ulmi fadillah, s.ked - halusinasi auditorik

29
1 BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN REFERAT HALUSINASI AUDITORIK LAPORAN KASUS GANGGUAN CAMPURAN ANXIETAS DAN DEPRESI (F41.2) DISUSUN OLEH Ulmi Fadillah Juniar C11110156 PEMBIMBING dr. Izak Yesaya Samay SUPERVISOR dr. Theodorus Singara, Sp.KJ(K) DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013 REFERAT DAN LAPORAN KASUS OKTOBER 2013

Upload: ulmi-fadillah-juniar

Post on 13-Nov-2015

47 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Referat halusinasi auditoriklaporan kasus non psikotik

TRANSCRIPT

  • 1

    BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    REFERAT

    HALUSINASI AUDITORIK

    LAPORAN KASUS

    GANGGUAN CAMPURAN ANXIETAS DAN DEPRESI (F41.2)

    DISUSUN OLEH

    Ulmi Fadillah Juniar

    C11110156

    PEMBIMBING

    dr. Izak Yesaya Samay

    SUPERVISOR

    dr. Theodorus Singara, Sp.KJ(K)

    DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

    PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2013

    REFERAT DAN LAPORAN KASUS

    OKTOBER 2013

  • 2

    HALUSINASI AUDITORIK

    A. PENDAHULUAN

    Halusinasi adalah penyerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indra dan

    terjadi dalam keadaan sadar/bangun. Dasarnya mungkin organik, fungsional, psikotik

    ataupun histerik. Halusinasi merupakan salah satu jenis gangguan persepsi. Persepsi

    merupakan proses pengolahan mental secara sadar terhadap stimulus sensori. Definisi

    lain persepsi adalah daya mengenal objek, kualitas atau hubungan serta perbedaan

    antara hal ini melalui proses mengamati, mengetahui, dan mengartikan setelah panca

    indera mendapat rangsangan. Jadi persepsi dapat terganggu oleh gangguan otak (karena

    kerusakan otak, keracunan obat halusinogenik), oleh gangguan jiwa atau pengaruh

    lingkungan sosiobudaya. Gangguan persepsi di antaranya halusinasi, ilusi,

    depersonalisasi,dan derealisasi. Halusinasi sendiri terbagi menjadi beberapa macam di

    antaranya halusinasi penglihatan, halusinasi pendengaran, halusinasi penciuman,

    halusinasi pengecapan, halusinasi perabaan, halusinasi kinestetik, halusinasi visceral,

    halusinasi hipnopompik, halusinasi histerik dan formication.1,2 Pada referat ini yang

    akan dibahas adalah salah satu jenis halusinasi yaitu halusinasi auditorik.

    B. DEFINISI

    Halusinasi auditorik adalah persepsi suara tanpa diidentifikasi eksternal rangsangan

    juga dikenal sebagai paracusia, Halusinasi pendengaran didefiniskan persepsi suara

    yang palsu. Digambarkan sebagai kata-kata internal atau suara-suara yang tidak

    diketahui asalnya dan menurutnya nyata di dunia luar. Seseorang yang memiliki

    halusinasi merasa yakin bahwa objek yang di dengarnya adalah sebuah realita.1,3

    C. EPIDEMIOLOGI

    Halusinasi pendengaran adalah persepsi yang salah pada suara. Ini adalah bentuk

    halusinasi pendengaran yang paling umum. Prevalensi AHS lebih besar dari yang

    diharapkan. Dalam sampel 18.572 warga masyarakat usia di atas 18 tahun, antara 2%

    dan 3% mengatakan mereka telah mengalami halusinasi pendengaran. Halusinasi

    pendengaran terjadi lebih sering pada wanita dibandingkan pada pria dan prevalensi

    meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Sebuah studi yang mempelajari

  • 3

    prevalensi halusinasi auditorik pada orang tua melaporkan bahwa 32,8% dari kelompok

    usia ini mengalami halusinasi pendengaran. Halusinasi pendengaran paling sering

    ditemukan dan merupakan gejala yang sering berulang pada pasien dengan skizofrenia,

    dengan prevalensi 75 % pada populasi tersebut. Halusinasi pendengaran merupakan

    bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi pada klien dengan gangguan jiwa

    (skizofrenia). Banyak halusinasi auditorik menonjol di dalam gangguan kejiwaan.

    Telah diperkirakan bahwa sekitar 75% dari orang dengan skizofrenia mengalami

    halusinasi pendengaran. Halusinasi auditorik juga relatif umum dalam gangguan

    bipolar (20% sampai 50%), juga terdapat pada depresi berat dengan psikotik (10%),

    dan gangguan stres pasca trauma (40%). 4,10

    D. ETIOLOGI

    Adapun dari aspek biologis yang di mana terjadi gangguan perkembangan dan fungsi

    otak, susunan saraf - saraf pusat dapat menimbulkan gangguan realita. Gejala yang

    mungkin timbul adalah hambatan dalam belajar, berbicara, daya ingat dan muncul

    perilaku menarik diri. Ada beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan halusinasi

    pendengaran yang non psikotik di alam. Penggunaan obat-obatan tertentu seperti

    kokain, LSD dan ganja juga dapat menyebabkan halusinasi pendengaran. Keluarga,

    pengasuh dan lingkungan seseorang sangat mempengaruhi respons psikologis, sikap

    atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan

    atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup. Kondisi sosial budaya mempengaruhi

    gangguan orientasi realita seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (perang,

    kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress. Gangguan

    organik yang biasanya menyebabkan halusinasi pendengaran yaitu dengan adanya

    gangguan pendengaran itu sendiri. Meskipun dapat disebabkan oleh gangguan

    neurologis seperti epilepsi atau penyebab non psikotik seperti stres yang berlebihan,

    halusinasi pendengaran yang paling sering terlihat pada pasien dengan skizofrenia.

    Kebanyakan orang yang menderita skizofrenia atau menderita depresi bipolar juga

    menunjukkan gejala halusinasi pendengaran. Oleh karena halusinasi pendengaran

    cukup signifikan dalam mendiagnosis kondisi ini. Pasien skizofrenia yang sering

    mengalami halusinasi tersebut tidak dapat mengenali bahwa "suara" mereka

  • 4

    mendengar tidak nyata. Penelitian telah menunjukkan bahwa halusinasi pendengaran

    disebabkan oleh gangguan pada sel-sel saraf dan terkait erat dengan penggunaan

    dopamin sebagai neurotransmitter6,11

    E. ANATOMI DAN FISIOLOGI

    Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam

    bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut

    menggetarkan membrana timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian

    tulang pendengaran yang mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang

    pendengaran dan perkalian perbandingan luas membrane timpani dan tingkap lonjong.

    Energi getar yang telah diamplifikasi ini diteruskan ke stapes yang menggerakkan

    tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan

    melalui membrane Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga menimbulkan gerak

    relative antara membrane basilaris dan membrane tektoria. Proses ini merupakan

    rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut,

    sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan

    sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan

    neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf

    auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area

    39-40) di lobus temporalis.8

    Telinga merupakan indera pendengaran, terbagi atas beberapa bagian yaitu: telinga

    luar, tengah, dan dalam.

    Telinga Luar merupakan bagian paling luar dari telinga.terdiri dari :

    1. Daun telinga / Pinna/ Aurikula, merupakan daun kartilago yang menangkap

    gelombang bunyi dan menjalarkannya ke kanal auditori eksternal (lintasan sempit

    yang panjangnya sekitar 2,5 cm yang merentang dari aurikula sampai membran

    timpani).

  • 5

    2. Membran timpani (gendang telinga) merupakan perbatasan telinga bagian luar

    dengan tengah. Berbentuk kerucut, dilapisi kulit pada permukaan eksternal,

    dilapisi mukosa pada permukaan internal. Memiliki ketegangan, ukuran, dan

    ketebalan yang sesuai untuk menghantarkan gelombang bunyi secara mekanis.

    Gambar.1 Pembagian Telinga

    Telinga Tengah, terletak di rongga berisi udara dalam bagian petrosus (canalis

    facialis) tulang temporal terdiri dari :

    1. Tuba Eustachius, menghubungkan telinga tengah dengan faring. Normalnya tuba

    ini menutup dan akan terbuka saat menelan, mengunyah, dan menguap. Berfungsi

    sebagai penyeimbang tekanan udara pada kedua sisi membran timpani. Bila tuba

    membuka suara akan teredam.

    2. Osikel auditori (tulang pendengaran) terdiri dari 3 tulang, yaitu : Maleus (martil) ,

    Inkus (anvill), Stapes (sanggurdi) atau biasa disingkat MIS. Berfungsi sebagai

    penghantar getaran dari membran timpani ke fenesta vestibule

    3. Otot membantu mekanisme kompensasi tubuh untuk melawan suara dengan nada

    tinggi (peredam bunyi). M. stapedius apabila berkontraksi maka stapes menjadi

    kaku yang menyebabkan suara dapat dipantulkan. M. tensor timpani berfungsi

    menegangkan gendang telinga menyebabkan suara teredam

    Telinga dalam, berisi cairan dan terletak dalam tulang temporal. Terdiri dari :

    Labirin tulang merupakan ruang berliku berisi perilimfe. Labirin tulang terdiri dari 3

    bagian:

  • 6

    Vestibular yang merupakan bagian sentral labirin tulang. Fungsinya

    menghubungkan koklea dengan saluran semisirkular.

    Saluran semisirkularis

    o S. semisirkular anterior (superior) dan posterior mengarah pada bidang

    vertical di setiap sudut kanannya.

    o S. semisirkular lateral

    Koklea, membentuk 2,5 putaran di sekitar inti tulang, mengandung reseptor

    pendengaran cabang N VIII = vestibulokoklear, pemb. darah. Frekuensi

    tertinggi berada di bagian depan.8

    Gambar.2 Neurotransmitter dengan lokasi diskrit pada otak

    Dopamin (bahasa Inggris: dopamine, prolactin-inhibiting factor, prolactin-inhibiting hormone,

    prolactostatin, PIF, PIH) adalah salah satu sel kimia dalam otak berbagai jenis hewan vertebrata

    dan invertebrata, sejenis neurotransmiter (zat yang menyampaikan pesan dari satu saraf ke saraf

    yang lain) dan merupakan perantara bagi biosintesis hormon adrenalin dan noradrenalin. Dopamin

    juga merupakan suatu hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus. Fungsi utamanya sebagai

    hormon ialah menghambat pelepasan prolaktin dari kelenjar hipofisis (lobus anterior hipofisis).

  • 7

    Ada 4 jalur utama dopamine.

    1. Jalur mesolimbik memproyeksikan jalur dopamine dari badan sel didaerah

    ventral tegmental batang otak terminal akson daerah limbic seperti nucleus

    acumben. Jalur ini di duga sangat berperan terhadap perilaku emosional,

    khususnya halusinasi audiotorik dan delusi. Hiperaktivitas dari jalur ini secara

    hipotesis diduga berperan penting terhadap timbulnya gejala positif psikosis.

    2. Jalur mesokortikal memproyeksikan jalur dopamine dari badan sel ke daerah

    ventral tegmental batang otak (berdekatan dengan badan sel mesolimnbic)

    kedaerah korteks cerebri. Gangguan pada jalur ini di duga berperan terhadap

    timbulnya gangguan kognitif dan timbulnya gangguan gejala negative

    psikosis.

    3. Jalur nigrostriatal memproyeksikan jalur dopamine dari badan sel substansia

    nigra batang otak yang menuju ke ganglia basal atau striatum. Jalur ini

    merupakan bagian dari ekstrapiramidal yang berfungsi mengontrol gerakan

    motorik. Gangguan ini menyebabkan pergerakan seperti penyakit Parkinson.

    4. Jalur taberoinfindibular menghubungkan nucleus arkuatus dab neuron

    preifentikuler ke hipotalamus dan pituitary posterior. Dopamine yang dirilis

    oleh neuron-neuron ini secara fisiologis menghambat sekresi prolaktin.12

    F. GAMBARAN KLINIS / MANIFESTASI KLINIS

    Seseorang yang mengalami halusinasi auditorik akan menampakkan gejala seperti akan

    mendengar suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku

    pasien, Tetapi paling sering berupa kata kata yang tersusun dalam bentuk kalimat

    yang mempengaruhi tingkah laku klien, sehingga klien menghasilkan respons tertentu

    seperti : bicara sendiri, bertengkar atau respons lain yang membahayakan. Bisa juga

    bersikap mendengarkan suara halusinasi tersebut dengan mendengarkan penuh

    perhatian pada orang lain yang tidak bicara atau pada benda mati. Bentuk halusinasi

    ini bisa berupa suara suara bising atau mendengung. Bunyi barang- barang atau

    siulan. 1,7

  • 8

    G. DIAGNOSIS

    Halusinasi pendengaran lebih menonjol pada gangguan jiwa. Berdasarkan etiologi

    halusinasi pendengaran banyak terjadi pada penderita skozifrenia, halusinasi juga

    relatif umum dalam gangguan bipolar dalam depresi besar dengan psikotik dan

    gangguan stres pasca trauma. Tidak semua halusinasi pendengaran yang berhubungan

    dengan penyakit mental, Banyak orang yang tidak mengalami gangguan jiwa sering

    terjadi gejala halusinasi pendengaran. Berbagai gangguan otak organik juga

    berhubungan dengan halusinasi, termasuk lobus temporal, epilepsi, delirium,

    demensia, lesi otak fokal, neuroinfeksi, seperti virus ensefalitis, dan serebral tumors.

    Intoksikasi atau penarikan dari zat-zat seperti alkohol, kokain, dan amfetamin juga

    berkaitan erat dengan halusinasi pendengaran.6

    Skizofrenia (F.20) merupakan salah satu penyakit yang mempunyai karakteristik yang

    khas pada halusinasi. Skizofrenia dalam pedoman diagnosis gangguan jiwa

    dimasukkan adalah deskripsi sindrom dengan variasi beberapa penyebab (banyak

    belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating)

    yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetic,

    fisik, dan sosial budaya. Gangguan persepsi yang utama pada skizofrenia adalah

    halusinasi, sehingga halusinasi menjadi bagian hidup klien. Biasanya dirangsang oleh

    kecemasan, halusinasi menghasilkan tingkah laku yang tertentu, gangguan harga diri,

    kritis diri, atau mengingkari rangsangan terhadap kenyataan. Halusinasi pendengaran

    adalah paling utama pada skizoprenia, suara suara biasanya berasal dari Tuhan, setan,

    tiruan atau relatif.

    Adapun pedoman diagnostik pada skizofrenia menurut PPDGJ adalah sebagai berikut

    (harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas)

    1. Thought of echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam

    kepalanya

    Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam

    pikirannya atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya

    (withdrawal)

  • 9

    Thought of broadcasting = isi pikirannya tersiar ke luar sehingga orang lain atau

    umum mengetahuinya

    2. Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan

    tertentu dari luar

    Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan

    tertentu dari luar

    Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap

    suatu kekuatan dari luar

    Delusion perception = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat

    khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat

    3. Halusinasi auditorik

    - Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku

    pasien

    - Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara

    yang berbicara) atau,

    - Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.5

    Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini harus selalu ada secara jelas

    o Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saha, apabila disertai

    baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk

    tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide

    berlebihan (over values ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap

    hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus

    o Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan, yang

    berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau

    neologisme

    o Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah, posisi tubuh tertentu

    atau fleksibilitas cerea, negativism, mutisme, dan stupor

    o Gejala-gejala negative seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,

    respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya

    mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan social dan menurunnya

  • 10

    kinerja social: tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak

    disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika

    - Adanya gejala-gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama kurun

    waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setia[ fase nonpsikotik

    prodromal)

    - Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu

    keseluruhan dari beberapa aspek perilaku pribadi, bermanifestasi sebagai

    hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam

    diri sendiri dan penarikan secara social.5

    Sedangkan menurut DSM IV kriteria diagnosis untuk skizofrenia

    A. Terdapat gejala khas : Dua ( atau lebih ) berikut, masing-masing terjadi dalam porsi waktu

    yang signifikan selama periode 1 bulan (atau kurang bila telah berhasil diobati)

    B. ( 1 ) delusi

    ( 2 ) halusinasi

    ( 3 ) bicara kacau (contoh : sering melantur atau inkoherensi)

    ( 4 ) tingkah laku tidak teratur atau katatonik

    ( 5 ) gejala negatif , yaitu , afektif merata, alogia , atau avolition

    Catatan : hanya dibutuhkan satu gejala kriteria A bila wahamnya bizar atau halusinasinya terdiri

    atas suara yang terus menerus memberi komentarterhadap perilaku atau pikiran pasien, atau dua

    atau lebih suara yang saling bercakap-cakap

    B. Disfungsi sosial/okupasional. Selama satu porsi wajtu yang signifikan sejak awitan

    gangguan, terdapat satu atau lebih area fungsi utama, seperti pekerjaan, hubungan

    interpersonal, atau perawatan diri yang berada jauh di bawah tingkatan yang telah dicapao

    sebelum awitan (atau apabila awitan terjadi pada masa kanak-kanak atau remaja, kegagalan

    mencapai tingkat pencapaian interpersonal, akademik, atau okupasional yang diharapkan)

    C. Durasi: tanda kontinu gangguan berlangsung selama setidaknya 6 bulan. Periode 6 bulan

    ini harus mencakup setidaknya 1 bulan gejala (atau kurang bila telah berhasil diobati) yang

    memenuhi Kriteria A (yaitu gejala fase aktif) dan dapat mencakup periode gejala

  • 11

    prodromal atau residual. Selama periode gejala prodromal atau residual ini, tanda gangguan

    dapat bermanifestasi sebagai gejala negatif saja atau dua atau lebih gejala yang terdaftar

    dalam Kriteria A yang muncul dalam bentuk yang lebih lemah

    D. Eksklusi gangguan mood dan skizoafektif. Gangguan skizoafektif dan gangguan mood

    dengan ciri psikotik telah disingkirkan baik karena (1) tidak ada episode depresif, manik

    atau campuran mayor yang terjadi secara bersamaan dengan gejala fase aktif: maupun (2)

    jika episode mood terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya rekatif singkat

    disbanding durasi periode aktif dan residual

    E. Eksklusi kondisi medis umum/zat. Gangguan tersebut tidak disebabkan efek fisiologis

    langsung suatu zat contoh obat yang disalhgunakan, obat medis atau kondisi umum

    F. Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasive. Jika terdapat riwayat gangguan

    autisyik atau gangguan pervasive lainnya, diagnosis tambahan skizofrenia terdapat selama

    setidaknya satu bulan (atau kurang bila telah berhasil diobati).9

    Diagnosis banding dalam hal ini adalah diagnosis yang mempunyai gejala yang seruopa

    yaitu gejala halusinasi audotorik. Menurut etiologi halusinasi auditorik sekitar 20- 50 %

    pada gangguan bipolar cenderung menunjukkan gejala seperti ini.

    Gangguan depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3)

    Gangguan depresif merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan

    dengan alam perasaan yang sedih dengan gejala penyerta termasuk perubahan pola tidur,

    nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa, tak berdaya

    dan gagasan bunuh diri.

    Pedoman diagnostik gangguan depresif berat dengan gejala psikotik

    1. Episode depresif berat yang memenuhi kriteria F.32.2

    2. Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide

    tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam dan pasien merasa

    bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi audiotorik atau olfaktorik biasanya

  • 12

    berupa suara yang menghina atau menuduh atau bau kotoran atau daging

    membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju stupor.

    3. Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai waham atau

    halusinasi yang serasi atau tidak serasi dengan afek (mood congruent).5

    H. PENATALAKSANAAN

    A. TERAPI

    Psikoterapi suportif yang membantu penderita yaitu psikoterapi suportif individual

    atau kelompok, serta bimbingan yang praktis dengan maksud mengembalikan

    penderita ke masyarakat. Terapi kerja adalah baik sekali untuk mendorong

    penderita bergaul dengan orang lain, agar supaya pasien mampu berinteraksi dan

    tidak berupaya untuk mengasingkan diri.1

    B. PENGOBATAN

    Untuk pengobatan pada pasien dengan gejala halusinasi pendengaran, secara

    teoritis halusinasi auditori dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan dopamine

    dalam otak. Obat neuroleptic atau obat anti psikosis efektif untuk mengobati

    halusinasi pendengaran. Banyak obat yang digunakan untuk mengobati skizofrenia

    sering digunakan untuk halusinasi pendengaran.10

    I. PROGNOSIS

    Dalam beberapa kasus halusinasi pendengaran yang disebebakan oleh skizofrenia atau

    beberapa penyakit mental lainnya dapat dikontrol oleh pengobatan dan terapi dan

    memberikan hasil yang cukup baik.6

    J. KESIMPULAN

    Halusinasi pendengaran didefiniskan persepsi suara yang palsu. Digambarkan sebagai

    kata-kata internal atau suara-suara yang tidak diketahui asalnya dan menurutnya nyata

    di dunia luar. Seseorang yang memiliki halusinasi merasa yakin bahwa objek yang di

    dengarnya adalah sebuah realita.

  • 13

    Untuk pengobatan pada pasien dengan gejala halusinasi pendengaran, secara

    teoritis halusinasi auditori dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan dopamine

    dalam otak. Obat neuroleptic atau obat anti psikosis efektif untuk mengobati

    halusinasi pendengaran. Banyak obat yang digunakan untuk mengobati skizofrenia

    sering digunakan untuk halusinasi pendengaran. Halusinasi pendengaran lebih

    menonjol pada gangguan jiwa. Berdasarkan etiologi halusinasi pendengaran

    banyak terjadi pada penderita skozifrenia halusinasi juga relatif umum dalam

    gangguan bipolar dalam depresi besar dengan psikotik dan gangguan stres pasca

    trauma. Tidak semua halusinasi pendengaran yang berhubungan dengan penyakit

    mental, Banyak orang yang tidak mengalami gangguan jiwa sering terjadi gejala

    halusinasi pendengaran. Berbagai gangguan otak organik juga berhubungan dengan

    halusinasi, termasuk lobus temporal, epilepsi, delirium, demensia, lesi otak fokal,

    neuroinfeksi, seperti virus ensefalitis, dan serebral tumors. Intoksikasi atau

    penarikan dari zat-zat seperti alkohol, kokain, dan amfetamin juga berkaitan erat

    dengan halusinasi pendengaran. Dalam beberapa kasus halusinasi pendengaran

    yang disebebakan oleh skizofrenia atau beberapa penyakit mental lainnya dapat

    dikontrol oleh pengobatan dan terapi dan memberikan hasil yang cukup baik

  • 14

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Maramis, W.f. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya: Airlangga

    University Press.

    2. Dorland, Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29,Jakarta:EGC

    3. Ali, Shaid. 2011. Hallucinations: Common features and causes. Nashville:

    Department of Psychiatry and Behavioral Sciences Meharry Medical College

    4. Nicolson, Stephen E. 2006. Persistent Auditory Hallucinations That Are

    Unresponsive to Antipsychotic Drugs. ajp.psychiatryonline.org : 163:7

    5. Maslim R. 2001. Diagnosis gangguan jiwa, rujukan ringkas PPDGJ-III. Jakarta:

    PT. Nuh Jaya

    6. Wafers, Flavie. 2010. Auditory Hallucinations in Psychiatric Illness.

    (http://www.psychiatrictimes.com)

    7. Kern, Bryan. 2010. A Look at Auditory Hallucinations. State University of New

    York at Oswego

    8. Soepardi, Efiaty Arsyad dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung

    Tenggorok Kepala dan Leher. Jakarta : Balai Penerbitan FKUI.

    9. DSM IV-TR. (2000). Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disorders

    (DSM IV-TR). Washington DC: American Psychiatric Association.

    10. Musiek, Frank, MB, Tee. 2007. Auditory hallucinations: An audiological perspective.

    The Hearing Journal

    11. Bhuyan, Rimlee. 2011. Auditory Hallucinations. www.buzzle.com/articles/auditory-

    hallucinations.html

    12. Goldstien, Menek, & Ariel Y. Deutch, Dopaminergik mechanismein the

    pathogenesis of scizofrenia, The FASEB Journal [serial Online], 1992 [cited 2009

    Jan 20];2413.

  • 15

    BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    STATUS PASIEN

    Nama Dokter Muda : Ulmi Fadillah Juniar

    Nama Pasien : Tn. Supardi

  • 16

    LAPORAN KASUS

    1. IDENTITAS PASIEN

    Nama : Tn. S

    Umur : 26 tahun

    Agama : Islam

    Suku : Bugis

    Status Perkawinan : Menikah

    Pendidikan : SD

    Pekerjaan : Petani

    Alamat : Kelling, Desa Ajangpulu, Kecamatan Cina Kabupaten Bone

    2. LAPORAN PSIKIATRIK

    RIWAYAT PENYAKIT (Alloanamnesis pada tanggal 31 Oktober 2013)

    A. Keluhan Utama

    Mengamuk

    B. Riwayat Gangguan Sekarang

    Keluhan dan Gejala

    Pasien pertama kali masuk rumah sakit karena mengamuk yang dialami sejak 8

    bulan yang lalu. Pasien mengamuk kemudian berkelahi dan menampar apabila

    ada keinginannya yang tidak terpenuhi. Pasien mengamuk tidak setiap hari,

    mengamuk apabila ada yang mau mengganggui. Namun setelah mengamuk,

    pasien merasa bersalah dan menyesal terhadap apa yang dilakukannya. Pasien

    merasa dendam pada semua orang, seakan-akan semua mengganggu dirinya.

    Akibatnya pasien pernah dipasung selama dua setengah bulan oleh

    keluarganya. Pasien merupakan pribadi yang mudah tersinggung dan

    emosional. Makan dan tidur tidak teratur. Selain itu, pasien sering mendengar

    bisikan-bisikan sebelum masuk rumah sakit. Bisikan tersebut berupa suara dari

    sepupunya mengenai kegagalan pernikahan pasien. Setelah diautoanamnesis,

    pasien mengaku tidak pernah lagi mendengar suara-suara bisikan selama di

  • 17

    rumah sakit karena menurut pasien, rajin minum obat 3 kali sehari. Pasien selalu

    beranggapan bahwa pamannya bisa membaca pikirannya dan merasa hal itu

    terjadi sampai sekarang. Menurut pasien, hanya dia seorang yang bisa dibaca

    pikirannya oleh pamannya.

    Hendaya/disfungsi

    Hendaya Pekerjaan (+)

    Hendaya Sosial (+)

    Hendaya waktu senggang (+)

    Faktor stressor psikososial

    Kegagalan pernikahan Tn. S

    Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan psikis

    sebelumnya

    Tidak ditemukan hubungan gangguan sekarang dengan riwayat fisik dan psikis

    sebelumnya

    C. Riwayat gangguan sebelumnya

    1. Riwayat penyakit terdahulu

    Riwayat trauma (+)

    Pasien pernah mengalami kecelakaan motor dan mendapat luka jahitan dua tahun

    yang lalu

    Infeksi (-)

    Kejang (-)

    2. Riwayat penggunaan NAPZA

    Pasien merupakan seorang perokok aktif dan pernah mengkonsumsi narkoba jenis

    shabu shabu selama merantau di Malaysia namun berhenti setelah kembali ke

    kampung halaman

  • 18

    D. Riwayat kehidupan pribadi

    a. Riwayat pre natal dan perinatal

    Pasien lahir pada tanggal 1 Desember 1987 lahir secara normal ditolong oleh

    dukun. Informasi lain tidak diketahui.

    b. Riwayat masa kanak-kanak awal (1-3 tahun)

    Pertumbuhan dan perkembangannya pasien sama seperti anak seusianya

    c. Riwayat masa kanak-kanak akhir

    Pasien bersekolah di SD namun tidak tamat

    d. Riwayat dewasa

    o Riwayat pekerjaan :

    Sehari-hari Tn. S bekerja sebagai Petani. Tahun 2001 Pasien pernah

    bekerja di perkebunan sawit di Malaysia selama 6 bulan.

    o Riwayat pernikahan :

    Pasien menikah 1 kali pada tahun 2006 namun berpisah pada tahun

    2008 ketidak cocokan dengan istri dan mertuanya dan mempunyai 1

    orang anak laki-laki yang berumur 6 tahun.

    o Riwayat kehidupan beragama

    Tn. S memeluk agama islam

    E. Riwayat kehidupan berkeluarga

    Pasien anak ke 2 dari 3 bersaudara ,,

    Pasien telah menikah 1 kali namun bercerai dan memiliki 1 orang anak laki-laki

    Hubungan dengan keluarga kurang baik

    Tidak ada riwayat keluarga yang menderita dengan penyakit yang sama

    F. Situasi sekarang

    Pasien tinggal dengan keluarga yaitu ayah ibu dan adik.

    G. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya

    Pasien ingin sembuh secepatnya dan ingin pulang ke rumah

  • 19

    3. AUTOANAMNESIS ( 6 November 2013)

    DM : Assalamu alaykum pak perkenalkan saya Ulmi dokter muda yang bertugas di sini,

    Silahkan duduk pak

    P : Waalaikum salam, iya dok. Terima kasih, perkenalkan saya Tn. S

    DM : Berapa umurnya pak?

    P : 25 tahun

    DM : Dari mana asalnya pak?

    P : Dari Bone dok

    DM : Bagaimana perasaan bapak hari ini ?

    P : Perasaan saya biasa-biasa saja

    DM : Baik pak, sebelumnya mohon maaf mengganggu. bersedia kita berbincang-

    bincang sebentar?

    P : Iya dok.

    DM : Bapak tau di mana bapak berasa sekarang ?

    P : Tahu dok, Rumah sakit Dadi

    DM : Sudah 6 hari ya di sini?

    P : Iya betul dok, dari tanggal 31 oktober saya dibawa ke sini. Oktober bulan 10 dok

    DM : Siapa yang membawa bapak ke Rumah sakit ?

    P : Kepala Desa dan Bapak saya dok

    DM : Mengapa bapak dibawa kesini ?

    P : Karena saya mengamuk dok. Biasa saya seperti mau memukul, saya tidak tahu

    kenapa bisa mengamuk.

    DM : Mengapa bisa bapak mengamuk?

    P : Saya kurang tahu dok, tapi kalau sudah mengamuk saya selalu menyesal

    DM : Mengamuk seperti apa bapak?

    P : Marah-marah, biasa memukul

    DM : Tapi bapak tahu, siapa yang biasa bapak pukul ?

    P : Tahu dok, si Ammang

    DM : Siapa itu si Ammang?

    P : Orang satu kampung saya dok

    DM : Mengapa bapak memukul si Ammang?

  • 20

    P : Karena si Ammang pernah mengancam bapak saya. Si Ammang mau membunuh

    bapak saya jadi saya ingin membalasnya

    DM : Mengapa diancam?

    P : Karena saya mau dinikahkan sama sepupu satu kali saya. Dan saya tidak suka, lalu

    si Ammang mengancam bapak saya

    DM : Selain memukul dan marah-marah, apakah bapak pernah membunuh?

    P : Tidak pernah dok

    DM : Bapak sadar dengan apa yang bapak perbuat?

    P : Saya sadar dok, saya mengamuk dan setelah mengamuk saya menyesal dok karena

    saya tahu itu perbuatan yang salah

    DM : Bapak pernah mendengar bisikan-bisikan ?

    P : Dulu pernah, sekarang tidak

    DM : Bisikan seperti apa ?

    P : Pernah saya dengar Nur itu tidak pernah diperkosa sama sepupuku tapi saya tidak

    percaya

    DM : Maksudnya?

    P : Dulu saya mau dinikahkan dengan Nur, tapi saya tidak mau karena dia selingkuh.

    Padahal sudah dikasih naik uang 40 juta dan Andrianto sepupu satu kali saya yang

    dapat dia. Suara yang saya dengar mengatakan bahwa Nur tidak selingkuh.

    DM : Suara yang kita dengar dari siapa?

    P : dari sepupu saya yang di Bone

    DM : Bapak pernah dengar ada suara-suara bisikan yang bapak tidak lihat siapa yang

    berbicara?

    P : Pernah dok, seperti saya dituduh suka masuk ke kampung cewek-cewek

    DM : Bapak tahu siapa yang berbicara seperti itu?

    P : Tahu dok, laki-laki sambil marah-marah

    DM : Sampai sekarang masih ada terdengar suara-suara?

    P : Sudah tidak ada dok, karena di sini saya rajin minum obat

    DM : Sudah tidak pernah dengar ada suara-suara?

    P : Sudah tidak pernah dok

    DM : Apakah bapak pernah merasa sering dikejar-kejar?

  • 21

    P : Tidak dok tidak pernah

    DM : Apakah bapak pernah merasa diancam ?

    P : Tidak dok

    DM : Apakah bapak pernah merasa mempunyai kekuatan?

    P : Tidak dok

    DM : Apakah bapak merasa dikontrol oleh pikiran?

    P : Tidak dok

    DM : Apakah bapak merasa pernah curiga dengan seseorang karena ingin melukai,

    membunuh ?

    P : Tidak ada dok

    DM : Apakah ada seseorang yang bapak benci?

    P : Ada dok, Andrianto sepupu sekali saya

    DM : Sampai sekarang masih benci?

    P : Sekarang tidak dok, Sudah baik

    DM : Lalu si Ammang ?

    P : Sudah tidak dok, karena dia sudah datang ke rumah dan dia sudah baik

    DM : Masih sering terbayang-bayang rasa benci?

    P : Sudah tidak dok karena saya berpikir masih banyak perempuan di dunia

    DM : Bapak pernah merasa bahwa ada seseorang yang bisa baca pikirannya bapak? Atau

    bapak bisa membaca pikiran orang?

    P : Saya tidak bisa membaca pikiran orang. Tapi pikiran saya bisa dibaca oleh Adik

    Bapak saya

    DM : Baca seperti apa pak?

    P : Setiap saya berbicara pasti dia tahu apa yang ingin saya bicarakan

    DM : Apakah om pak S bisa membaca pikiran semua orang?

    P : Tidak dok, hanya saya.

    DM : Apakah bapak pernah melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat dari orang lain?

    P : Tidak dok

    DM : Apakah bapak pernah merasa melihat tali jemuran itu tapi tiba-tiba berwujud

    seperti ular?

    P : Tidak dok

  • 22

    DM : Apa pendidikan terakhir bapak ?

    P : SD dok, tapi tidak tamat

    DM : Bapak tahu menghitung ?

    P : Tahu dok

    DM : Baik pak, kalau 100 7 ?

    P : 93

    DM : Kemudian dikurangi 7 lagi?

    P : 86 dok

    DM : Bapak bersaudara berapa orang ?

    P : 3 orang dok, saya anak ke 2

    DM : Bisa ulangi apa yang saya katakan 8 40 8 0 1

    P : Susah dok

    DM : Baik kita coba 4 angka 1 3 7 6

    P : 4 1 3 7 6

    DM : Bapak tahu perbedaan sepeda dan motor ?

    P : Tahu dok, sepeda tidak ada minyaknya. Motor ada minyaknya dan ada oli

    sampingnya.

    DM : Apa bakat bapak? Keterampilan apa yang bapak bisa kerjakan?

    P : Saya bisa memasak dok, karena saya perantau. Saya di Malaysia dok, saya

    menombak sawit 6 bulan. Saya bisa masak sayur sawi itu masakan paling enak.

    Saya bisa masak sayur kacang panjang

    DM : Bapak biasa mandi di mana?

    P : Di kamar mandi di dalam sini dok, mandi sendiri. Kalau kamar mandi di sebelah

    sana itu kotor sekali, banyak kotorannya. Tidak pernah dibersihkan

    DM : Bapak kalau misalnya ada dompet di jalan, biasanya bapak akan melakukan apa ?

    P : Yang saya lakukan, dompet saya ambil dan kasih teman lalu tanyakan siapa yang

    punya. Kalau bukan teman saya, saya telepon nomor yang ada di dompet

    DM : Bapak, kalau ada orang yang mengamuk di tengah jalan menurut bapak itu

    perbuatan yang baik atau tidak?

    P : Tidak dok, karena itu menghalangi perjalanan orang. Dan itu merupakan

    perbuatan yang tidak baik

  • 23

    DM : Bapak sadar kalau bapak sakit?

    P : iya dok, betul. Saya sadar bahwa saya sakit. Di sini saya selalu makan obat 3 kali

    sehari. Saya pernah di pasung dok 2 bulan 17 hari. Biasa mengamuk dok, Kamis

    malam pasung saya dilepas, minum susu dan jam 4 saya langsung di bawa ke

    rumah sakit dadi. Dok saya ingin pulang dok. bisa tidak ?

    DM : Bapak tunggu saja keluarga bapak menjenguk dulu ya.

    P : Iya dok

    DM : Bapak sudah menikah?

    P : Sudah dok, tapi cerai. Makanya saya mau dinikahkan dengan sepupu satu kali saya

    yang namanya Nur itu.

    DM : Maaf ya bapak, kalau boleh tahu mengapa bapak bisa bercerai?

    P : Karena saya ingin hidup mandiri dan punya rumah sendiri bersama istri saya. Tapi

    mertua saya melarang.

    DM : Bagaimana dengan istri bapak?

    P : Dia juga tidak mau, makanya saya cerai

    DM : Tahun berapa cerai ?

    P : tahun 2008 bulan 8

    DM : Bapak punya anak?

    P : Punya dok, 1 anak laki-laki sudah berumur 6 tahun. Sekarang SD kelas 1

    DM : Bapak perokok?

    P : iya saya perokok

    DM : Bapak pernah pakai narkoba ?

    P : Pernah dok shabu-shabu waktu di Malaysia tapi sudah berhenti sejak balik ke

    kampung karena barangnya susah dapat disini dan tidak ada uang untuk membeli

    DM : Bapak masih ingat siapa nama saya?

    P : Hehehe sudah lupa dok

    DM : Nama saya Ulmi, baik bapak terima kasih atas waktunya selamat beraktifitas

    P : Iya dok.

  • 24

    4. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

    A. Deskripsi Umum

    1. Penampilan

    Seorang pria, wajah sesuai umur, kulit sawo matang, kuku tidak terawat, perawakan

    tinggi kurus, memakai baju biru dan berpakaian kurang rapi.

    2. Kesadaran : Berubah

    3. Perilaku dan aktifitas psikomotor : Cukup Tenang

    4. Pembicaraan : Lancar, intonasi suara biasa

    5. Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif

    B. Keadaan afektif (Mood), perasaan, empati, dan perhatian

    1. Mood : Eutimia

    2. Afek : Appropriate

    3. Empati : Tidak dapat dirabarasakan

    4. Perhatian : Baik

    C. Fungsi Intelektual

    1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dam kecerdasan : Sesuai taraf pendidikan

    2. Daya konsentrasi : Baik

    3. Orientasi (waktu, tempat dan orang)

    Waktu : Baik

    Tempat : Baik

    Orang : Baik

    4. Daya Ingat

    Daya ingat jangka segera : Terganggu

    Daya ingat jangka pendek : Terganggu

    Daya ingat jangka panjang : Baik

    5. Pikiran abstrak : Baik

    6. Bakat kreatif : Memasak

    7. Kemampuan menolong diri : Baik

    sendiri

    D. Gangguan persepsi

    1. Halusinasi : Riwayat halusinasi pendengaran (+)

  • 25

    Pasien seperti merasa ada bisikan-bisikan dari

    seorang laki-laki yang mengomentari dirinya

    2. Ilusi : Tidak ada

    3. Depersonalisasi : Tidak ada

    4. Derealisasi : Tidak ada

    E. Proses Berpikir

    1. Arus pikiran

    Produktivitas : Cukup

    Kontinuitas : Koheren dan relevan

    Hendaya berbahasa : Tidak ada

    2. Isi pikiran

    Preokupasi : Tidak ada

    Gangguan isi pikir : Terdapat gangguan isi pikir berupa thought of

    withdrawal di mana pasien merasa pamannya bisa

    membaca pikirannya

    F. Pengendalian impuls : Baik

    G. Daya nilai

    Norma sosial : Baik

    Uji daya nilai : Baik

    Penilaian realitas : Baik

    H. Tilikan (insight)

    Tilikan derajat 6, pasien merasakan bahwa dirinya sakit dan membutuhkan pengobatan

    I. Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya

    5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

    Keadaan Umum

    Tekanan darah : 120/80 mmHg

    Nadi : 92x/menit

    Pernapasan : 22x/menit

    Suhu : 36,6o C

    Ektremitas atas dan bawah tidak ditemukan kelainan

  • 26

    Status Internus

    Kepala : Posisi sentral, penonjolan (-)

    Konjungtiva : Anemis (-) Ikterus (-)

    Hidung : Epistaksis (-)

    Mulut : Kering (-), lidah kotor (-), hiperemis (-)

    Status Neurologis

    Kesadaran : GCS 15 (E4M6V5)

    Pupil : Bulat

    Reflex Cahaya : +/+

    6. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

    Pasien pertama kali masuk rumah sakit karena mengamuk yang dialami sejak 8

    bulan yang lalu. Pasien mengamuk kemudian berkelahi dan menampar apabila ada

    keinginannya yang tidak terpenuhi. Pasien mengamuk tidak setiap hari, mengamuk apabila

    ada yang mau mengganggui. Namun setelah mengamuk, pasien merasa bersalah dan

    menyesal terhadap apa yang dilakukannya. Pasien merasa dendam pada semua orang,

    seakan-akan semua mengganggu dirinya. Akibatnya pasien pernah dipasung selama dua

    setengah bulan oleh keluarganya. Pasien merupakan pribadi yang mudah tersinggung dan

    emosional. Makan dan tidur tidak teratur. Selain itu, pasien sering mendengar bisikan-

    bisikan sebelum masuk rumah sakit. Bisikan tersebut berupa suara dari sepupunya

    mengenai kegagalan pernikahan pasien. Setelah diautoanamnesis, pasien mengaku tidak

    pernah lagi mendengar suara-suara bisikan selama di rumah sakit karena menurut pasien,

    rajin minum obat 3 kali sehari. Pasien selalu beranggapan bahwa pamannya bisa membaca

    pikirannya dan merasa hal itu terjadi sampai sekarang. Menurut pasien, hanya dia seorang

    yang bisa dibaca pikirannya oleh pamannya.

    Pada pemeriksaan status mental didapatkan Seorang pria, wajah sesuai umur, kulit

    sawo matang, kuku tidak terawat, perawakan tinggi kurus, memakai baju biru dan

    berpakaian kurang rapi. Kesadaran berubah, saat diwawancara pasien tampak cukup

    tenang, verbalisasi spontan, intonasi biasa, mood eutimia, afek appropriate dan empati

  • 27

    tidak dapat dirabarasakan, terdapat riwayat gangguan persepsi sebelum masuk rumah sakit

    berupa halusinasi pendengaran dan adanya gangguan isi pikir yaitu thought of withdrawal.

    Pasien menganggap isi pikirnya bisa dibaca oleh pamannya sendiri. Pengendalian impuls

    baik dan daya nilai baik. Tilikan (insight) derajat 6 (pasien sadar kalau dirinya sakit dan

    perlu pengobatan) dan hasil wawancara dalam taraf dapat dipercaya.

    7. EVALUASI MULTIAKSIAL

    Aksis 1

    Berdasarkan dari alloanamnesis, autoanamnesis, dan pemeriksaan status mental

    didapatkan adanya gejala klinis yang bermakna yaitu pasien sering mengamuk,

    memukul orang-orang disekitarnya. Hal ini dapat menimbulkan penderitaan

    (distress) bagi diri pasien sehingga dapat digolongkan sebagai gangguan jiwa.

    Dari pemeriksaan status mental, ditemukan hendaya berat dalam menilai realita,

    berupa adanya riwayat halusinasi pendengaran dan gangguan isi pikir thought of

    withdrawal sehingga pasien dapat digolongkan sebagai gangguan jiwa psikotik.

    Dari pemeriksaan status interna dan pemeriksaan diagnostik lebih lanjut, tidak

    ditemukan adanya kelainan yang berarti sehingga pasien dapat dikatakan

    mengalami gangguan jiwa non organik.

    Dari hasil alloanamnesis didapatkan pasien mempunyai riwayat halusinasi

    pendengaran mendengar bisikan-bisikan yang membicarakan tentang dirinya dan

    mempunyai gangguan isi pikir berupa thought of withdrawal di mana pasien merasa

    bahwa isi pikirannya bisa dibaca oleh pamannya. Sehingga berdasarkan PPDGJ-III

    didiagnosa sebagai , Skizofrenia YTT (F 20.9)

    Aksis II :

    Pasien mudah tersinggung dan emosional

    Aksis III :

    Tidak ditemukan adanya kelainan organobiologik

    Aksis IV :

    Ditemukan adanya faktor stressor yaitu kegagalan pernikahannya.

    Aksis V :

    GAF Scale 60-51 : Gejala sedang (muderate), disabilitas sedang.

  • 28

    8. DAFTAR PROBLEM

    Organobiologik

    Tidak ditemukan kelainan fisik. Namun diduga ada ketidak seimbangan neurotransmitter

    sehingga memerlukan farmakoterapi.

    Sosiologik

    Ditemukan hendaya sosial, pekerjaan dan waktu senggang sehingga membutuhkan

    sosioterapi

    Psikologik

    Ditemukan adanya gangguan psikologik sehingga membutuhkan psikoterapi untuk

    memperbaiki daya tahan mental dan kemampuan beradaptasi.

    9. PROGNOSIS

    DUBIA ET BONAM

    1. Faktor pendukung

    Adanya dukungan dari keluarga.

    Tidak ada kelainan organobiologik yang bermakna.

    Tidak ada riwayat keluarga yang mengalami penyakit yang sama

    Stressor jelas

    2. Faktor penghambat

    Onset muda

    10. RENCANA TERAPI

    Farmakoterapi

    Risperidon 2mg 2 x 1/2

    Psikoterapi :

    a. Ventilasi

  • 29

    Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada pasien untuk menceritakan

    keluhan dan isi hati serta perasaaan sehingga pasien merasa lega dan

    keluhannya berkurang.

    b. Konseling

    Memberi penjelasan dan pengertian kepada pasien agar memahami

    penyakitnya dan bagaimana cara menghadapinya.

    c. Sosioterapi

    Memberi penjelasan kepada pasien, keluarga pasien, dan orang-orang

    disekitarnya sehingga dapat menerima dan menciptakan suasana lingkungan

    yang membantu.

    11. FOLLOW UP

    Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya, efektivitas terapi, serta

    memantau kemungkinan terjadinya efek samping obat yang diberikan.