wanita dewasa
DESCRIPTION
psikologiTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa dewasa merupakan rentangan kehidupan manusia yang paling panjang
dibanding dengan masa anak-anak atau remaja. Boleh dikatakan ¾ rentangan
kehidupan manusia adalah masa dewasa dan ¼ sisanya sebagai anak-anak dan
remaja.
Dewasa dalam tinjauan umum, termasuk dalam tinjauan psikologi adalah
sempurnanya pertumbuhan fisik dan mental seseorang. Pertumbuhan fisik yang
normal mudah diketahui karena dapat dilihat oleh panca indra. Akan tetapi
pertumbuhan mental yang sempurna dan matang merupakan hal yang berbeda.
Dewasa secara mental dapat dilihat dari sikap yang matang dan rasional serta
tidak emosional dalam membuat penilaian, dalam bersikap, dalam mengatasi suatu
masalah diri sendiri maupun persoalan orang lain. Kalau pertumbuhan fisik akan
berhenti pada usia sekitar 20-an tahun, maka kedewasaan adalah proses yang
berkembang dalam waktu lama. Oleh karena itu, dewasa secara fisik dan umur belum
menjamin seseorang menjadi dewasa secara mental, pola pikir dan pola sikap.
Pada wanita dewasa, umumnya mereka mengharapkan kehamilan. Seorang
wanita akan merasa bangga apabila mempunyai anak, melahirkan secara normal dan
melewati masa nifas berjalan dengan bahagia dan selamat. Agar sehat dan bahagia
dibutuhkan pengetahuan dan perawatan yang baik, sehingga dapat melewati masa
kehamilan, persalinan dan nifas.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah dalam penulisan ini dirumuskan sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud wanita dewasa?
2. Bagaimana masa kehamilan yang biasa dilalui wanita dewasa?
3. Bagaimana masa persalinan yang biasa dilalui wanita dewasa?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Menjelaskan pengertian wanita dewasa
1
2. Menjelaskan tahapan-tahapan yang dilalui wanita dewasa pada masa kehamilan.
3. Menjelaskan tahapan-tahapan yang dilalui wanita dewasa pada masa
persalinan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Wanita Dewasa
2.1.1 Pengertian
2
Dewasa sendiri berasal dari kata Latin bentuk past participle dari kata
kerja Adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang
sempurna atau telah menjadi dewasa.
Makna dari istilah adult/dewasa adalah individu yang telah
menyelesaikan proses pertumbuhan fisiknya, dan siap menerima peran dan
kedudukan di masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya.
(http://midwifecommunity.blogspot.com/, 19 maret, 18.07)
Jadi, wanita dewasa adalah seorang wanita yang telah menyelesaikan
proses pertumbuhan fisiknya, dan siap menerima peran dan kedudukan di
masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya.
2.1.2 Fase-fase Masa Dewasa
1) Masa Dewasa Dini (18-40 tahun)
Pada masa ini perubahan-perubahan fisik relative sudah tidak
sepesat masa sebelumnya (puber dan remaja), bahkan di awal usia
dewasa dini (sekitar 18 tahun) kondisi fisik cenderung sudah menetap,
dalam arti bila terjadi perubahan tidak signifikan lagi.
Pada masa ini yang sedang terjadi adalah masa reproduktif, yang
mulai sempurna di awal usia dua puluhan, dan akan mengalami penurunan
kualitas di usia pertengahan tiga puluhan.
2) Masa Dewasa Madya (40 - 60 tahun)
Pada masa ini mulai terjadi penurunan kemampuan fisik dan
psikologis yang akan tampak semakin menonjol pada setiap individu.
Pada sebagian individu, khususnya pada masa awal dewasa madya
(40-50 tahun) kondisi ini menimbulkan sikap penolakan (denial) yang
ditunjukkan dengan sikap over acting, untuk menunjukkan kepada orang
lain, bahwa dirinya masih potensial �dan tetap muda seperti dua puluh tahun
lalu, dengan berusaha mencari pasangan � baru yang berusia jauh di bawah
individu (usia dua puluhan), atau menutupi kerut-kerut wajah dengan
menebalkan kosmetik yang digunakan.
3) Masa Dewasa Lanjut (60 – dan seterusnya)
Masa ini sering diistilahkan senescence atau usia lanjut. Pada masa
ini baik kemampuan fisik maupun psikologis cepat mengalami penurunan,
dan cenderung untuk terus-menerus menurun.
(http://midwifecommunity.blogspot.com/, 19 maret, 18.07)
2.1.3 Ciri-ciri kematangan
3
1) Berorientasi pada tugas, bukan pada diri atau ego. Minat orang yang sudah
matang berorientasi pada tugas-tugas yang dikerjakannya, dan tidak
condong pada perasaan-perasaan diri sendiri atau untuk kepentingan
pribadi.
2) Tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan kerja yang efisien.
Seseorang yang telah matang akan melihat tujuan-tujuan yang ingin
dicapainya secara jelas dan tujuan-tujuan itu dapat didefinisikan secara
cermat dan tahu mana yang pantas dan tidak, serta bekerja secara
terencana menuju arah tertentu.
3) Mengendalikan perasaan pribadi.
Individu yang telah matang secara psikologis, akan mampu menyetir dan
menguasai perasaan-perasaannya sendiri ketika mengerjakan sesuatu
atau berhadapan dengan orang lain. Mereka cenderung tidak lagi hanya
mementingkan dirinya sendiri, tetapi telah mampu mempertimbangkan
perasaan perasaan orang lain.
4) Objektif. Orang matang memiliki sikap objektif yaitu berusaha mencapai
keputusan dalam keadaan yang bersesuaian dengan kenyataan.
5) Menerima kritik dan saran.
Orang matang memiliki kemauan yang realistis, paham bahwa dirinya tidak
selalu benar, sehingga terbuka terhadap kritik-kritik dan saran-saran orang
lain dem peningkatan dirinya.
6) Pertanggung jawaban terhadap usaha-usaha pribadi.
Orang yang matang mau member kesempatan pada orang lain membantu
usaha-usahanya untuk mencapai tujuan. Secara realistis diakuinya bahwa
beberapa hal tentang usahanya tidak selalu dapat dinilainya secara
sungguh-sungguh, sehingga untuk itu dia perlu batuan orang lain tetapi
tetap dia bertanggungjawab secara pribadi terhadap usaha-usahanya.
7) Penyesuaian yang realistis terhadap situasi-situasi baru. Orang matang
memiliki cirri fleksibel dan dapat menempatan diri dengan kenyataan-
kenyataan yang dihadapinya dengan situasi-situasi baru.
(http://psychologymania.wordpress.com/, 19 maret, 18.20)
2.2 Masa Kehamilan
Kehamilan merupakan periode krisis yang akan berakhir dengan
dilahirkannnya bayinya. Selama kehamilannya, pada umumnya ibu mengalami
4
perubahan baik fisik maupun psikis yang tampaknya hal tersebut berhubungan
dengan perubahan biologis atau hormonal yang dialaminya. Emosi ibu hamil
cenderung labil. Reaksi yang ditunjukan terhadap kehamilan dapat saja berlebihan
dan mudah berubah-ubah.
Kehamilan merupakan Episod Dramatis dari kondisi biologis maupun psikologis
yang tentunya memerlukan adaptasi dari seorang wanita yang sedang
mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan adalah
kodrati yang harus dilalui, namun sebagian lagi menganggapnya sebagai peristiwa
yang menentukan kehidupan selanjutnya. Perubahan fisik dan emosional yang
kompleks, memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses
kehamilan yang terjadi. Persoalan dalam kehamilan itu sendiri dapat menjadi
pencetus berbagai reaksi psikologis mulai dari reaksi emosional yang ringan hingga
ketingkat gangguan jiwa yang berat.
Seiring persipannya untuk menghadapi peran baru,wanita tersebut mengubah
konsep dirinya agar ia siap menjadi orang tua, begitu pula halnya denga suami.
Suami bersiap diri untuk menjadi seorang ayah. Selama kehamilan kebanyakan
wanita mengalami perubahan psiklologis dan emosional. Seringkali kita mendengar
seorang wanita mengatakan betapa bahagianya dia karena akan menjadi seorang ibu
dan bahwa dia memilihkan sebuah nama untuk bayi yang akan dilahirkannya namun
tidak jarang ada wanita yang merasa khawatir jika terjadi masalah kehamilannya,
khawatir jika ada kemungkinan dia kehilangan kecantikannya atau khawatir akan
adanya kemungkinan bayinya tidak normal.
(Herawati, 2012)
2.2.1 Teori Reva Rubin
Menekan pada pencapaian peran sebagai ibu, untuk mencapai peran ini
seorang wanita memerlukan proses belajar melalui serangkaian aktivitas atau
latihan. Dengan demikian, seorang wanita terutama calon ibu dapat
mempelajari peran yang akan di alaminya kelak sehingga ia mampu
beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi khususnya perubahan
psikologis dalam kehamilan dan setelah persalinan.
Menurut Reva Rubin, seorang wanita sejak hamil sudah memiliki
harapan-harapan antara lain:
1) Kesejahteraan ibu dan bayi
2) Penerimaan dari masyarakat
5
3) Penentuan identitas diri
4) Mengetahui tentang arti memberi dan menerima.
Perubahan umum pada perempuan hamil:
1) Ketergantungan dan butuh perhatian.
2) Membutuhkan sosialisasi.
Tahap-tahap psikologis yang biasa dilalui oleh calon ibu dalam mencapai
peran nya:
1) Anticipatory stage
Seorang ibu mulai melakukan latihan peran dan memerlukan
interaksi dengan anak yang lain.
2) Honeymoon stage
Ibu mulai memahami sepenuhnya peran dasar yang dijalaninya.
Pada tahap ini ibu memerlukan bantuan dari anggota keluarga yang lain.
3) Plateu stage
Ibu akan mencoba apakah ia mampu berperan sebagai seorang
ibu. Pada tahap ini ibu memerlukan waktu beberapa minggu sampai ibu
kemudian melanjutkan sendiri.
4) Disengagement
Merupakan tahap penyelesain latihan peran sudah berakhir.
Aspek-aspek yang diidentifikasi dalam peran ibu adalah gambaran
tentang idaman, gambaran diri dan tubuh. Gambaran diri seorang wanita
adalah pandangan wanita tentang dirinya sendiri sebagai bagian dari
pengalaman dirinya, sedangkan gambaran tubuh adalah berhubungan dengan
perubahan fisik yang tejadi selama kehamilan.
Arti dan efek kehamilan pada pasangan:
1) Pasangan merasakan perubahan tubuh pasanganya pada kehamilan 8
(delapan) bulan sampai dengan 3(tiga) bulan setelah melahirkan.
2) Lelaki juga mengalami perubahan fisik dan psikososial selama wanita
hamil.
3) Anak-anak akan di lahirkan merupakan gabungan dari tiga macam
perbedaan:
a. Hubungan ibu dengan pasangan
6
b. Hubungan ibu dengan janin yang berkembang
c. Hubungan ibu dengan individu yang unik
4) Ibu tidak pernah lagi menjadi sendiri
5) Tugas yang harus di lakukan ibu atau pasangan dalam kehamilan:
a. Percaya bahwa ia hamil dan berhubungan dengan janin dalam
satu tubuh.
b. Persiapan terhadap pemisahan secara fisik pada kelahiran janin
c. Penyelesaian dan identifikasi kebinggungan dengan peran
transisi.
6) Reaksi yang umum pada kehamilan, yaitu :
a. TM I : Ambivalen, takut, tantasi, khawatir.
b. TM II : Perasaan enak memenuhi kebutuhan untuk mempelajari
perkembangan dan pertumbuhan janin menjadi narsistik, pasif,
introvent, egosentrik dan self centered.
c. TM III : berperasaan aneh, semberono, jelek, menjadi introvert,
merefleksikan terhadap pengalaman masa kecil.
Aspek yang di identifikasi dalam peran ibu:
1) Gambaran tentang idaman bayi sehat.
2) Gambaran tentang diri memandang tentang pengalaman yang dia lakukan.
3) Gambaran tubuh, gambaran ketika hamil dan setelah nifas.
(http://viniezharachma.wordpress.com, 19 maret, 18.31)
2.2.2 Teori Ramona Mercer
Teori ini lebih menekan pada stress antepartum (sebelum melahirkan) dalam
pencapaian peran ibu, marcer membagi teorinya menjadi dua pokok bahasan:
1) Efek stress Anterpartum
Stress Anterpartum adalah komplikasi dari resiko kehamilan dan
pengalaman negative dari hidup seorang wanita, asuhan yang di berikan
adalah memberikan dukungan selama hamil untuk mengurangi ketidak
percayaan ibu.
Penilitian mercer menunjukkan ada enam faktor yang berhubungan
dengan status kesehatan ibu, yaitu:
a. Hubungan Interpersonal
b. Peran keluarga
c. Stress anterpartum
7
d. Dukungan social
e. Rasa percaya diri
f. Penguasaan rasa takut, ragu dan depresi
Maternal role menurut mercer adalah bagaimana seorang ibu
mendapatkan identitas baru yang membutuhkan pemikiran dan
penjabaran yang lengkap dengan dirinya sendiri.
2) Pencapaian peran ibu
Peran ibu dapat dicapai bila ibu menjadi dekat dengan bayinya
termasuk mengekspresikan kepuasan dan penghargaan peran, lebih lanjut
mercer menyebutkan tentang stress anterpartum terhadap fungsi keluarga,
baik yang positif ataupun yang negative. Bila fungsi keluarganya positif
maka ibu hamil dapat mengatasi stress anterpartum, stress anterpartum
karena resiko kehamilan dapat mempengaruhi persepsi terhadap status
kesehatan, dengan dukungan keluarga dan bidan maka ibu dapat
mengurangi atau mengatasi stress anterpartum.
Perubahan yang terjadi pada ibu hamil selama masa kehamilan
(Trimester I, II dan III) merupakan hal yang fisiologis sesuai dengan filosofi
asuhan kebidanan bahwa menarche, kehamilan, nifas, dan monopouse
merupakan hal yang fisiologis.
Perubahan yang di alami oleh ibu, selama kehamilan terkadang
dapat menimbulkan stress anterpartum, sehingga bidan harus memberikan
asuhan kepada ibu hamil agar ibu dapat menjalani kehamilannya secara
fisiologis (normal), perubahan yang di alami oleh ibu hamil antara lain
adalah:
a. Ibu cenderung lebih tergantung dan lebih memerlukan perhatian
sehingga dapat berperan sebagai calon ibu dan dapat
memperhatikan perkembangan bayinya.
b. Ibu memerlukan sosialisasi
c. Ibu cenderung merasa khawatir terhadap perubahan yang terjadi
pada tubuhnya.
d. Ibu memasuki masa transisi yaitu dari masa menerima kehamilan
kehamilan ke masa menyiapkan kelahiran dan menerima bayinya.
Empat tahapan dalam melaksanakan peran ibu menurut Mercer:
8
a. Anticipatory
Saat sebelum wanita menjadi ibu, di mana wanita mulai
melakukan penyesuaian social dan psikologis dengan mempelajari
segala sesuatu yang di butuhkan untuk menjadi seorang ibu.
b. Formal
Wanita memasuki peran ibu yang sebenarnya, bimbingan peran
di butuhkan sesuai dengan kondisi system social.
c. Informal
Di mana wanita telah mampu menemukan jalan yang unik dalam
melaksanakan perannya.
d. Personal
Merupakan peran terakhir, dimana wanita telah mahir melakukan
perannya sebagai ibu.
Sebagai bahan perbandingan, Reva Rubin menyebutkan peran ibu
telah di mulai sejak ibu menginjak kehamilan pada masa 6 bulan setelah
melahirkan, tetapi menurut Mercer mulainya peran ibu adalah setelah bayi
lahir 3-7 bulan setelah dilahirkan.
Wanita dalam menjalankan peran ibu di pengaruhi oleh faktor –faktor
sebagai berikut:
a. Faktor ibu
a) Umur ibu pada saat melahirkan
b) Persepsi ibu pada saat melahirkan pertama kali
c) Stress social
d) Memisahkan ibu pada anaknya secepatnya
e) Dukungan social
f) Konsep diri
g) Sifat pribadi
h) Sikap terhadap membesarkan anak
i) Status kesehatan ibu.
b. Faktor bayi
a) Temperament
b) Kesehatan bayi
c. Faktor-faktor lainnya
9
a) Latar belakang etnik
b) Status pekawinan
c) Status ekonomi
d. Dari faktor social support, mercer mengidentifikasikan adanya empat
factor pendukung:
a) Emotional support
Yaitu perasaan mencintai, penuh perhatian, percaya dan mengerti.
b) Informational support.
Memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan ibu
sehingga dapat membantu ibu untuk menolong dirinya sendiri
c) Physical support
Misalnya dengan membantu merwat bayi dan memberikan
tambahan dana
d) Appraisal support
Ini memungkinkan indifidu mampu mengevaluasi dirinya sendiri
dan pencapaiaan peran ibu
Mercer menegaskan bahwa umur, tingkat pendidikan, ras, status
perkawinan, status ekonomi dan konsep diri adalah faktor-faktor yang
sangat berpengaruh dalam pencapaiaan peran ibu. Peran bidan yang di
harapkan oleh mercer dalam teorinya adalah membantu wanita dalam
melaksanakan tugas dan adaptasi peran dan mengidentifikasi faktor-faktor
yang mempengaruhi pencapaian peran ini dan kontribusi dari stress
antepartum.
(http://deetha-nezz.blogspot.com/, 20 maret, 17.13)
2.3 Masa Persalinan
Banyak dokter psikolog dan seniman yang berspekulasi mengenai arti dari
peristiwa kelahiran. Ada beberapa pendapat spekulatif mengenai peristiwa kelahiran
anak manusia ini. Misalnya saja: Tangis seorang bayi pada saat kelahirannya itu
merupakan suatu mekanis disebabkan oleh peristiwa terhirupnya udara untuk
pertama kalinya dalam paru-paru. Bayi tersebut dicabut dari kehangatan perlindungan
dalam rahim ibunya. Dan sejak kelahirannya, ia harus belajar dengan kemampuan
sendiri untuk hidup, menghirup udara, menghisap air susu. Ia harus melatih semua
fungsi jasmaniah dan rokhaniahnya agar bisa mempertahankan hidupnya. Dengan
10
sendirinya, saat kelahiran itu menimbulkan akibat psikologis yang mengejutkan bagi si
bayi. Terjadilah semacam trauma psikis, yang akan dibawa sepanjang hayat.
(http://anto1987.files.wordpress.com/, 20 maret, 17.30)
2.3.1 Adat Kebiasaan Melahirkan
Peristiwa kelahiran bukan hanya merupakan proses murni fisiologis
semata, akan tetapi banyak pula diwarnai proses psikologis. Jika seandainya
kelahiran itu cuma fisiologis semata saja sifatnya dan kondisi organisnya juga
normal maka pasti proses berlangsungnya akan sama saja dimana-mana dan
tidak akan mempunyai banyak variasi. Sedang pada kenyataannya, aktivitas
melahirkan bayi cukup bervariasi dari yang amat mudah dan lancar sampai
pada yang sangat sukar, berlangsung normal ataupun yang abnormal dll.
Banyak orang berspekulasi tentang mudah atau sulitnya aktivitas melahirkan
bayi itu dengan memperbandingkan prosesnya diantara berbagai suku bangsa
yang mempunyai bermacam kebudayaan. Orang menyebutnya beberapa faktor
penyebab dari mudah sulitnya aktivitas melahirkan bayi antara lain :
1) Perbedaan iklim dan lingkungan sosial yang mempengaruhi fungsi-fungsi
kelenjar endokrin, kelenjar endokrin ini sangat penting fungsinya pada
saat melahirkan bayi.
2) Cara hidup yang baik atau cara hidup yang sangat ceroboh dari wanita
yang bersangkutan, sebab cara hidup tersebut terutama cara hidup
seksualnya mempengaruhi kondisi rahim dan organ genitalnya.
3) Kondisi otot panggul wanita.
4) Kondisi psikis wanita yang bersangkutan.
Banyak peneliti menyatakan bahwa otot panggul wanita primitif lebih
efisien dari pada otot panggul wanita modern yang serba manja, sebab wanita-
wanita dengan kebudayaan primitif hidupnya sangat aktif dan kerjanya lebih
berat guna mengatasi tantangan alam. Kerja berat dan kehidupan aktif jelas
memperkuat otot panggulnya sehingga memudahkan proses kelahiran.
Lagipula wanita primitif memiliki toleransi yang lebih besar terhadap
penderitaan dan rasa sakit ketika melahirkan bayinya, sehingga sepintas lalu
tampak bahwa proses kelahiran pada wanita primitif lebih mudah dan cepat.
Biasanya proses melahirkan itu banyak dipengaruhi oleh proses identifikasi
wanita yang bersangkutan dengan ibunya, jika ibunya mudah melahirkan,
maka pada umumnya anak gadisnya kelak juga akan mudah melahirkan
11
bayinya. Dengan demikian pengaruh psikologis ibu ikut memainkan peranan
dalam fungsi reproduksi anak perempuannya. Patut dicatat, bahwa masih
banyak terdapat adat kebiasaan dan kepercayaan takhayul di Indonesia,
terutama di jawa, misal peristiwa “mitoni” atau menujuh bulani wanita hamil dan
selamatan tradisional untuk menyambut bayi. Pada umumnya upacara
tradisional bertujuan untuk :
1) Menjauhkan pengaruh buruk dari lingkungan.
2) Menghindarkan godaan setan atau tenaga gaib.
3) Mengundang roh yang baik untuk merestui ibu hamil berserta bayinya.
Asistensi oleh seorang kawan, ibu, mertua atau nenek bukan
disebabkan oleh karena mereka memiliki banyak pengalaman, akan tetapi lebih
banyak didorong oleh relasi kekeluargaan dan sebab emosional tertentu. Adat
kebiasaan ini lambat laun mengalami modifikasi atau perubahan, yaitu relasi
tadi menjadi lebih rasional sifatnya, sebab mereka selanjutnya mengundang
seorang wanita yang berpengalaman atau dukun dan dikemudian hari
memanggil seorang bidan. Pada intinya relasi mereka itu mempunyai tujuan
yang sama yaitu :
1) Memperlancar proses kelahiran bayi.
2) Menjamin keselamatan ibu dan bayinya.
Pada zaman modern ini kepercayaan pada kekuatan gaib selama proses
reproduksi sudah mulai berkurang, sebab secara anatomis dan fisiologis
kesulitan pada peristiwa partus bisa dijelaskan dengan alasan patologis atau
sebab abnormalitas, namun semua kemajuan ini dibarengi dengan kecemasan
dan ketakutan pada desa dan kesalahan sendiri sehingga menimbulkan rasa
tegang, ketakutan, konflik batin dan materil psikis lainnya.
(http://ilmu-pasti-pengungkap-kebenaran.blogspot.com/, 20 maret, 17.46)
2.3.2 Faktor Somatis dan Psikis yang Mempengaruhi Kelahiran Bayi
Setiap proses biologis dari fungsi keibuan dan reproduksi, yaitu sejak
turunnya bibit kedalam rahim ibu sampai kelahiran bayi itu senantiasa saja
dipengaruhi (distimulir atau justru terhambat) oleh pengaruh-pengaruh psikis
tertentu maka ada:
1) Interdependensi di antara faktor-faktor somatis (jasmaniah) dan faktor-
faktor psikis.
12
2) Jadi pada fungsi reproduksi yang sifatnya biologis itu selalu dimulai pula
oleh elemen-elemen psikis.
Untuk memperoleh sedikit pengertian tentang situasi psikologis
kelahiran, kita harus menjenguk sejenak fase terakhir dari masa kehamilan.
Bahkan pada wanita paling sehat sekalipun kondisi somatis menjelang
kelahiran bayi ini dirasakan sangat berat dan tidak menyenangkan.
Penderitaan fisik dan beban jasmaniah selama berminggu-minggu terakhir
masa kehamilan itu banyak menimbulkan gangguan psikis.
(http://ilmu-pasti-pengungkap-kebenaran.blogspot.com/, 20 maret, 17.46)
2.3.3 Emosi pada Saat Hamil dan Proses Melahirkan
Cemas adalah suatu emosi yang sejak dulu dihubungkan dengan
kehamilan, yang hubungan ini tidak jelas. Cemas mungkin emosi positif
sebagai perlindungan menghadapi stres, yang bisa menjadi masalah apabila
berlebihan.
Pada setiap wanita baik yang bahagia maupun yang tidak, apabila
dirinya hamil pasti akan dihinggapi campuran perasaan yaitu rasa kuat dan
berani menanggung segala cobaan dan rasa lemah hati, takut, ngeri, rasa
cinta, benci, keraguan dan kepastian, kegelisahan dan rasa tenang bahagia,
harapan penuh kegembiraan dan kecemasan yang semuanya menjadi semakin
intensif pada saat mendekati masa kelahirannya bayinya. Hal ini disebabkan
oleh :
1) Takut mati
Sekalipun peristiwa kelahiran itu adalah suatu fenomena fisiologis
yang normal namun hal tersebut tidak kalis dari resiko dan bahaya
kematian. Bahkan pada proses kelahiran yang normal sekalipun
senantiasa disertai perdarahan dan kesakitan yang hebat. Peristiwa inilah
yang menimbulkan ketakutan khususnya takut mati, baik kematian dirinya
sendiri maupun bayinya. Pada saat sekarang perasaan takut mati tidak
perlu dilebih-lebihkan karena majunya ilmu pengetahuan.
2) Trauma kelahiran
Trauma kelahiran ini berupa ketakutan akan terpisahnya bayi dari
rahim ibunya yaitu merupakan ketakutan hipotesis untuk dilahirkan di dunia
dan takut terpisah dari ibunya, seolah-olah ibu tidak mampu menjamin
keselamatan bayinya.
13
3) Perasaan bersalah/berdosa
Pada setiap fase perkembangan menuju pada feminisme sejati yaitu
sejak masa kanak-kanak, gadis cilik, pubertas sampai usia adolescen,
selalu saja gadis yang bersangkutan diliputi emosi cinta kasih pada ibu
yang kadangkala juga diiringi rasa kebencian. Dalam semua aktifitas
reproduksinya, wanita itu banyak melakukan identifikasi terhadap ibunya.
Jika identifikasi itu menjadi salah satu bentuk dan wanita tadi banyak
mengembangkan mekanisme rasa bersalah dan rasa berdosa terhadap
ibunya, maka peristiwa tadi membuat dirinya menjadi tidak mampu
berfungsi sebagai ibu yang bahagia, sebab selalu saja ia bebani atau
dikejar-kejar rasa berdosa. Oleh karena itu kita sering menjumpai adat
kebiasaan dimana orang lebih suka dan merasa lebih mantap kalau
ibunya/nenek sang bayi menunggu dikala ia melahirkan bayinya, maka
menjadi sangat pentinglah kehadidran ibu tersebut pada saat anaknya
melahirkan oroknya.
4) Ketakutan riil
Pada setiap wanita hamil, ketakutan untuk melahirkan bayinya itu
bisa diperkuat oleh sebab-sebab konkrit lainnya, misal takut bayi lahir
cacat, bayi bernasib buruk, beban hidup makin bertambah, takut
dipisahkan, takut kehilangan bayinya. Ketakutan mati yang sangat
mendalam dikala melahirkan bayinya itu disebut ketakutan primer,
ketakutan itu menjadi semakin intensif, jika ibunya, suaminya dan semua
orang yang bersimpati padanya ikut-ikutan menjadi panik dan resah
memikirkan keadaannya. Oleh karena itu sikap menghibur dan melindungi
dari suami dan keluarganya sangat besar artinya karena bisa memberikan
support moril pada setiap konflik batin, keresahan hati dan ketakutan, baik
yang riil maupun yang tidak.
(http://ilmu-pasti-pengungkap-kebenaran.blogspot.com/, 20 maret, 17.46)
2.3.4 Reaksi Wanita Hypermaskulin dalam Menghadapi Kelahiran
Wanita yang sangat aktif dan hypermaskulin bersifat kejantanan ekstrim,
sejak mula pertama kehamilannya senantiasa diombang ambingkan diantara
keinginan instinktif untuk memiliki seorang anak melawan rasa keengganan
untuk melahirkan anak sendiri, karena anak tersebut dianggap menghambat
karier dan kebahagiaannya. Kehidupan emosionalnya senantiasa goyah
dilanda kerinduan cinta pada seorang anak kontrak kebencian akan
14
mendapatkan keturunan. Kedua gejala tersebut akan memuncak, lalu meletus
jadi fenomena neoritis yang obsesif. Sebagai akibatnya wanita tersebut tidak
mempunyai kepercayaan diri dan sering dikacau oleh gangguan syaraf antara
lain berupa migraien, juga banyak konflik batin dalam dirinya. Kehamilan
dirasakan sebagai suatu peristiwa mimpi atau dirasakan sebagai pengalaman
somnabolistis seperti mimpi berjalan dan selalu dikejar oleh emosi yang
antagonis. Dia juga dimuati oleh macam-macam kecemasan yaitu cemas kalau
sang bayi akan menghambat profesinya, cemas kalau tidak mampu
memelihara bayinya. Bertandingnya konflik yang lebih fundamental yaitu
dorongan maskulinitas melawan dorongan feminitas. Dorongan maskulinitas
lebih memberatkan prestasi karier dan jabatan sedang dorongan feminitas
secara naluri menginginkan anak sendiri. Selanjutnya pada saat kelahiran
bayinya wanita yang bersifat hipermaskulin ini akan berusaha mengatasi
ketakutannya dan kesakitan jasmaniah dengan usaha sendiri dan menganggap
kelahiran bayinya sebagai suatu prestasi pribadi, akan tetapi oleh karena
usaha tersebut sifatnya sangat maskulin agresif maka kegiatan tersebut justru
mengacaukan kelahiran normal dan semakin mempersulit kelahiran bayinya
dengan kemampuan sendiri. Lalu dia bersikap hiperpasif dan membiarkan
dokter/bidan melahirkan bayinya melalui pembedahan.
(http://ilmu-pasti-pengungkap-kebenaran.blogspot.com/, 20 maret, 17.46)
2.3.5 Reaksi Wanita Total Pasif dalam Menghadapi Kelahiran
Wanita yang mengalami proses kelahiran bayinya secara total pasif,
selama kehamilannya wanita ini sama sekali tidak menyadari keadaan dirinya
dan merasa tidak bertanggung jawab pada segala sesuatu yang terjadi pada
dirinya. Ia cuma tahu bahwa perutnya secara kebetulan ketempatan satu buah
janin yang kelak akan lahir dari dirinya. Selanjutnya alam yang harus
bertanggung jawab akan kelahiran bayinya kelak. Wanita tersebut tidaktahu
bagaimana ia seharusnya bersikap dan bertingkah laku, ia merasa tidak perlu
mengetahui secara detail keadaan dirinya yang tengah hamil karena
menganggap sesuatu yang tidak berguna atau itu urusan suaminya/ibunya dan
bisa mengganggu ketenangan batinnya. Secara membuta ia mengikuti saja
semua sugesti dan instruksi orang lain dan bagikan anak kecil yang masih
senang bermain-main ia memusatkan segenap minat pada upaya
menghilangkan semua bentuk ketakutan dan bentuk kesalahan jasmaniah.
Tingkah laku wanita total pasif selama kehamilannya sangat khas yaitu :
15
1) Selalu bergantung dan menempel pada ibunya.
2) Ia menyuruh suaminya sebanyak mungkin melakukan semua tugasnya.
3) Pada umumnya semua tingkah lakunya sangat infantil, kekanak-kanakan
4) Tetap saja ia bersikap sangat pasif.
5) Di tengah kelincahan dan kegembiraannya dan kondisi perutnya yang
semakin membesar penampakkan dirinya menyerupai seorang gadis cilik
yang tengah bermain dengan bonekanya.
6) Jika kehamilannya semakin tua wanita ini menjadi tidak sabaran dan
sedikit pasif, ia banyak mengeluh dan mendesak lingkungannya agar
kelahiran bayinya bisa dipercepat.
7) Wanita ini mengalami kehamilan dan kelahiran bayinya sebagai suatu
peristiwa magis yang menakjubkan. Otomatis ia menyatakan kepada
dunia luar adanya sesuatu benda yang diinjeksikan ke dalam rahimnya
melalui coitus secara sadar atau tidak sadar.
8) Sama sekali ia tidak merasa bertanggung jawab akan mati atau hidupnya
benda yang dititipkan di rahimnya itu.
9) Semua sikap bermusuhan terhadap ibunya sendiri menjadi lenyap, sebab
sejak kehamilannya wanita itu ingin menyerahkan semua tanggung jawab
sendiri kepada ibunya.
10) Ia mengharapkan agar ibunya bersedia terus menerus menunggui dirinya
di saat hamil dan melahirkan bayinya untuk memberikan atensi pada
kelahiran janinnya.
(http://ilmu-pasti-pengungkap-kebenaran.blogspot.com/, 20 maret, 17.46)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Wanita dewasa adalah seorang wanita yang telah menyelesaikan proses
pertumbuhan fisiknya, dan siap menerima peran dan kedudukan di masyarakat
bersama dengan orang dewasa lainnya.
Pada masa kehamilan, biasanya psikologis wanita dewasa cenderung berubah
drastic, terutama dia akan cenderung memulai perannya seolah-olah menjadi ibu.
16
Sehingga pada masa kehamilanlah biasanya seorang wanita akan belajar menjadi
seorang ibu, hal ini tentu membutuhkan orang lain untuk mendampingi dan
membantunya hingga dia merasa mampu menjalankan perannya sebagai ibu.
Masa persalinan merupakan masa yang terberat yang harus dilalui oleh wanita
dewasa. Masa persalinan sering kali dikaitkan dengan adat kebiasaan persalinan,
factor somatic dan psikis yang mempengaruhi kelahiran bayi, emosi dalam masa
persalinan seperti perasaan takut mati, trauma kelahiran, perasaan bersalah dan
ketakutan rill. Pada wanita hypermaskulin, dia lebih goyah dalam menghadapi
persalinan, karena adanya pertandingan konflik yang lebih fundamental yaitu
dorongan maskulinitas melawan dorongan feminitas. Pada wanita total pasif, dia
cenderung bersikap lebih cuek terhadap kehamilannya dan mempercayakan kepada
orang yang dipercayainya untuk menjaganya. Biasanya wanita total pasif selalu
bergantung dan menempel pada ibunya, dan dia lebih sering mengeluh kapan janin
yang ada didalam kandungannya akan keluar.
3.2 Saran
Baik pada petugas kesehatan dan wanita dewasa, harus mengetahui kondisi
psikologis wanita dewasa terutama saat kehamilan dan persalinan. Karena kondisi
psikologis juga dapat mempengaruhi. Sehingga jika kita sudah mengetahui apa yang
biasanya terjadi, kita dapat lebih mengontrol segala tindakan yang dapat merugikan
pada masa-masa tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Mansur, Herawati. 2012. Psikologi Ibu dan anak Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika
http://midwifecommunity.blogspot.com/
http://psychologymania.wordpress.com/
http://viniezharachma.wordpress.com/
http://deetha-nezz.blogspot.com/
http:// anto1987.files.wordpress.co m/
http://ilmu-pasti-pengungkap-kebenaran.blogspot.com/
17
18