tugas keperawatan medikal bedah

Upload: gysha-puna-temud

Post on 18-Oct-2015

108 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

TUGAS REMIDI KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAHBURSITIS DAN SPONDILITIS ANKILOSIS

Disusun Oleh :

Agissia Citra Sari

P27220011 058DIII KEPERAWATAN NON REGULER

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

2013TUGAS REMIDI KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

BURSITIS

Disusun Oleh :

Agissia Citra Sari

P27220011 058DIII KEPERAWATAN NON REGULER

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

2013BAB I

PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah

Bursitis Bursa merupakan suatu tempat yang berisi cairan berada di antara 2 struktur tulang yang bersentuhan satu sama lain. Cairan ini adalah minyak yang sama dengan cairan persendian dan secara normal jumlahnya memang sedikit. Bursitis adalah peradangan pada bursa dapat disebabkan oleh adanya friksi, benturan secara langsung pada persendian atau disebabkan oleh infeksi bakteri. Bursitis paling sering di bursa subdeltoid, bursa olekranon, bursa prepatelan dan bursa radiohumenal, sesuai urutan kekerapannya lebih menonjol rasa nyeri dari pada keparahan penyakit. Bursitis dapat dikelompokkan menjadi bursitis akut adalah terjadi secara mendadak. Bursitis kronis merupakan akibat dari serangan bursitis akut sebelumnya atau cedera yang berulang.B. Rumusan Masalah

1. Apakah definisi dari bursitis ?

2. Apakah etiologi dari bursitis ?

3. Bagaimanakah pengobatan dari bursitis ?

4. Bagaimanakah pemeriksaan penunjang dari bursitis ?

5. Bagaimanakah diagnosa banding dari bursitis ?

6. Bagaimanakah ASKEP dari bursitis ?C. Tujuan Penulisan Masalah

1. Mahasiswa mengetahui definisi bursitis

2. Mahasiswa mengetahui etiologi bursitis

3. Mahasiswa mengetahui pengobatan bursitis

4. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan penunjang bursitis

5. Mahasiswa mengetahui ASKEP bursitisBAB II

PEMBAHASANA. Definisi

Bursitis adalah peradangan bursa, yang terjadi pada tempat perlekatan tendon atau otot dengan tulang oleh sebab yang belum diketahui dengan pasti.

Bursitis adalah peradangan pada bursa yang disertai rasa nyeri. Bursa adalah kantong datar yang mengandung cairan sinovial, yang memudahi pergerakan normal dari beberapa sendi pada otot dan mengurangi gesekan.

Bursa terletak pada sisi yang mengalami gesekan, terutama di tempat dimana atau otot melewati tulang. Dalam keadaan normal, sebuah bursa mengandung sangat sedikit cairan. Tetapi jika terluka, bursa akan meradang dan terisi oleh cairan.B. Etiologi

Penyebabnya sering kali tidak diketahui, tetapi bursitis dapat disebabkan oleh penggunaan sebagian anggota tubuh yang berlebihan selama :

1. Pemakaian berlebihan selama bertahun-tahun

a) Pergeseran yang berulang-ulang akibat gesekan dimana dinding bursa menebal dan dapat terjadi efusi pada bursa

b) Bursitis juga dapat berhubungan dengan jenis pekerjaan tertentu seperti prepatela bursitis pada lutut pembantu rumah tangga, dan alekranon bursitis pada pelajar.

2. Cedera : Seperti jatuh atau kecelakaan dan luka tersebut mengenai sendi pada tanggan atau kaki.

3. Gout : Gangguan metabolisme yang menimbulkan serangan peradangan atritis akut sendi paroksismal, biasanya mengenai sendi perifer tunggal.

4. Pseudogout : Adanya kalsium yang berlebihan di tulang persendian.

5. Arthritis rematoid: Kelainan inflamasi yang terutama mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan.

6. Infeksi.

Yang paling mudah terkena bursitis adalah bahu, bagian tubuh lainnya yang juga terkena bursitis adalah sikut, pinggul, lutut, jari kaki, dan tumit.C. Pengobatan

Bursa yang terinfeksi harus dikeringkan dan diberikan antibiotik. Bursitis akut non-infeksius biasanya diobati dengan istirahat, dimana untuk sementara waktu sendi yang terkena tidak digerakkan dan diberikan obat peradangan non-steroid (misalnya indometasin, ibuprofen atau naproksen).

Kadang diberikan obat pereda nyeri. Selain itu bisa disuntikkan campuran dari obat bius lokal dan kortikosteroid langsung ke dalam bursa. Penyuntikan ini mungkin perlu dilakukan lebih dari 1 kali.

Pada bursitis yang berat diberikan kortikosteroid (misalnya prednison) per-oral (ditelan) selama beberapa hari. Setelah nyeri mereda, dianjurkan untuk melakukan latihan khusus guna meningkatkan daya jangkau sendi.

Diobati dengan cara yang sama. Kadang endapan kalsium yang besar di bahu bisa dibuang melalui jarum atau melalui pembedahan. Kortikosteroid bisa disuntikkan langsung ke dalam sendi. Terapi fisik dilakukan untuk mengembalikan fungsi sendi. Latihan bisa membantu mengembalikan kekuatan otot dan daya jangkau sendi. Bursitis sering kambuh jika penyebabnya (misalnya gout, artritis rematoid atau pemakaian berlebihan) tidak diatasi.D. Tanda Dan Gejala

Gejala utama pada bursitis pada umunya berupa pembengkakan lokal, panas, merah, dan nyeri. Bursitis menyebabkan nyeri dan cenderung membatasi pergerakan, tetapi gejala yang khusus tergantung kepada lokasi bursa yang meradang. Jika bursa di bahu meradang, maka jika penderita mengangkat lengannya untuk memakai baju akan mengalami kesulitan dan merasakan nyeri.E. Patofisiologi

Bursitis trokanter dan tendinitis insersi aponeutosis otot gluteus di trokanter mayor sering dikelirukan dengan penyakit intra antrikuler. Tendinitis M. gluteus medsus dan M. gluteus minimus pada insersinya di dalam trokanter mayor adalah penyakit tersering panggul pada usia pertengahan dan lanjut. Inflamasi di daerah insersi otot tersebut biasanya juga meliputi burse trokanter yang terletak di sub cutan, dengan nyeri lokal di posterolateral prominensia (menonjol di atas permukaan) trokanter. Gejala utama bursitis dan tendinitis panggul ialah nyeri loka yang meliputi trokanter mayor dan nyeri saat melakukan rotasi ekstrem atau abduksi panggul. Penderita mengeluh nyeri panggul, biasanya menjadi lebih hebat pada eksuserbasi dan beralih ke sisi lateral paha. Biasanya panggul teraba hangat dan kulit meliputi trokanter mayor terlihat kemerahan. Karena nyeri di bokong dan panggul keatas berhubungan dengan penyakit tulang belakang daerah lumbal. Perlu dissrykirk, penyakit degeneratif diskus invertebratalis dan iskias pada burtitis terdapat nyeri setempat pada palpasi burse, sedangkan gerak mengangkat tungkai yang lurus tidak menimbulkan nyeri, nyeri ini perlu pula dibedakan dengan penyakit intra artikuler endo rotasi maksimal akan menimbulkan nyeri tetapi pada bursitis tidak demikian pada penyakit sendi panggul perkusi di tumit dengan tungkai lurus akan meningkatkan nyeri tidak demi penanggulangan.

Bersifat simptomatik dengan istirahat dan obat anti inflamasi. Nyeri biasanya menghilang dalam waktu 2 3 hari.F. Klasifikasi

Bursitis dklasifikasikan menjadi beberapa bagian yaitu : Bursa yang sering terkena adalah :

1. Bursa sub akromial dan bursa deltoid pada bahu yaitu bursa yang paling penting dalam tubuh, inflamasi pada bursa ini menimbulkan perasaan nyeri akut serta pergerakan yang terbatas terutama gerakan abduksi pada sendi bahu, dan nyeri menetap pada insersi deltoid terutama pada malam hari. Sering kali sekunder akibat robeknya bungkus rotator yang terjadi tanpa di ketahui.

2. Bunion bursitis yaitu daerah pembengkakan yang mengeras pada permukaan metakarpofalangeal I. Penanggulangan dengan aspirasi cairan pada bagian yang membengkak dan suntikan kortikosteroid local.

3. Bursitis Achilles yang terdapat pada perlekatan tendon Achilles dengan tulang kallaneus (retrokalkaneal bursa) dan di antara bursa tersebut dan kulit (bursa sub kutaneous). Menimbulkan rasa nyeri di daerah tersebut terutama pada kalkaneus posterior. Mudah untuk melakukan suntikan kortikosteroid dan xilokain pada daerah pembengkakan di sini, tetapi harus hati-hati tidak boleh ada bolus pada tendon untuk menghindari risiko rupture.

4. Heel spur bursitis. Menimbulkan rasa nyeri pada daerah tumit. Suntikan local kortikosteroid dan atau lidokain sangat membantu.

5. Anserin bursitis, sering disalah tafsirkan sebagai osteortritis karena dijumpai pada wanita tua bertubuh gemuk, yaitu berupa rasa nyeri, tegang (tender) dan kadang-kadang membengkak dan terasa panas di daerah lutut bagian medial inferior, distal garis sendi.

6. Bursitis pre patellar (house maids knee dengan keluhan yang khas pada lutut, yaitu rasa nyeri sewaktu berlutut, terasa kaku, bengkak dan berwarna merah pada bagian anterior lutut (patela). Penyebab yang paling sering karena lutut sering bertumpu pada lantai. Berbeda dengan sinovitis pada lutut yang menimbulkan pembengkakan di daerah belakang bagian pinggir lutut.

7. Bursitis olekranon, terdapat pada puncak siku (tip). Hal ini sering terjadi pada posisi dengan menggunakan siku atau sering jalan tiarap. Walaupun inflamasinya jelas tetapi kadang-kadang rasa nyeri hanya minimal. Juga dapat timbul pada artristis rheumatoid, gout, akibat trauma dan infeksi. Pencegahan dilakukan dengan memakai alas karet busa untuk protektif. Kalau perlu dapat diberi suntikan local kortikosteroid.

8. Bursitis kalkaneal, ada 3 bursa di sekeliling kalkanrus yang dapat mengalami inflamasi dan menimbulkan rasa sakit yaitu :

a) Bursitis retro kalkaneal pada bagian anterior Achilles.

b) Bursitis post kalkaneal pada bagian posterior Achilles

c) Bursitis sub kalkaneal pada bagian inferior tulang kalkaneus. Bursitis yang berulang-ulang di tempat ini dapat mengakibatkan tebdnitis pada Achilles dan dapat mengakibatkan rupture tendon.

9. Bursitis pada ibu jari metakarpofangeal I, kelingking dan tumit. Hal ini terutama di sebabkan ukuran sepatu yang tidak sesuai.

10. Bursitis hip (pada pinggul), ada 3 yang terpenting yaitu :

a) bursitis trokanter, pada inseri otot gluteus medius di trokanter femur, menimbulkan rasa nyeri pada bagian lateral pinggul sebelah bawah trokanter dan dapat menjalar ke bawah, ke kaki atau lutut. Rasa nyeri istimewa pada malam hari dan bertamnah nyeri kalau dibengkokkan, rotasi internal atau kalau mendapat penekanan di daerah trokanter tersebut dijumpai otot-otot menegang kaku. Dan pada foto roentgen terlihat adanya deposit kalsium. Penanggulangan dengan suntikan local lidocain 1%.

b) Bursitis iliopektineal, menimbulkan rasa nyeri dan tegang di daerah lateral segi tiga skarpa (daerah segi tiga yang dibatasi oleh ligament inguinal)

G. Penatalaksanaan

1. Bursa yang terinfeksi harus dikeringkan dan diberikan antibiotik.

2. Bursitis akut non-infeksius biasanya diobati dengan istirahat, dimana untuk sementara waktu sendi yang terkena tidak digerakkan dan diberikan obat peradangan non-steroid (misalnya indometasin, ibuprofen atau naproksen) Kadang diberikan obat pereda nyeri. Selain itu bisa disuntikkan campuran dari obat bius lokal dan kortikosteroid langsung ke dalam bursa. Penyuntikan ini mungkin perlu dilakukan lebih dari 1 kali.

3. Pada bursitis yang berat diberikan kortikosteroid (misalnya prednison) per-oral (ditelan) selama beberapa hari. Setelah nyeri mereda, dianjurkan untuk melakukan latihan khusus guna meningkatkan daya jangkau sendi.

4. Bursitis kronis diobati dengan cara yang sama.

5. Kadang endapan kalsium yang besar di bahu bisa dibuang melalui jarum atau melalui pembedahan.

6. Kortikosteroid bisa disuntikkan langsung ke dalam sendi.

7. Terapi fisik dilakukan untuk mengembalikan fungsi sendi. Latihan bisa membantu mengembalikan kekuatan otot dan daya jangkau sendi.H. Konsep Askep

1. Pengkajian

Pengumpulan data klien baik subjektif maupun objektif pada bursitis data yang perlu didapati adalah sebagai berikut:

a) Identitas klien

Identitas klien tersebut meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status perkawinan, alamat, golongan darah, penghasilan dan hubungan klien dengan penanggung jawab.

b) Riwayat kesehatan klien

1) Riwayat kesehatan sekarang

Klien Bursitis umunya berupa pembengkakan lokal, panas, merah, dan nyeri. Bursitis menyebabkan nyeri dan cenderung membatasi pergerakan, Kesehatan sekarang berupa sakit pada persedian, nyeri saat bergerak.

2) Riwayat kesehatan dahulu

Riwayat dahulu haruslah diketahui baik yang berhubungan dengan bursitis dan penyakit sistemik lainnya. Riwayat ini bisa didapatkan dari klien maupun keluarga.

3) Riwayat kesehatan keluarga

Kemungkinan sebelumnya ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama dengan klien.

c) Pemeriksaan fisik

Aspek yang dikaji pada pemeriksaan fisik yaitu tingkat nyeri yang dirasakan klien, peradangan pada anggota gerak yang dialami klien.

d) Pemeriksaan penunjang

Ada pemeriksaan khusus untuk memastikan adanya bursitis yaitu dengan radiografi. Pada daerah yang terserang biasanya menunjukkan adanya klasifikasi dalam bursa, tendon atau jaringan lunak yang berdekatan.

e) Pemeriksaan Diagnostik

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan pemeriksaan fisik. Daerah di sekitar bursa terasa sakit jika diraba dan pergerakan sendi tertentu menimbulkan nyeri. Jika bursa tampak membengkak, bisa diambil contoh cairan dari bursa dan dilakukan pemeriksaan terhadap cairan untuk menentukan penyebab dari peradangan.

2. Diagnosa Keperawatan

a) Nyeri akut berhubungan dengan terjadinya efusi pada bursa.

b) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan robekan yang terjadi pada insersi rotator cuff ke tulang,.

c) Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan adanya organisme piogen/ granulamatosa di dalam jaringan parut.

3. Intervensi

a) Nyeri akut berhubungan dengan terjadinya efusi pada bursa Tujuan:Klien akan menunjukan nyeri berkurang/hilang, dengan kriteria :

Terlihat tenang dan rileks Tidak ada keluhan nyeri Menunjukan perilaku penanganan nyeriIntervensi:

1) Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit nonverbal.Rasional :Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan program.2) Beri kenyamanan seperti penggunaan kasur/matras yang lembut. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan.Rasional :Menurunkan tekanan pada daerah yang sakit.3) Klien diistrahatkan, bedrest di tempat tidur serta berikan masage yang lembut.Rasional :Membatasi nyeri serta meningkatkan relaksasi.4) Dorong teknik manajemen relaksasi dan bimbingan imajinasi.Rasional :Meningkatkan relaksasi, mengurangi tegangan otot5) Kolaborasi pemberian analgetikRasional : Mengurangi nyeri.

b) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan robekan yang terjadi pada insersi rotator cuff ke tulang.

Tujuan :

Klien memperlihatkan peningkatan kekuatan dan fungsi dalam melakukan aktivitas fisik, dengan kriteria :

Peningkatan kekuatan otot Bergerak dengan aktif tanpa nyeri Tidak adanya keterbatasan gerakan.Intervensi :1) Kaji tingkat atau kemampuan untuk beraktifitasRasional :Sebagai data dasar untuk intervensi selanjutnya2) Berikan lingkungan yang aman.Rasional :Menghindari cedera akibat kecelakaan atau jatuh.3) Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif secara bertahap.Rasional :Mempertahankan/meningkatkan fungsi sendi.4) Dorong klien untuk sering mengubah posisi, bantu klien untuk bergerak di tempat tidur.Rasional :Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi.5) Konsul dengan ahli terapi fisik/fisioterapi.Rasional :Memformulasikan program latihan.

c) Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan adanya organisme piogen/ granulamatosa di dalam jaringan parut.

Tujuan :

Klien akan menunjukan tidak adanya tanda-tanda infeksiIntervensi :1) Kaji tanda-tanda vital dan ada tidaknya tanda-tanda infeksiRasional : Sebagai data dasar untuk intervensi selanjutnya2) Gunakan teknik antiseptik nilai melakukan tindakan kepada klien.Rasional :Mencegah infeksi silang.3) Ajarkan kepada klien untuk selalu membersihkan daerah-daerah yang terdapat pembengkakan Rasional :Mencegah masuknya bakteri lain yang dapat menyebabkan infeksi4) Berikan antibiotik sesuai intruksi pengobatanRasional :Antibiotik dibutuhkan untuk mengatasi infeksiBAB III

PENUTUPA. KESIMPULAN

Bursitis adalah peradangan pada suatu bursa yang kadang-kadang disertai dengan pengendapan kapur pada tendon supraspinatus di bawahnya.

Bursitis adalah peradanganpada bursa yang terjadi pada tempat perlekatan tendon atau otot dengan tulang sebab yang belum diketahui dengan pasti.

Bursitis adalah peradangan pada bursa yang disertai rasa nyeri.

Bursa adalah kantong datar yang mengandung cairan sinovialyang memudahkan pergerakan normal daripada otot dan berfungsi untuk mengurangi gesekan

Etiologi

1. Cedera

2. Gout

3. Pseudogout

4. Arthritis Rematoid

Manifestasi Klinis

1. Pembengkakan lokal, paras, merah

2. Nyeri

3. Pembatasan gerak

TUGAS REMIDI KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

SPONDILITIS ANKILOSIS

Disusun Oleh :

Agissia Citra Sari

P27220011 058DIII KEPERAWATAN NON REGULER

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

2013BAB I

PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah

Spondilitis ankilosa (SA) merupakan penyakit jaringan ikat yang ditandai dengan peradangan pada tulang belakang dan sendi-sendi yang besar, menyebabkan kekakuan progresif,nyeri dan dengan penyebab yang tidak diketahui. Penyakit ini dapat melibatkan sendi-sendi perifer, sinovia, dan rawan sendi, serta terjadi osifikasi tendon dan ligamen yang akan mengakibatkan fibrosis dan ankilosis tulang. Terserangnya sendi sakroiliaka merupakan tanda khas penyakit ini. Ankilosis vertebra biasanya terjadi pada stadium lanjut dan jarang terjadi pada penderita yang gejalanya ringan. Nama lain SA adalah Marie Strumpell disease atau Bechterew's disease.

Insidens

2-10 kali lebih banyak pada pria dibanding pada wanita

Umur 15-25 tahun

Lebih bayak pada orang Eropa daripada orang Jepang dan NegroB. Tujuan Penulisan

1. Untuk mendapatkan gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan pada pasien Spondilitis ankilosis.

2. Mampu memahami teori tentang Spondilitis ankilosis

3. Mampu melakukan pengkajian pada penderita yang menderita Spondilitis ankilosis.

4. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan untuk pasien yang menderita Spondilitis ankilosis

5. Mampu menyusun rencana keperawatan untuk pasien yang menderita Spondilitis ankilosis

6. Mampu mengaplikasikan tindakan keperawatan yang telah dipelajari pada pasien Spondilitis ankilosis

BAB II

PEMBAHASANA. PengertianSpondilitis ankilosis (SA) merupakan penyakit inflamasi kronik, bersifat sistemik, ditandai dengan kekakuan progresif, dan terutama menyerang sendi tulang belakang (vertebra) dengan penyebab yang tidak diketahui. Penyakit ini dapat melibatkan sendi-sendi perifer, sinovia, dan rawan sendi, serta terjadi osifikasi tendon dan ligamen yang akan mengakibatkan fibrosis dan ankilosis tulang. Terserangnya sendi sakroiliaka merupakan tanda khas penyakit ini. Ankilosis vertebra biasanya terjadi pada stadium lanjut dan jarang terjadi pada penderita yang gejalanya ringan. Nama lain SA adalah Marie Strumpell disease atau Bechterew's disease.B. Etiologi

Patogenesis pada SA tidak begitu dipahami, tetapi SA merupakan penyakit yang diperantari oleh sistem imun, dibuktikan dengan adnya peningkatan IgA dan berhubungan erat dengan HLA B27. Secara imunologi terdapat interaksi antara class I HLA molecule B27 dan Limfosit T. Tumor necrosis factor (TNF-) teridentifikasi sebagai pengatur sitokin.

Kecenderungan terjadinya SA dipercayai sebagai penyakit yang diturunkan secara genetik, dan mayoritas (hampir 90%) penderita SA lahir dengan suatu gen yang disebut dengan HLA B27. Pada pemeriksaan darah dapat ditemukan adanya HLA B27 gene marker yang dapat menjelaskan adanya hubungan HLA B27 dengan SA. Adanya gen HLA B27 ini hanya menunjukan adanya kecenderungan yang meningkat terhadap terjadinya SA ini meskipun ada faktor lain yang mempengaruhi seperti lingkungan. Akhir-akhir ini, dua gen lain telah teridentifikasi berhubungan dengan SA, yaitu ARTS1 dan Il23R yang mempunyai peran dalam mempengaruhi fungsi imunitas.C. Patofisiologi

Pada spondilitis ankilosis, terserangnya sendi sakroiliaka merupakan tanda khas penyakit ini. Pengikisan tulang rawan, pinggiran sendi kaku dan berpindah serta meninggalkan jaringan parut. Sendi vertebra juga diserang, dengan peradangan sendi-sendi kartilago secara bertahap terjadi pengapuran dan pengerasan yang menjadi proses utama terjadinya ankylosis, sistem paru-paru, jantung dan ginjal. Ankylosis spondilitis biasanya bertahap dan membahayakan. Nyeri biasanya menyebar ke bokong, pinggang, bawah tungkai, bila penyakit bertambah berat, gerakan punggung akan terbatas.D. Gambaran Klinis

Awitan spondilitis ankilosis biasanya timbul perlahan-lahan dimulai dengan rasa lelah dan nyeri intermiten pada tulang belakang bawah dan panggul. Bisa juga timbil kekakuan pada pagi hari yang dapat hilang dengan sedikit berolah raga.

Gejalanya dapat sedemikian ringan dan tidak progresif sehingga banyak penderita penyakit ini tidak terdiagnosa. Selain itu gejala-gejala spondilitis ankilosis bisa dikacaukan dengan gangguan mekanik pada tulang belakang.

Gejala-gejala ekstrapinal meliputi :

1. Pleuritik seperti Chest pain

2. Tendonitis akhiles

3. Artropathy perifer ( khusunya panggul )

4. Gejala non spesifik, antara lain :

BB turun

Malaise

Lemah

Mood berubah

E. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemerikasaan Laboratorium

Tidak ada uji diagnosis yang spesifik, terdapat anemia normositik normokrom ringan dan LED yang tinggi. Faktur reuma negatif. HLA B 27 pada keadaan tertentu dapat membantu diagnosis.

2. Pemeriksaan Radiologi

Perubahan yang karakteristik terlihat pada sendi aksial, terutama pada sendi sakro iliaka.

Pada tahap awal pemeriksaan :

Mungkin hanya terlihat adanya gambaran yang kabur pada sendi sakro iliaka dan ostioporosis difus pada tulang belakang, bila penyakit berlanjut terdapat erosi sendi. Bentuk vertebra menjadi lebih persegi dan penyempitan ruang antar vertebra.

Pemeriksaan beberapa tahun kemudian :

Terjadi ankilosis komplit, pemeriksaan anterior-posterior sederhana sudah cukup untuk mendeteksi sakrolitis, yang merupakan awal perubahan, terlihat pengapuran legamen ligamen spina anterior-posterior disertai demineralisasi korpus vertebra membentuk gambaran bamboo spine.F. Penatalaksanaan

1. Pendidikan pasien mengenai penyakitnya untuk meningkatkan kepatuhan berobat. Karena penyakit ini belum dapat disembuhkan hanya dapat di kontrol.

2. Indometasin 25 50 mg diberikan 3 kali sehari bila telah terjadi perbaikan gejala dosis pemberian dapat diperkecil, obat-obatan lain : piroksikam, naproksen, dsb.

3. Fisiotherapy :

a) Memakai tempat tidur yang dialasi papan dibawah kasur dengan ganjal didaerah lumbal untuk mengembalikan lardosis, bantal kepala sebaiknya yang tipis.

b) Penyesuian pekerjaan terutama bila terdapat gangguan tulang punggung. Punggung hendaknya dipertahankan lurus, bila perlu meja ditinggikan atau kursi direndahkan jangan terlalu lama duduk.

c) Latihan-latihan untuk menjaga postur tubuh, mengurangi deformitas, dan memelihara ekspansi dada setelah serangan akut diatasi, latihan fisik terbaik adalah berenang.

4. Pembedahan, kadang diperlukan misalnya : Wedge osteotomy pada deformitas tulang belakang, stabilisasi sendi atau artoplasti costa, hip replacement pada artritis berat dan fleksion deformity.

5. Penyinaran tidak menunjukan hasil, mungkin dipakai untuk daerah-daerah tertentu ditulang belakang dimana proses terus aktif.

6. Pengobatan atas komplikasi seperti anemia dan bronkhopneomonia, bila terjadi uveitis berikan segera kortikosteroid lokal pada mata.G. Konsep Askep

1. Pengkajian

a) Riwayat kesehatan

1) Pasien sering megeluh sakit pinggang dibagian bawah.

2) Merasa kaku.

3) Terjadi belateral sciatica, untuk beberapa hari.

4) Pasien mengeluh adanya beberapa perubahan tubuhnya & merasa berkurang tinggi badannya.

5) Gejala lebih lanjut nampak lebih persisten, terjadi kekakuan pada sendi khususnya pada spinal.

b) Pemeriksaan fisik

1) Observasi keadaan nyeri untuk posisi tegak :

Lokasi

Kwalitas

Perjalanan

Hilang & timbul dengan pergerakan

2) Pemeriksaan postur

Postur biasanya menunjukan tanda penarikan spina (kaku) dan posisi sendi panggul serta sendi lutut menjadi fleksi (karena kompensasi).

3) Lakukan palpasi pada spina dan sakroiliakal yang biasanya teraba lemah / kulit lembek dan tipis.

c) Riwayat psikososial

Pasien-pasien spondilitis sering merasa malu terhadap bentuk tubuhnya dan kadang-kadang mengisolasikan diri. Perawat perlu mengkaji konsep diri klien untuk mendeteksi masalah-masalah psikososial antara lain Body Image, Harga Diri, dan Identitas.

2. Diagnosa

a) Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi

b) Gangguan Mobilitas fisik b/d nyeri,kekakuan (ankilosis), spasme otot

c) Kurang pengetahuan berhubungan dengan teknik mekanika tubuh melindungi punggung

3. Intervensi

a) Diagnosa Keperawatan : Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi

Intervensi Keperawatan :

1) Tindakan Mandiri Perawat :

a. Bimbing pasien menjelaskan ketidaknyamanannnya mis, lokasi,beratnya,durasi,sifat, penjalaran nyeri, penjelasan mengenai bagaimana nyeri dengan tindakan tertentu mis membuka pintu garasi

R/ Membantu menentukan pilihan intervensi dan memberikan dasar untuk perbandingan dan evaluasi terhadap terapi

b. Pertahankan tirah baring dan mengubah posisi yang ditentukan untuk memperbaiki fleksi lumbal dengan cara meletakkan pasien pada posisi semifowler dengan tulang spinal ,lutut dan pinggang dalam keadaan fleksi , posisi terlentang dengan atau tanpa meninggikan kepala 10 30 derajat atau pada posisi lateral.

R/ Tirah baring dalam posisi yang nyaman memungkinkan pasien untuk menurunkan spasme otot, menurunkan penekanan pada bagian tubuh tertentu dan memfasilitasi terjadinya tonjolan diskus dan reduksi

c. Batasi aktivitas selama fase akut sesuai kebutuhan

R/ menurunkan gaya ravitasi dan gerak yang dapat menghilangkan spasme otot dan menurunkan edema dan tekanan pada struktur sekitar diskus intervertebralis yang terkena.

d. Gunakan logroll ( papan ,penopang ) dalam jangka waktu yag terbatas

R/ Mengurangi fleksi, perputaran, desakan pada daerah belakang tubuh sehingga nyeri dan spasme otot dapat berkurang.

e. Ajarkan pernafasan diafragma dan relaksasi

f. Alihkan perhatian pasien dari nyeri pada aktifitas lain mis nonton TV,membaca, bercakap cakap dll )

g. Ajarkan imajinasi berbibimbing dimana pasien yang telah relaks belajar memusatkan diri pada kejadian yang menyenangkan .

2) Kolaborasi medis

a. Berikan tempat tidur ortopedik

R/ memberikan sokongan dan menurunkan sokongan dan menurunkan fleksi spinal sehingga dapat menurunkan spasme.

b. Pemberian obat anti radang non steroid ( NSAID) seperti Indometasin, Analgesik seperti asetaminofen dan relaksan otot

R/ Indometasin memiliki kemampuan menghambat prostaglandin yang tinggi dan waktu paruh yang lama

c. Konsultasikan ahli tarapi fisik

R/ Program latihan/ peregangan yang spesifik dapat menghilangkan spasme otot dan menguatkan otot otot punggung,ekstensor,atot abdomen,otot quadrisep untuk menigkatkan sokongan terhadap daerah lumbal.

b) Diagnosa Keperawatan : Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dngan nyeri,kekakuan (ankilosis), spasme otot

Intervensi Keperawatan :

1) Pantau mobilitas fisik melalaui pengkajian kontinyu ,(bagaimana pasien bergerak dan berdiri).

2) Bantu pasien dalam melakukan ambulasi progresif , perubahan posisi harus dilakukan dengan perlahan dan dilakukan dengan bantuan bila perlu

R/ Keterbatasan aktivitas bergantung pada kondisi yang khusus tetapi biasanya berkembang dengan lambat ssuai toleransi .

3) Dorong pasien mematuhi program latihan sesuai yang ditetapkan , pada kebanyakan proram latihan dianjurkan pasien melakukan latihan 2 kali sehari yang bertujuan untuk memperkuat otot abdominal dan batang tubuh, mengurangi lordosis,meningkatkan kelenturan dan mengurangi ketegangan pada punggung.

R/ Latihan yang salah justru dapat memperberat keadaan/menambah spasme otot.

c) Diagnosa Keperawatan : Kurang pengetahuan berhubungan dengan tekhnik mekanika tubuh melindungi punggung

Intervensi Keperawatan :

1) Jelaskan kembali proses penyakit dan prognosis serta mekanika tubuh yang baik untuk memperbaiki posisi tubuh.

R/ Pengetahuan dasar yang memadai memungkinkan pasien untuk membuat pilihan yang tepat, dapat meningkatkan kerjasama pasien mengenai program pengobatan.

2) Berikan informasi tentang berbagai hal dan instruksikan pasien untuk melakukan perubahan makanika tubuh dengan melakukan latihan , termasuk informasi mengenai mekanika tubuh untuk berdiri, duduk,berbaring dan mengangkat barang yang benar.

R/ Menurunkan resiko terjadinya trauma berulang dari leher / punggung dengan menggunakan otot otot bokong.

3) Penderita dianjurkan setiap saat tegak, seolah-olah tumit, bokong, pundak, bahu, dan belakang kepala selalu bersandar pada dinding.

R/ Posisi yang benar dapat mempertahankan postur dan menghindari terjadinya kontraktur dalam posisi fleksi dari bahu dan lutut.

BAB III

PENUTUPA. KesimpulanSpondilitis ankilosis merupakan penyakit rematik inflamasi sistemik kronik yang terutama menyerang sendi sakroiliaka. Gejala klinik berupa manifestasi skletal dan ekstraskletal, biasanya dimulai pada masa remaja, dan jarang di atas 40 tahun, lebih banyak pada pria daripada wanita (5 : 1).

Latihan fisik secara teratur untuk menjaga postur tubuh, mengurangi deformitas, dan memelihara ekspansi dada. Latihan fisik terbaik ialah berenang.

Pengobatan dengan obat anti inflamasi untuk mengontrol nyeri dan proses radang. Indometasin 75--150 mg/hari merupakan pilihan pertama dan dapat dicoba menggunakan AINS lain bila tidak berhasil. Penggunaan sufasalazin 2--3 gram perhari memberikan hasil yang memuaskan. Pembedahan seperti artroplasti kokse atau koreksi deformitas spinal dapat dipertimbangkan bila keluhan sangat terganggu.