--irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

Upload: yudi-hidayat

Post on 13-Apr-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    1/131

    PENGENDALIAN WASTE MATERIAL

    PADA PROYEK GEDUNG DI MAKASSAR

    THE CONTROL OF THE WASTE MATERIALS IN THE

    CONSTRUCTION PROJECT IN MAKASSAR

    IRMAWATY

    P2304213402

    PROGRAM PASCASARJANA

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2015

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    2/131

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    3/131

    TESIS

    PENGENDALIAN WASTEMATERIAL

    PADA PROYEK GEDUNG DI MAKASSAR

    Disusun dan diajukan oleh

    IRMAWATY

    Nomor Pokok P2304213402

    telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis

    pada tanggal 1 Desember 2015

    dan dinyatakan telah memenuhi syarat

    Menyetujui

    Komisi Penasihat,

    Suharman Hamzah, S.T., M.T., PhD. Eng, HSE Cert Dr. Eng. Irwan Ridwan Rahim, S.T., M,T.

    Ketua Anggota

    Ketua Program Studi Direktur Program Pascasarjana

    Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin,

    Dr. Eng. Ir. Farouk Maricar, M.T. Prof. Dr. Syamsul Bachri, S.H., M.S.

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    4/131

    PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

    Yang bertanda tangan dibawah ini

    Nama : Irmawaty

    Nomor mahasiswa : P2304213402

    Program Studi : Teknik Sipil

    Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini

    benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan pengambilalihan

    tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau

    dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan isi disertasi ini hasil

    karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

    Makassar, Desember 2015

    Yang menyatakan,

    Irmawaty

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    5/131

    ii

    PRAKATA

    Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat dan hidayah-

    Nya sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan tesis ini, yang

    merupakan persyaratan yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan studi

    pasca sarjana Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.

    Banyak kendala yang dihadapi oleh penulis dalam rangka

    penyusunan tesis ini. Berkat bantuan berbagai pihak maka tesis ini dapat

    diselesaikan penulis. Dalam kesempatan ini penulis dengan tulus

    menyampaikan terima kasih kepada Suharman Hamzah, ST. MT. PhD.

    Eng. HSE.Cert sebagai ketua komisi penasihat dan Dr. Eng. Irwan Ridwan

    Rahim, ST. MT sebagai anggota komisi penasihat atas bantuan dan

    bimbingannya yang telah diberikan mulai dari pemilihan minat penelitian

    sampai dengan penulisan tesis. Selanjutnya kepada Ketua Program Studi

    S2 Teknik Sipil Universitas Hasanuddin, para dosen S2 Teknik Sipil serta

    staf administrasi Pasca Sarjana, staf administrasi Fakultas Teknik dan staf

    administrasi Jurusan Teknik Sipil yang membantu penulis selama proses

    perkuliahan, penelitian dan penyelesaian administrasi akademik.

    Terkhusus kepada teman-teman Teknik Perancangan Prasarana dan

    Teknik Geoteknik 2013 yang telah memberikan bantuan dan support yang

    tak terhingga untuk menyelesaikan tesis ini.

    Teristimewa ungkapan cinta penulis kepada orang tua serta

    saudara-saudara saya, yang senantiasa memberikan dorongan moril dan

    kasih sayangnya sehingga saya dapat survive untuk menyelesaikan tesis

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    6/131

    iii

    ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada mereka yang

    namanya tidak bisa kami sebut satu persatu atas bantuannya selama ini.

    Mengingat berbagai keterbatasan dan kendala yang ada, penulis

    sadar bahwa dalam tesis ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh

    karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang menuju ke arah

    perbaikan. Wassalam.

    Makassar, Desember 2015

    Irmawaty

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    7/131

    iv

    ABSTRAK

    IRMAWATY. Pengendalian Waste Material Pada Proyek Gedung di

    Makassar (dibimbing oleh Suharman Hamzah dan Irwan Ridwan Rahim).

    Penelitian ini bertujuan mengetahui (1) jenis waste material, (2)

    faktor-faktor dominan penyebab wastematerial, (3) cara meminimalisasi

    wastematerial dan (4) cara penanganan terhadap wastematerial.

    Penelitian ini dilaksanakan pada beberapa perusahaan kontraktor di

    Kota Makassar dengan sampel berupa supervisi dan pelaksana pada

    proyek yang sedang dibangun masing-masing kontraktor. Data

    dikumpulkan menggunakan metode observasi; kuesioner; dan

    wawancara langsung tehadap responden di lapangan. Data dianalisis

    dengan menggunakan analisis statistik berupa uji validitas; uji reliabilitas;

    statistik deskriptif; uji one way anova; dan uji AHP (Analitycal hierarchy

    proces).

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk consumable material,

    besi; bata ringan; dan keramik memiliki nilai waste terbesar yang diikuti

    oleh beton; semen; pasir; batu pecah; dan mortar. Material kayu yangmerupakan nonconsumablematerial memiliki nilai volume wasteterbesar.

    Penyebab utama timbulnya waste, yaitu pengawasan terhadap pekerja

    yang buruk; pekerja yang kurang berpengalaman; dan penanganan bahan

    yang buruk. Wastematerial yang timbul dikelola dengan memanfaatkan

    wasteuntuk keperluan diproyek; dimanfaatkan masyarakat sekitar; didaur

    ulang; dan dibuang ke TPA.

    Kata kunci : waste material, proyek gedung, AHP

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    8/131

    v

    ABSTRACT

    IRMAWATY. The Controll of the Waste Materials in the Construction

    Project in Makassar (supervised by Suharman Hamzah and Irwan Ridwan

    Rahim).

    The study aimed to analyze (1) the types of waste material, (2) the

    dominant factors affecting the waste materials, (3) the method of

    minimizing the waste materials and (4) the method of handling the waste

    materials.

    The study was conducted on some contracting companies in the city

    of Makassar with the samples of the supervisors and the executors of the

    projects constructed by each constructing company. The methods used to

    collect the data were observation, questionnaires, and direct interviews

    with the executors in the fields. The data were analyzed using the

    statistical analysis, such as the validity test, reliability test, descriptive test,

    one-way ANOVA, and Analytical Hierarchy process (AHP)

    The research result revealed that the consumable materials iron,

    light bricks, and ceramics had the greatest value of wastes, followed bythe concretes, cement, sand, crushed stones, and mortar. Meanwhile,

    wood materials, which were not consumable materials, had the greatest

    volume and value. The waste were present because of the bad

    supervision and on the workers, the inexperienced workers, and the bad

    handling of the materials. The resulted waste materials were utilized for

    the project needs, utilized by community living around the projects,

    recycled, and disposed to the landfill.

    Keywords : waste materials, construction projects, AHP

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    9/131

    vi

    DAFTAR ISI

    halaman

    PRAKATA v

    ABSRAK vii

    ABSTRACT viii

    DAFTAR ISI ix

    DAFTAR TABEL xi

    DAFTAR GAMBAR xiii

    DAFTAR LAMPIRAN xiv

    DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN xv

    I. PENDAHULUAN 1

    A. Latar Belakang 1

    B. Rumusan Masalah 3

    C. Tujuan Penelitian 4

    D. Manfaat Penelitian 4

    E. Batasan Masalah 5

    II. TINJAUAN PUSTAKA 6

    A. WasteMaterial Konstruksi 6

    B. Klasifikasi WasteMaterial Konstruksi 7

    C. Penyebab Timbulnya WasteMaterial 11

    D. Minimalisasi WasteMaterial 16

    E. Analitycal Hierarchy Process(AHP) 22

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    10/131

    vii

    F. Penelitian Terdahulu 28

    G. Kerangka Konseptual 30

    H. Defenisi Operasional 31

    III. METODE PENELITIAN 32

    A. Waktu dan Lokasi Penelitian 32

    B. Jenis dan Sumber Data 32

    C. Teknik Pengumpulan Data 33

    D. Populasi dan Sampel 34

    E. Variabel Penelitian 34

    F. Metode Analisis Data 34

    G. Kerangka Alir Penelitian 37

    IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 38

    A. Profil Responden 38

    B. Volume WasteMaterial 43

    C. Faktor-Faktor Penyebab WasteMaterial 49

    D. Cara Meminimalisasi WasteMaterial 74

    E. Penanganan WasteMaterial 77

    V. PENUTUP 83

    A. Kesimpulan 83

    B. Saran 85

    DAFTAR PUSTAKA 88

    LAMPIRAN 86

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    11/131

    viii

    DAFTAR TABEL

    Nomor halaman

    1. Cara meminimalisasi wastekonstruksi 19

    2. Skala penilaian antar dua elemen 24

    3. Nilai RI untuk berbagai ukuran matriks 27

    4. Tingkat pendidikan responden 39

    5. Jabatan responden level supervisi 40

    6. Jabatan responden level pelaksana 41

    7. Pengalaman kerja responden 42

    8. Kuantitas wastematerial berdasarkan pandangan supervisi 46

    9. Kuantitas wastematerial berdasarkan pandangan pelaksana `49

    10. Nilai r tabel 51

    11. Faktor penyebab wastematerial berdasarkan supervisi 52

    12. Faktor penyebab wastebeton 58

    13. Faktor penyebab wastebesi tulangan 59

    14. Faktor penyebab wastesemen 60

    15. Faktor penyebab wastepasir 61

    16. Faktor penyebab wastebatu pecah 62

    17. Faktor penyebab wastebata ringan 63

    18. faktor penyebab wastekeramik 64

    19. Faktor penyebab wastekayu bekisting 65

    20. Faktor penyebab wastemortar 66

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    12/131

    ix

    21. Hasil uji one way anova 67

    22. Matriks berpasangan untuk dampak 69

    23. Perhitungan bobot elemen dampak 69

    24. Uji konsistensi matriks 70

    25. Peringkat dampak wastematerial 72

    26. Cara meminimalisasi wastematerial 75

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    13/131

    x

    DAFTAR GAMBAR

    Nomor halaman

    1. Dekomposisi masalah 23

    2. Kerangka konseptual penelitian 30

    3. Kerangka alir penelitian 37

    4. Diagram lingkaran waste material berdasarkanpandangan supervisi 44

    5. Diagram lingkaran waste material berdasarkanpandangan pelaksana 47

    6. Wastebeton yang akan dibuang ke TPA 78

    7. Alternatif penanganan wastebeton 78

    8. Pemanfaatan wastekayu dan besi 80

    9. Wastebata ringan 81

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    14/131

    xi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Nomor halaman

    1. Kuesioner penelitian supervisi 88

    10. Kuesioner Penelitian pelaksana 93

    11. Output hasil uji SPSS 97

    12. Nilai lokal dampak faktor-faktor penyebab wastematerial 108

    13. Tabel rekomendasi cara meminimalisasi penyebab wastemasing-masing material 111

    14. r table (pearson product momen) 115

    15. F tabel statistik (level of significance0,05) 116

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    15/131

    xii

    DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

    Lambang/singkatan Arti dan keterangan

    Mulai/selesai

    Proses/analisis

    Alur kerja

    AHP Analitycal hierarchy process

    AMDAL Analisis mengenai dampak lingkungan

    CI Consistency indeks

    CR Consistency ratio

    CTB Cemen Treated Base

    et al. et alii, dan kawan-kawan

    PVC Polivinil klorida

    PJT Pusat jantung terpadu

    RI Random indeks

    SPSS Statiscical product and service solution

    QC Quality control

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    16/131

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Makassar merupakan kota yang sedang berkembang, sehingga

    dalam menjalankan kegiatan ekonomi, perdagangan, bisnis maupun

    pemerintahan dibutuhkan penyediaan sarana dan prasarana yang

    mendukung seperti pembangunan gedung. Pembangunan gedung saat ini

    mengarah pada pembangunan ke arah vertikal atau gedung bertingkat

    tinggi, hal tersebut disebabkan karena keterbatasan lahan yang ada.

    Penyediaan sarana dan prasarana tersebut tidak lepas dari proses

    konstruksi yang tentunya memiliki beberapa resiko yang mungkin terjadi.

    Salah satu yang harus menjadi perhatian tersendiri adalah resiko

    timbulnya waste material yang akan berdampak bukan hanya bagi

    pelaksanaan pembangunan, akan tetapi dapat memberikan dampak buruk

    terhadap lingkungan.

    Kontraktor sebagai pelaksana pembangunan tentunya sangat

    merasakan dampak waste material. Dampak tersebut terutama karena

    semakin besar waste material yang timbul, maka peningkatan biaya

    konstruksi juga akan semakin besar.

    Biaya pengadaan material menyerap biaya yang sangat besar

    dalam suatu proyek konstruksi. Ervianto (2004), mengemukakan bahwa

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    17/131

    2

    biaya material menyerap 50-70% dari biaya proyek, biaya ini belum

    termasuk biaya penyimpanan material. John dan Itodo (2013),

    mengemukakan bahwa biaya material untuk proyek konstruksi di Nigeria

    menyerap lebih dari 50% biaya poyek dan waste material memberikan

    kontribusi sebesar 21-30% terhadap cost overrundari proyek. Intan et al.

    (2005), menyimpulkan bahwa nilai minimun biaya wastematerial sebesar

    3,33% dan nilai maksimun biaya wastematerial sebesar 4,67% dari total

    anggaran.

    Selain berdampak pada peningkatan biaya, waste material juga

    berdampak pada waktu pelaksanaan proyek. Penundaan pekerjaan dapat

    terjadi akibat wastematerial, sebagai contoh wastematerial yang terjadi

    akibat kesalahan pekerja mengakibatkan pekerjaan tersebut harus

    dibongkar dan diulangi kembali, sehingga menimbulkan penambahan

    waktu pelaksanaan suatu proyek. Nagapan et al. (2012), menyatakan

    bahwa waste materialdapat menambah waktu pelaksanaan proyek tanpa

    menambah nilai dari proyek tersebut.

    Waste material konstruksi selain meningkatkan biaya juga

    berdampak terhadap lingkungan, karena akan meningkatkan timbulan

    sampah. Wastematerial konstruksi dapat mencapai 15-30% dari sampah

    kota (Brooks et al., 1994). Shen et al. (2002), mengemukakan bahwa

    proses konstruksi memberikan kontribusi yang besar terhadap generasi

    waste dan pengelolaan waste konstruksi dapat berpotensi untuk

    melindungi lingkungan.

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    18/131

    3

    Sementara itu metode daur ulang di Indonesia masih sulit untuk

    diterapkan karena pada umumnya tempat sampah di Indonesia belum

    dipilah-pilah menurut jenis sampah, sehingga semua sampah dijadikan

    satu dalam satu tempat penampungan. Selain itu kemajuan teknologi

    belum dapat menyamai teknologi di negara maju, karena membutuhkan

    biaya yang tinggi dan hasil daur ulang belum diteliti untuk dapat

    dimanfaatkan (Intan et al., 2005).

    Untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh waste material

    tersebut diperlukan metode untuk meminimalisasi timbulnya waste

    material, sehingga pelaksanaan suatu proyek dapat meningkatkan

    keuntungan baik dari segi waktu, biaya maupun peningkatan kualitas

    lingkungan. Berdasarkan uraian-uraian diatas maka peneliti memilih judul:

    Pengendalian WasteMaterial Pada Proyek Gedung di Makassar.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka dalam

    penelitian ini pokok permasalahan yang ada dirumuskan sebagai berikut:

    1. Jenis waste material apa saja yang dominan timbul pada

    proyek gedung?

    2. Faktor-faktor apa yang dominan menyebabkan timbulnya waste

    material pada proyek gedung?

    3. Bagaimana cara meminimalisasi waste material pada proyek

    gedung?

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    19/131

    4

    4. Bagaimana cara penanganan terhadap waste material pada

    proyek gedung?

    C. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

    1. Menganalisis jenis waste material yang dominan timbul pada

    proyek gedung.

    2. Menganalisis faktor-faktor dominan yang menyebabkan

    timbulnya wastematerial pada proyek gedung.

    3. Menganalisis cara meminimalisasi wastematerial pada proyek

    gedung.

    4. Mengidentifikasi cara penanganan terhadap waste material

    pada proyek gedung.

    D. Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat dilakukannya penelitian ini adalah:

    1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi para pelaku

    konstruksi dalam melaksanakan suatu proyek agar

    mempertimbangkan mengenai manajemen material konstruksi,

    sehingga dapat meminimalisir timbulnya wastematerial dalam

    suatu proyek konstruksi.

    2. Sebagai bahan referensi alternatif bagi peneliti yang lain yang

    ingin melakukan penelitian terhadap kasus yang sama.

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    20/131

    5

    E. Batasan Masalah

    Agar penelitian dapat berjalan efektif dan mencapai sasaran yang

    disarankan, maka penelitian dibatasi pada:

    1. Lokasi penelitian dilakukan di Makassar, melalui kuesioner dan

    wawancara terhadap kontraktor yang bergerak dibidang

    pembangunan proyek gedung di Makassar, serta pengumpulan

    data sekunder yang terkait dengan penelitian.

    2. Gedung yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gedung

    bertingkat dengan jumlah lantai lebih dari 4 lantai.

    3. Subjek yang dijadikan narasumber memiliki pengalaman dalam

    proses konstruksi gedung bertingkat.

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    21/131

    6

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. WasteMaterial Konstruksi

    Waste material dapat didefinisikan sebagai bagian dari material

    konstruksi yang tidak diinginkan dan tidak dapat dipergunakan kembali.

    Terdapat beberapa perbedaan pandangan dari para peneliti mengenai

    definisi waste konstruksi. Formoso et al. (1999), mendefinisikan waste

    konstruksi sebagai ketidakefisienan yang dihasilkan dari penggunaan

    peralatan, tenaga kerja, bahan, atau biaya dalam jumlah yang lebih besar

    selain yang direncanakan dalam proses pembangunan.

    Waste konstruksi merupakan terjadinya kehilangan material, waktu

    dan biaya yang disebabkan oleh aktifitas tanpa adanya penambahan nilai

    atau kemajuan pekerjaan, yang dapat dihilangkan tanpa mengurangi nilai

    pembangunan (Al-Moghary, 2006).

    Abdurrahman (2012), mengemukakan bahwa waste material

    merupakan bagian dari material yang tidak terpakai dalam pelaksanaan

    proyek konstruksi dan tidak menjadi bagian dari bangunan. Sehingga

    semakin banyak wastematerial yang terjadi, maka semakin tidak efisien

    penggunaan material dalam proyek tersebut.

    Shen et al. (2002), mendefinisikan waste material pembangunan

    sebagai perbedaan antara nilai materi yang direncanakan dan

    dilaksanakan di lokasi dan digunakan dengan tepat sesuai spesifikasi dan

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    22/131

    7

    ukuran yang akurat, setelah dikurangi penghematan biaya bahan yang

    diganti atau ditransfer ke tempat lain, dimana pemborosan waktu dan

    biaya ditimbulkan oleh wastematerial.

    Timbulnya wastematerial akan memberikan dampak buruk bukan

    hanya dari segi peningkatan biaya konstruksi, akan tetapi juga berdampak

    terhadap lingkungan sekitar, karena akan meningkatkan timbulan sampah.

    Formoso et al. (2002), mengemukakan bahwa waste dalam dunia

    konstruksi sangat penting bukan hanya dari perspektif efisiensi akan tetapi

    juga mengenai peningkatan efek buruk dari waste material konstruksi

    terhadap lingkungan.

    John dan Itodo (2013), menemukan beberapa jenis waste

    konstruksi yang terdapat di Nigeria dengan urutan dari volume terbesar

    adalah sebagai berikut: mortar dari plasteran, kayu bekisting, pasir, beton,

    keramik, genteng, kayu untuk lantai, pipa PVC, batu bata, semen untuk

    atap, cat, besi tulangan, dan bekisting baja.

    B. Klasifikasi Waste Material Konstruksi

    Skoyley (1976) dalam Intan et al. (2005), membagi construction

    wastedalam dua kategori berdasarkan tipenya yaitu:

    1. Direct waste adalah waste material yang timbul di proyek

    karena rusak, hilang dan tidak dapat digunakan lagi.

    2. Indirect waste adalah waste material yang terjadi di proyek

    karena volume pemakaian volume melebihi volume yang

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    23/131

    8

    direncanakan, sehingga tidak terjadi wastematerial secara fisik

    di lapangan dan mempengaruhi biaya secara tersembunyi

    (hidden cost), misalnya ketebalan plesteran melebihi

    ketebalan/volume yang direncanakan yang disebabkan oleh

    terjadinya deviasi dimensi elemen struktur pada saat

    pengecoran.

    Direct wasteterdiri dari (Asnudin, 2010):

    1. Pengiriman (transport and delivery waste)

    Semua waste material yang terjadi pada saat melakukan

    pengiriman material di dalam lokasi pekerjaan, termasuk

    pembongkaran dan penempatan pada tempat penyimpanan

    seperti membuang/melempar semen, keramik pada saat

    dipindahkan.

    2. Wastematerial akibat tempat penyimpanan (site storage waste)

    Wastematerial yang terjadi karena penumpukan/penyimpanan

    material pada tempat yang tidak aman terutama untuk material

    pasir dan batu pecah, atau pada tempat dalam kondisi yang

    lembab terutama untuk material semen.

    3. Waste material akibat pengubahan (conversion waste)

    Wastematerial yang terjadi karena pemotongan bahan dalam

    bentuk yang tidak ekonomis, seperti: material besi beton,

    keramik, dan sebagainya.

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    24/131

    9

    4. Fixing waste

    Material yang tercecer, rusak atau terbuang selama pemakaian

    di lapangan, seperti: pasir, semen, batu bata, dan sebagainya.

    5. Wastematerial akibat pemotongan (cutting waste)

    Waste material yang dihasilkan karena pemotongan bahan,

    seperti: tiang pancang, besi beton, batu bata, keramik, besi

    beton, dan sebagainya.

    6. Waste material akibat pelaksanaan dan waste tertinggal

    (application and residue waste)

    Wastematerial yang terjadi seperti mortar yang jatuh/tercecer

    pada saat pelaksanaan atau mortar yang tertinggal dan telah

    mengeras pada akhir pekerjaan.

    7. Wastematerial akibat tindakan kriminal (criminal waste)

    Waste material yang terjadi karena pencurian atau tindakan

    perusakan (vandalism) di lokasi proyek.

    8. Wastematerial akibat kesalahan penggunaan material (wrong

    use waste)

    Pemakaian tipe atau kualitas material yang tidak sesuai dengan

    spesifikasi dalam kontrak, maka pihak direksi memerintahkan

    kontraktor untuk menggantikan material tersebut sesuai dengan

    kontrak, sehingga menyebabkan terjadinya waste material di

    lapangan

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    25/131

    10

    9. Wastematerial akibat manajemen (management waste)

    Terjadinya waste material disebabkan karena pengambilan

    keputusan yang salah atau keraguan dalam mengambil

    keputusan, hal ini terjadi karena organisasi proyek yang lemah

    atau kurangnya pengawasan.

    Indirect waste dibagi menjadi tiga jenis yaitu (Asnudin, 2010):

    1. Substitution waste

    Waste material yang terjadi karena penggunaannya

    menyimpang dari tujuan semula, sehingga menyebabkan

    terjadinya kehilangan biaya yang dapat disebabkan karena tiga

    alasan yaitu: terlalu banyak material yang dibeli, material yang

    rusak dan semakin bertambahnya kebutuhan material tertentu.

    2. Production waste

    Waste material yang disebabkan karena pemakaian material

    yang berlebihan dan kontraktor tidak berhak mengklaim atas

    kelebihan volume tersebut karena dasar pembayaran

    berdasarkan volume kontrak contohnya: pasangan dinding bata

    yang tidak rata menyebabkan pemakaian mortar berlebihan

    karena plesteran menjadi tebal.

    3. Negligence waste

    Waste material yang terjadi karena kesalahan di lokasi (site

    error), sehingga kontraktor menggunakan material lebih dari

    yang ditentukan misalnya: penggalian pondasi yang terlalu

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    26/131

    11

    lebar atau dalam yang disebabkan kesalahan/kecerobohan

    pekerja, sehingga mengakibatkan kelebihan pemakaian volume

    beton pada waktu pengecoran pondasi.

    C. Penyebab Timbulnya WasteMaterial

    Timbulnya wastematerial konstruksi di lapangan disebabkan oleh

    banyak faktor. Banyak peneliti yang telah melakukan penelitian untuk

    mengetahui penyebab timbunya wastematerial dalam proyek konstruksi.

    Bossink dan Brouwers (1996), membedakan sumber-sumber yang dapat

    menyebabkan terjadinya waste material konstruksi atas enam kategori

    diantaranya: desain, pengadaan, penanganan, pelaksanaan, residual, dan

    lain-lain.

    Hasil penelitian Nagapan et al. (2012), merangkum sumber dan

    faktor penyebab yang telah dilakukan oleh beberapa penelitian

    sebelumnya yaitu sebagai berikut :

    1. Desain

    Terdapat 12 faktor penyebab waste material yang bersumber

    dari desain yaitu: frekuensi perubahan desain, kesalahan

    desain, kurangnya informasi desain, kualitas desain yang

    buruk, distribusi gambar yang lambat, dokumen kontrak tidak

    lengkap, desain rumit, pengalaman desainer, kesalahan dalam

    dokumen kontrak, interaksi antara berbagai spesialis,

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    27/131

    12

    koordinasi yang buruk dari pihak-pihak selama tahap desain,

    dan kebutuhan klien pada menit terakhir

    2. Penanganan

    Faktor penyebab waste material yang bersumber dari

    penanganan terdiri dari: penyimpanan bahan yang salah,

    penanganan bahan yang buruk, kerusakan selama

    transportasi, buruknya kualitas bahan, kegagalan peralatan,

    menunda waktu pengiriman, alat tidak cocok digunakan dan

    metode pembongkaran yang tidak efisien.

    3. Pekerja

    Faktor penyebab wastematerial yang bersumber dari pekerja

    terdiri dari: kesalahan pekerja selama konstruksi, pekerja tidak

    kompeten, sikap buruk pekerja, kerusakan yang disebabkan

    oleh pekerja, kurangnya pelatihan bagi pekerja, kurangnya

    pengalaman, kekurangan pekerja terampil, penggunaan bahan

    yang tidak tepat, pengerjaan yang buruk, pekerja tidak ada

    antusiasme, persediaan bahan tidak didokumentasikan dengan

    baik, memakai peralatan yang abnormal, kurangnya kesadaran

    para pekerja, terlalu banyak lembur bagi pekerja

    4. Manajemen

    Faktor penyebab waste material yang bersumber dari

    manjemen terdiri dari: perencanaan yang buruk, pengendalian

    yang buruk, manajemen lokasi yang buruk, pengawasan yang

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    28/131

    13

    buruk, metode konstruksi yang tidak tepat, kurangnya

    koordinasi antara pihak, kualitas informasi yang buruk,

    kelangkaan peralatan, kurangnya rencana pengelolaan

    sampah, masalah sumber daya, pengulangan pekerjaan,

    menunggu waktu, masalah komunikasi, peralatan usang,

    ketidaktersediaan peralatan, kurangnya pengetahuan tentang

    konstruksi, durasi proyek lama, kurangnya pengaruh kontraktor,

    dan kurangnya kesadaran lingkungan

    5. Kondisi lokasi

    Faktor penyebab waste material yang bersumber dari kondisi

    lokasi terdiri dari: bahan berlebih di lokasi, limbah yang

    dihasilkan dari kemasan, kondisi lokasi yang buruk, kemacetan

    di lokasi, masalah pencahayaan, kesulitan mengakses lokasi

    konstruksi dan kondisi tanah yang tidak terduga.

    6. Pengadaan/pembelian

    Faktor penyebab waste material yang bersumber dari

    pengadaan/pembelian terdiri dari: kesalahan pemesanan, item

    tidak sesuai dengan spesifikasi, kesalahan dalam pengiriman,

    kesalahan dalam survei kuantitas, kesalahan pemasok,

    prosedur pengangkutan materi yang salah, frekuensi

    pemesanan bervariasi, metode yang berbeda digunakan untuk

    estimasi, dan menunggu pengganti.

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    29/131

    14

    7. Faktor eksternal

    Faktor penyebab waste material yang bersumber dari faktor

    eksternal terdiri dari: pengaruh cuaca, kecelakaan, pencurian,

    kurangnya penegakan legislatif, vandalisme, kerusakan yang

    disebabkan oleh pihak ketiga, perayaan festival dan kondisi

    lokal yang tak terduga.

    Formoso et al. (1999), menganalisis beberapa sumber penyebab

    wastepada pembangunan di Brazil yaitu sebagai berikut :

    1. Overproduction

    Berkaitan dengan kuantitas produksi yang lebih besar atau

    lebih sedikit dari yang dibutuhkan. Hal ini dapat menyebabkan

    pemborosan bahan, man-hours atau penggunaan peralatan.

    Contohnya adalah kelebihan dalam produksi mortar yang tidak

    dapat digunakan tepat waktu.

    2. Subtitution

    Merupakan waste yang disebabkan oleh substitusi atau

    penggantian bahan dengan yang lebih mahal (untuk proses

    yang tidak membutuhkan bahan dengan kualitas yang kebih

    baik), pelaksanaan tugas-tugas sederhana oleh pekerja dengan

    kualifikasi yang berlebihan.

    3. Waiting time

    Merupakan waktu tunggu yang disebabkan oleh kurangnya

    sinkronisasi dan pengukuran penggunaan material, dan

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    30/131

    15

    pekerjaan oleh kelompok-kelompok atau peralatan yang

    berbeda. Contohnya adalah waktu tunggu yang disebabkan

    oleh kekurangan bahan atau kurangnya pekerjaan untuk

    pekerja.

    4. Trasportation

    Berkaitan dengan pemindahan materi di lokasi pekerjaan.

    Penggunaan peralatan yang tidak memadai atau kondisi

    jalan/jalur yang dapat menyebabkan waste. Hal tersebut

    biasanya berhubungan dengan tata letak yang buruk, dan

    kurangnya perencanaan utamanya waste man hours,

    pemborosan energi dan kemungkinan timbunya waste selama

    transportasi.

    5. Processing

    Berkaitan dengan proses pekerjaan yang hanya bisa dihindari

    dengan mengubah teknologi konstruksi misalnya: persentase

    mortar biasanya terbuang pada plesteran langit-langit.

    6. Inventories

    Berkaitan dengan persediaan berlebihan atau tidak perlu yang

    menyebabkan waste material dan kerugian keuangan akibat

    modal yang ditentukan/terikat. Hal tersebut terjadi akibat

    kurangnya perencanaan sumber daya atau ketidakpastian

    dalam perkiraan kuantitas.

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    31/131

    16

    7. Movement

    Berkaitan dengan gerakan yang tidak perlu atau tidak efisien

    yang dibuat oleh pekerja selama pekerjaan mereka. Hal ini

    mungkin disebabkan oleh peralatan yang tidak memadai,

    metode kerja yang tidak efektif, atau pengaturan lokasi

    pekerjaan yang buruk.

    8. Production of defective product

    Hal tersebut terjadi ketika produk akhir atau menengah

    tidak sesuai dengan spesifikasi. Hal ini dapat menyebabkan

    pengulangan pekerjaan.

    9. Others

    Waste yang bersumber dari pencurian, vandalisme, cuaca

    buruk, kecelakaan, dan lainnnya.

    D. Minimalisasi WasteMaterial

    Timbulnya wastematerial yang memberikan dampak buruk, baik itu

    bagi pelaksana konstruksi maupun dampak terhadap lingkungan,

    sehingga waste material perlu diminimalisasi. Beberapa penelitian telah

    dilakukan untuk menganalisis langkah pencegahan dan penanganan

    wastematerial.

    Al-Hajj et al. (2011), mengemukakan beberapa cara untuk

    meminimalisai wastematerial yaitu: penyimpanan material yang memadai,

    pemesanan material sesuai yang dibutuhkan, melakukan training terhadap

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    32/131

    17

    staff, mengukur dan mencatat penggunaan material, pemisahan waste

    pada lokasi pekerjaan, prefabrikasi komponen di luar lokasi,

    menggunakan kembali material yang berlebih, dan pengangkatan manajer

    wastedi lokasi pekerjaan.

    Nagapan et al. (2012), memberikan beberapa hal yang dapat

    dilakukan dalam meminimalisasi waste konstruksi, diantaranya adalah

    sebagai berikut :

    1. Kontraktor harus memiliki pertemuan rutin dan komunikasi yang

    baik dengan klien.

    2. Pelaku konstruksi harus memiliki metode yang sistematis untuk

    menangani bahan bangunan, peralatan dan sumber daya

    manusia.

    3. Pekerja konstruksi membutuhkan pelatihan tentang waste

    material konstruksi sebelum memulai pekerjaan mereka.

    4. Personil konstruksi harus mengadopsi atau mengadaptasi

    teknik baru untuk perencanaan dan pengendalian waste

    konstruksi.

    5. Investigasi lokasi harus dirancang dan dilaksanakan untuk

    mengumpulkan informasi tentang kualitas dan kuantitas

    sebelum memulai proyek.

    6. Dokumen pengadaan di lokasi harus direncanakan dengan baik

    dan dimonitor secara teratur.

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    33/131

    18

    7. Pelaku konstruksi harus menonton atau mendengarkan berita

    harian tentang perubahan iklim sebelum melaksanakan

    pekerjaan di lokasi.

    Secara umum langkah-langkah meminimalisasi waste material

    adalah sebagai berikut (Rahmawati dan Hayati, 2013):

    1. Man

    a. Melakukan pengawasan dan pembimbingan/arahan kepada

    pekerja.

    b. Memilih mandor yang berintegritas.

    2. Measure

    a. Koordinasi tim lapangan, tim teknik danprocurement harus

    intens dilaksanakan.

    b. Pengecekan/pengukuran ulang sebelum pendatangan

    material jika diperlukan.

    3. Management

    a. Bekerja sama dengan proyek lain untuk mengalihkan

    material yang tidak terpakai.

    b. Membuat kesepakatan akan kedatangan material antara

    supplier dan kontraktor.

    c. Pembuatan program penyimpanan material yang baik.

    d. Menambah tim QC dan pengawas di lapangan.

    Agyekum et al. (2012), mengemukakan cara memimalisasi waste

    material seperti pada tabel 1.

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    34/131

    19

    Tabel 1. Cara meminimalisasi wastekonstruksi (Agyekum et al., 2012)

    Tingkatan Cara meminimalisasi wasteTinggi Pembelian bahan baku yang cukup

    Menggunakan bahan sebelum tanggal kadaluwarsa

    Penggunaan peralatan konstruksi yang lebih efisien

    Koordinasi yang baik antara toko dan personil konstruksiuntuk menghindari pemesanan berlebih

    Adopsi teknik manajemen lokasi yang tepat

    Pelatihan personil konstruksi

    Spesifikasi bahan akurat dan baik untuk menghindari salah

    pemesanan

    Sedang Penyimpanan bahan yang baik pada lokasi

    Memeriksa bahan yang disediakan untuk jumlah dan volumeyang tepat

    Mempekerjakan pekerja terampil

    Meminimalkan perubahan desain

    Perubahan sikap pekerja terhadap penanganan bahan

    Pengukuran akurat dari bahan selama batching

    Pencampuran, pengangkutan dan menempatkan betonpada waktu yang tepat

    Akses informasi terbaru tentang jenis bahan di pasar

    Kewaspadaan pengawas

    Rendah Pemprograman mingguan pekerjaan

    Penanganan peralatan dengan hati-hati di lokasi

    Praktek manajemen konstruksi yang baik

    Kepatuhan terhadap standar dimensi

    Pejabat atau petugas pengelolaan limbah digunakan untukmenangani masalah sampah

    Hanya beroperasi pada waktu pekerjaan

    Penjadwalan pengiriman di awal dan dengan cepat

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    35/131

    20

    Lanjutan tabel 1.

    Tingkatan Cara meminimalisasi waste

    Rendah Mendorong penggunaan kembali bahan limbah dalamproyek-proyek

    Penggunaan teknologi limbah rendah

    Daur ulang beberapa bahan limbah di lokasi

    Meminimalisasi waste material akan memberikan dampak positif

    terhadap pembangunan suatu proyek, terutama dalam hal pengurangan

    biaya konstruksi. Selain itu dengan meminimalisasi waste material juga

    memiliki dampak terhadap peningkatan kualitas lingkungan. Beberapa

    keuntungan yang dapat diperoleh dengan melakukan minimalisasi waste

    material konstruksi adalah sebagai berikut (Al-Hajj et al, 2011):

    1. Meningkatkan keuntungan.

    2. Lokasi konstruksi menjadi lebih bersih dan aman.

    3. Meningkatkan citra perusahaan sebagai green contractor.

    4. Menjaga lingkungan.

    Poon dan Jailon (2002) dalam Al-Moghary (2006), mengemukakan

    tiga manfaat dari minimalisasi wasteyaitu:

    1. Financial benefit

    Minimalisasi waste dapat memberikan keuntungan finansial,

    dalam beberapa kasus bahkan dapat menghemat biaya dan

    waktu. Keuntungan finansial dapat berjangka pendek atau

    berjangka panjang. Tapi secara keseluruhan, manfaat biaya

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    36/131

    21

    dapat dinilai pada seluruh proses pembangunan dengan

    melakukan analisis life cycle cost, manfaat keuangan meliputi:

    a. Pengurangan biaya transportasi untuk bahan limbah

    (transportasi berkurang karena waste material juga lebih

    sedikit), termasuk transportasi dari dan menuju lokasi

    pembuangan.

    b. Pengurangan biaya pembuangan limbah.

    c. Mengurangi jumlah dan harga pembelian bahan baku.

    d. Mengurangi biaya pembelian material baru ketika

    mempertimbangkan penggunaan kembali dan daur ulang

    (tergantung pada bahan).

    e. Pengembalian biaya dapat dicapai dengan menjual bahan

    limbah untuk digunakan kembali dan daur ulang.

    f. Manfaat jangka panjang melalui optimalisasi umur

    bangunan, dengan menghindari biaya dari pembongkaran

    dan pembangunan gedung baru.

    2. Environmental Benefit

    Minimalisasi waste dapat memberikan manfaat lingkungan,

    yaitu sebagai berikut:

    a. Mengurangi kuantitas wasteyang dihasilkan.

    b. Mengefisienkan penggunaan wasteyang dihasilkan.

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    37/131

    22

    c. Memperkecil jumlah sampah yang dibuang ke tempat

    pembuangan sampah, sehingga dapat memperpanjang

    umur tempat pembuangan sampah.

    d. Mengurangi dampak lingkungan akibat pembuangan,

    misalnya kebisingan dan polusi.

    e. Mengurangi transportasi waste yang akan dibuang (maka

    akan mengurangi kebisingan, polusi dari emisi kendaraan

    dan energi yang digunakan).

    3. Other Benefit

    a. Peningkatan keamanan lokasi.

    b. Peningkatan efisiensi kerja.

    c. Peningkatan citra perusahaan.

    E. Anal i tycal Hierarchy Proc ess(AHP)

    AHP merupakan salah bentuk pengolahan data non-statistik. AHP

    dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty pada tahun 1970an dan

    merupakan metode yang digunakan untuk mengambil keputusan yang

    sifatnya kompleks dan didalamnya terdapat ketergantungan dan pengaruh

    (feedback) yang dianalisis tehadap keuntungan, peluang, biaya, dan

    resiko (Ariefasa, 2011).

    AHP merupakan salah satu metode untuk membantu menyusun

    suatu prioritas dari berbagai pilihan dengan menggunakan beberapa

    kriteria (multi criteria). Karena sifatnya yang multi kriteria, AHP cukup

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    38/131

    23

    Tu uan

    Pilihan 1

    Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3 Kriteria 4

    Pilihan 2 Pilihan 3 Pilihan 4

    banyak digunakan dalam penyusunan prioritas. Pemilihan atau

    penyusunan prioritas dilakukan dengan suatu prosedur yang logis dan

    terstruktur. Kegiatan tersebut dilakukan oleh ahli-ahli yang representatif

    berkaitan dengan alternatif-alternatif yang akan disusun prioritasnya

    (Susila dan Munadi, 2007).

    Proses AHP terdiri dari 4 tahapan, yaitu sebagai berikut (Ariefasa,

    2011):

    1. Dekomposisi masalah

    Susila dan Munadi (2007), mengemukakan bahwa dalam

    menyusun prioritas, maka masalah penyusunan prioritas harus mampu

    didekomposisi menjadi tujuan (goal) dari suatu kegiatan, identifikasi

    pilihan-pilihan (options), dan perumusan kriteria (criteria) untuk memilih

    prioritas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1.

    Gambar 1. Dekomposisi masalah (Susila dan Munadi, 2007)

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    39/131

    24

    2. Penilaian untuk membandingkan elemen hasil dekomposisi

    Setelah langkah pertama selesai, selanjutnya adalah menentukan

    penilaian prioritas elemen-elemen. Untuk itu dibutuhkan suatu matriks

    perbandingan yang berisi tentang kondisi tiap elemen yang digambarkan

    dalam bentukkuantitatif berupa angka dengan skala penilaian (19) dari

    tabel 2. Penentuannilai tiap elemen dengan menggunakan angka skala

    bisa sangat subjektif, tergantung pada pengambil keputusan. Karena itu,

    penilaian tiap elemen hendaknyadilakukan oleh para ahli atau orang yang

    berpengalaman terhadap masalah yang ditinjau(Apriyanto, 2008).

    Tabel 2. Skala penilaian antara dua elemen (Saaty, 2000 dalamApriyanto, 2008)

    Bobot/tingkatsignifikan

    Pengertian Penjelasan

    1 Samapenting

    Dua faktor memiliki pengaruh yangsama terhadap sasaran

    3 Sedikit lebihpenting

    Salah satu faktor sedikit lebihberpengaruh dibanding faktor lainnya

    5 Lebih penting Salah satu faktor lebih berpengaruhdibanding faktor lainnya

    7 Sangat lebihpenting

    Salah satu faktor sangat lebihberpengaruh dibanding faktor lainnya

    9 Jauh lebihpenting

    Salah satu faktor jauh lebihberpengaruh dibanding faktor lainnya

    2,4,6,8 Antara nilaiyang diatas

    Diantara kondisi diatas

    Kebalikan Nilai kebalikan dari kondisi diatasuntuk pasangan dua faktor yang sama

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    40/131

    25

    3. Perhitungan bobot elemen

    Matriks hasil perbandingan berpasangan akan diolah untuk

    menentukan perbandingan relatif antara masing-masing pilihan yang

    dinamakan prioritas atau disebut juga dengan eigen vector. Matriks bobot

    dari hasil perbandingan berpasangan itu sendiri harus mempunyai

    hubungan kardinal dan ordinal sebagai berikut (Ariefasa, 2011):

    a. Hubungan kardinal: aij: ajk= aik (1)

    b. Hubungan ordinal : Ai>Aj>Akmaka Ai>Ak

    Saaty (1988) dalam Ariefasa (2011), mengemukakan bahwa jika

    elemen-elemen dari suatu tingkat dalam hierarki adalah ci, cj, ...., cndan

    bobot pengaruh mereka adalah wi, wj, ..., wn. Misalkan aij = wi/wj

    menunjukkan kekuatan cijika dibandingkan dengan cj. Matriks dari angka-

    angka ini dinamakan matriks perbandingan berpasangan (pairwise

    comparison) yang diberi simbol A. Berikut ini adalah formulasi matriks

    perbandingan berpasangan.

    A =

    I J k

    I aii aij aik

    j aji ajj ajk

    k aki akj akk

    Dimana :

    aij 0 dan 1/aji;ij= 1,...,n

    aij=aik/ajk

    aij= wi/wj

    (3)

    (6)

    (5)

    (4)

    (2)

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    41/131

    26

    Setelah tebentuknya matriks berpasangan, maka langkah

    selanjutnya adalah sebagai berikut:

    a. Menormalisasi matriks (jumlah kolomnya menjadi sama dengan

    satu), dengan cara membagi angka dalam masing-masing

    kolom dengan jumlah angka pada kolomnya.

    b. Menjumlahkan unsur-unsur elemen matriks tersebut untuk tiap

    barisnya.

    c. Menghitung prioritasnya berupa rata-rata dari tiap barisnya.

    d. Menghitung presentase masing-masing pilihannya agar dapat

    diperoleh bobot-bobot elemen untuk masing-masing pilihan

    yang kemudian digunakan dalam perhitungan mencari urutan

    peringkat tingkat dampak dan frekuensi yang dituju.

    4. Uji konsistensi hirarki

    Matriks bobot hasil perbandingan berpasangan harus mempunyai

    diagonal bernilai satu dan konsisten. Konsistensi dari penilaian

    berpasangan tersebut dievaluasi dengan menghitung consistency ratio

    (CR). Apabila nilai CR lebih kecil atau sama dengan 10%, maka hasil

    penelitian tersebut dikatakan konsisten. Jadi nilai eigenmaksimun (maks)

    harus mendekati banyaknya elemen (n) dan nilai eigen sisa harus

    mendekati nol.

    Selanjutnya matriks awal A dikalikan dengan matriks prioritas W

    yang menghasilkan nilai untuk tiap baris. Selanjutnya tiap nilai untuk baris

    tesebut dibagi kembali dengan matriks prioritas. Penjumlahan seluruh

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    42/131

    27

    angka pada matriks tersebut dibagi dengan banyaknya elemen (n) akan

    menghasilkan nilai eigen maksimun (maks). Formulasi yang digunakan

    dalam menghitung nilai CR adalah:

    CR = CI/RI

    CI = (maks-n)/(n-1)

    dimana:

    CR = Rasio konsistensi hirarki

    CI = Indeks konsistensi hirarki

    RI = Indeks konsistensi random (seperti pada tabel 3)

    maks = Nilai maksimun dari nilai eigen

    n = banyaknya elemen

    Tabel 3. Nilai RI untuk berbagai ukuran matriks (Saaty, 2000dalam Apriyanto, 2000)

    Ukuran matriks Indeks konsistensi Acak (RI)

    1 0

    2 0

    3 0,52

    4 0,89

    5 1,11

    6 1,25

    7 1,35

    8 1,40

    9 1,45

    10 1,49

    (7)

    (8)

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    43/131

    28

    F. Penelitian Terdahulu

    Sasitharan Nagapan, Ismail Abdul Rahman dan Ade Ismi (2012)

    meneliti tentang faktor-faktor yang berkontribusi dalam physicaldan non-

    physical waste dalam industri konstruksi. Penelitian dilakukan dengan

    membuat matriks penyebab waste dari artikel penelitian yang telah

    dipublikasikan kemudian divalidasi melalui wawancara terhadap

    responden yang ahli dan berpengalaman dalam bidang tersebut. Hasil

    penelitian menunjukkan bahwa perubahan desain memberikan kontribusi

    terbesar terhadap wastekonstruksi.

    M. Asad Abdurrahman (2012), menganalisis waste material

    konstruksi pada pembangunan gedung bertingkat rendah di Makassar.

    Pengambilan data dilakukan dengan menginventarisasi data sekunder

    pada proyek konstruksi, serta penyusunan kuesioner dan wawancara. Dari

    penelitian tersebut disimpulkan bahwa waste material konstruksi yang

    dominan berupa pasir dan batu bata dimana masing-masing untuk proyek

    rumah tinggal sebesar 13,16% dan rumah toko sebesar 12,08%.

    Kofi Agyekum, Joshua Ayarkwa dan Emmanuel Adinyira (2012),

    meneliti tentang pandangan konsultan terkait dengan minimalisasi waste

    konstruksi di Ghana. Penelitian dilakukan melalui studi literatur dan

    kuesioner terhadap konsultan di Ghana. Hasil penelitian memperlihatkan

    26 cara untuk meminimalisasi waste konstruksi yang dibagi dalam tiga

    kelompok yaitu yang memiliki pengaruh tinggi, sedang dan rendah.

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    44/131

    29

    Ameh Oko John dan Daniel Emmanuel Itodo (2013), meneliti

    tentang hubungan antara jenis subkontraktor yang digunakan terhadap

    waste konstruksi, serta hubungan antara cost overrun dengan waste

    konstruksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis subkontraktor

    pekerja memberikan kontribusi terbesar terhadap wasteyang terjadi, dan

    besarnya kontribusi wasteterhadap cost overrunyaitu sebesar 21-30%.

    Adewuyi, T. O. dan Otali, M (2013), meneliti tentang penyebab

    waste material di River State, Nigeria dengan menggunakan kuesioner

    terhadap kontraktor dan konsultan pada wilayah tersebut. Dari hasil

    analisis diperoleh tiga faktor paling penting berpengaruh sebagai

    penyebab wastematerial yaitu pengulangan pekerjaan akibat pengerjaan

    yang bertentangan dengan gambar dan spesifikasi, perubahan desain,

    dan wastedari bentuk yang tidak ekonomis.

    B Prakash Rao, Shivakumar B, dan H S Suresh (2014),

    mengidentifikasi penyebab dan cara untuk meminimalisasi wastematerial

    melalui survey literatur, kunjungan lokasi dan kuesioner yang

    didistribusikan ke lima perusahan konstruksi yang berbeda di Bangladesh.

    Dari hasil penelitian diperoleh 20 faktor utama penyebab wastematerial,

    penyebab wasteuntuk semen, besi tulangan, dan keramik. Selain itu juga

    diperoleh lima rintangan utama untuk mengimplementasikan manajemen

    wastedan lima strategi utama untuk mengurangi wastematerial.

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    45/131

    30

    G. Kerangka Konseptual

    Berdasarkan latar belakang masalah dikaitkan dengan tujuan

    penelitian, maka ditunjukkan kerangka konseptual seperti pada gambar 2.

    Gambar 2. Kerangka konseptual penelitian

    Perkembangan Kota Makassar diiringi dengan

    penyediaan sarana dan pendukung seperti pembangunan

    gedung, dimana pembangunan saat ini mengarah pada

    pembangunan vertikal atau gedung bertingkat tinggi.

    Pembangunan gedung dapat menghasilkan waste

    material yang berdampak terhadap peningkatan biaya

    konstruksi, waktu pelaksanaan, serta dampak terhadap

    lingkungan.

    Waste material yang terjadi berasal dari beberapa sumber

    diantaranya desain, penanganan material, pekerja,

    manajemen, pengadaan/pembelian dan faktor lainnya,

    dimana setiap sumber memiliki beberapa faktor

    penyebab.

    Diperlukan upaya untuk mengendalikan peyebab waste

    material, agar proyek dapat lebih efektif dan efisien dari

    segi biaya, waktu dan keramahan terhadap lingkungan.

    Minimalisasi material akan memberikan manfaat berupa

    financial benefit, environtmental benefit, dan other benefit

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    46/131

    31

    H. Definisi Operasional

    Untuk menyamakan penafsiran terhadap beberapa istilah dan

    konsep yang digunakan dalam penelitian ini, maka berikut ini diberikan

    definisi operasional sebagai berikut :

    1. Pengendalian adalah langkah-langkah yang dilakukan untuk

    mengetahui faktor-faktor penyebab timbulnya waste material

    serta bagaimana cara meinimalisasinya, sehingga pelaksanaan

    suatu proyek dapat sesuai dengan yang direncanakan.

    2. Supervisi adalah manager dan engineer yang bekerja pada

    perusahaan/proyek yang telah ditetapkan.

    3. Pelaksanan adalah mandor dan tukang yang bekerja pada

    perusahaan proyek yang telah ditetapkan.

    4. Jenis waste material dalam penelitian terdiri dari 8 jenis material

    yang akan menjadi bagian dari struktur bangunan (consumable

    material) yaitu beton, besi, semen, pasir, batu pecah, bata

    ringan, keramik, dan mortar. Selain itu terdapat material

    penunjang (non-consumable material), yaitu kayu bekisting.

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    47/131

    32

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Waktu dan Lokasi Penelitian

    Penelitian ini dilaksananakan di wilayah Makassar pada beberapa

    perusahaan kontraktor yang sedang menjalankan proses konstruksi

    bangunan gedung bertingkat, dari masing-masing kontraktor tersebut

    penelitian dilaksanakan pada salah satu proyek yang sedang dijalankan.

    Waktu pelaksanaan direncanakan 3 bulan yaitu Juni sampai Agustus

    2015.

    B. Jenis dan Sumber Data

    Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri

    dari data primer dan data sekunder dengan penjelasan sebagai berikut :

    1. Data primer adalah data empirik yang diperoleh di lapangan

    dan sumbernya berasal dari responden yang telah ditetapkan

    sebagai sampel, dimana sampel pada penelitian ini dibagi

    menjadi dua bagian yaitu supervisi dan pelaksana pada

    perusahaan kontraktor yang telah ditetapkan.

    2. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui hasil

    penelitian studi kepustakaan berupa jurnal dan tesis penelitian

    yang akurat dan relevan dengan bahan kajian.

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    48/131

    33

    C. Teknik Pengumpulan Data

    Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data

    primer dan data sekunder, dengan teknik pengumpulan data sebagai

    berikut :

    1. Pengumpulan data primer

    Teknik pengumpulan data primer dalam penelitian ini meliputi:

    a. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan cara pengamatan

    secara langsung di lapangan, untuk mengamati jenis dan

    penyebab timbulnya wastematerial.

    b. Kuesioner, yaitu dengan menggunakan daftar pertanyaan yang

    diisi oleh responden, dengan jawaban yang telah disediakan

    berupa pilihan (rating scale).

    c. Wawancara, yaitu wawancara secara mendalam dan langsung

    dengan responden dilokasi penelitian.

    2. Pengumpulan data sekunder

    Teknik pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini berupa

    data kepustakaan, yaitu pengumpulan data berupa studi literatur berupa

    jurnal dan tesis penelitian yang terkait dengan masalah yang diteliti.

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    49/131

    34

    D. Populasi dan Sampel

    Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan kontraktor yang

    bergerak dalam bidang pembangunan proyek gedung yang ada di

    Makassar. Sampel penelitian adalah supervisi dan pelaksana pada

    perusahaan yang telah ditetapkan dan telah berpengalaman dalam

    pembangunan proyek gedung. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik

    purposive sampling yaitu pemilihan sampel yang disesuaikan dengan

    kebutuhan.

    E. Variabel Penelitian

    Penelitian yang akan dilaksanakan mencakup empat hal pokok,

    yaitu jenis waste material, penyebab timbulnya waste material, cara

    meminimalisasi wastematerial, dan penanganan terhadap wastematerial.

    Masing-masing hal tersebut memiliki variabel-variabel yang ditentukan

    berdasarkan literatur, hasil penelitian terdahulu dan wawancara langsung

    dengan responden dilapangan.

    F. Metode Analisis Data

    Adapun teknik analisis data yang digunakan dengan menggunakan

    metode statistik deskriptif, uji validitas dan reabilitas, uji one way anova

    dan AHP (analytical hierarchy process), dengan menggunakan program

    IBM SPSS Statistic22 dan microsoft excel2007.

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    50/131

    35

    1. Metode statistik deskriptif

    Statiistik deskriptif yang dimaksudkan adalah dengan menghitung

    nilai rata-rata pendapat responden terhadap volume wastematerial, faktor

    penyebab wastematerial, dan cara meminimalisasi wastematerial yang

    bersumber dari pendapat supervisi dan pelaksana pada proyek yang telah

    ditetapkan.

    2. Uji validitas dan reabilitas

    Uji validitas item merupakan uji instrumen data untuk mengetahui

    seberapa cermat suatu item dalam mengukur apa yang ingin diukur,

    sedangkan uji realibilitas digunakan untuk mengetahui keajengan atau

    konsistensi alat ukur (Priyanto, 2014) Dalam penelitian ini uji validitas

    dilakukan dengan menggunakan metode corrected item-total correlation.

    Untuk uji realibilitas digunakan metode Cronbachs Alpha, dimana kedua

    penujian tersebut dilakukan dengan menggunakan program IBM SPSS

    Statistic22

    3. One way anova

    One way anova atau analisis varian satu jalur digunakan untuk

    menguji perbedaan rata-rata tiga atau lebih kelompok data yang

    independen, dengan langkah-langkah sebagai berikut (Priyatno, 2014):

    a. Merumuskan hipotesis Ho dan Ha.

    b. Menentukan F hitung dan signifikansi

    c. Menentukan F tabel

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    51/131

    36

    d. Membuat kesimpulan berdasarkan kriteria pengujian, dimana:

    Jika F hitung F tabel maka Ho diterima sebaliknya jika F

    hitung > F tabel maka Ho ditolak dan Jika signifikansi > 0,05

    maka Ho diterima sebaliknya jika signifikansi < 0,05 maka Ho

    ditolak.

    4. AHP (An alyt ical Hierarchy Process)

    AHP merupakan salah satu pengolahan data non-statistik. Ismael

    dan Junaidi (2014), menyatakan bahwa AHP membantu dalam

    menentukan prioritas dari berbagai variabel dengan melakukan analisa

    perbandingan berpasangan dari masing-masing variabel. Dengan

    menggunakan AHP kita dapat menganalisis prioritas dari variabel

    penelitian.

    Dalam proses AHP langkah pertama yaitu dekomposisi masalah,

    dalam penelitian ini masalah yang akan didekomposisi adalah faktor-faktor

    penyebab timbulnya waste material dari pandangan supevisi. Setelah

    dekomposisi masalah dilanjutkan dengan penilaian terhadap elemen-

    elemen hasil dekomposisi, perhitungan bobot elemen, uji konsistensi

    hierarki dan penetuan peringkat berdasarkan nilai lokal dampak,

    G. Kerangka Alir Penelitian

    Kerangka alir penelitian merupakan gambaran umum tentang

    tahapan yang akan dilaksanakan selama proses penelitian yang dimulai

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    52/131

    37

    dari perumusan latar belakang masalah sampai kepada penarikan

    kesimpulan dari penelitian yang akan dilaksanakan. Gambar kerangka alir

    penelitian dapat dilihat pada gambar 3.

    Gambar 3. Kerangka alir penelitian

    Kesimpulan dan rekomendasi

    Selesai

    Mulai

    Perumusan latar belakang,rumusan masalah dan tujuan

    enelitian

    Analisis Data:

    Uji validitas dan reliabilitas

    Statistik deskriptif

    UjiOne way anova

    AHP

    Penentuan variabel penelitian

    Pengumpulan data:

    Observasi

    Kuesioner

    Wawancara

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    53/131

    38

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Profil Responden

    Pada penelitian ini penyebaran kuesioner dibagikan kepada

    beberapa responden yang dibagi atas dua bagian, yang pertama adalah

    supervisi dan yang kedua adalah pelaksana. Responden tersebut

    merupakan pekerja pada beberapa perusahaan kontraktor yang

    ditetapkan dan memilki pengalaman dalam proyek pembangunan gedung.

    Penelitian dilakukan pada satu proyek yang sedang dikerjakan dari

    masing-masing perusahaan kontraktor, terdapat empat proyek yang telah

    menjadi objek penelitian, yaitu sebagai berikut:

    1. Proyek Pembangunan Gedung PJT tahap III RS. Wahidin

    Sudirohusodo Makassar.

    2. Proyek Pembangunan Apartemen Vidaview Makassar.

    3. Proyek Pembangunan Gedung Universitas Fajar Makassar.

    4. Proyek Pembangunan Rumah Sakit Stella Maris Makassar.

    Responden pada penelitian memiliki karakteristik yang bervariasi

    dari segi tingkat pendidikan, jabatan dan pengalaman kerja, sehingga

    berikut ini akan dijelaskan tentang profil dari responden berdasarkan

    tingkat pendidikan, jabatan di proyek, dan pengalaman kerja baik pada

    level supervisi maupun level pelaksana pada kontraktor yang telah

    ditetapkan.

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    54/131

    39

    1. Tingkat pendidikan

    Tingkat pendidikan responden untuk level supervisi memiliki tiga

    variasi yaitu tingkat pendidikan SMA, D3 dan S1, sedangkan untuk level

    pelaksana mulai dari tingkat SD sampai dengan tingkat SMA. Distribusi

    tigkat pendidikan responden pada penelitian ini dapat dilihat deperti pada

    tabel 4.

    Tabel 4. Tingkat pendidikan responden

    PendidikanSupervisi Pelaksana

    Frekuensi Persen (%) Frekuensi Persen (%)

    SD - - 18 27,69

    SMP - - 25 38,46

    SMA/STM 2 5,88 22 33,85

    D3 9 26,47 - -

    S1 23 67,65 - -

    Total 34 100 65 100

    Berdasarkan penjelasan tabel 4, dapat dilihat bahwa pada level

    supervisi mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan hingga S1

    dengan persentase mencapai 67,65% atau sebanyak 23 responden, 12

    responden memiliki tingkat pendidikan hingga D3 dengan persentase

    sebesar 26,47% atau sebanyak 9 orang responden, dan 2 responden

    dengan tingkat pendidikan SMA/STM atau sebesar 5,88%.

    Pada level pelaksana mayoritas responden memiliki tingkat

    pendidikan hingga SMP dengan persentase mencapai 38,46% atau

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    55/131

    40

    sebanyak 25 responden, selanjutnya 22 responden memiliki tingkat

    pendidikan sampai SMA dengan persentase sebesar 33,85%, dan

    responden dengan tingkat pendididkan SD sebesar 27,69% atau

    sebanyak 18 orang.

    2. Jabatan

    Jabatan responden untuk level supervisi memiliki dua belas variasi

    yaitu seperti yang terdapat pada tabel 5, untuk level pelaksana memiliki

    empat jenis variasi yaitu tukang kayu, besi, bata, dan keramik. Distribusi

    jabatan responden pada penelitian ini dapat dilihat deperti pada tabel 5

    dan 6.

    Tabel 5. Jabatan responden level supervisi

    Jabatan Frekuensi Persen (%)

    Project manager 1 2,94

    Site engineer manager 1 2,94

    Site operasional Manager 3 8,82

    Pengendalian operasional proyek 1 2,94

    General superintendent 1 2,94

    Quality control 4 11,76

    Quantity 4 11,76Logistik 3 8,82

    Site engineer 6 17,65

    Staf teknik 5 14,71

    Surveyor 3 8,82

    Drafter 2 5,88

    Total 34 100

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    56/131

    41

    Berdasarkan tabel 5, dapat dilihat bahwa terdapat 12 jenis variasi

    jabatan responden tingkat supervisi dengan persentase tertinggi yaitu site

    engineersebanyak 6 orang atau sebesar 17,65%, selanjutnya staf teknik

    sebesar 14,71% atau sebanyak 5 orang, quality control dan quantity

    surveyor sebesar 11,76% atau sebanyak 4 orang, untuk jabatan site

    operasional manajerdan logistik sebesar 8,82 % atau sebanyak 3 orang,

    jabatan drafter sebesar 5,88 persen atau sebanyak 2 orang, dan terakhir

    untuk jabatan project manajer, site engineer manajer, pengendalian

    operasional proyek dan general superintendent masing-masing sebesar

    2,94% atau sebanyak 1 orang.

    Tabel 6. Jabatan responden level pelaksana

    Jabatan Frekuensi Persen (%)

    Tukang Kayu 20 30,77

    Tukang besi 20 30,77

    Tukang Bata 15 23,08

    Tukang keramik 10 15,38

    Total 65 100

    Berdasarkan tabel 6, dapat dilihat bahwa pada level pelaksana

    dikelompokkan menjadi empat bagian dengan presentase masing-masing

    yaitu untuk tukang kayu dan besi masing-masing sebesar 30,77% atau

    sebanyak 20 orang, untuk tukang bata sebesar 23,08% atau sebanyak 15

    orang, dan untuk tukang keramik sebanyak 10 orang atau sebesar

    15,38%.

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    57/131

    42

    3. Pengalaman kerja

    Pengalaman kerja responden dibagi kedalam 4 kategori yaitu untuk

    kategori pertama kurang dari 5 tahun, dan berikutnya berturut-turut yaitu

    5-10 tahun, 11-20 tahun, dan lebih dari 20 tahun. Distribusi responden

    baik level supervisi maupun level pelaksana dapat dilihat pada tabel 7

    berikut ini.

    Tabel 7. Pengalaman kerja responden

    Pengalaman

    kerja

    Supervisi Pelaksana

    Frekuensi Persen (%) Frekuensi Persen (%)

    < 5 tahun 15 44,12 23 35,38

    5-10 tahun 6 17,65 22 33,85

    11-20 tahun 5 14,71 13 20,00

    >20 tahun 8 23,53 7 10,77

    Total 34 100 65 100

    Berdasarkan tabel 7, dapat terlihat lamanya pengalaman kerja

    responden level supervisi mulai di bawah 5 tahun hingga di atas 20 tahun.

    Mayoritas responden level tersebut mempunyai pengalaman kerja 0-5

    tahun dengan persentase mencapai 44,12% atau sebanyak 15

    responden, selanjutnya terdapat 8 responden yang mempunyai

    pengalaman kerja >20 tahun atau sebesar 23,53%. Responden dengan

    pengalaman kerja 6-10 tahun dan 11-20 tahun memiliki jumlah responden

    berturut-turut sebesar 17,65% dan 14,71% atau dengan jumlah 6 dan 5

    orang.

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    58/131

    43

    Pada level pelaksana mayoritas responden level tersebut

    mempunyai pengalaman kerja kurang dari 5 tahun dengan persentase

    mencapai 35,38% atau sebanyak 23 responden, Responden yang

    mempunyai pengalaman kerja 5-10 tahun sebanyak 22 orang atau

    sebesar 33,85%, untuk responden dengan pengalaman 11-20 tahun dan

    lebih dari 20 tahun berturut-turut sebesar 20,00% dan 10,67% atau

    sebanyak 13 dan 7 responden.

    B. Volume WasteMaterial

    Volume waste material pada penelitian ini diperkirakan

    berdasarkan jawaban responden pada kuesioner yang telah disediakan

    atau berdasarkan pengalaman kerja mereka selama melakukan proses

    pembangunan proyek gedung. Pada penelitian ini ditetapkan delapan

    jenis waste dari consumable materialyaitu beton, besi tulangan, semen,

    pasir, batu pecah, bata ringan, keramik, mortar, dan satu jenis non-

    consumable materialyaitu kayu.

    Jawaban dan tangapan responden pada baik pada level supervisi

    maupun pada level pelaksana mengenai volume wastematerial disajikan

    dalam bentuk diagram lingkaran, yang selanjutnya nilai interval waste

    yang terbesar untuk masing-masing material disajikan dalan bentuk tabel.

    Hasil penelitian volume waste berdasarkan tanggapan supervisi dapat

    dilihat pada gambar 4 berikut ini:

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    59/131

    44

    Gambar 4. Diagram lingkaran wastematerial berdasarkan pandangansupervisi

    0-5%

    6-10%

    32,35%

    67,65%

    Waste beton

    0-5%

    6-10%

    11-15%

    Waste besi

    55,88%38,24%

    5,88%

    0-5%

    6-10%

    Waste semen

    21,88%

    78,14%

    0-5%

    6-10%

    11-15%

    Waste pasir

    26,47%

    70,59%

    2,94%

    0-5%

    6-10%

    Waste batu pecah

    23,53%

    76,47%

    0-5%

    6-10%

    11-15%

    Waste bata ringan

    58,82%

    35,29%

    5,88%

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    60/131

    45

    Lanjutan gambar 4

    Berdasarkan gambar 4, dapat kita lihat persentase jumlah

    responden untuk masing-masing interval volume waste material

    berdasarkan jawaban responden level supervisi. Jumlah responden

    terbanyak untuk masing-masing material berdasarkan tanggapan dari

    responden level supervisi dapat dirangkum pada tabel 8

    0-5%

    6-10%

    11-15%

    Waste keramik

    11,76%

    32,35%

    55,88%

    0-5%

    6-10%

    11-15%

    Waste mortarWaste mortar

    17,65%

    23,53%58,82%

    0-5%

    6-10%

    11-15%

    16-20%>20%

    Waste kayu

    5,88%

    14,71%

    5,88%11,76%

    61,76%

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    61/131

    46

    Tabel 8. Kuantitas wastematerial berdasarkan pendangan supervisi

    No Jenis material KuantitasPersentase reponden

    1 Beton 0-5 % (67,65%)

    2 Besi 6-10 % (55,88%)

    3 Semen 0-5 % (70,59%)

    4 Pasir 0-5 % (70,59%)

    5 Batu pecah 0-5 % (76,47%)

    6 Bata ringan 6-10 % (58,82%)

    7 Keramik 6-10 % (55,88%)

    8 Mortar 0-5 % (58,82%)

    9 Kayu 11-15% (61,76%)

    Berdasarkan tabel 8, dapat dilihat kecendrungan responden dalam

    memilih kuantitas waste untuk masing-masing material. Consumable

    material yaitu: beton, semen, pasir, batu pecah dan mortar besarnya

    volume waste antara 0-5% dari jumlah pengadaan material dengan

    persentase responden berturut-turut sebesar 67,65%, 70,59%, 70,59%,

    76,47% dan 58,82%. Material besi, bata ringan, dan keramik memiliki

    volume wasteantara 6-10%, dengan persentase responden berturut-turut

    adalah 55,88%, 58,82% dan 55,88%. Material kayu yang merupakan non-

    consumable materialmemberikan nilai wastetertinggi yaitu antara 11-15%

    dengan persentase responden sebesar 61,76%.

    Berdasarkan jawaban dan tangapan responden pada level

    pelaksana tentang volume waste material diperoleh hasil seperti pada

    gambar 5 berikut ini:

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    62/131

    47

    Gambar 5. Diagram lingkaran wastematerial berdasarkan pelaksana

    0-5%

    6-10%

    ste beton

    20,00%

    80,00%

    0-5%

    6-10%

    11-15%

    ste besi

    25,00%

    65,00%

    10,00%

    0-5%

    6-10%

    ste semen

    24,00%

    76,00%

    0-5%

    6-10%

    ste p sir

    20,00%

    80,00%

    0-5%

    6-10%

    ste b tu pec h

    77,14%

    22,86%0-5%

    6-10%

    ste b t ring n

    20,00%

    80,00%

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    63/131

    48

    Lanjutan gambar 5

    Berdasarkan gambar 5, dapat kita lihat persentase jumlah

    responden untuk masing-masing interval volume waste material

    berdasarkan jawaban responden level pelaksana. Jumlah responden

    terbanyak untuk masing-masing material berdasarkan tanggapan dari

    responden level pelaksana dapat dirangkum pada tabel 9.

    0-5%

    6-10%

    ste ker mik

    30,00%

    70,00%

    0-5%

    6-10%

    11-15%

    ste mort r

    73,33%

    6,67%

    20,00%

    0-5%

    6-10%

    11-15%

    ste k yu

    ste k yu

    20,00%

    15,00%

    `

    65,00%

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    64/131

    49

    Tabel 9. Kuantitas wastematerial berdasarkan pendangan pelaksana

    No Jenis material KuantitasPersentase reponden

    1 Beton 0-5 % (80,00%)

    2 Besi 6-10 % (65,00%)

    3 Semen 0-5 % (76,00%)

    4 Pasir 0-5 % (80,00%)

    5 Batu pecah 0-5 % (77,14%)

    6 Bata ringan 6-10 % (80,00%)

    7 Keramik 6-10 % (70,00%)

    8 Mortar 0-5% (73,33%)

    9 Kayu 11-15 % (65,00%)

    Berdasarkan tabel 9, dapat dilihat kecenderungan responden dalam

    memilih kuantitas waste untuk masing-masing material. Consumable

    material yaitu: beton, semen, pasir, batu pecah dan mortar besarnya

    volume waste antara 0-5% dari jumlah pengadaan material dengan

    persentase responden berturut-turut sebesar 80,00%, 76,00%, 80,00%,

    77,14%, dan 73,33%. Material besi, bata, dan keramik memiliki volume

    wasteantara 6-10%, dengan persentase responden berturut-turut adalah

    65,00%, 80,00% dan 70,00%. Material kayu yang merupakan non-

    consumable materialmemberikan nilai wastetertinggi yaitu antara 11-15%

    dengan persentase responden sebesar 65,00%.

    C. FaktorFaktor Penyebab WasteMaterial

    Faktor-faktor penyebab waste material dalam penelitian ini dibagi

    menjadi dua bagian, bagian pertama dari pandangan supervisi berupa

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    65/131

    50

    faktor umum penyebab timbulnya waste, bagian kedua dari pandangan

    pelaksana yang bekerja dilapangan berupa faktor penyebab waste dari

    masing-masing material berdasarkan pengalaman mereka di lapangan.

    Analisis dilakukan dengan menggunanakan analisis statistik yang terdiri

    dari analisis deskriptif dan analisis one way anova, analisis yang lainnya

    yaitu dengan menggunakan metode AHP.

    1. Analisis Statistik

    Dalam analisis statistik terdapat tiga analisa yang dilakukan yang

    pertama yaitu uji validitas dan reliabilitas kuesioner, statistik deskriptif, dan

    uji one way anova.

    a. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner

    Uji validitas dan reliabilitas bertujuan untuk mengetahui konsistensi

    dari suatu jawaban dalam mengukur suatu objek penelitian. Uji validitas

    yang digunakan dalam penelitian dilakukan dengan menggunakan metode

    corrected item total correlation. Pengukuran uji validitas dilakukan dengan

    membandingkan nilai r hitung dari hasil pengujian dengan nilai r tabel.

    Apabila nilai r hitung r tabel, maka item dapat dikatakan valid, begitupula

    sebaliknya jika r hitung < r tabel makan item tidak valid.

    Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan metode cronbachs

    alphadan pengukurannya dapat ditentukan dengan melihat nilai cronbach

    alpha, jika nilainya kurang dari 0,6 maka dikatakan kurang baik sedangkan

    jika nilainya 0,7 dapat diterima dan jika nilainya diatas 0,8 maka dikatakan

    dalam kategori baik.

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    66/131

    51

    Hasil uji validitas dan reliabilitas baik untuk kuesioner level supervisi

    maupun level pelaksana dapat dilihat pada lampiran 3. Pada lampiran 3

    dapat dilihat bahwa untuk uji reliabilitas nilai cronbach alpha dari semua

    item lebih dari 0,8 sehingga kuesioner dapat dikatakan reliabel. Untuk uji

    validitas, nilai r hitung (corrected item total correlation) pada lampiran 3

    dibandingkan dengan nilai r tabel (lampiran 6), berdasarkan jumlah

    responden yang dapat dilihat pada tabel 10 berikut:

    Tabel.10 Nilai r tabel

    N (Jumlah resoponden) r tabel

    10 0,632

    15 0,514

    20 0,444

    25 0,396

    34 0,339

    35 0,334

    45 0,294

    Berdasarkan nilai r tabel pada tabel 10 yang dibandingkan dengan nilai r

    hitung yang terdapat pada lampiran 3, untuk tiap item yang ada, nilai r

    hitung > r tabel, sehingga kuesioner memenuhi syarat validitas.

    b. Statistik Deskriptif

    Berdasarkan pengolahan data dari hasil jawaban responden,

    diperoleh nilai rata-rata untuk masing-masing faktor penyebab timbulnya

    wastedari pandangan supervisi seperti pada tabel 11.

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    67/131

    52

    Tabel 11. Faktor penyebab waste material berdasarkan pandangansupervisi

    No Faktor penyebab wastematerial Rata-rata

    Desain

    1 Frekuensi perubahan desain 2,76

    2 Informasi desain yang tidak lengkap 2,35

    3 Dokumen kontrak yang tidak lengkap pada saatdimulainya pembangunan

    2,38

    4 Perubahan spesifikasi material setelah pelaksanaanpekerjaan berlangsung

    2,56

    Penanganan

    1 Penyimpanan material yang buruk 2,62

    2 Metode pembongkaran bahan yang tidak efisien 2,79

    3 Kerusakan akibat pemindahan bahan di lokasipekerjaan

    2,50

    4 Penanganan bahan yang buruk (misalkan carapemotongan yang tidak efisien)

    3,18

    5 Menggunakan material dengan kualitas yang buruk 2,59

    6 Alat yang digunakan tidak memadai 2,44

    7 Menggunakan material yang cacat 2,50

    Pekerja

    1 Kesalahan pekerja selama konstruksi 3,12

    2 Pekerja yang kurang berpengalaman 3,26

    3 Jam kerja yang berlebih menyebabkan tidak efektifnyapekerja dalam bekerja

    2,79

    4 Kekurangan pekerja yang terampil 3,09

    Manajemen

    1 Perencanaan dan penjadwalan yang buruk 2,94

    2 Pengawasan terhadap pekerja yang buruk 3,32

    3 Metode konstruksi yang tidak tepat 2,97

    4 Bagian-bagian dalam proyek tidak berkomunikasidengan baik

    3,03

    5 Kurangnya rencana pengelolaan waste 3,00

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    68/131

    53

    Lanjutan tabel 11.

    No Faktor penyebab wastematerial Rata-rata

    6 Pengontrolan material dilokasi proyek yang buruk 3,06

    Pengadaan/Pembelian

    1 Kesalahan dalam pemesanan (kurang atau lebih dariyang dibutuhkan)

    2,59

    2 Item yang dipesan tidak sesuai dengan spesifikasi 2,76

    3 Prosedur transportasi/pengiriman barang dari supplierke lokasi yang buruk

    2,50

    4 Menggunakan produk berkualitas rendah 2,745 Pembelian tidak dapat dilakukan dalam jumlah kecil 2,50

    Kondisi Lokasi

    1 Lokasi pembangunan yang sulit diakses 2,74

    2 Kondisi tanah yang tidak sesuai dengan perencanaan 2,62

    Faktor Eksternal

    1 Pengaruh cuaca 3,03

    2 Pencurian 2,76

    Berdasarkan tabel 11, dapat kita lihat faktor-faktor yang dominan

    sebagai penyebab timbulnya wastematerial, dimana terdapat tujuh faktor

    yaitu desain, penanganan, pekerja, manajemen, pengadaan/pembelian,

    kondisi lokasi dan faktor eksternal yang terdiri dari sub faktor dengan

    penjelasan sebagai berikut ini:

    1) Desain

    Faktor desain berupa frekuensi perubahan desain menempati

    rangking tertinggi dengan rata-rata 2,76 yang kemudian diikuti

    oleh perubahan spesifikasi material, dokumen kontrak yang

    tidak lengkap pada saat dimulainya pembangunan, dan

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    69/131

    54

    Informasi desain yang tidak lengkap dengan rata-rata berturut-

    turut 2,56, 2,38 dan 2,35.

    Dalam proses pembangunan desain suatu proyek sudah

    seharusnya ditetapkan terlebih dahulu dan disepakati sebelum

    palaksanaan proyek berlangsung, akan tetapi dalam

    pelaksanaannya terkadang terjadi perubahan spesifikasi yang

    dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya permintaan

    customer seperti yang terjadi pada pembangunan Proyek

    Apartemen Vidaview terdapat permintaan customer sehingga

    beberapa bagian bagunan yang telah selesai dibangun,

    dilakukan pembongkaran sesuai permintaan customer

    sehingga menimbulkan waste, jadi dapat disimpulkan bahwa

    untuk pengaruh dari faktor-faktor desain sangat ditentukan oleh

    desain yang tentunya merupakan permintaan dari owner

    ataupun konsumen.

    2) Penanganan

    Berdasarkan faktor penanganan, penanganan bahan yang

    buruk, metode pembongkaran bahan yang tidak efisien, dan

    penyimpanan material yang buruk menempati urutan teratas

    sebagai faktor penyebab waste dari aspek penanganan

    material dengan rata-rata yaitu 3,18, 2,79, dan 2,62.

    Penaganan bahan yang buruk juga menempati urutan tertinggi

    dari penyebab waste beberapa jenis material seperti pada

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    70/131

    55

    material bata ringan, dimana kerusakan akibat pemotongan

    yang tidak efektif menempati urutan tertinggi (tabel 17).

    3) Pekerja

    Berdasarkan faktor pekerja, pekerja yang kurang

    berpengalaman, kekurangan pekerja yang terampil, kesalahan

    pekerja selama konstruksi, dan jam kerja yang berlebih

    menyebabkan tidak efektifnya pekerja dalam bekerja berturut-

    turut memiliki rata-rata 3,26, 3,09, 2,85, dan 2,79.

    Pada beberapa material, faktor pekerja juga memberikan

    kontribusi yang besar sebagai penyebab waste, misalnya untuk

    wastemortar kesalahan pekerja yang kurang terampil sehingga

    tebal plasteran tidak sesuai (tabel 20) menjadi penyebab

    tertinggi wastemortar.

    4) Manajemen

    Pengawasan terhadap pekerja yang buruk, pengontrolan

    material dilokasi proyek yang buruk, dan bagian-bagian dalam

    proyek tidak berkomunikasi dengan baik menempati tiga urutan

    teratas sebagai penyebab timbulnya waste dari aspek

    manajemen dengan rata-rata berturut-turut sebesar 3,32, 3,06,

    3,03.

    Pada dasarnya faktor menajemen adalah faktor yang akan

    mempengaruhi faktor-faktor lainnya, karena pengawasan yang

    baik akan memepengaruhi kinerja pekerja dan kinerja pekerja

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    71/131

    56

    tentunya akan mempengaruhi cara kerja dan penanganan

    mereka terhadap material, oleh karena itu sangat diperlukan

    manajemen yang baik dari pelaksana suatu proyek agar

    pelaksanaan sutu proyek lebih terarah dan terkontrol dengan

    baik.

    5) Pengadaan/pembelian

    Item yang dipesan tidak sesuai dengan spesifikasi,

    menggunakan produk berkualitas rendah, kesalahan dalam

    pemesanan (kurang atau lebih dari yang dibutuhkan)

    menempati tiga urutan teratas sebagai penyebab timbulnya

    wastematerial dengan rata-rata berturut-turut yaitu 2,76, 2,74,

    dan 2,59.

    Dalam pelaksanaan sutu proyek, terkadang pemesanan item

    tertentu berbeda dari spesifikasi yang telah ditetapkan dan hal

    tersebut dapat menyebabkan kualitas suatu bangunan tidak

    sesuai dengan yang diharapkan, dan terkadang dapat

    menyebabkan pengulangan pekerjaan yang tentunya akan

    menimbulkan waste, begitupula jika menggunakan produk

    berkualitas rendah dapat memberikan dampak yang sama.

    6) Kondisi lokasi

    Lokasi pembangunan yang sulit diakses dan kondisi tanah yang

    tidak sesuai dengan perencanaan memiliki rata-rata sebesar

    2,74 dan 2,62.

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    72/131

    57

    Kondisi lokasi merupakan faktor yang tidak dapat dihindari,

    sehingga yang dapat dilakukan hanya dengan mengantisipasi

    kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi dalam suatu

    proses konstruksi.

    7) Faktor eksternal

    Pengaruh cuaca dan pencurian memiliki rata-rata sebesar 3,03

    dan 2,76. Seperti halnya dengan kondisi lokasi, faktor eksternal

    juga merupakan faktor yang tidak dapat dihindari dan hanya

    dapat diantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang mungkin

    terjadi.

    Secara keseluruhan empat faktor paling dominan sebagai

    penyebab timbulnya waste material berturut-turut yaitu sebagai berikut

    pengawasan terhadap pekerja yang buruk, pekerja yang kurang

    berpengalaman, penanganan bahan yang buruk (misalkan cara

    pemotongan yang tidak efisien), dan kesalahan pekerja selama

    konstruksi, dengan rata-rata berturut-turut sebesar 3,32, 3,26, 3,18, dan

    3,12.

    Keempat faktor yang paling dominan sebagai penyebab waste

    material memilki keterkaitan antara yang satu dengan yang lainnya

    misalnya dengan adanya pengawasan terhadap pekerja yang baik, maka

    tentunya dapat meminimalisasi kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh

    pekerja dan penanganan terhadap material juga akan menjadi lebih baik,

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    73/131

    58

    oleh karena itu pengawasan dalam suatu proses pembangunan harus

    lebih diperhatikan.

    Faktor penyebab waste material berdasarkan sudut pandang

    pelaksana lebih ditekankan terhadap penyebab timbulnya waste dari

    masing-masing jenis material dengan hasil seperti pada tabel berikut :

    1. Wastebeton

    Faktor penyebab wastebeton terbesar adalah karena pemesanan

    beton berlebih dari yang dibutuhkan dengan rata-rata 2,85, yang diikuti

    oleh kesalahan pekerja dalam menuangkan beton, dan cuaca yang

    buruk/hujan dengan rata-rata berturut-turut 2,85 dan 2,80, seperti pada

    tabel 12 berikut.

    Tabel 12. Faktor penyebab wastebeton

    Faktor penyebab waste Rata-rata

    Beton mengeras karena penanganan lambat 2,45

    Menggunakan peralatan yang tidak tepat (contoh:menggunaan alat vibrasi/getaran yang tidak memadai,sehingga menimbulkan masalah pada beton)

    2,60

    Cuaca yang buruk/hujan 2,65

    Pemesanan beton berlebih dari yang dibutuhkan 2,85

    Terjadi deviasi dimensi struktur saat pengecoran 2,70Kesalahan pekerja pada proses menuangkan beton 2,80

    Beton merupakan material dengan sifat yang mudah mengeras jika

    penanganan lambat sehingga apabila terdapat kelebihan dalam

    pemesanan, maka akan menimbulkan waste, terutama jika tidak ada

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    74/131

    59

    bagian dari proyek yang dapat dicor selain dari yang telah direncanakan

    sebelumnya, oleh karena itu penentuan volume pekerjaan pengecoran

    menjadi hal yang perlu diperhatikan dengan baik sebelum melakukan

    pemesanan. Faktor cuaca juga memberikan pengaruh dalam proses

    pengecoran terutama pada musim hujan, sehingga sebelum melakuakan

    pengecoran harus memperhatikan perkiraan cuaca.

    2. Wastebesi

    Sisa potongan tulangan yang pendek tidak dapat dipergunakan

    kembali menjadi faktor penyebab terbesar timbulnya wastebesi tulangan

    dengan rata-rata 3,65, diikuti oleh kesalahan dalam pemotongan atau

    pemotongan yang tidak optimal dan informasi gambar yang kurang jelas

    dengan rata-rata berturut-turut sebesar 3,35 dan 2,85 seperti yang

    terdapat pada tabel 13.

    Tabel 13. Faktor penyebab wastebesi tulangan

    Faktor penyebab waste Rata-rata

    Informasi gambar yang kurang/tidak jelas 2,85

    Pendetailan gambar yang rumit 2,60

    Kesalahan dalam pemotongan besi/pemotongan yang tidak

    optimal

    3,35

    Kesalahan dalam pemakaian ukuran/type besi 2,30

    Sisa potongan tulangan yang pendek tidak dapatdipergunakan kembali

    3,65

    Penyimpanan yang buruk sehingga besi berkarat 2,60

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    75/131

    60

    Sisa potongan besi yang pendek merupakan waste yang mutlak

    akan ditemukan dilokasi proyek, karena dalam perakitan besi tulangan

    membutuhkan proses pemotongan yang akan memberikan wasteberupa

    potongan-potongan kecil yang tak dapat digunakan. Oleh karena itu

    dibutuhkan ketelitian dan perencanaan yang baik sebelum melakukan

    proses pemotongan besi tulangan. Informasi dan detail gambar yang

    jelas juga sangat mempengaruhi timbulnya waste, karena akan menjadi

    acuan bagi pekerja dalam melakukan proses pemotongan dan perakitan

    besi tulangan.

    3. Wastesemen

    Faktor penyebab waste semen terbesar adalah karena proses

    membuang/melempar semen ke gudang dengan rata-rata 2,96 diikuti oleh

    penyimpanan yang buruk menyebabkan semen mengeras dan cuaca

    buruk akibat hujan dengan rata-rata berturut-turut sebesar 2,84 dan 2,80,

    seperti yang terdapat pada tabel 14.

    Tabel 14. Faktor penyebab wastesemen

    Faktor penyebab waste Rata-rata

    Kemasan rusak menyebabkan semen tercecer 2,64Penyimpanan yang buruk menyebabkan semen mengeras 2,84

    Membuang/melempar semen ke gudang 2,96

    Cuaca buruk akibat hujan 2,80

    Menggunakan alat ukur yang tidak tepat pada prosespengukuran volume semen

    2,60

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    76/131

    61

    Proses pemindahan semen ke gudang harus dilakukan dengan

    hati-hati karena dengan membuang/melempar, maka kemasan semen

    tersebut dapat mengalami kerusakan yang menyebabkan semen tercecer

    hingga timbul waste. Tempat penyimpanan juga harus diperhatikan agar

    semen tidak mengeras akibat kondisi yang lembab.

    4. Wastepasir

    Faktor penyebab waste pasir dengan tiga urutan terbesar adalah

    hilang karena bercampur dengan tanah, cuaca buruk akibat hujan, dan

    tercecer dilalui kendaraan/orang karena penumpukan pada tempat yang

    tidak tepat dengan rata-rata berturut-turut adalah 2,93, 2,89, dan 2,79,

    seperti yang terdapat pada tabel 15

    Tabel 15. Faktor penyebab wastepasir

    Faktor penyebab waste Rata-rata

    Supplier mengirim pasir tidak sesuai dengan spesifikasi 2,78

    Tercecer dilalui kendaraan/orang karena penumpukan padatempat yang tidak tepat

    2,80

    Kurangnya lahan penyimpanan 2,67

    Tercecer saat pemindahan/pengangkutan pada lokasi proyek 2,76

    Hilang karena bercampur dengan tanah 2,93

    Cuaca buruk akibat hujan 2,89

    Menggunakan alat ukur yang tidak tepat pada prosespengukuran volume pasir

    2,47

    Waste pasir dapat terjadi jika penyimpanan dilakukan di atas

    permukaan tanah, sehingga pasir bercampur dengan tanah dan tidak

    dapat dipergunalan kembali. Kondisi cuaca berupa hujan juga akan

  • 7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)

    77/131

    62

    menyebabkan terjadinya wastepasir, utamanya ketika penyimpanan pasir

    pada ruang yang terkena hujan. Oleh karena itu lokasi penyimpanan pasir

    harus menjadi perhatian tersendiri untuk menghindari timbulnya waste.

    5. Wastebatu pecah

    Faktor penyebab waste batu pecah dengan tiga urutan terbesar

    adalah tercecer saat pemindahan/pengangkutan pada lokasi proyek,

    tercecer karena penumpukan pada tempat yang keliru, dan cuaca buruk

    akibat hujan dengan rata-rata berturut-turut sebesar 2,97 , 2,60 , dan 2,74,

    seperti yang terlihat pada tabel 16.

    Tabel 16. Faktor penyebab wastebatu pecah

    Faktor penyebab waste Rata-rata

    Supplier mengirim batu pecah tidak sesuai denganspesifikasi

    2,60

    Tercecer karena penumpukan pada tempat yang keliru 2,86

    Tercecer saat pemindahan/pengangkutan pada lokasi proyek 2,97

    Menggunakan alat ukur yang tidak tepat pada prosespengukuran volume batu pecah

    2,69

    Cuaca buruk akibat hujan 2,74

    Seperti halnya dengan mate