danipujiutomo.files.wordpress.com file · web viewbab i. pendahuluan. karakteristik anak....
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUANA. Karakteristik Anak
Pembentukan kualitas SDM yang optimal, baik sehat secara fisik maupaun psikologis
sangat bergantung dari proses tumbuh dan kembang pada usia dini, atau masa anak-anak.
Batasan tentang masa anak cukup bervariasi, istilah anak usia dini adalah anak yang
berkisar antara usia 0-8 tahun. Namun bila dilihat dari jenjang pendidikan yang berlaku di
Indonesia, maka yang termasuk dalam kelompok anak usia dini adalah anak usia SD kelas
rendah (kelas 1-3), Taman Kanak-kanak, Kelompok Bermain dan anak masa sebelumnya
(masa bayi).
Masa usia dini merupakan masa yang penting yang perlu mendapat penanganan sedini
mungkin. Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa masa anak usia dini merupakan masa
perkembangan yang sangat pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak
memiliki dunia dan karakteristik tersendiri yang jauh berbeda dari dunia dan karakteristik
orang dewasa. Anak sangat aktif, dinamis, antusias dan hampir selalu ingin tahu terhadap apa
yang dilihat dan didengarnya, seolah-olah tak pernah berhenti untuk belajar.
B. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan yang bersifat kuantitatif atau
mengandung arti adanya perubahan dalam ukuran dan struktur tubuh sehingga lebih banyak
menyangkut perubahan fisik yang irreversible.
Selain itu, pertumbuhan dipandang pula sebagai perubahan secara fisiologis sebagai
hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik Hasil dari pertumbuhan ini berupa
bertambah panjang tulang-tulang terutama lengan dan tungkai, bertambah tinggi dan berat
badan serta makin bertambah sempurnanya susunan tulang dan jaringan syaraf. Pertumbuhan
ini akan terhenti setelah adanya maturasi atau kematangan pada diri individu. Berbeda
dengan pertumbuhan, perkembangan adalah suatu perubahan yang bersifat kualitatif yaitu
berfungsi tidaknya organ-organ tubuh. Perkembangan dapat juga dikatakan sebagai suatu
urutan perubahan yang bersifat saling mempengaruhi antara aspek-aspek fisik dan psikis dan
merupakan satu kesatuan yang harmonis. Contoh, anak diperkenalkan bagaimana cara
memegang pensil, membuat huruf-huruf dan diberi latihan oleh orang tuanya. Kemampuan
belajar menulis akan mudah dan cepat dikuasai anak apabila proses latihan diberikan pada
saat otot-ototnya telah tumbuh dengan sempurna, dan saat untuk memahami bentuk huruf
telah diperoleh.
Dengan demikian anak akan mampu memegang pensil dan membaca bentuk huruf.
Melalui belajar anak akan berkembang, dan akan mampu mempelajari hal-hal yang baru.
Perkembangan akan dicapai karena adanya proses belajar, sehingga anak memperoleh
pengalaman baru dan menimbulkan perilaku baru. Dalam masa perkembangan, anak
diharapkan dapat menguasaikan kemampuan sebagai berikut.
1. Belajar keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan. Anak pada masa ini
senang sekali bermain, untuk itu diperlukan keterampilan-keterampilan fisik seperti
menangkap, melempar, menendang bola, berenang, atau mengendarai sepeda.
2. Pengembangan sikap yang menyeluruh terhadap diri sendiri sebagai individu yang
sedang berkembang. Pada masa ini anak dituntut untuk mengenal dan dapat
memelihara kepentingan dan kesejahteraan dirinya. Dapat memelihara kesehatan dan
keselamatan diri, menyayangi diri, senang berolah raga serta berekreasi untuk
menjaga kesehatan dirinya.
3. Belajar berkawan dengan teman sebaya. Pada masa ini anak dituntut untuk mampu
bergaul, bekerjasama dan membina hubungan baik dengan teman sebaya, saling
menolong dan membentuk kepribadian sosial
4. Belajar menguasai keterampilan-keterampilan intelektual dasar yaitu membaca,
menulis dan berhitung. Untuk melaksanakan tugasnya di sekolah dan perkembangan
belajarnya lebih lanjut, anak pada awal masa ini belajar menguasai kemampuan
membaca, menulis dan berhitung.
5. Pengembangan konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Agar
dapat menyesuaikan diri dan berperilaku sesuai dengan tuntutan dari lingkungannya,
anak dituntut telah memiliki konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari
6. Pengembangan moral, nilai dan hati nurani. Pada masa ini anak dituntut telah
mampu menghargai perbuatan yang sesuai dengan moral dan dapat melakukan
kontrol terhadap perilakunya sesuai dengan moral.
7. Memiliki kemerdekaan pribadi. Secara berangsur-angsur pada masa ini anak dituntut
memiliki kemerdekaan pribadi. Anak mampu memilih, merencanakan, dan
melakukan pekerjaan atau kegiatan tanpa tergantung pada orang tua atau orang
dewasa lain.
8. Pengembangan sikap terhadap lembaga dan kelompok sosial. Anak diharapkan telah
memiliki sikap yang tepat terhadap lembaga dan unit atau kelompok sosial yang ada
dalam masyarakat.
BAB II
PEMBAHASANI. Aspek Perkembangan Anak
Fisik atau tubuh manusia merupakan system organ yang komples dan sangat
mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode prenatal (dalam kandungan). Kuhlen
dan Thomshon. 1956 (Yusuf, 2002) mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu
meliputi empat aspek, yaitu (1) system syaraf yang sangat mempengaruhi perkembangan
kecerdasan dan emosi; (2) otot-otot yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan
kemampuan motorik; (3) kelenjar endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah
laku baru, seperti pada remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu kegiatan
yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis; dan (4) struktur fisik/tubuh yang meliputi
tinggi, berat dan proposi.
Perkembangan anak merupakan segala perubahan yang terjadi pada usia anak, yaitu
pada masa:
a. Infancy toddlerhood (usia 0-3 tahun)
b. Early childhood (usia 3-6 tahun)
c. Middle childhood (usia 6-11 tahun)
Sedangkan perubahan yang terjadi pada diri anak tersebut meliputi perubahan pada aspek
berikut:
a. Perkembangan Fisik
Pertumbuhan fisikmerupakan proses tumbuh kembang yang ditandai dengan
Peningkatan berat badan anak lebih banyak dari pada panjang badannya.
Peningkatan berat badan anak terjadi terutama karena bertambahnya ukuran
sistem rangka, otot dan ukuran beberapa organ tubuh lainnya.
b. Perkembangan Motorik
Perkembangan fisik (motorik) merupakan proses tumbuh kembang kemampuan
gerak seorang anak. Setiap gerakan yang dilakukan anak merupakan hasil pola
interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang
dikontrol oleh otak.
c. Perkembangan Kognitif (Berfikir)
Pada aspek koginitif, perkembangan anak nampak pada kemampuannya dalam
menerima, mengolah, dan memahami informasi-informasi yang sampai
kepadanya. Kemampuan kognitif berkaitan dengan perkembangan berbahasa
(bahasa lisan maupun isyarat), memahami kata, dan berbicara. Faktor kognitif
mempunyai peranan penting bagi keberhasilan anak dalam belajar, karena
sebahagian besar aktivitas dalam belajar selalu berhubungan dengan masalah
mengingat dan berfikir.
d. Perkembangan Emosi
Emosi merupakan suatu keadaan atau perasaan yang bergejolak pada diri
seseorang yang disadari dan diungkapkan melalui wajah atau tindakan, yang
berfungsi sebagai inner adjustment (penyesuaian dari dalam) terhadap lingkungan
untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan.
Kemampuan untuk bereaksi secara emosional sudah ada sejak bayi dilahirkan.
Gejala pertama perilaku emosional dapat dilihat dari keterangsangan umum
terhadap suatu stimulasi yang kuat. Misalnya bila bayi merasa senang, maka ia
akan menghentak-hentakkan kakinya. Sebaliknya bila ia tidak senang, maka bayi
bereaksi dengan cara menangis
Perkembangan pada aspek ini meliputi kemampuan anak untuk mencintai, merasa
nyaman, berani, gembira, takut, dan marah; serta bentuk-bentuk emosi lainnya.
Pada aspek ini, anak sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan orangtua dan orang-
orang di sekitarnya.
Emosi yang berkembang akan sesuai dengan impuls emosi yang diterimanya.
Misalnya, jika anak mendapatkan curahan kasih sayang, mereka akan belajar
untuk menyayangi.
e. Perkembangan Sosial/Psikososial
Aspek psikososial berkaitan dengan kemampuan anak untuk berinteraksi dengan
lingkungannya. Misalnya, kemampuan anak untuk menyapa dan bermain bersama
teman-teman sebayanya.
Dengan mengetahui aspek-aspek perkembangan anak, orangtua dan pendidik bisa
merancang dan memberikan rangsangan serta latihan agar keempat aspek tersebut
berkembang secara seimbang
II. Aspek Perkembangan Motorik
II.a Penjelasan Mengenai Perkembangan Motorik
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai perkembangan motorik anak pada masa
infancy, early, dan middle childhood, serta beberapa gangguan perkembangan motorik
beserta stimulasi untuk pencegahannya.
Seperti yang telah disebutkan di atas, motorik merupakan perkembangan
pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot,
otak, dan spinal cord. Jadi, perkembangan motorik merupakan perkembangan kemampuan
melakukan/merespon suatu hal, jadi bertambahnya usia bertambah pula kemampuan
motoriknya.Untuk mengembangkan kemampuan motoriknya, anak melakukan berbagai
aktivitas. Aktivitas tersebut dapat dilakukan secara formal maupun informal, contoh dari
aktivitas formal misalnya kegiatan senam di sekolah, dan contoh kegiatan informalnya yaitu
berbagai permainan yang dilakukan anak.
Menurut pendapat beberapa ahli mengenai perkembangan motorik antara lain,
menurut Zeller dan Hetser (dalam Haditono, 1991) terlihat bahwa anak sekolah menunjukan
cirri badan atas lebih lamban berkembangnya daripada bagian bawah, anggota-anggota badan
masih relative pendek, kepala relative besar, perutnya besar dan ada gigi susu. Pada masa ini,
keseimbangan badan anak sudah baik, anak sudah andai berjalan, dapat naik tangga,
meloncat dari tanah dengan kedua kakinya bersama-sama berkembang koordinasi antara mata
dan tangan (Visio-Motorik) yang dibutuhkan untuk membidik, menyepak, melempar dan
menangkap dan sering juga sudah dapat bersepeda. Menurut Hurlock (1995), pada waktu
anak berumur 6 tahun atau terkadang sebelum umur 6 tahun, mereka sudah bisa mngandarai
sepeda, mengendarai sepeda adalah keterampilan motorik yang paling sulit.
Menurut Hurlock (dalam Yusuf, 2001), ketika seorang anak memasuki usia sekolah
dasar, makin matang pula perkembangan system syaraf otak yang mengatur atau
memungkinkan berkembangnya competensi atau ketrampilan motorik anak. Menurut Yusuf
(2001), perkembangan motorikanak sekolah dasar mulai terkoordinasi denga baik. Setiap
gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan minatnya. Pada masa ini dimulai dengan
kelebihan gerak atau aktivitas motorik yang lincah oleh karena itulah pada masa yang ideal
untuk belajar ketrampilan yang berkaitan dengan motorik, misalnya menulis, menggambar,
melukis, mengetik, berenang, main bola dan atletik.
II.b Jenis-jenis Perkembangan/Ketrampilan Motorik
Menurut Hurlock (dalam Yusuf, 2001), ketika seorang anak memasuki usia sekolah
dasar, makin matang pula perkembangan system syaraf otak yang mengatur atau
memungkinkan berkembangnya competensi atau ketrampilan motorik anak. Ketrampilan
motorik dibagi dua jenis yaitu
a. Ketrampilan motorik kasar (Gross Motor)
b. Ketrampilan motorik halus (Fine motor)
II.b.1 Ketrampilan Motorik Kasar
Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau
sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu
sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan
sebagainya.
Motorik kasar merupakan area terbesar perkembangan di usia batita. Diawali
dengan kemampuan berjalan, lantas lari, lompat dan lempar. Nah, modal dasar untuk
perkembangan ini ada 3 (yang berkaitan dengan sensori utama), yaitu keseimbangan, rasa
sendi (propioceptif) dan raba (taktil). Untuk melatihnya yang jelas lakukan sedini
mungkin saat semua perkembangan sensorinya terpenuhi. Berkaitan dengan ini, orangtua
harus bijak melihat kesiapan anak. Misal, anak 12 bulan yang sudah bisa berjalan bisa
distimulasi untuk perkembangan berikutnya yaitu lari, lompat, dan lempar. Sebaliknya,
bila fase berjalan belum dilalui anak dengan baik, tentu tahapan perkembangan
berikutnya pun belum bisa diajarkan. Lantaran itulah, penting bagi kita untuk mengetahui
tahap-tahap perkembangan per usia anak. Cara ini juga memungkinkan kita mendeteksi
gangguan yang siapa tahu dialami si kecil.
II.b.2 Ketrampilan Motorik halus
Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian
anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih.
Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun
balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting
agar anak bisa berkembang dengan optimal.
II.c Tahapan Perkembangan Motorik Anak
Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak
seorang anak. Pada dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan dengn kematangan
saraf dan otot anak. Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun, adalah merupakan
hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan system dalam tubuh yang
dikontrol oleh otak.
Dan patut diingat, perkembangan setiap anak tidak bisa sama, tergantung proses
kematangan masing-masing anak. Berikut tahapan-tahapan perkembangannya:
Usia 1-2 tahun
Motorik Kasar Motorik Halus
• merangkak
• mengambil benda kecil dengan ibu jari atau
telunjuk
• berdiri dan berjalan beberapa langkah • membuka 2-3 halaman buku secara bersamaan
• berjalan cepat • menyusun menara dari balok
• cepat-cepat duduk agar tidak jatuh • memindahkan air dari gelas ke gelas lain
• merangkak di tangga • belajar memakai kaus kaki sendiri
• berdiri di kursi tanpa pegangan • menyalakan TV dan bermain remote
• menarik dan mendorong benda-benda berat • belajar mengupas pisang
• melempar
Usia 2-3 tahun
Motorik Kasar Motorik Halus
• melompat-lompat • mencoret-coret dengan 1 tangan
• berjalan mundur dan jinjit • menggambar garis tak beraturan
• menendang bola • memegang pensil
• memanjat meja atau tempat tidur • belajar menggunting
• naik tangga dan lompat di anak tangga
terakhir • mengancingkan baju
• berdiri dengan 1 kaki • memakai baju sendiri
Usia 3-4 tahun
Motorik Kasar Motorik Halus
• melompat dengan 1 kaki • menggambar manusia
• berjalan menyusuri papan • mencuci tangan sendiri
• menangkap bola besar • membentuk benda dari plastisin
• mengendarai sepeda • membuat garis lurus dan lingkaran cukup rapi
• berdiri dengan 1 kaki
Usia 4-5 tahun
Motorik Kasar Motorik Halus
• menuruni tangga dengan cepat • menggunting dengan cukup baik
• seimbang saat berjalan mundur • melipat amplop
• melompati rintangan • membawa gelas tanpa menumpahkan isinya
• melempar dan menangkap bola • memasikkan benang ke lubang besar
• melambungkan bola
Usia emas dalam perkembangan motorik adalah middle childhood atau masa
anak-anak, seperti yang diungkapkan Petterson (1996)
During middle childhood, the body and brain undergo important growth changes,
leading to better motor coordinator, greater strength and more skilfull problem-solving.
Health and nutrition play an important part in these biological developments.
Pada usia ini, kesehatan fisik anak mulai stabil. Anak tidak mengalami sakit
seperti uasia sebelumnya. Hal ini menyebabkan perkembangan fisik jadi lebih maskimal
dari pada usia sebelumnya.
The period of middle childhood, from age six to age twelve is, also remarkably
free from desease. The average child suffers fewer bouts of illness than during the years
before school entry, and the risk of death for a contemporary Australian or New Zealand
child is lower than at any earlier or later period during the life span. (Petterson, 1996)
Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak.
Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang
terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Perkembangan motorik
meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang
menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang
dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk,
menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya.
Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau
sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan
berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret,
menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut
sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal. .
Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otak lah yang
mensetir setiap gerakan yang dilakukan anak.Semakin matangnya perkembangan system
syaraf otak yang mengatur otot m,emungkinkan berkembangnya kompetensi atau
kemampuan motorik anak. Perkembangan motorik anak dibagi menjadi dua:
Keterampilan atau gerakan kasar seperti berjalan, berlari, mmelompat, naik turun
tangga.
Keterampilan motorik halus atau keterampilan manipulasi seperti menulis,
menggambar, memotong, melempar dan menagkap bola serta memainkan benda-benda
atau alat-alat mainan (Curtis,1998; Hurlock, 1957 dalam Yusuf 2002)
Perkembangan motorik berbeda dari setiap individu, ada orang yang
perkembangan motoriknya sangat baik, seperti para atlit, ada juga yang tidak seperti
orang yang memiliki keterbatasan fisik. Gender pun memiliki pengaruh dalam hal ini,
sesuai dengan pendapat Sherman (1973) yang menyatakan bahwa anak perempuan pada
usia middle childhood kelenturan fisiknya 5 %- 10 % lebih baik dari pada anak laki-laki,
tapi kemampuan fisik atletis seperti lari, melompat dan melempar lebih tinggi pada anak
laku-laki dari pada perempuan.
Perkembangan motorik beriringan dengan proses pertumbuhan secara genetis atau
kematangan fisik anak, Motor development comes about through the unfolding of a
genetic plan or maturation (Gesell, 1934 dalam Santrock, 2007). Anak usia 5 bulan tentu
saja tidak akan bisa langsung berjalan. Dengan kata lain, ada tahapan-tahapan umum
tertentu yang berproses sesuai dengan kematangan fisik anak.
Teori yang menjelaskan secara detai tentang sistematika motorik anak adalah
Dynamic System Theory yang dikembangkan Thelen & whiteneyerr. Teori tersebut
mengungkapkan bahwa untuk membangun kemampuan motorik anak harus
mempersepsikan sesuatu di lingkungannya yang memotivasi mereka untuk melakukan
sesuatu dan menggunakan persepsi mereka tersebut untuk bergerak. Kemampuan motorik
merepresentasikan keinginan anak. Misalnnya ketika anak melihat mainan dengan
beraneka ragam, anak mempersepsikan dalam otaknnya bahwa dia ingin memainkannya.
Persepsi tersebut memotivasi anak untuk melakukan sesuatu, yaitu bergerak untuk
mengambilnya. Akibat gerakan tersebut, anak berhasil mendapatkan apa yang di tujunya
yaitu mengambil mainan yang menarik baginya.
“…….to develop motor skill, infants must perceive something in the environment
that motivates them to act and use their perceptions to fine-tune their movement. Motor
skills represent solutions to the infant’s goal.”
Teori tersebut pun menjelaskan bahwa ketika bayi di motivasi untuk melakukan
sesuatu, mereka dapat menciptakan kemampuan motorik yang baru, kemampuan baru
tersebut merupakan hasil dari banyak factor, yaitu perkembangan system syaraf,
kemampuan fisik yang memungkinkannya untuk bergerak, keinginan anak yang
memotivasinya untuk bergerak, dan lingkungan yang mendukung pemerolehan
kemampuan motorik. Misalnya, anak akan mulai berjalan jika system syarafnya sudah
matang, proposi kaki cukup kuat menopang tubuhnya dan anak sendiri ingin berjalan
untuk mengambil mainannya.
Selain berkaitan erat dengan fisik dan intelektual anak, kemampuan motorik pun
berhubungan dengan aspek psikologis anak. Damon & Hart, 1982 (Petterson 1996)
menyatakan bahwa kemampuan fisik berkaitan erat dengan self-image anak. Anak yang
memiliki kemampuan fisik yang lebih baik di bidang olah raga akan menyebabkan dia
dihargai teman-temannya. Hal tersebut juga seiring dengan hasil penelitian yang
dilakukan Ellerman, 1980 (Peterson, 1996) bahwa kemampuan motorik yang baik
berhubungan erat dengan self-esteem
II.d Pengaruh Perkembangan MotorikTerhadap Perkembangan Individu
Hurlock memaparkan pengaruh perkembangan motorik terhadap perkembangan
individu sebagai berikut:
a) Melalui ketrampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh
perasaan senang. Seperti anak merasa senang memiliki ketrampilan memainkan
boneka, melempar dan menangkap bolaatau memainkan alat-alat mainan.
b) Melalui ketrampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada
bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang independent. Anak
dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk
dirinya. Kondisi ini akan menunjang perkembangan rasa percaya diri.
c) Melalui perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas awal-awal sekolah dasar,
anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis, dan baris-berbaris.
d) Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain
atau bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan terkucilkan atau menjadi
anak yang fringer (terpinggirkan).
e) Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan self-
concept atau kepribadian anak.
II.e Gangguan Perkembangan Motorik Anak
Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh beberapa hal. Salah
satu penyebab gangguan perkembangan motorik adalah kelainan tonus otot atau penyakit
neuromuskular. Anak dengan serebral palsi dapat mengalami keterbatasan perkembangan
motorik sebagai akibat spastisitas, athetosis, ataksia, atau hipotonia. Kelainan sumsum
tulang belakang seperti spina bifida juga dapat menyebabkan keterlambatan
perkembangan motorik. Penyakit neuromuscular sepeti muscular distrofi memperlihatkan
keterlambatan dalam kemampuan berjalan. Namun, tidak selamanya gangguan
perkembangan motorik selalu didasari adanya penyakit tersebut. Faktor lingkungan serta
kepribadian anak juga dapat mempengaruhi keterlambatan dalam perkembangan motorik.
Anak yang tidak mempunyai kesempatan untuk belajar seperti sering digendong atau
diletakkan di baby walker dapat mengalami keterlambatan dalam mencapai kemampuan
motorik.
Berikut beberapa gangguan perkembangan motorik yang Nampak pada anak usia
dini:
Berat badan yang tidak normal dalam perkembangan koordinasi motorik,
yang tidak disebabkan oleh retardasi mental, gangguan neurologisyang
didapat maupun konginental (Development Coordination Disorder).
Gangguan ini bisa bersamaan dengan kesulitan bicara
Saat bayi anak tidak bisa merangkak, kalau merangkak seperti merayap
Bila duduk posisi kaki seperti huruf “ w”
Anak tampak aneh dalam berjalan, sering jatuh, tersandung dan menabrak
Lambat belajar berlari, melompat dan naik turun tangga
Kesulitan mengikat sepatu
Kesulitan memasang dan melepaskan kancing, melempar dan menangkap
bola
Anak tampak lamban dalam gerak halus & kasar
Benda yang dipegang sering jatuh
Tidak pandai menggambar, tulisannya sangat jelek
Sulit mengerjakan permainan jigsaw, menggunakan permainan yang
konstruksional
Sering disebut juga : the clumsy child syndrome
Sering dijumpai kesulitan bersekolah,
Pada beberapa kasus bersamaan dengan gangguan perkembangan
emosional dan perilaku.
Pada beberapa kasus , dijumpai adanya riwayat komplikasi perinatal
misalnya berat badan lahir rendah
II.f Tindakan Pencegahan Gangguan Perkembangan Motorik
1) Deteksi dini terhadap gangguan perkembangan dan pertumbuhan anak
Penilaian pertumbuhan dan perkembangan dapat dilakukan sedini
mungkin sejak anak dilahirkan. Deteksi dini merupakan upaya penjaringan yang
dilaksanakan secara komprehensif untuk menemukan penyimpangan tumbuh
kembang dan mengetahui serta mengenal faktor resiko pada balita, yang disebut
juga anak usia dini. Melalui deteksi dini dapat diketahui penyimpangan tumbuh
kembang anak secara dini, sehingga upaya pencegahan, stimulasi, penyembuhan
serta pemulihan dapat diberikan dengan indikasi yang jelas pada masa-masa kritis
proses tumbuh kembang. Upaya-upaya tersebut diberikan sesuai dengan umur
perkembangan anak, dengan demikian dapat tercapai kondisi tumbuh kembang
yang optimal (Tim Dirjen Pembinaan Kesmas, 1997). Penilaian pertumbuhan dan
perkembangan meliputi dua hal pokok, yaitu penilaian pertumbuhan fisik dan
penilaian perkembangan. Masing-masing penilaian tersebut mempunyai parameter
dan alat ukur tersendiri.
1.a) Pengukuran berat badan (BB)
Pengukuran ini dilakukan secara teratur untuk memantau
pertumbuhan dan keadaan gizi balita. Balita ditimbang setiap bulan dan
dicatat dalam Kartu Menuju Sehat Balita (KMS Balita) sehingga dapat dilihat
grafik pertumbuhannya dan dilakukan interfensi jika terjadi penyimpangan.
1.b) Pengukuran tinggi badan (TB)
Pengukuran tinggi badan pada anak sampai usia 2 tahun dilakukan
dengan berbaring., sedangkan di atas umur 2 tahun dilakukan dengan berdiri.
Hasil pengukuran setiap bulan dapat dicatat pada dalam KMS yang
mempunyai grafik pertumbuhan tinggi badan.
1.c) Pengukuran Lingkar Kepala Anak (PLKA)
PLKA adalah cara yang biasa dipakai untuk mengetahui pertumbuhan
dan perkembangan otak anak. Biasanya ukuran pertumbuhan tengkorak
mengikuti perkembangan otak, sehingga bila ada hambatan pada
pertumbuhan tengkorak maka perkembangan otak anak juga terhambat.
Pengukuran dilakukan pada diameter occipitofrontal dengan mengambil
rerata 3 kali pengukuran sebagai standar.
1.d) Development Screening Denver Test
DDST II merupakan alat untuk menemukan secara dini masalah
penyimpangan perkembangan anak umur 0 s/d < 6 tahun. Instrumen ini
merupakan revisi dari DDST yang pertama kali dipublikasikan tahun 1967
untuk tujuan yang sama.
Pemeriksaan yang dihasilkan DDST II bukan merupakan pengganti
evaluasi diagnostik, namun lebih ke arah membandingkan kemampuan
perkembangan seorang anak dengan anak lain yang seumur. DDST II
digunakan untuk menilai tingkat perkembangan anak sesuai umurnya pada
anak yang mempunyai tanda-tanda keterlambatan perkembangan maupun
anak sehat. DDST II bukan merupakan tes IQ dan bukan merupakan peramal
kemampuan intelektual anak di masa mendatang. Tes ini tidak dibuat untuk
menghasilkan diagnosis, namun lebih ke arah untuk membandingkan
kemampuan perkembangan seorang anak dengan kemampuan anak lain yang
seumur.
Menurut Pedoman Pemantauan Perkembangan Denver II (Subbagian
Tumbuh Kembang Ilmu Kesehatan Anak RS Sardjito, 2004), formulir tes
DDST II berisi 125 item yg terdiri dari 4 sektor, yaitu: personal sosial,
motorik halus-adaptif, bahasa, serta motorik kasar. Sektor personal sosial
meliputi komponen penilaian yang berkaitan dengan kemampuan
penyesuaian diri anak di masyarakat dan kemampuan memenuhi kebutuhan
pribadi anak. Sektor motorik halus-adaptif berisi kemampuan anak dalam hal
koordinasi mata-tangan, memainkan dan menggunakan benda-benda kecil
serta pemecahan masalah.
Sehingga apabila hasil test menunjukkan adanya kelambatan
ataupenyimpangan dari aspek motorik, fisik, emosional, dan sosial dapat
dilakukan upaya terpadu dan terindikasi khusus untuk mencegah terjadinya
kelainan fisik, mental, psikomotorik.
2) Beri Stimulus agar si Kecil melewati tahap perkembangannya dengan baik
Pemberian stimulus-stimulus adalah untuk melatih atau mengajarkan anak-
anak supaya melalui tahapan perkembangannya dengan baik. Stimulasi
dilakukansambil bermain, misalnya mengajak anak berlari berkeliling meja makan
sambil berpura-pura menjadi kucing yang dikejar anjing kecil. Begitu pula ketika
mau mandi, ajak anak berlari atau melompat-lompat ke arah kamar mandi.
Kemudian minta ia membuka kancing bajunya, dan menaruh baju kotornya
dengan melemparnya ke arah keranjang cucian. Kegiatan-kegiatan itu saja sudah
menstimulasi beberapa motorik kasar si kecil.
2.a) Stimulasi Motorik Kasar
Tugas perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh, seperti
berlari, berjinjit, melompat, bergantung, melempar dan menangkap,serta
menjaga keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan dalam meningkatkan
keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar. Pada anak usia 4 tahun, anak
sangat menyenangi kegiatan fisik yang mengandung bahaya, seperti
melompat dari tempat tinggi atau bergantung dengan kepala menggelantung
ke bawah. Pada usia 5 atau 6 tahun keinginan untuk melakukan kegiatan
berbahaya bertambah. Anak pada masa ini menyenangi kegiatan lomba,
seperti balapan sepeda, balapan lari atau kegiatan lainnya yang mengandung
bahaya.
Nah, agar motorik anak dapat berkembang dengan baik dan sempurna
perlu dilakukan stimulasi yang terarah dan terpadu. Berikut stimulasi yang
dapat diberikan:
2.a.i) Jalan
Sebelum orangtua memberikan stimulasi pada anak, pastikan
anak sudah melalui perkembangan sebelumnya, seperti duduk,
merangkak, dan berdiri. Pada kemampuan motorik kasar ini, yang
harus distimulasi adalah kemampuan berdiri, berjalan ke depan,
berjalan ke belakang, berjalan berjingkat, melompat/meloncat, berlari,
berdiri satu kaki, menendang bola, dan lainnya. Berjalan seharusnya
dikuasai saat anak berusia 1 tahun sementara berdiri dengan satu kaki
dikuasai saat anak 2 tahun.
Untuk berjalan, perkembangan yang harus dikuatkan adalah
keseimbangan dalam hal berdiri. Ini berarti, si kecil tak hanya dituntut
sekadar berdiri, namun juga berdiri dalam waktu yang lebih lama (ini
berkaitan dengan lamanya otot bekerja, dalam hal ini otot kaki).
Bila perkembangan jalan tidak dikembangkan dengan baik,
anak akan mengalami gangguan keseimbangan. Si kecil jadi cenderung
kurang pede dan ia pun selalu menghindari aktivitas yang melibatkan
keseimbangan seperti main ayunan, seluncuran, dan lainnya.
Sebaliknya, anak lebih memilih aktivitas pasif seperti membaca buku,
main playstation, dan sebagainya.
Stimulasi:
Orangtua berdiri berjarak dengan anak sambil memegang
mainan yang menarik. Gunakan karpet bergambar atau tempelkan
gambar-gambar yang menarik di lantai. Minta anak untuk menginjak
karpet/lantai. Misalnya, “Ayo Dek, injak gambar gajahnya!”
Mainan seperti mobil-mobilan atau troli yang bisa didorong-
dorong juga bisa membantu anak belajar berjalan.
2.a.ii) Lari
Perkembangan lari akan memengaruhi perkembangan lompat
dan lempar serta kemampuan konsentrasi anak kelak, Pada tugas
perkembangan ini, dibutuhkan keseimbangan tubuh, kecepatan gerakan
kaki, ketepatan 4 pola kaki-(heel strike/bertumpu pada tumit, toe
off/telapak kaki mengangkat kemudian kaki bertumpu pada ujung-
ujung jari kaki, swing/kaki berayun dan landing/setelah mengayun kaki
menapak pada alas)dan motor planning (perencanaan gerak).
Lalu apa hubungan perkembangan lari dengan kemampuan
konsentrasi? Begini, pada perencanaan gerak (salah satu syarat tugas
perkembangan lari) dibutuhkan kemampuan otak untuk membuat
perencanaan dan dilaksanakan oleh motorik dalam bentuk gerak yang
terkoordinasi. Nah, kemampuan perencanaan gerak tingkat tinggi
(seperti lari) akan memacu otak melatih konsentrasi.
Jika perkembangan lari tidak dikembangkan dengan baik, anak
akan bermasalah dalam keseimbangannya, seperti mudah capek dalam
beraktivitas fisik, sulit berkonsentrasi, cenderung menghindari tugas-
tugas yang melibatkan konsentrasi dan aktivitas yang melibatkan
kemampuan mental seperti memasang pasel, tak mau mendengarkan
saat guru bercerita (anak justru asyik ke mana-mana), dan lainnya.
Stimulasi:
Stimulasi lari bisa dimulai ketika anak berada pada fase jalan,
sekitar usia 12 bulan ke atas. Aktivitasnya bisa berupa menendang
bola, main sepeda (mulai roda 4 sampai bertahap ke roda 3 dan
kemudian roda 2) serta naik turun tangga.
2.a.iii) Lompat
Kemampuan dasar yang harus dimiliki anak adalah
keseimbangan yang baik, kemampuan koordinasi motorik dan motor
planning (perencanaan gerak). Contoh, saat anak ingin melompati
sebuah tali, ia harus sudah punya rencana apakah akan mendarat
dengan satu kaki atau dua kaki. Kalaupun satu kaki, kaki mana yang
akan digunakan.
Jika anak tidak adekuat dalam perkembangan melompat,
biasanya akan menghadapi kesulitan dalam sebuah perencanaan tugas
yang terorganisasi (tugas-tugas yang membutuhkan kemampuan motor
planning).
Stimulasi:
Lompat di tempat atau di trampolin. Jangan lompat-lompat di
tempat tidur karena meski melatih motorik namun “mengacaukan”
kognitif. Dalam arti, mengajarkan perilaku atau mindset yang tidak
baik pada anak. Karena seharusnya tempat tidur bukan tempat untuk
melompat atau bermain.
Lompatan berjarak (gambarlah lingkaran-lingkaran dari kapur
atau gunakan lingkaran holahop yang diatur sedemikian rupa
letaknya). Minta anak untuk melompati lingkaran-lingkaran tersebut,
gradasikan tingkat kesulitan dengan memperlebar jarak dan
menggunakan kaki dua lalu satu secara bergantian.
2.a.iv) Lempar
Pada fase ini yang berperan adalah sensori keseimbangan, rasa
sendi (proprioseptif), serta visual. Peran yang paling utama adalah
proprioseptif, bagaimana sendi merasakan suatu gerakan atau aktivitas.
Umpama, pada saat anak melempar bola, seberapa kuat atau lemah
lemparannya, supaya bola masuk ke dalam keranjang atau sasaran
yang dituju.
Jika kemampuan melempar tidak dikembangkan dengan baik,
anak akan bermasalah dengan aktivitas yang melibatkan gerak
ekstrimitas atas (bahu, lengan bawah, tangan dan jari-jari tangan).
Seperti, dalam hal menulis. Tulisannya akan tampak terlalu menekan
sehingga ada beberapa anak yang tulisannya tembus kertas, atau
malahan terlalu kurang menekan (tipis) atau antarhurufnya jarang-
jarang (berjarak). Dalam permainan yang membutuhkan ketepatan
sasaran pun, anak tidak mahir. Umpama, permainan dartboard.
Aktivitas motorik halus lainnya juga terganggu semisal pakai kancing
baju, menali sepatu, makan sendiri, meronce, main pasel, menyisir
rambut, melempar sasaran, dan lain-lain. Intinya, stimulasi pada
perkembangan ini yang tidak optimal berindikasi pada keterampilan
motorik halus yang bermasalah.
Gangguan lain berkaitan dengan koordinasi, rasa sendi dan
motor planning yang bermasalah. Contoh, ketika bola dilempar ke arah
anak, ada dua kemungkinan respons anak, yaitu tangan menangkap
terlambat sementara bola sudah sampai. Atau tangan melakukan gerak
menangkap terlebih dahulu sementara bola belum sampai. Seharusnya,
respons tangkap anak sesuai dengan stimulus datangnya bola dan anak
bisa memprediksinya. Bila ada gangguan berarti anak bermasalah
dalam sensori integrasinya. Sensori integrasi adalah mengintegrasikan
gerak berdasarkan kemampuan dasar sensori anak. Tentunya ini dapat
diatasi dengan terapi yang mengintegrasikan sensori-sensorinya.
Stimulasi:
Main lempar tangkap bola (gradasikan tingkat kesulitannya)
yaitu posisi, besar bola, berat bola, dan jenis lambungan. Pada posisi
bisa dilakukan sambil duduk kaki lurus, duduk kaki bersila, duduk kaki
seperti huruf W ke belakang, jongkok, dan bahkan berdiri. Pada jenis
lambungan, bisa dilakukan dengan lambungan dari atas, sejajar, atau
lambungan dari bawah.
Main dartboard atau lempar panah. Gunakan jenis dartboard
yang khusus buat anak-anak (yang aman dan tidak tajam), seperti jenis
dartboard yang terbuat dari papan velcrow dan anak panahnya diganti
dengan bola yang bervelcrow.
2.b) Stimulasi Motorik Halus
Perkembangan motorik halus anak taman kanak-kanak ditekankan
pada koordinasi gerakan motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan
kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari
tangan. Pada usia 4 tahun koordinasi gerakan motorik halus anak sangat
berkembang bahkan hampir sempurna. Walaupun demikian anak usia ini
masih mengalami kesulitan dalam menyusun balok-balok menjadi suatu
bangunan. Hal ini disebabkan oleh keinginan anak untuk meletakkan balok
secara sempurna sehingga kadang-kadang meruntuhkan bangunan itu sendiri.
Pada usia 5 atau 6 tahun koordinasi gerakan motorik halus berkembang pesat.
Pada masa ini anak telah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik,
seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, dan tubuh
secara bersamaan,antara lain dapat dilihat pada waktu anak menulis atau
menggambar.
Nah agar motorik anak dapat berkembang dengan baik dan sempurna
perlu dilakukan stimulasi yang terarah dan terpadu. Berikut stimulasi yang
dapat diberikan sesuai umurnya. Stimulasi berikut mudah diterapkan dengan
sarana dan fasilitas yang ada di sekitar kita!
2.b.i) Kelompok Umur 0-3 Bulan
Menggantungkan mainan yang dapat berputar/berbunyi dan
berwarna cerah sehingga membuat bayi tertarik dan melihat,
menggapai/menendang mainan tersebut.
Letakkan/sentuhkan sebuah mainan kecil, berbunyi dan
berwarna cerah pada tangan bayi atau punggung jari-jarinya.
Ajak bayi meraba dan merasakan berbagai bentuk permukaan
seperti mainan binatang, mainan plastik, kain-kain perca, dan
lain-lain.
2.b.ii) Kelompok Umur 3-6 Bulan
Stimulasi sebelumnya tetap dilanjutkan.
Letakkan mainan sejenis rattle lalu coba tarik pelan-pelan untuk
melatih bayi memegang dengan kuat.
Letakkan sebuah mainan di tangan bayi dan perhatikan apakah
ia memindahkannya ke tangan yang lain. Lain waktu berikan
mainan pada kedua tangannya.
2.b.iii) Kelompok Umur 6-9 Bulan
Mengambil benda-benda kecil, seperti remahan roti.
Memasukkan benda ke dalam wadah.
Bermain genderang dengan menggunakan kaleng kosong bekas
dan tunjukkan cara memukulnya.
Membuat bunyi-bunyian dengan membenturkan 2 kubus/balok
yang tidak dapat pecah.
2.b.iv) Kelompok Umur 9-12 Bulan
Bermain dengan maian yang mengapung di air.
Menyusun balok/kotak.
Menggambar dengan menggunakan krayon/pensil berwarna.
Bermain dengan menggunakan peralatan memasak, tentunya
yangb aman dan berbahan plastik khusus buat si kecil.
2.b.v) Kelompok Umur 1 Tahun ke atas (Balita)
Diajarkan untuk menggambar sesuatu, missal manusia
Diarahkan untuk membuka kancing baju sendiri
Bermain menyusun puzzle sederhana
Mencuci tangan sendiri
Bermain membentuk sesuatu dari plastisin
Belajar membaca dan menulis.
Ketika anak mampu melakukan suatu gerakan motorik, maka akan
termotivasi untuk bergerak kepada motorik yang lebih luas lagi. Aktivitas
fisiologis meningkat dengan tajam. Anak seakan-akan tidak mau berhenti
melakukan aktivitas fisik, baik yang melibatkan motorik kasar maupun motorik
halus. Pada saat mencapai kematangan untuk terlibat secara aktif dalam aktivitas
fisik yang ditandai dengan kesiapan dan motivasi yang tinggi, yang
memungkinkan anak akan berlaku liar dan nakal serta tidak terarah, seiring
dengan hal tersebut, orang tua dan guru perlu memberikan semacam stimulasi
seperti yang telah dupaparkan diatas dengan berbagai kesempatan dan
pengalaman yang dapat meningkatkan keterampilan motorik anak secara optimal.
Peluang-peluang ini tidak saja berbentuk membiarkan anak melakukan kegiatan
fisik akan tetapi perlu di dukung dengan berbagai fasilitas yang berguna bagi
pengembangan keterampilan motorik kasar dan motorik halus. Sehingga si kecil
dapat melalui tahapan-tahapan perkembangannya dengan baik dan terarah.
BAB III
PENUTUPA. Kesimpulan
Masa kanak-kanak Midle Childhood merupakan Golden age, yang dapat
mempengaruhi terbentuknya karakter dari segi IQ, EQ dan SQ, sehingga perlu
pengawasan khusus supaya tahap perkembangannya sesuai.
Perkembangan anak terdiri dari beberapa aspek yang terjadi pada tahapan usia
anak yaitu aspek fisik, aspek motorik, aspek kognitif dan aspek emosi.
Aspek perkembangan motorik merupakan aspek yang perlu mendapatkan
perhatian khusus, karena aspek ini berkaitan langsung dengan pembentukan
karakter anak.
Pemeriksaan perkembangan anak ke dokter spesialis anak sangat penting pada
massa pertumbuhan (1-5tahun) untuk memantau perkembangan anak.
Pemberian stimulasi-stimulasi dari orang tua dan guru anak usia dini
merupakan hal yang penting untuk mengajarkan dan membantu perkembangan
anak ke tahap selanjutnya lebih mudah.
B. Saran
Massa anak-anak perlu mendapatkan perhatian yang lebih dari orang tua.
Orang tau sebaiknya melakukan test atau pengecekan ke dokter spesialis
secara rutin untuk memantau tahapan perkembangan anak
Orang tua dan atau orang di sekitar anak diharapkan mampu memberikan
stimulasi-stimulasi yang sesuai dengan usia yang membantu perkembangan
anak menuju tahapan yang lebih tinggi.