1.definisi pengertian kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk...
DESCRIPTION
1. Definisi PengertianKebutuhan oksigen merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel. Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi yaitu saluran pernapasan bagian atas, bagian bawah dan paru (Hidayat, 2006). Kebutuhan tubuh terhadap oksigen merupakan kebutuhan yang sangat mendasar dan mendesak, tanpa oksigen dalam waktu tertentu sel tubuh akan mengalami kerusakan yang menetap dan menimbulkan kematian. Otak merupakan organ yang sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen. Otak masih mampu menoleransi kekurangan oksigen antara 3-5 menit. Apabila kekurangan kekurangan oksigen berlangsung lebih dari lima menit, dapat terjadi kerusakan sel otak secara permanen (Kozier dan Erb, 1998). Fungsi sistem jantung ialah untuk mengantarkan oksigen, nutrien, dan substansi lain ke jaringan dan membuang produk sisa metabolisme selular melalui pompa jantung. Kerja pompa jantung sangat penting untuk mempertahankan aliran oksigen. Proses yang mempengaruhi oksigenasi pada klien termasuk perubahan yang mempengaruhi kapasitas darah untuk membawa oksigen, seperti anemia dan perubahan yang mempengaruhi gerakan dinding dada atau sistem saraf pusat klien (Potter dan Perry, 2006).Tujuan : • untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan• untuk menurunkan kerja paru-paru• untuk menurunkan kerja jantungTerapi oksigen merupakan salah satu terapi pernafasan dalam mempertahankan oksigenasi. Tujuan dari terapi oksigen adalah untuk memberikan transpor oksigen yang adekuat dalam darah sambil menurunkan upaya bernafas dan mengurangi stress pada miokardium. Beberapa metode pemberian oksigen:a) Low flow oxygen systemHanya menyediakan sebagian dari udara inspirasi total pasien. Pada umumnya sistem ini lebih nyaman untuk pasien tetapi pemberiannya bervariasi menurut pola pernafasan pasien.b) High flow oxygen systemMenyediakan udara inspirasi total untuk pasien. Pemberian oksigen dilakukan dengan konsisten, teratur, teliti dan tidak bervariasi dengan pola pernafasan pasien.2. Anatomi Fisiologi PernafasanOrgan-Organ Pernafasan Pada Manusia a. Hidung Hidung terdiri dari lubang hidung, rongga hidung, dan ujung rongga hidung. Rongga hidung banyak memiliki kapiler darah, dan selalu lembap dengan adanya lendir yang dihasilkan oleh mukosa. Didalam hidung udara disaring dari benda-benda asing yang tidak berupa gas agar tidak masuk ke paru-paru. Selain itu udara juga disesuaikan suhunya agar sesuai dengan suhu tubuh. b. FaringFaring merupakan ruang dibelakang rongga hidung, yang merupakan jalan masuknya udara dari rongga hidung. Pada ruang tersebut terdapat klep (epiglotis) yang bertugas mengatur pergantian perjalanan udara pernafasan dan makanan. Faring adalah tabung muskular berukuran 12,5 cm yang merentang dari bagian dasar tulang tengkorak sampai esofagus. Faring terbagi menjadi nasofaring, orofaring, dan laringofaring.c. LaringLaring/pangkal batang tenggorokan/kotak suara. Laring menghubungkan laring dengan trakea. Laring adalah tabung pendek berbentuk seperti kotakk triangular dan ditopang oleh sembilan kartilago, tiga berpasangan dan tiga tidak berpasangan. Laring terdiri atas tulang rawan, yaitu jakun, epiglotis, (tulang rawan penutup) dan tulang rawan trikoid (cincin stempel) yang letaknya paling bawah. Pita suara terletak di dinding laring bagian dalam.d. Trakhea Trakea atau batang tenggorokan merupakan pita yang tersusun atas otot polos dan tulang rawan yang berbentuk hurup ’C’ pada jarak yang sangat teratur. Dinding trakea tersusun atas tiga lapisan jaringan epitel yang dapat menghasilkan lendir yang berguna untuk menangkap dan mengembalikan benda-benda asing ke hulu saluran pernafasan sebelum masuk ke paru-paru bersama udara penafasan.e. Bronkus Merupakan cabang batang tenggorokan yang jumlahnya sepasang, yang satu menuju ke paru-paru kiri dan yang satunya menuju paru-paru kanan. Dinding bronTRANSCRIPT
A. Konsep Dasar Gangguan
1. Definisi Pengertian
Kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai
organ atau sel. Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi yaitu saluran
pernapasan bagian atas, bagian bawah dan paru (Hidayat, 2006). Kebutuhan tubuh
terhadap oksigen merupakan kebutuhan yang sangat mendasar dan mendesak, tanpa
oksigen dalam waktu tertentu sel tubuh akan mengalami kerusakan yang menetap dan
menimbulkan kematian. Otak merupakan organ yang sangat sensitif terhadap
kekurangan oksigen. Otak masih mampu menoleransi kekurangan oksigen antara 3-5
menit. Apabila kekurangan kekurangan oksigen berlangsung lebih dari lima menit,
dapat terjadi kerusakan sel otak secara permanen (Kozier dan Erb, 1998).
Fungsi sistem jantung ialah untuk mengantarkan oksigen, nutrien, dan substansi lain
ke jaringan dan membuang produk sisa metabolisme selular melalui pompa jantung.
Kerja pompa jantung sangat penting untuk mempertahankan aliran oksigen. Proses
yang mempengaruhi oksigenasi pada klien termasuk perubahan yang mempengaruhi
kapasitas darah untuk membawa oksigen, seperti anemia dan perubahan yang
mempengaruhi gerakan dinding dada atau sistem saraf pusat klien (Potter dan Perry,
2006).
Tujuan :
untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan
untuk menurunkan kerja paru-paru
untuk menurunkan kerja jantung
Terapi oksigen merupakan salah satu terapi pernafasan dalam
mempertahankan oksigenasi. Tujuan dari terapi oksigen adalah untuk memberikan
transpor oksigen yang adekuat dalam darah sambil menurunkan upaya bernafas
dan mengurangi stress pada miokardium. Beberapa metode pemberian oksigen:
1
a) Low flow oxygen system
Hanya menyediakan sebagian dari udara inspirasi total pasien. Pada umumnya sistem
ini lebih nyaman untuk pasien tetapi pemberiannya bervariasi menurut pola
pernafasan pasien.
b) High flow oxygen system
Menyediakan udara inspirasi total untuk pasien. Pemberian oksigen dilakukan dengan
konsisten, teratur, teliti dan tidak bervariasi dengan pola pernafasan pasien.
2. Anatomi Fisiologi Pernafasan
Organ-Organ Pernafasan Pada Manusia
a. Hidung
Hidung terdiri dari lubang hidung, rongga hidung, dan ujung rongga hidung.
Rongga hidung banyak memiliki kapiler darah, dan selalu lembap dengan adanya
lendir yang dihasilkan oleh mukosa. Didalam hidung udara disaring dari benda-
benda asing yang tidak berupa gas agar tidak masuk ke paru-paru. Selain itu udara
juga disesuaikan suhunya agar sesuai dengan suhu tubuh.
b. Faring
Faring merupakan ruang dibelakang rongga hidung, yang merupakan jalan
masuknya udara dari rongga hidung. Pada ruang tersebut terdapat klep (epiglotis)
yang bertugas mengatur pergantian perjalanan udara pernafasan dan makanan.
Faring adalah tabung muskular berukuran 12,5 cm yang merentang dari bagian
dasar tulang tengkorak sampai esofagus. Faring terbagi menjadi nasofaring,
orofaring, dan laringofaring.
c. Laring
Laring/pangkal batang tenggorokan/kotak suara. Laring menghubungkan laring
dengan trakea. Laring adalah tabung pendek berbentuk seperti kotakk triangular
dan ditopang oleh sembilan kartilago, tiga berpasangan dan tiga tidak berpasangan.
Laring terdiri atas tulang rawan, yaitu jakun, epiglotis, (tulang rawan penutup) dan
tulang rawan trikoid (cincin stempel) yang letaknya paling bawah. Pita suara
terletak di dinding laring bagian dalam.
d. Trakhea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan pita yang tersusun atas otot polos dan
tulang rawan yang berbentuk hurup ’C’ pada jarak yang sangat teratur. Dinding
2
trakea tersusun atas tiga lapisan jaringan epitel yang dapat menghasilkan lendir
yang berguna untuk menangkap dan mengembalikan benda-benda asing ke hulu
saluran pernafasan sebelum masuk ke paru-paru bersama udara penafasan.
e. Bronkus
Merupakan cabang batang tenggorokan yang jumlahnya sepasang, yang satu
menuju ke paru-paru kiri dan yang satunya menuju paru-paru kanan. Dinding
bronkus terdiri atas lapisan jaringan ikat, lapisan jaringan epitel, otot polos dan
cincin tulang rawan. Kedudukan bronkus yang menuju kekiri lebih mendatar dari
pada ke kanan. Hal ini merupakan salah satu sebab mengapa paru-paru kanan lebih
mudah terserang penyakit
f. Bronkiolus
Bronkeolus merupakan cabang dari bronkus, dindingnya lebih tipis dan salurannya
lebih tipis. Bronkeolus bercabang-cabang menjadi bagian yang lebih halus.
g. Alveolus
Saluran akhir dari saluran pernafasan yang berupa gelembung-gelembung udara.
Dinding aleolus sanat tipis setebal silapis sel, lembap dan berdekatan dengan
kapiler- kapiler darah. Adanya alveolus memungkinkan terjadinya luasnya daerah
permukaan yang berperan penting dalam pertukaran gas. Pada bagian alveolus
inilah terjadi pertukaran gas-gas O2 dari udara bebas ke sel-sel darah, sedangkan
perukaran CO2 dari sel-sel tubuh ke udara bebas terjadi.
h. Paru-paru
Paru-paru terletak dalam rongga dada dibatasi oleh otot dada dan tulang rusuk,
pada bagian bawah dibatasi oleh otot dafragma yang kuat. Paru-paru merupakan
himpunana dari bronkeulus, saccus alveolaris dan alveolus. Diantara selaput dan
paru-paru terdapat cairan limfa yang berfungsi untuk melindungi paru-paru pada
saat mengembang dan mengempis. Mengembang dan mengempisnya paru-paru
disebabkan karena adanya perubahan tekanan rongga dada.
Paru-paru kanan
o berlobus tiga
o Bronkus kanan bercabang tiga
Paru-paru kiri
o berlobus dua
o Bronkuis kiri bercabang dua 3
o Posisinya lebih mendatar
Dibungkus oleh lapisan pleura yang berfungsi menghindari gesekan saat
bernafas.
Proses pernapasan meliputi dua proses, yaitu menarik napas atau inspirasi serta
mengeluarkan napas atau ekspirasi. Sewaktu menarik napas, otot diafragma
berkontraksi, dari posisi melengkung ke atas menjadi lurus. Bersamaan dengan
itu, otot-otot tulang rusuk pun berkontraksi. Akibat dari berkontraksinya kedua
jenis otot tersebut adalah mengembangnya rongga dada sehingga tekanan
dalam rongga dada berkurang dan udara masuk. Saat mengeluarkan napas, otot
diafragma dan otot-otot tulang rusuk melemas. Akibatnya, rongga dada
mengecil dan tekanan udara di dalam paru-paru naik sehingga udara keluar.
Jadi, udara mengalir dari tempat yang bertekanan besar ke tempat yang
bertekanan lebih kecil.
3. Mekanisme Pernafasan Manusia.
Pernafasan pada manusia dapat digolongkan menjadi 2, yaitu:
A. Pernafasan dada
Pada pernafasan dada otot yang berperan penting adalah otot antar tulang rusuk.
Otot tulang rusuk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu otot tulang rusuk luar yang
berperan dalam mengangkat tulang-tulang rusuk dan tulang rusuk dalam yang
berfungsi menurunkan atau mengembalikan tulang rusuk ke posisi semula. Bila
otot antar tulang rusuk luar berkontraksi, maka tulang rusuk akan terangkat
sehingga volume dada bertanbah besar. Bertambah besarnya akan menyebabkan
tekanan dalam rongga dada lebih kecil dari pada tekanan rongga dada luar.
Karena tekanan uada kecil pada rongga dada menyebabkan aliran udara mengalir
dari luar tubuh dan masuk ke dalam tubuh, proses ini disebut proses ’inspirasi’
Sedangkan pada proses espirasi terjadi apabila kontraksi dari otot dalam, tulang
rusuk kembali ke posisi semuladan menyebabkan tekanan udara didalam tubuh
meningkat. Sehingga udara dalam paru-paru tertekan dalam rongga dada, dan
aliran udara terdorong ke luar tubuh, proses ini disebut ’espirasi’.
B. Pernafasan perut
Pada pernafasan ini otot yang berperan aktif adalah otot diafragma dan otot
dinding rongga perut. Bila otot diafragma berkontraksi, posisi diafragma akan
4
mendatar. Hal itu menyebabkan volume rongga dada bertambah besar sehingga
tekanan udaranya semakin kecil. Penurunan tekanan udara menyebabkan
mengembangnya paru-paru, sehingga udara mengalir masuk ke paru- paru
(inspirasi).
Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan atas
2 jenis, yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam. Pernapasan luar adalah
pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan darah dalam
kapiler, sedangkan pernapasan dalam adalah pernapasan yang terjadi antara darah
dalam kapiler dengan sel-sel tubuh.
Volume dan Kapasitas Paru
A. Volume
Volume Uraian Jumlah
Volume tidal (VT) volume udara yang masuk dan keluar paru-paru
selama ventilasi normal biasa.
L : 500 ml
P : 380 ml
Volume Cadangan
Inspirasi (VCI)
Volume udara ekstra yang masuk ke paru-paru
dengan inspirasi maksimum di atas inspirasi
tidal.
L : 3.100 ml
P : 1.900 ml
Volume Cadangan
Ekspirasi (VCE)
Volume udara normal yang dapat dikeluarkan
dengan kuat pada akhir ekspirasi tidal normal.
L : 1.200 ml
P : 800 ml
Volume Residual
(VR)
Volume udara sisa dalam paru-paru setelah
melakukan ekspirasi kuat. Volume residual
penting untuk kelangsungan aerasi dalam darah
saat jeda pernafasan.
L : 1.200 ml
P : 1.000 ml
B. Kapasitas
Kapasitas Uraian Jumlah
Kapasitas Residual
Fungsional (KRF)
KRF = VR + VCE 2.200 ml
Kapasitas Inspirasi
(KI)
KI = VT + VCI 3.500 ml
5
Kapasitas Vital
(KV)
KV = VT + VCI + VCE 4.500 ml
Kapasitas Total
Paru (KTP)
KTP = KV + VR 5.700 ml
Frekuensi Pernafasan
Jumlah udara yang keluar masuk ke paru-paru setiap kali bernapas disebut sebagai
frekuensi pernapasan. Pada umumnya,frekuensi pernapasan manusia setiap menitnya
sebanyak 15-18 kali. Cepat atau lambatnya frekuensi pernapasan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya :
• Usia. Semakin bertambahnya usia seseorang akan semakin rendah frekuensi
pernapasannya.Hal ini berhubungan dengan energy yang dibutuhkan.
• Jenis kelamin. Pada umumnya pria memiliki frekuensi pernapasan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan wanita.Kebutuhan akan oksigen serta produksi
karbondioksida pada pria lebih tinggi dibandingkan wanita.
• Suhu tubuh. Semakin tinggi suhu tubuh seseorang maka aka semakin cepat
frekuensi pernapasannya, hal ini berhubungan dengan penigkatan proses
metabolism yang terjadi dalam tubuh.
• Posisi atau kedudukan tubuh. Frekuensi pernapasan ketika sedang duduk akan
berbeda dibandingkan dengan ketika sedang berjongkok atatu berdiri.Hal ini
berhubungan erat dengan energy yang dibutuhkan oleh organ tubuh sebagai
tumpuan berat tubuh.
• Aktivitas. Seseorang yang aktivitas fisiknya tingi seperti olahragawan akan
membutuhkan lebih banyak energi daripada orang yang diamatau santai, oleh
karena itu, frekuensi pernapasan orang tersebut juga lebih tinggi. Gerakan dan
frekuensi pernapasan diatur oleh pusat pernapasan yang terdapat di otak.
Selain itu, frekuensi pernapasan distimulus oleh konsentrasi karbondioksida
(CO₂) dalam darah.
4. Penyebab / faktor predisposisi
Kebutuhan tubuh terhadap oksigen tidak tetap. Sewaktu-waktu tubuh memerlukan
oksigen yang banyak oleh karena suatu sebab. Kebutuhan oksigen dalam tubuh
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain (Asmadi, 2008):
6
Lingkungan
Pada lingkungan yang panas tubuh berespons dengan terjadinya vasodilatasi
pembuluh darah perifer, sehingga darah banyak mengalir ke kulit. Hal tersebut
mengakibatkan panas banyak dikeluarkan melalui kulit. Respons demikian
menyebabkan curah jantung meningkat dan kebutuhan oksigen pun
meningkat. Sebaliknya pada lingkungan yang dingin, pembuluh darah
mengalami konstriksi dan penurunan tekanan darah sehingga menurunkan
kerja jantung dan kebutuhan oksigen.
Latihan Fisik
Latihan fisik atau peningkatan aktivitas dapat meningkatkan denyut jantung
dan respirasi rate sehingga kebutuhan terhadap oksigen semakin tinggi.
Emosi
Cemas, takut, dan marah akan mempercepat denyut jantung sehingga
kebutuhan oksigen meningkat.
Gaya Hidup
Kebiasaan merokok akan mempengaruhi status oksigenasi seseorang sebab
merokok dapat memperburuk penyakit arteri koroner dan pembuluh darah
arteri.
Status Kesehatan
Pada orang sehat, system kardiovaskuler dan system respirasi berfungsi
dengan baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh secara
adekuat. Sebaliknya, orang yang mempunyai penyakit jantung ataupun
penyakit pernapasan dapat mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan
oksigen tubuh.
Faktor-faktor perkembangan dan proses penuaan yang normal memengaruhi
oksigenasi jaringan yaitu (Potter & Perry, 2010).
Bayi dan Anak-anak
Bayi dan anak-anak berisiko terkena infeksi saluran napas atas karena
sering tepapar asap rokok. Infeksi saluran napas atas biasanya tidak
berbahaya dan bayi atau anak-anak, dan dapat sembuh tanpa
mengalami kesulitan.
Anak-anak Usia Sekolah dan Remaja
7
Anak-anak usia sekolah dan remaja terpapar infeksi pernapasan dan
faktor-faktor risiko pernapasan seperti asap rokok dan merokok.
Individu yang mulai merokok sejak remaja dan terus merokok sampai
usia pertengahan memiliki risiko tinggi untuk menderita penyakit
kardiopulmonal dan kanker paru.
Dewasa Muda dan Dewasa Pertengahan
Faktor risiko kardiopulmonal multipel,antara lain: diet yang tidak
sehat, kurang olahraga, stress, penggunaan obat bebas dan obat yang
diresepkan yang tidak sesuai dan merokok.
Lansia
Sistem pernapasan dan jantung mengalami perubahan sepanjang
proses penuaan. Perubahan dihubungkan dengan klasifikasi katup
jantung, nodus SA, dan tulang rawan iga. Osteoporosis menyebabkan
perubahan ukuran dan bentuk toraks.
Gangguan jantung, meliputi : ketidak seimbangan jantung meliputi ketidak
seimbangan konduksi, kerusakan fungsi valvular, hipoksia miokard, kondisi-
kondisi kardio miopati, dan hipoksia jaringan perifer.
Gangguan pernapasan meliputi hiperventilasi, hipoventilasi, dan hipoksia.
5. Klasifikasi
Klasifikasi gangguan oksigenasi :
a. Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam paru-paru agar
pernapasan lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi dapat disebabkan karena :
- Kecemasan
- Infeksi/sepsis
- Keracunan obat-obatan
- Ketidakseimbangan asam basa seperti pada asidosis metabolic.
Tanda-tanda dan gejala hoperventilasi adalah takikardia, napas pendek, nyeri
dada (chest pain), menurunkan konsentrasi, disorientasi , tinnitus.
b. Hipoventilasi
8
Hivoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi
penggunaan O2 tubuh atau untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup. Biasanya
terjadi pada keadaan atelektasis (kolaps paru).
Tanda-tanda dan gejala pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri kepala,
penurunan kesadaran, disorientasi, kardiakdistritmia, ketidakseimbangan
elektrolit, kejang dan kardiak arrest.
c. Hipoksia
Tidak adekuatnya pemenuhan O2 seluler akibat dari defisiensi O2 yang diinspirasi
atau meningkatkan penggunaan O2 pada tingkat seluler. Hipoksia dapat
disebabkan oleh :
- Menurunnya hemoglobin
- Berkurangnya konsentrasi O2 jika berada di puncak gunung.
- Ketidakmampuan jaringan mengikat O2 seperti pada keracunan sianida.
- Menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah seperti pneumonia.
- Menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok.
- Kerusakan/gangguan ventilasi.
Tanda-tanda hipoksia antara lain : kelelahan, kecemasan, menurunnya
kemampuan konsentrasi, nadi meningkat, pernapasan cepat dan dalam, sianosis,
sesak napas, dan clubbing.
Metode pemberian oksigen dapat dibagi menjadi dua yaitu :
a. Sistem aliran rendah
Sistem aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan,
menghasilkan FiO2 yang bervariasi tergantung pada tipe pernafasan dengan
patokan volume tidal klien. Ditujukan untuk klien yang memerlukan oksigen,
namun masih mampu bernafas dengan pola pernafasan normal, misalnya klien
dengan Volume Tidal 500 ml dengan kecepatan pernafasan 16 – 20 kali permenit.
Alat yang digunakan dalam teknik sistem aliran rendah adalah :
Kanula nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen kontinyu
dengan aliran 1 – 6 liter/mnt dengan konsentrasi oksigen sama dengan
kateter nasal.
9
Keuntungan : Pemberian oksigen stabil dengan volume tidal dan laju
pernafasan teratur, pemasangannya mudah dibandingkan kateter nasal,
klien bebas makan, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien
dan terasa nyaman.
Kerugian : Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari
44%, suplai oksigen berkurang bila klien bernafas melalui mulut,
mudah lepas karena kedalaman kanul hanya 1 cm, dapat mengiritasi
selaput lendir.
Kateter nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen secara
kontinyu dengan aliran 1 – 6 liter/mnt dengan konsentrasi 24% – 44%.
Keuntungan : Pemberian oksigen stabil, klien bebas bergerak, makan
dan berbicara, murah dan nyaman serta dapat juga dipakai sebagai
kateter penghisap.
Kerugian : Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen yang lebih
dari 45%, tehnik memasukan kateter nasal lebih sulit dari pada kanula
nasal, dapat terjadi distensi lambung, dapat terjadi iritasi selaput lendir
nasofaring, aliran dengan lebih dari 6 liter/mnt dapat menyebabkan
nyeri sinus dan mengeringkan mukosa hidung, serta kateter mudah
tersumbat.
Sungkup muka sederhana,
Merupakan alat pemberian oksigen kontinu atau selang seling 5 – 8
liter/mnt dengan konsentrasi oksigen 40 – 60%.
Keuntungan : Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi dari
kateter atau kanula nasal, sistem humidifikasi dapat ditingkatkan
melalui pemilihan sungkup berlobang besar, dapat digunakan dalam
pemberian terapi aerosol.
Kerugian : Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen kurang dari
40%, dapat menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah.
Sungkup muka dengan kantong rebreathing,
Suatu teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi yaitu 60 – 80%
dengan aliran 8 – 12 liter/mnt
10
Keuntungan : Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari sungkup muka
sederhana, tidak mengeringkan selaput lendir
Kerugian : Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah, jika
aliran lebih rendah dapat menyebabkan penumpukan CO2, kantong
oksigen bisa terlipat.
Sungkup muka dengan kantong non rebreathing.
Teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi oksigen mencapai 99%
dengan aliran 8 – 12 liter/mnt dimana udara inspirasi tidak bercampur
dengan udara ekspirasi
Keuntungan : Konsentrasi oksigen yang diperoleh dapat mencapi
100%, tidak mengeringkan selaput lendir.
Kerugian : Kantong oksigen bisa terlipat.
b. Sistem Aliran Tinggi
Teknik pemberian oksigen dimana FiO2 lebih stabil dan tidak dipengaruhi oleh tipe
pernafasan, sehingga dengan tehnik ini dapat menambahkan konsentrasi oksigen
yang lebih tepat dan teratur.
Contoh tehnik sistem aliran tinggi adalah sungkup muka dengan ventury.
Prinsip pemberian O2 dengan alat ini yaitu gas yang dialirkan dari tabung akan
menuju ke sungkup yang kemudian akan dihimpit untuk mengatur suplai ooksigen
sehingga tercipta tekanan negatif, akibatnya udara luar dapat diisap dan aliran
udara yang dihasilkan lebih banyak. Aliran udara pada alat ini sekitas 4 – 14
liter/mnt dengan konsentrasi 30 – 55%.
Keuntungan : Konsentrasi oksigen yang diberikan konstan sesuai dengan
petunjuk pada alat dan tidak dipengaruhi perubahan pola nafas terhadap FiO2,
suhu dan kelembaban gas dapat dikontrol serta tidak terjadi penumpukan CO2
Kerugian : Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah, jika aliran
lebih rendah dapat menyebabkan penumpukan CO2, kantong oksigen bisa terl
11
7. Pemeriksaan Fisik
Pemerikasaan fisik dilakukan untuk mengkaji tingkat oksigenasi jaringan klien yang
meliputi evaluasi keseluruhan sistem kardiopulmonar. Teknik inpeksi, palpasi,
auskultasi, dan perkusi digunakan dalam pemeriksaan fisik.
Inpeksi
Saat melakukan teknik inpeksi, perawat melakukan observasi dari kepala sampai
ke ujung kaki klien untuk mengkaji kulit dan warna membrane mukosa, pola
pernapasan, dan gerakan dinding dada. Setiap kelainan harus diperiksa selama
palpasi, perkusi, auskultasi.
Palpasi
Palpasi dada dilakukan untuk mengkaji beberapa daerah. Dengan palpasi, jenis dan
jumlah kerja thoraks, daerah nyeri tekan dapat diketahui dan perawat dapat
mengidentifikasi taktil fremitus, getaran pada (thrill), angkatan dada (heaves), dan
titik impuls jantung maksimal.
Perkusi
Perkusi adalah tindakan mengetuk-ngetuk suatu objek untuk menentukan adanya
udara, cairan, atau benda padat di jaringan yang berada di bawah objek tersebut
(Malasanos, Barkauskas, dan Stoltenberg-Allen, 1990). Perkusi menimbulkan
getaran dari daerah dibawah area yang diketuk dengan kedalaman 4 sampai 6 cm
(Seidel dkk, 1955). Lima nada perkusi adalah resonansi, hiperesonansi, redup,
datar, timpani. Perkusi memungkinkan perawat untuk menentukan adanya cair
yang tidak normal, udara di paru-paru, atau kerja diafragma.
Auskultasi
Penggunaan auskultasi menampukan perawat mengidentifikasi bunyi paru dan
jantung yang tidak normal. Auskultasi bunyi paru dilakukan dengan mendengarkan
gerakan udara di sepanjang lapang paru : anterior, posterior, dan lateral. Suara
napas tambahan terdengar, jika suatu daerah paru mengalami kolaps, terdapat
cairan di suatu lapang paru, atau terjadi obstruksi. Auskultasi juga dilakukan untuk
mengevaluasi respon klien terhadap intervensi yang dilakukan untuk meningkatkan
status pernapasan.
12
8. Pemeriksaan diagnostik / Penunjang
1. Pemeriksaan untuk Menentukan Keadekuatan Sistem Konduksi Jantung.
Pemeriksaan yang dilakukan untuk menetukan konduksi jantung mencakup
pemeriksaan dengan menggunakan metode:
a. Elektrokardiogram.
Eletrokardiogram (EKG) menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik
jantung, mendeteksi transmisi impuls dsn posisi listrik jantung (aksis jantung).
b. Monitor Holter.
Monitor Holter merupakan peralatan yang dapat dibawa (portable) dan
berfungsi merekam aktivitas listrik jantung dan menghasilkan EKG yang
terus-menerus selama periode tertentu, misalnya selama 12 jam atau lebih.
c. Pemeriksaan stres latihan.
Pemeriksaan stres latihan digunakan untuk mengevaluasi respon jantung
terhadap stress fisik.
d. Pemeriksaan elektrofisiologi.
Pemeriksaan elektrofisiologis (PEF) merupakan pengukuran invasif aktivitas
listrik.
2. Pemeriksaan untuk Menentukan Kontraksi Miokard dan aliran Darah.
a. Ekokardiografi, merupakan pengukuran noninvasif untuk mengevaluasi
struktur internal jantung dan gerakan dinding jantung.
b. Skintigrafi atau angiografi radionuklida merupakan teknik noninvasif yang
menggunak radio isotop untuk mengevaluasi struktur jantung, perfusi
miokard, dan kontraktilitas.
c. Kateterisasi jantung dan angiografi adalah prosedur invasive yang
digunakan untuk memvisualisasi ruang-ruang jantung, katup, pembuluh-
pembuluh darah besar, dan arteri koroner, serta mengukur tekanan dan
volume di dalam empat ruang.
3. Pemeriksaan untuk Mengukur Keadekuatan Ventilisasi dan Oksigenasi.
a. Pemeriksaan fungsi paru menentukan kemampuan paru-paru untuk
melakukan pertukaran oksigen dan karbon dioksida secara efesien.
13
b. Kecepatan aliran ekspirasi puncak adalah titik aliran tertinggi yang dicapai
selama ekspirasi maksimal dan titik ini mencerminkan terjadinya
perubahan ukuran jalan napas menjadi besar.
9. Indikasi, kontraindikasi, dan komplikasi dari tindaka
Indikasi dari oksigenasi:
Hipoksemia, kekurangan oksigen dalam darah
Hiperventilasi, peningkatan jumlah O2 dalam paru-paru sehingga nafasnya
lebih cepat.
Hipoventilasi, tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan O2
Hipoksia, tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen seluler akibat
defisiensi oksigen yang diinpirasi atau meningkatnya penggunaan oksigen
pada tingkat seluler.
Masalah pernapasan seperti asma dan pneumonia
Bronchitis
Penyakit jantung
Kontraindikasi dari oksigenasi:
Semua klien yang memiliki respon ventilasi oksigen yang tidak baik
Komplikasi dari oksigenasi:
Depresi pernapasan
Toksisitas oksigen
Penyerapan atelectasis
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1. Identitas
Pasien
Nama : ........................................
Umur : ........................................
Jenis kelamin : ........................................
Pendidikan : ........................................
Pekerjaan : ........................................
Status perkawinan : .......................................
14
Agama : .......................................
Suku : .......................................
Alamat : .......................................
Tanggal masuk : ........................................
Tanggal pengkajian : ........................................
Sumber Informasi : ........................................
Diagnosa masuk : ........................................
Penanggung
Nama : ........................................
Hubungan dengan pasien : ........................................
2. Riwayat keluarga
Genogram (kalau perlu)
Keterangan genogram
3. Status kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
Keluhan utama (saat MRS dan saat ini)
Alasan masuk Rumah Sakit dan perjalanan Penyakit saat ini
Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
b. Status Kesehatan Masa Lalu
Penyakit yang pernah dialami
Pernah dirawat
Riwayat alergi : Ya Tidak Jelaskan :
Riwayat tranfusi : Ya Tidak
Kebiasaan :
Merokok Ya Tidak Sejak: Jumlah:
Minum kopi Ya Tidak Sejak: Jumlah:
Penggunaan Alkohol Ya Tidak Sejak: Jumlah:
Lain-lain:
Jelaskan :
4. Riwayat Penyakit Keluarga :.......................
5. Diagnosa Medis dan therapy
6. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
15
b. Nutrisi/ metabolic
c. Pola eliminasi
d. Pola aktivitas dan latihan
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilisasi di tempat tidur
Berpindah
Ambulasi ROM
0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total.
e. Pola tidur dan istirahat
f. Pola kognitif-perseptual
g. Pola persepsi diri/konsep diri
h. Pola seksual dan reproduksi
i. Pola peran-hubungan
j. Pola manajemen koping stress
k. Pola keyakinan-nilai
7. Riwayat Kesehatan dan Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Baik Sedang Lemah Kesadaran:
TTV TD: Nadi : Suhu: RR:
a. Kulit, Rambut dan Kuku
Distribusi rambut :
16
Lesi Ya Tidak
Warna kulit Ikterik Sianosis Kemerahan Pucat
Akral Hangat Panas Dingin kering Dingin
Turgor:
Oedem Ya Tidak Lokasi:
Warna kuku: Pink Sianosis lain-lain
Lain-lain: .......................................................
b. Kepala dan Leher
Kepala Simetris Asimetris, Lesi: ya Tidak
Deviasi trakea Ya Tidak
Pembesaran kelenjar tiroid Ya Tidak
Lain-lain: ..........................................................................
c. Mata dan Telinga
Gangguan pengelihatan Ya Tidak
Menggunakan kacamata Ya Tidak Visus:
Pupil Isokor Anisokor Ukuran:
Sklera/ konjungtiva Anemis Ikterus
Gangguan pendengaran Ya Tidak
Menggunakan alat bantu dengar Ya Tidak
Tes weber: Tes Rinne: Tes Swabach:
Lain-lain: .......................................................................................
d. Sistem Pernafasan:
Batuk: Ya Tidak
17
Sesak: Ya Tidak
Inspeksi: ....................................................................................................................
.........
Palpasi: ......................................................................................................................
........
Perkusi: .....................................................................................................................
........
Auskultasi: .................................................................................................................
........
Lain-lain: .......................................................
e. Sistem Kardiovaskular :
Nyeri dada Ya Tidak
Palpitasi Ya Tidak
CRT < 3 dtk > 3 dtk
Inspeksi: ....................................................................................................................
.........
Palpasi: ......................................................................................................................
........
Perkusi: ......................................................................................................................
........
Auskultasi: .................................................................................................................
........
Lain-lain: ....................................
f. Payudara Wanita dan Pria:
.............................................................................................................................
.................
g. Sistem Gastrointestinal:
Mulut Bersih Kotor Berbau
18
Mukosa Lembab Kering Stomatitis
Pembesaran hepar Ya Tidak
Abdomen Meteorismus Asites Nyeri tekan
Peristaltik: x/mnt
Lain-lain : .....................................................
h. Sistem Urinarius :
Penggunaan alat bantu/ kateter Ya Tidak
Kandung kencing, nyeri tekan Ya Tidak
Gangguan Anuria Oliguria Retensi Inkontinensia
Nokturia Lain-lain:
i. Sistem Reproduksi Wanita/Pria :
.....................................................................................................................................
..........
j. Sistem Saraf:
GCS: Eye: Verbal: Motorik:
Rangsangan meningeal Kaku kuduk Kernig
Brudzinski I Brudzinski II
Refleks fisiologis Patela Trisep Bisep
Achiles
Refleks patologis Babinski Chaddock
Oppenheim Rossolimo Gordon
Schaefer Stransky Gonda
Gerakan involunter :
19
Lain-lain: .................................................................
k. Sistem Muskuloskeletal:
Kemampuan pergerakan sendi Bebas Terbatas
Deformitas Ya Tidak Lokasi:
Fraktur Ya tidak Lokasi:
Kekakuan Ya Tidak
Nyeri sendi/otot Ya Tidak
Kekuatan otot :
Lain-lain: ......................................................
l. Sistem Imun:
Perdarahan Gusi Ya Tidak
Perdarahan lama Ya Tidak
Pembengkakan KGB Ya Tidak Lokasi:
Keletihan/kelemahan Ya Tidak
Lain-lain: ..........................................................
m. Sistem Endokrin:
Hiperglikemia Ya Tidak
Hipoglikemia Ya Tidak
Luka gangrene Ya Tidak
Lain-lain: ..........................................................
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Data laboratorium yang berhubungan
b. Pemeriksaan Radiologi
c. Hasil Konsultasi
d. Pemeriksaan penunjang diagnostik lain20
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Diagnosis yang mungkin muncul pada pasien gangguan oksigenasi adalah :
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan :
Lingkungan
Perokok pasif
Mengisap asap
Merokok
Obstruksi jalan napas
Spasme jalan napas
Mukus dalam jumlah berlebihan
Eksudat dalam alveoli
Materi asing dalam jalan napas
Adanya jalan napas buatan
Sekresi yang tertahan / sisa sekresi
Sekresi dalam bronki
Fisiologis
Jalan napas alergik
Asma
Penyakit paru obstruksi kronis
Hiperplasia dinding bronkial
Infeksi
Disfungsi neuromuskular
Yang dtandai dengan :
Tidak ada batuk
Suara napas tambahan
Perubahan frekuensi napas
Perubahan irama napas
Sianosis
Kesulitan berbicara/ mengeluarkan suara
21
Penurunan bunyi napas
Dispnea
Sputum dalam jumlah yang berlebihan
Batuk yang tidak efektif
Ortopnea
Gelisah
Mata terbuka lebar
2) Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan :
Perubahan membran alveolar-kapiler
Ventilasi-perfusi
Yang ditandai dengan :
pH darah arteri abnormal
pH arteri abnormal
pernapasan abnomal ( mis, kecepatan, irama, kedalaman)
warna kulit abnormal (mis, pucat, kehitaman)
konfusi
sianosis ( pada neonatus saja)
Penurunan karbon dioksida
Diaforesis
Dispnea
Sakit kepala saat bangun
Hiperkapnia
Hipoksemia
Iritabilitas
Napas cuping hidung
Gelisah
Somnolen
Takikardia
Gangguan penglihatan
22
3) Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan :
Ansietas
Posisi tubuh
Deformitas tulang
Deformitas dinding dada
Keletihan
Hiperventilasi
Sindrom hipoventilasi
Gangguan muskuloskeletal
Kerusakan neurologis
Imaturitas neurologis
Disfungsi neuromuskular
Obesitas
Nyeri
Keletihan otot pernapasan
Cedera medula spinalis
Yang ditandai dengan :
Perubahan kedalaman pernapasan
Perubahan eksursi dada
Mengambil posisi tiga titik
Bradipnea
Penurunan tekanan ekspirasi
Penurunan tekanan inspirasi
Penurunan ventilasi semenit
Penurunan kapasitas vital
Dispnea
Peningkatan diameter anterior-posterior
Pernapasan cuping hidung
Ortopnea
Fase ekspirasi memanjang
Pernapasan bibir
Takipnea
Penggunaan otot aksesorius untuk bernapas
23
24
3. Rencana Asuhan Keperawatan
DIAGNOSIS
KEPERAWATAN
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL PERENCANAAN
INTERVENSI
RASIONAL
Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas berhubungan
dengan asma ditandai
dengan sputum dalam
jumlah berlebihan.
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama ..x 24 jam
diharapkan bersihan jalan napas
efektif sesuai dengan kriteria:
NOC Label: Respiratory status :
airway patency
Frekuensi napas dalam rentang
normal
Irama napas dalam rentang normal
Mampu mengeluarkan sputum dari
jalan napas
Bebas dari peningkatan suara napas
NIC Label : Airway
management
Posisikan pasien untuk
memaksimalkan oksigenasi
Ajarkan cara batuk efektif
Auskultasi suara napas,
catat adanya penurunan dan
peningkatan suara napas
Monitor status respirasi dan
oksigenasi bila perlu
Diberikan posisi semi/fowler
tinggi atau senyaman pasien
agar merasa lebih nyaman
untuk bernapas
Meminimalisir nyeri saat batuk
Untuk mengetahui perubahan-
perubahan yang terjadi
Memonitoring keadaan sebagai
acuan untuk tindakan
selanjutnya
Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan
ventilasi perfusi ditandai
dengan pernafasan
Setelah jam, pernafasan pasien
normal dengan ventilasi dan perfusi
yang optimal ditinjau dari kriteri hasil
NIC Label : Oxygen
therapy
Bersihkan mulut, hidung,
Untuk memaksimalkan
pernafasan klien
Agar pasien mendapatkan
25
abnormal. :
NOC Label Respiratory status :
Ventilation
RR dalam rentang normal.
Kedalaman pernafasan normal.
Tidak terdapat suara nafas tambahan
(ronkhi basah, ronkhi, mengi,
friction rub)
Kualitas istirahat baik
Tidak terdapat sianosis
sekresi trakeal, jika
diperlukan
Monitoring aliran oksigen
oksigen yang tepat
26
DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2 Edisi 4. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC
Tarwoto & Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 3.
Jakarta : Salemba Medika.
NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Morhead, Sue, dkk. 2008. Nursing Outcome Classification (NOC), Fifth Edition. Missouri:
Mosby Elsevier.
Dochterman, Joanne McCloskey Gloria M. Bulechek. 2008. Nursing Intervention
Classification (NIC), Fifth Edition. Missouri: Mosby Elsevier
27