universitas gunadarma mei 2019

39
1 POLA KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DALAM ORGANISASI KEMAHASISWAAN Penulis : Budi Santoso Nenik Diah Hartanti. Raisha Vircani Audi UNIVERSITAS GUNADARMA MEI 2019

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UNIVERSITAS GUNADARMA MEI 2019

1

POLA KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DALAM ORGANISASI

KEMAHASISWAAN

Penulis :

Budi Santoso

Nenik Diah Hartanti.

Raisha Vircani Audi

UNIVERSITAS GUNADARMA

MEI 2019

Page 2: UNIVERSITAS GUNADARMA MEI 2019

2

ABSTRAKSI

“Pola Komunikasi Antar Budaya Dalam Organisasi Kemahasiswaan”

Kata Kunci : Komunikasi Antar Budaya, Interaksi Simbolis, Pola Komunikasi

Komunikasi merupakan sebuah proses dimana sebuah interaksi antara komunikan dan

komunikator yang melakukan pertukaran pesan didalamnya yang terjadi secara langsung

maupun tidak langsung, komunikasi sendiri bisa dikatakan merupakan hal yang paling

krusial dalam kehidupan ini. Penelitian bertujuan untuk mengetahui Bagaimana Pola

Komunikasi Antar Budaya yang terjadi didalam Sebuah Organisasi Kemahasiswaan. Teori

yang digunakan adalah Teori Interaksionisme Simbolik. Metode Penelitian adalah

Kualitatif. Hasil Penelitian : Pola komunikasi antarbudaya yang terjadi dalam etnik sunda

dan etnik serawai yaitu pola komunikasi primer. Berdasarkan hasil observasi peneliti dan

yang sudah tertera di bab sebelumnya bahwa Etnik sunda memiliki gaya komunikasi yang

sopan dan lembut, sedangkan Etnik serawai memiliki gaya komunikasi yang tegas.

Kesimpulan : Berdasarkan persepektif interaksionalisme simbolik, para informan

penelitian cenderung sosok yang aktif dalam bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang

lain. Walau secara mind etnik serawai tidak terlalu memikirkan pendapat orang lain namun

komentar lingkungan sekitar tetap menjadi pengaruh dalam tindakan berdiskusi di saat

kegiatan rapat.

Buku (1982 – 2013)

Page 3: UNIVERSITAS GUNADARMA MEI 2019

3

BAB I: PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi merupakan sebuah proses dimana sebuah interaksi antara komunikan

dan komunikator yang melakukan pertukaran pesan didalamnya yang terjadi secara

langsung maupun tidak langsung, komunikasi sendiri bisa dikatakan merupakan hal yang

paling krusial dalam kehidupan ini. Sebuah interaksi bisa tidak berarti apa-apa jika

komunikasi didalamnya tidak berjalan pada semestinya. Komunikasi merupakan hal yang

paling penting bagi individu dalam melakukan interaksi. Manusia selain sebagai makhluk

sosial yang hidup berkelompok dan berkomunikasi dengan sesamanya, juga sebagai

individu dengan latar belakang budaya yang berlainan. Mereka saling bertemu, baik secara

tatap muka maupun melalui media komunikasi. Komunikasi adalah proses kegiatan

pengoperan/penyampaian warta/berita/informasi yang mengandung arti dari satu pihak

(seseorang atau tempat) kepada pihak (seseorang atau tempat) lain dalam usaha

mendapatkan saling pengertian.( Wursanto, 2001:31). Kadang kala individu merasakan

komunikasi itu tidak efektif, yang dikarenakan adanya salah penafsiran oleh si penerima

pesan, dan kesalahan penafsiran tersebut dikarenakan persepsi oleh setiap individu yang

berbeda-beda. Seperti sebuah situasi yang terjadi bila pengirim pesan adalah anggota suatu

budaya dan penerima pesannya adalah anggota dari suatu budaya yang lain. Budaya

mempengaruhi orang yang berkomunikasi. Situasi ini tidak dapat dihindarkan, karena

sebetulnya, setiap kali seseorang melakukan komunikasi dengan orang lain mengandung

potensi komunikasi antarbudaya. Hal ini dikarenakan setiap orang selalu berbeda budaya

dengan orang lain, sekecil apa pun perbedaan tersebut. Komunikasi antarbudaya

(intercultural communication) adalah proses pertukaran pikiran dan makna antara orang-

orang berbeda budaya (Maletzke dalam Mulyana, 2005: xi). Komunikasi antarbudaya pada

dasarnya mengkaji bagaimana budaya berpengaruh terhadap aktivitas komunikasi: apa

makna pesan verbal dan nonverbal menurut budaya-budaya bersangkutan, apa yang layak

dikomunikasikan, bagaimana cara mengkomuni-kasikannya (verbal dan nonverbal) dan

kapan mengkomunikasikannya (Mulyana, 2005).

Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang memiliki

keanekaragaman di dalam berbagai aspek kehidupan. Bukti nyata adanya kemajemukan di

dalam masyarakat kita terlihat dalam beragamnya kebudayaan di indonesia. Tidak dapat

kita pungkiri bahwa kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa, karsa manusia yang menjadi

sumber kekayaan bagi bangsa indonesia. Tidak ada satu masyarakat pun yang tidak

memiliki kebudayaan. Begitu pula sebaliknya tidak akan ada kebudayaan tanpa adanya

masyarakat. Ini berarti begitu besar kaitan antara kebudayaan dengan masyarakat. Oleh

karena itu, masyarakat sudah harus siap menghadapi situasi-situasi baru dalam konteks

keberagaman kebudayaan atau aspek lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari, tidak peduli

dimana kita berada, kita selalu berkomunikasi dengan orang lain yang berasal dari

kelompok. ras, etnik ataupun budaya lain.

Melihat realita bahwa bangsa indonesia adalah bangsa yang plural maka akan

terlihat pula adanya berbagai suku bangsa di indonesia. Tiap suku bangsa inilah yang

kemudian mempunyai ciri khas kebudayaan yang berbeda-beda. Salah satunya yang

terdapat pada Etnik Sunda dan Etnik Serawai.

Page 4: UNIVERSITAS GUNADARMA MEI 2019

4

Komunikasi antarbudaya adalah sebuah situasi yang terjadi bila pengirim pesan

adalah anggota suatu budaya dan penerima pesannya adalah anggota dari suatu budaya

yang lain. Dalam keadaan demikian komunikan atau komunikator dihadapkan kepada

maasalah-masalah yang ada dalam suatu siatuasi dimana suatu pesan disandi dalam suatu

budaya dan harus disandi balik dalam budaya lain.

Organisasi pada dasarnya merupakan tempat atau wadah dimana orang-orang

berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terkendali, dengan memanfaatkan

sumber daya (dna, material, lingkungan, metode, sarana, prasarana, data) dan lain

sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan bersama.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas dengan jelas dapat dirumuskan pertanyaan peneliti

terhadap penelitian yang akan dilakukan yaitu, “Bagaimana Pola Komunikasi antar Budaya

yang terjadi didalam sebuah Organisasi”

1.3.Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk mengetahui Bagaimana Pola Komunikasi Antar Budaya yang

terjadi didalam Sebuah Organisasi Kemahasiswaan.

Page 5: UNIVERSITAS GUNADARMA MEI 2019

5

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Konseptual

2.1.1 Komunikasi

Komunikasi sebagai sebuah proses memaknai yang dilakukan oleh seseorang

terhadap inforamasi, sikap, dan perilaku orang lain yang berbentuk pengetahuan,

pembicaraan, gerakgerik, atau sikap, perilaku dan perasaan-perasaan, sehingga seseorang

membuat reaksi-reaksi 8 terhadap informasi, sikap dan perilaku tersebut berdasarkan pada

pengalaman yang pernah di alami. Dalam komunikasi ada tiga unsur penting yang selalu

hadir dalam setiap komunikasi yaitu, sumber informasi dan penerima informasi. Sumber

informasi adalah seseorang atau institusi yang memiliki bahan informasi untuk disebarkan

kepada masyarakat luas, sedangkan penerima informasi adalah per orang atau kelompok

dan masyarakat yang menjadi sasaran informasi atau yang menerima informasi. Oleh

karena itu, maka sebuah proses komunikasi memeliki dimensi yang sangat luas dalam

pemaknaannya, karena dilakukan oleh subjek-subjek yang beragam dan konteks sosial

yang majemuk.

2.1.2 Pola Komunikasi

Bahwasanya pola komunikasi merupakan serangkaian dua kata. Karena keduanya

mempunyai keterkaitan makna sehingga mendukung dengan makna lainnya. Maka lebih

jelasnya dua kata tersebut akan diuraikan tentang penjelasannya masing-masing.

Kata “pola” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), artinya bentuk atau

sistem, cara atau bentuk (struktur) yang tetap, yang mana pola dapat dikatakan contoh atau

cetakan. Sedangkan menurut Alex Sobur dalam Ensiklopedi Komunikasi menyatakan

bahwa: Pola adalah Bentuk atau model (atau, lebih abstrak, suatu set peraturan) yang bisa

dipakai untuk membuat atau menghasilkan suatu atau bagian dari sesuatu, khususnya jika

sesuatu yang ditimbulkan cukup mempunyai suatu yang sejenis untuk pola dasar yang

dapat ditunjukkan atau terlihat, yang mana sesuatu itu dikatakan memamerkan pola. Pola

juga dapat dikatakan dengan model, yaitu cara untuk menunjukkan sebuah objek yang

mengandung kompleksitas proses didalamnya dan hubungan antara unsur-unsur

pendukungnya

Sedangkan istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin, yaitu

communicatos yang berarti berbagi atau menjadi milik bersama. Kata sifatnya communis

yang bermakna umum atau bersamasama.

Menurut Sarah Trenholm dan Arthur Jensen sebagaimana dikutip oleh Marhaeni

Fajar, bahwa yang dimaksud dengan komunikasi adalah suatu proses dimana sumber

mentransmisikan pesan kepada penerima melalui beragam saluran. (Marhaeni Fajar, 2009)

Page 6: UNIVERSITAS GUNADARMA MEI 2019

6

Sedangkan menurut Everett M. Rogers dan Lawrence Kincaid, komunikasi adalah

suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi

antara satu sama lain, yang pada gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam.

(Marhaeni Fajar, 2009)

Jadi menurut Effendy yang dimaksud dengan pola komunikasi adalah proses yang

dirancang untuk mewakili kenyataan keterpautannya unsurunsur yang dicakup beserta

keberlangsunganya, guna memudahkan pemikiran secara sistematik dan logis. (Onong

Uchjana Effendy, 1993) Proses komunikasi yang sudah masuk dalam kategori pola

komunikasi yaitu;

1. Pola komunikasi primer merupakan suatu proses penyampaian pikiran oleh

komunikator kepada komunikan dengan menggunakan suatu lambang sebagai media

atau saluran. Dalam pola ini terbagi menjadi dua lambang yaitu lambang verbal dan

lambang nonverbal.

a. Lambang verbal Dalam proses komunikasi bahasa sebagai lambang verbal

paling banyak dan paling sering digunakan, oleh karena hanya bahasa yang

mampu mengungkapkan pikiran komunikator mengenai hal atauperistiwa,

baik yang konkret maupun yang abstrak, yang terjadi masa kini, masa lalu dan

masa yang akan datang.

b. Lambang nonverbal Lambang nonverbal adalah lambang yang dipergunakan

dalam komunikasi, yang bukan bahasa, misalnya kial, isyarat dengan anggota

tubuh, antara lain kepala, mata, bibir, tangan, dan jari.

Gambar 2.1.2 Pola Komunikasi Primer

Pola komunikasi ini dinilai sebagai model klasik, karena model ini merupakan model

pemula yang dikembangkan Aristoteles, kemudian Lasswell hingga Shannon dan Weaver.

Aristoteles membuat pola komunikasi yang terdiri atas tiga unsur, yakni:

2. Pola Komunikasi Sekunder Proses komunikasi secara sekunder adalah proses

penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat

atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama

(Dedy Mulyana,2010).

Komunikator menggunakan media kedua ini karena komunikan yang dijadikan sasaran

komunikasinya jauh tempatnya atau banyak jumlahnya atau kedua-duanya, jauh dan

banyak. Komunikasi dalam proses secara sekunder ini semakin lama semakin efektif dan

Page 7: UNIVERSITAS GUNADARMA MEI 2019

7

efisien karena didukung oleh teknologi komunikasi yang semakin canggih, yang ditopang

pula oleh teknologi-teknologi lainnya yang bukan teknologi komunikasi (Dedy

Mulyana,2010).

Gambar 2.1.2 Pola Komunikasi Sekunder

Pola komunikasi Laswell melibatkan lima komponen komunikasi yang meliputi Who

(siapa), Say what (mengatakan apa), In wich channel (menggunakan saluran apa), to whom

(kepada siapa), what effect (apa efeknya). (Hafied Cangara, 2010)

3. Pola Komunikasi Linear Istilah linear mengandung makna lurus. Jadi proses linear

berarti perjalanan dari satu titik ke titik lain secara lurus. Dalam konteks komunikasi,

proses secara linear adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada

komunikan sebagai titik terminal. Komunikasi linear ini berlangsung baik dalam situasi

komunikasi tatap muka (face to facecommunication) maupun dalam situasi komunikasi

bermedia (mediated communication). (Hafied Cangara, 2010).

Gambar 2.1.2 Pola Komunikasi Linear

Komunikasi tatap muka, baik komunikasi antarpribadi (interpersonal communication)

maupun komunikasi kelompok (group communication) meskipun memungkinkan

terjadinya dialog, tetapi ada kalanya berlangsung linear. Proses komunikasi secara linear

umumnya berlangsung pada komunikasi bermedia, kecuali komunikasi melalui media

telepon. Komunikasi melalui telepon hampir tidak pernah berlangsung linear, melainkan

dialogis, tanya jawab dalam bentuk percakapan. Komunikasi linier dalam prakteknya

hanya ada pada komunikasi bermedia, tetapi dalam komunikasi tatap muka juga dapat

dipraktekkan, yaitu apabila komunikasi pasif.(Hafied Cangara, 2010)

Page 8: UNIVERSITAS GUNADARMA MEI 2019

8

Menurut Widjaja, pola komunikasi dibagi menjadi 4 (empat) model yaitu :

a) Pola Komunikasi Roda

Pola komunikasi roda menjelaskan pola komunikasi satu orang kepada orang

banyak, yaitu (A) berkomunikasi kepada (B), (C), (D), dan (E).

B

E A C

D

Gambar 2.1 Pola Komunikasi Roda

Contoh Ilustrasi :

Seseorang, biasanya pemimpin menjadi fokus perhatian. Ia dapat berhubungan

dengan semua anggota kelompok, tetapi setiap anggota kelompok hanya bisa

berhubungan dengan pemimpinnya.

a) Pola Komunikasi Rantai

Pola komunikasi ini, seseorang (A) berkomunikasi dengan orang lain (B)

seterusnya ke (C), (D) dan (E).

Page 9: UNIVERSITAS GUNADARMA MEI 2019

9

Gambar 2.2 Pola Komunikasi Rantai

Contoh Ilustrasi :

A dapat berkomunikasi dengan B, B dapat berkomunikasi dengan C, C dapat

berkomunikasi dengan D dan begitu seterusnya.

b) Pola Komunikasi Lingkaran

Pola komunikasi ini hampir sama dengan pola komunikasi rantai, namun terakhir

(E) berkomunikasi kembali pada orang pertama (A).

A

E B

D C

Gambar 2.3 Pola Komunikasi Lingkaran

Contoh Ilustrasi :

Setiap orang hanya bisa berkomunikasi dengan dua orang, disamping kiri dan

kanannya. Dengan perkataan lain, dalam model ini tidak ada pemimpin.

c) Pola Komunikasi Bintang

Pada pola komunikasi bintang ini, semua anggota saling berkomunikasi satu sama

lainnya.

B C E

Page 10: UNIVERSITAS GUNADARMA MEI 2019

10

A

Gambar 2.4 Pola Komunikasi Bintang

Contoh Ilustrasi :

Disebut juga jaringan komunikasi semua saluran/all channel, setiap anggota dapat

berkomunikasi dengan semua anggota kelompok yang lain.

Pola Komunikasi yang dimaksud disini adalah gambaran tentang bentuk atau cara

yang digunakan seseorang atau sekelompok orang dalam menyampaikan pesan baik

secara langsung maupun melalui media dalam konteks hubungan dan interaksi yang

berlangsung di masyarakat.

Menurut T. Hani Handoko, dalam bukunya manajemen mengemukakan bahwa

ada 4 (empat) pola komunikasi (atau yang disebut dengan jaringan komunikasi), yakni :

a. Pola Lingkaran

A

C D

Gambar 2.5 Pola Lingkaran

E B

C

B E

Page 11: UNIVERSITAS GUNADARMA MEI 2019

11

B

Dimana B hanya dapat berkomunikasi dengan A dan C, untuk berkomunikasi

dengan E maka B harus melalui A atau melaui C dan seterusnya. Pola lingkaran adalah

bentuk yang tidak terpusat atau desentralistik.

b. Pola Rantai

C

A E

Gambar 2.6 Pola Rantai

Pada pola ini menunjukkan dua bawahan A dan E yang melapor kepada atasan

mereka B dan D, yang selanjutnya oleh B dan D dilaporkan ke C. Garis koordinasi secara

structural yang melibatkan komunikasi antara bawahan dengan atasan.

c. Pola Bintang

D E

Gambar 2.7 Pola Bintang

Dimana C dapat berkomunikasi langsung dengan A, B, D dan E. Garis koordinasi

ini melibatkan semua komponen yang dapat

B

C

Page 12: UNIVERSITAS GUNADARMA MEI 2019

12

berkomunikasi, dimana C sebagai centralnya komunikasi dengan yang lainnya, begitu

juga sebaliknya.

d. Pola Y

AB

Gambar 2.8 Pola Y

Dimana E berkomunikasi dengan D, Kemudian dari D ke C dan disampaikan

kepada A dan B. Garis koordinasi yang terpusat pada satu titik C, Kemudian dari C

langsung sampai ke A dan B.

Dan pola komunikasi Menurut Effendy, 1989 Pola Komunikasi terdiri atas 3

macam yaitu:

1. Pola Komunikasi satu arah adalah proses penyampaian pesan dari Komunikator

kepada Komunikan baik menggunakan media maupun tanpa media, tanpa ada

umpan balik dari Komunikan dalam hal ini Komunikan bertindak sebagai

pendengar saja.

2. Pola Komunikasi dua arah atau timbale balik (Two ways traffic

aommunication) yaitu Komunikator dan Komunikan menjadi salingtukar

fungsi dalam menjalani fungsi mereka, Komunikator pada tahap pertama

menjadi komunikan dan pada tahap berikutnya saling bergantian fungsi.

Namun pada hakekatnya yang memulai percakapan adalah komunikator utama,

C

E

Page 13: UNIVERSITAS GUNADARMA MEI 2019

13

komunikator utama mempunyai tujuan tertentu melalui proses Komunikasi

tersebut, Prosesnya dialogis, serta umpan balik terjadi secara langsung.

(Siahaan, 1991)

3. Pola Komunikasi multi arah yaitu Proses komunikasi terjadi dalam satu

kelompok yang lebih banyak di mana Komunikator dan Komunikan akan saling

bertukar pikiran secara dialogis.penting atas terjadinya hubungan antar

manusia.hubungan dengan berkomunikasi, pada hakikatnya manusia adalah

makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri melainkan membutuhkan

bantuan dari orang lain.

2.1.3 Komunikasi Antarbudaya

Hal-hal yang sejauh ini dibicarakan tentang komunikasi, berkaitan dengan

komunikasi antarbudaya. Fungsi-fungsi dan hubungan-hubungan antara komponen-

komponen komunikasi juga berkenaan dengan komunikasi antarbudaya. Namun, apa

yang terutama menandai komunikasi antarbudaya adalah bahwa sumber dan

penerimanya berasal dari budaya yang berbeda. Ciri ini saja memadai untuk

mengidentifikasi suatu bentuk intraksi komunikatif yang unik yang harus

memperhitungkan peranan dan fungsi budaya dalam proses komunikasi (Deddy

Mulyana, 2000). Komunikasi antarbudaya terjadi bila produsen pesan adalah anggota

suatu budaya dan penerima pesannya adalah anggota suatu budaya lainnya. Kita segera

dihadapkan kepada masalah-masalah yang ada dalam suatu situasi di mana suatu pesan

disandi dalam suatu budaya dan haus disandi balik dalam budaya lain. Seperti telah

kita lihat, budaya mempengaruhi orang yang berkomunikasi. Budaya bertanggung

jawab atas seluruh perbendaharaan perilaku komunikatif dan makna yang dimiliki

setiap orang (Deddy Mulyana, 2000).

2.1.4 Bentuk-bentuk Komunikasi Antarbudaya

Kita menggunakan istilah komunikasi antarbudaya secara luas untuk mencakup

semua bentuk komunikasi di antara orang-orang yang berasal dari kelompok yang

Page 14: UNIVERSITAS GUNADARMA MEI 2019

14

berbeda selain juga secara lebih sempit yang mencakup bidang komunikasi antara

kultur yang berbeda. Model komunikasi antarbudaya yang disajikan yaitu:

1. Komunikasi antarbudaya.

2. Komunikasi antara ras yang berbeda.

3. Komunikasi antara kelompok etnis yang berbeda.

4. Komunikasi antara kelompok agama yang berbeda.

5. Komunikasi antara bangsa yang berbeda.

6. Komunikasi antara subkultur yang berbeda.

7. Komunikasi antara suatu subkultur dan kulutur yang dominan.

8. Komunikasi antara jenis kelamin yang berbeda.

Jadi cara kita berkomunikasi sebagian besar dipengaruhi kultur, orang-orang dari

kultur yang berbeda akan berkomunikasi secara berbeda. Kita harus menaruh perhatian

khusus untuk menjaga jangan sampai perbedaan kultur menghambat interaksi yang

bermakna, melainkan justru menjadi sumber untuk memperkaya pengalaman

komunikasi kita. Jika kita ingin berkomunikasi secara efektif, kita perlu memahami

dan menghargai perbedaan-perbedaan ini.

2.1.5 Budaya dan Komunikasi

Hubungan antar budaya dan komunikasi penting dipahami untuk memahami

komunikasi antarbudaya, oleh karena melalui pengaruh budayalah orang-orang belajar

berkomunikasi. Perilaku mereka dapat mengandung makna, sebab perilaku tersebut

dipelajari dan diketahui, dan perilaku itu terikat oleh budaya. Orang-orang memandang

dunia mereka maelalui kategori-kategori, konsep-konsep, dan label-label yang

dihasilkan budaya mereka (Deddy Mulyana, 2000). Kemiripan budaya dalam persepsi

memungkinkan pemberian makna yang mirip pula terhadap suatu objek sosial atau

peristiwa. Cara-cara kita berkomunikasi, keadaan-keadaan komunikasi kita, bahasa dan

gaya bahasa yang kita gunakan, dan perilaku-perilaku nonverbal kita, semua itu

terutama merupakan respons terhadap dan fungsi budaya kita.

Page 15: UNIVERSITAS GUNADARMA MEI 2019

15

Komunikasi itu terikat oleh budaya. Sebagaimana budaya diantara yang satu

dengan yang lainnya, maka praktik dan perilaku komunikasi individu-individu yang

diasuh dalam budaya-budaya tersebut pun akan berbeda pula (Deddy Mulyana, 2000).

Budaya adalah suatu pola hidup menyeleruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan

luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-

budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Untuk

menyederhanakan dan membatasi pembahasan kita, kita akan memeriksa beberapa

unsur sosio-budaya yang berhubungan dengan persepsi, proses verbal dan proses

nonverbal. Unsur-unsur sosio-budaya ini merupakan bagian-bagian dari komunikasi

antarbudaya. Bila kita memadukan unsur-unsur tersebeut, sebagaimana yang kita

lakukan ketika kita berkomunikasi, unsur-unsur tersebut bagaikan komponen-

komponen sesuatu sistem stereo, setiap komponen berhubungan dengan dan

membutuhkan komponen lainnya. Unsur-unsur tersebut membentuk suatu metriks

yang kompleks mengenai unsur-unsur yang sedang berinteraksi yang beroperasi

bersama-sama, yang merupakan suatu fenomena kompleks yang disebut komunikasi

antarbudaya (Deddy Mulyana, 2000).

2.1.6 Etnik Sunda

Secara antropologi-budaya dapat dikatakan, bahwa yang disebut bangsa sunda

adalah orang-orang yang secara turun temurun menggunakan bahasa ibu bahasa sunda

serta dialeknya dalam kehidupan sehari-hari, dan berasal serta bertempat tinggal di

daerah jawa barat, daerah yang sering disebut tanah pasundan atau tatar sunda

(koencaraningrat, 2010)

Bahasa sunda yang dipandang sebagai bahasa sunda terhalus adalah dialek

cianjur. Sedangkan bahasa sunda yang agak kurang halus adalah bahasa sunda di

Banten, Karawang, Bogor, Cirebon. Bahasa Baduy yang terdapat di kabupaten lebak

provinsi Banten adalah bahasa sunda Kuno.

Banten dan cirebon merupakan daerah percaumpuuran dimana digunakan

bahassa sunda dan bahasa jawa. Orang banten dan orang cirebon yang menggunakan

Page 16: UNIVERSITAS GUNADARMA MEI 2019

16

bahasa sunda tidak menyebut dirinya orang sunda tetapi menyebut dirinya orang

cirebon atau orang Banten.

2.1.7 Etnik Serawai

Masyarakat Serawai adalah salah satu dari suku bangsa Melayu yang tinggal di

Kabupaten Seluma. Hubungan lalu lintas yang semakin lancar dari Kabupaten Seluma

ke Kota Bengkulu mendorong banyak warga masyarakat Serawai dengan mudah

datang dan pergi ke Kota Bengkulu. Pada mulanya mereka datang ke Kota Bengkulu

untuk menjual hasil pertanian.

Masyarakat Serawai yang mulai mapan akhirnya memilih tinggal menetap di

Kota Bengkulu. Selain untuk berdagang dan berusaha mencari penghidupan yang lebih

baik, mereka datang ke Kota Bengkulu untuk melanjutkan pendidikan. Masyarakat

Serawai yang menetap di Kota Bengkulu mulai menyesuaikan diri dengan masyarakat

Bengkulu, termasuk dalam bahasa. Akibat adanya kontak bahasa, perlahan-lahan

masyarakat Serawai mulai menjadi penutur dua-bahasa, bahkan beragam-bahasa.

Mereka mampu berbicara dalam Bahasa Serawai (BS), Bahasa Melayu Bengkulu

(BMB), Bahasa Indonesia (BI) dan mungkin bahasa yang lain seperti Bahasa Inggris

(B Ing).

Pada masyarakat dwibahasa atau beragam-bahasa, percampuran kode, alih

kode, atau malah pergeseran penggunaan bahasa sering terjadi. Seperti dikatakan oleh

Mardikantoro (2007: 43), dalam masyarakat beragam-bahasa sering terjadi kontak

bahasa atau kontak dialek. Kontak bahasa dalam konteks masyarakat yang bersifat

multikultural sangat berpotensi menyebabkan terjadinya apa yang disebut pergeseran

penggunaan bahasa.

Menurut Poedjosoedarmo (2000), pergeseran penggunaan bahasa tidak terjadi

secara pasif. Pergeseran bahasa bukan terjadi karena kekurangsempurnaan telinga anak

dalam memahami bahasa orangtua (Hockett, 1958) melainkan karena dipicu oleh

hakikat dan keperluan komunikasi. Pergeseran penggunaan bahasa itu terjadi secara

aktif karena anggota masyarakat terpisah dari kelompok besarnya, lalu berpindah ke

tempat lain.

Page 17: UNIVERSITAS GUNADARMA MEI 2019

17

Setelah terjadi migrasi dari Kabupaten Seluma ke Kota Bengkulu, populasi

masyarakat Serawai yang tinggal di Kota Bengkulu semakin bertambah. Jumlah

masyarakat Serawai yang tinggal di Kota Bengkulu hingga saat ini diperkirakan

mencapai 41.841 jiwa. Selain Serawai, suku lainny yang tinggal di Kota Bengkulu

adalah Melayu Bengkulu sebanyak 41.974, Jawa 38.936, Rejang 20.313, Lembak

12.411, Pasemah 6.947, Minangkabau 33.199, Sunda 7.248, serta suku lain seperti

Cina, Batak, Bali, Aceh, dan sebagainya sebanyak 76. 761 (BPS Bengkulu, 2000).

Dari segi jumlah, masyarakat Serawai yang tinggal di Kota Bengkulu cukup

besar. Namun karena mereka pendatang dan hidup membaur dengan suku lainnya,

mereka akhirnya beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan penduduk setempat,

termasuk dalam bahasa. Mereka tinggal dan tersebar di beberapa wilayah seperti

daerah perbatasan antara Kota Bengkulu dengan Kabupaten Seluma, antara lain di

Kelurahan Betungan, Kelurahan Padang Kemiling, dan Kelurahan Pagar Dewa.

Sebagian lagi tinggal di tengah Kota Bengkulu, antara lain di Kelurahan Kandang

Limun, Kelurahan Anggut Dalam, Kelurahan Kebun Gran, Kelurahan Sawah Lebar,

Kelurahan Kebun Kenanga, Kelurahan Belakang Pondok, dan Kelurahan Penurunan.

Di daerah tersebut, masyarakat Serawai hidup membaur dengan suku lainnya dan

berkomunikasi menggunakan BMB.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Teori Interaksionisme Simbolik

Konsep teori interaksionisme simbolik ini diperkenalkan oleh Herbert Blumer

sekitar tahun 1939. Dalam lingkup sosiologi, idea ini sebenarnya sudah lebih dahulu

dikemukakan George Herbert Mead, tetapi kemudian dimodifikasi oleh blumer guna

mencapai tujuan tertentu. Teori ini memiliki idea yang baik, tetapi tidak terlalu dalam

dan spesifik sebagaimana diajukan G.H. Mead.

Interaksi simbolik didasarkan pada ide-ide tentang individu dan interaksinya dengan

masyarakat. Esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri

manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna. Perspektif ini

menyarankan bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang

Page 18: UNIVERSITAS GUNADARMA MEI 2019

18

memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan

mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi mitra interaksi mereka.

Definisi yang mereka berikan kepada orang lain, situasi, objek dan bahkan diri mereka

sendiri yang menentukan perilaku manusia. Dalam konteks ini, makna dikonstruksikan

dalam proses interaksi dan proses tersebut bukanlah suatu medium netral yang

memungkinkan kekuatan-kekuatan sosial memainkan perannya, melainkan justru

merupakan substansi sebenarnya dari organisasi sosial dan kekuatan sosial.

Menurut teori Interaksi simbolik, kehidupan sosial pada dasarnya adalah

interaksi manusia yang menggunakan simbol-simbol, mereka tertarik pada cara

manusia menggunakan simbol-simbol yang merepresentasikan apa yang mereka

maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Dan juga pengaruh yang

ditimbulkan dari penafsiran simbol-simbol tersebut terhadap perilaku pihak-pihak yang

terlihat dalam interaksi sosial.

Secara ringkas Teori Interaksionisme simbolik didasarkan pada premis-premis

berikut:

1. Individu merespon suatu situasi simbolik, mereka merespon lingkungan

termasuk obyek fisik (benda) dan Obyek sosial (perilaku manusia) berdasarkan

media yang dikandung komponen-komponen lingkungan tersebut bagi mereka.

2. Makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna tidak melihat pada

obyek, melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa, negosiasi itu

dimungkinkan karena manusia mampu mewarnai segala sesuatu bukan hanya

obyek fisik, tindakan atau peristiwa (bahkan tanpa kehadiran obyek fisik,

tindakan atau peristiwa itu ) namun juga gagasan yang abstrak.

3. Makna yang interpretasikan individu dapat berubah dari waktu ke waktu,

sejalan dengan perubahan situasi yang ditemukan dalam interaksi sosial,

perubahan interpretasi dimungkinkan karena individu dapat melakukan proses

mental, yakni berkomunikasi dengan dirinya sendiri.

Karya tunggal Mead yang amat penting dalam hal ini terdapat dalam bukunya

yang berjudul Mind, Self dan Society. Mead megambil tiga konsep kritis yang

Page 19: UNIVERSITAS GUNADARMA MEI 2019

19

diperlukan dan saling mempengaruhi satu sama lain untuk menyusun sebuah teori

interaksionisme simbolik. Tiga konsep itu dan hubungan di antara ketiganya

merupakan inti pemikiran Mead, sekaligus key words dalam teori tersebut.

Interaksionisme simbolis secara khusus menjelaskan tentang bahasa, interaksi sosial

dan reflektivitas.

Page 20: UNIVERSITAS GUNADARMA MEI 2019

20

BAB III : METODE PENELITIAN

3.1 Subjek dan Objek Penelitian

Subjek Penelitian

Pemilihan subjek penelitian atau informan merupakan hal yang menjadi

pertimbangan utama dalam pengumpulan data pada penelitian kualitatif. Dalam

pengambilan sampel pada penelitian ini. Subjek dari penelitian ini adalah etnik sunda

dan Etnik Serawai di BEM Fikom Universitas Gunadarma 2018-2019

Objek Penelitian

Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi obyek

penelitian. Juga dimana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa juga ditambahkan hal-

hal lain jika dianggap perlu (Husein Umar (2005). Objek penelitian ini adalah pola

komunikasi antar etnik sunda dan etnik serawai dimana etnik sunda dan etnik serawai

memiliki komunikasi dalam berinteraksi yang mempunyai makna berbeda . kasus yang

peneliti angkat adalah pola komunikasi yang dilakukan etnik sunda dan etnik serawai

di BEM Fikom Universitas Gunadarma 2018-2019.

3.2 Pendekatan Penelitian

Untuk metode penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif. Menurut

Bogdan dan Taylor (1975) dalam (Moleong, 2007), kualitatif sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan

individu tersebut secara utuh. Dengan menggunakan metode kualitatif peneliti mencari

semua data yang dibutuhkan, kemudian dikelompok-kelompokan menjadi lebih

spesifik.

Penelitian kualitatif bertujuan memperoleh gambaran seutuhnya mengenai

suatu hal menurut pandangan manusia yang diteliti. Penelitian kualitatif berhubungan

dengan ide, persepsi, pendapat atau kepercayaan orang yang diteliti dan kesemuanya

Page 21: UNIVERSITAS GUNADARMA MEI 2019

21

tidak dapat diukur dengan angka. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi

kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data

tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape,

dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya. Penelitin ini juga

menggunakan pendekatan fenomenologi. Pendekatan fenomenologi memfokuskan

pada pengalaman pribadi individu, subjek penelitiannya adalah orang yang mengalami

langsung kejadian atau fenomena yang terjadi, bukan individu yang hanya mengetahui

suatu fenomena secara tidak langsung atau melalui media tertentu ( Ghony & Fauzan,

2012)

3.3 Paradigma Penelitian

Paradigma yang peneliti gunakan ialah paradigma konstruktivisme. Paradigma

konstruktivisme meneguhkan asumsi bahwa individu-individu selalu berusaha

memahami dunia di mana mereka hidup dan bekerja (Creswell, 2009).. Mereka

mengembangkan makna-makna subjektif atas pengalaman-pengalaman mereka,

makna-makna yang diarahkan pada objek-objek atau benda-benda tertentu. Makna-

makna inipun cukup banyak dan beragam sehingga peneliti dituntut untuk lebih

mencari kompleksitas pandangan-pandangan ketimbang mempersempit makna-makna

menjadi sejumlah kategori dan gagasan. Peneliti berusaha mengandalkan sebanyak

mungkin pandangan partisipan tentang situasi yang tengah diteliti.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut :

Observasi

Cara observasi dilakukan peneliti untuk menunjang data yang telah ada.

Observasi penting dilakukan agar dalam penelitian tersebut data-data yang diperoleh

dari wawancara dapat dianalisis nantinya dengan melihat kecenderungan yang terjadi

melalui proses dilapangan.

Observasi berguna untuk menjelaskan, memberikan dan merinci gejala yang

terjadi, mengamati secara langsung objek yang diteliti sehingga memperoleh data yang

Page 22: UNIVERSITAS GUNADARMA MEI 2019

22

diperlukan. Dalam hal ini yang diamati adalah Komunikasi antarbudaya mahasiswa

Jambi dan mahasiswa Sunda di Universitas Gunadarma.

Cara observasi yang peneliti lakukan adalah observasi non partisipan.

Observasi non partisipan merupakan metode observasi dimana periset hanya bertindak

mengobservasi tanpa ikut terjun melakukan aktivitas seperti yang dilakukan oleh

kelompok yang diteliti, baik kehadirannya diketahui atau tidak (Kriyantono, 2006).

Wawancara

Untuk memperoleh data informasi secara akurat dari narasumber langsung

peneliti melakukan metode wawancara semiterstruktur. Pada wawancara

semiterstruktur ini, peneliti mempunyai daftar pertanyaan tertulis tapi memungkinkan

untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan secara bebas, yakni terkait dengan

permasalahan. Wawancara ini dikenal pula dengan nama wawancara terarah atau

wawancara bebas terpimpin,artinya wawancara dilakukan secara bebas, tapi terarah

dengan tetap berada pada jalur pokok permasalahan yang akan ditanyakan dan telah

disiapkan terlebih dahulu (Kriyantono, 2006).

Dokumentasi

Peneliti mengumpulkan bahan tertulis seperti buku-buku referensi, jurnaljurnal,

artikel internet untuk mendapatkan data informasi yang diperlukan. Dokumentasi yang

peneliti lakukan dalam bentuk rekaman, foto-foto dan hasil wawancara yang sengaja

peneliti lakukan untuk mendapatkan informasi yang peneliti butuhkan.

Page 23: UNIVERSITAS GUNADARMA MEI 2019

23

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Objek Penelitian

Sejarah ORMAWA BEM FIKOM Universitas Gunadarma

Adalah organisasi yang berada ditingkat Fakultas di Universitas Gunadarma.

Organisasi ini dibentuk pada tanggal 25 Januari 2014 awal mula nya adalah

bernamakan Himikom (Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi) kemudian dileburkan

pada bulan mei 2018. BEM FIKOM ini merupakan satu-satunya organisasi mahasiwa

yang berada di tingkat Fakultas Ilmu Komunikasi. Hingga saat ini organisasi ini berusia

5 tahun, dari awal organisasi ini terbentuk tentu nya sudah banyak mengalami

perubahan. Adapun urutan ketua BEM FIKOM Universitas Gunadarma pertama kali

priode 2014-2015 ialah Ibrahim Dwi Rudianto, priode 2015-2016 Colidah Astri

Pertiwi, priode 2016-2017 Veronika Dina Maryani, priode 2017-2018 M.Iman Noor

Firdausy dan 2018-2019 Bella Amalia. Itulah sejarah singkat mengenai BEM FIKOM

Univeritas Gunadarma.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Gambaran Umum Hasil Penelitian

Metode Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik wawancara

mendalam dengan 4 informan penelitian dan para informan pendukung lainnya. Para

informan ini merupakan etnik sunda dan etnik serawai.

Didalam BEM FIKOM Universitas Gunadarma 2018-2019 sendiri terjalin

Komunikasi sesama pengurusnya. Didalam kepengurusan Priode 2018-2019 terdapat

beragam suku dan budaya. Salah satu nya yaitu etnik sunda dan etnik serawai.

Komunikasi antarbudaya terjadi bila produsen pesan adalah anggota suatu budaya dan

penerima pesannya adalah anggota suatu budaya lainnya. Komunikasi yang terjadi

didalam BEM FIKOM ini bisa dikategorikan sebagai mode komunikasi atarbudaya

yang memiliki perbedaan etnik 1 dengan etnik yang lain. Bukan menjadi sesuatu yang

Page 24: UNIVERSITAS GUNADARMA MEI 2019

24

aneh jika di dalam organisasi memiliki berbagai macam etnik. Dalam penelitian ini

peneliti menulis mengenai pola komunikasi antara entik sunda dan etnik serawai di

BEM FIKOM, menurut hasil analisi peneliti jika dilihat dari bentuk-bentuk komunikasi

antarbudaya yang ada pada penelitian ini termaksud ke dalam komunikasi antara

kelompok etnik yang berbeda.

Pada penelitian ini peneliti memakai pola komunikasi merupakan suatu proses

penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan suatu

lambang sebagai media atau saluran. Dalam komunikasi antar budaya peneliti memilih

bentuk komunikasi antar kelompok etnis yang berbeda dikarenakan dalam BEM

FIKOM terdapat 2 etnik yang berbeda antara sunda dan serawai.

Dari sini peneliti membahas tentan budaya dan komunikasi di karenakan ttg

etnik sunda dan serawai. Hubungan antara budaya dan komunikasi penting dipahami

untuk memahami komunikasi. Oleh karena itu melalui pengaruh budayalah oeang-

orang belajar komunikasi. Komunikasi itu terkait oleh budaya. Sebagaimana budaya

diantara yang satu dengan yang lainnya, maka praktik dan perilaku komunikasi

individu-individu yang di asuh dalam budaya tersebut pun akan berbeda pula. Karena

pada hakikatnya komunikasi itu memang terikat oleh budaya.

Proses interaksi yang dilakukan masyarakat Erabaru adalah pertemuan dengan

etnik lain adalah suatu keharusan dan menjadi kegiatan yang tidak bisa dihindari,

sehingga proses komunikasi dan interaksi dilakukan secara tatap muka maupun

komunikasi yang menggunakan media komunikasi. Individu-individu tersebut saling

bertemu dalam kegiatan mereka sehari-hari, tetapi masing-masing mempraktekkan

budaya masing-masing. Meski begitu mereka menghargai adanya keberagaman etnis

yang ditunjukkan dengan adanya sikap toleransi antarbudaya yang berbeda bisa dilihat

dari sikap saling menghargai, saling mempercayai dan saling menghormati yang ada

diantara Pengurus BEM FIKOM . seperti yang diutarakan oleh Vicco selaku

perwakilan etnik serawai dalam kutipannya:

Page 25: UNIVERSITAS GUNADARMA MEI 2019

25

“cara berinteraksi normal seperti halnya teman-teman yang lain cuman ya tadi

karena ada penekanan dalam bahasa yang digunakan sehari-hari Kan ntar gua

harus menghadapi lingkungan yang baru Jadi gua harus sebisa mungkin

menyesuaikan dengan kondisi yang baru dan harus saling memahami satu sama

lain”. (Wawancara Vicco Tri Wahyu, Depok 29 Juli 2019).

Seperti halnya di yang disampaikan oleh Rida Anjani, dimana kita harus saling

menghormati perbedaan budaya yang ada, yang diutarakan Rida selaku perwakilan

etnik sunda dalam kutipannya:

“kalau kita ada di organisasi itu kan memang kayak Banyak suku kemudian

beda-beda cara mereka berkomunikasi, cara Mereka menyelesaikan masalah,

cara mereka menyampaikan pendapat,nah disitu kita harus saling menghormati

perbedaannya nah kaya misalnya dia ngomongnya suaranya kerasa kaya marah

kadang bukan berarti marah tapi memang itu, Nah kalau ngelihat suku Serawai

kayaknya nggak jauh beda tapi mereka Emang itu tadi orangnya. Kalau

ngomong, kalau mereka nggak penting itu nggak akan ngomong dan mereka

lebih lebih orangnya lebih to the point dan lebih tegas gitu kalau ngomong kalau

diri sendiri sebagai orang Sunda”. (Wawancara Rida Anjani, Depok 29 Juli

2019).

Dalam menciptakan kehidupan bermasyarakat yang tentram, rukun dan damai

bukanlah hal yang sulit, namun tidak juga mudah. Ditengah perbedaan yang ada,

dibutuhkan sikap saling toleransi, keterbukaan, dan saling menghargai di setiap

individunya. Termasuk juga yang tercermin didalam Kepengurusan BEM FIKOM.

Dimana proses komunikasi di pengaruhi oleh kultur yang berbeda namun perbedaan

kultur tersebut tidak digunakan sebagai hambatan dalam komunikasi.

Jika dilihat dari analisis diatas dapat disimpulkan pola komunikasi pada etnik

sunda dan etnik serawai di BEM FIKOM adalah pola komunikasi primer

4.2.2 Deskripsi Informan

Informan 1

Nama : Rida Anjani

Umur : 21 Tahun

Status : Mahasiswi

Etnik : Sunda

Page 26: UNIVERSITAS GUNADARMA MEI 2019

26

Informan 1 merupakan seorang Mahasiswi Fakultas Ilmu Komunikasi di Universitas

Gunadarma. Ia merupakan salah satu pengurus BEM FIKOM priode 2018-2019 yang

menjabat sebagai Sekertaris umum. Ia seorang dari rantauan Bogor dan berasal dari

Etnik Sunda, ia keturuan etnik sunda dari seorang ayah dan ibu nya. Ia anak pertama

dari 3 bersaudara. Ia dikenal sebagai sosok yang ramah, mudah berkomunikasi dan

dewasa

Informan 2

Nama : Nurhaliza

Umur : 20 Tahun

Status : Mahasiswi

Etnik : Serawai

Informan 2 merupakan seorang Mahasiswi Fakultas Ilmu Komunikasi di Universitas

Gunadarma. Ia merupakan salah satu pengurus BEM FIKOM priode 2018-2019 yang

menjabat sebagai Bendahara 1. Ia dari rantauan bengkulu dan berasal dari etnik

serawai. Ia anak pertama dari 3 bersaudara. Ia tinggal di Bengkulu, ia dikenal sebagai

orang yang cuek, tidak banyak bicara, dan memiliki logat yang khas ketika berbicara.

Informan 3

Nama : Vicco Tri Wahyu

Umur : 22 Tahun

Status : Mahasiswa

Etnik : Serawai

Informan 3 merupakan seorang Mahasiswi Fakultas Ilmu Komunikasi di Universitas

Gunadarma. Ia merupakan salah satu pengurus BEM FIKOM priode 2018-2019. Ia

berasal dari Bengkulu dan ber etnik Serawai. Ia anak dari ibu dan bapak asal suku

serawai dan ia anak ke3 dari 3 bersaudara. Ia dikenal sebagai orang yang jarang berbaur

dengan sesama pengurus di BEM FIKOM dan dikenal sebagai orang yang cuek.

Page 27: UNIVERSITAS GUNADARMA MEI 2019

27

Informan 4

Nama : Muhammad Ardian

Umur : 21 Tahun

Status : Mahasiswa

Etnik : Sunda

Informan 4 merupakan seorang Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi di Universitas

Gunadarma. Ia merupakan salah satu pengurus BEM FIKOM priode 2018-2019. Ia

berasal dari Bogor dan Ber Etnik sunda, ia keturunan sunda dari ibu dan bapaknya dan

ia adalah anak tunggal Ia dikenal sebagai seorang yang keras kepala dan kritis.

4.3 Analisis Hasil Penelitian

4.3.1 Analisis Pola Komunikasi Pada Etnik Sunda Dan Etnik Serawai

Informan 1

Informan 1 merupakan salah satu pengurus BEM FIKOM yang berasal dari etnik

sunda. Ia keturuan etnik sunda dari seorang ayah dan ibu nya. Ia anak pertama dari 3

bersaudara. Ia dikenal sebagai sosok yang ramah, mudah berkomunikasi dan dewasa. .

Menurut pandangan anggota lain dan ia sendiri seperti dalam kutipannya :

“berkaca dari ini kali ya surat-surat yang pernah di terima dari temen-temen

pengurus dan mungkin karna termasuk dari pengurus inti kaya lebih banyak

ngomong dihormati terus juga kebetulan cuma beberapa kan angkatan 16 jadi

merasa diri lebih dituakan teman-teman banyak yang nanya yang sering, Jadi

mungkin mereka Melihatnya sebagai apa ya tempat mengadu mungkin atau

penasihat”.

Naluri sebagai anak pertama membuat ia menjadi seseorang yang kuat dan dapat

banyak orang disekitarnya merasa nyaman untuk berbagi dengannya dan terbukti dari

kutipan wawancara diatas.

Organisasi bukan hal yang baru baginya, menurutnya komunikasi kunci

penting dalam keberhasilan hubungan berorganisasi berdasarkan pengelaman yang

didapatkan sebelumnya ia pernah berkomunikasi dengan orang-orang yang memiliki

latar belakang etnik yang berbeda. Saat ini di organisasi BEM FIKOM ia telah berkerja

sama dengan pengurus yang memiliki latar belakang etnik yang berbeda salah satunya

Page 28: UNIVERSITAS GUNADARMA MEI 2019

28

ialah etnik serawai. Menurutnya pengurus BEM dari etnik serawai memiliki

komunikasi yang berbeda dari etnik sunda. Etnik serawai lebih tegas dalam

menyampaikan pesannya. Menurut kutipannya :

“kalau kita ada di organisasi itu kan memang kayak banyak suku kemudian

beda-beda cara mereka berkomunikasi, cara Mereka menyelesaikan masalah,

cara mereka menyampaikan pendapat, kadang bukan berarti marah tapi

memang itu nggak jadi kayaknya gitu Nah kalau ngelihat suku Serawai

kayaknya nggak jauh beda tapi mereka Emang itu tadi orangnya. Kalau

ngomong, kalau mereka nggak penting itu nggak akan ngomong dan mereka

lebih lebih orangnya lebih to the point dan lebih tegas gitu kalau ngomong kalau

diri sendiri sebagai orang Sunda”

Pola komunikasi informan 1 yang terjalin dengan informan lain dari suku

serawai termasuk pola komunikasi primer. Karna pola komunikasi primer merupakan

suatu proses penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan dengan

menggunakan suatu lambang sebagai media atau saluran. Lambang dalam hal ini

adalah lambang verbal dan lambang nonverbal.

Komunikasi yang terjalin antara informan 1 dan informan lainnya biasanya banyak

terjadi pada saat rapat harian, rapat acara dan rapat akbar.

Informan 2

Ia merupakan salah satu pengurus BEM FIKOM priode 2018-2019 yang

menjabat sebagai Bendahara 1. Ia dari rantauan bengkulu dan berasal dari etnik

serawai. Ia anak pertama dari 3 bersaudara. Ia tinggal di Bengkulu, ia dikenal sebagai

orang yang cuek, tidak banyak bicara, dan memiliki logat yang khas ketika berbicara.

Menurut pandangan anggota lain dan ia sendiri seperti dalam kutipannya :

“orangnya monoton mungkin agak tertutup, cuek, logat bicara nya keras”

Ia sendiri mengakui bahwa dirinya memang seperti itu.

Organisasi BEM ini adalah hal baru bagi ia, menurutnya komunikasi hal yang

penting dalam keberhasilan berorganisasi berdasarkan pengelaman yang didapatkan

sebelumnya ia pernah berkomunikasi dengan orang-orang yang memiliki latar

belakang etnik yang berbeda. Saat ini di organisasi BEM FIKOM ia telah berkerja sama

Page 29: UNIVERSITAS GUNADARMA MEI 2019

29

dengan pengurus yang memiliki latar belakang etnik yang berbeda salah satunya ialah

etnik sunda. Menurutnya pengurus BEM dari etnik sunda memiliki komunikasi yang

berbeda dari etnik serawai. Etnik sunda berbicara lebih lembut daripada etnik serawai

yang kerass . Menurut kutipannya :

“Kalau suku Serawai sendiri perbedaannya kira-kira yang terlihat menonjol

paling cara bicaranya kalau sunda kan lembut Kalau serawai lebih keras, kira-

kira nggak terlalu jadi perbedaan, sama aja tergantung orangnya”

Pola komunikasi informan 2 yang terjalin dengan informan lain dari suku

serawai termasuk pola komunikasi primer. Karna pola komunikasi primer merupakan

suatu proses penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan dengan

menggunakan suatu lambang sebagai media atau saluran. Lambang dalam hal ini

adalah lambang verbal dan lamabng nonverbal.

Komunikasi yang terjalin antara informan 2 dan informan lainnya biasanya banyak

terjadi pada saat rapat harian, rapat acara dan rapat akbar.

Informan 3

Informan 3 merupakan seorang Mahasiswi Fakultas Ilmu Komunikasi di Universitas

Gunadarma. Ia merupakan salah satu pengurus BEM FIKOM priode 2018-2019. Ia

berasal dari Bengkulu dan ber etnik Serawai. Ia anak dari ibu dan bapak asal suku

serawai dan ia anak ke3 dari 3 bersaudara. Ia dikenal sebagai orang yang jarang berbaur

dengan sesama pengurus di BEM FIKOM dan dikenal sebagai orang yang cuek.

Menurut pandangan orang lain dan ia sendiri pada kutipannya :

“ini penilaian orang terhadap diri gue yang sebenarnya itu tergantung orang

yang menilai diri gua sih sejauh ini yang gua terima sih nggak ada yang aneh-

aneh sih mereka bilang gue juga bisa berbaur dengan lingkungan, gue bisa

bersosialisasi makanya gue bisa masuk Bem jadi nggak ada kendala sih dengan

orang-orang baru yang hadir dalam lingkungan gua tapi secara pribadi.tapi gua

juga dikenal sebagai orang yang cuek kalau belum mengenal gua lebih jauh”

Organisasi merupakan hal yang sering ia ikuti dikampus, salah satumya adalah

BEM FIKOM, menurutnya komunikasi merupakan hal yang penting dalam

keberhasilan berorganisasi berdasarkan pengelaman yang didapatkan sebelumnya ia

Page 30: UNIVERSITAS GUNADARMA MEI 2019

30

pernah berkomunikasi dengan orang-orang yang memiliki latar belakang etnik yang

berbeda. . Menurutnya pengurus BEM dari etnik sunda memiliki komunikasi yang

berbeda dari etnik serawai. Etnik sunda lebih sopan saat berbicara . Menurut

kutipannya :

“kaya biasa aja sih cara bagaimana kita berkomunikasi dengan orang baru

nggak ada masalah sih dalam diri gue pribadi yang penting gue bisa nyambung

saat berkomunikasi, tapi yang gua tau etnik sudan memang lebih sopan saat

berbicara”

Pola komunikasi informan 3 yang terjalin dengan informan lain dari suku

serawai termasuk pola komunikasi primer. Karna pola komunikasi primer merupakan

suatu proses penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan dengan

menggunakan suatu lambang sebagai media atau saluran. Lambang dalam hal ini

adalah lambang verbal dan lambang nonverbal.

Komunikasi yang terjalin antara informan 3 dan informan lainnya biasanya

banyak terjadi pada saat rapat harian, rapat acara dan rapat akbar.

Informan 4

Informan 4 merupakan seorang Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi di Universitas

Gunadarma. Ia merupakan salah satu pengurus BEM FIKOM priode 2018-2019. Ia

berasal dari Bogor dan Ber Etnik sunda, ia keturunan sunda dari ibu dan bapaknya dan

ia adalah anak tunggal Ia dikenal sebagai seorang yang keras kepala dan kritis. Menurut

pandangan orang lain dan ia sendiri pada kutipannya :

“Pastinya kembali lagi ke tiap-tiap perspektif orang, tapi yang saya sering

dengar ialah orang melihat saya sebagai sosok yang keras kepala dan juga kritis,

pemalas namun benar atau tidak nya itu semua relatif karena memang

perbedaan perspektif dan tentunya saya tidak bisa menilai diri saya sendiri”

Organisasi merupakan hal yang sering ia lakui, ia sering mengikuti beberapa

organisasi, menurutnya organisasi itu hal yang menyenangkan dan bisa membah relasi

serta wawasan. sebelumnya ia pernah berkomunikasi dengan orang-orang yang

memiliki latar belakang etnik yang berbeda. Menurutnya pengurus BEM dari etnik

Page 31: UNIVERSITAS GUNADARMA MEI 2019

31

serawai memiliki komunikasi yang berbeda dari etnik sunda . Etnik serawai lebih tegas

ketika berkomunikasi . Menurut kutipannya :

“Tidak terlalu banyak perbedaan khusus dari etnik serawai sendiri ketika

berkomunikassi kepada etnik sunda, mungkin untuk etnik serawai sendiri

mereka lebih tegas ketika berkomunikasi mungkin itu sudah menjadi ciri khas

sumatra.”

Pola komunikasi informan 4 yang terjalin dengan informan lain dari suku sunda

termasuk pola komunikasi primer. Karna pola komunikasi primer merupakan suatu

proses penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan dengan

menggunakan suatu lambang sebagai media atau saluran. Lambang dalam hal ini

adalah lambang verbal dan lambang nonverbal.

Komunikasi yang terjalin antara informan 3 dan informan lainnya biasanya

banyak terjadi pada saat rapat harian, rapat acara dan rapat akbar.

Pola komunikasi antarbudaya yang terjadi dalam etnik sunda dan etnik serawai

yaitu pola komunikasi primer. Berdasarkan hasil observasi peneliti dan yang sudah

tertera di bab sebelumnya bahwa Etnik sunda memiliki gaya komunikasi yang sopan

dan lembut, sedangkan Etnik serawai memiliki gaya komunikasi yang tegas.

4.3.2 Analisis Teori Interaksionisme Simbolik Pada Etnik Sunda Dan Etnik

Serawai Di BEM FIKOM

Informan 1

Analisis pada informan 1 berdasarkan perspektif Teori Interaksionisme

Simbolik dimana 3 konsep utama nya adalah Mind, Self, Society. Dalam konsep mind

manusia harus menggembangian pikiran melalui interaksi dengan orang lain Informan

1 menggunkan pikirannya untuk menganalisis dan memaknai setiap perkataan teman-teman

melalui interaksi yang terjadi didalam organisasi BEM FIKOM

“saya orangnya memang perasa dan memikirkan apa yang menjadi pandangan

orang lain, tapi jika itu membangun untuk saya pasti akan terima sebagai bahan

evaluasi dan intropeksi. Dengan hal tersebut saya jadi mengetahui bagaimana

saya harus bersikap dan berkomunikasi dengan pengurus lain”

Berdasarkan kutipan diatas peneliti menilai bahwa informan 1 ini memiliki mind yang

cukup positif.

Page 32: UNIVERSITAS GUNADARMA MEI 2019

32

Konsep self menurut mead dipahami melalui bahasa. Oeang memiliki

kemampuan untuk menjadi subjek dan objek dari dirinya sendiri. Diri yang bertindak

disebut I sedangkan diri yang mengamati disebut Me. I bersifat spontan dan impulsif

sedangkan me bersifat reflektif dan peka secara sosial. Konsep self pada informan 1

bertindak sebagai Me karna ia lebih peka secara sosial, terbukti pada kutipan itu sendiri

“berkaca dari ini kali ya surat-surat yang pernah di terima dari temen-temen

pengurus dan mungkin karna termasuk dari pengurus inti kaya lebih banyak

ngomong dihormati terus juga kebetulan cuma beberapa kan angkatan 16 jadi

merasa diri lebih dituakan teman-teman banyak yang nanya yang sering, Jadi

mungkin mereka Melihatnya sebagai apa ya tempat mengadu mungkin

mungkin atau penasihat”

Berdasarkan kutipan diatas peneliti ini menilai bahwa informan 1 merupakan sosok

yang memiliki kemampuan sosial yang baik dalam mengatasi masalah dan bisa

dijadikan tempat berbagi banyak orang. Hal ini sesuai dengan konsep self sebagai me.

Didefinisikan mead sebagai jejaring hubungan sosial yang diciptakan manusia.

Ada 2 bagian penting masyarakat yang mempengaruhi seseorang. Pertama secara

khusus (particular others) seperti keluarga, teman, dan kolega. Yang kedua orang lain

secara umum (generelized others) yang merujuk kepada cara pandang dari kelompok

sosial. Bagian penting yang mempengaruhi informan 1 ini adalah dari kalangan

particular others yaitu teman. Informan 1 merupakan sosok yang lebih dekat dengan

pengurus inti, ia juga sering berdiskusi karna dianggap sebagai sosok yang dewasa, hal

ini sesuai dengan kutipan dengan salah satu teman dekatnya

“Rida kalau di BEM itu kan sebagai sekertaris kalau ditanya ia didalam BEM,

ia sosok yang bisa menjadi penengah intinya baik lah”

Page 33: UNIVERSITAS GUNADARMA MEI 2019

33

Informan 2

Analisis pada informan 1 berdasarkan perspektif Teori Interaksionisme

Simbolik dimana 3 konsep utama nya adalah Mind, Self, Society. Dalam konsep mind

manusia harus menggembangian pikiran melalui interaksi dengan orang lain Informan

2 tidak menggunakan pikirannya untuk menganalisis dan memaknai setiap perkataan

teman-teman melalui interaksi yang terjadi didalam organisasi BEM FIKOM dalam

kutipannya

“Terima, kalau kritik yang membangun tapi kalau kritik ngejatuhin Nggak

terima”

Dari kutipan diatas informan 2 ini orang yang tidak terlalu memikirkan perkataan orang

lain, kecuali kata-kata tersebut penting baginya dan bersifat kontruktif.

Konsep self menurut mead dipahami melalui bahasa. Oeang memiliki

kemampuan untuk menjadi subjek dan objek dari dirinya sendiri. Diri yang bertindak

disebut I sedangkan diri yang mengamati disebut Me. I bersifat spontan dan impulsif

sedangkan me bersifat reflektif dan peka secara sosial. Konsep self pada informan 2

bertindak sebagai I karna ia spontan dan impulsif. Terbukti pada kutipan itu sendiri

“biasanya langsung pulang, karena capek”

Berdasarkan kutipan diatas peneliti ini menilai bahwa informan 2 merupakan sosok

yang individual. Hal ini sesuai dengan konsep self sebagai I.

Didefinisikan mead sebagai jejaring hubungan sosial yang diciptakan manusia.

Ada 2 bagian penting masyarakat yang mempengaruhi seseorang. Pertama secara

khusus (particular others) seperti keluarga, teman, dan kolega. Yang kedua orang lain

secara umum (generelized others) yang merujuk kepada cara pandang dari kelompok

sosial. Bagian penting yang mempengaruhi informan 2 ini adalah dari kalangan

particular others yaitu teman. Informan 2 merupakan sosok yang lebih dekat dengan

pengurus inti, ia juga sering berdiskusi karna dianggap sebagai sosok yang pendiam,

hal ini sesuai dengan kutipan

Page 34: UNIVERSITAS GUNADARMA MEI 2019

34

“orangnya monoton mungkin agak tertutup, cuek, logat bicara nya keras”

Informan 3

Analisis pada informan 1 berdasarkan perspektif Teori Interaksionisme

Simbolik dimana 3 konsep utama nya adalah Mind, Self, Society. Dalam konsep mind

manusia harus menggembangian pikiran melalui interaksi dengan orang lain Informan

3 tidak menggunakan pikirannya untuk menganalisis dan memaknai setiap perkataan

teman-teman melalui interaksi yang terjadi didalam organisasi BEM FIKOM dalam

kutipannya

“tergantung kalau kritikannya masuk di akal gua ya gua terima tapi kalau.

Itu juga nggak masuk akal ya gua bisa brontak istilah apa namanya mengklaim

bahwa gue nggak salah lagi. itu juga tergantung”

Dari kutipan diatas informan 3 ini orang yang tidak terlalu memikirkan perkataan orang

lain, kecuali kata-kata tersebut penting baginya dan bersifat kontruktif.

Konsep self menurut mead dipahami melalui bahasa. Oeang memiliki

kemampuan untuk menjadi subjek dan objek dari dirinya sendiri. Diri yang bertindak

disebut I sedangkan diri yang mengamati disebut Me. I bersifat spontan dan impulsif

sedangkan me bersifat reflektif dan peka secara sosial. Konsep self pada informan 3

bertindak sebagai I karna ia lebih tidak banyak basa-basi dan impulsif. Terbukti pada

kutipan itu sendiri

“ini penilaian orang terhadap diri gue yang sebenarnya itu tergantung orang

yang menilai diri gua sih sejauh ini yang gua terima sih nggak ada yang aneh-

aneh sih mereka bilang gue juga bisa berbaur dengan lingkungan, gue bisa

bersosialisasi makanya gue bisa masuk Bem jadi nggak ada kendala sih dengan

orang-orang baru yang hadir dalam lingkungan gua tapi secara pribadi.tapi gua

juga dikenal sebagai orang yang cuek kalau belum mengenal gua lebih jauh.”

Berdasarkan kutipan diatas peneliti ini menilai bahwa informan 3 merupakan sosok

yang individual . Hal ini sesuai dengan konsep self sebagai I.

Didefinisikan mead sebagai jejaring hubungan sosial yang diciptakan manusia.

Ada 2 bagian penting masyarakat yang mempengaruhi seseorang. Pertama secara

Page 35: UNIVERSITAS GUNADARMA MEI 2019

35

khusus (particular others) seperti keluarga, teman, dan kolega. Yang kedua orang lain

secara umum (generelized others) yang merujuk kepada cara pandang dari kelompok

sosial. Bagian penting yang mempengaruhi informan 2 ini adalah dari kalangan

particular others yaitu teman. Informan 2 merupakan sosok yang lebih dekat dengan

pengurus inti, ia juga sering berdiskusi karna dianggap sebagai sosok yang pendiam,

hal ini sesuai dengan kutipan teman dekatnya

“Lebih banyak diam, tidak terlalu banyak omong dan tidak akan mengungkap

kan apapun jika tidak penting”

Informan 4

Analisis pada informan 4 berdasarkan perspektif Teori Interaksionisme

Simbolik dimana 3 konsep utama nya adalah Mind, Self, Society. Dalam konsep mind

manusia harus menggembangian pikiran melalui interaksi dengan orang lain Informan

1 menggunkan pikirannya untuk menganalisis dan memaknai setiap perkataan teman-

teman melalui interaksi yang terjadi didalam organisasi BEM FIKOM

“Saya mungkin termaksud orang yang menerima nya karna tentu saja yang

menilai diri kita orang lain namun kritik dan saran tersebut pun saya rasa harus

ada sedikit latar belakang dan juga alasan-alasan yang logis dan falid agar

kemudian saya bisa improve dan jika memang alasan tersebut tidak logis

menurut saya disitu mungkin saya tidak bisa menerima kritik dan saran

tersebut”

Berdasarkan kutipan diatas peneliti menilai bahwa informan 4 ini memiliki mind yang

cukup positif.

Konsep self menurut mead dipahami melalui bahasa. Oeang memiliki

kemampuan untuk menjadi subjek dan objek dari dirinya sendiri. Diri yang bertindak

disebut I sedangkan diri yang mengamati disebut Me. I bersifat spontan dan impulsif

sedangkan me bersifat reflektif dan peka secara sosial. Konsep self pada informan 4

bertindak sebagai Me karna ia lebih peka secara sosial, terbukti pada kutipan itu sendiri

Page 36: UNIVERSITAS GUNADARMA MEI 2019

36

“Pastinya kembali lagi ke tiap-tiap perspektif orang, tapi yang saya sering

dengar ialah orang melihat saya sebagai sosok yang keras kepala dan juga kritis,

pemalas namun benar atau tidak nya itu semua relatif karena memang

perbedaan perspektif dan tentunya saya tidak bisa menilai diri saya sendiri”

Berdasarkan kutipan diatas peneliti ini menilai bahwa informan 4 merupakan sosok

yang mudah bergaul. Hal ini sesuai dengan konsep self sebagai me.

Didefinisikan mead sebagai jejaring hubungan sosial yang diciptakan manusia.

Ada 2 bagian penting masyarakat yang mempengaruhi seseorang. Pertama secara

khusus (particular others) seperti keluarga, teman, dan kolega. Yang kedua orang lain

secara umum (generelized others) yang merujuk kepada cara pandang dari kelompok

sosial. Bagian penting yang mempengaruhi informan 4 ini adalah dari kalangan

particular others yaitu teman. Informan 4 merupakan sosok yang lebih sering

berdiskusi dan dewasa, hal ini sesuai dengan kutipan dengan salah satu teman dekatnya

“Menurut gua ardian sosok yang tanggung jawab, pintar, mudah berbaur dan

sangat dewasa”

Page 37: UNIVERSITAS GUNADARMA MEI 2019

37

BAB V : PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh penulis dan hasil pembahasan

diatas tentang Pola Komunikasi Etnik Sunda dan Etnik Serawai di BEM FIKOM

Universitas Gunadarma 2018-2019, maka peneliti menyimpulkan bahwa etnik sunda

dan etnik serawai yang perlu disimpulkan antara lain sebagai berikut:

1. Pola komunikasi antarbudaya yang terjadi dalam etnik sunda dan etnik serawai

yaitu pola komunikasi primer.

2. Berdasarkan hasil observasi peneliti dan yang sudah tertera di bab sebelumnya

bahwa Etnik sunda memiliki gaya komunikasi yang sopan dan lembut,

sedangkan Etnik serawai memiliki gaya komunikasi yang tegas.

3. Berdasarkan persepektif interaksionalisme simbolik, para informan penelitian

cenderung sosok yang aktif dalam bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang

lain. Walau secara mind etnik serawai tidak terlalu memikirkan pendapat orang

lain namun komentar lingkungan sekitar tetap menjadi pengaruh dalam

tindakan berdiskusi di saat kegiatan rapat.

Page 38: UNIVERSITAS GUNADARMA MEI 2019

38

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Alo, Lilliweri. 2004. Wacana Komunikasi Organisasi. Mandar Maju : Bandung

Ardianto, Erdinaya. 2005. Komunikasi Massa SuatuPengantar.Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi. 2006. ProsedurPenelitianSuatuPendekatanPraktikEdisi

Revisi. Jakarta: RinekaCipta.

Atkinson, Rita L, Richard C Atkinson, dan Ernest R Hilgard. 1997. Pengantar –

Psikologi Edisi ke Delapan Jilid 2, Jakarta :Erlangga.

Bungin, Burhan. 2005. Metode Penelitian Sosial. Surabaya: Airlangga University

Press

Cangara, Hafied, 2002, Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja

GrafindoPersada.

De Fleur, Melvin L dan Sandra Ball-Rokeach, 1982 Theories of Mass

Communication.

Djamarah, 2002. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta

Djuroto, Totok. 2007. Mengelola Radio Siaran: Mendulang Untung dari Bisnis

Informasi dan Hiburan. Semarang: Dahara Prize

Fauziahardiyani, 2009.Komunikasi dan Media Massa. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Hidayat, DeddyNur. 2009. PENGANTAR KOMUNIKASI MASSA. Jakarta: Rajawali

Pers.

Kriyantono, Rachmat. 2009. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Malang: Prenada

Media Group.

Moleong, Lexy J. (2010), Metodologi penelitian kualitatif, Remaja

Rosdakarya,Bandung

Morissan. 2005. Media Penyiaran, StrategiMengelola Radio danTelevisi. Tangerang:

Ramdina Prakarsa

Page 39: UNIVERSITAS GUNADARMA MEI 2019

39

Mulyana, Dedi. 2001. IlmuKomunikasi, SuatuPengantar. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.

Nurudin. 2003. Komunikasi Massa. Cespur: Malang.

Olii, Helena. 2007. Opini publik. Jakarta: PT Indeks.

Rakhmat, Jalaludin. 2005, PsikologiKomunikasiEdisiRevisi, Bandung:

RemajaRosdakarya.

Rohim, Syaiful. 2009. TeoriKomunikasi. Jakarta: PT. RinekaCipta.

Sarwono, Sarlito Wirawan. 2003. Psikologi Remaja, Edisi Revisi. Jakarta : Rajawali

______________________. 2006. Teori-teori Psikologi Sosial, Jakarta: CV Rajawali.

Sendjaja, Djuarsa, 2004. PengantarIlmuKomunikasi. Jakarta: PT. Raja

GrafindoPersada

Siregar, Syofian. 2013. MetodePenelitianKuantitatif. Jakarta: PT

FajarInterpratamaMandiri.

Sugiyono, 2009, MetodePenelitianKuantitatif, Kualitatifdan R&D, Bandung

:Alfabeta.

Triartanto, Yudo. 2010. Broadcasting Radio. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher

Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Gramedia Widasarana

Indonesia