1 2 345 ;'.i,: .~;.,,;9 0 fasilitasipenyanda...

2
o Senin 0 Selasa 12 345 ;'.i,: 17 18 19 20 .~;.,;9 J;~- 0 P; -b--=O=--Mar Fasilitasi Penyanda g -~~~ Kebutaan Kasus "Low Vision" Lebih Banyak Daripada Tunan tra BANDUNG, (PR).- Jumlah penyandang low vi- sion di seluruh dunia lebih banyak dibandingkan dengan penyandang tunanetra. Evalua- si bagi low vision diperlukan untuk menentukan alat bantu yang dibutuhkan. Hal tersebut dikatakan dr. Ine Renata, Sp.M., dari Pusat Mata Nasional (PMN) Rumah Sakit Mata Cicendo pada se- minar rehabilitasi penglihatan bagi penyandang low vision di Gedung Fakultas Kedokteran Unpad Bandung, Sabtu (15/10). Seminar diselenggara- kan Syamsi Dhuha Foundation (SDF) bersama PMN RS Mata Cicendo menyambut Hari Penglihatan Sedunia 2011. Se- belumnya, dilaksanakan pe- meriksaan mata gratis. Acara dibuka Direktur Utama PMN RS Mata Cicendo, dr. Kautsar Boesoirie, Sp.l'vi.,M.M. "Jumlah penyandang low vi- sion di seluruh dunia ada 245 juta orang, lebih banyak dari penyandang tunanetra yang mencapai 39 juta orang. Low vision merupakan gangguan penglihatan dan lapang pan- dang menetap setelah melalui tindakan pengobatan dan atau operasi yang maksimal," kata- nya. Evaluasi bagi low vision di- perlukan untuk menentukan alat bantu yang dibutuhkan, baik berupa alat bantu optik maupun nonoptik. Alat bantu optik berupa kaca pembesar, teropong, CCIV, sedangkan alat bantu nonoptik seperti buku berhurufbesar, buku tulis bergaris tebal, dan buku ber- suara. ' "Tahap lain dari rehabilitasi adalah pelatihan orientasi dan mobilitas, stimulasi dini, serta pelatihan untuk melakukan kegiatan sehari-hari agar pen- derita low vision dapat mandiri melakukan aktivitas sehari-hari . dan berperan pada kehidupan Kliping H'umas Unpad 2011 --

Upload: dothuan

Post on 15-Jun-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

o Senin 0 Selasa

1 2 345;'.i,: 17 18 19 20.~;.,,;9 J;~-0 P;·-b--=O=--Mar

Fasilitasi Penyanda g-~~~

KebutaanKasus "Low Vision" Lebih Banyak Daripada Tunan tra

BANDUNG, (PR).-Jumlah penyandang low vi-

sion di seluruh dunia lebihbanyak dibandingkan denganpenyandang tunanetra. Evalua-si bagi low vision diperlukanuntuk menentukan alat bantuyang dibutuhkan.Hal tersebut dikatakan dr.

Ine Renata, Sp.M., dari PusatMata Nasional (PMN) RumahSakit Mata Cicendo pada se-minar rehabilitasi penglihatanbagi penyandang low vision diGedung Fakultas KedokteranUnpad Bandung, Sabtu(15/10). Seminar diselenggara-kan Syamsi Dhuha Foundation(SDF) bersama PMN RS MataCicendo menyambut HariPenglihatan Sedunia 2011. Se-belumnya, dilaksanakan pe-meriksaan mata gratis. Acaradibuka Direktur Utama PMNRS Mata Cicendo, dr. KautsarBoesoirie, Sp.l'vi.,M.M."Jumlah penyandang low vi-

sion di seluruh dunia ada 245juta orang, lebih banyak daripenyandang tunanetra yangmencapai 39 juta orang. Lowvision merupakan gangguanpenglihatan dan lapang pan-dang menetap setelah melaluitindakan pengobatan dan atauoperasi yang maksimal," kata-nya.Evaluasi bagi low vision di-

perlukan untuk menentukanalat bantu yang dibutuhkan,baik berupa alat bantu optikmaupun nonoptik. Alat bantuoptik berupa kaca pembesar,teropong, CCIV, sedangkanalat bantu nonoptik sepertibuku berhurufbesar, buku tulisbergaris tebal, dan buku ber-suara. '"Tahap lain dari rehabilitasi

adalah pelatihan orientasi danmobilitas, stimulasi dini, sertapelatihan untuk melakukankegiatan sehari-hari agar pen-derita low vision dapat mandirimelakukan aktivitas sehari-hari .dan berperan pada kehidupan

Kliping H'um a s Unpad 2011 --

ADE BAYU lNDRA/"PR~

DOKTER melakukan operasi katarak mata pasien yang mengikuti program operasi katarak gratis bernama "Seeing is Believing(SIB)", di ruang operasi Rumah Sakit Mata Cicendo, Kota Bandung, beberapa waktu lalu. Dalam menyambut Hari Penglihatan Dunia2011, Pusat Mata Nasional (PMN) RS Mata Cicendo menyelenggarakan seminar "Rehabilitasi Penglihatan Bagi Penyandang LowVision (lovi) "dan pemeriksaan mata gratis di Gedung Fakultas Kedokteran Unpad Bandung, Sabtu (15/10). *

masyarakat," ucapnya.Rehabilitasi penglihatan

yang dilakukan, tambah Ine,tidak dapat mengembalikanpenglihatan, tetapi hanyamemaksimalkan penglihatanyang ada sehingga penyandanglow vision dapat hidup percayadiri, mandiri, dan lebihbermakna.

Harus difasilitasiSementara itu, menu rut Ke-

tua SDF Dian Syarief, kehilang-an penglihatan bukan akhirsegalanya. Yang dibutuhkanpenyandang low vision dan tu-nanetra bukanlah dikasihani,tetapi difasilitasi agar tetap bisa

produktif. "Dosen, guru, penu-lis, pembicara seminar, korn-poser, vokalis, bahkan pengu-saha adalah contoh profesiyang telah ditekuni para pe-nyandang low vision dan tuna-netra," ucapnya.

Menurut Dian, dukungankeluarga dan masyarakatsangat dibutuhkan, baik morilmaupun berbagai fasilitas yangmemudahkan low vision dantunanetra dalam menjalani ke-hidupan sehari-hari tanpa ter-gantung pada orang lain.

''Tahun lalu, SDF menye-lenggarakan pelatihan dan ser-tifikasi pijat shiatsu bagi

penyandang low vision dan tu-nanetra. Pada acara ini, akandibuka program pelatihan dansertifikasi komputer bagi lowvision dan tunanetra bekerjasama dengan Yayasan MitraNetra," kat a Dian yang jugapenyandang low vision.

Bisa diobatiPada bagian lain, Ine menga-

takan bahwa katarak, kebutaanpada anak, kelainan refraksi,glaukoma, kelainan kornea,retina, dan saraf mata merupa- .kan penyebab gangguanpenglihatan. Sekitar 80 persendi antaranya masih dapat dice-gah atau diobati dengan pengo-

batan, operasi, k reksi kacama-ta standar atau lensa kontak.

Sementara itu. Kautsar me-ngatakan, adanya peningkatanangka kebutaan ari 1,2persenpada 1982 menjr di 1,5 persenatau sekitar 3,5juta pada 1996mengindikasikan insidensi ke-butaan bergerak lebih cepatdaripada usaha ye g dilakukanuntuk menekan angka kebu-taan.

"Salah satu penyebab kebu-taan terbanyak adalah katarak.Lebih dari 90 persen katarakmerupakan pen kit degene-ratif yang disebabkan usia lan-jut," tuturnya. (A-62)***