02 penciptaan

8
BAB 2 PENCIPTAAN "Oleh Firman Tuhan langit telah dijadikan, oleh napas dari mulut-Nya segala tentaranya. Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada." Mazmur 33:6,9. Ia "yang telah mendasarkan bumi di atas tumpuannya, sehingga takkan goyang untuk seterusnya dan selamanya." Mazmur 104:5 . Tatkala bumi ini keluar dari tangan Khalik, keadaannya sangat indah sekali. Permukaannya dihiasi gunung-gunung, bukit-bukit dan padang yang datar, diselingi oleh sungai-sungai serta danau-danau yang indah; tetapi bukit-bukit dan gunung-gunung itu tidaklah curam dan berbatu-batu, atau penuh dengan tebing-tebing yang terjal serta mengerikan seperti halnya sekarang ini; batu-batu bumi yang tajam dan kasar terpendam di bawah tanah yang subur, dan di mana-mana tumbuh pepohonan yang hijau serta segar. Tidak ada rawa-rawa yang menjijikkan atau padang pasir yang tandus. Ke mana saja pandangan diarahkan kelihatan semak belukar dan bunga-bunga yang indah dan menarik. Tempat-tempat yang tinggi dimahkotai oleh pepohonan yang lebih indah daripada yang ada sekarang ini. Udara, bebas dari unsur-unsur yang membahayakan, sangat segar dan menyehatkan. Seluruh permukaan bumi di dalam keindahannya melebihi taman-taman bunga daripada istana yang paling megah. Malaikat-malaikat menikmati pemandangan itu dengan kesukaan dan bergembira melihat pekerjaan Tuhan yang ajaib itu. Setelah bumi ini dengan binatang-binatang yang jinak dan tumbuh-tumbuhan dijadikan, manusia, ciptaan Tuhan yang paling mulia itu, yang untuknya bumi yang indah ini disediakan, muncul di panggung sejarah. Kepadanya telah diserahkan pemerintahan atas segala sesuatu yang dapat dilihat oleh matanya; oleh karena Tuhan bersabda, "Marilah Kita jadikan -------------- Pasal ini dialaskan atas Kejadian 1 dan 2. manusia atas peta dan teladan Kita; supaya diperintahkannya . . . seisi bumi . . . Demikianlah Tuhan menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya." Di sini dengan jelas dinyatakan asal usul umat manusia; dan catatan Ilahi itu sangat jelas sehingga tidak memberikan kesempatan untuk mengambil kesimpulan yang salah. Tuhan telah menciptakan manusia di dalam peta-Nya sendiri. Di dalam hal ini tidak ada rahasia yang tersembunyi. Tidak ada dasar bagi pendapat yang mengatakan bahwa manusia itu bertumbuh pelahan-lahan dari bentuk kehidupan binatang atau tumbuh-tumbuhan yang lebih rendah. Pengajaran seperti itu merendahkan pekerjaan Khalik Yang Agung menjadi

Upload: marcell-daud-pantow

Post on 08-Jul-2016

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Para Nabi dan Bapa Bab 2

TRANSCRIPT

BAB 2

PENCIPTAAN

"Oleh Firman Tuhan langit telah dijadikan, oleh napas dari mulut-Nya segala

tentaranya. Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka

semuanya ada." Mazmur 33:6,9. Ia "yang telah mendasarkan bumi di atas tumpuannya,

sehingga takkan goyang untuk seterusnya dan selamanya." Mazmur 104:5 .

Tatkala bumi ini keluar dari tangan Khalik, keadaannya sangat indah sekali.

Permukaannya dihiasi gunung-gunung, bukit-bukit dan padang yang datar, diselingi oleh

sungai-sungai serta danau-danau yang indah; tetapi bukit-bukit dan gunung-gunung itu

tidaklah curam dan berbatu-batu, atau penuh dengan tebing-tebing yang terjal serta

mengerikan seperti halnya sekarang ini; batu-batu bumi yang tajam dan kasar terpendam

di bawah tanah yang subur, dan di mana-mana tumbuh pepohonan yang hijau serta

segar. Tidak ada rawa-rawa yang menjijikkan atau padang pasir yang tandus. Ke mana

saja pandangan diarahkan kelihatan semak belukar dan bunga-bunga yang indah dan

menarik. Tempat-tempat yang tinggi dimahkotai oleh pepohonan yang lebih indah

daripada yang ada sekarang ini. Udara, bebas dari unsur-unsur yang membahayakan,

sangat segar dan menyehatkan. Seluruh permukaan bumi di dalam keindahannya

melebihi taman-taman bunga daripada istana yang paling megah. Malaikat-malaikat

menikmati pemandangan itu dengan kesukaan dan bergembira melihat pekerjaan Tuhan

yang ajaib itu.

Setelah bumi ini dengan binatang-binatang yang jinak dan tumbuh-tumbuhan

dijadikan, manusia, ciptaan Tuhan yang paling mulia itu, yang untuknya bumi yang indah

ini disediakan, muncul di panggung sejarah. Kepadanya telah diserahkan pemerintahan

atas segala sesuatu yang dapat dilihat oleh matanya; oleh karena Tuhan bersabda,

"Marilah Kita jadikan

--------------

Pasal ini dialaskan atas Kejadian 1 dan 2.

manusia atas peta dan teladan Kita; supaya diperintahkannya . . . seisi bumi . . .

Demikianlah Tuhan menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar

Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya." Di sini dengan jelas

dinyatakan asal usul umat manusia; dan catatan Ilahi itu sangat jelas sehingga tidak

memberikan kesempatan untuk mengambil kesimpulan yang salah. Tuhan telah

menciptakan manusia di dalam peta-Nya sendiri. Di dalam hal ini tidak ada rahasia yang

tersembunyi. Tidak ada dasar bagi pendapat yang mengatakan bahwa manusia itu

bertumbuh pelahan-lahan dari bentuk kehidupan binatang atau tumbuh-tumbuhan yang

lebih rendah. Pengajaran seperti itu merendahkan pekerjaan Khalik Yang Agung menjadi

setaraf dengan pemikiran manusia yang picik dan bersifat duniawi. Manusia begitu nekad

untuk menyisihkan Allah dari pemerintahan-Nya atas alam semesta sehingga mereka

menghinakan dirinya dan menyangkal asalnya yang mulia itu. Ia yang menetapkan

bintang-bintang di tempat yang tinggi dan dengan keahlian yang sempurna menjadikan

bunga-bunga di padang, yang memenuhi langit dan bumi dengan keajaiban kuasa-Nya,

bilamana Ia hendak memahkotai pekerjaan-Nya yang mulia, untuk menetapkan

seseorang sebagai pemerintah bumi yang indah itu, tidak lupa untuk menciptakan suatu

makhluk yang berpadan dengan tangan yang telah memberikan hidup kepadanya.

Silsilah umat manusia sebagaimana dinyatakan oleh ilham, berasal bukan dari

perkembangan kuman-kuman, kerang dan binatang berkaki empat, tetapi dari Khaliknya

yang Agung. Meskipun dijadikan dari tanah, Adam adalah "anak Allah."

Ia telah ditetapkan, sebagai wakil Allah, di atas makhluk-makhluk yang tarafnya

lebih rendah. Mereka ini tidak dapat mengerti atau mengakui kekuasaan Tuhan, tetapi

mereka dijadikan dengan suatu kesanggupan untuk mencintai dan melayani manusia.

Pemazmur berkata: "Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan

telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat, Engkau membuat dia berkuasa

atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya: kambing

domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang." Mazmur 8:6-8.

Manusia harus menyatakan peta Allah, baik jasmani dan juga dalam tabiat. Hanya

Kristus saja yang merupakan "gambar wujud Allah" (Ibrani 1:3); tetapi manusia

diciptakan menurut teladan Allah. Sifatnya selaras dengan kehendak Allah. Pikirannya

sanggup memahami perkara-perkara Ilahi. Kasihnya murni, selera dan keinginannya

berada di bawah pengendalian pikiran. Ia suci dan berbahagia dalam menyatakan peta

Allah dan di dalam penurutan akan kehendak-Nya.

Waktu manusia dijadikan oleh Tuhan, tubuhnya tinggi semampai, sempurna dan

simetris. Wajahnya mencerminkan keadaan yang sehat dan berseri-seri oleh sinar hidup

dan kebahagiaan. Tubuh Adam jauh lebih tinggi daripada manusia yang mendiami bumi

sekarang ini. Hawa lebih pendek sedikit, tetapi bentuknya agung dan indah sekali.

Pasangan yang suci ini tidak mengenakan pakaian buatan, mereka diselubungi oleh

terang dan kemuliaan sebagaimana halnya malaikat-malaikat. Selama mereka menurut

kepada Allah, jubah terang ini akan senantiasa menyelubungi mereka.

Setelah Adam diciptakan setiap makhluk yang hidup dibawa ke hadapannya untuk

memperoleh nama masing-masing, ia memperhatikan bahwa kepada masing-masing

mereka telah diberikan teman, tetapi di antara mereka, "tidak didapati seorang penolong

yang sejodoh baginya." Di antara segala makhluk yang sudah dijadikan Allah di atas bumi

ini, tidak ada satupun yang setara dengan manusia. Dan Tuhan berkata, "Tidak baik,

kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang

sepadan dengan dia." Manusia tidaklah dijadikan untuk hidup seorang diri; ia harus

menjadi satu makhluk sosial. Tanpa adanya persahabatan segala pemandangan yang

indah dan pekerjaan yang menggembirakan di Taman Eden tidak akan memberikan

kebahagiaan yang sempurna. Hubungan yang ada antara malaikat sekalipun tidak akan

memuaskan keinginannya untuk beroleh simpati dan persahabatan. Tiada makhluk lain

yang sama keadaannya untuk dikasihi dan mengasihi.

Tuhan sendiri telah memberikan kepada Adam seorang sahabat. Ia menyediakan

"seorang penolong yang sepadan dengan dia"—seorang penolong yang sesuai dengan

dirinya—seorang yang cocok menjadi sahabatnya dan yang dapat menjadi satu dengan

dia di dalam cinta dan simpati. Hawa dijadikan dari sebilah tulang yang diambil dari rusuk

Adam, ini mengartikan bahwa ia bukanlah untuk memerintah Adam sebagai kepala,

bukan juga untuk diinjak-injak di bawah telapak kaki sebagai bawahan, tetapi untuk

berdampingan di sisi Adam sebagai seorang yang setara, untuk dikasihi dan dilindungi.

Sebagai bahagian daripada Adam, tulang daripada tulangnya, daging daripada

dagingnya, ia merupakan dirinya yang kedua, menunjukkan eratnya hubungan mereka

serta ikatan kasih yang harus ada di dalam hubungan seperti ini. "Sebab tidak pernah

orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti

Kristus terhadap jemaat." Efesus 5:29. "Oleh sebab itu biarlah seorang laki-laki

meninggalkan ibu bapanya dan berdampingan dengan istrinya; dan mereka pun akan

menjadi satu."

Tuhan melangsungkan pernikahan yang pertama. Dengan demikian lembaga

pernikahan itu berasal dari Khalik alam semesta. "Hendaklah kamu semua penuh hormat

terhadap perkawinan" (Ibrani 13:4); itu adalah salah satu pemberian Tuhan yang pertama

kepada manusia, dan itu adalah salah satu dari dua lembaga yang sesudah kejatuhan ke

dalam dosa, dibawa oleh Adam keluar pintu gerbang Firdaus. Bilamana prinsip-prinsip

Ilahi ditaati dan diperhatikan dalam hubungan ini, maka pernikahan adalah suatu berkat;

itu akan menjaga kesucian dan kebahagiaan manusia, itu akan memenuhi

kebutuhan-kebutuhan sosial manusia, itu akan meninggikan keadaan jasmani, pikiran

serta moral.

"Selanjutnya Tuhan Allah membuat taman di Eden, di sebelah Timur; di situlah

ditempatkan-Nya manusia yang dibentuk-Nya itu." Segala sesuatu yang dijadikan Tuhan

merupakan keindahan yang sempurna dan tidak suatu pun yang kurang untuk

kebahagiaan pasangan yang suci itu; namun demikian Tuhan masih memberikan sesuatu

yang lain kepada mereka itu sebagai tanda kasih-Nya, dengan menyediakan taman

khusus untuk rumah mereka. Di dalam taman itu terdapat bermacam-macam pohon,

banyak di antaranya sarat oleh buah-buahnya yang harum dan lezat. Di sana terdapat

juga pohon anggur yang indah yang tumbuh tegak lurus tetapi memberikan suatu

penampilan yang sangat menarik dengan ranting-rantingnya yang terkulai karena sarat

oleh buah-buahnya yang menggiurkan dengan warnanya yang beraneka ragam. Adam

dan Hawa bertugas untuk mengusahakan agar ranting pohon anggur itu membentuk

atap pelindung, dengan demikian menjadikan bagi mereka suatu tempat tinggal yang

terbuat dari pepohonan hidup yang dipenuhi oleh daun serta buah-buahan. Di sana

terdapat bunga-bunga yang harum semerbak dengan warna yang beraneka dan

berkelimpahan. Di tengah-tengah taman itu tumbuh pohon alhayat yang keindahannya

melebihi pohon-pohon yang lain. Buah-buahnya kelihatan seperti apel yang

keemas-emasan dan keperak-perakan dan mempunyai khasiat untuk memperpanjang

hidup.

Penciptaan itu sekarang sudah sempurna. "Demikianlah diselesaikan langit dan

bumi dan segala isinya." "Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh

amat baik." Eden bertumbuh dengan semaraknya di atas bumi. Adam dan Hawa

mempunyai kebebasan atas pohon alhayat itu. Tidak ada cemar dosa atau pun

bayang-bayang kematian menodai alam kejadian yang indah itu." "Bintang-bintang fajar

bersorak-sorak bersama-sama, dan semua anak Allah bersorak-sorai." Ayub 38:7.

Allah yang agung itu telah menjadikan bumi ini; Ia telah menjadikan bumi ini

seluruhnya dengan jubah keindahan dan memenuhinya dengan benda-benda yang

berguna bagi manusia; Ia telah menciptakan segala keajaiban-keajaiban di darat dan di

dalam lautan. Dalam enam hari pekerjaan untuk menciptakan itu telah dilaksanakan.

"Berhentilah Ia pada hari Ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu. Lalu

Allah memberkati hari Ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia

berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu." Tuhan memandang

akan hasil perbuatan tangan-Nya dengan puas. Segala sesuatunya sempurna, layak

disebut ciptaan Ilahi, dan Ia pun berhenti, bukan seperti seorang manusia yang merasa

lelah, melainkan karena merasa senang dengan segala hasil daripada hikmat, kebajikan

serta pernyataan kemuliaan-Nya.

Setelah berhenti pada hari yang Ketujuh, Tuhan menyucikannya atau

mengasingkannya sebagai suatu hari perhentian bagi manusia. Untuk mengikuti teladan

Khaliknya, manusia harus berhenti pada hari yang suci ini, sehingga bilamana ia

memandang ke langit dan bumi ia dapat mengingat kembali akan pekerjaan ciptaan yang

besar itu; dan bila ia memandang bukti daripada hikmat dan kebajikan Tuhan, hatinya

akan dipenuhi oleh cinta dan hormat akan Khaliknya.

Di Eden, Tuhan telah menetapkan satu peringatan akan pekerjaan penciptaan

yang telah dilakukan-Nya itu, dengan memberkati hari yang Ketujuh. Hari Sabat telah

diberikan kepada Adam, bapa dan wakil seluruh umat manusia. Pemeliharaan hari Sabat

haruslah merupakan satu pengakuan yang disertai rasa terima kasih dari semua orang

yang akan mendiami bumi ini bahwa Tuhan adalah Khalik mereka dan Raja mereka yang

sebenarnya; bahwa mereka adalah ciptaan tangan-Nya dan berada di bawah

kekuasaan-Nya. Dengan demikian lembaga ini seluruhnya bersifat memperingati dan

diberikan untuk seluruh umat manusia. Hari Sabat bukan merupakan suatu

bayang-bayang dan terbatas kepada segolongan orang yang tertentu saja.

Tuhan melihat bahwa hari Sabat perlu untuk manusia sekali pun di Firdaus, Ia

perlu untuk mengesampingkan kepentingan serta urusan-urusan pribadinya satu hari

dalam satu minggu agar ia dapat merenung-renungkan dengan lebih dalam akan

pekerjaan Allah serta kebajikan dan kuasa-Nya. Ia memerlukan satu hari Sabat untuk

lebih mengingatkannya akan Tuhan dan membangkitkan rasa syukur oleh sebab segala

sesuatu yang dinikmati dan dimiliki itu berasal dari tangan Khalik yang pemurah.

Tuhan merencanakan agar hari Sabat itu akan mengarahkan pikiran manusia

untuk merenung-renungkan hasil ciptaannya. Alam berkata-kata kepada indera mereka,

serta mengatakan adanya satu Tuhan yang hidup, Khalik itu, serta Pemerintah di atas

segala-galanya. "Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan

pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam

menyampaikan pengetahuan itu kepada malam." Mazmur 19:2, 3. Keindahan yang

menutupi bumi ini adalah satu tanda kasih Allah. Kita dapat melihatnya pada bukit-bukit

yang kekal, pada pohon-pohon yang tinggi, pada kuncup-kuncup yang sedang mekar dan

bunga-bunga yang indah. Semua menceritakan kepada kita tentang Allah. Hari Sabat,

yang selalu menunjuk kepada Dia yang telah menjadikan segala sesuatunya, mengajak

manusia untuk membuka buku alam yang besar itu serta mempelajari hikmat, kuasa dan

kasih Khalik itu.

Leluhur kita yang pertama itu, sekalipun diciptakan dalam keadaan suci dan tidak

berdosa, tidaklah ditempatkan dalam suatu keadaan di mana mereka tidak mungkin

berbuat salah. Tuhan menjadikan mereka sebagai makhluk yang mempunyai kebebasan,

sanggup untuk menghargakan kebijaksanaan serta kebajikan daripada tabiat-Nya dan

keadilan tuntutan-Nya, dan dengan kebebasan yang penuh mereka bisa memilih untuk

menurut atau tidak. Mereka direncanakan untuk dapat menikmati persekutuan dengan

Allah dan malaikat-malaikat suci; tetapi sebelum mereka memperoleh kehidupan yang

kekal itu, kesetiaan mereka harus diuji. Semenjak awal kejadian manusia satu ujian telah

diadakan guna menguji keinginan untuk memanjakan diri, satu nafsu yang berbahaya

yang telah menjadi dasar daripada kejatuhan Lusifer. Pohon pengetahuan baik dan jahat

tumbuh dekat pohon alhayat di tengah-tengah taman itu sebagai suatu alat penguji akan

penurutan, iman dan kasih daripada leluhur kita yang pertama. Sementara mereka

diizinkan untuk memakan dengan sesukanya buah dari semua pepohonan yang ada,

mereka dilarang untuk mengecap buah pohon pengetahuan ini, dengan kematian sebagai

imbalannya. Mereka juga terbuka kepada pencobaan Setan; tetapi bilamana mereka

dapat tahan akan ujian itu, mereka akhirnya akan ditempatkan lebih tinggi daripada

kuasa Setan itu, untuk menikmati hidup yang kekal bersama Tuhan.

Tuhan menempatkan manusia di bawah hukum, sebagai satu syarat mutlak dari

hidupnya. Ia berada di bawah pemerintahan Ilahi, dan tidak ada pemerintahan tanpa

hukum. Tuhan dapat menciptakan manusia tanpa kesanggupan untuk melanggar akan

hukum-Nya; Ia dapat mencegah tangan Adam untuk tidak menjamah buah yang

terlarang itu; tetapi di dalam hal seperti itu manusia bukan lagi merupakan sebagai

makhluk yang bebas memilih melainkan seperti mesin semata-mata. Tanpa kebebasan

memilih, penurutannya tidaklah bersifat sukarela tetapi terpaksa. Dalam keadaan seperti

ini maka tidak akan ada perkembangan tabiat. Keadaan seperti ini bertentangan dengan

Allah dalam perlakuan-Nya dengan penduduk dunia-dunia lain. Manusia tidak lagi layak

disebut sebagai makhluk yang berpikir dan hal seperti itu hanya akan menguatkan

tuduhan Setan bahwa pemerintahan Tuhan itu dijalankan dengan sewenang-wenang.

Tuhan menciptakan manusia tulus; Ia memberikan kepadanya sifat-sifat yang

agung, tanpa kecenderungan untuk berbuat jahat. Ia menganugerahi dia dengan kuasa

berpikir yang tinggi serta memberikan kepadanya pengaruh-pengaruh yang kuat agar ia

tetap setia. Penurutan, yang sempurna dan kekal, adalah syarat-syarat daripada

kebahagiaan yang kekal. Dengan syarat ini ia mempunyai kebebasan pada pohon alhayat

itu.

Rumah tangga leluhur kita yang pertama itu haruslah menjadi suatu pola bagi

rumah tangga lainnya bila anak-anak mereka memenuhi dunia ini. Rumah tangga itu,

yang dihiasi oleh tangan Allah sendiri, bukanlah suatu istana yang megah. Manusia, di

dalam kesombongannya, menyukai peralatan yang mewah serta mahal dan

bermegah-megah di dalam benda-benda buatan tangannya; tetapi Allah menempatkan

Adam di dalam sebuah taman. Inilah rumah tempat tinggalnya, langit yang biru

merupakan atapnya; bumi ini dengan bunga-bunganya yang indah serta permadani

rumput adalah lantainya; dan dahan serta daun-daun pohon yang indah merupakan

tempat bernaungnya. Pada dinding-dindingnya bergantungan hiasan-hiasan yang indah—

hasil ciptaan seniman yang Agung itu. Di sekeliling pasangan yang suci itu terdapat satu

pelajaran bagi segala zaman—bahwa kebahagiaan yang sejati bukan terdapat di dalam

pemanjaan akan kemewahan serta kemegahan, tetapi di dalam persekutuan dengan

Allah melalui hasil ciptaan-Nya. Kalau saja manusia mau memberikan lebih sedikit

perhatian kepada benda-benda buatan tangan manusia dan memupuk kesederhanaan,

maka mereka akan lebih mengerti tentang maksud-maksud Allah dalam menciptakan

manusia. Kesombongan dan cita-cita hati tidak pernah dipuaskan, tetapi mereka yang

benar-benar bijaksana akan mendapat kesukaan yang sejati di dalam sumber-sumber

kebahagiaan yang ditempatkan Allah pada jangkauan semua orang.

Kepada penghuni Taman Eden dipercayakan tugas untuk mengurus taman itu,

"supaya diusahakannya dan dipeliharakannya akan dia." Pekerjaan mereka bukanlah

sesuatu yang melelahkan melainkan sesuatu yang menyegarkan dan menggembirakan.

Tuhan telah menetapkan "kerja" itu sebagai berkat kepada manusia untuk memenuhi

pikirannya, menguatkan tubuhnya dan mengembangkan segala kesanggupannya. Di

dalam kegiatan pikiran dan jasmani Adam mendapatkan salah satu kesukaan yang

terbesar dari hidupnya yang suci itu. Dan bilamana, sebagai akibat daripada

pelanggarannya itu ia diusir dari rumahnya yang indah, dan dipaksa untuk bergumul

dengan bumi ini, untuk mencari makannya tiap hari, "kerja itu," meskipun jauh berbeda

coraknya daripada apa yang dilakukannya dalam taman itu, merupakan suatu

perlindungan terhadap pencobaan dan satu sumber kebahagiaan. Mereka yang

menganggap kerja itu sebagai suatu kutuk, sekalipun itu disertai dengan sakit dan rasa

penat, sedang memanjakan suatu kesalahan. Orang kaya sering sekali memandang

dengan penuh ejekan kepada orang yang bekerja, tetapi hal ini bertentangan sama sekali

dengan maksud Allah dalam menciptakan manusia. Apakah arti segala harta milik orang

terkaya sekalipun bila dibandingkan dengan pusaka yang telah diberikan kepada Adam

yang agung itu? Tetapi Adam tidak direncanakan untuk hidup bermalas-malasan. Khalik

kita yang mengerti apa yang dapat menjadi kebahagiaan bagi manusia, telah

menetapkan bagi Adam suatu pekerjaan. Kebahagiaan yang sejati di dalam hidup ini

hanyalah didapat oleh mereka yang bekerja. Malaikat-malaikat adalah pekerja-pekerja

yang rajin; mereka adalah pelayan-pelayan Allah bagi manusia. Khalik tidak menyediakan

tempat bagi kebiasaan untuk bermalas-malasan.

Sementara mereka tinggal setia kepada Tuhan, Adam dan sahabatnya memegang

perintah atas seluruh bumi ini. Kuasa yang tidak terbatas diberikan kepada mereka

terhadap segala makhluk hidup. Singa dan anak domba bermain dengan damai di

sekeliling mereka dan berbaring bersama di kaki mereka. Burung-burung beterbangan

dengan gembiranya di sekeliling mereka tanpa perasaan takut; dan apabila nyanyian

burung-burung itu terangkat untuk memuji Khalik mereka, Adam dan Hawa bergabung

bersama dengan mereka dalam ucapan syukur kepada Allah Bapa dan Anak.

Pasangan yang suci itu bukan saja merupakan anak-anak yang ada di bawah

pemeliharaan Allah sebagai Bapa mereka tetapi juga merupakan pelajar-pelajar yang

menerima petunjuk-petunjuk dari Khalik yang Mahabijaksana. Mereka dikunjungi oleh

malaikat-malaikat dan diizinkan untuk berhubungan dengan Pencipta mereka tanpa ada

tirai pemisah. Mereka dipenuhi oleh gairah hidup yang diberikan oleh pohon alhayat dan

kesanggupan berpikir mereka hanya sedikit saja di bawah malaikat-malaikat. Rahasia-

rahasia alam semesta yang kelihatan itu--"tentang keajaiban-keajaiban dari Yang

Mahatahu" (Ayub 37:16)--memberikan kepada mereka satu sumber kesukaan serta

pelajaran yang tidak pernah habis. Hukum-hukum serta cara kerjanya alam yang telah

dipelajari oleh manusia selama enam ribu tahun itu, dipaparkan ke pikiran mereka oleh

Khalik dan Pendukung segala sesuatu. Mereka mempelajari daun-daunan, pepohonan

serta bunga-bunga dan mengetahui rahasia kehidupan mereka masing-masing. Adam

mengenal segala makhluk hidup, mulai dari binatang-binatang raksasa yang hidup dalam

air sampai kepada serangga-serangga kecil yang beterbangan di bawah sinar matahari.

Ia telah memberi nama kepada mereka masing-masing dan ia mengetahui segala sifat

serta kebiasaan mereka semua. Kemuliaan Allah di langit, dunia-dunia yang tak terhitung

dalam peredarannya yang teratur "timbangan awan-awan" rahasia cahaya dan suara,

siang dan malam—semuanya dipelajari oleh leluhur kita yang pertama itu. Di atas setiap

daun di hutan atau setiap batu di gunung, di dalam setiap bintang yang berkilauan, di

bumi dan di udara, nama Allah tertulis. Keteraturan serta keselarasan segala sesuatu

yang telah diciptakan itu menyatakan kepada mereka akan hikmat dan kuasa yang tidak

terbatas. Mereka senantiasa menemukan hal-hal yang memenuhi hati mereka dengan

kasih yang lebih dalam dan membangkitkan rasa syukur mereka yang segar.

Selama mereka tetap setia kepada undang-undang Ilahi; kesanggupan mereka

untuk mengetahui, menikmati dan mengasihi akan terus-menerus bertambah-tambah.

Mereka akan selalu memperoleh pengetahuan yang baru dan memperoleh pengertian

yang lebih jelas lagi akan kasih Allah yang tidak terbatas dan yang tidak pernah gagal itu.