wahyu sifa-skripsi wahyu sifa

Upload: erda-indranata

Post on 05-Jul-2018

254 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/15/2019 WAHYU SIFA-skripsi Wahyu Sifa

    1/41

    1

    ABSTRAK 

    HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PEMBERIAN

    IMUNISASI HEPATITIS B 0-7 HARI DIWILAYAH KERJA

    PUSKESMAS BAKONGAN TIMUR KABUPATEN

    ACEH SELATAN TAHUN 2013

    Wahyu Sifa1, Ritawati

    2

    Latar belakang : Hepatitis B merupakan suatu penyakit hati yang disebabkan oleh“Virus Hepatitis B” (VHB), Suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat menyebabkan

     peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjutmenjadi sirosi hati atau kanker hati. Saat ini lebih dari 350 juta pasien karier virus

    Hepatitis B di dunia, dimana (75%) berada di Asia dan Pasifik Barat.Tujuan penelitian : Untuk Mengetahui “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu DenganPemberian Imunisasi Hepatitis B 0-7 hari di Wilayah Kerja Puskesmas Bakongan Timur 

    Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013”.Metode penelitian :  jenis penelitian ini bersifat analitik  dengan pendekatan cross

     sectiona. Waktu penelitian dari tanggal 12-24 agustus 2013. Sampel yang diambil berjumlah 30 orang ibu yang mempunyai bayi usia 0-2 hari yang berada diwilayah kerjaPuskesmas Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan. Teknik pengambilan sampel

    dengan mengunakan metode total populasi. Sumber data primer diperoleh denganmengunakan kuisioner sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait.Analisa data : dilakukan dengan menggunakan uji chi-square dengan CI 95 % dansignifikasi ditentukan apabila (p value < 0.05). pengolahan data dilakukan dengan SPSS.

    Hasil penelitian :  persentase ibu yang memberikan imunisasi hepatitis B 0-7 hari lebih besar didapatkan pada ibu yang berpengetahuan baik 60 %. Hal ini menunjukan adanyahubungan (p value < 0.05) yang signifikan antara pengetahuan dengan pemberian

    imunisasi hepatitis B 0-7 hari. Persentase ibu yang memberikan imunisasi lebih besar  pada ibu yang bersikap positif 63.3 %. Hal ini menunjukkan ada hubungan p value < 0.05yang signifikan sikap dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari.Kesimpulan :  pengetahuan ( p value = 0.04) hal ini menunjukkan adanya hubungan ( pvalue < 0.05 ) yang signifikan antara pengetahuan dengan pemberian imunisasi hepatitis

    B 0-7 hari. Sikap ( p value = 0.02) hal ini menunjukkan adanya hubungan ( p value <0,05 ) yang signifikasi antara sikap dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari.

    Kata Kunci : Hubungan, Pengetahuan, Sikap, Imunisasi Hepatitis B 0-7 hari

    Sumber : 14 buku + 4 situs internet ( 2005-2013)

    1. Mahasiswa jurusan prodi D IV kebidanan

    2. Dosen pembimbing jurusan D IV kebidanan

  • 8/15/2019 WAHYU SIFA-skripsi Wahyu Sifa

    2/41

    2

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar belakang

    Imunisasi dalam sistem kesehatan nasional merupakan salah satu

     bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan

    angka kematian bayi dan balita. Dasar utama pelayanan kesehatan bidang

     preventif merupakan prioritas utama dengan melakukan imunisasi terhadap

    seorang anak atau balita, tidak hanya memberikan perlindungan pada anak 

    tersebut tetapi juga berdampak kepada anak lainnya, karena adanya pemberian

    imunisasi secara umum yang meningkat dan mengurangi penyebaran infeksi.

    Imunisasi merupakan pemberian kekebalan pada bayi dan anak terhadap

     berbagai penyakit sehingga bayi dan anak tumbuh dalam keadaan sehat

    (Ranuh, 2008).

    Hepatitis B merupakan suatu penyakit hati yang disebabkan oleh

    “Virus Hepatitis B” (VHB), Suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat

    menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil

    kasus dapat berlanjut menjadi sirosi hati atau kanker hati. Saat ini lebih dari

    350 juta pasien karier virus Hepatitis B di dunia, dimana (75%) berada di Asia

    dan Pasifik Barat. Vaksinasi Hepatitis B yang efektif telah tersedia selama

    lebih dari 20 tahun, tetapi transmisi perinatal dan paparan terhadap virus pada

    awal kehidupan merupakan sumber penularan utama. Asia Tenggara

    merupakan daerah endemik infeksi virus Hepatitis B, dimana 8% atau lebih

    merupakan karier Hepatitis B dan risiko infeksi selama hidup bervariasi.

  • 8/15/2019 WAHYU SIFA-skripsi Wahyu Sifa

    3/41

    3

    Transmisi vertikal merupakan sumber infeksi utama di seluruh dunia. Sekitar 

    70 persen terdapat diagnose kasus virus hepatitis B. Akibatnya, penyakit itu

     berisiko menjadi penyakit hati menahun dan tidak mendapatkan pengobatan.

    Virus Hepatitis B yang tidak mendapatkan pengobatan itu dapat menjadi

     penyakit hepatitis menahun, kanker hati, dan sirosis hati yang mengakibatkan

    transplantasi hati dan kematian ( Growupclinic,2012).

    Hepatitis B menjadi ancaman bagi bayi-bayi Indonesia mengingat

    tingginya infeksi virus tersebut di masyarakat. Bayi yang terinfeksi virus

    Hepatitis B berisiko mengalami penyakit hati kronis. Namun, penularan virus

    dapat dicegah dengan imunisasi vaksin segera maksimal 12 jam atau 1-7 hari

    setelah dilahirkan. Vaksin Hepatitis B harus disimpan pada suhu 2-8oC.

    Vaksin yang mengalami pembekuan akan mengurangi efektivitas vaksin.

    Vaksin Hepatitis B termasuk vaksin yang termostabil. Pemanasan pada suhu

    45oC selama 1 minggu atau 37oC selama 1 bulan tidak mengubah

    imunogenisitas dan reaktivitas vaksin (Permanasari, 2012) .

    Bayi umumnya menerima imunisasi untuk memberikan kekebalan

    tubuhnya dari berbagai penyakit terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus

    hepatitis B baik pada bayi, balita maupun pada orang dewasa. Memberikan

    vaksin hepatitis B dalam waktu cepat setelah dilahirkan dapat membantu

    melindungi bayi dari virus yang sampai saat ini sulit disembuhkan. Virus

    hepatitis B ini biasanya menyebar melalui kontak darah atau cairan tubuh

    lainnya. Virus ini sangat mudah menular dan dapat bertahan hidup selama I

    minggu hingga berbulan-bulan didalam tubuh. Salah satunya penyebab

  • 8/15/2019 WAHYU SIFA-skripsi Wahyu Sifa

    4/41

    4

     penularan melalui ibu penderita hepatitis B kepada bayinya saat dalam

    kandungan atau dilahirkan ( Vera F, 2011).

    World Health Organization (WHO) mengatakan infeksi virus hepatitis

    B (HBV) merupakan masalah kesehatan yang serius dibelahan dunia. Virus

    hepatitis B menginfeksi lebih dari 350 juta orang diseluruh dunia. Sekitar (5

    %) dari populasi dunia mempunyai infeksi virus hepatitis B kronis dan

    merupakan penyebab utama hepatitis kronis, serosis dan karsinoma

    hepatoseluler diseluruh dunia. Diperkirakan 500.000 -1.000.000 orang

    meninggal setiap tahun dengan penyakit hati yang terkait virus hepatitis B.

    Daerah-daerah dengan prevalensi hepatitis tinggi, separti Asia Tenggara,

    China, dan Afrika , lebih dari setengah populasi terenfeksi pada suatu saat

    dalam kehidupan mereka, sekitar (10 %) adalah virus pembawa yang

    merupakan hasil dari transmisi neonatal atau penularan satu orang ke orang

    lain. Daerah dengan tingkat endemisitas rendah termasuk Amerika Utara,

    Eropa Barat dan Australia dimana hanya sebagaian kecil mengalami kontak 

    dengan virus (Muttaqin dan sari, 2011).

    Di Indonesia masalah kesehatan masih tinggi karena 460 bayi

    meninggal setiap harinya disebab oleh penyakit yang sebagian besar dapat di

    cegah melalui vaksinasi. Prevalensi kejadian penyakit Hepatitis B di Indonesia

    mencapai tingkat menengah sampai tertinggi. Prevalensi dalam populasi

    umum adalah (5-20%), prevalensi dikalangan donor darah adalah (2.5-36.1%),

     prevalensi peningkatan HbsAg 45.7% mempunyai potensi penularan tinggi.

    Pada penyakit infeksi hepatitis B terutama dalam bentuknya yang kronik 

  • 8/15/2019 WAHYU SIFA-skripsi Wahyu Sifa

    5/41

    5

     belum ada pengobatan yang memuaskan. Oleh karena itu perhatian difokuskan

    kepada pencengahan sedini mungkin dengan pemberian imunisasi hepatitis B.

    Resiko menjadi karier bila terkena infeksi hepatitis B adalah pada bayi baru

    lahir sekitar (90%), bayi usia 1-6 bulan sekitar (80%), bayi usia 7-12 bulan

    sekitar 60 %, balita usia 1-4 tahun (35%) dan dewasa (10%) karena besarnya

    mamfaatan pemberian imunisasi hepatitis B pada bayi baru lahir maka

     pemerintah merecanakan program hepatitis B pada bayi baru lahir dengan

    mengunakan uniject  di D.I Yoyakarta oleh menteri kesehatan pada bulan

     November tahun 2000 (AMI, 2012).

    Prevalensi Hepatitis B di Indonesia masih tinggi disebabkan karena

    keterlambatan dalam pemberian imunisasi. Masih banyaknya kasus penularan

    hepatitis B dari ibu melahirkan ke bayi menjadi penyebab utama Indonesia

    masih dikelompokan sebagai negara dengan prevalensi hepatitis B tinggi.

    Tingginya trasmisi penularan pretikal dari ibu kebayi ini di akibatkan oleh

    keterlambatan waktu pemberian vaksinasi Hepatitis B pada bayi mereka.

    Berdasarkan sejumlah riset yang dilakukan Irsan hasan di Jakarta, ibu hamil

    yang mengidap hepatitis B sebanyak 50% akan beresiko tinggi menularkan

     penyakit tersebut pada bayi mereka. Mayoritas transmisi virus pada bayi

    terjadi pada proses persalinan. Manusia yang sudah telah tertular virus

    hepatitis B sejak bayi, mayoritas 90% akan menjadi hepatitis kronis. Sehingga

     penyakit tersebut bakal ada ditubuh mereka sepanjang hidupnya dan hanya

    sekitar (10%) dari kelompok ini yang bisa disembuhkan (Corneleus,2012).

  • 8/15/2019 WAHYU SIFA-skripsi Wahyu Sifa

    6/41

    6

    Penelitian ini pernah dilakukan oleh Yuhanadh (2012) di wilayah

    Puskesmas Panteraja dengan judul hubungan pengetahuan dan sikap ibu

    dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari dan besar sampel yang di

    ambil sebanyak 50 orang. Hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan ibu

    terhadap Imunisasi Hepatitis B 0-7 hari dengan kategori baik (80 %) dan

    katagori kurang (50%), hal ini lebih besar mempengaruhi tindakan ibu dalam

    membawa anaknya untuk di Imunisasi. Bagi ibu yang pengetahuannya kurang

    tidak memberikan imunisasi pada anaknya dengan alasan yaitu anak sering

    rewel, anak dengan BBLR dan anak yang sering sakit. Sementara hasil

     penelitian menunjutkan persentase yang memberikan imunisasi Hepatitis B 0-

    7 hari didapatkan pada ibu yang bersikap positif sebanyak (48 %) dan ibu

    yang bersikap negatif sebanyak (52%).

    Laporan dinas kesehatan Provinsi Aceh tahun 2012 bahwa pencapaian

    imunisasi hepatitis B 0-7 hari adalah (69,3%), sedangkan target yang

    diharapkan oleh Dinkes Provinsi (90%) ( Profil dinkes NAD, 2012). Menurut

    laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan pada tahun yang sama

     bahwa pencapaian imunisasi hepatitis B 0-7 hari adalah (7,1 %) (Profil Dinkes

    Kabupaten Aceh Selatan). Sedangkan pada laporan Tahunan Puskesmas

    Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan periode Januari s/d Desember 

    Tahun 2012 dengan jumlah sasaran 106 orang bayi pencapaian imunisasi

    Hepatitis B 0-7 hari adalah 96 orang (Data pencatatan dan pelaporan Tahun

    2012 Puskesmas Bakongan Timur).

  • 8/15/2019 WAHYU SIFA-skripsi Wahyu Sifa

    7/41

    7

    Survey awal yang penulis lakukan diwilayah kerja Puskesmas

    Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan pada bulan Maret tahun 2013

    tentang pemberian imunisasi Hepatitis B 0-7 hari pada 8 orang ibu bayi,

    terdapat 4 orang ibu mengatakan tidak tahu tentang manfaat pemberian

    imunisasi tersebut, karena ibu tidak memperdulikan apa yang dilakukan oleh

     bidan penolong karena ibu sedang menghadapi post partum. Jadi pada ibu-ibu

    yang bayinya tidak mendapatkan imunisasi Hepatitis B 0-7 hari dari bidan

     penolong, sebanyak 2 orang pada saat bidan desa melakukan kunjungan

    neonatal pertama, ibu bayi bersikap bahwa bayinya tidak perlu lagi diberikan

    imunisasi karena anaknya masih kecil serta sering menanggis dan juga

    suaminya tidak memberi izin.

    Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk 

    melakukan penelitian tentang “ Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu

    Dengan Pemberian Imunisasi Hepatitis B 0-7 hari di Wilayah Kerja

    Puskesmas Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013”.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan diatas, maka

    dapat dirumuskan masalahnya yaitu “Apakah ada hubungan terhadap

     pengetahuan dan sikap ibu dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari di

    Wilayah Kerja Puskesmas Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan Tahun

    2013 ? “

  • 8/15/2019 WAHYU SIFA-skripsi Wahyu Sifa

    8/41

    8

    C. Tujuan penulisan

    1. Tujuan Umum

    Untuk Mengetahui Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Dengan

    Pemberian Imunisasi Hepatitis B 0-7 hari di Wilayah Kerja Puskesmas

    Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013”.

    2. Tujuan Khusus

    a) Untuk mengidenfikasi hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian

    imunisasi Hepatitis B 0-7 hari di Wilayah Kerja Puskesmas Bakongan

    Timur Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013”.

     b) Untuk mengidenfikasi hubungan sikap ibu dengan pemberian

    imunisasi Hepatitis B 0-7 hari di Wilayah Kerja Puskesmas Bakongan

    Timur Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013”

    c) Untuk mengidenfikasi hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan

     pemberian imunisasi Hepatitis B 0-7 hari di Wilayah Kerja Puskesmas

    Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013”

    C. Manfaat penulisan

    1. Peneliti

    Kesempatan untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan memperluas

    wawasan tentang masalah imunisasi Hepatitis B 0-7 hari serta

    mengaplikasikan teori yang didapatkan kedalam praktek lapangan yang

    sesungguhnya sehingga dapat menambah wawasan penulis khususnya

    dalam bidang ilmu kebidanan dan metode penelitian.

  • 8/15/2019 WAHYU SIFA-skripsi Wahyu Sifa

    9/41

    9

    2. Tempat penelitian

    Sebagai sumber pikiran dan masukan bagi semua tenaga medis khususnya

     bidan, agar dapat memberikan pelayanan sebaik-baiknya sehingga dapat

    meningkatkan derajat kesehatan yang optimal bagi seluruh masyarakat

    dan memberikan masukan kepada puskesmas tentang manfaat pemberian

    imunisasi Hepatitis B 0-7 hari pada bayi sedini mungkin sehingga dapat

    dicegah dengan imunisasi.

    3. Bagi Institusi Pendidikan

    Sebagai salah satu karya ilmiah yang dapat dijadikan sebagai bahan

     bacaan untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa dalam

    mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dipendidikan dan menambah

    literatur atau bacaan dipustakaan, sabagai bahan kajian dan menambah

    informasi yang berkaitan dengan pengetahuan dan sikap ibu terhadap

    imunisasi Hepatitis B 0-7 hari.

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Imunisasi

    Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkat kekebalan seseorang secara

    aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak dia terpajan pada antigen

    yang kekebalan serupa tidak terjadi penyakit (Ranuh, 2008).

    Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan tubuh

    terhadap suatu penyakit dengan memasukan kuman atau produk kuman yang

  • 8/15/2019 WAHYU SIFA-skripsi Wahyu Sifa

    10/41

    10

    sudah dilemahkan atau dimatikan. Memasukan kuman atau bibit penyakit

    tersebut diharapkan tubuh dapat menghasilkan  Eat Anti yang pada akhirnya

    nanti digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit penyakit yang

    menyerang tubuh (Marimbi, 2010 hal 108).

    B. Manfaat imunisasi

    1. Untuk anak 

    Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit dan

    kemungkinan cacat atau kematian

    2. Untuk keluarga

    Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit.

    Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa

    anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.

    3. Untuk negara

    Memperbaiki tingkah kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan

     berakal untuk melanjutkan pembangunan negara (Merimbi, 2010 hal

    112).

    C. Tujuan imunisasi

    Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang.

    Menghilangkan penyakit tertentu pada populasi. Untuk memberikan

  • 8/15/2019 WAHYU SIFA-skripsi Wahyu Sifa

    11/41

    11

    kekebalan kepada bayi agar dapat mencegah penyakit dan mengurangi

    kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering

    terjangkit.

    Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan

    terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Kematian bayi

    yang disebabkan karena tetanus neonatorum (TN) di Indonesia cukup

    tinggi yaitu (67%) dalam upaya mencegah tetanus neonatorum maka

    imunisasi diarahkan kepada pemberian perlindungan bayi baru lahir dalam

    minggu-minggu pertama melalui ibu (Marimbi, 2010 hal 111) .

    Jenis-jenis imunisasi sesuai dengan jenis vaksin yang saat ini

    dipakai dalam program imunisasi rutin di Indonesia, jenis-jenis imunisasi

    tesebut adalah : imunisasi BCG ( Bacillus Calmette Guerine), indikasinya

    untuk pemberian kekebalan aktif untuk Tuberkulosis. Imunisasi DPT

    ( Difteri, Pertusis, Tetanus) indikasi untuk pemberian secara simultan

    terhadap Difteri, Pertusis, Tetanus. Imunisasi polio dan campak 

    (Wahab,2002 hal 50).

    Vaksin yang akan digunakan harus betul-betul efektif. Efektivitas

    semua vaksin ditinjau kembali secara terus menerus. Vaksin yang efektif 

    harus memiliki hal-hal seperti berikut :

    a. Merangsang timbulnya imunitas yang tepat

     b. Stabil dalam penyimpanan

    c. Mempunyai imunogenesitas yang cukup

  • 8/15/2019 WAHYU SIFA-skripsi Wahyu Sifa

    12/41

    12

    Keamanan vaksin sangat penting untuk diperhatikan karena vaksin

    diberikan kepada orang yang tidak sakit. Beberapa komplikasi yang serius

    dapat berasal dari vaksin atau dari pasien (Wahab, 2002 hal 43-50).

    D. Penyakit hepatitis B

    Hepatitis adalan suatu penyakit hati yang disebabkan oleh ”virus Hepatitis

    B” (VHB), suatu anggota  family Hepadnavirus yang dapat menyebabkan

     peradangan hati atau menahun yang sebagai kasus dapat berlanjut menjadi

    sirosis hati. Sebagian besar virus hepatitis B pada anak-anak didapat dalam

    usia perinatal. Bayi baru lahir menghadapi resiko terkena hepatitis jika ibunya

    terinfeksi virus hepatitis B atau merupakan karier virus hepatitis B selama

    kehamilannya. Kemungkinan jalur penularan maternal-fetal meliputi :

    a. Kebocoran virus lewat plasenta yang terjadi pada akhir kehamilan atau

     pada saat persalinan.

     b. Terminumnya cairan ketuban atau darah ibu.

    c. Pemberian ASI, khususnya jika ibu memiliki puting susu yang pecah-

     pecah atau lecet (Wong, 2009).

    Proses terjadinya hepatitis B pertama kali pada umumnya

    disebabkan karena virus. Setelah virus masuk ke dalam tubuh maka terjadi

    respon imun tubuh terhadap virus yang merusak pada daerah hati sehingga

    terjadi perubahan fungsi seluler yang dapat menimbulkan inflamasi,

    nekrosis, atau autolisis hati yang pada akhirnya dapat menimbulkan

    regenerasi sel. Pada pengkajian ditemukan adanya ikterus, mual, muntah,

  • 8/15/2019 WAHYU SIFA-skripsi Wahyu Sifa

    13/41

    13

    nyeri perut, masa subklinik gejala sangat ringan, apabila tandanya sangat

    hebat yang disertai adanya ganguan kesadaran dan adanya gejala serosis.

    Diagnosis yang terjadi pada anak penyakit hepatitis B yaitu kurang nutrisi

    (kurang dari kebutuhan), kurang volume cairan dan elektrolit, intoleransi

    aktivitas dan risiko infeksi (Hidayat, 2006).

    E. Imunisasi Hepatitis B

    Lebih dari 100 negara memasukkan vaksinasi ini dalam program

    nasionalnya. Apalagi indonesia yang termasuk negara endemis tinggi penyakit

    hepatitis. Jika menyerang anak, penyakit yang disebabkan virus ini sulit

    disembuhkan. Bila sejak lahir telah terinfeksi Virus Hepatitis B ( VHB) dapat

    menyebabkan kelainan-kelainan yang dibawanya terus hingga dewasa. Sangat

    mungkin terjadi sirosis atau pengerutan hati (kerusakan sel hati yang berat).

    Bahkan yang lebih buruk bisa mengakibatkan kanker hati (Marimbi,2010 hal

    151).

    Upaya pencegahan adalah langkah terbaik. Jika ada salah satu anggota

    keluarga dicurigai kenak virus hepatitis B (VHB), biasanya dilakukan

     sceening  terhadap anak-anaknya untuk mengetahui apakah membawa virus

    atau tidak. Pemeriksaan harus dilakukan kendati anak tak menunjukkan gejala

    sakit apapun. Selain itu, imunisasi merupakan langkah efektif untuk mencegah

    masuknya virus hepatitis B (VHB) (Marimbi, 2010 hal 152).

    1. Jadwal pemberian imunisasi

  • 8/15/2019 WAHYU SIFA-skripsi Wahyu Sifa

    14/41

    14

    Umur : saat lahir 

    Vaksin : Hepatitis B 0-7 hari

    Keterangan : Hepatitis B 0-7 hari harus diberikan dalam waktu 12 jam

    setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1 dan 6 bulan. Apabila status  surface

    antigen hepatitis B (HBsAg) ibu positif dalam waktu 12 jam setelah lahir 

    diberikan  HBlg  0,5 ml bersamaan dengan vaksin HB-1. Apabila semula

    status  surface antigen hepatitis B (HBsAg) ibu tidak diketahui dan

    ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui bahwa ibu  surface antigen

    hepatitis B (HbsAg) positif maka masih dapat diberikan  HBlg  0,5 ml

    sebelum bayi berumur 7 hari (Marimbi, 2010 hal 115).

    2. Usia pemberian :

    Bayi harus menerima vaksin virus hepatitis B dalam 12 jam setelah lahir 

    dengan syarat kondisi bayi stabil, tak ada gangguan pada paru-paru dan

     jantung. Dilanjutkan pada usia 1 bulan dan usia antara 3 sampai 6 bulan.

    Khusus bayi yang lahir dari ibu pengidap virus hepatitis B (VHB) selain

    imunisasi yang dilakukan kurang dari 12 jam setelah lahir, juga diberikan

    imunisasi tambahan dengan  Imunoglobulin anti hepatitis B dalam waktu

    sebelum berusia 24 jam (Tietjen, 2004 hal k-6).

    3. Lokasi penyuntikan :

    Pada anak dilengan dengan cara inframuskuler. Sedangkan pada bayi

    dipaha lewat anterolateral ( antero = otot-otot di bagian depan, lateral =

    otot bagian luar). Penyuntikan dibokong tak dianjurkan karena bisa

    mengurangi efektifitas vaksin (Marimbi,2010 hal 152).

  • 8/15/2019 WAHYU SIFA-skripsi Wahyu Sifa

    15/41

    15

    4. Efeksamping :

    Umumnya tak terjadi, jika pun ada (kasusnya sangat jarang) berupa

    keluhan nyeri pada bekas suntikan yang disusul demam ringan dan

     pembengkakan. Namun reaksi ini akan menghilang dalam waktu 2 hari.

    5. Tanda keberhasilan :

    Tak ada tanda klinis yang dapat dijadikan patokan. Namun dapat

    dilakukan pengukuran keberhasialan melalui pemeriksaan darah dengan

    mengecek kadar Hepatitis B nya setelah anak berusia setahun. Bila

    kadarnya diatas 1000 berarti daya tahan nya 8 tahun, diatas 500 tahan 5

    tahun, diatas 200 tahan 3 tahun. Tetapi kalau angkanya cuma seratus

    maka dalam setahun akan hilang. Sementara bila angkanya nol berarti

    sibayi harus disuntik ulang 3 kali lagi (Marimbi, 2010 hal 153).

    6. Efektivitas :

    a) Merangsang timbulnya imunitas yang tepat yaitu antibodi untuk toksin

    dan organisme ekstraseluler  seperti  streptococcus pneumoniae,

    imunitas seluler untuk  organisme intraseluler  seperti basil 

    tuberkulosis.

     b) Stabil dalam penyimpan yaitu hal ini saat penting untuk vaksin hidup

    yang biasanya perlu disimpan ditempat dingin atau memerlukan rantai

     pendingin (cold chain) yang sempurna dari pabrik ke klinik.

    c) Mempunyai imunogenesitas yang cukup yaitu imunogenesitas vaksin

     bahan mati sering perlu dinaikkan dengan ajuvan (Wahab, 2002 hal

    43)

  • 8/15/2019 WAHYU SIFA-skripsi Wahyu Sifa

    16/41

    16

    F. Pengetahuan

    Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

    tindakan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui indra

    manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran, rasa dan raba. Sebagian besar 

     pengetahuan manusia diperoleh memlalui mata dan tenlingga ( Notoatmodjo

    ,2003 hal 17-128 ).

    Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang di cakup dalam

    domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:

    1. Tahu (know)

    Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di

     pelajari sebelum nya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling

    rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu apa yang telah di

     pelajari antara lain: menyebutkan, mendefinisikan, menyatakan dan

    sebagainya.

    2. Memahami (comprehension)

    Memahami diartikan suatu kemampuan menjelaskan secara benar 

    tentang objek yang diketahui dan dapat meginterpretasikan materi secara

     benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

    menjelaskan dan menyebutkan. Misalnya dapat menjelas kan mengapa

    harus makan makanan bergizi.

  • 8/15/2019 WAHYU SIFA-skripsi Wahyu Sifa

    17/41

    17

    3. Aplikasi (application)

    Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

    yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill (sebenarnya) misalnya

    dapat megunakan prinsi-prinsip pemecahan masalah kesehatan dari kasus

    yang diberikan.

    4. Analisis (analysis)

    Analisis adalah suatu kemampuan umtuk menjabarkan materi atau

    objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur 

    organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

    5. Sintesis (synthesis)

    Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau

    mehubungkan bagian-bagian dari suatu bentuk keseluruhan yang baru.

    Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat

    menyesuaikan dan sebagainya.

    6. Evalusi (evaluation)

    Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

     justivikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilain-

     penilain itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

    menggunakan kriteria yang telah ada.

    Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

    angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek 

     penelitian atau responden (Notoadmodjo, 2003 hal 128-130).

  • 8/15/2019 WAHYU SIFA-skripsi Wahyu Sifa

    18/41

    18

    G. Sikap

    1. Pengertian sikap

    Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih

    tertutup terhadap sauatu stimulasi atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat

    dilihat langsung tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari

     perilaku yang tertutup sikap secara nyata menujukkan konotasi adanya

    kesesuaian reasi terhadap stimulasi tertenntu. Dalam kehidupan sehari-

    hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulasi

    sosial (Notoatmodjo 2003).

     Newcom salah seorang ahli psikolog sosial menyatakan bahwa

    sikap itu merupakan kesiapan atau ketersediaan untuk bertindak, dan

     bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan

    suatu tindakan aktifitas akan tetapi adalah merupakan”  Per-disposisi”

    tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup bukan

    merupakan reaksi terbuka tingkah laku yang terbuka (Notoatmodjo 2003).

    2. Komponen pokok sikap

     Notoatmodjo 2003 menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3

    (tiga) komponen pokok :

    a. Kepercayaan atau keyakian, ide, dan konsep terhadap suatu objek.

     b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

    c. Kecendrungan untuk bertindak (trend to behave ).

  • 8/15/2019 WAHYU SIFA-skripsi Wahyu Sifa

    19/41

    19

    Ketiga komponen ini secara bersama -sama membentuk sikap yang

    utuh (total attitude ). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan,

     pikiran, keyakinan, dan emosional memegang peranan penting.

    3. Sikap terdiri dari beberapa tingkatan antara lain :

    a. Menerima ( receiving )

    Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

    simulasi yang berikan.

     b. Merespon (responding )

    Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

    menyelesaikan tugas yang diberika adalah suatu indikasi dari sikap,

    karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau

    mengerjakan tugas yang diberikan terlepas dari pekerjaan itu benar 

    atau salah adalah berarti bahwa oarng menerima ide tersebut.

    c. Menghargai (value)

    Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

    masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat 3.

    d. Tanggung jawab (responsible), Bertanggung jawab atas segala sesuatu

    yang telah dipilih dengan segala resiko merupakan sikap yang paling

    tinggi ( Notoatmodjo,2003 hal 130-132).

    H. Kerangka Teori

  • 8/15/2019 WAHYU SIFA-skripsi Wahyu Sifa

    20/41

    20

    Menurut Notoatmojdo (2003), Perilaku pada kesehatan dasarnya

    adalah respon seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan

    sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan.

    Respons atau reaksi manusia, baik bersifat pasif ( pengetahuan,

     persepsi dan sikap ) maupun bersipat aktif ( tindakan yang nyata atau

     practive). Sedangkan stimulus atau rangsangan di sini terdiri 4 unsur pokok,

    yakni : sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan dan lingkungan.

    Dengan demikian secara lebih terinci perilaku kesehatan itu mencakup :

    1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana

    manusia berespons, baik secara pasif ( mengetahui, bersikap dan

    menpersepsi penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan diluar 

    dirinya, maupun aktif ( tindakan ) yang di lakukan sehubungan dengan

     penyakit dan sakit tersebut. Ada pun tingkat pencegahannya adalah :

    a) Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan

    kesehatan ( health promotion berhavior ).

     b) Perilaku pencengahan penyakit (health prevention behavior )

    c) Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan (health

     seekking behavior ).

    d) Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health

    rehabitation behavior ).

    2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respon seseorang

    terhadap sistem pelayanan kesehatan baik sistem pelayana kesehatan

    moderen maupun tradisional. Perilaku ini menyangkut respon terhadap

  • 8/15/2019 WAHYU SIFA-skripsi Wahyu Sifa

    21/41

    21

    fasilitas pelayanan kesehatan, cara pelayanan, petugas kesehatan dan

    obat-obatannya yang terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan

     pengunaan fasilitas, petugas dan obat-obatan.

    3. Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior ) yakni respons

    seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan.

    4. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (enviromental health

    behavior ) yakni respons seseorang terhadap lingkungan sebagai

    determinan kesehatan masyarakat. Lingkup perilaku ini seluas lingkup

    kesehatan lingkungan itu sendiri (Notoatmojdo, 2003 hal 121-122).

    Kerangka teori pada penelitian ini adalah modifikasi dari dari

     beberapa landasan teori perubahan perilaku kesehatan. Green and Kruiter 

    dalam Glanz (2005), mengemukankan 3 faktor yang mempengaruhi

     perilaku kesehatan yaitu :

    a. Faktor predisposisi ( predisposing factor ), merupakan faktor 

    antesenden terhadap perilaku yanng menjadi dasar atau motivasi

     perilaku dan yang termasuk didalamnya adalah: pengetahuan, sikap,

    keyakinan dan nilai-nilai serta persepsi individu untuk melakukan

    tindakan.

     b. Faktor pemungkin (enabling factor ), merupakan antesenden terhadap

     perilaku yang memingkinkan motivasi atau aspirasi terlaksana dan

    yang termasuk dalam faktor pemungkin adalah sasaran dan prasarana

    kesehatan.

  • 8/15/2019 WAHYU SIFA-skripsi Wahyu Sifa

    22/41

    22

    c. Faktor penggugat (enabling faktor ), adalah konsenkuensi dari perilaku

    yang di tentukan apakah pelaku menerima umpan balik yang positif 

    atau negatif dan mendapatkan dukungan sosial setelah perilaku

    dilakukan. Faktor pemguat mencakup: dukungan sosial dari tenaga

    kesehatan, tokoh masyarakat, keluarga pengaruh sebaya.

    Adapun skema teori Green and Kruiter dalam Glanz (2005), dan Anderson (1995)

    dipaparkan dan dirangkum dalam suatu landasan teori berikut ini :

    Green and Kruiter dalam Glanz (2005) Andersom (1995)

    Faktor predisposisi

    Pengetahuan

    Sikap

    Keyakinan

     Nilai

    Self efficacy

    Kapasitas

    faktor yang memungkinkan programlayananSumber daya yang diperlukan-

    Forbehavioral

    AnenviromentalHasil untuk berealizedKeterampilan baru yang

    diperlukan untuk-

    Perdisposing

    karakteristik 

    demografis

    struktur sosial

    keyakinan kesehatan

    spesifik 

     perilaku

    dengan

    individu atau

  • 8/15/2019 WAHYU SIFA-skripsi Wahyu Sifa

    23/41

    23

    Gambar 1. Skema modifikasi teori green and Kruiter dalam Glans (2005)

    Dan teori Andersen (1995)

    I. Kerangka Konsep Penelitian

    1. Kerangka konsep

    Berdasarkan kerangka teoritis yang telah dikemukakan, maka dapat

    disusun skema kerangka konsep dalam penelitian adalah sebagai berikut :

    Variabel Independent Variabel Dependent

    Reiforcing faktor 

    dukungan Sosial

     pengaruh teman sebaya

    orang lain yang signifikanyg mewakili

     penguatan

    Mengaktifkan Sumber

    Daya

    Pribadi / Keluarga

    masyarakat

     perlu

    Dirasakan (Perihal

    Assesment)

    Dievaluasi (klinisdiagnosis)Baru!Klik 

     bintang untuk menyimpan

    terjemahan ini ke dalam

    Buku Frasa Anda.

    Pengetahuan Ibu

  • 8/15/2019 WAHYU SIFA-skripsi Wahyu Sifa

    24/41

    24

    Gambar 1. Kerangaka konsep penelitian

    2. Hipotesis Penulisan

    Ho : Tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dengan

    imunisasi Hepatitis B 0-7 hari diwilayah kerja Puskesmas Timur 

    Bakongan Kabupaten Aceh Selatan.

    Ha : Ada hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dengan

    imunisasi Hepatitis B 0-7 hari diwilayah kerja Puskesmas Timur 

    Bakongan Kabupaten Aceh Selatan.

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Adapun penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik karena

     bertujuan menganalisa, menjelaskan suatu hubungan, menguji berdasarkan

    teori yang ada dan menggunakan pendekatan cross sectional  yaitu jenis

     penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel

    Pemberian Imunisasi

    Hepatitis B 0-7 hari

    Sikap Ibu

  • 8/15/2019 WAHYU SIFA-skripsi Wahyu Sifa

    25/41

    25

    independen dan dependen dinilai secara simultan pada suatu saat dan tidak ada

    tindak lanjut (Arikunto, S, 2010).

    B. Populasi dan Sampel

    1. Populasi

    Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi

    0 – 2 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Bakongan Timur Kabupaten Aceh

    Selatan Tahun 2013 berjumlah 30 orang.

    2. Sampel

    Sampel dalam penelitian ini di ambil semua populasi yang ada di

    Wilayah Kerja Puskesmas Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan

    Tahun 2013 berjumlah 30 orang.

     No Nama Desa Jumlah Sampel

    1 Ujung pulo cut 3

    2 Ujung pulo rayeuk 5

    3 Seubadeh 8

    4 Ladang rimba 3

    5 Lhok jamin 3

    6 Simpang 4

    7 Seulekat 4

    C. Tempat dan waktu penelitian

    1. Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilakukan diwilayah kerja Puskesmas Bakongan

    Timur Kabupaten Aceh Selatan.

    2. Waktu penelitian

    Penelitian ini dilakukan pada tanggal 12 – 25 Agustus Tahun 2013.

    n

  • 8/15/2019 WAHYU SIFA-skripsi Wahyu Sifa

    26/41

    26

    D. Teknik Pengempulan Data

    1. Data Primer

    Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dengan cara

    mengedarkan kuesioner langsung dengan responden tentang pengetahuan

    dan sikap ibu dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari di Wilayah

    Kerja Puskesmas Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013.

    2. Data Sekunder

    Data sekunder didapatkan dari laporan cakupan Imunisasi Tahun

    2013 Puskesmas Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan.

    E. Definisi Operasional

    Berdasarkan kerangaka teoritis dan kerangka konsep yang tekah

    dikemukakan diatas, maka dapat disususn defenisi operasional. Defenisi

    operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

    Tabel 1.

    Defenisi Operasioanal

    No Variabel Defenisi Cara ukur Alat ukur Hasil

    ukur

    Skala

    ukur

    Variabel Dependen

    1 Pemberian

    Imunisasi

    Hepatitis B

    0-7 hari

    Pemberian

    imunisasi

    Hepatitis B

    usia 0-7 hari

     pada bayi

    ibu

    Observasi

    diberikan bila

    ada tanggal

     pemberian di

    KMS, tidak 

    ada diberikan

    apa bila tidak 

    cheek list Ada

    Tidak 

    ada

    Ordina

    l

  • 8/15/2019 WAHYU SIFA-skripsi Wahyu Sifa

    27/41

    27

    ada tanggal

     pemberian di

    KMS

    Variabel Independen

    2 Pengetahuan Pengetahuan

    ibu tentang

     pemberian

    Imunisasi

    Hepatitis B

    0-7 hari

    Kuisioner Wawancara Baik  

    X > 5.03

    Kurang

    X < 5.03

    Ordinal

    3 Sikap Pernyataan

    ibu terhadap

     pemberian

    Imunisasi

    Hepatitis B

    0-7 hari

    Kuisioner Wawancara Positif  

    X > 27.6

     Negatif 

    X < 27.6

    Ordinal

    F. Instrumen Penelitian

    Instrumen penelitian ini adalah alat yang digunakan untuk 

    mendapatkan data penelitian, instrumen dalam penelitian ini berupa kuisioner 

    ( angkat). Kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk 

    memperoleh informasi dari responden ( Arikunto. 2006).

  • 8/15/2019 WAHYU SIFA-skripsi Wahyu Sifa

    28/41

    28

    Kuisioner juga disusun berdasarkan Bagian pertama identitas

    responden meliputi : nomor responden, tanggal, umur, perkerjaan, tempat

    tinggal dan pendidikan.

    1. Pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari

    Ya : jika responden menjawab ada

    Tidak ada : jika responden menjawab tidak diberikan

    Selanjutnya Untuk memastikan apakah bayi ibu sudah atau belum

    mendapatkan imunisasi hepatitis B 0-7 hari, lihat di KMS.

    2. Pengetahuan terhadap pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari terdiri

    dari 8 pertanyaan. Kuesioner untuk pengetahuan mengunakan multiple

    choice.

    Baik : jika responden menjawab dengan tepat x > 5.03 dari pertanyaan

    yang diberikan.

    Kurang : jika responden menjawab dengan kurang tepat x < 5.03 dari

     pertanyaan yang diberikan.

    3. Sikap terhadap pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari yang terdiri

    dari 8 pertanyaan menggunakan skala likert, berikan tanda cheek list 

    (v) pada salah satu jawaban.

    a) Sangat setuju (SS)

     b) Setuju (S)

    c) Ragu-ragu (RR)

    d) Tidak setuju (TS)

    e) Sangat tidak setuju (STS)

  • 8/15/2019 WAHYU SIFA-skripsi Wahyu Sifa

    29/41

    29

    a. Positif : jika responden menjawab dengan tepat x > 27.6 dari

     pertanyaan yang diberikan dan pertanyaan positif terdiri dari nomor 

    1, 2, 3, 4.

     b. Negatif : jika responden menjawab dengan kurang tepat x < 27.6

    dari pertanyaan yang diberikan dan pertanyaan negatif terdiri dari

    nomor 5, 6, 7, 8.

    G. Pengolahan dan Analisa Data

    1. Pengolahan data

    Data yang telah terkumpul diolah dengan langkah-langkah sebagai

     berikut (Purwanto, 2004) :

    a.  Editing  : Dilakukan pengecekan kelengkapan data, bila terdapat

    kesalahan maka akan diperbaiki dengan pemeriksaan ulang.

     b. Coding  : Pemberian nilai pada hasil yang telah ditetapkan dan

    menjumlahkannya.

    c. Transfering : yaitu data yang telah diberi kode disusun secara

     berurutan mulai dari responden pertama sampai responden terakhir untuk 

    dimasukan dalam tabel.

    d. Tabulating  : Perhitungan sesuai variabel yang dibutuhkan lalu

    dimasukan ke dalam tabel distribusi frekuensi untuk mempermudah

    analisa data dan pengambilan kesimpulan.

  • 8/15/2019 WAHYU SIFA-skripsi Wahyu Sifa

    30/41

    30

    2. Analisa data dilakukan dengan cara :

    1) Analisa univariat

    Yaitu untuk mengetahui distribusi frekuensi, rata-rata (X) dan

    standar deviasi. Dalam menentukan katagori setiap variabel maka peneliti

    dapat berpedoman pada nilai rata-rata (X) setiap variabel tersebut yaitu:

    x =

    Keterangan :

     x = Rata-rata sampel

    = Total nilai

    n = Jumlah sampel

    Data yang diperoleh dari kuesioner dimasukkan kedalam tabel

    distribusi frekuensi, kemudian dipresentasekan ketiap-tiap kategori dengan

    menggunakan rumus sebagai berikut. (Notoadmodjo,2005).

    %100 xn

     f  P  

    Ketrangan :

    P = persentase

     f  = Frekwensi teramati

    n = Jumlah sampel

    1. Analisa Bivariat

    Analisa bivariat merupakan analisis hasil dari variabel-variabel

     bebas yang di duga mempunyai hubungan dengan variabel terikat. Analisa

    yang digunakan adalah tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa dilakukan

     x

    n

     x

  • 8/15/2019 WAHYU SIFA-skripsi Wahyu Sifa

    31/41

    31

    analisa statistik dengan menggunakan uji kategorik  Chi Square Test  (X2)

     pada tingkat kemaknaannya adalah 95 % ( P ≤ 0,05 ) sehingga dapat

    diketahui ada atau tidakanya perbedaan yang bermakna secara statistik,

    dengan menggunakan program computer SPSS  for windows Versi 17,0.

    Melalui perhitungan uji Chi square ( x2 ) selanjutnya ditarik suatu

    kesimpulan bila nilai P lebih kecil atau sama dengan nilai alpha (0,05)

    maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang menunjukkan ada hubungan

     bermakna antara variabel terikat dengan variabel bebas.

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum Kecamatan Bakongan Timur

    Kecamatan Bakongan Timur merupakan salah satu kecamatan yang

    mempunyai 7 desa yaitu desa ujung pulo cut, desa ujung pulo rayeuk, desa

    seubadeh, desa ladang rimba, desa simpang, desa sawah tingkeum, dan desa

    seulekat dengan jumlah penduduknya sekitar 5235 orang. Adapun batas-batas

    wilayah kecamatan bakongan timur adalah sebelah timur berbatasan dengan

    laut, sebelah barat berbatasan dengan kecamatan kota bakongan, sebelah utara

     berbatasan dengan kecamatan trumon, sebelah selatan berbatasan dengan

     bukit barisan.

    Kecamatan Bakongan Timur terletak antara pesisir pantai dan

     pengunungan bukit barisan serta mata pencarian penduduk rata-rata nelayan

  • 8/15/2019 WAHYU SIFA-skripsi Wahyu Sifa

    32/41

    32

    dan petani. Tingkat pendidikan dan pengetahuan pendudukan rata-rata masih

    rendah serta pengaruh budaya atau adat istiadat yang masih tinggi terhadap

     perubahan perilaku terutama perilaku kesehatan. Hal ini sangat berpengaruh

    terhadap pengetahuan dan sikap penduduk terhadap program-program

    kesehatan yang di anggap oleh penduduk merupakan suatu hal yang baru.

    B. Hasil Penelitian

    1. Analisa Univariat

    a. Pemberian Imunisasi Hepatitis B 0-7 Hari

    Tabel 1.

    Distribusi Frekuensi Pemberian Imunisasi Hepatitis B 0-7 Hari

    Diwilayah Kerja Puskesmas Bakongan Timur Aceh Selatan

    No Pemberian Imunisasi

    HepatitisB 0-7 hari

    F (%)

    1 Ada diberikan 24 80

    2 Tidak ada diberikan 6 20

    Jumlah 30 100

    Berdasarkan tabel 1 diatas bahwa mayoritas responden yang ada

    diberikan imunisasi hepatitis B 0-7 hari yaitu 80 % .

    b. Pengetahuan

    Tabel 2.

  • 8/15/2019 WAHYU SIFA-skripsi Wahyu Sifa

    33/41

    33

    Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian

    ImunisasiHepatitis B 0-7 Hari Diwilayah KerjaPuskesmas

    Bakongan Timur Aceh SelatanNo Pengetahuan F (%)

    1 Baik 18 60

    2 Kurang 12 40

    Jumlah 30 100

    Berdasarkan tabel 2 diatas bahwa mayoritas responden yang memiliki

     pengetahuan baik yaitu 60 % .

    c. Sikap

    Tabel 3.

    Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Dengan Pemberian ImunisasiHepatitis B 0-7 Hari Diwilayah Kerja Puskesmas

    Bakongan Timur Aceh Selatan

    No Sikap F (%)

    1 Positif 19 63.3

    2 Negatif 11 36.7

    Jumlah 30 100

    Berdasarkan tabel 3 diatas bahwa mayoritas responden memilki sikap

     positif yaitu sebesar 63.4 %.

    2. Anilisa Bivariat

    a. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian Imunisasi

    Hepatitis B 0-7 Hari

  • 8/15/2019 WAHYU SIFA-skripsi Wahyu Sifa

    34/41

    34

    Tabel 4

    Hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi hepatitis B

    0-7 hari dapat disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini.

     No Pengetahuan

    Pemberian imunisasi

    Jml % Nilai

    α

    P

    valueada diberikan %tidak ada

    diberikan%

    1 Baik 18 100 0 0 18

    0,05 0,04

    2 Kurang 6 50 6 50 12

    Berdasarkan tabel 4 diatas responden yang memiliki pengetahuan baik 

    dan memberikan imunisasi hepatitis B 0-7 hari sebesar 100% dan responden yang

    memiliki pengetahuan kurang dan memberikan imunisasi hepatitis B 0-7 hari

    sebesar 50%. Hasil uji statistik (uji chi-square) diperoleh nilai P = 0,04 (P>0,05),

    artinya hipotesa alternatif peneliti diterima yaitu ada hubungan yang bermakna

    antara pengetahuan dengan pemberian imunisasi HB 0-7 hari.

    b. Hubungan Sikap Ibu Dengan Pemberian Imunisasi Hepatitis B 0-7

    Hari

    Tabel 5

    Hubungan sikap ibu dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari

    dapat disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini.

     No Sikap

    Pemberian imunisasi

    Jml % Nilai

    α

    P

    valueada

    diberikan%

    tidak ada

    diberikan%

  • 8/15/2019 WAHYU SIFA-skripsi Wahyu Sifa

    35/41

    35

    1 Positif 19 100 0 0 19

    0,05 0,02

    2 Negatif 5 45,5 6 54,5 11

    Berdasarkan tabel 5 diatas responden yang memiliki sikap positif dan

    memberikan imunisasi hepatitis B 0-7 hari sebesar 100% dan responden yang

    memiliki sikap negatif dan memberikan imunisasi hepatitis B 0-7 hari sebesar 

    45,5%. Hasil uji statistik (uji chi-square) diperoleh nilai P = 0,02 (P>0,05),

    artinya hipotesa alternatif peneliti diterima yaitu ada hubungan yang bermakna

    antara sikap dengan pemberian imunisasi HB 0-7 hari.

    C. Pembahasan

    1. Hubungan Pengetahuan Dengan Pemberian Imunisasi Hepatitis B 0-7

    Hari

    Hasil penelitian menunjukan bahwa persentase ibu yang

    memberikan imunisasi hepatitis B 0-7 hari lebih besar didapatkan pada ibu

    yang berpengetahuan baik sebanyak 18 orang atau 60 %, dibandingkan

    dengan ibu yang berpengetahuan kurang sebanyak 12 orang atau 40 %.

    Secara analisa statistik dengan mengunakan chi square test  didapatkan

    nilai p (0.04) < 0.05. Sehingga hipotesis menyatakan bahwa ada hubungan

     pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 dapat

    diterima.

    Hasil penelitian yuhanadh ( 2012) menujukkan bahwa ada

    hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan pemberikan

  • 8/15/2019 WAHYU SIFA-skripsi Wahyu Sifa

    36/41

    36

    imunisai hepatitis B 0-7 hari diwilayah kerja puskesmas panteraja dengan

    hasil persentase ibu yang berpengetahuan baik lebih banyak yaitu 80 % di

     bandingkan ibu yang berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 20 %. Hal ini

    sependapat dengan penelitian yang penulis dapatkan menunjukan bahwa

    ada hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-

    7 hari diwilayah kerja puskesmas bakongan timur.

    Menurut teori pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah

    orang melakukan tindakan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan

    terjadi melalui indra manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran, rasa

    dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

    telinga ( Notoatmodjo ,2003).

    Menurut asumsi penelitian pengetahuan ibu dengan pemberian

    imunisasi hepatitis B 0-7 hari dipuskesmas bakongan timur termasuk 

    dalam katagori baik hal ini secara langsung mempengaruhi tindakan ibu

    dalam memberikan imunisasi hepatitis B 0-7 hari pada anaknya dan

    sebagian ibu-ibu yang berpengetahuan baik tetapi tidak mengizinkan

    anaknya di imunisasikan hepatitis B 0-7 hari disebabkan karena adanya

    faktor keluarga serta suami yang tidak setuju dengan alasan anaknya

    masih sangat kecil serta sering menanggis.

    Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa

     pengetahuan merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan

     pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari.

  • 8/15/2019 WAHYU SIFA-skripsi Wahyu Sifa

    37/41

  • 8/15/2019 WAHYU SIFA-skripsi Wahyu Sifa

    38/41

    38

    Menurut asumsi penelitian sikap ibu dengan pemberian imunisasi

    hepatitis B 0-7 hari di Puskesmas Bakongan Timur termasuk dalam

    katagori positif hal ini secara langsung mempengaruhi tindakan ibu dalam

    memberikan imunisasi hepatitis B 0-7 hari pada anaknya dan sebagian ibu-

    ibu yang bersikap negatif karena ibu berpendapat tidak perlu di

    imunisasikan hepatitis B 0-7 hari karena mengakibatkan anaknya demam

    dan juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti orang-orang yang

     berpengaruh disekitarnya yaitu mertua, nenek, dan lain sebagainya.

    Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa sikap

    ibu salah satu faktor yang mempengaruhi hubungan pemberian imunisasi

    hepatitis B 0-7 hari.

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    Setelah dilakukan penelitian dan uji statistik tentang hubungan pengetahuan

    dan sikap ibu dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari diwilayah kerja

     puskesmas bakongan timur kabupaten aceh selatan tahun 2013 sebanyak 30

    responden maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

    1. Ada hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-

    7 hari diwilayah kerja puskesmas bakongan timur kabupaten aceh selatan

    ( p value = 0,04 )

  • 8/15/2019 WAHYU SIFA-skripsi Wahyu Sifa

    39/41

    39

    2. Ada hubungan sikap ibu dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari

    diwilayah kerja puskesmas bakongan timur kabupaten aceh selatan

    ( p value = 0.02 )

    B. Saran

    1. Bagi peneliti

    Diharapkan kepada peneliti agar dapat melakukan penelitian lebih lanjut

    yang berkaitan dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari, sehingga

    semua factor yang mempengaruhi pencapaian cakupan imunisasi hepatitis

    B 0-7 hari dapat diteliti dengan lengkap. Demi pencapaian target imunisasi

    sesuai dengan target nasional yaitu 100 %.

    2. Bagi tempat penelitian

    Kepada petugas kesehatan dipuskesmas bakongan timur agar terus

    mempertahankan pemberian informasi baik melalui penyuluhan peorangan

     pada saat kunjungan rumah ataupun penyuluhan perkelompok pada saat

     pelaksanan posyandu dan informasi yang diterima membawa angapan

     positif bagi peningkatan promosi kesehatan dimasa yang akan datang.

    3. Bagi intitusi pendidikan

    Kepada intitusi pendidikan agar melaksanakan kegiatan ekstra kurikulum

     bagi mahasiswa yang berhubungan dengan pelayanan imunisasi khususnya

    tentang cara penberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari. Menyediakan lebih

     banyak waktu untuk belajar dilahan preaktek sehingga pada saat selesai

  • 8/15/2019 WAHYU SIFA-skripsi Wahyu Sifa

    40/41

    40

    kuliah nanti mahasiswa sudah mampu mengaplikasikan disiplin ilmu yang

    mereka miliki.

    DAFTAR PUSTAKA

    Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian, Edisi Revisi VI, Rhineka Cipta, Jakarta.

    Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian, Edisi Revisi VI, Rhineka Cipta, Jakarta.

    Aide Medicale International (AMI),2012, Kesehatan Anak-Anak,

    http://Majalahpembawapesankesehatan.com. (Diambil 30 maret 2013 jam10.25 wib).

    Andersen, 1995. Perubahan Perilaku Kesehatan. Jakarta

    Creen, 2005. Perubahan Perilaku Kesehatan. Jakarta

    Grow up clinic, 2012. Hepatitis B dan Imunisasi Hepatitis B Pada Anak dan

    Remaja, http:// chidrengrowup. Word press.com. (Di ambil 2 maret 2012

     jam 20.10 wib).

    Hidayat, A, 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Penerbit Salemba

    Medika Jakarta.

     Notoatmodjo.S, 2005. Metodelogi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi : Rhineka

    Cipta Jakarta.

     Notoatmodjo. S, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Edisi Revisi : Rhineka

    Cipta Jakarta.

    Marimbi, H,2010. Tumbuh Kembang Status Gizi dan Imunisasi Dasar Pada

    Balita. Penerbit : Nahu Medika Yogyakarta

    Muttaqin A dan Sari K, 2011. Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah .

    Penerbit : Salemba Medika.

    Tietjen, L, 2004. Panduan Pencegahan Infeksi. Jakarta.

    Susanto, 2012. Prevalensi Penyakit Hepatitis B di Indonesia,

    http://www.mediaindonesia.com. (Di ambil 1 april 2013 jam 09.10 wib).

    Permanasari, 2012. Imunisasi Bayi Sesaat Dilahirkan, http://ad56. Kompasads.

    com. (Diambil 2 april 2013 jam 10.20 wib).

    Purwanto, 2004 . Pengantar Statistik Keperawatan. EGC : Jakarta

    Profil dinkes, 2012. Provinsi Aceh.

  • 8/15/2019 WAHYU SIFA-skripsi Wahyu Sifa

    41/41

    41

    Profil dinkes, 2012. Kabupaten Aceh Selatan.

    Ranuh. G.N, 2008, Pedoman Imunisasi di Indonesia, Ikatan Dokter Anak Indonesia ( IDAI), Jakarta.

    Yuhanadh, 2012. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Dengan Pemberian

    Imunisasi Hepatitis B 0-7 hari di Puskesmas Pante Raja Kabupaten

    Pidie Jaya . http://www.skripsistikes.com. (Di ambil 29 ferbuari 2013 jam

    10.10wib).

    Wahab dan Julia, 2002. Sistem Imun,Imunisasi dan Penyakit Imun. Penerbit

    Widya Medika

    Wong, 2009. Keperawatan Pediatri. Penerbit EGC