kemkes.go.ide-riset.litbang.kemkes.go.id/download.php?file=1. laporan-2017-pus… · vi susunan tim...
TRANSCRIPT
-
i
LAPORAN PENELITIAN
STUDI KESEHATAN JIWA PADA BEBERAPA
DAERAH DI INDONESIA
PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT
BADAN LITBANG KESEHATAN
2017
-
ii
SK PENELITIAN
-
iii
-
iv
-
v
-
vi
SUSUNAN TIM PENELITI YANG TERLIBAT
No Nama Kedudukan dalam
tim Uraian tugas
1. Drg. Agus Suprapto, M.Kes Pengarah I Memberikan pengarahan dan
bimbingan serta mengamati
perkembangan penyelenggaraan
penelitian
2. Dr. dr. Felly P. Senewe, M.Kes Pengarah II Mengarahkan pelaksanaan kegiatan penelitian
3. Ketua PPI Puslitbang UKesMas Pengarah Memberikan arahan metodologi penelitian
4. Dr. Ekowati Rahajeng, SKM, M.Kes
Pengarah Memberikan arahan metodologi penelitian
5. Rofingatul Mubasyiroh, SKM, M.Epid
Ketua Pelaksana Bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan penelitian
6. Dr. dr. Sri Idaiani, Sp.KJ, M.Kes Peneliti Utama Bertanggung jawab dalam metodologi Penelitian, pengumpulan data dan laporan.
7. Dr. Nunik Kusumawardani, Msc. PH
Anggota peneliti Bertanggung jawab dalam metodologi penelitian, pengumpulan data dan laporan
8. Dr. Natalingrum Sukmarini, SpKJ, M.Kes
Anggota peneliti Bertanggungjawab dalam pembuatan instrumen penelitian
9. Dra.Siti Isfandari, MPH Anggota peneliti Bertanggung jawab dalam metodologi Penelitian dan laporan.
10. Indri Yunita Suryaputri,S.Psi,M.Si
Anggota peneliti Bertanggung jawab dalam pengumpulan data dan laporan.
11. Kartika Handayani, S.Psi M.Si Anggota peneliti Bertanggung jawab dalam pengumpulan data dan laporan.
12. Dr. Ir. Anies Irawati, M.Kes Anggota peneliti Bertanggung jawab dalam metodologi Penelitian dan laporan.
13. Dr Dr. Inswiasri, M.Kes Anggota peneliti Bertanggung jawab dalam
pengumpulan data dan laporan.
14. Dr. Dwi Hapsari, SKM, M.Kes Anggota peneliti Bertanggung jawab dalam pengumpulan data dan laporan.
15. Nikson Sitorus, SKM, M.Epid Anggota peneliti Bertanggung jawab dalam pengumpulan data dan laporan.
-
vii
16. Ir. Salimar, M.Si Anggota peneliti Bertanggung jawab dalam pengumpulan data dan laporan.
17. Lely
Lely Indrawati, S.Sos, MKM Anggota peneliti Bertanggung jawab dalam pengumpulan data dan laporan.
18. Bhaskarani Widjiastuti, SKM Anggota peneliti Bertanggung jawab dalam
pelaksanaan pengumpulan data.
19. Siti Masitoh, SKM Anggota peneliti Bertanggungjawab dalam
manajemen data dan laporan
20. Fachrudin Ali, S.Kom, M.Kes Anggota peneliti Bertanggungjawab dalam
dokumentasi penelitian
21. Enung Nurchotimah, SKM, MKM Anggota peneliti Bertanggung jawab dalam
pengumpulan data dan laporan.
22. dr. Myra, Sp.KJ Pembantu Penelitian I
Membantu koordinasi dan
persiapan teknis penelitian
23. dr. Antina Nevi Hidayati, Sp.KJ Pembantu Penelitian I
Membantu koordinasi dan
persiapan teknis penelitian
24. dr. Olvianne Soraya Santi, Sp.KJ Pembantu Penelitian II
Membantu pelaksanaan teknis
penelitian
25. dr. Fendy Hardyanto, Sp.KJ Pembantu Penelitian II
Membantu pelaksanaan teknis
penelitian
26. dr.Indah Alfiah,Sp.KJ Pembantu Penelitian II
Membantu pelaksanaan teknis
penelitian
27. dr. Patmawati.P, M.Kes,Sp.KJ Pembantu Penelitian II
Membantu pelaksanaan teknis
penelitian
28. Ns. Fauziah, S.Kp, M.KpJ Pembantu Lapangan
Membantu kegiatan teknis dan
administrasi di tempat penelitian
29. Ns. I Ketut Sudiatmika, S.Kp, M.KpJ
Pembantu Lapangan
Membantu kegiatan teknis dan
administrasi di tempat penelitian
30. Endang Susilowati, A.Md Pembantu Lapangan
Membantu kegiatan teknis dan
-
viii
administrasi di tempat penelitian
31. Rahmawati Martha Putri, SE Sekretariat penelitian
Membantu tugas-tugas
administrasi dan keuangan
32. Wardana, A.Md Sekretariat penelitian
Membantu tugas-tugas
administrasi dan keuangan
33. Didi Prayitno, A.Md Sekretariat penelitian
Membantu tugas-tugas
administrasi dan keuangan
-
ix
SURAT PERSETUJUAN ETIK
Penelitian ini telah mendapatkan Persetujuan Etik (Athical Approval) Nomor: LB.02.01/2/
KE.200/2017, pada tanggal 24 Mei 2017. Serta amandemen Protokol nomor:
LB.01.02/2/KE.351/2017.
-
x
PERSETUJUAN ATASAN
Peneliti
Rofingatul Mubasyiroh, SKM, M.Epid
NIP. 198411132008012005
Mengetahui
Ketua PPI
Dr. Sri Irianti, SKM, MPhl, PhD
NIP.195804121981022001
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit
Dr.dr.Felly Philipus Senewe, MKes
NIP. 196209121991031002
Menyetujui
Kepala Pusat/Balai Besar
Drg. Agus Suprapto MKes
NIP.196408131991011001
-
xi
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Alloh SWT buku laporan berjudul “
Studi Kesehatan Jiwa pada Beberapa Daerah di Indonesia” ini secara resmi telah dapat
kami publikasikan kepada semua pihak pemerhati masalah kesehatan khususnya, serta
kepada masyarakat luas secara umum.
Buku ini memberikan gambaran hasil: validasi instrumen MINI (Mini International
Neuropsychiatric Interview) untuk deteksi dini kondisi depresi, cemas dan psikotik;
besaran masalah dan treatmentgap depresi, cemas dan psikotik; serta gambaran program
kesehatan jiwa berbasis masyarakat dan fasilitas kesehatan.
Buku ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait dan
pemerhati kesehatan jiwa. Semoga buku ini dapat menjadi masukan dalam
pengembangan program pelayanan kesehatan jiwa di masyarakat.
Kami ucapkan terimakasih kepada para peneliti dan semua pihak yang terlibat
dalam penyusunan buku laporan penelitian ini. Serta kepada pembimbing yang telah
memberikan arahan dan bimbingan mulai dari penyusunan protokol, arahan teknis, serta
masukan dalam penyusunan laporan ini. Kami sampaikan juga penghargaan kepada RS
dan Dinas Kesehatan yang membantu dalam proses penelitian hingga selesai dengan baik.
Jakarta, Desember 2017
Hormat Kami,
Tim Penulis
-
xii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Kesehatan jiwa merupakan bagian penting dari kesehatan dan kesejahteraan,
seperti yang tercantum dalam definisi sehat yang ditetapkan oleh WHO: “health is a state
of complete physical, mental and social well-being and not merely the absence of disease
or infirmity”, yang dapat diartikan bahwa sehat mencakup aspek fisik, jiwa, dan sosial,
serta tidak semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan. Seperti halnya kesehatan
secara umum, kesehatan jiwa dipengaruhi berbagai aspek termasuk lingkungan, sosial,
ekonomi, dan budaya, selain juga aspek biologis seperti genetik.
Terdapat sembilan ganguan jiwa yang menjadi prioritas perhatian bagi tenaga
kesehatan terutama non spesialistik dan yang terutama bekerja di pusat pelayanan
kesehatan primer.Ke-9 gangguan jiwa prioritas tersebut adalah depresi, psikosis, epilepsi,
gangguan mental pada anak-anak,demensia, penyalahgunaan alcohol, penyalahgunaan
obat terlarang dan melukai diri serta bunuh diri.
Semakin tingginya masalah jiwa, maka diperlukan instrumen screening gangguan
psikiatri yang cepat dan dapat digunakan di fasilitas kesehatan primer. Terdapat
instrumen singkat wawancara terstruktur untuk diagnosa gangguan kejiwaan
dikembangkan oleh psikiatri dan klinisi di Amerika Serikat dan Eropa untuk gangguan
psikiatri dalam DSM-IV dan ICD-10, yaitu instrumen The Mini-International
Nueropsychiatric Interview (M.I.N.I) (Sheehan dkk, 1998). Instrumen yang dapat
mendiagnosis 14 jenis gangguan jiwa (termasuk depresi, cemas/anxietas, dan gangguan
psikotik) ini memerlukan waktu yang tidak lama (sekitar 15 menit) untuk wawancara
psikiatri dalam uji klinis multisenter ataupun penelitian epidemiologi.
Sampai saat ini Kementerian Kesehatan belum memiliki instrumen yang dapat
digunakan dalam survei besar guna mengukur gangguan jiwa yang spesifik dan terarah,
yaitu depresi, cemas dan psikotik. Instrumen yang digunakan dalam survei selama ini
(SRQ-20) hanya dapat menggambarkan gangguan mental emosional pada masyarakat.
Sedangkan untuk kebutuhan program kesehatan jiwa diperlukan angka prevalensi
-
xiii
gangguan jiwa yang lebih spesifik misalnya yang dapat menggambarkan depresi, cemas
dan psikotik.
Di samping itu, pelayanan kesehatan jiwa yang sudah dijalankan sejauh ini masih
terfokus pada pelayanan kuratif penderita kesehatan jiwa berat. Upaya yang bersifat
preventif promotif gangguan jiwa berat dan gangguan mental emosional masih terbatas.
Beberapa upaya yang telah mulai dikembangkan dalam beberapa tahun terakhir adalah
upaya pengendalian kesehatan jiwa berbasis masyarakat serta fasilitas kesehatan primer.
Berkaitan dengan permasalahan tersebut di atas, maka penelitian ini
dimaksudkan untuk mengembangkan instrumen kesehatan jiwa yang spesifik dan dapat
memberikan gambaran permasalahan kesehatan jiwa yang lebih spesifik dan terarah.
Penelitian ini bertujuan: mendapatkan validitas dan reliabilitas instrumen deteksi
dini depresi, cemas dan psikotik; mendapatkan proporsi gangguan depresi , cemas dan
psikotik; mendapatkan proporsi ‘treatment gap’ pada gangguan jiwa; mendapatkan
gambaran program kesehatan jiwa yang berbasis masyarakat dan fasilitas kesehatan.
Instrumen yang diujikan dalam penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam survei
kesehatan jiwa di masyarakat. Besaran masalah dan gambaran upaya kesehatan jiwa akan
memberikan dukungan berbasis bukti untuk perbaikan program kesehatan jiwa.
Penelitian ini merupakan penelitian dengan disain kros seksional (pontong lintang)
untuk informasi yang bersifat kuantitatif. Penelitian ini akan menerapkan pendekatan
kuantitatif dan kualitatif (mix method). Populasi untuk studi kuantitatif adalah penduduk
usia 15 tahun ke atas pada satu desa/kelurahan di Kota Bogor (Provinsi Jawa Barat),
kabupaten Jombang (Provinsi Jawa Timur), dan Kabupaten Tojo Una-Una (Provinsi
Sulawesi Tengah). Sampel yang akan diwawancara untuk uji validasi adalah sejumlah 978
individu yang terdiri dari 431 orang penderita dan 547 orang normal yang akan
diwawancara dengan instrumen MINI dan oleh psikiater. Dan sampel untuk survey adalah
761 orang per kabupaten/kota.
Untuk sampel uji instrumen, sampel diambil secara purpossive dari daftar pasien RS
Jiwa pemerintah yang memenuhi kelompok umur < 65 tahun dan >= 65 tahun, kelompok
pendidikan rendah (= SMA), dan kelompok laki-laki dan
-
xiv
perempuan. Dan juga sampel dari penduduk masyarakat umum yang berasal dari wilayah
tempat tinggal (kecamatan) yang sama dari sampel yang diperoleh dari daftar RS.
Pengambilan sampel gambaran proporsi dilakukan secara stratified random
sampling. Dilakukan pengelompokkan kecamatan di masing – masing kabupaten kota
berdasarkan proporsi penderita ODGJ di masing-masing kecamatan, yaitu kecamatan
dengan ODGJ di atas rata-rata kabupaten dan kecamatan dengan proporsi di bawah rata-
rata. Dari masing-masing kelompok kecamatan, dipilih secara acak sejumlah kecamatan
secara proporsional. dari masing-masing kecamatan tersebut, dipilih lagi secara acak satu
desa. Di setiap desa dihitung secara proporsional penduduk untuk mendapatkan jumlah
sampel di setiap desa. Dari tiap desa dipilih lima Rukun Tetangga secara acak. Dari setiap
Rukun Tetangga diperoleh daftar (sampling frame) Rumah Tangga, dan dipilih secara acak
sejumlah Rumah Tangga. Sampel responden di setiap Rukun Tetangga dihitung dari
jumlah sampel untuk setiap desa dibagi rata dalam lima rukun tetangga. Seluruh individu
berusia >= 15 tahun di Rumah tangga terpilih, diambil sebagai sampel.
Informan masyarakat diambil secara purpossive dari keluarga responden yang
positif menderita gangguan jiwa serta dari tokoh masyarakat. Adapun informan dari
fasilitas adalah tenaga kesehatan pelaksana program kesehatan jiwa serta pimpinan
fasilitas kesehatan.
Untuk validasi, sampel diwawancara dengan MINI- Depresi (dalam 2 minggu
terakhir, 10 pertanyaan Ya/Tidak),MINI-Cemas (dalam 6 bulan terakhir, 23 pertanyaan
Ya/Tidak),MINI-Psikotik (seumur hidup, 7 pertanyaan Ya/Tidak), SRQ (menggambarkan
gangguan mental emosional umum, dalam 2 minggu terakhir, 20 pertanyaan Ya/Tidak),
Instrumen wawancara oleh psikiatri (sebagai gold standard penilaian validitas instrumen
SRQ, depresi, cemas, psikotik).
Nilai Validitas instrumen MINI untuk depresi adalah Sensistivitas 60,68%,
Spesifisitas 80,8%; untuk cemas adalah Sensistivitas 68,94%, Spesifisitas 80,36%; dan
untuk psikotik adalah Sensistivitas 79,28%, Spesifisitas 82,15%. Nilai reliabilitas instrumen
MINI untuk depresi adalah 0,472; untuk cemas adalah 0,399; dan untuk psikotik adalah
0,577.
-
xv
Proporsi gangguan jiwa pada keseluruhan sampel penelitian untuk cemas adalah
6,7%; proporsi depresi adalah 8,5%; dan proporsi psikotik adalah 7,1%. Secara terinci
proporsi gangguan jiwa pada sampel responden di Kota Bogor adalah: cemas sebesar
5,2%; depresi sebesar 7,7%; dan psikotik sebesar 13,3%. Proporsi gangguan jiwa pada
sampel responden di Kabupaten Jombang adalah: cemas sebesar 3,5%; depresi sebesar
3,7%; dan psikotik sebesar 5,2%. Proporsi gangguan jiwa pada sampel responden di
Kabupaten Tojo Una-una adalah: cemas sebesar 11,6%; depresi sebesar 13,2%; dan
psikotik sebesar 2,8%.
Treatment gap gangguan jiwa pada keseluruhan sampel penelitian untuk cemas
adalah 63,7%; depresi sebesar 66,3%; dan psikotik sebesar
Program kesehatan jiwa berbasis masyarakat dan fasilitas mencakup dukungan dari
pemerintah di sektor kesehatan setempat untuk kegiatan di masyarakat, peran sektor
non-kesehatan. Dukungan dari pemerintah, terutama di sektor kesehatan baik di tingkat
puskesmas, dinas kesehatan Kabupaten/Kota dan Provinsi pada umumnya adalah dalam
bentuk pembinaan atau peningkatan kapasitas tenaga kesehatan, dukungan ketersedian
sarana medis untuk pelayanan penderita gangguan jiwa, dukungan kebijakan dan regulasi
terkait, serta pemberdayaan masyarakat setempat. Pemberdayaan masyarakat dalam
upaya ataupun kegiatan terkait kesehatan jiwa masih belum terlihat di kota Bogor
maupun Kabupaten Touna. Sementara Kabupaten Jombang sudah dapat menunjukkan
keberhasilan upaya rehabiliasi penderita gangguan jiwa dan pelepasan pasung melalui
peran serta aktif dari masyarakat setempat.
Nilai reliabilitas instrumen dianggap masih kategori sedang. Diharapkan dalam
pelaksanaan penggunaan instrumen MINI depresi, cemas dan psikotik ini dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang telah berpengalaman dalam program kesehatan jiwa, seperti
minimal tenaga perawat jiwa atau perawat yang sudah terlibat dalam prograam
kesehatan jiwa. Hal ini terkait pendalaman interpretasi istilah atau makna dalam
instrumen.
Program kesehatan jiwa memerlukan banyak dukungan dari semua pihak, baik
sektor kesehatan maupun non-kesehatan. Sektor kesehatan diharapkan dapat berperan
lebih aktif dalam menjalin komunikasi dan koordinasi sehingga dapat dampak positif bagi
-
xvi
keberlanjutan program kesehatan jiwa. Dukungan Karakteristik spesifik lokal juga
merupakan tonggak keberhasilan keberlangungan program kesehatan jiwa berbasis
masyarakat.
-
xvii
ABSTRAK
Kesehatan jiwa merupakan bagian penting dari kesehatan dan kesejahteraan. Semakin
tingginya masalah kesehatan jiwa, maka diperlukan instrumen screening gangguan
psikiatri yang cepat dan dapat digunakan di fasilitas kesehatan primer. Serta perlunya
penguatan program layanan kesehatan jiwa. Penelitian ini bertujuan mengembangkan
instrumen deteksi dini gangguan jiwa dengan menilai validitas dan reliabilitas, dan
mendapatkan gambaran program kesehatan jiwa yang berbasis masyarakat dan fasilitas
kesehatan. Penelitian ini menggunakan disain crosssectional dengan pendekatan
kuantitatif dan kualitatif. Penelitian dilaksanakan di Kota Bogor, Kabupaten Jombang dan
Kabupaten Tojo Una-una pada tahun 2017. Nilai Validitas instrumen MINI untuk depresi
adalah Sensistivitas 60,68%, Spesifisitas 80,8%; untuk cemas adalah Sensistivitas 68,94%,
Spesifisitas 80,36%; dan untuk psikotik adalah Sensistivitas 79,28%, Spesifisitas 82,15%.
Nilai reliabilitas instrumen MINI untuk depresi adalah 0,472; untuk cemas adalah 0,399;
dan untuk psikotik adalah 0,577. Dukungan bagi program kesehatan jiwa dari pemerintah
berupa pembinaan tenaga kesehatan, sarana medis untuk penderita gangguan jiwa,
kebijakan dan regulasi, pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat sendiri
baru terlihat di Kabupaten Jombang.
Kata kunci : kesehatan jiwa, validasi instrumen, program
-
xviii
DAFTAR ISI
SK PENELITIAN ................................................................................................................. ii
SUSUNAN TIM PENELITI YANG TERLIBAT ....................................................................... vi
SURAT PERSETUJUAN ETIK ............................................................................................. ix
PERSETUJUAN ATASAN ................................................................................................... x
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... xi
RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................................. xii
ABSTRAK ...................................................................................................................... xvii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. xviii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. xxii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ xxv
DAFTAR GRAFIK ...........................................................................................................xxvi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah Penelitian ............................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................... 5
C.1. Tujuan Umum ......................................................................................................... 5
C.2. Tujuan Khusus ......................................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ................................................................................................ 6
BAB II METODE ................................................................................................................ 7
A. Kerangka Teori ....................................................................................................... 7
B. Kerangka Konsep ................................................................................................... 9
C. Tempat dan Waktu .............................................................................................. 10
D. Disain Penelitian .................................................................................................. 11
E. Populasi dan Sampel ............................................................................................ 11
F. Besar Sampel dan Pemilihan Sampel .................................................................. 12
G. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ................................................................................. 16
H. Variabel ................................................................................................................ 16
-
xix
I. Definisi Operasional ............................................................................................. 17
J. Instrumen dan Pengumpulan Data ...................................................................... 18
K. Prosedur Kerja ..................................................................................................... 19
L. Manajemen dan Analisis Data ............................................................................. 22
BAB III HASIL PENELITIAN .............................................................................................. 24
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ................................................................. 24
A1. Kota Bogor .............................................................................................................. 24
a. Keadaan Geografis ............................................................................................... 24
b. Keadaan Demografi .............................................................................................. 25
c. Situasi Derajat Kesehatan ................................................................................... 26
d. Kecamatan Tempat Penelitian ........................................................................... 27
A2. Kabupaten Jombang .......................................................................................... 28
a. Keadaan Geografis ............................................................................................... 28
b. Keadaan Demografi .............................................................................................. 30
c. Situasi Derajat Kesehatan ................................................................................... 31
d. Kecamatan Tempat Penelitian ........................................................................... 31
A3. Kabupaten Tojo Una-una ..................................................................................... 32
a. Keadaan Geografis Touna ................................................................................... 32
b. Keadaan Demografi .............................................................................................. 33
c. Situasi Derajat Kesehatan ................................................................................... 36
B. Hasil Validitas dan Reliabilitas Instrumen MINI .................................................. 37
C. Proporsi dan Treatmentgap Gangguan Jiwa Cemas, Depresi dan Psikosis ......... 44
C.1. Proporsi Tiga Wilayah .......................................................................................... 44
C.2. Kota Bogor ............................................................................................................. 54
C.3. Kabupaten Jombang ............................................................................................ 63
C.4. Kabupaten Tojo Una-una .................................................................................... 73
D. Program Kesehatan Jiwa Yang Berbasis Masyarakat Dan Fasilitas Kesehatan ... 82
D.1. Kualitatif Kota Bogor ............................................................................................ 93
1. Pemahaman tentang gangguan kesehatan jiwa (depresi, cemas, psikotik) dari
perspektif ............................................................................................................... 94
2. Tradisi dan budaya terkait kesehatan jiwa (depresi, cemas, psikotik) ......... 96
-
xx
3. Program dan kebijakan yang ada terkait kesehatan jiwa : ............................. 97
a. Pelaksanaan ..................................................................................... 97
b. Kendala ............................................................................................ 99
c. Rencana ke depan .......................................................................... 100
d. Kebutuhan ...................................................................................... 101
4. Peran dan kebutuhan pelayanan dan pencegahan kesehatan jiwa ............ 102
5. Stigma dan persepsi terkait gangguan kesehatan jiwa (cemas, depresi, psikotik)
103
6. Upaya pelayanan gangguan kesehatan jiwa (cemas, depresi, psikotik) ..... 105
a. Nakes.............................................................................................. 105
b. Masyarakat dan toma .................................................................... 111
c. Pasien ............................................................................................. 111
7. Upaya pencegahan gangguan kesehatan jiwa (cemas, depresi, psikotik) terkait
kegiatan dan sumber daya ................................................................................ 112
a. Nakes.............................................................................................. 112
b. Masyarakat (kasus dan normal), kader dan toma ......................... 113
D2. Hasil Kualitatif Kabupaten Jombang ................................................................. 116
1. Masalah Kesehatan Jiwa .................................................................................... 116
2. Kebijakan .............................................................................................................. 117
3. Perencanaan dan Pembiayaan .......................................................................... 118
4. Pelaksanaan Program ......................................................................................... 121
5. Lintas Sektor ......................................................................................................... 124
6. Sumber Daya ........................................................................................................ 126
7. Peran Serta Masyarakat ..................................................................................... 127
8. Saran/ Harapan .................................................................................................... 131
9. Kendala ................................................................................................................. 132
D3. Hasil Kualitatif Kab. Tojo Una-Una .................................................................... 136
1. Pemahaman tentang gangguan kesehatan jiwa (depresi, cemas, psikotik)137
2. Tradisi dan budaya terkait kesehatan jiwa (depresi, cemas, psikotik) ....... 142
3. Program dan kebijakan yang ada terkait kesehatan jiwa : ........................... 143
4. Peran dan kebutuhan pelayanan dan pencegahan kesehatan jiwa ............ 148
-
xxi
5. Stigma dan persepsi terkait gangguan kesehatan jiwa (cemas, depresi, psikotik)
149
6. Upaya pelayanan gangguan kesehatan jiwa (cemas, depresi, psikotik) ..... 150
7. Upaya pencegahan gangguan kesehatan jiwa (cemas, depresi, psikotik) terkait
kegiatan dan sumber daya ................................................................................ 152
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................................. 154
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................................... 159
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 161
LAMPIRAN ............................................................................................................................... 164
-
xxii
DAFTAR TABEL
Tabel A-1. Data 10 penyakit utama yang dirawat jalan di Puskesmas untuk golongan 5-44
tahun di Kota Bogor tahun 2016 ........................................................................... 26
Tabel A-2. Data jumlah kunjungan pasien jiwa yang berkunjung di puskesmas dan rumah
sakit Kota Bogor tahun 2016 ................................................................................. 27
Tabel A-3. Data 10 Penyakit Terbanyak di Kabupaten Jombang Tahun 2016 ................ 31
Tabel A-4. Jumlah Penduduk di Atas 15 Tahun yang Bekerja menurut Jenis Kelamin. .. 34
Tabel A-5. Jumlah Pendidikan Tertinggi yag Ditamatkan Penduduk menurut Angkatan
Kerja. ...................................................................................................................... 35
Tabel A-6. Jenis Sarana Kesehatan Kabupaten Tojo Una-Una Tahun 2016 .................... 35
Tabel A-7. Jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Tojo Una-Una Tahun 2016 ............ 36
Tabel A-8. Jumlah kasus 10 penyakit terbanyak di Kabupaten Tojo Una-Una ............... 36
Tabel B-1. Responden validasi berdasarkan hasil wawancara klinis dan instrumen MINI40
Tabel B-2. Penilaian Validitas kriteria depresi, cemas, dan psikotik menurut Instrumen
MINI dengan hasil wawancara psikiatrik ............................................................... 40
Tabel B-3. Penilaian Validitas kriteria depresi dan cemas menurut Instrumen SRQ dengan
hasil wawancara psikiatrik ..................................................................................... 42
Tabel B-4. Penilaian reliabilitas instrumen MINI dan SRQ .............................................. 44
Tabel C-1. Proporsi Kondisi gangguan jiwa cemas .......................................................... 45
Tabel C-2. Proporsi Kondisi gangguan jiwa depresi ........................................................ 46
Tabel C-3. Proporsi kondisi gangguan jiwa psikotik ........................................................ 47
Tabel C-4. Proporsi Kondisi Normal (tidak cemas, tidak depresi, tidak psikotik) ........... 48
Tabel C-5. Proporsi Kondisi Depresi di masa lalu (seumur hidup) .................................. 49
Tabel C-6. Proporsi Kondisi gangguan mental emosional satu bulan terakhir ............... 50
Tabel C-7. Proporsi Pengalaman menyakiti diri sendiri, ingin bunuh diri atau berharap mati
berdasarkan karakteristik (N=2173) ...................................................................... 51
Tabel C-8. Proporsi Pengobatan medis saat ini .............................................................. 52
-
xxiii
Tabel C-9. Proporsi Alasan tidak berobat ....................................................................... 53
Tabel C-10. Proporsi Kondisi gangguan jiwa cemas di Kota Bogor tahun 2017 ............. 54
Tabel C-11. Proporsi Kondisi gangguan jiwa depresi di Kota Bogor tahun 2017 ............ 55
Tabel C-12. Proporsi Kondisi gangguan jiwa psikotik di Kota Bogor tahun 2017 ........... 56
Tabel C-13. Proporsi Kondisi depresi masa lalu di Kota Bogor tahun 2017 .................... 57
Tabel C-14. Proporsi Kondisi normal di Kota Bogor tahun 2017 .................................... 58
Tabel C-15. Proporsi Kondisi gangguan mental emosional satu bulan terakhir di Kota
Bogor, tahun 2017 ................................................................................................. 59
Tabel C-16. Proporsi Pengobatan medis saat ini pada gangguan jiwa di Kota Bogor, Tahun
2017 ....................................................................................................................... 60
Tabel C-17. Proporsi Alasan tidak berobat pada gangguan jiwa di Kota Bogor, Tahun 2017
............................................................................................................................... 61
Tabel C-18. Proporsi Pengalaman menyakiti diri sendiri, ingin bunuh diri atau berharap
mati berdasarkan karakteristik (N=731) ................................................................ 62
Tabel C-19. Proporsi Kondisi gangguan jiwa cemas di Kabupaten Jombang, Tahun 201763
Tabel C-20 Proporsi Kondisi gangguan jiwa depresi di Kabupaten Jombang, Tahun 2017 . 65
Tabel C-21Proporsi Kondisi gangguan jiwa psikotik di Kabupaten Jombang, Tahun 201766
Tabel C-22. Proporsi Kondisi depresi masa lalu di Kabupaten Jombang, Tahun 2017 ... 67
Tabel C-23Proporsi Kondisi gangguan mental emosional satu bulan terakhir di Kabupaten
Jombang, Tahun 2017 ............................................................................................ 68
Tabel C-24 Proporsi Kondisi normal di Kabupaten Jombang, Tahun 2017 ..................... 69
Tabel C-25.Proporsi Pengobatan medis saat ini ............................................................. 70
Tabel C-26. Proporsi Alasan tidak berobat ..................................................................... 71
Tabel C-27.Proporsi Pengalaman menyakiti diri sendiri, ingin bunuh diri atau berharap
mati berdasarkan karakteristik (N=724) di Kabupaten Jombang, Tahun 2017 ..... 71
Tabel C-28 Proporsi Kondisi gangguan jiwa cemas di Kabupaten Tojo Una-una, Tahun 2017
............................................................................................................................... 73
-
xxiv
Tabel C-29 Proporsi Kondisi gangguan jiwa depresi di Kabupaten Tojo Una-una, Tahun
2017 ....................................................................................................................... 74
Tabel C-30. Proporsi Kondisi gangguan jiwa psikotik di Kabupaten Tojo Una-una, Tahun
2017 ....................................................................................................................... 75
Tabel C-31. Proporsi Kondisi normal di Kabupaten Tojo Una-una, Tahun 2017 ............ 76
Tabel C-32. Proporsi Kondisi depresi masa lalu di Kabupaten Tojo Una-una, Tahun 201777
Tabel C-33. Proporsi Kondisi gangguan mental emosional di Kabupaten Tojo Una-una,
Tahun 2017 ............................................................................................................ 78
Tabel C-34. Proporsi Pengobatan medis saat ini ............................................................ 79
Tabel C-35. Proporsi Alasan tidak berobat ..................................................................... 80
Tabel C-36. Proporsi Pengalaman menyakiti diri sendiri, ingin bunuh diri atau berharap
mati berdasarkan karakteristik di Kabupaten Tojo Una-una, Tahun 2017 (N=718)80
Tabel D-1. Topik Utama Hasil Penggalian Informasi tentang Program Kesehatan Jiwa di
tiga wilayah (Bogot, Jombang, Touna) dari perspektif penyelenggara kesehatan.86
-
xxv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka teori ................................................................................................. 7
Gambar 2. Kerangka Konsep ............................................................................................. 9
Gambar 3. Disain Penelitian ............................................................................................ 11
Gambar 4. Alur/Prosedur Penelitian ............................................................................... 20
Gambar 5. Peta wilayah Kabupaten Jombang ................................................................ 28
Gambar 6. Peta wilayah Kabupaten Tojo Una-Una ........................................................ 32
Gambar 7. Luas wilayah menurut kecamatan di Kabupaten Tojo Una-Una................... 33
Gambar 8. Piramid penduduk Kabupaten Tojo Una-Una Tahun 2016 ........................... 34
-
xxvi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Persentase Responden Validasi berdasarkan jenis kelamin ........................... 38
Grafik 2. Persentase Responden Validasi berdasarkan kelompok umur ....................... 39
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara global, kesehatan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang menjadi masalah utama di berbagai negara. Kesehatan jiwa
merupakan bagian penting dari kesehatan dan kesejahteraan, seperti yang tercantum
dalam definisi sehat yang ditetapkan oleh WHO: “health is a state of complete physical,
mental and social well-being and not merely the absence of disease or infirmity”, yang
dapat diartikan bahwa sehat mencakup aspek fisik, jiwa, dan sosial, serta tidak semata-
mata terbebas dari penyakit atau kecacatan. Seperti halnya kesehatan secara umum,
kesehatan jiwa dipengaruhi berbagai aspek termasuk lingkungan, sosial, ekonomi, dan
budaya, selain juga aspek biologis seperti genetik. Dengan demikian, pendekatan
intervensi harus menyeluruh mencakup promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif,
disamping juga melibatkan multi disiplin ilmu dan pendekatan multi setting. (WHO,
2013)
Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang
secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari
kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan
mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya(Kemenkes, 2014).
Gangguan jiwa, secara timbal balik berkaitan dengan kondisi penyakit kronik
tertentu seperti kanker, penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus, HIV/AIDS, dan
penyakit kronik lain yang berdampak pada kondisi sosial ekonomi penderita.
Disamping itu, penderita gangguan jiwa yang tidak terkontrol, dalam waktu yang lama
dapat berisiko lebih tinggi untuk mengalami ketidakmampuan, penyakit tidak menular
tertentu, kecacatan serta bunuh diri. Penderita depresi berat dan schizophrenia
mempunyai risiko 40% sampai 60% lebih tinggi untuk mengalami kematian premature
dibandingkan populasi umum.(WHO, 2013).
-
2
Masalah kesehatan jiwa di Indonesia merupakan salah satu prioritas
pembangunan kesehatan mengingat kesehatan jiwa juga bagian dari kesehatan
masyarakat secara keseluruhan serta keterkaitan erat dengan berbagai penyakit
seperti penyakit tidak menular serta penyakit kronik lainnya. Hasil RISKESDAS 2013
menunjukkan bahwa prevalensi nasional gangguan jiwa berat (psikosis/skizofrenia)
adalah 1.7 per mil dengan prevalensi tertinggi di DI Yogjakarta dan Aceh (2.7 per mil),
sedangkan terendah di Kalimantan Barat (0.7 per mil).
Disamping gangguan jiwa berat, juga dikenal gangguan mental emosional
(GME). Gangguan mental emosional adalah istilah yang sama dengan distres
psikologik. Kondisi ini adalah keadaan yang mengindikasikan seseorang sedang
mengalami perubahan psikologis. Berbeda dengan gangguan jiwa berat psikosis dan
skizofrenia, gangguan mental emosional adalah gangguan yang dapat dialami semua
orang pada keadaan tertentu, tetapi dapat pulih seperti semula. Gangguan ini dapat
berlanjut menjadi gangguan yang lebih serius apabila tidak berhasil ditanggulangi.
Prevalensi nasional gangguan mental emosional pada populasi usia 15 tahun ke atas
sebesar 6% dengan prevalensi tertinggi di Provinsi Sulawesi Tengah (11.6%) dan
terendah di Lampung (1.2%). Prevalensi tertinggi setelah Sulawesi Tengah adalah
Sulawesi Selatan (9,3%), Jawa Barat (9,3%) dan Nusa Tenggara Timur
(7,8%).(Litbangkes, 2013)
Program kesehatan jiwa yang sudah berjalan selama ini mencakup program
pemerintah dan dukungan dari kegiatan-kegiatan yang dikelola oleh organisasi profesi
maupun lembaga swadaya masyarakat. Program pelayanan kesehatan jiwa telah
diupayakan dapat terpenuhi sesuai kebutuhan baik di tingkat layanan primer maupun
sekunder. Dari data RISKESDAS 2013 cakupan pengobatan gangguan jiwa berat sebesar
61.7%, sementara cakupan pengobatan gangguan mental emosional (2 minggu
terakhir) masih rendah, sebesar 11.9%. Terjadinya kesenjangan pengobatan orang
dengan gangguan mental terjadi hampir di seluruh negara di dunia. Kesenjangan
pengobatan (treatment gap) dihitung dari selisih prevalensi gangguan mental dengan
proporsi pengobatan pada individu yang megalami gangguan mental. Sekitar 76% dan
85% dari penderita gangguan jiwa berat di negara-negara berpenghasilan rendah dan
-
3
menengah tidak menerima pengobatan, adapun untuk negara berpenghasilan tinggi
sekitar 35% dan 50% dalam satu tahun. Kesenjangan ini terjadi salah satunya
diakibatkan kurangnya jumlah dan distribusi tidak merata sumber daya untuk
kesehatan mental. Selain itu, keterlibatan masyarakat sipil untuk kesehatan mental di
negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah kurang berjalan dengan baik.
Hanya 49% dari negara-negara berpenghasilan rendah yang terdapat organisasi untuk
orang dengan gangguan mental dan ketidakmampuan psikososial, sedangkan negara
maju dengan 83%.
Dalam rangka memperkecil kesenjangan pengobatan (treatment gap) salah
satu langkah awal yang dapat dilakukan adalah dengan adanya deteksi awal gangguan
mental. Gangguan mental minor seperti kecemasan, depresi atau gangguan mental
dengan keluhan fisik sering tidak disadari sebagai gangguan mental, ketika dokter
hanya fokus pada keluhan fisik saja maka akan terjadi pemeriksaan dan pengobatan
yang sebenarnya tidak diperlukan.
Terdapat sembilan ganguan jiwa yang menjadi prioritas perhatian bagi tenaga
kesehatan terutama non spesialistik dan yang terutama bekerja di pusat pelayanan
kesehatan primer.Ke-9 gangguan jiwa prioritas tersebut adalah depresi, psikosis,
epilepsi, gangguan mental pada anak-anak,demensia, penyalahgunaan alcohol,
penyalahgunaan obat terlarang dan melukai diri serta bunuh diri (WHO,2015).
Pelayanan kesehatan jiwa yang sudah dijalankan sejauh ini masih terfokus
pada pelayanan kuratif penderita kesehatan jiwa berat. Upaya yang bersifat preventif
promotif gangguan jiwa berat dan gangguan mental emosional masih terbatas.
Beberapa upaya yang telah mulai dikembangkan dalam beberapa tahun terakhir
adalah upaya pengendalian kesehatan jiwa berbasis masyarakat serta fasilitas
kesehatan primer.
Untuk mengetahui apa yang paling dibutuhkan oleh masyarakat, diperlukan
survei data kesehatan jiwa di masyarakat. Bagaimana pendapat masyarakat tentang
gangguan jiwa? Apakah keberadaan stigma gangguan jiwa di masyarakat masih
melekat kuat? Siapa yang menjadi konsultan kesehatan jiwa sebelum pasien datang ke
Puskesmas dan apa yang membuat mereka akhirnya datang ke Puskesmas? Lebih
-
4
lanjut, adalah melakukan studi untuk mengetahui apa problem kesehatan jiwa yang
sering terjadi di masyarakat(Marchira, 2011).
Semakin tingginya masalah jiwa, maka diperlukan instrumen screening
gangguan psikiatri yang cepat dan dapat digunakan di fasilitas kesehatan primer.
Terdapat instrumen singkat wawancara terstruktur untuk diagnosa gangguan kejiwaan
dikembangkan oleh psikiatri dan klinisi di Amerika Serikat dan Eropa untuk gangguan
psikiatri dalam DSM-IV dan ICD-10, yaitu instrumen The Mini-International
Nueropsychiatric Interview (M.I.N.I) (Sheehan dkk, 1998). Instrumen yang dapat
mendiagnosis 14 jenis gangguan jiwa (termasuk depresi, cemas/anxietas, dan
gangguan psikotik) ini memerlukan waktu yang tidak lama (sekitar 15 menit) untuk
wawancara psikiatri dalam uji klinis multisenter ataupun penelitian epidemiologi.
B. Perumusan Masalah Penelitian
Sampai saat ini Kementerian Kesehatan belum memiliki instrumen yang dapat
digunakan dalam survei besar guna mengukur gangguan jiwa yang spesifik dan terarah,
yaitu depresi, cemas dan psikotik. Instrumen yang digunakan dalam survei selama ini
(SRQ-20) hanya dapat menggambarkan gangguan mental emosional pada masyarakat.
Sedangkan untuk kebutuhan program kesehatan jiwa diperlukan angka prevalensi
gangguan jiwa yang lebih spesifik misalnya yang dapat menggambarkan depresi, cemas
dan psikotik.
Data nasional terkait yang kesehatan jiwa yang lebih spesifik dan terarah
masih belum memadai, sementara program pengendalian kesehatan jiwa sangat
membutuhkan data yang spesifik dan lebih terarah untuk penerapan program yang
lebih efektif dan berdaya ungkit besar sesuai dengan kebutuhan di masyarakat.
Berdasarkan data RISKESDAS 2013, tampak adanya kesenjangan antara
permasalahan yang ada dengan pelayanan kesehatan yang tersedia. Meskipun angka
cakupan pengobatan gangguan jiwa berat relatif cukup tinggi, perlu dipertimbangkan
adanya kemungkinan ‘over estimate’ terkait keterbatasan dalam mengumpulkan data
gangguan jiwa berat yang terbatas pada yang bisa dipahami oleh keluarga responden.
-
5
Sementara itu, masalah gangguan mental emosional juga belum bisa menggambarkan
secara spesifik terkait depresi dan cemas.
Di samping itu, pelayanan kesehatan jiwa yang sudah dijalankan sejauh ini
masih terfokus pada pelayanan kuratif penderita kesehatan jiwa berat. Upaya yang
bersifat preventif promotif gangguan jiwa berat dan gangguan mental emosional
masih terbatas. Beberapa upaya yang telah mulai dikembangkan dalam beberapa
tahun terakhir adalah upaya pengendalian kesehatan jiwa berbasis masyarakat serta
fasilitas kesehatan primer. Meskipun angka cakupan pelayanan untuk
psikosis/skizofrenia sudah mencapai 61%, masih banyak upaya yang harus lebih
ditingkatkan untuk kualitas dan keberlanjutan pengobatan. Sementara untuk gangguan
mental emosional, angka cakupan pengobatan masih sangat rendah.
Berkaitan dengan permasalahan tersebut di atas, maka penelitian ini
dimaksudkan untuk mengembangkan instrumen kesehatan jiwa yang spesifik dan
dapat memberikan gambaran permasalahan kesehatan jiwa yang lebih spesifik dan
terarah.
Pertanyaan Penelitian:
1. Bagaimana validitas dan reliabilitas instrumen depresi, instrumen cemas, dan
instrumen psikotik yang akan dikembangkan untuk deteksi dini gangguan jiwa?
2. Berapa proporsi penderita gangguan jiwa pada beberapa daerah di Indonesia?
3. Berapa besar kesenjangan pengobatan (treatment gap) penderita gangguan
jiwa?
4. Bagaimana pelaksanaan program kesehatan jiwa berbasis masyarakat dan
fasilitas kesehatan yang telah berjalan serta apa saja kendala dan kebutuhan ke
depan untuk perbaikan program
C. Tujuan Penelitian
C.1. Tujuan Umum
Mengetahui permasalahan kesehatan jiwa pada beberapa daerah di Indonesia.
-
6
C.2. Tujuan Khusus
a. Mendapatkan validitas dan reliabilitas instrumen deteksi dini depresi, cemas
dan psikotik
b. Mendapatkan proporsi gangguan depresi , cemas dan psikotik
c. Mendapatkan proporsi ‘treatment gap’ pada gangguan jiwa
d. Mendapatkan gambaran program kesehatan jiwa yang berbasis masyarakat
dan fasilitas kesehatan
D. Manfaat Penelitian
a. Instrumen yang diujikan dalam penelitian ini diharapkan dapat digunakan
dalam survei kesehatan jiwa di masyarakat.
b. Besaran masalah dan gambaran upaya kesehatan jiwa akan memberikan
dukungan berbasis bukti untuk perbaikan program kesehatan jiwa.
-
7
BAB II
METODE
A. Kerangka Teori
Gangguan kesehatan jiwa merupakan masalah kesehatan yang cukup
kompleks dan dipengaruhi oleh banyak faktor di luar kesehatan. Beberapa studi
menunjukkan beberapa faktor yang berkaitan dengan gangguan kesehatan jiwa,
diantaranya adalah adanya kesenjangan dalam beberap aspek, seperti pendidikan,
sosial dan ekonomi. Disamping itu, faktor komunikasi dengan keluarga dan lingkungan
sosial sekitarnya juga berperan dalam kesehatan jiwa seseorang.
Gambar 1. Kerangka teori
Sumber: Social Determinant of Mental Health, WHO, 2014.
Kesenjangan
ekonomi: jenis
pekerjaan;
penghasilan;
pengeluaran
Komunikasi/hubunga
n dengan keluarga:
Pola asuh; komunikasi
dengan orang tua dan
pasangan;
Kesenjangan Sosial
(Pendidikan,
komunikasi di
masyarakat)
Periode umur tertentu:
Remaja;lansia;masa
kehamilan/kelahiran; masa
pencari kerja; masa awal
berumah tangga
Kesehatan:
Kecacatan; disabilitas;
penyakit kronik tertentu;
gangguan jiwa pada org tua
atau anggota keluarga lain;
Mental Health
disorders
Lingkungan:
Kepadatan penduduk;
bencana alam; musibah;
Deteksi dini
dan
pencegahan
Deteksi dini
dan
pencegahan
Deteksi dini
dan
pencegahan
-
8
Sementara dalam memahami risiko gangguan jiwa serta penanganan atau
intervensi pencegahan gangguan jiwa berkaitan erat dengan determinan sosial dan
dapat dikelompokkan dalam kategori sebagai berikut (WHO, 2014):
a. Life course (siklus) hidup: Masa-masa kehamilan, pre-natal, masa awal anak-anak,
remaja, masa awal berumah tangga dan lansia.
b. Community (lingkungan masyarakat): kehidupan bertetangga, keamanan lingkungan
rumah, partisipasi masyrakat, kekerasan/kejahatan di masyarakat, gangguan yang
terjadi di lingkungan sekitar tempat tinggal (bencana alam ataupun karena
manusia).
c. Local services (pelayanan pemerintah setempat): ketersediaan pelayanan
pendidikan usia dini, pelayanan remaja, pelayanan kesehatan, kesejahteraan social,
sanitasi dan air bersih.
d. Country level factors (Faktor di tingkat nasional)
Penanggulanan kemiskinan, kesenjangan ekonomi dan sosial, diskriminasi,
kepemerintahan, hak asasi manusia, konflik bersenjata, kebijakan pemerintah untuk
meningkatkan pendidikan, kesempatan kerja, pelayanan kesehatan, perumaha dan
pelayanan pemerintah lainnya sesuai dengan kebutuhan, kebijakan jaminan sosial
yang universal atau menyeluruh. (WHO, 2014)
-
9
B. Kerangka Konsep
Gambar 2. Kerangka Konsep
Sosial, demografi, budaya, ekonomi,
Kondisi Mental
Depresi, Cemas, Psikotik
Pelayanan Kesehatan Mental
(Input, Proses, Output)
Deteksi dini
Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Upaya Kesehatan Jiwa Masyarakat
Upaya Berbasis Masyarakat
WAWANCARA : PSIKIATER
PSIKIATRI
MINI-ICD-10: ENUMERATOR
Instrumen depresi, cemas,
psikosis MINI ICD-10
valid dan reliabel
Interrater dengan
video
-
10
Kesehatan jiwa di masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor: sosial,
demografi, budaya, ekonomi, juga pelayanan kesehatan. Dalam penelitian ini, akan
dilakukan uji validasi dan reliabilitas instrumen kesehatan jiwa untuk deteksi dini di
masyarakat. Alat ukur yang akan dinilai adalah MINI (The Mini-International
Nueropsychiatric Interview) . Sebagai standar emas adalah wawancara psikiatri oleh
psikiater. Untuk melakukan standarisasi psikiater sebagai gold standar dengan uji
inter-rater menggunakan cara penilaian terhadap video wawancara psikiatrik. Untuk
dapat menilai apakah alat ini baik digunakan, dilakukan serangkaian pemeriksaan
terhadap responden yang terdiri dari pasien gangguan jiwa (depresi, cemas, psikosis)
dan subjek normal. Alat ukur dikatakan valid apabila memiliki sensitivitas dan
spesifisitas yang optimal dengan keakuratan (agreement) di antara petugas wawancara
baik psikiater dan enumerator. Adapun upaya kesehatan jiwa yang dilaksanakan oleh
fasilitas kesehatan juga akan digali dari sisi input, proses, dan outputnya.
C. Tempat dan Waktu
Penelitian akan dilaksanakan di desa/kelurahan dengan kondisi variasi masalah
gangguan jiwa di : Kota Bogor - Provinsi Jawa Barat (mewakili daerah perkotaan Jawa
dengan prevalensi Gangguan Mental Emosional tinggi), Kabupaten Tojo Una-una -
Sulawesi Tengah (mewakili daerah non-perkotaan luar Jawa dengan prevalensi
Gangguan Mental Emosional tinggi), dan Kabupaten Jombang - Provinsi Jawa Timur
(mewakili daerah Gangguan Mental Emosional rendah dengan program desa siaga
kesehatan jiwa). Dan penelitian dilaksanakan dalam kurun waktu tahun 2017.
-
11
D. Disain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dengan disain kros seksional (pontong
lintang) untuk informasi yang bersifat kuantitatif. Penelitian ini akan menerapkan
pendekatan kuantitatif dan kualitatif (mix method).
Metode mix method yang digunakan adalah ‘concurrent triangualation
strategy’ yang menerapakan studi kualitatif dan kuantitatif dalam periode waktu yang
sama dan hasilnya dianalsisi terpisah serta saling melengkapi dalam interpretasinya.
(Creswell 2003, Terrel 2012).
Gambar 3. Disain Penelitian
E. Populasi dan Sampel
Validasi dan survey
Populasi untuk studi kuantitatif adalah penduduk usia 15 tahun ke atas pada
satu desa/kelurahan di Kota Bogor (Provinsi Jawa Barat), kabupaten Jombang (Provinsi
Jawa Timur), dan Kabupaten Tojo Una-Una (Provinsi Sulawesi Tengah).
Sampel kuantitatif adalah individu berusia 15 tahun ke atas (laki-laki dan perempuan)
yang terpilih di wilayah tersebut.
Sumber: Terrel, 2012
Quantitative Qualitative +
Quantitative
data
collection
Qualitative
data
collection
Quantitative
data analysis Qualitative
data analysis Data Results Compared
-
12
F. Besar Sampel dan Pemilihan Sampel
Perhitungan besar sampel individu:
Untuk kepentingan jumlah sampel uji validasi (sensitivitas dan spesifisitas)
instrumen.
a. Instrumen Depresi
Jumlah Sampel Sensitivitas (Se)
Dengan Sensitivitas yang diharapkan dari penelitian yang pernah ada adalah 96%
(Sheehan, 1997), dan d=0,05 dan ditambah cadangan maka diperoleh 65 individu yang
menderita depresi.
Jumlah Sampel Spesifisitas (SP)
Dengan Spesifisitas yang diharapkan dari penelitian yang pernah ada adalah
SP=88% (Sheehan, 1997) dan w=0,05 maka diperoleh 178 individu nornal.
b. Instrumen Cemas
Jumlah Sampel Sensitivitas (Se)
Dengan Sensitivitas instrumen cemas yang diharapkan dari penelitian yang
pernah ada adalah 91% (Sheehan, 1997), dan d=0,05 dan ditambah cadangan maka
diperoleh 138 individu yang mederita cemas.
Jumlah Sampel Spesifisitas (SP)
Dengan Spesifisitas instrumen cemas yang diharapkan dari penelitian yang
pernah ada adalah SP=86% (Sheehan, 1997) dan w=0,05 maka diperoleh 204 individu
normal.
c. Instrumen Psikotik
2
2 2 / 1 ) 1 (
d
Se Se z n
-
13
Jumlah Sampel Sensitivitas (SN)
Dengan Sensitivitas instrumen psikotik yang diharapkan dari penelitian yang
pernah ada adalah 84% (Sheehan, 1997), dan d=0,05 dan ditambah cadangan maka
diperoleh 227 individu menderita psikotik.
Jumlah Sampel Spesifisitas (SP)
Dengan Spesifisitas instrumen psikotik yang diharapkan dari penelitian yang
pernah ada adalah SP=89% (Sheehan, 1997) dan w=0,05 maka diperoleh 165 individu
normal.
Sehingga untuk sampel yang akan diwawancara untuk uji validasi adalah
sejumlah 978 individu yang terdiri dari 431 orang penderita dan 547 orang normal
yang akan diwawancara dengan instrumen MINI dan oleh psikiater.
Sampel Se Sampel Sp
Instrumen MINI-depresi 65 178
Instrumen MINI-Cemas 138 204
Instrumen MINI-Psikotik 227 165
Jumlah sampel penderita 431 -
Jumlah sampel normal - 547
Sampel Survey
2
2
2 / 1
) x deff 1 (
d
P P z
n
-
14
Untuk kepentingan gambaran proporsi, dengan angka prevalensi cemas di
populasi umum (Kessler, 1999) 3,2%, dengan nilai confident interval 95%, nilai absolute
precision (d) 0.02, dan dikalikan deff=2 didapatkan jumlah sampel sebesar 595 orang.
Dengan angka prevalensi depresi di populasi umum (Kessler, 1999) 12,2%,
dengan nilai confident interval 95%, nilai absolute precision (d) 0.05, dan dikalikan
deff=2 didapatkan jumlah sampel sebesar 330 orang.
Dengan angka prevalensi psikotik di populasi umum diperkirakan 1%, dengan
nilai confident interval 95%, nilai absolute precision (d) 0.01, dan dikalikan deff=2
didapatkan jumlah sampel sebesar 761 orang.
Sehingga sampel untuk survey adalah 761 orang per kabupaten/kota.
Pemilihan sampel
Untuk sampel uji instrumen, sampel diambil secara purpossive dari daftar pasien
RS Jiwa pemerintah yang memenuhi kelompok umur < 65 tahun dan >= 65 tahun,
kelompok pendidikan rendah (= SMA), dan kelompok
laki-laki dan perempuan. Dan juga sampel dari penduduk masyarakat umum yang
berasal dari wilayah tempat tinggal (kecamatan) yang sama dari sampel yang diperoleh
dari daftar RS.
Pengambilan sampel gambaran proporsi dilakukan secara stratified random
sampling. Dilakukan pengelompokkan kecamatan di masing – masing kabupaten kota
berdasarkan proporsi penderita ODGJ di masing-masing kecamatan, yaitu kecamatan
dengan ODGJ di atas rata-rata kabupaten dan kecamatan dengan proporsi di bawah
rata-rata. Dari masing-masing kelompok kecamatan, dipilih secara acak sejumlah
kecamatan secara proporsional. dari masing-masing kecamatan tersebut, dipilih lagi
secara acak satu desa. Di setiap desa dihitung secara proporsional penduduk untuk
mendapatkan jumlah sampel di setiap desa. Dari tiap desa dipilih lima Rukun Tetangga
secara acak. Dari setiap Rukun Tetangga diperoleh daftar (sampling frame) Rumah
Tangga, dan dipilih secara acak sejumlah Rumah Tangga. Sampel responden di setiap
Rukun Tetangga dihitung dari jumlah sampel untuk setiap desa dibagi rata dalam lima
-
15
rukun tetangga. Seluruh individu berusia >= 15 tahun di Rumah tangga terpilih, diambil
sebagai sampel.
Pemilihan sampel fasilitas kesehatan adalah dengan mengambil seluruh fasilitas
kesehatan yang ada di wilayah terpilih, baik berupa puskesmas ataupun posyandu.
Informan masyarakat diambil secara purpossive dari keluarga responden yang positif
menderita gangguan jiwa serta dari tokoh masyarakat. Adapun informan dari fasilitas
adalah tenaga kesehatan pelaksana program kesehatan jiwa serta pimpinan fasilitas
kesehatan.
Video Wawancara Psikiatrik
Pembuatan video wawancara psikiatrik bertujuan sebagai sarana (tools) inter-
rater para psikiater (gold standar). Responden untuk video wawancara psikiatrik
sejumlah 30 orang yang terdiri dari: 3 pasien depresi berat, 2 pasien depresi sedang, 5
orang pasien cemas, 5 orang pasien psikotik rawat inap, 5 orang pasien psikotik rawat
jalan, 10 orang normal. Rensponden dipilih secara purpossive. Responden psikotik
rawat inap dipilih dari bangsal perawatan stabilisasi, dimana kondisi sudah terkontrol.
Pengumpulan data kualitatif
Informan penelitian kualitatif
1. Tenaga kesehatan yang bertanggung jawab terhadap program dan pelayanan
kesehatan jiwa di tingkat puskesmas, dinkes kab/kota dan provinsi. – 6 orang per
wilayah
2. Tokoh masyarakat atau anggota masyrakat yang berkaitan dengan pelayanan
kesehatan jiwa (kepala desa, PKK, anggota atau tokoh masyarakat lainnya) – 8
orang per wilayah
3. Kader kesehatan – 4 orang per wilayah
4. Organisasi profesi – 2 orang per wilayah
5. Pasien dan keluarga – 6 orang
-
16
G. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria inklusi:
- Laki-laki dan perempuan usia 15 tahun ke atas yang tinggal sebagai penduduk
tetap di kecamatan di provinsi terpilih.
Kriteria eksklusi:
- Mengalami kesulitan ingatan dan komunikasi yang parah sehingga tidak dapat
memberikan informasi atau jawaban yang mewakili dirinya secara akurat.
H. Variabel
Variabel yang akan dianalisis mencakup:
Kesehatan jiwa:
Depresi, cemas, psikosis/schizprenia, riwayat berobat.
Sosial ekonomi:
Pendidikan, pekerjaan, umur, jenis kelamin, pencarian pengobatan.
Di samping data kuantitatif primer, akan dilakukan juga pengumpulan data
kuantitatif sekunder yang meliputi data dari Puskesmas dan posyandu setempat,
berupa data input (tenaga kesehatan, ketersediaan obat), proses (program kesehatan
jiwa yang berjalan), output (cakupan kegiatan).
Data kualitatif ditujukan untuk mendapatkan gambaran aspek sosial budaya
terkait gangguan kesehatan jiwa, peran keluarga, peran masyarakat sekitar, akses
terhadap pelayanan kesehatan, kualitas pelayanan kesehatan.
Topik yang akan digali mencakup: kebutuhan, kendala, harapan, nilai dan sikap
terhadap kesehatan jiwa (cemas, depresi, schizrophenia).
-
17
I. Definisi Operasional
No Variabel Definisi
1. Depresi adalah salah satu gangguan suasana perasaan, terdiri dari
sekumpulan gejala yang terutama ditandai oleh adanya: (a).
perasaan yang sedih/murung, (b). kehilangan minat, (c). tidak
bertenaga dan mudah lelah; yang dapat menyebabkan
terganggunya aktivitas sampai paling tidak 2 minggu. Gejala lain
yaitu konsentrasi dan perhatian berkurang, gangguan pola
makan, adanya gagasan atau perbuatan membahayakan diri/
bunuh diri, gangguan tidur, harga diri dan kepercayaan diri
berkurang, pandangan masa depan yang suram dan pesimistis,
serta perasaan tidak berguna/ rasa bersalah.
2. cemas adalah suatu perasaan yang tidak nyaman, khawatir, yang
disertai dengan gejala-gejala otonom seperti sakit kepala,
perspirasi/berkeringat, palpitasi/jantung berdebar, rasa tidak
enak perut, atau kegelisahan motorik/fisik, yang dapat
mengganggu aktivitas sehari hari.
3. Psikosis/
Schizprenia
adalah kondisi mental/jiwa saat realitas menjadi sangat
terdistorsi yang berakibat pada timbulnya gejala seperti waham,
halusinasi dan gangguan pikiran. Orang dengan skizofrenia atau
gangguan psikotik lainnya tidak hanya menderita gejala psikotik,
tetapi juga gejala lain seperti psikomotor yang abnormal,
gangguan mood/afek, defisit kognitif, dan perilaku yang kacau.
4. riwayat berobat Informasi yang berkaitan dengan pengobatan gangguan jiwa
yang pernah dijalani oleh responden
5. Pendidikan Tingkat pendidikan tertinggi yang telah dicapai
6. Pekerjaan Pekerjaan utama responden
7. Kepemilikan Kepemilikan atas barang yang ada di rumah tangga
8. Umur Umur responden sesuai ulang tahun terakhir
9. Jenis kelamin Jenis kelamin responden
10. Pencarian Perilaku responden dalam mengakses pelayanan kesehatan
-
18
pengobatan untuk mencari kesembuhan
11. Tenaga
kesehatan
Tenaga kesehatan pelaksana kegiatan upaya kesehatan jiwa
12. Ketersediaan
obat
Ketersediaan obat bagi penderita gangguan jiwa
13. Program
kesehatan jiwa
Upaya kesehatan jiwa yang berjalan di puskesmas atau
posyandu baik berupa penyuluhan
J. Instrumen dan Pengumpulan Data
Sampel akan diwawancara menggunakan instrumen :
1. MINI- Depresi (dalam 2 minggu terakhir, 10 pertanyaan Ya/Tidak)
2. MINI-Cemas (dalam 6 bulan terakhir, 23 pertanyaan Ya/Tidak)
3. MINI-Psikotik (seumur hidup, 7 pertanyaan Ya/Tidak)
4. SRQ (menggambarkan gangguan mental emosional umum, dalam 2 minggu
terakhir, 20 pertanyaan Ya/Tidak)
5. Instrumen wawancara oleh psikiatri (sebagai gold standard penilaian validitas
instrumen SRQ, depresi, cemas, psikotik)
Pengumpulan data kualitatif dilakukan melalui wawancara medalam dengan topik:
1. Pemahaman tentang gangguan kesehatan jiwa (depresi, cemas, psikotik) dari
perspektif: Nakes, Lintas sektor terkait, Masyarakat (toma, kader, pasien dan
keluarg, dll), Organisasi profesi terkait kesehatan jiwa
2. Tradisi dan budaya terkait kesehatan jiwa (depresi, cemas, psikotik)
3. Program dan kebijakan yang ada terkait kesehatan jiwa : Pelaksanaannya,
Kendala, Rencana ke depan, Kebutuhan
4. Peran dan kebutuhan pelayanan dan pencegahan kesehatan jiwa dari
perspektif: lintas sector, masyarakat,
5. Stigma dan persepsi terkait gangguan kesehatan jiwa (cemas, depresi, psikotik)
dari perspektif: nakes, masyarakat dan toma,aparat setempat
-
19
6. Upaya pelayanan gangguan kesehatan jiwa (cemas, depresi, psikotik) termasuk
kegiatan dan sumber daya yang ada dari persepektif: Nakes, Masyarakat dan
toma, Organisasi profesi, Pasien , Keluarga pasien
7. Upaya pencegahan gangguan kesehtan jiwa (cemas, depresi, psikotif) terkait
kegiatan dan sumber daya dari perspektif: Nakes, Masyarakat, kader dan toma,
Organisasi profesi
K. Prosedur Kerja
1. Persiapan: pembahasan protokol, pre instrumen
2. Finalisasi protokol dan pengajuan ethical clearens
3. Pembahasan instrumen
a. Pembahasan isntrumen intern tim
b. Ujicoba kuesioner terbatas pada 10 responden
c. Pembahasan hasil uji coba terbatas dan perbaikan instrumen
d. Persiapan pembuatan video: 3 depresi berat, 2 depresi sedang, 5 orang
cemas, 5 orang psikotik rawat inap, 5orang psikotik rawat jalan, 10
orang normal)
e. Kunjungan dan izin pembuatan video di RS Marzuki Mahdi
4. Pembuatan video untuk rekrutment psikiater, editing video dan finalisasi
video
5. Rekrutmen psikiater, enumerator, pe ngurusan izin di daerah penelitian
6. Persiapan uji validasi
7. Pelaihan psikiater dan enumerator
8. Uji validasi
9. Analisis hasil uji validasi
10. Survey untuk mendapatkan gambaran proporsi dan kualitatif gambaran
program kesehatan jiwa berbasis masyarakat
11. Entry data survey, cleaning dan analisis
12. Penyusunan laporan
13. Diseminasi
-
20
Gambar 4. Alur/Prosedur Penelitian
Penyusunan laporan
Persiapan (finalisasi protokol, pre instrumen, etik)
Pembahasan instrumen
(pakar psikiater, antropolog, sosial, budaya) – ujicoba terbatas
instrumen
Perizinan dan persiapan lapangan Kota Bogor: listing responden
Kabupaten Jombang: listing responden Kabupaten Tojo Una-una: listing responden
Pembuatan video sebagai alat rekrutmen psikiater
Pelatihan Enumerator
Pelaksanaan Uji Validasi: Kota Bogor, Kabupaten Jombang, Kabupaten Tojo
Una-una
Analisis proporsi dan treatment gap
Rekrutmen tenaga psikiater (sebagai gold
standar) dan tenaga enumerator
Survey untuk mendapatan angka proporsi: Kota Bogor,
Kabupaten Jombang, Kabupaten Tojo Una-una
Analisis reliabilitas, sensitivitas dan spesivisitas
-
21
Penelitian ini diawali dengan finalisasi protokol dan persiapan untuk
pengajuan etik. Dilanjutkan pembahasan instrumen deteksi dini (depersi, cemas dan
psikosis dari instrumen MINI. Pembuatan video yang akan digunakan sebagai alat
untuk rekrutmen psikiater. Kegiatan dilanjutkan dengan rekrutmen enumerator yang
akan mewawancara responden menggunakan instrumen SRQ-20, MINI-cemas, MINI-
depresi, MINI-psikosis, yaitu dari tenaga kesehatan non-spesifik jiwa. Juga dilakukan
rekrutmen tenaga psikiater yang hasil wawancaranya akan menjadi gold standar dalam
uji instrumen. Dalam rekrutmen psikiater dilakukan dengan metode penayangan video
untuk selanjutnya dipilih psikiater dengan diagnosis yang sama untuk kasus video yang
ditampilkan, sehingga antar psikiater sebagai alat ukur memiliki standar yang sama.
Responden pasien gangguan jiwa didampingi oleh keluarga saat wawancara
pembuatan video. Responden psikotik rawat inap dipilih dari bangsal perawatan
stabilisasi, dimana kondisi sudah terkontrol. Saat pembuatan video berlangsung,
responden psikotik rawat inap didampingi oleh petugas ruangan. Pembuatan video
dilakukan dengan beberapa ketentuan:
- Ruangan : tertutup, mempunyai pintu, bersih dan nyaman .
- Suasana relax.
- Psikiater mengenakan pakaian bebas rapih, dengan jas dokter
- Mebeler : meja tulis/kerja, kursi untuk masing-masing psikiater dan subjek.
- ATK : pulpen, kertas.
- Responden memasuki ruangan dan mengambil tempat duduk.
- Psikiater mengucapkan salam.
- Setelah responden duduk dan dalam suasana relax, psikiater memperkenalkan diri
secara singkat, menyampaikan maksud wawancara dan perekaman proses
wawancara dengan membacakan naskah penjelasan. Psikiater meminta
tandatangan persetujuan responden jika responden menyetujui ikut serta dalam
pembuatan video.
- responden diminta menyebutkan identitas umur, tempat tinggal, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan dan lain-lain yang dianggap perlu.
-
22
- Psikiater bertanya tentang keluhan utama yaitu keluhan yang menyebabkan
responden datang ke tempat itu.
- Apabila diperlukan , psikiater dapat melakukan pemeriksaan vital sign.
Selanjutnya adalah perizinan ke wilayah penelitian dan penyiapan sampel
responden dengan bekerja sama dengan Dinas Kesehatan serta puskesmas dan untuk
mendapatkan informasi sampel yang diharapkan.
Dalam pelaksanaan, sampel individu akan diwawancara oleh enumerator
dengan instrumen MINI-cemas, MINI-depresi, MINI-psikosis, SRQ-20 dan juga
diwawancara oleh psikiater menggunakan wawancara psikiatris. Hal ini bertujuan
untuk mengukur validitas instrumen MINI terhadap hasil wawancara psikiatris psikiater
(sebagai gold standar). Adapun untuk mengukur reliabilitas instrumen MINI, maka
sejumlah 30 responden per kabupaten juga akan diwawancara dua kali menggunakan
instrumen MINI yang dikembangkan dengan jeda waktu kurang lebih satu - dua hari
dengan enumerator yang berbeda. Hal ini bertujuan untuk menilai reliabilitas
instrumen. Untuk mendapatkan gambaran proporsi dan treatment gap dilakukan
survey di daerah yang sama.
Untuk menggali informasi aspek sosial budaya terkait gangguan kesehatan
jiwa, peran keluarga, peran masyarakat sekitar, akses terhadap pelayanan kesehatan,
kualitas pelayanan kesehatan, kebutuhan, kendala, harapan, nilai dan sikap terhadap
kesehatan jiwa (cemas, depresi, schizrophenia), maka akan dilakukan FGD dan
wawancara mendalam bagi informan dari masyarakat, tokoh masyarakat dan tenaga
kesehatan.
L. Manajemen dan Analisis Data
Untuk kepentingan uji validasi, akan dilakukan uji sensitivitas dan spesifisitas
instrumen cemas, instrumen depresi, instrumen psikotik dan SRQ-20 terhadap hasil
wawancara oleh Psikiater (sebagai gold standard). Serta membandingkan hasil SRQ-20
terhadap hasil instrumen cemas, instrumen depresi, dan instrumen psikotik.
Reliabilitas instrumen akan diukur dari hasil wawancara oleh dua enumerator yang
-
23
berbeda. Untuk data survey akan dianalisis gambaran proporsi serta treatment gap.
Selain itu, juga akan dilakukan bivariate variabel gangguan jiwa dengan beberapa
faktor risiko yang ada dikumpulkan dalam instrumen. Data akan dianalisis secara
terpisah untuk data kuantitatif dan kualitatif. Data kualitatif akan dianalisi secara
tematik sesuai dengan hasil wawancara.
-
24
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian
A1. Kota Bogor
a. Keadaan Geografis
Kota Bogor merupakan wilayah yang istimewa. Kota Bogor terletak 59 KM
sebelah selatan Jakarta dan wilayahnya berada di tengah-tengah wilayah
Kabupaten Bogor. Bogor dikenal dengan julukan kota hujan, karena memiliki
curah hujan yang sangat tinggi. Pada masa Kolonial Belanda, Bogor dikenal
dengan nama Buitenzorg (pengucapan: boit'n-zôrkh", bœit') yang berarti "tanpa
kecemasan" atau "aman tenteram".
Kota Bogor telah lama dikenal sebagai pusat pendidikan dan penelitian
pertanian nasional., yaitu adanya lembaga dan balai penelitian pertanian dan
biologi serta Institut Pertanian Bogor. Selain itu Kota Bogor juga memiliki banyak
tujuan wisata salah satunya Kebun Raya Bogor.
Kota Bogor dikelilingi oleh Wilayah Kabupaten Bogor yaitu sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kec. Kemang, Bojong Gede, dan Kec.
Sukaraja Kabupaten Bogor.
Sebelah Timur berbatasan dengan Kec. Sukaraja dan Kec. Ciawi,
Kabupaten Bogor.
Sebelah Barat berbatasan dengan Kec. Darmaga dan Kec. Ciomas,
Kabupaten Bogor.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kec. Cijeruk dan Kec. Caringin,
Kabupaten Bogor.
Secara geografis Kota Bogor terletak di antara 106’ 48’ BT dan 6’ 26’ LS,
kedudukan geografis Kota Bogor di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor
serta lokasinya sangat dekat dengan Ibukota Negara, merupakan potensi yang
strategis bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dan jasa, pusat
kegiatan nasional untuk industri, perdagangan, transportasi, komunikasi, dan
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Bogorhttps://id.wikipedia.org/wiki/Kolonial_Belanda
-
25
pariwisata. Kota Bogor mempunyai rata-rata ketinggian minimum 190 m dan
maksimum 330 m dari permukaan laut.
Kondisi iklim di Kota Bogor suhu rata-rata tiap bulan 26’ C dengan suhu
terendah 21,8’ C dengan suhu tertinggi 30,4’ C. Kelembaban udara 70 %, Curah
hujan rata-rata setiap tahun sekitar 3.500 – 4000 mm dengan curah hujan
terbesar pada bulan Desember dan Januari.
Secara administrasi Kota Bogor memiliki luas wilayah sebesar 11.850 Ha
terdiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan. Kemudian Secara Administratif kota
Bogor terdiri dari 6 wilayah kecamatan, 31 kelurahan dan 37 desa (lima
diantaranya termasuk desa tertinggal yaitu desa Pamoyanan, Genteng,
Balungbangjaya, Mekarwangi dan Sindangrasa), 210 dusun, 623 RW, 2.712 RT.
b. Keadaan Demografi
Jumlah penduduk kota Bogor menurut BPS Kota Bogor tahun 2016 ialah
sebanyak 1.064.687 orang yang terdiri dari 540.288 penduduk berjenis kelamin
laki-laki dan sebanyak 524.399 perempuan. Kepadatan penduduk di Kota Bogor
pada tahun 2016 mencapai 8985 orang per km2. Kecamatan yang paling padat
penduduknya ialah kecamatan Bogor Tengah dengan kepadatan penduduk
sebesar 12807/km2. Sedangkan kecamatan dengan kepadatan penduduk
terendah ialah di Kecamatan Bogor Selatan dengan angka kepadatan sebesar
6.302/km2.
Berdasarkan komposisi penduduk, kelompok umur dewasa muda (30 – 34
tahun) mendominasi jumlah penduduk yaitu sebanyak 94.246 penduduk dan
jumlah kelompok lansia (70-74 tahun) merupakan yang terkecil sejumlah 15.851
penduduk.
Tingkat pendidikan di Kota Bogor yang dilihat dari lama sekolah menurut
BPS Kota Bogor berada pada angka 10,5. Artinya lama sekolah yang ditamatkan
rata-rata penduduk ialah selama 10.5 tahun dengan demikian ada anak yang
masih putus sekolah atau tidak melanjutkan.
Secara umum penduduk Kota Bogor bekerja pada lapangan pekerjaan
perdagangan dan jasa, dengan sejumlah 120.802 orang bekerja pada lapangan
-
26
pekerjaan perdagangan, rumah makan dan hotel, serta sebanyak 119.126 orang
yang bekerja di sektor jasa.
c. Situasi Derajat Kesehatan
Ketersediaan data amat penting penyusunan perencanaan program yang
“evidence base” sehingga diharapkan dengan data dan informasi yang akurat
maka upaya-upaya program yang direncanakan betul-betul dapat menyelesaikan
permasalahan kesehatan yang muncul di masyarakat.
Ketersediaan data di Kota Bogor diupayakan melalui pencatatan dan
pelaporan rutin maupun yang berasal dari masyarakat. Salah satu dokumen yang
dihasilkan dari kegiatan pengumpulan dan pengolahan data kesehatan sebagai
salah satu prasyarat terlaksananya perencanaan kesehatan yang “evidence base”
adalah profil kesehatan Kota Bogor Tahun 2016 berikut ini.
Tabel A-1. Data 10 penyakit utama yang dirawat jalan di Puskesmas untuk golongan 5-44 tahun di Kota Bogor tahun 2016
Sumber: Profil kesehatan Kota Bogor 2016
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa penyakit hipertensi termasuk
penyakit tidak menular (PTM) masuk dalam 3 besar sepuluh penyakit terbanyak
yang ditemukan dan dilayani di Puskesmas di Kota Bogor.
-
27
Tabel A-2. Data jumlah kunjungan pasien jiwa yang berkunjung di puskesmas dan rumah
sakit Kota Bogor tahun 2016
Sumber: Profil kesehatan Kota Bogor 2016
Jumlah pelayanan yang diperiksa deteksi dini di rumah sakit di Kota Bogor
(RS Marzuki Mahdi, BMC dan Medika Dramaga) pada tahun 2016 ialah sejumlah
21.154 kunjungan. Sedangkan jumlah pelayanan pasien jiwa di puskesmas lebih
banyak daripada di rumah sakit yaitu sebanyak 22.147 kunjungan. Hal ini
menunjukkan bahwa terjadinya kepercayaan masyarakat terhadap layanan jiwa
di puskesmas di Kota Bogor.
d. Kecamatan Tempat Penelitian
Penelitian ini mengambil 3 kecamatan sebagai lokasi penelitian yaitu
Kecamatan Bogor Tengah, Kecamatan Tanah Sareal dan Kecamatan Bogor Timur.
Kecamatan Bogor Tengah memiliki luas wilayah 8.13 km2, memiliki sejumlah 11
kelurahan. Jumlah penduduk sebanyak 104.682 penduduk dengan jumlah laki-
laki 52.827 orang dan jumlah penduduk perempuan 51.855 orang. Sedangkan
Kecamatan Tanah Sareal memiliki luas wilayah 18.84 km2, memiliki sejumlah 11
kelurahan. Jumlah penduduk sebanyak 226.906 penduduk dengan jumlah laki-
laki 115.053 orang dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 111.853
orang.Kecamatan Bogor Timur memiliki luas wilayah 10.15 km2, memiliki
-
28
sejumlah 6 kelurahan. Jumlah penduduk sebanyak 104.737 orang dengan jumlah
laki-laki 52.855 orang dan jumlah penduduk perempuan 51.882 penduduk orang.
A2. Kabupaten Jombang
a. Keadaan Geografis
Kabupaten Jombang mempunyai letak yang sangat strategis, karena
berada pada bagian tengah Jawa Timur dan dilintasi Jalan Arteri Primer
Surabaya–Madiun dan Jalan Kolektor Primer Malang–Babat. Adapun batasbatas
wilayah Kabupaten Jombang adalah:
Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Lamongan
Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Mojokerto
Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Nganjuk
Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Malang dan Kabupaten
Kediri
Gambar 5. Peta wilayah Kabupaten Jombang
-
29
Secara geografis, Kabupaten Jombang terbentang pada 1120 03’ 46,57”
sampai 1120 27’ 21,26” Bujur Timur dan berada di sebelah selatan garis
Khatulistiwa yaitu pada 07 0 20’ 37 dan 07 0 46’ 45” Lintang Selatan dan dengan
luas wilayah 1.159,50 km2 atau sekitar 2,4 % luas wilayah Propinsi Jawa Timur.
Ibukota Kabupaten Jombang terletak pada ketinggian ± 44 m di atas permukaan
laut.
Secara administrasi, Kabupaten Jombang terbagi menjadi 21 kecamatan
yang terdiri dari 302 desa dan 4 kelurahan serta meliputi 1.258 dusun. Ditinjau
dari komposisi jumlah desa/kelurahan, Kecamatan Sumobito memiliki jumlah
desa terbanyak yaitu 21 desa. Namun bila ditinjau dari luas wilayah, terdapat 3
Kecamatan yang memiliki wilayah terluas, yaitu Kecamatan Wonosalam dengan
luas 121,63 km2, Kecamatan Plandaan dengan luas 120,40 km2 dan Kecamatan
Kabuh dengan luas 97,35 km2.
Secara topografis, Kabupaten Jombang dibagi menjadi tiga sub area, yaitu :
1. Kawasan Utara, bagian pegunungan kapur muda Kendeng yang sebagian
besar mempunyai fisiologi mendatar dan sebagian besar berbukit,
meliputi Kecamatan Plandaan, Kabuh, Ploso, Kudu dan Ngusikan.
2. Kawasan Tengah, sebelah selatan sungai Brantas, sebagian besar
merupakan tanah pertanian yang cocok bagi tanaman padi dan palawija
karena irigasinya cukup bagus, meliputi Kecamatan Bandar Kedung
Mulyo, Perak, Gudo, Diwek, Mojoagung, Sumobito, Jogoroto, Peterongan,
Jombang, Megaluh, Tembelang, dan Kesamben.
3. Kawasan Selatan, merupakan tanah pegunungan, cocok untuk tanaman
perkebunan, meliputi Kecamatan Ngoro, Bareng, Mojowarno dan
Wonosalam.
-
30
b. Keadaan Demografi
Proyeksi penduduk Kabupaten Jombang berdasar sensus BPS Propinsi
Jawa Timur tahun 2010 untuk tahun 2016 adalah 1.247.303 jiwa, dengan 368.211
rumah tangga/KK atau rata-rata 3,39 jiwa per rumah tangga. Luas wilayah
kabupaten Jombang 1.159 km², sehingga tingkat kepadatan penduduk mencapai
1.076/ km². Tingkat kepadatan penduduk tertinggi di Kecamatan Jombang
sebesar 3647 jiwa/ km² sedangkan yang terendah adalah di Kecamatan
Wonosalam sebesar 268 jiwa/ km².
Rasio jenis kelamin di Kabupaten Jombang pada tahun 2016 adalah 98.96
artinya setiap 100 penduduk perempuan terdapat 99 penduduk laki-laki.
Berdasarkan komposisi penduduk, kelompok umur remaja (15 – 19 tahun)
mendominasi persentase jumlah penduduk (8,39%) dan persentase kelompok
umur bayi (
-
31
c. Situasi Derajat Kesehatan
Angka kesakitan penduduk diperoleh dari data yang berasal dari
masyarakat (Community Based Data) melalui studi morbiditas dan hasil
pengumpulan data baik dari Dinas Kesehatan yang bersumber dari Puskesmas
maupun dari sarana pelayanan kesehatan (Facility Based Data) melalui sistem
pencatatan dan pelaporan. Berdasarkan laporan dari Puskesmas diketahui bahwa
penyakit yang paling banyak diderita masyarakat di Kabupaten Jombang tahun
2016 meliputi penyakit infeksi dan degeneratif.
Tabel A-3. Data 10 Penyakit Terbanyak di Kabupaten Jombang Tahun 2016
No ICD X Jenis Penyakit Jumlah Persentase terhadap Total Penderita
1 J00 Nasofaringitis akut (common cold) 62.754 20,16 2 J06 Infeksi akut pernafasan atas lainnya 40.738 13,09 3 I10 Hipertensi 35.130 11,29 4 M79 Gangguan jaringan ikat, otot, sinovium,
tendon dan jaringan lunak lainnya 17.125 5,50
5 E14 Diabetes Mellitus 16.490 5,30 6 K29 Gastritis, tidak ditentukan 16.316 5,24 7 K31 Penyakit oesophagus, lambung dan usus
dua belas jari 14.769 4,75
8 M25 Penyakit sendi 14.520 4,67 9 J06.9 ISPA bagian atas, tidak ditentukan 11.459 3,68 10 L30 Dermatitis dan eksem 10.774 3.46
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Jombang Tahun 2016
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa penyakit hipertensi termasuk
penyakit tidak menular (PTM) masuk dalam 3 besar sepuluh penyakit terbanyak
yang ditemukan dan dilayani di Puskesmas. Selain hipertensi, PTM yang masuk
sepuluh penyakit terbanyak adalah Diabetes Melitus dan penyakit sendi.
d. Kecamatan Tempat Penelitian
Penelitian ini mengambil dua kecamatan sebagai lokasi penelitian yaitu
kecamatan Perak dan Kecamatan Diwek. Kecamatan Perak memiliki luas wilayah
29,05 km2 atau 2,51% dari total wilayah Kab. Jombang, memiliki 13 desa dan 36
dusun. Jumlah penduduk kecamatan Perak sebanyak 55.223 dan laju
pertumbuhan penduduk 1,75%. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 26.341 dan
-
32
perempuan 26.882. Desa yang dijadikan lokasi penelitian adalah desa Kepuh
Kajang.
Sedangkan Kecamatan Diwek memiliki luas wilayah 47,70 km2 atau
4,11%, memiliki 20 desa dan 100 dusun. Jumlah penduduk Kecamatan Diwek
sebanyak 107.800 dan laju pertumbuhan penduduk 2,74%. Jumlah penduduk
laki-laki sebanyak 54.378 dan perempuan 53.442. Desa yang menjadi lokasi
penelitian adalah desa Cukir dan desa Ngudirejo.
A3. Kabupaten Tojo Una-una
a. Keadaan Geografis Touna
Kabupaten Tojo Una-Una adalah salah satu dari 13 Kabupaten/Kota di
Provinsi Sulawesi Tengah. Ibu kota kabupaten ini terletak di Ampana. Semula
kabupaten ini masuk dalam wilayah Kabupaten Poso, pada tanggal 18 Desember
2003 berdasarkan UU No. 32 Tahun 2003 Kabupaten ini berdiri sendiri.
Kabupaten ini memiliki luas wilayah 5.726 km² dan berpenduduk sebanyak
99.866 jiwa.
Gambar 6. Peta wilayah Kabupaten Tojo Una-Una
Kabupaten Tojo Una-Una memiliki batas bagian utara dengan provinsi
Gorontalo, bagian selatan berbatasan dengan kabupaten Morowali, bagian timur
https://id.wikipedia.org/wiki/Ibu_kotahttps://id.wikipedia.org/wiki/Kabupatenhttps://id.wikipedia.org/wiki/Ampanahttps://id.wikipedia.org/wiki/Poso
-
33
berbatasan dengan kabupaten Banggai dan bagian barat berbatasan dengan
kabupaten Poso. Luas wilayah Kabupaten Tojo Una-Una sebesar 9.292,36 km2,
yang terdiri dari luas wilayah daratan 5.721,51 km2, dan wilayah lautan seluas
3.570,83 km2. Sebagian besar merupakan kawasan pegunungan dan perbukitan,
ketinggian wilayah 500 m dpl. Kabupaten Tojo Una-Una memiliki 12 kecamatan,
terdiri dari 6 kecamatan wilayah daratan dan 6 kecamatan di kepulauan.
Kecamatan yang berada di wilayah daratan yaitu Ampana Kota, Ampana Tete,
Ratolindo, Ulubongka, Tojo dan Tojo Barat. Sedangkan kecamatan yang di
kepulauan adalah Una-una, Togean, Batudaka, Walea Kepulauan, Talatako dan
Walea Besar.
Gambar 7. Luas wilayah menurut kecamatan di Kabupaten Tojo Una-Una
b. Keadaan Demografi
Jumlah total penduduk sebanyak 149.214 jiwa, penduduk laki-laki 76.315
jiwa dan perempuan 72.899 jiwa. Jumlah penduduk yang bek