01 konsep dan komponen morfologi -...

9
KONSEP DAN KOMPONEN MORFOLOGI Pengantar dalam mata kuliah morfologi kota Johannes Parlindungan Disampaikan dalam Mata Kuliah Pilihan Morfologi Kota Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya KONSEP DASAR MORFOLOGI Secara harfiah, morfologi berarti ilmu tentang bentuk. Dalam kontek perkotaan, Carmona et al (2003: 61) berpendapat bahwa morfologi adalah studi mengenai form dan shape dari lingkungan permukiman. Form berarti bentuk yang dapat diamati dan merupakan konfigurasi dari beberapa objek, sementara shape adalah fitur geometrik atau bentuk eksternal dan outline dari sebuah benda. Meskipun memiliki pengertian yang hampir sama, kedua kata ini (form dan shape) memiliki pemahaman dasar yang berbeda, dimana form menegaskan bentuk yang terdiri dari berbagai unsur dan masing-masing unsur dapat diamati secara jelas karakteristiknya serta secara visual masing-masing unsur tersebut berada dalam satu kesatuan (konfigurasi). Sebagai contoh: sebuah koridor jalan secara visual terbentuk dari deretan bangunan dengan ketinggian tertentu dan tersusun dalam jarak tertentu dari batas jalan. Shape menekankan bentuk eksternal dari form, atau dengan kata lain siluet yang dalam konteks townscape sering disebut sebagai skyline. Sekumpulan objek yang terletak di atas permukaan tanah akan membentuk pola tertentu (shape), seperti linier, grid, konsentris, radial, klaster, dan lain sebagainya. Kata kunci lainnya adalah ‘lingkungan permukiman’. Kata kunci ini demikian penting sebab dalam literatur-literatur perencanaan dan perancangan kota disebutkan bahwa peradaban dimulai dari kegiatan bermukim. Kompleksitas dalam pertumbuhan permukiman kemudian membentuk unit-unit lingkungan yang lebih besar yaitu kota. Jadi lingkungan kota tidak akan dapat dipisahkan dari lingkungan permukiman. Morfologi bukan kajian yang statis, dimana hanya mempelajari bentuk fisik seperti ketinggian bangunan, susunan jaringan jalan, serta komposisi dan proporsi bangunan dalam suatu bentang kota (townscape), melainkan justru berusaha menggali proses yang melatarbelakangi perubahan dan dinamika terbentuknya lingkungan perkotaan dengan lingkungan fisik sebagai representasinya. Dengan demikian dengan mempelajari morfologi, seorang perancang kota dapat tanggap akan keberadaan pola-pola lokal dari proses terbentuk dan terbangunnya suatu lingkungan perkotaan (Carmona et al. 2003: 61).

Upload: danganh

Post on 06-Feb-2018

266 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: 01 KONSEP DAN KOMPONEN MORFOLOGI - …johannes.lecture.ub.ac.id/files/2014/09/01-KONSEP-DAN-KOMPONEN... · dalam literatur-literatur perencanaan dan ... Gambar di atas memberi gambaran

KONSEP DAN KOMPONEN MORFOLOGI

Pengantar dalam mata kuliah morfologi kota

Johannes Parlindungan Disampaikan dalam Mata Kuliah Pilihan Morfologi Kota Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

KONSEP DASAR MORFOLOGI

Secara harfiah, morfologi berarti ilmu tentang bentuk. Dalam kontek perkotaan, Carmona et al

(2003: 61) berpendapat bahwa morfologi adalah studi mengenai form dan shape dari lingkungan

permukiman. Form berarti bentuk yang dapat diamati dan merupakan konfigurasi dari beberapa

objek, sementara shape adalah fitur geometrik atau bentuk eksternal dan outline dari sebuah

benda. Meskipun memiliki pengertian yang hampir sama, kedua kata ini (form dan shape) memiliki

pemahaman dasar yang berbeda, dimana form menegaskan bentuk yang terdiri dari berbagai

unsur dan masing-masing unsur dapat diamati secara jelas karakteristiknya serta secara visual

masing-masing unsur tersebut berada dalam satu kesatuan (konfigurasi). Sebagai contoh: sebuah

koridor jalan secara visual terbentuk dari deretan bangunan dengan ketinggian tertentu dan

tersusun dalam jarak tertentu dari batas jalan. Shape menekankan bentuk eksternal dari form,

atau dengan kata lain siluet yang dalam konteks townscape sering disebut sebagai skyline.

Sekumpulan objek yang terletak di atas permukaan tanah akan membentuk pola tertentu (shape),

seperti linier, grid, konsentris, radial, klaster, dan lain sebagainya.

Kata kunci lainnya adalah ‘lingkungan permukiman’. Kata kunci ini demikian penting sebab

dalam literatur-literatur perencanaan dan perancangan kota disebutkan bahwa peradaban dimulai

dari kegiatan bermukim. Kompleksitas dalam pertumbuhan permukiman kemudian membentuk

unit-unit lingkungan yang lebih besar yaitu kota. Jadi lingkungan kota tidak akan dapat dipisahkan

dari lingkungan permukiman.

Morfologi bukan kajian yang statis, dimana hanya mempelajari bentuk fisik seperti ketinggian

bangunan, susunan jaringan jalan, serta komposisi dan proporsi bangunan dalam suatu bentang

kota (townscape), melainkan justru berusaha menggali proses yang melatarbelakangi perubahan

dan dinamika terbentuknya lingkungan perkotaan dengan lingkungan fisik sebagai

representasinya. Dengan demikian dengan mempelajari morfologi, seorang perancang kota dapat

tanggap akan keberadaan pola-pola lokal dari proses terbentuk dan terbangunnya suatu

lingkungan perkotaan (Carmona et al. 2003: 61).

Page 2: 01 KONSEP DAN KOMPONEN MORFOLOGI - …johannes.lecture.ub.ac.id/files/2014/09/01-KONSEP-DAN-KOMPONEN... · dalam literatur-literatur perencanaan dan ... Gambar di atas memberi gambaran

1234567891123456789212345678931234567894

80 STREETS & PATTERNS

4.3 • Mosborough Master Plan: macro and micro scale permutations.

Gambar 1. Ilustrasi komponen pembentuk form Sumber: Hedman dan Jaszewski (1988) Gambar di atas menggambarkan bangunan sebagai komponen bentuk (form) melalui konfigurasi dari beberapa objek membentuk satu kesatuan lansekap kota (townscape). Secara visual mudah diamati dalam bentuk skala ruang.

(a) Sumber : Hedman dan Jaszewski (1988) (b) Sumber : Marshall (2005)

Gambar 2. Ilustrasi komponen pembentuk shape Gambar di atas memberi gambaran susunan bangunan dan jaringan jalan sebagai komponen pembentuk shape dimana pada gambar (a) kesatuan bangunan secara vertikal memberi bentuk geometris eksternal berupa skyline sementara gambar (b) memperlihatkan struktur geometris yang dibentuk oleh jalan memberi pole radial, linier atau grid pada suatu kawasan perkotaan.

Page 3: 01 KONSEP DAN KOMPONEN MORFOLOGI - …johannes.lecture.ub.ac.id/files/2014/09/01-KONSEP-DAN-KOMPONEN... · dalam literatur-literatur perencanaan dan ... Gambar di atas memberi gambaran

PERKEMBANGAN TEORI MORFOLOGI

Teori morfologi sendiri telah berkembang dalam beberapa fase yang secara umum dapat

dijelaskan sebagai berikut (Moudon, 1997) :

1. Italian school. Kajian mengenai bentuk diawali dengan keprihatinan atas meluasnya paham

dan dampak arsitektur modern yang berkembang setelah masa perang dunia kedua

khususnya di Eropa (Cataldi, 2003). Arsitektur modern yang mendorong tumbuhnya

internasionalisme dalam desain bangunan dan lingkungan dinilai mengancam kelestarian

aspek lokalitas dari arsitektur. Muratori kemudian mengembangkan metode untuk menggali

kekayaan bentuk-bentuk dalam arsitektur lokal untuk kemudian dipergunakan sebagai

bentuk dasar dari komponen-komponen lingkungan yang baru. Metode ini dikenal dengan

nama typologi dan mahzab yang mempergunakan metode ini dikenal dengan nama

Muratorian. Pada masa ini analisis mengenai bentuk lebih berorientasi pada bangunan

sebagai representasi dari arsitektur.

2. French school. Metodologi mengenai kajian bentuk terus berkembang dimana

memasukkan unsur growth. Dalam fase ini, mulai berkembang kesadaran mengenai

pentingnya memperhatikan unsur pertumbuhan populasi dan masalah sosial di dalamnya

yang mempengauruhi pertumbuhan bentang kota (townscape).

3. English school. Kompleksitas kawasan perkotaan menuntut penjelasan yang lebih

komprehensif mengenai penyebab dan bagaimana strategi pengendaliannya. Pada fase

ini, metodologi kajian bentuk diperkaya dengan substansi geografi yang diperkenalkan oleh

M.R.G.Conzen yang kemudian lebih dikenal dengan mahzab Conzenian. Pada mahzab ini,

bentuk kota dipahami sebagai representasi proses yang didorong oleh beberapa

komponen geografis antara lain struktur bangunan, fungsi bangunan atau lahan, ukuran

kapling dan jaringan jalan. Pada era ini, istilah morphology mulai dikenal.

Meskipun metodologi morfologi telah mengalami beberapa fase, ketiga tradisi (school) tidak dapat

dipandang secara terpisah satu sama lain. Dengan meningkatnya kompleksitas permasalahan

perkotaan, pertumbuhan kawasan tidak dapat dapat lagi hanya dipandang dari segi geografisnya

saja dengan mengabaikan kandungan makna lokal yang dapat dengan baik direpresentasikan

oleh arsitektur bangunan atau bentang alam, sehingga diperlukan penggabungan mahzab yang

disebut typo-morphology yang menekankan pentingnya unsur place.

KOMPONEN MORFOLOGI

Meskipun masing-masing mahzab di atas memiliki fokus amatan yang berbeda, tetapi masing-

masing menerapkan disiplin yang sama, yaitu adanya skala observasi dan komponen observasi.

Skala observasi merupakan penjenjangan tingkat kedetailan pengamatan (resolusi) yang

berimplikasi pada jenis komponen fisik dasar yang observasi. Secara umum, resolusi pengamatan

dalam analisis morfologi antara lain terdiri dari :

Page 4: 01 KONSEP DAN KOMPONEN MORFOLOGI - …johannes.lecture.ub.ac.id/files/2014/09/01-KONSEP-DAN-KOMPONEN... · dalam literatur-literatur perencanaan dan ... Gambar di atas memberi gambaran

• Plot, merupakan skala amatan morfologi dengan resolusi yang paling rendah karena hanya

fokus ke komponen-komponen fisik yang berada pada potongan lahan yang sama. Objek-

objek dalam sebuah plot tidak dibatasi oleh ruas jalan apapun, dengan demikian kita dapat

menemukan komponen bangunan dan guna lahan di dalamnya. Plot yang terdiri dari

beberapa beberapa kapling biasanya disebut blok.

• Distrik, merupakan sekumpulan plot beserta komponen fisik di dalamnya yang

dihubungkan oleh ruas-ruas jalan. Distrik sudah dapat memperlihatkan kompleksitas

kawasan karena didalamnya dapat diamati sebaran blok dengan karakteristik fisik

lingkungan dan demografi.

• Kota, secara morfologis merupakan satu kesatuan wilayah dengan kompleksitas struktur

dan pola ruang sebagai pusat permukiman.

• Wilayah, merupakan satu kesatuan wilayah yang tersusun dari pusat-pusat permukiman

secara berjenjang.

Komponen pengamatan morfologi akan ditentukan oleh tingkat resolusi amatan. Sebagai contoh,

dalam mahzab Conzenian, pengamanan terhadap struktur bangunan tidak mungkin dilakukan

pada resolusi wilayah, sementara pola keterhubungan jaringan jalan justru sangat jelas terlihat

dalam resolusi kota dan wilayah. Sementara itu, komponen-komponen typology dalam mahzab

Muratorian akan lebih mudah diamati dalam resolusi plot dan distrik. Dengan demikian,

pengenalan akan karakteristik setiap komponen morfologi sangat diperlukan untuk dapat

mempermudah dalam menentukan metodologi yang tepat dalam melakukan analisis.

Pembahasan mengenai komponen morfologi akan difokuskan pada mahzab Muratorian,

Conzenian dan typo-morphology.

A. Komponen morfologi Muratorian.

Pendekatan ini menganggap tipologi bangunan merupakan akar dari bentuk kota (Moudon, 1997).

Dengan demikian, selain mempergunakan empat skala amatan (bangunan/plot, distrik, kota dan

wilayah), pendekatan ini mempergunakan empat aspek analisis, antara lain :

• Elemen desain, yaitu komponen-komponen yang mendukung kelengkapan desain,

misalnya bangunan terdiri dari atap, pintu, dan lain sebagainya; suatu distrik terdiri dari

bangunan-bangunan dan ruang terbuka, dan lain sebagainya.

• Struktur internal elemen, yaitu posisi atau hubungan antara elemen desain. Misalnya

sebaran ruang tebuka hijau menurut sebaran bangunan, dan lain sebagainya.

• Hubungan antara bentuk dan kegunaan, yaitu komponen yang menjelaskan bagaimana

dimensi dan proporsi ruang serta komponen fisik lainnya dapat mengakomodasi fungsi

ruang.

• Aspek formal atau perwujudan fisik, yaitu bagaimana desain bangunan dan kawasan

secara fisik mencerminkan makna dan kegunaan. Misalnya pemakaian tutupan lahan

berupa rumput tanpa pagar pada suatu ruang terbuka menandakan bahwa rumput dapat

Page 5: 01 KONSEP DAN KOMPONEN MORFOLOGI - …johannes.lecture.ub.ac.id/files/2014/09/01-KONSEP-DAN-KOMPONEN... · dalam literatur-literatur perencanaan dan ... Gambar di atas memberi gambaran

22

22

1. parcel

2. block

3. tissuel

4. quarter

5. city

‘Italian school’

Illustration of the levels

dipergunakan sebagai alas duduk atau tempat beristirahat, berbeda halnya apabila

kawasan berumput ini diberi pagar vegetasi atau komponen pembatas lainnya.

Dalam analisisnya, ada beberapa dalil yang harus diperhatikan, antara lain :

• Bangunan dan lingkungan tidak dapat dipisahkan.

• Bagian dari sebuah kota tidak dapat dipisahkan dari kota secara keseluruhan.

• Sebuah kota hanya dapat dipahami dari dimensi sejarahnya karena kota muncul sebagai

suksesi dari reaksi an proses pertumbuhan.

Dari dalil di atas, dapat dipahami bahwa sebuah kota dapat dijelaskan secara logis dari blok-blok

bangunannya.

Gambar 3. Ilustrasi sistem logis pembentukan kota dari blok-blok bangunan

B. Komponen morfologi Conzenian.

M.G.R. Conzen memandang bahwa sangat perlu untuk memperhatikan empat komponen

morfologi (Carmona et al. 2003: 61), antara lain :

• Guna lahan. Guna lahan (land uses) merupakan komponen pokok dalam pertumbuhan

kawasan. Komponen ini dianggap sebagai generator sistem aktivitas (activity system) yang

sangat menentukan pola dan arah pertumbuhan kawasan (Kaiser, 1995). Komponen ini

memiliki tingkat temporalitas yang sangat tinggi dalam hal dapat literatur dengan mudah

berubah, terutama dikaitkan dengan nilai ekonomi yang dimilikinya. Guna lahan sangat

mempengaruhi perwujudan fisik kawasan, terutama dalam menentukan pengembangan

kawasan terbangun dan tidak terbangun. Beberapa penelitian dan literatur menjelaskan

bagaimana tingkat pencampuran (mixture) guna lahan sangat mempengaruhi vitalitas

kawasan, nilai ekonomi dan beberapa komponen kualitas lingkungan lainnya (Choi dan

Sayyar, 2012; Barton et al, 2003:194).

• Struktur bangunan. Komponen ini merupakan representasi dari typology dalam analisis

morfologi dan dapat dibahas dalam dua aspek, antara lain penataan massa dan arsitektur

bangunan. Penataan massa terkait dengan bagaimana bangunan tersebar di dalam tapak

berikut kepadatan dan intensitasnya sementara arsitektur bangunan lebih perwujudan fisik

ruang dan bangunan yang merepresentasikan budaya, sejarah dan kreatifitas suatu

komunitas.

Page 6: 01 KONSEP DAN KOMPONEN MORFOLOGI - …johannes.lecture.ub.ac.id/files/2014/09/01-KONSEP-DAN-KOMPONEN... · dalam literatur-literatur perencanaan dan ... Gambar di atas memberi gambaran

• Pola plot. Komponen ini dapat dibahas dari aspek ukuran (dimensi) dan sebarannya.

Ukuran plot akan mempengaruhi intensitas pemanfaatan lahannya sementara sebaran plot

akan mempengaruhi pembentukan jaringan penghubung. Secara umum, pola plot ini

sangat dipengaruhi oleh potensi alamiah terutama kontur dan kondisi geologi. Secara

hukum, plot dibatasi oleh batas kepemilikan yang sangat mempengaruhi pola penguasaan,

pemanfaatan dan pengelolaan ruang.

• Jaringan jalan. Komponen ini merupakan fungsi derivatif dari guna lahan. Sebagai jalur

penghubung, jaringan jalan sangat mempengaruhi efisiensi dan efektifitas fungsi kawasan.

Jaringan jalan sebagai representasi dari ruang publik dianggap sebaga generator inti dari

vitalitas kawasan sebagaiman dijelaskan dalam teori space syntax (Hillier dan Hanson,

1984; Hillier, 2007).

C. Komponen typo-morphology.

Moudon menjelaskan bahwa pendekatan tipo-morfologi merupakan refleksi dari dialektik

antara tipologi bangunan dengan morfologi kota. Tradisi dialektik ini menghendaki adanya analisis

untuk menemukan kebenaran mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam perwujudan lingkungan

bangunan secara horisontal (plan / morphology) dan vertikal (perwujudan desain arsitektural).

Dengan demikian, pendekatan ini mempergunakan komponen-komponen yang dipergunakan

dalam pendekatan tipologi dan morfologi.

Dalam kajian kontemporer mengenai perkotaan, pendekatan ini dapat dipergunakan untuk

menguraikan komponen place dengan memasukkan komponen baru yaitu persepsi mengenai

makna. Carmona et al (2003: 89) menjelaskan konsep yang dipergunakan Kevin Lynch dalam

menguraikan komponen place dengan mempergunakan tiga buah atribut, yaitu identitas, struktur

dan makna. Ketiga atribut ini secara jelas mendefenisikan susunan ruang perkotaan dalam lima

tipologi, yaitu district, edge, path, landmark dan node (Zahnd, 1999).

Gambar 4. Komponen citra kawasan sebagai representasi morfologi kota Sumber : Carmona et al (2003)

Gambar di sebelah memperlihatkan bagaimana secara kognitif, pengguna

ruang mampu men-struktur-kan kawasan perkotaan yang dengan jelas

merepresentasikan morfologi kawasan.

Peta mental yang dibentuk dari proses berpikir (kognisi) menangkap

komponen-komponen arsitektur kota (tipologi) seperti desain bangunan,

taman, pola jalan, dan lain sebagainya dan merangkainya sedemikian rupa

untuk menjelaskan pola keterhubungan antara komponen-komponen

tersebut dalam bentuk morfologi kawasan.

Page 7: 01 KONSEP DAN KOMPONEN MORFOLOGI - …johannes.lecture.ub.ac.id/files/2014/09/01-KONSEP-DAN-KOMPONEN... · dalam literatur-literatur perencanaan dan ... Gambar di atas memberi gambaran

MORFOLOGI DAN PERTUMBUHAN KOTA

Pertumbuhan kota dapat dipahami dengan melakukan pengamatan pada komponen-

komponen morfologi, baik dengan mempergunakan pendekatan Conzenian maupun tipo-

morfologi. Secara fungsional dan ekonomi, pertumbuhan kawasan dipengaruhi oleh guna lahan,

bangunan, plot dan jaringan jalan. Kawasan perkotaan terbetuk dari sistem aktivitas yang secara

kompleks dihubungkan oleh jaringan pergerakan. Interaksi antara kedua sistem ini, sistem

aktivitas dan sistem pergerakan, membuat kawasan perkotaan memiliki nilai ekonomi atau nilai

properti yang distribusinya sangat dipengaruhi oleh karakteristik fisik alamiah dan keterdukungan

kedua sistem tersebut. Conzenian memandang pertumbuhan kota dapat diamati secara geografis

dibantu oleh ilmu peta (kartografi). Dengan mempergunakan peta, sebaran potensi fisik alamiah

dan buatan dapat dengan mudah diobservasi dan dianalisis. Guna lahan, kepadatan bangunan,

ukuran dan penguasaan lahan serta jaringan jalan dapat dipetakan dan dijelaskan secara logis

hubungannya satu sama lain.

Sama halnya dengan pendekatan Conzenian, pendekatan tipo-morfologi juga berkembang

dengan adanya ilmu dan teknik pemetaan. Dalam pendekatan ini, arsitektur kota dipandang

sebagai satu kesatuan dengan komponen-komponen teknis (firmness), komponen fungsional

(commodity) dan estetika (delight). Konsep yang dahulu diperkenalkan oleh Vitruvius ini (Adams

dan Tiesdell, 2013) masih dipandang relevan untuk menanggapi kompleksitas pemasalahan

perkotaan dimana secara geografis, aspek-aspek fisik perkotaan harus dapat diparalelkan dengan

aspek-aspek kognitif penghuninya. Dalam pendekatan tipo-morfologi, pertumbuhan kota harus

dapat dikendalikan sedemikian rupa agar pemahaman (kognisi) penghuni akan identitas, struktur

dan makna ruang dapat seimbang dengan pertumbuhan motor penggerak ekonomi dan aktivitas

perkotaan.

Dewasa ini teah berkembang beberapa teori kontemporer yang berusaha menjelaskan

bagaimana ruang secara geografis dapat bertumbuh dan mempengaruhi (atau dipengaruhi) oleh

perilaku penghuninya. Para environmentalis mempergunakan iklim mikro (micro climate) sebagai

salah satu parameter perubahan dan pertumbuhan kota yang diyakini mempengaruhi kognisi dan

aktivitas penghuninya, selain juga mempengaruhi keberlanjutan (sustainability) lingkungan.

Morfologi kota mempengaruhi iklim mikro dengan beberapa cara (Carmona et al. 2003: 185),

antara lain:

• Konfigurasi ruang, yang akan mempengaruhi efisiensi energi, terutama energi pergerakan

dan polusi.

• Keterbukaan terhadap cahaya matahari dan pengendalian angin melalui penataan massa

bangunan.

• Pengendalian kebisingan dan polusi.

• Pengendalian suhu udara, dimana fenomena urban heat island telah menjadi isu global di

kawasan perkotaan.

Page 8: 01 KONSEP DAN KOMPONEN MORFOLOGI - …johannes.lecture.ub.ac.id/files/2014/09/01-KONSEP-DAN-KOMPONEN... · dalam literatur-literatur perencanaan dan ... Gambar di atas memberi gambaran

3.5.6 microclimate

Consider the influence of the elementsDesign creates microclimate - affecting temperature, sunlight and windmovement. Careful landscape design can considerably enhance comfort onexposed sites and aid passive solar design of buildings (see 3.4.1). Takingaccount of existing local microclimate also ensures that problems such asfrost-pockets are avoided.

An assessment of the local microclimate should be followed by landscapeproposals that:• Use deciduous trees to provide shade in summer and allow for sunlight

to filter through in winter; • Avoid excessive overshadowing of buildings, whether by earthworks,

vegetation or walls, by placing trees away from southerly elevations in particular;

• Provide shelter from uncomfortable cold draughts that also contribute to building heat loss, particularly cold northerly winds and strong prevailing winds from the west and south-west, by incorporating hedges and trees as windbreaks.

Plant with the sun in mindWhen selecting trees, consider their full mature height. Check that trees closeto buildings will not grow to block out sunlight or overshadow solar panels(or indeed cause problems to foundations).

Brandon Groves, South Ockenden, Essex: Landscaping to create placeLocation Former hospital site on the edge of the town adjacent

to the green belt.Developer Countryside PropertiesSite Area 24.1 Hectares (11.62 ha net)Density 59.4 units per ha (net)Project The redevelopment of a former hospital site providing

690 units including mixed housing, community hall and school

Details Brandon Groves is an example of how design quality can raise values. By situating the new development within the mature landscape, market perceptions of this area located adjacent to low grade “estate” housing, have been completely turned around. From the outset the developers took advantage of the assets the place had to offer.

The key lesson to be learnt is a strategic one. The site is adjacent to the greenbelt, but the area reserved as greenbelt land was of lesser landscape and ecological value than other areas within the site not designated for conservation. Following constructive negotiations with the local authority it was therefore agreed to absorb the landscape open space component into the centre of the scheme, whilst allowing some development of the greenbelt. By engaging in this ‘greenbelt swap’ a more cohesive urban edge has resulted, with high qualtiy landscaping at the heart of the scheme. A trust run by the local community was set up to ensure high standards of maintenance.

urban design compendium 59

3 creating the urban structure 3.5 landscape

South-facing sunny seating adds value to a place

Planting to maximise solar gain should not need radicalchanges. Indeed, planting in a typical 19th century blockcan be easily adapted to optimise solar potential.

Evergreen trees obstruct solar access

Smaller deciduous trees enable greater solar gain

Photovoltaicpanel

Housing is focussed on a central open space and workswith the existing landscape

3.4.4 wind

Work with the windWind is both a friend and foe. In the summer mild breezes ventilatebuildings and improve comfort whereas in the winter winds increase heatloss. Harness the potential of the wind for natural ventilation and as apossible energy source. Design and position buildings to minimisefunnelling and the creation of uncomfortable microclimates. Landscape alsohas a role to play in influencing wind patterns (see 3.5.6).

Throughout the year at suitable sites wind energy can even provide a sourceof electricity. Normally such sites will be in more exposed areas. Surprising asit may seem, it may be possible to use the wind even in urban situations, asindicated by the audacious roof top wind turbine in Dublin.

3.4.5 waste

Do more with lessHow to do more with less is the basic issue. Either through design or by the waywe live. But less what? Here we’re interested in less land (see 3.3), less energy,less water and fewer materials so that we can minimise demands on theenvironment. Designs can be made more energy and resource efficient by:

1 Landscape – minimising the use of water or fertiliser.2 Infrastructure – reducing the demand on site lessens the amount ofinfrastructure needed. Reducing the building energy demands can reducegas main sizes and using rainwater on site minimises surface waterdrainage pipes.3 The buildings – minimising demands on resources in terms of:• space and water heating (eg. insulation, double-glazing);• electricity / fuel;• water;• construction materials.

Consider reed bedsIf there is sufficient land available, consider reducing the load on the sewageinfrastructure by using reed bed filtration systems, which treat grey waterrun-off. These can form attractive landscape features. For housing, theapproximate land requirement is 1-2 m2 per resident.

Waste not, want notWaste may be considered simply as what we have not found a use for. Look atways of reusing resources within the site. This can range from compostingorganic materials through to re-using building materials and recyclingrainwater. Re-use of excavated material on site avoids the costs and resourceconsumption of transporting off site. Use of prefabricated elements canreduce site construction waste. Recycling facilities should be provided formaterials that need centralised processing, such as paper, glass and metals.

Think CHPIt may be possible to add new infrastructures to reduce energy demands. Forexample, in compact areas where the patterns of electricity and heatdemand are right, it may be cost effective to use a CHP (Combined Heat andPower) plant or District Heating System. These are electricity generators runon gas or other fuels. The ‘waste’ heat they give off is used to heat water forspace and domestic hot water heating.

52 urban design compendium

3 creating the urban structure 3.4 energy and resource efficiency

A highly integrated street pattern encourages highlevels of air movement. Winds are ‘smoothed’ overlow, densely built areas.

With greater spacing winds are forced down to makeopen spaces potentially uncomfortable

This is intensified by tall freestanding buildings,creating eddies that also result in building heat loss(adapted from Gehl, 1987)

Building form can also affect the quality of publicspace by channelling wind along streets . . .

. . . or creating vortexes in plazas in front of tall buildings (from Lang, 1994)

Gambar 5. Ilustasi pertimbangan iklim mikro dalam rancang kota Sumber : Leang (2000)

Aspek perkotaan lain yang juga masih terkait kelestarian dan kesehatan alam adalah energi.

Morfologi kota mempengaruhi efisiensi energi dalam beberapa cara (Leang, 2000) antara lain :

• Pemanfaatan energi surya yang sangat dipengaruhi oleh penataan bangunan meliputi arah

hadap bangunan, ketinggian bangunan dan topografi.

• Pemanfaatan dan pengolahan air bersih dan air tanah yang sangat dipengaruhi oleh

potensi alamiah kawasan perkotaan dan daya dukung lingkungan.

• Pengendalian angin yang sangat dipengaruhi oleh penataan blok bangunan.

• Efisiensi dalam sistem infrastruktur, baik terkait sistem pergerakan, pengelolaan sampah,

dan lain sebagainya.

Pendekatan lain yang merupakan bagian dari perkembangan ilmu morfologi adalah teori space

syntax (Hillier dan Hanson, 1984; Hillier 2007; Carmona et al, 2003:171). Teori ini memberi

penjelasan logis terhadap konfigurasi ruang dalam kaitannya dengan perilaku pergerakan

manusia. Pendekatan ini menganggap konfigurasi ruang sebagai akar atau generator

pertumbuhan kawasan yang secara logis berkaitan dengan persepsi dan perilaku penghuni serta

berimplikasi pada beberapa aspek ekonomi ruang kota seperti nilai guna lahan. Dalam kajian

perkotaan kontemporer, penelitian konfigurasi ruang dengan mempergunakan pendekatan space

syntax diarahkan untuk membangun konsep yang kuat dalam menggabungkan kawasan lama

(historic district) dengan kawasan baru (Karimi, 2000). Susunan ruang dianggap sebagai bentuk

warisan budaya yang mengalami perkembangan dalam jangka waktu yang lama. Dalam hal ini,

budaya tidak dianggap sebagai artefak yang mati (Hillier, 2007:30), tetapi sebagai unsur organik

yang harus dijaga integritasnya dengan lingkungan yang baru agar tujuan fungsional, sosial

budaya dan lingkungan dalam pembentukan kawasan perkotaan dapat tercapai.

Page 9: 01 KONSEP DAN KOMPONEN MORFOLOGI - …johannes.lecture.ub.ac.id/files/2014/09/01-KONSEP-DAN-KOMPONEN... · dalam literatur-literatur perencanaan dan ... Gambar di atas memberi gambaran

Gambar 6. Ilustasi penggunaan pendekatan space syntax dalam mengeksplorasi moroflogi kota Sumber : Hillier (2007)

REFERENSI

Adams dan Tiesdell. 2013. Shaping places. Routledge, Taylor and Francis Group.

Barton et al. 2003. Shaping neighborhoods. Spon Press.

Cataldi. 2003. From Muratori to Caniggia: the origins and development of the Italian School of design typology. Urban Morphlogy (2003) 7(1), 19-34.

Choi dan Sayyar. 2012. Urban diversity and pedestrian behaviour. Proceedings: 8th International Space Syntax Symposium.

Hedman dan Jaszewski. 1998. Fundamentals of urban design. Planner Press

Hillier B, Hanson J. 1984. The social logic of space. Cambridge University Press.

Hillier B. 2007. Space is the machine. Space Syntax Publisher

Kaiser et al. 1995. Urban land use planning. University of Ilinois Press.

Karimi. 2000. Urban conservation and spatial transformation: preserving the fragments or maintaining the spatial spirit. Urban Design International (2000) 5, 221-231.

Leang. 2000. Urban design compendium. English Partnership and The Housing Copporation.

Marshall. 2005. Streets and patterns. Spon Press.

Moudon. 1997. Urban morphology as an emerging interdiciplinary field. Urban Morphology (1997) 1, 3-10.

Zahnd. 1999. Perancangan kota secara terpadu. Penerbit Kanisius.