tugas kd4 korosi

Upload: hanif-yuniarta

Post on 13-Oct-2015

60 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

TUGASKIMIA DASAR

DIKERJAKAN OLEH :

NAMA

: EDY PURNOMO

NIM

: I 0110039

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

KATA PENGANTAR

Bissmillah Hirrohmanirrohim

Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat serta inayahnya penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas makalah (Korosi) sebagai syarat mata kuliah Kimia Dasar. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Rosulullah Mohammad SAW. pembawa risalah kebenaran sebagai petunjuk bagi sekalian manusia.

Penulis yakin atas petunjuknya pula sehingga berbagai pihak telah berkenan memberikan bantuan, kemudahan bagi penulis dalam penulisan tugas makalah ini untuk itu penulis mengatakan penghargaan yang setinggi-tingginya dan menghaturkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Wirawan Ciptonugroho selaku dosen mata kuliah Kimia Dasar kami yang selalu memberikan arahan kepada kami untuk menyelesaikan tugas-tugas mengenai mata kuliah Kimia Dasar ini.iiDAFTAR ISI

Halaman sampul ... i

Kata pengantar ..... iiDaftar isi .... iiiI. PENDAHULUANA. Lembar Pendahuluan . 1B. Latar Belakang . 2C. Rumusan Masalah . 3D. Tujuan Penulisan . 3II. PEMBAHASAN

A. Korosi ...................................... 4B. Mekanisme Korosi ..................................... 6C. Penyebab Korosi ..................................... 7D. Mikrobakorosi ..................................... 8

E. Korosi Atmosfereik .................................... 10F. Bentuk-bentuk Korosi .................................... 12G. Dampak Korosi ................................... 13H. Penanggulangan Korosi ................................... 14I. Masalah-masalah Lapangan .................................. . 16III. PENUTUP

A. Kesimpulan . 19DAFTAR PUSTAKA . 20iiiPENDAHULUAN Identifikasi terjadinya korosi mikrobiologi pada material logam peralatan peralatan industri diperlukan melalui pengamatan dengan melihat ciri khas jenis-jenis berpengaruh terjadinya korosi tersebut yaitu temperatur, kecepatan alir, pH dan kadar oksigen memberikan batasan kondisi korosi microbiological yang terjadi. Korosi dipengaruhi oleh mikroba merupakan suatu inisiasi atau aktifitas korosi akibat aktifitas mikroba dan proses korosi. Korosi pertama diindentifikasi hampir 100 jenis dan telah dideskripsikan awal tahun 1934. Bagaimanapun korosi yang disebabkan aktifitas mikroba tidak dipandang serius saat degradasi pemakaian sistem industri modern hingga pertengahan tahun1970-an.

Ketika pengaruh serangan mikroba semakin tinggi, sebagai contoh tangki air stainless steel dinding dalam terjadi serangan korosi lubang yang luas pada permukaan sehingga para industriawan menyadari serangan tersebut. Sehingga saat itu, korosi jenis ini merupakan salah satu faktor pertimbangan pada instalasi pembangkit industri, industri minyak dan gas, proses kimia, transportasi dan industri kertas pulp.Selama tahun1980 dan berlanjut hingga awal tahun 2000, fenomena tesebut dimasukkan sebagai bahan perhatian dalam biaya operasi dan pemeriksaan sistem industri. Dari fenomena tersebut, banyak institusi mempelajari dan memecahkan masalah ini dengan penelitian-penelitian untuk mengurangi bahaya korosi tersebut.

Penulisan ini ditujukan untuk sebagai bahan perhatian kembali kepada pelaku indutriawan, dosen dan mahasiswa secara khususnya dan orang-orang yang berkompeten terhadap bidang, kimia, korosi dan ilmu pengetahuan alam pada umumnya, bagaimana bahayanya korosi bakteri di lingkungan bebas baik air, udara dan tanah di sekitar kita.

1LATAR BELAKANGAmbruknya suatu infrastruktur, seperti jembatan, jalan layang, dermaga dan lain-lain, secara tiba-tiba sering kali membawa korban manusia dan kerugian finansial yang sangat besar. Hasil pengamatan dilapangan menunjukkann bahwa terkorosinya besi dan bahan-bahan logam lainnya merupakan salah satu penyebab kegagalan dini dari suatu infrastruktur.

Untuk menghindari terjadinya kegagalan dini akibat terkorosinya besi dalam beton dan sebagai upaya untuk meningkatkan ketahanan (durability) dari suatu infrastruktur, beberapa negara telah mensyaratkan agar dilakukan pengecekan secara berkala pada setiap infrastruktur terhadap kemungkinan serangan korosi pada permukaan besi dalam beton.

Besi dan logam-logaman lain sebenarnya tahan terhadap korosi, karena sifat alkali (pH-nya sekitar 12-13), sehingga dipermukaan besi dalam beton terbentuk sebuah lapisan pasif yang menyebabkan besi terlindung dari pengaruh luar. Besi baru bisa terkorosi bila lapisan pasif ini rusak.

Merembesnya air pada struktur bangunan dan intrusi ion-ion khlorida (Cl-) kedalam beton adalah dua faktor utama yang menyebabkan rusaknya lapisan pasif tersebut dan berlanjut pada terkorosinya besi.

2RUMUSAN MASALAH

Untuk memfokuskan makalah ini penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :1. Apakah yang dimaksud korosi itu?

2. Bagaimana mekanisme terjadinya korosi ?3. Faktor apa saja yang bisa mempengaruhi terjadinya korosi? 4. Bagaimana prektek nyata sebuah korosi dalam kehidupan sehari-hari ?5. Apa dampak korosi lingkungan ?

6. Apa saja macam-macam bentuk korosi?

7. Bagaimana langkah mencegah korosi?

TUJUANTujuan pembuatan makalah ini yaitu mempelajari kasus-kasus korosi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari khususnya korosi yang terjadi pada struktur bangunan yang menggunakan beton bertulang.

Mempelajari mekanisme terjadinya korosi, beberapa bentuk korosi, dampak yang di timbulkan dari adanya korosi dan cara penanggulangan korosi tersebut.3KOROSI

KOROSI

Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi dengan lingkungan yang korosif. Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan.

Ada definisi lain yang mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya. Contohnya, bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawa besi oksida atau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang digunakan untuk pembuatan baja atau baja paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida).

Korosi atau secara awam lebih dikenal dengan istilah pengkaratan merupakan fenomena kimia pada bahan-bahan logam di berbagai macam kondisi lingkungan. Penyelidikan tentang sistim elektrokimia telah banyak membantu menjelaskan mengenai korosi ini, yaitu reaksi kimia antara logam dengan zat-zat yang ada di sekitarnya atau dengan partikel-partikel lain yang ada di dalam matrik logam itu sendiri. Jadi dilihat dari sudut pandang kimia, korosi pada dasarnya merupakan reaksi logam menjadi ion pada permukaan logam yang kontak langsung dengan lingkungan berair dan oksigen.

Pada umumnya suatu peralatan elektronik mengandung komponen logam yang mempunyai waktu hidup atau masa pakai tertentu. Korosi pada komponen-komponen tersebut dapat menimbulkan kerugian ekonomi akibat berkurangnya masa produktif peralatan elektronik. Korosi bahkan dapat menyebabkan terjadinya gangguan berupa terjadinya hubungan pendek (konsluiting) yang dapat mengarah kepada terjadinya kecelakaan.

4Masalah korosi peralatan elektronik merupakan salah satu sumber yang dapat memicu kegagaan operasional serta keselamatan kerja pada suatu industri. Oleh sebab itu, masalah ini sudah selayaknya mendapat perhatian yang serius dari berbagai kalangan. Dalam kehidupan sehari-hari, korosi dapat kita jumpai terjadi pada berbagai jenis logam.

Bangunan-bangunan maupun peralatan elektronik yang memakai komponen logam seperti seng, tembaga, besi-baja dan sebagainya semuanya dapat terserang oleh korosi ini. Seng untuk atap dapat bocor karena termakan korosi.

Demikian juga besi untuk pagar tidak dapat terbebas dari masalah korosi. Jembatan dari baja maupun badan mobil dapat menjadi rapuh karena peristiwa alamiah yang disebut korosi. Selain pada perkakas logam ukuran besar, korosi ternyata juga mampu menyerang logam pada komponen-komponen renik peralatan elektronik, mulai dari jam digital hingga komputer, serta peralatan-peralatan canggih lainnya yang digunakan dalam berbagai aktivitas umat manusia, baik dalam kegiatan industri maupun di dalam rumah tangga.

Korosi merupakan masalah teknis dan ilmiah yang serius. Di negara-negara maju sekalipun, masalah ini secara ilmiah belum tuntas terjawab hingga saat ini. Selain merupakan masalah ilmu permukaan yang merupakan kajian dan perlu ditangani secara fisika, korosi juga menyangkut kinetika reaksi yang menjadi wilayah kajian para ahli kimia.

Korosi juga menjadi masalah ekonomi karena menyangkut umur, penyusutan dan efisiensi pemakaian suatu bahan maupun peralatan dalam kegiatan industri. Milyaran Dolas AS telah dibelanjakan setiap tahunnya untuk merawat jembatan, peralatan perkantoran, kendaraan bermotor, mesin- mesin industri serta peralatan elektronik lainnya agar umur konstruksinya dapat bertahan lebih lama. Banyak negara telah berusaha menghitung biaya korosi nasional dengan cara yang berbeda-beda, umumnya jatuh pada nilai yang berkisar antara 1,5 5,0 persen dari GNP.

Para praktisi saat ini cenderung sepakat untuk menetapkan biaya korosi sekitar 3,5 persen dari GNP. Kerugian yang dapat ditimbulkan oleh korosi tidak hanya biaya langsung seperti pergantian peralatan industri, perawatan jembatan, konstruksi dan sebagainya, tetapi juga biaya tidak langsung seperti terganggunya proses produksi dalam industri serta kelancaran transportasi yang umumnya lebih besar dibandingkan biaya langsung.

5MEKANISME KOROSI Mekanisme korosi tidak terlepas dari reaksi elektrokimia. Reaksi elektrokimiamelibatkan perpindahan elektron-elektron.

Perpindahan elektron merupakan hasil reaksiredoks (reduksi-oksidasi). Mekanisme korosi melalui reaksi elektrokimia melibatkan reaksianodik di daerah anodik. Reaksi anodik (oksidasi) diindikasikan melalui peningkatan valensiatau produk elektron-elektron.

Reaksi anodik yang terjadi pada proses korosi logam yaitu :

M (Mn+ + ne

Proses korosi dari logam M adalah proses oksidasi logam menjadi satu ion (n+) dalam

pelepasan n elektron. Harga dari n bergantung dari sifat logam sebagai contoh besi :

Fe(Fe2+ + 2e

Reaksi katodik juga berlangsung di proses korosi. Reaksi katodik diindikasikan melaluipenurunan nilai valensi atau konsumsi elektron-elektron yang dihasilkan dari reaksi anodik.

Reaksi katodik terletak di daerah katoda. Beberapa jenis reaksi katodik yang terjadi selamaproses korosi logam yaitu :

Pelepasan gas hydrogen :2H- + 2e (H2

Reduksi oksigen : O2 +4H- + 4e (H2O

O2+ H2O4 ( 4OH-

Reduksi ion logam : Fe 3 ++ e (Fe 2 +Pengendapan logam : 3Na + + 3 e ( 3 NaReduksi ion hydrogen : O2 +4H+ + 4 e (2H2O

O2+ 2H2O + 4e ( 4OH-

Reaksi katodik dimana oksigen dari udara akan larut dalam larutan terbuka. Reaksi korosi

tersebut sebagai berikut : NaCl.H2O 2 Fe +O2(Fe 2O 36PENYEBAB KOROSIFaktor yang berpengaruh terhadap korosi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang berasal dari bahan itu sendiri dan dari lingkungan. Faktor dari bahan meliputi kemurnian bahan, struktur bahan, bentuk kristal, unsur-unsur kelumit yang ada dalam bahan, teknik pencampuran bahan dan sebagainya. Faktor dari lingkungan meliputi tingkat pencemaran udara, suhu, kelembaban, keberadaan zat-zat kimia yang bersifat korosif dan sebagainya. Bahan-bahan korosif (yang dapat menyebabkan korosi) terdiri atas asam, basa serta garam, baik dalam bentuk senyawa an-organik maupun organik.

Penguapan dan pelepasan bahan-bahan korosif ke udara dapat mempercepat proses korosi. Udara dalam ruangan yang terlalu asam atau basa dapat memeprcepat proses korosi peralatan elektronik yang ada dalam ruangan tersebut. Flour, hidrogen fluorida beserta persenyawaan-persenyawaannya dikenal sebagai bahan korosif. Dalam industri, bahan ini umumnya dipakai untuk sintesa bahan-bahan organik. Ammoniak (NH3) merupakan bahan kimia yang cukup banyak digunakan dalam kegiatan industri. Pada suhu dan tekanan normal, bahan ini berada dalam bentuk gas dan sangat mudah terlepas ke udara.

Ammoniak dalam kegiatan industri umumnya digunakan untuk sintesa bahan organik, sebagai bahan anti beku di dalam alat pendingin, juga sebagai bahan untuk pembuatan pupuk. Bejana-bejana penyimpan ammoniak harus selalu diperiksa untuk mencegah terjadinya kebocoran dan pelepasan bahan ini ke udara.

Embun pagi saat ini umumnya mengandung aneka partikel aerosol, debu serta gas-gas asam seperti NOx dan SOx. Dalam batubara terdapat belerang atau sulfur (S) yang apabila dibakar berubah menjadi oksida belerang. Masalah utama berkaitan dengan peningkatan penggunaan batubara adalah dilepaskannya gas-gas polutan seperti oksida nitrogen (NOx) dan oksida belerang (SOx).

Walaupun sebagian besar pusat tenaga listrik batubara telah menggunakan alat pembersih endapan (presipitator) untuk membersihkan partikel-partikel kecil dari asap batubara, namun NOx dan SOx yang merupakan senyawa gas dengan bebasnya naik melewati cerobong dan terlepas ke udara bebas. Di dalam udara, kedua gas tersebut dapat berubah menjadi asam nitrat (HNO3) dan asam sulfat (H2SO4). Oleh sebab itu, udara menjadi terlalu asam dan bersifat korosif dengan terlarutnya gas-gas asam tersebut di dalam udara.

Udara yang asam ini tentu dapat berinteraksi dengan apa saja, termasuk komponen-komponen renik di dalam peralatan elektronik. Jika hal itu terjadi, maka proses korosi tidak dapat dihindari lagi. Korosi yang menyerang piranti maupun komponen-komponen elektronika dapat mengakibatan kerusakan bahkan kecelakaan. Karena korosi ini maka sifat elektrik komponen-komponen elektronika dalam komputer, televisi, video, kalkulator, jam digital dan sebagainya menjadi rusak.

Korosi dapat menyebabkan terbentuknya lapisan non-konduktor pada komponen elektronik. Oleh sebab itu, dalam lingkungan dengan tingkat pencemaran tinggi, aneka barang mulai dari komponen elektronika renik sampai jembatan baja semakin mudah rusak, bahkan hancur karena korosi.

Dalam beberapa kasus, hubungan pendek yang terjadi pada peralatan elektronik dapat menyebabkan terjadinya kebakaran yang menimbulkan kerugian bukan hanya dalam bentuk kehilangan atau kerusakan materi, tetapi juga korban nyawa.

7MIKROBA KOROSI

Mikroba merupakan suatu mikroorganisme yang hidup di lingkungan secara luas pada habitat-habitatnya dan membentuk koloni yang pemukaanya kaya dengan air, nutrisi dan kondisi fisik yang memungkinkan pertumbuhan mikroba terjadi pada rentang suhu yang panjang biasa ditemukan di sistem air, kandungan nitrogen dan fosfor sedikit, konsentrat serta nutrisi-nutrisi penunjang lainnya.

Mikroorganisme yang mempengaruhi korosi antara lain bakteri, jamur, alga dan protozoa. Korosi ini bertanggung jawab terhadap degradasi material di lingkungan. Pengaruh inisiasi atau laju korosi di suatu area, mikroorganisme umumnya berhubungan dengan permukaan korosi kemudian menempel pada permukaan logam dalam bentuk lapisan tipis atau biodeposit. Lapisan film tipis atau biofilm. Pembentukan lapisan tipis saat 2 4 jam pencelupan sehingga membentuk lapisan ini terlihat hanya bintik-bintik dibandingkan menyeluruh di permukaan. Lapisan film berupa biodeposit biasanya membentuk diameter beberapa centimeter di permukaan, namun terekspos sedikit di permukaan sehingga dapat meyebabkan korosi lokal. Organisme di dalam lapisan deposit mempunyai efek besar dalam kimia di lingkungan antara permukaan logam/film atau logam/deposit tanpa melihat efek dari sifat bulk electrolyte.

Mikroorganisme dikatagorikan berdasarkan kadar oksigen yaitu :

1.Jenis anaerob, berkembang biak pada kondisi tidak adanya oksigen2.Jenis Aerob, berkembang biak pada kondisi kaya oksigen.3.Jenis anaerob fakultatif, berkembang biak pada dua kondisi.4.Mikroaerofil, berkembang biak menggunakan sedikit oksigenFenomena korosi yang terjadi dapat disebabkan adanya keberadaan dari bakteri. Jenis-

jenis bakteri yang berkembang yaitu :

1.Bakteri reduksi sulfat

Bakteri ini merupakan bakteri jenis anaerob membutuhkan lingkungan bebas oksigen atau lingkungan reduksi, bakteri ini bersirkulasi di dalam air aerasi termasuk larutan klorin dan oksidiser lainnya, hingga mencapai kondisi ideal untuk mendukung metabolisme.

Bakteri ini tumbuh pada oksigen rendah. Bakteri ini tumbuh pada daerah- daerah kanal, pelabuhan, daerah air tenang tergantung pada lingkungannya.

Bakteri ini mereduksi sulfat menjadi sulfit, biasanya terlihat dari meningkatnya kadarH2S atau Besi sulfida. Tidak adanya sulfat, beberapa turunan dapat berfungsi sebagai fermenter menggunakan campuran organik seperti pyruvnate untuk memproduksi asetat, hidrogen danCO2, banyak bakteri jenis ini berisi enzim hidrogenase yang mengkonsumsi hidrogen.

2.Bakteri oksidasi sulfur-sulfida

Bakteri jenis ini merupakan bakteri aerob yang mendapatkan energi dari oksidasi sulfit atau sulfur. Bebarapa tipe bakteri aerob dapat teroksidasi sulfur menjadi asam sulfurik dan nilai pH menjadi 1. Bakteri Thiobaccilus umumnya ditemukan di deposit mineral dan menyebabkan drainase tambang menjadi asam.

3.Bakteri besi mangan oksida

Bakteri memperoleh energi dari oksidasiFe 2 + atauFe 3 + dimana deposit berhubungan dengan bakteri korosi. Bakteri ini hampir selalu ditemukan di Tubercle (gundukan Hemispherikal berlainan ) di atas lubang pit pada permukaan baja. Umumnya oksidaser besi ditemukan di lingkungan dengan filamen yang panjang.

8Masalah biokorosi di dalam suatu sistem lingkungan mempunyai beberapa variabel-

variabel yaitu :

1. Temperatur, umumnya kenaikan suhu dapat meningkatkan laju korosi tergantung

karakteristik mikroorganisme yang mempunyai suhu optimum untuk tumbuh yang

berlainan

2. Kecepatan alir, jika kecepatan alir biofilm rendah akan mudah terganggu sedangkan

kecepatan alir tinggi menyebabkan lapisan lebih tipis dan padat

3. pH, umumnya pH bulk air dapat mempengaruhi metabolisme mikroorganisme

4. Kadar Oksigen, banyak bakteri membutuhkan O2 untuk tumbuh, namun pada

Organisme fakultatif jika O2 berkurang maka dengan cepat bakteri ini mengubah

metabolismenya menjadi bakteri anaerob

5. Kebersihan, dimaksud air yang kadar endapan padatan rendah, padatan ini

menciptakan keadaan di permukaan untuk tumbuhnya aktifitas mikroba.

Pada korosi bakteri secara umum merupakan gabungan dan pengembangan sel diferensial oksigen, konsentrasi klorida dibawah deposit sulfida, larutan produk korosi dan depolarisasi katodik lapisan proteksi hidrogen.

Biofilm bakteri merupakan agen dari proses inisiasi dan propagasi pertumbuhan korosi bakteri terlihat pada Gambar 1, sehingga korosi mikroba tidak terjadi dengan absennya biofilm. Biofilm menyediakan kondisi kondisi locall ingkungan misalnya pH yang rendah, sel difernsial oksigen untuk inisiasi atau propagasi aktifitas korosi. Meskipun beberapa literatur menerangkan faktor fisik dan elektrokimia yang dihubungkan dengan korosi di lingkungan berair, namun relatif sedikit diketahui tentang mekanisme mikroorganisme saat inisiasi dan propagasi aktifitas korosi. material SS 316, umumnya mekanisme terjadinya korosi bakteri kurang dipahami, hanya melihat indikasi produksi asam atau serangan sulfide terlihat pada Gambar

9 KOROSI ATMOSFERIKTanpa disadari, setiap hari kita berurusan dengan korosi atmosferik, misalnya karat padapagar, mobil, atau peralatan rumah tangga lainnya. Korosi atmosferik merupakan hasilinteraksi logam dengan atmosfer ambient di sekitarnya, yang terjadi akibat kelembaban danoksigen di udara, dan diperparah dengan adanya polutan seperti gas-gas atau garam-garamyang terkandung di udara.

Atmosfer yang berpengaruh pada korosi atmosferik dapat dikategorikan menjadi :

Rural. Daerah rural paling tidak korosif karena hanya mengandung sedikit polutan,

dan lebih banyak dipengaruhi oleh embun, oksigen dan CO2.

Urban. Bahan korosif pada daerah urban adalah SOx dan NOx yang berasal dari emisi

kendaraan bermotor dan sedikit aktivitas industri.

Industri. Kondisi atmosfer daerah industri sangat berkaitan dengan polutan yang

dihasilkan oleh industri, seperti SO2, klorida, phospat dan nitrat.

Pantai/laut. Pantai/laut merupakan daerah paling korosif, karena atmosfernya

mengandung partikel klorida yang bersifat agresif dann mempercepat laju korosi.Peralatan industri minyak bumi (misalnya anjungan produksi, kilang minyak, tangki timbun, sistem perpipaan, kapal tanker) umumnya berada di daerah industri atau laut atau gabungan keduanya, di mana kondisi atmosfer mengandung polutan-polutan yang korosif berupa sulfur dan klorida, sehingga peralatan tersebut sangat rawan terhadap serangan korosi atmosferik. Apabila tidak dilakukan tindakan yang tepat, dampak korosi atmosferik dapat berakibat mulai dari kegagalan peralatan hingga membahayakan keselamatan pekerja, misalnya tiang anjungan produksi lepas pantai yang keropos, atau tangga tangki timbun yang berkarat.

Mekanisme Korosi Atmosferik

Proses terjadinya korosi atmosferik dimulai dari pengembunan uap air di permukaan logam yang membentuk lapisan tipis(lapisan film elektrolit).Lapisan tipis air kemudian melarutkan partikel-partikel dan gas dari udara ambien,dan bertindak sebagai elektrolit tempat terjadinya korosi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Korosi Atmosferik

Korosi atmosferik sangat dipengaruhi kondisi cuaca lokal, sehingga tidak ada dua tempat di dunia ini yang memiliki karakteristik korosi atmosferik yang sama satu dengan yang lain. Parameter atmosfer yang sangat mempengaruhi laju korosi atmosferik adalah kelembaban udara relatif, temperatur, curah hujan, arah dan kecepatan angin, serta kandungan polutan dalam udara ambien.

Polutan yang sangat mempengaruhi laju korosi atmosferik adalah SO2 dan ion klorida, sehingga kadar SO2 dan salinitas udara (kandungan klorida) di udara digunakan sebagai basis dalam menentukan kategori korosivitas atmosfer pada suatu lokasi/lingkungan berdasarkan ISO 9223. SO2 berasal dari polusi industri, yang jika terlarut dalam larutan akuatik di permukaan logam akan membentuk H2S dan/atau H2SO4 yang akan mempercepat laju korosi atmosferik. Ion klorida dalam salinitas udara akan terlarut pada lapisan tipis air di permukaan air dan kemudian menyerang logam, sehingga efeknya adalah peningkatan laju korosi di permukaan logam. Apabila suatu lingkungan memiliki kadar SO2 dan ion klorida sangat tinggi, seperti daerah industri di tepi laut, maka dapat diperkirakan daerah tersebut akan memiliki karakter atmosfer dengan laju korosi atmosferik yang sangat tinggi. 10 Pengamatan Korosi Atmosferik

Korosi atmosferik pada dasarnya diamati dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu dengan mengukur parameter atmosferik, serta exposure test menggunakan sampel logam. Data parameter atmosferik, seperti kelembaban udara relatif, temperatur ambien, curah hujan, dan kadar polutan (misalnya kadar SO2 dan ion klorida di udara) dapat diperoleh melalui pengukuran di udara ambien. Selanjutnya laju korosi untuk masing-masing logam diketahui dengan mengidentifikasi data exposure test dari masing-masing lingkungan (rural, laut/pantai, industri). Dari hasil pengamatan tersebut, dapat diketahui jenis logam yang sesuai untuk lingkungan tertentu. Lebih jauh lagi, dapat diturunkan suatu persamaan matematis antara parameter atmosferik dengan laju korosi logam yang terukur saat exposure test.

Salah satu metode yang umum digunakan untuk pengamatan korosi atmosferik adalah metode mengikuti standar ISO. Dari hasil pengamatan yang dilakukan sesuai standar ISO 9225 dan 9226, dapat dilakukan klasifikasi korosi di lingkungan sesuai standar ISO 9223 dan selanjutnya dapat menentukan material yang cocok dengan kondisi atmosferik setempat serta menentukan metode pengendalian korosi yang sesuai.Metode lain yang dapat juga digunakan untuk pengamatan korosi atmosferik adalah PACER LIME, yang dikembangkan untuk manajemen perawatan sistem struktur pesawat terbang.

Jika tidak tersedia korelasi antara laju korosi atmosferik dengan parameter atmosferik (karena umumnya korelasi atau data korosi berdasarkan atmosferik jarang dijumpai), maka kerusakan akibat korosi atmosferik harus diperkirakan dengan pengukuran langsung. Cara termudah untuk melakukan pengukuran korosi atmosferik adalah dengan metode kupon. Dari hasil paparan, dapat dianalisa untuk kehilangan berat, densitas dan kedalaman pit, dan analisa-analisa lain. Tipe kupon yang biasa digunakan adalah kupon panel datar yang dipaparkan pada rak paparan. Jenis spesimen lain yang biasa digunakan juga adalah U-bend atau C-ring untuk mempelajari SCC pada lingkungan atmosferik yang diamati.

Jenis spesimen lain yang dapat digunakan adalah bimetalic specimen, di mana kawat dililitkan pada sekrup dari jenis logam yang berbeda. Spesimen ini digunakan pada uji CLIMAT (Classify Industrial and Marine Atmosphere) dan akan memberikan sensitivitas pengukuran yang lebih baik. Umumnya spesimen yang digunakan adalah kawat aluminium yang dililitkan pada sekrup tembaga dan baja, karena kombinasi logam-logam ini memberikan sensitivitas pengukuran tertinggi untuk lingkungan industri dan laut/pantai. Pada tes ini, indeks korosivitas atmosferik ditentukan sebagai persen kehilangan massa pada kawat aluminium.

Pengendalian Korosi Atmosferik

Hanya ada 2 metoda yang efektif untuk mencegah dan mengendalikan korosi atmosferik, yaitu coating dan pemilihan material yang sesuai, atau gabungan keduanya. Dari hasil penentuan karakteristik atmosfer dan pengukuran laju korosi di tempat peralatan industri minyak bumi berada atau akan dibangun, dapat ditentukan jenis material dan coating yang sesuai untuk membangun konstruksi peralatan yang tahan terhadap korosi atmosferik. Penentuan ini tentunya juga mempertimbangkan faktor biaya dan keekonomian. Dari hasil analisis, seringkali terjadi penggunaan logam yang tidak terlalu tahan korosi atmosfer (misalnya baja karbon) namun dilindungi sistem coating lebih ekonomis daripada baja paduan yang tahan korosi namun tidak dilindungi sistem coating

11BENTUK-BENTUK KOROSI

Bentuk-bentuk korosi dapat berupa korosi merata, korosi galvanik, korosi sumuran, korosi celah, korosi retak tegang (stress corrosion cracking), korosi retak fatik (corrosion fatique cracking) dan korosi akibat pengaruh hidogen (corrosion induced hydrogen), korosi intergranular, selective leaching, dan korosi erosi.

a. Korosi merata adalah korosi yang terjadi secara serentak diseluruh permukaan logam, oleh karena itu pada logam yang mengalami korosi merata akan terjadi pengurangan dimensi yang relatif besar per satuan waktu.

Kerugian langsung akibat korosi merata berupa kehilangan material konstruksi, keselamatan kerja dan pencemaran lingkungan akibat produk korosi dalam bentuk senyawa yang mencemarkan lingkungan. Sedangkan kerugian tidak langsung, antara lain berupa penurunan kapasitas dan peningkatan biaya perawatan (preventive maintenance).

b. Korosi galvanik terjadi apabila dua logam yang tidak sama dihubungkan dan berada di lingkungan korosif. Salah satu dari logam tersebut akan mengalami korosi, sementara logam lainnya akan terlindung dari serangan korosi. Logam yang mengalami korosi adalah logam yang memiliki potensial yang lebih rendah dan logam yang tidak mengalami korosi adalah logam yang memiliki potensial lebih tinggi.

c. Korosi sumuran adalah korosi lokal yang terjadi pada permukaan yang terbuka akibat pecahnya lapisan pasif. Terjadinya korosi sumuran ini diawali dengan pembentukan lapisan pasif dipermukaannya, pada antarmuka lapisan pasif dan elektrolit terjadi penurunan pH, sehingga terjadi pelarutan lapisan pasif secara perlahan-lahan dan menyebabkan lapisan pasif pecah sehingga terjadi korosi sumuran. Korosi sumuran ini sangat berbahaya karena lokasi terjadinya sangat kecil tetapi dalam, sehingga dapat menyebabkan peralatan atau struktur patah mendadak.

d. Korosi celah adalah korosi lokal yang terjadi pada celah diantara dua komponen. Mekanisme terjadinya korosi celah ini diawali dengan terjadi korosi merata diluar dan didalam celah, sehingga terjadi oksidasi logam dan reduksi oksigen. Pada suatu saat oksigen (O2) di dalam celah habis, sedangkan oksigen

(O2) diluar celah masih banyak, akibatnya permukaan logam yang berhubungan dengan bagian luar menjadi katoda dan permukaan logam yang didalam celah menjadi anoda sehingga terbentuk celah yang terkorosi.

e. Korosi retak tegang (stress corrosion cracking), korosi retak fatik (corrosion fatique racking) dan korosi akibat pengaruh hidogen (corrosion induced hydrogen) adalah bentuk korosi dimana material mengalami keretakan akibat pengaruh lingkungannya. Korosi retak tegang terjadi pada paduan logam yang mengalami tegangan tarik statis dilingkungan tertentu, seperti : baja tahan karat sangat rentan terhadap lingkungan klorida panas, tembaga rentan dilarutan amonia dan baja karbon rentan terhadap nitrat. Korosi retak fatk terjadi akibat tegangan berulang dilingkungan korosif. Sedangkan korosi akibat pengaruh hidogen terjadi karena berlangsungnya difusi hidrogen kedalam kisi paduan.

12

f. Korosi intergranular adalah bentuk korosi yang terjadi pada paduan logam akibat terjadinya reaksi antar unsur logam tersebut di batas butirnya. Seperti yang terjadi pada baja tahan karat austenitik apabila diberi perlakuan panas. Pada temperatur 425 815oC karbida krom (Cr23C6) akan mengendap di batas butir. Dengan kandungan krom dibawah 10 %, didaerah pengendapan tersebut akan mengalami korosi dan menurunkan kekuatan baja tahan karat tersebut.

g. Selective leaching adalah korosi yang terjadi pada paduan logam karena pelarutan salah satu unsur paduan yang lebih aktif, seperti yang biasa terjadi pada paduan tembaga-seng. Mekanisme terjadinya korosi selective leaching diawali dengan terjadi pelarutan total terhadap semua unsur. Salah satu unsur pemadu yang potensialnya lebih tinggi akan terdeposisi, sedangkan unsur yang potensialnya lebih rendah akan larut ke elektrolit. Akibatnya terjadi keropos pada logam paduan tersebut. Contoh lain selective leaching terjadi pada besi tuang kelabu yang digunakan sebagai pipa pembakaran. Berkurangnya besi dalam paduan besi tuang akan menyebabkan paduan tersebut menjadi porous dan lemah, sehingga dapat menyebabkan terjadinya pecah pada pipa.

h. Kombinasi antara fluida yang korosif dan kecepatan aliran yang tinggi menyebabkan terjadinya Korosi erosi, seperti yang terjadi pada pipa baja yang digunakan untuk mengalirkan uap yang mengandung air.

Pengukuran laju korosi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pengukuran yang paling sederhana biasanya dilakukan dengan cara mengukur kehilangan logam (berdasarkan perbedaan beratnya). Meskipun demikian beberapa metoda pegukuran laju korosi yang dapat diterapkan antara lain adalah dengan mengukur ion logam yang terdapat dilingkungan, mengukur konduktivitas lingkungan, mengukur berat jenis lingkungan atau berdasarkan reaksi dengan metoda elektrokimia. Begitu banyaknya bentuk bentuk korosi yang dapat terjadi, sehingga seyogianya korosi tersebut dikenali dengan baik untuk dikendalikan, terutama bagi mereka yang menangani bidang perencanaan dan perawatan peralatan pabrik, sarana transportasi dan fasilitas umum lainnya. Sehingga kedepan diharapkan dapat meningkatkan umur (life time) peralatan yang digunakan dan yang lebih penting lagi dapat menghindari terjadinya kecelakaan akibat kegagalan material yang menimbulkan korban jiwaDAMPAK DARI KOROSI

Karatan adalah istilah yang diberikan masyarakat terhadap logam yang

mengalami kerusakan berbentuk keropos. Sedangkan bagian logam yang rusak dan berwarna hitam kecoklatan pada baja disebut Karat. Secara teoritis karat adalah istilah yang diberikan terhadap satu jenis logam saja yaitu baja, sedangkan secara umum istilah karat lebih tepat disebut korosi. Korosi didefenisikan sebagai degradasi material (khususnya logam dan paduannya) atau sifatnya akibat berinteraksi dengan lingkungannya.

Korosi merupakan proses atau reaksi elektrokimia yang bersifat alamiah dan berlangsung dengan sendirinya, oleh karena itu korosi tidak dapat dicegah atau dihentikan sama sekali. Korosi hanya bisa dikendalikan atau diperlambat lajunya sehingga memperlambat proses perusakannya.

13Dilihat dari aspek elektrokimia, korosi merupakan proses terjadinya transfer elektron dari logam ke lingkungannya. Logam berlaku sebagai sel yang memberikan elektron (anoda) dan lingkungannya sebagai penerima elektron (katoda). Reaksi yang terjadi pada logam yang mengalami korosi adalah reaksi oksidasi, dimana atom-atom logam larut kelingkungannya menjadi ion-ion dengan melepaskan elektron pada logam tersebut. Sedangkan dari katoda terjadi reaksi dimana ion-ion dari lingkungan mendekati logam dan menangkap elektron- elektron yang tertinggal pada logam

Dampak yang ditimbulkan korosi sungguh luar biasa. Berdasarkan pengalaman pada tahun-tahun sebelumnya, Amerika Serikat mengalokasikan biaya pengendalian korosi sebesar 80 hingga 126 milyar dollar per tahun. Di Indonesia, dua puluh tahun lalu saja biaya yang ditimbulkan akibat korosi dalam bidang indusri mencapai 5 trilyun rupiah. Nilai tersebut memberi gambaran kepada kita betapa besarnya dampak yang ditimbulkan korosi dan nilai ini semakin meningkat setiap tahunnya karena belum terlaksananya pengendalian korosi secara baik bidang indusri.

Dampak yang ditimbulkan korosi dapat berupa kerugian langsung dan kerugian tidak langsung. Kerugian langsung adalah berupa terjadinya kerusakan pada peralatan, permesinan atau stuktur bangunan. Sedangkan kerugian tidak langsung berupa terhentinya aktifitas produksi karena terjadinya penggantian peralatan yang rusak akibat korosi, terjadinya kehilangan produk akibat adanya kerusakan pada kontainer, tanki bahan bakar atau jaringan pemipaan air bersih atau minyak mentah, terakumulasinya produk korosi pada alat penukar panas dan jaringan pemipaannya akan menurunkan efisiensi perpindahan panasnya, dan lain sebagainya. Bahkan kerugian tidak langsung dapat berupa terjadinya kecelakaan yang menimbulkan korban jiwa, seperti kejadian runtuhnya jembatan akibat korosi retak tegang di West Virginia yang menyebabkan 46 orang meninggal dunia, terjadinya kebakaran akibat kebocoran pipa gas di Minnesota karena selective corrosion dan meledaknya pembangkit tenaga nuklir di Virginia akibat terjadinya korosi erosi pada pipa uapnya.

Berdasarkan kondisi lingkungannya, korosi dapat diklasifikasikan sebagai korosi basah yaitu korosi yang terjadi dilingkungan air, korosi atmosferik yang terjadi di udara terbuka dan korosi temperatur tinggi yaitu korosi yang terjadi dilingkungan bertemperatur diatas 500oC.PENANGGULANGAN KOROSI

Korosi merupakan efek yang paling merusak pada logam, oleh karena itu untuk melindungi logam digunakan banyak cara, yang semuanya ditujukan agar logam tidak cepat rusak karena korosi. Kerusakan karena korosi bisa mencapai 1000 kali lipat lebih cepat pada logam dibandingkan karena pengaruh yang lain.

Karena itu timbul berbagai penelitian untuk melindungi logam ini dari pengaruh korosi, dari cara cara yang sederhana seperti hanya dengan melapis permukaan logam dengan mengecat sampai cara cara yang paling modern dengan membuat logam paduan yang tahan terhadap korosi.Cara cara penanggulangan korosi antara lain:

1. Melapis permukaan logam dengan cat.

2.Melapis permukaan logam dengan proses pelapisan atau Electroplating.

3.Membuat lapisan yang tahan terhadap korosi seperti Anodizing Plant .

4. Membuat sistem perlindungan dengan anoda korban.

5. Membuat logam paduan yang tahan terhadap korosi.

14Dari metoda-metoda pelapisan tersebut, masing masing mempunyai keunggulan dan kekurangan. Melapis logam dengan cat merupakan cara yang paling mudah dan murah, tetapi paling cepat rusak daya tahannya.Sedangkan membuat logam paduan adalah cara yang paling rumit dan mahal, tetapi daya tahannya paling bagus. Logam paduan juga ditujukan untuk hal hal lain seperti membuat logam yang kuat tapi ringan, atau logam yang keras tapi getas seperti baja dan sebagainya.

Peristiwa korosi pada logam merupakan fenomena yang tidak dapat dihindari, namun dapat dihambat maupun dikendalikan untuk mengurangi kerugian dan mencegah dampak negatif yang diakibatkannya. Dengan penanganan ini umur produktif peralatan elektronik menjadi panjang sesuai dengan yang direncanakan, bahkan dapat diperpanjang untuk memperoleh nilai ekonomi yang lebih tinggi. Upaya penanganan korosi diharapkan dapat banyak menghemat biaya opersional, sehingga berpengaruh terhadap efisiensi dalam suatu kegiatan industri. Pengendalian korosi biasanya merupakan serangkaian pekerjaan yang terpadu, antara lain:1. Perancangan geometris alat atau benda kerja2. Pemilihan bahan yang sesuai dengan lingkungan

3. Pelapisan dengan bahan lain lain untuk mengisolasi bahan dari lingkungan, atau coating

4. Pemberian bahan kimia pada media mengalir yang dapat menghambat korosi, atau inhibisi

5. Proteksi katodik yaitu memasok arus negatif ke badan benda kerja agar terhindar dari reaksi oksidasi oleh lingkungan

6. Inspeksi rutin terhadap kinerja semua upaya proteksi yang dilakukan

7. Pemeliharaan kebersihan.

Pengendalian korosi pada peralatan elektronik dapat dilakukan melalui pengendalianlingkungan atau ruangan di mana peralatan tersebut ditempatkan. Penanganan masalah korosiberkaitan dengan perawatan dan perbaikan fasilitas produksi serta peralatan penunjanglainnya. Kegiatan ini harus dapat mengidentifikasi, mengantisipasi dan menangani masalahkorosi pada alat, mesin dan fasilitas industri secara keseluruhan.

Pemantauan korosi perludilakukan secara periodik. Upaya menghambat laju korosi harus terintegrasi dengan programperawatan dan perbaikan sehingga diperoleh hasil yang terbaik.Pengendalian laju korosimelalui pengendalian lingkungan umumnya dilakukan dengan menjaga kelembaban udaradan pengendalian keasaman lingkungan.

Namun pengendalian lingkungan ini hanya mungkindilakukan untuk peralatan yang berada dalam suatu ruangan, dan tidak mungkin dilakukanterhadap fasilitas yang berinteraksi langsung dengan lingkungan di luar ruangan. Upayapengendalian korosi ini harus melibatkan semua fihak yang terlibat dalam pengoperasian alat,mesin, instalasi serta fasilitas lainnya. Masalah korosi dan upaya pengendaliannya perludiperkenalkan kepada seluruh jajaran direksi dan karyawan yang terlibat langsung dalam kegiatan industri.

15Ada beberapa usaha yang dapat ditempuh dalam upaya pengendalian korosi peralatan elektronik, antara lain adalah :

1. Menyimpan bahan-bahan korosif sebaik mungkin sehingga terjadinya kebocoran,penguapan serta pelepasan ke lingkungan dapat dihindari.

Pengecekan bejana penyimpanbahan kimia korosif yang mudah menguap perlu dilakukan secara periodik, sehingga adanyakebocoran bahan tersebut segera dikenali dan dapat diambil tindakan sedini mungkin untukmenghindari efek yang lebih luas.

2. Melakukan pemeliharaan rumah tangga perusahaan secara baik termasuk ketertiban dan

kebersihan dalam perusahaan. Pengoperasian alat dehumidifier untuk mengurangi kelembaban udara dalam ruanganyang di dalamnya menyimpan peralatan elektronik mahal dan rentan terhadap serangankorosi.

Peralatan-peralatan elektronik yang rawan terhadap pengaruh korosi perlu disimpan diruang tertutup, jauh dari kemungkinan pencemaran udara akibat terlepasnya bahan-bahankorosif ke lingkungan.

3. Menutup alat sewaktu tidak dipergunakan untuk menghindari masuknya debu-debu kedalam alat. Perlu diketahui bahwa debu dapat tertempeli polutan korosif yang apabila terbangterbawa udara dapat masuk ke dalam alat dan menempelkan dirinya ke permukaankomponen-komponen elektronik di dalam alat tersebut.

Pendidikan tentang faktor-faktor penyebab korosi dan akibatnya perlu juga diberikankepada karyawan yang bersentuhan langsung dengan pengoperasian alat, agar mereka selalumenjaga dan mau mengikuti instruksi-instruksi yang digariskan dalam kaitannya denganperawatan peralatan elektronik.

MASALAH MASALAH DI LAPANGAN Banyak sekali di dunia industri dan fasilitas umum terjadi proses korosi disebabkan

oleh fenomena biokorosi akibat adanya bakteri.

Kasus-kasus tersebut yaitu : a. Pipa-pipa bawah tanah di Industri minyak dan gas bumi

Dalam suatu contoh kasus dari perusahaan Korea Gas Corporation (KOGAS) menggunakan pipa-pipa gas yang dilapis denganpolyethylene (APL 5L X-65).Selama instalasi, pipa dilas tiap 12 meter dan diproteksi dengan impressed current proteksi katodik dengan potensial proteksi 850 mV (vs saturated Cu/CuSO4)

16

Kemudian beberapa tahun dicek kondisi lapis lindung maupun korosi aktif menggunakan pengujian potensial gardien5, hasilnya berupa letak-letak coating defect di sepanjang pipa.Kegagalan selanjutnya yaitu adanya disbonded coating area di permukaan pipa yang disebabkan adanya arus proteksi katodik yang berlebihan terekspos.

Coating defect dan daerah disbonded coating sangat baik untuk perkembangan mikroba anaerob. Pada disbonded coating area terjadi korosi local (pitting), lubang pit berbentuk hemisspherikal dalam tiap-tiap kelompok.

Kedalaman pit 5-7 mm (0,22 0,47 mm/year)4, bentuk pit ini menindikasikan karakter bakteri reduksi sulfat terlihat pada Gambar

b. Peralatan sistem pemyemprot pemadam kebakaran.

Di kota Kalifornia Amerika serikat, departemen pemadam kebakaran mengalami masalah cukup sulit dimana debit air alat system penyemprot turun walau tekanan cukup besar, setelah diselidiki maka di dalam alat penyemprot terjadi suatu korosi yang disebabkan oleh aktifitas mikroba dipermukaan dinding bagian dalam yang terbuat dari baja karbon dan tembaga saat beberapa bulan pembelian.

Ini disebabkan adanya biodeposit (turbucle) yang tumbuh di di dinding bagian dalam, kemudian di dalam biodeposit tersebut terjadi aktifitas degradasi lokal berupa korosi pitting sehingga mengurangi tebal pipa dan aktifitas ini menghasilkan senyawa H2S di lubang pit yang mengakibatkan keadaan asam dan mempercepat kelarutan logam.

17

c. Korosi Baja dalam Air Kondensat

Korosi pada sistem kondensor dan boiler atau jalur kondensat diakibatkan oleh reaksi antara permukaan dalam pipa dan tube dengan air boiler atau air kondensat yang terkontaminasi ion tembaga (Cu2+), yang berasal dari produk korosi alat-alat penukar panas.

Untuk mengendalikan korosi tersebut ditambahkan sodium phosphate dalam bentuk TSP dan DSP sebagai inhibitor korosi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kontaminan CuCl2 terhadap korosi baja dalam air kondensat, dan efektivitas inhibisi korosi DSP dan TSP.Pada penelitian ini, pengukuran laju korosi baja dalam air kondensat buatan yang ditambah dengan CuCl2 dan variasi konsentrasi inhibitor dilakukan dengan metode Tafel. Mekanisme inhibisi diprediksi berdasarkan metode voltametri siklik.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa laju korosi baja dalam air kondensat tiruan meningkat dengan kehadiran kontaminan CuCl2. Kombinasi DSP-TSP efektif sebagai inhibitor korosi baja dalam air kondensat terkontaminasi CuCl2, dengan keefektifan inhibisi korosi tertinggi didapat pada nisbah DSP:TSP 35:65.

Reaksi korosi baja dalam air kondensat tiruan terkontaminasi CuCl2 dengan penambahan inhibitor adalah oksidasi besi (Fe) menjadi besi (II) yang irreversibel dan berlangsung dalam satu tahap.18

KESIMPULAN Korosi adalah suatu gejala kimia yang menyerang logam dan mengakibatkan

kerusakan pada logam tersebut. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi korosi, yaitu :

1. Kelembaban udara

2. Elektrolit

3.Zat terlarut pembentuk asam (CO2, SO2)

4.Adanya O2

5. Lapisan pada permukaan logam

6. Letak logam dalam deret potensial reduksi

Korosi dapat dicegah dengan cara : 1.Melapis permukaan logam dengan cat2.Melapis permukaan logam dengan proses pelapisan atau Electroplating. 3.Membuat lapisan yang tahan terhadap korosi seperti Anodizing Plant .4.Membuat sistem perlindungan dengan anoda korban.5. Membuat logam paduan yang tahan terhadap korosi19

DAFTAR PUSTAKA http://gadang-e-bookformaterialscience.blogspot.com/2007/10/makalah-ilmiah-ku-korosi-

material-logam.html http://rhien-article.blogspot.com/2007/07/korosi-atmosferik.html Purwadaria, Sunara, Ir.,Dr.,(1996), Mekanisme Proteksi Katodik dan Kriteria Proteksi,

Diklat Proteksi Katodik, Kelompok Studi Korosi, Lembaga Penelitian ITB, Bandung. www.reindo.co.id/reinfokus/edisi24/korosi.htm

sgu2008.wordpress.com/2008/02/12/korosi/ http://id.wikipedia.org/wiki/Korosi

20