uji antiproliferasi partisi etil asetat daun asoka (ixora
TRANSCRIPT
UJI ANTIPROLIFERASI PARTISI ETIL ASETAT DAUN ASOKA (Ixora
coccinea L.) TERHADAP SEL 4T1 MELALUI PENGHAMBATAN MMP-9
IN VITRO
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Diajukan oleh :
Thomas David Gonzaga
NIM : 178114060
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2021
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
UJI ANTIPROLIFERASI PARTISI ETIL ASETAT DAUN ASOKA (Ixora
coccinea L.) TERHADAP SEL 4T1 MELALUI PENGHAMBATAN MMP-9
IN VITRO
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Diajukan oleh :
Thomas David Gonzaga
NIM : 178114060
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2021
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
Persetujuan Pembimbing
UJI ANTIPROLIFERASI PARTISI ETIL ASETAT DAUN ASOKA (Ixora
coccinea L.) TERHADAP SEL 4T1 MELALUI PENGHAMBATAN MMP-9
IN VITRO
Skripsi yang telah diajukan oleh :
Thomas David Gonzaga
NIM : 178114060
telah disetujui oleh :
Pembimbing Utama
(apt. Maywan Hariono, Ph.D.) (12 Januari 2021)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pengesahan Skripsi Berjudul
UJI ANTIPROLIFERASI PARTISI ETIL ASETAT DAUN ASOKA (Ixora
coccinea L.) TERHADAP SEL 4T1 MELALUI PENGHAMBATAN MMP-9
IN VITRO
Oleh :
Thomas David Gonzaga
NIM : 178114060
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
Pada tanggal : 17 Februari 2021
Mengetahui
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
Dekan,
Dr. apt. Yustina Sri Hartini
Panitia Penguji Tanda tangan
1. apt. Maywan Hariono, Ph.D. ……………
2. Dr. apt. Erna Tri Wulandari ……………
3. Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc. ……………
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, dengan mengikuti ketentuan sebagaimana layaknya
karya ilmiah. Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam
naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan
perundang-undangan
yang berlaku.
Yogyakarta, 10 Januari 2021
Penulis,
Thomas David Gonzaga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama : Thomas David Gonzaga
Nomor Mahasiswa : 178114060
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
UJI ANTIPROLIFERASI PARTISI ETIL ASETAT DAUN ASOKA (Ixora
coccinea L.) TERHADAP SEL 4T1 MELALUI PENGHAMBATAN MMP-9
IN VITRO
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Demikian juga saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pengolahan data,
mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya
maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Atas kemajuan teknologi informasi, saya tidak berkeberatan jika nama, tanda
tangan, gambar atau image yang ada di dalam karya ilmiah saya terindeks oleh
mesin pencari (search engine), misalnya google.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya,
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 19 Februari 2021
Yang menyatakan,
(Thomas David Gonzaga)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
ABSTRAK
Kanker diperkirakan telah mengakibatkan 9,6 juta orang meninggal dunia
dan merupakan penyebab kematian kedua terbesar setelah penyakit
kardiovaskular. Pada sel kanker, aktivitas Matrix Metalloproteinase-9 (MMP-9)
berperan penting dalam proses perkembangan, invasi, dan metastasis sel, melalui
degradasi Extracelullar Matrix (ECM). Masalah paling utama pada pengembangan
agen antikanker payudara adalah ketidakselektivannya terhadap target, yang dapat
menimbulkan beberapa efek samping yang merugikan. Oleh karena itu, penemuan
kandidat obat anti kanker baru berbasis alam sangat diperlukan, dengan harapan
dapat memberikan efek terapi yang lebih efektif dan selektif terhadap target. Pada
penelitian ini partisi etil asetat ekstrak metanol daun asoka (Ixora Coccinea L.)
diuji aktivitas penghambatannya dengan menggunakan metode FRET-based
terhadap enzim MMP-9, menunjukan persen penghambatan sebesar 94%.
Pengujian sampel kemudian dilanjutkan ke tingkat seluler, yaitu diuji aktivitas
antiproliferasinya dengan menggunakan metode MTT secara in vitro terhadap sel
4T1 dan sel Vero, diperoleh nilai EC50 57,5 µg/mL dan CC50 429,5 µg/mL,
dengan Indeks keamanan sebesar 7,47. Hasil KG-SM menunjukan adanya 10
puncak yang terkandung dalam sampel, tiga komponen dengan persen area
terbesar, yaitu 75,91; 12,91; dan 7,06 % diprediksi sebagai 1,2-
benzendicarboxylic acid, dan squalene.
Kata kunci : Kanker payudara, MMP-9, Ixora Coccinea L., In vitro
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRACT
Cancer is estimated to kill 9.6 million people and becoming the leading
cause of death after cardiovascular disease. In cancer cells, the activity of Matrix
Metalloproteinase-9 (MMP-9) plays an important role in the process of cell
development, invasion, and metastatic, through degradation of the Extracellular
Matrix (ECM). The most problem in the development of anti-breast cancer agents
is the non-selectivity to the target, which results in several adverse effects.
Therefore, the discovery of a natural-based anticancer drug is urgently needed, in
hopes of providing a more effective and selective drug. In this study, the ethyl
acetate partition of methanolic extract of asoka (Ixora Coccinea L.) leaves was
tested using FRET-based method against the MMP-9 enzyme, showing a
percentage of inhibition by 94%. Then the testing was continued at the cellular
level through the antiproliferation assay using MTT method against 4T1 and Vero
cell, obtaining EC50 values being 57,5 µg/mL, and CC50 429,5 µg/mL, with safety
index 7,47. The partition showed ten compounds based on the result of GC-MS,
and there are three compounds that possessed the largest percentage area which
are 75,91 %, 12,91 % and, 7,06 % predicted as 1,2-benzendicarboxylic acid and
squalene.
Keyword : Breast cancer, MMP-9, Ixora Coccinea L., In vitro
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................ v
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
ABSTRACT ....................................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
METODE PENELITIAN ................................................................................ 3
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 10
KESIMPULAN ................................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 27
LAMPIRAN ..................................................................................................... 32
BIOGRAFI PENULIS ..................................................................................... 51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
DAFTAR TABEL
Tabel I. Desain well-plate untuk uji aktivitas in vitro MMP-9 ........................ 6
Tabel II. Desain well-plate untuk uji MTT ...................................................... 8
Tabel III. Hasil fluoresensi terhadap aktivitas enzim MMP-9 ......................... 12
Tabel IV. Hasil fluoresensi kontrol positif terhadap aktivitas enzim MMP-9 . 13
Tabel V. Hasil pembacaan absorbansi dan viabilitas sel 4T1 pada perlakuan
sampel partisi etil asetat ................................................................. 18
Tabel VI. Hasil pembacaan absorbansi dan viabilitas sel Vero pada perlakuan
sampel partisi etil asetat ................................................................... 19
Tabel VII. Hasil pembacaan absorbansi dan viabilitas sel 4T1 pada perlakuan
kontrol positif .................................................................................. 20
Tabel VIII. Hasil pembacaan absorbansi dan viabilitas sel Vero pada perlakuan
kontrol positif .................................................................................. 21
Tabel IX. Hasil EC50, CC50, dan IK dari sampel dan kontrol positif ............... 22
Tabel X. Prediksi senyawa yang terkandung dalam partisi etil asetat daun ....
asoka pada puncak 4, 5, dan 6 ......................................................... 25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Mekanisme pemotongan substrat oleh enzim MMP-9 ................... 11
Gambar 2. Visualisasi sel a) 4T1 dan b) Vero dalam keadaan konfluen 80%
sebelum diberi perlakuan ............................................................. 15
Gambar 3. Visualisasi sel 4T1 hidup ditandai dengan tanda lingkaran,
sedangkan sel yang mati ditandai dengan tanda persegi .............. 15
Gambar 4. Visualisasi sel a) 4T1 tanpa perlakuan, b) 4T1 dengan perlakuan
sampel 1000 µg/mL, c) Vero tanpa perlakuan, dan d) Vero
dengan perlakuan sampel 1000 µg/mL ......................................... 17
Gambar 5. Perbandingan kristal formazan yang terbentuk dari sel 4T1 a)
tanpa perlakuan dan b) perlakuan sampel 1000 µg/mL ................ 18
Gambar 6. Grafik persentase viabilitas sel 4T1 vs a) log kosentrasi sampel
dan b) log kosentrasi doxorubicin dengan persamaan regresi
non-linear ...................................................................................... 19
Gambar 7. Grafik persentase viabilitas sel Vero vs a) log konsentrasi sampel
dan b) log konsentrasi doxorubicin dengan persamaan regresi
non-linear .................................................................................... 20
Gambar 8. Kromatogram hasil KG partisi etil asetat daun asoka .................... 23
Gambar 9. Spektrum MS senyawa pada puncak 4 ........................................... 23
Gambar 10. Spektrum MS senyawa pada puncak 5 ......................................... 24
Gambar 11. Spektrum MS senyawa pada puncak 6 ......................................... 24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat keterangan determinasi tanaman asoka .............................. 32
Lampiran 2. Perhitungan sel 4T1 ..................................................................... 33
Lampiran 3. Perhitungan sel Vero ................................................................... 34
Lampiran 4. Morfologi sel 4T1 di bawah pengamatan mikroskop inverted .... 35
Lampiran 5. Morfologi sel Vero di bawah pengamatan mikroskop inverted .. 37
Lampiran 6. Hasil Uji-T antara kontrol positif dan perlakuan sampel
terhadap sel Vero ........................................................................ 39
Lampiran 7. Hasil Uji-T antara kontrol positif dan perlakuan sampel
terhadap sel 4T1 .......................................................................... 40
Lampiran 8. Homologi protein MMP-9 pada Balb/c (Mus musculus) dengan
manusia (Homo sapiens) menggunakan fitur BLAST pada
NCBI ......................................................................................... 41
Lampiran 9. Hasil homologi protein MMP-9 pada monyet hijau afrika
(Chlorocebus sabaeus) dengan manusia (Homo sapiens)
menggunakan fitur BLAST pada NCBI ................................. 42
Lampiran 10. Skema proses pembuatan partisi etil asetat daun asoka ............ 43
Lampiran 11. Spektrum MS partisi etil asetat daun asoka .............................. 44
Lampiran 12. Daftar singkatan ......................................................................... 50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
PENDAHULUAN
Kanker merupakan sekumpulan penyakit yang dicirikan dengan sel-sel
yang tumbuh secara cepat dan tidak terkendali sehingga membentuk tumor yang
dapat menyerang ke jaringan di sekitarnya dan organ lain melalui darah atau
sistem limfa yang disebut metastasis (American Cancer Society, 2020). Menurut
WHO (2017), kanker diperkirakan telah mengakibatkan 9,6 juta orang meninggal
dunia dan merupakan penyebab kematian kedua terbesar setelah penyakit
kardiovaskular. Pada tahun 2021, diperhitungkan 1.898.160 kasus baru dan
608.570 kematian akibat kanker telah terjadi di Amerika Serikat yang setara
dengan hampir 1.600 kematian per hari. Jumlah kematian terbesar berasal dari
kanker paru-paru, prostat, dan kolorektum pada pria, sedangkan pada wanita
meliputi kanker paru-paru, payudara, dan kolorektum (Siegel et al. 2021). Di
Indonesia, angka kejadian kanker payudara yang menyerang perempuan, yaitu
sebesar 42,1 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 17 per 100.000
(Kemenkes RI, 2019). Kanker payudara merupakan tipe sel kanker yang
pertumbuhan selnya dimulai dari payudara dan merupakan penyebab kematian
kedua akibat kanker pada wanita (American Cancer Society, 2017). Pertumbuhan
pada sel kanker payudara dimediasi oleh beberapa hormon dan reseptor
pertumbuhan seperti esterogen receptor (ER), progesterone receptor (PR), dan
human epidermal growth factor receptor 2 (HER2) (Dai et al. 2016).
Hariono et al. (2020) telah melakukan penelitian mengenai MMP
inhibitor secara in vitro, menunjukan persen penghambatan yang bervariasi dari 0-
92% dengan konsentrasi 1 mg/mL pada sepuluh ekstrak tanaman lokal. Salah satu
tanaman yang diekstraksi dengan pelarut metanol dan menunjukkan aktivitas
penghambatan yang tinggi adalah daun asoka (Ixora coccinea L.) dengan
hambatan sebesar 86% dan IC50 81,56 μg/mL. Penelitian kemudian dilanjutkan
dengan melakukan uji sitotoksik ekstrak metanol daun asoka terhadap sel kanker
payudara 4T1 dan sel Vero, diperoleh nilai EC50 sebesar 270 g/mL, nilai CC50
sebesar 653 g/mL, dan nilai indeks keamanan sebesar 2,42. Djohan (2020) telah
melakukan pengujian fraksi etil asetat daun asoka terhadap penghambatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
aktivitas enzim MMP-9, menunjukkan persen penghambatan oleh fraksi 1 n-
heksana-etil asetat daun asoka dengan IC50 sebesar 116 μg/mL sehingga fraksi
tersebut memiliki potensi sebagai kandidat obat kanker payudara subtipe triple
negative. Senyawa yang terkandung dalam fraksi 1 berdasarkan analisis spektra
KG-SM diprediksi sebagai ixorapeptida dengan variasi residu asam amino.
Tanaman asoka digolongkan sebagai tanaman hias dan secara tradisional
dipercaya dapat digunakan untuk berbagai pengobatan seperti nyeri, peradangan,
ketombe, radang kulit, pertumbuhan rambut dan kudis (Vutukuri, 2015). Okhale
et al. (2018) menyatakan bahwa tanaman asoka memiliki sifat antioksidan,
aktivitas antelmintik, hepatoprotektif, penyembuhan luka, sitotoksik dan
antitumor, kardioprotektif, dan pelindung saraf. Uji sitotoksik ekstrak kloroform
asoka telah dilakukan oleh Vutukuri (2015) terhadap sel kanker payudara MCF-7
menunjukan EC50 sebesar 429.9 ± 27.7 μg/mL.
Matrix metalloproteinase 9 (MMP-9) merupakan enzim yang berperan
penting dalam perkembangan sel kanker karena dapat mendegradasi extracellular
matrix (ECM) (Hariono et al. 2018) sehingga sel kanker dapat berkembang,
menginvasi, dan bermigrasi ke organ lain (Yousef et al. 2014). Berdasarkan
subtipe molekulnya, kanker payudara dikategorikan menjadi beberapa jenis yaitu
luminal tipe A, luminal tipe B, HER2, dan triple-negative (Ebili et al. 2014). Kim
et al. (2018) telah meneliti senyawa ipatasertib yang dikombinasi dengan
paclitaxel sebagai terapi lini pertama untuk kanker payudara triple-negative
metastatik pada fase klinik dua menunjukan hasil peningkatan kelangsungan
hidup pasien. MMP-9 diidentifikasi paling banyak diekspresikan pada subtipe
triple-negative, yang erat kaitannya dengan proses metastasis sel (Mehner et al.
2014).
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan Djohan (2020), dilakukan
pengujian fraksi n-heksana etil asetat daun asoka terhadap aktivitas penghambatan
MMP-9. Hingga saat ini, uji antiproliferasi partisi etil asetat daun asoka terhadap
sel kanker payudara metastatik 4T1 belum dilakukan. Sehingga pada penelitian ini
akan dilakukan uji antiproliferasi partisi etil asetat ekstrak metanol daun asoka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
terhadap sel kanker payudara metastatik 4T1 yang diawali dengan uji
penghambatan MMP-9 secara in vitro. Penelitian ini diharapkan dapat
menghasilkan kandidat produk herbal yang secara selektif dapat menghambat
enzim MMP-9 sehingga tidak menimbulkan efek toksik bagi sel yang normal.
Selektitivitas partisi etil asetat ekstrak metanol daun asoka pada sel kanker
payudara metastatik 4T1 akan dibuktikan dengan membandingkan efek sitotoksik
pada sel kanker dengan sel Vero menggunakan metode MTT assay, melalui
parameter nilai IK (indeks keamanan). Senyawa yang terkandung di dalam partisi
tersebut akan diidentifikasi menggunakan kromatografi gas-spektrometri massa
(KG-SM).
METODE PENELITIAN
Bahan Penelitian
Partisi etil asetat ekstrak metanol daun asoka diperoleh dari penelitian
Djohan (2020) yang dilakukan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Kit
MMP-9 dibeli dari Biovision terdiri atas enzim MMP-9, substrat FRET-based
peptide, buffer, N-isobutil-N-(4-metoksifenilsulfonil) glisil hidroksamat (NNGH),
gliserol, dan dimetilsulfoksida (DMSO), Media kultur DMEM, Medium 199
(M199), fetal bovine serum (FBS), fungizone, streptomycin dan penicillin, tripsin-
EDTA, Trypan blue solution, phosphate buffer saline (PBS), sodium dodecyl
sulphate (SDS), reagen MTT diperoleh dari Laboratorium Kultur Sel, Fakultas
Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Alat Penelitian
BSC kelas II (Esco), autoklaf (Hirayama), kulkas freezer, vortex, tanki
nitrogen, timbangan analitik (Ohaus), inkubator, alat dan gelas pada umumnya,
tips pipet, vortex, dan Synergy™ HTX multi-mode microplate reader (BioTek),
magnetic stirrer, pH meter, filter 0,2 mikron, botol duran 1000 mL, micropipette
(Socorex), 96-well plate (Iwaki), cryotube, conical tube, culture dish,
sentrifugator, mikroskop inverted (Magnus), hemasitometer counter, inkubator
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
CO2 (Thermo Science), dan Kromatografi Gas-Spektrometri Massa (KG-SM
QP2010S SHIMADZU).
Tata Cara Penelitian
Pembuatan partisi etil asetat daun asoka
Partisi etil asetat daun asoka diperoleh dari penelitian Djohan (2020)
yang dilakukan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Determinasi
tanaman dilakukan di Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada, dengan tujuan
memastikan spesimen yang dimaksud merupakan tanaman asoka (Ixora coccinea
L.). Daun asoka varietas bunga kuning diperoleh dari daerah Paingan,
Yogyakarta. Daun asoka yang dipilih merupakan daun dengan permukaan halus,
berwarna hijau, tidak layu, tidak berlubang, tidak kotor dan berukuran sedang
sampai besar. Daun asoka terpilih kemudian di pisahkan dari bahan pengganggu
dan dicuci dengan air mengalir. Setelah itu daun asoka dipotong membujur
dengan ukuran sedang hingga besar dan dikeringkan dengan dijemur diatas
nampan yang tertutup dengan kain hitam. Daun asoka yang telah kering
dipisahkan dari bahan-bahan pengganggu yang tersisa, kemudian dibuat serbuk
dengan menggunakan grinder dan disimpan. Simplisia daun asoka yang telah
dibuat ditetapkan kadar airnya dengan menggunakan metode destilasi toluena,
dengan tujuan untuk meminimalisir bertumbuhnya mikroba, jamur, dan
mikroorganisme lainnya dalam serbuk simplisia.
Pembuatan ekstrak metanol dilakukan dengan maserasi. Sebanyak 180
gram serbuk simplisia ditimbang dan dilarutkan kedalam 540 mL metanol (1:3),
ditutup, dan dibiarkan selama 24 jam dengan kondisi terlindung dari cahaya dan
diaduk dengan shaker. Hasil maserat disaring dengan corong butchner yang
dilapisi kertas saring Whatman No.1 sambil di vakum. Serbuk hasil penyarian
dimaserasi kembali dengan pelarut, jumlah volume, dan waktu yang sama
sebanyak 3 kali. Hasil maserat pertama, kedua, dan ketiga kemudian diuapkan
dengan menggunakan rotary evaporator pada suhu 40 °C dan diuapkan kembali
dengan waterbath pada suhu yang sama untuk menghilangkan pelarut metanol
yang masih terdapat dalam ekstrak. Ekstrak yang diperoleh kemudian ditimbang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
sebanyak 40 gram dan dipartisi dengan 800 mL pelarut mulai dari n-heksana, etil
asetat, butanol, dan akuades menggunakan corong pisah. Ekstrak terlebih dahulu
dilarutkan dalam akuades dan dimasukan ke dalam corong pisah, kemudian
ditambahkan juga n-heksana dengan volume yang sama dengan akuades. Partisi
dilakukan sebanyak 3 kali hingga diperoleh fase air dan n-heksana. Fase air yang
diperoleh disiapkan untuk partisi selanjutnya dengan menggunakan etil asetat dan
n-butanol. Empat fase yang diperoleh yaitu : fase n-heksana, etil asetat, n-butanol,
dan air, kemudian dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator dengan
suhu 40°C. Partisi etil asetat daun asoka yang diperoleh kemudian akan di uji
aktivitas penghambatannya terhadap enzim MMP-9.
Uji aktivitas penghambatan enzim MMP-9
Blanko kontrol (100 µL buffer uji MMP-9) dipipetkan ke dalam well-
plate pada baris A 1-3. Kontrol negatif disiapkan dengan memipet 45 µL buffer
uji MMP-9 dan 5 µL enzim MMP-9 pada baris A 4-6. Sampel partisi asoka etil
asetat dipipet sebanyak 1 µL kemudian ditambah 44 µL buffer uji MMP-9 dan 5
µL enzim MMP-9 tiap well pada baris B 4-6. Kontrol pelarut disiapkan dengan
memipet 44 µL buffer uji MMP-9, 1 µL pelarut yang digunakan (DMSO) dan 5
µL enzim MMP-9 tiap well pada baris A 10-12. Kontrol positif disiapkan dengan
memipet 43 µL buffer uji MMP-9, 2 µL NNGH, dan 5 µL enzim MMP-9 pada
baris A 7-9.
Setelah semua perlakuan selesai, well- plate diinkubasi pada suhu 37°C
selama 30 menit. Setelah itu, 1 µL substrat FRET-based MMP-9 dan 49 µL buffer
ditambahkan pada sampel, kontrol pelarut, kontrol positif, dan kontrol negatif,
kemudian diinkubasi pada suhu 37°C selama 30 menit. Setelah inkubasi selesai,
fluorosensi dari masing-masing well dibaca menggunakan multimode microplate
reader (Synergy HTX-3) pada panjang gelombang eksitasi 325 nm dan panjang
gelombang emisi 393 nm. Desain well-plate untuk uji aktivitas in vitro MMP-9
disajikan pada Tabel I.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Tabel I. Desain well-plate untuk uji aktivitas in vitro MMP-9
Keterangan :
B : Blangko (larutan buffer 100 µl)
KP : Kontrol positif (larutan buffer 45 µl + enzim 5 µl + substrat 50 µl)
KN : Kontrol negatif (larutan buffer 43 µl + NNGH 2 µl + enzim 5 µl + substrat 50 µl)
P : Kontrol pelarut (larutan buffer 40 µl + DMSO 5 µl + enzim 5 µl + substrat 50 µl)
S : Sampel (larutan buffer 44 µl + sampel partisi etil asetat daun asoka 1 µl + enzim 5 µl +
substrat 50 µl)
Uji proliferasi sel 4T1 dan sel Vero
a. Sterilisasi alat dan bahan. Alat – alat yang akan digunakan terlebih
dahulu dicuci dengan deterjen dan dikeringkan. Setelah kering, alat disterilkan
dengan autoklaf pada tekanan 2 atm dan suhu 121oC selama kurang lebih 20
menit. Sterilisasi BSC dilakukan terlebih dahulu, dengan cara menyalakan UV
selama 30 menit. Kemudian lampu UV dimatikan, dan ditunggu 3 menit. Penutup
BSC dibuka dan dinyalakan lampu biasa, permukaan meja disemprot dengan
alkohol 70% dan dikeringkan dengan tisu. Alat dan bahan yang akan digunakan,
dimasukkan ke dalam BSC.
b. Pembuatan media. Di dalam BSC, media padat DMEM untuk sel
4T1 dan M199 untuk sel Vero dilarutkan dengan 950 mL akuabides steril dalam
gelas beker 1000 mL. Kemudian, ditambahkan 2,2 g NaHCO3 dan akuabides steril
hingga volume 1000 mL. Campuran diaduk dengan magnetic stirrer hingga
larutan homogen. pH disesuaikan 0,2-0,3 di bawah pH yang diinginkan dengan
penambahan NaOH 1 N atau HCl 1 N. Filtrasi media dilakukan dengan filter 0,2
mikron, ditampung dalam duran 1000 mL dan disimpan pada suhu 4°C.
c. Pembuatan media kultur lengkap. Botol duran volume 100 mL
disiapkan, kemudian ditambahkan 10 mL FBS dan 1,5 mL penisilin-streptomisin
ke dalam botol duran, dan ditambah media cair hingga 100 mL.
d. Thawing sel. Media kultur yang sesuai untuk sel disiapkan
sebanyak 3 mL dalam conical tube. Cyro tube yang berisi sel diambil dari tangki
nitrogen dan dicairkan pada suhu ruang. Suspensi sel diambil dengan mikropipet
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
1000 µL kemudian dimasukan tetes demi tetes ke dalam conical tube yang berisi
MK. Conical tube kemudian disentrifugasi dengan sentrifus pada 1000 rpm
selama 1-3 menit. Supernatan dibuang ke limbah pembuangan, sementara media
baru sebanyak 4 mL ditambahkan, dan diresuspensi kembali hingga homogen.
Jumlah sel dalam larutan yang hidup dihitung menggunakan hemositometer dan
trypan blue. Sejumlah sel dimasukan dalam TCD 10 cm dan ditambahkan media
kultur hingga total media 7 mL. Kondisi sel diamati dengan mikroskop kemudian
disimpan ke dalam inkubator CO2 dengan konsentrasi 5 %.
e. Panen sel. Sel diambil dari inkubator CO2 dan diamati kondisinya
dengan mikroskop inverted. Panen sel dilakukan setelah sel 80% konfluen. Media
tumbuh sel dibuang dengan menggunakan mikropipet, sel kemudian dicuci
menggunakan PBS sebanyak 1-2 kali dengan volume 3 mL. Tripsin-EDTA
(tripsin 0,25%) ditambahkan ke semua bagian sel, kemudian tripsin-EDTA
dibuang untuk menghindari kerusakan pada kultur sel dengan menggunakan
mikropipet. Sel diinkubasi selama 2 menit pada inkubator sambil diketuk bagian
bawah dish-nya untuk membantu melepas sel kemudian ditambahkan media 3 mL
ke dalam dish untuk menonaktifkan tripsin. Media dan sel dipindahkan ke dalam
conical tube untuk disentrifugasi dengan kecepatan 3500 rpm selama empat
menit. Media yang berada di bagian atas dibuang tanpa mengganggu pellet sel
yang telah terbentuk. Resuspensi dilakukan pada media tumbuh yang baru (2 mL).
f. Perhitungan sel dengan hemositometer. Stok dari hasil panen sel
diambil dari dalam conical tube kemudian dipastikan telah tersuspensi dengan
baik. Dari sel tersebut diambil 10 µL sebanyak dua kali dan masing - masing
ditambahkan trypan blue 10 µL, dihomogenkan dan dipipetkan ke hemasitometer.
Sel yang hidup diindikasikan dengan warna terang kemudian dihitung di bawah
mikroskop dengan bantuan hand counter. Perhitungan sel dilakukan pada empat
kamar hitung. Sel yang berwarna gelap dan berada di batas luar atas dan kanan
tidak dihitung, sedangkan yang berada pada batas kiri dan bawah dihitung. Jumlah
sel dan volume pemanenan dihitung, kemudan diambil sejumlah sel yang
dibutuhkan untuk ditambahkan dengan media.
g. Uji proliferasi terhadap sel kanker payudara 4T1. Sel 4T1 yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
telah dikultur diisikan kedalam 96 well-plate sebanyak 100 µL ke dalam setiap
well, kemudian diinkubasi selama 12-24 jam. Sampel dipreparasi dengan cara
ditimbang masing - masing partisi sebanyak 10 mg dengan seksama dalam
mikrotube sampel kemudian dilarutkan dengan 100 µL DMSO sehingga
didapatkan larutan stok sampel dengan konsentrasi 10 mg/mL. Satu seri
konsentrasi (dibuat sebagai berikut :1000 ; 500 ; 250 ; 125 ; 62,5 ; 31.25
µg/mL). Sel yang telah diinkubasi kemudian diamati kondisinya dengan
menggunakan mikroskop inverted. Media lama kemudian dibuang dan sel dicuci
dengan menggunakan PBS secukupnya. PBS dibuang, kemudian dimasukan seri
konsentrasi tiap sampel dan diinkubasi selama 24 jam. Reagen MTT sebanyak 0,5
mg/mL disiapkan dengan cara mengambil 0,8 mL stok MTT dalam PBS (5
mg/mL) lalu ditambahkan dengan MK hingga 8 mL (1:9). Kultur sel kemudian
dicuci dengan PBS sebanyak 1-2 kali. Setiap well kemudian ditambahkan dengan
100 µL MTT dan diinkubasi selama 4 jam. Kultur sel diperiksa kondisinya
menggunakan mikroskop inverted, jika sudah terbentuk kristal formazan dengan
jelas maka dapat ditambahkan 100 µL stopper SDS 10% dalam 0,01 N HCl. Plate
dibungkus dengan alumunium foil dan diinkubasi di tempat gelap selama 12
jam. Setelah waktu inkubasi selesai, plate kemudian diuji dengan ELISA reader
dan dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 600 nm (550-600). Tabel II
menyajikan desain well-plate untuk uji MTT.
Tabel II. Desain well-plate untuk uji MTT
Keterangan :
KP : Kontrol positif (sel kultur + doxorubicin dengan konsentrasi (KP1: 2.5 ; KP2: 5, KP3:
10 ; KP4: 20 ; KP5: 40) µg/mL)
KB : Kontrol blangko (media kultur)
KS : Kontrol sel (sel kultur)
AEA : Sel kultur + sampel asoka etil asetat dibuat dalam enam seri konsentrasi (baris A : 31,25
; baris B : 62,5 ; baris C : 125 ; baris D : 250 ; baris E : 500 ; baris F : 1000) µg/mL
h. Uji keamanan terhadap sel Vero. Prosedur yang dilakukan sama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
dengan pengujian aktivitas terhadap sel kanker payudara 4T1.
Pemeriksaan Kromatografi Gas-Spektrometri Massa (KG-SM)
Analisis KG-SM dilakukan di Laboratorium Penelitian Terpadu Fakultas
Farmasi-Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Alat yang digunakan adalah GCMS-
QP2010 SE (Shimadzu, Jepang) dengan spesifikasi kolom kapiler Rtx 5 MS (5%
diphenyl / 95% dimethyl polysiloxane) dan gas pembawa berupa helium. Partisi
sebanyak 5 mg dilarutkan dalam pelarut yang telah diorientasi kemudian diambil
sebanyak 1 μL untuk diinjekkan ke dalam KG-SM. KG-SM dikondisikan dengan
kondisi operasional, yaitu gas pembawa dialirkan dengan laju alir konstan 3,22
mL/ menit, Suhu awal oven dijaga pada 60° C selama 3,4 menit kemudian
ditingkatkan 12° C/menit hingga 240 ° C. Suhu secara bertahap ditingkatkan dari
60 ° C menjadi 290° C dan ditahan secara isothermal selama 2 menit. Senyawa
diidentifikasi dengan membandingkan spektrum massa yang diperoleh dengan
spektrum massa pada perpustakaan NIST08s Library.
Analisis hasil
1. Analisis hasil uji In Vitro enzim MMP-9
Senyawa hasil fraksinasi diprediksi aktivitasnya dengan menghitung nilai
persentase penghambatan, dihitung menggunakan rumus :
1 − Bacaan fluoresensi sampel −blanko
Bacaan fluoresensi −blanko x 100 % (1)
2. Jumlah sel yang dibutuhkan dan volume panenan sel yang ditransfer
Jumlah sel terhitung/ 2 mL = sel pada keempat kamar
4 x 10
4 x 2 (2)
Volume panenan sel yang ditransfer = Jumlah sel yang diperlukan
Jumlah sel terhitung /mL (3)
3. Menentukan persen viabilitas sel
Persen viabilitas sel ditentukan dengan rumus :
Viabilitas sel (%) = absorbansi perlakuan −absorbansi kontrol media
absorbansi kontrol sel−absorbansi kontrol medi 𝑎 x 100% (4)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
4. Indeks keamanan
IK = CC 50 sel Vero
EC 50 sel 4T1 (5)
5. Analisis profil KG-SM
Output yang dihasilkan berupa spektrum massa, yaitu grafik jumlah ion
yang terdeksi sebagai fungsi dari rasio m/z.
6. Analisis Statistik
Analisis statistik berupa perhitungan nilai SD dan uji T tidak
berpasangan dengan menggunakan aplikasi GraphPad Prism 9.0.0.
7. Perhitungan EC50 dan CC50
Grafik log konsentrasi vs persentase viabilitas sel dengan persamaan regrersi non-
linear dibuat dengan aplikasi GraphPad Prism 9.0.0 menggunakan model
log(inhibitor) vs normalized response – variable slope. Perhitungan dilakukan
secara otomatis dengan menggunakan aplikasi, hingga diperoleh nilai r untuk
masing-masing grafik, nilai EC50 terhadap sel 4T1 dan CC50 terhadap sel Vero.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Aktivitas Penghambatan Enzim MMP-9
Partisi etil asetat daun asoka diuji aktivitas penghambatannya terhadap
enzim MMP-9 secara in vitro berdasarkan prinsip FRET (Fluorescence
Resonance Energy Transfer). MMP-9 merupakan suatu enzim yang memiliki
aktivitas proteolitik dan berperan penting dalam proses degradasi extracellular
matrix (ECM). Substrat yang digunakan berupa suatu peptida yang berikatan
dengan gugus fluorofor. MMP-9 akan memotong ikatan tersebut yang kemudian
akan melepas gugus fluofor dan akan terbaca fluroresensinya pada panjang
gelombang eksitasi 325 nm dan emisi 393 nm. Aktivitas enzim MMP-9 akan
berbanding lurus dengan nilai fluororesensi yang dihasilkan, semakin tinggi nilai
fluororesensi yang terdeteksi menunjukan semakin tinggi pula aktivitas enzim
dalam memotong ikatan peptida dengan substrat. Mekanisme pemotongan
substrat oleh enzim MMP-9 disajikan pada Gambar 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Gambar 1. Mekanisme pemotongan substrat oleh enzim MMP-9 (Cheng et
al. 2008; Nicolotti et al. 2012)
Sampel partisi yang digunakan diuji secara organoleptis dengan melakukan
pemeriksaan terhadap warna dan bentuk fisiknya, menunjukan tidak adanya
perubahan bila dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, yaitu padatan kristal
berwarna hitam tanpa adanya pertumbuhan jamur maupun mikroba. Preparasi
sampel dilakukan dengan menguji kelarutannya terlebih dahulu. DMSO dipilih
sebagai pelarut karena mampu melarutkan sampel dengan sempurna. Kesalahan
dalam pemilihan pelarut dapat menyebabkan penurunan konsentrasi sampel
terlarut dalam pelarut, sehingga hasil yang diperoleh menjadi tidak akurat. Popa-
Burke dan Russell (2014) menyatakan bahwa konsentrasi DMSO yang dapat
ditoleransi dalam pengujian berbasis enzim yaitu sebesar 1%, sehingga sampel
dipreparasi hingga diperoleh konsentrasi akhir DMSO untuk masing-masing well
yaitu 1%. NNGH digunakan sebagai kontrol positif dikarenakan terdapat suatu
gugus hidroksamat pada struktur NNGH. Gugus tersebut akan membentuk kelat
dengan ion zinc dan berinteraksi dengan asam amino GLU402 untuk menarik air
sehingga lebih dekat dengan ikatan scissile amide pada inhibitor sehingga
mencegah proteolisis substrat peptida oleh enzim (Hariono et al., 2020).
Kontrol blanko dalam pengujian ini berupa buffer tanpa adanya aktivitas
dari enzim, digunakan sebagai baseline bacaan fluororesensi. Kontrol negatif
+
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
berupa buffer, enzim, dan substrat, digunakan untuk melihat fluororesensi
aktivitas enzim tanpa adanya penghambatan. Kontrol positif berupa buffer, N-
isobutil-N-(4-metoksifenilsulfonil) glisil hidroksamat (NNGH), enzim, dan
substrat, digunakan sebagai pembanding penghambatan dengan sampel terhadap
aktivitas MMP-9, sekaligus memastikan bahwa prosedur yang telah dilaksankan
sudah valid. Kontrol pelarut berupa buffer, pelarut (DMSO), enzim, dan substrat,
digunakan untuk memastikan pelarut yang digunakan dalam pengujian ini tidak
berfluororesensi, sehingga tidak akan mengganggu hasil pembacaan. Kelompok
perlakuan berupa buffer, enzim, substrat, dan sampel partisi etil asetat daun asoka.
Pada penelitian ini kontrol positif yang digunakan mengacu pada
penelitian Hariono et al (2020), dengan menggunakan metode yang sama dan
sudah tervalidasi. Nilai penghambatan pada kontrol positif menunjukan nilai
sebesar 100%, hal tersebut mengindikasikan bahwa prosedur yang telah dilakukan
sudah sesuai. Kontrol pelarut menunjukan nilai penghambatan sebesar 5%, nilai
tersebut digunakan sebagai koreksi terhadap nilai penghambatan sampel tanpa
adanya faktor penghambatan dari pelarut. Pada penelitian ini konsentrasi sampel
1000 µg/mL dipilih berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Cha et al.
(2003) menunjukan konsentrasi optimal suatu sampel herbal dalam menghambat
enzim MMP-9 adalah 1000 µg/mL . Aderogba et al. (2013) menyatakan bahwa
penghambatan aktivitas enzim oleh sampel dapat dikategorikan menjadi 4 tingkat
: dikatakan tidak aktif (penghambatan <20%); lemah (20-40%); Sedang (40-70%);
Tinggi (penghambatan >70%). Hasil pengujian in vitro menunjukan partisi etil
asetat daun asoka memiliki persen penghambatan terhadap enzim sebesar 94%
dengan konsentrasi 1000 µg/mL. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka dapat
dikatakan sampel partisi etil asetat daun asoka memiliki penghambatan aktivitas
yang tinggi terhadap enzim MMP-9. Hasil fluororesensi terhadap aktivitas enzim
MMP-9 disajikan pada Tabel III.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Tabel III. Hasil fluoresensi sampel uji terhadap aktivitas enzim MMP-9
Bacaan fluororesensi Rata-
rata Baseline
Aktivitas
enzim (%)
Inhibisi
enzim (%)
Inhibisi enzim -
kontrol pelarut
(%)±SD R1 R2 R3
Blanko 99 99 96 98 - - - -
Kontrol
pelarut 212 206 201 206 108 95 5 5±5,5
Kontrol
negatif 224 190 222 212 114 100 - -
Sampel 105 90 104 100 2 1 99 94±8,38
Tabel IV. Hasil fluoresensi kontrol positif terhadap aktivitas enzim MMP-9
(Hariono et al. 2020)
Blanko 72 81 83 79 - - - -
Kontrol
positif 81 68 68 72 -6 -5 80 75±4
Uji Proliferasi Sel 4T1 dan Sel Vero
Pengujian sampel partisi etil asetat daun asoka kemudian dilanjutkan ke
tingkat seluler terhadap sel kanker payudara 4T1 dan sel normal Vero. Selain dari
karakteristiknya, Sel 4T1 dan Sel Vero dipilih sebagai subjek uji berdasarkan
tingkat kemiripan sekuens protein MMP-9 dengan manusia (Homo sapiens). Kode
protein yang diperoleh dari NCBI kemudian dibandingkan dengan menggunakan
program BLAST, diperoleh tingkat kemiripan masing-masing yaitu 71,96% dan
93,92%. Penentuan tingkat kemiripan tersebut sangat penting dilakukan untuk
memastikan bahwa subjek yang akan digunakan dalam penelitian dapat
merepresentasikan protein pada sel manusia. Sel yang digunakan dalam penelitian
ini merupakan hasil kultur dari sel induk, sel 4T1 merupakan sel generasi ke-5,
sedangkan sel Vero merupakan generasi ke-8.
Ketepatan dalam pemilihan media yang akan digunakan selama
pengujian akan mempengaruhi pertumbuhan, tingkat stres, hingga kematian sel.
Pada penelitian ini, media dipilih berdasarkan kesesuaiannya dengan sel yang
pada sel 4T1 digunakan media DMEM sedangkan pada sel Vero digunakan media
M199. Uji proliferasi ke sel 4T1 dan sel Vero dilakukan dengan menggunakan
metode MTT. MTT merupakan metode yang paling umum digunakan untuk
mengevaluasi penelitian terkait proliferasi dan sitotoksisitas sel dengan
mekanisme redoks (Molaae et al. 2017; Sylvester, 2011). MTT mendeteksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
proliferasi sel berdasarkan laju pertumbuhan sel, dapat dideteksi dari aktivitas sel
dan nilai absorbansi yang terbaca oleh alat (Duzgunes, 2012). Prinsip metode
tersebut adalah pemotongan garam tetrazolium berwarna kuning menjadi kristal
formazan berwarna ungu oleh enzim mitokondria suksinat dehidrogenase (SDH)
(Sylvester, 2011).
Kontrol blanko dalam penelitian ini berisi media dan reagen MTT tanpa
adanya sel, digunakan sebagai dasar pengurangan nilai bacaan absorbansi oleh
media maupun reagen MTT. Kontrol sel hanya berisi sel 4T1 atau sel Vero,
digunakan untuk melihat viabilitas sel tanpa adanya perlakuan sampel maupun
obat. Nilai absorbansi yang diperoleh dari kontrol negatif akan digunakan sebagai
faktor pembagi terhadap absorbansi sel yang diberikan perlakuan. Doxorubicin
digunakan sebagai kontrol positif dalam penelitian, dikarenakan doxorubicin
merupakan pengobatan lini pertama pada berbagai jenis kanker (Pados et al. 2012;
Utami et al. 2020). Selain itu, di berbagai penelitian terkait sel kanker dengan
menggunakan metode MTT, doxorubicin hingga saat ini masih digunakan sebagai
kontrol positif. Doxorubicin diketahui memiliki mekanisme penghambatan
terhadap sel kanker melalui interkalasi DNA, mengganggu perbaikan DNA yang
dimedias olehi topoisomerasi-II, dan pembentukan radikal bebas yang akan
merusak membran, DNA, dan protein sel kanker (Thorn et al. 2012).
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian harus disterilkan
terlebih dahulu, dan pengujian dilakukan di BSC kelas 2 untuk menghindari
adanya kontaminasi dari luar. Media yang digunakan sebagai media tumbuh sel
ditambahkan penisilin dan streptomisin untuk menghindari adanya infeksi bakteri
pada sel. Dalam pertumbuhannya, konsentrasi sel yang tinggi menyebabkan
produksi asam laktat dan berkurangnya nutrisi untuk pertumbuhan sel, sehingga
perlu dilakukan penggantian media tumbuh yang baru guna mencapai kondisi sel
yang pertumbuhannya optimum. Pemanenan sel 4T1 dan sel Vero dilakukan
ketika sel sudah konfluen 80%, ditambahkan tripsin-EDTA (tripsin 0,25%) untuk
melepas ikatan antar sel dan ikatan sel dengan matriks tanpa merusak sel itu
sendiri. Sel 4T1 dan sel Vero yang telah konfluen 80% disajikan pada Gambar 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Gambar 2. Visualisasi sel a) 4T1 dan b) Vero dalam keadaan konfluen 80%
sebelum diberi perlakuan (Perbesaran 4x/0,1 wd 18 mm)
Sel yang telah dipanen dipipet ke hemositometer, kemudian dihitung
dengan bantuan trypan blue di bawah mikroskop inverted. Sel yang hidup masih
memiliki sel membran yang utuh sehingga trypan blue tidak dapat menembus
masuk. Sebaliknya pada sel yang mati, trypan blue dapat masuk ke sitoplasma
melalui sel membran yang rusak (Duzgunes, 2012). Pada hemositometer, sel yang
masih hidup akan terlihat berwarna putih terang, sedangkan pada sel yang mati
akan berwarna gelap akibat trypan blue yang menembus membran sel. Sel
dihitung pada 4 kamar hemositometer, sel yang gelap dan sel yang berada di batas
luar menjauhi pusat tidak ikut dihitung. Jumlah sel 4T1 yang terhitung pada
hemositometer, yaitu sebanyak 95 x 104
sel/ mL, sedangkan sel Vero sebanyak
71,5 x 104
sel/ 2 mL. Visualisasi sel 4T1 setelah ditambahkan trypan blue, yang
diamati di bawah mikroskop inverted yang disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3. Visualisasi sel 4T1 hidup ditandai dengan tanda lingkaran,
sedangkan sel yang mati ditandai dengan tanda persegi (Perbesaran 4x/0,1
wd 18 mm)
Sel hidup
Sel mati
a) b)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Jumlah sel yang akan ditanam ke dalam 96 well-plate kemudian dihitung
hingga diperoleh jumlah sel tiap well sebanyak 104
sel. Stok sampel dibuat dengan
melarutkan 10 mg sampel dalam DMSO dan WFI dengan perbandingan 1:9.
Selain dapat melarutkan sampel, DMSO dipilih karena merupakan pelarut terbaik
yang dapat melarutkan kristal formazan (Twentyman and Luscombe, 1987).
Kelarutan formazan dalam pelarut yang sesuai sangat penting diperhatikan dalam
pengujian MTT untuk memperoleh data yang valid dan reliable (Septisetyani et
al. 2014). Sampel partisi etil asetat daun asoka dipreparasi dalam 6 seri
konsentrasi yaitu 1000; 500; 250; 125; 62,5; 31,25 µg/mL, pengenceran
dilakukan dengan menggunakan media yang sesuai untuk sel. Begitu pula dengan
doxorubicin sebagai kontrol positif, dipreparasi dalam 6 seri konsentrasi yaitu
400; 200; 100; 50; 25; 12,5 µg/mL.
Sel yang telah diinkubasi kemudian diberi perlakuan sampel dan
doxorubicin, lalu diinkubasi kembali selama 24-48 jam. Visualisasi kontrol sel
dan sel perlakuan sampel yang diamati di bawah mikroskop inverted, disajikan
pada Gambar 4. Berdasarkan gambar, dapat dilihat perbandingan morfologi antara
sel yang diberi perlakuan dengan sel yang tidak diberi perlakuan. Sel yang diberi
perlakuan cenderung mengalami perubahan bentuk menjadi tidak beraturan dan
secara kualitatif jumlah sel yang terbentuk jauh lebih sedikit. Secara umum, sel
kanker akan terus berproliferasi hingga mencapai kepadatan yang tinggi di dalam
media (Cooper, 2000), sebaliknya, penurunan jumlah sel kanker dalam media
menjadi salah satu indikator adanya penghambatan proliferasi sel oleh sampel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Gambar 4. Visualisasi sel a) 4T1 tanpa perlakuan, b) 4T1 dengan perlakuan
sampel 1000 µg/mL, c) Vero tanpa perlakuan, dan d) Vero dengan perlakuan
sampel 1000 µg/mL (Perbesaran 4x/0,1 wd 18 mm)
Reagen MTT ditambahkan ke dalam tiap well kontrol dan perlakuan,
untuk mempertegas pembacaan secara kuantitatif berdasarkan nilai absorbansi
yang terbaca. Semakin tinggi jumlah sel yang hidup maka jumlah kristal
formazan yang terbentuk juga akan semakin banyak. Setelah diinkubasi selama 2-
4 jam, kristal formazan secara jelas telah terbentuk, maka ditambahkan SDS 10%
dalam HCl untuk menghentikan reaksi. Selain digunakan sebagai stopper, SDS
juga mampu melarutkan kristal formazan sebesar 10% dan membantu pembacaan
absorbansi formazan (Septisetyani et al. 2014). Pada kontrol negatif, jumlah
kristal formazan yang terbentuk jauh lebih banyak dibandingkan dengan
perlakuan, hal ini menunjukan bahwa sel memiliki aktivitas yang lebih tinggi
dengan tidak adanya perlakuan sampel. Visualisasi terbentuknya kristal formazan
oleh sel 4T1 disajikan pada Gambar 5.
Bentuk sel beraturan
dan membrane sel utuh
Bentuk sel beraturan
dan membrane sel utuh
Bentuk sel tidak beraturan
dan membrane sel rusak
Bentuk sel tidak beraturan
dan membrane sel rusak
a) b)
c) d)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Gambar 5. Perbandingan kristal formazan yang terbentuk dari sel 4T1 a)
tanpa perlakuan dan b) perlakuan sampel 1000 µg/mL (Perbesaran 4x/0,1
wd 18 mm)
Tabel V. Hasil pembacaan absorbansi dan viabilitas sel 4T1 pada perlakuan
sampel partisi etil asetat
Konse-
ntrasi
(µg
/mL)
Log
Konse
-ntrasi
Absorbansi Viabilitas sel (%)
R1 R2 R3 Rerata V1 V2 V3 Rerata ± SD
1000 3,00 0,113 0,1169 0,1179 0,116 17,23 18,13 18,37 17,91 ± 0,60
500 2,70 0,0968 0,0953 0,1003 0,097 13,23 12,87 14,09 13,40 ± 0,62
250 2,40 0,0817 0,088 0,0901 0,087 9,56 11,04 11,60 10,73 ± 1,06
125 2,10 0,1201 0,1141 0,1103 0,115 18,91 17,45 16,52 17,63 ± 1,20
62,5 1,80 0,1906 0,1731 0,1967 0,187 36,08 31,82 37,57 35,15 ± 2,98
31,25 1,49 0,4324 0,489 0,488 0,470 94,97 108,7
6 108,4
2 104,05 ±
7,86
Kontrol sel 0,468 0,4423 0,4488 0,453
Kontrol media 0,0426 0,0427 0,0421 0,042
Well plate kemudian dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 595
nm, hasil absorbansi sel 4T1 pada perlakuan sampel disajikan pada Tabel V.
Perlakuan sampel pada konsentrasi 1000 µg/mL menunjukan persen viabilitas sel
rata-rata sebesar 17,91%, sedangkan pada konsentrasi 31,25 µg/mL sebesar
104,05%. Berdasarkan hasil pembacaan, diperoleh nilai EC50 sampel terhadap sel
4T1 sebesar 57,50 ± 1,366 µg/mL. Menurut Wibowo et al. (2011), suatu senyawa
dikatakan sangat aktif apabila nilai EC50 <5 µg/mL; aktif EC50 5-10 µg/mL;
sedang EC50 10-20 µg/mL; lemah EC50 20-100 µg/mL; tidak aktif EC50 >100
µg/mL. Berdasarkan spektrum aktivitas senyawa di atas, maka dapat dinyatakan
partisi etil asetat daun asoka memiliki aktivitas yang lemah karena memiliki nilai
EC50 pada rentang 20-100 µg/mL. Aktivitas lemah yang diperoleh dapat
b) a)
Kristal formazan banyak
terbentuk
Kristal formazan sedikit atau
tidak terbentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
disebabkan karena keberagaman senyawa yang terkandung dalam partisi masih
tinggi. Hasil pengujian ini menunjukan bahwa partisi etil asetat daun asoka
memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kandidat antikanker payudara
subtipe triple negative. Bagaimanapun, penelitian lebih lanjut perlu dilakukan
untuk memaksimalkan potensi yang terdapat dalam sampel, dengan mengisolasi
senyawa target, ataupun melakukan uji kombinasi sampel dengan tanaman lain
atau dengan obat antikanker. Haryanti et al. (2019) telah melakukan pengujian
kombinasi ekstrak etanolik kayu secang dan rimpang lempuyang, menunjukan
efek antikanker yang lebih sinergis bila dibandingkan dengan ekstrak tunggal.
Gambar 6 menyajikan grafik log konsentrasi vs persentase viabilitas sel 4T1 yang
dibuat dengan persamaan regrersi non-linear, diperoleh nilai R2
pada perlakuan
sampel = 0,8469 dan kontrol positif = 0,5193.
Gambar 6. Grafik persentase viabilitas sel 4T1 vs a) log kosentrasi sampel
dan b) log kosentrasi doxorubicin dengan persamaan regresi non-linear
Tabel VI. Hasil pembacaan absorbansi dan viabilitas sel Vero pada
perlakuan sampel partisi etil asetat Konse-
ntrasi
(µg
/mL)
Log
Konse
-ntrasi
Absorbansi Viabilitas sel (%)
R1 R2 R3 Rerata V1 V2 V3 Rerata ± SD
1000 3,00 0,080 0,0806 0,0816 0,081 6,66 6,79 6,98 6,81 ± 0,159
500 2,70 0,3008 0,28 0,2806 0,287 47,77 43,90 44,01 45,23 ± 2,20
250 2,40 0,4245 0,416 0,4962 0,446 70,79 69,29 84,14 74,74 ± 8,17
125 2,10 0,6503 0,5228 0,5498 0,559 104,4
4 89,09 94,11 95,88 ± 7,83
62,5 1,80 0,5596 0,5659 0,6274 0,584 95,94 97,11 108,5
5 100,53 ±
6,97
31,25 1,49 0,5392 0,5761 0,604 0,573 92,14 99,01 104,1
6 98,44 ± 6,03
Kontrol sel 0,585 0,5363 0,623 0,581
Kontrol media 0,043 0,0442 0,0451 0,044
a) b)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Masalah paling utama pada pengembangan agen antikanker payudara
adalah ketidakselektivannya terhadap target, yang dapat menimbulkan beberapa
efek samping yang merugikan. Pengujian sampel terhadap sel normal Vero sangat
penting dilakukan, untuk memastikan bahwa sampel memiliki tingkat keamanan
yang tinggi. Hasil absorbansi sel Vero pada perlakuan sampel disajikan pada
Tabel VI. Perlakuan sampel pada konsentrasi 1000 µg/mL menunjukan persen
viabilitas sel rata-rata sebesar 6,81%, sedangkan pada konsentrasi 31,25 µg/mL
sebesar 98,44%. Berdasarkan hasil pembacaan diperoleh nilai CC50 sampel
terhadap sel Vero sebesar 429,5 ± 29,81 µg/mL, sehingga dapat dinyatakan
sampel partisi etil asetat daun asoka tidak aktif terhadap sel normal Vero. Gambar
10 menyajikan grafik log konsentrasi vs persentase viabilitas sel Vero yang dibuat
dengan persamaan regrersi non-linear, diperoleh nilai R2 pada perlakuan sampel =
0,9713 dan kontrol positif = 0,849.
Gambar 7. Grafik persentase viabilitas sel Vero vs a) log konsentrasi sampel
dan b) log konsentrasi doxorubicin dengan persamaan regresi non-linear
Tabel VII. Hasil pembacaan absorbansi dan viabilitas sel 4T1 pada
perlakuan kontrol positif Konse-
ntrasi
(µg
/mL)
Log
Konse
-ntrasi
Absorbansi Viabilitas sel (%)
R1 R2 R3 Rerata V1 V2 V3 Rerata ± SD
400 2,60 0,281 0,2828 0,2762 0,280 58,15 58,54 56,93 57,87 ± 0,84
200 2,30 0,2812 0,2844 0,3122 0,293 58,15 58,93 65,70 60,92 ± 4,15
100 2,00 0,3033 0,342 0,3753 0,340 63,53 72,98 81,07 72,53 ± 8,78
50 1,70 0,3615 0,3875 0,4166 0,389 77,71 84,04 91,13 84,29 ± 6,71
25 1,40 0,4301 0,4447 0,5344 0,470 94,91 97,97 119,8
2
104,07 ±
13,76
12,5 1,10 0,5415 0,5652 0,717 0,608 121,5
5
127,3
2
164,3
4
137,74 ±
23,22
Kontrol sel 0,468 0,4423 0,4488 0,453
Kontrol media 0,0426 0,0427 0,0421 0,042
a) b)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Tabel VIII. Hasil pembacaan absorbansi dan viabilitas sel Vero pada
perlakuan kontrol positif Konse-
ntrasi
(µg
/mL)
Log
Konse
-ntrasi
Absorbansi Viabilitas sel (%)
R1 R2 R3 Rerata V1 V2 V3 Rerata ± SD
400 2,60 0,076 0,078 0,078 0,077 7,29 7,67 7,67 7,54 ± 0,22
200 2,30 0,198 0,186 0,191 0,192 30,63 28,33 29,29 29,41 ± 1,15
100 2,00 0,307 0,314 0,305 0,309 51,48 52,82 51,09 51,79 ± 0,90
50 1,70 0,387 0,387 0,372 0,382 66,78 66,78 63,91 65,82 ± 1,66
25 1,40 0,389 0,378 0,399 0,389 67,16 65,06 69.07 67,10 ± 2,01
12,5 1,10 0,391 0,393 0,397 0,394 67,54 67,93 68,89 68,05 ± 0,58
Kontrol sel 0,546 0,567 0,569 0,561
Kontrol media 0,0379 0,0387 0,0371 0,038
Dalam penelitian ini doxorubicin dipilih sebagai kontrol positif,
digunakan untuk membandingkan tingkat aktivitas dan keamanan dari sampel
terhadap sel kanker dan sel normal. Hasil absorbansi kontrol positif dan pada
perlakuan sampel disajikan pada Tabel VII dan VIII. Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan, kontrol positif doxorubicin menunjukan nilai EC50 sebesar 388,4
µg/mL dan CC50 sebesar 69,58 µg/mL. Data yang telah diperoleh kemudian
digunakan untuk menghitung Indeks Keamanannya (IK). IK merupakan indikator
yang digunakan untuk mengetahui keamanan dari suatu senyawa yang didasarkan
pada tingkat selektivitasnya terhadap sel kanker dan sel normal. Sutejo et al.
(2016), menyatakan suatu senyawa mempunyai selektivitas yang tinggi apabila
nilai IK ≥ 3, dan dikatakan kurang selektif apabila nilai IK < 3. Berdasarkan hasil
yang disajikan pada Tabel VI, ditunjukan bahwa sampel memiliki aktivitas yang
lebih tinggi terhadap sel kanker dan lebih selektif terhadap sel normal
dibandingkan dengan kontrol positif. Nilai EC50 kontrol postif yang terlalu tinggi
dapat dikaitkan dengan ketidakselektivan obat terhadap target dan beberapa efek
samping yang merugikan. Selain itu, efek samping yang ditimbulkan doxorubicin
juga dapat merusak sel normal (Yusuf et al. 2018) Tabel absorbansi dan
viabililitas kontrol positif dapat dilihat pada Lampiran 6.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Tabel IX. Hasil EC50, CC50, dan IK dari sampel dan kontrol positif
EC50 (µg/mL) CC50 (µg/mL) IK
Sampel 57,5 429,5 7,469
Kontrol positif 388,4 69,58 0,179
Uji T tidak berpasangan dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan
signifikan pada perlakuan dan kontrol positif. Uji T dilakukan dengan taraf
kepercayan 95%, dikatakan berbeda bermakna apabila p-value < 0,05 (Putra and
Syarif, 2014). Berdasarkan hasil uji T pada sel 4T1 dengan membandingkan EC50
sampel dengan kontrol positif, diperoleh p-value < 0,0001. Di sisi lain, uji T juga
dilakukan pada sel Vero dengan perbandingan yang sama, diperoleh p-value <
0,0001 sehingga dapat dikatakan terdapat perbedaan yang bermakna antara
sampel dan kontrol positif terhadap sel 4T1 dan sel Vero.
Pemeriksaan Profil KG-SM
Setelah dilakukan pengujian secara in vitro, sampel kemudian diuji
dengan menggunakan KG-SM untuk memprediksi senyawa yang terkandung
dalam sampel berdasarkan kelimpahan massa dan fragmentasi molekul yang
terbentuk. Kolom yang digunakan yaitu RTX-5 MS (difenildimetilsiloksan) yang
bersifat nonpolar sedangkan fase gerak yang digunakan adalah gas helium.
Senyawa dengan afinitas yang rendah terhadap fase diam akan terlebih dahulu
keluar dari kolom, sehingga waktu retensi yang dibutuhkan akan semakin singkat.
Senyawa-senyawa tersebut kemudian dideteksi massanya pada spektrometri
massa dan dianalisis berdasarkan bobot molekulnya. Hasil kromatogram (Gambar
8) menunjukan adanya 10 puncak, dengan tiga persen area terbesar yaitu pada
puncak 4 (12,91%), 5 (75,91%), dan puncak 6 (7,06%).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Gambar 8. Kromatogram hasil KG partisi etil asetat daun asoka
Puncak 4 memiliki waktu retensi 19,841 menit dengan m/z sebesar 995
diikuti oleh puncak-puncak fragmentasi yang lain yang terbaca pada spektrum
massa. Spektrum pada m/z 149 merupakan base peak dan diprediksi sebagai ethyl
benzoate (C9H10O2), diikuti oleh pecahan fragmentasi lain yaitu 2-methylpropane
((CH3)3CH) dengan m/z 57, kemudian penambahan methyl pada 2-methylpropane
membentuk fragment dengan rumus struktur ((CH3)4CH) pada m/z 71. Spektrum
massa pada puncak 4 disajikan pada Gambar 9.
Gambar 9. Spektrum MS senyawa pada puncak 4
Puncak 5 memiliki waktu retensi 20,585 menit dengan m/z sebesar 988
yang terbaca oleh spektrum massa. Berdasarkan pola fragment yang dihasilkan
maka dapat dikatakan senyawa pada puncak 5 memiliki tingkat kemiripan yang
tinggi dengan senyawa pada puncak 4, dengan base peak pada m/z 149 sebagai
4
5
6
m/z = 995
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
ethyl benzoate, diikuti beberapa pecahan fragment lain. Spektrum massa pada
puncak 5 disajikan pada Gambar 10.
Gambar 10. Spektrum MS senyawa pada puncak 5
Puncak 6 memiliki waktu retensi 24,276 menit dengan m/z sebesar 992
yang terbaca oleh spektrum massa. Spektrum pada m/z 69 merupakan base peak
dan diprediksi sebagai 2-methyl-2-butene (C5H9), diikuti oleh penambahan methyl
sehingga terbaca fragmentasi m/z 81, kemudian m/z 95 merupakan senyawa base
peak (C5H9) dengan penambahan etana. Spektrum massa pada puncak 6 disajikan
pada Gambar 11.
Gambar 11. Spektrum MS senyawa pada puncak 6
Ketiga profil spektra tersebut kemudian dibandingkan dengan library
NIST08s.LIB yang dimiliki oleh Laboratorium Terpadu Fakultas Farmasi-UAD
berdasarkan nilai Similarity Index (SI). Berdasarkan hasil KG-SM terdapat tiga
puncak yang diprediksi sebagai senyawa di dalam sampel yang diketahui
memiliki persen kelimpahan tertinggi. Pada puncak 4 dan 5, diprediksi senyawa
dengan SI tertinggi berdasarkan library sebagai 1,2-benzenedicarboxylic acid,
diisooctyl ester. Pada puncak 6 diprediksi senyawa sebagai squalene. Pada
penelitian Zellagui et al. (2012) diketahui bahwa tanaman dengan kandungan
dioctyl phthalate yang tinggi menunjukan adanya aktivitas antibakteri. Di sisi lain,
m/z = 988
m/z = 992
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
squalen telah dilaporkan memiliki efek penghambatan terhadap kejadian kanker
dan secara umum digunakan sebagai terapi suportif pada berbagai kanker karena
memiliki aktivitas anti-tumor yang tinggi (Gunes, 2013). Sejauh penelusuran
pustaka oleh peneliti belum ditemukan publikasi senyawa dengan m/z 981-995,
sehingga perlu dilakukan investigasi lebih lanjut untuk mengetahui profil senyawa
yang terkandung dalam sampel berdasarkan spektrum massa yang terbaca.
Tabel X. Prediksi senyawa yang terkandung dalam partisi etil asetat daun
asoka pada puncak 4, 5, dan 6
Puncak
Waktu
retensi
(menit)
Persen
area Mr Fragmen Prediksi senyawa SI
4 19,841 12,91 995
390 1,2-Benzenedicarboxylic acid,
diisooctyl ester; diisooctyl phthalate 92
390 1,2-Benzenedicarboxylic acid, dioctyl ester; 91
390 1,2-Benzenedicarboxylic acid, bis(2-
ethylhexyl) ester 91
5 20,585 75,91 988
390 1,2-Benzenedicarboxylic acid,
diisooctyl ester; diisooctyl phthalate 92
390 1,2-Benzenedicarboxylic acid, dioctyl ester; 91
390 1,2-Benzenedicarboxylic acid, bis(2-
ethylhexyl) ester 91
6 24,09 7,06 992
410 Squalene; 2,6,10,14,18,22-
Tetracosahexaene, 2,6,10,15,19,23-hexamethyl 97
410 2,6,10,14,18,22-Tetracosahexaene,
2,6,10,15,19,23-hexamethyl-, 96
410
Squalene; 2,6,10,14,18,22-
Tetracosahexaene, 2,6,10,15,19,23-
hexamethyl-
96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
KESIMPULAN
Sampel partisi etil asetat daun asoka menunjukan aktivitas antiproliferasi
yang lemah terhadap sel kanker 4T1 dan tidak aktif terhadap sel normal Vero,
namun memiliki persen penghambatan yang tinggi terhadap enzim MMP-9.
Berdasarkan hasil KG-SM diprediksi dua senyawa yang berpotensi sebagai agen
antiproliferasi sel kanker 4T1 melalui penghambatan aktivitas enzim MMP-9, di
antaranya 1,2-Benzendicarboxylic acid, dan squalene. Meskipun sampel dapat
dikatakan selektif terhadap target, namun partisi etil asetat daun asoka memiliki
aktivitas yang rendah terhadap sel kanker subtipe triple negative. Optimasi dan uji
kombinasi terhadap sampel perlu dilakukan, dengan harapan dapat meningkatkan
aktivitas dan efektivitasnya dalam menghambat sel kanker.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
DAFTAR PUSTAKA
Aderogba, M. A., Ndhlala, A. R., Rengasamy K. R. R., Staden, J. V., 2013.
Antimicrobial and Selected In Vitro Enzyme Inhibitory Effects of Leaf
Extracts, Flavonols and Indole Alkaloids Isolated from Croton menyharthii.
Molecules.
Adhipandito, C.F., Ludji, D.P., Aprilianto, E., Jenie, R.I., Al-Najjar, B., Hariono,
M., 2019. Matrix metalloproteinase9 as the protein target in anti-breast
cancer drug discovery: an approach by targeting hemopexindomain. Future
Journal of Pharmaceutical Sciences
American Cancer Society, 2020. Cancer Facts & Figures 2020. American Cancer
Society,.
American Cancer Society, 2017. About Breast Cancer. Breast Cancer Facts and
Figures, 1–19.
American Cancer Society, 2019. About Breast Cancer. Breast Cancer Facts and
Figures, 1–6
Ammerman, N.C., Beier-sexton, M., 2017. Growth and Maintenance of Vero Cell
Lines. Current Protocols in Microbiology,.
Bahuguna, A., Khan, I., Bajpai, V.K., Kang, S.C., 2017. MTT assay to evaluate
the cytotoxic potential of a drug. Bangladesh Journal of Pharmacology,
12(2), 115–118.
Baliga, M.S., Kurian, P.J., 2012. Ixora coccinea Linn.: Traditional uses,
phytochemistry and pharmacology. Chinese Journal of Integrative
Medicine, 18(1), 72–79.
Bauvois, B., 2012. New facets of matrix metalloproteinases MMP-2 and MMP-9
as cell surface transducers: Outside-in signaling and relationship to tumor
progression. Biochimica et Biophysica Acta - Reviews on Cancer, 1825(1),
29–36.
Chavez, K.J., Garimella, S. V., and Lipkowitz, S., 2010. Triple Negative Breast
Cancer Cell Lines: One Tool in the Search for Better Treatment of Triple
Negative Breast Cancer. National Institutes of Health. 1-17
Cheng, X.C., Fang, H., Xu, W.F., 2008. Advances in assays of matrix
metalloproteinases (MMPs) and their inhibitors. Journal of Enzyme
Inhibition and Medicinal Chemistry, 23(2), 154–167.
Cooper, G.M., 2000. The Cell 2nd Edition, A Molecular Approach, Sinauer
Associates
Dai, X., Xiang, L., Li, T., Bai, Z., 2016. Journal of Cancer Cancer Hallmarks,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Biomarkers and Breast Cancer Molecular Subtypes. Journal of Cancer, 7.
Dai, X., Cheng, H., Bai, Z., Li, J., 2017. Breast Cancer Cell Line Classification
and Its Relevance with Breast Tumor Subtyping. Journal of Cancer. 2–3.
Djohan, M. A., 2020. Uji Aktivitas Fraksi n-Heksana-Etil Asetat Daun Asoka
(Ixora coccinea L.) Terhadap Penghambatan Matrix Metalloproteinase-9
(MMP-9)
Duzgunes, N., 2012. Nanomediciene: Cancer, Diabetes, and Cardiovascular,
Central Nervous System, Pulmonary and Inflamatory Diseases, Elsevier
Ebili, H.O., Olayiwola, A.O., Olopade, O.I., 2014. Molecular subtypes of breast
cancer. Personalized Management of Breast Cancer, (August 2016), 21–33.
Ediriweera, M.K., Tennekoon, K.H., Samarakoon, S.R., 2019. In vitro assays and
techniques utilized in anticancer drug discovery. Journal of Applied
Toxicology, 39(1), 38–71.
Fitmawati, Siti Fathonah, Y.R.I., 2016. Tanaman Obat Perkarangan Berbasiskan
Pengetahuan Tumbuhan Obat Masyarakat Asli Riau (ETNOMEDICINE).
UNI Press, Riau.
Gunes, F.E., 2013. Medical use of squalene as a natural antioxidant. Journal of
Marmara University Institute of Health Sciences, (January), 1.
Hasibuan, P. A. Z., Rosidah., Haro, G., Satria, D., 2019. Cytotoxicity Activity of
Ethanol Extract of Andaliman Fruits (Zanthoxylum acanthopodium DC.)
towards 4T1 Breast Cancer Cells. Indonesian Journal of Pharmaceutical
and Clinical Research. 2(2). 31-34
Hariono, M., Rollando, R., Karamoy, J.R., Hariyono, P., Atmono, M.T., Djohan,
M.A., Wiwy, W., Anggoro, A.B., Kurniawan, C., Nuwarda, R., Salin, N.,
Wahab, H., 2020. Identifying Local Plants with Anti-Breast Cancer Matrix
Metalloproteinase 9 Activities: In Silico and In Vitro Study. 1–17
Hariono, M., Yuliani, S.H., Istyastono, E.P., Riswanto, F.D.O., Adhipandito, C.F.,
2018. Matrix metalloproteinase 9 (MMP9) in wound healing of diabetic foot
ulcer: Molecular target and structure-based drug design, Wound Medicine.
Elsevier B.V.
Hussain, S.Z., Maqbool, K., 2014. GC-MS: Principle, Technique and its
application in Food Science. Int J Curr Sci, 13, 116–126.
Institute, N.N.C., 2020. Cancer Facts & Figures 2020. American Cancer Society,.
Kemenkes RI, 2019. Hari Kanker Sedunia 2019. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia,.
Kevin Range, and D.M.Y.A.M., 2012. Prevention of Metastasis in a 4T1 Murine
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Breast Cancer Model by Doxorubicin Carried by Folate Conjugated pH
Sensitive Polymeric Micelles. J Control Release, 23(1), 1–7.
Kim, Dent, Im, 2018. Ipatasertib plus paclitaxel versus placebo plus paclitaxel as
first- line therapy for metastatic triple-negative breast cancer (LOTUS): a
multicentre, randomised, double-blind, placebo- controlled,. HHS Public
Access, 18(10), 1360–1372.
Linlin M, Fan Y, J.Z., 2015. Application of fluorescence resonance energy
transfer in protein studies. Journal of Molecular Structure, 25(8), 713–724.
Mehner, C., Hockla, A., Miller, E., Ran, S., Radisky, D.C., Radisky, E.S., 2014.
Tumor cell-produced matrix metalloproteinase 9 (MMP-9) drives malignant
progression and metastasis of basal-like triple negative breast cancer.
Oncotarget, 5(9), 2736–2749.
Mendon, R., 2015. Morphological Characterization of Vero Cell Death Induced
By Nutrient Depletion. Acta Microscopica,.
Molaae, N., Mosayebi, G., Pishdadian, A., Ejtehadifar, M., Ganji, A., 2017.
Evaluating the Proliferation of Human PeripheralBlood Mononuclear Cells
Using MTT Assay. International Journal of Basic Science in Medicine,
2(1), 25–28.
Muti'ah. 2014. Pengembangan Fitofarmaka Antikanker : Panduan Teknik
Pengembangan Obat Herbal Indonesia Menjadi Fitofarmaka. UIN Maliki
Press
Nicolotti, O., Catto, M., Giangreco, I., Barletta, M., Leonetti, F., Stefanachi, A.,
Pisani, L., Cellamare, S., Tortorella, P., Loiodice, F., Carotti, A., 2012.
Design, synthesis and biological evaluation of 5-hydroxy, 5-substituted-
pyrimidine-2,4,6-triones as potent inhibitors of gelatinases MMP-2 and
MMP-9. European Journal of Medicinal Chemistry, 58, 368–376.
Okhale, S.E., Ugbabe, G.E., Oladosu, P., Ibrahim, J., Egharevba, H.O., Kunle,
O.F., Elisha, E.P., Chibuike, Aj., Ettah, Uo., 2018. Chemical constituents
and antimicrobial activity of the leaf essential oil of Ixora coccinea L (
Rubiaceae ) collected from North Central. International Journal of
Bioassays, 5, 5630–5637.
Popa-Burke, I., Russell, J., 2014. Compound precipitation in high-concentration
DMSO solutions. Journal of Biomolecular Screening, 19(9), 1302–1308.
Prados, J., Melguizo, C., Ortiz, R., Velez, C., Alvarez, P.J., Arias, J.L., Ruiz,
M.A., Gallardo, V., Aranega, A., 2012. Doxorubicin-Loaded Nanoparticles:
New Advances in Breast Cancer Therapy. Anti Cancer Agent in Medical
Chemistry.
Putra, A., Syarif, H., 2014. Comparison of an Emotional Intelligent between
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Conventional and KBK Students in School of Nursing Program , Faculty of
Medicine , Syiah Kuala University (1), 1–7.
Sekton, B., 2010. Matrix metalloproteinases – an overview. Research and
Reports in Biology, 1.
Septisetyani, E.P., Ningrum, R.A., Romadhani, Y., Wisnuwardhani, P.H.,
Santoso, A., 2014. Optimization of Sodium Dodecyl Sulphate As a
Formazan Solvent and Comparison of 3-(4,-5-Dimethylthiazo-2-Yl)-2,5-
Diphenyltetrazolium Bromide (Mtt) Assay With Wst-1 Assay in Mcf-7
Cells. Indonesian Journal of Pharmacy, 25(4), 245.
Siegel, R.L., Miller, K.D., Fuchs, H.E., Jemal, A., 2021. Cancer statistics, 2021.
CA: A Cancer Journal for Clinicians, 71(1), 1–6.
Steenbrugge, J., Vander Elst, N., Demeyere, K., De Wever, O., Sanders, N.N.,
Van Den Broeck, W., Dirix, L., Van Laere, S., Meyer, E., 2019.
Comparative Profiling of Metastatic 4T1- vs. Non-metastatic Py230-Based
Mammary Tumors in an Intraductal Model for Triple-Negative Breast
Cancer. Frontiers in Immunology, 10, 1–19.
Sultan, A.O., 2012. In Vitro Cytotoxicity and Cell Viability Assays: Principles,
Advantages, and Disadvantages. Intech, 13.
Sutejo, I.R., Putri, H., Meiyanto, E., 2016. Selektivitas Ekstrak Etanolik Buah
Makassar (Brucea javanica) pada Kanker Payudara Metastasis secara In
Vitro The Selectivity of Ethanolic Extract of Buah Makassar (Brucea
javanica) on In Vitro Study of Metastatic Breast Cancer. Journal of
Agromedicine and Medical Sciences, 2(1), 1–5.
Sylvester, P.W., 2011. Optimization of Tetrazolium Dye (MTT) Colorimetric
Assay for Cellular Growth and Viability. Methods Mol Biol,
Sztalmachova, M., Gumulec, J., Raudenska, M., Polanska, H., Holubova, M.,
Balvan, J., Hudcova, K., Knopfova, L., Kizek, R., Adam, V., Babula, P.,
Masarik, M., 2015. Molecular response of 4T1-induced mouse mammary
tumours and healthy tissues to zinc treatment. International Journal of
Oncology, 46(4), 1810–1818.
Thorn, C. F., Oshiro, O., Marsh, S., Boussard, T. H., McLeod, H., Klein, T. E.,
Altman, R. B., 2012. Doxorubicin Pathways : Pharmacodynamics and
Adverse Effect. National Institute of Health. 21 (17).
Twentyman PR, Luscombe M, 1987. A study of some variables in a tetrazolium
dye (MTT) based assay for cell growth and chemosensitivity. British
Journal of Cancer, 56(3), 279–85.
United States Department of Agriculture, 2020. Ixora coccinea L.
https://plants.usda.gov/core/profile?symbol=IXCO, diakses pada April
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
2020Veronesi, U., Boyle, P., 2016. Breast Cancer. International
Encyclopedia of Public Health, 272–280.
Utami, D. T., Fitrianingsih., and Maharini, I., 2020. Development of Ethanolic
Extract of Pinang Masak Jambi (Areca Catechu L.) as A Modulator of
Doxorubicin Cytotoxic Effect in Breast Cancer Therapy. Pharmaceutical
Sciences and Research. 45-47.
Veronesi, U., Boyle, P., 2016. Breast Cancer. International Encyclopedia of
Public Health, 272–280.
Vutukuri, S., 2015. Evaluation of phytochemical content and In vitro cytotoxic
activity of various ornamental plant flower extracts against MCF-7 Cell
lines Evaluation of phytochemical content and In vitro cytotoxic activity of
various ornamental plant flower extracts agains. International Journal of
Current Research in Life Sciences,.
WHO, 2017. Global Burden of Disease Study 2017, The Lancet.
Wibowo, A., Ahmat, N., Hamzah, A.S., Sufian, A.S., Ismail, N.H., Ahmad, R.,
Jaafar, F.M., Takayama, H., 2011. Malaysianol A, a new trimer resveratrol
oligomer from the stem bark of Dryobalanops aromatica. Fitoterapia, 82(4),
676–681.
Winer, A., Adams, S., Mignatti, P., 2019. Past Failures into Future Successes. Mol
Cancer Ther, 17, 1147–1155.
Yousef, E.M., Tahir, M.R., St-Pierre, Y., Gaboury, L.A., 2014. MMP-9
expression varies according to molecular subtypes of breast cancer. BMC
Cancer, 14(1), 1–12.
Yusuf, S. S., Nurani, L. H., Widyarini, S., 2018. The effect of co-chemotherapy of
ethyl acetate fraction of Long jack roots (Eurycoma longifolia jack) on
interleukin-6 expression of 7,12- dimethylbenz(α)anthrasen breast
carcinoma model. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia.
Zellagui, A., Gherraf, N., Ladjel, S., Hameurlaine, S., 2012. Chemical
composition and antibacterial activity of the essential oils from Launaea
resedifolia L, Organic and Medicinal Chemistry Letters, 2(2),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat keterangan determinasi tanaman asoka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Lampiran 2. Perhitungan sel 4T1
Jumlah sel pada keempat kamar : 380
i. Jumlah sel panenan :
Jumlah sel terhitung2 mL =
sel pada keempat kamar
4× 104
2
Jumlah sel terhitung = 380
4 x 10
4 = 950.000 sel
j. Jumlah sel yang diperlukan :
Sel diperlukan = 42 well x 10.000
= 420.000 sel
= 450.000 sel
k. Volume panenan sel yang ditransfer :
= 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑒𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢𝑘𝑎𝑛
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑒𝑙 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 /𝑚𝐿
= 450.000
950.000
= 0,47 mL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Lampiran 3. Perhitungan sel Vero
Jumlah sel pada keempat kamar : 143
a. Jumlah sel panenan :
Jumlah sel terhitung2 mL =
sel pada keempat kamar
4× 104
2
Jumlah sel terhitung/ 2 mL = 143
4 x 10
4 x 2 = 715.000 sel
b. Jumlah sel yang diperlukan :
Sel diperlukan = 42 well x 10.000
= 420.000 sel
= 450.000 sel
c. Volume panenan sel yang ditransfer :
= 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑒𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢𝑘𝑎𝑛
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑒𝑙 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 /𝑚𝐿
= 450.000
715.000/2𝑚𝐿
= 1,26 mL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Lampiran 4. Morfologi sel 4T1 dibawah pengamatan mikroskop inverted
Kontrol negatif sel 4T1
Perlakuan partisi etil asetat daun
asoka dengan konsentrasi 31,25
µg/mL terhadap sel 4T1
Perlakuan partisi etil asetat daun
asoka dengan konsentrasi 62,5
µg/mL terhadap sel 4T1
Perlakuan partisi etil asetat daun
asoka dengan konsentrasi 125
µg/mL terhadap sel 4T1
Perlakuan partisi etil asetat daun
asoka dengan konsentrasi 250
µg/mL terhadap sel 4T1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Perlakuan partisi etil asetat daun
asoka dengan konsentrasi 500
µg/mL terhadap sel 4T1
Perlakuan partisi etil asetat daun
asoka dengan konsentrasi 1000
µg/mL terhadap sel 4T1
Perlakuan partisi etil asetat daun
asoka dengan konsentrasi 1000
µg/mL terhadap sel 4T1 setelah MTT
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Lampiran 5. Morfologi sel Vero dibawah pengamatan mikroskop inverted
Kontrol negatif sel Vero
Perlakuan partisi etil asetat daun asoka dengan konsentrasi 31,25
µg/mL terhadap sel Vero
Perlakuan partisi etil asetat daun asoka dengan konsentrasi 62,5
µg/mL terhadap sel Vero
Perlakuan partisi etil asetat daun asoka dengan konsentrasi 125
µg/mL terhadap sel Vero
Perlakuan partisi etil asetat daun
asoka dengan konsentrasi 250
µg/mL terhadap sel Vero
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Perlakuan partisi etil asetat daun
asoka dengan konsentrasi 500 µg/mL terhadap sel Vero
Perlakuan partisi etil asetat daun
asoka dengan konsentrasi 1000
µg/mL terhadap sel Vero
Perlakuan partisi etil asetat daun
asoka dengan konsentrasi 1000
µg/mL terhadap sel 4T1 setelah
Vero
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Lampiran 6. Hasil Uji-T antara kontrol positif dan perlakuan sampel terhadap sel
Vero
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Lampiran 7. Hasil Uji-T antara kontrol positif dan perlakuan sampel terhadap sel
4T1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Lampiran 8. Homologi protein MMP-9 pada Balb/c (Mus musculus) dengan
manusia (Homo sapiens) menggunakan fitur BLAST pada NCBI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Lampiran 9. Hasil homologi protein MMP-9 pada monyet hijau afrika
(Chlorocebus sabaeus) dengan manusia (Homo sapiens) menggunakan fitur
BLAST pada NCBI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Lampiran 10. Skema proses pembuatan partisi etil asetat daun asoka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Lampiran 11. Spektrum MS partisi etil asetat daun asoka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Lampiran 12. Daftar singkatan
DAFTAR SINGKATAN
CC50 = Cytotoxic Concentration 50
DMSO = Dimetil Sulfoksida
ECM = Extracellular Matrix
EC50 = Effective Concentration 50
ER = Estrogen Receptor
FBS = Fetal Bovine Serum
FRET = Fluorescence Resonance Energy Transfer
HER2 = Human Epidermal Growth Factor Receptor 2
IC50 = Inhibitory Concentration 50
IK = Indeks Keamanan
KG-SM = Kromatografi Gas- Spektrometri Massa
MK = Media Kultur
MMP-9 = Matrix Metalloproteinase-9
MTT = Metil Tetrazolium Tes
NADPH = Nikotinamid adenin dinukleotid fosfat
NNGH = N-isobutil-N-(4-metoksifenilsulfonil) glisil hidroksamat
PBS = Phospate Buffer Saline
PR = Progesteron Receptor
SDH = Suksinat Dehidrogenase
SDS = Sodium Dodecyl Sulphate
SI = Safety Index
WFI = Water For Injection
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi dengan judul “Uji Antiprolfiferasi Partisi
Etil Asetat Daun Asoka (Ixora Coccinea L.) Terhadap
Sel 4t1 Melalui Penghambatan MMP-9 In Vitro”
memiliki nama lengkap Thomas David Gonzaga. Penulis
merupakan anak bungsu dari Titus Yohanes Munandar
dan Debora Titi Rohani. Penulis lahir di Temanggung
pada 11 Juni 1999. Riwayat pendidikan formal yang telah
penulis tempuh diawali di TK Ade Irma Suryani
Temanggung (2004-2005), SD Santa Maria (2005-2011),
SMP Shekinah Temanggung (2011-2014), SMA Shekinah Temanggung (2014-
2017). Kemudian pada tahun 2017, penulis melanjutkan pendidikan Sarjana 1 di
Fakultas Farmasi Univeristas Sanata Dharma Yogyakarta. Semasa menempuh
perkuliahan, penulis terlibat dalam berbagai kegiatan kampus diantaranya sebagai
bendahara UKF Drug Discovery Stundent Club (2020-2021), anggota divisi
tabdek kegiatan Pharmacy Performance (2017 dan 2018), koordinator divisi P3K
(Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) kegiatan Titrasi (2018), dan menjadi
salah satu oral presenter pada 1st AASP Young Scientist Conference 2020. Penulis
harap penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI