upaya khusus perlindungan tanaman untuk swasembada pangan

Upload: ince-muhammad-ridwansyah-ridho

Post on 05-Nov-2015

61 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Perlindungan Tanaman

TRANSCRIPT

UPAYA KHUSUS PERLINDUNGAN TANAMAN UNTUK MENCAPAI SWASEMBADA PANGAN

1. Pendahuluan

Sektor pertanian sampai sekarang masih tetap memegang peran penting dan strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis tersebut tidak hanya diitunjukkan dengan kontribusi sektor pertanian terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional.

Swasembada pangan berarti mampu untuk mengadakan sendiri kebutuhan pangan dengan bermacam-macam kegiatan yang dapat menghasilkan kebutuhan yang sesuai diperlukan masyarakat Indonesia dengan kemampuan yang dimilki dan pengetahuan lebih yang dapat menjalankan kegiatan ekonomi tersebut terutama di bidang kebutuhan pangan.Yang kita ketahui Negara Indonesia sangat berlimpah dengan kekayaan sumber daya alam yang harusnya dapat menampung semua kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Melalui program Upsus tiga komoditas utama padi jagung kedelai (pajale), pemerintah sangat bertekad untuk mensukseskan kedaulatan pangan dalam 3 tahun ini, yaitu pada tahun 2017. Pada kegiatan Upsus pajale, segala strategi dan upaya dilakukan untuk peningkatan luas tanam dan produktivitas di daerah-daerah sentra produksi pangan. Operasioanalisasi pencapaian target di lapangan benar-benar dilaksanakan secara all in untuk mensukseskan program yaitu dengan penyediaan dana, pengerahan tenaga, perbaikan jaringan irigasi yang rusak, bantuan pupuk, ketersedian benih unggul yang tepat (jenis/varietas, jumlah, tempat, waktu, mutu, harga ), bantuan traktor dan alsintan lainnya yang mendukung persiapan, panen dan pasca panen termasuk kepastian pemasarannya.

Program Upsus dilaksanakan serentak di beberapa provinsi di Indonesia, yaitu Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) diminta untuk mengaplikasikan teknologi unggulan yang sudah dimilikinya untuk mendukung suksesnya program Upsus terutama dalam hal penyediaan benih unggul serta teknik-teknik budidaya pajale dan SDM untuk pendampingan produksi.Pencapaian produksi pertanian tidak terlepas dari gangguan-gangguan sistem produksi yang dialami di lapang. Berbagai serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) dan gangguan akibat anomali iklim/bencana alam sering mengakibatkan kerugian hasil yang cukup besar. Serangan OPT menyebabkan produk rusak, berlubang, busuk, ukuran tidak optimal, maupun tampilan yang kurang optimal sangat berpengaruh terhadap mutu. Produk pertanian yang membawa OPT sangat berpengaruh terhadap pencapaian standar mutu yang diinginkan. Sementara itu, residu pestisida yang digunakan untuk pengendalian OPT, selain berbahaya juga berpengaruh terhadap pencapaian mutu yang sesuai dengan tuntutan pasar (konsumen). Dengan pengelolaan perlindungan tanaman yang baik, diharapkan gangguan-gangguan tersebut dapat dihilangkan atau diminimalisasikan, sehingga pencapaian target produksi tidak terganggu .

2. Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan Pengendaliannya

Pengertian Organisme Pengganggu Tanaman ( OPT ) menurut Undang-Undang No. 12 /1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman adalah semua organisme yang dapat merusak,mengganggu kehidupan, atau menyebabkan kematian tumbuhan. OPT terdiri dari tiga kelompok yaitu hama tanaman, penyakit tumbuhan, dan gulma tanaman.

2.1. Hama Utama Tanaman Padi, Jagung dan Kedelai

A. Hama penyerang tanaman padi

Hama tanaman padi merupakan salah satu kendala bagi petani untuk bisa meningkatkan produksi usaha taninya. Bahkan serangan hama tertentu seperti tikus dan wereng bisa mengakibatkan puso atau gagal panen. Oleh karena itu sebagai petani harus selalu waspada dengan adanya serangan hama. Dibawah ini adalah beberapa hama penting tanaman padi antara lain :

1). Wereng Coklat (Nilaparvata lugens)Hama ini dapat menyebabkan tanaman padi mati kering dan tampak seperti terbakar atau puso, serta dapat menularkan beberapa jenis penyakit. Tanaman padi yang rentan terserang wereng coklat adalah tanaman padi yang dipupuk dengan unsur N terlalu tinggi dan jarak tanam yang rapat merupakan kondisi yang disenangi wereng coklat.

Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan penggunaan varietas yang tahan terhadap hama ini, pengurangan penggunaan pupuk N dan insektisida aplaud, mipcin, winder, konfidor, OBR, plenum dll

2). Wereng Hijau (Nephotettix virescens)Hama wereng hijau merupakan hama penyebar (vector) virus tungro yang menyebabkan penyakit tungro. Fase pertumbuhan padi yang rentan serangan wereng hijau adalah saat fase persemaian sampai pembentukan anakan maksimum, yaitu umur 30 hari setelah tanam.

Pengendalian untuk hama ini sama seperti wereng coklat dapat dilakukan dengan penggunaan varietas tahan, pengurangan penggunaan pupuk N dan insektisida aplaud, mipcin, winder, konfidor, OBR, plenum dll.

3). Hama Putih Palsu (Chanaphalocrosis medinalis) Hama putih palsu menyerang bagian daun tanaman padi, larva akan memakan jaringan hijau daun dari dalam lipatan daun meninggalkan permukaan bawah daun yang berwarna putih. Tanda pertama adanya infestasi adalah kehadiran ngengat di sawah. Ngengat berwarna kuning coklat, pada bagian sayap depan ada tanda pita hitam sebanyak tiga buah yang garisnya lengkap atau terputus. Pada saat beristirahat, ngengat berbentuk segitiga.

Pengendalian yang bisa dilakukan dengan pengeringan sawah selama 3 hari, atau penggunaan insektisida regent, buldok, decis, virtako dll.

4). Tikus Sawah (Rattus argentiventer) Tikus merusak tanaman pada semua fase pertumbuhan dan dapat menyebabkan kerusakan besar apabila tikus menyerang pada saat primodia. Tikus akan memotong titik tumbuh atau memotong pangkal batang untuk memakanbulirgabah. Tikus menyerang pada malam hari dan pada siang hari tikus bersembunyi di lubang pada tanggul irigasi, pematang sawah, pekarangan, semak atau gulma.

Pengendalian dilakukan dengan cara menggunakan musuh alami (tyto alba, ular, garangan dll), umpan racun, jebakan, gropyokan, pengemposan dll.

5). Keong Mas (Pomacea canaliculata)Keong mas merusak tanaman dengan cara memarut jaringan tanaman dan memakannya, menyebabkan adanya bibit yang hilang per tanaman. Waktu kritis untuk mengendalikan serangan keong mas adalah pada saat 10 hst atau 21 hari setelah sebar benih (benih basah). Pengendalian dengan cara membuat parit disekeliling petak sawah lalu diberikan umpan daun-daunan dan menggunakan molusida baylucide, fatal, dll.

6). Penggerek Batang (Tryporiza sp.) Adalah hama yang menimbulkan kerusakan dan menurunkan hasil panen secara nyata. Serangan yang terjadi pada fase vegetatif, daun tengah atau pucuk tanaman mati karena titik tumbuh dimakan larva penggerek batang. Pucuk tanaman padi yang mati akan berwarna coklat dan mudah dicabut (gejala ini biasa disebut Sundep). Apabila serangan terjadi pada fase generatif, larva penggerek batang akan memakan pangkal batang tanaman padi tempat malai berada. Malai akan mati, berwarna abu-abu dan bulirnya kosong/hampa. Malai mudah dicabutdan pada pangkal batang terdapat bekas gerekan larva penggerek batang (gejala ini biasa disebut Beluk). Pengendalian bisa dilakukan sejak dipesemaian dan dipertanaman umur 15 hst, 30 hst dan 40 hst dengan menggunakan regent, virtako, spontan, manuver dll.7). Hama Ganjur (Pachydiplosis oryzae) Stadia tanaman padi yang rentan terhadap serangan hama ganjur adalah mulai dipersemaian sampai pada pembentukan malai. Gejala serangan ganjur adalah daun padi akan menggulung seperti daun bawang, sehingga tanaman yang terserang tidak dapat menghasilkan malai. Pengendalian bisa dilakukan dengan menggunakan regent, winder, konfidor, virtako, spontan, manuver dll8). Ulat Grayak (Armyworm)Hama ulat grayak menyerang tanaman dengan memakan daun dan hanya meninggalkan tulang daun dan batang. Larva ulat grayak menyerang tanaman padi sejak di persemaian sampai fase pengisian. Serangan akan parah saat musim kemarau dan tanaman kekurangan air. Pengendalian dilakukan saat malam hari dengan menggunakan larvin, virtako, dipel, turex dll. 9). Walang Sangit (Leptocorixa acuta) Walang sangit merupakan hama yang menghisap cairan bulir pada fase masak susu. Kerusakan yang ditimbulkan walang sangit menyebabkan beras berubah warna, mengapur serta hampa. Hal ini dikarenakan walang sangit menghisap cairan dalam bulir padi. Fase tanaman padi yang rentan terserang hama walang sangit adalah saat tanaman padi mulai keluar malai sampai fase masak susu. Pengendalian bisa dilakukan dengan menggunakan regent, manuver, virtako dll10). Burung (Lonchura spp.)

Burung menyerang tanaman pada fase masak susu sampai padi dipanen. Burung akan memakan langsung bulir padi yang sedang menguning sehingga menyebabkan kehilangan hasil secara langsung. Selain itu burung juga mengakibatkan patahnya malai padi. Pengendalian hama burung bisa dilakukan dengan cara pengusiran dengan membuat ajir berwarna merah disekitar sawah atau dengan menggunakan tali-tali yang dikasih kaleng/ plastik atau dengan menggunakan jaring.B. Hama Penyerang Tanaman Jagung

1). Penggerek Batang Jagung (Ostrina furnacalis Guen)Larva O. Furnacalis ini mempunyai karakteristik kerusakan pada setiap bagian tanaman jagung yaitu lubang kecil pada daun, lubang gorokan pada batang, bunga jantan atau pangkal tongkol, batang dan tassel yang mudah patah, tumpukan tassel yang rusak.

Pengendalian dapat dilakukan dengan cara waktu tanam yang tepat,tumpang sari jagung dengan kedelai atau kacang tanah,pemotongan sebagian bunga jantan (4 dari 6 baris tanaman).

2). Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)Pengendalian dengan cara pembakaran tanaman,pengolahan tanah yang intensif atau dengan mengumpulkan larva atau pupa dan bagian tanaman yang terserang kemudian memusnahkannya.

3). Penggerek tongkol jagung (Helicoverpa armigera Hbn. Noctuidae Leppidoptera)Pengendaliandilakukan dengan berbagai cara : Kultur teknis yaitu dengan pengolahan tanah yang baik akan merusak pupa yang terbentuk dalam tanah dan dapat mengurangi populasi H. Armigera berikutnya.

4). Lalat Bibit (Atherigona sp, Ordo: Diptera)Pengendalian dengan insektisida dapat dilakukan dengan perlakuan benih (seed dressing), yaitu thiodikarb dengan dosis 7,5-15g b.a./kg benih atau karbofuran dengan dosis 6g b.a./kg benih. Selanjutnya setelah tanaman berumur 5-7 hari, tanaman disemprot dengan karbosulfan dengan dosis 0,2kg b.a./ha atau thiodikarb 0,75 kg b.a/ha. Penggunaan insektisida hanya dianjurkan di daerah endemik.

C. Hama Penyerang Tanaman Kedelai

Berikut beberapa hama yang sering dijumpai pada tanaman kedelai:1). Lalat Kacang atau lalat bibit (Ophiomya phaseoli tryon).Hama ini memiliki ciri-ciri berukuran 1.5-2.0mm, warna hitam mengkilat. Berkembang biak cepat satu ekor betina dapat menghasilkan telur 100- 300 butir selama perode dua minggu.

Bentuk telur lalat kacang adalah lonjong, panjang 0.28-0.36 lebar 0.12- 0.20mm, berwarna putih mutiara. Telur menetas setelah umur 2-4 hari. Gejala serangan, bercak-bercak tidak beraturan pada biji dan daun, lubang kecil bekas gigitan. Pengendalian dengan cara pergiliran tanaman dan insektisida.

2). Ulat Grayak (Spodotera litura F)

Ciri-ciri dari hama ini adalah ngengat berwarna gelap dengan garis putih pada sayap depan, larva yang masih kecil hidup berkelompok, pembentukan pupa diatas permukaan tanah, daur hidup 30-61 hari.

Gejala serangannya ulat ini merusak seluruh bagian tanaman. Pengendalian dengan rotasi tanaman dengan memutus siklus hidupnya

3). Ulat jengkal (chrysodeixis chalcites Esp)

Ciri biologi yaitu imago serangga dewasa meletakkan telurnya di permukaan bawah daun, larva membentuk kepompong dan dalam anyaman daun, kemudian berubah menjadi pupa, daur ( siklus hidup) hama ini berlangsung selama lebih kurang 30 hari.

Gejala serangan hama ini bersifat pemangsa segala jenis tanaman (polifag)dan stadium yang membahayakan adalah larva. Larva menyerang seluruh bagian tanaman, terutama daun-daunnya sehingga menjadi rusak tidak beraturan.

Pengendalian dengan pengendalian non kimiawi antara lain dengan pergiliran (rotasi) tanaman, mengatur waktu tanam secara serempak pada areal sehamparan, pengumpulan larva untuk dimusnahkan.

4). Penggulung Daun (Lamprosema Indica F.)

Ciri biologi dari hama ini larva berwarna hijau terang dan hidup dalam gulungan daun muda. Pupa dibentuk dalam gulungan daun yang direkatkan satu sama lain dengan zat perekat dari hama tersebut.

Pengendalian dilakukanh dengan pergiliran tanaman yang bukan sefamili ataupun dengan mengumpulkan dan memusnahkannya. Pengendalian kimiawi dengan insektisida selektif.

5). Ulat polong atau buah (Heliothis armigera Hbn)

Ciri biologi dari hama ini ngengat berwarna wawo matang kekuningkuningan, telur kecil-kecil , larva berwarna merah tua, pupa dibentuk diatas tanah, daur hidup 62 hari.

Gejala serangan dari hama ini, larva melubangi polong kedelai sehingga rusak. Pengendalian dilakukan dengan melalui pergiliran tanaman bukan sefamili, waktu ranam yang serentak, dan mekanis dengan cara mengumpulkan dan memusnahkannya, kimiawi dengan insektisida misalnya durnban 20EC atu Dipel WP pada konsentrasi yang dianjurkan.

6). Penggerek polong (Etiella zinckenella treit)

Ciri biologi hama ini adalah ngengat warna abu-abu, sayap belakang ditutup sisik jarang warna agak cerah, serangga betina mampu bertelur 73-300 butir diletakkan pada kelopak bunga kedelai, telur berwarna lonjong dengan ukuran panjang 0.6mm dan daur hidup hama 18-41 Hari

Gejala serangan hama ini, larva menggerek polong dan tinggal di dalamnya, kerusakan pada bunga menyebabkan tanaman tidak membentuk polong.

2.2. Penyakit Utama Tanaman Padi,Jagung dan Kedelai

A. Penyakit Pada Tanaman Padi

1). Penyakit Blas

Gejala dapat muncul pada daun, batang, malai, bulir padi. Bercak pada daun (leaf blas) berbentuk belah ketupat; awalnya hijau keabu-abuan, kemudian putih, akhirnya abu-abu; tepi coklat atau coklat kemerahan Bentuk dan warna bercak bervariasi tergantung keadaan lingkungan, umur bercak, ketahanan padi.

Disebabkan oleh cendawan Pyricularia oryzae (fase aseksual) atau Magnaporthe grisea (fase sempurna). Mempunyai konidiofora bersekat-sekat, jarang bercabang, berwarna kelabu, membentuk konidium pada ujungnya. Konidium berbentuk buah alpokat, bersel tiga, hialin, 1 20 konidia per konidiofora.

Pengendalian dapat dilakukan dengan pemupukan seimbang, nitrogen tidak berlebihan. Pengairan mencukupi stress air padi gogo lebih tinggi daripada padi sawah. Pemusnahan sisa tanaman sakit dan gulma. Penggunaan benih sehat yaitu dengan benomil atau tiram, air panas 50C selama 5 menit. Aplikasi fungisida.

2). Penyakit Hawar Bakteri

Xanthomonas oryzae pv. Oryzae. Diketahui 8 kelompok atau patotipe yang bervariasi dalam virulensi. Patotipe I dan II tidak terdapat di Indonesia. Patotipe III dan IV terdapat di Sulsel, Kalsel, Jawa dan Bali (IV tidak terdapat di Kalsel). Patotipe V hanya di Bali. Patotipe VI VIII hanya di Jabar

Pada potongan daun sakit bila dicelupkan dalam air bening maka terdapat gumpalan massa bakteri (ooze)

Bakteri dapat bertahan pada tunggul padi dan gulma (Leersia oryzoides, Zizania latifolia, Leptochloa chinensis, Cyperus rotundis). Bakteri dalam biji padi tidak bertahan lama. Selain itu bakteri dapat hidup dalam air irigasi. Infeksi melalui hidatoda atau luka pada daun dan akar akibat pemotongan ujung bibit dan kerusakan akar akibat dicabut.

Penanggulangan dengan cara penanaman varietas resisten terutama gene-to-gene resistance. Kultur teknis dengan menghindari pemupukan nitrogen berlebihan, penggenangan yang tidak perlu, penyiangan gulma dan tunggul padi. Penggunaan Bakterisida tidak memberikan hasil yang memadai.3). Penyakit Tungro

Tungro penting untuk kawasan Asia. Dikenal dengan berbagai nama misalnya Mentek atau Habang (Indonesia), Penyakit Merah (Malaysia), Yellow-orange leaf (Thailand), Waika (Jepang). Kehilangan hasil berkisar antara 10 40%

Tungro disebabkan oleh infeksi dua jenis virus: Rice tungro bacilliform virus (RTBV) dan Rice tungro spherical virus (RTSV). Sinergisme kedua virus ini menyebabkan pertumbuhan tanaman tehambat, daun berwarna kuning sampai orange, jumlah anakan berkurang. Infeksi RTBV saja hanya menimbulkan gejala sedang, dan infeksi RTSV saja gajala sangat lemah. Keparahan gejala tergantung dari varietas padi, strain virus, umur tanaman saat terinfeksi dan keadaan lingkungan

Pengendalian dapat dilakukan dengan cara penanaman serempak varietas padi tahan serangga vektor diikuti dengan pemusnahan tunggul-tunggul padi dan gulma. Pengendalian vektor dengan insektisida

4). Penyakit Bercak Coklat

Penyakit ini dapat muncul pada semai, daun, bulir padi (disebut kerusakan fase 1, 2, 3) Pada persemaian bibit yang terinfeksi busuk pada koleoptil, batang dan akar sehingga mati. Gejala pada daun berupa bercak memanjang (oval) bertepi coklat tua dan bagian tengah kuning pucat, kelabu, dan kadang dikelilingi halo. Bila terserang berat daun menjadi kering, batang dan tangkai bulir terinfeksi patah sehingga biji keriput; atau tanaman tidak membentuk malai atau malai tidak keluar dari upih. Pada bulir padi hanya sebagian biji pada malai yang terserang; bercak berwarna coklat

Penyakit ini disebabkan pleh Dreschslera oryzae atau Bipolaris oryzae atau Helminthosporium oryzae. Di atas permukaan bercak, konidiofora menyangga 1-6 konidia. Konidium melengkung, di tengah agak lebar, bersekat 6-14, berhilum, kecoklatan. Konidium berkecambah dari kedua sel ujung. Cendawan dapat menghasilkan enzim proteolitik penghancurkan dinding sel, dan juga menghasilkan cochliobolin atau opiobolin, yaitu toksin penghambat pertumbuhan akar dan pengganggu respirasi daun

Pengendalian dapat dilakukan dengan memperbaiki cara bertanam: pemupukan seimbang; pengairan yang cukup; penanaman serempak. Patogen bertahan dalam tanah sehingga perlu pergiliran tanaman. Sanitasi yaitu eleminasi sisa tanaman dan gulma sakit. Untuk mengindari terbawa benih perlakuan dengan fungisida atau air panas.

5). Penyakit Bercak Coklat Sempit

Gejala muncul selama fase reproduksi tanaman padi dan gejala paling berat tampak sekitar sebulan sebelum panen. Dicirikan oleh bercak adanya sempit memanjang pada daun, berwarna coklat kemerahan, sejajar dengan tulang daun. Pada serangan yang berat bercak dapat timbul pada seludang daun, batang, dan bulir. Bercak cenderung lebih sempit, lebih pendek dan berwarna lebih gelap pada varietas padi yang resisten

Penyakit ini disebabkan pleh Cercospora janseana atau Cercospora oryzae atau Sphaerulina oryzina (stadium sempurna). Konidiofora berwarna coklat, tumbuh di atas bercak sendiri-sendiri atau berkumpul sampai tiga. Konidium dibentuk di atas konidiofora, berbentuk gada terbalik, bersekat 3 10.

Pengendalian dilakukan dengan penanaman jenis padi yang tahan. Penyemprotan dengan benomil atau mankozeb dapat meningkatkan (menyelamatkan) hasil 30%

6). Penyakit Hawar Seludang

Dulu dianggap kurang penting, akhir-akhir ini sering dilaporkan menimbulkan kerusakan berat, di dunia menempati urutan kedua setelah blast. Penyakit mempengaruhi jumlah gabah yang berisi tiap malai, panjang malai dan persen kehampaan, tetapi tidak berat 100 biji.Cendawan bertahan sebagai sclerotium atau miselium pada sisa tanaman. berkumpul di sekitar(Sclerotium mengambang di permukaan air sawah infeksi pada seludang dekat permukaan air. Banyak inang(pertanaman padi (kedelai, kacang-kacangan, dan berbagai jenis gulma) sehingga disimpulkan bahwa sumber infeksi untuk padi selalu ada.

Sinar matahari intensif dapat menekan perkembangan penyakit sehingga jenis padi dengan anakan banyak lebih rentan. Hal ini dapat diatasi dengan memperlebar jarak tanam. Tanaman padi terlalu subur (N tinggi) lebih rentan sehingga harus melalui pemupukan seimbang. Patogen tular tanah sehingga perlu sanitasi.7).Penyakit Busuk Batang

Bila fase anakan telah lewat lewat maka gejala awal beupa bercak hitam tidak teratur pada seludang daun di atas garis air sawah. Bila penyakit semakin berkembang maka bercak dapat membesar sehingga patogen menginvasi ke bagian dalam seludangInvasi patogen sampai pada bagian batang. Hal ini menyebabkan bulir tidak berisi bahkan tanaman mati.

Penyakit disebabkan pleh Sclerotium oryzae (fase sclerotium; umum ditemukan), Nakataea sigmoidea (fase konidium) atau Magnaporthe salvinii (peritesium; fase sempurna). Sclerotium banyak dibentuk di permukaan bagian tanaman sakit bulat 2-3 mm berwarna hitam.

Faktor yang mempengaruhi penyakit ini adalah kelebihan nitrogen membantu penyakit, tetapi pemberian natrium silikat atau kalium mengurangi penyakit. Adanya luka termasuk luka akibat serangga menambah kerentanan tanaman.

Pengendalian penyakit ini diarahkan pada pengelolaan residu sisa tanaman, pemupukan tepat, pemilihan varietas. Pembenaman sisa tanaman dapat menurunkan secara drastis viabilitas sclerotium. Pemupukan nitrogen tidak berlebihan untuk menghindari penurunan ketahan. Penggunaan Varietas tahan dapat menginaktifkan enzyme pendegradasi dinding sel.8). Penyakit Fusarium (Bakanae)

Gejala terutama terlihat pada tanaman muda atau di pembibitan. Tanaman terinfeksi mempunyai batang 1,5 sampai 2 kali panjang tanaman sehat, berwarna pucat. Gejala hiperplasia ini akibat patogen mengeluarkan gibberellin

Bila tanaman tua terserang juga memperlihatkan pertumbuhan batang yang abnormal; pada pangkal batang tumbuh banyak akar lateral. Tanaman yang dapat bertahan sampai tua umumnya steril, tidak menghasilkan malai. Istilah palay lalake (bhs Filipina = padi jantan) digunakan untuk padi yang steril ini.

Penyakit disebabkan pleh Fusarium moniliforme (bentuk sempurnanya: Gebberella fujikuroi). Membentuk peritesium yang di dalamnya berisi askus yang masing-masing mengandung 4-8 askospora. Mikrokonidia hialin, oval, satu sel, dibentuk berantai. Makrokonidia melengkung dengan ujung meruncing bersepta 3-5

Usarium dapat berkembang dan bertahan dalam sisa tanaman yang berada di dalam dan di atas tanah. F. miniliforme adalah patogen tular benih, infeksi benih terjadi sebelum panen melalui konidia dan askospora yang diterbangkan angin, atau karena kontaminasi selama proses pemanenan.

Cendawan tidak menginvestasi benih secara internal. Patogen menginfeksi tanaman melalui akar atau pucuk tanaman secara sistemik tetapi tidak sampai ke malai. Cendawan juga dapat menyerang tebu, jagung dan padi-padian lain. Pemencaran inokulum terutama dilakukan oleh angin

Penggunaan benih sehat sangat penting untuk mengendalikan penyakit ini. Tetapi di Indonesia penyakit kurang mempunyai arti ekonomi, sehingga belum pernah dilakukan pengendalian

8). Penyakit Gosong Palsu

Gejalanya biji padi berubah menjadi bola spora berdiameter 1 cm (bahkan ada yang mencapai 5 cm), keluar diantara sekam, berwarna kuning emas dan kadang-kadang hijau.

Penyakit disebabkan pleh Ustilaginoidea virens yang membentuk sklerotium berdiameter 5-8 mm. Konidia yang dibentuk di permukaan sklerotium, berbentuk bulat lonjong, berduri, berukuran 4-6 x 3-5 um, berkecambah dengan membentuk konidium sekunder yang lebih kecil dan hialin.

Konidia tersebar oleh angin, menginfeksi bunga atau biji yang mulai terbentuk. Patogen dapat bertahan sebagai sklerotium atau sebagai bola spora yang mengeras yang disebut pseudomorph.

Pseudomorph dapat bertahan 4 bulan dalam kondisi lapangan. Musim hujan, kelembaban tinggi, pemupukan nitrogen berlebih meningkatkan perkembangan penyakit

Jarang dikendalikan karena kurang merugikan. Beberapa varietas padi dilaporkan tahan terhadap U. Virens. Beberapa jenis fungisida dapat secara efektif mengendalikan gosong palsu

9). Penyakit Kembang Api

Gejala tidak akan tampak sampai fase bunting. Malai yang keluar dari upih daun berndera diliputi oleh miselium cendawan berwarna putih, biji-biji hampa terekat satu sama lain, tegak kaku seperti mummi. Mumifikasi terjadi saat masih terbungkus oleh upih daun bendera, maka malai yang sudah seperti mummi ini tegak lurus tampak seperti kembang api. Patogen membentuk sklerotium hitam pada permukaan kembang api. Daun bendera lebih kecil dari normal kadang berwarna keperakan. Tanaman terinfeksi terhambat pertumbuhannya

Penyakit disebabkan pleh Ephelis oryzae (stadium sempurnanya disebut Balansia oryzae-sativae). Membentuk stroma putih sampai kelabu menyelubungi permukaan malai. Dalam stroma dibentuk piknidium bulat 1-1,5 mm. Konidiofora bercabang, hialin, berukuran 22-85 x 1-1,4 um. Konidia seperti jarum, bersel satu, hialin, berukuran 12-40 x 1.2-1,5 um.

Karena dianggap kurang penting, penyakit ini jarang dikendalikan. Bila diperlukan, pengendalian dapat dilakukan dengan penggunaan benih sehat atau perlakuan benih dengan air hangat (54C selama 10 menit), atau dengan perlakuan benih dengan fungisida.

10). Penyakit Stackburn

Penyakit disebabkan pleh Alternaria padwickii. Sklerotium bulat berdiameter 50-200 um berwarna hitam. Konidiofora berukuran 3-4 um tumbuh tegak sampai ketinggian 180 um. Konidia berdinding tebal bersekat 3-5, pada sekat agak melekuk, sel kedua atau ketiga lebih besar dari sel lainnya, berukuran 11-20 x 95-170 um (termasuk ekor)

Belum ditemukan varietas padi yang tahan terhadap stuckburn. Penanaman benih sehat dapat mengurangi insiden penyakit. Perlakuan benih dengan air panas (54C selama 10 menit) atau dengan fungisida (mankozeb, ceresan) cukup efektif mengendalikan penyakit

11). Penyakit Daun Bergores Bakteri

Daun bergores bakteri (bacterial leaf streak/BLS) pertama kali ditemukan di Filipina pada tahun 1918. Penyakit telah tersebar luas di daerah tropis seperti Filipina, Malaysia, Cina selatan, Thailand, Vietnam, Kambidia tetapi tidak ditemukan di Jepang dan negara-negara subtropis lainnya. Di Indonesia pertama kali dilaporkan oleh Oka pada tahun 1972 di Jawa, saat ini penyakit telah tersebar di seluruh Indonesia, kecuali Maluku dan Irian Jaya

Penyakit dapat terjadi pada semua stadia pertumbuhan tanaman. Terdapat goresan/garis interveinal hijau kebasahan, lalu coklat terang. Pada gejala lanjut maka helai daun menjadi coklat hingga putih keabu-abuan lalu mati (mirip dengan kresek). Pada permukaan bercak keluar eksudat bakteri berwarna kuning

Penyakit disebabkan pleh Xanthomonas oryzae pv. oryzicola dan X. campestris pv. Oryzicola. Telah diproduksi antiserum yang dapat membedakan kedua spesies ini. Bakteri menghasilkan enzim pektinase dan selulase penghancur dinding sel tanaman

Penyakit lebih banyak terjadi pada daerah-daerah dengan curah hujan yang tinggi (Jabar, Jateng, Kalsel dan Sulsel. Suhu tinggi tampaknya membantu perkembangan penyakit (perkembangan BLS tertinggi terjadi Agustus-September). Kelembaban tinggi tidak mempengaruhi perkembangan gejala, tetapi membantu infeksi dan pemencaran patogen. Nitrogen hanya sedikit membantu perkembangan gejala. Pada umumnya ketahanan tanaman bertambah dengan bertambahnya umur

Tidak memerlukan usaha pengendalian yang khusus, kecuali penanaman jenis-jenis padi yang tahan. Jika penyakit selalu terjadi dianjurkan agar tidak memakai benih dari pertanaman yang sakit

12) Penyakit Kerdil Kuning

Tanaman terinfeksi menjadi kerdil, anakan banyak, daun berwarna hijau pucat atau kuning pucat. Tanaman yang terinfeksi saat masih muda memperlihatkan gejala 40-50 hari kemudian, dan umumnya mati lebih cepat. Tanaman yang dapat bertahan hidup tidak menghasilkan malai

Penyakit disebabkan pleh Phytoplasma, penyebab kerdil kuning, terbatas pada jaringan phloem tanaman inang, selnya berbentuk tidak beraturan, berukuran 100-800 nm. Nephotettix cincticeps adalah vektor utama di daerah beriklim sedang sedangkan N. nigropictus dan N. virescens adalah vektor utama di daerah beriklim sedang.

Tidak ada cara pengendalian yang direkomendasikan karena penyakit tidak terlalu penting secara ekonomi

13). Penyakit Kerdil Hampa

Kerdil hampa (ragged stunt) pertama kali ditemukan di Indonesia tahun1976, kemudian penyakit dilaporkan terdapat di negara Asia lainnya seperti Thailand, Malaysia, India, Sri Lanka, Cina, Jepang dan Filipina

Tanaman terinfeksi tampak kerdil, daun-daun menjadi pendek berwarna gelap, satu atau kedua sisinya sobek atau berlekuk-lekuk (ragged) serta daun bendera terpilin. Pada permukaan bawah daun atau pada seludang daun terdapat puru (gall) karena jaringan phloem mengalami hiperplasia. Malai umumnya tidak berisi atau hampa (maka disebut kedil hampa). Gejala ini muncul 2-3 minggu setelah infeksi

Penyakit disebabkan pleh Rice ragged stunt virus (RRSV yang) mempunyai partikel berbentuk bulat berdiameter 63-65 nm. Genomnya 10 macam RNA untai ganda, protein mantelnya terdiri dari lima jenis subunit protein

RRSV menginvasi inang terbatas pada jaringan phloem. Dapat ditularkan oleh Nilaparvata lugens dan N. Bakeri. Vektormempunyai makan akuisisi 8 jam, periode laten 8-15 hari, makan inokulasi minimal 1 jam, vektor infektif selama hidup, transtadial, tetapi tidak transovarial

Beberapa padi liar seperti Oryza nivara dan O. latifolia dilaporkan dapat diinfeksi RRSV. Karena wereng coklat monopaghous pada padi, maka infeksi alami pada gulma dapat dikatakan tidak terjadi. Dengan demikian virus hanya dapat bertahan pada tanaman padi dan vektornya

Pengendalian dapat dilakukan dengan menanam varietas padi tahan wereng coklat atau mengendalikan wereng dengan insektisida

14). Penyakit Kerdil Rumput

Kerdil rumput (grassy stunt) pertama kali dilaporkan di Filipina tahun1962, dan sekarang dilaporkan telah tersebar di seluruh negara penghasil beras di Asia

Gejala muncul 10-20 hari setelah infeksi. Tanaman terinfeksi menjadi kerdil, anakan lebih banyak dari normal, daun-daun lebih sempit, kaku dan tegak, sehingga rumpun tanaman nampak seperti rumput (kerdil rumput). Tanaman masih dapat membantuk malai tetapi jumlah biji sangat sedikit dan berukuran kecil

Penyakit disebabkan pleh Rice grassy stunt virus (RGSV) mempunyai partikel berupa benang lentur 6-8 x 950-1350 nm. Genomnya 4 jenis RNA untai tunggal, satu jenis coat protein (31 kDa)

RGSV ditularkan terutama oleh Nilaparvata lugens, dan dapat juga oleh N. bakeri dan N. Muiri. Vektor mempunyai makan akuisisi minimal 30 menit, periode laten 10-11 hari, makan inokulasi 5-15 menit, transtadial tetapi tidak transovarial.

Virus bertahan dari musim ke musim pada sisa tanaman padi yang masih hidup dan vektornya. Di daerah tropis, kejadian penyakit tinggi pada daerah yang terus-menerus ditanami padi. Migrasi serangga vektor sangat berperan untuk penyebaran virus

Pengendalian vektor dengan insektisida. Pola tanam melaui pergiliran tanaman dengan bukan padi. Penanaman varietas tahan terhadap wereng coklat. Sanitasi dengan mencabut dan membenamkan tanaman sakit

15). Penyakit Hoja Blanka

Terdapat hanya di Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Karibia. Pertama kali dilaporkan tahun 1935 di Kolombia. Insiden penyakit tercatat selalu rendah, kecuali tahun 1981-1985 terjadi outbreak di Amerika Tengah

Tanaman yang terinfeksi menjadi kerdil. Terdapat garis-garis klorotik/ kuning pada daun. Pada beberapa kasus helaian daun menjadi putih.

Penyakit disebabkan oleh Rice hoja blanca virus (RHBV) yang termasuk group Tenuivirus, partikelnya filamentous, dengan lebar 3-4 nm, genomnya RNA rantai tunggal, mempunyai satu jenis coat protein

Penanaman varietas padi yang resisten terhadap RHBV atau terhadap vektornya pernah dilakukan dan berhasil dengan baik. Menanam pada saat populasi vektor rendah dilaporkan sangat efektif mengurangi insiden penyakit

B. Penyakit Pada Tanaman Jagung

1). BulaiGejala penyakit ini terjadi pada permukaan daun jagung berwarna putih sampai kekuningan diikuti dengan garis-garis klorotik dan ciri lainnya adalah pada pagi hari disisi bawah daun jagung terdapat lapisan beledu putih yang terdiri dari konidiofor dan konidium jamur.

Penyakit bulai pada tanaman jagung menyebabkan gejala sistemik yang meluas keseluruh bagian tanaman dan menimbulkan gejala lokal (setempat). Gejala sistemik terjadi bila infeksi cendawan mencapai titik tumbuh sehingga semua daun yang dibentuk terinfeksi. Tanaman yang terinfeksi penyakit bulai pada umur masih muda biasanya tidak membentuk buah, tetapi bila infeksinya pada tanaman yang lebih tua masih terbentuk buah dan umumnya pertumbuhannya kerdil.

Penyebab penyakit bulai di Indonesia disebabkan oleh cendawan Peronosclerospora maydis dan Peronosclerospora philippinensis yang luas sebarannya, sedangkan Peronosclerospora sorghii hanya ditemukan di dataran tinggi Berastagi Sumatera Utara dan Batu Malang Jawa Timur.

Pengendalian dengan cara menanam varietas tahan: Sukmaraga, Lagaligo, Srikandi, Lamuru dan Gumarang,melakukan periode waktu bebas tanaman jagung minimal dua minggu sampai satu bulan, penanaman jagung secara serempak, eradikasi tanaman yang terinfeksi bulai, penggunaan fungisida metalaksil pada benih jagung (perlakuan benih) dengan dosis 0,7 g bahan aktif per kg benih.

2). Bercak daunPenyakit bercak daun pada tanaman jagung dikenal dua tipe menurut ras patogennya yaitu ras O, bercak berwarna coklat kemerahan dengan ukuran 0,6 x (1,2_1,9) Cm. Ras T bercak berukuran lebih besar yaitu (0,6_1,2) x (0,6_2,7) Cm, berbentuk kumparan dengan bercak berwarna hijau kuning atau klorotik kemudian menjadi coklat kemerahan. Kedua ras ini, ras T lebih virulen dibanding ras O dan pada bibit jagung yang terserang menjadi layu atau mati dalam waktu 3_4 minggu setelah tanam. Tongkol yang terinfeksi dini, biji akan rusak dan busuk, bahkan tongkol dapatgugur. Bercak pada ras T terdapat pada seluruh bagian tanaman (daun, pelepah, batang, tangkai kelobot, biji dan tongkol). Permukaan biji yang terinfeksi ditutupi miselium berwarna abu-abu sampai hitam sehingga dapat menurunkan hasil yang cukup besar. Cendawan ini dalam bentuk miselium dan spora dapat bertahan hidup dalam sisa tanaman.

3). Hawar daunPada awal infeksi gejala berupa bercak kecil, berbentuk oval kemudian bercak semakin memanjang berbentuk ellips dan berkembang menjadi nekrotik dan disebut hawar, warnanya hijau keabu-abuan atau coklat. Panjang hawar 2,5_15 Cm, bercak muncul awal pada daun yang terbawah kemudian berkembang menuju daun atas. Infeksi berat dapat mengakibatkan tanaman cepat mati atau mengering dan cendawan ini tidak menginfeksi tongkol atau klobot. Cendawan ini dapat bertahan hidup dalam bentuk miselium dorman pada daun atau pada sisa sisa tanaman di lapang. Penyebab penyakit hawar daun adalah : Helminthosporium turcicum

Pengendalian dilakukan dengan menanam varietas tahan Bisma, Pioner2, pioner 14, Semar 2 dan 5, eradikasi tanaman yang terinfeksi bercak daun, penggunaan fungisida dengan bahan aktif mankozeb dan dithiocarbamate.

4). KaratBercak-bercak kecil (uredinia) berbentuk bulat sampai oval terdapat pada permukaan daun jagung di bagian atas dan bawah, uredinia menghasilkan uredospora yang berbentuk bulat atau oval dan berperan penting sebagai sumber inokulum dalam menginfeksi tanaman jagung yang lain dan sebarannya melalui angin. Penyakit karat dapat terjadi di dataran rendah sampai tinggi dan infeksinya berkembang baik pada musim penghujan atau musim kemarau. Penyebab penyakit karat adalah Puccinia polysora

Pengendalian dengan cara menanam varietas tahan Lamuru, Sukmaraga, Palakka, Bima 1 dan Semar 10, eradikasi tanaman yang terinfeksi karat daun dan gulma, penggunaan fungisida dengan bahan aktif benomil

5). Busuk pelepahGejala penyakit busuk pelepah pada tanaman jagung umumnya terjadi pada pelepah daun, bercak berwarna agak kemerahan kemudian berubah menjadi abu-abu, bercak meluas dan seringkali diikuti pembentukan sklerotium dengan bentuk yang tidak beraturan mula-mula berwarna putih kemudian berubah menjadi cokelat. Gejala hawar dimulai dari bagian tanaman yang paling dekat dengan permukaan tanah dan menjalar kebagian atas, pada varietas yang rentan serangan jamur dapat mencapai pucuk atau tongkol. Cendawan ini bertahan hidup sebagai miselium dan sklerotium pada biji, di tanah dan pada sisa-sisa tanaman di lapang. Keadaan tanah yang basah, lembab dan drainase yang kurang baik akan merangsang pertumbuhan miselium dan sklerotia, sehingga merupakan sumber inokulum utama. Penyebab penyakit busuk pelepah adalah Rhizoctonia solani

Cara pengendalian dengan menggunakan varietas/galur yang tahan sampai agak tahan terhadap penyakit hawar pelepah misalnya: Semar 2, Rama, Galur GM 27, diusahakan agar pertanaman tidak terlalu rapat sehingga kelembaban tidak terlalu tinggi, lahan mempunyai drainase yang baik, mengadakan pergiliran tanaman, tidak menanam jagung terus menerus di lahan yang sama, penggunaan fungisida dengan bahan aktif mancozeb dan carbendazim

6). Busuk BatangTanaman jagung tampak layu atau kering seluruh daunnya. Umumnya gejala tersebut terjadi pada stadia generatif, yaitu setelah fase pembungaan. Pangkal batang yang terinfeksi berubah warna dari hijau menjadi kecoklatan, bagian dalam busuk, sehingga mudah rebah, pada bagian kulit luarnya tipis. Pada pangkal batang terinfeksi tersebut ada yang memperlihatkan warna merah jambu, merah kecoklatan atau coklat. Penyakit busuk batang jagung dapat disebabkan oleh delapan spesies/cendawan seperti Colletotrichum graminearum, Diplodia maydis, Gibberella zeae, Fusarium moniliforme, Macrophomina phaseolina, Pythium apanidermatum, Cephalosporium maydis, dan Cephalosporium acremonium. Di Sulawesi Selatan penyebab penyakit busuk batang yang telah berhasil diisolasi adalah Diplodia sp., Fusarium sp. dan Macrophomina sp.

Penularan cendawan patogen penyebab penyakit busuk batang memproduksi konidia pada permukaan tanaman inangnya . Konidia dapat disebarkan oleh angin, air hujan ataupun serangga.mPada waktu tidak ada tanaman, cendawan dapat bertahan pada sisa-sisa tanaman yang terinfeksi dalam fase hifa atau piknidia dan peritesia yang berisi spora. Pada kondisi lingkungan yang sesuai untuk perkembangannya, spora akan keluar dari piknidia atau peritesia. Spora pada permukaan tanaman jagung akan tumbuh dan menginfeksi melalui akar ataupun pangkal batang. Infeksi awal dapat melalui luka atau membentuk sejenis apresoria yang mampu penetrasi ke jaringan tanaman. Spora/konidia yang terbawa angin dapat menginfeksi ke tongkol, dan biji yang terinfeksi bila ditanam dapat menyebabkan penyakit busuk batang.

Pengendalian penyakit busuk batang jagung dapat dilakukan dengan menanam varietas tahan, hasil pengujian 54 varietas/galur jagung terhadap Fusarium sp. Pergiliran tanaman, pemupukan berimbang, menghindari pemberian N tinggi dan K rendah, dan drainase yang baik. Pengendalian penyakit busuk batang (Fusarium) secara hayati dapat dilakukan dengan cendawan antagonis Trichoderma sp.

C. Penyakit Pada Tanaman Kedelai

1). Penyakit layu lakteri (Pseudomonas solanacearum)Penyakit ini menyerang pangkal batang. Penyerangan pada saat tanaman berumur 2-3 minggu. Penularan melalui tanah dan irigasi. Gejala: layu mendadak bila kelembaban terlalu tinggi dan jarak tanam rapat. Pengendalian: (1) biji yang ditanam sebaiknya dari varietas yang tahan layu dan kebersihan sekitar tanaman dijaga, pergiliran tanaman dilakukan dengan tanaman yang bukan merupakan tanaman inang penyakit tersebut. Pemberantasan: belum ada2) Penyakit layu (Jamur tanah : Sclerotium Rolfsii)Penyakit ini menyerang tanaman umur 2-3 minggu, saat udara lembab, dan tanaman berjarak tanam pendek. Gejala: daun sedikit demi sedikit layu, menguning. Penularan melalui tanah dan irigasi. Pengendalian: (1) varietas yang ditanam sebaiknya yang tahan terhadap penyakit layu; (2) menyemprotkan Dithane M 45, dengan dosis 2 gram/liter air.3) Penyakit lapu (Witches Broom: Virus)Penyakit ini menyerang polong menjelang berisi. Penularan melalui singgungan tanam karena jarak tanam terlalu dekat. Gejala: bunga, buah dan daun mengecil. Pengendalian: menyemprotkan Tetracycline atau Tokuthion 500EC.3. Optimalisasi Peran Perlindungan Tanaman

3.1. Pengertian Perlindungan Tanaman

Perlindungan Tanaman mempunyai makna yang sangat penting didalam menentukan keberhasilan tujuan membudidayakan tanaman. Secara harfiah, perlindungan adalah sesuatu yang diberikan untuk melindungi sesuatu atau seseorang yang tak kuat atau lemah terhadap suatu ancaman atau gangguan yang dapat merusak, merugikan, atau mengganggu proses hidupnya yang normal. Sedangkan, tanaman adalah tumbuhan yang dibudidayakan atau ditanam oleh manusia untuk tujuan tertentu. Tujuan tersebut, selain untuk konsumsi, adalah untuk mencapai hasil atau produksi tanaman yang berkuantitas tinggi dan berkualitas baik sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan bagi yang membudidayakan. Dengan demikian, Perlindungan Tanaman adalah usaha untuk melindungi tanaman dari ancaman atau gangguan yang dapat merusak, merugikan, atau mengganggu proses hidupnya yang normal, sejak pra-tanam sampai pasca tanam (Djafaruddin, 1996)Gangguan atau ancaman pada tanaman dapat berupa jasad penganggu atau organisme penganggu tanaman (OPT), keadaan cuaca/iklim, keadaan tanah, maupun kesalahan dalam budidaya tanaman pertanian. Akan tetapi, mata kuliah Perlindungan Tanaman hanya membahas sebatas OPT pertanian; sedangkan, pengganggu tanaman lainnya dibahas pada kuliah lain, diantaranya klimatologi, ilmu tanah, dan agronomi. 3.2. Kegiatan Perlindungan Tanaman3.2.1. Pencegahan (Preventive)Pencegahan berarti melindungi tanaman, baik bahan perbanyakan (benih/bibit, dan sebagainya), tanaman di lapangan (baik di pesemaian, maupun di areal tanam/pertanaman/di kebun), maupun hasil panen (yang masih di lapangan sesudah di panen, selama pengangkutan, pengolahan/pengerjaan hasil, penyimpanan, ataupun selama pemasaran) dari segala macam gangguan yang disebabkan oleh OPT.Sasaran pada kegiatan ini adalah tanaman yang belum (diduga belum) terganggu, atau dalam istilah penyakitnya dikatakan masih sehat, dengan yang memperlakukan atau mengusahakan tindakan tertentu agar ia tidak terganggu, terserang, terinfeksi, atau rusak oleh OPT yang mungkin datang atau berkontak dengannya. Misalnya, kita memperlakukan benih (seed treatment) padi sebelum disemaikan dengan fungisida Dithane M-45, untuk mencegah bibit penyakit atau patogen jamur Helminthosporium oryzae yang menyebabkan penyakit becak. Pencegahan dapat dilakukan pada berbagai jenis OPT (patogen, hama, maupun gulma). Perlakuannya pun tidak hanya secara kimia (dengan fungisida atau pestisida saja), tetapi juga dapat dengan cara lain, seperti mekanis, fisis, ataupun biologi, dan sebagainya.3.2.2. Pemberantasan (Eradication) dan Pengobatan (Curative)A. PemberantasanPemberantasan berarti melindungi tanaman dari OPT hama dan gulma yang telah menyerang, bahkan merusak atau menimbulkan persaingan yang negatif, baik terhadap bahan perbanyakan tanaman, tanaman di lapangan/di pesemaian, maupun hasil panen (yang masih di lapangan/sebelum dikerjakan, selama pengangkutan, pengerjaan, atau pemasarannya, sebelum ia dikonsumsikan).Sasaran kegiatan ini adalah hama yang sedang menyerang dan merusak tanaman atau bagian tertentu tanaman; dan tumbuhan penganggu tanaman (gulma) yang menimbulkan persaingan negatif terhadap tanaman budidaya. Tujuannya adalah untuk mematikan atau memusnahkan, atau sekurang-kurangnya mengurangi jumlah OPT tersebut, sekaligus mengurangi atau menghentikan kerusakan yang ditimbulkannya pada tanaman. Pemberantasan dilakukan secara kimia, mekanik, maupun fisik. B. PengobatanPengobatan berarti melindungi (mengobati) tanaman yang sakit akibat terinfeksi patogen. Sasarannya adalah tanaman yang sakit atau bagian tertentu tanaman yang telah terinfeksi patogen. Tujuannya untuk menyembuhkan tanaman dari penyakit. Pengobatan dapat dilakukan dengan memakai obat atau bahan kimia lainnya, seperti pestisida. Misalnya, untuk menyembuhkan penyakit bercak coklat pada tanaman padi kita menggunakan fungisida. Dengan demikian, tanaman tersebut dapat pulih dan memberikan hasil yang baik. Berbagai tindakan pemberantasan maupun pengobatan, tergantung dari jasad pengganggunya, dan tingkatan atau stadia tumbuh dari tanaman (baik bahan perbanyakan, bibit di pesemaian, tanaman di lapangan, ataupun hasil panen yang masih di lapangan, selama pengangkutan, pengerjaannya, penyimpanan, bahkan selama pemasarannya, sampai kepada konsumen yang mempergunakannya).3.2.3. Pengendalian atau Pengelolaan (Controlling atau Managing)Pengendalian atau pengelolaan berarti melindungi tanaman dengan mengelola OPT yang menganggu tanaman, maupun tanaman itu sendiri, sedemikian rupa sehingga kerusakan yang ditimbulkan oleh OPT tidak sampai menimbulkan kerusakan ekonomis atau merugikan. Sasarannya adalah tanaman yang belum terganggu maupun yang telah terganggu atau terserang OPT. Tujuan pengendalian bukan memberantas atau memusnahkan OPT, akan tetapi bertujuan untuk untuk menekan populasi OPT di bawah ambang ekonomi atau ambang populasi OPT yang tidak menimbulkan kerusakan ekonomis atau merugikan. Pengendalian dilakukan dengan memadukan berbagai teknik pengendalian OPT yang ada atau strategi dari metode atau cara-cara budidaya sejak awal hingga pasca panen, di mana satu sama lainnya tidak bertentangan. Jadi di sini, mulai dari bahan perbanyakan, benih, bibit di pesemaian, tanaman di lapangan, hasilnya, sampai pemasaran, bahkan juga jasad hidup lainnya selain tanaman dan OPT diantisipasikan, juga faktor cuaca/iklim sejauh memungkinkan untuk dikelola secara terpadu atau dikenal dengan istilah Pengendalian Hama Terpadu (PHT). 3.3. Peranan Perlindungan TanamanSeperti yang dikemukakan sebelumnya, perlindungan tanaman mempunyai peranan yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari usaha peningkatan produksi tanaman atau produksi pertanian. Dengan demikian, perlindungan tanaman berperan didalam menjamin kepastian hasil dan memperkecil resiko berproduksi suatu tanaman, karena walaupun langkah-langkah lainnya dari budidaya suatu tanaman sudah dilakukan, seperti penggunaan varietas unggul, cara penanaman, pemupukan, pengairan, penyiangan, pemanenan dan pasca panen telah dilaksanakan dengan baik, tetapi pengendalian OPT diabaikan, maka apa yang diberikan tidak berarti atau hilang.Kegiatan perlindungan tanaman, ialah kegiatan yang bertujuan untuk melindungi, mencegah, atau menghindari agar tanaman kita agar tidak menderita suatu gangguan, kerusakan, kematian, kemerosotan hasilnya atau memperkecil kerugian yang ditimbulkannya. Oleh karena itu, mereka harus memiliki prinsip didalam memperkecil kerugian dan mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan mencegah atau mengurangi sekecil mungkin kerugian, atau bahkan sama sekali meniadakan kerugian tersebut.Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa perlindungan tanaman merupakan alat penunjang yang sangat penting dari sistem produksi dan usaha tani tanaman. Bahkan dikatakan bahwa perlindungan tanaman merupakan asuransi yang menjamin keberhasilan setiap usaha tani dan pembangunan pertanian dari kerugian sebagai akibat dari gangguan, baik oleh jasad penganggu, bencana alam maupun kesalahan dalam budi daya tanaman pertanian itu. Kegiatan perlindungan tanaman, mulai dari awal kegiatan budidaya tanaman sampai pasca panen harus selalu berorientasikan pada upaya memperkecil kerusakan oleh gangguan yang mungkin timbul. 3.4. Lembaga-Lembaga Perlindungan Tanaman di IndonesiaBerbagai program dan kegiatan perlindungan tanaman dikelola dan dilaksanakan oleh lembaga-lembaga khusus, baik yang ada di pemerintah, industri, lembaga swadaya masyarakat maupun masyarakat tani. Pada makalah ini penulis akan menjabarkan hanya pada lembaga yang berada pada organisasi pemerintah.

Susunan organisasi dan program kerja perlindungan tanaman di organisasikan pemerintah bervariasi, sangat ditentukan oleh struktur organisasi kabinet pada periode pemerintahan tertentu.

Dalam jajaran pembantu Menteri Pertanian periode 2004-2009 di samping beberapa pejabat eselon I, termasuk 5 Staf Ahli Menteri Pertanian, terdapat 4 Tenaga Ahli. Salah satu Tenaga Ahli bidang Perlindungan Tanaman. Selanjutnya, kelembagaan perlindungan tanaman pusat di Departemen Pertanian tersebar di beberapa lembaga eselon I yaitu :

3.4.1. Badan Karantina Pertanian.

Badan Karantina Pertanian adalah lembaga yang berada di bawah Kementerian Pertanian Republik Indonesia yang bertugas untuk melaksanakan karantina hewan ternak, tanaman pertanian, dan hasil pertanian dan peternakan untuk mencegah penyebaran hama dan penyakit. Badan Karantina Pertanian merupakan Unit Eselon 1 di Lingkungan Kementerian Pertanian. Kepala Badan Karantina Pertanian saat ini adalah Ir. Banun Harpini, M. Sc. Di seluruh Indonesia terdapat 54 Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian.

3.4.2. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Perlindungan Tanaman .

3.4.2.1. Visi dan Misi

Visi : Terwujudnya sistem pengamanan produksi dan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI) melalui penerapan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dan adaptasi perubahan iklim.

Misi

1. Meningkatkan pengamatan dan sistem peringatan dari OPT/DPI.

2. Meningkatkan gerakan pengendalian OPT dan adaptasi DPI.

3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia perlindungan tanaman.

4. Meningkatkan peran dan fungsi kelembagaan perlindungan tanaman.

5. Meningkatkan penyediaan sarana penanggulangan OPT dan DPI.3.4.2.2. Subdirektorat

3.4.2.3. Sub direktorat Pengelolaan Data organisme Pengganngu Tumbuhan

Subdirektorat Pengelolaan Data Organisme Pengganggu Tumbuhan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengelolaan data organisme pengganggu tumbuhan.

Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Subdirektorat Pengelolaan Data Organisme Pengganggu Tumbuhan menyelenggarakan fungsi :

1. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang monitoring dan analisis data serta evaluasi dan pelaporan data organisme pengganggu tumbuhan;

2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang monitoring dan analisis data serta evaluasi dan pelaporan data organisme pengganggu tumbuhan;

3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang monitoring dan analisis data serta evaluasi dan pelaporan data organisme pengganggu tumbuhan;

4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang monitoring dan analisis data serta evaluasi dan pelaporan data organisme pengganggu tumbuhan.

3.4.2.4. Subdirektorat Dampak Perubahan Iklim

Subdirektorat Dampak Perubahan Iklim mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang dampak perubahan iklim.

Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Subdirektorat Dampak Perubahan Iklim, menyelenggarakan fungsi :

1. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim;

2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim;

3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim;

4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim.

3.4.2.5. Subdirektorat Teknologi Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan

Subdirektorat Teknologi Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan.

Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Subdirektorat Teknologi Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan, menyelenggarakan fungsi :

1. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang identifikasi dan verifikasi teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan;

2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang identifikasi dan verifikasi teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan;

3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang identifikasi dan verifikasi teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan;

4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang identifikasi dan verifikasi teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan.3.4.2.6. Subdirektorat Pengelolaan Pengendalian Hama Terpadu

Subdirektorat Pengelolaan Pengendalian Hama Terpadu, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pemasyarakatan dan kelembagaan pengendalian hama terpadu serta analisis dampak lingkungan.

Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Subdirektorat Pengelolaan Pengendalian Hama Terpadu, menyelenggarakan fungsi :

1. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang pemasyarakatan dan kelembagaan pengendalian hama terpadu serta analisis dampak lingkungan;

2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pemasyarakatan dan kelembagaan pengendalian hama terpadu serta analisis dampak lingkungan;

3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pemasyarakatan dan kelembagaan pengendalian hama terpadu serta analisis dampak lingkungan;

4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pemasyarakatan dan kelembagaan pengendalian hama terpadu serta analisis dampak lingkungan.

3.4.2.7. Subbagian Tata Usaha

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, rumah tangga dan surat menyurat serta kearsipan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan.

3.4.2.8. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jenjang jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3.4.3. Unit Pelaksana Teknis (UPT)

3.4.3.1. Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT)

a. TugasBalai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan mempunyai tugas melaksanakan dan mengembangkan peramalan organisme pengganggu tumbuhan (OPT), serta rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura.

b. FungsiDalam melaksanakan tugas, BBPOPT menyelenggarakan fungsi:

1.Penyusunan program dan evaluasi peramalan, pengembangan peramalan OPT, dan rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura;2.Pelaksanaan analisis data dan informasi serangan OPT, dan faktor penentu perkembangan OPT;3.Pelaksanaan pengkajian dan pengembangan teknologi peramalan, pengamatan dan pengendalian OPT berdasarkan sistem pengendalian hama terpadu (PHT);4.Pelaksanaan perumusan peramalan, pengamatan dan pengendalian OPT;5. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi penerapan teknologi peramalan, pengamatan dan pengendalian OPT;6. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi pengembangan sistem mutu dan standar Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP);7. Pemberian pelayanan kegiatan peramalan, pengembangan peramalan OPT dan rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura;8. Pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga BBPOPT.3.4.3.2. Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman (BPMPT)

Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman adalah unit pelaksana teknis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian No. 393/Kpts/OT.130/6/2004 tanggal 9 Juni 2004, BPMPT mempunyai tugas melaksanakan pengujian mutu pestisida, pupuk dan produk tanaman, hortikultura dan perkebunan.

Dalam melaksanakan tugasnya, Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman menyelenggarakan fungsi:

1) Pengelolaan sampel pestisida, pupuk dan produk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan.

2) Pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian mutu pestisida, pupuk dan produk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan.

3) Pelaksanaan perumusan hasil pemeriksaan dan pengujian mutu pestisida, pupuk dan produk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan.

4) Pelaksanaan pengembangan teknik dan metode pemeriksaan dan pengujian mutu pestisida, pupuk dan produk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan.

5) Pelaksanaan pemantauan mutu pestisida dan pupuk yang beredar serta produk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan.

6) Pemberian pelayanan teknik kegiatan pengujian mutu pestisida, pupuk dan produk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan.

7) Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman.

3.4.3.3. Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Holtikultura ( UPTD BPTPH )

Upaya pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi perlindungan tanaman pangan di daerah dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPTD BPTPH) dan Bidang yang menangani perlindungan tanaman pangan. Dengan perangkat tersebut diharapkan segala permasalahan perlindungan tanaman yang timbul di daerah dapat diatasi secara cepat.

3.4.3.4. Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit Tanaman ( LPHP)

Strategi operasional Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit -- Meningkatkan pengamatan OPT baik secara periodik maupun situasional sesuai perkembangan OPT di lapangan.

Tugas dan Fungsi Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit

a. Melaksanakan pengamatan dan peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT).

b. Menyimpulkan dan menganalisis data hasil pengamatan yang dilaksanakan oleh Petugas Pengamat Hama dan Penyakit (PHP)/POPT.

c. Mengawasi dan mengkoordinasi wilayah pengamatan.

d. Menentukan ambang eksploitasi OPT secara total.

e. Menyelenggarakan pertemuan/pembinaan secara berkala.

f. Membuat rencana pengamatan dan pengambilan contoh OPT.

g. Menyelenggarakan percobaan lapangan pengendalian OPT.

h. Membantu pemasyarakatan pengamatan hama dan penyakit tanaman.

i. Fungsi Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit :

j. Mengadakan pengamatan dan peramalan hama utama.

k. Mencari model pengamatan dan peramalan hama dan penyakit tanaman.

l. Memberi bimbingan dan pembinaan kepada petugas PHP.

m. Memberi saran dan rekomendasi pengendalian kepada Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan petani.

n. Melaksanakan percobaan-percobaan perlindungan tanaman.

o. Melaksanakan pengamatan musuh alami hama utama.3.4.3.5. Pos Pengembangan Agens Hayati (PPAH)

Pos Pelayanan Agens Hayati (PPAH) adalah berawal dari program sains petani yaitu kajian atau penelitian agens hayati oleh petani alumni SLPHT di lahan sawahnya. Anggota Kelompok Tani PPAH pada penggeraknya adalah petani alumni SLPHT.Tugas dan fungsi Pos Pelayanan Agens Hayati adalah. 1. Mengembangkan pertanian organik yang berbasis pada kearifan lokal. 2. Menyediakan sarana bahan pengendalian alami yang dibutuhkan oleh masyarakat petani. 3. Membuat pupuk organik buatan baik cair maupun yang padat.3.4.3.6. Brigade Proteksi Tanaman (BPT)

Brigade Proteksi Tanaman adalah sebuah institusi yang secara khusus menangani masalah pengendalian OPT dan mempunyai tenaga terampil, bergerak secara cepat dan mempunyai sarana pengendalian yang memadai. BPT adalah gugus tugas yang bergerak secara cepat dibantu oleh Regu Pengendai Hama ( RPH ) / Kelompok Tani secara khusus menangani pengendalian OPT dan dapat dioperasianolkan setiap saat bila diperlukan.

Dalam operasional pengendalian OPT di lapangan, BPT mempunyai tugas dan fungsi antara lain sebagai berikut :

a. Memimpin operasional gerakan pengendalian OPT yang timbul eksplosi dan pengendalian daerah daerah sumber serangan

b. Menyediakan, menyiapkan dan merencanakan pendistribusian bantuan sarana pengendalian berupa peralatan, pestisida, tenaga pelaksana dan perlengkapan lainnya apabila diperlukan

c..Malaksanakan inventarisir, perawatan dan perbaikan terhadap sarana pengendalian yang dimiliki oleh BPT

d. Melaksanakan bimbingan dan meningkatkan keterampilan RPH / petani dalam operasional pengendalian OPT di wilayah kerjanya

e. Mengevaluasi dan melaporkan kegiatan operasional dan hasil pengendalian OPT

f. Membantu upaya upaya penerapan, pemasyarakatan dan pelembagaan Pengendalian Hama Terpadu ( PHT )

g. Melaksanakan oprasional penanggulangan dampak perubahan iklim (banjir dan kekeringan )

3.4.3.7. Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Pengendali Organisme Tumbuhan Pengamat Hama dan Penyakit ( THL TB PROPT PHP )

Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan-Pengamat Hama dan Penyakit (THL-TB POPT-PHP) adalah Tenaga Bantu POPT yang direkrut oleh Departemen Pertanian selama kurun waktu tertentu sesuai dengan ketersediaan keuangan negara untuk melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pembantu POPT, di wilayahpengamatan yang belum memiliki POPT, dengan ketentuan tidak mempunyai hak untuk diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil.

A. Tugas Pokok

Tugas Pokok THL Tenaga Bantu POPT-PHP adalah merencanakan, menyiapkan, melaksanakan, mengembangkan, mengevaluasi, membimbing, dan melaporkan pengamatan, analisis, peramalan, dan pengendalian OPT serta melakukan pengawasan peredaran dan penggunaan pupuk serta bahan pengendali OPT,

B. Fungsi THL Tenaga Bantu POPT-PHPDalam melaksanakan tugas di atas, THL POPT-PHP menyelenggarakan fungsi :a. Perencanaan, penyiapan, dan pelaksanaan pengamatan serangan OPT dan DFI;

b. Perencanaan,penyiapan,danpelaksanaan,pengendalian/penanggulangan OPT dan DFI;

c. Analisis dan evaluasi perkembangan serangan OPT dan DFI;

d. Bimbingan dan pendampingan dalam pengendalian/penanggulangan OPT dan DFI;

e. Pendampingan penyusunan RDK/RDKK di tingkat kelompok tani;

f. Monitoring terhadap harga dan peredaran pupuk bersubsidi;

g. Identifikasi rekomendasi penggunaan pupuk;

h. Pengawasan dalam penggunaan pupuk dan bahan pengendali OPT di tingkat petani;

i. Pelaporan hasil pengamatan serangan OPT, DFI, dan hasil monitoring peredaran dan penggunaan pupuk dan bahan pengendali OPT.

3.4.3.8. Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman Pengamat Hama Penyakit (POPT PHP)

Tugas dan Fungsi Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Pengamat Hama dan Penyakit (POPT-PHP)

a. Melaksanakan pengamatan dan peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan Curah Hujan dan hari hujandi Wilayah kerja;

b. Memberikan/membuat rekomendasi pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan;

c. Mengadakan Pengawasan atas peredaran, penyimpanan dan penggunaan pestisida di wilayah kerja;

d. Melakukan pembinaan terhadap Regu Pengendalian Hama dan kelembagaan di tingkat lapang;

e. Menyusun laporan kegiatan yang terdiri dari:

Laporan 2 (dua) mingguan

Laporan Bulanan

Laporan Musiman/musim tanam

Laporan Tahunan

3.4.3.9. Petani Pengamat

Petani pengamat adalah petani alumni sekolah lapangan PHT yang ditetapkan dengan Ketetapan Kepala Dinasw Pertanian Tingkat Provinsi. Tugas petani pengamat yaitu membantu POPT-PHP/ THL-TB POPT dalam melakukan pengamatan agroekosistem (OPT, musuh alami,banjir,kekeringan, dan faktor abiotik yang mempengaruhi perkembangan OPT/DPI ). Wilayah pengamatan petani pengamat yaitu di wilayah terdekat dengan tempat tinggal petani bersangkutan dan atau yang disepakati dengan POPT-PHP terdekat. Sebelum melaksanakan tugasnya, petani pengamat diharuskan mengikuti pelatihan terkait dengan tugasnya.

4. Telaah Masalah Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

4.1. Serangan OPT di Lapangan

Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan resiko yang harus dihadapi dan diperhitungkan dalam setiap usaha pembudidayaan tanaman pangan. Pengendalian yang kurang baik terhadap OPT dapat berakibat pada penurunan / pengurangan produksi dan produktivitas tanaman. Resiko ini merupakan konsekuensi dari setiap perubahan ekosistem sebagai akibat budidaya tanaman yang dilakukan petani maupun pengusaha pertanian.

4.2. Langkah-Langkah Strategis untuk Mencegah OPT

Perlindungan tanaman dan Sumber Daya Alam secara Terpadu merupakan suatu cara pendekatan atau cara berfikir pertimbangan ekologi dan ekonomi melalui pengamanan produksi tanaman pangan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Pelaksanaan Perlindungan Tanaman ditujukan guna mencegah terjadinya pengurangan hasil produksi tanaman pangan. Sehingga upaya tersebut penting dilaksanakan dengan cara memadukan semua teknik yang kompatibel dengan pertimbangan spesifik lokasi dan keamanan lingkungan agar dapat memberikan hasil optimal. 4.2.1. Langkah Pertama

Mengoptimalkan fungsi dan peran POPT-PHP dan THL TB PROPT PHP dalam melaksanakan pengamatan dan peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan Curah Hujan dan hari hujandi Wilayah kerjanya.4.2.2. Langkah Kedua

Mengoptimalkan fungsi dan peran Brigade Proteksi Tanaman (BPT ) dalam memimpin operasional gerakan pengendalian OPT yang timbul eksplosi dan pengendalian daerah daerah sumber serangan OPT, menyediakan, menyiapkan dan merencanakan pendistribusian bantuan sarana pengendalian berupa peralatan, pestisida, tenaga pelaksana dan perlengkapan lainnya apabila diperlukan, melaksanakan inventarisir, perawatan dan perbaikan terhadap sarana pengendalian yang dimiliki oleh BPT, melaksanakan bimbingan dan meningkatkan keterampilan RPH / petani dalam operasional pengendalian OPT di wilayah kerjanya, mengevaluasi dan melaporkan kegiatan operasional dan hasil pengendalian OPT, membantu upaya upaya penerapan, pemasyarakatan dan pelembagaan Pengendalian Hama Terpadu ( PHT ), melaksanakan oprasional penanggulangan dampak perubahan iklim (nbanjir dan kekeringan )4.2.3. Langkah Ketiga

Mempetakan daerah endemis hama dan penyakit pada tanaman padi,jagung dan kedelai untuk memudahkan strategi pengendaliannya.

4.2.4. Langkah Keempat

Mempetakan daerah rawan banjir dan kekeringan untuk memudahkan langkah-langkah penanggulangannya seperti penggunaan varietas tahan rendaman dan kekeringan.

4.2.5. Langkah ke lima

Mengoptimalkan koordinasi antara Petugas di Kabupaten, Mantri tani dan POPT di Lapangan harus senantiasa dilaksanakan secara periodik guna penanganan dini terhadap adanya serangan OPT pada usahatani tanaman pangan .38