tugas korosi iii

13
Oleh : DEDDY ARIES S. 20151334036 TUGAS KOROSI III

Upload: deddy-aries

Post on 20-Mar-2017

58 views

Category:

Engineering


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas korosi iii

Oleh : DEDDY ARIES S.20151334036

TUGAS KOROSI III

Page 2: Tugas korosi iii

Foto benda yang terkorosi

Sebelum terkorosi

Saat terkena korosi

Page 3: Tugas korosi iii

Jenis korosi yang terjadi pada gambar yaitu :

• Uniform Corrosion• Stress Corrosion Cracking• Dezincification• Pitting Corrosion

Page 4: Tugas korosi iii

Cara pencegahan korosi berdasarkan teori yaitu :

Proteksi Katodik Coating Pemakaian Bahan-Bahan Kimia

(Chemical Inhibitor)• Inhibitor anodik• Inhibitor katodik• Inhibitor campuran• Inhibitor teradsorpsi

Page 5: Tugas korosi iii
Page 6: Tugas korosi iii

• Uniform corrosion terjadi disebabkan rusaknya seluruh atau sebagian protective layer pada material sehingga material secara merata akan berkurang/aus. Korosi ini terjadi umumnya disebabkan oleh cairan atau larutan asam kuat maupun alkali panas. Asam hidroklorit dan asam hidrofluor adalah lingkungan yang perlu dihindari material apalagi dikombinasikan dengan temperatur serta konsentrasi yang cukup tinggi. Korosi uniform yang menyebabkan berkurangnya dimensi permukaan benda secara merata.

Uniform Corrosion

Back

Page 7: Tugas korosi iii

Stress Corrosion Cracking• Dalam kondisi kombinasi antara tegangan (baik tensile,

torsion, compressive maupun thermal) dan lingkungan yang korosif maka material cenderung lebih cepat mengalami korosi. Karat yang mengakibatkan berkurangnya penampang luas efektif permukaan material menyebabkan tegangan kerja (working Strees) pada SS akan bertambah besar. Korosi ini dapat terjadi pula misal pada pin, baut-mur dengan lubangnya/ dudukannya, material yang memiliki tegangan sisa akibat rolling, bending, welding dan sebagainya. Korosi ini meningkat jika part yang mengalami stress berada di lingkungan dengan kadar klorida tinggi seperti air laut yang temperaturnya cukup tinggi. Sebagai akibatnya aplikasi material dibatasi untuk menangani cairan panas ber-temperatur di atas 50 0C bahkan dengan kadar klorida yang sangat sedikit sekalipun (beberapa ppm). Pada beberapa kasus, korosi ini dapat dikurangi dengan cara ’shot peening’, penembakan permukaan logam dengan butir pasir logam, atau juga meng-annealing setelah material selesai di- machining, sehingga dapat mengurangi tegangan pada permukaan logam.

Back

Page 8: Tugas korosi iii

Dezincification• Merupakan korosi yang mengandung zinc alloy kuningan dimana

produk utama dari korosi logam tembaga. Dezincification adalah terlarutnya zinc yang terjadi pada kuningan yang terpapar lingkungan berair dengan konsentrasi CO2 dan atau klorida tinggi. Dezincfikasi terutama terjadi pada kuningan dengan kadar seng diatas 15–20%, pada lingkungan air yang mengandung ion Cl- seperti air payau & air laut dan air yang mengandung O2.  Sedangkan untuk kuningan dengan kadar seng kurang dari 5%  biasanya tahan terhadap korosi ini. Produk dari proses dezincfikasi menghasilkan kuningan yang berlubang, rapuh, memiliki kekuatan mekanis yang rendah dan warna kuningan berubah dari kuning ke merah. Terlarutnya Zn menyebabkan adanya lapisan tembaga. Tipe atau bentuk serangan pada proses desincfikasi dibagi menjadi 2 bagian :

• 1. Tipe setempat (plug)• Tipe korosi ini menyerang secara lokal sampai ke dalam kuningan

membentuk lubang. • 2. Tipe lapisan (merata)• Tipe korosi  ini menyerang secara merata pada permukaan

kuningan dan melarutkan seng pada seluruh permukaan kuningan dengan laju yang hampir sama.

Back

Page 9: Tugas korosi iii

Pitting corrosion

• Pitting corrosion ini awalnya terlihat kecil dipermukaan material tetapi semakin membesar pada bagian dalam material. Korosi ini terjadi pada beberapa kondisi pada lingkungan dengan pH rendah, temperature moderat, serta konsentrasi klorida yang cukup tinggi. Umumnya material berkadar Krom (Cr), Molybdenum (Mo) dan Nitrogen (N) yang tinggi cenderung lebih tahan terhadap pitting corrosion. Korosi ini sangat berbahaya karena menyerang permukaan dan penampakan visualnya sangat kecil, sehingga sulit untuk diatasi dan dicegah terutama pada pipa-pipa bertekanan tinggi.

Back

Page 10: Tugas korosi iii

Proteksi Katiodik

Untuk mencegah terjadinya proses korosi atau setidak-tidaknya untuk memperlambat proses korosi tersebut, maka dipasanglah suatu anoda buatan di luar logam yang akan diproteksi. Daerah anoda adalah suatu bagian logam yang kehilangan elektron. Ion positifnya meninggalkan logam tersebut dan masuk ke dalam larutan yang ada sehingga logam tersebut berkarat. Terlihat disini karena perbedaan potensial maka arus elektron akan mengalir dari anoda yang dipasang dan akan menahan melawan arus elektron dari logam yang didekatnya, sehingga logam tersebut berubah menjadi daerah katoda. Inilah yang disebut Cathodic Protection. Dalam hal diatas elektron disuplai kepada logam yang diproteksi oleh anoda buatan sehingga elektron yang hilang dari daerah anoda tersebut selalu diganti, sehingga akan mengurangi proses korosi dari logam yang diproteksi. Anoda buatan tersebut ditanam dalam suatu elektrolit yang sama (dalam hal ini tanah lembab) dengan logam (dalam hal ini pipa) yang akan diprotekasi dan antara dan pipa dihubungkan dengan kabel yang sesuai agar proses listrik diantara anoda dan pipa tersebut dapat mengalir terus menerus.Back

Page 11: Tugas korosi iii

Coating• Pelapisan dengan semen (concrete coating)

Pelapisan ini digunakan pada pipa yang akan dipasang pada daerah air laut, dimana ketebalan semen diharapkan akan dapat menghindarkan kontaminasi secara langsung antara air laut dengan permukaan pipa dan juga selain itu lapisan semen ini juga digunakan sebagai pemberat pipa yang akan diletakkan didasar laut sehingga tidak memerlukan lagi pemberat

• PengecatanDalam pengecatan perlu diperhatikan penggunaan cat yang sesuai dengan standart dan ketebalan cat perlu diperhatikan, yaitu ketebalan antara primer coat, intermediate coat dan top coat.  Sebelum pipa dicat harus dilakukan sandblasting terlebih dahulu, untuk memastikan bahwa tidak ada air atau kotoran yang dapat menyebabkan korosi setelah dilakukan pengecatanBack

Page 12: Tugas korosi iii

Chemical InhibitorInhibitor adalah zat kimia yang ditambahkan ke dalam suatu lingkungan korosif dengan kadar sangat kecil (ukuran ppm) guna mengendalikan korosiInhibitor korosi dapat dikelompokkan berdasarkan mekanisme pengendaliannya, yaitu inhibitor anodik, inhibitor katodik, inhibitor campuran, dan inhibitor teradsorpsi.•Inhibitor anodik adalah senyawa kimia yang mengendalikan korosi dengan cara menghambat transfer ion-ion logam ke dalam air. Contoh inhibitor anodik yang banyak digunakan adalah senyawa kromat•Inhibitor katodik adalah senyawa kimia yang mengendalikan korosi dengan cara menghambat salah satu tahap dari proses katodik. Contoh inhibitor katodik adalah hidrazin, tannin, dan garam sulfit.•Inhibitor campuran mengendalikan korosi dengan cara menghambat proses di katodik dan anodik secara bersamaan. Pada umumnya inhibitor komersial berfungsi ganda, yaitu sebagai inhibitor katodik dan anodik. Contoh inhibitor jenis ini adalah senyawa silikat, molibdat, dan fosfat.•Inhibitor teradsorpsi umumnya senyawa organik yang dapat mengisolasi permukaan logam dari lingkungan korosif dengan cara membentuk film tipis yang teradsorpsi pada permukaan logam. Contoh jenis inhibitor ini adalah merkaptobenzotiazol dan 1,3,5,7–tetraaza–adamantane.Back

Page 13: Tugas korosi iii

Korosi pada stainless steel adalah kromium oksida yang secara otomatis terbentuk pada permukaan bahan sehubungan dengan afinitas kromium yang tinggi untuk bergabung dengan oksigen. Lapisan kromium oksida ini bersifat pasif (secara kimiawi tidak aktif), kuat (melekat secara erat di permukaan stainless steel tersebut) dan memperbaharui dirinya sendiri.

Lapisan Kromium ini hanya sekitar 130 angstrom(1A = 10-10m) tebalnya dan melindungi stainless steel dari korosi. Lapisan tersebut berupa bahan film yang dapat memperbaharui dirinya sendiri. Apabila film ini hilang atau rusak (sebagaimana yang sering terjadi ketika permukaan stainless steel terkena mesin atau tergores), film tersebut dapat membentuk kembali dirinya sendiri. Walaupun demikian kondisi lingkungan tetap menjadi penyebab kerusakan protective layer(kromium oksida) tersebut. Pada keadaan dimana protective layer tidak dapat lagi terbentuk, maka korosi pada stainless steel akan tetap terjadi. Sifat logam sendiri mudah melepaskan elektron dimana korosi merupakan melarut/bereaksinya logam dengan oksigen atau bahan lain dan korosi akan terjadi lebih cepat dengan hadirnya zat elektrolit, misal suatu asam atau larutan garam.

Korosi pada Stainless Steel

Back