ujian tengah semester (uts) semester ii/2015 rangkuman manajemen operasi

21
PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG RANGKUMAN MANAJEMEN OPERASI Disusun dalam rangka memenuhi tugas Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Manajemen Operasi Dosen: Dr. Ali H. Nasution, MM NAMA : HENDRO PRAYITNO NPM : 1461101024 SEMESTER / TAHUN : II (DUA) / 2015

Upload: hendro-prayitno

Post on 25-Sep-2015

147 views

Category:

Documents


19 download

DESCRIPTION

UTS Semester II/2015Rangkuman Manajemen Operasi Universitas Muhammadiyah Tangerang

TRANSCRIPT

  • 1

    PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

    RANGKUMAN MANAJEMEN OPERASI

    Disusun dalam rangka memenuhi tugas

    Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Manajemen Operasi Dosen: Dr. Ali H. Nasution, MM

    NAMA : HENDRO PRAYITNO

    NPM : 1461101024

    SEMESTER / TAHUN : II (DUA) / 2015

  • 2

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1. PENGERTIAN MANAJEMEN OPERASI

    Kegiatan operasi merupakan kegiatan menciptakan kegiatan barang dan jasa yang

    ditawarkan perusahaan kepada konsumen dan kegiatan ini menjadi salah satu fungsi utama

    perusahaan selain keuangan atau akuntansi (finance) dan pemasaran (marketing). Keuangan

    berfungsi untuk mendapatkan sumber dana bagi kegiatan perusahaan dan mengelolanya sebaik

    mungkin. Pemasaran berfungsi mencari dan mengembangkan permintaan atas produk yang

    ditawarkan perusahaan dan menjaga hubungan yang baik dengan pelanggan atau calon

    pelanggan. Ketiga fungsi utama dalam kegiatan perusahaan ini berhubungan satu sama lain dan

    saling tergantung dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Kegiatan operasi juga berinteraksi

    dengan fungsi-fungsi lainnya pada perusahaan seperti teknik, teknologi informasi, personalia,

    akuntansi dan hukum.

    Kegiatan operasi merupakan kegiatan kompleks, oleh karena itu pengertian yang baik

    tentang manajemen operasi perlu dimiliki oleh semua pihak yang terlibat langsung dalam proses

    pembuatan produk sesuai dengan perannya masing-masing. Suatu pendidikan di bidang bisnis

    belumlah lengkap tanpa didukung oleh pengertian mengenai pendekatan modern di dalam

    pengelolaan operasi karena manajemen operasi memberikan cara yang sistematis dalam

    memandang proses-proses organisasi, memberikan kesempatan atau peluang dalam berkarir yang

    cerah serta memiliki konsep dan prinsip manajemen operasi yang digunakan secara luas dalam

    mengelola fungsi-fungsi lainnya dalam suatu bisnis.

    Manajemen Operasi berbeda dengan Operational Research / Management Science atau

    pun Teknik Industri. Operational Research / Management Science merupakan aplikasi metode

    kuantitatif dalam pengambilan keputusan yang dapat dipergunakan dalam semua cabang ilmu

    sedangkan Teknik Industri merupakan salah satu cabang ilmu di bidang teknik. Sementara

    Manajemen Operasi didefinisikan sebagai suatu proses atau serangkaian kegiatan yang melipui

    perancangan, operasi dan peningkatan kinerja suatu sistem atau entitas perusahaan dengan

    kegiatan utama berupa membuat barang dan jasa melalui perubahan masukan menjadi keluaran

    (memproduksi barang atau memberikan pelayanan dalam bentuk jasa). Sementara Stevenson

  • 3

    (2005) lebih menitikberatkan manajemen operasi sebagai suatu sistem yang bertujuan

    menciptakan barang atau menyediakan jasa. Secara umum, dapat dirangkum bahwa manajemen

    operasi merupakan suatu kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan barang, jasa atau

    kombinasinya melalui proses transformasi dari sumber daya produksi menjadi keluaran yang

    diinginkan.

    Gambar 1. Skema Proses Transformasi

    Bagi suatu perusahaan manufaktur, kegiatan operasi yang menghasilkan produk dapat jelas

    terlihat. Produk yang dibuat adalah barang-barang berwujud seperti televisi, kendaraan bermotor

    atau pakaian. Dalam perusahaan jasa, fungsi produksi memang tidak terasa nyata, misalnya

    dalam kegiatan bank, perusahaan akomodasi atau lembaga pendidikan. Produk yang dihasilkan

    tidak dalam bentuk yang bisa dilihat, melainkan dalam bentuk kredit yang diproses, tamu yang

    menginap atau ilmu pengetahuan yang diajarkan. Dalam perkembangannya, istilah manajemen

    operasi mencakup kedua jenis kegiatan tersebut, baik untuk yang menghasilkan barang maupun

    jasa. Untuk lebih memahami perbedaan antara barang dan jasa, berikut ini beberapa karakteristik

    yang membedakan kedua jenis produk tersebut.

    Tabel 1.1. Perbedaan Barang dan Jasa

    BARANG JASA

    berwujud dapat disimpan banyak menggunakan proses mesin diproduksi lebih dulu baru dikonsumsi kontak dengan konsumen rendah kualitas bersifat obyektif produk mudah distandardisasikan penjualan kembali bisa dilakukan

    tidak berwujud tidak dapat disimpan banyak menggunakan proses manusia diproduksi bersamaan waktunya dengan

    dikonsumsi kontak dengan konsumen tinggi kualitas bersifat subyektif sukar distandardisasikan tidak bisa dijual kembali

    Manusia Mesin

    Material Modal Metode

    Proses Trans-formasi

    Barang atau Jasa

    OUTPUT INPUT

    Umpan Balik

  • 4

    2. SEJARAH MANAJEMEN OPERASI

    Perkembangan manajemen operasi lebih terasa sejak revoluasi industri pada abad 18. Pada

    saat itu, pola kerajinan tangan mulai tergeser dan sistem pabrik mulai berkembang. Serangkaian

    perubahan dalam teknik industri dan perkembangan kondisi sosial ekonomi memungkinkan

    berkembangnya unit-unit produksi menjadi semakin lama semakin besar. Dilengkapi dengan

    perkembangan iptek yang terus bergerak maju, manajemen operasi pun berkembang dari yang

    semula berorientasi pada penanganan produksi di dalam pabrik menuju ke pengelolaan

    operasional perusahaan yang terintegrasi sejak pemilihan pemasok sampai distribusi produk ke

    pelanggan. Tabel berikut menunjukkan beberapa individu/perusahaan yang memberikan

    kontribusi terhadap perkembangan manajemen operasi.

    Tabel 1.2. Perkembangan Manajemen Operasi

    Tahun Individu/Perusahaan Penemuan

    1881 Frederick W. Taylor Studi Peningkatan Metode dan Waktu

    1914 F. W. Harris Konsep persediaan ekonomis berupa diterapkannya perangkat Economic Order Quantity (EOQ) di dalam pengendalian persediaan

    1916 Henry L. Gantt Penggunaan Diagram Penjadwalan (Diagram Balok)

    1918 Henry Ford dan Charles Sorensen

    Perakitan Lini Bergerak

    1924 Walter Shewhart, H. F. Dodge dan H. G. Romiq

    Konsep pengendalian mutu melalui metode inspeksi penarikan contoh dan tabel statistik

    1947 George B. Dantzig

    Konsep pemecahan permasalahan kompleks melalui pendekatan multidisiplin dengan mempergunakan pemrograman linier dengan metode simpleks

    1957 J.E. Kelly & M.R. Walker Metode Jalur Kritis (CPM)

    1958 US Navy & Booz, Allen, and Hamilton

    Teknik Peninjauan Ulang dan Evaluasi Program

    1975 Joseph Orlicky & O. Wright

    Penjadwalan, Pengendalian, dan Perencanaan Kebutuhan Material (MRP)

    1980 W.E. Deming & J.M. Juran

    Aplikasi Kualitas dan Produktivitas Jepang dalam Pemakaian Robot dan CAD/CAM

    1990 Numerous individuals and companies

    Konsep Total Quality Management

    2000 Numerous individuals and companies

    Konsep e-Learning

  • 5

    BAB II

    MANAJEMEN MUTU TERPADU

    Semua organisasi bisnis mempunyai strategi-strategi yang ditempuh untuk masa depan.

    Semua strategi tersebut diharapkan membawa kemajuan yang berarti pada organisasi /

    perusahaan. Semua praktik organisasi diarahkan untuk menuju prinsip-prinsip mutu yang terdiri

    dari fokus pelanggan, perbaikan yang terus menerus (Kaizen), pemberdayaan karyawan,

    benchmarking, just in time dan total quality management. Mutu adalah totalitas bentuk dan

    karakteristik barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan-

    kebutuhan pelanggan atau konsumen. Definisi lain menyatakan mutu merupakan kemampuan

    suatu produk (barang) atau jasa yang secara konsisten dan terus menerus dapat memenuhi atau

    melampaui harapan pelanggan atau konsumen. Dari sudut pandang konsumen, mutu tidak hanya

    dipandang dari satu aspek saja melainkan meliputi beberapa dimensi dari produk atau jasa yang

    antara lain meliputi kinerja (performance), estetika (aesthetic), tambahan kegunaan khusus

    (special features), keamanan (safety), kehandalan (reliability), ketahanan (duralibility),

    pelayanan purna jual (service after sales).

    Perancangan mutu merupakan langkah awal dalam mengejar kualitas produk atau jasa

    yang diinginkan. Perancangan mutu berhubungan dengan keputusan mengenai karakteristik

    khusus (special features) dari suatu produk atau jasa seperti ukuran, bentuk dan lokasi. Mutu dari

    perancangan (quality of design) merupakan kehendak dari perancang untuk memasukan atau

    menghilangkan karakteristik khusus (special features) pada suatu produk atau jasa. Kesesuaian

    mutu (quality conformance) merupakan ukuran kesesuaian hasil akhir produk atau jasa dengan

    kehendak mutu yang diinginkan para perancang. Apabila suatu perusahaan gagal dalam menjaga

    mutu produk atau jasa (quality assurance) antara lain dapat berakibat pada kehilangan pangsa

    pasar atau bahkan kehilangan lapangan bisnis atau usahanya, meningkatkan kewajiban (liability)

    perusahaan tersebut kepada konsumen sebagai akibat rendahnya mutu produk atau jasa,

    menurunkan produktivitas produk atau jasa sebagai akibat tidak dijaganya mutu produk atau

    jasa, meningkatkan biaya yang disebabkan oleh perbaikan kembali produk atau jasa. Sedangkan

    apabila suatu perusahaan berhasil dalam menjaga mutu produk atau jasa (quality assurance)

    antara lain dapat memberikan keuntungan berupa meningkatkan reputasi perusahaan, pangsa

  • 6

    pasar perusahaan, kesetiaan pelanggan atau konsumen, menurunkan kewajiban (liability)

    terhadap konsumen atau pelanggan dan permasalahan dalam memproduksi barang atau jasa.

    Untuk menjaga mutu tentunya memerlukan biaya yang antara lain dapat digolongkan ke

    dalam : 1) Biaya kegagalan internal (internal failure costs). Biaya kegagalan internal merupakan

    biaya yang ditimbulkan oleh kegagalan yang terjadi pada proses produksi. 2) Biaya kegagalan

    eksternal (external failure costs). Biaya kegagalan eksternal merupakan biaya yang ditimbulkan

    oleh kegagalan yang terjadi pada pengiriman produk atau jasa pada konsumen atau pelanggan. 3)

    Biaya perkiraan kegagalan (appraisal costs). Biaya perkiraan kegagalan merupakan biaya yang

    ditimbulkan oleh kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk menjaga mutu atau menghilangkan

    kerusakan. 4) Biaya pencegahan kegagalan (prevention costs). Biaya pencegahan kegagalan

    merupakan biaya yang ditimbulkan oleh kegiatan-kegiatan pencegahan supaya tidak atau terjadi

    kerusakan.

    Perkembangan manajemen mutu dimulai di negara Jepang dengan dikeluarkannya

    Deming Prize pada tahun 1951 bagi perusahaan-perusahaan yang berprestasi di bidang

    pengolahan manajemen mutu terpadu. Pada akhir tahun 1950-an, departemen pertahanan

    Amerika Serikat mengadopsi serangkayan standar mutu yang kemudian diadopsi lebih lanjut

    British Standard Institute yang kemudian berkembang sekarang menjadi International

    Organization for Standarization (ISO). Ada dua jenis standar yang dikeluarkan oleh ISO : 9000

    (9001, 9002 dan 9003) serta 14000. Amerika Serikat baru memperhatikan kepada permasalahan

    manajemen mutu setelah tahun 1987. Hal tersebut dengan dikeluarkannya The Malcom

    Baldrige National Quality Award pada tahun 1987. pemberian The Malcom Baldrige National

    Quality Award hanya ditujukan kepada perusahaan-perusahaan Amerika yang berhasil dalam

    mengelola mutu. Sementara itu, Eropa baru memperhatikan permasalahan manajemen mutu

    tahun 1991 dengan dikeluarkannya The European Quality Award. Pemberian The European

    Quality Award hanya ditujukan kepada perusahaan-perusahaan Eropa yang berhasil dalam

    mengelola mutu.

    Pengendalian mutu merupakan suatu proses yang mengukur secara relatif keluaran

    (produk atau jasa) terhadap suatu standar produk atau jasa yang diinginkan dan melakukan

    perbaikan dalam proses apabila keluaran tidak sesuai dengan yang diinginkan Pengendalian

    mutu (Quality Control) bertujuan untuk menjaga atau menjamin semua kegiatan dalam proses

    agar dapat diterima dengan baik dan sesuai dengan keinginan mutu yang direncanakan. Berbeda

  • 7

    dengan pemeriksaan mutu (quality inspection), yang merupakan suatu kegiatan untuk

    memperkirakan keadaan hasil suatu proses dalam kegiatan produksi dan bertujuan untuk

    mendapatkan informasi mengenai keadaan keluaran (produk atau jasa) dengan cepat dan tepat

    sehingga bisa dilakukan langkah perbaikan lebih lanjut demi menjaga mutu sesuai dengan yang

    direncanakan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan mutu antara lain

    adalah berapa banyak produk atau jasa yang harus diperiksa dan seberapa sering, dimana

    pemeriksaan akan dilakukan serta apakah pemeriksaan akan dilakukan secara sentral (centralized

    inspection) atau di tempat (on-site inspection).

    Apabila hasil evaluasi memberikan kesimpulan bahwa pengukuran tidak sesuai dengan

    standar yang diinginkan bisa dilakukan tindakan atau langkah perbaikan. Evaluasi dilakukan

    melalui Kurva Pengendalian Mutu (Control Chart). Kurva tersebut merupakan suatu sampel

    statistik yang diurutkan berdasarkan urutan waktu dan dibatasi oleh suatu batas tertentu (Control

    Limit), terdiri dari batas bawah (low limit) yang menyatakan batas terendah suatu proses dapat

    dikatakan sesuai dengan mutu yang diinginkan dan batas atas (upper limit) yang menyatakan

    batas tertinggi suatu proses dapat dikatakan sesuai dengan mutu yang diinginkan.

    Gambar 2. Contoh Kurva Pengendalian Mutu (P-Chart)

  • 8

    Bila sampel yang diambil untuk setiap kali observasi jumlahnya selalu sama atau konstan, maka

    langkah-langkah pembuatan peta kendali - p adalah sebagai berikut :

    1. Tentukan ukuran contoh/subgrup yang cukup besar (n > 30),

    2. Kumpulkan banyaknya subgrup (k) sedikitnya 2025 sub-grup,

    3. Hitung untuk setiap subgrup nilai proporsi unit yang cacat, yaitu :

    Dimana

    p = proporsi kesalahan dalam setiap sampel

    x = banyaknya produk yang salah dalam setiap sampel

    n = banyaknya sampel yang diambil dalam inspeksi

    Hitung nilai rata-rata dari p, yaitu p dapat dihitung dengan :

    Hitung batas kendali CL, UCL dan LCL dari peta kendali p :

    dimana :

    UCL = Upper Control Limit / Batas Pengendalian Atas (BPA)

    LCL = Lower Control Limit / Batas Pengendalian Bawah (BPB)

    Plot data proporsi (persentase) unit cacat serta amati apakah data tersebut berada dalam

    pengendalian atau diluar pengendalian. (Hendra Poerwanto G)

    Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Manajemen Mutu Terpadu (Total

    Quality Management) merupakan suatu filosofi yang melibatkan seluruh anggota organisasi atau

    entitas perusahaan yang secara terus-menerus melakukan perbaikan mutu dalam rangka

    memuaskan pelanggan atau konsumen di semua segi atau dimensi. Di dalam menerapkan

    Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management) perlu didukung oleh perangkat-

    n

    xp

    DiinspeksiProduk Total

    CacatProduk Total_p

    n

    pppLCL

    n

    pppUCL

    pCL

    )1(3

    )1(3

    ___

    ___

    _

  • 9

    perangkat dalam melakukan analisis dan memecahkan masalah yang meliputi : 1) Diagram alir

    (flowchart), merupakan gambaran secara visual yang berisi langkah-langkah dari suatu proses. 2)

    Lembar pengecekan (Check Sheets), merupakan suatu perangkat yang digunakan untuk

    pencatatan dan pengorganisasian data dalam rangka mengidentifikasi masalah. 3) Histogram,

    merupakan suatu gambar yang memuat atau menerangkan distribusi frekuensi secara empiris

    hasil suatu proses. 4) Analisis Pareto (Pareto Analysis), merupakan suatu teknik yang dapat

    dipergunakan untuk mengklasifikasikan permasalahan berdasarkan tingkat kepentingannya dan

    biasanya berfokus kepada permasalahan yang paling penting. 5) Diagram Pengendalian (Control

    Chart), merupakan suatu gambar atau diagram secara statistik yang berasal dari penariakan

    contoh hasil suatu proses sebagai fungsi dari waktu. Perangkat Manajemen Mutu Terpadu terdiri

    dari Diagram Sebar (Scatter Chart) dan Diagram Sebab Akibat (Cause Effect Diagram).

    Diagram sebar merupakan suatu grafik yang memperlihatkan kekuatan hubungan antara dua

    variabel. Diagram sebab akibat atau dikenal juga dengan Fish-Bone Diagram merupakan suatu

    gambar atau diagram yang berusaha mengidentifikasi permasalahan yang timbul dari suatu

    proses. Tujuannya adalah mencari sumber permasalahan yang menyebabkan suatu proses tidak

    berjalan dengan baik.

    Pemecahan masalah merupakan salah satu prosedur dari TQM. Agar pemecahan masalah

    dapat dilaksanakan dengan baik dan sukses perlu mengikuti suatu pendekatan pemecahan

    masalah yang antara lain mengikuti langkah-langkah antara lain : mengidentifikasi permasalahan

    dan menetapkan tujuan perbaikan, mengumpulkan data berupa lembar pengecekan, diagram

    sebar, histogram, diagram atau gambar pengendalian, menganalisis permasalahan melalui

    Diagram Pareto dan Diagram Sebab Akibat, menentukan solusi yang berpotensi memecahkan

    masalah melalui diskusi (brainstorming), wawancara (interviewing) dan peninjauan lapangan

    (surveying), memilih solusi sebagai alternatif terbaik dari solusi yang berpotensi memecahkan

    masalah, melakukan implementasi atau melaksanakan solusi tersebut, melakukan pengamatan

    (monitor) terhadap solusi untuk melihat apakah solusi tersebut telah sesuai dengan tujuan yang

    diinginkan, apabila tidak sesuai bisa dicarikan solusi lainnya.

  • 10

    BAB III

    PERANCANGAN PRODUK DAN SELEKSI PROSES

    Proses merupakan suatu atau semua bagian dalam suatu organisasi atau entitas

    perusahaan yang melakukan transformasi atau perubahan dari masukan (input) menjadi keluaran

    (output) dengan maksud untuk mendapatkan nilai tambah bagi organisasi atau entitas perusahaan

    tersebut. Untuk memudahkan perancangan dan pemilihan proses produksi serta untuk

    mengetahui hubungan satu bagian dengan bagian lainnya di dalam suatu organisasi atau entitas

    perusahaan dapat dipergunakan suatu diagram yang dinamakan dengan alir proses (process

    flowcharting). Secara garis besar diagram alir proses memuat unsur-unsur sebagai berikut :

    pekerjaan atau operasi, aliran bahan baku atau setengah jadi atau pelanggan, tempat

    penyimpanan sementara atau antrian serta pengambilan keputusan.

    Untuk menggambarkan bagaimana suatu proses tersebut dirancang perlu dibedakan

    beberapa macam jenis. Jenis-jenis proses tersebut dapat digolongkan ke dalam satu tahap (single-

    stage), beberapa tahap (multiple-stages) atau make to stock atau make to order. Dalam proses

    satu atau beberapa tahap terdapat istilah Buffering, Blocking, Starving dan Bottleneck. Buffering

    merupakan satu tempat penyimpanan di antara tahapan proses dimana keluaran suatu tahapan

    proses disimpan terlebih dahulu sebelum dipergunakan oleh tahapan proses selanjutnya.

    Blocking tejadi ketika kegiatan-kegiatan dalam satu tahapan proses dihentikan sebagai akibat

    sudah tidak tersedianya tempat penyimpanan keluaran dari tahapan proses tersebut. Starving

    terjadi ketika kegiatan-kegiatan dalam suatu tahapan proses harus dihentikan karena sudah tidak

    ada lagi pekerjaan yang harus di kerjakan. Bottleneck terjadi ketika suatu tahapan proses

    menghambat kegiatan-kegiatan tahapan proses lainnya.

    Mengukur kinerja suatu proses dapat diketahui berdasarkan : Utilitas (Utilization),

    Produktivitas (Productivity), Efisiensi (Efficiency), Waktu kerja (Run-Time) dan Waktu Siklus

    (Cycle-Time). Utilitas merupakan rasio antara waktu kerja sumber daya yang sebenarnya

    dipergunakan oleh suatu proses tahap total waktu yang tersdia untuk melaksanakan proses

    tersebut. Produktifitas adalah merupakan rasio antara keluaran (output) terhadap masukan

    (input). Efisiensi merupakan rasio secara relatif keluaran (output) yang sebenarnya terhadap

    suatu standar keluaran (output) yang telah ditetapkan. Waktu kerja merupakan watu yang

  • 11

    dibutuhkan untuk menghasilkan output suatu proses yang meliputi waktu persiapan proses

    (setup-time) dan waktu operasi proses (operation-time). Waktu siklus merupakan waktu rata-rata

    yang diperlukan oleh suatu proses untuk menghasilkan keluaran (output).

    Pemilihan produksi merupakan salah satu keputusan strategis dalam memilih proses

    seperti apa yang akan dipergunakan dalam melakukan kegiatan produksi. Selain dengan

    mempergunakan kategori pemilihan proses berdasarkan satu atau beberapa tahap proses dan

    make to order dan make to stock, pemilihan proses produksi juga dapat digolongkan berdasarkan

    apa yang dikerjakan oleh proses produksi tersebut. Berdasarkan apa yang dikerjakan oleh suatu

    proses produksi, pemilihan proses produksi tersebut dapat digolongkan ke dalam Proses

    Konversi (Conversion Process), Proses Pembuatan (Fabrication Process), Proses Perakitan

    (Assembly Process), Proses Pengujian (Testing Process).

    Struktur aliran proses produksi (process flow structure) menerangkan bagaimana suatu

    organisasi atau entitas perusahaan mengorganisasikan aliran sumber daya dengan

    mempergunakan salah satu atau beberapa aliran proses produksi berdasrkan kriteria apa yang

    dapat dikerjakan oleh suatu proses produksi (teknologi). Menurut Hayes dan Wheelwright

    terdapat empat macam aliran produksi yang dapat dipilih : Job Shop, Batch Shop, Assembly Line

    dan Continuous Flow. Job Shop merupakan suatu aliran proses produksi yang biasanya

    dipergunakan oleh proses produksi yang memproduksi produk (output) yang sangat beraneka

    ragam namun dalam jumlah yang sangat seditik dimana masing-masing produk (output) yang

    dihasilkan memiliki perbedaan dalam langkah-langkah proses produksinya. Contoh : Perusahaan

    percetakan komersial, perusahaan pembuat pesawat terbang, perusahaan pembuat pesanan

    khusus Printed Circuit Board (PCB) serta perusahaan pembuat mesin perkakas.

    Salah satu hal yang membedakan operasi jasa adalah tingkat hubungannya dengan

    pelanggan. Tingkat hubungan dengan pelanggan dinyatakan dengan presentase waktu yang

    diperlukan oleh pelanggan dalam sistem terhadap total waktu yang diperlukan untuk melayani

    pelanggan. Berdasarkan tingkat hubungannya dengan pelanggan, operasi jasa dapat digolongkan

    ke dalam operasi jasa dengan tingkat hubungan dengan pelanggan yang tinggi, operasi jasa

    dengan tingkat hubungan dengan pelanggan yang rendah, perbedaan klasifikasi operasi

    berdasrkan tingkat hubungan dengan pelanggan akan berakibat kepada operasi organisasi dalam

    hal : lokasi fasilitas (facility location), tala letak fasilita (facility layout), perancangan proses

    (process design), penjadwalan (scheduling), perencanaan produksi (production planning),

  • 12

    keahlian dan kemampuan tenaga kerja (worker skills), pengawasan mutu (quality control),

    standar waktu (time standards), pembayaran kompensasi (wage payment) dan perencanaan

    kapasitas (capacity planning). Di dalam melakukan perencanaan organisasi jasa ada satu hal

    yang perlu diingat bahwa jasa tidak dapat disimpan Empat unsur yang harus diperhatikan dalam

    perancangan organisasi jasa yaitu identifikasi sasaran pelayanan atau target pasar , konsep

    pelayanan yang membedakan pelayanan dari yang diberikan oleh perusahaan lain. Strategi

    pelayanan yang merupakan sistem pemberian atau penyampaian pelayan.

  • 13

    BAB IV

    PERENCANAAN KAPASITAS

    Kapasitas (capacity) merupakan suatu terobosan atau sejumlah unit yang mana tempat

    fasilitas, dapat menyimpan, menerima, atau memproduksi dalam suatu periode waktu tertentu.

    Kapasitas terdiri dari kapasitas desain dan kapasitas efektif. Kapasitas desain (design capacity)

    merupakan output yang maksimum secara teori pada suatu sistem dalam suatu periode waktu

    tertentu berdasarkan pada kondisi idealnya. Kapasitas efektif (effective capacity) adalah

    kapasitas yang mana suatu perusahaan mengharapkan untuk mencapai hambatan operasional

    yang tersedia saat ini. Kapasitas yang efektif seringkali lebih rendah daripada desain kapasitas

    karena tempat fasilitas mungkin telah dirancang untuk versi produk yang terdahulu atau

    campuran produk yang berbeda daripada yang saat ini diproduksi. Sebagai contoh, Maura Bistro

    memiliki meja set dengan 2 atau 4 kursi bagi total 270 tamu. Akan tetapi, meja tersebut tidak

    pernah terisi hingga penuh. Beberapa meja hanya terisi 1 atau 3 tamu, meja dapat digabungkan

    bersama untuk pesta bagi 6 atau 8 tamu. Selalu terdapat kursi yang tidak digunakan. Kapasitas

    desain adalah 270, tetapi kapasitas yang efektif seringkali mendekati 220 atau sekitar 80 % dari

    desain kapasitas.

    Dua ukuran kinerja sistem khususnya berguna untuk pemanfaatan (utilization) dan

    efisiensi (efficiency). Utilisasi merupakan perbandingan antara output sebenarnya (actual output)

    terhadap rancangan kapasitas (design capacity). Efisiensi merupakan perbandingan antara output

    sebenarnya (actual output) terhadap kapasitas efektif (effective capacity). Desain kapasitas,

    pemanfaatan dan efisiensi seluruhnya merupakan pengukuran yang penting bagi manajer

    operasional. Akan tetapi, para manajer juga perlu mengetahui antisipasi produk (anticipated

    product) yang merupakan perkalian antara rancangan kapasitas, kapasitas efektif dan efisiensi.

    Sebagai contoh : suatu perusahaan pembuat roti memiliki fasilitas produksi dengan efisiensi 90

    persen dan kapasitas efektif 80 persen. Proses produksi tersebut menggunakan tiga lini (line)

    yang masing-masing beroperasi selama 8 jam per hari dan 5 hari per minggu. Masing-masing ini

    telah dirancang untuk memproduksi 120 buah roti selama satu jam. Maka antisipasi produksi dari

    perusahaan tersebut per minggunya sebesar 8 x 5 x 120 x 90 % x 80 % = 3.456 buah roti.

  • 14

    Menentukan kebutuhan kapasitas di masa depan merupakan suatu pekerjaan yang tidak

    mudah. Apabila permintaan di masa depan dapat diperkirakan dengan mudah, maka penentuan

    kapasitas juga akan mudah namun bila tidak bisa diperkirakan akan mengakibatkan sulitnya

    penentuan kebutuhan kapasitas. Meskipun dengan peramalan dan pembangunan fasilitas sesuai

    dengan peramalan yang baik, belum menjamin permintaan sebenarnya dengan kapasitas yang

    dirancang. Apabila hal tersebut terjadi bagaimana respon manajemen operasi terhadap hal

    tersebut manakala permintaan melebihi kapasitas atau kapasitas melebihi permintaan. Ketika

    permintaan melebihi kapasitas, perusahaan dapat membatasi permintaan dengan cara menaikkan

    harga, melakukan penjadwalan lead time yang lebih panjang dalam penambahan kapasitas,

    menghambat bisnis lain yang mempunyai keuntungan yang kecil agar perusahaan lain masuk ke

    dalam industri yang lebih menguntungkan. Ketika kapasitas melebihi permintaan, perusahaan

    akan merangsang permintaan melalui penurunan harga atau pemasaran secara agresif atau

    mengakomodasi pangsa pasar melalui perubahan produk Pola permintaan yang musiman atau

    siklus adalah tantangan kapasitas yang lainnya. Dalam kasus ini, manajemen dapat menemukan

    sesuatu yang bermanfaat untuk menawarkan produk dengan pola permintaan komplementer.

    Bermacam-macam taktik untuk menyesuaikan kapasitas dengan permintaan meliputi

    sebagai berikut :

    1. Membuat perubahan dalam susunan kepegawaian (meningkatkan atau menurunkan jumlah

    karyawan atau pergantian)

    2. Menyesuaikan perlengkapan (pembelian mesin tambahan atau menjual atau menyewakan

    perlengkapan yang dimiliki)

    3. Meningkatkan proses untuk meningkatkan terobosan (misalnya menurunkan waktu

    pemasangan pada M2 Global Technology dengan menambahkan setara dengan kapasitas 17

    pergantian).

    4. Merancang kembali untuk memfasilitasi lebih banyak terobosan.

    5. Menambah fleksibilitas proses untuk memenuhi perubahan pilihan produk dengan lebih

    baik.

    6. Menutup tempat fasilitas.

    Analisis titik pulang pokok atau titik impas (Break Even Analysis) merupakan suatu

    analisis standar yang dapat dipergunakan dalam memilih alternatif pemilihan proses produksi

    maupun peralatan yang akan dipergunakan dalam suatu proses produksi. Analisis titik impas

  • 15

    mensyaratkan estimasi atas biaya tetap, biaya variabel dan pendapatan. Pada kasus produk

    tunggal, titik impas terjadi ketika total pendapatan sama dengan total biaya. Pada kasus

    multiproduk, masing-masing penawaran memiliki harga jual dan biaya variabel yang berbeda-

    beda. Contoh kasus di bawah ini memperlihatkan bagaimana menentukan titik impas untuk kasus

    multiproduk pada Mauras Cafe.

    Mauras Cafe seperti kebanyakan kafe lainnya menghasilkan lebih dari satu produk

    dengan biaya tetap senilai $ 3.000 per bulan dan ingin mengetahui titik impasnya dalam dolar

    dengan rincian sebagai berikut :

    Barang Harga ($) Biaya ($) Perkiraan Penjualan Tahunan

    Roti Isi 5 3 9.000 Minuman 1,5 0,5 9.000

    Kentang Panggang 2 1 7.000

    Solusi : Titik Impas Multiproduk : Menentukan Kontribusi

    Harga Harga

    Jual (P) Biaya

    Var (V) (V/P) 1-(V/P)

    Perkiraan Penjualan Tahunan

    ($)

    % dari Penjualan

    Kontribusi Tertimbang

    (5) x (7)

    Roti Isi 5 3 0,60 0,40 45.000 0,621 0,248 Minuman 1,5 0,5 0,33 0,67 13.500 0,186 0,125

    Kentang Panggang

    2 1 0,50 0,50 14.000 0,193 0,097

    Total 72.500 1,000 0,470

    Pendapatan untuk roti isi adalah $ 45.000,- (=5x9.000), yang mana 62 % dari total pendapatan

    senilai $ 72.500,-. Oleh karena itu, kontribusi untuk roti isi yang tertimbang adalah 0,621 x 0,40

    = 0,248. Dalam hal ini, kontribusi relatifnya dicerminkan dengan tepat. Dengan menggunakan

    pendekatan ini untuk masing-masing produk, dapat dihitung total kontribusi tertimbang sebesar

    0,47 untuk masing-masing dolar penjualan dan titik impas dalam dolar adalah :

    596.76$47,0

    000.36$

    47,0

    12000.3$

    1

    $

    x

    xWP

    V

    FBEP

    i

    i

    i

  • 16

    Informasi yang diberikan dalam kasus ini mengimplikasikan total penjualan harian (52 minggu

    pada 6 hari masing-masing) adalah :

    Manajemen Mauras Cafe sekarang mengetahui bahwa dia harus menghasilkan rata-rata

    penjualan senilai $ 245,50 tiap hari untuk mencapai titik impas. Manajemen juga mengetahui

    bahwa jika perkiraan penjualan senilai $ 72.500,- benar, Maura akan kehilangan uang karena

    titik impasnya adalah $ 75.596,-

    50,245$hari 312

    596.76$

  • 17

    BAB V

    LOKASI FASILITAS

    Pemilihan lokasi fasilitas akan sangat tegantung dengan bisnis yang dijalankan oleh

    perusahaan. Perusahaan yang bergerak di bidang industri memilih strategi minimisasi biaya.

    Perusahaan yang bergerak di bidang retail atau organisasi di bidang jasa profesional memilih

    strategi maksimal pendapatan. Perusahaan yang bergerak dalam bidang pergudangan memilih

    kombinasi strategi meminimumkan biaya dan kecepatan dalam pengiriman.

    Memilih lokasi tempat fasilitas menjadi jauh lebih rumit dengan adanya globalisasi.

    Banyak perusahaan sekarang yang mempertimbangkan membuka kantor, pabrik, gerai ritel, atau

    bank yang baru di luar negara mereka. Disamping globalisasi, sejumlah faktor lainnya turut

    mempengaruhi keputusan lokasi, diantaranya adalah : produktivitas tenaga kerja (labor

    productivity), nilai tukar mata uang (exchange rate), biaya (cost), perilaku dan sikap suatu negara

    (attitudes), kedekatan dengan pasar (proximity to market), kedekatan dengan pemasok (proximity

    to supplier), kedekatan dengan para pesaing (cluster), dukungan infrastruktur (infrastructure),

    kebijakan pemerintah fiskal dan moneter. Beberapa metode yang dapat dipergunakan untuk

    mengevaluasi keputusan pemilihan lokasi fasilitas antara lain : the factor rating method,

    locational break even analysis, center of gravity method and Transportation model.

    1. The Factor Rating Method

    Metode ini merupakan suatu metode pemilihan lokasi yang masih cukup objektif dalam

    melakukan identifikasi pemilihan lokasi, mengingat penentuan secara ekonomis sangat sukar

    dilakukan. Langkah-langkah yang perlu dilakukan antara lain : mengidentifikasi faktor-

    faktor yang relevan, memberikan bobot terhadap masing-masing faktor, mengembangkan

    skala penilaian untuk masing-masing faktor, melakukan penilaian terhadap masing-masing

    faktor tersebut, mengalikan nilai yang diberikan (score) dengan bobot untuk masing-masing

    faktor, dan membuat rekomendasi pemilihan lokasi yang paling tepat (optimum)

    2. Locational Break Even Analysis

    Merupakan suatu analisis pemilihan lokasi fasilitas berdasarkan biaya yang paling

    ekonomis. Langkah-langkah yang perlu dilakukan antara lain : menentukan biaya tetap dan

  • 18

    10.000

    30.000

    50.000

    70.000

    90.000

    110.000

    130.000

    150.000

    170.000

    190.000

    210.000

    230.000

    250.000

    270.000

    0 500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000

    Bia

    ya T

    ahu

    na

    n

    Volume

    variabel untuk masing-masing pilihan lokasi, menggambarkan struktur biaya untuk masing-

    masing pilihan lokasi dengan komponen biaya di sumbu ordinat dan volume di sumbu absis

    dan memilih pilihan lokasi fasilitas yang menghasilkan biaya total yang paling minimum.

    Contoh Kasus :

    Suatu perusahaan pembuat karburator kendaraan bermotor mempertimbangkan pemilihan

    tiga lokasi untuk pabrik barunya : Akron, Bowling Green dan Chicago. Studi mengenai

    biaya tetap per tahun di Akron, Bowling Green dan Chicago masing-masing US $30.000,

    US $60.000 dan US $110.000, dan biaya variabel masing-masing US $75, US $45 dan US

    $25 per unit. Sementara itu produk karburator tersebut diharapkan dapat dijual seharga US

    $120 per unit. Perusahaan tersebut menginginkan pilihan lokasi yang paling murah dengan

    perkiraan volume penjualan sekitar 2.000 unit per tahun. Dimana lokasi yang terbaik ?

    Solusi : Untuk tiap-tiap 3 lokasi, perusahaan tersebut dapat dapat memplot biaya tetap (yang

    berada pada volume 0 unit, dan total biaya (biaya tetap + biaya variabel) pada volume output

    yang diharapkan. Tiga garis telah diplot pada Gambar 5.

    Untuk Akron, Total Biaya : $30.000 + $75(2.000) = $180.000

    Untuk Bowling Green, Total Biaya : $60.000 + $45(2.000) = $150.000

    Untuk Chicago, Total Biaya : $110.000 + $25(2.000) = $160.000

    Kurva Biaya Akron

    Kurva Biaya Bowling Green

    Kurva Biaya Chicago

    Biaya Terendah Akron

    Biaya Terendah Bowling Green

    Biaya Terendah Chicago

    Gambar 5.

  • 19

    Dengan volume yang diharapkan sebanyak 2.000 unit per tahun, Bowling Green

    memberikan biaya lokasi yang terendah dengan laba yang diharapkan :

    Total Pendapatan Total Biaya = $120(2.000) - $150.000 = $90.000 per tahun.

    Poin silang untuk Akron dan Bowling Green adalah :

    $30.000 + $75(x) = $60.000 + $45(x)

    30 x = $30.000

    x = $1.000

    dan poin silang untuk Bowling Green dan Chicago adalah :

    $60.000 + $45(x) = $110.000 + $25(x)

    20 x = $50.000

    x = $2.500

    Sebagaimana dengan setiap model Manajemen Operasi lainnya, biaya volume lokasi dapat

    menjadi sensitif bagi data yang akan diinput. Misalnya, untuk volume yang kurang dari

    1.000, Akron menjadi lebih disukai. Untuk volume yang lebih besar dari 2.500, maka

    Chicago akan menghasilkan laba terbesar.

    3. Center of Gravity Method

    Merupakan suatu teknik matematis yang dipergunakan untuk menentukan lokasi suatu pusat

    distribusi yang melayani beberapa lokasi dengan biaya yang paling minimum.

    4. Transportation Model

    Tujuan penggunaan model transportasi adalah menentukan pendistribusian barang dari

    beberapa lokasi produksi ke lokasi-lokasi lainnya yang membutuhkan barang tersebut

    dengan maksud untuk meminimalkan biaya produksi dan transportasi. Model transportasi

    yang biasa dipergunakan dalam menentukan solusi awal adalah Northwest Corner Rule,

    Least Cost Method, Vogel Approximation Method (VAM). Setelah solusi awal tersebut

    berhasil ditentukan, maka untuk mencari solusi optimum dapat dilanjutkan dengan

    mempergunakan Stepping Stone Method dan Modified Distribution Method (MODI).

  • 20

    a. Northwest Corner Rule

    Merupakan suatu prosedur dalam mencari solusi awal permasalahan transportasi yang

    dimulai dari sel di paling kiri-atas dilanjutkan ke kolom berikutnya lalu ke baris

    berikutnya dan secara sistematis mengalokasikan unit unit-unit pada jalur pengiriman.

    b. Least Cost Method

    Merupakan suatu prosedur dalam mencari solusi awal permasalahan transportasi yang

    dimulai dari sel dengan biaya kirim paling murah dilanjutkan ke biaya paling murah

    selanjutnya dan seterusnya dan secara sistematis mengalokasikan unit-unit pada jalur

    pengiriman

    c. Vogel Approximation Method (VAM)

    Merupakan suatu prosedur dalam mencari solusi awal pemasalahan transportasi yang

    dimulai dari baris atau kolom yang memiliki perbedaan biaya kirim paling rendah

    pertama dan kedua paling besar kemudian mengalokasikan ke sel pada baris atau kolom

    tersebut yang memiliki biaya terkecil sehingga alokasi penawaran habis kemudian

    secara sistematis pengalokasian dilanjutkan kembali dengan mencari baris atau kolom

    yang memiliki perbedaan biaya kirim pertama dan kedua paling besar dan seterusnya

    sampai semua permintaannya dapat dipenuhi atau penawarannya habis.

  • 21

    DAFTAR PUSTAKA

    Adam Everette E. Jr and Ronald J. Ebert. 2005. Productions and Operations Management, 5th Edition. New Delhi : Prentice-Hall

    Chase, Richard B., F. Robert Jacobs and Aquilano Nicholas J. 2006. Operation Management for

    Competitive Advantages, 11th Edition. San Fransisco : McGraw-Hill Herjanto, Eddy. 2008. Manajemen Operasi Edisi Ketiga. Jakarta : Grasindo. Maarif, M. Syamsul. Hendri Tanjung. 2003. Manajemen Operasi. Jakarta : Grasindo Prasetya, Hery dan Fitri Lukiastuti. 2009. Manajemen Operasi. Yogyakarta : MedPress. Rangkuti, Freddy. 2005. Great Sales Forecast for Marketing. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka

    Utama. Render Barry, Jay Heizer. 2015. Manajemen Operasi, Manajemen Keberlangsungan dan Rantai

    Pasokan Edisi 11. Jakarta : Salemba Empat.