pakegalang.files.wordpress.com file · web viewsejarah sosiologi pendidikan. sosiologi modern...

59
MAKALAH SOSIOLOGI PENDIDIKAN Tugas Mata Kuliah Sosiologi Pendidikan Dosen Dr. Tjipto Subandi, M.Si Disusun Oleh : Budi Kahono NIM : Q 100090193 PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMADIYAH SURAKARTA 2010

Upload: lamphuc

Post on 21-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: pakegalang.files.wordpress.com file · Web viewSejarah Sosiologi Pendidikan. Sosiologi modern tumbuh pesat di benua

MAKALAH

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

Tugas Mata Kuliah Sosiologi Pendidikan

Dosen Dr. Tjipto Subandi, M.Si

Disusun

Oleh :

Budi Kahono

NIM : Q 100090193

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMADIYAH SURAKARTA

2010

Page 2: pakegalang.files.wordpress.com file · Web viewSejarah Sosiologi Pendidikan. Sosiologi modern tumbuh pesat di benua

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

Abstrak

Teaching Sociology's emphasis on the scholarship of teaching and learning

has moved the field well beyond simple description of teaching methods. There is

no doubt that the journal is more scholarly than in the past. Still, we do not take

advantage of our rich theoretical disciplinary work. There is much to learn

sociologically about the classroom and other sites of interaction between teachers

and students. Our classrooms are social sites and our analysis of them can be of

help to scholars both inside and outside the discipline. In this article, we propose a

sensitizing concept, the sociology of the college classroom - the application of

sociological theory and/or concepts to understand social phenomena that take

place at the level of the classroom and other sites of faculty-student interaction.

We situate the sociology of the college classroom as a subset of the scholarship of

teaching and learning and the sociology of higher education. Sociology of the

college classroom can be a place not only where research meets teaching, but it

can also be a site where sociological theory meets pedagogical praxis.

A. Pendahuluan

Sosiologi pendidikan adalah cabang dari ilmu pengetahuan yang

membahas prosess interaksi sosial anak mulai dari keluarga, masa sekolah sampai

dewasa serta dengan kondisi-kondisi sosiol culturil yang teradapat dalam

lingkungannya atau masyarakat dimana ia tinggal atau dibesarkan.

    Untuk menciptakan hubungan yang baik dengan individu maupun

terhadap masyarakat maka perlu menggunakan beberapa pendekatan, dengan

pendekatan maka akan berinterksi dengan individu dan masyarakat berjalan

dengan lancar dan mudah, oleh karena pentingnya pendekatan dalam Sosioli

pendidikan maka makalah ini mengambil judul "Ragam Pendekatan Sosial", di

dalam makalah ini banyak kekurangan oleh sebab itu kami mengharapkan kritik,

saran, maupun tambahan guna kesempurnaan makalah ini.

Page 3: pakegalang.files.wordpress.com file · Web viewSejarah Sosiologi Pendidikan. Sosiologi modern tumbuh pesat di benua

B. Sejarah Sosiologi Pendidikan

Sosiologi modern tumbuh pesat di benua Amerika, tepatnya di Amerika

Serikat dan Kanada. Mengapa bukan di Eropa? (yang notabene merupakan tempat

dimana sosiologi muncul pertama kalinya). Pada permulaan abad ke-20,

gelombang besar imigran berdatangan ke Amerika Utara. Gejala itu berakibat

pesatnya pertumbuhan penduduk, munculnya kota-kota industri baru,

bertambahnya kriminalitas dan lain lain. Konsekuensi gejolak sosial itu,

perubahan besar masyarakat pun tak terelakkan. Perubahan masyarakat itu

menggugah para ilmuwan sosial untuk berpikir keras, untuk sampai pada

kesadaran bahwa pendekatan sosiologi lama ala Eropa tidak relevan lagi.

Mereka berupaya menemukan pendekatan baru yang sesuai dengan

kondisi masyarakat pada saat itu. Maka lahirlah sosiologi modern. Berkebalikan

dengan pendapat sebelumnya, pendekatan sosiologi modern

cenderung mikro (lebih sering disebut pendekatan empiris). Artinya, perubahan

masyarakat dapat dipelajari mulai dari fakta sosial demi fakta sosial yang muncul.

Berdasarkan fakta sosial itu dapat ditarik kesimpulan perubahan masyarakat

secara menyeluruh. Sejak saat itulah disadari betapa pentingnya penelitian

(research) dalam sosioloogi.

Lester Frank Woed (1841-191) salah seorang pelopor sisiologi di Amerika

diangap sebagai pencetus gagasan lahirnya sosiologi pendidikan di Amerika.

Gagasan tersebut muncul dalam bukunya berjudul Applied Sociology (sosiologi

terapan) yang mengkaji perubahan-perubahan masyarakat karena usaha manusia.

Kemudian dikembangkan oleh John Dewey (1859-1952) yang dikenal sebagai

bapak pendidikan dan sebagai pelopor berdirinya sosiologe pendidikan.

Di perguruan tinggi mulai ada mata kuliah tentang sosiologi pendidikan.

Kemudian diterbitkan sebuah buku petama tentang sosiologi pendidikan oleh

Walter R Smith dengan judul Introduction to Educational Sociology (Tjipto

Subandi 2009: 66). Tahun 1928 terbit The Jurnal of Educiation Sociology sebagai

wahana pemikiran sosiologi pendidikan pimpinan E. George Payne.

Page 4: pakegalang.files.wordpress.com file · Web viewSejarah Sosiologi Pendidikan. Sosiologi modern tumbuh pesat di benua

Minat Durkheim dalam fenomena sosial juga didorong oleh politik. Kekalahan Prancis dalam Perang Prancis-Prusia telah memberikan pukulan terhadap pemerintahan republikan yang sekular. Banyak orang menganggap pendekatan Katolik, dan sangat nasionalistik sebagai jalan satu-satunya untuk menghidupkan kembali kekuasaan Prancis yang memudar di daratan Eropa. Durkheim, seorang Yahudi dan sosialis, berada dalam posisi minoritas secara politik, suatu situasi yang membakarnya secara politik. Peristiwa Dreyfus pada 1894 hanya memperkuat sikapnya sebagai seorang aktivis.

Seseorang yang berpandangan seperti Durkheim tidak mungkin memperoleh pengangkatan akademik yang penting di Paris, dan karena itu setelah belajar sosiologi selama setahun diJerman, ia pergi ke Bordeaux pada 1887, yang saat itu baru saja membuka pusat pendidikan guru yang pertama di Prancis. Di sana ia mengajar pedagogi dan ilmu-ilmu sosial (suatu posisi baru di Prancis). Dari posisi ini Durkheim memperbarui sistem sekolah Prancis dan memperkenalkan studi ilmu-ilmu sosial dalam kurikulumnya. Kembali, kecenderungannya untuk mereduksi moralitas dan agama ke dalam fakta sosial semata-mata membuat ia banyak dikritik.

Tahun 1890-an adalah masa kreatif Durkheim. Pada 1893 ia menerbitkan “Pembagian Kerja dalam Masyarakat”, pernyataan dasariahnya tentang hakikat masyarakat manusia dan perkembangannya. Pada 1895 ia menerbitkan “Aturan-aturan Metode Sosiologis”, sebuah manifesto yang menyatakan apakah sosiologi itu dan bagaimana ia harus dilakukan. Ia pun mendirikan Jurusan Sosiologi pertama di Eropa di Universitas Bourdeaux. Pada 1896 ia menerbitkan jurnal L'Année Sociologique untuk menerbitkan dan mempublikasikan tulisan-tulisan dari kelompok yang kian bertambah dari mahasiswa dan rekan (ini adalah sebutan yang digunakan untuk kelompok mahasiswa yang mengembangkan program sosiologinya). Dan akhirnya, pada 1897, ia menerbitkan “Bunuh Diri”, sebuah studi kasus yang memberikan contoh tentang bagaimana bentuk sebuah monograf sosiologi.

Pada 1902 Durkheim akhirnya mencapai tujuannya untuk memperoleh kedudukan terhormat di Paris ketika ia menjadi profesor di Sorbonne. Karena universitas-universitas Prancissecara teknis adalah lembaga-lembaga untuk mendidik guru-guru untuk sekolah menengah, posisi ini memberikan Durkheim pengaruh yang cukup besar – kuliah-kuliahnya wajib diambil oleh

Page 5: pakegalang.files.wordpress.com file · Web viewSejarah Sosiologi Pendidikan. Sosiologi modern tumbuh pesat di benua

seluruh mahasiswa. Apapun pendapat orang, pada masa setelah Peristiwa Dreyfus, untuk mendapatkan pengangkatan politik, Durkheim memperkuat kekuasaan kelembagaannya pada 1912 ketika ia secara permanen diberikan kursi dan mengubah namanya menjadi kursi pendidikan dan sosiologi. Pada tahun itu pula ia menerbitkan karya besarnya yang terakhir “Bentuk-bentuk Elementer dari Kehidupan Keagamaan”.

Perang Dunia I mengakibatkan pengaruh yang tragis terhadap hidup Durkheim. Pandangan kiri Durkheim selalu patriotik dan bukan internasionalis – ia mengusahakan bentuk kehidupan Prancis yang sekular, rasional. Tetapi datangnya perang dan propaganda nasionalis yang tidak terhindari yang muncul sesudah itu membuatnya sulit untuk mempertahankan posisinya. Sementara Durkheim giat mendukung negaranya dalam perang, rasa enggannya untuk tunduk kepada semangat nasionalis yang sederhana (ditambah dengan latar belakang Yahudinya) membuat ia sasaran yang wajar dari golongan kanan Prancis yang kini berkembang. Yang lebih parah lagi, generasi mahasiswa yang telah dididik Durkheim kini dikenai wajib militer, dan banyak dari mereka yang tewas ketika Prancis bertahan mati-matian. Akhirnya, René, anak laki-laki Durkheim sendiri tewas dalam perang – sebuah pukulan mental yang tidak pernah teratasi oleh Durkheim. Selain sangat terpukul emosinya, Durkheim juga terlalu lelah bekerja, sehingga akhirnya ia terkena serangan lumpuh dan meninggal pada1917.

Dari uraian di atas Durkhein termasuk salah satu pelopor pencetus sosiologi pendidikan di wilayah Eropa. Banyak faham-faham yang bepijak dari ilmu sosial yang mewarnai disiplin ilmu pada waktu itu. Ilmu sosial digunakan oleh institusi untuk mengembangkan kurikulum pendidikan artinya ilmu sosial sudah mulai digunakan dalam dunia pendidikan.

C. Peletak Dasar Sosiologi

1. Ibnu Khaldum

Jika kita berbicara tentang seorang cendekiawan yang satu ini, memang

cukup unik dan mengagumkan. Sebenarnya, dialah yang patut dikatakan sebagai

pendiri ilmu sosial. Ia lahir dan wafat di saat bulan suci Ramadan. Nama

lengkapnya adalah Waliuddin Abdurrahman bin Muhammad bin Muhammad bin

Abi Bakar Muhammad bin al-Hasan yang kemudian masyhur dengan sebutan

Page 6: pakegalang.files.wordpress.com file · Web viewSejarah Sosiologi Pendidikan. Sosiologi modern tumbuh pesat di benua

Ibnu Khaldun. Pemikiran-pemikirannya yang cemerlang mampu memberikan

pengaruh besar bagi cendekiawan-cendekiawan Barat dan Timur, baik Muslim

maupun non-Muslim. Dalam perjalanan hidupnya, Ibnu Khaldun dipenuhi dengan

berbagai peristiwa, pengembaraan, dan perubahan dengan sejumlah tugas besar

serta jabatan politis, ilmiah dan peradilan. Perlawatannya antara Maghrib dan

Andalusia, kemudian antara Maghrib dan negara-negara Timur memberikan

hikmah yang cukup besar. Ia adalah keturunan dari sahabat Rasulullah saw.

bernamaWail bin Hujr dari kabilah Kindah.

Lelaki yang lahir di Tunisia pada 1 Ramadan 732 H./27 Mei 1332 M.

adalah dikenal sebagai sejarawan dan bapak sosiologi Islam yang hafal Alquran

sejak usia dini. Sebagai ahli politik Islam, ia pun dikenal sebagai bapak Ekonomi

Islam, karena pemikiran-pemikirannya tentang teori ekonomi yang logis dan

realistis jauh telah dikemukakannya sebelum Adam Smith (1723-1790) dan David

Ricardo (1772-1823) mengemukakan teori-teori ekonominya. Bahkan ketika

memasuki usia remaja, tulisan-tulisannya sudah menyebar ke mana-mana.

Tulisan-tulisan dan pemikiran Ibnu Khaldun terlahir karena studinya yang sangat

dalam, pengamatan terhadap berbagai masyarakat yang dikenalnya dengan ilmu

dan pengetahuan yang luas, serta ia hidup di tengah-tengah mereka dalam

pengembaraannya yang luas pula.

Selain itu dalam tugas-tugas yang diembannya penuh dengan berbagai

peristiwa, baik suka dan duka. Ia pun pernah menduduki jabatan penting di

Fes,Granada, dan Afrika Utara serta pernah menjadi guru besar di Universitas al-

Azhar, Kairo yang dibangun oleh dinasti Fathimiyyah. Dari sinilah ia melahirkan

karya-karya yang monumental hingga saat ini.

nama dan karyanya harum dan dikenal di berbagai penjuru dunia. Panjang sekali

jika kita berbicara tentang biografi Ibnu Khaldun, namun ada tiga periode yang

bisa kita ingat kembali dalam perjalan hidup beliau. Periode pertama, masa

dimana Ibnu Khaldun menuntut berbagai bidang ilmu pengetahuan. Yakni, ia

belajar Alquran, tafsir, hadis, usul fikih, tauhid, fikih madzhab Maliki, ilmu

nahwu dan sharaf, ilmu balaghah, fisika dan matematika.

Page 7: pakegalang.files.wordpress.com file · Web viewSejarah Sosiologi Pendidikan. Sosiologi modern tumbuh pesat di benua

Dalam semua bidang studinya mendapatkan nilai yang sangat

memuaskan dari para gurunya. Namun studinya terhenti karena penyakit pes telah

melanda selatan Afrika pada tahun 749 H. yang merenggut ribuan nyawa.

Ayahnya dan sebagian besar gurunya meninggal dunia. Ia pun berhijrah ke

Maroko selanjutnya ke Mesir; Periode kedua, ia terjun dalam dunia politik dan

sempat menjabat berbagai posisi penting kenegaraan seperti qadhi al-qudhat

(Hakim Tertinggi). Namun, akibat fitnah dari lawan-lawan politiknya, Ibnu

Khaldun sempat juga dijebloskan ke dalam penjara. Setelah keluar dari penjara,

dimulailah periode ketiga kehidupan Ibnu Khaldun, yaitu berkonsentrasi pada

bidang penelitian dan penulisan, ia pun melengkapi dan merevisi catatan-

catatannya yang telah lama dibuatnya. Seperti kitab al-’ibar (tujuh jilid) yang telah

ia revisi dan ditambahnya bab-bab baru di dalamnya, nama kitab ini pun menjadi

Kitab al-’Ibar wa Diwanul Mubtada’ awil Khabar fi Ayyamil ‘Arab wal ‘Ajam

wal Barbar wa Man ‘Asharahum min Dzawis Sulthan al-Akbar.

Kitab al-i’bar ini pernah diterjemahkan dan diterbitkan oleh De Slane

pada tahun 1863, dengan judul Les Prolegomenes d’Ibn Khaldoun. Namun

pengaruhnya baru terlihat setelah 27 tahun kemudian. Tepatnya pada tahun 1890,

yakni saat pendapat-pendapat Ibnu Khaldun dikaji dan diadaptasi oleh sosiolog-

sosiolog German dan Austria yang memberikan pencerahan bagi para sosiolog

modern. Karya-karya lain Ibnu Khaldun yang bernilai sangat tinggi

diantaranya, at-Ta’riif bi Ibn Khaldun (sebuah kitab autobiografi, catatan dari

kitab sejarahnya); Muqaddimah (pendahuluan atas kitabu al-’ibar yang bercorak

sosiologis-historis, dan filosofis); Lubab al-Muhassal fi Ushul ad-Diin (sebuah

kitab tentang permasalahan dan pendapat-pendapat teologi, yang merupakan

ringkasan dari kitab Muhassal Afkaar al-Mutaqaddimiin wa al-Muta’akh-khiriin

karya Imam Fakhruddin ar-Razi).

DR. Bryan S. Turner, guru besar sosiologi di Universitas of Aberdeen,

Scotland dalam artikelnya “The Islamic Review & Arabic Affairs” di tahun 1970-

an mengomentari tentang karya-karya Ibnu Khaldun. Ia menyatakan, “Tulisan-

tulisan sosial dan sejarah dari Ibnu Khaldun hanya satu-satunya dari tradisi

intelektual yang diterima dan diakui di dunia Barat, terutama ahli-ahli sosiologi

Page 8: pakegalang.files.wordpress.com file · Web viewSejarah Sosiologi Pendidikan. Sosiologi modern tumbuh pesat di benua

dalam bahasa Inggris (yang menulis karya-karyanya dalam bahasa Inggris).”

Salah satu tulisan yang sangat menonjol dan populer adalah muqaddimah

(pendahuluan) yang merupakan buku terpenting tentang ilmu sosial dan masih

terus dikaji hingga saat ini. Bahkan buku ini telah diterjemahkan dalam berbagai

bahasa. Di sini Ibnu Khaldun menganalisis apa yang disebut dengan ‘gejala-gejala

sosial’ dengan metoda-metodanya yang masuk akal yang dapat kita lihat bahwa ia

menguasai dan memahami akan gejala-gejala sosial tersebut. Pada bab ke dua dan

ke tiga, ia berbicara tentang gejala-gejala yang membedakan antara masyarakat

primitif dengan masyarakat moderen dan bagaimana sistem pemerintahan dan

urusan politik di masyarakat.

Bab ke dua dan ke empat berbicara tentang gejala-gejala yang berkaitan

dengan cara berkumpulnya manusia serta menerangkan pengaruh faktor-faktor

dan lingkungan geografis terhadap gejala-gejala ini. Bab ke empat dan kelima,

menerangkan tentang ekonomi dalam individu, bermasyarakat maupun negara.

Sedangkan bab ke enam berbicara tentang paedagogik, ilmu dan pengetahuan

serta alat-alatnya. Sungguh mengagumkan sekali sebuah karya di abad ke-14

dengan lengkap menerangkan hal ihwal sosiologi, sejarah, ekonomi, ilmu dan

pengetahuan. Ia telah menjelaskan terbentuk dan lenyapnya negara-negara dengan

teori sejarah.

Ibnu Khaldun sangat meyakini sekali, bahwa pada dasarnya negera-

negara berdiri bergantung pada generasi pertama (pendiri negara) yang memiliki

tekad dan kekuatan untuk mendirikan negara. Lalu, disusul oleh generasi ke dua

yang menikmati kestabilan dan kemakmuran yang ditinggalkan generasi pertama.

Kemudian, akan datang generasi ke tiga yang tumbuh menuju ketenangan,

kesenangan, dan terbujuk oleh materi sehingga sedikit demi sedikit bangunan-

bangunan spiritual melemah dan negara itu pun hancur, baik akibat kelemahan

internal maupun karena serangan musuh-musuh yang kuat dari luar yang selalu

mengawasi kelemahannya.

Ada beberapa catatan penting dari sini yang dapat kita ambil bahan

pelajaran. Bahwa Ibnu Khaldun menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan tidak

meremehkan akan sebuah sejarah. Ia adalah seorang peneliti yang tak kenal lelah

Page 9: pakegalang.files.wordpress.com file · Web viewSejarah Sosiologi Pendidikan. Sosiologi modern tumbuh pesat di benua

dengan dasar ilmu dan pengetahuan yang luas. Ia selalu memperhatikan akan

komunitas-komunitas masyarakat. Selain seorang pejabat penting, ia pun seorang

penulis yang produktif. Ia menghargai akan tulisan-tulisannya yang telah ia buat.

Bahkan ketidaksempurnaan dalam tulisannya ia lengkapi dan perbaharui dengan

memerlukan waktu dan kesabaran. Sehingga karyanya benar-benar berkualitas,

yang di adaptasi oleh situasi dan kondisi.

Karena pemikiran-pemikirannya yang briliyan Ibnu Khaldun dipandang

sebagai peletak dasar ilmu-ilmu sosial dan politik Islam. Dasar pendidikan

Alquran yang diterapkan oleh ayahnya menjadikan Ibnu Khaldun mengerti

tentang Islam, dan giat mencari ilmu selain ilmu-ilmu keislaman. Sebagai Muslim

dan hafidz Alquran, ia menjunjung tinggi akan kehebatan Alquran. Sebagaimana

dikatakan olehnya, “Ketahuilah bahwa pendidikan Alquran termasuk syiar agama

yang diterima oleh umat Islam di seluruh dunia Islam. Oleh kerena itu pendidikan

Alquran dapat meresap ke dalam hati dan memperkuat iman. Dan pengajaran

Alquran pun patut diutamakan sebelum mengembangkan ilmu-ilmu yang lain.”

Jadi, nilai-nilai spiritual sangat di utamakan sekali dalam kajiannya, disamping

mengkaji ilmu-ilmu lainnya. Kehancuran suatu negara, masyarakat, atau pun

secara individu dapat disebabkan oleh lemahnya nilai-nilai spritual. Pendidikan

agama sangatlah penting sekali sebagai dasar untuk menjadikan insan yang

beriman dan bertakwa untuk kemaslahatan umat. Itulah kunci keberhasilan Ibnu

Khaldun, ia wafat di Kairo Mesir pada saat bulan suci Ramadan tepatnya pada

tanggal 25 Ramadan 808 H./19 Maret 1406 M.

2. Auguste Comte

Augusute Comte adalah orang yang pertama kali menggunakan istilah sosiologi

dan orang yang pertama kali pula memberikan suatu pemikiran filsafat yang

membantu perkembangan sosiologi. Auguste Comte dikenal sebagai ilmuwan

yang memiliki sifat pemarah dan arogan, yang sering terlibat pertengkaran dengan

guru-gurunya, termasuk Saint-Simon. Karena sifat kerasnya ini, Comte

mengalami kegilaan terlebih dahulu sebelum akhirnya dianggap sebagai salah satu

ahli ilmu sosial yang penting.

Page 10: pakegalang.files.wordpress.com file · Web viewSejarah Sosiologi Pendidikan. Sosiologi modern tumbuh pesat di benua

               Ilmuwan yang mempengaruhi pemikiran Comte antara lain

adalah Hobbes,Kant, dan Saint-Simon. Paham-paham yang dikonsep oleh Comte

bertolak kepada dasar-dasar pemikiran yang sudah terlebih dahulu dikonsep oleh

ilmuwan-ilmuwan tersebut. Seperti misalnya, teori kapitalisme klasik yang

digagas oleh Kant, berbicara tentang kebebasan individu yang pemikirannya

dipengaruhi oleh pengalaman. Atau teori individualisasi oleh Saint-Simon yang

mengatakan bahwa kehidupan manusia sangat dipengaruhi oleh situasi dan

kondisi individu-individu tersebut.

               Comte mempunyai keyakinan bahwa untuk bisa menemukan pemikiran

yang baru, kita harus bisa keluar dari pemikiran-pemikiran sebelumnya. Dengan

kata lain, kita harus objektif terhadap paham yang kita konsep tersebut. Oleh

karena itu, Comte kemudian mengatakah bahwa tinggalkan filsafat dan lakukan

penelitian empiris yang berdasarkan fakta dan kenyataan yang ada. Penelitian

yang terjun langsung ke dalam masyarakat (empirical approach to society).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengamati struktur dan fungsi yang ada

untuk memberikan ramalan atau prediksi di masa depan (observe structure and

function to predict future events). Meskipun Comte menganggap sturuktur dan

fungsi tidak stabil, tetapi dia berpendapat individualisme seseorang terhadap

intervensi ke struktur dan fungsi tersebut tidak boleh berlebihan. Comte

mengkritik keras paham individualisme pencerahan yang berusaha mendobrak

teokrasi dan otokrasi (critical of enlightenment individualism).

               Pemikiran Comte juga dipengaruhi oleh Montesquieu, tentang

pembagian kekuasaan dan hukum masyarakat (laws of society). Penggunaan

metode ilmiah dan sains dalam ilmu sosial yang digagas oleh Comte dipengaruhi

oleh Condorcet tentang suatu kemajuan melalui sains. Dalam hal ini, metode

ilmiah yang dilakukan dalam sain (science) juga harus diterapkan dalam ilmu-

ilmu sosial untuk memahami laws of societytersebut, dan untuk memberikan

gambaran masa depan tentang kehidupan masyarakat serta mengarahakan

masyarakat tersebut (apply science to directing society).

               Ciri dan karakter sosioolgi Comte adalah sosiologi pendidikan karena

fokusnya adalah bagaimana mengubah sesuatu menjadi lebih baik. Konsep dan

Page 11: pakegalang.files.wordpress.com file · Web viewSejarah Sosiologi Pendidikan. Sosiologi modern tumbuh pesat di benua

kontribusi Comte terhadap ilmu pengetahuan sosial ini antara lain adalah

menciptakan istilah sosiologi dan menekankan “the social physics of society” (apa

yang ada di dalam fisik itu yang bermaknda sosial). Comte juga menolak paham

metaphysics dan theology. Dalam mencapai kemajuan masyarakat, ilmu

pengetahuan harus dilibatkan. Comte juga berpegang teguh pada positivism, yaitu

studi masyarakat dengan cara-cara yang sama dengan ilmu pengetahuan alam

(natural law dan objective observation).

            Comte melihat satu hukum universal dalam semua ilmu pengetahuan yang

kemudian ia sebut sebagai ‘hukum tiga fase’

Law of three stages (hukum tiga fase)

Theological             : Rule by religion

Metaphysical          :  Rule by mystic

Positive                  :  reason, observation, natural laws of society that can predict

future events.

 Ilmu yang dikaji oleh Comte terklasifikasi menjadi dua bagian, yaitu social

static dansocial dynamics.

social static adalah sebuah ilmu yang mempelajari hubungan timbale balik

antara lembaga-lembaga kemasyarakatan

social dynamic adalah ilmu yang meneropong bagaimana lembaga-lembaga

tersebut berkembang dan mengalami perkmebangan sepanjang masa.

 Religion of humanity

agama menyumbang kea rah stabilitas sosial

kebutuhan untuk meninggalkan theocracy

positive religion : humanistic approach, yaitu agama yang dapat menyelesaikan

permasalahan kemanusiaan dan mengangkat harkat dan martabat manusia

 the “new clergy” adalah sosiolog.

3. Emile Durkhein

Page 12: pakegalang.files.wordpress.com file · Web viewSejarah Sosiologi Pendidikan. Sosiologi modern tumbuh pesat di benua

Perhatian Durkheim yang utama adalah bagaimana masyarakat dapat

mempertahankan integritas dan koherensinya di masa modern, ketika hal-hal

seperti latar belakang keagamaan dan etnik bersama tidak ada lagi. Untuk

mempelajari kehidupan sosial di kalangan masyarakat modern, Durkheim

berusaha menciptakan salah satu pendekatan ilmiah pertama terhadap fenomena

sosial. Bersama Herbert Spencer Durkheim adalah salah satu orang pertama yang

menjelaskan keberadaan dan sifat berbagai bagian dari masyarakat dengan

mengacu kepada fungsi yang mereka lakukan dalam mempertahankan kesehatan

dan keseimbangan masyarakat – suatu posisi yang kelak dikenal

sebagai fungsionalisme.

Durkheim juga menekankan bahwa masyarakat lebih daripada sekadar

jumlah dari seluruh bagiannya. Jadi berbeda dengan rekan sezamannya, Max

Weber, ia memusatkan perhatian bukan kepada apa yang memotivasi tindakan-

tindakan dari setiap pribadi (individualisme metodologis), melainkan lebih kepada

penelitian terhadap "fakta-fakta sosial", istilah yang diciptakannya untuk

menggambarkan fenomena yang ada dengan sendirinya dan yang tidak terikat

kepada tindakan individu. Ia berpendapat bahwa fakta sosial mempunyai

keberadaan yang independen yang lebih besar dan lebih objektif daripada

tindakan-tindakan individu yang membentuk masyarakat dan hanya dapat

dijelaskan melalui fakta-fakta sosial lainnya daripada, misalnya, melalui adaptasi

masyarakat terhadap iklim atau situasi ekologis tertentu.

Dalam bukunya “Pembagian Kerja dalam Masyarakat” (1893), Durkheim

meneliti bagaimana tatanan sosial dipertahankan dalam berbagai bentuk

masyarakat. Ia memusatkan perhatian pada pembagian kerja, dan meneliti

bagaimana hal itu berbeda dalam masyarakat tradisional dan masyarakat

modern [1] . Para penulis sebelum dia seperti Herbert Spencer danFerdinand

Toennies berpendapat bahwa masyarakat berevolusi mirip

dengan organisme hidup, bergerak dari sebuah keadaan yang sederhana kepada

yang lebih kompleks yang mirip dengan cara kerja mesin-mesin yang rumit.

Durkheim membalikkan rumusan ini, sambil menambahkan teorinya kepada

Page 13: pakegalang.files.wordpress.com file · Web viewSejarah Sosiologi Pendidikan. Sosiologi modern tumbuh pesat di benua

kumpulan teori yang terus berkembang mengenai kemajuan sosial, evolusionisme

sosial, dan darwinisme sosial. Ia berpendapat bahwa masyarakat-masyarakat

tradisional bersifat ‘mekanis’ dan dipersatukan oleh kenyataan bahwa setiap orang

lebih kurang sama, dan karenanya mempunyai banyak kesamaan di antara

sesamanya. Dalam masyarakat tradisional, kata Durkheim, kesadaran

kolektif sepenuhnya mencakup kesadaran individual – norma-norma sosial kuat

dan perilaku sosial diatur dengan rapi.

Dalam masyarakat modern, demikian pendapatnya, pembagian kerja yang

sangat kompleks menghasilkan solidaritas 'organik'. Spesialisasi yang berbeda-

beda dalam bidang pekerjaan dan peranan sosial menciptakan ketergantungan

yang mengikat orang kepada sesamanya, karena mereka tidak lagi dapat

memenuhi seluruh kebutuhan mereka sendiri. Dalam masyarakat yang ‘mekanis’,

misalnya, para petani gurem hidup dalam masyarakat yang swa-sembada dan

terjalin bersama oleh warisan bersama dan pekerjaan yang sama. Dalam

masyarakat modern yang 'organik', para pekerja memperoleh gaji dan harus

mengandalkan orang lain yang mengkhususkan diri dalam produk-produk tertentu

(bahan makanan, pakaian, dll) untuk memenuhi kebutuhan mereka. Akibat

dari pembagian kerja yang semakin rumit ini, demikian Durkheim, ialah bahwa

kesadaran individual berkembang dalam cara yang berbeda dari kesadaran

kolektif – seringkali malah berbenturan dengan kesadaran kolektif.

Durkheim menghubungkan jenis solidaritas pada suatu masyarakat tertentu

dengan dominasi dari suatu sistem hukum. Ia menemukan bahwa masyarakat

yang memiliki solidaritas mekanis hokum seringkali bersifat represif: pelaku

suatu kejahatan atau perilaku menyimpang akan terkena hukuman, dan hal itu

akan membalas kesadaran kolektif yang dilanggar oleh kejahatan itu; hukuman itu

bertindak lebih untuk mempertahankan keutuhan kesadaran. Sebaliknya, dalam

masyarakat yang memiliki solidaritas organic, hukum bersifat restitutif: ia

bertujuan bukan untuk menghukum melainkan untuk memulihkan aktivitas

normal dari suatu masyarakat yang kompleks.

Page 14: pakegalang.files.wordpress.com file · Web viewSejarah Sosiologi Pendidikan. Sosiologi modern tumbuh pesat di benua

Jadi, perubahan masyarakat yang cepat karena semakin meningkatnya pembagian

kerja menghasilkan suatu kebingungan tentang norma dan semakin meningkatnya

sifat yang tidak pribadi dalam kehidupan sosial, yang akhirnya mengakibatkan

runtuhnya norma-norma sosial yang mengatur perilaku. Durkheim menamai

keadaan ini anomie. Dari keadaan anomie muncullah segala bentuk perilaku

menyimpang, dan yang paling menonjol adalah bunuh diri.

Durkheim belakangan mengembangkan konsep tentang anomie dalam

"Bunuh Diri", yang diterbitkannya pada 1897. Dalam bukunya ini, ia meneliti

berbagai tingkat bunuh diri di antara orang-orang Protestan dan Katolik, dan

menjelaskan bahwa kontrol sosial yang lebih tinggi di antara orang Katolik

menghasilkan tingkat bunuh diri yang lebih rendah. Menurut Durkheim, orang

mempunyai suatu tingkat keterikatan tertentu terhadap kelompok-kelompok

mereka, yang disebutnya integrasi sosial. Tingkat integrasi sosial yang secara

abnormal tinggi atau rendah dapat menghasilkan bertambahnya tingkat bunuh

diri: tingkat yang rendah menghasilkan hal ini karena rendahnya integrasi sosial

menghasilkan masyarakat yang tidak terorganisasi, menyebabkan orang

melakukan bunuh diri sebagai upaya terakhir, sementara tingkat yang tinggi

menyebabkan orang bunuh diri agar mereka tidak menjadi beban bagi masyarakat.

Menurut Durkheim, masyarakat Katolik mempunyai tingkat integrasi yang

normal, sementara masyarakat Protestan mempunyai tingat yang rendah. Karya ini

telah memengaruhi para penganjur teori kontrol, dan seringkali disebut sebagai

studi sosiologis yang klasik.

Akhirnya, Durkheim diingat orang karena karyanya tentang masyarakat

'primitif' (artinya, non Barat) dalam buku-bukunya seperti "Bentuk-bentuk

Elementer dari Kehidupan Agama" (1912) dan esainya "Klasifikasi Primitif" yang

ditulisnya bersama Marcel Mauss. Kedua karya ini meneliti peranan yang

dimainkan oleh agama dan mitologi dalam membentuk pandangan dunia dan

kepribadian manusia dalam masyarakat-masyarakat yang sangat 'mekanis'

(meminjam ungkapan Durkheim)

Page 15: pakegalang.files.wordpress.com file · Web viewSejarah Sosiologi Pendidikan. Sosiologi modern tumbuh pesat di benua

D. Teori Sosiologi Makro

1. Teori Struktural Fungsional

Perspektif teori ini memiliki akar pemikiran dari Bapak Sosiologi Auguste

Comte, tradisinya bisa dilihat lewat karya Herbert Spencer, dan Emile

Durkheim. Sedangkan Malinowski dan Radcliffe Brown sebagai antroplog,

sangat dipengaruhi teori Durkheim. Mereka kemudian mempengaruhi

Sosiolog Amerika Talcott Parsons, yang kemudian memperkenalkannya

kepada Robert K Merton. Perpsektif teori struktual fungsional dipandang

sebagai perspektif teori yang sangat dominan dalam perkembangan sosiologi

dewasa ini. Seringkali, perspektif ini disamakan/dikenal dengan teori sistem,

teori equilibrium, teori consensus/terori regulasi.

Teori Struktual fungsional muncul dilatar-belakangi semangat

Renaissance, pada masa Auguste Comte abad ke-17. Pada masa itu muncul

kesadaran yang semula beranggapan manusia tidak punya otoritas untuk

menjelaskan dan mengelola fenomena yang terjadi dalam masyarakat, semua

sudah ditentukan oleh yang “di atas“ bukan selama-lamanya, artinya ada

“celah“ yang diberikan oleh yang “di atas” kepada manusia untuk

mengelolanya. Pencerahan pada abad ke 17 ini, manusia bebas mencari dan

menemukan “kebenaran” yang mendorong lahirnya ilmu pengetahuan

(positivistic) dan teknologi, perkembangan ini membawa perubahan yang

besar pada tatanan kehidupan di Eropa, khususnya Perancis.

Renaissance memunculkan revolusi politik dan perubahan Tatanan

Nilai. Menghadapi situsai tersebut mendorong agar pendidikan bisa

melahirkan ilmuan social yang sanggup membangun landasan baru dengan

lebih berkonsentrasi untuk menciptakan tertib social, harmoni dan

keseimbangan. Dengan demikian teori struktual fungsional mewarnai

munculnya revolusi pengetahuan, terutama filsafat positivism yang

melahirkan ilmu alam, oleh karena itu dalam perkembangannya, teori ini lebih

mengambil inspirasi dari teori sistem organis.

Sistem organik ini menggambarkan masyarakat atau masyarakat

diasumsikan seperti sistem tubuh manusia, sistem tubuh manusia ini terdiri

Page 16: pakegalang.files.wordpress.com file · Web viewSejarah Sosiologi Pendidikan. Sosiologi modern tumbuh pesat di benua

dari sub-sub sistem tersebut masing-masing mempunyai fungsi dan peran

sendiri-sendiri, begitu juga halnya dengan masyarakat, masyarakat yang terdiri

dari individu-individu membentuk simtem social yang tidak bisa terpisahkan,

masing-masing sub-sistem mempunyai fungsi dan peran sendiri-sendiri.

Studi tentang struktur dan fungsi merupakan masalah sosiologis yang

telah menyita perhatian para pelopor ilmu Sosiologi. Menurut Auguste Comte,

sosiologi adalah mempelajari tentang statika sosial ( struktur ) dan dinamika

sosial ( proses/fungsi ), ia mengemukakan landsan pemikiran bahwa

“masyarakat adalah laksana organism hidup”. Herbert Spencer, Sosiologi

Inggris pada pertengahan abad ke-19, membahas tentang masyarakat sebagai

suatu organism hidup, dapat diringkas dalam butir-butir sebagai berikut :

1) Masyarakat maupun organism hidup sama-sama mengalami pertumbuhan.

2) Disebabkan oleh pertambahan dalam ukurannya , maka srtuktur tubuh

sosial ( social body ) maupun tubuh organism hidup ( living body ) itu

mengalami pertambahan pula; dimana semakin besar suatu struktur sosial

maka semakin banyak pula bagian-bagiannya, seperti halnya dengan

sistem biologis yang menjadi semakin kompleks sementara ia tumbuh

menjadi semakin besar. Binatang yang lebih kecli, misalnya cacing tanah,

hanya sedikit memiliki bagian-bagian yang dapat dibedakan bila

disbanding dengan makhluk yang lebih sempurna, misalnya manusia.

3) Tiap bagian yang tumbuh di dalam tubuh organisme biologis maupun

organisme sosial memiliki fungsi dan tujuan tertentu : “mereka tumbuh

menjadi organ yang berbeda dengan tugas yang berbeda pula”. Pada

manusia, hati memiliki struktur dan struktur dan fungsi yang berbeda

dengan paru-paru; demikian begitu juga dengan keluarga sebagian struktur

institusional memiliki tujuan yang berbeda dengan sistem politik atau

ekonomi.

4) Baik di dalam sistem organism maupun sistem sosial, perubahan pada

suatu bagian akan mengakibatkan perubahan pada bagian lain dan pada

akhirnya di dalam sistem secara keseluruhan. Perubahan sistem politik

dari suatu sistem pemerintahan demokratis ke suatu pemerintahan totaliter

Page 17: pakegalang.files.wordpress.com file · Web viewSejarah Sosiologi Pendidikan. Sosiologi modern tumbuh pesat di benua

akan mempengaruhi keluarga, pendidikan, agama dan sebagainya. Bagian-

bagian itu saling berkaitan satu sama lainnya.

5) Bagian-bagian tersebut, walau saling berkaitan merupakan suatu struktur

mikro yang dapat dipelajari secara terpisah. Demikian maka sistem

peredaran atau sistem pembuangan merupakan pusat perhatian para

spesialis biologi dan medis, seperti halnya system politik atau sistem

ekonomi merupakan sasaran pengkajian para ahli politik dan ekonomi.

( Margaret M. Poloma, 1992: 24-25)

Konsep yang penting dalam perspektif ini adalah struktur dan fungsi, yang

menunjuk pada dua atau lebih bagian atau komponen yang berbeda dan

terpisah tetapi berhubungan satu sama lain. Struktur seringkali dianalogikan

dengan organ atau bagian-bagian anggota badan manusia, sedangkan fungsi

menunjuk bagaimana bagian-bagian ini berhubungan dengan bergerak.

Misalnya perut adalah struktur, sedangkan pencernaan adalah fungsi. Contoh

lain, organisasi angkatan bersenjata adalah struktur, sedangkan menjaga

negara dari serangan adalah fungsi. Struktur atas beberapa bagian yang saling

berhubungan dan saling bergantung satu sama lain.

Struktur sosial terdiri dari berbagai komponen dari masyarakat, seperti

kelompok-kelompok, keluarga-keluarga, masyarakat setempat/lokal dan

sebagainya. Kunci untuk memahami konsep struktur adalah konsep status

( posisi yang ditentukan secara sosial, yang di peroleh baik dari karena

kelahiran ( ascribed status ) maupun karena usaha ( achieved status )

sesorang dalam masyarakat. Jaringan dari status sosial dalam masyarakat

meruapak sistem sosial, misalnya jaringan status ayah-ibu-anak menghasilkan

keluarga sebagai sistem sosial, jaringan pelajar-guru-kepala sekolah-pegawai-

tata usaha, menghasilkan sekolah sebagai sistem sosial, dan sebagainya.

Setiap status memiliki aspek dinamis yang disebut dengan peran ( role )

tertentu, misalnya seorang yang berstatus ayah memiliki peran yang berbeda

dengan seseorang yang berstatus anak.

Sistem sosial mengembangkan suatu fungsi tertentu yang denga fungsi itu

memungkinkan masyarakat dan bagi orang-orang yang menjadi anggota

Page 18: pakegalang.files.wordpress.com file · Web viewSejarah Sosiologi Pendidikan. Sosiologi modern tumbuh pesat di benua

masyarakat untuk eksis. Masing-masing menjalankan suatu fungsi yang

berguna untuk memelihara dan menstabilkan masyarakat sebagai suatu sistem

sosial. Misalnya lembaga pendidikan berfungsi mengajarkan pengetahuan

atau ketrampilan, lembaga agama berfungsi memenuhi kebutuhan rohaniah,

keluarga berfungsi untuk sosialisasi anak dan sebagainya. Para penganut

struktual fungsional mengasumsikan bahwa sistem senantiasa cenderung

dalam keadaan keseimbangan atau equilibrium. Suatu sistem yang gagal dari

salah bagian dari sistem itu mempengaruhi dan membawa akibat bagi bagian-

bagian lain yang saling berhubungan satu sama lain.

Setiap sistem sosial pada dasarnya memiliki dua fungsi utama yaitu : (1)

apa yang dapat dilakukan oleh sistem itu dan (2) konsekuensi-konsekuensi

yang berkaitan dengan apa yang dapat dilakukan oleh sistem itu ( fungsi

lanjutan ). Misalnya mata, fungsinya adalah melihat sesuatu dalam

lingkungan. Fungsi lanjutan dari mata adalah melihat dengan mata, orang

dapat belajar, bekerja dan juga dapat melihat datangnya bahaya. Dalam

masyarakat, lembaga pemerintahan memiliki fungsi utama mengakkan

peraturan, sedangkan fungsi lanjutan adalah menggerakkan roda

perekonomian, menarik pajak, menyediakan berbagai fasilitas sosial dan

sebagainya.

Menurut pandangan Robert Merton salah satu tokoh perspektif ini, suatu

sistem sosial dapat memiliki dua fungsi yaitu fungsi manifest, yaitu fungsi

yang diharapkan dan diakui, serta fungsi laten, yaitu yang tidak diharapkan

dan tidak diakui. Lembaga pendidikan sekolah taman kanak-kanak misalnya

memilki fungsi manifest untuk memberikan dasar-dasar pendidikan bagi anak

sebelum ke jenjang sekolah dasar. Fungsi latennya, member pekerjaan bagi

guru TK membantu orang tua mengasuh anak selagi orang tuanya bekerja dan

sebagainya.

Dalam pandangan Robert Merton, tidak semua hal dalam sistem selalu

fungsional, artinya tidak semua hal selalu memelihara kelangsungan sistem.

Beberapa hal telah menyebabkan terjadinya ketidakstabilan dalam sistem,

bahkan dapat saja menyebabkan rusak sistem. Ini oleh Merton disebut dengan

Page 19: pakegalang.files.wordpress.com file · Web viewSejarah Sosiologi Pendidikan. Sosiologi modern tumbuh pesat di benua

disfungdi. Misalnya tingkat interaksi yang tinggi, antara lain dalam bentuk

kekerasan dan perlakuan kasar atau penyiksaan pada anak.

Para penganut perspektif srtuktural fungsional ini berusaha untuk

mengetahui bagian-bagian atau komponen-komponen dari suatu sistem dan

berusaha memahami bagaimana bagian-bagian ini saling berhubungan satu

sama lain suatu susunan dari bagian-bagian tersebut dengan melihat fungsi

manifest maupun fungsi latennya. Kemudian mereka melakukan analisis

mengenai manakah yang justru menyebabkan kerusakan pada sistem. Dalam

hal ini dapat saja suatu komponen menjadi fungsional bagi sistem yang lain.

Misalnya ketaatan pada suatu agama merupakan sesuatu yang fungsional

dalam pembinaan umat beragama, tetapi tidak fungsional bagi pengembangan

persatuan berbagai etnik yang beragam agamanya.

Teori struktual fungsional lebih menekankan pada perspektif harmoni

dan keseimbangan. Asumsi yang mendasarinya dapat dikemukakan sebagai

berikut :

1) Masyarakat harus dilihat sebagai suatu sistem yang kompleks, terdiri dari

bagian-bagian yang saling berhubungan dan saling tergantung, dan setiap

bagian tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap bagain-bagian

lainnya.

2) Setiap bagian dan sebuah masyarakat eksis karena bagian tersebut

memiliki fungsi penting dalam memelihara eksistensi dan stabilitas.

Masyarakat secara keseluruhan; karena itu, ekstensi satu bagian tertentu

dari masyarakat dapat diterangkan apabila fungsinya bagi masyarakat

sebagai keseluruhan dapat diidentifikasi.

3) Semua masyarakat mempunyai mekanisme untuk mengintegrasikan diri;

sekalipun integrasi sosial tidak pernah tercapai dengan sempurna, namun

sistem sosial akan senantiasa berproses ke arah itu.

4) Perubahan dalam sistem sosial umumnya terjadi secara gradual, melalui

proses penyesuaian,dan tidak terjadi secara revolusioner.

Page 20: pakegalang.files.wordpress.com file · Web viewSejarah Sosiologi Pendidikan. Sosiologi modern tumbuh pesat di benua

5) Faktor terpenting yang mengintegrasikan masyarakat adalah adanya

kesepakatan di antara para anggotanya terhadap nilai-nilai kemasyarakatan

tertentu.

6) Masyarakat cenderung mengarah kepada suatu keadaan equilibrium atau

homoestatic. ( Snaderson dalam Zainuddin,.1991:119 )

Selain itu, menurut Tjipto Subadi, Teori Struktual Fungsional mengacu

pada asumsi bahwa :

1) Masyarakat harus dianalisis sebagai satu kesatuan yang utuh yang saling

berinteraksi.

2) Hubungan yang ada dapat bersifat satu arah atau timbale-balik

3) Sistem sosial yang ada bersifat dinamis, di mana penyesuaian yang ada

tidak perlu mengubah sistem sebagai satu kesatuan yang utuh

4) Integrasi yang sempurna dalam masyarakat tidak pernah ada, oleh

karenanya di masyarakat senantiasa timbul ketegangan dan penyimpangan.

Akan tetapi hal tersebut akan dinetralisir lewat kelembagaan.

5) Perubahan-perubahan yang terjadi akan berjalan secara gradual dan

perlahan-lahan sebagai suatu proses adaptasi dan penyesuaian

6) Perubahan adalah merupakan hasil penyesuaian dari luar, tumbuh oleh

adanya inovasi dan deferensiasi, dan

7) Sistem diintegrasikan lewat nilai-nilai yang sama.

Maka anggapan dasar teori ini dapat disimpulkan sebagai berikut;

Masyarakat adalah suatu sistem dari bagian-bagian yang saling

berhubungan. Hubungan dalam masyarakat bersifat ganda dan timbal-balik

( saling mempengaruhi ). Secara fundamental sistem sosial cenderung kearah

equilibrium dan besifat dinamis. Disfungsi/ketegangan sosial/penyimpangan

sosial/penyimpangan pada akhirnya akan teratasi dengan sendirinya melalui

penyesuaian dan proses institusionalisasi. Perubahan-perubahan dalam sistem

sosial bersifat gradual melalui penyesuaian dan bukan bersifat revolusioner.

Faktor terpenting dalam integrasi adalah konsesus.

Karena asumsi dasar teori struktual fungsional seperti tersebut di atas

maka sangat peduli terhadap kontrol efektifitas hokum keteraturan serta factor-

Page 21: pakegalang.files.wordpress.com file · Web viewSejarah Sosiologi Pendidikan. Sosiologi modern tumbuh pesat di benua

faktor yang mempersatukan masyarakat. Oleh karena itu teori ini lebih dikenal

sebagai teori consensus ( consensus theory ) atau teori regulasi ( regulation

theory ). Pandangan-pandangannya di dasarkan pada filsafat realism, positivism,

dan oleh karena itu cenderung deterministic, dimana struktur menentukan

tindakan atau perilaku, dan oleh karena itu tradisi ini lebih memilih jenis

pengetahuan non ethic dan pada normatif.

2. Teori Konflik

Kata “konflik” berasal dari kata conflict yang berarti saling benturan, arti

kata ini menunjuk pada semua bentuk benturan, tabrakan, ketidakserasian,

ketidaksesuaian, pertentangan, perkelahian, interaksi antagonis ( Kartini

Kartono, 1991:213 ) konflik semacam ini konflik yang negatif. Konflik yang

positif bisa diartikan; pometisi;berlomba, fastabiku khairot/ berlomba dalam

kebaikan. Pada dasarnya teori konflik beransumsi bahwa setiap manusia

memiliki potensi untuk berkompetisi, bersaing, berlomba, berbeda dengan

orang lain.

Daniel Webter mendifinisikan konflik sebagai; (1) persaingan atau

pertentangan antara pihak-pihak yang tidak cocok satu sama lain (2) keadaan

atau perilaku yang bertentangan (3) perselisihan akibat kebutuhan, dorongan,

keinginan, atau tuntunan yang bertentangan, dan (4) perseteruan sementara

( Said 1998: 153 ). Sebenarnya teori konflik tidak selalu berdimensi negatif,

tetapi ada yang positif, misalnya seorang guru memberikan ujian mid

semester, orang tua menjanjikan anak-anaknya jika lulus ujian dengan prestasi

yang baik akan diberi hadiah. Margaret M. Poloma ( 1992: 108 ) menjelaskan

bahwa konflik secara positif akan membantu struktur sosial san jika terjadi

secara negatif akan memperlemah kerangka masyarakat.

Berdasarkan manfaatnya konflik dapat dikelompokkan ke dalam konflik

fungsional dan konflik disfungsional, Gibson ( 1996 ) menjelaskan; konflik

fungsional adalah suatu konfrontasi di antara kelompok yang menambah

keuntungan kerja. Pertentangan antar kelompok yang fungsional dapat

memberikan manfaat bagi peningkatan efektifitas dan prestasi organisasi.

Page 22: pakegalang.files.wordpress.com file · Web viewSejarah Sosiologi Pendidikan. Sosiologi modern tumbuh pesat di benua

Konflik ini tidak hanya membantu tetapi juga merupakan suatu kondisi yang

diperlukan untuk menumbuhkan kreativitas. Kelompok yang anggotanya

heterogen menimbulkan adanya suatu perbedaan pendapat yang menghasilkan

solusi lebih baik dan kreatif. Konflik fungsional padat mengarah pada

penemuan cara yang lebih efektif untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan

perubahan lingkungan sehingga organisasi dapat hidup terus berkembang.

Adapun konflik disfungsional adalah konfrontasi atau pertentangan antar

kelompok yang merusak, merugikan, dan menghalangi pencapaian tujuan

organisasi. Sehubungan dengan itu setiap organisasi harus mampu menangani

dan mengelolaserta mengurangi konflik agar memberikan dampak positif, dan

meningkatkan prestasi, karena konflik yang tidak dikelola dengan baik dapat

menurunkan prestasi dan kinerja organisasi.

3. Teori Marxian

Latar belakang pribadi Marx, ia lahir dari suatu keluarga Rabbi Yahudi di

kampong Trier, Rhineland pada tahun 1918, yang kemudian beralih ke Kristen

untuk menghindari hokum-hukum yang diskriminatif. Sebagai mahasiswa

hukum dan filsafat di Berlin. Jurnalistik politiknya sering menyerang hokum

penyensoran dan karenanya dibuang ke Paris dan bergabung dengan para

Sosialis dan buruh industry di London. Hidupmiskin bersama aktivis,

mengorganisir gerakan-gerakan sosialis dan mengartikulasikan gagasan-

gagasannya dan lahir kemudian Communist Manifesto ( 1948 ).

a. Kontek Sosial

Konteks sosial tempat lahir Marxisme. Marxisme lahir sebagai

suatu produk masyarakat abad 19 di berbagai negara Eropa ( Inggris,

Perancis, dan Jerman ) suatu jaman perkembangan industri yang sangat

pesat, masa pergolakan politik dan perubahan sosial yang besar-besaran.

Marxisme muncul di tengah-tengah situasi sosial tempat buruh industri di

kota-kota yang sengsara dan tercabut hak-haknya ( deprivation ),

kemiskinan yang tidak manusawi oleh pemilik pabrik. Marx sendiri pernah

hidup sengsara sebagai orang buangan di Paris, Brussel dan London

( Campbell:1981: 135 )

Page 23: pakegalang.files.wordpress.com file · Web viewSejarah Sosiologi Pendidikan. Sosiologi modern tumbuh pesat di benua

b. Asumsi-Asumsinya

Marxian modern telah menformat dan mengelaborasi gagasan

gagasan Marx dengan asumsi-asumsi sebagai berikut :

1) Kehidupan sosial pada dasarnya merupakan arena konflik atau

pertentangan di antara dan di dalam kelompok yang bertentangan.

2) Sumber-sumber daya ekonomi dan kekuatan-kekuatan politik merupakan

hal yang penting yang berbagai kelompok berusaha merebutnya.

3) Akibatnya tipikal dari pertentangan ini adalah pembagian masyarakat

menjadi kelompok determinan dan kelompok yang tersubordinasi.

4) Pola-pola sosial dasar suatu masyarakat sangat ditentukan oleh pengaruh

sosial dari kelompok yang secara ekonomi merupakan kelompok

determinan.

5) Konflik dan pertentangan sosial di dalam dan di antara berbagai

masyarakat melahirkan kekuatan-kekuatan yang menggerakan perubahan

sosial.

6) Karena politik dan pertentangan merupakan cirri dasar kehidupan sosial,

maka perubahan sosial menjadi hal yang umum dan sering terjadi

( Sanderson, 1995: 12 )

Marx dengan asumsi-asumsi tradisionalnya menggambarkan masyarakat

dalam konsep materialism histories dengan menyatakan bahwa sejarah manusia

dipengaruhi oleh kebutuhan material yang harus dipenuhi dan ini melahirkan

pertentangan kelas ( konflik ), revolusi,lalu muncul masyarakat tanpa kelas,

masyarakat komunis yang bebas konflik, kreatif.

Marx berasumsi bahwa konflik harus diselesaikan dengan konflik. Sejarah

kekerasan, revolusi akan melahirkan kedamaian, harmoni. ( Campbell, 1994:

134 ). Revolusi penting untuk menghancurkan tatanan sosial yang tidak rasional,

serta mengentaskan kaum tertindas. ( Lauer, 1993: 297 ).

Teori konflik Marxian mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang;

bagaimana hubungan antara; being ( keberadaaan ), spiritual, though ( pikiran )

dan materi? Mana yang lebih dahulu mempengaruhi; matter ( material )

mempengaruhi kesadaran atau kesadaran mempengaruhi material? Apakah dunia

Page 24: pakegalang.files.wordpress.com file · Web viewSejarah Sosiologi Pendidikan. Sosiologi modern tumbuh pesat di benua

ini dapat diketahui; apakah penalaran ( reason ) mampu menembus rahasia-

rahasia alam ( realities ) dan mengungkapkannya. ( Avanasyet, 1965: dalam Praja,

1987: 63 ). Mengapa masyarakat melewati berbagai tahap, dengan proses tiap

tahap menghancurkan, kemudian membangun di atas tahap sebelumnya, dengan

kecenderungan hokum besi dan hasil yang tidak terelakkan. ( Campbell, 1994:138

), atau dalam kondisi apa yang terjadi pergantian satu bentuk masyarakat dengan

bentuk lainnya ( Worsley, 1992: 265 ).

Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan itu, maka teori konflik Marxian

menjelaskan tentang adanya perbedaan ( kelas ), pertentangan antara kaum borjuis

dan proletar, penindasan-penindasan. Titik berat teori konflik Marxian ada pada

konflik kepentingan ekonomi, sehingga lebih berada pada tatanan yang bersorder

dalam bentuk interaksi yang menghasilkan perubahan sosial.

c. Konsep Pokok Marxian

Karl Marx adalah seseorang materialistic, sebab dia berpendapat bahwa

hukum-hukum ekonomi berpengaruh terhadap berkelangsungan suatu proses atau

lahirnya kecenderungan-kecenderungan yang menggambarkan berbagai fenomena

dan pada tahap tertentu memprediksi. Kekuatan-kekuatan yang bertentangan atau

bersintesis dalam masyarakat adalah kekuatan-kekuatan ekonomi atau material.

Konsep-konsepnlain diantaranya tentang :

1) Materialisme Dialektika

2) Materialisme Historis

3) Perjuangan kelas

4) Teori Nilai ( nilai suatu barang terletak dalam jumlah tenaga yang diperlukan

untuk membuat.

5) Teori Nilai Lebih ( ada nilai yang tak diberikan pabrik kepda buruh)

6) Alinasi, yaitu terlepasnya manusia dari benda hasil kreasinya, bahkan dari

masyarakat dan negaranya.

d. Pembentukan Masyarakat

Menurut Marx, terbentuknya suatu masyarakat ( social formation )

berbasis pada kekuatan-kekuatan produksi sebagai suatu proses sebab-akibat yang

mencangkup; apa yang dihasilkan? Bagaimana sesuatu dihasilkan? Di dalamnya

Page 25: pakegalang.files.wordpress.com file · Web viewSejarah Sosiologi Pendidikan. Sosiologi modern tumbuh pesat di benua

termasuk bahan mentah, hasil pikir metode proses produksi, peralatan dan

keahlian-keahlian para pekerjanya. Semuanya membentuk hubungan-hubungan

kerja antara suprastuktur dan infrastruktur ekonomi, atau antara pemilik, penguasa

sarana-sarana produksi dan yang bukan. Suprastruktur menciptakan ideologi,

negara, kebudayaan, menggunakan agama, dan moralitas sebagai suatu

kepentingan yang berlaku bagi semua kelas dalam mempertahankan

kedudukannya, yang oleh Marx disebut sebagai “kesadaran palsu” karena semua

kelas secara keliru yakin akan objektifitas dan inuversalitas peraturan-peraturan,

yang pada hakekatnya untuk kepentingan kelas yang berkuasa.

Sejarah manusia melukiskan bahwa yang berkuasa, kelas –ekonomi selalu

berperilaku keras dalam mempertahankan kondisi ekonominya. Dalam hal ini

Marx menggambarkan skema sejarah manusia berawal dari masyarakat

( komunisme ) primitif, berkembang menjadi masyarakat perbudakan, kemudian

menjadi masyarakat feodalisme, lalu lahir masyarakat kapitalisme dan berakhir

dengan datangnya masyarakat komunisme. Kecuali dalam masyarakat

komunisme, masyarakat selalu dalam keadaan konflik antara budak dan pemilik

budak, pemilik tanah dan petani penggarap, buruh dan pabrik. Menurut Marx

proses perkembangan masyarakat yang demikian itu terutama perkembangan

feodalisme menjadi kapitalisme diwarnai pertentangan kelas ( konflik ).

Suprastruktur menciptakan kesadaran palsunya, sedangkan infrastruktur oleh

Marx agar bersatu melawan melakukan revolusi.

e. Proposi Teorinya.

Secara garis besar masyarakat kapitalis mempunyai dua kelas yaitu kelas

borjuis, sebagai pemilik, penguasa, alat dan pola produksi Kelas proletar,

hanya sebagai pemilik tenaga kerja, dianggap sebagai commodity yang

nilainya tergantung hokum permintaan-perlawanan. Persainagn antar proletar

menjadikan upah tenaga buruh rendah dan kelas borjuis semakin melimpah

kekayaannya, sebab memperoleh nilai-nilai ( surplus value ). Fenomena ini

melahirkan :

1) Hukum Penimbunan Modal ( Law of Capitalist Accumulation )

2) Hukum Konsentrasi Modal ( Law of Concentration of Capital )

Page 26: pakegalang.files.wordpress.com file · Web viewSejarah Sosiologi Pendidikan. Sosiologi modern tumbuh pesat di benua

3) Hukum Meningkatkan Kemelaratan ( Law of Increasing of Struggle )

Konsekuen logisnya kata Marx lalu muncul Class Struggle, yakni

bersatunya kaum proletar di tingkat serikat buruh nasional bahkan seluruh dunia

untuk menghancurkan supremasi kaum borjuis dengan revolusi, untuk menuju

masyarakat sosialis, kemudian komunis.

f. Metode dan Jenis Hubungan Konsepnya

Metode mengkaji perkembangan masyarakat didasarkan pada

materialisme dialektika. Perkembangan manusia tunduk pada materialisme

dialektika dank arena itu para kajian sejarah manusia, sampailah Marx pada

konsep materialisme histori, sebagai puncak prestasi ilimiahnya. Dengan

demikian metodenya positivistik. Hubungan konsepnya adalah hubungan

pengaruh atau deterministic ( sebab-akibat ) yakni materi menentukan ide

( kesdaran ).

Pandangan materialisme yang menyatakan bahwa realitas seluruhnya

terdiri dari materi, berarti bahwa tiap-tiap benda atau kejadian dapat dijabarkan

kepada materi atau salah satu proses material ( K. Bertens, 1983: 77 ). Namun

demikian Marx nampak ada dua listik; ia menganggap alam ini terdiri dari dua

kenyataan; materi dan ide. Materi diartikan sebagai segala sesuatu yang berupa

objek atau fenomena. Pendeknya segala kenyataan objektif, yaitu segala sesuatu

yang ada di luar kesadaran manusia. Adapun ide diartikan sebagai “kesadaran”

manusia atau kegiatan rohaniah manusia yang meliputi : pikiran, perasaan,

kemauan, watak, sensasi, cita-cita, dan sebagainya ( Avanasyev, 1965: 71 ). Atas

dasar pandangan di atas, timbul persoalan mengenai hubungan antar materi (

matter ) dan ide ( copiousness ). Manakah yang terlebih dahulu ada ( primer ) dan

manakah yang datang kemudian ( sekunder ) atau diciptakan? Menurut Marx

materilah yang primer sedangkan ide atau “kesadaran” sekunder. Dengan

demikian pandangan Marx disebut materialisme dialektik. Dikatakan dialektik,

karena Marx menilai bahwa dunia material ini konstan, baik dalam gerak

perkembangan dan regenerasinya.

Kajian Marx tentang masyarakat menfokuskan pada struktur sistem,

institusi, karena itu level paradigmanya adalah mikro-objektif yaitu tentang fungsi

Page 27: pakegalang.files.wordpress.com file · Web viewSejarah Sosiologi Pendidikan. Sosiologi modern tumbuh pesat di benua

struktur-struktur yang ada dalam masyarakat baik yang fungsional maupun yang

mal-fungsional, sedangkan paradigm sosiologisnya adalah fakta sosial.

g. Pemikiran Filsafat yang Mempengaruhi

1) Positivisme, sebab yang dikaji adalah realitas sosial, observasi atau

kejadian-kejadian nyata dalam masyarakat.

2) Rasionalisme, sebab tindakan-tindakan tertentu yang diajukan sebagai

pemecahan penuh dengan pernyataan-pernyataan yang beralasan.

3) Reformisme Sosial dan Evolusionisme, karena Marx menghendaki adanya

suatu masyarakat menjadi komunisme dan untuk menuju kea rah itu

melalui perjuangan kelas menuju sosiolisme, jadi bertahan tetapi pada saat

suatu tatanan penindasan berubah menjadi detato prolrtariat Marx adalah

seorang revolusioner.

4) Humanisme, pada masyarakat komunis Marx mengehendaki adanya

kebebasan dan kreatifitas manusia, kehidupan sejati yang bebas bahagia,

penuh persaudaran.

5) Materialisme, materi menentukan berbagai aspek kehidupan dan ini oleh

Marx hendak digeneralisasikan secara mondial seperti fenomena alam

fisik.

E. Metode Penelitian Sosiologi Pendidikan (Teori Mikro)

1. Teori Fenomenologi

Penelitian yang menggunakan pendekatan fenomenologis berusaha untuk

memahami makna peristiwa serta interaksi pada orang-orang biasa dalam situasi

tertentu. Pendekatan ini menghendaki adanya sejumlah asumsi yang berlainan

dengan cara yang digunakan untuk mendekati perilaku orang dengan maksud

menemukan “fakta” atau “penyebab”. Penyelidikan fenomenologis bermula dari

diam. Keadaan “diam” merupakan upaya untuk menangkap apa yang dipelajari

dengan menekan pada aspek-aspek subyektif dari perilaku manusia.

Fenomenologis berusaha untuk bisa masuk ke dalam dunia konseptual subyek

penyelidikannya agar dapat memahami bagaimana dan apa makna yang disusun

subek tersebut disekitar kejadian-kejadian dalam kehidupan sehari-harinya.

Page 28: pakegalang.files.wordpress.com file · Web viewSejarah Sosiologi Pendidikan. Sosiologi modern tumbuh pesat di benua

Singkatnya, peneliti berusaha memahamisubyek dari sudut pandang subyek itu

sendiri, dengan tidak mengabaikan membuat penafsiran, dengan membuat skema

konseptual. Hal ini berarti bahwa peneliti menekankan pada hal-hal subyektif,

tetapi tidak menolak realitas “di sana” yang ada pada manusia dan yang mampu

menahan tindakan terhadapnya. Para peneliti kualitatif menekankan pemikiran

subyektik karena menurut pandangannya dunia itu dikuasai oleh angan-angan

yang mengandung hal-hal yang bersifat simbolis dari pada konkret ( Mike S.

Arifin, 1994: 46 ). Jika peneliti menggunakan perspektif fenomenologi dengan

paradigma definisi sosial biasanya penelitian ini bergerak pada kajian mikro.

Perspektif fenomenologi dengan paradigma definisi sosial ini akan

memberi peluang individu sebagai subyek penelitian ( informan penelitian )

melakukan interpretasi, dan kemudia peneliti melakukan interpretasi terhadap

interpretasi itu sampai mendapatkan makna yang berkaitan dengan pokok masalah

penelitian, dalam hal demikian Berger menyebutkan dengan first order

understanding dan second order understanding. Pendekatan fenomenologi

mengakui adanya kebenaran empirik etik yang memerlukan akal budi untuk

melacak dan menjelaskan serta berargumentasi. Akal budi di sini mengandung

makna bahwa kita perlu menggunkan criteria lebih tinggi lagi dari sekedar true or

false ( benar atau salah ) (Muhadjir, 1996: 83 ).

2. Teori Interaksi Simbolis

Interaksi simbolik ( dalam sosiologi pendidikan ) juga menunjang dan

mewarnai akitivitas akademik riset kualitatif. Sejalan dengan pendekatan

fenomenologis, sifat yang paling mendasar bagi pendekatan interaksi simbolis

adalah asumsi yang menyatakan bahwa pengalaman manusia itu diperoleh dengan

perantara interpretasi atau penafsiran, dan penafsiran menjadi esensial dari

interaksi simbolik. Interaksi simbolik juga menjadi paradigma konseptual

melebihi dorongan dari dalam, sifat pribadi, motivasi yang tidak disadari,

kebetulan, status sosial ekonomi, kewajiban peranan, mekanisme pengawasan

masyarakat, atau lingkungan fisik lainnya.Faktor tersebut sebagian adalah

Page 29: pakegalang.files.wordpress.com file · Web viewSejarah Sosiologi Pendidikan. Sosiologi modern tumbuh pesat di benua

konstrak yang digunakan para ilmuan sosial dalam usaha untuk memahami dan

menjelaskan perilaku. ( Lexi J. Moleong, 1994: 11 )

Benda ( obyek ), orang, situasi dan peristiwa atau kejadian tidak memiliki

maknanya sendiri. Adanya makna dari berbagai kejadian tersebut karena diberi

berdasarkan interpretasi. Interpretasi bukanlah kerja otonom dan juga tidak

ditentukan oleh suatu kekuasaan khusus manusia ataupun yang lain. Makna yang

diberikan orang kepada pengalamannya dan prosesnya menginterpretasi

merupakan hal yang esensial dan konstitutif, bukan hal yang kebetulan atau

bersifat sekunder terhadap pengalaman itu. Orang berbuat sesuatu selalu diiringi

dengan menginterpretasikan, mendefinisikan, bersifat simbolis yang tingkah

lakunya hanya dapat dipahami peneliti dengan jalan masuk ke dalam proses

mendefinisikan melalui pengobservasian terlibat ( participant observation ).

( Mike S. Arifin 1994:47 ).

Interpretasi sangat esensial, interaksi sombolis menjadi paradigma

konseptual dari pada dorongan-internal, sifat-kepribadian motif tidak sadar,

kewajiban peran, preskripsi budaya, mekanisme pengendalian sosial, atau

lingkungan fisik. Faktor-faktor tersebut merupakan beberapa dari konstruk-

konstruk yang direla ilmuwan sosial dalam upaya untuk memahami tingkah laku.

Bagian penting dari teori interaksi simbolik adalah konstruksi tentang “diri

pribadi” ( self ). Diri tidak dipandang terletak di dalam individu seperti ego atau

kebutuhan, motif, norma internalisasi dan nilai. Diri adalah definisi yang

diciptakan orang ( melalui interaksi dengan orang lain ) mengenai siapa dia itu.

Dalam membentuk atau mendefinisikan diri, orang berusaha melihat dirinya

sebagai orang-orang lain melihat dirinya dengan menafsirkan gerak isyarat dan

perbuatan yang ditunjukan kepadanya dan dengan jalan menempatkan dirinya

pada peranan orang lain. Dengan singkat, kita melihat diri kita sendiri sebagai

bagian dari orang lain melihat kita. Jadi, diri sendiri juga merupakan konstruksi

sosial, merupakan hasil dari mempersepsidiri sendiri kemudian menyusun definisi

melalui proses interaksi. Cara fulfilling prophecy dan membiarkan latar belakang

bagi apa yang disebut perdekatan terlabel ( labeling approach ) terhadap perilaku

menunjang.

Page 30: pakegalang.files.wordpress.com file · Web viewSejarah Sosiologi Pendidikan. Sosiologi modern tumbuh pesat di benua

Menurut Noeng Muhadjir ( 1989: 54 ) bahwa konsep interaksi simbolik

bertolak dari tujuh proposisi dasar, yaitu :

a. Bahwa perilaku manusia itu mempunyai makna di balik yang menggejala,

sehingga diperlukan metoda untuk mengungkap perilaku yang terselubung.

b. Pemaknaan kemanusiaan manusia perlu dicari sumbernya pada interaksi

sosial manusia. Manusia membangun lingkungannya , manusia membangun

dunianya, dan kesemuanya dibangun berdasarkan simpasi, dengan bentuk

tertinggi mencintai sesame manusia ( Menschenliebe ) dan mencintai Tuhan (

Gottesliebe ).

c. Bahwa masyarakat manusia itu merupakan proses yang berkembang holistic,

tidak terpisahkan, tidak linier, dan tidak terduga.

d. Perilaku manusia itu berlaku berdasarkan penafsiran fenomenologik, yaitu

berlangsung atas maksud, pemaknaan dan tujuan, bukan didasarkan atas

proses mekanik atau otomatik, perilaku manusia bertujuan dan tidak terduga.

e. Konsep mental manusia itu berkembang dialetik, mengakui adanya tesis,

antithesis, dan sistesis; sifanya idealistik bukan materialistik.

f. Perilaku manusia itu wajar dan konstruktif kreatif, bukan elementer-reaktif.

g. Perlu digunakan metoda instropeksi simpatetik; menekankan pendekatan

intuitif untuk menangkap makna ( Muhadjir, 1989 ).

Dari perspektif interaksi simbolik semua organisasi sosial terdiri dar para

pelaku yang mengembangkan definisi tentang suatu situasi atau perspektif lewat

proses interprets dan mereka bertindak dalam makna definisi tesebut. Orang bisa

bertingkahlaku dalam kerangka kerja organisasi. Tetapi yang menentukan aksinya

adalah interpretasi, bukan organisasinya. Peran sosial, norma-norma, nilai, dan

tujuan , mungkin meletakkan kondisi dan konsekuensi bagi suatu aksi,namun

tidaklah demikian apa yang dilakukan oleh seseorang. Misalnya suatu Universitas

mungkin memiliki suatu sistem penilaian, jadwal kuliah, kurikulum, dan bahkan

suatu motto resmi yang semuanya memberi arti bahwa Universitas tersebut

sebagai tempat belajar dan pendidikan sarjana. Tentu saja simbol-simbol tersebut

akan bisa mempengaruhi bagaimana orang merumuskan apa yang mereka

lakukan. Namun orang akan berperilaku berdasarkan makna organisasi baginya,

Page 31: pakegalang.files.wordpress.com file · Web viewSejarah Sosiologi Pendidikan. Sosiologi modern tumbuh pesat di benua

dan bukan pada apa yang dipikirkan oleh para pejabatatas mengenai makan yang

seharusnya. Beberapa mahasiswa member arti Universitas tersebut sebagai tempat

untuk mendapat modal ketrampilan bekerja, atau mungkin sekedar sebagai tempat

untuk mendapatkan pasangan hidup. Bagi kebanyakan yang lain mungkin ia

merupakan tempat untuk mendapatkan nilai yang tinggi untuk memenuhi standar

bagi wisuda sarjana ( Bogda & Taylor, 1975. Dalam H.B. Sutopo, 1999: 31-32 ).

Contoh praktis yang diberikan Bogda dan Biklen adalah tentang “makan”,

yang tidak hanya ditafsiri sebagai dorongan untuk makan, tetapi juga ada definisi

budaya tertentu mengenai bagaimana, apa, dan kapan orang harus makan. Lebih

jauh, “makan” dapat dihubungkan dengan situasi khusus dimana orang itu berada,

didefinisikan dalam berbagai cara, proses, perilaku, waktu, dan situasi yang

berlainan. Contoh lain mungkin dapat dilihat ketika seorang santri bersalaman

dengan kyainya, serta “mencium tangan” kyai. Interaksi dengan symbol

“mencium tangan” hampir sama dengan contoh “makan” menurut Bogda dan

Biklen.

3. Teori Etnografi

Etnometodologi bukanlah sebagai metode yang digunakan peneliti untuk

mengumpulkan data, melainkan menunjuk pada mata pelajaran yang akan diteliti,

atau materi pokok ( subject matter ). Etnometodologi merupakan pendekatan

penelitian kualitatif untuk mendiskripsikan bagaimana individu mencipta dan

memahami kehidupan sehari-harinya. Subjek penelitian bukanlah suku bangsa

primitive melainkan orang-orang dalam berbagai macam situasi dalam masyarakat

kita. Etnomerodologi berusaha bagaimana orang-orang muali melihat,

menerangkan, dan menguraikan struktur di dunia kehidupan sehari-hari atau

menguraikan keteraturan dunia tempat merka hidup.

Penerapan etnometodologi dalam penelitian kualitatif bahwa

etnometodologi memiliki kekuatan sebagai pendekatan yang otonom, terutama

untuk mengupas berbagai masalah sosial di samping itu pendekatan ini

merupakan model penelitian partisipatif yang menempatkan panghampiran

induktif sebagai acuan utama. Beberapa prasyarat dapat dikenakan untuk

mendudukkan etnometodologi sebagai model penelitian kualitatif, yaitu :

Page 32: pakegalang.files.wordpress.com file · Web viewSejarah Sosiologi Pendidikan. Sosiologi modern tumbuh pesat di benua

1. Etnometodologi merupakan pendekatan dalam penelitian kualitatif yang

memusatkan perhatiannya pada realitas yang memiliki penafsiran praktis,

atau sebagai pendekatan pada sifat kemanusiaan yang meliputi pemaknaan

pada perilaku nyata.

2. Etnometodologi merupak strategi yang dapat dilakukan melalui analisis

wacana ( discourse analysis ). Strategi pengumpulan data yang paling tepat

dengan dialog, sumber data dapat diperoleh melalui observasi partisipan

dengan pencatatan data yang teratur yang disebut field note atau catatan

lapangan.

3. Etnometodologi memiliki keunggulan dalam menghadapi kehidupan empirik,

sebab pengambilan datanya langsung dari lapangan melalui model interaksi

antar periset dan aktor sosial.

4. Dalam hubungan dengan peningkatan eksistensi studi sosiologi,

etnometodologi menitik-beratkan pada pemahaman diri dan pengalaman

hidup sehari-hari, pengambilan data melalui in-depth interview akan menggali

semua masalah kehidupan sehari-hari dalam bentuk wacana percakapan

terbuka.

5. Etnometodologi tidak diartikan sebagai metode yang digunakan peneliti

untuk mengumpulkan data, melainkan menujuk pada materi pokok ( subject

matter ) yang akan diteliti.

6. Ketika Harold Garfinkel mempelajari arsip silang budaya di Yale, ditemukan

kata ethnobotany, ethnophysic, ethnomusic, dan ethnoastronomy. Istilah-

istilah seperti ini mempunyai arti bagaimana para warga suatu kelompok

tertentu ( biasanya kelompok suku yang terdapat dalam arsip Yale )

memahami, menggunakan, dan menata segi-segi lingkungan mereka; dalam

hal etnobotani, subyek atau pokok kajiannya adalah tanaman.

7. Terkait dengan uraian ( 6 ) etnometodologi berarti studi tentang bagaimana

individu-individu menciptakan dan memahami kehidupan mereka sehari-hari,

seperti cara mereka menyelesaikan pekerjaan di dalam hidup sehari-hari.

8. Subjek bagi etnometodologi bukan warga suku-suku primitif; mereka orang-

orang dari berbagai situasi di dalam masyarakat kita sendiri.

Page 33: pakegalang.files.wordpress.com file · Web viewSejarah Sosiologi Pendidikan. Sosiologi modern tumbuh pesat di benua

9. Para ahli etnometodologi berupaya memahami bagaimana cara orang

memandang, menjelaskan, dan mediskripsikan tatanan di dunia tempat

mereka hidup.

Terdapat sejumlah orang dalam bidang pendidikan telah terpengaruh

dengan pendapatan ini. Pekerjaan mereka kadang-kadang sukar dipisahkan dari

kerja peneliti-peneliti kualitatif lainnya, mereka cenderung melakukan pekerjaan-

pekerjaan tentang isu yang bersifat mikro, dengan pengungkapan dan kosa kata

khusus, dan dengan tindakan yang mendetail dan dengan pemahaman. Peneliti-

peneliti yang menggunakan cara ini menggunakan ungkapan seperti “pemahaman

akal sehat ( common sense understanding )”, “kehidupan sehari-hari ( everyday

life )”, “pencapaian kerja paktis ( practical accomplishments )”, “landasan rutin

untuk tindakan sosial ( routine grounds for social action )”, dan

“memperhitungkan ( accounts )”. Menurut para etno-metodolog, telah berhasil

membuat peneliti menjadi peka terhadap isu, yakni bahwa penelitian itu sendiri

bukanlah merupakan usaha ilmiah yang unik, melainkan lebih dapat dipelajari

sebagai “suatu penyelesaian paktis ( practical accomplishments )”. Mereka

menyarankan agar kita berhati-hati dalam memandang pemahaman akal sehat

sebagai dasar pengumpulan data. Mereka mendorong para peneliti yang

menggunakan cara kualitataif agar peka terhadap keperluan untuk “mengurung

batas ( bracket )” atau menunda sementara asumsi akal sehat mereka, pandangan

dunianya sendiri, daripada menganggapnya sebagai hal yang sudah semestinya.

F. Penutup

Jika dilihat zaman peradaban yunani pada masa Plato (427-327 BC),

pendidikannya lebih mengutamakan penciptaan manusia sebagai pemikir,

kemudian sebagai ksatria dan penguasa. Pada zaman Romawi, seperti masa

kehidupan Cicero (106-43 BC),2 pendidikan mengutamakan penciptaan manusia

yang hmanistis. Pada abad pertengahan, pendidikan mengutamakan menjadikan

manusia sebagai pengabdi Khalik (baik versi Islam maupun versi Kristiani). Pada

abad pertengahan (1600-an-1800-an), melahirkan teori Nativisme (Rousseau,

1712-1778), Empirisme oleh Locke (1632-1704) dan konvergensi oleh Stern

Page 34: pakegalang.files.wordpress.com file · Web viewSejarah Sosiologi Pendidikan. Sosiologi modern tumbuh pesat di benua

(1871-1939). Semuanya cendrung kepada nilai individu anak sebagai manusia

yang memiliki karakteristik yang unik.

Menurut Nasution (1999:2-4) ada beberapa konsep tentang tujuan

Sosiologi Pendidikan, antara lain sebagai berikut:

1. analisis proses sosiologi (2) analisis kedudukan pendidikan dalam

masyarakat, (3) analisis intraksi social di sekolah dan antara sekolah dengan

masyarakat, (4) alat kemajuan dan perkembangan social, (5) dasar untuk

menentukan tujuan pendidikan, (6) sosiologi terapan, dan (7) latihan bagi petugas

pendidikan.

Konsep tentang tujuan sosiologi pendidikan di atas menunjukkan bahwa

aktivitas masyarakat dalam pendidikan merupakan sebuah proses sehingga

pendidikan dapat dijadikan instrument oleh individu untuk dapat berintraksi

secara tepat di komunitas dan masyarakatnya. Pada sisi yang lain, sosiologi

pendidikan akan memberikan penjelasan yang relevan dengan kondisi kekinian

masyarakat, sehingga setiap individu sebagai anggota masyarakat dapat

menyesuaikan diri dengan pertumbuhan dan perkembangan berbagai fenomena

yang muncul dalam masyarakatnya.

Namun demikian, pertumbuhan dan perkembangan masyarakat merupakan

bentuk lain dari pola budaya yang dibentuk oleh suatu masyarakat. Pendidikan

tugasnya tentu saja memberi penjelasan mengapa suatu fenomena terjadi, apakah

fenomena tersebut merupakan sesuatu yang harus terjadi, dan bagaimana

mengatasi segala implikasi yang bersifat buruk dari berkembangnya fenomena

tersebut, sekaligus memelihara implikasi dari berbagai fenomena yang ada.

Tujuan sosiologi pendidikan pada dasarnya untuk mempercepat dan

meningkatkan pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan. Karena itu,

sosiologi pendidikan tidak akan keluar darim uapaya-upaya agar pencapaian

tujuan dan fungsi pendidikan tercapai menurut pendidikan itu sendiri. Secara

universalm tujuan dan fungsi pendidikan itu adalah memanusiakan manusia oleh

manusia yang telah memanusia. Itulah sebabnya system pendidikan nasional

Page 35: pakegalang.files.wordpress.com file · Web viewSejarah Sosiologi Pendidikan. Sosiologi modern tumbuh pesat di benua

menurut UUSPN No. 2 Tahun 1989 pasal 3 adalah “ untuk mengembangkan

kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia

dalam rangka upaya mewujudkan tujaun nasional”. Menurut fungsi tersebut jelas

sekali bahwa pendidikan diselenggarakan adalan: (1) untuk mengembangkan

kemampuan manusia Indonesia, (2) meningkatkan mutu kehidupan manusia

Indonesiam (3) meningkatkan martabat manusia Indonesia, (4) mewujudkan

tujuan nasional melalui manusia-masusia Indonesia. Oleh karena itu pendidikan

diselenggarakan untuk manusia Indonesia sehingga manusia Indonesia tersebut

memiliki kemampuan mengembangkan diri,mmeningkatkan mutu kehidupan,

meninggikan martabat dalam ragka mencapai tujuan nasional.

Upaya pencapaian tujuan nasional tersebut adalah untuk menciptakan

masyarakat madani, yaitu suatu masyarakat yang berpradaban yang menjunjung

tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang sadar akan hak dan kewajibannya,

demokratis, bertanggungjawab, berdisiplin, menguasai sumber informasi dalam

bidang iptek dan seni, budaya dan agama (Tilaar, 1999). Dengan demikian proses

pendidikan yang berlangsung haruslah menciptakan arah yang segaris dengan

upaya-upaya pencapaian masyarakat madani tersebut.

Menurut pandangan Nurcholis Majid mengemukakan bahwa masyarakat

madani itu adalah masyarakat yang berindikasi seperti termaktub dalam piagam

madinah pada zaman Rasulullah Muhammad SAW (Tilaar, 2000).

Saat ini kita mengalami perubahan yang begitu cepat dan drastic, sehingga

terjadi perubahan nilai dan menciptakan perbedaan dalam melihat berbagai nilai

yang berkembang dalam masyarakat. Menurut Langgulung (1993:389)

“kelompokpertama melihat nilai-nilai lama mulai runtuh sedangkan nilai-nilai

baru belum muncul yntuk menggantikan yang lama, sedang kelompok kedua

melihat keruntuhan nilali-nilai lama itu, tetapi dalam waktu yang bersamaan dapat

melihat bagaimana nilai-nilai lama itu, menyelinap masuk kedalam nilai-nilai baru

dan membantu menegakkannya”.

Page 36: pakegalang.files.wordpress.com file · Web viewSejarah Sosiologi Pendidikan. Sosiologi modern tumbuh pesat di benua

Perubahan nilai-nilai dalam masyarakat bukan berarti tidak terperhatikan

oleh masyarakat. Namun dalam memperhatikan nilali-nilai yang berkembang

tersebut, arah yang menjadi anutan antara satu masyarakat dengan masyarakat

lainnya tidaklah sama. Tidak semua masyarakat secara terarah memahami arah

dan tujuan hidup secara benar. Arah dan tujuan yang benar menurut Mulkham

(1993:195) adalah “secara garis besar arah dan tujuan hidup manusia dapat

dikelompokkan menjadi tiga tahap. Tahap pertama, mengenai kebenaran, tahap

kedua, memihak kepada kebenaran dan tahap terakhir adalah berbuat ikhsan

secara dan secara individual maupun social yangb terealisasi dalam laku ibadah”.

Sampai saat ini pendidikan dianggap dapat dijadikan sebagai sarana yang

efektif dalam menyadarkan manusia baik sebagai individu maupun sebagai

anggota komunitas dan masyarakat. Pendidikan akan mengembangkan kecerdasan

dan penguasaan ilmu pengetahuan, pada sisi yang lain agama akan semakin

popular dan terinternalisasi dalam diri setiap pemeluknya, jika diberikan melalui

pendidikan.

Daftar Pustaka

Tjipto Subandi, 2009, Sosiologi dan Sosiologi Pendidikan, Fairuz Media, Solo

http://id.wikipedia.org/wiki/%C3%89mile_Durkheim Durkheim, The Division of Labor in Society, (1893) The Free Press reprint

1997, ISBN 0-684-83638-6 Durkheim, Rules of Sociological Method, (1895) The Free Press 1982, ISBN

0-02-907940-3 Durkheim, Suicide, (1897), The Free Press reprint 1997, ISBN 0-684-83632-7 Durkheim, The Elementary Forms of the Religious Life, (1912, English

translation by Joseph Swain: 1915) The Free Press, 1965. ISBN 0-02-908010-X, new translation by Karen E. Fields 1995, ISBN 0-02-907937-3

Durkheim, Professional Ethics and Civic Morals, (1955) English translation by Cornelia Brookfield 1992, ISBN 0-415-06225-X

Steven Lukes: Emile Durkheim: His Life and Work, a Historical and Critical Study. Stanford University Press, 1985.

http://manshurzikri.wordpress.com/2010/10/10/auguste-comte-1798-1857/

http://kangngari.wordpress.com/sosiologi-pendidikan/