zubair mas’ud pengelolaan sumberdaya budaya untuk publik

14
Zubair Mas’ud Pengelolaan Sumberdaya Budaya Untuk Publik 53 Papua TH. IV NO. 2 / November 2012 PENGELOLAAN SUMBERDAYA BUDAYA UNTUK PUBLIK: STUDI KASUS DI UPTD MUSEUM NEGERI PROVINSI PAPUA Zubair Mas’ud (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract The presence of cultural resources in Papua UPTD State Museum is an important asset in understanding the culture in Papua. Directed as a means of community identity in Papua through a collection of cultural resources. In facts, the manager of the museum does not provide enough knowledge about relevant information contained in these cultural resources. This study used a qualitative approach with descriptive methods. Based on the results of the study indicate that the management of cultural resources at the State Museum of Papua UPTD not optimally provide knowledge and information to comprehend the culture in Papua which needed by the public. Knowledge or values contained in less cultural resource providing information in accordance with the vision and mission statement by the museum. Therefore, it is necessary to develop the cultural resource management in order to reflect the appreciation of the culture as a people’s identity, in identifying Papua. Key words: Management, cultural resources, public, museum Pendahuluan Irian Jaya yang kemudian dikenal sebagai tanah Papua adalah wilayah Indonesia yang berada pada bagian timur Nusantara, menempati pulau terbesar dalam gugusan kepulauan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Wilayah Papua dengan panorama alam dan keberadaan beragam etnik dapat dikatakan sebagai “museum hidup”. Museum yang bukan hanya menyimpan budaya dari sejumlah suku pribumi tanah Papua saja, melainkan juga keseluruhan keanekaragaman hayati, kekayaan tumbuhan dan binatang, serta kearifan lokal masyarakat yang menjadi aset yang tidak ternilai harganya. Oleh

Upload: others

Post on 22-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Zubair Mas’ud Pengelolaan Sumberdaya Budaya Untuk Publik

Zubair Mas’udPengelolaan Sumberdaya Budaya Untuk Publik

53Papua TH. IV NO. 2 / November 2012

PENGELOLAAN SUMBERDAYA BUDAYA UNTUK PUBLIK: STUDI KASUS DI UPTD MUSEUM NEGERI PROVINSI PAPUA

Zubair Mas’ud(Balai Arkeologi Jayapura)

Abstract

The presence of cultural resources in Papua UPTD State Museum is an important asset in understanding the culture in Papua. Directed as a means of community identity in Papua through a collection of cultural resources. In facts, the manager of the museum does not provide enough knowledge about relevant information contained in these cultural resources. This study used a qualitative approach with descriptive methods. Based on the results of the study indicate that the management of cultural resources at the State Museum of Papua UPTD not optimally provide knowledge and information to comprehend the culture in Papua which needed by the public. Knowledge or values contained in less cultural resource providing information in accordance with the vision and mission statement by the museum. Therefore, it is necessary to develop the cultural resource management in order to reflect the appreciation of the culture as a people’s identity, in identifying Papua.

Key words: Management, cultural resources, public, museum

Pendahuluan

Irian Jaya yang kemudian dikenal sebagai tanah Papua adalah wilayah Indonesia yang berada pada bagian timur Nusantara, menempati pulau terbesar dalam gugusan kepulauan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Wilayah Papua dengan panorama alam dan keberadaan beragam etnik dapat dikatakan sebagai “museum hidup”. Museum yang bukan hanya menyimpan budaya dari sejumlah suku pribumi tanah Papua saja, melainkan juga keseluruhan keanekaragaman hayati, kekayaan tumbuhan dan binatang, serta kearifan lokal masyarakat yang menjadi aset yang tidak ternilai harganya. Oleh

Page 2: Zubair Mas’ud Pengelolaan Sumberdaya Budaya Untuk Publik

Zubair Mas’udPengelolaan Sumberdaya Budaya Untuk Publik

54 Papua TH. IV NO. 2 / November 2012

sebab itu wilayah Papua sering dijuluki “Bumi Cenderawasih” karena adanya burung Cenderawasih yang dianggap sebagai burung dari tanah surga dan didiami kurang lebih 270 sub etnik dengan aneka ragam bahasa dan menyimpan keunikan serta kearifan lokal (Numberi, 2008:12).

Papua sebagai bagian dalam integrasi Indonesia merupakan wilayah yang kaya akan jenis, bentuk dan karya seni yang hidup dalam masyarakat, memberi ciri dan corak kehidupan serta kepribadian bangsa. Keanekaragaman budaya di Papua sangat berpotensi dalam pengembangan kebudayaan daerah sebagai unsur kebudayaan nasional dan memegang peranan penting dalam pembinaan dan pertumbuhan bangsa serta sebagai wahana pemersatu bangsa.

Memperhatikan kondisi geografis Papua yang sulit dijangkau menjadi kendala untuk melihat karakteristik pada tiap-tiap suku yang memiliki budaya dan banyak menyimpan berbagai macam kebudayaan yang unik ataupun warisan budaya yang beragam. Oleh karena itu, kekhasan Papua perlu diinformasikan kepada publik melalui suatu sarana, sehingga memunculkan rasa saling menghargai serta merupakan wujud kepedulian dalam melestarikan warisan budaya.

Salah satu upaya dalam menyelamatkan warisan budaya yang terdapat di Papua dapat dilakukan dengan memanfaatkan sekaligus mengoptimalkan keberadaan museum. Hal ini dapat dilakukan karena museum merupakan sebuah institusi yang tujuannya adalah untuk melestarikan sekaligus menyajikan beragam bentuk warisan budaya di setiap daerah, termasuk di Papua. Museum, berdasarkan definisi yang diberikan International Council of Museums, adalah institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik, dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha pengoleksian, mengkonservasi, meriset, mengkomunikasikan, dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenangan. Karena itu ia bisa menjadi bahan studi oleh kalangan akademis, dokumentasi kekhasan masyarakat tertentu, ataupun dokumentasi dan pemikiran imajinatif di masa depan.

Benda yang menjadi koleksi museum sangat bervariasi, terdiri dari benda cagar budaya dan benda yang berkaitan dengan kehidupan manusia. Koleksi museum merupakan bukti material hasil budaya manusia dan lingkungannya yang mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. Untuk itu pengelolaannya harus mendapat perhatian yang lebih besar dan serius dari berbagai pihak terutama dari masyarakat, pemerintah dan pengelola museum.

Page 3: Zubair Mas’ud Pengelolaan Sumberdaya Budaya Untuk Publik

Zubair Mas’udPengelolaan Sumberdaya Budaya Untuk Publik

55Papua TH. IV NO. 2 / November 2012

Peran museum tersebut bahkan diatur dalam peraturan negara, dimana dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, disebutkan bahwa koleksi museum dapat dikategorikan sebagai sumberdaya budaya. Sumberdaya budaya adalah suatu tinggalan budaya hasil kegiatan manusia sebagai bukti materi budaya manusia pada masa lalu. Umumnya tinggalan budaya yang dapat dipindahtempatkan sekarang ini telah menjadi objek koleksi museum.

Pengelolaan sumberdaya budaya yang berada dalam museum, juga dipertegas dalam undang-undang tersebut, sebagaimana tercantum pada pasal 18 ayat 3 yang berbunyi “Perlindungan, Pengembangan, dan Pemanfaatan Koleksi Museum sebagaimana dimaksud pada ayat 2 berada di bawah tanggungjawab pengelola museum”.

Istilah sumberdaya budaya, merujuk pada warisan budaya atau tinggalan budaya, baik yang mewakili zaman, gaya seni, wilayah, maupun identitas budaya (Rahardjo & Muluk, 2011 : 1). Oleh sebagian para ahli, sumberdaya budaya disepadankan dengan sumberdaya arkeologi karena kedua istilah tersebut pada dasarnya mengacu pada fenomena yang sama, yaitu kesadaran akan semakin pentingnya upaya pelestarian tinggalan budaya dari masa lalu, karena sifat-nya yang tak-teperbaharui (non-renewable), terbatas (finite), tak-teperbalikkan (irreversible), dan kontekstual (contextual) (Tanudirjo, 2004 : 2).

Dalam tulisan ini sumberdaya budaya yang digunakan sebagai kajian adalah tinggalan budaya berupa koleksi budaya yang berada di museum yang dapat menggambarkan maupun memberikan informasi untuk mengenali budaya yang terdapat di Papua (Mas’ud, 2012 : 7). Dengan kata lain, mengenal Papua melalui koleksi sumberdaya budaya yang terdapat di Museum Negeri Provinsi Papua. Informasi tentang sumberdaya budaya tersebut perlu disampaikan kepada publik, baik melalui pendidikan formal maupun informal yang salah satunya dalam bentuk penyajian koleksi sumberdaya budaya di museum.

Sumberdaya budaya yang ada pada Museum Negeri Provinsi Papua yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) adalah sumber informasi untuk mengetahui dan memahami tentang berbagai macam kebudayaan di Papua. Tentu saja hal ini memungkinkan jika dalam pengelolaannya memberikan informasi pengetahuan dan pengalaman bagi publik (masyarakat/pengunjung). Hal ini sangat terkait dengan beberapa unsur yang mempengaruhi dan menentukan kualitasnya seperti penelitian koleksi, sumberdaya manusia, dan program dalam bentuk kemasan informasinya.

Page 4: Zubair Mas’ud Pengelolaan Sumberdaya Budaya Untuk Publik

Zubair Mas’udPengelolaan Sumberdaya Budaya Untuk Publik

56 Papua TH. IV NO. 2 / November 2012

UPTD Museum Negeri Provinsi Papua diharapkan juga menjadi miniatur kebudayaan bangsa dan merupakan jendela informasi sejarah budaya. Sumberdaya budaya yang dimiliki museum harus dirasakan oleh masyarakat melalui sajian koleksinya, agar benda yang dipamerkan dapat berkomunikasi dengan pengunjung. Benda koleksi sebaiknya dipamerkan secara evokatif, yaitu dengan menempatkan suatu perangkat atau suasana yang relevan dengan konteks cerita sejarah dari benda budaya yang bersangkutan (Sutaarga, 1986: 30).

Keberadaan sumberdaya budaya di UPTD Museum Negeri Provinsi Papua merupakan jendela informasi dalam mengenal budaya di Papua. Ketika dikunjungi diharapkan akan memberikan gambaran bagi pengunjung tentang budaya yang beragam dari berbagai suku dalam wilayah Papua. Secara geografis, lokasi UPTD Museum Negeri Provinsi Papua dapat dikatakan sangat strategis, dengan akses transportasi relatif mudah dijangkau berada di jalan poros yang menghubungkan Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura. Berdasarkan data yang ada, kunjungan orang dari luar kota Jayapura, baik warga Indonesia maupun mancanegara terus meningkat dalam berbagai kepentingan di provinsi Papua. Terlebih pada bagian depan museum sekarang ini dijadikan sebagai terminal angkutan umum. Namun informasi tentang sumberdaya budaya di museum ini kurang diketahui oleh wisatawan serta masyarakat yang bermukim di Papua sendiri.

Bagi masyarakat yang tidak mempunyai kesempatan dalam mengunjungi setiap daerah di Papua dan memiliki keinginan untuk memahami semua budaya atau salah satu budaya dari suku pribumi di Papua, mereka akan mendapatkan informasi tersebut di UPTD Museum Negeri Provinsi Papua, tetapi informasi yang diharapkan tidak ditemukan pada museum tersebut. Dengan demikian, UPTD Museum Negeri Provinsi Papua yang selama ini bertindak sebagai Museum Pembina seharusnya merupakan salah satu museum budaya di Papua yang diarahkan sebagai bagian dari bentuk penceritaan tentang kebudayaan Papua. Tetapi kenyataan yang terlihat menunjukkan bahwa UPTD Museum Negeri Provinsi Papua dari segi keragaman koleksi yang dipamerkan belum menggambarkan keterwakilan budaya yang ada di Papua secara keseluruhan, serta kurang melaksanakan fungsinya dalam pengelolaan, terutama kemampuan dalam menangani sumberdaya budaya, organisasi dan pengembangan program museum, padahal museum ini didirikan sebagai pusat informasi kebudayaan Papua. Sehingga pada kenyataan yang ada UPTD Museum Negeri Provinsi Papua kurang melaksanakan fungsinya dalam pengelolaan sumberdaya budaya, penyajian informasi, dan publikasi nilai penting sumberdaya budaya.

Page 5: Zubair Mas’ud Pengelolaan Sumberdaya Budaya Untuk Publik

Zubair Mas’udPengelolaan Sumberdaya Budaya Untuk Publik

57Papua TH. IV NO. 2 / November 2012

Oleh karena itu bila kita mencoba menarik suatu kaitan antara museum dengan kegiatan pengelolaan sumberdaya budaya, maka secara umum sistematika dan pengelolaan museum menjadi bagian dalam kegiatan pengelolaan sumberdaya budaya itu sendiri. Berdasarkan penjelasan tersebut, koleksi museum sebagai sumberdaya budaya yang sifatnya terbatas, tidak dapat diperbaharui, kontekstual, dan sulit dideteksi karena faktor alam dan manusia, maka perlu pengelolaan untuk dilestarikan agar terjamin pemanfaatannya untuk kepentingan generasi mendatang.

Melihat koleksi yang ada, dalam hal pengelolaannya kurang memberikan informasi terutama pengetahuan tentang sumberdaya budaya yang dimiliki oleh suku di Papua. Oleh karena itu diperlukan penanganan berupa pengelolaan terhadap sumberdaya tersebut. Hal ini akan memberikan peluang dalam peningkatan apresiasi masyarakat dalam mengenal budayanya sekaligus apabila dikelola dengan baik, dapat memberikan prospek untuk kepariwisataan dalam hal ini wisata budaya.

Metode Penelitian

Secara umum penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Data penelitian diperoleh melalui observasi, studi pustaka dan wawancara. Penelitian kualitatif adalah satu model penelitian humanistik, yang menempatkan manusia sebagai subyek utama dalam peristiwa sosial/budaya. Jenis penelitian ini berlandaskan pada filsafat fenomenologis dari Edmund Husserl (1859-1928) dan kemudian dikembangkan oleh Max Weber (1864-1920) ke dalam sosiologi. Sifat humanis dari aliran pemikiran ini terlihat dari pandangan tentang posisi manusia sebagai penentu utama perilaku individu dan gejala sosial. Dalam pandangan Weber, tingkah laku manusia yang tampak merupakan konsekuensi-konsekuensi dari sejumlah pandangan atau doktrin yang hidup di kepala manusia pelakunya. Jadi, ada sejumlah pengertian, batasan-batasan, atau kompleksitas makna yang hidup di kepala manusia pelaku, yang membentuk tingkah laku yang terkspresi secara eksplisit.

Adapun secara teknis, penerapan metode kualitatif dilakukan dalam bentuk wawancara terhadap responden yang merupakan pengunjung museum, untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan objek dan tujuan penelitian. Melalui cara ini diharapkan terjaring informasi, di antaranya cara pandang masyarakat terhadap keberadaan dan pengelolaan Museum Baadia.

Page 6: Zubair Mas’ud Pengelolaan Sumberdaya Budaya Untuk Publik

Zubair Mas’udPengelolaan Sumberdaya Budaya Untuk Publik

58 Papua TH. IV NO. 2 / November 2012

Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara bebas berstruktur. Dalam wawancara ini, penulis memilih responden berdasarkan pada permasalahan yang diajukan dalam pertanyaan penelitian, kemudian mengajukan pertanyaan yang telah disusun oleh penulis berupa panduan wawancara (guide line). Pertanyaan yang diajukan antara satu responden dengan responden yang lain akan memiliki beberapa perbedaan, misalahnya antara pemerintah, akademisi (pelajar dan mahasiswa), dan masyarakat umum. Oleh karena itu, format pertanyaan dalam wawancara disusun berdasarkan latar belakang responden yang akan diwawancarai.

Wawancara dapat berkembang sesuai dengan arah pembicaraan dari responden, namun penulis tetap mengarahkan sehingga keterangan responden tidak menyimpang dari permasalahan yang diajukan. Alat yang digunakan dalam wawancara berupa tape recorder sehingga hasil wawancara dapat didengar secara berulang dan data yang diragukan dalam penafsiran data dapat langsung dicek (Moleong, 2004).

Pembahasan

UPTD Museum Negeri Provinsi Papua, terletak dalam wilayah distrik Heram kelurahan Waena berada di jalur jalan Raya Sentani Km 17.8, yang menghubungkan kota Jayapura dan Sentani. Lokasi yang strategis menjadikan museum ini mudah untuk diakses dari berbagai arah dalam wilayah Jayapura. Adapun visi dan misi UPTD Museum Negeri Provinsi Papua, didasarkan pada fungsi utama museum sebagai lembaga budaya yang berusaha merefleksikan keanekaragaman budaya melalui pengelolaan sumberdaya budaya. Upaya tersebut, terkait dengan kontribusi pengembangan budaya serta pengetahuan kepada generasi penerus. Oleh karena itu, kegiatan di museum diawali dari konsep acuan dalam pengembangan dan penyebarluasan informasi budaya sebagai bagian dari media pendidikan dan rekreasi.

Berdasarkan hasil observasi pada museum tersebut, dalam ruangan pameran tetap, menempati gedung dengan dua lantai. Pada lantai pertama, penyajian koleksi dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu pengenalan alam dan lingkungan, sistem pengetahuan dan teknologi, sistem mata pencaharian. Di lantai kedua terpajang koleksi yang berkaitan dengan sistem religi dan kesenian. Adapun koleksi dalam ruangan tersebut berupa:

1. Replika Mumi

Page 7: Zubair Mas’ud Pengelolaan Sumberdaya Budaya Untuk Publik

Zubair Mas’udPengelolaan Sumberdaya Budaya Untuk Publik

59Papua TH. IV NO. 2 / November 2012

2. Miniatur Rumah Tradisional3. Jenis Fauna di Papua4. Patung5. Foto Profil Muka Suku di Papua6. Topeng dari Suku Asmat7. Jenis Wadah8. Peralatan Pandai Besi9. Miniatur Perahu10. Tombak dan Busur Panah11. Perlengkapan Perang12. Alat dari Tulang13. Kain dan Alat Tenun14. Peralatan Penangkap Ikan15. Keramik16. Jenis Bahan Kontak17. Kapak Batu18. Miniatur Perahu Arwah (Wuramon)19. Suling Sakral (Konovar)20. Tas (Noken)21. Gendang (Tifa)22. Jenis Anyaman23. Haluan Perahu

Koleksi pada ruangan pameran tetap dapat disebut sebagai hasil budaya dari masyarakat di Papua. Dengan kata lain, merupakan sumberdaya budaya dalam artian sebagai benda koleksi yang dikelola dalam museum dapat dimanfaatkan sebagai sarana pembelajaran atau pewarisan nilai-nilai budaya bagi masyarakat. Sumberdaya budaya tersebut memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan untuk kepentingan publik. Potensi yang dimaksud adalah kualitas dan keunggulan yang dimilikinya guna memanfaatkan dan mengembangkan secara tepat sumberdaya budaya tersebut dalam penyajiannya di UPTD Museum Negeri Provinsi Papua.

Pengelola UPTD Museum Negeri Provinsi Papua seharusnya menyampaikan sumberdaya budaya sebagai produk pengetahuan. Salah satu proses pengelolaannya

Page 8: Zubair Mas’ud Pengelolaan Sumberdaya Budaya Untuk Publik

Zubair Mas’udPengelolaan Sumberdaya Budaya Untuk Publik

60 Papua TH. IV NO. 2 / November 2012

melalui informasi yang sesuai dengan keberadaannya, sehingga memberikan identifikasi terhadap nilai yang terkandung dalam benda koleksi. Oleh karena, sumberdaya budaya dapat memberikan manfaat bagi publik.

Sebuah koleksi harus mampu memberikan nilai yang dikandung oleh keberadaannya. Oleh karena itu, diperlukan pengkomunikasian yang tepat untuk membangun keingintahuan pengunjung terhadap makna dari sebuah koleksi. Pengelolaan dengan bentuk yang tidak lagi hanya memamerkan sumberdaya budaya semata, tetapi pada bentuk interpretasi nilai yang terkandung pada sebuah objek.

Museum dikatakan sebagai sumber informasi melalui sumberdaya yang dipamerkan. Hal ini memberikan sumber pengetahuan dari keterangan hasil penelitian pada dokumentasi koleksi tersebut.

Sarana di UPTD Museum Negeri Provinsi Papua tidak hanya akan memenuhi penyediaan informasi bagi orang luar semata, tetapi juga museum akan bermanfaat bagi masyarakat Papua sebagai tempat preservasi budaya asli, tempat rekreasi maupun sebagai sarana edukasi. Hal ini sejalan dengan peran dari UPTD Museum Negeri Provinsi Papua yang merupakan salah satu sumberdaya budaya yang dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Papua dan menjadi media pendidikan budaya terhadap masyarakat. Museum ini adalah aset penting dalam pengembangan budaya di Papua. Salah satu fungsinya adalah sebagai informasi tentang kebudayaan masyarakat pembuat artefak yang menjadi koleksi museum bersangkutan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa museum merefleksikan identitas budaya atau jati diri dari masyarakat tertentu (Ardika, 2007: 65).

Fungsi museum sebagai media informasi kebudayaan dapat dikatakan sebagai bagian dari komunikasi. Dalam menjalankan fungsi tersebut, pihak museum merupakan komunikator yang menyampaikan pesan kepada publik sebagai komunikan. Dalam hal ini, koleksi museum merupakan sumber informasi. Oleh karena itu agar museum memiliki fungsi tersebut, maka koleksinya perlu dikelola dengan baik dan benar secara profesional. Dengan kata lain, pengelolaan sumberdaya budaya sebagai sumber informasi harus menghasilkan pesan yang dapat diserap secara baik dan mudah oleh komunikan dalam hal ini masyarakat khususnya pengunjung museum. Pesan itu dapat berupa kata-kata lisan atau tulisan, gambar, musik, film, dan lain-lain (Effendy, 2003:219-220).

Berkaitan dengan itu, informasi yang tepat mengenai koleksi museum akan memberikan pengetahuan dan mampu memenuhi kebutuhan tentang rasa ingin tahu pengunjung saat mengunjungi museum. Informasi yang diperoleh sebelum berkunjung ke

Page 9: Zubair Mas’ud Pengelolaan Sumberdaya Budaya Untuk Publik

Zubair Mas’udPengelolaan Sumberdaya Budaya Untuk Publik

61Papua TH. IV NO. 2 / November 2012

museum sangatlah penting dilakukan. Dapat dikatakan bahwa informasi tentang koleksi museum agar dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dimengerti oleh setiap pengunjung.

Museum dan koleksi merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan. Makna penting koleksi museum hanya dapat dipahami apabila dikomunikasikan kepada pengunjung. Pengunjung dapat berkomunikasi dengan koleksi museum, apabila teknik penyajian atau presentasinya dilakukan berdasarkan suatu konsepsi yang akurat dan lengkap dari data koleksi yang disajikan (Sutaarga, 1997:35).

Selain itu, materi informasi dapat berupa foto, gambar, skema, peta dan label penjelasan serta buku panduan, sehingga informasi mengenai koleksi bisa diketahui oleh pengunjung. Dengan kata lain, koleksi dapat bercerita melalui sumber informasi tersebut. Pengelolaan sumberdaya budaya, bukan hanya dipamerkan dalam sebuah vitrin ataupun sarana lainnya yang memperlihatkan bentuknya. Sebuah sumberdaya budaya harus mampu memberikan nilai yang dikandung oleh keberadaannya. Oleh karena itu, diperlukan pengkomunikasian yang tepat untuk membangun keingintahuan pengunjung terhadap makna dari sumberdaya budaya.

Kegiatan apapun yang dilakukan di museum adalah mengarah pada pelayanan masyarakat atau pengunjung. Terutama bentuk pelayanan yang diwujudkan dalam bentuk pameran tetap (utama). Salah satunya dalam menyajikan sumberdaya budaya dengan berbagai informasinya harus ditujukan untuk menyampaikan nilai, makna atau kearifan yang terkandung di dalamnya. Selain itu, menyajikan koleksi museum harus ditunjang dengan sarana dan rangkaian cerita untuk menyampaikan pesan atau visi misi yang diemban oleh museum.

Potensi sumberdaya budaya dikaitkan dengan keberadaannya di UPTD Museum Negeri Provinsi Papua saat ini, sesuai dengan Undang-undang No.21 Tahun 2001 tentang Pelaksanaan Otonomi Khusus di Papua, menegaskan bahwa kebudayaan Papua adalah urat nadi dalam memahami dan mengembangkan masyarakat Papua. Dalam artian, segala sumberdaya yang ada dikerahkan dalam rangka memahami identitas masyarakat di Papua.

Selayaknya sumberdaya budaya menyadarkan masyarakat akan pentingnya pengetahuan tentang segala sesuatu, termasuk keberadaan koleksi di museum. Kehadiran masyarakat yang berkunjung ke museum, setidaknya didasari untuk mengonfirmasi pengetahuan yang sudah diperoleh dengan wujud mendekati koleksi. Berinteraksi langsung dengan koleksi dan informasi yang disajikan.

Page 10: Zubair Mas’ud Pengelolaan Sumberdaya Budaya Untuk Publik

Zubair Mas’udPengelolaan Sumberdaya Budaya Untuk Publik

62 Papua TH. IV NO. 2 / November 2012

Pada bagan di atas, bagi pengunjung museum bukan hanya sebagai tempat rekreasi edukatif, tetapi juga merupakan sumber informasi yang mempunyai beragam kepentingan. Sumberdaya budaya sebagai sarana informasi memiliki hubungan dengan pengunjung melalui pameran dalam bentuk koleksi yang disajikan, hal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan sumberdaya budaya yang dipamerkan sesuai dengan visi dan misi UPTD Museum Negeri Provinsi Papua sebagai media informasi budaya dalam mengenal Papua.

Berkaitan dengan hal tersebut, informasi yang benar, akurat, dan data yang lengkap merupakan syarat utama dalam penyampaian informasi dan pemahaman terhadap materi yang disajikan (Purwanti, 2008: 108). Materi penunjang dapat pula berupa foto dan peta. Oleh karena itu, agar sumberdaya budaya dapat dipahami oleh pengunjung, maka dalam penyajiannya dapat dilakukan melalui pendekatan tematik yang berbasis pada asas intelektual, estetik dan romantik (evokatif). Salah satu bentuk penyajian informasi, misalnya pada koleksi sebuah patung. Selama ini, persepsi sebagian besar masyarakat menganggap bahwa ukiran patung hanya dibuat oleh orang Asmat. Padahal setiap patung memiliki makna yang berbeda, jadi tidaklah cukup jika hanya sebatas menyajikan informasi tentang si pembuat ukiran patung saja.

Page 11: Zubair Mas’ud Pengelolaan Sumberdaya Budaya Untuk Publik

Zubair Mas’udPengelolaan Sumberdaya Budaya Untuk Publik

63Papua TH. IV NO. 2 / November 2012

Dalam kaitan tersebut, maka perlu ada pendalaman pemaknaan tentang patung tersebut. Sebagai contoh kasus, masyarakat menganggap Patung Mbitoro, buatan Komoro kerap dipersepsikan sebagai Mbis, dan dianggap patung buatan Asmat. Padahal kedua suku tersebut, walaupun menempati wilayah pesisir selatan Papua, namun, masing-masing patung memiliki ciri khas. Patung mbis menekankan unsur manusia, sedangkan patung mbitoro kental dengan motif alamnya. Walaupun kedua patung disimbolkan sebagai representasi jiwa dan semangat dari nenek moyang mereka, serta sebagai penolak bala, perlindungan, dan sumber kemakmuran. Jika pemaknaannya mendalam tentu kesalahan persepsi ini tidak akan terjadi. Oleh karena itu, informasi koleksi yang dipamerkan harus terkait dengan cara pembuatan, penggunaan, latar belakang sejarah, latar belakang budaya, aspek spesifik koleksi, hubungan dengan benda lain, namun tidak semua informasi harus dituliskan di dalam label koleksi.

Penggunaan brosur juga sebagai bagian dalam bentuk sarana informasi yang terkait dengan pengetahuan sejarah dan budaya masyarakat di Papua. Bentuk informasi berkaitan brosur setidaknya menggambarkan informasi sekilas mengenai UPTD Museum Negeri Provinsi Papua, berkaitan dengan beberapa koleksi yang dipamerkan beserta fotonya dan infomasi jam buka museum.

Selain itu, dapat pula dilakukan kegiatan sosialisasi sebagai upaya memasyarakatkan keberadaan UPTD Museum Negeri Provinsi Papua, koleksi dengan informasi yang memadai. Dalam hal ini salah satunya mengadakan seminar sebagai bentuk peningkatan wawasan dan pengetahuan, terutama pada sekolah-sekolah sehingga nantinya informasi tentang museum dan koleksinya dapat diketahui secara umum. Pada akhirnya menarik minat masyarakat untuk mengunjunginya.

Berkaitan dengan hal itu, pada pengelolaan perlu memperhatikan penempatan sumberdaya budaya dalam alur penyajiannya. Sistematika cerita dari sumberdaya budaya sangat berarti sebagai rangkaian penyampaian informasi yang disajikan mulai dari awal sampai akhir, mulai dari pintu masuk sampai pintu keluar ruangan pameran tetap. Dapat digambarkan dalam bagan berikut, mengenai pengelolaan sumberdaya budaya sebagai sarana informasi, sehingga penyajian sumberdaya budaya di UPTD Museum Negeri Provinsi Papua dapat menggambarkan lingkungan alam dan budaya di Papua serta mencerminkan identitas budaya yang ada di Papua.

Pada bagan di atas, penggunaan informasi yang terkait dengan sumberdaya budaya harus lengkap sehingga pengunjung tidak kehilangan cerita di balik koleksi tersebut. Oleh

Page 12: Zubair Mas’ud Pengelolaan Sumberdaya Budaya Untuk Publik

Zubair Mas’udPengelolaan Sumberdaya Budaya Untuk Publik

64 Papua TH. IV NO. 2 / November 2012

karena itu, informasi yang terkait perlu ditampilkan sehingga konteks makna maupun nilai dari sumberdaya budaya dapat diketahui. Museum bukan sekedar menyajikan benda tanpa makna. Pengelola UPTD Museum Provinsi Papua harus memberikan gagasan serta pesan dan informasi yang cukup berkaitan dengan sumberdaya budaya.

Dengan penyajian yang kreatif dengan ditunjang oleh penjelasan yang baik, pengunjung akan lebih mengerti dan memahami arti dan makna serta nilai-nilai yang terkandung dalam koleksi yang dipamerkan (Subagiono, 2006: 65). Berkaitan dengan hal tersebut, UPTD Museum Negeri Provinsi Papua seharusnya menampilkan ciri khas budaya masing-masing dari suku yang ada di Papua untuk mendukung fungsinya sebagai jendela informasi kebudayaan di Papua.

Kesimpulan

UPTD Museum Negeri Provinsi Papua dalam kapasitasnya sebagai lembaga pelestarian sekaligus memamerkan karya budaya di Papua yang bernilai penting bagi masyarakat (pengunjung). Oleh karena itu, seyogyanya menyajikan koleksi dengan berbagai informasinya untuk menyampaikan nilai, makna atau kearifan yang terkandung di dalamnya. Selain itu, menyajikan koleksi dengan sarana dan rangkaian cerita untuk menyampaikan pesan atau visi misi yang diemban oleh museum.

Potensi sumberdaya budaya dikaitkan dengan keberadaannya di UPTD Museum Negeri Provinsi Papua saat ini, sesuai dengan Undang-undang No.21 Tahun 2001 tentang Pelaksanaan Otonomi Khusus di Papua, menegaskan bahwa kebudayaan Papua adalah urat nadi dalam memahami dan mengembangkan masyarakat Papua. Dalam artian, segala sumberdaya yang ada dikerahkan dalam rangka memahami identitas masyarakat di Papua.

Selayaknya sumberdaya budaya menyadarkan masyarakat akan pentingnya pengetahuan tentang segala sesuatu, kehadiran masyarakat yang berkunjung ke museum, setidaknya didasari untuk mencermati akan informasi yang ada serta melihat langsung sumberdaya budaya. Berinteraksi secara langsung dengan koleksi dan informasi yang disajikan.

Dapat dikatakan pengelolaan sumberdaya budaya di UPTD Museum Negeri Provinsi Papua menggambarkan lingkungan alam dan budaya di Papua, namun sepenuhnya belum mencerminkan identitas budaya yang ada di Papua. Penggunaan informasi yang terkait dengan objek harus lengkap, sehingga pengunjung tidak kehilangan cerita di balik

Page 13: Zubair Mas’ud Pengelolaan Sumberdaya Budaya Untuk Publik

Zubair Mas’udPengelolaan Sumberdaya Budaya Untuk Publik

65Papua TH. IV NO. 2 / November 2012

sumberdaya budaya tersebut.Pengelolaan terhadap sumberdaya budaya yang terdapat di museum berkaitan

erat dengan proses manajemen. Pengelolaan sumberdaya budaya dengan kaidah-kaidah atau rambu-rambu yang telah ditetapkan akan berdampak positif pada pemanfaatannya. Oleh karena itu, proses manajemen memegang peranan penting dan menentukan ketika suatu sumberdaya itu dimanfaatkan secara berkelanjutan sebagai koleksi musuem. Pemanfaatan yang terencana dengan baik akan menghasilkan manfaat baik pada generasi sekarang maupun yang akan datang. Manajemen yang baik tidak akan berjalan bila tidak ada pengetahuan dan pemahaman tentang objek, lingkungan, dan masyarakat setempat karena di dalam objek (material resources) terdapat cultural resources, sehingga jangan sampai pemanfaatan material resources justru merusak cultural resources.

Pengelolaan di UPTD Museum Negeri Provinsi Papua harus didasarkan pada aspek pelestarian, sebagaimana visi manjemen museum yang merupakan bagian dari manajemen sumberdaya budaya. Agar dapat berdaya guna atau bermanfaat, sumberdaya budaya tidak boleh hanya dieksploitasi tanpa memperhatikan efek yang akan ditimbulkan. Pemanfaatan secara berlebihan tidak akan berguna bila tidak ditunjung oleh upaya pelestarian, begitu pula sebaliknya.

Daftar PustakaAnonim. 2001. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2001 tentang

Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua.

Ardika, I Wayan, 2007. Pusaka Budaya dan Pariwisata. Denpasar: Pustaka Larasan.

Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran, 2010. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya. Jakarta: Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, Direktorat Peninggalan Purbakala. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Page 14: Zubair Mas’ud Pengelolaan Sumberdaya Budaya Untuk Publik

Zubair Mas’udPengelolaan Sumberdaya Budaya Untuk Publik

66 Papua TH. IV NO. 2 / November 2012

Numberi, Freddy. 2008. Keajaiban Pulau Owi, Mutiara Terpendam di Wilayah Tanah Papua. Jakarta: Gibbon Books.

Purwanti, Retno. 2008. “Museum Situs Karanganyar Palembang Sebagai Pusat Informasi Kerajaan Sriwijaya”. Tesis Magister Humaniora, Program Studi Ilmu-ilmu Sastra, Konsentrasi Museologi. Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung.

Rahardjo, Supratikno dan Hamdi Muluk. 2011. Pengelolaan Warisan Budaya di Indonesia. Bandung: CV. Lubuk Agung.

Subagiono, S. Gagi. 2006. Tata Pameran Museum Sebagai Daya Tarik Kunjungan. Workshop Pemeliharaan dan Perawatan Koleksi Museum: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.

Sutaarga, Amir. 1997. Studi Museologia. Jakarta: Proyek Pembinaan Permuseuman Jakarta, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Depdikbud.

______. 1986. Pedoman Penyelenggaraan dan Pengelolaan Museum. Jakarta: Depdikbud.

Tanudirjo, Daud Aris. 2004. “Pengelolaan Sumberdaya Arkeologi: Sebuah Pengantar”. Makalah untuk Pelatihan Pengelolaan Sumberdaya Arkeologi, 27 Agustus – 1 September 2004. Trowulan, Mojokerto.

Mas’ud, Zubair. 2012. “Kajian Pengelolaan Sumberdaya Budaya Di UPTD Museum Negeri Provinsi Papua”. Tesis Program Studi Ilmu-ilmu Sastra Konsentrasi Museologi. Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung.