waktu tunggu pelayanan resep rawat jalan di …
TRANSCRIPT
WAKTU TUNGGU PELAYANAN RESEP RAWAT JALAN DI
INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
SKRIPSI
OLEH:
SRI ENDANG SIREGAR NIM 131501021
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2018
Universitas Sumatera Utara
WAKTU TUNGGU PELAYANAN RESEP RAWAT JALAN DI
INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH: SRI ENDANG SIREGAR
NIM 131501021
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2018
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
karunia, dan ridhoNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Waktu Tunggu Pelayanan Resep Rawat Jalan di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi dari Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas
Farmasi yang telahmenyediakanfasilitaskepadapenulis selama perkuliahan di
Fakultas Farmasi. PenulisjugamengucapkanterimakasihkepadaBapak Prof. Dr.
Wiryanto, M.S., Apt., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan
bimbingan, arahan, dan bantuan selama masa penelitian dan penulisan skripsi ini.
Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Rima Elfitra Rambe,
S.Farm., Apt. yang telah membimbing dan mengarahkan selama penelitian di RS
USU. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Khairunnisa,
S.Si., M.Pharm., Ph.D., Apt., dan Ibu Dr. Poppy Anjelisa Z. Hasibuan, S.Si.,
M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik, saran, dan arahan
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, kepada Bapak Dr. Martua
Pandapotan Nasution, MPS., Apt., dan Dr. Poppy Anjelisa Z. Hasibuan, M.Si.,
Apt., selaku dosen penasehat akademik yang selalu memberikan bimbingan,
perhatian, dan motivasi kepada penulis selama masa perkuliahan, serta Bapak dan
Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU yang telah mendidik penulis selama
perkuliahan.
Universitas Sumatera Utara
v
Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Direktur
Utama RS USU Bapak dr. Azwan Hakmi Lubis, Sp.A., M.Kes., dan Bapak Prof.
Dr. Urip Harahap, Apt., selaku Kepala Instalasi Farmasi yang telah memberikan
izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di Instalasi Farmasi RS USU.
Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
tulus kepada kedua orang tua tersayang, Ayahanda M. Zainal Siregar dan Ibunda
Anun Tambunan, serta Adikku Vitro Tinnuvus Siregar, serta Keluarga atas doa,
dorongan dan pengorbanan baik moril maupun materil yang tak ternilai dengan
apapun. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Staf Instalasi Farmasi RS
USU, dan tim SEC Eva, Rosita, Aulia, Nazira, Tia, Rian, teman kos Nelli, Juli,
Mika, Ibu Kepling, serta pegawai apotek mansur khususnya Revi Septiani dan
teman-teman S-1 Reguler 2013 atas doa dan dukungan dalam penyelesaian skripsi
ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari segi isi maupun bahasanya, oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini
dapat memberi manfaat bagi kita semua.
Medan, 09 Februari 2018 Penulis,
Sri Endang Siregar NIM 131501021
Universitas Sumatera Utara
vi
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Sri Endang Siregar
Nomor Induk Mahasiswa : 131501021
Program Studi : S-1 Reguler Farmasi
Judul Skripsi : Waktu Tunggu Pelayanan Resep Rawat Jalan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Universitas
Sumatera Utara
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dan
hasil pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan orang lain
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi lain, dan bukan plagiat
karena kutipan yang ditulis telah disebutkan sumbernya di dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam
skripsi ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia
mendapat sanksi apapun oleh Program Studi Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara, dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing.
Demikianlah surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk
dapat digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.
Medan, 09 Februari 2018 Penulis,
Sri Endang Siregar NIM 131501021
Universitas Sumatera Utara
vii
WAKTU TUNGGU PELAYANAN RESEP RAWAT JALAN DI
INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Instalasi farmasi adalah salah satu unit di rumah sakit yang memberikan layanan produk dan jasa dalam bentuk pelayanan resep. Pelayanan resep sebagai
garis depan pelayanan farmasi kepada pasien harus dikelola dengan baik, karena mutu pelayanan resep farmasi yang umumnya dikaitkan dengan kecepatan dalam
memberikan pelayanan. Waktu tunggu adalah salah satu standar minimal pelayanan farmasi di
rumah sakit. Waktu tunggu pelayanan obat jadi adalah tenggang waktu mulai
pasien menyerahkan resep sampai dengan menerima obat jadi dengan standar minimal yang ditentukan kementerian kesehatan adalah ≤ 30 menit, sedangkan
waktu tunggu pelayanan obat racikan adalah tenggang waktu mulai pasien menyerahkan resep sampai dengan menerima obat racikan yaitu ≤ 60 menit.
Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan data secara konkuren
selama bulan September-Oktober 2017.Data yang diambil sebanyak 335 resep pasien rawat jalan yang terdiri dari 293 non racikan dan 42 resep racikan. Rata-
rata waktu tunggu pelayanan resep yaitu 31,8 menit untuk resep non racikan dan 65 menit untuk resep racikan. Hal ini belum memenuhi Keputusan Menteri Kesehatan No.129/Menkes/SK/II/2008.
Berdasarkan hasil penelitian ini, salah satu faktor yang mempengarui lamanya waktu tunggu pelayanan resep di instalasi farmasi adalah kelengkapan
berkas pasien belum terpenuhi, skrining resep rawat jalan hanya dikerjakan oleh satu apoteker saja, kurangnya ketersediaan obat yang telah diresepkan dokter, sistem/program komputer yang terbatas sehingga pengerjaan untuk skrining resep
berikutnya menjadi terhambat, dan terdapat beberapa resep yang dikerjakan tanpa nomor antrian seperti resep untuk pasien umum dan IGD.
Kata Kunci: Waktu tunggu, pelayanan resep, instalasi farmasi rumah sakit.
Universitas Sumatera Utara
viii
WAITING TIME SERVICES OUTPATIENT PRESCRIPTION
IN THE INSTALLATION PHARMACY UNIVERSITY HOSPITAL OF NORTH SUMATERA
ABSTRACT
Pharmaceutical installation is one of the units in the hospital that provide services of products and services in the form of prescription service. Prescription
service with the outline of pharmacy services to patients should be well managed, because the quality of prescription service with related to the in providing
services. The waiting time is one of the minimum standards of pharmaceutical services in hospitals. The waiting time of refilled prescription service is the
distance period starting of the patient give up a prescription until receiving refilled prescription with minimum standards established of the ministry health is
≤ 30 minutes, while the waiting time of dispensed prescription is the distance period starting of the patient give up a prescription until receiving dispensed prescription of ≤ 60 minutes.
This study was conducted by taking concurrent data during September-October 2017. Data were taken as many as 335 outpatient prescriptions consisting
of 293 refilled prescription and 42 dispensed prescription. Average waiting time for refilled prescription31.8 minutes for dispensed prescription 65 minutes. This has not fulfilled the Minister of Health Decree No.129 / Menkes / SK / II / 2008.
Based on the results of this study, one of the factors that affects the recall of prescription treatment time in the pharmacy installation is the
completeness of the patient's file has not been met, outpatient prescription screening is only done by one pharmacist only, prescribed medicines, computer system / program limited so that workmanship for subsequent prescription
screening to be inhibited, and there are some prescription done without queue numbers for general care and IGD.
Keywords: Waiting time, prescription service, hospital pharmacy installation.
Universitas Sumatera Utara
ix
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ....................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN........................................................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................... vii
ABSTRACT ............................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................ ix
DAFTAR TABEL .................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................. 3
1.3 Hipotesis ............................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................. 3
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................... 3
1.6 Kerangka Pikir Penelitan ..................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 5
2.1 Rumah Sakit .......................................................................... 5
2.1.1 Pengertian Rumah Sakit .............................................. 5
2.1.2 Pelayanan Rumah Sakit ................................................. 5
Universitas Sumatera Utara
x
2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit................................................. 6
2.2.1 Pengertian Instalasi Farmasi Rumah Sakit .................. 6
2.2.2 Tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit........................ 7
2.2.3 Tugas Pokok Dan Fungsi Instalasi FarmasiRumah Sakit .................................................................................... 8
2.2.4 Pelayanan Farmasi Satu Pintu...................................... 10
2.2.5 Sumber Daya Manusia Farmasi Rumah Sakit............. 11
2.2.6 Fasilitas dan Peralatan.................................................. 12
2.2.6.1 Bangunan ......................................................... 13
2.2.6.2 Peralatan .......................................................... 14
2.2.7 Kebijakan dan Prosedur............................................... 14
2.2.8 Pengelolaan Perbekalan Farmasi ................................. 16
2.2.9 Pelayanan Kefarmasian Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan .................................................................... 17
2.3 Standar Pelayanan Minimal Farmasi Rumah Sakit ............... 19
2.4 Faktor yang mempengaruhi Waktu Pelayanan Resep ........... 19
BAB IIIMETODE PENELITIAN ............................................................ 21
3.1 Jenis Penelitian ..................................................................... 21
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................... 21
3.2.1 Lokasi Penelitian ........................................................ 21
3.2.2 Waktu Penelitian ........................................................ 21
3.3 Sumber Data Penelitian ........................................................ 21
3.4 Definisi Operasional ............................................................ 22
3.5 Teknik Pengumpulan Data ................................................... 23
3.6 Analisis Data ......................................................................... 23
3.7 Prosedur Penelitian................................................................. 24
Universitas Sumatera Utara
xi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 25
4.1 Karakteristik Resep .............................................................. 25
4.2 Waktu Tunggu Pelayanan Resep ......................................... 25
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 32
5.1 Kesimpulan .......................................................................... 32
5.2 Saran ...................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 33
LAMPIRAN............................................................................................... 35
Universitas Sumatera Utara
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Definisi Operasional......................................................................... 22
3.2 Lembar Pengumpul Data.................................................................. 23
4.1 Jumlah sampel berdasarkan jenis resep yang dilayani diinstalasi
farmasi rumah sakituniversitas sumatera utara.............................. 25
4.2 Rata rata waktu tunggu pelayanan resep di instalasi farmasi rumah sakit pada hari kerja.......................................................................... 26
Universitas Sumatera Utara
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Kerangka Pikir Penelitian ............................................................. 4
Universitas Sumatera Utara
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Surat Perubahan Judul ............................................................. 35
2 Surat Permohonan Izin Penelitian ........................................... 36
3 Surat Keterangan Rumah Sakit ................................................ 37
4 Instalasi Farmasi Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara..... 38
5Skema ............................................................................................... 40
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
LATAR BELAKANG
1.1 Latar Belakang
Pelayanan farmasi merupakan salah satu pelayanan kesehatan di rumah
sakit yang diharapkan memenuhi standar pelayanan minimal. Menurut peraturan
menteri kesehatan (PMK) nomor 72 tahun 2016 tentang standar pelayanan
kefarmasian di rumah sakit menyebutkan bahwa rumah sakit(RS) adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat
darurat.Standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit yang bertujuan untuk
meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian, menjamin kepastian hukum bagi
tenaga kefarmasian dan melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat
yang tidak rasionaldalam rangka keselamatan pasien (patient safety)(Menkes RI,
2016).
Waktu tunggu menjadi salah satu standar minimal pelayanan farmasi di
rumah sakit,waktu tunggu pelayanan obat non racikanmerupakan tenggang waktu
mulai pasien menyerahkan resep sampai dengan menerima obat non racikan
dengan standar minimal yang ditetapkan kementerian kesehatan yaitu≤ 30 menit,
sedangkan waktu tunggu pelayanan obat racikan adalah tenggang waktu mulai
pasien menyerahkan resep sampai dengan menerima obat racikan yaitu ≤ 60 menit
(Menkes RI, 2008).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh maftuhah(2016)bahwa
jumlah resep yang diterima di depo farmasi merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi waktu tunggu pelayanan resep. Selain itu, jumlah item obat tiap
Universitas Sumatera Utara
2
resep dan jumlah racikan pada tiap resep juga mempengaruhi waktu tunggu
pelayanan resep.
Hasil dari beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa waktu
tunggu pelayanan resep masih lama atau belum sesuai standar pelayanan minimal
yang ditetapkan oleh kementerian kesehatan yaitu > 60 menit(Bustani et al. 2015).
Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Septini (2012) rata-rata waktu
tunggu untuk resep non racikan adalah 39 menit dan waktu tungguresep
racikanadalah 60,4 menit. rata-rata waktu tunggu pelayananresep untuk jenis resep
non racikan adalah 92,41 menit dan untuk jenis resep racikan adalah146,31 menit.
Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata waktu tunggu pelayanan resep di
depofarmasi rawat jalan lantai 1 RSUD Gunung Jati Kota Cirebon tidak
memenuhi standarpelayanan minimal waktu tunggu pelayanan resep yaitu untuk
resep non racikan ≤ 30 menitdan untuk resep racikan ≤ 60 menit.
Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara (USU) merupakan salah satu
rumah sakit Perguruan Tinggi Negeri (PTN) didirikan pada tahun 2003 dan
diresmikan pada tahun 2016. Dari tahun 2016 hingga 2017 jumlah pasien yang
berkunjung ke rumah sakitUSU semakin meningkat yang berartiakan berdampak
pada waktu tunggu pasien.
Berdasarkan latar belakang di atas, sampai saat ini belum ada penelitian
tentang waktu tunggu pelayanan resep rawat jalan di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit(IFRS) Universitas Sumatera Utara maka diperlukanpenelitian untuk
mengetahui waktu tunggu pelayanan resep rawat jalan di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
3
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah berapa rata-rata waktu tunggu pelayanan resep rawat jalan di
instalasi farmasi rumah sakit universitas sumatera utara ?
1.3 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah di atas hipotesis dalam penelitian ini
adalah rata-ratawaktu tunggu pelayanan resep rawat jalan di instalasi farmasi
rumah sakit universitas sumatera utara belum memenuhi persyaratan standar
pelayanan minimal rumah sakit.
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untukmengetahui rata-rata waktu tunggu pelayanan
resep pasien rawat jalan di instalasi farmasi rumah sakit universitas sumatera
utara.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah berguna sebagai sumber masukan dan
bahan pertimbangan dalam meningkatkan standar pelayanan minimal rumah sakit.
1.6 Kerangka Pikir Penelitian
Sumber data penelitian adalah data primer berupa rata-rata waktu tunggu
pelayanan resep racikan dan non racikan di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah
Sakit Universitas Sumatera Utara dan data sekunder yang digunakan adalah
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Permenkes Republik Indonesia
Universitas Sumatera Utara
4
No.129/Menkes/SK/II/2008, salah satu indikator Standar Pelayanan Minimal
(SPM) untuk pelayanan Farmasi Rumah Sakit adalah waktu tunggu pelayanan
obat dengan standar waktu tunggu untuk pelayanan obat non racikan maksimal 30
menit dan pelayanan obat racikan maksimal 60 menit.
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 1.1Kerangka Pikir Penelitian.
Jenis Resep
1. Racikan
2. Non Racikan
Waktu Tunggu
Pelayan Resep
Universitas Sumatera Utara
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rumah Sakit
2.1.1 Pengertian Rumah Sakit
Berdasarkan Permenkes No.72 Tahun 2016 Rumah Sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat.Sedangkan menurut Permenkes RI No.9 Tahun 2008 adalah sarana kesehatan
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan meIiputi pelayanan
promotif, preventif, kurative dan rehabilitatif yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
2.1.2 Pelayanan Rumah Sakit
Berbagai Pelayanan yang diberikan di rumah sakit dibedakan menjadi dua
golongan, yaitu(Septini, 2012).
1. Pelayanan utama yang terdiri dari :
a. Pelayanan medik/keperawatan yang dilakukan oleh berbagai staf medik
fungsional sesuai dengan jenis dan status penyakit penderita tertentu. Staf
medik fungsional umumnya terdiri atas dokter umum, dpkter gigi dan dokter
spesialis dari disiplin: bedah umum, bedah syaraf. Bedah jantung dan toraks,
bedah tulang, bedah urologi, anastesi, bedah obstetrik dan ginekologi, bedah
proktologi, penyakit dalam dan lain sebagainya.
b. Pelayanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) yang mempunyai pengaruh
besar terhadap perkembangan rumah sakit sebab hampir seluruh pelayanan
yang diberikan pada penderita di rumah sakit berintervensi dengan sediaan
Universitas Sumatera Utara
6
farmasi atau perbekalan kesehatan. Bertanggungjawab atas pengelolaan dan
pengendalian sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan, mulai dari
perencanaan, pemilihan, penetapan spesifikasi, pengadaan, pengendalian
mutu, penyimpanan, serta dispensing, distribusi bagi penderita, pemantauan
efek, pemberian informasi, dan sebagainya, semuanya adalah tugas, fungsi,
serta tanggung jawab Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
2. Pelayanan pendukung merupakan semua pelayanan yang mendukung
pelayanan medik untuk penegakan diagnosis dan perawatan penderita.
Pelayanan pendukung antara lain, pelayanan laboratorium, pelayanan ahli gizi
dan makanan, rekam medik, bank darah, serta sterilisasi, pemeriksaan sinar-X
dan layanan sosial.
2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit
2.2.1 Pengertian Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah suatu bagian/unit/divisi atau fasilitas
di rumah sakit, tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian yang
ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri(Septini, 2012). Instalasi farmasi
adalah unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan seluruh kegiatan
pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit(Menkes, 2016).
Berdasarkan definisi tersebut maka Instalasi Farmasi Rumah Sakit Secara
Umum dapat diartikan sebagai suatu departemen atau unit atau bagian di suatu rumah
sakit di bawah pimpinan seorang apoteker dan diabantu oleh beberapa oranng
apoteker yang memenuhi persyaratan perundang-undangan yang berlaku dan
bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta kefarmasian, yang terdiri dari
pelayanan yang mencakup perencanaan,pengadaan, produksi, penyimpanan
perbekalan kesehatan/sediaan farmasi, dispensing obat berdasarkan resep bagi
Universitas Sumatera Utara
7
penderita saat tinggal dan rawat jalan, pengendalian mutu dan pengendalian distribusi
dan penggunaan seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit. Pelayanan farmasi
klinik umum dan spesialis mencakup pelayanan langsung pada penderita dan
pelayanan klinik yang merupakan program rumah sakit secara keseluruhan(Septini,
2012).
Didalam Keputusan Mentri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 tentang
standar pelayanan rumah sakit, yang menyebutkan bahwa Pelayanan Kefarmasian
adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang
berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien.
2.2.2 Tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Sesuai dengan Menkes No.72 Tahun 2016 bahwa tujuan dari Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit yaitu untuk meningkatkan mutu
pelayanan kefarmasian, menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dan
melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional
dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).
Tujuan pelayanan farmasi ialah : (Depkes, 2004)
1) Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa
maupun dalam keadaan gawat darurat sesuai dengan keadaan pasien maupun
fasilitas yang tersedia.
2) Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur
kefarmasian dan etik farmasi
3) Melaksanakan KIE (komunikasi informasi dan Edukasi) mengenai obat
4) Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku
Universitas Sumatera Utara
8
5) Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan
evaluasi pelayanan
6) Mengadakan enelitian di bidang farmasi dan peningkatan metoda.
2.2.3 Tugas Pokok Dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
1. pengkajian dan pelayanan Resep
2. penelusuran riwayat penggunaan Obat
3. rekonsiliasi Obat
4. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
5. konseling
6. visite
7. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
8. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
9. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
10. dispensing sediaan steril
11. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD) (Menkes, 2016).
Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Saki, antara lain
1) Pengelolaan perbekalan farmasi yang meliputi :
a. Memilih perbekalan farmasi sesuia kebutuhan pelayanan rumah sakit
b. Merencakanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal
c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang
telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku
d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan rumah sakit
e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan
yang berlaku
Universitas Sumatera Utara
9
f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan
persyaratan kefarmasian.
g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah
sakit.
2) Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan yang
meliputi :
a. Mengkaji intruksi pengobatan/resep pasien.
b. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan
alat kesehatan.
c. Mencegah dan mengatasi masalah berkaitan dengan obat dan alat
kesehatan.
d. Memantau efektivitas dan keamanan penggunaan obat dan alat
kesehatan.
e. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga.
f. Memberi konseling kepada pasien/keluarga.
g. Melakukan pencampuran obat suntik.
h. Melakukan penyiapan nutrisi parenteral.
i. Melakukan penanganan obat kanker.
j. Melakukan penentuan kadar obat dalam darah.
k. Melakukan pencatatan setiap kegiatan.
l. Melaporkan setiap kegiatan.
Universitas Sumatera Utara
10
2.2.4 Pelayanan Farmasi Satu Pintu
Pelayanan Farmasi Satu Pintu adalah suatu sistem dimana dalam
pelayanan kefarmasian itu sendiri menggunakan satu kebijakan, satu standar
operasional (SOP), satu pengawasan operasional dan satu sistem informasi.
Sistem pelayanan farmasi satu pintu:
1. Instalasi Farmasi bertanggung jawab atas semua obat yang beredar di rumah
sakit.
2. Commitment building : memberikan pelayanan yang terbaik untuk
pelanggan, pelayanan bebas kesalahan (zerro defect) pelayanan bebas copy
resep atau semua resep terlayani di rumah sakit.
3. Membangun kekuatan internal rumah sakit terhadap pesaing farmasi dari luar
dan mewujudkan kekuatan terhadap pelayanan farmasi Rs dengan penyediaan
dana gotong royong seluruh jajaran RS.
4. Penerapan sistem formularium RS.
5. Penerapan satu SOP penulisan resep.
6. Penerapan distribusi obat satu pintu.
7. Penerapan skrining resep oleh farmasis.
8. Penyediaan apotek pelengkap mengikuti formularium RS dan berkoordinasi
dengan instalasi farmasi.
9. Penerapan SIM farmais.
Tujuan dari pelayanan farmasi satu pintu adalah untuk meningkatkan
pelayanan farmasi di RS sehingga dapat memenuhi kebutuhan yang ditetapkan,
memuaskan harapan konsumen, sesuai dengan standar yang berlaku, tersedia pada
harga yang kompetitif dan memberi manfaat bagi Rs.
Universitas Sumatera Utara
11
Keuntungan pelayanan farmasi satu pintu yaitu :
1. Memudahkan monitoring obat.
2. Dapat mengetahui kebutuhan obat secara menyeluruh sehingga memudahkan
perencanaan obat.
3. Menjamin mutu obat yang tersedia sesuai persyaratan kefarmasian.
4. Dapat dilaksanakannya pelayanan obat dengan sistem unit dose ke semua
ruang rawat.
5. Dapat dilaksanakan pelayanan informasi obat dan konseling obat baik bagi
pasien rawat jalan maupun rawat inap.
6. Dapat dilaksanakan monitoring efek samping obat oleh panitian farmasi dan
terapi.
7. Dapat melakukan pengkajian penggunaan obat di Rs, baik obat generik, obat
formularium, obat Askes dan lain-lain sesuai dengan program IFRS serta
PFT.
2.2.5 Sumber Daya Manusia Farmasi Rumah Sakit
Sumber Daya Manusia yang melakukan pekerjaan kefarmasian di rumah
sakit yang termasuk dalam bagan organisasi rumah sakit dengan persyaratan :
(Depkes 2004).
Sumber Daya Manusia
1. Terdaftar di Departemen Kesehatan.
2. Terdaftar di Asosiasi Profesi.
3. Mempunyai izin kerja.
4. Mempunyai Sk penempatan.
Universitas Sumatera Utara
12
Jenis Ketenagaan
a. Untuk pekerjaan kefarmasian dibutuhkan tenaga :
1. Apoteker.
2. Sarjana Farmasi.
3. Asisten Apoteker (AMF,SMF).
b. Untuk pekerjaan administrasi dibutuhkan tenaga:
1. Operator komputer/Teknisi memahami kefarmasian.
2. Tenaga Administrasi.
c. Pembantu Administrasi.
Beban Kerja
Dalam perhitungan beban kerja perlu diperhatikan faktor-faktor yang
berpengaruh pada kegiatan yang dilakukan, yaitu :
1. Kapasitas tempat tidur dan BOR.
2. Jumlah resep atau formulir per hari.
3. Volume perbekalan farmasi.
4. Idealnya 30 tempat tidur = 1 Apoteker (untuk pelayanan kefarmasian).
2.2.6 Fasilitas dan Peralatan
Sarana dan prasarana pelayanan kefarmasian harus dapat menjamin
terselenggaranya pelayanan kefarmasian yang baik, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Harus tersedia ruangan, peralatan dari dan fasilitas lain yang dapat
mendukung administrasi, profesionlisme dan fungsi teknik pelayanan farmais,
sehingga menjamin terlaksananya pelayanan farmasi yang fungsional, profesional
dan etis. (Depkes, 2004).
Universitas Sumatera Utara
13
1. Tersedianya fasilitas penyimpanan barang farmasi yang menjamin semua
barang farmasi teta dalam kondisi yang baik dan dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan spesifikasi masing-masing barang
farmasi dan sesuai dengan peraturan.
2. Tersedianya fasilitas produksi obat yang memenuhi standar.
3. Tersedianya fasilitas untuk pendistribusian obat.
4. Tersedianya fasilitas pemberian informasi dan edukasi.
5. Tersedianya fasilitas untuk penyimpanan arsip resep.
6. Ruangan perawatan harus memiliki tempat penyimpanan obat yang baik
sesuai dengan peraturan dan tata cara.
7. Obat yang bersifat adiksi disimpan sedemikian rupa demi menjamin
keamanan setiap staf.
2.2.6.1 Bangunan
Fasilitas bangunan, ruangan dan peralatan harus memenuhi ketentuan dan
perundang-undang kefarmasian yang berlaku : (Depkes, 2004).
a. Lokasi harus menyatu dengan sistem pelayanan rumah sakit.
b. Terpenuhinya luas yang cukup utnuk penyelenggaraan asuhan kefarmasian di
rumah sakit.
c. Dipisahkan antara fasilitas untuk penyelenggaraan manajemen, pelayanan
langsung pada pasien, dispensing serta ada penanganan limbah.
d. Dipisahkan juga jalur antara steril, bersih dan daerah abu-abu, bebas
kontaminasi.
e. Persyaratan ruang tentang suhu, pencahayaan, kelembapan, tekanan dan
keamanan baik dari pencuri maupun binatang pengerat.
Universitas Sumatera Utara
14
2.2.6.2 Peralatan
Fasilitas peralatan memenuhi persyaratan yang ditetapkan terutama
untuk perlengkapan disepensing baik untuk sediaan steril, non steril maupun cair
untuk obat luar dan dalam. Fasilitas peralatan harus dijamin sensifitas pada
pengukuran dan memenuhi persyaratan, peneraan dan kalibrasi untuk peralatan
tertentu setiap tahun(Depkes, 2004).
Peralatan minimal yang harus tersedia dalam pelayanan farmasi antara
lain :
a. Peralatan untuk penyimpanan, peracikan dan pembuatan obat baik steril
maupun aseptik.
b. Peralatan kantor untuk administrasi dan arsip.
c. Kepustakaan yang memadai untuk melaksanakan pelayanan informasi obat.
d. Lemari penyimpnan khusus untuk narkotika.
e. Lemari pendingin dan AC untuk obat yang terlabil.
f. Penerangan, sarana air, ventilasi dan sistem pembuangan limbah yang baik.
g. Alarm.
2.2.7 kebijakan dan Prosedur
Semua kebijakan dan prosedur yang ada harus tertulis dan dicantumkan
tanggal dikeluarkannya peraturan tersebut. Peraturan dan prosedur yang ada harus
mencerminkan standar pelayanan farmasi mutakhir yang sesuai dengan peraturan
dan tujuan dari pada pelayanan farmasi itu sendiri(Depkes, 2004).
1. Kriteria kebijakan dan prosedur dibuat oleh kepala instalasi, panitia/komite
farmasi dan terapi serta para apoteker.
Universitas Sumatera Utara
15
2. Obat hanya dapat diberikan setelah mendapat pesanan dari dokter dan
apoteker menganalisa secara kefarmasian obat adalah bahan berkhasiat
dengan nama generik.
3. Kebijakan dan prosedur yang tertulis harus mencantumkan beberapa hal
berikut :
a. Macam obat yang dapat diberikan oleh perawat atas perintah dokter.
b. Label obat yang memadai.
c. Daftar obat yang tersedia.
d. Gabungan obat parenteral dan labelnya.
e. Pencatatan dalam rekam farmasi pasien beserta dosis obat yang
diberikan.
f. Pengdaan dn penggunan obat di rumah sakit.
g. Pelayanan perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap, rawat jalan,
karyawan dan pasien tidak mampu.
h. Pengelolaan perbekalan farmasi.
i. Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan mengenai pemakaian obat dan
efek samping obat bagi pasien rawat jalan dan rawat inap serta
pencatatan penggunaan obat yang salah atau dikeluhkan pasien.
j. Pengawasan mutu pelyanan dan pengendalian perbekalan farmasi.
k. Pemberian konseling/informasi oleh apoteker kepada pasien maupun
keluarga pasien dalam hal penggunaan dan penyimpanan obat serta
berbagai aspek pengetahuan tentang obat demi memungkinkan derajat
kepatuhan dalam penggunaan obat.
l. Pemantauan terapi obat (PTO) dan pengkajian penggunaan obat.
Universitas Sumatera Utara
16
m. Apabila ada sumber daya farmasi lain disamping instalasi maka secara
organisasi di bawah koordinasi Instalasi Farmasi.
n. Prosedur/penarikan/penghapusan obat.
o. Pengaturan persediaan dan pesanan.
p. Cara pembuatan obat yang baik.
q. Penyebaran informasi mengenai obatt yang sesuai dengan
pengaturan/undang-undang.
r. Pengamanan pelayanan farmasi dan penyimpanan obat harus terjamin.
s. Peracikan, penyimpanan dan pembuangan obat-obat sitotoksik.
t. Prosedur yang harus ditaati bila terjadi kontaminasi terhadap staf.
4. Harus ada sistem yang mendokumentasikan penggunaan obat yang salah dan
atau mengatasi masalah obat.
5. Kebijakan dan prosedur harus konsisten terhadap sistem pelayanan rumah
sakit lainnya.
2.2.8 Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan adalah suatu proses yang
berkesiambungan yang dimulai dari pemilihan, perencanaan, penganggaran,
pengadaan, penerimaan, produksi, penyimpanan, distribusi. Peracikan,
pengendalian, pengembalian, pemusnahan, pencatatan dan pelaporan, jaminan
mutu serta monitoring dan evaluasi, yang didukung oleh kebijakan, SDM,
pembiayaan dan sistem informasi manajemen yang efisien dan efektif.
Pengelolaan perbekalan farmasi juga harus tercantum dalam kebijakan
dan prosedur yang disusun. Pengelolan perbekalan farmasi merupakam suatu
siklus pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
Universitas Sumatera Utara
17
pendistribusian, pengendalian, penghapusan administrasi dan pelaporan serta
evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan dengan tujuan :
a. Mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efisien.
b. Menerapkan farmakoekonomi dalam pelayanan.
c. Meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga farmasi.
d. Mewujudkan sistem informasi manajemen berdaya guna dan tepat guna.
e. Melaksanakan pengenndalian mutu pelayanan.
2.2.9 Pelayanan Kefarmasian Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan
(Depkes RI, 2004) Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit,
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1197/MenKes/SK/X/2004 adalah
pendekatan profesional yang bertanggung jawab dalam menjamin penggunaan
obat dan alat kesehatan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien
melalui penerapan pengetahuan, keahlian, ketrampilan dan perilakuapoteker serta
bekerjasama dengan pasien dan profesi kesehatan lainnya.
Kegiatan yang dilakukan meliputi :
1. Pengkajian Resep Merupakan kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang
dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasi dan
persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.
2. Dispensing Merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap validasi
resep, interpretasi resep, menyiapkan dan meracik obat, memberikan label
atau etiket, penyerahan obat dengan pemberian in dokumentasi.
3. Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat. Merupakan kegiatan
pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak
diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia
untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan terapi.
Universitas Sumatera Utara
18
4. Pelayanan Informasi Obat.
Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk
memberikan informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter,
apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien.
5. Konseling.
Merupakan suatu proses yang sistematik untuk mengidentifikasikan dan
menyelesaikan masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan
pnggunaan obat pada pasien rawat jalan dan rawat inap.
6. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah.
Melakukan pemeriksaan kadar beberapa obat tertentu atas permintaan dari
dokter yang merawat karena indeks terapi yang sempit.
7. Ronde/visite pasien.
Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap besama tim dokter dan
tenaga kesehatan lainnya.
8. Pengkajian Penggunaan Obat.
Merupakan program evaluasi pengunaan obat yang terstruktur dan
berkesinambungan untuk menjamin obat-obatan yang digunakan sesuai
indikasi, efektif, aman dan terjangkau olehpasien.
Universitas Sumatera Utara
19
2.3 Standar Pelayanan Minimal Farmasi Rumah Sakit
Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor: 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit, terdapat 21 jenis pelayanan rumah sakit yang minimal wajib disediakan
oleh rumah sakit, salah satunya adalah pelayanan farmasi yang meliputi :
a. Waktu tunggu pelayanan.
1) Obat non racikan.
2) Obat racikan.
b. Tidak adanya kejadian kesalahan pemberian obat.
c. Kepuasan pelanggan.
d. Penulisan resep sesuai formularium.
Selain itu, terdapat pula indikator mutu yang dapat menilai setiap jenis
pelayanan yang diberikan, salah satunya mengenai waktu tunggu pelayanan
yangterbagi menjadi dua yaitu waktu tunggu pelayanan obat non racikan dan
waktu tunggu pelayanan obat racikan.
2.4 Faktor yang mempengaruhi Waktu Pelayanan Resep
MenurutWongkar L (2000) dalam penelitiannya mengatakan bahwa
sejumlah faktor yang memberikan kontribusi terhadap waktu tunggu pelayanan
resep, adalah sebagai berikut :
1. Jenis resep, jenis resep dibedakan antara lain racikan dan non racikan.
Dimana jenis resep racikan membutuhkan waktu lebih lama yaitu sebesar
92,7 menit dibandingkan dengan jenis resep jadi yaitu sebesar 35,6 menit.
2. Jumlah Resep dan kelengkapan resep. Dalam hal ini adalah jumlah item
resep, dimana setiap penambahan item obat didalam resep akan memberikan
Universitas Sumatera Utara
20
penambahan waktu pada setiap tahap pelayanan resep. Dalam penelitiannya
diperlihatkan jumlah item obat yang banyak membutuhkan waktu pelayanan
lebih lama yaitu sebesar 66 menit dibandingkan dengan jumlah item sedikit
yaitu 33,8 menit.
3. Shift petugas, dimana pada shift pagi memerlukan waktu pelayanan yang
lebih cepat 81,6 menit dibandingkan dengan shift sore.
4. Ketersediaan SDM yang cukup dan terampil, sehingga dapat mengurangi
lama waktu pelayanan resep di Instalasi Farmasi.
5. Ketersediaan obat sesuai resep yang diterima, sehingga waktu yang untuk
mencari obat pengganti yang lain dapat dikurangi.
6. Sarana dan fasilitas yang dapat menunjang proses operasi pelayanan resep,
antara lain pemakaian alat-alat teknologi yang lebih canggih yang dapat
memberikan kepuasaan kepada pasiennya.
7. Partisipasi pasien/keluarganya selama menunggu proses layanan resep.
Universitas Sumatera Utara
21
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pengambilan
data secara konkuren yaitu pengambilan data penelitian dijalankan bersamaan
dengan pelayanan dilaksanakan.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Jl.
dr. Mansyur No.66, Padang Bulan Selayang I, Medan Selayang,Kota Medan,
Sumatera Utara 20154.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan september-oktober 2017.
3.3 Sumber data Penelitian
Sumber data penelitian adalah resep pasien rawat jalan yang mendapatkan
pelayanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara. Jumlah
sampel sebagai sumber data penelitian dihitung secara proporsi binominal
(Lemeshow, dkk., 1997).
n = =N Zα
2
2 .P.(1−P)
N.D2+.Zα2
2 P.(1−P)
Keterangan: N = jumlah populasi yaitu rata-rata pasien per bulan
Universitas Sumatera Utara
22
n = jumlah sampel minimal yang diperlukan
Z𝑍1−𝛼2⁄ = derajat kepercayaan
p = pasien yang datang ke apotik untuk menebus resep
d = limit dari error atau presisi absolute
Dengan persen kepercayaan yang diinginkan 95%; N = 2400; 𝑍1−𝛼2⁄ = 1.96; p =
0.5; dan d = 0,05 maka diperoleh besar sampel minimal :
n = (1,96)2(0,5)(1−0,5)(2400 )
(0,05)2(2400−1)+ (1,96)2(0,5)(1−0,5)
n = 2304,96
6,9579
n = 331,27
Jumlah sampel minimal yaitu 331 orang dan dalam penelitian ini digenapkan
menjadi 335orang sampel.
3.4 Defenisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian
Variabel Defenisi Kategori
Waktu pelayanan
resep non racikan
Waktu tunggu pelayanan resep obat
non racikan adalah tenggang waktu mulai pasien menyerahkan resep
sampai dengan menerima obat non racikan (Menkes RI, 2008).
1. ≤30
menit
Pelayananresep
racikan
Waktu tunggu pelayanan obat racikan
adalah tenggang waktu mulai pasien menyerahkan resep sampai dengan menerima obat racikan(Menkes RI,
2008).
2. ≤ 60
menit
Universitas Sumatera Utara
23
3.5 Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui pengamatan
langsung/observasi dengan instrument penelitian ini menggunakan Lembar
Pengumpul Data (LPD) yang berisi nama pasien beserta identitasnya, durasi
waktupenerimaan resep, pengerjaan resep, penyerahan obat, serta total waktu
pelayanan resep (menit).
Tabel 3.2 Lembar pengumpul data
Data Pasien Waktu (Pukul) Racikan Non Racikan
No urut Penerimaan
Nama pasien
Pengerjaan Skrining
Penyiapan obat(dispensing)
Poli Penyerahan
Biaya Total waktu
3.6 Analisis Data
Analisis data dengan menggunakan microsoft excel.
Rumus rata-rata (Mean)
X = Σ X / N
Keterangan:
X = waktu rata-rata
Σ X = jumlah waktu pelayanan
N = jumlah sampel
Penilaian kecepatan pelayanan resep ini dikatakan memenuhi persyaratan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129 tahun 2008 tentang
Standar PelayananMinimal Rumah Sakit apabila :
Universitas Sumatera Utara
24
1. Untuk resep obat non racikan, memenuhi persyaratan apabila kecepatan
waktu pelayanan ≤ 30menit.
2. Untuk resep obat racikan, memenuhi persyaratan apabila kecepatan waktu
pelayanan ≤60 menit.
3.7 Prosedur Penelitian
Prosedur kerja yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. menyiapkan lembar pengumpul data untuk waktu tunggu pelayanan resep
b. meminta surat dari Dekan Fakultas Farmasi USU untuk melakukan penelitian
di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.
c. meminta izin Kepada Direktur Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara
untuk melakukan penelitian.
d. memberikan surat izin penelitian dari kepala bidang diklat Rumah Sakit
Universitas Sumatera Utara ke apoteker penanggung jawab instalasi untuk
dapat melakukan penelitian di Rumah Sakit tersebut.
e. mengumpulkan data penelitian.
f. meminta surat izin selesai penelitian dari kepala bidang diklat Rumah Sakit
Universitas Sumatera Utara.
g. melakukan analisis hasil data yang diperoleh dan membuat laporan penelitian.
Universitas Sumatera Utara
25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Resep
Dari hasil penelitian, didapat jumlah sampel dalam penelitian ini
sebanyak 335 resep, terdiri dari 293 resep non racikan dan 42 resep racikan.
Persentase resep racikan dan non racikan dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1Jumlah sampel berdasarkan jenis resep racikan dan non racikan yang dilayani di instalasi farmasi rumah sakit universitas sumatera utara.
No Jenis resep Jumlah sampel Persentase
1 Racikan 42 Resep 12,5 %
2 Non racikan 293 Resep 87,5 %
Total 335 Resep 100 %
4.2 Waktu Tunggu Pelayanan Resep
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa rata-rata waktu
tunggu pelayanan resep yaitu 31,8 menit untuk resep non racikan dan 65 menit
untuk resep racikan. Data lengkap dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Rata rata waktu tunggu pelayanan resep di instalasi farmasi rumah sakit pada hari kerja.
Hari Jenis resep
Resep diterima pada pukul
09.00-11.00 11:00-13:00 13:00-selesai Total
Jml Resep
Waktu tunggu(menit)
Jml Resep
Waktu tunggu
(menit)
Jml Resep
Waktu tunggu
(menit)
Jml Resep
Waktu tunggu (menit)
Senin Non racikan
16 670
8 283
9
201 33
1154
Racikan 4 262 1 68 - - 5 330
Selasa Non
racikan
3
72 36
1158
18
377
57
1607
Racikan 1 62 3 173 4 276 8 511
Rabu Non
racikan
25
705
32
1093
-
-
57
1798
Racikan 2 80 7 483 - - 9 563
Kamis Non racikan
5 105
28
883
34
1092
67
2080
Racikan - - 4 270 5 325 9 595
Jumat Non
racikan
6
178
29
1014
8
350
43
1542
Racikan - - 6 441 - - 6 441
Senin Non racikan
8
254
20
663
8
217
36
1134
Racikan 2 89 2 134 2 67 5 290
Rata-rata
Non Racikan 293 31,8
Racikan 42 65
26
Universitas Sumatera Utara
27
Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Utara (RSUSU) merupakan
rumah sakit pendidikan yang mempunyai instalasi farmasi dan melayani pasien
rawat jalan yang terdidari pasien BPJS, umum, dan IGD serta pasien rawat
inap.Pelayanan resep, baik resep racikan maupun non racikan merupakan salah
satu bentuk pelayanan farmasi klinis di rumah sakit. Salah satu indikator yang
digunakan untuk mengevaluasi mutu pelayanan adalah lamanya waktu tunggu
pelayanan resep di instalasi farmasi, sebagaimana berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No.72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di rumah sakit. Waktu tunggu pelayanan resep adalah tenggang
waktu mulai dari pasien menyerahkan resep sampai dengan pasien menerima
obat(Permenkes, 2016).
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa rata-rata waktu tunggu pelayanan
resep di instalasi farmasi Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara tidak
memenuhi standar pelayanan minimal rumah sakitsesuai kepmenkes No.129
tahun 2008 yang mempunyai standar pelayanan minimal untuk resep non racikan
≤ 30 menit dan resep racikan ≤ 60 menit.Pengerjaan resep non racikan pada jam
09:00-11:00 WIB sebanyak 63 resep, pada jam 11:00–13:00 WIB sebanyak 153
resep dan pada jam 13:00–selesai sebanyak 77 resep. Sedangkan pengerjaan resep
racikan pada jam 09:00-11:00 WIB sebanyak 9 resep, pada jam 11:00 – 13:00
WIB sebanyak 22 dan pada jam 13:00 – selesai sebanyak 11 resep.
Resep yang memenuhi standar waktu tunggu pelayanan resep sebanyak
107 untuk resep non racikan dan sebanyak 7 untuk resep non racikan. Resep yang
tidak memenuhi standar waktu tunggu pelayanan resep adalah sebanyak 186
untuk resep non racikan dan 35 resep untuk resep racikan.Rata-rata waktu yang
Universitas Sumatera Utara
28
dibutuhkan untuk menyelesaikan resep racikan adalah 65 menit, sedangkan
waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan resep non racikan adalah 31,8
menit. Waktu tunggu pelayanan resep racikan lebih lama dibandingkan dengan
pelayanan resep non racikan karena resep racikan memerlukan waktu yang lebih
lama, tidak hanya mempersiapkan obat tetapi juga perlu perhitungan dosis obat,
serta melakukan peracikan obat. Hal tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya
bahwa ada hubungan antara jenis resep dengan waktu pelayanan resep (Septini,
2012).Resep yang diterima diatas pukul 11.00 WIB mempunyai waktu tunggu
yang lebih lama dibandingkan resep yang diterima pada pukul 09.00-11.00 karena
mulai pukul 11.00WIB semua poli sudah lengkap dalam memberikan
pelayanannya sehingga banyak resep yang menumpuk.
Salah satu faktor utama yang mempengarui lamanya waktu tunggu
pelayanan resep di instalasi farmasi USUterdapat tiga fase, fase yang pertama
adalah saat penerimaan resep. Penerimaan dilaksanakan oleh apoteker yang
merangkap pengerjaan skrining.Pada saat skrinig terjadi beberapa kendala
misalnya ketidaksesuaian peresepan dengan riwayat penyakit pasien,
sistem/program komputer yang terbatas, dalam suatu waktu terjadi kerusakan atau
pengisian ulang kertas pencetak nomor antrian pasien sehingga pengerjaan untuk
skrining resep menjadi terhambat dan terdapat beberapa resep yang dikerjakan
tanpa nomor antrian seperti resep untuk pasien umum dan IGD.
Fase kedua adalah saat pengerjaan resep untuk racikan, dalam hal
pengerjaan resep racikan dibutuhkan waktu yang cukup lama yaitu mulai dari
menggerus obat hingga membungkus racikan. Fase ketiga ialah pada saat
penyerahan, saat penyerahan di lakukan pasien di panggil melalui sistem nomor
Universitas Sumatera Utara
29
antrian. Terkadang, saat obat sudah selesai di kerjakan kemudian ditaruh di
keranjang obat kemudian diserahkan kepada pasien dengan memanggil sesuai
nomor urut. Tetapi pada suatu waktu obat yang selesai dikerjakan menumpuk di
meja penyerahan obat, hal ini dikarenakan menunggu pengerjaan resep dengan
nomor antrian yang lebih dahulu untuk diserahkan.
Sumber daya manusia (SDM) ditinjau dari segi kuantitas masih kurang
memadai, banyak atau sedikitnya tenaga teknis kefarmasian di instalasi farmasi
rumah sakit sangat mempengaruhi kecepatan pelayanan resep di instalasi
tersebut.Petugas yang terdiri dari 3 apoteker yang menjalankan tugas masing-
masing diantaranya 2 apoteker (1 orang input data resep pasien rawat inap, 1
orang input data resep rawat jalan)dan 1 apoteker bertugas menyerahkan obat
kepada pasien rawat jalan serta 4 orang tenaga tekhnis kefarmasian yang bertugas
dalam pengerjaan resep non racikan maupun racikan. Berdasarkan Permenkes
nomor 56 tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, SDM
Rumah Sakit Umum kelas C untuk tenaga kefarmasian yang bertugas di rawat
jalan 2 (dua) apoteker yang dibantu oleh paling sedikit 4 (empat) orang tenaga
teknis kefarmasian (Menkes RI, 2014). Sedangkan dalam permenkes No. 72 tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, dijelaskan bahwa
penghitungan kebutuhan Apoteker berdasarkan beban kerja pada Pelayanan
Kefarmasian di rawat jalan yang meliputi pelayanan farmasi menajerial dan
pelayanan farmasi klinik dengan aktivitas pengkajian Resep, penyerahan Obat,
Pencatatan Penggunaan Obat (PPP) dan konseling, idealnya dibutuhkan tenaga
Apoteker dengan rasio 1 Apoteker untuk 50 pasien (Menkes RI, 2016).
Universitas Sumatera Utara
30
Berdasarkan penelitian yang dilakukan (sharif dan sukri, 2003) ada
empat faktor yang mempengaruhiwaktu tunggu. Faktor yang pertama adalah
Sumber Daya Manusia. Sumber daya manusia yang kurang terampil dan
professional akan menyebabkan durasi pelayanan semakin lama. Sebaliknya,
ketersediaan sumber daya manusia yang cukup terampil, lama kerja, beban kerja,
dan pengetahuan pegawai mempengaruhi lama waktu tunggu. Menurut
(Puspitasari, 2011), pengalaman kerja mempengaruhi perilaku kinerja individu.
Semakin lama pengalaman kerja seseorang, maka akan semakin terampil dan
semakin lama masa kerja seseorang akan semakin menambah wawasan dan
kematangan dalam melaksanakan tugas.
Faktor yang kedua adalah peralatan fasilitas atau sarana dan prasarana.
Sebagai contoh Program komputer yang belum sempurna akan mengakibatkan
beberapa pekerjaan dikerjakan secara manual sehingga mempengaruhi lama
waktu pelayanan dan lama waktu tunggu. Faktor yang ketiga yaitu pasien.
Perilaku pasien yang kurang tertib dan disiplin berpengaruh terhadp
meningkatnya waktu tunggu. Faktor yang keempat adalah proses registrasi artinya
proses bagaimana sistem resep masuk ke dalam instalasi farmasi untuk dilakukan
pelayanan peletakan loket yang banyak dan kurang tepat dapat berpotensi
membingungkan pasien dalam hal mencari loket(Puspitasari, 2011).
Menurut penelitian yang dilakukan wijaya (2012) lama waktu tunggu
dipengaruhi oleh sumber daya manusia, jenis pasien, jenis resep, ketersediaan
obat, peresepan dokter, sarana dan prasarana, formularium obat, standar operating
prosedure (SOP) pelyanan resep serta faktor proses pelayanan resep yang
meliputi: penerimaan resep, pemberian harga obat, pembayaran, pengambilan dan
Universitas Sumatera Utara
31
peracikan obat, pemberian etiket obat, dan penyerahan obat kepada pasien. Jumlah
resep yang diterima di depo farmasi juga merupakan salah satu faktor yng
mempengaruhi waktu tunggu pelayanan resep. Selain itu, jumlah item obat tiap
resep serta jumlah racikan resep juga mempengaruhi pada lamanya waktu tunggu
pelayanan resep(Maftuhah, 2016).
Universitas Sumatera Utara
32
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Di Instalasi farmasi pasien
rawat jalan Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara tentang waktu tunggu
pelayanan resep dapat disimpulkan rata-rata waktu tunggu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan resep racikan adalah 65 menit, sedangkan waktu yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan resep non racikan adalah 31,8 menit. Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata waktu tunggu pelayanan resep di Instalasi farmasi pasien rawat
jalan Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara belum memenuhi standar
pelayanan minimal. waktu tunggu pelayanan resep yaitu untuk resep non racikan
≤ 30 menit dan untuk resep racikan ≤ 60 menit.
5.2 Saran
a. Penelitian dengan tema sejenis disarankan untuk mencoba meneliti lama
waktu tunggu berdasarkan perbedaan jumlah item obat yang diresepkan.
b. Sebaiknya jumlah komputer ditambah untuk mempercepat pelaksanaan
skrining resep.
c. Sebaiknya pelayanan Resep BPJS dan Resep Umum disediakan pada tempat
yang terpisah.
Universitas Sumatera Utara
33
DAFTAR PUSTAKA
Bustani,N.M., Rattu, A.J. & Saerang, J.S.M. (2015). Analisis Lama Waktu Tunggu Pelayanan Pasien Rawat Propinsi Sulawesi Utara. Jurnal e Biomedik (eBm). 3(3): 872-883.
Departemen Kesehatan RI, 2004,Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 Tentang Standart PelayananFarmasi di Rumah Sakit., Jakarta. Halaman 12.
Lemeshow, S., Heosmer Jr., D., W., Klar, J. (1997). Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan, Yogyakarta: GMU Press. Halaman 25.
Maftuhah,A.dan Susilo,R. (2016).Waktu tunggu pelayanan resep rawat jalan di Depo farmasi rsud gunung jati kota cirebon 2016. Jurnal Farmasi
Cirebon: Akademik farmasi. Halaman 41-42.
Menkes, RI. (2008). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129/MENKES/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 13.
Menkes,RI.(2016). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 72 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 11-40.
Nurjanah, F., Maramis, F.R.R. & Engkeng, S. (2016). Hubungan Antara Waktu Tunggu Pelayanan Resep Dengan Kepuasan Pasien di
Apotek Pelengkap Kimia Farma BLU Prof.Dr. R. D. Kandau Manado. Jurnal Ilmiah Farmasi. 5(1): 362–370.
Puspitasari, A., (2011). Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Resep Pasien Umum di Depo Farmasi Rawat Jalan RS. Karya Bhakti Tahun 2011. Tesis.Depok:
Universitas Indonesia. Halaman 62. Septini, R. (2012). Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Resep Pasien Askes
Rawat Jalan di Yanmasum Farmasi RSPAD Gatot Subroto tahun 2011.Tesis.Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat. Halaman 07-35.
Sharif, J.dan Sukeri, S., 2003. Study on Waiting Time at the Paediatric Dental
Clinic in Kuala Lumpur Hospital. Journal of QualityImprovment.7(1).
Halaman 21-22.
Wongkar,L.(2000), Analisi Waktu Tunggu Pelayanan Pengambilan Obat di Apotek Kimia Farma Kota Pontianak tahun 2000.Universitas Indonesia, Depok. Halaman 79-84.
Universitas Sumatera Utara
34
Wijaya, H., (2012).Analisis Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Rumah Sakit Bidang Farmasi di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Tugu Ibu Cv Tahun 2012.Tesis. Halaman 55.
Universitas Sumatera Utara
35
Lampiran 1. Surat Perubahan Judul Penelitian
Universitas Sumatera Utara
36
Lampiran 2. Surat Pemohonan Izin Penelitian
Universitas Sumatera Utara
37
Lampiran 3. Surat Keterangan Telah Menyelesaikan Penelitian Di Rumah Sakit
USU
Universitas Sumatera Utara
38
Lampiran 4. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
39
Universitas Sumatera Utara
40
Lampiran 5. Skema Instalasi Farmasi Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara
⑤
④
③ ② ①
B
C
A
D
Keterangan :
① : Penerimaan Resep
② : Administrasi
③ : Administrasi
④ : Penyerahan Resep
⑤ : Penyerahan Resep
A : Ruang Staf B : Penyimpanan Obat C : Penyimpanan Obat
D : Ruang Staf F : Meja
F
Universitas Sumatera Utara