karyatulisilmiah.com · web viewriwayat monokleus (resiko tinggi penyakit hodgkin pada pasien yang...
TRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATAN
LIMFOMA HODGKIN DAN LIMFOMA NON
HODGKIN
Disusun oleh:
1. Achmad Afandi
2. Ani Kharisma
3. Syarifah Nora A.
4. Yoga Ari Pranata
PRODI S-1 KEPERAWATAN
STIKES BINA SEHAT PPNI KABUPATEN MOJOKERTO
2012/2013
KATA PENGANTAR
Makalah ini dipersiapkan untuk memenuhi sebagai persyaratan Tugas Imun dan
Hematologi. Dalam penulisan makalah ini, penulis dapat mendapat bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak. Maka sudah sewajarnya pada kesempatan ini, penulis menyampaikan
rasa terima kasih dan puji syukur kami limpahkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan kesehatan, ketabahan, dan kelapangan hati kepada penulis dalam menyelesaikan
makalah Nilai Kepercayaan ini..
1. Bapak M. Sajidin, S.Kp.M.Kes, selaku Ketua STIKES BINA SEHAT PPNI,
Mojokerto
2. Ibu Chaterina JP.S.Kep.Ns, selaku Wali Kelas S1 Keperawatan dan Pembimbing
Mata Kuliah Imunologi
3. Saudara-saudara dan Rekan-rekan kami.Yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini. Semoga mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan bagi kami pada khususnya. Dan kami juga menyadari masih ada kekurangan
dalam makalah ini, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun akan kami
terima dengan senang hati
Mojokerto, 28 November 2012
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................. i
Daftar Isi............................................................................................................ ii
BAB 1 : PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1.Latar Belakang........................................................................ 1
1.2.Rumusan Masalah................................................................... 1
1.3.Tujuan..................................................................................... 1
BAB 2 : PEMBAHASAN.......................................................................... 2
2.1. Definisi................................................................................... 2
2.2. Klasifikasi.................................................................................. 2
2.3. Etiologi....................................................................................... 3
2.4. Manifestasi klinis....................................................................... 3
2.5. Patofisiologi............................................................................... 4
2.6. Pemeriksaan diagnostik............................................................. 5
2.7. Penatalaksanaan......................................................................... 6
2.8. Komplikasi................................................................................. 7
2.9. Pengkajian kebutuhan dasar manusia........................................ 8
2.10. Diagnosa keperawatan............................................................. 12
2.11. Intervensi................................................................................. 13
BAB 3 : PENUTUP.............................................................................................
3.1 Kesimpulan.................................................................................. 16
3.2 Saran............................................................................................ 16
Daftar pustaka..................................................................................................... 17
ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kelenjar getah bening terdapat di beberapa tempat di tubuh kita Kelenjar getah
bening adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh kita. Tubuh kita memiliki kurang lebih
sekitar 600 kelenjar getah bening, namun hanya didaerah submandibular (bagian bawah
rahang bawah), ketiak atau lipat paha yang teraba normal pada orang sehat.
Limfoma adalah kanker yang berasal dari jaringan limfoid mencakup sistemlimfatik
dan imunitas tubuh.Kanker ini menempati urutan ke 6 dengan kejadian 50.900 pederita tiap
tahunnya, dengan pembagian hodgkin 7900 kasus, dan non hodgkin sekitar 43000 kasus,
Penyakit limfoma Hodgkin banyak ditemukan pada orang dewasa muda antara usia 18-35
tahun dan pada orang di atas 50 tahun. Prosentase penderita yang masih bertahan hidup
setelah 5 tahun setelah didiagnosa yaitu sekitar 77% pada penyakit hodgkin, dan sekitar 51%
pada limfoma non hodgkin
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu limfoma?
2. Apa saja jenis limfoma?
3. Bagaimana asuhan keperawatan yang tepat untuk penderita limfoma?
1.3 TUJUAN
2. Mahasiswa tahu dan mengerti apa itu limfoma
3. Mahasiswa menjadi lebih mengerti jenis-jenis dari limfoma
4. Dan mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat untuk pasien yang
menderita lifoma
1
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Limfoma adalah kanker/keganasan yang timbul pada jaringan limfoid. Dalam kondisi
yang normal, sel limfosit merupakan salah satu dari sistem pertahanan tubuh.
Sementara itu sel limfosit yang tidak normal (limfoma) berkumpul di kelenjar getah
bening dan menyebabkan pembengkakan. Sel limfosit ternyata tak cuma beredar di
dalam pembuluh limfe, sel ini juga beredar ke seluruh tubuh di dalam pembuluh darah
karena itulah limfoma bisa juga timbul di luar kelenjar getah bening. Dalam hal ini,
yang tersering adalah di limpa dan sumsum tulang.
2.2 KLASIFIKASI
Berdasarkan gambaran histopatologisnya ,limfoma di bagi menjadi 2 yaitu:
1. Limfoma non Hodgkin
Limfoma non-hodgkin adalah kelompok keganasan primer limfosit yang dapat berasal
dari limfosit B, limfosit T dan sangat jarang berasal dari sel NK (natural killer) yang
berada dalam sistem limfe; yang sangat heterogen, baik tipe histologist, gejala,
perjalanan klinis, respon terhadap pengobatan, maupun prognosis
Pada Limfoma ini sel limfosit berproliferasi secara tak terkendali sehingga
mengakibatkan terbentuknya tumor. Seluruh sel LNH berasal dari satu sel limfosit,
sehingga semua sel dalam tumor pasien LNH sel B pada permukaan selnya memiliki
immunoglobulin yang sama.
2. Limfoma Hodgkin
pada limfoma Hodgkin ditemukan sel Reed Sternberg,Analisis PCR menunjukkan
bahwa sel Reed Sternberg berasal dari folikel sel B yang mengalami gangguan
struktur pada immunoglobulin, sel ini juga mengandung suatu faktor transkripsi inti
sel. Kedua hal tersebut menyebabkan gangguan apoptosis.
2
2.3 .ETIOLOGI
Penyebab dari penyakit limfoma masih belum diketahui dengan pasti. Empat
kemungkinan penyebabnya adalah: faktor keturunan, kelainan sistem kekebalan,
infeksi virus atau bakteria (HIV, virus human T-cell leukemia/lymphoma (HTLV),
Epstein-Barr virus (EBV), Helicobacter Sp) dan toksin lingkungan (herbisida,
pengawet dan pewarna kimia). . Namun diperkirakan aktivasi gen abnormal tertentu
mempunyai peran dalam timbulnya semua jenis kanker, termasuk limfoma.
2.4 MANIFESTASI KLINIS
Limfoma Hodgkin Limfoma Non-Hodgkin
Anamnesis
Asimtomatik limfadenopati
Gejala sistemik (demam intermitten, keringat malam, BB turun)
Nyeri dada, batuk, napas pendek
Pruritus Nyeri tulang atau
nyeri punggung
Asimtomatik limfadenopati Gejala sistemik (demam intermitten, keringat
malam, BB turun) Mudah lelah Gejala obstruksi GI tract dan Urinary tract.
PemeriksaanFisik
Teraba pembesaran limonodi pada satu kelompok kelenjar (cervix, axilla, inguinal)
Cincin Waldeyer & kelenjar mesenteric jarang terkena
Hepatomegali & Splenomegali
Sindrom Vena Cava Superior
Gejala susunan saraf pusat (degenerasi serebral dan neuropati)
Melibatkan banyak kelenjar perifer Cincin Waldeyer dan kelenjar mesenteric sering
terkena Hepatomegali & Splenomegali Massa di abdomen dan testis
3
(Roza Insanilhusna, S.Ked,2010)
2.5 PATOFISIOLOGI
4
Bahan kimiaRadiasi
virus
Sel normal
Mutasi gen
Inaktivasi sel supresi tumor
onkogen Pengubahan pengaturan apoptosis
Gagalnya gen pengaturan
perbaikan DNA
Proliferasi sel terganggu
Mutasi sel2 normal
Muncul benjolan
kanker
Benjolan semakin membesar
MK: bersihan jalan nafas tidak efektif
Obstruksi trakeobronkial
MK: intoleran aktifitas
Esfagus tertekan
anoreksia
Disfagia
MK: g3 volume cairan kurang dr kebutuhan tubuh
MK: g3 nutrisi kurang dr kebutuhan tubuh
MK: g3 rasa nyaman(nyeri)
MK: g3 integritas kulit
MK: ansietas
2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
- Penyakit ini ditahapkan sesuai dengan penampilan mikroskopik dari nodus limfe
yang terkena dan luas serta beratnya gangguan. Pentahapan yang akurat paling
penting pada pembagian program pengobatan dan prognosis selanjutnya.
- Pemeriksaandarh dapat bervariasi dari secara lengkap nirmal sampai abnormalis.
Pada tahap I sedikit pasien mengalami abnormalitas hasil pemeriksaan darah.
- Hitung darah lengkap :
- SDP : bervariasi, dapat normal, menurun atau meningkat secara nyata.
- Deferensial SDP : Neutrofilia, monosit, basofilia, dan eosinofilia mungkin
ditemukan. Limfopenia lengkap (gejala lanjut).
- SDM dan Hb/Ht : menurun.
- Eritrosit :
- Peneriksaan SDM : dapat menunjukkan normositik ringan sampai sedang, anemia
normokromik (hiperplenisme).
- LED : meningkat selama tahap aktif dan menunjukkan inflamasi atau penyakit
malignansi. Berguna untuk mengawasi pasien pada perbaikan dan untuk
mendeteksi bukti dini pada berulangnya penyakit.
- Kerapuhan eritrosit osmotik : meningkat
- Trombosit : menurun (mungkin menurun berat, sumsum tulang digantikan oleh
limfoma dan oleh hipersplenisme)
- Test Coomb : reaksi positif (anemia hemolitik) dapat terjadi namun, hasil negatif
biasanya terjadi pada penyakit lanjut.
- Besi serum dan TIBC : menurun.
- Alkalin fosfatase serum : meningkat terlihat pasda eksaserbasi.
- Kalsium serum : mungkin menigkat bila tulang terkena.
- Asam urat serum : meningkat sehubungan dengan destruksi nukleoprotein dan
keterlibatan hati dan ginjal.
- BUN : mungkin meningkat bila ginjal terlibat. Kreatinin serum, bilirubin, ASL
(SGOT), klirens kreatinin dan sebagainya mungkin dilakukan untuk mendeteksi
keterlibatan organ.
- Hipergamaglobulinemia umum : hipogama globulinemia dapat terjadi pada
penyakit lanjut.
5
- Foto dada : dapat menunjukkan adenopati mediastinal atau hilus, infiltrat, nodulus
atau efusi pleural
- Foto torak, vertebra lumbar, ekstremitas proksimal, pelvis, atau area tulang nyeri
tekan : menentukan area yang terkena dan membantu dalam pentahapan.
- Tomografi paru secara keseluruhan atau skan CT dada : dilakukan bila adenopati
hilus terjadi. Menyatakan kemungkinan keterlibatan nodus limfa mediatinum.
- Skan CT abdomenial : mungkin dilakukan untuk mengesampingkan penyakit
nodus pada abdomen dan pelvis dan pada organ yang tak terlihat pada
pemeriksaan fisik.
- Ultrasound abdominal : mengevaluasi luasnya keterlibatan nodus limfa
retroperitoneal.
- Skan tulang : dilakukan untuk mendeteksi keterlibatan tulang.
- Skintigrafi Galliium-67 : berguna untuk membuktikan deteksi berulangnya
penyakit nodul, khususnya diatas diagfragma.
- Biopsi sumsum tulang : menentukan keterlibatan sumsum tulang. Invasi sumsum
tulang terlihat pada tahap luas.
- Biopsi nodus limfa : membuat diagnosa penyakit Hodgkin berdasarkan pada
adanya sel Reed-Sternberg.
- Mediastinoskopi : mungkin dilakukan untuk membuktikan keterlibatan nodus
mediastinal.
- Laparatomi pentahapan : mungkin dilakukan untuk mengambil spesimen nodus
retroperitoneal, kedua lobus hati dan atau pengangkatan limfa (Splenektomi
adalah kontroversial karena ini dapat meningkatkan resiko infeksi dan kadang-
kadang tidak biasa dilakukan kecuali pasien mengalami manifestasi klinis
penyakit tahap IV. Laporoskopi kadang-kadang dilakukan sebagai pendekatan
pilihan untuk mengambil spesimen.
2.7 PENATALAKSANAAN
A.Terapi
Cara pengobatan bervariasi dengan jenis penyakit. Beberapa pasien dengan tumor
keganasan tingkat rendah, khususnya golongan limfositik, tidak membutuhkan
6
pengobatan awal mereka tidak mempunyai gejala dan ukuran lokasi limfadenopati
yang bukan merupakan ancaman.
B. Radio terapi
Walaupun beberapa pasien dengan stadium I yang benar-benar terlokalisasi dapat
disembuhkan dengan radio terapi, terdapat angka yang relapse dini yang tinggi pada
pasien yang dklasifikasikan sebagai stadium II dan III. Radiasi local untuk tempat
utama yang besar harus dipertimbangkan pada pasien yang menerima khemoterapi
dan ini dapat bermanfaat khusus jika penyakit mengakibatkan sumbatan/ obstruksi
anatomis.
Pada pasien dengan limfoma keganasan tingkat rendah stadium III dan IV, penyinaran
seluruh tubuh dosis rendah dapat membuat hasil yang sebanding dengan khemoterapi.
C. Khemoterapi
1. Terapi obat tunggal Khlorambusi latausiklofosfamid kontinuatau intermiten yang
dapat memberikan hasil baik pada pasien dengan limfomamaligna keganasan tingkat
rendah yang membutuhkan terapi karena penyakit tingkat lanjut.
2.Terapi kombinasi. (misalnya COP (cyclophosphamide, oncovin, dan prednisolon))
juga dapat digunakan pada pasien dengan tingkat rendah atau sedang berdasakan
stadiumnya.
2.8 KOMPLIKASI
Efek-efek yang merugikan berkaitan dengan kemoterapy meliputi alopesia, mual,
muntah, supresi sum-sum tulang, stomatitis dan gangguan gastrointestinal. Infeksi
adalah potensial komplikasi yang dapat menyebabkan syok sepsis.Efek jangka
panjang dari kemoterapy meliputi kemandulan, kardiotoksik, dan fibrosis pulmonal.
Efek samping terapi radiasi di hubungkan dengan area yang diobati bila pengobatan
pada nodus limpfa servikal atau tenggorok maka akan terjadi hal-hal seperti mulut
kering,disfagia,mual,muntah,rambut rontok,dan penurunan produksi saliva.juga
mungkin dapat terjadi peningkatan karies gigi.bila dilakukan pengobatan nodus limfa
abdomen,efek yang terjadi adalah muntah,diare,anoreksia,keletihan.
7
2.9 PENGKAJIAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala : Kelelahan, kelemahan atau malaise umum
Kehilangan produktifitasdan penurunan toleransi latihan
Kebutuhan tidaur dan istirahat lebih bantak
Tanda : Penurunan kekuatan, bahu merosot, jalan lamban dan tanda lain yang
menunjukkan kelelahan
SIRKULASI
Gejala Palpitasi, angina/nyeri dada
Tanda Takikardia, disritmia.
Sianosis wajah dan leher (obstruksi drainase vena karena pembesaran
nodus limfa adalah kejadian yang jarang)
Ikterus sklera dan ikterik umum sehubungan dengan kerusakan hati
dan obtruksi duktus empedu dan pembesaran nodus limfa(mungkin
tanda lanjut)
Pucat (anemia), diaforesis, keringat malam.
INTEGRITAS EGO
Gejala Faktor stress, misalnya sekolah, pekerjaan, keluarga
Takut/ansietas sehubungan dengandiagnosis dan kemungkinan takut
mati
Takut sehubungan dengan tes diagnostik dan modalitas pengobatan
(kemoterapi dan terapi radiasi)
Masalah finansial : biaya rumah sakit, pengobatan mahal, takut 8
kehilangan pekerjaan sehubungan dengan kehilangan waktu kerja.
Status hubungan : takut dan ansietas sehubungan menjadi orang yang
tergantung pada keluarga.
Tanda Berbagai perilaku, misalnya marah, menarik diri, pasif
ELIMINASI
Gejala Perubahan karakteristik urine dan atau feses.
Riwayat Obstruksi usus, contoh intususepsi, atau sindrom malabsorbsi
(infiltrasi dari nodus limfa retroperitoneal)
Tanda Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan pembesaran pada palpasi
(hepatomegali)
Nyeri tekan pada kudran kiri atas dan pembesaran pada palpasi
(splenomegali)
Penurunan haluaran urine urine gelap/pekat, anuria (obstruksi uretal/
gagal ginjal).
Disfungsi usus dan kandung kemih (kompresi batang spinal terjadi
lebih lanjut)
MAKANAN/CAIRAN
Gejala Anoreksia/kehilangna nafsu makan
Disfagia (tekanan pada easofagus)
Adanya penurunan berat badan yang tak dapat dijelaskan sama dengan
10% atau lebih dari berat badan dalam 6 bulan sebelumnya dengan
tanpa upaya diet.
Tanda Pembengkakan pada wajah, leher, rahang atau tangan kanan (sekunder
9
terhadap kompresi venakava superior oleh pembesaran nodus limfa)
Ekstremitas : edema ekstremitas bawah sehubungan dengan obtruksi
vena kava inferior dari pembesaran nodus limfa intraabdominal (non-
Hodgkin)
Asites (obstruksi vena kava inferior sehubungan dengan pembesaran
nodus limfa intraabdominal)
NEUROSENSORI
Gejala Nyeri saraf (neuralgia) menunjukkan kompresi akar saraf oleh
pembesaran nodus limfa pada brakial, lumbar, dan pada pleksus sakral
Kelemahan otot, parestesia.
Tanda Status mental : letargi, menarik diri, kurang minatumum terhadap sekitar.
Paraplegia (kompresi batang spinaldari tubuh vetrebal, keterlibatan diskus
pada kompresiegenerasi, atau kompresi suplai darah terhadap batng
spinal)
NYERI/KENYAMANAN
Gejala Nyeri tekan/nyeri pada nodus limfa yang terkena misalnya, pada sekitar
mediastinum, nyeri dada, nyeri punggung (kompresi vertebral), nyeri
tulang umum (keterlibatan tulang limfomatus).
Nyeri segera pada area yang terkena setelaah minum alkohol.
Tanda Fokus pada diri sendiri, perilaku berhati-hati.
PERNAPASAN
Gejala Dispnea pada kerja atau istirahat; nyeri dada.
10
Tanda Dispnea, takikardia
Batuk kering non-produktif
Tanda distres pernapasan, contoh peningkatan frekwensi pernapasan dan
kedaalaman penggunaan otot bantu, stridor, sianosis.
Parau/paralisis laringeal (tekanan dari pembesaran nodus pada saraf
laringeal).
KEAMANAN
Gejala Riwayat sering/adanya infeksi (abnormalitasimunitas seluler pwencetus
untuk infeksi virus herpes sistemik, TB, toksoplasmosis atau infeksi
bakterial)
Riwayat monokleus (resiko tinggi penyakit Hodgkin pada pasien yang
titer tinggi virus Epstein-Barr).
Riwayat ulkus/perforasi perdarahan gaster.
Pola sabit adalah peningkatan suhu malam hari terakhir sampai beberapa
minggu (demam pel Ebstein) diikuti oleh periode demam, keringat malam
tanpa menggigil.
Kemerahan/pruritus umum
Tanda Demam menetap tak dapat dijelaskan dan lebih tinggi dari 38oC tanpa
gejala infeksi.
Nodus limfe simetris, tak nyeri,membengkak/membesar (nodus servikal
paling umum terkena, lebih pada sisi kiri daripada kanan, kemudian nodus
aksila dan mediastinal)
Nodus dapat terasa kenyal dan keras, diskret dan dapat digerakkan.
11
Pembesaran tosil
Pruritus umum.
Sebagian area kehilangan pigmentasi melanin (vitiligo)
SEKSUALITAS
Gejala Masalah tentang fertilitas/ kehamilan (sementara penyakit tidak
mempengaruhi, tetapi pengobatan mempengaruhi)
Penurunan libido.
PENYULUHAN/PEMBELAJARAN
Gejala Faktor resiko keluargaa (lebih tinggi insiden diantara keluarga
pasien Hodgkin dari pada populasi umum)
Pekerjaan terpajan pada herbisida (pekerja kayu/kimia)
Pertimbangan
Rencana
pemulangan
DRG menunjukkan rerata lama irawat 3,9 hari, dengan intervensi
bedah 10,1 hari.
Dapat memerlukan bantuan terapi medik/suplai, aktivitas perawatan
diri dan ataupekerjaan rumah/transportasi, belanja.
2.10 DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan Pola Pernapasan/Bersihkan Jalan Napas, Tak Efektif
Resiko Tinggi Terhadap
Faktor resiko meliputi Obstruksi trakeobronkial, pembesaran nodus
mediastinal dan atau edema jalan jalan napas (hodgkin
dan non-hodgkin), sindromvena kava superior (non-
hodgkin)
12
Kemungkinan dibuktikan oleh (tidak dapat diterapkan, adanya tanda-tanda dan gejala
membuat diagnosa aktual)
Hasil Yang Diharapkan/Kriteria
Evaluasi Pasien Akan
Mempertahankan Pola Pernapasan Normal/Efektif
Bebas Dispnea, Sianosis Atau Tanda Lain Distres
Pernapasan
2.11 INTERVENSI
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Kaji/awasi prekuensi pernapasan,
kedalaman, irama. Perhatikan
laporan dispnea dan/atau
penggunaan otot bantu pernapasan
cuping hidung, gangguan
pengembangan dada
Perubahan (seperti takipnea, dispnea, penggunaan
otot aksesori) dapat mengindikasikan berlanjutnya
keterlibatan/ pengaruh pernapasan yang
membutuhkan upaya intervensi
Tempatkan pasien pada posisi yang
nyaman, biasanya dengan kepala
tempt tidur yang tinggi atau duduk
tegak kedepan (beban berat pada
tangan) kaki digantung
Memaksimalkan ekspansi paru, menurunkan kerja
pernapasan, dan menurunkan resiko aspirasi
Beri posisi dan bantu ubah posisi
secara periodik
Meningkatkan aerasi semua segmen paru dan
memobilisasikaan sekresi
Anjurkan/bantu dengan tehnik napas
dalam dan/atau pernapasan bibiratau
pernapasan diagfragmatik abdomen
bila diindikasikan
Membantu meningkatkan difusi gas dan ekspansi
jalan napas kecil, memberikan pasien beberapa
kontrol terhadap pernapasan, membantu
menurunkan ansietas
Awasi/evaluasi warna kulit,
perhatikan pucat, terjadinya sianosis
(khususnya pada dasar kulit, daun
Proliferasi SDP dapat menurunkan kapasitas
pembawa oksigen darah, menimbulkan hipoksemia.
13
telinga,dan bibir)
Kaji respon pernapasan terhadap
aktivitas. Perhatikan keluhan
dispnea/lapar udara meningkatkan
kelelahan. Jadwalkaan periode
istirahat antara aktivitas
Penurunan oksigen seluler menurunkan toleransi
aktivitas. Istirahat menurunkan kebutuhan oksigen
dan mencegah kelelahandan dispnea
Identifikasi/dorong tehnik
penghematan energi mis : periode
istirahat sebelum dan setelah makan,
gunakan mandi dengan kursi, duduk
sebelum perawatan
Membantu menurunkan kelelahan dan dispnea dan
menyimpan energi untuk regenerasi selulerdan
fungsi pernapasan
Tingkatkan tirah baring dan berikan
perawatan sesuai indikasi selama
eksaserbasi akut/panjang
Memburuknya keterlibatan pernapasan/ hipoksia
dapat mengindikasikan penghentian aktivitas untuk
mencegah pengaruh pernapasan lebih serius
Dorong ekspresi perasaan, terima
kenyataan situasi dan perasaan
normal.
Ansietas meningkatkan kebutuhan oksigen dan
hipoksemia mempotensialkan distres
pernapasan/gejala jantung yang meningkatkan
ansietas
Berikan lingkungan tenang Meningkatkan relaksasi, penyimpanan energi dan
menurunkan kebutuhan oksigen
Observasi distensi vena leher, sakit
kepala, pusing, edema
periorbital/fasial, dispnea,dan stridor
Pasien non-Hodgkin pada resiko sindrom vena kava
superior dan obstruksi jalan napas, menunjukkan
kedaruratan onkologis.
Kolaborasi
Berikan tambahan oksigen Memaksimalkan ketersediaan untuk untuk
kebutuhan sirkulasi, membantu menurunkan
hipoksemia
14
Awasi pemeriksaan laboratorium,
mis : GDA, oksimetri
Mengukur keadekuatan fungsi pernapasan dan
keefektifan terapi
Bantu pengobatan
pernaapasan/tambahan, mis : IPPB,
spirometri insentif.
Meningkatkan aerasi maksimal pada semua segmen
paru mencegah aetelektasis
Berikan analgesik dan tranquilizer
sesuai indikasi
Menurunkan respon fisiologis terhadap
nyeri/ansietas menurunkan kebutuhan oksigen dan
membatasi pengaruh terhadap pernapasan.
Bantu intubasi dan ventilasi mekanik Dapat diperlukan untuk dukungan fungsi
pernapasan sampai edema jalan napaas teratasi.
Siapkan untuk terapi radiasi darurat
bila diindikasikan
Pengobatan pilihan untuk sindrom vena kava
superior
(Rencana asuhan keperawatan edisi 3,marilyyn,dkk, 2000)
15
BAB
PENUTUP
3.1 Kesimpulan : Limfoma adalah kanker yang berasal dari jaringan limfoid mencakup
sistemlimfatik dan imunitas tubuh. . Dalam kondisi yang normal, sel limfosit merupakan
salah satu dari sistem pertahanan tubuh. Sementara itu sel limfosit yang tidak normal
(limfoma) berkumpul di kelenjar getah bening dan menyebabkan pembengkakan.
Berdasarkan gambaran histopatologisnya ,limfoma di bagi menjadi 2 yaitu limfoma non
hodgkin dan limfoma hodgkin.
3.2 Saran : Dengan dibuatnya asuhan keperawatan ini semoga para mahasiswa bisa
mengerti apa itu definisi dari limfoma, jenis-jenis limfoma dan dapat melakukan
pengkajian keperawatan dengan baik dan benar.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Onkulogi, Gale, Danielle.1999.Rencana Asuhan Keperawatan,Jakarta:EGC
2. Tambunan, Gani.W.1995.Diagnosis Dan Tatalaksana Sepuluh Jenis Kanker Terbanyak Di Indonesia,Jakarta:EGC
3. NUCLEUS PRECISE NEWSLETTER # 65, 1 november 2010,PT Nucleus Precise4. Limfoma Maligna (NHML) Blog Kesehatan & Gaya Hidup – jarumsuntik.com5. Price, S.A dan Wilson, L.M. 2005. “Pathophysiology: Clinical Concepts of Disease
Processes, Sixth Edition”. Alih bahasa Pendit, Hartanto, Wulansari dan Mahanani. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 6. Jakarta: EGC
6. Reksodiputro, A. dan Irawan, C. 2006. “Limfoma Non-Hodgkin”. Disunting oleh Sudoyo, Setyohadi, Alwi, Simadibrata, dan Setiati. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
7. Doenges, Marilynn E, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC, Jakarta
17