09e01307 usu - analisa dan perencanaan pelat beton pracetak (hcs)
TRANSCRIPT
ANALISA DAN PERENCANAAN
PELAT BETON PRACETAK SISTEM HOLLOW CORE SLAB (HCS) UNTUK PELAT
SATU ARAH
Tugas Akhir
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi Syarat untuk menempuh ujian sarjana Teknik Sipil
Disusun oleh:
ORRY GIOVANNI 04 0404 111
SUB JURUSAN STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2008
Orry Giovanni : Analisa Dan Perencanaan Pelat Beton Pracetak Sistem Hollow Core Slab (HCS) Untuk Pelat Satu Arah, 2008 USU Repository © 2008
ABSTRAK Pada saat ini beton pracetak atau precast telah digunakan secara meluas pada
elemen-elemen struktur bangunan seperti kolom, balok, lantai, dinding dan pondasi. Banyak juga di jumpai pada dinding penahan (retaining wall) serta saluran irigasi maupun drainase yang terbuat dari beton pracetak. Beton pracetak mudah dipasang sehingga mampu mempercepat waktu pelaksanaan proyek. Salah satu sistem precast untuk lantai adalah Hollow Core Slab (HCS), HCS adalah pelat precast yang menggunakan sistem pre-tensioning dimana kabel prategang ditarik terlebih dahulu pada suatu dudukan khusus yang telah disiapkan dan kemudian dilakukan pengecoran. Oleh karena itu pembuatan produk precast ini harus ditempat fabrikasi khusus yang menyediakan dudukan yang dimaksud. Adanya lobang dibagian tengah pelat secara efektif mengurangi berat sendirinya tanpa mengurangi kapasitas lenturnya. Jadi precast ini relatif ringan dibanding solid slab bahkan karena digunakannya pre-stressing maka kapasitas dukungngya akan menjadi lebih besar
Pada perencanaan Pelat Hollow Core harus direncanakan ukuran pelat yang memenuhi syarat-syarat yang sesuai dengan peraturan Beton Indonesia (SNI 2002) baik dalam saat beban transfer, pada saat kehilangan tegangan pada pre-tensioning maupun saat beban layan telah bekerja, tegangan yang terjadi akibat pemasangan tersebut harus memenuhi tegangan ijin beton dimana tegangan tersebut harus dikontrol akibat gaya prategang dengan beban mati serta gaya prategang dengan beban total pada saat pengecoran toping dengan Plat Hollow Core dimana struktur telah menjadi komposit.
Dari hasil perhitungan untuk pengangkatan (handling) Pelat Hollow Core sebelum pemasangan digunakan kabel dengan diameter 3/8 inchi atau 9.525 mm dengan jumlah 4 buah kabel dengan gaya ijin untuk 1 kabel = 3.6 kip atau 16 KN. Pelat Hollow Core yang digunakan dengan dimensi ukuran lebar penampang = 1200 mm dan tinggi penampang = 200 mm serta diameter lubang 190 mm dengan panjang bentang 6 m Tegangan yang terjadi masih memenuhi tegangan ijin dimana luas penampangnya sebesar 0.103 m2 atau kurang dari 50 % luas penampang pelat utuh (0.24 m2). Jumlah tendon prategang yang digunakan pada saat penarikan adalah 5 buah dengan diameter 6 mm dengan tebal topping Pelat Hollow Core diambil 50 mm. Tegangan yang terjadi pada Pelat Hollow Core harus dikontrol pada saat retak (crack), terhadap geser dan lendutan (defleksi) pada saat beban layan belum bekerja maupun saat beban layan telah bekerja serta beban gempa Keyword : Precast, Hollow Core Slab
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayat-Nya hingga selesainya tugas akhir ini dengan judul
“ANALISA DAN PERENCANAAN PELAT BETON PRACETAK
SISTEM HOLLOW CORE SLAB (HCS) UNTUK PELAT SATU ARAH”
Tugas akhir ini disusun untuk diajukan sebagai syarat dalam ujian sarjana teknik
sipil bidang studi struktur pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Medan.
Penulis menyadari bahwa isi dari tugas akhir ini masih banyak kekurangannya dan jauh
dari kata sempurna. Hal ini penulis akui karena keterbatasan pengetahuan dan kurangnya
pemahaman penulis. Untuk penyempurnaannya, saran dan kritik dari bapak dan ibu
dosen serta rekan mahasiswa sangatlah penulis harapkan.
Penulis juga menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak, tugas akhir ini tidak mungkin dapat diselesaikan dengan baik. Oleh
karena iu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada kedua orang tua yang senantiasa penulis muliakan yang dalam keadaan
sulit telah mau memperjuangkan hingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan
sampai saat ini.
Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan, selaku ketua jurusan departemen teknik sipil
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Ir. Teruna Jaya MSc. selaku wakil ketua jurusan departemen teknik sipil
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan selaku dosen pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam
menyelesaikan tugas akhir ini.
4. Bapak Ir. Robert Panjaitan selaku co-pembimbing yang telah banyak meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam menyelesaikan tugas
akhir ini.
5. Bapak Ir. Radjamin Tanjung, selaku dosen wali sekaligus dosen pengajar selama
menempuh studi.
6. Bapak Prof. Dr. Ir. Bachrian Lubis, M.Sc selaku dosen pembanding saya yang telah
memberikan banyak masukan dalam penyelesaian dan penyempurnaan tugas akhir
ini
7. Bapak Ir. S. Arbyen Siregar selaku dosen pembanding saya yang telah memberikan
banyak masukan dalam penyelesaian dan penyempurnaan tugas akhir ini.
8. Bapak Ir. Alferido Malik selaku dosen pembanding saya yang telah memberikan
banyak masukan dalam penyelesaian dan penyempurnaan tugas akhir ini.
9. Bapak/ Ibu dosen pengajar departemen teknik sipil Universitas Sumatera Utara.
10. Seluruh pegawai administrasi yang telah memberikan bantuan dalam kemudahan
penyelesaian administrasi.
11. Rekan-rekan mahasiswa departemen teknik sipil Universitas Sumatera Utara
khususnya buat Sheila, Wija, Perdi, Joseph, Mayjen, Erwin, ijonk, Jaka, Kingson,
Agustina, Muti, Sisca, Icha dan lain lain yang telah membantu penulis didalam
mencari bahan untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
Sekali lagi penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat
kesalahan penulisan dan penyusunan tugas akhir ini. Akhir kata penulis berharap tugas
akhir ini berguna bagi semua pihak yang memerlukan.
Medan, Februari 2009
Orry Giovanni
04 0404 111
DAFTAR NOTASI
Ec = Modulus elastisitas beton tekan
wc = Berat isi beton
G = Modulus geser
μ = Poisson ratio
x,y,z = Koordinat kartesian
σ = Tegangan
τ = Tegangan geser M = Momen lentur
xxm , = Gaya penampang persatuan panjang arah x xq
yym , = Gaya penampang persatuan panjang arah y yq
xxκ , yyκ = Kelengkungan arah x dan y
xφ , yφ = Deformasi geser arah x dan y
xA = Luas persatuan panjang pada arah sumbu y
a = Luas dari flens
yx II , = Momen inersia persatuan panjang pada arah sumbu x dan y
yA = Luas persatuan panjang pada arah sumbu x
P = Beban terpusat
L = Panjang bentang
tI = Konstanta torsi
yx ηη , = Faktor bentuk untuk kekakuan geser pada arah sumbu x dan y
ES = Kehilangan tegangan akibat perpendekan elastis
CR = Kehilangan tegangan akibat rangkak beton
SH = Kehilangan tegangan akibat susut beton
RE = Kehilangan tegangan akibat relaksasi baja
nM = Momen nominal
nV = Geser nominal
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Umum Dewasa ini beton pracetak atau precast telah digunakan secara meluas pada
elemen-elemen struktur bangunan seperti kolom, balok, lantai, dinding dan pondasi.
Banyak juga di jumpai pada dinding penahan (retaining wall) serta saluran irigasi
maupun drainase yang terbuat dari beton pracetak. Beton pracetak mudah dipasang
sehingga mampu mempercepat waktu pelaksanaan proyek.
Gambar 1.1 Pelat Pracetak sistem Hollow Core Slab untuk lantai satu arah (one
way slab)
Pada saat ini telah banyak aplikasi teknologi beton pracetak pada berbagai jenis
konstruksi, kebanyakan adalah bangunan perumahan tetapi dapat juga dibuat untuk
berbagai jenis bangunan sampai ke bangunan yang besar seperti jembatan, stadion dan
lain-lain, dimana spesialis beton pracetak ini sering disebut precaster. Teknologi dan
sistem beton pracetak yang ditawarkan di Indonesia kebanyakan masih berupa beton
pracetak non-volumetrik, namun demikian, masih banyak ditemukan permasalahan di
lapangan saat implementasi teknologi dan sistem pracetak ini yang masih belum sesuai
dengan prinsip yang seharusnya mendatangkan manfaat pembeda antara beton pracetak
dan beton tradisional, seperti waktu pelaksanaan yang singkat, biaya yang lebih murah,
serta kualitas yang lebih baik, yang mungkin muncul dari berbagai inovasi teknologi
beton pracetak yang ada di Indonesia, juga dari segi perencanaan beton pracetak dimana
masih banyak dijumpai berbagai kesalahan terutama menyangkut pradisain/
pendimensian yang sesuai dengan peraturan/code yang berlaku serta pendetailan dari
beton pracetak yang lebih baik dimana sambungan-sambungan/pendetailan tersebut
sangat menentukan kualitas dari pemasangan beton pracetak itu sendiri.
Pada skripsi ini akan dibahas beton pracetak yang dapat dibuat berupa pelat beton
pracetak untuk sistem lantai satu arah.
Penggunaan produk precast concrete sebagai pelat lantai, relatif sudah banyak dijumpai
disini. Dengan digunakan precast maka pemakaian bekisting dan perancah akan
berkurang drastis sehingga dapat menghemat waktu pelaksanaan. Salah satu produk
precast untuk lantai adalah adalah precast hollow core slab.
Sistem precast Hollow Core Slab ( gambar 1.1 ) adalah slab menggunakan sistem pre-
tensioning dimana kabel prategang ditarik terlebih dahulu pada suatu dudukan khusus
yang telah disiapkan dan kemudian dilakukan pengecoran. Oleh karena itu pembuatan
produk precast ini harus ditempat fabrikasi khusus yang menyediakan dudukan yang
dimaksud. Adanya lobang dibagian tengah pelat secara efektif mengurangi berat
sendirinya tanpa mengurangi kapasitas lenturnya. Jadi precast ini relatif ringan dibanding
solid slab bahkan karena digunakannya pre-stressing maka kapasitas dukungnya lebih
besar. untuk menciptakan satu kesatuan yang kuat
1.2 Permasalahan
Suatu struktur pelat beton pracetak yang digunakan pada struktur bangunan akibat
beban yang bekerja berupa beban mati (gravitasi), beban hidup dan gempa pada pelat
maka ditentukan berapa ukuran pelat disain yang memenuhi syarat yang dapat menahan
beban yang bekerja sesuai dengan peraturan Beton Indonesia (SNI 2002 )/ACI.
1.3 Tujuan
Untuk menganalisa dan mendisain sistem pelat pracetak yang menggunakan
sistem pelat satu arah (Hollow Core Slab) sesuai dengan Peraturan SNI-2002/ACI.
1.4. Pembatasan Masalah
Dalam analisa ini penulis membatasi permasalahan untuk penyederhanaan perhitungan
sehingga tujuan dari penulisan tugas akhir ini dapat dicapai yaitu :
1. Perencanaan dilakukan dalam batas elastis.
2. Beban-beban yang bekerja diseusaikan dengan Peraturan Muatan Indonesia dimana
dalam hal ini bekerja beban mati (gravitasi) dan beban hidup.
3. Besarnya gaya sewaktu pengangkatan (ereksi) hollow core slab dengan crane
dimasukkan juga dalam perhitungan.
4. Mutu beton yang dipakai dalam perencanaan adalah K 400 dengan bentuk penampang
seperti pada gambar di bawah
Gambar 2.1 Struktur Pelat Hollow Core yang digunakan
Panjang bentang diambil = 6 m
5. Perhitungan perencanaan dilakukan dengan alat bantu spreadsheet dan program
struktur.
I.5 Metodologi Metode yang dipakai dalam perencanaan pelat pracetak satu arah sistem Hollow
Core Slab (HCS) adalah dengan menggunakan rumus-rumus disain yang sesuai dengan
Peraturan Beton Indonesia (SNI-2002) maupun ACI, dengan terlebih dahulu menentukan
beban-beban yang bekerja pada struktur sesuai dengan peraturan muatan yang berlaku
kemudian diaplikasikan ke dalam program struktur untuk memperoleh gaya-gaya dalam
yang digunakan dalam disain.
BAB II
TEORI DASAR
2.1 Umum
Beton merupakan bahan utama dalam setiap pembangunan gedung. Beton
merupakan hasil dari pencampuran bahan-bahan agregat halus dan agregat kasar yaitu pasir,
batu kerikil dengan menambahkan secukupnya bahan perekat yaitu semen dan air sebagai
bahan pembantu agar terjadinya reaksi kimia selama proses pengerasan dan perawatan
beton. Beton bertulang adalah beton yang terdiri dari beton dan baja tulangan.
Agregat halus dan kasar, disebut sebagai bahan susun kasar campuran, merupakan
komponen utama beton. Nilai kekuatan serta daya tahan (durability) beton merupakan
fungsi dari banyak faktor, diantaranya ialah nilai banding campuran dan mutu bahan susun,
metode pelaksanaan pengecoran, pelaksanaan finishing, temperatur, dan kondisi perawatan
pengerasannya
Beton mempunyai perbandingan terbalik antara kuat tekan dan kuat tariknya.
Beton mempunyai kuat tekan yang sangat tinggi tetapi sangat lemah dalam kuat tariknya.
Nilai kuat tariknya hanya berkisar antara 9%-15% saja dari kuat tekannya. Sedangkan baja
mempunyai kuat tarik yang sangat tinggi. Maka hal ini dikombinasikan antara beton yang
mempunyai kuat tekan tinggi dan baja yang mempunyai kuat tarik yang tinggi untuk
mendapatkan suatu struktur bangunan yang komposit.
Dengan sendirinya untuk mengatur kerjasama antara dua macam bahan yang
berbeda sifat dan perilakunya dalam rangka membentuk satu kesatuan perilaku struktural
untuk mendukung beban, diperlukan cara hitungan berbeda apabila hanya digunakan satu
macam bahan saja seperti halnya pada struktur baja, kayu, aluminium, dan sebagainya.
1
Agar kerjasama antara bahan beton dan baja tulangan dapat berkerja dengan baik
maka diperlukan syarat-syarat keadaan sebagai berikut : (1) lekatan sempurna antara batang
tulangan baja dengan beton keras yang membungkusnya sehingga tidak terjadi
penggelinciran diantara keduanya; (2) beton yang mengelilingi batang tulangan baja bersifat
kedap sehingga mampu melindungi dan mencegah terjadinya karat baja; (3) angka muai
kedua bahan hampir sama, di mana untuk setiap kenaikan suhu satu derajat Celcius angka
muai beton 0,000010 sampai 0,000013 sedangkan baja 0,000012, sehingga tegangan yang
timbul karena perbedaan nilai dapat diabaikan.
Namun dari lekatan yang sempurna antara kedua bahan tersebut di daerah tarik
suatu komponen struktur akan sering terjadi retak-retak halus pada beton di dekat baja
tulangan. Pada umumnya penyebab utama dari pada timbulnya retakan ini adalah
penguapan yang sangat cepat dari permukaan beton. Ketika kecepatan dari penguapan
melampaui kecepatan merembesnya air, yang pada umunya ke atas permukaan beton, maka
terjadilah retakan halus seperti yang dimaksud di atas. Retak halus ini dapat kita abaikan
sejauh tidak mempengaruhi penampilan struktural komponen yang bersangkutan.
2.2 Bahan Beton
Karena beton mempunyai sifat yang kuat terhadap tekan dan mempunyai sifat
yang relatif rendah terhadap tarik maka pada umumnya beton hanya diperhitungkan
mempunyai kerja yang baik di daerah tekan pada penampangnya dan hubungan tegangan-
regangan yang timbul karena pengaruh-pengaruh gaya tekan tersebut digunakan sebagai
dasar pertimbangan.
Nilai dari kuat tekan beton diwakili oleh tegangan tekan maksimum fc’ dengan
satuan N/mm2 atau MPa (Mega Pascal). Kuat tekan beton umur 28 hari berkisar antara nilai
2
± 10 – 65 MPa. Untuk struktur beton bertulang pada umumnya menggunakan beton dengan
kuat tekan berkisar 17 – 30 Mpa..
Nilai dari kuat tekan beton ditentukan dari tegangan tekan tertinggi (fc’) yang
dicapai benda uji umur 28 hari akibat beban tekan selama percobaan. Dengan demikian,
seperti tampak pada gambar, harap dicatat bahwa tegangan fc’ bukanlah tegangan yang
timbul pada saat benda uji hancur melainkan tegangan maksimum pada saat regangan beton
(εb) mencapai nilai ± 0,002. Kurva-kurva pada Gambar 2.1. memperlihatkan hasil
percobaan kuat tekan benda uji beton berumur 28 hari untuk berbagai macam adukan
rencana.
Gambar 2.1. Diagram Tegangan-Regangan Batang Tulangan Baja Terhadap Kuat
Tekan Beton
Secara umum kemiringan kurva tegangan-regangan pada tahap awal
menggambarkan nilai modulus elastis suatu bahan. Dengan mengamati bermacam kurva
tegangan-regangan kuat beton berbeda, tampak bahwa umumnya kuat tekan maksimum
3
tercapai pada saat nilai satuan regangan tekan ε’ mencapai ± 0,002. Selanjutnya nilai
tegangan fc’ akan turun dengan bertambahnya nilai regangan sampai benda uji hancur pada
nilai ε’ mencapai 0,003 – 0,005. Beton kuat tinggi lebih getas dan akan hancur pada nilai
regangan maksimum yang lebih rendah dibandingkan dengan beton kuat rendah. Pada SNI
15-1991-03/ACI menetapkan bahwa regangan kerja maksimum yang diperhitungkan di
serat tepi beton tekan terluar adalah 0,003-0,0035 sebagai batas hancur. Regangan
maksimum tersebut boleh jadi tidak konservatif untuk beton mutu tinggi dengan nilai fc’
antara 55-80 Mpa.
Tidak seperti pada kurva tegangan-regangan baja, kemiringan awal kurva pada
beton sangat beragam dan umumnya sedikit agak melengkung. Kemiringan awal yang
beragam tersebut tergantung pada nilai kuat betonnya, dengan demikian nilai modulus
elastisitas beton pun akan beragam pula. Sesuai dengan teori elastisitas, secara umum
kemiringan kurva pada tahap awal menggambarkan nilai modulus elastisitas suatu bahan.
Karena kurva pada beton berbentuk lengkung maka nilai regangan tidak berbanding lurus
dengan nilai tegangannya berarti bahan beton tidak sepenuhnya bersifat elastis, sedangkan
modulus elastisitas berubah-ubah sesuai dengan kekuatannya dan tidak dapat ditentukan
melalui kemiringan kurva. Bahan beton bersifat elasto plastis dimana akibat dari beban
tetap yang sangat kecil sekalipun, di samping memperlihatkan kemampuan elastis bahan
beton juga menunjukkan deformasi permanen.
Sesuai dengan SNI-2002/ACI pasal 10.5.1 digunakan rumus modulus elastisitas
beton sebagai berikut :
Ec = 0,043 wc1,50 √fc’ ………………… (2.1)
di mana, Ec = modulus elastisitas beton tekan (MPa)
wc = berat isi beton (kg/m3)
fc’ = kuat tekan beton (MPa)
4
Rumus empiris tersebut hanya berlaku untuk beton dengan berat isi berkisar antara 1500
dan 2500 kgf/m3. Untuk beton kepadatan normal dengan berat isi ± 23 kN/m3 dapat
digunakan nilai :
Ec = 4.700 √fc’ ………………… (2.2)
Tabel 2.1. Nilai modulus elastisitas beton (Ec) berbagai mutu beton.
f’c (Mpa) Ec (Mpa)
17 19.500
20 21.000
25 23.500
30 25.700
35 27.800
40 29.700
Pada umumnya nilai kuat maksimum untuk mutu beton tertentu akan berkurang
pada tingkat pembebanan yang lebih lamban atau slower rates of strain. Nilai kuat beton
beragam sesuai dengan umurnya dan biasanya nilai kuat beton ditentukan pada waktu beton
mencapai umur 28 hari setelah pengecoran. Umumnya pada umur 7 hari kuat beton
mencapai 70 % dan pada umur 14 hari mencapai 85 % - 90 % dari kuat beton umur 28 hari.
Pada kondisi pembebanan tekan tertentu beton menunjukkan suatu fenomena yang disebut
rangkak (creep).
2.3 Beton Pracetak
Elemen atau komponen beton tanpa atau dengan tulangan yang dicetak terlebih dahulu
sebelum dirakit menjadi bangunan atau komponen struktur lentur beton yang dibuat secara
pracetak dan/atau yang dicor di tempat,yang masing-masing bagian komponennya dibuat
5
secara terpisah, tetapi saling dihubungkan sedemikian hingga semua bagian komponen
bereaksi terhadap beban kerja sebagai suatu kesatuan. Kecenderungan biaya konstruksi
akhir-akhir ini menunjukkan adanya peningkatan yang cukup berarti. Bila dibandingkan
dengan industri manufaktur, biaya konstruksi melesat jauh ke depan, yang antara lain
disebabkan oleh tingginya upah tenaga kerja lapangan dan proses konstruksi yang masih
dilakukan secara tradisionil. Untuk menjawab tantangan tersebut maka pendekatan
prafabrikasi, terutama pada teknologi beton pracetak, sudah mulai dimanfaatkan.
Pengembangan teknologi ini mengarah pada industrialisasi karena produk dihasilkan
melalui produk masal dan sifatnya berulang. Aplikasi teknologi prafabrikasi (pracetak)
dengan sendirinya akan mengurangi pemakaian jumlah tenaga kerja di lokasi proyek yang
tentunya akan berpengaruh pada pengurangan biaya produksi. Selain penghematan biaya
produksi, hal lain yang menonjol dari penggunaan beton pracetak adalah mutu pekerjaan
dalam jumlah yang banyak menjadi lebih baik dan seragam.
2.4 Jenis-jenis beton Pracetak
Ada beberapa jenis komponen beton pracetak untuk struktur bangunan gedung
dan konstruksi lainnya yang biasa dipergunakan, yaitu :
• Tiang pancang.
• Sheet pile dan dinding diaphragma.
• Half solid slab (precast plank), hollow core slab, single-T, double-T, triple-channel
slabs dan lain-lain.
• Balok beton pracetak dan balok beton pratekan pracetak (PC I Girder)
• Kolom beton pracetak satu lantai atau multi lantai.
6
• Panel-panel dinding yang terdiri dari komponen yang solid, bagian dari single-T atau
double-T. Pada dinding tersebut dapat berfungsi sebagai pendukung beban (shear
wall) atau tidak mendukung beban.
• Jenis komponen pracetak lainnya, seperti : tangga, balok parapet, panel-panel penutup
dan unit-unit beton pracetak lainnya sesuai keinginan atau imajinasi dari insinyur sipil
dan arsitek.
2.5 Lingkup Pemakaian Struktur Beton Pracetak
Struktur beton pracetak dapat digunakan pada segala jenis tipe struktur bangunan. Setiap
bangunan memiliki sistem struktur yang berbeda sesuai dengan fungsi dan kegunaan dari
bangunan tersebut, misalnya sebagai penahan beban gravitasi, penahan panas (api), penahan
suara, dan sebagainya.
Untuk itu diberikan klasifikasi dari beberapa jenis bangunan sebagai berikut:
Perumahan, Bangunan apartemen, Bangunan perkantoran, Bangunan industri. Bangunan
parkir, Jembatan, Jetty, Bangunan lainnya
2.6 Keuntungan dan kerugian Penggunaan beton Pracetak
Struktur elemen pracetak memiliki beberapa keuntungan dibandingkan
dengan struktur konvensional, antara lain
• Penyederhanaan pelaksanaan konstruksi./waktu pelaksanaan yang cepat.
Waktu pelaksanaan struktur merupakan pertimbangan utama dalam pembangunan suatu
proyek karena sangat erat kaitannya dengan biaya proyek. Struktur elemen pracetak dapat
dilaksanakan di pabrik bersamaan dengan pelaksanaan pondasi di lapangan.
7
• Pengunaan material yang optimum serta mutu bahan yang baik.
Salah satu alasan mengapa struktur elemen pracetak sangat ekonomis dibandingkan dengan
struktur yang dilaksanakan ditempat (cast in-situ) adalah penggunaan cetakan beton yang
tidak banyak variasi dan biasa digunakan berulang-ulang, mutu material yang dihasilkan
pada umumnya sangat baik karena dilaksanakan dengan standar-standar yang baku,
pengawasan dengan sistem komputer yang teliti dan ketat.
• Penyelesaian finishing mudah.
Variasi untuk permukaan finishing pada struktur elemen pracetak dapat dengan mudah
dilaksanakan bersamaan dengan pembuatan elemen tersebut dipabrik, seperti: warna dan
model permukaan yang dapat dibentuk sesuai dengan rancangan.
• Tidak dibutuhkan lahan proyek yang luas, mengurangi kebisingan, lebih bersih dan
ramah lingkungan.
Dengan sistem elemen pracetak, selain cepat dalam segi pelaksanaan, juga tidak
membutuhkan lahan proyek yang terlalu luas serta lahan proyek lebih bersih karena
pelaksanaan elemen pracetaknya dapat dilakukan dipabrik.
• Perencanaan berikut pengujian di pabrik.
Elemen pracetak yang dihasilkan selalu melalui pengujian laboratorium di pabrik
untuk mendapatkan struktur yang memenuhi persyaratan, baik dari segi kekuatan
maupun dari segi efisiensi.
• Sertifikasi untuk mendapatkan pengakuan internasional.
Apabila hasil produksi dari elemen pracetak memenuhi standarisasi yang telah
8
ditetapkan, maka dapat diajukan untuk mendapatkan sertifikasi ISO 9002 yang
diakui secara internasional.
• Secara garis besar mengurangi biaya karena pengurangan pemakaian alat-alat
penunjang, seperti : scaffolding dan lain-lain.
• Kebutuhan jumlah tenaga kerja dapat disesuaikan dengan kebutuhan produksi.
Namun demikian, selain memilki keuntungan, struktur elemen pracetak juga
memiliki beberapa keterbatasan, antara lain :
• Tidak ekonomis bagi produksi tipe elemen yang jumlahnya sedikit.
Perlu ketelitian yang tinggi agar tidak terjadi deviasi yang besar antara elemen yang satu
dengan elemen yang lain, sehingga tidak menyulitkan dalam pemasangan di lapangan.
• Panjang dan bentuk elemen pracetak yang terbatas, sesuai dengan kapasitas alat
angkat dan alat angkut.
• Jarak maksimum transportasi yang ekonomis dengan menggunakan truk adalah antara
150 sampai 350 km, tetapi ini juga tergantung dari tipe produknya. Sedangkan untuk
angkutan laut, jarak maksimum transportasi dapat sampai diatas 1000 km.
• Hanya dapat dilaksanakan didaerah yang sudah tersedia peralatan untuk handling dan
erection.
Di Indonesia yang kondisi alamnya sering timbul gempa dengan kekuatan besar, konstruksi
beton pracetak cukup berbahaya terutama pada daerah sambungannya, sehingga masalah
sambungan merupakan persoalan yang utama yang dihadapi pada perencanaan beton
pracetak.
• Diperlukan ruang yang cukup untuk pekerja dalam mengerjakan sambungan
9
pada beton pracetak.
• Memerlukan lahan yang besar untuk pabrikasi dan penimbunan (stock yard)
2.7 Jenis sambungan antara komponen beton pracetak
Hal yang terpenting yang harus diperhatikan pada sistem pracetak adalah sambungan di
antara jenis pracetak itu sendiri. Jenis sambungan antara komponen beton pracetak yang
biasa dipergunakan dapat dikategorikan menjadi 2 kelompok sebagai berikut :
• Sambungan kering (dry connection)
Sambungan kering menggunakan bantuan pelat besi sebagai penghubung antar komponen
beton pracetak dan hubungan antara pelat besi dilakukan dengan baut atau dilas.
Penggunaan metode sambungan ini perlu perhatian khusus dalam analisa dan pemodelan
komputer karena antar elemen
struktur bangunan dapat berperilaku tidak monolit.
• Sambungan basah (wet connection)
Sambungan basah terdiri dari keluarnya besi tulangan dari bagian ujung komponen beton
pracetak yang mana antar tulangan tersebut dihubungkan dengan bantuan mechanical joint,
mechanical coupled, splice sleeve atau panjang penyaluran. Kemudian pada bagian
sambungan tersebut dilakukan pengecoran beton ditempat. Jenis sambungan ini dapat
berfungsi baik untuk mengurangi penambahan tegangan yang terjadi akibat rangkak, susut
dan perubahan temperature. Sambungan basah ini sangat dianjurkan untuk bangunan di
daerah rawan gempa karena dapat menjadikan masing-masing komponen beton pracetak
menjadi monolit.
10
2.8 Pelat Beton Pracetak
Penggunaan produk beton pracetak sebagai pelat lantai, relatif sudah banyak dijumpai
disini. Dengan digunakan sistem pracetak maka pemakaian bekisting dan perancah akan
berkurang drastis sehingga dapat menghemat waktu pelaksanaan. Salah satu produk beton
pracetak untuk lantai adalah yaitu pracetak Hollow Core Slab (Pelat Hollow Core).
2.8.1 Pelat Hollow Core.
Sistem pracetak pelat Hollow Core menggunakan sistem pre-tensioning (prategang)
dimana kabel prategang ditarik terlebih dahulu pada suatu dudukan khusus yang telah
disiapkan dan kemudian dilakukan pengecoran. Oleh karena itu pembuatan produk precetak
ini harus ditempat fabrikasi khusus yang menyediakan dudukan yang dimaksud. Adanya
lobang dibagian tengah pelat secara efektif mengurangi berat sendirinya tanpa mengurangi
kapasitas lenturnya. Jadi precast ini relatif ringan dibanding solid slab bahkan karena
digunakannya prategang maka kapasitasnya dukungngya lebih besar. Keberadaan lobang
pada slab tersebut sangat berguna jika diaplikasikan pada bangunan tinggi karena
mengurangi bobotnya lantai.
2.8.2 Beberapa keuntungan dari sistem Pelat Hollow Core (HCS)
a. Dibuat dengan mesin di pabrik
Pelat Hollow Core difabrikasi dengan mesin di pabrik, bentuk, panjang potongan
memanjang sesuai dengan konstruksi yang akan dibuat dan disimpan berdasarkan skedul
konstruksi sehingga siap untuk dapat dengan cepat dikirim ke proyek.
11
b.Kecepatan Pemasangan
Sistem ini dapat lebih cepat dipasang dengan peralatan dan pekerja yang minimum sehingga
mengurangi waktu konstruksi, Pengurangan waktu konstruksi akan mengurangi resiko rusak
waktu penyimpanan serta biaya sewaktu di lapangan..
c. Mengurangi Perancah atau Penyanggah
Sistem plat HCS tidak memerlukan banyak penyanggah selama konstruksi.
d. Mengurangi Pekerja di lapangan
Sedikit pekerja dapat memasang sampai 1.000 m2 dari pelat lantai Hollow Core per hari.
e. Efisien, Penampang ringan
Lubang pada pelat Hollow Core dan akibat prategang akan mengurangi beban mati akibat
berat sendirinya tanpa mengurangi kekuatannya. Ketebalan dari pelat dan pola kabel
(strand) dapat divariasikan pada harga minimum yang cocok untuk bentang dan bebannya.
f. Fleksibilitas perencanaan
Pelat Hollow Core dapat dikombinasikan dengan kebanyakan material dan jenis bangunan
lain termasuk dinding bata (masonry), pracetak atau balok/dinding beton cor di tempat,
beton prategang. atau balok baja, sistem pelat hollow core dapat dibuat untuk semua
persyaratan pada kebanyakan bangunan seperti adanya bukaan, sudut dan kantilever.
g. Durabilitas
Beton yang digunakan untuk produksi hollow core adalah sesuai dengan standard dan kabel
strand prategang dapat divariasikan agar sesuai dengan kondisi yang diinginkan.
12
h. Bentang Panjang
Pelat hollow core dapat dibuat untuk bentang panjang, pada jarak bebas kolom pada
ruangan terbuka panjang span dapat sampai 20 meter.
g. Kapasitas dengan beban besar
Pelat Hollow Core mampu untuk menahan beban-beban berat yang ada seperti pada rumah
sakit, pusat perbelanjaan , parkir mobil , perkantoran, apartemen, gudang, ruang mesin dan
generator dan lain-lain pada tinggi pelat lantai minimal. Beberapa bagian dari penampang
dapat juga digunakan pada elemen-elemen jembatan.
h. Tahan Api
Tahan terhadap api sampai tingkatan sesuai dengan peraturan maksimum dari 240/240/240
dapat dicapai.
i. Kedap Suara (Sound Insulation )
Pelat Hollow Core dapat mengurangi jumlah suara yang dipancarkan pada bangunan sesuai
dengan peraturan yang disyaratkan pada bangunan.
j. Pengecatan dan Pemasangan Plafon
Pelat Hollow Core menyediakan bagian yang datar, yang dapat digunakan dalam
pengecatan, pemasangan bagian pada waktu finishing bangunan. Alternatif lain dapat
digunakan pada papan plaster dan plafon.
13
k. Fungsi Lubang (bukaan)
Lubang pada pelat dapat digunakan untuk dacting AC, plumbing, kabel-kabel listrik dan
telepon untuk bukaan yang besar dipotong terlebih dahulu selama produksi.
2.8.3 Beberapa tipe jenis dari Pelat Hollow Core
Gambar 2.2 Sistem pelat Hollow Core tipe Dy-Core
Gambar 2.3 Sistem pelat Hollow Core tipe Dynaspan
Gambar 2.4 Sistem pelat Hollow Core tipe Flexicore
14
Gambar 2.5 Sistem pelat Hollow Core tipe Spancrete
Gambar 2.6 Sistem pelat Hollow Core tipe Span Deck
Gambar 2.7 Sistem pelat Hollow Core tipe Ultra Span
Gambar 2.8 Sistem pelat Hollow Core tipe Elematic
15
Gambar 2.9 Sistem pelat Hollow Core tipe Roth
2.8.4 Prategang pada pelat Hollow Core
Sistem Prategang pada pelat hollow core untuk meningkatkan kapasitas daya dukung pelat
hollow core dimana penarikan kabel prategang dilakukan pada suatu dudukan sebelum
pengecoran pelat lantai.
2.8.5 Topping (diafragma) pada pelat Hollow Core
Pada sistem pelat hollow core topping atau difragma mempunyai ketebalan tertentu agar
dapat dipasang tulangan dan dapat menyatu dengan precast sebagai struktur komposit.
Sangat berguna khususnya di lapangan (tengah bentang) yang mendapat momen positip.
Inersia dan kekuatannya meningkat. Dengan memakai topping maka tidak semua komponen
struktur lantai adalah precast, sehingga mengurangi bobot pada saat pengangkatannya.
Komponen precast bekerja sebagai sistem pelat satu arah. Jika tanpa topping maka lantai
dengan pembebanan setempat akan cenderung melendut lebih besar dibanding lantai
didekatnya yang tidak mendapat pembebanan tersebut. Dengan adanya topping maka dia
dapat berfungsi seperti halnya diagframa jembatan, yaitu menyatukan precast-precast
didekatnya sehingga dapat memikul beban tersebut bersama-sama. Artinya, adanya topping
mampu meningkatkan kapasitasnya terhadap pembebanan terpusat tak terduga yang lebih
besar dari rencana. Adanya topping secara tidak langsung membuat lantai lebih kedap air
atau suara, sehingga secara service-ability akan lebih baik, karena itu jugalah maka efek
getaran ketika dilewati berkurang. Topping menyebabkan lantai lebih nyaman. Adanya
Topping menyebabkan pada arah horizontal, lantai tersebut menjadi solid, bagian yang
16
menimbulkan celah akan terisi, tidak ada gap. Dengan demikian ketika ada pergerakan
horizontal maka dapat diharapkan setiap titik yang disatukan oleh slab dan topping menjadi
sama sehingga dapat dianggap sebagai efek diagframa. Ini bagus untuk gempa. Kalau tanpa
topping maka tidak ada jaminan bahwa pada arah lateral lantai-lantai precast tersebut
menyatu. Kalau hanya mortar pengisi dan setempat maka bisa pecah. Efek diafragma
diragukan. Dengan precast jenis hollow core slab tidak hanya cepat saja dalam
pemasangannya, tetapi jelas meningkatkan kapasitas, beratnya relatif ringan untuk pelat
solid dengan kapasitas sama karena ada lobang. Adanya lobang juga meningkatkan
kekedapan terhadap suara, atau bahaya api.
2.8.6 Gaya yang bekerja pada pelat Hollow Core
Gaya yang bekerja pada pelat Hollow Core dapat dilihat pada gambar dimana pada bagian
depan terjadi gaya tarik dan bagian belakang gaya tekan
Gambar 2.10. Gaya-gaya yang bekerja pada Pelat Hollow Core (HCS)
17
2.8.7 Sistem sambungan pada pelat Hollow core
Pelat hollow core dapat disambung ke berbagai jenis tipe struktur yang lainnya seperti
balok/dinding beton maupun balok baja
Gambar 2.11. Sambungan Pelat Hollow Core (HCS) pada balok beton
Gambar 2.12 Sambungan Pelat Hollow Core Slab (HCS) pada dinding beton
Gambar 2.13 Sambungan Pelat Hollow Core Slab (HCS) pada balok baja
Gambar 2.14 Sambungan antara 2 Pelat Hollow Core Slab (HCS)
18
Gambar 2.15 Sambungan Hollow Core Slab (HCS) pada dinding sebelah luar dan dalam
Gambar 2.16 Sambungan Hollow Core Slab (HCS) pada balok sebelah luar dan dalam
Gambar 2.17 Sambungan Hollow Core Slab (HCS) pada balok-kolom sebelah luar dan dalam.
19
2.8.8 Sistem pemasangan pada pelat Hollow core
Langkah-langkah dalam pemasangan pelat hollow core adalah sebagai berikut :
• Pasang scaffolding & kayu untuk menahan bekisting balok
• Pasang bekisting balok konvensional
• Pasang support di bawah pelat hollow core akan dipasang. .
• Pasang hollow core sesuai dengan posisi identifikasinya
• Pasang tulangan balok & tulangan tumpuan lantai (tulangan wire)
• Pekerjaan selanjutnya pengecoran toping lantai
20
Gambar 2.18 Pelat Sambungan Hollow Core (HCS) yang sedang diangkat ke atas dudukan di atas
bekisting
Gambar 2.19 Pelat Hollow Core (HCS) yang sedang dipasang pada dudukan di atas bekisting
21
Gambar 2.20 Pelat Hollow Core (HCS) yang sudah terpasang pada dudukan di atas bekisting
Gambar 2.21 Pemasangan sambungan pada Pelat Hollow Core (HCS)
22
Gambar 2.22 Pemasangan sambungan dengan pendetailan pada Pelat Hollow Core (HCS)
Gambar 2.23 Pemasangan sambungan dengan pendetailan pada 2 Pelat Hollow Core (HCS)
23
BAB III
METODE ANALISA
3.1 Pemodelan untuk menentukan karakteristik dan tegangan pada Hollow Core Slab
Pelat Hollow Core dapat dimodelkan sebagai plat orthotropis satu arah dengan
menggunakan teori Reissner. Kita memilih dalam arah sumbu x untuk lubang dan arah
sumbu z ke atas. Pada kasus ini persamaan dapat ditulis sebagai berikut
)()1( yyyxxxxx IIEm κνκ
ν+
−= …………..................................................................... (3.1)
)()1( xxyyyxx IEm νκκ
ν+
−= …………........................................................................ (3.2)
xytxy GIm κ= …………............................................................................................... (3.3)
xxxx AGq φη= ………............................................................................................... (3.4)
yyyy AGq φη= ………................................................................................................. (3.5)
24
Dimana dan GE, ν adalah modulus elastisitas, modulus geser dan poison rasio
, , , , adalah gaya penampang persatuan panjang seperti gambar 3.1 xxm
xx
yym xym qx yq
κ , yyκ , xyκ adalah kelengkungan dan xφ , yφ adalah deformasi geser. Jika penampang
berlubang diperkirakan berbentuk persegi
Gambar 3.1 Gaya penampang dan pekiraan volume Pelat Hollow Core
Luas persatuan panjang dari penampang pada arah sumbu y:
attAx ++= 21 ........................................................................................................ (3.6)
dimana )( 211
3 tthbt
a −−= adalah luas dari flens. Momen inersia persatuan panjang dari
penampang
221
221
222
32
211
31 ))(
21()(
121)
21(
121)
21(
121 tthzatthatzhtttzttI xxxx −+−+−−+−−++−+=
.................................................................................................................................. (3.7)
dimana x
xx A
Sz = dengan )
21()(
21
21
222121 thttthatS x −+−++= ....................... (3.8)
Luas persatuan panjang dari penampang pada arah sumbu x adalah :
21 ttAy += ............................................................................................................... (3.9)
Momen inersia persatuan panjang dari penampang
25
222
32
211
31 )
21(
121)
21(
121 tzhtttzttI yyy −−++−+= ................................................. (3.10)
Dimana y
yy A
Sz = dengan )
21(
21
2221 thttS y −+= ................................................... (3.11)
dengan konstanta torsi
)(4)2(
21
22121
tttthttI t +
−−= ........................................................................................ (3.12)
Faktor bentuk untuk kekakuan geser pada arah sumbu x adalah :
))(1(
)(21
213
1
21
tttbh
tthx
+−+
+−=η ................................................................................... (3.13)
Faktor bentuk untuk kekakuan geser pada arah sumbu y adalah :
ζξξ
νη
+++
−+=
41212
)1)((2
211
23
ttcbt
y ................................................................... (3.14)
dimana , 212 tthc −−= 32
31
33
32
311 )(
tcttttb +
=ξ dan 32
31
2
63
21
ttctb
=ξ ................................. (3.15)
Sambungan biasanya bergantung kualitas beton dan bukan tulangan. Suatu sambungan
3.2 Pemulihan tegangan
Distribusi tegangan ini dapat diperkirakan dengan akurasi yang baik (gambar 3.2)
26
Gambar 3.2 Perkiraan distribusi tegangan penampang dari volume Pelat Hollow Core
Dari distribusi tegangan-tegangan di tengah flens atas dapat diturunkan sebagai berikut
(gambar 3.3)
x
xx
x
xxxx A
ntz
Im
+−= )21( 1σ ..................................................................................... (3.16)
)21( 1tz
Im
yy
yyyy −=σ ............................................................................................ (3.17)
)2(2
211 tthtmxy
xy −−=σ ............................................................................................ (3.18)
32
31
21
23
ttqt y
yz +=σ ................................................................................................... (3.19)
Gambar 3.3 Tegangan di tengah flens Plat Hollow Core
Tegangan yang tidak disebutkan bernilai 0
Tegangan di tengah badan (seperti gambar 3.4) adalah sebagai berikut :
x
xxx A
n=σ . ........................................................................................................ (3.20)
27
y
yy
yz It
qtzhtb
3
221
2
)21(3 −−
=σ ............................................................................. (3.21)
)2(2
213
1
tthtqb x
zx −−=σ ............................................................................. (3.22)
Rumus terakhir adalah untuk lantai sebelah dalam sedangkan pada ujung yang positif vektor
normal keluar searah dari sumbu y, pada ujung yang positif vektor normal keluar
berlawanan arah dari sumbu y.
Tegangan di tengah badan pada ujung positif adalah
x
xxx A
n=σ ......................................................................................................... (3.23)
y
yy
yz It
qtzhtb
4
222
2
)21(3 −−
=σ .............................................................................. (3.24)
)2(2
214
2
tthtmqb xyx
zx −−
−=σ .................................................................................... (3.25)
Gambar 3.3 Tegangan di badan flens Pelat Hollow Core
Tegangan di tengah badan pada ujung negatif adalah
28
x
xxx A
n=σ ............................................................................................................ (3.25)
y
yy
yz It
qtzhtb
4
222
2
)21(3 −−
=σ ............................................................................... (3.26)
)2(2
214
2
tthtmqb xyx
zx −−
+=σ ............................................................................... (3.27)
3.3 Perencanaan Pelat Beton Hollow Core Slab sesuai dengan ACI
Perencanaan Pelat Hollow Core dimulai pada peraturan ACI(318-95) Building Code
Requirement for Structural Concrete, sebagai struktur prategang pada umumnya, pelat
hollow core dikontrol terhadap tegangan transfer prategang, tegangan pada waktu
pengangkatan, tegangan pada saat layan, lendutan dan perencanaan kekuatan lentur dan
geser ultimit. Untuk kasus yang seragam, tabel pembebanan akan dimasukkan nilai ke
dalam jenis perencanaan dan kapasitas beban sesuai berdasarkan kriteria yang diinginkan.
3.4 Perencanaan lentur
3.4.1 Persyaratan ACI
Pada ACI(318-02) menampilkan ketentuan untuk perencanaan lentur dari struktur
prategang. Pembatasan dari ACI adalah sebaga berikut:
3.4.1.1 Tegangan ijin pada saat transfer
29
a. Tegangan serat ekstrim terhadap tekan ............................................................... cif ′6.0
b. Tegangan serat ekstrim terhadap tarik kecuali yang diijinkan pada (c)............... cif ′3
c. Tegangan serat ekstrim terhadap tarik pada ujung tumpuan sederhana.... ......... cif ′6
3.4.1.2 Tegangan ijin pada beban layan
a.Tegangan serat ekstrim terhadap tekan akibat prategang ditambah beban.......... cif ′45.0
b.Tegangan serat ekstrim terhadap tekan akibat prategang ditambah beban.total... cif ′6.0
c. Tegangan serat ekstrim terhadap tarik pada daerah tarik pratekan......................ci
f ′6
d. Tegangan serat ekstrim terhadap tarik pada daerah tarik pratekan dimana lendutan yang
dihitung dianggap mempunyai hubungan lendutan-momen bilinier..............ci
f ′6
3.4.1.3 Kehilangan Prategang
Perhitungan dari kehilangan prategang dianggap terjadi pada
a. Kehilangan pada saat dudukan
b. Perpendekan elastis beton
c. Rangkak pada beton
d. Susut pada beton
3.4.1.4 Kekuatan rencana ultimit
a. Faktor beban
LDU 6.12.1 += ................................................................................................... (3.28)
b. Faktor reduksi kekuatan untuk lentur 9.0=φ
c. Kekuatan lentur
30
)2
(.. adfAMM ppspsnu −== φφ ................................................................................ (3.29)
bf
fAa
c
psps
..85.0
.′= .......................................................................................... (3.29)
dimana
psf = nilai yang dihitung oleh kompatibilitas regangan atau
)1.(1 c
puppups f
fff
′
′−=βγ
.............................................................................................. (3.30)
crn MM 2.1> ..................................................................................................... (3.31)
3.4.2 Tegangan pada saat transfer
Ketika gaya prategang pada beton, hanya berat sendiri pelat yang dianggap untuk menahan
pengaruh dari eksentrisitas prategang. Suatu kontrol tegangan diperlukan pada titik ini
untuk menentukan kekuatan beton yang diijinkan untuk mencegah retak pada sisi tarik atau
hancur pada sisi tekan. Kekuatan beton mungkin hanya tinggal 50 % sampai 60% pada
kekuatan rencana 28 hari.
3.4.3 Kehilangan Prategang
Perhitungan kehilangan prategang mempengaruhi perilaku beban layan dari plat.
Keakuratan metode perhitungan bergantung pada nilai beton dan sifat material baja juga
faktor luar seperti kelembaban yang digunakan pada prosedur perhitungan. Keakuratan dari
perhitungan kehilangan tegangan mempunyai pengaruh yang kecil pada kekuatan struktur
ultimit. Perhitungan kehilangan tegangan diperlukan untuk memperkirakan pada
perhitungan tegangan pada beban layan.
31
1. Perpendekan elastis
circi
ses f
EE
KES = .......................................................................................... (3.32)
0.1=esK untuk batang pratarik
IeM
IeP
AP
Kf giicircir
.)
.(
2
−+= .................................................................................... (3.32)
9.0=cirK untuk batang pratarik
2. Rangkak beton
)( cdscirc
scr ff
EE
KCR −= ........................................................................................... (3.33)
0.2=crK berat normal untuk batang pratarik
=1.6 berat yang ringan untuk batang pratarik
IeM
f sdcds
.= ................................................................................................. (3.34)
2. Susut beton
)100()06.01(102.8 6 RHxSVEKxSH ssh −−= − ..................................................... (3.35)
Tabel 3.1 Tipe kabel prategang
Tipe tendon Kre (psi) J
Tegangan kabel mutu 270 20,000 0.15
Tegangan kabel mutu 250 18,500 0.14
Tegangan kabel mutu 240 atau 235 17,600 0.13
Tegangan kabel relaksasi rendah mutu 270 5000 0.040
32
Tegangan kabel relaksasi rendah mutu 250 4630 0.037
Tegangan kabel relaksasi rendah mutu 240 atau 235 4400 0.035
Tegangan batang mutu 145 atau 160 6000 0.05
0.1=shK untuk batang pratarik
RH = kelembaban relatif lingkungan
4. Relaksasi baja
CESCRSHJKRE re )]([ ++−= ....................................................................... (3.36)
CJK re ,, = faktor dari tabel 3.1 dan 3.2
5. Total Kehilangan Prategang
Kehilangan total = ES+CR+SH+RE .................................................................. (3.37)
Tabel 3.2 Harga C
fsi/fpu Tegangan kabel Tegangan batang/ kabel relaksasi rendah
0.80 1.28
0.79 1.22
0.78 1.16
0.77 1.11
0.76 1.05
0.75 1.45 1.00
0.74 1.36 0.95
0.73 1.27 0.90
33
0.72 1.18 0.85
0.71 1.09 0.80
0.70 1.00 0.75
0.69 0.94 0.70
0.68 0.89 0.66
0.67 0.83 0.61
0.66 0.78 0.57
0.65 0.73 0.53
0.64 0.68 0.49
0.63 0.63 0.45
0.62 0.58 0.41
0.61 0.53 0.37
0.60 0.49 0.33
3.4.4 Tegangan beban layan
Tegangan beton pada beban layan dihitung sebagai pengukuran pencapaian atau
kemampuan daya layan. Untuk daya layan ini ketika lendutan harus dihitung, suatu kontrol
tegangan terlebih dahulu dibuat untuk menentukan sifat penampang utuh atau sifat
penampang yang retak yang akan digunakan. Pada tegangan layan dikontrol asumsi bahwa
semua kehilangan prategang telah terjadi. Tegangan yang dihitung dibandingkan terhadap
tegangan ijin pada bagian 3.2.1. Pelat Hollow Core secara normal didisain tidak mengalami
retak pada beban layan penuh. Batas tegangan tarik berada di antara cf ′6 dan
cf ′5.7 yang umum digunakan. Pada keadaan khusus dimana lendutan tidak menjadi
masalah dan dimana retak tdak dianggap kenaikan batas sampai cf ′12 dapat digunakan.
34
3.4.5 Kekuatan Lentur Rencana
Kapasitas momen dari batang prategang adalah suatu fungsi dari tegangan ultimit yang
meningkat pada kabel prategang, seperti pada beton non prategang, batas atas dan batas
bawah diganti oleh sejumlah tulangan untuk meyakinkan bahwa tegangan pada kabel
adalah sesuai dengan tegangan beton pada perilaku daktail. Batas bawah dari penulangan
memerlukan syarat
crn MM 2.1≥φ ................................................................................................... (3.38)
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛′++= c
bbcr f
SPe
AP
yIM 5.7 .................................................................................... (3.39)
Ini untuk meyakinkan bahwa ketika retak lentur beton meningkat, baja prategang tidak akan
mencapai tegangan rencana penuh. Keadaan dari kriteria ini mungkin terjadi pada retak
kabel pada pada titik retak lentur dengan menghasilkan keadaan patah yang gagal.
Batas atas dari pembesian memerlukan
pω atau (⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡′−+ ωωω
pp d
d ) .................................................................................... (3.40)
atau ⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡′−+ )( ww
ppw d
d ωωω tidak lebih besar dari 136.0 β
Persyaratan untuk batas atas pada penulangan berhubungan dengan asumsi dari regangan
tegangan ultimit beton, dengan menggunakan gaya blok tegangan tekan ultimit maka lebih
banyak beton akan mencapai regangan ultimit karena rasio penulangan bertambah. Karena
itu ketika batas atas penulangan dibatasi momen kapasitas harus didasarkan pada balok
yang tertekan untuk keadaan ini maka :
[ ])08.036.0( 211
2 ββφφ −′= pcn bdfM ........................................................................... (3.41)
Untuk penampang persegi atau penampang bersayap dengan garis netral pada sayap.
35
3.5 Perencanaan Geser
Pelat Hollow Core direncanakan untuk geser berdasarkan peraturan ACI struktur prategang
biasa. Untuk perencanaan geser pada ACI maka beberapa persyaratan harus dipenuhi seperti
nu VV φ≤ .................................................................................................................. (3.42)
85.0=φ untuk geser
scn VVV += ............................................................................................................. (3.43)
Untuk maksud pembahasan ini maka adalah kontribusi dari tulangan geser diambil sama
dengan nol. Kekuatan geser beton nominal adalah menggunakan persamaan :
sV
dbM
dVfV w
u
ucc ⎟⎟
⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+′= 7006.0 ................................................................................. (3.44)
Ketika gaya prategang efektif tidak lebih dari 40% kekuatan tarik dari tulangan lentur.
Bagian u
u
MdV
tidak melebihi 1. Harga minimum untuk digunakan cV dbf wc′2 dan harga
maksimum dbf wc′5 .
Sebagai alternatif perhitungan geser dapat dibuat berdasarkan rumus yang lain yaitu
max
6.0M
MVVdbfV cri
dwcci ++′= .............................................................................. (3.45)
dbffV wpcccw )3.05.3( +′= .................................................................................. (3.46)
Persamaan 3.45 memperkirakan tegangan geser untuk kegagalan mode geser, untuk
persamaan 3.45 dapat digunakan hubungan sebagai berikut :
)6( dpeccr fffyIM −+′⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛= ............................................................................... (3.47)
dimana = geser berat sendiri tidak berfaktor untuk penampang non-komposit. dV
36
dui VVV −= ................ .................................................................................... (3.48)
dumaks MMM −= ..... .................................................................................... (3.49)
dM = momen berat sendiri tidak berfaktor untuk penampang non-komposit.
Harga minimum dari tidak lebih kecil dari ciV dbf wc′7.1 atau dbf wc′2 ketika gaya
prategang efektif tidak kurang dari 40% dari kekuatan tarik pada penulangan lentur. Untuk
persamaan 3.45 sampai 3.47, reduksi gaya prategang pada ujun batang akibat transfer harus
diperhitungkan. Peraturan ACI mengijinkan asumsi bahwa gaya prategang bertambah
secara linier dari nol pada ujung batang sampai tegangan efektif penuh pada panjang sampai
50 kali diameter kabel.
3.6 Lawan lendut dan lendutan
3.6.1 Lawan lendut
Lawan lendut adalah lendutan ke arah atas dari batang prategang dan merupakan hasil dari
gaya prategang eksentrisitas dari titik berat penampang. Karena baik gaya prategang
maupun eksentrisitas terbentuk dari beban rencana dan panjang bentang, lawan lendut
adalah hasil dari perencanaan lebih dari parameter perencanaan karena itu lawan lendut
menjadi tidak spesifik.
3.6.2 Lendutan
Akibat rangkak pada beton maka dapat menimbulkan lendutan pada struktur. Pada tabel 3.3
dibuat suatu batas lendutan. Pendekatan teknik diperlukan dalam membandingkan batasan
lendutan sesuai dengan peraturan ACI. Suatu kesulitan akibat beban hidup yang
mengakibatkan retak lentur akan mengurangi momen inersia efektif dari penampang.
Perhitungan menggunakan hubungan lendutan-momen bilinier diperlukan ketika gaya tarik
melewati cf ′6 , dengan dengan definisi, retak terjadi pada tegangan tarik cf ′5.7 . Karena
37
Pelat Hollow Core umumnya direncanakan tidak retak pada beban layan maka pengaruh
retak dapat diabaikan.
Tabel 3.3 Batas lendutan ijin
Tipe struktur Anggapan lendutan Batas
lendutan
Atap datar yang tidak mendukung atau
mengenai bagian non-struktur yang dapat
dirusak oleh lendutan yang besar
Lendutan yang seketika
akibat beban hidup L 180l
Lantai yang tidak mendukung atau mengenai
bagian non-struktur yang dapat dirusak oleh
lendutan yang besar
Lendutan yang seketika
akibat beban hidup L 360l
Atap atau lantai konstruksi yang mendukung
atau mengenai bagian non-struktur yang
dapat dirusak oleh lendutan yang besar
480l
Atap atau lantai konstruksi yang mendukung
atau mengenai bagian non-struktur yang
tidak dapat dirusak oleh lendutan yang besar
Bagian dari total lendutan
yang terjadi setelah
mengenai bagian non-
struktural
240l
3.7 Pengangkatan atau handling
Pada umumnya pelaksanaan pengangkatan atau handling dilakukan sebelum pemasangan
pada tumpuan sehingga Pelat Hollow Core juga harus dikontrol tegangannya pada waktu
pengangkatan dalam hal ini hanya pengaruh berat sendiri dari Pelat Hollow Core sebagai
beban untuk contoh dapat dilihat pada perhitungan handling. Peralatan yang digunakan pada
waktu handling/pengangakatan adalah seperti pada gambar 3.5 dengan diameter kabel yang
digunakan dan beban yang dapat ditahan kabel adalah seperti pada tabel 3.4
38
Gambar 3.4 Peralatan kabel pada waktu pengangkatan/handling
Tabel 3.3 Diameter kabel dan kekuatan kabel
3.8 Perencanaan Struktur Pracetak Hollow Core Slab (HCS) berdasarkan SNI 2847
Pada perencanaan Pelat Beton Hollow Core Slab berdasarkan peraturan SNI 2847 maka
terdapat beberapa ketentuan di dalam SNI untuk beton pracetak yang prategang sebagai
berikut :
1) Perencanaan komponen beton polos pracetak harus mempertimbangkan semua kondisi
39
pembebanan mulai dari saat fabrikasi awal hingga selesainya pelaksanaan struktur,
termasuk pembongkaran cetakan, penyimpanan, pengangkutan, dan ereksi.
2) Batasan 24.2 tidak hanya berlaku pada komponen struktur beton polos pracetak pada
kondisi akhir tetapi juga berlaku pada saat fabrikasi, pengangkutan, dan ereksi.
3) Komponen-komponen struktur pracetak harus disambung secara aman untuk
menyalurkan gaya-gaya lateral ke sistem struktur yang mampu menahan gaya-gaya
tersebut.
4) Komponen-komponen struktur pracetak harus diikat dan ditopang secukupnya selama
ereksi untuk menjamin tercapainya kedudukan yang tepat dan integritas struktur hingga
sambungan yang permanen selesai dipasang.
3.8.1 Penumpuan
Pada perencanaan penumpuan digunakan peraturan (SNI 2847 ps 19.3) tentang
penumpuan/penopangan yaitu bila digunakan, maka sistem penopang tidak boleh dibuka
hingga elemen yang ditopang telah mencapai sifat rencana yang diperlukan untuk memikul
semua beban serta membatasi lendutan dan keretakan pada saat pembongkaran sistem
penopang.
3.8.2 Tegangan transfer
Tegangan transfer untuk struktur pracetak prategang harus mengikuti peraturan dalam (SNI
2847 ps 20.4-20.5) yaitu tegangan izin beton untuk komponen struktur lentur dan
tegangan izin tendon prategang
3.8.2.1 Tegangan izin beton untuk komponen struktur lentur 1) Tegangan beton sesaat sesudah penyaluran gaya prategang (sebelum terjadinya
kehilangan tegangan sebagai fungsi waktu) tidak boleh melampaui nilai berikut:
40
(1) Tegangan serat tekan terluar ................................................................................ cif ′6.0
(2) Tegangan serat tarik terluar kecuali seperti yang diizinkan dalam 20.4(1(3))
.............................................................................................................................. cif ′)4/1(
(3) Tegangan serat tarik terluar pada ujung-ujung komponen struktur di atas perletakan
sederhana ............................................................................................................ cif ′)2/1(
Bila tegangan tarik terhitung melampaui nilai tersebut di atas, maka harus dipasang
tulangan tambahan (non-prategang atau prategang) dalam daerah tarik untuk memikul gaya
tarik total dalam beton, yang dihitung berdasarkan asumsi suatu penampang utuh yang
belum retak.
2) Tegangan beton pada kondisi beban layan (sesudah memperhitungkan semua kehilangan
prategang yang mungkin terjadi) tidak boleh melampaui nilai berikut:
(1) Tegangan serat tekan terluar akibat pengaruh prategang, beban mati dan beban hidup
tetap .......................................................................................................................... cf ′45.0
(2) Tegangan serat tekan terluar akibat pengaruh prategang, beban mati dan beban hidup
total ........................................................................................................................... cf ′6.0
(3) Tegangan serat tarik terluar dalam daerah tarik yang pada awalnya mengalami tekan
.............................................................................................................................. cf ′)2/1(
(4) Tegangan serat tarik terluar dalam daerah tarik yang pada awalnya mengalami tekan dari
komponen-komponen struktur (kecuali pada sistem pelat dua-arah), dimana analisis yang
didasarkan pada penampang retak transformasi dan hubungan momen-lendutan bilinier
menunjukkan bahwa lendutan seketika dan lendutan jangka panjang memenuhi persyaratan
10.5(4), dan dimana persyaratan selimut beton memenuhi 9.7(3(2))
................................................................................................................................... cf ′
41
3) Tegangan izin beton dalam 20.4(1) dan 20.4(2) boleh dilampaui bila dapat ditunjukkan
dengan pengujian atau analisis bahwa kemampuan strukturnya tidak berkurang dan lebar
retak yang terjadi tidak melebihi nilai yang disyaratkan.
3.8.2.2 Tegangan izin tendon prategang
Tegangan tarik pada tendon prategang tidak boleh melampaui nilai berikut:
1) Akibat gaya pengangkuran tendon ....................................................................... 0,94fpy
tetapi tidak lebih besar dari nilai terkecil dari 0,80fpu dan nilai maksimum yang
direkomendasikan oleh pabrik pembuat tendon prategang atau perangkatangkur.
2) Sesaat setelah penyaluran gaya prategang ............................................................ 0,82fpy
tetapi tidak lebih besar dari 0,74fpu.
3) Tendon pasca tarik, pada daerah angkur dan sambungan, segera setelah penyaluran gaya
........................................................................................................................... 0,70fpu
3.8.3 Kuat geser
Pada kontrol kuat geser vertikal dan horizontal harus mengikuti peraturan sesuai dengan
(SNI 2847 ps 19.3 dan ps 19.4)
3.8.3.1 Kuat geser vertikal
1) Bila keseluruhan komponen struktur komposit diasumsikan memikul geser vertikal,
maka perencanaan harus disesuaikan dengan ketentuan pasal 13 sebagaimana yang berlaku
untuk komponen struktur dengan penampang yang sama, yang dicor secara monolit.
2) Tulangan geser harus dijangkarkan sepenuhnya ke dalam elemen yang saling
berhubungan, sesuai dengan 14.13.
42
3) Tulangan geser yang diperpanjang dan terangkur dengan baik boleh diperhitungkan
sebagai tulangan pengikat untuk geser horizontal.
3.8.3.2 Kuat geser horizontal
1) Pada komponen struktur komposit, transfer gaya geser horizontal secara penuh harus
dapat dijamin pada bidang kontak antara elemen-elemen yang dihubungkan.
2) Kecuali apabila dihitung sesuai dengan 19.5(3), maka perencanaan penampang terhadap
geser horizontal harus didasarkan pada. nhu VV φ≤
dimana Vu adalah gaya geser terfaktor pada penampang yang ditinjau dan Vnh adalah kuat
geser horizontal nominal sesuai dengan ketentuan berikut:
(1) Bila bidang kontaknya bersih dan bebas dari serpihan dan secara sengaja dikasarkan,
maka kuat geser Vnh tidak boleh diambil lebih besar daripada 0.60bvd dalam Newton.
(2) Bila dipasang sengkang pengikat minimum sesuai dengan 19.6. dan bidang kontaknya
bersih dan bebas dari serpihan, tetapi tidak dikasarkan, maka kuat geser Vnh tidak boleh
diambil lebih besar daripada 0.6 bvd, dalam Newton.
(3) Bila dipasang sengkang pengikat minimum sesuai dengan 19.6, dan bidang kontaknya
bersih dan bebas dari serpihan dan dengan sengaja dikasarkan hingga mencapai tingkat
kekasaran penuh dengan amplitudo kira-kira 5 mm, maka kuat geser Vnh dapat diambil sama
dengan dbf vyv ..)..6.08.1( λρ+ , tetapi tidak lebih besar daripada 3.5bvd dalam Newton.
Nilai λ dapat diambil sesuai dengan 13.7(4(3)).
(4) Apabila gaya geser terfaktor Vu pada penampang yang ditinjau melebihi φ(3.5bvd),
maka perencanaan untuk geser horizontal harus dilakukan sesuai dengan 13.7(4).
43
(5) Dalam menentukan kuat geser horizontal nominal pada permukaan atas elemen struktur
beton prategang, d diambil sebagai nilai terbesar dari 0,8h atau jarak dari serat tekan terluar
ke titik pusat tulangan tarik pada penampang komposit.
3) Sebagai alternatif terhadap 19.5(2), geser horizontal dapat ditentukan dengan jalan
menghitung perubahan aktual gaya tekan atau gaya tarik di dalam sebarang segmen, dan
pengaturan harus dilakukan untuk menyalurkan gaya tersebut sebagai geser horizontal
kepada elemen pendukung. Gaya geser horizontal terfaktor tidak boleh melebihi kuat geser
horizontal φVnh yang diberikan dalam 19.5(2(1)) hingga 19.5(2(4)), dimana luas bidang
kontak Ac harus digunakan sebagai pengganti bvd di dalam persamaan-persamaan terkait
yang ada pada butir-butir tersebut.
(1) Bila sengkang pengikat yang dipasang untuk menahan geser horizontal direncanakan
untuk memenuhi 19.5(3), maka rasio antara luas sengkang pengikat dan spasi pengikat di
sepanjang komponen struktur harus merefleksikan distribusi gaya-gaya geser pada
komponen struktur tersebut.
4) Bila terdapat tarik pada bidang kontak antara elemen-elemen yang saling dihubungkan,
maka penyaluran geser secara kontak hanya boleh digunakan bila dipasang sengkang
pengikat minimum sesuai dengan 19.6.
3.8.3.3 Sengkang pengikat untuk geser horizontal
1) Bila sengkang pengikat dipasang untuk menyalurkan geser horizontal, maka luas
sengkang pengikat tidak boleh kurang daripada luas yang diperlukan oleh 13.5(5(3)), dan
spasi sengkang pengikat tidak boleh melebihi empat kali dimensi terkecil elemen yang
didukung, ataupun 600 mm.
2) Sengkang pengikat untuk geser horizontal harus terdiri dari batang atau kawat tulangan
44
tunggal, sengkang berkaki banyak, atau kaki vertikal dari jaring-kawat (polos atau ulir).
3) Semua sengkang pengikat harus diangkurkan sepenuhnya ke dalam elemen-elemen
yang saling dihubungkan sesuai dengan 14.13
3.9 Selimut Beton
Untuk beton pracetak (dibuat dengan mengikuti proses pengawasan pabrik) maka tebal
minimum selimut beton berikut harus disediakan untuk tulangan harus mengikuti peraturan
sesuai
Tabel 3.5 Selimut Beton Minimum Pada Beton Pracetak
45
Untuk konstruksi beton pracetak, ikatan tarik harus dipasang pada arah tegak,memanjang,
melintang, dan di sekeliling perimeter struktur, untuk mengikat dan menyatukan elemen-
elemen pracetak secara efektif.
3.10 Sambungan Beton Pracetak 3.10.1 Perencanaan Sambungan dan Tumpuan
1) Gaya-gaya boleh disalurkan antara komponen-komponen struktur dengan menggunakan
sambungan grouting, kunci geser, sambungan mekanis, sambungan baja tulangan, pelapisan
dengan beton bertulang cor setempat, atau kombinasi dari cara-cara tersebut.
(1) Kemampuan sambungan untuk menyalurkan gaya-gaya antara komponen-komponen
struktur harus ditentukan dengan analisis atau dengan pengujian. Apabila geser merupakan
pembebanan utama, maka ketentuan pada 13.7 dapat digunakan.
(2) Dalam merencanakan sambungan dengan menggunakan bahan-bahan dengan sifat
struktural yang berbeda, maka daktilitas, kekuatan, dan kekakuan relatifnya harus ditinjau.
2) Tumpuan untuk komponen lantai dan atap pracetak di atas perletakan sederhana harus
memenuhi ketentuan berikut:
(1) Tegangan tumpu izin di permukaan kontak antara komponen yang didukung dan yang
46
mendukung dan antara elemen-elemen pendukung tidak boleh melebihi kekuatan tumpu
untuk masing-masing permukaan dan elemen pendukung. Kekuatan tumpu beton
dinyatakan dalam 12.17.
(2) Kecuali bila dapat dibuktikan melalui pengujian atau analisis bahwa kemampuan
strukturnya tidak berkurang, maka persyaratan minimum berikut ini harus dipenuhi:
a) Setiap komponen struktur dan sistem pendukungnya harus mempunyai dimensi rencana
yang dipilih sedemikian hingga, setelah peninjauan toleransi, jarak dari tepi tumpuan ke
ujung komponen struktur pracetak dalam arah bentang sedikitnya 1/180 kali bentang bersih
l, tetapi tidak boleh kurang dari:
- untuk pelat masif atau berongga ................................................... 50 mm
- untuk balok ................................................................................... 75 mm
b) Pelat landasan di tepi yang tidak ditumpulkan harus mempunyai celah sedikitnya 15 mm
dari muka tumpuan, atau sedikitnya sama dengan dimensi penumpulan pada tepi yang
ditumpulkan.
(3) Persyaratan pada 14.11(1) tidak berlaku untuk tulangan momen lentur positif pada
komponen struktur pracetak statis tertentu, tetapi sedikitnya sepertiga dari tulangan
tersebutharus diperpanjang sampai ke tengah panjang landasan.
47
Gambar 3.5 Sambungan Komponen Pracetak
3.11 Perencanaan Plat Hollow Core (HCS) prategang mengikuti prosedur sebagai
berikut :
1. Mutu beton minimal yang digunakan K-300, karena saat release mutu beton yg
disyaratkan adalah K-300. Jadi cukup 16 jam untuk mencapai umur K-300 dengan steam
curing.
2. Besi prestressed low relaxtion, PC Wire Ø5 dengan fpu = 1625 MPa
3. Tebal HS minimal 6 cm, tebal beton topping 5 cm.
4. Pada saat pengecoran topping, diperhitungkan beban topping dan tenaga kerja.
5. Pada saat tumpuan sementara dilepas, diperhitungkan beban topping. (SNI 2847 ps 19.3)
6. Check tegangan saat transfer (SNI 2847 ps 20.4-20.5)
kondisi serat atas :(-Pi/Ac)+(Pi*e/St) < Fti
kondisi serat bawah :(-Pi/Ac)-(Pi*e/Sb) < Fci
7. Check tegangan saat setelah losses kondisi serat atas :
(-Peff/Ac)+(Peff*e/St)-(Mslb/St) < Fc kondisi serat bawah :
(-Peff/Ac)-(Peff*e/St)+(Mslb/St) < Ft
8. Check Tegangan setelah topping terpasang kondisi serat atas :
(-Peff/Ac)+(Peff*e/St)-(Mslb/St)+(Mcorpek/St) < Ft kondisi serat bawah :
(-Peff/Ac)-(Peff*e/St)+(Mslb/St)-(Mcorpek/Sb) < Fc
9. Check Setelah support sementara dilepas (sbg pelat komposit) kondisi serat atas :
(-Peff/Ac)+(Peff*e/St)-(Mslb/St)+(Mcorpek/St) -(Mprop*(h-Cbk)/Ick)< Fc kondisi serat
48
bawah :
(-Peff/Ac)-(Peff*e/St)+(Mslb/St)-(Mcorpek/Sb) +(Mprop/Sbk)< Ft
10. Check tegangan saat beban layan bekerja (sbg pelat komposit) kondisi serat atas :
(-Peff/Ac)+(Peff*e/St)-(Mslb/St)+(Mcorpek/St) -(Mprop*(h-Cbk)/Ick)-(Mll+Msdl)*(h-
Cbk)/Ick< Fc kondisi serat bawah :
(-Peff/Ac)-(Peff*e/St)+(Mslb/St)-(Mcorpek/Sb) +(Mprop/Sbk)+(Mll/Sbk)+(Msdl/Sbk) Mu
12. Check Kapasitas Retak
0.9*Mn/Mcr > 1.2
13. Check geser vertikal (SNI 2847 ps 19.4)
saat beban layan belum bekerja (ditahan oleh HS saja)
vc = 0.4*1*(fc)^0.5
Vc = vc*bw*dp
Vu < 0.85*Vc
saat beban layan belum bekerja
saat beban layan bekerja (ditahan oleh pelat komposit)
Vc = vc*(bw*(htop+dp)+htop*be)
Jika Vux < 0.85*Vc, maka tulangan geser vertikal tidak perlu dipasang.
14. Check defleksi saat kondisi awal & kondisi akhir < L/240
15. Check Geser Horizontal (SNI 2847 ps 19.5)
Jika Vux Mu
17. Tulangan Transfer/Lateral
0.9*Mn > Mu
18. Tulangan Sambungan antar HS
0.9*Mn > Mu
49
50
Gambar 3.6 Proses Pembuatan Hollow Core Slab di pabrik
3.12 Proses Pembuatan Hollow Core Slab di Pabrik
1. Pembersihan dan peminyakan tempat pencetakan / Cleaning and oiling the bed 2. Pemasukan kabel ke dalam / Strand pulling 3. Penarikan kabel pretension / Tensioning strands 4. Pengangkatan ke tempat pencetakan /Lifting on the bed (tidak tampak) 5. Pencampuran beton /Concrete mixing (tidak tampak) 6. Transportasi beton / Concrete transportation 7. Penutupan beton / Concrete dosing (tidak tampak) 8. Pencetakan/Extruding 9. Penggambaran lubang oleh drafter / Draw openings by plotter (tidak tampak) 10. Pembuatan lubang/Making openings 11. Pembungkusan pelat/ Covering of slab 12. Perawatan pelat / Curing of slab 13. Pembungkusan kembali pelat/Recovering of slab 14. Pemotongan pelat/Cutting of slab 15. Pengankatan pelat/Lifting of slab 16. Pengeboran dari lubang drainase/Drilling of drainage holes 17. Transportasi ke tempat penyimpanan/Transportation to storage 18. Pengangkatanke tempat penyimpanan/Handling of slabs in storage 19. Transportasi ke lapangan/Transportation to site
51
Kabel prestension
Gambar 3.7 Posisi kabel pretensioning pada Hollow Core Slab
Posisi penempatan kabel strand pretension pada Hollow Core Slab pada bagian bawah dari ,
penarikan kabel dilakukan dari dua sisi
Pada tabel 3.6 dapat dilihat properties dari Plat Hollow Core dimana data penampang
serta variasi panjang bentang yang digunakan
Lebar untuk 1 Plat Hollow Core = 4 ft dimana 1 ft = 0.3 m jadi panjang untuk 1 plat Hollow
Core = 1.2 m
Kabel pretension yang digunakan sebanyk 5-8 kabel dengan kode 48-S sampai 88-S
Kekuatan beban yang dapat dipikul oleh Hollow Core Slab dapat dilihat juga pada tabel
dalm satuan psf = pound/ft2 dimana 1 psf = 0.048 kN/m2
jadi misalnya untuk panjang 20 ft atau 6 m untuk Hollow Core menggunakan topping 5 cm
dengan 5 kabel strand maka diperoleh beban maksimum yang dapat dipikul oleh Plat
Hollow Core = 317 psf atau 15.178 kN/m2 untuk lebar 1.2 m maka beban menjadi
1.2x15.178 = 18.2 KN/m dari contoh perhitungan beban yang dipikul lebih kecil dari beban
maksimum Plat hollow Core, dalam hal ini untuk pretensioning pada perhitungan Plat
Hollow Core tidak menggunakan perekat atau mortar
52
Gambar 3.8 Contoh penempatan pretensioning pada pelat Hollow Core Slab
BAB IV
APLIKASI
53
Dalam bab ini akan diberikan suatu contoh perhitungan portal (frame) 3 dimensi dengan
dengan lantai pracetak Hollow Core slab banyak lantai 3 tingkat seperti pada Gambar 4.1,
dengan menggunakan program ETABS v9.2. Adapun data-data yang akan dipergunakan
dalam analisa tersebut adalah :
4.1 Contoh portal ( Gambar 4.1)
Gambar 4.1. Struktur portal 3 dimensi
54
Gambar 4.2 Potongan memanjang portal Gambar 4.3 Denah/Tampak atas
Data-data struktur
1. Panjang bentang L = 6 m = 600 cm
2. Tinggi bangunan (kolom) H = 3.5 m = 350 cm
3. Ukuran penampang kolom BxH = 40x40 cm2
4. Ukuran penampang balok BxH = 30x60 cm2
5. Modulus Elastisitas beton E = 250000 kg/cm2
6. Perletakan jepit-jepit
7. Zona gempa 3 tanah sedang
55
Gambar 4.4. Potongan Penampang Pelat Hollow Core
Perhitungan Luas Penampang dan Inersia Pelat Pracetak type Hollow Core Slab (HCS) dengan bentang 6,0 m
Lebar penampang bw 1200 mm⋅=
Gambar 4.5. Penampang atas
Pelat Hollow
Panjang total HCS Lsl 6 m⋅=
Tinggi penampang HCS h 200 mm⋅=
b1 190 mm⋅= Tebal flens atas t1 30 mm⋅=
Tebal flens bawah t2 30 mm⋅= Tebal badan t3 35 mm⋅=
Tebal badan ke tepi t4 50 mm⋅=
4.2 Data-data Pelat hollow Core Slab a
t3b1
h t1− t2−( ) 0.026m== Bentuk penampang seperti gambar
Mutu beton K400 Lebar penampang = 1200 mm Tebal Pelat Hollow Core Slab = 200 mm
Panjang Penampang Pelat Hollow Core = 6000 mm
56
Ax t1 t2+ a+ 0.086 m⋅== per satuan panjang arah sumbu y
Acx Ax bw⋅ 0.103m2== untuk panjang 1200 mm
Sx12
t12⋅ a12⋅ h t1+ t2−( )+ t2 h
12
t2−⎛⎜⎝
⎞⎟⎠
⋅+ 8.579 10 3−× m2==
zxSxAx
0.1m==
Ix112
t13⋅ t1 zx12
t1−⎛⎜⎝
⎞⎟⎠
2⋅+
112
t23+ t2 h zx−12
t2⋅−⎛⎜⎝
⎞⎟⎠
2⋅+
112
a⋅ h t1− t2−( )2⋅+ a zx12
h t1+ t2−( )−⎡⎢⎣
⎤⎥⎦
2⋅+ 4.801 10 4−
× m3⋅==
per satuan panjang arah sumbu y
Icx Ix bw⋅ 5.761 108× mm4⋅== untuk panjang 1200 mm
Ay t1 t2+ 0.06m== per satuan panjang arah sumbu x
Acy Ay Lsl⋅ 0.36m2== untuk panjang 6000 mm
Sy12
t12⋅ t2 h12
t2−⎛⎜⎝
⎞⎟⎠
⋅+ 6 10 3−× m2==
zySyAy
0.1m==
Iy112
t13⋅ t1 zy12
t1−⎛⎜⎝
⎞⎟⎠
2⋅+
112
t23+ t2 h zy−12
t2−⎛⎜⎝
⎞⎟⎠
2⋅+ 4.38 10 4−
× m3⋅== per satuan panjang arah sumbu x
Icy Iy Lsl⋅ 2.628 109× mm4⋅== untuk panjang 6000 mm
57
Tegangan akibat handling atau pengangkatan sewaktu pemasangan pelat Hollow Core seperti gambar di bawah
fkub 400 kg
cm2= Mutu beton K400
Momen tahanan Sx fc 0.83 fkub⋅ 332 kg
cm2⋅==
Sx0.5Icx
h
2
2.881 103× cm3⋅==
BJ_beton 2400 kg
m3=
ap Lsl 6m== tp 0.2 m⋅= Ft_ijin 0.5 fc⋅
kg
cm2⋅ 9.11 kg
cm2⋅==
bp bw 1.2m==
w h BJ_beton⋅ 480 kg
m2==
Mx 0.0107 w⋅ ap⋅ bp2⋅ 44.375 kg m⋅⋅==
My 0.0107 w⋅ ap2⋅ bp⋅ 221.875 kg m⋅⋅==
FtMySx
7.702 kg
cm2⋅==
Tegangan_tarik_beton "MEMENUHI" Ft Ft_ijin<if
"TIDAK MEMENUHI" otherwise
=Tegangan_tarik_beton "MEMENUHI"=
58
Diameter kabel yang digunakan sewaktu pengangkatan
d38
in⋅ 9.525 mm⋅== untuk diameter kabel pada tabel 3.3
untuk 1 kabel Pijin_kabel 3.6 kip⋅ 16 kN⋅==
PiPijin_kabel
g1633kg== (dalam satuan kg)
Berat total hollow Core Wc ap bp⋅ tp⋅ BJ_beton⋅ 3456kg==
karena ada 4 kabel maka masing-masing kabel memikul PkabelWc
4864kg==
d38
in⋅ 9.525 mm⋅== digunakan kabel diameter Pkabel Pi<
59
1. Penampang HCS (per satu meter lebar) :
Tinggi Penampang HCS h 200 mm⋅=
Tinggi topping htop 50 mm⋅=
Lebar Penampang bw 1200 mm⋅=
Ac Acx 0.103m2== Luas Penampang
Ic Icx 5.761 108× mm4⋅== Momen Inersia
Cbh
2= Cb 100 mm⋅= Garis Berat Bawah
Ct 100 mm⋅= Garis Berat Top Ct h Cb−=
StIcCt
= St 5761473.684 mm3⋅= Sec. Modulus Top
SbIcCb
= Sb 5761473.684 mm3⋅= Sec. Modulus Bottom
2. Material fkub 400 kgf⋅ cm 2−⋅= K-400 a. Beton :
fc 0.83 fkub⋅= fc 33.2 Mpa⋅=
fci 0.65 fc⋅= fci 21.58 Mpa⋅=
Fci 0.6− fci⋅= Fci 12.948− Mpa⋅=
Fti 0.25 fci Mpa⋅⋅= Fti 1.161 Mpa⋅=
Fc 0.45− fc⋅= (akibat prategang + beban mati) Fc 14.94− Mpa⋅=
Fct 0.6− fc⋅= (akibat prategang + beban total) Fct 19.92− Mpa⋅=
Ft 0.5 fc Mpa⋅⋅= Ft 2.881 Mpa⋅=
Ec 4700 fc Mpa⋅⋅= Ec 27081.137 Mpa⋅=
Eci 4700 fci Mpa⋅⋅= Eci 21833.511 Mpa⋅=
b. Kabel Prategang fpu 2.357 105
× psi⋅= fpu 1625 Mpa⋅= fpy 1.462 103
× Mpa⋅= fpy 0.9fpu=
fpi 975 Mpa⋅=fpi 0.6 fpu⋅=
fpeff 780 Mpa⋅=fpeff 0.8 fpi⋅=
n 5=Dia 6 mm⋅=Diameter Tendon
A1 28.274 mm2⋅= A114π⋅ Dia2⋅= Luas per tendon efektif
e 75 mm⋅= Eksentrisitas e 0.5 h⋅ 25 mm⋅−=
60
c. Tulangan Baja
Wiremesh fy 390 MPa⋅=
BJTP (Polos) fyp 240 MPa⋅=
BJTD (Deform/Ulir) fyd 390MPa=
Perhitungan gaya dalam
γc 24 kN
m3= Berat volum beton normal
Faktor Reduksi Lentur φ 0.9=
Qslb Ac γc⋅ 2.471 kNm
⋅== Pelat
Mslb18
Qslb⋅ Lsl2⋅ 11.12 kN m⋅⋅==
Qtop htop bw⋅ γc⋅ 1.44 kNm
⋅== Topping
Qtb 1 kNm
= Tambahan
Qdlt Qslb Qtop+ Qtb+ 4.911 kNm
⋅==
Qll 3 kNm
⋅= B. Hidup
Q Qdlt Qll+ 7.91 kNm
⋅==
a. Perpendekan elastis
Eci 21833.51 MPa⋅= Pi_kabel 0.7 n⋅ A1⋅ fpu⋅ 160.81 kN⋅==
Mg18
− Qdlt⋅ Lsl2⋅ 22.1− kN m⋅⋅== Es 2.1 105MPa⋅⋅=
Kes 1= untuk batang pratarik
Kcir 0.9= untuk batang pratarik
fcir KcirPi_kabel
AcPi_kabel e2⋅
Ic+
⎛⎜⎝
⎞⎟⎠
⋅Mg e⋅
Ic− 5.7 MPa⋅==
ES KesEsEci⋅ fcir⋅ 54.78 MPa⋅==
61
b. Rangkak beton
Kcr 2= untuk batang pratarik dengan berat normal
Msd18
Qll⋅ Lsl2⋅ 13.5 kN m⋅⋅==
fcdsMsd e⋅
Ic1.757 MPa⋅== fcir fcds− 3.94 MPa⋅=
CR KcrEsEci⋅ fcir fcds−( ) 75.756 MPa⋅==
c. Susut beton
Ac 102947.37 mm2⋅= Luas
Keliling Sc 2 bw h+( )⋅ 2800 mm⋅==
AcSc
3.677 cm⋅= Luaskeliling
Kss 1=
RH 0.70= atau 70% gunakan
Ksh 1=
εs
fyEs
0.002==
SH εs Ksh⋅ Es⋅ Kss⋅ 1 RH−( )⋅ 117 MPa⋅==
d. Relaksasi baja
Untuk G270 low relaxation Kre 5000psi 34.47 MPa⋅==
J 0.040=
untuk fsi/fpu = 0.7 C 0.7=
RE Kre J SH CR+ ES+( )⋅−[ ] C⋅ 17.2 MPa⋅==
LossES CR+ SH+ RE+( )
fpu100⋅ 16.3 == % ambil losses = 20% % total losses/kehilangan
62
Perhitungan Tegangan dan Kapasitas Pelat Pracetak type Hollow Core Slab (HCS) dengan bentang 6,0 m
1. Penampang HCS (per satu meter lebar) :
Tinggi Penampang HCS h 200 mm⋅=
Tinggi topping htop 50 mm⋅=
Lebar Penampang bw 1200 mm⋅=
Ac 0.103 m2⋅= Luas Penampang
Ic 5.761 108⋅ mm4⋅= Momen Inersia
Cbh
2= Cb 100 mm⋅= Garis Berat Bawah
Ct 100 mm⋅= Garis Berat Top Ct h Cb−=
StIc
Ct= St 5761000 mm3⋅= Sec. Modulus Top
Sb
Ic
Cb= Sb 5761000 mm3⋅= Sec. Modulus Bottom
2. Material fkub 400 kgf⋅ cm 2−⋅= a. Beton : K-400
fc 0.83 fkub⋅= fc 33.2 Mpa⋅=
fci 0.65 fc⋅= fci 21.58 Mpa⋅=
Fci 0.6− fci⋅= Fci 12.948− Mpa⋅=
Fti 0.25 fci Mpa⋅⋅= Fti 1.161 Mpa⋅=
Fc 0.45− fc⋅= (akibat prategang + beban mati) Fc 14.94− Mpa⋅=
Fct 0.6− fc⋅= (akibat prategang + beban total) Fct 19.92− Mpa⋅=
Ft 0.5 fc Mpa⋅⋅= Ft 2.881 Mpa⋅=
Ec 4700 fc Mpa⋅⋅= Ec 27081.137 Mpa⋅=
Eci 4700 fci Mpa⋅⋅= Eci 21833.511 Mpa⋅=
b. Kabel Prategang fpu 2.357 105× psi⋅= fpu 1625 Mpa⋅= fpy 1.462 103× Mpa⋅= fpy 0.9fpu=
fpi 0.6 fpu⋅= fpi 975 Mpa⋅=
fpeff 0.8 fpi⋅= fpeff 780 Mpa⋅=
Diameter Tendon Dia 6 mm⋅= 1A1
4π⋅ Dia2⋅= A1 28.274 mm2⋅= Luas per tendon efektif
63
Eksentrisitas e 0.5 h⋅ 20 mm⋅−= e 80 mm ⋅=
c. Tulangan Baja Wiremesh fy 390 Mpa⋅=
BJTP (Polos) fyp 240 Mpa⋅=
fyd 390 Mpa⋅=BJTD (Deform/Ulir)
3. Dimensi Pelat dan KompositDimensi Pelat
Tinggi pelat hsl htop h+= hsl 250 mm⋅=
Panjang Total Lsl 6.0 m⋅=
Tinggi topping htop 50 mm⋅=
Penampang Komposit fkubtop 225 kgf⋅ cm 2−⋅= beton Topping (mutu beton K-225) fc'top 0.83 fkubtop⋅= fc'top 18.675 Mpa⋅=
Ectop 4700 fc'top Mpa⋅⋅= Ectop 20310.853 Mpa⋅=
ncEctop
Ec= nc 0.75=
Lebar pelat bw 1200 mm⋅=
be 900 mm⋅= Lebar pelat tranformasi be nc bw⋅=
Ack 1.48 105× mm2⋅= Luas Penampang Ack Ac be htop⋅+=
Cbk
be htop( )⋅ hhtop
2+
⎛⎜⎝
⎞⎟⎠
⋅ Ac Cb⋅+
Ack= Garis Berat Bawah Cbk 138.007 mm⋅=
Garis Berat Atas Ctk hsl Cbk−= Ctk 111.993 mm⋅=
Ick Ic Ac Cbk Cb−( )2⋅+be htop3⋅
12+ be htop⋅ Ctk
htop
2−
⎛⎜⎝
⎞⎟⎠
2⋅+= Momen inersia
Ick 1.075 109× mm4⋅=
StkIck
Ctk= Stk 9597114.63 mm3⋅= Sec. Modulus Top
SbkIck
Cbk= Sbk 7788111.383 mm3⋅= Sec. Modulus Bottom
4. Perhitungan gaya dalam γc 24 kN⋅ m 3−⋅= Berat volum beton normal
Faktor Reduksi Lentur φ 0.9=
Qslb 2.472 kN m 1−⋅⋅= DL : Pelat Qslb Ac( ) γc⋅=
Mslb1
8Qslb⋅ Lsl2⋅= Mslb 11.124 kN m⋅⋅=
Qtop 1.44 kN m 1−⋅⋅= Topping Qtop htop bw⋅ γc⋅=
Qtam 100 kgf⋅ m 1−⋅=1−
Qtam 1 kN m 1−⋅⋅= tambahan Qsdl 100 kgf⋅ m⋅= SDL :
64
Qll 300 kgf⋅ m 1−⋅= Qll 3 kN m 1−⋅⋅= B. Hidup LL :
Momen Pada saat pengecoran topping (HCS diberi tumpuan sementara ditengah bentang)
Qd2 2.44 kN m 1−⋅⋅= Qd2 Qtop Qtam+=
Mdx x( )3
16Qd2⋅ Lsl⋅ x⋅
1
2Qd2⋅ x2⋅−=
Mdx 0.5 Lsl⋅( ) 2.745− kN m⋅⋅= Mcorpek Mdx 0.5 Lsl⋅(−= ) ( negatif )
Pada saat tumpuan sementara dilepas
P5
8Qtop( )⋅ Lsl⋅= P 5.4 kN⋅=
Mprop1
4P⋅ Lsl⋅= Mprop 8.1 kN m⋅⋅=
Mll1
14Qll⋅ Lsl2⋅=
Mll 7.714 kN m⋅⋅=
Msdl1
14Qsdl⋅ Lsl2⋅= Msdl 2.571 kN m⋅⋅=
Mts Mslb Mcorpek− Mprop+ Mll+ Msdl+= Mts 26.765 kN m⋅⋅=
Mu 1.2Mslb 1.2Mcorpek− 1.2Mprop+ 1.2 Msdl⋅+ 1.6Mll+= Mu 35.203 kN m⋅⋅=
Jadi banyaknya tendon n 5=
Aps 141.372 mm2⋅= Luas Total Prestress Aps n A1⋅=
Hasilnya : Pi Aps fpi⋅= Pi 137.837 kN⋅=
5. Check Tegangan
Peff fpeff Aps⋅= Peff 110.27 kN⋅= fpi 975 Mpa⋅=
Pi fpi Aps⋅= Pi 137.837 kN⋅=
a. Pada saat transfer (HCS saja):
σa1lPi−
Ac
Pi e⋅
St+= Fti 1.161 Mpa⋅= ≤
σa1l 0.576 Mpa⋅=
σb1lPi−
Ac
Pi e⋅
Sb−= ≤ Fci 12.948− Mpa⋅=
σb1l 3.252− Mpa⋅=
b. Pada saat setelah losses
σa1lPeff−
Ac
Peff e⋅
St+
Mslb
St−=
Fc 14.94− Mpa⋅= ≤σa1l 1.47− Mpa⋅=
Ft 2.881 Mpa⋅= σb1l
Peff−
Ac
Peff e⋅
Sb−
Mslb
Sb+= ≤
65
σb1l 0.671− Mpa ⋅=
Tegangan setelah topping terpasang
σa2l σa1lMcorpek
St+=
Ft 2.881 Mpa⋅= ≤σa2l 0.994− Mpa⋅=
Fc 14.94− Mpa⋅= σb2l σb1l
Mcorpek
Sb−= ≤
σb2l 1.147− Mpa⋅=
Tegangan setelah prop dilepaskan (Sebagai pelat komposit)
σa3l σa2lMprop h Cbk−( )⋅
Ick−=
σa3l 1.461− Mpa⋅= Fc 14.94− Mpa⋅= ≤
σb3l σb2lMprop
Sbk+=
σb3l 0.107− Mpa⋅= Ft 2.881 Mpa⋅= ≤
c. Pada saat beban layan bekerja (Sebagai pelat komposit)
σa4l σa3l Mll Msdl+( )h Cbk−
Ick⋅−=
σa4l 2.054− Mpa⋅= ≤ Fc 14.94− Mpa⋅=
σb4l σb3lMll
Sbk+
Msdl
Sbk+=
σb4l 1.213 Mpa⋅= Ft 2.881 Mpa⋅= ≤
Tegangan_beton_Saat_Layan "MEMENUHI"=
6. Check Kapasitas Momen
Dw 6 mm⋅= Diameter Tulangan Pratekan Dw Dia=
Diameter tulangan Ds 6 mm⋅=
As11
4π⋅ Ds2⋅= As1 28.274 mm2⋅= Luas per tulangan
Banyaknya tul. tekan nc 0=
Asc 0 mm2⋅= Luas Total tul. tekan Asc nc As1⋅=
Banyaknya tul. tarik np 0=
Ast 0 mm2⋅= Luas Total tul. tarik Ast np As1⋅=
Selimut Beton dc 20 mm⋅=
Lengan Tulangan Pratekan dp Ct e+= dp 180 mm⋅=
d 221 mm⋅= Lengan Tulangan Non Pratekan d hsl dc− Dw− 0.5 Ds⋅−=
fpePeff
Aps= Tegangan Tul. Pratekan Efektif
≥ fpe 780 Mpa⋅= 0.5 fpu⋅ 812.5 Mpa⋅=maka : Nilai untuk p :
66
fpy
fpu0.9= γp 0.2 8 =
β1 0.85 fc 30 Mpa⋅≤if
0.65 fc 55 Mpa⋅≥if
0.85 0.008fc
Mpa30−
⎛⎜⎝
⎞⎟⎠
⋅− 30 Mpa⋅ fc< 55 Mpa⋅≤if
= β1 0.824=
ρpAps
bw dp⋅=
Asc 0 cm2⋅= Ast 0 cm2⋅=
ρcAsc
bw d⋅= ρc 0=
ρtAst
bw d⋅= ρt 0=
ωc ρcfy
fc⋅= ωc 0=
ωt ρtfy
fc⋅= ωt 0=
fps fpu 1γp
β1ρp
fpu
fc⋅
d
dpωt ωc−( )⋅+
⎡⎢⎣
⎤⎥⎦
⋅−⎡⎢⎣
⎤⎥⎦
⋅= fps 1607.319 Mpa⋅=
ρpAps
bw dp⋅= ρp 0.001=
ωp ρpfps
fc⋅= ωp 0.032=
Tps fps Aps⋅= Tps 227.229 kN⋅=
aTps
0.85 fc'top⋅ bw⋅= a 11.929 mm⋅=
Mn Tps dp htop+( )a
2−
⎡⎢⎣
⎤⎥⎦
⋅ Ast fy⋅ da
2−
⎛⎜⎝
⎞⎟⎠
⋅+ Asc fy⋅ dca
2−
⎛⎜⎝
⎞⎟⎠
⋅+=
> φ Mn⋅ 45.817 kN m⋅⋅= Mu 35.203 kN m⋅⋅=
Momen_Kapasitas_Penampang "MEMENUHI"=
7. Kapasitas Retakfr 0.7 fc Mpa⋅⋅= fr 4.033 Mpa⋅= Tegangan tarik retak
Kondisi tegangan pada tepi bawah HCS akibat beban layan total :
faktPeff−
Ac
Peff e⋅
Sb−
Mslb
Sb+
Mcorpek
Sb−
Mprop
Sbk+
Msdl
Sbk+
Mll
Sbk+= fakt 1.213 Mpa⋅=
Mcr fr fakt−( ) Sbk⋅ Mts+= Mcr 48.727 kN m⋅⋅= φ Mn⋅
Mu1.301=
Rasio_Penampang_Retak "MEMENUHI"=
67
8. Pemeriksaan Geser
Lebar badan bw 1200 mm⋅=
φ 0.85= Faktor reduksi Kuat tekan beton fc 33.2 Mpa⋅=
Tegangan leleh tul. fy 390 Mpa⋅=
Gaya-gaya geser : Saat beban layan belum bekerja (geser hanya ditahan oleh HCS saja)
Vudl 1.21
2Qslb Qtop+( )⋅ Lsl⋅
⎡⎢⎣
⎤⎥⎦
⋅=
Vudl 14.083 kN⋅=
Saat beban layan bekerja (geser ditahan oleh pelat komposit)
Qd Qslb Qtop+ Qsdl+=
Vll1
2Qll⋅ Lsl⋅= Vll 9 kN⋅= Vd 14.736 kN⋅= Vd 0.5 Qd⋅ Lsl⋅=
Vu x( ) 1.2 Vd Qd x⋅−( ) 1.6 Vll Qll x⋅−( )⋅+=
Mu x( ) 1.2 Vd x⋅ 0.5 Qd⋅ x2⋅−( )⋅ 1.6 Vll x⋅ 0.5Qll x2⋅−( )⋅+=
x1 0.1m= x3 50 Dw⋅= x2 0.5hsl= x2 0.125m= x3 0.3m=
Vu1 Vu x1( )= Vu1 31.014 kN⋅= Mu1 Mu x1( )= Mu1 3.155 kN m⋅⋅=
Vu2 Vu x2( )= Vu2 30.746 kN⋅= Mu2 Mu x2( )= Mu2 3.927 kN m⋅⋅=
Vu3 Vu x3( )= Vu3 28.875 kN⋅= Mu3 Mu x3( )= Mu3 9.144 kN m⋅⋅=
Persyaratan Geser menurut ACI : 0.4 fpu⋅ 650 Mpa⋅= < dapat menggunakan metoda sederhana sebagai
berikut : fpe 780 Mpa⋅=
Vu dp⋅
Mu1≤
vc11
20
fc
Mpa⋅ 4.8
Vu1 dp⋅
Mu1⋅+
⎛⎜⎝
⎞⎟⎠
Mpa⋅= Vu1 dp⋅
Mu11.769= vc1 8.782 Mpa⋅=
vc21
20
fc
Mpa⋅ 4.8
Vu2 dp⋅
Mu2⋅+
⎛⎜⎝
⎞⎟⎠
Mpa⋅= Vu2 dp⋅
Mu21.409= vc2 7.053 Mpa⋅=
vc31
20
fc
Mpa⋅ 4.8
Vu3 dp⋅
Mu3⋅+
⎛⎜⎝
⎞⎟⎠
Mpa⋅= Vu3 dp⋅
Mu30.568= vc3 3.017 Mpa⋅=
λ 1= (untuk beton normal)
λ
6fc Mpa⋅⋅ 0.96 Mpa⋅= vc1 8.782 Mpa⋅= ≥
0.4 λ⋅ fc Mpa⋅⋅ 2.305 Mpa⋅= ≤ vc 0.4 λ⋅ fc Mpa⋅⋅ vc1 0.4 λ⋅ fc Mpa⋅⋅>if
vc1 otherwise
= vc 2.305 Mpa⋅=
68
Saat beban layan belum bekerjaVc vc bw dp⋅( )⋅= dp 180 mm⋅= Vc 497.832 kN⋅=
Vudl 14.083 kN⋅= < φ Vc⋅ 423.157 kN⋅=
Saat beban layan telah bekerjaVc vc bw htop dp+( )⋅ htop be⋅+[ ]⋅= Vc 739.834 kN⋅=
Vu1 31.014 kN⋅= φ Vc⋅ 628.859 kN⋅= <
Tulangan_Geser_Vertikal "TIDAK PERLU DIPASANG"=
9. Check Terhadap Defleksi
a. Pada kondisi awal (pelat prategang saja)
ΔpiPi− e⋅ Lsl2⋅
8 Eci⋅ Ic⋅= Δpi 3.945− mm⋅= (ke atas)
Defleksi akibat berat sendiri
Δbs5
384
Qslb Lsl4⋅
Eci Ic⋅⋅= Δbs 3.316 mm⋅=
Dengan menerapkan faktor jangka panjang untuk defleksi bersih pada waktu ereksi, diperoleh : Δ1 0.966− mm⋅= Δ1 1.85 Δbs⋅ 1.8 Δpi⋅+=
b. Pada kondisi akhir (pelat komposit)Defleksi akibat topping
Δtop1
48
P Lsl3⋅
Ec Ick⋅⋅= Δtop 0.835 mm⋅=
Defleksi akibat SDL
Δsdl5
384
Qsdl( ) Lsl4⋅
Ec Ick⋅⋅= Δsdl 0.58 mm⋅=
Defleksi akibat Beban Hidup (LL)
ΔL5
384
Qll( ) Lsl4⋅
Ec Ick⋅⋅= ΔL 1.739 mm⋅=
Lsl
36016.667 mm⋅= syarat defleksi maksimum akibat beban hidup :
Jadi total defleksi jangka panjang yang terjadi adalah : Δ2 2.2 Δpi⋅ 2.4 Δbs⋅+ 2.3 Δtop⋅+ 3 Δsdl⋅+ 3 30%ΔL( )⋅+=
( ke bawah ) Δ2 4.505 mm⋅=
Jadi defleksi total Δtot Δ2 Δ1− 70%ΔL( )+= Δtot 6.688 mm⋅=
Lsl
24025 mm⋅= syarat defleksi maksimum > Δtot 6.688 mm⋅=
69
Defleksi_yang_terjadi "MASIH MEMENUHI PERSYARATAN"=Catatan : - Nilai negatif menunjukkan defleksi ke atas dan, - Nilai positif menunjukkan defleksi ke bawah - Defleksi memenuhi persyaratan bila defleksi max. lebih besar dari defleksi total yg terjadi
10. Pengecekan Geser HorizontalAv1 0 mm2⋅= Lebar bid kontak bv bw=
s 0mm= Tinggi efektif d dp htop+=
ρvAv1
bv s⋅= ρv 0 %⋅=
Vu ≤ Vnh dari data ETABS Akibat gempa Vg 10.54 kN⋅= Vu1 Vu1 Vg+=
Vu1 41.554 kN⋅= < φ 0.6⋅ bv⋅ d⋅ Mpa⋅ 140.76 kN⋅=
Vnh < 3.5 bv⋅ dp⋅ Mpa⋅ 756 kN⋅=
Untuk_menahan_Geser_Horizontal "TIDAK PERLU DIPASANG TULANGAN GESER"=
11. Tulangan Lentur di Daerah Tumpuan
Mtop1
11Qtop⋅ Lsl2⋅= Mtop 4.713 kN m⋅⋅=
Mlle1
11Qll⋅ Lsl2⋅= Mlle 9.818 kN m⋅⋅=
Msdle1
11Qsdl⋅ Lsl2⋅= Msdle 3.273 kN m⋅⋅=
fc'top 18.675 Mpa⋅= fc 33.2 Mpa⋅=
Mue 1.2 Msdle Mtop+( )⋅ 1.6 Mlle⋅+= Mue 25.292 kN m⋅⋅=
Akibat gempa dari data ETABS Mg 17.716 kN⋅ m=
Mue 37.117 kN m⋅⋅= Mue 1.2 Msdle Mtop+( )⋅ 1.0 Mlle⋅+ 1.0 Mg⋅+=
Mu Mue= Mu 37.117 kN m⋅⋅=
Dtump 9 mm⋅= fy 400 Mpa⋅=
dtop hsl dc− 0.5 Dtump⋅−= dtop 225.5 mm⋅=
As11
4π⋅ Dtump2⋅= As1 0.636 cm2⋅=
jarak tulangan lentur : Sptump 150 mm⋅=
Asbw
SptumpAs1⋅= As 508.938 mm2⋅=
faktor reduksi lentur : φ 0.9=
β1 0.85=ρmax
0.75 β1
0.85 fc⋅
fy⋅
87000
87000fy
psi+
⋅⎛⎜⎜⎝
⎞⎟⎟⎠
⋅ ρmax 0.027==
ρmin 0.18%=
ρAs
bw dtop⋅= ρ 0.188 %⋅=
70
afy As⋅
0.85 fc'top⋅ bw⋅= a 10.687 m m⋅=
Mn As fy⋅ dtopa
2−
⎛⎜⎝
⎞⎟⎠
⋅= Mu
φ41.241 kN m⋅⋅= > Mn 44.818 kN m⋅⋅=
Tumpuan "TULANGAN TERPASANG MEMENUHI"=
12. Perhitungan Tulangan Transfer/Lateral
Mtop1
14Qtop⋅ Lsl2⋅=
Msdl1
14Qsdl⋅ Lsl2⋅=
Mtop 3.703 kN m⋅⋅=
Msdl 2.571 kN m⋅⋅=
Mll1
14Qll⋅ Lsl2⋅= Mll 7.714 kN m⋅⋅=
Mu 15.429 kN m⋅⋅=Mu 1.2 Msdl( )⋅ 1.6 Mll⋅+=
dari data ETABS Mg 17.52 kN⋅ m=Akibat gempa
Mu 28.32 kN m⋅⋅=Mu 1.2 Msdl( )⋅ 1.0 Mll⋅+ 1.0Mg+=
Faktor Reduksi Lentur φ 0.9=
ρmin 0.2 %⋅=Rasio Tulangan Minimum
Asmin 600 mm2⋅= Luas Tulangan Minimum Terpasang Asmin ρmin bw⋅ hsl⋅=
Diameter Tulangan Terpasang Dstr 8 mm⋅=
Kuat Leleh Tulangan fy 400 Mpa⋅=
Spasi Tulangan Sptr 150 mm⋅=
As 0.25 π⋅ Dstr2⋅bw
Sptr⋅= Luas Tulangan Terpasang As 402.124 mm2⋅=
aAs fy⋅
0.85 fc'top⋅ bw⋅= Lebar Stress Beton a 8.444 mm⋅=
jd hsl 18.5 mm⋅− 0.5 Ds⋅− 0.5 a⋅−= Lengan Momen jd 224.278 mm⋅=
Momen Nominal Terpasang Mn φ As⋅ fy⋅ jd⋅=
Mn 32.467 kN m⋅⋅= > Mu 28.32 kN m⋅⋅=
Tulangan "MAMPU MENAHAN BEBAN LAYAN"=
13. Tulangan Stek (Sambungan Antar HCS)Mu 28.32 kN m⋅⋅=Momen Ultimit (Mu)
φ 0.9=Faktor Reduksi Lentur Dstek 12 mm⋅=Diameter Tulangan Terpasang fystek 400 Mpa⋅=Kuat Leleh Tulangan Spstek 120 mm⋅=Spasi Tulangan
As 0.25 π⋅ Dstek2⋅bw
Spstek⋅ 1.6⋅=
aAs fystek⋅
0.85 fc'top⋅ bw⋅=
As 1.81 103× mm2⋅= Luas Tulangan Total
Lebar Stress Beton a 37.999 mm⋅=
jd 47 mm⋅= Lengan Momen Tulangan Lentur jd htop 0.5 Ds⋅−=
71
72
Momen Nominal Terpasang Mn φ As⋅ fystek⋅ jd⋅=
Mn 30.618 kN m⋅⋅= > Mu 28.32 kN m⋅⋅=Perhitungan Tegangan dan Kapasitas Pelat Pracetak type Hollow Core Slab (HCS) dengan bentang 6,0 m
Tulangan "MAMPU MENAHAN BEBAN LAYAN"=
Da tuk Plat hollow Core maka dapat disimpulkan seperti di bawah ri hasil Perhitungan un1. Penampang HCS (per satu meter lebar) :
Tinggi Penampang HCS h 200 mm⋅=
Bentang Pelat PTinggi topping
racetak HCS htop 50 mm⋅=
Lsl 6m= Tebal Pelat Pracetak HCS
Lebar Penampang bw 1200 mm⋅=h 200 mm⋅=
Ac 0.103 m2⋅= Tebal Pelat ToLuas Penampang
htop 50 mm⋅= pping Ic 5.761 108⋅ mm4⋅= Dw 6 mm⋅= nc 0= Tulangan PrMomen Inersia atekan (PC Wire) np 0=
Jumlah Tendon Pratekan batang per meter lebar n 5=Cb
h
2=
Tulangan Lateral/Transfer Dstr 8 mm⋅= Spasi Tulangan Sptr 150 mm⋅=
Tulangan Stek/Sambungan Antar HCS Dstek 12 mm⋅= Spasi Tulangan Spstek 120 mm⋅=
Tulangan Extra Searah PC Wi 5 mm re Ds 6 mm⋅= Jumlah Tulangan per m' np 0=
Sketsa Penulangan Pelat Pracetak Pratekan (HCS) :
h
7
8
6
Lsl
76
8
8
67
h
b9
Beban yang bekerja Qsdl 100mkgf
m2⋅= Qll 300m
kgf
m2⋅= gempa zona 3 tanah sedang
Garis Berat Bawah Cb 100 mm⋅=
Garis Berat Top Ct h Cb−= Ct 100 mm⋅=
StIc 3 Ct
= Sec. Modulus Top St 5761000 mm⋅=
Ic
Cb= mm3⋅ Sec. Modulus Bottom Sb Sb 5761000=
2. Material fkub 400 kgf⋅ cm 2−⋅= a. Beton : K-400
fc 0.83 fkub⋅= fc 33.2 Mpa⋅=
fci 0.65 fc⋅= fci 21.58 Mpa⋅=
Fci 0.6− fci⋅= Fci 12.948− Mpa⋅=
Fti 0.25 fci Mpa⋅⋅= Fti 1.161 Mpa⋅=
Fc 0.45− fc⋅= (akibat prategang + beban mati) Fc 14.94− Mpa⋅=
Fct 0.6− fc⋅= (akibat prategang + beban total) Fct 19.92− Mpa⋅=
Ft 0.5 fc Mpa⋅⋅= Ft 2.881 Mpa⋅=
Ec 4700 fc Mpa⋅⋅= Ec 27081.137 Mpa⋅=
Eci 4700 fci Mpa⋅⋅= Eci 21833.511 Mpa⋅=
b. Kabel Prategang fpu 2.357 105× psi⋅= fpu 1625 Mpa⋅= fpy 1.462 103× Mpa⋅= fpy 0.9fpu=
fpi 0.6 fpu⋅= fpi 975 Mpa⋅=
fpeff 0.8 fpi⋅= fpeff 780 Mpa⋅=
Diameter Tendon Dia 6 mm⋅=
73
A11
4π⋅ Dia2⋅= A1 28.274 mm2⋅= Luas per tendon efektif
74
Eksentrisitas e 0.5 h⋅ 20 mm⋅−= e 80 mm ⋅=
c. Tulangan Baja Wiremesh fy 390 Mpa⋅=
BJTP (Polos) fyp 240 Mpa⋅=
fyd 390 Mpa⋅=BJTD (Deform/Ulir)
3. Dimensi Pelat dan KompositDimensi Pelat
Tinggi pelat hsl htop h+= hsl 250 mm⋅=
Panjang Total Lsl 6.0 m⋅=
Tinggi topping htop 50 mm⋅=
Penampang Komposit fkubtop 225 kgf⋅ cm 2−⋅= beton Topping (mutu beton K-225) fc'top 0.83 fkubtop⋅= fc'top 18.675 Mpa⋅=
Ectop 4700 fc'top Mpa⋅⋅= Ectop 20310.853 Mpa⋅=
ncEctop
Ec= nc 0.75=
Lebar pelat bw 1200 mm⋅=
be 900 mm⋅= Lebar pelat tranformasi be nc bw⋅=
Ack 1.48 105× mm2⋅= Luas Penampang Ack Ac be htop⋅+=
Cbk
be htop( )⋅ hhtop
2+
⎛⎜⎝
⎞⎟⎠
⋅ Ac Cb⋅+
Ack= Garis Berat Bawah Cbk 138.007 mm⋅=
Garis Berat Atas Ctk hsl Cbk−= Ctk 111.993 mm⋅=
Ick Ic Ac Cbk Cb−( )2⋅+be htop3⋅
12+ be htop⋅ Ctk
htop
2−
⎛⎜⎝
⎞⎟⎠
2⋅+= Momen inersia
Ick 1.075 109× mm4⋅=
StkIck
Ctk= Stk 9597114.63 mm3⋅= Sec. Modulus Top
SbkIck
Cbk= Sbk 7788111.383 mm3⋅= Sec. Modulus Bottom
4. Perhitungan gaya dalam γc 24 kN⋅ m 3−⋅= Berat volum beton normal
Faktor Reduksi Lentur φ 0.9=
Qslb 2.472 kN m 1−⋅⋅= DL : Pelat Qslb Ac( ) γc⋅=
Mslb1
8Qslb⋅ Lsl2⋅= Mslb 11.124 kN m⋅⋅=
Qtop 1.44 kN m 1−⋅⋅= Topping Qtop htop bw⋅ γc⋅=
Qtam 100 kgf⋅ m 1−⋅=1−
Qtam 1 kN m 1−⋅⋅= tambahan Qsdl 100 kgf⋅ m⋅= SDL :
75
Qll 300 kgf⋅ m 1−⋅= Qll 3 kN m 1−⋅⋅= B. Hidup LL :
Momen Pada saat pengecoran topping (HCS diberi tumpuan sementara ditengah bentang)
Qd2 2.44 kN m 1−⋅⋅= Qd2 Qtop Qtam+=
Mdx x( )3
16Qd2⋅ Lsl⋅ x⋅
1
2Qd2⋅ x2⋅−=
Mdx 0.5 Lsl⋅( ) 2.745− kN m⋅⋅= Mcorpek Mdx 0.5 Lsl⋅(−= ) ( negatif )
Pada saat tumpuan sementara dilepas
P5
8Qtop( )⋅ Lsl⋅= P 5.4 kN⋅=
Mprop1
4P⋅ Lsl⋅= Mprop 8.1 kN m⋅⋅=
Mll1
14Qll⋅ Lsl2⋅=
Mll 7.714 kN m⋅⋅=
Msdl1
14Qsdl⋅ Lsl2⋅= Msdl 2.571 kN m⋅⋅=
Mts Mslb Mcorpek− Mprop+ Mll+ Msdl+= Mts 26.765 kN m⋅⋅=
Mu 1.2Mslb 1.2Mcorpek− 1.2Mprop+ 1.2 Msdl⋅+ 1.6Mll+= Mu 35.203 kN m⋅⋅=
Jadi banyaknya tendon n 5=
Aps 141.372 mm2⋅= Luas Total Prestress Aps n A1⋅=
Hasilnya : Pi Aps fpi⋅= Pi 137.837 kN⋅=
5. Check Tegangan
Peff fpeff Aps⋅= Peff 110.27 kN⋅= fpi 975 Mpa⋅=
Pi fpi Aps⋅= Pi 137.837 kN⋅=
a. Pada saat transfer (HCS saja):
σa1lPi−
Ac
Pi e⋅
St+= Fti 1.161 Mpa⋅= ≤
σa1l 0.576 Mpa⋅=
σb1lPi−
Ac
Pi e⋅
Sb−= ≤ Fci 12.948− Mpa⋅=
σb1l 3.252− Mpa⋅=
b. Pada saat setelah losses
σa1lPeff−
Ac
Peff e⋅
St+
Mslb
St−=
Fc 14.94− Mpa⋅= ≤σa1l 1.47− Mpa⋅=
Ft 2.881 Mpa⋅= σb1l
Peff−
Ac
Peff e⋅
Sb−
Mslb
Sb+= ≤
76
σb1l 0.671− Mpa ⋅=
Tegangan setelah topping terpasang
σa2l σa1lMcorpek
St+=
Ft 2.881 Mpa⋅= ≤σa2l 0.994− Mpa⋅=
Fc 14.94− Mpa⋅= σb2l σb1l
Mcorpek
Sb−= ≤
σb2l 1.147− Mpa⋅=
Tegangan setelah prop dilepaskan (Sebagai pelat komposit)
σa3l σa2lMprop h Cbk−( )⋅
Ick−=
σa3l 1.461− Mpa⋅= Fc 14.94− Mpa⋅= ≤
σb3l σb2lMprop
Sbk+=
σb3l 0.107− Mpa⋅= Ft 2.881 Mpa⋅= ≤
c. Pada saat beban layan bekerja (Sebagai pelat komposit)
σa4l σa3l Mll Msdl+( )h Cbk−
Ick⋅−=
σa4l 2.054− Mpa⋅= ≤ Fc 14.94− Mpa⋅=
σb4l σb3lMll
Sbk+
Msdl
Sbk+=
σb4l 1.213 Mpa⋅= Ft 2.881 Mpa⋅= ≤
Tegangan_beton_Saat_Layan "MEMENUHI"=
6. Check Kapasitas Momen
Dw 6 mm⋅= Diameter Tulangan Pratekan Dw Dia=
Diameter tulangan Ds 6 mm⋅=
As11
4π⋅ Ds2⋅= As1 28.274 mm2⋅= Luas per tulangan
Banyaknya tul. tekan nc 0=
Asc 0 mm2⋅= Luas Total tul. tekan Asc nc As1⋅=
Banyaknya tul. tarik np 0=
Ast 0 mm2⋅= Luas Total tul. tarik Ast np As1⋅=
Selimut Beton dc 20 mm⋅=
Lengan Tulangan Pratekan dp Ct e+= dp 180 mm⋅=
d 221 mm⋅= Lengan Tulangan Non Pratekan d hsl dc− Dw− 0.5 Ds⋅−=
fpePeff
Aps= Tegangan Tul. Pratekan Efektif
≥ fpe 780 Mpa⋅= 0.5 fpu⋅ 812.5 Mpa⋅=maka : Nilai untuk p :
77
fpy
fpu0.9= γp 0.2 8 =
β1 0.85 fc 30 Mpa⋅≤if
0.65 fc 55 Mpa⋅≥if
0.85 0.008fc
Mpa30−
⎛⎜⎝
⎞⎟⎠
⋅− 30 Mpa⋅ fc< 55 Mpa⋅≤if
= β1 0.824=
ρpAps
bw dp⋅=
Asc 0 cm2⋅= Ast 0 cm2⋅=
ρcAsc
bw d⋅= ρc 0=
ρtAst
bw d⋅= ρt 0=
ωc ρcfy
fc⋅= ωc 0=
ωt ρtfy
fc⋅= ωt 0=
fps fpu 1γp
β1ρp
fpu
fc⋅
d
dpωt ωc−( )⋅+
⎡⎢⎣
⎤⎥⎦
⋅−⎡⎢⎣
⎤⎥⎦
⋅= fps 1607.319 Mpa⋅=
ρpAps
bw dp⋅= ρp 0.001=
ωp ρpfps
fc⋅= ωp 0.032=
Tps fps Aps⋅= Tps 227.229 kN⋅=
aTps
0.85 fc'top⋅ bw⋅= a 11.929 mm⋅=
Mn Tps dp htop+( )a
2−
⎡⎢⎣
⎤⎥⎦
⋅ Ast fy⋅ da
2−
⎛⎜⎝
⎞⎟⎠
⋅+ Asc fy⋅ dca
2−
⎛⎜⎝
⎞⎟⎠
⋅+=
> φ Mn⋅ 45.817 kN m⋅⋅= Mu 35.203 kN m⋅⋅=
Momen_Kapasitas_Penampang "MEMENUHI"=
7. Kapasitas Retakfr 0.7 fc Mpa⋅⋅= fr 4.033 Mpa⋅= Tegangan tarik retak
Kondisi tegangan pada tepi bawah HCS akibat beban layan total :
faktPeff−
Ac
Peff e⋅
Sb−
Mslb
Sb+
Mcorpek
Sb−
Mprop
Sbk+
Msdl
Sbk+
Mll
Sbk+= fakt 1.213 Mpa⋅=
Mcr fr fakt−( ) Sbk⋅ Mts+= Mcr 48.727 kN m⋅⋅= φ Mn⋅
Mu1.301=
Rasio_Penampang_Retak "MEMENUHI"=
78
8. Pemeriksaan Geser
Lebar badan bw 1200 mm⋅=
φ 0.85= Faktor reduksi Kuat tekan beton fc 33.2 Mpa⋅=
Tegangan leleh tul. fy 390 Mpa⋅=
Gaya-gaya geser : Saat beban layan belum bekerja (geser hanya ditahan oleh HCS saja)
Vudl 1.21
2Qslb Qtop+( )⋅ Lsl⋅
⎡⎢⎣
⎤⎥⎦
⋅=
Vudl 14.083 kN⋅=
Saat beban layan bekerja (geser ditahan oleh pelat komposit)
Qd Qslb Qtop+ Qsdl+=
Vll1
2Qll⋅ Lsl⋅= Vll 9 kN⋅= Vd 14.736 kN⋅= Vd 0.5 Qd⋅ Lsl⋅=
Vu x( ) 1.2 Vd Qd x⋅−( ) 1.6 Vll Qll x⋅−( )⋅+=
Mu x( ) 1.2 Vd x⋅ 0.5 Qd⋅ x2⋅−( )⋅ 1.6 Vll x⋅ 0.5Qll x2⋅−( )⋅+=
x1 0.1m= x3 50 Dw⋅= x2 0.5hsl= x2 0.125m= x3 0.3m=
Vu1 Vu x1( )= Vu1 31.014 kN⋅= Mu1 Mu x1( )= Mu1 3.155 kN m⋅⋅=
Vu2 Vu x2( )= Vu2 30.746 kN⋅= Mu2 Mu x2( )= Mu2 3.927 kN m⋅⋅=
Vu3 Vu x3( )= Vu3 28.875 kN⋅= Mu3 Mu x3( )= Mu3 9.144 kN m⋅⋅=
Persyaratan Geser menurut ACI : 0.4 fpu⋅ 650 Mpa⋅= < dapat menggunakan metoda sederhana sebagai
berikut : fpe 780 Mpa⋅=
Vu dp⋅
Mu1≤
vc11
20
fc
Mpa⋅ 4.8
Vu1 dp⋅
Mu1⋅+
⎛⎜⎝
⎞⎟⎠
Mpa⋅= Vu1 dp⋅
Mu11.769= vc1 8.782 Mpa⋅=
vc21
20
fc
Mpa⋅ 4.8
Vu2 dp⋅
Mu2⋅+
⎛⎜⎝
⎞⎟⎠
Mpa⋅= Vu2 dp⋅
Mu21.409= vc2 7.053 Mpa⋅=
vc31
20
fc
Mpa⋅ 4.8
Vu3 dp⋅
Mu3⋅+
⎛⎜⎝
⎞⎟⎠
Mpa⋅= Vu3 dp⋅
Mu30.568= vc3 3.017 Mpa⋅=
λ 1= (untuk beton normal)
λ
6fc Mpa⋅⋅ 0.96 Mpa⋅= vc1 8.782 Mpa⋅= ≥
0.4 λ⋅ fc Mpa⋅⋅ 2.305 Mpa⋅= ≤ vc 0.4 λ⋅ fc Mpa⋅⋅ vc1 0.4 λ⋅ fc Mpa⋅⋅>if
vc1 otherwise
= vc 2.305 Mpa⋅=
79
Saat beban layan belum bekerjaVc vc bw dp⋅( )⋅= dp 180 mm⋅= Vc 497.832 kN⋅=
Vudl 14.083 kN⋅= < φ Vc⋅ 423.157 kN⋅=
Saat beban layan telah bekerjaVc vc bw htop dp+( )⋅ htop be⋅+[ ]⋅= Vc 739.834 kN⋅=
Vu1 31.014 kN⋅= φ Vc⋅ 628.859 kN⋅= <
Tulangan_Geser_Vertikal "TIDAK PERLU DIPASANG"=
9. Check Terhadap Defleksi
a. Pada kondisi awal (pelat prategang saja)
ΔpiPi− e⋅ Lsl2⋅
8 Eci⋅ Ic⋅= Δpi 3.945− mm⋅= (ke atas)
Defleksi akibat berat sendiri
Δbs5
384
Qslb Lsl4⋅
Eci Ic⋅⋅= Δbs 3.316 mm⋅=
Dengan menerapkan faktor jangka panjang untuk defleksi bersih pada waktu ereksi, diperoleh : Δ1 0.966− mm⋅= Δ1 1.85 Δbs⋅ 1.8 Δpi⋅+=
b. Pada kondisi akhir (pelat komposit)Defleksi akibat topping
Δtop1
48
P Lsl3⋅
Ec Ick⋅⋅= Δtop 0.835 mm⋅=
Defleksi akibat SDL
Δsdl5
384
Qsdl( ) Lsl4⋅
Ec Ick⋅⋅= Δsdl 0.58 mm⋅=
Defleksi akibat Beban Hidup (LL)
ΔL5
384
Qll( ) Lsl4⋅
Ec Ick⋅⋅= ΔL 1.739 mm⋅=
Lsl
36016.667 mm⋅= syarat defleksi maksimum akibat beban hidup :
Jadi total defleksi jangka panjang yang terjadi adalah : Δ2 2.2 Δpi⋅ 2.4 Δbs⋅+ 2.3 Δtop⋅+ 3 Δsdl⋅+ 3 30%ΔL( )⋅+=
( ke bawah ) Δ2 4.505 mm⋅=
Jadi defleksi total Δtot Δ2 Δ1− 70%ΔL( )+= Δtot 6.688 mm⋅=
Lsl
24025 mm⋅= syarat defleksi maksimum > Δtot 6.688 mm⋅=
80
Defleksi_yang_terjadi "MASIH MEMENUHI PERSYARATAN"=Catatan : - Nilai negatif menunjukkan defleksi ke atas dan, - Nilai positif menunjukkan defleksi ke bawah - Defleksi memenuhi persyaratan bila defleksi max. lebih besar dari defleksi total yg terjadi
10. Pengecekan Geser HorizontalAv1 0 mm2⋅= Lebar bid kontak bv bw=
s 0mm= Tinggi efektif d dp htop+=
ρvAv1
bv s⋅= ρv 0 %⋅=
Vu ≤ Vnh dari data ETABS Akibat gempa Vg 10.54 kN⋅= Vu1 Vu1 Vg+=
Vu1 41.554 kN⋅= < φ 0.6⋅ bv⋅ d⋅ Mpa⋅ 140.76 kN⋅=
Vnh < 3.5 bv⋅ dp⋅ Mpa⋅ 756 kN⋅=
Untuk_menahan_Geser_Horizontal "TIDAK PERLU DIPASANG TULANGAN GESER"=
11. Tulangan Lentur di Daerah Tumpuan
Mtop1
11Qtop⋅ Lsl2⋅= Mtop 4.713 kN m⋅⋅=
Mlle1
11Qll⋅ Lsl2⋅= Mlle 9.818 kN m⋅⋅=
Msdle1
11Qsdl⋅ Lsl2⋅= Msdle 3.273 kN m⋅⋅=
fc'top 18.675 Mpa⋅= fc 33.2 Mpa⋅=
Mue 1.2 Msdle Mtop+( )⋅ 1.6 Mlle⋅+= Mue 25.292 kN m⋅⋅=
Akibat gempa dari data ETABS Mg 17.716 kN⋅ m=
Mue 37.117 kN m⋅⋅= Mue 1.2 Msdle Mtop+( )⋅ 1.0 Mlle⋅+ 1.0 Mg⋅+=
Mu Mue= Mu 37.117 kN m⋅⋅=
Dtump 9 mm⋅= fy 400 Mpa⋅=
dtop hsl dc− 0.5 Dtump⋅−= dtop 225.5 mm⋅=
As11
4π⋅ Dtump2⋅= As1 0.636 cm2⋅=
jarak tulangan lentur : Sptump 150 mm⋅=
Asbw
SptumpAs1⋅= As 508.938 mm2⋅=
faktor reduksi lentur : φ 0.9=
β1 0.85=ρmax
0.75 β1
0.85 fc⋅
fy⋅
87000
87000fy
psi+
⋅⎛⎜⎜⎝
⎞⎟⎟⎠
⋅ ρmax 0.027==
ρmin 0.18%=
ρAs
bw dtop⋅= ρ 0.188 %⋅=
81
afy As⋅
0.85 fc'top⋅ bw⋅= a 10.687 m m⋅=
Mn As fy⋅ dtopa
2−
⎛⎜⎝
⎞⎟⎠
⋅= Mu
φ41.241 kN m⋅⋅= > Mn 44.818 kN m⋅⋅=
Tumpuan "TULANGAN TERPASANG MEMENUHI"=
12. Perhitungan Tulangan Transfer/Lateral
Mtop1
14Qtop⋅ Lsl2⋅=
Msdl1
14Qsdl⋅ Lsl2⋅=
Mtop 3.703 kN m⋅⋅=
Msdl 2.571 kN m⋅⋅=
Mll1
14Qll⋅ Lsl2⋅= Mll 7.714 kN m⋅⋅=
Mu 15.429 kN m⋅⋅=Mu 1.2 Msdl( )⋅ 1.6 Mll⋅+=
dari data ETABS Mg 17.52 kN⋅ m=Akibat gempa
Mu 28.32 kN m⋅⋅=Mu 1.2 Msdl( )⋅ 1.0 Mll⋅+ 1.0Mg+=
Faktor Reduksi Lentur φ 0.9=
ρmin 0.2 %⋅=Rasio Tulangan Minimum
Asmin 600 mm2⋅= Luas Tulangan Minimum Terpasang Asmin ρmin bw⋅ hsl⋅=
Diameter Tulangan Terpasang Dstr 8 mm⋅=
Kuat Leleh Tulangan fy 400 Mpa⋅=
Spasi Tulangan Sptr 150 mm⋅=
As 0.25 π⋅ Dstr2⋅bw
Sptr⋅= Luas Tulangan Terpasang As 402.124 mm2⋅=
aAs fy⋅
0.85 fc'top⋅ bw⋅= Lebar Stress Beton a 8.444 mm⋅=
jd hsl 18.5 mm⋅− 0.5 Ds⋅− 0.5 a⋅−= Lengan Momen jd 224.278 mm⋅=
Momen Nominal Terpasang Mn φ As⋅ fy⋅ jd⋅=
Mn 32.467 kN m⋅⋅= > Mu 28.32 kN m⋅⋅=
Tulangan "MAMPU MENAHAN BEBAN LAYAN"=
13. Tulangan Stek (Sambungan Antar HCS)Mu 28.32 kN m⋅⋅=Momen Ultimit (Mu)
φ 0.9=Faktor Reduksi Lentur Dstek 12 mm⋅=Diameter Tulangan Terpasang fystek 400 Mpa⋅=Kuat Leleh Tulangan Spstek 120 mm⋅=Spasi Tulangan
As 0.25 π⋅ Dstek2⋅bw
Spstek⋅ 1.6⋅=
aAs fystek⋅
0.85 fc'top⋅ bw⋅=
As 1.81 103× mm2⋅= Luas Tulangan Total
Lebar Stress Beton a 37.999 mm⋅=
jd 47 mm⋅= Lengan Momen Tulangan Lentur jd htop 0.5 Ds⋅−=
82
Momen Nominal Terpasang Mn φ As⋅ fystek⋅ jd⋅=
> Mn 30.618 kN m⋅⋅= Mu 28.32 kN m⋅⋅=
Tulangan "MAMPU MENAHAN BEBAN LAYAN"=
Dari hasil Perhitungan untuk Plat hollow Core maka dapat disimpulkan seperti di bawah
Lsl 6m= Bentang Pelat Pracetak HCS h 200 mm⋅= Tebal Pelat Pracetak HCS htop 50 mm⋅= Tebal Pelat Topping Dw 6 mm⋅= nc 0= Tulangan Pratekan (PC Wire) np 0=
Jumlah Tendon Pratekan batang per meter lebar n 5=
Dstr 8 mm⋅= Tulangan Lateral/Transfer Sptr 150 mm⋅= Spasi Tulangan Dstek 12 mm⋅= Tulangan Stek/Sambungan Antar HCS Spstek 120 mm⋅= Spasi Tulangan Ds 6 mm⋅= Tulangan Extra Searah PC Wire 5 mm
Jumlah Tulangan per m' np 0=
Sketsa Penulangan Pelat Pracetak Pratekan (HCS) :
h
7
8
6
Lsl
76
8
8
67
h
b9
Qll 300mkgf
m2⋅= Qsdl 100m
kgf
m2⋅= Beban yang bekerja gempa zona 3 tanah sedang
83
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Untuk pengangkatan (handling) Pelat Hollow Core sebelum pemasangan digunakan
kabel dengan diameter 3/8 inchi atau 9.525 mm dengan jumlah 4 buah kabel dengan
gaya ijin untuk 1 kabel = 3.6 kip atau 16 KN.
2. Pelat Hollow Core dengan dimensi ukuran lebar penampang = 1200 mm dan tinggi
penampang = 200 mm serta diameter lubang 190 mm sebanyak 5 buah, yang digunakan
untuk panjang bentang 6 m masih memenuhi tegangan ijin dimana luas penampangnya
sebesar 0.103 m2 atau kurang dari 50 % luas penampang pelat utuh (0.24 m2).
3. Tegangan yang terjadi akibat pemasangan masih memenuhi tegangan ijin beton dimana
tegangan tersebut harus dikontrol akibat gaya prategang dengan beban mati serta gaya
prategang dengan beban total dimana pada saat pengecoran toping dengan Pelat Hollow
Core harus diberi tumpuan terlebih dahulu serta pada saat tumpuan dilepas dimana
struktur sudah menjadi komposit.
4. Jumlah tendon prategang yang digunakan pada saat penarikan adalah 5 buah dengan
diameter 6 mm dengan tebal topping Pelat Hollow Core diambil 50 mm.
5. Tegangan yang terjadi pada Pelat Hollow Core harus dikontrol pada saat retak (crack),
terhadap geser dan lendutan (defleksi) pada saat beban layan belum bekerja maupun saat
beban layan telah bekerja serta beban gempa, dari perhitungan untuk aplikasi masih
memenuhi tegangan yang diijinkan.
84
5.2 Saran
1. Perlu dibuat suatu perhitungan Pelat Hollow Core yang dibandingkan dengan Pelat
beton biasa dari segi pelaksanaan pekerjaan serta harga untuk mendapat struktur yang
lebih ekonomis.
2. Perlu dibuat suatu perbandingan antara Pelat Hollow Core dengan plat beton pracetak
jenis lain seperti Solid Slab dimana untuk di Indonesia kebanyakan jenis yang
digunakan adalah Solid Slab.
DAFTAR PUSTAKA
85
ACI 550R-96, Reapproved 2001, Design Recommendations for Precast Concrete
Structures, ACI-ASCE committee 550, 2001.
British Precast, Precast concrete in building, a guide to design and construction, 2007.
Centre of Advanced Engineering University of Canterbury, New Zealand, Guidelines for
the Use of Structural Precast Concrete in Buildings, 1999.
Charles E. Reynolds, James C. Steedman, Reinforced Concrete Designer’s Handbook, E &
FN Spon (Taylor Francis Group), 1999.
Donald R. Buettner and Roger J. Becker, PCI Manual For the Design of Hollow core Slabs, Computerized Structural Design, S.C,1998. Muhammad Abduh, Inovasi Teknologi dan system beton pracetak di Indonesia,Seminar dan
Pameran Haki 2007.
National Precast Concrete Association Australia, Hollowcore Flooring Technical Manual, July 2003.
Precast/Prestressed Concrete Institute, PCI design Handbook, Sixth Edition 2004.
Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002).
86
L A M P I R A N
87
Gaya -gaya pada kolom dalam satuan KN, m
Story Column Load Loc P V2 V3 T M2 M3 STORY3 C1 EQ1 0 2 2.84 0 -0.065 0.007 3.442 STORY3 C1 EQ1 1.5 2 2.84 0 -0.065 0 -0.823 STORY3 C1 EQ1 3 2 2.84 0 -0.065 -0.007 -5.088 STORY2 C1 EQ1 0 6.38 5.42 0 -0.1 0.005 8.591 STORY2 C1 EQ1 1.5 6.38 5.42 0 -0.1 0 0.457 STORY2 C1 EQ1 3 6.38 5.42 0 -0.1 -0.004 -7.678 STORY1 C1 EQ1 0 11.85 7.39 0 -0.094 0.003 16.935 STORY1 C1 EQ1 1.5 11.85 7.39 0 -0.094 0 5.849 STORY1 C1 EQ1 3 11.85 7.39 0 -0.094 -0.003 -5.237 STORY3 C2 EQ1 0 2.14 3.14 0 0 0 3.849 STORY3 C2 EQ1 1.5 2.14 3.14 0 0 0 -0.86 STORY3 C2 EQ1 3 2.14 3.14 0 0 0 -5.569 STORY2 C2 EQ1 0 6.84 5.88 0 0 0 9.341 STORY2 C2 EQ1 1.5 6.84 5.88 0 0 0 0.517 STORY2 C2 EQ1 3 6.84 5.88 0 0 0 -8.307 STORY1 C2 EQ1 0 12.7 8.01 0 0 0 18.307 STORY1 C2 EQ1 1.5 12.7 8.01 0 0 0 6.29 STORY1 C2 EQ1 3 12.7 8.01 0 0 0 -5.726 STORY3 C3 EQ1 0 2 2.84 0 0.065 -0.007 3.442 STORY3 C3 EQ1 1.5 2 2.84 0 0.065 0 -0.823 STORY3 C3 EQ1 3 2 2.84 0 0.065 0.007 -5.088 STORY2 C3 EQ1 0 6.38 5.42 0 0.1 -0.005 8.591 STORY2 C3 EQ1 1.5 6.38 5.42 0 0.1 0 0.457 STORY2 C3 EQ1 3 6.38 5.42 0 0.1 0.004 -7.678 STORY1 C3 EQ1 0 11.85 7.39 0 0.094 -0.003 16.935 STORY1 C3 EQ1 1.5 11.85 7.39 0 0.094 0 5.849 STORY1 C3 EQ1 3 11.85 7.39 0 0.094 0.003 -5.237 STORY3 C4 EQ1 0 0 5.42 0 -0.03 0 8.172 STORY3 C4 EQ1 1.5 0 5.42 0 -0.03 0 0.046 STORY3 C4 EQ1 3 0 5.42 0 -0.03 0 -8.08 STORY2 C4 EQ1 0 0 9.24 0 -0.044 0 15.797 STORY2 C4 EQ1 1.5 0 9.24 0 -0.044 0 1.941 STORY2 C4 EQ1 3 0 9.24 0 -0.044 0 -11.914 STORY1 C4 EQ1 0 0 9.76 0 -0.038 0 19.656 STORY1 C4 EQ1 1.5 0 9.76 0 -0.038 0 5.016 STORY1 C4 EQ1 3 0 9.76 0 -0.038 0 -9.623 STORY3 C5 EQ1 0 0 5.9 0 0 0 8.916 STORY3 C5 EQ1 1.5 0 5.9 0 0 0 0.071 STORY3 C5 EQ1 3 0 5.9 0 0 0 -8.773 STORY2 C5 EQ1 0 0 9.96 0 0 0 17.033 STORY2 C5 EQ1 1.5 0 9.96 0 0 0 2.097 STORY2 C5 EQ1 3 0 9.96 0 0 0 -12.838
STORY1 C5 EQ1 0 0
10.54 0 0 0 21.207 STORY1 C5 EQ1 1.5 0 10.54 0 0 0 5.402 STORY1 C5 EQ1 3 0 10.54 0 0 0 -10.403 STORY3 C6 EQ1 0 0 5.42 0 0.03 0 8.172 STORY3 C6 EQ1 1.5 0 5.42 0 0.03 0 0.046
88
STORY3 C6 EQ1 3 0 5.42 0 0.03 0 -8.08 STORY2 C6 EQ1 0 0 9.24 0 0.044 0 15.797 STORY2 C6 EQ1 1.5 0 9.24 0 0.044 0 1.941 STORY2 C6 EQ1 3 0 9.24 0 0.044 0 -11.914 STORY1 C6 EQ1 0 0 9.76 0 0.038 0 19.656 STORY1 C6 EQ1 1.5 0 9.76 0 0.038 0 5.016 STORY1 C6 EQ1 3 0 9.76 0 0.038 0 -9.623 STORY3 C7 EQ1 0 -2 2.84 0 -0.065 -0.007 3.442 STORY3 C7 EQ1 1.5 -2 2.84 0 -0.065 0 -0.823 STORY3 C7 EQ1 3 -2 2.84 0 -0.065 0.007 -5.088 STORY2 C7 EQ1 0 -6.38 5.42 0 -0.1 -0.005 8.591 STORY2 C7 EQ1 1.5 -6.38 5.42 0 -0.1 0 0.457 STORY2 C7 EQ1 3 -6.38 5.42 0 -0.1 0.004 -7.678 STORY1 C7 EQ1 0 -11.85 7.39 0 -0.094 -0.003 16.935 STORY1 C7 EQ1 1.5 -11.85 7.39 0 -0.094 0 5.849 STORY1 C7 EQ1 3 -11.85 7.39 0 -0.094 0.003 -5.237 STORY3 C8 EQ1 0 -2.14 3.14 0 0 0 3.849 STORY3 C8 EQ1 1.5 -2.14 3.14 0 0 0 -0.86 STORY3 C8 EQ1 3 -2.14 3.14 0 0 0 -5.569 STORY2 C8 EQ1 0 -6.84 5.88 0 0 0 9.341 STORY2 C8 EQ1 1.5 -6.84 5.88 0 0 0 0.517 STORY2 C8 EQ1 3 -6.84 5.88 0 0 0 -8.307 STORY1 C8 EQ1 0 -12.7 8.01 0 0 0 18.307 STORY1 C8 EQ1 1.5 -12.7 8.01 0 0 0 6.29 STORY1 C8 EQ1 3 -12.7 8.01 0 0 0 -5.726 STORY3 C9 EQ1 0 -2 2.84 0 0.065 0.007 3.442 STORY3 C9 EQ1 1.5 -2 2.84 0 0.065 0 -0.823 STORY3 C9 EQ1 3 -2 2.84 0 0.065 -0.007 -5.088 STORY2 C9 EQ1 0 -6.38 5.42 0 0.1 0.005 8.591 STORY2 C9 EQ1 1.5 -6.38 5.42 0 0.1 0 0.457 STORY2 C9 EQ1 3 -6.38 5.42 0 0.1 -0.004 -7.678 STORY1 C9 EQ1 0 -11.85 7.39 0 0.094 0.003 16.935 STORY1 C9 EQ1 1.5 -11.85 7.39 0 0.094 0 5.849 STORY1 C9 EQ1 3 -11.85 7.39 0 0.094 -0.003 -5.237
89
Gaya-gaya pada plat dalam satuan KN, m
Story Beam Load Loc P V2 V3 T M2 M3 STORY3 B1 EQ1 0.2 -0.45 1.99 -0.16 -0.001 -0.515 6.15 STORY3 B1 EQ1 2.067 -0.45 1.99 -0.16 -0.001 -0.214 2.431 STORY3 B1 EQ1 3.933 -0.45 1.99 -0.16 -0.001 0.086 -1.288 STORY3 B1 EQ1 5.8 -0.45 1.99 -0.16 -0.001 0.386 -5.008 STORY2 B1 EQ1 0.2 -0.14 4.38 -0.12 0 -0.384 13.03 STORY2 B1 EQ1 2.067 -0.14 4.38 -0.12 0 -0.16 4.853 STORY2 B1 EQ1 3.933 -0.14 4.38 -0.12 0 0.063 -3.325 STORY2 B1 EQ1 5.8 -0.14 4.38 -0.12 0 0.286 -11.503 STORY1 B1 EQ1 0.2 0.62 5.47 -0.06 0 -0.185 16.523 STORY1 B1 EQ1 2.067 0.62 5.47 -0.06 0 -0.078 6.319 STORY1 B1 EQ1 3.933 0.62 5.47 -0.06 0 0.029 -3.884 STORY1 B1 EQ1 5.8 0.62 5.47 -0.06 0 0.136 -14.087 STORY3 B2 EQ1 0.2 0.45 1.99 -0.16 -0.001 -0.386 5.008 STORY3 B2 EQ1 2.067 0.45 1.99 -0.16 -0.001 -0.086 1.288 STORY3 B2 EQ1 3.933 0.45 1.99 -0.16 -0.001 0.214 -2.431 STORY3 B2 EQ1 5.8 0.45 1.99 -0.16 -0.001 0.515 -6.15 STORY2 B2 EQ1 0.2 0.14 4.38 -0.12 0 -0.286 11.503 STORY2 B2 EQ1 2.067 0.14 4.38 -0.12 0 -0.063 3.325 STORY2 B2 EQ1 3.933 0.14 4.38 -0.12 0 0.16 -4.853 STORY2 B2 EQ1 5.8 0.14 4.38 -0.12 0 0.384 -13.03 STORY1 B2 EQ1 0.2 -0.62 5.47 -0.06 0 -0.136 14.087 STORY1 B2 EQ1 2.067 -0.62 5.47 -0.06 0 -0.029 3.884 STORY1 B2 EQ1 3.933 -0.62 5.47 -0.06 0 0.078 -6.319 STORY1 B2 EQ1 5.8 -0.62 5.47 -0.06 0 0.185 -16.523 STORY3 B3 EQ1 0.2 -0.58 2.15 0 0 0 6.631 STORY3 B3 EQ1 2.067 -0.58 2.15 0 0 0 2.618 STORY3 B3 EQ1 3.933 -0.58 2.15 0 0 0 -1.395 STORY3 B3 EQ1 5.8 -0.58 2.15 0 0 0 -5.407 STORY2 B3 EQ1 0.2 -0.22 4.71 0 0 0 14.007 STORY2 B3 EQ1 2.067 -0.22 4.71 0 0 0 5.215 STORY2 B3 EQ1 3.933 -0.22 4.71 0 0 0 -3.578 STORY2 B3 EQ1 5.8 -0.22 4.71 0 0 0 -12.37 STORY1 B3 EQ1 0.2 0.63 5.86 0 0 0 17.716 STORY1 B3 EQ1 2.067 0.63 5.86 0 0 0 6.771 STORY1 B3 EQ1 3.933 0.63 5.86 0 0 0 -4.174 STORY1 B3 EQ1 5.8 0.63 5.86 0 0 0 -15.118 STORY3 B4 EQ1 0.2 0.58 2.15 0 0 0 5.407 STORY3 B4 EQ1 2.067 0.58 2.15 0 0 0 1.395 STORY3 B4 EQ1 3.933 0.58 2.15 0 0 0 -2.618 STORY3 B4 EQ1 5.8 0.58 2.15 0 0 0 -6.631 STORY2 B4 EQ1 0.2 0.22 4.71 0 0 0 12.37 STORY2 B4 EQ1 2.067 0.22 4.71 0 0 0 3.578 STORY2 B4 EQ1 3.933 0.22 4.71 0 0 0 -5.215 STORY2 B4 EQ1 5.8 0.22 4.71 0 0 0 -14.007 STORY1 B4 EQ1 0.2 -0.63 5.86 0 0 0 15.118
STORY1 B4 EQ1 2.067 -0.63 5.86 0 0 0
4.174 STORY1 B4 EQ1 3.933 -0.63 5.86 0 0 0 -6.771
90
STORY1 B4 EQ1 5.8 -0.63 5.86 0 0 0 -17.716 STORY3 B5 EQ1 0.2 -0.45 1.99 0.16 0.001 0.515 6.15 STORY3 B5 EQ1 2.067 -0.45 1.99 0.16 0.001 0.214 2.431 STORY3 B5 EQ1 3.933 -0.45 1.99 0.16 0.001 -0.086 -1.288 STORY3 B5 EQ1 5.8 -0.45 1.99 0.16 0.001 -0.386 -5.008 STORY2 B5 EQ1 0.2 -0.14 4.38 0.12 0 0.384 13.03 STORY2 B5 EQ1 2.067 -0.14 4.38 0.12 0 0.16 4.853 STORY2 B5 EQ1 3.933 -0.14 4.38 0.12 0 -0.063 -3.325 STORY2 B5 EQ1 5.8 -0.14 4.38 0.12 0 -0.286 -11.503 STORY1 B5 EQ1 0.2 0.62 5.47 0.06 0 0.185 16.523 STORY1 B5 EQ1 2.067 0.62 5.47 0.06 0 0.078 6.319 STORY1 B5 EQ1 3.933 0.62 5.47 0.06 0 -0.029 -3.884 STORY1 B5 EQ1 5.8 0.62 5.47 0.06 0 -0.136 -14.087 STORY3 B6 EQ1 0.2 0.45 1.99 0.16 0.001 0.386 5.008 STORY3 B6 EQ1 2.067 0.45 1.99 0.16 0.001 0.086 1.288 STORY3 B6 EQ1 3.933 0.45 1.99 0.16 0.001 -0.214 -2.431 STORY3 B6 EQ1 5.8 0.45 1.99 0.16 0.001 -0.515 -6.15 STORY2 B6 EQ1 0.2 0.14 4.38 0.12 0 0.286 11.503 STORY2 B6 EQ1 2.067 0.14 4.38 0.12 0 0.063 3.325 STORY2 B6 EQ1 3.933 0.14 4.38 0.12 0 -0.16 -4.853 STORY2 B6 EQ1 5.8 0.14 4.38 0.12 0 -0.384 -13.03 STORY1 B6 EQ1 0.2 -0.62 5.47 0.06 0 0.136 14.087 STORY1 B6 EQ1 2.067 -0.62 5.47 0.06 0 0.029 3.884 STORY1 B6 EQ1 3.933 -0.62 5.47 0.06 0 -0.078 -6.319 STORY1 B6 EQ1 5.8 -0.62 5.47 0.06 0 -0.185 -16.523 STORY3 B7 EQ1 0.2 -0.16 0 0.24 0.039 0.564 0.009 STORY3 B7 EQ1 2.067 -0.16 0 0.24 0.039 0.112 0.002 STORY3 B7 EQ1 3.933 -0.16 0 0.24 0.039 -0.339 -0.005 STORY3 B7 EQ1 5.8 -0.16 0 0.24 0.039 -0.791 -0.012 STORY2 B7 EQ1 0.2 -0.12 0 0.18 0.074 0.407 0.012 STORY2 B7 EQ1 2.067 -0.12 0 0.18 0.074 0.079 0.004 STORY2 B7 EQ1 3.933 -0.12 0 0.18 0.074 -0.249 -0.005 STORY2 B7 EQ1 5.8 -0.12 0 0.18 0.074 -0.576 -0.013 STORY1 B7 EQ1 0.2 -0.06 0 0.08 0.092 0.175 0.008 STORY1 B7 EQ1 2.067 -0.06 0 0.08 0.092 0.031 0.002 STORY1 B7 EQ1 3.933 -0.06 0 0.08 0.092 -0.113 -0.003 STORY1 B7 EQ1 5.8 -0.06 0 0.08 0.092 -0.257 -0.008 STORY3 B12 EQ1 0.2 -0.16 0 -0.24 -0.039 -0.791 -0.012 STORY3 B12 EQ1 2.067 -0.16 0 -0.24 -0.039 -0.339 -0.005 STORY3 B12 EQ1 3.933 -0.16 0 -0.24 -0.039 0.112 0.002 STORY3 B12 EQ1 5.8 -0.16 0 -0.24 -0.039 0.564 0.009 STORY2 B12 EQ1 0.2 -0.12 0 -0.18 -0.074 -0.576 -0.013 STORY2 B12 EQ1 2.067 -0.12 0 -0.18 -0.074 -0.249 -0.005 STORY2 B12 EQ1 3.933 -0.12 0 -0.18 -0.074 0.079 0.004 STORY2 B12 EQ1 5.8 -0.12 0 -0.18 -0.074 0.407 0.012 STORY1 B12 EQ1 0.2 -0.06 0 -0.08 -0.092 -0.257 -0.008 STORY1 B12 EQ1 2.067 -0.06 0 -0.08 -0.092 -0.113 -0.003 STORY1 B12 EQ1 3.933 -0.06 0 -0.08 -0.092 0.031 0.002 STORY1 B12 EQ1 5.8 -0.06 0 -0.08 -0.092 0.175 0.008 STORY3 B17 EQ1 0.2 0 0 0.31 0.024 0.806 0 STORY3 B17 EQ1 2.067 0 0 0.31 0.024 0.236 0
91
STORY3 B17 EQ1 3.933 0 0 0.31 0.024 -0.334 0 STORY3 B17 EQ1 5.8 0 0 0.31 0.024 -0.904 0 STORY2 B17 EQ1 0.2 0 0 0.22 0.054 0.59 0 STORY2 B17 EQ1 2.067 0 0 0.22 0.054 0.173 0 STORY2 B17 EQ1 3.933 0 0 0.22 0.054 -0.245 0 STORY2 B17 EQ1 5.8 0 0 0.22 0.054 -0.662 0 STORY1 B17 EQ1 0.2 0 0 0.1 0.061 0.267 0 STORY1 B17 EQ1 2.067 0 0 0.1 0.061 0.078 0 STORY1 B17 EQ1 3.933 0 0 0.1 0.061 -0.111 0 STORY1 B17 EQ1 5.8 0 0 0.1 0.061 -0.301 0 STORY3 B22 EQ1 0.2 0.16 0 0.24 0.039 0.564 -0.009 STORY3 B22 EQ1 2.067 0.16 0 0.24 0.039 0.112 -0.002 STORY3 B22 EQ1 3.933 0.16 0 0.24 0.039 -0.339 0.005 STORY3 B22 EQ1 5.8 0.16 0 0.24 0.039 -0.791 0.012 STORY2 B22 EQ1 0.2 0.12 0 0.18 0.074 0.407 -0.012 STORY2 B22 EQ1 2.067 0.12 0 0.18 0.074 0.079 -0.004 STORY2 B22 EQ1 3.933 0.12 0 0.18 0.074 -0.249 0.005 STORY2 B22 EQ1 5.8 0.12 0 0.18 0.074 -0.576 0.013 STORY1 B22 EQ1 0.2 0.06 0 0.08 0.092 0.175 -0.008 STORY1 B22 EQ1 2.067 0.06 0 0.08 0.092 0.031 -0.002 STORY1 B22 EQ1 3.933 0.06 0 0.08 0.092 -0.113 0.003 STORY1 B22 EQ1 5.8 0.06 0 0.08 0.092 -0.257 0.008 STORY3 B23 EQ1 0.2 0 0 -0.31 -0.024 -0.904 0 STORY3 B23 EQ1 2.067 0 0 -0.31 -0.024 -0.334 0 STORY3 B23 EQ1 3.933 0 0 -0.31 -0.024 0.236 0 STORY3 B23 EQ1 5.8 0 0 -0.31 -0.024 0.806 0 STORY2 B23 EQ1 0.2 0 0 -0.22 -0.054 -0.662 0 STORY2 B23 EQ1 2.067 0 0 -0.22 -0.054 -0.245 0 STORY2 B23 EQ1 3.933 0 0 -0.22 -0.054 0.173 0 STORY2 B23 EQ1 5.8 0 0 -0.22 -0.054 0.59 0 STORY1 B23 EQ1 0.2 0 0 -0.1 -0.061 -0.301 0 STORY1 B23 EQ1 2.067 0 0 -0.1 -0.061 -0.111 0 STORY1 B23 EQ1 3.933 0 0 -0.1 -0.061 0.078 0 STORY1 B23 EQ1 5.8 0 0 -0.1 -0.061 0.267 0 STORY3 B28 EQ1 0.2 0.16 0 -0.24 -0.039 -0.791 0.012 STORY3 B28 EQ1 2.067 0.16 0 -0.24 -0.039 -0.339 0.005 STORY3 B28 EQ1 3.933 0.16 0 -0.24 -0.039 0.112 -0.002 STORY3 B28 EQ1 5.8 0.16 0 -0.24 -0.039 0.564 -0.009 STORY2 B28 EQ1 0.2 0.12 0 -0.18 -0.074 -0.576 0.013 STORY2 B28 EQ1 2.067 0.12 0 -0.18 -0.074 -0.249 0.005 STORY2 B28 EQ1 3.933 0.12 0 -0.18 -0.074 0.079 -0.004 STORY2 B28 EQ1 5.8 0.12 0 -0.18 -0.074 0.407 -0.012 STORY1 B28 EQ1 0.2 0.06 0 -0.08 -0.092 -0.257 0.008 STORY1 B28 EQ1 2.067 0.06 0 -0.08 -0.092 -0.113 0.003 STORY1 B28 EQ1 3.933 0.06 0 -0.08 -0.092 0.031 -0.002 STORY1 B28 EQ1 5.8 0.06 0 -0.08 -0.092 0.175 -0.008
92
Gambar 1. Proses pembuatan Pelat Hollow Core
Gambar 2. Proses pengangkatan Pelat Hollow Core
93
Gambar 3. Proses pemasangan tulangan dan pretensioning
Gambar 4. Proses pemasangan tulangan dan pretensioning
94
Gambar 5. Proses pembersihan dari kotoran sebelum di test
Gambar 6. Proses pengetesan sebelum dikirim
95
Gambar 7. Proses pengetesan sebelum dikirim
96
97
98