upaya peningkatan hasil belajar ips melalui pendekatan problem based...
TRANSCRIPT
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI
PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DAN
MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SISWA
KELAS 4 SD NEGERI BLOTONGAN 01 SALATIGA
SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2015/2016
ARTIKEL SKRIPSI
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
pada Universitas Kristen Satya Wacana
oleh
Dyah Pramudhita Setyohadi
292012027
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
1
2
3
4
5
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI
PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DAN
MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SISWA
KELAS 4 SD NEGERI BLOTONGAN 01 SALATIGA
SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Dyah Pramudhita Setyohadi
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP
Universitas Kristen Satya Wacana
Email: [email protected]
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah peningkatan hasil belajar IPS
dapat diupayakan melalui pendekatan problem based learning (PBL) dan model numbered
heads together (NHT) siswa kelas 4 SD Negeri Blotongan 01 Salatiga semester II tahun
pelajaran 2015/2016.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) menggunakan model spiral,
yang dikemukakan C. Kemmis dan Mc Taggart. Prosedur penelitian ada dua siklus. Setiap
siklus memiliki tiga langkah yaitu langkah perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi,
dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas 4 SD Negeri Blotongan 01 Salatiga yang
berjumlah 20 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dan nontes dengan
instrumen tes adalah butir soal dan nontes adalah lembar observasi dilengkapi dengan rubrik
pengukuran afektif dan psikomotor. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik
deskriptif komparatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, peningkatan hasil belajar IPS KD 2.3 dapat
diupayakan melalui penggunaan pendekatan PBL dan model NHT siswa kelas 4 SD Negeri
Blotongan 01 Salatiga semester II tahun pelajaran 2015/2016 dengan KKM ≥ 90, terbukti. Hal
ini ditunjukkan dengan perbandingan hasil belajar IPS berdasarkan (1) ketuntasan belajar
antara siklus 1 : siklus 2 adalah 14 : 18, (2) skor minimum antara siklus 1 dan siklus 2 adalah
78 : 82, (3) skor maksimum siklus 1 dan siklus 2 adalah 100 : 100, dan (4) skor rata-rata
antara siklus 1 : siklus 2 adalah 92,15 : 95,85. Penelitian ini dinyatakan berhasil ditunjukkan
oleh jumlah siswa yang tuntas sebanyak 18 siswa melebihi target yang ditetapkan dalam
indikator kinerja yaitu ≥ 85% dari seluruh siswa.
Kata Kunci : Pembelajaran IPS, Pendekatan Problem Based Learning (PBL) dan
Model Numbered Heads Together (NHT), dan Hasil Belajar IPS.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Menurut Undang-undang No.20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 “Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
6
masyarakat, bangsa, dan negara”. Pendidikan senantiasa berkenaan dengan kehidupan manusia,
sebab pendidikan terjadi dalam situasi sosial, artinya terjadi interaksi antar manusia dan
interaksi manusia dengan lingkungannya.
Berdasarkan observasi lapangan dan wawancara dengan guru kelas 4 yang dilakukan
di kelas 4 SD Negeri Blotongan 01 Salatiga semester II tahun pelajaran 2015/2016, dalam
materi koperasi dan kesejahteraan rakyat nampak bahwa guru membuat persiapan
pembelajaran secara tertulis berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) beserta
perangkatnya. Selain itu guru telah membuat tujuan pembelajaran yaitu siswa mampu
memahami tujuan dan manfaat koperasi, serta mampu membandingkan macam-macam
koperasi, sehingga langkah-langkah pembelajaran terarah namun tidak mengikuti pendekatan
dan model tertentu. Pada pembelajaran pra siklus berlangsung, tidak dilakukan pengamatan
oleh observer sehingga tidak nampak bahwa pembelajaran yang dilaksanakan telah berhasil
atau belum. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru telah terarah dan bervariasi, tidak
monoton aktivitas belajarnya, namun tidak mengikuti pada model dan pendekatan tertentu
seperti dalam model NHT dan pendekatan PBL. Guru memberikan evaluasi berupa tes
formatif untuk mengukur hasil belajar siswa. Sedangkan aspek afektif dan psikomotor siswa
diukur setelah kegiatan berlangsung.
Hasil belajar siswa diperoleh dari penilaian proses dan hasil. Penilaian proses dalam
hal ini adalah unjuk kerja aspek afektif dan psikomotor, serta penilaian hasil aspek kognitif
berupa tes formatif. Sehingga akan diperoleh skor nontes dan skor tes hasil belajar IPS siswa
kelas 4 SD Negeri Blotongan 01 Salatiga pra siklus tidak tuntas berdasarkan ketuntasan KKM
≥ 90 sebanyak 40% (8 dari 20 siswa) dan 60% (12 dari 20 siswa) tuntas.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah peningkatan hasil belajar IPS
dapat diupayakan melalui pendekatan PBL dan model NHT siswa kelas 4 SD Negeri
Blotongan 01 Salatiga semester II tahun pelajaran 2015/2016.
Penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan hasil belajar IPS menggunakan
pendekatan PBL dan model NHT. Bagi siswa, meningkatkan hasil belajar IPS siswa dengan
melibatkan secara langsung siswa dalam pembelajaran IPS melalui pendekatan PBL dan odel
NHT. Bagi guru, memberi pertimbangan dalam mendesain pembelajaran IPS yang menarik,
menyenangkan, dan kreatif. Meningkatkan keterampilan guru untuk melaksanakan
pengukuran proses belajar dan pengukuran hasil belajar. Bagi sekolah, dapat mendorong guru
untuk mendesain pembelajaran IPS dengan menggunakan pendekatan PBL dan model NHT.
Meningkatkan hasil belajar melalui menerapkan pengukuran proses dan hasil belajar. Bagi
7
peneliti selanjutnya, sebagai referensi untuk mendesain pembelajaran menggunakan
pendekatan PBL dan model NHT dalam upaya peningkatan hasil belajar IPS.
KAJIAN PUSTAKA
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses
pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan di kehidupan masyarakat, sehingga
peserta didik diharapkan memperoleh pemahaman lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu
yang berkaitan (Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi). Melalui mata pelajaran
IPS, peserta didik akan lebih mampu menempatkan diri dalam kehidupan masyarakat dan
lingkungan, meningkatkan keterampilan sosial, dan komunikasi yang sangat diperlukan dalam
kehidupan bermasyarakat.
Pendekatan Problem Based Learning (PBL) dan Model Numbered Heads Together
(NHT)
Menurut Arends (2008: 70) PBL merupakan proses pembelajaran yang menyodorkan
situasi-situasi bermasalah kepada siswa dan memerintahkan mereka untuk menyelidiki serta
menemukan sendiri solusinya. Menurut Eggen dan Kauchak (2012) PBL adalah pembelajaran
yang menggunakan masalah sebagai fokus untuk mengembangkan keterampilan pemecahan
masalah , materi (konten), dan pengendalian diri. PBL menurut Krajcik & Blumenfeld (2006)
dalam Eggen dan Kauchak (2012) merupakan pembelajaran yang bermula dari satu masalah
dan memecahkannya adalah fokus pelajarannya.
Berdasarkan definisi yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa Problem Based
Learning (PBL) adalah pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu masalah guna
mengembangkan keterampilan, materi serta pengendalian diri dalam menyelidiki dan
menemukan sendiri pemecahan dari masalah.
Langkah-langkah PBL Menurut John Dewey dalam Rudi Hartono (2013) adalah sebagai
berikut:
1. Merumuskan masalah yakni mampu mengetahui dan merumuskan masalah secara jelas.
2. Mengkaji masalah. Menggunakan pengetahuan yang luas untuk menganalisis masalah dari
berbagai sudut pandang.
8
3. Merumuskan hipotesis. Mampu berimajinasi dan menghayati ruang lingkup sebab akibat dan
alternatif penyelesaian.
4. Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis yaitu
mempunyai kecakapan dalam mencari dan menyusun data serta menyajikannya berupa
diagram, gambar, dan tabel.
5. Pembuktian hipotesis. Mempunyai kecakapan menelaah dan membahas data, menghubungkan
dan menghitung, serta keterampilan mengambil kesimpulan atau keputusan.
6. Menentukan pilihan penyelesaian. Kecakapan membuat alternatif penyelesaian dan menilai
pilihan dengan memperhitungkan akibat yang terjadi pada setiap pilihan.
Berdasarkan langkah-langkah menurut John Dewey, PBL lebih menekankan pada
langkah pembelajaran yang bersifat ilmiah, prosedural, dan membutuhkan pengetahuan yang
luas serta kecakapan siswa dengan mempertimbangkan berbagai hal dalam upaya
penyelesaian masalah. Dalam langkah-langkah ini belum nampak jelas apakah proses ini
dilakukan dalam kelompok atau mandiri.
Langkah PBL menurut Agus Suprijono (2009: 74) sebagai berikut:
1. Memberikan orientasi tentang permasalahan kepada siswa.
Guru menyiapkan tujuan pembelajaran, memotivasi dan mendeskripsikan berbagai kebutuhan
siswa dalam kegiatan mengatasi masalah.
2. Mengorganisasikan siswa untuk meneliti.
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar terkait
dengan permasalahannya.
3. Membantu investigasi mandiri dan kelompok.
Guru mendorong siswa untuk mendapatkan informasi, melaksanakan eksprimen, dan mencari
penjelasan dan solusi.
4. Mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan exhibit.
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan artefak yang tepat seperti
laporan, rekaman video, dan model-model, serta membantu mereka untuk menyampaikannya
kepada orang lain.
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah.
Guru membantu siswa melakukan refleksi terhadap investigasinya dan proses-proses yang
mereka gunakan.
Berdasarkan langkah PBL yang diuraikan oleh Agus Suprijono, fokusnya adalah guru
menyiapkan segala hal yang dibutuhkan dalam proses PBL. Guru cenderung lebih aktif dalam
menuntun siswa baik selama proses maupun akhir dari pembelajaran. Dalam langkah ini guru
berperan sebagai motivator dan fasilitator bagi siswa.
9
Dari berbagai langkah yang diuraikan oleh para ahli di atas, terdapat modifikasi
pendekatan Problem Based Learning (PBL) sebagai berikut:
1. Menyimak tujuan pembelajaran
2. Memberikan permasalahan
3. Merumuskan masalah
4. Mengkaji masalah
5. Merumuskan hipotesis
6. Mengumpulkan informasi
7. Menganalisis informasi
8. Pembuktian hipotesis
9. Menentukan pilihan solusi
10. Menyusun laporan
11. Mengevaluasi
Model Numbered Heads Together (NHT) merupakan salah satu dari model pembelajaran
kooperatif. Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Spenser Kagan (1993). Menurut
Mulyatiningsih (2011) NHT merupakan model pembelajaran diskusi kelompok yang
dilakukan dengan cara memberi nomor kepada semua peserta didik dan kuis/tugas untuk
didiskusikan. Mulyawati, Vidya (2012) menguraikan bahwa NHT merupakan model
pembelajaran kooperatif melalui penomoran pada siswa dalam kelompok untuk bekerjasama
dalam menyelesaikan soal. Model NHT menurut Lestari, Pebrianti Hesti (2013) merupakan
suatu model pembelajaran yang mengarah pada pembagian nomor yang berbeda pada setiap
siswanya, pembagian pertanyaan sesuai dengan nomor siswa dan berpikir bersama dalam
kelompok untuk menyelesaikan masalah.
Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan, dapat disimpulkan bahwa Numbered Heads
Together (NHT) adalah model pembelajaran dengan menggunakan pemberian nomor yang
dipasang di kepala untuk mendiskusikan tugas/pertanyaan.
Model pembelajaran NHT menurut Ibrahim dalam Lie (2008:59) memiliki langkah-langkah
yang dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan sebagai berikut:
1. Persiapan. Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pembelajaran yang sesuai dengan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
10
2. Penomoran (Numbering). Pembentukan kelompok disesuaikan, yakni guru membagi siswa menjadi
beberapa kelompok yang beranggotakan 4-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap
siswa dalam kelompok. Masing-masing kelompok memiliki nama yang berbeda.
3. Pertanyaan (Questioning) dan berpikir bersama (Heads Together). Dalam kerja kelompok, guru
memberikan pertanyaan/LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Setiap siswa
berpikir bersama untuk menyelesaikan pertanyaan dalam kelompok.
4. Pemberian jawaban (Answering). Guru menyebutkan satu nomor secara acak, tiap siswa dari
kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban. Penentuan
kelompok yang akan menjawab dilakukan dengan cara pengundian.
5. Memberi kesimpulan. Guru memberikan kesimpulan atas jawaban akhir semua pertanyaan yang
berhubungan dengan materi yang disajikan.
6. Memberikan penghargaan. Pada tahap ini, guru memberikan penghargaan berupa kata-kata pujian
maupun simbol-simbol pada siswa yang hasil belajarnya baik.
Fokus pada langkah-langkah ini adalah guru mempersiapkan perangkat pembelajaran
kemudian membentuk kelompok dengan nama yang berbeda, setelah itu siswa menerima
pertanyaan dan berpikir bersama untuk menyelesaikan masalah kemudian guru menyebutkan
nomor dan masing-masing siwa dengan nomor yang sama harus bersiap memberikan
jawaban. Langkah terakhir yaitu memberikan kesimpulan dan penghargaan pada siswa.
Langkah NHT menurut Trianto (2009: 82-83) dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Penomoran. Guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota
kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.
2. Mengajukan pertanyaan. Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan-
pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya.
3. Berpikir bersama. Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan
meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.
4. Menjawab. Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai
mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
Berdasarkan pada langkah NHT menurut Trianto adalah penomoron kelompok dengan
nomor 1-5, mengajukan pertanyaan kepada siswa, kemudian siswa menyatukan pendapat dan
memastikan semua anggota mengetahui jawaban, dan yang terakhir adalah menjawab dengan
cara guru memangil nomor, siswa yang nomornya sesuai mencoba menjawab pertanyaan
untuk semuanya.
Berdasarkan langkah-langkah yang telah diuraikan, terdapat modifikasi langkah NHT
sebagai berikut:
1. Membentuk kelompok
11
2. Setiap siswa menerima nomor
3. Menerima permasalahan
4. Mendiskusikan jawaban
5. Salah satu nomor siswa yang dipanggil secara acak menjawab pertanyaan
6. Siswa yang lain memberikan tanggapan
7. Membuat kesimpulan jawaban
8. Menerima penghargaan bagi kelompok dengan skor tertinggi
Langkah-langkah pendekatan PBL yang telah disimpulkan merupakan penekanan dari kerja
ilmiah, sedangkan model NHT menekankan pada interaksi proses pembelajaran. Sehingga
dalam proses pembelajaran antara pendekatan PBL dan model NHT perlu dipadukan,
langkah-langkah pendekatan PBL dan model NHT sebagai berikut:
1. Menyimak tujuan pembelajaran
2. Membentuk kelompok
3. Setiap siswa menerima nomor
4. Memberikan permasalahan
5. Merumuskan masalah
6. Mengkaji masalah
7. Merumuskan hipotesis
8. Mengumpulkan informasi
9. Menganalisis informasi
10. Pembuktian hipotesis
11. Berdiskusi untuk menentukan pilihan solusi
12. Menyusun laporan
13. Salah satu nomor siswa yang dipanggil secara acak menjawab pertanyaan
(mengevaluasi)
14. Siswa yang lain memberikan tanggapan
15. Membuat kesimpulan jawaban
16. Menerima penghargaan bagi kelompok dengan skor tertinggi
Hasil Belajar
Menurut Djamarah dan Zain (2006) hasil belajar adalah perolehan skor yang dicapai
oleh siswa ketika mengikuti maupun setelah mengikuti kegiatan belajar yang menunjukkan
gambaran penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan dari hasil instrumen yang
12
digunakan sebagai alat pengukur keberhasilan. Hasil belajar menurut Arikunto (2003: 114-
115) merupakan segala upaya yang menyangkut aktivitas otak (proses berpikir) terutama
dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Wardani Naniek S. dan Slameto
(2012: 54) hasil belajar merupakan hasil pengukuran penguasaan materi berupa derajat
pencapaian kompetensi hasil belajar yang mendasarkan pada kompetensi dasar seperti yang
dikehendaki dalam standar proses dan dinyatakan dalam aspek perilaku yang terbagi dalam
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Ketiga aspek yaitu kognitif, afekti, dan psikomotor merupakan taksonomi tujuan belajar
kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman, analisis, sintesis, dan evaluasi (Benjamin Bloom, dkk
1956) yang terdiri atas dua dimensi yaitu dimensi pengetahuan yang terdiri atas faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognisi dan dimensi proses kognitif yang meliputi meningat, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta (Lorin W. Anderson, dkk, 2011 sebagai
revisi taksonomi Bloom, dkk dalam Wardani Naniek Sulistya, dkk, 2012).
Berdasarkan uraian yang dijabarkan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah total skor yang diperoleh melalui proses belajar untuk ranah afektif dan
psikomotor, serta hasil belajar untuk ranah kognitif.
Kerangka Berpikir
Pembelajaran IPS seringkali menggunakan pembelajaran konvensional yang berpusat
pada guru dan cenderung kurang memerhatikan aktivitas serta kebutuhan siswa. Interaksi
yang terjadi dalam pembelajaran hanya satu arah, selain itu siswa lebih sering melakukan
kegiatan pembelajaran secara individu. Ada pula pembelajaran yang didesain tanpa mengacu
pada pendekatan dan model tertentu dan tidak melaksanakan pengukuran proses dalam
mengukur hasil belajar. Sehingga hasil belajar IPS belum memenuhi KKM yang ditentukan
oleh guru. Maka perlu adanya upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Peningkatan hasil belajar dapat diupayakan melalui pendekatan problem based
learning (PBL) dan numbered heads together (NHT). PBL merupakan pembelajaran yang
menghadapkan siswa pada suatu masalah guna mengembangkan keterampilan, materi serta
pengendalian diri dalam menyelidiki dan menemukan sendiri pemecahan dari masalah
tersebut. NHT merupakan model pembelajaran dengan menggunakan pemberian nomor yang
dipasang di kepala untuk mendiskusikan pertanyaan tertentu. Langkah-langkah pendekatan
PBL dan model NHT adalah membentuk kelompok @5 siswa, menerima nomor di kepala,
merumuskan masalah tentang perkembangan teknologi, mencari alternatif pemecahan
masalah tentang perkembangan teknologi, terampil merumuskan hipotesis, mengumpulkan
13
informasi, menganalisis informasi, terampil menjawab pertanyaan dan memberikan
tanggapan, dan membuat kesimpulan. Pengukuran hasil belajar menggunakan teknik tes dan
nontes dengan instrumen tes adalah butir soal kognitif dan nontes dengan rubrik pengukuran
afektif dan psikomotor.
Upaya peningkatkan hasil belajar siswa kelas 4 SD Negeri Blotongan 01 Salatiga semester II
tahun pelajaran 2015/2016 dengan pendekatan PBL dan model NHT dapat dijabarkan ke
dalam kerangka berpikir pada gambar 1 berikut ini.
Gambar 1 Skema Peningkatan Hasil Belajar IPS Menggunakan Pendekatan PBL dan Model NHT
1. Membentuk kelompok @ 5 siswa
2. Menerima nomor di kepala
3. Merumuskan masalah tentang perkembangan teknologi
4. Mencari alternatif pemecahan masalah tentang perkembangan teknologi
5. Terampil merumuskan hipotesis
6. Mengumpulkan informasi
7. Menganalisis informasi
8. Terampil menjawab pertanyaan dan memberikan tanggapan
9. Membuat kesimpulan jawaban
Skor Hasil
Belajar
Butir Soal
Kognitif
Rubrik
Psikomotor
Rubrik
Afektif
Skor Proses
Belajar
Hasil belajar ≥ 85% KKM
Skor Nontes Skor Tes
Pembelajaran IPS: KD 2.3 Mengenal
perkembangan teknologi produksi,
komunikasi, dan transportasi serta
pengalaman menggunakannya.
Pendekatan PBL dan model NHT
Pembelajaran Konvensional Hasil Belajar 60% ≥ KKM
15
Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar
IPS diduga dapat diupayakan melalui pendekatan PBL dan model pembelajaran NHT siswa
kelas 4 SD Negeri Blotongan 01 Salatiga semester II tahun pelajaran 2015/2016.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di SD Negeri 01 Blotongan Salatiga semester II tahun pelajaran
2015/2016. Kondisi fisik SD Negeri Blotongan 01 Salatiga. Subjek penelitian adalah siswa
kelas 4 dengan jumlah 20 siswa terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan.
Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas adalah pendekatan PBL dan
model NHT dan variabel terikat adalah hasil belajar IPS.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). PTK ini menggunakan
model spiral dari C. Kemmis dan Mc. Taggart (1998) dengan prosedur penelitian terdiri dari 2
siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 3 langkah yakni planning (perencanaan), acting
(tindakan) dan observasing (observasi), dan reflecting (refleksi). Prosedur penelitian dapat
digambarkan melalui gambar 2 sebagai berikut:
Gambar 2
PTK Model Spiral C. Kemmis dan Mc. Taggart
Jenis data adalah data primer yang diperoleh langsung dari subjek penelitian. Data
penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif berasal dari hasil tes dan hasil observasi.
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dan nontes yaitu berupa tes tertulis dan
observasi dengan instrumen yang digunakan adalah butir-butir soal dan lembar observasi
yang dilengkapi dengan rubrik pengukuran afektif dan psikomotor. Kisi-kisi instrumen
penelitian disajikan pada tabel 1 berikut ini.
16
Tabel 1
Kisi-kisi Pengukuran Instrumen Penelitian
Kompetensi
Dasar
Materi
Pembelajaran Indikator Yang Dinilai
Aspek Teknik No.
Item
Kognitif Afektif Psikomotor
Tes Nontes
Essay Afektif Psikomotor
2.3 Mengenal
perkembangan
teknologi
produksi,
komunikasi,
dan
transportasi
serta
pengalaman
menggunakann
ya
Teknlogi
produksi,
komunikasi, dan
transportasi.
2.3.1 Membentuk kelompok @ 5 siswa A5 √ RA. 1
2.3.2 Menerima nomor di kepala A2 √ RA. 2
2.3.3 Merumuskan masalah tentang
perkembangan teknologi produksi A3 √ RA. 3
2.3.4 Mencari alternatif pemecahan masalah
tentang perkembangan teknologi produksi C4 √ TE 1
2.3.5 Terampil merumuskan hipotesis
masalah teknologi produksi P4 √ RP. 1
2.3.6 Mengumpulkan informasi teknologi
produksi C6 √ TE 2b
2.3.7 Menganalisis informasi teknologi
produksi C4 √ TE 2a
2.3.8 Terampil menjawab pertanyaan dan
memberikan tanggapan P2 √ RP. 2
2.3.9 Membuat kesimpulan jawaban P2 √ RP. 3
17
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan tes essay, sehingga
pengujian validitas instrumen dilakukan dengan pengujian validitas konstruk. Menurut
Sugiyono (2011 : 352) untuk menguji validitas konstruk, maka dapat dilakukan dengan
menggunakan pendapat para ahli (judgment experts). Dalam hal ini setelah instrumen
dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandasan teori tertentu, maka
selanjutnya dikonsultasikan dengan para ahli. Reliabilitas adalah kemampuan alat ukur untuk
memberikan hasil pengukuran yang konstan atau ajeg (Wardani Naniek S. & Slameto 2012).
Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini meilputi soal essay untuk tes formatif
siklus 1 dan siklus 2.
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah apabila jumlah ketuntasan siswa ≥
85% dengan KKM ≥ 90 dari seluruh siswa kelas 4 SD Negeri Blotongan 01 semester II tahun
pelajaran 2015/2016. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian dengan
pendekatan PBL dan model NHT siswa kelas 4 SD Negeri Blotongan 01 Salatiga semester II
tahun pelajaran 2015/2016 adalah teknik analisis deskriptif komparatif yaitu dengan
menggunakan persentase yaitu membandingkan hasil belajar siklus 1 dan siklus 2.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa kelas 4 SD Negeri Blotongan
01 Salatiga semester II tahun pelajaran 2015/2016 pada siklus 1 dan siklus 2, nampak adanya
perbandingan peningkatan hasil belajar menggunakan pendekatan PBL dan model NHT yang
disajikan pada tabel 2 berikut.
Tabel 2
Perbandingan Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPS Berdasarkan
Ketuntasan Siswa Kelas 4 SD Negeri Blotongan 01 Salatiga
Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016
Siklus 1 dan Siklus 2
Sumber: Data primer
Tabel 2 perbandingan distribusi frekuensi hasil belajar IPS berdasarkan ketuntasan
siswa kelas 4 SD Negeri Blotongan 01 Salatiga semester II tahun pelajaran 2015/2016 siklus
Skor
Ketuntasan Siklus 1 Siklus 2
Frekuensi Persentase
% Frekuensi
Persentase
%
< 90 Tidak Tuntas 6 30 2 10
≥ 90 Tuntas 14 70 18 90
Jumlah 20 100 20 100
18
1 dan siklus 2, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan. Hasil belajar IPS
pada siklus 1 persentase ketuntasan sebesar 70% yaitu sebanyak 14 siswa tuntas dan 30%
sebanyak 6 siswa tidak tuntas. Pada siklus 2 persentase ketuntasan sebesar 90% sebanyak 18
siswa tuntas dan 10% yaitu sebanyak 2 siswa tidak tuntas.
Penjelasan peningkatan hasil belajar IPS berdasarkan ketuntasan disajikan melalui
gambar 3 diagram batang berikut ini.
Sumber : Data primer
Gambar 3
Diagram Batang Hasil Belajar IPS Berdasarkan Ketuntasan
Siswa Kelas 4 SD Negeri Blotongan 01 Salatiga
Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016
Siklus 1 dan Siklus 2
Gambar 3 diagram batang hasil belajar siswa kelas 4 SD Negeri Blotongan 01 Salatiga
semester II tahun pelajaran 2015/2016, menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar
berdasarkan ketuntasan belajar IPS siswa pada siklus 1, dan siklus 2 yakni 14 siswa pada
siklus 1 dan meningkat sebanyak 20% pada siklus 2 yaitu mencapai 18 siswa. Adanya
peningkatan persentase ketuntasan skor hasil belajar IPS terjadi setelah dilaksanakannya
siklus 1 dan siklus 2 yang menggunakan desain pembelajaran dengan pendekatan PBL dan
model NHT.
Perbandingan skor hasil belajar IPS juga terlihat dalam skor minimum, skor
maksimum, dan skor rata-rata siklus 1, dan siklus 2 yang disajikan melalui tabel 3 pada
halaman berikut ini.
19
Tabel 3
Perbandingan Deskripsi Hasil Belajar IPS Berdasarkan Skor Minimum,
Maksimum dan Skor Rata-Rata Siswa Kelas 4 SD Negeri Blotongan 01
Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 Siklus 1 dan Siklus 2
Deskripsi Siklus 1 Siklus 2
Skor Minimum 78 82
Skor Maksimum 100 100
Skor Rata-rata 92,15 95,85
Sumber: Data Primer
Tabel 3 perbandingan deskripsi hasil belajar IPS berdasarkan skor minimum, skor
maksimum, dan skor rata-rata siswa kelas 4 SD Negeri Blotongan 01 Salatiga semester II
tahun pelajaran 2015/2016 siklus 1 dan siklus 2, menunjukkan bahwa besar skor minimum
pada siklus 1 sebesar 78 dan pada siklus 2 sebesar 85. Perolehan skor maksimum pada siklus
1 dan siklus 2 sebesar 100. Dan skor rata-rata pada siklus 1 sebesar 92,15, pada siklus 2
sebesar 95,85.
Fokus perbaikan pada penelitian tindakan adalah peningkatan hasil belajar IPS siswa
kelas 4 SD N Blotongan 01 Salatiga semeseter II tahun pelajaran 2015/2016 serta aktivitas
guru dan siswa melalui pendekatan PBL dan model NHT. Perbandingan hasil belajar IPS
berdasarkan ketuntasan siswa kelas 4 SD Negeri Blotongan 01 Salatiga semester II tahun
2015/2016 dengan KKM ≥ 90, antara siklus 1 dan siklus 2 meningkat yaitu sebesar 70%
siswa tuntas pada siklus 1 dan 90% siswa tuntas pada siklus 2. Perbandingan frekuensi siswa
tuntas pada siklus 1 dan siklus 2 yaitu 14 : 18. Perbandingan hasil belajar IPS berdasarkan
skor minimum antara siklus 1 dan siklus 2 adalah 78 : 82 . Perbandingan skor maksimum
siklus 1 dan siklus 2 adalah 100 : 100. Perbandingan skor rata-rata antara siklus 1 dan siklus 2
adalah 92,15 : 95,85. Ketuntasan skor hasil belajar siklus 2 adalah 90%, maka telah
memenuhi syarat penelitian yang ditetapkan yaitu 85%. Namun 2 dari 20 siswa tidak tuntas
karena siswa cenderung malas menuliskan jawabannya dalam bentuk uraian ketika
mengerjakan soal evaluasi. Sehingga perlu adanya variasi pada pemilihan soal evaluasi.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan aktivitas tindakan pendekatan PBL
dan model NHT, baik yang dilakukan siswa maupun yang dilakukan oleh guru dari siklus 1
ke siklus 2. Pada siklus 1, 8 dari 9 aktivitas guru dan siswa telah dilaksanakan dengan baik. 1
aktivitas yaitu merumuskan masalah belum dilaksanakan dengan baik sebab guru lupa
menyampaikan langkah-langkah pembelajaran menggunakan pendekatan PBL dan model
NHT. Sehingga siswa belum nampak melaksanakan aktivitas merumuskan masalah. Namun
20
hal ini mampu diperbaiki oleh guru pada siklus 2. Pada siklus 2, 9 aktivitas telah dilaksanakan
dengan baik oleh guru maupun siswa. Nampak bahwa dalam pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan PBL dan model NHT terdapat peningkatan jumlah aktivitas yang
dilakukan siswa dan guru dari siklus 1 ke siklus 2.
Peningkatan ketuntasan hasil belajar IPS siklus 1 dan siklus sesuai dengan teori
pembelajaran menggunakan pendekatan PBL dan model NHT. Teori menurut Eggen dan
Kauchak (2012) PBL adalah pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai fokus untuk
mengembangkan keterampilan pemecahan masalah , materi (konten), dan pengendalian diri.
NHT menurut Mulyatiningsih (2011) merupakan model pembelajaran diskusi kelompok yang
dilakukan dengan cara memberi nomor kepada semua peserta didik dan kui/tugas untuk
didiskusikan. Dengan menggunakan pendekatan PBL dan model NHT, hasil belajar siswa
meningkat dan membuat siswa terlibat secara langsung dalam kegiatan pembelajaran.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa
peningkatan hasil belajar IPS dapat diupayakan melalui pendekatan Problem Based Learning
(PBL) dan model Numbered Heads Together (NHT) siswa kelas 4 SD Negeri Blotongan 01
Salatiga semester II tahun pelajaran 2015/2016 dengan KKM ≥ 90, terbukti. Hal ini nampak
pada hasil belajar IPS siklus 1 sebesar 70% dari 20 siswa tuntas dan 30% dari 20 siswa tidak
tuntas. Sedangkan pada siklus 2 sebesar 90% (18 dari 20 siswa) tuntas dan 10% (2 dari 20
siswa) tidak tuntas. Perbandingan hasil belajar IPS berdasarkan (1) ketuntasan belajar antara
siklus 1 : siklus 2 adalah 14 : 18, (2) skor minimum antara siklus 1 dan siklus 2 adalah 78 :
82, (3) skor maksimum siklus 1 dan siklus 2 adalah 100 : 100, dan (4) skor rata-rata antara
siklus 1 : siklus 2 adalah 92,15 : 95,85. Penelitian ini dinyatakan berhasil ditunjukkan oleh
jumlah siswa yang tuntas sebanyak 18 siswa melebihi target yang ditetapkan dalam indikator
kinerja yaitu ≥ 85% dari seluruh siswa. Namun 2 siswa tidak tuntas karena siswa cenderung
malas menuliskan jawabannya dalam bentuk uraian ketika mengerjakan soal evaluasi.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dalam PTK di kelas 4 SD Negeri Blotongan 01 Salatiga
semester II tahun 2015/2016, maka saran yang diberikan sebagai berikut. Bagi guru,
hendaknya dapat meningkatkan keterampilan untuk melaksanakan penggukuran proses
belajar dan pengukuran hasil belajar. Serta mengembangkan desain pembelajaran IPS yang
21
menarik, menyenangkan, dan kreatif seperti menggunakan pendekatan PBL dan model NHT.
Bagi sekolah sebaiknya lebih mendorong dan memberikan motivasi kepada guru agar mampu
melaksanakan pembelajaran menggunakan pendekatan PBL dan NHT untuk meningkatkan
hasil belajar. Bagi siswa, hendaknya mampu meningkatkan hasil belajar IPS melalui
pendekatan PBL dan model NHT. Bagi Peneliti Selanjutnya, sebagai referensi untuk
mendesain pembelajaran menggunakan pendekatan PBL dan model NHT dalam upaya
peningkatan hasil belajar IPS.
DAFTAR PUSTAKA
Arends, Richard. 2008. Belajar untuk Mengajar (Learning to Teach). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Djamarah & Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Eggen, Paul & Don Kauchak. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran Mengajarkan Konten
dan Keterampilan. Jakarta: Indeks.
Fikrotur Rofiah. 2015. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT.
http://www.eurekapendidikan.com/2015/02/model-pembelajaran-kooperatif-tipe.html
diakses pada 30 Januari 2016.
Hartono, Rudi. 2013. Ragam Model Mengajar Yang Mudah Diterima Murid. Yogyakarta:
Diva Press.
Lestari, Pebrianti Hesti. 2013. Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Siswa
Kelas 5 SDN Sraten 01 Melalui Penerapan Numbered Head Together (NHT) pada
Mata Pelajaran IPA Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi. Salatiga:
Universitas Kristen Satya Wacana.
Mulyatiningsih, Endang. 2011. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung:
Alfabeta.
Mulyawati, Vidya. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Terhadap
Hasil Belajar Matematika Kelas IV Di SD Imbas Gugus Hasanudin Salatiga Semester
Genap Tahun 2011/2012. Skripsi. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.
Permendiknas. Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah. Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi, Departemen Pendidikan
Nasional.
22
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan Kombinasi. Bandung:
Alfabeta.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep, Landasan, dan
Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:
Kencana.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Wardani, Naniek Sulistya. & Slameto. 2012. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar. Salatiga:
Widya Sari.
Wardani, Naniek Sulistya, dkk. 2012. Asesmen Pembelajaran SD. Salatiga: Widya Sari.