wanita karir

Download wanita karir

If you can't read please download the document

Upload: jsshodiq

Post on 01-Jul-2015

631 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Emansipasi wanita. Satu doktrin yang ramai diusung para wanita masa kini sebagai salah satu prinsip hidupnya. Wanita masa kini ingin memiliki posisi yang sederajat dengan para pria. Buang jauh-jauh pola pikir ala zaman Siti Nurbaya yang mengharuskan wanita dipingit di rumah dan hanya mengurusi rumah tangga. Kini banyak wanita yang menduduki posisi yang dahulu hanya didominasi kaum pria. Direktur utama, Komisaris, Perdana Menteri, hingga Presiden merupakan beberapa jabatan penting yang pernah diduduki oleh wanita-wanita super masa kini. Wanita-wanita super itu telah mematahkan teori Siti Nurbaya yang konvensional dan membuktikan kejayaan era Emansipasi Wanita telah dimulai. Kesuksesan para wanita super ini telah menginspirasi banyak wanita lainnya di dunia untuk mengikuti jejak mereka. Telah banyak wanita yang mengenyam pendidikan hingga level S-3 bahkan menjadi seorang Profesor. Hal ini membuktikan bahwa pencapaian intelektualitas yang tinggi melalui jenjang pendidikan formal telah menjadi prioritas bagi para wanita. Pendidikan yang tinggi tak cukup memuaskan hati para wanita ini untuk membuktikan prinsip kesetaraan dengan pria yang dianutnya. Wanita juga ingin mampu menghasilkan materi untuk memenuhi kebutuhan dirinya. Banyak wanita yang memilih menjadi wanita karir agar mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Apakah wanita ini sudah puas hingga ia mampu mencapai level ini? jawabannya adalah tidak. Sebagian besar dari wanita yang memilih karir sebagai jalan hidupnya berusaha untuk terus memupuk karirnya tersebut hingga ia mampu mencapai jabatan tertinggi. Saat wanita super itu telah mencapai level ini, akankah ia memikirkan apakah ia telah merasa sempurna sebagai seorang wanita? Berbicara mengenai kodrat merupakan hal yang tabu bagi para wanita super ini. Apabila kodrat telah mulai disinggung ke permukaan, hal itu seolah akan menjadi bumerang bagi mereka. Kodrat ibarat momok bagi para wanita super ini karena jika dikaitkan dengan kodrat, maka hancurlah dinding citra sebagai seorang wanita super yang selama ini telah mereka bangun dengan susah payah. Berbicara akan kodrat akan membuat berbagai hal menyeruak dan memutarbalikkan posisi para wanita super ini 180 derajat. Euforia akan doktrin Emansipasi Wanita telah membuat banyak wanita menjadi salah kaprah. Jika memang emansipasi wanita telah menjadi nafas baru bagi kehidupan para wanita saat ini, maka buang jauh-jauh istilah Ladies First. Akan tetapi hal yang menarik adalah wanita menjadi sangat egois menyikapi hal ini. Para wanita bahkan tega menuduh para pria sebagai sosok yang tidak gentleman apabila tidak mendahulukan wanita dalam mengantri, membantunya membawa barang-barang belanjaan, dan hal sepele lainnya (namun sangat berarti bagi para wanita egois ini). Lalu sebenarnya apakah yang mereka inginkan? Materi memang satu hal yang mampu menyilaukan pandangan siapapun. Pikiran seseorang dapat menjadi irasional jika ia telah terpukau oleh gemerlap materi. Wanita terkadang menjadi sosok yang lemah jika dihadapkan oleh materi. Membeli tas branded luar negeri, memakai busana rancangan desainer terkenal, melakukan perawatan tubuh di salaon terbaik, dan segala kebutuhan

wanita yang tak ada habisnya membuat wanita merasa materi merupakan kunci untuk memenuhi hasratnya. Sifat wanita yang mudah iri melihat sesamanya juga menjadi salah satu faktor pemicu kelemahan wanita terhadap materi. Wanita itu kurus, tinggi, langsing, memakai perhiasan mewah, memiliki anggaran yang besar untuk berbelanja setiap bulannya, dan hal lain yang membuat para wanita selalu membandingkan dirinya satu sama lain. Apabila segala hasrat mereka akan hal-hal tersebut telah terpenuhi, maka pertanyaan yang sama kan muncul yakni apakah ia telah merasa sempurna sebagai seorang wanita? Wanita super tak harus identik dengan wanita yang memiliki karir dengan jabatan yang tinggi maupun mampu memiliki taraf hidup yang mapan dari usahanya sendiri. Satu hal yang sering dilupakan oleh banyak wanita untuk menjadikan dirinya sempurna yakni emmenuhi kodratnya. Wanita diciptakan dari tulang rusuk Adam karena wanita memang digariskan untuk melengkapi kehidupan pria. Emansipasi wanita mungkin lebih pantas ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup generasi selanjutnya. Emansipasi wanita membuat para wanita mampu menempuh pendidikan formal hingga ke jenjang yang tinggi dan meningkatkan kemampuan intelektualitasnya. Seorang wanita digariskan untuk mampu menjadi sosok Ibu yang baik bagi anak-anaknya dan istri yang patuh pada suaminya. Seorang pria dikodratkan untuk mampu menafkahi lahir dan batin bagi keluarganya. Jelas sudah peran wanita memang ditujukan untuk berbakti pada keluarganya. Pengabdian seorang wanita terhadap keluarganya merupakan pengabdian yang mulia. Dalam kehidupan hendaknya kita mampu menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain. Hal itu juga hendaknya dijadikan prinsip bagi para wanita. Wanita dapat menjadi sosok yang bermanfaat bagi anak-anaknya dan suaminya. Wanita super adalah wanita yang mampu mendidik anaknya menjadi anak yang pintar, berperilaku sopan, dan bertanggung jawab. Mendidik manusia lain menjadi manusia yang berbudi bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan.Hal tersebut membutuhkan kesabaran dan ketelatenan yang jarang dimiliki oleh seorang pria. Apabila para wanita justru sibuk mengejar karirnya dan membiarkan anak-anaknya dididik oleh pembantu, bisakah anda bayangkan bagaimana anak tersebut akan berkembang kelak? Materi bisa membeli banyak hal di dunia. Akan tetapi, attitude dan manner merupakan dua hal yang tak dapat dibeli dengan uang. Attitude dan manner hanya dapat dibentuk dari didikan keluarga dan lingkungan. Seorang ibu yang memiliki intelektualitas tinggi diharapkan mampu menjawab tantangan ini. Bagaimana jika ia dididik justru oleh orang yang tidak mengerti akan esensi dari intelektualitas? Hal tersebut tentu akan membuat sang anak berkembang menjadi anak yang bermental jauh dari kata berbudi. Apabila semua wanita Indonesia memiliki pola pikir yang berorientasi pada karir seperti contoh di atas, bisakah anda bayangkan dampaknya bagi kualitas generasi Indonesia 20 tahun kelak? Akankah intelektualitas itu punah seiring dengan semakin minimnya kesadaran para wanita untuk menjadi sosok teladan bagi anakanaknya?

Salah satu kunci penopang untuk memajukan bangsa ini yakni meningkatnya kualitas sumber daya manusia yang ada. Peningkatan kualitas SDM dapat disamakan dengan peningkatan intelektualitas. Seorang Ibu adalah kunci utama peningkatan intelektualitas bangsa Indonesia 20 tahun mendatang. Keluarga adalah lingkungan yang pertama kali berinteraksi dengan sang anak. Keluarga juga merupakan lingkungan yang paling berperan dalam membentuk mental seorang anak. Sosok seorang Ibu yang memiliki intelektualitas tinggi tentu sangat berperan dalam proses pembentukan mental anak dalam keluarga karena pepatah mengatakan buah tak akan jatuh jauh dari pohonnya. Bagi para wanita yang kini telah meneguhkan hati untuk terjun menjadi wanita karir, mungkin artikel ini bisa menjadi bahan pertimbangan untuk memikirkan hal tersebut kembali. Karir dan materi mungkin dapat memuaskan hasrat anda sesaat. Ketika anda telah mencapai usia tidak produktif lagi untuk bekerja dan lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, bukan tidak mungkin anda akan sangat menyesali betapa banyak waktu yang telah anda lewatkan begitu saja. Rumah itu serasa begitu hambar tanpa adanya kehangatan kasih sayang dan gelak tawa di tengah keluarga. Betapa anda telah melewatkan saat-saat melihat anak anda tumbuh menjadi dewasa dan menemukan jati dirinya. Apakah anda menjadi sosok yang berperan bagi kehidupan mereka? Meski banyak teori yang mengatakan bahwa karir dan komitmen untuk keluarga bisa diseimbangkan, akan tetapi pada faktanya segala sesuatu pasti menuntut pengorbanan. Wanita dapat menjadi sosok wanita super bukan karena ia mampu menggantikan peran pria akan tetapi karena ia mampu menunjukkan kekuatannya dengan tetap menjalani kodratnya meski ia tahu ia mampu melakukan lebih. kata-kata dari teman sya ini cukup keras menampar saya. ya. tidak ingin berbohong dan mencoba jujur saya pernah berpikir akan menjadi wanita carier saja,tidak terpanggil untuk memiliki keluarga tapi pengen punya anak-anak (ups, maksud saya sebuah yayasan anak) ya. tdak menutupnutupi saya pernah disakiti orang alias cowok.tidak sekali dan bukan cuma karena alasan dua insan beda jenis merasakan suatu anugrah Tuhan tapi juga dari katakata kaum adam yang sering merendahkan wanita. sungguh saya tidak suka. dan pernah mengisi di harihari saya pernyataan saya sudah tidakpercaya dengan kaum laki-laki, sebuah pengalaman yang bisa menjadi suatu idealismemu! dan sekarang saya sudahmembuang jauhjauhjauh pikiran itu. suatu saat saya akan menyadari,betapa tuhan menciptakan hawa dan adam untuk saling melengkapi. http://yangoiselaluceria.wordpress.com/2010/05/03/wanita/

Peran Wanita Karir Menurut Sudut Pandang IslamJumat kemarin tanggal 21 Mei 2010, kajian perdana muslimah di kantorku. Materinya adalah Peran Wanita dalam Sudut Pandang Islam. Tema yang bagus, ditambah pembicaranya bagus, waktu 1 jam jadi berasa cepet banget. Dan dengan bodohnya pula aku ga bawa catetan waktu itu. Jadi ni hanya ingin menulis kembali apa-apa yang masih tersisa di otak. Biar sisa-sisa itu ga ilang sama sekali, jadi ya sambil ditulis..katanya ilmu itu kan harus diikat..Dan karena sebelumnya aku pernah baca buku tentang muslimah karir, jadi tulisan ini nantinya mungkin ga akan sepenuhnya

apa yang disampaikan oleh penceramah. Intinya sih ini hanya ingin menulis kembali apa yang ada di otakku..:p (Oh ya, pengisi materi di kajian kemarin adalah ibu Fatiya Chatib. Beliau adalah anggota DPRD DKI Jakarta dan pengisi kajian rutin di lingkungan Kementerian Keuangan Insya Allah beliau juga akan mengisi kajian rutin di kantor setiap hari Jumat). Pro kontra mengenai wanita karier terus bergulir. Banyak yang pro,tapi tak sedikit pula yang kontra. Perbedaan kultur mungkin menjadi salah satu sebab. Kultur barat menjunjung tinggi kebebasan yang sebebas-bebasnya tanpa ada batasan. Dampaknya para wanita disana akan bertindak sesuka hati mereka. Sementara kultur timur berpandangan bahwa wanita haruslah tinggal di rumah. jadi tak heran jika disana perniagaan pn hanya dilakuakn leh pria. Para wanitanay cukup tingal saja di rumah. Namun, yang menjadi fokus di tulisan ini bukan tentang pro dan kontra itu, tetapi bagaimana Islam memandang wanita karier karena Islam adalah agama pertengahan, yang tidak datang dari barat ataupun dari timur. Menurut yang disampaikan oleh ibu Fatiya, pada dasarnya Islam membolehkan wanita untuk berkarir (tentunya dengan batasan dan aturan tertentu). Karier ini dimaksudkan untuk menggali potensi yang dimilikinya. Potensi yang dimiliki tiap wanita ini berbeda-beda. Ada yang memiliki potensi masak, jadi dia bisa buka catering sendiri di rumahnya sehingga tidak perlu keluar rumah untuk berkarir. Namun, ada pula yang memiliki potensi mengajar sehingga perlu keluar rumah untuk berkarir. Yang perlu diingat adalah pada dasarnya ada empat syarat utama wanita boleh untuk berkarir. Yang pertama adalah mendapat izin dari wali. Jika wanita itu belum menikah, walinya adalah orang tuanya. Dan jika wanita itu sudah menikah, walinya adalah suaminya. Izin ini merupakan syarat mutlak diperbolehkannya wanita keluar rumah untuk berkarir. Namun, ada kondisi-kondisi yang menyebabkan tanpa izin suami wanita dapat berkarir. Misalnya kondisi dimana suami tidak dapat mencari nafkah untuk keluarganya. Dalam kondisi demikian, wanita boleh saja keluar untuk bekerja. Bahkan tanpa perlu izin dari suaminya. Alasannya wanita tersebut harus menghidupi dirinya sendiri dan anak-anaknya sementara suaminya benar-benar tidak dapat lagi memberi nafkah. Hal ini berbeda jika suami masih dapat memberi nafkah, hanya nafkah yang diberikan itu kurang mencukupi kebutuhan keluarga sehingga peran istri dibutuhkan untuk menambah income keluarga. Dalam kondisi demikian memang dibutuhkan nego antara suami dan istri apakah sang istri diperbolehkan untuk bekerja atau tidak. Ada bagian yang menurutku menarik yang disampaikan ibu ini. Beliau pada dasarnya mendukung jika wanita sebaiknya berkarir, alasan beliau adalah agar wanita tersebut bisa menggunakan penghasilan yang dimilikinya sesuai kehendaknya. Maksud dari sesuai kehendak disini tentunya dalam arti wajar, misalnya memberi orang tuanya, menyedekahkan penghasilannya, dan sebagainya. Dalam penggunaan harta yang diperoleh dari penghasilannya sendiri, wanita tidak perlu meminta izin suami dulu. Hal ini tentu berbeda jika harta yang dimiliki istri adalah pemberian suami. Penggunaannya harus mendapat izin suami dan bergantung pada akad antara suami dan istri mengenai penggunaan harta tersebut. Apakah harta yang diberikan suami untuk istri itu boleh digunakan untuk apa saja atau hanya untuk hal-hal tertentu saja. Contohnya, seorang suami memberikan penghasilan kepada istrinya sekian juta rupiah tiap bulan. Si suami bilang ke istri, uang itu hanya boleh digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Itu berarti si istri tidak boleh menggunakan uang tersebut diluar pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Jadi untuk memberi kepada orang tua

sendiri pun harus izin dulu kepada suami. Bagian itu menurutku jadi menarik soalnya aku kan wanita..hehe..maksudnya aku setuju dengan pandangan ibu itu. Jadi inget kata-kata dosen Pengantar Ilmu Hukum dulu, harta suami adalah harta suami, sedangkan harta istri adalah milik istri^^b tapi lebih dari itu, kalau menurutku wanita karir sendiri penting juga. Ini juga diakui salah seorang temanku. Dia bilang kelak istrinya sebaiknya memang punya pekerjaan karena kita tidak pernah tau apa yang terjadi di kemudia hari. Mungkin saat ini suami masih bisa memenuhi kebutuhan istri, tapi tidak ada yang menjamin kehidupan yang akan datang. Contoh buruknya tiba-tiba suami meninggal. Saat itu terjadi jika istri memiliki pekerjaan, paling tidak dia masih bisa menghidupi anak-anaknya dengan tidak bergantung pada orang lain. Syarat yang kedua adalah berpakaian sopan. Pakaian sopan yang paling sopan bagi muslimah tentunya adalah pakaian yang menutup aurat. Masalah kriteria menutup aurat yang baik seperti apa, tidak dijelaskan secara detail sih ma ibunya (yah, mungkin klo dijelasin detail, bisa jadi satu materi sendiri..^^). Ternyata pakaian ini memang berpengaruh pada pandangan orang (baca: pandangan pria). Ini kata ibunya, diakui sendiri oleh desainer Itang Yunaz. Ada seorang yang bertanya kepada desainer tersebut, pakaian apa yang pantas dikenakan untuk ke kantor. Desainer itu menjawab pakailah pakaian yang sopan yang tidak mengganggu mata kami (baca: mata pria). Sebagai karyawati berpakaianlah seperti karyawati, jangan berpakaian seperti model. Maksud berpakaian seperti model disini ya berpakaian yang dalam bahasaku "kekurangan kain"..heheh..ternyata memang pakaian yang minim seperti itu akan mengganggu pandangan pria. Ada lagi satu cerita menarik, kisah nyata yang dialami ibunya. Suatu saat beliau naik taxi, di dalam taxi sopirnya bertanya pada ibu itu, sejak kapan beliau mengenakan jilbab. Beliau pun menjawab bahwa beliau mengenakan jilbab sejak lulus SMA. Sopir itu pun bertanya lag, apakah ibu itu seorang muslim. Dengan terkejutnya ibu itu pun menjawab apa maksud pertanyaan sang sopir. Sopir taxi itu pun kemudian bercerita bahwa sebelumnya ada penumpang wanita yang berjilbab. Sopir itu bertanya pula kepada penumpang itu sejak kapan wanita itu berjilbab. Wanita itu menjawab dia memang berjilbab, tapi dia bukan muslim. Dia memang memakai jilbab jika bepergian karena merasa nyaman dengan jilbabnya itu. Dia mengakui sejak mengenakan jilbab dia merasa aman dan tidak diganggu orang lagi. Ada satu pernyataan wanita itu yang sangat jujur, "sayang ya, tidak banyak wanita muslim yang mengetahuinya" (maksudnya mengetahui bahwa berjilbab itu nyaman). Syarat yang ketiga adalah tidak ber-khalwat. Ber-khalwat maksudnya berdua-duaan dengan lawan jenis di ruangan tertutup sehingga patut untuk dicurigai terjadi sesuatu" diantara mereka. Contohnya berduaan di ruang rapat dengan kondisi pintu ruang rapat itu tertutup. Namun tidak bisa dipungkiri, kadang kita tidak bisa menghindari kondisi-kondisi dimana sebenarnya kita tidak menghendaki khalwat itu terjadi. Contohnya rapat lagi ni, orang-orang pesrta rapat yang lain belum datang dan di ruang itu hanya ada kita dan seorang pria sehingga kita harus menunggu peserta rapat lain datang di ruang itu. Dalam kondisi seperti itu, ya diakalin aja. Pintu ruang rapatnya dibuka (jangan ditutup) sehingga tidak menimbulkan kecurigaan orang lain. Sebenarnya kenapa hingga ber-khalwat ini tidak diperbolehkan adalah karena ada hadits yang menyebutkan bahwa jika kita berdua-duaan, maka yang ketiganya adalah setan. Setan dengan segala tipu dayanya ini menyerang manusia dari segala arah,

menipu manusia sehingga meihat seseorang yang di depannya terlihat begitu mempesona. Jadi, sebenarnya apa yang terlihat itu jadi mempesona. Disitulah letak bahaya ber-khalwat. Ada sebuah cerita dari ibunya. Cerita ini adalah kisah nyata teman ibunya yang seorang pria. Suatu saat pria ini sedang berbincang dengan seorang wanita teman kerjanya. Perbincangan ini menyangkut pekerjaan mereka. Entah kenapa dalam perbincangan yag memang hanya berdua itu, tiap kali sang pria melihat kepada sang wanita , dia merasa bahwa wanita itu begitu mempesona di matanya. Semakin dia melihat wanita itu, semakin dia merasa bahwa wanita itu menarik. Dia melihat sosok wanita itu sebagai seorang yang cantik dan energik. Mulailah terjadi dualisme dalam hatinya, membandingkan wanita itu dengan istrinya di rumah. Kemudian sembari meneruskan perbincangan itu, sang pria mulai membaca doa Al-Fatihah dan Ayat Kursi. Lama-lama dia mulai merasa bahwa wanita yang di hadapannya itu semakin biasa saja. Semakin dia membaca doa, wanita di hadapannya semakin terlihat biasa, tidak ada yang lebih dari wanita itu. Justru dia merasa bahwa istrinya jauh lebih cantik dan menarik. Sejak saat itu, sang pria percaya bahwa dalam kondisi berdua-duaan dengan lawan jenis, memang yang ketiganya ada setan. Intermezzo dikit y, waktu ibunya cerita itu, dalam imajinasiku aku membayangkan, si setan berteriak kepanasan karena dibacain ayat kursi. trus akhirnya pergi..haha.. Pernah ada cerita juga sih. Waktu itu aku dan seorang teman selesai solat di musholla kampus. Ketika kami keluar, di luar musholla ada sepasang cewek dan cowok ngobrol secara intens gitu, ga perlu mikir panjang, kami bisa menyimpulkan kalo mereka itu sepasang kekasih. Temanku yang memang agak keras, mulai jengkel melihat kedua orang itu. Ya masa' sih mau pacaran di depan musholla, ga enak banget diliatnya, katanya waktu itu. Aku sih cuma geli aja. Dan kami masih berpikiran sangat positif, mungkin aja mereka dah nikah (walopun sebenarnya kemungkinannya sangat kecil, soalnya ada peraturan dikampus, belum boleh nikah selama masih kuliah). Temenku itu sebenernya pengen negor, tapi ga enak juga. Akhirnya kami berdiri aja di deket dua orang itu, maksudnya biar mereka risih trus pergi dari situ, tapi ternyata kedua orang itu ga nyadar juga. Dah ditunggu sekian lama ga pergi-pergi juga. Akhirnya temenku itu inisiatif baca Ayat Kursi. Dia baca terus, ga berapa lama, sepasang kekasih itu pergi juga. Habis itu kami ngakak. Jadi mikir ternyata cara paling efektih ngusir orang lagi berduaan, dibacain Ayat Kursi. biar setannya ngabur..:D (intermezzo nya jadi kepanjangan y, balik ke topik lagi d..) Yang keempat ato yang terakhir adalah niat. Segala sesuatu itu bergantung pada niat. Rasulullah bersabda, " Sesungguhnya semua amal (ditentukan) dengan niat. Dan setiap orang mendapatkan (dari amal perbuatannya) apa yang diniatkan,. Barang siapa berhijrah kepada Allah dan Rasul Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan rasul Nya. Dan barang siapa berhijrajh untuk dunia yang akan didapat atau perempuan yang akan dinikahi, maka hijrahnya kepada apa yang dihijrai."(HR Bukhari). Begitu pula niat seorang wanita yang akan bekerja. Niatnya itu untuk apa. Apakah untuk mencukupi kebutuhan, untuk menggali potensi, atau hanya untuk melepaskan tanggung jawabnya di rumah. Apapun niatnya akan menimbulkan konsekuensi sendiri dan itu adalah pilihan bagi yang menjalaninya. Sedikit tambahan ni dari buku yang aku baca (judul bukunya Muslimah Karier, ditulis oleh Asyraf Muhammad Dawabah) tentang niat. Disitu ditulis bahwa muslimah karier tidak mendapat sesuatu dari karier dan amal perbuatannya kecuali apa yang diniatkan. Ada wanita karier yang niatnya bekerja adalah untuk memberi manfaat kepada dirinya, keluarganya, masyarakat, atau untuk menjaga dirinya dari hal yang dilarang. Namun, ada juga wanita yang berkarir dengan niat mencintai kehidupan dunia atau

menunjukkan reputasinya dan berjalan di belakang slogan-slogan Barat tentang emansipasi. Kedua niat tersebut secara lahiriah adalah sama, tetapi secara susbtansi adalah berbeda. Niat yang pertama amal perbuatan wanita tersebut dapat menjadi sempurna dengan sambutan yang luas, sebab ketaatan dan pendekatan dirinya kepada Allah SWT. Dan pekerjaannya itu akan bernilai ibadah dan jihad di sisi Allah serta berhak mendapat pahala di dunia dan akhirat. Sedangkan untuk niat yang kedua yang disusupi motif duniawi, amal perbuatannya menjadi sia-sia. Jangankan mendapat pahala di akhirat, pahala di dunia pun tak dapat. Jadi menurutku, niat ini sangat penting. Apa sih mau kita dapet dari bekerja. Sekedar harta duniawi atau pahala dunia akhirat. Itu tadi keempat syarat wanita diperbilehkan berkarir. Namun, ada poin penting yang juga harus dipahami setiap wanita yang berkarir, yaitu profesionalitas dan proporsionalitas. Ini berhubungan dengan kodratnya wanita yang berperan sebagai ibu rumah tangga. Yang dimaksud profesionalitas disini disini adalah wanita karir harus professional, professional ketika di kantor dan professional ketika di rumah. Ketika di kantor dia adalah karyawati, maka professional lah ketika ada dikantor. Ketika di rumah, dia adalah istri dan ibu, maka harus professional juga menjalani profesi itu. Kemudian proporsionalitas ini juga harus diperhatikan. Membagi waktu antara karir dan keluarga dengan proporsi yang tepat. Jangan sampai lah membawa pekerjaan ke rumah. Karena di rumah adalah waktu untuk keluarga. Mau sedikit cerita ni, ga jauh-jauh, tentang keluargaku. Mama adalah seorang wanita karir. Menurut pandangan kakaknya mama (budeku), mama ini adalah wanita karir yang sukses. Ketika di kantor, beliau bekerja dengan sebaik-baiknya, tetapi ketika di rumah, beliau pun akan berperan sebagai istri dan ibu yang baik, ketika aku dan adek masih kecil, kami punya pembantu. Jadi ketika mama dan papa pergi kerja ada mbak yang jagain kami (walaupun kami juga dititipin di tempat eyang). Pagi sebelum berangkat kantor, mama udah mandiin dan nyuapin kami makan. Mama berangkat kantor, kami dah beres. Pulang kantor, yang ngurus kami ya mama. Mbak itu cuma jagain kami aja selama mama kerja. Selama mama di rumah, urusan rumah ya urusan mama. Jadi tugas mbak itu ya bener-bener cuma membantu aja. Sekarang kami dah gede, kami dah ga punya pembantu. tugas-tugas rumah dibagi berempat. Tapi itu juga sebelum kami keluar rumah. Sekarang di rumah tinggal berdua, mama dan papa, tugas rumah ya dibagi berdua. Aku pikir itu kerja sama yang bagus antara suami dan istri. Selama ini orang kadang salah berpikir (ini kata ibunya juga) kalau pekerjaan rumah tangga hanyalah kewajiban istri. Padahal sebenernya pekerjaan runah tangga itu ya kerjaan bersama. Jadi inget kata mbak mentor waktu kasih materi tentang munakahat. Yang dimaksud memberi nafkah adalah mencukupi segala kebutuhan istri. Kebutuhan itu kan termasuk kebutuhan makan dan mencuci pakaian. Kalo merujuk pada arti memberi nafkah itu berarti seharusnya suami itu berkewajiban juga memberi makan buat istrinya (dengan kata lain masakin juga buat istrinya..:p). kesimpulannya, menurut pandanganku, memang mama ini wanita karir yang sukses. Di kantor beliau sukses, di rumah juga sukses (semoga kelak aku bisa sesukses mamaku ini ^^). http://annisaningrum.blogspot.com/2010/05/peran-wanita-karir-menurutsudut.html.24 maret 2011 Secara definisi wanita karir bermakna (a) seorang wanita yang menjadikan karir atau pekerjaannya secara serius; (b) perempuan yang memiliki karir atau yang

menganggap kehidupan kerjanya dengan serius (mengalahkan sisi-sisi kehidupan yang lain). Ekonomi merupakan kebutuhan dasar manusia dan itu diakui secara universal . Quran secara eksplisit memerintahkan kita untuk rajin bekerja sepanjang hari dalam seminggu tanpa mengenal hari libur, tentu saja dengan tanpa melupkan ibadah harian yang diwajibkan seperti shalat (QS Al Jumah 62 :9). Pada masa Rasulullah sendiri, ada banyak wanita yang juga dikenal sebagai wanita karir. Siti Khadijah, istri Nabi, adalah satu di antaranya. Namun demikian, kita semua tahu bahwa ekonomi bukanlah satu-satunya tujuan kita hidup di dunia. Pada kenyataannya ekonomi hanyalah sarana untuk menopang sisi-sisi kehidupan yang lain. Sisi-sisi kehidupan yang dimaksud antara lain adalah membentuk keluarga sakinah (QS Ar Rum 30:21). Keluarga adalah tiang utama kehidupan. Karena dari situ sebuah komunitas, peradaban dan budaya dibangun. Islam adalah agama yang menitikberatkan pada soliditas dan kekompakan kolektif masyarakat. Akan tetapi kekompakan kolektif tidak dapat terbangun tanpa adanya kekuatan individual pada anggota masyarakat; pada setiap keluarga; pada setiap orang dalam keluarga itu. Di sinilah peran pilar utama keluarga ayah dan ibumutlak diperlukan. Untuk membentuk keluarga sakinah, sebagai unsur pokok dari masyarakat yang progresif dan Islami, setidaknya dua faktor berikut perlu diperhatikan: Pertama, pendidikan anak secara berkesinambungan. Pendidikan yang utama tentu saja di rumah. Bukan di sekolah formal. Khususnya menyangkut pendidikan karakter. Di sini peran orang tua, terutama ibu, sangat dominan. Keluarga broken home (tidak sakinah) umumnya timbul dari minimnya peran ibu baik karena kesibukan bekerja atau minimnya pengetahuan dan wawasan. Kedua, pengawasan terhadap perilaku sosial anak di luar rumah. Kurangnya pengawasan dengan siapa anak bergaul akan sangat berbahaya khususnya dewasa ini di mana berbagai bentuk ancaman kejahatan sibuk mencari kesempatan untuk merusak kehidupan kita. *** Menjadi wanita karir konvensional dalam arti wanita yang bekerja di luar rumah dan meniti karir sampai puncak adalah mudah. Asal memiliki kecakapan yang cukup plus kemampuan lobi yang baik, tujuan itu akan tercapai. Tetapi menjadi wanita karir non-konvensional, yang menjalankan bisnis dari dan berkantor di rumah demi menjaga keseimbangan ecosistem keluarga dan pendidikan anak adalah sulit terutama bagi wanita yang punya kecenderungan exibitionist. Tapi mudah bagi kalangan wanita yang lebih mementingkan hasil kolektif dari pada penampakan ego pribadi.

Dalam Islam yang ditekankan bukanlah memamerkan siapa yang berperan paling banyak, tetapi peran maksimal apa yang dapat kita berikan. Bahwa peran kita kemudian diakui atau tidak, tidaklah begitu penting.[ http://afatih.wordpress.com/2008/07/30/wanita-karir/24-3-2011 Perempuan telah membuat kemajuan cukup cepat di bidang pendidikan dan partisipasi kerja. Indikator sosial dan ekonomi mereka semakin menunjukkan perbaikan luar biasa waktu demi waktu. Penyempitan gap gender ini nantinya akan mengarah pada peningkatan kekerasan pada perempuan, setidaknya dalam jangka pendek. Oleh karena itu, kita hendaknya dapat mengontrol beberapa konsekuensi dari pemberdayaan gender, khususnya disfungsional keluarga dan hubungan rumah tangga. Bagaimana membantu kaum pria merubah pola pikir yang ada agar kemajuan perempuan tidak harus dibayar mahal tampaknya memerlukan perhatian lebih. Imej umum lelaki adalah sebagai sosok pencari nafkah yang kuat dan gigih. Dan perempuan digambarkan sebagai ibu rumah tangga yang menunggu dengan setia kepulangan suami dari tempat kerja. Pria sering terjebak dalam imej sebagai pencari nafkah dan ongkos psikologis dari kegagalan memenuhi peran ini dapat luar biasa. Apa yang terjadi apabila peran gender yang sudah mentradisi ini di redifinisi kembali, khususnya di lingkungan kelas menengah ke atas, yang sering ditimbulkan oleh kebutuhan dan tantangan ekonomi baru? Perempuan sebagai tenaga kerja disukai karena kesediaan mereka melakukan pekerjaan dengan gaji lebih rendah, adanya komitmen dan rasa tanggung jawab serta cocoknya pada sejumlah pekerjaan tertentu. Gerakan kaum feminis dan munculnya sejumlah role model telah membantu memicu bangkitnya wanita profesional kelas menengah, yang sukses berkarir dan pada waktu yang sama berhasil sebagai ibu rumah tangga. Kalangan wanita sukses ini terkadang menyembunyikan rasa tertekan mereka dalam mengemban dua macam tanggung jawab. Tetapi apa yang akan terjadi saat pembalikan peran rumah tangga terjadi dan perempuan menjadi pencari nafkah? Seorang rekan saya yang baru lulus S2 Hukum di India dan sukses sebagai konsultan hukum di perusahaan terkenal di Jakarta mengatakan, Saya lebih memilih bekerja dan karir saya diapresiasi suami kendati suami saya sukses, dari pada hanya berperan sebagai ibu rumah tangga. Dengan semakin meningkatnya jumlah perempuan menempati lapangan kerja, maka sedikitnya akan muncul empat probabilitas tantangan imajiner sosial ke depan. Pertama, wanita A akan menjalani beban ganda sebagai pencari nafkah dan pengatur rumah tangga sedang suami tidak berperan apa-apa. Sang suami menolak menjadi bapak rumah tangga kendati sang istri bekerja keras sepanjang hari. Akhirnya mereka berpisah tetapi membiarkan pintu tetap terbuka untuk rujuk kembali suatu hari nanti. Kedua, perempuan B menikah secara tergesa alias cinta monyet. Istri kemudian menyadari bahwa mereka secara intelektual maupun emosional tidak serasi. Sementara itu, dua anak telah lahir dan karena itu sang istri mempertahankan perkawinan. Dia mengambil langkah berani dengan tetap bekerja mencari nafkah keluarga dan sekaligus meneruskan tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga. Dari

waktu ke waktu, sang istri ingin keluar dari wahana perkawinan, tetapi karena tak ada dukungan, tetap melanjutkan mahligai rumah tangga. Uang tidak menjadi masalah tetapi sang suami cemburu pada pekerjaan istri, independensinya, fakta bahwa istri mencapai keberhasilan yang tak bisa dia raih. Haruskah istri menceraikannya? Ketiga, perempuan C dan suaminya menikah berdasarkan cinta. Keduanya profesional. Tetapi lama kelamaan sang suami cemburu melihat istrinya yang lebih berbakat dan sukses. Suatu hari, suami stress dan mengusir istri, dengan anak kecil yang tidur di sampingnya. Sang istri pun menjadi single parent, bekerja dan memelihara anak. Haruskah dia berekonsiliasi dan kembali ke sang suami? Perempuan D melakukan hubungan gelap dengan kolega kerjanya dan ketika suami mengetahuinya, maka dia pun menceraikannya. Sang istri meminta maaf dengan beralasan di luar kesengajaan dan memohon untuk rujuk. Haruskah suami rujuk kembali, kendati kelelakiannya tertantang dan menjadi rendah di mata dunia? Kasus ketiga itu sudah umum terjadi. Dr. Shirley Glass, seorang psikolog Amerika dan pakar soal perselingkuhan dalam bukunya Not Just Friends: Protect Your Relationship From Infidelity and Heal the Trauma of Betrayal memberikan data survei menarik. Menurut Glass: Selama dua dekade pengalaman prakteknya sebagai psikolog diketahui ada 46 persen istri dan 62 persen suami yang telah melakukan perselingkuhan dengan kolega kerja. Dan menariknya, perselingkuhan yang dilakukan kalangan istri justru meningkat secara signifikan dari 1982 sampai 1990, 38 persen istri melakukan perselingkuhan dengan rekan kantor berbanding dengan 50 persen jumlah istri tidak setia dari tahun 1991 sampai 2000. Di Indonesia, menurut data stastistik dari Direktorat Jendral Pembinaan Peradilan Agama Tahun 2005 lalu, misalnya, ada 13.779 kasus perceraian yang bisa dikategorikan akibat selingkuh; 9.071 karena gangguan orang ketiga, dan 4.708 akibat cemburu. Persentasenya mencapai 9,16 % dari 150.395 kasus perceraian tahun 2005 atau 13.779 kasus. Alhasil ,dari 10 keluarga yang bercerai , 1 diantaranya karena selingkuh. Rata-rata , setiap 2 jam ada tiga pasang suami istri bercerai gara-gara selingkuh. *** Kajian tentang maskulinitas, sebuah area riset paralel yang berkembang sebagai respons pada kajian perempuan, perlu dilakukan untuk mengeksplorasi isu-isu seputar keluarga di mana pasangan seperti yang tersebut di atas terperangkap. Suami dapat saja disalahkan sebagai pemukul istri, pelaku kekerasan rumah tangga dan terror. Tetapi, apa yang membuatnya demikian? Dalam kasus pertama, akankah ibu rumah tangga yang tidak bekerja (dan terkadang tidak mendukung) didepak dari rumah? Di sini masyarakat akan dengan cepat mengatakan bahwa sang suami yang kejam telah meninggalkan istrinya. Pada kasus

kedua, suami mengalami rasa minder karena dia tidak memiliki kapasitas intelektual dan kecakapan seperti istrinya untuk berkembang dan mulai menderita kecenderungan depresi. Dalam kasus ketiga, akankah sang istri yang memahami keadaan suaminya seperti itu karena dia tumbuh dalam kondisi keluarga yang disfungsional, mencoba pendekatan yang lebih halus? Apakah sang suami dalam contoh terakhir menyadari bahwa dia hanya korban dari pembalikan peran (reversal role)selama ini perempuan biasanya selalu dalam posisi dikhianatidan rela menerima kembali istrinya apabila sang istri hendak rujuk? Sementara kita memfokuskan emansipasi untuk perempuan, kita juga perlu mengembangkan bentuk baru maskulinitas yang akan memungkinkan kaum lelaki beradaptasi terhadap realitas baru perempuan. Untuk itu, diperlukan usaha keras masyarakat yang dapat berlaku adil baik pada lelaki dan perempuan http://afatih.wordpress.com/2007/09/10/karir-dan-selingkuh/ Pemandangan yang kita lihat pada pagi hari, para wanita dengan pakaian rapi pergi menenteng tas untuk menuju ke tempat kerja mereka masing-masing, sudah tidak asing lagi di segenap penjuru negri ini. Wanita karier itulah istilah yang mereka sandang. Kayaknya hal ini adalah sesuatu yang sangat lazim dan wajar sehingga tidak perlu dibahas dan dipermasalahkan, namun betapa banyak sebuah kewajaran ini hanya jalaran songko kulino (jawa: karena itulah kebiasaan yang ada). Padahal banyak sesuatu yang dianggap biasa oleh masyarakat sebenarnya adalah sesuatu yang jelas-jelas diharamkan. Ambil misal membuka rambut bagi wanita di luar rumah di sebagian daerah adalah sesuatu yang sangat wajar, padahal juga sangat jelas haramnya. Benarlah Alloh Taala tatkala berfirman (yang artinya): Jika engkau mengikuti kebanyakan manusia di muka bumi, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Alloh. (QS. Al Anam : 116) Dari sini saya mengajak segenap wanita muminah, yang meyakini Alloh sebagai Tuhannya, Muhammad shallallahu alaihi wa sallamn dan As Sunah dengan pemahaman para ulama kita. Wallahul Muwaffiq Rumah istana kaum wanita Di antara keagungan syariat islam adalah menempatkan segala sesuatu pada tempatnya yang sesuai. Ulama diperintah untuk menasehati dan menjawab pertanyaan ummat dengan ilmu, orang awam diperintah untuk bertanya dan belajar, Orang tua disuruh mendidik anaknya dengan baik, anak disuruh berbakti pada keduanya, Suami diwajibkan untuk membimbing istrinya pada jalan kebaikan sedang istri diwajibkan mentaatinya. Dan lain sebagianya. Begitu pula dengan hal dunia lakilaki dan wanita, maka islam menjadikan laki-laki diluar rumah untuk mencari nafkah bagi keluarganya, sebagaimana sabda Rosululloh :

Dan hak para istri atas kalian (suami) agar kalian memberi mereka nafkah dan pakaian dengan cara yang maruf. (HR. Muslim 1218) disisi lainnya, tempat wanita dijadikan didalam rumah untuk mengurusi anak, mendidiknya, mempersiapkan keperluan suami serta urusan rumah tangga dan lainnya. Rosululloh shallallahu alaihi wa sallam menggambarkan hal ini dalam sabdanya yang mulia :

Dan wanita adalah pemimpin dirmah suaminya dan dia akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. (HR. Bukhori 1/304 Muslim 3/1459) Ada banyak ayat maupun hadits Rosululloh shallallahu alaihi wa sallam yang menunjukkan akan hal ini. Namun cukup saya sebutkan beberapa diantaranya, yaitu : Firman Alloh Taala : Dan hendaklah kamu tetap dirumah-rumah kalian dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu. (QS Al Ahzab : 33) Juga sabda Rosululloh shallallahu alaihi wa sallam :

, : Dari Abdulloh bin Masud radhiyallahu anhu dari Rosululloh shallallahu alaihi wa sallam bersabda : Wanita itu aurot, apabila dia keluar maka akan dibanggakan oleh setan. (HR. Turmudli 1173 berkata Hasan Shohih ghorib, Ibnu Khuzaimah 3/95, Thobroni dalam Al Kabir 10015) Menguatkan ini semua perintah Rosululloh shallallahu alaihi wa sallam pada para wanita untuk sholat fardlu dirumah, meskipun dia tinggal dikota Madinah yang mana sholat dimasjid nabawi sama dengan 1000 sholat dimasjid lainnya selain masjidil haram. Dari Ummu Humaid As Saidiyah radhiyallahu anha sesungguhnya beliau datang kepada Rosululloh shallallahu alaihi wa sallam, lalu berkata : Wahai Rosululloh, sesunguhnya saya ingin sholat bersamamu. Maka beliau menjawab : Saya tahu bahwasannya kamu ingin sholat bersamaku, akan tetapi sholatmu di kamar yang khusus bagimu lebih baik daripada kamu sholat di bagian lain dari rumahmu, dan sholatmu dirumahmu lebih baik daripada

kamu sholat di masid kampungmu, dan sholatmu di masjid kampungmu lebih baik daripada kamu sholat di masjidku ini. (HR. Ahmad 5/198/1337, Ibnu Khuzaimah 3/95/1689 dengn sanad hasan) Wanita Boleh Keluar Rumah Namun hal diatas tidak melazimkan keharaman wanita keluar rumahnya kalau memng ada sebuah keperluan yang harus dikerjakan diluar rumah, meskipun seandainya dia tetap didalam rumahnya maka itulah yang jauh lebih baik.

Dari Aisyah radhiyallahu anha, ia berkata : Saudah keluar rumah untuk menunaikan suatu keperluan setelah turunnya ayat hijab, dan beliau itu adalah seoang wanita yang gemuk, sehinga tidak lagi samar bagi yang pernah mengenalnya, Maka Umar bin Khothob mengetahuinya, lalu diapun berkata : Wahai Saudah, Demi Alloh engkau tidak lagi samar bagi kami, maka perhatikanlah lagi bagaimana keadaanmu saat engkau keluar. Maka Saudah pun langsung balik pulang. Saat itu Rosululloh berada dalam rumahku sedang makan malam, dan saat itu beliau sedang memegang makanan, maka Saudah pun masuk lalu berkata : Wahai Rosululloh, saya keluar untuk menunaikan sebagian keperluanku, namun Umar berkata begini begitu. Maka Alloh pun mewahyukan kepada beliau, lalu bersabda : Sesungguhnya telah diizinkan bagi kalian keluar rumah untuk sebuah keperluan. (HR. Bukhori 8/528, Muslim 2170)

Apabila Wanita Keluar Rumah Namun apabila wanita keluar dari rumahnya, wajib baginya untuk beradab sesuai dengan ketentuan syariat islam yang suci, diantaranya : 1.Berpakaian yang syarI1 Firman Alloh Taala : Hai Nabi, Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mumin Hendaknya mereka menjulurkan pakaiannya keseluruh tubuh mereka yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenali, karena itu mereka tidak diganggu. (QS. Al Ahzab : 59) 2.Tidak memakai parfum

Dari Abu Musa Al Asyari dari Rosululloh shallallahu alaihi wa sallam bersabda : Wanita mana saja yang memakai parfum , lalu lewat pada sebuah kaum untuk dicium baunya maka dia adalah wanita pezina. (HR. Ahmad 4/414, Abu Dawud 4173, Turmudzi 2786, NasaI 8/153 dengan sanad hasan) Dan larangan ini pun tetap berlaku meskipun wanita itu ingin pergi ke masjid untuk mengerjalan sholat berjamaah, lalu bagaimana dengan lainnya ???

Dari Abu Huroiroh radhiyallahu anhu berkata : Rosululloh shallallahu alaihi wa sallam bersabda : Wanita mana saja yang memakai minyak wangi, maka jangan ikut sholat isya berjamaah bersama kami. (HR. Muslim 2/85) 3. Tidak berdandan ala jahiliyah Firman Alloh Taala : Dan hendaklah kamu tetap dirumah-rumah kalian dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu. (QS Al Ahzab : 33) 4.Menundukkan pandangan Firman Alloh : Dan katakanlah pada wanita-wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan dari sebagian pandangannya dan memelihara kemaluannya. (QS. An Nur : 31) 5.Berlaku sopan sehingga tidak menimbulkan fitnah, baik dalam gaya jalan, suara atau lainnya. Perhatikanlah firman Alloh Taala : Jika kamu (Para wanita) bertaqwa, maka janganlah kamu lembutkan dalam berbicara sehingga berkeinginnan orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah ucapan yang baik. (QS. Al Ahzab : 33) juga firman Nya :

Dan janganlah mereka (Wanita) memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. (QS. An Nur : 31) Ini semua bukanlah untuk sebuah pengekangan pada kebebasan kaum wanita sebagaimana yang banyak digemborkan oleh sebagian kalangan- namun ini adalah untuk menjaga kehormatan wanita dari penghinaan dan pelecehan. Karena mau tidak mau harus diakui bahwa wanita adalah fitnah dunia yang paling besar. Rosululloh shallallahu alaihi wa sallam bersabda :

: : Dari Usamah bin Zaid radhiyallahu anhu dari Rosululloh shallallahu alaihi wa sallam bersabda : Tidaklah aku tinggalkan sepeniggalkku fitnah yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki melainkan para wanita. (HR. Bukhori Muslim) Wanita Karir dalam Tinjauan Syari Berangkat dari hal diatas bahwa pada dasarnya tugas wanita adalah mengurusi rumah tangga suaminya dan dia harus tetap didalam rumahnya kecuali kalau ada sebuah keperluan untuk keluar, dan apabila keluar rumah harus sesuai dengan ketentuan syari baik dalam hal pakaian maupun lainnya, maka hukum wanita karier bisa dibagi menjadi dua : Kariernya di luar rumah Pada dasarnya hukum karier wanita di luar rumah adalah terlarang, karena dengan bekerja diluar rumah maka akan ada banyak kewajiban dia yang harus ditinggalkan. Misalnya melayani keperluan suami, mengurusi dan mendidik anak serta hal lainnya yang menjadi tugas dan kewajiban seorang istri dan ibu. Padahal semua kewajiban ini sangat melelahkan yang membutuhkan perhatian khusus. Semua kewajiban ini tidak mungkin terpenuhi kecuali kalau seorang wanita tersebut memberi perhatian khusus padanya. (Lihat Al Mufashol Fi Ahkamil Marah Oleh Syaikh Abdul Karim Zaidan 4/265) Kapan Wanita Berkarir di luar Rumah? Namun kalau memang ada sesuatu yang sangat mendesak untuk berkariernya wanita diluar rumah maka hal ini diperbolehkan. Namun harus difahami bahwa sebuah kebutuhan yang mendesak ini harus ditentukan dengan kadarnya yang sesuai sebagaimana sebuah kaedah fiqhiyah yang masyhur. Dan kebutuhan yang mendesak ini misalnya :

1.Rumah tangga memerlukan kebutuhan pokok yang mengharuskan wanita bekerja,

Misalnya karena suaminya atau orang tuanya meninggal dunia atau keluarganya sudah tidak bisa memberi nafkah karena sakit atau lainnya, sedangkan negara tidak memberikan jaminan pada keluarga semacam mereka. Lihatlah kisah yang difirmankan Alloh dalam surat Al Qoshosh 23,24 :

Dan tatkala Musa sampai di sumber air negeri Madyan, ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan ternaknya, dan ia menjumpai dibelakang orang yang banyak itu dua orang wanita yang sedang menambat ternaknya. Musa berkata : Apa maksud kalian berbuat demikian ? Kedua wanita itu menjawab : Kami tidak dapat meminumkan ternak kami sebelum penggembala-pengembala itu memulangkan ternaknya, sedang bapak kami adalah orang tua yang telah berumur lanjut, Maka Musa memberi minum ternak itu untuk menolong keduanya. Kemudian ia kembali ketempat yang teduh lalu berdoa : Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku. Kemudian datang kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu, berjalan dengan penuh rasa malu, ia berkata : Sesungguhnya bapakku memanggil kamu untuk memberi balasan terhadap kebaikanmu memberi minum ternak kami. Perhatikanlah perkataan kedua wanita tadi : Sedang bapak kami adalah orang tua yang telah berumur lanjut. Ini menunjukkan bahwa keduanya melakukan perbuatan tersebut karena terpaksa, disebabkan orang tuanya sudah lanjut dan tidak bisa melaksanakan tugas tersebut. (Lihat Tafsir Al Alusi 20/59)

2.Tenaga wanita tersebut dibutuhkan oleh masyarakat, dan perkerjaan tersebut tidak bisa dilakukan oleh laki-laki Hal yang menunjukkan hal ini adalah bahwa di zaman Rosululloh ada para wanita yang bertugas membantu kelahiran, semacam dukun bayi atau bidan pada saat ini. Juga saat itu ada wanita yang mengkhitan anak-anak wanita. Dan yang dhohir bahwa perkerjaan ini mereka lakukan diluar rumah (Lihat Al Mufashol 4/273) Pada zaman ini bisa saya tambahkan yaitu dokter wanita spesialis kandungan, perawat saat bersalin, tenaga pengajar yang khusus mengajar wanita dan yang sejenisnya.

Diantara pekerjaan wanita yang ada pada zaman Rosululloh adalah apa yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik radhiyallahu anhu berkata : Rosululloh shallallahu alaihi wa sallam berperang bersama Ummu Sulaim dan beberapa wanita anshor, maka mereka memberi minum dan mengobati orang yang terluka. (HR. Muslim 12/188)

Syarat wanita berkarer diluar rumah

Apabila ada keperluan bagi seorang wanita untuk bekerja keluar rumah maka da harus memenuhi beberapa ketentuan syarI agar kariernya tidak menjadi perkerjaan yang haram. Syarat-syarat itu adaah : 1.Memenuhi adab keluarnya wanita dari rumahnya baik dalam hal pakaian ataupun lainnya sebagaimana diatas 2.Mendapat izin dari suami atau walinya. Karena suami mempunyai hak terhadap istrinya untuk tidak memperbolehkannya keluar untuk bekerja. Bagaimana tidak, padahal untuk pergi sholat berjamaah ke masjid harus minta izin terlebih dahulu.

3.Pekerjaan tersebut tidak ada kholwat dan ikhtilat (Campur baur) antara laki-laki dan wanita yang bukan mahram. Sebagaimana firman Alloh Taala : Dan apabila kalian meminta pada mereka sebuah keperluan, maka mintalah dari balik hijab. (QS. Al Ahzab : 53)

Juga sabda Rosululloh shallallahu alaihi wa sallam :

Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan dengan wanita kecuali bersama mahramnya. (HR. Bukhori Muslim) 4.Tidak menimbulkan fitnah

Rosululloh shallallahu alaihi wa sallam bersabda :

Hati-hatilah pada dunia dan hati-hatiah pada wanita karena fitnah pertama bagi Bani Isroil adalah karena wanita. (HR. Ahmad 11112 dengan sanad shohih) 5.Tetap bisa mengerjakan kewajibannya sebagai ibu dan istri bagi keluarganya,

karena itulah kewajibannya yang asasi.

Dari beberapa kreteria di atas, kayaknya sulit kita menemukan karier wanita yang ada saat ini bisa memenuhi ketentuan tesebut kecuali sangat sedikit sekali. Bahkan yang banyak kita saksikan adalah bahwa setiap karier wanita saat ini baik dikantor, pabrik, sales atau lainnya penuh dengan ikhtilat, pakaian yang tidak syarI dan banyak menimbulkan fitnah. Oleh karena itu, wahai kaum wanita muminah, bertaqwalah

pada Alloh, takutlah pada adzab Nya yang pedih, janganlah hanya karena beberapa keping uang engkau rela menerjang larangan Alloh dan Rosul Nya. Padahal sebenarnya banyak dari kalangan wanita karier tersebut bukan karena kebutuhan yang mendesak atau karena sebab syari lainnya namun mungkin hanya karena mengejar ambisi dunia. (Lihat Al Jami Fi Ahkamin Nisa oleh Syaikh Al Adawi 4/363) Karier wanita di dalam rumah Adapun kalau karier wanita itu dikerjakan didalam rumahnya sendiri, seperti menjahit atau usaha lainnya yang bisa dikerjakan dirumah, yang akan terbebas dari kholwat, ikhtilat, fitnah dan lainnya, maka hukum asalnya adalah boleh dengan catatan bahwa pekerjaan itu tidak membuatnya melakukan kewajiban asasinya yaitu menunaikan hak suami dan anak-anaknya. (Lihtat Al Mufashol 4/275)

Bahaya karier bagi wanita dan masyarakat Semua perkara yang diperintahkan oleh Alloh dan Rosul Nya pasti mengandung hikmah yang sangat agung, begitu pula segala yang dilarang Nya pasti mengandung bahasa yang sangat besar, hanya terkadang banyak orang yang tidak mengetahuinya.

Berkata Imam Abdul Aziz bin Baz : Sesungguhnya propaganda untuk terjunnnya wanita dalam lapangan pekerjaan yang menyebabkan banyaknya ikhtilat baik secara langsung ataupun tidak dengan dalih bahwa ini adalah tuntuan hidup modern adalah sesuatu yang sangat membahayakan yang akan menimbulkan efek yang sangat fatal sekali, disamping bahwa hal ini bertentangan dengan sejumlah nash-nash syarI yang memerintahkan wanita untuk tetap tinggal dirumahnya dan mengerjakan pekerjaan khusus baginya.. (Lihat Ats Tsimar Al Yaniah oeh Syaikh Al Jarulloh hal : 322) Diantara dampak negatif itu adalah : a. Pengaruhnya terhadap harga diri dan kepribadian wanita Banyak perkerjaan saat ini yang apabila diteruni oleh kaum wanita akan mengeluarkanya dari kodrat kewanitaannya, menghilangkan rasa malunya dan mencabutnya dari kefeminimannnya.

b. Pengaruhnya pada anak di antara pengaruh negatif bekerjanya wanita diluar rumah bagi anak adalah :

1. Anak tidak atau kurang menerima kasih sayang, lembut belaian dari sang ibu, padahal anak sangat membutuhkannya untuk pengembangan kejiwaannya. 2. Seringnya wanita karier tidak bisa menyusui anaknya secara sempurna, dan ini juga berbahaya bagi si anak

3. Membiarkan anak dirumah tanpa ada yang mengawasi atau hanya diawasi oleh baby sister akan berakibat buruk. c. Pengaruhnya ada hak suami Seorang istri yang pagi pergi kerja lalu sore pulang, maka sampai rumah ia akan tinggal melepas lelah. Lalu tatkala suaminya pulang dari kerja maka dia tidak akan bisa memenuhi tugasnya sebagai seorang istri. Jarang atau bahkan tidak ada orang yang mampu memenuhi tugas tersebut sekaligus

d. Pengaruhnya pada masyarakat dan perekonomian nasional Masuknya wanita dalam lapangan pekerjaan banyak mengambil bagian laki-laki yang seharusnya bisa mendapatkan pekerjaan, namun terpaksa tidak menemukannya karena sudah diambil alih oleh kaum wanita. Hal ini akan meningkatkan jumlah pengangguran yang akan berakibat pada tindak kriminalitas. (Lihat Fatwa Syaikh bin Baz sebagaimana dalam Ats Tsimat Al Yani;ah hal 322-321, Ekonomi rumah tangga muslim DR. Husein Syahatah hal 153-163, Masuliyatul Marah Al Muslimah hal : 80)

Fatwa ulama seputar karier wanita Syaikh Abdul Aziz bin Baz pernah ditanya : Apa pendapat islam tentang wanita yang bekerja dan keluar dengan mengenakan pakaiannya seperti yang kita lihat dijalan-jalan, sekolah dan rumah serta pekerjaan wanita pedesaan dengan suaminya di ladang menurut islam ? Jawab Syaikh : Tidak diragukan lagi bahwa islam memuliakan wanita, memeliharanya, menjaganya dari manusia yang jahat. Dan menjaga hakhaknya, mengangkat kedudukannya dan menjadikannya partner laki-laki dalam warisan serta mewajibkan wali untuk minta izinnya dalam pernikahan.

Islam juga memberikan hak penuh kepadanya untuk mengurusi hartanya apabila ia berakal. Dan mewajibkan suaminya untuk memberikan hak-haknya yang banyak, mewajibkan kepada bapaknya dan keluarganya untuk memberinya nafkah ketika ia membutuhkan.

Islam juga mewajibkannya untuk menutup diri dari pandangan orang lain agar tidak menjadi barang murahan sebagaimana firman Nya :

Hai Nabi, Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mumin Hendaknya mereka menjulurkan pakaiannya keseluruh tubuh mereka yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenali, karena itu mereka tidak diganggu. (QS. Al Ahzab : 59)

Alloh juga berfirman :

Dan hendaklah kalian tetap dirumah-rumah kalian dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seperti orag-orang jahiliyah yang dahulu. (QS Al Ahzab : 33) Dalam ayat ini Alloh memerintahkan wanita untuk selalu konsisiten berada dirumah karena keluarnya banyak menimbulkan fitnah. Dan dalil syara telah menunjukkan bahwa dibolehkannya keluar untuk suatu keperluan dengan menggunakan hijab serta menjauhi perhiasan, tetapi keberadaannya dirumah adalah hukum asal yang lebih baik untuknya dan lebih sesuai serta lebih jauh dari fitnah.

Adapun pekerjaan wanita dengan suaminya diladang atau pabrik atau rumah maka tidak ada dosa baginya, dan demikian juga apabila ia bersama dengan mahramnya, yang tidak terdapat didalamnya orang lain sebagaimana hukum pekerjaannya bersama wania-wanita lainnya. Pekerjaan yang diharamkan baginya hanyalah pekerjaan yang dilakukan dengan orang laki-laki yang bukan mahramnya, karena hal itu bisa mendatangkan kerusakan dan firnah yang besar. (Majmu Fatwa Wa Maqolat Mutanawwiah 4/308 dengan ringkas)

Penutup Di penghujung tulisan ini, saya nukil penutup fatwa Syaikh Bin Baz tentang wanita karier : Kesimpulannya, Bahwasannya menetapnya wanita di rumah untuk mengerjakan tugas kewanitaannya setelah dia mengerajakan kewajibannya pada Alloh adalah suatu hal yang sesuai dengan fithroh dan kodratnya. Hal ini akan menyebabkan kebaikan baik bagi pribadinya sendiri, masyarakat maupun pada generasi yang akan datang. Dan kalau masih mempunyai keluangan waktu maka bisa digunakan untuk bekerja yang sesuai dengan kodrat kewanitaan seperti mengajar wanita, mengobati dan merawat mereka serta perkerjaan lain yang semisalnya. Ini semua sudah cukup menyibukkan bagi seorang wanita dan akan bisa membantu kaum laki-laki dalam meningkatkan kesejahteraan bersama. Jangan lupa peran ummahatul muminin (istri-istri Nabi-ed)yang mana mereka mengajarkan kebaikan pada ummat ini, namun tetap disertai dengan hijab dan tidak bercampur dengan laki-laki. Hanya kepada Alloh lah kita memohon semoga Dia menunjukkan semuanya untuk bisa menunaikan tugas dan kewajibannya masing-masing, dan semoga Alloh menjaga semuanya dari fitnah dan segala tipu daya setan. http://ahmadsabiq.com/2009/11/30/wanita-karir/