validitas diagnostik skor pulp (peptic ulcer · pdf fileakut abdomen yang lain seperti...
TRANSCRIPT
TESIS
VALIDITAS DIAGNOSTIK SKOR PULP (PEPTIC
ULCER PERFORATION) DALAM MEMPREDIKSI
MORTALITAS PADA PASIEN DENGAN PERFORASI
ULKUS PEPTIKUM YANG DI OPERASI DI RSUP
SANGLAH – DENPASAR
INGE KURNIAWATI
NIM : 1214028105
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2017
ii
VALIDITAS DIAGNOSTIK SKOR PULP (PEPTIC
ULCER PERFORATION) DALAM MEMPREDIKSI
MORTALITAS PADA PASIEN DENGAN PERFORASI
ULKUS PEPTIKUM YANG DI OPERASI DI RSUP
SANGLAH – DENPASAR
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister
Pada Program Magister, Program Studi Ilmu Biomedik,
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
INGE KURNIAWATI
NIM : 1214028105
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2017
iii
VALIDITAS DIAGNOSTIK SKOR PULP (PEPTIC
ULCER PERFORATION) DALAM MEMPREDIKSI
MORTALITAS PADA PASIEN DENGAN PERFORASI
ULKUS PEPTIKUM YANG DI OPERASI DI RSUP
SANGLAH – DENPASAR
Tesis untuk Memperoleh Gelar Spesialis Bedah Umum
Pada Bagian/SMF Ilmu Bedah,
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar
INGE KURNIAWATI
NIM : 1214028105
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2017
iv
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI
TANGGAL 16 MEI 2017
Pembimbing I, Pembimbing II,
dr. I Ketut Wiargitha, SpB(K)Trauma Dr.dr.Tjok GB Mahadewa SpBS(K)Spinal
NIP.196006211987101001 NIP 197409062002121001
Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Bedah
Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana
dr. I Ketut Wiargitha, SpB(K)Trauma
NIP.196006211987101001
Sekretaris Program Studi Ilmu Bedah
Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana
dr. Putu Anda Tusta Adiputra SpB(K)Onk
NIP.197506212003121002
v
Tesis Ini Telah Diuji pada
Tanggal 16 Mei 2017
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana,
Nomor :
Tertanggal :
Ketua : dr. I Ketut Wiargitha, SpB(K)Trauma
Anggota :
1. Dr. dr. Tjok Gde Bagus Mahadewa,M.Kes, SpBS(K) Spinal
2. Dr. dr. Nyoman Golden, Sp.BS(K)
3. dr. Gede Suwedagatha, Sp.B (K) Trauma
4. dr. Gede Budhi Setiawan, Sp.B(K)Onk
vi
Scanned by CamScanner
vii
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis hanturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat – Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis
dengan judul “Validitas diagnostik skor PULP (Peptic Ulcer Perforation)
dalam memprediksi mortalitas pada pasien dengan perforasi ulkus peptikum
yang di operasi di RSUP Sanglah-Denpasar”.
Karya tulis ini merupakan salah satu persyaratan dalam menempuh Program
Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Bedah Umum di Departemen / SMF Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana / RSUP Sanglah Denpasar.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang setinggi –
tingginya kepada :
dr. I Ketut Wiargitha, Sp.B (K) Trauma sebagai Ketua Program Studi Ilmu
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Udayana / RSUP Sanglah Denpasar
sekaligus pembimbing utama penelitian ini, sekaligus pembimbing metodologi
penelitian yang telah dengan penuh kesabaran dan perhatiannya memberikan
bimbingan, dorongan semangat, inspirasi, dan nasehat sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ini dengan baik.
Dr. dr. Tjokorda Gde Mahadewa, SpBS(K) sebagai pembimbing akademik,
pembimbing kedua, sekaligus pembimbing statistik penelitian yang telah
memberikan bimbingan dan masukan, serta keilmuannya untuk memperlancar
penyelesaian karya tulis ini.
viii
Prof. Dr. dr. Sri Maliawan, Sp.BS(K) sebagai Kepala Departemen/SMF
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Udayana / RSUP Sanglah Denpasar, yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Program
Pendidikan Dokter Spesialis di program studi Bedah Umum.
dr. Putu Anda Tusta Adiputra, Sp.B(K)Onk sebagai Sekretaris Program Studi
Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Udayana / RSUP Sanglah Denpasar
yang memberikan dukungan dan semangat bagi penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan pendidikan dengan baik.
dr. Ida Bagus Darma Putra, Sp.B–KBD dan Seluruh Staf Pengajar
Departemen / SMF Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Udayana / RSUP
Sanglah Denpasar sebagai guru dan teladan bagi penulis yang dengan penuh
dedikasi dan kesabaran telah banyak memberikan ilmu, bimbingan, dukungan dan
semangat kepada penulis selama mengikuti pendidikan Bedah Umum dan dalam
menyelesaikan karya tulis ini.
Dr. dr. Gde Ngurah Indraguna Pinatih, M.Sc, Sp.GK, sebagai Ketua Program
Studi Ilmu Biomedik yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk
mengikuti program studi Combined Degree.
dr. I Wayan Sudana, M.Kes sebagai Direktur Utama RSUP Sanglah Denpasar
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar di lingkungan
RSUP Sanglah yang bertaraf internasional yang beliau pimpin.
Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD–KEMD, sebagai rektor Universitas
Udayana yang telah memberikan kesempatan belajar di universitas Udayana.
ix
Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) sebagai Direktur Program Pasca
Sarjana Universitas Udayana yang telah memberikan penulis kesempatan untuk
mengikuti pendidikan combined degree di program pasca sarjana ini.
Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp.OT(K) sebagai Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana yang telah memberikan penulis kesempatan untuk mengikuti
Pendidikan Spesialis Bedah Umum di fakultas kedokteran Universitas Udayana.
Orang tua, saudara dan sahabat yang menjadi inspirasi bagi penulis, yang
senantiasa memberikan motivasi, dan dukungan yang tiada henti selama penulis
menjalani pendidikan spesialis ini.
Seluruh rekan PPDS I Bedah Umum atas kerjasama, dukungan dan
bantuannya dalam proses penelitian ini serta selama proses pendidikan.
Seluruh staf di Instalasi Rekam Medis Sanglah, sekretariat Bedah, seluruh
staf dan paramedis di Instalasi Rawat Inap Bedah, Instalasi Rawat Jalan Bedah,
Instalasi Bedah Sentral, Instalasi Rawat Darurat Bedah dan staf badan koordinator
pendidikan RSUP Sanglah Denpasar, atas kerjasama dan bantuannya selama
penulis menjalani pendidikan dan menyelesaikan penelitian ini.
Akhir kata, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam karya tulis
ini, namun semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan, dan
mohon maaf atas segala kekurangan. Kritik dan saran yang membangun sangat
bermanfaat bagi penulis di kemudian hari
Denpasar, Mei 2017
Inge Kurniawati
x
ABSTRAK
VALIDITAS DIAGNOSTIK SKOR PULP (PEPTIC ULCER
PERFORATION) DALAM MEMPREDIKSI MORTALITAS PADA
PASIEN DENGAN PERFORASI ULKUS PEPTIKUM YANG DI OPERASI
DI RSUP SANGLAH – DENPASAR
Perforasi ulkus peptikum merupakan kegawatdaruratan non trauma yang
banyak ditemui, dan memberikan mortalitas hingga 70%. Perlunya suatu sistem
skor untuk skrining dan stratifikasi awal penderita di triage untuk memprediksi
tingkat mortalitas paska operasi. Tujuan dari penelitian ini adalah memvalidasi
skor PULP dalam memprediksi mortalitas pada pasien perforasi ulkus peptikum
yang dioperasi.
Pada penelitian retrospektif cross sectional ini, kami mendata 50 pasien
dengan perforasi ulkus peptikum yang dioperasi, setiap pasien akan dihitung skor
PULP dan ada tidaknya mortalitas paska operasi. Dimana parameter untuk
membentuk skor PULP adalah usia, adanya penyakit keganasan aktif atau AIDS,
sirosis hepatis, penggunaan obat steroid, pre operatif syok, onset nyeri hingga
pasien datang ke RS, peningkatan serum kreatinin, dan status fisik ASA pasien.
Akan dihitung nilai “cut off” terbaik, sensitivitas, spesifisitas, NPP, NPN, dan
akurasi skor PULP dalam memprediksi mortalitas paska operasi.
Nilai “cut off” terbaik pada penelitian ini adalah > 7, dimana pasien
dengan skor PULP > 7 memiliki resiko mortalitas tinggi paska operasi (> 25%),
sedangkan skor PULP <7 memiliki resiko rendah (<25%). Uji validitas yang
dilakukan terhadap skor PULP dalam memprediksi perforasi ulkus peptikum yang
dioperasi terhadap mortalitas pasca operasi sebagai pemeriksaan baku emas,
didapatkan sensitivitas 91,7%, spesifisitas 65,4%, angka prediksi positif 71%,
angka prediksi negatif 89,9% dan akurasi 78%.
Kesimpulan dari penelitian ini Skor PULP memiliki validitas yang baik
dan dapat digunakan sebagai alat skrining penderita dengan perforasi ulkus
peptikum yang akan dioperasi.
Kata kunci : skor PULP, perforasi ulkus peptikum, mortalitas
xi
ABSTRACT
VALIDITY OF PULP (PEPTIC ULCER PERFORATION) SCORE TO
PREDICT MORTALITY IN PATIENTS WITH OPERATED PPU
(PERFORATED PEPTIC ULCER) IN SANGLAH HOSPITAL
Perforated peptic ulcer is one of non traumatic emergency case in
emergency unit, and have high mortality rate, more than 70% in elderly. Accurate
and early identification of high-risk surgical patients with perforated peptic ulcer
(PPU) is important for triage and risk stratification. The objective of the present
study was to evaluate the validity of PULP score to predict mortality in patients
with operated PPU.
Between January 2015 to December 2016, 50 consecutive patients with
PPU whom performed laparotomy were studied retrospectively. This study was a
diagnostic test to evaluate the validity of PULP score to predict mortality in
patient with operated PPU and determine the best cut-off point. Presentation ≥ or
<24 hours, age older than 65 years old, presence of preoperative shock, ASA
score, presence of AIDS or active malignancy, liver failure, concomitant use of
steroids and serum creatinine > 14.7 g/dL were evaluate in PULP score.
The cut off point for PULP score in present study is > 7, based on the
optimal cut-off value, patients could be divided into low-risk patients (a score of
<7 points), and high-risk patients (a score of > 7 points). PULP score had 91.7%
sensitivity, 65.4% specificity, and 78% accuracy in this study. Positive predictive
value and negative predictive value were 71% and 89.9%.
The PULP score sensitively predicts mortality in patients operated for
perforated peptic ulcer and can assist in risk stratification and triage.
Keyword : PULP score, perforated peptic ulcer, mortality
12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perforasi ulkus peptikum merupakan indikasi operasi kegawatdaruratan
lambung yang paling sering dan sering dihubungkan dengan komplikasi yang
berpotensial mengancam nyawa. Perforasi terjadi pada sekitar 2-10% kejadian
ulkus peptikum (Behrman, 2005). Mortalitas dan morbiditas yang diakibatkan
oleh perforasi ulkus peptikum ini sangatlah penting, dimana proporsi resiko
mortalitas dilaporkan sebesar 20-50% di beberapa penelitian yang berbasis
populasi (Christensen, dkk., 2007; Lohsiriwat, dkk., 2009; Lau, dkk., 2011;
Thorsen, dkk., 2011; Bae, dkk., 2012; Møller, dkk., 2012). Perforasi itu sendiri
merupakan penyebab kematian pada 70% pasien dengan ulkus peptikum dan
resiko mortalitas akibat penyakit ini meningkat 10 kali lipat dibanding penyakit
akut abdomen yang lain seperti apendisitis akut dan kolesistitis akut (Bertleff dan
Lange, 2010; Søreide, dkk., 2014; Menekse, dkk., 2015).
Beberapa sistim skoring yang dikembangkan untuk memprediksi hasil
akhir telah dilaporkan dalam berbagai penelitian, akan tetapi tidak satupun dari
sistim skoring tersebut mampu menunjukkan superioritas satu dengan yang lain
(Thorsen, dkk., 2013). Tujuan diadakannya sistim skoring ini adalah untuk
memfasilitasi penatalaksanaan secara adekuat pasien dengan perforasi ulkus
peptikum serta menurunkan angka mortalitas dan morbiditas (Boey, dkk., 1987;
Lee, dkk., 2001; Mishra, dkk., 2003; Rix dan Bates, 2007; Lohsiriwat, dkk.,
13
2009). Lebih lanjut, identifikasi pasien dengan perforasi ulkus peptikum yang
beresiko tinggi terjadinya perburukan kondisi setelah pembedahan adalah penting
untuk pengambilan keputusan secara klinis. Identifikasi awal dan akurat pasien
yang beresiko tinggi dapat membantu stratifikasi tingkat resiko dan sangat
berguna di triase, seperti waktu dan lama stabilisasi fungsi respirasi dan sirkulasi
preoperatif, perawatan di unit intensif (ICU) pasca operasi serta tingkat dan lama
observasi (Lohsiriwat, dkk., 2009; Møller, dkk., 2012).
Sistim skoring yang paling dikenal untuk memprediksi mortalitas pada
pasien dengan perforasi ulkus peptikum adalah skor Boey (Boey, dkk., 1987).
Skor Boey ini sering dipakai oleh karena kesederhanaannya dan nilai prediksi
yang tinggi untuk mortalitas pada pasien dengan perforasi ulkus peptikum
(Lohsiriwat, dkk., 2009). Akan tetapi, akurasi skor ini untuk memprediksi
morbiditas masih dipertanyakan (Lee, dkk., 2001; Lohsiriwat, dkk., 2009).
Møller, dkk. (2012) memperkenalkan untuk pertama kalinya sistim skoring PULP
(Peptic Ulcer Perforation) yang ditujukan secara spesifik untuk memprediksi
mortalitas pada pasien dengan perforasi ulkus peptikum yang dioperasi. Skor
PULP terlihat lebih akurat, akan tetapi lebih kompleks dan belum divalidasi selain
metode kohort (Møller, dkk., 2012; Thorsen, dkk., 2014).
Di Indonesia sendiri, sistem skor jarang dipergunakan terutama unuk kasus
kasus perforasi ulkus peptikum dimana kasus ini termasuk salah satu kegwat
daruratan bedah non trauma yang banyak. Dengan berkembangnya masyarakat
dan pengetahuan yang mudah diperoleh lewat media internet, para praktisi
kesehatan dituntut untuk memperikan penjelasan dan prognostik pasien terhadap
14
pasien dan keluarga. Diharapkan skor PULP dapat digunakan untuk sarana
skrining kemungkinan terjadinya mortalitas paska operasi untuk pasien dengan
perforasi ulkus peptikum. Karena adanya perbedaan karakteristik sampel
masyarakat Asia tenggara terutama Indonesia, dengan masyarakat Amerika –
Eropa terutama di bagian gaya hidup mengkonsumsi alkohol, obat – obatan, dan
perbedaan pada banyaknya penderita AIDS, maka perlu dilakukan suatu validasi
skor ini untuk masyarakat Indonesia. Kemampuan skor ini memprediksi pasien di
Indonesia, dan berapa titik potong terbaik untuk menentukan mortalitas perlu
dikaji lebih lanjut.
Berdasarkan data-data tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai validasi diagnostik skor PULP dalam memprediksi mortalitas
pada pasien dengan perforasi ulkus peptikum yang di operasi di RSUP Sanglah,
Denpasar. Karena sejauh yang peneliti ketahui, skor ini belum pernah diterapkan
di Indonesia. Dengan perbedaan kelompok populasi umur penderita perforasi
ulkus peptikum, perbedaan latar sosio-ekonomi, pemahaman tentang kesehatan
khususnya ulkus peptikum dan perbedaan gaya hidup, hal ini dapat memberikan
perbedaan dalam resiko terjadinya mortalitas pasca operasi. Hal tersebut
diharapkan memberikan dampak yang positif terutama mengenai identifikasi awal
dan memfasilitasi stratifikasi pasien yang beresiko tinggi, yang dimana setelah
adanya stratifikasi pasien dapat memberikan panduan penanganan preoperatif
yang adekuat dan pasca operasi yang memadai.
15
1.2 Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:
Bagaimana validasi diagnostik skor PULP dalam memprediksi mortalitas pada
pasien dengan perforasi ulkus peptikum yang di operasi di RSUP Sanglah –
Denpasar?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui validasi diagnostik skor PULP dalam memprediksi
mortalitas pada pasien dengan perforasi ulkus peptikum yang di operasi di RSUP
Sanglah – Denpasar.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui nilai “cut off” skor PULP dalam memprediksi mortalitas pada
pasien dengan perforasi ulkus peptikum yang di operasi di RSUP Sanglah
– Denpasar.
2. Mengetahui sensitivitas skor PULP dalam memprediksi mortalitas pada
pasien dengan perforasi ulkus peptikum yang di operasi di RSUP Sanglah
– Denpasar.
3. Mengetahui spesifisitas skor PULP dalam memprediksi mortalitas pada
pasien dengan perforasi ulkus peptikum yang di operasi di RSUP Sanglah
– Denpasar.
16
4. Mengetahui nilai prediksi skor PULP dalam memprediksi mortalitas pada
pasien dengan perforasi ulkus peptikum yang di operasi di RSUP Sanglah
– Denpasar.
5. Mengetahui akurasi skor PULP dalam memprediksi mortalitas pada pasien
dengan perforasi ulkus peptikum yang di operasi di RSUP Sanglah –
Denpasar.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademik
Memberikan data dan menambah khasanah pengetahuan tentang hubungan
dan peran skor PULP pada pasien dengan perforasi ulkus peptikum. Hasil
penelitian yang didapatkan juga dapat digunakan sebagai data dasar untuk
penelitian berikutnya mengenai tingkat morbiditas pada pasien dengan perforasi
ulkus peptikum yang di operasi.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Dapat dipergunakan sebagai alat untuk identifikasi awal dan stratifikasi
pasien yang beresiko tinggi akan terjadinya perburukan klinis pasca
operasi.
2. Dapat dipergunakan sebagai modalitas pertimbangan penatalaksanaan
yang lebih adekuat terutama penanganan preoperatif dan pasca operasi,
seperti perawatan secara intensif di unit intensif (ICU).