tugas kks gigi & mulut - dwika putri mentari
DESCRIPTION
gigiTRANSCRIPT
TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN GIGI DAN MULUT
Oleh :
Dwika Putri Mentari
04084811416033
Pembimbing :
drg. Billy Sujatmiko, SpKG
F A K U L T A S K E D O K T E R A N
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014
1. Klasifikasi Karies
Klasifikasi karies berdasarkan ICDAS
D1: terlihat lesi putih pada permukaan gigi saat kering
D2: terlihat lesi putih pada permukaan gigi saat basah
D3: karies mencapai email
D4: karies mencapai dentin (mencapai DEJ)
D5: karies mencapai dentin yang lebih dalam
D6: karies mencapai pulpa
2. Progresivitas Kerusakan Gigi
3. Persarafan pada Gigi
Serabut saraf yang terdapat pada gigi baik rahang atas dan rahang bawah juga pada mata terhubung melalui saraf trigeminus (Nervus V/ganglion gasseri). Persarafan pada daerah orofacial, selain saraf trigeminal meliputi saraf kranial lainnya, yaitu saraf kranial ke-VII, ke-XI, ke-XII.
N.V1: cabang Opthalmicus
N.V2: cabang Maxillaris
N.V3: cabang Mandibula
Cabang maxillaris (rahang atas) dan mandibularis (rahang bawah)
• Cabang maxillaris memberikan inervasi sensorik ke gigi maxillaris, palatum, dan gingiva.• Cabang mandibularis memberikan persarafan sensorik ke gigi mandibularis, lidah, dan gingiva.
White spot(lesi subsurface/lesi insipien/lesi
putih)↓
Karies email↓
Karies dentin↓
Karies mencapai pulpa vital↓
Karies mencapai pulpa non vital↓
Abses
NERVUS MAKSILARIS
Cabang maksila nervus trigeminus mempersarafi gigi-gigi pada maksila, palatum, dan gingiva di maksila. Selanjutnya cabang maksila nervus trigeminus ini akan bercabang lagi menjadi nervus alveolaris superior. Nervus alveolaris superior ini kemudian akan bercabang lagi menjadi tiga, yaitu nervus alveolaris superior anterior, nervus alveolaris superior medii, dan nervus alveolaris superior posterior. Nervus alveolaris superior anterior mempersarafi gingiva dan gigi anterior, nervus alveolaris superior medii mempersarafi gingiva dan gigi premolar serta gigi molar I bagian mesial, nervus alveolaris superior posterior mempersarafi gingiva dan gigi molar I bagian distal serta molar II dan molar III.
Variasi nervus yang memberikan persarafan ke gigi diteruskan ke alveolaris, ke soket di mana gigi tersebut berasal.
- Nervus alveolaris superior ke gigi maxillaris berasal dari cabang maxillaris nervus trigeminus.
- Nervus alveolaris inferior ke gigi mandibularis berasal dari cabang mandibularis nervus trigeminus.
Cabang Maxillaris mempersarafi Palatum
Membentuk atap mulut dan lantai cavum nasiTerdiri dari :
- Palatum durum (langit keras)- Palatum mole (langit lunak)
Palatum Durum
Terdapat tiga foramen:
– foramen incisivum pada bidang median ke arah anterior
– foramina palatina major di bagian posterior dan
– foramina palatina minor ke arah posterior
Bagian depan palatum:
N. Nasopalatinus (keluar dari foramen incisivum), mempersarafi gigi anterior rahang atas
Bagian belakang palatum:
N. Palatinus Majus (keluar dari foramen palatina mayor), mempersarafi gigi premolar dan molar rahang atas.
Palatum Mole
N. Palatinus Minus (keluardari foramen palatina minus), mempersarafi seluruh palatina mole.
PERSARAFAN DENTIS DAN GINGIVA RAHANG ATAS
Permukaan labia dan buccal :
N. alveolaris superior posterior, medius dan anterior
o Nervus alveolaris superior anterior, mempersarfi gingiva dan gigi anterior
o Nervus alveolaris superior media, mempersarafi gingiva dan gigi premolar dan molar I bagian
mesial
o Nervus alveolaris superior posterior, mempersarafi gingiva dan gigi molar I bagian distal, molar II dan molar III
Permukaan palatal :
N. palatinus major dan nasopalatinus
o Bagian depan palatum: N. Nasopalatinus (keluar dari foramen incisivum), mempersarafi gingiva dan gigi anterior rahang atas
o Bagian belakang palatum: N. Palatinus Majus (keluar dari foramen palatina mayor), mempersarafi gingiva dan gigi premolar dan molar rahang atas.
NERVUS MANDIBULARIS
Cabang awal yang menuju ke mandibula adalah nervus alveolar inferior. Nervus alveolaris inferior terus berjalan melalui rongga pada mandibula di bawah akar gigi molar sampai ke tingkat foramen mental. Cabang pada gigi ini tidaklah merupakan sebuah cabang besar, tapi merupakan dua atau tiga cabang yang lebih besar yang membentuk plexus dimana cabang pada inferior ini memasuki tiap akar gigi.
Selain cabang tersebut, ada juga cabang lain yang berkonstribusi pada persarafan mandibula. Nervus buccal, meskipun distribusi utamanya pada mukosa pipi, saraf ini juga memiliki cabang yang biasanya di distribusikan ke area kecil pada gingiva buccal di area molar pertama. Namun, dalam beberapa kasus, distribusi ini memanjang dari caninus sampai ke molar ketiga. Nervus lingualis, karena terletak di dasar mulut, dan memiliki cabang mukosa pada beberapa area mukosa lidah dan gingiva. Nervus mylohyoid, terkadang dapat melanjutkan perjalanannya pada permukaan bawah otot mylohyoid dan memasuki mandibula melalui foramen kecila pada kedua sisi midline. Pada beberapa individu, nervus ini berkontribusi pada persarafan dari insisivus sentral dan ligament periodontal.
CABANG MANDIBULARIS :
Dipersyarafi oleh Nervus Alveolaris Inferior, mempersarafi gigi anterior dan posterior gigi rahang bawah
PERSARAFAN GINGIVA
Permukaan labia dan buccal :
• N. Buccalis, mempersarafi bagian buccal gigi posterior rahang bawah
• N. Mentalis, merupakan N.Alveolaris Inferior yang keluar dari foramen Mentale
Permukaan lingual :
• N. Lingualis, mempersarafi 2/3 anterior lidah, gingiva dan gigi anterior dan posterior rahang bawah
4. Definisi, Pemeriksaan Subjektif dan Objektif, beserta Terapi Awal pada:
a. White spot
Merupakan bercak putih pada permukaan gigi dan proses awal terjadinya karies, namun
pada fase ini permukaan gigi masih utuh. Bercak putih (white spot) timbul akibat
pelepasan ion kalsium dan fosfat dari email gigi yang disebut dengan demineralisasi.
b. Karies Email
Merupakan karies dini yang mengenai email gigi. Akibat dari demineralisasi lanjutan dari email
gigi. Terlihat daerah gelap pada permukaan email.
c. Karies Dentin
Merupakan perluasan karies email ke daerah dentin. Terlihat mahkota sedikit keabu-abuan,
kavitas coklat muda, sondase menembus email dan mencapai dentin.
d. Iritasi Pulpa
Iritasi pulpa merupakan suatu keadaan dimana lapisan enamel gigi mengalami kerusakan
sampai batas dentinoenamel junction
Subjektif : rasa ngilu sewaktu makan atau minum asam atau manis dan sikat gigi
Objektif :
- Inspeksi : karies (+), dapat di berbagai permukaan
- Sondasi : kedalaman superfisial, ngilu (+)
- Perkusi : (-)
- Palpasi : (-)
Pengobatan : penambalan atau konservasi
e. Hiperemia Pulpa
Hiperemia pulpa merupakan kelanjutan iritasi pulpa, sumber iritan berupa
toksik/metabolik dari mikroorganisme yang menyebabkan kerusakan struktur dentin lalu
penetrasi ke dalam pulpa.
Subjektif : sakit atau sangat ngilu ketika ada rangsangan dari makanan dan segera akan
hilang jika rangsang dihilangkan. Tidak ada riwayat sakit spontan.
Objektif :
- Inspeksi : karies (+)
- Sondasi : kedalaman medial, sangat ngilu dan sakit (+++) tapi segera hilang
- Perkusi : (-)
- Palpasi : (-)
Pengobatan : penambalan atau konservasi ditambah dengan pulpa capping menggunakan
kalsium hidroksida (Ca(OH)2)
f. Pulpitis reversible
Pulpitis reversible adalah suatu kondisi inflamasi pulpa ringan sampai sedang yang
disebabkan oleh stimuli noksius, tetapi pulpa mampu kembali pada keadaan tidak
terinflamasi setelah stimuli ditiadakan. Rasa sakit yang berlangsung sebentar dapat
dihasilkan oleh stimuli termal pada pulpa yang mengalami inflamasi reversibel tapi rasa
sakit hilang segera setelah stimuli dihilangkan.
Subjektif : rasa sakit yang tajam hanya sebentar dan hilang setelah rangsangan
dihilangkan. Lebih sering diakibatkan oleh makanan dan minuman dingin daripada panas
dan oleh udara dingin.
Objektif :
- Perkusi : (-)
- Karies mengenai dentin/karies profunda
- Pulpa belum terbuka
- Sondase (+)
- Chlorethyl (+)
Pengobatan : pulpitis reversible dapat dilakukan restorasi. Ada beberapa macam restorasi
yang dapat digunakan seperti amalgam, resin komposit, dan glass ionomer cement (GIC)
g. Pulpitis irreversible
Pulpitis irreversible merupakan kelanjutan dari pulpitis reversible. Kerusakan pulpa yang
parah akibat pengambilan dentin yang luas selama prosedur operatif, terganggunya aliran
darah pada pulpa akibat trauma, dan pergerakan gigi dalam perawatan ortodonsi dapat
menyebabkan pulpitis irreversibel. Pulpitis irreversible merupakan inflamasi yang tidak
akan dapat pulih walaupun penyebabnya dihilangkan.
Subjektif : nyeri pulpitis irreversibel dapat berupa nyeri tajam, tumpul, lokal, atau difus
dan berlangsung hanya beberapa menit atau berjam-jam dan terjadi spontan yang
disebabkan oleh makanan manis atau asam..
Objektif :
- Perkusi : (-)
- Karies mengenai dentin/karies profunda
- Pulpa terbuka
- Sondase (+)
- Chlorethyl (+)
Pengobatan : pulpotomi, pulpektomi
h. Nekrosis pulpa
Nekrosis pulpa adalah kematian pulpa yang dapat diakibatkan oleh pulpitis irreversible
yang tidak dirawat atau terjadi trauma yang dapat mengganggu suplai darah ke pulpa.
Subjektif : gigi yang kelihatan normal dengan pulpa nekrotik tidak menyebabkan gejala
rasa sakit. Ada diskolorasi gigi, kadang gigi mengalami perubahan warna keabu-abuan
atau kecoklat-coklatan yang nyata.
Objektif : gigi dengan pulpa nekrotik tidak berekasi terhadap dingin, tes pulpa listrik,
atau tes kavitas.
Pengobatan : Untuk gigi yang mempunyai akar satu diadakan perawatan akar syaraf,
untuk gigi yang mempunyai akar lebih dari satu diadakan pencabutan bila ada keluhan.
i. Periodontitis
Periodontitis adalah penyakit inflamasi yang melibatkan struktur jaringan periodontal dan
mengakibatkan kerusakan dari jaringan perlekatan dan terdapat perkembangan dari poket
periodontal.
o
Subjektif : perdarahan gusi, perubahan warna gusi, bau mulut
Objektif : gusi akan tampak bengkak dan berwarna merah keunguan. Akan tampak
endapan plak atau karang di dasar gigi disertai kantong yang melebar di gusi.
Pengobatan : skaling dan root planing, antibiotika, kumur-kumur antiseptik, bedah
periodontal, dan ekstraksi gigi.
5. Trepanasi Gigi
Trepanasi merupakan suatu tindakan untuk menciptakan drainase melalui saluran akar
atau melalui tulang untuk mengalirkan sekret luka serta untuk mengurangi rasa sakit. Timbulnya
abses alveolar akut menandakan infeksi telah meluas dari saluran akar melalui periodontal
apikalis sampai ke dalam tulang periapeks. Nanah dikelilingi oleh tulang pada apeks gigi dan
tidak dapat mengalir keluar. Pada stadium ini terasa sangat nyeri terutama bila ditekan, sehingga
untuk menghilangkannya perlu segera dilakukan drainase. Ada dua cara trepanasi, yaitu
trepanasi saluran akar dan trepanasi didaerah apeks akar.
6. Antibiotik dan Analgetik pada ibu hamil dan menyusui
FDA merekomendasikan 5 kategori obat yang memerlukan perhatian khusus terhadap kemungkinan efek terhadap janin.
A. Obat yang sudah pernah diujikan pada manusia hamil dan terbukti tidak ada risiko terhadap janin dalam rahim. Obat golongan ini aman untuk dikonsumsi oleh ibu hamil.
B. Obat yang sudah diujikan pada binatang dan terbukti ada atau tidak ada efek terhadap janin dalam rahim akan tetapi belum pernah terbukti pada manusia. Obat golongan ini bila diperlukan dapat diberikan pada ibu hamil.
C. Obat yang pernah diujikan pada binatang atau manusia akan tetapi dengan hasil yang kurang memadai. Meskipun sudah dujikan pada binatang terbukti ada efek terhadap janin akan tetapi pada manusia belum ada bukti yang kuat. Obat golongan ini boleh diberikan pada ibu hamil apabila keuntungannya lebih besar dibanding efeknya terhadap janin.
D. Obat yang sudah dibuktikan mempunyai risiko terhadap janin manusia. Obat golongan ini tidak dianjurkan untuk dikonsumsi ibu hamil. Terpaksa diberikan apabila dipertimbangkan untuk menyelamatkan jiwa ibu.
X. Obat yang sudah jelas terbukti ada risiko pada janin manusia dan kerugian dari obat ini jauh lebih besar daripada manfaatnya bila diberikan pada ibu hamil, sehingga tidak dibenarkan untuk diberikan pada ibu hamil atau yang tersangka hamil.
Pada umumnya obat anestesi lokal tidak bersifat teratogenik dan dianggap relatif aman untuk
digunakan selama kehamilan. Obat anestesi lokal yang paling aman digunakan pada masa
kehamilan adalah lidokain tanpa epinefrin (kategori B). Sebagian besar obat anestesi lokal yang
digunakan di kedokteran gigi tergolong dalam FDA kategori B seperti lidokain, prilokain,
etidokain. Mepivikain dan bupivakain (kategori C) tidak direkomendasikan sebab tidak terdapat
data yang mendukung keamanannya dan terdapat kemungkinan timbulnya efek teratogenik pada
fetus.
Berikut tabel obat anestesi lokal yang aman dan tidak aman digunakan pada masa kehamilan.
Nama Obat1. 2% lidokain (Xylokain) dengan 1:100000 epinefrin2. 4% prilokain HCl dengan 1:200000 epinefrin (Citanest Forte) 3. 4% prilokain HCl tanpa epinefrin (Citanest Plain)4. Etidokain (Duranest)5. 0.5% bupivikain (Markain)6. 4% septokain (Artikain) dengan 1:100000 atau 1:200000 epinefrin7. 2% mepivikain (Karbokain) dengan 1:20000 levonordefrin (NeoCobefrin)8. 3% mepivikain HCl (Karbokain, Polokain)9. Prokain (Novokain, Ester)
Kategori FDAB
B B B CC
C
CC
Nama Obat Risiko Kehamilan Risiko MenyusuiAcetaminophen B L1
AspirinC (TM 1 & 2)
D (TM 3)L3
Azapropazone D L2Butalbital D L3
Butorphanol B (TM 1 & 2)
D (TM 3)L3
Celecoxib C L2Codeine C L3Colchicine D L4Diclofenac B L2Fentanyl B L2
FlurbiprofenB (TM 1&2)
C (TM 3)L2
Hydrocodone B L3Hydromorphone C L3
Ibuprofen B (TM 1&2)
D (TM 3)L1
Indomethacin B (TM 1&2)
D (TM 3)L3
Ketorolac B (TM 1&2)
D (TM 3)L2
Meperidine BL2;L3
Methadone B L3Morphine B L3Nalbuphine B L2
Naproxen BL3;L4
Nefopam B NROxycodone B L3Pentosan polysulfate B L2Piroxicam B L2Propoxyphene C L2Secobarbital D L3Tolmetin C L3Tramadol HCL C L3
ButorphanolB (TM 1&2)
D (TM 3)L3
Codeine C L3Fentanyl B L2
Meperidine BL2L3
Methadone B L3Morphine B L3Propoxyphene C L2 Keterangan:
L1: safest L2: safer L3: moderately safe L4: possibly hazardous L5: contraindicated
ICD 10. Diagnostik Gigi dan Mulut
K00.0–K00.9 Disorders of tooth development and eruption
K01.0–K01.1 Embedded and impacted teeth
K02.0–K02.9 Dental caries
K03.0–K03.9 Other diseases of hard tissues of teeth
K04.0–K04.9 Diseases of pulp and periapical tissues
K05.0–K05.6 Gingivitis and periodontal diseases
K06.0–K06.9 Other disorders of gingiva and edentulous alveolar ridge
K07.0–K07.9 Dentofacial anomalies (including malocclusion)
K08.0–K08.9 Other disorders of teeth and supporting structures
K09.0–K09.9 Cyst of oral region, not elsewhere classified
K10.0–K10.9 Other diseases of jaws
K11.0–K11.9 Diseases of salivary glands
K14.0–K14.9 Diseases of tongue