserta didik ketika melaporkan proyek atau tugas
yang diberikan oleh guru
8 Demontrasi Peserta didik mensimulasikan suatu alat atau aktivitas tertentu yang
180
No Jenis Tugas dalam
Penilaian Autentik Penjelasan
terkait dengan materi pembelajaran.
9 Laporan Merupakan laporan kegiatan atau aktivitas peserta didik yang terkait
dengan pembelajaran
10 Jurnal Catatan perkembangan peserta didik yang menggambarkan
perkembanag peserta didik yang terkait dengan pembelajaran
11 Wawancara Dilakukan guru terhadap peserta didik berkaitan dengan
pembelajaran dan penguasaan terhadap kompetensi tertentu.
Sumber: (Kunandar, 2013, hal. 40-41)
5. Tugas (Task) dan Rubrik (Rubrics)
Suatu penilaian autentik melibatkan suatu tugas (task) bagi para peserta didik untuk
menampilkan sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dan sebuah kriteria penilaian
atau rubrik (rubrics) yang akan digunakan untuk menilai penampilan berdasarkan tugas
tersebut (Rustaman, tanpa tahun, hal. 4).
a. Tugas Autentik
Tugas dianggap autentik apabila peserta didik diminta untuk mengkonstruk respons
mereka sendiri, bukan sekedar memilih dari yang tersedia serta merupakan tantangan
yang mirip dengan kenyataan yang sebenarnya (Rustaman, tanpa tahun, hal. 4).
Baron’s (Marzano, 1993) menyebutkan lima kriteria tugas untuk penilaian autentik
adalah sebagai berikut:
1) Tugas tersebut bermakna baik bagi peserta didik maupun bagi guru
2) Tugas disusun bersama atau melibatkan peserta didik
3) Tugas tersebut menuntut peserta didik menemukan dan menganalisis informasi
sama baiknya dengan menarik kesimpulan tentang hal tersebut.
4) Tugas tersebut meminta peserta didik untuk mengkomunikasikan hasil dengan
jelas
5) Tugas tersebut mengharuskan peserta didik untuk bekerja atau melakukan
(Rustaman, tanpa tahun, hal. 4).
Anonymous (2005) dalam (Rustaman, tanpa tahun, hal. 4) mengemukakan terdapat
dua hal yang perlu dipilih dalam penilaian autentik yaitu keterampilan (skill) atau
kemampuan (Abilities), hal ini dilakukan agar tidak menimbulkan bias dan
kebingungan pada peserta didik.
b. Kriteria Penilaian (Rubrics)
Rubrik atau kriteria penilaian adalah alat pemberi skor yang berisi daftar kriteria untuk
sebuah pekerjaan atau tugas, merupakan rating scales serta dirancang sebelumnya dan
digunakan untuk menilai hasil kerja peserta didik pada saat menampilkan keterampilan
181
atau kemampuannya (Zainul, 2001, hal. 19). Rubrik terdiri dari komponen dimensi
(dasar menilai kinerja peserta didik), definisi dan contoh (penjelasan mengenai setiap
dimensi), skala (ditetapkan untuk digunakan dalam menilai dimensi) serta standar
(ditentukan untuk setiap kategori kinerja) (Rustaman, tanpa tahun, hal. 5).
Perlu dikembangkan alat untuk menilai rubrik, karena walaupun sudah disusun
sempurna, tapi mungkin hanya kriteria untuk menilai kinerja peserta didik dalam
bidang tertentu, sehingga dari satu tugas saja dimungkinkan penyusunan lebih dari satu
rubrik (Rustaman, tanpa tahun, hal. 6). Pertanyaan-pertanyaan berikut dapat digunakan
sebagai patokan untuk menilai suatu rubrik (Zainul, 2001, hal. 29-30):
1) Seberapa tinggi hubungan langsung rubrik dengan kriteria yang dinilai?
2) Bagaimana rubrik tersebut mencakup keseluruhan dimensi kinerja yang dinilai
3) Apakah kriteria yang dipilih sudah menggunakan standar umum yang berlaku
dalam bidang kinerja yang dinilai?
4) Bagaimana dimensi dan skala yang digunakana dapat didefinisikan dengan baik?
5) Jika menggunakan skala numerik, seberapa besar angka-angka yang digunakan
telah menggambarkan perbedaan dari setiap kategori kinerja?
6) Seberapa besar selisih skor yang dihasilkan oleh rater yang berbeda?
7) Apakah rubrik yang digunakan dipahami oleh peserta didik?
8) Apakah rubrik cukup adil dan bebas dari bias?
9) Apakah rubrik mudah digunakan, cukup praktis dan mudah diadministrasikan?
C. STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN
Penilaian dalam kurikulum 2013 mengacu kepada Permendikbud No.66 Tahun 2013
tentang Standar Penilaian Pendidikan. Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria
mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik
(Lampiran Permendikbud RI No.66, 2013, hal. 2). Penilaian pendidikan sebagai proses
pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta
didik mencakup: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan,
ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat
kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah.
Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan untuk
menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan.
Cakupan penilaian merujuk pada ruang lingkup materi, kompetensi mata
182
pelajaran/kompetensi muatan/kompetensi program, dan proses (Lampiran Permendikbud
RI No.66, 2013, hal. 3). Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensi
sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan dapat dilihat pada tabel 2
berikut beserta penjelasannya (Lampiran Permendikbud RI No.66, 2013, hal. 4-5).
TABEL 2 TEKNIK DAN INSTRUMEN PENILAIAN DALAM KURIKULUM
2013
No Kompetensi Teknik Instrumen
1 Sikap (Spiritual dan
Sosial)
Observasi Daftar cek/skala penilaian (rating scale)
disertai rubrik Penilaian Diri
Penilaian antar peserta didik
Jurnal Catatan Pendidik
2 Pengetahuan Tes Tulis Pilihan ganda, isian, jawaban singkat,
benar- salah, menjodohkan, dan uraian.
Instrumen uraian dilengkapi pedoman
penskoran.
Tes Lisan daftar pertanyaan
Penugasan pekerjaan rumah, proyek individu atau
kelompok sesuai dengan karakteristik
tugas
3 Keterampilan Tes Praktik Daftar cek/skala penilaian (rating scale)
disertai rubrik Projek
Penilaian Portofolio
Sumber: (Lampiran Permendikbud RI No.66, 2013, hal. 4-5)
1. Penilaian Kompetensi Sikap
Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri,
penilaian “teman sejawat”(peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal. Instrumen
yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antarpeserta didik adalah
daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada
jurnal berupa catatan pendidik.
a. Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan
dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang
diamati.
b. Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk
mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian
kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri.
c. Penilaian antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta
peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi.
Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antarpeserta didik.
183
d. Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi
hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan
dengan sikap dan perilaku.
2. Penilaian Kompetensi Pengetahuan
Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan.
a. Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah,
menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman penskoran.
b. Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan.
c. Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan
secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.
3. Penilaian Kompetensi Keterampilan
Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja,yaitu penilaian
yang menuntut peserta didik mendemonstrasikansuatu kompetensi tertentu dengan
menggunakan tes praktik,projek, dan penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan
berupadaftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.
a. Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan
melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi.
b. Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan
perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu
tertentu.
c. Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai
kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-
integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau kreativitas
peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Karya tersebut dapat berbentuk tindakan
nyata yang mencerminkan kepedulian peserta didik terhadap lingkungannya.
Penilaian autentik selain memperhatikan aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan,
juga harus memperhatikan input,proses dan output peserta didik. Jadi penilaian hasil
belajar harus dilakukan pada awal pembelajaran, selama pembelajaran dan setelah
pembelajaran (Kunandar, 2013, hal. 42).
1. Penilaian Input (Awal Pembelajaran)
a. Dilakukan sebelum proses belajar mengajar dilakukan.
184
b. Tujuan: mengetahui kemampuan awal peserta didik terhadap materi atau
kompetensi yang akan dipelajari.
c. Teknik: Pre test
d. Memetakan kompetensi awal peserta didik
e. Acuan guru dalam proses belajar.
f. Hasil input dapat dibandingkan dengan hasil proses dan output
g. Menggunakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebagai acuan.
2. Penilaian Proses (Selama Pembelajaran)
a. Dilakukan selama proses pembelajaran
b. Tujuan: mengecek tingkat pencapaian kompetensi peserta didik ketika proses
belajar mengajar berlangsung
c. Hasil dapat dilakukan secara individu maupun kelompok.
d. Teknik: soal latihan, pengamatan diskusi kelompok, pekerjaan rumah, lembar kerja
e. Mengukur keaktifan dan perhatian peserta didik selama proses belajar
f. Instrumen: lembar observasi
3. Penilaian Output (Setelah Pembelajaran)
a. Dilakukan setelah proses belajar mengajar berlangsung.
b. Tujuan: mengetahui tingkat pencapain kompetensi setelah mengikuti pembelajaran
c. Hasil dibandingkan dengan KKM yang telah ditentukan
d. Penilaian formatif atau ulangan harian (mengukur satu KD), ujian tengah semester
(beberapa KD), ujian akhir semester (mengukur seluruh KD di semester ganjil) dan
ujian kenaikan kelas (mengukur seluruh KD di semester genap.
Dalam pembelajaran otentik, peserta didik diminta mengumpulkan informasi dengan
pendekatan saintifik, memahahi aneka fenomena atau gejala dan hubungannya satu sama
lain secara mendalam, serta mengaitkan apa yang dipelajari dengan dunia nyata yang luar
sekolah. Guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi. Peserta
didik pun tahu apa yang mereka ingin pelajari, memiliki parameter waktu yang fleksibel,
dan bertanggungjawab untuk tetap pada tugas. Penilaian otentik pun mendorong peserta
didik mengkonstruksi, mengorganisasikan, menganalisis, mensintesis, menafsirkan,
menjelaskan, dan mengevaluasi informasi untuk kemudian mengubahnya menjadi
pengetahuan baru.
D. PENILAIAN AUTENTIK KOMPETENSI SIKAP
185
Sikap berawal dari perasaan suka atau tidak suka yang terkait dengan kecenderungan
seseorang dalam merespons sesuatu atau objek. Sikap juga dapat dikatakan sebagai
ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat
dibentuk sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang diinginkan. Sikap terdiri dari tiga
komponen yaitu afektif ( perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap
sesuatu objek), kognitif (kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek) dan
konatif (kecenderungan untuk berprilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan
dengan kehadiran objek sikap) (Kunandar, 2013, hal. 99).
Dalam kurikulum 2013, kompetensi sikap, baik sikap spiritual (KI 1) maupun sosial
(KI 2) tidak diajarkan dalam proses belajar mengajar, artinya tidak dijabarkan dalam
materi atau konsep yang harus diajarkan. Namun demikian tetap harus terimplementasikan
dalam PBM melalui pembiasaan dan keteladanan yang ditunjukkan oleh peserta didik
dalam keseharian melalui dampak pengiring dari pembelajaran (Kunandar, 2013, hal. 101).
Sikap sosial dan spiritual harus muncul dalam tindakan nyata di kehidupan sehari-hari
dengan mendapatkan contoh dari gurunya maka tetap harus ada penilaian yang dilakukan
oleh guru secara berkesinambungan dengan menggunakan instrumen tertentu.
Uraian kompetensi sikap ini untuk jenjang Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah
Aliyah Kejuruan dapat dilihat pada tabel berikut (Permendikbud Nomor 70, 2013, hal. 9,
83-85)
TABEL 3 KOMPETENSI DASAR DARI KOMPETENSI INTI SIKAP
SPIRITUAL DAN SOSIAL SEJARAH SMA/MA
KOMPETENSI INTI
SIKAP SPIRITUAL
DAN SOSIAL
KOMPETENSI
DASAR KELAS X
KOMPETENSI
DASAR KELAS XI
KOMPETENSI
DASAR KELAS XII
KI 1 Menghayati dan
mengamalkan
ajaran agama
yang dianutnya
1.1. Menghayati
keteladanan para
pemimpin dalam
mengamalkan
ajaran agamanya.
1.2. Menghayati
keteladanan para
pemimpin dalam
toleransi antar
umat beragama
dan
mengamalkannya
dalam kehidupan
sehari-hari
1.1. Menghayati nilai-
nilai persatuan
dan keinginan
bersatu dalam
perjuangan
pergerakan
nasional menuju
kemerdekaan
bangsa sebagai
karunia Tuhan
Yang Maha Esa
terhadap bangsa
dan negara
Indonesia.
1.1. Mengamalkan
hikmah
kemerdekaan
sebagai tanda
syukur kepada
Tuhan YME,
dalam kegiatan
membangun
kehidupan
berbangsa dan
bernegara
KI 2 Menghayati dan
mengamalkan
perilaku jujur,
disiplin,
tanggungjawab,
peduli (gotong
2.1. Menunjukkan
sikap tanggung
jawab, peduli
terhadap berbagai
hasil budaya
zaman praaksara,
2.1 Mengembangkan
nilai dan perilaku
mempertahankan
harga diri bangsa
dengan bercermin
2.1 Meneladani
perilaku
kerjasama,
tanggung jawab,
cinta damai para
pejuang dalam
186
KOMPETENSI INTI
SIKAP SPIRITUAL
DAN SOSIAL
KOMPETENSI
DASAR KELAS X
KOMPETENSI
DASAR KELAS XI
KOMPETENSI
DASAR KELAS XII
royong,
kerjasama,
toleran, damai),
santun,
responsif dan
pro-aktif dan
menunjukkan
sikap sebagai
bagian dari
solusi atas
berbagai
permasalahan
dalam
berinteraksi
secara efektif
dengan
lingkungan
sosial dan alam
serta dalam
menempatkan
diri sebagai
cerminan
bangsa dalam
pergaulan
dunia.
Hindu-Buddha
dan Islam.
2.2. Meneladani sikap
dan tindakan cinta
damai, responsif
dan pro aktif yang
ditunjukkan oleh
tokoh sejarah
dalam mengatasi
masalah sosial
dan
lingkungannya
2.3. Berlaku jujur dan
bertanggungjawab
dalam
mengerjakan
tugas-tugas dari
pembelajaran
sejarah
pada kegigihan
para pejuang
dalam melawan
penjajah.
2.2 Meneladani
perilaku
kerjasama,
tanggung jawab,
cinta damai para
pejuang dalam
mewujudkan cita-
cita mendirikan
negara dan bangsa
Indonesia dan
menunjukkannya
dalam kehidupan
sehari-hari.
2.3 Meneladani
perilaku
kerjasama,
tanggung jawab,
cinta damai para
pejuang untuk
meraih
kemerdekaan dan
menunjukkannya
dalam kehidupan
sehari-hari.
2.4 Meneladani
perilaku
kerjasama,
tanggung jawab,
cinta damai para
pejuang untuk
mempertahankan
kemerdekaan dan
menunjukkannya
dalam kehidupan
sehari-hari.
2.5 Berlaku jujur dan
bertanggungjawab
dalam
mengerjakan
tugas-tugas dari
pembelajaran
sejarah.
mempertahankan
kemerdekaan dan
menunjukkannya
dalam kehidupan
sehari-hari.
2.2 Berlaku jujur dan
bertanggungjawab
dalam
mengerjakan
tugas-tugas dari
pembelajaran
sejarah.
2.3 Menunjukkan
sikap peduli dan
proaktif yang
dipelajari dari
peristiwa dan para
pelaku sejarah
dalam
menyelesaikan
permasalahan bangsa dan negara
Indonesia.
Sumber: (Permendikbud Nomor 70, 2013)
Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran berbagai
mata pelajaran adalah sebagai berikut (Kunandar, 2013, hal. 113):
1. Sikap terhadap materi pelajaran
2. Sikap terhadap guru/pengajar
3. Sikap terhadap proses pembelajaran
187
4. Sikap yang terkait dengan nilai-nilai atau norma-norma tertentu berhubingan dengan
suatu materi pelajaran
5. Sikap berhubungan dengan kompetensi afektif lintas kurikulum yang relevan dengan
materi pelajaran.
Dalam ranah sikap terdapat lima jenjang proses berpikir yaitu menerima atau
memperhatikan, merespons atau menanggapi, meinlai atau menghargai, mengorganisasi
atau mengelola dan berkarakter. Ciri-ciri hasil belajar ranah kompetensi sikap (afektif)
dapat dilihat pada tabel berikut:
TABEL 4 CIRI-CIRI HASIL BELAJAR RANAH KOMPETENSI SIKAP
No. Tingkatan Hasil Belajar Ciri-ciri
1 Menerima (Receiving) 1. Aktif menerima dan sensitif (tanggap) dalam
menghadapi gejala-gejala (fenomena)
2. Peserta didik sadar tetapi sikapnya pasif terhadap
stimulus
3. Peserta didik sedia menerima, pasif terhadap fenomena
tetapi sikapnya mulai aktif
4. Peserta didik mulai selektif, artinya sudah aktif melihat
dan memilih.
2 Merespon (responding) 1. Bersedia menerima, menanggapi dan aktif menyeleksi
reaksi
2. Mengikuti sugesti dan patuh
3. Bersedia menanggapi atau merespons
4. Merasa puas dalam menanggapi
3 Menilai (Valuing) 1. Sudah mulai menyusun atu memberikan persepsi
tentang objek atau fenomena
2. Menerima nilai (percaya)
3. Memilih nilai dan menyeleksi nilai
4. Memiliki ikatan batin (memiliki keyakinan terhadap
nilai)
4 Mengorganisasikan
(organization)
1. Pemilikan sistem nilai
2. Aktif mengonsepsikan nilai dalam dirinya
3. Mengorganisasikan
5 Berkarakter
(characterization)
1. Menyusun berbagai sistem nilai menjadi nilai yang
mapan dalam dirinya
2. Terapan dan pemilikan sistem nilai
3. Karakteristik pribadi atau ineternalisasi nilai (nilai
sudah menjadi bagian yang melekat dalam pribadinya)
Sumber: (Kunandar, 2013, hal. 112)
Guru melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri,
penilaian teman sejawat, jurnal serta wawancara. Instrumen yang digunakan untuk
observasi, penilaian diri dan penilaian antar peserta didik adalah daftar cek atau skala
penilaian yang disertai rubrik, jurnal menggunakan catatan pendidik dan wawancara
berupa daftar pertanyaan (Kunandar, 2013, hal. 114).
1. Observasi
Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan
dengan menggunakan pedoman atau lembar observasi yang berisi sejumlah indikator
188
perilaku atau aspek yang diamati. Hasil pengamatan dapat dijadikan sebagai umpan
balik dalam pembinaan terhadap peserta didik (Kunandar, 2013, hal. 117). Dalam
pengamatan terhadap kompetensi sikap, baik sikap spiritual maupun sikap sosial harus
mengacu pada indikator pencapain kompetensi yang sudah dibuat oleh guru sesuai
dengan kompetensi dasar dari kompetensi inti sikap spiritual dan sikap sosial.
Kriteria instrumen observasi:
a. Mengukur aspek sikap yang dituntut pada Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar
b. Sesuai dengan kompetensi yang akan diukur
c. Memuat indikator sikap yang dapat diobservasi
d. Mudah atau feasible untuk digunakan
e. Dapat merekam sikap peserta didik
Contoh Instrumen Observasi dan Pengolahan Hasil Observasi (Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2013, hal. 7):
189
GAMBAR 5 PEDOMAN OBSERVASI SIKAP SPIRITUAL
Pedoman Observasi Sikap Spiritual
Petunjuk:
Lembaran diisi oleh guru untuk menilai sikap spiritual peserta didik. Berilah tanda cek (v) pada
kolom skor sesuai sikap spiritual yang ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai
berikut :
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan
kadang-kadang tidak melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan
sering tidak melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan
Nama Peserta Didik : ....................................................................
Kelas : ....................................................................
Tanggal Pengamatan : ....................................................................
Materi Pokok : ....................................................................
No Aspek Pengamatan Skor
1 2 3 4
1 Berdoa sebelum dan sesudah melakukan sesuatu
2 Mengucapkan rasa syukur atas karunia Tuhan
3 Memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan
pendapat/presentasi
4 Mengungkapkan kekaguman secara lisan maupun tulisan
terhadap Tuhan saat melihat kebesaran Tuhan
5 Merasakan keberadaan dan kebesaran Tuhan saat
mempelajari sejarah
Jumlah Skor
CATATAN: Disarankan untuk ditambah lagi aspek pengamatannya Petunjuk Penskoran :
Skor akhir menggunakan skala 1 sampai 4
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :
Contoh :
Skor diperoleh 14, skor maksimal 4 x 5 pernyataan = 20, maka skor akhir :
Sesuai Permendikbud No 81A Tahun 2013 peserta didik memperoleh nilai adalah :
Sangat Baik : apabila memperoleh skor : 3,33 < skor ≤ 4,00
Baik : apabila memperoleh skor : 2,33 < skor ≤ 3,33
Cukup : apabila memperoleh skor : 1,33 < skor ≤ 2,33
Kurang : apabila memperoleh skor : skor ≤ 1,33
190
GAMBAR 6 PEDOMAN OBSERVASI SIKAP SOSIAL
Pedoman Observasi Sikap Sosial
Petunjuk:
Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap sosial peserta didik dalam tanggung jawab.
Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap tanggung jawab yang ditampilkan oleh
peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut :
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan
kadang-kadang tidak melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan
sering tidak melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan
Nama Peserta Didik : ....................................................................
Kelas : ....................................................................
Tanggal Pengamatan : ....................................................................
Materi Pokok : ....................................................................
No Aspek Pengamatan Skor
1 2 3 4
1 Tidak nyontek dalam mengerjakan ujian/ulangan/tugas
2 Mengakui kesalahan atau kekurangan yang dimiliki
3 Masuk kelas tepat waktu
4 Memakai seragam sesuai tata tertib
5 Membawa buku tulis sesuai mata pelajaran
6 Melaksanakan tugas individu dengan baik
7 Menghormati pendapat teman
8 Menghormati teman yang berbeda suku, agama, ras,
budaya, dan gender
9 Aktif dalam kerja kelompok
10 Ketersediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan
Jumlah Skor
CATATAN: Disarankan untuk ditambah lagi aspek pengamatannya
Petunjuk Penskoran :
Skor akhir menggunakan skala 1 sampai 4
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :
Contoh :
Skor diperoleh 14, skor maksimal 4 x 5 pernyataan = 20, maka skor akhir :
Sesuai Permendikbud No 81A Tahun 2013 peserta didik memperoleh nilai adalah :
Sangat Baik : apabila memperoleh skor : 3,33 < skor ≤ 4,00
Baik : apabila memperoleh skor : 2,33 < skor ≤ 3,33
Cukup : apabila memperoleh skor : 1,33 < skor ≤ 2,33
Kurang : apabila memperoleh skor : skor ≤ 1,33
191
2. Penilaian Diri
Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk
mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian
kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri. Penggunaan
teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap perkembangan kepribadian
seseorang. Keuntungan penggunaan teknik penilaian diri dalam penilaian di kelas
sebagai berikut (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013, hal. 10):
a. dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka diberi
kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri;
b. peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika
mereka melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi terhadap kekuatan
dan kelemahan yang dimilikinya;
c. dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk berbuat
jujur, karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan
penilaian.Penilaian Antarpeserta didik.
Contoh instrumen penilaian diri sebenarnya dapat diduplikasi dari instrumen
observasi, hanya saja kriterianya dirubah menjadi kriteria untuk menyatakan sikap
yang dilakukan oleh diri sendiri.
192
GAMBAR 7 PEDOMAN PENILAIAN DIRI
3. Penilaian Antarpeserta Didik
Penilaian antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta
peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang
digunakan untuk penilaian antarpeserta didik adalah daftar cek dan skala penilaian (rating
scale) dengan teknik sosiometri berbasis kelas. Guru dapat menggunakan salah satu dari
Pedoman Penilaian Diri
Petunjuk:
Lembaran ini diisi oleh peserta didik untuk menilai sikap disiplin diri peserta didik. Berilah
tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap disiplin yang kamu miliki sebagai berikut :
Ya = apabila kamu menunjukkan perbuatan sesuai pernyataan
Tidak = apabila kamu tidak menunjukkan perbuatan sesuai pernyataan.
Nama Peserta Didik : ....................................................................
Kelas : ....................................................................
Tanggal Pengamatan : ....................................................................
Materi Pokok : ....................................................................
No Aspek Pengamatan Melakukan
Ya Tidak
1 Saya tidak nyontek dalam mengerjakan
ujian/ulangan/tugas
2 Saya mengakui kesalahan atau kekurangan yang
dimiliki
3 Saya masuk kelas tepat waktu
4 Saya memakai seragam sesuai tata tertib
5 Saya membawa buku tulis sesuai mata pelajaran
6 Saya melaksanakan tugas individu dengan baik
7 Saya menghormati pendapat teman
8 Saya menghormati teman yang berbeda suku, agama,
ras, budaya, dan gender
9 Saya aktif dalam kerja kelompok
10 Saya bersedia melakukan tugas sesuai kesepakatan
Jumlah Skor
CATATAN: Disarankan untuk ditambah lagi aspek pengamatannya
Petunjuk Penskoran :
Skor akhir menggunakan skala 1 sampai 4
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :
Contoh :
Skor diperoleh 14, skor maksimal 4 x 5 pernyataan = 20, maka skor akhir :
Sesuai Permendikbud No 81A Tahun 2013 peserta didik memperoleh nilai adalah :
Sangat Baik : apabila memperoleh skor : 3,33 < skor ≤ 4,00
Baik : apabila memperoleh skor : 2,33 < skor ≤ 3,33
Cukup : apabila memperoleh skor : 1,33 < skor ≤ 2,33
Kurang : apabila memperoleh skor : skor ≤ 1,33
193
keduanya atau menggunakan dua-duanya. Contoh penilaian antarpeserta didik sama
dengan penilaian dari guru, petunjuknya saja yang disesuaikan.
4. Jurnal
Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi
informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang
berkaitan dengan sikap dan perilaku. Jurnal dapat memuat penilaian peserta didik
terhadap aspek tertentu secara kronologis (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
2013, hal. 19). Kriteria jurnal adalah sebagai berikut:
a. Mengukur capaian kompetensi sikap yang penting.
b. Sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator.
c. Menggunakan format yang sederhana dan mudah diisi/digunakan.
d. Dapat dibuat rekapitulasi tampilan sikap peserta didik secara kronologis.
e. Memungkinkan untuk dilakukannya pencatatan yang sistematis, jelas dan
komunikatif.
f. Menuntun guru untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan peserta didik.
E. PENILAIAN AUTENTIK KOMPETENSI PENGETAHUAN
Penilaian pengetahuan dapat diartikan sebagai penilain potensi intelektual yang
terdiri dari tahapan mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan
mengevaluasi (Anderson & Krathwohl, 2001)
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/PENILAIAN%20KOMPETENSI%20PENGETAHUA
N.docx. Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan
penugasan (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013, hal. 20).
1. Tes tulis merupakan seperangkat pertanyaan atau tugas dalam bentuk tulisan yang
direncanakan untuk mengukur atau memperoleh informasi tentang kemampuan
peserta tes. Tes tulis menuntut adanya respon dari peserta tes yang dapat
dijadikan sebagai representasi dari kemampuan yang dimilikinya. Instrumen tes
tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan,
dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman penskoran. Bentuk soal yang
sering digunakan di SMA adalah pilihan ganda dan uraian. Butir soal pilihan
ganda terdiri atas pokok soal (stem) dan pilihan jawaban (option). Untuk
tingkat SMA biasanya digunakan 5 (lima) pilihan jawaban. Dari kelima
194
pilihan jawaban tersebut, salah satu adalah kunci (key) yaitu jawaban yang benar
atau paling tepat, dan lainnya disebut pengecoh (distractor).
Contoh:
Pilihan Ganda
1 Tradisi sejarah tertua masyarakat Indonesia yang sudah mengenal tulisan adalah...
a. Prasasti Purnawarman b. Prasasti Talang Tuwo c. Menhir Pasemah
d. Prasasti Kutai e. Punden Berundak
Jawaban: D
2 Apabila seorang veteran sedang menulis tentang riwayat hidupnya, berarti ia sedang
membuat …
a. autokritik b. Autobiografi c. historiografi
d. curriculum vitae e. biografi
Jawaban: B
3 Tokoh yang bertugas sebagai ahli menulis dalam segala hal yang berkaitan dengan
lingkungan kerajaan disebut …
a. Penyair b. Empu c. pujangga
d. juru tulis e. sekretaris
Jawaban: C
4 Visi sejarah yang ditampilkan dalam historiografi nasional pada awal kemerdekaan adalah
…
a. Neerlando-sentris b. Religio-magisme c. Raja-sentrisme
d. Indonesia-sentris e. Multidimensional
Jawaban: D
Soal Uraian
1. Jelaskan tentang Historiografi menurut Lois Gottschalk!
2. Jelaskan ciri-ciri penting penulisan sejarah yang neerlandosentris!
Jawaban:
No
Soal Kunci Jawaban
Skor
Maksimal
1 a. Historiografi merupakan bentuk publikasi, baik dalam bentuk tulisan
maupun secara lisan, yang sengaja memberi pertelaan mengenai suatu
peristiwa atau kombinasi peristiwa-peristiwa pada masa lampau
b. Historiografi diartikan sebagai hasil karya berupa tulisan atau bacaan
mengenai sejarah yang meliputi juga sejarah lisan
c. Historiografi adalah proses penulisan sejarah sebagai penerapan
aspek serba interpretatif dalam metode sejarah untuk menyusun
sintetis sejarah yang dilandasi oleh penelitian yang seksama melalui
heuristik, kritik terhadap sumber-sumber sejarah dan seleksi terhadap
fakta-fakta sejarah.
d. Historiografi merupakan kegiatan dalam kerja keilmuan di bidang
sejarah yang menghasilkan tulisan-tulisan sebagai kategori pemikiran
teoritis dan metodologis mengenai masalah-masalah dalam penelitian
danproses penelitian sejarah.
20
2 a. Belanda Sentrisme atau Neerlando Sentrismus artinya sejarah
Indonesia di tulis dari sudut pandang kepentingan orang-orang
Belanda yang sedang berkuasa (menjajah) di Nusantara Indonesia
saat itu
b. Eropasentrisme, artinya selain ditulis dari sudut pandang kepentingan
orang Belanda, ditulis juga sesuai dengan kepentingan bangsa Eropa
pada umumnya.
c. Mitologisasi artinya banyak kejadian yang tidak didasarkan pada
kejadian yang sebenarnya
d. ahistoris artinya Orang Belanda dianggap sebagai manusia paling
20
195
No
Soal Kunci Jawaban
Skor
Maksimal
sempurna dalam berbagai kehidupan di Nusantara, peran mereka
ditulis dalam historiografi Kolonial sampai berlembar-lembar
sementara peran rakyat pribumi sebagai pemilik sangat sederhana dan
dituangkan dalam halaman yang sangat minim.
2. Tes lisan merupakan pemberian soal/pertanyaan yang menuntut peserta didik
menjawabnya secara lisan. Instrument tes lisan disiapkan oleh pendidik berupa daftar
pertanyaan yang disampaikan secara langsung dalam bentuk tanya jawab dengan
peserta didik.
3. Penugasan berupa tugas pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan
secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.
F. PENILAIAN AUTENTIK KOMPETENSI KETERAMPILAN
Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian
yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan
menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio. Instrumen yang
digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik
(Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013, hal. 27).
1. Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan
melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi. Dalam
pembelajaran sejarah peserta didik diajak ke objek sejarah yang terdekat dengan
lingkungan sekolah atau tempat tinggal untuk melakukan observasi, pengamatan
benda-benda atau objek sejarah yang disesuaikan dengan kompetensi yang ingin
dicapai.
Contoh:
Peserta didik diajak ke objek sejarah dan melakukan pengamatan benda-benda atau
objek sejarah.
196
TABEL 5 KRITERIA, SKOR DAN INDIKATOR KETERAMPILAN
PENELITIAN
Kriteria Skor Indikator Jumlah benda sejarah yang diamati 3 Lebih dari 10 benda
2 5-10 benda
1 1-5 benda
Macam-macam benda sejarah yang diamati 3 Lebih dari 10 benda
2 5-10 benda
1 1-5 benda
Asal benda sejarah yang diamati 3 Lebih dari 10 benda
2 5-10 benda
1 1-5 benda
Catatan: silahkan ditambahkan kriteria sesuai dengan kompetensi yang
diharapkan
TABEL 6 FORMAT PENILAIAN UNTUK SELURUH PESERTA DIDIK
No Nama Skor untuk Jumlah
Skor Nilai
Jumlah Macam Asal
1 Dian Pelangi 3 2 2 7 78
2 dst
Keterangan:
Skor maksimal = 𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐫𝐢𝐭𝐞𝐫𝐢𝐚 𝐱 jumlah indikator setiap kriteria
= 3 x 3 = 9
Nilai Keterampilan = 𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒆𝒓𝒐𝒍𝒆𝒉𝒂𝒏 𝒔𝒌𝒐𝒓
𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒎𝒂𝒌𝒔𝒊𝒎𝒂𝒍 𝒙 𝟏𝟎𝟎
= 𝟕
𝟗 𝒙 𝟏𝟎𝟎 = 𝟕𝟕, 𝟖 𝒅𝒊𝒃𝒖𝒍𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒋𝒂𝒅𝒊 𝟕𝟖
2. Projek tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan perancangan,
pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu.
Peserta didik diminta untuk membuat laporan sederhana terkait dengan objek sejarah
yang diteliti.
Contoh:
Peserta didik dapat melakukan penelitian mengenai museum yang berada di
lingkungannya.
Rumusan tugas: lakukan penelitian mengenai museum yang berada di lingkungan kota
tempat tinggalmu. Tuliskan rencana penelitianmu, lakukan, dan buatlah
laporannya. Dalam membuat laporan perhatikan latar belakang, perumusan masalah,
kebenaran informasi/data, kelengkapan data, sistematika laporan, penggunaan bahasa,
dan tampilan laporan!
Pedoman penskoran:
197
TABEL 7 PEDOMAN PENSKORAN LEARNING TASKS
No Aspek yang Dinilai Skor Maks
1 Persiapan:
No Kriteria Skor
3 2 1
1 Latar belakang Tepat Kurang
tepat
Tidak
tepat
2 Rumusan
Masalah
Tepat Kurang
tepat
Tidak
tepat
6
2 Pelaksanaan
No Kriteria Skor
3 2 1
1 Keakuratan
data/informasi
akurat Kurang
akurat
Tidak
akurat
2 Kelengkapan
data
lengkap Kurang
lengkat
Tidak
lengkap
3 Analisis data baik cukup kurang
4 Kesimpulan tepat Kurang
tepat
Tidak
tepat
12
3 Pelaporan Hasil
No Kriteria Skor
3 2 1
1 Sistematika
laporan
baik Kurang
baik
Tidak
baik
2 Kaidah
penggunaan
bahasa
sesuai Kurang
sesuai
Tidak
sesuai
3 Penulisan ejaan tepat Kurang
tepat
Tidak
tepat
4 Tampilan Menarik Kurang
menarik
Tidak
menarik
12
𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 𝑷𝒓𝒐𝒋𝒆𝒌 = 𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒑𝒆𝒓𝒐𝒍𝒆𝒉𝒂𝒏
𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒎𝒂𝒌𝒔𝒊𝒎𝒂𝒍 𝒙 𝟏𝟎𝟎
3. Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai kumpulan
seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif
untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau kreativitas peserta didik
dalam kurun waktu tertentu. Karya tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang
mencerminkan kepedulian peserta didik terhadap lingkungannya. Dalam pembelajaran
sejarah, tugas-tugas peserta didik tidak hanya dinilai dari tugas yang dikumpulkan
tetapi penilaian dilakukan dari tugas yang pertama samapai yang terakhir.
Contoh Instrumen:
a. Tujuan
Peserta didik dapat menyusun laporan ulangan harian sebagai tulisan ilmiah
b. Uraian tugas portofolio
198
1) Buatlah laporan ulangan harian selama semester 2
2) Penilaian laporan ulangan harian meliputi persiapan, pelaksanaan dan hasil
ulangan harian
3) Pilihlah (peserta didik bersama guru) beberapa karya portofolio terbaik untuk
dinilai
TABEL 8 KRITERIA, SKOR DAN INDIKATOR KETERAMPILAN
PENELITIAN
Kriteria Skor Indikator Persiapan 3 Persiapan menghadapi ulangan harian baik
2 Persiapan menghadapi ulangan harian kurang
baik
1 Persiapan menghadapi ulangan harian tidak
baik
Pelaksanaan 3 Pada saat ulangan tidak mencontek
2 Pada saat ulangan sebagian mencontek
1 Pada saat ulangan semua hasil mencontek
Hasil 3 Hasil ulangan baik
2 Hasil ulangan kurang baik
1 Hasil ulangan tidak baik
TABEL 9 FORMAT PENILAIAN UNTUK SELURUH PESERTA DIDIK
No Nama Skor untuk Jumlah
Skor Nilai
Persiapan Pelaksanaan Hasil
1 Dian Pelangi 3 2 2 7 78
2 dst
Keterangan:
Skor maksimal = 𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐫𝐢𝐭𝐞𝐫𝐢𝐚 𝐱 jumlah indikator setiap kriteria
= 3 x 3 = 9
Nilai Keterampilan = 𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒆𝒓𝒐𝒍𝒆𝒉𝒂𝒏 𝒔𝒌𝒐𝒓
𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒎𝒂𝒌𝒔𝒊𝒎𝒂𝒍 𝒙 𝟏𝟎𝟎
= 𝟕
𝟗 𝒙 𝟏𝟎𝟎 = 𝟕𝟕, 𝟖 𝒅𝒊𝒃𝒖𝒍𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒋𝒂𝒅𝒊 𝟕𝟖
Referensi:
Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
http://p3g.unm.ac.id/index.php/download/category/19-rpp-dan-
penilaian.html?download=243%3Apenilaian-kompetensi-sikap. (2013, Juli 17-19).
Penilaian Pencapaian Kompetensi Sikap. Diambil kembali dari p3g.unm.ac.id:
http://p3g.unm.ac.id/index.php/download/category/19-rpp-dan-
penilaian.html?download=243%3Apenilaian-kompetensi-sikap
http://www.unhas.ac.id/hasbi/LKPP/Assesment%20Pembelajaran/Pengukuran%20dan%20
Penilaian.doc. (t.thn.). Pengukuran (Assessment) dan Penilaian (Evaluation) Hasil
Belajar. Dipetik April 2, 2014, dari Universitas Hasanudin:
http://www.unhas.ac.id/hasbi/LKPP/Assesment%20Pembelajaran/Pengukuran%20dan
%20Penilaian.doc
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Materi Pelatihan Guru Implementasi
Kurikulum 2013 SMA dan SMK/MAK Sejarah Indonesia. Jakarta: BPSDM-PMK.
199
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Model Penilaian Hasil Belajar Peserta
Didik. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA, Dirjen Pendidikan Menengah,
Kemdikbud.
Kunandar. (2013). Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan
Kurikulum 2013). Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Lampiran Permendikbud RI No.66. (2013). Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Lampiran V Permendikbud RI Nomor 81A . (2013). Implementasi Kurikulum: Pedoman
Evaluasi Kurikulum. Jakarta, Indonesia.
Mardapi, D. (2008). Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Non Tes. Yogyakarta: Mitra
Cendekia Press.
Muchtar, H. (Juni 2010). Penerapan Penilaian Autentik dalam Upaya Peningkatan Mutu
Pendidikan. Jurnal Pendidikan Penabur No.14 Tahun ke-9, 68-76. Dipetik Maret 29,
2014, dari http://www.bpkpenabur.or.id/files/Hal.%2068-
76%20Penerapan%20Penilaian%20Autentik.pdf
Permendikbud Nomor 70. (2013). Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah
Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan. Jakarta: Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.
Rustaman, N. Y. (tanpa tahun). Penilaian Otentik (Authentic Assessment) dan
Penerapannya dalam Pendidikan Sains. Dipetik Maret 29, 2014, dari file.upi.edu:
http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/195012311979032-
NURYANI_RUSTAMAN/PENILAIAN_OTENTIK_Sgr'06.pdf
Saifuddin, A. (2010). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Siswono, T. Y. (2002). Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Kontekstual. Matematika,
Jurnal Matematika atau Pembelajarannya Tahun VIII, 51-57. Dipetik Maret 29, 2014,
dari http://tatagyes.files.wordpress.com/2009/11/paper02_penilaian3.pdf
Zainul, A. (2001). Alternative Assessment: Applied Approach Mengajar di Perguruan
Tinggi. Jakarta: Ditjen Dikti Depdiknas.
Catatan:
Sebagian dari materi Penilaian Autentik diambil dari Draft Buku Pembelajaran IPS dalam
Kurikulum 2013 (belum diterbitkan) yang disusun oleh Dr. Rudy Gunawan, M.Pd dan Dr.
Huriah Rachmah, M.Pd.