044_puji kurniasih_tkl tugas sanitasi

10
ANALISIS PENCEMARAN AIR SUMUR GALIAN DI KECAMATAN AMBAL, KEBUMEN SELATAN Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Kesehatan Lingkungan Semester IV Oleh NAMA : PUJI KURNIASIH NIM : 25010112120044 KELAS : A 2012 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS DIPONEGORO 2014

Upload: puji-kurniasih

Post on 28-Sep-2015

65 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tkl

TRANSCRIPT

  • ANALISIS PENCEMARAN AIR SUMUR GALIAN DI KECAMATAN

    AMBAL, KEBUMEN SELATAN

    Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Kesehatan Lingkungan

    Semester IV

    Oleh

    NAMA : PUJI KURNIASIH

    NIM : 25010112120044

    KELAS : A 2012

    FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

    UNIVERSITAS DIPONEGORO

    2014

  • ANALISIS PENCEMARAN AIR SUMUR GALIAN DI KECAMATAN

    AMBAL, KEBUMEN SELATAN

    1. Analisis Kondisi Lingkungan

    Kebumen merupakan salah satu kabupaten yang berada di Jawa

    Tengah. Secara geografis Kabupaten Kebumen terletak pada 727' - 750'

    Lintang Selatan dan 10922' - 10950' Bujur Timur. Bagian selatan Kabupaten

    Kebumen merupakan dataran rendah, sedang pada bagian utara berupa

    pegunungan (Setiadi, 2009). Wilayah Kabupaten Kebumen terdiri atas 26

    Kecamatan. Salah satu Kecamatan yang berada di Kebumen Selatan adalah

    Kecamatan Ambal (Bappeda Kebumen, 2005).

    Gambar 1.1 Peta wilayah Kabupaten Kebumen

    Sumber : https://sites.google.com/site/pnpmsruweng/petakebumens.jpg

  • Luas wilayah Kecamatan Ambal adalah 62.410 km2 dengan jumlah

    penduduk 54.936 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 27.873 jiwa dan

    jumlah penduduk perempuan sebanyak 27.063 jiwa dengan kepadatan

    penduduk 88 jiwa/ ha. Menurut SNI-03- 1733-2004 kepadatan penduduk yang

    kurang dari 150 jiwa/ha merupakan daerah dengan tingkat kepadatan

    penduduk yang rendah. Jarak Kecamatan Ambal dari Kota Kebumen adalah

    16,00 km. Banyaknya RT di Kecamatan Ambal 314 dan RW sebanyak 117

    yang terbagi dalam 32 Desa (Himpunan Mahasiswa Unsoed, 2014).

    Kecamatan Ambal merupakan daerah Kebumen Selatan yang memiliki

    ketinggian tempat berkisar antara : 0 s/d 7 meter diatas permukaan laut dan

    berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Topografi Kecamatan Ambal

    berupa daerah pantai dan dataran rendah. Jenis tanah yang ada adalah jenis

    tanah regosol kelabu (RPJMN Kabupaten Kebumen, 2005).

    Gambar 1.2 Struktur tanah regosol

    Sumber : http://anapangesti.blogspot.com/2012/11/geografi-tanah-analisis-

    sifat-fisik.html

    Tanah regosol memiliki beberapa nama lain seperti Volcanic ash soil,

    Recent deposits, Psamment atau Vitrandept (USDA). Bahan induk tanah

    regosol adalah pasir pantai. Warna yang dimiliki tanah jenis ini adalah kelabu

    hingga kuning. Kadar liatnya kurang dari 40% dengan struktur tanpa atau

  • berbutir tunggal. Kemampuan tanah regosol untuk menyerap air adalah tinggi

    dan mudah tererosi. Tanah regosol berkonsistensi gembur (Pangesti, 2012).

    Karakteristik tanah regosol yang mudah untuk menyerap air membuat

    Kecamatan Ambal merupakan salah satu daerah dengan cadangan air yang

    cukup. Saat terjadi kemarau panjang penduduk Kecamatan Ambal masih tetap

    bisa memperoleh air dari sumur gali mereka. Kedalaman air sumur gali pada

    musim kemarau di Kecamatan Ambal berkisar antara 1,5- 7 meter.

    Gambar 1.3 Beberapa kondisi sumur gali yang dimanfaatkan sebagai sumber

    air oleh penduduk di Kecamatan Ambal

    Meskipun kebutuhan air dapat terpenuhi namun beberapa penduduk

    mengeluh dengan kualitas air yang mereka konsumsi. Air yang berasal dari

    sumur gali mereka memiliki bau yang tidak sedap. Kondisi tersebut semakin

    parah saat musim hujan datang. Padahal berdasarkan hasil observasi di

    lapangan hampir 100% dari penduduk di Kecamatan Ambal menggunakan air

    sumur sebagai air minum dan memasak.

    2. Identifikasi Penyebab Masalah

    Berdasarkan paparan di atas diketahui bahwa masalah yang ada adalah

    bau yang tidak sedap pada air yang berasal dari sumur gali penduduk di

    Kecamatan Ambal. Faktor penyebabnya adalah kondisi lingkungan yang

    tidak terjaga kebersihannya. Adapun faktor yang dapat menyebabkan

    pencemaran air pada sumur gali di Kecamatan Ambal adalah sebagai berikut.

  • 2.1 Jarak Septic Tank yang Dekat dengan Sumber Air

    Di Kecamatan Ambal sebagian besar penduduknya memiliki

    septic tank yang sangat dekat dengan sumber air. Jarak rata- rata septic

    tank dengan sumber air adalah 7 meter.

    Gambar 2.1.1 Pembuatan septic tank yang dekat dengan sumur gali

    Sumber : Doc. Pribadi

    Penyebab air sumur menjadi berbau karena disebabkan oleh

    adanya bakteri yang berkembang biak dalam air sumur. Bakteri tersebut

    masuk melalui air yang meresap masuk ke dalam sumur. Saat jarak septic

    tank terlalu dekat maka potensi resapan air yang masuk ke dalam sumur

    semakin besar. Adapun laju resapan air juga dipengaruhi oleh jenis tanah.

    Kecamatan Ambal yang memiliki tanah regosol (berpasir dan berkerikil)

    memiliki kecepatan peresapan yang tinggi.

    2.2 Tidak adanya sistem penanganan limbah domestik maupun limbah

    industri

    Gambar 2.2.1 Limbah domestik dan industri yang belum ditangani secara

    tepat

    Sebagian besar penduduk di Kecamatan Ambal membuang

    limbah rumah tangga (air bekas mandi dan mencuci) ke lingkungan

  • sekitar. Penduduk tidak memiliki SPAL (Sistem Pembuangan Air

    Limbah). Air limbah domestik mengandung senyawa yang dapat

    mencemari lingkungan. Sebagai contohnya adalah air sisa detergen. Air

    limbah detergen termasuk polutan atau zat yang mencemari lingkungan

    karena didalamnya terdapat zat yang disebut ABS (Alkyl Benzene

    Sulphonate). Detergen tersebut sukar dirusak oleh mikroorganisme

    (nonbiodegradable) sehingga dapat menimbulkan pencemaran

    lingkungan (Scheibel J, 2004).

    Selain itu pencemaran akibat detergen mengakibatkan timbulnya

    bau busuk. Bau busuk ini berasal dari gas NH3 dan H2S yang merupakan

    hasil proses penguraian bahan organik lanjutan oleh bakteri anaerob.

    Detergen sangat berbahaya bagi lingkungan karena dari beberapa kajian

    menyebutkan bahwa detergen memiliki kemampuan untuk melarutkan

    bahan dan bersifat karsinogen, misalnya 3,4 Benzonpyrene, selain

    gangguan terhadap masalah kesehatan, kandungan detergen dalam air

    minum akan menimbulkan bau dan rasa tidak enak.

    Industri yang ada di Kecamatan Ambal adalah home industry

    tempe. Industri tersebut belum melakukan pengolahan limbah terlebih

    dahulu sebelum membuang limbah yang dihasilkan. Limbah cair tempe

    dapat menimbulkan pencemaran yang cukup berat karena mengandung

    polutan organik yang cukup tinggi. Dari beberapa hasil penelitian,

    konsentrasi COD (Chemical Oxygen Demand) di dalam air limbah tempe

    cukup tinggi yakni berkisar antara 7.000 - 10.000 ppm, serta mempunyai

    keasaman yang rendah yakni pH 4-5. Dengan kondisi seperti tersebut di

    atas, air limbah industri tempe merupakan salah satu sumber pencemaran

    lingkungan yang sangat potersial. Zat organik akan terurai dan

    menghasilkan produk gas methan dan gas H2S serta NH3 yang

    menyebabkan bau yang tidak sedap

    Air limbah domestik maupun air limbah industri yang dibuang ke

    lingkungan dapat mencemari sumber air (sumur). Apabila berdekatan

  • dengan industri dengan beban pencemaran tinggi dan tidak memiliki

    sistem pengendalian pencemaran air maka akan terpengaruh rembesan

    pencemaran (Hardjosoemantri, 2005). Karena kandungan yang ada di

    dalam limbah tersebut maka timbulah bau tak sedap.

    3. Solusi Penanganan Masalah

    Beberapa alternatif solusi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.

    3.1 Perbaikan sumur dan septic tank

    Salah satu solusi untuk menangani konsisi pencemaran air sumur

    di Kecamatan Ambal adalah dengan memperbaiki sumur ataupun septic

    tank. Perbaikan dinding sumur yang bocor, sarana air limbah diperbaiki

    dan diberi pasangan kedap air, perhatikan jarak sumber pencemaran,

    memindahkan lokasi sumur, dengan memperdalam sumur (Deep Well

    Drilling), memiliki beberapa keunggulan, dibandingkan dengan

    penggunaan filter air untuk memproses air bersih, karena memerlukan

    perawatan dan pemeliharaan yang cukup .Adapun standard jarak septic

    tank dengan sumber air (sumur) atupun bangunan adalah sebagai berikut.

    Tabel 2.1.1 Standard jarak septic tank dengan bangunan, sumber air, dan

    pipa air bersih.

    Sumber : Tabloid Hunianku edisi 24 Juli 2011

    Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih lokasi

    pembuatan septic tank adalah sebagai berikut (Soeparman, 2002):

    3.1.1 Jamban atau kolam pembuangan (cesspool) harus ditempatkan

    lebih rendah, atau sekurang-kurangnya sama tinggi dengan sumber

  • air bersih. Apabila memungkinkan, harus dihindari penempatan

    langsung di bagian yang lebih tinggi dari sumur. Jika penempatan

    di bagian yang lebih tinggi tidak dapat dihindarkan, jarak 15 m

    akan mencegah pencemaran bakteriologis ke sumur. Penempatan

    jamban di sebelah kanan atau kiri akan mengurangi kemungkinan

    kontaminasi air tanah yang mencapai sumur.

    3.1.2 Penyelidikan yang seksama harus dilakukan sebelum membuat

    jamban cubluk (pit privy), kakus bor (bored-hole latrine), kolam

    pembuangan, dan sumur resapan dikarenakan pencemaran dapat

    terjadi secara langsung melalui saluran dalam tanah tanpa filtrasi

    alami ke sumur yang jauh atau sumber penyediaan air minum

    lainnya.

    Gambar 3.1.1 Instalasi septic tank

    3.2 Pembangunan SPAL

    Sistem yang dapat digunakan untuk menangani limbah domestik

    di Kecamatan ambal adalah Small Bore Sewer. Saluran pada sistem riol

    ukuran kecil (small bore sewer) ini dirancang, hanya untuk menerima

    bagian- bagian cair dari air buangan kamar mandi, cuci, dapur dan

    limpahan air dari tangki septik, sehingga salurannya harus bebas zat

  • padat. Saluran tidak dirancang untuk self cleansing, dari segi ekonomis

    sistem ini lebih murah dibandingkan dengan sistem konvensional

    (Maryam Dewiandratika, sistem Penyaluran air limbah 2002).

    Daerah pelayanan relatif lebih kecil, pipa yang dipasang hanya

    pipa persil dan servis yang menuju lokasi pembuangan akhir, pipa lateral

    dan pipa induk tidak diperlukan, kecuali untuk beberapa daerah

    perencanaan dengan kepadatan penduduk sangat tinggi dan timbulan air

    buangan yang sangat besar.

    3.3 Pengembangan sistem Sanita (Sanitasi Taman)

    Sistem sanitasi taman (Sanita) adalah sistem pengolahan air

    limbah rumah tangga dari septic tank dengan memanfaatkan tumbuh-

    tumbuhan untuk mereduksi sisa bahan pencemar. Tujuan untuk

    mengendalikan limbah cair rumah tangga agar tidak mencemari badan air

    serta memperbaiki kualitas air tanah, air permukaan, dan kesuburan tanah

    melalui alternatif pengolahan sistem ekosan.

    Kolam sanita terdiri dari pipa inlet, pipa outlet, kerikil, tanaman

    air minimal 11 macam dalam satu kolam. Tanaman yang bisa digunakan

    misalnya Jaringao, Pontederia cordata (Bunga Ungu), Lidi Air, Futoy

    Ruas, Typhia angustifolia (Bunga Coklat), Melati Air dan Lili

    Air.Beberapa manfaat Sanita adalah mampu mereduksi zat organic

    (BOD), mampu mereduksi Fecal Coliform bacteria, dan mampu

    mereduksi total nitrogen dan fosfat.

    Gambar 3.3.1 Skema Sanita

    Sumber : Tabloid Hunianku Edisi Juli 2011

  • DAFTAR PUSTAKA

    Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kebumen (Bappeda). 2005. Rencana

    Strategis Pembangunan Sektor Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)

    Kabupaten Kebumen Tahun 2005- 2010. Kebumen : Bappeda Kebumen.

    Himpunan Mahasiswa Unsoed. 2014. Data Kecamtan.

    http://hmkunsoed.wordpress.com/tentang-kebumen/data-kecamatan/#. 28 Juni

    2014 (08:54).

    Pangesti, Ana. 2012. Geografi Tanah Analisis Sifat Fisik Tanah Regosol. 29

    November. Surakarta.

    Peraturan Bupati Kebumen Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka

    Menengah Kabupaten Kebumen Tahun 2006- 2010. Kebumen.

    Scheibel J. 2004. The Evolution of Anionic Surfactan Tehnology to Meet the

    Requirement of the Laundry Detergent Industry. Journal of Surfactan and

    Detergent. Vo7. No. 5.

    Setiadi, Aris. 2009. Profil Kebumen. http://kab-

    kebumen.blogspot.com/2009/10/profil-kebumen.html. 28 Juni 2014 (08:07).

    Sigid hariyadi. 2004. BOD dan COD Sebagai Parameter Pencemaran Air Dan Baku

    Mutu Air Limbah.

    SNI-03- 1733-2004. Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan.

    http://www.pip2bdiy.org/nspm/data/SNI%2003-1733-2004.pdf. 28 Juni 2014

    (09:20).

    Soeparman dan Suparmin. 2002. Pembuangan Tinja & Limbah Cair (Suatu

    Pengantar). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

    Tabloid Hunianku. 2011. Merancang Tangki Septik (Septic Tank). Edisi 24. Juli 2011.

    Jakarta.