wrap up sk1

53
SKENARIO 1 MATA MERAH Seorang anak laki-laki berusia 8 tahun datang ke poliklinik diantar ibunya dengan keluhan kedua mata merah sejak 2 hari yang lalu setelah bermain sepak bola. Keluhan disertai dengan keluar banyak air mata dan gatal. Penglihatan tidak mengalami gangguan. Pasien pernah menderita penyakit seperti ini 6 bulan yang lalu. Pada pemeriksaan oftalmologis : VOD : 6/6, VOS : 6/6 Segmen anterior ODS : palpebra edema (-), lakrimasi (+), konjungtiva tarsalis superior: giant papil (+) (cobble stone appearance), konjungtiva bulbi : injeksi konjungtiva (+), limbus kornea: infiltrate (+). Lain-lain tidak ada kelainan Pasien sudah mencoba mengobati dengan obat warung tapi tidak ada perubahan. Setelah mendapatkan terapi, pasien diminta untuk control rutin dan menjaga serta memelihara kesehatan mata sesuai tuntunan ajaran Islam. 1

Upload: mettytusiana

Post on 25-Dec-2015

35 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Panca Indera

TRANSCRIPT

SKENARIO 1

MATA MERAHSeorang anak laki-laki berusia 8 tahun datang ke poliklinik diantar ibunya dengan keluhan kedua mata merah sejak 2 hari yang lalu setelah bermain sepak bola. Keluhan disertai dengan keluar banyak air mata dan gatal. Penglihatan tidak mengalami gangguan. Pasien pernah menderita penyakit seperti ini 6 bulan yang lalu.

Pada pemeriksaan oftalmologis :VOD : 6/6, VOS : 6/6Segmen anterior ODS : palpebra edema (-), lakrimasi (+), konjungtiva tarsalis superior: giant papil (+) (cobble stone appearance), konjungtiva bulbi : injeksi konjungtiva (+), limbus kornea: infiltrate (+).Lain-lain tidak ada kelainan

Pasien sudah mencoba mengobati dengan obat warung tapi tidak ada perubahan.

Setelah mendapatkan terapi, pasien diminta untuk control rutin dan menjaga serta memelihara kesehatan mata sesuai tuntunan ajaran Islam.

1

A. Kata-Kata Sulit :1. Pemeriksaan Opthalmology : Pemeriksaan untuk menilai fungsi maupun anatomi mata2. Lakrimasi : Proses pengeluaran air mata3. VOD/VOS : Ketajaman penglihatan dari mata sebelah kanan atau kiri4. Injeksi Konjungtiva : Melebarnya pembuluh darah arteri konjungtiva posterior5. Giant Pupil : Papila dengan diameter >1mm 6. Konjungtiva Tarsalis Superior : Didaerah palpebral superior7. Cobble Stone Appearance : Gambaran seperti kerikil berbentuk polygonal biasanya

tampak pada bagian tarsus posterior

B. Pertanyaan : 1. Kenapa mata anak tersebut bias merah ?2. Apa yang menyebabkan dia banyak keluar air mata dan gatal ?3. Ada tidak hubungannya dengan penyakit yang 6 bulan lalu ?4. Kenapa semua gejalanya tidak mengganggu penglihatan ?5. Kenapa dokter meminta pasien untuk melakukan kontrol rutin ?6. Mengapa pada konjungtiva tarsalis posterior terdapat giant pupil (+) ?7. Apa hubungannya pasien main sepak bola dengan keluhan yang dialami ?8. Apa saja kemungkinan diagnosis dari pasien ini ?9. Adakah hubungannya dengan fakor usia ?10. Bagaimana cara menjaga kesehatan mata sesuai dengan ajaran Islam ?11. Apa obat warung yang diberikan dan mengapa tidak ada perubahan ?12. Terapi apa yang sebaiknya diberikan ?13. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan ophthalmology ?

C. Jawaban : 1. (2&7) Karena ada allergen masuk memicu reaksi alergi jadinya terdapat hipersensitivitas

lalu mengundang histamine jadinya gatal kalau merah terjadi vasodilatasi pembuluh darah

3. Karena ada alergi, trauma, infeksi4. Karena gejala hanya sebatas di konjungtiva jadi nervus tidak terkena5. Untuk menghindari komplikasi selanjutnya dan proses penyembuhan lama 6. Karena udem8. Konjungtivitis, hematoma subkonjungtiva9. Anak-anak lebih rentan karena system imunnya belum baik10. Banyak-banyak berwudhu, membaca alquran, menjaga pandangan, makan-makanan yang

halal 11. Hanya membeli obat yang tidak mengatasi semua keluhan 12. Penghindaran terhadap allergen, topical (vasokontriksi dan anti histamine)13. Snellen chart, reaksi cahaya, lambaian tangan, akomodasi

2

D. Hipotesis Ketika sedang main bola bisa terpapar allergen maupun terkena trauma dan infeksi, lalu allergen masuk dan menimbulkan reaksi hipersensitivitas selanjutnya menimbulkan gejala (mata merah, gatal). Dokter melakukan pemeriksaan ophthalmology dan menegakan diagnosis konjungtivitis. Diberikan tatalaksana dan pasien harus melakukan control rutin.

3

SASARAN BELAJARLI I. Mempelajari Anatomi Mata

LO 1.1 Memahami dan menjelaskan anatomi makroskopis mataLO 1.2 Memahami dan menjelaskan anatomi mikroskopis mata

LI II. Mempelajari Fisiologi PenglihatanLI III. Mempelajari Kelainan Pada Mata (Mata Merah)

LO 3.1 Memahami dan menjelaskan mata merah dengan visus normalLO 3.2 Memahami dan menjelaskan mata merah dengan visus menurun

LI IV. Mempelajari KonjungtivitisLO 4.1 Memahami dan menjelaskan definisi konjungtivitisLO 4.2 Memahami dan menjelaskan epidemiologi konjungtivitisLO 4.3 Memahami dan menjelaskan etiologi dan klasifikasi konjungtivitisLO 4.4 Memahami dan menjelaskan patofisiologi konjungtivitisLO 4.5 Memahami dan menjelaskan manifestasi klinis konjungtivitisLO 4.6 Memahami dan menjelaskan diagnosis dan diagnosis banding konjungtivitisLO 4.7 Memahami dan menjelaskan penatalaksanaan konjungtivitisLO 4.8 Memahami dan menjelaskan prognosis konjungtivitisLO 4.9 Memahami dan menjelaskan komplikasi konjungtivitisLO 4.10 Memahami dan menjelaskan preventif konjungtivitis

LI V. Mempelajari Tentang Menjaga dan Memelihara Kesehatan Mata Dalam Islam

4

LI I. Mempelajari Anatomi MataLO 1.1 Memahami dan menjelaskan anatomi makroskopis mata

Mata terdiri dari :1. Suatu lapisan luar keras yang transparan di anterior (kornea) dan opak di posterior

(sklera). Sambungan antara keduanya disebut limbus. Otot-otot ekstraokular melekat pada sklera sementara saraf optik meninggalkan sklera di posterior melalui lempeng kribiformis.

2. Suatu lapisan kaya pembuluh darah (koroid) melapisi segmen posterior mata dan memberi nutrisi pada permukaan dalam retina.

3. Korpus siliaris terletak di anterior. Korpus siliaris mengandung otot siliaris polos yang kontraksinya mengubah bentuk lensa dan memungkinkan fokus mata berubah-ubah. Epitel siliaris mensekresi aqueous humor dan mempertahankan tekanan okular. Korpus siliaris merupakan tempat perlekatan iris.

4. Lensa terletak di belakang iris dan disokong oleh serabut-serabut halus (zonula) yang terbentang di antara lensa dan korpus siliaris.

5

5. Sudut yang dibentuk oleh iris dan kornea (sudut iridokornea) dilapisi oleh suatu jaringan sel dan kolagen (jalinan trabekula). Pada sklera di luar jalinan ini, kanal schlemm mengalirkan aqueous humor dari bilik anterior ke dalam sistem vena, sehingga terjadi drainase aqueous. Daerah ini dianamakan sudut drainase.

Antara kornea di anterior dan lensa serta iris di posterior terdapat bilik mata anterior. Di antara iris, lensa, dan korpus siliaris terdapat bilik mata posterior (yang berbeda dari korpus vitreous). Kedua bilik ini terisi oleh aqueous humor. Di antara lensa retina terletak korpus vitreous.

Di anterior, konjungtiva akan berlanjut dari sklera ke bagian bawah kelopak mata atas dan bawah. Satu lapis jaringan ikat (kapsul tenon) memisahkan konjungtiva dari sklera dan memanjang ke belakang sebagai satu penutup di sekitar otot-otot rektus.

Orbita

Mata terletak dalam ruang orbita yang memiliki bentuk seperti piramida berisi empat. Pada apeks posterior terletak kanal optik yang merupakan tempat lewatnya saraf optik ke otak. Fissura orbita superior dan inferior merupakan tempat lewatnya pembuluh darah dan saraf kranialis yang memberikan persarafan pada struktur orbita. Pada dinding anterior media terdapat fossa untuk sakus lakrimalis. Kelenjar lakrimal terletak di anterior pada aspek superolateral orbita.

Kelopak Mata

Fungsi :1. Memberikan proteksi mekanis pada bola mata anterior.2. Mensekresi bagian berminyak dari lapisan film air mata.3. Menyebarkan film air mata ke konjungtiva dan kornea.4. Mencegah mata menjadi kering.5. Memiliki pungta tempat air mata mengalir ke sistem drainase lakrimal.

Kelopak mata terdiri dari :1. Suatu lapisan permukaan kulit.2. Otot-otot orbikularis.3. Suatu lapisan kolagen kuat (lempeng tarsal).4. Suatu lapisan epitel, konjungtiva, sampai ke bola mata.

Otot levator berjalan ke arah kelopak mata atas dan berinsersi pada lempeng tarsal. Otot ini dipersarafi oleh saraf ketiga. Kerusakan pada saraf ini atau perubahan-perubahan pada usia tua menyebabkan jatuhnya kelopak mata (ptosis). Suatu otot polos datar yang muncul dari permukaan profunda levator berinsersi pada lempeng tarsal. Otot ini dipersarafi oleh sistem saraf simpatis. Jika persarafan simpatis rusak (seperti pada sindrom Horner) akan terjadi ptosis ringan.

Tepi kelopak mata adalah letak sambungan mukokutan. Sambungan ini mengandung muara kelenjar minyak Meibomm yang terletak di lempeng tarsal. Kelenjar ini mensekresikan komponen lipid dari film air mata. Di medial, pada kelopak mata atas dan bawah, dua pungta kecil membentuk bagian awal sistem drainase lakrimal.

6

Sistem Drainase Lakrimal

Air mata mengalir ke dalam pungta atas dan bawah dan kemudian ke dalam sakus lakrimalis melalui kanalikuli atas dan bawah. Kanalikuli-kanalikuli membentuk kanalikulus komunis sebelum memasuki sakus lakrimalis. Duktus nasolakrimalis berjalan dari sakus ke hidung. Kegagalan bagian distal duktus nasolakrimalis untuk membentuk saluran sempurna pada saat lahir biasanya merupakan penyebab mata berair dan lengket pada bayi. Drainase air mata melalui sistem ini.

Perdarahan

Mata mendapat pasokan darah dari arteri oftalmika (cabang dari arteri karotis interna) melalui arteri retina, arteri siliaris, dan arteri muskularis. Sirkulasi konjungtiva beranastomosis di anterior dengan cabang-cabang dari arteri karotis eksterna.

Saraf optik anterior mendapat pasokan darah dari cabang-cabang dari arteri siliaris. Retina mendapat pasokan darah dari cabang arteriol dari arteri retina sentral. Fovea sangat tipis sehingga tidak membutuhkan pasokan dari sirkulasi retina. Fovea mendapat darah secara tidak langsung, seperti juga lapisan luar retina, oleh difusi oksigen dan metabolit dari koroid melewati epitel pigmen retina.

Persarafan

Nervus IIISaraf ini memasuki sinus kavernosus pada dinding lateral dan memasuki orbita melalui fissura orbita superior. Nukleusnya terletak di tengah.

Nervus IVSaraf keempat memasuki orbita melalui fissura orbita superior. Nukleusnya terletak di otak tengah.

Nervus VISaraf ini memasuki orbita melalui fissura orbita superior. Nukleusnya terletak di pons.

Media Refraksi

Yang termasuk media refraksi antara lain kornea, pupil, lensa, dan vitreous. Media refraksi targetnya di retina sentral (macula). Gangguan media refraksi menyebabkan visus turun (baik mendadak aupun perlahan).

Bagian berpigmen pada mata: uvea bagian iris, warna yang tampak tergantung pada pigmen melanin di lapisan anterior iris.

1. Banyak pigmen = coklat.2. Sedikit pigmen = biru.3. Tidak ada pigmen = merah / pada albino.

Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas kornea, aqueous humor (cairan mata), lensa, badan vitreous (badan kaca), dan panjangnya bola mata. Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjang bola mata sedemikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media penglihatan dibiaskan

7

tepat di daerah makula lutea. Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia dan akan menempatkan bayangan benda tepat di retinanya pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh.

Kornea

Kornea (Latin cornum=seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya.

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf V. saraf siliar longus berjalan supra koroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Boeman melepaskan selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi samapai kepada kedua lapis terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan di daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.

Trauma atau panyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem pompa endotel terganggu sehingga dekompresi endotel dan terjadi edema kornea. Endotel tidak mempunya daya regenerasi. Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata di sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea.

Aqueous Humor (Cairan Mata)

Aqueous humor mengandung zat-zat gizi untuk kornea dan lensa, keduanya tidak memiliki pasokan darah. Adanya pembuluh darah di kedua struktur ini akan mengganggu lewatnya cahaya ke fotoreseptor. Aqueous humor dibentuk dengan kecepatan 5 ml/hari oleh jaringan kapiler di dalam korpus siliaris, turunan khusus lapisan koroid di sebelah anterior. Cairan ini mengalir ke suatu saluran di tepi kornea dan akhirnya masuk ke darah.

Jika aqueous humor tidak dikeluarkan sama cepatnya dengan pembentukannya (sebagai contoh, karena sumbatan pada saluran keluar), kelebihan cairan akan tertimbun di rongga anterior dan menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler (di dalam mata). Keadaan ini dikenal sebagai glaukoma. Kelebihan aqueous humor akan mendorong lensa ke belakang ke dalam vitreous humor, yang kemudian terdorong menekan lapisan saraf dalam retina. Penekanan ini menyebabkan kerusakan retina dan saraf optikus yang dapat menimbulkan kebutaan jika tidak diatasi.

Lensa

Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam bola mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris dan terdiri dari zat tembus cahaya (transparan) berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi.

Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik mata belakang. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa di dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus-menerus sehingga mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga membentuk nukleus lensa. Bagian

8

sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu dibentuk atau serat lensa yang tertua di dalamkapsul lensa. Di dalam lensa dapat dibedakan nukleus embrional, fetal dan dewasa. Di bagian luar nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut sebagai korteks lensa. Korteks yang terletak di sebelah depan nukleus lensa disebut sebagai korteks anterior, sedangkan dibelakangnya korteks posterior. Nukleus lensa mempunyai konsistensi lebih keras dibanding korteks lensa yang lebih muda. Di bagian perifer kapsul lensa terdapat zonula Zinn yang menggantungkan lensa di seluruh ekuatornya pada badan siliar.

Secara fisiologis lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu:a. Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk

menjadi cembun,b. Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan,c. Terletak di tempatnya, yaitu berada antara posterior chamber dan vitreous body dan

berada di sumbu mata.

Keadaan patologik lensa ini dapat berupa:o Tidak kenyal pada orang dewasa yang mengakibatkan presbiopia,o Keruh atau apa yang disebut katarak,o Tidak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi

Lensa orang dewasa dalam perjalanan hidupnya akan menjadi bertambah besar dan berat.

Badan Vitreous (Badan Kaca)

Badan vitreous menempati daerah mata di balakang lensa. Struktur ini merupakan gel transparan yang terdiri atas air (lebih kurang 99%), sedikit kolagen, dan molekul asam hialuronat yang sangat terhidrasi. Badan vitreous mengandung sangat sedikit sel yang menyintesis kolagen dan asam hialuronat (Luiz Carlos Junqueira, 2003). Peranannya mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina. Kebeningan badan vitreous disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhanbadan vitreous akan memudahkan melihat bagian retina pada pemeriksaan oftalmoskopi. Vitreous humor penting untuk mempertahankan bentuk bola mata yang sferis.

Panjang Bola Mata

Panjang bola mata menentukan keseimbangan dalam pembiasan. Panjang bola mata seseorang dapat berbeda-beda. Bila terdapat kelainan pembiasan sinar oleh karena kornea (mendatar atau cembung) atau adanya perubahan panjang (lebih panjang atau lebih pendek) bola mata, maka sinar normal tidak dapat terfokus pada mekula. Keadaan ini disebut sebagai ametropia yang dapat berupa miopia, hipermetropia, atau astigmatisma.

Lapisan Mata

Lapisan mata dari luar ke dalam adalah: (1) tunika fibrosa, terdiri dari sklera di bagian belakang dan kornea di bagian depan; (2) tunika vascular berpigmen, di bagian belakang terdapat koroid, dan di bagian depan terdapat badan siliaris dan iris; dan (3) tunika nervosa, retina.

Tunika fibrosa (tunica fibrosa oculi)

9

Sklera dan kornea membentuk tunika fibrosa bola mata; sklera berada di lima perenam bagian posterior dan opak; kornea membentuk seperenam bagian anterior dan transparan.

Sklera memiliki densitas yang tinggi dan sangat keras, merupakan membran solid yang berfungsi mempertahankan bentuk bola mata. Sklera lebih tebal di bagian belakang daripada di depan; ketebalan di bagian belakang 1 mm. Permukaan eksternal sklera berwarna putiih, dan menempel pada permukaan dalam fascia bulbi; bagian anterior sklera dilapisi membran konjungtiva bulbi.Di bagian depan, sklera berhubungan langsung dengan kornea, garis persatuannya dinamakan sclero-corneal junction atau limbus. Pada bagian dalam sklera dekat dengan junction terdapat kanal sirkular, sinus venosus sclera (canal of Schlemm). Pada potongan meridional dari bagian ini, sinus tampak seperti cekungan (cleft), dinding luarnya terdiri dari jaringan solid sklera dan dinding dalamnya dibentuk oleh massa triangular jaringan trabekular.

Aqueous humor direasorbsi menuju sinus skleral oleh jalur pectinate villi yang analog dengan struktur dan fungsi arachnoid villi pada meninges serebral menuju pleksus vena sklera.

Kornea merupakan bagian proyeksi transparan dari tunika eksternal, dan membentuk seperenam permukaan anterior bola mata. Kornea berbentuk konveks di bagian anterior dan seperti kubah di depan sklera. Derajat kelengkungannya berbeda pada setiap individu.

Tunika vaskular (tunica vasculosa oculi)

Tunika vaskular mata terdiri dari koroid di bagian belakang, badan siliaris serta iris di bagian depan. Koroid berada di lima perenam bagian posterior bola mata, dan memanjang sepanjang ora serrata. Badan siliaris menghubungkan koroid dengan lingkaran iris. Iris adalah diafragma sirkular di belakang kornea, dan tampak di sekeliling pusat, apertura bundar, pupil.

Koroid merupakan membran tipis, vaskular, warna coklat tua atau muda. Di bagian belakang ditembus oleh nervus optikus. Lapisan ini lebih tebal di bagian belakang daripada di bagian depan. Salah satu fungsi koroid adalah memberikan nutrisi untuk retina serta menyalurkan pembuluh darah dan saraf menuju badan siliaris dan iris.

Badan siliaris (corpus ciliare) merupakan terusan koroid ke anterior yang terdapat processus ciliaris serta musculus ciliaris. Iris dinamakan berdasarkan warnanya yang beragam pada individu berbeda. Iris adalah lempeng (disk) kontraktil, tipis, sirkular, berada di aqueous humorantara kornea dan lensa, dan berlubang di tengah yang disebut pupil. Di bagian perifernya, iris menempel dengan badan siliaris, dan juga terkait dengan; permukaannya rata,  bagian anterior menghadap ke kornea, bagian posterior menghadap prosesus siliaris dan lensa.

Iris membagi ruangan antara lensa dan kornea sebagai ruang anterior dan posterior. Ruang anterior mata dibentuk di bagian depan oleh permukaan posterior kornea; di bagian belakang oleh permukaan anterior iris dan bagian tengah lensa. Ruang posterior adalah celah sempit di belakang bagian perifer iris, dan di depan ligamen suspensori lensa dan prosesus siliaris.

10

Tunika nervosa (Tunica interna)

Retina adalah membran nervosa penting, dimana gambaran objek eksternal ditangkap. Permukaan luarnya berkontak dengan koroid; permukaan dalamnya dengan membran hialoid badan vitreous. Di belakang, retina berlanjut sebagai nervus optikus; retina semakin tipis di bagian depan, dan memanjang hingga badan siliaris, dimana ujungnya berupa cekungan, ora serrata. Disini jaringan saraf retina berakhir, tetapi pemanjangan tipis membran masih memanjang hingga di belakang prosesus siliaris dan iris, membentuk pars ciliaris retina danpars iridica retina.

Tepat di bagian tengah di bagian posterior retina, pada titik dimana gambaran visual paling bagus ditangkap, berupa area oval kekuningan, makula lutea; pada makula terdapat depresi sentral, fovea sentralis. Fovea sentralis retina sangat tipis, dan warna gelap koroid dapat terlihat. Sekitar 3 mm ke arah nasal dari makula lutea terdapat pintu masuk nervus optikus (optic disk), arteri sentralis retina menembus bagian tengah discus. Bagian ini satu-satunya permukaan retina yang insensitive terhadap cahaya, dan dinamakan blind spot. (Snell, 1997)

LO.2 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Mikro Mata

Lapisan Mata

1. Lapisan Luar = Tunika Fibrosaa. Sklera

1. 5/6 posterior lapisan luar mata.2. Opak dan putih. Pada manusia garis tengah lebih kurang 22 mm.3. Struktur terdiri atas: jaringan ikat padat yang liat terutama jaringan kolagen

gepeng berselang-seling tetap paralel dengan permukaan mata; substansi dasar dan beberapa fibroblas, relative avaskular, mendapat metabolit melalui difusi dari pembuluh berdekatan dan dari cairan kamera okuli anterior.

b. Kornea1. 1/6 bagian anterior mata.2. Kornea tidak berwarna dan transparan.3. Irisan melintang, terlihat lima lapisan.:

1) Epitel kornea berlapis squamous tanpa tanduk. terdiri 5-6 lapisan sel. pada bagian basal banyak gambaran

mitosis (me ncerminkan kemampuan regenerasi yang hebat).

mikrovili pada permukaan sel terjulur kedalam ruang yang diisi lapisan tipis air mata prakornea.

jaringan epitel ditutupi lapisan lipid dan

glikoprotein pelindung, tebalnya lebih kurang 7 mikrometer.

11

kornea mempunyai suplai saraf sensoris paling besar

2) Membrana Bowman membantu stabilitas dan kekuatan kornea. dibawah epitel,lapisan homogen. tebal antara 7-12 mikrometer. terdiri atas –serat kolagen yang bersilangan secara acak, substansi antar sel

yang padat tak mengandung sel. berakhir pada limbus.

3) Stroma (substansia propria) terdiri atas banyak lapisan kolagen paralel, saling menyilang tegak lurus. serabut kolagen setiap lamel saling berjajar paralel, melintasi seluruh

kornea. juluran sitoplasma fibroblast terjepit diantara lapisan, terlihat gepeng mirip

sayap kupu-kupu. sel dan serat dari stroma terendam dalam substansi glikoprotein amorf,

metakromatik, banyak mengandung kondroitin sulfat. stroma avaskular, tetapi terdapat limphoid migrating.

4) Membrana Descemet struktur homogen. tebal 5-10 mikrometer (di tengah 5-7, di tepi 8-10 um) terdiri atas filamen

kolagen halus tersusun berupa jaringan 3 dimensi.

5) Endotel epitel selapis squamos. memiliki organel yang aktif mentranspor dan membuat protein untuk

sekresi. endotel dan epitel kornea berfungsi mempertahankan kejernihan kornea.

c. Limbus (batas kornea dan sclera)1. Merupakan peralihan dari berkas kolagen bening dari kornea menjadi serat-

serat sklera yang berwarna opak keputihan.2. Sangat vaskular, yang sangat berparan pada radang kornea.

d. Kanal Schlemm1. Merupakan didaerah limbus, dalam lapisan stroma, saluran tidak teratur.2. Berlapis andotel, jalinan trabekula yang menyatu.3. Membawa pergi cairan dari kamera okuli anterior.4. Berhubungan keluar dengan sistem vena.

2. Lapisan Tengah = Tunika Vaskular (Uvea)a. Koroid

1. Sangat vascular (banyak pembuluh darah).2. Jaringan ikat longgar, banyak firoblas, makrofag, limfosit, sel mast, sel plasma,

serat kolagen, dan serat elastin.3. Terdapat banyak melanosit yang memberi warna hitam khas.

12

Pada Koroid ditemui 4 lapisan :a. Lapisan koriokapiler

terletak di bagian dalam. banyak mengandung pembuluh darah

kecil. berfungsi penting untuk nutrisi retina.

b. Membrana Bruch membrane amorf tipis (3-4

mikrometer). memisahkan lapisan koriokapiler ini

dari retina. dari papila optikus sampai ora serrata. dibentuk oleh 5 lapisan. lapisan tengah serat elastin. dilapisi serat kolagen pada kedua permukaan. ditutupi lapisan lamina basal dari kapiler lapisan koriokapiler satu sisi. lamina basal epitel pigmen sisi lain.

c. Diskus optikus = papila optikus tempat nervus optikus memasuki bola mata.

d. Lamina suprakoroidal lapisan jaringan ikat longgar. banyak melanosit. perikatan koroid dengan sklera.

b. Korpus siliaris1. sebuah perluasan koroid ke anterior setinggi lensa.2. merupakan cincin tebal utuh pada permukaan dalam anterior sklera.3. pada potongan melintang berbentuk segitiga, satu permukaan berkontak

dengan korpus vitreus, satu dengan sclera, dengan lensa dan kamera okuli posterior.

Struktur histologik: dasarnya jaringan ikat longgar, banyak serat elastin pembuluh darah dan

melanosit. muskulus siliaris dikelilingi struktur dasar, terdiri dari: dua berkas otot polos:

insersi dianterior pada sclera dan insersi posterior pada berbagai derah korpus siliaris berkas ini berfungsi meregangkan koroid dan mengendurkan ketegangan lensa.

permukaan korpus siliaris yang menghadap korpus vitreus, bilik posterior dan lensa ditutupi oleh perluasan retina ke anterior.

c. Prosesus siliaris1. merupakan juluran mirip rabung dari korpus siliaris.2. pusatnya jaringan ikat longgar dan banyak kapiler bertingkap.3. ditutupi dua lapisan epitel.4. zonula (serat-serat oksitalan) dari prosesus siliaris, berinsersi dalam capsula

lentis dan tertanam disini, berorigo di membrana basal sel-sel dalam.

13

5. membrana basal sel-sel berpigmen luar, bersebelahan dengan massa utama korpus siliaris.

6. sel ini secara aktif mentransport unsur plasma kedalam bilik posterior dengan demikian membentuk “humor akueus”, cairan yang komposisi serupa plasma kadar protein kurang dari 0,1 % (plasma 7%).

d. Iris1. Bagian anterior dari uvea.2. Merupakan perluasan koroid yang sebagian menutup lensa.3. Pupil lubang bulat dipusat, sisa bentukan iris.4. Permukaan anterior iris tidak teratur dan kasar dengan rabung dan alur,

dibentuk oleh sel pigmen tidak utuh dan fibroblast.5. Di bawah lapisan ini ditemui jaringan ikat, sedikit pembuluh darah, serat,

fibroblast dan melanosit.6. Lapisan berikutnya, jaringan ikat longgar yang sangat vaskular permukaan

posterior, rata, juga badan siliar dan prosesusnya, dilapisi dua lapisan epitel: epitel dalam berhubungan dengan bilik posterior, penuh granul melanin; epitel luar, memiliki juluran mirip lidah, bagian basal radier, dipenuhi miofilamen yang overlapping membentuk “muskulus dilator pupil” dari iris. Banyaknya pigmen mencegah masuknya cahaya. Melanosit stroma iris menentukan warna mata.

7. Iris mengandung berkas otot polos yang tersusun melingkari pupil dan membentuk “muskulus konstriktor pupil” di iris.

3. Lapisan Dalam = Retinaa. posterior fotosensitif.b. anterior tidak fotosensitif,

menyusun lapisan dalam korpus siliaris dan bagian posterior

Retina pars optika terdiri atas:1. Retinal pigment epithelium.2. Lapisan sel batang (rods) dan sel

kerucut (cones).3. Membrane limitans eksterna.4. Lapisan inti luar.5. Lapisan fleksiform luar.6. Lapisan inti dalam.7. Lapisan fleksiform dalam.8. Lapisan sel ganglion.9. Lapisan serat saraf.10. Membrana limitans interna.

LensaMemiliki 3 komponen utama:

Simpai lensa merupakan membrana basal yang sangat tebal terdiri atas kolagen dan glikoprotein amorf.

Epitel supkapsular berupa selapis sel epitel kuboid hanya pada permukaan anterior lensa.

Serat lensa.

14

Ruangan pada Mata

Kamera okuli anteriorRuang yang dibatasi: anterior - permukaan posterior kornea.

posterior - lensa , iris dan permukaan posterior badan siliaris. lateral - sudut iris atau limbus yang ditempati ,ligamentum pektinata , tempat

penyaluran humor aqueus ke kanal Schlemm. Kamera okuli posterior

anterior: iris. posterior: permukaan anterior lensa dan zonula dan perifer prosesus siliaris

mengandung humor aqueus. Vitreous humor

korpus vitreus menempati ruang mata di belakang lensa. merupakan gel transparan, terdiri dari air 99%, kolagen, glikosaminoglikan. unsur utamanya asam hialuronat.

Kanal Schlemm pembuluh bentuk cincin melingkari mata. merupakan jalinan trabekula. berlapiskan endotel.

Struktur Tambahan dari Mata

1. Konjungtivaa. membrana mukosa tipis dan transparan.b. menutupi bagian anterior mata sampai kornea dan permukaan dalam kelopak.c. struktur: epitel berlapis silindris, banyak sel goblet & lamina propria jaringan

ikat longgar.2. Kelopak mata

a. lipatan jaringan yang dapat digerakkan yang berfungsi melindungi mata.b. kulit kelopak mata longgar dan elastis.c. terdapat tiga jenis kelenjar pada kelopak mata:

i. kelenjar Meibom kelenjar sebasea panjang dalam lempeng tarsal , tidak berhubungan dengan folikel rambut.

ii. kelenjar Zeis kelenjar sebasea kecil, dimodifikasi berhubungan dengan folikel bulu mata.

iii. kelenjar keringat Moll tubulus mirip sinus, mencurahkan sekretnya ke dalam folikel bulu mata.

3. Alat lakrimalisa. kelenjar lakrimalis: kelenjar tubuloalveolar sel-sel jenis serosa.b. kanalikuli: garis tengah 1 mm, panjang 8 mm dilapisi epital berlapis squamous

tebal.c. sakus lakrimalis: terletak dalam fossa lakrimalis epitel bertingkat silindris

bersilia.d. duktus nasolakrimalis: lanjutan ke bawah sakus lakrimalis, membuka ke dalam

meatus inferior lateral terhadap konka inferior epitel bertingkat silindris bersilia.(Roland, 1996)

LI II. Mempelajari fisiologi penglihatan

15

Mekanisme penglihatanCahaya masuk ke bagian mata yg bernama pupil. Ukuran pupil disesuakan dengan

kontraksi dari iris yaitu m.konstriktor pupilae yg menyebabkan pupil mengecil dan dipengaruhi oleh saraf parasimpatis dan m.dilator pupilae yg menyebabkan pupil membesar dan dipersarafi oleh simpatis.

Lalu cahaya dibiaskan melalu media refraksi yang terdiri dari kornea dan lensa, bentuk kornea itu sendiri berbentuk konveks (cembung) berfungsi agar cahaya dapat di belokkan pada titik focus, setelah melewati kornea cahaya lalu diteruskan oleh lensa. Yg juga berbentuk konveks sehingga cahaya dapat jatuh pada titik focus di retina. Lensa sendiri diatur oleh m.ciliaris yg disambungkan oleh zonula zinii. Bila m.ciliaris berkontraksi maka pupil maka zonula zinii melemas sehingga membuat lensa semakin cembung dan berfungsi untuk melihat dari jarak dekat (akomodasi). Sebaliknya bila m.ciliaris melemas maka zonula zinii akan menarik lensa sehingga lensa menjadi semakin pipih dan berfungsi untuk melihat jarak jauh. Semua otot tersebut masing masing dipersarafi oleh parasimpatis dan simpatis.

Setelah cahaya di refraksikan maka cahaya akan mencapai retina yg terdapat sel sel fotoreseptor yaitu sel batang dan sel kerucut.

Sifat dari sel sel ini ialah bila sel batang maka sel ini peka terhadap gelap, kepekaan tinggi dan ketajaman rendah. Bila sel kerucut peka terhadap sinar dan warna, ketajaman penglihatan tinggi, digunakan pada saat siang hari.Terjadi beberapa proses pada saat otak mengekspresikan gelap atau terang yaitu

Jaras penglihatanBerkas-berkas cahaya dari separuh kiri

lapangan pandang jatuh di separuh kanan retina

adanya ekspresi melihat

perambatan potensial aksi ke korteks penglihatan di otak

terjadi eksitasi neuron bipolar

pengeluaran zat inhibitorik dihambat

menutupnya canal Ca

penutupan canal Na

penurunan GMP-siklik

kosentrasi Na tinggi

fotopigmen terjadi disosiasi dari retinen dan opsin

cahaya/terang

tidak ada ekspresi melihat

tidak adanya eksitasi ke korteks penglihatan di otak

neuron bipolar dihambat

pengeluaran zat inhibitor

depolarisasi membrane

kosentrasi Na tinggi

konsentrasi GMP-siklik tinggi

gelap

16

kedua mata. Demikian sebaliknya, berkas-berkas cahaya dari separuh kanan lapangan pandang jatuh di separuh kiri retina kedua mata. Tiap-tiap saraf optikus keluar dari retina membawa informasi dari kedua belahan retina yang dipersarafi. Informasi ini dipisahkan sewaktu kedua saraf optikus tersebut bertemu di kiasma optikus. Di dalam kiasma optikus, serat-serat dari separuh medial kedua retina bersilangan ke sisi yang berlawanan, tetapi serat-serat yang dari separuh lateral tetap di sisi yang sama. Berkas-berkas serat yang telah direorganisasi dan meninggalkan kiasma optikus dikenal sebagai traktus optikus. Tiap-tiap traktus optikus membawa informasi dari separuh lateral salah satu retina dan separuh medial retina yang lain. Dengan demikian, persilangan parsial ini menyatukan serat-serat dari kedua mata yang yang membawa informasi dari separuh lapangan pandang yang sama. Tiap-tiap traktus optikus menyampaikan ke belahan otak di sisi yang sama informasi mengenai separuh lapangan pandang dari sisi yang berlawanan. Perhentian pertama di otak untuk informasi dalam jalur penglihatan adalah nukleus genikulatus lateralis di thalamus. Di korpus atau nucleus genikulatum, serat-serat dari bagian nasal retina dan temporal retina yang lain bersinaps di sel-sel yang axonnya membentuk traktus genikulokalkarina. Traktus ini menuju ke lobus oksipitalis korteks serebrum (area Brodmann 17).

LI III. Mempelajari mata merahLO 3.1 Memahami dan menjelaskan mata merah dengan visus normalMata merah dengan penglihatan normal dan tidak kotor / belek

a. Pterigium Merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat degeneratif dan invasif. Pteregium berbentuk segitiga dengan puncak di bagian sentral atau di daerah kornea. Pterigium mudah meradang, dan bila terjadi iritasi, maka bagian pterigium akan berwarna merah. Pterigium dapat mengenai kedua mata. Pterigium diduga disebabkan oleh iritasi kronis akibat debu, cahaya sinar matahari, dan udara yang panas. Etiologinya tidak diketahui dengan jelas dan diduga merupakan suatu neoplasma, radang, dan degenerasi.

b. Pinguekula Merupakan benjolan pada konjungtiva bulbi yang ditemukan pada orang tua, terutama yang matanya sering mendapat rangsangan sinar matahari, debu, dan angin panas. Letak bercak ini pada celah kelopak mata terutama di bagian nasal. Pinguekula merupakan degenerasi hialin jaringan submukosa konjungtiva.

c. Hematoma subkonjungtiva Dapat terjadi pada keadaan dimana pembuluh darah rapuh (umur, hipertensi, arteriosklerosis, konjungtivitis hemoragik, anemia, pemakaian antikoagulan, dan batuk rejan). Dapat juga terjadi akibat trauma langsung atau tidak langsung, yang kadang-kadang menutup perforasi jaringan bola mata yang terjadi.

d. Episkleritis Merupakan reaksi radang jaringan ikat vaskular yang terletak antara konjungtiva dan permukaan sklera. Radang episklera dan sklera mungkin disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap penyakit sistemik, seperti tuberkulosis, reumatoid artritis, lues, SLE, dan lainnya. Merupakan suatu reaksi toksik, alergik, atau bagian dari infeksi. Dapat saja kelainan ini terjadi secara spontan dan idiopatik. Episkleritis umumnya mengenai satu mata dan terutama perempuan usia pertengahan dengan bawaan penyakit reumatik.

17

e. Skleritis Biasanya disebabkan oleh kelainan atau penyakit sistemik. Lebih sering disebabkan oleh penyakit jaringan ikat, pasca herpes, sifilis, dan gout. Kadang-kadang disebabkan oleh tuberkulosis, bakteri (pseudomonas), sarkoidosis, hipertensi, benda asing, dan pasca bedah. Skleritis biasanya terlihat bilateral dan juga sering terdapat pada perempuan.

Mata Merah dengan Penglihatan Normal dan Kotor atau BelekGejala khusus pada kelainan konjungtiva adalah terbentuknya sekret. Sekret merupakan produk kelenjar, yang pada konjungtiva bulbi dikeluarkan oleh sel goblet. Sekret konjungtivitis dapat bersifat:

Air, kemungkinan disebabkan oleh infeksi virus atau alergi Purulen, oleh bakteria atau klamidia Hiperpurulen, disebabkan oleh gonokok atau meningokok Lengket, oleh alergi atau vernal Seros, oleh adenovirus

Bila pada sekret konjungtiva bulbi dilakukan pemeriksaan sitologik dengan pewarnaan Giemsa, maka akan didapat dugaan kemungkinan penyebab sekret seperti terdapatnya:

Limfosit—monosit—sel berisi nukleus sedikit plasma, maka infeksi mungkin disebabkan oleh virus

Neutrofil oleh bakteri Eosinofil oleh alergi Sel epitel dengan badan inklusi basofil sitoplasma oleh klamidia Sel raksasa multinuklear oleh herpes Sel Leber—makrofag raksasa oleh trakoma Keratinisasi dengan filamen oleh pemfigus atau dry eye Badan Guarneri eosinofilik oleh vaksinia

LO 3.2 Memahami dan menjelaskan mata merah dengan visus menurunMata Merah dengan Visus Menuruna. Keratitis. Radang kornea biasanya diklasifikasikan dalam lapis kornea yang terkena,

seperti keratitis superfisial dan interstisial/profunda. Keratitis dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti kurangnya air mata, keracunan obat, reaksi alergi terhadap yang diberi topikal, dan reaksi terhadap konjungtivitis menahun. Keratitis akan memberikan gejala mata merah, rasa silau, dan merasa kelilipan.

b. Keratokonjungtivitis sika adalah suatu keadaan keringnya permukaan kornea dan konjungtiva. Kelainan ini dapat terjadi pada penyakit yang mengakibatkan defisiensi komponen lemak air mata, defisiensi kelenjar air mata, defisiensi komponen musin, akibat penguapan yang berlebihan, atau karena parut pada kornea atau menghilangnya mikrovil kornea. Pasien akan mengeluh mata gatal, seperti berpasir, silau, penglihatan kabur. Pada mata didapatkan sekresi mukus yang berlebihan. Sukar menggerakkan kelopak mata. Mata kering karena dengan erosi kornea.

c. Tukak (ulkus) kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea. Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditemukan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. Tukak kornea

18

perifer dapat disebabkan oleh reaksi toksik, alergi, autoimun, dan infeksi. Infeksi pada kornea perifer biasanya oleh kuman Staphylococcus aureus, H. influenzae, dan M. lacunata.

d. Ulkus Mooren adalah suatu ulkus menahun superfisial yang dimulai dari tepi kornea dengan bagian tepinya tergaung dan berjalan progresif tanpa kecenderungan perforasi. Lambat laun ulkus ini mengenai seluruh kornea. Penyebab ulkus Mooren sampai sekarang belum diketahui. Banyak teori yang diajukan dan diduga penyebabnya hipersensitivitas terhadap protein tuberkulosis, virus, autoimun, dan alergi terhadap toksin ankilostoma. Penyakit ini lebih sering terdapat pada wanita usia pertengahan.

e. Glaukoma akut. Mata merah dengan penglihatan turun mendadak biasanya merupakan glaukoma sudut tertutup. Pada glaukoma sudut tertutup akut, tekanan intraokular meningkat mendadak. Terjadi pada pasien dengan sudut bilik mata sempit. Cairan mata yang berada di belakang iris tidak dapat mengalir melalui pupil, sehingga mendorong iris ke depan, mencegah keluarnya cairan mata melalui sudut bilik mata (mekanisme blokade pupil). Biasanya terjadi pada usia lebih daripada 40 tahun. Pada glaukoma primer sudut tertutup akut, terdapat anamnesa yang khas sekali berupa nyeri pada mata yang mendapat serangan yang berlangsung beberapa jam dan hilang setelah tidur sebentar. Melihat palangi (halo) sekitar lampu dan keadaan ini merupakan stadium prodromal. Terdapat gejala gastrointestinal berupa enek dan muntah yang kadang-kadang mengaburkan gejala daripada serangan glaukoma akut.

19

Tabel 3.1 Mata merah dengan visus normal ataupun turunGejala Konjungtivitis akut Iritis akut Glaukoma akutSakitPegalFotofobiaVisus

Sakit

SeranganTanda konstitusional

muntahSekretKotoran

Purulen konjungtiva

Injeksi

Kornea

Bilik depan

Suar/flerIris

Pupil

Visus

Tensi

Penyulit sistemik

NihilTidakRinganTak dipengaruhi, kecuali

bentuk sekresi pada permukaan kornea (N)

Membakar & gatal; tak sakit sungguh-sungguh; rasa benda asing

PerlahanAbsen

(+)Jernih, mukous, atau

mukopurulenPembesaran umum

Kongesti superfisial konjungtiva merah pucat

Superfisial berkurang ke arah kornea

Jernih; tapi dapat berwarna dengan fluoresin bila epitel kornea di-

Tak terlibat

-Tak dikenal

Normal

Baik, kecuali tertutup kotoran (belek)

NormalTidak terkenaNihil

SedangMencolokHebatBerkurang sedikit (<N)

Cukup hebat pada mata & cabang pertama n. V

Biasanya perlahanRingan

(-)Berair

Merah di sekeliling korneaKongesti siliar sirkumkorneal

dalam transparanSiliar dalam mengitari kornea

berkurang ke arah fornikDeposit pada endotel kornea

(keratik presipitat) dapat hadir

Dapat terisi sel-sel, kekeruhan yang melayang, eksudat

-/+Gambaran iris tak tegas atau

muddy; mungkin terdapat sinekia posterior bengkak, suram warna berubah

Mengecil; iregular sinekia posterior

Sedang, kabur

Biasanya normal atau renda (pegal), normal sedikit

Sedikit

Sangat hebatMencolokSedangBerkurang mencolok (<< N)

Hebat pada mata & sepanjang seluruh n. V

MendadakMual dan muntah

(-)Refleks air

Menebal di sekeliling korneaKongesti siliar, episkleral,

dan konjungtival kemotikSiliar – dalam

Suram & tak sensitifEdema epitel

Dangkal

++ -/+Kongesti, terdorong ke

depan, abu-abu-hijau warna berubah

Dilatasi; kadang lonjong, sinekia imobil

BurukTinggi sangat keras (sangat

pegal)

Lemah dan muntah

Tabel 3.2 Perbandingan keadaan umum pada tiap-tiap kondisi mata merahKondisi Sakit Fotofobia Visus Injeksi

1 Konjungtivitis Ringan/sedang Tak ada; ringan Suram ringan karna Kelopak dan mata

20

2

3

4

5

6

7

8

Episkleritis

a. Ulkus kornea karena bakteri/jamur

b. Ulkus kornea karena virus

Luka bakar kornea non-alkali (UV atau lain-lain)

Uveitis

Glaukoma akut

Selulitis orbita

Endoftalmitis

Sedang

Tak ada sampai hebat

Rasa benda asing

Sedang

Ringan-sedang

Hebat atau ringan

Tak ada hebat

Hebat

Tak ada

Bervariasi

Sedang

Hebat

Ringan-sedang

Hebat atau ringan

Tak ada hebat

Sedang-mencolok

kotoranNormal

Biasanya menurun sering

Menurun ringan

Menurun

Normal atau menurun sedang

Menurun karena edema kornea

Normal atau menurunMenurun secara

mendadak

Pembuluh-pembuluh dalam sklera, sering lokal

Difus

Ringan-sedang

Sedang

Dekat limbus

Difus

Difus dengan kemosisHebat

Tabel 3.3 Diagnosis banding mata merahGejala subyektif Glaukoma akutUveitis akut Keratitis Konjungtivitis

Bakteri Virus Alergi1. * Visus2. * Rasa nyeri3. * Fotofobia4. * Halo5. Eksudat6. Gatal7. Demam

+++++/++++++---

+/+++++++----

++++++++---/+++--

----+++--

----++--/++

----+++-

* Gejala subyektif berat dan harut diobati oleh dokter ahli mata.

LI IV. Mempelajari konjungtivitisLO 4.1 Memahami dan menjelaskan definisi konjungtivitis

Konjungtivitis adalah penyakit yang terjadi di seluruh dunia dan dapat diderita oleh seluruh masyarakat tanpa dipengaruhi usia. Walaupun tidak ada dokumen yang secara rinci menjelaskan tentang prevalensi konjungtivitis, tetapi keadaan ini sudah ditetapkan sebagai penyakit yang sering terjadi pada masyarakat (Chiang YP, dkk, 1995 dalam Rapuano et al, 2005).

Di Indonesia penyakit ini masih banyak terdapat dan paling sering dihubungkan dengan kondisi lingkungan yang tidak Hygiene.

LO 4.2 Memahami dan menjelaskan epidemiologi konjungtivitis

21

Konjungtivitis adalah penyakit yang terjadi di seluruh dunia dan dapat diderita oleh seluruh masyarakat tanpa dipengaruhi usia. Walaupun tidak ada dokumen yang secara rinci menjelaskan tentang prevalensi konjungtivitis, tetapi keadaan ini sudah ditetapkan sebagai penyakit yang sering terjadi pada masyarakat (Chiang YP, dkk, 1995 dalam Rapuano et al, 2005).

Pada anak, sering terjadi keratokonjungtivitis vernal, sedangkan keratokonjungtivitis atopik dan alergika sering terjadi pada dewasa muda. Sekitar 1-3% pengguna kontak lensa terkena konjungtivitis papiler raksasa dan 10% neonatus mengalami konjungtivitis dengan berbagai penyebab. Konjungtivitis infeksius mengenai perempuan dan laki-laki dengan insidens yang sama. Namun, konjungtivitis sicca lebih sering terjadi pada perempuan. Sebaliknya, keratokonjungtivitis vernal dan konjungtivitis akibat kimia dan mekanik lebih sering terjadi pada pria.

Di Indonesia penyakit ini masih banyak terdapat dan paling sering dihubungkan dengan kondisi lingkungan yang tidak Hygiene.

LO 4.3 Memahami dan menjelaskan etiologi dan klasifikasi konjungtivitisPatogen umum yang dapat menyebabkan konjungtivitis adalah Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza, Staphylococcus aureus, Neisseria meningitides, sebagian besar strain adenovirus manusia, virus herpes simpleks tipe1 dan 2, dan dua picornavirus. Dua agen yang ditularkan secara seksual dapat menimbulkan konjungtivitis adalah Chlamydia trachomatis dan Neisseria gonorrhoeae (Vaughan, 2010).

Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti: a. Konjungtivitis bakteri. b. Konjungtivitis klamidia. c. Konjungtivitis viral. d. Konjungtivitis ricketsia. e. Konjungtivitis jamur. f. Konjungtivitis parasit. g. Konjungtivitis alergi. h. Konjungtivitis kimia atau iritatif

(Vaughan, 2010).

Konjungtivitis Bakteri

A. Definisi

Konjungtivitis Bakteri adalah inflamasi konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri. Pada konjungtivitis ini biasanya pasien datang dengan keluhan mata merah, sekret pada mata dan iritasi mata (James, 2005).

B. Etiologi dan Faktor Resiko

Konjungtivitis bakteri dapat dibagi menjadi empat bentuk, yaitu hiperakut, akut, subakut dan kronik. Konjungtivitis bakteri hiperakut biasanya disebabkan oleh N gonnorhoeae, Neisseria kochii dan N meningitidis. Bentuk yang akut biasanya disebabkan oleh Streptococcus pneumonia dan Haemophilus aegyptyus. Penyebab yang paling sering pada bentuk

22

konjungtivitis bakteri subakut adalah H influenza dan Escherichia coli, sedangkan bentuk kronik paling sering terjadi pada konjungtivitis sekunder atau pada pasien dengan obstruksi duktus nasolakrimalis (Jatla, 2009).

Konjungtivitis bakterial biasanya mulai pada satu mata kemudian mengenai mata yang sebelah melalui tangan dan dapat menyebar ke orang lain. Penyakit ini biasanya terjadi pada orang yang terlalu sering kontak dengan penderita, sinusitis dan keadaan imunodefisiensi (Marlin, 2009).

C. Patofisiologi

Jaringan pada permukaan mata dikolonisasi oleh flora normal seperti streptococci, staphylococci dan jenis Corynebacterium. Perubahan pada mekanisme pertahanan tubuh ataupun pada jumlah koloni flora normal tersebut dapat menyebabkan infeksi klinis. Perubahan pada flora normal dapat terjadi karena adanya kontaminasi eksternal, penyebaran dari organ sekitar ataupun melalui aliran darah (Rapuano, 2008).

Penggunaan antibiotik topikal jangka panjang merupakan salah satu penyebab perubahan flora normal pada jaringan mata, serta resistensi terhadap antibiotik (Visscher, 2009).

Mekanisme pertahanan primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel yang meliputi konjungtiva sedangkan mekanisme pertahanan sekundernya adalah sistem imun yang berasal dari perdarahan konjungtiva, lisozim dan imunoglobulin yang terdapat pada lapisan air mata, mekanisme pembersihan oleh lakrimasi dan berkedip. Adanya gangguan atau kerusakan pada mekanisme pertahanan ini dapat menyebabkan infeksi pada konjungtiva (Amadi, 2009). D. Gejala Klinis

Gejala-gejala yang timbul pada konjungtivitis bakteri biasanya dijumpai injeksi konjungtiva baik segmental ataupun menyeluruh. Selain itu sekret pada kongjungtivitis bakteri biasanya lebih purulen daripada konjungtivitis jenis lain, dan pada kasus yang ringan sering dijumpai edema pada kelopak mata (AOA, 2010).

Ketajaman penglihatan biasanya tidak mengalami gangguan pada konjungtivitis bakteri namun mungkin sedikit kabur karena adanya sekret dan debris pada lapisan air mata, sedangkan reaksi pupil masih normal. Gejala yang paling khas adalah kelopak mata yang saling melekat pada pagi hari sewaktu bangun tidur. (James, 2005).

E. Diagnosis Pada saat anamnesis yang perlu ditanyakan meliputi usia, karena mungkin saja penyakit berhubungan dengan mekanisme pertahanan tubuh pada pasien yang lebih tua. Pada pasien yang aktif secara seksual, perlu dipertimbangkan penyakit menular seksual dan riwayat penyakit pada pasangan seksual. Perlu juga ditanyakan durasi lamanya penyakit, riwayat penyakit yang sama sebelumnya, riwayat penyakit sistemik, obat-obatan, penggunaan obat-obat kemoterapi, riwayat pekerjaan yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit, riwayat alergi dan alergi terhadap obat-obatan, dan riwayat penggunaan lensa-kontak (Marlin, 2009).

F. Komplikasi

23

Blefaritis marginal kronik sering menyertai konjungtivitis bateri, kecuali pada pasien yang sangat muda yang bukan sasaran blefaritis. Parut di konjungtiva paling sering terjadi dan dapat merusak kelenjar lakrimal aksesorius dan menghilangkan duktulus kelenjar lakrimal. Hal ini dapat mengurangi komponen akueosa dalam film air mata prakornea secara drastis dan juga komponen mukosa karena kehilangan sebagian sel goblet. Luka parut juga dapat mengubah bentuk palpebra superior dan menyebabkan trikiasis dan entropion sehingga bulu mata dapat menggesek kornea dan menyebabkan ulserasi, infeksi dan parut pada kornea (Vaughan, 2010).

G. Penatalaksanaan

Terapi spesifik konjungtivitis bakteri tergantung pada temuan agen mikrobiologiknya. Terapi dapat dimulai dengan antimikroba topikal spektrum luas. Pada setiap konjungtivitis purulen yang dicurigai disebabkan oleh diplokokus gram-negatif harus segera dimulai terapi topical dan sistemik . Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen, sakus konjungtivalis harus dibilas dengan larutan saline untuk menghilangkan sekret konjungtiva (Ilyas, 2008).

Konjungtivitis Virus

A. Definisi

Konjungtivitis viral adalah penyakit umum yang dapat disebabkan oleh berbagai jenis virus, dan berkisar antara penyakit berat yang dapat menimbulkan cacat hingga infeksi ringan yang dapat sembuh sendiri dan dapat berlangsung lebih lama daripada konjungtivitis bakteri (Vaughan, 2010).

B. Etiologi dan Faktor Resiko Konjungtivitis viral dapat disebabkan berbagai jenis virus, tetapi adenovirus adalah virus yang paling banyak menyebabkan penyakit ini, dan herpes simplex virus yang paling membahayakan. Selain itu penyakit ini juga dapat disebabkan oleh virus Varicella zoster, picornavirus (enterovirus 70, Coxsackie A24), poxvirus, dan human immunodeficiency virus (Scott, 2010).

Penyakit ini sering terjadi pada orang yang sering kontak dengan penderita dan dapat menular melalu di droplet pernafasan, kontak dengan benda-benda yang menyebarkan virus (fomites) dan berada di kolam renang yang terkontaminasi (Ilyas, 2008).

C. Patofisiologi Mekanisme terjadinya konjungtivitis virus ini berbeda-beda pada setiap jenis konjungtivitis ataupun mikroorganisme penyebabnya (Hurwitz, 2009). Mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit ini dijelaskan pada etiologi.

D. Gejala Klinis

Gejala klinis pada konjungtivitis virus berbeda-beda sesuai dengan etiologinya. Pada keratokonjungtivitis epidemik yang disebabkan oleh adenovirus biasanya dijumpai demam dan mata seperti kelilipan, mata berair berat dan kadang dijumpai pseudomembran. Selain

24

itu dijumpai infiltrat subepitel kornea atau keratitis setelah terjadi konjungtivitis dan bertahan selama lebih dari 2 bulan (Vaughan & Asbury, 2010). Pada konjungtivitis ini biasanya pasien juga mengeluhkan gejala pada saluran pernafasan atas dan gejala infeksi umum lainnya seperti sakit kepala dan demam (Senaratne & Gilbert, 2005).

Pada konjungtivitis herpetic yang disebabkan oleh virus herpes simpleks (HSV) yang biasanya mengenai anak kecil dijumpai injeksi unilateral, iritasi, sekret mukoid, nyeri, fotofobia ringan dan sering disertai keratitis herpes.

Konjungtivitis hemoragika akut yang biasanya disebabkan oleh enterovirus dan coxsackie virus memiliki gejala klinis nyeri, fotofobia, sensasi benda asing, hipersekresi airmata, kemerahan, edema palpebra dan perdarahan subkonjungtiva dan kadang-kadang dapat terjadi kimosis (Scott, 2010).

E. Diagnosis

Diagnosis pada konjungtivitis virus bervariasi tergantung etiologinya, karena itu diagnosisnya difokuskan pada gejala-gejala yang membedakan tipe-tipe menurut penyebabnya. Dibutuhkan informasi mengenai, durasi dan gejala-gejala sistemik maupun ocular, keparahan dan frekuensi gejala, faktor-faktor resiko dan keadaan lingkungan sekitar untuk menetapkan diagnosis konjungtivitis virus (AOA, 2010). Pada anamnesis penting juga untuk ditanyakan onset, dan juga apakah hanya sebelah mata atau kedua mata yang terinfeksi (Gleadle, 2007).

Konjungtivitis virus sulit untuk dibedakan dengan konjungtivitis bakteri berdasarkan gejala klinisnya dan untuk itu harus dilakukan pemeriksaan lanjutan, tetapi pemeriksaan lanjutan jarang dilakukan karena menghabiskan waktu dan biaya (Hurwitz, 2009).

F. Komplikasi Konjungtivitis virus bisa berkembang menjadi kronis, seperti blefarokonjungtivitis. Komplikasi lainnya bisa berupa timbulnya pseudomembran, dan timbul parut linear halus atau parut datar, dan keterlibatan kornea serta timbul vesikel pada kulit (Vaughan, 2010).

G. Penatalaksanaan

Konjungtivitis virus yang terjadi pada anak di atas 1 tahun atau pada orang dewasa umumnya sembuh sendiri dan mungkin tidak diperlukan terapi, namun antivirus topikal atau sistemik harus diberikan untuk mencegah terkenanya kornea (Scott, 2010). Pasien konjungtivitis juga diberikan instruksi hygiene untuk meminimalkan penyebaran infeksi (James, 2005).

Konjungtivitis Alergi

A. Definisi

Konjungtivitis alergi adalah bentuk alergi pada mata yang paing sering dan disebabkan oleh reaksi inflamasi pada konjungtiva yang diperantarai oleh sistem imun (Cuvillo et al, 2009).

25

Reaksi hipersensitivitas yang paling sering terlibat pada alergi di konjungtiva adalah reaksi hipersensitivitas tipe 1 (Majmudar, 2010).

B. Etiologi dan Faktor Resiko Konjungtivitis alergi dibedakan atas lima subkategori, yaitu konjungtivitis alergi musiman dan konjungtivitis alergi tumbuh-tumbuhan yang biasanya dikelompokkan dalam satu grup, keratokonjungtivitis vernal, keratokonjungtivitis atopik dan konjungtivitis papilar raksasa (Vaughan, 2010). Etiologi dan faktor resiko pada konjungtivitis alergi berbeda-beda sesuai dengan subkategorinya. Misalnya konjungtivitis alergi musiman dan tumbuh-tumbuhan biasanya disebabkan oleh alergi tepung sari, rumput, bulu hewan, dan disertai dengan rinitis alergi serta timbul pada waktu-waktu tertentu. Vernal konjungtivitis sering disertai dengan riwayat asma, eksema dan rinitis alergi musiman. Konjungtivitis atopik terjadi pada pasien dengan riwayat dermatitis atopic, sedangkan konjungtivitis papilar rak pada pengguna lensa-kontak atau mata buatan dari plastik (Asokan, 2007).

C. Gejala KlinisGejala klinis konjungtivitis alergi berbeda-beda sesuai dengan sub-kategorinya. Pada konjungtivitis alergi musiman dan alergi tumbuh-tumbuhan keluhan utama adalah gatal, kemerahan, air mata, injeksi ringan konjungtiva, dan sering ditemukan kemosis berat. Pasien dengan keratokonjungtivitis vernal sering mengeluhkan mata sangat gatal dengan kotoran mata yang berserat, konjungtiva tampak putih susu dan banyak papila halus di konjungtiva tarsalis inferior.

Sensasi terbakar, pengeluaran sekret mukoid, merah, dan fotofobia merupakan keluhan yang paling sering pada keratokonjungtivitis atopik. Ditemukan jupa tepian palpebra yang eritematosa dan konjungtiva tampak putih susu. Pada kasus yang berat ketajaman penglihatan menurun, sedangkan pada konjungtiviitis papilar raksasa dijumpai tanda dan gejala yang mirip konjungtivitis vernal (Vaughan, 2010).

E. Diagnosis

Diperlukan riwayat alergi baik pada pasien maupun keluarga pasien serta observasi pada gejala klinis untuk menegakkan diagnosis konjungtivitis alergi. Gejala yang paling penting untuk mendiagnosis penyakit ini adalah rasa gatal pada mata, yang mungkin saja disertai mata berair, kemerahan dan fotofobia (Weissman, 2010).

E. Komplikasi Komplikasi pada penyakit ini yang paling sering adalah ulkus pada kornea dan infeksi sekunder (Jatla, 2009).

F. Penatalaksanaan Penyakit ini dapat diterapi dengan tetesan vasokonstriktor-antihistamin topikal dan kompres dingin untuk mengatasi gatal-gatal dan steroid topikal jangka pendek untuk meredakan gejala lainnya (Vaughan, 2010).

26

Konjungtivitis Jamur

Konjungtivitis jamur paling sering disebabkan oleh Candida albicans dan merupakan infeksi yang jarang terjadi. Penyakit ini ditandai dengan adanya bercak putih dan dapat timbul pada pasien diabetes dan pasien dengan keadaan sistem imun yang terganggu. Selain Candida sp, penyakit ini juga dapat disebabkan oleh Sporothrix schenckii, Rhinosporidium serberi, dan Coccidioides immitis walaupun jarang (Vaughan, 2010).

Konjungtivitis Parasit

Konjungtivitis parasit dapat disebabkan oleh infeksi Thelazia californiensis, Loa loa, Ascaris lumbricoides, Trichinella spiralis, Schistosoma haematobium, Taenia solium dan Pthirus pubis walaupun jarang (Vaughan, 2010).

Konjungtivitis Kimia atau Iritatif Konjungtivitis kimia-iritatif adalah konjungtivitis yang terjadi oleh pemajanan substansi iritan yang masuk ke sakus konjungtivalis. Substansi-substansi iritan yang masuk ke sakus konjungtivalis dan dapat menyebabkan konjungtivitis, seperti asam, alkali, asap dan angin, dapat menimbulkan gejala-gejala berupa nyeri, pelebaran pembuluh darah, fotofobia, dan blefarospasme.

Selain itu penyakit ini dapat juga disebabkan oleh pemberian obat topikal jangka panjang seperti dipivefrin, miotik, neomycin, dan obat-obat lain dengan bahan pengawet yang toksik atau menimbulkan iritasi.

Konjungtivitis ini dapat diatasi dengan penghentian substansi penyebab dan pemakaian tetesan ringan (Vaughan, 2010).

Konjungtivitis lain Selain disebabkan oleh bakteri, virus, alergi, jamur dan parasit, konjungtivitis juga dapat disebabkan oleh penyakit sistemik dan penyakit autoimun seperti penyakit tiroid, gout dan karsinoid. Terapi pada konjungtivitis yang disebabkan oleh penyakit sistemik tersebut diarahkan pada pengendalian penyakit utama atau penyebabnya (Vaughan, 2010).

Konjungtivitis juga bisa terjadi sebagai komplikasi dari acne rosacea dan dermatitis herpetiformis ataupun masalah kulit lainnya pada daerah wajah. (AOA, 2008).

LO 4.4 Memahami dan menjelaskan patofisiologi konjungtivitis

Konjungtiva mengandung epitel skuamosa yang tidak berkeratin dan substansia propria yang tipis, kaya pembuluh darah. Konjungtiva juga memiliki kelenjar lakrimal aksesori dan sel goblet.

Konjungtivitis alergika disebabkan oleh respon imun tipe 1 terhadap alergen. Alergen terikat dengan sel mast dan reaksi silang terhadap IgE terjadi, menyebabkan degranulasi dari sel mast dan permulaan dari reaksi bertingkat dari peradangan. Hal ini menyebabkan pelepasan histamin dari sel mast, juga mediator lain termasuk triptase, kimase,

27

heparin, kondroitin sulfat, prostaglandin, tromboksan, dan leukotrien. histamin dan bradikinin dengan segera menstimulasi nosiseptor, menyebabkan rasa gatal, peningkatan permeabilitas vaskuler, vasodilatasi, kemerahan, dan injeksi konjungtiva.

Konjuntivitis infeksi timbul sebagai akibat penurunan daya imun penjamu dan kontaminasi eksternal. Patogen yang infeksius dapat menginvasi dari tempat yang berdekatan atau dari jalur aliran darah dan bereplikasi di dalam sel mukosa konjungtiva. Kedua infeksi bakterial dan viral memulai reaksi bertingkat dari peradangan leukosit atau limfositik meyebabkan penarikan sel darah merah atau putih ke area tersebut. Sel darah putih ini mencapai permukaan konjungtiva dan berakumulasi di sana dengan berpindah secara mudahnya melewati kapiler yang berdilatasi dan tinggi permeabilitas.

Pertahanan tubuh primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel yang menutupi konjungtiva. Rusaknya lapisan ini memudahkan untuk terjadinya infeksi. Pertahanan sekunder adalah sistem imunologi (tear-film immunoglobulin dan lisozyme) yang merangsang lakrimasi.

Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan faktor lingkungan lain yang menganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari substansi luar. Pada film air mata, unsur berairnya mengencerkan materi infeksi, mukus menangkap debris dan kerja memompa dari palpebra secara tetap menghanyutkan air mata ke duktus air mata dan air mata mengandung substansi antimikroba termasuk lisozim. Adanya agens perusak, menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema pada stroma konjungtiva ( kemosis ) dan hipertrofi lapis limfoid stroma ( pembentukan folikel ). Sel –sel radang bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel ke permukaan. Sel – sel ini kemudian bergabung dengan fibrin dan mukus dari sel goblet, membentuk eksudat konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur.

Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh – pembuluh konjungtiva posterior, menyebabkan hiperemi yang tampak paling nyata pada forniks dan mengurang ke arah limbus. Pada hiperemia konjungtiva ini biasanya didapatkan pembengkakan dan hipertrofi papila yang sering disertai sensasi benda asing dan sensasi tergores, panas, atau gatal. Sensasi ini merangsang sekresi air mata. Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh darah yang hiperemia dan menambah jumlah air mata. Jika klien mengeluh sakit pada iris atau badan silier berarti kornea  terkena.    

LO 4.5 Memahami dan menjelaskan manifestasi klinis konjungtivitisGejala dan Tanda Konjungtivitis

Umumnya, konjungtivitis mengenai kedua mata dengan derajat keparahan yang berbeda. Gejala konjungtivitis adalah mata merah dengan produksi sekret yang berlebih sehingga mata terasa lengket pada pagi hari setelah bangun tidur. Selain itu, pasien dapat mengalami sensasi benda asing, terbakar, atau gatal, serta fotofobia. Rasa nyeri yang muncul biasanya

28

menandakan kornea juga terkena. Gejala yang dirasakan oleh pasien dapat bervariasi. Oleh karena itu, penting untuk mengenali tanda dari konjungtivitis berupa:

Hiperemia: mata tampak merah akibat dilatasi pembuluh darah. Jika tanpa disertai infiltrasi seluler, menandai iritasi seperti angin, matahari, dan asap.

Epifora: lakrimasi yang berlebihan sebagai respons terhadap sensasi benda asing dan iritan yang harus dibedakan dengan transudat. Transudat ringan yang timbul akibat pelebaran pembuluh darah dapat bercampur dengan air mata.

Eksudasi: kuantitas dan sifat eksudar (mukoid, purulen, berair, atau berdarah) bergantung dengan etiologi penyakit.

Pseudoptosis: jatuhnya kelopak bola mata karena infiltrasi pada otot Muller yang dapat ditemukan pada konjungtivitis parah seperti keratokonjungtivitis trakoma.

Hipertrofi papiler: reaksi konjungtiva yang tidak spesifik berupa papil berukuran kecil, halus, dan seperti beludru. Papil berwarna kemerahan pada infeksi bacterial, sedangkan bentuk cobblestone ditemui pada konjungtivitis vernal.

Kemosis: pembengkakan konjungtiva yang sering ditemukan pada konjungtivitis alergika, bakterial (konjungtivitis gonokokus), dan adenoviral.

Folikel: hiperplasia limfoid lokal konjungtiva yang terdiri dari sentrum germinativum yang paling sering ditemukan pada infeksi virus. Selain infeksi virus, ditemui pula pada infeksi parasit dan yang diinduksi oleh obat idoxuridine, dipivefrin, dan miotik.

Pseudomembran: terbentuk akibat proses eksudatif dimana epitel tetap intak ketika pseudomembran dibuang.

Konjungtiva lignose: terbentuk pada pasien yang mengalami konjungtivitis membranosa berulang.

Flikten: diawali dengan perivaskulitis limfositik yang kemudian berkembang menjadi ulkus konjungtiva. Selain itu, flikten menandakan reaksi delayed hipersensitivitas terhadap antigen microbial.

Limfadenopati preaurikular: pembesaran kelenjar getah bening yang dapat disertai rasa nyeri pada infeksi akibat herpes simpleks, konjungtivitis inklusi, atau trakoma.

LO 4.6 Memahami dan menjelaskan diagnosis dan diagnosis banding konjungtivitis

Diagnosis Konjungtivitis

1. Sign & SimptomGejala penting konjungtivitis adalah sensasi benda asing, yaitu tergores atau panas,

sensasi penuh di sekitar mata, gatal dan fotofobia. Sensasi benda asing dan tergores atau terbakar sering berhubungan dengan edema dan hipertrofi papiler yang biasanya menyertai hiperemi konjungtiva. Sakit pada iris atau corpus siliaris mengesankan terkenanya kornea.

Tanda penting konjungtivitis adalah hiperemia, berair mata, eksudasi, pseudoptosis, hipertrofi papiler, kemosis (edem stroma konjungtiva), folikel (hipertrofi lapis limfoid stroma), pseudomembranosa dan membran, granuloma, dan adenopati pre-aurikuler

2. PemeriksaanPemeriksaan mata awal termasuk pengukuran ketajaman visus, pemeriksaan eksternal dan slit-lamp biomikroskopi.Pemeriksaan eksternal harus mencakup elemen berikut ini:

Limfadenopati regional, terutama sekali preaurikuler Kulit: tanda-tanda rosacea, eksema, seborrhea

29

Kelainan kelopak mata dan adneksa: pembengkakan, perubahan warna, malposisi, kelemahan, ulserasi, nodul, ekimosis, keganasan

Konjungtiva: bentuk injeksi, perdarahan subkonjungtiva, kemosis, perubahan sikatrikal, simblepharon, massa, sekret

Slit-lamp biomikroskopi harus mencakup pemeriksaan yang hati-hati terhadap: Margo palpebra: inflamasi, ulserasi, sekret, nodul atau vesikel, nodul atau vesikel, sisa

kulit berwarna darah, keratinisasi Bulu mata: kerontokan bulu mata, kerak kulit, ketombe, telur kutu dan kutu Punctum lacrimal dan canaliculi: penonjolan, sekret Konjungtiva tarsal dan forniks

1. Adanya papila, folikel dan ukurannya2. Perubahan sikatrikal, termasuk penonjolan ke dalam dan simblepharon3. Membran dan psudomembran4. Ulserasi5. Perdarahan6. Benda asing7. Massa8. Kelemahan palpebra

Konjungtiva bulbar/limbus: folikel, edema, nodul, kemosis, kelemahan, papila, ulserasi, luka, flikten, perdarahan, benda asing, keratinisasi

Kornea1. Defek epitelial2. Keratopati punctata dan keratitis dendritik3. Filamen4. Ulserasi5. Infiltrasi, termasuk infiltrat subepitelial dan flikten6. Vaskularisasi7. Keratik presipitat

Bilik mata depan: rekasi inflamasi, sinekia, defek transiluminasi Corak pewarnaan: konjungtiva dan kornea

3. Pemeriksaan PenunjangKebanyakan kasus konjungtivitis dapat didiagnosa berdasarkan anamnesa dan

pemeriksaan. Meskipun demikian, pada beberapa kasus penambahan tes diagnostik membantu. Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut dibuat sediaan yang dicat dengan pengecatan gram atau giemsa dapat dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi pada pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil. Pada pemeriksaan klinik didapat adanya hiperemia konjungtiva, sekret atau getah mata dan edema konjungtiva.

1. KulturKultur konjungtiva diindikasikan pada semua kasus yang dicurigai merupakan konjungtivitis infeksi neonatal. Kultur bakteri juga dapat membantu untuk konjungtivitis

30

purulen berat atau berulang pada semua grup usia dan pada kasus dimana konjungtivitis tidak berespon terhadap pengobatan.

2. Kultur virusBukan merupakan pemeriksaan rutin untuk menetapkan diagnosa. Tes imunodiagnostik yang cepat dan dilakukan dalam ruangan menggunakan antigen sudah tersedia untuk konjungtivitis adenovirus. Tes ini mempunyai sensitifitas 88% sampai 89% dan spesifikasi 91% sampai 94%. Tes imunodiagnostik mungkin tersedia untuk virus lain, tapi tidak diakui untuk spesimen dari okuler. PCR dapat digunakan untuk mendeteksi DNA virus. Ketersediannya akan beragam tergantung dari kebijakan laboratorium.

3. Tes diagnostik klamidialKasus yang dicurigai konjungtivitis klamidial pada dewasa dan neonatus dapat dipastikan dengan pemeriksaan laboratorium. Tes diagnostik yang berdasarkan imunologikal telah tersedia, meliputi tes antibodi imunofloresens langsung dan enzyme-linked imunosorbent assay. Tes ini telah secara luas digantikan oleh PCR untuk spesimen genital, dan, karena itu, ketersediaannya untuk spesimen konjungtival lebih terbatas. Ketersedian PCR untuk mengetes sampel okuler beragam. Meskipun spesimen dari mata telah digunakan dengan performa yang memuaskan, penggunaannya belum diperjelas oleh FDA. 

4. Smear/sitologiSmear untuk sitologi dan pewarnaan khusus (mis.,gram, giemsa) direkomendasikan pada kasus dicurigai konjungtivitis infeksi pada neonatus, konjungtivitis kronik atau berulang, dan pada kasus dicurigai konjungtivitis gonoccocal pada semua grup usia.

5. BiopsiBiopsi konjungtiva dapat membantu pada kasus konjungtivitis yang tidak berespon pada terapi. Oleh karena mata tersebut mungkin mengandung keganasan, biopsi langsung dapat menyelamatkan penglihatan dan juga menyelamatkan hidup. Biopsi konjungtival dan tes diagnostik pewarnaan imunofloresens dapat membantu menetapkan diagnosis dari penyakit seperti OMMP dan paraneoplastik sindrom. Biopsi dari konjungtiva bulbar harus dilakukan dan sampel harus diambil dari area yang tidak terkena yang berdekatan dengan limbus dari mata dengan peradangan aktif saat dicurigai sebagai OMMP. Pada kasus dicurigai karsinoma glandula sebasea, biopsi palpebra seluruh ketebalan diindikasikan. Saat merencanakan biopsi, konsultasi preoperatif dengan ahli patologi dianjurkan untuk meyakinkan penanganan dan pewarnaan spesimen yang tepat.

6. Tes darahTes fungsi tiroid diindikasikan untuk pasien dengan SLK yang tidak mengetahui menderita penyakit tiroid.

31

Konjungtivitis non-infeksius biasanya dapat didiagnosa berdasarkan riwayat pasien. Paparan bahan kimiawi langsung terhadapa mata dapat mengindikasikan konjungtivitis toksik/kimiawi. Pada kasus yang dicurigai luka percikan bahan kimia, pH okuler harus dites dan irigasi mata terus dilakukan hingga pH mencapai 7. Konjungtivitis juga dapat disebabkan penggunaan lensa kontak atau iritasi mekanikal dari kelopak mata.3

Diagnosa Banding Konjungtivitis

Virus Bakteri Alergi ToksikGatal - - ++ -Mata merah + ++ + +Hemoragi + + - -Sekret Serous mucousPurulen, kuning,

krustaViscus -

Kemosis ± ++ ++ ±Lakrimasi ++ + + ±Folikel + - + ±Papil - + + -Pseudomembran± ± - -Pembesaran kelenjar limfe

++ + - -

Panus - - - ±Bersamaan dengan keratitis

± ±-

±

Demam ± ±-

-

Sitologi Granulosit Limposit, monosit

Eosinofil Sel epitel, granulosit

Konjungtivitis Keratitis Uveitis Anterior Glaukoma Kongestif Akut

Visus Normal Tergantung letak infiltratMenurun perlahan,

tergantung letak radangMenurun mendadak

Hiperemi konjungtiva perikornea siliar Mix injeksi

Epifora, fotofobia - + + -

Sekret Banyak - - -

Palpebra Normal Normal normal Edema

Kornea Jernih Bercak infiltrat Gumpalan sel radangEdema, suram (tidak bening),

halo (+)

COA Cukup cukup Sel radang (+) dangkal

H. Aquous Normal normal Sel radang (+), flare (+), Kental

32

tyndal efek (+)

Iris Normal normal Kadang edema (bombans)Kripta menghilang karena

edema

Pupil Normal normal miosis Mid midriasis (d:5mm)

Lensa Normal normal Sel radang menempel Keruh

LO 4.7 Memahami dan menjelaskan penatalaksanaan konjungtivitis

A. Non FarmakologiBila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari bagaimana cara menghindari kontaminasi mata yang sehat atau mata orang lain. Perawat dapat memberikan intruksi pada pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit dan kemudian menyentuh mata yang sehat, mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan kain lap, handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah untuk membersihkan mata yang sakit. Asuhan khusus harus dilakukan oleh personal asuhan kesehatan guna mengindari penyebaran konjungtivitis antar pasien. 

B. Farmakologi Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bacterial tergantung temuan agen

mikrobiologinya. Untuk menghilangkan sekret dapat dibilas dengan garam fisiologis.

1. Penatalaksanaan Konjungtivitis BakteriPengobatan kadang-kadang diberikan sebelum pemeriksaan mikrobiologik dengan antibiotic tunggal seperti

Kloramfenikol Gentamisin Tobramisin Eritromisin Sulfa

Bila pengobatan tidak memberikan hasil setelah 3 – 5 hari maka pengobatan dihentikan dan ditunggu hasil pemeriksaan mikrobiologik. Pada konjungtivitis bakteri sebaiknya dimintakan pemeriksaan sediaan langsung  (pewarnaan Gram atau Giemsa) untuk mengetahui penyebabnya. Bila ditemukan kumannya maka pengobatan disesuaikan. Apabila tidak ditemukan kuman dalam sediaan langsung, maka diberikan antibiotic spectrum luas dalam bentuk tetes mata tiap jam atau salep mata 4-5x/hari. Apabila memakai tetes mata, sebaiknya sebelum tidur diberi salep mata (sulfasetamid 10-15 %). Apabila tidak sembuh dalam 1 minggu, bila mungkin dilakukan pemeriksaan resistensi, kemungkinan difisiensi air mata atau kemungkinan obstruksi duktus nasolakrimal. 

2. Penatalaksanaan Konjungtivitis Virus

33

Pengobatan umumnya hanya bersifat simtomatik dan antibiotik diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder. Dalam dua minggu akan sembuh dengan sendirinya. Hindari pemakaian steroid topikal kecuali bila radang sangat hebat dan kemungkinan infeksi virus Herpes simpleks telah dieliminasi.

Konjungtivitis viral akut biasanya disebabkan Adenovirus dan dapat sedmbuh sendiri sehingga pengobatan hanya bersifat suportif, berupa kompres, astrigen, dan lubrikasi. Pada kasus yang berat diberikan antibodi untuk mencegah infeksi sekunder serta steroid topikal. Konjungtivitis herpetik diobati dengan obat antivirus, asiklovir 400 mg/hari selama 5 hari. Steroid tetes deksametason 0,1 % diberikan bila terdapat episkleritis, skleritis, dan iritis, tetapi steroid berbahaya karena dapat mengakibatkan penyebaran sistemik. Dapat diberikan  analgesik untuk menghilangkan rasa sakit. Pada permukaan dapat diberikan salep tetrasiklin. Jika terjadi ulkus kornea perlu dilakukan debridemen dengan  cara mengoles salep pada ulkus dengan swab kapas kering, tetesi obat antivirus, dan ditutup selama 24jam.

3. Penatalaksanaan Konjungtivitis AlergiUmumnya kebanyakan konjungtivitis alergi awalnya diperlakukan seperti ringan

sampai ada kegagalan terapi dan menyebabkan kenaikan menjadi tingkat sedang. Penyakit ringan sampai sedang biasanya mempunyai konjungtiva yang bengkak dengan reaksi konjungtiva papiler yang ringan dengan sedikit sekret mukoid. Kasus yang lebih berat mempunyai giant papila pada konjungtiva palpebranya, folikel limbal, dan perisai (steril) ulkus kornea.

Alergi ringanKonjungtivitis alergi ringan identik dengan rasa gatal, berair, mata merah yang timbul musiman dan berespon terhadap tindakan suportif, termasuk air mata artifisial dan kompres dingin. Air mata artifisial membantu melarutkan beragam alergen dan mediator peradangan yang mungkin ada pada permukaan okuler.

Alergi sedangKonjungtivitis alergi sedang identik dengan rasa gatal, berair dan mata merah yang timbul musiman dan berespon terhadap antihistamin topikal dan/atau mast cell stabilizer. Penggunaan antihistamin oral jangka pendek mungkin juga dibutuhkan.

Mast cell stabilizer mencegah degranulasi sel mast; contoh yang paling sering dipakai termasuk sodium kromolin dan Iodoxamide. Antihistamin topikal mempunyai masa kerja cepat yang meredakan rasa gatal dan kemerahan dan mempunyai sedikit efek samping; tersedia dalam bentuk kombinasi dengan mast cell stabilizer. Antihistamin oral, yang mempunyai masa kerja lebih lama, dapat digunakan bersama, atau lebih baik dari, antihistamin topikal. Vasokonstriktor tersedia dalam kombinasi dengan topikal antihistamin, yang menyediakan tambahan pelega jangka pendek terhadap injeksi pembuluh darah, tapi dapat menyebabkan rebound injeksi dan inflamasi konjungtiva. Topikal NSAID juga digunakan pada konjungtivitis sedang-berat jika diperlukan tambahan efek anti-peradangan.

Alergi berat

34

Penyakit alergi berat berkenaan dengan kemunculan gejala menahun dan dihubungkan dengan peradangan yang lebih hebat dari penyakit sedang. Konjungtivitis vernal adalah bentuk konjungtivitis alergi yang agresif yang tampak sebagai shield coneal ulcer. Rujukan spesialis harus dipertimbangkan pada kasus berat atau penyakit alergi yang resisten, dimana memerlukan tambahan terapi dengan kortikosteroid topikal, yang dapat digunakan bersama dengan antihistamin topikal atau oral dan mast cell stabilizer. Topikal NSAID dapat ditambahkan jika memerlukan efek anti-inflamasi yang lebih lanjut. Kortikosteroid punya beberapa resiko jangka panjang terhadap mata termasuk penyembuhan luka yang terlambat, infeksi sekunder, peningkatan tekanan intraokuler, dan pembentukan katarak. Kortikosteroid yang lebih baru seperti loteprednol mempunyai efek samping lebih sedikit dari prednisolon. Siklosporin topikal dapat melegakan dengan efek tambahan steroid dan dapat dipertimbangkan sebagai lini kedua dari kortikosteroid. Dapat terutama sekali berguna sebagai terapi lini kedua pada kasus atopi berat atau konjungtivitis vernal.

LO 4.8 Memahami dan menjelaskan prognosis konjungtivitis

Mata dapat terkena berbagai kondisi. beberapa diantaranya bersifat primer sedang yang lain bersifat sekunder akibat kelainan pada sistem organ tubuh lain, kebanyakan kondisi tersebut dapat dicegah bila terdeteksi awal dan dapat dikontrol sehingga penglihatan dapat dipertahankan.Bila segera diatasi, konjungtivitis ini tidak akan membahayakan. Namun jika bila penyakit radang mata tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan dan menimbulkan komplikasi seperti Glaukoma, katarak maupun ablasi retina.

LO 4.9 Memahami dan menjelaskan komplikasi konjungtivitisPenyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi dari konjungtivitis yang  tidak tertangani diantaranya:

1. glaukoma2. katarak3. ablasi retina4. komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit dari

blefaritis seperti ekstropin, trikiasis5. komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea6. komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea adalah bila

sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea yang dapat mengganggu penglihatan, lama- kelamaan  orang bisa menjadi buta

7. komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik dapat mengganggu penglihatan

LO 4.10 Memahami dan menjelaskan preventif konjungtivitis

35

a. Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah membersihkan atau mengoleskan obat, penderita harus mencuci tangannya bersih-bersih.

b. Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata yang sakit

c. Jangan menggunakan handuk atau lap bersama dengan penghuni rumah laind. Gunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan pabrik pembuatnya.e. Mengganti sarung bantal dan handuk dengan yang bersih setiap hari.f. Hindari berbagi bantal, handuk dan saputangan dengan orang lain.g. Usahakan tangan tidak megang-megang wajah (kecuali untuk keperluan tertentu),

dan hindari mengucek-ngucek mata.h. Bagi penderita konjungtivitis, hendaknya segera membuang tissue atau sejenisnya

setelah membersihkan kotoran mata.

Makanan yang disarankan untuk penderita konjungtivitis adalah makanan tinggi protein dan tinggi kalori, berguna untuk mempercepat proses penyembuhan dan dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin A yang berguna untuk memperbaiki sensori penglihatan dan juga vitamin C untuk memperbaiki sistem pertahanan tubuh.

Kompres mata dengan air hangat jika disebabkan oleh bakteri atau virus, jika disebabkan oleh alergi, kompres dengan air dingin.

LI V. Mempelajari tentang menjaga dan memelihara kesehatan mata dalam islamAllah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Al-Qur`an:

“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman (kaum mukminin): “Hendaklah mereka menundukkan sebagian dari pandangan mereka dan hendaklah mereka menjaga kemaluan mereka….” (An-Nur: 30)

Sekalipun wanita itu terbuka wajahnya, tidaklah berarti boleh memandang wajahnya. Karena terdapat perintah untuk menundukkan pandangan. Laki-laki menundukkan pandangannya dari melihat wanita. Demikian pula sebaliknya, wanita diperintahkan menundukkan pandangannya dari melihat laki-laki.

Allah juga melanjutan firmannya yang menganjurkan para wanita untuk menjaga paandangannya yaitu:

“Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman: ‘Hendaklah mereka menundukkan sebagian dari pandangan mereka…’.” (An-Nur: 31)

36

DAFTAR PUSTAKA

Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM. Gray’s Anatomy for Students. Philadelphia: Elsevier Churchill Livingstone; 2005Ganong WF. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC; 2008Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC; 2007Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology a Systematic Approach. 7 th edition. Philadelphia: Elsevier; 2011Univrab. Menjaga Pandangan. [Internet]. [diunduh 2014 Feb 15]. Tersedia pada : http://www.univrab.ac.id/berita-198-menjaga-pandangan.htmlUSU. Chapter II. [Internet]. [diunduh 2014 Feb 15]. Tersedia pada : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31458/4/Chapter%20II.pdfUSU. Chapter II. [Internet]. [diunduh 2014 Feb 15]. Tersedia pada : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32585/4/Chapter%20II.pdfVaughan and Asbury’s. General Ophthalmology. 17th edition. New York: McGraw-Hill’s; 2007

37