tugas kelompok

55
TEORI KEPRIBADIAN ALFRED ADLER Psikologi Individual MAKALAH Ditulis oleh: Theresia Tjandra (12120080006) Shindy Suhada (12120080013) Merliana Paulus Abung (12120080026) Ifonny Pasongli (12120080027) Ryan Daniel de Fretes (12120080029) Yurike A. Ranteallo (12120080031)

Upload: joice-limpo

Post on 05-Dec-2014

407 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

Teori Kepribadian Alfred Adler

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Kelompok

TEORI KEPRIBADIAN ALFRED ADLER

Psikologi Individual

MAKALAH

Ditulis oleh:

Theresia Tjandra (12120080006)

Shindy Suhada (12120080013)

Merliana Paulus Abung (12120080026)

Ifonny Pasongli (12120080027)

Ryan Daniel de Fretes (12120080029)

Yurike A. Ranteallo (12120080031)

Novia (12120080037)

Joice Novita Limpo (12120080039)

Restu Randesalu (12120080045)

Fakultas Psikologi

Universitas Pelita Harapan Surabaya

Page 2: Tugas Kelompok

2009

Teori Kepribadian Alfred Adler

Psikologi Individual

1. Pendahuluan

Makalah ini adalah tulisan yang disusun sebagai salah satu tugas dari mata kuliah

Psikologi Kepribadian. Di dalam tulisan ini, tim penulis akan memaparkan mengenai

dasar-dasar yang perlu diketahui dari teori kepribadian yang dikembangkan oleh

Adler, salah seorang psikolog Neo-Freudian, yang telah banyak berkontribusi di

dalam bidang psikologi.

Secara umum, makalah ini akan terdiri dari empat bahasan penting, yaitu mulai

dari memaparkan teori-teori Adler yang disadur dari beberapa buku, lalu diikuti oleh

kelebihan dan kelemahan teori Adler tersebut menurut tim penulis. Selanjutnya, tim

penulis mengutip beberapa kritik dari para ahli mengenai teori Adler ini, dan pada

akhirnya tim penulis akan memberikan aplikasi teori ini, dengan cara mengutip

berbagai artikel koran, internet, maupun dari kehidupan tokoh besar dunia, yang

mendukung teori Adler tersebut. Tim penulis menyertakan aplikasi-aplikasi ini

dengan harapan agar pembaca dapat melihat dengan jelas bagaimanakah teori Adler

tersebut, dan pada akhirnya pembaca dapat mengidentifikasi hal-hal yang ditemukan

dalam kehidupan sehari-hari yang juga signifikan terhadap teori kepribadian Adler.

Karena itu, dalam pembahasan selanjutnya, tim penulis akan menyajikan teori Adler

tersebut secara singkat dan padat, agar pembaca dapat dengan mudah menangkap

garis besar pemikiran sang teoris terkemuka, Alfred Adler.

2. Biografi Alfred Adler

Teori kepribadian Adler, lebih sering dikenal sebagai Psikologi Individual,

adalah suatu teori yang sampai sekarang banyak dipakai dalam dunia psikologi. Dari

teori seseorang, kepribadian orang itu sendiri pun sesungguhnya dapat diungkap.

Karena itu, untuk bisa mengerti pemikiran dan teori Adler, sungguh bijak bila dimulai

dengan mengenal sang teoris lebih dalam.

Alfred Adler dilahirkan pada tanggal 7 Pebruari 1870 di Viena (Austria) dan

wafat pada tanggal 28 Mei 1937 di Aberdeen (Skotlandia). Ia adalah seorang Yahudi

1

Page 3: Tugas Kelompok

yang lahir dari keluarga berstatus sosial-ekonomi menengah pada saat itu. Semasa

mudanya, Adler mengalami masa-masa yang sangat sulit. Ketika ia berusia 5 tahun ia

terkena penyakit pneumonia (radang paru-paru) yang menurut dokter hampir mustahil

untuk disembuhkan. Ketika mendengar kabar tersebut, Adler berjanji jika ia bisa

sembuh maka ia akan menjadi dokter dan bertekad untuk memerangi penyakit yang

mematikan tersebut. Akhirnya pada tahun 1895, setelah dinyatakan sembuh dari

penyakitnya, ia benar-benar mewujudkan tekadnya dan berhasil meraih gelar sarjana

kedokteran dari University of Vienna. Ia akhirnya dikenal sebagai seorang ahli

penyakit dalam.

Pada tahun 1898, ia menulis buku pertamanya yang memfokuskan pada

pendekatan kemanusiaan dan penyakit dari sudut pandang individu sebagai pribadi,

dan bukan membagi-baginya menjadi gejala, insting, atau dorongan-dorongan. Pada

tahun 1902, ia mendapat tawaran kerjasama dari Freud untuk bergabung dalam

kelompok diskusi untuk membahas masalah psikopatologi. Adler akhirnya ikut

bergabung dan kemudian menjadi pengikut setia Freud, namun hubungan tersebut

tidak berlangsung lama. Pada tahun 1907, Adler menulis sebuah paper berjudul

"Organ Inferiority" yang menjadi pemicu rusaknya hubungan Freud dengan Adler.

Dalam tulisan tersebut Adler mengatakan bahwa setiap manusia pada dasarnya

mempunyai kelemahan organis. Berbeda dengan hewan, manusia tidak dilengkapi

dengan alat-alat tubuh untuk melawan alam. Kelemahan-kelemahan organis inilah

yang justru membuat manusia lebih unggul dari makhluk-makhluk lainnya, karena

mendorong manusia untuk melakukan kompensasi (menutupi kelemahan). Adler juga

tidak sependapat dengan teori psikoseksual Freud. Pada tahun 1911, Adler

meninggalkan kelompok diskusi, bersama dengan delapan orang koleganya, dan

mendirikan sekolah sendiri. Sejak itu ia tidak pernah bertemu lagi dengan Freud.

3. Teori Kepribadian Alfred Adler

Semasa hidupnya, Adler membangun sebuah teori, dengan mengungkapkan

beberapa poin penting dalam menjelaskan kepribadian manusia. Dalam usahanya

tersebut, Adler mengusulkan sebuah kerangka pemikiran yang terdiri dari enam

diktum penting, yang akan dibahas selanjutnya, yaitu:

1. Satu-satunya kekuatan dinamis dibalik perilaku manusia adalah perjuangan

menuju keberhasilan atau keunggulan.

2. Persepsi-persepsi subjektif manusia membentuk perilaku dan kepribadian.

2

Page 4: Tugas Kelompok

3. Kepribadian merupakan sebuah kesatuan dan konsisten –dalam-diri.

4. Nilai semua aktivitas manusia harus dilihat dari sudut pandang kepedulian sosial.

5. Struktur kepribadian yang selalu konsisten dalam-diri ini berkembang menjadi

gaya hidup pribadi.

6. Gaya hidup dibentuk oleh daya kreatif manusia.

3.1 Perjuangan Menuju Keberhasilan atau Keunggulan

Diktum pertama teori Adlerian adalah: Satu-satunya kekuatan dinamis di balik

perilaku manusia adalah perjuangan menuju keberhasilan atau keunggulan.

3.1.1 Tujuan Akhir

Menurut Adler manusia selalu berjuang menuju sebuah tujuan akhir entah

keunggulan pribadi maupun keberhasilan bagi seluruh kemanusiaan. Tujuan

akhir itu sendiri merupakan sebuah fiksionalisme dan tidak memiliki eksistensi

objektif. Tujuan akhir baru memiliki makna penting jika dia sanggup

menyatukan kepribadian dan menjadikan semua perilaku bisa dipahami.

Tujuan akhir adalah prodik dari daya kreatif, yaitu kemampuan manusia untuk

membentuk dengan bebas perilaku mereka dan menciptakan kepribadian

mereka sendiri.

Ketika anak berusia empat atau lima tahun, daya kreatif mereka telah

berkembang sampai ke satu titik yang pada titik tersebut mereka dapat mulai

menetapkan tujuan akhir. Untuk memperjuangkan tujuan akhir, manusia

menciptakan dan mengejar banyak tujuan pendukung. Jika dilihat dari sudut

pandang akhir, semua tujuan pendukung ini akan bersesuaian satu sama lain

dengan pola yang selalu konsisten dalam dirinya.

3.1.2 Daya Juang sebagai Kompensasi

Diawali Adler percaya kalau kelahiran manusia dengan tubuh yang kecil,

lemah dan inferior merupakan sebuah “anugerah” (Feist, 2008). Dilihat dari

pernyataan Adler tersebut, dia yakin bahwa individu memulai hidupnya

dengan kelemahan fisik yang mengaktifkan perasaan inferior. Inferioritas bagi

Adler diartikan sebagai perasaan lemah dan tidak cakap dalam menghadapi

tugas yang harus diselesaikan. Inferioritas merupakan suatu perasaan yang

3

Page 5: Tugas Kelompok

menggerakkan orang untuk berjuang menjadi superioritas. Disisi lain perasaan

inferior menjadi negatif, tetapi disisi lain menjadi dorongan bagi individu

untuk menuju keunggulan.

Berangkat dari teorinya tentang adanya inferiority karena kekurangan fisik

yang berusaha diatasi manusia, ia memperluas teorinya dengan menyatakan

bahwa perasaan inferior adalah umum. Setiap manusia pasti punya perasaan

inferior karena kekurangannya dan berusaha melakukan kompensasi atas

perasaan ini. Kompensasi ini bisa dalam bentuk menyesuaikan diri ataupun

membentuk pertahanan yang memungkinkannya mengatasi kelemahan

tersebut. Setiap individu sejak lahir memiliki kemampuan untuk berjuang

menuju kesuksesan, akan tetapi tinggal bagaimana individu memproses

kemampuan tersebut dalam hidupnya. Contohnya seorang dengan tubuh lemah

tidak selalu menjadi seorang atlet yang kuat namun dia bisa menjadi seniman,

penulis, atau aktor.

3.1.3 Perjuangan menuju Keunggulan Pribadi

Selanjutnya, Adler juga membahas tentang perjuangan menuju keunggulan

pribadi, yaitu dorongan untuk mengatasi inferioritas dengan mencapai

keunggulan. Dorongan ini sifatnya bawaan dan merupakan daya penggerak

yang kuat bagi individu sepanjang hidupnya. Adanya perjuangan menuju

keunggulan pribadi menyebabkan manusia selalu berkembang ke arah

kesempurnaan. Teorinya ini yang membuat Adler memiliki pandangan lebih

optimis dan positif terhadap manusia serta lebih berorientasi ke masa depan.

Beberapa orang berjuang menuju keunggulan secara egois, maksudnya

tidak peduli dengan orang lain dan terpusat untuk mendapatkan keunggulan

diri sendiri. Hal ini disebabkan oleh perasaan inferior yang berlebihan.

Biasanya hal ini dilakukan oleh orang-orang plagiat, psikopat, pencuri, dan

lain-lain. Contohnya, seorang guru SMA yang selalu berkumpul dengan anak-

anak didiknya saat jam istirahat, sehingga kebanyakan siswa-siswi menjalin

hubungan pribadi dengannya. Ketika hubungan pribadi terjalin semakin erat,

dia memberikan saran maupun solusi pada masalah-masalah yang diceritakan

siswa-siswi yang dekat dengannya. Karena hal tersebut dia memiliki citra guru

yang supel dan pehatian. Tindakannya ini ternyata termotivasi oleh

4

Page 6: Tugas Kelompok

kompensasi yang berlebihan, sehingga menimbulkan keunggulan pribadi yang

dilebih-lebihkan.

Jika dilihat dari contoh yang disampaikan bisa diketahui bahwa guru

tersebut mengejar keunggulan pribadi yaitu dianggap sebagai pengajar yang

supel dan perhatian. Hal ini berdampak bagi pengajar-pengajar lainnya yang

tidak dekat dengan siswa-siswi yaitu kemungkinan tidak adanya dukungan

terhadap mereka dalam proses pengajaran.

3.1.4 Perjuangan menuju Keberhasilan

Perjuangan menuju keberhasilan berbeda dengan perjuangan menuju

keunggulan pribadi, karena usaha yang dilakukan tidak hanya memikirkan

keunggulan pribadi. Dalam hal ini individu lebih memikirkan kepedulian

sosial dan keberhasilan seluruh individu, suatu kemajuan sosial lebih penting

daripada pujian pribadi. Individu ingin mencapai keberhasilan, bukan sekedar

pujian dari orang lain.

Di samping itu, individu yang tidak mementingkan pujian pribadi serta

memikirkan kemajuan sosial menjadi individu yang tidak egois dan dapat

diajak bekerja sama karena pada hakekatnya tiap individu merupakan makhluk

sosial yang membutuhkan orang lain dalam mencapai suatu keberhasilan. Hal

ini juga dapat membuat setiap individu dapat melihat orang lain bukan sebagai

musuh untuk bersaing menuju suatu keberhasilan dan tidak menghitung

untung-rugi dalam bekerja sama.

3.2 Persepsi-persepsi Subjektif

Diktum kedua teori Adler adalah: Persepsi-persepsi subjektif manusia

membentuk perilaku dan kepribadian mereka. Perjuangan menuju keunggulan

ataupun keberhasilan merupakan kompensasi bagi perasaan inferioritas manusia, dan

cara individu berjuang didasarkan pada fiksi-fiksi, harapan-harapan, atau persepsi

subjektif mereka terhadap realitas.

3.2.1 Fiksionalisme

Fiksi merupakan hal yang penting dalam usaha kita mencapai keberhasilan

seseorang karena hal tersebut merupakan tujuan seseorang untuk menjadi

unggul dan berhasil. Tujuan finalseseorang dalam mencapai keberhasilan akan

menuntun gaya hidup kita dan memberikan integritas bagi kepribadian kita.

5

Page 7: Tugas Kelompok

Penekanan Adler tentang fiksi ini lebih menyoroti tujuan atau kondisi

akhir di masa depan, sedangkan kausalitas masih melihat pengalaman-

pengalaman masa lalu yang menghasilkan beberapa akibat di masa kini.

Adanya pandangan Adler ini, manusia termotivasi oleh pandangan-pandangan

mereka tentang masa depan.

Adanya fiksionalisme ini menjadikan individu lebih termotivasi untuk

mencapai keunggulan atau keberhasilan dalam kehidupan. Hal ini juga akan

membuat individu yang tadinya lemah, kecil dan inferior memiliki keyakinan

untuk mengatasi kelemahan-kelemahan fisik tersebut menjadi suatu keung-

gulan dan keberhasilan.

3.2.2 Inferioritas Fisik

Adler menegaskan bahwa seluruh ras manusia “diberkati” dengan

inferioritas organ-organ tubuhnya. Kelemahan fisik yang dipunyai oleh

seseorang tidak mempengaruhi gaya hidup mereka malah itu semakin

membuat mereka menjadikan perasaan-perasaan inferioritas tersebut sebagai

cara untuk mendapat kesehatan secara psikologis walaupun fisik mereka tidak

memperlihatkan hal seperti itu.

Adler sendiri pada waktu kecil adalah seorang anak yang lemah dan sakit-

sakitan, namun hal tersebut tidak membuat dia kurang, malah itu yang

memotivasi dia menjadi seorang dokter.

Adler menekankan bahwa kelemahan-kelemahan fisik saja tidak

menyebabkan gaya hidup sendiri, dimana kesehatan fisik akan menyediakan

motivasi untuk mencapai suatu tujuan di masa depan.

3.3 Kesatuan dan Konsistensi-dalam-Diri Kepribadian

Diktum ketiga teori Adlerian adalah: Kepribadian disatukan dan konsisten-

dalam-diri.

Dalam terminologi psikologi individu, Adler berharap dapat menekankan bahwa

setiap orang itu unik dan tidak bisa terbagi-bagi. Pikiran, perasaan, dan tindakan

semuanya mengarah kepada satu tujuan. Adler menemukan beberapa ciri operasi

secara keseluruhan dengan kesatuan dan konsistensi diri.

3.3.1 Dialek Organ Tubuh

Adler mengatakan sebuah pribadi secara keseluruhan dengan cara yang

konsisten dalam sirinya menuju satu tujuan tunggal. Gangguan tidak bisa

6

Page 8: Tugas Kelompok

dilihat secara terpisah karena gangguan ini mempengaruhi seluruh

kepribadian. Melalui dialek organ tubuh dapat menunjukkan ekspresi individu

lebih jelas daripada harus mengatakan langsung dengan kata-kata.

3.3.2 Alam Sadar dan Alam Bawah Sadar

Adler mendefinisikan bahwa alam bawah sadar sebagai bagian dari tujuan

yang tidak terumuskan dengan jelas atau tidak sepenuhnya dimengerti oleh

individu. Adler tidak menyetujui pendapat dari Freudian bahwa alam bawah

sadar dan alam sadar adalah suatu yang terpisah namun Adler mengatakan

bahwa kedua hal ini adalah satu dan tidak dapat dipisahkan dan saling bekerja

sama. Pikiran sadar adalah pikiran yang dimengerti dan digunakan oleh

seseorang untukl membantu mereka mencapai suatu tujuan, sementara pikiran-

pikiran bawah sadar adalan pikiran yang tidak dapat membantunya secara

langsung.

3.4 Kepedulian Sosial

Diktum keempat Adler adalah: Nilai semua aktivitas manusia harus dilihat dari

sudut pandang kepedulian sosial. Kepedulian sosial adalah sebuah sikap

keterhubungan dengan kemanusiaan pada umumnya, sebuah empati bagi semua

anggota komunitas manusia, dalam arti manusia bekerja sama dengan orang lain

dengan kemajuan sosial.

3.4.1 Asal Usul Kepedulian Sosial

Setiap orang sudah memiliki kepedulian sosial yang muncul selama bulan-

bulan awal hidupnya karena setiap orang yang bertahan melewati masa bayi

sebenarnya dipertahankan hidupnya oleh pribadi keibuan yang juga

menanamkan sejumlah kepedulian sosial dalam dirinya. Adler mengemukakan

bahwa ibu dan ayah mempengaruhi kepedulian sosial anak dengan cara yang

berbeda. Tugas ibu adalah mengembangkan ikatan antara ibu dan anak yang

akan memperkuat kepedulian sosial anak, serta menanamkan perasaan kerja

sama. Artinya, ibu harus dengan tulus tanpa kepalsuan menyayangi anak

dengan cinta yang berpusat pada kesejahteraan (well-being) si anak, bukan

hanya kebutuhan atau keinginan sang ibu.

Hubungan kasih sayang yang sehat berkembang dari sebuah dorongan

yang benar untuk merawat anak, suami, dan orang lain sehingga jika ibu sudah

belajar untuk memberikan dan menerima cinta dari orang lain, maka dia tidak

7

Page 9: Tugas Kelompok

akan kesulitan untuk memperluas kepedulian sosial anaknya. Sedangkan

menurut Adler, seorang ayah harus menghindari keterpisahan emosional dari

anak dan otoritaianisme orangtua terhadap anak. Keterpisahan emosional ayah

bisa mempengaruhi anak untuk mengembangkan sebuah perasaan kepedulian

sosial yang cacat, perasaan tertolak, bahkan mungkin menyebabkan anak lebih

dekat kepada ibu (menjauhi sang ayah).

Kesalahan lain yakni otoritarianisme orang tua bisa yang juga

mengarahkan anak pada gaya hidup yang tidak sehat. Karena jika seorang

anak yang melihat ayahnya sebagai seorang tiran maka ia akan belajar untuk

memperjuangkan kekuasaan dan keunggulan pribadi. Adler yakin bahwa efek-

efek lingkungan sosial awal ini sangat penting karena hubungan seorang anak

dengan ibu dan ayahnya begitu kuat sampai-sampai mengikis efek-efek

hereditas. Adler percaya bahwa setelah usia lima tahun, efek-efek hereditas ini

menjadi terburamkan oleh pengaruh kuat lingkungan sosial anak karena pada

saat itu, kekuatan-kekuatan lingkungan telah memodifikasi atau membentuk

hampir setiap aspek kepribadian seorang anak.

3.4.2 Pentingnya Kepedulian Sosial

Adler menjadikan kepedulian sosial sebagai tongkat pengukur untuk

menentukan kesehatan psikologis seseorang dan satu-satunya kriteria bagi

nilai-nilai manusia. Jika manusia sudah memiliki kepedulian sosial, maka dia

sudah mencapai kedewasaan psikologis. Manusia yang tidak dewasa tidak

akan memiliki kepedulian sosial, lebih memusatkan pada diri sendiri, dan

berjuang demi kekuasaan dan keunggulan pribadi terhadap manusia lainnya

karena individu yang sehat benar-benar memedulikan masyarakat dan

memiliki tujuan keberhasilan yang menjadi kompas kesejahteraan semua

orang.

Menurut Adler, kepedulian sosial tidak sama dengan kedermawanan dan

ketidakegoisan karena tindakan-tindakan filantropis dan kebaikan hati bisa

saja dimotivasikan atau tidak dimotivasi oleh rasa kepedulian sosial. Dengan

mudah dapat dipahami bahwa setiap manusia memulai hidup dengan daya

juang dasar yang diktifkan oleh kekurangan-kekurangan fisik yang ada.

Kelemahan fisik ini mengarah pada perasaan inferioritas. Oleh karena itu,

semua orang memiliki perasaan inferioritas. Namun, individu yang tidak sehat

secara psikologis akan mengembangkan perasaan-perasaan inferioritas secara

8

Page 10: Tugas Kelompok

berlebihan dan berusaha mengompensasikannya dengan menetapkan tujuan

yang berbentuk keunggulan pribadi dan lebih termotivasi oleh pencapaian

pribadi daripada kepedulian sosial, sementara individu yang sehat termotivasi

oleh perasaan-perasaan normal ketidaklengkapan dan tingkat kepedulian sosial

yang tinggi serta memperjuangkan tujuan keberhasilan dari sudut pandang

penyempurnaan dan penyelesaian bagi setiap orang.

3.5 Gaya Hidup

Diktum kelima Adler adalah: Struktur kepribadian yang konsisten-dalam-dirinya

ini berkembang menjadi gaya kehidupan tersebut.

Gaya hidup adalah produk dari interaksi hereditas, lingkungan, dan daya kreatif

pribadi. Gaya hidup sebuah pribadi mulai terbangun pada usia empat atau lima tahun

dan setelah usia tersebut, semua tindakan kita berpusat pada gaya hidup kita. Individu

yang tidak sehat secara psikologis sering kali mengarah pada kehidupan yang tidak

fleksibel, ditandai oleh ketidakmampuan memilih cara-cara baru untuk bisa bereaksi

terhadap lingkungannya. Sebaliknya, pribadi yang sehat secara psikologis bersikap

dengan cara yang beragam dan fleksibel dengan gaya hidup yang kompleks, kaya, dan

selalu berubah. Manusia dengan gaya hidup sehat dan berguna secara sosial

mengekspresikan kepedulian sosial mereka lewat tindakan. Mereka mengutamakan

kerja sama, keberanian pribadi, dan kesediaan untuk memberikan kontribusi bagi

kesejahteraan orang lain. Adler percaya bahwa manusi dengan gaya hidup yang

berguna secara sosial merepresentasikan bentuk tertinggi kemanusiaan dalam proses

evolusi dan akan mampu menguasai dunia masa depan.

3.6 Daya Kreatif

Diktum terakhir teori Adlerian adalah: Gaya hidup dibentuk oleh daya kreatif

manusia.

Teori Adlerian mengemukakan bahwa gaya hidup dibentuk oleh daya kreatif

manusia. Daya kreatif menempatkan individu dalam kendali hidup mereka sendiri,

bertanggung jawab bagi tujuan akhir, menentukan metode perjuangan untuk mencapai

tujuan tersebut, dan memberikan kontribusi bagi perkembangan kepedulian sosial.

Adler mengakui pentingnya hereditas dan lingkungan dalam membentuk kepribadian.

Namun begitu, manusia jauh lebih daripada produk hereditas dan lingkungan karena

manusia adalah makhluk kreatif yang tidak hanya bereaksi terhadap lingkungan

9

Page 11: Tugas Kelompok

namun juga bertindak di dalamnya, yang menyebabkan lingkungan bereaksi kembali

pada kita. Manusia menggunakan hereditas dan lingkungan sebagai alat untuk

membangun kepribadian namun daya kreatif-lah yang merefleksikan gaya pribadi itu

sendiri. Adler menggunakan analogi yang menarik, yang disebutnya “hukum pintu

rendah”. Jika kita berusaha melewati sebuah pintu yang hanya empat kaki tingginya,

maka kita memiliki dua pilihan dasar. Pertama, kita dapat menggunakan daya kreatif

kita untuk membungkukkan diri serendah mungkin agar bisa melewatinya sehingga

berhasil masuk dan menyelesaikan masalah tersebut. Ini adalah cara individu yang

sehat secara psikologis memecahkan masalah. Kedua dan sebaliknya, jika kita tetap

memaksa masuk dengan membenturkan kepala sehingga kta terjatuh ke belakang,

maka kita masih harus memecahkan masalah ini dengan benar atau terus saja

membenturkan kepala kita. Individu yang psikologisnya tidak sehat seringkali

memilih mmbenturkan kepala mereka pada realitas hidup.

4. Perkembangan Abnormal

4.1 Deskripsi Umum

Ada satu faktor yang melandasi semua jenis perilaku menyimpang

(maladjustment), yaitu underdeveloped social interest, yaitu kepedulian sosial yang

tidak berkembang (Adler, Feist, 2006 hal. 79). Dalam hal ini, orang yang mengalami

underdeveloped social interest akan sangat kurang kepedulian sosialnya.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa manusia akan mengalami kegagalan

jika dalam kehidupannya, mereka hanya berpusat pada diri sendiri, terlalu sibuk

dengan hal-hal yang bersifat pribadi sehingga kurang memperhatikan orang lain yang

ada di sekitarnya. Hal ini membuat mereka akan terpisah dari komunitas lainnya,

terpisah dari dunia sosial.

Selain dari hal diatas, orang-orang yang mengalami gangguan neurotik

cenderung untuk: (1) menetapkan tujuan akhir yang terlalu tinggi, (2) hidup di

dunianya sendiri, (3) memiliki gaya hidup yang kaku (rigid) dan dogmatis.

4.2 Faktor-faktor Eksternal Perilaku Menyimpang

Penyebab dari perilaku menyimpang ada tiga faktor, dalam pandangan Adler,

yaitu:

a. Kelemahan fisik yang dibesar-besarkan

10

Page 12: Tugas Kelompok

Tiap-tiap orang dilahirkan ke dunia memiliki kelemahan fisik. Mereka yang tidak

dapat menerima kelemahan itu akan mengembangkan sikap rendah diri. Mereka

akan lebih fokus dan sibuk dengan diri sendiri dan kurang memperhatikan orang

lain. Mereka merasa bahwa mereka hidup di negeri musuh, ketakutan mereka

mengalahkan usaha-usaha untuk mencapai kesuksesan. Mereka cenderung

memiliki pandangan hidup individualistik atau lebih tepat disebut selfish,

menyelesaikan masalah-masalah mereka sendiri.

b. Gaya hidup yang manja

Orang-orang manja biasanya berawal dari masa kecil dimana orang tua

memperlakukan anaknya secara berlebihan. Anak yang manja tidak menerima

kasih sayang yang cukup, bahkan merasa tidak dicintai. Orang tua mereka

memperlihatkan kurangnya kasih sayang dengan melakukan terlalu banyak hal

untuk mereka seolah-olah mereka tidak bisa melakukannya sendiri, yang pada

akhirnya mereka merasa bahwa mereka tidak dapat berbuat apa-apa tanpa orang

tua mereka. Karena terlalu dilindungi oleh orang tuanya, mereka pun merasa

takut untuk berpisah dari orang tua. Saat mereka hidup sendirian, mereka akan

merasa tertolak, hal ini semakin menambah perasaan inferioritas mereka.

Ciri-ciri orang yang manja yaitu: memiliki sifat pengecut, terlalu sensitif, tidak

sabar, dan memiliki emosi yang berlebihan. Karena mereka diperlakukan secara

berlebihan, pada akhirnya mereka kurang memiliki kepedulian sosial. Mereka

bahkan memiliki hasrat untuk terus mengulangi kemanjaannya untuk terus

mendapatkan perhatian yang lebih.

c. Gaya hidup yang tertolak

Anak-anak yang merasa tertolak dan tidak dicintai akan menciptakan perasaan-

perasaan yang membuat mereka mengembangkan gaya hidup yang tertolak.

Penolakan adalah konsep yang relatif. Tidak ada seorang pun yang dapat

dikatakan tertolak secara utuh. Keberadaan kita di dunia, melewati masah bayi

hingga saat ini menjadi bukti bahwa sekalipun seseorang merasa tertolak, namun

masih ada satu sisi yang tidak tertolak. Masih ada yang memedulikannya, benih

kepedulian sosial sudah ditanamkan pada dirinya.

Orang yang merasa tertolak akan kurang memiliki kepedulian sosial. Mereka

tidak memiliki kepercayaan diri, tidak mudah untuk percaya pada orang lain,

tidak memiliki kepekaan, tidak dapat bekerja sama, merasa terasing dari orang

11

Page 13: Tugas Kelompok

lain, memiliki rasa iri hati yang kuat terhadap keberhasilan orang lain, dan

umumnya memiliki rasa curiga yang besar serta dapat membahayakan orang lain.

4.3 Kecenderungan Melindungi Diri

Kecenderungan melindungi diri merupakan suatu pola perilaku tertentu yang

diciptakan manusia untuk melindungi perasaan harga diri mereka, memampukan

mereka untuk menyembunyikan citra diri mereka yang berlebihan dan

mempertahankan gaya hidup mereka.

Konsep Adler mengenai Safeguarding Tendencies ini bisa dibandingkan dengan

Self Defence Mechanism yang dikemukakan oleh Freud. Persamaan dari keduanya

yaitu perlindungan diri ini dibentuk untuk melindungi diri terhadap kecemasan. Selain

adanya persamaan, tentunya ada perbedaan yang sangat signifikan antara keduanya.

Self Defence Mechanism Freud dibentuk dan beroperasi pada alam bawa sadar

manusia untuk melindungi ego dari kecemasan. Sedangkan safeguarding tendencies

Adler sebagian besar disadari demi melindungi harga diri seseorang yang rapuh dari

penghinaan publik.

Kecenderungan melindungi diri yang dikemukakan oleh Adler adalah sebagai

berikut.

a. Excuses (Berdalih)

Berdalih merupakan kecenderungan melindungi diri yang paling umum

dilakukan. Terekspresi dalam format “Ya..., tetapi...” atau “Jika saja...”

Dalam format “Ya..., tetapi...”, manusia terlebih dahulu menyatakan bahwa

mereka ingin bertindak demikian, namun mereka meneruskan dengan

mengatakan sebuah dalih untuk menjelaskan mengapa pada akhirnya mereka

tidak dapat melakukannya. Contohnya seorang mahasiswa berkata kepada

dosennya, “Ya, saya dapat menyelesaikan tugas ini tepat waktu, tetapi kesehatan

saya sedang terganggu.”

Format “Jika saja...” sama dengan format diatas namun cara penyampaiannya

yang berbeda. “Jika saja waktunya masih panjang, saya pasti bisa mengerjakan

soal ujian dengan tuntas.”

Dalih-dalih ini dibuat untuk melindungi rasa percaya diri yang rendah, namun

dibuat seolah-olah tinggi, dan memanipulasi orang lain untuk percaya bahwa diri

mereka lebih unggul daripada yang sebenarnya.

12

Page 14: Tugas Kelompok

b. Aggression (Agresi)

Terdapat tiga bentuk dari agresi, yaitu:

Depreciation

Merupakan suatu kecenderungan untuk menyombongkan diri untuk

merendahkan keberhasilan orang lain dan melebih-lebihkan prestasinya

sendiri. Contoh yang sering kita liat atau bahkan ada diantara kita yang sering

melakukannya yaitu memberikan kritik pedas pada orang lain serta

menyebarkan gosip-gosip tentang orang lain. Misalnya teman Anda yang

menjadi “saingan” utama dalam kelas mendapat gelar sebagai Best Student of

The Years. Agar harga diri Anda tidak jatuh, Anda kemudian berkata: “Dia

mendapat gelar itu karena dia “ada apa-apanya” dengan ketua jurusan kami.”

Accusation

Merupakan perlindungan diri dimana seseorang cenderung menyalahkan

seseorang atas kegagalan dirinya dan berusaha mencari kesempatan untuk

membalasnya agar dapat melindungi rasa percaya dirinya yang rapuh.

Contohnya: “Saya sebenarnya punya kemampuan yang lebih dalam hal

marketing, tetapi anggota tim kerja saya masih pemula. Jadinya kerjaan kami

tidak maksimal.

Self-accusation

Merupakan bentuk agresi yang ditandai oleh adanya rasa bersalah dan

dorongan untuk menyiksa diri sendiri. Penyiksaan diri ini bertujuan untuk

mencapai kepentingan pribadi, namun mereka merendahkan diri agar

memunculkan penderitaan bagi orang lain sembari melindungi rasa

inferioritas mereka.

c. Withdrawal (Menarik Diri)

Dalam menghadapi masalah-masalah hidup, manusia sering kali melarikan diri

dari kesulitan dengan menjaga jarak antara diri mereka dengan masalah yang

dihadapi tersebut, yang dilakukan tanpa disadari ataupun dengan disadari. Adler

menyebut kecenderungan ini sebagai menarik-diri (withdrawal) atau melindungi

diri dari kejauhan. Hal ini dapat menyebabkan perkembangan kepribadian dapat

berhenti.

Ada empat model perlindungan lewat menarik-diri, antara lain:

Mundur ke belakang

13

Page 15: Tugas Kelompok

Mundur ke belakang (moving backward) adalah kecenderungan untuk

melindungi tujuan keunggulan fiksional seseorang dengan mundur secara

psikologis ke periode kehidupan yang lebih aman. Model perlindungan ini

mirip dengan konsep Freud tentang regresi, namun tidak seperti regresi yang

dilakukan tanpa disadari, mundur ke belakang kadang-kadang bisa menjadi

disadari. Mundur ke belakang bisa menarik simpati, tapi pada dasarnya

bersifat merusak.

Diam di tempat

Kecenderungan menarik-diri ini mirip dengan mundur ke belakang namun,

umumnya tidak begitu merusak. Mereka melindungi aspirasi-aspirasi fiksional

mereka karena tidak pernah melakukan sesuatu untuk membuktikan bahwa

mereka tidak dapat mencapai tujuan-tujuan mereka. Contohnya, seorang anak

yang selalu menghindari pertemuan dengan anak lain tidak akan merasa

tertolak oleh mereka. Dengan tidak melakukan apa pun, mereka melindungi

harga diri mereka dan melindungi diri mereka dari kegagalan.

Ragu-ragu

Model perlindungan ragu-ragu (hestitating) berhubungan dekat dengan diam

di tempat. Dalam menghadapi masalah yang sulit, individu sering kali ragu-

ragu untuk melakukan sesuatu sehingga menyebabkan penundaan. Penundaan

ini akhirnya memberi dalih, ”Sudah terlambat sekarang.” Bagi orang lain,

keragu-raguan ini dianggap sebagai tindakan mengalah, namun fungsinya

untuk melindungi harga diri yang dilebih-lebihkan.

Menjadi pengamat

Kecenderungan melindungi-diri yang paling lunak adalah dengan menjadi

pengamat (constructing obstacle). Dengan menjadi pengamat, mereka

melindungi harga diri dan prestise mereka. Jika mereka gagal menaklukkan

rintangan, mereka selalu dapat memiliki kesempatan untuk berdalih.

4.4 Protes Maskulin (Masculine Protest)

Dibandingkan Freud, Adler percaya bahwa kehidupan psikis perempuan pada

esensinya sama dengan laki-laki, dan bahwa masyarakat yang didominasi laki-laki

bukan sesuatu yang alamiah melainkan lebih merupakan produk artifisial

perkembangan sejarah. Menurut Adler, praktik budaya dan sosial – bukannya anatomi

– yang memengaruhi banyak laki-laki maupun perempuan, menekankan secara

14

Page 16: Tugas Kelompok

berlebihan pentingnya menjadi laki-laki, sebuah kondisi yang disebutnya protes

maskulin.

Di banyak masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan menempatkan nilai

inferior pada perempuan. Anak laki-laki sering kali diajarkan sejak dini bahwa

menjadi maskulin berarti menjadi berani, kuat dan dominan. Standar keberhasilan

bagi anak laki-laki adalah menang, menjadi kuat, menjadi di atas. Sebaliknya, anak

perempuan sering kali belajar menjadi pasif dan menerima posisi inferior di

masyarakat.

Freud percaya bahwa ”anatomi adalah sebuah takdir”, dan bahwa dia

menganggap perempuan sebagai ”’benua gelap’ bagi psikologi”. Selain itu, menjelang

akhir hidupnya, dia masih menanyakan ”Apakah yang sebenarnya diinginkan

perempuan?” Menurut Adler, sikap terhadap perempuan seperti ini menjadi bukti bagi

sosok pribadi dengan protes maskulin yang kuat. Terbalik dari pandangan Freud

mengenai perempuan, Adler menganggap perempuan – karena memiliki kebutuhan

fisiologis dan psikologis yang sama dengan laki-laki – kurang lebih juga

menginginkan hal yang sama dengan yang diinginkan laki-laki.

5. Aplikasi dari Psikologi Individual

Implementasi teori Adler dapat dibagi dalam empat wilayah, yaitu: (1) konstelasi

keluarga, (2) rekoleksi awal, (3) mimpi, (4) psikoterapi.

5.1 Konstelasi Keluarga

Dalam terapinya, Adler hampir selalu menanyakan pasien konstelasi keluarga

mereka, yaitu urutan kelahiran mereka, jenis kelamin saudara-saudara kandung

mereka, san perbedaan usia di antara mereka. Meskipun persepsi orang mengenai

situasi yang di dalamnya mereka lahir lebih penting daripada urutan kelahiran namun,

Adler menemukan sejumlah hipotesis mengenai urutan kelahiran ini.

Anak sulung, menurut Adler, biasanya suka sekali memiliki perasaan yang luas

terhadap kekuasaan dan keunggulan, rasa cemas yang tinggi, dan kecenderungan

menjadi terlalu protektif. Anak-anak sulung menempati posisi unik, menjadi satu-

satunya anak yang dimiliki untuk beberapa waktu, dan kemudian pembuangan

(dethronement) traumatis ketika adiknya lahir. Peristiwa ini secara dramatis

mengubah situasi dan pandangan si anak mengenai dunia.

15

Page 17: Tugas Kelompok

Jika si sulung berusia tiga tahun atau lebih ketika adiknya lahir, mereka dapat

memadukan pembuangan ini ke dalam gaya hidup sebelumnya. Jika sebelumnya

mereka sudah menembangkan sebuah gaya hidup yang berpusat pada diri sendiri,

mereka akan merasakan kebencian dan kemarahan terhadap bayi yang baru lahir

namun, jika mereka sudah membentuk gaya kerja sama, mereka akan mengadopsi

sikap yang sama terhadap adik barunya itu. Jika anak sulung berusia kurang dari tiga

tahun ketika adiknya lahir, maka kebencian dan kemarahan mereka sebagian besar

menjadi tak sadar, yang membuat perilaku-perilaku ini menjadi lebih sulit diubah

dalam hidupnya kemudian.

Anak kedua, menurut Adler, anak yang lahir di tengah-tengah memulai hidup

dalam situasi yang lebih baik untuk mengembangkan kerja sama dan kepedulian

sosial. Di tataran tertentu, kepribadian anak-anak ini sibentuk persepsi mereka tentang

sikap kakaknya terhadap mereka. Jika sikap ini berbentuk kebencian dan rasa dendam

ekstrem, mereka akan menjadi sangat kompetitif atau minder secara berlebihan.

Namun anak-anak yang lahir di tengah-tengah menjadi dewasa salam persaingan yang

moderat, memiliki hasrat yang sehat untuk mengalahkan pesaingnya yang lebih tua.

Jika sejumlah keberhasilan dicapai, si anak akan mengembangkan sebuah sikap yang

revolusioner dan merasakan bahwa otoritas apa pun bisa ditantang. Sejaku lagi,

interpretasi anak-anak lebih penting daripada posisi kronologis kelahiran mereka.

Anak bungsu, menurut Adler, sering kali merasa dimanjakan dan, akibatnya,

menghadapi resiko tinggi terhadap masalah-masalah kanak-kanaknya. Mereka sering

memiliki perasaaan inferioritas yang kuat dan kekeurangan kemandirian. Namun

begitu, mereka memiliki banyak keuntungan. Mereka sering kali termotivasi untuk

menjadi pelari tercepat, musisi terbaik, atlet paling berbakat atau siswa yang pandai.

Anak tunggal memilik posisi unik untuk berkompetisi, bukan terhadap kakak-

kakaknya, melainkan terhadap orang tuanya. Dengan hidup di dunia orang dewasa,

mereka sering kali mengembangkan perasaan unggul yang berlebih-lebihan dan

konsep-diri yang dibesar-besarkan. Adler menyatakan bahwa hanya anak tunggal

yang dapat mengalami hambatan bagi pertumbuhan kerja sama dan kepedulian sosial,

memiliki sikap parasitik, dan mengharapkan orang lain terus memanjakan dan

melindungi mereka. Sifat-sifat positif dan negatif yang tipikal dari anak sulung, anak

kedua, anak bungsu, dan anak tunggal bisa dilihat pada tabel berikut ini.

16

Page 18: Tugas Kelompok

5.2 Rekoleksi Awal

Untuk dapat memahami kepribadian pasien, Adler biasanya meminta mereka

menceritakan rekoleksi-rekoleksi awal (ERs, early collections) mereka. Meskipun dia

percaya bahwa memori-memori yang diingat-ingat kembali (recalled memories) itu

dapat memberinya sejumlah petunjuk untuk memahami gaya hidup pasien namun,

Adler tidak menganggap memori-memori ini penyeab gaya hidup tersebut. Karena

pengalaman yang diingat-ingat kembali itu bisa berkaitan dengan realitas objektif,

atau hanya fantasi belaka yang tidak begitu penting. Manusia merekonstruksi-ulang

peristiwa-peristiwa untuk membuat mereka tetap konsisten dengan suatu tema atau

pola yang terus dijalaninya di sepanjang hidup mereka.

Adler menekankan bahwa rekoleksi-rekoleksi awal selalu konsisten dengan gaya

hidup sekarang dan bahwa pemahaman subjektif mereka terhadap pengalaman-

pengalaman ini menghasilkan sejumlah petunjuk untuk memahami tujuan akhir

maupun gaya hidup mereka saati ini. Adler percaya bahwa pasien-pasien dengan

tingkat kecemasan tinggi akan sering memproyeksikan gaya hidup mereka saat ini ke

dalam memori mereka tentang pengalaman-pengalaman kanak-kanak dengan

mengingat-ingat kembali peristiwa-peristiwa yang menakutkan dan menimbulkan

kecemasan, seperti naik sepeda motor yang mengalami tabrakan, kehilangan orangtua

entah secara temporer atau permanen, maupun diejek oleh anak-anak lain. Sebaliknya,

orang-orang yang penuh percaya diri cenderung mengingat-ingat memori-memori

yang berisi hubungan-hubungan menyenangkan dengan orang lain. Di keduanya,

pengalaman awal tidak menentukan gaya hidup. Adler percaya bahwa sebaliknyalah

yang benar; yaitu, rekoleksi-rekoleksi mengenai pengalaman-pengalaman awal malah

dibentuk oleh gaya hidup saat ini.

5.3 Mimpi

Mimpi bukanlah hal yang dapat meramalkan masa depan, namun dapat memberi

petunjuk untuk memecahkan masalah-masalah psikologis yang mungkin muncul di

masa depan. Dalam bukunya, yang merupakan kumpulan catatan dari kuliah-kuliah

yang diberikan oleh Adler, Colin Brett (1997) menyatakan bahwa kehidupan manusia

dalam mimpi didominasi oleh tujuan untuk mencapai superioritas, sama seperti

kehidupan manusia ketika terbangun. Sebuah mimpi selalu merupakan bagian dari

gaya hidup (lifestyle) dan selalu terdapat prototipe yang berhubungan dengan gaya

17

Page 19: Tugas Kelompok

hidup pemimpi di dalamnya. Contohnya, seorang siswa rajin dan pintar yang

keesokan harinya akan menghadapi ujian. Dia sangat percaya diri dan yakin akan

berhasil pada tes besok. Dalam mimpinya, dapat diprediksikan bahwa dia akan

bermimpi memanjat sebuah gunung tinggi, terpesona oleh pemandangan yang

dilihatnya di puncak gunung, dan kemudian terbangun. Mimpinya ini menggam-

barkan tujuan dan pencapaiannya.

Namun demikian, Adler percaya bahwa kebanyakan mimpi menipu diri sendiri

(self-deception) dan tidak bisa mudah dipahami bahkan oleh pemimpi sendiri. Mimpi

menyamar untuk bisa membohongi pemimpi, membuat penginterpretasian oleh diri

sendiri tidak mudah. Semakin tujuan individu tidak konsisten dengan realitas,

semakin banyak mimpi digunakan menipu si pemimpi. Orang-orang seperti inilah

yang dapat dikatakan hidup lebih banyak di dunia mimpi, daripada realita. Contohnya,

seseorang yang sangat pengecut dalam kehidupannya sehari-hari, namun memiliki

tujuan untuk menjadi seorang tokoh militer yang penting. Tujuan ambisius yang

sangat jauh berbeda dari gaya hidupnya ini dapat berakhir dalam sebuah mimpi yang

menggambarkan dirinya ditandu di atas pundak orang lain, ataupun ditembakkan dari

sebuah meriam. Namun bila dicermati, dapat dilihat dari mimpi ini bahwa terdapat

prototipe yang mencerminkan gaya hidupnya yang tergambar. Orang seperti ini akan

bermimpi mencapai puncak dengan bantuan orang lain, sedangkan orang yang tujuan

dan gaya hidupnya konsisten akan bermimpi mencapai puncak tanpa bantuan orang

lain.

5.4 Psikoterapi

Menurut Adler, psikopatologi merupakan hasil dari kekurangberanian, perasaan

inferioritas yang berlebihan, dan kepedulian sosial yang tidak berkembang penuh.

Karena itu, tujuan psikoterapi menurut kaum Adlerian adalah untuk meningkatkan

keberanian, mengurangi perasaan inferioritas yang berlebihan, dan memperbesar

kepedulian sosial. Namun hal ini bukanlah hal yang mudah, karena klien sendiri akan

menolak perubahan dan bertahan pada keadaannya yang nyaman sekarang ini.

Psikoterapi Adlerian berfokus pada cara membantu klien untuk memahami diri

mereka sendiri dengan jelas dan memilih dengan cara apa dan bagaimana membuat

perubahan terjadi dalam hidup mereka. Psikoterapis kalangan Adlerian akan memaksa

18

Page 20: Tugas Kelompok

pasien untuk menguji tujuan-tujuan mereka dan untuk melihat bahwa tanggung jawab

bagi penderitaan saat ini ada di tangan mereka sendiri.

Dalam metode psikoterapinya, Adler selalu mempertahankan perannya sebagai

rekan kerja yang setara, yang ramah dan permisif. Dia menahan diri dari khotbah-

khotbah moralistik dan menjunjung tinggi nilai hubungan antarmanusia. Melalui kerja

sama dengan terapis mereka, klien menjalin kontak dengan orang lain. Hubungannya

dengan terapis akan membangkitkan kepedulian sosial mereka.

6. Kelebihan dan Kekurangan Teori Adler

Tiap teori pastilah memiliki nilai plus dan minus di dalamnya. Mengenai teori

Adler ini, kelompok kami telah berdiskusi dan menyimpulkan, bahwa kelebihan teori

Adler adalah:

Teorinya konsisten secara keseluruhan dan teori ini memiliki kekuatan untuk

tetap bertahan melawan waktu, mengimplikasikan bahwa teori ini mengandung

kebenaran.

Pandangannya lebih optimis daripada teori Freud mengenai manusia, dan lebih

berorientasi kepada masa depan.

Teorinya sangat aplikatif dan praktis, khususnya dalam menyelesaikan berbagai

masalah.

Teorinya menarik dan unik, sehingga membangkitkan minat para peneliti untuk

melakukan berbagai riset dan menggali bidang psikologi lebih dalam.

Teori Adler membuat pandangan terhadap aspek sosial manusia lebih dikenal.

Sedangkan kekurangan dari teori ini adalah sebagai berikut.

Pada kenyataannya, tidak semua penderita cacat fisik mengubah kelemahannya

menjadi suatu kekuatan.

Teori ini hanya melihat pada hereditas dan lingkungan, meminimalkan pengaruh

kognitif.

7. Kritik terhadap Teori Adler

“Tiada gading yang tak retak”. Ungkapan ini tidak hanya berlaku pada manusia

saja tetapi juga bisa diaplikasikan atau diberlakukan pada teori-teori yang dibuat oleh

para tokoh-tokoh dalam bidangnya. Hal ini pun berlaku dan terjadi pada teori Adler.

Seperti teori psikologi lainnya, teori Adler pun mendapatkan beberapa kritik atau

19

Page 21: Tugas Kelompok

sanggahan dari beberapa tokoh lainnya. Para tokoh ini tentunya tidak asal-asalan

dalam memberi kritik, melainkan mempunyai landasan atau pegangan yang kuat,

logis, dan bisa dipertanggung jawabkan. Jeisst Feist dan Gregory J. Feist mengajukan

beberapa kritik, seperti:

Seperti teori Freud, teori Adler pun menghasilkan banyak konsep yang tidak

mudah diverifikasi maupun difalsifikasi. Contohnya, meskipun riset sudah

membuktikan kaitan antara rekoleksi awal masa kanak-kanak dan gaya hidup

seseorang saat ini (Clark, 2002), namun hasil-hasil itu tidak secara langsung atau

tidak serta-merta memverifikasi teori Adler bahwa gaya hidup saat ini

membentuk rekoleksi awal seorang individu. Karena riset ini bersifat kausalitas

sehingga hasil yang didapatkan tidak dapat menjelaskan apa yang menyebabkan

apa. Dalam artian bahwa hasil yang diperoleh tidak dapat membuktikan secara

langsung bahwa gaya hidup seseorang saat ini membentuk rekoleksi awalnya.

Bisa jadi rekoleksi awal yang membentuk gaya hidup seseorang saat ini. Jadi

riset yang dilakukan hanya dapat membuktikan adanya hubungan antara gaya

hidup seseorang saat ini dengan rekoleksi awal masa kanak-kanaknya. Alasan

lain yang bisa diajukan adalah jika seseorang mengalami perubahan gaya hidup

maka tidak hal itu tidak dapat dibuktikan secara ilmiah bahwa memori-memori

atau rekoleksi awalnya pun turut berubah. Itulah sebabnya konsep Adler tentang

asumsi bahwa gaya hidup saat ini menentukan memori-memori awal dan bukan

sebaliknya, memori-memori awal menentukan gaya hidup saat ini, sangat sulit

untuk diverifikasi atau pun difalsifikasi.

Teori Adler mempunyai konsistensi internal yang rendah. Artinya bahwa

meskipun teori Adlerian merupakan sebuah model konsistensi diri tetapi sangat

kurang dalam menjelaskan definisi-definisi operasional yang ada atau yang

digunakan, secara tepat. Contohnya, istilah “daya kreatif”. Definisi istilah ini

sangatlah bersifat khayali. Konsep daya kreatif memang sangat menarik dan

mungkin banyak orang percaya bahwa mereka memang disusun dari sesuatu

yang lebih dari sekadar interkasi hereditas dan lingkungan, serta memiliki

beberapa unsur dalam jiwa mereka (jiwa, ego, diri, dan daya kreatif) yang

memberi mereka kesempatan untuk membuat pilihan dan menciptkan gaya hidup

mereka sendiri. Namun, semenarik apa pun konsep daya kreatif ini, dia hanya

sebuah fiksi dan tidak dapat dipelajari secara ilmiah.

20

Page 22: Tugas Kelompok

Efektivitas dan efisiensinya rendah. Meskipun tulisan-tulisan Adler cukup

menakjubkan namun harus dirangkum dari sebaran-sebaran tulisan-tulisannya

yang tidak terorganisasi yang membuat teori ini kurang efektif dan efisien.

8. Aplikasi Teori Adler

Tim penulis mengumpulkan beberapa artikel dari media cetak dan internet, juga

dari media komunikasi visual, seperti film, bahkan dari kesaksian hidup seorang tokoh

ternama untuk memberi gambaran yang lebih jelas mengenai teori Adler. Dari contoh-

contoh tersebut, dapat dilihat aplikasi dari teori Adler, yang penulis bagi dalam 3

bidang, yaitu sosial, pendidikan, dan kesehatan.

8.1 Bidang Sosial

Artikel 1

Soeharto adalah sesosok tokoh yang begitu “luar biasa” dan sangat dikenang baik

itu jasanya maupun kejahatannya. Sosok Pak Harto yang telah kita kenal selama ini

selalu membuat tanda tanya besar di dalam pikiran setiap kita, bagaimana mungkin

seorang anak desa yang begitu lugu dan terlihat sangat sopan dapat menjadi seorang

yang begitu kejam dan membuat bangsa kita menjadi sengsara karena utang-utangnya

yang akan diwariskan selama 7 keturunan di generasi kita. Semuai tu tidak terlepas

dari pembentukan kepribadinnya yang mengakibatkan dia menjadi seperti ini. Karena

itu saya berusaha membahas pembentukan kepribadian Pak Harto dari sudut pandang

teori kepribadian Adler.

Menurut pandangan teori adler, soeharto sebagai seorang politikus memang akan

tampak sulit untuk dilihat apakah di dalam kepribadiannya dia adalah orang yang

sehat karena di dalam politik sangat penuh dengan intrik di mana di public tampak

sebagai orang yang berjuang untuk menunjukkan minat social kepada public tetapi di

dalam diri pribadinya tidak tampak bahwa dia memiliki keinginan untuk menjadi

sukses demi dirinya sendiri. Literatur yang saya gunakan merupakan otobiografi dari

tulisan soeharto itu sendiri, yang buku tersebut merupakan bantahan atas biografi

tentang dia yang ditulis oleh orang lain, jadi pada saat ini saya membahas dari sudut

21

Page 23: Tugas Kelompok

pandang soeharto dan juga melakukan triangulasi data dengan sumber-sumber yang

ada seperti pengamat politik dan sumber-sumber literature yang lain.

Saat ini kita akan melihat soeharto di masa kecilnya di mana, ia berasal dari

sebuah keluarga yang bertempat tinggal di desa.Ibunya pernah bercerai dan menikah

lagi dengan ayah tirinya, juga terlihat bahwa soeharto pada umur 40 hari dititipkan ke

mbah dukun untuk dipelihara. dan pada umur 4 tahun baru dipelihara kembali oleh

ibunya dan usia 8 tahun ia diasuh kembali oleh bibinya. Dari beberapa hal ini kita

melihat bahwa soeharto sejak kecil kurang mendapat kasih sayang dari ibunya

langsung, dan ia mendapat modeling yang beraneka yaitu dari mbah dukun dan

ibunya. Bila dikorelasikan dengan teori adler di mana pada usia 4-5 tahun, ia juga

diabaikan oleh ibunya dan mbah dukun yang merawatnya pun kurang memberi

perhatian kepadanya sehingga kompensasi perasaan inferiornya menjadi rumit dan

begitu dengan tujuan untuk menjadi superiorpun kedepannya juga tidak akan disadari

dan tidak jelas.

Keinginan untuk menjadi superioritas sudah terlihat dari ketika dia remaja yang

ia berusaha mengatasi inferiornya ketika ia mulai mempelajari pelajaran filsafat

agama dan pembukuan, di mana dia merasa kurang di dalam hal tersebut karena di

dalam sekolahnya ia tidak mendapatkan pelajaran mengenai pembukuan dan

sebagainya. Juga ketika memasuki dunia kemiliteran persaan untuk menjadi

superiornya semakain terlihat di mana dia melakukan kegiatan militer dengan giat dan

dia selalu berusaha menjadi nomor satu dan terbukti didalam hal kemiliteran diapun

mendapat predikat yang terbaik di antara kalangannnya juga ketika akan masuk di

dalam dunia militer yang sangat sulit diapun bsa masuk dengan predikat yang baik

pula.

Melihat minat sosial yang dikembangkan oleh soeharto, hal ini juga terlihat sejak

kecil di mana minat sosial yang ia katakan kepada kaum bawah seperti petani. Karena

ia pernah merasakan hidup sebagai petani, jadi kelak nanti ia akan memperjuangkan

kehidupan petani dan orang kecil. Di dalam bukunya juga tertulis di mana banyak

daripada cita-citanya untuk menjadi superior dengan membantu rakyat yang berada

pada golongan kelas bawah seperi kesejahteraan buruh. Jadi menurutnua ia ingin

22

Page 24: Tugas Kelompok

menjadi seorang yang superior demi orang lain yang di sekitarnya, melalui pandangan

yang ia berikan ia tampak sebagai seorang yang berkepribadian sehat karena ia

berusaha menjadi superior demi masyarakat sekitarnya, tetapi saya rasa itu tidak

sesuai dengan kenyataan yang ada karena berdasarkan analisis bagaimana proses pola

asuh daripada keluarganya dan bagaimana perilakunya selama menjadi presiden itu

sangat terlihat perbedaan.

Sumber: http://milhan16.wordpress.com/2008/07/26/adler/

Artikel 2

Adler mengungkapkan bahwa urutan kelahiran anak mempengaruhi perhatian orang

tua terhadap anaknya. Sebagai contoh, anak sulung akan mendapatkan perhatian yang

utuh dari orang tuanya hingga perhatian itu terbagi ketika dia memiliki adik. Dengan

kehadiran sang adik, maka anak sulung mengalami suatu gejala traumatis akibat

‘turun tahta’. Hal ini persis seperti yang terjadi pada saya, di mana dahulu sebelum

saya dilahirkan, kakak saya menjadi anak pertama yang disayang. Akan tetapi setelah

saya lahir dan sampai sekarang saya lebih disayang orang tua sedangkan kakak saya

menjadi seorang kakak yang bertanggung jawab terhadap saya dan keluarga. Hal ini

terlihat pada kakak saya yang sudah mulai bekerja dan membantu finansial ortu dan

memberikan saya perhatian dan pemenuhan akan kebutuhan saya juga. Pertama kali

saya dilahirkan, kakak saya menjadi dinomor duakan karena orang tua lebih

memperhatikan saya daripada kakak saya, akan tetapi seiring dewasanya kakak saya,

ia bisa menerima hal itu dan lebih menyayangi serta bertanggung jawab seperti orang

kedua bagi saya.

Analisis:

Dari hal ini, anak sulung mengalami perubahan situasi yang mewajibkannnya untuk

berbagi dan menjadi orang tua kedua bagi sang adik. Anak sulung ini mungkin akan

menjadi pribadi yang bertanggung jawab atau justru menjadi pribadi yang merasa

tidak aman dan minim interes sosialnya. Hal ini dipengaruhi oleh faktor genetik,

kesiapan menerima adik baru, dan interpretasi terhadap pengalamannya sendiri.

Sumber: http://achypozesif.blogspot.com/2007/11/teori-kepribadian-adler.html

Artikel 3

23

Page 25: Tugas Kelompok

Joni Eareckson Tada

Sebuah kecelakaan ketika berenang di bulan Juli 1967 menyebabkan Joni Eareckson

menderita kerusakan tulang belakang yang membuat dia lumpuh dari leher ke bawah.

Selama bulan-bulan pertama penderitaannya di rumah sakit, dia mengalami depresi

yang berat dalam usahanya mencoba memahami apa yang terjadi pada dirinya. Ia

bahkan sempat memohon kepada teman-temannya untuk membantunya melakukan

bunuh diri.

Namun, berkat pertolongan dari teman-temannya, imannya tumbuh lagi dan semangat

hidupnya bangkit kembali. Selama dua tahun masa rehabilitasi ia menyadari bahwa

apa pun yang terjadi, betapapun buruk situasinya, hidupnya tetaplah sebuah pilihan. Ia

dapat memilih hidup dengan penuh penyesalan dan kemarahan pada Tuhan, atau

menjalaninya dengan penuh pengharapan bahwa "yang terbaik masih belum tiba" (the

best is yet to come).

Dalam masa rehabilitasi tersebut, ia berbulan-bulan belajar melukis dengan cara

menggigit kuas di antara gigi-giginya. Bukan cara yang mudah dan pasti awalnya

membuat frustrasi siapa pun yang pernah mencobanya. Namun, dia berhasil

melakukannya. Bahkan lukisan-lukisannya kini banyak dicari dan dikoleksi orang.

Salah satu bukunya yang berisi beberapa lukisan terindahnya adalah "Christmas

Longing".

Joni menulis lebih dari tiga puluh buku, beberapa di antaranya menjadi best-seller.

Best-seller pertama adalah otobiografinya, Joni, yang difilmkan dan telah

diterjemahkan ke dalam lebih dari lima belas bahasa dan telah menyentuh serta

mengubah hidup ribuan orang sampai hari ini. Buku-bukunya yang lain berbicara

tentang tema-tema persahabatan, keluarga, anak-anak, penderitaan, dan outreach

kepada orang-orang cacat. Ia juga menulis beberapa buku anak-anak yang menerima

penghargaan dari The Evangelical Publishers' Association dan C.S Lewis Medal

Awards.

Pada tahun 1979 ia mendirikan "Joni and Friends" yang melayani orang-orang cacat

dan keluarga atau teman-temannya. Pada tahun 2002 mereka telah melayani lebih dari

500 keluarga orang-orang cacat melalui 9 Retret Keluarga. Program Wheel for the

World mengumpulkan 14.000 kursi roda dari seluruh Amerika yang diperbaiki oleh

24

Page 26: Tugas Kelompok

para tahanan di Lembaga Pemasyarakatan dan dikirimkan ke negara-negara

berkembang. Program radio "Joni and Friends" disiarkan oleh 850 pemancar radio

dan mendapat penghargaan "Radio Program of the Year" dari National Religious

Broadcasters. Pada tahun 1982 ia menikah dengan Ken Tada dan keduanya melayani

bersama-sama hingga hari ini.

Analisis:

Berdasarkan artikel di atas kita dapat menemukan aplikasi dari teori Adler. Di

mana Adler berpendapat bahwa masalah hidup selalu bersifat sosial. Fungsi hidup

sehat bukan hanya mencintai dan berkarya, tetapi juga merasakan kebersamaan

dengan orang lain dan mempedulikan kesejahteraan mereka. Hal ini dapat kita lihat

pada Joni yang dalam kelemahan fisiknya (lumpuh) mau bangkit dan berkarya. Beliau

tidak berhenti hanya pada bagian itu tetapi beliau juga mau mempedulikan

kesejahteraan orang lain dengan melayani orang-orang cacat. Hal ini sejalan dengan

teori Adler mengenai minat sosial.

Hal lain yang dapat kita pelajari yaitu meskipun beliau memiliki kelemahan

fisik yang membuatnya merasa inferior, tetapi justru hal itu yang mendorongnya

untuk mengatasi perasaan inferioritas itu dan menggerakkannya untuk berjuang

menjadi superior. Superioritas dalam hal ini menurut Adler yaitu suatu gerak yang

mengarahkan manusia ke jenjang yang lebih sukses, terutama kesuksesan dalam

konteks sosial.

8.2 Bidang Pendidikan

Artikel 1

Helen Adams Keller dilahirkan di daerah perkebunan yang dinamakan Ivy Green

di Tuscumbia, Alabama, pada tanggal 27 Juni 1880, dari pasangan Arthur H. Keller

dan Kate Adams Keller. Keluarga Keller awalnya berasal dari Switzerland. Heller

Keller tidak dilahirkan buta da tuli; hal ini tidak terjadi sampai saat dia berumur 19

bulan bahwa dia terserang penyakit yang digambarkan dokter sebagai “penyumbatan

akut dari perut dan otak,” yang kemungkinan merupakan scarlet fever atau meningitis.

Penyakit ini tidak berlangsung untuk waktu yang sangat lama, namun menyebabkan

dia buta dan tuli. Pada saat itu, dia mampu berkomunikasi sedikit dengan Martha

Washington, anak juru masak keluarga yang berumur 6 tahun, yang mengerti tanda-

tandanya. Pada usia 7 tahun, dia memiliki lebih dari 60 tanda untuk berkomunikasi

25

Page 27: Tugas Kelompok

dengan keluarganya. Berdasarkan psikolog buta-tuli Soviet, A. Meshcheryakov,

persahabatan Martha dan pengajarannya sangat penting bagi perkembangan Helen

selanjutnya.

Pada tahun 1886, ibunya, diinspirasi oleh laporan di Catatan Orang Amerika-nya

Charles Dickens mengenai pendidikan yang sukses pada anak buta dan tuli lainnya,

Laura Brigmann, dengan ditemani oleh ayahnya, pergi mencari seorang dokter

spesialis mata, telinga, hidung, dan tenggorokkan di Baltimore, untuk meminta

nasihat. Kemudian dokter tersebut menghubungkan mereka dengan Alexander

Graham Bell, yang berkerja dengan anak-anak tuli pada saat itu. Bell mengusulkan

pasangan tersebut menghubungi Institusi Perkins untuk Orang Buta, yang merupakan

sekolah dimana Brigmann diajar, yang berlokasi di Boston Selatan. Direktur sekolah

tersebut meminta mantan muridnya, Anne Sullivan, yang memiliki gangguan

penglihatan dan berusia 20 tahun, untuk menjadi instruktur Keller. Ini merupakan

awal mula hubungan selama 49 tahun, yang akhirnya berkembang menjadi pengajar

dan kemudian menjadi teman.

Anne Sullivan tiba di rumah Keller pada bulan Maret 1887, dan segera mulai

mengajar Helen berkomunikasi dengan mengeja kata-kata dengan tangannya, mulai

dari ”B-O-N-E-K-A” untuk boneka yang Sullivan hadiahkan buatnya. Terobosan

besar Keller dalam komunikasi datang pada bulan berikutnya, ketika dia menyadari

bahwa gerakan yang dibuat gurunya di telapak tangannya, ketika aliran air dingin

melewati tangannya yang lain, disimbolkan dengan “air”; kemudian dia hampir

kelelahan ketika Sullivan menuntut nama-nama semua objek yang familiar di

dunianya. Keller diajar untuk membaca lewat huruf braille sampai mengerti apa

maksudnya. Ia belajar bahasa Perancis, Jerman, Yunani dan Latin lewat braille.

Mulai dari bulan Mei 1888, Keller dirawat di Institusi Perkins untuk Orang Buta.

Pada tahun 1894, Helen Keller dan Anne Sullivan pindah ke New York untuk

menghadiri the Wright-Humason School for the Deaf dan Horace Mann School for

the Deaf. Pada tahun 1896, mereka kembali ke Massachusetts dan Keller dimasukkan

ke Sekolah Cambridge untuk Wanita Muda sebelum mendapatkan izin masuk, pada

tahun 1900, ke Radcliffe College. Pengagumnya, Mark Twain, telah memperkenalkan

dia pada tokoh terkemuka Standard Oil, Henry Huttleston Rogers, yang bersama

istrinya membayarkan pendidikan Keller. Pada tahun 1904, saat berusia 24 tahun,

26

Page 28: Tugas Kelompok

Keller lulus dari Radcliffe, menjadi orang buta-tuli pertama yang mendapatkan gelar

Bachelor of Arts dan Keller lulus dengan predikat magna cum laude.

sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Helen_Keller

Analisis:

Pada kasus Helen Keller di atas, dapat dilihat bahwa adanya aplikasi teori Adler

dalam bidang pendidikan. Menurut teori Adler, tiap manusia memiliki inferioritas

dalam dirinya dan untuk mengatasi inferioritas tersebut, manusia mengkompensasikan

dalam berbagai hal, misalnya dengan menyesuaikan diri, membentuk pertahanan-diri,

ataupun dengan mencapai keunggulan. Semua hal tersebut terdapat dalam diri Helen

Keller. Dia merupakan seseorang yang tidak bisa melihat dan tidak bisa mendengar

(buta dan tuli). Kedua hal tersebut menimbulkan inferioritas dalam dirinya, baik

disadari maupun tidak. Akan tetapi, dia tidak terpaku dengan kecacatan yang

dialaminya tanpa mengusahakan apa-apa. Dia berusaha untuk belajar berkomunikasi

dengan orang lain, terutama keluarganya, dan menyesuaikan gaya komunikasi dengan

kemampuannya, yaitu menggunakan tanda-tanda atau huruf braille. Lama kelamaan,

dia menjadi terbiasa dengan gaya komunikasinya dan menjadi lebih cepat menyerap

informasi. Selain itu, pengajaran dari Martha, anak juru masak keluarganya, dan juga

Anne Sullivan telah membantu dia menyesuaikan diri dengan lingkungan luar selain

keluarganya dan mengembangkan cara berkomunikasi dan belajar tanpa terbatas oleh

buta dan tuli-nya. Di samping itu, Keller juga mampu berbahasa dalam berbagai

macam bahasa melalui braille; dan hal ini dikarenakan motivasi yang kuat yang

dimiliki oleh Sullivan, untuk mengajarinya secara tegas, dan juga motivasi Keller,

untuk belajar dan mengetahui berbagai macam hal.

Walaupun Keller memiliki kecacatan, hal itu tidak menyurutkan semangatnya

untuk berpartisipasi dalam pendidikan. Hal ini dibuktikan dengan masuknya Keller

dalam sebuah perguruan tinggi, yaitu Radcliffe College. Selama mengenyam

pendidikan di perguruan tinggi tersebut, Keller sangat serius dan tidak main-main. Dia

yang lulus dengan predikat magna cum laude telah cukup menjadi bukti

keseriusannya itu. Di samping itu, kelulusannya itu juga bisa dikatakan sebagai bukti

dari kompensasinya, bukti bahwa dia mampu dan tidak kalah dengan orang-orang

normal atau paling tidak bukti bahwa dia mampu mengatasi kekurangan fisik yang

dimilikinya. Semua hal tersebut juga dapat diwujudkan karena dukungan lingkungan

sosial Keller, terutama orang tuanya, yang telah mencarikan seorang pengajar yang

27

Page 29: Tugas Kelompok

baik; Martha, yang pertama kali mengajar Keller dan menjadi sahabatnya; Sullivan,

yang telah begitu sabar mengajar dan menuntut Keller sampai akhir hayatnya; dan

juga pasangan suami istri Rogers, yang telah membiayai pendidikannya. Tanpa

adanya lingkungan sosial yang baik dan mendukungnya, tidak akan ada Helen Keller

yang demikian.

Artikel 2

Drama Jepang – Gachibaka!

Drama ini menceritakan seorang petinju profesional

yang menjalani cita-citanya sejak dulu, yaitu

menjadi seorang guru, setelah impiannya menjadi

petinju nomor 1 se-Jepang kandas di tengah jalan.

Dia lalu diterima sebagai guru di salah satu SMA,

dan diberi tanggung jawab untuk mengurus kelas 3-

E, kelas yang penuh dengan murid-murid pembuat

onar. Kelas ini dapat dikatakan sebagai kelas yang

disisihkan, di mana murid-murid di dalamnya

dianggap tidak berguna dan tidak memiliki masa

depan. Tanpa memedulikan hal ini, Gondo terus

memegang kepercayaan bahwa setiap orang pasti dapat berhasil bila berusaha sekuat

tenaga. Salah seorang muridnya, bernama Inoue Kouta, adalah seorang remaja lelaki

yang sangat bersahabat dan merupakan mood-maker di dalam kelas. Namun

demikian, tidak disangka bahwa dalam keluarganya ia memiliki konflik yang serius.

Dia merupakan anak sulung dari 2 orang bersaudara. Orangtuanya selalu

membanding-bandingkannya dengan adiknya, yang pintar, dan apapun yang

dilakukannya selalu dianggap tak berguna dan salah. Dia bagai memiliki 2

kepribadian yang berbeda, wajah yang ditunjukkan ketika berada di dekat orang

tuanya dan ketika berada di antara kawan-kawannya sangatlah berbeda. Secara lebih

jelas, cerita mengenai dirinya diekspos pada episode 2 dari 10 episode drama ini.

Analisis:

Drama ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Alfred Adler. Konsep

pendidikan yang diterapkan pun sesuai, yaitu dengan mempercayai bahwa tidak ada

manusia yang tidak berguna, tiap-tiap orang dapat mencapai sukses bila berusaha.

28

Page 30: Tugas Kelompok

Selain itu, dalam kasus Inoue Kouta, terlihat jelas fenomena yang mendukung teori

Adler. Inoue memperlihatkan sikap yang sangat berbeda, yaitu ramah ketika berada di

antara kawan-kawannya, dan defensif dan agresif ketika berada di lingkungan

keluarganya. Melalui observasi singkat, dapat diketahui bahwa Inoue berkembang

aspek emosionalnya secara normal di lingkungan sekolah, namun terhambat di

lingkungan keluarga. Menurut Adler, anak pertama yang memiliki masalah di rumah

dan normal di sekolah adalah hal yang tidak jarang. Hal ini terjadi karena sang anak

yang tadinya merupakan pemilik kekuasaan tunggal dan pusat perhatian dari kedua

orangtuanya kemudian merasakan ancaman dengan kehadiran sang adik. Dia takut

tergeser dari posisinya. Sikap agresif kemudian muncul, mengungkapkan

keinginannya untuk tetap menjadi pusat perhatian. Terlebih dengan sikap orangtuanya

yang pilih kasih terhadap adiknya, maka sikap agresif Inoue pun semakin menjadi-

jadi. Sedangkan di sekolah, Inoue tidak memiliki alasan apapun untuk berubah

menjadi agresif. Dia tetap menjadi pusat perhatian kawan-kawannya, dan karenanya

secara emosional dia dapat berkembang dengan baik.

Artikel 3

Memperlakukan Anak-anak Cacat dengan Cara yang Sama

Ada banyak orang cacat yang menjadi berhasil dalam hidupnya. Arlyne adalah

seorang anak yang mengalami kebutaan sejak kecilnya. Sejak kecil, ibunya terus

memberikan kasih sayang dan perhatian yang tulus kepadanya serta memberikan

dorongan kepadanya dengan mengatakan bahwa ia dapat melakukan segala sesuatu.

Ibunya terus menanamkan dalam pikirannya bahwa ia dapat melakukan segala

sesuatu. Ibunya menyuruhnya untuk mengejar segala sesuatu yang ia inginkan. Dan

akhirnya dalam sekolah dan kuliahnya ia berhasil mendapatkannya dan akan

mendapatkan apa yang ia inginkan. Ia pun menjadi anak yang berprestasi dan bahkan

teman-teman kuliahnya pun tidak bisa menyamai prestasinya.

Sumber: (http://pepak.sabda.org/pustaka/081775/)

Analisis:

Dari kasus ini, kita dapat melihat bahwa Arlyne adalah seorang anak yang memiliki

cacat fisik sejak lahir yakni kebutaan. Cacat fisik pasti membuat setiap orang

memiliki perasaan rendah diri (inferioritas), begitu juga dengan Arlyne. Namun dapat

kita lihat disini bahwa Arlyne adalah individu yang sehat secara psikologis karena

29

Page 31: Tugas Kelompok

dapat mengontrol perasaan inferioritasnya sehingga menjadi normal. Hal ini juga

disebabkan oleh kasih sayang dan kepedulian ibunya yang membuat ia mampu

mengembangkan gaya hidup yang benar sehingga ia mampu meraih prestasi dan

tujuan hidupnya. Dengan gaya hidup tersebut, Arlyne mampu mengembangkan daya

kreatifnya sehingga ia bisa bersaing dengan anak normal lainnya, bahkan melebihi

mereka.

8.3 Bidang Klinis

Artikel 1

Hati-hati, Anak Kedua Lebih Rentan Narkoba

Sabtu, 15 Maret 2008

JAKARTA, SABTU – Survei melalui telepon konseling YCAB (Yayasan Cinta

Anak Bangsa) dari tahun 1990-2005 menunjukkan bahwa dari seluruh kasus narkoba

yang ditangani lebih dari 70% dialami anak nomor dua. Veronika Colondam dari

YCAB mengungkapkan fenomena itu mungkin saja terkait dengan teori psikologi

Syndroma Anak Kedua yang dikemukakan Alfred Adler tahun 1920.

“Mungkin terkait dengan teori Adler itu. Menurut teori ini, anak kedua lebih tertekan

dibanding anak pertama atau ketiga, karena biasanya orang tua mengalami euforia

ketika memperoleh anak pertama, terus loncat anak ketiga,” katanya, usai peluncuran

bukunya di Toko Buku Gramedia Matraman, Jakarta, Sabtu (15/3).

Memang, menurut Veronika, kecenderungan itu diketahui setelah melihat hasil

konseling di Indonesia dan YCAB sendiri belum berani mengambil kesimpulan yang

dalam tentang kecenderungan ini.

“Kami juga bingung, tetapi memang kebanyakan orang tua melaporkan bahwa anak

keduanya yang bermasalah dengan narkoba. Memang ada teori-teori yang

mendukung, tetapi kita belum bisa membuat kesimpulan yang konklusif” katanya.

(lin)

Sumber: http://www.kompas.com/read/xml/2008/03/15/19141330

Analisis:

Jika dikaitkan dengan penerapan teori Adler sehubungan dengan Family

Constellation, anak kedua punya jiwa persaingan dan keinginan untuk melampaui

kakaknya (anak pertama). Apabila perasaan seperti itu muncul, dan si anak pertama

itu menunjukkan sikap yang tidak diharapkan oleh si anak kedua, misalnya

30

Page 32: Tugas Kelompok

memperlihatkan sikap permusuhan atau dendam sehingga menghambat keinginan

anak kedua, hal ini akan mengakibatkan si anak kedua berkecil hati/inferior dan

tertekan. Apabila masalah ini terjadi pada tahap remaja yang sedang dalam proses

pencarian jati diri, maka bisa saja pelariannya adalah ke hal-hal negatif. Salah satunya

adalah seperti pada artikel diatas, yaitu narkoba.

Artikel 2

A Diary of Hee Ah Lee: A Four-Finger Pianist

”Jariku hanya ada empat. Lutut adalah telapak

kaki bagiku. Kenapa bentukku seperti ini yah?.

Senangnya andai aku juga punya tangan dan kaki

yang sama dengan yang lain. aku sering manangis

kalau melihat bentukku seperti ini. Tapi sekarang

aku bisa hidup lebih senang. Walau bentukku

berbeda dengan yang lain. Tapi aku juga punya

mimpi yang sama dengan kalian. Aku akan

berusaha meraih mimpiku..... selamanya......!”

Anak-anak bertanya Hee Ah, “Kok kaki kamu

pendek sih?”

“Kalau aku setinggi ini kan jadi bisa berteman dengan kalian!”

Anak-anak bertanya pada Hee Ah, ”Apa tidak sakit main piano dengan empat jari

saja?”

”Justru aku main piano, ada kekuatan yang muncul pada keempat jariku ini!”

Anak-anak bertanya pada Hee Ah, ”Mimpimu apa Hee Ah?”

”Aku ingin jadi pianis dunia dan membuat surga dunia bagi penyandang cacat!”

Hee Ah bertanya pada anak-anak, ”Kalau mimpi kalian sendiri apa?”.

Hee Ah adalah seorang pianis cacat berjari empat. Walaupun tubuhnya sudah cacat

sejak lahir, dia tetap seorang gadis yang periang, sehat, bersemangat, dan selalu

31

Page 33: Tugas Kelompok

tersenyum. Hee Ah berasal dari Korea Selatan. Dia menulis diari secara teraur sejak

kelas 3 SD yang kemudian di edit oleh Ibu Gio, Jeung-Uk, dan diterbitkan menjadi

sebuah novel yang sangat laris.

Analisis:

Jika kisah Hee Ah Lee ini dilihat dari kacamata teori Adler maka sangat jelas bahwa

kisah hidupnya merupakan contoh tepat bagi klaim Adler mengenai rasa inferioritas

yang diubahkan menjadi daya juang untuk mencapai superioritas. Meskipun dia

terlahir hanya dengan 4 jari, namun dari kelemahan fisiknya ini, lahir suatu motivasi

yang besar untuk menjadi seorang pianis profesional dunia. Motivasi ini melahirkan

suatu usaha keras, berlatih lebih intensif dari pianis-pianis lain yang memiliki jari

yang lengkap. Dengan usaha yang berlipat ganda, Hee Ah Lee kini tidak kalah dengan

pianis-pianis profesional dunia lainnya.

Artikel 3

Thomas Alfa Edison

Di masa kecilnya, Edison hanya bersekolah di sekolah yang

resmi selama tiga bulan, selanjutnya semua pendidikannya

diperoleh dari ibunya yang mengajar Edison di rumah. Ibu

Edison mengajarkan Edison cara membaca, menulis, dan

matematika. Dia juga sering memberi dan membacakan

buku-buku bagi Edison, antara lain buku-buku yang berasal

dari penulis seperti Edward Gibbon, William Shakespeare

dan Charles Dickens.

Edison di usia 12 tahun, memperoleh penghasilan dengan cara bekerja menjual koran dan

surat kabar, buah apel, serta gula-gula di sebuah jalur kereta api. Di usia itu pula, Edison

hampir mengalami kehilangan seluruh pendengaran karena penyakit yang dideritanya,

penyakit itu membuatnya menjadi setengah tuli. Edison pernah menulis dalam diarinya:

"Saya tidak pernah mendengar burung bernyanyi sejak saya berusia 12 tahun."

Pada usia 15 tahun, Edison, sambil tetap berjualan, membeli sebuah mesin cetak kecil

bekas yang selanjutnya dipasang pada sebuah bagasi mobil. Kemudian dia mencetak

korannya sendiri, WEEKLY HERALD, yang di cetak, diedit dan dijualnya di tempat dia

berjualan.

32

Page 34: Tugas Kelompok

Pada musim panas 1862, Edison menyelamatkan seorang anak berusia tiga tahun yang

hampir di tabrak oleh mobil. Ayah dari anak yang diselamatkan adalah kepala stasiun

kereta api di tempatnya berjualan. Dan sebagai rasa terima kasih, kepala stasiun tersebut

mengajari Edison cara menggunakan telegraph. Setelah 5 bulan mempelajari telegraph,

Edison bekerja sebagai ahli telegraph selama 4 tahun. Hampir semua gaji yang didapatnya

dihabiskan dengan membangun berbagai macam laboratorium dan peralatan listrik.

Edison sangat senang mempelajari sesuatu dan membaca buku-buku yang ada. Dari

semua yang dipelajarinya, Edison menerapkan pelajaran tersebut dengan cara

bereksperimen di laboratorium kecilnya. Edison tinggal di laboratoriumnya, hanya

tidur 4 jam sehari, dan makan dari makanan yang dibawa oleh asistennya ke

laboratoriumnya. Edison melakukan percobaan dan eksperimen terus menerus hingga

penemuan-penemuannya menjadi sempurna. Mungkin kata yang cocok untuk

menggambarkan kepandaian Edison adalah: "Genius adalah 99% kerja keras"

Analisis

Thomas Edison, termasuk kedalam salah satu teori Adler yakni Inferioritas Fisik,

dimana dalam kisah hidupnya dia mengalami suatu cacat fisik yaitu setengah tuli

akibat penyakit yang dideritanya. Namun itu semua tidak membuat dia menyerah dia

terus berjuang dengan melakukan hal-hal kecil hingga dia bisa menciptakan suatu hal

yang sangat berguna bagi kehidupan manusia sampai sekarang ini, dia menciptakan

bola lampu.

33

Page 35: Tugas Kelompok

Daftar Pustaka

Brett, Colin. 1997. Understanding Life. USA: Oneworld Publication.

Feist, Jess, Feist, Gregory J. 2006. Theories of Personality 6th. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

34