03. revisi ranperda retribusi jasa usaha eval gub - copy · bupati boyolali peraturan daerah...
TRANSCRIPT
BUPATI BOYOLALI
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 12 TAHUN 2011
TENTANG
RETRIBUSI JASA USAHA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BOYOLALI, Menimbang : a. bahwa retribusi daerah merupakan salah satu sumber
pendapatan daerah yang penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah untuk memantapkan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab;
b. bahwa kebijakan retribusi daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip demokratis, pemerataan dan keadilan, peran serta masyarakat dan akuntabilitas dengan memperhatikan potensi daerah;
c. bahwa dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali terkait Retribusi Jasa Usaha perlu disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan sebagaimana diatur dalam undang-undang dimaksud;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Jasa Usaha;
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah;
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);
- 2 -
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4252);
5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
7. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah dibuah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
9. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966);
10. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5015);
11. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025);
12. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);
13. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
- 3 -
14. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang
Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 6,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3258) sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 58 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 90,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5145);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang
Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1993 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3527);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1993 tentang
Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 60,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3528);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang
Prasarana dan Lalu Lintas Jalan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1993 Nomor 63, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5329);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang
Kendaraan dan Pengemudi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1993 Nomor 64, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3530);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2005 tentang
Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Publik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
28, Tambahan Lembaran Negara republik Indonesia Nomor
4485);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
21. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4609)
sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor
38 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan
- 4 -
Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 78, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4855);
22. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);
23. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata
Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5161);
24. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Boyolali
Nomor 12 Tahun 1987 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil
di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II
Boyolali (Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II
Boyolali Tahun 1988 Nomor 1 Seri D Nomor 1);
25. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 6 Tahun 2004
tentang Pemakaian Kekayaan Daerah (Lembaran Daerah
Kabupaten Boyolali Tahun 2004 Nomor 14 seri C, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 66);
26. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 4 Tahun 2007
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah
Kabupaten Boyolali Tahun 2007 Nomor 4, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 93);
27. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 6 Tahun 2007
tentang Pelayanan Publik (Lembaran Daerah Kabupaten
Boyolali Tahun 2007 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Boyolali Nomor 94);
28. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 3 Tahun 2008
tentang Pembentukan, Susunan Organisasi, Kedudukan dan
Tugas Pokok Dinas Daerah Kabupaten Boyolali (Lembaran
Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2008 Nomor 3, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 101);
29. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 4 Tahun 2008
tentang Pembentukan, Susunan Organisasi, Kedudukan, dan
Tugas Pokok Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi
Pamong Praja Kabupaten Boyolali (Lembaran Daerah
Kabupaten Boyolali Tahun 2008 Nomor 4, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 102);
- 5 -
30. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 11 Tahun 2008
tentang Urusan Pemerintahan yang menjadi Kewenangan
Pemerintah Kabupaten Boyolali (Lembaran Daerah
Kabupaten Boyolali Tahun 2008 Nomor 11, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 107);
31. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 6 Tahun 2009
tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah (Lembaran Daerah
Kabupaten Boyolali Tahun 2009 Nomor 6, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 111);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BOYOLALI
dan
BUPATI BOYOLALI
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Boyolali.
2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas
otonomi dan Tugas Pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam
sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.
4. Bupati adalah Bupati Boyolali.
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang selanjutnya disingkat DPRD adalah
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Boyolali.
6. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang retribusi daerah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
- 6 -
7. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan,
baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi
perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha
Milik Negara (BUMN), atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama
dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau
organisasi lainnya, lembaga dan bentuk Badan lainnya termasuk kontrak
investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
8. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayanan yang
menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati
oleh orang pribadi atau Badan.
9. Jasa Usaha adalah jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan
menganut prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula
disediakan oleh sektor swasta.
10. Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan daerah
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan
orang pribadi atau Badan.
11. Retribusi Jasa Usaha adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh
Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip-prinsip komersial karena pada
dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta.
12. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah adalah pembayaran atas pemakaian
kekayaan daerah yang disediakan oleh Pemerintah Daerah.
13. Pemakaian Kekayaan Daerah adalah pelayanan pemakaian kekayaan daerah
yang disediakan oleh Pemerintah Daerah.
14. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan adalah pembayaran atas pelayanan
penyediaan fasilitas pasar grosir berbagai jenis barang, termasuk ternak, hasil
bumi dan fasilitas pasar dan/atau pertokoan yang disediakan oleh Pemerintah
Daerah.
15. Pasar Grosir dan/atau Pertokoan adalah pasar grosir berbagai jenis barang
termasuk ternak, hasil bumi dan fasilitas pasar dan/atau pertokoan yang
disediakan oleh Pemerintah Daerah.
16. Retribusi Terminal adalah pembayaran atas pemberian pelayanan jasa terminal
untuk kendaraan bermotor umum, tempat kegiatan usaha dan fasilitas lainnya di
lingkungan kerja terminal, yang disediakan, dimiliki dan/atau diselenggarakan
Pemerintah Daerah.
17. Pelayanan Jasa Terminal adalah pelayanan penyediaan fasilitas terminal yang
berupa fasilitas utama dan/atau fasilitas penunjang di lingkungan kerja terminal
yang dimiliki dan/atau diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, sesuai dengan
fungsi, klasifikasi dan tipe terminal yang ada.
- 7 -
18. Terminal adalah pangkalan kendaraan bermotor umum yang digunakan untuk
mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan orang
dan/atau barang, serta perpindahan modal angkutan.
19. Parkir adalah keadaan kendaraan berhenti atau tidak bergerak untuk beberapa
dan ditinggalkan pengemudinya.
20. Tempat khusus parkir adalah tempat yang disediakan secara khusus untuk
parkir.
21. Retribusi Tempat Khusus Parkir adalah pembayaran atas pelayanan tempat
khusus parkir yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah
Daerah.
22. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa adalah pembayaran atas
pelayanan penyediaan tempat penginapan/pesanggrahan/villa yang dimiliki
dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah tidak termasuk yang dimiliki dan/atau
dikelola oleh Perusahaan Daerah dan pihak swasta.
23. Retribusi Rumah Potong Hewan adalah pembayaran atas pelayanan
penyediaan fasilitas rumah potong hewan, termasuk pemeriksaan kesehatan
hewan sebelum dan sesudah dipotong yang dimiliki dan/atau dikelola oleh
Pemerintah Daerah.
24. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga adalah pembayaran atas pelayanan
tempat rekreasi, pariwisata, dan olahraga yang disediakan, dimiliki, dan/atau
dikelola oleh Pemerintah Daerah.
25. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah adalah pembayaran atas penjualan
hasil produksi usaha Pemerintah Daerah.
26. Kas Umum Daerah adalah Kas Pemerintah Kabupaten Boyolali.
27. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang menurut peraturan
perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran
retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu.
28. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas
waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan jasa dari pemerintah daerah.
29. Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang dapat dikenakan
retribusi.
30. Retribusi yang terutang adalah retribusi yang harus dibayar pada suatu saat,
dalam masa retribusi, dalam tahun retribusi atau dalam bagian tahun retribusi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan retribusi daerah.
31. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data
objek dan subjek retribusi, penentuan besarnya retribusi yang terutang sampai
kegiatan penagihan retribusi kepada Wajib Retribusi serta pengawasan
penyetorannya.
32. Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SPTRD,
adalah surat yang oleh wajib retribusi digunakan untuk melaporkan
penghitungan dan/atau pembayaran retribusi, objek retribusi dan/atau bukan
- 8 -
objek retribusi, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan retribusi daerah.
33. Surat Setoran Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SSRD, adalah bukti
pembayaran atau penyetoran retribusi yang telah dilakukan dengan
menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas daerah
melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Bupati.
34. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD, adalah
surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya jumlah pokok retribusi
yang terutang.
35. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya disingkat
SKRDKB, adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya jumlah
pokok retribusi, jumlah kredit retribusi, jumlah kekurangan pembayaran pokok
retribusi, besarnya sanksi administratif, dan jumlah yang masih harus dibayar.
36. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya
disingkat SKRDKBT adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan
tambahan atas jumlah retribusi yang telah ditetapkan.
37. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Nihil yang selanjutnya disingkat SKRDN
adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah retribusi sama
besarnya dengan jumlah kredit retribusi atau retribusi tidak terutang dan tidak
ada kredit retribusi.
38. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat
SKRDLB adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah kelebihan
pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retribusi
terutang atau seharusnya tidak terutang.
39. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat
untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administratif berupa bunga
dan/atau denda.
40. Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan
kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan dalam penerapan
ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan retribusi daerah yang
terdapat dalam SKRD, SKRDKB, SKRDKBT, SKRDLB, atau terhadap
pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib
Retribusi.
41. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap
SKRD, SKRDKB, SKRDKBT, SKRDLB atau terhadap pemotongan atau
pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Retribusi.
42. Surat Teguran adalah surat yang diterbitkan oleh Pejabat yang berwenang
untuk menegur atau memperingatkan Penanggung Pajak untuk melunasi utang
pajaknya, setelah tanggal jatuh tempo pembayaran utang pajaknya.
43. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data,
keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional
- 9 -
berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban retribusi dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan retribusi daerah.
44. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara
yang diatur dalam peraturan perundang-undangan untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana yang
terjadi dan guna menemukan tersangkanya.
45. Penyidikan Tindak Pidana dibidang Retribusi adalah serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan
bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang retribusi daerah yang terjadi
serta menemukan tersangkanya.
46. Penyidik adalah Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia atau Pejabat
Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-
Undang untuk melakukan penyidikan.
47. Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PPNS adalah Pejabat
Penyidik Pengawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Kabupaten
Boyolali yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan
penyidikan tindak pidana di bidang retribusi sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
BAB II
OBJEK DAN GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 2
(1) Objek Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh
Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial yang meliputi:
a. Pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan daerah yang
belum dimanfaatkan secara optimal; dan/atau
b. Pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum disediakan secara
memadai oleh pihak swasta.
(2) Retribusi yang dikenakan atas jasa usaha digolongkan sebagai Retribusi Jasa
Usaha.
Pasal 3
Jenis Retribusi Jasa Usaha adalah :
a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;
b. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan;
c. Retribusi Terminal;
d. Retribusi Tempat Khusus Parkir;
e. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa;
- 10 -
f. Retribusi Rumah Potong Hewan;
g. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga; dan
h. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.
Bagian Kesatu
Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
Paragraf 1
Nama, Objek, Subjek, dan Wajib Retribusi
Pasal 4
(1) Dengan nama Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah dipungut retribusi atas
pemakaian kekayaan daerah.
(2) Objek Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah adalah pemakaian kekayaan
daerah.
(3) Dikecualikan dari objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah
penggunaan tanah yang tidak mengubah fungsi dari tanah antara lain
pemancangan tiang listrik/telepon atau penanaman/pembentangan kabel
listrik/telepon di tepi jalan umum.
(4) Subjek Retribusi Pemakaian kekayaan daerah adalah orang pribadi/Badan
yang memanfaatkan atas pemakaian kekayaan daerah.
(5) Wajib Retribusi Pemakaian kekayaan daerah adalah orang pribadi atau Badan
yang dikenakan kewajiban membayar retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 5
Tingkat penggunaan jasa pemakaian kekayaan daerah dihitung berdasarkan jenis
kekayaan yang digunakan dan jangka waktu pemakaian.
Paragraf 3
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 6
Struktur dan besarnya tarif Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah digolongkan
berdasarkan jenis kekayaan daerah yang digunakan dan jangka waktu pemakaian
ditetapkan dalam Lampiran I yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
- 11 -
Bagian Kedua
Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan
Paragraf 1
Nama, Objek, Subjek, dan Wajib Retribusi
Pasal 7
(1) Dengan nama Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan dipungut retribusi
atas penyediaan fasilitas pasar grosir.
(2) Objek Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan adalah penyediaan fasilitas
pasar grosir berbagai jenis barang, dan fasilitas pasar/pertokoan yang
dikontrakkan, yang disediakan/diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.
(3) Dikecualikan dari objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah
fasilitas pasar yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh BUMN, BUMD
dan pihak swasta.
(4) Subjek Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan adalah orang pribadi atau
Badan yang memanfaatkan atas penyediaan fasilitas pasar grosir dan/atau
pertokoan.
(5) Wajib Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan adalah orang pribadi atau
Badan yang dikenakan kewajiban membayar Retribusi Pasar Grosir dan/atau
Pertokoan atas pemanfaatan fasilitas pasar grosir dan/atau pertokoan.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 8
Tingkat penggunaan jasa Pasar Grosir dan/atau Pertokoan dihitung berdasarkan
jenis fasilitas, luas dan jangka waktu pemakaian.
Paragraf 3
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 9
(1) Struktur dan besarnya tarif Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan
digolongkan berdasarkan jenis, fasilitas, luas, jangka waktu pemakaian dan
kategori Pasar Grosir dan/atau Pertokoan sebagaimana dimaksud dalam
Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
- 12 -
(2) Ketentuan mengenai Kategori Pasar Grosir dan/atau Pertokoan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati.
Bagian Ketiga
Retribusi Terminal
Paragraf 1
Nama, Objek, Subjek, dan Wajib Retribusi
Pasal 10
(1) Dengan nama Retribusi Terminal dipungut retribusi atas pelayanan jasa
terminal.
(2) Objek Retribusi Terminal adalah pemberian pelayanan jasa terminal untuk
kendaraan bermotor umum, tempat kegiatan usaha dan fasilitas pendukung
lainnya yang disediakan, dimiliki dan/atau diselenggarakan oleh pemerintah
daerah.
(3) Dikecualikan dari objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah
terminal yang disediakan, dimiliki dan/atau diselenggarakan oleh Pemerintah,
BUMN, BUMD dan pihak swasta.
(4) Subjek Retribusi terminal adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan
dan memanfaatkan pelayanan jasa terminal baik secara langsung maupun
tidak langsung.
(5) Wajib Retribusi terminal adalah orang pribadi atau Badan yang dikenakan
kewajiban membayar Retribusi Terminal atas pelayanan jasa terminal.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 11
Tingkat penggunaan jasa terminal dihitung berdasarkan jenis fasilitas terminal, jenis
pelayanan angkutan dengan kendaraan bermotor umum, luasan dan jangka waktu
penggunaan fasilitas terminal.
Paragraf 3
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 12
Struktur dan besarnya tarif Retribusi Terminal digolongkan berdasarkan jenis fasilitas,
jenis pelayanan angkutan dengan kendaraan bermotor umum, luasan dan jangka
- 13 -
waktu penggunaan fasilitas terminal ditetapkan dalam Lampiran III yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Keempat
Retribusi Tempat Khusus Parkir
Paragraf 1
Nama, Objek, Subjek, dan Wajib Retribusi
Pasal 13
(1) Dengan nama Retribusi Tempat Khusus Parkir dipungut retribusi atas retribusi
pelayanan tempat khusus parkir.
(2) Objek Retribusi Tempat Khusus Parkir adalah pelayanan tempat khusus parkir
yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.
(3) Dikecualikan dari objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah
pelayanan tempat parkir yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh
Pemerintah, BUMN, BUMD dan pihak swasta.
(4) Subjek Retribusi Tempat Khusus Parkir adalah orang pribadi atau Badan yang
menikmati pelayanan tempat khusus parkir.
(5) Wajib Retribusi Tempat Khusus Parkir adalah orang pribadi atau Badan yang
dikenakan kewajiban retribusi tempat khusus parkir.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 14
Tingkat penggunaan jasa Tempat Khusus Parkir dihitung berdasarkan jenis tempat
parkir yang disediakan, jenis kendaraan dan jangka waktu pemakaian.
Paragraf 3
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 15
Struktur dan besarnya tarif Retribusi Tempat Khusus Parkir digolongkan berdasarkan
jenis tempat parkir yang disediakan, jenis kendaraan dan jangka waktu pemakaian
ditetapkan dalam Lampiran IV yang menjadi bagian tak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
- 14 -
Bagian Kelima
Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa
Paragraf 1
Nama, Objek, Subjek, dan Wajib Retribusi
Pasal 16
(1) Dengan nama Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa dipungut
retribusi atas pelayanan tempat penginapan/ pesanggrahan/villa.
(2) Objek Retribusi Tempat Penginapan/ Pesanggrahan/Villa adalah pelayanan
tempat penginapan/pesanggrahan/villa yang disediakan, dimiliki, dan/atau
dikelola oleh Pemerintah Daerah.
(3) Dikecualikan dari objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah
tempat penginapan/pesanggrahan/villa yang disediakan, dimiliki, dan/atau
dikelola oleh Pemerintah, BUMN, BUMD dan pihak swasta.
(4) Subjek Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa adalah orang pribadi
atau Badan yang menikmati atas pelayanan tempat
penginapan/pesanggrahan/villa.
(5) Wajib Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa adalah orang pribadi
atau Badan yang dikenakan kewajiban membayar Retribusi Tempat
Penginapan/ Pesanggrahan/Villa.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 17
Tingkat penggunaan jasa Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa dihitung
berdasarkan jenis tempat penginapan dan jangka waktu pemakaian.
Paragraf 3
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 18
Struktur dan besarnya tarif Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa
digolongkan berdasarkan jenis tempat penginapan dan jangka waktu pemakaian
ditetapkan dalam Lampiran V yang menjadi bagian tak terpisahkan dengan Peraturan
Daerah ini.
Bagian Keenam
Retribusi Rumah Potong Hewan
- 15 -
Paragraf 1
Nama, Objek, Subjek, dan Wajib Retribusi
Pasal 19
(1) Dengan nama Retribusi Rumah Potong Hewan dipungut retribusi atas
pelayanan penyediaan fasilitas rumah pemotongan hewan.
(2) Objek Retribusi Rumah Potong Hewan adalah pelayanan penyediaan fasilitas
rumah pemotongan hewan ternak termasuk pelayanan pemeriksaan kesehatan
ternak sebelum dan sesudah dipotong, yang disediakan, dimiliki, dan/atau
dikelola oleh Pemerintah Daerah.
(3) Dikecualikan dari objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah
pelayanan penyediaan fasilitas rumah pemotongan hewan ternak yang
disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah, BUMN, BUMD dan pihak
swasta.
(4) Subjek Retribusi Rumah Potong Hewan adalah orang pribadi atau Badan yang
memanfaatkan atas pelayanan penyediaan fasilitas rumah potong hewan
ternak.
(5) Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang dikenakan kewajiban
membayar Retribusi Rumah Potong Hewan.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 20
Tingkat penggunaan jasa dihitung berdasarkan jenis pelayanan dan jenis hewan
ternak.
Paragraf 3
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 21
Struktur dan besarnya tarif Retribusi Rumah Potong Hewan digolongkan
berdasarkan jenis pelayanan dan jenis hewan ternak ditetapkan dalam Lampiran VI
yang menjadi bagian tak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Ketujuh
Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga
- 16 -
Paragraf 1
Nama, Objek, Subjek, dan Wajib Retribusi
Pasal 22
(1) Dengan nama Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga dipungut retribusi atas
pelayanan tempat rekreasi, pariwisata dan olahraga.
(2) Objek Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga adalah pelayanan tempat
rekreasi, pariwisata, dan olahraga yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola
oleh Pemerintah Daerah.
(3) Dikecualikan dari objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah
pelayanan tempat rekreasi, pariwisata dan olahraga yang disediakan, dimiliki
dan/atau dikelola oleh Pemerintah, BUMN, BUMD dan pihak swasta.
(4) Subjek Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga adalah orang pribadi atau
Badan yang menikmati atas pelayanan tempat rekreasi, pariwisata dan
olahraga.
(5) Wajib Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga adalah orang pribadi atau
Badan yang dikenakan kewajiban membayar Retribusi Tempat Rekreasi dan
Olahraga.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 23
Tingkat penggunaan jasa Tempat Rekreasi dan Olahraga dihitung berdasarkan jenis
fasilitas, lokasi dan jangka waktu pemakaian.
Paragraf 3
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 24
Struktur dan besarnya tarif Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga digolongkan
berdasarkan jenis fasilitas, lokasi dan jangka waktu pemakaian ditetapkan dalam
Lampiran VII yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Kedelapan
Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah
Paragraf 1
Nama, Objek, Subjek, dan Wajib Retribusi
- 17 -
Pasal 25
(1) Dengan nama Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah dipungut retribusi
atas penjualan hasil produksi usaha Pemerintah Daerah.
(2) Objek Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah adalah penjualan hasil
produksi usaha Pemerintah Daerah.
(3) Dikecualikan dari objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah
penjualan produksi oleh Pemerintah, BUMN, BUMD dan pihak swasta.
(4) Subjek Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah adalah orang pribadi atau
Badan yang memanfaatkan atas hasil produksi usaha daerah.
(5) Wajib Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah adalah orang pribadi atau
Badan yang dikenakan kewajiban untuk membayar Retribusi Penjualan Produksi
Usaha Daerah.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 26
Tingkat penggunaan jasa Penjualan Produksi Usaha Daerah dihitung berdasarkan
jenis dan jumlah barang yang dijual.
Paragraf 3
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 27
(1) Struktur dan besarnya tarif Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah
ditetapkan dalam Lampiran VIII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
(2) Struktur dan besarnya tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan
disesuaikan dengan harga pasar yang akan ditetapkan lebih lanjut dengan
Peraturan Bupati.
BAB III
PRINSIP DAN SASARAN PENETAPAN TARIF RETRIBUSI
Pasal 28
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif Retribusi Jasa Usaha
didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak.
- 18 -
(2) Keuntungan yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
keuntungan yang diperoleh apabila pelayanan jasa usaha tersebut dilakukan
secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.
Pasal 29
(1) Tarif retribusi ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali.
(2) Peninjauan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan perekonomian.
(3) Penetapan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
dengan Peraturan Bupati.
(4) Bupati dalam menetapkan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
terlebih dahulu wajib mendapatkan persetujuan DPRD.
BAB IV
MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG
Pasal 30
(1) Masa retribusi adalah jangka waktu tertentu saat mendapatkan pelayanan-
pelayanan yang dikenai Retribusi Jasa Usaha sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 atau ditetapkan lain oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.
(2) Saat retribusi terutang adalah pada saat ditetapkannya SKRD atau dokumen
lain yang dipersamakan.
BAB V
WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 31
Retribusi yang terutang dipungut di Wilayah Daerah.
BAB VI
PEMUNGUTAN RETRIBUSI
Bagian Kesatu
Tata Cara Penghitungan Retribusi
Pasal 32
(1) Besarnya retribusi yang terutang dihitung berdasarkan perkalian antara tingkat
penggunaan jasa dengan tarif retribusi.
- 19 -
(2) Tingkat penggunaan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah jumlah
penggunaan jasa yang dijadikan dasar alokasi beban biaya yang dipikul
Pemerintah Daerah untuk penyelenggaraan jasa yang bersangkutan.
(3) Apabila tingkat penggunaan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sulit
diukur maka tingkat penggunaan jasa dapat ditaksir berdasarkan rumus yang
dibuat oleh Pemerintah Daerah.
(4) Rumus sebagaimana dimaksud ayat (3) harus mencerminkan beban yang
dipikul oleh Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan jasa tersebut.
(5) Tarif retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah nilai rupiah atau
persentase tertentu yang ditetapkan untuk menghitung besarnya retribusi yang
terutang.
(6) Tarif retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat ditentukan seragam atau
bervariasi menurut golongan sesuai dengan prinsip dan sasaran penetapan tarif
retribusi.
Bagian Kedua
Tata Cara Pemungutan
Pasal 33
(1) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan.
(2) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa karcis, kupon, dan kartu langganan.
(3) Dalam hal wajib retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau
kurang membayar, dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2%
(dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terutang yang tidak atau kurang
dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.
(4) Penagihan retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) didahului
dengan surat teguran.
(5) Tata cara pelaksanaan pemungutan retribusi diatur dengan Peraturan Bupati.
Bagian Ketiga
Pemanfaatan
Pasal 34
(1) Pemanfaatan dari penerimaan jenis retribusi jasa usaha diutamakan untuk
mendanai kegiatan yang berkaitan langsung dengan penyelenggaraan
pelayanan yang bersangkutan.
(2) Ketentuan mengenai alokasi pemanfaatan penerimaan retribusi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
- 20 -
Bagian Keempat
Keberatan
Pasal 35
(1) Wajib retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau
Pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dengan disertai
alasan yang jelas.
(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak
tanggal SKRD diterbitkan, kecuali jika Wajib Retribusi dapat menunjukkan
bahwa jangka waktu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar
kekuasaannya.
(4) Keadaan di luar kekuasaannya sebagaiamana dimaksud pada ayat (3) adalah
suatu keadaan yang terjadi di luar kehendak atau kekuasaan Wajib Retribusi.
(5) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan
pelaksanaan penagihan retribusi.
Pasal 36
(1) Bupati atau Pejabat dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak
tanggal surat keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan
yang diajukan dengan menerbitkan Surat Keputusan Keberatan.
(2) Keputusan Bupati atau Pejabat atas keberatan dapat berupa menerima
seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya retribusi yang
terutang.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan
Bupati atau Pejabat tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang diajukan
tersebut dianggap dikabulkan.
Pasal 37
(1) Jika pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan
pembayaran retribusi dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar
2% (dua persen) sebulan untuk paling lama 12 (dua belas) bulan.
(2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sejak bulan
pelunasan sampai dengan diterbitkannya SKRDLB.
Bagian Kelima
Pasal 38
Pemberian Keringanan, Pengurangan atau Pembebasan Retribusi
- 21 -
(1) Bupati dapat memberikan keringanan, pengurangan, atau pembebasan retribusi
atas permohonan wajib retribusi.
(2) Tata cara pemberian keringanan, pengurangan dan pembebasan retribusi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.
Bagian Keenam
Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan Ketetapan dan Penghapusan atau
Pengurangan Sanksi Administratif
Pasal 39
(1) Atas permohonan Wajib Retribusi atau karena jabatannya, Bupati atau Pejabat
yang ditunjuk dapat membetulkan SKRD, SKRDKB, SKRDKBT atau STRD,
SKRDN atau SKRDLB yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis
dan/atau kesalahan hitung dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu
dalam peraturan perundang-undangan retribusi.
(2) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk dapat :
a. mengurangkan atau menghapus sanksi administratif berupa bunga, denda,
dan kenaikan retribusi yang terutang menurut peraturan perundang-
undangan retribusi, dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan
Wajib Retribusi atau bukan karena kesalahannya;
b. mengurangkan dan membatalkan SKRD, SKRDKB, SKRDKBT atau STRD,
SKRDN atau SKRDLB yang tidak benar;
c. membatalkan hasil pemeriksaan atau ketetapan retribusi yang dilaksanakan
atau diterbitkan tidak sesuai dengan tata cara yang ditentukan; dan
d. mengurangkan ketetapan retribusi yang terutang berdasarkan pertimbangan
kemampuan membayar Wajib Retribusi atau kondisi tertentu objek retribusi.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengurangan atau penghapusan
sanksi administratif dan pengurangan atau pembatalan ketetapan retribusi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Bupati.
Bagian Ketujuh
Pengembalian Kelebihan Pembayaran
Pasal 40
(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan
permohonan pengembalian kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.
(2) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk dalam jangka waktu paling lama 6 (enam)
bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memberikan keputusan.
- 22 -
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui
dan Bupati atau Pejabat yang ditunjuk tidak memberikan suatu keputusan,
permohonan pengembalian pembayaran retribusi dianggap dikabulkan dan
SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.
(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang retribusi lainnya, kelebihan
pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung
diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut.
(5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak
diterbitkannya SKRDLB.
(6) Jika pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat 2
(dua) bulan, Bupati atau Pejabat yang ditunjuk memberikan imbalan bunga
sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan
pembayaran retribusi.
(7) Tata cara pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB VII
PENAGIHAN RETRIBUSI
Bagian Kesatu
Surat Tagihan Retribusi
Pasal 41
(1) Bupati dapat menerbitkan STRD jika :
a. retribusi dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar; dan
b. wajib retribusi dikenakan sanksi administratif berupa bunga dan/atau denda.
(2) Jumlah kekurangan retribusi yang terutang dalam STRD sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a dan huruf b ditambah dengan sanksi administratif berupa
bunga sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan untuk paling lama 15 (lima belas)
bulan sejak saat terutangnya retribusi.
Bagian Kedua
Tata Cara Penagihan
Pasal 42
(1) Dalam hal Wajib Retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau
kurang membayar ditagih dengan menggunakan STRD.
- 23 -
(2) Penagihan Retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didahului
dengan Surat Teguran.
(3) SKRD, STRD, Surat Keputusan Pembetulan, dan Surat Keputusan Keberatan,
yang menyebabkan jumlah retribusi yang harus dibayar bertambah merupakan
dasar penagihan retribusi dan harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1
(satu) bulan sejak tanggal diterbitkan.
BAB VIII
KEDALUWARSA PENAGIHAN
Pasal 43
(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi menjadi kedaluwarsa setelah
melampaui waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi,
kecuali jika wajib retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi.
(2) Kedaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tertangguh jika :
a. Diterbitkan Surat Teguran; atau
b. Ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi, baik langsung maupun
tidak langsung.
(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a, kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya surat
teguran tersebut.
(4) Pengakuan utang retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf b adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih
mempunyai utang retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah
Daerah.
(5) Pengakuan utang retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau
penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib Retribusi.
Pasal 44
(1) Piutang retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan
penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.
(2) Bupati menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Retribusi yang sudah
kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Tata cara penghapusan piutang retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur
dengan Peraturan Bupati.
BAB IX
PEMERIKSAAN
- 24 -
Pasal 45
(1) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk berwenang melakukan pemeriksaan untuk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi dalam rangka
melaksanakan peraturan perundang-undangan retribusi.
(2) Wajib Retribusi yang diperiksa wajib :
a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang
menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan objek
retribusi yang terutang;
b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang
dianggap perlu dan memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaaan;
dan/atau
c. memberikan keterangan yang diperlukan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaan retribusi diatur dengan
Peraturan Bupati.
BAB X
INSENTIF PEMUNGUTAN
Pasal 46
(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan Retribusi dapat diberi insentif atas
dasar pencapaian kinerja tertentu.
(2) Besarnya insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebesar 5%
(lima persen) dari rencana penerimaan Retribusi dalam tahun anggaran
berkenaan.
(3) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan melalui
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
(4) Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
BAB XI
KETENTUAN KHUSUS
Pasal 47
(1) Setiap pejabat dilarang memberitahukan kepada pihak lain segala sesuatu
yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Retribusi dalam
rangka jabatan atau pekerjaannya untuk menjalankan ketentuan peraturan
perundang-undangan retribusi daerah.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga terhadap tenaga
ahli yang ditunjuk oleh Bupati untuk membantu dalam pelaksanaan ketentuan
peraturan perundang-undangan retribusi daerah.
- 25 -
(3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
adalah :
a. Pejabat dan tenaga ahli yang bertindak sebagai saksi atau saksi ahli dalam
sidang pengadilan;
b. Pejabat dan/atau tenaga ahli yang ditetapkan oleh Bupati untuk
memberikan keterangan kepada pejabat lembaga negara atau instansi
pemerintah yang berwenang melakukan pemeriksaan dalam bidang
keuangan daerah.
(4) Untuk kepentingan daerah, Bupati berwenang memberi izin tertulis kepada
pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan tenaga ahli sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), agar memberikan keterangan, memperlihatkan bukti
tertulis dari atau tentang Wajib Retribusi kepada pihak yang ditunjuk.
(5) Untuk kepentingan pemeriksaan di pengadilan dalam perkara pidana atau
perdata, atas permintaan hakim sesuai dengan Hukum Acara Pidana dan
Hukum Acara Perdata, Bupati dapat memberikan izin tertulis kepada pejabat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan tenaga ahli sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), untuk memberikan dan memperlihatkan bukti tertulis dan
keterangan Wajib Retribusi yang ada padanya.
(6) Permintaan hakim sebagaimana dimaksud pada ayat (5) harus menyebutkan
nama tersangka atau nama tergugat, keterangan yang diminta, serta kaitan
antara perkara pidana atau perdata yang bersangkutan dengan keterangan
yang diminta.
BAB XII
PENYIDIKAN
Pasal 48
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi
wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana
di bidang retribusi sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum
Acara Pidana.
(2) Penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat pegawai
negeri sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh
pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(3) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan
berkenaan dengan tidak pidana di bidang retribusi agar keterangan atau
laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;
- 26 -
b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi
atau Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan
dengan tindak pidana retribusi;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau Badan
sehubungan dengan tindak pidana dibidang retribusi;
d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak
pidana di bidang retribusi;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,
pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan
bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan
tindak pidana di bidang retribusi;
g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan
atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa
identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang dibawa;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan; dan/atau
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak
pidana di bidang retribusi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya
penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum
melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
BAB XIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 49
Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan
keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana
denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah retribusi terutang yang tidak atau kurang
dibayar.
Pasal 50
(1) Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Bupati yang karena kealpaannya
tidak memenuhi kewajiban merahasiakan hal sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 47 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1
- 27 -
(satu) tahun dan pidana denda paling banyak Rp 4.000.000,00 (empat juta
rupiah).
(2) Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Bupati yang dengan sengaja tidak
memenuhi kewajibannya atau seseorang yang menyebabkan tidak terpenuhinya
kewajiban pejabat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) tahun
dan pidana denda paling banyak Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
(3) Penuntutan terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) hanya dilakukan atas pengaduan orang yang kerahasiaannya dilanggar.
(4) Tuntutan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sesuai
dengan sifatnya adalah menyangkut kepentingan pribadi seseorang atau Badan
selaku Wajib Retribusi karena itu dijadikan tindak pidana pengaduan.
Pasal 51
Denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 dan Pasal 50 merupakan penerimaan
negara.
BAB XIV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 52
Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, piutang retribusi yang terutang berdasarkan:
a. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Boyolali Nomor 14 Tahun 1998
tentang Retribusi Rumah Potong Hewan (Lembaran Daerah Kabupaten Daerah
Tingkat II Boyolali Tahun 1998 Nomor 4 Seri B, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Daerah Tingkat II Boyolali Nomor 3);
b. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Boyolali Nomor 16 Tahun 1998
tentang Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah (Lembaran Daerah
Kabupaten Daerah Tingkat II Boyolali Tahun 1999 Nomor 10 Seri B, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Boyolali Nomor 9);
c. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 7 Tahun 2000 tentang Retribusi
Terminal (Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2000 Nomor 12 Seri B
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 5);
d. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 22 Tahun 2003 tentang
Retribusi Tempat Wisata dan Olah Raga (Lembaran Daerah Kabupaten
Boyolali Tahun 2003 Nomor 24 Seri C, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Boyolali Nomor 57);
e. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 6 Tahun 2004 tentang Pemakaian
Kekayaan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2004 Nomor
14 Seri C, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 66); dan
- 28 -
f. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 14 Tahun 2007 tentang Retribusi
Tempat Khusus Parkir (Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2007
Nomor 14, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 99)
masih tetap diakui menjadi piutang daerah dengan masa kedaluwarsa sesuai
ketentuan dalam Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.
BAB XV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 53
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka:
a. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Boyolali Nomor 14 Tahun 1998
tentang Retribusi Rumah Potong Hewan (Lembaran Daerah Kabupaten Daerah
Tingkat II Boyolali Tahun 1998 Nomor 4 Seri B, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Daerah Tingkat II Boyolali Nomor 3);
b. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Boyolali Nomor 16 Tahun 1998
tentang Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah (Lembaran Daerah
Kabupaten Daerah Tingkat II Boyolali Tahun 1999 Nomor 10 Seri B, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Boyolali Nomor 9);
c. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 7 Tahun 2000 tentang Retribusi
Terminal (Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2000 Nomor 12 Seri B
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 5);
d. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 12 Tahun 2003 tentang Rumah
Toko, Toko dan Kios (Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2003
Nomor 14 Seri C, Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 47);
e. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 22 Tahun 2003 tentang
Retribusi Tempat Wisata dan Olah Raga (Lembaran Daerah Kabupaten
Boyolali Tahun 2003 Nomor 24 Seri C, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Boyolali Nomor 57);
f. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 6 Tahun 2004 tentang Pemakaian
Kekayaan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2004 Nomor
14 Seri C, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 66); dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 14 Tahun 2007 tentang Retribusi
Tempat Khusus Parkir (Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2007
Nomor 14, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 99)
serta Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali lainnya sepanjang mengatur tentang
Retribusi Jasa Usaha dicabut dan dinyatakan tidak berlaku, sedangkan semua
Petunjuk Pelaksanaannya dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan atau belum diganti dengan yang baru berdasarkan Peraturan Daerah
ini.
- 29 -
Pasal 54
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang menyangkut
pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
Pasal 55
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah
ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali.
Ditetapkan di Boyolali
pada tanggal 14 September 2011
BUPATI BOYOLALI, SENO SAMODRO
Diundangkan di Boyolali
pada tanggal 14 September 2011
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BOYOLALI, SRI ARDININGSIH
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2011 NOMOR 12
- 30 -
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI
NOMOR 12 TAHUN 2011
TENTANG
RETRIBUSI JASA USAHA
I. UMUM
Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, daerah mempunyai hak
dan kewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan
pelayanan kepada masyarakat.
Untuk menyelenggarakan pemerintahan tersebut, daerah berhak
mengenakan pungutan kepada masyarakat dan menempatkan retribusi sebagai
salah satu perwujudan penerimaan daerah yang diatur dengan undang-undang.
Di samping untuk meningkatkan pemberian pelayanan kepada masyarakat
dan juga untuk menggali sumber-sumber penerimaan dari retribusi sebagai upaya
pelaksanaan pembangunan, maka retribusi tersebut perlu dituangkan dalam suatu
Peraturan Daerah.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
- 31 -
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
- 32 -
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
- 33 -
Ayat (3)
Dalam hal besarnya tarif retribusi yang telah ditetapkan dalam Peraturan
Daerah perlu disesuaikan karena biaya penyediaan layanan cukup besar
dan/atau besarnya tarif tidak efektif lagi untuk mengendalikan permintaan
layanan tersebut, sehingga Bupati dapat menyesuaikan tarif retribusi.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Ayat (1)
Dalam rangka mendukung iklim investasi, Bupati dapat memberikan
keringanan, pengurangan, atau pembebasan retribusi atas permohonan
wajib retribusi.
Ayat (2)
Cukup jelas.
- 34 -
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Ayat (1)
Yang dimaksud Retribusi tertentu adalah jenis retribusi yang ada masa
retribusinya.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup Jelas.
Pasal 46
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “instansi yang melaksanakan pemungutan” adalah
Dinas/Badan/Lembaga yang tugas pokok dan fungsinya melaksanakan
pemungutan retribusi.
Ayat (2)
Pemberian besarnya insentif dilakukan melalui pembahasan yang
dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan alat kelengkapan DPRD yang
membidangi masalah keuangan.
- 35 -
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 122
- 36 -
LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA
TARIF RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH
NO JENIS TARIF (rupiah)
(1) (2) (3)
A Pemakaian Alat Berat Komersial Non Komersial
1 Mobil Tangki 100.000,00/angkut 25.000/angkut
2 Road Roller/Mesin Gilas:
a. Di atas 4 ton 300.000,00/hari 90.000,00/hari
b. 2,5 ton s/d 4 ton 250.000,00/hari 80.000,00/hari
c. Kurang dari 2.5 ton 200.000,00/hari 60.000,00/hari
3 Wheel Loader 750.000,00/hari 500.000,00/hari
4 Air Compressor Capco 150.000,00/hari 80.000,00/hari
5 Dump Truck 200.000,00/hari 90.000,00/hari
6 Vibrating Ranmer 100.000,00/hari 50.000,00/hari
7 Vir Plate Tamper 100.000,00/hari 50.000,00/hari
8 Aspal sprayer 150.000,00/hari 75.000,00/hari
9 Mollen 125.000,00/hari 50.000,00/hari
10 Mobil Derek 15.000,00/km (paling sedikit 50.000,00)
B Penyiaran RSPD
1 Penyiaran iklan insidental dengan durasi 120 detik:
a. 1 kali penyiaran 5.000,00
b. 2 kali penyiaran 10.000,00
c. 3 kali penyiaran 15.000,00
d. 4 kali penyiaran 20.000,00
e. 5 kali penyiaran 25.000,00
2 Penyiaran iklan berlanggaran dengan durasi 120 detik:
a. 1 kali penyiaran 3.000,00
b. 2 kali penyiaran 6.000,00
c. 3 kali penyiaran 9.000,00
d. 4 kali penyiaran 12.000,00
e. 5 kali penyiaran 15.000,00
3 Penyiaran iklan sponsor:
a. Durasi 60 menit/hari 100.000,00
- 37 -
(1) (2) (3)
b. Durasi 120 menit/hari 200.000,00
c. Wayang kulit semalam 250.000,00
4 Pengumuman pemerintah daerah -
5 Pengumuman pemerintah 10.000,00
6 Pengumuman non pemerintah 15.000,00
7 Berita keluarga 10.000,00
8 Talk Show:
a. Kegiatan pemerintah daerah:
1) Durasi 60 menit -
2) Durasi 90 menit -
b. Kegiatan pemerintah:
1) Durasi 60 menit 150.000,00
2) Durasi 90 menit 225.000,00
c. Kegiatan non pemerintah:
1) Durasi 60 menit 200.000,00
2) Durasi 90 menit 350.000,00
9 Rellay/Siaran Luar insidental:
a. Durasi 120 detik 350.000,00
b. Wayang kulit semalam 450.000,00
C Pemakaian Peralatan Teknik Komersial Non Komersial
1 Kejuruan Bangunan
a. Mesin Molen 125.000,00/hari 50.000,00/hari
b. Mesin Ketam Perata 10.000,00/jam 5.000,00/jam
c. Mesin Ketam Penebal 10.000,00/jam 5.000,00/jam
d. Gergaji Potong 20.000,00/jam 10.000,00/jam
e. Gergaji Belah 20.000,00/jam 10.000,00/jam
f. Mesin Bor Portabel 25.000,00/hari 10.000,00/hari
g. Mesin Bubut Kayu 10.000,00/jam 5.000,00/jam
h. Mesin Bobok 25.000,00/hari 10.000,00/hari
i. Compresor Kecil 20.000,00/hari 10.000,00/hari
j. Clem Ulir 10.000,00/hari 5.000,00/hari
k. Clem F 10.000,00/hari 5.000,00/hari
l. Clem C 10.000,00/hari 5.000,00/hari
m. Kerekan Rol 10.000,00/hari 5.000,00/hari
n. Teodolite 200.000,00/hari 100.000,00/hari
2 Kejuruan Listrik
a. Genset 8 PK diesel 250.000,00/hari 150.000,00/hari
- 38 -
(1) (2) (3)
b. Genset 5,5 PK Bensin 50.000,00/hari 25.000,00/hari
c. AC Split 1 PK 75.000,00/hari 50.000,00/hari
d. AC Trainer Mobil 75.000,00/hari 50.000,00/hari
3 Kejuruan Mobil
a. Scanner EFI System 100.000,00
/unit mobil
100.000,00
/unit mobil
b. Analizer Gas Buang 10.000,00
/unit mobil
5.000,00
/unit mobil
c. Test Bospom 10.000,00
/unit mobil
5.000,00
/unit mobil
d. Dongkrak Hidrolik 50 ton 15.000,00/hari 5.000,00/hari
e. Jeck Stand 2 ton 50.000,00/hari 25.000,00/hari
4 Kejuruan Las Listrik
a. Mesin Las Generator 150.000,00/hari 100.000,00/hari
b. Gergaji Mesin Las 150.000,00/hari 75.000,00/hari
c. Mesin Gerenda Potong Besi 100.000,00/hari 50.000,00/hari
d. LCD 100.000,00/hari 50.000,00/hari
5 Kejuruan Pertanian
a. Mesin Hand Traktor 150.000,00/hari 100.000,00/hari
b. Pompa Air Diesel 50.000,00/hari 25.000,00/hari
c. Vacum Freing 10.000,00/jam 5.000,00/jam
d. Penggiling Tepung 50.000,00/hari 25.000,00/hari
6 Kejuruan Teknologi Mekanik/Mesin Bubut
a. Mesin Bubut Besi Manual Ø 400 x 1000 mm
20.000,00/jam 10.000,00/jam
b. Mesin Bubut CNC 100.000,00/jam 60.000,00/jam
c. Mesin Freis 50.000,00/jam 20.000,00/jam
E Gedung Tempat Uji Kompetensi 1.000.000,00/hari 500.000,00/hari
BUPATI BOYOLALI, SENO SAMODRO
- 39 -
LAMPIRAN II PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA
TARIF RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN/ATAU PERTOKOAN
NO JENIS OBJEK RETRIBUSI
KATEGORI PASAR GROSIR DAN/ATAU PERTOKOAN
I II III IV V VI VII
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan/m²/bulan
Rp 300.000,00 Rp 250.000,00 Rp 200.000,00 Rp 175.000,00 Rp 150.000,00 Rp 125.000,00 Rp 100.000,00
BUPATI BOYOLALI,
SENO SAMODRO
- 40 -
LAMPIRAN III PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA
TARIF RETRIBUSI TERMINAL
NO OBJEK RETRIBUSI SATUAN TARIF RETRIBUSI
(rupiah)
(1) (2) (3) (4)
A Kendaraan Bermotor Umum
1 Dalam Trayek:
a. Angkutan Antar Kota Antar
Provinsi (AKAP)
Sekali Masuk 2.000,00
b. Angkutan Antar Kota Dalam
Provinsi (AKDP)
Sekali Masuk 1.500,00
c. Angkutan Perdesaan:
1) Mobil Bus Sekali Masuk 1.000,00
2) Mobil Penumpang (Non Bus) Sekali Masuk 500,00
d. Angkutan Perkotaan Sekali Masuk 500,00
2 Tidak Dalam Trayek Sekali Masuk 1.000,00
B Pemakaian Tempat Usaha dan
Fasilitas Penunjang
1 Kios/Kantin
a. Permanen
1) Kelas I
2) Kelas II
3) Kelas III
4) Kelas IV
Tiap hari/buka
Tiap hari/buka
Tiap hari/buka
Tiap hari/buka
2.000,00
2.000,00
1.500,00
1.000,00
b. Semi/Non Permanen
(Pelataran/Los/Dasaran)
Tiap hari/buka 1.000,00
c. Balik Nama Usaha Kios Permanen Satu Kali
Periode
10% dari harga
nilai jual riil kios
d. Dispensasi
mendirikan/membangun Usaha
Kios Permanen
Per Kios/5
Tahun
10% dari harga
nilai biaya
konstruksi
- 41 -
(1) (2) (3) (4)
e. Perpanjangan Usaha Kios
Permanen
Per Kios/5
Tahun
5% dari harga Nilai
Ekonomis yang
ditetapkan Bupati
f. Perpanjangan Usaha Kios
semi/Non Permanen (Los/Dasaran)
Per Kios/1
Tahun
50 kali nilai
retribusi harian
2 Kamar Kecil/Toilet (MCK)
a. Buang Air Besar Satu Kali Pakai 1.000,00
b. Buang Air Kecil Satu Kali Pakai 500,00
c. Mandi Satu Kali Pakai 1.000,00
d. Cuci Satu Kali Pakai 1.000,00
BUPATI BOYOLALI,
SENO SAMODRO
- 42 -
LAMPIRAN IV PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA
TARIF RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR
NO. JENIS KENDARAAN TARIF (rupiah)
KETERANGAN
(1) (2) (3) (4)
1 Kendaraan bermotor lebih dari 6 (enam) roda
4.000,00 Tarif berlaku untuk 2 (dua) jam pertama, selebihnya dikenakan tambahan 50% (lima puluh persen) dari tarif pertama per 2 (dua) jam.
2 Kendaraan bermotor 6 (enam) roda
3.000,00
3 Kendaraan bermotor 4 (empat) roda
2.000,00
4 Kendaraan bermotor 3 (tiga) roda 1.500,00
5 Kendaraan bermotor 2 (dua) roda 1.000,00
6 Kendaraan Tidak Bermotor 500,00
BUPATI BOYOLALI, SENO SAMODRO
- 43 -
LAMPIRAN V PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA
TARIF RETRIBUSI TEMPAT PENGINAPAN/PESANGGRAHAN/VILLA
NO JENIS PELAYANAN TARIF (rupiah)
(1) (2) (3)
1 Penginapan Bungalow Selo per hari:
a. Tulip 150.000,00
b. Mawar 2/3 150.000,00
c. Mawar 4/5 200.000,00
d. Mawar I 250.000,00
2 Gedung Pertemuan per hari:
a. Gedung Pertemuan Kapujanggan 1.750.000,00
b. Gedung DIKLAT (Aula Bungalow) 300.000,00
3 Wisma PEMDA per hari:
Per kamar 200.000,00
BUPATI BOYOLALI,
SENO SAMODRO
- 44 -
LAMPIRAN VI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA
TARIF RETRIBUSI RUMAH PEMOTONGAN HEWAN
NO JENIS PELAYANAN JENIS TERNAK TARIF (rupiah)
(1) (2) (3) (4)
1 Biaya Tempat Pemotongan Sapi/Kerbau/Kuda/Babi 5.500,00/ekor
Kambing/Domba/ Unggas 1.000,00/ekor
2 Biaya Pemeriksaan Kesehatan
Sapi/Kerbau/Kuda/Babi 4.000,00/ekor
Kambing/Domba/ Unggas 2.000,00/ekor
3 Pemakaian Tempat Penyimpanan Daging
Sapi/Kerbau/Kuda/Babi 4.000/ekor/hari
Kambing/Domba/ Unggas 1.000,00/ekor/hari
4 Biaya Pemeriksaan Tanda Afkir
Sapi dan Kerbau betina 7.500,00/ekor
5 Pemeriksaan Daging Yang Dibawa Keluar Daerah
Sapi/Kerbau/Kuda/Babi 3.000,00/100 kg
6 Penggunaan Kandang dalam waktu paling lama 24 (dua puluh empat) jam
Sapi/Kerbau/Kuda/Babi 1.500,00/ekor
Kambing/Domba 500,00/ekor
BUPATI BOYOLALI, SENO SAMODRO
- 45 -
LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA
TARIF RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA
NO. JENIS PELAYANAN TARIF (rupiah)
(1) (2) (3)
A Tempat Rekreasi/Wisata
1 Pemandian Umbul Pengging
a. Masuk Objek Wisata
1) Hari biasa 2.000,00
2) Padusan dan Syawalan 3.000,00
3) Natal dan Tahun baru 3.000,00
b. Masuk Umbul Ngabean 2.000,00
c. Masuk Umbul Temanten 1.000,00
d. Sewa bangsal Ngabean/hari 75.000,00
e. Masuk kolam renang buatan 3.000,00
f. Masuk Umbul Si Duda 1.000,00
g. Masuk Umbul Sungsang 1.000,00
2 Pemandian Umbul Tlatar
a. Masuk Obyek Wisata
1) Hari Biasa 2.000,00
2) Padusan dan Syawalan 3.000,00
3) Natal dan Tahun Baru 3.000,00
b. Masuk Kolam Anak-anak 2.000,00
3 Waduk Cengklik
a. Masuk Obyek 1.000,00
b. Naik perahu/orang 3.000,00
c. Naik becak air 10 menit/unit 5.000,00
4 Waduk Bade
a. Masuk obyek 1.000,00
b. Naik perahu/orang 3.000,00
c. Naik becak air 10 menit/unit 5.000,00
- 46 -
(1) (2) (3)
5 Kawasan Wana Wisata Waduk Kedung Ombo
a. Masuk Obyek 3.000,00
b. Naik perahu/orang 3.000,00
c. Naik becak air 10 menit/unit 5.000,00
6 Kawasan Makam Ki Ageng Singoprono 2.000,00
7 Kawasan Makam Syaikh Maulana Maghribi 2.000,00
8 Kawasan Makam R. Yosodipuro 2.000,00
9 Kawasan Makam Nyi Roro Kedaton dan Umbul Kendat 2.000,00
10 Kawasan Makam Sri Makurung Handayaningrat 2.000,00
11 Kawasan Makam Ki Ageng Kebo Kenongo 2.000,00
12 Kawasan Merapi-Merbabu
a. Pendakian Merapi-Merbabu 3.000,00
b. Pendakian Merapi-Merbabu bagi orang asing 10.000,00
c. Masuk Merapi Theater/Home theater 2.000,00
d. Sewa Pendopo Joglo I/hari 150.000,00
13 Petilasan Kebo Kanigoro-Selo 2.000,00
14 Kendaraan Masuk Objek Wisata
a. Sepeda 500,00
b. Sepeda Motor 1.000,00
c. Mobil 2.000,00
d. Bus/Truk 5.000,00
e. Biaya tambahan untuk atraksi seni 3.500,00
15 Sewa Kios/Tanah Obyek Wisata
a. Bangunan permanen 1.500,00/m2/bulan
b. Bangunan semi permanen 1.000,00/m2/bulan
c. Bangunan tidak permanen 2.000,00/m2/bulan
d. Sarana promosi kontemporer 2.000,00/m2/hari
16 Naik Kereta Kelinci Kawasan Wisata
Sekali naik 2.000,00/orang
17 Fasilitas Kids Fun di Obyek Wisata 3.000,00/15 menit/unit
18 Retribusi Kios dan PKL
a. Bangunan permanen 500,00/buka
b. Bangunan tidak permanen 500,00/buka
- 47 -
(1) (2) (3)
B Tempat Olahraga
1 Lapangan Sepak Bola Sonokridho
a. Langganan tetap untuk olah raga 5.000,00/jam
b. Langganan tidak tetap untuk olah raga 10.000,00/jam
c. 1 (satu) kali kegiatan non komersial 100.000,00/hari
d. Untuk komersial 250.000,00/hari
e. Konser Musik Lokal 250.000,00/hari
f. Konser Musik Nasional 500.000,00/hari
2 Stadion Pandanaran
a. Langganan tetap untuk olah raga 10.000,00/jam
b. Langganan tidak tetap untuk olah raga 20.000,00/jam
c. 1 (satu) kali kegiatan non komersial 200.000,00/hari
d. Untuk komersial 500.000,00/hari
3 Lapangan Tenis Sono Kridanggo
a. Langganan tetap 7.000,00/jam/band
b. Langganan tidak tetap 12.000,00/jam
c. 1 (satu) kali kegiatan 20.000,00/jam
4 Lapangan Tenis Selo
a. Langganan tetap 5.000,00/jam
b. Langganan tidak tetap 10.000,00/jam
c. 1 (satu) kali kegiatan 15.000,00/jam
5 Lapangan Basket Sono Kridanggo
a. Langganan tetap 5.000,00/jam
b. Langganan tidak tetap 10.000,00/jam
6 Lapangan Tenis Pengging
a. Langganan tetap 5.000,00/jam
b. Langganan tidak tetap 10.000,00/jam
c. 1 (satu) kali kegiatan 15.000,00/jam
7 Lapangan Tenis Indoor
a. Langganan tetap 15.000,00/jam
b. Langganan tidak tetap 20.000,00/jam
c. 1 (satu) kali kegiatan 250.000,00/hari
d. Untuk komersial 500.000,00/hari
8 Lapangan Bulutangkis di GOR
a. Langganan tetap 5.000,00/jam
b. Langganan tidak tetap 10.000,00/jam
- 48 -
(1) (2) (3)
9 Lapangan Bola Volley di GOR
a. Langganan tetap 10.000,00/jam
b. Langganan tidak tetap 15.000,00/jam
10 Lapangan Futsal di GOR 125.000,00/hari
a. Langganan tetap 25.000,00/jam
b. Langganan tidak tetap 30.000,00/jam
11 Kendaraan Masuk Tempat Olahraga
a. Sepeda 500,00
b. Sepeda Motor 1.000,00
c. Mobil Roda 4 (empat) 2.000,00
d. Bus/Truk Roda 6 (enam) atau lebih 5.000,00
BUPATI BOYOLALI, SENO SAMODRO
- 49 -
LAMPIRAN VIII PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA
TARIF RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI DAERAH
A. Penjualan Benih Ikan dan Ikan Konsumsi
No Jenis Ikan
Harga Per 1000 ekor Benih Ikan Setinggi-tingginya (Rp)
Harga Ikan Setinggi-tingginya (Rp)
Ukuran
1-3 Cm
Ukuran
3-5 Cm
Ukuran
5-7 Cm 1 Kg Ikan
Induk 1 Kg Ikan Konsumsi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Tawes 30.000 40.000 70.000 60.000 15.000
2 Karper 50.000 70.000 100.000 30.000 15.000
3 Nila Merah 40.000 60.000 80.000 3.000.000/
paket (*)
18.000
4 Nila 40.000 60.000 80.000 25.000/ekor 15.000
5 Mujair 30.000 50.000 70.000 25.000 12.000
6 Sepat Siam 50.000 70.000 90.000 - 13.000
7 Tambakan 30.000 50.000 80.000 - 11.000
8 Gurami 120.000 180.000 220.000 60.000 40.000
9 Lele lokal 40.000 60.000 80.000 - -
10 Lele Dumbo 50.000 80.000 100.000 750.000/
paket (**)
12.000
11 Koki 200.000 350.000 - 50.000/ekor -
12 Komet 350.000 450.000 - 350.000/ekor -
13 Moly Biasa 150.000 200.000 - 45.000/ekor -
14 Moly Balon 200.000 250.000 - 50.000/ekor -
15 Koi 600.000 900.000 1.400.000 750.000/
paket (***)
-
Keterangan: (*) 1 Paket Nila Merah Strain Unggul terdiri dari 150 Jantan dan 300 betina; (**) 1 Paket Lele Dumbo terdiri dari 15 jantan dan 30 betina; (***) 1 Paket Koi terdiri dari 1 jantan dan 2 betina.
- 50 -
B. Penjualan Benih Padi di UPT Usaha Pertanian Nogosari
No Jenis Padi Harga Per Kg. Benih Padi (Rp)
(1) (2) (3)
1 IR 64 6.000
2 Inpari 6.000
(1) (2) (3)
3 Mikongga 6.000
4 Ciherang 6.000
C. Penjualan Bibit Tanaman di UPT Usaha Pertanian Banyudono
No
Jenis
Harga Per Batang Bibit (Rp)
Ukuran (Cm)
0-39 40-80 81-100 101-125
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Mangga Okyong - 5.000 7.500 10.000
2 Mangga Tabulapot - 30.000 - 75.000
3 Anggrek Bulan 15.000 - - -
4 Anggrek Dendrodium 12.500 - - -
5 Anggrek Vanda 25.000 - - -
6 Adenium 5.000 - - -
7 Jenmani 1.000.000 - - -
8 Gelombang Cinta 5.000 50.000 - -
9 Durian Sunan - 12.500 - -
10 Pete - - 7.500 -
11 Rambutan Binjai - 10.000 15.000 -
12 Ranbutan Rafia - 10.000 15.000 -
13 Jeruk Purut - 5.000 - -
14 Jeruk Nipis - 5.000 - -
15 Sengon - 1.250 - -
16 Jati - 1.500 - -
17 Kelengkeng Pingpong - - 100.000 -
18 Kelengkeng Diamond - - - 100.000
19 Adenium - 25.000 - -
- 51 -
D. Penjualan Bibit Tanaman di UPT Usaha Pertanian Teras
No Jenis
Harga Per Batang Bibit (Rp)
Ukuran (Cm)
0-39 40-80 81-100 101-125
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Mangga Manalagi/ Mangga Madu (bt)
- - 8.000
2 Durian Otong/Montong/ Sunan (bt)
- 17.500 - -
3 Rambutan Rafia/Binjai (bt)
- - 12.000 -
4 Pepaya (bt) 500 - - - E. Penjualan Benih Tanaman
No Jenis Benih Harga Per Pack Benih (Rp)
5 gr 10 gr 25 gr 250 gr 500 gr 1000 gr
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Cabai Hibrida/Besar - 125.000 - - - -
2 Cabai Rawit - 70.000 - - - -
3 Tomat 70.000 - - - - -
4 Terong - 25.000 - - - -
5 Sawi - - 8.000 - - -
6 Pare - 20.000 - - - -
7 Kacang Panjang - - - - 100.000 -
8 Bawang Merah - - - - - 25.000
9 Jagung Manis - - - 90.000 - -
10 Jagung Hibrida - - - - - 60.000
BUPATI BOYOLALI,
SENO SAMODRO