tuttorial mola hidatidosa 2 koas obsgyn

Upload: arminaziati

Post on 10-Feb-2018

237 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 TUTTORIAL Mola Hidatidosa 2 KOAS OBSGYN

    1/19

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Pada umumnya kehamilan normal berakhir dengan lahirnya bayi yang cukup bulan

    dan sempurna secara fisik. Tetapi kenyataannya tidak selalu demikian, sebagian

    kehamilan mengalami kegagalan, tergantung pada tahap dan jenis gangguan yang terjadi.

    Kehamilan tersebut dapat berakhir dengan abortus, kehamilan ektopik, prematuritas,

    kematian janin dalam rahim atau bayi lahir dengan cacat bawaan. Salah satu bentuk

    kegagalan kehamilan yang berkembang tidak normal yaitu mola hidatidosa, kehamilan

    ini tidak disertai janin namun hanya berupa gelembung-gelembung seperti buah anggur

    berasal dari vili korialis dengan sel-sel trofoblasnya.1,2

    Lima belas sampai dua puluh persen penderita mola hidatidosa dapat berubah

    menjadi ganas dan dikenal dengan tumor trofoblas gestasional. Jadi yang dimaksud

    dengan penyakit trofoblas gestasional adalah mola hidatidosa yang jinak dan tumor

    trofoblas gestasional yang ganas. Penyakit trofoblas adalah suatu istilah umum yang

    digunakan bagi sekumpulan penyakit yang ditandai dengan adanya proliferasi berlebihan

    dari sel-sel trofoblas. Penyakit ini dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan asalnya, yaitu:

    1. Penyakit trofoblas gestasional yang berasal dari jaringan trofoblas kehamilan

    2. Penyakit trofoblas non gestasional yang berasal dari jaringan embrional

    Penyakit trofoblas gestasional adalah sekumpulan penyakit yang berkaitan denganvili korialis, terutama sel trofoblasnya dan berasal dari suatu kehamilan, terdiri dari mola

    hidatidosa komplit dan mola hidatidosa parsial yang bersifat jinak dan mola invasif,

    koriokarsinoma, placental site trophoblastic tumor yang bersifat ganas.1.2.3

    Hingga saat ini penyakit trofoblas gestasional masih merupakan masalah obstetri

    yang cukup serius, karena menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi.

    Morbiditas yang dapat timbul dari penyakit ini umumnya karena penyulit yang

    menyertainya, seperti perdarahan, preeklamsi berat dan tiroktosikosis dan bila terlambat

    ditangani dapat menyebabkan kematian. Selain itu bila koriokarsinoma atau mola invasif

    terjadi pada pasien usia muda yang masih memerlukan fungsi reproduksi, upaya

    pengobatannya dapat menyebabkan pasien tersebut kehilangan fungsi reproduksinya

    karena tindakan histerektomi. Hal ini berarti PTG selain merupakan masalah karena

    memberikan kontribusi yang cukup besar bagi angka mortalitas dan morbiditas ibu, juga

    Tutorial 3- Mola Hidatidosa - 2013 Page 1

  • 7/22/2019 TUTTORIAL Mola Hidatidosa 2 KOAS OBSGYN

    2/19

    menjadi masalah bagi kesehatan reproduksi. Dengan demikian diperlukan upaya yang

    menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan untuk menurunkan insidensi penyakit ini,

    mulai dari upaya prevensi, deteksi dini dan pengobatan yang rasional, termasuk registrasi

    dan pemantauan kasus yang cermat.

    Penyakit ini lebih banyak dijumpai pada golongan sosio ekonomi rendah. Di

    Amerika Serikat berdasarkan penelitian pada terminasi kehamilan elektif, mola kurang

    lebih 1 dari 120 kehamilan. Di Indonesia dilaporkan kasus mola 1 dari 100 kehamilan,

    Meksiko 1 dari 200 kehamilan, 1 dari 500 kehamilan di Paraguay.4

    Tutorial 3- Mola Hidatidosa - 2013 Page 2

  • 7/22/2019 TUTTORIAL Mola Hidatidosa 2 KOAS OBSGYN

    3/19

    BAB II

    ISI

    Definisi dan Klasifikasi

    Mola hidatidosa suatu istilah umum untuk dua bentuk yang berbeda yaitu mola

    hidatidosa komplit dan mola hidatidosa parsial. Merupakan suatu kegagalan reproduksi

    yang secara histopatologis merupakan hiperplasia jaringan trofoblas yang sebagian atau

    seluruh jaringan ikat vilinya menunjukan degenerasi hidropik. Persamaan keduanya

    adalah gambaran hidropik pada sebagian atau seluruh vili korialis dan adanya hyperplasia

    trofoblas. Perbedaannya, pada mola hidatidosa komplit tidak didapatkan janin, sedangkan

    pada mola hidatidosa parsial terdapat janin yang cenderung mati secara dini. Mola

    hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar, tidak ditemukan embrio

    dan hampir seluruh vili korialisnya mengalami perubahan hidropik. Keadaan ini disebut

    sebagai mola hidatidosa komplit (complete mole/true mole/complete mole). Bila diantara

    gelembung mola ditemukan embrio disebut mola hidatidosa parsialis (transtitional

    mole/incomplete mole).1,2,3,4

    Kelainan yang sudah dikenal sejak abad keenam ini telah mengalami berbagai

    perkembangan, baik dalam pengertian teori, istilah, klasifikasi, maupun cara

    penanggulangannya. Namun, masih banyak aspek yang belum terungkap secara jelas

    ataupun kontroversial, seperti perbedaan insidensi secara geografis, etiologi, patogenesis

    dan faktor resiko.

    Walaupun sebagian besar penderita mola hidatidosa dapat sembuh spontan, namun

    bila diagnosis dan pengelolaannya terlambat, penderita dapat meninggal karena

    perdarahan, infeksi maupun akibat tumor trofoblas gestasional pasca mola hidatidosa.

    Ada kalanya pada sediaan abortus atau plasenta aterm, ditemukan beberapa bagian

    yang mengalami degenerasi hidropik. Keadaan semacam ini tidak dimasukan ke dalam

    mola hidatidosa, tetapi disebut sub molaire. Baru setelah diadakan penelitian sitogenik

    pada tahun 1970-an oleh antara lain Kajii, Vassilokos, Szulman dan lain-lain, dicapai

    kesepakatan bahwa mola hidatidosa itu terdiri dari dua jenis

    1. Mola hidatidosa komplit (MHK)

    2. Mola hidatidosa parsialis (MHP)

    Tutorial 3- Mola Hidatidosa - 2013 Page 3

  • 7/22/2019 TUTTORIAL Mola Hidatidosa 2 KOAS OBSGYN

    4/19

    Faktor Resiko

    MH dapat terjadi pada semua wanita dalam masa reproduksi, pasien termuda yang

    pernah dilaporkan berusia 12 tahun (Bobrow) dan tertua 57 tahun (A Pearson). Di RSHS

    yang termuda 15 tahun dan yang tertua 53 tahun .6

    Di samping umur, faktor gizi juga dianggap berpengaruh terhadap kejadian MH.

    Acosta Sison, menganggap bahwa MH adalah suatu kehamilan patologis, sedangkan

    faktor yang menyebabkan ovum patologis ini adalah defisiensi protein kualitas tinggi

    (highclass protein). Acosta Sison mengaitkan dengan kenyataan bahwa di Asia banyak

    sekali ditemukan MH, yang penduduknya sebagian termasuk golongan sosioekonomi

    rendah yang kurang mengkonsumsi protein.

    Reynold mengatakan bahwa, bila wanita hamil, terutama antara hari ke-13 dan ke-

    21, mengalami asam folat dan histidine akan mengalami gangguan pembentukan

    thymidine, yang merupakan bagian penting dari DNA. Akibat kekurangan gizi ini akan

    menyebabkan kematioan embrio dan gangguan angiogenesis, yang pada gilirannya akan

    mengalami perubahan hidropik.

    WHO Scientific Group, 1983 berkesimpulan bahwa selain usia dan gizi, riwayat

    obstetri juga mempunyai pengaruh terhadap kejadian MH dan kehamilan kembar tetapi

    multiparitas tidak merupakan faktor resiko.

    Laporan dari Amerika Serikat (1970 1977) mengatakan bahwa insidensi MH pada

    kulit hitam hanya setengahnya dari wanita kulit lainnya. Menurut Teoh, di Singapura,

    insidensi MH pada wanita Euroasian, dua kali lebih tinggi dari China, Melayu dan India.

    Di Indonesia yang terdiri dari berpuluh-puluh etnis, sampai sekarang belum ada yang

    melaporkan adanya perbedaan insidensi antar suku bangsa. Yang ada hanya laporan dari

    pusat pendidikan.

    Faktor resiko lain yang mendapat perhatian adalah genetik. Hasil penelitian Kajii et

    al dan Lawler et al, menunjuakn bahwa pada kasus MH lebih banyak ditemukan kelainan

    Balance translocation dibandingkan dengan populasi normal (4,6% dan 0,6%). Ada

    kemungkinan pada wanita dengan kelainan sitogenetik seperti ini, lebih banyak

    mengalami gangguan proses meosis berupa nondysjunction, sehingga lebih banyak

    terjadi ovum yang kosong atau yang intinya tidak aktif.1,2,6,7

    Tutorial 3- Mola Hidatidosa - 2013 Page 4

  • 7/22/2019 TUTTORIAL Mola Hidatidosa 2 KOAS OBSGYN

    5/19

    Mola hidatidosa komplit (MHK)

    Merupakan kehamilan abnormal tanpa embrio yang seluruh vili korialisnya

    mengalami degenerasi hidropik yang menyerupai anggur hingga sama sekali tidak

    ditemukan unsur janin. Secara mikroskopik tampak edema stroma vili tanpa vaskularisasi

    disertai hyperplasia dari kedua lapisan trofoblas.1,5

    Kadang kadang pembuahan terjadi oleh dua buah sperma 23 X dan 23 Y

    (dispermi) sehingga terjadi 46 X atau 46 Y. Disini MHK bersifat heterozigot, tetapi tetap

    androgenetik dan bisa terjadi, walaupun sangat jarang terjadi hamil kembar dizigotik

    yang terdiri dari satu bayi normal dan satu lagi MHK.

    Secara makroskopis MHK mempunyai gambaran yang khas, yaitu berbentuk kista

    atau gelembung-gelembung dengan ukuran antara beberapa mm sampai 2-3cm,

    berdinding tipis, kenyal, berwarna putih jernih, berisi cairan seperti cairan asites atau

    edema. Kalau ukurannya kecil, tampak seperti kumpulan telur katak, tetapi kalau besar

    tampak seperti serangkaian buah anggur yang bertangkai. Oleh karena itu MHK disebut

    juga kehamilan anggur. Tangkai tersebut melekat pada endometerium. Umumnya seluruh

    endometerium dikenai, bila tangkainya putus terjadilah perdarahan. Kadang-kadang

    gelembung-gelembung tersebut diliputi oleh darah merah atau coklat tua yang sudah

    mengering. Sebelum ditemukan USG, MHK dapat mencapai ukuran besar sekali dengan

    jumlah gelembung melebihi 2.000 cc.

    Patogenesis

    Banyak teori yang telah dilontarkan tentang patogenesis MHK ini, antara lain teori

    hertig dan teori park.

    Hertig et al menganggap bahwa pada MH terjadi insufisiensi peredaran darah akibat

    matinya embrio pada minggu ke 3 5 (missed abortion), sehinggga terjadi penimbunan

    cairan dalam jaringan mesenkhim vili dan terbentukah kista kista yang makin lama

    makin besar, sampai akhirnya terbentuklah gelembung mola, sedangkan proliferasi

    trofoblas merupakan akibat dari tekanan vili yang oedemateus tadi.1

    Sebaliknya, Park mengatakan bahwa yang primer adalah adanya jaringan trofoblas

    yang abnormal, baik berupa hiperplasi, displasi, maupun neoplasi. Bentuk yang abnormal

    Tutorial 3- Mola Hidatidosa - 2013 Page 5

  • 7/22/2019 TUTTORIAL Mola Hidatidosa 2 KOAS OBSGYN

    6/19

    ini disertai pula dengan fungsi yang abnormal. Keadaan ini menekan pembuluh darah,

    yang akhirnya menyebabkan kematian embrio.

    Teori yang sekarang dianut adalah teori sitogenetik. Secara sitogenetik umumnya

    kehamilan MHK terjadi karena sebuah ovum yang tidak berinti (kosong) atau yang

    intinya tidak berfungsi, dibuahi oleh sperma yang mengandung haploid 23 X, terjadilah

    hasil konsepsi dengan kromosom 23 X, yang kemudian mengadakan duplikasi menjadi

    46 XX. Jadi umumnya MHK bersifat homozigot, wanita dan berasal dari bapak

    (androgenetik) 80% dari semua kasus mola komplit. Jadi tidak ada unsur ibu sehingga

    disebut Diploid Androgenetik

    Teori Diploid Androgenetik (modifikasi dari buku Novaks Gynecology)

    endoreduplikasi

    Homozigot

    Heterozigot

    Nonviable

    Tutorial 3- Mola Hidatidosa - 2013 Page 6

    Ovum

    Kosong46 XX23 X

    Ovum

    Kosong

    46 XX

    23 X

    23 X

    Ovum

    Kosong46 XY

    23 Y

    23 X

    46 YY

  • 7/22/2019 TUTTORIAL Mola Hidatidosa 2 KOAS OBSGYN

    7/19

    Seperti diketahui, kehamilan yang sempurna harus terdiri dari unsur ibu yang akan

    membentuk bagian embrional (anak) dan unsur ayah yang diperlukan untuk membentuk

    bagian ekstraembrional (plasenta, air ketuban, dll) secara seimbang. Karena tidak ada

    unsur ibu, pada MHK tidak ada bagian embrional (janin). Yang ada hanya bagian

    ekstraembrional yang patologis berupa vili korialis yang mengalami degenerasi hidropik

    seperti anggur.

    Mengapa ada ovum kosong? Hal ini bisa terjadi karena gangguan pada proses

    miosis, yang seharusnya diploid 46 XX pecah menjadi 2 haploid 23 X, terjadi peristiwa

    yang disebut nondysjunction, dimana hasil pemecahannya adalah 0 dan 46 XX. Pada

    MHK ovum inilah yang dibuahi. Gangguan proses miosis ini, antara lain terjadi pada

    kelainan struktural kromosom, berupa balance translocation.

    MHK dapat terjadi pula akibat pembuahan ovum kosong oleh 2 sperma sekaligus

    (dispermi). Bisa oleh dua haploid 23X, atau satu haploid 23 X dan atau haploid 23Y.

    Akibatnya bisa terjadi 46 XX atau 46 XY, karena pada pembuahan dengan dispermi tidak

    terjadi endoreduplikasi. Kromosom 46 XX hasil reduplikasi dan 46 XX hasil pembuahan

    dispermi, walaupun tampak sama, namun sesungguhnya berbeda, karena yang pertama

    berasal dari satu sperma (homozigot) sedangkan yang kedua berasal dari dua sperma

    (heterozigot). Ada yang menganggap bahwa 46XX heterozigot mempunyai potensi

    keganasan lebih besar. Pembuahan dispermi dengan dua haploid 23 Y (46 YY) dianggap

    tidak pernah bisa terjadi (nonviable)

    Gambaran Klinis

    MHK adalah suatu kehamilan, walaupun bentuknya patologis. Oleh karena itu, pada

    bulan-bulan pertama, tanda-tandanya tidak berbeda dengan kehamilan biasa, yaitu

    dimulai dengan amenorea, mual dan muntah. Ada beberapa laporan yang mengatakan

    bahwa MHK, lebih sering terjadi hiperemesis, dan keluhannya lebih hebat dari kehamilan

    biasa. Kemudian perkembangannya mulai berbeda. Pada kehamilan biasa pembesaran

    uterus terdai melalui dua fase, yaitu fase aktif, sebagia akibat pengaruh hormonal, dan

    fase pasif, akibat hasil pembesaran kehamilan. Pada MHK tidak demikian, vili korialis

    yang mengalami degenerasi hidropik, berkembang dengan cepat mengisi kavum uteri.

    Tutorial 3- Mola Hidatidosa - 2013 Page 7

  • 7/22/2019 TUTTORIAL Mola Hidatidosa 2 KOAS OBSGYN

    8/19

    Akibatnya uterus ikut membesar pula, sehingga ukuran uterus lebih besar dari tuanya

    kehamilan atau lamanya amenorea. 1,2,3,4,5

    Pada kehamilan biasa, segmen bawah rahim (SBR baru terbentuk pada kehamilan

    yang sudah besar (semester tiga). Pada MHK, karena pengisian kavum uteri oleh

    gelembung mola berlangsung cepat, maka pembentukan SBR, sudah terjadi pada

    kehamilan yang lebih muda (24 minggu). Kemudian karena kehamilan ini abnormal

    badan akan berusaha untuk mengeluarkannya, terjadilah perdarahan pervaginam.

    Bedanya dengan abortus biasa adalah pada abortus biasa besarnya uterus sama dengan

    lamanya amenorea. Perdarahan pada MHK dapat berupa bercak bercak sedikit

    intermiten atau sekaligus banyak, sehingga dapat menyebabkan syok hipovolemik.

    Adakalanya perdarahan disertai dengan gelembung mola sehingga mempermudah

    diagnosis.1,2,3,4,5,6,7

    Di samping uterus yang lebih besar, pada MHK ditemukan peningkatan kadar hCG

    (human choriogonadotrophin). Pada kehamilan biasa kadarnya naik terus sampai usia

    kehamilan 60-80 hari, kemudian turun lagi setelah mencapai umur 85 hari. Pada MHK

    seluruh kavum uteri diisi oleh jaringan trofoblas. Oleh karena itu, berbeda dengan

    kehamilan biasa, pada MHK tidak ada penurunan kadar hCG. Selama ada pertumbuhan

    trofoblas atau sebelum gelembung mola keluar atau dikeluarkan, hCG akan terus

    meningkat, sampai bisa mencapai di atas 5.000.000 mIU/ml.1,2,7

    Sudah lama diketahui bahwa MHK kadang-kadang ditemukan perubahan pada

    kelenjar tiroid, baik anatomis maupun fungsional. Walaupun ada peningkatan kadar

    plasma tiroksin, tetapi gejala klinik yang ditimbulkan tidak selalu disertai dengan

    tiroktosikosis.

    Pada kehamilan normal, plasenta membentuk Thyroid Stimulating Peptide yang

    disebut Human Chorionic Thyrotropin (hCT). Pada trimester pertama, T4 meningkat

    antara 7 12 ng/100 ml, sedangkan T3 peningkatannya tidak terlalu banyak. Karena

    pengaruh estrogen, terjadi peningkatan kadar TBG sehingga tidak terjadi tirotoksikosis.1.8

    Pada mola hidatidosa terjadi perubahan kadar hormon tiroid. Kadar T4 dalam

    serum biasanya melebihi 12 ng/100 ml, tetapi TBG sendiri rendah, akibatnya T4 dan T3

    bebas lebih tinggi. Karena itu pada mola terjadi tirotoksikosis.

    Tutorial 3- Mola Hidatidosa - 2013 Page 8

  • 7/22/2019 TUTTORIAL Mola Hidatidosa 2 KOAS OBSGYN

    9/19

    Pada mola, kadar hCG (human chorionic gonadotropin) dalam darah sangat tinggi

    yang dan ini mempunyai efek stimulasi terhadap tiroid. Pada kehamilan biasa puncak

    hCG biasanya tidak melebihi 100.000 mUI/ml yang tercapai antara minggu 8-12 dan

    kemudian menurun kembali dan bertahan sekitar 10.000-20.000 mIU/ml sampai waktu

    melahirkan. Pada mola hidatidosa kadar hCG, sebagian besar diatas 300.000mIU/ml

    bahkan dapat mencapai kadar diatas 12.000.000 mIU/ml. Berbagai penelitian

    menunjukkan adanya korelasi positif antar kadar hCG dan tingginya fungsi tiroid.

    Dalam suatu penelitian dikatakan bahwa terjadinya hiperfungsi tiroid terjadi

    akibat adanya stimulator yang dibentuk dalam jaringan trofoblas. Hershman

    menyebutnya sebagai molar thyrotropin. Yang masih kontroversial adalah substansi zat

    tersebut. Yang jelas ada korelasi positif antara tingginya kadar hCG dengan

    meningkatnya kadar T3 dan T4. Setelah jaringan mola dievakuasi, kadar hCG akan

    menurun secara drastis. Hali ini diikuti dengan turunnya T4 dan T3 sampai kembali ke

    kadar normal. 1,8

    Sehubungan dengan fenomena ini banyak pakar yang menganggap bahwa

    stimulator itu adalah hCG sendiri. Molar thyrotropin secara imunologis berbeda dari

    TSH, hCT dan ATS

    Adanya Aktivitas Stimulasi Tiroid (AST) dari hCG serta ciri-ciri stimulatornya

    telah dibuktikan melalui penelitian invitro maupun in vivo. Dikatakan bahwa struktur dan

    reseptor hCG dan TSH adalah homolog, sedangkan derajat AST-nya dipengaruhi

    metabolisme hCG sendiri. Yang lebih poten adalah hCG varian yang kehilangan gugusan

    beta CTP-nya yang merupakan hasil proses deglikosiasi atau desialisasi.

    Hasil penelitian di atas dapat menerangkan mengapa pada kehamilan biasa tidak

    terjadi tirotoksikosis. Pada kehamilan biasa kadar hCG yang rendah akan meningkatkan

    sedikit T4 dan menekan TSH, tetapi tidak cukup untuk menyebabkan tirotoksikosis.

    Diagnosis tiroktosikosis pada MHK dipersulit karena sering disertai adanya penyuli-

    penyulit, seperti preeklamsi, payah jantung, emboli paru dan anemia yang masing-masing

    dapat memberikan gejala seperti tiroktosikosis

    Untuk membantu masalah ini Sri Hartini Kariadi (1992) mengajukan rumus

    fungsi diskriminan diagnosa tirotoksikosis pada mola hidatidosa sebagai berikut:

    1. D = - 8,376128 + 0,52505870 FU 0,01926897 Nadi

    Tutorial 3- Mola Hidatidosa - 2013 Page 9

  • 7/22/2019 TUTTORIAL Mola Hidatidosa 2 KOAS OBSGYN

    10/19

    FU = fundus uteri dalam minggu

    Nadi = dalam kali/menit

    Bila D< 0 atau kalau D hasilnya negatif, berapapun nilai angkanya menunjukkan

    tirotoksikosis. Derajat ketepatannya 87,5%

    2. D = +3552928 0,4749675 FU + 0,003115562 Nadi + 0,01638073 Khol

    Khol = Kholesterol darah dalam mg%

    Bila D< 0 atau kalau hasilnya negatif, berapapun nilai angkanya, menunjukkan

    tirotoksikosis. Derajat ketepatan 90,63%

    Dapat pula digunakan indeks Wayne.

    Tutorial 3- Mola Hidatidosa - 2013 Page 10

  • 7/22/2019 TUTTORIAL Mola Hidatidosa 2 KOAS OBSGYN

    11/19

    Dasar Diagnosis

    Kita harus memikirkan adanya MHK bila ditemukan hal-hal seperti di bawah ini:

    1. Anamnesis

    Wanita mengeluh :

    a. terlambat haid (amenorea)

    b. adanya perdarahan pervaginam

    c. perut merasa lebih besar dari lamanya amenorea

    d. walaupun perut besar, tidak merasa adanya pergerakan anak

    e. hipertensi pada usia muda kehamilan

    f. hiperemesis

    2. Klinis Ginekologi

    Pada pemeriksaaan ditemukan

    a. uterus lebih besar dari tuanya kehamilan

    b. tidak ditemukan tanda pasti kehamilan, seperti detak jantung anak,

    balotemen atau gerakan anak.

    3. Laboratorium

    Kadar B-hCG lebih tinggi dari normal

    4. USG

    Tampak gambaran snowstorm intrauterin,

    Tutorial 3- Mola Hidatidosa - 2013 Page 11

  • 7/22/2019 TUTTORIAL Mola Hidatidosa 2 KOAS OBSGYN

    12/19

    Diagnosis pasti ditentukan oleh hasil pemeriksaan patologi anatomi.

    Gambar 3 : Gambaran vesikuler dari jaringan Mola Hidatidosa

    Pada pemeriksaan Histopatologis kedua jenis mola juga gambarannya berbeda

    Gambar 4 : Mola hidatidosa komplit

    Pada gambar diatas tampak proliferasi pada kedua lapisan sel-sel trofoblas

    Terapi

    Terdiri dari 4 tahap, yaitu :

    1. Perbaikan keadaan umum

    Tutorial 3- Mola Hidatidosa - 2013 Page 12

  • 7/22/2019 TUTTORIAL Mola Hidatidosa 2 KOAS OBSGYN

    13/19

    2. Evakuasi jaringan

    3. Profilaksis

    4. Follow up

    Perbaikan Keadaan Umum

    Sebelum dilakukan tindakan evakuasi jaringan mola, keadaan umum penderita

    harus distabilkan dahulu. Tergantung pada bentuk penyulitnya, kepada penderita harus

    diberikan :

    1. Tranfusi darah, untuk mengatasi syok hipovolemik

    2. antihipertensi/konvulsi, seperti pada terapi Th/preeklamsi/eklamsia

    3. Obat anti tiroid, bekerja sama dengan penyakit dalam

    Evakuasi Jaringan

    Karena MHK itu adalah suatu bentuk kehamilan yang patologis yang disertai dengan

    penyulit, pada prinsipnya gelembung harus dievakuasi secepat mungkin

    Ada 2 cara yaitu :

    a. Kuret vakum

    Setelah sebagian besar jaringan dikeluarkan dengan vakum, sisanya dibersihkan

    dengan kuret tajam. Tindakan kuret hanya dilakukan satu kali. Kuretase berikutnya

    harus ada indikasi.

    b. Histerektomi

    Apa bila usia dan paritas sudah mencukupi sehingga wanita tidak lagi memerlukan

    kehamilan, mungkin histerektomi lebih menjadi pilihan. Usia 4o tahun keatas

    mejadi pilihan karena pada usia iru frekwensi penyakit trofoblastik ganas

    meningkat. 37% dari wanita berusia 40 tahun keatas mengalami tumor protoblastik

    gestasional.

    Profilaksis

    Ada dua cara :

    1. histerektomi totalis

    Tutorial 3- Mola Hidatidosa - 2013 Page 13

  • 7/22/2019 TUTTORIAL Mola Hidatidosa 2 KOAS OBSGYN

    14/19

    2. kemoterapi diberikan bila tidak menolak dan tidak bisa dilakukan pada wanita

    dengan HT, atau wanita muda dengan hasil PA yang mencurigakan.

    Caranya :

    1. MTX 20 mg/hari, IM, Asam folat 10 mg 3dd1 dan cursil 35mg 2dd1, selama 5

    hari berturut-turut.

    Profiklaksis dengan tablet MTX, dianggap tidak bemanfaat. Asam folat adalah

    antidote dari MTX, cursil sebagai hepatoprotektor

    2. Actinomycin D 1 flacon sehari, selama 5 hari berturut-turut. Tidak perlu antidote

    ataupun hepatoprotektor

    Follow Up

    Seperti diketahui, 15-20% dari penderita pasca MHK bisa mengalami transformasi

    keganasan menjadi TTG. Menurut hertig, keganasan bisa dalam waktu satu minggu

    sampai tiga tahun pasca evakuasi.

    Tujuan dari follow up ada dua :

    1. untuk melihat apakah proses involusi berjalan secara normal. Baik anatomis,

    laboratoris maupun fungsional, seperti involusi uterus, turunnya kadar -hCG dan

    kembalinya fungsi haid.

    2. Untuk menentukan adanya transformasi keganasan terutama pada tingkat yang

    sangat dini.

    Dalam tiga bulan pertama pasca evakuasi, penderita diminta datang untuk kontrol setiap

    2 minggu. Kemudian, dalam tiga bulan berikutnya, setiap satu bulan, selanjutnya enam

    bulan terakhir, kontrol tiap dua bulan.

    Prognosis

    Setelah dilakukan evakuasi jaringan mola secara lengkap, sebagian besar penderita

    MHK akan sehat kembali, kecuali 15 20% yang mungkin akan mengalami keganasan

    (TTG).

    Tutorial 3- Mola Hidatidosa - 2013 Page 14

  • 7/22/2019 TUTTORIAL Mola Hidatidosa 2 KOAS OBSGYN

    15/19

    Umumnya yang menjadi ganas adalah mereka yang termasuk golongan resiko

    tinggi, seperti :

    1. umur diatas 35 tahun

    2. besar uterus di atas 20 minggu

    3. kadar -hCG di atas 105 mIU/ml

    4. gambaran PA yang mencurigakan

    Mola Hidatidosa Parsialis

    MHP harus dipisahkan dari MHK, karena keduanya terdapat perbedaan yang

    mendasar, baik dilihat dari segi patogenesisnya (sitogenetik), klinis, prognosis, maupun

    gambaran PA-nya.

    sebagian dari vili korialis yang mengalami degenerasi hidropik sehingga unsur

    Pada MHP hanya janin selalu ada. Perkembangan janin akan tergantung kepada luasnya

    plasenta yang mengalami degenerasi, tetapi janin biasanya tidak dapat bertahan lama dan

    akan mati dalam rahim, walaupun dalam kepustakaan ada yang melaporkan tentang kasus

    MHP yang janinnya hidup sampai aterm.1

    Secara epidemiologi klinis, MHP tidak sejelas MHK, kita tidak mengetahui dengan

    tepat berapa insidensinya, apa yang menjadi faktor resikonya dan bagaimana penyebaran

    penyakitnya.

    Patogenesis

    Secara sitogenetik MHP terjadi karena ovum normal dari ibu (23 X) dibuahi secara

    dispermi. Bisa oleh dua haploid 23 X, satu haploid 23 X san satu haploid 23Y atau dua

    haploid 2 Y. Hasil konsepsi bisa berupa 69 XXX, 69 XXY, 69 XYY. Kromosom 69

    YYY tidak pernah ditemukan. Jadi MHP mempunyai satu haploid ibu dan dua haploid

    ayah sehingga disebut Diandro Triploid. Karena disini ada unsur ibu, ditemukan bayi.

    Tetapi komposisi unsur ibu dan unsur ayah tidak seimbang, satu berbanding dua. Unsur

    ayah yang tidak normal itu menyebabkan pembentukan plasenta yang tidak wajar, yang

    merupakan gabungan dari vili korialis yang normal dan yang mengalami degenerasi

    hidropik. Oleh karena itu fungsinya pun tidak bisa penuh sehingga janin tidak bisa

    bertahan sampai besar. Biasanya kematian terjadi sangat dini.1,2,3

    Tutorial 3- Mola Hidatidosa - 2013 Page 15

  • 7/22/2019 TUTTORIAL Mola Hidatidosa 2 KOAS OBSGYN

    16/19

    Teori Diandro Triploid

    Homozigot

    Heterozigot

    Nonviable

    Tutorial 3- Mola Hidatidosa - 2013 Page 16

    Ovumnormal

    Ovum

    Kosong

    OvumKosong

    69 XXX

    69 XXY

    69 XYY

    23 Y

    23 Y

    23 X

    23 Y

    23 X

    69 YY

    23 X

  • 7/22/2019 TUTTORIAL Mola Hidatidosa 2 KOAS OBSGYN

    17/19

    Gejala-Gejala

    Berbeda dengan MHK, pada MHP sama sekali tidak ditemukan gejala maupun

    tanda-tanda yang khas. Keluhannya pada permulaan sama seperti kehamilan biasa. Kalau

    ada perdarahan sering dianggap seperti abortus biasa. Jarang sekali ditemukan MHP

    dengan besar uterus yang melebihi tuanya kehamilan. Biasanya sama atau lebih kecil.

    Dalam hal terakhir disebutDying Mole.

    Gambaran USG tidak selalu khas, tapi menurut Fine C. Et al., MHP dapat

    didiagnosis bila ditemukan hal-hal sebagai berikut. Pada jaringan plasenta tampak

    gambaran yang menyerupai kista-kista kecil disertaipeningkatan diameter transversa dari

    kantong janin.

    Kadar -hCG juga meninggi, tetapi biasanya tidak setinggi MHK. Hal ini mungkin

    disebabkan pada MHP masih ditemukan vili korialis normal. Kadar yang tidak terlalu

    tinggi ini tidak menyebabkan rangsangan pada ovarium. Pada MHP jarang sekali

    ditemukan kista lutein. Di samping itu, MHP jarang sekali disertai penyulit seperti PEB,

    tiroktosikosis atau emboli paru.

    Diagnosis

    Dengan tidak ditemukannya tanda-tanda yang khas, maka sulit untuk membuat

    diagnosis kerja, kecuali pada kehamilan yang cukup besar, yang diagnosisnya dapat

    ditentukan oleh hasil USG, dimana kita akan melihat gambaran vesikuler yang khas di

    samping kantong janin, dengan atau tanpa janin.

    Biasanya diagnosis dibuat secara tidak sengaja, setelah dilakukan tindakan dan

    diperkuat dengan hasil pemeriksaan PA, dimana ditemukan gambaran khas sebagai

    berikut.

    1. vili korialis dari berbagai ukuran dengan degenerasi hidropk, kavitasi, dan

    hiperplasia trofoblas

    2. scalloping yang berlebihan dari vili

    3. inklusi stroma trofoblas yang menonjol

    4. ditemukan jaringan embrionik atau janin

    Tutorial 3- Mola Hidatidosa - 2013 Page 17

  • 7/22/2019 TUTTORIAL Mola Hidatidosa 2 KOAS OBSGYN

    18/19

    Gambar 5 Mola parsialis

    Pada mola parsialis tampak selapis sel -sel trofoblas

    Prognosis

    Dibandingkan dengan MHK, prognosis MHP jauh lebih baik. Hal itu disebabkan

    oleh tidak adanya penyulit dan derajat keganasannya rendah (4%). Walupun demikian,

    dalam kepustakaan ditemukan laporan tentang kasus MHP yang disertai metastase ke

    tempat lain. Penderita pasca-MHP harus difollow up sama ketatnya seperti MHK.

    Tutorial 3- Mola Hidatidosa - 2013 Page 18

  • 7/22/2019 TUTTORIAL Mola Hidatidosa 2 KOAS OBSGYN

    19/19

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Cunningham FG, Gant NF et al. Williams Obstetrics, 21th ed. Philadelphia :

    Appleton and Lange, 2006 : 931-937.

    2. Mochtar Rustam, Sinopsis Obsetri Edisi.2.Jakarta, EGC, 1998: Hlm:238-240.

    3. Chrisdiono M, Prosedur tetap Obsetri dan Ginekologi, Jakarta, EGC, 2004, hal

    90-93.

    4. Hydatidiform Mole; http://emedicine.medscape.com/article/254657

    5. Ross S. Berkowitz, Molar Pregnancy. N Engl J Med 360;16 nejm.org, 2009.

    6. Kariadi SH. Identifikasi Penduga Potensial untuk Diagnosis Tiroktosikosis Pada

    Penderita Mola Hidatidosa. Disertasi UNPAD 1992

    7. Martaadisoebrata D.Buku Pedoman Pengelolaan Penyakit Trofoblas Gestasional.

    Jakarta : EGC, 2005 ; 7 42

    8. Katherine Hughes, Thyrotoxicosis complicating a molar pregnancy,

    http://www.endocrine-abstracts.org/ea/0013/ea0013p327.htm

    Tutorial 3- Mola Hidatidosa - 2013 Page 19

    http://emedicine.medscape.com/article/254657http://www.endocrine-abstracts.org/ea/0013/ea0013p327.htmhttp://emedicine.medscape.com/article/254657http://www.endocrine-abstracts.org/ea/0013/ea0013p327.htm