--irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
TRANSCRIPT
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
1/131
PENGENDALIAN WASTE MATERIAL
PADA PROYEK GEDUNG DI MAKASSAR
THE CONTROL OF THE WASTE MATERIALS IN THE
CONSTRUCTION PROJECT IN MAKASSAR
IRMAWATY
P2304213402
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
2/131
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
3/131
TESIS
PENGENDALIAN WASTEMATERIAL
PADA PROYEK GEDUNG DI MAKASSAR
Disusun dan diajukan oleh
IRMAWATY
Nomor Pokok P2304213402
telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis
pada tanggal 1 Desember 2015
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Menyetujui
Komisi Penasihat,
Suharman Hamzah, S.T., M.T., PhD. Eng, HSE Cert Dr. Eng. Irwan Ridwan Rahim, S.T., M,T.
Ketua Anggota
Ketua Program Studi Direktur Program Pascasarjana
Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin,
Dr. Eng. Ir. Farouk Maricar, M.T. Prof. Dr. Syamsul Bachri, S.H., M.S.
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
4/131
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertanda tangan dibawah ini
Nama : Irmawaty
Nomor mahasiswa : P2304213402
Program Studi : Teknik Sipil
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan pengambilalihan
tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau
dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan isi disertasi ini hasil
karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Makassar, Desember 2015
Yang menyatakan,
Irmawaty
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
5/131
ii
PRAKATA
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan tesis ini, yang
merupakan persyaratan yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan studi
pasca sarjana Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
Banyak kendala yang dihadapi oleh penulis dalam rangka
penyusunan tesis ini. Berkat bantuan berbagai pihak maka tesis ini dapat
diselesaikan penulis. Dalam kesempatan ini penulis dengan tulus
menyampaikan terima kasih kepada Suharman Hamzah, ST. MT. PhD.
Eng. HSE.Cert sebagai ketua komisi penasihat dan Dr. Eng. Irwan Ridwan
Rahim, ST. MT sebagai anggota komisi penasihat atas bantuan dan
bimbingannya yang telah diberikan mulai dari pemilihan minat penelitian
sampai dengan penulisan tesis. Selanjutnya kepada Ketua Program Studi
S2 Teknik Sipil Universitas Hasanuddin, para dosen S2 Teknik Sipil serta
staf administrasi Pasca Sarjana, staf administrasi Fakultas Teknik dan staf
administrasi Jurusan Teknik Sipil yang membantu penulis selama proses
perkuliahan, penelitian dan penyelesaian administrasi akademik.
Terkhusus kepada teman-teman Teknik Perancangan Prasarana dan
Teknik Geoteknik 2013 yang telah memberikan bantuan dan support yang
tak terhingga untuk menyelesaikan tesis ini.
Teristimewa ungkapan cinta penulis kepada orang tua serta
saudara-saudara saya, yang senantiasa memberikan dorongan moril dan
kasih sayangnya sehingga saya dapat survive untuk menyelesaikan tesis
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
6/131
iii
ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada mereka yang
namanya tidak bisa kami sebut satu persatu atas bantuannya selama ini.
Mengingat berbagai keterbatasan dan kendala yang ada, penulis
sadar bahwa dalam tesis ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang menuju ke arah
perbaikan. Wassalam.
Makassar, Desember 2015
Irmawaty
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
7/131
iv
ABSTRAK
IRMAWATY. Pengendalian Waste Material Pada Proyek Gedung di
Makassar (dibimbing oleh Suharman Hamzah dan Irwan Ridwan Rahim).
Penelitian ini bertujuan mengetahui (1) jenis waste material, (2)
faktor-faktor dominan penyebab wastematerial, (3) cara meminimalisasi
wastematerial dan (4) cara penanganan terhadap wastematerial.
Penelitian ini dilaksanakan pada beberapa perusahaan kontraktor di
Kota Makassar dengan sampel berupa supervisi dan pelaksana pada
proyek yang sedang dibangun masing-masing kontraktor. Data
dikumpulkan menggunakan metode observasi; kuesioner; dan
wawancara langsung tehadap responden di lapangan. Data dianalisis
dengan menggunakan analisis statistik berupa uji validitas; uji reliabilitas;
statistik deskriptif; uji one way anova; dan uji AHP (Analitycal hierarchy
proces).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk consumable material,
besi; bata ringan; dan keramik memiliki nilai waste terbesar yang diikuti
oleh beton; semen; pasir; batu pecah; dan mortar. Material kayu yangmerupakan nonconsumablematerial memiliki nilai volume wasteterbesar.
Penyebab utama timbulnya waste, yaitu pengawasan terhadap pekerja
yang buruk; pekerja yang kurang berpengalaman; dan penanganan bahan
yang buruk. Wastematerial yang timbul dikelola dengan memanfaatkan
wasteuntuk keperluan diproyek; dimanfaatkan masyarakat sekitar; didaur
ulang; dan dibuang ke TPA.
Kata kunci : waste material, proyek gedung, AHP
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
8/131
v
ABSTRACT
IRMAWATY. The Controll of the Waste Materials in the Construction
Project in Makassar (supervised by Suharman Hamzah and Irwan Ridwan
Rahim).
The study aimed to analyze (1) the types of waste material, (2) the
dominant factors affecting the waste materials, (3) the method of
minimizing the waste materials and (4) the method of handling the waste
materials.
The study was conducted on some contracting companies in the city
of Makassar with the samples of the supervisors and the executors of the
projects constructed by each constructing company. The methods used to
collect the data were observation, questionnaires, and direct interviews
with the executors in the fields. The data were analyzed using the
statistical analysis, such as the validity test, reliability test, descriptive test,
one-way ANOVA, and Analytical Hierarchy process (AHP)
The research result revealed that the consumable materials iron,
light bricks, and ceramics had the greatest value of wastes, followed bythe concretes, cement, sand, crushed stones, and mortar. Meanwhile,
wood materials, which were not consumable materials, had the greatest
volume and value. The waste were present because of the bad
supervision and on the workers, the inexperienced workers, and the bad
handling of the materials. The resulted waste materials were utilized for
the project needs, utilized by community living around the projects,
recycled, and disposed to the landfill.
Keywords : waste materials, construction projects, AHP
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
9/131
vi
DAFTAR ISI
halaman
PRAKATA v
ABSRAK vii
ABSTRACT viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN xv
I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 4
E. Batasan Masalah 5
II. TINJAUAN PUSTAKA 6
A. WasteMaterial Konstruksi 6
B. Klasifikasi WasteMaterial Konstruksi 7
C. Penyebab Timbulnya WasteMaterial 11
D. Minimalisasi WasteMaterial 16
E. Analitycal Hierarchy Process(AHP) 22
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
10/131
vii
F. Penelitian Terdahulu 28
G. Kerangka Konseptual 30
H. Defenisi Operasional 31
III. METODE PENELITIAN 32
A. Waktu dan Lokasi Penelitian 32
B. Jenis dan Sumber Data 32
C. Teknik Pengumpulan Data 33
D. Populasi dan Sampel 34
E. Variabel Penelitian 34
F. Metode Analisis Data 34
G. Kerangka Alir Penelitian 37
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 38
A. Profil Responden 38
B. Volume WasteMaterial 43
C. Faktor-Faktor Penyebab WasteMaterial 49
D. Cara Meminimalisasi WasteMaterial 74
E. Penanganan WasteMaterial 77
V. PENUTUP 83
A. Kesimpulan 83
B. Saran 85
DAFTAR PUSTAKA 88
LAMPIRAN 86
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
11/131
viii
DAFTAR TABEL
Nomor halaman
1. Cara meminimalisasi wastekonstruksi 19
2. Skala penilaian antar dua elemen 24
3. Nilai RI untuk berbagai ukuran matriks 27
4. Tingkat pendidikan responden 39
5. Jabatan responden level supervisi 40
6. Jabatan responden level pelaksana 41
7. Pengalaman kerja responden 42
8. Kuantitas wastematerial berdasarkan pandangan supervisi 46
9. Kuantitas wastematerial berdasarkan pandangan pelaksana `49
10. Nilai r tabel 51
11. Faktor penyebab wastematerial berdasarkan supervisi 52
12. Faktor penyebab wastebeton 58
13. Faktor penyebab wastebesi tulangan 59
14. Faktor penyebab wastesemen 60
15. Faktor penyebab wastepasir 61
16. Faktor penyebab wastebatu pecah 62
17. Faktor penyebab wastebata ringan 63
18. faktor penyebab wastekeramik 64
19. Faktor penyebab wastekayu bekisting 65
20. Faktor penyebab wastemortar 66
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
12/131
ix
21. Hasil uji one way anova 67
22. Matriks berpasangan untuk dampak 69
23. Perhitungan bobot elemen dampak 69
24. Uji konsistensi matriks 70
25. Peringkat dampak wastematerial 72
26. Cara meminimalisasi wastematerial 75
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
13/131
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor halaman
1. Dekomposisi masalah 23
2. Kerangka konseptual penelitian 30
3. Kerangka alir penelitian 37
4. Diagram lingkaran waste material berdasarkanpandangan supervisi 44
5. Diagram lingkaran waste material berdasarkanpandangan pelaksana 47
6. Wastebeton yang akan dibuang ke TPA 78
7. Alternatif penanganan wastebeton 78
8. Pemanfaatan wastekayu dan besi 80
9. Wastebata ringan 81
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
14/131
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor halaman
1. Kuesioner penelitian supervisi 88
10. Kuesioner Penelitian pelaksana 93
11. Output hasil uji SPSS 97
12. Nilai lokal dampak faktor-faktor penyebab wastematerial 108
13. Tabel rekomendasi cara meminimalisasi penyebab wastemasing-masing material 111
14. r table (pearson product momen) 115
15. F tabel statistik (level of significance0,05) 116
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
15/131
xii
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN
Lambang/singkatan Arti dan keterangan
Mulai/selesai
Proses/analisis
Alur kerja
AHP Analitycal hierarchy process
AMDAL Analisis mengenai dampak lingkungan
CI Consistency indeks
CR Consistency ratio
CTB Cemen Treated Base
et al. et alii, dan kawan-kawan
PVC Polivinil klorida
PJT Pusat jantung terpadu
RI Random indeks
SPSS Statiscical product and service solution
QC Quality control
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
16/131
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makassar merupakan kota yang sedang berkembang, sehingga
dalam menjalankan kegiatan ekonomi, perdagangan, bisnis maupun
pemerintahan dibutuhkan penyediaan sarana dan prasarana yang
mendukung seperti pembangunan gedung. Pembangunan gedung saat ini
mengarah pada pembangunan ke arah vertikal atau gedung bertingkat
tinggi, hal tersebut disebabkan karena keterbatasan lahan yang ada.
Penyediaan sarana dan prasarana tersebut tidak lepas dari proses
konstruksi yang tentunya memiliki beberapa resiko yang mungkin terjadi.
Salah satu yang harus menjadi perhatian tersendiri adalah resiko
timbulnya waste material yang akan berdampak bukan hanya bagi
pelaksanaan pembangunan, akan tetapi dapat memberikan dampak buruk
terhadap lingkungan.
Kontraktor sebagai pelaksana pembangunan tentunya sangat
merasakan dampak waste material. Dampak tersebut terutama karena
semakin besar waste material yang timbul, maka peningkatan biaya
konstruksi juga akan semakin besar.
Biaya pengadaan material menyerap biaya yang sangat besar
dalam suatu proyek konstruksi. Ervianto (2004), mengemukakan bahwa
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
17/131
2
biaya material menyerap 50-70% dari biaya proyek, biaya ini belum
termasuk biaya penyimpanan material. John dan Itodo (2013),
mengemukakan bahwa biaya material untuk proyek konstruksi di Nigeria
menyerap lebih dari 50% biaya poyek dan waste material memberikan
kontribusi sebesar 21-30% terhadap cost overrundari proyek. Intan et al.
(2005), menyimpulkan bahwa nilai minimun biaya wastematerial sebesar
3,33% dan nilai maksimun biaya wastematerial sebesar 4,67% dari total
anggaran.
Selain berdampak pada peningkatan biaya, waste material juga
berdampak pada waktu pelaksanaan proyek. Penundaan pekerjaan dapat
terjadi akibat wastematerial, sebagai contoh wastematerial yang terjadi
akibat kesalahan pekerja mengakibatkan pekerjaan tersebut harus
dibongkar dan diulangi kembali, sehingga menimbulkan penambahan
waktu pelaksanaan suatu proyek. Nagapan et al. (2012), menyatakan
bahwa waste materialdapat menambah waktu pelaksanaan proyek tanpa
menambah nilai dari proyek tersebut.
Waste material konstruksi selain meningkatkan biaya juga
berdampak terhadap lingkungan, karena akan meningkatkan timbulan
sampah. Wastematerial konstruksi dapat mencapai 15-30% dari sampah
kota (Brooks et al., 1994). Shen et al. (2002), mengemukakan bahwa
proses konstruksi memberikan kontribusi yang besar terhadap generasi
waste dan pengelolaan waste konstruksi dapat berpotensi untuk
melindungi lingkungan.
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
18/131
3
Sementara itu metode daur ulang di Indonesia masih sulit untuk
diterapkan karena pada umumnya tempat sampah di Indonesia belum
dipilah-pilah menurut jenis sampah, sehingga semua sampah dijadikan
satu dalam satu tempat penampungan. Selain itu kemajuan teknologi
belum dapat menyamai teknologi di negara maju, karena membutuhkan
biaya yang tinggi dan hasil daur ulang belum diteliti untuk dapat
dimanfaatkan (Intan et al., 2005).
Untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh waste material
tersebut diperlukan metode untuk meminimalisasi timbulnya waste
material, sehingga pelaksanaan suatu proyek dapat meningkatkan
keuntungan baik dari segi waktu, biaya maupun peningkatan kualitas
lingkungan. Berdasarkan uraian-uraian diatas maka peneliti memilih judul:
Pengendalian WasteMaterial Pada Proyek Gedung di Makassar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka dalam
penelitian ini pokok permasalahan yang ada dirumuskan sebagai berikut:
1. Jenis waste material apa saja yang dominan timbul pada
proyek gedung?
2. Faktor-faktor apa yang dominan menyebabkan timbulnya waste
material pada proyek gedung?
3. Bagaimana cara meminimalisasi waste material pada proyek
gedung?
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
19/131
4
4. Bagaimana cara penanganan terhadap waste material pada
proyek gedung?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Menganalisis jenis waste material yang dominan timbul pada
proyek gedung.
2. Menganalisis faktor-faktor dominan yang menyebabkan
timbulnya wastematerial pada proyek gedung.
3. Menganalisis cara meminimalisasi wastematerial pada proyek
gedung.
4. Mengidentifikasi cara penanganan terhadap waste material
pada proyek gedung.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dilakukannya penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi para pelaku
konstruksi dalam melaksanakan suatu proyek agar
mempertimbangkan mengenai manajemen material konstruksi,
sehingga dapat meminimalisir timbulnya wastematerial dalam
suatu proyek konstruksi.
2. Sebagai bahan referensi alternatif bagi peneliti yang lain yang
ingin melakukan penelitian terhadap kasus yang sama.
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
20/131
5
E. Batasan Masalah
Agar penelitian dapat berjalan efektif dan mencapai sasaran yang
disarankan, maka penelitian dibatasi pada:
1. Lokasi penelitian dilakukan di Makassar, melalui kuesioner dan
wawancara terhadap kontraktor yang bergerak dibidang
pembangunan proyek gedung di Makassar, serta pengumpulan
data sekunder yang terkait dengan penelitian.
2. Gedung yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gedung
bertingkat dengan jumlah lantai lebih dari 4 lantai.
3. Subjek yang dijadikan narasumber memiliki pengalaman dalam
proses konstruksi gedung bertingkat.
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
21/131
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. WasteMaterial Konstruksi
Waste material dapat didefinisikan sebagai bagian dari material
konstruksi yang tidak diinginkan dan tidak dapat dipergunakan kembali.
Terdapat beberapa perbedaan pandangan dari para peneliti mengenai
definisi waste konstruksi. Formoso et al. (1999), mendefinisikan waste
konstruksi sebagai ketidakefisienan yang dihasilkan dari penggunaan
peralatan, tenaga kerja, bahan, atau biaya dalam jumlah yang lebih besar
selain yang direncanakan dalam proses pembangunan.
Waste konstruksi merupakan terjadinya kehilangan material, waktu
dan biaya yang disebabkan oleh aktifitas tanpa adanya penambahan nilai
atau kemajuan pekerjaan, yang dapat dihilangkan tanpa mengurangi nilai
pembangunan (Al-Moghary, 2006).
Abdurrahman (2012), mengemukakan bahwa waste material
merupakan bagian dari material yang tidak terpakai dalam pelaksanaan
proyek konstruksi dan tidak menjadi bagian dari bangunan. Sehingga
semakin banyak wastematerial yang terjadi, maka semakin tidak efisien
penggunaan material dalam proyek tersebut.
Shen et al. (2002), mendefinisikan waste material pembangunan
sebagai perbedaan antara nilai materi yang direncanakan dan
dilaksanakan di lokasi dan digunakan dengan tepat sesuai spesifikasi dan
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
22/131
7
ukuran yang akurat, setelah dikurangi penghematan biaya bahan yang
diganti atau ditransfer ke tempat lain, dimana pemborosan waktu dan
biaya ditimbulkan oleh wastematerial.
Timbulnya wastematerial akan memberikan dampak buruk bukan
hanya dari segi peningkatan biaya konstruksi, akan tetapi juga berdampak
terhadap lingkungan sekitar, karena akan meningkatkan timbulan sampah.
Formoso et al. (2002), mengemukakan bahwa waste dalam dunia
konstruksi sangat penting bukan hanya dari perspektif efisiensi akan tetapi
juga mengenai peningkatan efek buruk dari waste material konstruksi
terhadap lingkungan.
John dan Itodo (2013), menemukan beberapa jenis waste
konstruksi yang terdapat di Nigeria dengan urutan dari volume terbesar
adalah sebagai berikut: mortar dari plasteran, kayu bekisting, pasir, beton,
keramik, genteng, kayu untuk lantai, pipa PVC, batu bata, semen untuk
atap, cat, besi tulangan, dan bekisting baja.
B. Klasifikasi Waste Material Konstruksi
Skoyley (1976) dalam Intan et al. (2005), membagi construction
wastedalam dua kategori berdasarkan tipenya yaitu:
1. Direct waste adalah waste material yang timbul di proyek
karena rusak, hilang dan tidak dapat digunakan lagi.
2. Indirect waste adalah waste material yang terjadi di proyek
karena volume pemakaian volume melebihi volume yang
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
23/131
8
direncanakan, sehingga tidak terjadi wastematerial secara fisik
di lapangan dan mempengaruhi biaya secara tersembunyi
(hidden cost), misalnya ketebalan plesteran melebihi
ketebalan/volume yang direncanakan yang disebabkan oleh
terjadinya deviasi dimensi elemen struktur pada saat
pengecoran.
Direct wasteterdiri dari (Asnudin, 2010):
1. Pengiriman (transport and delivery waste)
Semua waste material yang terjadi pada saat melakukan
pengiriman material di dalam lokasi pekerjaan, termasuk
pembongkaran dan penempatan pada tempat penyimpanan
seperti membuang/melempar semen, keramik pada saat
dipindahkan.
2. Wastematerial akibat tempat penyimpanan (site storage waste)
Wastematerial yang terjadi karena penumpukan/penyimpanan
material pada tempat yang tidak aman terutama untuk material
pasir dan batu pecah, atau pada tempat dalam kondisi yang
lembab terutama untuk material semen.
3. Waste material akibat pengubahan (conversion waste)
Wastematerial yang terjadi karena pemotongan bahan dalam
bentuk yang tidak ekonomis, seperti: material besi beton,
keramik, dan sebagainya.
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
24/131
9
4. Fixing waste
Material yang tercecer, rusak atau terbuang selama pemakaian
di lapangan, seperti: pasir, semen, batu bata, dan sebagainya.
5. Wastematerial akibat pemotongan (cutting waste)
Waste material yang dihasilkan karena pemotongan bahan,
seperti: tiang pancang, besi beton, batu bata, keramik, besi
beton, dan sebagainya.
6. Waste material akibat pelaksanaan dan waste tertinggal
(application and residue waste)
Wastematerial yang terjadi seperti mortar yang jatuh/tercecer
pada saat pelaksanaan atau mortar yang tertinggal dan telah
mengeras pada akhir pekerjaan.
7. Wastematerial akibat tindakan kriminal (criminal waste)
Waste material yang terjadi karena pencurian atau tindakan
perusakan (vandalism) di lokasi proyek.
8. Wastematerial akibat kesalahan penggunaan material (wrong
use waste)
Pemakaian tipe atau kualitas material yang tidak sesuai dengan
spesifikasi dalam kontrak, maka pihak direksi memerintahkan
kontraktor untuk menggantikan material tersebut sesuai dengan
kontrak, sehingga menyebabkan terjadinya waste material di
lapangan
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
25/131
10
9. Wastematerial akibat manajemen (management waste)
Terjadinya waste material disebabkan karena pengambilan
keputusan yang salah atau keraguan dalam mengambil
keputusan, hal ini terjadi karena organisasi proyek yang lemah
atau kurangnya pengawasan.
Indirect waste dibagi menjadi tiga jenis yaitu (Asnudin, 2010):
1. Substitution waste
Waste material yang terjadi karena penggunaannya
menyimpang dari tujuan semula, sehingga menyebabkan
terjadinya kehilangan biaya yang dapat disebabkan karena tiga
alasan yaitu: terlalu banyak material yang dibeli, material yang
rusak dan semakin bertambahnya kebutuhan material tertentu.
2. Production waste
Waste material yang disebabkan karena pemakaian material
yang berlebihan dan kontraktor tidak berhak mengklaim atas
kelebihan volume tersebut karena dasar pembayaran
berdasarkan volume kontrak contohnya: pasangan dinding bata
yang tidak rata menyebabkan pemakaian mortar berlebihan
karena plesteran menjadi tebal.
3. Negligence waste
Waste material yang terjadi karena kesalahan di lokasi (site
error), sehingga kontraktor menggunakan material lebih dari
yang ditentukan misalnya: penggalian pondasi yang terlalu
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
26/131
11
lebar atau dalam yang disebabkan kesalahan/kecerobohan
pekerja, sehingga mengakibatkan kelebihan pemakaian volume
beton pada waktu pengecoran pondasi.
C. Penyebab Timbulnya WasteMaterial
Timbulnya wastematerial konstruksi di lapangan disebabkan oleh
banyak faktor. Banyak peneliti yang telah melakukan penelitian untuk
mengetahui penyebab timbunya wastematerial dalam proyek konstruksi.
Bossink dan Brouwers (1996), membedakan sumber-sumber yang dapat
menyebabkan terjadinya waste material konstruksi atas enam kategori
diantaranya: desain, pengadaan, penanganan, pelaksanaan, residual, dan
lain-lain.
Hasil penelitian Nagapan et al. (2012), merangkum sumber dan
faktor penyebab yang telah dilakukan oleh beberapa penelitian
sebelumnya yaitu sebagai berikut :
1. Desain
Terdapat 12 faktor penyebab waste material yang bersumber
dari desain yaitu: frekuensi perubahan desain, kesalahan
desain, kurangnya informasi desain, kualitas desain yang
buruk, distribusi gambar yang lambat, dokumen kontrak tidak
lengkap, desain rumit, pengalaman desainer, kesalahan dalam
dokumen kontrak, interaksi antara berbagai spesialis,
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
27/131
12
koordinasi yang buruk dari pihak-pihak selama tahap desain,
dan kebutuhan klien pada menit terakhir
2. Penanganan
Faktor penyebab waste material yang bersumber dari
penanganan terdiri dari: penyimpanan bahan yang salah,
penanganan bahan yang buruk, kerusakan selama
transportasi, buruknya kualitas bahan, kegagalan peralatan,
menunda waktu pengiriman, alat tidak cocok digunakan dan
metode pembongkaran yang tidak efisien.
3. Pekerja
Faktor penyebab wastematerial yang bersumber dari pekerja
terdiri dari: kesalahan pekerja selama konstruksi, pekerja tidak
kompeten, sikap buruk pekerja, kerusakan yang disebabkan
oleh pekerja, kurangnya pelatihan bagi pekerja, kurangnya
pengalaman, kekurangan pekerja terampil, penggunaan bahan
yang tidak tepat, pengerjaan yang buruk, pekerja tidak ada
antusiasme, persediaan bahan tidak didokumentasikan dengan
baik, memakai peralatan yang abnormal, kurangnya kesadaran
para pekerja, terlalu banyak lembur bagi pekerja
4. Manajemen
Faktor penyebab waste material yang bersumber dari
manjemen terdiri dari: perencanaan yang buruk, pengendalian
yang buruk, manajemen lokasi yang buruk, pengawasan yang
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
28/131
13
buruk, metode konstruksi yang tidak tepat, kurangnya
koordinasi antara pihak, kualitas informasi yang buruk,
kelangkaan peralatan, kurangnya rencana pengelolaan
sampah, masalah sumber daya, pengulangan pekerjaan,
menunggu waktu, masalah komunikasi, peralatan usang,
ketidaktersediaan peralatan, kurangnya pengetahuan tentang
konstruksi, durasi proyek lama, kurangnya pengaruh kontraktor,
dan kurangnya kesadaran lingkungan
5. Kondisi lokasi
Faktor penyebab waste material yang bersumber dari kondisi
lokasi terdiri dari: bahan berlebih di lokasi, limbah yang
dihasilkan dari kemasan, kondisi lokasi yang buruk, kemacetan
di lokasi, masalah pencahayaan, kesulitan mengakses lokasi
konstruksi dan kondisi tanah yang tidak terduga.
6. Pengadaan/pembelian
Faktor penyebab waste material yang bersumber dari
pengadaan/pembelian terdiri dari: kesalahan pemesanan, item
tidak sesuai dengan spesifikasi, kesalahan dalam pengiriman,
kesalahan dalam survei kuantitas, kesalahan pemasok,
prosedur pengangkutan materi yang salah, frekuensi
pemesanan bervariasi, metode yang berbeda digunakan untuk
estimasi, dan menunggu pengganti.
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
29/131
14
7. Faktor eksternal
Faktor penyebab waste material yang bersumber dari faktor
eksternal terdiri dari: pengaruh cuaca, kecelakaan, pencurian,
kurangnya penegakan legislatif, vandalisme, kerusakan yang
disebabkan oleh pihak ketiga, perayaan festival dan kondisi
lokal yang tak terduga.
Formoso et al. (1999), menganalisis beberapa sumber penyebab
wastepada pembangunan di Brazil yaitu sebagai berikut :
1. Overproduction
Berkaitan dengan kuantitas produksi yang lebih besar atau
lebih sedikit dari yang dibutuhkan. Hal ini dapat menyebabkan
pemborosan bahan, man-hours atau penggunaan peralatan.
Contohnya adalah kelebihan dalam produksi mortar yang tidak
dapat digunakan tepat waktu.
2. Subtitution
Merupakan waste yang disebabkan oleh substitusi atau
penggantian bahan dengan yang lebih mahal (untuk proses
yang tidak membutuhkan bahan dengan kualitas yang kebih
baik), pelaksanaan tugas-tugas sederhana oleh pekerja dengan
kualifikasi yang berlebihan.
3. Waiting time
Merupakan waktu tunggu yang disebabkan oleh kurangnya
sinkronisasi dan pengukuran penggunaan material, dan
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
30/131
15
pekerjaan oleh kelompok-kelompok atau peralatan yang
berbeda. Contohnya adalah waktu tunggu yang disebabkan
oleh kekurangan bahan atau kurangnya pekerjaan untuk
pekerja.
4. Trasportation
Berkaitan dengan pemindahan materi di lokasi pekerjaan.
Penggunaan peralatan yang tidak memadai atau kondisi
jalan/jalur yang dapat menyebabkan waste. Hal tersebut
biasanya berhubungan dengan tata letak yang buruk, dan
kurangnya perencanaan utamanya waste man hours,
pemborosan energi dan kemungkinan timbunya waste selama
transportasi.
5. Processing
Berkaitan dengan proses pekerjaan yang hanya bisa dihindari
dengan mengubah teknologi konstruksi misalnya: persentase
mortar biasanya terbuang pada plesteran langit-langit.
6. Inventories
Berkaitan dengan persediaan berlebihan atau tidak perlu yang
menyebabkan waste material dan kerugian keuangan akibat
modal yang ditentukan/terikat. Hal tersebut terjadi akibat
kurangnya perencanaan sumber daya atau ketidakpastian
dalam perkiraan kuantitas.
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
31/131
16
7. Movement
Berkaitan dengan gerakan yang tidak perlu atau tidak efisien
yang dibuat oleh pekerja selama pekerjaan mereka. Hal ini
mungkin disebabkan oleh peralatan yang tidak memadai,
metode kerja yang tidak efektif, atau pengaturan lokasi
pekerjaan yang buruk.
8. Production of defective product
Hal tersebut terjadi ketika produk akhir atau menengah
tidak sesuai dengan spesifikasi. Hal ini dapat menyebabkan
pengulangan pekerjaan.
9. Others
Waste yang bersumber dari pencurian, vandalisme, cuaca
buruk, kecelakaan, dan lainnnya.
D. Minimalisasi WasteMaterial
Timbulnya wastematerial yang memberikan dampak buruk, baik itu
bagi pelaksana konstruksi maupun dampak terhadap lingkungan,
sehingga waste material perlu diminimalisasi. Beberapa penelitian telah
dilakukan untuk menganalisis langkah pencegahan dan penanganan
wastematerial.
Al-Hajj et al. (2011), mengemukakan beberapa cara untuk
meminimalisai wastematerial yaitu: penyimpanan material yang memadai,
pemesanan material sesuai yang dibutuhkan, melakukan training terhadap
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
32/131
17
staff, mengukur dan mencatat penggunaan material, pemisahan waste
pada lokasi pekerjaan, prefabrikasi komponen di luar lokasi,
menggunakan kembali material yang berlebih, dan pengangkatan manajer
wastedi lokasi pekerjaan.
Nagapan et al. (2012), memberikan beberapa hal yang dapat
dilakukan dalam meminimalisasi waste konstruksi, diantaranya adalah
sebagai berikut :
1. Kontraktor harus memiliki pertemuan rutin dan komunikasi yang
baik dengan klien.
2. Pelaku konstruksi harus memiliki metode yang sistematis untuk
menangani bahan bangunan, peralatan dan sumber daya
manusia.
3. Pekerja konstruksi membutuhkan pelatihan tentang waste
material konstruksi sebelum memulai pekerjaan mereka.
4. Personil konstruksi harus mengadopsi atau mengadaptasi
teknik baru untuk perencanaan dan pengendalian waste
konstruksi.
5. Investigasi lokasi harus dirancang dan dilaksanakan untuk
mengumpulkan informasi tentang kualitas dan kuantitas
sebelum memulai proyek.
6. Dokumen pengadaan di lokasi harus direncanakan dengan baik
dan dimonitor secara teratur.
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
33/131
18
7. Pelaku konstruksi harus menonton atau mendengarkan berita
harian tentang perubahan iklim sebelum melaksanakan
pekerjaan di lokasi.
Secara umum langkah-langkah meminimalisasi waste material
adalah sebagai berikut (Rahmawati dan Hayati, 2013):
1. Man
a. Melakukan pengawasan dan pembimbingan/arahan kepada
pekerja.
b. Memilih mandor yang berintegritas.
2. Measure
a. Koordinasi tim lapangan, tim teknik danprocurement harus
intens dilaksanakan.
b. Pengecekan/pengukuran ulang sebelum pendatangan
material jika diperlukan.
3. Management
a. Bekerja sama dengan proyek lain untuk mengalihkan
material yang tidak terpakai.
b. Membuat kesepakatan akan kedatangan material antara
supplier dan kontraktor.
c. Pembuatan program penyimpanan material yang baik.
d. Menambah tim QC dan pengawas di lapangan.
Agyekum et al. (2012), mengemukakan cara memimalisasi waste
material seperti pada tabel 1.
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
34/131
19
Tabel 1. Cara meminimalisasi wastekonstruksi (Agyekum et al., 2012)
Tingkatan Cara meminimalisasi wasteTinggi Pembelian bahan baku yang cukup
Menggunakan bahan sebelum tanggal kadaluwarsa
Penggunaan peralatan konstruksi yang lebih efisien
Koordinasi yang baik antara toko dan personil konstruksiuntuk menghindari pemesanan berlebih
Adopsi teknik manajemen lokasi yang tepat
Pelatihan personil konstruksi
Spesifikasi bahan akurat dan baik untuk menghindari salah
pemesanan
Sedang Penyimpanan bahan yang baik pada lokasi
Memeriksa bahan yang disediakan untuk jumlah dan volumeyang tepat
Mempekerjakan pekerja terampil
Meminimalkan perubahan desain
Perubahan sikap pekerja terhadap penanganan bahan
Pengukuran akurat dari bahan selama batching
Pencampuran, pengangkutan dan menempatkan betonpada waktu yang tepat
Akses informasi terbaru tentang jenis bahan di pasar
Kewaspadaan pengawas
Rendah Pemprograman mingguan pekerjaan
Penanganan peralatan dengan hati-hati di lokasi
Praktek manajemen konstruksi yang baik
Kepatuhan terhadap standar dimensi
Pejabat atau petugas pengelolaan limbah digunakan untukmenangani masalah sampah
Hanya beroperasi pada waktu pekerjaan
Penjadwalan pengiriman di awal dan dengan cepat
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
35/131
20
Lanjutan tabel 1.
Tingkatan Cara meminimalisasi waste
Rendah Mendorong penggunaan kembali bahan limbah dalamproyek-proyek
Penggunaan teknologi limbah rendah
Daur ulang beberapa bahan limbah di lokasi
Meminimalisasi waste material akan memberikan dampak positif
terhadap pembangunan suatu proyek, terutama dalam hal pengurangan
biaya konstruksi. Selain itu dengan meminimalisasi waste material juga
memiliki dampak terhadap peningkatan kualitas lingkungan. Beberapa
keuntungan yang dapat diperoleh dengan melakukan minimalisasi waste
material konstruksi adalah sebagai berikut (Al-Hajj et al, 2011):
1. Meningkatkan keuntungan.
2. Lokasi konstruksi menjadi lebih bersih dan aman.
3. Meningkatkan citra perusahaan sebagai green contractor.
4. Menjaga lingkungan.
Poon dan Jailon (2002) dalam Al-Moghary (2006), mengemukakan
tiga manfaat dari minimalisasi wasteyaitu:
1. Financial benefit
Minimalisasi waste dapat memberikan keuntungan finansial,
dalam beberapa kasus bahkan dapat menghemat biaya dan
waktu. Keuntungan finansial dapat berjangka pendek atau
berjangka panjang. Tapi secara keseluruhan, manfaat biaya
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
36/131
21
dapat dinilai pada seluruh proses pembangunan dengan
melakukan analisis life cycle cost, manfaat keuangan meliputi:
a. Pengurangan biaya transportasi untuk bahan limbah
(transportasi berkurang karena waste material juga lebih
sedikit), termasuk transportasi dari dan menuju lokasi
pembuangan.
b. Pengurangan biaya pembuangan limbah.
c. Mengurangi jumlah dan harga pembelian bahan baku.
d. Mengurangi biaya pembelian material baru ketika
mempertimbangkan penggunaan kembali dan daur ulang
(tergantung pada bahan).
e. Pengembalian biaya dapat dicapai dengan menjual bahan
limbah untuk digunakan kembali dan daur ulang.
f. Manfaat jangka panjang melalui optimalisasi umur
bangunan, dengan menghindari biaya dari pembongkaran
dan pembangunan gedung baru.
2. Environmental Benefit
Minimalisasi waste dapat memberikan manfaat lingkungan,
yaitu sebagai berikut:
a. Mengurangi kuantitas wasteyang dihasilkan.
b. Mengefisienkan penggunaan wasteyang dihasilkan.
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
37/131
22
c. Memperkecil jumlah sampah yang dibuang ke tempat
pembuangan sampah, sehingga dapat memperpanjang
umur tempat pembuangan sampah.
d. Mengurangi dampak lingkungan akibat pembuangan,
misalnya kebisingan dan polusi.
e. Mengurangi transportasi waste yang akan dibuang (maka
akan mengurangi kebisingan, polusi dari emisi kendaraan
dan energi yang digunakan).
3. Other Benefit
a. Peningkatan keamanan lokasi.
b. Peningkatan efisiensi kerja.
c. Peningkatan citra perusahaan.
E. Anal i tycal Hierarchy Proc ess(AHP)
AHP merupakan salah bentuk pengolahan data non-statistik. AHP
dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty pada tahun 1970an dan
merupakan metode yang digunakan untuk mengambil keputusan yang
sifatnya kompleks dan didalamnya terdapat ketergantungan dan pengaruh
(feedback) yang dianalisis tehadap keuntungan, peluang, biaya, dan
resiko (Ariefasa, 2011).
AHP merupakan salah satu metode untuk membantu menyusun
suatu prioritas dari berbagai pilihan dengan menggunakan beberapa
kriteria (multi criteria). Karena sifatnya yang multi kriteria, AHP cukup
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
38/131
23
Tu uan
Pilihan 1
Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3 Kriteria 4
Pilihan 2 Pilihan 3 Pilihan 4
banyak digunakan dalam penyusunan prioritas. Pemilihan atau
penyusunan prioritas dilakukan dengan suatu prosedur yang logis dan
terstruktur. Kegiatan tersebut dilakukan oleh ahli-ahli yang representatif
berkaitan dengan alternatif-alternatif yang akan disusun prioritasnya
(Susila dan Munadi, 2007).
Proses AHP terdiri dari 4 tahapan, yaitu sebagai berikut (Ariefasa,
2011):
1. Dekomposisi masalah
Susila dan Munadi (2007), mengemukakan bahwa dalam
menyusun prioritas, maka masalah penyusunan prioritas harus mampu
didekomposisi menjadi tujuan (goal) dari suatu kegiatan, identifikasi
pilihan-pilihan (options), dan perumusan kriteria (criteria) untuk memilih
prioritas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Dekomposisi masalah (Susila dan Munadi, 2007)
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
39/131
24
2. Penilaian untuk membandingkan elemen hasil dekomposisi
Setelah langkah pertama selesai, selanjutnya adalah menentukan
penilaian prioritas elemen-elemen. Untuk itu dibutuhkan suatu matriks
perbandingan yang berisi tentang kondisi tiap elemen yang digambarkan
dalam bentukkuantitatif berupa angka dengan skala penilaian (19) dari
tabel 2. Penentuannilai tiap elemen dengan menggunakan angka skala
bisa sangat subjektif, tergantung pada pengambil keputusan. Karena itu,
penilaian tiap elemen hendaknyadilakukan oleh para ahli atau orang yang
berpengalaman terhadap masalah yang ditinjau(Apriyanto, 2008).
Tabel 2. Skala penilaian antara dua elemen (Saaty, 2000 dalamApriyanto, 2008)
Bobot/tingkatsignifikan
Pengertian Penjelasan
1 Samapenting
Dua faktor memiliki pengaruh yangsama terhadap sasaran
3 Sedikit lebihpenting
Salah satu faktor sedikit lebihberpengaruh dibanding faktor lainnya
5 Lebih penting Salah satu faktor lebih berpengaruhdibanding faktor lainnya
7 Sangat lebihpenting
Salah satu faktor sangat lebihberpengaruh dibanding faktor lainnya
9 Jauh lebihpenting
Salah satu faktor jauh lebihberpengaruh dibanding faktor lainnya
2,4,6,8 Antara nilaiyang diatas
Diantara kondisi diatas
Kebalikan Nilai kebalikan dari kondisi diatasuntuk pasangan dua faktor yang sama
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
40/131
25
3. Perhitungan bobot elemen
Matriks hasil perbandingan berpasangan akan diolah untuk
menentukan perbandingan relatif antara masing-masing pilihan yang
dinamakan prioritas atau disebut juga dengan eigen vector. Matriks bobot
dari hasil perbandingan berpasangan itu sendiri harus mempunyai
hubungan kardinal dan ordinal sebagai berikut (Ariefasa, 2011):
a. Hubungan kardinal: aij: ajk= aik (1)
b. Hubungan ordinal : Ai>Aj>Akmaka Ai>Ak
Saaty (1988) dalam Ariefasa (2011), mengemukakan bahwa jika
elemen-elemen dari suatu tingkat dalam hierarki adalah ci, cj, ...., cndan
bobot pengaruh mereka adalah wi, wj, ..., wn. Misalkan aij = wi/wj
menunjukkan kekuatan cijika dibandingkan dengan cj. Matriks dari angka-
angka ini dinamakan matriks perbandingan berpasangan (pairwise
comparison) yang diberi simbol A. Berikut ini adalah formulasi matriks
perbandingan berpasangan.
A =
I J k
I aii aij aik
j aji ajj ajk
k aki akj akk
Dimana :
aij 0 dan 1/aji;ij= 1,...,n
aij=aik/ajk
aij= wi/wj
(3)
(6)
(5)
(4)
(2)
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
41/131
26
Setelah tebentuknya matriks berpasangan, maka langkah
selanjutnya adalah sebagai berikut:
a. Menormalisasi matriks (jumlah kolomnya menjadi sama dengan
satu), dengan cara membagi angka dalam masing-masing
kolom dengan jumlah angka pada kolomnya.
b. Menjumlahkan unsur-unsur elemen matriks tersebut untuk tiap
barisnya.
c. Menghitung prioritasnya berupa rata-rata dari tiap barisnya.
d. Menghitung presentase masing-masing pilihannya agar dapat
diperoleh bobot-bobot elemen untuk masing-masing pilihan
yang kemudian digunakan dalam perhitungan mencari urutan
peringkat tingkat dampak dan frekuensi yang dituju.
4. Uji konsistensi hirarki
Matriks bobot hasil perbandingan berpasangan harus mempunyai
diagonal bernilai satu dan konsisten. Konsistensi dari penilaian
berpasangan tersebut dievaluasi dengan menghitung consistency ratio
(CR). Apabila nilai CR lebih kecil atau sama dengan 10%, maka hasil
penelitian tersebut dikatakan konsisten. Jadi nilai eigenmaksimun (maks)
harus mendekati banyaknya elemen (n) dan nilai eigen sisa harus
mendekati nol.
Selanjutnya matriks awal A dikalikan dengan matriks prioritas W
yang menghasilkan nilai untuk tiap baris. Selanjutnya tiap nilai untuk baris
tesebut dibagi kembali dengan matriks prioritas. Penjumlahan seluruh
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
42/131
27
angka pada matriks tersebut dibagi dengan banyaknya elemen (n) akan
menghasilkan nilai eigen maksimun (maks). Formulasi yang digunakan
dalam menghitung nilai CR adalah:
CR = CI/RI
CI = (maks-n)/(n-1)
dimana:
CR = Rasio konsistensi hirarki
CI = Indeks konsistensi hirarki
RI = Indeks konsistensi random (seperti pada tabel 3)
maks = Nilai maksimun dari nilai eigen
n = banyaknya elemen
Tabel 3. Nilai RI untuk berbagai ukuran matriks (Saaty, 2000dalam Apriyanto, 2000)
Ukuran matriks Indeks konsistensi Acak (RI)
1 0
2 0
3 0,52
4 0,89
5 1,11
6 1,25
7 1,35
8 1,40
9 1,45
10 1,49
(7)
(8)
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
43/131
28
F. Penelitian Terdahulu
Sasitharan Nagapan, Ismail Abdul Rahman dan Ade Ismi (2012)
meneliti tentang faktor-faktor yang berkontribusi dalam physicaldan non-
physical waste dalam industri konstruksi. Penelitian dilakukan dengan
membuat matriks penyebab waste dari artikel penelitian yang telah
dipublikasikan kemudian divalidasi melalui wawancara terhadap
responden yang ahli dan berpengalaman dalam bidang tersebut. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa perubahan desain memberikan kontribusi
terbesar terhadap wastekonstruksi.
M. Asad Abdurrahman (2012), menganalisis waste material
konstruksi pada pembangunan gedung bertingkat rendah di Makassar.
Pengambilan data dilakukan dengan menginventarisasi data sekunder
pada proyek konstruksi, serta penyusunan kuesioner dan wawancara. Dari
penelitian tersebut disimpulkan bahwa waste material konstruksi yang
dominan berupa pasir dan batu bata dimana masing-masing untuk proyek
rumah tinggal sebesar 13,16% dan rumah toko sebesar 12,08%.
Kofi Agyekum, Joshua Ayarkwa dan Emmanuel Adinyira (2012),
meneliti tentang pandangan konsultan terkait dengan minimalisasi waste
konstruksi di Ghana. Penelitian dilakukan melalui studi literatur dan
kuesioner terhadap konsultan di Ghana. Hasil penelitian memperlihatkan
26 cara untuk meminimalisasi waste konstruksi yang dibagi dalam tiga
kelompok yaitu yang memiliki pengaruh tinggi, sedang dan rendah.
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
44/131
29
Ameh Oko John dan Daniel Emmanuel Itodo (2013), meneliti
tentang hubungan antara jenis subkontraktor yang digunakan terhadap
waste konstruksi, serta hubungan antara cost overrun dengan waste
konstruksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis subkontraktor
pekerja memberikan kontribusi terbesar terhadap wasteyang terjadi, dan
besarnya kontribusi wasteterhadap cost overrunyaitu sebesar 21-30%.
Adewuyi, T. O. dan Otali, M (2013), meneliti tentang penyebab
waste material di River State, Nigeria dengan menggunakan kuesioner
terhadap kontraktor dan konsultan pada wilayah tersebut. Dari hasil
analisis diperoleh tiga faktor paling penting berpengaruh sebagai
penyebab wastematerial yaitu pengulangan pekerjaan akibat pengerjaan
yang bertentangan dengan gambar dan spesifikasi, perubahan desain,
dan wastedari bentuk yang tidak ekonomis.
B Prakash Rao, Shivakumar B, dan H S Suresh (2014),
mengidentifikasi penyebab dan cara untuk meminimalisasi wastematerial
melalui survey literatur, kunjungan lokasi dan kuesioner yang
didistribusikan ke lima perusahan konstruksi yang berbeda di Bangladesh.
Dari hasil penelitian diperoleh 20 faktor utama penyebab wastematerial,
penyebab wasteuntuk semen, besi tulangan, dan keramik. Selain itu juga
diperoleh lima rintangan utama untuk mengimplementasikan manajemen
wastedan lima strategi utama untuk mengurangi wastematerial.
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
45/131
30
G. Kerangka Konseptual
Berdasarkan latar belakang masalah dikaitkan dengan tujuan
penelitian, maka ditunjukkan kerangka konseptual seperti pada gambar 2.
Gambar 2. Kerangka konseptual penelitian
Perkembangan Kota Makassar diiringi dengan
penyediaan sarana dan pendukung seperti pembangunan
gedung, dimana pembangunan saat ini mengarah pada
pembangunan vertikal atau gedung bertingkat tinggi.
Pembangunan gedung dapat menghasilkan waste
material yang berdampak terhadap peningkatan biaya
konstruksi, waktu pelaksanaan, serta dampak terhadap
lingkungan.
Waste material yang terjadi berasal dari beberapa sumber
diantaranya desain, penanganan material, pekerja,
manajemen, pengadaan/pembelian dan faktor lainnya,
dimana setiap sumber memiliki beberapa faktor
penyebab.
Diperlukan upaya untuk mengendalikan peyebab waste
material, agar proyek dapat lebih efektif dan efisien dari
segi biaya, waktu dan keramahan terhadap lingkungan.
Minimalisasi material akan memberikan manfaat berupa
financial benefit, environtmental benefit, dan other benefit
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
46/131
31
H. Definisi Operasional
Untuk menyamakan penafsiran terhadap beberapa istilah dan
konsep yang digunakan dalam penelitian ini, maka berikut ini diberikan
definisi operasional sebagai berikut :
1. Pengendalian adalah langkah-langkah yang dilakukan untuk
mengetahui faktor-faktor penyebab timbulnya waste material
serta bagaimana cara meinimalisasinya, sehingga pelaksanaan
suatu proyek dapat sesuai dengan yang direncanakan.
2. Supervisi adalah manager dan engineer yang bekerja pada
perusahaan/proyek yang telah ditetapkan.
3. Pelaksanan adalah mandor dan tukang yang bekerja pada
perusahaan proyek yang telah ditetapkan.
4. Jenis waste material dalam penelitian terdiri dari 8 jenis material
yang akan menjadi bagian dari struktur bangunan (consumable
material) yaitu beton, besi, semen, pasir, batu pecah, bata
ringan, keramik, dan mortar. Selain itu terdapat material
penunjang (non-consumable material), yaitu kayu bekisting.
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
47/131
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksananakan di wilayah Makassar pada beberapa
perusahaan kontraktor yang sedang menjalankan proses konstruksi
bangunan gedung bertingkat, dari masing-masing kontraktor tersebut
penelitian dilaksanakan pada salah satu proyek yang sedang dijalankan.
Waktu pelaksanaan direncanakan 3 bulan yaitu Juni sampai Agustus
2015.
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri
dari data primer dan data sekunder dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Data primer adalah data empirik yang diperoleh di lapangan
dan sumbernya berasal dari responden yang telah ditetapkan
sebagai sampel, dimana sampel pada penelitian ini dibagi
menjadi dua bagian yaitu supervisi dan pelaksana pada
perusahaan kontraktor yang telah ditetapkan.
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui hasil
penelitian studi kepustakaan berupa jurnal dan tesis penelitian
yang akurat dan relevan dengan bahan kajian.
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
48/131
33
C. Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data
primer dan data sekunder, dengan teknik pengumpulan data sebagai
berikut :
1. Pengumpulan data primer
Teknik pengumpulan data primer dalam penelitian ini meliputi:
a. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan cara pengamatan
secara langsung di lapangan, untuk mengamati jenis dan
penyebab timbulnya wastematerial.
b. Kuesioner, yaitu dengan menggunakan daftar pertanyaan yang
diisi oleh responden, dengan jawaban yang telah disediakan
berupa pilihan (rating scale).
c. Wawancara, yaitu wawancara secara mendalam dan langsung
dengan responden dilokasi penelitian.
2. Pengumpulan data sekunder
Teknik pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini berupa
data kepustakaan, yaitu pengumpulan data berupa studi literatur berupa
jurnal dan tesis penelitian yang terkait dengan masalah yang diteliti.
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
49/131
34
D. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan kontraktor yang
bergerak dalam bidang pembangunan proyek gedung yang ada di
Makassar. Sampel penelitian adalah supervisi dan pelaksana pada
perusahaan yang telah ditetapkan dan telah berpengalaman dalam
pembangunan proyek gedung. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik
purposive sampling yaitu pemilihan sampel yang disesuaikan dengan
kebutuhan.
E. Variabel Penelitian
Penelitian yang akan dilaksanakan mencakup empat hal pokok,
yaitu jenis waste material, penyebab timbulnya waste material, cara
meminimalisasi wastematerial, dan penanganan terhadap wastematerial.
Masing-masing hal tersebut memiliki variabel-variabel yang ditentukan
berdasarkan literatur, hasil penelitian terdahulu dan wawancara langsung
dengan responden dilapangan.
F. Metode Analisis Data
Adapun teknik analisis data yang digunakan dengan menggunakan
metode statistik deskriptif, uji validitas dan reabilitas, uji one way anova
dan AHP (analytical hierarchy process), dengan menggunakan program
IBM SPSS Statistic22 dan microsoft excel2007.
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
50/131
35
1. Metode statistik deskriptif
Statiistik deskriptif yang dimaksudkan adalah dengan menghitung
nilai rata-rata pendapat responden terhadap volume wastematerial, faktor
penyebab wastematerial, dan cara meminimalisasi wastematerial yang
bersumber dari pendapat supervisi dan pelaksana pada proyek yang telah
ditetapkan.
2. Uji validitas dan reabilitas
Uji validitas item merupakan uji instrumen data untuk mengetahui
seberapa cermat suatu item dalam mengukur apa yang ingin diukur,
sedangkan uji realibilitas digunakan untuk mengetahui keajengan atau
konsistensi alat ukur (Priyanto, 2014) Dalam penelitian ini uji validitas
dilakukan dengan menggunakan metode corrected item-total correlation.
Untuk uji realibilitas digunakan metode Cronbachs Alpha, dimana kedua
penujian tersebut dilakukan dengan menggunakan program IBM SPSS
Statistic22
3. One way anova
One way anova atau analisis varian satu jalur digunakan untuk
menguji perbedaan rata-rata tiga atau lebih kelompok data yang
independen, dengan langkah-langkah sebagai berikut (Priyatno, 2014):
a. Merumuskan hipotesis Ho dan Ha.
b. Menentukan F hitung dan signifikansi
c. Menentukan F tabel
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
51/131
36
d. Membuat kesimpulan berdasarkan kriteria pengujian, dimana:
Jika F hitung F tabel maka Ho diterima sebaliknya jika F
hitung > F tabel maka Ho ditolak dan Jika signifikansi > 0,05
maka Ho diterima sebaliknya jika signifikansi < 0,05 maka Ho
ditolak.
4. AHP (An alyt ical Hierarchy Process)
AHP merupakan salah satu pengolahan data non-statistik. Ismael
dan Junaidi (2014), menyatakan bahwa AHP membantu dalam
menentukan prioritas dari berbagai variabel dengan melakukan analisa
perbandingan berpasangan dari masing-masing variabel. Dengan
menggunakan AHP kita dapat menganalisis prioritas dari variabel
penelitian.
Dalam proses AHP langkah pertama yaitu dekomposisi masalah,
dalam penelitian ini masalah yang akan didekomposisi adalah faktor-faktor
penyebab timbulnya waste material dari pandangan supevisi. Setelah
dekomposisi masalah dilanjutkan dengan penilaian terhadap elemen-
elemen hasil dekomposisi, perhitungan bobot elemen, uji konsistensi
hierarki dan penetuan peringkat berdasarkan nilai lokal dampak,
G. Kerangka Alir Penelitian
Kerangka alir penelitian merupakan gambaran umum tentang
tahapan yang akan dilaksanakan selama proses penelitian yang dimulai
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
52/131
37
dari perumusan latar belakang masalah sampai kepada penarikan
kesimpulan dari penelitian yang akan dilaksanakan. Gambar kerangka alir
penelitian dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Kerangka alir penelitian
Kesimpulan dan rekomendasi
Selesai
Mulai
Perumusan latar belakang,rumusan masalah dan tujuan
enelitian
Analisis Data:
Uji validitas dan reliabilitas
Statistik deskriptif
UjiOne way anova
AHP
Penentuan variabel penelitian
Pengumpulan data:
Observasi
Kuesioner
Wawancara
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
53/131
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Responden
Pada penelitian ini penyebaran kuesioner dibagikan kepada
beberapa responden yang dibagi atas dua bagian, yang pertama adalah
supervisi dan yang kedua adalah pelaksana. Responden tersebut
merupakan pekerja pada beberapa perusahaan kontraktor yang
ditetapkan dan memilki pengalaman dalam proyek pembangunan gedung.
Penelitian dilakukan pada satu proyek yang sedang dikerjakan dari
masing-masing perusahaan kontraktor, terdapat empat proyek yang telah
menjadi objek penelitian, yaitu sebagai berikut:
1. Proyek Pembangunan Gedung PJT tahap III RS. Wahidin
Sudirohusodo Makassar.
2. Proyek Pembangunan Apartemen Vidaview Makassar.
3. Proyek Pembangunan Gedung Universitas Fajar Makassar.
4. Proyek Pembangunan Rumah Sakit Stella Maris Makassar.
Responden pada penelitian memiliki karakteristik yang bervariasi
dari segi tingkat pendidikan, jabatan dan pengalaman kerja, sehingga
berikut ini akan dijelaskan tentang profil dari responden berdasarkan
tingkat pendidikan, jabatan di proyek, dan pengalaman kerja baik pada
level supervisi maupun level pelaksana pada kontraktor yang telah
ditetapkan.
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
54/131
39
1. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan responden untuk level supervisi memiliki tiga
variasi yaitu tingkat pendidikan SMA, D3 dan S1, sedangkan untuk level
pelaksana mulai dari tingkat SD sampai dengan tingkat SMA. Distribusi
tigkat pendidikan responden pada penelitian ini dapat dilihat deperti pada
tabel 4.
Tabel 4. Tingkat pendidikan responden
PendidikanSupervisi Pelaksana
Frekuensi Persen (%) Frekuensi Persen (%)
SD - - 18 27,69
SMP - - 25 38,46
SMA/STM 2 5,88 22 33,85
D3 9 26,47 - -
S1 23 67,65 - -
Total 34 100 65 100
Berdasarkan penjelasan tabel 4, dapat dilihat bahwa pada level
supervisi mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan hingga S1
dengan persentase mencapai 67,65% atau sebanyak 23 responden, 12
responden memiliki tingkat pendidikan hingga D3 dengan persentase
sebesar 26,47% atau sebanyak 9 orang responden, dan 2 responden
dengan tingkat pendidikan SMA/STM atau sebesar 5,88%.
Pada level pelaksana mayoritas responden memiliki tingkat
pendidikan hingga SMP dengan persentase mencapai 38,46% atau
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
55/131
40
sebanyak 25 responden, selanjutnya 22 responden memiliki tingkat
pendidikan sampai SMA dengan persentase sebesar 33,85%, dan
responden dengan tingkat pendididkan SD sebesar 27,69% atau
sebanyak 18 orang.
2. Jabatan
Jabatan responden untuk level supervisi memiliki dua belas variasi
yaitu seperti yang terdapat pada tabel 5, untuk level pelaksana memiliki
empat jenis variasi yaitu tukang kayu, besi, bata, dan keramik. Distribusi
jabatan responden pada penelitian ini dapat dilihat deperti pada tabel 5
dan 6.
Tabel 5. Jabatan responden level supervisi
Jabatan Frekuensi Persen (%)
Project manager 1 2,94
Site engineer manager 1 2,94
Site operasional Manager 3 8,82
Pengendalian operasional proyek 1 2,94
General superintendent 1 2,94
Quality control 4 11,76
Quantity 4 11,76Logistik 3 8,82
Site engineer 6 17,65
Staf teknik 5 14,71
Surveyor 3 8,82
Drafter 2 5,88
Total 34 100
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
56/131
41
Berdasarkan tabel 5, dapat dilihat bahwa terdapat 12 jenis variasi
jabatan responden tingkat supervisi dengan persentase tertinggi yaitu site
engineersebanyak 6 orang atau sebesar 17,65%, selanjutnya staf teknik
sebesar 14,71% atau sebanyak 5 orang, quality control dan quantity
surveyor sebesar 11,76% atau sebanyak 4 orang, untuk jabatan site
operasional manajerdan logistik sebesar 8,82 % atau sebanyak 3 orang,
jabatan drafter sebesar 5,88 persen atau sebanyak 2 orang, dan terakhir
untuk jabatan project manajer, site engineer manajer, pengendalian
operasional proyek dan general superintendent masing-masing sebesar
2,94% atau sebanyak 1 orang.
Tabel 6. Jabatan responden level pelaksana
Jabatan Frekuensi Persen (%)
Tukang Kayu 20 30,77
Tukang besi 20 30,77
Tukang Bata 15 23,08
Tukang keramik 10 15,38
Total 65 100
Berdasarkan tabel 6, dapat dilihat bahwa pada level pelaksana
dikelompokkan menjadi empat bagian dengan presentase masing-masing
yaitu untuk tukang kayu dan besi masing-masing sebesar 30,77% atau
sebanyak 20 orang, untuk tukang bata sebesar 23,08% atau sebanyak 15
orang, dan untuk tukang keramik sebanyak 10 orang atau sebesar
15,38%.
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
57/131
42
3. Pengalaman kerja
Pengalaman kerja responden dibagi kedalam 4 kategori yaitu untuk
kategori pertama kurang dari 5 tahun, dan berikutnya berturut-turut yaitu
5-10 tahun, 11-20 tahun, dan lebih dari 20 tahun. Distribusi responden
baik level supervisi maupun level pelaksana dapat dilihat pada tabel 7
berikut ini.
Tabel 7. Pengalaman kerja responden
Pengalaman
kerja
Supervisi Pelaksana
Frekuensi Persen (%) Frekuensi Persen (%)
< 5 tahun 15 44,12 23 35,38
5-10 tahun 6 17,65 22 33,85
11-20 tahun 5 14,71 13 20,00
>20 tahun 8 23,53 7 10,77
Total 34 100 65 100
Berdasarkan tabel 7, dapat terlihat lamanya pengalaman kerja
responden level supervisi mulai di bawah 5 tahun hingga di atas 20 tahun.
Mayoritas responden level tersebut mempunyai pengalaman kerja 0-5
tahun dengan persentase mencapai 44,12% atau sebanyak 15
responden, selanjutnya terdapat 8 responden yang mempunyai
pengalaman kerja >20 tahun atau sebesar 23,53%. Responden dengan
pengalaman kerja 6-10 tahun dan 11-20 tahun memiliki jumlah responden
berturut-turut sebesar 17,65% dan 14,71% atau dengan jumlah 6 dan 5
orang.
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
58/131
43
Pada level pelaksana mayoritas responden level tersebut
mempunyai pengalaman kerja kurang dari 5 tahun dengan persentase
mencapai 35,38% atau sebanyak 23 responden, Responden yang
mempunyai pengalaman kerja 5-10 tahun sebanyak 22 orang atau
sebesar 33,85%, untuk responden dengan pengalaman 11-20 tahun dan
lebih dari 20 tahun berturut-turut sebesar 20,00% dan 10,67% atau
sebanyak 13 dan 7 responden.
B. Volume WasteMaterial
Volume waste material pada penelitian ini diperkirakan
berdasarkan jawaban responden pada kuesioner yang telah disediakan
atau berdasarkan pengalaman kerja mereka selama melakukan proses
pembangunan proyek gedung. Pada penelitian ini ditetapkan delapan
jenis waste dari consumable materialyaitu beton, besi tulangan, semen,
pasir, batu pecah, bata ringan, keramik, mortar, dan satu jenis non-
consumable materialyaitu kayu.
Jawaban dan tangapan responden pada baik pada level supervisi
maupun pada level pelaksana mengenai volume wastematerial disajikan
dalam bentuk diagram lingkaran, yang selanjutnya nilai interval waste
yang terbesar untuk masing-masing material disajikan dalan bentuk tabel.
Hasil penelitian volume waste berdasarkan tanggapan supervisi dapat
dilihat pada gambar 4 berikut ini:
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
59/131
44
Gambar 4. Diagram lingkaran wastematerial berdasarkan pandangansupervisi
0-5%
6-10%
32,35%
67,65%
Waste beton
0-5%
6-10%
11-15%
Waste besi
55,88%38,24%
5,88%
0-5%
6-10%
Waste semen
21,88%
78,14%
0-5%
6-10%
11-15%
Waste pasir
26,47%
70,59%
2,94%
0-5%
6-10%
Waste batu pecah
23,53%
76,47%
0-5%
6-10%
11-15%
Waste bata ringan
58,82%
35,29%
5,88%
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
60/131
45
Lanjutan gambar 4
Berdasarkan gambar 4, dapat kita lihat persentase jumlah
responden untuk masing-masing interval volume waste material
berdasarkan jawaban responden level supervisi. Jumlah responden
terbanyak untuk masing-masing material berdasarkan tanggapan dari
responden level supervisi dapat dirangkum pada tabel 8
0-5%
6-10%
11-15%
Waste keramik
11,76%
32,35%
55,88%
0-5%
6-10%
11-15%
Waste mortarWaste mortar
17,65%
23,53%58,82%
0-5%
6-10%
11-15%
16-20%>20%
Waste kayu
5,88%
14,71%
5,88%11,76%
61,76%
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
61/131
46
Tabel 8. Kuantitas wastematerial berdasarkan pendangan supervisi
No Jenis material KuantitasPersentase reponden
1 Beton 0-5 % (67,65%)
2 Besi 6-10 % (55,88%)
3 Semen 0-5 % (70,59%)
4 Pasir 0-5 % (70,59%)
5 Batu pecah 0-5 % (76,47%)
6 Bata ringan 6-10 % (58,82%)
7 Keramik 6-10 % (55,88%)
8 Mortar 0-5 % (58,82%)
9 Kayu 11-15% (61,76%)
Berdasarkan tabel 8, dapat dilihat kecendrungan responden dalam
memilih kuantitas waste untuk masing-masing material. Consumable
material yaitu: beton, semen, pasir, batu pecah dan mortar besarnya
volume waste antara 0-5% dari jumlah pengadaan material dengan
persentase responden berturut-turut sebesar 67,65%, 70,59%, 70,59%,
76,47% dan 58,82%. Material besi, bata ringan, dan keramik memiliki
volume wasteantara 6-10%, dengan persentase responden berturut-turut
adalah 55,88%, 58,82% dan 55,88%. Material kayu yang merupakan non-
consumable materialmemberikan nilai wastetertinggi yaitu antara 11-15%
dengan persentase responden sebesar 61,76%.
Berdasarkan jawaban dan tangapan responden pada level
pelaksana tentang volume waste material diperoleh hasil seperti pada
gambar 5 berikut ini:
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
62/131
47
Gambar 5. Diagram lingkaran wastematerial berdasarkan pelaksana
0-5%
6-10%
ste beton
20,00%
80,00%
0-5%
6-10%
11-15%
ste besi
25,00%
65,00%
10,00%
0-5%
6-10%
ste semen
24,00%
76,00%
0-5%
6-10%
ste p sir
20,00%
80,00%
0-5%
6-10%
ste b tu pec h
77,14%
22,86%0-5%
6-10%
ste b t ring n
20,00%
80,00%
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
63/131
48
Lanjutan gambar 5
Berdasarkan gambar 5, dapat kita lihat persentase jumlah
responden untuk masing-masing interval volume waste material
berdasarkan jawaban responden level pelaksana. Jumlah responden
terbanyak untuk masing-masing material berdasarkan tanggapan dari
responden level pelaksana dapat dirangkum pada tabel 9.
0-5%
6-10%
ste ker mik
30,00%
70,00%
0-5%
6-10%
11-15%
ste mort r
73,33%
6,67%
20,00%
0-5%
6-10%
11-15%
ste k yu
ste k yu
20,00%
15,00%
`
65,00%
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
64/131
49
Tabel 9. Kuantitas wastematerial berdasarkan pendangan pelaksana
No Jenis material KuantitasPersentase reponden
1 Beton 0-5 % (80,00%)
2 Besi 6-10 % (65,00%)
3 Semen 0-5 % (76,00%)
4 Pasir 0-5 % (80,00%)
5 Batu pecah 0-5 % (77,14%)
6 Bata ringan 6-10 % (80,00%)
7 Keramik 6-10 % (70,00%)
8 Mortar 0-5% (73,33%)
9 Kayu 11-15 % (65,00%)
Berdasarkan tabel 9, dapat dilihat kecenderungan responden dalam
memilih kuantitas waste untuk masing-masing material. Consumable
material yaitu: beton, semen, pasir, batu pecah dan mortar besarnya
volume waste antara 0-5% dari jumlah pengadaan material dengan
persentase responden berturut-turut sebesar 80,00%, 76,00%, 80,00%,
77,14%, dan 73,33%. Material besi, bata, dan keramik memiliki volume
wasteantara 6-10%, dengan persentase responden berturut-turut adalah
65,00%, 80,00% dan 70,00%. Material kayu yang merupakan non-
consumable materialmemberikan nilai wastetertinggi yaitu antara 11-15%
dengan persentase responden sebesar 65,00%.
C. FaktorFaktor Penyebab WasteMaterial
Faktor-faktor penyebab waste material dalam penelitian ini dibagi
menjadi dua bagian, bagian pertama dari pandangan supervisi berupa
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
65/131
50
faktor umum penyebab timbulnya waste, bagian kedua dari pandangan
pelaksana yang bekerja dilapangan berupa faktor penyebab waste dari
masing-masing material berdasarkan pengalaman mereka di lapangan.
Analisis dilakukan dengan menggunanakan analisis statistik yang terdiri
dari analisis deskriptif dan analisis one way anova, analisis yang lainnya
yaitu dengan menggunakan metode AHP.
1. Analisis Statistik
Dalam analisis statistik terdapat tiga analisa yang dilakukan yang
pertama yaitu uji validitas dan reliabilitas kuesioner, statistik deskriptif, dan
uji one way anova.
a. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner
Uji validitas dan reliabilitas bertujuan untuk mengetahui konsistensi
dari suatu jawaban dalam mengukur suatu objek penelitian. Uji validitas
yang digunakan dalam penelitian dilakukan dengan menggunakan metode
corrected item total correlation. Pengukuran uji validitas dilakukan dengan
membandingkan nilai r hitung dari hasil pengujian dengan nilai r tabel.
Apabila nilai r hitung r tabel, maka item dapat dikatakan valid, begitupula
sebaliknya jika r hitung < r tabel makan item tidak valid.
Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan metode cronbachs
alphadan pengukurannya dapat ditentukan dengan melihat nilai cronbach
alpha, jika nilainya kurang dari 0,6 maka dikatakan kurang baik sedangkan
jika nilainya 0,7 dapat diterima dan jika nilainya diatas 0,8 maka dikatakan
dalam kategori baik.
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
66/131
51
Hasil uji validitas dan reliabilitas baik untuk kuesioner level supervisi
maupun level pelaksana dapat dilihat pada lampiran 3. Pada lampiran 3
dapat dilihat bahwa untuk uji reliabilitas nilai cronbach alpha dari semua
item lebih dari 0,8 sehingga kuesioner dapat dikatakan reliabel. Untuk uji
validitas, nilai r hitung (corrected item total correlation) pada lampiran 3
dibandingkan dengan nilai r tabel (lampiran 6), berdasarkan jumlah
responden yang dapat dilihat pada tabel 10 berikut:
Tabel.10 Nilai r tabel
N (Jumlah resoponden) r tabel
10 0,632
15 0,514
20 0,444
25 0,396
34 0,339
35 0,334
45 0,294
Berdasarkan nilai r tabel pada tabel 10 yang dibandingkan dengan nilai r
hitung yang terdapat pada lampiran 3, untuk tiap item yang ada, nilai r
hitung > r tabel, sehingga kuesioner memenuhi syarat validitas.
b. Statistik Deskriptif
Berdasarkan pengolahan data dari hasil jawaban responden,
diperoleh nilai rata-rata untuk masing-masing faktor penyebab timbulnya
wastedari pandangan supervisi seperti pada tabel 11.
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
67/131
52
Tabel 11. Faktor penyebab waste material berdasarkan pandangansupervisi
No Faktor penyebab wastematerial Rata-rata
Desain
1 Frekuensi perubahan desain 2,76
2 Informasi desain yang tidak lengkap 2,35
3 Dokumen kontrak yang tidak lengkap pada saatdimulainya pembangunan
2,38
4 Perubahan spesifikasi material setelah pelaksanaanpekerjaan berlangsung
2,56
Penanganan
1 Penyimpanan material yang buruk 2,62
2 Metode pembongkaran bahan yang tidak efisien 2,79
3 Kerusakan akibat pemindahan bahan di lokasipekerjaan
2,50
4 Penanganan bahan yang buruk (misalkan carapemotongan yang tidak efisien)
3,18
5 Menggunakan material dengan kualitas yang buruk 2,59
6 Alat yang digunakan tidak memadai 2,44
7 Menggunakan material yang cacat 2,50
Pekerja
1 Kesalahan pekerja selama konstruksi 3,12
2 Pekerja yang kurang berpengalaman 3,26
3 Jam kerja yang berlebih menyebabkan tidak efektifnyapekerja dalam bekerja
2,79
4 Kekurangan pekerja yang terampil 3,09
Manajemen
1 Perencanaan dan penjadwalan yang buruk 2,94
2 Pengawasan terhadap pekerja yang buruk 3,32
3 Metode konstruksi yang tidak tepat 2,97
4 Bagian-bagian dalam proyek tidak berkomunikasidengan baik
3,03
5 Kurangnya rencana pengelolaan waste 3,00
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
68/131
53
Lanjutan tabel 11.
No Faktor penyebab wastematerial Rata-rata
6 Pengontrolan material dilokasi proyek yang buruk 3,06
Pengadaan/Pembelian
1 Kesalahan dalam pemesanan (kurang atau lebih dariyang dibutuhkan)
2,59
2 Item yang dipesan tidak sesuai dengan spesifikasi 2,76
3 Prosedur transportasi/pengiriman barang dari supplierke lokasi yang buruk
2,50
4 Menggunakan produk berkualitas rendah 2,745 Pembelian tidak dapat dilakukan dalam jumlah kecil 2,50
Kondisi Lokasi
1 Lokasi pembangunan yang sulit diakses 2,74
2 Kondisi tanah yang tidak sesuai dengan perencanaan 2,62
Faktor Eksternal
1 Pengaruh cuaca 3,03
2 Pencurian 2,76
Berdasarkan tabel 11, dapat kita lihat faktor-faktor yang dominan
sebagai penyebab timbulnya wastematerial, dimana terdapat tujuh faktor
yaitu desain, penanganan, pekerja, manajemen, pengadaan/pembelian,
kondisi lokasi dan faktor eksternal yang terdiri dari sub faktor dengan
penjelasan sebagai berikut ini:
1) Desain
Faktor desain berupa frekuensi perubahan desain menempati
rangking tertinggi dengan rata-rata 2,76 yang kemudian diikuti
oleh perubahan spesifikasi material, dokumen kontrak yang
tidak lengkap pada saat dimulainya pembangunan, dan
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
69/131
54
Informasi desain yang tidak lengkap dengan rata-rata berturut-
turut 2,56, 2,38 dan 2,35.
Dalam proses pembangunan desain suatu proyek sudah
seharusnya ditetapkan terlebih dahulu dan disepakati sebelum
palaksanaan proyek berlangsung, akan tetapi dalam
pelaksanaannya terkadang terjadi perubahan spesifikasi yang
dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya permintaan
customer seperti yang terjadi pada pembangunan Proyek
Apartemen Vidaview terdapat permintaan customer sehingga
beberapa bagian bagunan yang telah selesai dibangun,
dilakukan pembongkaran sesuai permintaan customer
sehingga menimbulkan waste, jadi dapat disimpulkan bahwa
untuk pengaruh dari faktor-faktor desain sangat ditentukan oleh
desain yang tentunya merupakan permintaan dari owner
ataupun konsumen.
2) Penanganan
Berdasarkan faktor penanganan, penanganan bahan yang
buruk, metode pembongkaran bahan yang tidak efisien, dan
penyimpanan material yang buruk menempati urutan teratas
sebagai faktor penyebab waste dari aspek penanganan
material dengan rata-rata yaitu 3,18, 2,79, dan 2,62.
Penaganan bahan yang buruk juga menempati urutan tertinggi
dari penyebab waste beberapa jenis material seperti pada
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
70/131
55
material bata ringan, dimana kerusakan akibat pemotongan
yang tidak efektif menempati urutan tertinggi (tabel 17).
3) Pekerja
Berdasarkan faktor pekerja, pekerja yang kurang
berpengalaman, kekurangan pekerja yang terampil, kesalahan
pekerja selama konstruksi, dan jam kerja yang berlebih
menyebabkan tidak efektifnya pekerja dalam bekerja berturut-
turut memiliki rata-rata 3,26, 3,09, 2,85, dan 2,79.
Pada beberapa material, faktor pekerja juga memberikan
kontribusi yang besar sebagai penyebab waste, misalnya untuk
wastemortar kesalahan pekerja yang kurang terampil sehingga
tebal plasteran tidak sesuai (tabel 20) menjadi penyebab
tertinggi wastemortar.
4) Manajemen
Pengawasan terhadap pekerja yang buruk, pengontrolan
material dilokasi proyek yang buruk, dan bagian-bagian dalam
proyek tidak berkomunikasi dengan baik menempati tiga urutan
teratas sebagai penyebab timbulnya waste dari aspek
manajemen dengan rata-rata berturut-turut sebesar 3,32, 3,06,
3,03.
Pada dasarnya faktor menajemen adalah faktor yang akan
mempengaruhi faktor-faktor lainnya, karena pengawasan yang
baik akan memepengaruhi kinerja pekerja dan kinerja pekerja
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
71/131
56
tentunya akan mempengaruhi cara kerja dan penanganan
mereka terhadap material, oleh karena itu sangat diperlukan
manajemen yang baik dari pelaksana suatu proyek agar
pelaksanaan sutu proyek lebih terarah dan terkontrol dengan
baik.
5) Pengadaan/pembelian
Item yang dipesan tidak sesuai dengan spesifikasi,
menggunakan produk berkualitas rendah, kesalahan dalam
pemesanan (kurang atau lebih dari yang dibutuhkan)
menempati tiga urutan teratas sebagai penyebab timbulnya
wastematerial dengan rata-rata berturut-turut yaitu 2,76, 2,74,
dan 2,59.
Dalam pelaksanaan sutu proyek, terkadang pemesanan item
tertentu berbeda dari spesifikasi yang telah ditetapkan dan hal
tersebut dapat menyebabkan kualitas suatu bangunan tidak
sesuai dengan yang diharapkan, dan terkadang dapat
menyebabkan pengulangan pekerjaan yang tentunya akan
menimbulkan waste, begitupula jika menggunakan produk
berkualitas rendah dapat memberikan dampak yang sama.
6) Kondisi lokasi
Lokasi pembangunan yang sulit diakses dan kondisi tanah yang
tidak sesuai dengan perencanaan memiliki rata-rata sebesar
2,74 dan 2,62.
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
72/131
57
Kondisi lokasi merupakan faktor yang tidak dapat dihindari,
sehingga yang dapat dilakukan hanya dengan mengantisipasi
kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi dalam suatu
proses konstruksi.
7) Faktor eksternal
Pengaruh cuaca dan pencurian memiliki rata-rata sebesar 3,03
dan 2,76. Seperti halnya dengan kondisi lokasi, faktor eksternal
juga merupakan faktor yang tidak dapat dihindari dan hanya
dapat diantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang mungkin
terjadi.
Secara keseluruhan empat faktor paling dominan sebagai
penyebab timbulnya waste material berturut-turut yaitu sebagai berikut
pengawasan terhadap pekerja yang buruk, pekerja yang kurang
berpengalaman, penanganan bahan yang buruk (misalkan cara
pemotongan yang tidak efisien), dan kesalahan pekerja selama
konstruksi, dengan rata-rata berturut-turut sebesar 3,32, 3,26, 3,18, dan
3,12.
Keempat faktor yang paling dominan sebagai penyebab waste
material memilki keterkaitan antara yang satu dengan yang lainnya
misalnya dengan adanya pengawasan terhadap pekerja yang baik, maka
tentunya dapat meminimalisasi kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh
pekerja dan penanganan terhadap material juga akan menjadi lebih baik,
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
73/131
58
oleh karena itu pengawasan dalam suatu proses pembangunan harus
lebih diperhatikan.
Faktor penyebab waste material berdasarkan sudut pandang
pelaksana lebih ditekankan terhadap penyebab timbulnya waste dari
masing-masing jenis material dengan hasil seperti pada tabel berikut :
1. Wastebeton
Faktor penyebab wastebeton terbesar adalah karena pemesanan
beton berlebih dari yang dibutuhkan dengan rata-rata 2,85, yang diikuti
oleh kesalahan pekerja dalam menuangkan beton, dan cuaca yang
buruk/hujan dengan rata-rata berturut-turut 2,85 dan 2,80, seperti pada
tabel 12 berikut.
Tabel 12. Faktor penyebab wastebeton
Faktor penyebab waste Rata-rata
Beton mengeras karena penanganan lambat 2,45
Menggunakan peralatan yang tidak tepat (contoh:menggunaan alat vibrasi/getaran yang tidak memadai,sehingga menimbulkan masalah pada beton)
2,60
Cuaca yang buruk/hujan 2,65
Pemesanan beton berlebih dari yang dibutuhkan 2,85
Terjadi deviasi dimensi struktur saat pengecoran 2,70Kesalahan pekerja pada proses menuangkan beton 2,80
Beton merupakan material dengan sifat yang mudah mengeras jika
penanganan lambat sehingga apabila terdapat kelebihan dalam
pemesanan, maka akan menimbulkan waste, terutama jika tidak ada
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
74/131
59
bagian dari proyek yang dapat dicor selain dari yang telah direncanakan
sebelumnya, oleh karena itu penentuan volume pekerjaan pengecoran
menjadi hal yang perlu diperhatikan dengan baik sebelum melakukan
pemesanan. Faktor cuaca juga memberikan pengaruh dalam proses
pengecoran terutama pada musim hujan, sehingga sebelum melakuakan
pengecoran harus memperhatikan perkiraan cuaca.
2. Wastebesi
Sisa potongan tulangan yang pendek tidak dapat dipergunakan
kembali menjadi faktor penyebab terbesar timbulnya wastebesi tulangan
dengan rata-rata 3,65, diikuti oleh kesalahan dalam pemotongan atau
pemotongan yang tidak optimal dan informasi gambar yang kurang jelas
dengan rata-rata berturut-turut sebesar 3,35 dan 2,85 seperti yang
terdapat pada tabel 13.
Tabel 13. Faktor penyebab wastebesi tulangan
Faktor penyebab waste Rata-rata
Informasi gambar yang kurang/tidak jelas 2,85
Pendetailan gambar yang rumit 2,60
Kesalahan dalam pemotongan besi/pemotongan yang tidak
optimal
3,35
Kesalahan dalam pemakaian ukuran/type besi 2,30
Sisa potongan tulangan yang pendek tidak dapatdipergunakan kembali
3,65
Penyimpanan yang buruk sehingga besi berkarat 2,60
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
75/131
60
Sisa potongan besi yang pendek merupakan waste yang mutlak
akan ditemukan dilokasi proyek, karena dalam perakitan besi tulangan
membutuhkan proses pemotongan yang akan memberikan wasteberupa
potongan-potongan kecil yang tak dapat digunakan. Oleh karena itu
dibutuhkan ketelitian dan perencanaan yang baik sebelum melakukan
proses pemotongan besi tulangan. Informasi dan detail gambar yang
jelas juga sangat mempengaruhi timbulnya waste, karena akan menjadi
acuan bagi pekerja dalam melakukan proses pemotongan dan perakitan
besi tulangan.
3. Wastesemen
Faktor penyebab waste semen terbesar adalah karena proses
membuang/melempar semen ke gudang dengan rata-rata 2,96 diikuti oleh
penyimpanan yang buruk menyebabkan semen mengeras dan cuaca
buruk akibat hujan dengan rata-rata berturut-turut sebesar 2,84 dan 2,80,
seperti yang terdapat pada tabel 14.
Tabel 14. Faktor penyebab wastesemen
Faktor penyebab waste Rata-rata
Kemasan rusak menyebabkan semen tercecer 2,64Penyimpanan yang buruk menyebabkan semen mengeras 2,84
Membuang/melempar semen ke gudang 2,96
Cuaca buruk akibat hujan 2,80
Menggunakan alat ukur yang tidak tepat pada prosespengukuran volume semen
2,60
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
76/131
61
Proses pemindahan semen ke gudang harus dilakukan dengan
hati-hati karena dengan membuang/melempar, maka kemasan semen
tersebut dapat mengalami kerusakan yang menyebabkan semen tercecer
hingga timbul waste. Tempat penyimpanan juga harus diperhatikan agar
semen tidak mengeras akibat kondisi yang lembab.
4. Wastepasir
Faktor penyebab waste pasir dengan tiga urutan terbesar adalah
hilang karena bercampur dengan tanah, cuaca buruk akibat hujan, dan
tercecer dilalui kendaraan/orang karena penumpukan pada tempat yang
tidak tepat dengan rata-rata berturut-turut adalah 2,93, 2,89, dan 2,79,
seperti yang terdapat pada tabel 15
Tabel 15. Faktor penyebab wastepasir
Faktor penyebab waste Rata-rata
Supplier mengirim pasir tidak sesuai dengan spesifikasi 2,78
Tercecer dilalui kendaraan/orang karena penumpukan padatempat yang tidak tepat
2,80
Kurangnya lahan penyimpanan 2,67
Tercecer saat pemindahan/pengangkutan pada lokasi proyek 2,76
Hilang karena bercampur dengan tanah 2,93
Cuaca buruk akibat hujan 2,89
Menggunakan alat ukur yang tidak tepat pada prosespengukuran volume pasir
2,47
Waste pasir dapat terjadi jika penyimpanan dilakukan di atas
permukaan tanah, sehingga pasir bercampur dengan tanah dan tidak
dapat dipergunalan kembali. Kondisi cuaca berupa hujan juga akan
-
7/26/2019 --irmawaty-23634-1-15-irmaw-)
77/131
62
menyebabkan terjadinya wastepasir, utamanya ketika penyimpanan pasir
pada ruang yang terkena hujan. Oleh karena itu lokasi penyimpanan pasir
harus menjadi perhatian tersendiri untuk menghindari timbulnya waste.
5. Wastebatu pecah
Faktor penyebab waste batu pecah dengan tiga urutan terbesar
adalah tercecer saat pemindahan/pengangkutan pada lokasi proyek,
tercecer karena penumpukan pada tempat yang keliru, dan cuaca buruk
akibat hujan dengan rata-rata berturut-turut sebesar 2,97 , 2,60 , dan 2,74,
seperti yang terlihat pada tabel 16.
Tabel 16. Faktor penyebab wastebatu pecah
Faktor penyebab waste Rata-rata
Supplier mengirim batu pecah tidak sesuai denganspesifikasi
2,60
Tercecer karena penumpukan pada tempat yang keliru 2,86
Tercecer saat pemindahan/pengangkutan pada lokasi proyek 2,97
Menggunakan alat ukur yang tidak tepat pada prosespengukuran volume batu pecah
2,69
Cuaca buruk akibat hujan 2,74
Seperti halnya dengan mate