07. bab 1 - 4 penelitian masjid tiban malang
DESCRIPTION
Makalah Penelitian Masjid Tiban MalangTRANSCRIPT
| 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pengantar
Masjid sebagai suatu bangunan tentunya merupakan arsip visual dari gambaran
kehidupan manusia yang melahirkannya sesuai dengan zamannya. Sebagai aspek kultural yang
melengkapi perwujudan dari segala kegiatan manusia masjid telah mengisi sejarah perkembangan
manusia tersebut dengan penuh gaya dan kebesaran. Zaman keemasan dari para sultan Islam
yang kaya raya dan penuh kharisma dalam kekuasaannya juga berhasil diabadikan pada
bangunan-bangunan masjid dan arsitektur lainnya.
Bangunan masjid muncul sebagai bangunan religi yang merupakan perpaduan dari fungsi
bangunan sebagai unsur arsitektur islam yang berpedoman pada ketentuan-ketentuan yang
diperintahkan oleh Allah S.W.T sebagai tempat pelaksanaan ajaran islam, dengan bangunan sebagai
ungkapan tertinggi dari nilai-nilai luhur kehidupan manusia yang juga melaksanakan ajaran syariat
islam. Maka munculah arsitektur masjid dengan segala kelengkapannya, dengan bentuk dan tata
ruang masjid mengikuti kurun waktu, daerah, lingkungan sekitar serta latar belakang manusia yang
menciptakannya
Arsitektur masjid di Indonesia banyak dipengaruhi oleh tradisi dan budaya, selain banyak
yang dihasilkan secara otodidak, tidak terencana dan tidak terstruktur. Olahan arsitektur masjid lebih
banyak dipengaruhi oleh imajinasi yang terbentuk dalam memori masyarakat secara umum, misalnya
bentuk atap bawang atau kubah. Dalam perkembangannya, khazanah arsitektur masjid di Indonesia
semakin berkembang. Masjid tidak lagi merupakan produk arsitektur yang dibuat secara otodidak
oleh masyarakat, tetapi sudah tersentuh oleh para arsitek dan kaum akademisi. Hal ini berpengaruh
terhadap karakteristik perwujudan arsitektur masjid di Indonesia.
Pada sebagian besar masyarakat Indonesia, atap kubah merupakan simbol yang cukup
populer dan paling mudah dikenali untuk sebuah masjid. Masjid-masjid dengan atap kubah banyak
ditemukan di berbagai pelosok daerah sampai masjid-masjid besar di tengah kota. Gejala ini dapat
dilihat dari banyaknya atap kubah siap pakai yang banyak dijual di pinggir jalan. Kiranya, pilihan
terhadap atap kubah ini disukai masyarakat, selain karena praktis dan cepat pemasangannya, secara
imajinatif atap kubah ini sudah menjadi sebuah simbol bagi sebuah masjid.
Lembaga Pondok Pesantren Biharu Bahri ‘Asaili Fadlaailir Rahmah berada di
Sananrejo, Turen, Malang, Jawa Timur, memiliki arsitektur pondok yang indah. Fakta keindahan
ini mempunyai daya tarik bagi wisatawan dalam dan luar negeri. Belakangan, mereka mengenali
lingkungan pondok ini dengan sebutan “Masjid Turen.”
| 2
Keindahan arsitektur pondok ini karena dihiasi dengan ornamen-ornamen Islam berupa
motif non figuratif seperti kaligrafi dan motif figuratif berupa benda hidup seperti tumbuh-tumbuhan
dan motif arsitektural. Kemampuan arsitektur seniman muslim beralih pada motif-motif dekoratif
(hiasan) yang bercorak flora dan geometris. Keindahan yang ditampilkan dalam karya arsitektur
menjadikan daya tarik terhadap mereka, sehingga sebagian daripada mereka menyatakan dengan
perkataan yang spekulatif dan apriori, karena merasa kagum atas keindahannya.
Salah satu bentuk arsitektur yang umum dikenal bagi masyarakat Islam adalah bangunan
masjid. Masjid merupakan bangunan yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari segala kegiatan
sosial budayanya. Fungsi masjid tidak lagi hanya sekedar tempat untuk melakukan hubungan ritual
antara manusia dengan Tuhannya, tetapi juga berfungsi sebagai tempat melakukan hubungan
antar manusia, bahkan dapat saja digunakan untuk mencari ilmu.
Maka dari itu bentuk Masjid Tiban Turen, yang berada di kabupaten Malang, saat ini sangat
menarik untuk diteliti karena selain memiliki nilai historis, juga memiliki bentuk baru dengan
beberapa gaya arsitektur timur tengah dan gaya arsitektur klasik serta gaya arsitektur khas jawa.
Masalah yang hendak diangkat dalam penelitian ini menurut latar belakang Masjid Tiban adalah
menganalisa bentuk fasad dari Masjid Tiban Turen, Malang.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengamati bentuk fasade Masjid Tiban, Turen, Malang
2. Mengetahui Gaya Arsitektur Masjid Tiban, Turen, Malang
3. Untuk mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk fasade Masjid Tiban
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengetahui bentuk fasad Masjid Tiban?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi fasad Masjid Tiban?
Penelitian penulisan ilmiah ini bertujuan untuk menganalisa bentuk fasad Masjid Tiban dan
manfaatnya untuk menambah wawasan pada sejarah masjid dan arsitektur masjid.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitiam ini yaitu sebagai berikut :
1. Mengetahui sejarah tentang Masjid Tiban
2. Mengetahui Gaya Arsitektur yang diterapkan pada Masjid Tiban
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk fasade dan ornamen pada Masjid
Tiban
1.5 Batasan Masalah
1. Cakupan identifikasi Bentuk fasade dan ornamen Masjid Tiban.
2. Pembahasan dibatasi pada bentuk dan ornamen pada tampilan fasade bangunan.
| 3
1.6 Metodologi Penelitian
1.6.1. Metode Berpikir Ilmiah
Metode berpikir ilmiah yang digunakan adalah Pola Rasional Deduktif, yaitu memberi
keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan karena hasil penelitian berdasarkan penarikan
kesimpulan seluruh data yang diperoleh melalui kerangka pemikiran (teori dan hipotesa) yang logis.
Sedangkan berdasarkan observasi data di lapangan yang kemudian dianalisa untuk menghasilkan
suatu kesimpulan, maka metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif.
1.6.2. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data dapat
memperjelas masalah yang diteliti, sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, dan sebagai referensi
untuk menyusun instrumen penelitian yang diperlukan. Hubungan antara teknik pengumpulan data
dengan masalah penelitian dapat dipecahkan dengan langkah-langkah pengumpulan data sebagai
berikut :
Studi Literatur
Studi literatur yang dilakukan peneliti dengan cara membaca dan mencatat informasi
yang memuat teori-teori yang berhubungan dengan penelitian sehingga memperoleh data-data
yang mendukung pemecahan masalah dalam penelitian tersebut. Sebab menelaah dan
menelusuri literatur merupakan kerja kepustakaan yang sangat diperlukan dalam pengerjaan
dan penelitian. Hal tersebut dilakukan melalui internet, mengenai : sejarah, pengertian gaya
arsitektur, dan karakteristiknya.
Teori-teori kepustakaan dibutuhkan sebagai pegangan pokok secara umum dan
sejumlah data dapat juga digunakan sebagai pertimbangan suatu kesimpulan. Pengumpulan
data literatur juga bermanfaat bagi penelitian sebagai tolak ukur dan bahan perbandingan
terhadap fakta yang terdapat pada obyek penelitian.
Observasi langsung ke obyek penelitian
Identifikasi ini memakai observasi secara langsung pada obyek penelitian. Pengamatan
dilakukan di Kota Malang. Dilakukan penentuan sampel ruang sebanyak dua puluh sampel bangunan.
Selain itu, untuk lebih akurat dalam penelitian, maka digunakan kamera untuk
mendokumentasikannya.
| 4
ALUR PEMIKIRAN PENELITIAN
PENENTUAN JUDUL
Studi Tipologi Bangunan Pada MasjidTiban Di Turen Malang
PENGUMPULAN DATA
BATASAN
PENGOLAHAN DATA
Identifikasi bentuk fasade dan ornamen yang ada padaMasjid Tiban
ANALISA
KESIMPULAN
Menemukan Tipologi Gaya Arsitektur yang diterapkan pada Masjid Tiban diTuren Malang
Literatur Observasi (studi Lapangan) Dokumentasi
Identifikasi Tipologi bangunan pada Masjid Tiban
Analisa elemen-elemen bentuk fasade dan ornamen pada Masjid Tibandengan mengkaitkan pada bentuk masjid timur tengah dan cina.
Gambar 1.1 : Diagram Alur Pikir
Sumber: Analisa Pribadi
| 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Arsitektur Masjid
Pada awal perkembangan peradaban Islam lebih berkonsentrasi pada pengaturan perilaku
ketimbang membuat bentuk lambang-lambang. Muhammad ketika diangkat sebagarasul tidak dibekali
dengan sebuah cetak biru bangunan masjid atau gambar benda-bendaperlambang dan sejenisnya.
Namun ketika kebudayaan Islam mulai menyusun bentuknyaseirama dengan itu sejumlah lambang
mulai diposisikan, baik yang berasal dari bentuk pinjaman maupun orisinal. Bentuk-bentuk lengkung,
kubah menjadi bagian dari corak Islam, ketika Islam menjadi pewaris sah dari budaya agung :
Byzantium, Mesir, Persia, dan India.
2.1.2 Pengertian Masjid
Masjid atau mesjid adalah rumah tempat ibadah umat Muslim. Masjid artinya tempat sujud,
dan mesjid berukuran kecil juga disebut musholla, langgar atau surau. Ibadah adalah sebuah kata yang
diambil dari bahasa Arab, yang artinya perbuatan atau pernyataan bakti terhadap Allah atau Tuhan
yang didasari oleh peraturan agama, segala usaha lahir batin yang sesuai perintah agama yang harus
dituruti pemeluknya, dan upacara yang berhubungan dengan agama. Ibadah dapat berarti juga
perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah, yang didasari ketaatan, mengerjakan perintah-Nya
dan menjauhi larangan-Nya. Selain tempat ibadah masjid juga merupakan pusat kehidupan komunitas
muslim. Kegiatan – kegiatan perayaan hari besar, diskusi, kajian agama, ceramah dan belajar Al
Qur'an sering dilaksanakan di Masjid.
Arsitektur masjid mencitrakan ketundukan dan keteraturan yang menyelaraskan kehidupan
sesama manusia maupun dengan Sang Khaliq. Shalat merupakan kegiatan pertama yang diwadahinya.
Baik itu bersendiri atau berjamaah, ketika melaksanakan shalat seseorang sedang berdialog pasrah
kepada Sang Pencipta maupun terhubung sesamanya.
2.1.3 Unsur-unsur Fisik Masjid
Arsitektur Masjid yang terdiri dari elemen-elemen arsitekturalnya: denah, pilar, mihrab,
kubah, minaret, muqarnas, sampai ke hiasan kaligrafinya, secara keseluruhan menyatu membentuk
“kalimat” yang berperan mengantar masuk menuju realitas tertinggi bagi kehidupan spiritual. Namun
arah kiblat dan posisi imam serta makmum adalah pokok utama yang harus terpenuhi. Unsur lain
seperti tempat wudhu, minaret, mimbar, adalah kelengkapan sekunder saja bukan yang wajib harus
diadakan. Karena dalam sunnah Rasul memang tercatat betapa di masjidnya terdapat sebuah sumur
ditengah-tengah halaman yang menjadi tempat para jamaah datang melaksanakan wudhu. Juga Rasul
| 6
pernah memerintahkan agar sahabat Bilal mengambil posisi yang tinggi di salah satu bagian dinding
pembatas masjid untuk menyerukan panggilan azan.
2.1.4 Fungsi Masjid
Ada dua hal penting yang sebenarnya menjadi pertimbangan dalam membangun sebuah
mesjid. Yang pertama fungsi utama dari sebuah mesjid sebagai tempat beribadah yaitu menyembah
Allah SWT, dan yang kedua adalah aspek spasial dan arsitektur sebuah mesjid yang dapat menjadi
tempat bersosialisasi dan bersilaturahmi serta dapat meningkatkan kekhusukan dan kesyahduan
jamaah tidak hanya pada saat beribadah tetapi saat berada di lingkungan mesjid.
Yang pertama adalah fungsi mesjid yang paling utama untuk pelaksanaan berbagai ibadah,
khususnya solat berjamaah yang dapat menampung minimal 40 orang, terdapat mihrab untuk imam
dan makmum yang mengahadap kiblat dan selebihnya adalah opsional. Tetapi dalam
perkembangannya, mesjid juga menjadi pusat berbagai kegiatan social-keagamaan, pendidikan,
politik, kesehatan, dan yang lainnya.
Perkembangan ini dimulai ketika Nabi Muhammad hijrah dan mendirikan Negara Madinah
dan kemmudian mendirikan sebuah Mesjid Madinah yang kemudian terkenal dengan nama Mesjid
Nabawi sebagai pusat dari kegiatan negara tersebut. Seetelah Nabi Muhammad wafat, mesjid ini tetap
menjadi pusat kegiatan para khalifah. Dalam perkembangan selanjutnya, selain menjadi pusat
pertemuan para sahabat dan pemimpin muslim lainnya, Mesjid Nabawi juga digunakan sebagai
tempat berdakwah pelajaran tentang Islam bagi orang-orang yang baru memeluk Islam. Dari sinilah
awal perkembangan mesjid sebagai salah satu pusat pendidikan Islam.
Yang kedua adalah aspek spasial dan arsitektur dari sebuah mesjid. Menurut Ira Lapidus,
seorang guru besar dari UCLA, misalanya, dalam beberapa karyanya tentang Islamic cities
menyimpulkan, bahwa pada dasaranya pengaturan spasial kaum Muslimin berpusat pada mesjid. Bisa
dikatakan bahwa mesjid merupakan titik pusat dan awal pengaturan tata ruang lingkungan kehidupan
kaum Muslimin. Jadi dari mesjid kemudian diatur berkembang unit-unit spasial lainnya.
2.2 Sejarah Masjid
2.2.1 Mesjid Pertama di Dunia
Di Propinsi Hijaz, sebelah barat Arab Saudi yang tidak jauh dari Laut Merah, terdapat kota
yang bernama Mekah. Di tengah-tengah pusat dari kota ini terdapat bangunan kotak kecil yang
berukuran 12x10x15m yang terbuat dari batu. Kotak kecil yang terbuat dari batu jika kita lihat tidak
sesuai dengan langit yang tinggi atau dataran yang luas di muka bumi ini. Kotak kecil itu disebut
sebagai Kaa’ba yang dapat diartikan ‘kotak’ atau juga bisa disebut Baitullah atau rumah Allah.
Pembangunan Kaa’ba sendiri menurut sejarah Islam dilakukan oleh Nabi Ibrahim A.S. dan
puteranya Ismail A.S. Nama lain dari Kaa’ba adalah Baitul Atteq yang bermakna paling awal dan
lama atau juga bisa berarti merdeka dan bebas. Jadi disinilah mesjid pertama yang ada di muka bumi
| 7
ini dibangun yang kemudian menjadi kiblat umat Muslim sedunia untuk melakukan ibadah solat lima
waktu.
Menurut tradisi Islam, Kaa’ba yang ada di surga telah digariskan oleh Allah SWT menuju
Surga yang terletak diatas Kaa’ba yang ada di dunia. Jadi sebenarnya ada juga Kaa’ba yang ada di
surga yang dijadikan kiblat oleh para malaiklat yang disebut Baitul Maa’moor.
Ibrahim membuat tempat suci yang disebut Kaa’ba ini pada saat ia menuju ke daerah selatan
padang pasir bersama istrinya Siti Hajar dan anaknya yang masih sangat kecil Ismail. Pada Bible
perjanjian lama disebutkan bahwa ada dua rumah Tuhan yang dibangun. Satu yang ada di surga yaitu
Baitul Maa’moor, dan satu lagi yang ada di dunia adalah Kaa’ba atau Baitullah yang berada di
Mekah.
Pada saat Nabi Ibrahim A.S. membangun Kaa’ba di Mekah dengan dibantu oleh anaknya
Ismaail A.S., dia berdoa kepada Allah agar Kaa’ba dijadikan kiblat bagi semua orang baik dan
beriman. Tetapi dengan perkembangan zaman yang ada di daerah Mekah, banyak orang-orang yang
tidak mengikuti Nabi Ibrahim untuk menyembah Allah SWT, tetapi menyembah berhala atau patung
yang dibuatnya sendiri sebagai bentuk tuhan yang ada bagi mereka. Mereka menaruh berhala-berhala
tersebut di dalam Kaa’ba tersebut.
Selama Nabi Ibrahim masih hidup, ia selalu berusaha membersihkan ruangan dalam Kaa’ba
yang berisi berhala-berhala tersebut dan mencoba memberi tahu kepada masyarakat bahwa Kaa’ba
adalah symbol dari Rumah Tuhan, tetapi Tuhan tidak berada di dalamnya, melainkan diseluruh jagat
raya ini. Tetapi setelah Nabi Ibrahim A.S. wafat, kemudian orang-orang mulai menaruh kembali
berhala-berhala tersebut di dalam Kaa’ba sampai kurang lebih 400.000 tahun.
Setelah Muhammad Ibnu Abdullah memasuki kota Mekah, ia bersama menantunya yang
bernama Ali Ibnu Abi Thallib menghancurkan semua berhala yang ada di dalam Kaa’ba dengan
tangan mereka sendiri.
Dalam sejarahnya Nabi Ibrahim A.S. dan anaknya Ismail A.S. membangun Kaa’ba dengan
melanjutkan pondasi yang sama yang telah dibuat Nabi Adam A.S. sebelumnya. Pada mulanya
Kaa’ba hanya terdiri dari empat buah dinding tanpa atap. Beberapa abad kemudian, Khusayi,
pemimpin dari suku Quraish melengkapi bangunan tersebut dengan atap untuk memberikan bentuk
seperti perlindungan dan pintu. Jadi orang dapat masuk ke dalam Kaa’ba melalui pintu tersebut untuk
berdoa.
Di pojok timur dari Kaa’ba terdapat batu hitam atau yang biasa disebut Hajar Aswad, yang
sejarahnya adalah batu putih dari surga, tetapi setelah jatuh ke bumi dan berada di tangan orang-orang
kafir, batu tersebut menjadi hitam, yang berdiameter kurang lebih 12 inchi. Kemudian di arah
berseberangan di daerah barat daya terdapat dinding setengah lingkaran dengan tinggi kurang lebih 5
kaki dan tebal juga 5 kaki yang merupakan makam Ismail A.S. dan ibunya Siti Hajar. Terdapat pula
makam Nabi Ibrahim A.S. yang terletak diantara dinding setengah lingkaran tersebut dengan Kaa’ba,
| 8
yang berbentuk kubah kecil. Didalamnya terdapat batu kecil yang terdapat bekas kaki Nabi Ibrahim
A.S.
Menurut para akademik dan sejarahwan berkata bahwa Kaa’ba sampai saat ini sudah dilakukan
perbaikan dan pembesaran sampai 12 kali. Pembesaran ini membuktikan bahwa jumlah umat Islam
kian bertambah dan juga keinginan melakukan Rukun Islam yang kelima.
Imam Abul Hassan Mawardi dan lain-lain meriwayatkan bahwa semasa Rasulullah hingga
ketika Saidina Abu Bakar diangkat menjadi Khalifah, Masjidil-Haram tidak mempunyai dinding dan
datarannya tidak seluas seperti saat ini.
Perluasan Masjidil-Haram bermula pada tahun 638 Masehi oleh Saidina Umar ibnu Khattab.
Beliau telah membeli rumah-rumah di sekeliling Ka’abah dan diruntuhkan kesemuanya bagi tujuan
perluasan. Perluasan Masjid diteruskan lagi oleh Saidina Usman pada kira-kira tahun 647 Masehi.
Pada tahun 696 Masehi, Abdullah ibn Zubair yaitu cucu Saidina Abu Bakar juga telah
memperluas kawasan masjid ini dengan membeli gedung-gedung yang terdapat di sebelah timur dan
selatan Masjid. Sementara di bagian utara dan barat telah diperluas oleh Zaid bin Abdullah al-Harisi
dibawah perintah Abu Ja’afar al-Mansur, Khalifah Bani Abas kedua. Masjidil-Haram telah dibangun
dengan jiwa seninya yg tinggi.
Abdul Malik ibn Marwan, Umar, Al-Walid, Ziad bin Abdullah, Musaal-Mahdi, adalah orang-
orang yang awalnya menghiasi masjid ini. Dalam bangunan terdapat Kalimat-kalimat al-Qur’an
dengan corak Islami, batu-batu marmernya telah diukir dengan indah dan tiang-tiangnya dibalutkan
emas.
Kini Masjidil-Haram telah mempunyai sebanyak sembilan menara, berdiri tegak dengan
indahnya, dengan alunan kemerduan suara azan yang setiap waktu memanggil umatnya untuk
menunaikan perintah Allah dengan penuh kesabaran dan keinsyafan.
Ada beberapa fungsi mesjid menurut DMI (Dewan Mesjid Indonesia) berdasarkan mesjid yang
dibangun pertam kali dan juga masjid yang dibangun oleh Nabi Muhammad, Pertama, masjid dapat
difungsikan sebagai pusat ibadah, baik ibadah mahdhah, maupun ibadah sosial. Ibadah mahdhah
adalah ibadah yang langsung kepada Allah SWT, seperti salat, mengaji, tahlil, dan tadarus. Tentu,
secara tidak langsung, ibadah-ibadah tersebut juga ada hubungannya dengan masyarakat. Sedangkan
sebagai pusat ibadah sosial, masjid dapat difungsikan untuk mengelola zakat, wakaf, membangun
ukhuwah Islamiyah, menjaga kebersihan dan kesehatan bersama, melaksanakan kurban, dan
membantu peningkatan ekonomi ummat. Kedua, memanfaatkan masjid sebagai pusat pengembangan
masyarakat, melalui berbagai sarana dan prasarana yang dimiliki masjid, seperti khutbah, pengajian,
kursus ketrampilan yang dibutuhkan anggota jamaah, dan menyelenggarakan pendidikan formal
sesuai kebutuhan masyarakat. Dan, ketiga, memfungsikan masjid sebagai pusat pembinaan persatuan
ummat.
| 9
2.2.2 Sejarah Mesjid di Indonesia
Betapapun sederhana bentuk bangunan dan arsitekturnya, mesjid telah hadir bersamaan dengan
penyebaran Islam di usantara. Tetapi kita tidak tahu pasti mesjid mana yang merupakan mesjid
pertama dan tertua di Indonesia.Tetapi jika kita lihat dari kerajaan Islam pertama yang ada di
Indonesia, mesjid tertua di Indonesia adalah mesjid yang berada di kerajaan Samudra Pasai sebagai
kerajaan Islam pertam di Indonesia. Menurut Undang-undang no.5 tahun 1992, tentang “Benda Cagar
Budaya”, ukuran untuk menetapkan ‘usia’ bangunan yang sudah tua adalah 50 tahun. Jadi jika ukuran
tersebut yang digunakan, maka diperkirakan terdapat lebih dari 10000 mesjid ‘tua’ dan ‘kuno’ yang
ada di Indonesia. Ada beberapa mesjid ‘tua’ dan ‘kuno’ yang jauh melampui batas waktu yang
digariskan oleh undang-undang no.5 thaun 1992, diantaranya adalah Mesjid Baiturrahman Banda
Aceh yang berada di Aceh (1292); Mesjid Leran Pesucinan yang berada di Gresik (1385); Mesjid
Sawo Gresik yang berada di Gresik (1398); Mesjid Mapauwe yang berada di Leihitu, Maluku Tengah
(1414); Mesjid Pajunan yang berada di Cirebon (1453); Mesjid Agung Demak yang berada di Demak
(1477); dan lain-lain.
Ketika Islam mulai berkembang di Indonesia, khususnya di Jawa, arsitektur Islam
diperkenalkan oleh para ‘’wali'’, sebagai orang yang dianggap dekat dengan Tuhan dan diyakini
memiliki berbagai kelebihan. Para wali bertugas mengajarkan agama Islam dan sangat menghormati
kebudayaan yang berkembang sebelum masuknya Agama Islam di Indonesia. Karena itulah para wali
sangat dihormati dan disegani, sehingga karya-karya arsitektur Islam saat itu masih memperlihatkan
perpaduan budaya lama dan budaya baru dalam arsitektur Islam.
Memasuki dekade 1960-an, mulai muncul gaya-gaya baru dalam arsitektur masjid di Indonesia.
Gaya-gaya arsitektur yang baru tersebut banyak muncul dari kalangan intelektual Islam diantarnya
adalah Achmad Noe’man, salah satu arsitek yang ikut merubah wajah mesjid yang ada di Indonesia.
Salah satu karyanya adalah Mesjid Salman di ITB yang dibangun pada tahun 1964. Di sini, ia
berusaha untuk merombak pola-pola lama dalam perwujudan bentuk dan ekspresi masjid-masjid di
Indonesia yang telah ada sebelumnya. Gagasan-gagasan totalitas dalam pembebasan tradisi tersebut,
termasuk dalam pengambilan pilihan material, teknik dan teknologi membangun masjid pada saat itu,
tampaknya menjadi `sangat konstekstual` jika dilihat dari keberadaannya sebagai masjid kampus yang
sudah sewajarnya penuh dinamika dan pembaharuan oleh perubahan-perubahan bentuk arsitekturnya.
Arsitektur masjid dengan gaya baru di Indonesia, mulai muncul saat pembangunan Masjid
Istiqlal di Jakarta. Meskipun masjid merupakan karya arsitektur Islam, tetapi ternyata Masjid Istiqlal
di Jakarta adalah karya arsitek ternama Indonesia non Muslim. Arsitek Masjid Istiqlal adalah
Frederick Silaban, seorang umat Nasrani yang menempuh pendidikan arsitekturnya di ITB Bandung.
Meskipun arsitek ini bukan seorang Muslim, namun ia dapat menghayati fungsi masjid sebagai
perwujudan penting umat Islam.
| 10
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah Observasi :
3.1.1 Observasi
Istilah observasi diturunkan dari bahasa Latin yang berarti “melihat” dan “memperhatikan”.
Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang
muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Observasi selalu
menjadi bagian dalam penelitian psikologis dan juga arsitektur dalam konteks alamiah (Banister dkk,
1994 dalam Poerwandari 1998). Observasi dalam rangka penelitian kualitatif harus dalam konteks
alamiah (naturalistik).
Patton dalam Poerwandari (1998) menegaskan observasi merupakan metode
pengumpulan data esensial dalam penelitian, apalagi penelitian dengan pendekatan kualitatif. Agar
memberikan data yang akurat dan bermanfaat, observasi sebagai metode ilmiah harus dilakukan oleh
peneliti yang sudah melewati latihan-latihan yang memadai, serta telah mengadakan persiapan yang
teliti dan lengkap.
Moleong tidak memberikan batasan tentang observasi, tetapi menguraikan beberapa pokok
persoalan dalam membahas observasi, diantaranya: a) alasan pemanfaatan pengamatan, b) macam-
macam pengamatan dan derajat peranan pengamat (Moleong, 2001).
a) Manfaat Pengamatan
Menurut Guba dan Lincoln dalam Moleong (2001) alasan-alasan pengamatan (observasi)
dimanfaatkan sebesar-besarnya dalam penelitian kualitatif, intinya karena:
1) Pengamatan merupakan pengalaman langsung, dan pengalaman langsung dinilai
merupakan alat yang ampuh untuk memperoleh kebenaran. Apabila informasi visual
yang diperoleh kurang meyakinkan, maka peneliti dapat melakukan pengamatan
sendiri secara langsung untuk mengecek kebenaran informasi visual tersebut.
2) Dengan pengamatan dimungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian
mencatat keadaan dan kejadian sebagaimana yang sebenarnya.
3) Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat keadaan yang berkaitan dengan
pengetahuan yang relevan.
4) Sering terjadi keragu-raguan pada peneliti terhadap informasi yang diperoleh yang
dikarenakan kekhawatiran adanya penyimpangan. Jalan yang terbaik untuk
| 11
menghilangkan keragu-raguan tersebut, biasanya peneliti memanfaatkan pengamatan
langsung secara visual.
5) Pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit,
karena pengamatan dapat menjadi alat yang ampuh untuk situasi-situasi yang rumit
dan untuk perilaku yang kompleks.
6) Dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikasi lainnya tidak dimungkinkan,
pengamatan menjadi alat yang sangat bermanfaat.
b) Macam Pengamat dan Derajat Pengamat
Menurut Moleong (2001) pengamatan dapat diklasifikasikan menjadi: a) pengamatan dengan
latar alamiah atau pengamatan tidak terstruktur dan b) pengamatan buatan atau pengamatan
terstruktur. Pengamatan terstruktur ini disebut eksperimen biasa digunakan dalam penelitian
kuantitatif. Sedang pengamatan alamiah atau pengamatan tidak terstruktur inilah yang biasa
digunakan dalam penelitian kualitatif atau penelitian arsitektur.
3.1.2 Teknik Observasi (pengamatan visual)
Pengamatan visual merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk
merekam wujud bentuk fisik Kota Kediri yang mencakup wajah kota dan aktivitas
penggunaannya. Menurut Worskett (1969) karakter fisik kota dapat dianalisis dengan menilai
pandangan secara subjektif dan memeriksa bukti-bukti arkeologi yang mempengaruhinya.
Berdasarkan pernyataan Worskett (1969) metode pengamatan secara visual ini merupakan salah
satu metode yang sangat penting dalam penenelitian lingkungan kota.
Menurut Spreiregen (1965) kekuatan utama metode pengamatan visual ini ialah peneliti
dapat mengkaji bentuk, komposisi dan wajah kota. Spreiregen juga mengatakan bahwa tinjauan
pengamatan visual terhadap desain sebuah kota adalah suatu pemeriksaan terhadap bentuk,
penampilan dan kandungan elemen kota. Menurut Rapoport (1976) metode pengamatan visual
dapat digunakan untuk mempelajari pola tata ruang yang berdasarkan pada sosial budaya baik
pada permukiman tradisional maupun kota-kota tradisional.
3.2 Metode Analisis Data
Kesemua data yang terkumpul melalui beberapa metode di atas akan dilakukan uraian secara
deskriptif, kemudian dari uraian ini dilakukan ringkasan (dinarasikan menjadi hal yang sangat
objektif), kemudian di analisis triangulasi artinya uraian yang sangat objektif tadi di hubungkan
dengan narasi yang lainnya sehingga ditemukan sebuah kesimpulan yang dapat menjawab
permasalahan dan sesuai tujuan dari penelitian ini.
| 12
Gambar 3.1. Bagan Alur Penelitian
Sumber: Di disain oleh peneliti 2015
Analisis
Observasi (kajian visual)
Ya
Rumusan Masalah
MULAI
Tinjauan Teoritis
Metodologi Penelitian
Metode Pencarian Data
Observasi (kajian visual)
Melakukan AnalisisData Lapangan Perbaiki
Temuan
Analisis metode
yang digunakan
KESIMPULAN
| 13
3.3 Deskripsi Objek Penelitian
Masjid Ajaib atau juga Masjid Tiban terletak
di Turen, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Arsitek
dari pembangunan ponpes ini bukanlah seseorang
yang belajar dari ilmu arsitektur perguruan tinggi,
melainkan hasil dari istikharah pemilik pondok, KH
Achmad Bahru Mafdloludin Sholeh. Karenanya,
bentuknya menjadi sangat unik, seperti perpaduan
timur tengah dan china.
Lokasi Masjid berada di didaerah Turen
Kabupaten Malang, tepatnya berada diarea pondok
pesantren Biharu Bahri’Asali Fadlaailir Rahmah
Jl.Anggur Rt 27 Rw 06 Sananrejo Kecamatan
Turen Kabupaten Malang.
Peta Geografis Provinsi Jawa Timur
(Sumber : Bakosurtanal)
Lokasi
Tapak
| 14
Warna pada masjid ini adalah
Perpaduan antara warna putih, biru, krem,
kuning, dan lainnya terlihat sangat kompak
dan padu.
Terdapat garis vertical, horizontal
dan diagonal, namun garis vertical lebih
mendominasi karena tinggi bangunan
sekitar 40-50 meter dari muka tanah.
Melambangkan bahwa Tuhan itu tinggi dan
berada ditempat yang tertinggi, dan manusia itu kecil, dan tidak pantas untuk menyombongkan
dirinya kepada sesamanya ataupun Tuhan.
Gabungan antara kotak, segitiga dan
lingkaran, karena bangunan merupakan sebuah
masjid berukuran besar dengan jumlah lantai
sampai 10 lantai. Banyaknya bidang yang masuk
dan digunakan Melambangkan bahwa masjid
adalah tempat yang mampu menampung setiap
karakter manusia dan terbuka untuk siapa saja.
Mengusung gaya modern dengan
hiasan berbagai aksesoris maupun ornamen
yang ada di dinding-dinding bangunan ini. Ada
kolam berukuran cukup besar, yang lengkap
berisi ikan aneka ukuran di lantai bagian atas.
Jenis yang terlihat saat itu adalah ikan koi, ikan
emas, dan lain sebagainya. Adanya kubah-
kubah yang berhiaskan semacam motif
berwarna-warni yang semarak. Dimana di
depannya diletakkan sejenis pohon kurma
buatan. Yang unik, pohon kurma buatan ini terdapat lampu-lampu kecilnya, jika dinyalakan, akan
tampak kelap-kelip. Yang lebih mengagumkan, di lantai atas lagi terdapat kebun jagung yang tumbuh
subur. Juga terdapat semacam pekarangan yang disulap mirip kandang sebagai pemeliharaan beberapa
ekor monyet yang sedang berlompatan ke sana-kemari.
| 15
BAB IV
SEJARAH MASJID TIBAN DAN GAYA ARSITEKTURNYA
4.1 Sejarah Masjid Tiban Turen Malang
Masid Turen merupakan sebuah pondok pesantren. Nama Pondok Pesantren (Ponpes)
Salafiyah adalah Bihaaru Bahri ‘Asali Fadlaailir Rahmah (Bi Ba’a Fadlrah), yang terletak di Jalan
KH. Wahid Hasyim Gang Anggur No.10, RT 07 / RW 06 Desa Sananrejo, Turen, Kabupaten Malang.
Menurut salah seorang panitia, ponpes tersebut artinya segarane, segara, madune, Fadhole Rohmat.
Rintisan Ponpes Bi Ba’a Fadlrah ini dimulai pada 1963 oleh Romo Kyai Haji Ahmad Bahru
Mafdlaluddin Shaleh Al-Mahbub Rahmat Alam, atau yang akrab disapa Romo Kyai Ahmad.
Ponpes ini dibangun sejak tahun 1978 di areal seluas 4 hektare, dan kira-kira baru 1,5 hektare
dari luas tanah itu yang digunakan untuk bangunan utamanya. Arsitektur bangunannya sangat
menawan. Sangat serius. Ini terlihat di setiap detail ornamennya. Benar-benar tak disangka, jika di
sebuah desa kecil Sananrejo, Turen, Kabupaten Malang berdiri sebuah bangunan yang arsitekturnya
yang bisa membuat hati berdecak kagum. Begitu datang ke sini, pengunjung akan disambut oleh
sebuah wahana demi wahana, dari melangkahkan kaki untuk pertama kalinya di dalam bangunan
pondok pesantren ini, sampai keluar. Dari tingkat pertama sampai dengan tingkatnya yang ke sepuluh.
Lebih dari itu, arsitektur yang dipakai bukan hasil ilmu dan imajinasi seorang arsitek yang
handal. Tapi dari hasil istikharah si pemilik pondok, KH Ahmad Bahru Mafdlaludin Soleh. Bangunan
ini tidak dapat diperkirakan jadinya, sekarang sudah 10 lantai dibangun, bisa jadi nanti ditambah atau
bisa-bisa dikurangi. Karena semua tergantung istikharah Romo Kyai (Kyai Ahmad.). Romo Kyai juga
yang ngepaskan amalan-amalan. Mungkin karena itu, banyak berita bahwa bangunan ini adalah
masjid tiban (tiba-tiba ada). Padahal ini bukan masjid tapi ponpes, Gus Alief (santri) berkata “tiap hari
selalu datang pengunjung dari berbagai kota ke ponpes ini. Di buku tamu pun berbagai komentar
tentang keindahan ponpes ini tertulis. Bahkan, tak jarang ada yang mengaku tersentuh hatinya ketika
memasuki sebuah ruang. Tiap orang berbeda.”
Sejak tahun 1978, Kyai Ahmad murid Kiai Sahlan di Sidoarjo ini memilih Turen untuk
mendirikan ponpesnya. Sejak itulah, dengan dibantu oleh para santrinya, Kiai Ahmad memulai
pembangunan ponpes dengan alat pertukangan sederhana dan proses belajar sendiri. Jadi jangan heran
kalau akhirnya santri-santrinya punya spesialis ketrampilan. Santri Kiai Ahmad sekarang ada 32 yang
sudah berkeluarga dan tinggal di sini. Jadi bisa dihitung tambahan santrinya. Sedang yang belum
berkeluarga ada 37 orang. Semua santri itulah yang menjadi tukang sekaligus mandor bangunan ini.
Mereka bekerja tidak menggunakan alat-alat berat modern. Semua dikerjakan sendiri.
| 16
Dengan belajar langsung dalam pembangunan ponpes inilah para santri diajar mengaji
kehidupan sehari-hari. Mereka yang sudah berkeluarga pun yang belum akan memiliki peran sendiri-
sendiri Di ponpes ini, orang bertabiat A sampai Z ada. Di sinilah mereka tersentuh hatinya. Dengan
ikut berpartisipasi ini mereka mengamalkan ajaran cinta bukan pahala.
Harus diakui, lamanya proses pembagunan ponpes ini mengisyaratkan perlunya kesabaran
dan keikhlasan. Tiap detil ornamen harus digarap dengan sabar dan teliti. Selain pekerjaan yang tak
mudah itu, sebagai tukang, para santri juga bukan orang yang dibayar. Keikhlasanlah yang akhirnya
menjadi oase di dalam hatinya. “Semua itu tentu saja sumbernya dari cinta. Dalam agama kita
diajarkan itu semua. Dengan menjalani itu semua para santri membersihkan hatinya dari penyakit-
penyakit hati. Kalau raganya yang sakit, datang ke sini maka yang disembuhkan adalah hatinya dulu.
4.2 Gaya Arsitektur yang diterapkan pada masjid Tiban
Setiap daerah memang selalu memiliki ciri khas tertantu dalam bangunan yang berdiri pada
daerah tersebut, dan dalam hal ini tidak terkecuali bangunan tempat peribadatan yang berupa masjid,
dan kali ini peneliti akan menjelaskan tentang ciri-ciri dari bangunan masjid yang berketerkaitan
dengan bentuk masjid Tiban yang diteliti kali ini.
Pada keterangan diatas bisa diambil hipotesa bahwa masjid tidak dibangun atau dirancang
oleh seorang arsitek ternama, melainkan hasil dari ‘Istikharah’ dari pendiri masjid itu yaitu Kyai
Ahmad, namun sisi lain model bentuk fasade serta ornamenasi pada masjid ini mengikuti bentuk
gabungan dari arsitektur masjid antara timur tengah, china dan modern.
4.2.1 Gaya Arsitektur Masjid Timur Tengah
Pada gaya Arsitektur bangunan timur tengah, terutama arsitektur masjid memiliki ciri khas
yang mendasar berupa bentuk dari fasad masjid yang akan dijelaskan yaitu sebagai berikut :
1. Tiga kubah utama yang diapit dua kubah menara air berukuran lebih kecil.
2. Bentuk kepala semua kubah sama, yakni bulat berujung lancip, khas paduan arsitektur
Timur Tengah dan Asia
3. kubah, minaret (menara), halaman dalam (plaza), dan penggunaan detail atau hiasan
dekoratif dengan elemen geometris dan obelisk, untuk memperkuat ciri keislaman para
arsitekturnya.
4. Ciri lainnya adalah gerbang masuk berupa portal dan hiasan geometris serta obelisk
sebagai ornamen.
Berdasarkan wacana diatas ciri-ciri dari masjid timur tengah banyak terletak dari bentuknya,
terutama bentuk kubahnya, yang memiliki kubah utama sebagai kepala dan diapit dari kubah
| 17
menara yang berukuran lebih kecil, selain itu pada arsitektur masjid timur tengah juga memiliki ciri
khusus lain yaitu berupa ornament dan hiasan geometris yang berada pada gerbang masuk.
4.2.2 Gaya Arsitektur Masjid China
Budaya Cina mempunyai simbolisme yang telah hadir sejak ribuan tahun yang lampau. Setiap
simbol mempunyai makna yang tersendiri. Motif hiasan yang terkenal dan pelbagai dalam tradisi Cina
dijelmakan hasil daripada ilham berdasarkan falsafah, lagenda, sejarah, Tao, Confucious dan tradisi
agama Buddha (Muzium Kesenian Islam Malaysia, 2001). Simbol-simbol ini wujud dalam bentuk
visual dan ada yang bukan dalam bentuk visual. Simbol visual pada kebiasaanya hadir dalam bentuk
hiasan ragam hias dan warna-warna yang sesuai dengan maksud simbol tersebut. Simbol yang tidak
dapat dilihat secara visual pada kebiasaanya ada dalam aktiviti ritual keagamaan masyarakat Cina.
Terdapat lapan lambang Buddha yang seringkali diguna pakai sebagai motif dan hiasan kerana setiap
lambang ini mempunyai maksud dan kegunaanya yang tersendiri.Antaranya ialah roda,
cengkerang koc, ikan yang berpasangan, ikatan abadi, bunga teratai, pasu, langit-langit dan payung
(Muzium Kesenian Islam Malaysia, 2001).
Hiasan dalam seni bina Cina boleh dikelompokkan kepada lima jenis iaitu haiwan (fauna),
tumbuhan (flora), fenomena, lagenda dan geometrik (Moedjiono, 2011). Ornamentasi adalah sesuatu
yang sangat penting dalam seni bina Cina. Kebanyakan daripada hiasan-hiasan yang ada dalam seni
bina Cina ini bukan sahaja untuk perhiasan semata-mata tetapi perhiasantersebut dikira sebahagian
daripada pembinaan sebuah bangunan dan ormamentasi tersebut pasti bersesuaian dengan alam
sekitar (Cai & Lu, 2006).
Motif dan simbol Cina adalah berbeza dengan simbol daripada budaya lain kerana setiap
simbol mempunyai maknanya yang khusus. Simbol-simbol ini telah tertanam dalam pemikiran
masyarakat Cina sebagai petanda baik dan tuah positif yang akan membawa kesejahteraan kepada
masyarakat Cina (Muzium Kesenian Islam Malaysia, 2001). Motif dan ornamentasi dalam senibina
Cina secara umumnya dapat dibahagikan kepada tujuh kelompok yang terdiri daripada flora, fauna,
geometri, kosmos, kaligrafi, peralatan dan watak manusia (Lim Lee Hock & Ismail Said, 2001).
Haiwan (Fauna)
Bentuk-bentuk dan unsur Cina mengandungi pola dan simbol daripada makhluk yang bernyawa yang
mempunyai maksudnya yang tersendiri, iaitu sebagai penjaga keselamatan dan pembawa nasib baik.
Haiwan yang seringkali digunakan sebagai motif hiasan adalah seperti naga, harimau, singa, burung
Hong, phoenix (burung merak), kura-kura, gajah, kelawar, qilin (haiwan mistik Cina), menjangan dan
burung bangau.
| 18
Naga
Motif ukiran naga mempunyai manifestasinaya sendiri bermula dengan lilitan tubuh naga, sisik, mata
dan taring setiap darinya mempunyai keunikkanya yang tersendiri (Karsam, 1999). Ukiran naga dan
burung Hong adalah salah satu kebudayaan dalam kehidupan masyarakat Cina. Haiwan kayangan ini
adalah prinsip serta garis panduan dalam mereka bentuk bangunan-bangunan.Haiwan ini adalah
lambang kepada kebesaran (Rini & Imam, 2008) dan masyarakat Timur tidak pernah menganggap
naga sebagai haiwan yang ngeri dan menakutkan seperti anggapan orang Barat yang membayangkan
naga sebagai haiwan yang berkuasa jahat (Williams, 1974). Secara umumnya, naga digambarkan
sebagai haiwan yang besar, mempunyai kuku yang tajam serta dapat menghembuskan api daripada
mulutnya.
Naga digambarkan sebagai haiwan yang datang daripada keluarga reptilia dan bertelur untuk proses
pembiakkan. Terdapat dua bentuk naga yang sering digunakan dalam hiasan, yaitu naga yang
bersayap dan naga yang mempunyai badan yang bersisik serta panjang seperti ular dan mempunyai
sepasang tangan dan kaki (Ros Mahwati, 2012).
Bagi masyarakat Cina naga merupakan haiwan yang paling popular dan banyak digunakan sebagai
hiasan dan ragam hias. Haiwan ini dipercayai mempunyai tenaga yang berubah-ubah dan sangat
berkuasa. Naga bukanlah makhluk yang menakutkan tetapi berperanan sebagai makhluk yangmenjaga
keselamatan harta benda.Selain itu, naga turut diketahui sebagai simbol kekuatan, keadilan dan
kekuasaan. Naga boleh didapati dalam tiga bentuk iaitu long, li dan jiau. Long adalah naga yang
sering digunakan.Long mempunyai kepala yang berbentuk unta, bermata arnab, berleher ulat,
bertanduk kijang, mempnyai perut seperti katak dan mempnyai cakar harimau. Naga jenis ini
mempunyai kelebihan untuk merubah rupa bentuk.Haiwan yang pada kebiasaanya boleh dilihat
berdamping dengan naga ini ialah harimau. Kedua-dua haiwan ini melambangkan kekuatan dan
menetang pengaruh jahat yang cuba menganggu. Selain dikenali sebagai haiwan yang kuat harimau
juga membawa arti kebaktian (Moedjiono, 2011). Di dalam masjid tidak terlihat ukiran naga yang
jelas, tetapi hanya bahagian anggota badan haiwan ini sahaja yang digunakan sebagai ukiran iaitu
sisik dan kepala naga. Hal ini sesuai dengan perintah Islam yang melarang penggunaan ukiran
haiwan sebagai hiasan.
Rama-Rama
Haiwan ini seringkali dikaitkan dengan roh nenek moyang yang datang untuk membawa peringatan
kepada cucu-cicit. Rama-rama juga dianggap sebagai simbol kepada usia yang panjang (Muzium
Kesenian Islam, 2001). Haiwan ini juga membawa maksud kegembiraan serta lambang kepada musim
panas. Rama-rama seringkali dijadikan corak serta dekorasi pada tembikar dan sulaman pada pakaian.
Kecantikan rama-rama yang memiliki corak yang menarik dan warna yang pelbagai kerap dijadikan
| 19
sebagai inspirasi oleh penyair dan pelukis bagi menghasilkan syair dan lukisan yang berkualiti
(Muzium Kesenian Islam, 2001).
Tumbuhan (Flora)
Setiap bunga di China mempunyai makna dan maksudnya yang tersendiri. Flora sering dijadikan
sebagai motif utama dalam dekorasi seperti tekstil, porselin, permaidani. Selain itu, dekorasi
tumbuhan juga boleh dilihat pada seni bina dan reka bentuk bangunan termasuklah lukisan.
Tumbuhan yang sering digunakan sebagai motif dalam hiasan dan ragam hias Cina adalah seperti
bunga peoni, bunga teratai, pohon buluh, pohon beringin dan cemara. Bunga peoni melambangkan
keteguhan hati manakala bunga teratai melambangkan kesucian.
Bunga sakura, buluh, pohon beringin dan cemara membawa erti empat sifat kebajikan. Tanaman-
tanaman ini memiliki daya ketahanan yang tinggi. Hal ini kerana tanaman ini dapat bertahan dalam
apa jua bentuk cuaca sekalipun. Keistemewaan bunga-bunga ini juga digelar sebagai Ban Jien Jieng
atau dalam bahasa melayunya “muda sepanjang tahun.”Selain itu tanaman ini juga turut dikenali
dengan sifat panjang umur, kesabaran dan kebijaksanaan. Peoni adalah permaisuri kepada semua jenis
bunga yang melambangkan kekayaan dan kehormatan (Lou Qingxi, 2002). Selain mempunyai warna
yang menarik dan pelbagai, bunga ini juga turut menggambarkan keindahan sifat wanita. Bunga
Kekwa memberi maksud kedamaian dan hidup yang panjang kerana mempunyai ketahanan yang
tinggi bagi menahan kesejukkan pada musim salji (Muzium Kesenian Islam, 2001). Pokok buluh, pine
dan prunus adalah pokok tiga serangkai kerana tumbuhan ini sentiasa segar walaupun dalam cuaca
sejuk. Empat tumbuhan ini mewakili empat musim, iaitu peoni mewakili musim bunga, teratai
mewakili musim panas, kekwa mewakili musim luruh dan prunus mewakili musim sejuk.
Bagi masyarakat Cina, pasu adalah lambang kepada kepentingan pengetahuan dan pencapaian
(Muzium Kesenian Islam, 2001). Pasu-pasu bunga diperbuat daripada porselin yang diperbuat khas
untuk bunga-bunga tertentu. Pasu dibentuk mengikut tubuh wanita dan bunga yang dikatakan sesuai
untuk dibawa oleh porselin ialah seperti peoni dan orkid sesuai dengan bentuk pasu tersebut
(Williams, 1974). Buah anggur telah diperkenalkan di Negara China pada 126 B.C yang dibawa
masuk oleh menteri Chang Ch’ien sewaktu kepulanganya dari Indo-Scythians. Buah anggur juga
digunakan bagi tujuan kesenian dan motif sebagai satu corak dipinggiran (Williams, 1974).
Geometri
Bentuk geometri yang digambarkan biasanya tidak hanya tertumpu kepada satu-satu bentuk
sahaja.Terdapat ragam-ragam hias yang khusus dan digunakan di dalam seni bina Cina. Antara ragam
hias yang dimaksudkan ialah simbol keseimbangan yin dan yang. Kedua-dua elemen ini mewakili
unsur positif dan negatif. Ia merupakan asas utama kepada feng shui.Walaupun setiap suatu benda itu
hidup dalam keadaan yang bertentangan namun keduadua unsur ini seringkali berdampingan antara
| 20
satu sama lain secara abadi dalam kekuatan yin dan yang.Garis patah menggambarkan yin manakala
garis terus menggambarkan yang.
Simbol-simbol ini dipercayai dapat menolak pengaruh jahat dan membawa kepada kemakmuran serta
keselamatan (Moedjiono, 2011). Oleh itu, hiasan geometri terhasil berdasarkan yin dan yang ini.
Lambang swastika adalah lambang yang banyak digunakan di seluruh dunia dan lambang ini boleh
dikesan dalam budaya dan tradisi masyarakat. Lambang ini seringkali dikaitkan dengan nasib yang
baik. Selain daripada swastika, ia turut dikenali dengan nama suastika, svatica atau svatika. Selain itu,
ia juga turut disebut sebagai shubhtika yang membawa maksud petanda baik serta tuah badan yang
baik bagi sesiapa yang mneggunakannya.
Lambang ini seringkali menjadi lambang kepada Buddhisme, Jainisme dan Hinduisme. Gaya swastika
yang menghadap ke kiri dianggap mempunyai kaitan dengan kejahatan dan keburukkan (Mohd
Sabrizaa, 2008 ). Selain itu, terdapat hiasan yang terdiri daripada corak flet yang terhasil daripada
jalinan geometri dengan corak-corak bersegi. Hiasan ini dikatakan sebagai satu simbol panahan petir
yang dikaitkan dengan kegembiraan dan sebagai satu lambang kepada swastika Buddha yang
mewakili matahari (Muzium Kesenian Islam, 2001).
Awan larat dan skrol adalah olahan daripada Ju’i terapung, iaitu cokmar oleh dewa manakalan skrol
dikaitkan dengan ilmu apabila dikelilingi oleh sekumpulan awan larat ia melambangkan pendidikan,
pembelajaran dan kesedaran rohaniah (Muzium Kesenian Islam, 2001). Masyarakat Cina mempunyai
kemahiran yang tinggi dalam seni pembuatan skrol, corak ini sentiasa menghiasi setiap rumah
penduduk Cina. Bagi fahaman Buddha, skrol melambangkan kesucian dan kebenaran (Williams,
1976).
| 21
Berikut adalah tabel hasil penerapan dari penjelasan diatas pada masjid-masjid yang sudah berdiri :
Bil. Masjid Motif Jenis Lokasi
1 Masjid Kg.Keling
Pheoni
Merupakan hisanyang terdapat padabumbung masjid.
Skrol Terdapat padabumbung masjid.
Geometri Didapati padabumbung masjid
Teratai
Mustoka ataumahkota hiasan yang
diletakkan di atasbunga teratai. Bentuk
buah Buton
seringkali dikaitkan
dengan bentuk stupadan alas tapak sepertiini biasanya ditemuipada hiasan-hiasan
Buddha (MohdSabrizaa, 2008).
| 22
Bil. Masjid Motif Jenis Lokasi
2
Teratai
Motif ini bolehditemui pada mihrab
masjid ini.
3
Masjid Kg.Keling Teratai
Buga teratai yangberada dalam
kedudukkan terbalikboleh dilihat pada
pintu gerbang masjid.
4 Masjid Kg.
Alai
Teratai Motif ini terdapatpada mimbar masjid
5 Masjid
Tengkera
Teratai
Sama pada rosewoodyang wujud sejak
zaman dinasti Ming.
6 Masjid Bkt
Piatu
Teratai
Boleh didapati padapuncak mimbar
masjid
| 23
7 Masjid
Tengkera
Swastika Terdapat pada pintubelakang masjid ini.
8 MasjdTanjungKeling
Swastika Terdapat pada tanggamasuk masjid.
9Masjid
TengkeraPasu
Pasu bunga ini bolehdidapati di mimbarmasjid Tengkera.
10
Masjid
TengkeraPasu air Terdapat pada
mimbar masjid.
| 24
11Masjid Bkt.
Piatu
Hiasan pasu yangmengandungi bunga
peoni ini boleh dilihatpada sisi mimbar
masjid ini.
12 Masjid
Tengkera
Buah-buahan
Terdapat padamimbar masjid
Tengkera.
13 Masjid Kg.Keling
Buahanggur
Boleh dijumpai padamimbar masjid. Motif
anggur juga bolehdilihat di tokong
tertua di Melaka,iaitu tokong ChengHoon Teng (1625).
14 Masjid Kg.
Hulu
Sisik
Naga
Boleh dilihat padapuncak mimbar
masjid ini.
15 Masjid Bkt.
Piatu
Kepala
Naga
Terdapat pada hujungatap mimbar masjid.
| 25
16Masjid Kg.
Keling
Peoni Motif bunga peonipada hiasan seramikyang boleh dilihatpada puncak pintugerbang masjid ini.
17Masjid
Peringgit
18Masjid
Peringgit
pohonbuluh
Terdapat pada sisimimbar
19Masjid Kg.
KelingBunga
Plum
Bumbung masjid
Kesenian Cina mempunyai nilai estetikanya yang tersendiri, motif dan ornamentasi
digunakan bagi menghias sebuah bangunan menambahkan lagi keunikan bangunan
tersebut.Walaupun asas kepada pembentukan kesenian Cina ini adalah berasaskan kepada fahaman
aminisme dan agama Buddha, namun ornamentasi tersebut berjaya diIslamkan memandangkan
ia tidak melanggar syariat. Hasil ukiran yang baik ini bukan sahaja menyerikan ruang bangunan
malah dapat menonjolkan ciri-ciri pertukangan yang amat mengagumkan. Ia jelas menunjukkan
kemahiran tukang ukir terhadap simbol alam yang dimanifestasikan kepada bentuk nyata. Tukang-
tukang yang berperanan mendirikan masjid- masjid ini menggabungkan unsur kesenian luar dan
tempatan bagi menampilkan sebuah monumen ibadat yang penuh dengan ketwadukkan dan
| 26
kesucian. Hasilnya wujudlah sebuah masjid yang mempunyai warna-warni keindahan dari aspek
kesenian dan estetika yang tinggi.
Masyarakat muslim di China juga menerima segala bentuk hiasan ini walaupun mereka
beragama Islam. Hal ini kerana, hiasan dan motif-motif ini telah sebati dalam kehidupan masyarakat
muslim Cina yang masih kuat mengamalkan budaya Cina. Agama Islam bukan agama yang
berbentuk akomodatif atau paksaan dan Islam tidak melarang secara melulu penggunaan motif-motif
ini dan tiada halangan sama sekali dalam menggunakan motif-motif pra-Islam ini selagi ia idak
melaggar batas syariat Islam. Maka dengan sebab itu Islam mudah diterima oleh masyarakat di
Alam Melayu.
4.3 Kesimpulan
Dari hasil keterangan diatas, masjid cina dan timur tengah memiliki perbedaan mencolok
yaitu dari segi elemen bentuk dan corak atau ornamen dinding, pada masjid Timur tengah ciri utama
yang membedakan addalah elemen bentuk yang sangat khas sedangkan pada masjid cina lebih
mengunggulkan ornamen-ornamen unik dan warna yang kontras pada diding-dinding dan kolomnya.
| 27
BAB V
ANALISA DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian5.1.1 Elemen Masjid Timur Tengah yang diterapkan pada Masjid Tiban
No Kode Keterangan Elemen Arsitektur Timur Tengah
1. A1Bentuk pada masjid sendiri menerapkan
bentuk Arsitektur Timur tengah, yaitu ke-Geometrisan bangunan.
Bentuk masjid
2. A2
Masjid Timur yang selalu menggunakanbentuk geometris dan penempatan Kubahpada tengah bangunan menjadi ciri khususyang juga diterapkan pada masjid Tiban ini.
Bentuk masjid
3. A3 kubah pada Bangunan Masjid TibanTuren ini memperlihatkan Ciri khas yangmenjadikan Bangunan ini masuk KategoriArsitektur Bergaya timur tengah.
Kubah masjid
4. A4 Penggabungan antara kubah danLimasan pada Bangunan Masjid iniberujuan supaya bangunan mampu untukberadaptasi pada gaya arsitektural masjidpada umumnya, dan dari hal inimemperlihatkan Ciri khas yang menjadikanBangunan ini masuk Kategori ArsitekturBergaya timur tengah.
Perpaduan Kubah
| 28
5. A5 Penerapan Kubah pada BangunanMasjid Turen ini memperlihatkan Ciri khasyang menjadikan Bangunan ini masukKategori Arsitektur Bergaya TimurTengah.
Penerapan Kubah
6. A6 Selain bentuk bangunan dan kubahsendiri, ada unsur lain disini yang masihmenggunakan desain dari Arsitektur masjidtimur tengah, yaitu gerbang masuk darimasjid sendiri.
Bentuk gerbang yang berupa portal danpemberian hiasan ornamen pada gerbangjuga merupakan elemen-elemen dariArsitektur Masjid Timur Tengah.
Bentuk Gerbang Masjid
7. A7 Dan yang terakhir masih dalam kategoribentuk adalah dengan pemberian hiasandekoratif yang geometeris dan masihberhubungan dengan Arsitektur MasjidTimur Tengah yang juga menggunakanelemen yang sama
Hiasan dekoratif pada Taman Masjid
| 29
5.1.2 Elemen Masjid China yang diterapkan pada Masjid Tiban
No Kode Keterangan Elemen Arsitektur Cina
1. B1 Elemen masjid cina yang diterapkanpada masjid Tiban ini adalah kebanyakanberupa Warna yang mencolok dan corakukiran yang hampir menyelimuti seluruhdinding dan kolom pada bangunan masjid
Kaligrafi dinding
2. B2 Penggabungan antara Kaligrafi danTakel pada Bangunan Masjid turen inimemperlihatkan Ciri khas yang menjadikanBangunan ini masuk Kategori ArsitekturTimur tengah.
Kaligrafi dinding
3. B3 Penerapan permainan komposisi bentukKubah dan penggunaan perpaduan warnapada atap Masjid Turen ini menjadikanMasjid ini masuk dalam gaya atapArsitektur Timur tengah.
Kubah
4. B4 Tiang Vertikal pada Bangunan MasjidTiban Malang ini memperlihatkan Ciri khasyang menjadikan Bangunan ini semakincantik dalam interior karena terdapat ukirankaligrafi.
Kolom masjid dengan ornamennya
| 30
5. B5 Penggabungan warna dan ornamen padamasjid tiban ini sungguh menjadikanmasjid tiban ini semakin indah dalam segiarsitektural.
Ornamen Kaligrafi
6. B6 Warna pada Masjid cina kebanyakandiduminasi oleh 1 warna (baisanya merahnamun untuk masjid Tiban Warna yangdigunakan pada masjid tiban ini didominasioleh warna biru, dengan dasar putih dancorak emas yang menjadikan masjidterlihat sederhana karena warna biru danputih namun memiliki karakter kuat karenaadanya pencampuran warna kuning emaspada beberapa sudut Masjid Warna pada Fasad depan
7. B7 Penyampuran warna emas yang pas,tidak sedikit namun tidak pulamendominasi dan mengalahkan warnautama yaitu Biru, menjadikan karakter daribangunan terlihat, selain pada ukiranornamen yang terletak pada kolom dandinding, warna emas juga menghiasibeberapa ruan
Warna Kuning emas pada salah satuornamen kolom
8. B8 Selain digunakan pada dinding, warnaKuning juga digunakan pada lantai (meskitidak sepenuhnya berwarna kuning emas),namun dengan adanya efek lampu, warnalantai yang hanya Kuning biasa, menjaditerlihat seperti Emas ketika lampu-lampudinyalakan.
Warna Kuning emas pada LantaiMasjid
| 31
5.2 Pembahasan
A. Elemen Arsitektur Masjid Timur Tengah
Penerapan Arsitektur Timur Tengah pada Masjid Tiban lebih banyak pada bentuk Masjid
yang geomteris dan menggunakan kubah, serta dengan adanya hiasan pada Taman masjid yang juga
berberntuk geometris dan adanya Pintu Gerbang berupa Portal yang juga merupakan cirikhas dari
Aarsitektur Masjid Timut Tengah, menjadikan Penulis berpendapat bahwa Masjid Tiban ini
mengadopsi bentuk dari Arsitektur Masji Timur tengah.
A1
A4
A5 A7
A3 A6
A2
| 32
B. Elemen Arsitektur Masjid Cina
Ornamen Ukiran pada dinding dan kolom
| 33
Penggunaan elemen Arsitektur masjid Cina adalah
Ornamen dan Warna, kali ini Peneliti akan membahas ornamen
terlebih dahulu, pada Arsitektur Masjid cina sering ditemukan
ornamen-ornamen berupa ukiran dan pahatan yang seperti
hewan, bunga dan lain-lain yang memiliki arti terntentu, hal itu
juga diterapkan pada masjid tiban ini, namun ukiran pada
dinding dan kolom bangunan berupa kaligrafi huruf arab dan
kaligrafi bunga, hanya saja bedanya disini arti dari kaligrafi
masih belum diketahui karena pada dasarnya kaligrafi huruf
hijaiya hanya bisa diartikan oleh mereka yang pernah
mengalami pendidikan tentang tata cara membuat kaligrafi
huruf Hijaiah, namun meski jarang orang sekarang yang tahu arti dan makna dari kaligrafi-kaligrafi
yang terletak hampir diseluruh dinding dan kolom bangunan, keindahan ornamen kaligrafi dari masjid
ini tetap masih bisa dinikmati oleh banyak orang yang mengunjungi masjid Tiban ini.
Penggunaan Warna
| 34
Penggunaan warna pada masjid-masjid berarsitektur cina memiliki ciri khas warna yang
mendominasi yaitu merah dalam hal ini hampir sama dengan Masjid Tiban ini, hanya saja disini
perbedaan terletak pada warna yang dipakai yaitu Biru dan diimbangi dengan corak warna keemasan
pada sudut dan ornament-ornamen tertentu untuk menonjolkan karakter dari bangunan ini.
| 35
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari analisa diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa bangunan masjid Tiban ini adalah
bangunan bertipologi hybrid (campuran), karena berdasarkan analisa kami, bangunan menggunakan
campuran dari bentuk Arsitektur Masjid timur Tengah tapi dengan perbedaan ukuran dan presisi, dan
disisi lain menggunakan ornament yang mengadopsi dari Arsitektur Cina, hanya saja dalam
penerapannya dibedakan dalam penggunaan makna ukiran ornament dan warna yang dipakai.
Namun secara hakekatnya sama, meski sudah diketahui pada Bab 2, bahwa masjid ini bukan
hasil rancangan seorang Arsitek ternama melainkan hasil dari istikharah pendiri pondok pesantren
yang berada dimasjid ini.